skripsi - core.ac.uk · hastula sp,dan strombus sp), bivalvia jenis (argopecten sp),malacostraca...

62
KEANEKARAGAMAN FAUNA NON BENTIK PADA EKOSISTEM MANGROVE DI SUNGAI TALLO KOTA MAKASSAR SKRIPSI Oleh: ABDUL TALIB PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN DEPARTEMEN ILMU KELAUTAN FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2016

Upload: dinhthuan

Post on 16-Mar-2019

247 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: SKRIPSI - core.ac.uk · Hastula sp,dan Strombus sp), Bivalvia jenis (Argopecten sp),Malacostraca jenis (Hemigrapsus sp dan dorippe sp) dan Aves jenis (Butoridies striatus, Ardeola

KEANEKARAGAMAN FAUNA NON BENTIK PADA EKOSISTEM MANGROVE DI SUNGAI TALLO KOTA MAKASSAR

SKRIPSI

Oleh:

ABDUL TALIB

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN DEPARTEMEN ILMU KELAUTAN

FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR 2016

Page 2: SKRIPSI - core.ac.uk · Hastula sp,dan Strombus sp), Bivalvia jenis (Argopecten sp),Malacostraca jenis (Hemigrapsus sp dan dorippe sp) dan Aves jenis (Butoridies striatus, Ardeola

1

KEANEKARAGAMAN FAUNA NON BENTIK PADA EKOSISTEM MANGROVE DI SUNGAI TALLO KOTA MAKASSAR

Oleh:

ABDUL TALIB

SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN DEPARTEMEN ILMU KELAUTAN

FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR 2016

Page 3: SKRIPSI - core.ac.uk · Hastula sp,dan Strombus sp), Bivalvia jenis (Argopecten sp),Malacostraca jenis (Hemigrapsus sp dan dorippe sp) dan Aves jenis (Butoridies striatus, Ardeola

ii

ABSTRAK

ABDUL TALIB (L111 10 904) “Keanekaragaman Fauna Non Bentik pada Ekosistem Mangrove di Sungai Tallo Kota Makassar”Dibimbing oleh ANDI IQBAL BURHANUDDIN dan AMRAN SARU.

Ekosistem mangrove termasuk ekosistem pantai yang memiliki fungsi ekologis, biologis, dan bernilai ekonomis. Penelitian ini dilaksanakan pada Desember 2015 sampai dengan Februari 2016 yang bertujuan mengetahui jenis mangrove dan fauna non bentik yang berada pada ekosistem mangrove serta hubungan kerapatan mangrove dengan kelimpahan fauna non bentik. Mengetahui keanekaragaman fauna non bentik yang ada di akar, batang, dan ranting/daun.

Lokasi penelitian dibagi ke dalam tiga stasiun yang masing - masing stasiun terdiri dari empat substasiun dengan tiga sub plot mangrove berukuran 10 m x 10 m dan lima untuk organisme berukuran 1 m x 1 m, terkecuali untuk pengamatan aves dan pendataannya mengikuti luasan yang dijadikan lokasi pengamatan dengan metode yang digunakan yaitu metode ekploratif dan pengmatan langsung di lapangan. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa ditemukan 6 jenis mangrove yaitu Nypa fruticans, Rhizophora mucronata, Rhizophora stylosa, Avicennia alba, Sonneratia sp,dan Bruguiera sp dan Fauna non bentik yaitu: Gastropoda jenis (Natica sp, Achatina sp, Melanopsis sp, Littorina sp, Bedeva sp, Hastula sp,dan Strombus sp), Bivalvia jenis (Argopecten sp),Malacostraca jenis (Hemigrapsus sp dan dorippe sp) dan Aves jenis (Butoridies striatus, Ardeola speciosa, Sterna hirundo, Egretta alba, Egretta sacra, Actitis hypolecos, dan Nycticorax caledonicus). Hasil dari Indeks keanekaragaman yang diperoleh dalam kategori rendah,keseragaman dalam kategori komunitas tertekan dan komunitas labil dan indeks dominansi dalam kategori rendah dan Hubungan antara kerapatan mangrove dengan kelimpahan fauna non bentik berkorelasi positif tetapi lemah dengan nilai Koefisien korelasi (r) sebesar 0,173.

Kata kunci : Keanekaragaman, Keseragaman, Dominansi, Fauna non bentik,

Sungai Tallo,Mangrove Sungai Tallo.

Page 4: SKRIPSI - core.ac.uk · Hastula sp,dan Strombus sp), Bivalvia jenis (Argopecten sp),Malacostraca jenis (Hemigrapsus sp dan dorippe sp) dan Aves jenis (Butoridies striatus, Ardeola

iii

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Keanekaragaman Fauna Non Bentik Pada Ekosistem

Mangrove Di Sungai Tallo Kota Makassar.

Nama :Abdul Talib

Nomor pokok : L111 10 904

Jurusan : Ilmu Kelautan

Skripsi telah di periksa dan di setujui oleh

Pembimbing Utama Pembimbing Anggota

Prof.Andi Iqbal Burhanuddin,M.Fish.Sc.,Ph.D. Prof.Dr.Amran Saru,ST.,M.Si

NIP :19691215 199403 1 002 NIP : 196709241995031001

Mengetahui

Dekan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Prof. Dr. Ir. Jamaluddin Jompa, M.Sc NIP. 19670308 199003 1 001

Ketua Program Studi Ilmu Kelautan, Dr. Mahatma Lanuru, ST., M.Sc NIP. 197010291995031001

Tanggal Lulus : 2016

Page 5: SKRIPSI - core.ac.uk · Hastula sp,dan Strombus sp), Bivalvia jenis (Argopecten sp),Malacostraca jenis (Hemigrapsus sp dan dorippe sp) dan Aves jenis (Butoridies striatus, Ardeola

iv

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 5 Maret 1991 di

Bantaeng, Sulawesi Selatan. Anak keempat dari enam

bersaudara pasangan dari Ayahanda Syamsuddin dengan

Ibunda Salia. Pada tahun 2004 lulus dari SD Inpres

Tamarunang, tahun 2007 lulus dari SMPN 3 Bantaeng, dan

tahun 2010 lulus dari SMK Kelautan Dan Perikanan

Bantaeng. Pada tahun 2010, melalui Seleksi Jalur POSK (Prestasi Olahraga, Seni

Dan Keilmuan). Penulis berhasil diterima pada Program Studi Ilmu Kelautan,

Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas

Hasanuddin, Makassar.

Penulis aktif pada bidang kemahasiswaan dengan mengikuti organisasi

Mahasiswa yaitu Senat Mahasiswa Ilmu Kelautan Universitas Hasanuddin (SEMA

KELAUTAN UH) periode 2013-2014, Himpunan Mahasiswa Islam (HmI) Komisariat

Ilmu Kelautan Cabang Makassar Timur, Himpunan Pelajar Mahasiswa Bantaeng

(HPMB), Lembaga Pertanian Mahasiswa Islam (LPMI) dan pengurus HmI cabang

Makassar Timur periode 2016-2017. Penulis juga aktif pada berbagai asisten mata

kuliah yakni Ekologi Laut, Geologi Laut, Sedimentologi, Metode Dan Teknik Survey

Sumber Daya Hayati Laut,Teknik Rehabilitasi Ekosistem Pesisir Dan Laut dan

Pengelolaan Kawasan Perlindungan Laut.

Pada tahun 2014, penulis melaksanakan salah satu tridarma perguruan

tinggi yaitu pengabdian masyarakat dengan mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN)

gelombang 87, di Desa Pattiro Bajo, Kec.Sibulue, Kab.Bone, Sulawesi Selatan.

Pada saat bersamaan, penulis sekaligus melaksanakan Praktek Kerja Lapang (PKL)

Page 6: SKRIPSI - core.ac.uk · Hastula sp,dan Strombus sp), Bivalvia jenis (Argopecten sp),Malacostraca jenis (Hemigrapsus sp dan dorippe sp) dan Aves jenis (Butoridies striatus, Ardeola

v

di Desa Malussetasi, Kec.Sibulue, Kab.Bone dengan judul “Kerapatan Pohon

Mangrove Di Desa Mallusetasi Kabupaten Bone’

Salah satu syarat untuk menyelesaikan studi akhirnya telah terselesaikan,

penulis melakukan penelitian dengan judul “Keanekaragaman Fauna Non Bentik

Pada Ekosistem Mangrove Di Sungai Tallo Kota Makassar” dibawah bimbingan

bapak Prof. Andi Iqbal Burhanuddin, M.fish.Sc.,Ph.D dan Prof.Dr.Amran Saru

ST.,M.Si.

Page 7: SKRIPSI - core.ac.uk · Hastula sp,dan Strombus sp), Bivalvia jenis (Argopecten sp),Malacostraca jenis (Hemigrapsus sp dan dorippe sp) dan Aves jenis (Butoridies striatus, Ardeola

vi

KATA PENGANTAR

Tak ada kata yang pantas selain mengagungkan kebesaranmu ya ALLAH,

atas segala karunia dan pertolongan yang engkau berikan kepada penulis selama

dalam proses penyelesaian karya ini yang berjudul “Keanekaragaman Fauna Non

Bentik Pada Ekosistem Mangrove Di Sungai Tallo Kota Makassar” yang merupakan

sebuah hasil penelitian untuk memperoleh gelar sarjan dalam bidang kelautan.

Shalawat dan salam atas junjungan Nabi besar Muhammad SAW berserta

para sahabat yang telah menegakkan agama ALLAH dalam ajaran Islam di bumi ini.

Ya ALLAH, pemilik segala yang ada di langit dan di bumi. Melalui setiap kesempatan

nafas yang engkau berikan. Aku memohon ampunanmu atas segala keselahan yang

pernahku perbuat. Dan ampunilah pula segala dosa ibu dan ayahku ya robbi, baik

kesalahan yang disengaja maupun tak disengaja yang dibuat oleh beliau.

Melalui kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada semua pihak-pihak yang telah membantu terciptanya sebuah

karya sederhana yang lahir berkat bantuan pemikiran, saran dan motivasi selama

proses penyusunan skripsi hingga akhirnya penelitian ini dapat selesai.

Penulis,

Abdul Talib

Page 8: SKRIPSI - core.ac.uk · Hastula sp,dan Strombus sp), Bivalvia jenis (Argopecten sp),Malacostraca jenis (Hemigrapsus sp dan dorippe sp) dan Aves jenis (Butoridies striatus, Ardeola

vii

UCAPAN TERIMAKASIH

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat tuhan Yang Maha Esa atas

berkah, anugerah-Nya serta kasih sayang-Nya yang tidak henti-henti, khususnya

kepada penulis dan keluarga penulis, hingga saat ini.

Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sangat

tulus kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis mulai dari awal perkuliahan

hingga tersusunnya skripsi ini.

1. Kepada kedua orangtuaku, Ayahanda Syamsuddin dan Ibunda Salia yang telah

bersedia dengan ikhlas menerima beban senang dan sakit yang dirasakan

selama merawatku, menjaga serta mengarahkanku ketika salah, menerimaku apa

adanya dan banyak hal yang tidak bisa diungkapkan atas semua pengorbanan

dan kasih sayang mereka.

2. Kepada Prof. Andi Iqbal Burhanuddin, M.fish.Sc.,Ph.D. dan Prof.Dr.Amran

Saru ST.,M.Si yang telah meluangkan waktu serta pikiran untuk membimbing dan

mengarahkan melalui kritik dan saran yang membangun hingga skripsi ini dapat

selesai sesuai yang diinginkan.

3. Kepada Dr.Inayah Yasir,M.Sc, Dr.Khairul Amri,ST,M,Sc.Stud dan Ir.Marzuki

Ukkas,DEA selaku dosen penguji, memberikan tanggapan, dan saran terhadap

penyempurnaan skripsi ini.

.4. Kepada BapakProf.Dr.Ir.Jamaluddin Djompa, M.Sc selaku Dekan FIKP beserta

jajarannya, Bapak Dr.Mahatma Lanuru,ST.,M.Sc selaku Ketua Jurusan Ilmu

Kelautan.

Page 9: SKRIPSI - core.ac.uk · Hastula sp,dan Strombus sp), Bivalvia jenis (Argopecten sp),Malacostraca jenis (Hemigrapsus sp dan dorippe sp) dan Aves jenis (Butoridies striatus, Ardeola

viii

5. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Ilmu Kelautan yang telah membagikan

pengetahuan dan pengalaman kepada penulis.

6. Seluruh Staf pegawai FIKP UH dan Laboratarium yang tidak dapat disebutkan

namanya satu per satu yang selalu mendukung penulis secara ikhlas, sadar

ataupun tidak, membantu penulis mengurus berkas, serta penyemangat disaat

penulis butuh.

7. Kepada Saudara-saudaraku dan seperjuanganku di KONSERVASI 2010 (Kosong

Sepuluh Berjuta Variasi), Budi, Nenni, Eki, Frans, Akram, Iswan, Hans, Ikram,

Ifha, Nisa, Zusan, Hesti, Fira, Mardi, Mangando, Eka, Putra, Andri, Weindri,

Tuti, Asri, januar, Dian, Dilla, Saldi, Zulfi, Ulil, Azan, Mudin, Ria, Roni, Tendri,

Cute, Ashar, Chandra, Cia, Mito, Ipul, Ulli’, dan Wahid yang selalu

mendampingi, menyemangati, susah senang bersama, pengingat terbaik,

memberikan hidup penulis lebih berwarna dengan hadirnya kalian.

