konsep belis (mahar) adat perkawinan ...digilib.uin-suka.ac.id/34232/1/14350031_bab i_bab v...dengan...

57
KONSEP BELIS (MAHAR) ADAT PERKAWINAN MASYARAKAT LABUAN BAJO KABUPATEN MANGGARAI BARAT NUSA TENGGARA TIMUR (TINJAUAN HUKUM ISLAM) SKRIPSI DIAJUKAN KEPADA FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA UNTUK MEMENUHI SYARAT MEMPEROLEH GELAR STRATA SATU DALAM ILMU HUKUM ISLAM OLEH: INDRI AYU LESTARI NIM: 14350031 PEMBIMBING: Dr. MALIK IBRAHIM, M. Ag. NIP: 19660801 199303 1 002 PRODI AL-AHWAL ASY-SYAKHSIYYAH FAKULTAS SYARI’AH & HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2018 Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (21.02.2019)

Upload: others

Post on 21-Feb-2020

23 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KONSEP BELIS (MAHAR) ADAT PERKAWINAN ...digilib.uin-suka.ac.id/34232/1/14350031_BAB I_BAB V...Dengan kuasa Allah dan petunjuk Rasulullah, akhirnya penyusun dapat menyelesaikan penulisan

KONSEP BELIS (MAHAR) ADAT PERKAWINAN MASYARAKAT LABUAN BAJO

KABUPATEN MANGGARAI BARAT NUSA TENGGARA TIMUR

(TINJAUAN HUKUM ISLAM)

SKRIPSI

DIAJUKAN KEPADA FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA

UNTUK MEMENUHI SYARAT MEMPEROLEH GELAR STRATA SATU

DALAM ILMU HUKUM ISLAM

OLEH:

INDRI AYU LESTARI NIM: 14350031

PEMBIMBING:

Dr. MALIK IBRAHIM, M. Ag. NIP: 19660801 199303 1 002

PRODI AL-AHWAL ASY-SYAKHSIYYAH

FAKULTAS SYARI’AH & HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA

YOGYAKARTA

2018

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (21.02.2019)

Page 2: KONSEP BELIS (MAHAR) ADAT PERKAWINAN ...digilib.uin-suka.ac.id/34232/1/14350031_BAB I_BAB V...Dengan kuasa Allah dan petunjuk Rasulullah, akhirnya penyusun dapat menyelesaikan penulisan

ii

ABSTRAK

Dikalangan masyarakat Labuan Bajo, khususnya di daerah Manggarai Barat Nusa Tenggara Timur terdapat sebuah tradisi dalam adat perkawinan yang disebut dengan “belis”. Belis adalah pemberian sejumlah uang atau hewan dari pihak keluarga laki-laki diberikan kepada orangtua calon mempelai wanita. Makna pemberian belis ini adalah wujud rasa terima kasih dari pihak laki-laki karena telah mendidik putrinya dengan baik dan telah mengizinkan untuk menikahinya. Penyusun mengaitkan belis dan mahar karena tertarik dan ingin mengetahui kenapa belis masih harus dilakukan (dilaksanakan) sedangkan sejatinya dalam Islam sudah diatur urusan mahar (pemberian) dalam pernikahan. Adapun yang menjadi pokok masalah adalah mengapa tradisi belis masih dipertahankan di Desa Labuan Bajo dan bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap tradisi belis itu sendiri.

Jenis penelitian yang digunakan dalam menyusun skripsi ini adalah penelitian lapangan (Field Research). Penelitian lapangan (Field Research) bertujuan untuk menjelaskan tradisi belis di Desa Labuan Bajo Kabupaten Manggarai Barat Nusa Tenggara Timur. Penelitian ini bersifat preskriptif analitik. Tujuan dari penelitian preskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antarfenomena yang diselidiki. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan normatif yaitu pendekatan terhadap suatu masalah yang didasarkan atas hukum Islam, baik itu berasal dari Al-Qur’an, Hadits dan kaidah ushul fiqh.

Dalam penelitian ini diperoleh dua kesimpulan, pertama penyebab tradisi belis masih dipertahankan di Desa Labuan Bajo Kabupaten Manggarai Barat Nusa Tenggara Timur adalah karena masyarakat Labuan Bajo meyakini bahwa adat atau tradisi merupakan peninggalan nenek moyang atau orang-orang terdahulu dan sebagai masyarakat yang hidup setelahnya berkewajiban melestarikan. Selain itu juga karena adat atau tradisi telah menjadi sesuatu yang melekat pada hidup masyarakat, jadi ketika tidak melaksanakannya menjadi ada sesuatu yang dirasa kurang lengkap. Kedua, menurut hukum Islam, belis dipandang sejalan dengan hukum Islam dan tidak ada syarat atau unsur yang diharamkan dalam hukum Islam. Oleh karena itu, belis termasuk dalam ‘urf shahih yaitu adat yang baik dapat diterima karena tidak bertentangan dengan syara’ dan adanya unsur kemaslahatan didalamnya. Jadi praktik tradisi belis diperbolehkan karena merupakan ‘urf shahih.

Kata kunci: Belis, Tradisi, Pernikahan.

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (21.02.2019)

Page 3: KONSEP BELIS (MAHAR) ADAT PERKAWINAN ...digilib.uin-suka.ac.id/34232/1/14350031_BAB I_BAB V...Dengan kuasa Allah dan petunjuk Rasulullah, akhirnya penyusun dapat menyelesaikan penulisan

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (21.02.2019)

Page 4: KONSEP BELIS (MAHAR) ADAT PERKAWINAN ...digilib.uin-suka.ac.id/34232/1/14350031_BAB I_BAB V...Dengan kuasa Allah dan petunjuk Rasulullah, akhirnya penyusun dapat menyelesaikan penulisan

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (21.02.2019)

Page 5: KONSEP BELIS (MAHAR) ADAT PERKAWINAN ...digilib.uin-suka.ac.id/34232/1/14350031_BAB I_BAB V...Dengan kuasa Allah dan petunjuk Rasulullah, akhirnya penyusun dapat menyelesaikan penulisan

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (21.02.2019)

Page 6: KONSEP BELIS (MAHAR) ADAT PERKAWINAN ...digilib.uin-suka.ac.id/34232/1/14350031_BAB I_BAB V...Dengan kuasa Allah dan petunjuk Rasulullah, akhirnya penyusun dapat menyelesaikan penulisan

vi

MOTTO

Tetaplah bergerak maju meski lambat

Karena dalam keadaan tetap bergerak, kamu

bisa menciptakan kemajuan.

Adalah jauh lebih baik bergerak maju sekalipun

pelan.

Dari pada tidak bergerak sama sekali.

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (21.02.2019)

Page 7: KONSEP BELIS (MAHAR) ADAT PERKAWINAN ...digilib.uin-suka.ac.id/34232/1/14350031_BAB I_BAB V...Dengan kuasa Allah dan petunjuk Rasulullah, akhirnya penyusun dapat menyelesaikan penulisan

vii

PERSEMBAHAN

Dengan rasa bahagia dan rendah hati, karya ini

kupersembahkan kepada mereka :

❖ Ayahanda “ Djamaludin ” dan Ibunda “ Ariyanti “

❖ Adik-adikku

❖ Dosen-dosen FSH dan Almamaterku UIN Sunan kalijaga

Yogyakarta

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (21.02.2019)

Page 8: KONSEP BELIS (MAHAR) ADAT PERKAWINAN ...digilib.uin-suka.ac.id/34232/1/14350031_BAB I_BAB V...Dengan kuasa Allah dan petunjuk Rasulullah, akhirnya penyusun dapat menyelesaikan penulisan

viii

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

Transliterasi adalah pengalihan tulisan dari satu bahasa ke dalam bahasa

lain. Dalam skripsi ini transliterasi yang dimaksud adalah pengalihan tulisan

Bahasa Arab ke Bahasa Latin. Penulisan transliterasi Arab-Latin dalam skripsi ini

menggunakan transilterasi berdasarkan surat keputusan bersama Menteri Agama

Republik Indonesia dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia

Nomor. 158 Tahun 1987 dan Nomor: 0543 b/U/1987. Secara uraiannya adalah

sebagai berikut:

A. Konsonan Tunggal

Huruf

Arab

Nama Huruf Latin Ketengan

ا

ب

ت

ث

ج

ح

خ

د

ذ

ر

ز

س

ش

ص

ض

ط

ظ

ع

Alif

Ba’

Ta’

Sa’

Jim

Ha’

Kha’

Dal

Dzal

Ra’

Zai

Sin

Syin

Sad

Dad

Ta’

Za’

‘Ain

Tidak dilambangkan

b

t

s

j

h

kh

d

z

r

z

s

sy

s

d

t

z

Tidak dilambangkan

be

te

es(dengan titik di atas)

je

ha (dengan titik di atas)

ka dan ha

de

zet (dengan titik di atas)

er

zet

es

es dan ye

es (dengan titik di atas)

de (dengan titik di atas)

te (dengan titik di atas)

zet (dengan titik di atas)

koma terbalik di atas

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (21.02.2019)

Page 9: KONSEP BELIS (MAHAR) ADAT PERKAWINAN ...digilib.uin-suka.ac.id/34232/1/14350031_BAB I_BAB V...Dengan kuasa Allah dan petunjuk Rasulullah, akhirnya penyusun dapat menyelesaikan penulisan

ix

غ

ف

ق

ك

ل

م

ن

و

ه

ء

ي

Gain

Fa’

Qaf

Kaf

Lam

Mim

Nun

Wawu

Ha’

Hamzah

Ya’

G

F

Q

L

I

M

N

W

H

y

ge

ef

qi

ka

el

em

en

w

ha

apostrof

ye

B. Konsonan Rangkap Karena Syaddah

متعد دة

عدة

Ditulis

Ditulis

muta’addidah

‘iddah

C. Ta’ Marbutah di Akhir Kata

1. Bila dimatikan ditulis h

حكمه

عده

ditulis

ditulis

Hikmah

‘illah

(keterangan ini tidak diperlukan bagi kata-kata Arab yang sudah terserap

dalam bahasa Indonesia, seperti salat, zakat, dan sebagainya, kecuali bila

dikehendaki lafal aslinya).

2. Bila diikuti dengan kata sandang al serta bacaan kedua itu terpisah, maka

ditulis dengan h.

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (21.02.2019)

Page 10: KONSEP BELIS (MAHAR) ADAT PERKAWINAN ...digilib.uin-suka.ac.id/34232/1/14350031_BAB I_BAB V...Dengan kuasa Allah dan petunjuk Rasulullah, akhirnya penyusun dapat menyelesaikan penulisan

x

رامةاألولياء Diltulis Laramah al-Auliya’

3. Bila ta’ marbutah hidup atau dengan harakat fathah kasrah dan dammah

ditulis t atau h.

Ditulis Zakat al-Fitri زكاة الفطر

D. Vokal Pendek

فعل

ذكر

يذهب

Fathah

kasrah

dammah

A

fa’ala

i

zukira

u

yazhabu

E. Vokal Panjang

1

2

3

4

Fathah + alif

خاهلية

Fathah + ya’ mati

تنسى

Kasrah + ya’ mati

كريم

Dammah + wawu mati

فرود

ditulis

ditulis

ditulis

ditulis

ditulis

ditulis

ditulis

ditulis

a

jahiliyah

a

tansa

i

karim

u

furud

F. Fokal Rangkap

1

Fathah + ya’ mati

بينكم

ditulis

ai

bainakum

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (21.02.2019)

Page 11: KONSEP BELIS (MAHAR) ADAT PERKAWINAN ...digilib.uin-suka.ac.id/34232/1/14350031_BAB I_BAB V...Dengan kuasa Allah dan petunjuk Rasulullah, akhirnya penyusun dapat menyelesaikan penulisan

xi

2

Fathah + waw mati

قول

ditulis

dituls

ditulis

au

qaul

G. Vokal pendek Berurutan dalam Satu Kata Dipisahkan dengan Apostrof

أأتم

لءن شكرتم

Ditulis

ditulis

a’antum

la’in syakartum

H. Kata Sandang Alif + Lam

Kata sandang dalam tulisan Arab dilambangkan dengan huruf ال , namun

dalam transliterasi ini kata sandang itu dibedakan atas kata sandang yang

diikuti oleh huruf syamsiyah dan kata sandang yang diikuti oleh huruf

qomariah.

1. Bila diikuti Huruf Qamariyyah

Kata sandang yang diikuti oleh huruf Qamariyyah ditransliterasikan sesuai

dengan bunyinya

القرآن

القياس

Ditulis

ditulis

Al-Qur’an

Al-Qiyas

2. Bila diikuti Huruf Syamsiyyah ditulis dengan menggunakan Huruf

Syamsiyyah yang mengijutinya, dengan menghilangkan huruf (el) nya.

السمء

الشمس

Ditulis

ditulis

As-Sama’

Asy-Syams

I. Penulisan Kata-kata dalam rangkaian Kalimat

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (21.02.2019)

Page 12: KONSEP BELIS (MAHAR) ADAT PERKAWINAN ...digilib.uin-suka.ac.id/34232/1/14350031_BAB I_BAB V...Dengan kuasa Allah dan petunjuk Rasulullah, akhirnya penyusun dapat menyelesaikan penulisan

xii

Di tulis menurut penulisannya.

