konsep dan penerapan produksi bersih web

22
KONSEP DAN PENERAPAN PRODUKSI BERSIH ABSTRAK Produksi Bersih (Cleaner Production) merupakan suatu strategi untuk menghindari timbulnya pencemaran industri melalui pengurangan timbulan limbah (waste generation) pada setiap tahap dari proses produksi untuk meminimalkan atau mengeliminasi limbah sebelum segala jenis potensi pencemaran terbentuk. Istilah- istilah seperti Pencegaha Pencemaran (Pollution Prevention), Pengurangan pada sumber (Source Reduction), dan Minimasi Limbah (Waste Minimization) sering disertakan dengan istilah Produksi Bersih (Cleaner Production) Cleaner Production berfokus pada usaha pencegahan terbentuknya limbah. Dimana limbah merupakan salah satu indikator inefisiensi, karena itu usaha pencegahan tersebut harus dilakukan mulai dari awal (Waste avoidance), pengurangan terbentuknya limbah (waste reduction) dan pemanfaatan limbah yang terbentuk melalui daur ulang (recycle). Keberhasilan upaya ini akan menghasilkan pebghematan (saving) yang luar biasa karena penurunan biaya produksi yang signifikan sehingga pendekatan ini menjadi sumber pendapatan (revenue generator). PENDAHULUAN Produksi bersih adalah strategi pengelolaan lingkungan yang sifatnya mengarah pada pencegahan (preventif) dan terpadu agar dapat diterapkan pada seluruh siklus produksi. Hal tersebut memiliki tujuan untuk meningkatkan produktivitas dengan memberikan tingkat efisiensi yang lebih baik dalam penggunaan bahan mentah, energi dan air, mendorong performansi lingkungan yang lebih baik melalui sumber-sumber pembangkit limbah dan emisi serta mereduksi dampak

Upload: sondangitaa

Post on 23-Dec-2015

86 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

oooo

TRANSCRIPT

Page 1: Konsep Dan Penerapan Produksi Bersih Web

KONSEP DAN PENERAPAN PRODUKSI BERSIH

ABSTRAKProduksi Bersih (Cleaner Production) merupakan suatu strategi untuk menghindari timbulnya pencemaran industri melalui pengurangan timbulan limbah (waste generation) pada setiap tahap dari proses produksi untuk meminimalkan atau mengeliminasi limbah sebelum segala jenis potensi pencemaran terbentuk. Istilah-istilah seperti Pencegaha Pencemaran (Pollution Prevention), Pengurangan pada sumber (Source Reduction), dan Minimasi Limbah (Waste Minimization) sering disertakan dengan istilah Produksi Bersih (Cleaner Production)Cleaner Production berfokus pada usaha pencegahan terbentuknya limbah. Dimana limbah merupakan salah satu indikator inefisiensi, karena itu usaha pencegahan tersebut harus dilakukan mulai dari awal (Waste avoidance), pengurangan terbentuknya limbah (waste reduction) dan pemanfaatan limbah yang terbentuk melalui daur ulang (recycle). Keberhasilan upaya ini akan menghasilkan pebghematan (saving) yang luar biasa karena penurunan biaya produksi yang signifikan sehingga pendekatan ini menjadi sumber pendapatan (revenue generator).

PENDAHULUAN

Produksi bersih adalah strategi pengelolaan lingkungan yang sifatnya mengarah pada pencegahan (preventif) dan terpadu agar dapat diterapkan pada seluruh siklus produksi. Hal tersebut memiliki tujuan untuk meningkatkan produktivitas dengan memberikan tingkat efisiensi yang lebih baik dalam penggunaan bahan mentah, energi dan air, mendorong performansi lingkungan yang lebih baik melalui sumber-sumber pembangkit limbah dan emisi serta mereduksi dampak produk terhadap lingkungan melalui rancangan yang ramah lingkungan, namun efektif dari segi biaya. Penerapan produksi bersih umumnya dilakukan dalam suatu kegiatan industri untuk tujuan efesiensi dan peningkatan keuntungan, namun tetap memperhatikan kelestarian lingkungan.

Page 2: Konsep Dan Penerapan Produksi Bersih Web

A.                 Definisi Produksi BersihDi era globalisasi seperti sekarang ini pertumbuhan indusri pada berbagai sekala

menjadi suatu tren di berbagai negara mulai dari industri makanan, hingga indstri kimia. Keberadaan industry dalam berbagai sekala dan jenis ditujukan sebagai solusi dalam mengatasi persoaalan ekonomi pada masing-masing Negara.

Perkembangan pembangunan disamping meningkatkan kesejahteraan manusia juga menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan hidup. Industrialisasi dan urbanisasi yang cepat di banyak negara juga telah mengakibatkan pencemaran yang serius. Untuk mengatasi pencemaran yang dihasilkan, saat ini industri telah menitik beratkan pada pengolahan limbah sebagai pengelolaan lingkungan pada proses tahap akhir (end-of-pipe). Namun metoda pengolahan tahap akhir ini sangatlah mahal. Oleh karena itu timbul pemikiran perlunya konsep pencegahan pencemaran, yang akhirnya menuju kepada “Produksi Bersih”. Produksi bersih adalah alternatif untuk strategi manajemen lingkungan. (Suhartini, 2008)

Produksi Bersih merupakan istilah yang digunakan untuk menjelaskan pendekatan secara konseptual dan operasional terhadap proses produksi dan jasa, dimana dampaknya dari keseluruhan daur hidup produk terhadap lingkungan dan manusia diupayakan sekecil mungkin. Strategi Produksi Bersih mempunyai arti yang sangat luas karena didalamnya termasuk upaya pencegahan pencemaran dan perusakan lingkungan melalui pilihan jenis proses, yang akrab lingkungan, minimisasi limbah, analisis daur hidup dan teknologi bersih.

