tinjauan pustaka gifted child

22
GIFTED CHILD (ANAK BERBAKAT) 1. Pendahuluan Anak berbakat adalah individu unik dengan karakteristik dan kebutuhan yang relatif berbeda dengan anak normal pada umumnya. Banyak istilah yang dipakai untuk menyebut anak berbakat, diantaranya anak unggul, anak berkemampuan istimewa, anak superior, anak genius, dan banyak lagi sebutan lainnya. Persentase jumlah anak berbakat hanya sekitar 5% dari seluruh populasi anak-anak yang relatif sama usianya, sedangkan persentase anak berbakat di Indonesia diperkirakan 2,2% dari siswa usia sekolah. Anak berbakat, walaupun persentasenya kecil, sangat memerlukan layanan pendidikan khusus yang berbeda jika dibandingkan dengan anak normal pada umumnya. 1-3,8 Identifikasi dan pendidikan anak berbakat di Indonesia hingga saat ini masih sangat minimal. Bagaimana cara dan bentuk layanan pendidikan khusus yang dimaksud terhadap anak-anak tersebut sampai saat ini juga belum ada kejelasan dan ketegasan. Kebutuhan dan kemampuan belajar yang tidak terpenuhi pada anak berbakat akan menimbulkan berbagai dampak diantaranya potensi belajar tidak berkembang secara optimal, padahal bila diarahkan dengan baik anak-anak berbakat ini merupakan sumber daya manusia yang sangat potensial. Anak-anak berbakat membutuhkan program pendidikan yang berbeda dan pelayanan di luar jangkauan program sekolah 1

Upload: mayasri-wulandari

Post on 06-Nov-2015

31 views

Category:

Documents


14 download

DESCRIPTION

anak berbakat

TRANSCRIPT

GIFTED CHILD (ANAK BERBAKAT)1. PendahuluanAnak berbakat adalah individu unik dengan karakteristik dan kebutuhan yang relatif berbeda dengan anak normal pada umumnya. Banyak istilah yang dipakai untuk menyebut anak berbakat, diantaranya anak unggul, anak berkemampuan istimewa, anak superior, anak genius, dan banyak lagi sebutan lainnya. Persentase jumlah anak berbakat hanya sekitar 5% dari seluruh populasi anak-anak yang relatif sama usianya, sedangkan persentase anak berbakat di Indonesia diperkirakan 2,2% dari siswa usia sekolah. Anak berbakat, walaupun persentasenya kecil, sangat memerlukan layanan pendidikan khusus yang berbeda jika dibandingkan dengan anak normal pada umumnya.1-3,8Identifikasi dan pendidikan anak berbakat di Indonesia hingga saat ini masih sangat minimal. Bagaimana cara dan bentuk layanan pendidikan khusus yang dimaksud terhadap anak-anak tersebut sampai saat ini juga belum ada kejelasan dan ketegasan. Kebutuhan dan kemampuan belajar yang tidak terpenuhi pada anak berbakat akan menimbulkan berbagai dampak diantaranya potensi belajar tidak berkembang secara optimal, padahal bila diarahkan dengan baik anak-anak berbakat ini merupakan sumber daya manusia yang sangat potensial. Anak-anak berbakat membutuhkan program pendidikan yang berbeda dan pelayanan di luar jangkauan program sekolah regular, agar dapat berguna bagi dirinya sendiri maupun bagi masyarakat. Berdasarkan hal tersebut maka penting untuk dilakukan identifikasi dan pengarahan pendidikan bagi anak berbakat.1,32. Pengertian Anak Berbakat

