tingkat pemanfaatan siput hisap (cerithidea obtusa) di muara...

20
Tingkat Pemanfaatan Siput Hisap (Cerithidea obtusa) di muara Sei Jang Kota Tanjungpinang Kepulauan Riau. Jokei Mahasiswa Manajeman Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH, Diana Azizah Dosen Manajeman Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH, Susiana Dosen Manajeman Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH, ABSTRAK JOKEI, 2017. Tingkat Pemanfaatan Siput Hisap (Cerithidea obtusa) di muara Sei Jang Kota Tanjungpinang Kepulauan Riau. Jurusan Manajeman Sumberdaya Perairan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji. Pembimbing oleh Diana Azizah S.Pi., M.Si dan Susiana S.Pi., M.Si. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pemanfaatan siput hisap (Cerithidea obtusa) di perairan muara Sei Jang kelurahan Sei Jang kota Tanjungpinang. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari sampai bulan juli 2017. Pengambilan sampel siput hisap dengan menggunakan transek 2 x 2 m. Data Ekosistem mangrove di Sei Jang menggunakan data sekunder (dari penelitian sebelumnya). Mangrove yang ditemukan di Kelurahan Sei Jang merupakan vegetasi mangrove alami, dimana dibedakan atas 3 bagian yaitu Pohon, Anakan dan Semai. Potensi siput hisap (Cerithidea obtusa) pada lokasi penelitian di hutan mangrove Sei Jang Kelurahan Sei Jang dari nilai potensi yang di dapat adalah 10,5390 kg, nilai ini menunjukan bahwa potensi yang rendah. Rendahnya nilai kepadatan dan potensi siput hisap (Cerithidea obtusa) di hutan mangrove muara Sei Jang dari hasil penelitian diduga karena kandungan bahan organik substrat pada setiap titik stasiun penelitian masih rendah. Dan rendahnya kandungan bahan organik substrat pada lokasi penelitian diduga karena tipe substrat pada lokasi penelitian rata-rata jenis substrat pasir sangat halus. Tingkat pemanfaatan siput hisap oleh masyarakat nelayan Sei Jang masih belum optimal. Kata kunci : Hutan mangrove Sei Jang, Tingkat pemanfaatan siput hisap

Upload: others

Post on 18-Dec-2020

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tingkat Pemanfaatan Siput Hisap (Cerithidea obtusa) di muara …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec... · 2017. 8. 20. · 1 Transek tali 2 x 2 m Sampling siput

Tingkat Pemanfaatan Siput Hisap (Cerithidea obtusa) di muara Sei Jang Kota

Tanjungpinang Kepulauan Riau.

Jokei

Mahasiswa Manajeman Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH,

Diana Azizah

Dosen Manajeman Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH,

Susiana

Dosen Manajeman Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH,

ABSTRAK

JOKEI, 2017. Tingkat Pemanfaatan Siput Hisap (Cerithidea obtusa) di muara Sei

Jang Kota Tanjungpinang Kepulauan Riau. Jurusan Manajeman Sumberdaya

Perairan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji.

Pembimbing oleh Diana Azizah S.Pi., M.Si dan Susiana S.Pi., M.Si.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pemanfaatan siput hisap

(Cerithidea obtusa) di perairan muara Sei Jang kelurahan Sei Jang kota

Tanjungpinang. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari sampai bulan juli 2017.

Pengambilan sampel siput hisap dengan menggunakan transek 2 x 2 m. Data

Ekosistem mangrove di Sei Jang menggunakan data sekunder (dari penelitian

sebelumnya). Mangrove yang ditemukan di Kelurahan Sei Jang merupakan vegetasi

mangrove alami, dimana dibedakan atas 3 bagian yaitu Pohon, Anakan dan Semai.

Potensi siput hisap (Cerithidea obtusa) pada lokasi penelitian di hutan mangrove Sei

Jang Kelurahan Sei Jang dari nilai potensi yang di dapat adalah 10,5390 kg, nilai ini

menunjukan bahwa potensi yang rendah. Rendahnya nilai kepadatan dan potensi

siput hisap (Cerithidea obtusa) di hutan mangrove muara Sei Jang dari hasil

penelitian diduga karena kandungan bahan organik substrat pada setiap titik stasiun

penelitian masih rendah. Dan rendahnya kandungan bahan organik substrat pada

lokasi penelitian diduga karena tipe substrat pada lokasi penelitian rata-rata jenis

substrat pasir sangat halus. Tingkat pemanfaatan siput hisap oleh masyarakat nelayan

Sei Jang masih belum optimal.

Kata kunci : Hutan mangrove Sei Jang, Tingkat pemanfaatan siput hisap

Page 2: Tingkat Pemanfaatan Siput Hisap (Cerithidea obtusa) di muara …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec... · 2017. 8. 20. · 1 Transek tali 2 x 2 m Sampling siput

Level of utilization of snail suction (Cerithidea obtusa) in estuary Sei Jang

Tanjungpiang city of Riau Archipelago

Jokei

Mahasiswa Manajeman Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH,

Diana Azizah

Dosen Manajeman Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH,

Susiana

Dosen Manajeman Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH,

ABSTRACT

JOKEI, 2017. Level of utilization of snail suction (Cerithidea obtusa) in estuary Sei

Jang Tanjungpiang city of Riau Archipelago. Aquatic Resources Management

Department, Faculty of Marine Scrience and Fisheries, Raja Ali Haji Maritime

University. Supervisoar Diana Azizah S.Pi., M.Si and Susiana S.Pi., M.Si.

The purpose of this research is to determine the utilization rate of snail suction

(Cerithidea obtusa) in the estuary of Sei Jang village Sei Jang of Tanjungpinang city.

The research was conducted in January until July 2017. Snail suction sampling using

transect 2 X 2 m. Data on mangrove ecosystem in Sei Jang using secondary data

(previous research data). Mangrove found in Sei Jang Village are natural mangrove

vegetation, which is divided into 3 parts namely Tree, Anakan and Semai. The

potential of snail suction (Cerithidea obtusa) at the location of the research in Sei

Jang Sei Jang mangrove forest from the potential value at 10.5390 kg, this value

indicates that the potential is low. The low value of density and the potential of

suction snail (Cerithidea obtusa) in Sei Jang estuary mangrove forest from the result

of the research is suspected because the content of substrate organic material at each

point of research station is still low. And the low content of substrate organic material

at the research location is assumed because substrate type at research location of

average type of substrate is very fine sand. The utilization rate of suction snails by the

fishermen community of Sei Jang is still not optimal.

Keywords: Sei Jang mangrove forest, Level of suction snail utilization

Page 3: Tingkat Pemanfaatan Siput Hisap (Cerithidea obtusa) di muara …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec... · 2017. 8. 20. · 1 Transek tali 2 x 2 m Sampling siput

BAB I

PENDAHULUAN

Kota Tanjungpinang merupakan salah satu

kota yang berada di Kepulauan Riau . Kota

Tanjungpinang terdiri dari 4 kecamatan yaitu

Kecamatan Bukit Bestari, Kecamatan

Tanjungpinang Timur, Tanjungpinang Kota,

dan Tanjungpinang Barat. Kota Tanjungpinag

memiliki luas 239,5 km2 dengan jumlah

penduduk keseluruhan sejumlah 137.356 jiwa.

Sei Jang merupakan salah satu kampung yang

berada di Kecamatan Bukit Bestari, Kota

Tanjungpinang, Kampung Sei Jang telah

dikenal sebagai salah satu habitat bagi

berbagai macam gastropoda seperti siput

hisap. Gastropoda telah pula menempati setiap

niche dalam laut mulai dari zona yang paling

dangkal dan kaya akan sinar matahari dan gas

oksigen, yaitu zona neritik sampai zona yang

tidak dapat ditembus oleh sinar cahaya dan

memiliki kadar oksigen yang sangat rendah

serta memiliki tekanan yang sangat tinggi

yaitu pada zona abisal. Bahkan, telah

ditemukan beberapa gastropoda yang dapat

bertahan dan hidup pada celah-celah

hydrothermal yang berada jauh di dasar laut

dan beberapa macam gastropoda juga bersifat

parasit pada hewan lain (Kusrini, 2000).

