konjungtivitis purulen
DESCRIPTION
KONJUNGTIVITIS PURULENTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Konjungtivitis adalah peradangan pada konjungtiva atau radang selaput
lendir yang menutupi belakang kelopak dan bola mata. 1,2,3,4,5
Konjungtivitis purulenta ditemukan pada orang dewasa atau pada anak-
anak dan bayi. Tersering pada bayi baru lahir pervaginam yang ibunya menderita
penyakit gonore atau klamidia.3
Resiko terjadinya konjungtivitis purulenta pada bayi baru lahir (oftalmia
neonatorum) dari ibu yang tidak mendapat pengobatan gonore adalah sekitar 30%
berdasarkan laporan dari suatu studi di Amerika. Prevalensi terjadinya
konjungtivitis purulenta pada dewasa, baik laki-laki ataupun perempuan adalah
sama.
Konjungtivitis dibedakan bentuk akut dan kronis. Pembagian
konjungtivitis berdasarkan kausanya yaitu : konjungtivitis bakteri, konjungtivitis
virus, konjungtivitis klamidia, konjungtivitis alergi. Konjungtivitis juga bisa
disebabkan oleh iritasi yang disebabkan oleh debu, asap dan polusi udara lainnya,
pemakaian lensa kontak terutama dalam jangka panjang juga bisa menyebabkan
konjungtivitis .1,2,3,4
Gejala umum pada konjungtivitis adalah mata merah dan pedes seperti
kelilipan, gejala lainnya adalah mata berair, mata terasa nyeri, mata terasa gatal,
pandangan kabur, peka terhadap cahaya, terbentuk keropeng pada kelopak mata
ketika bangun pada pagi hari. Gejala khusus pada kelainan konjungtiva adalah
terbentuknya sekret. Sekret merupakan produk kelenjar yang pada konjungtiva
bulbi dikeluarkan oleh sel goblet. Sekret konjungtiva bulbi pada konjungtivitis
dapat bersifat :
Air, kemungkinan disebabkan infeksi virus atau alergi
Purulen, oleh bakteri atau chlamydia
Lengket, oleh alergi atau vernal, dan
Serous, oleh adenovirus.1,2
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi konjungtiva
Konjungtiva merupakan membran mukosa tipis yang membatasi
permukaan dalam dari kelopak mata dan melipat ke belakang membungkus
permukaan depan dari bola mata, kecuali bagian jernih di tengah-tengah mata
(kornea). Membran ini berisi banyak pembuluh darah dan berubah merah saat
terjadi inflamasi.1,2,3,4
Konjungtiva terdiri dari tiga bagian :
1. Konjungtiva palpebralis (menutupi permukaan posterior dari palpebra).
Hubungannya dengan tarsus sangat erat. Kelenjar Meibom yang ada
didalamny, tampak membayang sebagai garis sejajar berwarna putih.
Permukaan licin, dicelah konjungtiva terdapat kelenjar henle.
Histologi : terdiri dari sel epitel silindris. Dibawahnya, stroma dengan adenoid
dengan banyak pembuluh getah bening. 1,2,3
2. Konjungtiva bulbaris (menutupi sebagian permukaan anterior bola mata).
Tipis dan tembus pandang, meliputi bagian anterior bulbus okuli. Dibawah
konjungtiva bulbi terdapat kapsula tenon. Strukturnya sama dengan
konjungtiva palbebra, tetapi tak mempunyai kelenjar. Dari limbus, epitel
konjungtiva meneruskan diri sebagai epitel kornea. Didekat kantus internus,
konjungtiva bulbi membentuk plika semilunaris yang mengengelilingi suatu
pulau kecil terdiri dari kulit yang mengandung rambut dan kelenjar yang
dusebut “caruncle”. 1,2,3
Meskipun konjungtiva agak tebal, konjungtiva bulbar sangat tipis.
