kondisi, kontekstual dan trend rumah tangga...

8
Jurnal Ilmiah AgrIBA No.2 Edisi September Tahun 2013 159 ISSN : 2303 - 1158 KONDISI, KONTEKSTUAL DAN TREND RUMAH TANGGA NELAYAN YANG DIKEPALAI PEREMPUAN DI DESA PESISIR Oleh : Ir. Khodijah, MP *) Dosen di Fak. Ilmu Kelautan dan Perikanan Univ. Maritim Raja Ali Haji *) Mahasiswa Program S.3 Pascasarjana Universitas Andalas Padang. ABSTRAK Artikel penelitian ini mengkaji tentang kondisi sosial ekonomi, kontekstual dan trend rumah tangga nelayan yang dikepalai perempuan di desa pesisir. Kajian dilakukan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Unit analisis kajian ini adalah rumah tangga nelayan yang dikepalai perempuan di desa pesisir. Lokasi penelitian dilakukan di desa pesisir Malangrapat Kabupaten Bintan Kepulauan Riau. Hasil penelitian menunjukkan adanya trend peningkatan jumlah rumah tangga nelayan yang dikepalai perempuan hidup dengan karakteristik sosial ekonomi yang sangat tidak mendukung keberlanjutan penghidupan. Penelitian ini merekomendasikan pentingnya intervensi yang terfokus untuk mendukung keberlanjutan penghidupan rumah tangga yang dikepalai perempuan di desa pesisir. Kata Kunci: Kondisi, Trend dan Kontekstual, Rumah Tangga Yang Dikepalai Perempuan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara parsial pembangunan perikanan selama ini belum berhasil memeratakan peningkatan kesejahteraan, taraf hidup serta kesempatan berusaha karena masih menyisakan angka kemiskinan yang tinggi bagi masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil (Dahuri,R., 2000). Dan dengan kemiskinan itu pula turut mendorong perempuan harus melakukan peran ganda yaitu peran reproduktif, peran produktif, peran sosial hingga peran sebagai kepala rumah tangga, bahkan Horell, S dan P, Krishnan (2006) menyatakan saat ini telah terjadi kerentanan sosial ekonomi pada anak perempuan dan kaum ibu yang hidup di desa pesisir. Karena itu perhatian khusus terhadap rumah tangga nelayan yang dikepalai perempuan yang hidup di desa pesisir menjadi sangat urgen diberikan. Karena jika tidak mendapat perhatian khusus yang paling terbebani akibat kemiskinan menurut Kusnadi (2006) adalah perempuan, bahkan menurut Howard, T (2007) dan Sumner, C (2011) tingkat kemiskinan bertambah tatkala sebuah rumah tangga dikepalai oleh perempuan. Upaya-upaya mengurangi kemiskinan yang memperhatikan tindakan berkelanjutan, konteks lokal, pembangunan kapasitas lokal, dan partisipasi masyarakat penting dilakukan agar tidak menemui kegagalan seperti masa lalu (Blyth, M. et al, 2007). Atas pertimbangan diatas penelitian ini sangat penting dilakukan untuk

Upload: lekhue

Post on 10-Mar-2019

237 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Jurnal Ilmiah AgrIBA No.2 Edisi September Tahun 2013

159

ISSN : 2303 - 1158

KONDISI, KONTEKSTUAL DAN TREND RUMAH TANGGA NELAYAN YANG DIKEPALAI PEREMPUAN DI DESA PESISIR

Oleh :

Ir. Khodijah, MP *)Dosen di Fak. Ilmu Kelautan dan Perikanan Univ. Maritim Raja Ali Haji

*)Mahasiswa Program S.3 Pascasarjana Universitas Andalas Padang.