ذوالفرود

اهل السنة

ditulis

ditulis

Zawal al-Furud

Ahwal as-Sunnah

J. Huruf Kapital

Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal, dalam

transliterasi ini huruf tersebut digunakan juga. Penggunaan huruf kapital

seperti yang berlaku dalam EYD, diantaranya, huruf kapital digunakan

kalimat. Nama diri yang didahului oleh kata sandang, maka yang ditulis

dengan huruf kapital adalah huruf awal nama diri bukan huruf kata

sandangnya. Contoh:

ي انزل فيه القرآنشهر رمضان الذ Syahru Ramadhan al-lazi unzila fih al-qura’an

K. Pengecualian

Sistem transliterasi ini tidak berlaku pada:

a. Kosa kata Arab yang lazim dalam bahasa Indonesia dan terdapat

dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, misalnya hadis, lafaz,

zakat, dan sebagainya.

b. Judul buku yang menggunakan kata Arab, namun sudah di-latin-

kan oleh penerbit, seperti judul buku Al-Hijab, Fiqh Mawaris, Fiqh

Jinayah dan sebagainya

c. Nama pengarang yang menggunakan nama Arab, tetapi berasal

dari negara yang menggunakan huruf Latin, misalnya Quraish

Shihab, Ahmad Syukri Soleh dan Sebagainya.

d. Nama penerbit di Indonesia yang menggunakan kata Araba,

misalnya Mizan, Hidayah, Taufiq, Al-Mss’arif dan sebagainya.

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (21.02.2019)

Page 13: KONSEP BELIS (MAHAR) ADAT PERKAWINAN ...digilib.uin-suka.ac.id/34232/1/14350031_BAB I_BAB V...Dengan kuasa Allah dan petunjuk Rasulullah, akhirnya penyusun dapat menyelesaikan penulisan

xii

Kata Pengantar

الرحيم الرمحن هللا بسم

إن احلمد هلل حنمده ونستعينه ونستغفره ونعوذ ابهلل من شرور أنفسنا ومن

سيئات أعمالنا من يهده هللا فالمضل له ومن يضلل فال هادي له. أشهد أن ال

إله إال هللا وحده ال شريك له. وأشهد أن حممدا عبده ورسوله. أما بعد.

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah menciptakan bumi dan

seisinya.Shalawat serta salam tak lupa kita junjungkan kepada Nabi yang

memberi penjelasan atas ilmu-ilmu Allah kepada ummatnya, Nabi pemimpin

ummat Rasulullah SAW.

Dengan kuasa Allah dan petunjuk Rasulullah, akhirnya penyusun dapat

menyelesaikan penulisan skripsi yang menjadi tugas akhir kuliah dengan judul

“Konsep Belis (Mahar)Adat Perkawinan Masyarakat Labuan Bajo

Kabupaten Manggarai Barat Nusa Tenggara Timur (Tinjauan Hukum

Islam)”. Penulis skripsi ini guna memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar

Sarjana Strata satu (1) dalam bidang ilmu hukum Islam pada Fakultas Syari’ah

dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Penyusun tidak lupa, bahwa skripsi ini terselesai berkat campur tangan

dari berbagai pihak, yang memberikan masukan, kritikan, serta motivasi tinggi

kepada penyusun. Oleh karena itu penyusun menyampaikan rasa terima kasih

kepada mereka. Semoga Allah membalasnya di hari akhir kelak.

Adapun ucapan terima kasih penyusun sampaikan kepada yang terhormat.

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (21.02.2019)

Page 14: KONSEP BELIS (MAHAR) ADAT PERKAWINAN ...digilib.uin-suka.ac.id/34232/1/14350031_BAB I_BAB V...Dengan kuasa Allah dan petunjuk Rasulullah, akhirnya penyusun dapat menyelesaikan penulisan

xiii

1. Prof. Drs. K. H. Yudian Wahyudi, BA., BA., MA,. Ph.D., selaku Rektor

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.

2. Dr. H. Agus Moh. Najib, S.Ag., M.Ag., selaku Dekan Fakultas Syari’ah

dan Hukum.

3. Dr. Malik Ibrahim, M. Ag., selaku Dosen pembimbing Skripsi.

4. Hj. Fatma Amilia, S.Ag., M.Si., selaku Dosen Pembimbing Akademik.

5. Mansur, S.Ag., M.Ag., selaku Ketua jurusan Al-ahwal Asy-Syakhsiyyah.

6. Bapak dan ibu selaku Dosen jurusan Al-Ahwal Asy-Syakhsiyyah.

7. Buat kedua orangtuaku yang selalu memberi support, dan adik-adikku.

8. Teman-temanku AS angkatan 2014 yang luar biasa. Fitri, Hesti, Dian, Ika,

Lilis, Qibty, Dkk.

Tiada yang dapat penyusun berikan selain do’a dan harapan semoga kita semua

sukses di dunia dan akhirat. Amiin.

Yogyakarta, 16 November 2018

Penulis

INDRI AYU LESTARI

14350031

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (21.02.2019)

Page 15: KONSEP BELIS (MAHAR) ADAT PERKAWINAN ...digilib.uin-suka.ac.id/34232/1/14350031_BAB I_BAB V...Dengan kuasa Allah dan petunjuk Rasulullah, akhirnya penyusun dapat menyelesaikan penulisan

xiv

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................................ i

ABSTRAK ........................................................................................................................ ii

HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI ....................................................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................................... iv

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ........................................................................... v

MOTTO ............................................................................................................................ vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................................... vii

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN ........................................................... viii

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... xiii

DAFTAR ISI ..................................................................................................................... xiv

BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 8

C. Tujuan dan Kegunaan ................................................................................... 8

D. Telaah Pustaka ............................................................................................... 9

E. Kerangka Teoritik ......................................................................................... 14

F. Metode Penelitian ........................................................................................... 20

G. Sistematika Pembahasan ............................................................................... 23

BAB II. MAHAR DALAM HUKUM ISLAM ............................................................... 26

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (21.02.2019)

Page 16: KONSEP BELIS (MAHAR) ADAT PERKAWINAN ...digilib.uin-suka.ac.id/34232/1/14350031_BAB I_BAB V...Dengan kuasa Allah dan petunjuk Rasulullah, akhirnya penyusun dapat menyelesaikan penulisan

xv

A. Pengertian Mahar .......................................................................................... 26

B. Landasan Hukum dan Kedudukan .............................................................. 29

C. Macam-macam, Kadar dan Cara Penetapan .............................................. 32

D. Gugurnya Mahar ........................................................................................... 42

BAB III. KONSEP BELIS DI MASYARAKAT LABUAN BAJO

KABUPATEN MANGGARAI BARAT NUSA TENGGARA TIMUR ..... 47

A. Gambaran Umum Kota Labuan Bajo Kabupaten Manggarai

Barat Nusa Tenggara Timur ................................................................... 47

1. Letak Geografis ............................................................................ 47

2. Kondisi Ekonomi, Pendidikan, Sosial Budaya, Keagamaan,

dan Keagamaan ............................................................................ 48

3. Bentuk-bentuk Perkawinan ........................................................ 55

B. Konsep Belis Dalam Adat Perkawinan Masyarakat Labuan Bajo

Kabupaten Manggarai Barat Nusa Tenggara Timur ........................... 56

1. Pengertian Belis (mahar) ............................................................. 56

2. Latar Belakang Belis .................................................................... 57

3. Fungsi Belis (mahar) .................................................................... 60

4. Ketentuan dan Proses Belis ......................................................... 60

5. Pendapat Tokoh Agama, Tokoh Adat, dan Masyarakat .......... 69

BAB IV. ANALISIS NORMATIF TERHADAP KONSEP BELIS

(MAHAR) DALAM ADAT PERKAWINAN MASYARAKAT

LABUAN BAJO KABUPATEN MANGGARAI BARAT

NUSA TENGGARA TIMUR ......................................................................... 74

A. Analisis Terhadap Ketentuan dan Proses Belis ..................................... 74

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (21.02.2019)

Page 17: KONSEP BELIS (MAHAR) ADAT PERKAWINAN ...digilib.uin-suka.ac.id/34232/1/14350031_BAB I_BAB V...Dengan kuasa Allah dan petunjuk Rasulullah, akhirnya penyusun dapat menyelesaikan penulisan

xvi

B. Analisis Terhadap Pendapat Tokoh Agama, Tokoh Adat,

dan Masyarakat ....................................................................................... 78

BAB V. PENUTUP ........................................................................................................... 86

A. Kesimpulan ............................................................................................... 86

B. Saran-saran .............................................................................................. 88

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 90

DAFTAR TERJEMAH

BIOGRAFI ULAMA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

1. Pedoman Wawancara

2. Surat Izin Penelitian

3. Surat Bukti Wawancara

4. Curriculum Vitae

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (21.02.2019)

Page 18: KONSEP BELIS (MAHAR) ADAT PERKAWINAN ...digilib.uin-suka.ac.id/34232/1/14350031_BAB I_BAB V...Dengan kuasa Allah dan petunjuk Rasulullah, akhirnya penyusun dapat menyelesaikan penulisan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkawinan disebut juga “pernikahan”, berasal dari kata nikah

yang menurut bahasa artinya mengumpulkan, saling memasukkan, dan

digunakan untuk arti bersetubuh (wathi). Menurut istilah hukum Islam,

pernikahan adalah: ومن ك يشء خلقنا زوجني لعلمك تذكرون1

Dalam Undang-Undang No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan,

Perkawinan adalah ikatan lahir bathin antara seorang laki-laki dengan

seorang perempuan sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk

keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan

Yang Maha Esa.2

Berdasarkan Pasal (2) Kompilasi Hukum Islam (KHI), Perkawinan

menurut hukun Islam adalah pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat atau

mitsaqan ghalidzan untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya

merupakan ibadah.3Tujuan pernikahan: Allah mensyari’atkan pernikahan

dan dijadikan dasar yang kuat bagi kehidupan manusia karena adanya

beberapa nilai yang tinggi dan beberapa tujuan utama yang baik bagi

manusia. Dengan pernikahan tali keturunan bisa diketahui dan hal ini

sangat berdampak besar bagi perkembangan generasi selanjutnya.

Perkawinan bertujuan untuk mewujudkan kehidupan rumah tangga yang

sakinah, mawaddah, dan rahmah. Tujuan dari ditetapkannya pernikahan

1Az- Zariyat )51): 49. 2UU No. 1 Tahun 1971 tentang Perkawinan, Pasal 1. 3Abdurahman, KHI di Indonesia, (Jakarta: Akademika Pressindo, 1992), hlm. 144.

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (21.02.2019)

Page 19: KONSEP BELIS (MAHAR) ADAT PERKAWINAN ...digilib.uin-suka.ac.id/34232/1/14350031_BAB I_BAB V...Dengan kuasa Allah dan petunjuk Rasulullah, akhirnya penyusun dapat menyelesaikan penulisan

2

pada umumnya adalah untuk menghindarkan manusia dari praktik

perzinaan dan seks bebas.

Perkawinan di Indonesia dilaksanakan selain menggunakan ajaran

agama dan panduan hukum perdata, perkawinan juga disesuaikan dengan

kebiasaan perkawinan daerah masing-masing (adat). Prosesi pernikahan

yang diawali dengan lamaran, pertunangan hingga pernikahan antara

daerah berbeda satu dengan yang lainnya.

Mahar secara bahasa diartikan nama terhadap pemberian tersebab

kuatnya akad, secara istilah syari`at mahar adalah sebutan bagi harta yang

wajib atas seorang laki-laki bagi seorang perempuan.4Mahar ialah harta,

sedikit atau banyak yang diberikan suami kepada istrinya sebagai simbol

penghormatan serta sebagai tanda cinta kasih kepadanya. Mahar

merupakan salah satu rukun pernikahan. Di Indonesia sebutan mahar

hanya terbatas pada pernikahan. Hal ini selaras sebagaimana dengan

firman Allah SWT:

وءاتوا النسآ ء صد قاهتن حنةل فا ن طنب لك عنيشء منه نفسا فلكوه هنيئا مر يئا5

Macam-macam Mahar

Adapun mengenai macam-macam Mahar, Ulama Fiqh sepakat bahwa

mahar itu bisa dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Mahar Musamma adalah maskawin yang sudah disebut atau dijanjikan

kadar dan besarnya.

2. Mahar Mitsil adalah maskawin yang tidak disebut besar kecilnya, pada

saat sebelum ataupun ketika terjadi pernikahan.

Pada umumnya maskawin itu dalam bentuk materi, baik berupa uang

atau barang-berharga lainnya. Namun syari'at Islam memungkinkan 4Imam Taqiyuddin Abu Bakar, KifayatulAkhyar (Kelengkapan Orang Sholeh) bagiandua, terjemah. K.H. Syarifuddin Anwar & K.H. Mishbah, (Surabaya, Bina Ilmu, 1993), hlm. 128. 5An-Nisa (4): 4.

