konjungtivitis tasya fix

18
Mata Merah dengan Penglihatan Normal dan Sekret Santi Prima Nathasya 102011143 [email protected] Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jalan Arjuna No. 6, Jakarta Barat. Konjungtivitis (pink eye) merupakan peradangan pada konjungtiva (lapisan luar mata dan lapisan dalam kelopak mata) yang disebabkan oleh mikroorganisme (virus, bakteri, jamur, chlamidia), alergi, dan iritasi bahan-bahan kimia. Konjungtivitis penyakit yang dapat terjadi di seluruh dunia dan mengenai semua umur, semua status sosial dan kedua gender. Meskipun tidak ada tokoh yang dapat dipercaya yang mendata insidensi atau prevalensi dari konjungtivitis, kondisi ini telah disebutkan sebagai salah satu penyebab paling sering dari pasien untuk memeriksakan sendiri dirinya. Konjungtivitis jarang menyebabkan kehilangan penglihatan yang permanen atau kerusakan struktur, tapi dampak ekonomi dari penyakit ini dalam hal kehilangan waktu kerja, meskipun tidak terdokumentasi, sangat tidak diragukan lagi. 2% dari seluruh kunjungan ke dokter adalah untuk pemeriksaan mata dengan 54% nya adalah antara konjungtivitis atau abrasi kornea. Untuk konjuntivitis yang infeksius, 42% sampai 80% adalah bakterial, 3% chlamydial, dan 13% sampai 70% adalah viral. Konjungtivitis viral menggambarkan hingga 50% dari seluruh konjungtivitis akut di poli umum. 1

Upload: nathasya-pakpahan

Post on 29-Sep-2015

11 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

makalah konjungtivitis

TRANSCRIPT

Mata Merah dengan Penglihatan Normal dan SekretSanti Prima Nathasya

102011143

[email protected] Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jalan Arjuna No. 6, Jakarta Barat.

Konjungtivitis (pink eye) merupakan peradangan pada konjungtiva (lapisan luar mata dan lapisan dalam kelopak mata) yang disebabkan oleh mikroorganisme (virus, bakteri, jamur, chlamidia), alergi, dan iritasi bahan-bahan kimia. Konjungtivitis penyakit yang dapat terjadi di seluruh dunia dan mengenai semua umur, semua status sosial dan kedua gender. Meskipun tidak ada tokoh yang dapat dipercaya yang mendata insidensi atau prevalensi dari konjungtivitis, kondisi ini telah disebutkan sebagai salah satu penyebab paling sering dari pasien untuk memeriksakan sendiri dirinya. Konjungtivitis jarang menyebabkan kehilangan penglihatan yang permanen atau kerusakan struktur, tapi dampak ekonomi dari penyakit ini dalam hal kehilangan waktu kerja, meskipun tidak terdokumentasi, sangat tidak diragukan lagi. 2% dari seluruh kunjungan ke dokter adalah untuk pemeriksaan mata dengan 54% nya adalah antara konjungtivitis atau abrasi kornea. Untuk konjuntivitis yang infeksius, 42% sampai 80% adalah bakterial, 3% chlamydial, dan 13% sampai 70% adalah viral. Konjungtivitis viral menggambarkan hingga 50% dari seluruh konjungtivitis akut di poli umum. Konjungtivitis virus biasanya mengenai satu mata. Pada konjungtivitis ini, mata sangat berair. Kotoran mata ada, namun biasanya sedikit. Produksi air mata juga berlebihan sehingga mata sangat berair. Konjungtivitis virus biasanya tidak diobati, karena akan sembuh sendiri dalam beberapa hari. Walaupun demikian, beberapa dokter tetap akan memberikan larutan astringen agar mata senantiasa bersih sehingga infeksi sekunder oleh bakteri tidak terjadi dan air mata buatan untuk mengatasi kekeringan dan rasa tidak nyaman di mata. Pada konjungtivitis bakteri atau virus, dapat dilakukan kompres hangat di daerah mata untuk meringankan gejala.Skenario 1

