“komunikasi instruksional guru dan murid autis di sekolah...

118
KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL GURU DAN MURID AUTIS DI SEKOLAH DASAR INSANIA JATIASIH BEKASI Di susun Oleh Rahmi Isnaini 204051002855 JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2008

Upload: doannhi

Post on 04-Mar-2019

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: “Komunikasi Instruksional Guru Dan Murid Autis di Sekolah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19437/1/RAHMI... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang

KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL GURU DAN MURID AUTIS

DI SEKOLAH DASAR INSANIA JATIASIH BEKASI

Di susun Oleh

Rahmi Isnaini

204051002855

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2008

Page 2: “Komunikasi Instruksional Guru Dan Murid Autis di Sekolah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19437/1/RAHMI... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang

KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL GURU DAN MURID AUTIS

DI SEKOLAH DASAR INSANIA JATIASIH BEKASI

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi

untuk memenuhi persyaratan memperoleh

Gelar Sarjana Sosial Islam (S. Sos. I)

Oleh

RAHMI ISNAINI

NIM: 204051002855

Pembimbing

Dra. Nurul Hidayati, M.Pd

NIP. 150277649

Page 3: “Komunikasi Instruksional Guru Dan Murid Autis di Sekolah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19437/1/RAHMI... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini, saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang di ajukan untuk

memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata satu (S I) di

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini buka hasil karya asli saya

atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 8 Agustus 2008

Rahmi Isnaini

Page 4: “Komunikasi Instruksional Guru Dan Murid Autis di Sekolah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19437/1/RAHMI... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang

i

ABSTRAK

Nama : Rahmi Isnaini Judul : “Komunikasi Instruksional Guru dan Murid Autis Di Sekolah Dasar

Insania Jatiasih Bekasi” Komunikasi merupakan sebuah alat transformasi yang digunakan oleh manusia dengan berkomunikasi manusia dapat mengekspresikan keinginannya. Komunikasi juga ada dalam sebuah pendidikan dalam prosesnya melibatkan banyak komponen yang terdiri atas guru, murid, kepala sekolah dan lainnya. Di dalam sebuah kependidikan ada 2 konsep yang sangat berkaitan, yaitu belajar (learning) dan pembelajaran (instruction). Konsep belajar ada pada pihak peserta didik dan konsep pembelajaran pada pihak guru. Namun demikian pembelajaran atau intrucsion biasanya terjadi dalam situasi formal dimana guru mentransformasikan ilmu yang diberikan kepada peserta didik, berdasarkan kurikulum yang hendak dicapai.

Dalam proses belajar mengajar seyogyanya guru dapat mengisntruksikan muridnya melalui berbagai macam komunikasi yang digunakan. Supaya murid dapat mengerti dan memahami sebuah pelajaran. Apalagi murid yang diajarkan adalah murid khusus yang menyandang autisme yaitu anak yang tidak mampu dalam bersosialisasi dan berkomunikasi dengan baik. Maka guru harus mengetahui metode pembelajaran yang pantas digunakan dalam mengajar murid tersebut. Karena pendidikan adalah kunci masa depan setiap individu. Dan individu autis juga layak mendapatkan sebuah pendidikan.

Oleh karena itu penelitian ini ingin mengetahui komunikasi instruksional yang dipakai oleh guru dalam proses belajar mengajar ketika mengajar murid autis, lalu metode yang digunakan oleh guru dalam membina anak autis dan ingin mengetahui faktor yang menunjang dan faktor yang menghambat di dalam proses belajar mengajar. Melalui observasi, wanwancara dan dokumentasi guna mendapatkan informasi data penelitian yang dibutuhkan dan hasil data diuraikan melalui catatan lapangan dengan menggunakan teknik keabsahan data.

Analisis dalam skripsi ini menggunakan metode penelitian kulitatif yaitu sebuah penelitian yang menghasilkan data deskriptif, berupa kata tertulis atau lisan dari orang atau perilaku yang diamati.

Dari hasil penelitian ini, bahwa komunikasi instruksional yang dipakai oleh guru SD Insania Jatiasih Bekasi adalah komunikasi instruksional secara verbal, komunikasi instruksional non verbal, komunikasi antar pribadi, komunikasi massa dan komunikasi kelompok kemudian metode yang digunakan dalam membina anak autis menggunakan metode lovass, dan faktor yang menunjang keberhasilan dalam proses belajar mengajar adalah fasilitas dan kerjasama oranga tua murid dengan gurunya dan yang menghambat dalam proses belajar mengajar yaitu faktor pemahaman / kerangka berfikir yang ada pada anak autis.

Page 5: “Komunikasi Instruksional Guru Dan Murid Autis di Sekolah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19437/1/RAHMI... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang

ii

KATA PENGANTAR

بــسم اهللا الّر حمـن الّر حيم

Syukur Alhamdulillah penulis haturkan kehadirat Allah SWT. Tuhan Yang

Maha Adil dan Maha Pengasih tanpa Inayah-Nya tak mungkin penulis bisa

mencapai pendidikan sampai strata satu (S1).

Shalawat serta salam semoga tetap teriring keharibaan junjungan Nabi besar

Muhammad SAW para keluarganya, sahabat-sahabatnya dan para pengikutnya

sampai akhir zaman. Atas do’a dan usaha, dan perjalanan panjang, akhirnya

penulis dapat menyelesaikan salah satu tugas penting yang mempertaruhkan

segenap keilmuan yang penulis pelajari selama menuntut ilmu di Fakultas

Dakwah dan Komunikasi, walaupun jauh dari kesempurnaan.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan skripsi ini penulis

memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak, baik secara moriil maupun

materiil, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Murodi, M.A. selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN

Syarif Hidayatullah, yang telah memberikan kesempatan baik secara edukatif

maupun administratif sehingga memperlancar skripsi ini.

2. Dr. Arief Subhan, M.A. Selaku Pembantu Dekan Satu (PUDEK I). Fakultas

Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah. Drs. Mahmud Jalal M.A.

Selaku Pembantu Dekan Dua (PUDEK II). Fakultas Dakwah dan Komunikasi

UIN Syarif Hidayatullah yang telah memberikan nasehat serta dorongan

kepada penulis. Drs. Study Rizal LK, MA. Selaku Pembantu Dekan Tiga

Page 6: “Komunikasi Instruksional Guru Dan Murid Autis di Sekolah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19437/1/RAHMI... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang

iii

(PUDEK III). Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah,

Dosen Penasehat Akademik, yang telah memberikan arahan kepada penulis.

3. Dra. Asriati Jamil, M. Hum, dan Dra. Musfirah Nurlaily, M.A, selaku Ketua

Koordinator Teknis dan Sekretaris Koordinator Teknis Fakultas Dakwah dan

Komunikasi Program Non Reguler.

4. Dra. Nurul Hidayati M.Pd, selaku Dosen Pembimbing skripsi yang telah

meluangkan waktunya, tenaga dan pikiran untuk memberikan arahan dan

bimbingan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Segenap Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang telah memberikan

begitu banyak wawasan, ilmu dan pengetahuan kepada penulis.

6. Bu Asti dan Bu Iis selaku Pimpinan dan Sekretaris Sekolah Dasar Insania

Jatiasih Bekasi beserta Staf pengajarnya (Bu Nia, Bu Olyah, Bu Diah, Bu

Anti, Bu Indah), yang telah memberikan kesempatan dan kemudahan kepada

penulis untuk melakukan penelitian di Sekolah Dasar Insania Jatiasih Bekasi.

7. Ayahanda Barlin Kamin dan Ibunda Darmilis yang telah membesarkan dengan

kasih sayang, mendidik, dan yang selalu memberikan do’a. Semoga dalam

lindungan Allah SWT Amin. Uni Ineng, Abang Adri dan Abang Tamjil yang

telah membantu penulis baik moriil maupun materiil dan memberikan

semangat serta do’anya demi keberhasilan penulis.

8. Rekan-Rekan Mahasiswa Non Reguler KPI (B) angkatan 2004, Pak Nurdin,

Nurul, Vina, Rany, Lia, Umi, Oom, Mila KD, Millati, Erfan, Ronal, Irul,

Syauqi, Roby, Tedy, Muhaimin, Dado, Haris, Culo, Ryan dan Umar, yang

telah sama-sama berbagi ilmu, berdiskusi, bercanda dan saling berbagi rasa,

juga teman-teman seperjuangan KKS 2007 Banjarwaru.

Page 7: “Komunikasi Instruksional Guru Dan Murid Autis di Sekolah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19437/1/RAHMI... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang

iv

9. Teman-teman yang berada di rumah kost “Al-Barkah 2” yang penulis tidak

bisa sebutkan satu persatu, atas kebersamaan dan canda tawa mereka yang

senantiasa mengobati rasa jenuh dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini,

teman sekamar penulis yang selalu menemani penulis dalam suka dan duka

thanks guys.. “Nurma”

10. Mas Ari yang selalu mengisi hari-hari penulis dengan motivasi dan do’anya,

thanks for everything.. Abang Samsul thanks guys.. dan untuk semua pihak

yang terkait dalam pembuatan skripsi ini baik langsung maupun tidak

langsung.

Akhirnya hanya kepada Allah SWT penulis kembalikan semoga semua yang

telah diberikan kepada penulis akan menjadi amal ibadah yang tak terhapus

selamanya. Dengan kerendahan hati, penulis memohon do’anya agar ilmu yang

telah di peroleh menjadi ilmu yang bermanfaat dan memberi berkah. Semoga

skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi para pembaca

pada umumya.

Page 8: “Komunikasi Instruksional Guru Dan Murid Autis di Sekolah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19437/1/RAHMI... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang

v

DAFTAR ISI

Abstrak...............................................................................................................i

Kata Pengantar ................................................................................................ ii

Daftar Isi ........................................................................................................... v

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah................................................................. 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah............................................. 5

C. Tujuan Penelitian............................................................................ 5

D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 6

E. Metodologi Penelitian..................................................................... 6

F. Sistematika Penulisan ..................................................................... 8

BAB II : TINJAUAN TEORITIS

A. Komunikasi Instruksional

1. Pengertian Komunikasi Intruksional........................................ 10

2. Pengertian Belajar Mengajar.................................................... 11

3. Tujuan Belajar Mengajar ......................................................... 14

B. Komunikasi

1. Pengertian Komunikasi ........................................................... 15

2. Unsur-unsur Komunikasi ......................................................... 17

3. Tingkatan Komunikasi ............................................................ 20

4. Jenis-jenis Komunikasi ............................................................ 21

5. Hambatan-hambatan Komunikasi............................................ 23

Page 9: “Komunikasi Instruksional Guru Dan Murid Autis di Sekolah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19437/1/RAHMI... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang

vi

C. Autis

1. Pengertian Autis ...................................................................... 25

2. Penatalaksanaan Anak Autis .................................................... 31

BAB III : GAMBARAN UMUM SEKOLAH DASAR INSANIA JATIASIH

BEKASI

A. Latar Belakang Berdirinya Sekolah Dasar Insania .................... 39

B. Tujuan Sekolah Dasar Insania .................................................... 40

C. Sasaran Sekolah Dasar Insania................................................... 41

D. Visi dan Misi Sekolah Dasar Insania ......................................... 41

E. Sarana Prasarana Sekolah dasar Insania ..................................... 41

F. Program Kegiatan Belajar Mengajar Sekolah

Dasar Insania............................................................................... 42

G. Struktur Organisasi Sekolah Dasar Insania................................ 49

BAB IV : TEMUAN DAN ANLISIS DATA

A. Komunikasi yang dipakai dalam proses belajar

mengajar di Sekolah Dasar Insania Jatiasih Bekasi .................. 51

B. Metode yang digunakan dalam membina

anak autis di Sekolah Dasar Insania Jatiasih Bekasi................ 61

C. Faktor yang menunjang dan menghambat dalam proses belajar

mengajar di Sekolah Dasar Insania JatiasihBekasi ................... 67

Page 10: “Komunikasi Instruksional Guru Dan Murid Autis di Sekolah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19437/1/RAHMI... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang

vii

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................... 68

B. Saran-saran .................................................................................... 69

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………..70

LAMPIRAN………………………………………………………………….72

Page 11: “Komunikasi Instruksional Guru Dan Murid Autis di Sekolah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19437/1/RAHMI... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Komunikasi merupakan aktivitas manusia dasar, dengan

berkomunikasi manusia melakukan hubungan, karena manusia makhluk

sosial tidak dapat hidup sendiri-sendiri melainkan satu sama lain saling

membutuhkan. Hubungan antara individu yang satu dengan yang lainnya

dapat dilakukan dengan berkomunikasi. Komunikasi adalah sendi dasar

terjadinya proses interaksi sosial, karena tanpa komunikasi kehidupan

manusia tidak akan berkembang dan tidak akan menghasilkan kebudayaan

yang tinggi. Dengan berkomunikasi manusia mencoba mengekspresikan

keinginannya dan dengan berkomunikasi itu pula manusia melaksanakan

kewajibannya. Seperti dikutip oleh Toto Tasmara bahwa Wilbur Schramn

(1980) memberikan predikat manusia sebagai the communication animal,

artinya tanpa komunikasi manusia akan jauh derajatnya pada tingkat yang

rendah.1

Komunikasi dalam istilah pendidikan dikenal sebagai komunikasi

instruksional (instructional communication) salah satu aspek fungsi

komunikasi untuk meningkatkan kualitas berfikir pada pelajar (komunikan)

dalam situasi instruksional yang terkondisi.

Dalam penelitian ini, fungsi komunikasi dalam pendidikan adalah

sebagai pengalihan ilmu pengetahuan yang mendorong perkembangan

1 Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997), Cet ke-2, h.6

Page 12: “Komunikasi Instruksional Guru Dan Murid Autis di Sekolah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19437/1/RAHMI... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang

2

intelektual, pembentuk watak dan pendidikan keterampilan dan kemahiran

yang diperlukan pada semua bidang kehidupan.2

Ditinjau dari prosesnya, pendidikan adalah komunikasi antara guru

sebagai komunikator dan murid sebagai komunikan. Karena dalam bidang

pendidikan melibatkan komunikasi antara guru dan murid, maka satu sama

lain dapat menyampaikan pesan, maksud dan tujuan menurut caranya

masing-masing. Pesan yang disampaikan tersebut dapat direncanakan

terlebih dahulu kepada para murid selaku komunikan. Pihak komunikator

atau guru dalam hal ini mengharapkan feedback dari komunikan atas ide-ide

dan pesan-pesan yang disampaikan, sehingga dengan pesan di sampaikan

tersebut terjadilah perubahan sikap dan tingkah laku yang diharapkan.

Seorang guru (komunikator) mengupayakan perubahan sikap peserta didik

selaku komunikan dalam pembentukan kepribadian berdasarkan nilai-nilai

tertentu yang disampaikan melalui proses kegiatan belajar-mengajar

(KBM).3

Dalam dunia pendidikan yang memegang peranan komunikasi adalah

guru/pendidik. Pada kegiatan proses balajar mengajar guru

menginstruksikan pesannya melalui tindakan - tindakan komunikasi.

Tindakan komunikasi dapat dilakukan dalam berbagai macam cara,

baik secara “verbal” (dalam bentuk kata-kata baik lisan maupun tulisan)

ataupun “non verbal” (tidak dalam bentuk kata-kata, misalnya gestura, sikap

tingkah laku, gambar-gambar dan bentuk-bentuk lainnya yang mengandung

arti). Tindakan komunikasi juga dapat dilakukan secara langsung dan tidak

2 H.A Widjaya, komunikasi dan hubungan masyarakat, (Jakarta: Bumi Aksara, 1997),h.11 3 Onong Uchjana Effendi, kepemimpinan dan komunikasi, (Bandung: CV.Mandar

Maju,1998),h.58

Page 13: “Komunikasi Instruksional Guru Dan Murid Autis di Sekolah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19437/1/RAHMI... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang

3

langsung. Bicara secara tatap muka, berbicara di depan kelas dalam proses

belajar mengajar, berbicara melalui telepon, menulis surat kepada seseorang,

sekelompok orang atau organisasi, ini adalah contoh-contoh dari tindakan

komunikasi langsung. Sementara yang termasuk tindakan komunikasi tidak

langsung adalah komunikasi yang dilakukan secara perorangan tetapi

melalui medium atau alat perantara tertentu. Misalnya penyampaian

informasi melalui surat kabar, majalah, radio, TV, film, pertunjukan

kesenian dan lain-lain.4

Pendidikan adalah kunci masa depan setiap individu, apalagi bila ia

termasuk penyandang autisme. Setiap orangtua mendambakan agar anaknya

bisa mengikuti pendidikan jalur 'normal' yang memberikan kesempatan bagi

anak mengikuti semua kegiatan.

Jalaluddin Rakhmat, berpendapat bahwa, manusia di lahirkan dalam

keadaan lemah fisik, maupun psikis. Walaupun dalam keadaan yang

demikian ia telah mempunyai kemampuan bawaan yang bersifat laten.5

Sekolah Dasar Insania, sangat berperan bagi pembentukan dan

perkembangan anak yang menderita autis. Lembaga ini bertujuan untuk

mengembangkan potensi dan kemampuan anak berkebutuhan khusus,

sehingga dapat bermanfaat bagi dirinya dan masyarakat dan

memodisivikasi perilaku menjadi lebih baik, sehingga dapat berkembang

secara optimal. Lembaga ini juga sekaligus merupakan salah satu wadah

yang signifikan dalam membentuk sarana keagamaan pada diri seorang

4 Sasa Djuarsa Sendjaja, (at. Al), Pengantar Komunikasi , (Jakarta: Universitas Indonesia,

1993), Cet ke-4, h.2 5 Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Agama, (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada,1996),h.63.

Page 14: “Komunikasi Instruksional Guru Dan Murid Autis di Sekolah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19437/1/RAHMI... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang

4

anak autis. Penulis melihat, bahwa Sekolah Dasar Insania merupakan

sarana pembelajaran yang memiliki peranan penting dalam membina anak-

anak yang menyandang autis dan juga sekaligus berfungsi sebagai media

untuk mengkomunikasikan pesan-pesannya antara guru dan murid autis

dalam proses belajar mengajar.

Interaksi belajar mengajar diarahkan agar aktivitas berada pada pihak

anak didik. Hal ini menjadi keharusan karena anak didik merupakan

orientasi dari setiap proses atau langkah kegiatan belajar-mengajar, peranan

guru disini sebagai pembimbing yang dapat mengarahkan murid dan

memberikan motivasi untuk mencapai hasil yang optimal.6

Uraian diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah suatu

proses pengoperan atau pemindahan informasi dari komunikator kepada

komunikan untuk mencapai suatu tujuan yang digunakan oleh komunikator.

Karena itu, penting bagi pendidik dan orangtua anak autis untuk bekerja

sama berusaha mencari penanganan terbaik bagi anak-anak ini. Mau tidak

mau, suka tidak suka, para orang dewasa di sekitar anak autis lah yang harus

menyesuaikan diri dengan kebutuhan anak autis. Berikan mereka

kesempatan dan target yang realistis di tempat belajar "umum", serta ajarkan

keterampilan-keterampilan baru melalui cara yang khusus sesuai

kemampuan dan gaya belajar mereka.

Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, akhirnya penulis tertarik

untuk membahas dan mendalami skripsi yang berjudul:

6 H. Abu Ahmadi, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1997) cet

ke.1,hal.119

Page 15: “Komunikasi Instruksional Guru Dan Murid Autis di Sekolah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19437/1/RAHMI... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang

5

“Komunikasi Instruksional Guru Dan Murid Autis di Sekolah

Dasar Insania Jatiasih Bekasi ”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Memperhatikan luasnya masalah yang di uraikan, maka penulis

membatasi pada masalah yaitu komunikasi Instruksional yang dipakai dalam

proses belajar mengajar di Sekolah Dasar Insania.

2. Perumusan Masalah.

Berdasarkan pembatasan di atas, maka perumusan masalah yang akan

penulis kemukakan sebagai berikut:

a. Bagaimana komunikasi instruksional yang dipakai dalam proses belajar di

Sekolah Dasar Insania Jatiasih Bekasi?

b. Metode apakah yang digunakan dalam membina anak autis di Sekolah

Dasar Insania Jatiasih Bekasi?

c. Faktor apakah yang menunjang dan menghambat dalam proses belajar

mengajar di Sekolah Dasar Insania Jatiasih Bekasi?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

a. Bertujuan untuk mengetahui komunikasi instruksional yang di pakai dalam

proses belajar mengajar di Sekolah Dasar Insania Jatiasih Bekasi.

b. Bertujuan untuk mengetahui metode yang digunakan dalam membina anak

autis di Sekolah Dasar Insania Jatiasih Bekasi.

c. Bertujuan untuk mengetahui factor yang menunjang dan menghambat

dalam proses belajar mengajar di Sekolah Dasar Insania Jatiasih Bekasi.

Page 16: “Komunikasi Instruksional Guru Dan Murid Autis di Sekolah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19437/1/RAHMI... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang

6

D. Manfaat penelitian ini yaitu:

Adapun penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengaruh yang

besar dalam penerapan sistem komunikasi dalam proses belajar mengajar

yang meliputi:

a. Sebagai usaha untuk memperdalam pengetahuan penulis mengenai hal-

hal yang berhubungan dengan peningkatan profesi sesuai dengan bidang

garapan penulis.

b. Sebagai pengalaman langsung bagi penulis dalam menyusun karya

ilmiah.

c. Hasil penelitan ini diharapkan akan mengembangkan ilmu, dan

metodologis dalam ilmu komunikasi.

E. Metodologi penelitan

Metode penelitian yang digunakan yaitu penelitian kualitatif, adalah jenis

penelitian yang di hasilkan dari suatu data-data yang di kumpulkan dan

berupa kata-kata, gambar, dan merupakan suatu penelitian alamiah. Badgan

dan Taylor mendefinisikan metode kualitatif sebagai prosedur penelitian

yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari

orang-orang dan perilaku yang dapat diamati mengenai pelaksanaan

komunikasi instruksional guru dan murid autis di Sekolah Dasar Insania

Jatiasih Bekasi.

a. Waktu dan lokasi penelitian

Lokasi penelitian yang akan penulis teliti yaitu Sekolah Dasar Insania

Jatiasih Bekasi dan waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni-

Juli 2008.

Page 17: “Komunikasi Instruksional Guru Dan Murid Autis di Sekolah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19437/1/RAHMI... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang

7

b. Subyek dan Obyek penelitian

Adapun subyek dalam penelitian adalah murid-murid autis yang ada

pada kelas individual dan kelas klassikal, sedangkan informan

penelitiannya yaitu guru-guru pada kelas klassikal dan individual serta

orangtua murid autis. Kemudian yang di jadikan obyek penelitian adalah

komunikasi instruksional guru dan murid autis dalam proses belajar

mengajar.

c. Teknik Pencatatan Data

Beberapa teknik pencatatan data yang penulis gunakan sebagai berikut:

1) Observasi: Observasi adalah pengamatan dan pencatatan dengan

sistematis terhadap fenomena-fenomena yang diselidiki.7 Dalam hal ini

penulis secara langsung mengamati komunikasi instruksional guru dan

murid autis di Sekolah Dasar Insania Jatiasih Bekasi. Dengan

menggunakan alat perekam gambar (handy camera) setelah itu ditulis

kedalam catatan lapangan dengan menggunakan bahasa yang apa

adanya. Observasi ini dilakukan Sebanyak 2 kali dalam seminggu

selama 1 bulan penuh.

2) Wawancara: Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.

Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara

(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara

(interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.8 Dalam hal

ini penulis mengadakan wawancara secara mendalam yang dilakukan

dengan berbagai informan yaitu guru, orangtua murid dan pihak terkait

7 Dedy Mulyanah, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung PT. Rosdakarya, 2002) h.181 8 Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung PT. Remaja Rosdakarya,

2007) h.186

Page 18: “Komunikasi Instruksional Guru Dan Murid Autis di Sekolah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19437/1/RAHMI... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang

8

di antaranya dengan pihak yayasan kemudian penulis menuliskan hasil

wawancara dengan bahasa yang apa adanya yang sesuai dengan hasil

wawancara.