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (21.02.2019)

Page 20: KONSEP BELIS (MAHAR) ADAT PERKAWINAN ...digilib.uin-suka.ac.id/34232/1/14350031_BAB I_BAB V...Dengan kuasa Allah dan petunjuk Rasulullah, akhirnya penyusun dapat menyelesaikan penulisan

3

maskawin itu dalam bentuk jasa melakukan sesuatu. Di antara bagian dari

prosesi pernikahan, mahar adalah salahsatu komponen yang penting dalam

masyarakat adat yang menjadi salah satu syaratyang harus dipenuhi oleh

mempelai laki-laki pada umumnya.

Propinsi Nusa Tenggara Timur adalah wilayah Timur Indonesia yang

didominasioleh masyarakat yang beragama Kristen, sedangkan Islamnya

sebagian kecil daribeberapa agama yang ada di Nusa Tenggara Timur.

Islam di Nusa Tenggara Timurbanyak dianut oleh masyarakat yang berada

di pesisir pantai Nusa Tenggara Timur, sedangkan di kota sedikit yang

menganut Agama Islam dan sebagaian besarkebanyakan dari pesisir pantai

Nusa Tenggara Timur. Termasuk Labuan Bajo Kabupaten Manggarai

Barat dan sekitarnya.6

Sumber: Peta kota Manggarai Barat tahun 2017.

Sebagai salah satu tujuan hidup hampir semua orang, pernikahan

merupakan hal yang sangat diimpikan. Maka ketika telah memiliki

6Sumber: Daerah Nusa Tenggara Timur, Manggarai dibagi menjadi 3 wilayah yaitu Manggarai Tengah (Ruteng), Manggarai Timur (Borong), Manggarai Barat (Labuan Bajo).

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (21.02.2019)

Page 21: KONSEP BELIS (MAHAR) ADAT PERKAWINAN ...digilib.uin-suka.ac.id/34232/1/14350031_BAB I_BAB V...Dengan kuasa Allah dan petunjuk Rasulullah, akhirnya penyusun dapat menyelesaikan penulisan

4

tambatan hati, seseorang akan merencanakan pernikahan. Dalam hal ini,

persiapan yang harus dilakukan oleh calon mempelai laki-laki. Karena

dalam beberapa tradisi budaya yang ada di Indonesia, pihak laki-laki harus

menyerahkan harta benda sebagai syarat untuk mempersunting calon

istrinya.

Di berbagai daerah Indonesia, beragam ketentuan yang ada terkait

pemberian belis (mahar) pada sang istri. Mulai dari belis (mahar) wajar

yang mencapai jutaan saja hingga belis (mahar) yang kisaran puluhan juta.

Salah satu yang mematok belis (mahar) cukup tinggi adalah daerah Nusa

Tenggara Timur. Tradisi pemberian belis (mahar) yang disebut belis, cuwi

itu, bisa menghabiskan biaya total puluhan hingga ratusan juta. Pemberian

belis (mahar) kepada calon isteri biasanya kisaran 80juta sampai 200juta

atau bahkan lebih.

Belis dalam pernikahan masyarakat Nusa Tenggara Timur dianggap

sebagai bentuk penghargaan maupun penghormatan kepada perempuan

yang akan dinikahi. Mahar dalam adat perkawinan masyarakat Nusa

Tenggara Timur khususnya daerah Manggarai Barat belis (mahar) itu

nilainya tinggi. Ketika pihak perempuan meminta mahar dengan jumlah

yang sangat tinggi, maka pihak laki-laki harus memberikan jumlah belis

(mahar) yang diminta pihak keluarga perempuan. Mahar dalam adat

perkawinan masyarakat Nusa Tenggara Timur khususnya daerah

Manggarai Barat itu tidak ada bedanya dengan masyarakat muslim

maupun non muslim semuanya sama. Jumlah mahar yang diminta rata-rata

angkatnya tinggi. Contohnya 80juta-200juta. Ketika pihak laki-laki yang

tidak sanggup memberikan belis (mahar) secara tunai/lunas kepada pihak

perempuan, maka laki-laki akan diminta mengabdi dirumah pihak

perempuan dan laki-laki tidak bisa memboyong istri ke rumahnya.

Ada beberapa alasan tentang jumlah belis (mahar) dalam adat

perkawinan masyarakat Nusa Tenggara Timur, yakni:

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (21.02.2019)

Page 22: KONSEP BELIS (MAHAR) ADAT PERKAWINAN ...digilib.uin-suka.ac.id/34232/1/14350031_BAB I_BAB V...Dengan kuasa Allah dan petunjuk Rasulullah, akhirnya penyusun dapat menyelesaikan penulisan

5

1. Perempuan sebagai penentu besarnya belis (mahar).

Dalam acara pernikahan masyarakat Nusa Tenggara Timur,

perempuan menjadi pihak yang diuntungkan. Sebab pihak mereka bisa

menentukan besarnya belis (mahar) yang harus dibayar pihak laki-laki. Hal

ini disebabkan kedudukan pihak pemberi laki-laki (keluarga laki-laki)

dianggap lebih tinggi dari kedudukan pihak penerima wanita (keluarga

pihak perempuan). Anggapan ini ada karena perempuan merupakan orang

yang melahirkan generasi penerus selanjutnya.7

2. Bentuk benda yang digunakan sebagai belis (mahar).

Umumnya, pihak laki-laki akan memberikan belis (mahar/mas

kawin) berupa barang-barang maskulin yang tanggung jawab

pemeliharaannya adalah pada laki-laki. Misalnya hewan seperti kuda atau

kerbau dan juga senjata perang misalnya parang dan tombak. Selain

benda-benda maskulin, belis juga berupa perhiasan yang dipakai sebagai

kalung, gelang, dan lain-lain.8

3. Jumlah belis (mahar) yang diberikan.

Pada dasarnya, besarnya belis(mahar) tergantung kesepakatan dan

status sosial calon pengantin, terutama pihak pengantin perempuan. Jika

yang akan dinikahi adalah wanita dengan status sosial tinggi, maka hewan

yang diberikan mencapai 30 ekor. Untuk rakyat biasa sekitar 5-15 ekor,

dan untuk golongan yang lebih bawah lagi dibayar oleh tuan mereka.

Besarnya belis (mahar) yang memberatkan ini, memunculkan kesan bahwa

pernikahan digunakan sebagai alat transaksi bisnis.9

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa masalah perkawinan dalam

adat masyarakat Labuan Bajo Nusa Tenggara Timur dilihat dari garis

7Julius Djara, Kenoto dalam Masyarakat Nusa Tenggara Timur, (Kupang:Semeru, 2005), hlm. 25. 8Julius Djara, Kenoto dalam Masyarakat Nusa Tenggara Timur, (Kupang: Semeru, 2005), hlm. 30. 9Octara Samuel, mungkinkah belis disederhanakan, Kompas 21 Juli 2006.

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (21.02.2019)

Page 23: KONSEP BELIS (MAHAR) ADAT PERKAWINAN ...digilib.uin-suka.ac.id/34232/1/14350031_BAB I_BAB V...Dengan kuasa Allah dan petunjuk Rasulullah, akhirnya penyusun dapat menyelesaikan penulisan

6

keturunan yang mana seorang perempuan digunakan sebagai objek.

Dengan hal inilah yang membuat penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Konsep Belis (mahar) Adat Perkawinan

Masyarakat Labuan Bajo Kabupaten Manggarai Barat Nusa

Tenggara Timur (Tinjauan Hukum Islam).

B. Rumusan Masalah

Dari sekelumit uraian latar belakang masalah di atas, maka penulis

dapat merumuskan beberapa pokok permasalahannya sebagai berikut:

1. Bagaimana konsep belis (mahar) dalam adat perkawinan yang terjadi

pada masyarakat Labuan Bajo Kabupaten Manggarai Barat Nusa

Tenggara Timur ?

2. Bagaimana tinjauan Hukum Islam terhadap konsep belis (mahar)

dalam adat perkawinan masyarakat Labuan Bajo Kabupaten

Manggarai Barat Nusa Tenggara Timur ?

C. Tujuan dan Kegunaan

1. Tujuan

a. Untuk mendeskripsikan Konsep Belis (mahar) Adat Perkawinan

Masyarakat Labuan Bajo Kabupaten Manggarai Barat Nusa

Tenggara Timur sebagai adat yang mempunyai fungsi sebagai

syarat keabsahan suatu perkawinan dan belis (mahar) dalam Islam

sebagai pemberian wajib.

b. Untuk menjelaskan Tinjauan Hukum Islam terhadap konsep Belis

(mahar) Adat Perkawinan Masyarakat Labuan Bajo Kabupatn

Manggarai Barat Nusa Tenggara Timur.

2. Kegunaan

a. Memberikan sumbangan atau kontribusi bagi Ilmu pengetahuan

khususnya di bidang Hukum Keluarga Islam.

b. Menambah khazanahliteratur ilmiah keislaman, pengetahuan dan

mengenai praktik mahar yang terjadi dalam perkawinan di

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (21.02.2019)

Page 24: KONSEP BELIS (MAHAR) ADAT PERKAWINAN ...digilib.uin-suka.ac.id/34232/1/14350031_BAB I_BAB V...Dengan kuasa Allah dan petunjuk Rasulullah, akhirnya penyusun dapat menyelesaikan penulisan

7

masyarakat khususnya bagi masyarakat kalangan muslim di

wilayah Kabupaten Manggarai Barat Nusa Tenggara Timur.

D. Telaah Pustaka

Berkaitan dengan tema penelitian skripsi, penyusun telah

melakukan serangkaian telaah terhadap literatur dan pustaka, namun selain

kurangnya tulisan-tulisan ataupun buku-buku yang membicarakan tentang

itu, yang ada kebanyakan hanya cerita-cerita yang diwasilahkan secara

turun-temurun (penarutan). Hal ini tidaklah menjadi kendala bagi

penyusunan skripsi, karena informasi atau data mengenai konsep belis

(mahar) dapat diperoleh melalui wawancara.

Jurnal yang ditulis oleh Diah Triani, Irawan Suntoro, dan Hermi

Yanzi dengan judul “Adat Perkawinan Jawa Tengah (Studi Deskriptif di

Desa Gisting Bawah Kabupaten Tanggamus)”.10 Penelitian ini berfokus

pada tata cara pelaksanaan upacara adat perkawinan Jawa Tengah

khusunya adat perkawinan masyarakat Yogyakarta yang ada di Desa

Gisting Bawah Tanggamus, motivasi anggota masyarakat untuk

melaksanakan adat perkawinan Jawa Tengah dan kendala yang dihadapi

dalam melestarikan adat perkawinan Jawa Tengah di Desa Gisting Bawah

Tanggamus karena Desa Gisting Bawah Tanggamus berada bukan di

pulau jawa melainkan di pulau Sumatera tepatnya di Provinsi Lampung.

Berbeda dengan yang akan peneliti teliti yaitu penelitian ini tidak

membahasan keseluruhan rangkaian adat dalam pernikahan adat Labuan

Bajo.Berdasarkan telaah pustaka yang penyusun lakukan, secara umum

terdapat kemiripan tentang beberapa hal dari tema yang terkait di antara

beberapa daerah adat di Indonesia. Perbedaan dengan jurnal ini terletak

pada tatanan proses dan pelaksaannya yang menggunakan masing-masing

adat berbeda.

10Diah Triani, Irawan Suntoro, dan Hermi Yanzi, Adat Perkawinan Jawa Tengah (Studi Deskriptif di Desa Gisting Bawah Kabupaten Tanggamus), Jurnal Kultur Demokrasi http://jurnal.fkip.unila.ac.id/index.php/JKD/article/view/9049. Akses tanggal 23 Agustus 2018.

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (21.02.2019)

Page 25: KONSEP BELIS (MAHAR) ADAT PERKAWINAN ...digilib.uin-suka.ac.id/34232/1/14350031_BAB I_BAB V...Dengan kuasa Allah dan petunjuk Rasulullah, akhirnya penyusun dapat menyelesaikan penulisan

8

Jurnal ”Tradisi Doi’ Menre dalam Pernikahan Adat Bugis di

Jambi” karya Ahmad Pattiroy dan Idrus Salam.11Jurnal tersebut

menjelaskan bahwa doi’ menre’termasuk dalam struktur dari norma adat

yang disebut (ade’, assiamaturaseng), yang telah mengakar jauh sebelum

Islam datang. Doi’ menre dalam pernikahan adat Bugis adalah uang pesta

dalam pernikahan dan jumlahnya tidak mengikat. Doi’ menre walaupun

jumlahnya tidak mengikat tetapi pihak wanita bisa meninggikan uang

belanja atau uang hantaran tersebut dengan setinggi-tingginya supaya

pihak laki-laki mundur dari niatnya melamar perempuan tersebut, dengan

alasan sebenarnya pihak wanita tidak suka pihak laki-laki. Juga ada istilah

sompa tandang, sompa tandang sebenarnya adalah doi’menre yang belum

tunai. Biasanya pada masyarakat memberikan jaminan kebun atau sawah.

Jadi sebelum laki-laki mampu membayar tunai doi’menre’ seperti

kesepakatan makan kebun atau sawah tersebut menjadi hal milik

perempuan.