Anak berbakat adalah anak yang diidentifikasikan oleh orang-orang profesional memiliki kemampuan yang sangat menonjol, sehingga memberikan prestasi yang tinggi. Secara konseptual pengertian anak berbakat juga berkembang dari tahun ke tahun. Awalnya, anak berbakat didefinisikan sebagai anak dengan kemampuan tingkat kecerdasaan atau kemampuan umum di atas rata-rata. Coleman (1985) mengemukakan secara konvensional dimana anak berbakat adalah mereka yang tingkat intellegensinya jauh di atas rata-rata anggota kelompoknya, yaitu IQ 120 ke atas. Renzulli (1979) melalui teorinya Three Dimensional Model atau Three-ring Conception menyebutkan bahwa bakat pada seorang anak mencakup tiga dimensi yang saling berkaitan, yaitu kemampuan di atas rata-rata, kreativitas, dan komitmen pada tugas.1,2,8

Gambar 1. Teori keberbakatan menurut Renzulli (Sumber : Wahab, 2012)Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa disamping memiliki kemampuan intelektual tinggi, anak berbakat juga menunjukkan penonjolan kecakapan khusus yang bidangnya berbeda-beda antara anak yang satu dengan anak lainnya. Mereka cenderung memiliki kelebihan menonjol dibandingkan usianya, antara lain memiliki informasi yang kaya, cepat dalam menguasai bahan pelajaran atau situasi di sekitarnya, tajam kemampuan analisisnya, kritis dan memiliki rasa ingin tahu yang besar. Di sini kita harus membedakan antara bakat sebagai potensi bawaan dan bakat yang terwujud dalam prestasi yang tinggi. Semua anak berbakat mempunyai potensi yang unggul, tetapi tidak semuanya berhasil mewujudkan potensi unggul tersebut secara optimal.2,8,9Dalam Seminar Nasional di Jakarta tahun 1982 mengenai Program Pendidikan Anak Berbakat, telah disepakati bahwa anak berbakat adalah mereka yang oleh orang-orang yang profesional telah diidentifikasi sebagai anak yang mampu mencapai prestasi tinggi karena mempunyai kemampuan-kemampuan yang unggul dibandingkan dengan anak lainnya dengan usia, pengalaman, dan lingkungan yang serupa. Anak-anak tersebut memerlukan program pendidikan yang berbeda dan pelayanan di luar jangkauan program sekolah regular agar dapat merealisasikan sumbangan mereka terhadap masyarakat maupun pengembangan diri sendiri. Kemampuan-kemampuan tersebut baik secara potensial maupun yang telah nyata, meliputi kemampuan intelektual umum, kemampuan akademik khusus, kemampuan berpikir kreatif, kemampuan memimpin, kemampuan dalam salah satu bidang seni, dan kemampuan psikomotor. 1,2,93. Klasifikasi dan Karakteristik Anak BerbakatKarakteristik dan kebutuhan khusus pada anak berbakat di samping berdampak positif terhadap berbagai aspek perkembangan, namun juga cenderung melahirkan berbagai permasalahan psikologis, emosional, sosial, pribadi, akademik, maupun karir pada mereka. Seorang anak berbakat tidak harus memiliki keseluruhan kemampuan tersebut, contohnya anak yang mahir bermain musik tampak tidak unggul dalam pelajaran disekolahnya.4-6Kemampuan anak dengan kinerja tinggi dapat merupakan prestasi atau kemampuan potensial dalam beberapa bidang, baik yang sifatnya kemampuan tunggal maupun kemampuan jamak, atau kombinasi di antara bidang-bidang tersebut. Klasifikasi anak berbakat beserta masing-masing karakteristiknya yaitu:1,4-6,91. Kemampuan intelektual umum. Karakteristik anak berbakat ini cenderung memiliki skor tes inteligensi yang tinggi -biasanya di atas 2 standar deviasi. Orangtua dan guru sering mengenal siswa yang memiliki kemampuan intelektual umum di atas rata-rata, tingkat perbendaharaan kata yang luas, ingatan, penguasaan kata-kata, dan pemikiran abstrak. Beberapa sekolah juga menggunakan tes intelegensi untuk menjaring anak berbakat. Karakteristik anak berbakat dengan kemampuan intelektual umum antara lain : a. Menarik kesimpulan berdasarkan hal yang didengar