ABSTRAK

Artikel penelitian ini mengkaji tentang kondisi sosial ekonomi, kontekstual dan trend rumah tangga nelayan yang dikepalai perempuan di desa pesisir. Kajian dilakukan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Unit analisis kajian ini adalah rumah tangga nelayan yang dikepalai perempuan di desa pesisir. Lokasi penelitian dilakukan di desa pesisir Malangrapat Kabupaten Bintan Kepulauan Riau. Hasil penelitian menunjukkan adanya trend peningkatan jumlah rumah tangga nelayan yang dikepalai perempuan hidup dengan karakteristik sosial ekonomi yang sangat tidak mendukung keberlanjutan penghidupan. Penelitian ini merekomendasikan pentingnya intervensi yang terfokus untuk mendukung keberlanjutan penghidupan rumah tangga yang dikepalai perempuan di desa pesisir. Kata Kunci: Kondisi, Trend dan Kontekstual, Rumah Tangga Yang Dikepalai Perempuan

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Secara parsial pembangunan perikanan selama ini belum berhasil memeratakan peningkatan kesejahteraan, taraf hidup serta kesempatan berusaha karena masih menyisakan angka kemiskinan yang tinggi bagi masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil (Dahuri,R., 2000). Dan dengan kemiskinan itu pula turut mendorong perempuan harus melakukan peran ganda yaitu peran reproduktif, peran produktif, peran sosial hingga peran sebagai kepala rumah tangga, bahkan Horell, S dan P, Krishnan (2006) menyatakan saat ini telah terjadi kerentanan sosial ekonomi pada anak perempuan dan kaum ibu yang hidup di desa pesisir.

Karena itu perhatian khusus terhadap rumah tangga nelayan yang dikepalai perempuan yang hidup di desa pesisir menjadi sangat urgen diberikan. Karena jika tidak mendapat perhatian khusus yang paling terbebani akibat kemiskinan menurut Kusnadi (2006) adalah perempuan, bahkan menurut Howard, T (2007) dan Sumner, C (2011) tingkat kemiskinan bertambah tatkala sebuah rumah tangga dikepalai oleh perempuan.

Upaya-upaya mengurangi

kemiskinan yang memperhatikan tindakan berkelanjutan, konteks lokal, pembangunan kapasitas lokal, dan partisipasi masyarakat penting dilakukan agar tidak menemui kegagalan seperti masa lalu (Blyth, M. et al, 2007).

Atas pertimbangan diatas penelitian

ini sangat penting dilakukan untuk

Jurnal Ilmiah AgrIBA No.2 Edisi September Tahun 2013

160 ISSN : 2303 - 1158

memperoleh informasi yang tepat dan akurat sebagai dasar penyusunan program pengentasan kemiskinan berspektif gender.

1.2. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan kondisi, kontekstual dan trend yang terjadi pada rumah tangga nelayan yang dikepalai perempuan di desa pesisir Malangrapat Kabupaten Bintan serta memberikan rekomendasi kepada pemerintah dalam menyusun kebijakan pengentasan kemiskinan.

II. METODE PENELITIAN 2.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa

Malangrapat Kabupaten Bintan (Lihat Gambar 1) pada bulan Januari hingga Juli 2013.

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian

PULAU BINTAN

DESA MALANGRAPAT

PETA PROP. KEPRI PETA KAB. BINTANSumber : Data Sekunder Pemkab Bintan. 2.2. Metode

Penentuan Desa Malangrapat

sebagai lokasi penelitian dilakukan secara purposive karena merupakan salah satu desa dari 95% desa pesisir di Kabupaten Bintan. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif (Moleong,

L.J., 2001; S. Arikunto, 2005; S. Sidloyi, 2010).

Unit analisis penelitian ini adalah

rumah tangga nelayan yang dikepalai perempuan secara permanen. Responden ditentukan dengan metode non probability purposive sampling (Moleong, L.J, 2001) dimana salah satu responden yang ditemui diverifikasi untuk dijadikan sampel sesuai tujuan dan kriteria (De Vos et al. dalam Sidyoki, 2010). Data dikumpulkan melalui wawancara semi struktur menggunakan panduan wawancara (Babbie dan J. Mouton, 2001). Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif kualitatif dan menggunakan program Microsoft Excell untuk visualisasinya.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Keadaan Sosial Ekonomi Rumah