Adanya pelarangan menyulitkan di dalam tradisi pemberian mahar,

karena pada dasarnya mahar mengandung kesederhanaan.Yang berbeda

dengan yang akan penulis teliti adalah belis memang bersifat wajib tetapi

tidak memberatkan karena masih bisa bernegosiasi tongka. Bahkan jika

ada kesepakatan bahwa misalnya nanti belis tidak diberikan di awal atau

sebelum pernikahan tetapi nanti di akhir seirngi berjalannya waktu itu juga

tidak menjadi masalah tergantung kesepakatan. Pada intinya terjadi akad

antara kedua belah pihak.

Dari hasil penelaah yang dilakukan, penyusun mengambil

kesimpulan bahwa belum ada penelitian tentang tradisi belis di masyarakat

Labuan Bajo.Memang banyak penelitian tentang pemberian pernikahan

dalam adat di Indonesia, akantetapi praktik dan pemaknaan di setiap 11Ahmad Pattiroy dan Idrus Salam, Tradisi Doi’ Menre dalam Pernikahan Adat Bugis di Jambi, Jurnal Hukum Keluarga Islam. http://ejournal.uin-suka.ac.id/syariah/Ahwal/article/view/01105. Akses tanggal 23 Agustus 2018.

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (21.02.2019)

Page 26: KONSEP BELIS (MAHAR) ADAT PERKAWINAN ...digilib.uin-suka.ac.id/34232/1/14350031_BAB I_BAB V...Dengan kuasa Allah dan petunjuk Rasulullah, akhirnya penyusun dapat menyelesaikan penulisan

9

daerah tidak sama.Oleh karena itu, penyusun berasumsi bahwa penelitian

ini refresentatif dan layak untuk dikaji.

Skripsi yang disusun oleh Syamsul Rizal yang berjudul

“PelaksanaPemberian Mahar Perkawinan Di Kecamatan Ingin Jaya

Kabupaten Aceh Besar (Perspektif Hukum Islam)”.12Menjelaskan tentang

penetapan mahar dilaksanakan saat proses peminangan, kemudian juga

dalam hal penentuan kadar dan jumlah mahar, pelaksanaannya disebabkan

oleh beberapa faktor yang mempengaruhinya misalnya; faktor keturunan

dan faktor taraf pendidikan perempuan. Perbedaan dengan skripsi ini

terletak pada objek kajiannya, tentang pelaksanaan pemberian mahar

dalam prespektif hukum Islam sedangkan di dalam penelitian ini

membahas tentang konsep mahar dalam tinjauan hukum islam.

Skripsi yang disusun oleh Fauziah Burhan yang berjudul

“Penetapan Co’i Wa’a di Desa Mata Air Kabupaten Manggarai Nusa

Tenggara Timur (perspektif Hukum Islam)”.13 Dalam skripsi ini

mendeskripsikan penetapan konsep mahar dalam masyarakat Kalurahan

Mata Air Kecamatan Reok Kabupaten Manggarai Nusa Tenggara Timur

sebagai sesuatu yang diwajibkan dalam perkawinan, selain itu membahas

tentang latar belakang penetapan mahar yang didalamnya dijelaskan

bahwa faktor keturunan, sosial dan pendidikan akan mempengaruhi

besarnya atau kecilnya jumlah mahar dalam penetapan jumlah mahar. Dari

penelitiannya beliau menyimpulkan bahwa penetapan jumlah mahar di

desa mata air bukan berdasarkan syar’i. Perbedaan dengan skripsi ini

terletak pada objek kajiannya dimana skripsi ini membahas tentang

penetapan konsep mahar perspektif hukum Islam dan di skripsi ini juga

12Syamsul Rizal “Pelaksaan Pemberian Mahar Perkawinan Di Kecamatan Ingin Jaya

Kabupaten Aceh Besar (Perspektif Hukum Islam)”, SkripsiProgram Studi Al-Ahwal Asy-Syakhsiyyah Fakultas Syari’ah Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta: (2003).

13Fauziah Burhan, “Penetapan Co’i Wa’a di kelurahan Mata Air Kecamatan Reok

Kabupaten Manggarai Nusa Tenggara Timur (perspektif Hukum Islam)”,Skripsi Fakultas Syari’ah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. (2008).

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (21.02.2019)

Page 27: KONSEP BELIS (MAHAR) ADAT PERKAWINAN ...digilib.uin-suka.ac.id/34232/1/14350031_BAB I_BAB V...Dengan kuasa Allah dan petunjuk Rasulullah, akhirnya penyusun dapat menyelesaikan penulisan

10

tidak menjelaskan secara rinci tentang bagaimana penerapan konsep

mahar, sedangkan didalam penelitian ini membahas mengenai konsep

mahar adat Labuan Bajo Manggarai Barat Nusa Tenggara Timur dan

bukan Masyarakat Reok Manggarai Timur Nusa Tenggara Timur.

Dari beberapa karya tersebut, penulis beranggapan belum ada

kajian yang berusaha mendeskripsikan dan membandingkan konsep belis

(mahar) adat dalam perkawinan masyarakat Labuan Bajo dalam tinjauan

hukum Islam dalam penerapan di Kabupaten Manggarai Barat. Dari buku

maupun hasil penelitian hanya menjelaskan tentang pengertian, dasar

hukum, ataupun pandangan Islam terhadap mahar, akan tetapi belum ada

yang membandingkan konsep yang dibangun oleh masyarakat adat dan

Tinjauan hukum Islam, maka dari itu penulis hendak menganalisa secara

sistematis perbandingan konsep belis (mahar) adat Labuan Bajo dan

konsep mahar hukum Islam. Disamping itu hal yang paling penting dan

menarik adalah hasil dari penelitian tentang konsep belis (mahar) adat

perkawinan masyarakat Labuan Bajo Kabupaten Manggarai Barat Nusa

Tenggara Timur (Tinjauan Hukum Islam) adalah penulis hendak

memberikan solusi atas penentuan jumlah mahar yang sesuai agar tidak

berbenturan dengan hukum yang terdapat dalam Al-Qur’an dan Hadis dan

tidak menghilangkan Adat Labuan Bajo. Diharapkan penelitian ini

bermanfaat dan menambah khazanah keilmuan hukum adat dan hukum

Islam.

E. Kerangka Teoritik

Islam menghadapkan pembicaraannya kepada akal sehat,

mendesak manusia untuk berusaha memenuhi kehendak fitrahnya. Hukum

Islam menuju kepada toleransi, kemerdekaan dan amar ma’ruf, senantiasa

memberikan kemudahan dan menjauhi kesulitan dalam segala hal yang

berhubungan dengan kebutuhan fitrah manusia itu sendiri, termasuk dalam

proses perkawinan:

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (21.02.2019)

Page 28: KONSEP BELIS (MAHAR) ADAT PERKAWINAN ...digilib.uin-suka.ac.id/34232/1/14350031_BAB I_BAB V...Dengan kuasa Allah dan petunjuk Rasulullah, akhirnya penyusun dapat menyelesaikan penulisan

11

ال ن نس ذال تؤاخ اربن سبتت ك اوعلهيا ما وسعها لها ما كسبتال يلكف هللا نفسا ا ينا نآ ا

ربنا والحتملنا ماالطاقة ان من قبلنيىل ال عرصا كام محلته ا ا نأ وأ خطآ ان ربنا وال حتمل علي

لنا به واعف عنا واغفر لنا و ارمحنا أ نت موالان فآ نرصان عىل القوم الاكفرين14 Mahar (mas kawin) merupakan suatu hal yang pokok dan harus ada

dalam suatu perkawinan meski pun nilai ataupun jumlahnya sangat minim,

dalam praktiknya dianjurkan untuk mempermudah jumlah mahar yang

harus ditunaikan. Besarnya mahar tidak dibatasi, akan tetapi hukum Islam

hanya memberikan prinsip pokok yaitu secara ma’ruf. Artinya dalam

batas-batas yang wajar sesuai dengan adat kebiasaan atau sesuai dengan

kepantasan (mitsil), tetapi dengan catatan bahwa mahar tidak boleh

memberatkan.15

Hukum Islam bersifat universal sehingga ia mengatur segala aspek

kehidupan manusia. Namun bagaimana pun ia tidak bisa terlepas dari

pengaruh budaya atau adat dari suatu daerah tertentu dimana hukum Islam

itu berkembang. Oleh karenya ia perlu mengembangkan pemahaman yang

melihat kepada alternatif-alternatif (solusi) yang diyakini merupakan

tujuan dari hukum Islam dalam merealisasi kemaslahatan hidup manusia

di dunia dan di akhirat.16

Dalam hukum Islam, adat dikenal dengan ‘urf yang secara

etimologi berarti mengetahui atau mengenal sesuatu serta yang baik.17

14Al-Baqarah (2): 286.

15 KhoiruddinNasution, Hukum Perkawinan 1, (Yogyakarta: ACAdemia + TAZZAFA. 2013). hlm 313.

16 Usman Iskandar, Istihsan dan Pembaharuan hukum Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994, hlm. 177. 17 Warson Ahmad, Kamus Al-Munawir Arab-Indonesia, cet ke-14, (Surabaya: Pustaka Progesif, 1997), hlm. 919. Dan lihat juga Harun Nasroen, Ushul fiqh 1 (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), hlm. 89.

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (21.02.2019)

Page 29: KONSEP BELIS (MAHAR) ADAT PERKAWINAN ...digilib.uin-suka.ac.id/34232/1/14350031_BAB I_BAB V...Dengan kuasa Allah dan petunjuk Rasulullah, akhirnya penyusun dapat menyelesaikan penulisan

12

Dalam istilah ulama usul fiqh ‘urf diartikan secara umum sebagai

kebiasaan mayoritas umat dalam perkataan maupun perbuatan,18 serta

sebagai salah satu sumber hukum Islam.

Para ulama fikih membagi ‘urf dibagi dua:

1. Dari segi cakupannya:

a. Al- ‘urf al-‘am (kebiasaan yang bersifat umum)

Merupakan kebiasaan tertentu yang berlaku secara luar di seluruh

masyarakat dan di seluruh daerah. Misalnya, kebiasaan yang berlaku

bahwa berat barang bagi setiap penumpang pesawat terbang adalah

dua puluh kilogram.

b. Al- ‘urf al-khas (kebiasaan yang bersifat khusus)adalah kebiasaan

tertentu yang berlaku di daerah dan masyarakat tertentu. Misalnya,

kebiasaan cara penentuan masa garansi terhadap barang tertentu.

2. Dari segi keabsahannya:

a. Al- ‘urf al-shahih

Adalah kebiasaan yang berlaku di masyarakat yang tidak

bertentangan dengan nash, tidak menghilangkan kemaslahatan, dan

tidak pula membawa kepada kemudharatan. Misalnya, dalam masa

pertunangan pihak laki-laki memberikan hadiah kepada pihak

perempuan dan hadiah ini tidak dianggap sebagai maskawin.

b. Al- ‘urf al-Fasid

Adalah kebiasaan yang bertentangan dengan dalil-dalil syara’.

Misalnya, di kalangan pedagang dalam menghalalkan riba dalam

akad pinjam-meminjam.‘Urf dapat dijadikan sebagai salah satu dalil

dalam menetapan hukum syara’ bila memenuhi syarat-syarat sebagai

beriku:

a) ‘Urf itu, baik bersifat khusus (al-‘Urf al-khas) dan umum (al-

‘Urf al-‘am) maupun bersifat perbuatan maupun ucapan, berlaku

18Aziz Ahmad Dahlan dan Effendi Satria, (ed), Ensiklopedia Hukum Islam, Jilid IV (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeven, 1996), hlm. 1877.

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (21.02.2019)

Page 30: KONSEP BELIS (MAHAR) ADAT PERKAWINAN ...digilib.uin-suka.ac.id/34232/1/14350031_BAB I_BAB V...Dengan kuasa Allah dan petunjuk Rasulullah, akhirnya penyusun dapat menyelesaikan penulisan

13

secara umum. Yakni ‘Urf berlaku dalam kebanyakan kasus yang

terjadi dalam masyarakat dan berlakunya dianut oleh

mayoritas.19

b) ‘Urf yang telah memasyarakat ketika persoalan yang akan

ditetapkan hukumnya muncul, artinya ‘Urf yang akan dijadikan

sandaran hukum lebih dahulu ada sebelum yang akan ditetapkan

hukumnya.

c) ‘Urf itu tidak bertentangan dengan yang diungkapkan secara

jelas dalam suatu transaksi.

d) ‘Urf diterima bila tidak ada nash yang mengandung hukum dari

permasalahan yang dihadapi, maksudnya bila satu permasalahan

sudah ada nashnya, maka ‘Urf tidak dapat dijadikan dalil syara’.

Melihat keberadaan ‘Urf sebagai salah satu dalil

menetapkan hukum syara’, ulama ushul fiqh sepakat bahwa

kehujjahan ‘Urf diakui keberadaannya apabila tidak

bertentangan dengan syara’, baik ‘Urf dalam bentuk ‘am dan

khas maupun dalam bentuk lafdzi atau ‘amali. Menurut imam

asy-Syatibi dan Ibnu Qayyim al-Jauziyah ‘Urf dapat dijadikan

dalil syara’ dalam menetapkan hukum apabila tidak ada nash

yang menjelaskan hukum suatu masalah yang dihadapi.20 Hal ini

dipertegas oleh kaidah-kaidah fiqhiyah yang mengukuhkan

keberadaan ‘Urf (adat kebiasaan) sebagai salah satu dalil dalam

menetapkan hukum yang ditetapkan melalui ‘Urf sama dengan

yang ditetapkan melalui nash.

