definisi stratigrafi

20
Materi Geologi - Stratigrafi 1. Pengertian Stratigrafi Stratigrafi mempunyai arti sempit yaitu ilmu pemerian lapisan– lapisan batuan. hal teresbut ditinjau dari arti katanya yaitu, strata (stratum) yang berarti lapisan batuan, dan grafi (grafis) yaitu pemerian/gambaran. Arti luas dari stratigrafi adalah ilmu yang membahas aturan, hubungan, dan kejadian (genesa) macam-macam batuan di alam dalam ruang dan waktu. Ilmu stratigrafi muncul di Britania Raya pada abad ke 19. Perintisnya adalah William Smith. Kala itu diamati bahwa beberapa lapisan muncul pada urutan yang sama (superposisi). Kemudian ditarik kesimpulan bahwa lapisan tanah yang terendah merupakan lapisan yang tertua, dengan beberapa pengecualian. 2. Hukum-hukum Stratigrafi · Uniformitarianisme “The Present is the key to the past.” (James Hutton, 1785) Maksudnya adalah bahwa proses-proses geologi alam yang terlihat sekarang ini dipergunakan sebagai dasar pembahasan proses geologi masa lampau. Uniformitarianisme adalah peristiwa yang terjadi pada masa geologi lampau dikontrol oleh hukum-hukum alam yang mengendalikan peristiwa pada masa kini. Contoh :pembentukan endapan sediment di muara sungai yang membentuk delta, akan menghasilkan 3 bagian yang berbeda kemiringan lapisan batuan, maka bila dijumpai tipe endapan yang terdiri dari top set, bottom set, dan fore set, menunjukkan adanya proses pengendapan di muara sungai. Jadi penentuan paleogeografi bisa ditentukan berdasar pembacaan data yang terekam pada batuan. Dengan mudah kita dapat menentukan kedalaman lingkungan sediment laut berdasar keberadaan fosil organisme,terumbu karang, yang menunjukan laut dangkal, dan endapan diatome untuk laut dalam. · Original Horizontality Sedimen yang baru terbentuk cenderung mengikuti bentuk dasarnya dan cenderung untuk menghorizontal, kecuali cross bedding. Hal ini

Upload: wahyu-satria-kencana

Post on 07-Aug-2015

741 views

Category:

Documents


25 download

DESCRIPTION

geologi

TRANSCRIPT

Page 1: Definisi Stratigrafi

Materi Geologi - Stratigrafi

1. Pengertian Stratigrafi

Stratigrafi mempunyai arti sempit yaitu ilmu pemerian lapisan–lapisan batuan. hal teresbut ditinjau dari arti katanya yaitu, strata (stratum) yang berarti lapisan batuan, dan grafi (grafis) yaitu pemerian/gambaran. Arti luas dari stratigrafi adalah ilmu yang membahas aturan, hubungan, dan kejadian (genesa) macam-macam batuan di alam dalam ruang dan waktu.

Ilmu stratigrafi muncul di Britania Raya pada abad ke 19. Perintisnya adalah William Smith. Kala itu diamati bahwa beberapa lapisan muncul pada urutan yang sama (superposisi). Kemudian ditarik kesimpulan bahwa lapisan tanah yang terendah merupakan lapisan yang tertua, dengan beberapa pengecualian.

2. Hukum-hukum Stratigrafi

· Uniformitarianisme

“The Present is the key to the past.” (James Hutton, 1785) Maksudnya adalah bahwa proses-proses geologi alam yang terlihat sekarang ini dipergunakan sebagai dasar pembahasan proses geologi masa lampau.

Uniformitarianisme adalah peristiwa yang terjadi pada masa geologi lampau dikontrol oleh hukum-hukum alam yang mengendalikan peristiwa pada masa kini. Contoh :pembentukan endapan sediment di muara sungai yang membentuk delta, akan menghasilkan 3 bagian yang berbeda kemiringan lapisan batuan, maka bila dijumpai tipe endapan yang terdiri dari top set, bottom set, dan fore set, menunjukkan adanya proses pengendapan di muara sungai. Jadi penentuan paleogeografi bisa ditentukan berdasar pembacaan data yang terekam pada batuan. Dengan mudah kita dapat menentukan kedalaman lingkungan sediment laut berdasar keberadaan fosil organisme,terumbu karang, yang menunjukan laut dangkal, dan endapan diatome untuk laut dalam.

