tingkat pemanfaatan siput gonggong (strombus sp.) di ...repository.umrah.ac.id/395/1/artikel.pdf ·...

12
Tingkat Pemanfaatan Siput Gonggong (Strombus sp.) di Perairan Desa Pengujan Kabupaten Bintan. Deddy Armanda¹, Khodijah 2 , Susiana 3 [email protected]¹ Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Maritim Raja Ali Haji ABSTRAK Penelitian ini mengenai tingkat pemanfaatan siput gonggong (Strombus sp.) telah dilakukan di perairan Desa Pengujan Kabupaten Bintan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui parameter fisika, kimia, substrat, jenis, kepadatan dan tingkat pemanfaatan siput gonggong di perairan Desa Pengujan Kabupaten Bintan. Penelitian ini dilakukan dengan metode acak sebanyak 30 titik menggunakan plot berukuran 1x1 meter. Hasil pengukuran suhu antara 28,4-29,7 o C, salinitas antara 29-32 o /oo, pH antara 7,5-7,9 dan oksigen terlarut antara 5,9-7,2 mg/L serta berjenis substrat pasir sedang. Ditemukan 3 jenis siput gonggong yaitu Strombus canarium, Strombus turturella, Strombus urceus. Kepadatan jenis siput gonggong untuk masing-masing jenis berbeda-beda yakni Strombus canarium dengan nilai kepadatan 0,73 ind/m 2 . Sedangkan jenis Strombus turturella kepadatannya hanya 0,30 ind/m 2 serta kepadatan pada jenis Strombus urceus hanya 0,23 ind/m 2 . Total kepadatan secara menyeluruh untuk ketiga jenis siput gonggong yaitu 1,27 ind/m 2 . Nilai pemanfaatan cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan nilai jumlah tangkapan yang diperbolehkan yang artinya telah terjadi peningkatan pemanfaatan siput gonggong. Sehingga diharapkan pengambilan siput gonggong sebaiknya dapat di batasi. Kata Kunci : kualitas perairan, jenis, kepadatan, tingkat pemanfaatan, pengujan

Upload: lamkhanh

Post on 17-Mar-2019

234 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tingkat Pemanfaatan Siput Gonggong (Strombus sp.) di ...repository.umrah.ac.id/395/1/ARTIKEL.pdf · Pengujan akan ditampilkan dalam bentuk peta. Gambar. Peta Lokasi Penelitian

Tingkat Pemanfaatan Siput Gonggong (Strombus sp.) di Perairan

Desa Pengujan Kabupaten Bintan.

Deddy Armanda¹, Khodijah2, Susiana3

[email protected]¹

Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan

Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan

Universitas Maritim Raja Ali Haji

ABSTRAK

Penelitian ini mengenai tingkat pemanfaatan siput gonggong (Strombus sp.) telah

dilakukan di perairan Desa Pengujan Kabupaten Bintan. Tujuan penelitian ini

adalah untuk mengetahui parameter fisika, kimia, substrat, jenis, kepadatan dan

tingkat pemanfaatan siput gonggong di perairan Desa Pengujan Kabupaten

Bintan. Penelitian ini dilakukan dengan metode acak sebanyak 30 titik

menggunakan plot berukuran 1x1 meter. Hasil pengukuran suhu antara 28,4-29,7 oC, salinitas antara 29-32 o/oo, pH antara 7,5-7,9 dan oksigen terlarut antara 5,9-7,2

mg/L serta berjenis substrat pasir sedang. Ditemukan 3 jenis siput gonggong yaitu

Strombus canarium, Strombus turturella, Strombus urceus. Kepadatan jenis siput

gonggong untuk masing-masing jenis berbeda-beda yakni Strombus canarium

dengan nilai kepadatan 0,73 ind/m2. Sedangkan jenis Strombus turturella

kepadatannya hanya 0,30 ind/m2 serta kepadatan pada jenis Strombus urceus

hanya 0,23 ind/m2. Total kepadatan secara menyeluruh untuk ketiga jenis siput

gonggong yaitu 1,27 ind/m2. Nilai pemanfaatan cenderung lebih tinggi

dibandingkan dengan nilai jumlah tangkapan yang diperbolehkan yang artinya

telah terjadi peningkatan pemanfaatan siput gonggong. Sehingga diharapkan

pengambilan siput gonggong sebaiknya dapat di batasi.

Kata Kunci : kualitas perairan, jenis, kepadatan, tingkat pemanfaatan, pengujan

Page 2: Tingkat Pemanfaatan Siput Gonggong (Strombus sp.) di ...repository.umrah.ac.id/395/1/ARTIKEL.pdf · Pengujan akan ditampilkan dalam bentuk peta. Gambar. Peta Lokasi Penelitian

PENDAHULUAN

Desa Pengujan berada di Kecamatan Teluk Bintan Kabupaten Bintan Provinsi

Kepulauan Riau. Daerah ini merupakan salah satu Desa yang memiliki kegiatan

perikanan cukup banyak, baik budidaya perikanan maupun perikanan tangkap.

