konse.docx

6
1 uat (Baum et al., 1997). r es s tr an sfer Struktur normal gigi mentransfer biting eksternal melalui enamel ke dalam dentin sebagai tekanan. Konsentrasi eksternal didistribusikan melewati sebagian besar volume internal dari struktur gigi, dan tekanan pada satuan daerah tersebut menjadi kecil. Dalam  proses ini, sebagian kecil 2.11 Indikasi dan Kontra-indikasi Restorasi Amalgam 1. Indikasi restorasi amalgam Amalgam memiliki resistensi yang lebih besar dibanding komposit. Oleh karena itu, restorasi amalgam diindikasikan pada gigi yang memiliki fungsi oklusal yang berat. Preparasi untuk restorasi amalgam sangat rumit. Syarat yang harus dipenuhi yaitu kedalaman kavitas harus sama dan marginal form yang harus tepat. Banyak dari kegagalan restorasi amalgam berkaitan dengan preparasi yang kurang tepat. Akan tetapi, insertion dan  finishing restorasi amalgam lebih mudah dari komposit. (Roberson dkk., 2006) Indikasi klinis untuk restorasi direct amalgam adalah sebagai berikut: (Roberson dkk., 2006) 1. Restorasi kelas I dan II terutama pada gigi yang membutuhkan fungsi oklusi yang  berat. 2. Restorasi kelas V termasuk restorasi yang tidak membutuhkan estetik. 3. Restorasi sementara sebagai caries-control. Caries control adalah langkah intermedia dalam perawatan restorasi dan memiliki beberapa indikasi lain: a. Untuk prognosis pulpa yang masih diragukan dimana demineralisasi dentin terhenti.  b. Selama prosedur konservasi ketika gigi mengalami karies ekstensif yang mencakup area yang luas.

Upload: faradiahhayati

Post on 14-Apr-2018

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: konse.docx

7/30/2019 konse.docx

http://slidepdf.com/reader/full/konsedocx 1/6

1

uat (Baum et al., 1997).

ress transfer 

Struktur normal gigi mentransfer  biting  eksternal melalui enamel ke dalam dentin

sebagai tekanan. Konsentrasi eksternal didistribusikan melewati sebagian besar volume

internal dari struktur gigi, dan tekanan pada satuan daerah tersebut menjadi kecil. Dalam

 proses ini, sebagian kecil

2.11 Indikasi dan Kontra-indikasi Restorasi Amalgam

1. Indikasi restorasi amalgam

Amalgam memiliki resistensi yang lebih besar dibanding komposit. Oleh karena

itu, restorasi amalgam diindikasikan pada gigi yang memiliki fungsi oklusal yang berat.

Preparasi untuk restorasi amalgam sangat rumit. Syarat yang harus dipenuhi yaitu

kedalaman kavitas harus sama dan marginal form yang harus tepat. Banyak dari

kegagalan restorasi amalgam berkaitan dengan preparasi yang kurang tepat. Akan tetapi,

insertion dan  finishing  restorasi amalgam lebih mudah dari komposit. (Roberson dkk.,

2006)

Indikasi klinis untuk restorasi direct amalgam adalah sebagai berikut: (Roberson

dkk., 2006)

1.  Restorasi kelas I dan II terutama pada gigi yang membutuhkan fungsi oklusi yang

 berat.

2.  Restorasi kelas V termasuk restorasi yang tidak membutuhkan estetik.

3.  Restorasi sementara sebagai caries-control. Caries control adalah langkah

intermedia dalam perawatan restorasi dan memiliki beberapa indikasi lain:

a.  Untuk prognosis pulpa yang masih diragukan dimana demineralisasi dentin

terhenti.

 b.  Selama prosedur konservasi ketika gigi mengalami karies ekstensif yang

mencakup area yang luas.

Page 2: konse.docx

7/30/2019 konse.docx

http://slidepdf.com/reader/full/konsedocx 2/6

2

4. Foundations yaitu pada gigi yang telah rusak parah dan membutuhkan

 peningkatan retensi dan resistensi sebagai antisipasi penempatan mahkota atau

metallic onlay.

2. Kontraindikasi restorasi amalgam secara umum

Pengunaan restorasi amalgam pada daerah yang membutuhkan estetik dihindari.

Area yang dimaksud adalah gigi anterior, premolar, dan molar (pada beberapa kasus).

Karena preparasi amalgam lebih besar daripada preparasi komposit, lesi karies yang kecil

 pada gigi posterior sebaiknya ditumpat dengan komposit agar tidak menghilangkan

struktur gigi disekelilingnya yang masih sehat. (Roberson dkk., 2006)

2.12 Ketahanan Tumpatan Amalgam dalam Rongga Mulut

Amalgam dapat bertahan dalam waktu yang lama dalamrongga mulut, bergantung pada

desain preparasi kanvitas, carapenumpatan dan cara pemeliharaan kebersihan mulut serta ada

tidaknya mikroleakage yang diakibatkan oleh proses creepyang berhubungan dengan

dinding preparasi dan restorasiamalgam (secara klinis creep dihubungkan

dengan pecahnyaintegritas marginal).3

2.13 Keunggulan Restorasi Amalgam

a.  Dapat dikatakan sejauh ini amalgam adalah bahan tambal yang paling kuat dibandingkan

dengan bahan tambal lain dalam melawan tekanan kunyah, sehingga amalgam dapat

 bertahan dalam jangka waktu yang sangat lama di dalam mulut (pada beberapa penelitian

dilaporkan amalgam bertahan hingga lebih dari 15 tahun dengan kondisi yang baik)

asalkan tahap-tahap penambalan sesuai dengan prosedur.