Tangga Yang Dikepalai Perempuan

3.1.1. Karakteristik Lokasi Penelitian

Secara umum wilayah Kabupaten Bintan merupakan wilayah yang memiliki potensi sumberdaya penghidupan cukup tinggi dengan perkembangan ekonomi yang terus menggeliat sejak ditetapkan sebagai kawasan Free Trade Zone. Ini ditunjukkan dari pertumbuhan penduduk yang terus meningkat (2,93% pertahun) (Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan, 2010) dan persentase penduduk miskin yang terus menurun (dari 8,98% tahun 2009 menjadi 7,65% tahun 2011) (Kementrian Kesehatan 2012). Demikian juga halnya dengan desa Malangrapat, besarnya potensi sumberdaya kelautan dan perikanan diperkuat dengan ditetapkannya perairan sekitar kawasan ini sebagai kawasan konservasi padang lamun.

Jurnal Ilmiah AgrIBA No.2 Edisi September Tahun 2013

161 ISSN : 2303 - 1158

3.1.2. Proses Terbentuknya Rumah Tangga Yang Dikepalai Perempuan

Penelitian ini menemukan beberapa

kelompok rumah tangga nelayan yang dikepalai perempuan yaitu:

a. Menjanda (widowed)

Rumah tangga kelompok ini disebabkan suaminya meninggal dunia (akibat kecelakaan laut karena tingginya gelombang dan kuatnya angin, karena sakit dan usia lanjut) sehingga status istri menjadi janda. Jumlah keseluruhan perempuan janda di desa Malangrapat sebanyak 40 orang, terdapat 21 orang menjadi kepala rumah tangga, sisanya perempuan janda yang sudah lanjut usia dan bergantung hidup dari keluarga anak-anaknya.

b. Tidak Menikah (unmarried) Rumah tangga kelompok ini merupakan rumah tangga yang dikepalai perempuan yang tidak menikah dan harus menghidupi ibunya yang sudah janda dan anggota rumah tangga lainnya.

c. Ditelantarkan (Abandoned) Rumah tangga yang ditelantarkan ini disebabkan karena suami pergi meninggalkan keluarga tanpa berita atau dengan kata lain melepaskan tanggung jawab (bertahun-tahun) dan menikah lagi. Rumah tangga seperti ini disebabkan hubungan yang kurang harmonis antara suami dan istri.

d. Diceraikan (Divorced) Rumah tangga kelompok ini merupakan kelompok rumah tangga yang dikepalai perempuan yang diceraikan suami. Diketahui masih banyak rumah tangga lainnya yang rawan perceraian, ini disebabkan karena rendahnya faktor kesiapan

sebelum menikah mengingat pernikahan yang ditemui banyak pada usia yang relatif masih muda, dengan pendidikan yang sangat rendah dan pekerjaan yang tidak menentu.

Distribusi jumlah rumah tangga

nelayan yang dikepalai perempuan Desa Malangrapat Kabupaten Bintan menurut status perkawinan diatas dapat dilihat pada gambar 2 dibawah ini Grafik 1. Jumlah Rumah Tangga Yang

Dikepalai Perempuan Menurut Status Perkawinan di Desa Malangrapat

Sumber : Data Primer (2013)

3.1.3. Tingkat Pendidikan, Kelompok

Umur, Jenis Pekerjaan dan Pendapatan

3.1.3.4. Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan adalah bagian dari aset sumberdaya manusia yang memiliki peran penting dalam pembentukan aset penghidupan dalam rumah tangga nelayan. Data tingkat pendidikan diperoleh dari pendidikan formal yang dicapai perempuan kepala rumah tangga dan anggota keluarga.

Jurnal Ilmiah AgrIBA No.2 Edisi September Tahun 2013

162 ISSN : 2303 - 1158

Perbandingan tingkat pendidikannya dapat dilihat pada gambar 3 berikut ini. Grafik 2. Perbandingan Tingkat

Pendidikan Kepala Rumah Tangga dan Anggota Rumah Tangga

(A). Kepala Rumah Tangga

(B). Anggota Rumah TanggaMenurut Jenis Kelamin

Sumber : Hasil Olahan Data Primer (2013) Dari gambar tersebut diketahui bahwa tingkat pendidikan yang dicapai perempuan kepala rumah tangga relatif sangat rendah bahkan ditemui yang buta huruf. Sedangkan pendidikan anggota rumah tangga berdasarkan gender diketahui bahwa pendidikan laki-laki lebih rendah dari perempuan.