Penduduk di Desa Pengujan sebagian besarnya berprofesi sebagai nelayan dan

memanfaatkan sumberdaya perikanan yang ada di perairan desa tersebut. Daerah

ini merupakan salah satu kawasan pesisir yang menjadi habitat bagi siput

gonggong di kawasan Pulau Bintan dan tidak terlepas dari aktivitas penangkapan

yang dilakukan oleh masyarakat setempat. Menurut Soeharmoko (2010), siput

gonggong telah di konsumsi secara luas masyarakat bahkan oleh para wisatawan,

baik wisatawan nusantara maupun mancanegara. Sehingga kerang siput jenis ini

menjadi sangat popular dan mempunyai nilai komersial. Sehingga meningkatnya

permintaan terhadap siput gonggong mengakibatkan tingginya tingkat

penangkapan dan secara tidak langsung kurang memperhatikan pada ukuran.

Kondisi ini di khawatirkan akan menyebabkan kelangkaan terhadap siput

gonggong, sehingga populasinya di alam semakin terancam. Menurut Rosady et

al. (2016), Selain karena penangkapan, ancaman terhadap penurunan populasi

siput ganggong juga datang dari perubahan lingkungan di habitatnya. Akibat

tingginya permintaan dan konsumsi, keberadaan siput gonggong semakin sulit

ditemukan karena terus di buru. Indikasi terhadap penurunan jumlah populasi

siput gonggong mulai dirasakan oleh nelayan setempat dengan semakin

berkurangnya hasil tangkapan mereka serta ukuran siput yang semakin mengecil.

Jika hal ini berlangsung terus menerus akan berakibat pada kelangkaan dan

punahnya biota. Hal ini berimplikasi terhadap kegiatan perekonomian masyarakat

setempat. Oleh karena itu, perlu dilakukannya usaha-usaha penyelamatan habitat

siput gonggong guna untuk menjaga keberadaannya di alam. Minimnya data dan

informasi tertulis tentang populasi siput gonggong di perairan Desa Pengujan

maka perlu kiranya dilakukan penelitian tentang tingkat pemanfaatan siput

gonggong (strombus sp) di Desa Pengujan Kabupaten bintan, kajian ini dapat

dijadikan penunjang upaya pengelolaan siput gonggong agar tetap berkelanjutan

dan tercipta penangkapan yang lestari.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini telah dilakukan dari bulan Oktober-Januari 2018. Lokasi penelitian

di perairan Desa Pengujan, Kabupaten Bintan. Metode yang akan digunakan

dalam penelitian ini adalah survei lapangan, yaitu melakukan pengamatan

langsung dilapangan. Data yang digunakan dalam penelitian adalah data primer

dan data skunder. Metode sampling yang digunakan pada penelitian ini

menggunakan metode random sampling, yaitu pemilihan lokasi sampling

dilakukan secara acak sederhana yang digunakan untuk memilih sampel dari

populasi dengan cara sedemikian rupa sehingga setiap anggota populasi

mempunyai peluang yang sama besar untuk di ambil sebagai sampel.

Pengambilan sampel dilakukan di daerah perairan Desa Pengujan pada saat

kondisi surut hal ini untuk mempermudah dalam pengamatan siput gonggong dan

menggunakan tangan kosong. Lokasi terdiri dari 30 titik sampling yang di acak

Page 3: Tingkat Pemanfaatan Siput Gonggong (Strombus sp.) di ...repository.umrah.ac.id/395/1/ARTIKEL.pdf · Pengujan akan ditampilkan dalam bentuk peta. Gambar. Peta Lokasi Penelitian

diperairan Desa Pengujan dengan ukuran plot 1x1 m². Gambar wilayah Desa

Pengujan akan ditampilkan dalam bentuk peta.

Gambar. Peta Lokasi Penelitian

Pengambilan contoh siput gonggong dilakukan pad a saat surut dengan kedalaman

air antara 20-50 cm dengan menggunakan plot di buat berukuran 1x1 m². Siput

gonggong yang digunakan untuk dijadikan sebagai data adalah siput gonggong

yang berada pada permukaan substrat. Pengambilan siput gonggong dilakukan

dengan cara memungut dengan tangan. Jenis siput gonggong yang didapat di

lokasi penelitian di identifikasi menggunakan website gastropods.com.

Pengukuran parameter perairan meliputi suhu, salinitas, pH dan oksigen terlarut.

Data pemanfaatan siput gonggong di dapat dengan wawancara terhadap 20

nelayan penangkapan dan dilengkapi komponen-komponen seperti ukuran

tangkapan, teknologi penangkapan, lokasi tangkapan, yang di ambil meliputi dan

jumlah tangkapan.