Belis (mahar) perkawinan yang terjadi di masyarakat

Labuan Bajo Kabupaten Manggarai Barat Nusa Tenggara Timur

merupakan suatu adat-istiadat berdasarkan kebiasaan

19Ibid., 20Harun Nasroen , Ushul fiqh 1, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2007), hlm. 143-144.

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (21.02.2019)

Page 31: KONSEP BELIS (MAHAR) ADAT PERKAWINAN ...digilib.uin-suka.ac.id/34232/1/14350031_BAB I_BAB V...Dengan kuasa Allah dan petunjuk Rasulullah, akhirnya penyusun dapat menyelesaikan penulisan

14

masyarakat yang selalu diulang dan turun-temurun. Perilaku-

perilaku (adat) dari suatu masyarakat yang dalam pergaulannya

dianggap baik dan manfaat bagi golongan masyarakat tertentu.

Adat ini lambat laun akan menjadi norma hukum yang tidak

tertulis, yang menjadi norma hukum bukan karena ditetapkan,

melainkan karena terulang-ulang sehingga ia bersumber bukan

dari atas (penguasa) melainkan dari bawah (masyarakat sendiri),

dan hal ini sangan mempengaruhi kehidupan hukum.21

Kebiasaan masyarakat Nusa Tenggara Timur pada

umumnya menentukan konsep mahar tergantung kesepakatan

dan dilihat dari status sosial calon pengantin, terutama pihak

calon pengantin perempuan. Jika yang akan dinikahi adalah

wanita dengan status sosialnya tinggi maka semakin tinggi pula

jumlah mahar yang harus diberikan pihak laki-laki kepada pihak

perempuan. Konsep mahar ini keberadaan dibentuk menjadi 3

kebudayaan yaitu Bima (Mbojo), Sulawesi Selatan (Bugis), dan

Manggarai.

F. Metode Penelitian

Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian lapangan (field reseach). Penelitian

yang mengharuskan peneliti untuk terjun langsung ke lapangan untuk

melihat permasalahan yang diangkat. Penelitian ini dilaksanakan di

Labuan Bajo Kabupaten Manggarai Barat Nusa Tenggara Timur,

dengan melakukan observasi dan wawancara kepada para tokoh

masyarakat, tokoh agama,pejabat pemerintah, dan masyarakat lainnya

21Harjono Anwar, Hukum Islam Keluasaan dan Keadilan, (Jakarta: Bulan Bintang, 1968), hlm. 130.

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (21.02.2019)

Page 32: KONSEP BELIS (MAHAR) ADAT PERKAWINAN ...digilib.uin-suka.ac.id/34232/1/14350031_BAB I_BAB V...Dengan kuasa Allah dan petunjuk Rasulullah, akhirnya penyusun dapat menyelesaikan penulisan

15

yang paham tentang konsep belis (mahar) sebagai pendukung dalam

penyusun skripsi ini.

2. Sifat Penelitian

Penelitian ini bersifat preskriptif analitikyaitu Deskriptif yaitu

merumuskan dengan memaparkan dan mendeskripitf objek penelitian

secara sistematis. Dalam skripsi ini akan dipaparkan dan menganalisa

konsep belis (mahar) adat perkawinan masyarakat Labuan Bajo.

Penelitian ini mengidentifikasi beberapa pokok permasalahan dalam

konsep belis (mahar) adat perkawinan masyarakat Labuan Bajo,

dimaksud agar penulis dapat mengetahui secara jelas dan akurat

mengenai dasar penentuan jumlah mahar dan kemudian melakukan

perbandingan dengan konsep mahar ditinjau dari segi hukum Islam.

3. Pendekatan Penelitian

Adapun pendekatan yang digunakan dalam melihat, menganalisa

konsep hukum mahar Labuan Bajo dan Tinjauan Hukum Islam

dilakukan dengan menggunakan pendekatan normatif.22 Penelitian

urfini menggunakan pendekatannormatifkepada bagian-bagian dari

mahar adat Labuan Bajo Nusa Tenggara Timur dan Tinjauan Hukum

Islam, sehingga peneliti pada akhirnya dapat menyimpulkan atas

mahar adat Labuan Bajo Nusa Tenggara Timur dan Tinjauan Hukum

Islam.

4. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti dalam

meneliti konsep belis (mahar) adat Labuan Bajo Kabupaten Manggai

Barat Nusa Tenggara Timur dan Tinjauan Hukum Islam adalah:

1. Observasi

Observasi merupakan pengumpulan data yang

menggunakanpengamatan obyek penelitian. Dalam hal ini

22Bambang Waluyo, Penelitian Hukum dalam Praktek, (Jakarta: Grafika, 1990), hlm. 16.

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (21.02.2019)

Page 33: KONSEP BELIS (MAHAR) ADAT PERKAWINAN ...digilib.uin-suka.ac.id/34232/1/14350031_BAB I_BAB V...Dengan kuasa Allah dan petunjuk Rasulullah, akhirnya penyusun dapat menyelesaikan penulisan

16

melakukan observasi langsung ke lokasi penelitian untuk

mendapatkan gambaran umum mengenai kepercayaan dan masih

dipatuhinya larangan-larangan pernikahan yang ada di Labuan

Bajo Kabupaten Manggarai Barat Nusa Tenggara Timur, serta

hubungan antara mahar dalam masyarakat Labuan dan mahar

dalam hukum Islam.

2. Wawancara

Metode wawancara adalah metode pengumpulan data

dengan mengajukan pertanyaan langsung kepada informan sesuai

kepentingan penelitian. Adapun teknik penentuan informan sebagai

sample yakni teknik penentuan informan yang dijadikan sample

dipilih secara sengaja.23Proses memperoleh data atau informasi dan

keterangan-keterangan melalui wawancara yang berdasarkan

dengan tujuan dari penelitian, dalam hal ini wawancara dilakukan

secara langsung kepada 2 Tokoh Adat atau Tua Golo (sesepuh

desa), 7 Tokoh Masyarakat.Selain itu peneliti juga melakukan

wawancara dengan 1 orang tokoh agama Islam. Bentuk wawancara

yang digunakan adalah wawancara tidak terstruktur (Interview).

Dalam wawancara ini tidak menggunakan format, peneliti

melakukan wawancara dengan berdiskusi, maupun sharing tentang

permasalahan penelitian. Wawancara ini bertujuan untuk

memperoleh informasi secara langsung dari informan dengan

situasi yang santai dan tidak formal.24

5. Analisis Data

Analisis penelitian adalah proses penyusun,

mengkategorikan data, mencari pola atau tema dengan bermaksud

23 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, cet II (Jakarta: UI Press, 1986), hlm.

28. 24 Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

2004), hlm. 180.

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (21.02.2019)

Page 34: KONSEP BELIS (MAHAR) ADAT PERKAWINAN ...digilib.uin-suka.ac.id/34232/1/14350031_BAB I_BAB V...Dengan kuasa Allah dan petunjuk Rasulullah, akhirnya penyusun dapat menyelesaikan penulisan

17

untuk memahami maknanya. Model analisis yang dipakai dalam

penelitian ini adalah analisis kualitatif artinya berusaha

menganalisa data yang dikumpulkan dari beberapa informan

kemudian dikaitkan dengan data yang lainnya, sehingga ditemukan

kejelasan dan jawaban atas permasalahan. Dalam menganalisa

mahar hukum adat Labuan Bajo dan Tinjauan hukum Islam,

peneliti hendak menjelaskan secara umum mahar yang berlaku di

Labuan Bajo Kabupaten Manggarai Barat Nusa Tenggara Timur

dan dalam Tinjauan hukum Islam peneliti hendak definisi tentang

mahar, sehingga dapat diketahui secara umum arti dari mahar, hal

ini dilakukan untuk memudahkan peneliti dalam mengambil

kesimpulan atas permasalahan.

G. Sistematika Pembahasan

Agar pembahasan skripsi ini mudah dipahami dan sistematis,

penyusun membagi pembahasan skripsi ini ke dalam lima bab.

Bab pertama, berisi tentang pendahuluan yang terdiri dari latar

belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan, telaah pustaka,

kerangka teoritik, metode penelitian dan sistematika pembahasan. Unsur-

unsur ini dihadirkan lebih dahulu untuk mengetahui secara detail

signifikasi penelitian, apa yang menjadi pokok permasalahannya,

sejauhmana penelitian dan pendekatan atau teori apa yang digunakan.

Bab kedua, bab ini menguraikan tentang gambaran konsep mahar

dalam tinjauan hukum Islam. Adapun yang menjadi fokus kajian pada bab

ini yang mencakup pengertian mahar, landasan dan kedudukan hukum,

macam-macam mahar, kadar mahar, dan cara proses penentuan mahar, dan

gugurnya mahar.

Bab ketiga, menguraikan tentang gambaran umum Labuan Bajo

Kabupaten Manggarai Barat Nusa Tenggara Timur dengan sub bab:

deskripsi wilayah penelitian, sistem sosial kemasyarakatan, dan bentuk

perkawinan yang ada di masyarakat. Kemudian dilanjutkan dengan uraian

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (21.02.2019)

Page 35: KONSEP BELIS (MAHAR) ADAT PERKAWINAN ...digilib.uin-suka.ac.id/34232/1/14350031_BAB I_BAB V...Dengan kuasa Allah dan petunjuk Rasulullah, akhirnya penyusun dapat menyelesaikan penulisan

18

tentang konsep belis (mahar) dalam perkawinan dengan sub bab;

pengertian belis, latar belakang, fungsi belis, proses belis dan pendapat

tokoh agama, tokoh adat, dan masyarakat.

Bab keempat, sebagai inti dalam pembahasan skripsi ini, penyusun

menganalisis tinjauan hukum Islam atas konsep belis (mahar) dalam adat

perkawinan yang terjadi dimasyarakat Labuan Bajo dengan sub bab;

analisis terhadap ketentuan dan proses belis (mahar) dan analisis terhadap

pendapat Tokoh Agama, Tokoh Adat dan Masyarakat.

Bab kelima, bab ini merupakan penutup, yang berisi tentang

kesimpulan dari pembahasan bab-bab sebelumnya, dan diakhiri dengan

saran-saran ataupun kontribusi yang dapat diberikan dari skripsi ini.

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (21.02.2019)

Page 36: KONSEP BELIS (MAHAR) ADAT PERKAWINAN ...digilib.uin-suka.ac.id/34232/1/14350031_BAB I_BAB V...Dengan kuasa Allah dan petunjuk Rasulullah, akhirnya penyusun dapat menyelesaikan penulisan

73

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah penyusun mendeskripsikan dan meganalisis tinjauan

hukum Islam terhadap tradisi belis di Desa Labuan Bajo Kabupaten

Manggarai Barat Nusa Tenggara Timur dalam pembahasan penelitian ini,

maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Tradisi belis yang berlangsung di Desa Labuan Bajo Kabupaten

Manggarai Barat Nusa Tenggara Timur diserahkan bersama

dengan kempu atau wegal. Hal ini dipertimbangkan supaya lebih

praktis dan efisien. Berbeda dengan zaman dahulu, belis diberikan

sebelum pemberian kempu. Inilah kemudian mengaburkan belis

dan wegal satu komponen yang sama. Padahal sejatinya belis,

kempu, dan wegal itu berbeda. Jumlah belis ditentukan pihak

keluarga perempuan dan kesepakatan kedua belah pihak.

Penyerahannya dilakukan sebelum menjelang upacara pernikahan.

Dapat dilaksanakan pada saat podo atau sesaat sebelum akad nikah.

2. Menurut hukum Islam, belis dipandang sejalan dengan hukum

Islam dan tidak ada syarat atau unsur yang diharamkan menurut

hukum Islam. Oleh karena itu, belis termasuk dalam ‘urf shahih

yaitu adat yang baik dan dapat diterima karena tidak bertentangan

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (21.02.2019)

Page 37: KONSEP BELIS (MAHAR) ADAT PERKAWINAN ...digilib.uin-suka.ac.id/34232/1/14350031_BAB I_BAB V...Dengan kuasa Allah dan petunjuk Rasulullah, akhirnya penyusun dapat menyelesaikan penulisan

74

dengan syara’ dan adanya unsur kemaslahatan di dalamnya. Jadi

tradisi belis diperbolehlan karena merupakan ‘urf shahih.

B. Saran

Guna melengkapi nilai dan manfaat dari penelitian ini, maka dipandang

perlu ditambahkan saran-saran sebagai berikut:

1. Perlu digiatkan sosialisasi kepada masyarakat Labuan Bajo terkait

adat istiadat yang masih berlaku. Bagaimana hukum, tata cara dan

hakikat adat itu sebenarnya. Dengan begitu diharapkan masyarakat

Desa akan lebih sadar akan makna adat yang dilakukan, salah

satunya belis. Supaya masyarakat juga lebih faham bahwa adat

tidak hanya sekedar meneruskan tradisi yang turun menurun dari

nenek moyang, tetapi juga dapat memahami bahwa adat yang

dilakukan mengandang kemaslahatan untuk masyarakat.

