kondiloma akuminata_gun2

25
BAB 1 PENDAHULUAN Kondiloma akuminata merupakan penyakit yang disebabkan oleh Human Papilloma Virus (HPV) tipe tertentu yang ditularkan melalui hubungan seksual. Beberapa tipe HPV tertentu mempunyai potensi onkogenik yang tinggi, yaitu tipe 16 dan 18. Tipe ini merupakan jenis virus yang paling sering dijumpai pada kanker serviks, sedangkan tipe 6 dan 11 lebih sering dijumpai pada kondiloma akuminata dan neoplasia intraepitelial serviks derajat ringan. 1 Penyakit ini dijumpai pada usia produktif terutama pada orang dewasa. Di Amerika Serikat, 30 – 40 juta penduduknya menderita penyakti ini. Dari penelitian Rochester didapatkan peningkatan insiden kondiloma akuminata yang tetap sebanyak 7-8 kali selama tahun 1950-1978, bahkan insiden setahun dapat mencapai 106 per 100.000 dan sekitar 0,1% sampai dengan 0,5% dari penderita adalah dewasa muda. 2 Usia secara umum akan mengenai dewasa muda antara 17 – 33 tahun dan puncaknya pada usia 20 – 24 tahun. 3 Faktor merokok, pemakaian kontrasepsi oral, berganti- ganti pasangan dan terlalu awal melakukan hubungan seksual, merupakan resiko mendapatkan kondiloma akuminata. Dua pertiga penderita yang pernah berhubungan seksual dengan penderita kondiloma akuminata akan terkena dalam waktu tiga bulan. Bila mengenai pangkal tenggorokan atau mukosa trakea 1

Upload: sinthu

Post on 15-Dec-2015

22 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

lapsus kondiloma

TRANSCRIPT

Page 1: KONDILOMA AKUMINATA_GUN2

BAB 1

PENDAHULUAN

Kondiloma akuminata merupakan penyakit yang disebabkan oleh Human Papilloma

Virus (HPV) tipe tertentu yang ditularkan melalui hubungan seksual. Beberapa tipe HPV

tertentu mempunyai potensi onkogenik yang tinggi, yaitu tipe 16 dan 18. Tipe ini

merupakan jenis virus yang paling sering dijumpai pada kanker serviks, sedangkan tipe 6

dan 11 lebih sering dijumpai pada kondiloma akuminata dan neoplasia intraepitelial

serviks derajat ringan.1

Penyakit ini dijumpai pada usia produktif terutama pada orang dewasa. Di

Amerika Serikat, 30 – 40 juta penduduknya menderita penyakti ini. Dari penelitian

Rochester didapatkan peningkatan insiden kondiloma akuminata yang tetap sebanyak 7-8

kali selama tahun 1950-1978, bahkan insiden setahun dapat mencapai 106 per 100.000

dan sekitar 0,1% sampai dengan 0,5% dari penderita adalah dewasa muda.2 Usia secara

umum akan mengenai dewasa muda antara 17 – 33 tahun dan puncaknya pada usia 20 –

24 tahun.3

Faktor merokok, pemakaian kontrasepsi oral, berganti-ganti pasangan dan terlalu

awal melakukan hubungan seksual, merupakan resiko mendapatkan kondiloma

akuminata. Dua pertiga penderita yang pernah berhubungan seksual dengan penderita

kondiloma akuminata akan terkena dalam waktu tiga bulan. Bila mengenai pangkal

tenggorokan atau mukosa trakea biasanya oleh kontak seksual secara oral dan bila

hubungan seksual melalui anus baik pria dengan wanita atau sesama pria akan dijumpai

juga lesi di daerah anus.3

Oleh karena itu, tindakan pencegahan sangatlah diperlukan agar tidak terkena

kondiloma akuminata. Pemakaian kondom saat berhubungan seksual, tidak merokok,

jangan berganti-ganti pasangan seksual, selalu menjaga kebersihan diri merupakan

beberapa upaya untuk mencegah penularan kondiloma akuminata.