Kepadatan

Kepadatan adalah jumlah individu per satuan luas. Kepadatan siput gonggong

pada setiap stasiun di hitung dan dikonversikan dalam satuan individu/m² dengan

menggunakan persamaan (Brower et al. 1990) dalam Ira et al. 2015):

𝐷 =𝑛𝑖

𝐴

Keterangan :

D = kepadatan siput gonggong (ind/m²)

ni = jumlah individu satuan jenis

A = luas petakan pengambilan sampel (m²)

Hasil Tangkapan Per Upaya Penangkapan (CPUE)

CPUE = Catch

Effort

Page 4: Tingkat Pemanfaatan Siput Gonggong (Strombus sp.) di ...repository.umrah.ac.id/395/1/ARTIKEL.pdf · Pengujan akan ditampilkan dalam bentuk peta. Gambar. Peta Lokasi Penelitian

Keterangan:

Catch = Total hasil tangkapan (kg)

Effort = Total upaya penangkapan (trip)

CPUE = Hasil tangkapan per upaya penangkapan (kg/trip)

Nilai potensi lestari (MSY)

Rumus-rumus untuk mencari potensi lestari (MSY) hanya berlaku bila parameter b

bernilai negatif, artinya untuk penambahan akan menyebabkan penurunan CPUE.

Bila dalam perhitungan nilai b positif, maka perhitungan potensi dan upaya

penangkapan tidak dapat dilanjutkan, tetapi hanya dapat disimpulkan bahwa

penambahan masih memungkinkan hasil tangkapan. Besarnya parameter a dan b

secara matematik dapat di cari dengan menggunakan persamaan regresi sederhana

dengan rumus:

Y = a + bx

Keterangan :

a = intercept

b = slope

Selanjutkan parameter a dan b dapat di cari dengan rumus:

α = ∑ 𝑦𝑖− 𝑏∑ 𝑥𝑖

𝑛 ; ƅ =

𝑛 ∑ 𝑥¡𝑦¡−∑𝑥¡∑𝑦¡

𝑛 ∑𝑥2¡−(∑𝑥¡)²

Keterangan :

x = upaya penangkapan pada periode-i

y = hasil tangkapan per satuan upaya pada periode-i

Setelah diketahui nilai a dan b selanjutnya dapat ditentukan beberapa persamaaan

yang diperlukan hubungan antara CPUE dengan upaya penangkapan (f).

CPUE = a + bf

Hubungan antara hasil tangkapan (c) dengan upaya penangkapan (f)

c = CPUE x f

c = af + bf²

Nilai potensi lestari (MSY) di peroleh dengan mensubstitusikan nilai upaya

penangkapan optimum (fopt ) ke dalam persamaan pada point (b) di atas:

Cᴍѕу= -a² / 4b

Nilai upaya penangkapan optimum (fopt) di peroleh dengan cara menyamakan

turunan pertama hasil tangkapan (c) terhadap upaya penangkapan (f) dengan nol:

fopt = - (a / (2b))

Page 5: Tingkat Pemanfaatan Siput Gonggong (Strombus sp.) di ...repository.umrah.ac.id/395/1/ARTIKEL.pdf · Pengujan akan ditampilkan dalam bentuk peta. Gambar. Peta Lokasi Penelitian

Tingkat Pemanfaatan

Adapun rumus tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan adalah sebagai berikut:

𝑇𝑃 =C¡

MSYx 100%

Keterangan :

TP = Tingkat Pemanfaatan

C¡ = Hasil Tangkapan pada periode ke-i

MSY = (Maximum Sustainable Yield)

Jumlah Tangkapan yang Diperbolehkan (JTB)

JTB = 80% x MSY

Jika JTB>MSY berarti terjadi over fishing tetapi jika JTB<MSY berarti

penangkapan ikan masih bisa ditingkatkan untuk mendapatkan hasil yang lebih,

tetapi tidak melebihi batas MSY yang sudah ditentukan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kualitas perairan

Pengukuran kualitas perairan meliputi suhu, salinitas, pH dan DO. Nilai

pengukuran kualitas perairan dapat di lihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil pengukuran kualias perairan

Kualitas perairan Minimum Maksimum Baku mutu

Suhu (˚C) 28,4 29,7 29-30

Salinitas (‰) 29 32 33-34

pH 7,5 7,98 7-8,5

DO (mg/L) 5,9 7,2 >5

Substrat Pasir Sedang

Sumber: Baku mutu (Kepmen LH No.51 tahun 2004).