Seorang wanita, 28 tahun yang bekerja sebagai customerservice datang ke poliklinik dengan keluhan utama kedua mata merah sejak 2 hari yang lalu. Keluhan disertai mata terasa berat, sekret serous, gatal minimal dan silau bila melihat cahaya namun pandangan tidak kabur. Pasien mengatakan bahwa 4 orang rekan sekerjanya menderita sakit yang sama.Anamnesis

Pertama yang kita lakukan saat pasien datang adalah anamnesis. Pada anamnesis, selain kita tanyakan beberapa hal untuk menyingkirkan DD, kita jugadapat sambil mengamati. Hal utama yang kita tanyakan adalah identitas diri, diantaranya ; nama, usia, pekerjaan, tempat tinggal, status pernikahan. Kemudian kita tanyakan keluhan utama. Keluhan utama pasien tersebut adalah mata merah pada kedua matanya. Untuk mengetahui akut atau kronis, pemeriksa tanyakan, suah sejak kapan. Kemudian, kita tanyakan hal penyerta lainnya, ada keluar cairan atau tidak? Jika ya, cairannya berwarna apa. Sakit tidak bila bola mata digerakkan atau saat mengedipkan mata. Kedua kelopak membengkak atau tidak, jik sakit, seberapa berap sakitnya?. Ada gatal atau tidak? Perlu dtanyakan juga bagaimana keadaan lingkungaan saat keluhan muncul. Apakah pasien sering menggunakan lensa kontak dan memperhatikan kebersihan tangan sat memakai dan melepas lensa kontak?? Ada gejala penyerta lain tidak seperti demam, sakiit tenggorokan? Riwayat kesehatan dahulu berpusat pada kondisi kesehatan pasien secara umum dan bila ada peyakit sistemk yang penting. Gangguan vaskular yang biasanya menyertai manifestasi mata, seperti diabetes dan hipertensi.selain itu, seperti halnya riwayat medk umum, harus diketahu obat-obatan mata yang sedang dipakai dan obat-obatan sitemik pasien. Hal ini menunjukkan keadaan kesehatan umum dan dapat diketahui obat-obat yang mempengaruhi. Riwayat keluarga berhubungan dengan sejumlah gangguan mata, seperti strabismus, ambliopia, glaukoma atau katarak, serta kelainan retina, seperti ablatio retinae, atau degenerasi makula. Penyakit medis seperti diabetes mungkin juga relevan.

Dari hasil anamnesis didapati hasil :

Keluhan utama : kedua mata merah sejak 2 hari yang lalu. Keluhan disertai mata terasa berat, sekret serous, gatal minimal dan silau bila melihat cahaya namun pandangan tidak kabur.

Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik yang umum dilakukan adalah menilai keadaan umum, kesadaran, TTV (tanda-tanda vital) yaitu tekanan darah, nadi, suhu. Kemudian dilanjutkan pemeriksaan fisik mata, diantaramya :1. Pemeriksaan tajam penglihatan (visus) menggunakan snellen chart.2. Pemeriksaan segmen anterior. Bisa kita nilai palpebra ada pembengkakan atau tidak, konjungtva ada perdarahan atau tidak, kornea, pupil dan lensa bentuknya normal atau tidak dan jernih atau tidak, ada kah refleks cahaya sewaktu diberi sinar, jika ada artinya refleks cahaya mengecil, kemudian menilai kamera okuli anterior saat dikasih sinar, iris dan kornea menempel atau tidak.3. Pemeriksaan segmen posterior (funduskopi) untuk melihat ada nya refleks funfus dan refleks makula serta menilai vitreus, appil, C/D ratio, rasio arteri: rasio vena dan retina.4. Pemeriksaan gerak bola mata, apakah kedua bola mata sejajar atau tidak.5. Pemeriksaan lapang pandang (test konfrontasi)

6. Pemeriksaan tekanan bola mata (tonometri digital) dengan cara meraba palpebra untuk merasakan sklera apakah keras atau lembek. Normalnya konsistensinya seperti hidung, apabila keras seperti dahi bisa mengarah pada glaucoma7. Pemeriksaan visus jarak dekat dilakukan apabila pasien berusia diatas 40 tahun menggunakan Jaeger Chart. Normalnya pada Jaeger 2 atau Jaeger 1.Dari hasil pemeriksaan fisik didapat:

Kesadaran kompos mentis

Demam subfebris Visus OCD 20/20

Limfadenopati preaurikular

Perdarahan subkkonjungtiva

Membran keputihan pada konjungtiva palpebra

Konjungtiva bulbi : Hiperemis, konjungtiva tarsal : Folikuler.