3) Dokumentasi: Sumber datanya berupa catatan dokumen yang tersedia,

bisa termasuk sumber data yang berupa catatan resmi atau juga termasuk

dokumen-dokumen ekspresif. Dokumen ini digunakan untuk melengkapi

data-data hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, yaitu

melalui observasi dan wawancara.

e. Teknik Analisa Data

Setelah data terkumpul, dan di kelompokkan sesuai dengan tujuan

penelitian untuk di analisis dan diberikan interpretasi dengan cara

mengklarifikasikannya dengan kerangka teori yang ada dan akhirnya di

simpulkan.

f. Teknik Penulisan

Adapun teknik penulisan skripsi ini. Penulis berpedoman pada buku

yang diterbitkan oleh UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang berjudul

“Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (skripsi, tesis dan disertasi) 2008”.9

F. Sistematika Penulisan

Bab I Pendahuluan

Bab ini yang berisi tentang latar belakang masalah, pembatasan

masalah dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.

9 Azyumardi Azra, dkk. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah “skripsi, tesis dan dsertasi”

(Jakarta, CeQDA (Center for Quality Development ad Assurance, 2008).

Page 19: “Komunikasi Instruksional Guru Dan Murid Autis di Sekolah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19437/1/RAHMI... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang

9

Bab II Tinjaun Teoritis

Membahas tentang pengertian komunikasi Instruksional,

pengertian belajar mengajar, tujuan belajar mengajar, pengertian

komunikasi, unsur-unsur komunikasi, tingkatan komunikasi, jenis-

jenis komunikasi, hambatan-hambatan komunikasi, pengertian

autis, dan penatalaksanaan anak autis.

Bab III Gambaran Umum Sekolah Dasar Insania Jatiasih Bekasi

Membahas tentang Latar Belakang SD Insania, Tujuan SD Insania,

Sasaran SD Insania, Visi dan Misi SD Insania, Sarana Prasarana

SD Insania, Struktur Organisasi SD Insania.

Bab IV Temuan dan Analisis Data

Membahas tentang analisa terhadap komunikasi instruksional

yang dipakai dalam proses belajar mengajar di Sekolah Dasar

Insania Jatiasih Bekasi, metode yang dipakai dalam membina anak

autis di Sekolah Dasar Insania Jatiasih Bekasi, faktor-faktor yang

menunjang dan menghambat dalam proses belajar mengajar di

Sekolah Dasar Insania Jatiasih Bekasi.

BAB V Penutup

Bab ini merupakan rangkaian akhir dari penulisan skripsi, yang

berisi tentang kesimpulan, saran-saran. Pada bagian akhir dari

penulisan skripsi, penulis menyajikan daftar pustaka yang menjadi

referensi dalam peulisan skripsi ini dan lampiran-lampiran yang

terkait.

Page 20: “Komunikasi Instruksional Guru Dan Murid Autis di Sekolah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19437/1/RAHMI... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang

10

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Komunikasi Instruksional

1. Pengertian Komunikasi Instruksional

Istilah Instruksional berasal dari kata instruction. Ini bisa berarti

pengajaran, pelajaran atau bahkan perintah atau instruksi. Webster’s Third

New International Dictionary of the English Language mencantumkan kata

intruksional (dari kata to instruct) dengan arti “memberikan pengetahuan atau

informasi khusus dengan maksud melatih dalam berbagai bidang khusus,

memberikan keahlian atau pengetahuan dalam berbagai bidang seni atau

spesialisasi tertentu”. Atau dapat berarti pula ”mendidik dalam subjek atau

bidang pengetahuan tertentu”. Disini juga di cantumkan dengan makna lain

yang berkaitan dengan komando dan perintah.10

Di dalam dunia pendidikan, kata instruksional tidak di artikan perintah,

tetapi lebih mendekati kedua arti yang pertama, yakni pengajaran dan atau

pelajaran. Bahkan akhir-akhir ini kata tersebut diartikan sebagai pembelajaran.

Kalau pada istilah pengajaran, yang dominan adalah guru, pengajar, atau

dosen sebagaimana kata mengajar itu sendiri datangnya dari pengajar, maka

pada pelajaran titik beratnya adalah pada materi atau pesan yang diajarkan

oleh pengajar tadi. Titik perhatiannya berbeda. Mengajar pada guru, belajar

pada murid, dan pelajaran pada bahan yang digunakan oleh guru untuk

disampaikan kepada murid, dan murid melaksanakan ajaran atau bahan ajar

10 Pawit M. Yusup, Komunikasi Pendidikan dan Komunikasi Instruksional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002) cet 1,h.17

Page 21: “Komunikasi Instruksional Guru Dan Murid Autis di Sekolah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19437/1/RAHMI... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang

11

tadi, ini disebut belajar. Sedangkan bahan belajar dan sekaligus bahan

pengajaran tadi disebut pelajaran atau bidang studi.11

Di dalam dunia pendidikan sekarang, istilah pengajaran ataupun pelajaran

mempunyai makna yang berbeda meskipun kedua istilah tersebut bisa berasal

dari kata yang sama: Instruction. Oleh karena itu, kata ini tidak di

alihbahasakan menjadi pengajaran atau pelajaran. Ia diterjemahkan dengan

pembelajaran karena kata ini lebih dapat mewakili pengajaran, pelajaran, dan

belajar.12

Uraian diatas menunjukan bahwa istilah intruksional, pembelajaran, yang

pada prinsipnya merupakan proses belajar yang terjadi akibat tindakan

pengajar dalam melakukan fungsinya, yaitu fungsi yang memandang pihak

belajar sebagai subjek yang sedang berproses menuju cita-citanya mencapai

sesuatu yang bermanfaat kelak. Dan itulah tujuan akhir proses belajar yang

direncanakan pada sistem intruksional itu mengacu pada tujuan yang lebih

luas, bahkan tujuan yang menjadi panutannya, yaitu tujuan pendidikan.

2. Pengertian Belajar Mengajar

Sebelum penulis menguraikan tentang pengertian belajar mengajar terlebih

dahulu penulis akan menguraikan tentang pengetian belajar. Belajar adalah

suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung

seumur hidup. Sejak masih bayi hingga ke liang lahat nanti.13 Salah satu

pertanda bahwa seseorang telah belajar sesuatu adalah adanya perubahan

tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tersebut menyangkut baik perubahan

11 Ibid 12 Ibid 13Arif S Sadirman (dkk), Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan dan

Pemanfaatannya, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), cet. Ke-6, h. 1-2

Page 22: “Komunikasi Instruksional Guru Dan Murid Autis di Sekolah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19437/1/RAHMI... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang

12

yang bersifat pengetahuan dan keterampilan maupun menyangkut nilai dan

sikap.

Gage (1984) mendefinisikan belajar sebagai suatu proses dimana

organisma berubah perilakunya diakibatkan pengalaman. Demikian juga

Harold Spear mendefinisikan bahwa belajar terdiri dari pengamatan,

pendengaran, membaca dan meniru.14

Belajar merupakan suatu perubahan yang relatif permanen dalam suatu

kecenderungan tingkah laku yang merupakan hasil latihan penguatan.

Penguatan itulah yang merupakan sebab adanya perubahan tersebut, murid

dikatakan telah mengalami belajar bila ia dapat melakukan sesuatu yang

sebelumnya ia tidak dapat melaksanakannya.15

Berdasarkan definisi-definisi yang dikemukakan diatas dapat disimpulkan

bahwa belajar ialah proses perubahan tingkah laku sebagai akibat pengalaman

atau latihan. Perubahan tingkah laku akibat belajar itu dapat berupa

memperoleh perilaku yang baru / memperbaiki / meningkatkan perilaku yang

sudah ada. Belajar menghasilkan perubahan perilaku baik positif maupun

negatif. Belajar disekolah diarahkan untuk memperoleh perlakuan yang

positif.

Belajar adalah proses perubahan berkat pengalaman dan pelatihan. Artinya

tujuan kegiatan belajar adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut

pengetahuan, keterampilan, sikap, bahkan meliputi segenap aspek pribadi.

14 Martinus Yamin, Srategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Gaung Persada

Press,2004), Cet. Ke-2, h.99 15Ahmad Tafsir, Metodelogi Pengajaran Agama Islam, (Bandung: PT, Remaja Rosdakarya,

1999), Cet. Ke-4, h.60

Page 23: “Komunikasi Instruksional Guru Dan Murid Autis di Sekolah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19437/1/RAHMI... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang

13

Kegiatan belajar mengajar seperti mengorganisasi pengalaman belajar, menilai

proses dan hasil belajar termasuk cakupan tanggung jawab guru.16

Setelah menguraikan definisi belajar penulis akan membahas pengertian

mengajar. Mengajar pada dasarnya merupakan suatu usaha untuk mencapai

kondisi suatu sistem lingkungan yang mendukung dan memungkinkan untuk

berlangsungnya proses belajar. Kalau belajar dikatakan milik murid maka

mengajar sebagai kegiatan guru.

Mengajar adalah menyampaikan pengetahuan kepada anak didik. Menurut

pengertian ini berarti tujuan belajar dari murid itu hanya sekedar ingin

mendapatkan atau menguasai pengetahuan. Sebagai konsekuensi pengertian

semacam ini dapat membuat suatu kecenderungan anak menjadi pasif, karena

hanya menerima informasi atau pengetahuan yang diberikan oleh gurunya.

Sehingga pengajarannya bersifat teacher centered, jadi gurulah yang

memegang posisi kunci dalam proses belajar mengajar dikelas.

Kemudian pengertian yang luas, mengajar diartikan sebagai suatu aktivitas

mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya. Dan

menghubungkan dengan anak, sehingga terjadi proses belajar. Atau dikatakan,

mengajar sebagai upaya menciptakan kondisi yang kondusif untuk

berlangsungnya kegiatan belajar bagi para murid. Kondisi ini diciptakan

sedemikian rupa sehingga membantu perkembangan anak secara optimal baik

jasmani maupun rohani, baik fisik maupun mental. Pengertian mengajar

seperti ini memberikan petunjuk bahwa fungsi pokok dalam mengajar itu

adalah mnyediakan kondisi yang kondusif, sedang yang berperan aktif dan

16 Abu Ahmadi (at.Al), Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1997), Cet.

Ke-1, h.18

Page 24: “Komunikasi Instruksional Guru Dan Murid Autis di Sekolah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19437/1/RAHMI... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang

14

banyak melakukan kegiatan adalah muridnya, dalam upaya menemukan dan

memecahkan masalah.

Yang belajar adalah murid itu sendiri dengan kegiatannya sendiri. Guru

dalam hal ini membimbing. Dalam membimbing dan menyediakan kondisi

yang kondusif itu sudah barang tentu guru tidak dapat mengabaikan faktor

atau komponen-komponen yang lain dalam lingkungan proses belajar

mengajar, termasuk misalnya bagaimana dirinya sendiri, keadaan murid, alat-

alat peraga atau media metode dan sumber-sumber belajar lainnya. Konsep

mengajar ini memberikan indikator bahwa pengajarannya lebih bersifat pupil

centered, sehingga tercapailah suatu yang optimal, sangat bergantung oleh

kegiatan murid / anak didik itu sendiri.17

Proses belajar mengajar adalah suatu aspek dari lingkungan sekolah yang

terorganisasi. Lingkungan ini diatur serta diawasi agar kegiatan belajar terarah

sesuai tujuan pendidikan

3. Tujuan Belajar Mengajar

Tujuan dari proses belajar mengajar adalah sebagai pengumpulan

pengetahuan, penanaman konsep, keterampilan, dan pembentukan sikap dan

perbuatan.18

Tujuan dalam proses belajar mengajar merupakan komponen pertama

yang harus ditetapkan dalam proses pengajaran yang berfungsi sebagai

indikator keberhasilan pengajar. Tujuan pada dasarnya merupakan rumusan

tingkah laku dan kemampuan yang harus dicapai dan dimiliki murid setelah ia

17 Sardiman A,M. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 2003), Cet. Ke-10, h. 47-48 18 Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional, (Jakarta: Pedoman

Ilmu Jaya, 1995), Cet. Ke-1, h.30

Page 25: “Komunikasi Instruksional Guru Dan Murid Autis di Sekolah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19437/1/RAHMI... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang

15

menyelesaikan pengalaman dan kegiatan belajar dalam proses pengajaran.

Tujuan dari belajar mengajar pada hakikatnya adalah hasil belajar yang

diharapkan.19

B. Komunikasi

1. Pengertian Komunikasi

Cherry dalam stuart, (1983) mendefinisikan komunikasi berpangkal pada

perkataan latin Communis yang artinya membuat kebersamaan atau

membangun kebersamaan antara dua orang atau lebih. Komunikasi juga

berasal dari akar kata dalam bahasa latin Communico yang artinya membagi.20

Akan tetapi pengertian komunikasi yang dipaparkan di atas sifatnya dasariah

dalam arti kata bahwa komunikasi itu minimal harus mengandung kesamaan

makna antara dua pihak yang dikatakan minimal. Karena kegiatan komunikasi

tidak hanya informatif, yakni agar orang lain mengerti dan tahu, tapi juga

persuasif, yaitu agar orang lain bersedia menerima suatu paham atau

keyakinan, melakukan suatu perbuatan atau kegiatan dan lain-lain.

Sebuah definisi yang dibuat oleh kelompok sarjana komunikasi yang

mengkhususkan diri pada studi komunikasi antarmanusia (human

communication) bahwa:

”Komunikasi adalah suatu transaksi, proses simbolik yang menghendaki

orang-orang mengatur lingkungannya dengan (1) membangun hubungan antar

sesama manusia (2) melalui pertukaran komunikasi (3) untuk menguatkan

19 Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT. Sinar Baru Al

Gesindo, 2000 cet ke 5 h. 30. 20 H. Hafied Cangara, Pegantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998) cet

1,h.18

Page 26: “Komunikasi Instruksional Guru Dan Murid Autis di Sekolah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19437/1/RAHMI... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang

16

sikap dan tingkah laku orang lain (4) serta berusaha mengubah sikap dan

tingkah laku itu”.21

Carl Hoveland (1953) menyatakan bahwa komunikasi adalah “proses

bilamana seorang individu atau komunikator pengoperan stimulasi yang

biasanya berupa lambang kata-kata untuk mengubah tingkah laku individu

lainnya atau komunikan”.22

Dari beberapa definisi yang dikemukakan diatas, jelaslah bahwa dalam

komunikasi melibatkan sejumlah orang, dimana seseorang menyampaikan

pesan berupa lambang-lambang kepada orang lain melalui saluran yang

disebut channel atau media, selain itu pula dalam definisi Hoveland tampak

adanya penekanan bahwa komunikasi adalah bukan sekedar menyampaikan

pesan, tetapi untuk mengubah pengertian, dukungan, gagasan dan tindakan.

Untuk lebih memahami pengertian komunikasi, tepatlah apa yang

dikemukakan oleh Harold Lasswell (1948) dalam karyanya, “The Structure

and Function of Communication in Society”, bahwa cara yang baik untuk

menjawab pertanyaan sebagai berikut “Who says what in which channel to

whom with what effect?”. Paradigma Lasswell ini menunjukkan bahwa

komunikasi meliputi lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan tersebut,

yakni: komunikator, pesan, komunikan, media dan efek.

21 Ibid, hal 18-19 22 H.A. Widjaja. Komunikasi dan Hubungan kemasyarakatan, (Jakarta: Bumi Aksara,

1997),h.11

Page 27: “Komunikasi Instruksional Guru Dan Murid Autis di Sekolah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19437/1/RAHMI... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang

17

Jadi pada dasarnya Lasswell menyatakan bahwa komunikasi adalah proses

penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang

menimbulkan efek tertentu.23

Dari uraian beberapa tokoh di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa

komunikasi adalah suatu proses pengoperan atau pemindahan lambang-

lambang informasi dari komunikator kepada komunikan untuk mencapai suatu

tujuan yang diinginkan oleh komunikator. Dalam proses belajar mengajar

komunikasi lebih bersifat khusus, ini artinya komunikasi yang di terapkan

dalam proses belajar mengajar lebih menekankan pada penerapan teori-teori

komunikasi yang dapat memudahkan seorang guru menyampaikan kurikulum

kepada murid sehingga tercapai tujuan pendidikan.

2. Unsur-unsur Komunikasi

Komunikasi adalah proses pembentukan, penyampaian, penerimaan dan

pengolahan pesan yang terjadi dalam diri seseorang atau diantara dua orang

atau lebih dengan tujuan tertentu. Dari pengertian komunikasi sebagaimana

diuraikan diatas, tampak adanya sejumlah komponen dan unsur yang dicakup

dan merupakan persyaratan terjadinya komunikasi. Dalam bahasa komunikasi

komponen atau unsur adalah sebagai berikut:24

a. Komunikator

Komunikator dapat berupa individu yang sedang berbicara, menulis,

kelompok orang, organisasi komunikasi seperti surat kabar, Radio,

televisi, film dan sebagainya. Dalam komunikator menyampaikan pesan

kadang-kadang komunikator dapat menjadi komunikan sebaliknya

23 Onong Uchjana Effendi, Ilmu Komunikasi Teori dan praktek, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1999), cet ke-13, h.10.

24 H.A.W. Widjaja, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, (Jakrta: Bumi Aksara, 2002) h.11

Page 28: “Komunikasi Instruksional Guru Dan Murid Autis di Sekolah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19437/1/RAHMI... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang

18

komunikan menjadi komunikator.25 Komunikator berfungsi sebagai

encoder yaitu, sebagai orang yang memformulasikan pesan yang kemudian

menyampaikan kepada orang lain.26 Syarat-syarat yang perlu diperhatikan

oleh seseorang komunikator adalah sebagai berikut:27

1) Memiliki kredibilitas yang tinggi bagi komunikasinya.

2) Keterampilan berkomunikasi

3) Mempunyai pengetahuan yang luas

4) Sikap

5) Memiliki daya tarik dalam arti ia memiliki kemampuan untuk

melakukan perubahan sikap / penambahan pengetahuan bagi diri

komunikan.

b. Pesan

Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang

disampaikan pengirim kepada penerima. Pesan dapat disampaikan dengan

cara tatap muka atau melalui media komunikasi, isinya bisa berupa ilmu

pengetahuan, hiburan informasi, nasihat atau propaganda. Dalam bahasa

Inggris pesan biasanya di terjemahkan dengan kata message, content atau

information.28

Pesan dalam dunia pendidikan adalah muatan kurikulum yang

disajikan oleh guru sebagai komunikator atau penyampai pesan kepada

siswa / murid selaku komunikan atau yang menerima pesan.

25 Ibid. h, 12 26 Syaiful Bahri Djamarah, Pola Komunikasi Orang Tua & anak dalam keluarga. Sebuah

perspektif pendidikan Islam (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004) cet ke-1, h, 11-12 27 H.A.W. Widjaja, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, (Jakarta: Bumi Aksara, 2002)

h.12 28 H. Hafied Cangara,, Pegantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998) cet

I h.23

Page 29: “Komunikasi Instruksional Guru Dan Murid Autis di Sekolah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19437/1/RAHMI... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang

19

c. Media

Media yang dimaksud disini ialah alat yang digunakan untuk

memindahkan pesan dari sumber kepada penerima. Terdapat beberapa

pendapat mengenai saluran atau media. Ada yang menilai bahwa media

bisa bermacam-macam bentuknya, misalnya dalam komunikasi

antarpribadi pancaindera dianggap sebagai media komunikasi.29

Media dalam dunia pendidikan dapat berupa papan tulis, benda, peta,

atau yang lainnya yang sesuai dengan pesan atau kurikulum yang di

sampaikan.

d. Penerima / Komunikan

Komunikan adalah orang yang menerima pesan. Komunikan berfungsi

sebagai decoder, yakni menerjemahkan lambang-lambang pesan ke dalam

konteks pengertiannya sendiri.30 Komunikan mempunyai peranan sebagai

penerima pesan atau sebagai pihak yang menjadi sasaran komunikasi

haruslah mengikuti dan menyesuaikan diri dengan proses komunikasi agar

tidak terjadi hambatan-hambatan sehingga tercapai pada tujuan

komunikasi.31

Komunikasi bisa seseorang (murid) atau sekelompok orang atau

organisasi / institusi yang menjadi sasaran penerima pesan.

e. Pengaruh / Efek

De Fleur, (1982) Pengaruh atau efek adalah perbedaan antara apa yang

dipikirkan, dirasakan dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah

29 H. Hafied Cangara Ibid, h.23-24 30 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan praktek, (bandung: Remaja

Rosdakarya, 1999), cet ke-13 h.59 31 Sasa Djuarsa Sendjaja (et.al). Pengantar Komunikasi, (Jakarta: Universitas Terbuka 1993),

Cet ke-4. h.30

Page 30: “Komunikasi Instruksional Guru Dan Murid Autis di Sekolah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19437/1/RAHMI... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang

20

menerima pesan. Pengaruh ini bisa terjadi pada pengetahuan, sikap dan

tingkah laku seseorang. Karena itu, pengaruh bisa juga diartikan

perubahan atau penguatan keyakinan pada pengetahuan, sikap dan

tindakan seseorang sebagai akibat penerimaan pesan.32

Dalam proses belajar mengajar efek adalah hasil dari apa yang

diajarkan oleh guru yang disampaikan kepada murid supaya murid tersebut

dapat mengerti dan memahami pelajaran.

3. Tinkatan Komunikasi

a. Komunikasi Antarpribadi

Komunikasi antarpribadi, yaitu kegiatan komunikasi yang dilakukan

secara langsung antara seseorang dengan orang lain atau secara tatap muka

(face to face). Misalnya: percakapan secara tatap muka diantara dua orang

(seperti guru dengan murid ketika sedang konsultasi), surat menyurat

pribadi, dan percakapan melalui telepon. Corak komunikasinya juga

bersifat pribadi, dalam arti pesan atau informasi yang disampaikan hanya

ditujukan untuk kepentingan pribadi para pelaku komunikasi yang

terlibat.33

b. Komunikasi dan kelompok

Yakni kegiatan komunikasi yang berlangsung di antara anggota suatu

kelompok. Pada tingkatan ini, tiap individu yang terlibat masing-masing

berkomunikasi sesuai dengan peran dan kedudukannya dalam kelompok.

Pesan atau informasi yang di komunikasikan juga menyangkut semua

32 H. Hafied Cangara, Pegantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998) cet

I, h.25 33 Sasa Djuarsa Sendjaja, (et.al). Pengantar Komunikasi, (Jakarta: Universitas Terbuka 1993),

Cet ke-4. h.39

Page 31: “Komunikasi Instruksional Guru Dan Murid Autis di Sekolah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19437/1/RAHMI... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang

21

kepentingan seluruh anggota kelompok, bukan bersifat pribadi. Misalnya:

ngobrol-ngobrol dalam keluarga antar bapak, ibu, dan anak-anaknya,

diskusi dalam kegiatan belajar mengajar yang dilakukan seorang guru

dengan murid-muridnya didalam kelas.34

c. Komunikasi Massa

Komunikasi yang ditujukan kepada massa atau komunikasi yang

menggunakan media massa. Massa adalah kumpulan orang-orang yang

hubungan antar sosialnya tidak jelas dan tidak mempunyai struktur

tertentu. Komunikasi massa sangat efisien karena dapat menjangkau

daerah yang luas dan audiensi yang praktis tak terbatas, namun

komunikasi massa kurang efektif dalam pembentukan sifat persona karena

komunikasi massa tidak dapat langsung diterima oleh massa. tetapi

melalui opinion leader, ialah yang kemudian menerjemahkan apa yang

disampaikan dalam komunikasi massa itu kepada komunikan.35

4. Jenis-jenis Komunikasi

a. Komunikasi Verbal

Yaitu komunikasi yang menggunakan bahasa dan tulisan. Menurut

Paulette J. Thomas, komunikasi verbal adalah penyampaian dan

penerimaan pesan dengan menggunakan bahasa lisan dan tulisan.

