konsep berduka

21
PAPER KEBUTUHAN AMAN NYAMAN KONSEP BERDUKA (GRIEF) Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Kebutuhan Aman Nyaman Disusun oleh : Annisa Ika S. (22020114120026) Arintan Nur Safitri (22020114120046) Aryani Wahyuningsih (22020114120013) Avinda Deviana (22020114120028) Dwi Putri Puspitarini (22020114120029) Fera Ayu Fitriyani (22020114120031) Niken Kusumaningrum (22020114120019) Noor Dhyana M. (22020114120017) Tara Najmia L. S. (22020114120014) Ubaid Hanif N. (22020114120016) Umi Afrikhah (22020114120024) JURUSAN KEPERAWATAN

Upload: ubaid

Post on 14-Jul-2016

62 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

njbyybunilomomo

TRANSCRIPT

Page 1: KONSEP BERDUKA

PAPER

KEBUTUHAN AMAN NYAMAN

KONSEP BERDUKA (GRIEF)

Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Kebutuhan Aman Nyaman

Disusun oleh :

Annisa Ika S. (22020114120026)

Arintan Nur Safitri (22020114120046)

Aryani Wahyuningsih (22020114120013)

Avinda Deviana (22020114120028)

Dwi Putri Puspitarini (22020114120029)

Fera Ayu Fitriyani (22020114120031)

Niken Kusumaningrum (22020114120019)

Noor Dhyana M. (22020114120017)

Tara Najmia L. S. (22020114120014)

Ubaid Hanif N. (22020114120016)

Umi Afrikhah (22020114120024)

JURUSAN KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2015

Page 2: KONSEP BERDUKA

A. DEFINISI DAN PROSES BERDUKA

Berduka atau dukacita adalah respon emosi yang diekspresikan terhadap

kehilangan yang dimanifestasikan adanya perasaan sedih, gelisah, cemas, sesak nafas,

susah tidur, dan lain-lain. (Potter & Perry, 2005)

Berduka merupakan respon normal pada semua kejadian kehilangan. Perilaku

dan perasaan yang berkaitan dengan proses berduka terjadi pada individu yang

menderita kehilangan seperti perubahan fisik atau kematian teman dekat. Proses ini

juga terjadi ketika individu menghadapi kematian mereka sendiri. Seseorang yang

mengalami kehilangan, keluarganya, dan dukungan sosial lainnya juga mengalami

dukacita. (Potter & Perry, 2005)

Teori Proses Berduka

Tidak ada cara yang paling tepat dan cepat untuk menjalani proses berduka.

Konsep dan teori berduka hanyalah alat yang dapat digunakan untuk mengantisipasi

kebutuhan emosional seseorang dan keluarganya, serta rencana intervensi untuk

membantu mereka memahami dukacita dan menghadapinya. Berikut penjelasan teori

proses berduka dari beberapa pakar.

1. Teori Engels

Menurut Engels (1964) proses berduka mempunyai beberapa fase yang dapat

diaplikasikan pada seseorang yang sedang berduka maupun menjelang ajal.

Berikut beberapa fase yang dilalui :

a. Fase I (shock dan tidak percaya)

Seseorang menolak kenyataan atau kehilangan dan mungkin menarik

diri, duduk malas, atau pergi tanpa tujuan. Reaksi secara fisik termasuk

pingsan, diaporesis, mual, diare, detak jantung cepat, tidak bisa istirahat,

insomnia dan kelelahan.

b. Fase II (berkembangnya kesadaran)

Seseoarang mulai merasakan kehilangan secara nyata/akut dan

mungkin mengalami putus asa. Kemarahan, perasaan bersalah, frustasi,

depresi, dan kekosongan jiwa tiba-tiba terjadi.

c. Fase III (restitusi)

Berusaha mencoba untuk sepakat/damai dengan perasaan yang

hampa/kosong, karena kehilangan masih tidak dapat menerima perhatian dari

seseorang yang bertujuan untuk mengalihkan kehilangan seseorang.

d. Fase IV

Page 3: KONSEP BERDUKA

Menekan seluruh perasaan yang negatif dan bermusuhan terhadap

almarhum. Bisa merasa bersalah dan sangat menyesal tentang kurang

perhatiannya di masa lalu terhadap almarhum.

e. Fase V

Kehilangan yang tak dapat dihindari harus mulai diketahui/disadari.