Palpebra : ada pembengkakan

Tanometri : Tekanan intra okuler : 15 ml/Hg

Sekret : SerousPemeriksaan penunjang

Bila pada sekret konjungtiva bulbi dilakukan pemeriksaan sitolohgik dengan pulasan gram (mengidentifikasi organisme bakteri) pulasan Giemsa (menetapkan jenis dan morfologi maka didapat kemungkinan penyebab sekret seperti terdapatnya :

Linfosit monosit sel berisi nukleus sedikit lasma, maka infeksi mungkin disebabkan virus

Leukosit polimorfonuklear oleh bakteri

Eosinofil, basofil oleh alergi

Sel raksasa multinuklear oleh herpes

Sel leber makrofag raksasa oleh trakoma

Keratinasi dengan filamen oleh pemfigus atau dry eye, danMata merah merupakan keluhan penderita yang sering kita dengar. Keluhan ini timbul akibat terjadinya perubahan warna bola mata yang sebelumnya berwarna putih menjadi merah. Pada mata normal sklera terlihat berwarna putih karena sklera dapat terlihat melalui bagian konjungtiva dan kapsul tenon yang tipis dan tembus sinar. Hiperemia konjungtiva terjadi akibat bertambahnya asupan pembuluh darah ataupun berkurangnya pengeluaran darah seperti pada pembendungan pembuluh darah. Bila terjadi pelebaran pembuluh darah konjungtiva atau episklera atau perdarahan antara konjungtiva dan sklera maka akan terlihatwarna merah pada mata yang sebelumnya berwarna putih. Mata terlihat merah akibat melebarnya pembuluh darah konjungtiva yang terjadi pada peradangan mata akut, misalnya pada keratitis, pleksus arteri konjungtiva permukaan melebar, pada iritis dan glaukoma akut kongestif, pembuluh darah arteri perikornea yang letak lebih dalam akan melebar, sedangkan pada konjungtivitis pembuluh darah superfisial yang melebar, maka bila diberi epinefrin topikal akan terjadi vasokonstriksi sehingga mata akan kembali putih.1

Mata Merah dengan Penglihatan Normal dan Kotor atau Sekret

Sekret merupakan produk kelenjar, yang pada kongjungtiva bulbi diukelurakan oleh sel goblet. Sekret kojungtiva bulbi pada konjungtivitis dapat bersifat :

Air, disebabkan infeksi virus atau alergi

Purulen, oleh bakteri atau klamidia

Hiperpurulen, disebabkan gonokok atau meningokok

Mukoid, oleh alergi atau vermal, dan

Serous, oleh adenovirus.1

Konjungtivitis (konjungtivitis, pink eye) merupakan peradangan pada konjungtiva (lapisan luar mata dan lapisan dalam kelopak mata) yang disebabkan oleh mikroorganisme (virus, bakteri, jamur, chlamidia), alergi, dan iritasi bahan-bahan kimia.2Konjungtivitis, terdiri dari:

1. Konjungtivitis bakterial.2. Konjungtivitis virus : demam faringokonjungtiva, epidemi, hemoragika akut.3. Konjungtivitis alergi : Konjungtivitis vernal.

