kombinasi edisi 24 april 2008

24
s s Edisi 24 April 2008 Edisi 24 April 2008 Menopang Keberlangsungan Radio Komunitas Teknologi Informasi untuk Difabel Usaha Bawang Goreng di Brebes

Upload: majalah-kombinasi

Post on 28-Mar-2016

225 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

Mengangkat isu penggalangan dana di radio komunitas, teknologi informasi untuk kaum difabel, dan usaha bawang goreng

TRANSCRIPT

Page 1: Kombinasi Edisi 24 April 2008

ss

Edisi 24April 2008Edisi 24April 2008

Menopang Keberlangsungan Radio Komunitas

Teknologi Informasi untuk Difabel

UsahaBawang Goreng

di Brebes

Page 2: Kombinasi Edisi 24 April 2008

dari kami :

Tim kerja :

02 editorial

Kombinasi | Komunitas Membangun Jaringan Informasi | Edisi ke 24 | April 2008

Keberadaan radio komunitas di Indonesia telah dirasakan manfaatnya bagi komunitas lokal. Sebagai media informasi dari, untuk, dan oleh komunitas, radio komunitas telah memainkan peranan pentingnya, terutama di saat komunitas menghadapi persoalan bersama. Sayangnya, tidak semua radio komunitas bisa mempertahankan keberlangsungannya, dalam hal ini membiayai dirinya sendiri. Seperti kita tahu bahwa UU Penyiaran tidak mengizinkan radio komunitas menerima iklan komersial. Hal itu tentu membuat radio komunitas harus sangat kreatif dalam mencari-cari sumber dana. Kombinasi edisi 24 akan mengangkat tema utama mengenai pengalaman radio komunitas dalam mencari sumber dana bagi keberlangsungan radionya. Sebagai pengantar, Tanja E Bosch (Trainer UNESCO Community Radio Afrika Selatan dan dosen Pusat Studi Media dan Film, Universitas Cape Town, Afrika Selatan) mengungkapkan, bahwa banyak cara bagi radio komunitas untuk mencari celah sumber dana. Bush Radio, sebuah radio komunitas di Cape Town, Afrika Selatan, telah membuat berbagai kegiatan untuk memperoleh pemasukan, di antaranya melakukan Daycare Center, membuat program radio anak, program untuk anak sekolah yang terkait tema kampanye HIV/AIDS dan anti narkoba, serta memberikan pendidikan alternatif bagi anak-anak muda. Seluruh kegiatan ini dibiayai oleh perusahaan lokal yang berada di daerah Radio Bush. Radio Komunitas Kothmale di India, misalnya, menggunakan lahan kosong milik warga untuk toko jual beli tanaman, juga memroduksi ILM yang dipesan oleh berbagai organisasi masyarakat sipil. Lalu bagaimana dengan di Indonesia ?

Basri Andang dari Makassar mengungkapkan, bahwa beberapa radio komunitas di Sulawesi Selatan mampu menggalang dana dari pembuatan kartu pendengar, pendaftaran pendengar dengan registrasi SMS, membangun kerja sama dengan pihak pemerintah desa dan kabupaten untuk sosialisasi program mereka, sampai ada yang membangun kincir air agar bisa meminimalkan beban pembayaran listrik. Saiful Bakhtiar menulis tentang Panutan FM di Tanjung Batu, Kepulauan Derawan, Kalimantan Timur, yang berhasil mengenalkan program kartu anggota ke warganya. Masih banyak lagi contoh kasus menarik yang mengungkapkan kreativitas radio komunitas dalam upaya menghidupi dirinya sendiri. Kita juga akan berkenalan dengan sosok Bambang Widayadi dari Brebes, yang telah menggunakan limbah bawang merah yang terbuang karena tidak lolos masuk “sensor” untuk dijadikan bawang goreng.

Di tengah kesulitan hidup yang semakin membelit warga, kita bisa melihat bagaimana masyarakat berusaha bertahan dengan segala daya kreativitasnya. Mereka berkreasi dari limbah bawang merah, para pengelola radio komunitas pun tak kalah kreatif untuk tetap menjadi sumber informasi bagi warganya. Sering kali, pemerintah menghimbau agar masyarakat mandiri. Mereka lupa bahwa rakyat telah belajar dari segala penderitaannya untuk tetap bertahan. Mereka terus bergelut dengan kehidupannya sambil menatap dingin ulah para wakil rakyat yang duduk di gedung DPR. Selamat menikmati Kombinasi edisi 24!

Pemimpin Redaksi: Ade TanesiaEditor: Biduk RokhmaniTim Penulis: Ade Tanesia, Ambar Sari Dewi, Basri Andang, Biduk Rokhmani, Elanto Wijoyono, Saiful Bakhtiar, Tanja E Bosch, Yossy SuparyoLayout: Roni WibowoIlustrator: Danney JunertoIlustrasi sampul : Danney Junerto + Roni Wibowo

Alamat Redaksi: Jalan Ngadisuryan No 26, Yogyakarta 55133Telepon/fax: 0274-418929e-mai : [email protected]://www.media.kombinasi.net

Page 3: Kombinasi Edisi 24 April 2008

03 info sekilasJurus Jitu Integrasi GIS Teknik Menguasai ke Sistem Web Aplikasi Kantoran Judul : Sistem Informasi Canggih dan Gratis

Geografis - Membangun Aplikasi Web-based GIS Judul : Panduan Lengkap dengan MapServer Menguasai OpenOffice (Disertai CD) 2.x (Disertai CD)

Penulis : Eddy Prahasta Penulis : Ana HeryanaPenerbit : Penerbit Informatika, Penerbit : Informatika

Bandung Cetakan : I, September 2007Cetakan : I, Januari 2007 Dimensi : 20 cm; xxviii+268 hlmDimensi : 20 cm; xviii+740 hlm Kode Buku : 050 Her pKode Buku: 050 Pra s

OpenOffice 2.x adalah salah satu Pada era kekinian, kita tidak mungkin perangkat lunak office suite yang memisahkan aspek-aspek spasial disebarluaskan dengan lisensi open (ruang) dengan aspek nonspasial source software. Aplikasi tersebut terkait (properties) yang dimilikinya. memiliki tingkat kehandalan setara Untuk itulah, sistem informasi d e n g a n M S O f f i c e m a u p u n

geografis (SIG) hadir di tengah-tengah kita. Terlebih, kemajuan teknologi WordPerfect, namun ia bisa diunduh secara gratis. OpenOffice 2.x internet mendukung SIG makin canggih dan adaptif. Berbekal sistem itu, merupakan pilihan yang tepat bagi siapa pun, terutama yang memiliki para pengguna bisa lebih memaknai data spasial, tidak sekadar gulungan keterbatasan budget maupun lembaga yang mengerjakan peta dan tabel-tabel. pemberdayaan masyarakat.

Integrasi SIG ke sistem web menjadikan SIG sebagai bagian yang tidak OpenOffice 2.x kurang populer dibanding aplikasi kantoran yang terpisahkan dari sistem antarmuka grafik komputer. Aplikasi SIG komersial, karena minimnya buku petunjuk penggunaan OpenOffice 2.x menghasilkan desain antarmuka web yang makin bersahabat. Pengguna yang berbahasa Indonesia. Selain itu, banyak kalangan yang mengalami jasa internet dapat bertamasya ke mana pun dan kapan pun, tanpa harus ketergantungan dengan perangkat lunak office suite proprietary hingga hadir secara fisik. Pengguna cukup menggunakan aplikasi internet browser, enggan mencoba maupun beralih ke OpenOffice 2.x. Kalangantersebut secara otomatis mereka merasakan sensasi bertamasya ke mana pun tak lebih suka melakukan tindakan pembajakan daripada beralih pada sistem ubahnya seperti di dunia nyata. yang lain.

Buku itu menjelaskan pemanfaatan MapServer sebagai salah satu aplikasi Buku itu memberikan petunjuk yang lengkap bagaimana teknik dan tips pendukung SIG secara tahap demi tahap, dari awal hingga akhir. penggunaan OpenOffice 2.x. Buku tersebut dapat dijadikan sebagai MapServer merupakan salah satu program aplikasi antarmuka grafik sumber referensi dan pendamping dalam memanfaatkan perangkat lunak komputer (computer graphic interface) yang dapat dimanfaatkan untuk OpenOffice 2.x. Materi-materi disajikan dalam bentuk penjelasan langkah membangun aplikasi sistem informasi geografis berbasis web (web-based kerja dan dilengkapi dengan gambar yang memperlihatkan kinerja GIS). MapServer bisa diunduh secara gratis karena ia bersifat terbuka (open OpenOffice 2.x. Buku itu dapat digunakan oleh pengguna pemula dan source code) yang didukung oleh banyak pihak dan komunitas yang besar. menengah sehingga sangat cocok sebagai bahan ajar untuk menjelaskan MapServer bisa mendukung kinerja beragam sistem operasi (operating kerja-kerja aplikasi berbasis open source.system). Sub-toll dan framework-nya selalu berkembang dan relatif mudah digunakan sehingga dapat menjadi pilihan jitu para pemula.

Buku Baru Koleksi Pustaka KombinasiEddy Prahasta merupakan salah satu penulis sistem informasi geografis yang sangat produktif. Ia telah menulis belasan buku dengan topik serupa yang telah dipublikasikan dan mendapat sambutan dan apresiasi publik yang baik. Selain penjelasan konsep SIG yang gambang, penulis memberikan contoh mapfile, script, template, dan lain sebagainya. Contoh-contoh yang dituliskan dapat mengilustrasikan bagaimana MapServer dapat dikonfigurasikan dan kemudian dioperasikan oleh penggunanya.

Buku itu memang terkesan seperti panduan bagaimana memublikasikan aplikasi peta interaktif lewat jaringan internet dengan menggunakan MapServer. Namun dengan kemampuan tulisnya yang lincah, secara perlahan, penulis menggiring para pembacanya untuk memasuki ruang-ruang diskusi lintas disiplin. Ia mencoba menjembati para pembacanya yang berasal dari beragam disiplin ilmu untuk turut berkampanye tentang budaya literasi, meningkatkan kecerdasan spasial warga, mencintai kebudayaan bangsa dengan mengajak berselancar dan bersilaturahmi dengan berbagai daerah di Indonesia, membuka cakrawala pembaca tentang budaya maritim, dan lain-lain.

Buku itu penting untuk dibaca oleh berbagai kalangan, seperti mahasiswa, Pustaka Kombinasi memiliki beragam jenis koleksi seperti buku atau militer, akademisi, aktivis NGO, juga pegawai pemerintah untuk menggali monograf, laporan kegiatan berbagai lembaga, modul pelatihan, audio

visual, audio, lerangkat lunak, dan lain sebagainya. Perpustakaan melayani beragam sumber daya yang dimiliki. Tak berlebihan jika SIG dikatakan kunjungan dari 09.30-16.00 (Senin-Jumat). Informasi lebih lanjut silakan sebagai pengetahuan terapan yang membantu pengelolaan dan klik di http://pustaka.kombinasi.netpertukaran sumber daya antara masyarakat dan bangsa.

No Pengarang Judul Penerbit Kode Buku

1. Nalaka Gunawardene dan Frederick Noronha (ed.)

Communicating Disaster: A Asia Pacific Resource Book

TVEAP-UNDP 384.544 Nal c

2. William N Dunn GMU-Press 340.1 Dun p

3. Onong U Effendy Radio Siaran: Mandar Maju 384.54 Eff r

4.

Ulla Carlsson dan Cecilia von Feilitzen (ed.)

Nordicom 302.2 Car i

5. Tim Awari Panduan Mengelola Bisnis Warnet

Depkominf Awari 384.016 Dep p

Pengantar Analisis Kebijakan Publik

In The service of Young People: Studies and reflections on media in the Digital Age

Page 4: Kombinasi Edisi 24 April 2008

04 info sekilas

Perjalanan dari Yogyakarta-Balikpapan kami tempuh kurang yang terjadi di sekitar Berau, diharapkan mampu dikurangi dari dua jam menggunakan pesawat. Dari Balikpapan, kami dengan peran dan kehadiran radio komunitas di tengah-tengah kemudian kembali menempuh perjalanan melalui udara warga.selama satu jam. Sesampainya di Bandar Udara Kalimaru, Berau, kami dijemput rekan dari WWF Berau. Kami beruntung, sesampainya di Tanjung Redep, cuaca cerah menyambut kami.