Produksi bersih adalah suatu program strategis yang bersifat proaktif yang diterapkan untuk menselaraskan kegiatan pembangunan ekonomi dengan upaya perlindungan lingkungan. Strategi konvensional dalam pengelolaan limbah didasarkan pada pendekatan pengelolaan limbah yang terbentuk (end-of pipe treatment). Pendekatan ini terkonsentrasi pada upaya pengolahan dan pembuangan limbah dan untuk mencegah pencemaran dan kerusakan lingkungan. Strategi ini dinilai kurang efektif karena bobot pencemaran dan kerusakan lingkungan terus meningkat. Kelemahan yang terdapat pada pendekatan pengolahan limbah secara konvensional adalah :

         Tidak efektif memecahkan masalah lingkungan karena hanya mengubah bentuk limbah dan memindahkannya dari suatu media ke media lain.

         Bersifat reaktif yaitu bereaksi setelah terbentuknya limbah.         Karakteristik limbah semakin kompleks dan semakin sulit diolah.         Tidak dapat mengatasi masalah pencemaran yang sifatnya non-point sources pollution.         Inovestasi dan biaya operasi pengolahan limbah relatif mahal dan hal ini sering dijadikan

alasan oleh pengusaha untuk tidak membangun instalasi pengolahan limbah.         Peraturan perundang-undangan yang ada masih terpusat pada pembuangan limbah,

belum mencakup upaya pencegahan. (Konsep Umum Produksi Bersih )Dasar Hukum Pelaksanaan Produksi Bersih adalah UU RI No. 23 Tabun 1997

Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup Pasal 14 dan Pasal 17. Pelaksanaan Produksi Bersih juga tercantum di dalam Dokumen ISO 14001 Butir 3.13

Page 3: Konsep Dan Penerapan Produksi Bersih Web

B.                 Teknik Penerapan Teknologi BersihSecara garis besar pilihan penerapan produksi bersih dapat dikelompokkan

sebagai berikut :1.       Perubahan bahan Bakua.       Mengurangi atau menghilangkan bahan baku yang mengandung bahan berbahaya dan

beracun seperti logam berat dari zat warna pelarut (B3).b.       Menggunakan bahan baku yang kualitasnya baik dan murni untuk menghindari

komtaminan dalam proses.

2.       Tata Cara Operasi dan Housekeepinga.       Mencegah kehilangan bahan baku, produk maupun energi dari pemborosan, kebocoran

dan tercecer.b.       Penanganan material untuk mengurangi kehilangan material akibat kesalahan

penanganan, habisnya waktu tinggal bagi bahan yang sensetif terhadap waktu.c.       Penjadwalan produksi membentu mencegah pembororsan (energi, material dan air) dan

koordinasi pengelolaan limbah.d.       Segregasi/ memisahkan limbah menurut jenisnya untuk mengurangi volume limbah B3.e.       Mengembangkan manajemen perawatan sehingga mengurangi kehilangan akibat

kerusakan.

3.       Penggunaan Kembalia.       Menggunakan kembali sisa air proses, air pendingin dan material lain didalam pabrik.b.       Mengambil kembali bahan buangan sebagai energi. enciptakan kegunaan limbah sebagai

produk lain yang dapat dimanfaatkan oleh pihak luar.

4.       Perubahan Teknologia.       Merubah peralatan, tata letak dan perpipaan untuk memperbaiki aliran proses dan

meningkatkan efesiensi.b.       Memeperbaiki kondisi proses sehingga meningkatkan kualitas produksi dan mengurangi

jumlah limbah.

5.       Perubahan Produka.       Merubah formulasi produk untuk mengurangi dampak lingkungan pada waktu digunakan

oleh konsumen.b.       Merancang produksi sedemikian rupa sehingga mudah untuk di daur ulang.c.       Mengurangi kemasan yang tidak perlu. (Artiningsih)

C.                 Prinsip-prinsip Produksi Bersih

Page 4: Konsep Dan Penerapan Produksi Bersih Web

      Dirancang secara komprehensif dan pada tahap sedini mungkin. Produksi Bersih dipertimbangkan pada tahap sedini mungkin dalam pengembangan proyek-proyek baru atau pada saat mengkaji proses atau aktivitas yang sedang berlangsung.

      Bersifat proaktif, harus diprakarsai oleh industri dan kepentingan-kepentingan yang terkait.      Bersifat fleksibel, dapat mengakomodasi berbagai perubahan, perkembangan di bidang

politik, ekonomi, sosial-budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi dan kepentingan berbagai kelompok masyarakat.

      Perbaikan berlanjut.

D.                 Konsep Penerapan Produksi BersihKonsep Produksi Bersih memiliki 4 (empat) prinsip dasar, yaitu:

1.         Prinsip kehati-hatian (precautionary), tanggung jawab yang utuh dari produsen agar tidak menimbulkan dampak yang merugikan sekecil apapun.

2.         Prinsip pencegahan (preventive), penting untuk memahami siklus hidup produk (product life cycle) dari pemilihan bagan baku hingga terbentuknya limbah.

3.         Prinsip demokrasi, komitmen dan keterlibatan semua pihak dalam rantai produksi dan konsumsi.

4.         Prinsip holistic, pentingnya keterpaduan dalam pemanfaatan sumber daya lingkungan dan konsumsi sebagai satu daur yang tidak dapat dipisahpisahkan.

Strategi yang digunakan dalam penerapan Produksi Bersih adalah:1.         Pencegahan terhadap pencemaran dan perusakan lingkungan2.         Program daur ulang,3.         Pengolahan dan pembuangan limbah tetap diperlukan sehingga dapat saling melengkapi

satu dengan lainnya.

Strategi untuk menghilangkan limbah atau mengurangi limbah sebelum terjadi (preventive strategy), lebih disukai daripada strategi yang berurusan dengan pengolahan limbah atau pembuangan limbah yang telah ditimbulkan (treatment strategy). Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan strategi berikut ini:

1.         EliminasiStrategi ini dimasukkan sebagai metode pengurangan limbah secara total. Bila perlu tidak mengeluarkan limbah sama sekali (zero discharge). Didalam konsep penerapan Produksi Bersih hal ini dimasukkan sebagai metode pencegahan pencemaran.

2.         Minimisasi Limbah (mengurangi sumber limbah)Strategi pengurangan limbah yang terbaik adalah strategi yang menjaga agar limbah tidak terbentuk pada tahap awal. Pencegahan limbah mungkin memerlukan beberapa perubahan penting terhadap proses.