Konjungtiva bulbar juga bersifat dapat digerakkan, mudah melipat ke belakang
dan ke depan. Pembuluh darah dengan mudah dapat dilihat di bawahnya. Di
dalam konjungtiva bulbar terdapat sel goblet yang mensekresi musin, suatu
komponen penting lapisan air mata pre-kornea yang memproteksi dan memberi
nutrisi bagi kornea.
2
3. Konjungtiva forniks
Strukturnya sama dengan konjungtiva palpebra. Tetapi hubungannya
dengan jaringan dibwahnya lebih lemah dan membentuk lekukan-lekukan.
Juga mengandung banyak pembuluh darah. Oleh karena itu, pembengkakan
pada tempat ini sering terjadi, bila terjadid peradangan mata. Dengan
berkelok-keloknya konjungtiva ini, pergerakan mata menjadi lebih mudah.
Dibawah konjungtiva forniks posterior terdapat kelenjar lakrimal dari Kraus.
Melalui konjungtiva forniks superior terdapat juga muara saluran air mata. 1,2,3
Gambar : Skema konjungtiva beserta kelenjarnya.
2.2 Definisi
3
Konjungtivitis purulenta adalah konjungtivitis yang disebabkan gonore
maupun non-gonore. Tanda klinis yang bisa ditemui yaitu konjungtivitis akut
disertai dengan sekret yang purulen.3,4
2.3 Etiologi
Penyebab konjungtivitis dapat disebabkan oleh gonore dan nongonore.
Kuman gonore adalah Neisseria gonorrhoeae. Kuman gonokok ini termasuk
kuman diplokokus aerobik yang sangat patogen, virulen, dan invasif sehingga
reaksi radang terhadap kuman ini sangat berat. Kuman nongonore bisa
diakibatkan oleh pneumokok, streptokok, meningokok, stafilokok, dsb.3
2.4 Patofisiologi
Konjungtivitis gonore dibagi menjadi 4 berdasarkan umur, yaitu :3
Kurang dari 3 hari : oftalmia gonoroika neonatorum
Lebih dari 3 hari : oftalmia gonoroika infantum
Anak kecil : oftalmia gonoroika yuvenilis
Orang dewasa : oftalmia gonoroika adultum
Berdasarkan stadium dibagi menjadi 3, yaitu :3
1. Stadium infiltrat
Berlangsung 1-3 hari, dimana palpebra bengkak, hiperemi, tegang,
blefarospasme, konjungtiva palpebra hiperemi, bengkak, infiltrat, mungkin
terdapat pseudomembran diatasnya. Pada konjungtiva bulbi terdapat
injeksikonjungtival yang hebal, kemotik. Sekret, serous kadang-kadang
berdarah.
Kelenjar preaurukuler membesar, dan mungkin disertai demam.
2. Stadium Supurativa, purulenta
Berlangsung 2-3 minggu. Gejala-gejala tak begitu hebal lagi. Palpebra masih
bengkak, hiperemis, tetapi tidak begitu tegang. Blefarospame masih ada.
Sekret campur darah, keluar terus-menerus. Kalau palpebra dibuka, yang khas
adalah sekret akan keluar dengan mendadak (memancar/muncrat), oleh
4
karenanya harus hati-hati bila membuka palpebra, jangan sampai sekret
mengenai mata pemeriksa.
3. Stadium Konvalesen (penyembuhan)
Berlangsung 2-3 minggu. Gejala-gejala tidak begitu hebat lagi. Palpebra
sedikit bengkak, konjungtiva palpebra hiperemi, tidak infiltrat. Konjungtiva
bulbi : injeksi konjungtiva masih nyata , tidak kemotik. Sekret jauh
berkurang. Bila tidak diobati, biasanya tidak tercapai stadium III, tanpa
penyulit, meskipun ada yang mengatakan, bahwa penyakit ini dapat sembuh
dengan spontan.
