stratigrafi indonesia

30
CEKUNGAN Cekungan pengendapan yaitu akumulsi dari beberapa material batuan yang mengendap di suatu tempat teretentu terutama material batuan sedimen dengan waktu yang cukup lama sehingga mengakibatkan material batuan seperti sedimen lebih tebal dari pada batuan disekitarnya. Biasanya diakibatkan adanya gaya tektonik yang mempengaruhilaju pemasokansedimen ke dalam cekungan. Tanpa subsidensi tekton tidak akan ada cekungan sedimen. Subsidensi tektonik terjadi melalui dua mekanisme utama: ekstensi dan pembebanan fleksur (flexural loading). Laju subsidensi itu menentukan volume sedimen yang terakumulasi dalam cekungan Berdasarkan umurnya cekungan dibagi kedalam 2 bagian yaitu cekungan aktif dan cekungan tua. Cekugan aktif ialah cekungan yang masih aktif akumulasi sedimennya hingga saat ini sedangkan cekungan tua ialah cekungan yang tidak lagi terjadi sedimen aktif di dalamnya. Indonesia secara geografis merupakan kawasan yang memiliki ciri khas tatanan tektonik, indonesia di dominasi oleh pergerakan konvergen atau bisa disebut zona subduksi,maka hal ini lah yang mempengaruhi tipe cekungan indonesia diklasifikasikan. Tatanan tektonik konvergen menghadirkan 2 tipe cekungan yaitu cekungan akibat subduksi contohnya seperti, Trenches, Trench- slope basins, fore-arc basins, intra-arc basins, black- arc basins. Lalu yang berikutnya yaitu cekunga akibat tabrakan (colliding) :Retro-arc toreland basins, remnant ocean basins, peripheral foreland basins, piggyback basins. Di Indonesia sendiri cekungan dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1. Zona tumbukan (collision zone), yaitu tempat endapan- endapan kontinen yang bertumbuk dengan kompleks subduksi.

Upload: rd-adi

Post on 28-Nov-2015

142 views

Category:

Documents


13 download

DESCRIPTION

si indonesia

TRANSCRIPT

Page 1: Stratigrafi Indonesia

CEKUNGAN

Cekungan pengendapan yaitu akumulsi dari beberapa material batuan yang mengendap di suatu tempat teretentu terutama material batuan sedimen dengan waktu yang cukup lama sehingga mengakibatkan material batuan seperti sedimen lebih tebal dari pada batuan disekitarnya. Biasanya diakibatkan adanya gaya tektonik yang mempengaruhilaju pemasokansedimen ke dalam cekungan. Tanpa subsidensi tekton tidak akan ada cekungan sedimen. Subsidensi tektonik terjadi melalui dua mekanisme utama: ekstensi dan pembebanan fleksur (flexural loading). Laju subsidensi itu menentukan volume sedimen yang terakumulasi dalam cekungan

Berdasarkan umurnya cekungan dibagi kedalam 2 bagian yaitu cekungan aktif dan cekungan tua. Cekugan aktif ialah cekungan yang masih aktif akumulasi sedimennya hingga saat ini sedangkan cekungan tua ialah cekungan yang tidak lagi terjadi sedimen aktif di dalamnya.

Indonesia secara geografis merupakan kawasan yang memiliki ciri khas tatanan tektonik, indonesia di dominasi oleh pergerakan konvergen atau bisa disebut zona subduksi,maka hal ini lah yang mempengaruhi tipe cekungan indonesia diklasifikasikan. Tatanan tektonik konvergen menghadirkan 2 tipe cekungan yaitu cekungan akibat subduksi contohnya seperti, Trenches, Trench- slope basins, fore-arc basins, intra-arc basins, black-arc basins. Lalu yang berikutnya yaitu cekunga akibat tabrakan (colliding) :Retro-arc toreland basins, remnant ocean basins, peripheral foreland basins, piggyback basins.

Di Indonesia sendiri cekungan dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Zona tumbukan (collision zone), yaitu tempat endapan-endapan kontinen yang bertumbuk dengan kompleks subduksi. Contohnya, Cekungan Bintuni, Cekungan Seram, Cekungan Halmahera

2. Fore-arc basins, merupakan cekungan yang berposisi di depan jalur volkanik atau merupakan depresi dasar laut yang terletak antara zona subduksi dan terkait dengan busur vulkanik. Contohnya, Cekungan Sunda, Cekungan Jawa Selatan, dan Cekungan Bawean

3. Back-arc basins, merupakan cekungan yang berposisi di belakang jalur volkanik atau merupakan gerakan mundur dari zona subduksi terhadap gerakan lempeng yang sedang menumbuk. Contohnya, Cekungan Sumatera utara, Cekungan Sumatera Tengah, dan Cekungan Sumatera Selatan.

4. Intra-arc basins, merupakan cekungan yang berposisi di sepanjang  jalur volkanik, dan mencakupi superposed and overlapping volcanoes. Contohnya Cekungan Natuna Barat dan Natuna timur

Page 2: Stratigrafi Indonesia

Jawaban No 3,4,5 disatukan

1. CEKUNGAN BENGKULU

Cekungan Bengkulu merupakan salah satu cekungan batuan sedimen Tersier di Pulau Sumatra yang termasuk ke dalam Fore-arc basins Lajur Barisan (Formasi Hulusimpang, batuan terobosan dalam, Formasi Bal, Formasi Ranau, dan batuan gunung api) dan Lajur Bengkulu (Formasi Seblat, Lemau, Simpangaur, dan Bintunan, serta satuan batuan gunung api Kuarter) merupakan ke-lompok batuan yang menempati daerah Bengkulu.

Formasi Hulusimpang (lava, breksi gunung api, dan tuf) yang berumur Oligosen-Miosen Awal merupakan batuan tertua yang tersingkap di daerah Bengkulu. Bagian atas formasi ini menjemari dengan bagian bawah Formasi Seblat (perselingan batulempung, batulempung gampingan, batulanau dengan sisipan batupasir, dan konglomerat) yang berumur Miosen Awal sampai Tengah. Batuan terobosan dalam (granit dan diorit) yang berumur Miosen Tengah menerobos Formasi Hulusimpang dan Formasi Seblat (Gafoer drr., 1992; dan Amin drr., 1994).

Formasi Lemau (batulempung, batulempung gampingan, batubara, batupasir, dan konglomerat) yang berumur Miosen Tengah - Akhir menindih secara tak selaras Formasi Seblat (Yulihanto drr., 1995). Kemudian Formasi Lemau tertindih secara tak selaras oleh Formasi Simpangaur (batupasir konglomeratan, batupasir, batulumpur mengandung cangkang moluska, dan batupasir tufan) berumur Miosen Akhir – Pliosen, dan terendapkan di daerah transisi.

