kondiloma lata
DESCRIPTION
ReferatTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. DEFINISI
Kondiloma lata merupakan salah satu manifestasi dari sifilis sekunder yang
disebabkan oleh Treponema pallidum. Manifestasi klinis kondiloma lata berupa
papul-papul berwarna putih atau keabuan pada daerah tubuh yang hangat dan
lembab.1
Sifilis sendiri merupakan penyakit menular seksual yang dikenal memiliki
presentasi bervariasi dan karena itu dikenal sebagai 'Great Imitator'. Lesi sifilis
sekunder yang muncul di daerah mukokutan disebut sebagai kondiloma lata.
Umumnya, kondiloma lata berwarna cokelat kemerahan atau ungu, datar dan
lembab dan biasanya terdapat di wilayah anogenital.2
Sifilis sekunder diketahui telah memberikan manifestasi kulit yang
bervariasi dari ruam di selaput lendir hingga perubahan pada rambut/kuku.
Manifestasi umum sifilis sekunder berupa ruam (75-100%), limfadenopati (50-
80%) dan lesi mucocutaneous seperti mukous patch dan kondiloma lata (40-
50%).2
I.2. Epidemiologi
Kondiloma lata telah dilaporkan pada 9-44% kasus sifilis. Kondiloma lata
sering dijumpai pada 35% kasus pasien dengan sifilis sekunder berulang. Pada
daerah oral comisura relative jarang ditemukan, pada daerah genitalia eksterna
1
diagnosis kondiloma lata sering diabaikan karena manifestasi klinis yang muncul
pada kulit tidak khas.2,3
I.3. Etiopatogenesis
Schaudin dan Hoffman pada tahun 1905 berhasil mengidentifikasi
Spirochaeta pallida sebagai bakteri penyebab sifilis. Klasifikasi sangat sulit
dilakukan, karena spesies Treponema tidak dapat dibiakkan in vitro. Sebagai dasar
diferensiasi terdapat 4 spesies yaitu T. pallidum yang menyebabkan sifilis, T.
pertenue, T. endemicum, dan T. carateum.4
Treponema pallidum subspesies pallidum merupakan agen penyebab sifilis.
Organisme tersebut merupakan parasit obligat bagi manusia. Treponema pallidum
berbentuk spiral, Gram negatif dengan panjang antara 6-20 μm dan diameter
antara 0,09-0,18 μm. Treponema pallidum dapat berenang dalam lingkungan
viscous (contohnya rongga mulut, traktus intestinal), tetapi hanya dapat berputar
dalam air karena gesekan minimal. Kontak dengan udara, antiseptik, atau cahaya
matahari akan membunuh mikroba tersebut. Jika diletakkan di luar tubuh dalam
lingkungan gelap dan lembab hanya bertahan tidak lebih dari 2 jam.4
Transmisi seksual dimungkinkan karena inokulasi pada abrasi akibat trauma
seksual yang menyebabkan respons lokal sehingga terjadi erosi, lalu ulkus.
Kejadian tersebut diikuti dengan penyebaran treponema ke kelenjar getah bening
regional dan penyebaran hematogen pada bagian lain tubuh. Hingga kini belum
sepenuhnya dimengerti bagaimana mekanisme kuman menyerang jaringan. 4
Pada sebagian besar stadium sifilis sering ditemukan gambaran vaskulitis
obstruktif pembuluh darah kecil, serta perivascular cuffing dengan sel bulat, sel
2
plasma, dan adanya proliferasi sel endotel. Gangguan vaskularisasi pada lesi turut
berperan dalam mengakibatkan perubahan jaringan. Infiltrat pada lesi sifilis
didominasi oleh limfosit dan makrofag. 4
(3-90 hari) (4-10 minggu)
Gambar. 1 Tahap terjadinya sifilis (dikutip dari kepustakaan 5)
Infeksi sifilis mempunyai beberapa fase penyakit dan dapat dibedakan
menjadi infeksi awal maupun infeksi lanjutan. Infeksi awal bersifat menular
sedangkan infeksi lanjutan tidak menular. Infeksi awal dibedakan menjadi primer,