1

Page 2: KONDILOMA AKUMINATA_GUN2

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

KONDILOMA AKUMINATA

2.1 Definisi

Kondiloma akuminata adalah vegetasi oleh Human Papilloma Virus tipe tertentu,

bertangkai dan permukaannya berjonjot.4

2.2 Sinonim

Penyakit jengger ayam atau kutil kelamin.

2.3 Etiologi

Virus penyebabnya adalah Human Papilloma Virus (HPV) merupakan virus DNA

yang tergolong dalam keluarga virus Papova. Sampai saat ini telah dikenal sekitar 70 tipe

HPV namun tidak seluruhnya dapat menyebabkan kondiloma akuminata. Tipe yang

pernah ditemui pada kondiloma akuminata adalah tipe 6, 11, 16, 18, 30, 31, 33, 35, 39,

41, 42, 44, 51, 52, dan 56. Beberapa tipe HPV tertentu mempunyai potensi onkogenik

yang tinggi, yaitu tipe 16 dan 18. Tipe ini merupakan jenis virus yang paling sering

dijumpai pada kanker serviks, sedangkan tipe 6 dan 11 lebih sering dijumpai pada

kondiloma akuminata.4 HPV tipe 6 dan 11 menimbulkan lesi dengan pertumbuhan

(seperti jengger ayam), HPV tipe 16, 18, dan 31 menimbulkan lesi yang datar (flat),

sedangkan tipe 16 dan 18 dihubungkan dengan karsinoma genital.5

2.4 Patogenesis

Penularannya melalui kontak seksual, baik genital-genital, anal-genital, oral-

genital, maupun genital oral. Permukaan mukosa yang lebih tipis lebih suseptible untuk

inokulasi virus daripada kulit berkeratin yang lebih tebal sehingga mikroabrasi pada

permukaan epitel memungkinkan virion dari pasangan seksual yang terinfeksi masuk ke

dalam lapisan sel basal pasangan yang tidak terinfeksi. Selain itu penularannya dapat

melalui transmisi perinatal, dari ibu dengan kondiloma akuminata ke neonatus.2

2

Page 3: KONDILOMA AKUMINATA_GUN2

Sel basal merupakan tempat pertama infeksi HPV sehingga setelah inokulasi

melalui trauma kecil (mikrolesi), virion HPV akan masuk sampai lapisan sel basal epitel.

Agar dapat menimbulkan infeksi, HPV harus mencapai epitel yang berdiferensiasi

sedangkan sel basal relatif undifferentiated, mereka hanya terstimulasi untuk membelah

secara cepat sehingga disini hanya terjadi ekpresi gen HPV. Sesuai dengan pembelahan

sel basal, virion HPV akan bergerak ke lapisan epidermis yang lebih atas dan hanya

lapisan epidermis di atas lapisan basal yang berdiferensiasi pada tahap lanjut, yang dapat

mendukung replikasi virus. Ekspresi gen virus pada lapisan ini diperlukan untuk

menghasilkan capsid protein dan kumpulan partikel virus. Sesudah itu terjadi pelepasan

virus bersama dengan sel epitel yang deskuamasi, kemudian virus baru akan menginfeksi

lapisan basal yang lain. Waktu yang dibutuhkan mulai dari infeksi HPV sampai pelepasan

