rencana strategis tahun 2015-2019 direktorat jenderal ... djppr 2015... · kedua : renstra...

142
Rencana Strategis Tahun 2015-2019 Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko

Upload: phungkhuong

Post on 06-Mar-2019

229 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Rencana Strategis Tahun 2015-2019 Direktorat Jenderal ... DJPPR 2015... · KEDUA : Renstra Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko berisi Visi, Misi, Tujuan, Strategi,

Rencana Strategis Tahun 2015-2019

Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko

Kementerian Keuangan Republik Indonesia

Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko

Page 2: Rencana Strategis Tahun 2015-2019 Direktorat Jenderal ... DJPPR 2015... · KEDUA : Renstra Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko berisi Visi, Misi, Tujuan, Strategi,

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN PEMBIAYAAN DAN RISIKO

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENGELOLAAN PEMBIAYAAN DAN RISIKO

NOMOR KEP-18 /PR/2015

TENTANG

RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN PEMBIAYAAN DAN RISIKO

KEMENTERIAN KEUANGAN TAHUN 2015-2019

DIREKTUR JENDERAL PENGELOLAAN PEMBIAYAAN DAN RISIKO,

Menimbang : Bahwa untuk melaksanakan ketentuan dalam

Diktum KEEMPAT dan Diktum KELIMA Keputusan

Menteri Keuangan Nomor 466/KMK.01/2015 tentang

Rencana Strategis Kementerian Keuangan Tahun

2015-2019, perlu menetapkan Rencana Strategis

Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan

Risiko Kementerian Keuangan Tahun 2015-2019;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421;

2. Keputusan Presiden Nomor 84/P tahun 2009;

3. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 206/PMK.01/2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Keuangan;

4. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 36/KMK.01/2014 tentang Cetak Biru Program Transformasi Kelembagaan Kementerian Keuangan Tahun 2014-2025;

5. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 466/KMK.01/2015 tentang Rencana Strategis Kementerian Keuangan Tahun 2015-2019;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENGELOLAAN

PEMBIAYAAN DAN RISIKO TENTANG RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN PEMBIAYAAN DAN RISIKO KEMENTERIAN KEUANGAN TAHUN 2015-2019.

PERTAMA : Menetapkan Rencana Strategis Direktorat Jenderal

Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian

Keuangan Tahun 2015-2019, yang selanjutnya disebut

Renstra Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan

Page 3: Rencana Strategis Tahun 2015-2019 Direktorat Jenderal ... DJPPR 2015... · KEDUA : Renstra Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko berisi Visi, Misi, Tujuan, Strategi,

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

- 2 -

Risiko, sebagaimana tercantum dalam lampiran yang

tidak terpisahkan dari Keputusan Direktur Jenderal

Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko ini sebagai dokumen

perencanaan Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan

dan Risiko periode 5 (lima) tahun terhitung sejak tahun

2015 sampai dengan tahun 2019.

KEDUA : Renstra Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko berisi Visi, Misi, Tujuan, Strategi, Program, Kegiatan, Indikator Kinerja, dan Rencana Aksi yang

disusun berdasarkan Rencana Strategis Kementerian Keuangan Tahun 2015-2019.

KETIGA

: Keputusan Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan

Salinan Keputusan Direktur Jenderal ini disampaikan kepada:

1. Menteri Keuangan;

2. Sekretaris Jenderal Kementerian Keuangan, c.q. Kepala Biro Perencanaan dan Keuangan, Sekretariat Jenderal Kementerian Keuangan;

3. Para pimpinan unit eselon II di lingkungan Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko, Kementerian Keuangan

Page 4: Rencana Strategis Tahun 2015-2019 Direktorat Jenderal ... DJPPR 2015... · KEDUA : Renstra Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko berisi Visi, Misi, Tujuan, Strategi,

i

PENGANTAR

Penyusunan Renstra merupakan pelaksanaan dari pasal 15 ayat (1) dan Pasal 19 ayat (2) Undang-

Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, yang mewajibkan

setiap kementerian/lembaga menyusun Rencana Strategis Kementerian/Lembaga (Renstra-KL) untuk

menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan

serta tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan, dan berkelanjutan.

Renstra–KL merupakan dokumen perencanaan jangka menengah (5 tahun) Kementerian/Lembaga yang

memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan sesuai dengan tugas

dan fungsi K/L.

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (Renstra DJPPR)

Tahun 2015-2019 disusun berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan (KMK) Nomor 466/KMK.01/2015

tentang Rencana Strategis Kementerian Keuangan Tahun 2015-2019, yang mengamanatkan penyusunan

Renstra kepada unit-unit organisasi (Eselon I, Eselon II, Instansi Vertikal, dan Unit Pelaksana Teknis/UPT)

di lingkungan Kementerian Keuangan. Renstra DJPPR akan menentukan arah kebijakan dan strategi bagi

pelaksanaan tugas DJPPR pada periode 5 tahun ke depan sesuai dengan tujuan untuk tema pembiayaan

yang telah ditetapkan dalam Renstra Kementerian Keuangan 2015-2019, yaitu mewujudkan kapasitas

pembiayaan yang mampu memberikan daya dukung bagi kesinambungan fiskal.

Penyusunan Renstra DJPPR tahun 2015-2019 juga diselaraskan dengan Sembilan Agenda Prioritas

Dalam Pemerintahan yang dinamakan NAWA CITA. Arah kebijakan di bidang pembiayaan negara sesuai

dengan NAWA CITA ke-6 yaitu Meningkatkan Produktivitas Rakyat dan Daya Saing di Pasar Internasional

dan NAWA CITA ke-7 yaitu Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sector-sektor

strategis ekonomi domestik.

Sesuai NAWA CITA ke-6, DJPPR ikut memberikan kontribusi dalam kegiatan peningkatan

efektivitas dan efisiensi dalam pembiayaan infrastruktur. Sasaran yang ingin diwujudkan adalah

menyediakan dukungan pembiayaan untuk memenuhi target pembangunan infrastruktur melalui

penyediaan alternatif pembiayaan, seperti melalui skema Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha

(KPS), pembentukan bank pembangunan/ infrastruktur dan skema innovative financing lainnya.

Sesuai NAWA CITA ke-7, DJPPR ikut berperan melalui kegiatan pengelolaan strategi dan portofolio

pembiayaan, yaitu mengendalikan rasio utang pemerintah terhadap PDB dan hanya mempergunakan

utang baru untuk membiayai kegiatan pemerintah yang bersifat produktif.

Terkait NAWA CITA di atas, ditetapkanlah tiga kegiatan prioritas nasional yang menjadi peran utama

Kementerian Keuangan di bidang pengelolaan pembiayaan dan risiko, yaitu sebagai berikut:

1. Pemenuhan dukungan dan jaminan pemerintah terhadap proyek KPS infrastruktur prioritas;

2. Pengendalian rasio utang terhadap Produk Domestik Bruto (PDB);

3. Utang baru hanya digunakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah yang produktif

Page 5: Rencana Strategis Tahun 2015-2019 Direktorat Jenderal ... DJPPR 2015... · KEDUA : Renstra Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko berisi Visi, Misi, Tujuan, Strategi,

ii

Secara umum, Renstra DJPPR menjelaskan mengenai kondisi umum, visi, misi, dan strategi, serta

matriks kinerja DJPPR. Kondisi umum menjelaskan pencapaian yang telah dilaksanakan dalam Renstra

DJPPR periode sebelumnya serta harapan/aspirasi masyarakat terkait pengelolaan utang. Selain itu pada

bagian tersebut juga dilakukan analisis permasalahan, potensi, kelemahan, peluang serta tantangan

jangka menengah yang akan dihadapi untuk mewujudkan visi dan melaksanakan misi DJPPR (analisis

SWOT). Pada bagian strategi memuat strategi pengelolaan utang serta strategi reformasi birokrasi untuk

tahun 2015-2019. Sedangkan matriks kinerja DJPPR menggambarkan program, kegiatan, rencana aksi,

indikator, serta target tahun 2015-2019.

Penyusunan Renstra DJPPR tahun 2015-2019 menjadi arahan (guidance) dalam pelaksanaan tugas

DJPPR sebagai unit pengelola pembiayaan dan risiko dalam periode 5 tahun ke depan. Dengan adanya

strategi pengelolaan pembiayaan dan risiko yang tepat diharapkan dapat mewujudkan pembiayaan yang

aman bagi kesinambungan fiskal serta pengelolaan utang yang profesional

Page 6: Rencana Strategis Tahun 2015-2019 Direktorat Jenderal ... DJPPR 2015... · KEDUA : Renstra Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko berisi Visi, Misi, Tujuan, Strategi,

iii

IKHTISAR EKSEKUTIF

Rencana Strategis DJPPR 2015-2019 disusun sebagai dokumen perencanaan jangka menengah DJPPR

yang mulai berlaku tahun 2015 sampai dengan tahun 2019. Penyusunan Renstra DJPPR 2015-2019

dilakukan dengan berpedoman pada RPJMN 2015-2019, Renstra Kementerian keuangan 2015-2019,

Dokumen Kebijakan Strategis Kementerian Keuangan 2014-2024 dan Cetak Biru Transformasi

Kelembagaan. Adapaun ringkasan kebijakan strategis DJPPR 2015-2019 dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Visi, Misi dan Tujuan DJPPR

Dengan mempertimbangkan capaian kinerja, potensi dan permasalahan, serta memperhatikan

aspirasi masyarakat, visi Kementerian Keuangan untuk tahun 2015-2019 adalah: ‘Kami akan menjadi

penggerak utama pertumbuhan ekonomi Indonesia yang inklusif di abad ke-21’. Sebagai salah

satu unit eselon I Kementerian Keuangan, DJPPR mendukung penuh dalam upaya pencapaian visi

tersebut. Dalam kaitannya dengan pengelolaan pembiayaan dan risiko di lingkungan Kementerian

keuangan, ditetapkanlah visi Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko adalah ‘Menjadi

unit yang profesional dalam mendukung pembiayaan APBN dan investasi publik secara efisien

sekaligus mengelola risiko dan menjaga kesinambungan fiskal’.

Untuk mencapai visi tersebut, misi Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko ditetapkan

sebagai berikut:

a. Mewujudkan pengelolaan portofolio utang pemerintah yang efektif, transparan, dan akuntabel;

b. Mengendalikan pengadaan/penerbitan utang melalui penetapan kapasitas berutang yang

mendukung stabilitas fiskal;

c. Mengedepankan sumber-sumber pembiayaan dalam negeri dan mengembangkan pasar finansial

domestik yang efisien dan stabil;

d. Memperoleh sumber pembiayaan alternatif, sekaligus mendukung stabilitas pasar keuangan

regional;

e. Menjaga risiko finansial sovereign pemerintah dikelola secara pruden dan holistic.

Tujuan yang ingin dicapai dalam pengelolaan pembiayaan dan risiko tahun 2015-2019 adalah

Pembiayaan yang aman untuk mendukung kesinambungan fiskal. Untuk mencapai tujuan

tersebut, pengelolaan pembiayaan difokuskan pada pengembangan pasar SBN domestik agar

semakin dalam, aktif, dan likuid.

2. Sasaran Strategis

Dalam rangka mendukung tujuan sebagaimana disebutkan di atas, yaitu meningkatkan kualitas

pembiayaan anggaran, DJPPR telah menetapkan sebanyak 31 Sasaran Strategis yang merupakan

kondisi yang diinginkan untuk dicapai oleh DJPPR pada tahun 2019 sebagaimana tabel berikut.

Page 7: Rencana Strategis Tahun 2015-2019 Direktorat Jenderal ... DJPPR 2015... · KEDUA : Renstra Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko berisi Visi, Misi, Tujuan, Strategi,

iv

Tabel 1

Muatan Renstra DJPPR 2015-2019 Dalam Kebijakan Strategis Nasional

No Sasaran Strategis

Kegiatan Prioritas

Nasional sesuai

Nawa Cita

Kebijakan Kementerian UIC

KSKK Transformasi

Kelembagaan

1

Pemanfatan

Pinjaman Luar

Negeri yang Selektif

Pengendalian Rasio

Utang Terhadap

Produk Domestik

Bruto (PDB)

Pengurangan

Ketergantuangan

Utang Dalam

APBN

Dit. PH

2

Peningkatan Kinerja

Pemanfaatan

Pinjaman Luar

Negeri

Pengendalian Rasio

Utang Terhadap

Produk Domestik

Bruto (PDB)

Pengurangan

Ketergantuangan

Utang Dalam

APBN

Dit. PH

3

Alignment

Pengadaan

Pinjaman Kegiatan

Dengan Siklus

APBN

Pengelolaan

Portofolio Utang

yang Optimal

Dit. PH

4

Pembiayaan yang

Aman Untuk

Mendukung

Kesinambungan

Fiskal melalui

Pengelolaan SUN

Pengendalian Rasio

Utang Terhadap

Produk Domestik

Bruto (PDB)

Pengurangan

Ketergantuangan

Utang Dalam

APBN

Dit. SUN

5

Pengelolaan SUN

yang Akuntabel dan

Kredibel

Pengendalian Rasio

Utang Terhadap

Produk Domestik

Bruto (PDB)

Pengelolaan

Portofolio Utang

yang Optimal

IS ke-13

Meningkatkan

Kerangka Kerja

Stabilisasi

Obligasi

Secara

Berkelanjutan

Dit. SUN

6

Pasar SUN yang

Likuid, Dalam dan

Stabil

Pengelolaan

Portofolio Utang

yang Optimal

IS ke-16

Mendukung

OJK Dalam

Mengembangk

an Pasar Repo

yang Likuid dan

Dalam

Dit. SUN

Page 8: Rencana Strategis Tahun 2015-2019 Direktorat Jenderal ... DJPPR 2015... · KEDUA : Renstra Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko berisi Visi, Misi, Tujuan, Strategi,

v

No Sasaran Strategis

Kegiatan Prioritas

Nasional sesuai

Nawa Cita

Kebijakan Kementerian UIC

KSKK Transformasi

Kelembagaan

7

Biaya dan Risiko

Portofolio SUN yang

Terkendali

Pengelolaan

Portofolio Utang

yang Optimal

IS ke-14

Konsolidasi

Benchmark

SBN

Dit. SUN

8

Pembiayaan yang

aman untuk

mendukung

kesinambungan

fiskal melalui

pengelolaan SBSN

Pengendalian Rasio

Utang Terhadap

Produk Domestik

Bruto (PDB)

Pengurangan

Ketergantuangan

Utang Dalam

APBN

Dit. PS

9

Pasar SBSN yang

likuid, dalam dan

stabil.