b. Mengerjakan tugas baru dengan cepat dan menyelesaikan masalah efektifc. Mampu menghubungkan informasi baru dengan informasi lamad. Memiliki proses pikir yang cepat dan mengenali inti relevan suatu masalahe. Memiliki ketertarikan terhadap ilmu pengetahuan dan rasa ingin tahu yang besar f. Memiliki wawasan informasi yang luas dan ingatan yang tajamg. Merupakan pengamat yang teliti dan memiliki pertanyaan berbobot tinggi 2. Kemampuan akademik khusus. Anak dengan kemampuan akademik khusus diidentifikasi dengan penampilan yang unggul pada tes prestasi atau tes bakat tertentu, seperti bidang matematika, fisika, atau sains. Anak memiliki karakteristik :a. Gemar mencoba hal baru dan memperhatikan hal detailb. Gemar melakukan eksperimen atau berhubungan dengan laboratoriumc. Memiliki kemampuan penalaran objektif yang baikd. Memiliki kemampuan organisasi yang baik dalam penyelidikane. Mampu menghubungkan kejadian ilmiah satu dengan lainnyaf. Memahami hubungan sebab-akibat3. Kemampuan berpikir kreatif dan produktif. Bakat ini merupakan kemampuan menghasilkan ide-ide baru dengan menyatukan elemen-elemen yang ada dan bakat untuk mengembangkan makna-makna baru yang berarti bagi masyarakat. Karakteristik siswa kreatif dan produktif mencakup :

a. Keterbukaan terhadap pengalaman baru dan memainkan ide-ide

b. Gemar menciptakan ide dan solusi original dan suka berimprovisasi

c. Menetapkan standar personal untuk evaluasi

d. Keinginan untuk menghadapi resiko dan kesukaan terhadap kompleksitas

e. Toleran terhadap ambiguitas dan tidak mengikuti stereotipe sosial tertentu

f. Kemampuan menyatu dengan tugas4. Kemampuan kepemimpinan. Kepemimpinan merupakan kemampuan untuk mengarahkan individu atau kelompok untuk sampai kepada keputusan atau tindakan bersama. Siswa yang menampilkan kemampuan keberbakatan bidang kepemimpinan menggunakan keterampilan kelompok dan bernegosiasi dalam situasi yang sulit. Karakteristik kepemimpinan mencakup :