Hasil pengukuran suhu antara 28,4-29,7oC, salinitas antara 29-32 o/oo, pH antara

7,5-7,9 dan oksigen terlarut antara 5,9-7,2 mg/L serta berjenis substrat pasir

sedang. Secara keseluruhan, parameter kualitas perairan tergolong baik bagi

kehidupan siput gonggong. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di

perairan Desa Pengujan dijumpai 3 jenis siput gonggong yang tangkap dan

dikonsumsi oleh masyarakat antara lain Strombus turturella, Strombus canarium,

Strombus urceus. Untuk lebih jelasnya jenis siput gonggong jenis siput gonggong

di Desa Pengujan dapat di lihat pada Gambar 1.

Page 6: Tingkat Pemanfaatan Siput Gonggong (Strombus sp.) di ...repository.umrah.ac.id/395/1/ARTIKEL.pdf · Pengujan akan ditampilkan dalam bentuk peta. Gambar. Peta Lokasi Penelitian

(a) (b)

(c) (d)

(e) (f)

Gambar 9. Jenis siput gonggong di perairan Desa Pengujan.

Keterangan :

(a) : Jenis Strombus canarium yang dijumpai dilapangan

(b) : Identifikasi Strombus canarium (gastropods.com)

(c) : Jenis Strombus turturella yang dijumpai dilapangan

(d) : Identifikasi Strombus turturella (gastropods.com)

(e) : Jenis Strombus urceus yang dijumpai dilapangan

(f) : Identifikasi Strombus urceus (gastropods.com)

Jenis siput gonggong S. turturella memiliki ciri-ciri warna kuning keemasan yang

lebih terang dibandingkan dengan S. canarium dan juga memiliki cangkang yang

tidak begitu tebal. Menurut Siddik (2011), siput gonggong memiliki cangkang

yang tepinya menebal dan berwarna serta memiliki tutup memipih panjang

dengan siphon. Cangkang siput gonggong terdiri atas 4 lapisan, lapisan terluar

adalah periostrakum yang merupakan lapisan tipis terdiri dari bahan protein

seperti zat tanduk, disebut conchiolin atau conchin. Pada lapisan ini terdapat 9

endapan pigmen berwarna. Periostrakum berfungsi untuk melindungi lapisan

dibawahnya yang terdiri dari kalsium karbonat terhadap erosi.

Pada jenis S. urceus memiliki ciri-ciri warna hitam keabu-abuan yang sedikit

gelap dan juga mempunyai bentuk yang lebih kecil. Jenis siput gonggong ini

biasanya di sebut masyarakat dengan sebutan gonggong jantan, siput gonggong

ini juga banyak ditemukan di area dengan substrat yang halus hingga sedang.

Hidup jenis siput gonggong ini juga berkoloni dan berada pada area yang rendah

sampai sedang kerapatan lamunnya, sehingga jenis siput gonggong ini mudah

Page 7: Tingkat Pemanfaatan Siput Gonggong (Strombus sp.) di ...repository.umrah.ac.id/395/1/ARTIKEL.pdf · Pengujan akan ditampilkan dalam bentuk peta. Gambar. Peta Lokasi Penelitian

ditemukan. Rata-rata panjang cangkang berkisar antara 51,2 mm sampai 61.82

mm, (Cob et al. 2009).

Kepadatan Siput Gonggong

Kepadatan populasi adalah rata-rata jumlah individu per satuan luas area

pengamatan. Nilai kepadatan siput gonggong pada setiap titik sampling dapat di

lihat pada Gambar 10.

Gambar 2. Grafik kepadatan siput gonggong di perairan Desa Pengujan.

Diketahui bahwa nilai kepadatan jenis gonggong untuk masing-masing jenis

berbeda-beda. Untuk jenis yang memiliki kepadatan tertinggi yakni S. canarium

dengan nilai kepadatan 0,73 ind/m². Sedangkan jenis S. turturella kepadatan nya

hanya sekitar 0,30 ind/m² serta kepadatan terkecil pada jenis S. urceus dengan

nilai kepadatan hanya 0,23 ind/m². Total kepadatan secara menyeluruh untuk

ketiga jenis gonggong yakni 1,27 ind/m². Membandingkan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Marwoto et al. (1993), terkait dengan komunitas siput gonggong

di perairan Pulau Bintan memperoleh kepadatan pada wilayah sekitar Pengujan

dan Pulau Los cukup rendah yakni hanya 0,60 ind/m². Melihat dari hasil

penelitian tersebut, kepadatan gonggong pada saat ini juga tergolong rendah. Jika

melihat dari penelitian Siddik (2011), mendapatkan kepadatan siput gonggong di

Teluk Klabat, Bangka Belitung berkisar antara 2-5 ind/m². Nilai kepadatan

tersebut cukup tinggi jika dibandingkan hasil penelitian ini. Rendahnya kepadatan

siput gonggong di Desa Pengujan merupakan pengaruh dari intensifnya

penangkapan yang dilakukan oleh masyarakat. Penangkapan siput gonggong akan

membuat populasi siput gonggong semakin menipis. Lebih lanjut Siddik (2011),

mengatakan bahwa pengaruh kelimpahan siput gonggong selain dari kandungan

bahan organik serta padang lamun, juga dipengaruhi oleh adanya eksploitasi oleh

manusia. Pengaruh lain dari rendahnya kepadatan adalah jenis substat di suatu

perairan. Diketahui jenis substrat di perairan Desa Pengujan mengandung pasir

sedang. Menurut Ira et al. (2015), substrat berpasir tidak menyediakan tempat

melekat bagi organisme gastropoda. Tempat melekat berguna untuk bertahan dari

aksi gelombang secara terus menerus yang dapat menggerakkan partikel substrat.

