direktorat pembiayaan pertanian direktorat jenderal
TRANSCRIPT
Direktorat Pembiayaan Pertanian
Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian
i
KATA PENGANTAR
Tahun 2019 merupakan tahun kelima dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi
Direktorat Pembiayaan Pertanian pada periode tahun 2015-2019 mendukung
pelaksanaan pembangunan prasarana dan sarana pertanian. Direktorat Pembiayaan
Pertanian terus berupaya meningkatkan peran sebagai institusi yang melaksanakan
penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang fasilitasi pembiayaan
pertanian.
Pelaksanaan kegiatan fasilitasi pembiayaan selama periode 2015-2019 menunjukkan
capaian output yang baik, mulai dari capaian pelaku usaha pertanian binaan yang
mendapat pembiayaan pertanian melalui kredit program, kredit non program, LKMA,
koperasi pertanian dan BUMN/private sektor serta capaian kegiatan asuransi pertanian
(tanaman padi dan ternak sapi/kerbau) yang sangat membantu petani dan peternak.
Dalam rangka penyediaan fasilitasi pembiayaan yang lebih luas lagi, juga telah tersedia
konsep RPP pembiayaan usaha tani dan konsep Badan Layanan Umum Pertanian.
Capaian kinerja TA.2019 dituangkan dalam Laporan Kinerja (LAKIN) Direktorat
Pembiayaan Pertanian. Laporan ini disusun dalam rangka memberikan laporan
pertanggung jawaban atas pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Direktorat Pembiayaan
dan diharapkan dapat memberikan gambaran atas capaian sasaran strategis, indikator
kinerja dan capaian realisasi keuangan.
Semoga Laporan Kinerja ini dapat memberikan manfaat serta menjadi acuan dalam
peningkatan kinerja pada tahun berikutnya.
Jakarta, Januari 2020
Direktur Pembiayaan Pertanian
Ir. Indah Megahwati, MP NIP. 196801151993032001
ii
IKHTISAR EKSEKUTIF
Dalam rangka mewujudkan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas pokok dan fungsi
Direktorat Pembiayaan serta memenuhi instruksi Presiden RI No. 7 tahun 1999 tentang
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, maka dilaksanakan Penyusunan Laporan
Kinerja Direktorat Pembiayaan. Penyusunan Laporan Kinerja ini didasarkan atas Rencana
Strategis (Renstra) dan Penetapan Kinerja (PK) Direktorat Pembiayaan.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 43/Permentan/ OT.010/8/2015 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian, ditetapkan Direktorat Pembiayaan
Pertanian sebagai salahsatu unit kerja dilingkup Direktorat Jenderal Prasarana dan
Sarana Pertanian untuk melaksanakan tugas dan fungsi dalam aspek pembiayaan sektor
pertanian. Dalam pelaksanaan tugas dimaksud, Direktorat Pembiayaan Pertanian
didukung oleh 3 unit kerja eselon III yaitu : 1). Subdirektorat Kredit Program dan Fasilitasi
Pembiayaan, 2). Subdirektorat Kelembagaan Pembiayaan, 3). Subdirektorat
Pemberdayaan Permodalan dan Asuransi Pertanian dan 1 unit kerja Sub Bagian Tata
Usaha
Visi Direktorat Pembiayaan Pertanian adalah Terwujudnya fasilitasi dan dukungan
pembiayaan bagi petani yang murah/terjangkau dan mudah diakses,
bertumbuhkembangnya kelembagaan pembiayaan di pedesaan, serta terwujudnya
perlindungan bagi usahatani. Untuk mewujudkan visi tersebut ditetapkan pula misi
sebagai berikut : 1). Mengoptimalkan ketersediaan, penyaluran dan pemanfaatan kredit
program dengan pola subsidi buga kredit dan penjaminan yang murah/terjangkau dan
mudah diakses oleh petani/peternak/pekebun atau kelompok tani/gapoktan atau koperasi
dan pelaku usaha agribisnis lainnya di pedesaan untuk mendukung pencapaian
swasembada pangan dan ketahanan pangan, 2). Merumuskan kebijakan dan fasilitasi
pembiayaan yang sesuai dengan karakteristik petani dan pertanian Indonesia, 3).
Pemberdayaan dan penguatan kelembagaan pembiayaan melalui pemberdayaan
gapoktan penerima PUAP (Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan), 4).
Bertumbuhkembangnya Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKMA) sebagai delivery
System pembiayaan petani mikro kecil pedesaan dan koperasi pertanian, 5). Mendorong
pengembangan program perlindungan petani dan usahataninya melalui pengembangan
asuransi pertanian, 6). Meningkatkan kerjasama dengan perusahaan asuransi dalam
rangka pengembangan skema-skema baru bentuk perlindungan bagi petani, 7).
iii
Mengoptimalkan kerjasama pembiayaan dengan sumber-sumber pembiayaan seperti
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk program CSR/PKBL, swasta, masyarakat atau
lembaga masyarakat dan lain-lain, 9). Mewujudkan landasan-landasan hukum yang terkait
dengan pembiayaan pertanian dan perlindungan petani dalam bentuk Rancangan
Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan atau Keputusan Menteri, dan lain-lain
sebagai dasar kepastian hukum penyediaan permodalan/pembiayaan dan perlindungan
usaha petani.
Pencapaian sasaran kegiatan Direktorat Pembiayaan Pertanian tahun 2019 yang
ditetapkan dalam dokumen Perjanjian Kinerja antara Direktur Pembiayaan Pertanian dan
Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian yaitu “Meningkatnya dukungan
pembiayaan pertanian dalam mendukung penerapan pengelolaan pertanian terpadu di
pedesaan” yang diukur melalui indikator kinerja Jumlah pelaku usaha pertanian binaan
yang mendapat pembiayaan sesuai Perjanjian Kinerja (Januari, 2019) disimpulkan sangat
berhasil yaitu dari target 4.200 pelaku usaha pertanian binaan yang mendapat
pembiayaan, tercapai 4.321 pelaku usaha pertanian binaan yang mendapatkan
pembiayaan atau sebesar 102,88%. Untuk capaian Rasio usaha pertanian yang
terlindungi asuransi terhadap total usaha pertanian juga disimpulkan berhasil, dimana
tahun ini tercapai rasio 95,29% dari target 100% sehingga capaian kinerja adalah 95,29%.
Pencapaian sasaran kegiatan ini diukur melalui indikator kinerja Jumlah pelaku usaha
pertanian binaan yang mendapat pembiayaan, dilakukan dengan cara membandingkan
angka realisasi pelaku usaha pertanian binaan yang mendapat pembiayaan terhadap
target pelaku usaha pertanian binaan. Angka realisasi pelaku usaha pertanian binaan
yang mendapat pembiayaan adalah angka realisasi pelaku usaha pertanian yang akses
terhadap sumber pembiayaan kredit program, kredit non program, swasta, BUMN, LKMA
dan koperasi pertanian.
Capaian kegiatan ini terdiri dari ; 1). Jumlah pelaku usaha pertanian binaan yang
mendapat pembiayaan dari kredit program dan fasilitasi pembiayaan sejumlah 1.290
pelaku usaha, 2). Jumlah pelaku usaha pertanian binaan yang mendapat pembiayaan dari
lembaga keuangan mikro agribisnis/koperasi pertanian sejumlah 2.980 pelaku usaha, 3).
Jumlah pelaku usaha pertanian binaan yang mendapat pembiayaan dari private sector
sejumlah 51 pelaku usaha, 4). Luas lahan pertanian yang terlindungi asuransi sejumlah
971.218,76 Ha, 5). Jumlah Ternak sapi/kerbau yang terlindungi asuransi sejumlah
140.190 ekor, 6). Berperan aktif dalam mengupayakan peningkatan luas tambah tanam di
Sumatera Utara (Kabupaten Simalungun, Kabupaten Karo, Kota Pematang Siantar dan
Kota Tanjung Balai).
iv
Realisasi anggaran Direktorat Pembiayaan pada kegiatan Fasilitasi Pembiayaan
pertanian per 31 Desember 2019 adalah senilai Rp. 184.928.957.230,00 (95,84%) dari
pagu senilai Rp. 192.960.241.000,00. Sedangkan realisasi anggaran untuk dukungan
manajemen dan dukungan teknis lainnya untuk Direktorat Pembiayaan adalah senilai Rp.
62.951.333.435,00 (97,09%) dari Pagu senilai Rp. 64.835.366.000,00.
Secara umum, capaian kinerja Direktorat Pembiayaan Pertanian disimpulkan sangat
berhasil, namun dalam capaian pelaksanaan kegiatan tersebut dijumpai beberapa
kendala berikut : 1). Administrasi; a). Pendaftaran dan pembayaran premi masih ada yang
belum sesuai prosedur, b).Penerbitan polis dan pembayaran klaim banyak mengalami
keterlambatan, c). Perijinan LKM-A untuk memiliki Badan Hukum Koperasi agak lambat, 2).
Sumber Daya Manusia; a). Tenaga FPPS sebagian belum aktif menjalankan tugasnya, b).
Petugas lapangan (PPL) masih ada yang belum memahami aplikasi SIAP; c) Jumlah
notaris pembuat akta koperasi terbatas, d). Terbatasnya jumlah petugas Dinas dan
petugas Asuransi pelaksana, 3). Teknis; a). FPPS belum tersosialisasi secara menyeluruh
dan belum dipahami baik oleh petugas Dinas di Propinsi/Kab/Kota, petani/kel
tani/gapoktan dan perbankan setempat, b). Koordinasi antara Dinas dan Perbankan masih
kurang, c).Masih terdapat Gapoktan yang belum membentuk LKM-A/Koperasi Pertanian,
d). Tidak semua Dinas Pertanian Provinsi/Kabupateb/Kota melakukan pembinaan
terhadap Gapoktan PUAP dalam pembentukan LKM-A dan Koperasi Pertanian; e) Hampir
semua Dinas Pertanian tingkat Provinsi/Kabupaten/Kota tidak mengalokasikan anggaran
dana terkait pendampingan Gapoktan PUAP; f) Kurangnya sosialisasi dan komunikasi dari
petugas pertanian dan petugas PT. Jasindo terutama di tingkat petani/peternak, g). Petani
yang merasa lahannya aman dari risiko, masih enggan menjadi peserta asuransi dan
kemauan petani untuk membayar premi swadaya 20% masih rendah.
Sebagai upaya perbaikan dan peningkatan kinerja Direktorat Pembiayaan Pertanian ke
depan, maka perlu dilakukan upaya perbaikan mulai dari proses perencanaan hingga
implementasi pelaksanaan kegiatan di lapang melalui: 1). Administrasi; a).
Mengkoordinasikan dengan Jasindo agar penerbitan polis dan pembayaran klaim banyak
mengalami keterlambatan, b). Mengupayakan agar penetapan DPD AUTP dan AUTS
tingkat kabupaten dan pengirimannya ke tingkat lebih tinggi dilakukan secara periodik, 2).
Sumber Daya Manusia; a). Mengevaluasi kinerja FPPS agar dapat melaksanakan peran
dengan baik, b). Meminta PT Jasindo untuk menambah SDM yang menangani asuransi
pertanian di tingkat lapangan, mengingat sebaran dan jangkauan lokasi AUTP dan AUTS
sangat luas, c). Mendorong Dinas Pertanian Propinsi maupun kabupaten untuk menambah
petugas pelaksana program AUTP, d). Mendorong pembentukan LKMA, 3). Teknis; a).
Sosialisasi dan koordinasi dengan Dinas dan petani/gapoktan diintensifkan bersama
v
dengan FPPS, b).Meningkatkan koordinasi antara Dinas dan Perbankan untuk
pelaksanaan kegiatan FPPS, c).Mendorong pembentukan LKM-A/Koptan melalui dinas,
penyuluh; d). Dilakukan kerjasama dengan Kemenkop UKM terkait percepatan
Badan; e) Kerjasama dengan Kemenkop dan UKM terkait daftar notaris pembuat akta
koperasi; f) Mendata gapoktan penerima PUAP yang sudah/belum membentuk LKM-A
(melakukan pemutakhiran data); g) LKM-A yang telah terbentuk diminta mengurus badan
hukum koperasi pertanian; h) meningkatkan sosialisasi aplikasi SIAP kepada petugas
lapangan (PPL); i) Melakukan sosialisasi dan komunikasi sampai tingkat petani/peternak
perlu dilakukan lebih intensif baik secara langsung dengan petani maupun melalui media
cetak dan media elektronik.
