komplikasi obstetri

9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komplikasi Obstetrik Komplikasi obstetrik adalah kesakitan pada ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, dan atau janin dalam kandungan, baik langsung maupun tidak langsung, termasuk penyakit menular dan tidak menular yang dapat mengancam nyawa ibu dan atau janin, yang tidak disebabkan oleh trauma/kecelakaan .(profil kesehatan indo 2013) Dari hasil “Assessment Safe Motherhood” di Indonesia pada tahun 1990/1991 menyebutkan beberapa informasi penting yang berhubungan dengan terjadinya komplikasi persalinan antara lain: (assessment safe motherhood) 1. Derajat kesehatan ibu rendah dan kurangnya kesiapan untuk hamil 2. Pemeriksaan antenatal yang diperoleh kurang 3. Pertolongan persalinan dan perawatan pada masa setelah persalinan dini masih kurang 4. Kualitas pelayanan antenatal masih rendah dan dukun bayi belum sepenuhnya mampu melaksanakan deteksi risiko tinggi sedini mungkin

Upload: devina-bumi

Post on 14-Sep-2015

444 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

obstetri

TRANSCRIPT

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1Komplikasi ObstetrikKomplikasi obstetrik adalah kesakitan pada ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, dan atau janin dalam kandungan, baik langsung maupun tidak langsung, termasuk penyakit menular dan tidak menular yang dapat mengancam nyawa ibu dan atau janin, yang tidak disebabkan oleh trauma/kecelakaan.(profil kesehatan indo 2013) Dari hasil Assessment Safe Motherhood di Indonesia pada tahun 1990/1991 menyebutkan beberapa informasi penting yang berhubungan dengan terjadinya komplikasi persalinan antara lain: (assessment safe motherhood)1. Derajat kesehatan ibu rendah dan kurangnya kesiapan untuk hamil2. Pemeriksaan antenatal yang diperoleh kurang3. Pertolongan persalinan dan perawatan pada masa setelah persalinan dini masih kurang4. Kualitas pelayanan antenatal masih rendah dan dukun bayi belum sepenuhnya mampu melaksanakan deteksi risiko tinggi sedini mungkin5. Belum semua Rumah Sakit Kabupaten sebagai tempat rujukan dari Puskesmas mempunyai peralatan yang cukup untuk melaksanakan fungsi obstetrik esensial.Diperkirakan 20% kehamilan akan mengalami komplikasi. Berdasarkan data Ditjen Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI, Hasil Analisis Lanjut Sensus Penduduk Tahun 2010 menyebutkan bahwa lima penyebab kematian ibu terbesar adalah perdarahan, hipertensi dalam kehamilan (HDK), infeksi partus lama/macet, dan abortus. Di Indonesia kematian ibu tetap didominasi oleh karena tiga penyebab utama kematian yaitu perdarahan, hipertensi dalam kehamilan (HDK), dan infeksi. Namun pada tahun 2010 lebih dari 30% kematian ibu disebabkan oleh karena HDK. (profil kesehatan Indonesia 2013)

1. PerdarahanPendarahan obstetrik adalah penyebab kematian ibu tersering baik di negara maju maupun negara berkembang dan merupakan indikasi paling sering untuk masuk ICU. Pendarahan obstetrik meliputi pendarahan antepartum dan postpartum.(jurnal 1)a. Pendarahan antepartumPendarahan antepartum merupakan perdarahan dari atau ke saluran genital yang terjadi dari 24+0 minggu kehamilan dan sebelum bayi itu lahir. Dalam sebagian besar kasus, pendarahan antepartum terjadi pada 1 dari 20 wanita hamil dan tidak ada risiko bagi ibu dan janin. Penyebab pendarahan antepartum antara lain solusio plasenta, plasenta previa, plasenta akreta/ inkreta/percreta, dan ruptur uteri. Kehilangan darah yang cukup dapat terjadi sebelum diagnosis ditegakkan tergantung pada lokasi pendarahan tersebut. Solusio plasenta melibatkan pemisahan plasenta dari basalis desidua sebelum persalinan dimana pasien akan merasa nyeri, terjadi perdarahan vagina, nyeri uterus, dan peningkatan aktivitas uterus. Sedangkan plasenta previa melibatkan implantasi plasenta di rahim bawah dan sering dikaitkan dengan bekas luka bedah caesar sebelumnya. Plasenta akreta adalah plasenta yang melekat secara abnormal pada uterus, biasanya dalam jaringan parut yang mengikuti riwayat caesar sebelumnya. Ruptur uteri selama persalinan merupakan komplikasi potensial lainnya dan jarang berhubungan dengan riwayat caesar sebelumnya. (jurnal 1)