Penggunaan bom untuk menangkap ikan sampai pelestarian Bersama dengan rekan dari WWF, kami beristirahat di sebuah penyu menjadi permasalahan yang terjadi di Berau, selama ini. hotel yang persis di depannya mengalir Sungai Segah. Berbagai pendekatan dan kebijakan untuk mengurangi Sementara kami berkemas, matahari sore menyinari Sungai dampak kerusakan terus dilakukan. Pendekatan media Segah dan pantulan sinarnya membentuk pemandangan sore komunitas, seperti radio komunitas, diharapkan mampu yang sungguh luar biasa.menjadi salah satu media kampanye yang efektif.

Di tepi Sungai Segah atau tepian, demikian orang Berau lebih familiar Untuk menjawab permasalahan tersebut, berbagai materi pun menyebutnya, deretan para pedagang nampak mulai

didesain untuk pelatihan selama empat hari, dari visioning menjajakan sajiannya, setiap sore. Berbagai makanan dan media radio komunitas sampai pada pengenalan awal produksi. minuman pun siap dihidangkan. Semakin malam, semakin Antusiasme peserta nampak dalam setiap sesi. Pengetahuan ramai. Dari tepian Sungai Segah, kita juga bisa melihat deretan baru bagi mereka menjadi penyebabnya. Uniknya, pelatihan itu kapal-kapal yang berlabuh. Dari sana juga terlihat Museum tidak hanya diikuti oleh pengurus dan calon pengurus radio Sambaliung.komunitas, namun hadir pula beberapa perwakilan dari radio

Hari berikutnya, kami bertemu dengan kurang lebih 20 peserta komersial.pelatihan pengelolaan radio komunitas di Cafe Kampus

Darwis, dari Kantor WWF Berau, mengatakan, keterlibatan radio Singkuang, Tanjung Redep. Di luar bayangan kami, peserta kali komersial sebagai upaya agar ke depannya isu-isu pelestarian itu didominasi “amunisi-amunisi muda” yang masih sangat haus lingkungan tidak hanya menjadi tanggung jawab radio-radio akan pengetahuan tentang pengembangan dan pengelolaan komunitas yang tersebar di Berau, namun kampanye dan radio komunitas. Pelatihan “Pengelolaan Radio Komunitas” itu penyadaran akan pelestarian lingkungan Berau menjadi sendiri digagas atas inisiatif dan kerja sama Joint Program Berau tanggung jawab semua media termasuk radio komersial.(WWF-TNC Berau).

Hal tersebut juga diamini oleh Milka dari Radio Sangakala FM, Program itu dilandasi atas pemikiran peran penting radio salah satu radio komersial di Berau. Milka mengatakan, komunitas, sebagai media yang memiliki kedekatan emosional keberadaan pelatihan pengelolaan radio komunitas juga yang tinggi dengan warga. Berbagai permasalahan lingkungan

Bom pun tidak meledak lagi

Pelatihan Pengelolaan Radio Komunitas

di Kabupaten Berau,Kalimantan Timur

Oleh Saiful Bakhtiar

“The tree is an element of regeneration which in it self is a concept of time (pohon

adalah sebuah elemen dari regenerasi dan dari pohonlah kita belajar konsep

waktu)” Joseph Beuys, seniman Jerman, era 1960.

Kombinasi | Komunitas Membangun Jaringan Informasi | Edisi ke 24 | April 2008

Page 5: Kombinasi Edisi 24 April 2008

05membuka mata bagi pengelola radio komersial di Berau akan Kegiatan pelatihan pengelolaan radio komunitas yang tanggung jawab sosial dalam upaya pelestarian kawasan Berau. berlangsung selama empat hari itu dilanjutkan dengan Lebih lanjut, gadis yang juga berprofesi sebagai perawat di pertemuan para pegiat dan calon pegiat radio komunitas. RSUD Berau dan aktif sebagai pengelola Radio Sangkala FM, itu Pertemuan kali itu menggali kemungkinan dibentuknya wadah mengatakan, terlebih sejak 8 April 2004, Kabupaten Berau telah bersama radio komunitas di wilayah Kabupaten Berau. menetapkan program Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD)

Irwan dari Comviro mengharapkan, keterlibatan aktif dari Kabupaten Berau dan tentu program itu harus didukung oleh berbagai pihak, terlebih radio-radio komunitas yang berada di semua pihak, termasuk media kepenyiaran, terutama radio.wilayah Berau dalam upaya pembentukan jaringan radio

Lain halnya dengan Yani dari Radio Komunitas Panutan FM yang komunitas. Lebih lanjut, pria yang aktif di Buletin Media Berau, berada di Tanjung Batu. Yani, yang sejak tahun 1993 telah itu mengungkapkan, keberadaan wadah bagi radio komunitas mengelola radio komunitas di Tanjung Batu, mengungkapkan akan sangat berguna ke depannya bagi pegiat-pegiat radio bahwa dengan adanya kegiatan yang baru kali pertama komunitas, terlebih dalam pengurusan perizinan frekuensi. diikutinya itu membuka mata bagi pengelola radio komunitas Dalam pertemuan itu juga disepakati, selama tiga bulan ke untuk lebih aktif dalam penggalian isu-isu lokal, terutama depan, para pegiat radio komunitas Berau akan melakukan lingkungan, melalui pendekatan analisis sosial yang diberikan. pertemuan-pertemuan untuk memantapkan gagasan Kampanye “testiomonila korban bom” dirasakan efektif pembentukan jaringan.mengurangi cara penangkapan ikan menggunakan alat-alat

Dari pelatihan itu terlihat antusiasme dan semangat yang tinggi yang berbahaya. Tidak hanya itu, pengenalan teknik produksi untuk membangun dan mengembangkan radio komunitas dan pengemasan program menjadi sebuah ilmu tambahan sebagai bagian dari kampanye pelestarian lingkungan dan yang selama ini dipelajarinya secara otodidak.bentuk keterlibatan warga serta kesadaran warga untuk

Tanggapan yang muncul dari Dydi, sebagai calon pegiat radio menjaga kelestarian alam Berau. Lebih lanjut, peran radio komunitas di kawasan lingkar tambang, berbeda dengan komunitas juga diharapkan mampu memberikan yang terbaik peserta lainnya. Dydi menjelaskan, pengetahuan yang bagi alam Berau yang dikenal sebagai pusat keragaman hayati didapatkannya menjadi sebuah bekal, karena di wilayahnya dan burung endemik yang unik, sekaligus menyukseskan upaya akan ada dua radio komunitas yang diharapkan bisa segera pengusulan kawasan hutan kapur Berau menjadi situs warisan mengudara dan dapat dinikmati oleh komunitasnya dalam tiga dunia. Semoga...***bulan ke depan.

Page 6: Kombinasi Edisi 24 April 2008

06 info sekilas

Mencari Posisi Radio Komunitas dalam Penanggulangan Bencana

Oleh Elanto Wijoyono

Tak ada lagi alasan untuk menyudutkan radio komunitas bahwa informasi yang disiarkannya tidak bisa

dijamin keakuratan dan keaktualannya. Radio komunitas, secara hukum, telah diakui berdasarkan

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran dan diperdalam di Peraturan Pemerintah

Nomor 51 Tahun 2005 tentang Penyelenggaraan Penyiaran Lembaga

Penyiaran Pemerintah. Lembaga itu merupakan salah satu bentuk dari

lembaga penyiaran komunitas, di samping bentuk-bentuk lembaga

penyiaran yang lain, yaitu lembaga penyiaran publik, lembaga

penyiaran swasta, dan lembaga penyiaran berlangganan. Jadi, proses

produksi dan penyiaran informasi dari sebuah radio komunitas juga

mengikuti kaidah-kaidah jurnalistik, tidak berbeda dengan proses

jurnalistik yang terjadi di lembaga penyiaran lainnya.

Kombinasi | Komunitas Membangun Jaringan Informasi | Edisi ke 24 | April 2008

Page 7: Kombinasi Edisi 24 April 2008

07Namun, menurut Direktur Pelaksana desanya yang rata-rata hanya berprofresi dengan kegiatan on-air, sebuah radio pun Daerah PKBI Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai petani dan penambang pasir itu M u k h o t i b M D y a n g t e l a h s a r a t cenderung tidak menyukai program berita. pengalaman dalam dunia penyiaran Padahal, berita-berita terkini, termasuk komunitas, tetap perlu ada identifikasi peringatan dini terhadap ancaman lebih dalam mengenai peran yang bisa Gunung Merapi yang selalu dipantau oleh diemban oleh radio komunitas dalam reporter Lintas Merapi FM itu, penting r a n a h p e n a n g g u l a n g a n b e n c a n a . untuk diketahui oleh masyarakat, terutama Bagaimanapun, radio komunitas telah para penambang pasir yang berada di terbukti memiliki posisi yang kuat dan daerah rawan bahaya di aliran Sungai penting di masyarakat, baik dalam tahap Woro. mitigasi bencana, tanggap darurat,

Peran peringatan dini juga mampu maupun dalam tahap pascabencana dan disandang oleh Endra Harsaya, atau yang pemulihan. Apakah kemudian radio dikenal dengan nama Hendro Plered, komunitas perlu diperkuat kedudukannya pegiat Radio Komunitas Swadesi FM. Radio dalam konteks penanggulangan bencana komunitas yang terletak di Desa Jambidan, dengan dimasukkan ke dalam peraturan Banguntapan, Bantul, Daerah Istimewa perundang-undangan dan turunannya, Yogyak ar ta itu telah secara rutin akhirnya dipandang tidaklah terlalu b e r k o m u n i k a s i d e n g a n T i m S A R penting lagi. Hal itu menjadi salah satu Parangtritis, Bantul. Radio komunikasi yang pandangan yang terlontar dalam diskusi ada di studio digunakan terus untuk terbatas “Mencari Posisi Peran Radio memantau situasi terkini terkait mitigasi Komunitas dalam Penanggulangan bencana dengan berbagai jaringan Bencana” yang diselenggarakan oleh komunikasi radio, termasuk Posko COMBINE Resource Institution di Pendapa Pemantauan Gunung Merapi di Balerante, Karta Pustaka, 22 Februari 2008 lalu.Klaten serta Kantor Badan Meteorologi dan Geofisika Yogyakarta.

Peran radio komunitas pada tahap pemulihan pun juga pernah diemban oleh Radio Komunitas Swadesi FM itu. Pascagempa bumi yang melanda Yogyakarta dan sebagian Jawa Tengah pada 27 Mei 2006 lalu, radio tersebut Informasi apa saja yang harus diolah oleh menggagas acara bertajuk Konco Aduk-radio komunitas dan bagaimana informasi aduk, Udak-udak, Tuthuk-tuthuk yang itu disampaikan kepada masyarakat, ditujukan sebagai program acara untuk menjadi titik kunci pengidentifikasian menemani para warga atau pekerja yang peran radio komunitas dalam konteks s e d a n g m e m b a n g u n r u m a h a t a u penanggulangan bencana. Para pegiat rekonstruksi pascagempa. radio komunitas sendiri ternyata telah

melakukannya secara mandiri sejak lama. Sukiman, pegiat Radio Komunitas Lintas Merapi FM, misalnya, radio komunitas yang ia kelola bersama warga desanya dapat berperan sebagai pusat kegiatan masyarakat, yang mampu membangun sendiri metode pendidikan kebencanaan bagi masyarakat. Radio komunitas yang Dari beberapa pengalaman pengelola terletak di Dusun Deles, Desa Sidorejo, radio komunitas yang disampaikan, dapat Kemalang, Klaten yang tepat berada di dipahami bahwa sebenarnya radio lereng tenggara Gunung Merapi itu komunitas telah memiliki posisi yang berupaya menyampaikan informasi tanpa cukup kuat di masyarakat. Fungsinya telah harus memiliki program siaran berita. dipahami bersama sebagai salah satu Radio siaran komunitas itu hanya memiliki sumber informasi, termasuk dalam hal program siaran hiburan. Informasi dan kebencanaan. Ke depan, peran itu hanya berita mereka sampaikan di sela-sela perlu diperkuat dan dipublikasikan secara program hiburan itu. Menurut Sukiman, hal lebih luas kepada masyarakat. Tak hanya tersebut dilakukan karena masyarakat

Pewarta warga

menyikapi bencana

Penguatan posisi radio

komunitas

juga bisa memanfaatkan kegiatan off-air untuk mengembangkan pendidikan kebencanaan kepada warganya. Hal itu pun bisa cukup memberikan dampak yang efektif. Radio Komunitas Lintas Merapi, misalnya, radio itu turut berperan dalam menggagas dan mengembangk an berbagai forum warga di lereng Merapi. Forum-forum warga itu, antara lain, berupa kelompok pemuda pecinta lingkungan, peronda siaga Merapi, dan berbagai kelompok tani mandiri. Pengembangan berbagai kelompok kerja dan forum warga yang mampu memberikan pemasukan ekonomi menjadi salah satu tujuan utama karena warga ingin mereka bisa siap secara ekonomi ketika ancaman bencana melanda. Warga lereng gunung api aktif itu sadar bahwa untuk bisa berdaya di tengah ancaman bencana tidak bisa hanya mengandalkan bantuan dari pemerintah dan lembaga lainnya. Daya tersebut, bahkan, akan mampu mereka manfaatkan untuk membantu warga lain yang terkena musibah. Pascagempa 27 Mei 2006 lalu, warga lereng Merapi itu beramai-ramai menggalang bantuan berupa layanan pembangunan rumah sederhana bagi korban gempa di Klaten dan Bantul.