· Original Horizontality

Sedimen yang baru terbentuk cenderung mengikuti bentuk dasarnya dan cenderung untuk menghorizontal, kecuali cross bedding. Hal ini karena pengaruh sedimen dikontrol oleh hukum gravitasi dan hidrolika cairan.

· Superposisi

Dalam keadaan yang tidak terganggu, lapisan paling tua akan berada dibawah lapisan yang lebih muda. Hal ini secara logis dapat dijelaskan bahwa proses pengendapan mulai dari terbebtuknya lapisan awal yang terletak di dasar cekungan, selanjutnya ditutup oleh lapisan yang terendapkan kemudian, yang tentu lebih muda dari ditutupinya.

· Cross Cutting Relationship

Page 2: Definisi Stratigrafi

Hukum ini menyatakan bahwa “Batuan yang terpotong mempunyai umur geologi yang lebih tua daripada yang memotong.”

Prinsip-prinsip Cross-cutting Relationship :

1. Cross-cutting Relationship Struktural, dimana suatu retakan yang memotong batuan yang lebih tua

2. Cross-cutting Relationship Stratigrafi, terjadi jika erosi permukaan atau ketidakseragaman memotong batuan yang lebih tua, struktur geologi atau bentuk-bentuk geologi yang lain.

3. Cross-cutting Relationship Sedimentasi, terjadi jika suatu aliran telah mengerosi endapan yang lebih tua pada suatu tempat. Sebagai contoh suatu terusan atau saluran yang terisi oleh pasir.

4. Cross-cutting Relationship Paleontologi, terjadi jika adanya akt4itas hewan dan tumbuhan yang tumbuh. Sebagai contoh ketika jejak hewan yang terbentuk atau terendapkan pada endapan berlebih.

5. Cross-cutting Relationship Geomorfologi, terjadi pada daerah yang berliku atau bergelombang (sungai, dan aliran di sepanjang lembah).

· Faunal Succesion

Fosil (fauna) akan berbeda pada setiap perbedaan umur geologi, fosil yang berada pada lapisan bawah akan berbeda dengan fosil di lapisan atasnya.

Fosil-fosil yang dijumpai pada perlapisan batuan secara perlahan mengalami perubahan kenampakan fisiknya (ekibat evolusi) dalam cara yang teratur mengikuti waktu geologi. Demikian pula suatu kelompok organism secara perlahan digantikan oleh kelompok organism lain. Suatu perlapisan tertentu dicirikan oleh kandungan fosil tertentu. Suatu perlapisan batuan yang mengandung fosil tertentu dapat digunakan untuk koreksi antara suatu lokasi dengan lokasi yang lain.

· Lateral Continuity

Pengendapan lapisan batuan sedimen akan menyebar secara mendatar, sampai menipis atau menghilang pada batas cekungan dimana ia diendapkan. Lapisan yang diendapkan oleh air terbentuk terus-menerus secara lateral dan hanya membaji pada tepian pengendapan pada masa cekungan itu terbentuk.

· Hukum “V”

Pola penyebaran singkapan batuan dipengaruhi oleh kemiringan lapisan batuan dan topografi. Hubungan antara kemiringan lapisan batuan dan topografi daerah dirumuskan dengan Hukum “V”.

Page 3: Definisi Stratigrafi

Stratigrafi dan Sedimentasi (Krumbein & Sloss, 1963) (part 1)

1.1 RUANG LINGKUP STRATIGRAFI DAN SEDIMENTASI

1.1.1 Stratigrafi

Dalam Principles of Stratigraphy, Grabau (1913) mendefinisikan stratigrafi sebagai “sisi anorganik dari geologi sejarah, atau perkembangan litosfir dari waktu ke waktu, selama umur geologi”. Definisi ini mencerminkan konsep semula dari stratigrafi, yaitu sebagai suatu cabang ilmu geologi yang memerikan, menyusun, dan menggolongkan batuan berlapis.

Penekanan yang diberikan Grabau pada proses-proses anorganik dan faktor-faktor organik dalam karya tulisnya secara tidak langsung memperluas definisi yang diberikannya serta mengindikasikan bahwa ruang lingkup stratigrafi mengalami perluasan, hingga mencakup sebagian besar materi bahasan paleontologi (dengan pengecualian untuk sistematika dan morfologi deskriptif dari fosil). Pada dekade-dekade berikutnya, hingga kini, ruang lingkup stratigrafi terus mengalami perluasan. Sekarang ini stratigrafi bisa dipandang sebagai disiplin terpadu yang mengkombinasikan berbagai data dari hampir semua cabang ilmu bumi sedemikian rupa sehingga dari hasil pengkombinasian itu dapat diperoleh gambaran mengenai sejarah bumi.