Menurut Dharmawan (1995), bahwa sebaran

komponen-komponen Gastropoda terdiri dari

gastropoda yang hidup di dasar substrat atau

yang hidup di dalam tanah (infauna), yang

hidup di atas permukaan sedimen atau tanah

(epifauna), dan hidup menempel pada pohon,

akar dan daun (treefauna).

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mengetahui tingkat pemanfaatan siput hisap

(Cerithidea obtusa) di perairan muara Sei Jang

kelurahan Sei Jang kota Tanjungpinang.

Manfaat dari penelitian ini dapat

digunakan sebagai salah satu sumber informasi

bagi penelitian selanjutnya yang dapat menjadi

dasar pengelolaan sumberdaya hayati laut

khususnya ekosistem muara beserta biota laut

yang berasosiasi di perairan Kota

Tanjungpinang Kelurahan Sei Jang.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi dan Klasifikasi Siput Hisap

(Cerithidea obtusa )

Cerithidea obtusa adalah spesies siput

laut di keluarga Potamididae. Cerithidea

obtusa juga dikenal sebagai "Mud Creeper"

adalah siput relatif umum ditemukan di daerah

pesisir berlumpur. Ini tumbuh sekitar 4-6 cm.

Hal ini digunakan sebagai makanan di Asia

Tenggara di mana ia dikenal dengan nama

"Siput sedut" atau "Belitung".

Gambar. Siput Hisap/Cerithidea obtusa

(Lamarck, J.B.P.A. de, 1822)

Page 4: Tingkat Pemanfaatan Siput Hisap (Cerithidea obtusa) di muara …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec... · 2017. 8. 20. · 1 Transek tali 2 x 2 m Sampling siput

Klasifikasi dari Cerithidea obtusa sebagai

berikut :

Kingdom : Animalia

Phylum : Mollusca

Class : Gastropoda

Order : Sorbeoconcha

Family : Potamididae

Genus : Cerithidea

Species : Cerithidea obtusa

Common Names : Chut-chut

2. Definisi Hutan Mangrove

Hutan mangrove berasal dari kata

mangue/mangal (Portugis) dan grove

(Inggris). Hutan mangrove dikenal juga

dengan istilah tidal forest, coastal woodland,

dan vloedbosschen. Hutan mangrove dapat

didefinisikan sebagai tipe ekosistem hutan

yang tumbuh di daerah batas pasang-surutnya

air, tepatnya daerah pantai dan sekitar muara

sungai. Tumbuhan tersebut tergenang di saat

kondisi air pasang dan bebas dari genangan di

saat kondisi air surut. Hutan mangrove

merupakan komunitas vegetasi mayoritas

pesisir pantai di daerah tropis dan sub tropis

yang didominasi oleh tumbuhan mangrove

pada daerah pasang surut pantai berlumpur

khususnya di tempat-tempat di mana terjadi

pelumpuran dan akumulasi bahan organik

(Departemen Kehutanan, 2007).

BAB II

METODE PENELITIAN

1. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan,

dari bulan Januari sampai bulan Juli 2017.

Lokasi pengambilan sampel bertempat di Sei

Jang, Kelurahan Sei Jang, Kecamatan Bukit

Bestari, Kota Tanjungpinang dan analisis

sampel dilakukan di Laboratorium Fakultas

Ilmu Kelautan Perikanan UMRAH. Lokasi

pengambilan sampel dapat di lihat pada

Gambar.

Gambar. Peta lokasi penelitian

Sumber : Google earth (20016)

2. Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang akan digunakan

pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel.

No Alat Bahan Peruntukan

1 Transek tali 2 x 2

m Sampling

siput hisap

2 Kantong plastik,

roll meter Untuk

menyimpan

sampel

3 Sekop Sampel

sedimen

Substrat

4 Buku identifikasi

5 GPS (Global

Positioning

System)

Penentuan

titik

koordinat

stasiun

6 Handrefaktometer Sampel

air,

aquades

, tisu

Salinitas

7 Multitester Sampel

air

pH

8

Mortar, cawan

crus, timbangan

digital, furnace

muffle,

desikator

Sampel

substrat

Bahan

organik

Untuk

mengukur

berat

substrat

Page 5: Tingkat Pemanfaatan Siput Hisap (Cerithidea obtusa) di muara …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec... · 2017. 8. 20. · 1 Transek tali 2 x 2 m Sampling siput

3. Metode Pengumpulan data

Metode yang digunakan dalam Penelitian ini

adalah metode survei yaitu pengamatan

langsung ke lapangan terhadap kondisi

perairan daerah ekosistem mangrove di

Kelurahan Sei Jang, Kota Tanjungpinang,

Provinsi Kepulauan Riau.

Data-data yang dikumpulkan adalah data

primer dan data sekunder. Data primer yang

dibutuhkan dalam penelitian ini adalah

kelimpahan, kepadatan dan tingkat

pemanfaatan spesies (Cerithidea obtusa). Data

sekunder berupa profil desa dan tentang

ekosistem mangrove Sei Jang diperoleh dari

Instansi terkait seperti Kantor Kelurahan Sei

Jang, Dinas Perikanan dan Kelautan di Kota

Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau,

yang hasilnya akan ditabulasikan dalam tabel-

tabel.

4. Pengumpulan data siput hisap

4.1 Penentuan titik koordinat stasiun

Penentuan titik koordinat stasiun pengamatan

dilakukan dengan menggunakan alat bantu

Global Positioning System (GPS).

Pengambilan sampel Siput hisap dilakukan

dengan menggunakan metode acak (random)

dengan jumlah 20 titik stasiun penelitian, siput

hisap diambil pada setiap transek.

4.2 Cara pengambilan sampel siput

hisap

Pengambilan sampel dilakukan pada saat air

surut, siput hisap di ambil secara manual

dengan menggunakan tangan. Tipe substrat

diamati secara visual. Tahapan penelitian

sebagai berikut:

a. Lokasi pengamatan ditentukan

berdasarkan metode Random dengan 20 titik

stasiun penelitian dan dengan pertimbangan

luas lokasi pengambilan sampel dan area yang

menjadi habitat siput hisap di hutan mangrove

Sei Jang.

b. Masing-masing titik digunakan

sebagai pusat kuadran yang berukuran 2x2m

(Damar, 1992). Kuadran ini dipakai sebagai

tempat pengambilan sampel epifauna dan

treefauna.

Cara pengambilan sampel siput hisap yaitu :

a. Dihitung semua jenis siput hisap yang

terdapat baik epifauna maupun treefauna pada

kuadran 2 x 2 m2, selanjutnya dicatat

jumlahnya dan disimpan dalam kantong

plastik dan diberi label untuk diidentifikasi.

b. Identifikasi siput hisap dilakukan di

Laboratorium Fakultas Ilmu Kelautan dan

Perikanan Universitas Maritim Raja Ali Haji.

5. Pengumpulan data mangrove

Pengumpulan data mangrove menggunakan

data sekunder yaitu diambil dari penelitian

sebelumnya dan Instansi terkait seperti Kantor

Kelurahan Sei Jang, Dinas Perikanan dan

Kelautan di Kota Tanjungpinang Provinsi

Kepulauan Riau yang hasilnya akan

ditabulasikan dalam tabel.