Page 5: Konsep Dan Penerapan Produksi Bersih Web

3.         Daur UlangJika timbulnya limbah tidak dapat dihindarkan dalam suatu proses, maka strategi-strategi untuk meminimkan limbah tersebut sampai batas tertinggi yang mungkin dilakukan harus dicari, seperti misalnya daur ulang (recycle) dan/atau penggunaan kembali (re-use). Jika limbah tidak dapat dicegah, pengolahan limbah dapat dilakukan.

4.         Pengendalian PencemaranStrategi yang terpaksa dilakukan mengingat pada proses perancangan produksi perusahaan belum mengantisipasi adanya teknologi baru yang sudah bebas terjadinya limbah.

5.         Pengolahan dan PembuanganStrategi terakhir yang perlu dipertimbangkan adalah metoda-metoda pembuangan altematif. Pembuangan limbah yang tepat merupakan suatu komponen penting dari keseluruhan program manajemen lingkungan; tetapi, ini adalah teknik yang paling tidak efektif.

6.         RemediasiStrategi penggunaan kembali bahan-bahan yang terbuang bersama limbah. Hal ini dilakukan untuk mengurangi kadar peracunan dan kuantitas limbah yang ada.

Esensi dasar dari produksi bersih adalah:         Pencegahan, pengurangan dan penghilangan limbah dari sumbernya.         Perubahan mendasar pada sikap manajemen dan diperlukan komitmen.         Pencegahan polusi harus dilaksanakan sedini mungkin, pada setiap tahapan kegiatan

yaitu pada pembuatan peraturan., kebijakan, implementasi proyek, proses produksi dan desain produk.

         Program harus dilaksanakan secara kontinyu dan selaras dengan perkembangan sains dan teknologi

         Penerapan strategi yang komprehensif dan terpadu, agar produk dapat bersaing di pasar lokal maupun internasional.

         Produksi bersih hendaknya melibatkan pertimbangan daur hidup suatu produk.         Program multi media dan multi desain. Diterapkan di seluruh sektor: industri, pemerintah,

pertanian, energi, transportasi, para konsumen.Pada dasarnya, fokus dari teknik Produksi Bersih adalah tentang “bagaimana

mengurangi limbah dari sumbernya”. Adapun hal-hal yang dapat dilakukan teknik pengurangan limbah ini adalah:

a.       Manajemen inventaris      Pengendalian inventaris      Pengendalian bahan

b.       Modifikasi proses produksi

Page 6: Konsep Dan Penerapan Produksi Bersih Web

      Prosedur operasi dan pemeliharaan      Perubahan bahan      Modifikasi peralatan proses

c.       Pengurangan volume      Pemilahan sumber      Pengentalan

d.       Recovery      Recovery on – site (di lokasi)      Recovery off – site (diluar lokasi)

E.                   Aspek-Aspek Dalam Pelaksanaan Produksi BersihAspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam upaya pelaksanaan Produksi Bersih

adalah:1.       Proses

Mencakup upaya konservasi bahan baku dan energi, menghindari pemakaian bahan berbahaya dan beracun, mengurangi jumlah dan toksisitas semua limbah dan emisi yang dikeluarkan sebelum meninggalkan proses.

2.       ProdukMenitik beratkan pada upaya pengurangan dampak pada keseluruhan daur hidup produk, mulai dari ekstraksi bahan baku sampai pembuangan akhir setelah produk tidak digunakan.

3.       JasaMenitik beratkan pada upaya penggunaan proses 3R (Reduce, Re-use dan Recycle) diseluruh kegiatannya, mulai dari penggunaan bahan baku sampai ke pembuangan akhir.

Penerapan produksi bersih dalam proses produksi dapat dilakukan dengan mengintegrasikan aspek-aspek tersebut di atas. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut.

F.                  Peluang Penerapan Produksi BersihPeluang penerapan Produksi Bersih adalah:

1.       Memberi keuntungan ekonomi, sebab didalam Produksi Bersih terdapat strategi pencegahan pencemaran pada sumbernya (source reduction dan inprocess recycling) yaitu pencegahan terbentuknya limbah secara dini dengan demikian dapat mengurangi biaya investasi yang harus dikeluarkan untuk pengolahan dan pembuangan limbah atau upaya perbaikan lingkungan.

2.       Mencegah terjadinya pencemaran dan perusakan lingkungan.3.       Memelihara dan memperkuat pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang melalui

konservasi sumber daya, bahan baku dan energi.4.       Mendorong pengembangan teknologi baru yang lebih efisien dan akrab lingkungan

Page 7: Konsep Dan Penerapan Produksi Bersih Web

5.       Mendukung prinsip `environmental equity' dalam rangka pembangunan berkelanjutan.6.       Mencegah atau memperlambat terjadinya proses degradasi lingkungan dan pemanfaatan

sumberdaya alam.7.       Memelihara ekosistem lingkungan.8.       Memperkuat daya saing produk dipasar intemasional.

G.                  Penerapan Produksi Bersih di Industri1.       Industri Kelapa Sawit

Table 1. jenis, dan pemanfaatan limbah kelapa sawit :Jenis Pemanfaatan

Tandan kosong Pupuk kompos, pulp kertas, papan patikel, energy

Wet decanter solid Pupuk kompos, makanan ternak,Cangkang Arang, karbon aktif, papan partikelSerabut Energi, papan partikel, pulp kertasLimbah cair Pupuk, Air irigasiSlude Sabun, pakan ternakTempurung Arang, briket, karbon aktifAir kondensat Air umpan boiler

(Pertanian, 2006)

2.       Pengolahan Limbah PT. Indo AcidatamaStillage dari area 300 dialirkan kedalam 3 buah bak yang masing-masing

mempunyai ukuran 145m x 45m x 7m yang prosesnya terjadi secara anaerob. Didalam bak ini limbah diberi nutrisi berupa urea, TSP dan NaOH untuk pengaturan PH, serta pengadukan dengan menggunakan pompa (setiap bak dilengkapi dengan 6 pompa). Waktu tinggal didalam bak selama 99 hari. Hasil yang diperoleh dari ketiga bak anaerobic tersebut adalah gas (bio gas) dengankadar methane 55%, CO2 43%, H2S 1% dan bahan organic yang lain sebesar 1% yang kemudian di lewatkan di unit scrubber untuk mengikat gas H2S dan kemudian digunakan sebagai bahan bakar boiler, dan sisanya digunakan untuk pembuatan pupuk kompos.