Sebelum Perang Dunia I, pekerjaan stratigrafi umumnya berupa pemerian batuan sedimen di kerak bumi. Saat itu, para ahli stratigrafi sebenarnya baru melaksanakan aspek deskriptif dari stratigrafi; mereka lebih banyak menghabiskan waktunya untuk memerikan singkapan. Fasa perkembangan itu terus berlanjut hingga sekarang. Namun, semenjak empat dasawarsa lalu, aspek deskriptif stratigrafi mengalami perluasan dengan diperolehnya cara untuk memerikan batuan bawah permukaan. Hal itu terutama terjadi karena adanya perkembangan yang pesat dalam kegiatan eksplorasi dan eksploitasi migas.

Para ahli stratigrafi generasi masa lalu, meskipun sebagian besar menghabiskan waktunya untuk melakukan pemerian, namun terbukti mampu mengembangkan prinsip-prinsip yang dapat dipakai untuk menafsirkan dan menganalisis data batuan sedimen. Banyak diantara prinsip-prinsip itu yang masih sahih hingga sekarang, namun ada juga yang gugur karena tidak sesuai lagi dengan data baru. Masuknya data bawah permukaan, ditambah dengan berkembangnya berbagai teknik dan alat baru untuk menganalisis material sedimen, mendorong para ahli untuk melakukan tinjauan kritis terhadap konsep-konsep yang semula dianggap sebagai konsep yang tidak lekang karena waktu(time-honored concepts). Akhir-akhir ini, para ahli stratigrafi didorong untuk menyempurnakan atau menghapus sama sekali konsep stratigrafi lama. Proses penyempurnaan itu kadang-kadang berlangsung begitu cepat.

Peninjauan ulang terhadap prinsip lama dan pengajuan prinsip baru banyak terbantu dengan diterbitkannya sintesis-sintesis stratigrafi dalam bentuk buku, misalnya seperti buku-buku yang disajikan pada bagian akhir dari bab ini. Pembaca akan melihat adanya perbedaan penting dalam penekanan dan tafsiran yang dijelaskan dalam buku ini dengan apa yang dijelaskan oleh ahli-ahli lain. Adanya perbedaan ancangan dan konsep ini mengindikasikan kondisi pancaroba dari stratigrafi dan sedimentasi pada saat sekarang. Masa-masa persaingan dan pertentangan tafsiran seperti itu tidak perlu mengecilkan hati, bahkan harus disyukuri, sebelum tiba saatnya bagi kita untuk memutuskan hipotesis dan azas praktis mana yang lebih sahih. Perlu disadari oleh para pembaca bahwa dalam

Page 4: Definisi Stratigrafi

tahap perkembangan ilmu yang begini cepat, prinsip-prinsip yang sekarang dipandang sahih bisa saja menjadi tidak sahih di masa mendatang dan hanya akan diingat orang sebagai suatu kilas sejarah.

Para mahasiswa dan kaum profesional yang berpengalaman didorong untuk ikut larut dalam kondisi pertentangan mengenai topik-topik tertentu yang sifatnya kontroversial seperti perbedaan pendapat antara para penulis buku-buku sejenis. Dalam buku ini penulis tidak bermaksud untuk mengkristalisasikan pemikiran stratigrafi dan sedimentasi secara tegas. Melalui buku ini kami hanya akan memberikan suatu kerangka dasar pengetahuan stratigrafi dan sedimentasi yang memungkinkan para pembaca siap untuk menerima konsep-konsep baru yang tumbuh dari data dan hasil analisis yang dilakukan di masa mendatang.

1.1.2 Sedimentasi

Dalam pengertian yang terbatas, istilah “sedimentasi” (sedimentation) dipakai untuk menamakan proses-proses pembentuk-an batuan sedimen, termasuk didalamnya asal-usul, pengangkutan, dan pengendapan material pembentuk batuan serta diagenesis dan litifikasi. Dalam pengertian yang lebih luas, istilah itu digunakan sebagai sinonim dari petrologi sedimen dan petrografi sedimen yang sama-sama membahas tentang pemerian, penggolongan, dan penafsiran batuan sedimen.