Formasi Bintunan (batuan tufan, konglomerat polimik, tuf, dan batulempung tufan dengan sisipan lignit, dan sisa tumbuhan) berumur Plio-Plistosen, yang terendapkan di lingkungan air tawar sampai payau dan setempat laut dangkal, menindih tak selaras Formasi Simpangaur (Gafoer drr., 1992), sedangkan menurut Yulihanto drr. (1995; Gambar 3) bagian bawah Formasi Bintunan tersebut menjemari dengan bagian atas Formasi Simpangaur. Formasi Bintunan setara dengan Formasi Ranau yang ter-singkap di Lembar Manna (Amin drr., 1994), terdiri atas breksi gunung api berbatuapung dan tuf riolitik-andesitik. Breksi gunung api tampak berwarna kekuningan, lunak, tidak berlapis, berkomponen kepingan

Page 3: Stratigrafi Indonesia

batuapung dan lava andesit-basal di dalam matriks tuf pasiran (Amin drr.,1994). Kemudian satuan batuan yang termuda adalah aluvium yang terdiri atas bongkah, kerakal, pasir, lanau, lumpur, dan lempung.

2. CEKUNGAN SUMATERA TENGAH

Page 4: Stratigrafi Indonesia

Stratigrafi regional Cekungan Sumatra Tengah tersusun dari beberapa unit formasi dan kelompok batuan dari yang tua ke yang muda, yaitu batuan dasar (basement), Kelompok Pematang, Kelompok Sihapas, Formasi Petani dan Formasi Minas.

A. Batuan dasar.

Batuan dasar (basement) berumur Pra Tersier berfungsi sebagai landasan Cekungan Sumatra Tengah. Eubank dan Makki (1981) serta Heidrick dan Aulia (1993) menyebutkan bahwa batuan dasar Cekungan Sumatra Tengah terdiri dari batuan berumur Mesozoikum dan batuan metamorf karbonat berumur Paleozoikum-Mesozoikum. Batuan tersebut dari timur ke barat terbagi dalam 3 (tiga) satuan litologi, yaitu Mallaca Terrane, Mutus Assemblage, dan Greywacke Terrane. Ketiganya hampir paralel berarah NNW-NW.

3. CEKUNGAN SUMATERA SELATAN

Stratigrafi Cekungan Sumatra Selatan menurut De Coster 1974 adalah sebagai

berikut:

1. Kelompok Pra Tersier

Formasi ini merupakan batuan dasar (basement rock) dari Cekungan Sumatra Selatan. Tersusun atas batuan beku Mesozoikum, batuan metamorf Paleozoikum Mesozoikum, dan batuan karbonat yang termetamorfosa. Hasil dating di beberapa tempat menunjukkan bahwa beberapa batuan berumur Kapur Akhir sampai Eosen Awal.

Page 5: Stratigrafi Indonesia

Batuan metamorf Paleozoikum-Mesozoikum dan batuan sedimen mengalami perlipatan dan pensesaran akibat intrusi batuan beku selama episode orogenesa Mesozoikum Tengah (Mid-Mesozoikum).

2. Formasi Kikim Tuff dan older Lemat atau Lahat

Batuan tertua yang ditemukan pada Cekungan Sumatera Selatan adalah batuan yang berumur akhir Mesozoik. Batuan yang ada pada Formasi ini terdiri dari batupasir tuffan, konglomerat, breksi, dan lempung.

3. Formasi Lemat Muda atau Lahat Muda

Formasi Lemat tersusun atas klastika kasar berupa batupasir, batulempung, fragmen batuan, breksi, “Granit Wash”, terdapat lapisan tipis batubara, dan tuf. Semuanya diendapkan pada lingkungan kontinen. Sedangkan Anggota Benakat dari Formasi Lemat terbentuk pada bagian tengah cekungan dan tersusun atas serpih berwarna coklat abu-abu yang berlapis dengan serpih tuffaan (tuffaceous shales), batulanau, batupsir, terdapat lapisan tipis batubara dan batugamping (stringer), Glauconit; diendapkan pada lingkungan fresh-brackish. Formasi Lemat secara normal dibatasi oleh bidang ketidakselarasan (unconformity) pada bagian atas dan bawah formasi. Kontak antara Formasi Lemat dengan Formasi Talang Akar yang diintepretasikan sebagai paraconformable. Formasi Lemat berumur Paleosen-Oligosen, dan Anggota Benakat berumur Eosen Akhir-Oligosen, yang ditentukan dari spora dan pollen, juga dengan dating K-Ar. Ketebalan formasi ini bervariasi, lebih dari 2500 kaki (+- 760 M). Pada Cekungan Sumatra Selatan dan lebih dari 3500 kaki (1070 M) pada zona depresi sesar di bagian tengah cekungan (didapat dari data seismik).

4. Formasi Talang Akar

Formasi Talang Akar terdapat di Cekungan Sumatra Selatan, formasi ini terletak di atas Formasi Lemat dan di bawah Formasi Telisa atau Anggota Basal Batugamping Telisa. Formasi Talang Akar terdiri dari batupasir yang berasal dari delta plain, serpih, lanau, batupasir kuarsa, dengan sisipan batulempung karbonan, batubara dan di beberapa tempat konglomerat. Kontak antara Formasi Talang Akar dengan Formasi Lemat tidak selaras pada bagian tengah dan pada bagian pinggir dari cekungan kemungkinan paraconformable, sedangkan kontak antara Formasi Talang Akar dengan Telisa dan Anggota Basal Batugamping Telisa adalah conformable. Kontak antara Talang Akar dan Telisa sulit di pick dari sumur di daerah palung disebabkan litologi dari dua formasi ini secara umum sama. Ketebalan dari Formasi Talang Akar bervariasi 1500-2000 feet (sekitar 460-610m).Umur dari Formasi Talang Akar ini adalah Oligosen Atas-Miosen Bawah dan kemungkinan meliputi N 3 (P22), N7 dan bagian N5 berdasarkan zona Foraminifera plangtonik yang ada pada sumur yang dibor pada formasi ini berhubungan dengan delta plain dan daerah shelf.

5. Formasi Baturaja

Anggota ini dikenal dengan Formasi Baturaja. Diendapkan pada bagian intermediate-shelfal dari Cekungan Sumatera Selatan, di atas dan di sekitar platform dan tinggian.Kontak pada bagian bawah dengan Formasi Talang Akar atau dengan batuan Pra Tersier. Komposisi dari Formasi Baturaja ini terdiri dari Batugamping Bank

Page 6: Stratigrafi Indonesia

(Bank Limestone) atau platform dan reefal. Ketebalan bagian bawah dari formasi ini bervariasi, namun rata-ratta 200-250 feet (sekitar 60-75 m). Singkapan dari Formasi Baturaja di Pegunungan Garba tebalnya sekitar 1700 feet (sekitar 520 m). Formasi ini sangat fossiliferous dan dari analisis umur anggota ini berumur Miosen. Fauna yang ada pada Formasi Baturaja umurnya N6-N7.