Page 3: konse.docx

7/30/2019 konse.docx

http://slidepdf.com/reader/full/konsedocx 3/6

3

 b.  Ketahanan terhadap keausan sangat tinggi, tidak seperti bahan lain yang pada umumnya

lama kelamaan akan mengalami aus karena faktor-faktor dalam mulut yang saling

 berinteraksi seperti gaya kunyah dan cairan mulut.

c.  Penambalan dengan amalgam relatif lebih simpel dan mudah dan tidak terlalu “technique

sensitive” bila dibandingkan dengan resin komposit, di mana sedikit kesalahan dalam

salah satu tahapannya akan sangat mempengaruhi ketahanan dan kekuatan bahan tambal

resin komposit.

d.  Biayanya relatif lebih murah.4 

2.14 Kekurangan Restorasi Amalgam

a.  Secara estetis kurang baik karena warnanya yang kontras dengan warna gigi, sehingga

tidak dapat diindikasikan untuk gigi depan atau di mana pertimbangan estetis sangat

diutamakan.

 b.  Dalam jangka waktu lama ada beberapa kasus di mana tepi-tepi tambalan yang

 berbatasan langsung dengan gigi dapat menyebabkan perubahan warna pada gigi

sehingga tampak membayang kehitaman

c.  Pada beberapa kasus ada sejumlah pasien yang ternyata alergi dengan logam yang

terkandung dalam bahan tambal amalgam. Selain itu, beberapa waktu setelah penambalan

 pasien terkadang sering mengeluhkan adanya rasa sensitif terhadap rangsang panas atau

dingin. Namun umumnya keluhan tersebut tidak berlangsung lama dan berangsur hilang

setelah pasien dapat beradaptasi.

d.  Hingga kini issue tentang toksisitas amalgam yang dikaitkan dengan merkuri yang

dikandungnya masih hangat dibicarakan. Pada negara-negara tertentu ada yang sudah

memberlakukan larangan bagi penggunaan amalgam sebagai bahan tambal.4 

2.15 Penyebab Kebocoran Tumpatan Amalgam

Sebagian besar penyebab kegagalan restorasi amalgam oleh karena patahnya tepitumpatan

diawali karena adanya kebocoran mikro. Amalgam dapat meregang danberkontraksi tergantung

saat manipulasinya. Idealnya perubahan dimensi amalgam terjadipada skala kecil. Beberapa

kontraksi dapat mengakibatkan kebocoran mikro dan sekunderkaries yang jika tidak dsegera

Page 4: konse.docx

7/30/2019 konse.docx

http://slidepdf.com/reader/full/konsedocx 4/6

4

diperbaiki akan mengakibatkan karies sekunder, sensitifitaspulpa dan diskolorasi. Hal tersebut

menyebabkan munculnya perkembangan restorasiamalgam adhesif yang memberi kesempatan

untuk mengevaluasi kembali disain preparasiuntuk retensi mekanis.3 

Faktor-faktor berikut ini dapat mendorong terbentuknya suatu restorasi amalgam yang

tidak kuat:

1.Triturasi yang tidak sempurna (under-trituration)

2.Kandungan mercury yang terlalu besar 

3.Terlalu kecil tekanan yang diberi sewaktu kondensasi

4.Kecepatan pengisian kavitet yang lamban

5.Korosi.

Page 5: konse.docx

7/30/2019 konse.docx

http://slidepdf.com/reader/full/konsedocx 5/6

Page 6: konse.docx

7/30/2019 konse.docx

http://slidepdf.com/reader/full/konsedocx 6/6

6

DAFTAR PUSTAKA

1.  Ferracane, Jack L. (2001). Materials in Dentistry: Principles and Applications. Lippincott Williams &

Wilkins. pp. 3. ISBN 0-7817-2733-2.

2.  M. Marzia. Efek Neurobehavior Amalgam Gigi. Vol. 24, No 1, Maret 2009.

3.  Combe,EC. 1992. Sari Dental Material . Penerjemah: Slamat Tarigan. Jakarta, Balai Pustaka.

4.  S. Narlan, 1991. Penerbit Buku Kedokteran EGC . Tambalan Amalgam.

5.  K. Peter. 2009. Restorative Dentistry, Pediatric Dentistry and Orthodontics. Philadelphia, Elseveir.

6.  Mahler, David B. 2002. Clinical Evaluation of Amalgam Bonding in Class I and II Restorations .

http://jada.ada.org/cgi/content/full/131/1/43

7.  Setcos. J C, Staninec, Wilson. 1999. Restorative Dentistry : The development of resin bonding for 

amalgam restorations. http://www.nature.com/bdj/journal/v186/n7/full/4800102a.html

8.  Summit JB, Robbins JW, dan Schwartz RS. 2006.  Fundamentals of Operative Dentistry: A Contemporary

 Approach. 3

rd

ed. Illinois: Quintessence Books.9.  Roberson TM, Heymann HO, dan Swift EJ. 2006. Sturdevant’s Art and Science of Operative Dentistry. 5 th 

ed. North Carolina: Mosby Elsevier 

10.  Koudi, M S dan Sanjayagouda B Patil. 2007. Dental Materials; Preparations for 

Undergraduates. Elsevier: New Delhi.

11.  Marek, M. 1992. Interactions Between Dental Amalgams and the Oral Environment  

dalam Adv Dent Res 6:100-109 

12.  Nicholson, J. W. 2002. The Chemistry of Medical and Dental Materials. RSC:

Cambridge

13.  Surouw, Elliott et al. 2004. Invivo Galvanic Current Of Intermittently Contacting Dental

Amalgam And Other Metallic Restoration In Elsevier Ltd Journals 20: 823-831

14.  Williams, D.F and J. Cunningham. 1979. Materials in Clinical Dentistry. Oxford.