Karena batuan sedimen merupakan bahan kajian dasar dalam stratigrafi, maka pengetahuan para ahli stratigrafi lebih banyak tergantung pada sedimentasi daripada terhadap ilmu-ilmu pendukung lain. Ilmu lain yang memberikan dukungan sekunder pada stratigrafi adalah paleontologi. Buku ini banyak membahas tentang materi sedimentasi. Hal ini dilakukan karena para mahasiswa strata-1 umumnya kurang mendapat materi sedimentasi yang cukup kuat; tidak demikian halnya dengan paleontologi. Karena itu, dalam buku ini penulis menekankan aspek sedimentasi.

Hubungan yang erat antara stratigrafi dengan sedimentasi mirip dengan hubungan antara biologi dengan paleontologi. Biologi terutama mempelajari proses-proses dan pola-pola organik masa kini. Proses-proses dan pola-pola organik masa lalu menghasilkan rekaman paleontologi yang harus ditafsirkan dengan cara menerapkan prinsip-prinsip biologi. Analog dengan itu, studi prosers-proses pembentukan dan penyebaran sedimen resen yang dilakukan oleh para ahli sedimentasi menghasilkan prinsip-prinsip yang bisa dipakai untuk menafsirkan rekaman batuan. Rekaman stratigrafi sebagian besar merupakan produk sedimentasi yang berlangsung secara kontinu selama waktu geologi.

1.1.3 Stratigrafi Akademis dan Stratigrafi Terapan

Pada masa lalu ada kecenderungan untuk membuat membedakan stratigrafi “akademis” dengan stratigrafi “praktis” atau stratigrafi “terapan”. Secara akademis, stratigrafi diarahkan pada kegiatan pemerian dan penamaan satuan-satuan stratigrafi serta analisis rekaman sedimen untuk merekonstruksikan sejarah geologi. Stratigrafi terapan, di lain pihak, sering dipandang hanya terbatas pada studi untuk mengenal dan menentukan lokasi satuan batuan yang berasosiasi dengan mineral ekonomis.

Dewasa ini, batas-batas antara stratigrafi “akademis” dengan stratigrafi “terapan” makin tidak jelas. Banyak prinsip dan konsep yang semula dianggap hanya menarik dari sisi akademis, tertanya dapat diterapkan langsung untuk memecahkan berbagai masalah praktis. Dengan makin disadarinya bahwa penelitian-penelitian stratigrafi merupakan ancangan yang sahih untuk menemukan migas,

Page 5: Definisi Stratigrafi

para ahli stratigrafi sekarang merupakan pihak yang paling aktif dalam mengembangkan berbagai prinsip dan konsep stratigrafi tingkat lanjut.

1.2 SUSUNAN MATERI BAHASAN

1.2.1 Stratigrafi Fisik dan Biostratigrafi

Materi bahasan stratigrafi secara konvensional dibagi menjadi dua bagian, yakni stratigrafi fisik dan biostratigrafi (tabel 1-1). Stratigrafi fisik mencakup semua komponen sedimentasi, ditambah aspek-aspek fisik dari stratigrafi analitik-interpretatif. Bio-stratigrafi banyak mencakup pengetahuan biologi dan paleontologi yang dapat diterapkan pada studi stratigrafi.

Sebagaimana diindikasikan oleh tabel 1-1, semua komponen stratigrafi fisik analog dengan komponen biostratigrafi. Walau demikian, ada perbedaan antara keduanya. Menurut prinsip uniformitarisme, materi-materi stratigrafi fisik dapat diasumsikan relatif konstan selama waktu geologi serta dikenai oleh proses-proses fisika dan kimia yang seragam. Di lain pihak, semua materi organik dari biostratigrafi berubah secara progresif dari waktu ke waktu di bawah pengaruh evolusi organik.

1.2.2 Penyusunan Data Stratigrafi

Penyelesaian masalah stratigrafi dimulai dengan pengamatan dan penyusunan bahan kajian secara sistematis (tabel 1-1). Semua bahan kajian diperoleh dari hasil pengamatan singkapan atau kegiatan pemboran. Sejarah dan penanganan praktis yang dilakukan untuk menggolongkan dan menyusun kolom stratigrafi akan dibahas pada Bab 2. Bagi mahasiswa yang belum berpengalaman atau belum terlatih dalam kegiatan pengumpulan informasi stratigrafi, dalam Bab 3 akan dijelaskan cara-cara yang dapat dipakai untuk memperolehnya.

Bab 4 dan Bab 5 akan menjelaskan sifat, komposisi, dan penggolongan sedimen dan batuan sedimen. Penjelasan ini dibuat dengan asumsi bahwa pembaca telah memiliki pengetahuan dasar paleontologi. Karena itu, materi paleontologi yang analog dengan penjelasan untuk sedimen dan batuan sedimen tidak dijelaskan lagi dalam buku ini.