2. Perlu adanya sosialisasi lebih lanjut kepada masyarakat tentang

manfaat dari tradisi yang ada di Desa Labuan Bajo, salah satunya

belis.

3. Dibutuhkan perhatian tokoh agama, tokoh masyarakat untuk

meluruskan pemahaman yang kiranya perlu diluruskan, menjadi

budaya yang sudah ada dan baik kiranya untuk dijaga.

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (21.02.2019)

Page 38: KONSEP BELIS (MAHAR) ADAT PERKAWINAN ...digilib.uin-suka.ac.id/34232/1/14350031_BAB I_BAB V...Dengan kuasa Allah dan petunjuk Rasulullah, akhirnya penyusun dapat menyelesaikan penulisan

75

DAFTAR PUSTAKA

A. Al-Qur’an dan Tafsir

Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahan, Bandung: J-ART, 2005.

Kementerian Agama Republik Indonesia: Al-Qur’an Tajwid dan Terjemahan dilengkapi dengan Asbabul Nuzul dan Hadits Shahih, Jakarta: PT Sygma Examedia Arkanleema, 2010.

B. Kelompok Fiqh dan Ushul Fiqh

Abdurrahman, Karakteristik Hukum Islam dan Perkawinan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996.

............, Abdurahman, KHI di Indonesia, Jakarta: Akademika Pressindo, 1992.

Ahmad,Warson, Kamus Al-Munawir Arab-Indonesia, Surabaya: Pustaka Progesif, 1997. Dan lihat juga Harun Nasroen, Ushul fiqh 1 Jakarta: LogosWacana Ilmu, 1997.

Abu Bakar, ImamTaqiyuddin, Kifayatul Akhyar (Kelengkapan Orang Sholeh) bagian dua, terjemah. K.H. Syarifuddin Anwar & K.H. Mishbah, Surabaya, Bina Ilmu, 1993.

Aminudin, Slamet Abidin, Fiqih Munakahat 1, Bandung: Pustaka Setia, 1999.

Anwar, Harjono, Hukum Islam Keluasaan dan Keadilan, Jakarta: Bulan Bintang,1968.

Bambang, Waluyo, Penelitian Hukum dalam Praktek, Jakarta: Grafika, 1990.

Burhan, Fauziah, “Penetapan Co’i Wa’a di kelurahan Mata Air Kecamatan Reok Kabupaten Manggarai Nusa Tenggara Timur (perspektif Hukum Islam)”,Skripsi Program Studi Al-Ahwal Asy-Syakhsiyyah Fakultas Syari’ah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. 2008.

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (21.02.2019)

Page 39: KONSEP BELIS (MAHAR) ADAT PERKAWINAN ...digilib.uin-suka.ac.id/34232/1/14350031_BAB I_BAB V...Dengan kuasa Allah dan petunjuk Rasulullah, akhirnya penyusun dapat menyelesaikan penulisan

76

Effendi Satria, Aziz Ahmad Dahlan, Ensiklopedia Hukum Islam, Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeven, 1996.

Iskandar, Usman, Istihsan dan Pembaharuan hukum Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994.

Jaziri, Abdur Rahman Al, Fiqh Empat Madzhab, Malang: Darul Ulum Pres, 2009.

Mulyana, Deddy, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004.

Muhammad, Syamsuddin, Nihayah Al-Muhtaj, Mesir : Mushtafa Al-Baby Al-Halaby, 1938.

Nasroen, Harun, Ushul fiqh 1, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2007.

Nasution, Khoiruddin, Hukum Perkawinan 1, Yogyakarta: ACAdemia + TAZZAFA. 2013.

Rizal, Syamsul, “Pelaksaan Pemberian Mahar Perkawinan Di Kecamatan Ingin Jaya Kabupaten Aceh Besar (Perspektif Hukum Islam)”, Skripsi Program Studi Al-Ahwal Asy-Syakhsiyyah Fakultas Syari’ah IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta: 2003.

Samuel, Octara, Mungkinkah Belis Disederhanakan, Kompas 21 Juli 2006.

Soekanto, Soerjono, Pengantar Penelitian Hukum, cet II, Jakarta: UI Press, 1986.

Syarifuddin, Amir, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia Antara Fiqh Munakahat dan UU Perkawinan, Jakarta: Kencana. 2009.

Soemiyati, Hukum Perkawinan Islam dan Undang-Undang Perkawinan, UU No 1tahun 1997 tentang perkawinan.

Wahab K,Abdul, Kaidah-kaidah Hukum Islam, Jakarta: Rajawali Pres, 1991.

Zuhaili, Wahbah al, Fiqh Islam Wa Adillatuhu, Jakarta: Gema Insani, 2011.

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (21.02.2019)

Page 40: KONSEP BELIS (MAHAR) ADAT PERKAWINAN ...digilib.uin-suka.ac.id/34232/1/14350031_BAB I_BAB V...Dengan kuasa Allah dan petunjuk Rasulullah, akhirnya penyusun dapat menyelesaikan penulisan

77

C. Kelompok Lain-lain

Adi, Ngoro, Budaya Manggarai, Manggarai: Nusa Indah 2016.

Hermi Yanzi, Irawan Suntoro, Diah Triani, Adat Perkawinan Jawa Tengah (Studi Deskriptif di Desa Gisting Bawah Kabupaten Tanggamus), Jurnal Kultur Demokrasi.http://jurnal.fkip.unila.ac.id/index.php/JKD/article/view/9049.Akses tanggal 23 Agustus 2018

Idrus Salam, Ahmad Pattiroy, Tradisi Doi’ Menre dalam Pernikahan Adat Bugis di Jambi, Jurnal Hukum Keluarga Islam.http://ejournal.uin-suka.ac.id/syariah/Ahwal/article/view/01105.Akses tanggal 23 Agustus 2018.

Undang-undang No 1/1974, tentang Perkawinan Inpres No.1/1991, tentang Kompilasi Hukum Islam.

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (21.02.2019)

Page 41: KONSEP BELIS (MAHAR) ADAT PERKAWINAN ...digilib.uin-suka.ac.id/34232/1/14350031_BAB I_BAB V...Dengan kuasa Allah dan petunjuk Rasulullah, akhirnya penyusun dapat menyelesaikan penulisan

TERJEMAHAN AL-QUR’AN DAN HADIS

Hal Nomor

Footnote Ayat al-Qur’an dan Hadis Terjemahan Ayat

1

1

Q.S Az- Zariyat (51): 49

Dan segala sesuatu Kami ciptakan

berpasang-pasangan supaya kamu

mengingat kebesaran Allah.

3 5 Q.S An-Nisa (4): 4

Berikanlah maskawin (mahar)

kepada wanita (yang kamu nikahi)

sebagai pemberian dengan penuh

kerelaan. Kemudian jika mereka

menyerahkan kepada kamu sebagian

dari maskawin itu dengan senang

hati, maka makanlah (ambillah)

pemberian itu (sebagai makanan)

yang sedap lagi baik akibatnya.

15 14 Q.S Al-Baqarah (2): 286

Tidak ada kewajiban membayar

(mahar) atas kamu, jika kamu

menceraikan isteri-isteri kamu

sebelum kamu bercampur dengan

mereka dan sebelum kamu

menentukan maharnya. Dan

hendaklah kamu berikan suatu

mut’ah (pemberian) kepada mereka.

Orang yang mampu menurut

kemampuannya dan orang yang

miskin menurut kemampuannya

(pula), yaitu pemberian menurut

yang patut. Yang demikian itu

merupakan ketentuan bagi orang-

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (21.02.2019)

Page 42: KONSEP BELIS (MAHAR) ADAT PERKAWINAN ...digilib.uin-suka.ac.id/34232/1/14350031_BAB I_BAB V...Dengan kuasa Allah dan petunjuk Rasulullah, akhirnya penyusun dapat menyelesaikan penulisan

orang yang berbuat kebajikan.

28 7 Hadits Riwayat Ibnu

Hazmin

“Ya Rasulullah bila anda tidak punya

keinginan untuk mengawininya,

maka kawinkan saya dengannya.

Nabi berkata : apa kamu memiliki

sesuatu?. Ia berkata: tidak ya

Rasulullah. Nabi berkata : pergilah

kepada keluargamu mungkin kamu

akan mendapatkan sesuatu.

Kewajiban ia pergi dan segera

kembali dan berkata : saya tidak

memperoleh sesuatu ya Rasulullah.

Nabi berkata : carilah walaupun

hanya sebentuk cincin dari beri.”

32 10 Q.S Al-Baqarah (2): 236

Tidak ada kewajiban membayar

(mahar) atas kamu, jika kamu

menceraikan isteri-isteri kamu

sebelum kamu menentukan

maharnya. Dan hendaklah kamu

berikan satu mut’ah (pemberian)

kepada mereka. Orang yang mampu

menurut kemampuannya dan orang

yang miskin menurut yang patut.

Yang demikian itu merupakan

ketentuan bagi orang-orang yang

berbuat kebajikan.

34 15 An-Nisa (4): 20

Dan jika kamu ingin mengganti

isterimu dengan isteri yang lain,

sedang kamu telah memberikan

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (21.02.2019)

Page 43: KONSEP BELIS (MAHAR) ADAT PERKAWINAN ...digilib.uin-suka.ac.id/34232/1/14350031_BAB I_BAB V...Dengan kuasa Allah dan petunjuk Rasulullah, akhirnya penyusun dapat menyelesaikan penulisan

kepada seseorang di antara mereka

harta yang banyak, maka janganlah

kamu mengambil kembali dari

padanya barang sedikitpun. Apakah

kamu akan mengambilnya kembali

dengan jalan tuduhan yang dusta dan

dengan (menanggung) dosa yang

nyata.

76 2 Q.S Al-Baqarah (2): 236

Tidak ada kewajiban membayar

(mahar) atas kamu, jika kamu

menceraikan isteri-isteri kamu

sebelum kamu menentukan

maharnya. Dan hendaklah kamu

berikan satu mut’ah (pemberian)

kepada mereka. Orang yang mampu

menurut kemampuannya dan orang

yang miskin menurut yang patut.

Yang demikian itu merupakan

ketentuan bagi orang-orang yang

berbuat kebajikan.

78 3

Hadis Riwayat: Al-Bukhari,

Muslim, Abu Dawud, At-

Tirmidzi, Ibnu Majah dan

An-Nasa’i

“Pada suatu waktu aku bersama para

Sahabat dan di tengah-tengah kami

ada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa

sallam, tiba-tiba ada seorang wanita

yang berdiri seraya berkata, ‘Wahai

Rasulullah, sesungguhnya wanita ini

telah menyerahkan dirinya untukmu,

maka katakanlah pendapat Anda.’

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (21.02.2019)

Page 44: KONSEP BELIS (MAHAR) ADAT PERKAWINAN ...digilib.uin-suka.ac.id/34232/1/14350031_BAB I_BAB V...Dengan kuasa Allah dan petunjuk Rasulullah, akhirnya penyusun dapat menyelesaikan penulisan

Akan tetapi beliau Shallallahu ‘alaihi

wa sallam tidak menanggapinya,

kemudian wanita tersebut berdiri

kembali seraya berkata, ‘Wahai

Rasulullah, sesungguhnya wanita ini

telah menyerahkan dirinya untukmu,

maka katakanlah pendapat Anda.’

Namun Rasulullah tetap belum

menanggapinya, maka wanita

tersebut kembali berdiri untuk yang

ketiga kalinya seraya berkata,

‘Sesungguhnya wanita ini telah

menyerahkan dirinya untukmu, maka

katakanlah pendapat Anda.’ Sampai

kemudian ada salah seorang Sahabat

yang berdiri seraya berkata, ‘Wahai

Rasulullah, nikahkanlah aku

dengannya!’ Beliau bersabda,

‘Apakah engkau mempunyai sesuatu

yang dapat engkau jadikan mahar?’

Laki-laki itu menjawab, ‘Tidak’

Kemudian beliau bersabda, ‘Pergi

dan carilah sesuatu meski hanya

sebuah cincin dari besi!’ Maka laki-

laki itu pergi dan mencari apa yang

diperintahkan oleh Rasulullah

Shallallahu ‘alaihi wa sallam akan

tetapi ia kembali dan berkata, ‘Aku

tidak menemukan sesuatu meski

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (21.02.2019)

Page 45: KONSEP BELIS (MAHAR) ADAT PERKAWINAN ...digilib.uin-suka.ac.id/34232/1/14350031_BAB I_BAB V...Dengan kuasa Allah dan petunjuk Rasulullah, akhirnya penyusun dapat menyelesaikan penulisan

hanya sebuah cincin dari besi.’

Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam

bertanya kepadanya, ‘Apakah

engkau menghafal sesuatu dari al-

Qur-an?’ Ia menjawab, ‘Aku

menghafal surat ini dan itu,” beliau

bersabda, ‘Pergilah, sesungguhnya

aku telah menikahkan dirimu

dengannya dengan mahar hafalan al-

Qur-an yang ada padamu.