8. Kepada Keluarga Mahasiwa Ilmu Kelautan Universitas Hasanuddin atas

dukungan, doa, serta canda tawanya. Terima kasih atas semua pelajaran hidup

yang kalian berikan.

“Hidup bagaikan skripsi, banyak halaman dan bab yang perlu direvisi, tetapi

semuanya akan berakhir indah, tergantung dari usaha kita sendiri”

Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat

bagi para pembaca.

Page 10: SKRIPSI - core.ac.uk · Hastula sp,dan Strombus sp), Bivalvia jenis (Argopecten sp),Malacostraca jenis (Hemigrapsus sp dan dorippe sp) dan Aves jenis (Butoridies striatus, Ardeola

ix

DAFTAR ISI

No Halaman

ABSTRAK ................................................................................................................. ii

LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................................... iii

RIWAYAT HIDUP ..................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR ................................................................................................. vi

DAFTAR ISI.............................................................................................................. ix

DAFTAR TABEL ........................................................................................................ x

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................ 1

I. PENDAHULUAN ................................................................................................... 2

A. Latar Belakang ............................................................................................... 2

B. Tujuan dan Kegunaan .................................................................................... 4

C. Ruang Lingkup .............................................................................................. 4

II.TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................... 6

A. Estuaria .......................................................................................................... 6

B. Hutan Mangrove dan Ekosistem Mangrove .................................................... 7

C. Asosiasi Fauna Pada Mangrove .................................................................. 10

D. Indeks Keanekaragaman, Keseragaman dan Dominansi Fauna ................. 12

E. Parameter Lingkungan ................................................................................. 14

III. METODOLOGI PENELITIAN ..............................................................................17

A. Waktu dan Tempat ....................................................................................... 17

B. Alat dan Bahan ............................................................................................ 18

C. Prosedur Penelitian ...................................................................................... 18

IV.HASIL DAN PEMBAHASAN ...............................................................................25

A. Kondisi Umum dan Deskripsi Lokasi Penelitian ............................................ 25

B. Kondisi Ekosistem Mangrove ....................................................................... 27

C. Struktur Komunitas dan Indeks Ekologi Fauna Non Bentik Mangrove ......... 31

D. Parameter Lingkungan ................................................................................ 42

V. KESIMPULAN DAN SARAN ..............................................................................47

A. Kesimpulan .................................................................................................. 47

B. Saran ........................................................................................................... 47

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................48

Page 11: SKRIPSI - core.ac.uk · Hastula sp,dan Strombus sp), Bivalvia jenis (Argopecten sp),Malacostraca jenis (Hemigrapsus sp dan dorippe sp) dan Aves jenis (Butoridies striatus, Ardeola

x

DAFTAR TABEL

No Halaman

1. Kategori Indeks Keanekaragaman (Odum, 1993) ............................................... 13

2. Kategori Indeks Keseragaman (Odum, 1993) ..................................................... 13

3. Kategori Indeks Dominansi (Odum, 1993) .......................................................... 14

4. Pengaruh pH terhadap komunitas biologi perairan (Effendi, 2003) ..................... 15

5. Jenis mangrove yang ditemukan di setiap stasiun penelitian .............................. 29

Page 12: SKRIPSI - core.ac.uk · Hastula sp,dan Strombus sp), Bivalvia jenis (Argopecten sp),Malacostraca jenis (Hemigrapsus sp dan dorippe sp) dan Aves jenis (Butoridies striatus, Ardeola

xi

DAFTAR GAMBAR

No Halaman

1. Diagram ilustrasi penyebaran fauna di habitat bakau Rhizopora sp. (Irwanto,

2006) .................................................................................................................. 9

2. Peta Lokasi Penelitian ........................................................................................ 17

3. Sketsa Stasiun Pengamatan ............................................................................... 19

4. Penutupan Lahan Kawasan Sungai Tallo ........................................................... 26

5. Rata-rata ketebalan mangrove per stasiun ......................................................... 27

6. Nilai kerapatan mangrove pada tiap stasiun ....................................................... 30

7. Jenis fauna makrozoobentos (Littoria sp.) kiri, dan (Natica sp.) kanan. ............... 32

8. Jenis Egretta alba (kiri) dan Egretta sacra (kanan) ............................................. 33

9. Jenis burung Ardeola speciosa (kiri) dan Nycticorax caledonicus ....................... 34

10.Kelihatan jenis aves Trinil pantai (Actitis hypoleucos) sedang beraktifitas di

sekitar rawa hutan mangrove ............................................................................ 35

11. Jenis aves Butoridies striatus (Kokokan Laut) sedang beraktifitas di sekitar rawa

hutan mangrove ................................................................................................ 36

12. Jenis aves Sterna hirundo (dara laut biasa) sedang bertengger di ranting pohon

mangove ......................................................................................................... 36

13. Komposisi jenis fauna non bentik berdasarkan class. ...................................... 37

14. Kepadatan jenis fauna non bentik/plot berdasarkan habitat dari rata-rata jumlah

jenis fauna. ...................................................................................................... 38

15. Kepadatan jenis fauna pada lokasi penelitian ................................................... 39

16. Indeks ekologi fauna non bentik pada tiap stasiun ............................................ 40

17. Grafik regresi linear sederhana ......................................................................... 41

18. Suhu rata-rata pada tiap stasiun pengamatan .................................................. 43

19. Kisaran rata-rata salinitas pada tiap stasiun ...................................................... 44

20. Kisaran rata-rata pH pada tiap stasiun pengamatan ......................................... 45

21. Tinggi genangan air rata-rata pada tiap stasiun ................................................ 46

Page 13: SKRIPSI - core.ac.uk · Hastula sp,dan Strombus sp), Bivalvia jenis (Argopecten sp),Malacostraca jenis (Hemigrapsus sp dan dorippe sp) dan Aves jenis (Butoridies striatus, Ardeola

1

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kerapatan Jenis Mangrove

Lampiran 2. Jenis fauna yang ditemukan dilokasi pengamatan berdasarkan

substasiun

Lampiran 3. Jenis aves yang ditemukan di lokasi penelitian

Lampiran 4. Jenis fauna non bentik yang ditemukan di lokasi penelitian

Lampiran 5. Indeks Ekologi Fauna Non Bentik

Lampiran 6. Jenis Gatropoda, Bivalvia dan Crustacea yang ditemukan pada lokasi

penelitian

Lampiran 7. Jenis aves yang ditemukan pada lokasi penelitian

Lampiran 8. Jenis mangrove yang ditemukan pada lokasi penelitian

Lampiran 9. Foto Kegiatan Lapangan

Lampiran 10. Hasil pengukuran parameter lingkungan pada lokasi penelitian

Lampiran 11. Hasil pengukuran lebar mangrove pada setiap stasiun pengamatan di

lapangan

Lampiran 12. Hasil pengukuran tinggi genangan air pada lokasi pengamatan

Page 14: SKRIPSI - core.ac.uk · Hastula sp,dan Strombus sp), Bivalvia jenis (Argopecten sp),Malacostraca jenis (Hemigrapsus sp dan dorippe sp) dan Aves jenis (Butoridies striatus, Ardeola

2

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu bagian daerah pesisir yang memiliki tingkat kesuburan cukup

tinggi adalah estuaria. Daerah estuaria merupakan pesisir semi tertutup dengan

badan air mempunyai hubungan bebas dengan laut terbuka sehingga daerah ini

terjadi percampuran antara massa air laut dengan air tawar dari daratan sehingga

air menjadi payau.

Ekosistem mangrove termasuk ekosistem pantai atau komunitas bahari

dangkal yang lebih spesifik jika dibandingkan dengan ekosistem lainnya yang

terdapat pada perairan tropik dan subtropik. Selain memiliki fungsi ekologis sebagai

penyedia nutrient bagi biota perairan, tempat pemijahan, daerah asuhan bagi

berbagai biota perairan, penahan abrasi, mangrove juga memiliki fungsi ekonomis

penting seperti penyedia kayu, ekowisata, dan bahan pembuatan obat - obatan

(Burhanuddin, 2011).

Pada ekosistem mangrove terdapat fauna yang merupakan perpaduan

antara fauna ekosistem terestrial, peralihan dan perairan. Fauna terestrial

kebanyakan hidup di pohon mangrove sedangkan fauna peralihan hidupnya

menempati daerah dengan substrat yang keras atau akar mangrove maupun pada

substrat yang lunak. Salah satu hasilpenelitian yang menyatakan bahwa fauna yang

dijumpai pada ekosistem mangrove antara lain adalah jenis kepiting mangrove,

kerang - kerangan dan golongan invertebrata lainnya. Selain itu fauna perairan yang

berada dalam kolom air laut seperti macam-macam ikan dan udang (Kustanti, 2011).

Sungai Tallo memiliki DAS yang membentang secara administrasi mulai dari

Kabupaten Gowa (53%), Kabupaten Maros (25 %), dan Kota Makassar (22%)

Page 15: SKRIPSI - core.ac.uk · Hastula sp,dan Strombus sp), Bivalvia jenis (Argopecten sp),Malacostraca jenis (Hemigrapsus sp dan dorippe sp) dan Aves jenis (Butoridies striatus, Ardeola

3

dengan luas DAS adalah 339,903 km2 dan panjang sungai L= 73,8 km (BLHD,

2014). Sungai Tallo yang membelah sebagian Kota Makassar merupakan salah satu

aset alami yang sarat dengan sejarah kebesaran Makassar masa lampau.

Keberadaan Sungai Tallo seiring dengan pembangunan Kota Makassar tetap

menjadi penopang hidup sebagian besar warga kota Makassar yang sampai saat ini

menetap turun temurun di bantarannya. Elemen dasar bantaran Sungai Tallo

sebagian besar ditumbuhi pohon-pohon Nipah dan Bakau seperti Nypa fruticans,

Rhizophora sp., dan Avicennia alba yang sangat lebat, menjadikan daerah hijau

membentang disepanjang kawasannya. Keanekaragaman tumbuhan yang tumbuh

alami pada bantaran Sungai Tallo, membuat pemerintah kota Makassar

merencanakan elemen hijaunya menjadi konservasi alami yang bisa menunjang

pariwisata (Beddu, 2011). Namun dengan berjalannya eksploitasi dibidang

pengelolaan kayu ataupun pengalokasian beberapa industri penggergajian yang

tidak terkendali dan timbulnya peningkatan jumlah penduduk mulai mempengaruhi

kondisi ekosistem kawasan tersebut. Dampak hasil pengalihan fungsi lahan

berakibat rusaknya pantai oleh faktor hidro oseanografi dan konversi lahan

mangrove menjadi areal empang-empang tradisional, sehingga pengaruh tersebut

dapat mempercepat kerusakan alam dan ekosistem fauna.

Kondisi ekosistem fauna dapat dijadikan sebagai bioindikator kesuburan

pada area mangrove.Kelas Aves dijadikan sebagai bioindikator pada area mangrove

merupakan indikator yang baik untuk menilai biodiversitas dalam suatu wilayah,

karena Avesdapat menempati habitat yang luas juga mendekati puncak dari rantai

makanan (Djuwantono, dkk, 2013). Selanjutnya untuk Kelas Gastropoda dan

Crustacea juga dapat dijadikan sebagai bioindikator karena memiliki banyak peran

Page 16: SKRIPSI - core.ac.uk · Hastula sp,dan Strombus sp), Bivalvia jenis (Argopecten sp),Malacostraca jenis (Hemigrapsus sp dan dorippe sp) dan Aves jenis (Butoridies striatus, Ardeola

4

dalam ekosistem mangrove salah satunya yaitu sebagai dekomposer untuk menjaga

kestabilan ekosistem.

Berdasarkan uraian di atas maka perlu dilakukan penelitian tentang

keanekaragaman fauna non bentik pada ekosistem mangrove untuk menghasilkan

masukan yang bermanfaat sebagai kebutuhan konservasi yang dapat membangun

kegiatan merehabilitasi hutan mangrove dan pemanfaatan sumberdaya alam tanpa

mengurangi keanekaragaman hayati di dalamnya,

B. Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dari penelitian ini adalah:

a. Mengetahui jenis mangrove dan fauna non bentik.

b. Mengetahui keanekaragaman fauna non bentik yang ada di akar, batang, dan

ranting/daun.

c. Mengetahui hubungan kerapatan mangrove dengan kelimpahan fauna non

bentik.

Kegunaan penelitian ini adalah sebagai bahan informasi tentang

keanekaragaman fauna non bentik yang berasosiasi pada ekosistem mangrove

untuk pengelolaan dan kestabilan ekosistem.