Hal mendasar yang perlu dimiliki untuk dapat menyusun bahan kajian stratigrafi adalah pengetahuan tentang proses sedimentasi dan semua faktor biologi yang memegang peranan penting dalam stratigrafi, termasuk didalamnya penyigian gejala-gejala fisik dan biologi dari lingkungan sedimen. Hal itu akan dibahas pada Bab 6, 7, dan 8.

1.2.3 Stratigrafi Analitik

Analisis stratigrafi mencakup kegiatan penggabungan data hasil pemerian dan penyusunan data itu. Proses penggabungan memungkinkan diterapkannya prinsip-prinsip stratigrafi sedemikian rupa sehingga data mentah akan berubah menjadi data yang siap ditafsirkan. Aspek-aspek analitik dari stratigrafi akan dijelaskan pada Bab 9, bersamaan dengan pembahasan tentang hubungan vertikal dan lateral dari strata. Topik yang kompleks ini memerlukan penggabungan banyak materi yang telah dijelaskan pada bab-bab sebelumnya serta merupakan suatu syarat mutlak untuk memecahkan masalah korelasi stratigrafi yang kompleks. Korelasi, yakni penggambaran ekivalensi satuan-satuan stratigrafi, akan dibahas pada Bab 10.

Page 6: Definisi Stratigrafi

Tektonik kerak bumi mempengaruhi ketebalan dan karakter sedimen yang terakumulasi. Khuluk kerangka tektonik sedimen-tasi, prinsip-prinsip geotektonik, serta pendekatan praktis dan teoritis terhadap tektonik sedimen akan dibahas pada Bab 11.

Bab 12 menjelaskan tipe-tipe peta stratigrafi, teknik pemetaan trimatra, dan penerapan teknik tersebut untuk memecahkan masalah stratigrafi. Batuan sedimen dapat membentuk asosiasi-asosiasi alami yang beragam. Asosiasi litologi dan implikasinya akan dibahas pada Bab 13. Asosiasi ini merupakan tahapan puncak dalam kegiatan analisis dan presentasi data stratigrafi.

1.2.4 Stratigrafi Interpretatif

Sebagian besar studi stratigrafi dilakukan untuk menyelesaikan masalah paleogeografi, geologi sejarah, atau geologi ekonomi. Stratigrafi interpretatif merupakan fasa akhir dari studi stratigrafi. Pada fasa ini berbagai data yang telah dikumpulkan, disusun, dan dianalisis mulai disintesakan dan ditafsirkan. Tampaknya apa yang telah dikemukakan oleh Grabau (1913) dalam paragraf terakhir dariPrinciples of Stratigraphy masih tetap sesuai untuk kita hayati bersama:

“When the science of Stratigraphy has developed so that its basis is no longer purely or chiefly paleontological, and when the sciences of Lithogenesis [sedimentation], of Orogenesis and Glyptogenesis [gradation], as well as of Biogenesis, are given their due share in the comprehensive investigation of the history of our earth, then we may hope that paleogeography, the youthful daughter science of Stratigraphy, will have attained unto that stature which will make it the crowning attraction to the student of earth history.”

1.3 BIBLIOGRAFI

Banyak materi bahasan buku ini diambil dari berbagai makalah yang tersebar dalam literatur ilmiah yang terus bertambah. Pengacuan terhadap makalah-makalah penting diperlihatkan dalam teks buku ini. Daftar bacaan yang dijadikan acuan dalam penyusunan setiap bab disajikan pada akhir dari buku ini.

Pembaca, khususnya para mahasiswa, hendaknya menyadari bahwa dari waktu ke waktu banyak data dan konsep baru memasuki dunia stratigrafi dan sedimentasi. Bibliografi yang disajikan dalam buku ini terutama ditujukan pada karya-karya tulis penting yang diterbitkan sebelum tahun 1961. Pembaca hendaknya sering menelaah karya tulis baru yang dapat berperan sebagai pelengkap, penyempurna, atau pengganti konsep-konsep lama sedemikian rupa sehingga dapat terus mengikuti perkembangan stratigrafi dan sedimentasi.

Bacaan-bacaan standar yang dapat digunakan sebagai bahan kajian tambahan untuk memahami isi buku ini adalah:

Dunbar, C. O. dan J. Rodgers. 1957. Principles of Stratigraphy. New York: John Wiley & Sons.