2.5 Manifestasi Klinis
Pada bayi dan anak :
Gejala subjektif : (-)
Gejala objektif : Ditemukan kelainan bilateral dengan sekret kuning kental, sekret
dapat bersifat serous tetapi kemudian menjadi kuning kental dan purulen. Kelopak
mata membengkak, sukar dibuka dan terdapat pseudomembran pada konjungtiva
tarsal. Konjungtiva bulbi merah, kemotik dan tebal. 1,6
Pada orang dewasa :
Gejala subjektif :
- Rasa nyeri pada mata.
- Dapat disertai tanda-tanda infeksi umum.
- Biasanya terdapat pada satu mata.
5
- Gambaran klinik meskipun mirip dengan oftalmia nenatorum tetapi
mempunyai beberapa perbedaan, yaitu sekret purulen yang tidak begitu
kental. Selaput konjungtiva terkena lebih berat dan menjadi lebih
menonjol, tampak berupa hipertrofi papiler yang besar. Pada orang
dewasa infeksi ini dapat berlangsung berminggu-minggu.1,6
2.6 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium diambil dari secret atau kerokan konjungtiva,
yang dioleskan pada gelas obyek, dikeringkan dan diwarnai dengan methylen blue
1% 1-2 menit, setelah dibilas dengan air, dikeringkan dan diperiksan dibawah
mikroskop. Pada pemeriksaan dapat dilihat diplokok yang intraseluler, didalam
sel epitel dan lekosit, disamping diplokok yang ekstraseluler. Adanya gonoko
ekstraseluler, menunjukkan prosesnya sudah menahun. Morfologi dari gonokok
sama dengan meningokok, untuk membedakannya dilakukan tes maltose, dimana
gonokok, memberikan maltose (-) sedang meningokok tes maltose (+). Bila pada
anak didapatkan gonokok (+), maka kedua orang tua harus diperiksa. Jika
orangtuanya juga ada yang mengandung gonokok, maka harus segera diobati.3
2.7 Diagnosis
Diagnosis konjungtivitis ditegakkan melalui anamnesa dan pemeriksaan
laboratorium. Pada anamnesa didapatkan bengkak kelopak mata, kemerahan, mata
susah dibuka, dan terdapat 6ecret yang purulen. Pemeriksaan laboratorium dengan
menggunakan pemeriksaan 6secret dengan pewarnaan metilen biru dimana akan
terlihat diplokok didalam sel leukosit.1,3
6
2.8 Penatalaksanaan
Berhubung seringnya timbul penyulit ulkus kornea disamping sangat
menular, maka penderita sebaiknya dirawat , dikamar isolasi. Lokal, mata
dibersihkan ¼ jam dengan kapas basah, disusul dnegan pemberian salep mata
penisilin. Kalau sudah agak tenang, diberikan setiap jam. Penisilin tetes mata
dapat diberikan dalam bentuk larutan G 10.000-20.000 unit/ml setiap menit
sampai 30 menit. Kemudian salep mata diberikan setiap 5 menit selama 30 menit.
Disusul dengan pemberian mata penisilin setiap jam selama 3 hari.3
Pengobatan Sistemik : Penisilin 50.000 U/kgBB, intramuscular atau sulfa
peroral. Bila 1-2 hari tidak menunjukkan perbaikan atau memang tidak tahan
penisilin, maka dapat diberikan salep mata tetrasiklin, garamisisn, kemistin,
sebagai penggantinya, yang disertai juga dengan pemberian secara sistemik,
meskipun tidak seefektif penisilin. Jika terdapat resistensi terhadap obat tersebut,
maka pada orang itu dapat diberikan terapi seri demam (fever therapy) dengan 0,1
cc vaksin tifoid yang disuntikan intravena. Dengan ini sushu badan akan naik
tetapi jangan sampai 40 derajat. Setelah suhu mencapai 39-39,5 derajat segera
beri antipiretik dcan kompres dingin. Dengan pengobatan ini, diharapkan
pembentukan 7ecret7a diperbanyak didalam tubuh, sehingga dapat cepat sembuh.