virus baru adalah 3 minggu (masa inkubasi kondiloma akuminata 3 minggu sampai 8

bulan).2

2.5 Faktor Risiko

1. Aktivitas Seksual

Kondiloma akuminata atau infeksi HPV sering terjadi pada orang yang

mempunyai aktivitas seksual yang aktif dan mempunyai pasangan seksual lebih

dari 1 orang (multiple). Winer et al., pada penelitiannya menunjukkan bahwa

mahasiswa-mahasiswi yang sering berganti-ganti pasangan seksual dapat

terinfeksi HPV melalui pemeriksaan DNA. Wanita dengan lima atau lebih

pasangan seksual dalam lima tahun memiliki resiko 7,1% mengalami infeksi HPV

(anogenital warts) dan 12,8% mengalami kekambuhan dalam rentang waktu

tersebut. Pada penelitian yang lebih luas, WAVE III yang melibatkan wanita

berusia 18-25 tahun yang memiliki tiga kehidupan seksual dengan pasangan yang

berbeda juga berpotensi untuk terinfeksi HPV.2

2. Penggunaan Kontrasepsi

Penelitian pada 603 mahasiswa yang menggunakan alat kontrasepsi oral ternyata

menunjukkan adanya hubungan terjadinya infeksi HPV pada serviks. Namun

hubungan pasti antara alat kontrasepsi oral dengan angka kejadian terjadinya

kondiloma akuminata masih menjadi perdebatan.2

3

Page 4: KONDILOMA AKUMINATA_GUN2

3. Merokok

Hubungan antara merokok dengan terjadinya kondiloma akuminata masih belum

jelas. Namun pada beberapa penelitian ditemukan adanya korelasi antara

terjadinya infeksi HPV pada seviks dengan penggunaan rokok tanpa filter

(cigarette) dengan cara pengukuran HPV DNA.2

4. Kehamilan

5. Imunitas

Kondiloma juga sering ditemukan pada penderita yang immunocompromised

seperti pada penderita dengan HIV/AIDS.2

2.6 Gejala Klinis

Penyakit ini terutama terdapat di daerah lipatan yang lembab, misalnya di daerah

genitalia eksterna. Pada pria tempat predileksinya di perineum dan sekitar anus, sulkus

koronarius, glans penis, muara uretra eksterna, korpus, dan pangkal penis. Pada wanita di

daerah vulva dan sekitarnya, introitus vagina, kadang-kadang pada porsio uteri. Pada

wanita yang banyak mengeluarkan flour albus atau wanita yang hamil pertumbuhan

penyakit lebih cepat.4

Kelainan kulit berupa papul baik soliter atau multipel, bertangkai dan berwarna

kemerahan kalau masih baru, jika sudah lama maka akan tampak kehitaman.

Permukaannya berjonjot (papilomatosa) atau verukous (seperti jengger ayam) sehingga

pada vegetasi yang besar dapat dilakukan percobaan sondase. Jika timbul infeksi

sekunder warna kemerahan akan berubah menjadi keabu-abuan dan berbau tidak enak.

Vegetasi yang besar disebut sebagai giant condyloma (Buschke) yang pernah dilaporkan

menimbulkan degenerasi maligna sehingga harus dilakukan biposi.4,5

Manifestasi infeksi HPV pada kelamin dapat dibagi menjadi tiga yaitu:

1. Infeksi Klinis

Morfologisnya dapat berbentuk : kondiloma akuminata dengan bentuk klasik dari

genital warts seperti bunga kol yang menonjol, papula keratotik atau seperti veruka

vulgaris, dan veruka plana.2

4

Page 5: KONDILOMA AKUMINATA_GUN2

2. Infeksi Subklinis

Hanya tampak dengan alat bantu misalnya dengan asam asetat 3-5%, lensa pembesar

dan kolposkopi, dan secara histopatologis menunjukkan adanya infeksi HPV.2

3. Infeks Laten

Tidak tampak infeksi HPV baik secara klinis, dengan alat bantu maupun secara

histopatologis. DNA HPV dapat dideteksi pada epitel yang tampak normal dengan

teknik biologi molekuler.2

2.7 Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan dapat pula dilakukan

pemeriksaan penunjang antara lain dengan :

1. Tes asam asetat

Bubuhkan asam asetat 5% dengan lidi kapas pada lesi yang dicurigai. Dalam

beberapa menit lesi akan berubah warna menjadi putih (acetowhite). Perubahan

warna pada lesi di daerah perianal perlu waktu lebih lama (sekitar 15 menit). 6 Tes ini

dapat menolong mendeteksi infeksi HPV subklinis atau menentukan batas pada lesi

datar. Pemeriksaan ini menolong dalam membatasi infeksi HPV ke serviks dan anus.