Setelah keluar dari anaerobic lagoon cairan mencapai kadar COD 25.000 ppm dan BOD 5000 ppm setelah itu dialirkan ke aerobic lagoon yang dilengkapi dengan aerator-aerator, untuk meningkatkan pertumbuhan bakteri maka diberi nutrisi berupa urea dan TSP dengan waktu tinggal di bak selama 20 jam, setelah dari aerobic lagoon cairan di pompa ke biological clarifier untuk memisahkan sludge dengan cairanya. Sebagian sludge digunakana untuk campuran pembuatan kompos sedang cairannya dimasukan dalam clarifier koagulan dan flokulan. Di dalam clarifier, maka sludge dan cairan di isah, sludge untuk dibuat pupuk sedangkan cairannya di lewatkan sand filter dan carbon filter kemudian

Page 8: Konsep Dan Penerapan Produksi Bersih Web

dibuang kesungai karena telah memenuhi baku mutu yang ditetapkan yaitu dengan kandungan BOD 80 ppm. Untuk pengukuran kandungan BOD, COD, dan pH dilakukan setiap 2 jam sekali.

Stilage yang dihasilkan stiap harinya sekitar 25% dimanfaatkan untuk pembuatan pupuk. Di Pt. Indo AcidatamaTbk, pupuk yang dihasilkan adalah pupuk kompos, super alfinase, granulair alfinase. Pupuk super alfinase dibuat dari pupuk kompos yang ditambah denga phospat, dolomite, abu sekam, bekatul, tembakau yang rusak, kotoran ayam dan efektif mikro organisme (EM4). Sedang pupuk kompos sendiri dibuat dari dedaunan dan grajen yang prosesnya dilakukan selama 26 hari dan diaduk setiap hari, setelah menjadi kompos (C-N ratio < 20) diperkaya dengan bahan tertentu sampai kandungan N, P, K nya sesuai standar. Pupuk granulair alfinase dibuat darisuper alfinase ditambah sludge yang dipadatkan. (Novianingsih)

3.       Pengolahan Industri Otomotif Pt-X JakartaPada awalnya, proses yang digunakan oleh proses produksi yang digunakan adalah

wet sanding. Pada pelaksanaannya proses wet sanding menghasilkan limbah cair sebesar 68,9 l/unit. Dengan diterapkannya produksi bersih yang diimplementasikan dengan perubahan proses produksi, yaitu slight sanding, maka limbah cair yang dihasilkan menjadi 12,2 l/unit. Berdasarkan uraian singkat di atas dapat diketahui bahwa dengan perubahan proses produksi, limbah cair yang dihasilkan menjadi menurun. Hal ini sesuai dengan konsep produksi bersih, yaitu mengurangi limbah langsung dari sumbernya. (Implementasi Produksi Bersih di Bidang Industri, 2009)

4.       Pengolahan Limbah Industri Susu Pt. Ultra Jaya MilkLimbah cair, limbah ini berasal dari hasil pencucian alat, limbah tersebut di tamping

dilakukan peroses penguraian bakteri aerobic. Setelah itu dilakukan aerasi dan di diamkan selama 48 jam supaya bakteri mengurai zat-zat organic. Kemudian dipisahkan air dan lumpur aktif untuk dilakukan foltasi, ciran dimasukan kedalam bak sedimentasi sehingga cairan yang dihasilkan menjadi tidak berwarna.

Limbah padat, limbah ini berasal dari kemasan produk yang sudah terpakai, kemasan tersebut dikirimkan pada badan pengolah kertas kemudian di campur dengan air selama kurang lebih 1 jam, hasilnya dapat digunakan untuk kertas tulis.

Limbah gas, limbah ini berasal dari hasil pembakaran, dari hasil pembakaran tersebut dibekukan untuk kebutuhan ice cream campina di Surabaya. (Siregar, Kurniawan, & Primasri)

5.       Pengolahan Limbah Radio AktifSebelum limbah radioaktif dikirimkan, penghasil limbah berkewajiban melakukan

pengelolaan limbah yang dihasilkannya dengan tujuan meminimalisasi volume, kompleksitas, biaya dan resiko. Pengelolaan yang dilakukan meliputi mengumpulkan, mengelompokkan, atau mengolah dan menyimpan sementara. Pengumpulan dan

Page 9: Konsep Dan Penerapan Produksi Bersih Web

pengelompokkan limbah berdasarkan aktivitas, waktu paro, jenis radiasi, bentuk fisik-dan kimia, sifat racun dan asal limbah radioaktif atau mengolah limbahnya apabila memiliki fasilitas pengolahan.

Limbah padat dipisahkan menjadi dapat terbakar - tidak dapat terbakar, terkompaksi – tidak terkompaksi, aktivitas rendah dan tinggi, umur paro panjang dan pendek, serta jenis radiasi. Limbah tersebut ditempatkan pada lokasi khusus yang diberi tanda bahaya radiasi sehingga hanya petugas tertentu yang dapat masuk ke ruangan.

Limbah cair yang berupa sisa zat radioaktif dan limbah cair hasil samping kegiatan dekontaminasi yang memiliki aktivitas tinggi atau umur paro panjang ditempatkan secara terpisah dengan limbah aktivitas rendah atau umur paro pendek. Untuk limbah cair hasil ekskresi atau hasil kegiatan mandi dan cuci disalurkan secara terpisah dengan saluran grey water dan disalurkan ke tempat penampungan sementara untuk mengetahui dosis paparan radiasi yang ditimbulkan, limbah radioaktif tersebut dapat di lepaskan ke badan air apabila memenuhi persyaratan pelepasan.

Limbah berbentuk gas sangat jarang terjadi. Seperti yang telah disampaikan di muka untuk mengendalikan limbah radioaktif berbentuk gas, maka sumber penghasil limbah ditempatkan pada tempat khusus sehingga gas tidak mudah keluar ke lingkungan. Gas dapat di lepaskan ke lingkungan setelah memenuhi persyaratan pelepasan. Penghasil limbah wajib memberikan informasi dengan lengkap dan benar secara tertulis (dalam manifes dokumen) kepada pengangkut tentang identitas limbah, bahaya radiasi, dan sifat bahaya lain yang mungkin terjadi dan cara penanggulangannya. Penghasil limbah juga berkewajiban memberikan tanda, label, atau plakat pada kendaraan angkutan.

