konsep 1st1'adzahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/9585/1... · 2018. 10....

82
KONSEP 1ST1 'ADZAH A PADA TAFSIRAL-FALAQ DAN AN-NAS KARYA IBN QAYYIMAL-JAWZIYYAH Oleh .................. ;" ..:: ..... IRAMI FAJRlANI NIM : 0034018972 JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2006 M/l427 H

Upload: others

Post on 15-Nov-2020

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KONSEP 1ST1'ADZAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/9585/1... · 2018. 10. 23. · BAB IV PENUTUP 69 A. Kesimpulan 69 B. Saran-Saran 71 DAFTAR PUSTAKA. BAB! PENDAHULUAN

KONSEP 1ST1 'ADZAHA

PADA TAFSIRAL-FALAQ DAN AN-NASKARYA IBN QAYYIMAL-JAWZIYYAH

Oleh .................. ;" ..:: .....IRAMI FAJRlANINIM : 0034018972

JURUSAN TAFSIR HADISFAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT

UIN SYARIF HIDAYATULLAHJAKARTA

2006 M/l427 H

Page 2: KONSEP 1ST1'ADZAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/9585/1... · 2018. 10. 23. · BAB IV PENUTUP 69 A. Kesimpulan 69 B. Saran-Saran 71 DAFTAR PUSTAKA. BAB! PENDAHULUAN

KONSEP ISTI'ADZAHPADA TAFSIRAL-FALAQ DAN AN-NASKARYA IBN QAYVIM AL-JAWZIYYAH

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

Untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai

Gelar Sarjana Theology Islam

OlehIRAMI FAJRIANINIM : 0034018972

Pembimbing I

J'1..

• RO. Nu RofiahIP. 150 368 734

Di Bawah BimbinganPembimbing n

,.J

Drs. R. M. Suryadinata, M.Ag.NIP. 150 239 145

JURUSAN TAFSIR HADISFAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT

UIN SYARIF HIDAYATULLAHJAKARTA

2006 M /1427 H

Page 3: KONSEP 1ST1'ADZAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/9585/1... · 2018. 10. 23. · BAB IV PENUTUP 69 A. Kesimpulan 69 B. Saran-Saran 71 DAFTAR PUSTAKA. BAB! PENDAHULUAN

PENGESAIIAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul "Koosep Isti'ildzab Pada Tafsir al-I<alaq an-NilsKaryll Ibn Qayyim al-Jawziyyah" telah diujikan dalam sidang munaqasyahFakultas Ushuluddin dan filsafat DIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 14Maret 2006. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperolehgelar Smjana Program Strata 1 (S 1) pada jurusan Tafsir Hadis.

Jakarta, 17 Maret 2006

Dewan Sidang Mnnaqasyab

Ketua merangkap anggota,

Drs. M. Amin Nurdin, MANIP. 150232919

Anggota :

Sekretaris merangkap anggota,

Edwin Syarif, MANIP. 150 283 228

Eva Nugrata, MANIP. 150 289 433

1..

. II". Nu RofiahIP. 150 368 734

,.J

Drs. H. M. Suryadinata, M.AgNIP. 150239145

Page 4: KONSEP 1ST1'ADZAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/9585/1... · 2018. 10. 23. · BAB IV PENUTUP 69 A. Kesimpulan 69 B. Saran-Saran 71 DAFTAR PUSTAKA. BAB! PENDAHULUAN

PEDOMAN TRANSLITERASI

= J = f

y b <J = q

C> = t .:.\ = k

Q = ts J

c. = j i = m

C h .) n

C kh ) W

.'l = d • h

.'l = dz ~

J = r '-? = y

J = Z

=Ulltuk Madd (palljallg) dan diftong:

if sIi = a panJang

J' sy

shi I pallJallg

cT'

~ dhii u pallJallg

.1 = th ,} = aw

Jb ' lzh )\ uw

<

t :,,\ = ay

t = gh ' \ Iy'-?

Page 5: KONSEP 1ST1'ADZAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/9585/1... · 2018. 10. 23. · BAB IV PENUTUP 69 A. Kesimpulan 69 B. Saran-Saran 71 DAFTAR PUSTAKA. BAB! PENDAHULUAN

IUl..TA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrohim.

Alhamdulillah, segala puji penulis panjatkan kehadirat Allah swt Yang telah

memberikan kekuatan, taujik, hidayah dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

Shalawat dan salam kepada junjungan Nabi Muhammad SAW yang telah

mengajarkan kepada ummat manusia mengenai kebaikan dan pemaknaan tentang

hakikat hidup dan semoga apa yang telah diajarkan kepada ummat manusia akan

tetap abadi sampai akhir zaman.

Tak lupa kepada semua pihak yang sangat membantu dalam proses

penyelesaian skripsi ini, dengan penuh kerendahan hati penulis mengucapkan terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada:

I. Bapak Prof. Dr. Azyumardi Azra. MA., Rektor Universitas Islam Negeri Jakarta.

2. Bapak Dr. Amsal Bakhtiar, M A., Dekan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat.

3. Bapak Drs. Zachruddin AR, MSi., Ketua Jurusan Tafsir Hadits dan Bapak Drs.

Bustamin, MBA selaku Sekretmis Jurusan Tafsir Hadits Universitas Islam Negeri

Jakarta.

4. Bapak Drs. H.M Isa H.A Salam, MA., Selaku Pembimbing Akademik Tafsir

Hadits B angkatan tahun 2000 Universitas Islam Negeri Jakarta.

Page 6: KONSEP 1ST1'ADZAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/9585/1... · 2018. 10. 23. · BAB IV PENUTUP 69 A. Kesimpulan 69 B. Saran-Saran 71 DAFTAR PUSTAKA. BAB! PENDAHULUAN

5. lbu Dr. Nur Rofiah dan Bapak Drs. H.M Suryadinata, M.Ag., Dosen pembimbing

skripsi, yang tak berhenti memberikan saran produktif dan kritik membangun

dalam penyelesaian skripsi ini.

6. Perpustakaan Utama UlN, Perpustakaan Jurusan, Perputakaan lman Jama' dan

Perpustakaan Pribadi Kawanku, terima kasih buku-bukunya.

7. Ayahanda Basri Bayt dan lbunda tercinta Syarbaniar yang telah membesarkan,

mendidik, serta selalu sabar dalam perkembangan kehidupan penulis.

"rabhighfzrli waliwalidaya warhamhuma kama rabhayani shaghira ".

8. Kakak-kakakku yang selalu memberikan motivasi agar sabar dalam penyelesaian

skripsi ini, Rezi Zulia dan Heryanto S. S.1., Syahri Ramdhani dan Eva Nurhayana

Laila. Satu-satunya adik tersayang lntan Rizka Salaamah, kehadirannya begitu

memotivasi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

9. Kepada Bapak H. A. Baidhowi dan lbu Hj. Ulwiyah beserta keluarga besarnya

yang senantiasa memberikan dan membantu dalam penyelesaian skripsi Illl,

sehingga penulis merasa menjadi orang yang beruntung. Alhamdulillah

10. Kepada sosok yang menyejukkan dan menyempurnakan, Muhammad Luthfi

Makki, "]()otsie-Wootsie ... "

II. Teman-teman Tafsir Hadits B angkatan 2000, "Keep Struggle .. " Haqi_Wiwi plus

calon baby, thanks a lot.

12. Teman-teman yang selalu ada, Elle_Subuki, Opiena Pw, Aya Andi, Rhmtvha,

Opan Juho-Githa, "Keep Survive I"

Page 7: KONSEP 1ST1'ADZAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/9585/1... · 2018. 10. 23. · BAB IV PENUTUP 69 A. Kesimpulan 69 B. Saran-Saran 71 DAFTAR PUSTAKA. BAB! PENDAHULUAN

13. Teman-teman KMM RIAK dan KMF KALACITRA beserta keluarga besamya,

QhortDriver, Kentunk_Operator, K'Lubay selokan, Bang Lala 'Cemol'

J{iakKC, Muslim,_Riak, Iyan-Riak, C'qot_Riak and friends dan semuanya yang

tak bisa disebutkan satu persatu.

14. Kepada penghuni Pesanggrahan 25, Uwoh, Dede, Ebhoy, DiIla, Ting-ting, Hanina

Kulem, Rengga, dan kawan-kawan, thanhjor the place.

15. Kepada bang Ojek '771e Great Master ofPesanggrahan " yang tdah meluangkan

waktunya.

Dan kepada seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan

penulisan skripsi ini, Jazakumullah ahsanaljaza'.

Ciputat, 04 Maret 2006

Penulis

Page 8: KONSEP 1ST1'ADZAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/9585/1... · 2018. 10. 23. · BAB IV PENUTUP 69 A. Kesimpulan 69 B. Saran-Saran 71 DAFTAR PUSTAKA. BAB! PENDAHULUAN

DAFTARISI

l(ata Pengantar .

Daftal" lsi IV

RABI PENDAHULUAN .

A. Latar Belakang Masalah .

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 7

C. Tujuan Penelitian 8

D. Metodologi Penelitian 8

E. Sistematika Penulisan 10

BAB II BIOGRAFI IBN QAVVIM AL-JAUZIVVAH............................... 11

A. Latar Belakang Sosiallbn Qayyim al-Jauziyyah 11

B. Latar Belakang Akademis Ibn Qayyim al-Jauziyyah 14

C. Pandangan Ulama Terhadap Ibn Qayyim al-Jauziyyah 18

BAB HI TAFSIR IBN QAVVIM AL-JAUZIVVAH ATAS SURAT AL-

FALAQ DAN AN-NAS 21

A. Pengertian dan Urgensi Isti'ildzah 21

B. Isti'ildzah dalam al-Qur'an 29

C. Tafsir Ibn Qayyim al-Jauziyyah atas Ayat-Ayat Isti'ildzah........... 34

Page 9: KONSEP 1ST1'ADZAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/9585/1... · 2018. 10. 23. · BAB IV PENUTUP 69 A. Kesimpulan 69 B. Saran-Saran 71 DAFTAR PUSTAKA. BAB! PENDAHULUAN

D. Konlekslualisasi Tafsir Ibn Qayyim AI-Jauziyyah Alas Sural

al-Falaq dan an-Nils 58

BAB IV PENUTUP 69

A. Kesimpulan 69

B. Saran-Saran 71

DAFTAR PUSTAKA

Page 10: KONSEP 1ST1'ADZAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/9585/1... · 2018. 10. 23. · BAB IV PENUTUP 69 A. Kesimpulan 69 B. Saran-Saran 71 DAFTAR PUSTAKA. BAB! PENDAHULUAN

BAB!

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Allah swt menjelaskan dalam al-Qur'an tentang keberadaan manusia yang

meminta perlindungan kepada mahluk-Nya dan melarangnya karena hal itu tersebut

hanya akan membuat mahluk-mahluk yang dimintai pertolongan dan perlindungan

tersebut semakin sombong. Hal ini digambarkan Allah swt, dalam surat al-Jin ayat 6

yang berbunyi:

Artinya: "Bahwasanya ada beberapa orang laki-Iaki di antara manusia memintaperlindungan kepada beberapa laki-Iaki di antara jin, maka jin-jin itumenambah balo>; mereka dosa dan kesalahan." (QS. al-Jin [72] ayat 6)

Menurut Ibn Qayyim al-Jawziyyah, ayat tersebut menuJ1iukkan kebiasaan

bangsa Arab di zaman Jahiliyah, yaitu ketika mereka hendak bepergian ke suatu

tempat atau ketika mereka berada pada saat senja hali di padang pasir, mereka

berkata, "Saya berlindung kepada leluhur tempat ini dari kejahatan kaumnya."

Kemudian mereka bennalam dengan aman dalam perlindungan hingga datang waktu

subuh.! Menurut al-Qur'an, mereka sesungguhnya meminta perlindungan dan

] Ibn al-Qayyim, al-Ta/sir al-Qayyim (Beirut: Dar a1-Fikr, 1988), h. 542

Page 11: KONSEP 1ST1'ADZAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/9585/1... · 2018. 10. 23. · BAB IV PENUTUP 69 A. Kesimpulan 69 B. Saran-Saran 71 DAFTAR PUSTAKA. BAB! PENDAHULUAN

2

mengagungkanjinj'in2 Pengagungan dan pemintaan perlindungan terhadapjin hanya

akan membuat jin itu semakin congkak yakni jinj'in tersebut akan bersikap

melampaui batas.

Kalimat ar-rahqu (0'»1) dalam ayat tersebut mengandung arti dosa dan

tenggelam dalam haram. Permohonan perlindungan ini dapat menambah sikap jin-jin

untuk meleburkan diri dalam dosa yang diharamkan, yaitu sombong dan congkak

dengan menyangka telah menguasaijin dan manusia3

Sifat yang paling dasar pada manusia adalah membutuhkan perlindungan dari

ancaman kejahatan, baik kejahatan yang dilakukan olehjin maupun manusia, karena

rasa aman merupakan kebutuhan dasar manusia4 Fenomena yang terjadi di Indonesia

ketika masyarakat dihadapi dengan ujian kehidupan adalah mereka meminta

perlindungan kepada "orang pintar" seperti paranormal dan dukun. Di saat mereka

meminta perlindungan kepada orang pintar, maka yang dijadikan dasar

2 Jin menurut etimologi adalah menutupi, merahasiakan, menyembunyikan, atau melindungi.Para ahli bahasa Arab sepakat bahwa kata jin berasal dari bahasa Arab, terlebih lagi banyak sekaliperkataan Arab yang digubah dari akar kata yang sarna yaitu Janna; misalnya kata kelja janna yangartinya menutupi atau menaungi, lihat (QS. AI-An'am [6]:76). Sedangkan secara terminologi, jinadalah mahluk halus yang tidak dapat ditangkap oleh panca indra. Mahluk ini diciptakan dari api danfungsinya adalah merangsang keinginan nafsu rendah. Adapun persamaan antara jin dengan selan,sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Allah swt dalam al-Quran surat al-'Araf ayat 12 yangberbunyi: uj). u. 4:;;h:,)J u.~ 4L y-"- \]1 JU artinya: "Aku/ebih baik daripada dia; E"ngkau ciplakanaku dari api, Engkau menciplakan dia dari lanah". Lihat: Maulana Muhammad Ali, Is/amo/agi ; Dinu/Is/am (Jakarta: Darnl Kutub Islamiyyab, 1996), eel. ke-5 h. 222, lihat juga: M. Dawam Rahardjo,Ensik/opedi a/-Qural1 ; Tqfsir Sosia/ Berdasarkal1 KOJlsep-Konsep KUl1ci (Jakarta: Paramadina, 1996)eel. Ke-l, h. 285-286.

3 Ibn al-Qayyim, al-Tajsir a/-Qayyim, h. 542.

4 Achmad Turam, Kial Menghindari Kejahalan (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Vtama,1995), h.xi

Page 12: KONSEP 1ST1'ADZAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/9585/1... · 2018. 10. 23. · BAB IV PENUTUP 69 A. Kesimpulan 69 B. Saran-Saran 71 DAFTAR PUSTAKA. BAB! PENDAHULUAN

3

perlindungannya adalah perlindungan kepada jin-jin dan selan-selan, sehingga

banyak masyarakat di Indonesia yang terjerat kepada ke-musyrik-an.

Semakin marak penayangan di media televisi tentang manusJa yang

berlindung kepadajin:jin dan selan, yang menjanjikan akan kelezatan semata yaitu

kelezatan duniawi dan mereka melupakan kehidupan yang kekal dan abadi di akhirat.

Sebagaimana yang ditayangkan di sebuah televisi swasta, diceritakan bahwa seorang

pejabat ketika sedang duduk di kursi jabatannya yang "basah", lalu dia pergi ke

"orang pintar" untuk minta dibekaJi sebuahjimal. Hal ini digunakan agar dia terbebas

dari pemeriksaan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Maka poJa pikir hedonisme

dan malerialisme telah menjadikan masyarakat Indonesia terjerat dalam korupsi,

sehingga korupsi telah membudaya dan memasyarakat di Indonesia5

Kejahatan merupakan sumber dari perbuatan dosa dan kemaksiatan yang

diJakukan manusia. Hal ini terjadi karena manusia mendapat bisikan-bisikan

kejahatan yang masuk ke dalam jiwanya, di mana jiwa manusia tersebut larut dalam

bisikan-bisikan kejahatan sehingga manusia melakukan perbuatan dosa dan

kemaksiatan. Dengan kata lain, bahwasannya kejahatan manusia akan menjadi

sumber hukum ketika manusia tersebut berada di dunia maupun di akhirat.

Kejahalan yang dilakukan oleh jin kepada manusia adalah melalui bisikan-

bisikan alau rasa was-was ke dalam hali manusia, hal tersebut tidak termasuk kepada

5 Dadan Suherlan, "Jimal: Upaya Merusak Tauhid," "'like! diakses tanggal 12 Oktober 2005,dari http://www.webmaster.islam.edu:33/jimat/pengrusakantauhid/index.htm

Page 13: KONSEP 1ST1'ADZAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/9585/1... · 2018. 10. 23. · BAB IV PENUTUP 69 A. Kesimpulan 69 B. Saran-Saran 71 DAFTAR PUSTAKA. BAB! PENDAHULUAN

4

kejahatan yang bersifat taklr! (pembebanan)6 Karena jin hanya membujuk dan

merayu manusia untuk berbuat dosa dan kemaksiatan, sehingga al-Qur'an pun

sebagai petunjuk bal," manusia tidak memerintahkan untuk menghentikannya.

Namun, al-Qur'an menyuruh manusia untuk berlindung dari bisikan-bisikan atau rasa

was-was tersebut, sebagaimana firman Allah Ta'ala dalam surat al-Mu'minfin ayat

97-98 yang berbunyi:

J __ '" J

~(.~ II ~I~ .x ~ ~;I y~ YJ('\v-'\/\:[n] 0yjll)

Artinya: "Dan katakanlah "Ya Tuhanku aku berlindung kepada engkau dari bisikan­bisikan syaithan." Dan aIm berlindung (pula) kepada Engkau ya Tuhankudan kedatangan mereka kepadaku"(Qs. AI-Mu'minun [23]:97-98).

Ayat di atas adalah isyarat kepada manusJa untuk selalu meminta

perlindungan dari kejahatan syaithan7 dengan sungguh-sungguh dan penuh

keyakinan, karena sesungguhnya syaithan itu tidak mendatangkan manfaat dan tidak

pula mengajak manusia untuk berbuat kebaikan8 Berdasarkan ayat tersebut,

permintaan perlindungan kepada Allah tersebut adalah dan kejahatan ,\yaithan yang

berupa bisikan-bisikan dan dari kehadiran mereka yang sangat jahat, karena mereka

" Ibn al-Qayyim, at-Tqfsir al-Qayyim, h. 600

7 Syaithdn berasal dari bahasa Hebrew, yaitu pribadi yang tugasnya melancarkan tipu daya.Diungkapkan di dalam al-Qur'an sebagai "musuh". Semula ia termasuk kepada golongan malaikat,tetapi ia adalah satu-satunya mahluk Allah yang tidak mau bersujud menghormat kepada Adam ketikaAllah memerintahkan seluruh hamba-Nya. Cyril G1asse, Ensiklopedi Islam (Ringkas), telj. GhufTon A.Mas'adi (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2002), cet. ke-3, h.144

S Abil al-Fida' al-Hafidz Ibn Katsif ad-Damasqi, Tajsir ai-QuI' 'an al- 'Azhim (Beirilt: Dar al­Fikr, 1997) Juz 3, h. 268, selanjutnya disebut dengan Ibn Katsir.

Page 14: KONSEP 1ST1'ADZAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/9585/1... · 2018. 10. 23. · BAB IV PENUTUP 69 A. Kesimpulan 69 B. Saran-Saran 71 DAFTAR PUSTAKA. BAB! PENDAHULUAN

5

selalu akan mengajak manusia kepada kekufuran kepada Allah yang berdampak pada

terjerumusnya manusia ke dalam siksa Allah.