C. Ruang Lingkup

Ruang lingkup dari penelitian ini adalah melakukan identifikasi jenis dan

menghitung kerapatan mangrove serta mengidentifikasi fauna yang hidup dan

berasosiasi pada ekosistem mangrove.Kelompok fauna yang umumnya hidup

berasosiasi dengan mangrove dengan cara menempel pada bagian akar dan

batangtersebut adalah Kelas Gastropoda dan Crustacea sedangkan yanghidup

bersarang pada bagian ranting dan daun adalah Kelas Aves. Adapun parameter

Page 17: SKRIPSI - core.ac.uk · Hastula sp,dan Strombus sp), Bivalvia jenis (Argopecten sp),Malacostraca jenis (Hemigrapsus sp dan dorippe sp) dan Aves jenis (Butoridies striatus, Ardeola

5

pendukungyang diukur yaitu kondisi lingkungan perairan seperti suhu, pH, salinitas

dan batas genangan pasang di tegakan pohon mangrove.

Page 18: SKRIPSI - core.ac.uk · Hastula sp,dan Strombus sp), Bivalvia jenis (Argopecten sp),Malacostraca jenis (Hemigrapsus sp dan dorippe sp) dan Aves jenis (Butoridies striatus, Ardeola

6

II.TINJAUAN PUSTAKA

A. Estuaria

Estuaria adalah perairan yang semi tertutup yang berhubungan bebas

dengan laut, sehingga air laut dengan salinitas tinggi dapat bercampur dengan air

tawar. Kombinasi pengaruh air laut dan air tawar tersebut akan menghasilkan suatu

komunitas yang khas, dengan kondisi lingkungan yang bervariasi, antara lain 1.

tempat bertemunya arus sungai dengan arus pasang surut, yang berlawanan

menyebabkan suatu pengaruh yang kuat pada sedimentasi, pencampuran air, dan

ciri-ciri fisika lainnya, serta membawa pengaruh besar pada biotanya. 2.

pencampuran kedua macam air tersebut menghasilkan suatu sifat fisika lingkungan

khusus yang tidak sama dengan sifat air sungai maupun sifat air laut. 3. perubahan

yang terjadi akibat adanya pasang surut mengharuskan komunitas mengadakan

penyesuaian secara fisiologis dengan lingkungan sekelilingnya. 4. tingkat kadar

garam di daerah estuaria tergantung pada pasang surut air laut, banyaknya aliran air

tawar dan arus-arus lain, serta topografi daerah estuaria tersebut (Dahuri,1992).

Secara umum estuaria mempunyai peran ekologis penting antara lain :

sebagai sumber zat hara dan bahan organik yang diangkut lewat sirkulasi pasang

surut (tidal circulation), penyedia habitat bagi sejumlah spesies hewan yang

bergantung pada estuaria sebagai tempat berlindung dan tempat mencari makanan

(feeding ground) dan sebagai tempat untuk bereproduksi dan/atau tempat tumbuh

besar (nursery ground) terutama bagi sejumlah spesies ikan dan udang. Perairan

estuaria secara umum dimanfaatkan manusia untuk tempat pemukiman, tempat

penangkapan dan budidaya sumberdaya ikan, jalur transportasi, pelabuhan dan

kawasan industri (Saru, 2013).

Page 19: SKRIPSI - core.ac.uk · Hastula sp,dan Strombus sp), Bivalvia jenis (Argopecten sp),Malacostraca jenis (Hemigrapsus sp dan dorippe sp) dan Aves jenis (Butoridies striatus, Ardeola

7

B. Hutan Mangrove dan Ekosistem Mangrove

Hutan mangrove adalah komunitas vegetasi pantai tropis, dan merupakan

komunitas yang hidup di dalam kawasan yang lembab dan berlumpur serta

dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Mangrove disebut juga sebagai hutan pantai,

hutan payau atau hutan bakau. Pengertian mangrove sebagai hutan bakau adalah

pohon-pohon yang tumbuh di daerah pantai (pesisir), baik daerah yang dipengaruhi

pasang surut air laut maupun wilayah daratan pantai yang dipengaruhi oleh

ekosistem pesisir. Sedangkan pengertian mangrove sebagai hutan payau atau

hutan bakau adalah pohon-pohon yang tumbuh di daerah payau pada tanah alluvial

atau pertemuan air laut dan air tawar di sekitar muara sungai (Harahab, 2010).

Vegetasi mangrove mempunyai arti yang sangat penting bagi berbagai jenis

biota yang hidup di kawasan mangrove maupun di perairan sekitarnya, salah satu

hewan makrobenthos yang berasosiasi dengan mangrove adalah krustasea. Secara

ekologis, daerah mangrove memiliki produktifitas yang tinggi untuk mendukung

lingkungan di sekitarnya karena kaya akan nutrien serta memiliki temperatur,

cahaya, pH, oksigen, dan salinitas yang optimum serta kondisi perairan yang tenang

sehingga menjadikannya sebagai habitat yang cocok untuk krustasea (Hogart, 1999)

Tumbuhan mangrove memiliki daya adaptasi yang khas untuk dapat

terushidup di peraian laut yang dangkal. Daya adaptasi mangrove dilihat dari

perakaran yang pendek dan melebar luas dengan akar penyangga atau tudung akar

yang tumbuh dari batang dan dahan sehingga struktur batang menjadi kokoh,

berdaun padat dan mengandung banyak air sebagai ciri khas mempunyai jaringan

internal yang menyimpan air dan konsentrasi garam yang tinggi. Beberapa

tumbuhan mangrove seperti Avicennia mempunyai kelenjar garam yang menolong

menjaga keseimbangan osmotik dengan mengeluarkan garam (Dahuri, 2003).

Page 20: SKRIPSI - core.ac.uk · Hastula sp,dan Strombus sp), Bivalvia jenis (Argopecten sp),Malacostraca jenis (Hemigrapsus sp dan dorippe sp) dan Aves jenis (Butoridies striatus, Ardeola

8

Ekosistem mangrove adalah ekosistem pantai yang disusun oleh berbagai

jenis vegetasi yang mempunyai bentuk adaptasi biologis dan fisiologis secara

spesifik terhadap kondisi lingkungan yang cukup bervariasi. Ekosistem mangrove

umumnya didominasi oleh beberapa spesies mangrove sejati diantaranya

Rhizophora sp., Avicennia sp., Bruguiera sp. dan Sonneratia sp. Spesies mangrove

tersebut dapat tumbuh dengan baik pada ekosistem perairan dangkal, karena

adanya bentuk perakaran yang dapat membantu untuk beradaptasi terhadap

lingkungan perairan, baik dari pengaruh pasang surut maupun faktor - faktor

lingkungan lainnya yang berpengaruh terhadap ekosistem mangrove seperti: suhu,

salinitas, oksigen terlarut, sedimen, pH, arus dan gelombang (Saru, 2013).

Menurut Nybakken (1992) hutan mangrove di Indonesia memilliki

keanekaragaman yang terbesar di dunia. Komunitas mangrove membentuk

pencampuran antara dua kelompok, yaitu kelompok fauna daratan/terestial

(arboreal) yang umumnya menempati bagian atas pohon mangrove dan kelompok

fauna perairan/akuatik. Beberapa hewan tinggal di atas pohon sebagian lain di

antara akar dan lumpur sekitarnya.

Burung-burung dari daerah daratan menemukan sumber makanan dan

habitat yang baik untuk bertengger dan bersarang. Mereka makan kepiting, ikan dan

mollusca atau hewan lain yang hidup di habitat mangrove. Setiap species biasanya

mempunyai gaya yang khas dan memilih makanannya sesuai dengan kebiasaan

dan kesukaanya masing-masing dari keanekaragaman sumber yang tersedia di

lingkungan tersebut. Sebagai timbal baliknya, burung – burung meninggalkan guano

sebagai pupuk bagi pertumbuhan pohon mangrove (Irwanto, 2006).

Page 21: SKRIPSI - core.ac.uk · Hastula sp,dan Strombus sp), Bivalvia jenis (Argopecten sp),Malacostraca jenis (Hemigrapsus sp dan dorippe sp) dan Aves jenis (Butoridies striatus, Ardeola

9

Gambar 1.Diagram ilustrasi penyebaran fauna di habitat bakau Rhizophora

sp. (Irwanto, 2006)

Kelompok lain yang bukan hewan arboreal adalah hewan-hewan yang

hidupnya menempati daerah dengan substrat yang keras (tanah) atau akar

mangrove maupun pada substrat yang lunak (lumpur). Kelompok ini antara lain

adalah jenis kepiting mangrove, kerang-kerangan dan golongan invertebrata lainnya.

Kelompok lainnya lagi adalah yang selalu hidup dalam kolom air laut seperti macam-

macam ikan dan udang (Irwanto, 2006).

Peranan hewan makrobenthos di perairan sangat penting dalam rantai

makanan (food chain), karena merupakan sumber makanan bagi beberapa ikan dan

sebagai salah satu pengurai bahan organik (Odum, 1993).Hewan makrobenthos

memanfaatkan sumber makanan primer yang terdiri dari makanan yang bersifat

pelagik sebagai makanan tersuspensi dan makan yang bersifat bentik sebagai

makanan terdeposit. Bentuk lain dari deposit yang berbeda dengan makan deposit

Page 22: SKRIPSI - core.ac.uk · Hastula sp,dan Strombus sp), Bivalvia jenis (Argopecten sp),Malacostraca jenis (Hemigrapsus sp dan dorippe sp) dan Aves jenis (Butoridies striatus, Ardeola

10

di atas adalah mikroalga bentik yang ada pada sedimen, akan tetapi sumber

makanan benthos yang sebenarnya diperolehmelalui sedimentasi pada kolom air,

termasuk mineral makanan potensial yang tidak tertangkap oleh organisme pelagik.

Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa input makanan dapat dibagi menjadi dua

bagian yaitu mikroalga bentik dan guguran dasar atau detritus yang suatu saat juga

tersuspensi oleh adanya pergerakan air (Saru, 2006).

C. Asosiasi Fauna Pada Mangrove

1. Gastropoda dan Crustacea

Ekosistem mangrove merupakan habitat yang mendukung bagi kehidupan

Gastropoda dan Crustacea yang terdapat di dalamnya karena mangrove yang lebat

menyediakan mikrohabitat.Apabila mikrohabitat yang tersedia lebih bervariasi maka

jumlah spesies yang ditemukan lebih banyak (Arief, 2003).

Kepadatan pohon mangrove memiliki hubungan yang besar terhadap

kepadatan Gastropoda dan Crustacea.Hal ini dikarenakan pohon mangrove memiliki

jumlah daun yang besar yang berpengaruh terhadap jumlah makanan yang tersedia

karena sumber makanan yang terjadi di ekosistem mangrove adalah guguran daun

dan ranting yang membusuk (Risawati, 2002).

Gastropoda dan Crustaceasangat penting bagi ekosistem mangrove. Secara

ekologis Gastropoda dan Crustacea memiliki peranan yang besar dalam kaitannya

dengan rantai makanan komponen biotik di kawasan hutan mangrove, karena

disamping sebagai pemangsa detritus, Gastropoda dan Crustacea juga berperan

dalam merobek atau memperkecil serasah yang jatuh. Sebagai organisme yang

memiliki pergerakan lambat dan cenderung menetap pada suatu ekosistem,

Page 23: SKRIPSI - core.ac.uk · Hastula sp,dan Strombus sp), Bivalvia jenis (Argopecten sp),Malacostraca jenis (Hemigrapsus sp dan dorippe sp) dan Aves jenis (Butoridies striatus, Ardeola

11

Gastropoda dan Crustaceadapat dijadikan sebagai indikator ekologis untuk

mengetahui kondisi ekosistem (Arief, 2003).

2. Aves

Mangrove merupakan habitat bagi berbagai jenis satwa liar seperti primata,

reptilia dan burung. Selain sebagai tempat berlindung dan mencari makan,

mangrove juga merupakan tempat berkembang biak,tempat mencari makan dan

tempat pembesaran anak bagi burung air.

Ramdhani (2008) mengatakan bahwa, burung memiliki nilai penting di dalam

ekosistem antara lain:

1. Berperan dalam proses ekologi (sebagai penyeimbang rantai makanan dalam

ekosistem).

2. Membantu penyerbukan tanaman, khususnya tanaman yang mempunyai

perbedaan antara posisi benang sari dan putik.

3. Sebagai predator hama (serangga, tikus, dan sebagainya).

4. Penyebar/agen bagi beberapa jenis tumbuhan dalam mendistribusikan

bijinya.

Kehadiran burung merupakan sebagai penyeimbang lingkungan. Jika ditinjau

dari banyak jenis burung yang memakan serangga dan besarnya porsi makan

burung maka fungsi pengontrol utama serangga di hutan tropika adalah burung.

Dalam membantu regenerasi hutan tropika terutama pada proses penyebaran biji

dan penyerbuan bunga, burung memiliki andil yang cukup besar. Telah dijumpai 12

jenis burung yang secara potensial memiliki kemampuan membantu proses

penyerbukan, sehingga kehadiran burung mutlak diperlukan dalam ekosistem hutan

tropika (Hernowo, 1989).