6. Formasi Telisa (Gumai)

Formasi Gumai tersebar secara luas dan terjadi pada zaman Tersier, formasi ini terendapkan selama fase transgresif laut maksimum, (maximum marine transgressive) ke dalam 2 cekungan. Batuan yang ada di formasi ini terdiri dari napal yang mempunyai karakteristik fossiliferous, banyak mengandung foram plankton. Sisipan batugamping dijumpai pada bagian bawah.Formasi Gumai beda fasies dengan Formasi Talang Akar dan sebagian berada di atas Formasi Baturaja. Ketebalan dari formasi ini bervariasi tergantung pada posisi dari cekungan, namun variasi ketebalan untuk Formasi Gumai ini berkisar dari 6000 – 9000 feet ( 1800-2700 m).Penentuan umur Formasi Gumai dapat ditentukan dari dating dengan menggunakan foraminifera planktonik. Pemeriksaan mikropaleontologi terhadap contoh batuan dari beberapa sumur menunjukkan bahwa fosil foraminifera planktonik yang dijumpai dapat digolongkan ke dalam zona Globigerinoides sicanus, Globogerinotella insueta, dan bagian bawah zona Orbulina Satiralis Globorotalia peripheroranda, umurnya disimpulkan Miosen Awal-Miosen Tengah. Lingkungan pengendapan Laut Terbuka, Neritik.

7. Formasi Lower Palembang (Air Benakat)

Formasi Lower Palembang diendapkan selama awal fase siklus regresi. Komposisi dari formasi ini terdiri dari batupasir glaukonitan, batulempung, batulanau, dan batupasir yang mengandung unsur karbonatan. Pada bagian bawah dari Formasi Lower Palembang kontak dengan Formasi Telisa. Ketebalan dari formasi ini bervariasi dari 3300 – 5000 kaki (sekitar 1000 – 1500 m ). Fauna-fauna yang dijumpai pada Formasi Lower Palembang ini antara lain Orbulina Universa d’Orbigny, Orbulina Suturalis Bronimann, Globigerinoides Subquadratus Bronimann, Globigerina Venezuelana Hedberg, Globorotalia Peripronda Blow & Banner, Globorotalia Venezuelana Hedberg, Globorotalia Peripronda  Blow & Banner, Globorotalia mayeri Cushman & Ellisor, yang menunjukkan umur Miosen Tengah N12-N13. Formasi ini diendapkan di lingkungan laut dangkal.

8. Formasi Middle Palembang (Muara Enim)

Batuan penyusun yang ada pada formasi ini berupa batupasir, batulempung, dan lapisan batubara. Batas bawah dari Formasi Middle Palembnag di bagian selatan cekungan berupa lapisan batubara yang biasanya digunakan sebgai marker. Jumlah serta ketebalan lapisan-lapisan batubara menurun dari selatan ke utara pada cekungan ini. Ketebalan formasi berkisar antara 1500 – 2500 kaki (sekitar 450-750 m). De Coster (1974) menafsirkan formasi ini berumur Miosen Akhir sampai Pliosen,

Page 7: Stratigrafi Indonesia

berdasarkan kedudukan stratigrafinya. Formasi ini diendapkan pada lingkungan laut dangkal sampai brackist (pada bagian dasar), delta plain dan lingkungan non marine.

9. Formasi Upper Palembang (Kasai)

Formasi ini merupakan formasi yang paling muda di Cekungan Sumatra Selatan. Formasi ini diendapkan selama orogenesa pada Plio-Pleistosen dan dihasilkan dari proses erosi Pegunungan Barisan dan Tigapuluh. Komposisi dari formasi ini terdiri dari batupasir tuffan, lempung, dan kerakal dan lapisan tipis batubara. Umur dari formasi ini tidak dapat dipastikan, tetapi diduga Plio-Pleistosen. Lingkungan pengendapannya darat.

(Stratigrafi Regional Cekungan Sumatra Selatan (De Coaster, 1974)

4. CEKUNGAN SUMATERA UTARA

Page 8: Stratigrafi Indonesia

stratigrafi regional cekungan Sumatera Utara dengan urutan dari tua ke muda adalah sebagai berikut :

1.    Formasi ParapatFormasi Parapat dengan komposisi batupasir berbutir kasar dan konglomerat di

bagian bawah, serta sisipan serpih yang diendapkan secara tidak selaras. Secara regional, bagian bawah Formasi Parapat diendapkan dalam lingkungan laut dangkal dengan dijumpai fosil Nummulites di Aceh. Formasi ini diperkirakan berumur Oligosen.

2.    Formasi Bampo

Formasi Bampo dengan komposisi utama adalah serpih hitam dan tidak berlapis, dan umumnya berasosiasi dengan pirit dan gamping. Lapisan tipis batugamping, ataupun batulempung berkarbonatan dan mikaan sering pula dijumpai. Formasi ini miskin akan fosil, sesuai dengan lingkungan pengendapannya yang tertutup atau dalam kondisi reduksi (euxinic). Berdasarkan beberapa kumpulan fosil bentonik dan planktonik yang ditemukan, diperkirakan formasi ini berumur Oligosen atas sampai Miosen bawah. Ketebalan formasi amat berbeda dan berkisar antara 100 – 2400 meter.

3.    Formasi Belumai

Pada sisi timur cekungan berkembang Formasi Belumai yang identik dengan formasi Peutu yang hanya berkembang dicekungan bagian barat dan tengah. Terdiri dari batupasir glaukonit berselang – seling dengan serpih dan batugamping. Didaerah Formasi Arun bagian atas berkembang lapisan batupasir kalkarenit dan kalsilutit dengan selingan serpih. Formasi Belumai terdapat secara selaras diatas Formasi Bampo dan juga selaras dengan Formasi Baong, ketebalan diperkirakan antara 200 – 700 meter. Lingkungan pengendapan Formasi ini adalah laut dangkal sampai neritik yang berumur Miosen awal.

4.    Formasi Baong

Formasi Baong terdiri atas batulempung abu-abu kehijauan, napalan, lanauan, pasiran. Umumnya kaya fosil Orbulina sp, dan diselingi suatu lapisan tipis pasir halus serpihan. Didaerah Langkat Aru beberapa selingan batupasir glaukonitan serta batugampingan yang terdapat pada bagian tengah. Formasi ini dinamakan Besitang River Sand dan Sembilan sand, yang keduanya merupakan reservoir yang produktif dengan berumur Miosen Tengah hingga Atas.

5.    Formasi Keutapang

Formasi Keutapang tersusun selang-seling antara serpih, batulempung, beberapa sisipan batugampingan dan batupasir berlapis tebal terdiri atas kuarsa pyrite, sedikit mika, dan karbonan terdapat pada bagian atas dijumpai hidrokarbon. Ketebalan formasi ini berkisar antara 404 – 1534 meter. Formasi Keutapang merupakan awal siklus regresi dari sedimen dalam cekungan sumatera utara yang terendapkan dalam lingkungan delta sampai laut dalam sampai Miosen akhir.