Pengolahan dan penyimpanan limbah radioaktif saat ini dilakukan secara terpadu di PTLRBATAN meskipun dalam menjalankan tugasnya, Badan Pelaksana sebetulnya dapat menunjuk dan/atau bekerja sama dengan BUMN, swasta dan Koperasi. Sehingga sampai saat ini pihak pengolah atau penyimpan limbah radioaktif hanya PTLR-BATAN. Pihak pengolah/penyimpan /negara asal sumber radioaktif berkewajiban memeriksa kesesuaian limbah yang diserahkan oleh pengangkut dengan kualifikasi limbah sebagaimana tercantum dalam dokumen pengiriman limbah. Apabila terdapat ketidaksesuaian maka pihak pengolah/penyimpan/negara asal sumber radioaktif wajib memberitahukan ke Badan Pengawas dan penghasil limbah guna investigasi lebih lanjut. Namun apabila limbah radioaktif yang diterima oleh pengolah sudah sesuai dengan dokumen pengiriman limbah maka pihak pengolah/penyimpan dapat melakukan pengolahan/penyimpanan limbah radioaktif dengan teknologi yang sesuai. Sedangkan negara asal sumber radioaktif dapat melakukan penanganan sumber radioaktif bekas yang diterimanya sesuai dengan kebijakan pengelolaan limbah radioaktif Negara tersebut.

Pengolahan limbah radioaktif yang dilakukan oleh pihak pengolah dimaksudkan untuk mereduksi volume limbah dan mengurangi paparan radiasi dari limbah radioaktif agar tidak membahayakan manusia dan lingkungan sehingga dosis radiasi yang diterima oleh pekerja akibat adanya limbah tersebut tidak akan melebihi ketentuan dossis tahunan yang telah ditetapkan.

Page 10: Konsep Dan Penerapan Produksi Bersih Web

Jenis pengolahan limbah radioaktif berbentuk padat yang telah dipraktekkan, antara lain: kompaksi, insenerasi dan imobilisasi tetapi tidak berlaku untuk sumber radioaktif bekas. (Alfian & Akhmad, 2010)

6.       Pengolahan Limbah Industri BajaUntuk pengelolaan limbah industri baja ini, para pakar menilai, bahwa model

penanganan limbah baja terdapat 2 (dua) opsi skenario. Skenario pertama, perusahaan dapat mengolah limbah baja menjadi produk yang mempunyai nilai tambah (value added). Opsi ini, perusahaan harus mengeluarkan dana untuk investasi awal yang cukup besar dalam arti perusahaan mendirikan pabrik baru dengan bahan substitusi (campuran) limbah. Berapa negara seperti Jepang sudah memanfaatkan limbah baja untuk bahan substitusi (campuran) membuat produk tersebut, seperti batako, genteng, paving block, lantai keramik, dan sebagainya. Skenario kedua, perusahaan dapat menjual langsung limbah yang dihasilkan oleh pabrik saat beroperasi proses produksi. Opsi ini telah dilakukan oleh perusahan dengan cara menjual limbah baja ke perusahaan lain di dalam dan luar negeri. Setiap bulannya perusahaan dapat menjual + 3.000 ton untuk pabrik semen di Indonesia dan pabrik baja di negara Cina. Skenario opsi kedua dianggap mendukung program lingkungan bersih, karena secara berangsur-angsur limbah yang berada di area penampungan semakin berkurang, maka sejak tahun 2007 perusahaan memulai melaksanakan penanganan limbah baja dengan cara menjual. (Salim, 2009)

DAFTAR PUSTAKA

(2009). Implementasi Produksi Bersih di Bidang Industri.Alfian, M., & Akhmad, Y. R. (2010). Strategi Pengolahan Limbah Radio Aktif di

Indonesia di Tinjau dari Konsep Cradle To Grave. Jurnal Teknologi Pengelolaan Limbah .

Artiningsih, N. K. (n.d.). Penerapan Produksi Bersih Berdamapak Positif . Semarang: Universitas 17 Agustus 1945.

(n.d.). Konsep Umum Produksi Bersih .Novianingsih, C. R. (n.d.). Laporan PKL di PT. Indo Acidatama. Surakarta:

Universitas Setia Budi.Pertanian, D. (2006). Pedoman Pengelolaan Limbah Industri Kelapa

Sawit. Subdid Pengelolaan lingkungan Ditjen PPHP.Salim, J. (2009). Model Pengelolaan Limbah Industri Baja. Bogor: Institut

Pertanian Bogor.Siregar, S. D., Kurniawan, S., & Primasri, Y. P. (n.d.). Laporan PKL di PT. Ultra

Jaya Milk. Surakarta: Universitas Setia Budi.Suhartini. (2008). Pengolahan Lingkungan. Yogyakarta: Universitas Negri

Yogyakarta.