3.1.3.5. Kelompok Umur

Secara keseluruhan responden (29 KK) memiliki kisaran usia antara 20 hingga 65 tahun, 58,62% darinya berada pada kelompok umur 41 hingga 50 tahun dan 24,14% pada kelompok umur mulai 31 hingga 40 tahun. Dilihat dari kelompok umur tersebut usia perempuan menjadi kepala rumah tangga akibat menjanda relatif masih muda, hal ini disebabkan karena umumnya mereka menikah pada usia yang relatif masih muda dan berada pada usia produktif, ini berarti mereka masih memiliki kesempatan untuk mengembangkan kemampuan dalam memenuhi penghidupan rumah tangga. Distribusi kepala rumah tangga berdasarkan kelompok umur dapat digambar sebagai berikut. Grafik 3. Jumlah Rumah Tangga Yang

Dikepalai Perempuan Menurut Kelompok Umur

Sumber : Data Primer (2013)

Jurnal Ilmiah AgrIBA No.2 Edisi September Tahun 2013

163 ISSN : 2303 - 1158

3.1.3.6. Jenis Pekerjaan dan Pendapatan

Sebagai desa pesisir kegiatan ekonomi utama rumah tangga yang dikepalai perempuan berkaitan dengan sektor kelautan dan perikanan (nelayan) selain itu juga melakukan berbagai pekerjaan lainnya untuk memenuhi kebutuhan hidup rumah tangga. Meskipun pendapatan yang diperoleh kadangkala tidak sesuai dengan lamanya waktu yang dihabiskan untuk bekerja. Berikut jenis pekerjaan non nelayan yang dilakukan dalam rumah tangga yang dikepalai perempuan. Tabel 1. Jenis Pekerjaan Non Nelayan

Untuk Penghidupan Rumah Tangga

Pekerjaan Kepala Rumah Tangga

Anggota Rumah Tangga

Mencari siput gonggong, kerang, lokan dan tiram

X X

Membuat kerupuk ikan X

Menjemur bilis dan membuat ikan asin X X

Menjual ikan (keliling dan di pasar) X

Menjual gonggong di sekitar pondok wisata X

Warung dan Kedai kopi X

Mengambil upah mencuci/menggosok pakaian

X

Petugas kebersihan di resort X

Mencari dan menjual kayu bakar X X

Berkebun X X Buruh kebun X Buruh Nelayan X Buruh bangunan X Tukang urut X Guru TPA X Guru SD X Pekerja Sosial/LSM X

Sumber: Data Primer (2013)

Selanjutnya dalam rumah tangga nelayan pendapatan dari perempuan sebagai kepala rumah tangga belum bisa mencukupi kebutuhan rumah tangga, karena itu pendapatan rumah tangga yang maksud termasuk juga pendapatan yang diperoleh dari anggota rumah tangga. Berikut distribusi pendapatan semua rumah tangga terpilih menurut pendapatan kepala rumah tangga dan anggota rumah tangga. Grafik 4. Distribusi Pendapatan Rumah

Tangga Yang Dikepalai Perempuan

Sumber : Data Primer (2013) 3.1.4. Distribusi Rumah Tangga Yang

Dikepalai Perempuan di Wialayah Desa Malangrapat Kabupaten Bintan

Dari hasil pengamatan lapangan

dan penelusuran desa yang dilakukan diperoleh gambaran bahwa letak rumah tangga dengan sumberdaya penghidupan yang ada di desa tidak terlalu jauh, hanya saja mereka tidak memiliki kemampuan yang cukup untuk mengakses sumberdaya