b. Pendarahan postpartumPendarahan postpartum merupakan penyebab kematian ibu utama di negara-negara berpenghasilan rendah dan hampir seperempat dari seluruh kematian ibu secara global. Pendarahan postpartum didefinisikan sebagai hilangnya 500 ml darah atau lebih dalam waktu 24 jam setelah bayi lahir atau berpotensi mempengaruhi hemodinamik ibu. Dalam 60-70% kasus, penyebab pendarahan postpartum yaitu adanya kegagalan kontraksi uterus pasca persalinan. Pendarahan yang berkelanjutan merupakan hasil dari atonia uteri dan sering menimbulkan rasa sakit. Penyebab paling umum kedua pada pendarahan postpartum adalah retensi plasenta yaitu sekitar 20-30% kasus. Sekitar 10% dari kasus pendarahan postpartum mengakibatkan trauma genital dan biasanya berhubungan dengan robeknya vagina/ serviks pasca persalinan. Gangguan koagulasi juga dapat menyebabkan terjadinya pendarahan postpartum seperti penyakit kongenital hemofilia atau von Willebrand maupun penyakit yang didapat seperti sepsis, sindrom emboli cairan ketuban (AFE), lemak hati akut kehamilan, preeclampsia atau sindrom HELLP (hemolisis, peningkatan enzim hati, hitung trombosit rendah).

2. Hipertensi dalam Kehamilan (HDK)Hipertensi adalah tekanan darah sekurang-kurangnya 140mmHg sistolik dan 90 mmHg diastolik pada dua kali pemeriksaan berjarak 4-6 jam pada wanita yang sebelumnya normotensi. Hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering muncul selama kehamilan dan dapat menimbulkan komplikasi pada 2-3% kehamilan. Sekitar 5-15% terjadi hipertensi pada kehamilan dan merupakan satu diantara 3 penyebab mortalitas dan morbiditas ibu bersalin disamping pendarahan dan infeksi. Pada dasarnya terdapat 4 jenis hipertensi yang umumnya terdapat pada saat kehamilan yaitu:a. Preeklampsia-eklampsia Preeklampsia terjadi apabila dijumpai tekanan darah 140/ 90mmHg setelah 20 minggu kehamilan disertai dengan proteinuria 300 mg/ 24 jam atau pemeriksaan dipstick +1. Sedangkan eklampsia terjadi apabila ditemukan kejang-kejang pada pasien preeclampsia dan dapat disertai dengan koma. b. Hipertensi kronik Hipertensi kronik yaitu hipertensi yang terjadi dari sebelum kehamilan dan menetap setelah persalinan tanpa timbulnya proteinuria.c. Preeclampsia pada hipertensi kronik, yang merupakan gabungan preeclampsia dengan hipertensi kronik. d. Hipertensi gestational atau hipertensi yang sesaat.Hipertensi gestational merupakan hipertensi tanpa proteinuria yang timbul setelah 20 minggu kehamilan dan menghilang setelah persalinan. Pada hipertensi ini dapat disertai tanda dan gejala preeclampsia seperti nyeri ulu hati dan trombositopenia dan untuk diagnosis pasti ditegakkan pasca persalinan. Penyebab hipertensi dalam kehamilan sebenarnya belum jelas. Adapun faktor predisposisinya antara lain kehamilan kembar, penyakit trofoblas, hidramnion, diabetes mellitus, gangguan vaskuler plasenta, faktor herediter, riwayat preeklampsia sebelumnya, obesitas sebelum hamil.