Lambang verbal adalah semua lambang yang digunakan untuk

menjelaskan pesan-pesan dengan memanfaatkanan kata-kata (bahasa).36

Dalam proses belajar mengajar komunikasi verbal dapat dilangsungkan

34 Sasa Djuarsa Sendjaja, Sendjaja, (et.al). Pengantar Komunikasi, (Jakarta: Universitas

Terbuka 1993), Cet ke-4.h.39 35 H.A.W. Widjaja, Ilmu Komunikasi Pengantar Studi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000) h.37 36 Roudhonah. Ilmu Komunikasi, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta 2007), Cet ke 1

hal.93

Page 32: “Komunikasi Instruksional Guru Dan Murid Autis di Sekolah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19437/1/RAHMI... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang

22

dengan kata-kata, seperti: ceramah, bercerita, berdiskusi dan lain-lain. Bisa

juga dilangsungkan dengan menggunakan tulisan surat, buku, majalah,

koran, dan lain-lain. Bahasa lisan dan tulisan adalah lambang yang paling

banyak digunakan dalam komunikasi seperti komunikasi yang terjadi

antara guru dan murid. Sebabnya ialah karena bahasa selain dapat

mewakili kenyataan yang konkrit dan obyektif dalam dunia sekeliling kita,

juga dapat mewakili hal yang abstrak sekalipun. Yakni bahasa verbal

adalah sarana utama untuk menyatakan pikiran, gagasan, perasaan dan

maksud kita.37

b. Komunikasi Non Verbal

Menurut penulis komunikasi non verbal yaitu jenis komunikasi yang

menggunakan symbol, lambang, gerakan-gerakan, sikap, ekspresi wajah

dan isyarat yang tidak menggunakan bahasa lisan dan tulisan. Pelaksanaan

komunikasi dengan non verbal inipun tidak kalah pentingnya, namun

dalam kenyataannya, jika seseorang belum mengetahui lambang-lambang

yang ada, maka akan salah arti, dan akibatnya akan fatal. Dalam

prakteknya yang lebih efektif itu adalah komunikasi verbal dan non verbal

saling mengisi. Seperti halnya jika ada gambar di surat kabar, maka akan

lebih jelas jika ada keterangannya dengan verbal. Karena jika tidak ada

keterangan, mungkin akan salah arti.38

Komunikasi Non Verbal adalah komunikasi yang pesannya dikemas

dalam bentuk non verbal, tanpa kata-kata. Dalam hidup nyata komunikasi

no verbal ternyata jauh lebih banyak dipakai daripada komunikasi verbal,

37 Ibid, h.93 38 Ibid, h.94

Page 33: “Komunikasi Instruksional Guru Dan Murid Autis di Sekolah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19437/1/RAHMI... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang

23

dengan kata-kata. Dalam berkomunikasi hampir secara otomatis

komunikasi non verbal ikut terpakai. Karena itu, komunikasi non verbal

bersifat tetap dan selalu ada. Komunikasi non verbal lebih jujur

mengungkapkan hal yang mau diungkap secara sepontan.39

Albert Mehrabian (1981) di dalam bukunya ”Silent Message: Implicit

Communication Of Emmotion and Attitudes” menegaskan hasil

penelitiannya bahwa makna setiap pesan komunikasi dihasilkan dari

fungsi-fungsi: 7% pernyataan verbal, 38 % bentuk vokal, dan 55 %

ekspresi wajah. Dengan demikian kode-kode non verbal merupakan aspek

sangat penting di dalam komunikasi manusia.40

c. Komunikasi Satu Arah

Komunikasi satu arah adalah komunikasi yang bersifat koersifdapat

berbentuk perintah, instruksi dan bersifat memaksa dengan menggunakan

sanksi-sanksi.41

d. Komunikasi Dua Arah

Komunikasi dua arah adalah komunikasi yang bersifat informatif dan

persuasif dan memerlukan hasil (feed back).42

5. Hambatan-hambatan komunikasi

Menurut Hafied Cangara dalam karyanya ”Pengantar Ilmu Komunikasi”,

mengatakan bahwa hambatan komunikasi ialah adanya hambatan yang

39 Agus M. hardjana. Komunikasi Intrapersonal dan Interpersonal. Yogyakarta: Kanisius.

2003. cet ke-1, hal.26 40 Ibid, h. 95 41 H.A.W. Widjaja, Ilmu Komunikasi Pengantar Studi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000) h.100 42 Ibid

Page 34: “Komunikasi Instruksional Guru Dan Murid Autis di Sekolah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19437/1/RAHMI... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang

24

membuat proses komunikasi tidak berlangsung sebagaimana harapan

komunikator pada penerima.43

Hambatan Komunikasinya sebagai berikut:

a. Hambatan Teknis

Hambatan teknis terjadi jika salah satu alat digunakan dalam

berkomunikasi mengalami gangguan, sehingga informasi pengajaran yang

ditaransmisi melalui saluran mengalami kerusakan (channel noise).

b. Hambatan Semantik

Hambatan semantik ialah hambatan komunikasi yang disebabkan

karena kesalahan pada bahasa yang digunakan.

c. Hambatan Psikologis

Hambatan psikologis terjadi karena adanya hambatan yang disebabkan

oleh persoalan-persoalan dalam diri individu. Misalnya rasa curiga

penerima pada sumber, situasi berduka atau karena gangguan kejiwaan

sehingga dalam penerimaan dan pemberian informasi tidak sempurna.

d. Hambatan Fisik

Hambatan fisik ialah hambatan yang disebabkan karena kondisi

geografis. Misalnya jarak jauh sehigga sulit dicapai, tidak adanya sarana

kantor pos, kantor telepon, jalur transportasi dan sebagainya.

e. Hambatan Status

Hambatan status ialah hambatan yang disebabkan karena jarak sosial

diantara peserta komunikasi. misalnya perbedaan status antara senior dan

yunior atau atasan dan bawahan.

43 H. Hafied Cangara, Pegantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998) cet

I, h.153

Page 35: “Komunikasi Instruksional Guru Dan Murid Autis di Sekolah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19437/1/RAHMI... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang

25

f. Hambatan Kerangka berfikir

Hambatan kerangka berfikir ialah hambatan yang disebabkan adanya

perbedaan persepsi antara komunikator dan khalayak terhadap pesan yang

digunakan dalam berkomunikasi.

g. Hambatan Budaya

Hambatan budaya ialah hambatan yang terjadi disebabkan karena

adanya perbedaan norma, kebiasaan dan nilai-nilai yang dianut oleh pihak-

pihak yang terlibat dalam berkomunikasi.44

C. Autis

1. Pengertian Autis

Autisme adalah gangguan perkembangan kompleks pada yang ditandai

dengan adanya gangguan dengan keterlambatan dalam bidang kognitif, bahasa

perilaku, komunikasi dan interaksi sosial.45

Budiman, (1997) mendefinisikan Autisme adalah salah satu defisit

perkembangan pervasif pada awal kehidupan anak yang disebabkan oleh

gangguan perkembangan otak yang ditandai dengan ciri pokok yaitu

terganggunya perkembangan interaksi sosial, bahasa dan wicara, serta

munculnya perilaku yang bersifat repetitif, stereotipik dan obsesif.

Lumbantobing (2001) mendefinisikan Autisme sebagai gangguan

perkembangan fungsi otak yang mencakup bidang sosial dan fungsi afek,

komunikasi verbal (bahasa) dan non verbal, imajinasi, fleksibilitas, lingkup

interest (minat), kognisi dan atensi. Anak dengan gangguan autis dikenal

sebagai pribadi yang tak mampu berkomunikasi dengan orang terdekat

44 Ibid, h. 153-156 45 Budiman, Spkj, Dr. Melly, Penyebab dan Penatalaksanaan Ganguan Spektrum Autisme,

Yayasan Autisme Indonesia, ( Jakarta 2005)

Page 36: “Komunikasi Instruksional Guru Dan Murid Autis di Sekolah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19437/1/RAHMI... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang

26

sekalipun. Anak autis juga tak mampu mengekspresikan perasaan dan

keinginannya, seringkali tertawa atau menangis sendiri.

Kata autisme sering juga disebut dengan kata autis kata autis disini

pengertiannya sama saja degan kata autisme dan tak ada bedanya hanya

kebanyakan orang memendekan kata autisme menjadi autis.

Autis berasal dari kata “auto” yang berarti berdiri sendiri. Kalau kita

perhatikan, maka kita akan mendapat kesan bahwa penyandang autisme itu

seolah-olah hidup di dunianya sendiri. Istilah autisme ini baru diperkenalkan

oleh Leo Kanner pada tahun 1943 saat Leo melihat seorang anak berperilaku

aneh, acuh terhadap lingkungan, cenderung meyendiri dan seakan-akan hidup

dalam dunianya sendiri. Masalah pada penyandang autisme ini dapat

dikelompokan dalam adanya masalah gangguan interaksi sosial, masalah

gangguan komunikasi / bicara, masalah gangguan perilaku, dan masalah

gangguan sensori (penginderaan).

Memiliki anak yang menderita autis memang berat. Anak penderita autis

seperti seorang yang kerasukan setan maksudnya adalah anak autis terkadang

tertawa terbahak-bahak, tiba-tiba menangis dan kadang marah tak terkendali.

Selain tidak mampu bersosialisasi, penderita tidak dapat mengendalikan

emosinya. Dia sendiri tidak mampu mengendalikan dirinya sendiri dan

memiliki gerakan-gerakan aneh yang selalu diulang-ulang. Selain itu dia

punya ritual sendiri yang harus dilakukannya pada saat-saat atau kondisi

tertentu.46

46 Hendra Priyantono “Anak Autis” Artikel diakses pada tanggal 5 mei 2008 dari

Http://www.google.co.id

Page 37: “Komunikasi Instruksional Guru Dan Murid Autis di Sekolah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19437/1/RAHMI... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang

27

IQ-EQ (2001) mendefinisikan Autisme adalah gangguan perkembangan

khususnya terjadi pada masa anak-anak, yang membuat seseorang tidak

mampu mengadakan interaksi sosial dan seolah-olah hidup dalam dunianya

sendiri.

Beberapa hal yang menyebabkan anak menderita autisme disebabkan oleh

adanya kelainan struktur otak atau fungsi otak. Berdasarkan penelitian yang

dilakukan oleh Edelson tahun 1980 di Utah Amerika Serikat, mutasi gen

adalah kemungkinan terbesar penyebab autisme. Kelainan otak itu terjadi

karena:

a. Faktor genetik, (kelainan kromosom)

b. Gangguan pertumbuhan sel otak

c. Komplikasi saat hamil dan persalinan (pendarahan, gawat janin, dan lain-

lain)

d. Gangguan sistim kekebalan tubuh (auto imun) karena vaksinasi dan

infeksi virus

e. Keracunan timah hitam dan bahan kimia yang beracun

f. Setelah anak mengalami kejang

g. Defisiensi enzim pencernaan (tubuh tidak dapat mendetoksifikasi) zat

toksik, fenol (zat pewarna) dan amin (terdapat di apel, jeruk, para setamol,

coklat)47

Klasifikasi Autisme

Autisme diklasifikasikan menjadi 2 tipe berdasarkan waktu pertama kali

gangguan autisme terjadi pada seorang anak, yaitu:

47 Budiman, Spkj, Dr. Melly, Penyebab dan Penatalaksanaan Ganguan Spektrum Autisme,

Yayasan Autisme Indonesia, ( Jakarta 2005)

Page 38: “Komunikasi Instruksional Guru Dan Murid Autis di Sekolah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19437/1/RAHMI... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang

28

a. Autisme Klasik (Infantil Autisme)

Gejala autisme klasik dapat diketahui sejak si anak baru lahir.

Penyebabnya dikarenakan adanya gangguan pada saat kehamilan, seperti si

ibu terkena virus rubella, taksoplasma atau terpapar logam berat (merkuri dan

timbal). Hal tersebut berpengaruh mengacaukan pembentukan sel saraf di otak

janin yang menyebabkan anak lahir dengan gejala autisme.48

Adapun penderita autisme klasik memiliki beberapa gejala yaitu: 49

1) Gangguan interaksisosial seperti:

a) Menolak atau menghindari untuk bertatap muka

b) Anak mengalami ketulian

c) Merasa tidak senang dan menolak bila dipeluk

d) Tidak ada usaha untuk melakukan interaksi dengan orang

e) Bila mengiginkan sesuatu ia akan menarik tangan orang yang terdekat dan

mengharapkan orang tersebut melakukan sesuatu untuknya

f) Bila didekati untuk bermain justru menjauh

g) Tidak berbagi kesenangan oleh orang lain kadang mereka masih

mendekati orang lain untuk makan atau duduk di pangkuan sebentar,

kemudian berdiri tanpa memperlihatkan mimik apapun

h) Keengganan untuk berinteraksi lebih nyata pada anak sebaya di

bandingkan terhadap orangtuanya

2) Hambatan dalam komunikasi verbal dan non verbal

a) Terlambat bicara atau tidak dapat berbicara

48 Ibid 49 Dr. Suriviana. (www.infoibu.com) Artikel diakses pada tanggal 5 mei 2008 dari

http://www.google.co.id

Page 39: “Komunikasi Instruksional Guru Dan Murid Autis di Sekolah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19437/1/RAHMI... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang

29

b) Mengeluarkan kata-kata yang tidak dapat di mengerti oleh orang lain yang

sering disebut sebagai bahasa planet.

c) Tidak mengerti dan tidak menggunakan kata-kata dalam konteks yang

sesuai.

d) Bicara tidak digunakan untuk komunikasi

e) Meniru atau membeo, beberapa anak sangat pandai menirukan nyanyian,

nada, maupun kata-katanya tanpa mengerti artinya.

f) Kadang bicara monoton seperti robot50

g) Mimik muka datar

h) Seperti anak tuli, tetapi bila mendengar suara yang disukainya akan

bereaksi dengan cepat.

3) Gangguan pada bidang perilaku dan bermain

Pada anak autis terlihat adanya perilaku yang berlebihan (excessive) dan

kekurangan (deficient).

Contoh perilaku yang berlebihan adalah:

a) Adanya hiperaktivitas motorik, seperti tidak bisa diam, lari kesana sini tak

terarah, melompat-lompat, berputar-putar, memukul-mukul pintu atau

meja, mengulang-ulang suatu gerakan tertentu.

Contoh perilaku yang kekurangan adalah:

b) Duduk diam bengong dengan tatap mata yang kosong, bermain secara

monoton dan kurang variatif secara berulang-ulang,

c) Duduk diam terpukau oleh sesuatu hal, misalnya bayangan, atau benda

yang berputar. Kadang-kadang ada kelekatan pada benda tertentu, seperti

50 Ibid

Page 40: “Komunikasi Instruksional Guru Dan Murid Autis di Sekolah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19437/1/RAHMI... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang

30

sepotong tali, kartu, kertas, gambar, gelang karet atau apa saja yang terus

dipegangnya dan dibawa kemana-mana. Perilaku yang ritualistik sering

terjadi.

4) Gangguan pada bidang perasaan dan emosi

a) Tidak ada atau kurangnya rasa empati, misal melihat anak menangis tidak

merasa kasihan, bahkan merasa terganggu, sehingga anak yang sedang

menangis akan di datangi dan dipukulnya.

b) Tertawa-tawa sendiri, menangis atau marah-marah tanpa sebab yang

nyata.

c) Sering mengamuk tidak terkendali (temper tantrum), terutama bila tidak

mendapatkan apa yang di inginkan, bahkan dapat menjadi agresif dan

dekstruktif.

5) Gangguan dalam persepsi sensoris

a) Mencium-cium, menggigit, atau menjilat mainan atau benda apa saja.

b) Bila mendengar suara keras langsung menutup mata.

c) Tidak menyukai rabaan dan pelukan bila digendong cenderung merosot

untuk melepaskan diri dari pelukan.

d) Merasa tidak nyaman bila memakai pakaian dengan bahan tertentu.

b. Autisme Regresif

Autisme yang gejalanya muncul saat anak berusia 12-24 bulan, walaupun

pada awalnya anak sempat berkembang normal.51

Gejala-gejala yang digambarkan diatas tidak harus ada semua pada setiap

anak penyandang autisme. Pada penyandang autisme yang berat mungkin

51 Ibid

Page 41: “Komunikasi Instruksional Guru Dan Murid Autis di Sekolah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19437/1/RAHMI... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang

31

hampir semua gejala diatas ada, tapi pada kelompok yang termasuk ringan

hanya terdapat sebagian saja dari gejala diatas.

2. Penatalaksanaan pada anak autis

Orangtua memainkan peran yang sangat penting dalam membantu

perkembangan anak. Seperti anak-anak yang lainnya, anak autis terutama

belajar melalui permainan, bergabunglah dengan anak ketika dia sedang

bermain, tariklah anak dari ritualnya yang sering diulang ulang, dan tuntunlah

mereka menuju kegiatan yang lebih beragam. Orang tua perlu memasuki dunia

mereka untuk membantu mereka masuk kedunia luar.

Temukan cara lain untuk mendorong perilaku baik dan untuk mengangkat

harga dirinya. Misalnya berikan waktu lebih untuk bermain dengan mainan

kesukaannya jika anak telah menyelesaikan tugasnya dengan baik. Anak autis

belajar lebih baik jika informasi disampaikan secara visual (melalui gambar)

dan verbal (melalui kata-kata).

Masukan komunikasi argumentative dalam kegiatan rutin sehari-hari

dengan menggabungkan kata-kata dan foto-foto, lambang atau isyarat tangan

untuk membantu anak mengutarakan kebutuhan, perasaan dan gagasannya.

Tujuan dari pengobatan adalah membuat anak autis berbicara tetapi

sebagian anak autis tidak dapat bermain dengan baik, padahal anak-anak

mempelajari kata baru dalam permainan, sebaiknya orangtua tetap berbicara

kepada anak autis sambil menggunakan semua alat komunikasi dengan

mereka, apakah berupa isyarat tangan, gambar, foto, tangan, bahasa tubuh

manusia maupun teknologi. Jadwal kegiatan sehari-hari, makanan dan aktifitas

favorit serta teman dan anggota keluarga lainnya bisa menjadi bagian dari

Page 42: “Komunikasi Instruksional Guru Dan Murid Autis di Sekolah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19437/1/RAHMI... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang

32

sistem gambar dan membantu anak untuk berkomunikasi dengan dunia

disekitarnya.52

Penatalaksanaan Menyeluruh

1) Terapi Psikofarmaka.

Kerusakan sel otak di sistem limbik, yaitu pusat emosi akan menimbulkan

gangguan emosi dan perilaku temper tantrum, agresifitas, baik terhadap diri

sendiri maupun pada orang-orang disekitarnya, serta hiperaktifitas dan

stereotipik. Untuk mengendalikan gangguan emosi ini diperlukan obat yang

mempengaruhi berfungsinya sel-sel otak. Obat-obat yang digunakan antara

lain:

a) Haloperidol

Suatu obat antipsikotik yang mempunyai efek meredam psikomotor,

biasanya digunakan pada anak yang menampakkan perilaku temper

tantrum yang tidak terkendali serta mempunyai efek lain yaitu

meningkatkan proses belajar biasanya digunakan dalam dosis 0,20mg.53

b) Fenfluramin

Suatu obat yang mengurangi kadar serotonin darah yang bermanfaat pada

beberapa anak autisme.54

52 Ibid 53 Campbell, M., shay dkk., 1983., Pervassif Development Disorder., Comprehensive Text

Book of Psychiatry., 2277-2293 (Artikel diakses pada tanggal 6 mei 2008 dari http//www.google.co.id)

54 Leventhal, dkk., 1993., Gangguan Perkembangan Pervassif., Ilustrasi 1 Kasus, Jurnal Medika Nusantara, Vol:22(2):347-54 (Artikel diakses pada tanggal 6 mei 2008 dari http//www.google.co.id)

Page 43: “Komunikasi Instruksional Guru Dan Murid Autis di Sekolah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19437/1/RAHMI... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang

33

c) Naltrexone

Merupakan obat antagonis opiat yang diharapkan dapat menghambat

opioid endogen sehingga mengurangi gejala autisme seperti mengurangi

cedera pada diri sendiri dan mengurangi hiperaktifitas.55

d) Clompramin

Merupakan obat yang berguna untuk mengurangi stereotipik, konvulsi,

perilaku ritual dan agresifitas, biasanya digunakan dalam dosis 3,75mg.56

e) Lithium

Merupakan obat yang dapat digunakan untuk mengurangi perilaku agresif

dan mencederai diri sendiri.57

f) Ritalin

Untuk menekan hiperaktifitas.58

2) Terapi Perilaku

Dalam tatalaksana gangguan autisme, terapi perilaku merupakan

tatalaksana yang paling penting. Berbagai jenis perilaku telah dikembangkan

untuk mendidik penyandang autisme, mengurangi perilaku yang tidak lazim

dan menggantinya dengan perilaku yang bisa diterima dalam masyarakat.

Terapi perilaku sangat penting untuk membantu para penyandang autisme

untuk lebih bisa menyesuaikan diri dalam masyarakat. Bukan saja gurunya

yang harus menerapkan terapi perilaku pada saat belajar, namun setiap

55 Lensing, dkk., 1995, Gangguan Perkembangan Pervassif., Ilustrasi 1 Kasus, Jurnal Medika

Nusantara.,vol:22(2):347-54 (Artikel diakses pada tanggal 6 mei 2008 dari http//www.google.co.id)

56 Campbell, M., shay dkk., 1983. Pervassif Development Disorder., Comprehensive Text Book of Psychiatry., 2277-2293 (Artikel diakses pada tanggal 6 mei 2008 dari http//www.google.co.id)

57 Lumbantobing, S.M., 2001, Anak Dengan Mental Terbelakang., Balai Penerbit Fakultas kedokteran Indonesia (Artikel diakses pada tanggal 6 mei 2008 dari http//www.google.co.id)

58 Ibid

Page 44: “Komunikasi Instruksional Guru Dan Murid Autis di Sekolah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19437/1/RAHMI... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang

34

anggota keluarga dirumah harus bersikap sama dan konsisten dalam

menghadapi penyandang autisme. Metode yang digunakan adalah metode

Lovass.

Pengertian Lovass adalah modifikasi tingkah laku yang dapat memberi

dorongan dan pengertian sehingga para penyandangnya dapat hidup dan

berkembang lebih baik.

Metode Lovass adalah metode modifikasi tingkah laku yang disebut

dengan Applied Behavioral Analysis (ABA). Metode Lovass yang dipelopori

oleh B.F Skinner seorang behavioralist. Teknik Lovass yang berdasarkan

”Behaviour modification” atau ”Discrate Trial Learning” menggunakan

urutan: A-B-C.59

A atau Antendence (pra kejadian) adalah pemberian intruksi, misalnya:

pertanyaan, perintah atau visual. Berikan waktu 3-5 detik untuk si anak

memberi respons. Dalam memberikan intruksi perhatikan bahwa si anak ada

dalam keadaan siap (duduk, diam, tangan kebawah). Suara dan intruksi harus

jelas, dan instruksi tidak diulang. Untuk permulaan gunakanlah SATU kata

perintah. B atau Behaviour (perilaku) yaitu respons anak. Respons yang

diharapkan haruslah jelas dan anak harus memberi respons dalam 3 detik.

Mengapa demikian, karena ini normal dan dapat meningkatkan perhatian. C

atau Consuquence (konsekuensi atau akibat). Konsekuensi haruslah seketika,

berupa reinforcer atau ”TIDAK”.

Reinforcer adalah konsekuensi yang telah diberikan setelah perilaku.

Reinforcer positif dapat berupa: pujian, pelukan, elusan, ataupun kelitikan

59 Yayasan Autisme Indonesia, (Jakarta, 22 November 1997) h.61

Page 45: “Komunikasi Instruksional Guru Dan Murid Autis di Sekolah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19437/1/RAHMI... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang

35

yang menyenangkan. Reinforcer dapat berbentuk apa saja asalkan itu adalah

sesuatu yang disenangi oleh anak dan ia akan berperilaku lebih baik untuk

mendapatkannya.

Prompt adalah bantuan atau apa saja yang bersifat membantu agar si anak

dapat menjawab dengan benar. Setelah si anak menjawab atau memberikan

respons yang benar, dia lalu diberikan reinforcer. Prompt yang biasa

diberikan:

FISIK : Secara fisik si anak dibantu dengan respons yang benar

MODEL : Si anak diberikan contoh agar ia dapat meniru dengan

benar

VERBAL : Mengucapkan kata yang benar untuk ditiru, atau

menjelaskan apa yang harus dikerjakan oleh sang anak,

untuk menanyakan misalnya ”apa lagi?”

GESTURAL : Secara isyarat, dengan menunjuk, melirik, ataupun

gerakan kepala.

POSITIONAL : Dengan meletakan apa yang diminta lebih dekat dengan si

anak dari pada benda-benda lainnya yang kita minta untuk

membedakan.