Oleh karena itu, dalam upaya menghindari kejahatan setan yang tidak

mendatangkan manfaat dan tidak pula mengajak kepada kebaikan, Nabi saw

menganjurkan kepada umatnya untuk selalu mengueapkan kalimat isti 'ddzah9

Setan dapat diumpamakan dengan "anjing liar" yang selalu mengganggu

orang yang melaluinya. Sementara tempat berlindung dari anjing tersebut juga dapat

diumpal11akan dengan "persinggahan l11ilik seorang pel11besar". Persinggahan itu

tidak dapat dimasuki oleh sembarang orang, kecuali oleh para hamba yang hatinya

dipenuhi dengan lIla'ri[at dan keikhlasan. Setiap orang yang berhasil memasukinya

niscaya akan selamat dari kejaran anjing tersebut. Jikalau ingin selamat dari kejaran

anjing tersebut, l11aka seseorang harns berlindung di persinggahan tersebut dengan

l11el11inta izin terlebih dahulu kepada pel11iliknya. 10

Menurnt hemat penulis, agar terlindung dan terjaga dari gangguan setan,

manusia harns senantiasa memohon perlindungan kepada Allah swt dan tidak

9 Isli'ddzah secara etimologi adalah 'ddza yang artinya terlindung, teJjaga dan selamal.Hakikat makna 'ddza adalah lari dari scsuatu yang ditakuti menuju scsuatu yang dapat melindunginya.Oleh karena itu, sesuatu yang memherikan perlindungan dalam bahasa Arab sering disebut denganma'ddzan, atau biasa disebut dengan wazaran atau malzdn. Liha!: Ibn Qayyim al-Jauziyyah, al-Tqfsiral-Qayyim, h. 538. Adapun bacaan isli'ddzah sebagaimana yang telah dijelaskan di atas, hal ini dikutipdari sabda Nabi saw yang berbunyi: "sungguh kelika kami meminla perfindllngan kepada Rasululfah,kemudian belialf berkala: "..:w 3 ~3 oj4A LJ.o <,*)1 u~1 LJ.o r;W1 ~I .&4 ~"el" (aku berlindungdengan nama Allah yaug Maha Mendengar lagi Maha Mengelahui dari syailhct/1 yang lerkuluk daribisikannya, kesombongannya dan keblfrlfkannya). Lihat: Ibn Kats!r, Tajsir al-Quran al- 'Azhim, Juz 3h. 268

10 Ahdul Husain Dasteqhib, Isli'ddzah; Kila-kial iVlenghindari Godaan Selan (Jakarta: al­Huda, 2002), h. 32-33

Page 15: KONSEP 1ST1'ADZAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/9585/1... · 2018. 10. 23. · BAB IV PENUTUP 69 A. Kesimpulan 69 B. Saran-Saran 71 DAFTAR PUSTAKA. BAB! PENDAHULUAN

6

berharap mampu menghadapi gangguan setan tanpa bantuan-Nya, disertai

penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Keistimewaan konsep Ibn Qayyim al-

Jawziyyah tentang isti'ddzah, yaitu berupa ungkapan permintaan perlindungan

kepada Allah menggunakan kalimat ar-Rabb, ai-Malik, dan al-Ilah, di mana kalimat

ar-RaM di sini mengandung arti "Pemelihara", yang Dia sifatkan bagi diri-Nya

sangat sesuai dengan permohonan dan perlindungan yang dibutuhkan manusia. Untuk

itu, perlu adanya kontekstualisasi isti'ddzah dalam kehidupan saat ini merujuk kepada

kehidupan pra modern guna menguji apakah isti'ddzah di sini masih bisa digunakan

dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.

Sebagai ulama yang sangat diakui, Imam Ibn Qayyim al-Jawziyyah

merupakan sosok intelektual yang sangat vokal, gamblang penjelasannya, sangat luas

pengetahuannya yang meliputi hukum Islam, tafsir, hadis, ilmu alat (nahwu) dan

ushul fiqh. Para ulama mengakui kualitas Ibn al-Qayyim dalam ilmu pengetahuan dan

agama. Sebagaimana yang dikatakan al-Qiidhi al-'Alliimah Muhammad ibn 'Ali as-

Syaukani yang berkata:

"Ibn Qayyim al-Jawziyyah adalah figur yang selalu terkendalidengan dalil-dalil yang shahih, selalu mengerjakannya tanpa berpegangandengan dalil-dalil yang belum jelas kebenarannya, selalu menegakkankebenaran dan tidak mau bertoleransi dengan seseorang dalamkebathilan." II

Menurut guru besar ilmu hadis Universitas al-Azhiir, Kamal'Ali al-Jamiil, Ibn

Qayyim al-Jawziyyah adalah seorang muslim yang selalu berpegang teguh pada al-

II Ainul Haris Urnar Arifin Thayib, Me/lIl11pllhkon Senjoto Syeton (Jakarta: DarulFalah, 1998), h. xxix

Page 16: KONSEP 1ST1'ADZAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/9585/1... · 2018. 10. 23. · BAB IV PENUTUP 69 A. Kesimpulan 69 B. Saran-Saran 71 DAFTAR PUSTAKA. BAB! PENDAHULUAN

7

Qur'an dan al-Hadis serta anti laqlidbuta. 12 Sifat dan sikap Ibn Qayyim al-Jawziyyah

tersebut tidak berbeda dengan sifat dan sikap gurunya, Ibn Taimiyyah, karena Ibn

Taimiyyah adalah guru Ibn Qayyim al-Jawziyyah yang memiliki pengaruh terbesar

dibandingkan dengan guru-gurunya yang lain.

Berpijak pada latar belakang di atas, maka penulis tertarik menulis skripsi

dengan judul: "Konsep Isti'fIdzalt pada Tafsir al-Falaq dan an-Nas Karya Ibn

Qayyim AI-.Jawziyyah."

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Ayat-ayat tentang isli'ddzah (pennohonan perlindungan) banyak tersebut

dalam al-Qur'an. Di antaranya adalah sebagai berikut: al-Mukminun [23]: ayat 97-98;

an-Nahl [16] ayat 98, al-Falaq ayat 1-5, dan surat an-Nas ayat 1-6. Demi terfokusnya

pembahasan skripsi ini, penulis membatasi pada dua surat dari surat-surat yang

disebutkan di atas, yaitu surat al-Falaq ayat 1-5 dan an-Nas ayat 1-6. Alasan dari

pemilihan ini karena secara tekstual ayat-ayat tersebut sangat jelas membicarakan

mengenai iSli'ddzah. Selmn itu, dua surat tersebut (surat al-Falaq dan surat an-Nas)

mencakup tiga hal mendasar mengenai perlindungan, yaitu perlindungan itu sendiri,

sesuatu yang dimintai perlindungan, dan sesuatu yang dimintakan perlindungan

darinya.

12 Ibn Qayyim al-Jauziyyah, Memelik Man/aal ai-QuI' 'an, teIj. Mahrus Ali (Jakarta: CendikiaSentra Muslim, 2000), h.xxiv.

Page 17: KONSEP 1ST1'ADZAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/9585/1... · 2018. 10. 23. · BAB IV PENUTUP 69 A. Kesimpulan 69 B. Saran-Saran 71 DAFTAR PUSTAKA. BAB! PENDAHULUAN

8

Dari Judul: "Konsep lsti'i'tdzah pada Tafsir al-Falaq dan an-Nils Karya

Ibn Qayyim AI-Jawziyyah." dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

Bagaimana konsep lsti 'ddzah dalam tafsir Ibn Qayyim al-Jawziyyah mengenai surat

al-Falaq dan an-Nas?

C. Tujuan Penelitian

Ada dua hal yang menjadi tujuan penulis berkaitan dengan penelitian ini.

Pertama, penulis ingin memberikan sumbangsih bagi kajian Islam terutama dalam

bidang tafsir. Kedua, memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar SaIjana

Theologi Islam (S.Th. I) program Strata Satu (S 1) darijurusan Tafsir-Hadis Fakultas

Ushuluddin dan Filsafat Universitas Islam Negeri SyarifHidayatullah Jakarta.

D. Metodologi Penelitian

1. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, penulis melakukan pengumpulan data dengan

menggunakan metode kepustakaan (Library Research), yaitu mengumpulkan

data dari literatur utama (data primer) yakni tafsir al-Qayyim karya Ibn

Qayyim al-Jawziyyah yang diterbitkan di Beirut oleh Dar al-Fikr pada tahun

1988, dan literatur yang reievan (data sekunder) seperti buku-buku, makalah,

majalah atau tulisan-tulisan yang berkaitan dengan pokok permasalahan

dalam penulisan skripsi ini sebagai bahan pelengkap.

Page 18: KONSEP 1ST1'ADZAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/9585/1... · 2018. 10. 23. · BAB IV PENUTUP 69 A. Kesimpulan 69 B. Saran-Saran 71 DAFTAR PUSTAKA. BAB! PENDAHULUAN

9

2. Metode Pembahasan

Metode pembahasan dalam skripsi ini menggunakan pendekatan

"DeskriptifAnalitis" yaitu menjelaskan secara rinci mengenai pennasalahan

yang dikaji, kemudian dilakukan analisa atas data yang telah berhasil

dikumpulan mengenai pennasalahan. Berdasarkan hal tersebut, terdapat dua

cara untuk membahas pennasalahan yang terdapat dalam skripsi ini, yaitu

pertama, penulis mengumpulkan semua ayat tentang lsti 'adzah, dengan

mencoba mengkaji kemudian menggambarkan keadaan obyek yang akan

diteliti dengan merujuk pada data-data yang ada (baik data primer maupun

data sekunder). Kedua, menganalisa pentingnya lsti 'adzah dalam kehidupan

yang kemudian merujuk kepada Tafsir Ibn Qayyim al-Jawziyyah secara

proporsional dan komprehensif, sehingga akan memberikan jawaban

persoalan yang berhubungan dengan pokok masalahnya dan akan

menghasilkan pengetahuan yang valid.

3. Teknik Penulisan

Penulisan skripsi ini mengacu pada buku "Teknik Penulisan Makalah

dan Skripsi" dalam lampiran 2 Pedoman Akademik Pakultas Ushuluddin dan

Pi/sajat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2004/2005. Khusus untuk

transliterasi, skripsi ini menggunakan pedoman transliterasi Arab-Latin, SK

Bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 158 tahun 1987.

Page 19: KONSEP 1ST1'ADZAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/9585/1... · 2018. 10. 23. · BAB IV PENUTUP 69 A. Kesimpulan 69 B. Saran-Saran 71 DAFTAR PUSTAKA. BAB! PENDAHULUAN

10

E. Sistematika Penulisan

Skripsi ini terdiri atas lima bab yang penulisannya disusun dengan sistematika

sebagai berikut:

Bab I Merupakan Bab Pendahuluan yang menjelaskan latar belakang

masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan penelitian, metodologi

penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II Merupakan Bab Mengenal Sosok Ibn Qayyim al-Jawziyyah sebagai

mufassir dengan sub bab; latar belakang sosial Ibn Qayyim al-Jawziyyah, latar

belakang akademis Ibn Qayyim al-Jawziyyah, dan Pandangan para ulama terhadap

Ibn Qayyim al-Jawziyyah.

Bab III Merupakan Bab tentang tafsir Ibn Qayyim al-Jawziyyah atas Surat

al-Falaq dan an-Nas dengan sub bab; Pengertian dan urgensi lsti'ddzah, lsti'ddzah

dalam aI-Qur'an, tafsir Ibn Qayyim al-Jawziyyah mengenai surat al-Falaq dan an­

Nas, dan Kontekstualisasi tafsir Ibn Qayyim al-Jawziyyah atas Surat al-Falaq dan an­

Nas.

Bab IV Merupakan Bab Kesimpulan yang menjadi jawaban atas pokok

permasalahan.

Page 20: KONSEP 1ST1'ADZAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/9585/1... · 2018. 10. 23. · BAB IV PENUTUP 69 A. Kesimpulan 69 B. Saran-Saran 71 DAFTAR PUSTAKA. BAB! PENDAHULUAN

BABn

BIOGRAFI ffiN QAYYIM AL-JAWZIYYAll

A. Latar Belakang Sosial Ibn Qayyim al-Jawziyyah

Nama asli Ibn Qayyim al-Jawziyyah adalah Muhammad ibn Abu Bakr ibn

Ayyub ibn Sa'd ibn Jarir az-Zar'i ad-Dimasyqi aI-Hambali. Nama laqabnya adalah

Syams ad-Din. Nama kunyahnya adalah Abu 'Abd Allah. Namun, ia lebih dikenal

dengan sebutan Ibn Qayyim aI-Jauziyah, sebab ayahnya adalah seorang ulama besar

dan kurator (qayyim) di sekolah al-Jawziyyah.!

Ibn Qayyim aI-Jawziyyah lahir pada 7 Shafar 691 Hl1292 M. Mayoritas

ulama mengatakan bahwa ia dilahirkan di kota Damaskus Syria. Namun, ada juga

yang mengatakan bahwa ia dilahirkan di desa Zar'i Hauran yang terletak di sebelah

timur kota Damaskus, kemudian keluarganya pindah ke kota Damaskus. Ibn Qayyim

al-Jawziyyah berasal dari kalangan terhonnat dan tumbuh dalam lingkungan keluarga

yang taat berilmu. Ayahnya selain sebagai seorang pendidik juga dikenal sebagai

seorang ulama fiqh Hanbali yang ahli dalam bidang fara'idh. Ibn Qayyim al-

Jawziyyah memulai peIjalanan intelektual dari ayahnya2 Ibn Qayyim aI-Jawziyyah

1 Manshur 'Abd ar-Ritziq dan Kamal' Ali al-Jamill, "Perkena/an dengan Ibn Qayyim al­Jawziyyah: Sang Imam Yang Agung," dalam Manshur 'Abd ar-Ritziq dan Kamal 'Ali ai-Jamal,"Perkena/an dengan Ibn Qayyim al-Jawziyyah: Sang Imam Yang Agung," terj. Mahrus Ali (Jakarta:Cendikia Sentra Muslim, 2000), h. xix dan Abdul Aziz Dahlan, (ed.), Ensik/opedi Is/am (Jakarta: PT.lehtiar Baru Van Hoeve, 1994), eel. Ke-3, h. 164

2 Muhammad ai-Anwar as-Sanhuti, Ibnu Qayyim Berbicara Ten/ang Tuhan (Jakarta:Mustaqim, 2001), h. 21

Page 21: KONSEP 1ST1'ADZAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/9585/1... · 2018. 10. 23. · BAB IV PENUTUP 69 A. Kesimpulan 69 B. Saran-Saran 71 DAFTAR PUSTAKA. BAB! PENDAHULUAN

12

wafat pada malam kamis 13 rajab 751 H/1350 M pada saat adzan Isya di kota

Damaskus. Kemudian jenazahnya dimakamkan di pemakaman al-Bab ash-Shaghir

yang merupakan pemakaman keluarganya. Jenazah Ibn Qayyim al-Jawziyyah

dimakamkan di samping makam orang tuanya yang juga dimakamkan di tempat itu3

Berdasarkan periodisasi sejarah Islam, Ibn Qayyim al-Jauziyah hidup pada

abad pertengahan (1250-1800 M), tepatnya ketika dinasti Mamluk (1250-1517 M)

berkuasa di Mesir dan Syria, yaitu pada masa pemerintahan Shaliih ad-Din Khalil

(1290-1294 M) hingga masa Niishir ad-Din ai-Hasan (1347-1351 M). Pada periode

tersebut, secara umum umat Islam sedang mengalami l11asa kel11unduran, baik dalal11

bidang politik maupun sosial keagal11aan4

Ibn Qayyim al-Jawziyyah l11erupakan salah satu tokoh fiqh dalal11 l11azhab

Hanbali, ia menguasai ilmu tafsir, ushitl aI-din, fladits, jiqh, istinMth, ushUl jiqh,

bahasa Arab, ill11u kalam, dan ill11u tasawuf. Menurut az-Zahabi, ibn Qayyil11 al-

Jawziyyah sangat concern dengan masalah hadis, baik dari segi matn (isi) l11aupun

rijal (pel11bawanya)5

3 As-Sanhuti, Ibnu Qayyim Berbicara Tenlang li,han, h.17; Abil Falah 'Abd al-Hayy ibnAhmad ibn Muhammad ibn al-'Imad al-llanbal1, Syadzaral adz-Dzahab fi Akhydr man Dzahab(Beirut: Dar al-Kutub al-'I1miyyah, tth.), jilid 3, Juz 6, h.180; Abil al-Fida' al-Hiifidz ibn Katslr ad­Dimasyql, aI-Bidayah wa an-Nihayah (Beirut: Dar al-Kutub al-'Ilmiyyah, 1987), jilid 7, juz ]4, h. 246

4 Harun Nasution, Islam Dilinjau dari Berbagai Aspeknya (Jakarta: UI Press, 1985), jilid I, h.79

5 Muhammad Hamid al-Faqi, "Kata Pengantar," dalam Ibn Qayyim al-Jawziyyah,Melumpuhkall Sell/ala Syelall, terj. Ainul Haris Umar Arifin Thayib (Jakarta: Darul Falah, 1998), h.xxviii

Page 22: KONSEP 1ST1'ADZAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/9585/1... · 2018. 10. 23. · BAB IV PENUTUP 69 A. Kesimpulan 69 B. Saran-Saran 71 DAFTAR PUSTAKA. BAB! PENDAHULUAN

13

Ibn Qayyim al-Jawziyyah sebagai salah satu tokoh mazhab Hanbali juga

mengalami berbagai cobaan yang berupa siksaan dari penguasa pada zamannya,

sebagaimana yang menimpa Ahmad ibn Hanbal dan ibn Taymiyyah. Ia pemah

ditahan bersama ibn Taymiyyah hanya karena melarang seseorang menggunakan

kendaraan untuk bepergian jauh untuk berziarah. la ditangkap, disiksa, kemudian

disuruh berkeliling ke seluruh kampung dan dipukuli di atas ontanya.6

Ibn Qayyim al-Jauziyah dalam beberapa karya tulisnya banyak mengkritik

konsep-konsep tasawuf dan praktek-praktek bid'ah yang dilakukan pada masanya.

Dalam kitabnya yang sangat terkenal Madtirij as-Stilikfn yang merupakan syarah dari

Kitab Mantizil as-Sti'irfn karangan Abu Isma'il al-Harawi, Ibn Qayyim al-Jawziyyah

banyak mengkritik konsep-konsep tasawufyang telah dikemukakan oleh AbU Isma'il

al-Harawi dan berusaha untuk meluruskannya. Sebagian besar hidup Ibn Qayyim al-

Jawziyyah dihabiskan untuk meluruskan berbagai penyimpangan pemikiran ahli

kalam, kaum sufi, tukang ramal, para filosof, dan berbagai bid'ah yang berkembang

di masyarakatnya. Karya-karya tulis Ibn Qayyim al-Jawziyyah merupakan respon

kritik terhadap perkembangan pemikiran pada masanya. Di sana juga terlihat jelas

betapa besar perhatian Ibn Qayyim al-Jawziyyah terhadap kemashlahatan umat7

6 Manshur 'Abd ra-Raziq dan Kamal 'Ali ai-Jamal, "Perkenalan dengan Ibn Qayyim al­Jawziyyah: Sang Imam Yang Agung," dalam Mansln}r 'Abd ar-Riiziq dan Kamal 'Ali ai-Jamal,"Perkenalan dengan Ibn Qayyim al-Jawziyyah: Sang Imam Yang Agung," h. xxv

7 Abdul Aziz Dahlan, (ed.), Ensiklopedi Islam, h. 164

Page 23: KONSEP 1ST1'ADZAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/9585/1... · 2018. 10. 23. · BAB IV PENUTUP 69 A. Kesimpulan 69 B. Saran-Saran 71 DAFTAR PUSTAKA. BAB! PENDAHULUAN

14

B. Latar Belakang Akademis Ibn Qayyim al-Jawziyyah

Ibn Qayyim al-Jawziyyah ada1ah seorang yang ahli dalam meneliti ilmu dan

selalu ingin mengkajinya. la senang mengambil segala bidang ilmu pengetahuan dan

tekun mendalami segala macam cabangnya, yang mana pada saat itu telah menyebar

di negara-negara Mesir dan Syam. Ibn Qayyim al-Jawziyyah berguru kepada asy-

Syihiib an-Nabulsi al-' Abir, Abu Bakr ibn ad-Dayim, al-Qadhi Taqiyy ad-Din

Salman, '!sa al-Muth'im, Fiithimah bint Jawhar, Abu Nasr Muhammad ibn 'Imiid ad-

Din asy-Syairazi, ibn Maktflm, al-Baha' ibn 'Asiikir, al-Qiidhi Badr ad-Din ibn

Jama'ah, dan lainnya. 8 Namun di antara mereka, Ibn Taymiyyah adalah gurunya yang

paling berpengaruh baginya dan mengikuti jalannya. Ajaran Ibn Taymiyyah tersebar

melalui pemikiran dan tulisan Ibn Qayyim al-Jawziyyah yang diterima di kalangan

pembaca. Walau dell1ikian, Ibn Qayyim al-Jawziyyah sering berbeda pendapat

dengan gurunya, terutall1a apabila Ibn Qayyim al-Jawziyyah melihat sisi lain

kebenaran dan mell1iliki dalil yang lebih jelas serta dijadikan pegangan untuk

memperlihatkan kebenaran.

Ibn Qayyim al-Jawziyyah mell1pelajari bahasa Arab kepada Abu al-Fath al-

Ba'!i, kell1udian mempelajari al-mulakhkhash kepada Abu al-Baqii'. Setelah itu, ia

belajar kitab Aljiyyah kepada Ibn Miilik. Ibn Qayyim al-Jawziyyah juga sering

membaca kitab al-Kiifiyah asy-Syiifiyah, yang sebagiannya berbentuk kitab tashfl.