sekunder dan fase laten awal. Sifilis primer ditandai dengan adanya chancre dan
pembesaran kelenjar getah bening inguinal. Sifilis sekunder muncul 4 sampai 10
minggu setelah sifilis primer dan umumnya ditandai dengan bercak
makulopapular di tangan dan kaki tapi di tahap ini dapat termasuk laringitis,
kondiloma lata, hepatitis, dan meningitis bersamaan dengan manifestasi klinis
lainnya. WHO dan British guideline mengelompokkan fase laten awal dari infeksi
3
InfeksiSifilis Primer Chancre Limfadenopa
ti inguinal
Sifilis Sekunder Kemerahan Laringitis Kondiloma lata Hepatitis Meningitis Limfadenopati Demam ringan
Fase laten awalAsimptomatik (dibawah 2 tahun setelah i nfeksi)
Fase laten akhirAsimptomatis (lebih dari 2 tahun setelah infeksi)
Sifilis Tersier
Guma raksasa
Kardiovaskular
Neurosifilis
sifilis dibawah dua tahun semenjak infeksi, dan ditentukan berdasarkan dari
riwayat penyakit dan hasil dari tes serologi. 5
Infeksi lanjutan merupakan fase laten lanjutan (asimptomatis) dan sifilis
tersier. Sekitar 30-40% kasus dengan sifilis yang tidak diobati akan menunjukkan
tanda dan gejala. Semua pasien yang didiagnosis dengan infeksi sifilis lanjutan
fase laten harus menjalani pemeriksaan penuh untuk mencari manifestasi klinis
dari sifilis tersier. Manifestasi klinis dari sifilis tersier merupakan manifestasi
jangka panjang sifilis dan dapat melibatkan sistem kardiovaskular, dan sistem
saraf. Sifilis kardiovaskular menyebabkan aortitis, regurgitasi aorta atau
aneurisma. Neurosifilis bermanifestasi sebagai meningitis, stroke, kelumpuhan
nervus kranial, myeopathy, kejang atau demensia yang progresif. Infeksi sifilis
lanjutan fase laten di diagnosis berdasarkan tidak adanya neurosifilis dan gejala
lain sifilis tersier. 5
I.4. Prognosis
Pada kondiloma lata (sifilis sekunder), kegagalan terapi sebanyak 5%.
Kambuh klinis umumnya terjadi setahun setelah terapi, berupa lesi menular ada
mulut, tenggorokan dan region perianal.6
4
BAB II
DIAGNOSIS
II.1 Manifestasi klinis
Manifestasi klinik dari kondiloma lata adalah adanya lesi papular sifilis
sekunder yang muncul di daerah tubuh yang lembab, dan merupakan perpaduan
dari berbagai lesi papular yang ada di seluruh tubuh. Lesi kondiloma lata biasanya
berada di daerah lipatan tubuh, misalnya lipatan nasolabial, lipatan dagu, dibawah
dagu, belakang telinga, ketiak, sela jari dan lipatan siku. Lesi sering muncul pada
daerah lipatan payudara, umbilicus, lipatan lutut, sela ibu jari kaki, dan terutama
pada daerah anogenital. Effloresensi kondiloma lata berupa hipertrofi jaringan,
granulomatosa yang banyak, berwarna cokelat kemerahan atau keunguan dengan
puncak datar dan lembab, permukaan dari kondiloma lata bisa halus, menonjol
atau ditutupi dengan vegetasi seperti kembang kol serta lesi yang berisi
treponema.7,8,9
Gambar. 2 Lesi kondiloma lata berwarna abu-abu, lembut dan lembab. Umumnya berada di regio anogenital, namun dapat juga sampai ke mulut, lipatan paha dan sela jari kaki. (Dikutip dari kepustakaan 8)
5
Gambar. 3 Lesi kondiloma lata di daerah perianal dengan papul besar yang menyatu dan lembab, disertai organisme Treponema pallidum di dalamnya (dikutip dari kepustakaan 10).
Gambar . 4 Lesi kondiloma lata pada area lembab, plak datar pada skrotum (dikutip dari kepustakaan 9).
Gambar. 5 Kondiloma lata pada daerah axilla (dikutip dari kepustakaan 7).
Gambar. 6 Kondiloma lata pada daerah labia (dikutip dari kepustakaan 7).