6.    Formasi Seurula

Page 9: Stratigrafi Indonesia

Formasi ini agak susah dipisahkan dari Formasi Keutapang dibawahnya. Formasi Seurula merupakan kelanjutan facies regresi, dengan lithologinya terdiri dari batupasir, serpih dan dominan batulempung. Dibandingkan dengan Formasi Keutapang, Formasi Seurula berbutir lebih kasar banyak ditemukan pecahan cangkang moluska dan kandungan fornifera plangtonik lebih banyak. Ketebalan Formasi ini diperkirakan antara 397 – 720 meter. Formasi ini diendapkan dalam lingkungan bersifat laut selama awal Pliosen.

7.    Formasi Julu Rayeu

Formasi Julu Rayeu merupakan formasi teratas dari siklus endapan laut dicekungan sumatera utara. Dengan lithologinya terdiri atas batupasir halus sampai kasar, batulempung dengan mengandung mika, dan pecahan cangkang moluska. Ketebalannya mencapai 1400 meter, lingkungan pengendapan laut dangkal pada akhir Pliosen sampai Plistosen.

8.    Vulkanik Toba

Vulkanik Toba merupakan tufa hasil kegiatan vukanisme toba yang berlangsung pada Plio-Plistosen. Lithologinya berupa tufa dan endapan-endapan kontinen seperti kerakal, pasir dan lempung. Tufa toba diendapkan tidak selaras diatas formasi Julu Rayeu. Ketebalan lapisan ini diperkirakan antara 150 – 200 meter berumur Plistosen.

9.    Alluvial

Satuan alluvial ini terdiri dari endapan sungai ( pasir, kerikil, batugamping dan batulempung ) dan endapan pantai yaitu, pasir sampai lumpur. Ketebalan satuan alluvial diperkirakan mencapai 20 meter.

5.CEKUNGAN ASRI ( SOUTH EAST SUMATERA )

Page 10: Stratigrafi Indonesia

Stratigrafi Cekungan Asri merupakan bagian dari Cekungan Laut Jawa Barat. Urutan stratigrafi Cekungan Asri dari umur tertua sampai termuda adalah sebagai berikut :

1. Batuan Dasar / Basement

Batuan dasar dari Cekungan Laut Jawa Barat tersusun dari batuan Pra-Tersier yang terdiri dari batuan beku berkomposisi asam (granite/granodiorite) dan batuan metamorf berderajat rendah (low grade) berupa sekis, marmer dan kuarsit.2. Formasi Banuwati

Formasi Banuwati terbentuk pada Kala Eosen sampai Oligosen Awal. Fasies pertama yang diendapakan pada formasi ini adalah alluvial fan fanglomerat yang terdiri dari konglomerat, batupasir berbutir sedang sampai kasar yang berhubungan dengan basin margin fault. Fasies ini ditemukan di bagian timur

Fasies kedua yang diendapkan pada formasi ini adalah fasies batupasir fluviatile dan serpih yang onlap pada fasies alluvial fan. Fasies ini diinterpretasikan sebagai endapan braided alluvial plain pada bagian barat cekungan.

Fasies ketiga yang diendapkan pada formasi ini adalah fasies lacustrine transgresif dalam, yang tersusun atas serpih hitam yang menutupi seluruh area di Cekungan Asri dan Sunda. Serpih ini berwarna hitam, yang menunjukkan kondisi pengendapan yang anoxic. Kombinasi antara lingkungan yang anoxic dan besar butir yang halus dari serpih menyebabkan material organik dapat terawetkan dengan baik sehingga fasies ini menjadi source rock yang sangat baik di Cekungan Asri.

3. Formasi Talang Akar

Formasi Talang Akar dibagi menjadi dua anggota, yaitu :

a. Anggota Zelda

Anggota Zelda diendapkan secara tidak selaras diatas Formasi Banuwati. Anggota yang diendapkan pada Kala Oligosen Tengah sampai Oligosen Akhir ini secara umum

Page 11: Stratigrafi Indonesia

tersusun atas sedimen non marine,yaitu batupasir interbeded fluviatile, mudstone yang tebal, batulanau, dan lapisan batubara tipis. Litologi yang dominan adalah kuarsa arenit yang berbutir kasar sampai konglomerat yang diendapkan pada braided stream, multistory channel dan point bar system dan shallow lacustrine.b. Anggota Gita

Anggota Gita diendapkan selaras di atas Anggota Zelda. Anggota ini tersusun atas batupasir interbedded, mudstone, serpih, batubara, perselingan batupasir dan batulanau, perselingan batulanau dan batulempung dengan sisipan batubara dan batugamping. Sedimen ini diendapkan menerus hampir di seluruh cekungan. Anggota ini berumur Oligosen Akhir – Miosen Awal dan diendapkan pada lingkungan fluvio-deltaic.4. Formasi Baturaja

Pada awal Miosen terjadi transgresi yang menenggelamkan lower delta plain dan membentuk endapan batugamping neritik tengah laut yaitu Formasi Baturaja. Formasi Baturaja diendapkan selaras di atas Formasi Talang Akar. Formasi Baturaja ini tersusun atas batupasir laut dangkal, mudstone dan secara local dijumpai batugamping yang berkembang baik.5. Formasi Gumai

Formasi Gumai diendapkan selaras di atas Formasi Baturaja. Formasi ini dicirikan oleh serpih berwarna abu-abu yang terbentuk pada saat terjadinya kenaikan maksimum dari relative sea level. Ketebalan maksimum formasi ini adalah 152.4 meter.6. Formasi Air Benakat

Berkurangnnya kedalaman air pada Kala Miosen menghasilkan endapan tebal batupasir glaukonit yang termasuk dalam Formasi Air Benakat. Formasi ini tersusun atas serpih, batugamping, dan batupasir dengan lingkungan pengendapan laut dangkal.7. Formasi Cisubuh

Formasi ini terdiri dari lempung marine, lapisan tipis batupasir dan siltstone yang terbentuk pada Miosen Akhir sampai Pliosen.dalam yang memanjang dimana diendapkan serpih Banuwati didalamnya. Pada proses selanjutnya, sesar di sebalah timur cekungan lebih dominan dibandingkan sesar disebelah barat cekungan yang menyebabkan ekstensi terjadi secara cepat dan sudut yang tinggi (high angel). Hal ini merubah cekungan dari graben simetris menjadi half-graben style.

6.CEKUNGAN JAWA BARAT UTARA

1.   Batuan Dasar

Batuan dasar adalah batuan beku andesitik dan basaltik yang berumur Kapur Tengah sampai Kapur Atas dan batuan Metamorf yang berumur Pra Tersier (Sincalir, et, al, 1995). Lingkungan Pengendapannya merupakan satu permukaan dengan sisa vegetsi tropis yang lapuk (Koesumadinata, 1980).

