kode etikmeity.staff.gunadarma.ac.id/downloads/files/68606/...pemikiran moral kant ini adalah...

18
KODE ETIK UTILITARISME

Upload: others

Post on 19-Jul-2021

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KODE ETIKmeity.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/68606/...pemikiran moral Kant ini adalah menyimpulkan otonomi kehendak. Kalau hukum moral harus dipahami sebagai imperatif kategoris,

KODE ETIKUTILITARISME

Page 2: KODE ETIKmeity.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/68606/...pemikiran moral Kant ini adalah menyimpulkan otonomi kehendak. Kalau hukum moral harus dipahami sebagai imperatif kategoris,

UTILITARISME

Aliran ini berasal dari tradisi pemikiran moral di Unuted Kingdom dan kemudian berpengaruh keseluruh kawasan yang berbahasa inggris.

Page 3: KODE ETIKmeity.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/68606/...pemikiran moral Kant ini adalah menyimpulkan otonomi kehendak. Kalau hukum moral harus dipahami sebagai imperatif kategoris,

filsuf inggris jeremy Bentham (1748-1832), dengan bukunya introduction to the principles of morals and legislation (1789). Ultilistarisme dimaksudnya sebagai dasar etis untuk memperbarui hkum inggris. Khususnya hukum pidana.

Page 4: KODE ETIKmeity.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/68606/...pemikiran moral Kant ini adalah menyimpulkan otonomi kehendak. Kalau hukum moral harus dipahami sebagai imperatif kategoris,

Betham tidak ingin menciptakan suatu teori moral abstark, tetapi mempunyai maksud sangat konkrit. Ia nerpendapat bahwa tujuan hukum adalah memajukan kepentingan warga negara bukan melaksanakan perintah-perintah ilahi atau melindungi yang disebut hak-hak kodrati.

Page 5: KODE ETIKmeity.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/68606/...pemikiran moral Kant ini adalah menyimpulkan otonomi kehendak. Kalau hukum moral harus dipahami sebagai imperatif kategoris,

Betham mulai menekankan bahwa umat manusia menurut kodratnya ditempatkan dibawah pemerintahan dua penguasa yang berdaulat (ketidaksenagan dan kesenangan). Kebahagian tercapai, jika ia memiliki kesenangan dan bebas dari kesusahan. Dalam hal ini betham sebenarnya melanjutkan begitu saja hedonisme klasik.

Karena menurut kodratnya tingkah laku manusia terarah pada kebahagian, maka suatu perbutan dapat dinilai baik atau buruk, sejauh dapat meningkatkan atau mengurangi kebahagian sebanyak mungkin orang.

Page 6: KODE ETIKmeity.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/68606/...pemikiran moral Kant ini adalah menyimpulkan otonomi kehendak. Kalau hukum moral harus dipahami sebagai imperatif kategoris,

Menurut Betham, prinsip kegunaan itu harus diterapkan secara kuantitatif. Karena kualitas kesenagan selalu sama, satu-satunya aspeknya yang bisa berbeda adalah kulitasnya.

Page 7: KODE ETIKmeity.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/68606/...pemikiran moral Kant ini adalah menyimpulkan otonomi kehendak. Kalau hukum moral harus dipahami sebagai imperatif kategoris,

KETIDAKSENANGAN (DEBET) KESENANGAN (KREDIT)

Durasi : Singkat

Akibatnya : - Kemiskinan

- Nama buruk

- Tidak sanggup bekerja

Kemurnian : dapat diragukan

{= dalam keadaan mabuk

sering tercampur unsur

ketidaksenangan

Intensitas : Membawa banyak

kesenangan

Kepastian : Kesenangan pasti

terjadi

Jauh/dekat : Kesenangan timbul

cepat

Page 8: KODE ETIKmeity.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/68606/...pemikiran moral Kant ini adalah menyimpulkan otonomi kehendak. Kalau hukum moral harus dipahami sebagai imperatif kategoris,

Ultilitarisme diperluas dan diperkukuh lagi oleh filsufi inggris, Jhon Stuart Milln (1806-18730). Dalam bukunya ia mengeritik pandangan Betham bahwa kesenangan dan kebahagian harus diukur secara kuantitatif. Ia berpendapat bahwa kualitasnya perlu ditimbangkan juga, karena ada kesengan yang lebih tinggi mutunya dan ada yang lebih rendah.

Page 9: KODE ETIKmeity.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/68606/...pemikiran moral Kant ini adalah menyimpulkan otonomi kehendak. Kalau hukum moral harus dipahami sebagai imperatif kategoris,

Utilitiralisme Aturan

kritikan berat yang dikemukakan terhadap ultilitarisme adalah membedakan antara dua macam ultilitarisme. Ultilitarisme perbuatan dan ultilitarisme aturan.

Page 10: KODE ETIKmeity.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/68606/...pemikiran moral Kant ini adalah menyimpulkan otonomi kehendak. Kalau hukum moral harus dipahami sebagai imperatif kategoris,

filsuf inggris-amerika Stephen Toulmin, menegaskan bahwa prinsip kegunaan tidak harus diterapkan atas salah satu perbuatan, melainkan atas aturan-aturan

moral yang mengatur perbuatan-perbuatan kita.