Contohnya: (1) Untuk respons yang BENAR; A-bila intruksi diberikan

yaitu: ”tepuk tangan”, B-anak menepuk tangannya; C-terapis berkata

”BAGUS” sebagai imbalan positif. (2) Untuk respons yang SALAH; A-bila

intruksi diberikan yaitu ”tepuk tangan”, B-anak melambaikan tangannya;

maka C-terapis berkata ”TIDAK”. (3) Tidak ada respons; A-bila intruksi

diberikan yaitu: ”tepuk tangan”, B-anak tidak mengerjakan apa-apa, maka C-

Page 46: “Komunikasi Instruksional Guru Dan Murid Autis di Sekolah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19437/1/RAHMI... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang

36

terapis akan mengatakan ”LIHAT” atau ”DENGAR” (promt atau bantuan).

Metode ini melatih anak berkemampuan bahasa, sosial, akademis, dan

kemampuan membantu sendiri.60 Dasar pemikirannya, perilaku yang

diinginkan maupun yang tidak diinginkan bisa dikontrol atau dibentuk dengan

system reward dan punishment. Pemberian reward akan meningkatkan

frekuensi munculnya perilaku yang diinginkan, sedangkan punishment akan

menurunkan frekuensi munculnya perilaku yang tidak diinginkan.61

Tujuan Lovass / ABA (Applied Behavioral Analysis)

Membuat kegiatan belajar menjadi aktivitas yang menyenangkan bagi

anak. Mengajarkan kepada anak agar mampu membedakan atau

mendiskriminasikan stimulus-stimulus yang berbeda. Tanpa kemampuan ini,

anak tidak sanggup merespon secara tepat.

3) Terapi Bicara

Gangguan bicara dan berbahasa di derita oleh hampir semua anak autisme.

Tatalaksana melatih bicara dan berbahasa harus dilakukan oleh ahlinya karena

merupakan gangguan yang spesifik pada anak autisme. Anak dipaksa untuk

berbicara sekata demi sekata, cara ucapan harus diperhatikan, kemudian

diajarkan berdialog setelah mampu berbicara. Anak dipaksa untuk

memandang terapis, seperti diketahui anak austistik tidak mau adu pandang

dengan orang lain. Dengan adanya kontak mata diharapkan anak dapat meniru

gerakan bibir terapis.62

60 Ibid, 62-63 61 Nakita, 2002.Vol:30 (Artikel diakses pada tanggal 6 mei 2008 dari http//www.google.co.id) 62 Soemarno. 1992. Gangguan Autisme, Bagian Psikiatri Fakultas Kedokteran, Universitas

Gadjah Mada. (Artikel diakses pada tanggal 6 mei 2008 dari http//www.google.co.id)

Page 47: “Komunikasi Instruksional Guru Dan Murid Autis di Sekolah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19437/1/RAHMI... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang

37

4) Terapi Okupasional

Melatih anak untuk menghilangkan gangguan perkembangan motorik

halusnya dengan memperkuat otot-otot jari supaya anak dapat menulis atau

melakukan keterampilan lainnya.

5) Fisio Terapi

Terapi ini diberikan bagi anak yang mengalami gangguan kesimbangan

pada fisiknya misalnya pengendalian sikap tubuh, motorik kasar, motorik

halus dan lain-lain. Dengan terapi ini anak diajarkan melakukan aktivitas

dengan terarah sehingga kemampuan otak akan meningkat. Biasanya terapi

inilah yang diperlukan pertama kali bagi anak. Dikarenakan mereka

mempunyai otot tubuh yang lemas maka disinilah mereka dibantu agar bisa

berjalan dengan cara yang benar.

6) Pendidikan Khusus

Pendidikan khusus adalah pendidikan individual yang terstruktur bagi para

penyandang autisme. Anak autis mudah sekali teralih perhatiannya, karena itu

pada pendidikan khusus satu guru menghadapi satu anak dalam ruangan yang

tidak luas dan tidak ada gambar-gambar didinding atau benda-benda yang

tidak perlu, yang dapat mengalihkan perhatian anak. Setelah ada

perkembangan mulai dilibatkan dalam lingkungan kelompok kecil, kemudian

baru kelompok yang lebih besar. Bila telah mampu bergaul dan berkomunikasi

mulai dimasukan pendidikan biasa di TK dan SD untuk anak normal.63

63 Ibid

Page 48: “Komunikasi Instruksional Guru Dan Murid Autis di Sekolah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19437/1/RAHMI... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang

38

Gaya belajar individu pada anak autis

Setiap individu mempunyai gaya tersendiri dalam upayanya mencerna

informasi secara efektif. Bagaimana dengan individu autisme ada beberapa

gaya belajar yang dominan pada diri mereka.64

a) Rote learner: Anak yang memakai gaya belajar ini, cenderung

menghafalkan informasi apa adanya, tanpa memahami arti simbol yang

mereka hafalkan itu. Contoh: anak dapat mengucapkan huruf dengan baik

secara urut (atau melengkapi urutan abjad yang tak lengkap), tetapi

sesungguhnya tidak tahu bahwa huruf itu bila digabung dengan huruf lain

akan menjadi kata yang mengandung makna.

b) Visual learner: Anak dengan gaya belajar 'visual' senang melihat-lihat

buku atau gambar atau menonton TV dan umumnya lebih mudah

mencerna informasi yang dapat mereka lihat, dari pada yang hanya dapat

mereka dengar. Berhubung penglihatan adalah indera terkuat mereka,

tidak heran banyak anak autis sangat menyukai TV/ VCD / gambar.

c) Hands-on learner: Anak yang belajar dengan gaya ini, senang mencoba-

coba dan biasanya mendapatkan pengetahuan melalui pengalamannya.

Mulanya ia mungkin tidak tahu apa arti kata 'buka' tetapi sesudah anda

letakkan tangannya di pegangan pintu dan membantu tangannya membuka

sambil anda katakan 'buka'. Anak-anak ini umumnya senang menekan-

nekan tombol, membongkar mainan dan sebagainya.65

64 Sussman 1999, “Anak Autis” (Artikel diakses pada tanggal 21 april 2008 dari

http//www.google.co.id) 65 Dyah Puspita “Anak Autis” (Artikel diakses pada tanggal 21 april 2008 dari

http//www.google.co.id)

Page 49: “Komunikasi Instruksional Guru Dan Murid Autis di Sekolah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19437/1/RAHMI... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang

39

BAB III

GAMBARAN UMUM SEKOLAH DASAR INSANIA JATIASIH BEKASI

A. Latar Belakang Berdirinya Sekolah Dasar Insania

Berawal dari semakin banyaknya anak-anak yang berkebutuhan khusus

dalam beberapa tahun terakhir ini seperti autisme, sulit konsentrasi, hiperaktif,

dan masih banyak lagi. Keadaan ini cukup memprihatinkan kita. Walaupun

anak-anak yang berkebutuhan khusus ini bisa dikatakan mempunyai

kemampuan yang terbatas, tetapi kita tidak boleh menyerah dengan kondisi

seperti ini. Banyak yang dapat kita lakukan untuk melatih mereka, misalnya

dengan melakukan terapi.

Dengan adanya situasi dan kondisi seperti diatas, maka kami mendirikan

suatu kelompok belajar untuk anak-anak berkebutuhan khusus. Maka Pada

tahun 2000 lembaga ini didirikan oleh Bapak Dhani Widjanarko dan dikelola

oleh Ibu Diah Tri Astuti dengan nama Yayasan Asa Daya Insania (YADI).

Pada awalnya lembaga ini diperuntukan anak yang membutuhkan terapi

seperti Okupasi terapi, terapi Wicara, Sensori terapi (Fisio terapi), terapi

edukasi. Tetapi setelah lembaga ini berdiri, ternyata peminat untuk anak

berkebutuhan khusus, cukup memberikan respon dari masyarakat di daerah

bekasi umumnya dan dari orangtua yang memiliki anak berkebutuhan khusus

pada khususnya.

Karena banyaknya permintaan dan keluhan dari orangtua yang mempunyai

anak berkebutuhan khusus, misalnya kurang diterimanya anak-anak mereka di

Page 50: “Komunikasi Instruksional Guru Dan Murid Autis di Sekolah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19437/1/RAHMI... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang

40

sekolah umum, maka pada tahun 2005 lembaga Yayasan Asa Daya Insania

mendirikan pendidikan luar sekolah yang setara SD Insania.

SD Insania ini adalah sekolah khusus untuk anak berkebutuhan khusus

dengan jumlah murid + 10 orang dan ditangani oleh 2 guru dari IKIP PLB, 1

guru musik, 1 guru lukis. Semua guru-guru tersebut sudah berpengalaman

menangani anak-anak yang berkebutuhan khusus.47

SD Insania berdiri berdasarkan naungan Yayasan Asa Daya Insania

dengan berdasarkan akte notaris IRENE KUSUMAWARDHANI

SH.NO.232/Y/2002/PN.BKS.

Pada awalnya lembaga ini berdomisili di Jl. Sadewa no.27 KOMP.PEMDA

Jatiasih, dikarenakan tempat bermain kurang memadai, maka kegiatan belajar

mengajar pindah ke Jl. Nakula II Blok B no.13 KOMP.PEMDA Jatiasih Tlp.

021-82413578, 021-82413579.

Lembaga ini dipercayakan pengelolahnya kepada Ibu Diah Tri Astuti

dibantu dengan 8 orang tenaga pengajar khusus yang sesuai dengan disiplin

ilmunya dan 1 orang tenaga administrasi.48

B. Tujuan Sekolah Dasar Insania

1. Mengembangkan potensi dan kemampuan anak berkebutuhan khusus,

sehingga dapat bermanfaat bagi dirinya dan masyarakat.

2. Menumbuhkan kemandirian anak.

3. Memodisivikasi perilaku menjadi lebih baik, sehingga dapat berkembang

secara optimal.

4. Menyediakan faslitas belajar bagi anak berkebutuhan khusus.49

47 Dokumentasi SD Insania 48 Ibid

Page 51: “Komunikasi Instruksional Guru Dan Murid Autis di Sekolah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19437/1/RAHMI... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang

41

C. Sasaran SD Insania

Anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus. Seperti: Autis, ADHD,

ADD, CP, MR, LD, dan anak-anak yang bermasalah dalam perkembangan

perilaku, sosial, emosi lainnya.

D. Visi dan Misi Sekolah Dasar Insania

Visi:

Sekolah SD Insania berupaya mengembangkan dan memotivasi

kemampuan siswa, serta menyediakan sarana pendidikansesuai dengan

kemampuanya secara optimal untuk menjadikan siswa lebih mandiri, mampu

bersosialisasi dan diterima seutuhnya oleh masyarakat.

Misi:

Menciptakan siswa lebih kreatif dengan memodisivikasikan kurikulum

dan perilaku dalam pendidikan khusus yang sesuai dengan kebutuha siswa

yang mengarah pada Multiple Intelegence (Kecerdasan Majemuk) sesuai

dengan potensi dan kemampuan dan dimiliki siswa.50

E. Sarana / Prasarana

Sarana / prasarana adalah fasilitas yang menunjang keberhasilan dalam

proses belajar mengajar murid-murid autis. Adapun sarana / prasarana yang

ada di sekolah dasar insania jatas bekasi adalah sebagai berikut:51

1. Ruang belajar besar, ruang belajar kecil, ruang kantor, perpustakaan anak

dan kamar mandi.

2. Alat bermain luar ayunan, pajatan, papan luncur dan lain-lain.

49 ibid 50 ibid 51 ibid

Page 52: “Komunikasi Instruksional Guru Dan Murid Autis di Sekolah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19437/1/RAHMI... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang

42

3. Di dalam kelas terdapat: Meja guru, meja belajar, kursi anak, kursi guru,

lemari, locker anak, mesin air, karpet, papan tulis, lemari sudut.

4. Di dalam kelas terdapat: Meja guru, meja belajar, kursi anak, kursi guru,

lemari, locker anak, mesin air, karpet, papan tulis, lemari sudut.

5. Di dalam kelas terdapat: Meja guru, meja belajar, kursi anak, kursi guru,

lemari, locker anak, mesin air, karpet, papan tulis, lemari sudut.

6. Di ruangan loby terdapat: rak sepatu, tempat sampah, guci mineral dan alat

bermai dalam ruangan.

F. Program Kegiatan Belajar Mengajar SD Insania Jatiasih Bekasi

Materi

1. Bahasa Indonesia

a. Pengenalan huruf abjad

1) Menyebutkan huruf abjad A-Z

2) Pengenalan bunyi huruf awal pada kata

3) Penegenalan bunyi huruf akhir pada kata

4) Menghubungkan huruf sesuai dengan urutan abjad sehingga

membentuk gambar

5) Menulis huruf berikutnya

b. Membaca

1) Membaca suku kata

2) Membaca kata

3) Membaca kalimat

4) Membaca wacana dengan urutan tanda baca

5) Membaca wacana dengan gambar

Page 53: “Komunikasi Instruksional Guru Dan Murid Autis di Sekolah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19437/1/RAHMI... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang

43

c. Menulis

1) Menebalkan huruf dengan cara yang benar

2) Menulis kata sesuai dengan gambar

3) Menulis kalimat dengan jarak pada tiap katanya

4) Menulis dengan rata

5) Menulis berdasarkan gambar (mengarang)

6) Dikte

d. Berbicara

1) Bicara lancar dengan kalimat sederhana

2) Menirukan kembali 2 s/d 4 urutan kata

3) Menceritakan suatu cerita melalui gambar

4) Menceritakan isi wacana yang telah dibacakan

5) Menyebutkan sebanyak-banyaknya nama benda, binatang, tanaman,

yang mempunyai warna, bentuk atau menurut ciri-ciri / sifat tertentu

6) Bercerita tentang kejadian disekitarnya secara sederhana

7) Menyebutkan sebanyak-banyaknya kegunaan dari satu benda

e. Struktur

1) Memperkenalkan diri

2) Mengenal anggota keluarga dan panggilannya

3) Mengenal kata-kata yang menunjukan posisi: didalam, diluar, diatas,

dibawah, dkiri, dikanan dan sebagainya.

4) Melengkapi kalimat sederhana yang suadah dimulai oleh guru

5) Menjawab pertanyaan tentang cerita pendek yang sudah diceritakan

Page 54: “Komunikasi Instruksional Guru Dan Murid Autis di Sekolah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19437/1/RAHMI... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang

44

6) Menggunakan dan dapat menjawab pertanyaan apa, mengapa, dimana,

berapa bagaimana dan sebagainya

7) Menyanyikan berapa lagu anak

8) Membuat sebanyak-banyaknya kata dari suku kata awal yang

disediakan dalam bentuk lisan, misalnya: ma-malam, makan, marah,

dsb.

2. Matematika

a. Bilangan cacah

1) Menyebutkan urutan bilangan dari1-100

2) Mengenal konsep bilangan dengan benda-benda

3) Menghubungkan konsep bilangan dengan lambang bilangan 1-10

(anak tidak disuruh menulis)

4) Mengenal lambang bilangan / angka 1-10

b. Bentuk / bangun datar / ruang

1) Menciptakan berbagai bentuk dengan menggunakan berbaga benda

sesuai dengan konsep bilangan yang sudah diketahu anak, missal:

mengelompokan menurut warna, bentuk ukuran

2) Menyusun kembali keeping / puzzle sehingga menjadi bentuk utuh

3) Memperkirakan urutan berikutnya setelah melihat bentuk dua sampai

tiga pola yang berurutan, misal merah, putih, biru, merah, putih, biru,

merah…,….

4) Meniru pola dengan menggunakan kubus

5) Menyebut nama, menunjukan dan mengelompokan lingkaran, segitiga

dan segi empat

Page 55: “Komunikasi Instruksional Guru Dan Murid Autis di Sekolah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19437/1/RAHMI... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang

45

6) Mengurutkan 5-10 benda berdasarkan urutan tinggi, besar, berat atau

tebal

c. Waktu

1) Menyebut nama-nama hari

2) Menyebut nama-nama bulan

3) Menggunakan konsep waktu (hari ini, kemarin, besok pagi, sekarang,

nanti, pagi, siang, sore, malam, dsb

4) Menyatakan waktu yang dikaitkan dengan jam

5) Daya pikir

6) Mengenal konsep sama dan tidak sama, lebih dan kurang banyak dan

sedikit

7) Mengenal penambahan dan pengurangan 1-10 dengan menggunakan

benda-benda

8) Membedakan bermacam-macam rasa bau atau suara

3. Pengetahuan Umum

a. Mengenal warna

b. Mengenal gender (laki-laki atau perempuan)

c. Mengenal rasa (asin, manis, pahit, dingin, panas)

4. Kemampuan Dasar Motorik Halus

a. Menarik garis datar, tegak, miring kanan, miring kiri, lengkung

berulang-ulang dengan alat tulis secara bertahap

b. Mencontoh bentuk silang (x dan +), lingkaran, bujur sangkar, segitiga

secara bertahap

c. Mencontoh angka1-10, 1-100

Page 56: “Komunikasi Instruksional Guru Dan Murid Autis di Sekolah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19437/1/RAHMI... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang

46

d. Meronce dengan pola yang dibuat oleh guru

e. Menciptakan sesuatu dengan menggunting dan merobek bebas

f. Menggambar bebas dengan menggunakan pensil warna, krayon, dsb

g. Bertepuk tangan dengan bermacam pola

h. Membentuk dengan platisin

i. Menjahit sederhana dengan menggunakan tali sepatu dan papan

berpola

j. Menggunting kertas mengikuti garis lurus, lengkung, gelombang, dan

zig-zag

k. Menggunting bentuk lingkaran, segitiga dan segi empat

l. Melipat kertas

m. Menganyam

n. Menciptakan kreasi dengan stempel

o. Menjiplak dengan bentuk yang sudah tersedia

5. Kemampuan Sensori Integrasi

a. Visual

1) Mengetahui perbedaan bentuk dari setiap benda

2) Mengingat apa yang dilihat

3) Mengisi kekurangan gambar

4) Mengingat karekteristik dan gambar

5) Kordinasi mata dan tangan

6) Mengatur kerapihan meja

b. Auditory

1) Mendengar dan menyebutkan kata yang didengar

Page 57: “Komunikasi Instruksional Guru Dan Murid Autis di Sekolah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19437/1/RAHMI... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang

47

2) Mendengar dan melakukan perintah

3) Membedakan bunyi

4) Mengenali musik dan bisa mengikuti dengan gerakan tubuh

c. Sequensial / urut-urutan

1) Mengingat apa yang dilihat dan didengar pada waktu singkat

2) Mengingat apa yang dilihat dan didengar pada waktu lampau

3) Mengerjakan segala sesuatu yang menggunakan kordinasi

4) Mengorganisasikan dirinya dan membereskan keperluannya

5) Memperhatikan lingkungan secara detail

d. Atensi / kosentrasi

1) Mengingat segala sesuatu dengan baik

2) Berkonsentrasi dalam mengerjakan sesuatu

3) Memfokuskan perhatiannya untuk segala macam hal / peristiwa

4) Mengatur waktu pada saat mengerjakan tugas

5) Memfokuskan perhatiannya dalam waktu yang lama pada saat

membaca

6. Kemampuan Motorik Kasar

a. Vestibular

1) Reaksi protektif

2) Keseimbangan statis

3) Keseimbangan dinamis

4) Pola jalan

b. Preprioceptik

1) Kordinasi dan kontrol gerak

Page 58: “Komunikasi Instruksional Guru Dan Murid Autis di Sekolah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19437/1/RAHMI... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang

48

1)) Posture

2) Koordinasi bilateral

1)) Melakukan gerakan sesuai dengan intruksi dengan benar

c. Sosialisasi dan Emosi

1) Komunikasi dan berinteraksi dengan teman

2) Empati dan toleransi terhadap teman

3) Mampu menunggu giliran / sabar

4) Hiperaktif / hipoaktif

5) Memahami situasi dan lingkungan sekitar

6) Mengikuti aturan-aturan yang berlaku

7) Berbicara tanpa mengerti konteks

8) Menunjukan perilaku merusak

9) Cepat bosan

10) Marah bila ditegur dan dinasehati

7. Perilaku belajar

a. Mandiri dalam menyelesaikan tugas

b. Mampu bekerjasama

c. Mampu menjawab pertanyaan

d. Mampu mencerna setiap intruksi dari guru

e. Tepat waktu dalam menyelesaikan tugas

f. Sering mengajukan pertanyaan

g. Diam dan fokus selama jam pelajaran

h. Menyimak / memperhatikan penjelasan guru

i. Mudah letih

Page 59: “Komunikasi Instruksional Guru Dan Murid Autis di Sekolah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19437/1/RAHMI... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang

49

j. Mudah beralih perhatian

k. Lambat dalam bekerja namun selesai

l. Lambat dalam bekerja namun tidak selesai

m. Menghindar dari tugas / pekerjaan menulis

n. Berbicara tanpa mengerti konteks

o. Meninggalkan kelas tanpa permisi

p. Menunjukan perilaku merusak

q. Hanya menyenangi satu mata pelajaran tertentu

r. Cepat bosan

s. Sering marah-marah / emosi

t. memahami aturan permainan

Page 60: “Komunikasi Instruksional Guru Dan Murid Autis di Sekolah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19437/1/RAHMI... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang

50

G. Struktur Organisasi Sekolah Dasar Insania Jatiasih Bekasi

TERAPI WICARA Diah

SEKRETARIS Sri Indah

BADAN PENGURUS Diah Tri Astuti

BENDAHARA Pramesti

GURU Olyah

BADAN PENASEHAT Dhani Wijanarko

KELAS INDIVIDUAL

FISIO TERAPI Anti

GURU MUSIK Adi

GURU Nia Suniarti

KELAS KLASSIKAL

GURU LUKIS Asih

OCUPASI TERAPI Indah

Page 61: “Komunikasi Instruksional Guru Dan Murid Autis di Sekolah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19437/1/RAHMI... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang

51

BAB IV

TEMUAN DAN ANALISIS DATA

Sekolah Dasar Insania merupakan salah satu sekolah yang terletak di daerah

Bekasi yang menangani anak-anak yang mempunyai kebutuhan khusus yaitu anak

autis. Di sekolah ini terdapat dua kelas yaitu kelas klassikal yang di namakan

kelas akademik dan individual yaitu kelas terapi. Sekolah ini bertujuan untuk

mengembangkan potensi dan kemampuan anak berkebutuhan khusus sehingga

dapat bermanfaat bagi dirinya dan masyarakat., dan juga menumbuhkan

kemandirian anak autis serta memodisivikasi perilaku anak autis menjadi lebih

baik, sehingga dapat berkembang secara optimal.

Untuk menyampaikan materi-materi belajar pada kelas klassikal, kelas

individual serta kegiatan lainnya ini tentu diperlukan komunikasi yang baik, untuk

menyampaikan pesan, dan instruksi yang disampaikan melalui lambang-lambang

tertentu, agar tujuan dari Sekolah Dasar Insania tercapai.

Kaitannya dalam pendidikan, pada dasarnya di dalam pendidikan terjadi

kegiatan proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru dan murid. Dalam

kegiatan proses belajar mengajar terdapat suatu proses komunikasi, bisa

komunikasi verbal (dengan kata-kata), non verbal (berupa lambang-lambang, atau

gerakan tubuh) komunikasi antarpribadi dan komunikasi kelompok. Jadi

komunikasi mempunyai peranan penting dalam pendidikan, yaitu sebagai proses

yang di lakukan oleh guru untuk menyampaikan materi pendidikan kepada peserta

didik, dengan tujuan agar materi yang disampaikan dapat dipahami oleh peserta

didik.

Page 62: “Komunikasi Instruksional Guru Dan Murid Autis di Sekolah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19437/1/RAHMI... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang

52

A. Komunikasi Instruksional yang dipakai dalam proses belajar mengajar

di Sekolah Dasar Insania Jatiasih Bekasi

Berdasarkan pengamatan di lapangan, dapat ditemukan data bahwa dalam

pelaksanaan kegitan proses belajar mengajar, yang dilakukan oleh guru ketika

mengajar murid autis di Sekolah Dasar Insania menggunakan tipe komunikasi

instruksional sebagai berikut:

1. Komunikasi Instruksional secara non verbal

Komunikasi non verbal yaitu jenis komunikasi yang menggunakan

symbol, lambang, gerakan-gerakan, sikap, ekspresi wajah dan isyarat yang

tidak menggunakan bahasa lisan dan tulisan. Adapun pengertian Komunikasi

Non Verbal adalah komunikasi yang pesannya dikemas dalam bentuk non

verbal, tanpa kata-kata. Dalam hidup nyata komunikasi non verbal ternyata

jauh lebih banyak di pakai dari pada komunikasi verbal, dengan kata-kata.