[Buku tingkat menengah yang ditulis oleh otoritas stratigrafi. Satu kelebihan yang dapat dilihat dariPrinciples of Stratigraphy adalah pembahasannya yang baik mengenai lingkungan pengendapan serta pemaparan yang jelas tentang konsep-konsep stratigrafi dan penerapannya. Banyak konsep yang diajukan oleh kedua penulis ini berbeda dengan konsep yang dijelaskan dalam Stratigraphy and Sedimentation]

Page 7: Definisi Stratigrafi

Pettijohn, F. J. 1957. Sedimentary Rocks. Edisi-2. New York: Harper.

[Buku dan acuan tingkat tinggi yagn membahas tentang sedimen dan batuan sedimen: pemerian, penggolongan, dan penafsirannya. Isi dari Stratigraphy and Sedimentation banyak dipengaruhi oleh buku ini. Pembaca diharapkan dapat mengacu Sedimentary Rocks bila penjelasan dalam Stratigraphy and Sedimentation belum jelas].

Twenhofel, W. H. 1950. Principles of Sedimentation. New York: McGraw-Hill.

[Buku ajar tingkat menengah yang membahas tentang batuan sedimen dan proses sedimentasi. Buku klasik ini dipandang sebagai puncak karya seorang ahli stratigrafi dan sedimentasi Amerika. Buku ini tidak membahas pemerian dan penafsiran secara lengkap].

Weller, J. M. 1960. Stratigraphic Principles and Practices. New York: Harper.

[Buku ajar tingkat tinggi yang membahas banyak topik yang mirip dengan topik bahasan Stratigraphy and Sedimentation. Buku ini merupakan produk integrasi dan sintesis oleh seorang peneliti yang berpengalaman baik dalam aspek fisik maupun aspek biologi dari stratigrafi. Sebagian tafsiran yang disajikan dalam Stratigraphic Principles and Practices berbeda dengan apa yang tercantum dalamStratigraphy and Sedimentation. Karena itu, Stratigraphic Principles and Practices dapat dijadikan salah satu acuan untuk memperoleh pandangan yang berbeda dari apa yang disajikan dalam Stratigraphy and Sedimentation].

Page 8: Definisi Stratigrafi

Stratigrafi

PENDAHULUAN

Stratigrafi merupakan salah satu cabang dari ilmu geologi, yang berasal dari bahasa Latin, Strata (perlapisan, hamparan) dan Grafia (memerikan, menggambarkan). Jadi pengertian stratigrafi yaitu suatu ilmu yang mempelajari tentang lapisan-lapisan batuan serta hubungan lapisan batuan itu dengan lapisan batuan yang lainnya yang bertujuan untuk mendapatkan pengetahuan tentang sejarah bumi.

PRINSIP-PRINSIP DASAR STRATIGRAFI

Prinsip-prinsip yang digunakan dalam penentuan urut-urutan kejadian geologi adalah sebagai berikut:

1. Prinsip Superposisi

Prinsip ini sangat sederhana, yaitu pada kerak bumi tempat diendapkannya sedimen, lapisan yang paling tua akan diendapkan paling bawah, kecuali pada lapisan-lapisan yang telah mengalami pembalikan.

Umur Relatif Batuan Sedimen

2. Hukum Datar Asal (Original Horizontality)

Prinsip ini menyatakan bahwa material sedimen yang dipengaruhi oleh gravitasi akan membentuk lapisan yang mendatar (horizontal). Implikasi dari pernyataan ini adalah lapisan-lapisan yang miring atau terlipatkan, terjadi setelah proses pengendapan.

Page 9: Definisi Stratigrafi

Pengecualian :Pada keadaan tertentu (lingkungan delta, pantai, batugamping, terumbu, dll) dapat terjadi pengendapan miring yang disebut Kemiringan Asli (Original Dip) dan disebut Clinoform.

3. Azas Pemotongan (Cross Cutting)

Prinsip ini menyatakan bahwa sesar atau tubuh intrusi haruslah berusia lebih muda dari batuan yang diterobosnya.