Kemudian, ia belajar kepada Syaikh Majd ad-Din at-Tunisi mengenai sebagian kitab

& Manshur 'Abd ar-Rilzjq dan Kamal 'Ali al-JamiU, "Perkenalan dengan Ibn Qayyim al­Jawziyyah: Sang Imam Yang Agung," h. xiv

Page 24: KONSEP 1ST1'ADZAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/9585/1... · 2018. 10. 23. · BAB IV PENUTUP 69 A. Kesimpulan 69 B. Saran-Saran 71 DAFTAR PUSTAKA. BAB! PENDAHULUAN

IS

al-muqarrah. Adapun di bidang fiqh, Ibn Qayyim al-Jawziyyah belajar dari beberapa

orang, di antaranya, Syaikh Isma'll ibn Muhammad al-Hardini. Kemudian, ia belajar

Mukhtashar al-Kharqi kepada Ibn Qudamah. Ia juga mempelajari ilmu Jara'idh,

pertama kali kepada ayahnya, kemudian kepada Isma'il ibn Muhammad. Setelah itu,

ia membaca kitab ar-Raudhah di hadapan gurunya, Ibn Qudamah. Ia mempelajari

ilmu ushill kepada Syaikh Syafiyy ad-Din ai-Hindi. Guru-gurunya yang lain adalah

'Ala ad-Din al-Kindi, Muhammad ibn Abi al-Fath, Ayyub ibn Kamal, AbU al-Fath al-

Ba'iabaki, Kamiil ad-Din az-Zamlakani, dan Ibn Muflih. Adapun guru utamanya yang

paling berpengaruh, Syaikh Taqiyy ad-Din ibn Taymiyyah, mengajarkan kepada Ibn

Qayyim al-Jawziyyah sebagian kitab al-mub.arrar, sebagian ilmu Jara 'idh, sebagian

kitab al-mahsill, serta kitab al-ab.kdm9

Ibnu Qayyim al-Jauziyah memiliki murid-murid dan sahabat-sahabat yang

terkemuka dalam bidang keilmuan, di antara mereka adalah: 10

a. AI-Hafizh Zain ad-Din Abu al-Faraj 'Abd ar-Rahman ibn Ahmad ibn Rajab

ai-Baghdadi ad-Dimasyqi al-Hanbali. Ia seorang ahli hadis, fiqh dan sejarah,

ia senantiasa mengikuti majlis ta'lim Ibn Qayyim al-Jawziyyah dan

mempelajari kitab-kitab karangannya, ia wafat pada tahun 795 H.

9 Manshlir 'Abd ar-Riiziq dan Kamal 'All al-Jamiil, "Perkenalan dengan Ibn Qayyim al­Jawziyyah: Sang Imam Yang Agung," h. xx

10 Manshiir 'Abd ar-Riiziq dan Kamal 'All ai-Jam iii, "PerkenalmJ dengau Ibn Qayyim al­Jawzi)0uh: Sang Imam Yang Agung," h. xxi

Page 25: KONSEP 1ST1'ADZAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/9585/1... · 2018. 10. 23. · BAB IV PENUTUP 69 A. Kesimpulan 69 B. Saran-Saran 71 DAFTAR PUSTAKA. BAB! PENDAHULUAN

16

b. AI-Hafizh 'Imad ad-Din Abu al-Fida' Isma'll ibn 'Umar ibn Katslr al-

Bashrawl ad-Dimasyql asy-Syafi'l, Ia seorang ahli tafsir, hadis dan sejarah, ia

adalah orang yang paling bersahabat dengan Ibn Qayyim al-Jawziyyah, ia

wafat pada tahun 774 H.

c. AI-Hafizh Syams ad-Din AbU 'Abd Allah Muhammad ibn Ahmad ibn 'Abd al

Hadl ibn 'Abd ai-HamId ibn 'Abd al-Hadl ibn Yusuf ibn Muhammad ibn

Qudamah al-Maqdisl al-Jama'il1 ash-Shalahl, ia seorang ahli fiqh dan hadis, ia

wafat pada tahun 774 H.

d. AI-Hafidz Syams ad-Din Abu 'Abd Allah Muhammad ibn 'Abd ai-Qadir ibn

MuhYi ad-Din 'Utsman ibn 'Abd ar-Rahman an-Nabitisl. Ia wafat pada tahun

797 H.

e. Kedua anak Ibn Qayyim al-Jawziyyah, yakni Syaraf ad-Din 'Abd Allah. la

menggantikan ayahnya mengajar di sekolah ash-Shadariyah, ia wafat pada

tahun 756 H. Dan Burhan ad-Din Ibrahim, ia seorang ahli bahasa dan fiqh, ia

wafat pada tahun 767 H.

Imam asy-Syawkanl memberikan komentar mengenai metode penulisan gaya

Ibn Qayyim al-Jawziyyah bahwa dalam dunia tutis menulis, Ibn Qayyim al-

Jawziyyah memiliki teknik yang indah, gaya bahasanya mudah, sistematis, sehingga

orang yang membaca karyanya cenderung sekali ingin memahami maknanya. 11

11 Manshilr 'Abd ar-Riiziq dan Kamal 'Ali al-Jamiil, "Perkenalan dengan Ibn Qayyim al­Jawziyyah: Sang Imam Yang Agung," h. xxix

Page 26: KONSEP 1ST1'ADZAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/9585/1... · 2018. 10. 23. · BAB IV PENUTUP 69 A. Kesimpulan 69 B. Saran-Saran 71 DAFTAR PUSTAKA. BAB! PENDAHULUAN

]7

Para ulama berbeda-beda dalam menetapkan jumlah karya Ibn Qayyim al­

Jawziyyah. Menurut Ibn Hajar al-'Asqalani, karya tulis Ibn Qayyim al-Jawziyyah

berjumlah 13 buah. As-Sakhiiwi menyebutkan jumlah karya Ibn Qayyim al­

Jawziyyah sebanyak 50 lebih. Ash-Shafadi menyebutkan jumlahnya sebanyak ]9

buah. As-Suyilthi menyebutkan jumlahnya sebanyak ]4 buah. Asy-Syawkani

mengatakan jumlahnya ada ]6 buah. Ibn al-'Imild menyebutkan jumlahnya ada 46

buah. Bahkan menurut penelitian Bakr ibn'Abd Allah, jumlah karya Ibn Qayyim al­

Jawziyyah mencapai 99 buah. 12

Karya-karya Ibn Qayyim al-Jawziyyah yang berhasil penulis temukan

judulnya, antara lain adalah: 13

]. at-Tat~ir al-Qayyim

2. At-TibyanfiAqsam al-Qur 'an.

3. AI-Manar al-Muniffi ash-Shahfh wa adh-Dha 'if

4. J'ldm al-Muwaqqi 'in 'an Rabb al- 'dlamfn

5. Zdd al-Ma 'Mfl Hadyi Khair al- 'IbM

6. Ighdtsah al-Lahfan min Maqa 'id asy-Syaithdn

7. Tuhfah al-Maudzidfi AfJ.kdm al-MauHid

8. ./ald' al-Afhdmfi Dzikr ash-Shaldh wa as-Saldm 'aId Khair al-Anam

9. Hddi al-ArwdfJ. ild Bilad al-Afi'afJ.

12 Muhammad Hamid al-Fagi, "Kata Pengantar," h. xxviii-xxix

13 Muhammad Hamid al-Fagi, "Kata Pengantar," h. xxix-xxxi

Page 27: KONSEP 1ST1'ADZAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/9585/1... · 2018. 10. 23. · BAB IV PENUTUP 69 A. Kesimpulan 69 B. Saran-Saran 71 DAFTAR PUSTAKA. BAB! PENDAHULUAN

18

10. Ad-Da 'wa ad-Dawa'

II. Raudhah al-Muhibbin wa Nuzhah al-Musytaqin

12. Syifa' al- 'Ali!fi Masa 'il al-Qadhd wa al-Qadar wa al-Hikmah wa at-Ta 'li!

13. 'Uddah ash-Shdbirin wa Dzakhirah asy-Syakirin

14. Al-Fawa'id

15. Kasy(al-Ghithd' 'an Hukm Sima' al-Ghina'

16. Al-Wabil ash-Shayyib min al-Kalam ath-Thayyib

17. Madarij as-Salikin baina Manazih lyyaka Na 'budu wa lyyaka Nasta 'in

18. M!fiah Dar as-Sa 'ddah wa Mansyitr Wilayah aM al- 'Um wa al-Iradah

19. Hidayah al-Hiyarifi Ajwibah al-Yahitdi wa an-Nashdra

20. Ar-Risalah at-Tabukiyah

21. Ar-Rith

22. Ijtima' al-Jayitsy al-lslamiyyah 'aid Ghazw al-Mu 'aththilah wa aI-Jam 'iyyah

C. Pandangan Ulama Terhadap Ibn Qayyim al-Jawziyyah

Para ulama menyatakan bahwa Ibn Qayyim al-Jawziyyah memihki sifat

wara' dan berhati-hati dalam perkara syubhat, apalagi perkara haram, dan Ibn

Qayyim al-Jawziyyah memiliki ihnu pengetahuan yang luas. Nu'man al-alus1 al­

baghdiid1 dalam kitabnya Jala al-'ainain, menyatakan bahwa Ibn Qayyim al­

Jawziyyah adalah seorang pakar di bidang fiqh, tafsir, nahwu, dan ilmu ushul.

Adapun tentang ketekunannya dalam beribadah dan sikap wara 'nya, maka al-Qadhi

Burhan ai-Din az-Zar'1 menyatakan bahwa Ibn Qayyim al-Jawziyyah melakukan haji

Page 28: KONSEP 1ST1'ADZAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/9585/1... · 2018. 10. 23. · BAB IV PENUTUP 69 A. Kesimpulan 69 B. Saran-Saran 71 DAFTAR PUSTAKA. BAB! PENDAHULUAN

19

beberapa kali, lalu tinggal di dekat Ka'bah, dan penduduk Mekkah menyebut Ibn

Qayyim al-Jawziyyah sebagai figur yang sangat tekun dalam beribadah dan banyak

melakukan aktivitas tasawuf. 1,1

AI-Hafizh Ibn Hajar al-'asqalani mengatakan bahwa Ibn Qayyim al-

Jawziyyah adalah orang yang mempunyai keberanian yang tinggi, ilmunya luas, dan

mengetahui perbedaan pendapat serta mazhab ulama sala/5

AI-Hafizh ibn al-Katsir mengatakan bahwa Ibn Qayyim al-Jawziyyah sangat

cinta ilmu, selalu belajar di waktu siang dan malam, selalu melaksanakan shalat,

membaca al-Qur'an, baik budinya dan senang kepada sesama, tidak pernah hasud

atau dengki. Ibn Katsir menyatakan bahwa ia sendiri tidak pernah mengetahui ada

orang lain yang tekun dalam beribadah melebihi Ibn Qayyim al-Jawziyyah pada masa

itu. Ibn Qayyim al-Jawziyyah mengerjakan shalat dengan panjang. Apabila Ibn

Qayyim al-Jawziyyah mengerjakan shalat subuh, ia tidak beranjak dari tempatnya

sampai l11asuk waktu dhuhd' untuk berzikir kepada Allah. 16

Burhiln ad-din az-zar'i l11enyebutkan tentang ilmu Ibn Qayyil11 al-Jawziyyah

bahwa tak ada orang lain di bawah langit yang l11emiliki ilmu yang luas seperti Ibn

Qayyim al-Jawziyyah. Ibn Qayyim al-Jawziyyah belajar di ash-Shadriyyah, menulis

14 Manshfir 'Abd ar-Raziq dan Kamal' Ali ai-Jamal, "Perkena/an dengan Ibn Qayyim a/­Jawziyyah: Sang Imam Yang Agung," h. xxvii

15 Manshur 'Abd ar-Raziq dan Kamal 'Ali ai-Jamal, "Perkena/an dengan Ibn Qayyim a/­Jawziyyah: Sang Imam Yang Agung," h. xxv

16 Manshur 'Abd ar-Riiziq dan Kamal 'Ali ai-Jamal, "Perkena/an dengan Ibn QaJry'im a/­Jawziyyah: Sang Imam Yang Agung," h. xxvii

Page 29: KONSEP 1ST1'ADZAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/9585/1... · 2018. 10. 23. · BAB IV PENUTUP 69 A. Kesimpulan 69 B. Saran-Saran 71 DAFTAR PUSTAKA. BAB! PENDAHULUAN

20

beberapa kitab yang tidak terhitung jumlahnya, menyusun dan mempelajarinya, serta

menyimpannya sebagai kitab referensi, dan Ibn Qayyim al-Jawziyyah memiliki kitab-

kitab yang tidak dimiliki oleh orang lain. 17

17 Manshiir 'Abd ar-Riiziq dan Kamal 'Ali ai-Jamal, "Perkenalan dengan JIm Qayyim al­Jawziyyah: Sang Imam Yang Agung," h. xxvi

Page 30: KONSEP 1ST1'ADZAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/9585/1... · 2018. 10. 23. · BAB IV PENUTUP 69 A. Kesimpulan 69 B. Saran-Saran 71 DAFTAR PUSTAKA. BAB! PENDAHULUAN

BABIU

TAFSIR mN QAVYIM AL-JAWZIVYAH

ATAS SURAT AL-FALAQ DAN AN-NAS

A. Pengertian dan Urgensi lsti'iidzalt

I. Pengertian Isti 'ddzah dari Segi Bahasa

Isti'ddzah secara bahasa berasal dari kata kerja ista 'adza (~I), wazan

~I tennasuk kepada tsuldtsi mazid (tiga asal kata yang mendapat tambahan

yaitu huruf"alif', "sin", dan "ta"). Setiap kata yang mendapatkan huruftambahan

tersebut menunjukkan kepada permintaan. Adapun asal kata istiddz (~L.:i.u,I) adalah

'ddz (~\.c.). Dalam kitab Lisdn al- 'Arab dijelaskan bahwa ada yang menyebutkan

kata tersebut dengan berbagai bentuk, seperti Awdzd, Iyddz, Yaudz, ddz dan

Muddz yang berarti: berlindung, berdamping dan berpegang.!

Isti'ddzah disebut juga Qa'ddzu Allah (Jill ~W), yang bermti: "Aku

berlindung kepada Allah." Perkataan ini sama artinya dengan kata-kata

Ma 'ddzatu Allah (Jill ,~ko) dan Ma 'ddzatu wajh Allah (Jill '4-..9 ,~ko) serta Ma'ddzu

wajh Allah (Jill '4-..9 ~ko). Isti'ddzah terkadang juga disebut dengan kata-kata

A 'zidzu bi Allah minka (elli.. Jil~ ~..9""i) dengan dimasukkan huruf jar "bi" pada

laJazh af.:ialalah yang mempunyai arti: "Aku berlindung kepada Allah daripada

1 Ibn Qayyim al-Jawziyyah, Taj'ir fhnll Qayyim: Tafsir Ayat-ayat Pilihan, teIj. KathurSuhardi (Jakarta: Darnl Falah, 2000), h. 653, lihat pula: Ar-Raghib al-AshfahanJ, Mit 'jam MlifradtitA[ftizh ai-QuI' 'tin (Bairiit: Dar al-Fikr, tth.), h. 365

Page 31: KONSEP 1ST1'ADZAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/9585/1... · 2018. 10. 23. · BAB IV PENUTUP 69 A. Kesimpulan 69 B. Saran-Saran 71 DAFTAR PUSTAKA. BAB! PENDAHULUAN

22

engkau", rangkaian kata ini mempunyai arti sarna dengan rangkai kata Mu'ddzatu

bi Allah minka (<ili...ili~ ooL...o) dan Ta 'wfdzu bi Aldhi minka (<ili...ili~ ~yU).2

Imam Ibn Qayyim al-Jauziyah mengatakan hakikat makna ddza (ll<:.)

adalah Ian dari sesuatu yang ditakuti menuju sesuatu yang dapat melindunginya

dari yang ditakuti tersebut. Sedangkan kalimat a 'udzu (o.JCl) mengandung arti

bahwa aku berlindung, aku berpegang kepada dan aim meminta penjagaan3

Ada dua makna yang merupakan makna asli dari kalimat tersebut:

Pertama, diambil dari kalimat as-satru (y..;JI) yang mengandung arti tertutup. Hal

ini didasari dengan pernyataan orang-orang Arab zaman dahulu, yakni apabila ada

sebuah rumah yang terletak di bawah pohon rindang yang menutupinya, maka

mereka mengungkapkannya dengan kalimat 'uwwddz dengan men-dhomah-kan

huruf 'ain dan men-tasydid-kan huruf wau atau mem:fathah-kannya. Seakan-akan

rumah tersebut menjadikan pohon sebagai penutupnya. Seseorang yang meminta

perlindungan juga seakan-akan menjadikan yang memberikan perlindungan

kepadanya sebagai penghalang dari musuhnya. Juga menjadikan dirinya sehingga

tidak tampak oleh sang musuh4

Kedua, diambil dari kalimat luzumi al-mujawdrah (0..JJt.;...]1 ~.,,)) yang

berarti selalu berdekatan. Kalimat tersebut diambil dari pernyataan orang-orang

2 Arifin Omar, Rahsia di Sebalik Surah at-Fataq (Malaysia: Cahaya Pantai, 1994), h. IS

3 Ibn Qayyim al-Jawziyyah, at-Tqfsir al-Qayyim (Beirut: Dar al-Fikr, 1988), h. 538

4 Ali Umar al-Habsyi, Benarkah Nabi Muhammad saw Pernah Tersihir? (Jakarta: PustakaZahara, 2003), eet. Ke-l, h. 85-86

Page 32: KONSEP 1ST1'ADZAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/9585/1... · 2018. 10. 23. · BAB IV PENUTUP 69 A. Kesimpulan 69 B. Saran-Saran 71 DAFTAR PUSTAKA. BAB! PENDAHULUAN

23

Arab yang mengatakan 'uwwddz untuk daging yang menempel pada tulang,

karena daging tersebut terlihat berpegangan pada tulang. Begitu pula seseorang

yang meminta perlindungan. Maka ia akan menggantungkan keselamatannya dan

tidak mau berpisah dari yang melindunginya. Ia akan selalu berada di dekatnya

dan tidak mau berpisah dari sang pelindung, bagaikan daging yang menempeI

pada tulang5

Dengan kata lain, Imam Ibn Qayyim al-Jawziyyah mengatakan bahwa

lsti'ddzah yakni meminta perlindungan. Argumentasi yang dikemukakan oIeh Ibn

Qayyim al-Jawziyyah adalah bahwa seseorang yang meminta perlindungan akan

menjadikan sesuatu yang melindunginya sebagai sesuatu yang menghaIanginya

dari sesuatu yang ditakuti olch dirinya, dan ia juga akan bergantung kepada sang

pelindung, seperti seorang anak yang akan selalu mendekati bapaknya jika ada

orang yang memusuhinya dengan mengacungkan pedang serta dcngan maksud

yang tidak baik. Sang bapak akan memberinya jalan agar sang anak terhindar dari

musuh, si anak akan menyerahkan urusan keselamatannya kepada ayahnya.

Begitulah seseorang yang meminta perliudungan dari sesuatu yang

membinasakannya kepada Allah, ia akan berlari kepadanya. Ia menyerahkan

dirinya secara total dan menggantungkan keselamatannya hanya pada Allah6

; Ibn Qayyim al-Jawziyyah, at-Taj.ir at-Qayyim, h. 538

6 Ibn Qayyim aI-Jawziyyah, at-Tcifsir at-Qayyim, h. 539

Page 33: KONSEP 1ST1'ADZAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/9585/1... · 2018. 10. 23. · BAB IV PENUTUP 69 A. Kesimpulan 69 B. Saran-Saran 71 DAFTAR PUSTAKA. BAB! PENDAHULUAN

24

2. Pengertian lsti 'iidzah dari Segi Terminologi

Adapun lsti'iidzah secara tenninologi adalah orang yang berlindung

(lsli 'iidzah) kepada Allah dan bergantung di sisi-Nya dari segala bentuk

kejahatan. Ber-lsli'iidzah (memohon perlindungan kepada Allah) sebelum

melakukan ibadah ritual atau sosial sangatlah dianjurkan. Serta memohon

perlindungan dari segenap godaan setan yang terkutuk, sekaligus dimaksudkan

agar Allah swt berkenan menerima ibadah yang dilakukan. Menb'Ucapkan

lsli'iidzah seperti dalam shalat dengan suara pelan (ik/fii ') dapat terhindar dari

pengaruh setan7

Menurut Syaikh aI-Islam Ibn Taimiyah dalam kitabnya Majmual ar-Rasiiil

Ii ibn Taimiyah, lsti'iidzah adalah memohon perlindungan kepada Allah dari

perkara al-Waswas, yang merupakan pangkal dari kekufuran, kefasikan,

kemaksiatan dan selwuh kejahatan. Ketika manusia mampu l11enahan diri dari

kejahatannya, niscaya ia akan terjaga dari siksa Jahanal11, siksa kubur, fitnah

hidup dan mati, fitnah al-masi!J. ad-deyjal, karena hal itu sel11ua berswnber dari

. I • 8pmtu a -waswas.

Penilaian yang serupa juga diutarakan oleh Bey Arifin, pengarang tafsir

Samudra al-Fatihah, LI'ti 'adzah adalah l11el11inta perlindungan kepada Allah dari

bahaya kepercayaan (i'tiqad), bahaya yang til11bul dari gerak-gerik l11anusia di

7 Muhammad Najib, "Isti'iidzah", Republika, 31 Januari 2003, h. 5

8 Ibnu Taimiyah, Risalah Ibnu Taimiyah Tentang TaJsir al-Qnran, terj. Drs. As'ad Yasinet.al, (Solo: CV. Pustaka Mantiq, 1996), h. 113

Page 34: KONSEP 1ST1'ADZAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/9585/1... · 2018. 10. 23. · BAB IV PENUTUP 69 A. Kesimpulan 69 B. Saran-Saran 71 DAFTAR PUSTAKA. BAB! PENDAHULUAN

25

kehidupannya yang merusak agama dan bahaya penyakit yang ada pada badan

. 9manUSIa.