6. Pengamatan parameter lingkungan

Sampel substrat pada stasiun pengamatan

di ambil hanya pada bagian teratas, yaitu

sekitar 5-10 cm dari substrat. Sampel di ambil

sebanyak 100 gram dengan menggunakan

sekop dan kemudian dimasukkan kedalam

plastic sampel. Sampel yang telah di ambil

Page 6: Tingkat Pemanfaatan Siput Hisap (Cerithidea obtusa) di muara …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec... · 2017. 8. 20. · 1 Transek tali 2 x 2 m Sampling siput

pada setiap petak di bagi 2 yaitu satu bagian

untuk mengetahui ukuran butir dan tipe

substrat dan satu bagian lainnya untuk

mengetahui kandungan bahan organiknya

(Ashton,2003).

Penentuan ukuran butir substrat dasar

menggunakan metoda pemisahan secara

mekanis. Sampel substrat yang telah di ambil

selanjutnya dikeringkan di dalam oven dengan

suhu 800C selama 48 jam, dan setelah kering

di ambil 50 gram, kemudian saring dengan

saringan bertingkat (sieve shaker) yang di

susun berurutan dari atas ke bawah, dengan

menggunakan ukuran 2 mm selama ± 20

menit. Substrat yang tertahan pada setiap

saringan ditimbang dengan timbangan digital

dan selanjutnya dapat dihitung berapa proporsi

masing-masing partikel berdasarkan skala

wentworth (frith 1997:5), seperti pada Tabel.

Tabel .Klasifikasi partikel berdasarkan kriteria

Wentworth (Frith,1997)

Ukuran partikel

(mm)

Klasifikasi

2- 4 mm Kerikil

1-2 mm Pasir sangat kasar

0,5- 1 mm Pasir kasar

0,25- 0,5 mm Pasir sedang

0,125- 0,25 mm Pasir halus

0,063- 0,125 mm Pasir sangat halus

< 0,063 mm Lumpur

6.1 Bahan organik substrat

Pengukuran kadar organik substrat

dilakukan dengan metoda gravimetrik.

Substrat-substrat pasir dan lumpur yang

didapatkan pada setiap kuadrat, dikeringkan

terlebih dahulu pada oven pada suhu 600C

selama 24 jam. Substrat yang telah kering

diambil 15 gram kemudian ditumbuk sampai

halus dengan mortar dan dimasukkan kedalam

cawan crus lalu ditimbang dengan

menggunakan timbangan digital. Sampel

substrat tersebut selanjutnya dibakar dalam

furnace muffle selama 4 jam pada suhu 6000C.

sampel substrat yang telah menjadi abu,

kemudian dimasukkan kedalam desikator

untuk mendinginkan dan menstabilkan suhu

lalu ditimbang kembali (Frith 1977 dan Suin

1997).

6.2 Salinitas

Salinitas diukur dengan alat hand

refraktometer dengan cara :

a. Refraktometer ditetesi dengan

aquadest bertujuan untuk mengkalibrasi alat

b. Dibersihkan dengan kertas tisyu sisa

aquadest yang tertinggal,

c. Air sampel diambil secukupnya, lalu

diteteskan pada kaca depan refraktometer

d. Kemudian diamati melalui lensa

belakang

e. Penunjukan nilai salinitas pada alat

tersebut dicatat.

6.3 Derajat Keasaman (pH)

Pada pengukuran pH dengan

menggunakan alat ukur multitester yang

dicelupkan kedalam sampel air yang di ambil

dari perairan muara Sei Jang. Kemudian di

biarkan selama beberapa menit sehingga angka

yang terdapat pada alat multitester secara

digital akan berhenti. Maka angka yang tertera

pada multitester tersebut akan menunjukkan

besarnya pH yang terdapat pada perairan

tersebut.

Page 7: Tingkat Pemanfaatan Siput Hisap (Cerithidea obtusa) di muara …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec... · 2017. 8. 20. · 1 Transek tali 2 x 2 m Sampling siput

7. Analisis data

7.1 Komposisi ukuran substrat

(tekstur substrat)

Dengan rumus sebagai berikut :

% 𝑟𝑒𝑡𝑎𝑖𝑛𝑒𝑑 =W sieve

W total × 100 %

Keterangan :

W sieve :berat sedimen yang bertahan di

setiap saringan

W total :berat total dari setiap sedimen

7.2 Kandungan bahan organik substrat

Dengan rumus sebagai berikut :

kadar organik substrat (%) =

berat tanah kering (gr)−berat sisa pijar (gr)

berat tanah kering (gr) × 100 %

kriteria : kandungan bahan organic < 3,5 % :

sangat rendah

kandungan bahan organic 3,5 - 7 % : rendah

kandungan bahan organic 7 – 17 % : sedang

kandungan bahan organic 17 – 35 % : tinggi

kandungan bahan organic > 35 % : sangat

tinggi (Siun 1997).

8. Analisis data siput hisap

8.1 Kepadatan spesies

Kepadatan adalah jumlah

individu/organisme di suatu habitat yang

dinyatakan dalam jumlah per unit area atau

per satuan luas. Kepadatan siput hisap yang

ada di setiap stasiun penelitian dihitung

berdasarkan rumus sebagai berikut (Odum

1917) :

𝐷 =𝑛𝑖

𝐴

Keterangan :

D = Kepadatan populasi

Ni = Jumlah individu satuan jenis

A = Luas petakan (plot) contoh (m2)

8.2 Potensi dan Tingkat Pemanfaatan

Untuk menghitung potensi sumberdaya

siput hisap serta mengetahui tingkat

pemanfaatan dipakai pendekatan menurut

FAO (1995) dan Departemen Kelautan dan

Perikanan RI (2005) sebagai berikut :

Potensi = Kepadatan (K) x Luas Areal (Ha)

MSY = 0,5 x Potensi

JTB = 0,8 x MSY

Keterangan :

MSY = Maximum Sustainable Yield

JTB = Jumlah Tangkapan yang

Diperbolehkan

Berdasarkan komitmen internasional

yang dibuat FAO yang dinyatakan dalam Code

of Conduct for Responsible Fisheries (CCRF),

potensi sumberdaya laut yang boleh

dimanfaatkan hanya sekitar 80% dari tingkat

panen maksimum berkelanjutan (Maximum

Sustainable Yield, MSY). Dasar pemanfaatan

potensi yang boleh ditangkap (Total Allowable

Catch, TAC) sebesar 80% dari MSY (FAO,

2002 dalam Anugrahini, 2011). Jadi untuk

menghitung JTB (Jumlah Tangkap yang

diperbolehkan) menurut (FAO, 2002 dalam

Anugrahini, 2011) yaitu dengan menggunakan

rumus JTB = 80% x MSY, jika JTB > MSY

Page 8: Tingkat Pemanfaatan Siput Hisap (Cerithidea obtusa) di muara …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec... · 2017. 8. 20. · 1 Transek tali 2 x 2 m Sampling siput

berarti terjadi over fishing tetapi jika JTB <

MSY berarti penangkapan ikan masih bisa

ditingkatkan untuk mendapatkan hasil yang

lebih, tetapi tidak melebihi batas MSY yang

sudah di tentukan.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Kondisi umum daerah penelitian

Kelurahan Sungai Jang memiliki luas

wilayah ± 456 Ha (4.557.430 m2) dengan

batas-batas wilayah sebagai berikut :

1. Sebelah Utara : Kelurahan

Tanjungpinang Timur

dan Kelurahan

Kp.Bulang

2. Sebelah Selatan : Kelurahan Dompak dan

Kelurahan Tanjung Ayun Sakti

3. Sebelah Barat : Kelurahan Tanjung Ayun

Sakti

4. Sebelah Timur : Kelurahan Melayu Kota

Piring dan Kelurahan Batu IX

Sei Jang merupakan salah satu kampung

yang berada di Kecamatan Bukit Bestari, Kota

Tanjungpinang, Kampung Sei Jang telah

dikenal sebagai salah satu habitat bagi

berbagai macam gastropoda seperti siput

hisap. Pemanfaatan sumberdaya siput laut di

Kampung Sei Jang sudah berlangsung sejak

lama dan diusahakan secara turun-temurun

baik dimanfaatkan sebagai pelengkap lauk

pauk maupun dijual untuk menambah

pendapatan (income) nelayan. (Profil Desa

Kelurahan Seui Jang 2017).

