komunitas vespa di kota makassar (studi tentang gaya hidup) · penggambaran tentang subjek mengenai...
TRANSCRIPT
Komunitas Vespa Di Kota Makassar
(Studi Tentang Gaya Hidup)
SKRIPSI
DI Ajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Pada
Jurusan Antropologi
OLEH :
SAIFULLAH ISMAIL
E511 09 266
JURUSAN ANTROPOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014
HALAMAN JUDUL
“Komunitas Vespa Di Kota Makassar”
(Studi Tentang Gaya Hidup)
Oleh :
SAIFULLAH ISMAIL
E511 09 266
SKRIPSI
DI Ajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana
Pada Jurusan Antropologi
JURUSAN ANTROPOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Skripsi : Komunitas Vespa Di Kota Makassar (Studi Tentang Gaya
Hidup)
Nama : SAIFULLAH ISMAIL
NIM : E511 09 266
Jurusan : Antropologi
Program Studi : Antropologi Sosial
Menyetujui :
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Dr. Muh. Yamin Sani, M.S. Prof. Dr. H. Pawennari Hijjang,MA
NIP. 19501125 1980031 001 NIP.19591231 198609 1 002
Mengetahui :
Ketua Jurusan Antropologi
Fisip Unhas
Dr. Munsi Lampe, MA
NIP. 19561227198612001
HALAMAN PENERIMAAN
Telah diterima oleh panitia ujian skripsi Jurusan Antropologi Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin Makassar, pada hari Senin,
tanggal 17 Maret 2014 dan memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
(S1).
Makassar, 17 Maret 2014
Panitia Ujian
Ketua : Prof. Dr. Muh. Yamin Sani, M.S. (...…………………..…..)
Sekretaris : Dr. Ansar Arifin, M.S. (………………………..)
Anggota : 1. Prof. Dr. H. Pawennari Hijjang, MA (………………………..)
2. Dr. Muhammad Basir, MA (………………………..)
3. Safriadi, S.IP, M.Si (………………………..)
KATA PENGANTAR
“Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh”
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan Kehadirat Allah SWT, karena
berkat taufiq dan kehadirat-Nya jualah sehingga penulis dapat menyelesaikan
Skripsi ini dengan judul “Komunitas Vespa Di Kota Makassar” (Studi Tentang
Gaya Hidup). Penulis menyusun skripsi ini sebagai karya ilmiah yang merupakan
salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada program Strata-1 Universitas
Hasanuddin.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan suatu karya ilmiah
tidaklah mudah, oleh karena itu tidak tertutup kemungkinan dalam penyusunan
skripsi ini terdapat kekurangan dan kekhilafan dalam penulisannya, sehingga
penulis sangat mengharapkan masukan dan saran, kritikan yang bersifat
membangun guna kesempurnaan skripsi ini.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis tidak terlepas dari berbagai
rintangan, mulai dari pengumpulan literatur, pengumpulan data sampai pada
pengolahan data maupun dalam tahap penulisan. Namun dengan kesabaran dan
ketekunan yang dilandasi dengan rasa tanggung jawab selaku mahasiswa dan juga
bantuan dari berbagai pihak, baik material maupun moril. Olehnya itu dalam
kesempatan ini izinkanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. dr. Idrus Paturusi, Sp.Bo Selaku Rektor Universitas
Hasanuddin
2. Prof. Dr. Hamka Naping, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu
Politik (FISIP) Universitas Hasanuddin beserta seluruh stafnya.
3. Dr. Munsi Lampe, MA, selaku Ketua Jurusan Antropologi FISIP UNHAS
beserta seluruh stafnya.
4. Prof. Dr. Muh. Yamin Sani, M.S. selaku pembimbing I dan Prof. Dr. H.
Pawennari Hijjang,MA selaku pembimbing II yang telah mendorong,
membantu dan mengarahkan penulis hingga menyelesaikan skripsi ini.
5. Dr. Ansar Arifin, M.S, Dr. Muhammad Basir, MA, Safriadi, S.IP, M.Si
selaku Dosen penguji yang telah memberikan banyak masukan kepada
penulis demi kesempurnaan skripsi ini.
6. Pimpinan Fakultas, Dosen FISIP UNHAS yang pernah memberikan ilmu
dan bantuannya kepada penulis serta Staf pegawai di lingkungan FISIP
UNHAS.
7. Kedua orang tuaku yang tercinta, Muhammad Ismail dan Nahrah yang telah
memberi Motivasi, dukungan dan pengorbanan yang tiada hentinya kalian
berikan. Semoga semua kasih sayang dan perhatian yang telah di berikan
kepada penulis akan di balas oleh Allah SWT. Keselamatan dunia akhirat
semoga selalu untukmu dan Allah SWT selalu menjaga kalian.
8. Syaharuddin, ST selaku wali bagi penulis selama berada di Makassar,
pengorbanan materi dan bimbinganmu semoga di balas oleh Allah SWT.
9. Saudara seperjuanganku Angkatan 09 Antropologi FISIP UNHAS yang
sangat saya banggakan, Tamada, Arnold, Hamzah, Nuhunk, Arfin, Yaya’,
Udin, Ajat, Ekha, Indah, Fatma, Dyan, Nurul, Ayu, Uchi, dan Iin. Orang-
orang yang sangat berpengaruh selama penulis kuliah di jurusan
Antropologi.
10. Akhmad Noprianto Asiles untuk segala bantuannya mulai dari mengantar
penulis untuk melakukan wawancara pada event komunitas Vespa di
Kabupaten Bulukumba sampai harus di guyur hujan deras.
11. Taufik Rahman yang telah bersedia memberikan jaringan wifi dan kopi
gratis dan sesekali makanan kecil di tengah malam di markasnya hingga
penulis lebih mudah memperoleh informasi yang di butuhkan dari internet.
12. Usman Amin yang senantiasa meminjamkan kendaraan dan mengantar
penulis ke kampus selama proses revisi skripsi ini.
13. Abd. Razak Dachri dengan segala bantuan dan masukan yang berbobot
dalam penyusunan skripsi ini.
14. Suharni yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini.
15. Teman-teman Posko KKN UNHAS GEL. 82 Desa Maddenra, kec. Kulo,
Kab. Sidrap.
16. M. Ali Mustafa, Syamsuddin selaku ketua dan sekertaris Makassar Vespa
Club (MVC) yang telah banyak memberikan informasi kepada penulis.
17. Seluruh Informan yang dilibatkan oleh penulis, terima kasih atas waktu dan
bantuan serta dukungan yang diberikan dalam proses penelitian.
18. Seluruh keluarga, rekan, dan sahabat yang kesemuanya yang tidak bisa
disebutkan namanya satu persatu, yang telah banyak membantu dalam
penyelesaian studi penulis.
Dengan selesainya skripsi ini semoga dapat berguna dan bermanfaat
terutama bagi penulis maupun pada pembaca Insya Allah. Semoga Allah swt
memberikan karuniaNya kepada Bapak, Ibu serta Saudara(i) atas segala
bantuannya kepada Penulis, Amin Ya Rabbal Alamin.
Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Makassar, 17 Maret 2014
SAIFULLAH ISMAIL
ABSTRAK
SAIFULLAH ISMAIL, E511 09 266, Jurusan Antropologi, Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin. Dengan judul Skripsi
“Komunitas Vespa Di Kota Makassar” (Studi Tentang Gaya Hidup)”
dibawah bimbingan Prof. Dr. Muh. Yamin Sani, M.S dan Prof. Dr. H.
Pawennari Hijjang, MA
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang gaya hidup, makna
kebebasan berekspresi, solidaritas sosial yang berkembang, dan mendeskripsikan
bagaimana anak vespa menanggapi pandangan masyarakat yang sering
mengidentikkan komunitas vespa di kota Makassar dengan hal-hal yang negative .
Jenis penelitian ini merupakan penelitian kualitatif bersifat deskriptif.
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami
fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian seperti perilaku,
persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain secara holistik dan dengan deskripsi
dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah
dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah. (Maleong, 2006) Seperti halnya
yang akan dilakukan oleh penulis yaitu mendeskripsikan atau membuat suatu
penggambaran tentang subjek mengenai perilaku gaya hidup dan persepsi tentang
solidaritas pada Komunitas Vespa di kota Makassar.
Gaya hidup komunitas vespa lebih berorientasi pada kebebasan. Ekspresi
gaya hidup komunitas vespa ditampilkan melalui penampilan para Scooterist,
seperti cara berpakaian, model rambut, gaya berbicara, dan kebiasaan yang
tampak dari para Scooterist serta model vespa yang mereka tunggangi. Pandangan
Negatif masyarakat terhadap Komunitas Vespa di anggap sangat wajar karna
masyarakat belum tahu dan mengenal persis apa, bagaimana dan mengapa anak-
anak Komunitas Vespa memaknai arti seni, memaknai arti kebebasan berekspresi
yang sesungguhnya. Kebebasan Berekspresi anak Vespa kerap di anggap
berlebihan sehingga masyarakat memandang perilaku mereka menyimpang,
padahal sebenarnya masyarakat belum tau bagaimana cara anak Vespa
menuangkan ekspresinya. bahwa anak Vespa hanya ingin sedikit di hargai dan di
terima di tengah-tengah masyarakat umum. Karena sangat tidak adil jika
memandang orang sebelah mata hanya karna gaya hidup mereka. Mereka
memiliki cara tersendiri mengartikan kehidupan, sama halnya seperti masyarakat
pada umumnya.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................. ii
HALAMAN PENERIMAAN .............................................................................. iii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... iv
ABSTRAK .......................................................................................................... viii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................................... 5
1. Tujuan Penelitian .......................................................................... 5
2. Manfaat Penelitian ........................................................................ 6
D. Kerangka Pemikiran............................................................................ 6
E. Metode Penelitian ............................................................................... 17
1. Jenis Penelitian ............................................................................. 17
2. PenentuanLokasi Penelitian ......................................................... 18
3. Teknik Pengumpulan Data ........................................................... 18
4. Teknik Penentuan Informan ......................................................... 19
5. Jenis Dan Analisis Data ................................................................ 19
F. Sistematika Penulisan ......................................................................... 20
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Komunitas .......................................................................................... 21
B. Sejarah Vespa ..................................................................................... 25
C. Gaya Hidup ......................................................................................... 26
BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI
A. Gambaran Umum Komunitas Vespa ............................................... 43
B. Gaya Hidup Komunitas Vespa Yang Unik ...................................... 48
C. Aktivitas Komunitas Vespa .............................................................. 49
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gaya Hidup Komunitas Vespa ......................................................... 52
A.1. Gaya Hidup Komunitas Vespa ................................................. 52
A.2. Ciri Khas Komunitas Vespa ...................................................... 58
B. Kebebasan Berekspresi ..................................................................... 66
C. Solidaritas Komunitas Vespa ............................................................ 69
C.1. Kebersamaan Komunitas Vespa ................................................ 70
C.2. Persaudaraan Komunitas Vespa ................................................ 71
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................ 79
B. Saran .................................................................................................. 81
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 83
LAMPIRAN ........................................................................................................ 85
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan kapitalisme global yang semakin kuat telah menuntut sosio-
cultur bangsa ini, khususnya di kota besar seperti Makassar untuk terus membuat
citra akan penampilan yang dianggap modern dan fashionable. Jaman sekarang
gaya adalah segalanya, orang tidak lagi mementingkan nilai-guna suatu barang.
Namun, yang menjadi prioritas adalah status sosial dan prestise yang akan didapat
dari barang tersebut. Gaya konsumerispun melebur antara kebutuhan dan
keinginan, hal ini seperti yang terlihat dalam dunia style transportasi sekarang.
Orang lebih suka menggunakan motor dengan style transportasi yang mewah dari
pada hanya menggunakan motor yang biasa. Orang memilih motor dengan style
transportasi yang mewah bukan karena kebutuhan sebagai alat transportasi,
melainkan identitas borjuasi yang melekat pada kendaraan tersebut. Berkaitan
dengan fenomena di atas, penulis menemukan suatu bentuk fenomena lain tentang
style transportasi yang berseberangan.
Teknologi yang semakin canggih dan modern telah begitu terasa
dampaknya bagi kelangsungan hidup manusia. Kini manusia seolah-olah telah
hidup dalam suatu ruang hiperealitas. Terlebih saat teknologi informasi dan
komunikasi memegang kendali dalam tatanan masyarakat ini, dunia bagaikan
sebuah desa kecil. Sistem kapitalisme global pun telah menjadi kekuatan para
pemilik modal dan telah mendominasi tidak hanya secara fisik, namun telah
menjangkit ke setiap nilai-nilai sosial, dalam intelektual atau pun moral.
Kapitalisme telah menggiring manusia untuk hidup dalam kesenangan
dan kemewahan. Gaya hidup hedonis pun menjadi hal yang wajar bahkan trend
dalam kehidupan sekarang. Gaya konsumerispun melebur antara kebutuhan dan
keinginan, hal ini seperti yang terlihat dalam dunia style transportasi sekarang.
Orang lebih suka menggunakan motor dengan style transportasi yang mewah dari
pada hanya menggunakan motor yang biasa
Perkembangan teknologi yang semakin pesat menjadikan manusia terus
mengalami ketergantungan. Manusia tidak terbayangkan jika sekarang kehilangan
mesin-mesin teknologi tersebut, peradaban manusia seakan punah. Pengaruh
sistem kapitalisme menjadikan teknologi yang dahulu lebih dilihat dari segi
kemanfaatannya, namun sekarang yang paling dominan adalah segi luar atau
penampilan dan prestise. Orang lebih bangga mengendarai motor bermerk Harley
Davidson dari pada motor bermerk Vespa. Sekalipun bila dilihat dalam segi
kemanfaatan sebenarnya sama-sama kendaraan transportasi, namun orang lebih
mementingkan prestise, citra dan penampilannya. Itu semua adalah bentuk
hegemoni dari sistem kapitalisme global yang telah begitu menghasut manusia
menjadikan sebuah kesadaran palsu.
Bila kita amati kota-kota di Indonesia, lebih-lebih kota besar seperti
Makassar, Jakarta, Surabaya dan lainnya, fenomena seperti di atas telah menjadi
gaya hidup individu dalam kehidupan sosialnya. Orang-orang membeli barang
bukan atas dasar kebutuhan namun lebih karena untuk mendongkrak status
sosialnya, karena citra dan kesenangan belaka. Fenomena tersebut muncul dari
fashion dan style transportasi pada komunitas Vespa. Berbeda dari Komunitas
motor lain yang suka menunjukkan akan kemewahannya, namun pada komunitas
Vespa sebagian besar anak Vespa lebih menunjukkan kegembelan motornya.
Kemunculan komunitas Vespa khususnya pada lingkup Kota Makassar,
dilatar belakangi oleh kebosanan mode era kontemporer sekarang yang
didominasi oleh fashion dan style transportasi kelas atas, dan Komunitas Vespa
ternyata menjadikan gaya alternatif mereka menjadi gaya tanding (counter style)
terhadap budaya mainstream yang begitu materialistis.
Musik Reggae, baju kusut, penampilan apa adanya, pemandangan yang
kerap kita lihat dari keseharian anak-anak Vespa, atau lebih akrab dengan sebutan
Scooterist. Vespa yang dianggap motor tua produk negerinya klub sepak bola
Juventus ( Italy ) itu malah kerap di cari oleh sebagian pecinta motor tua ini,
bahkan sampai rela mengeluarkan biaya yang tidak sedikit jika ada vespa yang
memiliki nilai atau berumur tua.
Komunitas vespa bukan monopoli suatu kaum. Tua, muda, pejabat,
penganggur, kaya, miskin semua ada di dalamnya. Mereka memiliki jiwa yang
bebas, mereka memiliki jiwa kekerabatan yang tinggi, mereka memiliki jiwa yang
merdeka, tak jarang komunitas ini menggelar event untuk saling berbagi.
Menariknya secara personal, sebagian dari anak-anak vespa ternyata lahir
dari keluarga yang punya status sosial tinggi, tapi ironisnya mereka terlihat seperti
anak jalanan yang tidak terurus, berpenampilan apa-adanya. Disatu sisi mereka
memiliki nilai solidaritas yang tinggi, mereka bukan tidak memikirkan masa
depan seperti yang di fikirkan masyarakat luas pada umumnya.
Berawal dari saling bertukar informasi di antara penggemar vespa,
kemudian terbentuk suatu komunitas yang tidak menonjolkan ego individu, tetapi
lebih untuk membentuk persaudaraan dalam satu komunitas guna mempererat tali
persaudaraan antara sesama penggemar Vespa. Ketertarikan seseorang bergabung
dalam suatu komunitas merupakan pilihan hidupnya, yang kemudian menjadi
bagian dari gaya hidup seseorang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui lebih mendalam pola gaya hidup komunitas vespa, bagaimana
solidaritas sosial yang berkembang dalam komunitas ini, kemudian menemukan
orientasi nilai yang terkandung di dalam pola gaya hidup dan solidaritas di dalam
komunitas vespa.
Gaya hidup komunitas vespa lebih berorientasi pada kebebasan Ekspresi,
gaya hidup komunitas vespa ditampilkan melalui penampilan para Scooterist,
seperti cara berpakaian, gaya rambut, gaya berbicara, dan kebiasaan yang tampak
dari para scooterist serta model vespa yang mereka tunggangi. Solidaritas dalam
komunitas vespa sangatlah kuat karna pada komunitas vespa semua sama tidak
ada yang di beda-bedakan, tua dan muda, miskin dan kaya. Rasa solidaritas
terhadap sesama Scooterist diwujudkan dalam kesetiakawanan yang erat dalam
komunitas vespa. Kesetiakawanan ini kemudian diwujudkan para Scooterist
dengan perilaku yang selalu peduli terhadap sesama Scooterist.
Maraknya komunitas Vespa di kota kota besar menggambarkan bahwa
Vespa memang di minati oleh banyak kalangan. Disisi lain masyarakat kadang
punya pandangan negatif terhadap anak-anak komunitas Vespa, mereka
menganggap anak-anak Vespa kurang kerjaan, tidak sopan dalam berpakaian dan
seabrek image negatif lainnya yang dialamatkan ke komunitas Vespa, padahal
mereka yang berpandangan negative itu belum mengetahui secara mendalam
tentang komunitas Vespa tersebut .
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti masalah
tentang “Komunitas Vespa Di Kota Makassar” (Studi Tentang Gaya Hidup)
khususnya pada Komunitas Vespa yang biasanya berkumpul di depan Monumen
Mandala Jalan Jenderal Sudirman, Makassar. Dimana tempat tersebut menjadi
tempat berkumpulnya para Pecinta Vespa (Komunitas Vespa) yang ada di kota
makassar.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas, maka
penulis membatasi dan memfokuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana gaya hidup komunitas vespa di kota Makassar?
2. Bagaimana Komunitas Vespa memaknai solidaritas dan kebebasan
berekspresi?
3. Bagaimana Komunitas Vespa menanggapi masyarakat yang
berpandangan negatif?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini berdasarkan perumusan masalah pokok kajian
antara lain sebagai berikut :
a. Mendeskripsikan tentang gaya hidup komunitas vespa di kota Makassar.
b. Mendeskripsikan makna kebebasan berekspresi komunitas vespa.
c. Mendeskripsikan bagaimana solidaritas sosial yang berkembang dalam
komunitas vespa di kota Makassar.
d. Mendeskripsikan Bagaimana komunitas vespa menanggapi pandangan
masyarakat yang sering diidentikan dengan hal-hal yang negative.