Acetowhitening pada lesi genital eksternal tidak spesifik untuk kondiloma.2

2. Histopatologi

Pada kondiloma akuminata yang eksofitik, pemeriksaan dengan mikroskop cahaya

akan memperlihatkan gambaran papilomatosis, akantosis, rete ridges yang

memanjang dan menebal, parakeratosis dan vakuolisasi pada sitoplasma.6

2.8 Diagnosis Banding

Beberapa penyakit yang merupakan diagnosis banding kondiloma akuminata

antara lain : veruka vulgaris, kondiloma lata, dan karsinoma sel skuamosa.4

Kondiloma lata

Dijumpai pada sifilis stadium II, klinis berupa papul-papul lentikuler,

permukaannya datar, sebagian berkonfluensi, terletak pada lipatan kulit dan karena

gesekan-gesekan antara kulit permukaannnya menjadi erosif, eksudatif, dan sangat

menular. Biasanya pada stadium ini lesi tidak gatal dan umumnya terjadi limfadenitis

5

Page 6: KONDILOMA AKUMINATA_GUN2

generalisata. Selain itu biasanya pada sifilis stadium 2 ini juga dijumpai gejala konstitusi

yang tidak begitu berat seperti anoreksia, penurunan berat badan, malaise, nyeri kepala,

demam yang tidak terlalu tinggi, dan atralgia.4

Veruka vulgaris

Biasanya terjadi pada anak-anak, namun bisa juga terjadi pada orang dewasa.

Tempat predileksinya terutama di daerah ekstremitas bagian ekstensor. Kelainan ini

berbentuk bulat berwarna abu-abu atau seperti warna kulit normal, besarnya lentikular,

atau kalau berkonfluen berbentuk plakat, permukaannya kasar dan bila dengan goresan

dapat timbul autoinokulasi sepanjang goresan (fenomena Kobner).4

Karsinoma sel skuamosa

Biasanya sering terjadi pada umur 40-50 tahun (dekade V-VI) dengan lokalisasi

yang tersering adalah pada tungkai bawah. Beberapa etiologi yang terkait dengan

kejadian karsinoma sel skuamosa antara lain : paparan sinar matahari, ras, genetik,

radiasi, atau faktor hidrogen (tar, minyak mineral, parafin likuidum). Awalnya berupa

nodul yang keras dengan batas yang tidak tegas, permukaan licin seperti kulit normal dan

pada akhirnya berkembang menjadi verukosa atau papiloma dan biasanya akan tampak

skuamasi. Pada keadaan yang lebih lanjut dapat timbul ulserasi, mudah berdarah ,dan

berbau.4

2.9 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan penderita kondiloma akuminata meliputi tindakan umum yang

merupakan edukasi untuk tidak melakukan hubungan seksual tanpa kondom, kebersihan

perseorangan juga harus diperhatikan, dan pilihan pengobatan yang akan diberikan,

kemungkinan untuk terjadi kekambuhan, dan bagaimana daya penularan penyakit

tersebut dan kemungkinan hubungan infeksi HPV terhadap timbulnya kanker.2

Tindakan khusus dalam pengobatan kondiloma akuminata dapat dilakukan

dengan cara topikal, tindakan bedah, dan terapi sistemik. Pengobatan dengan

menggunakan imunoterapi, misalkan dengan interfon atau isoprinosim didasarkan atas

anggapan bahwa terjadi gangguan sistem imunitas seluler pada penderita kondiloma

akuminata.2

6

Page 7: KONDILOMA AKUMINATA_GUN2

Pengobatan Topikal

Terapi Manfaat Efek SampingKontra Indikasi

Keterangan

Podofilotoksin Antimitotik Iritasi (jarang) Wanita hamil dan menyusui

Dapat dilakukan sendiri

Imiquimod, krem 25%

Merangsang Imunitas seluler dan humoral

Wanita hamil dan lesi pada serviks, vagina, uretra, perianal

Dapat dilakukan sendiri

5-fluorourasil krem 1-5% (dilakukan oleh dokter)

Antimetabolit, antineoplasma, merangsang imun

Teratogenik, risiko adenosis vagina dan clear cell adenocarcinoma

Wanita hamil Khusus untuk lesi di uretra dan vulvovagina

Tingtur Podofilin10-25% (dilakukan oleh dokter)

Antimitotik dan sitotoksik

Teratogenik dan onkogenik. Iritasi jika digunakan terlalu dalam

Wanita hamil dan lesi pada serviks dan anal.

Untuk external warts. Dicuci 4-6 jam kemudian.