4.2. Kondisi Ekosistem Mangrove di Sei

Jang

Menurut Rahayu (2014) mangrove yang

ditemukan di Kelurahan Sei Jang merupakan

vegetasi mangrove alami, dimana dibedakan

atas 3 bagian yaitu Pohon, Anakan dan Semai.

Pada pengamatan dilapangan ditemukan 12

spesies pada 3 Stasiun pengamatan yaitu,

Comptostemon schultzii, Bruguiera

cylindrical, Bruguiera parviflora, Bruguiera

gymnorriza, Bruguiera sexangula, Ceriops

decandra, Rhizophora apiculata, Kandelia

candel, Rhizopora Mucronata, Xylocarpus

granatum, Avicennia lanata, dan Aegiceras

floridum yang dimana berasal dari 5 kelas

yaitu Bombacaceae, Rhizophoraceae,

Meliceae, Avicenniaceae, dan Myrsinaiceae.

Rahayu (2014) menyatakan Kerapatan

mangrove pada lokasi Kelurahan Sei Jang

terlihat berbeda pada tiap sampel plotnya, hal

ini disebabkan adanya kompetisi dalam

perolehan unsur hara dan matahari. Selain itu,

faktor substrat dan pasang surut air laut

memberikan pengaruh dan perbedaan yang

nyata. Dahuri (2003) dalam Supardjo (2008),

menyatakan bahwa tingkat pertumbuhan

mangrove dipengaruhi oleh suplai air tawar

dan salinitas, pasokan nutrien, dan stabilitas

substrat.

Rahayu (2014) menyatakan pada

Kelurahan Sei Jang jenis mangrove yang

mendominansi pada tingkat pohon adalah jenis

Aegiceras floridum yaitu dengan nilai 30,83

Page 9: Tingkat Pemanfaatan Siput Hisap (Cerithidea obtusa) di muara …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec... · 2017. 8. 20. · 1 Transek tali 2 x 2 m Sampling siput

dan 22,14, tingkat anakan yang terendah

adalah Bruguiera cylindrical dengan nilai

7,54% dan Bruguiera parviflora dengan nilai

6,25% sedangkan jenis yang mendominansi

adalah jenis Xilocarpus granatum dengan nilai

28,09% dan nilai yang terendah adalah

Ceriops decandra dengan nilai 2,43%.

Kerapatan jenis pohon mangrove

merupakan jumlah individu mangrove yang

ditemukan dibagi dengan luas area

pengamatan, yaitu 100 m yang merupakan luas

transek yang dipergunakan. Sesuai dengan

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup

No.201 Tahun 2004 dimana kriteria kerusakan

mangrove dapat dilihat dengan mengetahui

nilai penutupan atau nilai kerapatan jenis

pohon mangrove tersebut. Kepadatan total

hutan mangrove Kelurahan Sei Jang di strata

pohon adalah sebesar 2,65 (ind/ha), ini

menunjukkan bahwa kondisi mangrove di

areal ini baik, sesuai dengan kriteria baku yang

dikeluarkan Kementerian Lingkungan Hidup

(KLH) Republik Indonesia melalui Keputusan

Menteri Nomor 201 Tahun 2004 tentang

kriteria baku kerusakan mangrove dan

Pedoman Pemantauan Kerusakan Mangrove.

Tingginya kerapatan pohon di daerah

mangrove diduga karena lokasi tersebut

mendapat masukan air sungai dan air laut

ketika pasang dan memiliki jenis substrat

berlumpur. Selain hal tersebut faktor

lingkungan juga mempengaruhi kerapatan

mangrove.

Vegetasi mangrove kawasan Desa Sei Jang

terdiri dari jenis Avicennia sp, Soneratia sp,

Rhyzopora sp, Bruguiera sp, Hibiscus sp,

Xylocarphus sp dan Nypa sp. Sedangkan

vegetasi mangrove didominasi oleh jenis

Avicennia sp dan Rhyzopora sp baik untuk

Kerapatan Relatif, Frekuensi Relatif,

Dominansi Relatif maupun Nilai Penting.

kepadatan total hutan mangrove Kelurahan Sei

Jang masih tergolong baik dengan kriteria

sangat padat dengan kepadatan total sebesar

2.650 ind/ha. Tingginya kerapatan pohon di

daerah ini dikarenakan lokasi tersebut

mendapat masukan air sungai dan air laut

ketika pasang dan memiliki jenis substrat

berlumpur. secara umum Kelurahan Sei Jang

di ditempati oleh jenis Rhizopora.sp baik pada

tingkat pohon, pancang dan semai. ( Rahayu,

2014 ).

4.3. Kualitas perairan (Parameter fisika

dan kimia)

Pengukuran kualitas perairan dilakukan

pada saat air pasang pada 20 titik stasiun di

hutan mangrove Sei Jang Kelurahan Sei Jang.

Untuk lebih jelas dapat di lihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Kondisi kualitas perairan di mangrove

Sei Jang

Stasiun pH ( drajat

keasaman )

Salinitas

(0/00)

Minimal 7,10 28

Maximal 8,32 32

Rata-rata 7,77 28,90

Sumber : hasil pengukuran kualitas air ( data

primer , 2017 )

Page 10: Tingkat Pemanfaatan Siput Hisap (Cerithidea obtusa) di muara …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec... · 2017. 8. 20. · 1 Transek tali 2 x 2 m Sampling siput

Hasil pengukuran pH (derajat keasaman) di

ekosistem mangrove Sei Jang rata-rata 7,77 .

pH tertinggi pada stasiun 11 yaitu 8,32 dan pH

terendah pada stasiun 10 yaitu 7,10. Dari nilai-

nilai maximal,minimal dan rata-rata setiap titik

stasiun kondisi pH di ekosistem mangrove Sei

Jang masih sesuai dengan baku mutu Kepmen

LH No.51 Tahun 2004. Air limbah dan bahan

buangan dari berbagai kegiatan manusia yang

dibuang ke suatu badan perairan akan

mengubah pH air yang pada akhirnya dapat

mengganggu kehidupan organisme di

dalamnya. Sebagian besar biota akuatik

sensitif terhadap perubahan pH dan menyukai

nilai pH sekitar 7-8,5 (Effendi, 2003).

Hasil pengukuran salinitas (0/00) di

ekosistem mangrove Sei Jang rata-rata 28,90 .

Salinitas tertinggi pada stasiun 7 yaitu 32 dan

Salinitas terendah pada stasiun 1,12 dan 15

yaitu 28. Dari nilai-nilai dan rata-rata setiap

titik stasiun kondisi salinitas (0/00) di

ekosistem mangrove Sei Jang masih sesuai

dengan baku mutu Kepmen LH No.51 Tahun

2004. Gastropoda yang bersifat mobile

mempunyai kemampuan untuk bergerak guna

menghindari salinitas yang terlalu rendah,

namun bivalvia yang bersifat sessile akan

mengalami kematian jika pengaruh air tawar

berlangsung lama (Effendi, 2003).

4.4. Analisis Substrat dan Bahan organik

Berdasarkan penelitian dilapangan dan

analisis di laboratorium. Di dapatkan beberapa

porposi partikel-partikel berdasarkan

Wentworth (Frith, 1997), dapat dilihat pada

Tabel 4.