Dalam berkomunikasi hampir secara otomatis komunikasi non verbal ikut

terpakai. Karena itu, komunikasi non verbal bersifat tetap dan selalu ada.

Komunikasi non verbal lebih jujur mengungkapkan hal yang mau diungkap

secara sepontan.

Karena anak autis termasuk anak yang sulit untuk menerima pesan dan

memahami pesan yang telah disampaikan oleh gurunya maka dari itu guru di

Sekolah Dasar Insania lebih sering menggunakan komunikasi non verbal

untuk dapat mengarahkan perilaku anak autis serta kegiatan yang menyangkut

proses belajar seperti menyampaikan materi pelajaran, bermain, bernyanyi dan

lain sebagainya.

Page 63: “Komunikasi Instruksional Guru Dan Murid Autis di Sekolah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19437/1/RAHMI... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang

53

Seperti hasil wawancara penulis pada kelas klassikal tentang komunikasi

non verbal yang di gunakan guru terhadap informan II, Dalam pelajaran

mengenal benda ketika guru memperkenalkan sebuah benda maka harus

disertai dengan simbolnya seperti “ini bola” harus dengan membawakan benda

bolanya. Karena anak autis bukan anak-anak normal yang langsung paham

tanpa diberikan suatu symbol atau isyarat lainnya.66

Penulis melihat di dalam proses belajar mengajar komunikasi non verbal

selalu di gabungkan dengan komunikasi verbal tanpa komunikasi non verbal

anak autis kurang paham akan sebuah materi yang di sampaikan.

Kedua bentuk komunikasi tersebut juga di gunakan dalam proses belajar

mengajar Sekolah Dasar Insania, hal ini penulis lihat pada saat:

a. Guru sedang mengajarkan anak membaca. Ketika anak tidak

memperhatikan bacaan, guru memegang kepala anak untuk melihat bacaan

yang sedang dibaca. Dan ketika anak sedang menulis pada saat itu anak

tidak konsentrasi maka guru memegang tangan anak untuk membantunya,

hal ini dilakukan hanya untuk mengontrol tangan anak ketika sedang

menulis

b. Guru bercerita tentang binatang. Agar cerita lebih menarik dan anakpun

dapat memahami isi cerita sehingga anakpun senang, maka guru

menggunakan ekspresi wajah, sikap tubuh dan kontak mata sehingga

perhatian murid dapat terfokus kepada apa yang sudah disampaikan dan

mereka dapat menerima pesan atau materi tersebut tanpa paksaan. Hal ini

sesuai degan hasil wawancara dengan Ibu Nia

66 Wawancara pribadi dengan Ibu Olyah

Page 64: “Komunikasi Instruksional Guru Dan Murid Autis di Sekolah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19437/1/RAHMI... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang

54

“Bahwa dalam bercerita kita harus kreatif untuk menyampaikannya dengan lebih atraktif murid dapat memahami isi cerita, supaya atensi, konsentrasi dan komunikasi bisa menyatu karena masalah pada anak autis adalah atensi, konsentrasi dan komunikasinya maka dengan cara yang atraktif kita dapat bercerita. Supaya anak-anak tersebut dapat merasakan cerita apa yang sudah diceritakan oleh gurunya.67” c. Kegiatan bernyanyi seperti guru dan murid bertepuk tangan sambil

menggerakan tubuh untuk menghidupkan suasana dan itu membuat anak

tidak merasa jenuh dan bosan dalam belajar.

d. Guru mendisiplin anak, seperti anak menganggu dan berisik di kelas guru

cukup memegang tangan anak sambil berbicara dengan tegas kepada anak.

Kemudian jika anak tidak mau duduk dan berlari-lari, guru mengangkat

tangan sambil berbicara dengan tegas atau jika anak tidak menghiraukan

gurunya maka guru menghampiri anak dan menuntunnya untuk duduk

kembali.

Di dalam pemakaian komunikasi non verbal guru mempuyai cara

tersendiri untuk menggunakannya karena yang di hadapi oleh guru adalah

anak autis, anak yang hanya dapat meniru gerakan akan tetapi tidak paham

makna gerakan yang di sampaikan seperti, ketika guru memberikan tos tangan

kepada anak guru mengatakan “tos tangan kiri dan tangan kanan” jika guru

menyuruh tangan kanan maka guru mengangkat tangan kiri dan anak akan

mengangkat tangan kanan sesuai yang di lihatnya berarti pesan yang di

sampaikan benar akan tetapi jika guru menyuruh anak mengangkat tangan kiri

dan guru mengangkat tangan kiri maka anak akan mengangkat tangan kanan

maka pesan yang di sampaikan salah, hal ini dilakukan pada saat guru

berhadap-hadapan dengan anak kegiatan ini sering terjadi di kelas individual.

67 Wawancara Pribadi dengan Ibu Nia

Page 65: “Komunikasi Instruksional Guru Dan Murid Autis di Sekolah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19437/1/RAHMI... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang

55

Dengan komunikasi non verbal dan verbal, anak menjadi lebih paham dan

mudah mengerti, penyampaian materi secara non verbal dan verbal,

komunikasi ini tampak lebih efektif untuk anak-anak autis. Akan tetapi untuk

mengarahkan perilaku anak autis penulis melihat seringnya guru

menggunakan instruksi secara non verbal.

2. Komunikasi Instruksional secara verbal

Komunikasi Verbal yaitu komunikasi yang menggunakan bahasa dan

tulisan atau bentuk komunikasi berupa kata-kata yang diucapkan secara lisan

dan tulisan yang secara umum digunakan oleh banyak orang, hal ini karena

komunikasi verbal juga di gunakan oleh guru di Sekolah Dasar Insania dalam

menyampaikan materi. Maka dengan menggunakan komunikasi secara verbal

dalam proses belajar mengajar guru-guru dapat memberikan pemahaman

materi kepada murid autis melalui program belajar yang ditetapkan, seperti

pelajaran pokoknya yaitu, bahasa Indonesia (membaca, bercerita dan menulis),

matematika (berhitung dan mengenal angka), dan megenal benda-benda yang

ada disekitarnya.

Seperti hasil wawancara penulis tentang komunikasi verbal yang

digunakan guru terhadap informan I, yaitu ketika pelajaran bahasa Indonesia

pada materi “membaca” dengan cara, ketika si anak salah dalam membaca

maka guru akan mengulangi bacaan dengan cara mengeja kata-kata.68

Kelebihan dari komunikasi melalui lisan ini, murid lebih mudah

mengetahui atau mengerti pesan yang di sampaikan. Kelemahannya apabila

68 Ibid

Page 66: “Komunikasi Instruksional Guru Dan Murid Autis di Sekolah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19437/1/RAHMI... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang

56

materi yang disampaikan melalui lisan ini tidak dikaji kembali secara

berulang-ulang maka murid akan lupa pada materi yang sudah disampaikan.

Kegiatan lainnya yang penulis sering temui, misalnya ketika guru sedang

berinteraksi dengan murid untuk menerangkan materi pelajaran seperti

membaca, menulis, bernyanyi dan permainan. Bentuk komunikasi ini juga

terlihat dari cara guru menyikapi tingkah laku atau sikap muridnya. Pada kelas

musik si anak disuruh maju ke depan untuk memukul drum akan tetapi si anak

tidak mau maju ke depan, maka guru tersebut mendekati si anak dan

memberikan semangat kepada si anak supaya anak tersebut mau melakukan

tugasnya.

Agar dapat terarah, komunikasi verbal dalam proses belajar mengajar dan

metode yang disampaikannya dapat dilihat sebagai berikut:

a. Bercerita: Adapun kegiatan lain yang sering dilakukan oleh guru di

Sekolah Dasar Insania adalah dengan bercerita. Komunikasi dengan

bentuk verbal yang diantara bentuknya adalah bercerita, dapat membantu

dan memudahkan komunikasi dua arah atara guru dan murid autis. Metode

cerita ini cukup efektif dan mudah dimengerti oleh murid, sehingga pesan-

pesan yang disampaikan dapat langsung dicerna, disini guru harus kreatif

dalam menyampaikan ceritanya, sehingga apa yang diceritakan anak autis

dapat mengerti. Karena memang cerita ialah suatu yang mengasyikan,

menyenangkan dan menggembirakan. Dalam masa kanak-kanak seperti

anak-anak autis ini sangat gampang meniru bahkan meneladani seseorang

yang dianggap cocok dengan mereka dan itu mereka dapatkan dari cerita

yang mereka dengarkan baik lewat media maupun dari gurunya.

Page 67: “Komunikasi Instruksional Guru Dan Murid Autis di Sekolah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19437/1/RAHMI... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang

57

b. Bernyanyi: Bernyayi adalah salah satu metode yang digunakan oleh guru

pada saat murid jenuh atau bosan selama mengerjakan tugasnya. Hal ini

dinamakan oleh guru Sekolah Dasar Insania yaitu breaking ice yang di

dalamnya ada kegiatan bernyanyi yang hanya dilakukan beberapa menit

saja, selama bernyanyi guru memberikan tepuk yel yel kemudian

menyuruh si anak untuk menciptakan tepuk yel yel sendiri. Tepuk yel yel

ini digunakan untuk pembukaan pada breaking ice, jadi sebelum bernyanyi

terlebih dahulu satu persatu maju untuk tepuk yel yel yang telah mereka

ciptakan sendiri. Hal ini guna membuat murid terus kreatif dalam segala

hal. Oleh karena itu guru dituntut sekreatif mungkin mengembangkannya

untuk anak autis ini. Maka dengan bernyanyi murid tetap terus terkontrol

dengan baik dan tidak merasa jenuh dan bosan lagi, kembali ceria untuk

mengerjakan tugas selanjutnya.

c. Bermain: Bermain fungsinya sama dengan bernyanyi yaitu untuk

mencairkan suasana murid ketika jenuh atau sudah bosan. Akan tetapi

bermain / games diciptakan dari materi pelajaran, hal ini bisa dikatakan

sebagai belajar sambil bermain, dengan berusaha memeberi muatan-mutan

pelajaran ke berbagai permainan yang sudah dikenal anak pada umumnya,

misalkan pada pelajaran tentang mengenal benda sesudah pelajaran

tersebut guru menuangkannya dalam bentuk games dengan meletakan

benda-benda diatas meja kemudian menyuruh si anak mengambil benda

sambil berlari yang telah guru sebutkan sebelumnya. Hal ini memang

dapat memudahkan atau mengingat pelajaran serta pengetahuan yang telah

diberikan.

Page 68: “Komunikasi Instruksional Guru Dan Murid Autis di Sekolah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19437/1/RAHMI... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang

58

Komunikasi melalui lisan yang dilakukan di Sekolah Dasar Insania

juga mengkomuikasikan pesan-pesan agama, anak-anak diajarkan

membaca iqro, membaca do’a- do’a dan selalu menggunakan kalimat-

kalimat Islam dalam segala hal seperti mengucap salam, menjawab salam,

membaca do’a belajar ketika memulai belajar, dan setelah belajar.

Selain lisan juga melalui tulisan yaitu menulis huruf, angka-angka,

juga menulis huruf arab yaitu menulis iqro. Kelebihan dari komunikasi

tulisan murid dapat belajar menulis, bagi anak autis yang belum dapat

menulis guru dapat membantunya.

Dalam penyampaian pesan, guru menggunakan bahasa yang jelas dan

tegas untuk mudah dipahami, dimengerti oleh anak autis. Sehingga pesan-

pesan yang disampaikan mendapatkan feedback (tanggapan) yang positif

dan diikuti serta diamalkan dalam kehidupan sehari-hari oleh karena itu,

komunikasi verbal berperan sekali dalam menyampaikan pesan pada anak

autis.

3. Komunikasi antar pribadi

Selain komunikasi non verbal dan verbal yang digunakan, Sekolah

Dasar Insania juga menyampaikan materi pelajaran secara antar pribadi

atau face to face. Ini terlihat pada kegiatan ketika guru sedang mengjarkan

anak membaca dengan mengajari murid satu persatu seperti privat dan

berhadapan langsung dengan murid. Juga pada saat guru menasehati

muridnya.

Proses komunikasi antar pribadi juga, penulis melihat pada kelas terapi

(individual) disini guru menerapi anak secara face to face. Supaya materi

Page 69: “Komunikasi Instruksional Guru Dan Murid Autis di Sekolah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19437/1/RAHMI... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang

59

yang di sampaikan dapat langsung di cerna dan di mengerti oleh anak

autis.

Kelebihan komunikasi anatarpribadi ini, anak mendapat rangsangan

(stimuli) dari pesan yang telah disampaikan dan dapat menimbulkan feed

back pada diri anak. Sedangkan kelemahannya, karena melihat kondisi

anak yang berbeda-beda, maka hal ini tentu saja ada yang mudah

menerimanya dan juga ada yang sulit.

Komunikasi antarpribadi ini digunakan oleh guru Sekolah Dasar

Insania dalam kegiatan belajar mengajar dengan cara tatap muka (face to

face). Hal ini penulis lihat pada saat guru mengajarkan membaca, menulis,

menerapi anak, dan memberikan nasehat yang bersifat pribadi untuk murid

yang bersangkutan. Dalam kegiatan belajar mengajar, ketiga bentuk

komunikasi diatas selalu berperan penting dalam menyampaikan materi

dan upaya meningkatkan kualitas belajar pada anak autis di Sekolah Dasar

Insania.

4. Komunikasi kelompok

Komunikasi kelompok adalah kegiatan komunikasi yang berlangsung

di antara anggota suatu kelompok. Pada tingkatan ini, tiap individu yang

terlibat masing-masing berkomunikasi sesuai dengan peran dan

kedudukannya dalam kelompok.

Komunikasi kelompok juga di gunakan di Sekolah Dasar Insania,

proses komunikasi ini terjadi pada kelas klassikal. Hasil pengamatan

penulis adalah pada saat ketika guru dan murid melakukan kegiatan

Page 70: “Komunikasi Instruksional Guru Dan Murid Autis di Sekolah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19437/1/RAHMI... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang

60

bernyanyi, bermain, dan belajar. Disini terlihat kegiatan tersebut yang

dilakukan dengan cara berkelompok.

Kegiatan yang penulis temui adalah pada kegiatan proses belajar pada

saat “pelajaran sains” guru menerangkan materi kemudian mengulang

kembali materi dengan cara menanyakan satu persatu kepada murid hal ini

guna murid autis dapat mencerna materi secara bersama-sama dan

kegiatan ini di lakukan dengan cara berkelompok supaya lebih

mengeratkan hubungan antara murid satu dengan yang lainnya.

Kelebihan komunikasi kelompok ini adalah murid dapat

mengembangkan interaksi dan sosialisasinya terhadap teman yang satu

dan teman-teman yang lainnya dan juga dengan gurunya.

Kegiatan lain yang penulis temui adalah gaya belajar individu autis

juga dapat melalui media contohnya televisi dan buku-buku yang

bergambar. Dari gambar yang mereka lihat anak autis dapat meniru dan

mengetahui makna dari gambar yang sudah dilihatnya dari pada yang di

dengarnya. Karena anak autis pada umumnya senang melihat-lihat gambar

apalagi menonton TV. Ini adalah termasuk proses komunikasi massa,

karena komunikasi massa adalah komunikasi yang di tujukan kepada

massa atau komunikasi yang menggunakan media massa, dengan bantuan

berupa media anak autis sedikit demi sedikit dapat mengembangkan

pengetahuannya.

Page 71: “Komunikasi Instruksional Guru Dan Murid Autis di Sekolah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19437/1/RAHMI... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang

61

Tabel I

KELAS INDIVIDUAL/ TERAPI RUMUSAN KELAS

KALASSIKAL FISIO OCUPASI WICARA

Komunikasi

Instruksional yang

dipakai dalam proses

belajar mengajar

ayo tangannya mana”

sambil menepuk tangan

o anggi maju” sambil

melambaikan tangan

ggi duduk” (dengan kata-

kata yang tegas)

hat” sambil memegang

kepala si anak

5. “ayo, buka bukunya”

sambil memegang

buku, guru menunjuk

ke arah gambar

yo loncat” beberapa

detik kemudian guru

berkata “ayo loncat”

sambil memegang

tangan si anak

o” sambil mengulurkan

tangan

dak” beberapa detik

kemudian berkata

lagi “tidak boleh

pegangan”.

hat” beberapa detik

kemudian guru

berkata “lihat” sambil

memegang kepala si

anak untuk

mengarahkannya.

agi” beberapa detik

kemudian guru

berkata “ayo

masukan lagi” sambil

memegang jari si

anak.

o lihat” beberapa detik

kemudian “ayo lepas

kancingnya”. Sambil

memegang jari si

anak.

u memegang pipi si

anak dan berkata

”ayo”

2. “tidak” sambil

menggerakan jari

telunjuk lalu

berkata kembali

“mana gambar

burung”.

Dalam mempermudah pemahaman penulis mengenai komunikasi

instruksional yang dipakai guru dalam proses belajar mengajar, maka penulis

mencoba menguraikan dengan rinci contoh yang ada di atas antara lain:

1. Kelas Klassikal: Kegiatan yang penulis temui pada kelas klassikal adalah

menggunakan instruksi verbal (lisan) yang selalu digabungkan pada

Page 72: “Komunikasi Instruksional Guru Dan Murid Autis di Sekolah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19437/1/RAHMI... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang

62

instruksi non verbal tetapi ada beberapa kegiatan hanya memakai verbal

saja. Pada instruksi verbal disini guru berkata dengan jelas dan tegas.

2. Kelas individual: Pada kelas indvidual ada 3 kelas yaitu, fisio terapi, terapi

ocupasi, dan terapi wicara. Penulis akan meguraikannya satu persatu:

a) Fisio terapi: Di dalam kegiatan fisio terapi hanya dua yang memakai

instruksi verbal dan non verbal dan 1 yang memakai isntruksi verbal

b) Terapi ocupasi: Di dalam terapi ocupasi semua kegiatan hanya

memakai instruksi verbal dan non verbal

c) Terapi Wicara: Di dalam kegiatan terapi wicara kegiatan 1 dan 2

adalah sama memakai instruksi verbal dan non verbal.

Maka masing-masing pada kelas terapi ini juga memakai instruksi

verbal dan non verbal akan tetapi setiap kegiatan guru selalu menggunakan

instruksi non verbal untuk mengarahkan perilaku anak autis.

Dengan demikian maka jelas dengan melihat perbandingan di atas

maka kebanyakan guru-guru memakai bentuk komunikasi gabungan yaitu

instruksi verbal dan non verbal akan tetapi untuk mengarahkan perilaku

anak tersebut guru selalu menggunakan instruksi non verbal ini di gunakan

pada semua kegiatan yang dilakukan.

B. Metode yang digunakan oleh guru ketika membina anak autis

Berdasarkan pengamatan dilapangan dan wawancara, dapat ditemukan

data bahwa metode yang dipakai untuk membina anak autis di Sekolah Dasar

Insania adalah:

Page 73: “Komunikasi Instruksional Guru Dan Murid Autis di Sekolah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19437/1/RAHMI... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang

63

Tabel II

KELAS TERAPI/INDIVIDUAL WAWANCARA RUMUSAN II

KELAS KLASSIKAL

FISIO OCUPASI

WICARA

GURU KLASSIKAL

GURU INDIVIDUAL I, II & III

Metode yang digunakan dalam membina anak autis

Lovass

Lovas

Lovass

Lovass

Lovass

Lovass

Dalam mempermudah pemahaman penulis mengenai metode yang

digunakan dalam membina anak autis, maka penulis mencoba menguraikan

dengan rinci, contoh yang ada di atas atara lain:

a. Memberikan prompt (bantuan): Misalnya, di kelas ocupasi prompt

diberikan pada kegiatan memasukan benda kedalam tali dengan cara guru

memeberikan bantuan verbal kepada si anak sewaktu guru menyuruh si

anak untuk mengulang kembali tugasnya.

b. Memberikan reinfocer positif (konsekuensi positif): Misalnya,

konsekuensi yang berupa pujian pada kelas fisio terapi guru memberikan

pujian kepada anak ketika anak telah selesai mengerjakan tugasnya dan

ketika anak malas untuk mengerjakan tugas dengan cara guru mengelitiki

si anak supaya anak mau mengerjakan tugasnya.

c. Memberikan intruksi: Misalnya pada kelas klassikal pada kegiatan

membaca guru menyuruh anak untuk memperhatikan dan konsentrasi

ketika membaca.

Page 74: “Komunikasi Instruksional Guru Dan Murid Autis di Sekolah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19437/1/RAHMI... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang

64

d. Memberikan reinfocer negatif: Misalnya di kelas terapi wicara pada

kegiatan menebak gambar guru mengatakan ”TIDAK” kepada anak ketika

anak salah menyebutkan gambar.

Pada tabel di atas dapat dikatakan bahwa dalam membina anak autis

metode yang digunakan adalah metode lovass. Teknik lovass digunakan untuk

mengetahui perilaku anak autis baik perilaku positf dan perilaku negatif,

dengan menggunakan teknik lovass guru-guru dapat mudah mengarahkan

perilaku anak autis dalam segala kegiatan yang dilakukan anak autis.

Pengertian Lovass adalah modifikasi tingkah laku yang dapat memberi

dorongan dan pengertian sehingga para penyandangnya dapat hidup dan

berkembang lebih baik.

Teknik lovass secara umum digunakan pada anak yang sulit

berkomunikasi, berinteraksi dan bersosialisasi melalui teknik ini guru dapat

masuk kedalam dunia anak autis dan dapat mengetahui perilaku-perilaku anak

autis.

Penulis melihat di dalam proses terapi pada saat guru memberikan bantuan

kepada anak ketika anak sedang mengerjakan tugasnya, memberikan pujian

ketika anak selesai mengerjakan tugasnya, memberikan konsekuensi ketika

anak salah dalam mengerjakan tugasnya itu semua adalah proses bagaimana

guru membina perilaku anak autis dengan cara memakai teknik lovass guru

mudah mengarahkan perilaku anak tersebut.

Seperti hasil wawancara penulis pada di kelas fisio terapi oleh Ibu Anti

bahwa, penggunaan teknik lovass yang dipakai oleh guru tidak disertai pada

Page 75: “Komunikasi Instruksional Guru Dan Murid Autis di Sekolah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19437/1/RAHMI... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang

65

metode ABA karena dalam metode ABA anak diajarkan seperti robot akan

tetapi guru hanya memakai pada teknik lovass saja.69

Pengamatan penulis pada setiap kegiatan bahwa guru-guru hanya

memberikan sistem reward dan punishment, yaitu pemberian reward

(ganjaran atau imbalan) kepada anak, yang akan meningkatkan frekuensi

munculnya perilaku yang diinginkan, sedangkan punishment (hukuman) yang

akan menurunkan frekuensi anak untuk munculnya perilaku yang tidak

diinginkan.

Kelebihan teknik lovass ini adalah guru dapat membina perilaku anak autis

dan perkembangan anak sedikit demi sedikit akan meningkat lebih baik, dan

kekurangannya yaitu karena melihat kondisi anak autis yang berbeda-beda,

maka hal ini tentu saja ada yang mudah menerimanya dan juga ada yang sulit.

Dengan demikian maka jelas dengan melihat contoh diatas kebanyakan

kegiatan pada masing-masing kelas menggunakan teknik lovas, karena teknik

lovass adalah teknik yang cukup efektif dan sederhana dalam mengatasi dan

membina perilaku anak autis.

C. Faktor-Faktor Penunjang dan Penghambat Dalam Proses Belajar

Mengajar Di Sekolah Dasar Insania Jatiasih Bekasi

Faktor penunjang adalah suatu dorongan untuk mencapai keberhasilan

yang diharapkan. Hasil wawancara oleh Ibu Nia bahwa hal yang menunjang

keberhasilan seorang anak autis dalam proses belajar mengajar adalah fasilitas

dan kerjasama antara guru dan murid, dalam hal perilaku anak tersebut,

supaya anak tersebut dapat berkembang dengan baik.