Selama pengobatan harus diperiksa setiap hari. Bila 3 hari berturut-turut,
pemeriksaan menunjukkan, gonokok (-) baru penderita boleh dipulangkan.3
2.9 Komplikasi
Yang sering terjadi, berupa ulkus kornea sebelah atas, yang dimulai
dengan 7secret, kemudian pecah menjadi ulkus, 7terjadi pada stadium I atau II,
dimana terdapat blefarospasme dengan pembentukan 7secret yang banyak,
sehingga 7secret menumpuk dibawah konjungtiva palpebra superior, ditambah
lagi kuman gonokok mempunyai enzim proteolitik yang merusak kornea dan
hidupnya intraseluler, sehingga dapat menimbulkan keratitis, tanpa didahului
kerusakan epitel kornea. Ulkus dapat cepat menimnbulkan perforasi,
menimbulkan endoftalmitis, panoftalmi dan dapat berakhir dengan ptisis bulbi.
Oleh karena itu, setiap konjungtivitis gonore harus diperhatikan korneanya,
7
sehinggal bila terdapat kelainan dapat cepat diobati dengan tepat. Pada
pemeriksaan harus dilakukan dengan hati-hati, jangan sampai korneany pecah.
Ulkus ini dapat terletak disentral atau diperifer. Bila ulkus dibagian perifer
bersatu, dapat membentuk ulkus yang berbentuk lingkaran, dinamakan ulkus
anularis (marginal ring ulcer). Ulkus ini ada kemungkinan perforasi, yang jika
timbu perforasi, timbulkan endoftalmitis yang berakhir dengan kebutaan.3
BAB III
KESIMPULAN
8
1. Konjungtivitis purulenta adalah konjungtivitis yang disebabkan gonore
maupun non-gonore. Tanda klinis yang bisa ditemui yaitu konjungtivitis akut
disertai dengan sekret yang purulen.
2. Konjungtivitis gonore dibagi menjadi 4 berdasarkan umur:
Kurang dari 3 hari : oftalmia gonoroika neonatorum
Lebih dari 3 hari : oftalmia gonoroika infantum
Anak kecil : oftalmia gonoroika yuvenilis
Orang dewasa : oftalmia gonoroika adultum
Berdasarkan stadium dibagi menjadi 3:
Stadium infiltrat
Stadium Supurativa, purulenta
Stadium Konvalesen (penyembuhan)
3. Untuk pemeriksaan penunjang dilakukan pemeriksaan laboratorium diambil
dari secret atau kerokan konjungtiva.
4. Pengobatan dapat diberikan secara topical dan sistemik.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas, H.S. Ikhtisar Ilmu Penyakit Mata. Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta: 2009.hal 39-66
9
2. Ilyas, H.S. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ke 3. Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta: 2009.hal 123-26
3. Wijana, Nana S.D. Ilmu Penyakit Mata. Edisi Revisi. Abadi Tegal,
Jakarta: 1993. 40-50
4. Voughan, Daniel G, Asbury, Taylor. Riordan-Eva, Paul. Oftalmologi
Umum (General Ophthalmology). Edisi ke 14. Widya Medika. Jakarta :
2000. hal 99-105
5. Mansjoer A, Triyanti K, dkk. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ke 3.
Jilid 1. FKUI. Jakarta: 2001. hal 51-52
6. Yuindartanto A. Konjungtivitis gonore dan penatalaksanaanya (serial
online) 2012 ( Diakses 29 Mei 2013) diunduh dari URL :
http://yumizone.wordpress.com/2008/11/26/konjungtivitis-gonore-dan-
penatalaksanaannya/
7. Lana Elisabet. Infeksi pada mata (virus dan bakter). (serial online) 2012
(Diakses 29 Mei 2013) Diunduh dari URL :
http://www.medicinesia.com/harian/infeksi-pada-mata-virus-dan-bakteri/
10