vi
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................................ i
IKHTISAR EKSEKUTIF ........................................................................................ ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL .................................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... x
I. PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2. Kedudukan Tugas dan Fungsi ......................................................... 2
1.3. Susunan Organisasi dan Tata Kerja ................................................... 3
1.4. Dukungan Sumber Daya Manusia ..................................................... 5
1.5. Dukungan Anggaran …… ................................................................. 5
II. PERENCANAAN KINERJA ...................................................................... 7
2.1. Rencana Strategis Tahun 2015 – 2019 ............................................ 7
2.1.1. Visi ........................................................................................ 7
2.1.2. Misi ....................................................................................... 7
2.1.3. Tujuan dan Sasaran .............................................................. 8
2.1.4. Arah Kebijakan ...................................................................... 9
2.1.5. Strategi/Rencana Aksi ............................................................ 10
2.1.6. Program dan Kegiatan ........................................................... 12
2.2. Perjanjian Kinerja Tahun 2019 .......................................................... 13
III. AKUNTABILITAS KINERJA ................................................................... 14
3.1. Capaian Kinerja Organisasi ............................................................... 14
3.1.1 Kriteria Ukuran Keberhasilan Pencapaian Sasaran .................. 14
3.1.2 Pencapaian Sasaran Kegiatan Dit Pembiayaan Tahun 2019 ... 14
3.1.3 Analisis Capaian Sasaran Kegiatan Dit Pembiayaan TA. 2019 15
vii
3.1.3.1. Analisis Capaian Sasaran Kegiatan Tahun 2019
terhadap Tahun 2018 dan Beberapa Periode
Sebelumnya serta Periode Jangka
Menengah……………………………………… ............. 15
3.1.3.1.1 Jumlah Pelaku Usaha Pertanian Binaan
yang Mendapat Pembiayaan ...................... 15
3.1.3.1.2 Rasio Usaha Pertanian yang Terlindungi
Asuransi terhadap total usaha pertanian .... 31
3.1.3.1.3 Kegiatan Pendukung Ditjen PSP ................. 34
3.1.3.1.4 Dukungan Manajemen Pembiayaan
Pertanian ................................................... 35
3.1.3.2. Analisis Capaian Sasaran Kegiatan atas efisiensi
penggunaan sumber daya ......................................... 36
3.1.4. Potret Capaian Pelaksanaan Kegiatan Pembiayaan Pertanian 37
3.2 Realisasi Anggaran ........................................................................... 46
3.3 Dukungan Sumber Daya Manusia ..................................................... 48
3.4 Hambatan dan Kendala .................................................................... 50
3.5 Upaya dan Tindak Lanjut .................................................................. 51
IV. PENUTUP ................................................................................................. 53
LAMPIRAN .... ................................................................................................ 56
viii
DAFTAR TABEL
DAFTAR TABEL Halaman
Tabel 1 : Perjanjian Kinerja (PK) Direktorat Pembiayaan Pertanian TA. 2019 .. 13
Tabel 2 : Capaian Indikator Kinerja Direktorat Pembiayaan Pertanian TA. 2019 14
Tabel 3 : Capaian Indikator Kinerja Aktivitas Kegiatan Direktorat Pembiayaan 15
Tabel 4 : Capaian Jumlah Pelaku Usaha Pertanian Binaan yang Mendapat
Pembiayaan dari Kredit Program dan Fasilitasi Pembiayaan ............ 16
Tabel 5 : Capaian Jumlah Pelaku Usaha Pertanian Binaan yang Mendapat
Pembiayaan dari Kredit Program ...................................................... 21
Tabel 6 : Capaian Jumlah Pelaku Usaha Pertanian Binaan yang Mendapat
Pembiayaan dari Kredit Non Program ............................................... 23
Tabel 7 : Capaian Jumlah Pelaku Usaha Pertanian Binaan yang Mendapat
Pembiayaan dari Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis dan Koperasi
Pertanian .......................................................................................... 26
Tabel 8 : Perkembangan Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis dan Koperasi
Pertanian dari PUAP (2008-2015) ..................................................... 27
Tabel 9 : Capaian Jumlah Pelaku Usaha Pertanian Binaan yang Mendapat
Pembiayaan dari Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis ..................... 28
Tabel 10 : Capaian Jumlah Pelaku Usaha Pertanian Binaan yang Mendapat
Pembiayaan dari Koperasi Pertanian ............................................... 28
Tabel 11 : Capaian Jumlah Pelaku Usaha Pertanian Binaan yang Mendapat
Pembiayaan dari Private Sector ....................................................... 31
Tabel 12 : Capaian Rasio Usaha Pertanian yang Terlindungi Asuransi terhadap
Total Usaha Pertanian ...................................................................... 32
Tabel 13 : Realisasi Fasilitasi Pembiayaan Pertanian TA. 2019 ......................... 46
Tabel 14 : Daftar Pagu dan Realisasi Anggaran Pusat Direktorat Pembiayaan
Pertanian ........................................................................................... 46
Tabel 15 : Distribusi Pegawai Direktorat Pembiayaan Pertanian Berdasarkan
Pangkat dan Golongan ...................................................................... 48
Tabel 16 : Distribusi Pegawai Direktorat Pembiayaan Pertanian Berdasarkan
Sebaran Pejabat Eselon III dan IV..................................................... 48
ix
Tabel 17 : Distribusi Pegawai Direktorat Pembiayaan Pertanian Berdasarkan
Sebaran Pegawai per Golongan ....................................................... 49
Tabel 18 : Distribusi Pegawai Direktorat Pembiayaan Pertanian Berdasarkan
Tingkat Pendidikan ............................................................................ 49
x
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR GAMBAR Halaman
Gambar 1 : Susunan Organisasi Direktorat Pembiayaan ................................... 3
Gambar 2 : Diagram Realisasi KUR Sektor Pertanian, Perburuan dan
Kehutanan Tahun 2015 s/d 2019 ..................................................... 17
Gambar 3 : Diagram Realisasi KUR Sektor Pertanian Tahun 2016 s/d 2019 ..... 18
Gambar 4 : Diagram Capaian Realisasi AUTP Tahun 2015 s/d 2019 ............... 32
Gambar 5 : Diagram Capaian Realisasi AUTS Tahun 2015 s/d 2019 ............... 32
Gambar 6 : Capaian Pelaksanaan Kegiatan Asuransi Pertanian TA. 2019 ....... 37
Gambar 7 : Capaian Kegiatan Pemberdayaan dan Penguatan LKMA dan Koperasi ............................................................................... 38
Gambar 8 : Kegiatan Akselerasi Penyaluran KUR bersama FPPS ..................... 39
Gambar 9 : Kegiatan Pengawalan UPSUS Pajale di Jawa Timur ....................... 40
Gambar 10 : Badan Layanan Umum .................................................................... 41
Gambar 11 : Inisiasi dalam Berbagai Fasilitasi Pembiayaan Pertanian
Penyusunan RPP-UKP .................................................................... 42
Gambar 12 : FGD Dalam Rangka Pembiayaan Pertanian Inklusif ........................ 43
Gambar 13 : Koordinasi Pelaksanaan Kegiatan Direktorat Pembiayaan
Pertanian ......................................................................................... 44
Gambar 14 : Pelaksanaan Kegiatan #SERASI ..................................................... 45
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Perjanjian Kinerja Direktorat Pembiayaan Pertanian Tahun 2019 ... 57
Lampiran 2 : Sasaran Pembangunan dan Kebutuhan Pembiayaan Pertanian
APBN 2015-2019 ............................................................................. 60
Lampiran 3 : Realisasi AUTP dan AUTS TA. 2019 ............................................... 62
1
ss
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sektor pertanian memiliki potensi yang besar dalam memberikan kontribusi
pembangunan nasional. Untuk mengoptimalkan potensi tersebut, diperlukan
adanya dukungan aspek pembiayaan yang berasal dari beberapa sumber
permodalan/pembiayaan sehingga tercapai tujuan pembangunan pertanian yang
tepat sasaran dan berkelanjutan
Salah satu permasalahan mendasar yang dihadapi petani dalam melaksanakan
usaha taninya adalah kesulitan dalam akses terhadap sumber-sumber atau fasilitasi
pembiayaan serta keterbatasan lembaga sosial ekonomi yang mampu menyediakan
modal dan mendorong pertumbuhan ekonomi petani. Permasalahan tersebut
menjadi salah satu tantangan bagi Kementerian Pertanian dan perlu diupayakan
solusi pemecahannya. Adanya dukungan aspek pembiayaan yang berasal dari
beberapa sumber permodalan/pembiayaan diperlukan untuk mencapai tujuan
pembangunan pertanian yang tepat sasaran dan berkelanjutan.
Untuk itu, sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 43/Permentan/
OT.010/8/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian,
ditetapkan Direktorat Pembiayaan Pertanian sebagai salahsatu unit kerja dilingkup
Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian untuk melaksanakan tugas
dan fungsi dalam aspek pembiayaan sektor pertanian. Dalam menjalankan tugas
dan fungsinya, Direktorat Pembiayaan Pertanian melakukan koordinasi lintas sektor
antara lain Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Bappenas,
Kementerian Keuangan, Kementerian Koperasi dan UKM, Kementerian BUMN,
Bank Indonesia, Perbankan, Lembaga Keuangan Non Bank, Perusahaan Asuransi,
Lembaga Penjaminan, dan lain-lainnya.
Beberapa kegiatan utama yang telah dilaksanakan di Direktorat Pembiayaan antara
lain: (1) Fasilitasi pembiayaan melalui program KUR, pendampingan petani oleh
Fasilitator Pembiayaan Petani Swadaya (FPPS), penyusunan RPP mengenai Unit
Khusus Pertanian, pembiayaan inklusif dan fasilitasi pembiayaan non program (2)
Pemberdayaan dan penguatan Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-A) dan
2
koperasi, serta (3) Pelaksanaan asuransi pertanian, dalam hal ini meliputi asuransi
usaha tanaman padi dan asuransi ternak sapi dan kerbau. Pada TA. 2019 ini juga
sudah mulai diinisiasi konsep kajian Badan Layanan Umum Pertanian. Kegiatan-
kegiatan dimaksud dilaksanakan dalam rangka mendukung program Kementerian
Pertanian mencapai swasembada pangan menuju lumbung pangan nasional 2045.
Dalam rangka pertanggungjawaban terhadap tugas pokok dan fungsi, pengelolaan
sumber daya, kebijakan dan program Direktorat Pembiayaan Pertanian serta
memenuhi Instruksi Presiden RI No. 7 tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah, maka dilaksanakan Penyusunan Laporan Kinerja Direktorat
Pembiayaan Pertanian. Laporan ini menyajikan informasi terhadap capaian kinerja
Direktorat Pembiayaan sesuai dengan yang telah ditetapkan dalam perjanjian
kinerja antara Direktur Pembiayaan dan Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana
Pertanian.
1.2. Kedudukan Tugas, dan Fungsi
Direktorat Pembiayaan Pertanian, memiliki tugas dan fungsi sebagai berikut :
Tugas
Direktorat Pembiayaan Pertanian mempunyai tugas melaksanakan penyiapan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang fasilitasi pembiayaan pertanian.
Fungsi
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana tersebut diatas, Direktorat Pembiayaan
Pertanian menyelenggarakan fungsi :
1) Penyiapan perumusan kebijakan di bidang kredit program dan fasilitasi
pembiayaan, kelembagaan pembiayaan serta pemberdayaan permodalan dan
asuransi pertanian.
2) Pelaksanaan kebijakan di bidang kredit program dan fasilitasi pembiayaan,
kelembagaan pembiayaan serta pemberdayaan permodalan dan asuransi
pertanian.
3) Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang kredit program dan
fasilitasi pembiayaan, kelembagaan pembiayaan serta pemberdayaan
permodalan dan asuransi pertanian.
3
4) Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang kredit program dan fasilitasi
pembiayaan, kelembagaan pembiayaan serta pemberdayaan permodalan dan
asuransi pertanian.
5) Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan kegiatan di bidang kredit program dan
fasilitasi pembiayaan, kelembagaan pembiayaan serta pemberdayaan
permodalan dan asuransi pertanian.
6) Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Pembiayaan Pertanian.
1.3. Susunan Organisasi dan Tata kerja
Direktorat Pembiayaan Pertanian ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri
Pertanian No.43/Permentan/OT.140/8/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Pertanian. Susunan organisasi Direktorat Pembiayaan Pertanian terdiri
atas 3 (tiga) Subdirektorat dan 1 (satu) Subbagian Tata Usaha. Masing-masing
Subdirektorat terdiri atas 2 (dua) seksi, yaitu :
1) Subdirektorat Kredit Program dan Fasilitasi Pembiayaan;
2) Subdirektorat Kelembagaan Pembiayaan;
3) Subdirektorat Pemberdayaan Permodalan dan Asuransi Pertanian dan;
4) Subbagian Tata Usaha.
Struktur Organisasi Direktorat Pembiayaan Pertanian seperti bagan di bawah ini :
Gambar 1. Susunan Organisasi Direktorat Pembiayaan Pertanian
DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN
SARANA PERTANIAN
DIREKTORAT PEMBIAYAAN PERTANIAN
Subbagian Tata
Usaha
Subdirektorat
Kredit Program
dan Fasilitasi
Subdirektorat
Kelembagaan
Pembiayaan
Subdirektorat
Pemberdayaan
Permodalan dan
Asuransi Pertanian
Seksi Kredit
Program
Seksi Lembaga
Keuangan Mikro
Agribisnis
Seksi
Pemberdayaan
Permodalan
Seksi Fasilitasi
Pembiayaan Seksi
Koperasi Pertanian Seksi Asuransi
Pertanian
4
Secara singkat uraian tugas dan fungsi masing-masing unit kerja dimaksud, sebagai
berikut:
1) Subdirektorat Kredit Program dan Fasilitasi Pembiayaan mempunyai tugas
melaksanakan penyiapan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma,
standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang
kredit program dan fasilitasi pembiayaan.
Fungsi yang dijalankan adalah melakukan: a. penyiapan penyusunan kebijakan di
bidang kredit program dan fasilitasi pembiayaan, b. penyiapan pelaksanaan kebijakan
di bidang kredit program dan fasilitasi pembiayaan, c. penyiapan penyusunan norma,
standar, prosedur, dan kriteria di bidang kredit program dan fasilitasi pembiayaan, d.
pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang kredit program dan fasilitasi
pembiayaan, dan e. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan kegiatan di bidang kredit
program dan fasilitasi pembiayaan.
2) Subdirektorat Kelembagaan Pembiayaan mempunyai tugas melaksanakan penyiapan
penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan
kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang kelembagaan
pembiayaan.
Fungsi yang dijalankan adalah melakukan : a. penyiapan penyusunan kebijakan di
bidang lembaga keuangan mikro agribisnis dan koperasi pertanian, b. penyiapan
pelaksanaan kebijakan di bidang lembaga keuangan mikro agribisnis dan koperasi
pertanian, c. penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang
lembaga keuangan mikro agribisnis dan koperasi pertanian, d. pemberian bimbingan
teknis dan supervisi di bidang lembaga keuangan mikro agribisnis dan koperasi
pertanian, dan e. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan kegiatan di bidang lembaga
keuangan mikro agribisnis dan koperasi pertanian.
3) Subdirektorat Pemberdayaan Permodalan dan Asuransi Pertanian mempunyai tugas
melaksanakan penyiapan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma,
standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang
pemberdayaan permodalan dan asuransi pertanian.
Fungsi yang dijalankan adalah melakukan: a. penyiapan penyusunan kebijakan di
bidang pemberdayaan permodalan dan asuransi pertanian, b. penyiapan pelaksanaan
kebijakan di bidang pemberdayaan permodalan dan asuransi pertanian, c. penyiapan
penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pemberdayaan
permodalan dan asuransi pertanian, d. pemberian bimbingan teknis dan supervisi di
bidang pemberdayaan permodalan dan asuransi pertanian, e. Pelaksanaan evaluasi
dan pelaporan kegiatan di bidang pemberdayaan permodalan dan asuransi pertanian.
5
1.4. Dukungan Sumberdaya Manusia
Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi Direktorat Pembiayaan Pertanian,
didukung dengan 38 orang pegawai yang terdiri dari 10 orang pegawai golongan IV,
26 orang pegawai golongan III dan 2 orang pegawai golongan II.
1.5. Dukungan Anggaran
Pada tahun anggaran 2019, Direktorat Pembiayaan Pertanian mendapat dukungan
anggaran sebagai berikut :
1. Kegiatan Fasilitasi Pembiayaan Pertanian senilai Rp. 192.960.241.000,00,
meliputi:
1) Asuransi Usaha Tanaman Padi senilai Rp. 146.076.000.000,00 yang terdiri
dari:
Bantuan Premi senilai Rp. 144.000.000.000,00
Operasional AUTP senilai Rp. 2.076.000.000,00
2) Asuransi Usaha Ternak Sapi senilai Rp. 26.433.125.000,00 yang terdiri dari:
Bantuan Premi senilai Rp. 24.000.000.000,00
Operasional AUTS senilai Rp. 2.433.125.000,00
2. Dukungan manajemen dan dukungan teknis lainnya untuk Direktorat
Pembiayaan senilai Rp. 20.451.116,00, meliputi :
1) Perencanaan Pelaksanaan dan Monev kegiatan Kredit Program dan
Fasilitasi Pembiayaan senilai Rp. 5.329.600.000,00, terdiri dari:
Perencanaan Pelaksanaan dan Monev kegiatan Kredit Program dan
Fasilitasi pembiayaan senilai Rp. 1.561.300.000,00.
Fasilitasi Pembiayaan senilai Rp. 1.200.000.000,00
Fasilitator Pembiayaan Petani Swadaya senilai Rp. 2.036.100.000,00.
Pilot Project Pembiayaan Inklusif senilai Rp. 532.200.000,00.
2) Perencanaan Pelaksanaan dan Monev Kegiatan Kelembagaan Pertanian
senilai Rp. 3.031.156.000,00, terdiri dari:
Pelaksanaan kegiatan kelembagaan pembiayaan senilai
Rp. 2.540.356.000,00
Pengembangan kawasan pertanian berbasis korporasi petani senilai
Rp. 140.000.000,00
Persiapan dan Pelaksanaan Layanan Kelembagaan Pertanian (BLU
Pertanian) senilai Rp. 350.800.000,00.
6
3) Perencanaan Pelaksanaan dan Monev Kegiatan Pemberdayaan
Permodalan dan Asuransi Pertanian senilai Rp. 1.228.000.000,00.
4) Koordinasi kegiatan Direktorat Pembiayaan Pertanian senilai Rp.
4.196.210.000,00
5) Fasilitasi dalam rangka mendukung program Ditjen PSP senilai Rp.
2.728.900.000,00
6) Pilot Model Fasilitasi pendampingan dalam mendukung #SERASI senilai Rp.
1.789.100.000,00.
7) Persiapan pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum (PK-BLU) senilai
Rp. 1.204.650.000,00
8) Mendukung kegiatan PSP senilai Rp. 943.500.000,00
7
BAB II PERENCANAAN KINERJA
2.1. Rencana Strategis 2015-2019
Rencana Strategis Direktorat Pembiayaan Pertanian mengacu kepada Renstra
Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian, dan kegiatan prioritas yang
menjadi indikator kinerja utama yaitu :
1) Optimalisasi penyediaan, penyaluran dan pemanfaatan kredit program;
2) Merumuskan dan melaksanakan kebijakan dan fasilitasi pembiayaan.
3) Menumbuhkembangkan Lembaga Pembiayaan di Pedesaan seperti Lembaga
Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-A) dan Koperasi Pertanian.
4) Mewujudkan dan mengembangkan kebijakan dan program perlindungan petani
melalui Asuransi Pertanian.
5) Mengembangkan dan memberdayakan sumber-sumber pembiayaan untuk
peningkatan permodalan petani.
Visi Direktorat Pembiayaan Pertanian adalah Terwujudnya fasilitasi dan dukungan
pembiayaan bagi petani yang murah/terjangkau dan mudah diakses,
bertumbuhkembangnya kelembagaan pembiayaan di pedesaan, serta terwujudnya
perlindungan bagi usahatani.
Untuk mencapai Visi tersebut Direktorat Pembiayaan Pertanian mengemban Misi
sebagai berikut :
1) Mengoptimalkan ketersediaan, penyaluran dan pemanfaatan kredit program
dengan pola subsidi bunga kredit dan penjaminan yang murah/terjangkau dan
mudah diakses oleh petani/peternak/pekebun atau kelompoktani/gapoktan atau
koperasi dan pelaku usaha agribisnis lainnya di pedesaan untuk mendukung
pencapaian swasembada pangan dan ketahanan pangan.
2) Merumuskan kebijakan dan fasilitasi pembiayaan yang sesuai dengan
karakteristik petani dan pertanian Indonesia.
2.1.1.Visi
2.1.2. Misi
8
3) Pemberdayaan dan penguatan kelembagaan pembiayaan melalui
pemberdayaan gapoktan penerima PUAP (Pengembangan Usaha Agribisnis
Pedesaan).
4) Bertumbuhkembangnya Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKMA) sebagai
delivery System pembiayaan petani mikro kecil-pedesaan dan koperasi
pertanian.
5) Mendorong pengembangan program perlindungan petani dan usahataninya
melalui pengembangan asuransi pertanian.
6) Meningkatkan kerjasama dengan perusahaan asuransi dalam rangka
pengembangan skema-skema baru bentuk perlindungan bagi petani.
7) Mengoptimalkan kerjasama pembiayaan dengan sumber-sumber pembiayaan
seperti Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk program CSR/PKBL, swasta,
masyarakat atau lembaga masyarakat dan lain-lain.
8) Mewujudkan landasan-landasan hukum yang terkait dengan pembiayaan
pertanian dan perlindungan petani dalam bentuk Rancangan Undang-Undang,
Peraturan Pemerintah, Peraturan atau Keputusan Menteri, dan lain-lain sebagai
dasar kepastian hukum penyediaan permodalan/pembiayaan dan perlindungan
usaha petani.
Tujuan Direktorat Pembiayaan Pertanian adalah :
1) Mewujudkan sistem dan mekanisme pelayanan kredit/pembiayaan yang mudah
diakses dengan suku bunga terjangkau melalui penyediaan subsidi suku bunga
kredit dan penjaminan dari pemerintah.
2) Meningkatkan ketersediaan modal/pembiayaan bagi petani/peternak/pekebun,
kelompoktani/gapoktan, koperasi dan pelaku usaha pertanian lainnya yang
tergolong sebagai usaha mikro, kecil dan menengah.
3) Menumbuhkembangkan lembaga-lembaga ekonomi petani di pedesaan melalui
pemberdayaan dan penguatan Gapoktan-PUAP sehingga mampu
mengembangkan usahanya menjadi Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis
(LKM-A) dan atau koperasi pertanian.
4) Mewujudkan dan mengembangkan sistem perlindungan usaha tani dan mitigasi
risiko usaha petani melalui Asuransi Pertanian.
5) Mengoptimalkan kerjasama pembiayaan dengan sumber-sumber pembiayaan
seperti Badan Usaha Milik Negara (BUMN) melalui program PKBL/CSR
(Corporate Social Responsibilty), swasta, masyarakat atau lembaga masyarakat,
serta lembaga keuangan lainnya.
2.1.3.Tujuan dan Sasaran
9
6) Mewujudkan terbentuknya aturan atau landasan hukum seperti Rancangan
Undang-undang, Peraturan Pemerintah serta peraturan dan atau Keputusan
Menteri yang terkait dengan pembiayaan pertanian.
Sasaran Direktorat Pembiayaan Pertanian :
Sasaran Direktorat Pembiayaan Pertanian dicapai melalui kegiatan Peningkatan
fasilitasi pembiayaan, pemberdayaan kelembagaan dan permodalan petani serta
peningkatan perlindungan terhadap resiko.
Arah kebijakan dan strategi Direktorat Pembiayaan Pertanian adalah : ”Kemudahan
akses pembiayaan dan perlindungan pertanian”. Pembiayaan dalam hal ini ditujukan
untuk mendorong dan menjamin ketersediaan pembiayaan untuk pengembangan
usaha tani yang didorong oleh masih rendahnya penyaluran kredit sektor
pertanian. Perlindungan pertanian dalam hal ini adalah membuka akses
perlindungan melalui asuransi pertanian. Pembiayaan dan perlindungan pertanian
berpengaruh terhadap pra panen dan pasca panen pertanian.
Kebijakan Direktorat Pembiayaan Pertanian yang terkait dengan kemudahan
akses pembiayaan dan perlindungan pertanian diarahkan untuk mendukung
ketersediaan, penyaluran dan pemanfaatan pembiayaan/kredit bagi petani dengan
optimal yang bersumber dari :
1) Dana Perbankan
2) Dana laba BUMN/CSR (PKBL-BUMN)
3) Dana lembaga keuangan Non Bank (LKNB)
4) Dana pihak swasta, dana masyarakat dan atau lembaga masyarakat yang peduli
terhadap pertanian
5) Dana pemerintah pusat (APBN) dan pemerintah daerah (APBD Propinsi dan
APBD Kabupaten/kota)
6) Dana lembaga keuangan mikro dan lembaga adat yang berkembang di
masyarakat, serta
7) Sumber pembiayaan lainnya
2.1.4.Arah Kebijakan
10
Berdasarkan arah dan kebijakan Direktorat Pembiayaan Pertanian berupa
kemudahan akses pembiayaan dan perlindungan pertanian, maka hal tersebut akan
dilaksanakan dengan strategi ”meningkatkan aksesibilitas petani terhadap
pembiayaan dan perlindungan pertanian”.
Untuk mendorong peningkatan aksesibilitas petani terhadap pembiayaan dan
perlindungan pertanian yang bersumber dari swasta, perbankan dan masyarakat,
Direktorat Pembiayaan Pertanian menetapkan strategi/rencana aksi sesuai dengan
pembagian usaha petani yang ditinjau dari lembaga perbankan, yaitu : a). Kelompok
usaha yang Feasible dan Bankable, b). Kelompok yang tidak Feasible dan Bankable,
c). Kelompok usaha yang Feasible tetapi tidak Bankable, d). Kelompok usaha yang
tidak Feasible dan tidak Bankable.
1) Strategi fasilitasi pembiayaan bagi kelompok usaha tani yang Feasible dan
Bankable
a) Mendorong peningkatan portofolio ketersediaan dana dari bank dan atau
lembaga keuangan non bank untuk membiayai usaha pertanian;
b) Mendorong melakukan kerjasama dengan kelompok mikro dan kecil sebagai
mitra usahanya;
c) Mendorong membantu menciptakan usaha yang kondusif.
d) Mendorong kesediaanya menjadi bapak angkat dan atau sebagai off
taker/avalis;
e) Melakukan koordinasi dengan instansi pusat dan daerah yang terkait untuk
mempermudah petani dalam mengakses sumber pembiayaan kredit
program dan komersial;
2) Strategi fasilitasi pembiayaan bagi kelompok usaha tani yang tidak Feasible dan
Bankable
a) Mendorong peningkatan penyaluran/penyerapan dan pemanfaatan kredit
program dengan skema bunga kredit bersubsidi dan penjaminan oleh
pemerintah, yang tersedia untuk membiayai usaha pertanian;
b) Mengoptimalkan penyerapan dan pemanfaatan kredit program yang sudah
disediakan oleh pemerintah;
c) Memperluas dan mengembangkan skim-skim kredit program yang baru
dengan bunga kredit yang lebih murah/terjangkau, mudah diakses petani,
dan sesuai denngan karakteristik usaha pertanian;
2.1.5.Strategi/Rencana Aksi
11
d) Melaksanakan pembinaan dan pendampingan bagi debitur/ penerima kredit
program (petani/ peternak/pekebun) atau kelompok tani/gabungan kelompok
tani atau koperasi sampai ke tingkat Kabupaten/Kota melalui sistem fasilitasi
bertingkat;
e) Melakukan monitoring dan evaluasi secara reguler bagi debitur dan Bank
Penyalur dalam penyaluran dan pemanfaatan kredit program;
f) Melakukan koordinasi dengan instansi pusat dan daerah yang terkait untuk
mempermudah petani dalam mengakses sumber pembiayaan kredit
program dan komersial;
g) Meningkatkan kerjasama dengan lembaga keuangan dan negara donor di
luar negeri untuk pengembangan pembiayaan pertanian.
h) Mengembangkan skema pembiayaan dalam rangka perlindungan petani
dan usahataninya melalui fasilitasi program asuransi bagi kerugian petani
akibat kegagalan panen.
3) Strategi fasilitasi pembiayaan bagi kelompok usaha tani yang Feasible dan tidak
Bankable serta tidak Feasible dan tidak Bankable
a) Pemberdayaan dan penguatan Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-
A) dari Gapoktan PUAP di pedesaan untuk pembiayaan usaha mikro dan
kecil;
b) Melaksanakan pemberdayaan dan pemberdayaan Petani, Poktan, dan
Gapoktan secara berkelanjutan;
c) Memfasilitasi pengembangan kemitraan usaha dengan usaha petani, baik
dalam aspek pemasaran hasil (offtaker) maupun jaminan kredit (avalis);
d) Melaksanakan pembinaan dan pendampingan berkelanjutan bagi usaha
tani/kelompok usaha tani mikro dan kecil;
e) Mengoptimalkan sumber-sumber pembiayaan alternatif seperti BUMN,
swasta, dan masyarakat/lembaga masyarakat (LKM Syariah/BMT, PKBL-
BUMN, CSR, dan lain-lain).
f) Mengembangkan pola kemitraan dalam pembiayaan usaha tani untuk
mengantisipasi risiko kredit.
g) Mengembangkan sistem/pola penjaminan atas risiko kredit petani dan pola
pendampingan yang sesuai dengan karakteristik usaha mikro dan kecil di
sektor pertanian.
12
Program Direktorat Pembiayaan Pertanian merupakan bagian dari program
penyediaan dan pengembangan prasarana dan sarana pertanian pada Direktorat
Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian. Adapun kegiatan Direktorat Pembiayaan
Pertanian adalah kegiatan Fasilitasi Pembiayaan Pertanian, dengan kegiatan utama
yaitu :
1) Mengoptimalkan ketersediaan, penyaluran, dan pemanfaatan kredit program
dengan pola subsidi bunga kredit dan penjaminan bagi petani/peternak/pekebun
atau kelompok tani/gabungan kelompok tani atau koperasi atau pelaku usaha
agribisnis lainnya dalam upaya pengambangan usaha di sektor pertanian.
2) Meningkatkan dan mengembangkan program fasilitasi asuransi pertanian
sebagai upaya perlindungan bagi usahatani (petani/peternak) dari kegagalan
usahatani.
3) Melanjutkan dan meningkatkan pembinaan dan pendampingan bagi gapoktan
penerima Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) untuk
ditumbuhkembangkan menjadi Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKMA)
dan Koperasi Pertanian sebagai sumber permodalan/pembiayaan bagi usaha
petani berskala mikro dan kecil.
4) Mengoptimalkan partisipasi dan kontribusi dari lembaga-lembaga seperti BUMN,
swasta dan masyarakat seperti PKBL/CSR, dan lain-lain menjadi sumber
permodalan/pembiayaan untuk pengembangan usaha mikro dan kecil di sektor
pertanian.
Selain itu juga dilaksanakan kegiatan pendukung, yaitu :
1) Mengkaji dan mengembangkan skema-skema kredit program dengan pola
subsidi bunga kredit dan penjaminan yang tergolong murah/terjangkau, mudah
diakses petani, dan sesuai dengan karakteristik pertanian bagi usaha mikro,
kecil dan menengah di sektor pertanian;
2) Meningkatkan kerjasama fasilitasi pembiayaan dengan lembaga
keuangan/pembiayaan internasional dan negara donor lainnya untuk
pengembangan pembiayaan usaha mikro dan kecil di sektor pertanian.
3) Mendorong tersedianya lembaga penjamin pasar/off taker dan kredit (avalis) di
sentra-sentra produksi pertanian.
4) Meningkatkan peran aktif pemerintah daerah untuk berkoordinasi dengan
lembaga-lembaga pembiayaan setempat untuk meningkatkan peran dan
kontribusinya dalam fasilitasi pembiayaan di sektor pertanian.
2.1.6.Program dan Kegiatan
13
2.2. Perjanjian Kinerja (PK) Tahun 2019
Perjanjian Kinerja merupakan kontrak kerja antara Direktur Pembiayaan Pertanian
dengan Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian untuk melaksanakan
kegiatan Direktorat Pembiayaan dalam mendukung Program Kementerian
Pertanian. Perjanjian Kinerja (PK) Direktorat Pembiayaan Pertanian TA. 2019
ditandatangani pada Bulan Januari 2019.
Perjanjian kinerja tahun 2019 ini disusun memperhatikan Balanced Scorecard mulai
Level 2, level 3 dan level 4 yang ditandatangani pada Bulan Januari 2019.
Adapun yang menjadi kesepakatan dalam perjanjian kinerja Direktorat Pembiayaan
Pertanian sesuai dokumen PK Bulan Januari 2019, sebagai berikut :
Tabel 1. Perjanjian Kinerja (PK) Direktorat Pembiayaan Pertanian TA. 2019
No Sasaran Kegiatan Indikator Kinerja Target
1 Meningkatnya dukungan pembiayaan
pertanian dalam mendukung penerapan
pengelolaan pertanian terpadu di
pedesaan
Jumlah pelaku usaha
pertanian binaan yang
mendapat pembiayaan
4.200 pelaku usaha
Sumber data : Perjanjian Kinerja Direktorat Pembiayaan Pertanian, Januari 2019
Dokumen Perjanjian Kinerja Direktorat Pembiayaan Pertanian sebagaimana pada lampiran 1.
Pencapaian sasaran kegiatan “Meningkatnya dukungan pembiayaan pertanian
dalam mendukung penerapan pengelolaan pertanian terpadu di pedesaan” dengan
indikator jumlah pelaku usaha pertanian binaan yang mendapat pembiayaan,
tercapai melalui :
1) Jumlah pelaku usaha pertanian binaan yang mendapat pembiayaan dari kredit
program dan fasilitasi pembiayaan;
2) Jumlah pelaku usaha pertanian binaan yang mendapat pembiayaan dari
lembaga keuangan mikro agribisnis/koperasi pertanian;
3) Rasio usaha pertanian yang terlindungi asuransi terhada total usaha pertanian;
4) Jumlah pelaku usaha pertanian binaan yang mendapat pembiayaan dari private
sector.
14
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
3.1. Capaian Kinerja Organisasi
3.1.1. Kriteria Ukuran Keberhasilan Pencapaian Sasaran
Kriteria ukuran keberhasilan pencapaian sasaran tahun 2019 ditetapkan
berdasarkan penilaian capaian melalui metode scoring, yaitu: (1) sangat berhasil
(capaian >100%), (2) berhasil (capaian 80-100%), (3) cukup berhasil (capaian 60-
79%), dan (4) kurang berhasil (capaian <60%) terhadap sasaran yang telah
ditetapkan.
3.1.2. Pencapaian Sasaran Kegiatan Direktorat Pembiayaan Pertanian Tahun 2019
Pencapaian sasaran kegiatan Direktorat Pembiayaan Pertanian diukur melalui
indikator kinerja Jumlah pelaku usaha pertanian binaan yang mendapat
pembiayaan, dilakukan dengan cara membandingkan angka realisasi pelaku
usaha pertanian binaan yang mendapat pembiayaan terhadap target pelaku usaha
pertanian binaan. Angka realisasi pelaku usaha pertanian binaan yang mendapat
pembiayaan adalah angka realisasi pelaku usaha pertanian yang akses terhadap
sumber pembiayaan kredit program, kredit non program, swasta, BUMN, LKMA
dan koperasi pertanian.
Pencapaian sasaran kegiatan Direktorat Pembiayaan disimpulkan sangat berhasil
yaitu dari target 4.200 pelaku usaha pertanian binaan yang mendapat pembiayaan,
tercapai 4.321 pelaku usaha pertanian binaan yang mendapatkan pembiayaan atau
sebesar 102,88% (Tabel 2).
Tabel 2. Capaian Indikator Kinerja Direktorat Pembiayaan Pertanian TA. 2019
1 4.200 Pelaku usaha 4.321,00 Pelaku usaha 102,88 Sangat berhasil
Kategori Sasaran Kegiatan Indikator Kinerja
Jumlah pelaku usaha
pertanian binaan yang
mendapat pembiayaan
Meningkatnya dukungan pembiayaan
pertanian dalam mendukung
penerapan pengelolaan pertanian
terpadu di pedesaan
Target Realisasi %capaian
Sumber data : Hasil Pengukuran Kinerja Direktorat Pembiayaan Pertanian, 2019
15
3.1.3 Analisis Capaian Sasaran Kegiatan Direktorat Pembiayaan Pertanian TA. 2019
Pencapaian sasaran kegiatan “Meningkatnya dukungan pembiayaan pertanian
dalam mendukung penerapan pengelolaan pertanian terpadu di pedesaan” dengan
indikator jumlah pelaku usaha pertanian binaan yang mendapat pembiayaan,
disimpulkan sangat berhasil yaitu dari target 4.200 pelaku usaha pertanian binaan
yang mendapat pembiayaan, tercapai 4.321 pelaku usaha pertanian binaan yang
mendapatkan pembiayaan atau sebesar 102,88%. Capaian ini diperoleh melalui
capaian indikator beberapa aktivitas kegiatan, sebagai berikut:
Tabel 3. Capaian Indikator Kinerja Aktivitas Kegiatan Direktorat Pembiayaan Pertanian
SK01 1 4.200 Pelaku usaha 4.321 Pelaku usaha 102,88 Sangat berhasil
A Jumlah pelaku usaha
pertanian binaan yang
mendapat pembiayaan dari
kredit program dan fasilitasi
pembiayaan;
1.280 Pelaku usaha 1.290 Pelaku usaha 100,78 Sangat berhasil
B Jumlah pelaku usaha
pertanian binaan yang
mendapat pembiayaan dari
lembaga keuangan mikro
agribisnis/koperasi pertanian;
2880 Pelaku usaha 2.980 Pelaku usaha 103,47 Sangat berhasil
C Rasio usaha pertanian yang
terlindungi asuransi terhadap
total usaha pertanian
100 % 95,29 % 95,29 Berhasil
D Jumlah pelaku usaha
pertanian binaan yang
mendapat pembiayaan dari
private sektor.
40 Pelaku usaha 51 Pelaku usaha 127,50 Sangat berhasil
Kategori
Meningkatnya dukungan pembiayaan
pertanian dalam mendukung
penerapan pengelolaan pertanian
terpadu di pedesaan
Jumlah pelaku usaha
pertanian binaan yang
mendapat pembiayaan
IKAKode SK Sasaran Kegiatan Indikator Kinerja Target Realisasi %capaian
Sumber data : Hasil Pengukuran Kinerja Direktorat Pembiayaan Pertanian, 2019
3.1.3.1. Analisis Capaian Sasaran Kegiatan Tahun 2019 terhadap Tahun 2018 serta
periode jangka menengah
3.1.3.1.1. Jumlah Pelaku Usaha Pertanian Binaan yang Mendapat Pembiayaan
Jumlah pelaku usaha pertanian binaan yang mendapat pembiayaan,
menjadi indikator kinerja mulai tahun 2018, sehingga capaian tahun ini
dapat dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Tahun 2019 tercapai
4.321 pelaku usaha pertanian binaan yang mendapatkan pembiayaan
dari taget 4.200 pelaku usaha atau sebesar 102,88%. Indikator kinerja
ini menjadi ukuran kinerja di tahun 2018 dan 2019 sehingga target
jangka menengah adalah 7.920 pelaku usaha pertanian binaan yang
mendapat pembiayaan. Capaian tahun 2019 apabila dibandingkan
dengan target jangka menengah, maka sudah tercapai 4.321 pelaku
usaha pertanian binaan yang mendapat pembiayaan dari target 7.920
pelaku usaha atau senilai 54,56%.
16
Capaian indikator kinerja ini merupakan kontribusi dari capaian indikator
aktivitas kegiatan, berikut:
1. Jumlah Pelaku Usaha Pertanian Binaan yang Mendapat
Pembiayaan dari Kredit Program dan Fasilitasi Pembiayaan
Jumlah pelaku usaha binaan pertanian yang mendapat pembiayaan
dari kredit program dan fasilitasi pembiayaan tercapai 1,290 pelaku
usaha dari target 1.280 pelaku usaha (100,78%), dengan rincian
berikut:
Tabel 4. Capaian Jumlah Pelaku Usaha Pertanian Binaan yang
Mendapat Pembiayaan dari Kredit Program dan Fasilitasi Pembiayaan
SK01 1 Meningkatnya dukungan pembiayaan
pertanian dalam mendukung
penerapan pengelolaan pertanian
terpadu di pedesaan
A Jumlah pelaku usaha
pertanian binaan yang
mendapat pembiayaan dari
kredit program dan fasilitasi
pembiayaan;
1.280 Pelaku
usaha
1.290 Pelaku usaha 100,78 Sangat berhasil
Jumlah pelaku usaha
pertanian binaan yang
mendapat pembiayaan dari
kredit program
1.250 Pelaku
usaha
1.255 Pelaku usaha 100,40 Sangat berhasil
Jumlah pelaku usaha
pertanian binaan yang
mendapat pembiayaan dari
kredit non program
30 Pelaku
usaha
35 Pelaku usaha 116,67 Sangat berhasil
%capaian KategoriKode SK IKA Sasaran Kegiatan Indikator Kinerja Target Realisasi
Sumber data : Hasil Pengukuran Kinerja Sub Direktorat Kredit Program dan Fasilitasi Pembiayaan, 2019
Untuk mendukung capaian kinerja ini dilaksanakan kegiatan fasilitasi
pembiayaan pertanian melalui kredit program yaitu Kredit Usaha
Rakyat (KUR) dan sumber pembiayaan pertanian lainnya (kredit non
program). Melalui alokasi anggaran TA 2019 untuk mendukung
pelaksanaan kegiatan kredit program dan fasilitasi pembiayaan telah
terealisasi anggaran senilai Rp. 4.266.757.868,00 (80,06%) dari
pagu senilai Rp. 5.329.600.000,00.
Adapun kegiatan yang telah dilaksanakan dalam rangka kredit
program dan fasilitasi pembiayaan (kredit non program) pada TA.
2019, sebagai berikut:
17
1). Kredit Usaha Rakyat (KUR) Sektor Pertanian
Kredit Usaha Rakyat (KUR) merupakan salah satu skema
kredit/pembiayaan modal kerja dan/atau investasi yang diberikan
kepada debitur yang memiliki usaha produktif dan layak termasuk
sektor pertanian, namun belum memiliki agunan tambahan atau
agunan tambahan belum cukup. Skema kredit ini disalurkan oleh
Bank maupun Lembaga Keuangan bukan Bank yang ditunjuk,
dengan pola penjaminan, yang dilaksanakan atas kerjasama
Pemerintah, lembaga penjamin dan perbankan, dengan imbal jasa
penjaminan disediakan Pemerintah.
Pada tahun 2019 Pemerintah menyediakan anggaran sebesar
Rp. 141 Triliun untuk program KUR termasuk untuk sektor pertanian
di dalamnya. Untuk sektor pertanian, alokasi program KUR tersebut
diharapkan dapat meningkatkan pemberian kredit kepada Usaha
Mikro dan retail yang menjalankan usaha di sektor pertanian.
Capaian dan Kontribusi Kredit Usaha Rakyat Sektor Pertanian
Realisasi penyaluran KUR sektor pertanian, perburuan dan
kehutanan per November tahun 2019 oleh perbankan sebesar Rp.
34,56 Trilyun atau 24,69% dari target KUR Nasional sebesar Rp.
140 trilyun. Apabila dibandingkan dengan capaian tahun 2018
dimana realisasi penyaluran KUR sektor pertanian, perburuan dan
kehutanan tercapai sebesar Rp. 27,60 Trilyun, maka capaian
realisasi KUR sektor pertanian, perburuan dan kehutanan tahun
2019 ini meningkat sebesar 77,38% dari tahun 2018.
Gambar 2. Diagram Realisasi KUR sektor pertanian, perburuan dan Kehutanan Tahun 2015 s/d 2019
Realisasi penyaluran KUR untuk sektor pertanian (Tanaman
Pangan, Hortikultura, Perkebunan dan Peternakan) per Desember
tahun 2019 oleh perbankan sebesar Rp. 29,72 Trilyun atau 21,23%
dari target KUR Nasional sebesar Rp. 140 trilyun. Apabila
2015 2016 2017 2018 2019
Target (triliun) 100,00 100,00 106,60 123,00 140,00
Realisasi (triliun) 9,38 16,36 21,90 27,60 34,56
18
dibandingkan dengan capaian tahun 2018 dimana realisasi
penyaluran KUR sektor pertanian tercapai sebesar Rp. 19,65
Trilyun, maka capaian realisasi KUR sektor pertanian, perburuan
dan kehutanan tahun 2019 ini meningkat sebesar 76,02% dari tahun
2018.
Gambar 3. Diagram Realisasi KUR sektor pertanian Tahun 2016 s/d
2019
Dalam periode 2015 s/d 2019, persentase realisasi KUR sektor
pertanian, perburuan dan kehutanan cenderung masih dibawah 50%.
Rendahnya realisasi KUR sektor pertanian ini disebabkan oleh
beberapa hal berikut :
1) Masyarakat masih banyak yang belum Bankable
2) Dalam pelaksanaannya di lapang, belum seluruhnya calon
Debitur memiliki agunan yang dipersyaratkan Bank
3) Luas kepemilikan lahan pertanian yang kecil dan petani
kebanyakan merupakan petani gurem
4) Adanya program kredit sejenis yang dikeluarkan oleh Bank
dengan bunga yang lebih rendah
5) Belum memiliki akses data debitur ke SIKP
Untuk mendukung pelaksanaan kegiatan Kredit Usaha Rakyat (KUR),
telah dilaksanakan beberapa kegiatan pendukung melalui dana
APBN pusat di TA. 2019, yaitu :
(1). Koordinasi kredit program dan fasilitasi pembiayaan. Koordinasi
ini dilaksanakan melibatkan instansi terkait seperti Ditjen
Tanaman Pangan, Hortikultura, Perkebunan dan peternakan,
PSE-KP dan Kementerian Perekonomian dalam rangka
penyusunan rencana biaya indikatif komoditas pertanian untuk
KUR TA. 2019.
No Keterangan 2016 2017 2018 2019
1 Target (triliun) 80,00 100,00 120,00 140,00
2 Realisasi (triliun) 11,89 17,28 19,65 29,72
a. Tanaman Pangan 3,867 4,87 5,59 8,35
b. Hortikultura 1,741 2,28 2,51 3,71
c. Perkebunan 4,171 6,97 8,00 11,47
d. Peternakan 2,116 3,17 3,54 6,18
19
(2). Koordinasi dengan instansi terkait dalam rangka kredit program.
Koordinasi ini dilaksanakan dengan instansi terkait seperti
perbankan (Bank BRI, BNI dan Mandiri), Bank Indonesia dan
OJK dalam mempersiapkan pelaksanaan kegiatan Fasilitator
Pembiayaan Petani Swadaya (FPPS).
(3). Monitoring dan evaluasi pelaksanaan KUR sektor pertanian ke
Propinsi Jawa Barat dan Banten .
(4). Focus Group Discussion KUR dilaksanakan di Kalimantan
Selatan dan Riau. FGD ini dilaksanakan untuk mensosialisasikan
KUR sektor perkebunan, terkait dengan adanya grace periode.
Kontribusi kegiatan kredit program melalui KUR dalam dukungan
sawsembada pangan adalah membantu permodalan petani/peternak
melalui subsidi suku bunga dalam menjalankan usaha pertaniannya.
Apabila kredit diterima tepat waktu maka dampaknya dapat membantu
keberlangsungan usaha tani dan meningkatkan produktivitas.
2). Fasilitasi Pembiayaan Petani Swadaya (FPPS)
Fasilitator Pembiayaan Petani Swadaya (FPPS) adalah tenaga
swadaya yang mendampingi petani/ kelompok tani/gapoktan/pelaku
usaha pertanian untuk bisa akses pelayanan perbankan/ lembaga
keuangan. FPPS ini menjadi salahsatu kegiatan yang dilaksanakan
oleh Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian cq Direktorat
Pembiayaan Pertanian sejak tahun.2017 dengan maksud untuk
mengembangkan model pendampingan oleh tenaga FPPS yang
berasal dari PMT PUAP yang tercantum dalam SK Dirjen PSP No.
03/2016 tentang Penetapan Penyelia Mitra Tani Kementerian
Pertanian TA. 2016.
Untuk pelaksanaan kegiatan FPPS tahun 2019, dialokasikan
anggaran sebagai berikut :
Anggaran di pusat senilai Rp. 2.036.100.000,00 Dari target
tersebut, telah terealisasi anggaran senilai Rp.
1.687.639.895,00 (82,89%),
Anggaran Dekonsentrasi di Propinsi senilai Rp.
3.361.680.000,00 Dari target tersebut, telah terealisasi
anggaran senilai Rp. 3.156.223.395,00 (93,89%)
20
Anggaran Tugas Pembantuan di Kabupaten senilai Rp.
31.271.320.000,00. Dari target tersebut, telah terealisasi
anggaran senilai Rp. 25.222.374.368,00 (80,66%).
(Ket: sumber data realisasi Dekon dan TP : MPO, Ditjen PSP)
Dari alokasi anggaran tersebut, telah dilaksanakan kegiatan FPPS,
sebagai berikut :
1) Penyusunan Pedoman Teknis Fasilitasi Pembiayaan
Pedoman teknis fasilitasi pembiayaan disusun dengan tujuan
Sebagai acuan bagi FPPS dalam pelaksanaan kegiatan fasilitasi
pembiayaan petani kepada perbankan dan lembaga keuangan
lainnya dan sebagai acuan bagi petugas pusat Kementerian
Pertanian/petugas Dinas Propinsi/Kabupaten/Kota dalam
melakukan pembinaan dan pengawalan terhadap FPPS.
2) FGD dalam rangka pelaksanaan kegiatan FPPS
Kegiatan ini ditujukan untuk evaluasi pelaksanaan kegiatan FPPS
semester 1 dan 2, sehingga kegiatan ini dapat terevaluasi
pelaksanaannya dan menindaklanjuti hal-hal yang menjadi
catatan. Adapun pelaksanaannya di tahun 2019 ini adalah di
Bandung Propinsi Jawa Barat dan Kota Batam Propinsi
Kepulauan Riau.
3) Koordinasi pelaksanaan kegiatan FPPS
Koordinasi ini dilaksanakan dalam rangka pembinaan,
penyamaan persepsi atau sinergi pelaksanaan kegiatan FPPS
antara pusat dan daerah. Pada TA. 2019, koordinasi dilaksanakan
di 32 propinsi.
4) Pelaksanaan Temu Usaha Akselerasi Penerima Manfaat KUR
(temu pembiayaan).
Temu usaha akselerasi penerima manfaat KUR ditujukan untuk
memfasilitasi pertemuan antara FPPS dengan para
petani/kelompoktani/gapoktan dan menghadirkan petugas dinas
Propinsi/Kabupaten/Kota serta perbankan. Dari hasil temu usaha
ini akan terjaring petani/kelompoktani/gapoktan yang berpotensi
sebagai calon nasabah KUR. Pada TA. 2019 ini telah terlaksana
temu usaha akselerasi penerima manfaat KUR di 32 propinsi.
21
Capaian dan Kontribusi pelaksanaan fasilitasi pembiayaan dari
kredit program melalui kegiatan FPPS
Dari pelaksanaan kegiatan FPPS di lapangan, telah tercapai akselerasi
penyaluran KUR di 26 propinsi dengan pelaku usaha pertanian binaan
yang akses kredit program melalui KUR sebanyak 1.255 pelaku usaha
dari target 1.250 pelaku usaha (100,40%). Adapun total kredit yang
dicairkan senilai Rp. 111.054.935.650,00 sebagai berikut:
Tabel 5. Capaian Jumlah Pelaku Usaha Pertanian Binaan yang Mendapat Pembiayaan dari Kredit Program melalui FPPS
Sumber data : Hasil Pengukuran Kinerja Sub Direktorat Kredit Program dan
No. PropinsiJumlah
FPPS Realisasi Akses KUR Jumlah Debitur
1 ACEH 32 710.000.000 5
2 BALI 12 3.090.000.000 11
3 BANTEN 25 110.000.000 12
4 BENGKULU 17 1.125.000.000 18
5 D.I. YOGYAKARTA 9 1.355.000.000 7
6 GORONTALO 9 - -
7 JAMBI 32 3.096.000.000 31
8 JAWA BARAT 59 9.820.724.000 81
9 JAWA TENGAH 108 5.610.515.250 34
10 JAWA TIMUR 109 1.022.500.000 59
11 KALIMANTAN BARAT 17 - -
12 KALIMANTAN SELATAN 22 4.220.000.000 49
13 KALIMANTAN TENGAH 14 795.000.000 11
14 KALIMANTAN TIMUR 9 1.520.000.000 10
15 KALIMANTAN UTARA 3 - -
16 KEPULAUAN RIAU 5 35.000.000 2
17 LAMPUNG 36 29.314.576.000 521
18 MALUKU 7 - -
19 MALUKU UTARA 11 236.000.000 12
20 NUSA TENGGARA BARAT 24 375.000.000 31
21 NUSA TENGGARA TIMUR 58 1.855.000.000 12
22 PAPUA 11 435.000.000 7
23 PAPUA BARAT 6 - -
24 RIAU 25 2.490.000.000 13
25 SULAWESI BARAT 12 3.955.000.000 15
26 SULAWESI SELATAN 33 1.678.000.000 19
27 SULAWESI TENGAH 14 23.963.920.400 201
28 SULAWESI TENGGARA 33 - -
29 SULAWESI UTARA 14 2.555.000.000 10
30 SUMATERA BARAT 25 4.167.000.000 33
31 SUMATERA SELATAN 23 5.935.000.000 43
32 SUMATERA UTARA 46 1.585.700.000 8
860 111.054.935.650 1.255 Grand Total
22
Fasilitasi Pembiayaan, 2019
Pelaksanaan kegiatan FPPS ini memberikan kontribusi terhadap
percepatan penyaluran KUR sektor pertanian kepada 1.255 pelaku
usaha tani binaan sehingga membantu penyedian modal bagi usaha
tani.
Kendala dalam pelaksanaan kegiatan FPPS antara lain:
FPPS belum tersosialisasi secara menyeluruh dan belum dipahami
baik oleh petugas Dinas di Propinsi/Kabupaten/Kota,
petani/kelompoktani/gapoktan dan perbankan setempat.
FPPS belum tersosialisasi secara menyeluruh dan belum dipahami
baik oleh petugas Dinas di Propinsi/Kabupaten/Kota,
petani/kelompoktani/gapoktan dan perbankan setempat.
Tenaga FPPS sebagian belum aktif menjalankan tugasnya.
3). Fasilitasi Pembiayaan Melalui Kredit Non Program
Fasilitasi pembiayaan melalui kredit non program merupakan salah
satu strategi untuk mempertemukan antara calon peminjam dengan
sumber-sumber pembiayaan untuk menyediakan modal kerja usaha
tani. Fasilitasi pembiayaan ini diarahkan untuk dapat menjalin
kerjasama antara sumber pembiayaan (perbankan maupun non
perbankan) dengan petani/kelompoktani/Gapoktan melalui akses
sumber permodalan.
Pada TA. 2019, Direktorat pembiayaan Pertanian telah
melaksanakan fasilitasi pembiayaan dalam rangka menjembatani
petani untuk akses kepada sumber pembiayaan non program melalui
pilot model pembiayaan sinergi program Ultra Mikro (UMI) dengan
Pusat Investasi Pemerintah (PIP) Kementerian Keuangan yang
merupakan Badan Layanan Umum (BLU) Kementerian Keuangan.
Kementerian Pertanian bekerjasama dengan Kementerian Keuangan
untuk memfasilitasi permodalan bagi petani melalui Lembaga
Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-A) yang merupakan lingkage
program. Sebagai pelaksana BLU PIP Kementerian Keuangan
adalah PT. Bahana Artha Ventura (BAV). Manfaat yang diperoleh
dari sinergi program UMI BLU Pusat Investasi Pemerintah ini antara
lain :
1. LKMA mendapatkan penguatan permodalan melalui linkage
program UMI, sehingga ada margin hasil yang disalurkan kepada
23
petani anggotanya.
2. Petani anggotanya mendapatkan akses permodalan UMI melalui
LKM-A.
3. Pengurus LKM-A mendapatkan pengetahuan pelatihan tentang
Managemen Risiko Pengelolaan Keuangan dan Aplikasi
Pelaporan secara Online.
Capaian dan Kontribusi pelaksanaan fasilitasi pembiayaan dari
kredit non program
Hasil capaian pilot model yang sudah berhasil mendapatkan
akses pembiayaan untuk penguatan permodalan melalui sinergi
program UMI dengan PIP Kementerian Keuangan kepada 3
LKMA di Kabupaten Kendal yang meliputi :
1. LKMA Anugerah Tani Makmur sebesar Rp. 50.000.000,-
2. LKMA Blorok Makmur Sejahtera Sebesar Rp.50.000.000,-
3. Koperasi Tani Agribisnis Tanamsari sebesar Rp. 100.000.000,-
Keberhasilan hasil pilot model ini akan kita sosialisasikan ke seluruh
Indonesia, supaya dapat diduplikasikan kepada seluruh LKM-A yang
potensial untuk mendapatkan penguatan permodalan.
Dari hasil pilot model penguatan permodalan bagi petani/pelaku
usaha tercapai 35 pelaku usaha tani akses kepada kredit non
program dari target 30 pelaku usaha (125%). Adapun rincian capaian
kinerja tersebut, sebagai berikut :
Tabel 6. Capaian Jumlah Pelaku Usaha Pertanian Binaan yang
Mendapat Pembiayaan dari Kredit Non Program NO NAMA NAMA LKMA ALAMAT PIUTANG
1 Nurwanto Anugerah Tani Makmur
Sempu Tampingwinarno
Rp. 5.000.000
2 Hareva Mara Dhedhali
Anugerah Tani Makmur
Tampingan Tampingwinarno
Rp. 5.000.000
3 Siti Rohatimah Anugerah Tani Makmur
Beteng Tampingwinarno
Rp. 5.000.000
4 Abdul Majid Anugerah Tani Makmur
Medono Tampingwinarno
Rp. 5.000.000
5 Painem Anugerah Tani Makmur
Tampingan Tampingwinarno
Rp. 5.000.000
6 Slamet Sunardi Anugerah Tani Makmur
Tampingan Tampingwinarno
Rp. 3.000.000
7 M Ridwan Anugerah Tani Makmur
Denokan Tampingwinarno
Rp. 3.000.000
8 Sulistiyanto Anugerah Tani Makmur
Denokan Tampingwinarno
Rp. 5.000.000
9 Nurhayati Anugerah Tani Makmur
Sempu Tampingwinarno
Rp. 6.000.000
10 Slamet Widiyati Anugerah Tani Makmur
Tampingan Tampingwinarno
Rp. 5.000.000
11 Rohmad Anugerah Tani Tampingan Rp. 3.000.000
24
NO NAMA NAMA LKMA ALAMAT PIUTANG
Makmur Tampingwinarno
12 Kasmuri (S) Blorok Makmur Sejahtera
Blorok Rp. 5.000.000
13 Samirah Blorok Makmur Sejahtera
Blorok Rp. 5.000.000
14 Rukiyah Blorok Makmur Sejahtera
Blorok Rp. 5.000.000
15 Sitam Blorok Makmur Sejahtera
Blorok Rp. 5.000.000
16 Wakid Blorok Makmur Sejahtera
Blorok Rp. 5.000.000
17 Jumi'ah (W) Blorok Makmur Sejahtera
Blorok Rp. 3.000.000
18 Salamah (S) Blorok Makmur Sejahtera
Blorok Rp. 3.000.000
19 Sawilin Blorok Makmur Sejahtera
Blorok Rp. 5.000.000
20 Kunardi Blorok Makmur Sejahtera
Blorok Rp. 6.000.000
21 Anwar Blorok Makmur Sejahtera
Blorok Rp. 5.000.000
22 Supadi Blorok Makmur Sejahtera
Blorok Rp. 3.000.000
23 Sunardi Koperasi tani Agribisnis Tanamsari
Payung Rp. 5.000.000
24 Nurf Kholis Koperasi tani Agribisnis Tanamsari
Payung Rp. 5.000.000
25 Rubiah Koperasi tani Agribisnis Tanamsari
Payung Rp. 5.000.000
26 Sinar Koperasi tani Agribisnis Tanamsari
Payung Rp. 5.000.000
27 Sodikin Koperasi tani Agribisnis Tanamsari
Payung Rp. 10.000.000
28 Karyanto Koperasi tani Agribisnis Tanamsari
Payung Rp. 10.000.000
29 A. Musyafak Koperasi tani Agribisnis Tanamsari
Payung Rp. 10.000.000
30 Walyono Koperasi tani Agribisnis Tanamsari
Payung Rp. 10.000.000
31 Saleh Koperasi tani Agribisnis Tanamsari
Payung Rp. 10.000.000
32 Muchlisin Koperasi tani Agribisnis Tanamsari
Payung Rp. 10.000.000
33 Zuhrotun Nasikhah
Koperasi tani Agribisnis Tanamsari
Payung Rp. 7.500.000
34 Suud Koperasi tani Agribisnis Tanamsari
Payung Rp. 7.500.000
35 Bariyah Koperasi tani Agribisnis Tanamsari
Payung Rp. 5.000.000
TOTAL Rp. 200.000.000
Sumber data : Hasil Pengukuran Kinerja Sub Direktorat Kredit Program dan Fasilitasi Pembiayaan, 2019
25
Pelaksanaan fasilitasi pembiayaan kredit non program ini memberikan
kontribusi terhadap penyediaan permodalan kredit non program
kepada 35 petani/pelaku usaha pertanian binaan.
4). Penyusunan RPP Unit Khusus Pertanian
Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) Unit Khusus Pertanian
disusun sesuai amanah dalam UU No. 19 tahun 2013 tentang
perlindungan dan pemberdayaan petani. Berdasarkan Undang-
undang No. 5 tahun 1992 pasal 5 juncto Undang-undang No. 10 tahun
1998 tercantum Bank Umum dapat mengkhususkan diri untuk
melaksanakan kegiatan tertentu atau memberikan perhatian khusus
kepada sektor pertanian. Sejalan dengan Undang-Undang tersebut, agar
dapat dapat dilaksanakan secara operasional perlu pengaturan lebih
lanjut melalui Peraturan Pemerintah.
Penyusunan RPP UKP telah dimulai sejak tahun 2016 dan menjadi
kegiatan yang dipantau oleh Kantor Staf Presiden (KSP). Sejalan
dengan perkembangan pembahasan RPP Unit Khusus Pertanian, saat
ini telah menjadi RPP Pembiayaan Usaha Tani.
Perkembangan pelaksanaan penyusunan RPP ini pada TA. 2019
adalah telah dilaksanakannya pembahasan draft RPP Pembiayaan
Usah Tani bersama Tim dan telah dilakukan pleno di Kemenkumham,
saat ini draft RPP Pembiayaan Usaha tani sudah diusulkan ke
Presiden untuk dimintakan tanda tangan.
5). Pilot Project Pembiayaan Pertanian Inklusif
Pembiayaan inklusif pertanian dilaksanakan dalam rangka
pemanfaatan akses pembiayaan dari berbagai sumber dana dalam
mendukung pembangunan pertanian. Untuk pelaksanaan kegiatan
Pilot Project Pembiayaan Pertanian Inklusif, telah dialokasikan
anggaran senilai Rp. 532.200.000,00. Dari target tersebut, telah
terealisasi anggaran senilai Rp. 483.835.400,00 (90,91%), dengan
kegiatan yang telah dilaksanakan, sebagai berikut:
Kajian lebih lanjut oleh Tim PSE-KP dan Dit. Pembiayaan Pertanian,
dengan objek pengamatan pada LKMA penerima PUAP berhasil di
26
Propinsi DI Yogyakarta dan Jawa Tengah.
Pemaparan hasil kajian Tim PSE-KP rancangan implementasi
pembiayaan pertanian inklusif melalui FGD yang melibatkan instansi
terkait seperti Kementerian BUMN, Kementerian Perekonomian, Bank
Indonesia, Perbankan (BNI, BRI, Mandiri, BPD NTB), OJK, Dinas
Pertanian Provinsi DIY dan Dinas Pertanian Kabupaten lingkup DIY
dan Dinas Pertanian Provinsi Jawa Tengah dan Dinas Pertanian
Kabupaten lingkup Jawa Tengah. Pada FGD ini diperoleh berbagai
pandangan dan masukan untuk menyempurnakan hasil rancangan
pelaksanaan pembiayaan pertanian inklusif. FGD dilaksanakan pada
tanggal 19 - 21 Juni 2019 di DIY dan tanggal 19 – 21 September di
Jawa Tengah.
2. Jumlah Pelaku Usaha Pertanian Binaan yang Mendapat Pembiayaan
dari Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis dan Koperasi Pertanian
Jumlah pelaku usaha pertanian binaan yang mendapat pembiayaan dari
lembaga keuangan mikro agribisnis dan koperasi pertanian tercapai 2.980
pelaku usaha dari target 2.880 pelaku usaha (103,47%), dengan rincian
berikut:
Tabel 7. Capaian Jumlah Pelaku Usaha Pertanian Binaan yang
Mendapat Pembiayaan dari Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis dan Koperasi Pertanian
Sumber data : Hasil Pengukuran Kinerja Sub Direktorat Kelembagaan Pembiayaan, 2019
Untuk mendukung capaian kinerja ini dilaksanakan kegiatan
kelembagaan pertanian dalam rangka pemberdayaan dan penguatan
LKMA dan Koperasi Pertanian. Dalam pelaksanaannya telah terealisasi
anggaran senilai Rp. 2.393.845.173,00 (94,23%) dari pagu senilai Rp.
SK01 1 Meningkatnya dukungan pembiayaan
pertanian dalam mendukung
penerapan pengelolaan pertanian
terpadu di pedesaan
A Jumlah pelaku usaha
pertanian binaan yang
mendapat pembiayaan dari
lembaga keuangan mikro
agribisnis dan koperasi
pertanian
2.880 Pelaku usaha 2.980 Pelaku usaha 103,47 Sangat berhasil
Jumlah pelaku usaha
pertanian binaan yang
mendapat pembiayaan dari
lembaga keuangan mikro
agribisnis
1.600 Pelaku usaha 1.650 Pelaku usaha 103,13 Sangat berhasil
Jumlah pelaku usaha
pertanian binaan yang
mendapat pembiayaan dari
koperasi pertanian
1.280 Pelaku usaha 1.330 Pelaku usaha 103,91 Sangat berhasil
%capaian KategoriKode SK IKA Sasaran Kegiatan Indikator Kinerja Target Realisasi
27
2.540.356.000,00.
Adapun kegiatan yang telah dilaksanakan di TA. 2019 dalam rangka
pemberdayaan dan penguatan LKMA meliputi : (1). Penyusunan
pedoman pemberdayaan LKMA dan Koperasi Pertanian; 2). Identifikasi
pengumpulan data LKMA dan Koptan; 3). Pertemuan dalam rangka
Koordinasi/sinkronisasi dalam rangka rancangan dan pemetaan kegiatan
di 3 (tiga) wilayah yaitu Semarang (Jawa Tengah), Padang (Sumatera
Barat) dan Bandung (Jawa Barat); 4). Pemutakhiran buku basis data unit
usaha LKM-A dan Koptan; 5). Monitoring dan evaluasi kegiatan
6). pertemuan Peningkatan kapasitas dan penumbuhan LKM-A dan
Koptan yang berasal dari Gapoktan penerima PUAP tahun 2008 – 2015
yang telah membentuk LKM-A dan berbadan Hukum Koperasi di 4
(empat) wilayah : Palembang (Sumatera Selatan), Mataram (Nusa
Tenggara Barat), Malang (Jawa Timur) dan Medan (Sumatera Utara); 7)
Pertemuan dalam rangka Forum LKM-A dan Koptan.
Perkembangan LKMA dan koperasi pertanian dari 52.186 desa/gapoktan
penerima PUAP (2008-2015), sebagai berikut :
Tabel 8. Perkembangan Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis
dan Koperasi Pertanian dari PUAP (2008-2015)
No Kegiatan Jumlah
2017 2018 2019
1 LKM-A 6.887 7.040 7.183
2 Koperasi Pertanian 607 743 792
Sumber data : Hasil Pengukuran Kinerja Sub Direktorat Kelembagaan Pembiayaan, 2019
Capaian Jumlah pelaku usaha pertanian binaan yang mendapat
pembiayaan dari Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis dan koperasi
pertanian, sebagai berikut:
1. Pemberdayaan dan Penguatan Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis
Kegiatan pemberdayaan dan penguatan LKMA dilaksanakan dengan
tujuan untuk memberdayakan dan penguatan LKM-A yang telah
terbentuk dari program PUAP. Pada tahun 2019 ini telah
dilaksanakan Peningkatan kapasitas dan penumbuhan LKM-A dan
Koptan yang di hadiri oleh 83 Unit LKM-A/Koptan serta Pertemuan
dalam rangka Forum LKM/A dan Koptan yang dihadiri oleh 31 Unit
28
LKM-A/Koptan dan tercapai pelaku usaha pertanian binaan yang
mendapat pembiayaan dari lembaga keuangan mikro agribisnis
sejumlah 1.650 pelaku usaha dari target 1.600 (103,13%). Rincian
capaian pelaku usaha tersebut, sebagai berikut:
Tabel 9. Capaian Jumlah Pelaku Usaha Pertanian Binaan yang Mendapat Pembiayaan dari Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis
Sumber data : Hasil Pengukuran Kinerja Sub Direktorat Kelembagaan Pembiayaan, 2019
2. Pemberdayaan dan Penguatan Koperasi
Pada tahun 2019 ini telah dilaksanakan Peningkatan kapasitas dan
penumbuhan LKM-A dan Koptan yang di hadiri oleh 83
LKM-A/Koptan serta Pertemuan dalam rangka Forum LKM-A dan
Koptan yang dihadiri oleh 31 Unit LKM-A/Koptan. Tercapai pelaku
usaha pertanian binaan yang mendapat pembiayaan dari koperasi
pertanian sejumlah 1.330 dari target 1.280 (103,91%). Rincian
capaian pelaku usaha tersebut, sebagai berikut:
Tabel 10. Capaian Jumlah Pelaku Usaha Pertanian Binaan yang Mendapat Pembiayaan dari Koperasi Pertanian
No Provinsi Jumlah Koptan Pelaku Usaha Terlayani
1 Sumatera Selatan 3 unit 178 pelaku usaha
2 Jawa Timur 8 unit 73 pelaku usaha
3 Jawa Barat 2 unit 102 pelaku usaha
4 Jawa Tengah 15 unit 977 pelaku usaha
Jumlah 28 unit 1.330 pelaku usaha
Sumber data : Hasil Pengukuran Kinerja Sub Direktorat Kelembagaan Pembiayaan, 2019
No Provinsi Jumlah LKM-A Pelaku Usaha Terlayani
1 Sumatera Selatan 15 unit 351 pelaku usaha
2 Nusa Tenggara Barat 4 unit 115 pelaku usaha
3 Jawa Timur 3 unit 221 pelaku usaha
4 Jawa Tengah 10 unit 860 pelaku usaha
5 Sumatera Barat 4 unit 103 pelaku usaha
Jumlah 36 unit 1.650 pelaku usaha
29
Capaian dan Kontribusi Pemberdayaan dan Penguatan LKMA
dan Koperasi Pertanian
Capaian ini memberikan kontribusi dalam peningkatan penyediaan
akses petani pada lembaga keuangan di perdesaan, sehingga petani
dapat dengan mudah memperoleh pinjaman modal untuk
melaksanakan kegiatan usaha taninya dan membantu mewujudkan
peningkatan produktivitas dalam usaha pertanian yang dijalankan.
3. Persiapan dan Pelaksanaan Layanan Kelembagaan Pertanian PK BLU
Pemerintah berkewajiban menciptakan kondisi yang menguntungkan
bagi petani dan melalui Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2005,
tentang Pengelolaan Keuangan- Badan Layanan Umum (PK-BLU)
Badan Layanan Umum, yang selanjutnya disebut BLU, adalah
instansi di lingkungan Pemerintah yang dibentuk untuk memberikan
pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau
jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam
melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan
produktivitas.
Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum, yang
selanjutnya disebut PPK-BLU, adalah pola pengelolaan keuangan
yang memberikan fleksibilitas berupa keleluasaan untuk menerapkan
praktek-praktek bisnis yang sehat untuk meningkatkan pelayanan
kepada masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan umum
dan mencerdaskan kehidupan bangsa
Terkait Output pendirian BLU Pembiayaan Pertanian, telah
diselesaikan beberapa hal sebagai berikut :
a. Surat Menteri Pertanian kepada Menteri Pemberdayaan Aparatur
Negara Reformasi Birokrasi terkait usulan Satuan Kerja (Satker)
LPMUP;
b. Naskah Akademis Pendirian Satker Lembaga Pengelola Modal
Usaha Pertanian (BLU LPMUP) ;
c. Konsep Rencana Strategis Bisnis;
d. Konsep Standar Pelayanan Minimal (SPM) BLU;
e. Konsep Struktur Organisasi Tata Kerja (SOTK) BLU
30
Untuk mendukung pelaksanaan kegiatan persiapan dan pelaksanaan
layanan kelembagaan pertanian PK BLU telah terealisasi anggaran
senilai Rp. 313.533.600,00 (89,38%) dari pagu senilai Rp.
350.800.000,00.
3. Jumlah Pelaku Usaha Pertanian Binaan yang Mendapat
Pembiayaan dari Private Sector
Pada tahun 2019 tercapai jumlah pelaku usaha pertanian binaan yang
mendapat pembiayaan dari private sector sejumlah 51 pelaku usaha
dari target 40 pelaku usaha (127,5%). Untuk pencapaian jumlah
pelaku usaha pertanian binaan yang mendapat pembiayaan dari
private sector ini dilaksanakan melalui fasilitasi pemberdayaan
permodalan baik dari PKBL-BUMN dan Perusahaan Swasta.
Pemberdayaan permodalan yang telah dilaksanakan pada TA. 2019,
yaitu :
1) Kerjasama dengan PKBL PT. Petrokimia Gresik yang telah
membantu pada Kelompok Petani di Provinsi D.I.Yogyakarta
(Kabupaten Kulon Progo, Kabupaten Bantul) Provinsi Jawa
Timur (Kabupaten Nganjuk, Madiun, Ngawi, Bojonegoro, Tuban,
Situbondo, Gresik, Ponorogo, Jombang) sebanyak 29 orang
pelaku usaha dengan Nilai Rp 2.635.500.000,-
2) Kerjasama dengan PKBL PT. Pusri Palembang yang telah
membantu pada Kelompok Petani Provinsi Lampung
(Kabupaten Lampung Timur) dan Provinsi Sumatera Selatan
(Kabupaten Banyuasin, OKI dan Kota Palembang) sebanyak 22
orang pelaku usaha seluas 33 Ha dengan nilai Rp 149.647.000,-
Rincian capaian pelaku usaha tersebut, sebagai berikut:
31
Tabel 11. Capaian Jumlah Pelaku Usaha Pertanian Binaan yang Mendapat Pembiayaan dari Private Sector
Sumber data : Hasil Pengukuran Kinerja Sub Direktorat Pemberdayaan Permodalan dan Asuransi, 2019
Capaian dan Kontribusi Kegiatan Pemberdayaan Permodalan
Capaian ini memberikan kontribusi dalam peningkatan penyediaan
akses petani pada lembaga keuangan di perdesaan, sehingga petani
dapat dengan mudah memperoleh pinjaman modal untuk
melaksanakan kegiatan usaha taninya dan membantu mewujudkan
peningkatan produktivitas dalam usaha pertanian yang dijalankan.
3.1.3.1.2 Rasio Usaha Pertanian yang Terlindungi Asuransi terhadap total
Usaha Pertanian
Rasio usaha pertanian yang terlindungi asuransi terhadap total usaha
pertanian juga menjadi indikator kinerja di tahun 2019, dimana tahun ini
tercapai rasio 95,29% dari target 100% sehingga capaian kinerja adalah
No Provinsi Kabupaten Pelaku Usaha
Terlayani
1. DIY Kulon Progo
1 Pelaku usaha
2. DIY Bantul 1 Pelaku usaha
3. DIY Sleman 1 Pelaku usaha
4. Jawa Timur Bojonegoro
5 Pelaku usaha
5. Jawa Timur Gresik
1 Pelaku usaha
6. Jawa Timur Jombang
1 Pelaku usaha
7. Jawa Timur Madiun
2 Pelaku usaha
8. Jawa Timur Nganjuk
4 Pelaku usaha
9. Jawa Timur Ngawi
2 Pelaku usaha
10. Jawa Timur Ponorogo
2 Pelaku usaha
11. Jawa Timur Tuban
6 Pelaku usaha
12. Jawa Timur Situbondo
3 Pelaku usaha
13. Lampung Lampung Timur
7 Pelaku usaha
14. Sumatera Selatan Banyuasin
3 Pelaku usaha
15. Sumatera Selatan Palembang
7 Pelaku usaha
16. Sumatera Selatan OKI
5 Pelaku usaha
Jumlah 51 pelaku usaha
32
95,29%.
Tabel 12. Capaian Rasio Usaha Pertanian Yang Terlindungi
Asuransi terhadap Total Usaha Pertanian
Kode SK IKA Sasaran Kegiatan Indikator Kinerja Target Realisasi %capaian Kategori
SK01 1 Meningkatnya dukungan pembiayaan
pertanian dalam mendukung
penerapan pengelolaan pertanian
terpadu di pedesaan
Rasio usaha pertanian yang
terlindungi asuransi terhadap
total usaha pertanian
100 % 95,29 % 95,29 Berhasil
Sumber data : Sub Direktorat Pemberdayaan Permodalan dan Asuransi, 2019
1) Jumlah Asuransi Usaha Tanaman Padi (AUTP)
Trend capaian realisasi AUTP (Ha) selama 5 tahun (2015-2019) telah
tercapai realisasi AUTP sejumlah 3.508.840,74 Ha, sebagai berikut :
Gambar 4. Diagram Capaian Realisasi AUTP Tahun 2015 s/d 2019
Kegiatan AUTP mulai dilaksanakan pada tahun 2015 dengan capaian
luas usaha tani padi yang dilindungi asuransi seluas 3.508.840,74 Ha.
Capaian pada tahun 2016 seluas 499.962,25 dan capaian tahun 2017
seluas 997.960,54 Ha. Capaian tahun 2018 seluas 806.199,64 dan
capaian tahun 2019 seluas 971.218,76 Ha meningkat 83,01 % dari
tahun 2018
2) Jumlah Asuransi Usaha Ternak Sapi (AUTS/K)
Trend capaian realisasi AUTS (ekor) selama 4 tahun (2016 - 2019) telah
tercapai realisasi AUTS sejumlah 340.694 ekor, sebagai berikut :
Gambar 5. Diagram Capaian Realisasi AUTS Tahun 2015 s/d 2019
Tahun 2015 2016 2017 2018 2019 Total
Target (Ha) 1.000.000 500.000 1.000.000 1.000.000 1.000.000 4.500.000,00
Realisasi (Ha) 233.499,55 499.962,25 997.960,54 806.199,64 971.218,76 3.508.840,74
Tahun 2015 2016 2017 2018 2019 Total
Target (ekor) 0 20.000 120.000 120.000 150.000 410.000
Realisasi (ekor) 0 20.000 91.831 88.673 140.190 340.694
33
Kegiatan AUTS mulai dilaksanakan pada tahun 2016 dengan capaian
sejumlah 20.000 ekor, capaian pada tahun 2017 sejumlah 91.831 ekor,
capaian tahun 2018 sejumlah 88.673 ekor sapi dan capaian tahun 2019
sejumlah 140.190 ekor, meningkat 63,25 % dari tahun 2018.
Capaian rasio usaha pertanian yang terlindungi asuransi terhadap total
usaha pertanian yang menjadi ukuran indikator kinerja secara umum
berhasil, namun dalam pelaksanaan di lapang, dihadapi beberapa
kendala, sebagai berikut :
1) Petugas Lapangan (PPL) masih ada yang belum memahami Apilkasi
SIAP;
2) Organisasi Pelaksana di daerah, terutama pembentukan Tim
Pembina dan Tim Teknis belum berjalan optimal;
3) Pemahaman petani terhadap asuransi masih rendah;
4) Sosialisasi belum menjangkau target sasaran terutama petani dan
peternak;
5) Terbatasnya petugas teknis dan petugas Asuransi Pelaksana:
6) Terbatasnya petugas Dinas Teknis dan PT. Jasindo dalam
pelaksanaan asuransi sehingga pelayanan PT. Jasindo belum
Optimal:
7) Pembayaran klaim belum sesuai pedoman:
8) Publikasi yang sasarannya petani/peternak dan masyarakat
umumnya masih kurang, sehingga pemahaman terhadap manfaat
asuransi pertanian juga masih kurang;
9) Petani yang merasa lahannya aman dari risiko, masih enggan
menjadi peserta asuransi dan kemauan petani untuk membayar
premi swadaya 20% masih rendah;
10) Petani yang sudah berulangkali menjadi peserta AUTP tapi tidak
pernah klaim, enggan untuk mengikuti kembali program AUTP;
11) Belum semua petugas POPT memanfaatkan aplikasi SIAP dalam
melaporkan klaim.