4. Prinsip Kesinambungan Lateral (Continuity)

Lapisan sedimen diendapkan secara menerus dan berkesinambungan sampai batas cekungan sedimentasinya. Penerusan bidang perlapisan adalah penerusan bidang kesamaan waktu atau merupakan dasar dari prinsip korelasi stratigrafi. Dalam keadaan normal suatu lapisan sedimen tidak mungkin terpotong secara lateral dengan tiba-tiba, kecuali oleh beberapa sebab yang menyebabkan terhentinya kesinambungan lateral, yaitu :

- Pembajian

Menipisnya suatu lapisan batuan pada tepi cekungan sedimentasinya

Penipisan Lapisan Sedimen pada Tepian Cekungan

- Perubahan FasiesPerbedaan sifat litologi dalam suatu garis waktu pengendapan yang sama, atau perbedaan lapisan batuan pada umur yang sama (menjemari).

Page 10: Definisi Stratigrafi

Penghilangan Lapisan Secara Lateral

- Pemancungan atau Pemotongan karena KetidakselarasanDijumpai pada jenis ketidakselarasan Angular Unconformity di mana urutan batuan di bawah bidang ketidakselarasan membentuk sudut dengan batuan diatasnya. Pemancungan atau pemotongan terjadi pada lapisan batuan di bawah bidang ketidakselarasan.

Gambar Pemancungan

- Dislokasi karena sesarPergeseran lapisan batuan karena gaya tektonik yang menyebabkan terjadinya sesar atau patahan.

Gambar Dislokasi

5. Azas Suksesi Fauna (Faunal Succesions)

Penggunaan fosil dalam penentuan umur geologi berdasarkan dua asumsi dalam evolusi organik.Asumsi pertama adalah organisme senantiasa berubah sepanjang waktu dan perubahan yang telah terjadi pada organise tersebut tidak akan terulang lagi. Sehingga dapat dikatakan bahwa suatu

Page 11: Definisi Stratigrafi

kejadian pada sejarah geologi adalah jumlah dari seluruh kejadian yang telah terjadi sebelumnya.Asumsi kedua adalah kenampakan-kenampakan anatomis dapat ditelusuri melalui catatan fosil pada lapisan tertua yang mewakili kondisi primitif organisme tersebut.

6. Teori Katastrofisme (Catastrophism)

Teori ini dicetuskan oleh Cuvier, seorang kebangsaan Perancis pada tahun 1830. Ia berpendapat bahwa flora dan fauna dari setiap zaman itu berjalan tidak berubah, dan sewaktu terjadinya revolusi maka hewan-hewan ini musnah. Sesudah malapetaka itu terjadi, maka akan muncul hewan dan tumbuhan baru, sehingga teori ini lebih umum disebut dengan teori Malapetaka.

7. Teori Uniformitarianisme (Uniformitarianism)

Teori ini dicetuskan oleh James Hutton, teori ini berbunyi “The Present is The Key to The Past “, yang berarti kejadian yang berlangsung sekarang adalah cerminan atau hasil dari kejadian pada zaman dahulu, sehingga segala kejadian alam yang ada sekarang ini, terjadi dengan jalan yang lambat dan proses yang berkesinambungan seragam dengan proses-proses yang kini sedang berlaku. Hal ini menjelaskan bahwa rangkaian pegunungan-pegunungan besar, lembah serta tebing curam tidak terjadi oleh suatu malapetaka yang tiba-tiba, akan tetapi melalui proses alam yang berjalan dengan sangat lambat.Catatan buat adik-adik :Kesimpulan dari teori Uniformitarianisme adalah :

Proses-proses alam berlangsung secara berkesinambungan.

Proses-proses alam yang terjadi sekarang ini, terjadi pula pada masa lampau namun dengan intensitas yang berbeda.

8. Siklus Geologi

Siklus ini terdiri dari proses Orogenesa (Pembentukan Deretan Pegunungan), proses Gliptogenesa (Proses-proses Eksogen/ Denudasi) dan proses Litogenesa (Pembentukan Lapisan Sedimen). Bumi tercatat telah mengalami sembilan kali siklus geologi, dan yang termuda adalah pembentukan deretan pegunungan Alpen.

Page 12: Definisi Stratigrafi

Gambar Siklus Geologi

UNSUR – UNSUR STRATIGRAFI

Stratigrafi terdiri dari beberapa elemen penyusun, yaitu :

Elemen Batuan, pada stratigrafi batuan yang lebih diperdalam untuk dipelajari adalah batuan sedimen, karena batuan ini memiliki perlapisan, terkadang batuan beku dan metamorf juga dipelajari dalam kapasitas yang sedikit.

Unsur Perlapisan (Waktu), merupakan salah satu sifat batuan sedimen yang disebabkan oleh proses pengendapan sehingga menghasilkan bidang batas antara lapisan satu dengan yang lainnya yang merepresentasikan perbedaan waktu/periode pengendapan.