2. Manfaat Penelitian
Dari tujuan penelitian di atas maka hasil penelitian ini diharapkan dapat
bermanfaat antara lain untuk :
a. Penelitian ini diharapkan dapat mengubah paradigma masyarakat tentang
komunitas vespa.
b. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi siapa saja yang ingin
melakukan penelitian selanjutnya tentang Komunitas Vespa.
c. Penelitian ini dapat digunakan sebagai wacana alternatif tentang gaya
hidup dan solidaritas pada Komunitas Vespa dan sebagai bahan kajian
akademis dalam ilmu-ilmu sosial terutama di bidang antropologi social,
juga sebagai salah satu syarat bagi penulis untuk menyelesaikan studi di
Jurusan Antropologi.
D. Kerangka Pemikiran
Suatu hal yang seringkali di anggap lama, di asosiasikan dengan masa
lampau yang jauh yang di anggap tidak berlaku lagi untuk masa kini, bisa muncul
lagi dalam sosok yang mungkin telah mengalami revisi, modifikasi, atau
rekonstruksi menurut Stanley Barrett, (Achmad Fedyani Saifuddin. 2006:3)
Solidaritas pada Komunitas Vespa termasuk dalam suatu kelompok Kohesif
di mana adanya hubungan erat antar anggota dalam suatu kelompok seperti yang
di kemukakan oleh (Sarlito wirawan S, 2001:6) dalam bukunya Psikologi Sosial:
Psikologi Kelompok Dan Psikologi Terapan.
Banyak yang beranggapan bahwa anak Vespa itu identik dengan hal-hal
negative, orang awamlah yang beranggapan negative terhadap mereka. Mereka
seperti kurang kerjaan, kesannya juga tidak terurus, tetapi mereka juga punya
kelebihan, seperti orang pada umumnya yang mempunyai kelebihan dan
kekurangan, akan tetapi bagi masyarakat yang belum mengetahui lebih dalam
tentang komunitas vespa seperti apa akan tetap saja menganggap anak vespa
identik dengan hal-hal negative.
Untuk usaha menepis pandangan negatif itu memang tidak mudah, semua
kembali ke individu masing-masing, karena di komunitas Vespa tidak mengenal
aturan ataupun undang-undang yang mengikat, disini orang-orang bebas dalam
artian mereka tidak mau dikekang oleh aturan aturan yang mengikat. Kebebasan
yang di maksudkan di sini bukan berarti kebebasan yang negative, kebebasan
yang di maksudkan disini adalah bebas dalam artian bebas mengeluarkan
pendapat, kebebasan berekspresi, bebas tanpa aturan aturan yang biasa ada pada
komunitas bikers lainnya.
1. Komunitas
Komunitas berasal dari bahasa latin communis yang berasal dari kata dasar
comunis, artinya adalah masyarakat atau public atau orang banyak. Dalam ilmu
sosial, komunitas adalah kelompok orang yang saling berinteraksi dalam tempat
tertentu. Komunitas adalah suatu perkumpulan orang yang terdirii dari beberapa
manusia, yang dibuat oleh manusia dan memiliki nilai nilai atau aturan aturan
yang akan kembali kepada anggota anggota komunitas tersebut. Para komunity
biasanya erat dengan kekerabatan, persaudaraan, brotherhood ( solidarisme ).
Komunitas merupakan kelompok sosial terdiri atas beberapa orang yang
menyatukan diri karena mempunyai kesamaan dalam banyak hal. Misalnya,
kebutuhan, kepercayaan, maksud, minat, bakat, hobi, dan kesamaan lain, sehingga
mereka merasa nyaman ketika menyatukan diri karena merasa ada teman dalam
hal yang sama. Sekalipun hal itu dianggap unik bahkan, ganjil oleh orang lain.
Komunitas dibagi menjadi dua yaitu, komunitas offline dan komunitas
online. Komunitas online adalah merupakan komunitas yang disatukan oleh
kesamaan pekerjaan, kesamaan hoby, kesamaan factor penyatu lainnya.
Komunitas dibentuk bukan tanpa tujuan. Bisa tujuan jangka pendek, menengah,
atau jangka panjang. Beberapa tujuan dibentuknya komunitas yang layak
diketahui adalah sebagai berikut.
a. Menetapkan tujuan
Komunitas muncul ketika manusia itu membutuhkan kehidupan yang layak,
untuk menciptakan suatu komunitas yang baik, mereka harus mengetahui untuk
apa komunitas tersebut didirikan, dan untuk siapa komunitas itu didirikan.
b. Menciptakan tempat berkumpul yang nyaman
Dimana setiap individu saling bertemu, bertukar pendapat, saling bercerita
tentang masalah masalah yang mereka alami, dengan adanya saling rasa
kepercayaan tersebut akan menimbulkan suatu rasa kekeluargaan yang hinggap di
setiap individu.
c. Menyalurkan hobi
Kehidupan manusia tidak lepas dari yang namanya hobi atau biasa disebut
dengan kesukaan masing masing person. Disinilah funsi diciptakannya suatu
komunitas, dimana tempat mereka yang mempunyai hoby yang sama berkumpul,
membicarakan sesuai hoby hoby mereka.
d. Menciptakan keluarga yang baru
Manusia tidak dapat berdiri sendiri, dalam artian manusia tidak bisa hidup
tanpa orang lain, manusia membutuhkan orang lain dalam pengaplikasiannya
terhadap kehidupan. Dalam hal ini, komunitas bertujuan agar setiap individu
memiliki rasa kepemilikan bersama dengan cara kekeluargaan, sehingga secara
tidak disadari kelompok tersebut memiliki keluarga yang berbeda dari keluarga
kandung.
e. Media Ekspresi Jati Diri
Komunitas sebagai tempat berkumpul juga bisa dijadikan salah satu media
untuk menunjukan jati diri. Secara psikologi, perilaku pencarian jati diri mayoritas
dilakukan oleh remaja. Tak heran jika mereka lebih sering bergabung dengan
komunitas atau teman-teman yang mempunyai kesamaan, baik bentuk
komunitasnya legal, ilegal, baik, dan buruk.
2. Sejarah Lahirnya Motor Vespa
Piaggio didirikan di Genoa, Italia pada tahun 1884 oleh Rinaldo Piaggio.
Pada Perang Dunia I, perusahaannya memproduksi Pesawat Terbang dan Kapal
Laut. Pada akhir Perang Dunia II, pabrik Piaggio dibom oleh pesawat sekutu.
Setelah perang usai, Enrico Piaggio mengambil alih Piaggio dari ayahnya
(Rinaldo Piaggio) dan mulai memproduksi Vespa, kendaraan roda dua yang mirip
dengan Lebah. Dan Pada tahun 1949 Vespa di produksi secara massal.
Vespa adalah merek sepeda motor jenis skuter yang berasal dari Italia.
Perusahaan induk dari Vespa, adalah Piaggio. Pada awal kedatangannya Vespa
mempunyai saingan berat skuterLambretta, sekarang otomatis Vespa sebagai
motor skuter konvensional tidak mempunyai saingan lagi.
Vespa juga termasuk transportasi yang ekonomis, karena harganya yang
relatif murah tapi tetap berkualitas, akan tetapi semakin tua tahun pembuatan
vespa tersebut, semakin mahal pula harga vespa tersebut. Kisaran harga vespa
mencapai kurang lebih 4-5 jutaan itu belum termasuk jenis vespa yang antic atau
vespa yang berumur lebih tua.
Vespa antik biasanya mengedepankan keantikan atau keelokan vespa
tersebut, baik secara fisik maupun mesin. Sedangkan vespa extreme berbeda
dengan vespa antic, mereka mengedepankan sesuai dengan apa yang hati mereka
inginkan, ada yang berbentuk mobil, adapula yang berbentuk seperti barang yang
tidak layak dipakai, tapi bagi mereka itu adalah kreasi mereka dan tidak
mengambil dari pemikiran orang lain
Sejarah Vespa di Indonesia
“Demam Vespa” di tanah air sangat di pengaruhi oleh “Vespa Congo”.
Vespa diberikan sebagai Penghargaan oleh Pemerintah Indonesiaterhadap
Pasukan Penjaga Perdamaian Indonesia yang bertugas di Congosaat itu. Menurut
beberapa narasumber, setelah banyak Vespa Congo berkeliaran di jalanan,
mulailah Vespa menjadi salah satu pilihan kendaraan roda dua di Indonesia.
Importir lokal turut mendukung perkembangan Vespa di tanah air.
Sampai saat ini sudah puluhan varian Vespa yang mampir di Indonesia. Dari
yang paling tua hingga yang paling baru ada di Indonesia. Sampai saat ini
Indonesia mungkin masih bisa disebut sebagai surganya Vespa. Maraknya ekspor
Vespa, sedikit banyak mengurangi populasi Vespa di Indonesia.
3. Komunitas Vespa
Kemunculan komunitas Vespa khususnya pada lingkup Kota Makassar,
dilatar belakangi oleh kebosanan mode era kontemporer sekarang yang
didominasi oleh fashion dan style transportasi kelas atas, dan Komunitas Vespa
ternyata menjadikan gaya alternatif mereka menjadi gaya tanding (counter style)
terhadap budaya mainstream yang begitu materialistis.
Pada Komunitas Vespa tidak ada pengkelasan, semua sama, berbagi rasa
bersama, suka, duka, susah, senang mereka merasakan pahitnya hidup secara
kebersamaan, menepis ego, membuang pemikiran – pemikiran yang bertentangan
dengan rasa kebersamaan. Menyoal masalah anak Vespa erat kaitannya dengan
drugs atau alcohol ( Minuman keras ), mereka tidak menampik, hanya orang
awamlah yang beranggapan negative terhadap mereka.
Mereka seperti kurang kerjaan, kesannya juga tidak rapih, lihat motornya
saja banyak sampahnya, tetapi mereka punya sesuatu yang lebih, seperti seseorang
yang mempunyai kelebihan dan kekurangan, mungkin anggapan negatif terhadap
komunitas ini bisa di maklumkan, terlihat dalam kegiatan kesehariannya ternyata
mereka memiliki bakat potensi yang lebih, mereka belajar mesin sendiri tanpa
seseorang yang mengajarkan, mereka jual spare part, jual beli motor vespa,
bahkan mereka sibuk diskusi tentang berbagai peluang bisnis, dalam hal ini
tentang scooter , ini mungkin sisi positif yang tidak bisa terlihat oleh masyarakat
awam pada umumnya.
Untuk usaha menepis pandangan negatif itu memang tidak mudah, semua
kembali ke individu perorangan masing-masing, karena di komunitas Vespa tidak
mengenal aturan ataupun undang-undang yang mengikat, disini orang-orang
bebas dalam artian mereka tidak mau dikekang oleh aturan aturan yang bagi
mereka menyesatkan.
Vespa merupakan kendaraan “tua” walaupun sekarang sebagian perusahaan
membuat produk baru seperti piagio yang membuat produk terbarunya, tetapi
penggemar panati Vespa tua semakin hari semakin bertambah. Sangat banyak
keunikan kai ini saya akan mengulas tentang lima keunikan vespa tua yang ada di
indonesia
1. Kendaraan yang peka jaman
Walaupun vespa kendaraan tua, akan tetapi sampai saat ini banyak yang
mempunyai penggemar di seluruh dunia terutama di indonesia, kendaraan tua ini
tidaklah terlarut oleh kemajuan jaman, faktanya, saat ini banyak sekali motor
baru bermunculan, namun kendaraan ini masih bertahan dan banyak orang yang
suka terhadap motor tua ini.
2. Mempunyai penggemar fanatik terbesar di indonesia
Kendaraan ini sungguh sangat luar biasa jika kita lihat dari para
penggemarnya di indonesia, penggemar vespa indonesia yang disebut juga dengan
“scooterist indonesia’ ini merupakan wadah bagi pencinta vespa di seluruh
indonesia, mereka dikenal dengan kekompakan antar scooterist yang sangat solid
jika dibandingkan dengan club motor lainnya.
3. Penampilah penggemarnya yang mayoritas “nyentrik”
Para penggemar vespa penampilannya memang khas dan sederhana, itu bisa
dilihat saat mereka mengadakan jambore atau pada saat mereka berkumpul di
basecamp, perpaduan jaket jeans yang terdapat banyak sticker bordir dan
bercelana jeans menjadi ciri khas mereka, tidak sedikit pula yang berambut
gimbal.
4. Modifikasi Vespa yang Unik
Jika kita lihat, beragam model vespa yang mereka kreasikan sangatlah
mengundang perhatian kita semua, mulai dari modifikasi model elegant hingga
yang mereka sebu sebagai vespa gembel juga ada, yang paling menarik perhatian
adalah vespa gembel, dimana vespa tersebut hampir tidak terlihat seperti vespa
pada umunnya.
5. Solidaritas yang kuat
Scooterist memang dikenal dengan solidaritasnya antar sesama, itu bisa
dilihat saat mereka membantu teman walaupun mereka belum kenal sekalipun,
mereka juga mempunyai tradisi yang disebut memberi uang bensing kepada club
vespa lain yang melintas di basecamp mereka saat melakukan touring. Disatu sisi
komunitas biker ini, apabila salah satu personilnya mengelami kesusahan, jarang
sekali kawan kawan dari komunitas ini merasakan apa yang dirasakan oleh
kawannya. Berbeda memang dari komunitas vespa dengan komunitas komunitas
bikers lainnya, salah satu keistimewaan komunitas vespa ini adalah eratnya tali
persaudaraan ( solidaritas ), walaupun gaya berbusana mereka yang tidak seperti
khalayak seseorang pada umumnya tetapi mereka mempunyai jiwa yang berbeda.
Mereka bukan tidak memikirkan pakaian mereka yang lusuh, pakaian
mereka yang kotor, pakaian mereka yang sobek, akan tetapi mereka tidak risih
dengan apa yang mereka gunakan. Mereka tampil apa adanya dan bukan tampil
ada apanya, menghargai perbedaan, tolong menolong dalam susah maupun
senang, berbagi bersama bahagia. Bagi sebagian orang yang awam tidak
mengetahui bagaimana pola gaya hidup komunitas vespa tersebut akan
beranggapan bahwa komunitas tersebut identik dengan hal-hal yang negatif, tidak
memiliki norma norma, itu bagi mereka yang belum mengetahui apa itu
komunitas vespa.
Solidaritas merupakan perangkat penting dalam sebuah komunitas, suatu
komunitas akan hancur apabila individu perorangannya tidak memiliki rasa
solidarisme yang tinggi, komunitas pula dapat hancur apabila setiap anggota
komunitas tesebut mementingkan setiap ego masing masing.
a. Solidaritas
Solidaritas itu muncul apabila salah seorang anggota vespa sedang
mengalami kesulitan, mereka berbondong bondong membantu sekuat usaha
mereka, rata rata para pencinta vespa itu sendiri mengerti akan mesin vespa
tersebut.Meskipun mereka tidak saling mengenal, meskipun mereka bukan
kerabat dekat tetapi mereka terikat dengan kesolidaritasan brother vespa.
Persaudaraan yang erat, ketika para pencinta vespa mengadakan event atau
acara acara, seperti biasanya para pencinta vespa yang berada dari dalam maupun
dari luar pelosok yang mengetahui akan acara tersebut akan mendatangi,
meskipun mereka yang datang tak menngenal setiap individu akan tetapi mereka
terikat oleh sebuah persaudaraan yang erat, motto mereka ialah ''we are brother '' ,
“ kita adalah keluarga “ sehingga mereka saling tegur sapa meskipun tak saling
mengenal.
b. Kerendahan Hati
Dengan penampilan mereka yang tampil apa adanya, tidak bergaya gaya
dengan baju yang bagus, celana yang mahal, sepatu yang tinggi harganya, mereka
hanya berpenampilan apa adanya layaknya seorang yang tak terurus, akan tetapi
bukan mereka benar benar tak terurus, melainkan itulah penampilan mereka yang
apa adanya.
c. Keingintahuan yang tinggi
Sedikitnya lapangan kerja, dengan bertambah banyaknya manusia yang
dilahirkan di bumi. Faktor faktor itulah yang menjadikan banyaknya
pengangguran di negri ini. Meskipun banyak diantara mereka yang menganggur
atau belum mendapatkan pekerjaan yang cocok, akan tetapi mereka bukan malas
untuk bekerja. Terbukti, mereka mengerjakan sesuatu yang bermanfaat, seperti
mereka membantu teman, membuat kreatifitas kreatifitas lainnya. Seperti
membuat casing handpond dari sebuah botol, mereka memodifikasi vespa vespa
mereka, vespa mereka hampir menyerupai motor motor besar Harley Davidson.
d. Kreatifitas yang tinggi
Setiap seseorang memiliki anggapan anggapan yang berbeda beda, hanya
orang yang memiliki anggapan berbeda itulah yang mengerti akan sebuah seni
yang diciptakaan, meskipun vespa vespa yang tergolong independent identik
dengan kegembelan atau kehancuran, tapi bagi mereka itu merupakan sebuah seni
yang orang lain tidak bisa lakukan
5. Gaya Hidup Komunitas Vespa
Ekspresi gaya hidup pada komunitas vespa ditampilkan melalui
penampilan para Scooterist, seperti cara berbusana, gaya rambut, gaya berbicara,
dan kebiasaan yang tampak dari para Scooterist (Anak Vespa) serta model vespa
yang mereka tunggangi, ada yang memodifikasi motor menjadi Vespa gembel
dengan menambahkan ornamen-ornamen seperti kaleng bekas, kain batik, dan
lain-lain. Ada yang memodifikasi dengan classic modification sehingga motor
Vespa semakin cantik dan elegan. Ada juga yang memodifikasi vespa model
extreme yang terlihat garang dan jantan.
Gaya hidup mereka sama namun yang membedakan itu penampilan Vespa
mereka masing-masing. Pada Komunitas Vespa, tidak ada kelas sosial, semua
sama, berbagi rasa bersama, suka, duka, susah, senang mereka bersama, menepis
ego, membuang pemikiran – pemikiran yang bertentangan dengan rasa
kebersamaan.
Banyak yang beranggapan bahwa anak Vespa itu identik dengan hal-hal
negative, orang awamlah yang beranggapan negative terhadap mereka. Mereka
seperti kurang kerjaan, kesannya juga tidak terurus, tetapi mereka juga punya
kelebihan, seperti orang pada umumnya yang mempunyai kelebihan dan
kekurangan, akan tetapi bagi masyarakat yang belum mengetahui lebih dalam
tentang komunitas vespa seperti apa akan tetap saja menganggap anak vespa
identik dengan hal-hal negative.
Hampir di tiap kota besar mempunyai komunitas motor vespa, dan
komunitas vespa bisa dibilang komunitas yang paling solid, vespa klasik keluaran
diatas tahun 1950 saat ini sudah mulai langka dan hanya orang tertentu saja yang
masih memilikinya. Vespa keluaran tahun tersebut termasuk vespa antik sehingga
harganya pun selangit. Itupun kalau ada, saat ini mencari vespa antik tersebut
sudah sangat susah.
Modifikasi pada motor jenis inipun banyak dilakukan oleh para
pemiliknya. Ingin modifikasi di mesin atau hanya di tampilan saat ini sudah
banyak variasi yang dibuat khusus untuk motor vespa. Mulai dari dop sampai
pada lampu dan lis ban banyak tersedia dipasaran. Modifikasi vespa pada mesin
bisa dilihat pada vespa 4 tak yang sebelumnya bermesin 2 tak. Modifikasi ini
tergolong frontal karena merubah sistem kerja mesin, tidak semua bengkel vespa
mampu mengerjakannya. Semuanya membutuhkan kreasi dan imajinasi dari
pemiliknya dan modifikasi vespa sangat banyak acuan modifikasinya, tinggal
menyesuaikan dengan selera pemiliknya.
E. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian kualitatif bersifat deskriptif.
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami
fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian seperti perilaku,
persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain secara holistik dan dengan deskripsi
dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah
dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah. (Maleong, 2006) Seperti halnya
yang akan dilakukan oleh penulis yaitu mendeskripsikan atau membuat suatu
penggambaran tentang subjek mengenai perilaku gaya hidup dan persepsi tentang
solidaritas pada Komunitas Vespa di kota Makassar.