Pengelolaan

Portofolio Utang

yang Optimal

Dit. PS

10

Biaya dan risiko

portofolio SBSN

yang terkendali

Pengelolaan

Portofolio Utang

yang Optimal

Dit. PS

11

Risiko Keuangan

Negara yang

Terkendali Untuk

Mendukung

Kesinambungan

Fiskal

IS ke-18

Tata Kelola

Risiko untuk

Keseluruhan

Sovereign Risk

Dit. PRKN

12

Pengembangan

Peran Fiskal dan

Mitigasi Risiko yang

Berasal dari

Lembaga Keuangan

Secara Bertahap

dan Tepat Sasaran

IS ke-20

Mengaktifkan

Pengelolaan

Risiko pada

Area-area

Risiko Utama

Dit. PRKN

13

Pengembangan

Kerangka Kerja

Risiko yang Holistik

Dengan Pendekatan

Neraca (Balance

Sheet Approach)

Untuk Mengagregasi

IS ke-19

Kerangka Kerja

Sovereign Risk

yang Bersifat

Holistik

Dit. PRKN

Page 9: Rencana Strategis Tahun 2015-2019 Direktorat Jenderal ... DJPPR 2015... · KEDUA : Renstra Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko berisi Visi, Misi, Tujuan, Strategi,

vi

No Sasaran Strategis

Kegiatan Prioritas

Nasional sesuai

Nawa Cita

Kebijakan Kementerian UIC

KSKK Transformasi

Kelembagaan

Data Risiko

Individual

14

Pengelolaan

Dukungan

Pemerintah Dengan

Risiko yang

Terkendali Untuk

Mendukung

Percepatan

Penyediaan

Infrastruktur

Pemenuhan

Dukungan dan

Jaminan

Pemerintah

Terhadap Proyek

KPS Infrastruktur

Prioritas

Pengurangan

Ketergantuangan

Utang Dalam

APBN

Dit.

PDPPI

15

Pengelolaan

Dukungan

Pemerintah yang

Kredibel Dalam

Rangka Percepatan

Pembiayaan

Infrastruktur

Pemenuhan

Dukungan dan

Jaminan

Pemerintah

Terhadap Proyek

KPS Infrastruktur

Prioritas

Pengurangan

Ketergantuangan

Utang Dalam

APBN

Dit.

PDPPI

16

Penyusunan

Kebijakan

Pengelolaan

Dukungan

Pemerintah dan

Pembiayaan

Infrastruktur yang

Berkualitas

Pemenuhan

Dukungan dan

Jaminan

Pemerintah

Terhadap Proyek

KPS Infrastruktur

Prioritas

Pengurangan

Ketergantuangan

Utang Dalam

APBN

Dit.

PDPPI

17

Memenuhi Target

Pembiayaan Utang

Dengan Biaya dan

Risiko Optimal

Utang baru hanya

digunakan untuk

membiayai

pengeluaran

pemerintah yang

produktif

Pengelolaan

Portofolio Utang

yang Optimal

Dit. SPP

18 Mengelola Portofolio

Risiko Utang

Utang baru hanya

digunakan untuk

membiayai

pengeluaran

Pengelolaan

Portofolio Utang

yang Optimal

Dit. SPP

Page 10: Rencana Strategis Tahun 2015-2019 Direktorat Jenderal ... DJPPR 2015... · KEDUA : Renstra Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko berisi Visi, Misi, Tujuan, Strategi,

vii

No Sasaran Strategis

Kegiatan Prioritas

Nasional sesuai

Nawa Cita

Kebijakan Kementerian UIC

KSKK Transformasi

Kelembagaan

pemerintah yang

produktif

19

Mendukung

Pengembangan

Pasar SBN

Pengelolaan

Portofolio Utang

yang Optimal

Dit. SPP

20

Mengelola Risiko

Penjaminan

Pemerintah

Pengelolaan

Portofolio Utang

yang Optimal

Dit. SPP

21

Pelaksanaan

evaluasi dan

setelmen

pembiayaan yang

transparan

Dit. EAS

22

Pelaksanaan

setelmen dan

akuntansi

pembiayaan yang

akuntabel dan

kredibel

Dit. EAS

23 Penatausahaan data

utang yang akurat Dit. EAS

24

Pemantauan dan

evaluasi kinerja

pinjaman dan hibah

yang efektif

Dit. EAS

25

Pengelolaan sistem

informasi yang

optimal

Dit. EAS

26

Pelaksanaan

evaluasi, akuntansi

dan setelmen

pembiayaan yang

taat prosedur

Dit. EAS

27

Menciptakan

Organisasi DJPPR

yang Kondusif

Bag. OTL

Page 11: Rencana Strategis Tahun 2015-2019 Direktorat Jenderal ... DJPPR 2015... · KEDUA : Renstra Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko berisi Visi, Misi, Tujuan, Strategi,

viii

No Sasaran Strategis

Kegiatan Prioritas

Nasional sesuai

Nawa Cita

Kebijakan Kementerian UIC

KSKK Transformasi

Kelembagaan

28 Mewujudkan SDM

yang Kompetitif Bag. SDM

29 Pengelolaan BMN

yang Akuntabel

Bag.

Umum

30

Pengelolaan

Anggaran yang

Optimal dan

Akuntabel

Bag. Keu

31

Sistem

Pengendalian yang

Optimal

Bag. KI

3. Kerangka Regulasi

Sebagai bagian dari pelaksanaan amanah Pasal 23 ayat 1 UU No. 17 tentang Keuangan Negara,

dan Pasal 33 ayat 2 dan 3 UU No. 1 Tahun 2004, serta dalam rangka perbaikan Pengelolaan

Pemberian Hibah kepada Pemerintah Asing/Lembaga Asing, saat ini telah disusun Rancangan

Peraturan Pemerintah (RPP) mengenai Pemberian Hibah kepada Pemerintah Asing/Lembaga Asing

yang akan yang mencakup penganggaran, pelaksanaan, perjanjian hibah, pencatatan dan pelaporan

serta monitoring dan evaluasi. Target penyelesaian RPP tersebut selesai pada akhir tahun 2016.

Tabel 2

Kerangka Regulasi yang Mendukung Sasaran Strategis DJPPR 2015-2019

No Sasaran Strategis Kerangka Regulasi UIC

1 Pemanfatan Pinjaman Luar Negeri yang Selektif dan

RPP Pemberian Hibah kepada Pemerintah Asing/Lembaga Asing

Dit. PH

4. Indikator Kinerja Program DJPPR

PROGRAM SASARAN PROGRAM

(OUTCOME) INDIKATOR KINERJA PROGRAM

Program Pengelolaan Pembiayaan dan

Mengoptimalkan pengelolaan Surat Berharga Negara (SBN) maupun pinjaman untuk

Persentase realisasi pengadaan utang terhadap kebutuhan pembiayaan

Persentase pencapaian tingkat likuiditas pasar

Page 12: Rencana Strategis Tahun 2015-2019 Direktorat Jenderal ... DJPPR 2015... · KEDUA : Renstra Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko berisi Visi, Misi, Tujuan, Strategi,

ix

Risiko menjamin terpenuhinya target pembiayaan APBN melalui utang dengan risiko yang terkendali

SBN

Persentase pemenuhan target risiko portofolio utang

Tingkat akurasi pembayaran kewajiban pembiayaan

Persentase rekomendasi mitigasi risiko keuangan negara yang diterima/ditetapkan Menteri Keuangan

Persentase pemenuhan dukungan pemerintah proyek KPS infrastruktur prioritas

Indeks kepuasan pengguna layanan

Page 13: Rencana Strategis Tahun 2015-2019 Direktorat Jenderal ... DJPPR 2015... · KEDUA : Renstra Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko berisi Visi, Misi, Tujuan, Strategi,

x

DAFTAR ISI

PENGANTAR ................................................................................................................................. i

IKHTISAR EKSEKUTIF.................................................................................................................. iii

DAFTAR ISI .................................................................................................................................... ix

I. PENDAHULUAN

1.1 Kondisi Umum …........................................................................................................ 1

1.2 Aspirasi Masyarakat (Kesehatan Organisasi).............................................................. 59

1.3 Analisis SWOT (Potensi dan Permasalahan) Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko 63

II. VISI, MISI, DAN TUJUAN DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN PEMBIAYAAN DAN RISIKO

73

2.1 Visi ............................................................................................................................... 73

2.2 Misi .............................................................................................................................. 73

2.3 Tujuan.......................................................................................................................... 73

2.4 Sasaran Strategis........................................................................................................ 74

III. ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

97

3.1 Arah Kebijakan dan Strategi Kementerian Keuangan.................................................. 97

3.2 Arah Kebijakan dan Strategi Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko............................................................................................................................

100

3.3 Muatan Renstra DJPPR Dalam Kerangka Kebijakan Nasional dan Kementerian....... 112

3.4 Kerangka Regulasi........................................................................................................ 116

3.5 Kerangka Kelembagaan................................................................................................ 116

IV. TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN 121

4.1 Target Kinerja................................................................................................................ 121

4.2 Kerangka Pendanaan................................................................................................... 127

Page 14: Rencana Strategis Tahun 2015-2019 Direktorat Jenderal ... DJPPR 2015... · KEDUA : Renstra Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko berisi Visi, Misi, Tujuan, Strategi,

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko 2015-2019

1

Page 15: Rencana Strategis Tahun 2015-2019 Direktorat Jenderal ... DJPPR 2015... · KEDUA : Renstra Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko berisi Visi, Misi, Tujuan, Strategi,

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko 2015-2019

2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. KONDISI UMUM

Dalam periode 2010-2014, kebijakan keuangan negara lebih diarahkan untuk menjaga dan

mempertahankan momentum pertumbuhan dan memenuhi agenda pembangunan. Pemerintah

berupaya mendorong pertumbuhan ekonomi dengan belanja negara yang cukup ekspansif, baik

belanja modal, subsidi maupun belanja sosial yang dapat meningkatkan daya beli masyarakat

miskin. Sebagai konsekuensinya APBN pada periode tersebut memiliki defisit yang relatif tinggi

dibanding periode sebelumnya, dan tingginya defisit ini membawa konsekuensi pada tingginya

kebutuhan pembiayaan yang harus dipenuhi.

Pada tahun ini, Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko perlu melakukan

evaluasi terhadap pelaksanaan kebijakan rencana strategis yang telah ditetapkan (Renstra 2010-

2014) sampai dengan akhir tahun 2014. Dengan demikian dapat diupayakan peningkatan

konsistensi dalam pencapaian sasaran yang ditetapkan, perbaikan-perbaikan terhadap kebijakan

tersebut, serta sebagai bahan masukan dalam penyusunan rencana strategis selanjutnya.

A. KEBIJAKAN DAN PENCAPAIAN PENGELOLAAN UTANG TAHUN 2010-2014

Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, kebutuhan pembiayaan defisit anggaran, baik

secara nominal maupun relatif terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) semakin meningkat.

Secara nominal, defisit APBN meningkat sekitar lima kali lipat dari Rp46,8 Triliun (LKPP 2010)

hingga Rp241,6 Triliun (APBN-P 2014). Rasio defisit APBN terhadap PDB pun meningkat dari

0,7% (LKPP 2010) menjadi 2,4% (APBN-P 2014). Peningkatan defisit anggaran merupakan

implikasi dari belanja pemerintah yang terus tumbuh seiring dengan semakin tingginya

kebutuhan belanja infrastruktur, program kesejahteraan berkelanjutan, penguatan pertahanan

dan keamanan, tambahan alokasi dana pendidikan, serta kebutuhan stimulus fiskal. Pada

akhirnya, peningkatan defisit anggaran mendorong peningkatan pembiayaan anggaran.

Page 16: Rencana Strategis Tahun 2015-2019 Direktorat Jenderal ... DJPPR 2015... · KEDUA : Renstra Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko berisi Visi, Misi, Tujuan, Strategi,

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko 2015-2019

3

Grafik I.1

Perkembangan Rasio Defisit Anggaran Terhadap PDB Tahun 2010-2014

*) APBN-P **) APBN

Dalam periode ini, sumber utama pembiayaan defisit berasal dari utang yang sebagian

besar diantaranya melalui penerbitan Surat Berharga Negara (SBN). Penerbitan SBN bruto

meningkat tajam dari Rp 167,6 triliun (LKPP 2010) menjadi Rp 430,2 triliun (APBN-P 2014). Hal

ini mendorong semakin tingginya porsi SBN dalam utang pemerintah hingga mencapai sebesar

73,7% (September 2014). Di sisi lain, sumber pembiayaan yang berasal dari pinjaman luar

negeri terhadap total utang terus mengalami penurunan sejalan dengan kebijakan Pemerintah

untuk mengurangi ketergantungan terhadap sumber pembiayaan luar negeri. Pinjaman luar

negeri digunakan sebagai pelengkap untuk membiayai defisit anggaran dan mendukung

pendanaan proyek terutama infrastruktur dan energi. Sementara itu, sumber pembiayaan non-

utang yang berasal dari hasil pengelolaan aset, besarannya cenderung menurun. Sedangkan

sumber pembiayaan non utang yang berasal dari Saldo Anggaran Lebih (SAL) tidak memiliki

tren karena berfluktuasi tergantung pada jumlah SAL yang tersedia.

Dalam memenuhi target pembiayaan utang, Kementerian Keuangan senantiasa

mempertimbangkan kesinambungan fiskal. Meskipun stok utang meningkat dari tahun ke tahun,

rasio utang terhadap PDB tetap terjaga pada kisaran 24-26%. Jika dibandingkan dengan peer

countries, rasio utang Indonesia relatif rendah. Menjaga kesinambungan fiskal ini penting dalam

rangka menjaga APBN agar tidak menghadapi tekanan pembiayaan yang berlebihan, baik

dalam jangka pendek maupun jangka panjang, yang diakibatkan oleh akumulasi utang secara

terus menerus dan tidak terkendali.

