sekuen stratigrafi
DESCRIPTION
makalah sekuen stratigrafi , semoga berguna bagi pembacanyaTRANSCRIPT
Bab V. Analisa Stratigrafi Sekuen
Analisa Stratigrafi Sekuen dan Studi Karakteristik Reservoir Pada Lapangan IBNU,
Cekungan Kutai, Kaltim / Rachman Phasadaon -12004056. 49
BBAABB VV
AANNAALLIISSAA SSTTRRAATTIIGGRRAAFFII SSEEKKUUEENN
Korelasi adalah langkah yang sangat penting dalam suatu pekerjaan geologi
bawah permukaan sebab semua visualisasi baik dalam bentuk penampang
maupun peta didasarkan hasil dari korelasi yang telah dilakukan. Secara
sederhana korelasi adalah menghubungkan “lapisan” yang sama, baik itu
kesamaan litologi (Lithostratigrafi), kesamaan kandungan fosil
(Biostratigrafi), kesamaan waktu (Chronostratigrafi), dsb.
Teknik korelasi lapisan yang paling terbaru dan akurat ialah dengan
menggunakan metoda sekuen startigrafi, asumsi dasar yang digunakan
dalam metoda ini ialah bentuk arsitektur sedimen pengisi cekungan yang
dipengaruhi oleh dua penyebab utama, yaitu perubahan muka air laut global
dan tektonik. Perubahan muka laut global terjadi secara bersamaan di semua
daerah sehingga akan mengendapkan suatu lapisan yang memiliki
penyebaran yang luas sehingga endapan seperti itu sangat baik untuk
digunakan sebagai marker dalam korelasi, namun perlu diingat pula adanya
pengaruh tektonik yang ada sehingga kenaikan muka air laut ang ada bisa
saja hanya bersifat lokal akibat dari keadaan tektonik di daerah tersebut,
interaksi kedua parameter ini menghasilkan perubahan muka air laut relatif,
dan secara umum perubahan muka laut relatif inilah yang dianggap
merupakan faktor pengontrol terhadap arsitektur sedimen pengisi cekungan
yang ada.
Metoda sekuen stratigarafi dikembangkan dari “pendahulunya” seismik
stratigrafi yang awalnya dikembangkan di daerah passive margin, maka
model sekuen ini sangat baik untuk digunakan pada endapan transisi seperti
endapan delta.
Bab V. Analisa Stratigrafi Sekuen
Analisa Stratigrafi Sekuen dan Studi Karakteristik Reservoir Pada Lapangan IBNU,
Cekungan Kutai, Kaltim / Rachman Phasadaon -12004056. 50
5.1 Komponen Stratigrafi Sekuen
Dalam analisa sikuen stratigrafi, terlebih dahulu perlu dilakukan penentuan
komponen sikuen stratigrafi. Komponen sikuen stratigrafi utama yang
digunakan dalam melakukan korelasi log dari 12 sumur di lapangan IBNU
ialah: maximum flooding surface (MFS), transgressive surface (TS), dan
sequence boundaries (SB)
5.1.1. Maximum Flooding Surface (MFS)
Maximum flooding surface adalah bidang permukaan yang
menandakan akhir dari trangresi garis pantai maksimum (Galloway,
1989). Dalam analisa parasikuen set, maximum flooding surface
memisahkan parasikuen set retrogradasi di bagian bawah dengan
parasikuen set progradasi di bagian atas. Gambar dibawah (Gbr 5.1)
memperlihatkan maximum flooding surface (garis biru tua) yang
menandakan perubahan pola penumpukan parasikuen dari
retrogradasi menjadi progradasi.
Gbr. 5.1. Contoh Maximum Flooding Surface (Garis Biru Tua) Yang
Menandakan Perubahan Pola Parasikuen Dari Retrogradasi Menjadi
Progradasi
Sedangkan pada sampel intibor (Gbr 5.2), maximum flooding surface
teridentifikasi dari adanya perubahan endapan distributary mouthbar
menjadi endapan distal mouthbar (warna coklat) hingga menjadi
endapan prodelta seperti batugamping bioklastik atau betulempung
menyerpih (warna hijau tua).