2. Penentuan Lokasi Penelitian
Penentuan lokasi penelitian ini akan dilakukan dengan sengaja (purposive),
yakni di sekitar wilayah Jl. Jenderal Sudirman tepatnya di depan Monumen
Mandala dimana wilayah ini tempat berkumpulnya Scooterist (Anak Vespa) di
Kota makassar.
3. Teknik Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan
skunder. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan antara lain:
a. Kajian Pustaka
Kajian pustaka dilakukan untuk mencari dan mengumpulkan data dari
referensi seperti buku-buku, majalah, surat kabar, serta artikel- artikel yang
berkaitan dengan topik yang di bahas.
b. Penelitian Lapangan
Penelitian lapangan yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan
terlibat langsung dalam penelitian yang dilakukan di lokasi penelitian, dalam
pengumpulan data ini ditempuh dengan cara:
c. Observasi Partisipasi (Pengamatan Langsung)
Pengamatan langsung yaitu teknik pengumpulan data dengan pengamatan
langsung terhadap objek yang akan diteliti guna memperoleh gambaran lengkap
mengenai objek penelitian.
d. Interview (wawancara)
Suatu teknik pengumpulan data dengan melakukan wawancara langsung
kepada informan dengan berpedoman pada daftar pertanyaan yang telah dibuat
penulis. Wawancara dilakukan secara bebas tapi tidak terlepas pada fokus
masalah.
4. Teknik Penentuan Informan
Penentuan informan dilakukan secara sengaja (purposive), dengan
berdasarkan pada kriteria-kriteria tertentu. Berdasarkan pada judul dan fokus
masalah. Maka pada penelitian ini, kriteria yang dimaksud adalah Scooterist
(Anak Vespa).
5. Jenis dan Analisis Data
Adapun jenis data yang diperoleh terbagi atas dua jenis
1. Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari objek yang diteliti
(informan)
2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari tiap club Vespa yang ada di kota
Makassar.
Adapun proses analisis data dimulai dengan menelaah semua data yang
tersedia dari berbagai sumber, baik dari wawancara maupun melalui observasi
lapangan, dengan memilih-milih data antara data yang menunjang dan data yang
tidak menunjang. Setelah itu, mengadakan reduksi data yang dilakukan dengan
membuat abstraksi. Abstraksi merupakan usaha membuat rangkuman yang inti
dari proses dan pernyataan-pernyataan yang perlu dijaga sehingga tetap berada
didalamnya.
Selanjutnya adalah menyusun satuan-satuan. Satuan-satuan ini kemudian
dikategorisasikan pada langkah berikutnya. Kategori-kategori itu dilakukan
sambil membuat koding. Tahap akhir dari analisis data ini ialah mengadakan
pemeriksaan keabsahan data melalui triangulasi, dimana yang dilakukan dalam
proses ini adalah mencocokkan antara data dari informan yang satu dengan
informan yang lain. (Maleong,2006 : 190)
F. Sistematika Penulisan
Tulisan ini disusun secara sistematis ke dalam beberapa bab dan setiap bab
terdiri sub-sub bab, adapun sistematika penulisan disusun sebagai berikut :
Bab I : Memuat bab pendahulan yang didalamnya diuraikan mengenai
latar belakang penelitian, tujuan dan kegunaan penelitian,
kerangka konseptual, metode penelitan serta sistematika
penulisan.
Bab II : Memuat studi pustaka tentang konsep-konsep dan teori-teori
yang relevan serta hasil penelitian sebelumnya.
Bab III : Memuat tentang gambaran umum lokasi penelitian.
Bab IV : Memuat data tentang pembahasan mengenai gaya hidup
komunitas Vespa di kota Makassar.
Bab V : Merupakan Bab penutup yang berisi kesimpulan dan saran.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Komunitas
Komunitas berasal dari bahasa latin communis yang berasal dari kata dasar
comunis, artinya adalah masyarakat atau public atau orang banyak. Dalam ilmu
sosial, komunitas adalah kelompok orang yang saling berinteraksi dalam tempat
tertentu. Komunitas adalah suatu perkumpulan orang yang terdirii dari beberapa
manusia, yang dibuat oleh manusia dan memiliki nilai nilai atau aturan yang akan
kembali kepada anggota anggota komunitas tersebut. Para komunity biasanya erat
dengan kekerabatan, persaudaraan, brotherhood ( solidarisme ) seperti halnya
pada komunitas vespa.
Komunitas merupakan kelompok sosial terdiri atas beberapa orang yang
menyatukan diri karena mempunyai kesamaan dalam banyak hal. Misalnya,
kebutuhan, kepercayaan, maksud, minat, bakat, hobi, dan kesamaan lain, sehingga
mereka merasa nyaman ketika menyatukan diri karena merasa ada teman dalam
hal yang sama. Sekalipun hal itu dianggap unik bahkan, ganjil oleh orang lain.
Sejalan dengan hal di atas, komunitas vespa merupakan kelompok sosial
yang terdiri dari beberapa orang yang mempunyai kesamaan minat maupun hoby
yang sama yakni “Vespa”. Meski berasal dari berbagai latar belakang, pada
komunitas vespa tidak ada yang di specialkan / di beda-bedakan, semuanya sama.
Selanjutnya, komunitas dibagi menjadi dua yaitu, komunitas offline dan
komunitas online. Komunitas online adalah merupakan komunitas yang disatukan
oleh kesamaan pekerjaan, kesamaan hoby, kesamaan factor penyatu lainnya.
Menurut Soerjono. (1990). Komunitas dibentuk bukan tanpa tujuan. Bisa tujuan
jangka pendek, menengah, atau jangka panjang. Beberapa tujuan dibentuknya
komunitas yang layak diketahui adalah sebagai berikut.
1. Menetapkan tujuan
Komunitas muncul ketika manusia itu membutuhkan kehidupan yang layak,
untuk menciptakan suatu komunitas yang baik, mereka harus mengetahui untuk
apa komunitas tersebut didirikan, dan untuk siapa komunitas itu didirikan.
2. Menciptakan tempat berkumpul yang nyaman
Dimana setiap individu saling bertemu, bertukar pendapat, saling bercerita
tentang masalah masalah yang mereka alami, dengan adanya saling rasa
kepercayaan tersebut akan menimbulkan suatu rasa kekeluargaan yang hinggap di
setiap individu.
3. Menyalurkan hobi
Kehidupan manusia tidak lepas dari yang namanya hobi atau biasa disebut
dengan kesukaan masing masing person. Disinilah funsi diciptakannya suatu
komunitas, dimana tempat mereka yang mempunyai hoby yang sama berkumpul,
membicarakan sesuai hoby hoby mereka.
4. Menciptakan keluarga yang baru
Manusia tidak dapat berdiri sendiri, dalam artian manusia tidak bisa hidup
tanpa orang lain, manusia membutuhkan orang lain dalam pengaplikasiannya
terhadap kehidupan. Dalam hal ini, komunitas bertujuan agar setiap individu
memiliki rasa kepemilikan bersama dengan cara kekeluargaan, sehingga secara
tidak disadari kelompok tersebut memiliki keluarga yang berbeda dari keluarga
kandung.
5. Media Ekspresi Jati Diri
Komunitas sebagai tempat berkumpul juga bisa dijadikan salah satu media
untuk menunjukan jati diri. Secara psikologi, perilaku pencarian jati diri mayoritas
dilakukan oleh remaja. Tak heran jika mereka lebih sering bergabung dengan
komunitas atau teman-teman yang mempunyai kesamaan, baik bentuk
komunitasnya legal, ilegal, baik, dan buruk.
Ada demikian banyak defenisi komunitas ditemukan dalam literatur.
George Hillery Jr (dikutip oleh Fredian Tonny, 2003:23) pernah
mengidentifikasi sejumlah besar defenisi, kemudian menemukan bahwa
kebanyakan defenisi tersebut memfokuskan makna komunitas sebagai:
(1) the common elements of area;
(2) common ties; dan
(3) social interaction.
Kemudian, George merumuskan pengertian komunitas sebagai “people
living within a specific area, sharing common ties, and interacting with one
another” (orang-orang yang hidup di suatu wilayah tertentu dengan ikatan
bersama dan satu dengan yang lain saling berinteraksi).
Sementara itu, Christensson dan Robinson (seperti dikutip oleh Fredian
Tonny, 2003:22) melihat bahwa konsep komunitas mengandung empat
komponen, yaitu: 1) people; 2) place or territory; 3) social interaction; dan 4)
psychological identification. Sehingga kemudian mereka merumuskan pengertian
komunitas sebagai ”people the live within a greographically bounded are who are
involved in social interction and have one or more psychological ties with each
other an with the place in which they live” (orang-orang yang bertempat tingal di
suatu daerah yang terbatas secara geografis, yang terlibat dalam interaksi sosial
dan memiliki satu atau lebih ikatan psikologis satu dengan yang lain dan dengan
wilayah tempat tinggalnya).
Komunitas Menurut Para Ahli
1. Kertajaya Hermawan
Komunitas adalah sekelompok orang yang saling peduli satu sama lain lebih
dari yang seharusnya, dimana dalam sebuah komunitas terjadi relasi pribadi yang
erat antar para anggota komunitas tersebut karena adanya kesamaan interest atau
values
2. Soenarno, 2002
Komunitas adalah sebuah identifikasi dan interaksi sosial yang dibangun
dengan berbagai dimensi kebutuhan fungsional. Komunitas adalah sebuah
kelompok sosial dari beberapa organismeyang berbagi lingkungan, umumnya
memiliki ketertarikan dan habitat yang sama. Dalam komunitas manusia,
individu-individu di dalamnya dapat memiliki maksud, kepercayaan, sumber
daya, preferensi, kebutuhan, risiko dan sejumlah kondisi lain yang serupa.
Komunitas berasal dari bahasa latin communitas yang berarti "kesamaan",
3. Prof.Dr. Soerjono soekanto,
Komunitas yaitu yang menunjuk pada bagian masyarakat yang bertempat
tinggal di suatu wilayah (geografis) dengan batas-batas tertentu dan faktor utama
yang menjadi dasar adalah interaksi yang lebih besar di antara anggotanya,
dibanding dengan penduduk di luar batas wilayahnya.
Community dapat di terjemahkan sebagai “masyarakat setempat”, istilah
lain menunjukkan pada warga-warga sebuah kota, suku, atau suatu bangsa .
Apabila anggota-anggota suatu kelompok baik itu kelompok besar atupun kecil,
hidup bersama sedemikian rupa sehingga mereka merasakan bahwa kelompok
tersebut dapat memenuhi kepentingan-kepentingan hidup yang utama, maka
kelompok tadi dapat disebut masyarakat setempat. Intinya mereka menjalin
hubungan sosial ( social relationship ).
Merujuk dari pendapat para ahli di atas, dapat disimulkan bahwa masyarakat
setempat ( community ) adalah suatu wilayah kehidupan sosial yang ditandai oleh
suatu derajat hubungan sosial yang tertentu. Sebuah identifikasi dan interaksi
sosial yang dibangun dengan berbagai dimensi kebutuhan fungsional. Komunitas
adalah sebuah kelompok sosial dari beberapa organisme yang berbagi lingkungan,
umumnya memiliki ketertarikan dan habitat yang sama.
(http://syienaainie.blogspot.com/2010/11/komunitas.html)
B. Sejarah Vespa
Piaggio didirikan di Genoa, Italia pada tahun 1884 oleh Rinaldo Piaggio.
Pada Perang Dunia I, perusahaannya memproduksi Pesawat Terbang dan Kapal
Laut. Pada akhir Perang Dunia II, pabrik Piaggio dibom oleh pesawat sekutu.
Setelah perang usai, Enrico Piaggio mengambil alih Piaggio dari ayahnya
(Rinaldo Piaggio) dan mulai memproduksi Vespa, kendaraan roda dua yang mirip
dengan Lebah. Dan Pada tahun 1949 Vespa di produksi secara massal.
Vespa juga termasuk alat transportasi yang ekonomis, karena harganya yang
relatif murah tapi tetap berkualitas, akan tetapi semakin tua tahun pembuatan
vespa tersebut, semakin mahal pula harga vespa tersebut. Kisaran harga vespa
mencapai kurang lebih 4-5 jutaan itu belum termasuk jenis vespa yang antic atau
vespa yang berumur lebih tua.
Vespa antik biasanya mengedepankan keantikan atau keelokan vespa
tersebut, baik secara fisik maupun mesin. Sedangkan vespa extreme berbeda
dengan vespa antic, mereka mengedepankan sesuai dengan apa yang hati mereka
inginkan, ada yang berbentuk mobil, adapula yang berbentuk seperti barang yang
tidak layak dipakai, tapi bagi mereka itu adalah kreasi mereka dan tidak
mengambil dari pemikiran orang lain
Sejarah Vespa di Indonesia
Komunitas vespa di tanah air sangat di pengaruhi oleh “Vespa Congo”.
Vespa diberikan sebagai Penghargaan oleh Pemerintah Indonesiaterhadap
Pasukan Penjaga Perdamaian Indonesia yang bertugas di Congosaat itu. Menurut
beberapa narasumber, setelah banyak Vespa Congo berkeliaran di jalanan,
mulailah Vespa menjadi salah satu pilihan kendaraan roda dua di Indonesia.
Importir lokal turut mendukung perkembangan Vespa di tanah air.
Sampai saat ini sudah puluhan varian Vespa yang mampir di Indonesia. Dari
yang paling tua hingga yang paling baru ada di Indonesia. Sampai saat ini
Indonesia mungkin masih bisa disebut sebagai surganya Vespa. Maraknya ekspor
Vespa, sedikit banyak mengurangi populasi Vespa di Indonesia.
C. Gaya Hidup (Lifestyle)
Penelitian terhadap komunitas Vespa menarik untuk dikaji lebih dalam.
Mengingat ternyata diruang publik seperti jalanan, subkultur dari kaum
minoritas bahkan yang tersubordinat mencoba menujukkan perjuangannya
yaitu suatu bentuk resistensi. Mereka menginginkan bahwa dalam dunia yang
begitu dipenuhi keglamoran akan kesenangan-kesenangan yang mengisinya.
Menjadi radar akan adanya suatu kehidupan yang sebenarnya lebih realistis
dari kehidupan yang semu dan palsu tersebut. Kehidupan akan rasa yang penuh
kebersamaan, persaudaraan dan saling menghargai. Berdasarkan penulusuran saya
akan judul penelitian tentang komunitas Vespa Gembel, ternyata saya belum
menemukan karya ilmiah yang mencoba menelitinya. Untuk itu saya telusuri
melalui dokumen-dokumen lain sebagai pijakan saya untuk memperoleh
tambahan referensi bagi pemahaman terhadap masalah yang akan saya lakukan
penelitian ini. Referensi-referensi tersebut adalah :
Pertama, studi Budi Suwarno (Perlawanan Vespa Gembel) Artikel ini berisi
tentang suatu komunitas di jalanan yaitu komunitas Vespa Gembel. Gembel disini
diartikan suatu budaya tandingan yang menjadi antitesis motor-motor mewah
yang terkesan hedonis. Mengapa gembel? karena vespanya yang ditambahi
aksesoris-aksesoris sampah yang menempel di vespa tersebut, seperti plastik,
karung goni, gombal, drum bekas, galon air, sandal jepit, CD, selongsong mortis,
botol infus, tengkorak binatang, hingga kadang celana dalam juga ada. Komunitas
Vespa Gembel merupakan komunitas motor yang berasal dui kalangan menengah
ke bawah. Mereka menunjukan perlawanan simbolik terhadap budaya mainstream
yang menonjolkan style dan pakaian mewah dan glamor dengan melawannya
yang bergaya "gembel". (Budi Suwarno, "Perlawanan Vespa Gembel”
http://cetak.kompas.cornlreadtrnl/2008/09/07/01120332/perlawanan.vespa.gembel
, (Kompas: 3 Juni 2013)
Kedua, studi Hunter S. Tompson (Hell's Angels: Geng Motor Berbahaya
Sedunia)9. Melalui penelitiannya tentang Hell's Angels, Tompson dalam karyanya
ini membahas perjalanan suatu geng motor yang berbahaya yaitu Hell's Angels
mulai dari latar belakang berdirinya hingga geng ini menjadi mewabah sampai ke
negara-negara lain dari asalnya, yaitu California, Amerika Serikat. Geng motor
Hell's Angels merupakan salah satu geng "empat besar" geng motor yang
anggotanya banyak tersangkut urusan kekerasan, obat-obatan, perdagangan
barang curian dan pemerasan menurut FBI dan Badan Intelejen Kriminal Canada.
Dari situlah geng seakan menjadi suatu kelompok yang dipandang mengerikan
dan jahat. Selanjutnya diterangkan bahwa geng motor ini kemudian menjadi
sebuah gaya hidup. ”Thomson, Hunter S” : Geng Motor Berbahaya Sedunia
(Yogyakarta: Garasi House Of Book, 2010)
Ketiga, Studi Lusiana Indriasari (Solidaritas"Tos-Tosan") Dalam artikel
Lusi ini, diuraikan tentang solidaritas dari komunitas Vespa. Bahwasannya
dalam dunia komunitas Vespa (Indonesia), hubungan individu dalam
komunitas dan antar komunitas begitu tinggi rasa persaudaraannya. Dijelaskan
dalam hubungan komunitas vespa tinggi dengan bukti bahwa mereka rela
memberikan tumpangan tempat tinggal bahkan sampai berbulanbulan atau
kadang ada yang sampai 1 tahun lebih, berbagi makan, bahkan kalau perlu
memberi bekal uang kepada penggemar vespa yang sedan`_ melakukan
perjalanan. Pengembaraan itulas yang menjadi bagian hidup komunitas vespa,
sehingga sekalipun uang sedikit tapi mereka bisa berani melakukannya yaitu
dengan mengandalkan rasa solidaritas tersebut. Budaya itu yang dalam
komunitas vespa di namakan tos-tosan".
Dari semua referensi yang saya jadikan sebagai rujukan pustaka tersebut.
Ternyata tidak situ pun yang secara eksplisit membahas dan mengkaji masalah
pemaknaan akan dunia fashion atau gaya berpenampilan dalam transportasi,
khususnya pada komunitas vespa gembel sebagai budaya Landing (counter
culture) terhadap moda-transportasi "mapan" pada ruang publik dengan lokasi
penelitian di Yogyakarta. Kemudian juga referensireferensi di atas tidak
menyentuh makna fashion pada motor dan pakaian dengan kajian teori
semiologi (tanda). (Lusiana indrisari, “Solidaritas Tos-Tosan”)
http://cetak.kompas.cont/readtvml/2008/09/07/0113357/colidaritas.tos-tosan,
(Kompas: 3 Juni 2013)
Sub-Kultur Sebagai Bentuk Perlawanan Kultur Dominan Secara
Simbolik
Perbincangan tentang subkultur dalam komunitas vespa tidak lepas dari
idiologi yang mereka gagaskan. Ideologi mereka terlihat melalui simbol-
simbol pemaknaan dari fashion-nya maupun dari perilakunya. Kata kultur
dalam subkultur menunjuk pada "keseluruhan cara hidup" atau sebuah "peta
makna" yang memungkinkan dunia bisa dimengerti oleh anggota-anggotanya.
Kata sub mengkonotasikan kekhususan dan perbedaan dari kebudayaan yang
dominan atau mainstream. Thornton mengatakan bahwa subkultur bisa juga
dilihat sebagai sebuah ruang dimana "kebudayaan yang menyimpang"
menegoisasikan kembali posisinya atau justru merebut dan memenangkan
ruang itu.
