kelompok 6 bimbingan bagi murid cerdas dan berbakat

34
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan wahana pokok bagi pengembangan kualitas sumber daya manusia, dan pendidikan nasional berusaha menciptakan keseimbangan antara pemerataan pemberian kesempatan dan keadilan bagi warganya untuk mendapatkan pendidikan. Pemerataan pemberian kesempatan berarti membuka kesempatan seluas-luasnya kepada semua peserta didik dari semua lapisan masyarakat untuk mendapatkan pendidikan tanpa dihambat oleh perbedaan jenis kelamin, suku bangsa dan agama. Akan tetapi memberikan kesempatan yang sama pada akhirnya akan dibatasi oleh kondisi objektif peserta didik, yaitu kapasitasnya untuk dikembangkan. Perlakuan yang adil pada akhirnya adalah perlakuan yang didasarkan pada minat, bakat, dan kemampuan peserta didik. Sekaitan dengan aspek keadilan ini, terdapat sejumlah peserta didik yang memiliki potensi unggul belum dikembangkan secara optimal. Strategi pendidikan yang ditempuh selama ini yang bersifat masal cenderung memberikan perlakuan yang standar atau rata-rata kepada semua siswa sehingga kurang memperhatikan perbedaan antar individu. Strategi semacam ini sahih dalam konteks 1

Upload: zii-zilent

Post on 05-Dec-2014

43 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kelompok 6 Bimbingan Bagi Murid Cerdas Dan Berbakat

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan wahana pokok bagi pengembangan kualitas

sumber daya manusia, dan pendidikan nasional berusaha menciptakan

keseimbangan antara pemerataan pemberian kesempatan dan keadilan bagi

warganya untuk mendapatkan pendidikan. Pemerataan pemberian kesempatan

berarti membuka kesempatan seluas-luasnya kepada semua peserta didik dari

semua lapisan masyarakat untuk mendapatkan pendidikan tanpa dihambat

oleh perbedaan jenis kelamin, suku bangsa dan agama. Akan tetapi

memberikan kesempatan yang sama pada akhirnya akan dibatasi oleh kondisi

objektif peserta didik, yaitu kapasitasnya untuk dikembangkan. Perlakuan

yang adil pada akhirnya adalah perlakuan yang didasarkan pada minat, bakat,

dan kemampuan peserta didik. Sekaitan dengan aspek keadilan ini, terdapat

sejumlah peserta didik yang memiliki potensi unggul belum dikembangkan

secara optimal.

Strategi pendidikan yang ditempuh selama ini yang bersifat masal

cenderung memberikan perlakuan yang standar atau rata-rata kepada semua

siswa sehingga kurang memperhatikan perbedaan antar individu. Strategi

semacam ini sahih dalam konteks pemerataan kesempatan pendidikan, tetapi

strategi masal tersebut tidak akan mampu menunjang usaha mengoptimalkan

pengembangan sumber daya manusia secara pesat.

Hasil beberapa penelitian menunjukkan bahwa sekitar sepertiga

peserta didik yang dapat digolongkan sebagai siswa yang berbakat (gifted and

talented) mengalami prestasi kurang (underachiever). Salah satu sebabnya

karena lingkungan belajar yang kurang menantang kepada mereka untuk

mewujudkan kemampuannya secara optimal. Oleh karena itu dipandang perlu

memberikan pendidikan khusus bagi siswa cerdas dan berbakat.

1

Page 2: Kelompok 6 Bimbingan Bagi Murid Cerdas Dan Berbakat

1.2 Rumusan Masalah

2. Apakah yang menjadi dasar formal dan empirik pelaksanaan bimbingan

bagi murid cerdas dan berbakat?

3. Apakah pengertian murid cerdas dan berbakat?

4. Apa sajakah yang menjadi kebutuhan dan karakteristik murid cerdas dan

berbakat?

5. Bagaimanakah mengidentifikasi murid cerdas dan berbakat?

6. Bagaimana permasalahan-permasalahan yang dialami anak berbakat?

7. Bagaimana penyelenggaraan pendidikan bagi murid cerdas dan berbakat?

8. Apa sajakah teknik bimbingan bagi murid cerdas dan berbakat?

9. Bagaimanakah penyelenggaraan kelas unggulan sebagai model

bimbingan bagi murid cerdas dan berbakat?

1.3 Tujuan Penulisan Makalah

2. Untuk mengetahui dasar formal dan empirik pelaksanaan bimbingan bagi

murid cerdas dan berbakat

3. Untuk mengetahui pengertian murid cerdas dan berbakat

4. Untuk mengetahui segala sesuatu yang menjadi kebutuhan dan

karakteristik murid cerdas dan berbakat

5. Untuk mengetahui cara mengidentifikasi murid cerdas dan berbakathui

permasalahan-permasalahan yang dialami anak berbakat

6. Untuk menget

7. Untuk mengetahui cara penyelenggaraan pendidikan bagi murid cerdas

dan berbakat

8. Untuk mengetahui teknik-teknik bimbingan bagi murid cerdas dan

berbakat

9. Untuk mengetahui program penyelenggaraan kelas unggulan sebagai

model bimbingan bagi murid cerdas dan berbakat

2

Page 3: Kelompok 6 Bimbingan Bagi Murid Cerdas Dan Berbakat

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Dasar Formal dan Empirik Pelaksanaan Bimbingan bagi Murid Cerdas dan

Berbakat di SD

Pendidikan merupakan wahana pokok bagi pengembangan kualitas

sumber daya manusia, oleh karena itu upaya peningkatan Mutu Pendidikan

Dasar perlu mendapat perhatian khusus. Dalam hal ini, terutama pada tingkat

pendidikan Sekolah Dasar karena merupakan fondasi bagi seluruh jenjang

pendidikan.