Filsuf Richard B. Brandt melangkah lebih jauh lagi dengan mengusulkan agar bukan aturan moral satu demi satu, melainkan sistem aturan moral sebagai

keseluruhan diuji dengan prinsip kegunaan.

Page 11: KODE ETIKmeity.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/68606/...pemikiran moral Kant ini adalah menyimpulkan otonomi kehendak. Kalau hukum moral harus dipahami sebagai imperatif kategoris,

Utilitarisme aturan ini merupakan sebuah varian yang menarik dari utilitarisme. Perlu diakui bahwa dengan demikian kita bisa lolos dari banyak kesulitan yang melekat pada utilitarisme perbuatan. Utilitarisme aturan ini timbul jika terjadi konflik antara dua aturan moral.

Page 12: KODE ETIKmeity.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/68606/...pemikiran moral Kant ini adalah menyimpulkan otonomi kehendak. Kalau hukum moral harus dipahami sebagai imperatif kategoris,

Deontologi

Yang menciptakan system moral ini adalah filsuf besar dari Jerman, Immanuel Kant (1724-1804), Menurut Kant:

yang bisa disebut baik dalam arti

sesungguhnya hanyalah kehendak

yang baik. Semua hal lain disebut baik

secara terbatas atau dengan syarat.

Kesehatan, kekayaan, atau intelegensi

Page 13: KODE ETIKmeity.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/68606/...pemikiran moral Kant ini adalah menyimpulkan otonomi kehendak. Kalau hukum moral harus dipahami sebagai imperatif kategoris,

Pembedaan yang diajukan Kant :

Kewajiban moral mengandung

suatu imperatif kategoris, artinya

imperative (perintah) yang

mewajibkan begitu saja tanpa

syarat

imperatif hipotetis selalu

diikutsertakan sebuah syarat.

Bentuknya adalah: “kalau engkau ingin mencapai

suatu tujuan, maka engkau harus

menghendaki juga sarana-sarana yang menuju ke tujuan

tersebut”

Page 14: KODE ETIKmeity.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/68606/...pemikiran moral Kant ini adalah menyimpulkan otonomi kehendak. Kalau hukum moral harus dipahami sebagai imperatif kategoris,

pemikiran moral Kant ini adalah menyimpulkan otonomi kehendak. Kalau hukum moral harus dipahami sebagai imperatif kategoris, maka dalam bartindak secara moral kehendak harus otonom dan bukan heteronom.Kehendak bersifat otonom bila menentukan dirinya sendiri, sedangkan kehendak heteronom membiarkan diri ditentukan oleh faktor dari luar dirinya seperti kecenderungan atau emosi.

kehendak itu otonom dengan memberikan hukum moral kepada

dirinya sendiri.

Page 15: KODE ETIKmeity.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/68606/...pemikiran moral Kant ini adalah menyimpulkan otonomi kehendak. Kalau hukum moral harus dipahami sebagai imperatif kategoris,

Pandangan W.D.Ross

Ross mengatakan bahwa kewajiban untuk mengatakan kebenaran merupakan kewajiban prima facie (pada pandangan pertama) yang berlaku sampai ada kewajiban yang lebih panting. Ross menyusun sebuah daftar kewajiban yang semuanya merupakan kewajiban prima facie

Page 16: KODE ETIKmeity.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/68606/...pemikiran moral Kant ini adalah menyimpulkan otonomi kehendak. Kalau hukum moral harus dipahami sebagai imperatif kategoris,

kewajiban prima facie:

1) Kewajiban kesetiaan: kita harus menepati janji yang diadakan dengan bebas.

2) Kewajiban ganti rugi: kita harus melunasi utang moril dan materiil.

3) Kewajiban terima kasih: kita harus berterima kasih kepada orang yang berbuat baik terhadap kita.

4) Kewajiban keadilan: kita harus membagikan hal-hal yang menyenangkan sesuai dengan jasa orang-orang bersangkutan.

5) Kewajiban berbuat baik: kita harus membantu orang lain yang membutuhkan kita.

6) Kewajiban mengembangkan dirinya: kita harus mengembangkan dan meningkatkan bakat kita di bidang keutamaan, inteligensi, dan sebagainya.

7) Kewajiban untuk tidak merugikan: kita tidak boleh melakukan sesuatu yang merugikan orang lain (satu-satunya kewajiban yang dirumuskan Ross dalam bentuk negatif)

Page 17: KODE ETIKmeity.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/68606/...pemikiran moral Kant ini adalah menyimpulkan otonomi kehendak. Kalau hukum moral harus dipahami sebagai imperatif kategoris,

Kesimpulan

“Apa yang menjadi hal terbaik bagi manusia?” kaum hedonis menjawab “kesenangan”. Menurut Aristippos, yang baik adalah kesenangan karena fakta menunjukkan bahwa sejak kecil manusia tertarik akan kesenangan dan menghindari ketidaksenangan. Kesenangan itu bersifat badani yang hakikatnya adalah gerak. Dan gerak dapat memiliki tiga kemungkinan:

gerak kasar (ketidaksenangan),

gerak halus (kesenangan),

tiadanya gerak (netral).

kesenangan itu pun bersifat aktual, bukan masa lalu (ingatan) atau masa depan (antisipasi).

Page 18: KODE ETIKmeity.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/68606/...pemikiran moral Kant ini adalah menyimpulkan otonomi kehendak. Kalau hukum moral harus dipahami sebagai imperatif kategoris,