Sub-kultur bisa berarti sebuah sistem, model ekspresi atau gaya hidup
yang dibangun oleh kelompok (community) dalam posisi yang berbeda dan
subordinat terhadap makna dan sistem perangkat kehidupan (nilai, norma,
adat-istiadat) yang dijalankan oleh masyarakat kebanyakan. Pada intinya
bahwa, sub-kultur merupakan suatu bentuk perlawanan terhadap kebudayaan
dominan. Sedangkan dalam komunitas Vespa, sub-kultur dari pertunjukkan
gembel yang menyelimutinya dihadapankan dengan kultur dominan yang
menunjukkan kemewahan menjadi sebuah resistensi terhadap hegemonisasi
kapitalisme akan sebuah kesenangan belaka. Chris Barker , Cultural Studies:
Teori dan Praktik, (Yogyakarta: Kreasi Wacana,2009)
Merujuk dari hal di atas, sesuatu yang kemudian dipandang sebagai ciri
utama dari kemunculan subkultur adalah apa yang disebut Thomton (Ibid : 42)
sebagai nilai „bawah tanah‟ (subterranean), dimana subkultur mudah dilihat
sebagai ruang-ruang berbagai budaya untuk menegosiasikan perilaku yang tidak
dipahami sebagai patologi individual tetapi menjadi solusi praktis yang kolektif
dari permasalahan-permaslahan kelas yang lahir secara logis dan praktis bagi
pemecahan persoalan kelas. Terutama bagi kaum muda subkultur muncul sebagai
solusi „magis‟ atau simbolis atas persoalan yang dialami secara kolektif yang
kemudian menjadi sumber identitas. Sejalan dengan hal ini Barker (Ibid: 429)
kemudian menyebutkan beberapa fungsi yang dapat dimainkan subkultur oleh
para pengikutnya.
Lebih lanjut Barker (Ibid : 432) menjelaskan bahwa, alat analisis yang
dipakai untuk mengkaji subkultur ada tiga. Pertama, Homologi yaitu konsep
yang menganggap benda-benda simbolis kultural merupakan ekspresi dan
keprihatinan yang menunjukan posisi-posisi struktural kelompok kaum muda
yang tersembunyi. Kedua, Brikolase, yaitu proses dipadukannya simbol-simbol
yang sebelumnya tidak saling terkait untuk mendapatkan makna baru. Ketiga,
Gaya, yaitu simbol yang membentuk suatu ekspresi yang koheren dan
mengandung makna nilai-nilai subkultur. Selanjutnya, Willis (ibid : 380) mencoba
menerapkan konsep Homologi untuk menggambarkan kesesuaian antara posisi
struktural dalam tatanan sosial, nilai-nilai sosial para pengikut subkultur serta
simbol-simbol dan gaya-gaya yang mereka pakai untuk mengespresikan diri. Inti
analisis Homologi berkaitan dengan sejauh mana struktur da nisi dari item-item
kultural tertentu sejajar dengan dan mecerminkan struktur, gaya, ketertarikan-
ketertarikan, sikap dan perasaan-perasaan kelompok sosialnya. Sehingga konsep
Homologi mengaitkan sebuah budaya yang dialami sebagaiseperangkat hubungan
konstitutif dengan objek artefak, institusi dan praktik-praktik sistematis budaya-
budaya lain disekitarnya.
Analisis Homologis yang bersifat sinkronik menerapkan tingkat analisis
yang terkait yaitu, pemeriksaan atas kelompok sosial atas item-
item kultural yang mereka sukai. Wills, mencontohkannya pada kelompok
bikersboy dimana perpaduan antara motor, derum dan pengendara yang sedang
melaju mengespresikan budaya nilai dan identitas mereka. Konsolidan, kecekatan,
resiko, kekuatan motor dianggap cocok dengan dunia para bikersboy yang konkret
dan aman. Kejutan pada akselerasinya yang ganas, agresitifitas suara keras knalpot
cocok untuk melambangkan maskulinitas, kesetiakawanan kasar dan
kekasaran bahasa dari gaya interaksi sosial mereka. Sehingga sepeda motor
menjadi jaminan bagi komitmen para bikersboy pada hal-hal yang konkret yang
mencerminkan kekerasan dan kekasaran.
Alat analisis berikutnya adalah konsep Brikolase, sebagaimana Clarke
(Ibid: 430-431) menjelaskan bahwa, Brikolase mengkaji objek-objek atau artefak,
baik dalam bentuk simbolik ataupun konkret, dipakai dan diletakkan dalam
konteks yang baru untuk menyampaikan makna-makna yang lebih segar. Terdapat
transformasi dan penyusunan kembali atas apa yang sudah/pernah eksis kedalam
sebuah konteks baru. Clarke menggambarkannya sebagai penataan kembali dan
kontektualisasi ulang benda-benda yang telah mengandung endapan makna-
makna simbolik diberi pemaknaan ulang berkaitan dengan artefak-artefak lain
dalam sebuah konteks yang baru.
Alat analisis selanjutnya adalah gaya, dimana gaya menempati posisi
sentral dalam praktek subkultur, dikarenakan gaya (style) menjadi satu bentuk
budaya yang paling umum ditemukan dari kelompok subkultur. Penggunaan gaya
sebagai sebuah simbol menjadi aspek penting untuk membedakan kelompok
subkultur satu dengan lainnya. Sejalan dengan hal ini Coner (Ibid : 11)
menjelaskan bahwa, seorang aktor akan belajar tentang perilaku yang
menandakan keanggotaan kelompok tertentu dalam sebuah peran spesifik.
Termasuk atau jenis baju yang dia pakai, sikap badannya, gaya berjalannya, yang
dia suka atau yang dia tidak suka, apa yang dibicarakannya dan opini yang
dinyatakannya. Sehingga, secara konseptual gaya bisa dilihat sebagai
pengorganisasian aktif berbagai benda dengan aktfitas serta sikap-sikap melalui
cara-cara berpakaian, musik, ritual dan jargon-jargon ataupun semboyan. Hal ini
merupakan proses pemaknaan ulang lewat Brikolase, dimana komoditas yang juga
adalah tanda-tanda kultural, ditata ulang kedalam kode-kode makna yang baru.
Sehingga, melalui pemaknaan yang berbeda, gaya membentuk sebuah identitas
kelompok.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa, gaya hidup Komunitas Vespa
seperti halnya cara berpakaian, style transportasi seperti menunjukkan praktik-
praktik Biroklase, seperti contoh gaya hidup para Scooterist atau yang akrab
di sebut Anak Vespa dalam kesehariannya, memiliki gaya berpakaian/penampilan
yang mengkombinasikan model penampilan kelas “bawah‟ berupa baju kaos
oblong yang usang, celana (jeans) sobek-sobek, jaket (jeans) yang di penuhi dengan
bordiran dan banyak lagi hal-hal unik dari Anak Vespa yang mencerminkan
Biroklase simbolis dan bertujuan untuk menyampaikan suatu pesan kesederhanaan,
dan apa adanya.
Dari hal di atas, dapat dikatakan bahwa bila dilihat dari eksistensinya,
subkultur sering menunjukkan bentuk-bentuk alternative ekspresi budaya yang
merefleksikan sebuah pluralitas dalam sebuah kebudayaan. Sehingga budaya
terkadang secara superfisial menjelaskan dominasi dari sebuah anggota-anggota
masyarakat tertentu. Dikatakan demikian, karena subkultur muncul sebagai suatu
kumpulan atas pengaturan dan pengakuan nilai-nilai, perilaku, serta tindakan
sebagai respon yang menunjukan perbedaan dari norma-norma umum.
Sejalan dengan hal ini Downes (Ibid : 8) menjelaskan bahwa, fungsi
subkultur akan muncul ketika sejumlah „aktor‟ yang memiliki kesamaan
permasalahan tentang adaptasi tapi tidak memiliki solusi yang efektif saling
melakukan interaksi yang kemudian akan menempatkan permasalahan tersebut
sebagai sebuah persoalan bersama. Sehingga subkultur menjadi semacam
alat penyelesaian kolektif (colektive solution) untuk mengatasi persoalan kelas
yang dipakai sebagai untuk mengatasi kontrakdiksi-kontradiksi struktural yang
muncul dalam masyarakat luas. Hal ini kemudian menyebabkan beberapa
kelompok subkultur akan membentuk sebuah sistem makna kelompok yang
baru, dimana ciri esensial yang menunjukan makna baru tersebut adalah dalam
bentuk kumpulan perilaku, tindakan dan nilai-nilai yang banyak mengandung
simbol-simbol penuh makna yang dipraktikkan oleh anggota-anggota mereka.
Sebagaimana hal yang telah dijelaskan sebelumnya di atas, dapat ditarik
hipotesa secara umum bahwa pada dasarnya konsep subkultur mengindikasikan
bagaimana budaya dimediasi dan dihasilkan melalui kolektiftas „aktor-aktor‟
khusunya kaum muda seperti halnya dalam pilihan terhadap selera „konsumsi‟
musik untuk memproyeksikan sebuah image (citra) dan identity (identitas) yang
memberi berpengaruh terhadap identitas dan citra diri (self-image) mereka sendiri.
Sub-kultur yang di wakili oleh kaum muda terbentuk dalam suatu
artikulasi ganda, yaitu dalam perlawanannya dengan kebudayaan orang tua dan
sekaligus dalam perlawanannya dengan kebudayaan dominan. Ritual-ritual
seperti fashion, musik, atau bahasa, dilihat sebagai usaha untuk memenangkan
ruang kultural dalam melawan kebudayaan dominan dan kebudayaan orang
tua. Sementara konsep yang muncul dalam bentuk style, mengacu pada
brikolase. Konsep brikolase dipakai untuk merekontekstualisasi objekobjek
untuk mengomunikasikan makna-makna baru. Jadi, objek yang telah disarati
makna simbolis yang mengendap dimaknai ulang dalam kaitannya dengan
artefak lain dalam suatu konteks baru. Gaya para pecinta musik Ska misalnya,
dengan sepatu boot dan berambut cepak, yang merupakan brikolase dari
semangat kerja keras dan maskulinitas kelas pekerja. Clarke, J, “style” Dalam
S.Hall dan T. Jefferson (eds), Resistance Through Rituals: Youth Subcultures
in Post-War Britian, (London: Hutcinson, 1976)
Hebdige (1979) menyelidiki gaya dalam tingkat keotonomiannya sebagai
penanda. Dalam melakukannya, dia menegaskan adanya spesifikasi semiotika
dan spesifikasi kultural sambil mempertahankan konsep brikolage dan
perlawanan.15
Gaya adalah sebuah praktik penandaan (signifising practice),
gaya adalah sebuah arena penciptaan makna. Melalui signifikasi perbedaan
tersebut, gaya membentuk identitas kelompok. Dalam subkultur ini, barang-
barang komuditas-melalui konsumsi brikolage-dijadikan alit perlawanan
terhadap nilai dominan. Gaya adalah sebuah perang gerilya semiotik.
Gaya pada sub-kultur menunjukkan suatu simbol representasi makna-
makna perlawanan, tidak mengherankan jika studinya juga akan membutuhkan
suatu kajian tentang tanda. Sebagaimana terungkap dalam dunia simbol atau
tanda yang disebut Semiotika atau Semiologi. “Hebidge, Subculture: The
Meaning Of Style, (London an New York: Routledge, 1979)
Dalam pembahasan tanda seorang teoritikus budaya Francis Roland
Bartes, memakai pendekatan Ferdinand de Saussure, melakukan modifikasi
dan menerapkannya kepada praktik kebudayaan pop. Walaupun pada awalnya
Saussure dengan teori semiologi ini untuk membahas masalah linguistik.
Namun, pada perkembangan selanjutnya ternyata semiologi juga mempunyai
studi pembahasan pada objek dan citra. Pembahasan objek dan citra adalah
dengan mendefinisikan tanda yang akan diterapkan pada objek dan citra yang
membentuk fashion dan pakaian. Kini, meski tampak masuk akal untuk
menunjukkan bahwa objek dan citra yang membuat fashion dan pakaian dapat
dianggap sebagai tanda yang pada dirinya sendiri membentuk penanda dan
petanda. Hubungan penanda dan petanda tersebut bersifat arbiter (tidak tetap
atau abadi). Chris Barker, Cultural Studies.
Bagi Barthes itulah, ternyata dalam tanda dan simbol tersebut tersimpan
suatu bentuk ideologi yang tersembunyi. Karya awal Barthes mengenai budaya
pop menaruh perhatian pada proses pemaknaan (signification), suatu cara yang
dengan itu makna-makna dihasilkan dan disirkulasikan. Barthes berpendapat
bahwa kita dapat berbicara tenting dua sistem signifikasi: denotasi dan
konotasi. Denotasi adalah level makna deskriptif dan literal yang secara virtual
dimiliki semua anggota suatu kebudayaan. Pada level kedua, konotasi, makna
terbentuk dengan mengaitkan penanda dengan aspek-aspek kultural yang lebih
luas: keyakinan, sikap. kerangka kerja dan ideologi suatu formasi sosial.
Makna kemudian menjadi persoalan asosiasi tanda dengan kode makna
kultural. “Chris Barker, (Cultural Studies: Teori dan Praktik)
Telaah atas denotasi dan konotasi yang dijumpai pada karya Barthes juga
relevan untuk memahami bekerjanya ideologi. Seperti ditulis Volosinov,
"ranah ideologi bertepatan dengan ranah tanda. Kapanpun ada tanda, disitu ada
ideologi". Inilah salah satu cara dimana posis i dominan dan subordinat, yang
merupakan hasil perilaku manusia, dibuat tampak alamiah, dan oleh karena itu
tak diragukan. Ini menunjuk pada bentuk hegemoni. Hegemoni menunjuk pada
situasi yang ada saat kelompok sosial tertentu, faksi tertentu kelompok sosial,
yang ada pada posisi dominan, mampu menggunakan otoritas sosialnya
sebagai hasil dari kekuasaannya muncul dan menjadi alamiah dan absah.
Fashion dan pakaian, sebagai bentuk komunikasi yang serat akan dominasi dan
subordinasi. Melalui proses tersebut fahion dan pakaian kelihatan seperti
alamiah, dan bukan merupakan hasil tindakan dari manusia. Hegemoni dapat
dianggap sebagai bentuk peperangan yang bergerak, dimana Gramsci
menunjuk pada satu "keseimbangan yang bergerak". yang secara konstan harus
direbut lagi sebagai rangkaian medan perang perbedaan termasuk fashion dan
pakaian. Volosinov, Marxism and the Philosophy of Language, (London:
Seminar.Press) 13 Malcolm Barnard, Fashion Sebagai Komunikasi.
Dalam kaitannya dengan budaya nggembel, bahwasannya istilah fashion
dan pakaian identik dengan temuan simbol-simbol perlawanan. Melalui
fashion dan pakaian itulah mereka melakukan perlawanan terhadap budaya
dominan. Simbol-simbol tersebut muncul melalui maknamakna yang
direpresentasikan. Maka tidak mengherankan ketika sebuah sub-kultur
mencoba merepresentasikan melalui gaya hidup. fashion ataupun tindakan-
tindakan yang aneh-aneh, karena bagi mereka itu suatu bentuk komunikasi
yang mereka coba sampaikan dan kesadaran diri terhadap kehidupan yang
dijalaninya.
Ruang Publik Dalam Masyarakat Kontemporer
Manusia senantiasa hidup di dalam ruang hidup untuk saling berinteraksi
atau berkomunikasi dengan sesama dalam sebuah ruang publik. Manusia
tidaklah hidup dalam kekosongan eksistensial, namun mereka hidup dalam
pergulatan zamannya. Dalam pergulatannya sebagai manusia, mereka
membentuk wilayah sosial (social sphere).
Wilayah yang oleh Jurgen Habermas", disebut sebagai dunia publik atau
ruang publik (publik sphere). Subandy Ibrahim, Dciii Nalco Keterasingan
Menuju Nalar Pencerahan: Ruang Publik dan Konstruksi Dalam Pandangan
Soejatnzoko Istilah ruang publik dilacak secara historis oleh Habermas sebagai
ranah yang muncul dalam suatu fase spesifik "masyarakat borjuis". Ia adalah
suatu ruang yang menengahi masyarakat dengan negara dimana publik
mengorganisasi dirinya dan dimana "opini publik" terbentuk.
Dalam ruang publik memungkinkan untuk semua opini publik bisa
terbentuk dan tersalurkan. Namun, sebagaimana di ketahui bahwa kehidupan
sosial yang kini telah berhadapan bahkan termodifikasi dengan sistem
kapitalisme ini. Ternyata semua harapan bahkan tujuan terciptanya ruang
publik sebagai wilayah yang demokratis menjadi luntur bahkan berangsur
surut. Bersama kemajuan kapitalisme ini menjadikan pudarnya eksistensi
ruang publik yang semakin mengarah kepada monopoli dan perguatan negara.
Meningkatnya komodifikasi kehidupan oleh perusahaan-perusahaan raksasa
mengubah masyarakat dari warga negara rasional menjadi konsumen, di antara
sekian banyak yang lain, barangbarang non-rasional ditawarkan iklan dan
industri humas.
Seiring dengan erosi ruang publik, negara meraih kekuasaan yang
semakin besar di bidang ekonomi sebagai manajer usaha dan di bidang swasta
melalui manajemen pembagian kesejahteraan dan pendidikan. (Subandy
Ibrahim, 2004.1)
Dalam hal ini, Habermas dalam ide tentang ruang publik melihat adanya
mediasi bagi dua pihak yang dibedakan secara analitis sebagai negara (state)
dan masyarakat (society). Negara adalah pihak yang diberikan mandat untuk
menata masyarakat, yang mengatur ruang publik. Untuk itu, rupanya dengan
menguatnya negara modern dan tumbuh kembangnya kapitalisme tersebut.
Negara tidak hanya berkepentingan untuk menjaga aturan main dalam ruang
publik kenegaraan, tapi negara juga sudah ikut melakukan intervensi dalam
hampir semua sektor kehidupan. Dalam situasi inilah kebebasan dalam
komuikasi tidak tercipta, karena sudah mengandung benih distorsi dan
manipulasi. Dominasi dan hegemoni terhadap saluran atau akses terhadap ruang
publik pun semakin mengglobal.
Sejalan dengan hal di atas Subandy (1996 : 326) Pada era kapitalisme
global ini, peruntukan ruang dan bentuk komunikasi masyarakat di dalamnya
semakin berwajah komersial, serta bentuk dan gayanya semakin bersifat
global. Terjadi segmentasi ruang berdasarkan tujuan-tujuan komersial dan
politik tertentu, yang merupakan satu bentuk penggunaan kekuasaan
(kekuasaan politik maupun ekonomi) dalam menentukan keputusan mengenai
ruang dan ekspresi visual yang ada di dalamnya. bentuk-bentuk perebutan hak
milik wilayah antara penguasa dengan rakyat. merupakan suatu bentuk
pentingnya ruang dalam kehidupan sosial ini.
Ruang public merupakan tempat perebutan kekuasaan kultural. Ada
bentuk visual, tanda dan makna yang mendapatkan posisi hegemoni, dan ada
yang mendapat posisi marjinal. Di dalam wacana ruang, kode dapat dikatakan
sebagai cara tertentu pengorganisasian ruang beserta ungkapan-ungkapan
visual-khususnya public art-yang ada di dalamnya, sehingga menghasilkan
makna-makna tertentu yang dipahami secara sosial.--
Tanda dalam public art menentukan posisi seseorang atau satu kelompok
di dalam sebuah masyarakat. Public art, menjadi sebuah representasi visual
yang diciptakan berdasarkan bingkai-bingkai ideologi, sosial dan politik.
Public art. dengan demikian menentukan posisi ideologi dan kepercayaan satu
masyarakat.