3. UrgensiIsti'ddzah

Segala kebaikan dan kemudahan adalah menjadi idaman setiap manusia

untuk mendapatkannya, ketika segala keburukan dan kejahatan menjadi perkara

yang ingin dihindari oleh setiap manusia. Oleh sebab itu, kata-kata a 'zidzu bi

Allah (.ili4 o§-I) akan menolak segala keburukan baik rohani maupun jasmani.

Dengan kata lain bahwa seseorang yang mengucap a'i1dzu bi Allah (.ili4 o§-I) ia

menolak tiga bagian keburukan, yaitu: 10

a. Keburukan kejahilan yang tidak terhitung banyaknya.

b. Keburukan perbuatan fasik Gahat), yaitu perbuatan yang bertentangan

dengan agama.

c. Keburukan perkara-perkara yang dibenci, segala penyakit dan segala

perkara yang ditakuti.

Perasaan ingin mendapatkan kebaikan dan kemudahan sebanyak-

banyaknya dan benci terhadap keburukan dan kejahatan itulah yang mendorong

manusia meminta perlindungan kepada Allah swt agar segala keburukan dan

kejahatan tidak akan menimpa dirinya.

9 Bey Arifin, Samudra al-Fatihah (Surabaya: PT. Bina I1mu, 1980), h. 63

10 Abdul Husain Dasleghib, Isii 'adzah, leJj. M. Najib dan M. I1yas (Jakarta: AI-Huda,2000), h. 71

Page 35: KONSEP 1ST1'ADZAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/9585/1... · 2018. 10. 23. · BAB IV PENUTUP 69 A. Kesimpulan 69 B. Saran-Saran 71 DAFTAR PUSTAKA. BAB! PENDAHULUAN

26

Apa yang diungkapkan oleh seorang muslim dalam kalimat Ish'iidzah

secara khusus ditujukan untuk menghadapi setan yang tidak nampak wujudnya,

yaitu setan yang dikenal daTi kalangan jin. Hal ini menunjukkan adanya

perbedaan siasat dalam menghadapi setan dari kalangan manusia dan setan dari

kalangan jin. Menghadapi setan yang berwujud manusia, diperintahkan

melakukan kebaikan untuk membujuknya agar kembali ke tabiatnya yang lurus

dan tidak mengganggu lagi. Namun menghadapi setan yang berasal dari kalangan

jin, diperintahkan untuk ber-Isti'iidzah, karena mereka tidak bisa menerima suap

dan hati mereka tidak tergugah dengan sikap dan perlakuan baik manusia, sebab

pada dasarnya tabiat asal mereka adalah tabiat jahat, dan tidak ada yang bisa

melindungi kita dari mereka selain yang menciptakan mereka: Allah Azza wa

.lalla.

Isti'iidzah diperintahkan tidak lain untuk mendapatkan perlindungan total

Allah swt dengan makna spiritual yang amat substantif. Oleh karena itu, bila tidak

sanggup meraih makna hakikinya, maka Isti'iidzah yang diucapkan tidak lebih

dari sebuah bacaan yang lafaz-Iafaznya tersusun rapi, lalu kemudian hanya

menjadi ucapan sehari-hari yang tak bermakna, lalu bagaimana meraih makna

hakiki Isti'iidzah?

Sayyid Abdul Husain Dasteghib menyebutkan lima syarat Isti'iidzah

yaitu: taqwa, tadzakkur (mengingat Allah), tawakkal (bersandar kepada Allah),

Page 36: KONSEP 1ST1'ADZAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/9585/1... · 2018. 10. 23. · BAB IV PENUTUP 69 A. Kesimpulan 69 B. Saran-Saran 71 DAFTAR PUSTAKA. BAB! PENDAHULUAN

27

ikhlas (ketulusan) dan tawadhu (merendahkan diri). Imam Ali bin Abi Thalib

dalam Naly' al-Baldghah menyebutkan: 11

Taqwa ibarat seorang penunggang kuda yang ahli dengan kuda terlatih,

kendali dan kontrolnya diarahkan dengan mudah menuju pilihannya. Tadzakkur

(Mengingat Allah) adalah penyandaran diri sepenuh hati bahwa Dia selalu

mengamati, mengawasi dan sadar akan status sebagai hamba-Nya, dan sebagai

konsekuensinya, apa yang diperintahkan Allah ia kerjakan dan apa yang dilarang­

Nya ia jauhi12

Tawakkal (berserah kepada Allah) berasal dari kata wikalah (perwakilan).

Seorang mukmin wajib tawakkal kepada Allah, karena seluruh urusannya berada

di tangan Allah. Ketawakkalan tidak cukup hanya pada lisan saja dengan

mengatakan, Aku pasrahkan segala urusanku kepada Allah, tetapi harus menjelma

dalam sikap dan perilaku sehari-hari. 13

Hakikat ikhlas adalah penyucian amalan dari segala kotoran. Ikhlas adalah

perwuj udan kesempurnaan dalam perjalanan ruhani. Hati yang ikhlas akan

menampung cahaya-cahaya Ilahiah dan dari hati tersebut akan tersingkap hikmah

dan ilmu melalui lisan. Tawadhu (merendahkan diri); maksudnya merasa hina,

hanya membutuhkan Allah, meyakini keselamatan dan bermohon hanya pada-

II Abdul Husain Dasteghib, lsti 'adzah, h. 41

12 Abdul Husain Dasteghib, lsti 'adzah, h. 75

13 Abdul Husain Dasteghib, lsti 'adzah, h. 76

Page 37: KONSEP 1ST1'ADZAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/9585/1... · 2018. 10. 23. · BAB IV PENUTUP 69 A. Kesimpulan 69 B. Saran-Saran 71 DAFTAR PUSTAKA. BAB! PENDAHULUAN

28

Nya. Seorang hamba yang sadar sepenuh hati tentang kekuasaan dan keagungan

Allah swt, ia pasti tunduk merendahkan diri di hadapan-Nya, ia merasa malu atas

kelemahan dan keterbatasan dirinya. 14

Memohon perlindungan Allah akan tercermin pada diri seseorang yang

merendahkan diri. Dengan ketidakmampuan membela diri menghadapi musuh

yang begitu kuat dan ketidakmamapuan membebaskan diri dari pengaruhnya,

seseorang pasti akan memanggil-manggil Tuhan yang Maba Kuasa lagi Maha

Penyayang untuk memohon perlindungan dari-Nya. Manusia yang tidak berhias

dengan laqwa, ladzakkur, lawakkal, ildllas dan lawadhu, maka iSliddzah atau

perlindungan yang diharapkan datang dari Allah swt, hanyalah angan-angan

belaka. 15

Orang yang bertaqwa pasti akan selalu memohon kepada Allah dengan

sepenuh hati agar jangan sampai setan menyusup di sela-sela bilik hatinya. Orang

yang tidak bertaqwa tidak lain dari sahabat karib setan. Setan akan mudah

bertengger di palung hatinya. Dengan begitu apapun yang diperbuatnya tak lain

dari dorongan setan. Ini bertolak belakang dengan hati seseorang yang dipenuhi

ketaqwaan. Dikarenakan selalu ber-isliddzah kepada Allah, setan tak akan

menemukan apapun dalam hatinya selain ketaqwaan. 16

14 Abdul Husain Dasteghib, lsI; 'adzah, h. 77

15 Abdul Husain Dasteghib, lsI; 'adzah, h. 35

16 Abdul Husain Dasteghib, lsI; 'adzah, h. 37

Page 38: KONSEP 1ST1'ADZAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/9585/1... · 2018. 10. 23. · BAB IV PENUTUP 69 A. Kesimpulan 69 B. Saran-Saran 71 DAFTAR PUSTAKA. BAB! PENDAHULUAN

29

Oleh karena itu, memohon perlindungan (Isti 'ddzah) tidak boleh

ditinggalkan dalam kehidupan sehari-hari. Karena orang yang hatinya berada

dalam naungan ar-Rahman, sepi dan kerumunan setan. Namun, itu bukan berarti

dirinya tidak perlu lagi memohon kepada Allah. Sebab, setan tak mau melepaskan

dirinya dan akan terus gigih berupaya menggodanya. Dalam persembunyiannya

setan terus mengintai hati orang mukmin. Sedikit saja seorang mukmin itu lengah,

setan akan langsung memanfaatkan kesempatan tersebut dan secepat kilat

merasuki hatinya dengan meniupkan rasa was-was.

Isti'ddzah merupakan jalan satu-satunya bagi siapa saja yang tennasuk

orang bertaqwa untuk menghindar dari jangkauan setan. Setiap orang harus

berhati-hati agar jangan sampai dirinya dikuasai setan. Sekalipun berada dalam

kondisi kebaikan, terbiasa melakukan amal ibadah, dan selalu berniat

mendekatkan din kepada Allah, tetapi siapa yang mengetahui bahwa semua itu

berasal dari bisikan setan, bukan hiddyah ar-Raflmdn. Mungkin secara lahiriah,

penampilan dan perilaku seseorang begitu bagus, tetapi hakikat hatinya telah

membusuk.

B. lfti'iidzall dalam AI-Quran

Salah satu persoalan penting yang tennaktub dalam al-Qm'an adalah

Isti'ddzah yaitu memohon perlindungan kepada Allah dari segenap kejahatan setan

yang terkutuk. Isti'ddzah berasal dari 'audz ('3"') dan kata ini dalam pelbagai

Page 39: KONSEP 1ST1'ADZAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/9585/1... · 2018. 10. 23. · BAB IV PENUTUP 69 A. Kesimpulan 69 B. Saran-Saran 71 DAFTAR PUSTAKA. BAB! PENDAHULUAN

30

bentuknya terulang dalam al-Qur'an sebanyak tujuh belas kaliI7 Di dalam al-Qur'an

terdapat berbagai macam bentuk perkataan 1.1'1; 'ddzah yang digunakan, berikut ini

adalah ayat-ayat tersebut: 18

Ayat-Ayat dengan Imta 'adzadan segala bentuk derivasinya dalam al-Qur'an

Sentuk KataNomor Ayat Teks Ayat dan Terjemah

dan Surat.I ". y- Ayat 27, ~ "'" otI .} ,. ... ... II

J~~; J~J> 0> U~ J5' 0 ~" " , .>..:.>..lY if > - if CJ..lYsurat 40 ,)!. ,.J) ~J.

- ,--(fi'il miidhi, dhamir (ghiifir) 0

L..:,J\ 0'

mutakallim wahdah) .~ , r~

Dan Musa berkata: "Sesungguhnya aku berlindung kepadaTuhanku dan Tuhanmu dari setiap orang yangmenyombongkan diri yang tidak beriman kepada hariberhisab".

0 Ayat 20, "" .1 '" oJ' " ..., .,. ;>;.;,.; 0\ ~~J J~ ~~ J~J..:.>..lY

surat44(fi'il miidhi, dhamir (ad-Dukhiin) Dan sesungguhnya aku berlindung kepada Tuhanku danmutakallim wahdah) Tuhanmu, dari keinginanmu merajamku,

.I , t Ayat 67, J,.,. t' .-' 00",'£iP4J '" " ... ll

~yl \)Ii .~ \ > '..i 0\ ;.s" G 4.IJ\ 0\ <V>~ , > JIi ~\'surat 2 ~ /' - 0", I$""yo >J, ,

(fi'il mudhiiri' , (al-Baqarah) 0",.1",0/(;1'/// -"",..-

.~W\ '. 0y5'\ 0\ .JJL. ~ '( J19 ('/ U.b:2(dhamir mutakallim -" if , . Y JY',wahdah) Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya:

"Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyembelih seekorsapi betina". Mereka berkata: "Apakah kamu hendakmenjadikan kami buah ejekan?" Musa menjawab: "Akuberlindung kepada Allah agar tidak menjadi salah seorangdari orang-orang yang jahil".

17 Dari jumlah tersebut, hanya sekali al-Qur'an nenyebut permohonan perlindungan kepadaselain Allah. Tetapi penyebutan permohonan perlindungan kepada selain Allah termasuk dalamkonteks kecaman. Sebagaimana daJam surat aI-Jin ayat 6: w:J r1Jj\~ ~l L¥ J4...;: 0~~ v.3)lI;y.:J4..J t:,J.S.\j] :'.

Lihat, M.Quraish Shihab, Taj,ir al-Quran aI-Karim; Taj,ir alas Sural-sural Pendek BerdasarkanUrman Turlllmya Wahyll (Bandung: Pustaka Hidayah, 1997), h. 68 I

18 Muhammad Fuad al-Baql, aI-Mil )am al-Ml!fahras Ii Aljazh aI-QuI' 'an aI-Karim (Beirut:Dar al-Ma'arif, 1991), h. 627

Page 40: KONSEP 1ST1'ADZAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/9585/1... · 2018. 10. 23. · BAB IV PENUTUP 69 A. Kesimpulan 69 B. Saran-Saran 71 DAFTAR PUSTAKA. BAB! PENDAHULUAN

31

,. ,; Ayat 47,",0 ____< __ 0< '-:",,,, //

:'y\ o .," UI' ~ 4.> J ~ c;. ::.:.uLJ LJI ::L ~ 'I <I~' Jijsurat 11 J3-'U ,j ,,' , - . y <.S, . J

,- /~ /---,(fi'il mudhari' , (Hud)

o , ,

'~r'~1 ~ J\ ~')j J.dhamir mutakallim , ,wahdah) Nuh berkata: "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku berlindung

kepada Engkau dari memohon kepada Engkau sesuatu yangaku tiada mengetahui (hakekat) nya. Dan sekiranya Engkautidak memberi ampun kepadaku, dan (tidak) menaruh belaskasihan kepadaku, niscaya aku akan termasuk orang-orang

I yanl! merugi.", ,Ayat 18, '" J. 0 .-: ,J, t '" '" .-:,;'i .t.:;;;~ LJI 2..G ~:;JL, ~;I J'I :.:Jl'surat 19 ..... "'" . ", , ,-- - ,

(fi'il mudhiiri', (Maryam) Maryam berkata: "Sesungguhnya aku berlindungdhamir mutakallim daripadamu kepada Tuhan Yang Maha Pemurah, jika kamuwahdah) seorang yang bertakwa.", .

Ayat 97, .J. __ '" o.J

:,;.\ .~\:"; Ii y\~ 0; 2.J.< ~;\ y~ ~jsurat 23 ,

(fi'il mudhari', (al- Dan katakanlah: "Ya Tuhanku aku berlindung kepadadhamir mutakallim Mu'minun) Engkau dari bisikan-bisikan syaitan".wahdah) , .

Ayat 98, o .... J ....

:,;.\ .'Jj~ LJ\ ~~ 2.J.< ~;\jsurat 23

(fi'il mudhari' , (al- "Dan aku berlindung (pula) kepada Engkau ya Tuhanku,dhamir mutakallim Mu'minun) dari kedatangan mereka kepadaku."wahdah) , .

Ayat 1, surat -'/0 '" J.J. t 0 jl

:';'i .J1i.II y~ ~yl ~113 , ,--(fi'il mudhari', (al-Falaq) Katakanlah: "Aku berlindung kepada Tuhan Yangdhamir mutakallim Menguasai subuh."wahdah) , .

Ayat 1, surat ..- '" J -' -: " Jl:,;.\ .cJ"81 y~ ~yl ~

114 , ,--(fi'il mudhiiri' , (an-Nas) Katakanlah: "Aku berlindung kepada Tuhan (yangdhamir mutakallim memelihara dan menguasai) manusia."wahdah)

, ,Ayat 6, surat __ " .-.J, ",.1:,..-.- 4

. " ~j~l) ~I ~ Jb.-J. LJj~fi ";~I ~ Jb.-J 0lS" ~Ji.!YY"72 -- "'"..,- --"- .-

(fi'il mudhiiri' , (al-Jin) -dhamir ghaib jama' .L;;,~

muzakkar) Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antaramanusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-Iaki diantara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dankesalahan.

Page 41: KONSEP 1ST1'ADZAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/9585/1... · 2018. 10. 23. · BAB IV PENUTUP 69 A. Kesimpulan 69 B. Saran-Saran 71 DAFTAR PUSTAKA. BAB! PENDAHULUAN

> ' IL>~I

(fi'il mudhiiri'tsuliitsi mazid dhamirmutakallim wahdah)

Ayat 36,surat 3(Ali 'Imriin)

32

",,;;; '" ,J .. '" _ , /" " -"".

L:.., , 1:0\ illl' ,'I ~'..,,' ~I Z->' :.:J1j I~';''''' l:'H. r J ~ J i./: . J J.P .J ... ,,"" /Jll/ /iJi '"

\.A..i..P\ ~\" ~, 16~: '.. '( -'tJl5'" <'..\J\' 'I' ~'_-_' i./:J r-'/ - i./:J ~ r <..J"'"."J J

" ·11 0\ f.:\1i '. I'.::~~' 2.1~J, - rX ~J J :

Maka tatkala isteri .Imran me1ahirkan anaknya, diapunberkata: "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku melahirkannyaseorang anak perempuan; dan Allah lebih mengetahui apayang dilahirkannya itu; dan anak laki-laki tidaklah sepertianak perempuan. Sesungguhnya aku telah menamaJ diaMaryam dan aku mohon perlindungan untuknya selia anak­anak keturunannya kepada (pemeliharaan) Engkau daripadasvaitan yang terkutuk."

'\~:"'~ Ayat 200,surat 7

(fi'il amr mufrad) (al-A'riit)

j.:,.,~ Ayat 98,surat 16

(fi'il amr mufrad) (an-Nahl)

'\":"'~ Ayat 56,surat 40

(fi'il amr mufrad) (Ghiifir)

__ ;1J 0 /~ // ,,__ '"

~ .1;;' ~ , :GI.J.)\., ~1.9 . 'J 0lk.:JI '. ~'.~' C;I'"("""T~ :' :' tJ', - rX r-:J

Dan jika kamu ditimpa sesuatu godaan syaitan, makaberlindunglah kepada Allah. Sesungguhnya Allah MahaMendengar lagi Maha Mengetahui.

" __ " ;JJ j) .... " ".,10 i""'-

.~) ~\b:-' Ii ~ ~~ _~1.9 01~',;JI Q\) I~~

Apabila kamu membaca AI Qur'an, hendaklah kamumeminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yangterkutuk.

Sesungguhnya orang-orang yang memperdebatkan tentangayat-ayat Allah tanpa alasan yang sampai kepada merekatidak ada dalam dada mereka melainkan hanyalah(keinginan akan) kebesaran yang mereka sekali-kali tiadaakan mencapamya, maka mintalah perlindungan kepadaAllah. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi MahaMelihat.

(fi'il amr mufrad)

Ayatsurat 41(Fushshiliit)

"~\Dan jika syaitan mengganggumu dengan suatu gangguan,maka mohonIah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnva

Page 42: KONSEP 1ST1'ADZAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/9585/1... · 2018. 10. 23. · BAB IV PENUTUP 69 A. Kesimpulan 69 B. Saran-Saran 71 DAFTAR PUSTAKA. BAB! PENDAHULUAN

33

Dia-Iah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

;~ Ayat 23, '" '" /0 /,p/ " dI

CJ\;' :'.>1' 'U\ c.:....ill-' ~ '.' \"6::; .,) ~\ ~;' (',surat 12 J . Yo , J" yo- r <./- yo, J.J..,

(isim makiin) (Yilsuf) &;0 H ' '- )" • , , ,"(,5\p :;";'f J~ ill\ ~~ J\; 211

,4.i\ 4.i\ ~l> > ,

, , - , ..0~l1.J\

Dan wanita (Zulaikha) yang Yusuf tinggal di rumahnyamenggoda Yusuf untuk menundukkan dirinya (kepadanya)dan dia menutup pintu-pintu, seraya berkata: "Marilahkesini." Yusuf berkata: "Aku berlindung kepada Allah,sungguh tuanku telah memperlakukan aku dengan baik."Sesungguhnya orang-orang yang zalim tiada akanberuntung.

;~ Ayat 79,,

Lfj)"

, .- ~ 0 __ • , ,

\~j GoS U:.b,.) :; Uj .) U . f ill\ ~~ J\;surat 12

o...l:.Y "l>' u, , , -

(isim makiin) (Yilsuf) . 0~tkJBerkata Yusuf: "Aku mohon perlindungan kepada Allahdaripada menahan seorang, kecuali orang yang kamiketemukan harta benda kami padanya, jika kami berbuatdemikian, maka benar-benarlah kami orang-orang yangzalim".