Bab V. Analisa Stratigrafi Sekuen
Analisa Stratigrafi Sekuen dan Studi Karakteristik Reservoir Pada Lapangan IBNU,
Cekungan Kutai, Kaltim / Rachman Phasadaon -12004056. 51
Gbr. 5.2. Contoh Maximum Flooding Surface (Garis Biru Tua) Pada
Sampel Intibor Yang Menandakan Perubahan Assosiasi Fasies Menuju
Ke Endapan Prodelta
5.1.2. Sequence Boundaries (SB)
Sequence boundaries adalah bidang ketidakselarasan yang
memisahkan endapan yang berumur lebih muda dengan endapan
yang berumur lebih tua, dimana terdapat indikasi adanya ekspos
sedimen ke permukaan (Van Wagoner, 1995, op.cit Catuneanu,
2002). Gambar dibawah (Gbr 5.3) ialah sequence boundaries (garis
merah putus-putus) pada dasar suatu endapan channel yang
menandakan adanya ketidakselarasan.
Gbr. 5.3. Contoh Sequence Boundaries (Garis Merah Putus-Putus) Pada Dasar Suatu Endapan Channel Yang Menandakan Adanya
Ketidakselarasan
Bab V. Analisa Stratigrafi Sekuen
Analisa Stratigrafi Sekuen dan Studi Karakteristik Reservoir Pada Lapangan IBNU,
Cekungan Kutai, Kaltim / Rachman Phasadaon -12004056. 52
Sedangkan pada sampel intibor (Gbr 5.4), sequences boundaries
teridentifikasi dari adanya perubahan tiba-tiba antara endapan distal
mouthbar (warna coklat) menjadi endapan distributary channel
(warna kuning), dan adanya batas erosional yang terdapat pada
bagian bawah endapan channel mengindikasikan adanya suatu selang
waktu pengendapan.
Gbr. 5.4. Contoh Sequence Boundaries (Garis Merah Putus-Putus)
Pada Sampel Intibor Yang Menandakan Perubahan Mendadak
Antara Endapan Distal Mouthbar Menjadi Distributary Channel.
5.1.3. Transgressive Surface (TS)
Gbr 5.5. Contoh Transgressive Surface (Garis Coklat Tegas) Yang
Menandakan Perubahan Pola Parasikuen Dari Progradasi Menjadi
Retrogradasi
Bab V. Analisa Stratigrafi Sekuen
Analisa Stratigrafi Sekuen dan Studi Karakteristik Reservoir Pada Lapangan IBNU,
Cekungan Kutai, Kaltim / Rachman Phasadaon -12004056. 53
Transgressive surface adalah bidang permukaan yang menandakan
flooding surface yang pertama kali terbentuk ketika terjadi kenaikan
muka air laut relatif (Catuneanu, 2002). Transgressive surface juga
menandakan awal dimulainya fase pengendapan retrogradasi dari
suatu sikuen. Pada Gbr 5.5 menunjukkan transgressive surface (garis
coklat tegas) yang menandakan perubahan pola penumpukan
parasikuen dari progradasi menjadi retrogradasi.
Sedangkan pada data intibor batas tegas yang pasti dari suatu
transgressive surface tidak dapat dipastikan, hanya ditafsirkan
berdasarkan adanya perubahan endapan distributary channel atau
endapan distributary mouthbar menjadi endapan distal mouthbar atau
endapan prodelta
Bab V. Analisa Stratigrafi Sekuen
Analisa Stratigrafi Sekuen dan Studi Karakteristik Reservoir Pada Lapangan IBNU,
Cekungan Kutai, Kaltim / Rachman Phasadaon -12004056. 54
5.2 Unit Sekuen
Analisa sekuen stratigrafi detail dilakukan pada interval intibor (kedalaman
2000 m – 2400 m) dengan menggunakan 12 data log dari 12 sumur di
lapangan IBNU, Dari hasil analisa sekuen stratigrafi pada interval intibor
yang ada maka didapatkan adanya tiga transgressive surface (TS),
transgressive surface ini teridentifikasi dari pola log dibawahnya yang
menunjukkan adanya suatu pola menebal dan mengkasar ke atas dan
banyak diisi oleh endapan channel hingga mencapai batas sekuen
(sequences boundaries) endapan seperti ini terendapkan pada saat kondisi
LST (low system tract), sedangkan endapan diatasnya yang memperlihatkan
pola log yang relatif “retrogradasi” dan menunjukan adanya suatu pola
menipis dan menghalus ke atas diinterpretasikan sebagai endapan TST
(transgressive system tract). Endapan HST (high system tract)
teridentifikasi dari pola log yang menebal dan mengkasar keatas yang
memperlihatkan suatu proses progradasi delta. Sehingga dari hasil analisa
sekuen pada interval intibor ini setidaknya terdapat tiga endapan TST, tiga
endapan LST dan tiga endapan HST (lihat Gbr 5.6).