2.   Formasi Jatibarang

Satuan ini merupakan endapan early synrift, terutama dijumpai dibagian tengah dan Timur dari Cekungan Jawa Barat Utara. Pada bagian Barat cekungan ini kenampakan Formasi

Page 12: Stratigrafi Indonesia

Jatibarang tidak banyak (sangat tipis) dijumpai. Formasi ini terdiri dari tuff, breksi, aglomerat, dan konglomerat alas. Formasi ini diendapkan pada fasies fluvial. Umur formasi ini adalah Eosen Akhir sampai Oligosen Awal. Pada beberapa tempat di Formasi ini ditemukan minyak dan gas pada rekahan-rekahan tuff (Budiyanti, et. al,1991).

3.   Formasi Talang Akar

Formasi ini terendapkan secara tidak selaras diatas Formasi Jatibarang. Litologi penyusunnya pada bagian bawah terdiri dari serpih gampingan dengan sedikit kandungan pasir, batulanau dengan sisipan batupasir terkadang juga dijumpai konglomerat secara lokal. Pada bagian atas disusun oleh batuan karbonat. Formasi ini terbentuk pada lingkungan delta sampai laut yang merupakan hasil dari fase transgresi kedua pada Neogen (Sinclair, et.al, 1995). Adapun pembentuk formasi ini terjadi dari kala Oligosen sampai dengan Miosen Awal. Pada formasi ini juga dijumpai lapisan batubara yang kemungkinan terbentuk pada lingkungan delta. Batubara dan serpih tersebut merupakan batuan induk (source rock) untuk hidrokarbon. Ketebalan formasi ini berkisar antara 50 – 300m (Budiyanti, et.al, 1991).

4.   Formasi Baturaja

Formasi ini terendapkan secara selaras diatas Formasi Talang Akar. Adapun litologi penyusunnya berupa batugamping terumbu dengan penyebaran tidak merata. Pada bagian bawah tersusun oleh batuagamping massif yang semakin ke atas semakin berpori. Selain itu juga ditemukan dolomit, interklasi serpih glaukonitan, napal, rijang, dan batubara. Formasi ini terbentuk pada kala Miosen Awal – Miosen Tengah (terutama asosiasi foraminifera). Lingkungan pembentukan formasi ini adalah pada kondisi laut dangkal, air cukup jernih, sinar matahari (terutama dari melimpahnya foraminifera Spriroclypeus sp.) ketebalan formasi ini berkisar pada 50m (Budiyani, et.al, 1991).

5.   Formasi Cibulakan Atas

Formasi ini terdiri dari perselingan antara serpih dengan batupasir dan batugaming. Batugamping pada satuan ini umumnya merupakan batugaming klastik serta batugamping termbu yang berkembang secara setempat-setempat. Batugamping ini dikenali sebagai Mid Main Carbonate (MMC). Formasi ini diendapkan pada kala Miosen Awal – Miosen Akhir.

7. CEKUNGAN JAWA TIMUR

1. Formasi Tawun

Formasi Tawun mempunyai kedudukan selaras di atas Formasi Tuban, dengan batas Formasi Tawunyang dicirikan oleh batuan lunak (batulempung dan napal). Bagian bawah dari Formasi Tawun, terdiridari batulempung, batugamping pasiran, batupasir dan lignit, sedangkan pada bagian atasnya (AnggotaNgrayong) terdiri dari batupasir yang kaya akan moluska, lignit dan makin ke atas dijumpai pasir kuarsayang mengandung mika dan oksida besi. Formasi Tawun diperkirakan berumur Miosen Awal bagian Atas sampai Miosen Tengah.

2.Formasi Ngrayong

Page 13: Stratigrafi Indonesia

Formasi Ngrayong mempunyai kedudukan selaras di atas Formasi Tawun. Formasi Ngrayong disusunoleh batupasir kwarsa dengan perselingan batulempung, lanau, lignit, dan batugamping bioklastik. Padabatupasir kwarsanya kadang-kadang mengandung cangkang moluska laut. Lingkungan pengendapanFormasi Ngrayong di daerah dangkal dekat pantai yang makin ke atas lingkungannya menjadi littoral,lagoon, hingga sublittoral pinggir. Tebal dari Formasi Tawun mencapai 90 meter. Karena terdiri dari pasirkwarsa maka Formasi Tawun merupakan batuan reservoir minyak yang berpotensi pada cekungan JawaTimur bagian Utara. Berdasarkan kandungan fosil yang ada, Formasi Ngrayong diperkirakan berumurMiosen Tengah.

3.Formasi Bulu

Formasi Bulu secara selaras berada di atas Formasi Ngrayong. Terletak selaras di atas Formasi Tawun dan Formasi Ngrayong. Ciri litologi dari Formasi Bulu terdiri dari perselingan antara batugamping dengan kalkarenit, kadang –kadang dijumpai adanya sisipan batulempung. Pada batugamping pasiran berlapis tipiskadang-kadang memperlihatkan struktur silang siur skala besar dan memperlihatkan adanya sisipan napal. Formasi Bulu diperkirakanberumur Miosen Tengah bagian atas.

4. Formasi Wonocolo  Lokasi tipe Formasi Wonocolo tidak dinyatakan oleh Trooster, 1937, kemungkinan berasal dari desaWonocolo, 20 km Timur Laut Cepu. Formasi Wonocolo terletak selaras di atas Formasi Bulu, terdiri darinapal pasiran dengan sisipan kalkarenit dan kadang-kadang batulempung. Pada napal pasiran seringmemperlihatkan struktur parallel laminasi. Formasi Wonocolo diendapkan pada kondisi laut terbukadengan kedalaman antara 100 –500 meter. Tebal dari formasi ini antara 89 meter sampai 339 meter.Formasi Wonocolo diperkirakan berumur Miosen Akhir bagian bawah sampai Miosen Akhir bagiantengah

8 .CEKUNGAN NATUNA BARAT

1.BasementBasemet umumnya terdiri dari batuan beku dan metamorfik atau endapan continental yang non marin terendapkan pada zaman eosen – oligosen.

2.Formasi BelutProses pengendapan dimulai pada zaman awal Oligosen, hasil pelapukan  batuan granit dari basement mengisi palung dan lembah yang telah terbentuk.

3.Formasi Gabus

Page 14: Stratigrafi Indonesia

Pegendapan berlanjut pada akhir oligosen formasi gabus terdiri dari batuan pasir pada system delta yang pada umumnya sangat berlempung.

4. Formasi Udang Terbentuk pada akhir oligosen sampaiawal miosen terbentuk endapan klastik halus

5. Formasi Barat Pengendapan be r l angsung pada awal Miosen yang dominan terdiri dari  batuan lempung yang disisipi batuan pasir.

6. Formasi Arang Terbentuk dalam kurun waktu miosen bawah sampai miosen tengah yang terdiri dominan dari batuan pasir kasar sampai halus.