Menurut ArifIn Omar, al-Qur'an menggunakan perkataan 'audz (~.JC) dengan

berbagai bentuk, hal ini menunjukkan arti yang sama yaitu berlindung dari perkara-

perkara yang tidak disukai, baik perkara yang lahir dan datang dari manusia maupun

perkara-perkara yang lahir dan datang dari setan dan sebagainyal9 Dalam arti lain,

pemaknaan 1sti 'ddzah yang sebenarnya adalah melibatkan hati orang yang mencari

keamanan untuk dirinya. Menurut ungkapan-ungkapan yang tersebut di atas,

hanyalah sekedar tamtsf! (perumpamaan), isyarat dan penggambaran untuk lebih

memudahkan pemahaman. Jika tidak, maka apa yang dilakukan oleh hati adalah

19 Arifin Omar, Rallsia di Sebalik S1Irall al-Falaq, h. 15

Page 43: KONSEP 1ST1'ADZAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/9585/1... · 2018. 10. 23. · BAB IV PENUTUP 69 A. Kesimpulan 69 B. Saran-Saran 71 DAFTAR PUSTAKA. BAB! PENDAHULUAN

34

mencari perlindungan dan tunduk di hadapan Rabb, membutuhkan-Nya dan pasrah

kepada-Nya.

c. Tafsir Ibn Qayyim AI-Jauziyah terhadap Ayat-ayat Isti'tidzah

1. Ta/sir af-Mu 'awwidzalain

Tafsir Ibn Qayyim al-Jawziyyah terhadap ayat-ayat Isti'ildzah penulis

kutip dari kitab Tafsir af-Qayyim, yang merupakan karya Ibn Qayyim al­

Jawziyyah yang paling terkenal dalam bidang tafsir. Kitab tersebut merupakan

tafsir ayat-ayat pilihan dan memiliki sistematika yang tidak jauh berbeda dengan

kitab tafsir al-Qur'an lainnya (tafsir al-Qur'an dengan metode lahlili (berdasarkan

urutan surat)). Ibn Qayyim al-Jawziyyah dalam menafsirkan al-Qur'an, selain

menjelaskan al-Qur'an dengan ayat per ayat, juga berdasarkan kepada

penyusunan kitab-kitab fiqh yaitu berdasarkan pasal-pasal20

Kitab tafsir af-Qayyim menerapkan sistematika tertib mushfliifi yaitu suatu

sistem penafsiran yang berkembang secara umum sejak periode ketiga, ketika

mulai terpisahnya disiplin tafsir dengan disiplin hadis, yaitu dengan munculnya

trend menafsirkan al-Qur'an ayat demi ayat menurut tertib susunan mushfliifal­

Qur'an. Tafsir ini merupakan salah satu tafsir yang berorientasi pada sastra,

budaya dan kemasyarakatan (Iat~fr af-adaM wa af-Ijtimil 'f), yaitu suatu

penafsiran yang menitikberatkan penjelasan ayat al-Qur'an pada segi ketelitian

20 M.Quraish Shihab, Tafsir al-Quran ai-Karim; li:ifsir alas Sural-sural PendekBerdasal'kall Urulall Turullnya Wahyu, h. v

Page 44: KONSEP 1ST1'ADZAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/9585/1... · 2018. 10. 23. · BAB IV PENUTUP 69 A. Kesimpulan 69 B. Saran-Saran 71 DAFTAR PUSTAKA. BAB! PENDAHULUAN

35

redaksionalnya, kemudian menyusun kandungan ayat-ayatnya dalam suatu

redaksi yang indah, dengan penonjolan tujuan utama turunnya al-Qur'an. 21

Ada empat unsur yang dimiliki oleh tafsir Adab al-Ijtimd'i, di antaranya;

perlama, menguraikan ketelitian redaksi ayat-ayat al-Qur'an; kedua, menguraikan

makna dan kandungan ayat-ayat al-Qur'an dengan susunan kandungan yang

indah; keliga, aksenluasi yang ungggul pada tujuan utama diuraikannya al-

Qur'an; dan keempal, penafsiran ayat dikaitkan dengan sunnaluUdh yang berlaku

dalam masyarakat.22

2. Penafsiran Ibn Qayyim al-Jawziyyah terhadap Ayat-ayat lsli 'ddzah

a. Surat al-Falaq

Artinya: "Katakanlah: AIm berlindung kepada Tuhan Yang Menguasaisubuh. 0 dari kejahatan makhluk-Nya. f9 dan dari kejahatan malamapabila telah gelap gulita. 9 dan dari kejahatan wanita-wanita tukangsihir yang menghembus pada bubul-buhul. 0 dan dari kejahatan orangyang dengki apabila ia dengki."9

Surat ini terdiri atas 5 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyah,

diturunkan sesudah surat al-Fil. Nama al-Falag diambil dari kata al-Falag yang

terdapat pada ayat pertama surat ini yang artinya waktu subuh. Adapun mengenai

21 M.Quraish Shihab, Tq!sir al-Quran aI-Karim; Ta/sir alas Sural-.llIral PendekBerdasarkan Urulan Turunnya Wahyu, h. vi

22 M.Quraish Shihab, Taj,ir al-Quran aI-Karim; l"qfsir alas Sural-sural PendekBerdasarkan Urutan 7ilrmmya Wahyu, h, vii

Page 45: KONSEP 1ST1'ADZAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/9585/1... · 2018. 10. 23. · BAB IV PENUTUP 69 A. Kesimpulan 69 B. Saran-Saran 71 DAFTAR PUSTAKA. BAB! PENDAHULUAN

36

pokok-pokok isinya mengenai perintah agar kita beriindung kepada Allah dari

segala macam kejahatan 23

Surat ini mencakup permohonan perlindungan dari semua kejahatan, ini

dengan lafaz yang singkat tetapi menyeluruh, lebih dapat menunjukkan

maksudnya dan lebih UIuum dalam hal permohonan periindungan, sehingga tidak

ada satu kejahatan pun melainkan sudah masuk di bawah rahasia apa yang

dimintakan perlindungan di dalam surat ini24

Surat al-Falaq mencakup permohonan periindungan dari empat haLlS

a) Kejahatan makhluk, yang memiliki kejahatan secara umum.

b) Kejahatan waktu malam apabila telah gelap gulita.

c) Kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul.

d) Serta kejahatan orang yang dengki apabila ia dengki

AI-Mu 'awwidzalain adalah doa yang diajarkan Allah swt kepada Nabi dan

umatnya. Ketika membaca quI dan lanjutannya, seseorang hendaknya dapat

menghadirkan dalam Jlwanya kesan bahwa yang memerintahkannya

mengucapkan permohonan itu adalah Allah sendiri yang hanya darinya

perlindungan dapat diperoleh. Kesan ini dapat memberikan rasa optimisme dan

kepercayaan diri serta ketenangan batin bagi setiap orang yang membaca surah

23 Jalal ad-DIn al-Ma!Jall1 dan Jalal ad-Din as-Suyiithi, Ta/sir ai-QuI' 'an al- 'Azhfm(Indonesia: Dar I!Jya' al-Kutub al-'Arabiyyah, !th.), h. 305

24 Ibn Qayyim al-Jawziyyah, at-Tcifsir al-Qayyim, h. 544

25 Ibn Qayyim al-Jawziyyah, at-Taj'ir al-Qayyim, h. 544

Page 46: KONSEP 1ST1'ADZAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/9585/1... · 2018. 10. 23. · BAB IV PENUTUP 69 A. Kesimpulan 69 B. Saran-Saran 71 DAFTAR PUSTAKA. BAB! PENDAHULUAN

37

ini, dan hal tersebut akan dapat membantunya menghadapi kesulitan yang sedang

h d ·26a apl.

Setan paling lihai memanfaatkan setiap keadaan untuk membujuk manusia

kepada kemaksiatan. Hal pertama yang dilakukan adalah menggoda hati agar

membatalkan niat ibadah. Jika berhasil mereka menyiapkan perangkap berikutnya

dengan membuat hati ragu kepada ibadah yang dilaksanakan. Pada akhimya

harapan pelaku ibadah untuk mendekatkan diri kepada Allah swt tidak

memperoleh apapun selain kesia-siaan dan keputusasaan, persis seperti harapan

setan.

Upaya setan yang paling berbahaya, ketika tipuannya berhasil masuk ke

hati manusia dan mereka beltahta dalam hati, sehingga sulit bagi pemiliknya

untuk melepaskan diri. Hal ini merupakan sesuatu yang ironis dan juga sebuah

kesalahan besar bila menyaksikan keberadaan musuh yang begitu kuat dalam diri

tanpa melakukan tindakan perlawanan. Kenyataan ini, betapapun pahitnya, tetap

harus dihadapi dengan memohon pertolongan Allah swt.

lsiiadzah mempunyai rukun-rukun tertentu, dan bagi kesempurnaan

lsli 'adzah ini hendaklah mengetahui rukun-rukunnya yaitu: lsli 'adzah, al-

Musla 'adz bih, al-Musla'idz, al-Musla 'adz minIm, dan faktor-faktor yang

11lendorong kepada iSliadzah.27

a) lsii 'adzah, 11lengenai lsii 'adzah sebagaimana yang telah dijelaskan di atas

11lengenai penjelasannya.

26 Ibn Qayyim al-Jawziyyah, al-Tajs!r al-Qayyim, h.

27 Ibn Qayyim al-Jawziyyah, al-Taj,!r al-Qayyim, h. Q'7X'O

Page 47: KONSEP 1ST1'ADZAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/9585/1... · 2018. 10. 23. · BAB IV PENUTUP 69 A. Kesimpulan 69 B. Saran-Saran 71 DAFTAR PUSTAKA. BAB! PENDAHULUAN

38

b) Al-Musta 'adz hih yaitu Allah-lah tempat berlindung. Untuk tujuan

berlindung ini terdapat lafaz yang digunakan yaitu A 'udzu hikalimatillah,

A 'udzu hikalimati llahitammat, A 'udzuhillahi, Audzu minallahi hillahi dan

Bismillahi.

Lafaz-lafaz tersebut melambangkan pangkat atau maqam bagi seorang

hamba yang memohon perlindungan kepada Allah Ta'ala.Bagi orang yang

berada pada pangkat atau maqam yaitu pandangannya masih cenderung

kepada perkara selain dari Allah, maka lafaz Istiadzah yang sesuai untuknya

ialah: A'iidzuhikalimatillahi atau Afidzuhikalimatillahitammati. Sedangkan

bagi orang yang pangkat atau maqam tauhidnya sudah meningkat yang

dapat menyelami hakikatnya, yaitu dia tidak memandang wujud ini kecuali

Allah jua, dia tidak akan berlindung dan menumpu dirinya melainkan

kepada Allah jua. Maka lafaz Istiiidzah yang wajar baginya ialah: A 'udzu hi

illahi atau A 'udzu min Allahi hi illahi. Dan bal,>i orang yang sudah sampai

kepada maqam fana', dia tidak akan menyebut A 'udzubillahi tetapi dia

tenggelam di dalam nur hismillahi28

c) Al-Musta'idz, ialah orang yang diperintahkan Allah supaya memohon

perlindungan dengan-Nya, yang bersifat umum kepada seluruh manusia,

baik manusia biasa, para aulia, para nabi dan para rasul. Seperti firman

Allah Ta'ala

28 Ibn Qayyim al-Jawziyyah, at-Tafsir al-Qayyim, h. 542-543

Page 48: KONSEP 1ST1'ADZAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/9585/1... · 2018. 10. 23. · BAB IV PENUTUP 69 A. Kesimpulan 69 B. Saran-Saran 71 DAFTAR PUSTAKA. BAB! PENDAHULUAN

39

d) Al-Musta 'az minIm ialah perkara yang hendak dihindari yaitu keburukan

dan kejahatan setan. Seperti mencetuskan perasaan was-was di dalam hati

manusia dan kejahatan makhluk. Seperti Firman Allah swt: {jhG, yt ().

("Dari Kejahatan Makhluk-Nya '').

Uraian mengenai ayat kedua surat al-falaq berkisar tentang berbagai jenis

kejahatan yang dimintakan perlindungan di dalam surat ini. Kejahatan yang

menimpa manusia tidak lepas dari dua macam: 29

a) Dosa yang dilakukannya sendiri dan mengakibatkan siksaan baginya. Hal

itu terjadi karena perbuatan, usaha dan maksudnya sendiri. Kejahatan inilah

yang disebut dengan dosa dengan segala resikonya. Ini merupakan kejahatan

yang lebih besar dan lebih kekal serta lebih lama kaitannya dengan

pelakunya.

b) Kejahatan yang datang dari orang lain. Seorang yang mengerjakan suatu

peke~jaan yang berdampak buruk bagi orang lain dibagi menjadi dua: yang

mukalla(seseorang yang dalam dirinya terdapat syarat-syarat untuk terkena

ketentuan syariat), seorang manusia dianggap mukallaf jika ia telah balig,

berakal sempuma dan mengerjakan sesuatu dengan kehendaknya sendiri.

Dilihat dari sisi terkenanya makhluk oleh ketentuan-ketentuan syariah, maka

kalangan jin ada yang termasuk mukallaf dan ada yang bukan mukallaf

(yaitu makhluk Allah yang tidak terkena ketentuan-ketentuan hukum syariah

29 Ibn Qayyim al-Jawziyyah, al-Tqfsir al-Qayyim, h. 543-544

Page 49: KONSEP 1ST1'ADZAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/9585/1... · 2018. 10. 23. · BAB IV PENUTUP 69 A. Kesimpulan 69 B. Saran-Saran 71 DAFTAR PUSTAKA. BAB! PENDAHULUAN

40

seperti binatang buas, di antaranya kalajengking dan ular bisa beserta

raeunnya).

Dalam ayat kedua surah al-Falaq ini, terdapat kalimat syarr. Dalam bahasa

Arab, kalimat syarr mengandung dua arti: yakni rasa sakit dan sebab-sebab yang

menyebabkan rasa sakit itu. Pengertian syarr hanya meneakup dua makna itu.

Selain dari dua makna itu tidak ada lagi sesuatu yang dapat dimasukkaan ke

dalam pengertian syarru. Maka kalimat wy-syurur mengandung segala maeam

rasa sakit dan sebab-sebab yang membuat rasa sakit itu muneui. Perbuatan

maksiat yang dilakukan oleh manusia, perilaku syirik, kufur dan berbagai maeam

kezaliman dapat disebut dengan ungkapan asy-syurur. 30

Peke~jaan manusia yang merupakan sebab bagi terwujudnya sesuatu yang

jahat dan buruk, meski di dalamnya terdapat kelezatan, disebut juga dengan

ungkapan asy-.lyal'l', karena meski sebab-sebab tersebut lezat, tetapi akan

menghasilkan sesuatu keburukan dan kejahatannya lebih besar. Misalnya,

seseorang menyantap hidangan yang sangat selera, tapi mengandung raeun, maka

meskipun ia menyantapnya dengan lezat, sebenarnya ia melakukan pekerjaan

yang menyebabkan dirinya binasaJ1

Behritu pula tentang perilaku-perilaku kemaksiatan yang dilakukan oleh

manusia meski terdapat kelezatan bagi sebagian pelakunya. Namun kemaksiatan

tersebut tetap akan menyebabkan kebinasaan sang pelaku, seandainya Allah tidak

mengabarkannya pun, kenyataan yang terjadi maupun pengalaman seeara khusus

30 Ibn Qayyim al-Jawziyyah, at-Tafsir al-Qayyim, h. 544-545

31 Ibn Qayyim al-Jawziyyah, at-Tafsir al-Qayyim, h. 545

Page 50: KONSEP 1ST1'ADZAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/9585/1... · 2018. 10. 23. · BAB IV PENUTUP 69 A. Kesimpulan 69 B. Saran-Saran 71 DAFTAR PUSTAKA. BAB! PENDAHULUAN

41

atau umum merupakan bukti terbesar bahwa nikmat itu lenyap kecuali disebabkan

dampak buruk kemaksiatannya. 32

Pembahasan selanjutnya adalah ayat ketiga yang terdapat pada surat al-

Falaq yaitu: '-,..>li.J e'j ~Il. y;, u".J (Dan dari kejahafan malam apabila felah gelap

gulifa. )

Keburukan yang dimaksud ayat ini adalah keburukan waktu malam. Oi

dalam ayat ini dibicarakan hal yang lebih khusus daripada ayat sebelumnya, yang

dalam istilah ulama disebut al-khash ba'da al- 'am. 33

Kebanyakan ulama tafsir berpendapat bahwa yang dimaksud dalam ayat

ini adalah malam. Oalam hal ini Ibn'Abbas berkata, "Oisebut malam jika gelap

datang dari arah timur kemudian menjalar ke setiap tempat atau penjuru sehingga

menjadi gelap. Jika dikatakan gh6sikin idza waqab, maka maksud dari ungkapan

tersebut adalah gelapnya malam, jika malam telah geIap, maim disebut dengan

ungkapan ghOsiqin idza waqab34

Oalam hal ini Allah swt, berfirman:

Artinya: "OirikanIah shalat ketika matahari mulai tergelincir hingga gelapmalam." (al-Isra: 78)

Hasan dan Mujiihid juga berpendapat, bahwa jika ada ungkapan ghdsiqin

idza waqab artinya adalah malam. Sedangkan makna dari waqab adalah masuk.

32 Ibn Qayyim al-Jawziyyah, at-Tqfsir af-Qayyim, h. 545

33 Ibn Qayyim al-Jawziyyah, at-Tqf'ir af-Qayyim, h. 557

34 Ibn Qayyim al-Jawziyyah, at-Tq('ir al-Qayyim, h. 557

Page 51: KONSEP 1ST1'ADZAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/9585/1... · 2018. 10. 23. · BAB IV PENUTUP 69 A. Kesimpulan 69 B. Saran-Saran 71 DAFTAR PUSTAKA. BAB! PENDAHULUAN

42

Maksudnya, masuknya waktu malam yang ditandai oleh terbenamnya matahari.

Muqatil berpendapat bahwa apa yang disebut gelapnya malam adalah ketika

cahaya hitam telah masuk ke dalam sinarnya atau terangnya waktu slang.

Mengenai penamaan malam dengan ghasiq, ada pendapat lain yakni, diambil dari

makna aI-bard yang artinya adalah dingin. Karena malam hari lebih dingin

daripada siang hari. Kata al-ghiissaq artinya adalah dingin35 Tentang hal ini, Ibn

'Abbas menl,'Utip firman Allah:

Artinya: "inilah(azab neraka). Biarlah mereka merasakan air yang sangat panasdan air yang sangat dingin."(Shiid [38]: 57)

Artinya: "Mereka tak merasakan kesejukkan di dalam neraka jahannam dan tidakpula mendapat minuman, selain air yang mendidih dan yang amatdingin." (an-Naba' [78]: 24-25)

Ibn ' Abbas menafsirkan, maksud ghassaq dalam dua ayat di atas adalah

sesuatu yang dingin yang "membakar" mereka dengan kedinginannya

sebagaimana api membakar mereka dengan hawa panasnya. Demikian pula

Mujahid dan Muqatil berpendapat bahwa "ghassdq" adalah puncaknya dingin36

Dua pendapat di atas, yaitu pendapat bahwa ghassaq itu berarti gelap dan

pendapat bahwa ghassaq itu artinya dingin, tidaklah bertentangan. Pasalnya,

malam itu dingin dan juga gelap. Mereka yang hanya menyebut dinginnya malam

35 Ibn Qayyim al-Jawziyyah, at-Tafsir al-Qayyim, h. 557

36 Ibn Qayyim al-Jawziyyah, at-Taj,ir al-Qayyil11, h. 557

Page 52: KONSEP 1ST1'ADZAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/9585/1... · 2018. 10. 23. · BAB IV PENUTUP 69 A. Kesimpulan 69 B. Saran-Saran 71 DAFTAR PUSTAKA. BAB! PENDAHULUAN

43

atau gelapnya malam, maka dia hanya menyebut salah satu dari dua sifat malam.

Ibn Qayyim al-Jawziyyahjuga mengemukakan bahwa arti lain dari kata ghassaq

tersebut adalah bulan. Berdasarkan hal tersebut, tiga makna kata ghassaq tidak

saling bertentangan, justru saling melengkapi yang semakin memudahkan dalam

memahaminya. 37

Malam merupakan waktu gelap ketika setan manusia dan setan jin dapat

menguasai sesuatu yang tidak dapat mereka kuasai pada waktu siang. Sementara

itu pengaruh setan akan mengena di kegelapan, di tempat-tempat yang gelap, dan

terhadap orang yang sesat dan berada dalam alam kegelapan38

Pembahasan selanjutnya yang dikemukakan oleh Ibn Qayyim al­

Jawziyyah adalah mengenai ayat keempat surat al-falaq, yaitu: c.' ,:,dillli YJ; Uoj

,ll;J\ (Dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada

huhul-huhul. )

Berangkat dari uraian sebelumnya, dapat dipahami bahwa rahasia perintah

untuk berlindung kepada Tuhan Falaq, karena falaq adalah waktu pagi, yang

merupakan pennulaan awal munculnya cahaya terang. Cahayalah yang

mendorong, mengalahkan dan menghilangkan kegelapan. Juga menghilangkan

hal-hal yang membantu orang-orang yang membuat kerusakan pada waktu

malam. Datangnya waktu pagi bisa mencegah setiap kejahatan, pencurian,

perampokkan, peminum-minuman keras dan sebagainya. Waktu pagi juga bisa

37 Ibn Qayyim al-Jawziyyah, at-Ttifsiral-Qayyim, h. 558

38 Ibn Qayyim al-Jawziyyah, at-Tafsir al-Qayyim, h. 560

Page 53: KONSEP 1ST1'ADZAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/9585/1... · 2018. 10. 23. · BAB IV PENUTUP 69 A. Kesimpulan 69 B. Saran-Saran 71 DAFTAR PUSTAKA. BAB! PENDAHULUAN

44

mencegah ancaman binatang buas, setan-setan yang bergentayangan pada waktu

malam juga akan kembali ke rumahnya atau ke tempatnya pada waktu pagi.