Dari hasil deskripsi intibor diketahui bahwa endapan HST umumnya terdiri
dari endapan distal mouthbar yang sejalan dengan penurunan muka laut
yang ada kemudian berubah menjadi endapan distributary mouthbar hingga
mendekati batas sekuen (sequences boundaries), sedangkan pada endapan
LST kita jumpai adanya endapan distributary channel yang cukup tebal.
Sedangkan pada endapan TST terjadi proses sebaliknya, dari endapan
distributary channel menuju kearah endapan distal mouthbar atau endapan
prodelta yang menjadi penciri dari endapan maximum flooding atau
endapan yang terbentuk pada saat kenaikan muka air laut relatif
maksimum. Kemudian dilakukan korelasi reservoir pada interval ini, untuk
mengetahui karakteristik dan pola penyebaran reservoir yang ada pada tiap
siklus system tract (Gbr. 5.7)
Bab V. Analisa Stratigrafi Sekuen
Analisa Stratigrafi Sekuen dan Studi Karakteristik Reservoir Pada Lapangan IBNU,
Cekungan Kutai, Kaltim / Rachman Phasadaon -12004056. 55
Gbr
5.6
. H
asil
Ana
lisa
Seku
en S
trat
igra
fi Pa
da 1
2 Su
mur
Di L
apan
gan
IBN
U D
enga
n In
terv
al K
edal
aman
200
0-24
00 m
Bab V. Analisa Stratigrafi Sekuen
Analisa Stratigrafi Sekuen dan Studi Karakteristik Reservoir Pada Lapangan IBNU,
Cekungan Kutai, Kaltim / Rachman Phasadaon -12004056. 56
Gbr
5.7
. Has
il K
orel
asi R
eser
voir
Pad
a 12
Sum
ur D
i Lap
anga
n IB
NU
Den
gan
Inte
rval
Ked
alam
an 2
000-
2400
m
Bab V. Analisa Stratigrafi Sekuen
Analisa Stratigrafi Sekuen dan Studi Karakteristik Reservoir Pada Lapangan IBNU,
Cekungan Kutai, Kaltim / Rachman Phasadaon -12004056. 57
5.3 Analisa Unit Sekuen
Analisa sekuen stratigrafi detail dilakukan menggunakan 12 data log dari 12
sumur di lapangan IBNU pada interval intibor dengan kedalaman 2000 m –
2300 m atau berada pada interval unit reservoir FWS atas setara dengan
MF-3 s/d MF-4, dasar flatening pada korelasi menggunakan MF-3
(Nomenklatur Total) dimana orde stratigrafi yang digunakan berada pada
orde ke-4 (korelasi sekuen regional lapangan Total), endapan pada orde ini
memilki kisaran tebal lapisan sekitar beberapa ratus meter. Kemudian kita
bagi lagi menjadi beberapa MFS, SB dan TS berdasarkan pola respon log
yang ada serta hasil analisa intibor sebelumnya (Tabel 5.1) sehingga kita
dapat melakukan korelasi pada semua sumur di lapangan IBNU (korelasi
sekuen lokal lapangan IBNU), yang kemungkinan berada pada orde ke-5
atau ke-6 dengan kisaran tebal lapisan ialah 15-25 m sehingga ditafsirkan
terdapat 3 endapan TST, 3 endapan HST dan 3 endapan LST (2 diantaranya
berupa incised valley).
Tabel 5.1 Perbandingan Korelasi Sekuen Regional Dan Korelasi Sekuen Lokal
Yang Digunakan Dalam Penelitian
Bab V. Analisa Stratigrafi Sekuen
Analisa Stratigrafi Sekuen dan Studi Karakteristik Reservoir Pada Lapangan IBNU,
Cekungan Kutai, Kaltim / Rachman Phasadaon -12004056. 58
5.4 Peta Fasies (Net Sand)
Peta nettsand yang ada dibuat dengan tujuan agar dapat melihat pola
distribusi penyebaran reservoir yang ada, oleh sebab itu maka interval yang
dilakukan pemetaan sand-nya ialah interval yang mengandung banyak
reservoir target. Dari hasil deskripsi dan analisa data intibor terlihat bahwa
endapan distributary channel yang cukup tebal ditemukan pada intibor
ibnu-3 dengan tebal endapan yang ada ialah 10.5 m pada kedalaman 2138.5
m – 2148 m dan tebal 9 m pada kedalaman 2151.5 m – 2160.5 m dan pada
intibor ibnu-4 yang memilki ketebalan 8 m pada kedalaman 2244 m – 2252
m dan tebal 4 m pada kedalaman 2256 m – 2260 m. Endapan distributary
channel tersebut terletak pada interval parasekuen 1-8 (Gbr 5.8) dan interval
parasekuen A-E (Gbr 5.9).