Namun, seiring dikuasainya ruang publik oleh komponenkomponen
komersial, maka visual art dan dunia visual kita akan sangat ditentukan oleh
idiom, bentuk atau gaya yang dikontrol pasar. Idealisme pasar mengatur
idealisme sosial dan estetik. Ruing publik hanya akan menghasilkan
kontradiksi sosial-visual art dan dunia visual yang seharusnya memperkaya
pengalaman estetik, spiritual dan kemanusiaan, justru dijadikan sebagai alat
untuk menggali kapasitas manusia yang pling dangkal, yaitu hasrat. Di
dalamnya, dunia citraan, menjadi sebuah dunia yang termodifikasi secara
komersial, mengikuti irama produksi dan konsumsi, mengikuti mitos-mitos
pasar yang mengalir tidak ada hentinya. Oleh karena citraan-citraan komersial
tersebut lebih berfungsi sebagai satu bentuk rayuan (sebagai layaknya wanita
pajangan dalam iklan dan pameran) maka yang dipentingkan oleh citraan-
citraan tersebut bukanlah kedalaman makna dan sublimasi estetik, melainkan
keterpesonaan. provokasi dan kepuasan sesaat.
Dampak kemudian yang terjadi adalah terciptanya kedangkalan visual,
yang mencerminkan pula kedangkalan hidup masyarakat konsumer kita.
Masyarakat modern sekaligus kontemporer ini digiring ke dalam sebuah
tamasya pengembaraan dan ilusi-ilusi gaya hidup yang sebetulnya tidak
dibutuhkan mereka. Ilusi-ilusi gaya hidup (shopping mall ) diproduksi dan
dipublikasikan sedemikian rupa, sehingga is menjadi kebutuhan.
Untuk itulah ide Habermas tentang ruang publik begitu kompleks. Ruang
publik yang di dalamnya menyimpan begitu banyak kajian keilmuan tersebut,
digunakan untuk membongkar dan mengembalikan eksistensi ruang publik
yang telah pudar bahkan hilang karena kuatnya penguasaan sosio-kultur pada
masyarakat oleh sisitem kapitalisme ini. Kedemokrasian dapat dikatakan
terlaksana dengan baik, salah satunya juga dengan terciptanya suatu ruang
publik yang sesungguhnya. Ruang dimana semua orang bisa ikut menyuarakan
dan menyaluakan kepentingannya dengan bebas tanpa ada pakaaan, hambatan
dan jauh dari dominasi dan diskriminasi.
Hal tersebut seperti yang di suarakan komunitas Vespa Gembel melalui
fashion, pakaian beserta atribut-atribut yang menempel padanya. Mereka
berusaha menunjukkan ekspresi diri dan berbagai kepentingannya pada ruang
publik (jalan). Bagi mereka jalanan merupakan ruang yang cukup strategis
untuk berekspresi sekaligus menyampaikan berbagai kepentingan.
Gaya hidup komunitas vespa lebih berorientasi pada kebebasan Ekspresi,
gaya hidup komunitas vespa ditampilkan melalui penampilan para Scooterist,
seperti cara berpakaian, gaya rambut, gaya berbicara, dan kebiasaan yang tampak
dari para Scooterist serta model vespa yang mereka tunggangi. Solidaritas dalam
komunitas vespa sangatlah kuat, dimana didasarkan atas persamaan rasa dan
kesetiakawanan dimana- tidak ada kelompok-kelompok di dalamnya. Artinya
dalam komunitas vespa semua sama tidak ada yang di beda-bedakan. Rasa
solidaritas terhadap sesama Scooterist diwujudkan dalam kesetiakawanan yang
erat dalam komunitas vespa. Kesetiakawanan ini kemudian d iwujudkan para
Scooterist dengan perilaku yang selalu peduli terhadap sesama Scooterist.
Maraknya komunitas Vespa di kota kota besar menggambarkan bahwa
Vespa memang di minati oleh banyak kalangan. Disisi lain masyarakat kadang
punya pandangan negatif terhadap anak-anak komunitas Vespa, mereka
menganggap anak-anak Vespa kurang kerjaan, tidak sopan dalam berpakaian dan
seabrek image negatif lainnya yang dialamatkan ke komunitas Vespa, padahal
mereka yang berpandangan negative itu belum mengetahui secara mendalam
tentang komunitas Vespa tersebut.
BAB III
GAMBARAN UMUM LOKASI
A. Gambaran Umum Komunitas Vespa
Untuk menggambarkan dan menjelaskan Skripsi ini maka penulis akan
menjelaskan gambaran umum lokasi penelitian yakni di kota makassar, penulis
memilih Kota Makassar sebagai lokasi penelitian dengan pertimbangan bahwa
jumlah Anak Vespa yang ada di Kota Makassar sangat banyak.
Kemunculan komunitas Vespa di makassar tidak lepas dari sejarah awal
berdirinya komunitas Vespa pertama di Indonesia. Di Indonesia sendiri,
komunitas Vespa pertama yang terbentuk adalah komunitas Vespa eks tentara
Indonesia pada 1960-1963. Mereka tergabung dalam Kontingen Garuda yang
dikirim untuk misi perdamaian PBB di Mesir, di mana seluruh anggota yang ikut
bertugas dihadiahi motor Vespa oleh Presiden Soekarno.
Jumlah anggota yang diberikan hadiah totalnya ada 4531 orang. Saat ini,
sudah puluhan varian Vespa yang ada di Indonesia. Dari model lama hingga yang
paling baru ada di Indonesia, hal ini menjadikan komunitas Vespa di Indonesia
menjadi salah satu yang terbesar di dunia. Mulai dari komunitas penggemar Vespa
classic yang dengan setia merestorasi koleksi lamanya, sampai dengan penggemar
seri Vespa baru yang sekarang transmisinya tidak lagi menggunakan perseneling
melainkan sudah automatic CVT transmission.
(http://heryfijar.blogspot.com/2013/01/gunung-latimojong-di-jelajahi-oleh.html)
Kemunculan komunitas Vespa di kota Makassar bermula dari banyaknya
jumlah pengguna Vespa yang merasa tidak memiliki wadah untuk berbagi cerita
dan pengalaman seputar Vespa. Hingga akhirnya terbentuklah komunitas Vespa
pertama di kota Makassar pada tanggal 7 Juli 1987 yang kemudian di beri nama
Makassar Vespa Club (MVC)
Makassar Vespa Club didirikan untuk mewadahi penggemar Vespa yang
memiliki kesamaan hobby dan rasa persaudaraan diantara para pecinta Vespa,
wadah untuk menyalurkan hoby di bidang otomotif, olah raga dan kegiatan sosial
serta ikut berpartisipasi dalam mendukung tercapainya masyarakat yang tertib lalu
lintas. Uniknya club ini berdiri pada tanggal 7 bulan 7 tahun 1987 dan didirikan
oleh 7 orang dan hingga kini Makassar Vespa Club di kenal sebagai “MVC 777”
Makassar Vespa Club sendiri akhirnya menjadi wadah yang menghimpun
para pecinta motor jenis Vespa yang ada di kota Makassar. Makassar Vespa Club
merupakan club Vespa pertama hingga akhirnya muncul club motor Vespa lain
dan hingga kini tersebar di seluruh Sulawesi Selatan. Hampir di setiap
Kabupaten/Kota yang ada di Sulawesi Selatan memiliki dua hingga tiga club,
namun bukan berarti dengan banyaknya club membuat perpecahan atau perbedaan
diantara penggemar Vespa, club ini merupakan wadah di tiap-tiap Kabupaten
yang di naungi oleh “Ikatan Vespa Indonesia” (IVI).
Kemunculan komunitas Vespa khususnya pada lingkup Kota Makassar
didasari atas keputusan Presiden No. 83 tahun 1998 yang mengatur tentang
kebebasan berserikat dan perlindungan hak berorganisasi, dengan pengesahan
tersebut maka setiap individu mempunyai hak untuk bergabung dengan organisasi
yang dipilihnya, bebas untuk menyusun anggaran dasar dan anggaran rumah
tangga sendiri, bebas memilih pengurusnya serta bebas untuk menjalankan
organisasi sendiri.
Kemunculan komunitas Vespa di kota Makassar dilatar belakangi oleh
kebosanan mode era kontemporer sekarang yang didominasi oleh fashion dan
style transportasi kelas atas, dan Komunitas Vespa menjadikan gaya alternatif
mereka menjadi gaya tanding (counter style) terhadap budaya mainstream yang
begitu materialistis.
Komunitas Vespa di kota Makassar mempunyai ciri khas yang unik dan
nyentrik dalam segi fashion. Komunitas vespa identik dengan aksesoris yang beda
dengan yang lainnya, seperti memakai jaket jeans yang penuh dengan aksesoris
dan pin, dompet yang besar, rompi kulit, rantai dompet, sepatu booth dan ada juga
beberapa anggota yang menggunakan pakaian dan celana yang terlihatnya kotor
dan di penuhi oleh bekas oli, tetapi hal ini yang membuat fashion mereka berbeda
dengan yang lainya.
Para pengguna vespa baik yang tergabung dalam komunitas ataupun non
komunitas memiliki rasa solidaritas yang tinggi. Hal ini terbukti dengan seringnya
mereka menolong sesama pengguna vespa di jalan, seringnya mereka berkumpul,
menolong sesama pengguna vespa yang mendapat musibah meskipun belum
mengenalnya, dan kebiasaan mereka menyapa pengguna vespa lain.
Kebersamaan dan interaksi yang baik diantara para Scooterist membuat
terjalinnya hubungan baik diantara satu sama lain. Tanpa harus diminta bahkan
dipaksa komunitas vespa maupun pencinta vespa telah terbiasa dengan solidaritas.
Rasa solidaritas tersebut telah muncul dari setiap individu masing-masing,
walaupun tidak semua terikat kedalam satu komunitas yang sama.
Semua bentuk solidaritas komunitas vespa maupun nonkomunitas di kota
Makassar di latarbelakangi beberapa faktor baik intern yaitu rasa senang dan cinta
pengguna vespa terhadap vespa itu sendiri. Ataupun faktor ekstern yaitu adanya
slogan–slogan dan motto dari pengguna vespa yang memotivasi rasa persaudaraan
di antara mereka.
Semua bentuk solidaritas komunitas vespa maupun nonkomunitas di
Makassar tersebut di latarbelakangi beberapa faktor baik intern maupun ekstern.
Faktor intern yaitu rasa senang dan cinta pengguna vespa terhadap vespa itu
sendiri. Perasaan senang dan cinta pengguna vespa terhadap vespanya dapat
terlihat pada cara mereka merawat vespanya. Meskipun sudah berumur puluhan
tahun, namun vespa tetap dijaga dan dirawat.
Kecintaan mereka terhadap vespa juga ditunjukan dengan menggunakan
vespa kemana pun ia pergi walaupun sering bermasalah di jalan dan
menghabiskan banyak biaya untuk merawatnya, mereka masih saja menggunakan
vespa tersebut. Mereka terlihat bangga memiliki vespa sehingga muncul
semboyan unik “jangan ngaku kaya kalau belum punya vespa”. Disisi lain, faktor
intern yang melatarbelakangi rasa solidaritas diantara sesama pengguna vespa
adalah kesadaran mereka sebagai makhluk sosial, komunitas vespa mengakui
keberadaannya sebagai mahkluk yang terlahir hidup dengan bantuan orang lain
dan tidak dapat hidup tanpa bantuan orang lain. oleh karena itu mereka
menjunjung tinggi rasa saling menghormati dan tolong menolong khususnya
diantara sesama pengguna vespa. Dalam hal ini, rasa solidaritas antara pengguna
vespa semakin terpupuk dengan adanya kesamaan dalam mengendarai vespa.
Mereka sama-sama mengetahui bagaimana suka dukanya memiliki vespa
sehingga jika melihat pengguna vespa lain yang mengalami kesulitan maka
mereka secara spontan akan terpanggil untuk menolongnya.
Adapun faktor ekstern yaitu adanya slogan – slogan dan motto dari
pengguna vespa yang memotivasi rasa persaudaraan di antara mereka. Motto dan
slogan tersebut antara lain:
a. Adanya slogan “semua pengguna vespa itu bersaudara”.
Maksudnya semua pengguna vespa dimana pun berada adalah saudara,
entah berasal dari keluarga kaya atau miskin, berasal dari daerah mana pun dari
sabang sampai merauke, tanpa memandang perbedaan usia, jenis kelamin, warna
kulit, penampilan, pendidikan, bahasa, ras, suku, dan sebagainya, asalkan
memiliki vespa maka dianggap sebagai saudara. Dengan dianggap sebagai
saudara, sehingga jika saudara mengalami kesulitan, maka yang lainya akan
membantu. Dengan berlandaskan itulah semua pengguna vespa merasa aman
menggunakan vespanya yang sudah tua kemana pun pergi. Berikut bukti adanya
rasa solidaritas dalam komunitas vespa, surat tersebut menunjukan tingginya rasa
solidaritas.
b. Mereka memiliki sebuah motto yaitu “nanam”
Maksudnya mereka percaya bahwa segala perbuatan yang mereka lakukan
sekarang akan dibalas dikemudian hari. Oleh karena itu, dimana pun mereka
berada, mereka selalu menerapkan prinsip tersebut. Mereka juga percaya bahwa
jika mereka menolong orang lain, maka suatu saat nanti mereka pasti akan
ditolong juga ketika mendapatkan kesulitan.
B. Gaya Hidup Komunitas Vespa Yang Unik
Manusia sebagai makhluk sosial selalu membutuhkan interkasi dan
sosialisasi dengan orang lain dalam menjalani kehidupan. Manusia sebagai
makhluk sosial memerlukan sosialisasi dimana proses seseorang mempelajari cara
hidup masyarakat untuk mengembangkan potensinya, baik sebagai individu
maupun sebagai anggota kelompok sesuai dengan kebiasaan yang berlaku dalam
masyarakat tersebut.
Pada komunitas Vespa, gaya hidup para scooterist sangat terlihat mencolok.
Hal itu di dukung dengan adanya undang-undang yang mengatur tentang
kebebasan berekspresi. Suatu negara yang demokratis dapat dilihat dari adanya
jaminan kebebasan berekspresi warganya. Kebebasan berekspresi merupakan
hakikat hidup manusia. Dalam mengekspresikan perasaan maupun pikiran,
manusia memiliki beribu cara dan wadah untuk menampungnya. Kebebasan
berekspresi dan mengeluarkan pendapat adalah prinsip universal dalam negara
demokratis. Negara atau pemerintah menciptakan kondisi yang baik dijamin oleh
Kovenan Internasional tentang Hak Sosial, Ekonomi dan Budaya.
Gaya hidup komunitas vespa lebih berorientasi pada kebebasan. Ekspresi
gaya hidup komunitas vespa ditampilkan melalui penampilan para Scooterist,
seperti cara berpakaian, model rambut, gaya berbicara, dan kebiasaan yang
tampak dari para Scooterist serta model vespa yang mereka tunggangi. Jaket para
scooterist kebanyakan di penuhi kotoran bekas oli, sobek-sobek, dan banyak
tambalan di mana-mana, kotoran bekas oli tidak bisa di hindari oleh anak vespa
karna tidak jarang motor mereka mogok di tengah jalan dan mau tidak mau
terkadang jaket yang mereka pakai menjadi kain lap sehabis memperbaiki motor
mereka.
C. Aktivitas Komunitas Vespa
Komunitas Vespa di kota Makassar tidak hanya bercerita tentang gaya
hidup dan solidaritas saja tapi komunitas Vespa juga memiliki kegiatan yang rutin
mereka lakukan, selain sebagai ajang berkumpul kegiatan ini juga bertujuan untuk
mempererat tali silaturahmi antar anggota pecinta Vespa. Kegiatan itu antara lain :
1. Touring
Touring merupakan salah satu hal yang identik dari komunitas vespa di
kota Makassar, selain sebagai salah satu cara untuk saling bertemu dan
bersilaturahmi dengan pecinta Vespa dari kota lain, juga sebagai salah satu cara
untuk mengenali secara detail tiap kota yang ada di indonesia. Touring yang di
lakukan oleh komunitas vespa di kota makassar tidak hanya di kota-kota sekitaran
pulau sulawesi saja tapi juga touring lintas pulau seperti Sumatra, Jawa, Bali,
Kalimantan hingga Papua. Tidak hanya keliling Indonesia, uniknya ada pula
komunitas Vespa yang melakukan touring ke gunung-gunung tertinggi di
Sulawesi Selatan
Kebanyakan dari anggota komunitas Vespa di kota Makassar melakukan
touring ke kota-kota besar yang ada di sulawesi seperti Kendari, Palu, Gorontalo
hingga Manado. Kebanyakan dari mereka berpendapat bahwa sebelum
menginjakkan kaki di kota-kota besar yang ada di luar Sulawesi haruslah
menyelesaikan touring di pulau sendiri karena sangat ganjil ketika menyelesaikan
touring di beberapa kota besar yang ada di luar padahal kota-kota yang ada di
Sulawesi saja belum di kunjungi. Touring di kalangan anggota komunitas Vespa
di kota makassar bisa di katakan hal yang wajib di lakukan. Selain menikmati
keindahan alam yang ada di tiap daerah, tujuan utama dari turing ini untuk
refresing dan mempererat tali silaturahmi antar sesama pengguna Vespa.
2. Kopdar
Kopdar artinya kopi darat. Kopdar merupakan istilah yang familiar di
kalangan komunitas Vespa, kopdar merupakan janjian untuk ketemu atau bertatap
muka secara langsung disuatu tempat yg sudah disepakati bersama, kopdar
pertama kali dipopulerkan oleh Sys NS dari radio Prambors Jakarta dalam
segment WARKOP di era akhir 70an dan waktu itu ikut dipelopori oleh ORARI
(radio breaker) yg sempat merajai Indonesia ditahun 82-84. Jadi pada komunitas
Vespa di kota Makassar, kopdar merupakan hal yang sayang untuk di lewatkan
karna pada saat kopdar anggota komunitas vespa dari daerah lain biasanya juga
ikut hadir, biasanya kopdar ini di lakukan pada malam minggu di depan
Monumen Mandala makassar.
3. Menghadiri Event
Selain touring dan kopdar, event-event yang di adakan secara rutin
merupakan salah satu hal yang sangat identik dengan komunitas Vespa di kota
Makassar. Event yang biasa diadakan oleh komunitas Vespa yakni bertujuan
mempertemukan semua pecinta Vespa, adapun event yang diadakan ada yang
berskala kecil dan ada pula yang berskala nasional. Event biasanya di adakan di
tiap-tiap kabupaten/kota yang merasa siap untuk melaksanakannya, biasanya
agenda ini selalu dilakukan secara bergantian di tiap kabupaten/kota. Adapun
event berskala nasional yang rutin dilaksanakan yakni CSP (Celebes Scooter
Party), pada event ini biasanya di hadiri oleh seluruh komunitas Vespa yang ada
di indonesia hingga negara-negara tetangga seperti Malaysia dan Australi.
4. Bakti Sosial
Komunitas Vespa di kota Makassar tidak hanya rutin melakuka touring,
kopdar dan menghadiri event saja tapi juga melakukan kegiatan-kegiatan sosial
seperti beberapa waktu lalu melakukan penanaman seribu pohon, pengumpulan
dana untuk korban bencana alam, dan banyak lagi. Ini yang menarik ketika
komunitas yang selalu di identikkan dengan hal negatif turun ke lapangan dan
memberi sumbangsih dengan acara-acara sosial yang mereka lakukan.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gaya Hidup Komunitas Vespa
Manusia sebagai makhluk sosial selalu membutuhkan interkasi dan
sosialisasi dengan orang lain dalam menjalani kehidupan. Manusia sebagai
makhluk sosial memerlukan sosialisasi dimana proses seseorang mempelajari cara
hidup masyarakat untuk mengembangkan potensinya, baik sebagai individu
maupun sebagai anggota kelompok sesuai dengan kebiasaan yang berlaku dalam
masyarakat tersebut.
Proses tersebut dimulai dari lingkungan yang paling kecil yaitu keluarga.