Strategi Dasar Kebijakan Pendidikan Nasional , pelaksanaan wajib

belajar 9 tahun merupakan perwujudan strategi yang pertama yaitu

pemerataan kesempatan. Dalam aspek pemerataan kesempatan terkandung

tiga arti, yaitu (1) persamaan kesempatan, (2) aksesibilitas, (3) keadilan atau

kewajaran. (Depdikbud, 1993: 1)

Pendidikan Nasional berusaha menciptakan keseimbangan antara

pemerataan pemberian kesempatan dengan keadilan. Pemerataan pemberian

kesempatan berarti membuka kesempatan seluas-luasnya kepada semua

peserta didik dari semua lapisan masyarakat untuk memperoleh pendidikan

tanpa memandang perbedaan jenis kelamin, suku, dan agama. Akan tetapi

tetap dibatasi dalam kondisi-kondisi tertentu, yaitu kapasitas peserta didik

untuk dikembangkan. Perlakuan yang adil pada akhirnya adalah perlakuan

yang didasarkan pada minat, bakat, dan kemampuan peserta didik. Pasal 24

ayat (1) UUSPN telah menegaskan bahwa “setiap peserta didik berhak

mendapatkan perlakuan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya.”

Utami Munandar (1995) memberikan delapan alasan perlunya layanan

pendidikan khusus bagi anak cerdas dan berbakat yaitu :

a. Keberbakatan tumbuh dari proses interaktif antara lingkungan yang

merangsang dari kemampuan pembawaan dan prosesnya. Jadi, anak

berbakat memerlukan program yang sesuai dengan tingkat

perkembangannya.

3

Page 4: Kelompok 6 Bimbingan Bagi Murid Cerdas Dan Berbakat

b. Pendidikan atau sekolah hendaknya dapat memberikan kesempatan

pendidikan yang sama kepada anak untuk mengembangkan potensinya.

c. Jika anak berbakat dibatasi dan dihambat proses perkembangannya , tidak

diperbolehkan untuk selangkah maju lebih cepat dan mendapatkan materi

sesuai kemampuannya akan mengakibatkan anak menjadi cepat bosan,

jengkel, dan acuh tak acuh.

d. Ada kekhawatiran bahwa pelayanan pendidikan khusus bagi anak

berbakat akan membentuk kelompok elit.

e. Tidak jarang anak yang berbakat membentuk konsep diri yang negatif

karena anak merasa memiliki bakat dan gagasan yang berbeda dengan

teman sebaya.

f. Jika kebutuhan anak berbakat dipertimbangkan, dan dirancang program

untuk memenuhi kebutuhan pendidikan mereka sejak awal, maka mereka

menunjukkan peningkatan yang nyata dalam prestasi sehingga tumbuh

rasa kompetensi dan harga diri.

g. Jika anak yang berbakat diberi kesempatan dan pelayanan pendidikan

yang sesuai akan dapat memberikan sumbangan yang bermakna kepada

masyarakat dalam segala aspek kehidupan demi menghadapi tuntutan

masa depan yang inovatif.

h. Dari sejarah tokoh-tokoh yang unggul dalam bidang tertentu ternyata

memang ada di antara mereka yang semasa kecil tidak dikenal sebagai

orang yang menonjol dalam prestasi sekolah, namun mereka berhasil

dalam hidup.

Menurut Wardiman Djojonegoro, secara statistik jumlah murid yang

termasuk anak berbakat sangat besar. Dengan menggunakan asumsi 2% dari

total peserta didik SD/ MI (sekitar 30 juta orang) adalah murid cerdas dan

berbakat, maka secara statistik terdapat 600.000 orang siswa SD/ MI yang

memiliki kemampuan unggul. Jumlah tersebut sama besarnya dengan jumlah

total siswa SD di negara-negara kecil di dunia.

GBHN 1992 telah mengamanatkan bahwa “anak didik berbakat

istimewa perlu mendapat perhatian khusus agar mereka dapat

mengembangkan kemampuan sesuai dengan tingkat pertumbuhan

4

Page 5: Kelompok 6 Bimbingan Bagi Murid Cerdas Dan Berbakat

pribadinya.” Selain itu UU No. 2 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SPN)

Pasal 8 Ayat (2) juga menyatakan bahwa “… warga negara yang memiliki

kemampuan dan kecerdasan luar biasa berhak memperoleh perhatian

Pendidikan Dasar menekankan khusus.” Lebih khusus lagi kurikulum bagi

murid yang memiliki perlunya pelayanan bimbingan dan konseling

kemampuan dan kecerdasan luar biasa (Depdikbud, 1993b).

Anak yang memiliki kemampuan unggul merupakan asset nasional

dan UUSPN menekankan agar kepada mereka diberikan perhatian khusus

supaya dapat dimanfaatkan untuk pembangunan Indonesia (SC Utami

Munandar, 1992). Pemerintah telah menyadari bahwa peserta didik yang

memiliki potensi unggul (anak berbakat/ gifted and talented children)

merupakan aset berharga yang secara potensial mampu merespon tantangan

bangsa di masa kini dan di masa yang akan datang.

2.2 Pengertian Murid Cerdas dan Berbakat

Sebutan lain bagi anak berbakat ialah kecerdasan, cemerlang, kreatif.

Semua sebutan ini merujuk adanya keunggulan kemampuan yang dimiliki

seseorang. Jadi bakat adalah sesuatu yang “ inherent (melekat)” dalam diri

seseorang, dibawa sejak lahir dan terkait erat dengan struktur otak. Secara

genetis struktur otak itu sangat ditentukan oleh interaksi antara lingkungan

dengan anak manusia itu. Kemampuan intelektual merupakan ekspresi dari

apa yang disebut intelegensi dan kepada kemampuan intelek ini juga kita

bersandar menguasai dan memperlakukan perubahan kebudayaan serta

pembaharuan teknologi di dalam masyarakat. Intelegensi meruapakan sifat-

sifat manusia yang mencakup kemampuan untuk pemahaman hubungan yang

kompleks.

Satu ciri yang umum dimiliki oleh anak berbakat ialah memiliki

kecerdasan yang lebih tinggi daripada anak normal. Pada mulanya tingkat

kecerdasan dipandang sebagai satu-satunya ciri anak berbakat. Pandangan ini

disebut pandangan berdimensi tunggal tentang anak berbakat. Umumnya

anak ini disebut berbakat jika memilki IQ diatas 120, sedangkan anak yang

memilki IQ 137 ke atas disebut anak berbakat tinggi.