Jurnal Ilmiah AgrIBA No.2 Edisi September Tahun 2013

164 ISSN : 2303 - 1158

yang ada. Bahkan dengan perkantoran desa bisa ditempuh dengan berjalan kaki, akan tetapi mereka selalu ketinggalan informasi apa saja terkait dengan peningkatan penghidupan rumah tangga mereka. Disekitar desa juga banyak terdapat resort-resort yang dimiliki investor asing, namun tingkat pendidikan, pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki rumah tangga nelayan yang dikepalai perempuan tidak mampu mengakses peluang kerja yang ada. Meskipun ada diantara anggota rumah tangga yang bekerja di resort hanya sebagai petugas kebersihan dan keamanan di sekitar resort tersebut. Berikut digambarkan distribusi posisi rumah tangga nelayan yang dikepalai perempuan di area desa Malangrapat. Meskipun mereka berada didesa yang sedang mengalami perkembangan ekonomi cukup baik namun kondisi sosial ekonomi rumah tangga yang dikepalai perempuan masih sangat memprihatinkan, berikut salah satu gambar fisik rumah tangga miskin yang terdapat di lokasi penelitian Gambar 2. Peta Letak Rumah Tangga

Nelayan Yang Dikepalai Perempuan di Desa Malangrapat

Sumber : Data Primer (2013)

Gambar 3. Bentuk Fisik Rumah Tangga Miskin yang Dikepalai Perempuan Desa Malangrapat

Sumber : Foto Saat Penelitian Lapangan

(Februari 2013)

3.2. Kontekstual dan Trend Rumah Nelayan Yang Dikepalai Perempuan Dalam konteks masyarakat, norma

dan nilai-nilai berbasis agama serta adat Melayu ikut mempengaruhi bagaimana masyarakat memandang kepemimpinan perempuan di desa ini, sehingga pandangan patriarkhi masih terlihat kental di dalam masyarakat. Dalam konteks kelembagaan lokal juga belum terlihat adanya kegiatan-kegiatan yang secara khusus dibangun untuk memperkuat perspektif keadilan gender terutama ditujukan terhadap rumah tangga yang dikepalai perempuan., ditambahkan pula tingkat pendidikan aparatur desa tergolong masih rendah pula.

Dalam konteks yang lebih luas

tingkat kemiskinan di Propinsi Kepulauan Riau di pedesaan menunjukkan kenaikan, sedangkan sebagian besar penduduk pedesaan adalah perempuan. Ini menunjukkan bahwa kemiskinan di

Jurnal Ilmiah AgrIBA No.2 Edisi September Tahun 2013

165 ISSN : 2303 - 1158

pedesaan terutama di desa pesisir dapat mempengaruhi meningkatnya jumlah rumah tangga yang dikepalai perempuan yang miskin pula.

Tetapi, disisi lain trend tingginya

potensi sumberdaya alam yang dimiliki wilayah ini dengan perumbuhan ekonomi cukup bagus belum mempengaruhi kehidupan rumah tangga nelayan di desa pesisir umumnya dan rumah tangga yang dikepalai perempuan khususnya. Rendahnya kualitas sumberdaya manusia yang dimiliki serta rendahnya pandangan sosial budaya terhadap perempuan kepala rumah tangga menyebabkan mereka sulit mengakses sumberdaya penghidupan yang ada.

3. Pembahasan

Secara umum data menunjukkan tingkat kemiskinan di Indonesia terus menunjukkan trend menurun dari tahun ke tahun, tetapi di propinsi Kepulauan Riau penurunan tingkat kemiskinan hanya ditunjukkan di daerah perkotaan sementara daerah pedesaan (95%nya desa pesisir) menunjukkan trend menurun. Karena itu dibutuhkan perhatian yang serius terhadap perempuan di desa pesisir (Kusnadi, 2003) serta intervensi yang bisa memperluas ruang gerak perempuan dalam melanjutkan fungsi reproduktif, produktif dan sosial sebagai kepala rumah tangga (Nandeesha, M.C. and E. Tech. 2001; Salo,S., 2006: Kusnadi dkk, 2006; Bappenas & ADB ; 2007; Damanik, M.R., 2010; Gunewardena, N., 2011; Khalifa, F. 2010) dan memperluas akses terhadap modal atau kredit usaha (United Nations, 2000). Perencanaan strategi terpadu dalam pembangunan manusia yang berfokus pada rumah tangga yang dikepalai perempuan sangat diperlukan (Khalifa, F., 2010).