81 5 Hadis Riwayat: Al-Bukhari

Sesungguhnya syarat yang paling

berhak ditunai adalah mahar untuk

menghalalkan kehormatan isteri.

81 6 Q.S Al-Baqarah (2): 236

Tidak ada kewajiban membayar

(mahar) atas kamu, jika kamu

menceraikan isteri-isteri kamu

sebelum kamu menentukan

maharnya. Dan hendaklah kamu

berikan satu mut’ah (pemberian)

kepada mereka. Orang yang mampu

menurut kemampuannya dan orang

yang miskin menurut yang patut.

Yang demikian itu merupakan

ketentuan bagi orang-orang yang

berbuat kebajikan.

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (21.02.2019)

Page 46: KONSEP BELIS (MAHAR) ADAT PERKAWINAN ...digilib.uin-suka.ac.id/34232/1/14350031_BAB I_BAB V...Dengan kuasa Allah dan petunjuk Rasulullah, akhirnya penyusun dapat menyelesaikan penulisan

BIOGRAFI ULAMA

IMAM ASY-SYAFI’I

Idris bin Abbas menyertai istrinya dalam sebuah perjalanan yang cukup

jauh, yaitu menuju kampung Gaza, Palestina, di mana saat itu umat Islam sedang

berperang membela negeri Islam di kota Asqalan. Pada saat itu Fatimah al-

Azdiyyah sedang mengandung, Idris bin Abbas gembira dengan hal ini, lalu ia

berkata, "Jika engkau melahirkan seorang putra, maka akan kunamakan

Muhammad, dan akan aku panggil dengan nama salah seorang kakeknya yaitu

Syafi'i bin Asy-Syaib." Akhirnya Fatimah melahirkan di Gaza, dan terbuktilah apa

yang dicita-citakan ayahnya. Anak itu dinamakan Muhammad, dan dipanggil

dengan nama "asy-Syafi'i".Idris, ayah Imam Syafi'i tinggal di tanah Hijaz, ia

merupakan keturunan dari al-Muththalib, jadi dia termasuk ke dalam Bani

Muththalib. Nasab Dia adalah Muhammad bin Idris bin Al-Abbas bin Utsman bin

Syafi’ bin As-Sa’ib bin Ubaid bin Abdi Yazid bin Hasyim bin Al-Mutthalib bin

Abdulmanaf bin Qushay bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ay bin Ghalib bin

Fihr bin Malik bin An-Nadhr bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas

bin Mudhar bin Nizar bin Ma’ad bin Adnan. Nasabnya bertemu dengan

Rasulullah di Abdul-Manaf.

Dari nasab tersebut, Al-Mutthalib bin Abdi Manaf, kakek Muhammad bin

Idris Asy-Syafi`ie, adalah saudara kandung Hasyim bin Abdi Manaf kakek Nabi

Muhammad shallallahu `alaihi wa alihi wasallam. Kemudian juga saudara

kandung Abdul Mutthalib bin Hasyim, kakek Nabi Muhammad shallallahu `alaihi

wa alihi wasallam, bernama Syifa’, dinikahi oleh Ubaid bin Abdi Yazid, sehingga

melahirkan anak bernama As-Sa’ib, ayahnya Syafi’. Kepada Syafi’ bin As-Sa’ib

radliyallahu `anhuma inilah bayi yatim tersebut dinisbahkan nasabnya sehingga

terkenal dengan nama Muhammad bin Idris Asy-Syafi`ie Al-Mutthalibi. Dengan

demikian nasab yatim ini sangat dekat dengan Nabi Muhammad shallallahu

`alaihi wa alihi wasallam. Bahkan karena Hasyim bin Abdi Manaf, yang

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (21.02.2019)

Page 47: KONSEP BELIS (MAHAR) ADAT PERKAWINAN ...digilib.uin-suka.ac.id/34232/1/14350031_BAB I_BAB V...Dengan kuasa Allah dan petunjuk Rasulullah, akhirnya penyusun dapat menyelesaikan penulisan

kemudian melahirkan Bani Hasyim, adalah saudara kandung dengan Mutthalib

bin Abdi manaf, yang melahirkan Bani Mutthalib. Setelah ayah Imam Syafi’i

meninggal dan dua tahun kelahirannya, sang ibu membawanya ke Mekah, tanah

air nenek moyang. Ia tumbuh besar di sana dalam keadaan yatim. Sejak kecil

Syafi’i cepat menghafal syair, pandai bahasa Arab dan sastra sampai-sampai Al

Ashma’i berkata,”Saya mentashih syair-syair bani Hudzail dari seorang pemuda

dari Quraisy yang disebut Muhammad bin Idris,” Imam Syafi’i adalah imam

bahasa Arab.

Di Makkah, Imam Syafi’i berguru fiqh kepada mufti di sana, Muslim bin

Khalid Az Zanji sehingga ia mengizinkannya memberi fatwah ketika masih

berusia 15 tahun. Demi ia merasakan manisnya ilmu, maka dengan taufiq Allah

dan hidayah-Nya, dia mulai senang mempelajari fiqih setelah menjadi tokoh

dalam bahasa Arab dan sya’irnya. Remaja yatim ini belajar fiqih dari para Ulama’

fiqih yang ada di Makkah, seperti Muslim bin khalid Az-Zanji yang waktu itu

berkedudukan sebagai mufti Makkah. Kemudian dia juga belajar dari Dawud bin

Abdurrahman Al-Atthar, juga belajar dari pamannya yang bernama Muhammad

bin Ali bin Syafi’, dan juga menimba ilmu dari Sufyan bin Uyainah. Guru yang

lainnya dalam fiqih ialah Abdurrahman bin Abi Bakr Al-Mulaiki, Sa’id bin Salim,

Fudhail bin Al-Ayyadl dan masih banyak lagi yang lainnya. Dia pun semakin

menonjol dalam bidang fiqih hanya dalam beberapa tahun saja duduk di berbagai

halaqah ilmu para Ulama’ fiqih sebagaimana tersebut di atas. Kemudian ia pergi

ke Madinah dan berguru fiqh kepada Imam Malik bin Anas. Ia mengaji kitab

Muwattha’ kepada Imam Malik dan menghafalnya dalam 9 malam. Imam Syafi’i

meriwayatkan hadis dari Sufyan bin Uyainah, Fudlail bin Iyadl dan pamannya,

Muhamad bin Syafi’ dan lain-lain. Di majelisnya ini, Imam Syafi’i menghapal

dan memahami dengan cemerlang kitab karya Imam Malik, yaitu Al-Muwattha’ .

Kecerdasannya membuat Imam Malik amat mengaguminya. Sementara itu As-

Syafi`ie sendiri sangat terkesan dan sangat mengagumi Imam Malik di Al-

Madinah dan Imam Sufyan bin Uyainah di Makkah. Imam Syafi’i menyatakan

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (21.02.2019)

Page 48: KONSEP BELIS (MAHAR) ADAT PERKAWINAN ...digilib.uin-suka.ac.id/34232/1/14350031_BAB I_BAB V...Dengan kuasa Allah dan petunjuk Rasulullah, akhirnya penyusun dapat menyelesaikan penulisan

kekagumannya setelah menjadi Imam dengan pernyataannya yang terkenal

berbunyi: “Seandainya tidak ada Malik bin Anas dan Sufyan bin Uyainah, niscaya

akan hilanglah ilmu dari Hijaz.” Juga ia menyatakan lebih lanjut kekagumannya

kepada Imam Malik: “Bila datang Imam Malik di suatu majelis, maka Malik

menjadi bintang di majelis itu.” Ia juga sangat terkesan dengan kitab Al-

Muwattha’ Imam Malik sehingga ia menyatakan: “Tidak ada kitab yang lebih

bermanfaat setelah Al-Qur’an, lebih dari kitab Al-Muwattha’.” Ia juga

menyatakan: “Aku tidak membaca Al-Muwattha’ Malik, kecuali mesti bertambah

pemahamanku”.

Dari berbagai pernyataannya di atas dapatlah diketahui bahwa guru yang

paling ia kagumi adalah Imam Malik bin Anas, kemudian Imam Sufyan bin

Uyainah. Di samping itu, Imam Syafi’i juga duduk menghafal dan memahami

ilmu dari para Ulama’ yang ada di Al-Madinah, seperti Ibrahim bin Sa’ad, Isma’il

bin Ja’far, Atthaf bin Khalid, Abdul Aziz Ad-Darawardi. Ia banyak pula

menghafal ilmu di majelisnya Ibrahim bin Abi Yahya. Tetapi sayang, gurunya

yang disebutkan terakhir ini adalah pendusta dalam meriwayatkan hadits,

memiliki pandangan yang sama dengan madzhab Qadariyah yang menolak untuk

beriman kepada taqdir dan berbagai kelemahan fatal lainnya. Sehingga ketika

pemuda Quraisy ini telah terkenal dengan gelar sebagai Imam Syafi`ie, khususnya

di akhir hayatnya, ia tidak mau lagi menyebut nama Ibrahim bin Abi Yahya ini

dalam berbagai periwayatan ilmu. Imam Syafi’i kemudian pergi ke Yaman dan

bekerja sebentar di sana. Disebutkanlah sederet Ulama’ Yaman yang didatangi

oleh dia ini seperti: Mutharrif bin Mazin, Hisyam bin Yusuf Al-Qadli dan banyak

lagi yang lainnya. Dari Yaman, dia melanjutkan tour ilmiahnya ke kota Baghdad

di Iraq dan di kota ini dia banyak mengambil ilmu dari Muhammad bin Al-Hasan,

seorang ahli fiqih di negeri Iraq. Juga dia mengambil ilmu dari Isma’il bin

Ulaiyyah dan Abdul Wahhab Ats-Tsaqafi dan masih banyak lagi yang lainnya.

Kemudian pergi ke Baghdad (183 dan tahun 195), di sana ia menimba ilmu dari

Muhammad bin Hasan. Ia memiliki tukar pikiran yang menjadikan Khalifah Ar

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (21.02.2019)

Page 49: KONSEP BELIS (MAHAR) ADAT PERKAWINAN ...digilib.uin-suka.ac.id/34232/1/14350031_BAB I_BAB V...Dengan kuasa Allah dan petunjuk Rasulullah, akhirnya penyusun dapat menyelesaikan penulisan

Rasyid.Di Mesir Imam Syafi'i bertemu dengan murid Imam Malik yakni

Muhammad bin Abdillah bin Abdil Hakim. Di Baghdad, Imam Syafi’i menulis

madzhab lamanya (qaul qadim). Kemudian dia pindah ke Mesir tahun 200 H dan

menuliskan madzhab baru (qaul jadid). Di sana dia wafat sebagai syuhadaul ilm di

akhir bulan Rajab 204 H.

IMAM BUKHARI

B Syawal 13lahir ukhari 194 H (21 Juli 810) - wafat 256 H (870)), atau

lebih dikenal Imam Bukhari, adalah ahli hadis yang termasyhur di antara para ahli

hadis sejak dulu hingga kini bersama dengan Imam Muslim, Abu Dawud,

Tirmidzi, An-Nasai dan Ibnu Majah bahkan dalam buku-buku fiqih dan hadis,

hadis-hadisnya memiliki derajat yang tinggi. Sebagian menyebutnya dengan

julukan Amirul Mukminin fil Hadits (pemimpin orang-orang yang beriman dalam

hal ilmu hadis). Dalam bidang ini, hampir semua ulama di dunia merujuk

kepadanya.Dia diberi nama Muhammad oleh ayahnya, Ismail bin Ibrahim. Yang

sering menggunakan nama asli dia ini adalah Imam Tirmidzi dalam komentarnya

setelah meriwayatkan hadis dalam Sunan Tirmidzi. Sedangkan kunyah-nya adalah

Abu Abdullah. Karena lahir di Bukhara, Uzbekistan, Asia Tengah; dia dikenal

sebagai al-Bukhari. Dengan demikian nama lengkapnya adalah Abu Abdillah

Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin al-Mughirah bin Bardizbah al-Ju'fi al-

Bukhari. Ia lahir pada tanggal 13 Syawal 194 H (21 Juli 810 M). Tak lama setelah

lahir, dia kehilangan penglihatannya.

Bukhari dididik dalam keluarga ulama yang taat beragama. Dalam kitab

ats-Tsiqat, Ibnu Hibban menulis bahwa ayahnya dikenal sebagai orang yang wara'

dalam arti berhati hati terhadap hal hal yang bersifat syubhat (ragu-ragu)

hukumnya terlebih lebih terhadap hal yang haram. Ayahnya adalah seorang ulama

bermadzhab Maliki dan merupakan murid dari Imam Malik, seorang ulama besar

dan ahli fikih. Ayahnya wafat ketika Bukhari masih kecil.Bukhari berguru kepada

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (21.02.2019)

Page 50: KONSEP BELIS (MAHAR) ADAT PERKAWINAN ...digilib.uin-suka.ac.id/34232/1/14350031_BAB I_BAB V...Dengan kuasa Allah dan petunjuk Rasulullah, akhirnya penyusun dapat menyelesaikan penulisan

Syekh Ad-Dakhili, ulama ahli hadis yang masyhur di Bukhara. pada usia 16 tahun

bersama keluarganya, ia mengunjungi kota suci terutama Mekkah dan Madinah,

di mana di kedua kota suci itu dia mengikuti kajian para guru besar hadits. Pada

usia 18 tahun dia menerbitkan kitab pertama Kazaya Shahabah wa Tabi'in, hafal

kitab-kitab hadis karya Mubarak dan Waki bin Jarrah bin Malik. Bersama gurunya

Syekh Ishaq, menghimpun hadis-hadis shahih dalam satu kitab setelah menyaring

dari satu juta hadis yang diriwayatkan 80.000 perawisumber? menjadi 7275 hadis.