5

Page 6: Kelompok 6 Bimbingan Bagi Murid Cerdas Dan Berbakat

Undang-undang No. 2/1989 pasal 8 ayat (1) dan (2) menyatakan bahwa :

1) Warga Negara yang memiliki kelainan fisik dan atau mental berhak

memperoleh pendidikan luar biasa

2) Warga Negara yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa

berhak memperoleh perhatian khusus

Para ahli dengan hasil penelitiannya (Berry 1980) menunjukkan

bahwa secara biologis memang ada perbedaan struktur otak antara anak-anak

cerdas dan berbakat dengan anak normal. Anak berbakat mampu

memfungsikan kedua belahan otak kiri dan otak kanan sebagai alat berfikir

dan seluruh fungsi lain sehingga mewujudkan perilaku kreatif.

2.4 Kebutuhan dan Karakteristik Murid Cerdas dan Berbakat

Perbedaan program pendidikan murid cerdas dan berbakat dengan

anak biasa bukan sekedar berbeda, tetapi secara kualitatif memang harus

berbeda. Clark( 1983) mengemukakan secara kualitatif anak murid cerdas

dan berbakat menunjukkan karasteristik yang berbeda dari anak normal

dalam aspek kognitif, afektif, sensasi fisik, intuisi, dan kemasyarakatan.

Dalam upaya mengembangkan model program pendidikan yang kondusif

bagi anak murid cerdas dan berbakat, perlu dilakukan analisis kebutuhan dan

permasalahan perkembangan yang mungkin muncul dari aspek-aspek yang

disebutkan di atas serta implikasinya bagi pengembangan program

pendidikan.

a. Perkembangan fisik

Apabila perkembangan intelektual lebih cepat daripada

perkembangan fisik, maka anak akan merasa tidak adekuat secara fisik,

sementara jika tuntutan fisik kurang menantang secara intelektual akan

menjadikan anak berbakat kurang tertarik dan tidak akan memperoleh

kepuasan melakukan kompetisi di dalam kelompok sebaya. Anak

berbakat mungkin pula menunjukkan aktivitas fisik yang berlebihan, atau

dia menghindari keterlibatan dirinya dalam aktifitas fisik dan hanya

membatasi diri pada aktivitas mental.

6

Page 7: Kelompok 6 Bimbingan Bagi Murid Cerdas Dan Berbakat

Melihat karakteristik dan kebutuhan fisik anak berbakat, maka

program pendidikan bagi mereka selayaknya mempertimbangkan

kebutuhan untuk melakukan aktivitas yang memungkinkan terjadinya

integrasi dan asimilasi data sensoris, apresiasi kapasitas fisik, menjelajahi

aktivitas fisik yang menimbulkan kesenangan kepuasan, menjelajahi

aktivitas yang mengarah pada keterpaduan antara pikiran dan badan.

b. Perkembangan kognitif

Para ahli dengan hasil penelitiannya (Thompson, Berger, Berry,

1980: Krech, 1969; Mac Lean, 1979) menunjukkan secara biologis ada

perbedaan sturktur otak antara anak berbakat dengan anak normal. Anak

berbakat menggunakan kedua belahan otak kiri dan kanan sebagai alat

berpikir dan seluruh fungsi-fungsi lain (rasa, pendirian, dan intuisi) secara

terintegritas sehingga mewujudkan perilaku kreatif.

Perspektif dan kecermatan anak berbakat seringkali menimbulkan

kebimbangan diri, sehingga seringkali anak berbakat tidak mampu

bekerja rapi dan teratur. Perkembangan kognitif anak berbakat disertai

dengan perkembangan kemampuan intuitif yang akan mengarah kepada

pemunculan perilaku kreatif. Kreativitas adalah ekspresi tertinggi dari

keberbakatan. Kaitan intuisi dengan perilaku kreatif ialah fungsi intuisi

berperan dalam pemunculan inisiatif, imajinatif, dan wawasan bertindak

yang mengarah kepada perilaku kreatif.

Keunikan intuisi anak berbakat ditandai dengan kecenderungan

untuk terlibat dan peduli terhadap pengetahuan intuitif dan fenomena-

fenomena metafisik, terbuka terhadap pengalaman-pengalaman metafisik,

dan menunujukkan perilaku kreatif dalam banyak hal. Karena kekuatan

imajinasi yang luar biasa, anak berbakat mungkin akan menunjukkan

perilaku yang sulit untuk diterima kelompoknya sehingga bisa

menimbulkan tidak akan mendapatkan tanggapan serius dari orang lain

yang lebih tua usianya karena dipandang berperilaku aneh, menyimpang,

dan dianggap sebagai pembuat kekacauan.

c. Perkembangan emosi

7

Page 8: Kelompok 6 Bimbingan Bagi Murid Cerdas Dan Berbakat

Anak berbakat dengan fungsi kognitifnya mampu mengolah

informasi dan menumbuhkan kesadaran akan diri dan dunianya

menunjukkan bahwa anak berbakat memiliki perkembangan emosi yang

lebih matang dan stabil. Kesadaran yang tinggi akan disertai dengan

peasaan berbeda dari yang lain, idealisme dan kesadaran akan keadilan

yang tumbuh lebih awal, kepekaan terhadap ketidakkonsistenan perilaku

dengan yang seharusnya, perkembangan pengendalian diri dan kepuasan

internal terjadi lebih awal, dan tingkat pertimbangan moral yang lebih

tinggi.

Di sisi lain, karakteristik kognitif yang tinggi belum tentu disertai

dengan terjadinya perkembangan emosi yang tinggi pula. Akumulasi

informasi yang terjadi pada anak berbakat karena sensitivitas atau

kepekaannya terhadap dunia sekitar mungkin tidak mencuat ke kesadaran

anak. Anak berbakat seringkali menunjukkan harapan yang tinggi

terhadap dirinya maupun orang lain. Karena harapan ini tidak selalu

disertai dengan kesadaran diri, maka tidak jarang membawa dirinya

menjadi frustasi terhadap dirinya, orang lain atau situasi. Dalam kondisi

seperti ini anak akan menunjukkan perkembangan emosi yang tidak stabil

dan kesulitan dalam menyesuaikan diri.

d. Perkembangan sosial

Clark (1988) menghimpun dan menyimpulkan berbagai hasil studi

yang dilakukan banyak ahli tentang perkembangan sosial dan emosional

anak berbakat, sebagai berikut:

1) Anak berbakat merasa lebih senang dan puas dengan keadaan dirinya

sendiri dan hubungan antar pribadinya

2) Anak berbakat cenderung menunjukkan penyesuaian emosional yang

lebih baik daripada anak normal lainnya walaupun kecenderungan ini

lebih erat kaitannya dengan latar belakang sosial ekonomi daripada

dengan kecerdasan.