Gambar Perlapisan

Page 13: Definisi Stratigrafi

Bidang perlapisan merupakan hasil dari suatu proses sedimentasi yang berupa:

Berhentinya suatu pengendapan sedimen dan kemudian dilanjutkan oleh pengendapan sedimen yang lain.

Perubahan warna material batuan yang diendapkan.

Perubahan tekstur batuan (misalnya perubahan ukuran dan bentuk butir).

Perubahan struktur sedimen dari satu lapisan ke lapisan lainnya.

Perubahan kandungan material dalam tiap lapisan (komposisi mineral, kandungan fosil, dll).

Pada suatu bidang perlapisan, terdapat bidang batas antara satu lapisan dengan lapisan yang lain. Bidang batas itu disebut sebagai kontak antar lapisan.Terdapat dua macam kontak antar lapisan, yaitu :

Kontak Tajam, yaitu kontak antara lapisan satu dengan lainnya yang menunjukkan perbedaan sifat fisik yang sangat mencolok sehingga dapat dengan mudah diamati perbedaannya antara satu lapisan dengan lapisan lain. Perbedaan mencolok tersebut salah satu contohnya berupa perubahan litologi.

Kontak Berangsur, merupakan kontak lapisan yang perubahannya bergradasi sehingga batas kedua lapisan tidak jelas dan untuk menentukannya mempergunakan cara–cara tertentu. Terdapat dua jenis kontak berangsur, yaitu :

Kontak Progradasi

Kontak Interkalasi

Kontak erosional, merupakan kontak antar lapisan dengan kenampakan bidang perlapisan yang tergerus/tererosi baik oleh arus maupun oleh material yang terbawa oleh arus.

Untuk skala yang lebih luas, kontak antar formasi ataupun antar satuan batuan yang memiliki karakteristik yang sama, dikenal dengan istilah hubungan stratigrafi. Kontak / hubungan stratigrafi ini terdiri dari dua jenis, yaitu kontak selaras dan kontak tidak selaras.

Kontak Selaras atau disebut Conformity yaitu kontak yang terjadi antara dua lapisan yang sejajar dengan volume interupsi pengendapan yang kecil atau tidak ada sama sekali. Jenis kontak ini terbagi dua, yaitu kontak tajam dan kontak berangsur.

Kontak Lapisan Tidak Selaras atau disebut Unconformity yaitu merupakan suatu bidang ketidakselarasan antar lapisan. Terdapat empat macam bidang ketidakselarasan, yaitu:

Angular Unconformity, disebut juga ketidakselarasan sudut, merupakan ketidakselarasan yang kenampakannya menunjukan suatu lapisan yang telah terlipatkan dan tererosi, kemudian di atas lapisan tersebut diendapkan lapisan lain.

Page 14: Definisi Stratigrafi

Disconformity, kenampakannya berupa suatu lapisan yang telah tererosi dan di atas bidang erosi tersebut diendapkan lapisan lain.

Paraconformity, disebut juga keselarasan semu, yang menunjukkan suatu lapisan di atas dan di bawahnya yang sejajar, dibidang ketidakselarasannya tidak terdapat tanda-tanda fisik untuk membedakan bidang sentuh dua lapisan berbeda. Untuk menentukan perbedaannya harus dilakukan analisis Paleontologi (dengan memakai kisaran umur fosil).

Nonconformity, merupakan ketidakselarasan yang yang terjadi dimana terdapat kontak jelas antara batuan beku, batuan sedimen dan batuan metamorf.

Gambar Angular Unconformity

Gambar Disconformity

Gambar Paraconformity

Page 15: Definisi Stratigrafi

Gambar Nonconformity

Untuk hubungan stratigrafi ini, sangat sulit untuk diobservasi dalam skala singkapan. Hubungan stratigrafi ini dapat diketahui dari rekonstruksi peta pola jurus.

Elemen Struktur Sedimen, struktur sedimen ini merupakan suatu kenampakan yang terdapat pada batuan sedimen di mana kenampakannya itu disebabkan oleh proses sedimentasi pada batuan tersebut, seperti aliran air, deformasi, aktivitas biogenik (oleh hewan dan tumbuhan), serta aliran gravitasi sedimen. Struktur sedimen ini harus dianalisa langsung di lapangan, dengan tujuan untuk menentukan lingkungan pengendapan batuan serta untuk menentukan posisi atas dan bawah dari suatu lapisan.

Sumber : HMG UNPAD