Tabel 4 Karakteristik dan bahan organik

substrat

Stasiun Katagori Substrat Kandungan bahan organic (%)

1 Lumpur 8.46

2 Lumpur 7.58

3 Pasir sangat halus 7.61

4 Pasir sangat halus 9.55

5 pasir sangat halus 6.98

6 Pasir halus 4.17

7 pasir halus 6.68

8 Pasir halus 6.03

9 Pasir sedang 7.68

10 pasir sangat halus 4.55

11 Pasir sangat halus 5.33

12 Pasir sangat halus 6.66

13 Pasir sangat halus 7.87

14 Pasir sangat halus 8.98

15 Pasir sangat halus 3.46

16 Pasir sedang 8.75

17 pasir sangat halus 6.85

18 Pasir sangat halus 6.92

19 pasir sedang 7.91

20 Pasir halus 3.77

Rata-

rata

pasir – lumpur 6.79

Sumber : hasil analisis sampel substrat (Data

primer, 2017)

Hasil analisis sampel substrat dari 20 titik

stasiun menunjukan bahwa rata-rata pada

lokasi penelitian di hutan mangrove Sei Jang

tipe substrat pasir sangat halus memiliki

komposisi persentase tertinggi yaitu 34 % dari

total 100 % ( 50 gr ) sampel subsrat yang di

saring pada saringan bertingkat, sedangkan

tipe substrat lumpur memiliki komposisi

persentase terendah yaitu 16 % dari total 100

Page 11: Tingkat Pemanfaatan Siput Hisap (Cerithidea obtusa) di muara …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec... · 2017. 8. 20. · 1 Transek tali 2 x 2 m Sampling siput

% ( 50 gr ) sampel subsrat yang di saring pada

saringan bertingkat.

Tipe substrat merupakan faktor utama

dalam pembentuk lingkungan dasar tempat

tumbuhnya mangrove dan juga sebagai faktor

yang mempengaruhi penyebaran gastropoda.

Tipe substrat juga berkaitan dengan

ketersediaan nutrient dan sedimen. Tipe

substrat berpasir juga memudahkan dalam

menyaring makanan yang di perlukan oleh

gastropoda, khususnya filter feeder

(Sasekumar, 1974).

Substrat berpasir memudahkan kelompok

gastropoda epifauna dan infauna untuk

mendapatkan suplai air yang diperlukan, hal

tersebut di karenakan pada substrat berpasir

terdapat pori udara yang memungkinkan

terjadi pertukaran air yang lebih intensif.

Moro, all (1987) menyatakan bahwa sebaran

dan kelimpahan jenis gastropoda berhubungan

dengan besar kecilnya diameter butiran

sedimen di dalam substrat.

Berdasarkan tabel dapat dilihat bahwa

kandungan bahan organik tertinggi adalah

pada titik stasiun ke 3 yaitu 9,55 % dan

kandungan bahan organik terendah adalah

pada titik stasiun ke 15 yaitu 3,46 %. Rata –

rata persentase bahan organik pada substrat

yaitu 6,79 %, nilai ini menunjukan bahan

organik pada lokasi penelitian termasuk

kedalam keriteria Rendah, berdasarkan

keriteria kandungan bahan organic dalam

sedimen Siun (1977).

Tabel 5 Keriteria kandungan bahan organik

dalam sedimen

No Kandungan

Bahan Organik

(%)

Kriteria

1 >35 Sangat Tinggi

2 17 – 35 Tinggi

3 7 – 17 Sedang

4 3,5 – 7 Rendah

5 < 3,5 Sangat Rendah

Sumber : Siun (1997)

Kandungan bahan organik dalam perairan

akan mengalami peningkatan, antara lain

sebagai akibat dari limbah rumah tangga,

pertanian, industri, hujan dan aliran air

permukaan (Jenkins and Skulberg dalam

Masyamsir,1986). Menurut (Clark dalam Ardi,

2002) bahwa sedimen berpasir memiliki

kandungan bahan organik lebih sedikit

dibandingkan sedimen lumpur, karena dasar

perairan berlumpur cenderung mengakumulasi

bahan organik yang terbawa oleh aliran air,

dimana tekstur dan ukuran partikel yang halus

memudahkan terserapnya bahan organik.

4.5. Potensi siput hisap

Hasil penelitian dan analisis potensi siput

hisap (Cerithidea obtusa) di Sei Jang

Kelurahan Sei Jang dapat di lihat pada Tabel

7.

Page 12: Tingkat Pemanfaatan Siput Hisap (Cerithidea obtusa) di muara …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec... · 2017. 8. 20. · 1 Transek tali 2 x 2 m Sampling siput

Tabel 6. Potensi siput hisap di Sei Jang

Titik stasiun Kepadatan

siput hisap

(ind/m2)

Potensi

D*Luas area

(2m2)

1 0.21 0.50

2 0.36 0.84

3 0.29 0.67

4 0.14 0.33

5 0.21 0.50

6 Tidak ada Tidak ada

7 0.14 0.33

8 0.29 0.67

9 0.43 1.00

10 Tidak ada Tidak ada

11 0.21 0.50

12 0.43 1.00

13 0.29 0.67

14 0.36 0.84

15 Tidak ada Tidak ada

16 0.21 0.50

17 0.29 0.67

18 0.29 0.67

19 0.36 0.84

20 Tidak ada Tidak ada

Total 4.50 10.5390

Nilai maximal 0.43 1.00

Nilai minimal 0.14 0.33

Rata-rata 0.23 0.53

Sumber : hasil analisis sampel substrat (Data

primer, 2017)

Dari hasil penelitian berdasarkan Tabel 6

dapat dilihat bahwa kepadatan siput hisap

(Cerithidea obtusa) pada lokasi penelitian di

hutan mangrove Sei Jang Kelurahan Sei Jang

adalah 4,50/2.342 ha. Nilai ini menunjukan

bahwa pada lokasi penelitian kepadatan siput

hisap (Cerithidea obtusa) masih rendah.

Potensi siput hisap (Cerithidea obtusa)

pada lokasi penelitian di hutan mangrove Sei

Jang Kelurahan Sei Jang dari nilai kepadatan

yang di dapat adalah 10,5390 kg.

Gambar 4 Diagram kandungan Bahan Organik

Rendahnya nilai kepadatan dan potensi

siput hisap (Cerithidea obtusa) di hutan

mangrove muara Sei Jang dari hasil penelitian

diduga karena kandungan bahan organic

substar pada setiap titik stasiun penelitian

masih rendah dengan rata-rata kandungan

bahan organik adalah 6,79 % dari total sampel

subrat 50 gr(100%). Bahan organik merupakan

suatu unsur pokok substrat yang penting

sebagai sumber mkanan dan energi bagi

organisme bentos. Menurut Bolam, all (2002)

fungsi bahan organik antara lain sebagai

sumber energi bagi gastropoda, meningkatkan

kemampuan daya tahan air, dan memperbaiki

struktur tanah. Dan rendahnya kandungan

bahan organik substrat pada lokasi penelitian

diduga karena tipe substrat pada lokasi

penelitian rata-rata jenis subsrat pasir

berlumpur. Menurut (Clark dalam Ardi, 2002)

bahwa sedimen berpasir memiliki kandungan

bahan organik lebih sedikit dibandingkan

sedimen lumpur, karena dasar perairan

Page 13: Tingkat Pemanfaatan Siput Hisap (Cerithidea obtusa) di muara …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec... · 2017. 8. 20. · 1 Transek tali 2 x 2 m Sampling siput

berlumpur cenderung mengakumulasi bahan

organik yang terbawa oleh aliran air, dimana

tekstur dan ukuran partikel yang halus

memudahkan terserapnya bahan organik.