Posalfilin (dilakukan oleh dokter)

Antimitotik dan sitotoksik

Teratogenik dan onkogenik

Wanita hamil dan lesi pada serviks dan anal

Untuk lesi hiperkeratosis

TCA (dilakukan oleh dokter)

Efek kaustik dan menimbulkan koagulasi dan nekrosis

Untuk lesi hiperkeratosis pada vagina, anal, serviks, uretra, dapat diberikan untuk hamil

IFN intralesi (dilakukan oleh dokter)

Antivirus, imunomodulator, dan antiproliferasi

Panas, mialgia, sakit kepala, leucopenia

Tindakan Bedah

1. Elektrokauterisasi

2. Bedah beku (N2, N2O cair)

3. Bedah laser

4. Bedah scalpel

7

Page 8: KONDILOMA AKUMINATA_GUN2

Terapi Sistemik

Interferon

Diberikan dalam bentuk suntikan (i.m. atau intralesi) dan topikal (krim). Interferon alfa

diberikan dengan dosis 4-6 mU i.m. 3 kali seminggu selama 6 minggu atau dengan 1-5

mU i.m. selama 6 minggu. Interferon beta diberikan dengan dosis 2 x 106 unit i.m.

selama 10 hari berturut-turut.4

Pada pengobatan dengan tingtur podofilin 25% sebelum pemakaian sebaiknya

kulit disekitarnya dilindungi dengan vaselin atau pasta agar tidak terjadi iritasi, setelah 4-

6 jam dicuci. Jika belum ada penyembuhan dapat diulangi setelah 3 hari. Setiap kali

pemberian jangan melebihi 0,3 cc karena akan diserap dan bersifat toksik. Gejala

toksisitas adalah mual, muntah, nyeri abdomen, gangguan alat napas, dan keringat yang

disertai kulit dingin. Dapat pula terjadi supresi sumsum tulang yang disertai

trombositopenia dan leukopenia. Pada wanita hamil sebaiknya jangan diberikan karena

dapat terjadi kematian fetus. Cara pengobatan dengan podofilin ini sering dipakai.

Hasilnya baik pada lesi yang baru, tetapi kurang memuaskan pada lesi yang lama atau

berbentuk pipih.4

Pengobatan dengan asam triklorasetat (TCA) digunakan larutan dengan

konsentrasi 50%, dioleskan setiap minggu. Pemberiannya harus hati-hati karena dapat

menimbulkan ulkus yang dalam. Dapat diberikan pada wanita hamil.4

Pengobatan dengan 5-fluorourasil digunakan konsentrasin antara 1-5% dalam

krim, dipakai terutama pada lesi di meatus uretra. Pemberiannya setiap hari sampai lesi

hilang. Sebaiknya penderita tidak miksi selama 2 jam setelah pengobatan.4

2.10 Pencegahan

Beberapa tidakan pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah penyebaran

kondiloma akuminata, antara lain :

1. Tidak melakukan hubungan seksual dengan multipartner (tidak berganti-ganti

pasangan).

2. Tidak melakukan hubungan seksual dengan orang yang mengalami kondiloma

akuminata atau penyakit menular seksual lainnya.

8

Page 9: KONDILOMA AKUMINATA_GUN2

3. Melakukan hubungan seksual dengan 1 orang saja (setia dengan pasangan) dan

menggunakan kondom pada saat berhubungan seksual.

4. Selama menjalani pengobatan, jangan melakukan hubungan seksual sampai lesi

hilang.

5. Menjaga kebersihan diri khususnya daerah genital maupun anus.

2.11 Prognosis

Prognosis pada umumnya baik, walaupun sering mengalami residif. Faktor

predisposisi dicari, misalnya higiene, adanya fluor albus, atau kelembaban pada pria

akibat tidak disirkumsisi.4

Tingkat kekambuhan lebih dari 50% sesudah 1 tahun dan hal ini dapat terjadi

karena2 :

1. Infeksi ulang dari kontak seksual.

2. Masa inkubasi HPV yang panjang.

3. Menetapnya virus pada kulit di kelenjar lesi, folikel rambut atau tempat yang tidak

dapat dijangkau oleh intervensi yang digunakan.