69 Wawancara pribadi dengan Ibu Anti

Page 76: “Komunikasi Instruksional Guru Dan Murid Autis di Sekolah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19437/1/RAHMI... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang

66

Fasilitas merupakan hal yang paling utama untuk menunjang kebutuhan

anak autis, tanpa fasilitas anak autis tidak dapat mengembangkan keahliannya

karena anak autis bisa dikatakan berkembang jika dilihat dari keahlian. yang

mereka punya. Adapun fasilitas belajar yang tersedia adalah perpusatakaan,

sumber-sumber belajar seperti buku-buku pelajaran, sarana dan prasarana

olahraga.

Adapun kerjasama antara guru dan murid juga penting dalam keberhasilan

bahwa sebenarnya lingkungan yang paling dekat dengan anak autis adalah

lingkungan keluarga dan juga dalam berinteraksi yang paling lama adalah

dirumah maka ketika dirumah orangtua juga berperan sebagai guru disini

orangtua dituntut aktif dalam mengarahkan perilaku anak autis. jika disekolah

anak diberikan pengetahuan dan dibina oleh guruya maka dirumah pun

orangtua juga melakukan hal yang sama. untuk itu cara ini efektif dalam

mengembangkan kemajuan anak pada saat proses belajar.

Hasil pengamatan yang penulis temui pada saat setelah selesai belajar atau

selesai terapi guru bertemu orangtua dan membicarakan perkembangan

anaknya sewaku dalam belajar, dan memberikan saran kepada oranga tua

tentang hal-hal yang boleh atau tidak boleh dilakukan pada saat dirumah.

Faktor hambatan bukan berarti terhentinya komunikasi yang sedang

terjadi, tetapi ada hal yang menyebabkan tujuan komunikasi itu tidak tercapai.

Adapun faktor penghambat dalam proses belajar mengajar menurut hasil

wawancara oleh Ibu Nia: adalah faktor pemahaman atau pada kerangka

berfikir. Karena kalau kita sedang menerangkan biasanya anak tersebut

atensinya masih kemana-mana maka dari itu untuk bisa anak tersebut mengerti

Page 77: “Komunikasi Instruksional Guru Dan Murid Autis di Sekolah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19437/1/RAHMI... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang

67

kita harus benar-benar lebih fokuskan, beda dengan anak yang sudah bisa

verbal sudah paham, pasti sudah bisa menjawab pertanyaan yang guru

berikan. Tapi jika atensinya masih kurang dan kita tidak fokuskan maka anak

tersebut tidak bisa menjawab pertanyaan.

Hasil pengamatan yang penulis temui pada saat belajar ada anak yang

tidak bisa menjawab pertanyaan ini dilihat karena anak tersebut tidak dapat

merespon pesan yang gurunya berikan karena atensi dan konsentrasi mereka

masih tidak fokus untuk menerima pesan, dalam belajar ada anak yang paham

atas apa yang sudah disampaikan oleh gurunya ini dilihat ketika anak dapat

merespon suatu pesan yang disampaikan. Karena anak autis beda-beda

kondisinya ada yang sudah bisa verbal tapi ada juga yang belum bisa verbal

semuanya tergantung dari kondisi anak tersebut.

Page 78: “Komunikasi Instruksional Guru Dan Murid Autis di Sekolah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19437/1/RAHMI... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang

68

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan mengenai ”Komunikasi

Instruksional Guru dan Murid Autis Di Sekolah Dasar Insania Jatiasih

Bekasi”, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Komunikasi instruksional yang di pakai guru dalam proses belajar

mengajar adalah menggunakan instruksi komunikasi verbal, instruksi

komunikasi non verbal dan dalam proses belajar mengajar juga di temui

adanya proses komunikasi antar pribadi, komunikasi kelompok dan

komunikasi massa yaitu komunikasi yang menggunakan media massa. Di

dalam proses belajar mengajar para guru sudah mengembangkan cara

penyampaian metode pengajaran dengan baik.

2. Metode yang di gunakan dalam membina anak autis adalah menggunakan

metode lovass. Dengan menggunakan metode lovass guru dapat

mengarahkan perilaku anak autis dengan mudah.

3. Faktor penunjang dan penghambat dalam proses belajar mengajar yang di

temui di Sekolah Dasar Insania adalah:

a. Fasilitas belajar yang cukup lengkap dan memenuhi kebutuhan belajar

murid serta kerjasama orang tua dan murid merupakan hal yang

penting dalam perkembangan anak.

b. Pada pemahaman / kerangka berfikir, karena atensi anak yang masih

tidak fokus menyebabkan anak kurang paham pada pelajaran.

Page 79: “Komunikasi Instruksional Guru Dan Murid Autis di Sekolah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19437/1/RAHMI... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang

69

B. Saran-saran

Penulis mengemukakan beberapa saran yang berkaitan dengan komunikasi

instruksional guru dan murid autis di Sekolah Dasar Insania Jatiasih Bekasi

adalah sebagai berikut:

1. Untuk guru di Sekolah Dasar Insania hendaknya lebih dekat lagi dengan

anak-anak, supaya dapat lebih tahu perilaku-perilaku anak autis lebih jelas

lagi, untuk mengatasi perilaku anak autis maka tingkatkanlah

komunikasinya, agar lebih mudah lagi untuk mengarahkan perilaku anak

tersebut.

2. Guru lebih fokus lagi dalam membina anak autis melalui metode yang

digunakan.

3. Perlunya meningkatkan fasilitas belajar dan bermain yang ada di Sekolah

Dasar Insania. Dan peran orang tua anak autis di Sekolah Dasar Insania

dalam mendidik anak juga sangat menentukan perkembangan anak

dirumah masing-masing. Dalam hal memberikan bimbingan tentang

perilaku anak dalam kehidupan sehari-hari dirumah maupun disekolah.

4. Bagi pihak lembaga dan kepala sekolah hendaknya mendukung untuk

meningkatkan kulitas sekolah dan guru dalam melakukan pembelajaran

yaitu dengan menyediakan fasilitas-fasilitas, sarana dan prasarana yang

berkaitan dengan pembelajaran di sekolah.

Page 80: “Komunikasi Instruksional Guru Dan Murid Autis di Sekolah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19437/1/RAHMI... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang

70

DAFTAR PUSTAKA

A.M Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: PT. Grafindo

Persada, 2008 cet ke 10,h.47-48

Ahmadi Abu, Strategi Belajar Mengajar, Bandung: CV. Pustaka Setia, 1997 cet

ke 1,h.18

Cangra Hafied. H, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: Raja Grafindo Persada,

1998 cet 1,h.18

Djamarah Bahri Syaiful, Pola Komunikasi Orang Tua & Anak dalam keluarga

Sebuah perspektif pendidikan Islam, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004 cet

ke1,h11-12.

Effendi Uchjana Onong, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung: Remaja

Rosdakarya, 1999, cet ke13,h.10

Melly. Dr, Spkj, Budiman, Penyebab dan Penatalaksanaan Gangguan Spektrum

Autisme, Yayasan Autisme Indonesia, Jakarta 2005

Priyantono Hendra, Anak autis, Artikel diakses pada tanggal 5 mei 2008 dari

http://www.google.co.id

Rakhmat Jalaluddin, Psikologi Agama, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996

h.63

Sabri Alisuf, Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasiona, Jakrta:

Pedoman Ilmu Jaya, 1995 cet ke1,h.30

Sadirman S Arif (dkk), Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan dan

Pemanfaatannya, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003, cet.ke 6,h.12

Page 81: “Komunikasi Instruksional Guru Dan Murid Autis di Sekolah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19437/1/RAHMI... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang

71

Sendjaja Djuarsa Sasa, (et. al). Pengantar Komunikasi, Jakarta: Universitas

Terbuka 1993 cet ke 4,h.30

Shay, M, Campbell, dkk, Pervassif Development Disorder, Comprehensive Text

Book of Psychiatry, 1983 2277-2293, artikel diakses pada tanggal 5mei

2008 dari http://www.google.co.id

Sudjana Nana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT. Sinar Baru

Al Gesindo, 2000 cet ke 5,h.30

Surviana. Dr, www.infoibu.com, artikel diakses pada tanggal 5mei 2008 dari

http://www.google.co.id

Tafsir Ahmad, Metodelogi Pengajaran Islam, Bandung: Remaja Rosda Karya,

1997 cet ke 4,h.60

Tasmara Toto, Komunikasi Dakwah, Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997, Cet ke-

2, h.6.

Widjaya H.A, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, Jakarta: Bumi

Aksara,1997,h.11.

Yamin Martinus, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, Jakarta: Gaung

Persada Press, 2004 cet ke 2,h.99

Yayasan Autisme Indonesia, (Jakarta, 22 November 1997) h.61

Yusup M. Pawit, Komunikasi Pendidikan dan Komunikasi Instruksional,

Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002 cet1,h.17.

Page 82: “Komunikasi Instruksional Guru Dan Murid Autis di Sekolah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19437/1/RAHMI... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang

LAMPIRAN - LAMPIRAN

Page 83: “Komunikasi Instruksional Guru Dan Murid Autis di Sekolah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19437/1/RAHMI... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang

CATATAN LAPANGAN

PADA KELAS INDUVIDUAL

Nama Observer : Rahmi Isnaini

Observasi yang ke : Minggu I / durasi 1 jam

Tempat/Tanggal : Ruangan fisio terapy / 2 July, Rabu

Objek penelitian : Metode yang digunakan ketika membina anak autis

Subjek yang Damati : Anak Autis yag bernama (Igo) oleh guru terapis (Bu

Anti)

Latar/Situasi ruangan: Ada bangku tersusun yang terletak dipojok

Catatan:

Kegiatan yang per 1: Guru menarik tangan si anak lalu loncat-loncat diatas meja

karet lalu si anak berhenti bermain lalu guru menarik si

anak kemudian berkata “ayo loncat, ayo loncat” lalu si anak

mundur kebelakang kemudian guru menarik sang anak lalu

si anak duduk kembali lalu guru mengeluarkan kata-kata

“berdiri” kemudian si anak bangun.

Kegiatan yang ke 2: Guru menarik si anak berdiri lalu guru mengambil bola

yang berukuran besar kemudian mendrible bola dan berkata

“ayo” sambil mengulurkan tangan kemudian sang anak

membelakangkan tangannya. lalu guru melemparkan bola

ke arah si anak lalu sang anak mundur kebelakang dan

mengambil bola yang kecil lalu berlari kepojok lalu duduk

dan memainkan bola yang kecil tersebut. Lalu guru

menghampiri si anak dan berkata “bangun, ayo, bangun”

sambil mengelitiki sang anak dan guru memberikan “tos

tangan” kepada sang anak. Lalu guru mengambil bola yang

ada ditangan sang anak lalu memainkannya dihadapan si

anak kemudian si anak tertawa. Lalu guru memainkan

kembali bolanya sambil berkata “ayo tangkap” lalu sang

anak menangkap bola setelah itu sang anak duduk

Page 84: “Komunikasi Instruksional Guru Dan Murid Autis di Sekolah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19437/1/RAHMI... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang

kemudian guru menarik si anak sambil berkata “bangun,

ayo, bangun”.

Kegiatan yang ke 3: Setelah sang anak bangun guru menarik tangan sang anak

untuk melangkahkah kakinya diatas ban lalu sang anak

melangkahkan kakinya di atas ban. Lalu sang anak

memegang tangan guru lalu guru membelakangkan

tangannya sambil berkata “tidak” dan “tidak boleh

pegangan”. Kemudian si anak mundur kebelakang

kemudian guru menarik tangan si anak untuk maju kembali

sambil berkata “ayo”, “igo bisa”. sang anak maju kedepan

lalu melangkahkan kakinya diatas ban. Dan guru berkata

“igo pintar”. Anak berlari kepojok duduk kembali. Lalu

guru melemparkan bola kearah si anak sambil berkata

“awas” beberapa detik guru mengucap kata yang sama

“awas”, “coba tangkap” lalu guru menarik tangan sang anak

sambil berkata “berdiri”.

Deskripsi latar

Setelah penulis mengamati pada kondisi ruangan fisio terapy ada

sebuah kotak yang tersusun yang terletak dipojok. Ini mengambarkan

bahwa pada setiap kegiatan, anak autis berlari kepojok karena ada suatu

benda yang menurutnya dapat bersandar kemudian dapat duduk diatas

kotak tersebut jika si anak tidak dapat menyelesaikan tugasnya atau sudah

menyelesaikan tugasnya.

Interpretasi data

Pada kegiatan yang per I anak autis melakukan loncat-loncat diatas

meja karet akan tetapi belum ada 5 menit anak berhenti dan tidak mau

melanjuti permainan. Untuk menariknya kembali guru melakukan

berbagai macam cara seperti mengelitiki, memberikan tos tangan atau

membuat perhatian seperti melemparkan bola kepada si anak supaya anak

tersebut bangun dari tempatnya dan dapat bermain kembali. Pada kegiatan

yang ke 2 adalah menangkap dan melempar bola yang penulis amati pada

kegiatan ini guru memberikan bola akan tetapi anak autis tidak mau

Page 85: “Komunikasi Instruksional Guru Dan Murid Autis di Sekolah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19437/1/RAHMI... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang

menangkapnya kemudian pergi dan duduk dipojok. Kemudian guru segera

menghampiri anak tersebut dengan melakukan berbagai macam cara

supaya anak tersebut dapat bermain kembali cara yang digunakan oleh

guru tersebut sama halnya pada kegiatan yang per I yaitu (guru

mengeluarkan kata-kata / intruksi seperti “berdiri”, “Ayo” atau “bangun”

dengan suara yang tegas. Kemudian dengan bantuan gerakan seperti

mengajak anak untuk “tos tangan” sambil memberikan pujian setelah itu

anak mau berdiri dan bangun dari tempat duduknya. Dan pada kegiatan

yang ke 3 melangkah diatas ban penulis mengamati pada kegiatan ini guru

menyuruh sang anak untuk melangkah diatas ban kemudian si anak

memegang tangan gurunya namun guru tidak mau dan memberikan

intruksi kalo tidak boleh pegangan kemudian si anak tidak mau

melanjutkan tugasnya lalu guru menyuruh si anak kembali dan berdiri di

atas ban dan memberikan bantuan secara verbal kemudian anak mau

menyelesaikan tugasnya dan guru memberikan pujian kepada si anak.

Kesimpulan

Setelah mengamati beberapa kegiatan pada kegiatan terdapat beberapa

perilaku anak autis yang sulit untuk melakukan sebuah kegiatan untuk

dapat menyelesaikan tugasnya akan tetapi semua itu bisa diatasi dengan

berbagai macam cara. Semua kegiatan yang penulis amati adalah

menggunakan cara yang sama. ini terlihat ketika guru terapis memberikan

intruksi-intruksi seperti memberikan pujian (Reinforcer positif) ketika

anak dapat menyelesaikan tugasnya, memberikan intruksi-intruksi seperti

bantuan (prompt) ketika anak sedang mengerjakan tugasnya supaya

tugasnya dapat diselesaikan dengan baik dan memberikan (reinforcer

negatif) bila si anak tidak menyelesaikan tugas dengan baik. Itu semua

adalah metode yang dipakai oleh guru dalam membina anak autis ketika

sedang di terapis. Untuk itu penulis menyimpulkan cara yang digunakan

guru terapi ketika membina anak autis adalah salah satu cara yang ada di

dalam metode lovass.

Pada hasil wawancara dengan guru terapis “bahwa kegiatan fisio terapi ini

untuk penekanan fisik yang berhubungan dengan kognitif, atau motorik

Page 86: “Komunikasi Instruksional Guru Dan Murid Autis di Sekolah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19437/1/RAHMI... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang

kasar dan juga berhubungan dengan sosialisasi anak dengan teman

bermainnya. Di dalam fisio terapi ini terdapat kegiatan-kegiatan yang

fungsinya untuk melatih keseimbangan tubuh, keseimbangan kordinasi

antara mata dengan tangan dan juga untuk melatih konsentrasi. Untuk itu

saya menggunakan metode yang pas dengan menggunakan metode lovass

saya dapat mudah mengarahkan perilaku anak autis ketika diterapi dan

selain dengan lovass juga dengan kata-kata yang tegas”.

Nama Observer : Rahmi Isnaini

Observasi yang ke : Minggu II / durasi 1 jam

Tempat/Tanggal : Ruangan Ocupasi terapy / 10 July, Rabu

Objek penelitian : Metode yang digunakan ketika membina anak autis

Subjek yang Damati : Anak Autis yag bernama (Igo) oleh guru terapis (Bu

Indah)

Latar/Situasi ruangan: Ruangan agak gelap dan agak panasnya ruangan

Catatan

Kegiatan yang per 1: Guru memberikan puzzle kepada si anak sambil

membongkar puzzle dan berkata “lihat” beberapa detik

kemudian guru mengucap kata yang sama “lihat” tangan

si anak memasang puzzle dan matanya menatap kemana-

mana guru berkata “lihat-lihat igo lihat” “ayo pasang”

lalu tangan si anak memegang puzzle sambil

memasangkan puzzle lalu mata si anak menatap kemana-

mana. Guru berkata “lihat” lalu berkata lagi “igo lihat”

“ayo pasang” mata si anak masih melihat kemana-mana

guru memegang kepala si anak dan kepala sianak

diarahkan ke puzzle lalu tangan si anak memegang puzzle

dan memasang puzzle guru berkata “tidak” “bukan itu”

tangan si anak berhenti memegang puzzle guru berkata

“ayo lihat” mata si anak melihat puzzle sambil tangan si

anak memegang puzzle guru berkata “pintar” “OK”. Dan

Page 87: “Komunikasi Instruksional Guru Dan Murid Autis di Sekolah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19437/1/RAHMI... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang

guru berkata TOS sambil mengangkat tangan dan berkata

“mana tosnya” dan tangan si anak tos dengan tangan

gurunya.

Kegiatan yang ke 2: Guru memberikan tali kepada si anak sambil berkata

“pegang “, “pegang talinya” tangan si anak memegang

talinya guru berkata “ ayo masukan bendanya” tangan si

anak memasukan bendanya kedalam tali guru berkata

“pintar” “bagus”, guru berkata “lagi”, “ayo masukan

lagi”, “ayo igo” tangan si anak memasukan tali kedalam

bendanya lalu mata si anak menatap kemana-mana guru

berkata “ayo igo lihat” beberapa detik kemudian berkata

lagi “lihat” tangan si anak memegang tali guru memegang

tangan si anak sambil berkata “dorong di dorong talinya”

dan tangan si anak memasukan bendanya kedalam tali.

Guru berkata “igo pintar”. Guru berkata TOS “mana

tosnya” sambil guru mengangkat kedua tangannya si anak

juga mengangkat tangannya. Guru berkata “TOS” dan

berkata “tos tangan kirinya mana” lalu si anak

mengangkat tangan kiri guru berkata “tangan kanannya

mana” si anak mengangkat tangan kanannya guru berkata

“iya pintar”. Lalu mata si anak menatap kemana-mana.

Kegiatan yang ke 3: Guru memegang kain yang ada kancingnya sambil berkata

lepas kancingnya tangan si anak memegang kain dan

melepas kancingnya guru berkata “lihat lepas

kancingnya” tangan si anak memegang kain dan melepas

kancingnya guru berkata “tarik dorong ayo lihat” mata si

anak menatap kemana-mana guru barkata dengan tegas

“lepas kancingnya” tangan si anak memegang kain dan

melepas kancingnya guru berkata “nah pintar” guru

berkata “iya lagi” dan berkata “lepas kancingnya” mata si

anak menatap kemana-mana guru berkata “ayo lihat”

“lepas kancingnya matanya-matanya igo ayo lihat” “ayo

Page 88: “Komunikasi Instruksional Guru Dan Murid Autis di Sekolah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19437/1/RAHMI... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang

lepas kancingnya” guru memanggil “igo, igo ayo lihat”

tangan si anak memegang kain dan melepas kancingnya

guru memegang tangan si anak si anak menatap kemana-

mana guru berkata “ lihat tangan kanannya mana?”

sambil memanggil “igo, igo” tangan si anak memegang

kain dan melepas kancingnya” guru berkata “iya lagi”

guru berkata “lepas kancingnya” guru berkata “pegang

ayo pegang kancingnya” si anak memegang kain dan

melepaskan kancingnya sambl guru memegang tangan si

anak guru berkata “nah terlepas semuanya” “sekarang

pasang kancingnya yaa” “ayo pasang kancingnya” tangan

si anak memegang kain dan memasang kancingnya” guru

berkata “ayo pegangnya yang benar” guru berkata

“tangannya tidak boleh kaku” sambil memegang angan si

anak “ayo tangannya tidak boleh kaku” tangan si anak

kaku memegang kain dan memasang kancing lalu mata si

anak menatap kemana-mana guru memanggil “igo lihat

igo matanya” “ayo didorong kancingnya” tangan si anak

memegang kain dan memasang kancingnya” guru berkata

“dorong ayo dorong” tangan si anak memegang kain dan

memasang kancingnya guru berkata “iya lagi” “pasang

lagi kancingnya “ tangan si anak memegang kain dan

memasang kancing guru berkata “bagus” “selesai

semuanya” guru berkata “tos mana tangannya” sambil

mengangkat kedua tangannya” anak mengangkat kedua

tangannya” guru berkata “TOS”.

Deskripsi Latar

Kondisi ruangan yang agak gelap menjadikan perhatiannya si anak seperti

anak menjadi tidak konsentrasi atau tidak fokus pada tugasnya dan agak sedikit

panasnya ruangan menjadikan igo malas untuk menyelesaikan tugasnya.

Page 89: “Komunikasi Instruksional Guru Dan Murid Autis di Sekolah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19437/1/RAHMI... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang

Interpretasi Data

Pada kegiatan yang per I yaitu kegiatan memasang puzzle guru memberikan

intruksi secara verbal dengan berkata “lihat-lihat ayo lihat” kepada si anak

untuk memasang puzzle kemudian si anak mengejakan tugasnya tiba-tiba si

anak berhenti untuk memasang puzzle dikarenakan kondisi ruangan yang agak

gelap kemudian guru memanggilnya untuk segera menyelesaikan tugasnya

lalu si anak menyelesaikan tugasnya kembali setelah itu si anak berhenti

kembali kemudian guru mengintruksikan kembali kepada si anak dengan

berkata “ayo pasang” “lihat, lihat ayo lihat” untuk konsentrasi memasang

puzzle akan tetapi si anak tetap tidak memperhatikan atau tidak mendengar

intruksi dari gurunya. Dengan cara lain guru memegang kepala si anak untuk

melihat ke puzzle kemudian si anak memasang puzzle dan guru sambil guru

memeberkan semangat dan membatunya menyelesaikan tugas si anak. Lalu

guru memberikan pujian dan memberikan tos kepada si anak. Pada kegiatan

ke 2 yaitu memasukan benda kedalam tali guru memberikan intruksi dengan

berkata “ayo pegang talinya” kepada si anak untuk memegang kemudian si

anak meresponnya lalu guru memberikan semangat dan bantuan kepada si

anak karena si anak dapat menyelesaikan tugas yang pertama karena kondisi

ruangan gelap si anak pun berhenti menyelesaikan tugasnya lalu guru

memberikan intruksi kembali sambil berkata “ayo masukan lagi bendanya

kedalam tali” dan memberi semangat / bantuan kembali kepada si anak dengan

berkata “ayo igo bisa” kemudian si anak berusaha menyelesaikan tugasnya

sambil guru membantunya. Kemudian si anak dapat menyelesaikan tugasnya

lalu guru memberikan pujian kepada si anak dan memberikan tos tangan. Pada

kegiatan yang ke 3 guru mengintruksikan si anak untuk mengerjakan kegitan

ke 3 yaitu memasang dan membuka kancing hal yang pertama guru

mengintruksikan untuk memasang kancingnya kemudian si anak mulai

mengerjakannya akan tetapi lagi-lagi si anak berhenti kemudian guru

mengintruksikan untuk mengerjakan tugasnya kembali sambil berkata “ayo

igo pasang kancingnya” dan guru membantu si anak kemudian si anak

menyelesaikan tugasnya dan guru memberikan pujian kepada si anak

Page 90: “Komunikasi Instruksional Guru Dan Murid Autis di Sekolah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19437/1/RAHMI... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang

kemudian memberikan tos tangan kanan dan kiri karena si anak telah

menyelesaikan tugasnya.