Pemanfaatan Siput Gonggong di Desa Pengujan

Penangkapan siput gonggong di perairan Desa Pengujan dilakukan pada pasang

surut total (terendah). Gonggong yang bermunculan di permukaan lumpur atau

pasir di tangkap dengan cara manual (di pungut dengan tangan). Lama

penangkapan biasanya berlangsung selama kurang lebih 2-3 jam, dan hanya

0,00

0,10

0,20

0,30

0,40

0,50

0,60

0,70

0,80

S. canarium S. turturella S. urceus

Nil

ai K

epad

atan

(In

s/m

2)

Jenis

Page 8: Tingkat Pemanfaatan Siput Gonggong (Strombus sp.) di ...repository.umrah.ac.id/395/1/ARTIKEL.pdf · Pengujan akan ditampilkan dalam bentuk peta. Gambar. Peta Lokasi Penelitian

dilakukan pada siang hari. 90% nelayan Desa Pengujan menjadikan penangkapan

siput gonggong sebagai pekerjaan sampingan dan 10% pekerjaan pokok. 70%

nelayan Desa Pengujan menangkap gonggong bercangkang tebal dan 30%

menangkap cangkang tipis. Dari hasil pengukuran hasil tangkapan nelayan yang

dilakukan sebanyak 4 kali ulangan terhadap 1 orang nelayan selama 4 minggu.

Berdasarkan hasil pengamatan, ukuran tangkap siput gonggong di perairan Desa

Pengujan pada minggu pertama berkisar antara 50,4-68,6 mm dengan rata-rata

60,4 mm. Pada minggu berkisar antara 45,8-70,0 mm dengan rata-rata 60,1 mm.

Pada minggu ketiga berkisar antara 45,8-66,2 mm dengan rata-rata 59,5 mm dan

sedangkan pada minggu keempat berkisar antara 49,0-64,6 mm dengan rata-rata

57,0 mm. Menurut Siska (2011), siput gonggong yang berukuran 39-49 mm (3,9-

4,9 cm) merupakan siput gonggong yang berukuran kecil, 50-59 mm (5-5,9 cm)

siput gonggong berukuran sedang dan 60-69 mm (6-6,9 cm) siput gonggong yang

berukuran besar. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada tangkapan

minggu pertama dan kedua dikategorikan besar, sedangkan pada minggu ketiga

dan keempat dikategorikan ukurannya sedang. Ukuran tangkap yang demikian

tidak berpengaruh terhadap populasi siput gonggong di perairan Desa Pengujan,

karena yang dimanfaatkan cuma gonggong dengan ukuran remaja dan dewasa.

Bila kondisi seperti ini bisa dipertahankan masyarakat nelayan Desa Pengujan,

maka populasi siput gonggong bisa dimanfaatkan secara berkelanjutan.

Teknologi penangkapan adalah cara penangkapan siput gonggong. Teknologi

penangkapan siput gongong sudah mendukung dan baik untuk keberlanjutan

kehidupan populasi siput gonggong karena 20 orang nelayan siput gonggong di

Desa Pengujan menangkap dengan cara tradisonal, memungut langsung dengan

tangan. Dari hasil wawancara tersebut maka dapat disimpulakan bahwa seluruh

nelayan Desa Pengujan yang melakukan penangkapan siput gonggong dengan

cara memungut. Teknologi penangkapan langsung dengan menggunakan tangan

merupakan teknologi penangkapan yang ramah lingkungan karena tidak merusak

ekosistem kehidupan siput gonggong. Lokasi penangkapan dibagi menjadi 2 yaitu

lumpur berpasir dan pasir berlumpur. Berdasarkan hasil wawancara terhadap 20

responden nelayan di Desa Pengujan sebanyak 11 responden nelayan mengatakan

lokasi penangkapan siput gonggong dilakukan pada pasir berlumpur, sedangkan 9

responden nelayan lagi melakukan penangkapan di daerah lumpur berpasir.