4. Lesi yang tidak dijumpai atau lesi yang dalam.

5. Lesi subklinis.

9

Page 10: KONDILOMA AKUMINATA_GUN2

BAB 3

LAPORAN KASUS

3.1 Identitas Penderita

Nama : I Nengah Buda

Umur : 33 Tahun

Jenis Kelamin : laki-laki

Alamat : Jalan Maluku, Pekambingan, Denpasar Barat

Suku : Bali

Bangsa : Indonesia

Agama : Hindu

Tanggal Pemeriksaan : 11 Januari 2011

3.2 Anamnesis

Keluhan Utama :

Tumbuh benjolan seperti kutil di daerah anus

Perjalananan Penyakit :

Penderita mengeluh timbul benjolan pada daerah anus kurang lebih sejak 2 bulan

yang lalu. Pada awalnya timbul benjolan kecil berwarna kemerahan dan makin lama

makin membesar dan warnanya berubah menjadi kehitaman. Benjolan tidak disertai

dengan rasa gatal dan tidak disertai dengan rasa nyeri. Riwayat perdarahan pada benjolan

disangkal oleh penderita.

Riwayat Pengobatan :

Penderita sudah dapat berobat sebelumnya dengan menggunakan asam

triklorasetat (TCA) sejak kurang lebih 1 bulan yang lalu dan sudah dilakukan pengobatan

sebanyak 3 kali. Namun benjolan tersebut tidak mau hilang.

Riwayat Penyakit Terdahulu :

Penderita belum pernah mengalami penyakit yang sama sebelumnya.

Riwayat Penyakit Keluarga :

Di keluarga tidak ada yang mengalami kelainan yang sama dengan penderita.

Riwayat penyakit kelamin di keluarga disangkal.

10

Page 11: KONDILOMA AKUMINATA_GUN2

Riwayat Sosial:

Penderita bekerja sebagai pegawai swasta (pegawai garmen) dan sampai saat ini

penderita belum menikah. Penderita tidak memiliki kebiasaan merokok ataupun minum-

minuman beralkohol. Penderita memiliki riwayat berhubungan seks dengan multipartner

(suka berganti-ganti pasangan). Penderita biasanya melakukan hubungan seksual dengan

cara anogenital.

3.3 Pemeriksaan Fisik

Status Present

Keadaan Umum : Baik

Nadi : 84 kali permenit

Respirasi : 20 kali permenit

Temperatur aksila : 36,6°C

Status General

Kepala : Normocephali

Mata : anemia -/-, ikterus -/-, reflek pupil +/+ isokor

THT : kesan tenang

Thorax : Cor : S1S2 normal, reguler, murmur (-)

Pulmo : vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-

Abdomen : distensi (-), bising usus normal, hepar dan lien tidak teraba

Ekstremitas : akral hangat (+) pada keempat ekstremitas, edema (-)

Status Dermatologi

1. Lokasi : daerah sekitar anus

Effloresensi : papula, multipel, batas tegas bentuk bulat, ukuran

diameter kurang lebih 0,5 - 1 cm, permukaan

berdungkul-dungkul, warna kehitaman, dengan

konsistensi keras.

2. Mukosa : dalam batas normal

3. Rambut : dalam batas normal

11

Page 12: KONDILOMA AKUMINATA_GUN2

4. Kuku : dalam batas normal

5. Fungsi Kelenjar Keringat : dalam batas normal

6. Kelenjar Limfe : dalam batas normal

7. Saraf : dalam batas normal

3.4 Diagnosis Banding

Kondiloma akuminata

Kondiloma lata

Veruka vulgaris

Karsinoma sel skuamosa

3.5 Resume

Penderita laki-laki, 33 tahun, Bali, Hindu, mengeluh timbul benjolan pada daerah

anus kurang lebih sejak 2 bulan yang lalu. Pada awalnya timbul benjolan kecil berwarna

kemerahan dan makin lama makin membesar dan warnanya berubah menjadi kehitaman.

Benjolan tidak disertai dengan rasa gatal dan rasa nyeri. Riwayat perdarahan pada

benjolan disangkal oleh penderita. Riwayat berhubungan seksual dengan multipartner ada

dan biasanya dilakukan secara anogenital.

Penderita sudah dapat berobat sebelumnya dengan menggunakan asam

trikloroasetat (TCA) kurang lebih sejak 1 bulan yang lalu dan sudah dilakukan

pengobatan sebanyak 3 kali. Namun benjolan tersebut tidak mau hilang.