BAB IV. KESIMPULAN Kesimpulan yang diperoleh dari kajian ini adalah: 1). Rumah tangga nelayan yang dikepalai

perempuan di desa pesisir yang hidup miskin menunjukkaan masih terjadinya kesenjangan pembangunan antara perkotaan dan pedesaan serta kesenjangan gender.

2). Dukungan dari semua pihak (masyarakat dan pemerintah) terhadap kehidupan rumah tangga nelayan yang dikepalai perempuan di desa pesisir adalah bagian dari upaya pengentasan kemiskinan berbasis gender.

DAFTAR PUSTAKA Babie and Mouton J, 2001. The Practice

of Social Research. Cape Town: Oxford University Press.

Bappenas & ADB. 2007. The Pro-Poor

Planning and Budgeting Project (P3B)-ADB TA 4762 INO. Progress Report August 2007

Blyth, M., Djoeroemana, S., Smith, JR.,

Myers B. 2007. Pembangunan Pedesaan Terpadu di Nusa Tenggara Timur, Indonesia: Tinjauan Terhadap Kesempatan, Kendala dan Pilihan Untuk Meningkatkan Mata Pencaharian. Ed. Djoeroemana et al. Prociding Lokakarya Internasional. UNDANA Kupang, Indonesia, 5–7 April 2006, Jilid Pendukung. 81 hlm

Jurnal Ilmiah AgrIBA No.2 Edisi September Tahun 2013

166 ISSN : 2303 - 1158

Damanik, M. Riza. 2010. Perubahan Iklim dan Prasyarat Keberlanjutan Pangan Perikanan. Jurnal KIARA (Koalisi Rakyat Untuk Keadilan Perikanan). Volume 15 No.2. Desember 2010.

Gunewardena, Nandini. 2011. Gender

Empowerment in Aquaculture & Fisheries: Strategic Considerations. 3rdGlobal Symposium on Gender in Aquaculture and Fisheries April 20-24. Shanghai, China.

Horrell,S and P, Krishnan, 2006. Poverty

and Productivity in Female-Headed Households in Zimbabwe. Faculty of Economics, University of Cambridge, Cambridge CB3 9DD the Journal of Development Studies July 2006

Howard, T., 2007. The Effects of Poverty

on Female-Headed Households (Article). University of Tennessee at Chattanooga BSW Social Work Program Spring 2007. SOCW 376.

Khalifa, Ferial. 2010. Female Headed

Households in the West Bank and Gaza Strip. An Inside Perspective into their Socioeconomic Conditions and Their Experience of Being Female Heads. http://www.pwrdc.ps/site_files/FHH21March Final for website.pdf

Kusnadi dkk..2006. Perempuan Pesisir.

PT LKiS Pelangi Aksara, Yogyakarta

Nandeesha, M.C. and E. Tech. 2001.

Women in Fisheries Activities of The Asian Fisheries Society - Have They been able to make an impact.

Proceedings of the International Symposium on Women in Asian Fisheries. ICLARM Contribution No. 1587. Penang, Malaysia. 181p.

Sidloyi, Sinatemba. 2010. Survival

Strategies of Elderly Women in Female-Headed Households. Thesis. The Faculty of Humanities Univesity of Pretoria

SOFA Team and Cheryl Doss, 2011. The

role of women in agriculture. ESA Working Paper No. 11-02. Agricultural Development Economics Division The Food and Agriculture Organization of the United Nations www.fao.org/economic/esa

Sumner, C., 2011. Akses terhadap

Keadilan: Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga di Indonesia: Studi Kasus di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Jawa Barat, Kalimantan Barat, dan Nusa Tenggara Timur. (Laporan Penelitian kerjasama antara pemerintah Indonesia dan Australia melalui Australia Legal Development Facility (IALDF) dan Australian Agency of International Development (AusAID)

United Nations (2000). Improving The

Status of Women in Poverty. A comparative study on women’s status in poverty in Bangladesh, India, Malaysia and the Philippines. Economic and Social Commission for Asia and The Pacific. Studies on Women in Development. United Nations publication. NewYork. ST/ESCAP/2106