Dalam konteks kebijakan dan peraturan perundang-undangan pun, penguatan peran radio komunitas itu pun dapat disisipkan sebagai agenda. Walaupun dalam salah satu lontaran di atas, dipandang bahwa apakah radio komunitas penting untuk masuk atau tidak dalam peraturan hukum, tetapi bukan berarti hal itu tidak perlu diupayakan. Dalam satu hingga dua tahun ini, negara dan beberapa provinsi tengah sibuk menyiapkan p e r a n g k a t h u k u m d a l a m h a l penanggulangan bencana, termasuk Yogyakarta dan Klaten, Jawa Tengah. Di Yogyakarta, masih belum disepakati apakah jaringan radio komunitas akan diupayakan untuk bisa masuk dalam Rencana Aksi Daerah (RAD) dan peraturan daerah mengenai penanggulangan bencana. Sementara, di Klaten, Jawa Tengah, Radio Komunitas Lintas Merapi telah diakui sebagai salah satu sumber daya penting yang dapat berperan dalam penanggulangan bencana. Hal itu telah dituangkan dalam Rencana Aksi Daerah Pengurangan Risiko Bencana Letusan Gunung Merapi Kabupaten Klaten.***

Page 8: Kombinasi Edisi 24 April 2008

08 utama

eberlangsungan menempati posisi tertinggi dalam daftar permasalahan yang terjadi di banyak radio komunitas. K

Dengan berkurangnya dukungan finasial dari lembaga-lembaga donor, radio komunitas harus mulai berpikir berbagai cara untuk menjamin kelangsungannya.

Bush Radio, salah satu contoh sukses radio komunitas di Cape Town, Afrika Selatan. Mereka membuat berbagai kegiatan untuk meningkatkan pendapatan. Program-program yang mereka lakukan di antaranya Daycare Center, program radio anak, program-program untuk anak sekolah terkait tema AIDS dan kampanye anti narkoba, dan pendidikan alternatif bagi anak-anak muda. Semua kegiatan itu dibiayai oleh perusahaan lokal yang berada di daerah Bush Radio berada. Bush Radio juga terlibat dalam beberapa kegiatan, seperti program pendidikan pemungutan suara bagi pemula yang didanai oleh NIZA (institusi Belanda untuk Afrika Selatan) dan sekaligus mendorong minat mendaftar bagi pemilih pemula serta peningkatan toleransi politik.

Lain halnya Radio Kothmale di India. Mereka menggunakan lahan kosong yang dimiliki warga untuk membuka toko jual beli tanaman yang dijual pada komunitasnya. Beberapa radio komunitas di Afrika Selatan secara intensif memfokuskan pada tema-tema sosial. Mereka melakukan “eksplorasi” ide berdasarkan konsep sosial. Lembaga sosial, LSM dan pemerintah mempunyai dana atau anggaran untuk produksi media kampanye atau ILM dalam berbagai kegiatan atau even tertentu. Di Nepal, ketika digencarkan kampanye bahaya merokok, Kementrian Kesehatan Nepal mengeluarkan

anggaran bagi radio-radio komunitas untuk membuat ILM-ILM singkat yang berisi anjuran meninggalkan kebiasaan buruk merokok. Radio Sagarmatha dan beberapa radio komunitas di Kathmandu India juga secara kreatif membuat ILM-ILM pendek bertemakan kampanye HIV yang dibiayai oleh departemen kesehatan.

Strategi lainnya yang selama ini berjalan dengan baik dilakukan oleh radio komunitas di Afrika Selatan adalah menjual airtime. Mereka menjual blocking time kepada lembaga-lembaga untuk berdiskusi atau m e n y a m p a i k a n i n f o r m a s i k e p a d a komunitas. Seperti yang dilakukan oleh Institute for Democracy in Southern Africa (Idasa) yang mengadakan talkshow di radio komunitas setempat dengan tema demokrasi dan pemerintahan lokal. Hal itu mungkin saja bisa dilakukan di radio komunitas Anda. Namun yang perlu diingat adalah pengelola radio komunitas harus memastikan isi diskusi atau pembicaraan tidak mengandung atau menjurus pada konflik atau tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip radio komunitas Anda. Di Afrika Selatan pun banyak radio komunitas yang menjalin kerja sama yang saling menguntungkan bahkan terkadang tanpa harus diukur dengan uang. Bush Radio, misalnya, barter dengan koran lokal setempat untuk membacakan berita-berita mereka, sebagai imbalannya Bush Radio mendapatkan halaman khusus promosi program yang dimuat di koran tersebut.

Pembicaraan keberlangsungan, terlebih keuangan bagi radio komunitas, menjadi isu terpenting bahkan bagi radio komunitas yang telah mampu “bertahan” sekalipun. Radio komunitas yang sudah mampu

Menjaga Kelangsungan Radio KomunitasOleh Tanja E Bosch*

Keberlangsungan keuangan bagi radio komunitas adalah hal

yang mungkin bisa terjadi. Tetapi

ramuan yang paling penting dalam membicarakan

keberlangsungan radio komunitas

adalah proses awal berdirinya radio komunitas yang

didukung sepenuhnya oleh komunitas.

Proses inilah kunci atau pondasi paling

hakiki bagi radio komunitas.

Kombinasi | Komunitas Membangun Jaringan Informasi | Edisi ke 24 | April 2008

Page 9: Kombinasi Edisi 24 April 2008

09 mendanai semua biaya operasional tetapi tidak memiliki kualitas program yang bagus atau memiliki program yang bagus namun ditinggal pendengarnya, niscaya radio komunitas yang mengalami kondisi seperti itu pun tidak akan bertahan lama.

L a n g k a h - l a n g k a h p e r b a i k a n d a n pemantauan produksi program harus terus diperhatikan. Pendengar mana pun tidak akan menerima program siaran Anda yang tidak dikelola secara profesional. Tantangan bagi radio komunitas adalah profesionalitas program tanpa meninggalkan nilai-nilai akses, partisipasi, dan pemberdayaan warga atau komunitas. Untuk menuju ke sana, kuncinya adalah membuat program yang menyajikan sesuatu yang unik dan sangat lokal. Beberapa radio komunitas telah mencoba juga melakukan produksi yang diambil dari contoh program, baik radio i n t e r n a s i o n a l m a u p u n nasional, namun mereka k e m u d i a n m e l a k u k a n pengemasan kembali yang berbasis sangat lokal.

Selain program yang harus d i p e r h a t i k a n , p e n a t a a n l a i n n y a a d a l a h s u r v e i pendengar. Servei pendengar memiliki hubungan yang kuat dengan pengembangan program. Banyak pegiat radio komunitas yang memandang s u r v e i p e n d e n g a r membutuhkan banyak biaya. Pendengar adalah segalanya. Radio komunitas tidak akan bertahan jika pendengarnya tidak lagi memiliki perasaan memiliki. Radio komunitas memerlukan pemetaan komunitas dan membuat survei pendengar yang mengeluarkan biaya sedikit, temu fans club, misalnya. Tindakan itu dilakukan untuk memberi masukan bagi pegiat untuk membuat program yang tepat.

Hal terakhir untuk menjaga kelangsungan radio komunitas adalah terkait dengan relawan dan partisipasi komunitas. Di Afrika Selatan, relawan dilihat sebagai sosok yang tidak dibayar atau tidak memiliki skill dan setelah menerima pelatihan di radio komunitas, mereka “dibajak” oleh beberapa organisasi atau stasiun radio komersial, di mana mereka bisa mendapatkan gaji. Penelitian yang telah dilakukan oleh Le m b a g a R a d i o 2 T E N d i Au s t ra l i a m e n u n j u k k a n b a h w a k e b e r h a s i l a n pendanaan yang diperoleh radio tidak hanya disokong oleh faktor banyaknya komunitas, namun sosok-sosok relawan j u g a m e n j a d i p e n e n t u. U m u r d a n

keberimbangan jenis kelamin relawan menjadi faktor utama. Dalam penelitian itu menunjukan relawan perempuan yang lebih tua yang memiliki banyak waktu untuk k egiatan, cenderung lebih sukses. Kesuksesan itulah yang mendorong beberapa radio komunitas di Afrika Selatan mulai 'menggaji' relawannya, walaupun hanya terbatas pada pengganti biaya perjalanan.

Meskipun banyak tantangan terkait dengan keberlangsungan, keberadaan radio komunitas diibaratkan seperti tulisan hiasan sebagai bukti nyata dari media publik alternatif. Dengan semakin bertambahnya kepemilikan konglomerasi media massa, keberadaan radio komunitas menjadi sebuah entitas penting dalam masyarakat.

Radio telah terbukti dan teruji l e b i h d a r i 5 0 t a h u n m e m b e r i k a n b a n y a k k o n t r i b u s i d a l a m p e r k e m b a n g a n d a n partisipasi komunikasi warga. Radio adalah media yang sangat potensial sebagai media partisipasi, dan akar dari kebaradaan radio adalah komunitas yang menjamin proses komunikasi.

Keberlangsungan pendanaan bagi radio komunitas adalah sebuah hal yang mungkin bisa dilakukan. Namun, sekali lagi, yang paling hakik i atau m e n d a s a r d a l a m r a d i o

komunitas adalah keterlibatan komunitas radio komunitas itu sendiri. Jika kemudian kita melihat permasalah keberlangsungan t i d a k h a ny a p a d a s i s i p e m a s u k a n pendanaan, pasti kita bisa juga melihat keterlibatan komunitas dan kepemilikan kolektif menjadi modal sekaligus garansi keberlangsungan, paling tidak untuk peralatannya. Pada akhirnya, sejarah menunjukan radio komunitas tidak dapat “menggantungkan hidup”-nya pada kucuran dana dari lembaga donor atau LSM. Radio komunitas harus percaya diri, kepemilikan dan investasi komunitas menjadi kekuatan radio komunitas yang p a d a a k h i r n y a a k a n m e n d u k u n g keberlangsungannya.

* Trainer UNESCO Community Radio Afrika Selatan dan dosen Pusat Studi Media dan Film, Universitas Cape Town, Afrika Selatan.

mereka “dibajak”

oleh beberapa organisasi

atau stasiun radio

komersial

Page 10: Kombinasi Edisi 24 April 2008

utama10

Kombinasi | Komunitas Membangun Jaringan Informasi | Edisi ke 24 | April 2008

Petani Pun Punya RadioOleh Saiful Bakhtiar

Libatkan kegiatan komunitas

Wilayah Babakan Mulya yang berada di lereng Gunung Cermai sangat menonjol di bidang pertanian. Tidak heran jika Radio Komunitas Baina FM tanpa ragu membuat id station-nya “Radiona Petani, Milik Urang Sararea” (Radio Petani, Milik Kita Bersama).