Sehingga pada fase ini diharapkan seseorang sudah dapat menerima

kondisinya. Kesadaran baru telah berkembang.

2. Teori Kubler-Ross

Kerangka kerja yang ditawarkan oleh Kubler-Ross (1969) adalah berorientasi

pada perilaku dan menyangkut 5 tahap, yaitu sebagai berikut :

a. Penyangkalan (Denial)

Individu bertindak seperti seolah tidak terjadi apa-apa dan dapat

menolak untuk mempercayai bahwa telah terjadi kehilangan. Pernyataan

seperti “tidak, tidak mungkin seperti itu!” atau “tidak akan terjadi pada saya!”

sangat umum dilontarkan.

Reaksi fisik : letih, lemah, diare, gelisah, sesak nafas dan nadi cepat.

b. Kemarahan (Anger)

Individu mempertahankan kehilangan dan mungkin “bertindak lebih”

pada setiap orang dan segala sesuatu yang berhubungan dengan lingkungan.

Pada fase ini orang akan lebih sensitif sehingga mudah sekali tersinggung dan

marah. Hal ini merupakan koping individu untuk menutupi rasa kecewa dan

merupakan menifestasi dari kecemasannya menghadapi kehilangan.

Reaksi fisik : nadi cepat, tangan mengepal, susah tidur, muka merah, bicara

kasar, dan agresif. Contoh : "Saya benci dengan dia karena......, "Ini terjadi

karena dokter tidak sungguh-sungguh dalam pengobatannnya".

c. Penawaran (Bargaining)

Individu berupaya untuk membuat perjanjian dengan cara yang halus

atau jelas untuk mencegah kehilangan. Pada tahap ini, klien sering kali

mencari pendapat orang lain.

Contoh : "Kalau saja saya sakit, bukan anak saya....", "Kenapa saya ijinkan

pergi. Kalau saja dia dirumah ia tidak akan kena musibah ini"., "Seandainya

saya hati-hati, pasti hal ini tidak akan terjadi".

d. Depresi (Depression)

Page 4: KONSEP BERDUKA

Terjadi ketika kehilangan disadari dan timbul dampak nyata dari

makna kehilangan tersebut. Tahap depresi ini memberi kesempatan untuk

berupaya melewati kehilangan dan mulai memecahkan masalah.

Reaksi fisik : susah tidur, letih, menolak makan, dorongan libido menurun.

Contoh : "Biarkan saya sendiri"., "Tidak usah bawa ke rumah sakit, sudah

nasib saya".

e. Penerimaan (Acceptance)

Reaksi fisiologi menurun dan interaksi sosial berlanjut. Kubler-Ross

mendefinisikan sikap penerimaan ada bila seseorang mampu menghadapi

kenyataan dari pada hanya menyerah pada pengunduran diri atau berputus asa.

Contoh : "Ya sudah, saya iklaskan dia pergi.", "Apa yang harus saya lakukan

supaya saya cepat sembuh". "Ya pasti dibalik bencana ini ada hikmah yang

tersembunyi.”

3. Teori Martocchio

Martocchio (1985) menggambarkan 5 fase kesedihan yang mempunyai

lingkup yang tumpang tindih dan tidak dapat diharapkan. Durasi kesedihan

bervariasi dan bergantung pada faktor yang mempengaruhi respon kesedihan itu

sendiri. Berikut penjelasannya.

a. Lahir sampai usia 2 tahun

Tidak punya konsep tentang kematian. dapat mengalami rasa

kehilangan dan dukacita. Pengalaman ini menjadi dasar untuk berkembangnya

konsep tentang kehilangan dan dukacita.

b. Usia 2 sampai 5 tahun

Menyangkal kematian sebagai suatu proses yang normal. Melihat

kematian sebagai sesuatu dapat hidup kembali. Mempunyai kepercayaan tidak

terbatas dalam kemampuannya untuk membuat suatu hal terjadi.

c. Usia 5 sampai 8 tahun

Melihat kematian sebagai akhir, tidak melihat bahwa kematian akan

terjadi pada dirinya. Melihat kematian sebagai hal yang menakutkan. Mencari

penyebab kematian.

d. Usia 8 sampai 12 tahun

Memandang kematian sebagai akhir hayat dan tidak dapat dihindari.