Sebagian besar dari responden (55%) menyatakan bahwa umumnya lokasi yang

banyak dijumpai siput gonggong merupakan area pasir berlumpur. Area pasir

berlumpur merupakan wilayah yang dijadikan sebagai area tangkapan, karena

banyaknya jenis gonggong yang dijumpai. Selain itu, akses penangkapan pada

area pasir berlumpur akan lebih mudah dibandingkan dengan kawasan berlumpur

yang dalam. Pada kawasan dengan substrat lumpur akan menyulitkan nelayan

untuk berjalan, serta gonggong agak sulit terlihat dibandingkan dengan kawasan

pasir berlumpur. Hal ini sesuai dengan pernyataan Dody (2012), bahwa siput

gonggong di perairan Pulau Bintan umumnya ditemukan di antara tumbuhan

lamun dengan substrat pasir berlumpur. Berdasarkan hasil wawancara dari 20

responden nelayan di Desa Pengujan, 16 responden mengatakan jumlah siput

gonggong yang di ambil untuk setiap 1 kali tangkapan berkisar antara 0-100 ekor

dan 4 responden jumlah tangkapan siput gonggong yang di dapat lebih dari 100

ekor. Dalam penelitian ini dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu 50 – 100 ekor,

dan > 100 ekor. Dalam setiap minggunya untuk rata-rata masing-masing

Page 9: Tingkat Pemanfaatan Siput Gonggong (Strombus sp.) di ...repository.umrah.ac.id/395/1/ARTIKEL.pdf · Pengujan akan ditampilkan dalam bentuk peta. Gambar. Peta Lokasi Penelitian

masyarakat nelayan dapat memperoleh hasil antara 100-200 individu dengan rata-

rata turun lapangan sebanyak 2 kali.

Nilai Potensi Lestari (MSY) Siput Gonggong

Potensi lestari (MSY) untuk sumber daya siput gonggong di perairan Desa

Pengujan sebesar Di peroleh nilai MSY (Maximum Sustainable Yield) sebesar

60,72 kg/minggu, sementara nilai upaya optimal (fopt) sebesar 53, trip/minggu dan

nilai rata-rata effort sebesar 39,5 trip/minggu, yang artinya jika effort belum

melebihi effort optimum maka bisa meningkatkan nilai produksi. Menurut

Lubis et al. (2013), jika effort dilakukan melebihi effort optimum maka akan

menurunnya produksi. Kurva potensi lestari terlihat pada Gambar 2.

Gambar 2. (Maximum sustainable yield).

Gambar 3 Jika dibandingkan rata-rata nilai hasil penangkapan sebesar 56,6

kg/minggu dengan nilai MSY sebesar 60,7 kg/minggu maka dapat disimpulkan

bahwa hasil tangkapan lebih rendah dibandingkan dengan nilai MSY, sehingga

penangkapan siput gonggong masih dapat ditingkatkan. Kecenderungan hubungan

catch per unit effort dan upaya penangkapan dalam periode 1-4 adalah menurun,

dimana operasi penangkapan yang dilakukan di perairan Desa Pengujan belum

efisien karena semakin meningkatnya upaya penangkapan yang dilakukan

ternyata hasil tangkapan per unit usaha penangkapan (CPUE) yang di peroleh

semakin kecil, artinya penangkapan siput gonggong masih dapat ditingkatkan.

Akan tetapi peneliti menganjurkan untuk tidak menambah upaya penangkapan

agar tidak terjadi over eksploitasi. Dan di lihat juga pada nilai kepadatan

gonggong di Desa Pengujan tergolong rendah, sehingga akan lebih baik

peningkatan upaya penangkapan tidak dilakukan. Sesuai dengan pernyataan

Wurlianti et al. (2015), penangkapan berlebihan harus segera diperhatikan dengan

cara pengelolaan sumberdaya seperti pengaturan upaya penangkapan, pengaturan

ukuran mata jaring dan penutupan musim atau daerah penangkapan. Namun

demikian dalam pengelolaan perikanan sangat sulit untuk mengatur dan merubah

kondisi yang telah ada sehingga upaya yang mungkin dilakukan adalah hanya

berupa pembatasan seperti tidak mengizinkan penambahan upaya tangkapan serta

membatasi jumlah tangkapan nelayan tanpa mengurangi jumlah upaya tangkapan

yang telah ada saat ini sehingga tercapai pemanfaatan yang optimum. Menurut

Hertini dan Gusrini (2013), bahwa konsep tangkapan lestari atau Maximum

Sustainability Yield (MSY), bertujuan untuk mempertahankan ukuran populasi

0

10

20

30

40

50

60

70

80

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120

To

tal

ca

tch

(K

g)

Effort (trip)

cMSY 60.72

Under exploited

Over exploited

Page 10: Tingkat Pemanfaatan Siput Gonggong (Strombus sp.) di ...repository.umrah.ac.id/395/1/ARTIKEL.pdf · Pengujan akan ditampilkan dalam bentuk peta. Gambar. Peta Lokasi Penelitian

pada titik maksimum dimana tingkat pertumbuhan dengan pemanenan yang

biasanya akan ditambahkan ke dalam populasi dan memungkinkan populasi

tersebut menjadi produktif selamanya.