Kesimpulan

Setelah mengamati beberapa kegiatan pada kegiatan terdapat beberapa

perilaku anak autis yang sulit untuk melakukan sebuah kegiatan untuk dapat

menyelesaikan tugasnya dikarenakan diulang-ulangnya kegiatan yang sudah

dikerjakan oleh anak tersebut menjadikan anak tersebut malas untuk

menyelesaikan kembali tugasnya kemudian karena kondisi ruangan yang agak

gelap sepertinya membuat si anak kurang fokus terhadap tugasnya dan juga

situasi ruangan yang agak panas membuat si anak memberhentikan tugasnya

ketika tugasnya sedang dikerjakannya. Akan tetapi semua itu bisa diatasi

dengan berbagai macam cara. Semua kegiatan yang penulis amati adalah

menggunakan cara yang sama. Ini terlihat ketika guru terapis memberikan

intruksi-intruksi secara verbal dan nonverbal ketika anak autis sedang

memulai tugasnya dan mengerjakan tugasnya kemudian guru juga

memberikan pujian (Reinforcer positif) ketika anak dapat menyelesaikan

tugasnya, memberikan intruksi-intruksi seperti bantuan (prompt) ketika anak

sedang mengerjakan tugasnya supaya tugasnya dapat diselesaikan dengan

baik. Dan yang sering penulis amati pada terapi ocupasi guru seringkali

menggunakan intruksi secara verbal ketika anak tersebut sulit mengerjakan

tugas-tugasnya. Itu semua adalah metode yang dipakai oleh guru dalam

membina anak autis ketika sedang di terapis. Untuk itu penulis menyimpulkan

cara yang digunakan guru ketika membina anak autis adalah salah satu cara

yang ada di dalam metode lovass. Dan juga termasuk memakai tindakan

komunikasi verbal dan non verbal.

Pada hasil wawancara dengan guru terapis “bahwa kegiatan ocupasi terapi ini

perlu diberikan kepada si anak yang mempunyai gangguan perkembangan

motorik halus untuk memperbaiki kekuatan, koordinasi dan keterampilannya

dan terutama pada otot halus atau motorik halus. Di dalam ocupasi terapi ini

terdapat kegiatan-kegiatan yang fungsinya untuk melatih koordiasi mata

dengan tangan, melatih konsentrasi, melatih aktvitas sehari hari seperti

berpakaian untuk melatih gerakan-gerakan tangan supaya dapat menulis.

Page 91: “Komunikasi Instruksional Guru Dan Murid Autis di Sekolah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19437/1/RAHMI... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang

Untuk itu saya menggunakan teori lovass saya dapat mudah mengarahkan

perilaku anak autis ketika diterapi dan saya juga cukup sering menggunaka

komunikasi verbal untuk mengintruksikan ketika si anak sedang mengerjakan

tugasnya.

Nama Observer : Rahmi Isnaini

Observasi yang ke : Minggu II / durasi 1 jam

Tempat/Tanggal : Ruangan terapy wicara / 10 July, Rabu

Objek penelitian : Metode yang digunakan ketika membina anak autis

Subjek yang Diamati: Anak Autis yag bernama (bretley) oleh guru terapis

(Bu Diah)

Latar/Situasi ruangan: Ruangan sejuk / dingin

Catatan

Kegiatan yang per I: Guru menggambar di kertas lalu menyebutkan di

hadapan si anak yaitu”mo-bil” bibir si guru bergerak

dengan monyong kedepan mengucap kata “mo”

dihadapan si anak dengan berulang ulang si anak

mengikuti bibir si guru dengan monyong kedepan dan

berucap “mo” lalu si guru melanjuti ucapannya dengan

lidah sedikit keluar “bil” di hadapan si anak dengan cara

berulang-ulang si anak mengikuti bbir si guru dengan

lidah tidak keluar si guru mengucap kembali “bil”

dengan lidah yang keluar sambil memegang pipi si anak

dan si anak mengucap “bil” dengan sedikit lidah keluar”

lalu guru megucap kembali dengan merangkai kata-

katanya “mo-bil” sambil memonyongkan bibir dan

mengeluarkan lidahnya sambil guru memegang pipi si

anak sambil berkata “ayo” si anak melihat bibir dan

lidah si guru sambil mengkuti ucapan si guru lalu

memonyongkan bibir dan megeluarkan lidahnya dan

berucap “mo-bil” si guru berkata “Bagus” “anak pintar”

Page 92: “Komunikasi Instruksional Guru Dan Murid Autis di Sekolah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19437/1/RAHMI... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang

dan guru berkata “tos” sambil mengangkat tangannya

dan si anak mengangkat tangangannya.

Kegiatan yang ke 2: Wajah Guru dan si anak menghadap ke tembok yang ada

kacanya kemudian bibir guru mengucap kata-kata

“bola” guru memonyongkan bibirnya dan mengeja kata

“bo” dan lidah keluar mengeja kata “la” lalu wajah si

anak melihat bibir guru dikaca kemudian bibir si anak

mengikuti bibir guru lalu si anak memonyongkan

bibirnya dan mengeja kata “bo” kemudian

mengeluarkan lidahnya dan megeja kata “la” kemudian

guru dan si anak merangkai kata-kata sambil

memonyongkan bibir dengan lidah keluar dan berucap

kata “bo-la”. Dan guru berkata kepada si anak “Pintar”

kemudian guru berkata tos sambil mengangkat tangan

kanannya lalu si anak mengangkat tangan kanannya

kemudian tos tangan.

Kegiatan yang ke 3: Tangan guru meletakan gambar di dinding kemudian

guru berkata “mana burung” tangan si anak menunjuk

ke arah gambar kucing guru berkata “tidak” dan berkata

“mana gambar burung” tangan si anak tidak meunjuk

lalu si anak menguap guru berkata “tutup mulutnya” lau

guru berkata lagi “ayo mana burung” sambil memegang

tangan si anak dan mengarahkan tangan si anak lalu

tangan si anak menunjuk gambar burung guru berkata

“bu-rung” sambil menghadap ke wajah si anak dan

memonyongkan bibirnya si anak mengikuti bibir si

guru dan memonyongkannya dan berkata “bu-rung”

Kemudian guru berkata kembali “mana bola” tangan si

anak menunjuk ke arah gambar bola lalu si anak

menguap guru berkata “pintar” dan berkata “tutup-tutup

mulutnya”. Lalu guru berkata “bo-la” di hadapan wajah

Page 93: “Komunikasi Instruksional Guru Dan Murid Autis di Sekolah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19437/1/RAHMI... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang

si anak dengan memonyongkan bibirnya lalu si anak

mengikuti bibir gurunya dan memonyongkan bibirnya

dan berkata “bo-la”. Guru berkata “tos” sambil

mengangkat tangannya dan si anak mengangkat

tangannya lalu tos tangan.

Deskripsi Latar

Kondisi ruangan yang sejuk/dingin menjadikan si anak mengantuk maka dari itu

si anak malas ketika sedang mengerjakan tugasnya.

Interpretasi data

Pada kegiatan yang per 1. Guru menggambar di kertas lalu menyebutkan kata

“mobil”di hadapan si anak dengan berulang ulang kemudian guru berucap lagi

dihadapan si anak sesuai dengan gerakan lalu si anak mengikutinya akan tetapi

ada gerakan anak yang salah kemudian guru menyebutkan kembali dengan

gerakan yang sangat hati-hati sambil memegang wajah si anak dan guru berkata

“ayo lihat” sambil menyebutkan apa yang guru ucapkan kemudian si anak

menirukan ucapan dan gerakan gurunya sambil berkata “mo-bil” kemudian guru

memeberikan pujian kepada si anak lalu mereka tos tangan. Kegiatan yang ke 2.

yaitu menyebutkan kata-kata dengan cara menghadap ke tembok kaca. Guru dan

si anak menghadap ke tembok yang ada kacanya kemudian guru mengucapkan

kata-kata “bola” sesuai dengan gerakan lalu guru mengeja kata “bo dan la”

kemudian si anak mengkuti gerakan dan ucapan gurunya lalau mereka

berbarengan mengucapakan kata “bola” sesuai dengan gerakannya. Dan guru

memberikan pujian kepada si anak kemudian guru memberikan tos tangan kepada

si anak. Dan kegiatan yang ke 3 yaitu menunjukan gambar yang ada di kertas

gambar dengan cara guru meyebutkan gambar lalu si anak menunjuk gambar

sesuai apa yang guru perintahkan seperti guru menyuruh si anak dengan berkata

“mana burung” lalu si anak malah menujuk binatang lain kemudian guru berkata

“tidak” dan guru berkata kembali kemudian si anak bermalas-malasan dan tidak

menunjuk apa yang sudah guru intruksikan kemudian guru berkata dengan tegas

sambil membantu si anak untuk mencari gambar burung kemudian si anak

menunjuk gambar apa yang sudah guru suruh tadi. Kemudian guru berkata

Page 94: “Komunikasi Instruksional Guru Dan Murid Autis di Sekolah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19437/1/RAHMI... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang

kembali sambil menghadap ke muka si anak sesuai dengan gerakan dan si anak

pun mengikuti gerakan dan kata-kata guru tadi. Lalu yang ke 2 guru menyuruh si

anak untuk menunjuk gambar bola lalu si anak menunjuk gambar bola kemudian

si anak bermalas-malasan kembali kemudian guru memberikan pujian kepada si

anak dan guru mengeja kata “bola” sesuai dengan gerakan kemudian si anak

mengikuti kata-kata dan gerakan gurunya lalu guru memberikan pujian kepada si

anak dan melakuakan tos tangan.

Kesimpulan

Setelah mengamati beberapa kegiatan pada kegiatan terdapat beberapa perilaku

anak autis yang sulit untuk melakukan dan menyelesaikan tugasnya dan juga pada

kondsi ruangan yang sejuk membuat anak autis mengantuk dan malas untuk

mengerjakan tugasnya akan tetapi semua itu bisa diatasi dengan berbagai macam

cara. Semua kegiatan yang penulis amati adalah menggunakan cara yang sama. Ini

terlihat ketika guru terapis memberikan intruksi-intruksi seperti memberikan

pujian (Reinforcer positif) ketika anak dapat menyelesaikan tugasnya,

memberikan intruksi-intruksi seperti bantuan (prompt) disini guru seringnya

menggunakan prompt secara lisan dan juga ada beberapa kegiatan yang

menggunakan prompt secara fisik ini diberikan ketika anak sedang mengerjakan

tugasnya supaya tugasnya dapat diselesaikan dengan baik dan memberikan

(reinforcer negatif) bila si anak tidak menyelesaikan tugas dengan baik. Kemudian

penulis juga mengamati pada terapi wicara ini juga menggunakan tindakan

komunikasi verbal dan non verbal tindakan ini ada pada ketika guru memberikan

prompt kepada murid autis. Itu semua adalah metode yang dipakai oleh guru

dalam membina anak autis ketika sedang di terapis. Untuk itu penulis

menyimpulkan cara yang digunakan guru terapi ketika membina anak autis adalah

salah satu cara yang ada di dalam metode lovass.

Pada hasil wawancara dengan guru terapis “ terapi wicara ini untuk mengajari

anak autis berbicara supaya dapat berkomunikasi dengan baik untuk itu saya

hanya menggunakan materi-materi yang ada di metode lovas saja tetapi menurut

saya pada terapi wicara ini dengan menggunakan komunikasi verbal adalah cukup

untuk proses terapinya.

Page 95: “Komunikasi Instruksional Guru Dan Murid Autis di Sekolah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19437/1/RAHMI... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang

CATATAN LAPANGAN

PADA KELAS KLASSIKAL

Nama Observer : Rahmi Isnaini

Observasi yang ke : Minggu ke IV/ durasi 4 jam

Tempat/Tanggal : Ruangan kelas 3 / 31 July, Kamis 2008

Objek penelitian : Komunikasi yang dipakai guru dalam proses belajar

mengajar

Subjek yang Diamati : Anak Autis yang bernama (anggi) oleh guru (Bu Nia

dan Bu Olyah)

Latar/Situasi ruangan: Ruangan yang luas, jendela kaca yang lebar sehingga

sinar matahari memantul keruangan kelas

Catatan

Kegiatan yang per I: Guru menyuruh semua anak untuk duduk tertib lalu

guru mengangkat tangannya sambl membacakan

do’a lalu murid mengangkat tangan lalu si anak

mengangkat kedua tangan guru membaca do’a

belajar dengan suara yang tegas dan keras murid

mengikuti bacaan guru.

Kegiatan yang ke 2: Guru bernyanyi di depan murid sambil menepuk

tangan dan guru berkata “ayo tangannya mana” si

anak menepuk tangan dan guru meletakan drum di

depan papan tulis lalu guru memainkannya guru

berhenti dan berkata “siapa yang mau main” si anak

bangun dari tempat duduk lalu duduk di depan drum

lalu memukul drum guru bernyanyi si anak berhenti

guru memegang tangan si anak memukul drum

tangan guru melepas tangan si anak si anak

memukul drum lalu guru bernyanyi kembali sambil

menepuk tangan lalu guru berkata “hore” si anak

Page 96: “Komunikasi Instruksional Guru Dan Murid Autis di Sekolah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19437/1/RAHMI... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang

berhenti lalu berlari dan duduk ditempatnya. Lalu

guru menyuruh murid berikutnya

Kegiatan yang ke 3: Guru menulis di papan tulis menyanyikan lagu guru

berhenti dan berkata “ayo satu-satu maju ke depan

menyanyi lagu coconut tree” guru berkata “ayo

anggi maju” sambil melambaikan tangan si anak

berjalan kedepan papan tulis guru memgang bahu si

anak sambil bernyanyi si anak mengikuti guru

bernyanyi guru berkata “pintar” si anak berhenti lalu

berlari ketempat duduk. Guru berkata “ayo siapa

lagi?”

Kegiatan yang ke 4: Guru berkata “ayo keluarkan buku tulisnya” si anak

mengeluarkan buku tulis si anak menulis matanya

melihat ke papan tulis tangan memegang pinsil lalu

menulis lalu tanga si anak berhenti si anak bangun

dari tempat duduk dan berlarian guru berkata “anggi

duduk” sambil menunjuk ke arah si anak lalu si

anak berlari guru menghampiri memegang tangan si

anak dan berkata “ayo duduk” si anak berjalan

ketempat duduk lalu si anak duduk guru berkata

“ayo tulis dulu” si anak memegang pensil lalu

menulis si anak berhenti matanya melihat kemana-

mana tangan si anak memukul meja degan pensil

lalu guru memegang pensil si anak sambil berkata

“ayo tulis” lalu si anak memegang pensil matanya

melihat ke papan tulis lalu menulis setelah itu si

anak berhenti lalu bangun dari tempat duduk

kemudian berjalan-jalan memutar sambil tepuk

tangan setelah itu guru mengangkat jari telunjuk

menempel ke bibir dan berkata “jangan berisik” dan

memegang bahu si anak lalu berjalan ketempat

duduk si anak lalu guru membuka buku si anak

Page 97: “Komunikasi Instruksional Guru Dan Murid Autis di Sekolah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19437/1/RAHMI... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang

mengambil pensil dan berkata”ayo tulis lagi” lalu

tangan si anak memegang pensil lalu menulis

setelah itu si anak berhenti dan menepuk tangan lalu

guru berjalan ke si anak dan memegang pensil si

anak lalu si anak mengambil pensil dari tangan guru

dan menulis lagi setelah itu si anak berhenti si anak

bangun dari tempat duduk dan berjalan ke arah rak

tas lalu si anak berjalan si anak memutar sambil

tepuk tangan guru berkata “anggi sudah belum”

setelah itu si anak berjalan dan duduk ditempatnya

guru berkata “ayo nyanyi sama-sama” guru

bernyanyi coconut tree sambil menepuk tangan si

anak menepuk tangan kemudian berhanti mata si

anak melihat gurnya sambil mengikuti ucapan

gurunya bernyani. Guru berkata “hore” sambil

tepuk tangan.

Kegiatan yang ke 5: Guru berkata “ sampai disini dulu pelajaran musiknya

asslamua’laikum warahmatullahi wabarakatuh”

“ayo jawabnya apa? Waalaikum salam

warahmatullahiwabaroka tuh” “ibu pulang dulu ya”

Kegiatan yang ke 6: Guru II berkata “ayo kerjakan tugasnya yang belum

selesai” di samping itu guru II memegang pensil

sambil memegang tangan si anak si anak melihat ke

guru tangan guru memegang kepala si anak sambil

berkata “lihat” mata si anak melihat, guru

menggerakkan tangan si anak si anak menulis guru

menulis di buku lalu si anak berdiri dan bangun dari

tempat duduknya dan berlari kemudian guru berdiri

dan berjalan menghampiri si anak dan berkata

“duduk” lalu si anak berjalan dan duduk kembali

lalu si anak memegang pensil dan menulis guru

memegang tangan si anak dan menulis lalu tangan si

Page 98: “Komunikasi Instruksional Guru Dan Murid Autis di Sekolah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19437/1/RAHMI... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang

anak berhenti dan matanya melihat kemana-mana

guru berkata “ayo tulis” tangan guru memegang

kepala si anak tangan si anak menulis kembali

sambil guru memegang tangan kanan si anak untuk

menulis tangan kiri si anak memukul meja lalu

tangan guru memegang tangan kiri si anak lalu

tangan kanan si anak menulis sambil tangan guru

memegangnya lalu mata si anak melihat kemana-

mana guru berkata “lihat” sambil memegang kepala

si anak lalu si anak memegang pensil dan menulis

sambil tangan guru memegang tangan si anak lalu si

anak menulis dan guru berkata “bagus” lalu tangan

si anak menuls mata si anak melihat kemana-mana

guru berkata “lihat” sambl mengangkat telunjuknya

lalu tangan si anak menulis lagi dan guru berkata

“bagus” “iya”

Kegiatan yang ke 7: Guru mengeja huruf dan wajah guru menghadap ke

anak guru mengeja kata “n-a na” sambil memegang

tangan si anak guru mengulang kata “na’ lalu si

anak mengikuti ucapan guru dan berkata “na” guru

mengeja lagi “m-a ma” guru berkata “ma” si anak

mengkuti ucapan guru berkata “ma” guru berkata

“dibaca” “nama” si anak mengikuti ucapan guru

berkata “nama”. Si anak memaikan tangannya dan

guru mengangkat pensil dengan tangannya

dihadapan muka si anak lalu kepala si anak

menunduk. Lalu guru mengeja kembali sambil

melihat wajah si anak dan si anak mengkuti ucapan

gurunya.

Kegiatan yang ke 8: Guru membuka pelajaran dan berkata “setelah belajar

musik sekarang kita belajar sains apa anak-anak, sa-

ins” sambil bersuara keras dan tegas guru berkata

Page 99: “Komunikasi Instruksional Guru Dan Murid Autis di Sekolah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19437/1/RAHMI... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang

“ayo buka bukunya” sambil memegang buku dan

mendatangi satu-satu ke murid untuk melihatkan

kata sain yang ada di cover buku dan guru

mendatang si anak guru berkata “pelajara apa

anggi?” “sains” ulangi lagi si anak berkata “sains”

guru berkata “ya pintar” lalu berkata“ kita sekarang

belajar tentang kerangka manusia” dan berkata “ayo

lihat bukunya” sambil berjalan ke si anak dan

berkata “ini gambar apa? ke-rang-ka manusia” si

anak mengucap kata “kerangka manusia” guru

berkata “pintar” guru berkata “pada bagian atas

kerangka manusi terdapat kepala” tangan guru

sambil memegang kepalanya lalu guru berkata

kepada si anak “mana kepala” guru berkata “ini

kepala” sambil memegang kepalanya lalu

mendatangi si anak dan berkata “mana kepala”

tangan si anak memegang kepalanya dan guru

berkata “ya bagus”. Guru berkata “kerangka tangan

dari bahu sampai ujung jari” lalu guru berkata “ayo

anggi kerangka tangan mana?” sambil mendatangi

si anak “ si anak melihat bukunya guru berkata

“kerangka tangan dari bahu sampai ujung jari”

sambil memegang bahu dan tangannya lalu tangan

guru menunjuk ke arah gambar sambil berkata “ayo

lihat” tangan si anak menunjuk gambar tangan dan

jari guru berkata “ya” guru berkata “sekarang

kerangka bagian bawah adalah kerangka pnggul

sampai kaki ayo mana” tangan guru memegang

pinggul dan kaki dan bertanya kepada si anak

“mana kerangka bawah” tangan si anak menunjuk

ke gambar pinggul dan kaki guru berkata “ya”

setelah itu guru berkata “ayo maju satu-satu

Page 100: “Komunikasi Instruksional Guru Dan Murid Autis di Sekolah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19437/1/RAHMI... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang

mencontohkan kerangka manusia” guru berkata

“ayo anggi maju” sambil menunjuk ke arah si anak

lalu si anak maju berdiri dekat guru da guru berkata

“mana kerangka atas” sambil memegang kepala lalu

si anak memegang kepalanya” dan guru berkata

“mana kerangka tangan” si anak memegang

tangannya dan terakhir guru berkata “mana

kerangka bawah” sambil guru memegang pinggul

dan kaki dan si anak melihat dan mengikuti gerakan

gurunya sambil memegang pinggul dan kaki dan

guru berkata “ya pintar” si anak berlari dan duduk

kembali.

Kegiatan yang ke 9: Guru menyuruh semua anak untuk duduk tertib lalu guru

menyuruh murid mengangkat tangan lalu si anak

mengangkat kedua tangan guru membaca do’a

pulang dengan suara yang tegas dan keras murid

mengikuti bacaan guru. Setelah itu guru berjalan ke

sudut pintu dan berkata “ayo baris” dan si anak

baris lalu bersalaman dengan gurunya lalu keluar

kelas.

Deskripsi Latar

Kondisi ruangan yang luas menjadikan si anak berlari-larian sebelum mngerjakan

tugas atau sesudah tugasnya dikerjakan.

Interpretasi data

Pada kegiatan yang per 1. Guru menyuruh murid duduk tertib untuk berdo’a guru

membaca doa dan mengangkat tangannya kemudian si anak mengikutinya.

Kegiatan ke 2 adalah belajar musik. Setelah itu Guru bernyanyi di depan murid

sambil menepuk tangan lalu guru menyuruh si anak untuk bertepuk tangan

kemudian si anak bertepuk tangan dan guru setelah itu memainkan dirumah

sehabis memainkan drum guru menyuruh si anak maju untuk memainkan drum

lalu si anak maju dan memainkan dan drum guru bernyanyi setelah itu anak tidak

mau memain drum lagi akan tetapi guru menariknya dan membantunya untuk

Page 101: “Komunikasi Instruksional Guru Dan Murid Autis di Sekolah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19437/1/RAHMI... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang

memukul drum setalah itu guru bernyanyi kembali dan si anak memukul drum

sampai guru selesai bernyanyi lalu guru memberikan pujian ke si anak. Kegiatan

yang ke 3. guru menyuruh si anak satu persatu maju kedepan untuk bernyanyi

setelah si anak maju dan bernyanyi guru memberikan pujian kepada si anak.

Kegitan ke 4. menulis nyanyian yang sudah dinyanyikan tadi kedalam buku. Guru

menyuruh si anak menulis dibuku lalu si anak tidak mau lalu guru berkata “ayo

tulis” kemudian si anak tidak mendengar gurunya lalu guru menghampiri si anak

dan menyuruh si anak duduk untuk menulis. Lalu si anak tidak menulis lagi dan

berlari kemudian guru meyuruh si anak untuk duduk kembali dan berkata

“kerjakan” Lalu si anak mengerjakan kembali.