Status Dermatologi :

Lokasi : daerah sekitar anus

Effloresensi : papula, multipel, batas tegas bentuk bulat, ukuran diameter kurang lebih

0,5 - 1 cm, permukaan berdungkul-dungkul, warna kehitaman, dengan

konsistensi keras.

3.6 Diagnosis Kerja

Kondiloma akuminata

12

Page 13: KONDILOMA AKUMINATA_GUN2

3.7 Penatalaksanaan

Elektrokauterisasi

KIE :

- Menghindari melakukan hubungan seks dengan cara berganti-ganti pasangan,

cukup dengan 1 orang saja.

- Selama masih terdapat benjolan dan dalam masa pengobatan, disarankan

untuk tidak melakukan hubungan seks dahulu.

- Memakai kondom apabila akan melakukan hubungan seks.

- Menjaga kebersihan tubuh terutama daerah genitalia dan anus.

- Melakukan pemeriksaan rutin (kontrol) selama menjalani pengobatan.

3.8 Prognosis

Prognosis dari penderita ini adalah dubius.

13

Page 14: KONDILOMA AKUMINATA_GUN2

BAB 4

PEMBAHASAN

Berdasarkan anamnesis yang telah dilakukan dengan penderita didapatkan bahwa

penderita mengeluh timbul benjolan pada daerah anus kurang lebih sejak 2 bulan yang

lalu. Pada awalnya timbul benjolan kecil berwarna kemerahan dan makin lama makin

membesar dan warnanya berubah menjadi kehitaman. Benjolan tidak disertai dengan rasa

gatal dan tidak disertai dengan rasa nyeri. Riwayat perdarahan pada benjolan disangkal

oleh penderita. Hal ini sesuai dengan teori yang ada bahwa pada penyakit kondiloma

akuminata khususnya pada pria tempat predileksinya di perineum dan sekitar anus, sulkus

koronarius, glans penis, muara uretra eksterna, korpus, dan pangkal penis. Kelainan kulit

yang timbul dapat berupa papul baik soliter atau multipel, bertangkai dan berwarna

kemerahan kalau masih baru, jika sudah lama maka akan tampak kehitaman.

Permukaannya berjonjot (papilomatosa) atau verukous (seperti jengger ayam).

Kondiloma akuminata merupakan salah satu penyakit yang disebarkan melalui hubungan

seksual. Hal ini juga mendukung penegakan diagnosis kondiloma akuminata pada

penderita ini dimana penderita memiliki riwayat melakukan hubungan seksual dengan

multipartner dan dilakukan secara anogenital.

Dari status dermatologinya kita dapatkan bahwa lesi ditemukan di daerah sekitar

anus (perianal) dengan effloresensi berupa papula, multipel, batas tegas bentuk bulat,

ukuran diameter kurang lebih 0,5 - 1 cm, permukaan berdungkul-dungkul, warna

kehitaman, dengan konsistensi keras. Hal ini sesuai untuk diagnosis kondiloma

akuminata berdasarkan gambaran efloresensinya yang berupa papul bisa soliter atau

multipel, bertangkai dengan permukaan berdungkul-dungkul, warna merah sampai

kehitaman.

Dalam mendiagnosis kondiloma akuminata sering dibingungkan dengan penyakit

yang lain seperti kondiloma lata pada penyakit sifilis satdium 2, dengan veruka vulgaris

atau dengan karsinoma sel skuamosa. Apabila pada sifilis stadium 2 didapatkan

kondiloma lata yang berupa papul-papul lentikuler, permukaannya datar, sebagian

berkonfluensi, terletak pada lipatan kulit dan karena gesekan-gesekan antara kulit

permukaannnya menjadi erosif, eksudatif, dan sangat menular. Biasanya pada stadium ini