Masduki (38), pengelola program Baina FM, menuturkan bahwa mereka ingin mengubah citra kaum tani. “Melalui radio komunitas, kami ingin mengangkat keterpurukan petani yang identik dengan kemiskinan dan kebodohan,” tutur sosok yang lebih tenar di udara dengan panggilan Sawor itu.

Untuk memancing partisipasi warga,

Baina FM sungguh jeli mendeteksi potensi komunitasnya. Para pengelola pun membuat program yang sesuai dengan kegiatan keseharian masyarakat. Di antaranya, siaran langsung pengajian anak yang dipandu seorang ustadz, sholawatan dari kelompok ibu majelis taklim, dan rebana yang disiarkan setiap Kamis. Penjadwalan itu dibuat secara b e r g i l i r, s e h i n g g a s e t i a p d u s u n

Mengamati keberlangsungan radio komunitas memang sangat unik dan beragam. Jika Radio Panutan FM di Kalimantan Timur bertahan melalui kartu keanggotaan, lain halnya dengan para pegiat Radio Komunitas Baina FM di Babakan Mulya, Kuningan, Cirebon. Awalnya, Baina FM secara tegas menyatakan bahwa para pegiat di radionya berstatus relawan alias tidak memperoleh gaji. Setelah melalui proses rekrutmen, ada 30 relawan yang terdaftar dan mengawali perjalanan Baina FM. Selain relawan yang sudah dibentuk, mereka kemudian menjaring dukungan dari warga, dan setidaknya sekitar 500 warga menyatakan dukungannya dengan membubuhkan tanda tangan. Tidak berhenti pada tanda tangan, warga pun menyumbang tiang antena, kabel, meja siaran, tali pancang, dan ada juga yang berupa uang. Antusiame warga terhadap kehadiran Baina FM sangat nampak saat warga dari empat dusun di Babakan Mulya menyaksikan langsung pendirian tower.

Page 11: Kombinasi Edisi 24 April 2008

11mendapatkan kesempatan yang sama. Dengan menjaring kegiatan warga, Baina F M b i s a l e b i h d e k a t d e n g a n komunitasnya.

Tidak hanya petani dan warga Babakan Mulya yang mendapat dampak positif akan kehadiran radio komunitas Baina FM, para pengusaha salon di wilayah kecamatan lain, seperti Kecamatan Kramat Mulya pun turut berbagi ilmu secara on-air di Biana FM. Langkah itu langsung mendapat respons sekaligus stimulus bagi pengusaha lainnya untuk ikut ngobrol di studio radio komunitas.

Kreatif mencari dana

Penataan program sekaligus administrasi jelas sangat terlihat rapi di Radio Komunitas Baina FM. Mereka mencatat setiap interaksi dalam program siaran. “Ini l a n g k a h k e s e r i u s a n k a m i u n t u k melangkah lebih baik ke depan,” tutur Ketua BPPK Baina FM Sunardi (40) alias Kang Boim.

Berbagai upaya untuk menjadikan Radio Komunitas Baina FM sebagai pusat informasi bagi kaum tani di wilayah Babakan Mulya pun ditempuh. Salah satunya adalah pendirian koperasi yang dibentuk dua bulan setelah radio berdiri. Bermodal Rp 10 juta, dana itu dikelola dalam bentuk simpan-pinjam bagi para petani. Koperasi itu disokong oleh warga, petani, pendengar, bahkan sampai penyiarnya. Dengan iuran wajib sebesar Rp 10.000 dan iuran bulanan sebesar Rp 1.000, koperasi itu menjadi ruh bagi keberlangsungan Baina FM. Ruspendi (38), salah seorang juru dana, mengatakan bahwa selama satu tahun semenjak berdirinya Baina FM, kini telah terkumpul dana Rp 25 juta yang dikelola dalam bentuk barang maupun dana simpan-pinjam.

Lebih lanjut, sosok, yang aktif di PPK Kecamatan Babakan Mulya dan punya nama siaran Kang Kabayan Sabarakom, i t u m e n g a t a k a n m e r e k a i n g i n mengembangkan unit usaha lain, yaitu pembuatan warung kopi.

Di samping koperasi, warung kopi, dan berbagai unit usaha serta kreativitas on-air, Baina FM kini juga dituntut untuk menjadi pengelola program off-air. Keberhasilan membuat talkshow “Cara Beternak Belut” telah menarik sebuah

penerbit nasional untuk bekerja sama d e n g a n B a i n a F M g u n a menyelenggarakan kegiatan seputar ternak belut yang berskala nasional.

Kunci keberlangsungan Baina FM juga terletak pada kreativitas yang dilakukan oleh para pengelolanya. Saat ini, mereka juga menjalin kerja sama dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Kuningan dalam bentuk penayangan ILM “Katarak”, dengan kontrak selama satu tahun. Meskipun, para pengelola mengakui jika dihitung secara nominal pemasukannya relatif kecil. Namun itu membuktikan adanya kepercayaan dari dinas kesehatan untuk menunjuk radio komunitas sebagai media sosialisasi.

Berbagai kegiatan untuk menunjang keberlangsungan terus digagas dan dilakukan. Seperti yang dituturkan Ruspendi, bahwa dalam waktu dekat akan dibuat perkumpulan para pendengar “Baina Fans Club”. Wadah itu dibuat untuk mempererat komunikasi antarwarga dan pengelola, sekaligus sarana untuk membicarakan setiap kegiatan. Juga, yang paling penting guna membahas strategi-strategi untuk menjamin keberlangsungan Radio Komunitas Baina FM.

Jalan masih panjang

Tanpa terasa, perjalanan Baina FM telah melewati masa satu tahun pada tanggal 21 Februari lalu. Hajatan yang terbilang mewah guna menandai eksistensi radio komunitas selama itu pun diselenggarakan. Dukungan dari warga sangatlah terasa. Bahkan, sa lah seorang pendengar merelakan satu kolam ikannya 'dibobol', dijadikan pesta ikan. Namun, dibalik dukungan penuh dari warga, Baina FM juga menghadapi kendala. Sunardi mengungk apk an bahwa Baina FM masih sangat membutuhkan tenaga ahli. Dia berharap ada pelatihan yang mampu meningkatkan k e m a m p u a n t e k n i s personelnya.

Kendala lainnya adalah kesulitan mencari sumber informasi untuk petani. Pe t a n i m e m b u t u h k a n

informasi yang sesuai dengan persoalan mereka, misalnya setelah panen, mereka butuh info mengenai harga pasar, pupuk, obat-obatan, termasuk berita inovasi pertanian. Hal itulah yang belum seluruhnya bisa dilayani oleh Baina FM. Selama ini, sajian informasi pertaniannya berasal dari majalah atau koran bekas yang ada di balai desa. Terkadang, Baina FM mengundang narasumber dari dinas pertanian atau pakar peternak dari luar daerah yang berhasil. Dengan cara itu, mereka berharap ada info baru untuk petani sehingga susah yang dirasakan kaum petani tidak berlanjut. Database informasi pertanian diharapkan menjadi j a w a b a n u n t u k m e n i n g k a t k a n pengetahuan petani yang berujung pada perbaikan tingkat kehidupan mereka.

Radio yang mulai mengudara pada pukul 15.00 itu akan terus berproses. Kang Boim menuturkan selain untuk misi sosial, Baina FM juga berusaha membuat unit-unit usaha radio komunitas yang dapat bermanfaat untuk pegiat rakomnya sendiri. Semoga.***

Page 12: Kombinasi Edisi 24 April 2008

utama12

Kombinasi | Komunitas Membangun Jaringan Informasi | Edisi ke 24 | April 2008

Tidak terlalu jelas kapan pastinya kali pertama radio-radio ilegal itu mengudara. Dari beberapa keterangan yang saya peroleh, maraknya kemunculan radio ilegal di wilayah Sragen i tu, awalnya, k arena adanya permintaan dari orang-orang yang punya hajat yang ingin acaranya dapat disiarkan ke seluruh penjuru desa. Ah ya, tentu saja, akan ada kebanggaan tersendiri bagi si empunya hajat jika acara hajatannya dikenal luas seluruh penduduk kampung, walaupun masih dengan sarana yang cukup sederhana, yakni menggunakan sound system yang diputar keras-keras.

Maka, lantas, marak orang membuka usaha p e n y e w a a n s o u n d s y s t e m g u n a mengakomodasi kebutuhan orang-orang yang menyelenggarakan hajatan. Karena para pengelola penyewaan sound system itu butuh diakui keberadaannya, maka mereka pun perlu “mengumumkan” eksistensi usaha yang mereka geluti supaya tetap dikenal dan tidak mudah dilupakan orang. Dari sanalah, para

pengusaha penyewaan sound system itu mulai mengutak-atik frekuensi radio dan mengudara, sekadar bereksistensi agar usahanya tetap dikenal orang. Tentu saja, frekuensi yang ditempati pun asal-asalan. Maksudnya, asal ada frekuensi kosong maka di sanalah mereka mengudara. Acara yang diampu pun juga seadanya, sekadar memutar lagu-lagu, minim berita atau informasi.

Hal itu, tentu akan terjadi persaingan yang tidak sehat, gencet-menggencet gelombang dan saling memperebutkan frekuensi. “Mereka, para pengusaha penyewaan sound system itu, tidak berani turun alias tidak bersiaran sehari pun, soalnya mereka takut kalau tidak mengudara bakalan ditempati orang lain. Jadi, setiap hari, ada tanggapan atau tidak mereka tetap saja mengudara karena takut frekuensinya dipakai orang lain,” terang Hariyanto, pengelola Radio Radiks FM yang terletak di Kompleks Wisma Talang Asri, Desa Kedawung, Kecamatan Kedawung, Sragen, salah satu radio ilegal yang kini tengah

berproses menjadi radio komunitas. Hingga saat ini, menurut Hariyanto, telah ada sekitar 300-an radio yang “menjajah” gelombang frekuensi di wilayah Sragen. “Di setiap desa, ada lebih dari satu radio ilegal yang mengudara, bisa ada dua hingga lima radio di satu desa, dan di masing-masing desa ada radio seperti itu,” ujar Hariyanto, yang lebih dikenal dengan nama udara Wahyu ketika bersiaran.

Bayangkan saja, dengan jumlah desa dan 1kelurahan sekitar 208 di Sragen, jika masing-

masing desa atau kelurahan terdapat dua saja radio semacam itu, bagaimana dengan penyediaan gelombang frekuensi yang terbatas itu?

K o n d i s i i t u t e r n y a t a m e n i m b u l k a n kegelisahan pada diri beberapa pengelola radio ilegal. Lantas, beberapa bulan lalu,

Menjadi radio komunitas

Radio Komunitas di SragenBernafas dari Iklan Lokal,

Bersaing di Acara HajatanOleh Biduk Rokhmani

Di Sragen, terdapat lebih dari 300 radio yang setiap hari mengudara dan memperebutkan frekuensi. Dari ke-300 radio itu hampir 90 persennya merupakan radio ilegal, meskipun ada sekitar 40 di antaranya yang saat ini tengah berproses menjadi radio

komunitas.

Page 13: Kombinasi Edisi 24 April 2008

13beberapa orang di antaranya berkumpul dan bersepakat mengubah radio yang dulunya ilegal menjadi radio komunitas yang secara regulasi lebih aman dalam beroperasi.

“Dulu, kami juga beroperasi seperti mereka (radio-radio ilegal, red) dan mengandalkan acara hajatan untuk bisa hidup. Namun, sekarang, setelah tahu tentang radio komunitas dan ketentuan-ketentuannya, kami tengah berusaha mengarah ke sana. Kami mulai membatasi menerima menyiarkan acara hajatan, tapi lebih mengakomodasi usaha-usaha lokal yang dikelola warga di sekitar studio radio. Juga, menambah siaran berita, selain hiburan tetap menempati persentase utama,” jelas Didik Prihantoro, pengelola sekaligus pemilik Karimaya FM.

Saat ini, Karimaya yang terletak di Perum Puro Asri A2 No 8, Karangmalang, Sragen itu tengah berproses melakukan merger dengan Radio Fresh FM. Didik bersama Andi Susan Setiawan, pengelola Fresh FM, berpikir merger adalah solusi terbaik bagi mereka karena secara geografis kedua radio itu terletak pada radius yang relatif berdekatan. Realisasi merger itu dapat dilihat dari perubahan nama kedua radio itu menjadi Radio Zora FM yang berarti 'zona informasi dan budaya'. Para penyiar lama dari kedua radio pun bersiaran secara bergantian di Zora FM.