a. Kepercayaan diri, tanggung jawab, kerjasama, kecenderungan untuk mendominasi, dan kemampuan mudah beradaptasi terhadap situasi yang baru. b. Kemampuan memengaruhi orang lain dan kemampuan merencanakan perubahan c. Membuat keputusan secara efektif dan menciptakan harmoni dalam kelompokd. Memiliki idealisme yang tinggi dan bekerja berdasarkan tujuane. Menginspirasi orang lain untuk melakukan yang terbaikf. Memiliki tingkat emosi yang matang dan memiliki empati terhadap orang laing. Kemampuan membentuk tim dan berkerja secara kolaboratifh. Memiliki pengaturan diri yang baik5. Kemampuan bidang seni. Anak berbakat bidang seni menunjukkan bakat khususnya di bidang seni visual, musik, tari, drama atau bidang- bidang terkait lainnya. 6. Kemampuan psikomotor. Kemampuan ini mencakup kemampuan motorik kinestetik, seperti keterampilan praktik, spasial, mekanikal, dan fisikal. Kemampuan ini jarang digunakan sebagai suatu kriteria dalam program bagi anak berbakat.4. Identifikasi Anak BerbakatSebuah bakat bersifat multidimensional, kriterianya tidak hanya intelligensi, melainkan kreativitas, kepemimpinan, komitmen pada tugas, prestasi akademik, motivasi dan lain-lain. Dengan perluasan kriteria ini, persoalan identifikasi anak-anak berbakat menjadi lebih rumit dan harus menggunakan beragam teknik dan alat ukur. Idealnya semua kriteria tersebut harus dideteksi dengan menggunakan teknik dan prosedur, karena menurut berbagai studi tidak semua dari faktor-faktor itu berkorelasi satu sama lain.4Identifikasi anak berbakat dalam kelompok populasi tertentu pada umumnya berangkat dari perkiraan kurang lebih 5-10% dari populasi merupakan anak berbakat. Identifikasi bakat juga dapat menggunakan penilaian guru tentang kemajuan anak sehari-hari, namun bisa juga melalui penilaian beberapa mata pelajaran tertentu tergantung dari tujuan identifikasi. Anak harus diinformasikan bahwa penilaian yang baik akan menempatkannya pada posisi yang menguntungkan, dalam arti tidak akan menuntut anak melakukan pekerjaan atau kinerja yang tidak sesuai dengan kemampuannya. Identifikasi ini berguna bagi peramalan tentang kinerja tertentu pada waktu yang akan datang.3,5-7Beberapa kriteria untuk mengidentifikasi anak berbakat diantaranya Characteristic Checklist of Gifted Children-Austega; Characteristics of Gifted Individuals-Duke; Mensas Characteristics of giftedness; Garden Grove Unified: Creativity, Academic, and Affective Indicators; dan Scales for Identifying Gifted Students (SIGS). Scales for Identifying Gifted Students merupakan instrumen observasional yang paling komprehensif untuk mengidentifikasi siswa usia 5-18 tahun. Instrumen yang telah distandarisasi dan berbasis-norma ini disempurnakan oleh guru dan orang tua, dan menyediakan metode yang efektif bagi orangtua dan pihak sekolah untuk mengidentifikasi anak atau siswa berbakat.4,6,10,11Scales for Identifying Gifted Students (SIGS) terdiri atas dua skala penilaian yang dapat digunakan bersama-sama atau secara terpisah. Skala penilaian pertama adalah Home Rating Scale dan kedua adalah School Rating Scale. Instrumen SIGS ini memiliki tujuh komponen penilaian : (1) kemampuan intelektual umum; (2) seni bahasa; (3) matematika; (4) sains; (5) studi sosial; (6) kreativitas; dan (7) kemampuan kepemimpinan. Setiap komponen penilaian berisi 12 item yang telah dipilih dari penelitian komprehensif mengenai karakteristik anak berbakat.10,11Standarisasi secara nasional untuk prosedur identifikasi anak berbakat ini diperlukan di Indonesia. Permasalahan adalah bagaimana menemukan model yang paling efektif dari segi hasil serta efisien dari segi waktu, biaya dan tenaga. Hal ini disebabkan kondisi sarana pendidikan, akses terhadap lembaga-lembaga pemeriksaan psikologis, dan kemampuan guru yang sangat beragam di Indonesia, sementara perhatian kepada anak-anak berbakat merupakan persoalan pendidikan secara nasional.8,95. Fungsi Serebral pada Anak Berbakat