Page 17: Rencana Strategis Tahun 2015-2019 Direktorat Jenderal ... DJPPR 2015... · KEDUA : Renstra Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko berisi Visi, Misi, Tujuan, Strategi,

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko 2015-2019

4

Grafik I.2

Perkembangan Rasio Utang Terhadap PDB 2010-2014

*angka APBNP 2014

Dampak dari pengelolaan utang yang hati-hati tersebut, lembaga pemeringkat utang

internasional memberikan penilaian yang semakin baik atas tingkat sovereign credit rating

Indonesia. Hal ini didukung antara lain oleh pertumbuhan ekonomi yang tinggi ditengah lesunya

perekonomian global, pengelolaan fiskal dan utang yang prudent serta stabilitas system

keuangan. Sejak tahun 2012, JCRA, Fitch, dan Moodys telah mengelompokkan Indonesia ke

dalam rating investment grade yang memungkinkan Indonesia mendapatkan utang dengan

biaya yang lebih rendah. Tidak hanya itu, credit rating yang semakin membaik juga akan

mendorong investor untuk berinvestasi di Indonesia dalam bentuk yang lain, seperti foreign

direct investment.

K

6,422.9

7,427.1

8,241.9

9,084.0

10,062.8

26.2%

24.4% 24.0%

26.2% 25.9%

20.0%

22.0%

24.0%

26.0%

28.0%

30.0%

-

2,000.0

4,000.0

6,000.0

8,000.0

10,000.0

12,000.0

2010 2011 2012 2013 2014*

PDB (triliun Rp) Outstanding (triliun Rp) Rasio Outstanding thd. PDB (RHS)

Tabel I.1 Perkembangan Rating Indonesia 2010-2014

Tahun Rating

S&P Fitch Moody’s R&I JCRA CRC

2010 BB BB+ Ba2 BB+ BBB- 4

2011 BB+ BBB- Ba1 BB+ BBB- 4

2012 BB+ BBB- Baa3 BBB- BBB- 3

2013 BB+ BBB- Baa3 BBB- BBB- 3

Sept 2014

BB+ BBB- Baa3 BBB- BBB- 3

Page 18: Rencana Strategis Tahun 2015-2019 Direktorat Jenderal ... DJPPR 2015... · KEDUA : Renstra Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko berisi Visi, Misi, Tujuan, Strategi,

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko 2015-2019

5

Kinerja pasar perdana SBN semakin baik yang dapat dilihat dari peningkatan minat

investor pada setiap pelaksanaan lelang. Hal ini tercermin dari rata-rata incoming bid

yang meningkat dari sebesar Rp 10,3 triliun pada tahun 2013 menjadi Rp 15,6 triliun

pada tahun 2014.

Pelaksanaan lelang SBN domestik, penerbitan global bonds, dan penerbitan

SBN Ritel selama tahun 2010-2014 terus mengalami peningkatan. Hal ini menyebabkan

peningkatan outstanding SBN dari Rp 1.065 triliun (SUN sebesar Rp 1.020,06 triliun dan

SBSN Rp 44,37 triliun) pada Desember 2010 menjadi Rp.1.931,2 triliun (SUN sebesar Rp

1.725,1 triliun dan SBSN Rp 206 triliun) pada Desember 2014. Adapun outstanding SBN

berdenominasi valas juga meningkat cukup signifikan, dari Rp 162,58 triliun pada

Desember 2010 menjadi Rp 456,6 triliun pada Desember 2014.

Likuiditas pasar sekunder SBN terus mengalami peningkatan seiring dengan

semakin tingginya penerbitan SBN dan meningkatnya minat investor. Volume dan

frekuensi perdagangan rata-rata harian terus meningkat. Pada tahun 2010 volume

perdagangan rata-rata harian tercatat sebesar 104,68 Miliar untuk SBSN dengan

frekuensi sebesar 34 kali dan 4,96 Triliun untuk SUN dengan frekuensi 194 kali. Pada

tahun 2014, volume tersebut telah meningkat menjadi 789,28 Miliar dan frekuensi tumbuh

menjadi 114 kali untuk SBSN dan 17,47 Triliun untuk untuk SUN dengan frekuensi 396

kali.

Minat investor asing pun semakin besar terhadap SBN. Persentase kepemilikan

asing terhadap asing pun mencapai titik tertinggi pada tahun 2014. Pada bulan

Desemberr 2014, kepemilikan asing terhadap SBN mencapai 38.12%. Di satu sisi,

tingginya kepemilikan asing dalam SBN menunjukkan kepercayaan terhadap prospek

perekonomian Indonesia ke depan. Apalagi, dominasi kepemilikan asing tersebut

terdapat pada SBN dengan tenor panjang (76,41%). Namun, di sisi lain risiko likuiditas

dan risiko nilai tukar meningkat karena pasar SBN belum terlalu dalam.

Untuk mewujudkan pasar SBN yang dalam, aktif, dan likuid, Pemerintah terus

melakukan penyempurnaan dan pengembangan serta melakukan beragam inisiatif,

antara lain pada aspek permintaan, penawaran, dan infrastruktur pengelolaan SBN.

Pada aspek permintaan, Pemerintah senantiasa bekerja sama dengan otoritas

terkait untuk meningkatkan peran investor domestik di pasar SBN. Selain itu Pemerintah

akan lebih aktif melakukan komunikasi dengan investor SBN domestik. Pemerintah juga

akan terus aktif melakukan sosialisasi/diseminasi dan penyebarluasan informasi kepada

masyarakat luas mengenai pengelolaan SBN berikut instrumen-instrumennya terutama

yang bersifat ritel.

Pada aspek penawaran, pertama, Pemerintah secara intensif melakukan

diversifikasi instrumen SBN dengan menerbitkan fitur-fitur dan/atau instrumen baru.

Kedua, Pemerintah juga telah menerbitkan SBN melalui mekanisme yang bervariasi

sehingga memberikan alternatif bagi para pelaku pasar untuk berinvestasi dalam SBN.

Ketiga, Pemerintah telah berupaya menerbitkan seri-seri SBN yang memiliki tenor dan

size sesuai dengan preferensi para investor. Keempat, Pemerintah secara reguler

menginformasikan kepada para pelaku pasar mengenai kalender penerbitan untuk

Page 19: Rencana Strategis Tahun 2015-2019 Direktorat Jenderal ... DJPPR 2015... · KEDUA : Renstra Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko berisi Visi, Misi, Tujuan, Strategi,

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko 2015-2019

6

memudahkan para investor mengatur portofolionya. Kelima, secara reguler Pemerintah

juga menerbitkan SBN dalam valuta asing (US Dollar, Euro, dan Yen) untuk memberikan

pilihan kepada investor asing.

Pada aspek infrastruktur pengelolaan SBN, Pemerintah telah menyusun dan

mengembangkan berbagai macam sistem/aplikasi/platform yang ditujukan untuk

memudahkan pengelolaan SBN. Infrastruktur tersebut tentu dilengkapi dengan regulasi

yang mendukung serta SOP yang teruji. Selain itu Pemerintah juga senantiasa

melakukan penyempurnaan sistem Dealer Utama.

Untuk menjaga stabilitas pasar, Kementerian Keuangan telah menyusun kebijakan

Bond Stabilization Framework yang antara lain mengatur mekanisme koordinasi antar

unit dalam melakukan pembelian SBN pada saat terjadi kondisi krisis pasar SBN.

Kebijakan ini diwujudkan antara lain dalam bentuk penandatanganan Nota Kesepahaman

antara Menteri Keuangan, Menteri Negara BUMN, BPJS Kesehatan dan BPJS

Ketenagakerjaan.

Disamping itu, Kementerian Keuangan juga telah memiliki Crisis Management

Protocol (CMP). CMP merupakan suatu kerangka penanganan krisis pasar SBN yang

berisi arah dan tindakan yang diperlukan apabila terjadi gejolak di pasar keuangan.

Tujuan CMP adalah sebagai peringatan dini (early warning) terkait kemungkinan

terjadinya krisis di pasar keuangan domestik berdasarkan kondisi pasar terkini dan

memberikan prosedur standar bagi pengelola utang negara dalam mengambil langkah

kebijakan untuk menghadapi krisis pasar SBN. CMP merupakan salah satu instrumen

yang diperlukan untuk mendukung implementasi Bond Stabilization Framework

Pengembangan pembiayaan syariah juga menjadi bagian yang penting dalam

pengembangan pasar SBN. Pembiayaan syariah merupakan salah satu upaya untuk

membuka akses sumber pembiayaan di pasar internasional khususnya dari negara-

negara timur tengah. Berbagai instrumen pembiayaan syariah telah dikembangkan dan

diluncurkan. Pada tahun 2012, pemerintah telah menerbitkan Surat Berharga Syariah

Negara Berbasis Proyek (Project Based Sukuk), selanjutnya disebut SBSN PBS, yakni

sumber pendanaan melalui penerbitan SBSN untuk membiayai kegiatan tertentu yang

dilaksanakan oleh Kementerian Negara/Lembaga.

Pada tahun 2013 telah ditargetkan penerbitan Project Financing Sukuk untuk

pembiayaan pembangunan proyek Jalur Ganda Cirebon-Kroya Tahap I sebesar Rp800

miliar dengan realisasi sebesar Rp777.800.946.360. Penerbitan Project Financing Sukuk

pada tahun 2013-2014 secara lebih detil dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Page 20: Rencana Strategis Tahun 2015-2019 Direktorat Jenderal ... DJPPR 2015... · KEDUA : Renstra Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko berisi Visi, Misi, Tujuan, Strategi,

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko 2015-2019

7

Tabel 1.2

Penggunaan Proyek APBN Sebagai Underlying

Penerbitan SBSN – Project Financing

1. Revitalisasi dan Pengembangan Asrama Haji realisasi penyerapannya

196.000.000.000

2. Pembangunan Jalur Ganda Cirebon Kroya realisasi penyerapannya 702.000.000.000

3. Pembangunan Double-Double Track (DDT) Manggarai realisasi penyerapannya

258.000.000.000

Dibandingkan dengan SBN, Pasar sekunder sukuk relatif belum berkembang.

Beberapa hal menjadi faktor penyebab antara lain likuiditas sukuk di pasar sekunder

relatif rendah, perilaku buy & hold investor, belum adanya Islamic benchmark, serta

belum sempurnanya infrastruktur pasar, termasuk infrastruktur pendukung dalam rangka

price discovery untuk mendukung transparansi harga

Pinjaman luar negeri menjadi salah satu sumber dalam pembiayaan APBN.

Secara umum pencapaian sasaran pengelolaan pinjaman dan hibah periode tahun 2010-

2014 yang berupa pemenuhan kebutuhan pembiayaan APBN yang aman dengan

mempertimbangkan biaya dan risiko untuk mendukung kesinambungan fiskal dapat

dipenuhi.

Tahun Kementerian/Lembaga Nama Proyek Pagu DIPA Realisasi

Penarikan Dana

2013 Kementerian Perhubungan Pembangunan Jalur Ganda Cirebon-Kroya 800.000.000.000 777.800.946.360

Pembangunan Jalur Ganda Cirebon-Kroya 745.000.000.000 -

Pembangunan Double Double Track 626.000.000.000 -

Kementerian Agama Proyek Revitalisasi Dan Pengembangan Asrama

Haji Medan, Padang, Jakarta Pondok Gede, Dan

Balikpapan

200.000.000.000 -

2.371.000.000.000

2014

Kementerian Perhubungan

TOTAL

Page 21: Rencana Strategis Tahun 2015-2019 Direktorat Jenderal ... DJPPR 2015... · KEDUA : Renstra Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko berisi Visi, Misi, Tujuan, Strategi,

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko 2015-2019

8

Tabel I.3

Perkembangan Pembiayaan Melalui Pinjaman (2009-2014)

Dalam kurun waktu 2009 sampai dengan Agustus 2014, jumlah pinjaman bilateral

masih mendominasi komposisi pinjaman luar negeri pemerintah yang sebagian besar

berasal dari kreditor Jepang yaitu sebesar Rp 259,5 Triliun pada tahun 2009 menjadi Rp

236,27 Triliun pada akhir ahun 2014. Pengurangan jumlah nominal pinjaman ini dilakukan

karena ada pergeseran pinjaman kepada kreditor multilateral. Negara pemberi pinjaman

luar negeri lain yang komposisinya cukup besar disamping Jepang adalah Perancis dan

Jerman.

Sementara itu pinjaman yang berasal dari kreditor multilateral antara lain disponsori

oleh Asian Development Bank (ADB) yang memiliki komposisi terbesar, disusul oleh

Bank Dunia dan Islamic Development Bank. Jumlah pinjaman multilateral pada tahun

2009 adalah sebesar Rp 202,37 Triliun kemudian meningkat menjadi Rp 270,82 Triliun

pada akhir tahun 2014. Peningkatan ini terjadi karena adanya debt switch yang berasal

dari pinjaman bilateral.

Komposisi pinjaman luar negeri lainnya turut dimotori oleh kreditor yang berasal dari

komersial bank yang berjumlah Rp 20,24 Triliun pada tahun 2009 menjadi Rp 43,81

Trilun pada akhir tahun 2014. Dengan komposisi tersebut jumlah pinjaman luar negeri

pada tahun 2009 adalah sebesar Rp 611,2 triliun pada akhir tahun 2009 menjadi Rp

671,53 pada akhir tahun 2014

Kementerian Keuangan menetapkan strategi pengelolaan utang jangka menengah

dan strategi pembiayaan tahunan melalui utang. Strategi tersebut merupakan pedoman

dalam melaksanakan pengelolaan utang guna mendukung pemenuhan target

pembiayaan utang dengan biaya minimal pada tingkat risiko yang terkendali.

