kode etik pegawai direktorat jenderal pajak
TRANSCRIPT
KODE ETIK PEGAWAI DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
Kode etik pegawai direktorat jenderal pajak diatur dalam PMK No. 1/PM.3/2007. Peraturan
Menteri Keuangan tersebut merupakan sebuah bentuk pelaksanaan ketentuan Pasal 2 dan Pasal 10
ayat (2) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 29/PMK.01/2007 tentang Pedoman Peningkatan
Disiplin Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Departemen Keuangan sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 71/PMK.01/2007.
Dalam peraturan tentang kode etik ini, terdapat 9 pasal yang terbagi ke dalam 5 bab. Bab 1
yang mengatur tentang ketentuan umum terdiri atas 1 pasal dan berisi tentang pengertian-
pengertian umum, yaitu
1. Pegawai Direktorat Jenderal Pajak yang selanjutnya disebut Pegawai adalah Calon Pegawai
Negeri Sipil dan Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Undang Nomor 43 Tahun 1999 yang bekerja pada Direktorat Jenderal Pajak.
2. Kode Etik Pegawai Direktorat Jenderal Pajak yang selanjutnya disebut Kode Etik adalah pedoman
sikap, tingkah laku, dan perbuatan yang mengikat Pegawai dalam melaksanakan tugas pokok dan
fungsinya serta dalam pergaulan hidup sehari-hari.
3. Pelanggaran Kode Etik adalah segala bentuk ucapan, tulisan, atau perbuatan Pegawai yang
bertentangan dengan Kode Etik.
Bab 2 mengatur tentang kode etik yang terdiri atas 3 pasal. Pasal 2 (1) berisi tentang tujuan
kode etik, yaitu untuk meningkatkan disiplin Pegawai; menjamin terpeliharanya tata tertib;
menjamin kelancaran pelaksanaan tugas dan iklim kerja yang kondusif; menciptakan dan
memelihara kondisi kerja serta perilaku yang profesional; dan meningkatkan citra dan kinerja
Pegawai. Pasal 2 (2) menyatakan bahwa Setiap Pegawai wajib mematuhi Kode Etik sebagaimana
tersebut dalam Peraturan Menteri Keuangan ini. Selain itu, sesuai dengan pasal 2 (3), Kode Etik berisi
kewajiban dan larangan Pegawai dalam menjalankan tugasnya serta dalam pergaulan hidup sehari-
hari. Pasal 3 berisi bentuk dari kewajiban setiap pegawai, yaitu
1. menghormati agama, kepercayaan, budaya, dan adat istiadat orang lain;
2. bekerja secara profesional, transparan, dan akuntabel;
3. mengamankan data dan atau informasi yang dimiliki Direktorat Jenderal Pajak;
4. memberikan pelayanan kepada Wajib Pajak, sesama Pegawai, atau pihak lain dalam
pelaksanaan tugas dengan sebaik-baiknya;
5. mentaati perintah kedinasan;
6. bertanggung jawab dalam penggunaan barang iventaris milik Direktorat Jenderal Pajak;
7. mentaati ketentuan jam kerja dan tata tertib kantor;
8. menjadi panutan yang baik bagi masyarakat dalam memenuhi kewajiban perpajakan;
9. bersikap, berpenampilan, dan bertutur kata secara sopan.
Sedangkan Pasal 4 berisi tentang larangan untuk setiap pegawai, yaitu
1. bersikap diskriminatif dalam melaksanakan tugas;
2. menjadi anggota atau simpatisan aktif partai politik;
3. menyalahgunakan kewenangan jabatan baik langsung maupun tidak langsung;
4. menyalahgunakan fasilitas kantor;
5. menerima segala pemberian dalam bentuk apapun, baik langsung maupun tidak langsung, dari
Wajib Pajak, sesama Pegawai, atau pihak lain, yang menyebabkan Pegawai yang menerima,
patut diduga memiliki kewajiban yang berkaitan dengan jabatan atau pekerjaannya;
6. menyalahgunakan data dan atau informasi perpajakan;
7. melakukan perbuatan yang patut diduga dapat mengakibatkan gangguan, kerusakan dan atau
perubahan data pada sistem informasi milik Direktorat Jenderal Pajak;
8. melakukan perbuatan tidak terpuji yang bertentangan dengan norma kesusilaan dan dapat
merusak citra serta martabat Direktorat Jenderal Pajak.
Bab 3 mengatur tentang pelanggaran kode etik yang terdiri atas 1 pasal, yaitu pasal 5
yang menyatakan bahwa segala bentuk ucapan, tulisan, atau perbuatan Pegawai yang
melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dan Pasal 4, merupakan
pelanggaran Kode Etik.
Bab 4 terdiri atas pasal 6 yang mengatur tentang sanksi pelanggaran kode etik bagi
pegawai. Sesuai dengan pasal ini, setaiap pegawai yang melakukan pelanggaran Kode Etik akan
dikenakan sanksi moral dan atau hukuman disiplin yang disampaikan secara terbuka atau
tertutup.
Bab 5 adalah penutup dari peraturan menteri keuangan ini, terdiri atas pasal 7, 8, dan 9.
Sesuai dengan pasal 7, ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan Kode Etik di lingkungan
Direktorat Jenderal Pajak diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak. Dalam
hal ini DJP membuat panduan pelaksanaan Kode Etik sebagai penjabaran, penjelasan, atau
penegasan atas butir-butir kewajiban dan larangan tersebut dalam Pasal 3 dan Pasal 4. Pasal 8
mengatur tentang ketentuan peralihan dan pasal 9 mengatur tentang mulai berlakunya PMK ini,
yaitu sejak tanggal ditetapkan.