Tiap lapisan yang berada pada parasekuen yang sama diasumsikan
terbentuk pada waktu yang relatif sama sehingga reservoir yang berada
pada satu parasekuen yang sama diasumsikan terbentuk pada waktu yang
bersamaan dari satu sumber suplai sedimen yang sama. Sehingga dari tiap
parasekuen tersebut kita dapat membuat sebuah peta net sand yang
menggambarkan pola penyebaran distribusi reservoir pada tiap proses
sedimentasi yang ada.
Bab V. Analisa Stratigrafi Sekuen
Analisa Stratigrafi Sekuen dan Studi Karakteristik Reservoir Pada Lapangan IBNU,
Cekungan Kutai, Kaltim / Rachman Phasadaon -12004056. 59
Gbr 5.8. Analisa Net sand Untuk Interval Parasekuen 1-8
Gbr 5.9. Analisa Net sand Untuk Interval Parasekuen A-E
Bab V. Analisa Stratigrafi Sekuen
Analisa Stratigrafi Sekuen dan Studi Karakteristik Reservoir Pada Lapangan IBNU,
Cekungan Kutai, Kaltim / Rachman Phasadaon -12004056. 60
5.4.1. Analisa Peta Net sand Interval Parasekuen 1 - 8
Gbr 5.10. Peta Fasies Untuk Interval Parasekuen 1-8
Bab V. Analisa Stratigrafi Sekuen
Analisa Stratigrafi Sekuen dan Studi Karakteristik Reservoir Pada Lapangan IBNU,
Cekungan Kutai, Kaltim / Rachman Phasadaon -12004056. 61
Pada interval ini dari lapisan yang paling tua menuju ke lapisan yang paling
muda (parasekuen 8 hingga 1) umumnya berada pada kondisi HST (Gbr
5.10) dengan sebuah incised valley pada parasekuen 5. Pada parasekuen 8
kita tidak menemukan adanya endapan sand diatas 2 m. sedang pada
parasekuen 7 kita mulai mendapatkan pola bentukan channel yang tidak
teralu tebal dan bentukan distributary mouthbar, hal ini mengindikasikan
adanya perubahan lingkungan pengendapan yang dapat terjadi akibat
adanya peristiwa penurunan muka laut relatif atau akibat dari adanya
peningkatan suplai sedimen ke daerah ini. Adanya pola bentukan
distributary mouthbar disekeliling channel yang ada kemungkinan
disebabkan karena channel – channel di depan mouthbar tersebut
mengalami proses abandon sehingga kita tidak menjumpai adanya endapan
channel yang lain
Kemudian pada parasekuen 6 dan 5 kita jumpai sejumlah endapan channel
yang cukup tebal yang menunjukan bahwa kemungkinan lingkungan
pengendapan yang ada berada di daerah delta plain, hal ini menunjukan
terjadinya proses progradasi delta hingga mencapai lapangan IBNU. Karena
posisi channel yang ada relatif sama antara parasekuen 5 dan 6 maka diduga
tidak ada proses lobe switching atau abandon channel yang terjadi antara
parasekuen 6 hingga parasekuen 5.
Kemudian dari parasekuen 4 hingga ke parasekuen 1 terlihat bahwa
endapan sedimen yang ada umumnya didominasi oleh endapan sedimen
klastik halus yang minim dengan endapan batupasir, hal ini dapat
disebabkan oleh dua kemungkinan. Yang pertama, ialah terjadinya proses
kenaikan muka air laut kembali di daerah ini sehingga ruang akomodasi
yang ada mulai meningkat lagi dan suplai sedimen yang ada relatif sedikit
yang menyebabkan cenderung terjadinya proses pengedapan dalam sistem
suspensi yang berenergi rendah sehingga tidak ditemukan adanya endapan
batupasir yang cukup berarti yang terdapat pada interval ini. Yang kedua,
dapat pula disebabkan oleh adanya proses lobe switching yang
Bab V. Analisa Stratigrafi Sekuen
Analisa Stratigrafi Sekuen dan Studi Karakteristik Reservoir Pada Lapangan IBNU,
Cekungan Kutai, Kaltim / Rachman Phasadaon -12004056. 62
mengakibatkan jalur distributary channel yang ada berubah dan
menyebabkan channel-channel yang ada sebelumnya di daeerah ini menjadi
terabaikan (mengalami proses abandon) mengakibatkan miskinnya suplai
sedimen klastik kasar yang masuk ke daerah sekitarnya.