Perkembangan indikator portofolio utang tahun 2010-2014 menunjukkan kecenderungan

Page 22: Rencana Strategis Tahun 2015-2019 Direktorat Jenderal ... DJPPR 2015... · KEDUA : Renstra Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko berisi Visi, Misi, Tujuan, Strategi,

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko 2015-2019

9

yang semakin membaik meskipun target pembiayaan utang semakin meningkat. Indikator

portofolio utang yang digunakan meliputi indikator risiko tingkat bunga, risiko nilai tukar,

dan risiko pembiayaan kembali (refinancing risk).

Tabel I.4

Perkembangan Indikator Portofolio Utang (2009-2014)

Perbaikan indikator utang terutama disebabkan oleh kebijakan penerbitan/

pengadaan utang baru yang mengutamakan mata uang rupiah, tingkat bunga tetap, dan

tenor menengah panjang. Pada tahun 2013, risiko nilai tukar mengalami peningkatan

akibat pelemahan nilai tukar rupiah terhadap mata uang valas terutama dollar Amerika

Serikat.

A. PENGELOLAAN PINJAMAN DAN HIBAH

Pinjaman luar negeri sampai saat ini masih merupakan salah satu sumber dalam

pembiayaan APBN. Sebagai langkah pengurangan ketergantungan atas pinjaman luar

negeri, Pemerintah telah menerapkan kebijakan net negative inflow, dimana pembayaran

cicilan pokok lebih besar dari pinjaman yang akan ditarik. Pada periode 2010-2014,

Pemerintah telah melakukan rata-rata pembayaran cicilan pokok pinjaman luar negeri

sebesar Rp. 55,85 Triliun. Pembayaran cicilan pokok pinjaman luar negeri terbesar dilakukan

pada tahun 2009, 2013, dan 2014 dengan nilai pembayaran masing-masing Rp. 68,03 Triliun,

Rp. 59,21 Triliun, dan Rp. 58,81 Triliun.

Selanjutnya, dalam kurun waktu 2009 sampai dengan Agustus 2014, nilai outstanding

pinjaman yang bersumber dari kreditur bilateral masih mendominasi komposisi pinjaman luar

negeri pemerintah yaitu sebesar 63,4% dari Rp 611,2 Triliun pada tahun 2009 menjadi

53,1% dari Rp. 671,53 Triliun pada tahun 2014. Penurunan jumlah nominal pinjaman ini

disebabkan adanya pergeseran sumber pinjaman kepada kreditor multilateral. Negara

pemberi pinjaman luar negeri lain yang komposisinya cukup besar disamping Jepang adalah

Perancis dan Jerman. Sementara itu pinjaman yang berasal dari kreditor multilateral antara

lain disponsori oleh Asian Development Bank (ADB) yang memiliki komposisi terbesar,

disusul oleh Bank Dunia dan Islamic Development Bank. Jumlah pinjaman multilateral pada

tahun 2009 adalah sebesar Rp 202,37 Triliun kemudian meningkat menjadi Rp 270,82 Triliun

pada akhir tahun 2014. Peningkatan ini terjadi karena adanya debt switch yang berasal dari

pinjaman bilateral. Komposisi pinjaman luar negeri lainnya turut dimotori oleh kreditor yang

berasal dari komersial bank yang berjumlah Rp 20,24 Triliun pada tahun 2009 menjadi Rp

43,81 Trilun pada akhir tahun 2014. Dengan komposisi tersebut jumlah pinjaman luar negeri

2010 2011 2012 2013 Jun-14Proyeksi

akhir 2014

Risiko Tingkat Bunga

20.3 17.7 16.2 16.0 15.0 14.2

Risiko Nilai Tukar

Rasio Utang Valas thd Total Utang (%) 46.2 45.0 44.4 46.7 44.0 42.4

Risiko Refinancing9.5 9.3 9.7 9.6 9.9 9.9 Rata-rata utang jatuh tempo (tahun)

Rasio Utang Bunga Mengambang thd

Total Utang(%)

Uraian

Page 23: Rencana Strategis Tahun 2015-2019 Direktorat Jenderal ... DJPPR 2015... · KEDUA : Renstra Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko berisi Visi, Misi, Tujuan, Strategi,

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko 2015-2019

10

pada tahun 2009 adalah sebesar Rp 611,2 triliun pada akhir tahun 2009 menjadi Rp 671,53

pada akhir tahun 2014

Tabel I.5

Perkembangan Outstanding Pinjaman (2009-2014)

Mempertimbangkan masih rendahnya kinerja pinjaman baik dari segi aspek penyerapan

pinjaman maupun hal-hal lain yang mempengaruhi kinerja pinjaman, telah dilaksanakan beberapa

upaya perbaikan kinerja pinjaman yang dituangkan dalam rencana kerja 2010-2014. Di bawah ini

diuraikan pencapaian rencana kerja pengelolaan pinjaman dan hibah yang lebih terperinci

berdasarkan indikator kinerja yang ditetapkan tahun 2010-2014, yaitu sebagai berikut:

1) Perumusan peraturan yang berkualitas

Dalam rangka mewujudkan tata kelola yang baik serta penerapan prinsip

akuntabilitas dan transparansi di dalam pengelolaan pinjaman maupun hibah, diperlukan

adanya peraturan yang dapat memberikan payung hukum dalam pelaksanaan maupun

implementasi kebijakan pengelolaan pinjaman dan hibah. Untuk level peraturan pemerintah,

produk hukum yang berhasil diterbitkan sebagai payung hukum dalam pengelolaan

pinjaman dan hibah antara lain PP Nomor 10 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pinjaman Luar

Negeri dan Penerimaan Hibah yang menjadi landasan dalam pengelolaan pinjaman luar

negeri. Dalam pengelolaan pinjaman yang berasal dari kreditor swasta asing (KSA) telah

diterbitkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 45/PMK.08/2014 tentang Tata Cara

Pengadaan Pembiayaan yang Bersumber dari Kreditor Swasta Asing. Tata cara penarikan

Page 24: Rencana Strategis Tahun 2015-2019 Direktorat Jenderal ... DJPPR 2015... · KEDUA : Renstra Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko berisi Visi, Misi, Tujuan, Strategi,

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko 2015-2019

11

pinjaman dalam negeri diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor

91/PMK.05/2010 tentang Tata Cara Penarikan Pinjaman Dalam Negeri.

Sebagai bagian dari sinkronisasi penganggaran APBN dan pengelolaan pinjaman,

telah diterbitkan PMK No. 247/PMK.02/2012 Tentang Tata Cara Perencanaan, Penetapan

Alokasi, Dan Pengesahan Dokumen Pelaksanaan Anggaran Bendahara Umum Negara yang

direvisi melalui PMK No. 177/PMK.02/2014 Tentang Tata Cara Perencanaan, Penelaahan,

dan Penetapan Alokasi Anggaran Bagian Anggaran Bendahara Umum Negara. Melalui

penerbitan PMK ini, diharapkan angka penarikan pinjaman yang dicantumkan dalam APBN

akan sesuai dengan kemajuan kinerja kegiatan yang dibiayai dengan pinjaman. Selain itu,

telah dilakukan beberapa perubahan pada ketentuan peraturan mengenai revisi DIPA untuk

mempermudah pelaksanaan kegiatan yang bersumber dari Pinjaman

2) Pengelolaan pinjaman dan hibah yang efektif dan efisien

Dalam rangka mencapai pengelolaan pinjaman dan hibah yang efektif dan efisien

perlu didukung dengan adanya:

a) Penyelesaian kajian tawaran pinjaman, terutama untuk pinjaman komersial, yang

diusulkan oleh calon lender melalui K/L pelaksana proyek. Tawaran pinjaman ini

merupakan salah satu aspek yang harus dinilai untuk menentukan tingkat kemahalan

biaya pendanaan sebagai salah satu aspek penilaian pada proses tender di K/L.

b) Pencapaian target effective cost yang sudah ditetapkan oleh Direktorat Strategi dan

Portofolio Utang. Effective cost merupakan cerminan dari biaya suatu pinjaman. Biaya

pinjaman dinegosiasikan untuk mendapatkan tingkat biaya yang wajar dengan tidak

melebihi target yang telah ditetapkan serta memperhatikan kondisi pasar keuangan.

Salah satu tantangan yang dihadapi dalam pencapaian target effective cost adalah

tingginya biaya utang melalui pinjaman komersial yang disebabkan adanya tambahan

biaya terkait penarikan utang. Untuk itulah langkah yang dilakukan adalah meningkatkan

usaha negosisasi term and conditions pinjaman untuk menekan biaya terkait penarikan

pinjaman komersial. Namun demikian, secara umum pencapaian target effective cost

selama tahun 2010-2015 dapat dicapai dengan baik. Hal ini dapat dilakukan dengan

strategi komunikasi yang efektif dengan kreditor dalam negosisasi pinjaman sehingga

didapatkan biaya pinjaman yang lebih rendah.

c) Penyelesaian penelaahan draft perjanjian secara tepat waktu. Tujuan penelaahan

adalah untuk menghindari adanya klausul-klausul perjanjian yang berpotensi merugikan

pemerintah. Dalam setiap proses negosiasi, langkah pertama adalah penelaahan atas

setiap klausul dalam draft perjanjian secara teliti dan hati-hati. Hasil penelaahan

digunakan sebagai bahan untuk dibahas bersama pihak-pihak terkait internal

Pemerintah sebelum melakukan negosiasi dengan Lender.

d) Perjanjian pinjaman dengan maturity sesuai dengan strategi yang ditetapkan. Hal ini

dihitung berdasarkan perbandingan jumlah perjanjian pinjaman komersial dengan

maturity di atas 5 tahun dengan jumlah perjanjian pinjaman lunak dengan maturity di

atas 12 tahun terhadap jumlah perjanjian pinjaman yang ditandatangani.

e) Penyelesaian permasalahan pelaksanaan pinjaman dan hibah.

Page 25: Rencana Strategis Tahun 2015-2019 Direktorat Jenderal ... DJPPR 2015... · KEDUA : Renstra Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko berisi Visi, Misi, Tujuan, Strategi,

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko 2015-2019

12

Permasalahan yang terjadi antara kurun waktu 2010-2014 antara lain:

a. Pemanfaatan dan tindak lanjut hasil monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan

yang dibiayai dari pinjaman belum optimal

b. Masih rendahnya tingkat penyerapan (low disbursement) pinjaman sebagai akibat

dari tertundanya pelaksanaan kegiatan yang dibiayai pinjaman. Hal ini dalam

banyak hal disebabkan oleh hal-hal rinci di lapangan yang sulit untuk diantisipasi

pada proses perencanaan dan penyiapan kegiatan

c. Masih terbatasnya sektor kegiatan yang bisa dibiayai melalui pinjaman dalam negeri

d. Tingginya beban pembayaran cicilan pokok utang dan bunga utang pemerintah

e. Belum optimalnya pemanfaatan pinjaman luar negeri berdampak pada efisiensi dan

efektifitas pelaksanaan kegiatan yang dibiayai dengan pinjaman sehingga outputs

dan outcomes tidak sesuai dengan yang direncanakan

f. Belum selarasnya pelaksanaan pinjaman luar negeri untuk pembiayaan kegiatan

yang bersifat multiyears (tahun jamak) dengan siklus penganggaran dan

pelaksanaan anggaran.

g. Belum terdapat kejelasan arah kebijakan jangka menengah/panjang pemanfaatan

pinjaman luar negeri.

3) Peningkatan kualitas pengelolaan pinjaman dan hibah

Dalam rangka peningkatan kualitas pengelolaan pinjaman dan hibah perlu diambil langkah-

langkah sebagai berikut:

1) Penyelesaian kajian tawaran pinjaman, terutama untuk pinjaman komersial, yang

diusulkan oleh calon lender melalui K/L pelaksana proyek. Tawaran pinjaman ini

merupakan salah satu aspek yang harus dinilai untuk menentukan tingkat kemahalan

biaya pendanaan sebagai salah satu aspek penilaian pada proses tender di K/L.

2) Pencapaian target effective cost yang telah ditetapkan. Effective cost merupakan

cerminan dari biaya suatu pinjaman. Biaya pinjaman dinegosiasikan untuk mendapatkan

tingkat biaya yang wajar dengan tidak melebihi target yang telah ditetapkan serta

memperhatikan kondisi pasar keuangan. Salah satu tantangan yang dihadapi dalam

pencapaian target effective cost adalah tingginya biaya utang melalui pinjaman

komersial yang disebabkan adanya tambahan biaya terkait penarikan utang. Untuk

itulah langkah yang dilakukan adalah meningkatkan usaha negosisasi term and

conditions pinjaman untuk menekan biaya terkait penarikan pinjaman komersial. Namun

demikian, secara umum pencapaian target effective cost selama tahun 2010-2015 dapat

dicapai dengan baik. Hal ini dapat dilakukan dengan strategi komunikasi yang efektif

dengan kreditor dalam negosisasi pinjaman sehingga didapatkan biaya pinjaman yang

lebih rendah.

3) Penyelesaian penelaahan draft perjanjian secara tepat waktu. Tujuan penelaahan

adalah untuk menghindari adanya klausul-klausul perjanjian yang berpotensi merugikan

pemerintah. Dalam setiap proses negosiasi, langkah pertama adalah penelaahan atas

setiap klausul dalam draft perjanjian secara teliti dan hati-hati. Hasil penelaahan

Page 26: Rencana Strategis Tahun 2015-2019 Direktorat Jenderal ... DJPPR 2015... · KEDUA : Renstra Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko berisi Visi, Misi, Tujuan, Strategi,

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko 2015-2019

13

digunakan sebagai bahan untuk dibahas bersama pihak-pihak terkait internal

Pemerintah sebelum melakukan negosiasi dengan Lender.

4) Perjanjian pinjaman dengan maturity sesuai dengan strategi yang ditetapkan. Hal ini

dihitung berdasarkan perbandingan jumlah perjanjian pinjaman komersial dengan

maturity di atas 5 tahun dengan jumlah perjanjian pinjaman lunak dengan maturity di

atas 12 tahun terhadap jumlah perjanjian pinjaman yang ditandatangani.

5) Penyelesaian permasalahan pelaksanaan pinjaman dan hibah. Penyelesaian

permasalahan tersebut dibandingkan dengan permohonan penyelesaian permasalahan.