6
Gejala lain yang umum pada tahap ini termasuk demam, sakit
tenggorokan, malaise, penurunan berat badan, sakit kepala, meningismus dan
pembesaran kelenjar getah bening. Manifestasi langka yang terjadi pada sekitar
2% dari pasien sifilis adalah meningitis akut, hepatitis, penyakit ginjal, gastritis
hipertrofik, ulcerative colitis, massa rektosigmoid, arthritis, periostitis, neuritis
optik, keratitis interstisial, iritis dan uveitis.2
II.2 Diagnosis
Diagnosis kondiloma lata ditegakkan berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan fisis. Pasien kondiloma lata datang dengan keluhan utama benjolan
yang muncul di daerah tubuh yang lembab terutama daerah anal, dari pemeriksaan
fisis didapatkan lesi yang berada di daerah lipatan tubuh dengan efluoresensi
berupa hipertrofi jaringan, granulomatosa yang banyak, berwarna cokelat
kemerahan atau keunguan dengan puncak datar dan lembab, permukaannya bisa
halus, menonjol atau ditutupi dengan vegetasi seperti kembang kol serta lesi yang
berisi treponema.7,8,9
Dari pemeriksaan labratorium didasarkan pada deteksi langsung dari
treponema atau DNA treponema dengan mikroskop atau teknik molekul biologi,
serta berbagai tes serologi yang menilai respon antibodi baik cardiolipin ( tes non
- treponemal ) atau antigen treponema (tes treponema). Diagnosis berbagai tahap
sifilis tergantung pada interpretasi hasil uji laboratorium, tanda dan gejala yang
didapatkan serta riwayat penyakit penderita.11
7
II.3 Histopatologi
Gambaran histopatologi yang didapatkan pada kondiloma lata adalah
proliferasi sel-sel endotel, infiltrat granulomatosa yang terdiri atas epiteloid dan
sel-sel raksasa.6
Gambar. 7 Epidermal hiperplasia, spongiosis, dermal infiltrat. (Pembesaran 10x) (Dikutip dari kepustakaan 2)
Gambar 8. Infiltrat dermal terdiri dari limfosit dan sel plasma (Pembesaran 40x) (Dikutip dari kepustakaan 2).
8
BAB III
PENATALAKSANAAN
Pengobatan pilihan pertama untuk semua manifestasi sifilis adalah
penisilin. Bagi orang-orang yang diketahui memiliki manifestasi alergi terhadap
penisilin, alternatif seperti doksisiklin atau tetrasiklin dapat digunakan. Ruam
akan menghilang pertama setelah pengobatan dan mungkin diperlukan beberapa
bulan untuk kondiloma lata menghilang.2
Regimen tetrasiklin dan sefalosporin, kurang bekerja dengan baik tetapi
dapat menjadi pilihan terapi bagi pasien yang alergi dengan penisilin atau mereka
yang menolak pengobatan parenteral. Eritromisin 500mg selama 2 minggu telah
diteliti dapat menjadi alternative oral atau pasien dengan alergi penisilin.
Pemberian terapi dikaitkan dengan tingkat kegagalan yang tinggi karena tidak
melewati sawar darah otak atau plasenta secara efektif. Azitromisin sebagai dosis
tunggal dapat ditoleransi sebagai pilihan yang efektif, tetapi ditemukan memiliki
tingkat ketahanan 40-90 % di beberapa penelitian. ceftriaxone telah dipelajari
pada penyakit sifilis awal dan melintasi sawar darah otak sehingga dapat berguna
dalam sifilis awal atau neurosifilis. Namun jika pasien dengan alergi penisilin,
10% mungkin bereaksi terhadap sefalosporin. Tetrasiklin lebih banyak diteliti
dari doksisiklin dan beberapa orang menggunakan berdasarkan penelitian yang
dilakukan, tetapi doksisiklin cenderung lebih banyak digunakan karena efek
samping yang kurang terhadap gastrointestinal.5
9
Gambar. 9 Kondiloma lata sebelum pengobatan (dikutip dari kepustakaan 2)
Kondiloma lata setelah pengobatan Benzatin Penisilin selama tiga minggu (dikutip dari kepustakaan 2)
Berdasarkan Central for Diseases Control and Prevention (CDC),
pengobatan untuk sifilis terbagi atas fase-fasenya, yaitu:12
1. Sifilis primer, sekunder dan fase laten awal12
Dewasa : Benzatin Penisilin 2,4 juta unit IM dosis tunggal
Anak/bayi > 1 bulan : 50.000 unit/KgBB IM
Bila setelah follow up dan didapatkan terapi gagal, diberikan kembali terapi
ulang Benzatin Penisilin 2,4 Juta unit IM seminggu sekali selama 3 minggu.
Untuk penderita yang alergi terhadap penisilin dapat diberikan
1. Doksisiklin 100 mg 2 kali sehari selama 14 hari, atau
2. Tetrasiklin 500 mg 4 kali sehari selama 14 hari, atau
10
3. Ceftriaxone 1gr IV atau IM sekali sehari selama 10-14 hari, atau
4. Azithromycin 2gr oral dosis tunggal.
2. Sifilis fase laten akhir dan sifilis tersier12
Dewasa : Benzatin Penisilin 2,4 Juta unit IM per minggu
selama 3 minggu.
Anak/bayi > 1 bulan : 50.000 unit/KgBB IM setiap minggu selama 3
minggu.