Konjungtivitis merupakan penyakit mata paling umum di dunia.Penyakit ini bervariasi mulai dari hiperemia ringan dengan mata berair sampai konjungtivitis berat dengan banyak sekret purulen kental. Penyakit ini dapat menyerang semua umur. Konjungtivitis yang disebabkan oleh mikro-organisme (terutama virus dan kuman atau campuran keduanya) ditularkan melalui kontak dan udara. Dalam waktu 12 sampai 48 jam setelah infeksi mulai, mata menjadi merah dan nyeri. Jika tidak diobati bisa terbentuk ulkus kornea, abses, perforasi mata bahkan kebutaan. Untuk mengatasi konjungtivitis bisa diberikan tablet, suntikan maupun tetes mata yang mengandung antibiotik.3Anatomi dan Fisiologi Konjungtiva

Konjungtiva adalah membran mukosa yang transparan dan tipis yang membungkus permukaan posterior kelopak mata (konjungtiva palpebralis) dan permukaan anterior sklera (konjungtiva bulbaris).4Konjungtiva palpebralis melapisi permukaan posterior kelopak mata dan melekat erat ke tarsus. Di tei superior dan inferior tarsus, konjungtiva melipat ke posterior (pada forniks superior dan inferior) dan membungkus jaringan episklera menjadi konjungtiva bulbaris.4Konjungtiva bulbaris melekat longgar ke septum orbitale di fornices dan melipat berkali-kali. Adanya lipatan-lipatan ini memungkinkan bola mata bergerak dan memperbesar permukaan konjungtiva sekretorik. (duktus-duktus kelenjar lakrimal bermuara ke forniks temporal superior). Konjungtiva bulbaris melekat longgar pada kapsul tenon dan sklera di bawahnya, kecuali di limbus (tempat kapsul Tenon dan kongjungtiva menyatu sepanjang 3 mm).4

Lipatan konjungtiva bulbaris yang tebal, lunak, dan mudah bergerak (plica semilunaris) terletak di kantus internus dan merupakan selaput pembentuk kelopak mata dalam pada beberapa hewan kelas rendah. Struktur epidermoid kecil semacam daging (caruncula) menempel secara superficial ke bagian dalam plica semilunaris dan merupakan zona transisi yang mengandung baik elemen kulit maupun membran mukosa.4Differential DiagnosisKonjungtivitis Virus Akut

Konjungtivitis virus adalah suatu penyakit umum yang dapat disebabkan oleh berbagai jenis virus. Keadaan ini berkisar antara penyakit berat yang dapat menimbulkan cacat, sampai infeksi ringan yang cepat sembuh sendiri.

a. Demam faringokonjungtival

Demam faringokonjungtival umumnya disebabkan oleh adenovirus tipe 3 dan kadang kadang tipe 4 dan 7. Virusnya dapat dibiakan dalam sel sel HeLa dan di identifikasi oleh uji netralisasi. Kerokan konjungtiva terutama mengandung sel mononuclear, dan tidak ada bakteri yang tumbuh pada biakan. Keadaan ini lebih sering pada anak anak dari pada orang dewasa dan mudah menular dalam di kolam renang berklor rendah. Tidak ada pengobatan spesifik, tetapi konjungtivitis umumnya sembuh sendiri kira kira dalam 10 hari.

Manifestasi klinis :

Demam faringokonjungtival ditandai oleh demam 38,3 40 C

Sakit tenggorokan

Konjungtivitis folikular pada satu atau kedua mata

Dapat unilateral atau bilateral

Mata merah dan sering berair

Terdapat keratitis epitel superficial dan kekeruhan subepitel

Yang khas terdapat Limfadenopati preaurikular (tidak nyeri tekan).1,4b. Keratokonjungtivitis Epidemika

Keratokonjungtivitis epidemika disebabkan oleh adenovirus tipe 8, 19, 29, dan 37 (subgroup D adenovirus manusia). virus-virus ini dapat diisolasi dalam biasakan sel dan diidentifikasi denga uji netralisisasi. Kerokan konjungtiva menampakan reaksi radang mononuclear primer, juga Nampak neutrofil yang banyak. Keratokonjungtivitis epidemika pada orang dewasa terbatas dibagian luar mata, tetapi pada anak-anak mungkin terdapat gejala-gejala sistemik infeksi virus seperti demam, sakit tenggorokan, otitis media, dan diare. Keratokonjungtivitis epidemika umumnya bilateral. Awalnya sering pada satu mata saja, dan biasanya mata pertama lebih parah. Pada awalnya terdapat injeksi konjungtiva, nyeri sedang, dan berair mata. Dalam 5-14 hari akan diikuti oleh fotofobia, keratitis epitel dan kekeruhan subepitel yang bulat. Sensasi kornea normal dan terdapat nodus preauricular dengan nyeri tekan yang khas. Edema palpebra, kemosis, dan hyperemia konjungtiva menandai fase akut, dengan folikel dan perdarahan konjungtivayang sring muncul dalam 48 jam. Konjungtivitisnya berlangsung paling lama 3-4 minggu. Kekeruhan subepitel terutama terfokus di pusat kornea, biasanya tidak pernah ke tepian. Belum ada terapi yang spesifik, tetapi kompres dingin akan mengurangi beberapa gejala.1,4c. Konjungtivitis Hemoragika Akut