Page 24: SKRIPSI - core.ac.uk · Hastula sp,dan Strombus sp), Bivalvia jenis (Argopecten sp),Malacostraca jenis (Hemigrapsus sp dan dorippe sp) dan Aves jenis (Butoridies striatus, Ardeola

12

D. Indeks Keanekaragaman, Keseragaman dan Dominansi Fauna

Menurut Dahuri (2003) Keanekaragaman hayati merupakan istilah yang

sering dipergunakan oleh para ahli biologi konservasi. Keanekaragaman hayati

(biological diversity atau biodiversity) merupakan istilah yang digunakan untuk

menerangkan keragaman ekosistem dan berbagai bentuk variabilitas hewan,

tumbuhan, serta jasad renik di alam.

Untuk melihat keanekaragaman, keseragaman dan dominansi fauna vertikal

pada ekosistem mangrove perlu merujuk ke nilai indeks ekologi. Odum (1993)

menyatakan, bahwa nilai keanekaragaman dan keseragaman dapat menunjukkan

keseimbangan dalam suatu pembagian jumlah individu tiap jenis. Keseragaman

mempunyai nilai yang besar jika individu ditemukan berasal dari spesies atau

genera yang berbeda-beda, sedangkan keanekaragaman mempunyai nilai yang

kecil atau sama dengan nol jika semua individu berasal dari satu spesies. Indeks

keseragaman merupakan angka yang tidak mempunyai satuan, besarnya berkisar

nol sampai satu.Semakin kecil nilai suatu keseragaman, semakin kecil pula

keseragaman dalam komunitas.

Indeks keanekaragaman (H’) dapat diartikan sebagai suatu penggambaran

secara sistematik yang melukiskan struktur komunitas dan dapat memudahkan

proses analisa informasi-informasi mengenai macam dan jumlah organisme. Selain

itu keanekaragaman dan keseragaman sangat tergantung pada banyaknya jenis

dalam komunitasnya. Semakin banyak jenis yang ditemukan maka keanekaragaman

akan semakin besar, meskipun nilai ini sangat tergantung dari jumlah inividu

masing-masing jenis (Wilhm dan Doris, 1986). Pendapat ini juga didukung oleh

Krebs (1985) yang menyatakan bahwa semakin banyak jumlah anggota individunya

dan merata, maka indeks keanekaragaman juga akan semakin besar (Tabel 1).

Page 25: SKRIPSI - core.ac.uk · Hastula sp,dan Strombus sp), Bivalvia jenis (Argopecten sp),Malacostraca jenis (Hemigrapsus sp dan dorippe sp) dan Aves jenis (Butoridies striatus, Ardeola

13

Tabel 1. Kategori Indeks Keanekaragaman (Odum, 1993)

No. Keanekaragaman (H’) Kategori

1 H’ < 2,0 Rendah

2 2,0 < H’ < 3,0 Sedang

3 H’ > 3,0 Tinggi

Indeks keanekaragaman (H’) merupakan suatu angka yang tidak memiliki

satuan dengan kisaran 0 - 3. Tingkat keanekaragaman akan tinggi jika nilai H’

mendekati 3, sehingga hal ini menunjukkan kondisi perairan baik. Sebaliknya jika

nilai H’ mendekati 0 maka keanekaragaman rendah dan kondisi perairan kurang

baik (Odum, 1993).

Menurut Levinton (1982) yang dimaksud dengan indeks keseragaman

adalah komposisi tiap individu pada suatu species yang terdapat dalam suatu

komunitas.Indeks keseragaman (E) merupakan pendugaan yang baik untuk

menentukan dominasi dalam suatu area. Apabila satu atau beberapa jenis melimpah

dari yang lainnya, maka indeks keseragaman akan rendah. Jonathan (1979)

menyatakan bahwa jika nilai indeks keseragaman melebihi 0,7 mengindikasikan

derajat keseragaman komunitasnya stabil (Tabel 2).

Tabel 2. Kategori Indeks Keseragaman (Odum, 1993)

No. Keseragaman (E) Kategori

1 0,00 < E < 0,50 Komunitas Tertekan

2 0,50 < E < 0,75 Komunitas Labil

3 0,75 < E < 1,00 Komunitas Stabil

Indeks dominansi adalah indeks yang mengetahui jenis-jenis tertentu yang

mendominasi suatu komunitas (Odum, 1993). Jika nilai indeks dominansi mendekati

satu, maka ada organisme tertentu yang mendominasi suatu perairan. Jika nilai

indeks dominansi adalah nol maka tidak ada organisme yang dominan (Tabel 3).

Page 26: SKRIPSI - core.ac.uk · Hastula sp,dan Strombus sp), Bivalvia jenis (Argopecten sp),Malacostraca jenis (Hemigrapsus sp dan dorippe sp) dan Aves jenis (Butoridies striatus, Ardeola

14

Tabel 3. Kategori Indeks Dominansi (Odum, 1993)

No. Dominansi (C) Kategori

1 0,00 < D < 0,50 Rendah

2 0,50 < D < 0,75 Sedang

3 0,75 < D < 1,00 Tinggi

Selanjutnya dikatakan bahwa untuk mengetahui apakah suatu komunitas

didominasi oleh suatu organisme tertentu, maka dapat diketahui dengan menghitung

indeks dominansi.

E. Parameter Lingkungan

1. Suhu

Suhu merupakan suatu ukuran yang menunjukan derajat panas benda. Suhu

biasa digambarkan sebagai ukuran energi gerakan molekul. Suhu sangat berperan

dalam mengendalikan kondisi ekosistem suatu perairan. Suhu sangat memengaruhi

segala proses yang terjadi di perairan baik fisika, kimia, dan biologi badan air. Suhu

juga mengatur proses kehidupan dan penyebaran organisme (Burhanuddin, 2011).

Organisme akuatik memiliki kisaran suhu tertentu yang disukai bagi

pertumbuhannya. Makin tinggi kenaikan suhu air, maka makin sedikit oksigen yang

terkandung di dalamnya (Retnowati, 2003).

2. pH

Organisme perairan mempunyai kemampuan berbeda dalam menolerir pH

perairan. Batas toleransi organisme terhadap pH bervariasi dan dipengaruhi banyak

faktor antara lain suhu, oksigen terlarut, alkalinitas, adanya berbagai anion dan

kation serta jenis dan stadia organisme (Pescod, 1973).

Page 27: SKRIPSI - core.ac.uk · Hastula sp,dan Strombus sp), Bivalvia jenis (Argopecten sp),Malacostraca jenis (Hemigrapsus sp dan dorippe sp) dan Aves jenis (Butoridies striatus, Ardeola

15

Sebagian besar biota akuatik menyukai nilai pH berkisar antara 5,0-9,0 hal ini

menunjukkan adanya kelimpahan dari organisme makrozoobenthos, dimana

sebagian besar organisme dasar perairan seperti polychaeta, moluska dan bivalvia

memiliki tingkat asosiasi terhadap derajat keasaman yang berbeda-beda (Hawkes,

1978). Pengaruh nilai pH terhadap komunitas biologi perairan ditunjukkan

dalamTabel 4.

Tabel 4. Pengaruh pH terhadap komunitas biologi perairan (Effendi, 2003)

Nilai pH Pengaruh Umum

6,0 – 6,5 Keanekaragaman benthos sedikit menurun Kelimpahan total, biomassa, dan produktifitas tidak mengalami perubahan

5,5 – 6,0 Penurunan nilai keanekaragaman benthos semakin tampak Kelimpahan total, biomassa, dan produktivitas masih belum mengalami perubahan yang berarti

5,0 – 5,5 Penurunan keanekaragaman dan komposi jenis benthos semakin besar Terjadi penurunan kelimpahan total dan biomassa benthos

4,5 – 5,0

Penurunan keanekaragaman dan komposisi jenis benthos semakin besar Penurunan kelimpahan total dan biomassa benthos

pH tanah di kawasan mangrove juga merupakan salah satu faktor yang ikut

berpengaruh terhadap keberadaan makrozoobenthos. Jika keasaman tanah

berlebihan, maka akan mengakibatkan tanah sangat peka terhadap proses biologi,

misalnya proses dekomposisi bahan organik oleh makrozoobenthos. Proses

dekomposisi bahan organik pada umumnya akan mengurangi suasana asam,

sehingga makrozoobenthos akan tetap aktif melakukan aktivitasnya (Arief, 2003).

3. Salinitas

Salinitas merupakan takaran bagi keasinan air lautdi perairan

samudera,salinitas biasanya berkisar antara 34-35 ‰. Di perairan pantai salinitas

biasanya turun rendah karena terjadi pengenceran, misalnya pengaruh aliran

Page 28: SKRIPSI - core.ac.uk · Hastula sp,dan Strombus sp), Bivalvia jenis (Argopecten sp),Malacostraca jenis (Hemigrapsus sp dan dorippe sp) dan Aves jenis (Butoridies striatus, Ardeola

16

sungai. Sebaliknya di daerah dengan penguapan yang sangat kuat, salinitas

biasanya tinggi (Nontji,1987).

Selanjutnya Nybakken (1992), menjelaskan bahwa fluktuasi salinitas di

daerah intertidal dapat disebabkan oleh dua hal, pertama akibat hujan lebat

sehingga salinitas akan sangat turun dan kedua akibat penguapan yang sangat

tinggi pada siang hari sehingga salinitas akan sangat tinggi. Organisme yang hidup

di daerah intertidal biasanya telah beradaptasi untuk mentolerir perubahan salinitas

hingga 15‰.

Page 29: SKRIPSI - core.ac.uk · Hastula sp,dan Strombus sp), Bivalvia jenis (Argopecten sp),Malacostraca jenis (Hemigrapsus sp dan dorippe sp) dan Aves jenis (Butoridies striatus, Ardeola

17

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

Penelitian inidilaksanakan pada bulan September 2015yang diawali dengan

kegiatan survei awal lapangan dilanjutkan pada bulan Februari 2016. Jangka waktu

tersebut meliputi studi literatur, penulisan proposal penelitian, pengambilan data

lapangan dan pengolahan data. Analisis sampel dilakukan di Laboratorium Biologi

Laut, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin. Lokasi

penelitian berada di Sungai Tallo Kota Makassar (Gambar 2).

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian

Page 30: SKRIPSI - core.ac.uk · Hastula sp,dan Strombus sp), Bivalvia jenis (Argopecten sp),Malacostraca jenis (Hemigrapsus sp dan dorippe sp) dan Aves jenis (Butoridies striatus, Ardeola

18

B. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian adalah Global Positoning System

(GPS) berfungsi untuk menentukan titik koordinat, kamera berfungsi sebagai alat

dokumentasi kegiatan dan gambar burung, teropong berfungsi untuk mengamati

fauna secara jarak jauh. Rollmeter berfungsi untuk mendapatkan luasan area

penelitian, tali rapia dan patok berfungsi sebagai alat untuk pembuatan plot ukuran

10 m x 10 m sabak berfungsi sebagai wadah alat menulis data sementara, pulpen

berfungsi sebagai alat tulis menulis, kantong sampel untuk penyimpanan sampel.

Buku berfungsi sebagai sumber literatur untuk mengidentifikasi jenis fauna, dan

perahu sebagai alat transportasi ke lokasi penelitian, pH meter untuk mengukur pH

perairan, salinometer untuk mengukur salinitas perairan, dan termometer untuk

mengukur suhu perairan. Bahan yang digunakan adalah alkohol 70% berfungsi

untuk mengawetkan sampel organisme.

C. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian meliputi beberapa langkah yaitu langkah persiapan,

penentuan lokasi pengamatan, penempatan plot, pengambilan data dan analisis

data.

1. Langkah Persiapan

Langkah persiapan meliputi survei lapangan atau observasi awal dari

langkah tersebut mempunyai maksud dapat memperoleh gambaran awal tentang

kondisi yang ada dilokasi. Selanjutnya, menentuan lokasi penelitian dengan

menghitung luas yang akan dijadikan lokasi pengamatan dengan bantuan rolmeter.

Pengambilan titik koordinat dengan menggunakan Global Positioning System (GPS).

Page 31: SKRIPSI - core.ac.uk · Hastula sp,dan Strombus sp), Bivalvia jenis (Argopecten sp),Malacostraca jenis (Hemigrapsus sp dan dorippe sp) dan Aves jenis (Butoridies striatus, Ardeola

19

2. Tahap Penentuan Stasiun Dan Penempatan Transek

Berdasarkan zonasi mangrove, ditetapkan tiga stasiun pengamatan

sepanjang Sungai Tallo. Stasiun I pengamatan yang dimulai dari Jembatan Sungai

Tallo sampai dengan Pulau Lakkang dengan vegetasi mangrove Nypa fruticans.

Stasiun ke II dimulai dari Pulau Lakkang sampai dengan Jembatan Tol dengan

vegetasi mangrove Rhizophora, dan Stasiun ke III pengamatan yang dimulai dari

Jembatan Tol sampai dengan muara Sungai Tallo dengan vegetasi mangrove

campuran yaitu Rhizophora, Bruguiera dan Avicennia.

Pada setiap stasiun pengamatan dibagi menjadi 4 substasiun sebagai

perwakilan ekosistem mangrove pada masing-masing stasiun pengamatan yang

ditempatkan pada daerah yang selalu tergenang air pada saat pasang dan surut.