Untuk penderita sifilis fase laten akhir yang alergi terhadap penisilin dapat
diberikan:
1. Doksisiklin 100 mg oral dua kali sehari selama 28 hari, atau
2. Tetrasiklin 500 mg oral empat kali sehari selama 28 hari
3. Neurosifilis12
Kristaline Aqueous Penisilin G 18-24 juta unit perhari. (3-4 juta unit IV
setiap 4 jam) selama 10-14 hari. Alternatif lain selain Kristaline Aquos Penisilin
G dapat diberikan:
1. Prokain penisilin 2.4 juta unit IM sekali sehari, dan
2. Probenesid 500 mg oral empat kali sehari. Kedua obat tersebut diberikan
selama 10-14 hari.
Untuk pasien yang alergi penisilin dapat diberikan Ceftriaxone 2gr perhari IM
atau IV selama 10-14 hari.
11
Setelah pengobatan diatas, dapat juga dipertimbangkan untuk diberikan lagi
Benzatin penisilin 2,4 juta unit IM per minggu selama 3 minggu, tergantung
kondisi. 12
12
BAB IV
KESIMPULAN
Kondiloma lata adalah salah satu manifestasi kelainan kulit yang terdapat
pada penyakit sifilis sekunder yang disebabkan oleh Treponema pallidum dan
hanya terdapat pada penyakit sifilis. Kondiloma lata merupakan sekumpulan
papul-papul yang berkelompok dan membentuk benjolan dan bertempat di daerah
tubuh yang hangat dan lembab.
Diagnosis kondiloma lata ditegakkan berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan fisis. Keluhan utama adalah benjolan yang muncul di daerah tubuh
yang lembab terutama daerah anal, dari pemeriksaan fisis didapatkan lesi yang
berada di daerah lipatan tubuh dengan efluoresensi berupa hipertrofi jaringan,
granulomatosa yang banyak, berwarna cokelat kemerahan atau keunguan dengan
puncak datar dan lembab, permukaannya bisa halus, menonjol atau ditutupi
dengan vegetasi seperti kembang kol dan dari pemeriksaan penunjang
laboratorium didapatkan DNA treponema.
Penatalaksanaan yang diberikan dalam bentuk sistemik sejalan dengan
penatalaksanaan sifilis sekunder itu sendiri. Tidak ada penatalaksanaan topikal
yang diberikan.
13
DAFTAR PUSTAKA
1. Hendra, Minarto. Suling, Pieter L. Codyloma Lata In a 21-year-old male
treated with doksisiklin: a case report. Jurnal Biomedik (JBM), Volume 6, Nomor
2. 2014. Hal. 131-136
2. Deshpande DJ, Nayak CS, Mishra SN, Dhurat RS. Verrucous condyloma lata
mimicking condyloma acuminata: An unusual presentation. Indian J Sex Trsm
Dis and AIDS. 2009;30:100-2.
3. S. Pavlov, M. Slavova. A case of secondary syphilis with condylomata lata:
location on the oral comissure. Journal of IMAB - Annual Proceedings
(Scientific Papers) - 2004, vol. 10, book 1.
4. Agustina, Fitria. Legiawati, Lili. Sifilis pada infeksi human immunodeficiency
virus. Health Sc J: Indonesia. Departemen IK. Kulit dan Kelamin
FKUI/RSUP Dr. Cipto Mangunkusumo. Jakarta. 2012.
5. Emerson, Carol R. Syphilis: A Review of the Diagnosis and Treatment. IJID.
2009. 3, 143-147.
6. Djuanda A. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Edisi Keenam, Cetakan Kedua.
Badan Penerbit FKUI Jakarta. 2011. Hal : 406-411
7. Fiumara, Nicholas J. Unusual location of condyloma lata : A case report. Br J
Ven Dis. 2009. 53, 391-393
8. Sanchez MR. Section-32 Sexually Transmitted Diseases. Wolf K et all.
Fitzpatrick’s dermatology in general medicine. 7theds. Newyork : Megraw-
Hill. 2012. Chapter-200. p; 1955-1961.
14
9. James WD, Berger TG, Elston DM. Section-18 Syphilis, Yaws, bejel and
Pinta. Andrew's disease of the Skin: Clinical Dermatology. 10th ed. Canada:
Elsevier Inc; 2000. p. 350
10. Kinghorn GR. Syphilis and Bacterial Sexually Transmitted Disease In :
Rook’s, Textbook of dermatology, 8th ed. Washington ; Blackwell Scientific
Publications.2010 p; 34.10-34.11
11. Stary, Angelica. Sexually Transmitted Disease In : Bolognia, JL eds.,
Dermatology, 2nd ed. New York ;Elsevier. 2008 p; 1239-1244.
12. CDC: Sexually transmitted diseases treatment guidelines, 2010. MMWR
Recomm Rep 59 (RR-12): p; 1-110.
15