Hemispere serebral kanan dan kiri otak manusia berbeda secara struktural, biokimia, dan fungsional. Hemispere kiri berfungsi mengenali dan menginterpretasi huruf, kata, dan angka, berfungsi dalam menganalisis dan rasionalisasi serta aritmatika. Hemisphere kanan berfungsi untuk persepsi spasial, menerima informasi berupa gambar, mengenali objek, tempat, wajah, serta menginterpretasi bahasa berdasarkan konten emosional dan intonasinya. Masing-masing bagian otak memiliki peranan tersendiri, seperti kemampuan aritmatika terletak di lobus parietal kiri, kemampuan musik pada bagian bawah lobus occipital, kemampuan bahasa pada lobus frontal kiri (area Broca) dan kestabilan emosional pada lobus frontal dan sistem limbik. Individu yang kreatif diperkirakan memiliki gelombang alpha yang lebih banyak dan kerjasama antar bagian otak yang lebih baik dibandingkan individu lainnya.14,15Hemispere kanan berperan utama dalam memroses hal atau situasi baru. Paparan berulang terhadap situasi yang sama menimbulkan adaptasi dan pembelajaran dalam mengatasi situasi tersebut, menghasilkan perubahan perilaku. Sejalan dengan waktu, proses tersebut menjadi rutinitas, maka memori tersebut akan berpindah melalui corpus callosum menuju hemisphere kiri. Lamanya waktu serta jumlah paparan yang dibutuhkan agar terjadi transisi memori dari hemispere kanan ke kiri bervariasi antar individu. Pada anak berbakat peristiwa transisi ini diperkirakan terjadi lebih singkat dibandingkan anak lainnya. 14,15Pada suatu penelitian besar pada anak berbakat dengan menggunakan Positron emission tomography (PET) scans untuk mengukur perubahan aliran darah saat subjek diminta menerima berbagai tipe informasi. Pada anak berbakat, lobus temporal kanan menunjukkan aktivitas tinggi saat menerima informasi baru. Setelah informasi diulang beberapa kali, aktivitas pada lobus tersebut berkurang secara dramatis sedangkan aktivitas di temporal kiri cenderung konstan. 14,15

Gambar 2. Gambar PET scans menunjukkan aktivitas lobus temporal kanan dan kiri saat menerima informasi baru (gambar kiri), sedangkan hanya terjadi aktivitas pada temporal kiri setelah informasi diulang (gambar kanan). (Sumber: Sousa, 2009)Area korteks prefrontal sering disebut sebagai area kontrol eksekutif. Area ini menggabungkan sinyal dari berbagai bagian otak menjadi suatu informasi yang komprehensif dan dapat dimengerti. Hasil interpretasi ini yang akan membuat ciri personal tiap individu dan kemampuan pengambilan keputusan pada area ini yang menentukan bagaimana seorang individu mampu mengatasi masalah setiap harinya. Gambar 3 menunjukkan bagaimana area prefrontal menerima informasi. Stimulus dari lingkungan melalui jaras sensori masuk dalam thalamus kemudian dibawa ke bagian belakang otak (reception). Stimulus ini kemudian dibawa ke tempat spesifik di lobus parietal dan temporal serta sistem limbik untuk dianalisis (integration). Area prefrontal akhirnya mengkombinasi stimulus tersebut dengan memori yang telah dimiliki sebelumnya untuk menentukan reaksi terhadap stimulus tersebut (interpretation). Pada anak berbakat, proses reception, intregration, dan interpretation ini diperkirakan terjadi lebih cepat dan lebih akurat dibandingkan anak normal lainnya. 14,15

Gambar 3. Proses reception, intregration, dan interpretation menuju area prefrontal. (Sumber: Sousa, 2009)6. Diagnosis Banding Anak Berbakat

Anak berbakat terkadang salah didiagnosis sebagai anak dengan attention deficit hyperactivity disorders (ADHD) dan sindrom Asperger. Hal ini dikarenakan beberapa karakteristik anak berbakat seperti tidak mampu duduk tenang di dalam kelas, sulit berkonsentrasi, mudah bosan, dan anak lebih suka membaca atau menggambar sendiri dibandingkan bersosialisasi dengan teman sebayanya. Kekeliruan diagnosis ini berdampak tidak baik bagi anak karena anak tidak mendapat tatalaksana yang tepat, atau bahkan mendapat obat-obatan yang sesungguhnya tidak dibutuhkan pada anak berbakat.12,13Tabel 1. Perbedaan ADHD dan anak berbakat (Sumber: dimodifikasi dari