Pertama kali ditemukan di Ghana pada tahun 1969. Konjungtivitis ini disebabkan oleh enterovirus tipe 70 dan sesekali oleh coxsackievirus A24. Penyakit ini khas memiliki inkubasi yang pendek (8-48 jam) dan berlangsung singkat (5-7hari). Gejala dan tandanya bisa nyeri, fotofobia, sensasi benda asing, banyak meneluarkan air mata, kemerahan, edema palpebra, dan perdarahan subkonjungtiva, kadang-kadang terdapat kemosis. Kebanyakan pasien mengalami limfadenopati preaurikular, folikel konjungtiva, dan keratitis epitel. Virus ini ditularkan melalui kontak erat dari orang ke orang dan benda penular seperti seprai, alat-alat optic yang terkontaminasi dan air. Penyembuhan terjadi dalam 5-7 hari dan tidak ada pengobatan yang pasti.1,4Konjungtivitis Bakteri

Penyebab konjungtivitis bakteri paling sering adalah Staphylococcus, Pneumococcus, danHaemophilus. Konjungtivitis bacterial akut dapat sembuh sendiri bila disebabkan mikroorganisme sepertiHaemophilus influenza. Lamanya penyakit dapat mencapai 2 minggu jika tidak diobati dengan memadai. Konjungtivitis akut dapat menjadi menahun. Pengobatan dengan salah satu dari sekian antibacterial yang tersedia biasanya mengenai keadaan ini dalam beberapa hari. Konjungtivitis purulen yang disebabkan Neisseria gonorroeae atau Neisseria meningitides dapat menimbulkankomplikasi berat bilatidak diobati secara dini.Tanda dan Gejala

-Iritasi mata,

-Mata merah,

-Sekret mata,

-Palpebra terasa lengket saat bangun tidur

-Kadang-kadang edema palpebral.Infeksi biasanya mulai pada satu mata dan menular ke sebelah oleh tangan. Infeksi dapat menyebar ke orang lain melalui bahan yang dapat menyebarkan kuman seperti seprei, kain, dll.1,4Pemeriksaan Laboratorium

Pada kebanyakan kasus konjungtivitis bacterial, organism dapat diketahui dengan pemeriksaan mikroskopik terhadap kerokan konjungtiva yang dipulas dengan pulasan Gram atau Giemsa; pemeriksaan ini mengungkapkan banyak neutrofil polimorfonuklear.1,2,3Kerokan konjungtiva untuk pemeriksaan mikroskopik dan biakan disarankan untuk semua kasus dan diharuskan jika penyakit itu purulen, bermembran atau berpseudomembran. Studi sensitivitas antibiotika juga baik, namun sebaiknya harus dimulai terapi antibiotika empiric. Bila hasil sensitifitas antibiotika telah ada, tetapi antibiotika spesifik dapat diteruskan.1,4Konjungtivitis Imunologik (Alergik)Reaksi Hipersensitivitas Humoral Langsung

1. Konjungtivitis Demam Jerami (Hay Fever)Tanda dan gejala

Radang konjungtivitis non-spesifik ringan umumnya menyertai demam jerami (rhinitis alergika). Bianya ada riwayat alergi terhadap tepung sari, rumput, bulu hewan, dan lainnya. Pasien mengeluh tentang gatal-gatal, berair mata, mata merah, dan sering mengatakan bahwa matanya seakan-akan tenggelam dalam jaringan sekitarnya. Terdapat sedikit penambahan pembuluh pada palpebra dan konjungtiva bulbi, dan selama serangan akut sering terdapat kemosis berat (yang menjadi sebab tenggelamnya tadi). Mungkin terdapat sedikit tahi mata, khususnya jika pasien telah mengucek matanya.