Jumlah Tangkapan yang Diperbolehkan (JTB) dan Tingkst Pemanfaatan Hasil perhitungan nilai pemanfaatan siput gonggong dan jumlah tangkapan yang

diperbolehkan (JTB) dan tingkat pemanfaatan siput gongging secara lengkap

dapat disajikan pada Gambar 3.

Gambar 3. Nilai Pemanfaatan Siput Gonggong.

Di lihat dari nilai tingkat pemanfaatan siput gonggong Desa Pengujan diketahui

tingkat pemanfaatan pada minggu pertama yakni sebesar 95,2%/minggu, tingkat

pemanfaatan pada minggu kedua yakni 92,4%/minggu, pada minggu ketiga

pemanfaatan sebesar 92,1%/minggu, serta pada minggu keempat nilai

pemanfaatan 92,9%/minggu, dengan rata-rata keseluruhan sebesar 93%/minggu.

Diketahui rata-rata nilai JTB sebesar 49%/minggu. Tetapi jika di lihat dari rata-

rata jumlah hasil tangkapan 56,6 kg/minggu masih di bawah nilai MSY yaitu

60,72 kg/minggu artinya hasil penangkapan masih dapat dilakukan. Nilai

pemanfaatan siput gonggong diperairan Desa Pengujan menunjukkan lebih besar

dibandingkan dengan nilai JTB, artinya bahwa adanya peningkatan pemanfaaatan

terus menerus akan mengarah kepada tangkapan lebih (over eksploitasi. Jika

mengacu pada pernyataan Ilhamdi et al. (2015), bahwa jika tingkat pemanfaatan

melebihi nilai JTB, sumberdaya tersebut mengalami kemungkinan terjadinya over

eksploitasi. Menurut Rosana dan Prasita (2015), bahwa sumberdaya perikanan

masih dikatakan underfishing jika pemanfaatannya masih dibawah nilai JTB

(kurang dari 80% dari MSY). Secara keseluruhan, nilai pemanfaatan cenderung

lebih tinggi dibandingkan dengan nilai JTB yang artinya telah terjadi peningkatan

pemanfaatan siput gonggong. Sehingga diharapkan pengambilan siput gonggong

sebaiknya dapat di batasi. Fluktuasi tingkat pemanfaatan dapat disebabkan oleh

berbagai faktor, penurunan hasil tangkapan disebabkan karena menurunnya

ukuran populasi akibat tingginya upaya penangkapan dari waktu ke waktu.

Arahan Pengelolaan

Kualitas air masih tergolong baik sesuai dengan baku mutu, namun diperlukan

pemahaman kepada masyarakat untuk menjaga kondisi perairan agar tetap baik

dan sesuai untuk mendukung kehidupan siput gonggong. Total kepadatan secara

0,0

10,0

20,0

30,0

40,0

50,0

60,0

70,0

80,0

90,0

100,0

1 2 3 4

Nil

ai (

%)

Waktu sampling

TP

JTB

Page 11: Tingkat Pemanfaatan Siput Gonggong (Strombus sp.) di ...repository.umrah.ac.id/395/1/ARTIKEL.pdf · Pengujan akan ditampilkan dalam bentuk peta. Gambar. Peta Lokasi Penelitian

menyeluruh untuk ketiga jenis siput gonggong tergolong rendah yaitu 1,27 ind/m2.

Hal ini disebabkan oleh adanya penangkapan yang dilakukan oleh masyarakat

sehingga eksploitasi terus dilakukan. Untuk itu, diperlukan pengaturan jumlah

tangkapan siput gonggong dalam kg. Penentuan jumlah tangkapan optimum bagi

masing-masing nelayan untuk menjaga kelestarian populasi siput gonggong.

Dirumuskan beberapa kesepakatan bagi semua nelayan siput gonggong di Desa

Pengujan untuk menetapkan jumlah tangkapam optimum untuk mengurangi

tekanan eksploitasi. Nilai pemanfaatan cenderung lebih tinggi dibandingkan

dengan nilai JTB yang artinya telah terjadi peningkatan pemanfaatan siput

gonggong, serta nilai penangkapan optimum mendekati nilai MSY. Meskipun

nilai penangkapan optimum masih dibawah nilai MSY, akan tetapi sudah

mendekati titik MSY. Untuk itu, diperlukan pengaturan penangkapan siput

gonggong yakni pembatasan upaya tangkapan serta diberikan pemahaman kepada

masyarakat untuk mengatur waktu yang diperbolehkan untuk menangkap siput

gonggong.