Edwards, 2009)ADHDAnak berbakat

Sering gagal mempertahankan atensi saat beraktivitas atau mengerjakan tugas sehingga gagal menyelesaikan tugas yang diberikanMampu menyelesaikan tugas lebih cepat dibandingkan teman sebayanya sehingga anak merasa mudah bosan dan kurang berkonsentrasi dalam kelas

Sering tidak mendengarkan instruksiAnak cenderung mengerjakan yang disukainya (menggambar, membaca) sehingga terkadang tidak mendengar saat diajak berkomunikasi

Menghindari, menolak tugas yang memerlukan konsentrasi lama

Menjawab pertanyaan yang diberikan sebelum pertanyaan selesai

Gemar mengganggu atau menyela pembicaraan anak lainCenderung menghindari dan menolak tugas yang repetitifMengajukan pertanyaan berbobot tinggiGemar mengganggu atau mengoreksi hasil tugas anak lainnya

Tabel 2. Perbedaan Sindrom Asperger dan anak berbakat (Sumber: dimodifikasi dari Gallagher, 2002)Sindrom AspergerAnak berbakat

Tidak mampu bersosialisasi, perilaku sulit diterima oleh masyarakat Memiliki kelompok sosial tertentu

Kognitif lebih sederhanaKognitif bersifat kompleks

HipeleksiaMemiliki perbendaharaan kata yang luas

Memiliki pemahaman yang baikMemiliki memori yang kuat

7. Permasalahan Anak BerbakatAnak berbakat berimplikasi kuat pada munculnya karakteristik, kebutuhan, dan permasalahan tertentu yang relatif berbeda dengan anak normal pada umumnya. Kemampuan anak berbakat (kemampuan berpikir tingkat tinggi, kritis, kreativitas, motivasi) jelas akan berimplikasi kuat pada munculnya kebutuhan tersendiri yang berbeda dengan anak normal dalam berbagai aspek perkembangan atau bidang kehidupan. Keunggulan potensi tersebut juga dapat menjadi predisposisi terhadap munculnya berbagai masalah, menjadikan anak berbakat rentan terhadap munculnya masalah, terutama bila anak tidak memperoleh memperoleh akses dalam pemenuhan kebutuhan sesuai bakatnya.9,16,17Ciri-ciri tertentu dari anak berbakat dapat atau mungkin mengakibatkan timbulnya masalah-masalah tertentu, seperti:91. Kemampuan berpikir tingkat tinggi dapat mengarah ke sikap ragu-ragu (skeptis) dan sikap kritis baik terhadap diri maupun lingkungan.

2. Kemampuan kreatif dan minat untuk melakukan hal-hal baru bisa menyebabkan anak berbakat tidak menyukai atau cepat bosan terhadap tugas rutin.

3. Perilaku ulet dan terarah pada tujuan yang sering tampak pada anak berbakat ke arah keinginan untuk memaksakan atau mempertahankan pendapatnya.

4. Kepekaan dari anak berbakat dapat membuatnya mudah tersinggung atau peka terhadap kritik orang lain.

5. Semangat yang tinggi, kesiagaan mental dan prakarsanya dapat membuatnya kurang sabar atau kurang toleran jika tidak ada kegiatan atau kurang tampak kemajuan dalam kegiatan yang sedang berlangsung.

6. Dengan kemampuan dan minatnya yang beragam, anak berbakat membutuhkan keluwesan dan dukungan untuk dapat menjajaki dan mengembangkan minat-minatnya.