Laboratorium

Sulit ditemukan eosinofil dalam kerokan konjungtivaTerapi

Meneteskan vasokonstriktor local pada tahap akut (epineprin, larutan 1:1000 yang diberikan secara topical, akan menghilangkan kemosis dan gejalanya dalam 30 menit). Kompres dingin membantu mengatasi gatal-gatal dan antihistamin hanya sedikit manfaatnya. Respon langsung terhadap pengobatan cukup baik, namun sering kambuh kecuali anti-gennya dapat dihilangkan.3Perbedaan jenis-jenis konjungtivitis umum

Temuan klinis dan sitologiViral Bakteri Alergika

Gatal Minimal Minimal Hebat

Hyperemia Generalisata GeneralisataGeneralisata

Mata berairBanyak Sedang Minimal

EksudasiMinimal Banyak Minimal

Adenopati preaurikularSering Jarang Tak ada

Pada kerokan dan eksudatMonosit Bakteri, PMNEosinofil

Demam dan faringitisSesekali Sesekali Tidak pernah

Diagnosis

Konjungtivitis Akut et causa Virus ODSEtiologi Konjungtivitis folikuler virual akut1. Demam faringokonjungtival umumnya disebabkan oleh adenovirus tipe 3 dan kadang-kadang tipe 4 dan 72. Keratokonjungtivitis epidemika disebabkan oleh adenovirus tipe 8, 19, 29, dan 37 (subgroup D adenovirus manusia)3. Konjungtivitis Hemoragika Akut : enterovirus tipe 70

Epidemiologi

PCF yang terjadi dikaitkan dengan KLB penyakit saluran pernafasan yang disebabkan oleh adenovirus atau muncul sebagai wabah musim panas yang ditularkan melalui kolam renang. AHC pertama kali dikenal di Ghana tahun 1969 dan di Indonesia pada tahun1970; sejak itu beberapa KLB terjadi di barbagai daerah tropis di Asia, Afrika, AmerikaSelatan dan Tengah, Kepulauan Karibia, Kepulauan Pasifik dan sebagian Florida sertaMeksiko. KLB di Semua Amerika pada tahun 1986 karena Cokxakievirus varian A24diperkirakan menyerang 48% dari . KLB yang lebih kecil terjadi di beberapanegara Eropa, biasanya dihubungkan dengan penularan di klinik mata. Kasus-kasus AHCjuga terjadi dikalangan pengungsi yang berasal dari negara-negara Asia Tenggara yangtiba di AS serta para pelancong yang kembali ke AS dari daerah yang terkena wabah AHCPatofisiologi Melalui kontak langsung dengan kotoran mata yang terinfeksi. Penularan orang ke orangpaling banyak terjdi di dalam lingkungan keluarga, dimana angka serangannya biasanyatinggi. Adenovirus dapat di tularkan di kolam renang yang tidak diklorinasi dengan baikdan dilaporkan sebagai konjungtivitis kolam renang; penyakit ini juga ditularkanmelalui droplet dari saluran pernafasan. Wabah besar AHC di negara berkembangberkaitan dengan padatnya penduduk dan sanitasi lingkungan yang buruk. Anak sekolahberperan dalam penyebaran cepat AHC kepada masyarakat umum.Komplikasi

Penyakit radang mata yang tidak segera ditangani/diobati bisa menyebabkan kerusakan pada mata/gangguan pada mata dan menimbulkan komplikasi. Beberapa komplikasi dari konjungtivitis yang tidak tertangani diantaranya:

1. glaukoma

2. katarak

3. ablasi retina

4. komplikasi pada konjungtivitis kataral teronik merupakan segala penyulit dari blefaritis seperti ekstropin, trikiasis