Lain Zora, lain pula dengan Radio Mewah FM yang studionya berada di rumah Suroto

Warsito di Sumengto RT 01 RW XII , Karangtengah. Suroto yang mengelola radio “Mepet Sawah” bersama istrinya, Sutarni itu mendirikannya sejak Oktober 2005. “Awalnya, karena kami hanya tinggal berdua di rumah maka kami membuat radio sederhana ini untuk mengisi sepi. Lama-kelamaan banyak tetangga yang ternyata jadi pendengar setia, jadilah kami bertahan mengelolanya sampai sekarang,” kata Sutarni, yang juga bekerja sebagai staf di lingkungan Pemerintah Kabupaten Sragen itu.

Iklan lokal

Ketatnya persaingan dalam bereksistensi antara radio ilegal dan “radio komunitas” menjadikan radio-radio yang tengah berproses menjadi radio komunitas itu mulai gencar melakukan aksi “merapat” kepada komunitasnya. Pendekatan pun dilakukan pada para pelaku dan pemilik usaha-usaha kecil yang bertebaran di seputar studio radio berada, bukan sebagai objek usaha melainkan diposisikan menjadi mitra, yakni dengan cara menginformasikan usaha-usaha yang mereka geluti melalui iklan di radio.

“Sebenarnya, kami tidak pernah menawarkan kepada mereka untuk beriklan di Radiks, tapi justru mereka yang datang sendiri kepada kami, minta dibuatkan iklan. Bahkan materi d a n p e n g i s i s u a ra ny a m e r e k a j u g a

menyerahkan pada kami. Sekarang ini, iklan yang ditayangkan di Radiks berupa usaha kecil yang dikelola warga di sekitar sini, ada usaha bengkel las, warung mie ayam, juga toko kelontong, dan lain-lain,” ungkap Hariyanto.

Saat ini, sudah ada 10 pengiklan yang memasang iklan mereka di radio yang berdiri pada 21 Mei 2005 itu. Sebagai imbalan atas j a s a ny a , p a ra p e n g e l o l a R a d i k s F M menentukan tarif Rp 50 ribu sebagai ganti rekaman (produksi awal). Lantas, setiap bulannya, para pengiklan juga dikenai iuran Rp 50 ribu dengan kompensasi iklan akan ditayangkan di Radiks FM 8-10 kali setiap hari.

Pendapatan iklan itu, menurut Hariyanto, dimanfaatkan guna membiayai operasional radio, seperti pajak listrik. Juga, ada honor cuma-cuma untuk para penyiar yang berjumlah sekitar 10 orang, per orang rata-rata menerima Rp 50 ribu sebagai ganti uang transport.

Hal yang sama juga terjadi di Radio Mewah FM dan Zora FM. Itulah salah satu trik yang bisa d i g a ra p o l e h p a ra p e n g e l o l a ra d i o

yang? kecuali Radiks? rata-rata masih memakai peralatan yang relatif cukup sederhana itu agar tetap bisa bertahan hidup. Ya, mereka memang belum sepenuhnya menerapkan aturan-aturan yang ditentukan untuk radio komunitas, tapi toh mereka tengah berusaha menuju ke sana.***

Page 14: Kombinasi Edisi 24 April 2008

utama14

Studio permanen dari kartu pendengar

Cara penggalangan dana yang paling banyak dipakai pengelola radio adalah pembuatan kar tu pil ihan pendengar atau atensi pendengar. Harga kartu pendengar pun bervariasi di masing-masing radio. Setiap radio berhak menetapkan harga?yang berbeda-beda mulai dari Rp 350-1.000 per lembar untuk sekali baca.

Dalam penggalangan dana melalui kartu pilihan pendengar, Radio Komunitas Iga FM yang terletak di Desa Lalabata, Kabupaten Barru, sejak berdiri pada 26 Juni 1999 lalu, radio itu mendapat pemasukan yang cukup besar dari hasil penjualan kartu pilihan pendengar. Iga FM cukup berhasil mengembangkan kartu pilihan pendengar selama tujuh tahun hingga mampu mendirikan studio permanen dari hasil penjualan kartu pilihan pendengar dengan pemasukan mencapai Rp 1 juta per bulan. Studio yang dulunya hanya gubuk berdinding bambu langsung tersulap menjadi studio permanen sejak tahun 2006. Selain itu, p e n g e l o l a R a d i o I g a F M j u g a mengembangkan registrasi SMS sebanyak 200 orang pendengarnya dengan tarif Rp 10.000 per bulan. Juga, membangun kerja sama dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Barru untuk Iklan Layanan Masyarakat (ILM) selama satu tahun dengan kesepakatan pembayaran Rp 100.000 per bulan.

Menurut Kepala Studio Iga FM Aliel, registrasi SMS dilakukan untuk mengakomodasi pendengar yang mau memberikan atensi, sekaligus menunjukkan kepada masyarakat a w a m k a l a u r a d i o k o m u n i t a s t i d a k kampungan dengan teknologi informasi komunikasi yang sedang berkembang. “Ternyata lumayan juga peminatnya. Sekarang sudah mencapai 200 orang. Tapi kami tidak

tinggalkan kartu pilihan pendengar dan jumlahnya masih lebih banyak,'' katanya.

Kreativitas Teras

Radio Komunitas Teras FM juga memiliki cerita sukses menggalang dana. Radio yang berlokasi di Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPAS) Manggala, Kota Makassar itu ternyata memiliki pengelola yang cukup kreatif mengembangkan usaha-usaha untuk mempertahankan daya hidupnya. Sebut saja, penjualan kartu atensi harian seharga Rp 1.000 per lembar sekali baca, pendaftaran atensi bulanan dengan kontribusi sebesar Rp 10.000 per bulan, kontribusi komunitas terhadap radio untuk 100 orang sebesar Rp 1.000 per bulan, membuat program mingguan Kelera (Kenalan Lewat Radio) dengan pembayaran Rp 1.000 setiap minggu, program kerja sama talk show, pembuatan spot bagi usaha-usaha komunitas Rp 10.000 per bulan, dan pendaftaran keanggotaan komunitas yang dikenakan pembayaran Rp 5.000 selama 6 bulan, serta tidak ketinggalan kerja sama ILM dengan berbagai pihak tanpa tarif yang baku.

Dengan cara penggalangan dana seperti itu, kini, pengelola Teras FM sudah tidak lagi pusing memikirkan biaya operasional, terutama biaya pembayaran listrik setiap bulan. Bahkan, sejak dikembangkan model-model tersebut selama dua tahun terakhir, Radio Teras FM sudah mampu membayar l i s t r i k n y a s e n d i r i , d a n t i d a k l a g i menggantungkan pembayaran listrik kepada Yayasan Pabbata Ummi sebagai lembaga pemrakarsa berdirinya rakom itu.Paling tidak, Teras FM sudah dapat membayar sendiri pemakaian listriknya sebesar Rp 200 ribu per bulan. “Yah, paling tidak, kita tidak lagi pusing memikirkan biaya listrik yang selama ini menjadi masalah hampir setiap radio. Itu pun sudah mampu memberikan insentif kepada pengelola lainnya,'' kata Ketua Umum BPPK Teras FM Bakti Gadingka.

Lebih Dekat ke Komunitas, Radio Pun Tak Kesulitan DanaOleh Basri Andang

Kombinasi | Komunitas Membangun Jaringan Informasi | Edisi ke 24 | April 2008

Banyak cara pengelola radio komunitas menggalang

dana agar radio tetap on-air. Di Sulawesi Selatan,

misalnya, banyak cerita sukses pengelola radio

mengembangkan usaha-usaha yang 'dihalalkan' untuk membantu daya hidup radio mengingat

peraturan telah 'mengharamkan' radio

komunitas mencari uang, termasuk beriklan niaga. Hal

itu pun memicu kreativitas para pengelola radio untuk

terus berusaha mencari dana agar radio tetap on-air

dan dapat melayani kebutuhan informasi

komunitasnya.

Beberapa cara penggalangan dana dan

kiat radio komunitas menanggulangi biaya operasional, meliputi

pembuatan kartu pendengar, pendaftaran

pendengar dengan registrasi SMS, membangun

kerja sama dengan pihak pemerintah desa atau

kabupaten, hingga membangun kincir air agar

bisa keluar dari beban pembayaran listrik setiap

bulannya.

Page 15: Kombinasi Edisi 24 April 2008

15Menurut Bakti, semua kiat penggalangan dana yang dilakukan Teras FM tidak lepas dari strategi memperkuat kepemilikan komunitas dengan radio sehingga hampir semua model yang dikembangkan selalu memberikan kontribusi balik bagi komunitas. Misalnya, kalau mereka memanfaatkan program mingguan Kelera dengan membayar Rp 1.000 per orang maka diberikan waktu selama dua jam untuk tampil wawancara dan kenalan dengan anggota komunitas lainnya di studio.

Begitu juga kalau mendaftar sebagai anggota komunitas dengan membayar Rp 5.000 yang berlaku selama lima bulan, maka mereka akan terus disapa pada acara yang dipilih. Belum lagi, spot usaha komunitas dengan memakai suara pimpinan usaha dengan konsepnya sendiri yang kemudian diproduksi oleh bagian produksi. “Jadi bukan suara penyiar atau pengelola radio. Kita memberikan kesempatan bagi komunitas untuk memromosikan usahanya dengan caranya sendiri,'' terangnya.

Kincir air Sando Batu

Berbeda lagi dengan Radio Swara Sando Batu FM yang terbilang masih sangat muda yang praktis belum ada pengalaman soal penggalangan dana. Kecuali, hanya sedikit kiat masyarakat membantu pembangunan kincir untuk pasokan listrik bagi radio.Radio masyarakat adat itu baru mulai beroperasi pada tanggal 9 Maret 2008 lalu. Proses inisiasi pendiriannya dilakukan sejak tahun 2006 melalui musyawarah kampung oleh Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Sulawesi Selatan, yang merekomendasikan perlunya sistem informasi dan komunikasi masyarakat adat Sando Batu. Realisasinya, lantas diawali dengan

pertemuan komunitas sebagai persiapan sosial dan membangun kelembagaan radio. Setelah itu, dilanjutkan dengan pembuatan pesawat dan pembangunan kincir sebagai sumber listriknya. Guna mengemban visi sebagai sarana informasi dan komunikasi bagi masyarakat adat Sando Batu, maka radio itu dilengkapi RIG.

Mengingat lokasinya sangat jauh dari pusat Kota Sidrap, dan minim sarana transportasi, serta sulit dijangkau karena berada di deretan pegunungan Latimojong?ditambah lagi belum adanya fasilitas l istr ik dari PLN? mak in memperkuat alasan ketidaklayakan mendirikan radio di desa itu. Desa Leppangeng memang termasuk kategori desa miskin dan sangat tertinggal di wilayah Kabupaten Sidrap.

Namun, hal itu tidak mematahkan motivasi masyarakat adat Sando Batu di Desa Leppangeng untuk mendirikan radio komunitas. Medan yang berat dengan kondisi jalan berupa jalan tanah dan berbukit-bukit serta tidak ada listrik, bukan menjadi penghalang. Peralatan radio dan komputer yang rawan kerusakan tidak diangkut pakai motor akan tetapi diangkut dengan jalan kaki sejauh 20 km demi menghindari kerusakan. Sementara, ketidak tersediaan listrik disiasati dengan membangun kincir air berkapasitas 3.000 watt. Aliran listrik dari kincir inilah yang kemudian dipakai mengoperasikan radio dan komputer serta dimanfaatkan oleh masyarakat di sekitar studio.

“Pokoknya, bagaimanapun caranya radio harus beroperasi di Desa Leppangeng,'' begitu tekad Kepala Desa Leppangeng Anci.

Dalam hal penggalangan dana untuk mendukung

Page 16: Kombinasi Edisi 24 April 2008

16 berbagikeberlanjutan hidupnya, radio yang berada di wilayah adat Alasannya sederhana saja, kincir harus segera selesai karena Sando Batu, Desa Leppangeng, Kecamatan Pitu Riase, tanpa kincir maka radio tidak bisa beroperasi dan masyarakat Kabupaten Sidrap itu mempunyai cerita tersendiri dalam tidak bisa menikmati penerangan. “Tidak ada masalah kita menanggulangi kekurangan dana pembuatan kincir. berswadaya guna menutup kekurangannya untuk Keswadayaan komunitas juga terlihat ketika dana kepentingan bersama dan hanya satu kali kita membayar, pembangunan kincir yang tersedia dari Pemkab Sidrap hanya setelah itu kita tidak repot-repot lagi membayar listrik tiap Rp 6,1 juta dan ternyata itu tidak cukup untuk merampungkan bulan,'' kata Ketua LKMD Desa Leppangeng Syamsuddin.sebuah kincir. Pasalnya, hampir semua dana pembangunan

Sekarang, masyarakat yang berdomisili di Dusun Wala-Wala, kincir hanya bisa dipakai membeli kabel sekitar Rp 4 juta dan Desa Leppangeng sudah menikmati listrik dan bercuap-cuap dinamo sebesar Rp 1 juta. Membengkaknya biaya kabel di udara melalui Radio Swara Sando Batu. Dengan karena disebabkan jarak kincir dengan studio yang terlalu mengudaranya Radio Swara Sando Batu FM (RSSB) pada jauh, mencapai 1,5 km.tanggal 09 Maret 2008 di gelombang 107,7 MHz dengan

Sementara, bangunan bak air, saluran air dari sungai ke bak, motto Saddanna Sando Batu Lako Tau Buda' yang berarti pipa, kincir, dan gardunya semua belum tersedia. Jika dihitung, “suara Sando Batu untuk semua orang” makin memperkuat jumlah totalnya masih membutuhkan dana sekitar Rp 4 juta. gerakan masyarakat adat dan radio komunitas.Hal itu kemudian dibahas dalam pertemuan komunitas,

Dari segi keberlanjutan radio, pengelola RSSB FM agak enteng pemuka adat, aparat pemdes, BPD, LKMD, serta masyarakat, karena tidak membayar listrik setiap bulan. Tidak seperti radio dan berhasil menyepakati untuk 'menswadayakan' lain yang memakai listrik PLN yang harus mengeluarkan kekurangan pembangunan kincir. Lantas, ada yang kocek ratusan ribu setiap bulannya. Mungkin saja di seluruh menyumbang semen, seng, dana, dan tidak kalah pentingnya Indonesia, Radio Swara Sando Batu itu satu-satunya radio tenaga kerja.komunitas yang memakai listrik dari kincir air.***

Kombinasi | Komunitas Membangun Jaringan Informasi | Edisi ke 24 | April 2008

Mari Bertahan Radio Komunitas Oleh Saiful Bakhtiar

“Undang-undang Penyiaran dan Peraturan Pemerintah No Jika Anda sudah melihat semua indikator berada di radio 51/2005 menyebutkan sumber pembiayaan radio komunitas komunitas Anda, berbanggalah, berarti radio komunitas Anda berasal dari (1) sumbangan; (2) hibah; (3) sponsor; dan (4) usaha masuk dalam kategori radio yang sehat. Namun sebaliknya, lain yang tidak mengikat”. segeralah berbenah jika Anda tidak menemukan indikator

tersebut di radio komunitas yang Anda kelola.Sebelum banyak berbicara tentang bagaimana menjaga keberlangsungan radio komunitas, berikut beberapa indikator Langkah selanjutnya, bersiaplah untuk membuat terobosan baru “radio komunitas yang sehat”. Indikator itu akan menjadi alat atau memoles program yang sudah ada untuk mendapatkan evaluasi bagi pengelola radio komunitas untuk mampu sumber-sumber pemasukan radio komunitas Anda. Semoga mengatakan bahwa radio komunitas yang Anda kelola adalah langkah-langkah berikut bisa meningkatkan pemasukan radio media yang efektif. komunitas Anda. Ingat, dengan syarat radio komunitas Anda harus

sehat.1. Misi yang jelas yang berisikan informasi program, harga

penawaran iklan, dan disertai penataan administrasi 1. Buat kegiatan-kegiatan yang melibatkan komunitas Anda2. Data pendengar yang jelas dan kegiatan yang sedang Pendanaan dapat ditingkatkan dengan melibatkan

dilakukan bersama pendengar radio komunitas Anda komunitas pendengar Anda dalam acara-acara khusus 3. Pembuatan program yang sangat lokal juga lagu-lagu yang contohnya lomba karaoke.

diputar 2. Buat merchandise 4. Kepemimpinan pengelola radio komunitas yang kuat dan Barang-barang seperti kaos, topi, stiker, tas, atau pernak-

objektif pernik lain yang tidak mahal untuk diproduksi, tetapi itu bisa 5. Proses evaluasi yang terus-menerus dilakukan, baik pada menjadi alat promosi yang efektif.

program, manajemen, dan pelayanan pada komunitas 3. Bekerja sama dengan LSM dan pemerintah6. Hubungan yang selalu terbuka pada siapa pun baik di dalam Dibutuhkan kreativitas dan kejelian dalam menangkap

radio komunitas sendiri (staf dan relawan) maupun pihak lain peluang kerja sama dengan LSM atau pun pihak (LSM atau pemerintah) terlebih pada pendengar yang bisa pemerintahan. Pengelola radio komunitas selalu melakukan memberikan masukan untuk peningkatan kreativitas up-date informasi baik pemerintah atau jaringan LSM terkait program dengan program yang akan dijalankan.

7. Pendanaan yang tidak tergantung pada lembaga atau pihak Keberlangsungan radio komunitas sangatlah mungkin. Semoga mana pun.

8. Penulisan peraturan yang jelas yang dipakai untuk staf Anda bisa melihat peluang dan secara kreatif membangunkan maupun relawan. kekuatan radio komunitas Anda demi keberlangsungan dan

peningkatan kualitas program.

Page 17: Kombinasi Edisi 24 April 2008

m e m b u a t n y a , i a menggunakan f lute dan beberapa perangkat lunak yang bisa mengubah suara f lute menjadi musik digital . Sedangkan untuk berkomunikasi dengan Nintendo di Jepang, Rama memanfaatkan internet sebagai media komunikasinya. Ia juga mengelola blog yang cukup aktif dan interaktif. Jika sempat, mampirlah ke www.ramaditya.com, Anda akan disuguhi berbagai cerita dan beberapa hasil karya Rama.

Tak bisa dipercaya, weblog itu dikelola oleh seorang tuna netra. Ya, Rama adalah seorang tuna netra.

Aktivitas Rama dengan internet atau perangkat teknologi informasi dan

komunikasi lainnya dimungkinkan berkat bantuan beberapa aplikasi komputer. Rama menggunakan perangkat lunak JAWS untuk mengedit musik yang ia buat atau mengetik laporan jurnalistiknya. JAWS adalah perangkat pengubah teks di komputer menjadi suara. Sedangkan untuk membantunya berkomunikasi melalui telepon seluler, Rama menggunakan aplikasi TALK.

Menderita gangguan pengl ihatan, p e n d e n g a r a n , a t a u k e h i l a n g a n kemampuan berjalan tidak menghalangi Rama dan banyak penyandang difabel lain untuk berkarya. Berkat kecanggihan teknologi informasi dan komunikasi (TIK), m e r e k a m a m p u m e n g o p e r a s i k a n komputer, menggunakan ponsel, bahkan

menjadi seorang web master. Berbagai inovasi teknologi terus diciptakan untuk m e m b a n t u m e re k a m e n g g u n a k a n perangkat teknologi tersebut. Kondisi fisik merek a buk anlah halangan untuk berkreasi, bahkan tak jarang mereka justru lebih kreatif.

Rama hanyalah salah satu contoh difabel yang memanfaatkan TIK untuk berkreasi. Dari penelusuran saya, saya menemukan beberapa difabel yang menggunakan TIK dalam kehidupan sehari-hari, bahkan menjadikannya sebagai profesi.

Salah satunya adalah Paulus Ganesha. Developer J2EE di PT Sigma Karya Sempurna (balicamp) ini adalah seorang tuna rungu. Namun kecintaannya pada

Menembus Keterbatasan:

Teknologi Informasi untuk DifabelOleh Ambar Sari Dewi

Namanya Eko Ramaditya Adikara. Laki-laki berusia 27 tahun itu memiliki profesi yang unik, seorang game music composer dan bekerja sebagai salah seorang music composer di perusahaan game Nintendo Jepang. Rama, panggilan akrabnya, membuat backsound sebuah video game.

17

Untuk

Page 18: Kombinasi Edisi 24 April 2008

ekonomi rakyat18

dunia pemrograman berbasis desktop dan web tidak dihalangi oleh keterbatasannya itu. Hal itu tercermin dari b e r b a g a i t u l i s a n n y a d i http://paganekoso.wordpress.com. Sayangnya, Paulus tidak meng-update blognya secara rutin.

Difabel lain yang cukup produktif meng-update blognya adalah Cak Fu alias Bahrul Fuad (http://cakfu.info). Pria kelahiran Surabaya itu adalah seorang tuna daksa. Panas tinggi yang dialaminya ketika ia masih kecil menyebabkan kedua kakinya lemah dan tidak bisa digunakan untuk berjalan. Namun demikian, Cak Fu tidak mudah putus asa. Buktinya, ia berhasil melengkapi pendidikannya hingga S2. Melalui blog-nya, Cak Fu menyuarakan pemikirannya terkait dengan keadaan difabel di Indonesia. Cak Fu mencoba untuk berbagi gagasan guna membangun kesetaraan.

Jika Cak Fu mencurahkan gagasan mengenai difabel berdasarkan pengalamannya sebagai Koordinator Center on Difabel Community Development and Empowerment, lain lagi dengan Haris. Difabel asal Nganjuk itu berbagi pengalamannya mencari uang lewat internet. Berbagai situs atau lowongan kerja berbasis w e b i a t a m p i l k a n d i b l o g n y a http://alhakim.wordpress.com. Tak cuma lowongan kerja, hobinya ngoprek peralatan elektronika ia tuangkan dalam blog itu.

Teknologi yang aksesibel

Era teknologi informasi dan komunikasi, saat ini, turut b e r p e r a n m e n g g e s e r p a r a d i g m a k e c a c a t a n .

Perkembangan teknologi yang begitu pesat, khususnya teknologi informasi, membuat pola kehidupan m a s y a r a k a t j u g a s e m a k i n d i n a m i s . D e n g a n perkembangan teknologi yang semakin pesat itu, maka kata kuncinya adalah bagaimana menciptakan teknologi yang aksesibel bagi seluruh anggota masyarakat termasuk di dalamnya para difabel (Cak Fu, http://cakfu.info/?p=47). Bahkan, tema Hari Penyandang Cacat Sedunia tahun 2006 yang dicanangkan oleh PBB adalah e-accessibility. Harapannya, teknologi yang dapat diakses semua kalangan akan memberikan kesempatan yang lebih besar pada para difabel dalam memainkan perannya di masyarakat. Teknologi yang aksesibel adalah bentuk perwujudan hak asasi manusia.

Berbagai upaya untuk menciptakan teknologi yang aksesibel terus dilakukan oleh semua pihak. Dalam bidang TIK, berbagai perangkat lunak yang dapat membantu para difabel untuk mengakses informasi telah dikembangkan dan dipakai oleh jutaan difabel di seluruh dunia.

Perangkat lunak JAWS seperti yang digunakan oleh Rama dan para penyandang tuna netra lainnya hanyalah salah satu contoh. Program aplikasi antarmuka untuk mengakses informasi berbasis web, juga telah dikembangkan oleh IBM. Aplikasi ini bernama IBM Web Adaptation Technology, sebuah piranti lunak yang secara dinamis mengadaptasikan halaman web sesuai dengan kebutuhan mereka yang memiliki keterbatasan pandangan, motorik, dan tulis-menulis.