Page 11: Konsep Dan Penerapan Produksi Bersih Web

CLEANER PRODUCTION : MEWUJUDKAN INDUSTRI KELAPA SAWIT DI KALIMANTAN BARAT YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN DAN BERDAYA SAING TINGGI DI PASAR GLOBALI. Latar BelakangIndustri sawit di Indonesia telah berkembang pesat dengan dukungan pertumbuhan perkebunan yang sangat pesat pula hingga mencapai lebih dari 6.3 juta hektar yang terdiri dari sekitar 60% yang diusahakan oleh perkebunan besar dan 40% oleh perkebunan rakyat. Pertumbuhan perkebunan sawit ini tidak terlepas dari politik ekspansi pada akhir 1970an disertai pengenalan PIR sebagai sarana untuk menggerakkan keikut sertaan rakyat dalam budidaya perkebunan sawit. Pertumbuhan pesat juga terjadi pada ke dua jenis pengusahaan yaitu perkebunan besar dan perkebunan rakyat. Sampai dengan tahun 2007 tercatat 965 perusahaan dengan luas perkebunan 3.753 juta hektar yang dimiliki oleh perkebunan Negara swasta nasional dan asing. Sementara perkebunan rakyat telah mencapai 2,565 juta hektar, suatu perkembangan yang luar biasa mengingat pada awal pengenalanya hanya 3.125 hektar (1979) yang hanya mewakili 1,20% saja dari total perkebunan sawit yang ada ketika itu (Noer Sutrisno, 2008).Di Kalimantan Barat sendiri hingga akhir 2007, PemerintahKabupaten/ Kota di Kalbar telah menerbitkan info lahan seluas 4,6 jutahektare lahan untuk perkebunan sawit. Angka ini naik cukup tinggi dibandingawal 2007 yakni 4,1 juta hektar. Perkembangan perkebunan sawit ini sudah barang tentu membuka lapangan usaha baru, karena pada umumnya perkebunan sawit diusahakan diatas tanah yang baru dibuka atau belum diusahakan sebelumnya. Dampak langsung yang akan segera terlihat terhadap kehadiran perkebunan sawit adalah terjadinya investasi yang menambah kapasitas produksi sektor pertanian (perkebunan), dengan berbagai kesempatan yang timbul yakni lapangan kerja baru. Pertumbuhan areal yang masih terjadi jelas sumber pertumbuhan pertama yang muncul segera setelah investasi ke dalam industri sawit diputuskan. Secara keseluruhan industri sawit memang sangat menguntungkan karena dilihat dari segi pengusahaan perkebunan Daya Penyebaran (backward linkage) Pertanian cukup tinggi 1,3399 dan Derajad Kepekaan (forward linkage) 1,5176 berdasarkan perhitungan BPS dari Tabel I-O untuk tahun 2005 (BPS, 2008 dalam Noer Sutrisno, 2008). Sementara untuk Industri Pengolahan masing-masing 1,7273 dan 3,0627. Dengan demikian secara aggregate memang cukup besar alasan untuk mendorong industri sawit dengan karakter industri semacam itu. Namun jika dilihat dari sisi penyerapan tenaga kerja industri sawit adalah penopang kelangsungan kesempatan kerja di sektor perkebunannya dengan angka yang cukup besar dibandingkan dengan industri makanan lainya, terutama minyak goreng.Selain dampak positif, industri kelapa sawit juga dapat menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan apabila tidak di kelola dengan baik. Sekarang kita masih sering mendengar banyak terjadinya konflik atara perusahaan yang beroperasi di suatu areal dengan masyarakat sekitarnya, baik itu konflik karena ada hak-hak kepemilikan rakyat yang dirampas juga bencana akibat limbah dari industri yang memberikan dampak pada masyarakat sekitarnya, terutama di sisi kesehatan. Industri CPO (Crude Palm Oil) merupakan industri yang sarat dengan residu hasil

Page 12: Konsep Dan Penerapan Produksi Bersih Web

pegolahan TBS (Tandan Buah Segar) 70% dari total berat TBS itu sendiri sawit menjadi CPO, 23 % tandan kosong, 21 % serat dan 600-700 kg limbah cair yang dihasilkam dari 1 ton TBS (Surna T. Djadiningrat dan Melia Famiola, 2004). Saat ini Produksi CPO Kalimantan Barat sebesar 800 ribu ton pertahun dengan luas lahan perkebunan yang baru produksi sekitar 200 ribu hektar. Berdasarkan data tersebut maka industri CPO di Kalimantan Barat berpotensi menghasilkan limbah yang cukup besar 168 ribu ton tandan kosong, 184 ribu ton serat+kulit, 480-560 ribu ton limbah cair. Untuk itu agar tidak menimbulkan masalah maka perlu disiasati dengan konsep pembangunan yang berkelanjutan.Lingkungan telah menjadi bagian yang sangat penting dari bisnis. Berkenaan dengan pernyataan tersebut, setidaknya ada dua hal yang perlu diperhatikan yaitu green consumerism dan lingkungan sebagai non-tariff barrier. Green consumerism membuat produk-produk harus berorientasi lingkungan dan harus dibuat dengan proses yang ramah lingkungan. Di lain pihak banyak negara, terutama masyarakat eropa, telah mulai memasukkan faktor lingkungan ke dalam perdagangan. Lingkungan telah dijadikan sebagai non-tariff barrier. Artinya untuk memasuki pasar dengan kedua karakteristik di atas diperlukan kaji-ulang atas kinerja lingkungan yang telah kita lakukan selama ini. Apakah sudah sama dengan persepsi para green consumer ataukah sudah memenuhi persyaratan non-tariff di atas. Selain itu untuk mewujudkan industri sawit yang berdaya saing di pasar global, industri kelapa sawit ke depan dituntut untuk melakukan efisiensi, terutama dalam penggunaan energi dan juga bahan baku lainnya yang langsung diambil dari alam (Surna T. Djadiningrat dan Melia Famiola, 2004).Bertitik tolak dari apa yang telah diuraikan pada latar belakang di atas, maka menimbulkan suatu permasalahan sebagai berikut: “Bagaimana mewujudkan Industri Kelapa Sawit di Kalimantan Barat yang berwawasan lingkungan dan berdaya saing tinggi di pasar global” karena selama ini industri kelapa sawit di Kalimanatan Barat yang berjumlah sekitar 15 Pabrik Minyak Sawit (PMS) masih menerapkan pengolahan limbah (end-of-pipe) yang sudah selayaknya ditinggalkan dan beralih ke arah pencegahan (up-the-pipe). Salah satu pendekatan up-the-pipe yang mulai banyak diterapkan adalah Produksi Bersih (Cleaner Production).

II. Pengertian Produksi BersihProduksi Bersih didefinisikan sebagai : Strategi pengelolaan lingkungan yang bersifat preventif, terpadu dan diterapkan secara terus-menerus pada setiap kegiatan mulai dari hulu ke hilir yang terkait dengan proses produksi, produk dan jasa untuk meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya alam, mencegah terjadinya pencemaran lingkungan dan mengurangi terbentuknya limbah pada sumbernya sehingga dapat meminimisasi resiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia serta kerusakan lingkungan (Kebijakan Nasional Produksi Bersih, KLH 2003 dalam Purwanto, 2007).Dari pengertian mengenai Produksi bersih maka terdapat kata kunci yang di pakai untuk pengelolaan lingkungan yaitu : pencegahan pencemaran melalui jenis proses yang akrab lingkungan, minimisasi limbah, analisis daur hidup, teknologi ramah lingkungan (bersih). Dalam penerapannya Produksi bersih memberikan keuntungan seperti meningkatkan efisiensi, mengurangi biaya pengolahan limbah, konservasi bahan baku dan energi, membantu akses kepada lembaga finansial, memenuhi permintaan pasar, memperbaiki kualitas lingkungan, memenuhi peraturan lingkungan,

Page 13: Konsep Dan Penerapan Produksi Bersih Web

memperbaiki lingkungan kerja, dan meningkatkan persepsi masyarakat (Ratno Sadinata, 2007).