5. komplikasi pada konjungtivitis purulenta seringnya berupa ulkus kornea

6. komplikasi pada konjungtivitis membranasea dan pseudomembranasea adalah bila sembuh akan meninggalkan jaringan perut yang tebal di kornea yang dapat mengganggu penglihatan, lama- kelamaan orang bisa menjadi buta

7. komplikasi konjungtivitis vernal adalah pembentukan jaringan sikratik dapat mengganggu penglihatan.5PencegahanKarena tidak ada pengobatan yang efektif, pencegahan sangatlah penting, kebersihan perorangan sebaiknya ditekankan termasuk menghindari pemakaian handuk bersamadan menghindari kerumunan. Jaga selalu keadaan asepsis di klinik-klinik mata; cucitangan sebelum memeriksa pasien. Klinik mata harus yakin bahwa disinfeksi tingkat tinggi pada barang-barang yang mungkin terkontaminasi telah dilakukan dengan baik. Jika terjadi KLB penutupan sekolah bisa di lakukan. Lakukan klorinasi kolam renang dengan baik.1,3Terapi a) Medikamentosa

Untuk demam dapat diberikan parasetamol oral (tablet atau sirup) dengan dosis untuk anak usia 6-12 tahun yaitu 150-300 mg/kali dengan maksimum 1.2 g/hari, diberikan 3 kali sehari selama 3 hari. Pengobatan antibiotika spektrum luas, sulfasetamid dapat dipergunakan untuk mencegah infeksi sekunder. Sulfasetamid dapat diberikan dalam bentuk tetes mata 10% (atau salep mata 10%), diberikan 4 kali sehari 1-2 tetes pada masing-masing mata. Jika memberikan golongan sulfonamide, pastikan tidak ada alergi terhadap sulfa. Bila ada alergi sulfa, dapat digunakan tetes mata gentamisin 0.3% (atau salep mata 0.3%) setiap delapan jam.11 Prednisolon 0.5% empat kali sehari diperlukan untuk konjungtivitis adenovirus yang terdapat membran atau pseudomembran. Dapat di beri anti virus (untuk kasus konjungtivitis yang tidak kunjung sembuh atau lebih dari dua minggu) seperti Acyclovir (efek minimal dibanding antivirus lain).1,5Non medikamentosa

Yaitu lebih kepada pola hidup sehat sebagai pencegahan dan terapi suportif

Memberi pengetahuan dengan tujuan pasien tahu tentang penyakit, baik masa inkubasi, cara penularan dan penanganannya.Prognosis

Prognosis baik, karena biasanya konjungtiva yang diakibatkan virus dapat sembuh sendiri

KesimpulanPasien berusia 28 tahun tersebut menderita Konjungtivitis viral akut pada kedua mata nya. Konjungtivits merupakan suatu self-limited disease karena mempunyai masa inkubasi virus sekitar 12 hari dan dapat menular melalui kontak langsung dengan penderita, menggunakan alat make up, als tempat tidur, komputer secara bersama. Konjungtivitis ditandai dengan mata merasa seperti ada benda asing, hiperemi konjungtiva bulbi, lakrimasi, pseudoptosis, kemosis, hipertrofi papil, folikel, membran dan pseudomembran, granulasi, flikten, adenopati preaurikular. Untuk konjungtivitis virus belum ada terapi spesifik hanya suportif, yaitu kompres, berikan larutan lubrikasi agar mengurangi gatal dan berikan kacamata saat keluar rumah agar terhindar dari debu dan sinar matahari.Daftar Pustaka

1. Ilyas S. 2009. Ilmu penyakit mata edisi ke-5. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.2. Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Perawatan Konsep, proses dan praktek edisi ke-4. Jakarta : EGC.3. Voughan, Asbury. 2009. Oftalmologi umum edisi ke-17. Jakarta : EGC.4. Ilyas S. 2009. Dasar Teknik Pemeriksaan Dalam Ilmu Penyakit Mata edisi ke-3. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.5. Corwin, Elisabeth J. 2000. Patofisiologi. Jakarta : EGC. 13