Stasiun pengamatan (gambar 3)

Gambar 3.Sketsa Stasiun Pengamatan

Page 32: SKRIPSI - core.ac.uk · Hastula sp,dan Strombus sp), Bivalvia jenis (Argopecten sp),Malacostraca jenis (Hemigrapsus sp dan dorippe sp) dan Aves jenis (Butoridies striatus, Ardeola

20

3. Pengambilan Data

a. Pengambilan Data Fauna Non Bentik Pada Mangrove Bagian Akar, Batang,

Ranting/Daun.

Pengambilan data dilakukan pada tiap stasiun pengamatan dengan

menggunakan plot berukuran 1 m x 1 m untuk fauna non bentik dalam areal 10 m x

10 m untuk mangrove. Data fauna melingkupi jenis fauna dari kelas Gastropoda dan

Crustacea yang berasosiasi di mangrove yang dicatat berdasarkan jumlah individu

dan jenis yang didapatkan didalam plot. Hasil data fauna non bentik selanjutnya

diolah untuk mendapatkan kepadatan fauna dengan menggunakan satuan ind/m2.

b. Pengambilan Data Aves

Pengamatan aves dan pendataannya mengikuti luasan yang dijadikan lokasi

pengamatan serta lokasi aktivitas aves (mencari makan dan tinggal bersarang)

dikarenakan fauna yang sering bermigrasi dari satu tempat ketempat lain. Waktu

pengamatan aves sekitar pukul 05:00 – 09:00 dan 16:00 – 18:00 WITA. Jenis aves

yang terdapat dalam lokasi pengamatan dicatat dan diambil gambar avesnya

sebagai keperluan identifikasi dalam penentuan jenisnya dari semua individu baik

hanya melakukan migrasi, mencari makan, besar dan tinggal bersarang pada

mangrove. Adapun data kepadatan aves tidak dilakukan pada penelitian ini..

c. Pengambilan Data Ekologi Mangrove

Pengambilan data ekologi mangrove melalui beberapa prosedur pengamatan

dan pengambilan data. Pertama yaitu data ketebalan/lebar mangrove diukur secara

manual mempergunakan roll meter yang ditarik dari pinggir sungai mulai dari hutan

mangrove yang berhadapan langsung dengan sungai hingga di ujung daratan

Page 33: SKRIPSI - core.ac.uk · Hastula sp,dan Strombus sp), Bivalvia jenis (Argopecten sp),Malacostraca jenis (Hemigrapsus sp dan dorippe sp) dan Aves jenis (Butoridies striatus, Ardeola

21

tempat tumbuhnya mangrove. Kedua membuat plot untuk setiap stasiun yang

membentuk bujur sangkar dengan ukuran luas 10 m x 10 m dengan jumlah plot

mengikuti luasan mangrove di lokasi pengamatan.Ketiga mengidentifikasi jenis

tumbuhan mangrove berdasarkan buku identifikasi mangrove atau dengan

mengambil sebagian/potongan dari ranting, lengkap dengan bunga dan

daunnya.Ke-empat menghitung jumlah jenis mangrove.

d. Pengukuran Parameter Lingkungan

Pengukuran parameter lingkungan sebagai data penunjang adalah suhu

perairan yang langsung diukur disetiap stasiun dengan menggunakan thermometer,

salinitas diukur dengan menggunakan salinometer pengukuran salinitas dilakukan

langsung di lapangan dan pengukuran pH air menggunakan pH meter.

4. Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif kemudian ditampilkan dalam

bentuk gambar dan tabel. Untuk menghitung keanekaragaman fauna vertikal berikut

rumus yang dipergunakan:

a. Komposisi Jenis Fauna Non Bentik Mangrove

Untuk menghitung komposisi jenis fauna vertikal dengan menggunakan

formula Brower et al. (1989):

Page 34: SKRIPSI - core.ac.uk · Hastula sp,dan Strombus sp), Bivalvia jenis (Argopecten sp),Malacostraca jenis (Hemigrapsus sp dan dorippe sp) dan Aves jenis (Butoridies striatus, Ardeola

22

Keterangan:

KJ = Komposisi jenis (%);

ni = Jumlah individu setiap jenis (ind); dan

N = Jumlah individu dan kelimpahan jenis (ind).

b. Indeks Keanekaragaman

Indeks keanekaragaman dihitung dengan rumus Shannon-Wiener

(Odum,1993):

( ) ( )

Keterangan :

H’ = Indeks keanekaragaman jenis

ni = Jumlah individu setiap jenis

N = Jumlah seluruh individu dari semua jenis

c. Indeks Keseragaman

Indeks keseragaman dihitung dengan menggunakan rumus Evenness

Indek (Odum, 1993):

Keterangan:

E = Indeks keseragaman jenis

H’ = Indeks keanekaragaman jenis

S = Jumlah jenis organisme

d. Indeks Dominansi (C)

Indeks dominansi dihitung dengan rumus indeks (Odum, 1993):

Page 35: SKRIPSI - core.ac.uk · Hastula sp,dan Strombus sp), Bivalvia jenis (Argopecten sp),Malacostraca jenis (Hemigrapsus sp dan dorippe sp) dan Aves jenis (Butoridies striatus, Ardeola

23

Keterangan:

C = Indeks dominansi

ni = Jumlah individu setiap jenis

N = Jumlah seluruh individu dari semua jenis

e. Kerapatan Mangrove

Untuk menghitung kerapatan jenis dihitung dengan menggunakan formula

(Bengen, 1999):

Dimana :

Di = Kerapatan setiap jenis(ind/m2)

ni = Jumlah total tegakan setiap jenis

A = Luas area plot (10 m²)

f. Analisis Hubungan Kerapatan Mangrove Dengan Kelimpahan Fauna Non

Bentik

Dari data kerapatan mangrove dan kelimpahan fauna non bentik dapat

diketahui korelasi antara vegetasi mangrove dengan kelimpahan fauna non bentik

menggunakan model regresi sederhana. Rumus yang digunakan adalah :

Y=a+bx

Page 36: SKRIPSI - core.ac.uk · Hastula sp,dan Strombus sp), Bivalvia jenis (Argopecten sp),Malacostraca jenis (Hemigrapsus sp dan dorippe sp) dan Aves jenis (Butoridies striatus, Ardeola

24

Keterangan :

Y : Kepadatan fauna non bentik (ind/ha)

X : Kerapatan Mangrove (ind/ha)

a : konstanta

b : slope

Masing-masing kelompok fauna tersebut dikelompokkan menurut plot dan

hasilnya akan disajikan dalam bentuk tabel atau grafik, untuk dianalisis secara

deskriptif.

Page 37: SKRIPSI - core.ac.uk · Hastula sp,dan Strombus sp), Bivalvia jenis (Argopecten sp),Malacostraca jenis (Hemigrapsus sp dan dorippe sp) dan Aves jenis (Butoridies striatus, Ardeola

25

IV.HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Kondisi Umum dan Deskripsi Lokasi Penelitian

Secara geografis Sungai Tallo terletak diantara 1190 3’ dan 1190 48’ Bujur

Timur serta 50 6’ dan 50 16’ Lintang Selatan. Sungai Tallo terletak dibagian utara

Kota Makassar, merupakan sebuah sungai yang daerah muaranya sangat

dipengaruhi oleh pasang surut air laut dan pada bagian dasar sungai tersebut

letaknya lebih dalam dari pada muka laut sehingga mengakibabkan air asin dapat

dijumpai disepanjang kurang lebih 10 km (Pemkot Makassar, 2015).

Sungai Tallo memiliki DAS yang membentang secara administrasi mulai dari

Kabupaten Gowa (53%), Kabupaten Maros (25 %), dan Kota Makassar (22%)

dengan Luas DAS adalah 339,903 km2, panjang sungai L= 73,8 km kemiringan rata-

rata sungai I=0,0001 s/d 0,000385, kedalaman rata-rata adalah 6 m , lebar sungai

hulu 50-80 m, lebar sungai hilir = 80-300 m. Untuk Kota Makassar, sebagian besar

wilayahnya masuk dalam Sungai Tallo dan merupakan muara dari Sungai ini yang

menerima pengaruh dari berbagai kegiatan di wilayah hulu yang terletak di

Kabupaten Maros dan Gowa.

Secara hidrologis, Sungai Tallo memiliki 268,13 mm/tahun dengan jumlah

rata-rata hari hujan adalah 3.217 pertahun, atau debit alirannya mencapai 5,7 milyar

m3/tahun atau sekitar 70,67 m3/s. Debit sungai Tallo sangat berfluktuasi yaitu

antara musim hujan dan musim kemarau sangat jauh berbeda. Di Sungai Tallo

terdapat banyak mata air, Sungai Tallo mempunyai sekitar 400 buah mata air yang

mempunyai potensi debit lebih dari 15 m3/s di bagian hulu.

Keteraturan pola penggunaan lahan sering dikaitkan dengan penggunaan

lahan dalam kota. Pola tersebut merupakan gambaran distribusi kegiatan penduduk

Page 38: SKRIPSI - core.ac.uk · Hastula sp,dan Strombus sp), Bivalvia jenis (Argopecten sp),Malacostraca jenis (Hemigrapsus sp dan dorippe sp) dan Aves jenis (Butoridies striatus, Ardeola

26

dalam kota. Pola penggunaan lahan pada umumnya dapat dikelompokkan menjadi 2

(dua) bagian, yaitu: kelompok kawasan terbangun dan kelompok kawasan tidak

terbangun. Kawasan tidak terbangun didaerah Sungai Tallo sebagian besar

didominasi oleh tambak (empang), rawa dan lahan kosong.Sedang bagi peruntukan

pemukiman hanya berada pada areal kira-kira 36 ha pada kelurahan lakkang.

Pola penyebaran permukiman ini adalah pada sekitar pusat Kelurahan

Lakkang dan mengelompok dengan rapat dalam satu lokasi yang masih kurang

sarana fasilitas penunjangnya. Perkembangan permukiman pada masa yang akan

datang akan disesuaikan dengan kecenderungan perkembangan bentuk dan

struktur kota, serta arahan perkembangan kota secara keseluruhan. Sebagai

kawasan konservasi, Sungai Tallo menjadi kawasan yang diperuntukkan sebagai

hutan kota dan riverside city.

Gambar 4.Penutupan Lahan Kawasan Sungai Tallo

Sumber: Dinas Tata Ruang Kota Makassar, 2013

Page 39: SKRIPSI - core.ac.uk · Hastula sp,dan Strombus sp), Bivalvia jenis (Argopecten sp),Malacostraca jenis (Hemigrapsus sp dan dorippe sp) dan Aves jenis (Butoridies striatus, Ardeola

27

B. Kondisi Ekosistem Mangrove

1. Ketebalan/Lebar mangrove

Ketebalan mangrove adalah jarak dari bibir pantai menuju ke daratan yang

masih terdapat vegetasi mangrove (surut terendah sampai ke pasang tertinggi) atau

disebut juga green belt. Yang dihitung dalam satuan meter (Fahriansyah dan

Yoswaty, 2012).

Berdasarkan hasil pengukuran pada ketiga Stasiun yang dilakukan di Sungai

Tallo maka diperoleh hasil ketebalan/lebar ekosistem mangrove yang masuk

kedalam kategori pohon. Rata-rata ketebalan/lebar mangrove yang diperoleh pada

Stasiun I berkisar 56,5 m, Stasiun II berkisar 24,25 m dan stasiun III berkisar 28,5 m

yang disajikan dalam bentuk seperti gambar di bawah ini (Gambar 5).

Gambar 5.Rata-rata ketebalan mangrove per stasiun

Berdasarkan gambar diatas, ketebalan mangrove di Sungai Tallo

menunjukkan rata-rata ketebalan mangrove tertinggi berada di Stasiun I diikuti pada

Stasiun III dan terendah berada di Stasiun II.

56,5

24,25 28,5

0

10

20

30

40

50

60

I II III

Leb

ar m

angr

ove

(m

ete

r)

Stasiun

Page 40: SKRIPSI - core.ac.uk · Hastula sp,dan Strombus sp), Bivalvia jenis (Argopecten sp),Malacostraca jenis (Hemigrapsus sp dan dorippe sp) dan Aves jenis (Butoridies striatus, Ardeola

28

Penebangan habis yang dilakukan pihak stakeholder setempat yang

berkordinasi dengan masyarakat menyebabkan menurunnya jumlah pohon dan

vegetasi mangrove.Ketebalan pohon paling tinggi terdapat di daerah mangrove

(Stasiun I). Tingginya ketebalan pohon di daerah mangrove disebabkan lokasi

tersebut masih dalam kondisi alami dan memiliki jenis substrat berlumpur.Kondisi

tersebut mendukung vegetasi mangrove dapat hidup secara optimal, lain halnya

dengan kondisi ketebalan mangrove di daerah tebangan (Stasiun II) berada pada

lahan yang dikonversi (tambak).Hal ini disebabkan keberadaan vegetasi sangat

ditentukan oleh pemilik tambak sebab mangrove masih dianggap sebagai hal yang

tidak menguntungkan.Sedangkan untuk di daerah yang sudah mengalami abrasi

dan daerah kawasan industri (Stasiun III) mengalami penurunan yang signifikan

akibat pengaruh oseanografi. Mangrove yang tumbuh di daerah tersebut dari musim

ke musim akan terus habis disebabkan fenomena alam tersebut dan juga semakin

kecilnya area mangrove akibat lahan industry.