KESIMPULAN

Hasil pengukuran suhu antara 28,4-29,7oC, salinitas antara 29-32 o/oo, pH antara

7,5-7,9 dan oksigen terlarut antara 5,9-7,2 mg/L serta berjenis substrat pasir

sedang. Secara keseluruhan, parameter kualitas perairan tergolong baik bagi

kehidupan siput gonggong. Di perairan Desa Pengujan telah dijumpai 3 jenis siput

gonggong yang berbeda yaitu antara lain Strombus canarium, Strombus turturella,

Strombus urceus. Kepadatan jenis gonggong untuk masing-masing jenis yakni S.

canarium dengan nilai kepadatan 0,73 ind/m2. Sedangkan jenis S. turturella

kepadatannya hanya sekitar 0,30 ind/m2 serta kepadatan pada jenis S. urceus

hanya 0,23 ind/m2. Total kepadatan secara menyeluruh untuk ketiga jenis siput

gonggong yaitu 1,27 ind/m2. Nilai pemanfaatan cenderung lebih tinggi

dibandingkan dengan nilai JTB yang artinya telah terjadi peningkatan

pemanfaatan siput gonggong. Sehingga diharapkan pengambilan siput

gonggong sebaiknya dapat di batasi.

DAFTAR PUSTAKA

Cob, Z.C., Arshad. A, Idris, M.H., Bujang, J.S., Ghaffar, M.A. 2009. Species

Description and Distribution of Strombus (Mollusca: Strombidae) in Johor

Straits and its Surrounding Areas. Sains Malaysiana. 38 (1): 39-46.

Dody, S. 2012. Pemijahan dan Perkembangan Larva Siput Gonggong (Strombus

Turturella). Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis. 4 (1): 107-113.

Hertini, E., Gusriani, N. 2013. Maximum Sustainable Yield (MSY) Pada

Perikanan dengan Struktur Prey-Predator. Prosiding Seminar Nasional Sains

dan Teknologi Nuklir, 307e311.

Ilhamdi, H.,Telussa, R., Ernaningsih, D. 2016. Analisis Tingkat Pemanfaatan dan

Musim Penangkapan Ikan Pelagis di Perairan Prigi Jawa Timur. Ilmiah Satya

Mina Bahari. 1 (1): 52-64.

Page 12: Tingkat Pemanfaatan Siput Gonggong (Strombus sp.) di ...repository.umrah.ac.id/395/1/ARTIKEL.pdf · Pengujan akan ditampilkan dalam bentuk peta. Gambar. Peta Lokasi Penelitian

Ira., Rahmadani., Irawati, N. 2015. Keanekaragaman dan Kepadatan Gastropoda

di Perairan Desa Morindino Kecamatan Kambowa Kabupaten Buton Utara.

Ilmu Perikanan dan Sumberdaya Perairan. 3 (2): 266-272.

Lubis, R.S., Mulya, M.B., Desrita. 2013. Potensi, Tingkat Pemanfaatan dan

Keberlanjutan Ikan Terbang (Sardinella spp.) di Perairan Selat malaka,

Kabupaten Serdang Bedagai Sumatera Utara. Aquacoastmarine. 1 (1): 1-12.

Marwoto, R.M., Andrianto, H., Widodo, R. 1993. Komunitas Keong Strombus

Canarium Linne, 1758 dan Asosiasinya dengan Moluska Lain di Perairan

Pulau Bintan, Riau. Ilmu-Ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia. 1 (2): 44-55.

Rosady, V.P., Astuty, S., Prihadi, D.J. 2016. Kelimpahan dan Kondisi Habitat

Siput Gonggong (Strombus Turturella) di Pesisir Kabupaten Bintan Kepulauan

Riau. Perikanan Kelautan. 7 (2): 35-44.

Rosana, N., Prasita, V.D. 2015. Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Ikan Sebagai

Dasar Pengembangan Sektor Perikanan di Selatan Jawa Timur. Kelautan. 8.

71e76.

Siddik, J. 2011. Sebaran Spasial dan Potensi Reproduksi Populasi Siput

Gonggong (Strombus Turturella) di Teluk Klabat Bangka-Belitung. [Skripsi].

Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Siska, M. 2011. Kadar Logam Berat (Cd, Cu,Pb,Zn) Pada Sedimen Dasar dan

Siput Gonggong (Strombus Canarium ) di Pantai Pulau Bintan Kepulauan

Riau. Proposal Penelitian Program Studi Lingkungan Program Pasca Sarjana

Universitas Riau.

Soeharmoko. 2010. Inventarisasi Jenis Kekerangan yang di Konsumsi Masyarakat

di Kepulauan Riau. Dinamika Maritim. 2 (1): 45-52.

Wurlianty, H.A., Wenno, J., Kayadoe, M.E. 2015. Catch Per Unit Effort (CPUE)

Periode Lima Tahunan Perikanan Pukat Cincin di Kota Manado dan Kota

Bitung. Ilmu dan Teknologi Perikanan Tangkap. 2 (1): 1-8.