Permasalahan yang terjadi antara kurun waktu 2010-2014 antara lain:

a. Pemanfaatan dan tindak lanjut hasil monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan

yang dibiayai dari pinjaman belum optimal

b. Masih rendahnya tingkat penyerapan (low disbursement) pinjaman sebagai akibat

dari tertundanya pelaksanaan kegiatan yang dibiayai pinjaman. Hal ini dalam

banyak hal disebabkan oleh hal-hal rinci di lapangan yang sulit untuk diantisipasi

pada proses perencanaan dan penyiapan kegiatan

c. Masih terbatasnya sektor kegiatan yang bisa dibiayai melalui pinjaman dalam negeri

d. Tingginya beban pembayaran cicilan pokok utang dan bunga utang pemerintah

e. Belum optimalnya pemanfaatan pinjaman luar negeri berdampak pada efisiensi dan

efektifitas pelaksanaan kegiatan yang dibiayai dengan pinjaman sehingga outputs

dan outcomes tidak sesuai dengan yang direncanakan

f. Belum selarasnya pelaksanaan pinjaman luar negeri untuk pembiayaan kegiatan

yang bersifat multiyears (tahun jamak) dengan siklus penganggaran dan

pelaksanaan anggaran.

g. Belum terdapat kejelasan arah kebijakan jangka menengah/panjang pemanfaatan

pinjaman luar negeri.

Untuk mengatasi permasalahan di atas dilakukan beberapa upaya berikut:

a. Review atas kegiatan dalam blue book sehingga terjadi proses penyaringan yang makin berkualitas dan cermat atas usulan kegiatan yang diusulkan dibiayai dengan pinjaman luar negeri dengan berfokus pada pembiayaan infrastruktur dan energy, dengan menyiapkan kriteria kegiatan yang dapat dibiayai dengan Pinjaman Luar Negeri dengan lebih tajam.

b. Bersama Bappenas menyusun kerangka kebijakan prioritas pinjaman luar negeri dengan pembagian tugas yang meliputi pemilihan Kegiatan, penilaian kesiapan Kegiatan dan penentuan sumber pembiayaan sehingga tercapai efisiensi pembiayaan utang dan tujuan pembangunan nasional.

c. Menyempurnakan penyusunan Batas Maksimum Pinjaman (BMP) sebagai salah satu alat pengendali pinjaman.

d. Melakukan koordinasi awal dengan Bappenas untuk penyiapan langkah-langkah peningkatan kualitas pengelolaan pinjaman luar negeri. Koordinasi ini akan mengarah pada pertemuan regular dalam tataran pembahasan portofolio sehingga tercapai kebijakan yang komprensif dalam pengelolaan pinjaman.

Page 27: Rencana Strategis Tahun 2015-2019 Direktorat Jenderal ... DJPPR 2015... · KEDUA : Renstra Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko berisi Visi, Misi, Tujuan, Strategi,

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko 2015-2019

14

e. Mengusulkan rencana reorganisasi sebagai bagian dari Reorganisasi di tingkat Kementerian Keuangan dengan menambahkan struktur perencanaan pinjaman serta penggabungan fungsi monitoring dan evaluasi pada satu unit di Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko sehingga menjadi satu bisnis proses yang lebih terintegrasi.

f. Meninjau kembali dan menyusun metodologi penyusunan BMP yang lebih baik dan mampu menjawab kebutuhan untuk upaya Pengelolaan pinjaman yang lebih baik.

g. Peningkatan Koordinasi Internal Kementerian Keuangan yang melibatkan Ditjen Anggaran, Ditjen Pengelolaan Utang dan Badan Kebijakan Fiskal sebagai bagian perbaikan pengelolaan pinjaman luar negeri sehingga tercapai suatu integrasi antara penyusunan kebijakan fiskal, perencanaan pinjaman, penganggaran dan implementasi pengelolaan pinjaman.

h. Penyiapan exit strategy pinjaman.

4) Membina hubungan dengan kreditor, Donor dan Executing Agency

Peningkatkan intensitas komunikasi dengan Kreditor dan Donor dilakukan dengan

memenuhi permintaan pertemuan dari Kreditor dan Donor serta melakukan komunikasi pada

setiap kesempatan pertemuan, baik yang dilaksanakan oleh Kementerian/Lembaga,

Bappenas, maupun Kreditor/Donor. Peningkatkan intensitas komunikasi dengan Executing

Agency dilakukan dengan memenuhi permintaan pertemuan dan kebutuhan diseminasi

kebijakan pengelolaan pinjaman dan hibah.

Peningkatan komunikasi dengan kreditor dan donor juga bertujuan untuk berbagi

pengalaman dan transfer knowledge dalam pelaksanaan suatu proyek serta peningkatan

pemahaman executingi agency mengenai sistem pemberi pinjaman, sehingga dapat

mempermudah pelaksanaan kegiatan yang dibiayai dengan pinjaman/hibah.

5) Mewujudkan pengelolaan pinjaman dan hibah yang prudent

Pengelolaan pinjaman dan hibah secara prudent diukur melalui persentase

pelaksanaan pengelolaan pinjaman dan hibah sesuai dengan prosedur. Hal ini perlu dijaga

agar pengelolaan pinjaman dan hibah dapat berjalan dengan baik. Pembiayaan atas defisit

APBN diusahakan dalam jumlah yang cukup, tersedia pada saat diperlukan dan dengan

biaya yang efisien serta tingkat risiko yang terkendali. Sumber pembiayaan defisit APBN

antara lain melalui pengadaan Pinjaman Tunai.

Pinjaman Tunai adalah pinjaman yang dapat berupa pinjmaman program, standby loan,

pembiayaan likuiditas jangka pendek, pembiayaan kontijensi, pembiayaanuntuk permodalan

dan lain-lain, yang pencairannya bersifat tunai dalam bentuk antara lain Official

Development AssistanceI/ODA (bilateral), Concessional (multilateral), Non Official

Development Assistance/Non-ODA (bilateral), Non Concessional (multilateral), komersial, dan

Mixed Credit/pinjaman campuran (bilateral).

Selain bertujuan memberikan pembiayaan defisit APBN yang aman, pengelolaan

Pinjaman juga bertujuan untuk memastikan bahwa pelaksanaan kegiatan (proyek) yang

dibiayai dapat terlaksana sesuai jadwal yang ditetapkan dan memberikan output yang

memberikan multiplier yang tinggi terhadap pembangunan nasional.

Page 28: Rencana Strategis Tahun 2015-2019 Direktorat Jenderal ... DJPPR 2015... · KEDUA : Renstra Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko berisi Visi, Misi, Tujuan, Strategi,

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko 2015-2019

15

Selanjutnya, dalam rangka mewujudkan pengelolaan hibah yang prudent, setiap

penerimaan hibah yang diterima oleh Pemerintah harus memenuhi prinsip-prinsip antara lain

sebagai berikut:

1. Transparan;

2. Akuntabel;

3. Efisien dan efektif;

4. Tidak disertai ikatan politik; dan

5. Tidak memiliki muatan yang dapat menganggu stabilitas keamanan negara.

Dengan menerapkan prinsip-prinsip di atas di dalam pengelolaan penerimaan hibah,

diharapkan setiap hibah yang diterima dapat berkontribusi bagi pembangunan Indonesia

B. PENGELOLAAN SURAT UTANG NEGARA

Kegiatan pengelolaan Surat Utang Negara (SUN) merupakan unsur penting dalam

pembiayaan utang pemerintah, dimana volume penerbitan maupun outstanding SUN memiliki

porsi yang dominan dibandingkan dengan instrumen utang lainnya selama periode 2010-2014.

Secara umum kegiatan pengelolaan SUN yang dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal

Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko telah memenuhi target Renstra DJPPR Tahun 2010-2014

yang ditetapkan.

Tabel I.6

Jumlah Penerbitan dan Outstanding SUN Periode Tahun 2010 s.d 2014

(dalam triliun rupiah)

Uraian 2010 2011 2012 2013 2014

Penerbitan SUN Bruto 134.94 171.29 211.46 269.55 345.67

SUN Domestik 109.90 149.85 165.44 228.06 277.46

SUN Valas 25.04 21.44 46.02 41.49 68.21

Outstanding SUN 1,020.06 1,109.93 1,236.65 1,491.76 1,722.46

Berdasarkan tabel di atas, total outstanding SUN terus mengalami peningkatan sejalan

dengan peningkatan penerbitan SUN untuk memenuhi target pencapaian SBN neto

sebagaimana ditetapkan dalam UU APBN. Dengan mengacu pada strategi portofolio utang dan

mempertimbangkan kondisi pasar keuangan, penerbitan SUN dilaksanakan dengan

memprioritaskan SUN domestik (dalam denominasi rupiah) yang bertujuan untuk mendukung

pengembangan pasar domestik serta mengurangi tingkat risiko nilai tukar terhadap utang dalam

valuta asing. Penerbitan SUN merupakan indikator utama dari keberhasilan kegiatan

pengelolaan SUN yang didukung dengan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

1. Perumusan peraturan dan kebijakan pengelolaan SUN yang berkualitas

Dalam rangka memberikan landasan dan kepastian hukum pengelolaan SUN, maka

perlu dilakukan kegiatan penyediaan peraturan dan kebijakan pengelolaan SUN yang

Page 29: Rencana Strategis Tahun 2015-2019 Direktorat Jenderal ... DJPPR 2015... · KEDUA : Renstra Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko berisi Visi, Misi, Tujuan, Strategi,

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko 2015-2019

16

berkualitas dan dapat menjamin kepastian hukum dalam pelaksanaan transaksi SUN.

Perumusan peraturan dan kebijakan pengelolaan SUN yang berkualitas diharapkan dapat

menghasilkan suatu pedoman dan landasan dalam kegiatan pengelolaan SUN yang bersifat

dinamis sesuai dengan perkembangan kondisi pasar keuangan.

Selama kurun waktu 2010-2014, telah disusun peraturan dan keputusan yang

ditetapkan oleh Menteri Keuangan maupun oleh Direktur Jenderal Pengelolaan Utang.

Adapun Peraturan Menteri Keuangan dalam rangka pengelolaan SUN yang telah diterbitkan

berjumlah 14 (empat belas) set antara lain meliputi Peraturan Menteri Keuangan Nomor

42/PMK.08/2014 tentang Penjualan Obligasi Negara Kepada Investor Ritel di Pasar Perdana

Domestik, Peraturan Menteri Keuangan Nomor 95/PMK.08/2014 tentang Transaksi Surat

Utang Negara Secara Langsung, Peraturan Menteri Keuangan Nomor 134/PMK.08/2013

tentang Dealer Utama, Peraturan Menteri Keuangan Nomor 43/PMK.08/2013 tentang Lelang

SUN Dalam Mata Uang Rupiah dan Valas Dipasar Perdana Domestik, Peraturan Menteri

Keuangan Nomor 236/PMK.08/2012 tentang Pembelian Kembali Surat Utang Negara dalam

Valuta Asing di Pasar Internasional, Peraturan Menteri Keuangan Nomor 128/PMK.08/2012

tentang Penjualan Surat Utang Negara dalam Valuta Asing di Pasar Perdana Domestik

dengan cara Bookbuilding, serta Peraturan Menteri Keuangan Nomor 77/PMK.08/2012

tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 170/PMK.08/2008

Tentang Transaksi Surat Utang Negara Secara Langsung.

Di samping itu, Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko telah

menyiapkan kebijakan mengenai Bond Stabilization Framework yang mengatur peran aktif

Pemerintah didukung BUMN-BUMN serta BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan

terkait dalam rangka stabilisasi pasar SBN untuk menjaga kepercayaan (confidence) pelaku

pasar. Kebijakan tersebut tertuang dalam:

a) Nota Kesepahaman antara Menteri Keuangan dan Menteri Negara BUMN Nomor: S-

715/MK.08/2010 dan Nomor MOU-09/MBU/2010 tanggal 30 Desember 2010 tentang

Koordinasi Dalam Rangka Pemeliharaan Stabilitas Pasar SBN;

b) Nota Kesepahaman antara Kementerian Keuangan dengan BPJS Kesehatan Nomor

PRJ-1/MK.8/2014 dan Nomor 0009/MOU/0914 tentang Koordinasi Dalam Rangka

Pemeliharaan Stabilitas Pasar SBN; dan

c) Nota Kesepahaman antara Kementerian Keuangan dengan BPJS Ketenagakerjaan

Nomor PRJ-2/MK.8/2014 dan Nomor MOU/16/092014 tentang Koordinasi Dalam

Rangka Pemeliharaan Stabilitas Pasar SBN.

d) Berdasarkan nota kesepahaman tersebut di atas selanjutnya ditindaklanjuti dengan

Keputusan Bersama Direktur Jenderal Pengelolaan Utang, Deputi Bidang Usaha Jasa

Keuangan, Jasa Konstruksi dan Jasa Lain Kementerian BUMN, Direktur Utama BPJS

Kesehatan, dan Direktur Utama BPJS Ketenagakerjaan Nomor: 31/PU/2014,

37/D3.MBU/10/2014, 387 Tahun 2014, dan MoU/17/102014 tentang Mekanisme Kerja

Pelaksanaan Koordinasi Dalam Rangka Pemeliharaan Stabilitas Pasar Surat Berharga

Negara.

2. Pengelolaan portofolio SUN yang optimal dan efektif

Dalam rangka memenuhi pembiayaan APBN melalui pengelolaan SUN, Direktorat

Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko secara rutin melakukan kegiatan analisis

Page 30: Rencana Strategis Tahun 2015-2019 Direktorat Jenderal ... DJPPR 2015... · KEDUA : Renstra Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko berisi Visi, Misi, Tujuan, Strategi,

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko 2015-2019

17

kebutuhan infrastruktur perdagangan, penyiapan rekomendasi SUN yang akan ditransaksikan

dan pelaksanaan transaksi SUN dan derivatif. Kebutuhan aplikasi dalam mendukung

pengelolaan SUN, meliputi aplikasi PMON yang telah migrasi ke DMFAS interface, aplikasi

DSS, MOFIDS (aplikasi di BEI), dan BI-SSSS (aplikasi di BI) telah dimanfaatkan secara

optimal dalam setiap transaksi penerbitan maupun pembelian kembali SUN. Sementara itu

rekomendasi jenis dan harga/yield SUN yang akan ditransaksikan dilaksanakan sesuai target

struktur portofolio dan effective cost serta mempertimbangkan kondisi pasar keuangan.

Sesuai dengan UU Nomor 24 Tahun 2002 tentang Surat Utang Negara, Pemerintah

dapat menerbitkan SUN di pasar domestik maupun internasional baik dalam mata uang

rupiah maupun valas. Transaksi penerbitan SUN antara lain meliputi lelang regular,

penerbitan SUN Ritel (ORI dan SBR), penerbitan SUN valas, dan transaksi SUN secara

langsung.

Tabel I.7

Penerbitan SUN selama 2010-2014

Frek. Rp. (miliar) Frek. Rp. (miliar) Frek. Rp. (miliar) Frek. Rp. (miliar) Frek. Rp. (miliar)

ON 21 72,100.00 22 98,850.00 21 122,245.00 24 **) 167,716.70 23 **) 203,855.45

SPN 21 29,795.00 22 40,000.00 22 30,520.00 23 42,400.00 23 ***) 60,900.00

Global Bond 1 18,550.00 1 21,442.50 2 39,005.00 2 39,228.00 2 64,226.62

Samurai Bond 1 6,491.64 - - 1 7,012.31 - - - -

ORI/SBR 1 8,000.00 1 11,000.00 1 12,676.74 1 20,205.00 2 23,606.80

134,936.64 171,292.50 211,459.05 269,549.70 352,588.87

2014Instrumen

2011 2012 20132010

**) Termasuk lelang SUN berdenominasi USD melalui lelang di pasar perdana domestik

***) Termasuk penerbitan SPN-NT Rp12,4 triliun yang setelmen pada 2 Januari 2014

Pelaksanaan lelang SUN meliputi ON dan SPN dilakukan sesuai dengan jadwal

penerbitan (calendar of issuance) yang diinformasikan kepada stakeholders setiap awal

tahun. Penerbitan ON dan SPN melalui lelang SUN diikuti oleh seluruh anggota Dealer Utama

(Primary Dealers), Bank Indonesia, dan Lembaga Penjamin Simpanan. Di samping dalam

mata uang rupiah, Pemerintah telah menerbitkan SUN berdenominasi USD melalui lelang di

pasar perdana domestik untuk pertama kali pada tahun 2013 sebesar USD190 ribu dengan

tanggal setelmen pada 28 November 2013. Secara umum volume penerbitan SUN melalui

lelang reguler terus mengalami peningkatan selama periode 2010-2014.

Dalam rangka memperluas basis investor domestik, Pemerintah secara rutin

menerbitkan SUN Ritel yang proses penjualan di pasar perdana diperuntukkan kepada

investor ritel domestik yang terdiri dari Obligasi Negara Ritel (ORI) dan Saving Bond Ritel

(SBR). Sejak penerbitan ORI tahun 2012, Pemerintah menerapkan ketentuan minimum

holding period sehingga investor yang membeli ORI di pasar perdana tidak dapat menjual

ORI di pasar sekunder selama periode tertentu yang telah ditetapkan. Pada tahun 2014,

Pemerintah menerbitkan SBR untuk pertama kali sebesar Rp2,39 triliun dengan tanggal

setelmen pada 30 Mei 2014. Secara umum terdapat perbedaan antara instrumen ORI dan

SBR, dimana ORI dapat diperdagangkan di pasar sekunder (tradable) dan memiliki kupon

Page 31: Rencana Strategis Tahun 2015-2019 Direktorat Jenderal ... DJPPR 2015... · KEDUA : Renstra Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko berisi Visi, Misi, Tujuan, Strategi,

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko 2015-2019

18

tetap (fixed rate) sedangkan SBR bersifat non-tradable dan memiliki kupon mengambang

sesuai LPS rate ditambah premium dengan kupon minimal (floor rate).

Di samping penerbitan SUN di pasar domestik, selama periode 2010-2014

Pemerintah menerbitkan SUN dalam valuta asing baik di pasar global dengan format Global

Medium Term Notes (GMTN) maupun pasar keuangan Jepang (Samurai Bond). Penerbitan

SUN dalam valuta asing mempertimbangkan keterbatasan daya serap pasar SUN dalam

negeri dan bertujuan untuk pembentukan benchmark SUN dalam valuta asing, meningkatkan

cadangan devisa, mendukung pembayaran kewajiban dalam valuta asing serta antisipasi

terhadap kondisi pasar keuangan yang penuh ketidakpastian. Pada tahun 2014, Pemerintah

menerbitkan SUN dalam denominasi Euro untuk pertama kali sebesar EUR1 miliar dengan

tanggal setelmen pada 8 Juli 2014 melalui metode GMTN.

Selain melaksanakan penerbitan SUN, Pemerintah melakukan pembelian kembali

SUN melalui cash buyback maupun debtswitch. Transaksi cash buyback bertujuan untuk

memberikan dukungan (support level) kepada pasar SUN dalam hal kondisi pasar SUN

mengalami tekanan yang ditandai dengan jatuhnya harga-harga SUN. Selama periode 2010-

2014, pelaksanaan transaksi cash buyback dilaksanakan melalui lelang atau transaksi

langsung melalui Dealing Room dengan total nominal mencapai Rp10,74 triliun. Sementara

itu dalam rangka mengurangi beban dan risiko pelunasan pokok SUN, Pemerintah berupaya

untuk menata ulang struktur jatuh tempo SUN melalui debt switching, yaitu dengan membeli

seri-seri SUN jangka pendek dan menukarkannya dengan SUN yang mempunyai jatuh tempo

jangka menengah dan panjang. Kondisi ini juga memberikan keleluasaan bagi Pemerintah

untuk menerbitkan instrumen SUN jangka pendek. Sejak tahun 2014, Pemerintah

melaksanakan transaksi debt switch dengan metode many to many, yaitu lelang debt switch

dengan menukar beberapa seri SUN (source bonds) dengan beberapa seri SUN lainnya

(destination bonds).

Tabel I.8

Realisasi Buyback SUN selama 2010-2014

Frek Rp (miliar) Frek Rp (miliar)

2010 13 3,200,565 6 3,920,000

2011 10 3,499,986 4 664,000

2012 6 1,137,527 4 11,859,000

2013 5 1,551,385 5 1,976,000

2014 3 1,350,968 3 4,979,000

Jumlah 10,740,431 23,398,000

Cash buyback Debt switchTahun

Secara umum realisasi penerbitan SUN selama periode 2010-2014 telah

dilaksanakan sesuai strategi pembiayaan utang dengan turut mempertimbangkan masukan

dari unit terkait antara lain Direktorat Pengelolaan Kas Negara berkaitan dengan posisi saldo

kas Pemerintah dan Bank Indonesia berkaitan dengan kebijakan moneter dan kondisi pasar

keuangan domestik.

Page 32: Rencana Strategis Tahun 2015-2019 Direktorat Jenderal ... DJPPR 2015... · KEDUA : Renstra Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko berisi Visi, Misi, Tujuan, Strategi,

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko 2015-2019

19

Indikator pengelolaan portofolio SUN yang optimal dan efektif meliputi antara lain

persentase pencapaian target effective cost dan persentase terpenuhinya struktur portofolio

SUN sesuai dengan strategi yang ditetapkan. Secara umum capaian kedua indikator

dimaksud telah memenuhi target yang ditetapkan selama periode 2010-2014.

Tabel I.9

Realisasi Effective Cost dan Struktur Portofolio SUN

Periode Tahun 2010 s.d 2014

Target Realisasi Target Realisasi

2010 100% 72.41% 100% 91.53%

2011 100% 81.28% 100% 96.66%

2012 100% 82.77% 100% 98.41%

2013 100% 99.54% 100% 102,39% **)

2014 100% 79% 100% 98,95% **)

Effective Cost Struktur Portofolio SUN Tahun

**) Perhitungan realisasi menggunakan polarisasi stabilize

Realisasi effective cost selalu di bawah target maksimal sebesar 100% yang

menunjukkan bahwa biaya penerbitan SUN tidak melampaui batas atas yang ditetapkan,

sedangkan realisasi struktur portofolio SUN relatif telah sesuai dengan target strategi

pengelolaan utang yang ditetapkan. Struktur portofolio SUN pada tahun 2013 sedikit di atas

target disebabkan oleh pelemahan rupiah terhadap mata uang US Dollar dan Yen yang

mengakibatkan nilai konversi dalam rupiah atas portofolio SUN valas meningkat tajam,

sedangkan risiko utang jangka pendek (short term debt) dan risiko tingkat bunga relatif

sesuai dengan target dimana target/batas atas effective cost yang diperkenankan tidak

terlampaui. Hal ini menunjukkan bahwa secara umum pada periode 2010-2014, risiko

portofolio SUN yang tercermin dalam risiko nilai tukar, risiko refinancing dan risiko tingkat

bunga relatif terkendali dengan tingkat bunga minimal.

3. Pengembangan pasar SUN yang dalam, aktif, dan likuid

Salah satu upaya mendukung pengelolaan SUN adalah mengembangkan pasar SUN

yang dalam, aktif, dan likuid. Untuk itu perlu dilakukan kegiatan berupa koordinasi dengan

instansi atau lembaga terkait dan para pelaku pasar, perumusan dan pengembangan

instrumen, serta penyiapan dan pengembangan layanan publik terkait pengelolaan SUN.

Indikator yang digunakan untuk mengukur capaian pengembangan pasar SUN yang dalam,

aktif, dan likuid antara lain meliputi (i) persentase pelaksanaan kajian pengembangan

instrumen SUN, (ii) indeks kepercayaan investor terhadap pengelolaan SUN, (iii) jumlah

penambahan investor baru SUN ritel, (iv) persentase pertumbuhan jumlah nominal

kepemilikan SUN tradable oleh investor domestik, (v) Tingkat efektifitas edukasi dan

komunikasi pengelolaan SUN, dan (vi) persentase pertemuan dengan bank sentral, pelaku

pasar, lembaga rating, SROs, dan institusi lain yang terkait dengan pengelolaan SUN.

Selama periode 2010-2014, telah disusun beberapa kajian pengembangan instrumen

SUN, yaitu:

Page 33: Rencana Strategis Tahun 2015-2019 Direktorat Jenderal ... DJPPR 2015... · KEDUA : Renstra Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko berisi Visi, Misi, Tujuan, Strategi,

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko 2015-2019

20

1. Tahun 2010

Kajian atas IDR Global Bond

Kajian atas Samurai Bond World Bank Guarantee

2. Tahun 2011

Kajian mengenai Peluang Pemerintah Pusat untuk menggunakan SUN sebagai

bagian dari transfer dana ke Daerah

Kajian mengenai Peluang Pemerintah untuk menerbitkan SUN berdenominasi USD

di pasar domestik

3. Tahun 2012

Kajian Samurai Bond tanpa Jaminan JBIC

Kajian mengenai mekanisme distribusi ORI di pasar perdana

Kajian liabilities management melalui buyback/debswitch ON Valas

Kajian mengenai penerbitan SUN valas di pasar internasional dengan menggunakan

format SEC Registered

4. Tahun 2013

Kajian Saving Bond

Kajian mengenai peningkatan partisipasi Investor Institusional Domestik

5. Tahun 2014

Kajian tentang Euro Denominated Bonds

Kajian tentang Inflation Linked Bonds (ILB)

Sementara itu untuk mengukur tingkat kepercayaan investor terhadap pengelolaan

SUN, dilakukan kegiatan survei melalui penyebaran kuesioner kepada responden selaku

stakeholders Direktorat SUN. Hasil kuesioner diolah untuk memperoleh Customer

Satisfaction Index/CSI (Indeks Kepuasan Konsumen). Secara umum indeks kepercayaan

investor terhadap pengelolaan SUN periode 2010-2014 berada pada kategori memuaskan.

Namun pada tahun 2013, diperoleh Indeks Kepercayaan investor terhadap pengelolaan

SUN sebesar 3,47 berada di bawah target yang ditetapkan, walaupun realisasi indeks

menunjukkan bahwa kepercayaan investor terhadap pengelolaan SUN berada pada kategori

baik (memuaskan).

Tabel I.10

Indeks Kepercayaan Investor terhadap Pengelolaan SUN

Periode Tahun 2010 s.d 2014

Tahun Target Indeks Realisasi Indeks Keterangan

2010 0.66 0.69 Memuaskan

2011 0.69 0.74 Memuaskan

2012 3.7 3.71 Memuaskan

2013 3.7 3.47 Memuaskan

2014 3.5 3.96 Memuaskan Keterangan: terdapat perubahan skala indeks mulai tahun 2012

Perkembangan investor baru yang membeli SUN ritel di pasar perdana sebagaimana terlihat

pada tabel berikut ini.

Page 34: Rencana Strategis Tahun 2015-2019 Direktorat Jenderal ... DJPPR 2015... · KEDUA : Renstra Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko berisi Visi, Misi, Tujuan, Strategi,

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko 2015-2019

21

Tabel I.11

Perkembangan Investor Baru SUN Ritel Tahun 2010 - 2014

SUN Ritel (Tahun) Jumlah Investor

Baru ORI007 (2010) 10.959

ORI008 (2011) 10.410

ORI009 (2012) 16.107

ORI010 (2013) 26.824

ORI011 (2014) 20.418

SBR001 (2014) 6.145

Pada tabel di atas terlihat jumlah investor baru SUN ritel terus meningkat pesat,

dimana pada tahun 2010 jumlah investor baru hanya sebesar 10.959 investor meningkat

menjadi 26.563 investor pada tahun 2014.

Selanjutnya peran aktif investor institusi domestik ditunjukan dengan persentase

pertumbuhan jumlah nominal kepemilikan SUN tradable oleh investor institusi domestik pada

tabel di bawah ini. Walaupun periode 2010-2012 terlihat persentase pertumbuhan mengalami

fluktuasi, namun sejak tahun 2013, pemerintah mulai menetapkan targetkan pertumbuhan

dengan minimal sebesar 7%. Target tersebut berhasil dicapai pada tahun 2013, dimana

investor domestik mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan yaitu 22,13%.

Tabel I.12

Pertumbuhan Kepemilikan SUN tradable

oleh Investor Domestik Tahun 2010 - 2014

Tahun Target Realisasi

2010 - -5,97%

2011 - 12,41%

2012 - 9,78%

2013 7,00% 22,13%

2014 *) 7,00% 11,5%

Pertumbuhan kepemilikan investor domestik antara lain disebabkan:

1. Telah digunakannya SUN sebagai instrumen operasi moneter sejak tahun 2011;

2. Meningkatnya kepercayaan investor atas upaya Pemerintah dalam mengembangkan

dan menjaga stabilitas pasar SBN; dan

3. Adanya komunikasi, sosialisasi dan edukasi yang berkelanjutan dan terus menerus

kepada stakeholder, pelaku pasar dan masyarakat luas terkait kebijakan pengelolaan

SUN.

Indikator berikutnya yang mendukung pengembangan pasar SUN yang dalam, aktif,

dan likuid adalah meningkatnya pemahaman masyarakat, pelaku usaha, dan stakeholders

lainnya terhadap pengelolaan SUN. Oleh karena itu, Direktorat SUN menyelenggarakan

sosialisasi dan edukasi terkait pengelolaan SUN. Tabel berikut menjelaskan perkembangan

Page 35: Rencana Strategis Tahun 2015-2019 Direktorat Jenderal ... DJPPR 2015... · KEDUA : Renstra Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko berisi Visi, Misi, Tujuan, Strategi,

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko 2015-2019

22

tingkat efektivitas edukasi dan komunikasi sosialisasi SUN yang diperoleh dari kuesioner

yang dibagikan pada saat sosialisasi dan edukasi SUN.

Tabel I.13

Perkembangan Tingkat Efektivitas Edukasi dan Komunikasi Tahun 2010 - 2014

Tahun Target Realisasi

2010 67,5% 70,1%

2011 70% 76,80%

2012 75% 76,62%

2013 75% 77,41%

2014 *) 75% 77,68%

Berdasarkan tabel di atas, terdapat tren peningkatan capaian tingkat efektivitas

edukasi dan komunikasi selama periode 2010-2014 yang menggambarkan semakin

meningkatnya pemahaman para peserta sosialisasi dan edukasi terkait pengelolaan SUN.

3. Pelaksanaan analisis keuangan dan pasar SUN yang berkualitas

Dalam rangka mendukung pengelolaan SUN, perlu dilakukan kegiatan berupa

analisis pembiayaan APBN, pembuatan proyeksi, monitoring, dan pemutakhiran arus kas

dalam pengelolaan SUN, pemantauan dan analisis kinerja potensi pasar SUN, serta

perumusan rekomendasi harga/yield SUN. Untuk mengukur keberhasilan pelaksanaan

analisis keuangan dan pasar SUN yang berkualitas adalah dengan mengukur persentase

pelaksanaan update informasi keuangan dan pasar SUN, ketepatan waktu penyampaian

laporan arus kas APBN, ketepatan waktu penyampaian analisis pasar uang dan pasar SUN,

serta pencapaian target effective cost SUN.

Pelaksanaan update informasi keuangan dan pasar SUN terdiri dari market update,

pemutakhiran arus kas, dan analisis Crisis Management Protocol (CMP). Kegiatan market

update dan analisis CMP dilaksanakan secara berkala, baik harian, mingguan, maupun

triwulanan. Market update yang dilakukan secara harian meliputi update data perdagangan

SUN di pasar sekunder baik domestik maupun dalam valas, posisi kepemilikan SBN, dan

perkembangan pasar keuangan global. Sementara itu pemutakhiran arus kas dilaksanakan

setiap terdapat update portofolio SUN yang disebabkan karena penerbitan maupun

pembelian kembali SUN.

Direktorat SUN melaksanakan kegiatan penyusunan proyeksi arus kas SUN dalam

rangka mendukung perencanaan kas pemerintah. Deviasi proyeksi arus kas terhadap

realisasi adalah persentase perbedaan proyeksi arus kas untuk pembayaran bunga SUN dan

pembiayaan SUN terhadap realisasi arus kas. Koordinasi secara rutin dilakukan dengan

Direktorat Pengelolaan Kas Negara Ditjen Perbendaharaan melalui rapat Tim CPIN (Cash

Planning Information Network) maupun melalui input via web CPIN. Secara umum, Direktorat

SUN telah melakukan proyeksi arus kas SUN dengan baik. Namun demikian, sejak tahun

2013 indikator ini tidak lagi digunakan sebagai acuan penilaian pelaksanaan analisis pasar

Page 36: Rencana Strategis Tahun 2015-2019 Direktorat Jenderal ... DJPPR 2015... · KEDUA : Renstra Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko berisi Visi, Misi, Tujuan, Strategi,

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko 2015-2019

23

keuangan dan pasar SUN yang berkualitas meskipun Direktorat SUN masih tetap

melaksanakan proyeksi arus kas SUN sampai saat ini.

Selain itu, Direktorat SUN juga melaksanakan kegiatan penyampaian laporan arus

kas serta analisis pasar uang dan SUN secara berkala. Laporan arus kas APBN disampaikan

secara rutin paling lambat 3 hari kerja setelah akhir bulan berkenaan. Hal ini dilaksanakan

dalam rangka mendukung perencanaan dan pelaporan kas pemerintah yang berkualitas.

Analisis pasar uang dan SUN disampaikan melalui surat elektronik paling lambat pukul 18.30

setiap hari kerja kepada pimpinan atau pihak terkait.

Dalam rangka memperoleh biaya penerbitan SUN yang efektif, penyiapan

rekomendasi harga/yield SUN pada saat transaksi lelang SUN di pasar perdana perlu

dilakukan secara akurat dengan mempertimbangkan kondisi pasar keuangan yang terkini.

Harga/yield acuan (benchmark price/yield) menjadi sangat penting karena akan

mencerminkan kemampuan Pemerintah untuk menanggung biaya pada setiap penerbitan

instrumen SUN. Untuk mendukung pelaksanaan kebijakan tersebut, penyusunan harga

acuan memerlukan metodologi perhitungan yang komprehensif agar harga yang dihasilkan

dapat benar-benar mencerminkan kondisi pasar dan kemampuan Pemerintah untuk

mengakomodasi demand pasar terhadap SUN dan meminimalisir cost. Tingkat efektifitas

biaya penerbitan SUN dilihat dari selisih (deviasi) rekomendasi benchmark price/yield

transaksi lelang ON di pasar perdana terhadap price/yield di pasar, yang bersumber dari

beberapa acuan yang berlaku umum.

Di samping melakukan kegiatan analisis pasar keuangan dan SUN, Direktorat SUN

juga menyelenggarakan kegiatan riset pasar keuangan dan SUN yang dilaksanakan secara

swakelola, baik bekerja sama dengan perguruan tinggi maupun secara mandiri. Selama

periode 2010-2014 kegiatan riset dilaksanakan sesuai dengan target, meliputi:

1) Kajian perilaku investor SUN dalam berinvestasi di pasar perdana dan pasar sekunder;

2) Kajian model penetapan harga SUN valuta asing;

3) Kajian Metode Penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) dan Pengembangan STRIPS;

4) Kajian Penerapan Bond Stabilization Fund di Indonesia;

5) Kajian atas Faktor-faktor yang Berpengaruh Dalam Penetapan Level dan Indikator Crisis

Management Protocol (CMP) Dalam Rangka Pencegahan dan Penanganan Krisis Pasar

SBN;

6) Kajian Pengembangan Interest Rate Swap dalam rangka Meningkatkan Likuiditas dan

Kedalaman Pasar SBN;

7) Riset Analisis Potensi Permintaan Surat Utang Negara dan Peranan Pelaku Industri

Dalam Peningkatan Likuiditas dan Kedalaman Pasar Surat Utang Negara.

8) Penyusunan Buku Putih Atas Kebijakan Pemerintah Dalam Rangka Penanganan Krisis

Keuangan Tahun 1997/1998 (White Paper Krisis 1997/1998); dan

9) Analisis Preferensi Struktur Portofolio Surat Berharga Negara dan Potensi Demand yang

dilaksanakan setiap tahun.

Dalam rangka melakukan penelitian mengenai alternatif struktur dan saluran

distribusi obligasi negara untuk investor ritel, Direktorat SUN bekerja sama dengan Sekolah

Bisnis dan Manajemen (SBM) ITB melakukan studi perbandingan dengan mengunjungi Afrika

Selatan (Afsel). Delegasi dari Indonesia dalam kunjungan tersebut terdiri dari perwakilan

Page 37: Rencana Strategis Tahun 2015-2019 Direktorat Jenderal ... DJPPR 2015... · KEDUA : Renstra Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko berisi Visi, Misi, Tujuan, Strategi,

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko 2015-2019

24

Kemenkeu, Bursa Efek Indonesia (BEI), Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI) dan SBM

ITB. Adapun pembiayaan atas pelaksanaan kegiatan tersebut ditanggung sepenuhnya oleh

Australia Indonesia Partnership for Economic Growth (AIPEG). Dalam kegiatan tersebut,

delegasi Indonesia mengunjungi National Treasury Afrika Selatan, South African Post Office,

dan Toko Ritel di Afsel yang menjadi saluran distribusi obligasi negara untuk investor ritel.

4. Monitoring dan evaluasi yang efektif dalam mendukung pengelolaan SUN

Untuk menjamin pelaksanaan kegiatan pengelolaan SUN sesuai dengan peraturan

perundang-undangan dan prosedur yang ditetapkan, maka perlu dilakukan evaluasi

kepatuhan pengelolaan SUN terhadap ketentuan dan prosedur yang berlaku (SOP mengenai

pengelolaan SUN) serta monitoring dan evaluasi yang berkesinambungan terhadap Dealer

Utama dan institusi lainnya terkait pengelolaan SUN. Untuk mengukur keberhasilan

pelaksanaan monitoring dan evaluasi yang efektif dalam mendukung pengelolaan SUN yaitu

dengan mengukur persentase tingkat kepatuhan pengelolaan SUN sesuai dengan ketentuan

dan prosedur yang berlaku serta tingkat kepatuhan Dealer Utama dan institusi lainnya terkait

pengelolaan SUN.

Selama periode 2010-2014, Direktorat SUN telah melakukan checklist pemantauan

terhadap seluruh kegiatan transaksi SUN dengan tujuan untuk memastikan pelaksanaan

transaksi SUN dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan ketentuan dan prosedur yang

berlaku. Hasil checklist dimaksud selanjutnya akan direview oleh unit kepatuhan internal

Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko untuk mengetahui sejauh mana

tingkat kepatuhan terhadap ketentuan dan prosedur dalam pelaksanaan kegiatan

pengelolaan SUN. Hasil pengukuran ini diharapkan dapat menjadi umpan balik yang positif

bagi organisasi dalam menciptakan good governance.

Sementara itu pemantauan tingkat Kepatuhan Dealer Utama dan Institusi lainnya

terkait pengelolaan SUN terhadap kewajiban yang telah ditetapkan dihitung berdasarkan

persentase jumlah Dealer Utama dan institusi yang diberi peringatan/teguran tertulis

dibandingkan dengan jumlah Dealer Utama dan institusi. Institusi selain Dealer Utama yang

dievaluasi meliputi Agen Penjual dan Konsultan Hukum SUN dalam valuta asing, Agen

Penjual SUN Ritel, dan Bursa Efek Indonesia. Selama periode 2010-2014, realisasi

persentase tingkat kepatuhan Dealer Utama dan Institusi lainnya terkait pengelolaan SUN

terhadap kewajiban yang telah ditetapkan dapat memenuhi target.

C. PENGELOLAAN PEMBIAYAAN SYARIAH

Target kegiatan dalam pengelolaan pembiayaan syariah dengan instrumen Surat

Berharga Syariah Negara (SBSN) pada periode tahun 2010-2014 sebagian besar telah dapat

dilaksanakan. Pencapaian pada periode tersebut meliputi:

1. Penyusunan landasan hukum pengelolaan SBSN yang berkualitas

Kegiatan ini diperlukan sebagai landasan hukum dalam pelaksanaan penerbitan

SBSN oleh Pemerintah serta memberikan kepastian hukum bagi investor dan masyarakat

dalam berinvestasi pada instrumen SBSN. Di samping itu, penerbitan SBSN memiliki

karakteristik khusus yang memerlukan adanya underlying asset pada setiap transaksi

serta struktur akad yang harus sesuai dengan prinsip syariah, sehingga diperlukan

Page 38: Rencana Strategis Tahun 2015-2019 Direktorat Jenderal ... DJPPR 2015... · KEDUA : Renstra Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko berisi Visi, Misi, Tujuan, Strategi,

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko 2015-2019

25

adanya penyusunan dokumen hukum yang memenuhi aspek legal dan aspek syariah.

Keberhasilan penyusunan landasan hukum dan peraturan SBSN diukur dengan capaian

target penyusunan peraturan dan keputusan yang mendukung pengelolaan SBSN,

penyusunan fatwa dan opini syariah SBSN, dan penyusunan dokumen hokum yang

diperlukan dalam rangka penerbitan SBSN.