9.CEKUNGAN KUTAI

Batuan tertua yang ada di Cekungan Kutai berupa batuan metamorf yang menjadi pembentuk batuan dasar dan berumur Paleozoikum dan Mesozoikum

1. Formasi Kiham Haloq

Suksesi stratigrafi dalam Cekungan Kutai dimulai dengan pengendapan sedimen alluvial yaitu Formasi Kiham Haloq pada bagian inner basin dekat dengan batas barat .

2. Mangkupa Shale

Pada Paleocene Akhir – Eosen Tengah ke Oligocene cekungan ini mengalami penurunan (subsidence) secara intensif dikarenakan adanya rifting pada basement dan menjadi pusat pengendapan Shale Mangkupa pada lingkungan marginal sampai

open marine. Beberapa sedimen silisiklastik berukuran kasar yaitu Pasir Beriun berasosiasi secara lokal dengan sikuen shale ini yang mengindikasikan adanya interupsi penurunan cekungan oleh pengangkatan (Satyana et al, 1999, dalam Darman dan Sidi, 2000).

3. Atan Shale dan Karbonat Kedango

Cekungan mengalami penurunan secara cepat setelah pengendapan Pasir Beriun, khususnya melalui mekanisme basin sagging yang menghasilkan pengendapan shale marine Formasi Atan dan karbonat Formasi

4. Formasi Vulkanik Sembulu

Aktivitas tektonik yang terjadi berikutnya mengangkat bagian basin margin pada Oligosen Akhir. Pengangkatan ini berasosiasi dengan pengendapan endapan Vulkanik Sembulu pada bagian timur cekungan. Fasies vulkanik terjadi di daerah Mujub (tributary kiri Mahakam) dan Sentakan (tributary kanan Belajan) sepanjang batas barat Cekungan

Page 15: Stratigrafi Indonesia

Kutai dekat dengan Zona Vulkanik Kuching di Kalimantan Tengah. Aktivitas vulkanik pada awal Neogen ini juga ditemukan di tempat lain di Kalimantan Timur yaitu sepanjang Bungalun (Teluk Sangkulirang) pada Marah atas dan Telen, serta di Kajang (Bungalun). Material vulkanik ini diendapakan pada lingkungan bawah laut.

5. Formasi Pamaluan

Formasi ini tersusun atas endapan neritik. Pengendapan formasi ini terjadi bersamaan dengan pengangkatan dan inversi cekungan yang terjadi pada Miosen Awal – Miosen Tengah. Distribusi fasies neritik formasi ini tersebar luas di bagian timur cekungan. Formasi Pamaluan tersusun atas lempung-shale, batupasir halus berlapis, konglomerat, dan lapisan batugamping dengan fosil Lepidocyclina dan Spiroclypeus. Konglomerat berkembang di bagian barat, dan kemudian menuju ke arah timur laut berkembang menjadi fasies batupasir-lempung-shale yang merupakan tipikal Formasi Pamaluan di bagian timur Kutai.

6. Formasi Pulubalang

Formasi ini juga tersusun atas endapan laut yang terbentuk pada kala Miosen Tengah sampai Miosen Akhir .

7. Formasi Balikpapan

Formasi ini tersusun atas endapan delta dan alluvial yang terbentuk pada Miosen Tengah-Miosen Akhir. Pada formasi ini dijumpai beberapa lapisan batubara (Darman dan Sidi, 2000).

8. Formasi Kampung baru

Formasi ini merupakan formasi termuda pada siklus sedimentasi tersier yang terbentuk oleh Kampung Baru Stage yang tersusun atas lempung dengan banyak lapisan batubara lignit (fasies terrestrial). Lebih lanjut terdapat interkalasi pumice-tuff asam pada Kampung Baru Stage yang mengindikasikan munculnya kembali aktivitas vulkanik. Distribusi Formasi Kampung Baru pada Daerah Kelindjau menunjukkan suatu ketidakselarasan pada Neogen Bawah. Lebih jauh ke arah timur antara Telen dan Marah, Formasi Kampung Baru terletak secara nyata selaras di atas endapan Neogen bawah (Bemmelen, 1949).

9. Delta Mahakam

Tersusun atas endapan Delta Mahakam modern, seiring dengan terus terjadinya penurunan cekungan .

10.CEKUNGAN TARAKAN

Page 16: Stratigrafi Indonesia

Tektonostratigrafi di Cekungan Tarakan terbagi dalam tiga fase; pre-rift, syn-rift dan post-rift. Pada fase post-Rift, Cekungan Tarakan menjadi passive margin yang terbagi dalam fase transgresi dan regresi .Pada tahap pre-rift, stratigrafi wilayah ini dialasi batuan dasar Formasi Danau yang merupakan batuan metamorf. Konfigurasi struktur diawali oleh proses rifting selama Eosen Awal, kemudian terjadinya uplift di bagian barat selama Eosen Tengah mengakibatkan erosi di puncak tinggian Sekatak sehingga tahap ini menjadi awal pengendapan siklus-1 dan berlanjut ke siklus-2. Patahan-patahan normal selama rifting ini berarah relatif barat daya – timur laut.

Untuk tahap syn-rift, sedimentasi berlangsung selama Eosen dari Formasi Sembakung dan Sujau. Secara tidak selaras di atasnya pada tahap post-rift 1 dan post-rift 2 selama Oligosen sampai Miosen Awal terendapkan sedimen yang terdiri dari Formasi Seilor, Mankabua, Tempilan, Tabalar, Mesaloi dan Naintupo. Kedua tahap post-rift tersebut berlangsung pada fase transgresi

Pada fase Regresi, menumpang secara tidak selaras di atas sedimen post-rift 2 adalah sedimen delta dan sekitarnya berturut-turut Formasi Meliat, Tabul, Santul, Tarakan dan Bunyu. Pengendapan yang berlangsung cepat pada Formasi Santul menyebabkanpembebanan lebih sehingga terjadi re-juvenasi patahan membentuk patahan tumbuh. Patahan tumbuh ini berlanjut hingga umur Pliosen dengan pengendapan siklus ke-4 pada Formasi Tarakan. Aktivitas tektonik selama Pliosen Akhir sampai Pleistosen berubah ke kompresi menghasilkan patahan geser yang di beberapa tempat dijumpai mono-antiklin dan patahan naik. Selama proses ini terjadi pengendapan Formasi Bunyu

Page 17: Stratigrafi Indonesia

11.CEKUNGAN BARITO

Batuan dasar Cekungan Barito adalah batuan Pra-Tersier terdiri dari batuan beku bersifat granitik dan andesitik serta batuan malihan terdiri dari perselingan batulanau dengan batupasir halus sampai kasar dengan sisipan konglomerat dan breksi. Diatas batuan Pra-Tersier ini diendapkan batuan sedimen Tersier yang terdiri dari tua ke muda yaitu:

1. Formasi Tanjung2. Formasi Berai3. Formasi Warukin4. Formasi Dahor5. Endapan Kuarter (Aluvium).

Kontak antara batuan Pra-Tersier dan batuan sedimen Tersier ialah kontak ketidakselarasan umur, tetapi di beberapa tempat tertentu terdapat kontak ketidakselarasan tektonik. Umur dari batuan sedimen Tersier adalah Eosen sampai Pleistosen formasi yang terdapat pada cekungan barito, yaitu:

1. Formasi Tanjung yang terdiri atas batupasir kuarsa berselingan dengan batulempung dengan sisipan batubara. Formasi Tanjung berumur Eosen.

2. Formasi Berai yang terdiri atas batugamping, berlapis baik setempat kaya akan koral, foraminifera, dan ganggang, bersisipan napal, padat dan berlapis baik, serta batulempung. Formasi Berai berumur Miosen Awal.

3. Formasi Warukin disusun oleh batupasir kuarsa, batulempung, batulanau, dan konglomerat di bagian bawahnya serta sisipan batubara dan lensa batugamping. Formasi Warukin berumur Miosen Tengah sampai Miosen Akhir.

4. Formasi Dahor yang terdiri atas batupasir kuarsa dan konglomerat yang mengandung kepingan kuarsit dan basal, berselingan dengan batupasir berbutir sedang - sangat kasar, setempat berstruktur silang-siur, dengan sisipan batulempung setempat karbonan hingga gambut dan batulempung. Formasi Dahor berumur Plio sampai Plistosen.

Formasi Tanjung merupakan formasi paling tua yang terdapat didalam Cekungan Barito, berumur Eosen yang terdiri dari (atas ke bawah) batulempung, batulanau, batupasir, batubara dan konglomerat sebagai komponen utama. Hubungannya tidak selaras dengan batu pra-tersier. Selanjutnya diikuti fase transgrasi yang menghasilkan Formasi Berai. Hasil erosi dari paparan Sunda dibarat dan Pegunungan Meratus di timur diendapkan dalam cekungan ini sebagai Formasi Warukin dan Formasi Dahor.

12.CEKUNGAN BINTUNI

Pada masa pra tersier ini telah diendapkan batuan pasir merah kecoklatan dan batuan gamping pasiran dari kelompok Permian Aifam, disini tidak dijumpai batuan dari masa Mesozoic yang mungkin akan dijumpai di bagian selatan. Periode terbentuknya blok

Page 18: Stratigrafi Indonesia

penyesaran pada masa cretaceous akhir. Proses tektonik pada masa Cretaceus akhir yang menggantikan transgresi pada masa Eocene akhir mempengaruhi pengendapan platform Faumi dan urutan reef karbonat. Karbonat penyusun terumbu ini terkenal sebagai Formasi Kais berumur Miosen Tengah-Miosen Akhir. Kenampakan reef di bagian utara merupakan hasil erosi selama turunnya permukaan laut pada masa Mid-oligocene.

13.CEKUNGAN SALAWATI

Cekungan Salawati terbentuk pada kala miosen – pliosen. Basement pra-tersier dari cekungan Salawati terdiri atas batuan beku, batuan metamorf, serpih, batu pasir dan batu bara. Secara tidak selaras di atasnya diendapkan formasi Faumai yang terdiri dari endapan karbonat laut dangkal yang setempat berasosiasi dengan endapan evaporit. Secara selaras di atas formasi Faumai diendapkan formasi Sirga yang berumur oligosen. Formasi ini merupakan satu satunya formasi dengan endapan silisiklastik di wilayah Irian Jaya pada kala eosen hingga miosen tengah. Ciri litologi berupa batupasir dan lanau dengan sedikit batu gamping yang menunjukan siklus regresif.

Pada miosen awal, terjadi penurunan dasar cekungan atau pendalaman laut. Batu gamping marin berwarna abu-abu gelap sampai kecoklatan yang dikenal sebagai formasi Klamogun, diendapkan pada bagian tengah cekungan.Formasi Klamogun bergradasi secara lateral ke arah pinggir cekungan menuju karbonat dengan energi tinggiyang merupakan fasa awal dari formasi Kais. Pengangkatan pada Miosen Awal – Pliosen sepanjang zona sesar Sorong di utara dan dataran tinggi Ayamaru di timur, membagi cekungan menjadi cekungan Salawati di barat dan cekungan Bintuni di timur. Peristiwa pengangkatan ini mengakibatkan pengendapan sikuen klastikyang tebal dari formasi Klasaman dan mengakhiri perkembangan terumbu di cekungan Salawati. Fosil yang umumnya ditemukan pada formasi Klasaman ini adalah foraminifera pelagik dan bentonik, moluska serta bryozoa. Lalu pada kala pliosen – pleistosen setelah pengangkatan secara regional cekungan, sedimen fluvial formasi Sele berupa batu pasir dan konglomerat diendapkan secara tidak selaras diatas formasi-formasi yang lebih tua

14.CEKUNGAN SERAYU SELATAN

Stratigrafi regional mandala serayu selatan terdiri dari beberapa formasi antara lain yang berbeda karakteristik anggota penyusunnya dan lingkungan pengendapannya, antara lain:

1. Batuan Pratersier

Merupakan batuan tertua yang tersingkap di zona pegunungan serayu selatan, mempunyai umur kapur tengah sampai denga paleosen yang dikenal sebagai kompleks Mélange Luk Ulo (Sukendar Asikin, 1974 dalam Prasetyadi 2010). Kelompok batuan ini merupakan bagian dari kompleks mélange yang terdiri dari graywake, sekis, lava basalt berstruktur bantal, gabbro, batugamping merah, rijang, lempung hitam yang bersifat serpihan dimana semuanya merupakan campuran yang dikontrol oleh tektonik.

2. Formasi Karangsambung

Merupakan kumpulan endapan olisostrom, terjadi akibat pelongsoran gaya berat di bawah permukaan laut, melibatkan endapan sedimen yang belum terkompaksi yang berlangsung pada lerengparit di bawah pengaruh endapan turbidit. Formasi ini merupakan sedimen pond

Page 19: Stratigrafi Indonesia

dan diendapkan diatas bancuh Luk Ulo, terdiri dari konglomerat polimik, lempung abu-abu, serpih, dan beberapa lensa batugamping foraminifera besar. Hubungan tidak selaras dengan batuan Pratersier.

3. Formasi Totogan

Harloff (1933) dan Tjia HD (1996) menamakan sebagai tufa napalm I, sedangkan Suyanto & Roksamil (1974) menyebutnya sebagai lempung breksi. Litologi berupa breksi dengan komponen batulempung, batupasir, batugamping, napal, dan tufa. Berumur oligosen-miosen awal, dan berkedudukan selaras diatas formasi karang sambung.

4. Formasi Waturanda

Fomasi ini terdiri dari batupasir vulkanik dan breksi vulkanik yang berumur miosen awal-miosen tengah yang berkedudukan selaras diatas formasi totogan. Formasi ini memiliki anggota Tuff, dimana Harloff (1933) menyebutnya sebagai Eerste Merger Tuff Horizon.

5. Formasi Penosogan

Formasi ini terendapkan selaras diatas formasi waturanda, litologi tersusun dari perselingan batupasir, batulempung, tufa, napal, dan kalkarenit. Ketebalan formasi ini 1000 meter, memiliki umur miosen awal-miosen tengah.

6. Formasi Halang

Menindih selaras di atas formasi Penosogan dengan litologi terdiri dari perselingan batupasir, batulempung, napal, tufa dan sisipan breksi. Merupakan kumpulan sedimen yang dipengaruhi oleh turbidit bersifat distal sampai proksimal pada bagian bawah dan tengah kipas bawah laut. Formasi ini memiliki umur miosen awal-pliosen. Anggota Breksi Halang, Sukendar Asikin menamakan sebagai formasi breksi II dan berjemari dengan formasi Penosogan. Namun Sukendar Asikin (1974) meralat bahwasanya Anggota Breksi ini menjemari dengan Formasi Halang (dalam Prasetyadi, 2010)

7. Formasi peniron

Peneliti terdahulu menamakan sebagai horizon breksi III. Formasi ini menindih selaras diatas formasi haling dan merupakan sedimen turbidit termuda yang diendapkan di Zona pegunungan serayu selatan. Litologinya terdiri dari breksi aneka bahan dengan komponen andesit, batulempung, batupasir dengan masa dasar batupasir sisipan tufa, batupasir, napal, dan batulempung.

8. Batuan vulkanik muda

Memiliki hubangan yang tidak selaras dengan semua batuan yang lebih tua dibawahnya. Litologi terdiri dari breksi dengan sisipan batupasir tufan, dengan komponen andesit dan batupasir yang merupakan bentukan aliran lahar pada lingkungan darat. Berdasarkan  ukuran komponen yang membesar kearah utara menunjukkan arah sumber di utara yaitu Gunung Sumbing yang berumur plistosen (Dari berbagai sumber dalam Prasetyadi, 2010)

Page 20: Stratigrafi Indonesia

15.CEKUNGAN BANGGAI

 

1.Metamorphic Tanpa Nama

            Basement berupa batuan metamorf terdiri atas slate, schist, dan gneiss yang mungkin sudah mengalami proses deformasi pada periode Paleozoikum Atas. Selama Permian Akhir hingga Triassic batuan granite bercampur dengan Basement. Tingkat metamofisme tinggi dihasilkan oleh intrusi ini yang sebagiannya merupakan hornfel. Batuan alas (Basement) dari Lempeng Mikro Banggai Sula terlihat dalam bentuk outcrop/singkapan di Pulau Peleng dan beberapa singkapan yang terdapat di Tomori PSC, merupakan sekis primer yang terintrusi oleh Granit berumur Perm hingga Trias.

2.Granit Banggai           

Granit diperkirakan berumur Permian Akhir hingga Triassic. Terdapat bermacam-macam intrusi di daerah ini, termasuk Orthoclase merah kaya granit, granadiorit, diorite kuarsa, mikrodiorit, syenite porphiri, aplite dan pegmatite. Di Banggai dan Selatan Taliabu, granit terlihat segar dan ini menjadi dalil kemunculannya relatif masih baru sebagai hasil dari proses pengangkatan dan pensesaran. Terlihat jelas seperti pada pulai Kano, granit mengalami pelapukan secara intensif, ini memungkinkan terjadi selama periode pembukaan benua yang berasosiasi dengan rifting pada Jurassic Awal. Variasi outcrop dari batuan yang berumur Mesozoikum terekam sebagai jendela tektonik di Cekungan Banggai, terutama pada sabuk ophiolit. Batuan yang berumur Trias hingga Kapur terbentuk dan meliputi batugamping pelagic dan batulempung, batugamping laut dangkal dan turbidit, dan batupasir. Keduanya merupakan reservoir potensial dan batuan induk yang terekam. Diperkirakan sekitar 14.000 kaki dari sedimen Tersier dikenali pada bagian tengah wilayah lepas pantai dari blok Tomori dari interpretasi seismic. Sedimen-sedimen tersebut cenderung menebal secara signifikan kearah barat dan barat daya.

3.Mangole Vulkanik           

Muncul dengan ketebalan sekitar 1000m di Banggai, Taliabu, dan Mangole dan termasuk didalamnya rhyolite, dasit, ignimbrite lithic tuff dan breksi pada Pulau Bangga yang mengandung fragmen batuan metamorf. Sedimentasi karbonat terus berlangsung hingga zaman Kuarter dan pengangkatan pada zaman recent secara ekstensiv memunculkan beberapa dari endapan-endapan ini.

4.Formasi Luwuk/Peleng           

Terbentuknya batugamping pada Formasi Luwuk dan Peleng ditemukan lebih banyak pada Pulau Peleng. Tipe sedimen utama digambarkan sebagai karang konglomerat karena ini terbentuk oleh campuran acak dari karang-karang yang hancur, molusca, algae dan foraminifera. Pengendapan terjadi dibawah kondisi energy yang tinggi, dalam beberapa kasus kemungkinan berasosiasi dengan lereng curam sesar aktif yang mengindikasikan seluruh wilayah tetap menyisakan aktifitas geologi yang aktif.

Page 21: Stratigrafi Indonesia

5.Endapan Recent, Alluvium            Berupa lempung, lanau, pasir dan gravel yang berasosiasi dengan rawa-rawa, sungai dan pantai yang muncul dalam lokasi yang bermacam-macam disekitar pesisir dan dekat bibir sung

6. perbedaan yang mendasar dari stratigrafi cekungan-cekungan di Indonesia bagian barat dan Indonesia bagian timur?

Perbedaan yang mendasar ialah dari umur pembentukannya, cekungan-cekungan sedimen pada wilayah barat ini terbentuk pada akhir kala eosen dimana pada kala tersebut terjadi proses pelebaran cekungan yang diisi oleh material sedimen lakustrin dan fluvial. Proses transgresi yang terjadi pada pertengahan kala oligosen sampai pertengahan ala miosen, yang terisi oleh material-material fluvial, kemudian tertimbun sedimen delta dan karbonat pada kala oligosen akhir sampai miosen awal. Sedangkan cekungan-cekungan sedimen bagian timur umurnya lebih tua diperkirakan pada kala pra tersier.

7. Apa tujuan kita mempelajari stratigrafi cekungan-cekungan di Indonesia?

Tujuannya ialah untuk mengetahui penyebaran cekungan sedimen di idonesia dengan begitu dapat mengetahui batuan penyusunnya , formasi yang ada didalamnya, umur batuannya, serta sejarah pengendapannya. Tujuan lainnya ialah dapat membedakan stratigrafi cekungan di indonesia satu dengan yang lainnya seperti membedakan cekungan indonesia bagian barat dengan indonesia bagian timur dengan begitu kita dapat mengetahui faktor apa saja yang dapat mempengaruhi perbedaan tersebut. Mengetahui potensi apa saja yang ada di dalam setiap cekungan yang ada dan dapat dimanfaatkan sebagai energi di masa yang akan datang.