7. Keinginan anak untuk mandiri dalam belajar dan bekerja, kebutuhan kebebasan dapat menimbulkan konflik karena tidak mudah menyesuaikan diri atau tunduk terhadap tekanan orang tua atau teman sebaya. Ia dapat juga merasa ditolak atau kurang dimengerti oleh lingkungannya. 8. Pendidikan Anak BerbakatMenyimak permasalahan di atas, maka untuk mengakses bakat seorang anak perlu diciptakan lingkungan belajar yang kondusif melalui perumusan model alternatif pendidikan dan layanan bimbingan karir yang mampu mengakses atau relevan dengan karakteristik dan kebutuhannya, sehingga mampu menjamin aktualisasi keberbakatannya secara optimal. Kurikulum pendidikan seyogyanya bisa mengakomodasi dimensi vertikal maupun horisontal pendidikan anak. Secara vertikal, anak-anak berbakat harus dimungkinkan untuk menyelesaikannya pendidikannya lebih cepat. Secara horisontal, disediakan program pengayaan, dimana siswa berbakat dimungkinkan untuk menerima materi tambahan, baik dengan tugas-tugas maupun sumber-sumber belajar tambahan, baik dengan tugas-tugas maupun sumber-sumber belajar tambahan.8,9,18Untuk layanan pendidikan terhadap anak berbakat ini ada beberapa model yang dapat digunakan, yaitu; pengayaan, percepatan, dan segregasi. Dalam model pengayaan anak mendapatkan pembelajaran tambahan sebagai pengayaan. Pengayaan ini dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu secara vertikal (memperdalam salah satu atau sekelompok mata pelajaran tertentu yang disenangi, sehingga menguasai materi pelajaran secara mendalam) dan secara horizontal (anak diberi kesempatan untuk memperluas pengetahuan dengan tambahan atau pengayaan yang berhubungan dengan pelajaran yang sedang dipelajari).9,19Metode percepatan (acceleration) dilakukan dengan mempromosikan anak untuk naik kelas lebih awal dari biasanya. Dalam metode ini ada beberapa cara yang dapat dilakukan, yaitu masuk sekolah lebih awal/sebelum waktunya, loncat kelas (grade skipping) dimana anak dinaikkan ke kelas yang lebih tinggi satu tingkat, penambahan pelajaran dari tingkatan di atasnya sehingga dapat menyelesaikan materi pelajaran lebih awal, atau menggunakan sistem kredit tanpa tingkatan kelas (anak dapat maju sesuai dengan kemampuannya tanpa menunggu teman-teman yang lainnya).9,19Metode terakhir yaitu segregasi dimana anak-anak berbakat dikelompokkan ke dalam satu kelompok yang disebut ability grouping dan diberi kesempatan untuk memperoleh pengalaman belajar yang sesuai dengan potensinya.9,19Mengenai sistem penyelenggaraan pendidikan, selain yang telah dikemukakan di atas, ada beberapa sistem dalam pendidikan bagi anak berbakat, yaitu; (1) Sekolah khusus, (2) Kelas khusus, dan (3) Terintegrasi dalam kelas reguler atau normal dengan perlakukan khusus. Model pertama dan kedua nampaknya banyak mengundang kritik, karena cenderung eksklusif dan elit, sehingga bisa menimbulkan kecemburuan sosial. Kedua sistem ini hanya bisa dilakukan untuk bidang-bidang tertentu saja.8,9,18,19Pelayanan pendidikan bagi anak berbakat, khususnya pada jenjang sekolah dasar di Indonesia saat ini adalah sistem yang terpadu, yakni anak-anak berbakat masuk ke sekolah yang sama dan mereka diperlakukan dengan sistem pengajaran yang diindividualisasikan, yakni sistem yang memberikan perhatian secara individual kepada setiap siswa dalam kelas biasa. Pelayanan pendidikan bagi anak berbakat khususnya pada sekolah dasar bukanlah membutuhkan sekolah, kelas, ataupun kurikulum khusus, melainkan modifikasi kurikulum dan sarana pendukungnya agar sesuai dengan kebutuhan anak-anak berbakat.19Sistem manapun yang dipilih, harus tetap berpegang pada prinsip bahwa pendidikan tidak boleh mengorbankan fungsi sosialisasi-nilai budaya (toleransi, solidaritas, kerja sama) kepada anak. Program pendidikan untuk anak-anak berbakat tidak identik dengan perlakuan yang eksklusif dan elit, melainkan untuk memberikan peluang kepada anak didik untuk berkembang sesuai dengan potensi yang dimilikinya.199. SimpulanAnak berbakat memiiki karakteristik dan kebutuhan khusus yang relatif berbeda dengan anak normal pada umumnya. Kemampuan-kemampuan tersebut meliputi kemampuan intelektual umum, kemampuan akademik khusus, kemampuan berpikir kreatif, kemampuan memimpin, kemampuan dalam salah satu bidang seni, dan kemampuan psikomotor. Identifikasi dan pendidikan anak berbakat di Indonesia sampai saat ini masih sangat minimal, padahal bila diarahkan dengan baik anak-anak berbakat ini merupakan sumber daya manusia yang sangat potensial. Anak-anak berbakat membutuhkan program pendidikan yang berbeda dan pelayanan di luar jangkauan program sekolah regular, agar dapat mewujudkan kontribusinya terhadap diri sendiri maupun pada masyarakat.DAFTAR PUSTAKA1. Johnsen SK. Definitions, models, and characteristics of gifted students. Dalam: Johnsen SK (Editor). Identifying gifted/talented students: A practical guide. Waco; Prufrock Press: 2011. H. 7-35.2. Johnsen, SK. Best practice for identifying gifted student. Principal. 2009;3:1-7.3. Manning, S. Recognizing gifted student: A practical guide for teacher. Kappa Delta Pi Record. 2006;1-54. National Association for Gifted Children. The role of assesment in the identification of gifted student.Washington DC: National Association for Gifted Children; 2005.5. McIntyre S, Hill G, Hopper A, Marmen D, Smith T, et al. Gifted and talented student: A resource guide for teachers. Fredericton: Brunswick Educational Service Division; 2007.6. Yang Y. Identification of young, gifted children: An analysis of instruments and recommendations for practice. Lafayette: Purdue University Press; 2011.7. Alvino J, Arbor A. Considerations and strategies for parenting the gifted child. Michigan: The National Research Centre on The Gifted and Talented; 1995.8. Wahab R. Mengenal anak berbakat akademik dan upaya mengidentifikasikannya. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta; 2012.9. Sunardi. Karakteristik dan kebutuhan anak berbakat akademik dan implikasi dalam layanan bimbingan dan konseling karir. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia; 2008.10. North Clackamas School. Referral Questionnaires & SIGS (Scales for Identifying Gifted Students). Clayton: North Clackamas School Press; 2013.11. Ryser GR, McConnell K. Introduction to the Scales for Identifying Gifted Students. SIGS Complete Kit: Scales for Identifying Gifted Students. 2012;1-512. Edwards K. Misdiagnosis, the recent trend in thinking about gifted children with ADHD. APEX. 2009;15:29-44.

13. Gallagher SA. Giftedness and Asperger's syndrome: A new agenda for education. ERIC. 2002;14:7-12.

14. Lowenstein LF. How do fifted childrens brains function when learning. Gifted and Talented. 2005;9:5-7.15. Sousa DA. What is a gifted brain. How the gifted brain learn second edition. SAGE publication. 2009;1-35

16. Wandansari Y. Faktor Protektif pada Penyesuaian Sosial Anak Berbakat. Insan.2011;13:1-1117. Zikrayati, Putri DE. Hubungan antara keterampilan sosial dan stres pada anak berbakat. [Thesis]. Jakarta; Universitas Gunadarma: 2012.18. Peter SJ. Gifted and talented children in (and out) of the classroom. Dublin: Irish Centre for Talented Youth; 2006.

19. Warnandi N. Layanan pendidikan anak berbakat pada sekolah dasar. Bandung: Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Bandung; 2013.

Komitmen pada tugas

Kemampuan di atas rata-rata

Kreativitas tinggi

PAGE 10