III. Tingkatan Produksi BersihPola pendekatan produksi bersih dalam melakukan pencegahan dan minimisasi limbah yaitu menggunakan hirarki pengelolaan melalui 1E4R (Elimination, Reduce,Reuse,Recycle, Recovery/Reclaim). Adapun tingkatan Produksi bersih adalah :1. Elimination (pencegahan) adalah upaya untuk mencegah timbulnya limbah langsung dari sumbernya, mulai dari bahan baku, proses produksi sampai produk.2. Reduce (pengurangan) adalah upaya untuk menurunkan atau mengurangi limbah yang dihasilkan dalam suatu kegiatan.3. Reuse (pakai ulang/penggunaan kembali) adalah upaya yang memungkinkan suatu limbah dapat digunakan kembali tanpa perlakuan fisika, kimia atau biologi.4. Recycle (daur ulang) adalah upaya mendaur ulang limbah untuk memanfaatkan limbah dengan memrosesnya kembali ke proses semula melalui perlakuan fisika, kimia dan biologi.5. Recovery/ Reclaim (pungut ulang, ambil ulang) adalah upaya mengambil bahan-bahan yang masih mempunyai nilai ekonomi tinggi dari suatu limbah, kemudian dikembalikan ke dalam proses produksi dengan atau tanpa perlakuan fisika, kimia dan biologi.Meskipun prinsip produksi bersih dengan strategi 1E4R atau 5R, namun perlu ditekankan bahwa strategi utama perlu ditekankan pada Pencegahan dan Pengurangan (1E1R) atau 2R pertama. Bila strategi 1E1R atau 2R pertama masih menimbulkan pencemar atau limbah, baru kemudian melakukan strategi 3R berikutnya (reuse, recycle, dan recovery) sebagai suatu strategi tingkatan pengelolaan limbah.Tingkatan terakhir dalam pengelolaan adalah pengolahan dan pembuangan limbah apabila upaya produksi bersih sudah tidak dapat dilakukan :1. Treatment (pengolahan) dilakukan apabila seluruh tingkatan produksi bersih telah dikerjakan, sehingga limbah yang masih ditimbulkan perlu untuk dilakukan pengolahan agar buangan memenuhi baku mutu lingkungan.2. Disposal (pembuangan) limbah bagi limbah yang telah diolah. Beberapa limbah yang termasuk dalam ketegori berbahaya dan beracun perlu dilakukan penanganan khusus.

IV. Tindakan Produksi BersihTindakan yang dapat dilakukan berkaitan dengan penerapan Produksi bersih meliputi :o Bekerja Lebih Apik (Good Housekeeping); antara lain termasuk pembenahan ruang kerja, dan peningkatan kebersihan lantai.o Perbaikan Prosedur Kerja; antara lain mencakup penerapan dan pengembangan prosedur operasi standar yang diterapkan pada proses dan layanan jasa, penjadualan kerjao Bahan Baku; menggunakan bahan baku yang bermutu.o Modifikasi Teknologi dan Penggantian Alat; termasuk penambahan alat pengendali untuk optimasi penggunaan alat utamanya, optimisasi proses, perancangan ulang peralatan, dan modifikasi proses, perbaikan tata-letak peralatan

Page 14: Konsep Dan Penerapan Produksi Bersih Web

o Penyesuaian Spesifikasi Produk; merancang produk yang menggunakan sedikit sumber daya dengan mempertimbangkan kemudahan perawatan dan penanganan produk yang sudah tidak digunakan lagi.

V. Langkah-langkah Penerapan Produksi BersihLangkah 1 : PerencanaanMenyiapkan perencanaan, visi, misi, dan strategi Membuat sasaran peluang Produksi Bersih yang diakitkan dengan bisnis Membangun kepemimpinan sebagai kunci sukses Mengidentifikasi hambatan dan penyelesaiannya Mengidentifikasi sumber daya luar yang menyediakan informasi dan ahli Produksi Bersih Membentuk Tim dan mencari masukan dari semua karyawanLangkah 2 : Kajian dan Identifikasi PeluangMelakukan pemetaan proses atau membuat diagram alir proses sebagai alat untuk memahami aliran bahan, energi dan sumber timbulan limbah Mengidentifikasi peluang Produksi Bersih : kemungkinan peningkatan efisiensi dan produktivitas, pencegahan dan pengurangan timbulan limbah langsung dari sumbernya Mencari akar permasalahan yang menyebabkan tidak efisien dan adanya timbulan limbah Memilih tindakan dan teknik untuk memecahkan masalah Mengembangkan kreativitas untuk menghasilkan ide sebanyak mungkinLangkah 3 : Analisis KelayakanMenentukan pilihan Produksi Bersih, berdasarkan : keuntungan (biaya yang dikeluarkan dan pendapatan /penghematan yang diperoleh), resiko dan neraca keuangan, tingkat komitmen yang diperlukan, dan kaitan dengan sasaran bisnis Melakukan analisis kelayakan lingkungan, teknologi, dan ekonomi Analisis kelayakan ekonomi dilakukan secara rinci bagi peluang yang memerlukan investasi besarLangkah 4 : ImplementasiMembuat perencanaan waktu pelaksanaan secara konket dan rencana tindakan yang dilakukan Menentukan penanggung jawab program pelaksanaan Mengalokasikan sumberdaya yang diperlukan Melaksanakan program dan menekankan pada para karyawan bahwa Produksi Bersih sebagai bagian dari pekerjaan, mendorong inisiatif dari mereka sebagai umpan balikLangkah 5 : Pemantauan, Umpan Balik, ModifikasiMengumpulkan dan membandingkan data sebelum dan sesudah tindakan Produksi Bersih Mendokumentasikan apa yang telah berhasil dilakukan Melakukan tinjauan ulang secara periodik pelaksanaan Produksi Bersih, dan kaitkan dengan sasaran bisnis.Langkah 6 : Perbaikan BerkelanjutanMempertahankan target yang telah dicapai dan mengimplementasikan untuk peluang lainnya Melakukan perbaikan terus-menerus.