2. Sebaran dan Jenis Mangrove

Pada Lokasi penelitian di Sungai Tallo ditemukan empat famili mangrove

diantaranya Acanthaceae, Rhizophoraceae, Arecaeae dan Lythraceae dengan jenis

yang diidentifikasi antara lain: Avicennia alba, Rhizophora mucronata, Rhizophora

sylosa, Nypa fruticans, Sonneratia sp. dan Brugueira sp. Komposisi jenis mangrove

yang ditemukan di Sungai Tallo disajikan pada (Tabel 5 ).

Page 41: SKRIPSI - core.ac.uk · Hastula sp,dan Strombus sp), Bivalvia jenis (Argopecten sp),Malacostraca jenis (Hemigrapsus sp dan dorippe sp) dan Aves jenis (Butoridies striatus, Ardeola

29

Tabel 5. Jenis mangrove yang ditemukan di setiap stasiun penelitian

NO JENIS MANGROVE

STASIUN

1 2 3

1 Nypa fruticans √ √ 2 Rhizophora mucronata

3 Rhizophora stylosa

√ √

4 Avicennia alba

5 Sonneratia sp.

6 Bruguiera sp.

Bengen (2002), mengungkapkan bahwa zonasi hutan mangrove terdiri dari

zona daerah yang paling dekat dengan laut, dengan substrat agak berpasir, sering

ditumbuhi oleh Avicennia spp. Pada zona ini biasa berasosiasi Sonneratia spp. yang

dominan tumbuh pada lumpur dalam yang kaya bahan organik. Pada (Stasiun 3)

terdapat jenis Avicennia alba yang berinteraksi langsung dengan laut.dan ditemukan

juga jenis Sonneratia sp., Bruguiera sp., dan Rhizophora stylosa tapi dalam jumlah

sedikit. Zona lebih ke arah darat, hutan mangrove umumnya didominasi oleh

Rhizophora spp. Di zona ini juga dijumpai Bruguiera spp. dan Xylocarpus spp. Pada

(Stasiun 2) terdapat jenis Rhizophora stylosa, Rhizophora mucronata, dan Nypa

fruticans tapi dalam jumlah sedikit. Sedangkan zona transisi antara hutan mangrove

dengan hutan dataran rendah biasa ditumbuhi oleh Nypa fruticans, dan beberapa

spesies palem lainnya. Pada (Stasiun 1) yang didominasi oleh jenis Nypa fruticans.

Sedangkan Arief (2003), mengungkapkan pembagian kawasan mangrove

berdasarkan perbedaan penggenangan bahwa pada zona proksimal, yaitu zona

yang terdekat dengan laut. Pada zona ini biasanya ditemukan juga Rhizophora spp.

Page 42: SKRIPSI - core.ac.uk · Hastula sp,dan Strombus sp), Bivalvia jenis (Argopecten sp),Malacostraca jenis (Hemigrapsus sp dan dorippe sp) dan Aves jenis (Butoridies striatus, Ardeola

30

3. Kerapatan Jenis Mangrove

Kerapatan jenis mangrove di setiap stasiun dipengaruhi oleh kondisi

lingkungan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Fauna pada mangrove

sangat tergantung pada tingkat kerapatan suatu ekosistem mangrove, karena fauna

mangrove menjadikan mangrove sebagai naungan maupun tempat mencari

makan.Untuk lebih jelasnya. Kerapatan jenis mangrove pada setiap Stasiun dapat

dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Nilai kerapatan rata-rata mangrove pada tiap stasiun

Berdasarkan gambar diatas, kerapatan mangrove pada tiap Stasiun yakni

kerapatan tertinggi berada pada Staiun I yakni 3592 ind/ha, Stasiun II dengan

kerapatan 2250 ind/ha dan terendah berada pada Stasiun III yakni 398 ind/ha.

Tingginya nilai kerapatan ekosistem mangrove pada Stasiun I di sebabkan karena

kurangnya aktifitas masyarakat sekitar area pengamatan, sementara itu stasiun II

kegiatan rehabilitasi ekosistem mangrove yang dilakukan oleh masyarakat sekitar

area tambak sehingga kerapatan masih tergolong tinggi,. Hal yang berbeda yang

ditemukan pada Stasiun III di mana nilai kerapatan ekosistem mangrove tergolong

3592

2250

398

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

3500

4000

I II III

Ke

rap

atan

(in

d/h

a)

Stasiun

Page 43: SKRIPSI - core.ac.uk · Hastula sp,dan Strombus sp), Bivalvia jenis (Argopecten sp),Malacostraca jenis (Hemigrapsus sp dan dorippe sp) dan Aves jenis (Butoridies striatus, Ardeola

31

rendah, Hal ini diduga karena lokasi tersebut sangat dekat dengan kawasan industri

dan beberapa faktor oseonografi menjadi salah satu penyebab kerusakan mangrove

pada daerah tersebut.

C. Struktur Komunitas dan Indeks Ekologi Fauna Non Bentik Mangrove

1. Struktur Komunitas Fauna Non Bentik

Struktur komunitas fauna terdiri dari komposisi jenis, jumlah jenis dan

kepadatan jenis. Arief (2003), mengungkapkan bahwa fauna pada ekosistem

mangrove bersifat unik, karena kawasan mangrove merupakan suatu kawasan

peralihan antara daratan dan lautan sehingga terjadi percampuran organisme lautan

dan daratan.Beberapa organisme yang menetap di kawasan ekosistem mangrove

kebanyakan hidup pada subtrat keras sampai berlumpur, misalnya pada perakaran

pohon.

Berdasarkan hasil pengamatan pada lokasi penelitian, struktur komunitas

fauna non bentik dominan ditemukan pada daerah akar. Anwar dkk (1984) dalam

Arief (2003), mengungkapkan fauna yang hidup di daerah akar adalah

makrozoobentos yang tidak mampu membenamkan diri dalam lumpur di antara

pohon. Apabila terjadi pasang maka yang tidak tahan ataupun tahan dengan

keadaan tersebut akan segera memanjat perakaran-perakaran pohon (Gambar 7).

Page 44: SKRIPSI - core.ac.uk · Hastula sp,dan Strombus sp), Bivalvia jenis (Argopecten sp),Malacostraca jenis (Hemigrapsus sp dan dorippe sp) dan Aves jenis (Butoridies striatus, Ardeola

32

Gambar 7. Jenis fauna makrozoobentos (Littoria sp) kiri, dan (Natica sp)

kanan.

Bengen (2002), menyatakan bahwa komunitas fauna daratan/terestial

(arboreal) yang umumnya menempati bagian atas pohon mangrove, terdiri atas

insekta, ular, primata dan burung. Kelompok ini tidak mempunyai sifat adaptasi

khusus untuk hidup di dalam hutan mangrove, karena mereka melewatkan sebagian

besar hidupnya di luar jangkauan air laut pada bagian pohon yang tinggi, meskipun

mereka dapat mengumpulkan makanannya berupa hewan lautan pada saat air

surut.

Pada lokasi pengamatan, aves yang ditemukan berasal dari dua Order dan

dua Family dengan tujuh jenis yaitu Ardeola speciosa (Blekok sawah), Sterna

hirundo (Dara laut biasa), Butoridies striatus (Kokokan Laut), Egretta alba(Kuntul

besar), Egretta sacra (Kuntul karang), Actitis hypolecos (Trinil pantai), dan

Nycticorax caledonicus (Kowak malam ).

Jenis burung kuntul ada dua ditemukan yaitu Egretta alba dan Egretta sacra

yang menjadikan dahan pohon mangrove sebagai tempat bersarang, berinteraksi

Page 45: SKRIPSI - core.ac.uk · Hastula sp,dan Strombus sp), Bivalvia jenis (Argopecten sp),Malacostraca jenis (Hemigrapsus sp dan dorippe sp) dan Aves jenis (Butoridies striatus, Ardeola

33

dan ketika pagi dan sore hari keluar mencari makan di daerah tambak yang berada

di sekitar lokasi pengamatan.

Menurut Gitayan (2011), burung air yang memiliki nama latin Egretta sacra

ini sangat menyukai aktifitas mencari mangsa di daerah atau zona pasang surut.

Kuntul karang memiliki 2 warna varian yaitu hitam dan putih. Keberadaannya di

pantai sangat dipengaruhi oleh waktu pasang surut air laut, karena mereka akan

lebih mudah mendapatkan mangsa berupa ikan kecil yang terdapat pada karang

disaat air laut surut.

Gambar 8. Jenis Egretta alba (kiri) dan Egretta sacra (kanan) (Kutilang.org, 2015)

ga

Jenis Ardeola speciosamenjadikan pohon mangrove yang ada di stasiun

pengamatan sebagai tempat beristirahat pada saat malam hari, mereka mencari

makan disekitar rawa atau tambak yang ada disekitar lokasi pengamatan.

Sedangkan Nycticorax caledonicus berada di area mangrove sepanjang harinya

karena lokasi mencari makannya berada di daerah tambak.

Menururut Holmes dan Nash (1999), Ardeola speciosa (blekok sawah)

berwarna putih dan coklat ini sering terlihat di sawah-sawah, baik di perbukitan

maupun di pantai. Ketika diam, burung ini kelihatan coklat kusam dan mungkin

terlewat dari pengamatan, tetapi sayapnya yang putih mulus kelihatan menakjubkan

Page 46: SKRIPSI - core.ac.uk · Hastula sp,dan Strombus sp), Bivalvia jenis (Argopecten sp),Malacostraca jenis (Hemigrapsus sp dan dorippe sp) dan Aves jenis (Butoridies striatus, Ardeola

34

ketika terbang. Selama musim kawin, punggungnya menjadi kehitaman dan

dadanya berwarna kayu manis, kisaran penyebarannya ke timur mencapai Sulawesi

dan Sumba.

Menururt Kristantanto (2008), Nycticorax caledonicus (kowak malam)

merupakan burung air yang mudah dikenali, selain bentuk badannya yang agar

besar (61 cm), burung ini mempunyai warnah putih diperut, dengan mahkota hitam

dikepala dan sayap kelabu. Burung ini mencari makan dimalam hari, dengan suara

yang khas “kowak..kowak..kowak”. bila siang hari suka beristirahat di rimbunan

pohon nipah. Ia mencari makan di sawah, padang rumput, dan pinggir sungai.

Makanannya berupa ikan, kodok, ataupun kadal. Dapat dilihat pada (Gambar 9).

Gambar 9. Jenis burung Ardeola speciosa (kiri) dan Nycticorax caledonicus

(kanan) (Kutilang.org, 2015).

Jenis burung yang lain di lokasi pengamatan adalah Trinil pantai memiliki

paruh yang pendek, tubuh bagian atas berwarna coklat, bulu sayap kehitaman.

Bagian bawah putih dengan bercak abu-abu coklat pada sisi dada. Kebiasaan

mencari makan sering berjalan di rawa hutan mangrove mencari crustacea,

Page 47: SKRIPSI - core.ac.uk · Hastula sp,dan Strombus sp), Bivalvia jenis (Argopecten sp),Malacostraca jenis (Hemigrapsus sp dan dorippe sp) dan Aves jenis (Butoridies striatus, Ardeola

35

serangga, dan invertebrata lainnya. Ciri khas waktu terbang adalah garis sayap

putih, garis putih pada bulu ekor terluar.Jenis Actitis hypoleucos terlihat di daerah

rawa hutan mangrove berjalan, mematuk dan mengaduk permukaan lumpur/pasir.

Hal ini sesuai dengan pendapat Coates dan Bishop (1997) aves jenis Actitis

hypoleucos bentuk paruh yang dimiliki pendek ketimbang trinil yang lain, lingkaran

mata putih, bercak coklat pada sisi dada, dada bagian bawah yang putih,

memanjang di sekitar lengkungan sayap. Ekornya sering dijentik-jentikkan naik

turun. Sayap berpalang putih dan ekor bertepi putih.

Gambar 10. Kelihatan jenis aves Trinil pantai (Actitis hypoleucos) sedang

beraktifitas di sekitar rawa hutan mangrove (Kutilang.org, 2015)

Butoridies striatus Jenis burung ini memiliki paruh yang lurus yang

digunakan untuk menangkap mangsa hewan-hewan air, terutama ikan, serangga,

katak, udang, ular kecil, dan larva yang biasa ditemukan di habitat pantai dan biasa

ditemukan pada daerah mangrove, lumpur dan daerah pasang surut dan lebih

sering ditemukan pada daerah sungai untuk mencari makan.

Hal ini sesuai dengan penelitian Kristantanto (2008), bahwa jenis burung

Butoridies striatus Menempati dan mencari makan di habitat lahan basah mereka

berkembang biak dan mengandalkan sungai sebagai tempat mencari makan.