Mungkin tak mampu menerima sifat akhir dari kehilangan. Dapat mengalami

rasa takut akan kematian sendiri.

Page 5: KONSEP BERDUKA

e. Usia remaja

Memahami seputar kematian, serupa dengan orang dewasa. Harus

menghadapi implikasi personel tentang kematian. menunjukkan perilaku

berisiko. Dengan serius mencari makna tentang hidup lebih sadar dan tentang

masa depan.

4. Teori Rando

Rando (1993) mendefinisikan respon berduka menjadi 3 kategori seperti

penjelasan berikut.

a. Penghindaran

Pada tahap ini terjadi shock, menyangkal dan tidak percaya.

b. Konfrontasi

Pada tahap ini terjadi luapan emosi yang sangat tinggi ketika klien

secara berulang-ulang melawan kehilangan mereka dan kedukaan mereka

paling dalam dan dirasakan paling akut.

c. Akomodasi

Pada tahap ini terjadi secara bertahap penurunan kedukaan akut dan

mulai memasuki kembali secara emosional dan sosial dunia sehari-hari

dimana klien belajar untuk menjalani hidup dengan kehidupan mereka.

Berikut tabel perbandingan teori proses berduka :

PERBANDINGAN TEORI PROSES BERDUKA

ENGELS, 1964KUBLES-ROSS,

1969MARTOCCHIO, 1985 RANDO, 1991

Syok dan tidak percaya Menyangkal Syok dan tidak percaya Penghindaran

Berkembangnya

kesadaranMarah Kerinduan dan protes Konfrontasi

Restitusi (ganti rugi) Tawar-menawar

Kesedihan yang

mendalam,

disorganisasi, putus asa

Akomodasi

Idealisasi Depresi Identifikasi kehilangan

Reorganisasi (hasil) PenerimaanReorganisasi dan

restitusi (ganti rugi)

Page 6: KONSEP BERDUKA

B. TIPE BERDUKA

NANDA merumuskan ada dua jenis tipe berduka, yaitu berduka disantisipasi

dan berduka disfungsional (Rachmad, 2011).

1. Berduka diantisipasi (anticipatory grief) adalah suatu status yang merupakan

pengalaman individu dalam merespon kehilangan yang aktual ataupun yang

dirasakan seseorang, hubungan/kedekatan, objek atau ketidakmampuan fungsional

sebelum terjadinya kehilanngan. Tipe ini masih dalam batas normal. Misalnya

seorang istri yang suaminya sekarat, atau seorang gadis yang akan menjalani

operasi di wajahnya yang pasti akan meninggalkan bekas yang buruk.

2. Berduka disfungsional (Pathologic or dysfunctional grief) adalah suatu status yang

merupakan pengalaman individu yang responnya dibesar-besarkan saat individu

kehilangan secara aktual maupun potensial, hubungan, objek dan ketidakmampuan

fungsional. Tipe ini kadang-kadang menjurus ke tipikal, abnormal, atau

kesalahan/kekacauan.

Berduka disfungsional dibedakan menjadi dua tipe :

a. Unresolved grief

Unresolved grief adalah berduka yang lama dan berat.

b. Inhibited grief

Inhibited grief adalah berduka tetapi gejala-gejalanya secara emosional

ditekan tetapi nantinya akan muncul gejala somatik.

Dysfunctional grieving ditandai dengan :

a. Klien gagal berduka akibat kematian orang yang dicintai. Misalnya tidak

menangis, tidak hadir pada pemakaman.

b. Gejala-gejala akan muncul lagi pada saat-saat tertentu. Misalnya pada hari

peringatan kematian, hari raya, dll.

c. Menolak mengunjungi makam dan menolak upacara-upacara peringatan orang

yang meninggal, walaupun peringatan tersebut adalah bagian dari budayanya.

d. Masih terus mencari orang yang meninggal walaupun sudah lama.

e. Tetap belum bisa membicarakan obyek yang hilang, misalnya selalu berkaca-

kaca, suara menjadi serak.

f. Setelah waktu yang lama masih melaporkan keluhan-keluhan fisik.

g. Relasi dengan orang lain memburuk.