Setelah itu guru mengakhiri pelajaran musik dengan mengucapkan salam kepada

muridnya. Kegiatan yang ke 6. Guru mengajarkan si anak menulis dan

membantunya tetapi si anak tidak mau menulis lalu guru berkata “ayo tulis

“dengan suara yang tegas dan mengarahkan wajah si anak supaya tidak melihat

kemana-mana. Kemudian si nak menulis dan dibantu oleh gurunya akan tetapi

belum selesai lagi-lagi si anak tidak mau mengerjakan tugasnya lalu guru

menyuruh si anak untuk selesaikan tugasnya. Setelah itu guru membantu si anak

untuk menulis. Kegiatan yang ke 7 guru mengajar si anak membaca dengan cara

mengeja huruf-huruf kemudian menyuruh si anak untuk mengikuti bacaan

gurunya. Jika si anak tidak mengkuti gurunya dengan memalingkan mukanya

guru hanya berkata “ayo lihat” dan mengarahkan wajah si anak supaya melihat

gurunya dan bacaan pada buku. Kegiatan yang ke 8. pelajaran sains. Guru

menjelaskan pelajaran kepada murid dengan cara guru satu persatu bertanya

kepada murid. Setelah itu guru menyuruh murid satu persatu untuk maju kedepan

untuk mempraktekan pelajaran yang guru ajari tadi. Kemudian guru memberikan

tugas kepada si anak tentang pelajara tadi setelah tugas selesai si anak boleh

bermain. Kegiatan yang terakhir guru menyuruh murid untuk membereskan buku-

buku dan duduk tertib setelah tu membaca do’a pulang setelah membaca do’a

pulans murid-murd disuruh baris lalu bersalaman dengan gurunya kemudian

pulang.

Page 102: “Komunikasi Instruksional Guru Dan Murid Autis di Sekolah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19437/1/RAHMI... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang

Kesimpulan

Setelah mengamati berbagai banyak kegiatan penulis berkesimpulan bahwa

guru pada setiap kegiatan selalu memakai komunikasi verbal dan non verbal

ketika proses belajar mengajar berlangsung komunikasi yang dipakai ini terlihat

ketika guru menjelaskan materi yang disertai dengan gerakan tubuh, ketika anak

tidak mau menyelesaikan tugasnya, ketika anak nakal susah diatur guru cukup

berkata dengan tegas dan juga jelas dan isyarat yang dikeluarkan guru kepada

murid-muridnya ketika muridnya susah untuk mengerjakan tugas dan lain

sebagainya. Selain itu penulis juga melihat terjadinya proses komunikasi antar

pribadi yaitu ketika guru mengajari si anak untuk membaca dan menulis disini

penulis melihat guru mengajari si anak menulis dan membaca dengan cara face to

face. Guru keliling satu persatu mengajari si anak.

Page 103: “Komunikasi Instruksional Guru Dan Murid Autis di Sekolah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19437/1/RAHMI... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang

LEMBAR WAWANCARA

Bagian ini hanya di lengkapi oleh pewawancara dan di tanda tangani oleh

responden:

Responden : Ibu Tiwi

Jenis kelamin : Perempuan

Jabatan : Orang tua Murid

Pendidikan terakhir : SMA

Lokasi wawancara : Loby SD Insania

Tanggal&waktu wawancara : Senin, 5 Mei 2008 / 11.00-11.15

Pewawancara : Rahmi Isnaini

Benar dan sadar wawancara yang di lakukan oleh pewawancara terhadap

responden.

Pewawancara Responden

Rahmi Isnaini Ibu. Tiwi

Page 104: “Komunikasi Instruksional Guru Dan Murid Autis di Sekolah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19437/1/RAHMI... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang

WAWANCARA Hari: Senin

Tanggal: 5 Mei 2008

Waktu: 11.00/11.15

Pewawancara: Rahmi

Responden: Ibu.Tiwi

Assalamu’alaikum. Nama saya Rahmi Isnaini, saya mahasiswi dari

Universitas Islam Negeri, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, jurusan Komunikasi

penyiaran Islam. Dalam proses penyusunan skripsi saya yang berjudul

”Komunikasi Intruksional Guru dan Murid Autis dalam Proses Belajar mengajar

Di Sekolah Dasar Insania Jatiasih Bekasi”. Ingin mewawancarai bapak/ Ibu

dalam beberapa pertanyaan.

T: Apa alasan Bapak/Ibu memilih Sekolah Dasar Al-Fath sebagai tempat

pendidikan bagi anak anda?

J: Karena lokasinya dekat dari rumah, tempatnya nyaman dan guru-gurunya

sesuai pada bidangnya.

T: Apakah menurut Bapak/Ibu pengajaran guru-guru di SD Al-fath selama ini

dapat membantu anda dalam membimbing anak anda dirumah?

J: Membantu sekali.

T: Menurut pengamatan Bapak/Ibu adakah kemajuan dari anak anda ketika

sekolah di SD Inasania dan kemajuan seperti apakah yang anda ketahui pada

diri anak ada?

J: Sudah lebih tenang, untuk komunikasinya sudah mulai berjalan, walalupun

verbal belum lancar tetapi anak saya sudah mulai mengerti untuk pemahaman

kata (ya atau tidak). kemajuan dalam perilaku.

T: Menurut pengamatan Bapak/Ibu bagaimana perkembangan pengetahuan anak

anda semenjak masuk SD Insania?

J: Kalau anak saya masih dikatakan belum ada perkembangan pengetahuan

karena anak yang menderita autis berbeda-beda kondisinya, anak saya adalah

termasuk anak yang sulit pada perkembangannya dan dokter juga pernah

Page 105: “Komunikasi Instruksional Guru Dan Murid Autis di Sekolah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19437/1/RAHMI... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang

bilang kalau anak saya ini perkembangannya sangat lambat karena dulunya

anak saya keracunan logam berat yang agak parah.

T: Bagaimana sikap anak anda ketika dirumah?adakah perubahan?

J: Sikap anak saya ketika dirumah sudah mau berkomunikasi soalnya waktu dulu

sebelum di terapi dia sudah bersosialisasi namun sulit untuk berkomunikasi.

T: Bagaimana sikap anak anda ketika bertemu dengan guru nya?

J: Sudah mulai tenang, sudah merasa nyaman dengan lingkungannya.

T: Bagaimana sikap anak anda terhadap temannya?

J: Sudah mulai bersosialisasi dengan teman-temannya.

T: Apakah menurut Bapak/Ibu SD Insania sudah efektif dalam membina anak-

anak autis?

J: Kalo menurut saya SD Insania sudah cukup efektif karena dlihat dari

pengajaran guru-gurunya yang sesuai pada bidanganya selain itu pada terapi

autis yang membuat anak saya ada kemajuan dalam berkomunikasi, berperilaku

dan bersosalisasi.

Page 106: “Komunikasi Instruksional Guru Dan Murid Autis di Sekolah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19437/1/RAHMI... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang

LEMBAR WAWANCARA

Bagian ini hanya di lengkapi oleh pewawancara dan di tanda tangani oleh

responden:

Responden : Ibu Nia Suniarti

Jenis kelamin : Perempuan

Jabatan : Guru Kelas 3

Pendidikan terakhir : S1

Lokasi wawancara : Di kelas 3

Tanggal&waktu wawancara : Senin, 5 Mei 2008 / 09.20-10.00

Pewawancara : Rahmi Isnaini

Benar dan sadar wawancara yang di lakukan oleh pewawancara terhadap

responden.

Pewawancara Responden

Rahmi Isnaini Ibu. Nia

Page 107: “Komunikasi Instruksional Guru Dan Murid Autis di Sekolah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19437/1/RAHMI... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang

WAWANCARA Hari: Senin Pewawancara:

Rahmi

Tanggal: 5 mei 2008 Responden: Ibu Nia

Waktu: 09.20-10.10

Assalamu’alaikum. Nama saya Rahmi Isnaini, saya mahasiswi dari

Universitas Islam Negeri, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, jurusan Komunikasi

penyiaran Islam. Dalam proses penyusunan skripsi saya yang berjudul

”Komunikasi Intruksional Guru dan (Murid Autis) dalam Proses Belajar

mengajar Di Sekolah Dasar Insania Jatiasih Bekasi”. Ingin mewawancarai

bapak/ Ibu dalam beberapa pertanyaan.

T: Mohon Ibu jelaskan nama jabatan Ibu di SD Insania?

J: Nama saya, Nia Suniarti jabatan saya di SD ini sebagai guru kelas 3

T: Berapa lama Ibu mengajar di SD Insania?

J: Saya sudah mengajar disini kurang lebih 3 tahun.

T: Menurut pengalaman Ibu selama mengajar, metode komunikasi manakah yang

lebih dimengerti oleh para murid autis?

J: Selama saya mengajar metode komuikasi yang saya gunakan adalah

komunikasi verbal dan nonverbal karena salah intruksi paling utama ketika

mengajar murid tersebut harus dengan kata-kata yang jelas dan juga tegas.

T: Bisakah Ibu memberikan contoh materi yang lengkap dan mudah dipahami

oleh para murid autis mengenai metode pengajaran secara verbal?

J: Saya menjelaskan atau menerangkan materi itu termasuk komunikasi verbal

seperti saya bercerita didalam pelajaran bahasa indonesia. Supaya atensi,

konsentrasi dan komunikasi bisa satu karena masalah anak-anak ini ada pada

natensi, konsentrasi dan komunikasi maka dengan cara itu kita menyampaikan

komunikasi dengan bercerita secara atraktif. Jadi anak-anak tersebut lebih

merasakan cerita apa yang diceritakan oleh gurunya.

Page 108: “Komunikasi Instruksional Guru Dan Murid Autis di Sekolah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19437/1/RAHMI... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang

T: Bisakah Bapak/ Ibu memberikan contoh materi yang lengkap dan mudah

dipahami oleh para murid autis mengenai metode pengajaran secara non

verbal?

J: jika lagi berisik cukup kita memberitahu dengan isyarat seperti (jari telunjuk

ditempelkan ke mulut) karena membuat anak tersebut bisa tertib yaitu dengan

kepatuhan karena bila anak tersebut sudah patuh baru nonverbalnya bisa

dapat. Akan tetapi jika anak tersebut tidak patuh kita memberikan isyarat tetap

saja anak tersebut tida dapat mengerti apa yang kita isyaratkan.

T: Apakah anak-anak Autis cepat tanggap dalam memahami pelajaran di dalam

kelas?

J: Beda-beda dilihat dari kondisinya soalnya yang bermasalah pada anak-anak ini

atensi, konsentrasi dan komunikasi ada yang dapat memahami pelajaran ada

yang belum, maka dari itu untuk menyampaikan sesuatu harus dengan

komunikasi yang jelas dan tegas supaya sedekiti demi sedikit anak-anak

tersebut dapat memahami pelajaran. Dan untuk mengajar anak-anak seperti ini

harus classikal individual supaya anak tersebut lebih fokus dengan apa yang

kita ajarkan.

T: Bagaimana menurut Ibu, metode apakah yang lebih dipahami oleh murid

autis, apakah metode verbal (lisan) atau metode non verbal (perilaku)?

J: Metode komunikasi verbal karena rata-rata anak-anak disini sudah mulai

paham akan tetapi hanya ada beberapa intruksi yang non verbal karena dilihat

juga dari kondisi anak-anak tersebut.

T: Menurut Ibu faktor apa saja yang menunjang keberhasilan dalam proses belajar

mengajar ketika mengajar murid autis?

J: Fasilitas, kerjasama guru dengan orangtua dan juga SDM yang berpengalaman.

T: Menurut Ibu kedala-kendala apa saja yang menghalangi keberhasilan dalam

proses belajar mengajar?

J: Rata-rata kendalanya ada di pemahaman, karena kalau kita sedang

menarangkan biasanya anak tersebut kemana-mana maka dari itu untuk bisa

anak tersebut mengerti kita harus benar-benar lebih fokuskan, beda dengan

anak yang sudah bisa verbal sudah paham pasti sudah bisa menjawab

Page 109: “Komunikasi Instruksional Guru Dan Murid Autis di Sekolah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19437/1/RAHMI... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang

pertanyaan yang guru berikan. Tapi kalo atensinya masih kurang dan tidak

kita fokuskan maka anak tersebut tidak bisa menjawab pertanyaan.

LEMBAR WAWANCARA

Bagian ini hanya di lengkapi oleh pewawancara dan di tanda tangani oleh

responden:

Responden : Ibu Olyah

Jenis kelamin : Perempuan

Jabatan : Guru kelas 3

Pendidikan terakhir : S1

Lokasi wawancara : Di Ruang kelas 3

Tanggal&waktu wawancara : Selasa, 6 Mei 2008 / 11.20-11.45

Pewawancara : Rahmi Isnaini

Benar dan sadar wawancara yang di lakukan oleh pewawancara terhadap

responden.

Pewawancara Responden

Rahmi Isnaini Ibu. Olyah

Page 110: “Komunikasi Instruksional Guru Dan Murid Autis di Sekolah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19437/1/RAHMI... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang

WAWANCARA Hari: Selasa

Tanggal: 6 mei 2008

Waktu: 11.20-11.45

Responden: Ibu Olyah

Pewawancara: Rahmi

Assalamu’alaikum. Nama saya Rahmi Isnaini, saya mahasiswi dari

Universitas Islam Negeri, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, jurusan Komunikasi

penyiaran Islam. Dalam proses penyusunan skripsi saya yang berjudul

”Komunikasi Intruksional Guru dan Murid Autis dalam Proses Belajar mengajar

Di Sekolah Dasar Insania Jatiasih Bekasi”. Ingin mewawancarai bapak/ Ibu

dalam beberapa pertanyaan.

T: Mohon Ibu jelaskan nama jabatan Ibu di SD Insania?

J: Nama saya, Olyah Mirna Lestari jabatan saya di SD ini sebagai guru bantu

kelas 3

T: Berapa lama Ibu mengajar di SD Insania?

J: Saya sudah mengajar disini kurang lebih 3 bulan.

T: Menurut pengalaman Ibu selama mengajar, metode komunikasi manakah yang

dipakai ketika mengajar murid autis?

J: Komunikasi yang dipakai adalah komunikasi verbal dan nonverbal karena

mengajar murid tersebut melalui kata-kata yang jelas dan dan sikap yang

tegas.

T: Menurut Ibu Komunikasi yang sering dipakai ketika proses belajar mengajar?

J: Komunikasi yang sering dipakai adalah verbal yaitu dengan kata-kata dan

intruksi ketika mengajar murid tersebut.

T: Bisakah Ibu memberikan contoh materi yang lengkap dan mudah dipahami

oleh para murid autis mengenai metode pengajaran secara verbal?

Page 111: “Komunikasi Instruksional Guru Dan Murid Autis di Sekolah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19437/1/RAHMI... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang

J: Misalkan disuruh duduk tertib, dengan kata-kata yang jelas anak-anak sudah

mengerti, karena setiap hari memang sudah diterapkan jadi secara classikal

mereka sudah tahu.

T: Bisakah Bapak/ Ibu memberikan contoh materi yang lengkap dan mudah

dipahami oleh para murid autis mengenai metode pengajaran secara non

verbal?

J: Contohnya seperti mengintruksikan anak tersebut mengambi buku tidak hanya

dengan kata-kata saja tetapi di barengi dengan kode atau gerakan-gerakan.

T: Apakah anak-anak Autis cepat tanggap dalam memahami pelajaran di dalam

kelas?

J: Awalnya memang tidak tanggap tetapi kalau kita menjelaskan dengan contoh

mereka akan mengerti, kuncinya harus ada contoh yang jelas ketika

menjelaskan pelajaran kepada murid tersebut. Contohnya ini “bola” harus ada

bendanya jadi ketika menjelaskan sesuatu harus bena-benar jelas. Karena

mereka bukan seperti anak-anak normal yang sudah tahu benda “bola” itu

seperti apa.

T: Bagaimana menurut Ibu, metode apakah yang lebih dipahami oleh murid autis,

apakah metode verbal (lisan) atau metode non verbal (perilaku)?

J: metode verbal dengan kata-kata yang jelas.

T: Menurut Ibu faktor apa saja yang menunjang keberhasilan dalam proses belajar

mengajar ketika mengajar murid autis?

J: Faktor SDM, dan gurunya yang berpengalaman.

T: Menurut Ibu kedala-kendala apa saja yang menghalangi keberhasilan dalam

proses belajar mengajar?

J: kendalanya yaitu pada anak-anak yang hiper sulit untuk memahami pelajaran.

T: menurut ibu guru-guru disini menerapkan komunikasi apa saja ketka mengajar

murid autis?

J: guru-guru disini menerapkan komunikasi verbal dan noverbal karena setiap

mengajar murid tersebut harus dengan kata-kata yang jelas dan ketika

mencontohkah sesuatu harus berdasarkan praktek langsung jadi verbal dan

nonverbal sama-sama dapat digunakan.

Page 112: “Komunikasi Instruksional Guru Dan Murid Autis di Sekolah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19437/1/RAHMI... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang

LEMBAR WAWANCARA

Bagian ini hanya di lengkapi oleh pewawancara dan di tanda tangani oleh

responden:

Responden : Ibu Diah Tri Astuti

Jenis kelamin : Perempuan

Jabatan : Kepala Sekolah SD Insania

Pendidikan terakhir : S1

Lokasi wawancara : Kantor kepsek SD Insania

Tanggal&waktu wawancara : Senin, 5 Mei 2008 / 10.20-11.15

Pewawancara : Rahmi Isnaini

Benar dan sadar wawancara yang di lakukan oleh pewawancara terhadap

responden.

Pewawancara Responden

Rahmi Isnaini Ibu. Diah Tri

Astuti

Page 113: “Komunikasi Instruksional Guru Dan Murid Autis di Sekolah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19437/1/RAHMI... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang

WAWANCARA Hari: Senin

Tanggal: 5 mei 2008

Waktu: 10.20-11.15

Pewawancara: Rahmi

Nara sumber: Diah Tri Astuti

Assalamu’alaikum. Nama saya Rahmi Isnaini, saya mahasiswi dari

Universitas Islam Negeri, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, jurusan Komunikasi

penyiaran Islam. Dalam proses penyusunan skripsi saya yang berjudul

”Komunikasi Intruksional Guru dan murid autis dalam Proses Belajar mengajar

Di Sekolah Dasar Insania Jatiasih Bekasi”. Ingin mewawancarai Bapak/ Ibu

dalam beberapa pertanyaan.

T: Bagaimana latar belakang berdirinya SD Insania?

J: Pada awalnya lembaga ini diperuntukan untuk anak yang membutuhkan terapi

seperti okupasi terapi, terapi wicara, sensori terapi, fisio terapi dan terapi

edukasi. Tetapi setelah lembaga ini berdiri, ternyata peminat untuk anak

berkebutuhan khusus, cukup memberikan respon dari masyarakat khususnya di

daerah bekasi dan khususnya dari orang tua yang memiliki Anak yang

berkebutuhan khusus, karena banyaknya permintaan dan keluhan dari orang tua

yang mempunyai anak berkebutuhan khusus, misalnya kurang diterimanya

anak-anak mereka di sekolah umum, maka pada tahun 2005 lembaga Yayasan

Asa daya Insania mendirikan pendidikan luar sekolah yang setara dengan SD

yaitu dengan nama SD Insania.

T: Apa visi dan misi SD Insania?

J: Visi Sekolah Dasar Insania yaitu SD Insania ingin mengembangkan dan

memotivasi kemampuan siswa, serta menyediakan sarana pendidikan sesuai

dengan kemampuannya secara optimal untuk menjadikan siswa lebih mandiri,

mampu bersosalisasi dan diterma seutuhnya oleh masyarakat. Dan Misi

sekolah Dasar Insania adalah untuk menciptakan siswa lebih kreatif dengan

Page 114: “Komunikasi Instruksional Guru Dan Murid Autis di Sekolah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19437/1/RAHMI... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang

memodisivikasikan kurikulum dan perilaku dalam pendidikan khusus yang

sesuai dengan kebutuhan siswa yang mengarah pada Multiple Intelegence

(Kecerdasan majemuk) sesuai dengan potensi dan kemampuan yang dimiliki

siswa.

T: Apa tujuan didirikannya SD Insania?

J: Tujuan didirikannya SD Insania untuk mengembangkan potensi dan

kemampuan anak berkebutuhan khusus, sehingga dapat bermanfaat bagi

dirinya dan masyarakat, untuk menumbuhkan kemandirian anak, untuk

memodisivikasi perilaku menjadi lebih baik, sehingga dapat berkembang

secara optimal, dan untuk menyediakan fasilitas belajar bagi anak

berkebutuhan khusus.

T: Apa saja program kegiatan belajar SD Insania?

J: Program kegiatan Belajar SD Insania yang pertama mencakupi pelajaran

Bahasa Indonesia yaitu, pengenalan huruf abjad, membaca, menulis dan

berbicara yang kedua pelajaran matematika terdiri dari bilangan cacah, bentuk

bangun datar ruang, waktu dan daya pikir yang ketga pengetahuan umum

seperti mengenal warna, rasa, dan gender dan setelah itu di terapi.

T: Apakah Guru-guru sudah menerapakan komunikasi dengan baik ketika

mengajar murid autis?

J: Menurut saya guru-guru disini sudah menerapkan komunikasinya dengan

teratur ketika mengajar murid-murid autis. Karena sebelumnya guru-guru

disini sudah mempunyai basic dalam pengajarannya jadi mereka sudah paham

metode/komunikasi yang bagaimana untuk mengajar murid autis.

Page 115: “Komunikasi Instruksional Guru Dan Murid Autis di Sekolah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19437/1/RAHMI... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang

LEMBAR WAWANCARA

Bagian ini hanya di lengkapi oleh pewawancara dan di tanda tangani oleh

responden:

Responden : Ibu Riyana

Jenis kelamin : Perempuan

Jabatan : Orang tua Murid

Pendidikan terakhir : S1

Lokasi wawancara : Via Tlp

Tanggal&waktu wawancara : Senin, 5 Mei 2008 / 16.30-16.45

Pewawancara : Rahmi Isnaini

Benar dan sadar wawancara yang di lakukan oleh pewawancara terhadap

responden.

Pewawancara Responden

Rahmi Isnaini Ibu. Riyana

Page 116: “Komunikasi Instruksional Guru Dan Murid Autis di Sekolah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19437/1/RAHMI... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang

WAWANCARA Hari: Senin

Tanggal: 5 Mei 2008

Waktu: 16.30-16.45

Pewawancara: Rahmi

Responden: Ibu. Riyana

Assalamu’alaikum. Nama saya Rahmi Isnaini, saya mahasiswi dari

Universitas Islam Negeri, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, jurusan Komunikasi

penyiaran Islam. Dalam proses penyusunan skripsi saya yang berjudul

”Komunikasi Intruksional Guru dan Murid Autis dalam Proses Belajar mengajar

Di Sekolah Dasar Insania Jatiasih Bekasi”. Ingin mewawancarai Bapak/ Ibu

dalam beberapa pertanyaan.

T: Apa alasan Bapak/Ibu memilih SD Insania sebagai tempat pendidikan bagi

anak anda?

J: Karena tempatnya cocok dan tepat sekali untuk kondisi anak saya yang

menderita autis.

T: Apakah menurut Bapak/Ibu pengajaran guru-guru di SD Insania selama ini

dapat membantu anda dalam membimbing anak anda dirumah?

J: Membantu sekali.

T: Menurut pengamatan Bapak/Ibu adakah kemajuan dari anak anda ketika

sekolah di SD Insania dan kemajuan seperti apakah yang anda ketahui pada

diri anak ada?

J: Kemajuan sudah ada anak saya udah mulai bisa baca, tulis, sudah mulai

bersosialisasi.

T: Menurut pengamatan Bapak/Ibu bagaimana perkembangan pengetahuan

keagamaan anak anda semenjak masuk SD Insania?

J: Untuk perkembangan tentang pengetahuan agamanya sudah berkembang

karena anak saya juga setiap sore mengaji jadi sudah ada basic utuk

pengetahuan agamanya.

T: Bagaimana sikap anak anda ketika dirumah?adakah perubahan?

Page 117: “Komunikasi Instruksional Guru Dan Murid Autis di Sekolah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19437/1/RAHMI... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang

J: Perubahan menunjang sekali anak saya sudah mau bersosialisasi

T: Bagaimana sikap anak anda ketika bertemu dengan guru nya?

J: Ketika bertemu dengan gurunya anak saya sudah merasa nyaman dan seolah-

olah gurunya sudah dianggap seperti temannya sendiri.

T: Bagaimana sikap anak anda terhadap temannya?

J: Sudah mulai bersosialisasi dengan teman-temannya.

T: Apakah menurut Bapak/Ibu SD Insania sudah efektif dalam membina anak-

anak autis?

J: Menurut saya SD Insania sudah sangat membantu sekali karena anak saya

belajar disini sudah 2 tahun jadi saya percaya klo yayasan disini benar-benar

dapat membantu dalam perkembangan anak saya.

Page 118: “Komunikasi Instruksional Guru Dan Murid Autis di Sekolah ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19437/1/RAHMI... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang