kolom stratigrafi sulawesi

4

Upload: tunzira-abrar

Post on 25-Oct-2015

714 views

Category:

Documents


58 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kolom Stratigrafi Sulawesi

Kolom Stratigrafi Sulawesi (Amstrong, 2002)

Page 2: Kolom Stratigrafi Sulawesi

Bagian Timur Sulawesi Selatan:

1. Formasi Salo Kaluppang hadir di bagian timur Sulawesi Selatan, yang terdiri atas batugamping, serpih, dan batulempung yang interbedded dengan konglomerat volkanik, breksi, tufa, lava, batugamping, dan napal (Sukamto, 1982). Berdasarkan dating foraminifera, umurnya berkisar dari Eosen Awal sampai Oligosen Akhir (Kadar, dalam Sukamto, 1982 dan Sukamto & Supriatna, 1982). Formasi ini seumur dengan Formasi Mallawa dan bagian bawah Formasi Tonasa (Sukamto, 1982).

2.Formasi Batugamping Tonasa melapis-bawahi secara tak-selaras Formasi Mallawa dan Volkanik Langi. Dari bawah ke atas, formasi ini tersusun oleh anggota-anggota A (kalkarenit berlapis baik), B (batugamping berlapis tebal sampai batugamping masif ), C (sekuens batugamping detritus tebal dengan limpahan foraminifera), dan D (limpahan material volkanik dan olistolit batugamping dari berbagai umur ) (van Leeuwen, 1981; Sukamto, 1982). Formasi ini berumur Eosen sampai Miosen Tengah (van Leeuwen, 1981; Sukamto, 1982; Wilson, 1995). Margin bagian selatan dari Formasi Tonasa diduga merupakan margin bertipe landai, dan Platform Karbonat Tonasa disusun terutama oleh fasies laut dangkal, sedangkan margin bagian utara didominasi oleh fasies redeposited (Wilson, 1995). Formasi Mallawa dan Tonasa tersebar luas di bagian barat Sulawesi Selatan (Wilson, 1995).

3. Formasi Kalamiseng tersingkap di bagian timur Depresi Walanae, terdiri atas breksi volkanik dan lava dalam bentuk lava bantal dan lava masif, yang ber-interbedded dengan tufa, batupasir, dan napal (Sukamto, 1982; Sukamto & Supriatna, 1982; Yuwono et al., 1987). Lava tersebut dicirikan oleh basal dan diabas spilitik yang telah termetamorfosis ke fasies sekis hijau (Yuwono et al., 1988). Pegunungan Bone diinterpretasi merupakan bagian dari suatu sekuens ofiolit berdasarkan ciri dan pengamatan pada anomali gravity-nya yang tinggi serta MORB (mid oceanic ridge basalt)-nya. Dating K/Ar pada lava bantal Formasi Kalamiseng menunjukkan umur Miosen Awal (Yuwono et al., 1988), dan umur ini kemungkinan merupakan umur emplacement dari suite ofiolit yang diduga tersebut di atas (Yuwono et al., 1988).

4. Formasi Camba terdiri atas batupasir tufaan yang ber-interbedded dengan tufa, batupasir, batulempung, konglomerat volkanik dan breksi volkanik, napal, batugamping, dan batubara (Sukamto, 1982; Sukamto & Supriatna, 1982).

5. Formasi Walanae (Tmpw) ; berumur Miosen Akhir – Pliosen, formasi ini menindih tidak selaras dengan batuan gunungapi formasi Camba. Formasi Walanae tersusun dari perselingan batupasir, konglomerat, tufa dengan sisipan batulanau, batulempung, batugamping, napal dan lignit, batupasir berbutir sedang sampai kasar, umumnya gampingan dan agak kompak, berkomposisi sebagian andesit dan sebagian lainnya banyak mengandung kuarsa. Tebal satuan ini diperkirakan sekitar 1.200 meter (Rab. Sukamto dan Sam Supriatna, 1982). Batubara pada formasi Walanae yang pernah diteliti antara lain pada Kabupaten Sinjai, pada daerah Panaikang dan Bulupodo. Ketebalan batubara formasi Walanae pada daerah Panaikang bervariasi dengan rata-rata 2 meter. Kondisi fisik berlapis-lapis, berselang-seling dengan lempung. Sedangkan pada daerah Bulupoddo batubaranya memiliki warna abu-abu hingga hitam, dan masih menampakkan tekstur asalnya yaitu kayu. Mempunyai cerat hitam, dengan ketebalan bervariasi antara 20 cm hingga 1,8 meter, tertutup lapisan soil setebal 1-2 meter. Batubara ini merupakan sisipan pada batupasir yang berselingan dengan batulempung hingga lanau. Melalui kehadiran struktur sedimen berupa laminasi, dan gelembur gelombang, menunjukkan genetik lingkungan pengendapan satuan batuan ini adalah laut dangkal (daerah transisi) dengan mekanisme pengendapan ‘sand bar’. Melalui hasil analisa kimia nilai Kalori batubara Walanae pada daerah Panaikang, Sinjai memiliki nilai Kalori 5.000 Cal/gr, fuel ratio (0,8-0,9) dengan kadar sulfur 2,1 – 3,5 %.

Page 3: Kolom Stratigrafi Sulawesi

Bagian Barat Sulawesi Selatan:

1. Formasi Marada tersusun oleh suksesi berselang-seling dari batupasir, batulanau, dan serpih (van Leeuwen, 1981).

2. Formasi Balangbaru melapis-bawahi secara tak-selaras kompleks batuan dasar, dan tersusun oleh selang-seling batupasir dan lanau-lempung, dengan sedikit konglomerat, pebble-pebble batupasir, serta breksi konglomeratik (Sukamto, 1975,1982; Hasan, 1991).Formasi Balangbaru mengandung struktur sedimen yang mencirikan endapan gravity flow, meliputi debris flows, graded bedding, dan sole marks yang berkemas kacau (chaotic fabric), yang keseluruhannya mengindikasikan turbidites (Hasan, 1991).Setting tektonik Formasi Balangbaru diinterpretasikan merupakan cekungan busur-depan kecil yang berada pada trench slope (Hasan, 1991).

3. Formasi Batugamping Tonasa melapis-bawahi secara tak-selaras Formasi Mallawa dan Volkanik Langi. Dari bawah ke atas, formasi ini tersusun oleh anggota-anggota A (kalkarenit berlapis baik), B (batugamping berlapis tebal sampai batugamping masif ), C (sekuens batugamping detritus tebal dengan limpahan foraminifera), dan D (limpahan material volkanik dan olistolit batugamping dari berbagai umur ) (van Leeuwen, 1981; Sukamto, 1982). Formasi ini berumur Eosen sampai Miosen Tengah (van Leeuwen, 1981; Sukamto, 1982; Wilson, 1995). Margin bagian selatan dari Formasi Tonasa diduga merupakan margin bertipe landai, dan Platform Karbonat Tonasa disusun terutama oleh fasies laut dangkal, sedangkan margin bagian utara didominasi oleh fasies redeposited (Wilson, 1995). Formasi Mallawa dan Tonasa tersebar luas di bagian barat Sulawesi Selatan (Wilson, 1995).

4. Formasi Camba terdiri atas batupasir tufaan yang ber-interbedded dengan tufa, batupasir, batulempung, konglomerat volkanik dan breksi volkanik, napal, batugamping, dan batubara (Sukamto, 1982; Sukamto & Supriatna, 1982).

Formasi Mallawa tersusun oleh batupasir arkosik, batulanau, batulempung, napal, dan konglomerat yang diinterkalasi oleh layer-layer atau lensa-lensa batubara dan batugamping. Formasi ini terdapat di bagian barat Sulawesi Selatan, yang melapis-bawahi secara tak-selaras Formasi Balangbaru dan setempat Formasi Langi (Sukamto, 1982). Umur Paleogen pada formasi ini diduga dari palinomorfisnya (Khan & Tschudy, dalam Sukamto, 1982), sementara fosil ostrakoda menunjukkan umur Eosen (Hazel, dalam Sukamto, 1982). Formasi Mallawa ini diduga terendapkan pada lingkungan terrestrial/marginal marine yang menerus ke atas secara transgersif sampai ke lingkungan laut dangkal (Wilson, 1995).

Page 4: Kolom Stratigrafi Sulawesi