14

Page 15: KONDILOMA AKUMINATA_GUN2

lesi tidak gatal dan umumnya terjadi limfadenitis generalisata. Selain itu biasanya pada

sifilis stadium 2 ini juga dijumpai gejala konstitusi yang tidak begitu berat seperti

anoreksia, penurunan berat badan, malaise, nyeri kepala, demam yang tidak terlalu tinggi,

dan atralgia. Lain halnya pada veruka vulgaris biasanya terjadi pada anak-anak, namun

bisa juga terjadi pada orang dewasa. Tempat predileksinya terutama di daerah ekstremitas

bagian ekstensor. Kelainan ini berbentuk bulat berwarna abu-abu atau seperti warna kulit

normal, besarnya lentikular, atau kalau berkonfluen berbentuk plakat, permukaannya

kasar dan bila dengan goresan dapat timbul autoinokulasi sepanjang goresan (fenomena

Kobner). Pada kasus karsinoma sel skuamosa didapatkan biasanya sering terjadi pada

umur 40-50 tahun (dekade V-VI) dengan lokalisasi yang tersering adalah pada tungkai

bawah. Beberapa etiologi yang terkait dengan kejadian karsinoma sel skuamosa antara

lain : paparan sinar matahari, ras, genetik, radiasi, atau faktor hidrogen (tar, minyak

mineral, parafin likuidum). Awalnya berupa nodul yang keras dengan batas yang tidak

tegas, permukaan licin seperti kulit normal dan pada akhirnya berkembang menjadi

verukosa atau papiloma dan biasanya akan tampak skuamasi. Pada keadaan yang lebih

lanjut dapat timbul ulserasi, mudah berdarah ,dan berbau.

Modalitas terapi penderita kondiloma akuminata ada tiga yaitu terapi topikal,

terapi bedah, dan terapi sistemik. Selain ketiga terapi tersebut, pemberian KIE kepada

penderita juga sangat penting untuk mencegah penularan atau penyebaran penyakit ini ke

orang lain. Pada penderita ini penatalaksanaan yang dilakukan adalah dengan melakukan

elektrokauterisasi. Hal ini dikarenakan sebelumnya penderita sudah mendapatkan terapi

topikal dengan asam triklorasetat (TCA) sebanyak 3 kali selama 1 bulan namun tidak ada

perbaikan. Oleh sebab itu, maka pada penderita ini dilakukan terapi bedah listrik

(elektrokauterisasi) untuk mengganti terapi topikal yang sudah gagal sebelumnya.

Prognosis pada penderita ini adalah dubius. Hal ini disebabkan karena

kesembuhan penderita terhadap penyakit kondiloma akuminata ini bergantung pada status

imunitas penderita dan sejauh mana penderita bisa menjaga perilaku khususnya dalam

melakukan hubungan seksual dan juga menjaga kebersihan dirinya. Apabila penderita

dapat mengontrolnya dengan baik, maka kemungkinan untuk kambuh lagi semakin kecil

dan begitu pula sebaliknya mengingat penyakit ini sangat mudah kambuh.

15

Page 16: KONDILOMA AKUMINATA_GUN2

16

Page 17: KONDILOMA AKUMINATA_GUN2

DAFTAR PUSTAKA

1. Wikipedia. Kondiloma Akuminata. Diunduh dari : http://id.wikipedia.org/wiki/

Kondiloma_Akuminata. (2010). Diakses tanggal 11 Januari 2011.

2. Wahid, D.I. Kondiloma Akuminata. Diunduh dari : http://diyoyen.blog.friend

ster.com/2009/08/kondiloma-akuminata/. (2010). Diakses tanggal 11 Januari 2011.

3. Suprayitno, Didik. Kondiloma Akuminata. Diunduh dari : http://drdidiksuprayitno.

blogspot.com/2010/09/kondiloma-akuminata.html. (2010). Diakses tanggal 11

Januari 2011.

4. Djuanda, Adhi. dkk. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi keempat. Jakarta :

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. (2005). hal.112-411

5. Wirya Duarsa, dkk. Pedoman Diagnosis Dan Terapi Penyakit Kulit Dan Kelamin

RSUP Denpasar. Lab/SMF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran

Universitas Udayana, Denpasar. (2000). hal. 47-48

6. Febri. Kondiloma Akuminata Si Jengger Ayam. Diunduh dari : http://bidanshop.blog

spot.com/2010/01/kondiloma-akuminata-si-jengger-ayam.html. (2010). Diakses

tanggal 11 Januari 2011.

17