VI. Potensi Penerapan Produksi Bersih dalam Industri Kelapa SawitKonsep produksi bersih dapat dicapai dengan usaha meminimumkan penggunaan bahan baku yang berbahaya dalam proses termasuk sumber daya alam dan energi sehingga dapat meminimalkan limbah dan dampak negatif yang timbul disamping itu dapat memanfaatkan limbah yang dihasilkan menjadi produk lain (Waste to product). Pada industri sawit penerapan produksi bersih dapat di lakukan mulai dari tingkat kebun hingga tingkat pabrik. Pada tingkat kebun penerapan produksi bersih difokuskan pada penerapan prinsip good housekeeping yaitu :

Page 15: Konsep Dan Penerapan Produksi Bersih Web

a. Mutu buah yang dihasilkanb. Penanganan untuk mengumpulkan hasil panenc. Pengangkutan tandan kelapa sawit dan brondolan ke pabrikd. Truk yang dating berisi TBS dan brondolan harus ditimbang untuk mengetahui berat TBS yang akan diolah.Pada tingkat pabrik difokuskan pada limbah atau juga hasil sampingan dari CPO yang dapat dimanfaatkan kembali. diantaranya adalah :o Kernel (biji sawit); biji sawit ini juga dapat diolah lagi menjadi produk minyak. Pengolahan kerenel sawit ini sudah banyak dilakukan oleh berbagai industri. Bahkan di Malaysia, penelitian untuk pemanfaatan kernel ini sudah banyak berkembang. Hasil penelitian terakhir menyebutkan bahwa kernel juga sangat bagus sebagai bahan pakan ikan, sebab mengandung protein yang cukup bagus bagi pertumbuhan ikan.o Cangkang biji sawit dan serat ; cangkang sawit dianggap sebagai salah satu potensi hasil samping lain yang dimanfaatkan sebagai sumber energi. Untuk pengolahan 1 ton TBS, normalnya membutuhkan 20-25 kWh tenaga listrik dan 0,75 ton uap air. Pembakaran serat dan cangkang biasanya akan menghasilkan 45 kWh dari 210 kg cangkang dan serat dan untuk pembakaran tandan kosong (230 kg) akan menghasilkan 35 kWh. Artinya hanya dengan pembakaran limbah padatnya saja sudah bias mencukupi kebutuhan listrik pabrik, sisanya 56 kWh bisa di jual atau digunakan untuk keperluan lain.o Tandan kosong memiliki potensi yang cukup besar untuk dapat dimanfaatkan lagi. Selama ini di pabrik pengolahn kelapa sawit tandan kosong ini hanya dip roses melalui proses pembusukan (fermentasi) dan kemudian dimanfaatkan kembali sebagi pupuk bagi tanaman saweit itu sendiri. Namun dibeberapa Negara (bahkan Malaysia) sudah mulai memanfaatkan tandan kosong ini sebagai salah satu bahan pulp untuk pembuatanm kertas selain itu dapat di gunakan juga sebagai media budidaya jamur sehingga dapat meningkatkan pendapatan dan mengurangi limbah padat yang dihasilkan.o Limbah cair dilakukan pemisahan terlebih dahulu antara minyak dan airnya. Sebelum air tersebut digunakan untuk mesin pemanas generator yang berfungsi sebagai suplai energi sebagai mesin penggerak mesin di pabrik CPO tersebut sedangkan minyak sawit hasil pengutipan dapat dijadikan sebagai sumber karotenoid dan bahan baku pabrik sabun sehingga dapat meningkatkan pendapatan dan mengurangi limbah yang dihasilkan. Bahkan dari beberapa penelitian disebutkan juga gas yang dihasilkan dari proses pengekstraksian minyak sawit dengan tandanya juga bisa dijadikan biogas.

VII. KesimpulanBerdasarkan kajian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa penerapan Produksi bersih (Cleanner production) pada industri Kelapa sawit di Kalimantan Barat dapat menjadi solusi untuk mewujudkan Industri sawit yang ramah lingkungan dan berdaya saing tinggi di pasar global. Penerapan produksi bersih tersebut dimulai dari strategi 5R yaitu berpikir ulang (re-think) untuk pencegahan (elimination) pengurangan (reduce), pakai ulang (reuse), daur ulang (recycle) dan pungut ulang (recovery) limbah dengan demikian maka pendekatan Produksi Bersih akan meningkatkan efisiensi produksi dan jasa, mengurangi timbulan limbah, mengurangi biaya produksi atau biaya operasi, meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja.

Page 16: Konsep Dan Penerapan Produksi Bersih Web

VIII. Daftar PustakaEdi Suroso, 2007. Kajian Penurunan Pencemaran Lingkungan dan Peningkatan Efisiensi Pabrik Kelapa Sawit Melalui Penerpan Proses Produksi. Universitas Lampung, Bandar Lampung.Noer Sutrisno, 2008. Partisipatif berkelanjutan Peranan industri sawit dalam pengembangan Peranan industri sawit dalam pengembangan Ekonomi regional: menuju pertumbuhan Ekonomi regional: menuju pertumbuhan Partisipatif berkelanjutan. Seminar Nasional Dampak Kehadiran Perkebunan kelapa Sawit terhadap Kesejahteraan Masyarakat, Universitas Sumatra Utara.Purwanto, 2007. Penerapan Produksi Bersih di Kawasan Industri. Seminar Penerapan Program Produksi Bersih, Jakarta.Ratno Sadinata, 2007. Cleaner Production (Produksi Bersih). Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Daerah, Provinsi Jawa Barat.Surna T. Djajadiningrat dan Melia Famiola, 2004. Kawasan Industri Berwawasan Lingkungan. Penerbit Rekayasa Sains, Bandung.