Untuk itu telah dilakukan upaya tindak lanjut berikut :
1) Meningkatkan solialisasi aplikasi SIAP kepada petugas lapangan
(PPL);
34
2) Meningkatkan komunikasi dan koordinasi dengan Dinas yang
menangani AUTP dan AUTS provinsi dan kabupaten/kota dan pihak
terkait lainnya;
3) Prioritas pelaksanaan AUTP dan AUTS/K disinergikan dengan
kegiatan lain dari pusat dan Pemerintah Daerah;
4) Peningkatan koordinasi dan kerjasama antara PT. Jasindo dengan
Dinas Kabupaten/Kota dan Dinas Provinsi dalam pencapaian target
AUTS bersinergi dengan SMDWP/Manajer SPR, Inseminator dan
Medik, Para Medik sebagai tenaga lapangan.
Kontribusi dari kegiatan asuransi pertanian dalam mendukung program
swasembada pangan pada TA. 2019 ini adalah melakukan mitigasi gagal
panen dari usaha tani padi seluas 971.218,76 Ha. Sedangkan kontribusi
dari kegiatan asuransi ternak sapi untuk mendukung program
swasembada daging TA. 2019 melalui mitigasi terjadinya kerugian
peternak sapi akibat mati dan atau kehilangan sejumlah 140.190 ekor sapi.
3.1.3.1.3 Kegiatan Pendukung Ditjen PSP
1. Dukungan terhadap UPSUS Pajale / Fasilitasi dalam rangka
mendukung program Ditjen PSP
Direktorat Pembiayaan Pertanian mendapat tanggung jawab sebagai
penanggung jawab UPSUS Pajale untuk wilayah Propinsi Sumatera
Utara yaitu Kabupaten Simalungun, Kota Pematang Siantar, dan
Kabupaten Karo dan Kota Tanjung Balai
Untuk mendukung pelaksanaan UPSUS pajale di wilayah tanggung
jawab tersebut telah dialokasikan anggaran senilai Rp.
2.728.900.000,00 dan terealisasi senilai Rp. 2.629.849.882,00
(96,37%) dengan kegiatan yang telah dilaksanakan sebagai berikut :
a. Koordinasi dengan Dinas Pertanian Propinsi/kabupaten dalam
percepatan tambah tanam
b. Pertemuan koordinasi untuk rencana target tanam dan evaluasi
capaian luas tambah tanam
c. Kunjungan lapang dalam rangka pengumpulan data luas tambah
tanam
d. Monitoring dan evaluasi capaian tambah tanam pajale.
35
2. Pilot Model Fasilitasi Pendampingan Dalam Mendukung #SERASI
Direktorat Pembiayaan Pertanian mendapat tanggung jawab sebagai
penanggung jawab kegiatan #SERASI Provinsi Sulawesi Selatan yaitu
Kabupaten Pinrang dan Provinsi Sumatera Selatan yaitu Kabupaten
Musi Banyuasin.
Untuk mendukung pelaksanaan #SERASI di wilayah tanggung jawab
tersebut telah dialokasikan anggaran senilai Rp. 1.789.100.000,00
dan terealisasi senilai Rp. 1.718.310.961,00 (96,04%) dengan
kegiatan yang telah dilaksanakan sebagai berikut :
a. Sosialisasi dan pendampingan bersama Dinas Pertanian
Kabupaten ke Kelompok Tani.
b. Mendorong pelaksanaan pekerjaan kontruksi secara paralel
dengan penyelesaian SID.
c. Membuat Posko SERASI di tingkat Propinsi / Kabupaten /
Kecamatan.
d. Mendorong Propinsi dan Kabupaten membentuk tim khusus
SERASI dalam kaitan pendampingan dan percepatan pelaksanaan
kegiatan.
e. Menetapkan Petugas Pelaporan data di tingkat Pusat Propinsi dan
kabupaten
f. Mendorong Dinas Pertanian Kabupaten melaporkan progress
kegiatan setiap harinya ke Dinas Pertanian Propinsi, untuk
selanjutnya dikirim ke petugas Kementerian Pertanian, setiap
harinya.
g. Membantu membentuk Kelompok Usaha Bersama (KUBE) dan
UPJA di tingkat Kabupaten.
3.1.3.1.4 Dukungan Manajemen Pembiayaan Pertanian
Pelaksanaan kegiatan Direktorat Pembiayaan Pertanian dalam mencapai
tujuan program prasarana dan sarana pertanian dan kegiatan dalam
Direktorat juga didukung melalui dukungan manajemen pembiayaan
pertanian. Adapun pelaksanaan kegiatan yang telah dilaksanakan
sebagai berikut :
36
1. Pelaksanaan kegiatan teknis dan administrasi kesekretariatan
lingkup Direktorat Pembiayaan
2. Koordinasi dan sinkronisasi kegiatan di lingkup Direktorat
Pembiayaan
3. Koordinasi dengan instansi terkait dalam pelaksanaan kegiatan
Kepegawaian dan Keuangan Direktorat Pembiayaan
4. Pembinaan dan pengembangan SDM Direktorat Pembiayaan
Pertanian
5. Evaluasi kegiatan Direktorat Pembiayaan
Capaian kegiatan dukungan manajemen Direktorat Pembiayaan
Pertanian adalah senilai Rp. 4.080.036.838,00 (97,23%) dari pagu Rp.
4.196.210.000,00
3.1.3.2 Analisis capaian Sasaran Kegiatan atas Efisiensi Penggunaan Sumber Daya
Realisasi anggaran Direktorat Pembiayaan pada kegiatan Fasilitasi
Pembiayaan adalah senilai Rp. 184.928.957.230,00 (95,84%) dari pagu
senilai Rp. 192.960.241.000,00. Dari anggaran tersebut, telah dipergunakan
untuk mencapai target sasaran kegiatan yang diperjanjikan dalam perjanjian
kinerja yaitu tercapainya Jumlah pelaku usaha pertanian binaan yang
mendapat pembiayaan sejumlah 4.321 pelaku usaha (102,88%) dari target
4.200 pelaku usaha pertanian binaan yang mendapat pembiayaan. Untuk
capaian Rasio usaha pertanian yang terlindungi asuransi terhadap total usaha
pertanian juga disimpulkan berhasil, dimana tahun ini tercapai 95,29% dari
target 100% sehingga capaian kinerja adalah 95,29%.
Efisiensi penggunaan anggaran melalui : 1). Pencapaian target sasaran
kinerja, 2). Tidak adanya unsur pengambilan keuntungan dari anggaran yang
dialokasikan.
37
.
3.1.4. Potret Capaian Pelaksanaan Kegiatan Direktorat Pembiayaan Pertanian
Asuransi Pertanian (AUTP dan AUTS)
Gambar 6. Capaian Pelaksanaan Kegiatan Asuransi Pertanian TA. 2019
Asuransi Pertanian (AUTP dan
AUTS) dalam periode 2015-
2019 AUTP mencapai
3.508.840,74 Ha dan AUTS/K
mencapai 340.694 ekor.
Capaian tahun 2019 AUTP
971.218,76 Ha, AUTS
140.190 ekor
38
Pemberdayaan dan Penguatan LKMA dan Koperasi Pertanian
Pada TA. 2019, posisi capaian
Pemberdayaan dan Penguatan LKMA,
Dari 52.186 gapoktan penerima PUAP
(2018-2015), telah terbentuk 7.183
unit LKMA dan 792 unit berbadan
hukum koperasi. Pelaku usaha
pertanian binaan terlayani oleh LKMA
sejumlah 1.650 pelaku usaha dan
terlayani dari koperasi pertanian
sejumlah 1.330 pelaku usaha
.
Gambar 7. Capaian Kegiatan Pemberdayaan dan Penguatan LKMA dan Koperasi
39
Akselerasi Penyaluran KUR
Akselerasi Penyaluran KUR sector
Pertanian melalui kegiatan FPPS pada
TA. 2019 berhasil diakses oleh 1.255
pelaku usaha pertanian binaan
dengan kredit senilai
Rp. 111.054.935.650,00 melalui
Bank BRI, BNI dan Mandiri
Gambar 8. Kegiatan Akselerasi Penyaluran KUR bersama FPPS
40
Upaya Khusus Peningkatan Padi, Jagung dan Kedelai (UPSUS Pajale)
Direktorat Pembiayaan Sebagai
penanggung jawab UPSUS wilayah
Sumatera Utara, aktif melakukan
percepatan luas tambah tanam
dan turun ke Lapangan dengan
koordinasi langsung bersama
Dinas Pertanian.
.
Gambar 9. Kegiatan Pengawalan UPSUS Pajale di Sumatera Utara
41
Pembentukan Badan Layanan Umum Lembaga Pengelola Modal Usaha Pertanian
(BLU-LPMUP)
Persiapan Pembentukan Badan Layanan Umum (BLU), telah dilaksanakan
rapat koordinasi dengan Kemenpan RB terkait pembentukan Satker BLU
LPMUP
Gambar 10. Koordinasi Dalam Rangka Persiapan Pembentukan BLU Pertanian
42
Inisiasi dalam Berbagai fasilitasi pembiayaan pertanian Penyusunan Rancangan
Peraturan Pemerintah (RPP-UKP)
PENYUSUNAN RPP UKP / RPP Pembiayaan dan Pendanaan Usaha Tani disusun sebagai
implementasi UU No. 19/2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani. Pada
TA. 2019 telah dilaksanakan pembahasan draft RPP Pembiayaan Usaha Tani bersama
Tim dan telah dilakukan pleno di Kemenkumham, saat ini draft RPP Pembiayaan
Usaha tani sudah diusulkan ke Presiden untuk dimintakan tanda tangan.
Gambar 11. Rapat Koordinasi dan Pembahasan RPP UKP
43
Pembiayaan Pertanian Inklusif
.
PEMBIAYAAN PERTANIAN INKLUSIF
dilaksanakan dalam rangka
pemanfaatan akses pembiayaan dari
berbagai sumber dana dalam
mendukung pembangunan pertanian.
Pada TA. 2019 telah dilaksanakan
FGD untuk rancangan implementasi
model pembiayaan pertanian inklusif.
Gambar 12. FGD Dalam Rangka Pembiayaan Pertanian Inklusif
44
Koordinasi Pelaksanaan Kegiatan Direktorat Pembiayaan Pertanian
Gambar 13. Pelaksanaan Kegiatan Evaluasi Kegiatan Direktorat Pembiayaan Pertanian
dan Pembinaan dan Pengembangan Direktorat Pembiayaan Pertanian
45
Pelaksanaan Kegiatan #SERASI
Gambar 14. Pelaksanaan Kegiatan #SERASI
46
3.2 Realisasi Anggaran
Realisasi anggaran Direktorat Pembiayaan pada kegiatan Fasilitasi Pembiayaan
pertanian per 31 Desember 2019 adalah senilai Rp. 184.928.957.230,00 (95,84%)
dari pagu senilai Rp.192.960.241.000,00. Dengan realisasi masing-masing
komponen kegiatan sebagai berikut :
Tabel 13. Realisasi Fasilitasi Pembiayaan Pertanian TA. 2019
FASILITASI PEMBIAYAAN PERTANIAN
Kegiatan Target Realisasi %
AUTP *) 146.076.000.000 141.633.087.793 96,96
AUTS **) 26.433.125.000 24.728.786.002 93,55
Fasilitasi Teknis dan Dukungan Kegiatan Lingkup Pembiayaan Pertanian
62.687.216.000 60.975.283.710 97,27
Fasilitasi Modernisasi Industri Perberasan
2.148.150.000 1.976.049.725 91,99
TOTAL 237.344.491.000 229.313.207.230 96,62
Ket : *) termasuk (operasional AUTP)
**) termasuk (operasional AUTS)
***) termasuk dana di daerah
Sedangkan realisasi anggaran untuk anggaran dukungan manajemen dan
dukungan teknis lainnya untuk Direktorat Pembiayaan adalah senilai Rp.
184.928.957.230,00 (95,84%) dari Pagu senilai Rp. 192.960.241.000,00, sebagai
berikut:
Tabel 14. Daftar Pagu dan Realisasi Anggaran Pusat Direktorat Pembiayaan Pertanian
NO SUB DIREKTORAT PAGU REALISASI %
1 Subdit Kredit Program
dan Fasilitasi
Pembiayaan
5.329.600.000 4.266.757.868 80,06
2 Subdit Pemberdayaan
Permodalan dan Asuransi Pertanian
173.737.125.000 167.454.153.883 96,38
3 Subdit Kelembagaan Pembiayaan
4.235.806.000 3.945.299.673 93,14
4 Tata Usaha 9.657.710.000 9.262.745.806 95,91
TOTAL 192.960.241.000 184.928.957.230 95,84
Sumber data : Direktorat Pembiayaan Pertanian, 2019
Realisasi keuangan dari kegiatan yang dilaksanakan masing-masing Subdit Lingkup
Direktorat Pembiayaan dan Sub Bagian Tata Usaha adalah sebagai berikut:
47
1. Sub Direktorat Kredit Program dan Fasilitasi Pembiayaan
Realisasi anggaran subdit Kredit Program dan Fasilitasi Pembiayaan yang
dilaksanakan melalui kegiatan Pengembangan pembiayaan program pertanian
yang utamanya untuk mendukung pelaksanaan program KUR, penyusunan
RPP UKP, FPPS dan Pilot Project Pembiayaan Inklusif ini adalah senilai Rp.
4.266.757.868,00 (80,06%) dari pagu Rp. 5.329.600.000,00.
2. Subdit Pemberdayaan Permodalan dan Asuransi Pertanian
Realisasi anggaran subdit Pemberdayaan Permodalan dan Asuransi Pertanian
yang dilaksanakan melalui kegiatan AUTP, AUTS/K dan kegiatan
pendukungnya adalah senilai Rp. 167.454.153.883,00 (96,36%) dari pagu Rp.
173.737.125.000,00.
3. Subdit Kelembagaan Pembiayaan
Realisasi anggaran subdit kelembagaan pembiayaan yang dilaksanakan
melalui kegiatan pemberdayaan dan penguatan LKMA dan Koperasi,
pengembangan kawasan pertanian berbasis korporasi petani dan kegiatan
persiapan dan pelaksanaan layanan Kelembagaan Pertanian (BLU Pertanian)
adalah senilai Rp. 3.945.299.673,00 (93,14%) dari pagu Rp. 4.235.806.000,00.
4. Sub Bagian Tata Usaha Direktorat
Realisasi anggaran Sub Bagian Tata Usaha Direktorat melalui kegiatan
dukungan manajemen Direktorat Pembiayaan Pertanian adalah senilai Rp.
9.262.745.806,00 (95,91%) dari pagu senilai Rp. 9.657.710.000,00.
Realisasi serapan anggaran pada subdit Kredit Program dan Fasilitasi Pembiayaan
sangat rendah dibandingkan subdit lainnya yaitu sebesar 80,06%. Hal ini
disebabkan dalam pelaksanaan kegiatan FPPS belum dipahami baik oleh petugas
Dinas di Propinsi/Kab/Kota, petani/kel.tani/gapoktan dan perbankan setempat dan
Tenaga FPPS sebagian belum aktif menjalankan tugasnya.