4.6 Pemanfaatan siput hisap

Informasi yang diambil dalam pemanfaatan

siput hisap di Sei Jang Kelurahan Sei Jang

dengan metode wawancara menggunakan

kuisioner terhadap 10 orang nelayan yang

biasa mencari siput hisap. Adapun komponen-

komponen dalam lembar kuisioner tersebut

meliputi alat apa yang digunakan dalam

melakukan kegiatan penangkapan siput hisap

di hutan bakau, Cara penangkapan, Waktu

penangkapan , Harga jual tangkapan , Luas

area tangkapan , Ukuran siput hisap yang di

tangkap, Pemasaran , Alternatif lain Jika siput

hisap tidak di peroleh atau di dapat, Jumlah

tangkapan , Musim penangkapan siput hisap,

Berapa kali dalam sehari penangkapan siput

hisap.

1. Alat yang digunakan dalam melakukan

kegiatan penangkapan siput hisap di

hutan bakau

Dari hasil wawancara kepada 10 responden

nelayan di Sei Jang Kelurahan Sei Jang 100%

responden mengatakan bahwa alat yang

digunakan dalam melakukan kegiatan

penangkapan siput hisap di hutan mangrove

Sei Jang adalah dengan menggunakan tangan

secara manual. siput hisap yang berada di akar

, batang dan lumpur di hutan mangrove di

ambil dengan menggunakan tangan dan tanpa

alat bantu lainnya.

Berdasarkan Hasil wawancara di ketahui

bahwa masyarakat nelayan Sei Jang dalam

melakukan penangkapan siput hisap tanpa

menggunakan alat bantu apapun, hanya

menggunakan tangan secara manual dan

tradisional.

2. Cara melakukan penangkapan siput

hisap

Dari hasil wawancara kepada 10 responden

nelayan di Sei Jang Kelurahan Sei Jang 100%

responden mengatakan bahwa cara melakukan

penangkapan siput hisap di hutan mangrove

dengan cara mengambil langsung siput hisap

yang berada di akar, batang dan lumpur hutan

mangrove dengan menggunakan tangan.

Berdasarkan Hasil wawancara di ketahui

bahwa masyarakat nelayan Sei Jang dalam

melakukan penangkapan siput hisap. cara

pengambilan siput hisap yang berada di

lumpur, akar, batang dan daun pada ekosistem

mangrove di ambil secara langsung.

3. Waktu penangkapan siput hisap

Dari hasil wawancara kepada 10 responden

nelayan di Sei Jang Kelurahan Sei Jang 70%

responden mengatakan bahwa waktu

penangkapan siput hisap di hutan mangrove

pada waktu air surut. Sedangkan 30%

reponden mengatakan bahwa waktu

penangkapan siput hisap di hutan mangrove

pada waktu air pasang dan surut bisa

melakukan penangkapan siput hisap di hutan

mangrove.

Page 14: Tingkat Pemanfaatan Siput Hisap (Cerithidea obtusa) di muara …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec... · 2017. 8. 20. · 1 Transek tali 2 x 2 m Sampling siput

Gambar 5 Diagram waktu penangkapan

Berdasarkan Hasil wawancara di ketahui

bahwa masyarakat nelayan Sei Jang dalam

melakukan penangkapan siput hisap.

Dilakukan pada saat air surut karena lebih

mudah dan lokasi penangkapan menjadi luas

karena tidak di genangi air.

4. Harga jual hasil tangkapan siput hisap

Dari hasil wawancara kepada 10 responden

nelayan di Sei Jang Kelurahan Sei Jang 100%

responden mengatakan bahwa harga jual hasil

tangkap siput hisap adalah Rp 15.000,- /

kantong/1 kg.

Berdasarkan Hasil wawancara di ketahui

bahwa masyarakat nelayan Sei Jang dalam

melakukan penjualan siput hisap harga juga

tergantung banyak atau tidak jumlah kilogram

siput yang di dapat, semakin banyak jumlah

kilogram siput hisap yang di dapat maka

semakin rendah harganya dikarenakan model

jual beli masyarakat yang tawar menawar dan

jika dalam jumlah banyak siput hisap akan

susah di jual jika harganya tidak diturunkan.

5. Lokasi atau luas area tangkapan siput

hisap

Dari hasil wawancara kepada 10 responden

nelayan di Sei Jang Kelurahan Sei Jang 100%

responden mengatakan bahwa lokasi atau

berapa luas area tangkapan siput hisap adalah

tergantung luas hutan mangrove tempat

melakukan penangkapan dan tergantung

kemampuan/tenanga individu nelayan masing-

masing, secara umum nelayan Sei Jang lokasi

penangkapan siput hisap yaitu di hutan

mangrove Sei Jang.

Berdasarkan Hasil wawancara di ketahui

bahwa masyarakat nelayan Sei Jang dalam

melakukan penangkapan siput hisap lokasi dan

luas area penangkapan tidak menentu

tergantung kemampuan dan pengalaman

masing-masing nelayan.

6. Ukuran siput hisap yang di tangkap

Dari hasil wawancara kepada 10 responden

nelayan di Sei Jang Kelurahan Sei Jang 3

responden mengatakan bahwa ukuran siput

hisap yang ditangkap adalah 4 cm, 5

responden mengatakan bahwa ukuran siput

hisap yang ditangkap adalah 3 cm dan 2

responden mengatakan ukuran siput hisap

yang ditangkap adalah 2 cm. Dari hasil

wawancara tersebut kisaran ukuran siput hisap

yang di tangkap adalah 2-4 cm.

Page 15: Tingkat Pemanfaatan Siput Hisap (Cerithidea obtusa) di muara …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec... · 2017. 8. 20. · 1 Transek tali 2 x 2 m Sampling siput

Gambar 3 siput hisap ukuran 4 cm

Sumber : data primer (2017)

Berdasarkan Hasil wawancara di ketahui

bahwa masyarakat nelayan Sei Jang dalam

melakukan penangkapan siput hisap untuk

ukuran yang di tangkap adalah kisaran 2-4 cm

karena ukuran tersebut merupakan ukuran

yang cukup dan di terima konsumen ataupun

touke.

7. Kepada siapa di jual atau pemasaran

dari hasil penangkapan siput hisap

Dari hasil wawancara kepada 10 responden

nelayan di Sei Jang Kelurahan Sei Jang 100%

responden mengatakan bahwa penjualan hasil

penangkapan siput hisap adalah kepada

penampung dan dijual kepada orang-orang

kampung yang biasa ingin membeli siput hisap

tersebut.

Berdasarkan Hasil wawancara di ketahui

bahwa masyarakat nelayan Sei Jang dalam

penjualan siput hisap masih tergantung pada

penampung dan masyarakat biasanya suka

mengkonsumsi siput hisap. Tempat penjualan

tetap tidak ada dan penampung tidak selalu

membeli ataupun menerima hasil tangkapan

siput hisap karena tergantung permintaan pasar

atau konsumen.

8. Alternatif lain Jika siput hisap tidak di

peroleh atau di dapat

Dari hasil wawancara kepada 10 responden

nelayan di Sei Jang Kelurahan Sei Jang 100%

responden mengatakan bahwa alternatif lain

jika siput hisap tidak di dapat adalah jenis

siput lain seperti kijing , lokan dan blongkeng.

Berdasarkan hasil wawancara di ketahui

bahwa masyarakat nelayan Sei Jang memiliki

alternatif lain jika siput hisap tidak di dapat

pada saat melakukan penangkapan.

9. Jumlah hasil tangkapan dalam sekali

penangkapan

Dari hasil wawancara kepada 10 responden

nelayan di Sei Jang Kelurahan Sei Jang 100%

responden mengatakan bahwa jumlah hasil

tangkapan dalam sekali penangkapan adalah

tergantung musim, biasa hasil tangkapan

kisaran 2 – 6 kg.

Berdasarkan hasil wawancara di ketahui

bahwa masyarakat nelayan Sei Jang dalam

jumlah dari sekali penangkapan siput hisap

tidak menentu kisaran 2 – 6 kg hal tersebut di

karenakan kemampuan dan pengalaman

masing-masing nelayan dan musim.