C. REAKSI NORMAL KLIEN DENGAN BERDUKA

Page 7: KONSEP BERDUKA

Respons berduka seseorang terhadap kehilangan dapat melalui tahap-tahap berikut

(Kubler-Rose, dalam Potter & Perry, 1997)

1. Tahap Pengingkaran

“Tidak mungkin, ini tidak mungkin”

Merupakan reaksi pertama individu yang mengalami kehilangan adalah syok,

tidak percaya, mengerti, atau mengingkari kenyataan bahwa kehilangan benar-

benar terjadi. Reaksi fisik yang terjadi pada tahap ini adalah letih, lemah, pucat,

mual, diare, gangguan pernapasan, detak jantung cepat, menangis, gelisah dan

tidak tahu harus berbuat apa. Reaksi ini dapat berakhir dalam waktu beberapa

menit atau beberapa tahun.

Tindakan :

a. Memberi kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan perasaannya

dengan cara :

1) Mendorong pasien untuk mengungkapkan perasaan berdukanya.

2) Meningkatkan kesabaran pasien secara bertahap tentang kenyataan dan

kehilangan apabila sudah siap secara emosional.

b. Menunjukkan sikap menerima dengan ikhlas dan mendorong pasien untuk

berbagi rasa dengan cara :

1) Mendengarkan dengan penuh perhatian dan minat apa yang dikatakan

oleh pasien tanpa menghukum atau menghakimi.

2) Menjelaskan kepada pasien bahwa sikap tersebut dapat terjadi pada

orang yang mengalami kehilangan.

c. Memberikan jawaban yang jujur terhadap pertanyaan pasien tentang sakit,

pengobatan dan kematian dengan cara :

1) Menjawab pertanyaan pasien dengan bahasa yang sudah dimengerti,

jelas dan tidak berbelit-belit.

2) Mengamati dengan cermat respon pasien selama berbicara.

3) Meningkatkan kesadaran secara bertahap.

2. Tahap Marah

“Kenapa saya? Ini tidak adil, siapa yang harus disalahkan”

Yaitu individu menolak kehilangan. Kemarahan timbul sering diproyeksikan

kepada orang lain atau dirinya sendiri. Orang yang mengalami kehilangan juga

tidak jarang menunjukkan perilaku negatif, berbicara kasar, menolak pengobatan

Page 8: KONSEP BERDUKA

dan menuduh dokter/bidan yang tidak kompeten. Respon fisik yang terjadi; muka

marah, nadi cepat, gelisah, susah tidur, tangan mengepal, dst.

Tindakan :

Mengizinkan dan mendorong pasien untuk mengungkapkan rasa marah

secara verbal tanpa melawan dengan kemarahan :

a. Menjelaskan kepada keluarga bahwa kemarahan pasien sebenarnya tidak

ditujukan kepada mereka.

b. Menizinkan pasien untuk menangis.

c. Mendorong pasien untuk membicarakan rasa marahnya.

d. Membantu pasien menguatkan system pendukung dengan orang lain.

3. Tahap Tawar-menawar

“Saya akan lakukan apapun agar dapat bertahan beberapa tahun lagi”

Terjadi penundaan kesadaran atas kenyataan terjadinya kehilangan dan dapat

mencoba untuk membuat kesepakatan secara halus atau terangterangan seolah-

olah kehilangan tersebut dapat dicegah. Individu mungkin berupaya untuk

melakukan tawar-menawar dengan memohon kemurahan Tuhan Yang Maha Esa.

Tindakan :

Membantu pasien dalam mengungkapkan rasa bersalah dan takut dengan

cara :

a. Mendengar ungkapan dengan penuh perhatian.

b. Mendorong pasien untuk membicarakan takut atau rasa bersalahnya.

c. Bila pasien selalu mengungkapkan “ kata...” atau “ seandainya....”

Beritahu pasien bahwa bidan hanya dapat melakukan sesuatu yang nyata.

d. Membahas bersama pasien mengenai penyebab rasa bersalah atau rasa

takutnya.

4. Tahap Depresi.

“Apa gunanya lagi? Saya akan meninggal, saya tak peduli dengan apapun

lagi”

Pasien sering menunjukkan sikap menarik diri, kadang-kadang bersikap sangat

penurut, tidak mau bicara, menyatakan keputusasaan, rasa tidak berharga bahkan

bisa muncul keinginan bunuh diri.