48
3.3. Dukungan Sumber Daya Manusia
Sumber Daya Manusia (SDM) Direktorat Pembiayaan Pertanian berjumlah 38 orang
yang terdiri dari 38 orang Pegawai Negeri Sipil (PNS), yang terdistribusi dalam 3 Sub
Direktorat dan 1 Sub Bagian Tata Usaha, sebagaimana pada Tabel 15.
Tabel 15. Distribusi Pegawai Direktorat Pembiayaan Pertanian Berdasarkan
Pangkat dan Golongan
NO Unit Eselon II Golongan Total
(orang)
IV III II I
1 Direktur 1 - - - 1
2 Subdit Kredit Program dan Fasilitasi
Pembiayaan
2 6 - - 8
3 Subdit Pemberdayaan Permodalan dan
Asuransi Pertanian
3 8 - - 11
4 Subdit Kelembagaan Pembiayaan 3 5 - 8
5 Subbag Tata Usaha 1 7 2 - 10
Total 10 26 2 0 38
Sumber data : Sub Bagian Tata Usaha, Direktorat Pembiayaan Pertanian, 2019
Distribusi SDM Direktorat Pembiayaan Pertanian Pejabat Eselon III dan IV menurut
jenis kelamin tertera pada Tabel 16.
Tabel 16. Distribusi Pegawai Direktorat Pembiayaan Pertanian Berdasarkan Sebaran Pejabat Eselon III dan IV
NO Pejabat Laki-laki Perempuan Total
(orang)
1 Eselon II 1 1
2 Eselon III 2 1 3
3 Eselon IV 4 3 7
Total 6 5 11
Sumber data : Sub Bagian Tata Usaha, Direktorat Pembiayaan Pertanian, 2019
49
Distribusi SDM Direktorat Pembiayaan Pertanian berdasarkan golongan
pegawai tertera pada Tabel 17.
Tabel 17. Distribusi Pegawai Direktorat Pembiayaan Pertanian Berdasarkan Sebaran Pegawai per Golongan
NO
Golongan A B C D E Total
(orang)
1 I - - - - - 0
2 II - - 1 2 - 3
3 III 1 9 9 8 - 27
4 IV 7 - - 1 - 8
Total 8 9 10 11 0 38
Sumber data : Sub Bagian Tata Usaha, Direktorat Pembiayaan Pertanian, 2019
Distribusi SDM Direktorat Pembiayaan Pertanian berdasarkan Tingkat
Pendidikan tertera pada Tabel 18.
Tabel 18. Distribusi Pegawai Direktorat Pembiayaan Pertanian Berdasarkan Tingkat Pendidikan
NO Golongan S3 S2 S1 D3 SMA SMP SD Total
(orang)
1 I - - - - - - - -
2 II - - - - 2 - - 2
3 III - 2 24 - 1 - - 27
4 IV 1 8 - - - - 9
Total 1 10 22 0 3 - - 38
Sumber data : Sub Bagian Tata Usaha, Direktorat Pembiayaan Pertanian, 2019
50
3.4. Hambatan dan Kendala
Pencapaian sasaran kegiatan Direktorat Pembiayaan Pencapaian sasaran kegiatan
“Meningkatnya dukungan pembiayaan pertanian dalam mendukung penerapan
pengelolaan pertanian terpadu di pedesaan” yang diukur melalui indikator kinerja
Jumlah pelaku usaha pertanian binaan yang mendapat pembiayaan sesuai
Perjanjian Kinerja (Januari, 2019) disimpulkan sangat berhasil yaitu dari target 4.200
pelaku usaha pertanian binaan yang mendapat pembiayaan, tercapai 4.321 pelaku
usaha pertanian binaan yang mendapatkan pembiayaan atau sebesar 102,88%.
Untuk capaian Rasio usaha pertanian yang terlindungi asuransi terhadap total usaha
pertanian juga disimpulkan berhasil, dimana tahun ini tercapai rasio 95,29% dari
target 100% sehingga capaian kinerja adalah 95,29%.
Dalam keberhasilan capaian ini masih dijumpai kendala yang dihadapi sebagai
berikut :
1). Administrasi
a) Pendaftaran dan pembayaran premi masih ada yang belum sesuai prosedur;
b) Penerbitan polis dan pembayaran klaim banyak mengalami keterlambatan.
c) Perijinan LKM-A untuk memiliki Badan Hukum Koperasi agak lambat
2). Sumber Daya Manusia
a) Tenaga FPPS sebagian belum aktif menjalankan tugasnya;
b) Petugas lapangan (PPL) masih ada yang belum memahami Aplikasi SIAP;
c) Jumlah notaris pembuat akta koperasi terbatas;
d) Terbatasnya jumlah petugas Dinas dan petugas Asuransi pelaksana.
3). Teknis
a) FPPS belum tersosialisasi secara menyeluruh dan belum dipahami baik oleh
petugas Dinas di Propinsi/Kab/Kota, petani/kel tani/gapoktan dan perbankan
setempat;
b) Koordinasi antara Dinas dan Perbankan masih kurang;
c) Masih terdapat Gapoktan yang belum membentuk LKM-A/Koperasi Pertanian;
d) Tidak semua Dinas Pertanian Provinsi/Kabupaten/Kota melakukan pembinaan
terhadap Gapoktan PUAP dalam pembentukan LKM-A dan Koperasi
Pertanian;
e) Hampir semua Dinas Pertanian tingkat Provinsi/Kabupaten/Kota tidak
51
mengalokasikan anggaran dana terkait pendampingan Gapoktan PUAP;
f) Kurangnya sosialisasi dan komunikasi dari petugas pertanian dan petugas
PT. Jasindo terutama di tingkat petani/peternak.
g) Petani yang merasa lahannya aman dari risiko, masih enggan menjadi peserta
asuransi dan kemauan petani untuk membayar premi swadaya 20% masih
rendah.
3.5. Upaya dan Tindak Lanjut
Untuk mengatasi kendala tersebut di atas, maka diperlukan upaya tindak lanjut dan
tindakan antisipatif ke depan sebagai berikut :
1). Administrasi
a) Mengkoordinasikan dengan Jasindo agar penerbitan polis dan
pembayaran klaim tidak mengalami keterlambatan.
b) Mengupayakan agar penetapan DPD AUTP dan AUTS/K tingkat
kabupaten dan pengirimannya ke tingkat lebih tinggi dilakukan secara
periodik.
2). Sumber Daya Manusia
a) Mengevaluasi kinerja FPPS agar dapat melaksanakan peran dengan baik;
b) Meminta PT Jasindo untuk menambah SDM yang menangani asuransi
pertanian di tingkat lapangan, mengingat sebaran dan jangkauan lokasi
AUTP dan AUTS sangat luas.
c) Mendorong Dinas Pertanian Propinsi maupun kabupaten untuk
menambah petugas pelaksana program AUTP
d) Mendorong pembentukan LKMA dan Koptan
3). Teknis
a) Sosialisasi dan koordinasi dengan Dinas dan petani/gapoktan
diintensifkan bersama dengan FPPS
b) Meningkatkan koordinasi antara Dinas dan Perbankan untuk pelaksanaan
kegiatan FPPS
c) Mendorong pembentukan LKM-A/Koptan melalui dinas, penyuluh;
d) Dilakukan kerjasama dengan Kemenkop UKM terkait percepatan Badan
Hukum Koperasi
e) Kerjasama Kemenkop UKM terkait Daftar Notaris Pembuat Akta Koperasi.
f) Mendata Gapoktan penerima PUAP yang sudah/belum membentuk
LKMA (melakukan pemutakhiran data)
52
g) LKMA yang telah terbentuk diminta mengurus badan hukum Koperasi
Pertanian
h) Meningkatkan sosialisasi aplikasi SIAP kepada petugas lapangan (PPL)
i) Melakukan sosialisasi dan komunikasi sampai tingkat petani/peternak
perlu dilakukan lebih intensif baik secara langsung dengan petani,
maupun melalui media cetak dan media elektronik.
53
BAB IV PENUTUP
Pertanggungjawaban dalam pelaksanaan kegiatan Direktorat Pembiayaan Pertanian dalam
pencapaian sasaran kegiatan Direktorat Pembiayaan Pertanian mendukung pencapaian
sasaran program Ditjen PSP dan Kementerian Pertanian disampaikan dalam Laporan
Kinerja Direktorat Pembiayaan Pertanian. Dalam Laporan kinerja ini disajikan informasi
capaian kinerja yang telah diperjanjikan disertai evaluasi dan analisis sehingga dapat
dimanfaatkan untuk perbaikan kinerja ke depan.
Pencapaian sasaran kegiatan Direktorat Pembiayaan Pertanian tahun 2019 yang
ditetapkan dalam dokumen Perjanjian Kinerja antara Direktur Pembiayaan Pertanian dan
Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian yaitu “Meningkatnya dukungan
pembiayaan pertanian dalam mendukung penerapan pengelolaan pertanian terpadu di
pedesaan” yang diukur melalui indikator kinerja Jumlah pelaku usaha pertanian binaan yang
mendapat pembiayaan sesuai Perjanjian Kinerja (Januari, 2019) disimpulkan sangat
berhasil yaitu dari target 4.200 pelaku usaha pertanian binaan yang mendapat pembiayaan,
tercapai 4.321 pelaku usaha pertanian binaan yang mendapatkan pembiayaan atau
sebesar 102,88%.
Untuk capaian Rasio usaha pertanian yang terlindungi asuransi terhadap total usaha
pertanian juga disimpulkan berhasil, dimana tahun ini tercapai rasio 95,29% dari target
100% sehingga capaian kinerja adalah 95,29%.
Capaian kegiatan ini terdiri dari ; 1). Jumlah pelaku usaha pertanian binaan yang mendapat
pembiayaan dari kredit program dan fasilitasi pembiayaan sejumlah 1.290 pelaku usaha,
2). Jumlah pelaku usaha pertanian binaan yang mendapat pembiayaan dari lembaga
keuangan mikro agribisnis/koperasi pertanian sejumlah 2.980 pelaku usaha, 3). Jumlah
pelaku usaha pertanian binaan yang mendapat pembiayaan dari private sector sejumlah 51
pelaku usaha, 4). Luas lahan pertanian yang terlindungi asuransi sejumlah 971.218,76 Ha,
5). Jumlah Ternak sapi/kerbau yang terlindungi asuransi sejumlah 140.190 ekor
Realisasi anggaran Direktorat Pembiayaan pada kegiatan Fasilitasi Pembiayaan pertanian
per 31 Desember 2019 adalah senilai Rp. 184.928.957.230,00 (95,84%) dari pagu senilai
Rp. 192.960.241.000,00. Sedangkan realisasi anggaran untuk dukungan manajemen dan
dukungan teknis lainnya untuk Direktorat Pembiayaan adalah senilai Rp.
62.951.333.435,00 (97,09%) dari Pagu senilai Rp. 64.835.366.000,00.
54
Secara umum, capaian kinerja Direktorat Pembiayaan Pertanian disimpulkan sangat
berhasil, namun dalam capaian pelaksanaan kegiatan tersebut dijumpai beberapa kendala
berikut : 1). Administrasi; a). Pendaftaran dan pembayaran premi masih ada yang belum
sesuai prosedur, b).Penerbitan polis dan pembayaran klaim banyak mengalami
keterlambatan, c). Perijinan LKM-A untuk memiliki Badan Hukum Koperasi agak lambat, 2).
Sumber Daya Manusia; a). Tenaga FPPS sebagian belum aktif menjalankan tugasnya, b).
Petugas lapangan (PPL) masih ada yang belum memahami aplikasi SIAP; c) Jumlah
notaris pembuat akta koperasi terbatas, d). Terbatasnya jumlah petugas Dinas dan
petugas asuransi pelaksana, 3). Teknis; a). FPPS belum tersosialisasi secara menyeluruh
dan belum dipahami baik oleh petugas Dinas di Propinsi/Kab/Kota, petani/kel
tani/gapoktan dan perbankan setempat, b). Koordinasi antara Dinas dan Perbankan masih
kurang, c).Masih terdapat Gapoktan yang belum membentuk LKM-A/Koperasi Pertanian,
d). Tidak semua Dinas Pertanian Provinsi/Kabupateb/Kota melakukan pembinaan
terhadap Gapoktan PUAP dalam pembentukan LKM-A dan Koperasi Pertanian; e) Hampir
semua Dinas Pertanian tingkat Provinsi/Kabupaten/Kota tidak mengalokasikan anggaran
dana terkait pendampingan Gapoktan PUAP; f) Kurangnya sosialisasi dan komunikasi dari
petugas pertanian dan petugas PT. Jasindo terutama di tingkat petani/peternak, g). Petani
yang merasa lahannya aman dari risiko, masih enggan menjadi peserta asuransi dan
kemauan petani untuk membayar premi swadaya 20% masih rendah.
Sebagai upaya perbaikan dan peningkatan kinerja Direktorat Pembiayaan Pertanian ke
depan, maka perlu dilakukan upaya perbaikan mulai dari proses perencanaan hingga
implementasi pelaksanaan kegiatan di lapang melalui: 1). Administrasi; a).
Mengkoordinasikan dengan Jasindo agar penerbitan polis dan pembayaran klaim banyak
mengalami keterlambatan, b). Mengupayakan agar penetapan DPD AUTP dan AUTS
tingkat kabupaten dan pengirimannya ke tingkat lebih tinggi dilakukan secara periodik, 2).
Sumber Daya Manusia; a). Mengevaluasi kinerja FPPS agar dapat melaksanakan peran
dengan baik, b). Meminta PT Jasindo untuk menambah SDM yang menangani asuransi
pertanian di tingkat lapangan, mengingat sebaran dan jangkauan lokasi AUTP dan AUTS
sangat luas, c). Mendorong Dinas Pertanian Propinsi maupun kabupaten untuk menambah
petugas pelaksana program AUTP, d). Mendorong pembentukan LKMA, 3). Teknis; a).
Sosialisasi dan koordinasi dengan Dinas dan petani/gapoktan diintensifkan bersama
dengan FPPS, b).Meningkatkan koordinasi antara Dinas dan Perbankan untuk
pelaksanaan kegiatan FPPS, c).Mendorong pembentukan LKM-A/Koptan melalui dinas,
penyuluh; d). Dilakukan kerjasama dengan Kemenkop UKM terkait percepatan
Badan; e) Kerjasama dengan Kemenkop dan UKM terkait daftar notaris pembuat akta
koperasi; f) Mendata gapoktan penerima PUAP yang sudah/belum membentuk LKM-A
55
(melakukan pemutakhiran data); g) LKM-A yang telah terbentuk diminta mengurus badan
hukum koperasi pertanian; h) meningkatkan sosialisasi aplikasi SIAP kepada petugas
lapangan (PPL); i) Melakukan sosialisasi dan komunikasi sampai tingkat petani/peternak
perlu dilakukan lebih intensif baik secara langsung dengan petani maupun melalui media
cetak dan media elektronik.
Laporan ini diharapkan dapat memberikan gambaran hasil kinerja Direktorat Pembiayaan
Pertanian selama tahun 2019, dan dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi dalam
mengambil langkah-langkah strategis dan operasional serta penyusunan pelaksanaan
kegiatan yang akan datang.
56
LAMPIRAN
57
Lampiran 1.
Perjanjian Kinerja Direktorat Pembiayaan Pertanian
Tahun 2019
58
PK Bulan Januari
59
60
Lampiran 2
Sasaran Pembangunan dan Kebutuhan Pembiayaan Pertanian
APBN 2015-2019
62
Lampiran 3
Realisasi AUTP dan AUTS TA. 2019
63
REALISASI AUTP TAHUN 2019
64
REALISASI AUTS/K TAHUN 2019
65