Selain inovasi yang dikembangkan oleh vendor

Kombinasi | Komunitas Membangun Jaringan Informasi | Edisi ke 24 | April 2008

Page 19: Kombinasi Edisi 24 April 2008

terkemuka seperti IBM, di Belanda telah dikembangkan sebuah perangkat lunak untuk mereka yang memiliki gangguan pada sistem otot, yang tidak mampu m e n g g e r a k k a n t u b u h n y a (http://www.perl.com/pub/a/2003/08/28/pvoice.html). Aplikasi itu dikembangkan oleh seorang bapak yang memiliki putri dengan gangguan tersebut. Berawal dari kebutuhan agar Krista, anaknya, mampu berkomunikasi dengan dunia luar, Jouke Visser mengembangkan aplikasi berbasis pearl bernama pVoice. Dengan aplikasi tersebut, Krista dapat menggunakan komputer tanpa harus memegang mouse atau mengetik kata dari keyboard. Ia hanya perlu menggerakkan kepalanya dan aplikasi itu akan menampilkan berbagai macam simbol yang mewakili kategori-kategori kata. Aplikasi itu menjadik an K r ista dapat belajar menambah perbendaharaan kosa kata. pVoice kini telah dijadikan sebagai salah satu proyek Open Source dan terus-menerus dimodifikasi oleh komunitas itu. Membuat teknologi informasi yang aksesibel bagi para difabel, bukan hanya persoalan pemenuhan hak asasi manusia semata. Hal ini juga membawa makna yang baik bagi industri dan bisnis. Sebuah studi menunjukkan bahwa web yang aksesibel, menempati ranking yang lebih tinggi dalam mesin pencari ketimbang yang tidak. Web yang aksesibel juga terbukti lebih murah dalam biaya pemeliharaan web dan memungkinkan perusahaan untuk meraih pelanggan yang lebih luas .

Namun, Rama dan kawan-kawan tidak hanya membutuhkan teknologi yang aksesibel semata. Komitmen dari semua pihak untuk menjadikan mereka sebagai bagian dari kita sangatlah penting untuk dilakukan. Seabrek peraturan dan undang-undang tak akan cukup untuk mewadahi kreativitas dan pemikiran mereka. Santunan dan bantuan juga tidak akan menciptaan peluang dan kesempatan yang lebih baik, bahkan menjadikan para difabel makin tergantung dan tidak berdaya.

Bagi Rama dan kawan-kawan, yang diharapkan dari berbagai pihak bukanlah bantuan atau santunan. Terlebih lagi, bantuan yang sifatnya membuat para difabel menjadi manja dan malas. Mereka menginginkan kemitraan dan kesetaraan. Irawan, salah seorang web master situs http://kartunet.com, menyatakan hal itu dalam wawancara dengan Faisal Riza dari Perspektif Baru (http://www.perspektifbaru.com/wawancara/596#comments).

Rama, Paulus, Cak Fu, atau Haris hanyalah segelintir dari ribuan penyandang difabel yang mengenyam dan menikmati kemajuan teknologi informasi dan komunikasi. Pengetahuan dan kemampuan yang mereka miliki telah membuka berbagai peluang, yang pada gilirannya meningkatkan harkat dan martabat mereka sebagai manusia. Dengan bantuan teknologi informasi dan komunikasi, mereka mampu membuktikan bahwa mereka sama dan setara dengan orang normal. Rama dan kawan-kawan meraihnya dengan kerja keras dan kini saatnya menuai hasil.***

19

Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan terjemahan dari Geographic Information System (GIS). SIG merupakan sistem informasi khusus untuk mengelola data yang memiliki informasi spasial (bereferensi keruangan). SIG bisa juga dimaknai sebagai sistem komputer yang memiliki kemampuan untuk membangun, menyimpan, mengelola, dan menampilkan informasi bereferensi geografis, misalnya, data yang diidentifikasi menurut lokasinya, dalam sebuah database. Teknologi SIG dapat digunakan untuk investigasi ilmiah, pengelolaan sumber daya, perencanaan pembangunan, kartografi, dan perencanaan rute. Misalnya, SIG membantu perencana menghitung waktu secara cepat guna tanggap darurat saat terjadi bencana alam, atau SIG dapat digunakan untuk mencari lahan basah (wetlands) yang membutuhkan perlindungan dari polusi.

Jurnalisme warga (citizen journalism) juga dikenal dengan jurnalisme par tisipatif. Merupakan aktivitas masyarakat biasa?nonjurnalis?dalam mengumpulkan, melaporkan, menganalisis, dan menyebarkan berita dan informasi. Ada beberapa istilah lain yang memiliki kesamaan arti dengan jurnalisme warga, yaitu jurnalisme open source, media warga (citizen media), dan jurnalisme berjaringan (networked journalism). Masyarakat, dalam ruang yang disediakan, menjadi pewarta atas peristiwa yang terjadi di sekitar mereka. Mereka juga bisa melakukan lebih jauh, seperti halnya yang dilakukan jurnalis profesional, seperti mewawancarai tokoh, membuat feature, opini, foto, atau pun tulisan yang sifatnya analisis.

Radio komunitas adalah stasiun siaran radio yang dimiliki, dikelola, diperuntukkan, dan didirikan atas inisitif sebuah komunitas. Pelaksana penyiaran (seperti radio) komunitas disebut sebagai lembaga penyiaran komunitas. Radio komunitas juga sering disebut sebagai radio sosial, radio pendidikan, atau radio alternatif. Intinya, radio komunitas adalah "dari, oleh, untuk, dan tentang komunitas". Radio komunitas di Indonesia mulai berkembang pada tahun 2000. Radio komunitas merupakan buah dari reformasi politik tahun 1998 yang ditandai dengan dibubarkannya Departemen Penerangan sebagai otoritas tunggal pengendali media di tangan pemerintah. Keberadaan radio komunitas di Indonesia semakin kuat setelah disahkannya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran.

Sumber terbuka ( Inggris: open source) adalah sistem pengembangan yang tidak dikoordinasi oleh suatu orang/lembaga pusat, tetapi oleh para pelaku yang bekerja sama dengan memanfaatkan kode sumber (source-code) yang tersebar dan tersedia bebas (biasanya menggunakan fasilitas komunikasi internet). Pola pengembangan itu mengambil model ala bazar, sehingga pola open source memiliki ciri bagi komunitasnya yaitu adanya dorongan yang bersumber dari budaya memberi, yang artinya ketika suatu komunitas menggunakan sebuah program open source dan telah menerima sebuah manfaat kemudian akan termotivasi untuk menimbulkan sebuah pertanyaan apa yang bisa pengguna berikan kembali kepada orang banyak. Open source lahir karena kebebasan berkarya, tanpa intervensi berpikir, dan mengungkapkan apa yang diinginkan dengan menggunakan pengetahuan dan produk yang cocok. Kebebasan menjadi pertimbangan utama ketika dilepas ke publik. Komunitas yang lain mendapat kebebasan untuk belajar, mengutak-atik, merevisi ulang, membenarkan, ataupun bahkan menyalahkan, tetapi kebebasan itu juga datang bersama dengan tanggung jawab, bukan bebas tanpa tanggung jawab.

Mini GlossaryOleh Yossy Suparyo

Page 20: Kombinasi Edisi 24 April 2008

20 telusur

elihat kondisi itu, pada bulan September 2000, femLINKpacific melansir program media untuk M

perempuan serta mengadvokasi dan menerapkan konsep media komunitas. Hal itu juga merupakan respons terhadap persoalan sosial yang terjadi di Fiji. f e m L I N K p a c i f i c m e l i h a t b a h w a masyarakat Fiji tidak hanya mempunyai p e r s o a l a n e k o n o m i t e t a p i j u g a m e m b u t u h k a n s a r a n a u n t u k m e n g a r t i k u l a s i k a n p a n d a n g a n -pandangan mereka terhadap isu sosial dan ekonomi yang sedang berlangsung.

Pa d a t i t i k i t u l a h , f e m L I N K p a c i f i c menginisiasi sebuah program media komunitas. Semboyannya adalah “wanita b i c a r a k e p a d a s e s a m a n y a u n t u k perdamaian”. Dengan menggagas inisiatif media komunitas, femLINKpacific ingin menyediakan sebuah “ruang aman” bagi perempuan untuk mengekspresikan dan bertukar gagasan di antara mereka.

Bentuk-bentuk media yang mereka jelajahi sangat beragam. femLINKpacific menggunakan media audio visual, radio komunitas, dan agar lebih memperkuat komunitas maka diluncurkan sebuah program mobile radio yang disebut 'femTALK 89.2 suitcase mobile radio.” Proyek yang diluncurkan sejak tahun 2004 i t u d i d u k u n g o l e h U N E S C O ' s Intergovernmental Programme for the Development of Communication (IPDC).

Target utama dari program itu adalah perempuan yang tinggal di daerah pedesaan dan semi perkotaan. Isu yang terjadi di lingkungan mereka tidak pernah diangkat atau bahkan disebarkan ke j a r i n g a n o r g a n i s a s i y a n g memperjuangkan masyarakat sipil.

D e n g a n m e n g g u n a k a n t ra n s m i te r dengan daya rendah, femLINKpacific mendorong perempuan untuk saling m e n g e m u k a k a n p e n d a p a t d a n gagasannya tentang suatu persoalan. femTALK 89,2 melakukan perjalanan dari satu komunitas ke komunitas lainnya untuk berbagi cerita, opini, dan ide-ide. Di dalam setiap siaran radio ada kesempatan untuk memromosikan pemimpin lokal perempuan yang potensial. Radio itu memberikan kesempatan bagi kaum p e r e m p u a n u n t u k d i d e n g a r o l e h pemimpin lokal sampai ke tingkat provinsi. Lalu, ketika disiarkan di ibukota, maka rekaman wawancara itu juga menjadi informasi bagi pemegang kebijakan di tingkat nasional untuk mengetahui realitas perempuan di daerah pedesaan.

Persoalan yang diangkat oleh perempuan dari berbagai komunitas itu sangat b e r a g a m . A d a y a n g m e n g a n g k a t persoalan HIV/AIDS di daerahnya. femTALK juga mengunjungi perempuan yang tinggal di lokasi permukiman baru di Vakabalea, Navua. Mereka adalah korban banjir yang kini hendak membangun kembali rumah dan pertanian mereka. Bicara kepada femLINK pacific, beberapa p e r e m p u a n , i b u - i b u , d a n n e n e k menceritakan pengalamannya ketika m e n g h a d a p i b a n j i r b e s a r y a n g menghancurkan rumah dan pertanian. Kebanyakan dari mereka baru saja m e m b a n g u n k e m b a l i k e h i d u p a n keluarganya. “Kami sekeluarga menerima uang pemuk iman kembali sebesar $10,000. Tetapi hal itu tidak cukup, terutama ketika harus membangun rumah setelah banjir. Setelah banjir, kita menghadapi berbagai penyakit dan hama yang menghancurkan seluruh pertanian. Kita memang menerima pertolongan dari

femTALK 89,2 Suitcase Mobile Radio

Memberi Ruang “Aman” bagi Suara Wanita Oleh Ade Tanesia

Sejak pertengahan tahun

1970-an, deregulasi

kebijakan media industri

di Fiji telah

mengakibatkan

perkembangan koran,

radio komersial, televisi,

dan media digital yang

begitu pesat yang dimulai

sekitar tahun 1990-an.

Tetapi sejalan dengan

perkembangan media itu,

masyarakat Fiji sendiri

tetap menjadi konsumen

media yang pasif, apalagi

untuk kaum wanitanya.

Media alternatif yang bisa

menampung aspirasi

masyarakat pun masih

sangat minim.

Kombinasi | Komunitas Membangun Jaringan Informasi | Edisi ke 24 | April 2008

Page 21: Kombinasi Edisi 24 April 2008

21

kelompok-k e l o m p o k komunitas agama dan sektor privat seperti supermarket, tetapi tetap saja masih banyak yang kita butuhkan untuk bisa bertahan,” ujar seorang ibu.

B a n y a k k o m u n i t a s d i p e d e s a a n mengeluhkan infrastruktur jalan yang sangat buruk sehingga menghambat a k s e s m e re k a u n t u k m e m p e ro l e h pelayanan kesehatan. Ada pula yang mengangkat persoalan wanita cacat yang s e l a l u d i a b a i k a n d a l a m p r o s e s pembangunan. Mereka selalu dianggap sebagai penerima proyek-proyek sosial daripada didudukkan sebagai pihak yang bisa memengaruhi kebijakan-kebijakan n e g a r a t e r h a d a p p e r s o a l a n kesejahteraan. Perempuan di pedesaan juga mencari bantuan untuk beberapa isu sosial termasuk kekerasan domestik atau manajemen stres. Selain itu, mereka ingin d i p e r k e n a l k a n d e n g a n j a r i n g a n kelompok-kelompok pendamping yang bisa membantu mereka dalam mengatasi pemakaian narkoba di kalangan remaja.