3. Infeksi atau sepsisTerdapat 4 komplikasi infeksi tertentu yang menjadi predisposisi kehamilan pada wanita yaitu pyelonephritis, koroamnionitis (termasuk aborsi septik), endometritis (sering terjadi pasca bedah caesar), dan pneumonia. Pyelonephritis terjadi akibat adanya kolonisasi ginjal dengan bakteri gram negatif yang disebabkan oleh karena hilangnya tonus sfingter terkait dengan progesterone. Pada pneumonia terjadi aspirasi isi lambung sebagai akibat hilangnya tonus sfingter esophagus bagian bawah dan elevasi diafragma. Selain itu pada kehamilan yang diinduksi imunosupresi, pasien beresiko tinggi untuk mengalami pneumonia virus dan jamur. Koroamnionitis terjadi sebagai akibat dari adanya perubahan pH dan peningkatan glikogen pada vagina, yang mengakibatkan hilangnya barrier untuk masuknya bakteri. Bakteremia pada kehamilan relatif sering terjadi dimana dilaporkan terjadi sekitar 8-9% dari kehamilan, sedangkan sepsis berat yang progresif dan syok septik relative jarang terjadi. Penyebab dari infeksi ini antara lain bakteri gram negatif, bakteri gram positif sedangkan bakteri anaerobic jarang sebagai penyebabnya. Sebagian infeksi terjadi postpartum; sepsis puerpural atau demam nifas merupakan berbagai istilah umum infeksi yang terjadi pada masa nifas. Faktor risiko utama untuk sepsis puerpural adalah persalinan melalui bedah Caesar. Faktor risiko lainnya yang signifikan termasuk produk konsepsi yang dipertahankan, episotomi, dan pecahnya selaput amnion yang berkepanjangan. Infeksi mungkin melibatkan endometritis, parametritis (menyebar melalui dinding rahim), peritonitis, atau thrombofelbitis dari vena panggul. Endometritis paling sering dikaitkan dengan infeksi kelompok A streptococcus, meskipun staphylococcus, coliform, dan anaerobic juga ada. Manifestasi klinis sepsis meliputi tanda-tanda inflamasi sistemik yang dapat diikuti oleh koagulopati, vasoplegia, dan dapat berkembang menjadi gagal organ multipel. Biasanya pasien memiliki suhu 380C selama periode dari akhir pertama sampai akhir hari ke-10 setelah melahirkan atau aborsi. Purpura fulminan mungkin berhubungan dengan infeksi kelompok A streptococcus. Pada pasien peripartum yang datang dengan demam dan bukti disfungsi organ seperti kebingungan, oliguria, takikardia, dan sebagainya maka harus dicurgai untuk sepsis. 4. Partus lama/ macetPersalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam dapat digolongkan sebagai persalinan lama. Sebagian besar partus lama menunjukkan pemanjangan kala satu. Sebab-sebab utama pada partus lama antara lain:a. Disproporsi fetopelvikb. Malpresentasi dan malposisic. Kerja uterus yang tidak efisien termasuk serviks yang kakuFaktor tambahan lainnya yaitu:a. Primigraviditas b. Ketuban pecah dini ketika seviks masih tertutup, keras dan belum mendatarc. Analgesi dan anastesi yang berlebihan pada masa latend. Wanita yang dependen, cemas, ketakutan dengan orang tua yang menemaninya ke rumah sakit merupakan calon persalinan yang lama. Tipe wanita lainnya adalah wanita yang maskulin, masochistic yang keliatannya menikmati rasa nyeri yang dialaminya. 5. AbortusAbortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. WHO IMPAC menetapkan batas usia kehamilan kurang dari 22 minggu, namun beberapa acuan terbaru menetapkan batas usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.

2.2 Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Komplikasi ObstetrikBanyak sekali faktor yang dapat menyebabkan terjadinya komplikasi obstetrik ini antara lain usia saat hamil, paritas, jarak kehamilan, status gizi, penyakit ibu, riwayat komplikasi obstetrik sebelumnya, penggunaan kontrasepsi, penolong persalinan dan tempat persalinan.