3) Anak berbakat cenderung lebih mandiri, lebih dominan, lebih mampu

mengendalikan lingkungan, dan lebih kompetitif.

8

Page 9: Kelompok 6 Bimbingan Bagi Murid Cerdas Dan Berbakat

4) Anak berbakat menunjukkan kecakapan kepemimpinan dan menjadi

terlibat dalam kegiatan dan kepedulian sosial. Anak berbakat lebih

cepat sadar akan isu moralitas dan jika terlibat dalam kepemimpinan

kelompok akan cenderung bersikap demokratis dan sangat minim

menggunakan pendekatan otoriter.

5) Anak berbakat lebih cenderung memilih kawan yang memiliki

kesebayaan usia intelektual daripada memilih kawan yang secara

kronologis berada pada usia yang sama. Oleh karena itu, anak

berbakat cenderung berkawan dengan anak yang usianya lebih tua.

2.5 Identifikasi Murid Cerdas dan Berbakat

Identifikasi murid cerdas dan berbakat dapat dilakukan sedini mungkin,

yaitu pada usia 1-2 tahun. Pada masa ini keunggulan dan kelemahan intelektual

anak akan tampak dengan mudah bila anak diberi rangsangan dengan tepat.

Hasilnyapun memiliki fungsi ganda, yaitu untuk mengetahui kemungkinan

adanya perkembangan intelektual yang cepat dan tidak terbatas pada bidang-

bidang bakat yang khas, serta untuk mengetahui kemungkinan adanya

kecacatan pada anak.

Pada usia yang lebih tua, yaitu 2-6 tahun identifikasi anak cerdas dan

berbakat dilakukan dangan lebih rinci . Pelaksanaannya dapat dilakukan

dengan mengajak anak bermain pada bidang yang disenanginya. Keberbakatan

anak akan tampak dalam kemampuan menyelesaikan tugas-tugas dan berbagai

persoalan tanpa mengalami kesulitan, serta tidak banyak memerlukan

bimbingan. Karena itu dalam usia dini, orang tua, guru, kelompok bermain

menjadi tempat pelaksanaan atau sumber informasi utama.

Identifikasi anak berbakat tidak berhenti pada usia 6 tahun, tetapi terus

berlanjut sampai anak masuk sekolah bahkan sampai ke perguruan tinggi. Pada

masa sekolah, informasi keberbakatan dapat diperoleh dari orang tua, terutama

berkenaan dengan bidang-bidang yang disenangi, guru terutama bidang

prestasi dan dari teman sebaya terutama bidang kepemimpinan, kreatifitas dan

sosialisasinya.

9

Page 10: Kelompok 6 Bimbingan Bagi Murid Cerdas Dan Berbakat

Dalam identifikasi ini mengguakan tes kecerdasan dan tes lain seperti

minat, kreatifitas, motivasi juga penting dilakukan. Dengan demikian ada dua

pendekatan yang dapat dipakai untuk mengidentifikasi murid cerdas dan

berbakat, yaitu dengan cara studi kasus dan melalui tes, atau penggabungan

keduanya. Identifikasi di sekolah dapat dilakukan melalui tahap (1) penjaringan

(screening), dan (2) tahap seleksi (identification).

a. Tahap Penjaringan

Tahap penjaringan murid cerdas dan berbakat di sekolah dapat

dilakukan dengan menganalisa data prestasi belajar, usia kronologis,

nominasi oleh teman sekelas, orang tua dan guru. Digunakan prestasi belajar

dengan dasar pemikiran bahwa sekalipun yang memiliki keunggulan prestasi

belajar tidak konklusif memiliki kecerdasan dan keberbakatan, namun mereka

diasumsikan termasuk anak berbakat dan cerdas jika memiliki prestasi di atas

rata-rata.

Digunakan acuan usia kronologis dengan asumsi bahwa murid cerdas

dan berbakat memiliki usia lebih muda, namun mampu bersaing dan memiliki

mental yang lebih tinggi dibanding dengan teman-teman yang memiliki usia

lebih tua. Penjaringan murid cerdas dan berbakat dimungkinkan pula dengan

nominasi oleh guru, orang tua, dan teman sekelas. Model nominasi ini

dilakukan dengan asumsi bahwa orang-orang terdekat dengan anak berbakat

dan cerdas, memiliki penilaian yang objektif dan intensif, hasil pengamatan

yang relatif lama.

b. Tahap Seleksi

Tahap seleksi dilakukan terhadap siswa yang telah lolos tahap

penjaringan. Tahap seleksi dilakukan dengan tes, seperti Collour Progressive

Matrice(CPM), Wechler Inteligence Scale for Children (WICM). Contoh

menjaring dan menyeleksi murid cerdas dan berbakat. Langkah-langkahnya

sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi murid berbagai SD yang diduga mempunyai murid

cerdas dan berbakat dengan mengacu pada prestasi belajar usia kronologis

dan kelasnya. Kriteria yang digunakan untuk mendeteksi murid cerdas

dan berbakat adalah murid yang memperoleh nilai rata-rata 8 atau lebih,

10

Page 11: Kelompok 6 Bimbingan Bagi Murid Cerdas Dan Berbakat

berusia antara 3-11 tahun dan berada pada kelas 3,4, atau 5 SD.

Berdasarkan kriteria ini dilakukan observasi dan studi dokumentasi, dan

akhirnya ditemukan 66 murid yang diduga termasuk murid cerdas dan

berbakat.

2. Dari sejumalah 66 murid, dilakukan penyaringan dengan melakukan tes

Colour Progressive Matrices (CPM) untuk mengetahui kemampuan

intelektualnya. Kriteria yang ditetapkan murid yang diduga cerdas dan

berbakat adalah murid yang menduduki persentil 95. Dengan asumsi

bahwa mereka yang berada pada posisi tersebut diduga memiliki

kecerdasan yang tinggi sesuai dengan kriteria yang ditetapkan. Hasil

penyaringan dengan tes CPM diperoleh sejumlah 21 murid.

3. Penyaringan dengan menetapkan 30% dari murid yang paling unggul

dalam nilai hasil CPM, yaitu sebanyak 8 murid.

4. Setelah ditemukan 8 murid yang diduga cerdas dan berbakat, langkah

selanjutnya melakukan pemeriksaan psikologis terhadap 8 murid tersebut

dengan menggunakan Wechler Inteligence Scale for Children (WISC)

untuk mengetahui IQ.

Setelah dilakukan pemeriksaan psikologis dengan WISC ditemukan 3

anak diantara 8 murid yang diperiksa, diklasifikasikan sebagai murid cerdas

dan berbakat, meskipun satu di antaranya memiliki IQ 129, tetap dimasukkan

sebagai murid cerdas dan berbakat, karena yang bersangkutan memiliki

original IQ 157, dan selisih 1 point dipandang tidak memiliki perbedaan yang

berarti.

2.6 Permasalahan yang Dihadapi Anak Berbakat

a. Labeling

Memberikan label pada anak berbakat bahwa ia berbakat dapat

menimbulkan harapan terhadap kemampuan anak tersebut dan dapat

mengakibatkan beban mental bilamana anak tersebut tidak dapat memenuhi

apa yang diharapkan oleh si pemberi label.

b. Memberi nilai (grading) dalam bentuk angka

11

Page 12: Kelompok 6 Bimbingan Bagi Murid Cerdas Dan Berbakat

Pemberian angka bagi anak berbakat dapat menimbulkan

permasalahan bilamana angka yang dimilikinya tidak menggambarkan

kemampuannya. Angka seringkali tidak cermat, artinya sering kurang

mencerminkan kemampuan yang sebenarnya. Terutama bagi anak berbakat,

penilaian dalam bentuk angka turut berbicara, karena mereka sangat sensitif,

angka ini menjadi kepedulian yang besar yang kadangkala juga terlalu

berlebihan. Oleh karena itu, pemberian angka harus dilakukan secara hati-hati

dan lebih mengacu kepada penilaian berdasarkan criteria. Mengatasi

penilaian yang kurang cermat bagi anak berbakat dapat dilakukan dengan

self-diagnose. Pemeriksaan kembali pekerjaan dapat menjadikan siswa

menyadari apa kesalahannya dan mengapa kesalahan-kesalahan tersebut

dibuatnya.

c. Underachievement

Underachievement di antara anak berbakat adalah kinerja yang secara

signifikan berada di bawah potensinya (Kitano and Kirty, 1986). Hal ini dapat

terjadi karena anak berbakat mengalami berbagai tekanan baik dari rumah,

sekolah maupun teman sebayanya. Tekanan-tekanan yang dialami anak

berbakat antara lain :

1) Perasaan bahwa ia harus menjadi manusia sempurna dan sangat inteligen

2) Keinginan untuk menjadi sangat kreatif dan luar biasa, yang kemudian

diterjemahkan sebagai manusia yang lain dari yang lain

3) Kepedulian untuk dikagumi oleh teman sebaya karena penampilannya dan

popularitasnya. (Colangelo, 1991)

Tekanan yang dialami anak berbakat diinternalisasikan pada dirinya

karena orang-orang disekitarnya telah mengagumi mereka karena

keluarbiasaan kemampuannya. Hal ini membuat mereka merasa sulit untuk

mencapai kemajuan bila tidak dipuji. Kekuatan intrinsic reinforcement

tergantung pada kekuatan extrinsic reinforcement.

d. Konsep diri

Konsep diri terbentuk bukan hanya dari bagaimana orang lain

memandang tentang dirinya, tetapi juga bagaimana dia sendiri menghayati

12

Page 13: Kelompok 6 Bimbingan Bagi Murid Cerdas Dan Berbakat

pengalaman tersebut. Anak-anak yang berbakat sangat ambivalent sikapnya

terhadap keberbakatannya, dan cenderung anak berbakat mempersepsikan

dirinya secara positif, namun mengganggap bahwa lingkungannya yaitu

teman sebaya dan gurunya memiliki pandangan negatif terhadap dirinya.

2.7 Penyelenggaraan Pendidikan Bagi Murid Cerdas dan Berbakat

Getsels dan Dillon (Torrance 1986:6.30) mengidentifikasi beberapa

model program alternatif untuk program pendidikan murid cerdas dan berbakat,

salah satu di antaranya adalah melalui program konseling. Menurut Torrance

(1986:631-634) kecenderungan alternatif program bagi anak cerdas dan berbakat

mencakup: akselerasi radikal, (Radical Acceleration), Monitoring Belajar

Mandiri (Self dirrected and Independent Studi), Model “Revolving Door” dari

Rrenzulli, Konseling, Gaya Belajar (Learning Styles), Sekolah Khusus (Special

School), Program Sabtu dan Musim Panas (Saturday and Simmer Programs),

Program-program Berdasarkan Sumber Daya Masyarakat (Community Based

Programs). Secara konvensional model-model tersebut dapat dikelompokkan ke

dalam model: (1) Akselerasi (Acceleration), Pengayaan (Enrichment), (3) Kelas

Khusus atau Ability Grouping (Sunaryo K, 1993) dan (4) Bimbingan Konseling.

1. Model akselerasi bisa dilakukan dalam berbagai bentuk, mulai dari

memasuki SD pada usia dini, loncat kelas atau mengikuti bidang studi

tertentu di kelas yang lebih tinggi.

2. Model pengayaan, yaitu dengan memberikan tugas-tugas tambahan bagi

siswa yang memiliki kemampuan unggul.

3. Model pengelompokan berdasarkan kemampuan.

Model ini dapat berupa kelas khusus di dalam sekolah, dapat pula

berupa kelas di sekolah khusus yang disebut dengan sekolah unggul. Model

pengelompokan berdasarkan kemampuan dikhawatirkan akan menambah

sikap eksklusif, elitisme dan memiliki perasaan berbeda dari orang lain.

Pengelompokan kecakapan ini memiliki keunggulan dan kelemahan dalam

perkembanngan peserta didik. Keunggulannya ialah bisa memperkuat ikatan

sosial sesama anggota kelompok, tetapi di pihak lain jika tingkat kecakapan

13

Page 14: Kelompok 6 Bimbingan Bagi Murid Cerdas Dan Berbakat

itu berkaitan dengan status sosial ekonomi, etnis atau kelompok berlatar

belakang sama, maka model ini akan menumbuhkan klik-klik yang kurang

sehat.

4. Model Bimbingan dan Konseling. Menurut Torrance (1986) terdapat

kecenderungan berkembang minat konseling dalam mempertemukan

kebutuhan-kebutuhan siswa yang berkemampuan unggul dan kreatif selama

dekade terakhir ini.

Tassel-Baska (1983) menekankan pentingnya peranan guru sebagai

konselor bagi siswa yang berkemampuan unggul. Zaffran (1979) memperluas

fungsi konselor di luar tugas yang telah biasa, seperti konsultasi dan penelitian

serta penilaian data bekerja siswa dengan siswa berkemampuan unggul. Kenny

(1982) menemukan bahwa kegiatan penulisan kreatif yang diancang secara

khusus dapat digunakan untuk membimbing siswa berkemampuan unggul, untuk

mengembangkan kesadaran perasaan dan persepsinya serta belajar memahami

hubungan antara prestasi, bakat, minat dan tujuan dirinya sendiri.

2.8 Teknik Bimbingan bagi Murid Cerdas dan Berbakat

Layanan bimbingan bagi murid cerdas dan berbakat tidak diarahkan

kepada layanan yang bersifat eksklusif melainkan dikembangkan secara terpadu

di dalam sistem bimbingan yang ada. Di sekolah dasar, sistem yang dimaksud

akan banyak terkait dengan kegiatan belajar mengajar.

Layanan bagi murid cerdas dan berbakat tetap bertolak dari pandangan

tentang hakekat manusia sebagai makhluk individu, social, dan makhluk Tuhan.

Dengan kata lain, murid cerdas dan berbakat dipandang sebagai suatu keutuhan

pribadi sehingga program layanan bimbingan yang dikembangkan mampu

menyentuh semua dimensi perkembngan pribadi secara utuh. Dimensi keutuhan

perkembangan pribadi yang dimaksud mencakup unsur-unsur berikut ini:

a. Pengembangan ranah kognitif/ intelektual

Hal ini mengandung implikasi bagi guru untuk menyediakan rentang

pengalaman belajar yang luas dan dapat diakselerasikan dan mengakselerasi

perkembangan kognitif anak berbakat. Pengolahan tugas dan bahan ajar secara

khusus yang didasarkan kepada kurikulum yang ada merupakan hal yang

14

Page 15: Kelompok 6 Bimbingan Bagi Murid Cerdas Dan Berbakat

harus ditakutkan guru untuk dapat memberikan layanan optimal bagi anak

berbakat.

b. Pengembangan ranah afektif

Layanan bimbingan yang perlu diberrikan adalah memahami pikiran dan

harapan anak berbakat dengan sikap terbuka dan membantu anak memahami

pikiran dan harapan yang ada pada dirinya serta kemungkinan pemenuhannya

di dalam kehidupan kelompok.

c. Pengembangan ranah fisik

Kemampuan anak berbakat yang cenderung berkembang lebioh awal dari usia

pada umumnya menghendaki layanan pendidikan yang memungkinkan anak

memperoleh pengalaman memadukan pola perkembangan fisik. Layanan

bimbingan yang bisa diberikan ialah membantu anak memilih kegiatan fisik

yang sesuai dengan perkembangannya dan memberikan peran-peran yang

sesuai di dalam kelompoknya.

d. Pengembangan ranah intuitif

Layanan pendidikan bagi anak berbakat perlu mempedulikan pengembangan

pengalaman yang mendorong dia untuk berimajinasi dan berkreasi. Layanan

bimbingan diberikan dalam bentuk pengem,bangan lingkungan belajar yang

menghadapkan anak kepada situasi atau stimulus baru yang dapat

memunculkan daya imajinasi dan kreativitas anak.

e. Pengembangan ranah kemasyarakatan

Layanan bimbingan yang dapat diberikan ialah membantu anak memperoleh

pengalaman mengembangkan diri menjadi anggota kelompok dan mampu

berpartisipasi dalam proses kelompok, memperluas perasaan keanggotaan

kelompok kea rah keanggotaan kemasyarakatan, memperluas identifikasi diri

dari masyarakat terbatas identifikasi terhadap masyarakat luas. Wahana

pengembangan kemasyarakatan ini dapat dibentuk secara terpadu dalam

proses belajar mengajar atau dengan cara merancang kegiatan-kegiatan

kelompok khusus.

Beberapa implikasi manajerial bagi penataan layanan bimbingan anak

berbakat di sekolah dasar yang perlu diperhatikan adalah:

15

Page 16: Kelompok 6 Bimbingan Bagi Murid Cerdas Dan Berbakat

a. Menyediakan kesempatan dan pengalaman khusus untuk memenuhi

kebutuhan anak berbakat sehingga mereka dapat mengembangkan

potensinya secara berkesinambungan.

b. Menata lingkungan yang dapat memperkaya pertumbuhan intelektual,

afektif, fisik, intuisi, dan social.

c. Memungkinkan terjadinya partisipasi dan kerjasama yang yang dilakukan

oleh anak berbakat dan orangtua.

d. Menyediakan waktu, tempat, dan dukungan bagi anak berbakat yang

memungkinkan dirinya menjadi sebagaimana mereka bisa menjadi.

e. Mendorong anak berbakat menemukan tempat dirinya dalam

perkembangan manusia dengan menemukan kecakapannya dan bidang-

bidang di mana dia dapat berkontribusi.

f. Menyediakan kesempatan bagi anak berbakat untuk berinteraksi dengan

sesamanya dan orang dewasa dari berbagai ragam kecakapan yang

memungkinkan dia menemukan keunikan dan keterkaitan dirinya.

2.9 Penyelenggaraan Kelas Unggulan sebagai Model Bimbingan bagi Murid

Cerdas dan Berbakat

a. Pengertian Kelas Unggulan

Kelas unggulan adalah kelas yang terdiri atas sejumlah siswa yang

karena prestasinya menonjol dikelompokkan di kelas tertentu pada SD Inti

(Depdikbud,1996).Program pengajaran pada kelas unggulan adalah

program pengajaran yang sesuai dengan kurikulum yang berlaku ditambah

dengan pendalaman materi Matematika/Berhitung dan IPA serta pelajaran

Bahasa Inggris.

Pengelompokan ini dimaksudkan untuk memudahkan membina

siswa oleh guru dalam mengembangkan kemampuan dan potensi yang ada

pada siswa seoptimum mungkin sesuai dengan bakat dan kemampuannya.

Tujuan pendidikan kelas unggulan di SD secara rinci mencakup :

1. Mempersiapkan peserta didik yang cerdas, beriman dan bertakwa

pada Tuhan YME, memiliki budi pekerti luhur, memiliki pengetahuan

dan keterampilan serta sehat jasmani dan rohani.

16

Page 17: Kelompok 6 Bimbingan Bagi Murid Cerdas Dan Berbakat

2. Memberikan kesempatan kepada siswa yang memiliki kecerdasan di

atas rata-rata normal untuk mendapat pengetahuan dan keterampilan

yang sesuai dengan potensi yang dimiliki siswa.

3. Memberikan kesempatan kepada siswa yang lebih cepat mentransfer

ilmu pengetahuan dan teknologi yang diperlukan sesuai dengan

perkembangan pembangunan.

4. Memberikan penghargaan kepada siswa yang berprestasi baik.

5. Mempersiapkan lulusan kelas unggulan menjadi siswa unggul dalam

bidang pengetahuan dan teknologi sesuai dengan perkembangan

mentaln anak.

Siswa yang direkrut adalah siswa kelas IV dengan pertimbangan

bahwa siswa kelas IV telah mulai dapat berpikir rasional baik pada SD

Inti maupun pada SD Imbas. Cara mendapatkan siswa kelas unggulan

dengan cara merekrut semua siswa yang memenuhi persyaratan yang

berada di lingkungan gugus tempat diselenggarakan kelas unggulan.

Persyaratan kandidat siswa kelas unggulan antara lain :

1. Siswa peserta kelas unggulan harus bersekolah pada SD Inti/Imbas

pada gugusnya.

2. Merupakan murid pada jenjang kelas tinggi dimulai kelas IV pada

tahun ajaran baru.

3. Memiliki bakat dan minat serta prestasi yang konsisten mulai dari

kelas I s.d III melalui rekaman pengamatan dan tes psikologi.

4. Merupakan murid berprestasi di sekolahnya dan memiliki rangking 1

s.d 10.

5. Lulus seleksi Tes Kemampuan Akademik dan Kesehatan.

6. Mendapat rekomendasi dari kKepala Sekolah tempa asal siswa

bersekolah.

7. Mendapat ijin tertulis dari orangtua/wali murid yang isinya bersedia

patuh mengikuti tata tertib penyelenggarakan kelas unggulan.

8. Apabila pada setiap akhir tahun pelajaran tidak mampu menunjukan

keberhasilan prestasi belajarnya, ditempatkan pada kelas biasa di SD

yang bersangkutan.

17

Page 18: Kelompok 6 Bimbingan Bagi Murid Cerdas Dan Berbakat

b. PMB di kelas unggulan

PMB di kelas unggulan diupayakan memiliki keunggulan daripada

kelas biasa. Oleh karena itu seluruh komponen pendidikan seperti, guru,

materi ajar, bahan sarana belajar-mengajar dan waktu belajar di kelas

unggulan harus lebih baik dari kelas biasa. Mengingat tuntutan prestasi

belajar bagi siswa kelas unggulan sangat tinggi, diperlukan adanya guru

pembimbing yang tugas khususnya mengawasi/ memantau, membimbing

serta mengarahkan siswa di kelas unggulan agar dapat berprestasi dengan

baik. Hal ini dimaksudkan agar siswa unggulan lebih mendapatkan

pelayanan pengembangan minat dan bakat yang dimilikinya.

Kurikulum yang digunakan adalah kurikulum yang berlaku secara

nasional (termasuk di dalamnya muatan lokal) dan kurikulum plus yang

terdiri atas mata pelajaran Matematika, IPA, dan Bahasa Inggris selama 4

jam. Dengan demikian diperlukan penambahan waktu belajar di sekolah.

Metode mengajar diharapkan dapat lebih mengaktifkan siswa dengan

merangsang siswa untuk berpikir mengembangkan berbagai pertanyaan.

Variasi pembelajaran cukup beragam (individu dan kelompok). Tugas-

tugas PR lebih disesuaikan dengan kehendak siswa untuk mengingat

prestasinya. Umpan balik terhadap PMB harus sering dilakukan. Evaluasi

hendaknya mendorong siswa untuk belajar. Baik dari segi alat evaluasi

proses maupun tindak lanjut dari hasil evaluasi.

c. Model-model Penyelenggaraan Kelas unggulan di SD

Berdasarkan pengamatan di kodya Bandung, Kabupaten

Sumedang, dan Kabupaten Bekasi, serta Kabupaten Tasikmalaya,

ternyata bentuk penyelenggaraan kelas unggulan di berbagai daerah

bermacam- macam disesuaikan dengan kondisi masing-masing

1. Penyelenggaran Kelas Unggulan di SD Inti dalam Satu Kompleks

Sekolah

Model penyelenggaran kelas unggulan yang paing banyak

adalah diselenggarakan di SD Inti tetapi hanya melibatkan SD-SD

dalam satu kompleks, SD-SD di luar kompleks SD tersebut meskipun

18

Page 19: Kelompok 6 Bimbingan Bagi Murid Cerdas Dan Berbakat

ada dalam satu gugus keberatan untuk mengikutsertakan peserta

didiknya dalam dalam kelas unggulan apalagi bagi SD swasta. Contoh

model ini diselenggarakan oleh SD Merdeka Bandung dan SD Gentra

Masekdas Bekasi.

2. Penyelenggraan Kelas Unggulan Kecamatan

Penyelenggaraan kelas unggulan di SD inti di Kota Kecamatan

dengan menampung siswa tebaik dari SD-SD di seluruh Kecamatan.

Contoh model ini diselenggarakan di Kecamatan Buahdua Kabupaten

Sumedang dan di Kabupaten Tasikmalaya Jawa Barat.

3. Penyelenggaraan Kelas Unggulan dalam Satu Kompleks secara

Bergiliran

Pada model penyelenggaraan kelas unggulan diselenggarakan

di SD dalam satu kompleks secara bergiliran. Sebagai contoh di SD

Sukaraja Kabupaten Sumedang. Penyelenggaraan kelas unggulan

tahun ajaran 1996/ 1997 dilaksanakan oleh SD Sukaraja I, sedangkan

pada tahun ajaran 1997/1998 diselenggarakan oleh SD Sukaraja II

(khusus untuk kelas baru)

4. Penyelenggaraan Kelas Unggulan pada Seluruh Jenjang Kelas.

Model ini menyelenggarakan kelas unggulan pada seluruh

jenjang kelas dengan menambah waktu belajar selama 2 jam

pelajaran. Model ini diselenggarakan oleh SD Marga Mukti

Kecamatan Cimalaka Kabupaten Sumedang. Penambahan waktu yang

lebih lama lagi diselenggarakan oleh SD Salman Al Farizi yang lebih

dikenal dengan full day school.

d. Kelebihan dan Kekurangan Model Kelas Unggulan

Mencermati penyelenggaraan kelas unggulan di SD inti, pada

hakekatnya adalah model pengelompokan berdasarkan kemampuan

( ability grouping). Model ini akan mempermudah bagi guru dalam

mengembangkan kemampuan atau potensi siswa optimum mungkin.

Model kelas unggulan memungkinkan guru mengembangkan suasana

belajar kompetitif sehingga terjadi persaingan sehat antar siswa dalam

memperoleh prestasi terbaik. Menurut hasil penelitian Mulyono (Mimbar

19

Page 20: Kelompok 6 Bimbingan Bagi Murid Cerdas Dan Berbakat

Pendidikan No. 4 Tahun XI Desember 1992 :22) suasana belajar

kompetitif unggul atas suasana belajar kooperatif. Jika kemampuan dan

kecerdasan peserta didik homogen.

Studi Halinan dan Sorensen (dalam Sunaryo Kartadinata 1993-45)

menunjukkan bahwa pengelompokan kecakapan ini memiliki keunggulan

dan kelemahan dalam perkembangan sosial peserta didik. Keunggulannya

ialah bahwa model ini bisa memperkuat ikatan sosial sesama anggota

kelompok, tetapi dipihak lain jika tingkat kecakapan itu berkaitan dengan

status sosial ekonomi, etnis atau kelompok berlatar belakang sama maka

model ini akan menumbuhkan klik-klik yang tidak sehat.

e. Bimbingan bagi Siswa Kelas Unggulan

Bertolak dari antisipasi terjadinya dampak negatif

penyelenggaraan kelas unggulan maka penulis mengajukan gagasan agar

siswakelas unggulan tetap merupakan siswa dari kelas biasa di sekolah

masing-masing atau lazim dikenal dengan pull out enrichment (Conny

Semiawan, 1997:256). Alternatif pertama, siswa unggul bergabung dalam

kelas unggulan hanya dalam kurikulum plus yaitu: mata pelajaran

Matematika, IPA, dan Bahas Inggris. Alternatif kedua, siswa unggul

bergabung dalam kelas unggulan pada setiap mata pelajaran Matematika,

IPA, dan Bahas Inggris baik dalam pelaksanaan kurikulum biasa maupun

kurikulum plus.

Keunggulan metode ini dalah siswa unggul tetap berbaur dengan

siswa biasa, siswa tidak merasa elit dan perkembangan sosial anak tidak

terganggu. Secara administratif SD Imbas tidak merasa ditinggalkan oleh

siswa-siswa terbaiknya.

Tujuan bimbingan dan konseling anak berbakat adalah membantu

perkembangan pribadi mereka dalam menyingkirkan halangan emosional

lingkungan, serta membantu agar mampu menggunakan kemampuannya

seoptimal mungkin (Conny R Semiawan. 1992:68). Anak berbakat tidak

saja diidentifikasikan karena kemampuannya yang luar biasa dalam segi

intelektual akademis, tetapi juga dalam bidang berpikir kreatif. Milgram

(1991) berpendapat bahwa kebutuhan bimbingan dan konseling dari anak

20

Page 21: Kelompok 6 Bimbingan Bagi Murid Cerdas Dan Berbakat

berbakat meliputi tiga kategori : kognitif-akademik, personal-sosial, dan

pengalaman luar sekolah ( experimental needs ).

Menurut Conny Semiawan (1992:73) berpendapat bahwa konselor

harus mampu bertindak berdasarkan pendekatan perkembangan. Oleh

karena itu model bimbingan yang dikembangkan adalah model bimbingan

dan konseling perkembangan ( development counseling ). Faktor lain

yang dipertimbangkan dengan penyelenggaraan kelas unggulan adalah

tidak adanya reward bagi siswa unggulan. Mereka sepertinya dijejali

dengan kurikulum plus, tugas-tugas tambahan tetapi tidak dari peluang

untuk naik kelas lebih cepat seperti jaman keemasan SD PPSP atau

seperti yang dilakukan di Sekolah Adik Irma Jakarta. Program

penyelenggaraan kelas unggulan di SD tanpa peluang untuk percepatan

kenaikan kelas, dikhawatirkan menjadi beban siswa unggul.

21

Page 22: Kelompok 6 Bimbingan Bagi Murid Cerdas Dan Berbakat

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Anak berbakat merupakan aset bangsa yang perlu mendapatkan pendidikan

sebaik mungkin, kurangnya pemberian stimulus, perlakuan dan layanan yang

sesuai dengan bakat, kemampuan dan kebutuhan anak berbakat dapat

menjadikan tidak terkembangnya kemampuan-kemampuan unggul yang

dimilikinya. Melalui bimbingan yang tepat bagi anak berbakat diharapkan dapat

lebih memfasilitasi tumbuh kembang mereka seoptimal mungkin.

22