Gejala fisik :

Page 9: KONSEP BERDUKA

a. Menolak makan

b. Susah tidur

c. Letih

d. Dorongan libido/ menurun

e. Dan lain-lain

Tindakan :

a. Membantu pasien mengidentifikasi rasa bersalah dan takut dengan cara :

1) Mengamati perilaku pasien dan bersalah dengannya membahas

perasaannya.

2) Mencegah tindakan bunuh diri atau merusak diri sesuai derajat

resikonya.

b. Membantu pasien mengurangi rasa bersalah dengan cara :

1) Menghargai perasaan pasien.

2) Membantu pasien menemukan dukungan yang positif dengan

mengaitkan terhadap kenyataan.

3) Bersama pasien membahas pikiran yang selalu timbul.

5. Tahap Penerimaan

“Semua akan baik-baik saja. Saya tidak dapat melawan ini, lebih baik saya

bersiap diri untuk menghadapinya”

Merupakan tahap yang berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan.

Pikiran yang selalu berpusat kepada objek yang hilang akan mulai berkurang atau

hilang. Individu telah menerima kenyataan kehilangan yang dialaminya dan

memulai memandang ke depan.

Tindakan :

Membantu pasien menerima kehilangan yang tidak bisa dielakkan dengan

cara :

a. Membantu keluarga mengunjungi pasien secara teratur.

b. Membantu keluarga berbagi rasa, karena setiap anggota keluarga tidak

berada pada tahap yang sama pada saat yang bersamaan.

c. Membahas rencana setelah masa berkabung terlewati.

d. Memberi informasi akurat tentang kebutuhan pasien dan keluarganya.

D. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSES BERDUKA

Page 10: KONSEP BERDUKA

1. Perkembangan manusia :

Usia klien dan tahap perkembangan mempengaruhi respon terhadap berduka.

Sebagai contoh : anak - anak  tidak dapat memahami rasa kehilangan atau

kematian, tapi sering merasakan kecemasan akibat kehilangan objek dan terpisah

dari orang tua.

2. Hubungan personal :

Ketika rasa kehilangan melibatkan individu lain,  berkualitas dan arti

hubungan yang hilang akan mempengaruhi respon terhadap berduka. Dukungan

sosial  dalam pemulihan dari rasa kehilangan dan berduka.

3. Membantu perawat memahami secara lebih baik dampak dirasa kehilangan pada

perilaku kesehatan dan kesejahteraan klien. Tekanan akibat kematian yang tidak

diharapkan dan tiba-tiba memberikan tantangan yang berbeda dibanding dengan

kematian karena penyakit kronis.

4. Stress koping :

Pengalaman hidup memberikan strategi koping yang digunakan sesorang

untuk mengatasi tekanan rasa kehilangan. Ketika strategi koping yang biasanya

tidak berhasil individu memerlukan strategi yang baru.

5. Status sosial ekonomi :

Status sosial ekonomi mempengaruhi kemampuan sesorang untuk

memasukkan dukungan dan sumber daya untuk beradaptasi dengan rasa

kehilangan dan respon fisik terhadap tekanan. Ketika individu kekurangan sumber

daya financial beban kehilangan menjadi berlipat. Sebagai contoh seorang klien

dengan keterbatasan keuangan tidak dapat mengganti mobil yang rusak akibat

kecelakaaan dan membayar tagihan pengobatan akibat kecelakaan tersebut.

6. Budaya dan etnik :

Budaya seseorang dan struktur sosial lainnya (misalnya keluarga atau

keanggotaan keagamaan) mempengaruhi interpretasi terhadap rasa kehilangan,

membangun pengungkapan berduka yang dapat diterima, serta menyelengarakan

stabilitas dan struktur di tengah kekacauan dan rasa kehilangan.

E. ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN BERDUKA

Page 11: KONSEP BERDUKA

GRIEVING (00136)

Domain : 9 Coping / Stress Tolerance

Class : 2 Coping Responses

Batasan karakteristik :

a. Perubahan tingkat aktifitas

b. Perubahan pola mimpi

c. Perubahan fungsi imun tubuh

d. Gangguan fungsi neuro

endokrin

e. Gangguan pola tidur

f. Marah

g. Menyesal

h. Menyalahkan

i. Keputusasaan

j. Kacau

k. Menemukan arti dari

kehilangan

l. Mempertahankan hubungan

hingga meninggal

m. Kepedihan

n. Perilaku panik

o. Perkembangan individu

p. Gangguan psikologi

q. Menderita

r. Sikap yang tidak rela

s. Mengalami kelegaan

Faktor yang berhubungan :

a. Mengantisipasi kehilangan hal yang bermakna (misal kepemilikan, pekerjaan,

status, rumah, bagian dan proses tubuh).

b. Mengantisipasi kehilangan orang yang terdekat.

c. Mengantisipasi kematian orang yang terdekat.

d. Kehilangan objek penting (misal kepemilikan, pekerjaan, status, rumah, bagian

dan proses tubuh).

No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Page 12: KONSEP BERDUKA

Grieving

(Berduka)

00136

Tujuan :

Duka yang dirasakan oleh

klien dapat berkurang,

dengan kriteria hasil :

Klien mampu

memecahkan

perasaan kehilangan

Klien dapat

mengungkapkan

peristiwa kehilangan

Klien dapat

menerima

kehilangan

Klien mampu

mendeskripsikan arti

dari kehilangan

Klien dapat

berdiskusi dalam

memecahkan

masalah

Pola tidur klien

dapat kembali

normal

Tingkat berdukaan

klien dapat

berkurang

Bantu klien untuk mengontrol

kemarahan

Lakukan bimbingan antipatif

kepada klien

Bantu klien mengatasi

peningkatan perasaan berduka

Lakukan konseling dengan klien

Beri dukungan emosional kepada

klien

Beri promosi integritas keluarga

Anjurkan kepada keluarga klien

untuk member dukungan kepada

klien

Berikan tindakan kepada klien

untuk meningkatkan waktu tidur

klien

Berikan inspirasi kepada klien

Mandiri :

Mendengarkan secara aktif tentang apa

yang diceritakan klien :

Buat tujuan dari interaksi yang

dilakukan

Rasional : untuk memfokuskan interaksi

yang terjadi antara klien dengan perawat

Tampilkan sesuatu yang menarik

di depan klien

Rasional : supaya klien tertarik untuk

melakukan interaksi dengan perawat

Gunakan pertanyaan atau

statement untuk mengungkapkan

ekspresi pemikiran, perasaan,

dan perhatian

Page 13: KONSEP BERDUKA

Rasional : untuk mengetahui apa yang

dirasakan klien

Tampilkan kesadaran diri dan

sensitivitas terhadap emosi

Rasional : supaya tidak menyinggung

perasaan klien

Gunakan tindakan non verbal

untuk memfasilitasi komunikasi

Rasional : untuk mempermudah

interaksi antara klien dan perawat

Klarifikasi pemikiran, pesan

untuk mendapatkan umpan balik

dari klien

Rasional : supaya komunikasi dapat

terjalin dengan baik

Kolaborasi :

1. Terapi keluarga

Bantu keluarga untuk melakukan

management strategi yang

berpengaruh positif

Rasional : agar keluarga dapat

memberikan pengaruh positif kepada

klien

Fasilitasi strategi dalam rangka

penurunan stres (dapat

berkolaborasi dengan psikolog)

Rasional : untuk mempercepat proses

penurunan stres klien

2. Dukungan spiritiual

Sediakan klien waktu khusus

untuk melakukan aktivitas

spiritual

Rasional : supaya kebutuhan spiritual

Page 14: KONSEP BERDUKA

pasien terpenuhi

Fasilitasi klien dalam meditasi,

berdoa dan melakukan ibadah

yang lainnya (dapat dilakukan

dengan bantuan tokoh agama)

Rasional : untuk membantu klien dalam

meningkatkan spiritualnya

F. DAFTAR PUSTAKA

Laluyan, M. M., Kanine, E., Womiling, F. Gambaran tahapan kehilangan dan berduka

pasca banjir pada masyarakat di kelurahan perkamil kota manado.

Rahayu, E. B. (2008). Respon dan Koping. Diakses pada 4 Mei 2015, dari

lib.ui.ac.id/file?file=digital/126756-TESIS0534%20Est%20N08r...pdf

Eliana, M. (2011). Konsep Kehilangan. Diakses pada 4 Mei 2015, dari

repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24757/4/Chapter%20II.pdf

Potter & Perry. 2005. Fundamental Keperawatan volume 1. Jakarta: EGC