Manusia ketika lahir di dunia akan menyesuaikan dirinya dari lingkungan
keluarganya. Seiring dengan pertumbuhannya dia akan menyesuaikan dengan
lingkungan yang lebih luas sampai pada lingkungan yang luas lagi. Selama proses
penyesuaian tersebut, manusia sebagai seorang individu belajar menjadi seseorang
yang mempunyai kepribadian yang unik.
A.1. Gaya Hidup Komunitas Vespa
Pada Komunitas Vespa, gaya hidup para scooterist sangat terlihat mencolok.
Hal itu di dukung dengan adanya undang-undang yang mengatur tentang
kebebasan berekspresi. Suatu negara yang demokratis dapat dilihat dari adanya
jaminan kebebasan berekspresi warganya. Kebebasan berekspresi merupakan
hakikat hidup manusia. Dalam mengekspresikan perasaan maupun pikiran,
manusia memiliki beribu cara dan wadah untuk menampungnya. Kebebasan
berekspresi dan mengeluarkan pendapat adalah prinsip universal dalam negara
demokratis. Negara atau pemerintah menciptakan kondisi yang baik dijamin oleh
Kovenan Internasional tentang Hak Sosial, Ekonomi dan Budaya.
Gaya hidup komunitas vespa lebih berorientasi pada kebebasan. Ekspresi
gaya hidup komunitas vespa ditampilkan melalui penampilan para Scooterist,
seperti cara berpakaian, model rambut, gaya berbicara, dan kebiasaan yang
tampak dari para Scooterist serta model vespa yang mereka tunggangi. Senada
yang di katakan Palli’ berikut ini:
Anak vespa itu tidak semuanya ji juga kayak gembel gayanya, ada
tonji scooterist yang malah rapi sekali, itu mi yang di namakan
scooterist Retro, kalo yang kayak asal-asalanji berpakaian terus kotor
baju sama jaketnya itu namanya scooterist gembel. Biasanya gaya
scooterist sesuaiki sama model motornya, klo motornya rapi, bersih,
terawat berarti yang punya itu rapi tongki, tp klo motornya kotor,
banyak sampah nempel di motor, tidak terurus berarti yang punya itu
scooterist gembel. Biasanya tergantung model motor yang di
tunggangi. (Palli, 25 Tahun)
Palli’ yang dalam kesehariannya sebagai Tukang Batu ini berpendapat
bahwa fashion dari tiap anak vespa itu berbeda-beda dan ikut juga di pengaruhi
oleh model atau tampilan Vespa yang mereka tunggangi.
Gaya hidup mereka sebenarnya sama Cuma yang membedakan itu
penampilan Vespa mereka masing-masing. Pada Komunitas Vespa, tidak ada
kelas sosial, semua sama, berbagi rasa bersama, suka, duka, susah, senang mereka
bersama, menepis ego, membuang pemikiran – pemikiran yang bertentangan
dengan rasa kebersamaan.
Berbicara fashion tentunya akan berkaitan dengan gaya hidup dan cara kita
menunjukan identitas kita dalam berpenampilan. Lingkungann dimana kita berada
berpengaruh besar pada fashion yang akan kita tunjukan pada masyarakat. Seperti
yang di ungkapkan Eghy berikut ini :
Gayanya anak-anak vespa itu sebenarnya inti dari gaya hidupnya,
dari cara berpakaiannya, aksesoris yang dia pake’. Jadi inti gaya
hidupnya anak vespa itu dari caranya berpakaian. (Eghy, 21 Tahun)
Eghy yang dalam kesehariannya Mahasiswa yang kuliah di Universitas
Pepabri ini mengungkapkan bahwa inti dari gaya hidup Anak Vespa itu terletak
pada fashionnya, dari cara berpakaian Anak Vespa mencerminkan gaya hidupnya.
Melalui ekspresi gaya hidup para pecinta vespa, kita sangat bangga karena
memiliki ciri style yang tidak kalah menarik dari club-club luar negeri, style vespa
Indonesia inilah yang paling unik dari seluruh dunia. Kita disini melihat bahwa
seni itu tidak terbatas pada sesuatu hal saja, tepi seni itu luas mencakup beberapa
unsur, dan unsur-unsur seni itu telah dimunculkan oleh para komunitas vespa.
Komunitas Vespa mempunyai ciri khas yang unik dan nyentrik dalam segi
fashion. Komunitas vespa identik dengan aksesoris yang beda dengan yang
lainnya, seperti memakai jaket jeans yang penuh dengan aksesoris dan pin,
dompet yang besar, rompi kulit, rantai dompet, sepatu booth dan ada juga
beberapa anak Vespa yang menggunakan pakaian dan celana yang terlihatnya
kotor dan di penuhi oleh bekas oli, tetapi hal ini yang membuat fashion mereka
berbeda dengan yang lainya.
Apabila kita perhatikan aliran vespa gembel. Vespanya pun sangat unik dan
aneh, mereka memodifikasi Vespanya dengan gaya extrem seperti membuat
gubuk kecil diatasnya, membawa kumpulan botol – botol bekas dibelakangnya.
Sekilas gayanya seperti gelandangan namun sebenarnya disinilah keunikan
mereka. Walaupun dengan berkembangnya zaman banyak fashion yang beraneka
ragam tetapi itu tidak membuat ciri khas fashion komunitas Vespa menjadi
berubah
Gaya Hidup Anak Vespa memang tidak bisa di pisahkan dengan segudang
image negatif. Tapi bagi mereka, melalui gaya hidupnya mereka menyelipkan
semacam semangat demokrasi di jalanan. Bagi mereka, jalanan yang sering
digunakan orang-orang kaya untuk memamerkan mobil dan motor mewah, juga
harus bisa menjadi ruang bagi rakyat jelata berkantong cekak seperti yang di
katakan oleh Andi berikut ini :
Saya kalo touringka’ terus berpapasanka sama anak komunitas
motor lain apalagi komunitas motor mewah kayak harley saya liat itu
orang-orang di pinggir jalan saya terusji na perhatikan padahal lebih
baguski motornya itu om-om berkantong tebal dari pada motorku
yang banyak sampahnya. Berarti kita kodong yang pas-pasan punya
tonji fans sendiri kalo touring, lebih menarikki mungkin anak vespa
dari pada anak komunitas motor lain yang bagus motornya. (Andi 27
Tahun)
Andi yang merupakan Alumni Universitas Hasanuddin ini yang berprofesi
sebagai guru mengaku senang sekali jika sedang touring dan berpapasan dengan
rombongan penggemar motor mewah. Ternyata orang di pinggir jalan lebih
banyak yang memperhatikan rombongan vespa tua daripada rombongan motor
mewah.
Meskipun kerap di pandang negatif, anak vespa tidak pernah merasa
dendam maupun benci terhadap orang-orang yang menjudge mereka negatif.
Mereka bangga dengan penampilan dan gaya hidup mereka yang tidak ikut-ikutan
dengan fashion yang matrealistis di jaman sekarang, seperti yang di ungkapkan
Wawan berikut ini :
Banyak keluarga, teman, tetangga yang bilangika kayak preman, geng
motor, anak nakal, tapi saya tidak pernah ji mau permasalahkan dan
pusingi itu. Terserah apa mau na bilang, yang penting saya senang
dengan gaya hidupku, itu haknya mereka menilai jadi biarlah anjing
menggonggong kapilah tetap berlalu. Itu prinsipku’. (Wawan, 29
tahun)
Wawan yang merupaka salah seorang guru di salah satu SMA di Makassar
ini mengaku bahwa orang-orang di sekitarnya menganggap perilaku wawan
sangat negatif, sampai keluarganya sendiri selalu mempermasalahkan gaya hidup
wawan yang seperti orang tidak terurus. Tetapi wawan tidak pernah
mempermasalahkan itu, penilaian mereka adalah hak mereka.
Pada dasarnya orang-orang yang mencemooh dan menjudge negatif anak
Vespa secara tidak langsung menghina dan tidak menghargai pilihan atau jalan
hidup yang telah di pilih oleh anak Vespa, di sini letak kurangnya pengetahuan
masyarakat akan arti sebuah kebebasan. Setiap orang berbeda-beda dalam
memaknai dan mengartikan suatu kebebasan, dan Komunitas Vespa memaknai
dan mengartikan sebuah kebebasan dengan cara mereka sendiri lewat gaya
hidupnya.
Kebanyakan penggemar vespa memang berasal dari kelompok menengah
ke bawah. Mereka umumnya pengangguran, mahasiswa, atau buruh serabutan.
Meski ada pula kalangan menengah ke atas yang berprofesi sebagai seniman,
guru, pengusaha, direktur bahkan manager. Di dunia nyata, kelas ini sering kali
dipandang sebelah mata. Mereka kerap diabaikan dan dipinggirkan. Nah, lewat
vespa mereka menciptakan ruang ekspresi sendiri lantas merebut perhatian orang.
Seperti yang jelaskan informan berikut ini :
Sepanjang jalan kalo kita touring tidak sedikit orang yang
melambaikan tangan kalo lewatki’, apalagi anak-anak kecil sama
ibu’-ibu’ di pinggir jalan, seolah-olah kita ini artis dadakan. Kalo
naik vespa kita jadi pusat perhatian. (Dian, 23 Tahun)
Dian yang dalam kesehariannya seorang mahasiswa berpendapat bahwa
dengan naik Vespa kita bisa jadi pusat perhatian di sepanjang jalan, tidak perlu
menggunakan motor mewah untuk mendapatkan perhatian orang-orang di
sepanjang jalan. Senada dengan hal itu, salah seorang informan mengungkapkan
bahwa :
Yang paling saya suka kalo naik vespa itu kalo na dapatka lampu
merah, semua orang bale’ semua liatka mungkin karena suara
knalpot vespaku yang ribut. (Bogel, 21tahun)
Bogel yang merupakan salah seorang mahasiswa STIMIK Makassar
tersebut mengungkapkan bahwa, dengan vespa dia bisa menarik perhatian
pengguna jalan lain karena keunikan vespanya yang di penuhi oleh sampah-
sampah, jadi tidak semua hal yang menarik itu harus mewah. Terbukti pada
komunitas Vespa, dengan kesederhanaan dan tampilan apa adanya mereka juga
bisa menarik perhatian orang-orang di sekitarnya tanpa harus bermewah-mewah.
Ketika kita melihat komunitas Vespa, sebenarnya kita sedang melihat
sebentuk perlawanan rakyat jelata kepada pihak-pihak berkuasa yang gemar
memuja kemewahan. Kegembelan mereka adalah antitesis dari parade
kemewahan di sekitar kita. Tidak heran, jika komunitas ini tumbuh subur di
seluruh indonesia tak terkecuali Makassar.
Dari penjelasan di atas, bisa di simpulkan bahwa Anak Vespa, melalui gaya
hidup mereka tersisipkan keinginan untuk merebut perhatian masyarakat luas dari
para pemuja kemewahan. Dengan penampilan yang apa adanya kita juga bisa
menciptakan gaya kita sendiri, dan menjadi diri sendiri tanpa harus mengikuti
gaya orang lain yang memaksa kita bermewah-mewahan. Gaya hidup anak vespa
sangat anti akan kemewahan. Mereka ingin membuktikan bahwa dengan menjadi
diri sendiri kita menjadi orang yang merdeka, tidak ikut-ikutan dengan fashion ala
orang lain. Kita bisa menciptakan gaya kita sendiri sesuai yang kita inginkan dan
membuat kita bahagia.
A.2. Ciri Khas Komunitas Vespa
Komunitas Vespa di kota Makassar mempunyai ciri khas yang unik dan
nyentrik dalam segi fashion. Komunitas vespa identik dengan aksesoris yang beda
dengan yang lainnya, seperti memakai jaket jeans yang penuh dengan aksesoris
dan pin, dompet yang besar, rompi kulit, rantai dompet, sepatu booth dan ada juga
beberapa anak Vespa yang menggunakan pakaian dan celana yang terlihatnya
kotor dan di penuhi oleh bekas oli, tetapi hal ini yang membuat fashion mereka
berbeda dengan yang lainya.
A.2.1. Modifikasi Motor
Dalam benak seorang bikers, motor adalah identitas nomor wahid.
Selebihnya, bisa banyak elemen. Attitude, komunitas, dan yang juga penting
fashion mereka dan yang terakhir ini jadi menarik ketika seorang biker
menjadikan fashion sebagai bagian dari gaya hidup Bahkan ada yang bilang
totalitas sebagai bikers belum lengkap kalau tidak ”menganut” sebuah aliran
fashion sesuai motor yang ditungganginya, Vespa dengan aliran gembel Pasti
Fashion Bikersnya juga urakan yang terkesan tidak terurus dengan model rambut
acak acakan. Lain hal dengan Vespa Model Retro, sesuai karakter Vespa dan
ngikut aliran khas Vespa retro. Yang suka model Retro biasanya pesan helm
khusus retro style, kalo mau lebih keren pake syal dan kacamata kumbang. Seperti
yang di ungkapkan oleh Rudy salah seorang mekanik di sebuah bengkel yang juga
merupakan anak vespa mengatakan :
Itu anak vespa, aneh-anehki gayana semua. Ada itu yang motornya
penuh sampah, tanduk kerbau terus kayak tidak teruruski, pasti yang
punya juga tidak terurus tongki gayana, rata-rata rambutnya
gondrong ada yang gimbal ada tong yang kribo brekele, terus jaket
sama celananya berlumuran oli. Kalo yang bersih di liat itu motorna
namanya vespa model retro, beda tongi itu gayana, mereka itu suka’ki
motor clasic jd model vespa dari pabrikan dia pertahankan, biasanya
yang tunggangi itu agak rapihki orangna tp tetapji sama semua di
sini, nda ada yg di beda-bedakan. (Rudy, 32 Tahun)
Menurut Rudy, Anak Vespa yang memang dengan sengaja mendesain
tunggangannya seperti tumpukan sampah pasti gaya pemiliknya sama seperti
tunggangannya dan Vespa yang modelnya masih di pertahankan pemiliknya
terlihat agak rapih.
Komunitas Vespa biasanya memodifikasi motornya dengan bermacam gaya,
ada yang Classic, retro, gembel dan Chopper dan berbagai macam aliran
modifikasi Vespa lainnya. Rambut pengendaranya kebanyakan berambut gimbal,
motornya butut, di tempeli banyak barang yang diambil dari sampah atau bekas
makanan dan sebagainya. Katanya hal itu bisa memberikan nilai historis selama
perjalanan naik Vespa seperti yang di kemukakan Dian Berikut ini :
Saya itu kalau pergika touring, tiap singgahka di satu daerah haruska
ambil kenang-kenangan di daerah itu, klo di daerah itu tidak ada
sama sekali sesuatu yang khas paling saya ambil rumputnya atau
kaleng-kaleng bekas yang ada di pinggir jalan, yang paling bagus
kenang-kenangannya itu di tator Ka tanduk Kerbau saya ambil di
sana. (Dian, 23 Tahun)
Menurut dian, sampah-sampah yang ada pada motornya itu merupakan saksi
bisu tentang perjalanannya selama menggunakan vespa. Sampah-sampah itu
baginya merupakan hal yang sangat berharga buatnya. Senada dengan dian, sala
seorang informan mengungkapkan bahwa :
Itu sampah-sampah yang ada di motorku banyak sekali ceritanya dan
kalau mau di bahas satu persatu satu minggu baru selesai ini
wawancara. Intinya sampah-sampah yang ada di motorku itu banyak
sekali cerita di dalamnya, dalam maknanya buat saya, tapi ada juga
yang tidak enak selama saya pake motor penuh sampah kayak begitu.
Pernahka na gigit semut waktu touring, ternyata ada kaleng bekas di
vespaku yang di tempati semut bersarang. (Ahmad, 24 Tahun )
Ahmad yang dalam kesehariannya berprofesi sebagai tukang batu ini
menilai sampah-sampah yang ada di vespanya itu sangat memiliki arti baginya. Di
sinilah letak seni menurutnya, melalui vespa ahmad bisa menyalurkan ekspresi
gaya hidupnya.
Dari pernyataan-pernyataan di atas bisa di simpulkan bahwa fashion yang di
tampilkan oleh masing-masing anak vespa sangat dipengaruhi oleh motor yang di
tungganginya, Vespa dengan aliran gembel Pasti Fashion Bikersnya juga urakan
yang terkesan tidak terurus dengan model rambut acak acakan. Lain hal dengan
Vespa Model Retro, sesuai karakter Vespa dan ngikut aliran khas Vespa retro.
Yang suka model Retro biasanya pesan helm khusus retro style, pake syal dan
kacamata kumbang.
A.2.2. Jaket Jeans Dengan Bordiran
Salah satu ciri khas anak vespa yang sangat mencolok yakni Jaket jeans
yang di tempeli dengan bordiran logo tiap club yang di dapatkan pada saat touring
atau pada event-event Vespa. Jaket jeans ala anak vespa merupakan salah satu hal
wajib ketika bervespa ria, jaket jeans yang di gunakan anak vespa merupakan
salah satu identitas mereka ketika menunggangi kuda besi Italia tersebut.
Bordiran yang menempel pada jaket jeans anak vespa merupakan lambang
atau logo tiap-tiap club, bordiran itu di dapatkan pada saat adanya event vespa di
mana mereka saling bertukar bordiran, hal itu yang mereka lakukan terus menerus
hingga jaket jeans mereka di penuhi bordiran. Seperti yang di ungkapkan
informan berikut ini :
Ini lambang-lambang di jaketku dari tahun 2007 saya mulai
kumpulkanki sampai sekarang, ini bordiran di buat sama tiap-tiap
club trus pas ketemuki tukaran bordiran maki trus biasanya juga
stiker kalo tidak ada bordirannya, paling banyak saya dapatkan
bordiran itu tiap ada event-event vespa. (Andi, 27 Tahun)
Menurut Andi, lambang-lambang bordiran yang melekat di jaketnya itu
sudah lama ia kumpulkan, Andi mendapatkannya pada tiap event-event Vespa.
Bordiran tersebut di buat oleh tiap-tiap club dan di barter ketika bertemu.
Jaket anak vespa kebanyakan di penuhi kotoran bekas oli, sobek-sobek, dan
banyak tambalan di mana-mana, kotoran bekas oli tidak bisa di hindari oleh anak
vespa karna tidak jarang motor mereka mogok di tengah jalan dan mau tidak mau
terkadang jaket yang mereka pakai menjadi kain lap sehabis memperbaiki motor
mereka. Seperti yang di ungkapkan informan berikut ini :
Kalo saya jaketku belumpi banyak sobeknya tapi bekas olinya di
mana-mana, karna saya kalo touring club ku saya mekaniknya jadi
semua motor yang mogok saya semua yang kerjakanki. Jadi beginimi
kondisi jaketku, tiap habis kerja motor tidak ada lap kain terpaksa
jaketku lagi jadi lapnya. Tapi saya suka jaketku yang kayak begini, di
sinimi seninya. Karna seandainya mauka bah, na lamami saya cuci ini
jaket tapi memang saya suka jaketku yang sekarang, tidak pernah pi
saya cuci selama 2 tahun ini. (Rudy, 23 Tahun)
Jaket yang di tempeli bordiran seperti itu memang merupakan ciri khas
komunitas vespa, jaket tersebut merupakan identitas mereka dan menjadi salah
satu gaya hidup mereka dari segi fashion. Anak vespa memang komunitas terunik
di negeri ini bahkan di akui di berbagai belahan dunia bahwa komunitas vespa
paling ekstrim berada di Indonesia.
Dari pernyataan-pernyataan di atas, bisa di simpulkan bahwa Jaket jeans
dengan bordiran merupakan identitas sekaligus ciri khas Komunitas Vespa dan
merupakan salah satu gaya hidup mereka dari segi fashion. Semakin kotor dan
sobek semakin berseni jaket jeans itu menurut mereka.