Page 48: SKRIPSI - core.ac.uk · Hastula sp,dan Strombus sp), Bivalvia jenis (Argopecten sp),Malacostraca jenis (Hemigrapsus sp dan dorippe sp) dan Aves jenis (Butoridies striatus, Ardeola

36

Gambar 11. Jenis aves Butoridies striatus (Kokokan Laut) sedang

beraktifitas disekitar rawa hutan mangrove (Kutilang.org, 2015)

Sedangkan Sterna hirundo adalah burung laut di dalam keluarga Sternidae,

masih berkerabat dengan Burung Camar, biasanya dengan warna abu-abu atau

putih, seringkali dengan tanda hitam di bagian kepala.dengan paruh berbentuk

memanjang Burung Dara-laut dapat ditemukan di daerah pantai pada saat air laut

surut.

Gambar 12. Jenis aves Sterna hirundo (dara laut biasa) sedang bertengger

di ranting pohon mangrove (Kutilang.org, 2015)

2. Komposisi Jenis Fauna Non Bentik

Jenis fauna yang ditemukan pada lokasi pengamatan sebanyak 1 jenis yang

terdiri atas, 1 jenis Class Bivalvia, 7 jenis Class Gastropoda, 2 jenis dari Class

Page 49: SKRIPSI - core.ac.uk · Hastula sp,dan Strombus sp), Bivalvia jenis (Argopecten sp),Malacostraca jenis (Hemigrapsus sp dan dorippe sp) dan Aves jenis (Butoridies striatus, Ardeola

37

Malacostraca,dan 7 jenis dari Class Aves. Berikut grafik untuk membedakan

komposisi jenis fauna non bentik (Gambar 13).

Gambar 13.Komposisi jenis fauna non bentik berdasarkan class.

Pada lokasi penelitian diperoleh hasil komposisi jenis berdasarkan

pengelompokan Class yang didominasi oleh gastropoda 64 %, aves 28 %,

malacostraca 5 %, dan bivalvia 3 %.

3. Jenis dan Kepadatan Fauna Non Bentik

Jenis fauna yang ditemukan pada lokasi pengamatan sebanyak 17 jenis

yang terdiri atas, satu jenis Class Bivalvia, delapan jenis Class Gastropoda, dua

jenis dari Class Malacostraca,dan tujuh jenis dari Class Aves.

Untuk class aves tidk dihitung kepadatannya,hanya mengamati tingkah laku

maupun ciri-ciri dari aves tersebut. Penghitungan class aves hanya berdasarkan

jumlah jenisnya.

Kepadatan fauna pada mangrove sangat tergantung pada tingkat kerapatan

suatu ekosistem mangrove, karena fauna mangrove menjadikan mangrove sebagai

naungan maupun tempat mencari makan. Kepadatan jenis fauna berdasarkan

golongan fauna dapat dilihat pada (Gambar 14).

64%

3%

5%

28% Gastropoda

Bivalvia

Malacostraca

Aves

Page 50: SKRIPSI - core.ac.uk · Hastula sp,dan Strombus sp), Bivalvia jenis (Argopecten sp),Malacostraca jenis (Hemigrapsus sp dan dorippe sp) dan Aves jenis (Butoridies striatus, Ardeola

38

Gambar 14. Kepadatan jenis fauna non bentik disetiap stasiun berdasarkan

habitat

Pada lokasi penelitian diperoleh nilai kepadatan fauna tiap stasiun pada

lokasi pengamatan berdasarkan habitat seperti bagian akar, batang dan

ranting/daun. Pada stasiun I (vegetasi Nypa fruticans) jumlah kepadatan tertinggi

terdapat pada bagian batang mencapai 115 ind/m², bagian daun/ranting dengan nilai

9 ind/m². dan bagian akar dengan nilai 0 ind/m². Stasiun II (vegetasi Rhizophora)

jumlah kepadatan pada bagian batang 93 ind/m², daun/ranting dengan nilai 25

ind/m² dan bagian akar dengan nilai 76 ind/m². Hal yang berbeda yang ditemukan

pada stasiun III (vegetasi campuran) dimana kepadatan fauna pada bagian batang

66 ind/m²,daun/ranting 60 ind/m² dan pada bagian akar 68 ind/m².

Berdasarkan gambar diatas, pada habitat akar dan batang banyak fauna

ditemukan. Hal ini disebabkan karena sistem perakaran mangrove juga menyokong

komunitas invertebrata laut. Fenomena ini memberikan gambaran tentang tingginya

produktifitas rmangrove. Beberapa hewan tinggal di atas pohon sebagian lain di

antara akar dan lumpur sekitarnya sedangkan pada ranting dan daun dihuni oleh

115

93

66

9

25

60

0

76 68

0

20

40

60

80

100

120

140

1 2 3

Ke

pad

atan

fau

na

(in

d/m

²)

Stasiun

Batang

Daun/ranting

Akar

Page 51: SKRIPSI - core.ac.uk · Hastula sp,dan Strombus sp), Bivalvia jenis (Argopecten sp),Malacostraca jenis (Hemigrapsus sp dan dorippe sp) dan Aves jenis (Butoridies striatus, Ardeola

39

beberapa jenis burung dan digunakan sebagai tempat untuk bertengger dan

bersarang (Irwanto, 2006).

Berdasarkan pengambilan sampel fauna di lapangan,maka diperolehrata-rata

jumlah jenis faunadengan nilai kepadatan fauna non bentik tertinggi yaitu jenis

Natica sp. yang berkisar mencapai 39,65 ind/m2. Jenis tersebut berasal dari class

Gastropoda yang menempati bagian batang pohon mangrove. Kepadatan

berdasarkan jenis fauna dapat dilihat pada (Gambar 15).

Gambar 15.Kepadatan jenis fauna pada lokasi penelitian

4. Indeks Ekologi Fauna Non Bentik Mangrove

Indeks ekologi fauna non bentik mangrove dapat dilihat pada gambar di

bawah ini (Gambar 16).

1,76 0,20 0,98

16,60

1,56

9,77 6,05 4,10

0,98 1,76

39,65

2,34 5,08 4,49

0,78 1,37 2,54

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

35.00

40.00

45.00

Ke

pad

atan

fau

na(

Ind

/m²)

Jenis fauna

Page 52: SKRIPSI - core.ac.uk · Hastula sp,dan Strombus sp), Bivalvia jenis (Argopecten sp),Malacostraca jenis (Hemigrapsus sp dan dorippe sp) dan Aves jenis (Butoridies striatus, Ardeola

40

Gambar 16. Indeks ekologi fauna non bentik pada tiap stasiun

Nilai indeks kenakeragaman, keseragaman dan dominansi yang diperoleh

secara umum (Gambar 16) menujukkan bahwa, pada beberapa stasiun pengamatan

ditemukan nilai indeks ekologi yang bervariasi mulai dari yang tertinggi hingga

terkecil. Untuk nilai Indeks keanekaragaman tertinggi ditemukan pada stasiun II

(vegetasi campuran) sebesar 1,16. Berdasarkan katagori indeks kenakeragaman, Ini

tergolong rendah. Menurut (Odum, 1993) keanekaragaman rendah, penyebaran

jumlah individu tiap spesies/genera rendah, kestabilan komunitas rendah dan

perairannya sudah tergolong tercemar. Sedangkan untuk indeks keanekaragaman

dengan nilai terkecil ditemukan distasiun I (vegetasi Nypa fruticans) dengan nilai

0,52. Ini tergolong rendah untuk sebuah komunitas makrozoobenthos.Rendahnya

nilai keanekaragaman yang diperoleh menujukkan bahwa, penyebaran jumlah

individu tiap genera/spesies rendah, kestabilan komunitas rendah dan keadaan

perairan mulai tercemar (Odum, 1993).

Kemudian untuk indeks keseragaman dengan nilai indeks keseragaman

tertinggi ditemukan pada stasiun II dengan nilai yang diperoleh yaitu sebesar 0,51.

Ini mengindikasikan bahwa komunitas tersebut tergolong labil, stasiun I dengan nilai

0,29 dan stasiun III dengan nilai 0,50 masing masing dalam kategori komunitas

0,52

0,91

1,16

0,29

0,51 0,50

0,04 0,04 0,02 0.00

0.20

0.40

0.60

0.80

1.00

1.20

1.40

1 2 3

Ind

eks

eko

logi

Stasiun

H

E

C

Page 53: SKRIPSI - core.ac.uk · Hastula sp,dan Strombus sp), Bivalvia jenis (Argopecten sp),Malacostraca jenis (Hemigrapsus sp dan dorippe sp) dan Aves jenis (Butoridies striatus, Ardeola

41

tertekan. Rendahnya nilai indeks keseragaman yang diperoleh dari ketiga stasiun

tersebut mengindikasikan komunitas makrozoobenthos tertekan, artinya penyebaran

jumlah individu tiap jenis tidak sama, ada kecenderungan didominasi oleh jenis

tertentu (Odum, 1993). Sedangkan nilai indeks dominansi yang ditemukan pada

setiap stasiun yaitu stasiun I 0,04, stasiun II 0,04 dan stasiun III 0,02 yang masih

dalam kategori rendah yang berarti tidak ada jenis yang mendominasi. Dominansi

jenis yang rendah pada komunitas makrozoobenthos menandakan ekosistem

tersebut mempunyai keseragaman yang merata (Odum, 1993).

5. Hubungan Kerapatan Mangrove Dengan Kelimpahan Fauna Non Bentik

Vegetasi mangrove memberikan persediaan makanan alami bagi fauna non

bentik berupa serasah dari daun, ranting, buah, dan batang dalam bentuk material

organik seperti fosfat dan nitrogen (Bengen, 2002). Untuk melihat keterkaitan antara

kelimpahan fauna non bentik dengan kerapatan mangrove digunakan analisis

regresi linier sederhana menggunakan Excel yang dapat dilihat pada (Gambar 17).

Gambar 17.Grafik regresi linear sederhana

y = 0.002x + 33.121 R² = 0.03

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

0 500 1000 1500 2000 2500 3000

Ke

limp

ahan

fau

na

no

n b

en

tik

(In

d/m

²)

Kerapatan mangrove (Ind/ha)

Page 54: SKRIPSI - core.ac.uk · Hastula sp,dan Strombus sp), Bivalvia jenis (Argopecten sp),Malacostraca jenis (Hemigrapsus sp dan dorippe sp) dan Aves jenis (Butoridies striatus, Ardeola

42

Hubungan antara kelimpahan fauna non bentik dengan kerapatan mangrove

diperoleh hubungan Y = 0,002x + 33,121 artinya setiap kenaikan kerapatan

mangrove 1 satuan akan meningkatkan kelimpahan fauna non bentik sebesar 0,002

atau kerapatan mangrove sebanyak 1000 satuan meningkatkan kelimpahan fauna

non bentik sebesar 2 individu. Koefisien determinasi (R2) yang diperoleh adalah

0,03 artinya pengaruh kerapatan mangrove terhadap kelimpahan fauna non bentik

sebesar 3%. Koefisien korelasi (r) yang diperoleh adalah 0,173 artinya antara

kerapatan mangrove dengan kelimpahan fauna non bentik berkorelasi positif tetapi

lemah. Hal ini diduga karena tingkat pemanfaatan fauna non bentik sangat tinggi

yang disebabkan karena penduduk disekitar Sungai Tallo sebagian besar berprofesi

sebagai nelayan, tingginya jumlah nelayan tersebut diduga menyebabkan aktivitas

penangkapan atau pemenfaatan tinggi sehingga kelimpahan fauna non bentik

semakin lama semakin berkurang. Seperti yang dikemukakan oleh Kordi (2012)

bahwa penangkapan fauna di ekosistem mangrove yang dilakukan secara tidak

selektif menyebabkan penurunan populasi. Faktor lain yang didugamenyebabkan

hubungan antara kerapatan mangrove terhadap kelimpahan fauna non bentik di

Sungai Tallo berkorelasi lemah adalah kemampuan berkembang biak fauna non

bentik tidak seimbang dibandingkan dengan kemampuan perkembangbiakan hutan

mangrove.

D. Parameter Lingkungan

1. Suhu

Suhu dapat membatasi sebaran hewan-hewan bentik secara

geografis.Pertumbuhan dan perkembangan suatu organisme dipengaruhi oleh suhu,

baik secara langsung maupun tidak langsung.

Page 55: SKRIPSI - core.ac.uk · Hastula sp,dan Strombus sp), Bivalvia jenis (Argopecten sp),Malacostraca jenis (Hemigrapsus sp dan dorippe sp) dan Aves jenis (Butoridies striatus, Ardeola

43

Kisaran suhu yang didapatkan di semua stasiun penelitian (30–31.5 C)

umumnya masih bisa ditolerir oleh tumbuhan mangrove dan makrozoobenthos.

Kisaran suhu pada stasiun dapat di lihat pada (gambar 18)

Gambar 18. Suhu rata-ratapada tiap stasiun pengamatan

2. Salinitas

Kisaran salinitas yang didapatkan pada semua Stasiun penelitian yaitu pada

Stasiun I didapatkan nilai salinitas yaitu 4 ‰, Stasiun II 5,25 ‰, dan Stasiun III 13,75

‰ rendahnya salinitas pada staiun I disebabkan lokasi ini jauh dari pengaruh air laut

dan lebih dekat dengan daratan, begitu pun dengan Stasiun II yang berada pada

daerah pertengahan antara darat dan laut sedangkan Stasiun III lebih tinggi karena

lokasi ini berada pada muara sungai dan pengaruh air laut lebih berpengaruh.