Bukhari memiliki daya hafal tinggi sebagaimana yang diakui kakaknya, Rasyid

bin Ismail. Sosok dia kurus, tidak tinggi, tidak pendek, kulit agak kecoklatan,

ramah dermawan dan banyak menyumbangkan hartanya untuk pendidikan.Untuk

mengumpulkan dan menyeleksi hadis shahih, Bukhari menghabiskan waktu

selama 16 tahun untuk mengunjungi berbagai kota guna menemui para perawi

hadis, mengumpulkan dan menyeleksi hadisnya. Di antara kota-kota yang

disinggahinya antara lain Bashrah, Mesir, Hijaz (Mekkah dan Madinah), Kufah,

Baghdad sampai ke Asia Barat. Di Baghdad, Bukhari sering bertemu dan

berdiskusi dengan seorang ulama besar, Ahmad bin Hanbal. Di kota-kota itu ia

bertemu dengan 80.000 perawi. Dari mereka dia mengumpulkan dan menghafal

satu juta hadis. Namun tidak semua hadis yang ia hafal kemudian diriwayatkan,

melainkan terlebih dahulu diseleksi dengan seleksi yang sangat ketat di antaranya

apakah sanad (riwayat) dari hadis tersebut bersambung dan apakah perawi

(periwayat/pembawa) hadis itu tepercaya dan tsiqqah (kuat). Menurut Ibnu Hajar

Al Asqalani, akhirnya Bukhari menuliskan sebanyak 9082 hadis dalam karya

monumentalnya Al Jami'al-Shahih yang dikenal sebagai Shahih Bukhari. Banyak

para ahli hadis yang berguru kepadanya seperti Syekh Abu Zahrah, Abu Hatim

Tirmidzi, Muhammad Ibn Nasr dan Imam Muslim. Di antara guru-gurunya dalam

memperoleh hadis dan ilmu hadis adalah Ali ibn Al Madini, Ahmad bin Hanbal,

Yahya bin Ma'in, Muhammad ibn Yusuf Al Faryabi, Maki ibn Ibrahim Al Bakhi,

Muhammad ibn Yusuf al Baykandi dan ibnu Rahawaih. Selain itu ada 289 ahli

hadis yang hadisnya dikutip dalam bukunya "Shahih Bukhari". Dalam meneliti

dan menyeleksi hadis dan diskusi dengan para perawi, Imam Bukhari sangat

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (21.02.2019)

Page 51: KONSEP BELIS (MAHAR) ADAT PERKAWINAN ...digilib.uin-suka.ac.id/34232/1/14350031_BAB I_BAB V...Dengan kuasa Allah dan petunjuk Rasulullah, akhirnya penyusun dapat menyelesaikan penulisan

sopan. Kritik-kritik yang ia lontarkan kepada para perawi juga cukup halus namun

tajam. Tentang perawi yang sudah jelas kebohongannya ia berkata, "Perlu

dipertimbangkan, "Para ulama meninggalkannya", atau "Para ulama berdiam diri

dari hal itu" sementara perawi yang hadisnya tidak jelas ia menyatakan,

"Hadisnya diingkari". Bahkan banyak meninggalkan perawi yang diragukan

kejujurannya. Dia berkata, "Saya meninggalkan sepuluh ribu hadis yang

diriwayatkan oleh perawi yang perlu dipertimbangkan dan meninggalkan hadis-

hadis dengan jumlah yang sama atau lebih, yang diriwayatan oleh perawi yang

dalam pandanganku perlu dipertimbangkan". Banyak para ulama atau perawi yang

ditemui sehingga Bukhari banyak mencatat jati diri dan sikap mereka secara teliti

dan akurat. Untuk mendapatkan keterangan yang lengkap mengenai sebuah hadis,

mencek keakuratan sebuah hadis ia berkali-kali mendatangi ulama atau perawi

meskipun berada di kota-kota atau negeri yang jauh seperti Baghdad, Kufah,

Mesir, Syam, Hijaz seperti yang dikatakan dia "Saya telah mengunjungi Syam,

Mesir, dan Jazirah masing-masing dua kali; ke Basrah empat kali, menetap di

Hijaz selama enam tahun, dan tidak dapat dihitung berapa kali saya mengunjungi

Kufah dan Baghdad untuk menemui ulama-ulama ahli hadis." Di sela-sela

kesibukannya sebagai ulama pakar hadis, ia juga dikenal sebagai ulama dan ahli

fiqih, bahkan tidak lupa dengan kegiatan kegiatan olahraga dan rekreatif seperti

belajar memanah sampai mahir. Bahkan menurut suatu riwayat, Imam Bukhari

tidak pernah luput memanah kecuali dua kali.

Kebesaran akan keilmuan beliau diakui dan dikagumi sampai ke seantero

dunia Islam. Di Naisabur, tempat asal imam Muslim seorang Ahli hadis yang juga

murid Imam Bukhari dan yang menerbitkan kitab Shahih Muslim, kedatangan

beliau pada tahun 250 H disambut meriah, juga oleh guru Imam Bukhari Sendiri

Muhammad bin Yahya Az-Zihli. Dalam kitab Shahih Muslim, Imam Muslim

menulis. "Ketika Imam Bukhari datang ke Naisabur, saya tidak melihat kepala

daerah, para ulama dan warga kota memberikan sambutan luar biasa seperti yang

mereka berikan kepada Imam Bukhari". Namun kemudian terjadi fitnah yang

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (21.02.2019)

Page 52: KONSEP BELIS (MAHAR) ADAT PERKAWINAN ...digilib.uin-suka.ac.id/34232/1/14350031_BAB I_BAB V...Dengan kuasa Allah dan petunjuk Rasulullah, akhirnya penyusun dapat menyelesaikan penulisan

menyebabkan Imam Bukhari meninggalkan kota itu dan pergi ke kampung

halamannya di Bukhara. Seperti halnya di Naisabur, di Bukhara dia disambut

secara meriah. Namun ternyata fitnah kembali melanda, kali ini datang dari

Gubernur Bukhara sendiri, Khalid bin Ahmad Az-Zihli yang akhirnya Gubernur

ini menerima hukuman dari Sultan Uzbekistan Ibn Tahir.Tak lama kemudian, atas

permintaan warga Samarkand sebuah negeri tetangga Uzbekistan, Imam Bukhari

akhirnya menetap di Samarkand. Tiba di Khartand, sebuah desa kecil sebelum

Samarkand, ia singgah untuk mengunjungi beberapa familinya. Namun disana dia

jatuh sakit selama beberapa hari, dan Akhirnya meninggal pada tanggal 31

Agustus 870 M (256 H) pada malam Idul Fitri dalam usia 62 tahun kurang 13

hari. Ia dimakamkan selepas Salat Dzuhur pada Hari Raya Idul Fitri.

WAHBAH ZUHAILI

Dr. Wahbah al-Zuhaili dilahirkan di bandar Dair Atiah, utara Damsyik,

Syria pada tahun 1932. Bapanya bekerja sebagai petani. Dr. Wahbah belajar

Syariah di Universiti Damsyik selama 6 tahun, dan lulus pada tahun 1952, dengan

cemerlang. Kemudian Dr. Wahbah melanjutkan pendidikan Islam di Universiti al-

Azhar yang berprestij di mana beliau sekali lagi menamatkan pengajian dengan

cemerlang pada tahun 1956. Selepas menamatkan pengajian pada tahun 1956, Dr.

Wahbah juga menerima Ijazah dalam pengajaran Bahasa Arab dari Universiti al-

Azhar. Semasa belajar di Universiti al-Azhar, Dr. Wahbah mempelajari undang-

undang di Universiti Ain Shams di Kaherah, Mesir di mana menerima Ijazah

Sarjana Muda (B.A) pada tahun 1957. Pada tahun 1959, beliau menerima Ijazah

Sarjana (M.A) dalam bidang undang-undang dari Kolej Universiti Kaherah. Pada

tahun 1963, beliau menerima kedoktoran (Ph.D) dengan kepujian dalam Syariah

Islam menerusi tesis beliau "Pengaruh Peperangan Dalam Perundangan Islam:

Sebuah Kajian Perbandingan Meliputi 8 Mazhab dan Undang-undang Sekular

Antarabangsa".

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (21.02.2019)

Page 53: KONSEP BELIS (MAHAR) ADAT PERKAWINAN ...digilib.uin-suka.ac.id/34232/1/14350031_BAB I_BAB V...Dengan kuasa Allah dan petunjuk Rasulullah, akhirnya penyusun dapat menyelesaikan penulisan

Semenjak tahun 1963, beliau telah mengajar di Universiti Damsyik

(Damascus University) di mana beliau telah meraih gelaran Profesor sejak tahun

1975. Beliau menjadi ahli dalam Royal Society untuk penyelidikan tamadun Islam

Yayasan Aal al-Bayt di Amman Jordan serta banyak lagi badan-badan Islam di

seluruh dunia termasuk Majlis Syria al-IFTA, Akademi Fiqh Islam di Jeddah,

Arab Saudi dan Akademi Fiqh Islam Amerika Syarikat, India dan Sudan. Beliau

juga merupakan Pengerusi Institut Penyelidikan bagi Institusi Kewangan Islam.

Selain itu, beliau turut berkhidmat sebagai perundang dalam bidang Syariah Islam

kepada syarikat-syarikat dan institusi kewangan Islam termasuk Bank Islam

Antarabangsa. Beliau turut dikenali sebagai pendakwah Islam yang terkenal yang

kerap muncul dalam program televisyen dan radio. Dulu, beliau merupakan Imam

dan pendakwah di Masjid Usman di Damsyik.

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (21.02.2019)

Page 54: KONSEP BELIS (MAHAR) ADAT PERKAWINAN ...digilib.uin-suka.ac.id/34232/1/14350031_BAB I_BAB V...Dengan kuasa Allah dan petunjuk Rasulullah, akhirnya penyusun dapat menyelesaikan penulisan

Pedoman Wawancara kepada Responden

1. Apa pengertian Belis menurut adat masyarakat Manggarai.

2. Siapa yang menentukan Belis.? Dan berapakah nilai Belis.?

3. Apa saja bentuk Belis yang diberikan calon suami kepada calon mempelai

wanita.?

4. Apakah anda mengetahui kapan dan kenapa Belis berlaku pada masyarakat

Adat manggarai di Nusa Tenggara Timur.?

5. Apakah selama ini Belis memberatkan bagi orang yang hendak menikah

karena bertambahnya ketentuan suatu Belis.?

6. Bagaimana akibat jika Belis tidak terpenuhi dalam suatu perkawinan.?

7. Apakah anda tahu bagaimana tatacara pembelian Belis.?

8. Kalau anda sebagai laki-laki, apakah merasa terbebani dengan penetapan

Belis, kalau tidak mengapa.?

9. Bagaimana kedudukan harta Belis di masyarakat Manggarai, Nusa

Tenggara Timur.?

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (21.02.2019)

Page 55: KONSEP BELIS (MAHAR) ADAT PERKAWINAN ...digilib.uin-suka.ac.id/34232/1/14350031_BAB I_BAB V...Dengan kuasa Allah dan petunjuk Rasulullah, akhirnya penyusun dapat menyelesaikan penulisan

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (21.02.2019)

Page 56: KONSEP BELIS (MAHAR) ADAT PERKAWINAN ...digilib.uin-suka.ac.id/34232/1/14350031_BAB I_BAB V...Dengan kuasa Allah dan petunjuk Rasulullah, akhirnya penyusun dapat menyelesaikan penulisan

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (21.02.2019)

Page 57: KONSEP BELIS (MAHAR) ADAT PERKAWINAN ...digilib.uin-suka.ac.id/34232/1/14350031_BAB I_BAB V...Dengan kuasa Allah dan petunjuk Rasulullah, akhirnya penyusun dapat menyelesaikan penulisan

CURRICULUM VITAE

DATA PRIBADI

NAMA : Indri Ayu Lestari

TEMPAT, TANGGAL LAHIR : Ende, 17 Desember 1995

JENIS KELAMIN : Perempuan

AGAMA : Islam

ALAMAT ASAL : Ruteng, Kabupaten Manggarai, NTT

ALAMAT DI YOGYAKART : Hibrida, Timoho Baciro, Yogyakarta

EMAIL : [email protected]

LATAR BELAKANG PENDIDIKAN

FORMAL:

2002 – 2008 : SDN KOMODO

2008 – 2011 : SMP NEGERI 1 KOMODO

2011 – 2014 : MAN LANGKE REMBONG

Demikian curriculum vitae ini saya buat dengan sebenar-benarnya, semoga dapat

dipergunakan sebagaimana mestinya.

Hormat Saya,

Indri Ayulestari

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (21.02.2019)