Keburukan yang selanjutnya adalah keburukan an-nafJdtsdt fi al- 'uqad.

Ini merupakan keburukan sihir, karena sesungguhnya maksud an-naffdtsdt fi al­

'uqad adalah wanita penyihir yang membuhul dan menyemburkan ludah pada

setiap tali. Sehingga sihimya mencapai sasaran yang dikehendaki. 39

An-Najfdts adalah menyemburkan ludah tetapi tidak sampai berdahak. Ia

merupakan perbuatan tukang sihir, jika tukang sihir punya niat jahat pada

seseorang, ia akan meminta bantuan arwah jahat dan menyemburkan ludah pada

buhul tali. Lalu dari perbuatan itu keluarlah perbuatan keji dan menyakitkan

bersamaan dengan keluarnya ludah. Arwah jahat yang akan membantu tukang

sihir menyakiti orang yang menjadi sasaran sihirnya40 Namun, terdapat

perbedaan pendapat mengenai penggunaan kata An-Naffdts dalam bentuk

muannats, karena kenyataanya ada tukang sihir dari kalangan laki-laki. Sebagian

ulama menjawab bahwa hal itu merupakan akibat dari asbdb an-nuziil surah

tersebut. Ketika itu putri-putri Labld Ibn ai-A'sham menyihir Nabi saw, maka

turunlah surat ini. Salah satu tokoh yang mengemukakan pendapat ini adalah Abil

'Ubaidah (sahabat Nabi Muhammad saw). Pendapat tersebut disanggah oleh Ibn

Qayyim al-Jawziyyah bahwa jawaban tersebut lemah, karena yang menyihir Nabi

saw adalah Labld Ibn ai-A' sham sendiri, bukan anak-anak gadisnya41

39 Ibn Qayyim al-Jawziyyah., al-Tqfsir al-Qayyim, h. 563

40 Ibn Qayyim al-Jawziyyah, al-Tq(.'ir al-Qayyim, h. 563

41 Ibn Qayyim aI-Jawziyyah, al-Tqfsir al-Qayyim, h. 563

Page 54: KONSEP 1ST1'ADZAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/9585/1... · 2018. 10. 23. · BAB IV PENUTUP 69 A. Kesimpulan 69 B. Saran-Saran 71 DAFTAR PUSTAKA. BAB! PENDAHULUAN

45

Ibn Qayyim al-Jawziyyah berpendapat bahwa yang dimaksud dengan an­

najjdtsat pada ayat tersebut adalah arwah yang menyemburkan ludah, bukan

wanita-wanita yang menyemburkan ludah. Ibn Qayyim al-Jawziyyah berpendapat

demikian karena menurutnya pengaruh sihir hanya muncul dari jiwa yang keji

atau arwah yang jahat Berdasarkan alasan tersebut, redaksi yang digunakan pada

ayat tersebut adalah an-naffatsat, dengan bentuk muannats (bentuk kata yang

menunjuk pada wanita), bukan mudzakkar (bentuk kata yang menunjuk pada laki­

laki)42

Pembahasan Ibn Qayyim al-Jawziyyah selanjutnya adalah ayat kelima

surat al-falaq, yaitu: :;;.,,;,. I:'l ~6. y.t (>.:, (Dan dari kejahatan orang yang dengki

ketika ia mendengki).

Firman Allah swt tersebut membenarkan adanya kejahatan dari orang

yang dengki ketika hatinya mendengki. Oleh karena itu, dipastikan adanya

keburukan yang teIjadi tatkala muncul kedengkian tersebut Kata-kata "ketika ia

mendengki" merupakan penjelasan bahwa keburukan orang yang dengki akan

mengenai sasaran hanya jika ia mendengki43

Ibn Qayyim al-Jawziyyah berpendapat bahwa kejahatan kedengkian yang

paling utama adalah bersumber dari pandanganl1ya ketika ia mendel1gki. Oleh

karena itu, Jibril mel1gajarkal1 kepada Nabi Muhammad saw sebuah doa:44

42 Ibn Qayyim al-Jawziyyah, al-Tqfsir al-Qayyim, h. 563-564

43 Ibn Qayyim al-Jawziyyah, al-Tq!,ir al-Qayyim, h. 573-574

44 Ibn Qayyim al-Jawziyyah, al-TaJ"ir al-Qayyim, h. 574

Page 55: KONSEP 1ST1'ADZAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/9585/1... · 2018. 10. 23. · BAB IV PENUTUP 69 A. Kesimpulan 69 B. Saran-Saran 71 DAFTAR PUSTAKA. BAB! PENDAHULUAN

46

Artinya: "Dengan nama Allah, aIm (Jibril) me-ruqyah-mu (Nabi saw) dari sesuatuyang mengganggumu, dari kejahatan setiap jiwa, dan mata orang yangdengki. Allah akan menyembuhkanmu."

Ibn Qayyim al-Jawziyyah merujuk pada pendapat Ibn Qutadah bahwa

orang-orang kafir memandang Nabi Muhammad saw pada saat ia sedang

membaca al-Qur'an dengan penuh kedengkian, sehingga Nabi Muhammad saw

hampir terjatuh 45

Namun, Ibn Qayyim al-Jawziyyah secara lebih lanjut menjelaskan bahwa

pennohonan perlindungan kepada Allah dari orang yang dengki adalah bersifat

umum, tidak hanya yang berupa pandangan mata saja. Menurut Ibn Qayyim al­

Jawziyyah, dengki adalah rasa benci atau iri bila nikmat Allah diterima orang lain

dan berharap nikmat tersebut hilang dari orang yang didengkinya. Jadi, bukan

sesuatu yang berasal dari orang lain, tetapi berasal dari keburukan dan kekejian

jiwa orang yang mendengki. Hal inilah yang membedakan dengan sihir, karena

sihir memerlukan bantuan pihak lain, yaitu setan yang berupa jin, sedangkan

kejahatan kedengkian tidak membutuhkan bantuan dari pihak lain46

Dengki dalam pandangan Ibn Qayyim al-Jawziyyah terdiri dari riga

macam. Perfama, dengki yang disertai harapan agar nikmat hilang dari orang

yang dia dengki. Kedua, dengki yang disertai harapan agar nikmat dicabut dari

orang lain. Perbedaan bentuk dengki yang kedua dengan yang pertama adalah

bahwa bentuk dengki yang pertama merupakan perasaan dengki terhadap nikmat

45 Ibn Qayyim al-Jawziyyah, al-Tajl'ir al-Qayyirn, h. 577

46 Ibn Qayyim al-Jawziyyah, al-Tcifsir al-Qayyirn, h. 579

Page 56: KONSEP 1ST1'ADZAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/9585/1... · 2018. 10. 23. · BAB IV PENUTUP 69 A. Kesimpulan 69 B. Saran-Saran 71 DAFTAR PUSTAKA. BAB! PENDAHULUAN

47

Allah yang akan diberikan kepada orang lain, sedangkan bentuk dengki yang

kedua adalah perasaan dengki terhadap nikmat Allah yang telah diberikan kepada

orang lain. Kefiga, dengki al-ghibfah yaitu harapan agar dia mendapatkan nikmat

seperti orang lain, tanpa adanya harapan bahwa nikmat tersebut dicabut dari orang

lain. Bentuk dengki ini dibenarkan menumt Ibn Qayyim al-Jawziyyah47

Menurut Ibn Qayyim al-Jawziyyah, penyebutan kejahatan kedengkian

setelah kejahatan sihir menunjukkan bahwa kedua hal tersebut saling

berhubungan, yaitu bahwa kejahatan sihir berawal dari adanya kedengkian. 48

b. Surat an-Nas

Artinya: "Katakanlah: Aku berlindung kepada Tuhan (yangmemelihara dan menguasai) manusia. 0 Raja manusia. Eli Sembahanmanusia. Eli dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi.o yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia. 0 dari(golongan) jin dan manusia." (I)

Sebagaimana pembahasan Ibn Qayyim al-Jawziyyah mengenai surat al-

Falaq, ia juga menyebutkan adanya tiga unsur dalam surat an-Nils, yaitu isti 'azah

(permohonan perlindungan), musfa 'az bih (yang dimintai perlindungan), dan

47 Ibn Qayyim al-Jawziyyah, al-T,,!sir al-Qayyim, h. 580

48 Ibn Qayyim al-Jawziyyah, al-T"r.,ir al-Qayyim, h. 581

Page 57: KONSEP 1ST1'ADZAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/9585/1... · 2018. 10. 23. · BAB IV PENUTUP 69 A. Kesimpulan 69 B. Saran-Saran 71 DAFTAR PUSTAKA. BAB! PENDAHULUAN

48

musta'az minIm (sesuatu yang dimintai perlindungan darinya). Ibn Qayyim al-

Jawziyyah tidak membahas isti 'azah dalam surat an-Nils secara lebih jauh, karena

menurutnya hal tersebut sudah dibahas secara terperinci dalam surat al-Falaq49

Musta 'az hih dalam surat an-Nas menurut Ibn Qayyim al-Jawziyyah

terdiri dari tiga bentuk, yang masing-masing merupakan kesempurnaan aqidah

dan meliputi keseluruhan asma' al-husna (nama-nama Allah)50 Pendapatnya

tersebut terlihat sebagaimana yang terdapat pada ayat 1-3, yaitu:

Artinya: "Aku berlindung dengan Tuhan (rabb) manusia (1) Raja (malik) manusia(2) Tuhan (ilah) manusia (3)" (QS. An-Nas [114]: 1-3)

Menurut Ibn Qayyim al-Jawziyyah, kesempurnaan aqidah yang terdapat

pada ayat-ayat tersebut karena adanya penyebutan secara jelas mengenai tauhid

ruhuhiyyah, malikiyyah, dan ilahiyyah. Ketiga bentuk tersebut dipaparkan dalam

surat an-Nas dalam bentuk idhafat (kata majemuk) yang disandarkan pada kata

an-nas (manusia)51

Bentuk idhafat yang pertama adalah idhcifat ruhUhiyyah (U"dl\ Yj).

Kalimat tersebut mengandung makna Tuhan bagi manusia yang mencakup

kekuasaan-Nya yang sempurna, rahmat-Nya yang luas, kebaikan, dan

pengetahuan-Nya yang terperinci terhadap segala makhluk. Berdasarkan makna

ruhuhiyyah tersebut, menurut Ibn Qayyim al-Jawziyyah, Tuhan adalah pencipta,

49 Ibn Qayyim al-Jawziyyah, at-Tqfsir at-Qayyim, h. 596

50 Ibn Qayyim al-Jawziyyah, at-Tafsir al-Qayyim, h. 598

" Ibn Qayyim aI-Jawziyyah, at-Tqfsir al-Qayyim, h. 596

Page 58: KONSEP 1ST1'ADZAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/9585/1... · 2018. 10. 23. · BAB IV PENUTUP 69 A. Kesimpulan 69 B. Saran-Saran 71 DAFTAR PUSTAKA. BAB! PENDAHULUAN

49

pengatur, pendidik, yang memperbaiki, pemberi mash/ahat (kebaikan) dan

kebutuhan, penolak kejahatan, penjaga dari segala yang menimbulkan mafmdat

(kerusakan), pengabul doa, dan pengangkat malapetaka terhadap seluruh

. 52manusla.

Bentuk idhafat yang kedua adalah idhafat malikiyyah, yang terkandung

dalam ayat (U"WI cclL). Bentuk kalimat ini memiliki makna bahwa Allah adalah

raja manusia yang berhak berbuat apa saja terhadap manusia, karena manusia

adalah hamba dan milik-Nya. Allah memiliki kekuasaan secara absolut terhadap

manusia, karena hanya Dia yang merupakan raja secara hakiki53

Oleh karena itu, sudah seharusnya manusia mengembalikan segala

urusannya kepada Allah pada saat susah dan tertimpa malapetaka. Hal tersebut

menjadi keniscayaan karena Allah merupakan raja manusia yang telah

menetapkan aturan-Nya, dan manusia tiada memiliki daya dan kuasa apa pun

tanpa adanya pemberian dari Allah. Hal ini pula yang mengharuskan manusia

menyerahkan perlindungan kepada Allah Sang Raja dari gangguan dan serangan

h.. ~

musu utama manUSIa, yaltu setan.

Bentuk idhafat yang ketiga adalah idhafat ildhiyyah, yang terkandung

dalam ayat (U"WI 4.l!). Bentuk kalimat ini memiliki makna bahwa Allah merupakan

Tuhan dan sembahan manusia yang hakiki, karena tiada yang berhak disembah

kecuali Allah. Oleh karena itu, manusia tidak layak menjadikan sekutu atau

" Ibn Qayyim al-Jawziyyah, at-Tqfsir al-Qayyim, h. 596

53 Ibn Qayyim al-Jawziyyah, at-Tcrf'ir al-Qayyim, h. 596-597

54 Ibn Qayyim al-Jawziyyah, at-Tcrfsir al-Qayyil11, h. 597

Page 59: KONSEP 1ST1'ADZAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/9585/1... · 2018. 10. 23. · BAB IV PENUTUP 69 A. Kesimpulan 69 B. Saran-Saran 71 DAFTAR PUSTAKA. BAB! PENDAHULUAN

50

sembahan yang lain bersama Allah, sebagaimana tidak ada sekutu bagi Allah

pada kekuasaan dan kerajaan-Nya. 55

Menurut Ibn Qayyim al-Jawziyyah, jika Allah adalah penguasa, raja, dan

Tuhan manusia, maka sudah selayaknya bagi manusia untuk tidak meminta

perlindungan kecuali dari-Nya. Penjelasan tersebut menunjukkan adanya korelasi

antara tiga bentuk idhqfat tersebut dengan permohonan perJindungan dari

kejahatan setan yang sangat keji dan berbahayaS6

Selanjutnya Ibn Qayyim al-Jawziyyah menjelaskan bahwa penggunaan

isim zlulhir secara berulang-ulang dalam ketiga bentuk idhafat tersebut dan tidak

menggunakan isim dhamir (seperti: ;.w!~ ~.l' unLllI Y:'» sebagai pengukuhan dan

penguat atas makna aqidah pada ayat-ayat tersebut. Selain itu, penggunaan isim

zhdhir tersebut dengan disandarkan pada kata an-nas (manusia) tanpa

menggunakan huruf 'athaf(waw (J) adalah untuk menUl1iukkan bahwa terdapat

perbedaan makna pada setiap kalirnat tersebut, dengan tujuan supaya pada saat

rnanusia rnemohon perlindungan kepada Allah dengan sejumlah sifat-sifat

tersebut, seakan-akan sifat-sifat tersebut adalah satuS7

Adapun penempatan urutan rubiibiyyah, malikiyyah, dan diakhiri dengan

ildhiyyah rnenunjukkan bahwa Allah adalah Tuhan yang menciptakan dan

menguasai manusia dengan segenap kekuasaan dan rahmat-Nya (rubiibiyyah),

sehingga meniscayakan adanya kekuasaan absolut yang dimiliki oleh Allah untuk

55 Ibn Qayyim al-Jawziyyah, at-J(r!sir at-Qayyim, h. 597

56 Ibn Qayyim al-Jawziyyah, at-Tafsil' al-Qayyim, h. 597

57 Ibn Qayyim aJ-Jawziyyah, at-Tqfsir al-Qayyim, h. 598

Page 60: KONSEP 1ST1'ADZAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/9585/1... · 2018. 10. 23. · BAB IV PENUTUP 69 A. Kesimpulan 69 B. Saran-Saran 71 DAFTAR PUSTAKA. BAB! PENDAHULUAN

51

menundukkan manusia, dan menunjukkan kesempurnaan rubitbiyyah-Nya. Kedua

hal tersebut (ruMibiyyah dan malikiyyah) meniscayakan adanya keharusan

penghambaan manusia terhadap-Nya sebagai perwujudan dari adanya sifat

ilahiyyah pada diri_Nya58

Menurut Ibn Qayyim al-Jawziyyah, tiga bentuk idhdfat pada surat an-Nils

tersebut mencakup nama-nama Allah (asma' al-busna). Kata ar-Rabb

mengandung makna aI-Qadir (Yang Maha Kuasa), al-Khdliq (Yang Maha

Pencipta), al-Bari' (Yang Membentuk), al-Mushawwir (Yang Melukiskan), al­

Hayy (Yang Maha Hidup), al-Qayyitm (Yang terus menerus mengatur makhIuk),

al- 'Alim (Yang Maha Mengetahui), as-Sami' (Yang Maha Mendengar), al-Bashir

(Yang Maha Melihat), al-Muf1sin (Yang berbuat kebaikan), al-Mun'im (Yang

memberi kenikruatan), al-Jawwad (Yang Maha Dermawan), al-Mu'thi (Yang

Maha Memberi), al-Mani' (Yang Maha Mencegah), adh-Dhdrr (Yang memberi

mudharat), an-Nafi' (Yang memberi manfaat), al-Muqaddim (Yang

mendahulukan), al-Muakhkhir (yang mengakhirkan), alladzi yudhill wa yahdi

man yasya' (Yang menyesatkan dan menunjukkan kepada yang dikehendaki-

Nya), alladzi yus'id wa yasyqi man yasya' (Yang membahagiakan dan

mencelakakan kepada yang dikehendaki-Nya), alladziyu 'izz wa yuzill man yasya'

(Yang memuliakan dan menghinakan siapa saja yang dikehendaki-Nya), dan

segala makna yang terkait dengan aspek rubitbi}yah dan termasuk dalam asma'

'9al-husna.)

58 Ibn Qayyim al-Jawziyyah, at-Tajsir at-Qayyim, h. 598

'9 Ibn Qayyim al-Jawziyyah, at-Taj'ir al-Qayyim, h. 598-599

Page 61: KONSEP 1ST1'ADZAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/9585/1... · 2018. 10. 23. · BAB IV PENUTUP 69 A. Kesimpulan 69 B. Saran-Saran 71 DAFTAR PUSTAKA. BAB! PENDAHULUAN

52

Adapun arti aI-Malik adalah yang memerintahkan dan melarang, Yang

meninggikan dan menghinakan, Yang mengarahkan segala perkara hamba­

hamba-Nya sebagaimana mestinya. Dia membaliknya sebagaimana yang dia

kehendaki.60

Adapun kata aI-Malik mengandung makna aI-AmiI' (Yang mel11erintah),

an-Nahi (Yang l11elarang), al-mu'izz (Yang memuliakan), al-muzill (Yang

menghinakan), Yang l11engarahkan segala perkara hal11ba-hal11ba-Nya

sebagaimana mestinya, dan Dia membaliknya sebagaimana yang Dia kehendaki.

Menurut Ibn Qayyil11 al-Jawziyyah, di antara makna al-malik yang termasuk

asma' al-!J.usna adalah al- 'aziz (Yang tidak dapat ditaklukkan), aljabbar (Yang

Maha Perkasa), al-mulakabbir (Yang membesarkan diri), al-!J.akam (Yang Maha

bijaksana), al- 'adl (Yang Maha adil), al-kMfidh (Yang l11erendahkan), ar-rafi'

(Yang meninggikan), al-mu'izz (Yang memuliakan), al-muzill (Yang

menghinakan), al'azhim (Yang Maha Agung), aljaW (Yang memiliki

keagungan), al-kabir (Yang Maha Besar), al-!J.asib (Yang mencukupkan), al­

majid (Yang memiliki kemuliaan), al-wali (Yang berkuasa), aI-mula 'ali (Yang

ditinggikan), malik al-mulk (Yang memiliki kerajaan), al-muqsilh (Yang adil

dalam pembagian dan hukum), aljami' (Yang mengumpulkan).61

Menurut Ibn Qayyim al-Jawziyyah, kata al-llah menghimpun segala sifat

kesempurnaan dan keagungan, termasuk seluruh asma al-!J.usna. Pendapatnya

60 Ibn Qayyim al-Jawziyyah, al-7'qf.,ir al-Qayyim, h. 599

61 Ibn Qayyim al-Jawziyyah, al-Ta/sir al-Qayyim, h. 599

Page 62: KONSEP 1ST1'ADZAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/9585/1... · 2018. 10. 23. · BAB IV PENUTUP 69 A. Kesimpulan 69 B. Saran-Saran 71 DAFTAR PUSTAKA. BAB! PENDAHULUAN

53

tersebut sesuai dengan pendapat sibawaih (ulama nahwu) dan mayoritas ulama

h I · 62na wu amnya.