5.4.2. Analisa Peta Net Sand Interval Parasekuen A - E
Gbr 5.11. Peta Fasies Untuk Interval Parasekuen A-E
Pada interval ini dari lapisan yang paling tua menuju ke lapisan yang paling
muda (parasekuen E hingga A) umumnya berada pada kondisi LST (Gbr
5.11). Pada awal interval ini, yaitu pada parasekuen E terlihat bahwa
endapan yang ada masih didomisasi oleh sisa endapan HST sebelumnya
Bab V. Analisa Stratigrafi Sekuen
Analisa Stratigrafi Sekuen dan Studi Karakteristik Reservoir Pada Lapangan IBNU,
Cekungan Kutai, Kaltim / Rachman Phasadaon -12004056. 63
yang sangat miskin dengan endapan klastik, namun pada beberapa sumur
ditemukan adanya endapan sand dengan ketebalan kurang dari 2 m mulai
mengindikasikan awal endapan LST. dengan masih dominannya endapan
klastik halus disekitarnya mengindikasikan bahwa kemungkinan lingkungan
pengendapan yang ada sekarang telah berada di sekitar daerah lower delta
plain.
Selanjutnya pada segmen parasekuen D didapatkan sebuah endapan channel
yang cukup tebal pada sumur Nu-3 mengindikasikan bahwa lingkungan
pengendapannya secara umum kemungkinan mulai berada pada daerah
upper delta plain.
Pada parasekuen C hanya ditemukan adanya dua pola bentukan channel
dengan ketebalan yang tidak relatif tebal, kemungkinan disebabkan akibat
terjadinya kenaikan muka laut relatif secara lokal di daerah ini yang
bersifat sementara (sebab pada endapan diatasnya kita temukan lagi adanya
banyak pola bentukan channel yang cukup tebal), sehingga pada saat terjadi
proses pengendapan pada parasekuen ini maka endapan yang dominan
terendapkan ialah endapan sedimen klastik halus.
Terakhir pada parasekuen B dan A didapatkan kembali pola bentukan
channel yang cukup tebal hal ini mengindikasikan terjadinya perubahan
lingkungan pengendapan secara drastic sehingga diinterpretasikan bahwa
pada parasekuen B terdapat suatu sequences boundaries, adanya perbedaan
posisi distribuatry channel pada parasekuen B dan A yang ada menunjukan
terjadinya proses abandon channel atau perubahan arah fluvial channel
utama yang merupakan pembawa utama suplai sedimen dari daerah source
ke daerah delta yang mungkin disebabkan oleh proses lobe switching, hal
seperti itu umum terjadi di daerah delta plain.
Bab V. Analisa Stratigrafi Sekuen
Analisa Stratigrafi Sekuen dan Studi Karakteristik Reservoir Pada Lapangan IBNU,
Cekungan Kutai, Kaltim / Rachman Phasadaon -12004056. 64
5.5 Analisa Peta Fasies (Net Sand)
Kesimpulan yang dapat ditarik ialah bahwa proses progradasi delta hingga
kelapangan IBNU memang pernah terjadi, terbukti dari analisa log dengan
adanya pola-pola log progradasi yang menunjukan adanya endapan LST
dan HST. Sedangkan dari hasil analisa intibor terbukti dengan adanya
endapan-endapan channel yang menunjukan trend menebal dan mengkasar
keatas.
Proses progradasi delta ini disebabkan karena adanya proses penurunan
muka laut relatif sehingga mengakibatkan accomodation space yang
tersedia pada cekungan yang ada menjadi menjadi berkurang, akibatnya
ialah ketika suplai sedimen yang masuk kedalam cekungan relatif
meningkat atau konstan maka perlahan-lahan accomodation space yang ada
akan terisi dan menyebabkan terjadinya peristiwa progradasi delta di daerah
ini.