10. Musim tertentu dalam penangkapan

siput hisap

Dari hasil wawancara kepada 10 responden

nelayan di Sei Jang Kelurahan Sei Jang 100%

responden mengatakan bahwa ada atau tidak

Page 16: Tingkat Pemanfaatan Siput Hisap (Cerithidea obtusa) di muara …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec... · 2017. 8. 20. · 1 Transek tali 2 x 2 m Sampling siput

musim tertentu dalam melakukan

penangkapan siput hisap adalah ada ,

penangkapan siput hisap tidak di lakukan

terus-menerus atau setiap hari. Penangkapan

siput hisap biasa dilakukan seminggu 1 kali

dan dalam sebulan ada sama sekali tidak

melakukan penangkapan siput hisap.

Berdasarkan hasil wawancara di ketahui

bahwa masyarakat nelayan Sei Jang dalam

melakukan penangkapan siput hisap ada

musim dan tenggang waktu tertentu

dikarenakan ketersediaan siput hisap dihutan

mangrove Sei Jang tidak banyak dan bertahap

dalam mencari kadang-kadang juga ke daerah

mangrove lainnya seperti hutan mangrove

Dompak.

11. Frekuensi sehari melakukan

penangkapan siput hisap

Dari hasil wawancara kepada 10

responden nelayan di Sei Jang Kelurahan Sei

Jang 100% responden mengatakan bahwa

dalam sehari berapa kali penangkapan yang

dilakukan adalah satu kali dalam sehari pada

saat air surut menjelang air naik pasang

(dalam) dikarenakan sehari air surut siang

hanya satu kali dan mencari siput hisap

merupakan pekerjaan sampingan nelayan Sei

Jang.

Berdasarkan hasil wawancara di ketahui

bahwa masyarakat nelayan Sei Jang dalam

melakukan penangkapan siput hisap sehari

dilakukan sekali penangkapan karena sehari

air surut hanya sekali dan biasa surut kembali

pada saat malam ataupun subuh tetapi proses

penangkapan siput hisap tidak bisa di lakukan

pada kondisi gelap atau malam.

4.7. Rekomendasi Pengelolaan

Semakin banyak masyarakat yang

memanfaatkan gastropoda mangrove sebagai

sumber pangan yang tidak diimbangi dengan

pelestarian lingkungan akan membawa

dampak buruk bagi pertumbuhan dan

kelangsungan ekosistem tersebut, sehingga

Undang undang No 5 tahun 1990 mengatur

tentang Konservasi sumber daya alam dan

ekosistem.Undang-undang tersebut mengatur

aspek yang berkaitan dengan konservasi baik

ruang maupun Sumber Daya Alam dan

merumuskan kebijakan pemanfaatan secara

lestari sumberdaya alam untuk kesejahteraan

masyarakat. Undang-undang ini mengatur

perlindungan sistem penyangga kehidupan,

pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan

dan satwa beserta ekosistemnya serta

pemanfaatan secara lestari sumber daya alam

hayati.

Berdasarkan hasil analisis data tingkat

pemanfaatan siput hisap (Cerithidea Obtusa)

di ketahui bahwa Potensi siput hisap

(Cerithidea obtusa) pada lokasi penelitian di

hutan mangrove Sei Jang Kelurahan Sei Jang

dari nilai potensi yang di dapat adalah 10,5390

kg. Oleh karena hal tersebut adapaun

rekomendasi pengelolaan yang dapat di

terapkan adalah sebagai berikut :

1. Penerbitan regulasi (disertai sanksi

yang tegas) di tingkat desa, terkait

pemanfaatan dan pengelolaan

Page 17: Tingkat Pemanfaatan Siput Hisap (Cerithidea obtusa) di muara …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec... · 2017. 8. 20. · 1 Transek tali 2 x 2 m Sampling siput

sumberdaya Gastropoda khususnya

Siput hisap (Cerithidea Obtusa).

2. Kontinyuitas monitoring dan evaluasi

terhadap pemanfaatan sumberdaya

Siput hisap (Cerithidea Obtusa).

3. Pelatihan, sosialisasi dan penyuluhan

pengelolaan sumberdaya pesisir dan

laut, khususnya Siput hisap

(Cerithidea Obtusa), secara

berkelanjutan untuk peningkatan

ekonomi keluarga.

4. Larangan pengambilan Siput hisap

(Cerithidea Obtusa) yang berukuran

≤ 2 cm dan Pembatasan jumlah kuota

pemanfaatan.

5. Perlindungan dan rehabilitasi

ekosistem serta habitat Siput hisap

(Cerithidea Obtusa) yang terindikasi

telah mengalami kerusakan.

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai

Tingkat Pemanfaatan siput hisap (Cerithidea

obtusa) di Sei Jang Kelurahan Sei Jang Kota

Tanjungpinang Kepulauan Riau, dapat

disimpulkan sebagai berikut :

1. Potensi siput hisap (Cerithidea

obtusa) pada lokasi penelitian di

hutan mangrove Sei Jang Kelurahan

Sei Jang dari nilai potensi yang di

dapat adalah 10,5390 kg. Nilai ini

menunjukkan bahwa potensi yang

rendah. Rendahnya nilai kepadatan

dan potensi siput hisap (Cerithidea

obtusa) di hutan mangrove muara Sei

Jang dari hasil penelitian diduga

karena kandungan bahan organik

substar pada setiap titik stasiun

penelitian masih rendah dan

rendahnya kandungan bahan organik

substrat pada lokasi penelitian diduga

karena tipe substrat pada lokasi

penelitian rata-rata jenis subsrat pasir.

2. Tingkat pemanfaatan siput hisap

(Cerithidea obtusa) di muara Sei Jang

tergolong rendah karena dari hasil

penelitian di ketahui bahwa

kepadatan dan potensi siput hisap

(Cerithidea obtusa) dihutan

mangrove muara Sei Jang yang

didapat rendah hal ini disebabkan

karena kandungan bahan organik

pada lokasi penelitian terkategori

rendah.

5.2. Saran

Perlu adanya penelitian selanjutnya

berkaitan dengan masih sangat minim nya data

dan informasi tentang siput hisap (Cerithidea

obtusa) . Diharapkan kepada peneliti

selanjutnya melakukan penelitian atau turun

lapangan pada saat air surut dan bersamaan

dengan nelayan setempat yang sedang mencari

siput hisap ataupun masyarakat yang terbiasa

mencari siput hisap.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2007. Sekilah BPHM I, Balai

Pengelolaan Hutan Mangrove Wilayah I,

Departemen Kehutanan, 2007.

Page 18: Tingkat Pemanfaatan Siput Hisap (Cerithidea obtusa) di muara …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec... · 2017. 8. 20. · 1 Transek tali 2 x 2 m Sampling siput

Anugrahini D, Rimadhani. 2011. Analisis

Pengaruh Penurunan Stok Ikan Terhadap

Pendapatn Nelayan Kecamatan Muncar,

Banyuwangi, Jawa Timur (Tesis).

Universitas Diponegoro.

Ardi. 2002. Pemanfaatan Makrozoobentos

sebagai Indikator Kualitas Perairan Pesisir.

Institut Pertanian Bogor. [Online].

Tersedia: http://www.rudyct.com/ PPS702-

ipb/04212/ardi.htm. [19 Oktober 2009].

Bengen, D.G. 2000. Teknik pengambilan

contoh dan analisa data biofisik

sumberdaya pesisir. Pusat Kajian

Sumberdaya Pesisir dan Lautan-IPB.

Bogor. 88 hal

Bengen, D, G., dan I. M. Dutton. 2004.

Interaction : Mangrove, Fisheries and

Forestry Management in Indonesia. Hal.

632 — 653.