Begitu pula dengan pemaknaan kata syarr dalam surat an-Nas ini, yang

menurut Ibn Qayyim al-Jawziyyah juga serupa dengan makna kata syarr yang

terdapat dalall1 surat al-Falaq. Nall1Wl, Ibn Qayyim al-Jawziyyah berpendapat

bahwa perlindungan dari syarr yang dimaksud dalam surat an-Nas ini adaIah

.Iyarr yang berasal dari diri ll1anusia itu sendiri. Menurutnya, syarr daIall1 surat al-

Falaq lebih cenderung kepada yang disebabkan oleh sesuatu yang lain di luar diri

manusia itu sendiri yang berakibat pada munculnya mushibah (mashaib) atau

bala '. Sedangkan syarr dalam surat an-Nas lebih cenderung kepada yang

disebabkan oleh diri manusia yang berakibat pada ll1unculnya aib (ma 'aib) bagi

orang itu sendiri63

Ibn Qayyim al-Jawziyyah berpendapat bahwa surat an-Nas ll1encakup

permohonan perlindungan dari .Iyarr (kejahatan) yang menjadi sebab semua

perbuatan dosa dan maksiat. OIeh karena itu, ia menyatakan bahwa surat al-Falaq

ll1engandung permohonan perlindungan dari kejahatan yang berasaI Iuar diri

manusia, sedangkan surat an-Nas mengandung permohonan perlindungan dari

kejahatan yang berasal dari dalam diri manusia64

Berdasarkan hal tersebut, kejahatan (syarr) yang terdapat pada surat al­

Falaq tidak dikenai tald!f (pembebanan hukum), karena bukan berasal dari diri

62 Ibn Qayyim al-Jawziyyah, al-Tqfs!r al-Qayyilll, h. 599

63 Ibn Qayyim aI-Jawziyyah, al-Tqfs!r al-Qayyilll, h. 599-600

64 lbn Qayyim al-Jawziyyah, al-Tajs!r al-Qayyilll, h. 599

Page 63: KONSEP 1ST1'ADZAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/9585/1... · 2018. 10. 23. · BAB IV PENUTUP 69 A. Kesimpulan 69 B. Saran-Saran 71 DAFTAR PUSTAKA. BAB! PENDAHULUAN

54

sendiri, dan tidak diperintahkan untuk menghentikannya. Sedangkan kejahatan

(syarr) yang terdapat pada surat an-Nas masuk dalam kategori pembebanan lak/if,

dan berhubungan dengan pelarangan (dilarang untuk mengeIjakannya)65

Adapun mengenai kata waswas (u.l..J-U'.J) pada ayat keempat dari surat an­

Nas, Ibn Qayyim al-Jawziyyah berpendapat bahwa kata tersebut berasal dari

wazan J)ki, yang berasal dari kata U"..J-U'.J dalam bentuk fi'il rnadhi. Adapun

makna waswas adalah memasukkan gerakan atau suara yang sangat halus dan

sukar untuk dirasakan ke dalam jiwa, sehingga tidak ada seorang pun yang

mendengarnya kecuali orang yang dimasuki gerakan atau suara tersebut,

sebagaimana setan berusaha membisikkan ke dalam jiwa manusia. Oleh karena

itu, waswas tersebut berusaha untuk dihindari66

Penggunaan kata waswas yang mengandung makna tersebut adalah seperti

pada lafazh '\sbJI 4.......J-U'.J" yang berarti "bisikan anting". Kalimat tersebut

bennakna bahwa gerakan dan suara anting hanya dapat didengar oleh orang yang

menggunakannya, dan orang lain tidak dapat mendengarnya, karena letaknya

yang sangat dekat dan berdampingan.67

Ibn Qayyim al-Jawziyyah berpendapat bahwa kata waswas merupakan

bentuk pengulangan (repetisi), sehingga kata tersebut memiliki arti bisikan yang

berulang-ulang. Menurutnya, kata waswas tersebut serupa dengan kata lainnya

yang mengandung makna repetitif, seperti J)j (berguncang-guncang), c2.lSJ

65 Ibn Qayyim al-Jawziyyah, at-Tqfsir al-Qayytm, h. 600

6'lbn Qayyim al-Jawziyyah, at-Tqf.'ir al-Qayyim, h. 600

67 Ibn Qayyim al-Jawziyyah, at-Tcifsir al-Qayyim, h. 600

Page 64: KONSEP 1ST1'ADZAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/9585/1... · 2018. 10. 23. · BAB IV PENUTUP 69 A. Kesimpulan 69 B. Saran-Saran 71 DAFTAR PUSTAKA. BAB! PENDAHULUAN

55

(mengisi sedikit demi sedikit), yS.f,. (membolak-balik dengan cara melempar

sesuatu ke tempat yang jauh), Jill (menggerak-gerakkan), "",yA.J

(menghancurkan sesuatu dengan menumbuk sedikit demi sedikit), .Jj.Jj

(menaburkan sesuatu sedikit demi sedikit), ~)lSJI.l....h. (mengulur perkataan sedikit

demi sedkit), dan~ (tepuk tangan yang berulang-ulang)68

Adapun arti kata khannds berasal dari wazanJa' 'iiI (Jw) yang berasal dari

kata~ -(y.li. Kata khannds memiliki arti tertutup atau tersembunyi. Adapun

makna sebenarnya dari kata tersebut adalah menghilang setelah tampak,

sebagaimana yang tersirat dalam firman Allah swt:

Artinya: "Sungguh, Aku bersumpah dengan bintang-bintang." (QS. At-Takwir:15)

Qatadah dan 'Ali ra. berpendapat bahwa makna kata khunnas adalah

bintang-bintang yang tampak pada malam hari dan menghilang pada siang hari

sehingga tidak dapat dilihat. Ada pula yang berpendapat bahwa makna kata

khunnas adalah kembali, karena bintang-bintang kembali ke arah timur setiap

malam. Berdasarkan dua makna khunnas tersebut, Ibn Qayyim al-Jawziyyah

berpendapat bahwa arti kata khannds adalah menghilang, kembali, dan terlambat.

Seorang hamba jika lalai mengingat Allah, maka setan menetap di hatinya dan

menguasainya. Selain itu, setan juga menyebarkan di dalam hati manusia segala

macam bisikan yang menjadi pokok seluruh perbuatan dosa. Apabila seorang

hamba mengingat Tuhannya dan berlindung kepada-Nya, maka bisikan itu akan

68 Ibn Qayyim al-Jawziyyah, al-Tqfsir al-Qayyim, h. 600-60 I

Page 65: KONSEP 1ST1'ADZAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/9585/1... · 2018. 10. 23. · BAB IV PENUTUP 69 A. Kesimpulan 69 B. Saran-Saran 71 DAFTAR PUSTAKA. BAB! PENDAHULUAN

56

sembunyi dan berkerut, sebagaimana sesuatu yang menghilang untuk sell1bunyi.

Kesembuyian dan keberkerutan itu juga berarti berkumpul dan kell1bali serta

lall1bat keluar dari hati. Oleh karena itu, khannas ll1ell1iliki arti lambat dan

kembali sambil bersell1bunyi.69

Kata waswas dan khannas ll1enurut Ibn Qayyim al-Jaw.liyyah adalah kata

sifat dan bukan mashdar. Oleh karena itu, ia berpendapat bahwa kata waswas dan

khannds merupakan dua sifat yang dill1iliki oleh setan.70

Setelah menjelaskan ll1engenai dua sifat setan (waswas dan khannas) yang

terdapat pada surat an-Nils, Ibn Qayyill1 al-Jawziyyah menyebutkan sifat setan

yang ketiga yaitu yang terdapat pada ayat kelima, yaitu setan yang membisikkan

kejahatan ke dalam dada manusia (U"DJI J.;~ cJ ~,..,;,,:,; <.5:>11)71

Ibn Qayyim al-Jawziyyah berpendapat bahwa pada ayat tersebut Allah

ll1enggunakan kata shudur (dada) dan bukannya qulUb (hati), karena dada

merupakan ruangan yang menampung hati dan mll1ahnya. Segala informasi

masuk dan dikumpulkan di dalam dada, kemudian diteruskan ke hati. Dada

bagaikan pintu masuk dan rumah bagi hati. Dari hati keluar semua perintah dan

keinginan ke dada, yang kemudian terbagi ll1enjadi beberapa pelaksana tugas dari

hati tersebut. Menumt Ibn Qayyim al-Jawziyyah, orang yang memahami

perbedaan shudur dan qulUb tersebut, ll1aka ia telah memahami ayat berikut inez

69 Ibn Qayyim al-Jawziyyah, at-Tqfsir al-Qayyim, h. 606

70 Ibn Qayyim al-Jawziyyah, at-To/sir al-Qayyim, h. 605

71 Ibn Qayyim al-Jawziyyah, at-To/sir ol-Qayyim, h. 607

72 Ibn Qayyim al-Jawziyyah, at-Tqfsir al-Qayyim, h. 614

Page 66: KONSEP 1ST1'ADZAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/9585/1... · 2018. 10. 23. · BAB IV PENUTUP 69 A. Kesimpulan 69 B. Saran-Saran 71 DAFTAR PUSTAKA. BAB! PENDAHULUAN

57

Artinya: "Dan Allah (berbuat demikian) untuk menguji apa yang ada di dalamdadamu, dan untuk membersihkan apa yang ada di dalam hatimu." (QS.AI 'I1nran [3]: 154)

Maka setan masuk ke ruang penampung hati atau rumahnya, kemudian ia

memasukkan apa yang ingin ia sampaikan ke dalam hati. Jadi, setan mengganggu

dengan bisikannya di dalam dada, dan bisikannya itu sampai ke dalam hati. Oleh

karena itu, Allah swt berfinnan:

Artinya: "Kemudian setan membisikkan pikiran jahat kepadanya." (QS. Thilha:120)

Ibn Qayyim al-Jawziyyah berpendapat bahwa ayat tersebut menggunakan

kata ilaih (kepadanya) dan bukanfFhl4.:Jl (di dalamnya), karena maknanya adalah

bahwa setan menyampaikan bisikan jahat itu kepada hati dan memasukkannya,

kemudian barulah bisikan tersebut masuk ke dalam hati73

Selanjutnya, Ibn Qayyim al-Jawziyyah berpendapat bahwa setan yang

membisikkan kepada manusia terbagi menjadi dua macam, yaitu jenis jin dan

jenis manusia. Sebagaimana yang dijelaskan pada akhir surat an-Nils ( "; :i.:i;J1 (:;,0

U"\JlI). Bisikan adalah penyampaian yang tersembunyi di dalam hati. Hal ini

adalah titik persamaan antara jin dan manusia. Namun, jika penyampaian manusia

dan bisikannya harus meialui telinga, maka jin tidak butuh dengan perantara

"Ibn Qayyim al-Jawziyyah, al-Tqfsiral-Qayyim. h. 615

Page 67: KONSEP 1ST1'ADZAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/9585/1... · 2018. 10. 23. · BAB IV PENUTUP 69 A. Kesimpulan 69 B. Saran-Saran 71 DAFTAR PUSTAKA. BAB! PENDAHULUAN

58

telinga, karena jin dapat masuk ke dalam tubuh manusia dan berjalan seperti

jalannya pembuluh darah74

D. Kontel!.stualisasi Tafsi!' Ibn Qayyim al-Jawziyyah atas Surat al-Falaq dan

an-Nils

Pada surat al-Falaq, Ibn Qayyim al-Jawziyyah menjelaskan bahwa kejahatan

manusia yang terdapat pada surat tersebut adalah dari kejahatan (syarr) orang-orang

yang melakukan sihir (an-naffiJtsatfF al- 'uqad) dan orang-orang yang dengki (b.i1sid

idziJ basad). Selain itu, setiap ciptaan Allah (rna khalaq) memiliki potensi kejahatan

pada dirinya, termasuk manusia. Adapun moment terbaik bagi manusia untuk

melaksanakan kejahatannya adalah di waktu malam hari (ghasiq idza waqab).

Kesemua bentuk kejahatan manusia tersebut merupakan bentuk kejahatan

eksternal, karena berasal dari luar diri orang yang terkena kejahatan. Oleh karena itu,

Ibn Qayyim al-Jawziyyah menyebutnya dengan kejahatan masha'ib (musibah). Ibn

Qayyim al-Jawziyyah menyebut kejahatan ini sebagai kejahatan yang tidak dikenai

beban taklif (hukuman), sehingga orang yang ditimpa kejahatan tidak boleh

membalas perbuatan kejahatan tersebut kepada orang yang telah melakukannya,

tetapi cukup dengan bersabar dan memohon perlindungan kepada Allah.

Selain kejahatan yang diakibatkan oleh faktor eksternal, manusia pun dapat

ditimpa kejahatan yang diakibatkan oleh faktor internal, yaitu kejahatan bisikan

74 Ibn Qayyirn al-Jawziyyah, al-Taj"r at-Qayyim, h. 619

Page 68: KONSEP 1ST1'ADZAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/9585/1... · 2018. 10. 23. · BAB IV PENUTUP 69 A. Kesimpulan 69 B. Saran-Saran 71 DAFTAR PUSTAKA. BAB! PENDAHULUAN

59

waswas dan khannas yang dihembuskan ke dalam dada manusia. Meskipun kejahatan

tersebut berasal dari luar diri manusia, tetapi dampak dari bisikan kejahatan tersebut

adalah perbuatan manusia itu sendiri, sehingga dikenai lak/if dan dapat dijatuhi

hukuman terhadap orang yang melakukan apa yang telah dibisikkan oleh setan.

Kejahatan-kejahatan tersebut dapat dilakukan oleh manusia. Menurut penulis,

kejahatan-kejahatan yang tidak terlihat dan hanya dirasakan oleh si penderita

kejahatan, dapat berbentuk apa saja, yang bersifat kejahatan pikiran. Kejahatan

pikiran yang dimaksud adalah seperti informasi-informasi yang menyesatkan dan

cenderung mengajak kepada kemaksiatan, media-media pomografi, tayangan televisi,

dan lain sebagainya, yang kesemuanya dibuat oleh manusia.

Kedua konteks surat mu 'awwidzalain tersebut dapat terjadi dalam suatu

kejadian tertentu. Contoh dari hal tersebut adalah dari kedengkian (basad) orang­

orang kafir terhadap wnat Islam, dan mereka berpotensi untuk melakukan perbuatan

jahat tersebut (syan' ma kha/aq). Mereka menayangkan tayangan-tayangan yang

merusak aqidah umat Islam di waktu malam hari (ghdsiq idza waqab). Tayangan­

tayangan tersebut merupakan bentuk lain dari bisikan-bisikan mereka secara halus

yang hanya dirasakan oleh individu yang menontonnya saja (waswas), dan tayangan

tersebut ditampung di dalam hati orang yang menontonnya untuk kemudian akhirnya

dimasukkan ke dalam hati (yuwaswis Ii shudur an-nas). Tayangan tersebut diputar

berulang-ulang (khannas), sekali waktu ada penghentian jam tayang, tetapi mereka

berusaha menayangkannya kembali di lain waktu dengan cara yang lebih simpatik.

Page 69: KONSEP 1ST1'ADZAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/9585/1... · 2018. 10. 23. · BAB IV PENUTUP 69 A. Kesimpulan 69 B. Saran-Saran 71 DAFTAR PUSTAKA. BAB! PENDAHULUAN

60

Oleh karena itu, kejahatan manusla sangat beragam macamnya dan

merupakan upaya untuk menjerumuskan manusia lainnya ke dalam kesesatan dan

menjadi pengikut setan, sedangkan Allah swt telah menegaskan bahwa setan adalah

musuh manusia yang sangat nyata. Di samping itu, setan telah berjanji atas nama

Allah, bahwa ia akan terus mencari pengikut-pengikutnya dari kalangan manusla

untuk menjadi temannya di neraka sampai hari kiamat tiba75

Orang yang telah terkena kejahatan tersebut dapat pula akhirnya bertindak

menjadi pelaku kejahatan, karena tidak memohon perlindungan kepada Allah. Hal

tersebut dapat dimungkinkan terjadi karena setiap manusia berpotensi menjadi pelaku

kejahatan. Pada saat seseorang telah menjadi pelaku kejahatan (syarr), maka pada

saat itu pula ia telah menjadi setan.76

Bentuk-bentuk kejahatan yang terdapat pada kedua surat mu 'awwidztain

tersebut dapat pula dilakukan oleh setan yang berupa jin. Sebagaimana yang telah

dijelaskan oleh Ibn Qayyim al-Jawziyyah bahwa jin juga memiliki potensi untuk

melakukan kejahatan (syarr md khalaq). Selain itu, jin biasanya keluar di malam hari

(ghdsiq idzd waqab), dan jin yang membantu manusia dalam melaksanakan akiivitas

sihirnya (an-naffdtsdti fi al- 'uqad). Bahkan jin pun memiliki rasa dengki terhadap

75 Muh. Mutawalli asy-Sya'rawi, Selan 'Versus Manu,via: Pertarungan Selan dan AnakMallllsia, terj. Utbah Romim Suhaily, (Jakarta: Studio Press, 1996), eel. Ke-l, h. 93-94

7GMuh. Mutawalli asy~Sya'rawi, Setan Versus Mallllsia: Pertarullgan SetGn dan AnakMallllsia, h. 99-100

Page 70: KONSEP 1ST1'ADZAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/9585/1... · 2018. 10. 23. · BAB IV PENUTUP 69 A. Kesimpulan 69 B. Saran-Saran 71 DAFTAR PUSTAKA. BAB! PENDAHULUAN

61

manusia yang didasari oleh kesombongannya, karena keinginannya untuk menjadi

mulia seperti manusia tidak tercapai.

Lebih lanjut, Ibn Qayyim al-Jawziyyah menegaskan bahwa kerjasama antara

manusia dan jin dalam melakukan aktivitas sihir merupakan tindakan yang sangat

berbahaya, bukan hanya terhadap orang lain, tetapi juga terhadap dirinya. Orang yang

tertimpa sihir akan mengalami musibah, tetapi orang yang melakukan kerjasama

dengan jin justru telah menyekutukan Allah, seandainya ia percaya kepada Allah, dan

ia dihukumi kafir. Oleh karena itu, jin sangat senang apabila ada orang yang bersedia

bekeJjasama dengannya, termasuk dalam aktivitas sihiL

Berdasarkan hal tersebut, fenomena-fenomena klenik yang bernuansa mistik

dalam berbagai infonnasi media perlu dikhawatirkan, karena infonnasi-informasi

tersebut dapat menjerumuskan para penonton yang akhirnya tertarik untuk

menjalankan aktivitas klenik tersebut. Padahal aktivitas-aktivitas tersebut tidak lebih

dari tipu daya jin untuk mengelabui manusia dan melupakan dari Allah yang telah

. k 77menclpta annya.

Kejahatan jin yang lain adalah bisikannya (waswas) yang dilakukan secara

terus menerus tanpa henti (khannas). Pada saat seseorang yang dibisikkan oleh setan

yang berbentuk jin tersebut ingat kepada Allah, maka jin tersebut akan lari darinya.

Namun, jika orang tersebut lupa kepada Allah, maka jin akan kembali secara cepat

untuk membisikkan berbagai kejahatan ke dalam dada manusia.

77 Sari Narulita, "Tipu Daya Tayangan Mistik," Hidayah, Mei 2004, h. 128

Page 71: KONSEP 1ST1'ADZAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/9585/1... · 2018. 10. 23. · BAB IV PENUTUP 69 A. Kesimpulan 69 B. Saran-Saran 71 DAFTAR PUSTAKA. BAB! PENDAHULUAN

62

Oleh karena itu, setan yang berbentuk jin tidak akan pernah lepas mengawasi

segala aktivitas manusia, sebagai upaya untuk menjerumuskan manusia ke dalam

kesesatan. Bisikan jin tersebut tidak akan pernah berhenti sampai seseorang betul-

betul telah meninggalkan dunia, sehingga manusia diharuskan untuk memiliki

kewaspadaan yang tinggi terhadap segala bentuk bisikan setan yang berupa jin

tersebut78

Hal tersebut dapat dimungkinkan, karena setan yang berbentuk jin memiliki

sifat waswds (senantiasa membisikkan). Sifat tersebut sudah menjadi sifilt dasarnya

yang tidak akan pernah berubah.

Selain itu, setan telah bersumpah atas nama Allah bahwa ia akan terus

menggoda manusia hingga hari kiamat, kecuali orang-orang yang ikhlas berserah diri

pada Allah. Sebagaimana yang dijelaskan dalam firman Allah swt:

Artinya: "Demi kemuliaan-Mu, aIm (setan) akan menyesatkan mereka semuanya.Kecuali hamba-hambamu yang ikhlash di antara mereka." (QS. Shiid: 82­83)

Berdasarkan hal tersebut, dapat dikatakan bahwa inti dari ish'ddzah adalah

tauhid, karena hanya menyerahkan permasalahan gangguan setan kepada Allah

semata, sebagai rabb alIalaq, rabb an-nds, mdlik an-nds, dan ildh an-nds. Oleh

karena itu, isti'ddzah dihukumi wajib karena dua hal. Pertama, sebagai pemantapan

78 Ibn Qudamah, Was-Was Bila Syelhal/ Membelit Mal/usia, terj. Ahmad Semait,(Singapura: Pustaka Nasional PTE LTD, 1999), cet. Ke-2, h. 35-38

Page 72: KONSEP 1ST1'ADZAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/9585/1... · 2018. 10. 23. · BAB IV PENUTUP 69 A. Kesimpulan 69 B. Saran-Saran 71 DAFTAR PUSTAKA. BAB! PENDAHULUAN

63

tauhid bahwa hanya Allah swt yang berhak menjadi pelindung, karena nama dan

sifat-sifat-Nya. Kedua, sebagai upaya memohon perlindungan dari gangguan setan,

karena setan pasti akan mengganggu manusia dalam berbagai bentuknya, dan

gangguan tersebut hanya dapat diatasi dengan memohon perlindungan kepada Allah.