A.2.3. Stiker Lambang Club
Komunitas Vespa mempunyai ciri khas yang unik dan nyentrik dalam segi
fashion. Komunitas vespa identik dengan aksesoris yang beda dengan yang
lainnya, seperti memakai jaket jeans yang penuh dengan aksesoris dan pin,
dompet yang besar, rompi kulit, rantai dompet, sepatu booth dan ada juga
beberapa anak Vespa yang menggunakan pakaian dan celana yang terlihatnya
kotor dan di penuhi oleh bekas oli, tetapi hal ini yang membuat fashion mereka
berbeda dengan yang lainya.
Tak hanya itu, ada satu hal lagi yang tak lepas dari anak vespa yakni stiker
yang melekat pada motor dan helm mereka. Stiker yang mereka tempelkan pada
motor mereka masing-masing sama halnya dengan bordiran, stiker itu mereka
dapatkan ketika bertemu, utamanya ketika ada event vespa. Maka merek akan
saling bertukar stiker masing-masing club. Stiker itu merupakan salah satu ciri
khas mereka utamanya pada segi fashion motor mereka.
Barter stiker merupakan kebiasaan anak vespa ketika sedang touring atau
berada pada event-event vespa. Seperti yang di ungkapkan informan berikut ini :
Vespaku itu di bagian dalamnya mami tangkina tidak ku pasangi
stiker, tidak kelihatanmi cat aslinya gara-gara stiker. Biasanya itu
stiker di event ji banyak di dapat tapi kadang juga kalo ada anak-anak
dari club lain berkunjung di markas biasa juga kita barteran stiker.
Dari dulumi perasaan itu yang namanya barter stiker karna masih di
jamannya bapakku jadi anak vespa na ada mentongmi yang namanya
barter stiker. (Bogel, 21tahun)
Menurut Bogel, barter stiker yang di lakukan anak vespa sudah terjadi sejak
lama karena dia masih ingat ketika masih kecil ayahnya merupakan salah satu
anggota club vespa yang ada di makassar dan saat itu vespa milik ayahnya sudah
di penuhi dengan stiker.
Anak vespa memang penuh dengan segudang keunikan, stiker lambang club
yang mereka tempelkan pada vespa mereka memiliki makna tersendiri dari tiap-
tiap club, tetapi inti dari stiker tersebut sebagai tanda persaudaraan, yang ketika
suatu hari ia melihat stiker itu pasti yang dia ingat siapa yang memberikan stiker
itu dan dari mana kota asal logo dalam stiker itu. Stiker dijadikan suatu pengingat
satu sama lain. Seperti yang di ungkapkan informan berikut ini :
Tidak sembarangan juga itu barter stiker anak-anak, ada semua
maksudnya. Pas kita tukaran sekalian tong mi kenalanki siapa tau
belumpaki kenalki terus nanti kalo suatu hari kita liat lagi itu stiker
kembaliki lagi ingat saudarata yang kasiki itu stiker. Pokoknya bagus
silaturahmi kalo di vespa. (Joger, 24 Tahun)
Menurut Joger, lewat barter stiker kita juga bisa berkenalan satu sama lain
sesama scooterist. Selain itu, stiker itu juga menjadi pengingat kepada pemberi
stiker tersebut. Dan menurut Joger, di komunitas vespa itu terjalin silaturahmi
yang baik.
Dari pernyataan-pernyataan di atas, bisa di simpulkan bahwa stiker bagi
sebagian orang hanya sebagai hiasan ketika di tempelkan tetapi di komunitas
vespa, stiker bisa menjadi pemersatu. Lewat stiker mereka berkenalan, dan dengan
stiker silaturahmi mereka berjalan dengan baik.
A.2.4. Keunikan Vespa
Vespa merupakan kendaraan “tua” walaupun sekarang sebagian perusahaan
membuat produk baru seperti piagio yang membuat produk terbarunya, tetapi
penggemar panati Vespa tua semakin hari semakin bertambah. Sangat banyak
keunikan kai ini saya akan mengulas tentang lima keunikan vespa tua yang ada di
indonesia
1. Kendaraan yang peka jaman
Walaupun vespa kendaraan tua, akan tetapi sampai saat ini masih banyak
yang menjadi penggemar Vespa di seluruh dunia terutama di indonesia, kendaraan
tua ini tidaklah terlarut oleh kemajuan jaman, faktanya, saat ini banyak sekali
motor baru bermunculan, namun kendaraan ini masih bertahan dan banyak orang
yang suka terhadap motor tua ini.
2. Mempunyai penggemar fanatik terbesar di indonesia
Kendaraan ini sungguh sangat luar biasa jika kita lihat dari para
penggemarnya di indonesia, penggemar vespa indonesia yang disebut juga dengan
“scooterist indonesia’ ini merupakan wadah bagi pencinta vespa di seluruh
indonesia, mereka dikenal dengan kekompakan antar scooterist yang sangat solid
jika dibandingkan dengan club motor lainnya.
3. Penampilan penggemarnya yang mayoritas “nyentrik”
Para penggemar vespa penampilannya memang khas dan sederhana, itu bisa
dilihat saat mereka mengadakan jambore atau pada saat mereka berkumpul di
basecamp, perpaduan jaket jeans yang terdapat banyak sticker bordir dan
bercelana jeans menjadi ciri khas mereka, tidak sedikit pula yang berambut
gimbal.
4. Modifikasi Vespa yang Unik
Jika kita lihat, beragam model vespa yang mereka kreasikan sangatlah
mengundang perhatian kita semua, mulai dari modifikasi model elegant hingga
yang mereka sebu sebagai vespa gembel juga ada, yang paling menarik perhatian
adalah vespa gembel, dimana vespa tersebut hampir tidak terlihat seperti vespa
pada umunnya.
5. Solidaritas yang tinggi antar sesama scooterist
Scooterist memang dikenal dengan solidaritasnya antar sesama, itu bisa
dilihat saat mereka membantu teman walaupun mereka belum kenal sekalipun,
mereka juga mempunyai tradisi yang disebut memberi uang bensing kepada club
vespa lain yang melintas di basecamp mereka saat melakukan touring.
B. Kebebasan Berekspresi
Kebebasan untuk berekspresi dan mengeluarkan pendapat adalah prinsip
universal di dalam negara demokratis. Dalam perkembangannya, prinsip ini
mengilhami perkembangan demokrasi di negara‐negara yang berkembang. Bahwa
pentingnya menciptakan kondisi baik secara langsung maupun melalui kebijakan
politik pemerintah/negara yang menjamin hak publik atas kebebasan berekspresi
dan mengeluarkan pendapat sebagai salah satu barometer penegakan demokrasi
dalam masyarakat suatu bangsa. Dalam prakteknya hal ini mengatur tentang
Kebebasan Fundamental yang sifatnya inter‐relasi dengan prinsip-prinsip dasar
lainnya seperti kebebasan untuk bergerak dan kebebasan untuk memilih tempat
tinggal sesuai dengan pilihannya.
Pada Komunitas Vespa, kebebasan berekspresi para scooterist sangat
terlihat mencolok. Hal itu di dukung dengan adanya undang-undang yang
mengatur tentang kebebasan berekspresi. Suatu negara yang demokratis dapat
dilihat dari adanya jaminan kebebasan berekspresi warganya. Kebebasan
berekspresi merupakan hakikat hidup manusia. Dalam mengekspresikan perasaan
maupun pikiran, manusia memiliki beribu cara dan wadah untuk menampungnya.
Kebebasan berekspresi dan mengeluarkan pendapat adalah prinsip universal
dalam negara demokratis. Negara atau pemerintah menciptakan kondisi yang baik
dijamin oleh Kovenan Internasional tentang Hak Sosial, Ekonomi dan Budaya.
Kebebasan berekspresi pada komunitas vespa lebih mengarah pada
kebebasan dalam hal berpakaian seperti yang di kemukakan oleh informan di
bawah ini.
Kita’ di komunitas vespa bebaski di rasa, bebas pake’ baju sobek-
sobek, celana sobek-sobek, jaket penuh lambang-lambang, banyak
orang nda mau terimaka termasuk mama’nya pacarku’ krna kayakka
katanya gembel. Biar tongmi orang bilangika kayak orang gila yang
penting saya happy sama apa yang saya lakukan. (Dian, 23 Tahun)
Kutipan wawancara dengan Dian di atas menunjukkan bahwa kebebasan
berekspresi pada komunitas vespa lebih kepada kebebasan berpakaian, mereka
menganggap ini sebagai pembuktian bahwa orang yang berpenampilan gembel
hatinya belum tentu jahat, Dian tahu persis bagaimana sakitnya disepelekan hanya
karena penampilannya. Ketika pacaran, dia kerap ditolak orangtua pacarnya
karena rambutnya gondrong, suka memakai jaket yang di penuhi bordiran, dan
celana yang sobek.
Kebebasan berekspresi komunitas Vespa lebih kepada kebebasan dalam hal
berpenampilan, seperti yang di ungkapkan salah satu informan berikut ini.
Kalo di bilang bebas sebenarnya kita di komunitas vespa bebas dalam
bentuk kebebasan dalah hal berpakaianji. Bukan bilang bebas
ngapain saja tapi memang gaya berpakaiannya anak vespa miripki
preman tapi begitumi kita masing-masing punya cara jalani hidup,
kadang orang salah artikan kebebasannya anak vespa . (Aswar, 23
tahun)
Menurut Aswar, kebebasan dalam komunitas vespa lebih kepada kebebasan
dalam hal berpakaian. Menurutnya cara berpakaiannya membuat dia nyaman
meski orang-orang di sekelilingnya menganggapnya berperilaku menyimpan.
Berbeda dengan Aswar, Rudy yang merupakan salah satu informan ini
mengungkapkan bahwa :
(Kebebasan menurutku itu bebas dalam segala hal. Yang penting saya
nyaman dengan hal itu akan saya lakukan tapi klo di komunitas vespa
kebebasannya lebih kayak bebas modifikasi motor. Jadi kita bebas
mau apakanki motorta sesuai selera. Mau di kasi sampah ataukah
mau di kasi panjang semua dari kitaji masing-masing selama kita
nyam dengan itu. (Rudy, 32 Tahun)
Menurut Rudy, kebebasan itu yakni melakukan segala hal yang kita
inginkan dan membuat kita nyaman, termasuk dalam hal memodifikasi motor
tergantung selera masing-masing.
Senada dengan rudy, wawan juga mengungkapkan bahwa kebebasan
berekspresi dalam komunitas vespa itu berada pada motor yang mereka tunggangi
seperti yang di ungkapkan berikut ini.
Kalo saya di bilang bebas, bebas modif motorja. Jadi motorku itu
saya modifikasi model coper, ada juga yang model sespan jadi
tergantung kita ji mau di apakan motor, bebaski dan yang penting
senangka liataki. (wawan, 29 tahun)
Terkadang masyarakat salah mengartikan kebebasan anak-anak Komunitas
Vespa, padahal kebebasan berekspresi para scooterist merupakan cara mereka
menyalurkan bakat seni, anak-anak vespa merupakan pemuda kreatif bangsa ini
yang tidak di wadahi di negaranya sendiri. Banyak buku-buku yang telah di
terbitkan di luar negeri yang bercerita tentang komunitas vespa Indonesia dan di
dalam buku itu di ceritakan tentang keunikan dan kreatifitas Komunitas Vespa In
donesia dan hal ini turut mengharumkan nama bangsa.
Dari beberapa pernyataan di atas bisa di simpulkan bahwa kebebasan
berekspresi Komunitas Vespa lebih kepada kebebasan dalam hal berpakaian dan
style transportasi, namun kadang di salah artikan oleh orang-orang di
sekelilingnya yang menganggap prilaku anak vespa menyalahi norma dan aturan.
C. Solidaritas Komunitas Vespa
Solidaritas merupakan perangkat penting dalam sebuah komunitas, suatu
komunitas akan hancur apabila tiap individu tidak memiliki rasa solidarisme yang
tinggi, komunitas pula dapat hancur apabila setiap anggota komunitas tesebut
mementingkan setiap ego masing masing. Solidaritas dalam komunitas vespa
sangatlah kuat, dimana didasarkan atas persamaan rasa dan kesetiakawanan yang
dimana tidak ada kelompok-kelompok di dalamnya
Di dalam komunitas vespa semua sama tidak ada yang di beda-bedakan.
Rasa solidaritas terhadap sesama Scooterist diwujudkan dalam kesetiakawanan
yang erat dalam komunitas vespa. Kesetiakawanan ini kemudian diwujudkan para
Scooterist dengan perilaku yang selalu peduli terhadap sesama Scooterist. Seperti
yang di ungkapkan informan berikut ini :
Saya masuk jadi anggota trus bertahan selama ini jadi anak vespa
karna solidaritasnya yang menurutku tidak ada duanya, di komunitas
vespa saya banyak belajar, saya sekolahku sampe SMA tapi luas
wawasanku karna di komunitas vespa ada anak kuliahan, dosen, guru,
jadi saya banyak tau. Di komunitas vespa mami juga saya belajar arti
kesetiakawanan, kalo ada anak vespa mogok motorna di tengah jalan
pasti kita singgah bantu biar nda kenalki, pokoknya anak vespa ji
yang setiakawan menurutku.(Ahmad, 24 Tahun )
Solidaritas dalam komunitas vespa masuk dalam solidaritas sosial mekanik,
dimana didasarkan atas persamaan, kepercayaan dan kesetiakawanan. Hal ini
sejalan dengan prinsip yang dijalankan oleh komunitas vespa, dimana tidak ada
kelompok-kelompok di dalamnya. Artinya dalam komunitas vespa semua sama,
tidak ada yang diistimewakan. Rasa solidaritas terhadap sesama Scooterist
diwujudkan dalam kesetiakawanan yang erat dalam komunitas vespa.
Kesetiakawanan ini kemudian diwujudkan para Scooterist dengan perilaku yang
selalu peduli terhadap sesama Scooterist.
Solidaritas itu sangat terlihat ketika salah seorang anggota vespa sedang
mengalami kesulitan, mereka berbondong bondong membantu sekuat usaha
mereka, rata rata para pencinta vespa itu sendiri mengerti akan mesin vespa
tersebut. Meskipun mereka tidak saling mengenal, meskipun mereka bukan
kerabat dekat tetapi mereka terikat dengan kesolidaritasan brother vespa.
C.1. Kebersamaan Komunitas Vespa
Kebersamaan di dalam komunitas Vespa tidak perlu disangsikan. Hal ini tak
hanya berlaku di satu klub saja. Namun di manapun mereka berada dan
berpapasan dengan club lainnya, dengan cepatnya mereka dapat berbaur.
Melupakan perbedaan yang ada satu sama lain yang ada hanyalah persamaan
nasib sebagai pengendara Vespa. Bicara soal kebersamaan, boleh dikatakan
kebersamaan mereka cukup kuat. Namun apa yang menyebabkan ikatan antar
mereka begitu kuat, kekuatan tersebut lebih karena homogenitas. Dengan begitu
lebih mudah mengekspresikan diri.
Persaudaraan yang erat, ketika para pencinta vespa mengadakan event atau
Acara acara, seperti biasanya para pencinta vespa yang berada dari dalam maupun
dari luar pelosok yang mengetahui akan acara tersebut akan mendatangi,
meskipun mereka yang datang tak menngenal setiap individu akan tetapi mereka
terikat oleh sebuah persaudaraan yang erat, motto mereka ialah ''we are brother '' ,
“ kita adalah keluarga “ sehingga mereka saling tegur sapa meskipun tak saling
mengenal.
Pada Komunitas vespa semuanya saudara begitupun dengan motornya karna
berasal dari suatu pabrikan yang sama maka mereka menganggap jika ada anggota
club dari kota lain yang mengalami kesusahan di jalan wajib di bantu karna kita
semua bersaudara. Maka dari itu mereka akan menjamu saudara mereka dengan
baik, mereka akan menyiapkan makanan, tempat menginap dan lain hal kebutuhan
saudaranya. Tamu-tamu itu sering kali tidak hanya menginap satu-dua hari, tetapi
ada juga yang berminggu-minggu, berbulan-bulan, bahkan ada yang menetap
hingga satu tahun. Dari sini, persaudaraan antar komunitas Vespa terbentuk dan
berkembang luas, maka wajar saja jika solidaritas Anak-anak Komunitas Vespa
sangat kuat.
C.2. Persaudaraan Komunitas Vespa
Persaudaraan yang erat, ketika para pencinta vespa mengadakan event atau
Acara acara, seperti biasanya para pencinta vespa yang berada dari dalam maupun
dari luar pelosok yang mengetahui akan acara tersebut akan mendatangi,
meskipun mereka yang datang tak menngenal setiap individu akan tetapi mereka
terikat oleh sebuah persaudaraan yang erat, motto mereka ialah ''we are brother '' ,
“ kita adalah keluarga “ sehingga mereka saling tegur sapa meskipun tak saling
mengenal.
Pada Komunitas vespa semuanya saudara begitupun dengan motornya karna
berasal dari suatu pabrikan yang sama maka mereka menganggap jika ada anggota
club dari kota lain yang mengalami kesusahan di jalan wajib di bantu karna kita
semua bersaudara. Maka dari itu mereka akan menjamu saudara mereka dengan
baik, mereka akan menyiapkan makanan, tempat menginap dan lain hal kebutuhan
saudaranya. Tamu-tamu itu sering kali tidak hanya menginap satu-dua hari, tetapi
ada juga yang berminggu-minggu, berbulan-bulan, bahkan ada yang menetap
hingga satu tahun. Dari sini, persaudaraan antar komunitas Vespa terbentuk dan
berkembang luas, maka wajar saja jika solidaritas Anak-anak Komunitas Vespa
sangat kuat.
Pada Komunitas Vespa, rasa persaudaraan antar anggota sangat kuat, hal itu
di tandai dengan terbentuknya jejaring yang kuat hingga ke kota-kota lain. Mereka
saling mengunjungi, saling membantu, bahkan saling mendoakan. Ada semacam
aturan tidak tertulis bahwa sebuah klub harus menjamu anggota klub dari kota lain
yang mampir ke markas mereka. Mereka menyediakan makanan, tempat
menginap sekadarnya, bahkan kadang menyumbang uang bensin. Senada dengan
Hal tersebut. Cullank, yang merupakan salah seorang informan mengatakan :
Kalo touringki toh enak sekali karna tiap kota pasti ada anak
vespanya, kalo mogokki di daerahnya, anak vespa di daerah itu yang
datang jemputki baru na perbaiki motorta’ baru kita toh tinggaljeki
merokok sambil minum kopi sampe motorta selesai, ku akui memang
solid sekali anak-anak vespa.(Cullank, 24 Tahun)
Menurut Cullank yang dalam kesehariannya berprofesi sebagai pembuat
tato, kalau lagi touring tidak perlu khawatir vespa mogok di jalan di karenakan
hampir di setiap kota di seluruh indonesia mempunyai komunitas vespa di
dalamnya, jika ada masalah di jalan tinggal menelfon saudara yang ada di kota itu.
Dari pernyataan-pernyataan di atas, dapat di simpulkan bahwa solidaritas
sosial yang berkembang di dalam komunitas vespa sangatlah kuat, rasa
persaudaraan yang tercipta menjadikan komunitas vespa solid, tidak ada yang di
beda-bedakan semuanya sama. Mereka saling mengunjungi, saling membantu,
bahkan saling mendoakan. Ada semacam aturan tidak tertulis bahwa sebuah klub
harus menjamu anggota klub dari kota lain yang mampir ke markas mereka.
Mereka menyediakan makanan, tempat menginap sekadarnya, bahkan kadang
menyumbang uang bensin.