Chang, R (2005). Kimia Dasar Konsep-

Konsep Inti, Jilid 2, edisi ketiga, Alih

Bahasa Achmadi, S.S., Erlangga, Jakarta.

Hal 193-226.

Dahuri, R. 2003. Keanekaragaman Hayati

Laut : Aset Pembangunan Berkelanjutan

Indonesia. PT Gramedia Pustaka Utama.

Jakarta. xxxiii + 412 hal.

Darma, B. 1992. Siput dan Kerang Indonesia :

Indonesian Shells. Penerbit PT. Sarana

Graha, Jakarta.

Departemen Kehutanan. 2007. EC-Indonesia

Forest Law Enforcement, Governance and

Trade Support Project. Analisis

Pembangunan Hutan Tanaman Rakyat

(HTR) Pola Kemitraan Propinsi

Kalimantan Barat. Fakultas Pertanian.

Universitas Kapuas – Sintang. Kalimantan

Barat.

Dharmawan, A. 1995. Studi Komunitas

Moluska Di Hutan Mangrove Laguna

Segara Anaka Taman Nasional Alas Purwo

Banyuwangi.Tesis. Universitas Gajah

Madah. Yogyakarta.

Dinas Kelautan dan Perikanan, 2005.

Kebijakan pengelolaan sumberdaya ikan

dalam rangka pengembangan industri

perikanan terpadu. Makalah disajikan pada

pertemuan pemaparan dan diskusi rencana

program kerja eselon I tahun 2006 lingkup

Departemen Kelautan dan Perikanan,di

Purwakarta, tanggal 5 - 7 April 2005.

Direktorat SDI, Ditjen Perikanan Tangkap,

DKP, 12 pp.

FAO 2002. The state of the world fisheries and

aquaculture 2002. FAO, Rome : FAO, 150

pp.

Frith, D.W. 1977. A premiliary list of

macrofauna from a mangrove forest and

adjacent biotipes at Surin Island, Western

Peninsular Thailand. Pukhet Marine

Biology Centre Research Bulletin. 17:1-14

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air. Bagi

Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan

Perairan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

258 hal.

Harahab, N. 2010. Penilaian Ekonomi

Ekosistem Hutan Mangrove dan

Aplikasinya dalam Perencanaan Wilayah

Pesisir. Yogyakarta: Graha Ilmu. 46 hal

Izuan, M. 2014. Kajian Kerapatan Lamun

Terhadap Kepadatan SiputGonggong

(Strombus epidromis) di Pulau Dompak,

Skripsi, UMRAH, Kepulauan Riau.

Kementerian Negara Lingkungan Hidup.

2004. Keputusan Kementerian Lingkungan

Hidup No. 51 Tentang Baku Mutu Air Laut

Untuk Biota Laut. Lampiran III Tentang

Keputusan Menteri Negara Lingkungan

Hidup. Jakarta.

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup

Nomor 201 Tahun 2004 Tentang Kriteria

Baku dan Pedoman Penentuan Kerusakan

Mangrove. Jakarta.

Kurniawan. 2007. Fungsi dan Peranan

Gastropoda di Ekosistem Mangrove.

Fakultas Pasca Sarjana Universitas

Indonesia. Jakarta.

Page 19: Tingkat Pemanfaatan Siput Hisap (Cerithidea obtusa) di muara …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec... · 2017. 8. 20. · 1 Transek tali 2 x 2 m Sampling siput

Kusrini, D. M. 2000. Komposisi dan Struktur

Komunitas Keong Pottamididae di Hutan

Mangrove Teluk Harun Kecamatan Padang

Cermin, Naputen Lampung Selatan.

Skripsi. Departemen Sumberdaya Perairan.

Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Masyamsir. 1986. Perubahan Struktur

Kelimpahan Zooplankton dan Benthos

Sehubungan dengan Peningkatan Bahan

Organik di Beberapa Lokasi Situ Ciburuy

Kabupaten Bandung. Tesis. Biologi. Pasca

Sarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor

Mckinnon, K.G. 2000. Ekologi. Buku III.

Prenhallindo. Jakarta

Moro, D. S. 1988. Pertumbuhan dan Produksi

Daun Beberapa Jenis Lamun di Pulau

Panjang Banten. Skripsi. Fakultas Biologi.

Universitas Nasional Jakarta. 74 hlm.

Murniati. 2011. Potensi dan Tingkat

Pemanfaatan Ikan Terbang (Exocoetidae)

di Perairan Majene, Kabupaten Majene

Provinsi Sulawesi Barat. Skripsi.

Universitas Hasanuddin. Makasar.

Nybakken, J. W. 2004. Biologi Laut. Suatu

Pendekatan Ekologis. Terjemahan: M.

Ediman, Koesobiono, D. G. Bengen, M.

Hutomo dan S. Sukarjo. Gramedia. Jakarta.

402 hal.

Odum, E. P. 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Edisi

Ketiga. Gadjah Mada University Press.

Yogyakarta. 687 hal.

Oktaviana, L. 2003. Struktur Komunitas

Gastropoda di Hutan Mangrove Pulau

Baru. Skripsi. Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Riau : Pekanbaru.

Parin, N.V. 1999 Exocoitidae (Flying Fishes).

In : Carpenter, K.E and V.H. Niem

(editors), FAO spesies Identification guide

for fishery purposes the living marine

resources of the western Central Pacific,

Vol. 4 Bony Fishes Part 2 (Mugilidae to

Carangidae). Food and Agriculture

Organitation of the United Nations, Rome.

P. 2162-2179.

Pramudji, 2000. Hutan Mangrove di

Indonesia: Peranan, Permasalahan dan

Pengelolaannya. Oseana XXV (1) : 13 –

20.

Poutiers, J.M. 1998. Bivalves. In : Carpenter,

K.E. and Niem, V.H. 1988. The Living

Marine Resources of The Western Central

Pacific. Vol I. Seaweed, Corals, Bivalves

and Gastropods, FAO The UN Roma. pp

123–358.

Purwaningsih, S. 2007. Kajian pemanfaatan

Keong Matah Merah (Cerithidea obtusa)

sebagai sumber gizi untuk masyarakat

pantai. Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan

Perikanan Indonesia, 10(3): 93-99.

Rahayu, S. 2014. Struktur Vegetasi Mangrove

di Pesisir Perairan Sei Jang Kecamatan

Bukit Bestari Kota Tanjungpinang.

Rangan, J.K. 1996. Struktur dan Tipologi

Komunitas Gastropoda pada Zona Hutan

Mangrove Perairan Pulau Kulu,

Kabupaten. Minahasa Sulawesi Utara.

Tesis. Program Pasca Sarjana. Institut

Pertanian Bogor. Bogor. 94 hlm.

Rochana, E. 2010. Citing Computer

References. Ekosistem Mangrove dan

Pengelolaanya di Indonesia. Artikel Ilmiah.

http://www.irwantoshut.com/ekosistem_m

angrove. (diakses tanggal 5 Mei 2015).

Sasekumar, A. 1974. Distribution of

macrofauna on a Malayan mangrove shore.

Journal of Animal Ecology. 43(1) : 51-69.

Siddik, J. 2011. Sebaran Spasial dan Potensi

Reproduksi Siput Gonggong (Strombus

Turturela) di Teluk Klabat Bangka

Belitung, Tesis, Institut Pertanian Bogor,

Bogor. http://www.scribd.com/, 22 Maret,

2015.

Siun. 1977. Ekologi Hewan Tanah. Bumi

Aksara. Jakarta

Sugiyono. 2012. Metode penelitian kuantitatif

kualitatif dan R & B. Bandung : Alfabeta

Page 20: Tingkat Pemanfaatan Siput Hisap (Cerithidea obtusa) di muara …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec... · 2017. 8. 20. · 1 Transek tali 2 x 2 m Sampling siput