Kisaran salinitas ini masih dianggap layak untuk kehidupan makrozoobenthos yang

berkisar 4-13,75 ‰ (Noortiningsih,dkk.2008). Kisaran salinitas pada tiap stasiun

dapat dilihat pada (gambar 19).

30

31,5

31

29

29.5

30

30.5

31

31.5

32

1 2 3

Suh

u (

0 C

)

Stasiun

Page 56: SKRIPSI - core.ac.uk · Hastula sp,dan Strombus sp), Bivalvia jenis (Argopecten sp),Malacostraca jenis (Hemigrapsus sp dan dorippe sp) dan Aves jenis (Butoridies striatus, Ardeola

44

Gambar 19.Kisaran salinitas rata-rata pada tiap stasiun

3. pH Air

Kisaran pH yang didapatkan pada semua stasiun pengamatan yaitu berkisar

7.2-7.5. Kisaran nilai pH di setiap titik penelitian cukup baik untuk kehidupan

makrozoobenthos, sesuai pernyataan Effendi (2003), bahwa sebagian besar biotik

aquatik sensitif terhadap perubahan pH dan menyukai nilai pH berkisar 7,0–

8,5.kisaran pH dapat dilihat pada (gambar 20).

4

5,25

13,75

0

2

4

6

8

10

12

14

16

1 2 3

Salin

itas

(‰

)

Stasiun

Page 57: SKRIPSI - core.ac.uk · Hastula sp,dan Strombus sp), Bivalvia jenis (Argopecten sp),Malacostraca jenis (Hemigrapsus sp dan dorippe sp) dan Aves jenis (Butoridies striatus, Ardeola

45

Gambar 20.Kisaran pH rata-rata pada tiap stasiun pengamatan

4. Tinggi Genangan Air

Pengukuran tinggi genangan pada air merupakan data parameter pendukung

dalam penelitian ini, maka diperoleh hasil pengukuran tinggi genangan air pada

lokasi penelitian yaitu pada Stasiun I dengan nilai 21.5 cm, Stasiun II 19.5 cm dan

Stasiun III 24 cm. Tingginya genangan air pada stasiun III disebabkan karena dekat

dengan laut sehingga pengaruh pasang surut sangat tinggi sedangkan stasiun I dan

II jauh dari pengaruh pasang surut air laut dan yang berpengaruh pada saat

pengambilan data yaitu aktifitas perahu motor yang menjadikan Sungai Tallo

sebagai alur transportasi tinggi genangan air pada tiap stasiun dapat dilihat pada

(gambar 21).

7,2

7,4

7,5

7.05

7.1

7.15

7.2

7.25

7.3

7.35

7.4

7.45

7.5

7.55

1 2 3

pH

Stasiun

Page 58: SKRIPSI - core.ac.uk · Hastula sp,dan Strombus sp), Bivalvia jenis (Argopecten sp),Malacostraca jenis (Hemigrapsus sp dan dorippe sp) dan Aves jenis (Butoridies striatus, Ardeola

46

Gambar 21. Tinggi genangan air rata-rata pada tiap stasiun

Pengaruh alami yang ditimbulkan oleh siklus tinggi genangan air khususnya

pada organisme ketika air laut sedang pasang organisme tersebut naik ke akar

mangrove untuk makan dengan membuka cangkangnya untuk menghindari percikan

air laut dan menutup kembali apabila air laut sudah surut.

21,5 19,5

24

0

5

10

15

20

25

30

I II III

Tin

ggi g

en

anga

n a

ir (

cm)

stasiun

Page 59: SKRIPSI - core.ac.uk · Hastula sp,dan Strombus sp), Bivalvia jenis (Argopecten sp),Malacostraca jenis (Hemigrapsus sp dan dorippe sp) dan Aves jenis (Butoridies striatus, Ardeola

47

V.KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik

kesimpulan:

a. Di daerah Sungai Tallo ditemukan 6 jenis mangrove yaitu Nypa fruticans,

Rhizophora mucronata, Rhizophora stylosa, Avicennia alba, Sonneratia sp., dan

Bruguiera sp. dan Fauna non bentik terdapat 17 jenis dari 4 kelas yaitu:

Gastropoda 7 jenis (Natica sp., Achatina sp., Melanopsis sp., Littorina sp.,

Bedeva sp., Hastula sp., dan Strombus sp.), Bivalvia 1 jenis (Argopecten sp),

Malacostraca 2 jenis (Hemigrapsus sp. dan Dorippe sp.) dan Aves 7 jenis

(Butoridies striatus, Ardeola speciosa, Sterna hirundo, Egretta alba, Egretta

sacra, Actitis hypolecos, dan Nycticorax caledonicus).

b. Indeks keanekaragaman yang di peroleh dalam kategori rendah, keseragaman

dalam kategori komunitas tertekan dan komunitas labil dan indeks dominansi

dalam kategori rendah.

c. Hubungan antara kerapatan mangrove dengan kelimpahan fauna non bentik

berkorelasi positif tetapi lemah dengan nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,173.

B. Saran

Sebaiknya keberadaan mangrove pada daerah Sungai Tallo tetap

dipertahankan dan dilakukan rehabilitasi guna menambah luasan wilayah hutan

mangrove untuk meningkatkan biodiversitas/keanekaragaman fauna pada

ekosistem mangrove tersebut dan juga diperlukan perhatian khusus dari pemerintah

untuk lebih serius menangani persoalan di daerah Sungai Tallo.

Page 60: SKRIPSI - core.ac.uk · Hastula sp,dan Strombus sp), Bivalvia jenis (Argopecten sp),Malacostraca jenis (Hemigrapsus sp dan dorippe sp) dan Aves jenis (Butoridies striatus, Ardeola

48

DAFTAR PUSTAKA

Arief, A. M. P., 2003. Hutan Mangrove Fungsi dan Manfaatnya. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Makassar. 2014. Industri yang berlokasi di

DPS Sungai Tallo dan Jeneberang Wilayah Kota Makassar, (online), (http://blhdmakassar.info/industri-yang-berlokasi-di-dps-sungai-tallo-dan jeneberang-wilayah-kota-makassar/, diakses pada 10 juli 2016).

Beddu S. 2011. Bantaran Sungai Sebagai Konservasi Lansekap Alami (Studi Kasus:

Bantaran Sungai Tallo Makassar). Prosiding Hasil Penelitian Teknik.ISBN : 978 - 979 - 127255-0-6.

Bengen, D.G., 2002. Sinopsis Ekosistem dan Sumberdaya Alam Pesisir.Pusat

Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan.Institut Pertanian Bogor. Bogor. Bengen, D.G., 1999. Pedoman Teknis Pengenalan dan Pengelolaan Ekosistem

Mangrove. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Brower, J.E., Zar JH.,& CN. von Ende. 1989. Field and Laboratory methods for

general ecology. 3rd edition.Wm. C. Brown Publishers. Dubuque, IA. Burhanuddin, A.I. 2011. The Sleeping Giant.Potensi dan Permasalahan Kelautan.

Brilian Internasional, Surabaya. Coates, B.J., dan K.D. Bishop. 1997. A Guide to The Birds of Wallacea. Dove

Publications, Alderley. Dahuri, R. 2003. Keanekaragaman Hayati Laut : Aset Pembangunan Berkelanjutan

Indonesia. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Djuwantono, S.Pudyatmoko, A.Setiawan, DW.Purnomo, S.Nurvianto, FY. Laksono,

YCW. Kusuma. 2013. Studi keanekaragaman jenis burung terkait dengan suksesi ekologi di Suaka Margasatwa Paliyan da Hutan Pendidikan Wanagama, Kabupaten Gunung Kidul. http://lib.ugm.ac.id/digitasi/upload/ 2695_MU.11100001.pdf. Diakses 29-9-2015

Effendi, H. 2003.Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan

Perairan.Penerbit Kanisius, Yogyakarta. Fahriansyah, dan Yoswaty, D. 2012.Pembangunan Ekowisata di Kecamatan

Tanjung Balai Asahan, Sumatera Utara: Faktor Ekologis Hutan Mangrove. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis. Unri, Pekanbaru.

Page 61: SKRIPSI - core.ac.uk · Hastula sp,dan Strombus sp), Bivalvia jenis (Argopecten sp),Malacostraca jenis (Hemigrapsus sp dan dorippe sp) dan Aves jenis (Butoridies striatus, Ardeola

49

Gitayan, A. 2011.Seri Buku Informasi dan Potensi Burung Air – Taman Nasional Alas Purwo. Banyuwangi.

Harahab, N. 2010.Penilaian Ekonomi Ekosistem HUtan Mangrove dan Aplikasi

dalam Perencanaan Wilayah Pesisir.cetakan pertama, Graha Ilmu, Yogyakarta.

Hawkes, H. A., 1978 River Zonation and Classification in River Ecology, ed. By. B.

A. Whitten. Blackwell Scientific Publication. Oxford. Hernowo, JB. 1989. Suatu Tinjauan terhadap Keanekaragaman Jenis Burung dan

Peranannya di Hutan Lindung Bukit Suharto, Kalimantan Timur. Media Konservasi. Vol.II (2), Januari 1989. Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan, Fakultas Kehutanan IPB. Bogor.

Hogarth, P.J. 1999. The Biology of Mangrove. Oxford University Press, inc. New

York.

Holmes, D., Nash, S.,1999. Burung-burung di Jawa dan Bali.Prima Centra. Jakarta

Irwanto. 2006. “Keanekaragaman Fauna Pada Habitat Mangrove”, Yogyakarta. Jonathan, L.R. 1979. Dimensions of Ecology. Oxford University Press. NewYork.536

p. Kordi, H.G.M., 2012, Ekosistme Mangrove : Potensi, Fungsi, dan Pengelolaan,

Rineka Cipta, Jakarta Krebs, C.J. 1985. Ecology: The Experimental Analysis of Distributions and

Abundance. Ed. New York: Harper and Row Publishers. 654 p. Kristanto, A., Momberg,F., 2008. Alam Jakarta Panduan Keanekaragaman Hayati

Yang Tersisa di Jakarta,.PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Kustanti, A. 2011. Manajemen Hutan Mangrove, IPB Press, Bogor. Kutilang Indonesia, www.kutilang.org, diakses pada 3 Mei 2016 Levinton, J. S. 1982. Marine Biology.Prentice Hall Inc. New Jersey. USA. 526 p. Noortiningsih, Jalip.I.K, dan S. Handayani. 2008. Keanekaragaman

Makrozoobenthos, Meiofauna Dan Foraminifera Di Pantai Pasir Putih Barat Dan MuaraSungai Cikamal Pangandaran, Jawa Barat.1(1).

Nontji,A.1987.Laut Nusantara.Djambatan.Jakarta. Nybakken, J.W. 1992. Biologi Laut. Suatu Pendekatan Ekologis. PT Gramedia

Pustaka Utama. Jakarta. (Diterjemahkan oleh M. Eidman et. al.)459 hlm.

Page 62: SKRIPSI - core.ac.uk · Hastula sp,dan Strombus sp), Bivalvia jenis (Argopecten sp),Malacostraca jenis (Hemigrapsus sp dan dorippe sp) dan Aves jenis (Butoridies striatus, Ardeola

50

Odum, E.P. 1993. Dasar-Dasar Ekologi.Edisi ketiga .Gajah mada University Press.

Jogjakarta. H. 134-162. Pescod, M. D. 1973. Investigation of Rational Effluen and Stream Standards for

Tropical Countries. A.I.T. Bangkok, 59 pp Pemerintah Kota Makassar. 2015. Geografis Kota Makassar. http://makassar

kota.go.id/110-geografiskotamakassar.html

Ramdhani. 2008. Burung dan Dasar-Dasar Birdwatching. (Online)

http://www.deriramdhani’s.weblog.comdiakses tanggal 29 september 2015. Retnowati, D. N. 2003. Struktur Komunitas Makrozoobenthos dan Beberapa

Parameter Fisika Kimia Perairan Situ Rawa Besar, Depok, Jawa Barat. Skripsi. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Risawati, D. 2002. Struktur Komunitas Moluska (Gastropoda dan Bivalva) serta Asosiasinya pada Ekosistem Mangrove Kawasan Muara Sungai Bengawan Solo. Ujung Pangkah Gresik, Jawa Timur. Skripsi. Program Studi Ilmu Kelautan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan - Institut Pertanian Bogor, Bogor. 69 hal

Saru, A. 2013.Mengungkap Potensi Emas Hijau di Wilayah Pesisir. Masagena

Press, Makassar. . .2006. Analisis ekosistem mangrove dengan pendekatan model ekologi di

Kabupaten Barru Provinsi Sulawesi Selatan.jurnal penelitian perikanan.volume 9 nomor 1. Malang: Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya.

Teknik perencanaan transportasi, 2014. https://www.google.co.id/#q=teknik+

perencanaan+transportasi+makassar diakses pada tanggal 17 juni 2016. Wilhm, J.L., and T.C. Doris.1986. Biologycal Parameter for water quality Criteria.Bio.

Science: 18.