D. Tanggapan Anak Vespa Terhadap Image Negatif Di masyarakat
Perilaku yang di anggap berbeda di tengah-tengah masyarakat memang hal
yang wajar karna di negara kita ini memiliki norma dan aturan. Namun ketika
norma dan aturan tersebut berbeda dengan pola fikir dan kebiasaan sebagian orang
maka akan muncul perbedaan paham tentang kehidupan. Komunitas Vespa
memiliki pola fikir dan kebiasaan yang berbeda dengan masyarakat pada
umumnya. Contoh kecil yakni cara berpakaian, cara mereka bergaul dan style
transportasi, mereka menyebutnya kebebasan berekspresi.
Kebebasan berekspresi Komunitas Vespa memang beda dari yang lain,
sangat unik dan sangat berbeda. Disisi lain pandangan negatif masyarakat
terhadap anak-anak komunitas Vespa memang tidak bisa di pungkiri, mereka
menganggap anak-anak Vespa kurang kerjaan,tidak sopan dalam berpakaian dan
banyak lagi image negatif lainnya yang dialamatkan pada anak Vespa. Mereka
tidak menepis pandangan itu, mereka tahu bagaimana anggapan masyarakat
tentang mereka.
Kebebasan Berekspresi anak Vespa kerap di anggap berlebihan sehingga
masyarakat memandang perilaku mereka menyimpang, padahal sebenarnya
masyarakat belum tau bagaimana cara anak Vespa menuangkan ekspresinya.
Berkenaan dengan itu salah satu informan mengungkapkan :
Mereka itu yang pandang sebelah mataki belumpi na tau bagaimana
keseharianta, apa yang di lakukan kalau ngumpul-ngumpul. Mungkin
lebih sopanja dari pada mereka, mungkin saja saya lebih bermoral
dari mereka dan mungkin saya lebih peduli sesama di bandingkan
mereka yang menghina anak vespa. Tidak adil kalo maujaki nilai
orang dari luarnya saja’. (wawan, 29 tahun)
Wawan mengungkapkan bahwa sangatlah tidak adil ketika seseorang hanya
menilai hanya dari tampak luarnya dan menjudge negatif terhadap orang tersebut,
karna bisa saja orang yang tampak luarnya berbeda dari masyarakat pada
umumnya lebih baik ketimbang orang yang menganggap bahwa dirinya yang
terbaik, penampilannya yang terbaik dan mencerminkan sifatnya yang baik.
Komunitas “Vespa Gembel” mengalami diskriminasi. Diskriminasi yang di
alami oleh komunitas Vespa berhubungan dengan adanya stereotype dari
masyarakat bahwa komunitas ini dekat dengan hal-hal yang negatif. Diskriminasi
dalam komunitas ini terbagi kedalam diskriminasi langsung dan tidak langsung.
Diskriminasi langsung yang dirasakan oleh komunitas ini berupa pembatasan bagi
komunitas “Vespa Gembel” untuk mengakses wilayah-wilayah tertentu seperti
dilarangnya mereka memasuki pusat Kota pada siang hari, kemudian juga
dikarenakan penampilan dari anggota komunitas Vespa yang kurang rapi, mereka
juga mendapatkan diskriminasi dalam hal pekerjaan dan dengan panampilannya
yang seperti itu juga mereka mengalami diskriminasi langsung dari masyarakat
yaitu berupa pengusiran oleh masyarakat di sekitar tempat biasanya berkumpul.
Seperti yang di ungkapkan oleh salah seorang informan berikut ini :
Itu sessanya jadi anak vespa ka di kucilkanki, saya kadang di bilangi
sama teman di kantor kalo saya ini Guru yang tidak bisa kasi contoh
baik buat muridnya. Tapi salah kah, kan itu pilihanku mi. Lagipula
kalo pergika ngajar nda pernah tonji saya berpakaian kayak gembel.
trus sekarang ada lagi peraturan baru. Kita tidak di bolehkan masuk
di pusat kota kalo siang hari, jadi kalo mauki ngumpul-ngumpul kalo
siang sembunyi-sembunyi mamiki dari polisi. Makanya malam-malam
beginipi baru ngumpul anak-anak. Sekarang di batasimi gerakta
belah, tidak bisami naik vespa keliling kota kalo siang. Kayak
kelelawar saja keluarnya kalo malam. (Andi 27 Tahun)
Menurut Andi, deskriminasi terhadapnya secara khusus dan terhadap anak
Vespa pada umunya sangatlah tidak adil, seolah-olah gerak mereka di batasi oleh
aturan-aturan yang belum jelas maksud dan tujuannya, deskriminasi terhadap
komunitas Vespa juga di rasakan oleh Ahmad, salah seorang informan yang
menyatakan bahwa :
Pernahka kemarin melamar kerja di pabrik kertas tapi pas saya di tau
kalo anak vespaka’, langsungmaka di kembalikan lamaranku. Tidak
tau apa alasannya saya di tolak di pabrik. Terpaksa sekarang
sembarang mami sy kerja, jadi kuli sa kerjakan, sekarang jadi tukang
batuka.(Ahmad, 24 Tahun )
Dari pernyataan Andi dan Ahmad di atas bisa di simpulkan bahwa
komunitas Vespa belum bisa sepenuhnya di terima dengan baik di tengah-tengah
masyarakat. Terbukti pada Andi yang berprofesi sebagai guru, penolakan di
tempat kerjanya di nyatakan terang-terang oleh rekan-rekannya di kantor, dan
yang terjadi pada Ahmad yang di tolak unutuk bekerja di sebuah pabrik kertas
membuktikan deskriminasi terhadap anak Vespa.
Deskriminasi lain yang dirasakan oleh komunitas Vespa adalah diskriminasi
tidak langsung. Diskriminasi tidak langsung ini terjadi melalui pembuatan
kebijakan-kebijakan yang merenggut kebebasan komunitas ini dalam berekspresi.
Dan juga kebijakan-kebijakan yang membuat mereka tidak dapat beraktifitas
sesuka mereka.
Masyarakat selalu menilai orang dari penampilannya, memang itu hal wajar
tapi jangan sampai menjudge negatif hanya karna penampilan luarnya yang
berbeda dari yang lain. Anak vespa memiliki ciri khasnya sendiri jadi bakalan
menimbulkan masalah ketika masyarakat membanding-bandingkan mereka.
Seperti yang di ungkapkan Dian di atas, Joger yang merupakan salah satu
informan juga merasakan betapa sakitnya di sepelekan, di banding-bandingkan
dan di judge negatif oleh orang-orang di sekitarnya. Berikut ungkapannya :
Pernahka punya masalah dulu sama orang di gangku’, selalunya tiap
saya lewat di teriaki “mau mulung di mana lagi Joger” kadang juga
mereka bilang “Premanna Terminal Daya’ mau lewat” Terakhir dia
bilang begitu langsung mentong saya pukuli karna bosanma juga
dengarki di kata-katai seperti itu, saya tidak mauji cari masalah tapi
tiap hari dia injak-injak harga diriku jadi saya melawan saja’, dia
jual saya beli. (Joger, 24 Tahun)
Joger yang dalam kesehariannya berprofesi sebagai penjual ikan di Paotere
ini sangat menyayangkan penilaian masyarakat di sekitarnya yang berlebihan
sampai-sampai menyinggung perasaannya, dan Joger menekankan bahwa anak-
anak Vespa itu tidak anarki terkecuali jika ada yang memulai mereka akan
melawan. Senada dengan pengalaman Joger di atas salah satu informan juga
mengungkapkan bahwa :
Itu sebenarnya anak vespa baek-baek semuaji. Gayanyaji memang
sangar tapi sifatnya baek, sopan. Kita tidak pernah menjual tapi kalo
ada yang menjual pasti kita beli, kita tidak suka cari masalah tp kalo
ada yang cari masalah sama kita nda bakalanki juga tinggal diam,
kita jg cinta damaiji. Tapi maumi di apa anggapanna orang di luar
nakira tong seng kita ini gerombolan preman bermotor tp maumi di
apa, beda-beda semua orang, itu haknya mereka berpendapat. (Eghy,
21 tahun)
Eghy sangat tahu jelas bagaimana pandangan masyarakat terhadapnya
secara khusus, dan terhadap komunitas vespa secara umumnya. Pandangan
Negatif masyarakat terhadap anak-anak Komunitas Vespa di anggap sangat wajar
karna masyarakat belum tahu dan mengenal persis apa, bagaimana dan mengapa
anak-anak Komunitas Vespa memaknai arti seni, memaknai arti kebebasan
berekspresi yang sesungguhnya.
Untuk usaha menepis pandangan negatif itu memang tidak mudah, semua
kembali pada pribadi masing-masing, karena di komunitas Vespa tidak mengenal
aturan ataupun undang-undang yang mengikat anggotanya, disini orang-orang
bebas berekspresi, komunitas Vespa adalah sangat menghargai kebebasan, tapi
bukan berarti mereka artikan kebebasan yang negatif seperti yang di ungkapkan
oleh seorang informan di bawah ini :
Sebenarnya kalo mauki hilangkan pandangan negatif nya orang tidak
gampang karna orang-orang selalu menilai dari luarnya saja. Kita
memang bebas tapi bukan tonji bebas yang negatif tapi itu juga
kembaliji ke pribadinya anak-anak vespa masing-masing. Mungkin
ada satu anak vespa nakal-nakal di luar trus orang na samaratakan
kalo anak vespa itu anak nakal. (Dadank, 27 tahun)
Jadi, menurut Dadank yang dalam kesehariannya berprofesi sebagai kepala
toko pada salah satu minimarket, mengaku memang sangat susah untuk
menghilangkan image negatif anak vespa karna tidak bisa di pungkiri ada juga
anak vespa yang sering berulah lantas merusak nama baik anak vespa lainnya.
Senada dengan hal itu Dian mengungkapkan bahwa :
Terserahmi orang mau menilai apa anak vespa, kita acuhkan mami
saja. Karna memang yang di tuduhkan ke anak Vespa yang negatif-
negatif tidak pernah tonji kita lakukan. Dari pada jadi masalah nanti
mending kita biarkan mereka berkoar-koar (Dian, 23 tahun)
Menurut dian, image negatif yang telah melekat pada anak Vespa hanya
bisa di acuhkan karna jika di terus-terusan di perdebatkan akan menjadi masalah
yang besar. Komunitas Vespa hanya ingin sedikit di hargai dan di terima di
tengah-tengah masyarakat umum. Karena sangat tidak adil jika memandang orang
sebelah mata hanya karna gaya hidup mereka. Mereka memiliki cara tersendiri
mengartikan kehidupan, sama halnya seperti masyarakat pada umumnya.
Dari pernyataan-pernyataan di atas bisa disimpulkan bahwa sebenarnya
anak vespa sangat mencintai kedamaian, banyak orang-orang di sekitar mereka
yang memandang sbelah mata pada Komunitas Vespa. Meski begitu, anak vespa
tidak pernah mau mencari masalah yang mereka inginkan hanya sedikit
penghargaan atas gaya hidup mereka dan bisa di terima di tengah-tengah
masyarakat.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gaya hidup komunitas vespa lebih berorientasi pada kebebasan. Ekspresi
gaya hidup komunitas vespa ditampilkan melalui penampilan para Scooterist,
seperti cara berpakaian, model rambut, gaya berbicara, dan kebiasaan yang
tampak dari para Scooterist serta model vespa yang mereka tunggangi.
Komunitas Vespa mempunyai ciri khas yang unik dan nyentrik dalam segi
fashion. Komunitas vespa identik dengan aksesoris yang beda dengan yang
lainnya, seperti memakai jaket jeans yang penuh dengan aksesoris dan pin,
dompet yang besar, rompi kulit, rantai dompet, sepatu booth dan ada juga
beberapa anak Vespa yang menggunakan pakaian dan celana yang terlihatnya
kotor dan di penuhi oleh bekas oli, tetapi hal ini yang membuat fashion mereka
berbeda dengan yang lainya.
Melalui gaya hidup mereka, tersisipkan keinginan untuk merebut perhatian
masyarakat luas dari para pemuja kemewahan. Dengan penampilan yang apa
adanya kita juga bisa menciptakan gaya kita sendiri, dan menjadi diri sendiri
tanpa harus mengikuti gaya orang lain yang memaksa kita bermewah-mewahan.
Gaya hidup anak vespa sangat anti akan kemewahan. Mereka ingin membuktikan
bahwa dengan menjadi diri sendiri kita menjadi orang yang merdeka, tidak ikut-
ikutan dengan fashion ala orang lain. Kita bisa menciptakan gaya kita sendiri
sesuai yang kita inginkan dan membuat kita bahagia.
Kebebasan berekspresi pada komunitas vespa lebih kepada kebebasan
berpakaian, mereka menganggap ini sebagai pembuktian bahwa orang yang
berpenampilan gembel hatinya belum tentu jahat dan tak semua orang yang
berpakaian rapih itu lebih baik dari mereka.
Kebebasan Berekspresi anak Vespa kerap di anggap berlebihan sehingga
masyarakat memandang perilaku mereka menyimpang, padahal sebenarnya
masyarakat belum tau bagaimana cara anak Vespa menuangkan ekspresinya.
bahwa anak Vespa hanya ingin sedikit di hargai dan di terima di tengah-tengah
masyarakat umum. Karena sangat tidak adil jika memandang orang sebelah mata
hanya karna gaya hidup mereka. Mereka memiliki cara tersendiri mengartikan
kehidupan, sama halnya seperti masyarakat pada umumnya.
Solidaritas sosial yang berkembang di dalam komunitas vespa sangatlah
kuat, rasa persaudaraan yang tercipta menjadikan komunitas vespa solid, tidak ada
yang di beda-bedakan semuanya sama. Mereka saling mengunjungi, saling
membantu, bahkan saling mendoakan. Ada semacam aturan tidak tertulis bahwa
sebuah klub harus menjamu anggota klub dari kota lain yang mampir ke markas
mereka. Mereka menyediakan makanan, tempat menginap sekadarnya, bahkan
kadang menyumbang uang bensin.
Deskriminasi yang dirasakan oleh komunitas Vespa juga berasal dari
diskriminasi tidak langsung. Diskriminasi tidak langsung ini terjadi melalui
pembuatan kebijakan-kebijakan yang merenggut kebebasan komunitas ini dalam
berekspresi. Dan juga kebijakan-kebijakan yang membuat mereka tidak dapat
beraktifitas sesuka mereka. Pandangan Negatif masyarakat terhadap anak-anak
Komunitas Vespa di anggap sangat wajar karna masyarakat belum tahu dan
mengenal persis apa, bagaimana dan mengapa anak-anak Komunitas Vespa
memaknai arti seni, memaknai arti kebebasan berekspresi yang sesungguhnya.
Anak vespa sangat mencintai kedamaian, orang-orang di sekitar mereka
memandang sbelah mata pada Komunitas Vespa. Meski begitu, anak vespa tidak
pernah mau mencari masalah yang mereka inginkan hanya sedikit penghargaan
atas gaya hidup mereka dan bisa di terima di tengah-tengah masyarakat.
B. Saran
Gaya hidup tiap pribadi berbeda-beda, satu sama lain memiliki ciri khasnya
sendiri. Demikian pula pada Komunitas Vespa, mereka hanya ingin menampilkan
diri mereka yang apa adanya tetapi disisi lain pandangan negatif masyarakat
terhadap anak-anak komunitas Vespa memang tidak bisa di pungkiri. Masyarakat
selalu menilai orang dari penampilannya, memang itu hal wajar tapi jangan
sampai menjudge negatif hanya karna penampilan luarnya yang berbeda dari yang
lain.
Komunitas Vespa ingin mengajak kita untuk menjadi diri sendiri, tidak
mengikuti gaya hidup orang lain. Dengan menjadi diri sendiri, secara tidak
langsung kita telah menghargai apa yang ada pada diri kita sendiri, belum tentu
gaya hidup orang lain cocok dengan kita. Setiap pribadi memiliki keunikannya
masing-masing, Komunitas Vespa juga mengajarkan bahwa hidup sederhana itu
indah ketika kita mensyukuri apa yang ada.
Komunitas Vespa sangat cinta perdamaian, sangat banyak filosofi hidup
mereka yang patut di jadikan contoh, mereka pemuda-pemuda kreatif yang suatu
saat akan mengharumkan nama bangsa ini. Janganlah menilai seseorang hanya
dari tampak luarnya saja, setiap orang memiliki hak untuk berekspresi. Perbedaan
itu hal yang biasa, jadi marilah kita bersama-sama menghargai perbedaan itu,
perbedaan membuat hidup ini lebih berwarna.
DAFTAR PUSTAKA
Aris, Eko SB Setyawan. Udik Kelik. 2010. Buku Pintar Sepeda Motor.
Yogyakarta: Media Pressindo
Barker, Chris. 2009. Cultural Studies: Teori dan Praktik. Yogyakarta: Kreasi
Wacana
Barnard, Malcolm. 1996. Fashion Sebagai Komunikasi: Cara
mengomunikasikan Identitas Sosial, Seksual, Kelas dan Gender.
Yogyakarta: Jalasutra
Bungin, Burhan. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: Raja
Grafindo Persada
Chaney . David. 1996. Lifestyles: Sebuah Pengantar Komprehensif
Yogyakarta: Jalasutara
Hunter S., Thomson. 2010. Hell's Angels: Geng Motor Berbahaya Sedunia.
Yogyakarta: Garasi House Of Book
Husaini Usman, dan Purnomo Setiady Akbar. 1996. Metodologi Penelitian
Sosial. Jakarta: Bumi Aksara
Ibrahim. Idi Subandy. 2004. Dari Nalar Keterasingan Menuju Nalar
Pencerahan: Ruang Publik dan Komunikasi Dalam Pandangan
Soejatmoko. Yogyakarta: Jalasutra
Idi Subandy Ibrahim. (ed). 1996. Lifestyle Ecstasy: Kebudavaan Pop Dalam
Masyarakat Komuditas Indonesia. Bandung: Jalasutra
Moleong, Lexy. 2006. metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda
Karya
Mardalis. 1995. Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta: Bumi
Aksara
Muhadjir, Noeng. 1998. Metode Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Rake
Sarasan Nasution. 2004. Metode Research Penelitian. Jakarta: PT Bumi
Tony, Thorne. 2008. Kultus Anderground: Pengantar Untuk Memahami
Budava Kaum Muda Pascamodern. Yogyakarta: The Continuum
Artikel dari Website:
Budi Suwarno 2008. "Perlawanan Vespa Gembel", http://cetak.kompas.
com/read/xml/2008/09/07/01120332/perlawanan. i'esp a.gembe, diakses pada tanggal
03 Juni 2013
Lusiana Indriasari 2008, "Solidaritas `"Tos-Tosan"". http://cetak.kompas.
con/read/xml/2008/09/07/01133571/solidaritas. tostosan, diakses pada tanggal 3 Juni
2013
http://academia.edu/1838634/KEBEBASAN_BEREKSPRESI_DALAM_NEGARA_DE
MOKRASI_TINJAUAN_KRITIS_TERHADAP_RUU_KUHP_2007_
122
Lampiran
Gambar 1.
Lomba lambat motor
Gambar 2.
Penerimaan hadiah lomba lambat Motor
Gambar 3.
Modifikasi Vespa Sespan yang mengikuti kontes pada event Komunitas Vespa di kota
Makassar
Gambar 4.
Modifikasi Vespa Coper yang mengikuti kontes pada event Komunitas Vespa di kota
Makassar
Gambar 5.
Peserta Kontes pada event Komunitas Vespa di kota Makassar
Gambar 6.
Foto bersama Informan (Dadank) Pada event Vespa di kota makassar
Gambar 7.
Foto Bersama Informan (Bogel) di depan Monumen Mandala Makassar
Gambar 8.
Lambang Club Scooter Klasic Family (SKF)
Gambar 9.
Lambang Club ART Scooter Club
Gambar 10.
Lambang Club Makassar Scooter Club (MSC)
Gambar 8.
Peta lokasi tempat nongkrong Komunitas Vespa di kota Makassar (Monumen Mandala)