S e l a m a i n i , f e m L I N K p a c i f i c t e l a h

melakukan 40 kali siaran program perempuan di akhir minggu di kawasan Suva, kemudian 11 siaran di daerah pedesaan di Fiji, memroduksi 12 video komunitas, dan lebih dari 36 edisi buletin. Setelah sukses mengembangkan Suitcase Community Radio, kini mereka ingin m e n g e m b a n g k a n j a r i n g a n r a d i o komunitas nasional. Untuk itu diperlukan penguatan jaringan koresponden di daerah pedesaan. Koresponden itu, setiap bulan akan mengirimkan tiga produksi a u d i o b e r i s i w a w a n c a r a d e n g a n komunitas lokalnya. Hasil wawancara tersebut akan disiarkan setiap akhir minggu di radio komunitas mereka dan juga menjadi bahan untuk buletin elektronik. Diharapkan gagasan dan opini dari perempuan desa di seluruh wilayah Fiji bisa terdengar ke berbagai kalangan dan bisa memengaruhi kebijakan negara.

femLINKpacific juga melansir program The Generation Next Project dengan

membe r i k a n

pelatihan kepada 15 remaja dari komunitas lokal

a g a r m e r e k a b i s a m e n j a d i produser, penyiar radio, dan juru bicara

k o m u n i t a s n y a m e n g e n a i i s u pembangunan dalam kerangka hak-hak asasi perempuan. Selama tiga hari pelatihan di femLINKpacific Community Media Centre, para remaja perempuan itu juga diajarkan mengenai proses teknis produksi dan pengembangan konten program.

Ketika infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi belum terjangkau di beberapa daerah, maka proyek radio yang m e n d a t a n g i n a r a s u m b e r d a n pendengarnya tersebut sangat efektif. Terbukti bahwa banyak kaum perempuan yang begitu bersemangat dengan proyek itu. Mereka dapat mengekspresikan persoalan nyata yang dihadapinya dan berbagi dengan perempuan lain di daerah lain. “Ketika warga di negara kami bisa berbagi opininya secara bebas dan aman, maka kita baru bisa mengatakan bahwa kita telah mengalami demokrasi,” ungkap Sharon Bhagwan Rol ls, salah satu pengelola femLINKpacific. ***

Page 22: Kombinasi Edisi 24 April 2008

22 komuniti

etiap tahunnya, Brebes mampu memasok 30-40 persen untuk kebutuhan bawang merah nasional. Namun ironinya, untuk Smemenuhi kebutuhan bibit, 40 persen di antaranya, masih harus

diimpor dari Filipina. Selain itu?tidak hanya pada masuknya bibit? impor bawang konsumsi pun makin merajalela dan menyebabkan pendapatan petani Brebes mengalami penyusutan. Dalam kondisi seperti itu diperlukan berbagai terobosan usaha pengolahan produk bawang merah untuk peningkatan kesejahteraan petani bawang merah.

Adalah sosok Bambang Widayadi (47), pria asal Piyungan, Bantul yang sejak 11 tahun terakhir menekuni profesi perajin bawang goreng. Awalnya, ia melihat potensi bawang merah yang melimpah yang tidak lolos 'sensor' secara kualitas dan hanya mampu bertahan maksimal seminggu, Bambang pun memberanikan diri berbisnis produk bawang goreng. Bermodal keberanian untuk menjajaki potensi pasar, usaha itu terus ia rintis. Tepatnya tahun 1997, bermodal Rp 1 juta dan dengan teknologi yang awalnya masih sangat tradisional, bisnis yang berbasis home industry itu pun dimulai. Dalam perjalanannya, usaha itu dihadapkan pada persaingan dan permintaan pasar yang menuntut harga murah dengan kualitas yang baik, namun tentu saja dengan teknologi sederhana hal itu tidak mampu ia wujudkan. Hobi mengutak-atik peralatan mendorong bapak beranak tiga itu untuk mencari teknologi tepat guna yang cocok untuk pemenuhan alat goreng bagi bawang merah.

Mulai tahun 1998, langkah itu dirintis. Beberapa usaha untuk membuat atau menemukan alat goreng yang bagus dilakukan. Bukan hal yang mudah tentunya. Berburu di Tegal yang terkenal dengan industri teknologi tepat guna sampai ke Ceper, Kendal, bahkan sampai produk teknologi BBPT, Bandung pun dilakoni dan dicobanya. Tapi setelah beberapa alat dicoba, hasil yang dirasakannya kurang optimal. Karenanya, Bambang mencoba memodifikasi sendiri alat itu dengan melihat dan mengumpulkan kelebihan sekaligus menghilangkan sisi kekurangan alat-alat yang telah dibeli di Tegal, Kendal, dan Bandung.

Akhirnya, pada tahun 2001, dia mampu menyelesaikan teknologi modifikasi hasil rakitannya dengan hasil olahan yang dinilainya lebih bagus. Bahkan, pada di tahun 2003, alat penggorengan hasil modifikasinya dikirimkan pada kegiatan Krenova (Lomba Kreativitas Masyarakat) tingkat provinsi di Semarang, dan alat itu mendapat penghargaan juara ketiga.

Kelompok perajin

Di Brebes, Bambang tidaklah sendirian menjalani usaha bawang goreng itu. Tahun 1998, Bambang bersama rekan-rekannya menggagas pembentukan kelompok perajin bawang merah. Wadah itu menjadi jembatan pemersatu bagi perajin untuk saling bertukar informasi teknologi dan pemasaran. Awalnya, hanya terdaftar sekitar 18 anggota yang tergabung dalam kelompok perajin bawang goreng yang tersebar di wilayah Brebes. Yakni Brebes Kota, Pesantunan,

Keresahan Perajin Bawang Goreng di Brebes

Usaha Bawang Goreng yang Tak Lagi Renyah

Keresahan Perajin Bawang Goreng di Brebes

Usaha Bawang Goreng yang Tak Lagi Renyah

Oleh Saiful Bakhtiar

Brebes, telur asin, dan bawang merah

seolah telah menjadi kesatuan yang

melekat. Brebes yang terletak di

perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Barat

dan memiliki curah hujan rata-rata 18,94

mm per bulan sangat potensial untuk

pengembangan produk pertanian, salah

satunya bawang merah.

Kombinasi | Komunitas Membangun Jaringan Informasi | Edisi ke 24 | April 2008

Page 23: Kombinasi Edisi 24 April 2008

23Limbangan, Kaligangsa, Bumiayu, Tegalglagah, Ketanggungan, bahkan sampai Bumiayu. Mereka adalah para perajin yang menjalankan usahanya secara home industry dan setiap hari hanya mampu mengggoreng 10-20 kg bawang mentah, serta masih menggoreng secara tradisional.

Di tahun itu pula, mereka mendapatkan bantuan dari Bank Dunia dengan adanya program hibah. Hibah dari Bank Dunia berupa mesin produksi dan mereka juga mendapatkan dana dalam bentuk pinjaman. Uniknya, mesin hibah yang diberikan mengalami beberapa kali perbaikan karena dianggap belum cocok untuk menghasilkan produk bawang goreng yang bagus. Kemudian, melalui sentuhan tangan Bambanglah mesin itu dimodifikasi yang lantas bisa digunakan dan dirasakan cocok oleh para perajin.

Sekarang, setelah terbentuk kelompok perajin dan menerima hibah mesin, kemampuan produksi tergantung kapasitas kemampuan pasar yang mereka kuasai. Alat yang sekarang dipakai mampu memroduksi dalam satu jam sebanyak 60 kilogram bawang mentah. Jika dibandingkan, jumlah produksi yang dihasilkan perajin yang tergabung dalam kelompok dan di luar kelompok, rata-rata produksi perajin anggota kelompok mencapai satu kuintal matang per hari?jika kondisi pasar memungkinkan. Sementara, perajin di luar kelompok?ada sekitar 20 perajin yang terbilang masih dengan sistem produksi tradisional?hanya mampu memroduksi lima kilogram bawang goreng matang tiap hari.

Biaya produksi ikut meningkat

Lain dulu, lain sekarang. Kini, masa keemasan bawang goreng mulai pudar. Tidak sedikit anggota kelompok yang mulai beralih profesi atau gulung tikar. Sampai saat ini, karena berbagai kendala, terlebih peluang pasar, anggota yang masih aktif produksi dalam skala besar tercatat hanya tinggal 11 anggota dari 18 anggota kelompok yang terdaftar. Kelesuan pasar, menurut Bambang, dirasakan setelah naiknya harga BBM. Lebih lanjut, Bambang mengatakan, dalam satu minggu terakhir, harga minyak goreng dan terigu naik, sehingga otomatis hasil produksi turun karena daya beli konsumen juga menurun. Untuk menaikkan harga jual sangatlah susah sehingga terpaksa mereka harus mengurangi keluaran produksi.

Dalam kondisi sekarang, bawang goreng matang dijual seharga Rp 22.000 per kilogram untuk kelas satu, sedangkan jenis kelas sedang Rp

19.000 per kilogram. Bambang menuturkan, sekarang ini, produksi yang dilakukan lebih karena pemenuhan kolega bisnis yang sudah menjadi mitra usahanya sejak lama. “Kadang rugi, kadang pas-pasan saja, Mas. Terlebih karena usaha ini kan home industry, jadi terkadang tenaga tidak dihitung, sehingga meskipun untung sedikit produksinya tetap bisa jalan,” paparnya.

Teknologi pengirisan yang sudah menggunakan mesin perajang turut memberikan keuntungan. Saat ini, ada dua alternatif cara menggoreng, menggoreng dengan wajan dan sistem oven. Diukur dari biaya produksi, penggorengan wajan jauh lebih murah dan efektif waktu dibanding sistem penggorengan oven, sehingga masih banyak perajin bawang yang masih menggoreng secara manual.

Seiring meningkatnya biaya produksi, berbagai cara untuk menggaet pembeli terus dilakukan. Bambang pun mulai melakukan penjajakan pasar hingga ke berbagai wilayah, termasuk Jakarta. Selain Jakarta, mereka juga mendistribusikannya ke wilayah Batang, Pekalongan, Purwokerto, Tegal, dan Slawi. Pembelinya adalah para agen yng sudah lama menjadi mitra bisnisnya. Mereka membeli dan memasarkan ulang, sekaligus mengemas ulang bawang gorengnya.

Penawaran dari industri besar selama ini banyak berdatangan, namun dirasakan masih belum sesuai dan cocok dengan apa yang diinginkan perajin. Kemungkinan menembus atau menjadi supplier bagi industri mie instan nampaknya juga masih sulit, karena bawang goreng Brebes ketahanannya hanya sampai sembilan bulan. Sementara, perusahaan mie instan, seperti Indofood, memerlukan produksi bawang goreng yang ketahanannya jauh lebih lama. Produk yang biasa mereka minta biasanya menggunakan bawang goreng jenis Sumenep. Jenis itu, selain ketahanannya jauh lebih lama, juga lebih murah.

Bagi Bambang, kendala sekarang yang dihadapi adalah pasar atau daya beli yang mengalami penurunan. Hal itu tidak diimbangi oleh kenaikan biaya produksi dan bahan baku. Sampai saat ini, bersama dengan anggota kelompok yang lain, ia terus melakukan terobosan pasar. Namun, dukungan dari berbagai pihak masih sangat diperlukan terlebih ketersediaan informasi pasar untuk pengembangan distribusi produk bawang goreng Brebes. Dia juga berharap, adanya penemuan teknologi lanjutan berupa teknologi pengupasan kulit ari bawang merah yang sampai sekarang masih dilakukan secara tradisional.***

Page 24: Kombinasi Edisi 24 April 2008

Iklan Layanan Masyarakat ini dipersembahkan oleh Combine Resource Institution

BERBAGI INFORMASIUNTUK MEMPERKUAT MASYARAKAT SIPIL