Selain itu, penyebutan nama-nama yang mencakup sifat-sifat Allah pada awal

surat mu 'awwidzatain juga menegaskan urgensi tauhid bagi manusia pada saat

memohon perlindungan kepada-Nya.

1sti 'ddzah kepada Allah yang harus dilakukan tersebut merupakan upaya

melindungi diri dari gangguan setan, baik yang berupa jin maupun manusia. Hal

tersebut perlu dilakukan karena jin dan manusia berpotensi melakukan perbuatan

jahat (syarr md khalaq), memiliki moment untuk melakukan perbuatan jahat (syarr

ghdsiq idzd waqab), mampu saling bekerjasam untuk melakukan aktivitas sihir (syarr

an-naffdtsdt fi al- 'uqad), memiliki rasa dengki (syarr b..dsid idzd basad), memiliki

kel11ampuan mel11bisikkan (waswds) secara berulang-ulang dan intens (khannds) ke

dalal11 dada l11anusia (yuwaswisfi shudur an-nds).

Berdasarkan hal tersebut, l11anusia juga harus diharuskan untuk ber-isti 'ddzah

kepada Allah, selain karena adanya gangguan setan, juga agar dirinya tidak menjadi

setan, karena setiap individu l11anusia berpotensi untuk menjadi setan dan

menjalankan perbuatan kejahatan sebagai bentuk aktivitas setan.

Oleh karena itu, pemahaman secara utuh, menyeluruh, dan mendalam mutlak

diperlukan, karena inti dari isti'ddzah adalah mengingat dan beribadah kepada Allah

sebagai realisasi tauhid, serta menjaga diri sendiri untuk tidak menjadi setan. Adapun

Page 73: KONSEP 1ST1'ADZAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/9585/1... · 2018. 10. 23. · BAB IV PENUTUP 69 A. Kesimpulan 69 B. Saran-Saran 71 DAFTAR PUSTAKA. BAB! PENDAHULUAN

64

setan yang berupa jin dan manusia di luar diri sendiri, tidak menjadi faktor utama

keharusan ber-isli 'ddzah, karena setan sudah pasti akan menggoda manusia.

Setan akan semakin kuat apabila ia sangat diperhatikan dan diawasi, setan

hanya akan melemahkan godaannya, bahkan bisa hilang, hanya pada orang yang

mengingat Allah dan memohon perlindungan-Nya. Hal tersebut sebagaimana yang

tersirat dalam finnan Allah swt:

Artinya: "Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh syaitansebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapamu daJi surga, iamenanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepadakeduanya 'auratnya. Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihatkamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melibat mereka.Sesungguhnya Kami telah menjadikan syaitan-syaitan itu pemimpin­pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman." (QS. Al-A'rilf [7J: 27)

Firman Allah swt mengenai hal tersebut juga dinyatakan oleh 'All ibn Abi

Thill ib dalam ungkapannya: 79

" ,,~ J \

ylk;;J1 :x~J yL!_)'\ ~IP;, JJ\ ??, ,

Artinya: "Jngat kepada Allah adalah pilar keimanan dan penjagaan dari setan."

79 Ali Urnar al-Habsyi, Benarkah Nabi Muhammad saw Pernah Tersihir, (Jakarta: PustakaZahra, 2003), cet. Ke-1, h. 141

Page 74: KONSEP 1ST1'ADZAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/9585/1... · 2018. 10. 23. · BAB IV PENUTUP 69 A. Kesimpulan 69 B. Saran-Saran 71 DAFTAR PUSTAKA. BAB! PENDAHULUAN

65

Berdasarkan penjelasan tersebut, proteksi diri manusia terdiri dari dua hal,

yaitu proteksi dari gangguan setan secara eksternal (gangguan sihir, dengki, bisikan

yang intens dalam dada manusia), dan proteksi diri dari gangguan setan secara

internal (upaya setan untuk menjadikan diri sebagai setan).

Oleh karena itu, penulis berpendapat bahwa aktivitas ruqyah80 yang banyak

diinformasikan oleh berbagai media, hanya tepat bagi para penderita gangguan sihir

saja. Namun, inti dari keseluruhan aktivitas tersebut bukanlah pembebasan diri dari

gangguan sihir belaka, tetapi penanaman tauhid secara mantap dalam hati, sehingga

memiliki keyakinan bahwa pennohonan perlindungan (isti 'ddzah) hanyalah kepada

Allah swt, melalui sarana ingat kepada Allah (zikr) yang berawal dari pemahaman

surat mu 'awwidzatain secara komprehensif, sekaligus upaya menyelamatkan diri dari

menjadi setan.

Selain itu, kontekstualisasi isti'dzah sebagai manifestasi tauhid rububiyyah,

uluhiyyah, dan malikiyyah dalam kehidupan sehari-hari terlihat dalam bentuk akhlak.

Kepercayaan yang mantap kepada Allah swt melalui tauhid tersebut akan menjadi

landasan untuk mengarahkan amal perbuatan yang dilakukan manusia, sehingga

berbagai aktivitas yang dilakukan oleh manusia itu akan tertuju semata-mata kepada

Allah swt.

80 Ruqyah bentuk jama'nya adalah ruqaa, yaitu bacaan-bacaan untuk pengobatan yangsyar'i (yaitu berdasarkan pada riwayat yang shahih, atau sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telahdisepakati oJeh para ulama). Keharusan sesuai dengan syariat iniJah yang membedakan antara ruqyahdengan praktek perdukunan yang diJakukan oleh 'orang pintar'. Yazid bin Abdul Qadir Jawas, RuqyahMellgobati GlIlla-GlIlla dan Sihir, (Bogor: Pustaka Imam asy-Syafi'i, 2005), eet. Ke-3, h. I

Page 75: KONSEP 1ST1'ADZAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/9585/1... · 2018. 10. 23. · BAB IV PENUTUP 69 A. Kesimpulan 69 B. Saran-Saran 71 DAFTAR PUSTAKA. BAB! PENDAHULUAN

66

Berdasarkan hal tersebut, tauhid akan mengarahkan perbuatan manUSIa

menjadi ikhlas dan memasrahkan diri hanya kepada Allah swt. Sikap tersebut

menimbulkan dampak pada perilaku manusia yang selaras dengan apa yang telah

digariskan oleh Allah swt.

Ketiga bentuk idMji:J1 tersebut meniscayakan bahwa asmii' al-f1usnii yang

terkandung di dalamnya tidak cukup hanya untuk dihafal saja, tetapi yang terpenting

adalah meniru dan menyontoh terhadap makna yang terkandung dalam asmii' al­

f1usnii tersebut, sehingga dapat menyelamatkan diri dari setiap gangguan godaan dan

bisikan setan yang dapat menjerumuskannya dalam kemaksiatan.

Pengamalan aspek taubid rububiyyah dalam kehidupan keseharian dapat

dilihat dari contoh berikut ini. Seorang muslim harus meyakini bahwa Allah swt

adalah Tuhan Yang Maha Pengatur CRabb) segala makhluk dengan rahmat-Nya.

Keyakinan tersebut berdampak pada penyadaran diri bahwa satu-satunya yang pantas

menjadi sandaran hidup adalah Allah swt. Seseorang yang menyandarkan diri hanya

kepada Allah swt akan menemukan dirinya selalu dalam kebahagiaan, karena

memahami bahwa yang paling baik adalah menurut pandangan Allah. Godaan apa

pun yang cenderung menjerumuskannya ke dalam kemaksiatan tidak dapat

mempengaruhinya sedikit pun, seperti godaan bagi seorang pejabat untuk melakukan

korupsi. Godaan untuk melakukan korupsi tersebut tidak akan menggoyahkannya,

karena ia meyakini bahwa Allah swt yang mengatur segala urusan manusia, sehingga

sangat tidak pantas bagi dirinya untuk melakukan perbuatan korupsi tersebut, karena

perbuatan tersebut dibenci oleh Allah Rabb al- 'iilamin.

Page 76: KONSEP 1ST1'ADZAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/9585/1... · 2018. 10. 23. · BAB IV PENUTUP 69 A. Kesimpulan 69 B. Saran-Saran 71 DAFTAR PUSTAKA. BAB! PENDAHULUAN

67

Begitu pula dengan pengamalan tauhid malikiyyah dalam kehidupan

keseharian. Penyadaran diri seorang muslim bahwa Allah swt adalah satu-satunya

raja manusia meniscayakan adanya pemahaman bahwa ia selaku hamba tidak pantas

untuk bersikap sombong dan berbuat sesuatu yang didasari oleh rasa sombong

tersebut, dan sombong tersebut merupakan perbuatan iblis yang menyebabkannya

terusir dari surga. Contoh hal tersebut dapat dilihat dari seseorang yang

menyombongkan dirinya atas kekayaan yang dimilikinya, sehingga ia sangat susah

untuk mengeluarkan zakat dan sedekah. Pada saat kekayaan tersebut hilang dari

dirinya, maka ia akan mengalami depresi yang luar biasa. Hal tersebut berbeda

dengan perilaku seseorang yang meyakini bahwa satu-satunya raja manusia adalah

Allah swt. Pada saat muslim tersebut memiliki kekayaan, maka ia tidak akan

menganggap bahwa kekayaan tersebut sepenuhnya adalah milik pribadinya, sehingga

ia tidak ragu untuk bersedekah, dan ia tidak akan merasa gelisah atas hilangnya

kekayaan yang ada pada dirinya, karena ia hanyalah seorang hamba Allah swt di

muka bumi yang hanya dituntut untuk mengabdi (ibadah) kepada-Nya.

Adapun pengamalan tauhid ilahiyyah dalam aktivitas keseharian dapat dilihat

dari perilaku seorang muslim yang meyakini bahwa Allah yang benar-benar total

sepenuhnya berkuasa atas segala hal dan Allah Maha Adil yang meniscayakan bahwa

segala yang menimpa dirinya pasti sempurna dan tidak layak kecewa. Keyakinan

tersebut berdampak pada sikapnya yang selalu optimis dan berbaik sangka kepada

Allah yang membuat hidup dirinya menjadi nyaman. Segala godaan setan yang

membuatnya menjadi gelisah dan khawatir mengenai kehidupan dunia tidak akan

Page 77: KONSEP 1ST1'ADZAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/9585/1... · 2018. 10. 23. · BAB IV PENUTUP 69 A. Kesimpulan 69 B. Saran-Saran 71 DAFTAR PUSTAKA. BAB! PENDAHULUAN

68

mudah menimpanya, karena ia meyakini bahwa Allah swt merupakan satu-satunya

Tuhan tempat bersandar dirinya.

Berdasarkan uraian tersebut, tanpak bahwa aspek tauhid yang tergambar

dalam tiga bentuk idhiifat tidak hanya bersifat dogmatis, tetapi merupakan suatu

landasan untuk melakukan segala aktivitas dalam keseharian.

Oleh karena itu, tauhid merupakan landasan akhlak, dan akhlak memberikan

penjabaran dan pengamalan tauhid. Tauhid tanpa akhlak yang mulia tidak akan ada

artinya, dan akhlak yang mulia tanpa tauhid tidak akan kokoh. Selain itu, tauhid

memberikan arah terhadap akhlak, dan akhlak memberi isi terhadap arahan tersebut.

Page 78: KONSEP 1ST1'ADZAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/9585/1... · 2018. 10. 23. · BAB IV PENUTUP 69 A. Kesimpulan 69 B. Saran-Saran 71 DAFTAR PUSTAKA. BAB! PENDAHULUAN

BARN

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang telah penulis paparkan dalam skripsi ini, dapat

diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :

Ibn Qayyim al-Jawziyyah menjelaskan bahwa isti'iizah menempati POSISI

yang penting dalam kehidupan manUSIa, sebagaimana ia menafsirkan surat

mu 'awwidzatain (al-falaq dan an-nas). Ia berpendapat bahwa isti'iizah merupakan

bagian dan tauhid dan upaya untuk memohon perlindungan kepada Allah swt dari

kejahatan musuh manusia terbesar, yaitu setan.

lsti'iidzah kepada Allah yang harus dilakukan tersebut merupakan upaya

melindungi diri dan gangguan setan, baik yang berupa jin maupun manusia. Hal

tersebut perlu dilakukan karena jin dan manusia berpotensi melakukan perbuatan

jahat (syarr mii khalaq), memiliki moment untuk melakukan perbuatan jahat (syarr

ghiisiq idzii waqab), mampu saling bekerjasama untuk melakukan aktivitas sihir

(syarr an-naffiitsiit .fi al- 'uqad), memiliki rasa dengki (syarr fJ.iisid idzii !J.asad),

memiliki kemampuan membisikkan (waswiis) secara berulang-ulang dan intens

(khanniis) ke dalam dada manusia (yuwaswisfl shudilr an-niis).

Pandangan Ibn Qayyim al-Jauziyyah atas ayat-ayat lsti'iidzah dapat

dikontekstualisasikan pada masa kini dengan berusaha memahami bahwa diperlukan

pemahaman secara utuh, menyeluruh, dan mendalam mudak diperlukan, karena inti

Page 79: KONSEP 1ST1'ADZAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/9585/1... · 2018. 10. 23. · BAB IV PENUTUP 69 A. Kesimpulan 69 B. Saran-Saran 71 DAFTAR PUSTAKA. BAB! PENDAHULUAN

70

dari isfi 'tidzah adalah menbringat dan beribadah kepada Allah sebagai realisasi tauhid,

serta menjaga diri sendiri untuk tidak menjadi setan. Adapun setan yang berupa jin

dan manusia di luar diri sendiri, tidak menjadi faktor utama keharusan ber-isfi'tidzah,

karena setan sudah pasti akan menggoda manusia.

Berdasarkan penjelasan tersebut, proteksi diri manusia terdiri dari dua hal,

yaitu proteksi dari gangguan setan secara ekstemal (gangguan sihir, dengki, bisikan

yang intens dalam dada manusia), dan proteksi diri dari gangguan setan secara

internal (upaya setan untuk menjadikan diri sebagai setan).

Oleh karena itu, penulis berpendapat bahwa aktivitas ruqyah yang banyak

diinformasikan oleh berbagai media, hanya tepat bagi para penderita gangguan sihir

saja. Namun, inti dari keseluruhan aktivitas tersebut bukanlah pembebasan diri dari

gangguan sihir belaka, tetapi penanaman tauhid secara mantap dalam hati, sehingga

memiliki keyakinan bahwa permohonan perlindungan (isfi 'tidzah) hanyalah kepada

Allah swt, melalui sarana ingat kepada Allah (zikr) yang berawal dari pemahaman

surat mu 'awwidzafain secara komprehensif, sekaligus upaya menyelamatkan diri dari

menjadi setan.

Begitu pula dengan tayangan-tayangan mistik dan berbau klenik justru perlu

disikapi dengan penuh kekhawatiran, karena dengan tanpa pemahaman tauhid yang

benar, maka penonton dikhawatirkan dapat terjerumus dalam kesesatan dengan

mengikuti tipu daya setan yang terdapat dalam tayangan tersebut.

Page 80: KONSEP 1ST1'ADZAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/9585/1... · 2018. 10. 23. · BAB IV PENUTUP 69 A. Kesimpulan 69 B. Saran-Saran 71 DAFTAR PUSTAKA. BAB! PENDAHULUAN

71

B. Saran-Saran

Setelah penulis memberikan kesil11pulan penelitian, maka dapat dikemukakan

beberapa saran sebagai berikut :

I. Kepada seluruh mahasiswa Jurusan Tafsir Hadis agar senantiasa berusaha

mengungkap berbagai segi tentang aspek isti'iizah dalam al-Qur'an.

2. Kepada pihak Universitas agar memperbanyak literatur-literatur tafsir dan hadis

agar seluruh l11ahasiswa dapat lebih mudah dalam l11elakukan penelitian dan hasil

penelitian yang dihasilkan dapat lebih maksimal.

3. Kepada seluruh manusia, khususnya kaum muslimin, agar senantiasa

merenungkan dan mengambil hikmah dari kenyataan perilaku setan, baik yang

berwujud jin maupun manusia, sehingga dapat terhindar dari godaannya dan

berusaha l11engembalikan segala kenyataan tersebut kepada Allah swt.

Page 81: KONSEP 1ST1'ADZAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/9585/1... · 2018. 10. 23. · BAB IV PENUTUP 69 A. Kesimpulan 69 B. Saran-Saran 71 DAFTAR PUSTAKA. BAB! PENDAHULUAN

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Maulana Muhammad, Is/am%giIslamiyyah, 1996, eel. ke-5

Dinu/ Is/am, Jakarta, Darul Kutub

Arifin, Bey, Samudra a/-Fatihah, Surabaya, PT. Bina Ilmu, 1980

al-Baql, Muhammad Fuad 'abd, a/-Mu "jam a/-Mufahras Ii alfazh a/-QuI' 'an, Beirut,Dar al-Ma'arif, 1991

Dahlan, Abdul Aziz, (ed.), Ensik/opedi Is/am, Jakarta, PT. lehtiar Bam Van Hoeve,1994, eel. Ke-3

ad-Damasql, Abu al-Fida' al-Hafidz Ibn Katslr, Taftfr a/-QuI' 'an a/- 'Azhfm, Bein1t,Dar al-Fikr, 1997, Juz 3

Dasteqhib, Abdul Husain, Isti'adzah; Kita-kiat Menghindari Godaan Setan, telj. M.Najib dan M. Ilyas, Jakmia, al-Huda, 2002

ad-Din, JalaI, as-Suyfithl dan JalaI ad-Din al-MaI..lam, Tafsfr a/-Qur 'an a/- 'Azhfm,Indonesia, Dar IhYa' al-Kutub al-'Arabiyyah, tth.

al-Habsyi, Ali Vmar, Benarkah Nabi Muhammad saw Pernah Tersihir/, Jakmia,Pustaka Zahra, 2003, eel. ke-I

al-Hanbali, Abfl Falah 'Abd al-Hayy ibn Ahmad ibn Muhammad ibn al-'Imad,Syadzarat adz-Dzahab fi Akhyar man Dzahab, Beirut, Dar al-Kutub al­'Ilmiyyah, tth., jilid 3, Juz 6

Glasse, Cyril, Ensik/opedi Is/am (Ringkas), terj. Ghufron A. Mas'adi, Jakarta, PT.RajaGrafindo Persada, 2002, eel. ke-3

Jawas, Yazid bin Abdul Qadir, Ruqyah Mengobati Guna-Guna Dan Sihir, Bogor,Pustaka Imam Asy-Syafi'i, 2005, eel. Ke-3

Najib, Muhammad, "Isti'adzah", Republika, 31 Januari 2003

Nasution, Harun, Is/am Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jalcarta, VI Press, 1985,jilid I

Omar, Arifin, Rahsia di Sebalik Surah a/-Fa/aq, Malaysia, Cahaya Pantai, 1994

al-Qayyim, Ibn, at-Taftir a/-Qayyim, Beirflt, Dar ai-Filer, 1988

Page 82: KONSEP 1ST1'ADZAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/9585/1... · 2018. 10. 23. · BAB IV PENUTUP 69 A. Kesimpulan 69 B. Saran-Saran 71 DAFTAR PUSTAKA. BAB! PENDAHULUAN

--------, Taftir Surah Muawwadzatain, terj. Ahmad Rifa'i dan Abdus Syukur, Jakarta,Akbar, 2002

--------, Melumpuhkan Senjata Syetan, terj. Ainul Haris Umar Arifin Thayib, Jakarta,Darul Falah,1998

--------, Memetik Manfaat al-Qur'an, terj. Mahrus Ali, Jakarta, Cendikia SentraMuslim, 2000

Qudamah, Ibnu, Was-was BUa Syethan Membelit Manusia, telj. Ahmad Semait,Singapura, Pustaka Nasional PTE LTD, 1999, eel. Ke-2

Rahardjo, M. Dawam, Ensiklopedi al-Quran .. Taftir Sosial Berdasarkan Konsep­Konsep Kunci, Jakarta, Paramadina, 1996, eel. Ke-l

Sanhuti, as-, Muhammad aI-Anwar, Ibnu Qayyim Berbicara Tentang Tuhan, Jakarta,Mustaqim, 2001

Shihab, M. Quraish, Taftir al-Quran ai-Karim; Taftir atas Surat-surat PendekBerdasarkan Urutan Turunnya Wahyu, Bandung, Pustaka Hidayah, 1997

asy-Sya'rawi, Muh. Mutawalli, Setan Versus Manusia: Pertarungan setan dan anakmanusia, terj. Utbah Romim Suhaily, Jakarta, Studio Press, 1996, eel. Ke- I

Taymiyyah, Ibnu, Risalah Ibnu Taimiyah Tentang Taftir al-Quran, telj. Drs. As'adYasin, eta!., Solo, CV. Pustaka Mantiq, 1996

Turam, Aehmad. Kiat Menghindari Kejahatan, Jakarta, PT. Gramedia PustakaUtama, 1995