Pada Tahun 2010-2013 Direktorat Pembiayaan Syariah telah menyelesaikan

peraturan sebagai berikut: PP Nomor 56 Tahun 2011 tentang Pembiayaan Proyek

Melalui Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara; PMK Nomor 119/PMK.08/2011

tentang Penerbitan dan Penjualan Surat Berharga Syariah Negara dalam valuta asing di

Pasar Perdana Internasional; PMK Nomor 129/PMK.08/2011 tentang Penggunaan

Proyek Sebagai Dasar Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara; PMK Nomor

187/PMK.08/2011 tentang Perubahan Atas PMK Nomor 218/PMK.08/2008 tentang

Penerbitan dan Penjualan Surat Berharga Syariah Negara Ritel di Pasar Perdana Dalam

Negeri; Peraturan Menteri Keuangan Nomor 05/PMK.08/2012 tentang Penerbitan dan

Penjualan Surat Berharga Syariah Negara di Pasar Perdana Dalam Negeri Dengan Cara

Lelang; Peraturan Menteri Keuangan Nomor 56/PMK.08/2012 tentang Pengelolaan Aset

Surat Berharga Syariah Negara Yang Berasal dari Barang Milik Negara; Peraturan

Menteri Keuangan Nomor 199/PMK.08/2012 tentang Penebitan dan Penjualan Surat

Berharga Syariah Negara Di Pasar Perdana Dalam Negeri Dengan Cara Bookbuilding;

Peraturan Menteri Keuangan Nomor239/PMK.08/2012 tentang Penebitan dan Penjualan

Surat Berharga Syariah Negara Dengan Cara Penempatan Langsung (Private

Placement); PMK Nomor 75/PMK.08/2013 tentang Pembelian Kembali SBSN; dan PMK

Nomor 113/PMK.08/2013 tentang Tata Cara Pembiayaan Proyek/Kegiatan Melalui

Penerbitan SBSN. Untuk Tahun 2014 sedang disusun PMK mengenai Saving Sukuk dan

Perubahan PMK Pembelian Kembali SBSN di Pasar Perdana.

2. Pengelolaan portofolio SBSN yang optimal dan efektif

Kegiatan ini diperlukan karena sangat terkait dengan sasaran pertama, bahwa

dalam memenuhi kebutuhan pembiayaan APBN yang aman, diperlukan pengelolaan

portofolio SBSN dengan memperhatikan optimalisasi struktur portofolio SBSN,

pencapaian terhadap effective cost, ketersediaan BMN ataupun objek pembiayaan lain

yang dapat digunakan sebagai Aset SBSN. Selain itu, pengembangan instrumen baru

dan metode penerbitan SBSN juga perlu dilakukan untuk meningkatkan efektivitas dan

fleksibilitas Pemerintah dalam melakukan penerbitan SBSN. Keberhasilan portofolio

SBSN yang optimal dan efektif melalui persentase pemenuhan struktur portofolio SBSN

sesuai dengan strategi, persentase pencapaian target effective cost, serta persentase

ketersediaan underlying asset sesuai target.

3. Pengembangan Pasar SBSN yang dalam, aktif dan likuid

Kegiatan ini diperlukan dalam rangka menciptakan kondisi pasar SBSN yang

kondusif dan meningkatkan tingkat kepercayaan investor dan pelaku pasar terhadap

Pemerintah. Adanya transparansi informasi dalam pengelolaan SBSN merupakan

sasaran yang ingin dicapai melalui kegiatan ini. Hal ini dapat dilakukan dengan

melakukan peningkatan pemahaman masyarakat dan pelaku pasar terkait dengan SBSN,

Page 39: Rencana Strategis Tahun 2015-2019 Direktorat Jenderal ... DJPPR 2015... · KEDUA : Renstra Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko berisi Visi, Misi, Tujuan, Strategi,

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko 2015-2019

26

serta pengembangan infrastruktur pasar SBSN. Keberhasilan portofolio SBSN yang

optimal dan efektif melalui persentase efektifitas instrumen pembiayaan SBSN baru,

persentase tingkat pemahaman masyarakat dan pelaku ekonomi terhadap pengelolaan

SBSN, serta persentase partisipasi investor dalam penerbitan SBSN.

4. Pelaksanaan analisis keuangan dan pasar SBSN

Kegiatan ini terkait dengan pencapaian Pembiayaan SBSN yang aman bagi

kesinambungan fiskal. Hal ini diantaranya dengan tersedianya benchmark yield SBSN,

analisis terhadap kebutuhan pembiayaan APBN melalui SBSN, serta analisis mengenai

kondisi pasar keuangan secara umum, khususnya SBSN. Keberhasilan portofolio SBSN

yang optimal dan efektif melalui deviasi benchmark harga SBSN terhadap awarded bid

yields (WAY), deviasi proyeksi arus kas SBSN, serta persentase pelaksanaan update

informasi keuangan dan pasar SBSN.

Selama tahun 2010 s.d. 2014 realisasi analisis keuangan dan pasar SBSN adalah

sebagai berikut:

a. Deviasi benchmark harga SBSN terhadap awarded bid yields (WAY) selalu

memenuhi target yang ditetapkan dengan rincian sebagai berikut:

b. Deviasi proyeksi arus kas SBSN selalu memenuhi target yang ditetapkan dengan

rincian sebagai berikut:

Sejak tahun 2013 proyeksi arus kas SBSN tidak dilakukan lagi dikarenakan

proses tersebut telah dilakukan oleh Komite Assets Liability Management (ALM).

Akan tetapi pemantauan terhadap arus kas tetap dilakukan melalui penyusunan

Laporan Fiskal dan Pasar Uang SBSN yang dilakukan tiap bulannya dimulai dari Mei

2013. Laporan ini bertujuan untuk melakukan pemantauan terhadap kecukupan Pagu

DIPA SBSN disertai dengan analisis terkait kurs USD/Rp dalam hubungannya untuk

memproyeksikan belanja pembayaran imbalan/kewajiban lainnya SBSN dalam mata

uang USD.

c. Pelaksanaan Update informasi keuangan dan pasar SBSN

Pelaksanaan analisis update informasi keuangan dan pasar SBSN bertujuan

untuk menyediakan informasi terkini mengenai kondisi pasar keuangan dan SBSN,

baik domestik maupun internasional, termasuk di dalamnya informasi terkini

Page 40: Rencana Strategis Tahun 2015-2019 Direktorat Jenderal ... DJPPR 2015... · KEDUA : Renstra Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko berisi Visi, Misi, Tujuan, Strategi,

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko 2015-2019

27

mengenai kondisi perekonomian domestik dan global. Hasil analisis market update

diharapkan dapat digunakan sebagai referensi kondisi pasar keuangan dan SBSN

terkini.

Adapun pelaksanaan update informasi keuangan dan pasar SBSN terdiri dari:

1) Market Update Harian

Penyusunan Market Update Harian dilakukan 1 (satu) kali setiap hari, yang berisi

data, informasi dan analisis tentang yield SBN (terutama SBSN), nilai tukar rupiah,

tingkat suku bunga, profil jatuh tempo SBSN, indeks saham dunia, harga minyak

dunia, perkembangan pasar sukuk internasional dan indikator makroekonomi.

2) Market Review Mingguan

Penyusunan Market Review Mingguan dilakukan 1 (satu) kali setiap minggu.

Laporan ini berisi data, informasi, dan analisis tentang kondisi pasar keuangan

global, perkembangan harga US Treasury, harga minyak dunia, perkembangan nilai

tukar Rupiah dan pasar saham domestik beserta faktor-faktor yang mempengaruh

indikator-indikator tersebut, data-data makroekonomi nasional, perkembangan pasar

uang domestik, pergerakan yield SBSN, perkembangan pasar sekunder SBSN

(perdagangan dan kepemilikan), prediksi kondisi pasar surat utang pada pekan

berikutnya, dan perkembangan pasar keuangan syariah domestik serta internasional.

3) Laporan Perdagangan dan Kepemilikan SBSN

Penyusunan Laporan Perdagangan dan Kepemilikan SBSN dilakukan 1 (satu)

kali setiap hari, yang berisi data, informasi dan analisis tentang porsi kepemilikan

SBSN dan aktivitas perdagangan SBSN harian.

4) Riset Preferensi Investor dan Potensi Permintaan SBSN

Penyusunan Riset Preferensi Investor dan Potensi Permintaan SBSN dilakukan

satu kali setiap tahun. Adapun riset ini dilakukan dalam rangka untuk memperoleh

deskripsi tentang persepsi dan preferensi investor terhadap SBSN, mengolah dan

menganalisis masukan dari investor atas kinerja pengelolaan SBSN, mengukur

potensi permintaan SBSN tahun berikutnya dan mengetahui konsensus pasar terkait

indikator makroekonomi.

5. Monitoring dan evaluasi kepatuhan pengelolaan SBSN yang efektif

Kegiatan ini merupakan upaya untuk mengetahui sejauh mana tingkat kepatuhan

terhadap ketentuan dan prosedur dalam pelaksanaan kegiatan pengelolaan SBSN.

Ketentuan dan prosedur yang dievaluasi adalah semua tahapan yang terdapat dalam

SOP yang dievaluasi oleh unit yang bertanggung jawab terhadap kepatuhan internal

DJPPR. Keberhasilan kegiatan ini diukur melalui tingkat kepatuhan pengelolaan SBSN

yang sesuai dengan ketentuan dan prosedur yang berlaku.

D. PENGELOLAAN STRATEGI DAN PORTOFOLIO UTANG

Pencapaian dari pengelolaan strategi dan portofolio utang selama tahun 2010-2014 meliputi:

Page 41: Rencana Strategis Tahun 2015-2019 Direktorat Jenderal ... DJPPR 2015... · KEDUA : Renstra Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko berisi Visi, Misi, Tujuan, Strategi,

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko 2015-2019

28

1. Perumusan landasan hukum pengelolaan utang yang berkualitas

Untuk memberikan landasan dan kepastian hukum dalam pelaksanaan pengelolaan

utang, maka perlu disusun peraturan dan kebijakan yang mendukung pengelolaan utang

yang berkualitas dan menjamin kepastian hukum. Keberhasilan rencana aksi ini diukur

melalui tersedianya peraturan dan keputusan yang mendukung dan sesuai dengan

kebutuhan pengelolaan utang.

Landasan hukum yang digunakan dalam pengelolaan strategi pengelolaan utang

meliputi peraturan yang berlaku dalam jangka panjang dan jangka pendek. Peraturan yang

berlaku jangka panjang antara lain UU tentang SUN, UU tentang Keuangan Negara, UU

tentang Perbendaharaan Negara, UU tentang SBSN, PP tentang Pinjaman Luar Negeri, PP

tentang Pinjamaan Dalam Negeri, dan PP tentang RPJMN tahun 2010-2014. Peraturan yang

berlaku dalam jangka panjang tersebut sebagian besar telah ditetapkan sebelum tahun

2010. Sedangkan peraturan yang berlaku dalam jangka pendek antara lain adalah UU APBN

yang ditetapkan dan berlaku setiap tahun, Keputusan Menteri Keuangan, dan Keputusan

Dirjen Pengelolaan Utang terkait strategi pengelolaan utang.

Landasan hukum pengelolaan utang tersebut selanjutnya digunakan sebagai acuan

untuk operasional pengelolaan utang, baik yang sifatnya tahunan maupun jangka

menengah. Apabila operasi pengelolaan utang, yang meliputi pemenuhan target

pembiayaan utang dan pengelolaan risiko serta biaya utang, dapat dilaksanakan dengan

baik maka landasan hukum pengelolaan utang dapat dianggap telah mencukupi. Namun

demikian, landasan hukum ini tidak bersifat kaku karena harus senantiasa di-review

dan/atau ditambah untuk mengakomodasi perkembangan kondisi pasar keuangan dan

situasi politik yang sangat dinamis.

2. Pengelolaan portofolio dan kewajiban utang yang optimal dan efektif

Rencana aksi ini dilakukan untuk mengupayakan struktur portofolio utang yang

optimal yaitu memiliki tingkat bunga yang minimal dengan tingkat risiko yang terkendali,

sehingga mendukung kesinambungan fiskal. Pencapaian pengelolaan portofolio dan

kewajiban utang yang optimal diukur melalui indikator-indikator seperti rasio beban bunga

terhadap rata-rata outstanding utang, penetapan dokumen Batas Maksimum Pinjaman, dan

penetapan dokumen monitoring dan analisa portofolio dan risiko utang.

Outstanding utang atau stok utang adalah jumlah pokok utang Pemerintah pada satu

waktu tertentu berdasarkan asumsi nilai tukar pada saat itu. Adapun beban bunga utang

adalah kewajiban yang harus dibayar akibat diperolehnya utang, termasuk kebutuhan untuk

pengelolaan risikonya. Bunga utang meliputi:

1. Bunga/imbal hasil atas outstanding utang,

2. Bunga /imbal hasil dan biaya atas pengadaan/penerbitan utang baru, dan

3. Biaya atas pengelolaan risiko utang seperti biaya buyback dan debt switch.

Adapun perkembangan rasio pembayaran bunga utang terhadap outstanding utang

selama periode 2007–2013 digambarkan pada tabel...... Secara umum, rasio beban utang

terhadap outstanding utang cenderung menurun. Beberapa hal menjadi faktor terkendalinya

beban utang. Pertama, low yield environment pada pasar keuangan dunia sebagai implikasi

Page 42: Rencana Strategis Tahun 2015-2019 Direktorat Jenderal ... DJPPR 2015... · KEDUA : Renstra Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko berisi Visi, Misi, Tujuan, Strategi,

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko 2015-2019

29

dari kebijakan unconventional monetary policy yang diterapkan negara-negara advanced

economy seperti Amerika Serikat, Uni Eropa, serta Jepang. Suku bunga kebijakan

mendekati 0%, sebagaimana tercermin pada rata-rata LIBOR 6 bulan yang terjun bebas dari

5,25% (2007) menjadi sekitar 0,33% - 0,52% selama tahun 2010-2014.

Kedua, membaiknya credit rating Indonesia yang berimplikasi pada semakin

rendahnya yield surat utang baru. Masuknya rating Indonesia ke area investment grade

terbukti mendorong penurunan biaya utang seiring dengan basis investor asing yang

semakin meluas serta tren aliran likuiditas ke emerging market yang meningkat. Ketiga,

faktor nilai tukar juga turut berpengaruh dengan dua sisi. Di satu sisi, pelemahan nilai tukar

rupiah akan meningkatkan minat investor asing masuk membeli SBN yang pada akhirnya

akan mendorong penurunan yield. Namun di sisi lain, pelemahan nilai tukar Rupiah akan

meningkatkan outstanding utang, khusus utang dalam valas yang dalam jangka panjang

akan meningkatkan beban utang.

Tabel I.14

Perkembangan rasio beban bunga terhadap rata-rata outstanding utang tahun 2010-2014

(dalam triliun rupiah)

No Uraian 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

LKPP

1 Pembayaran bunga utang

79,8 88,4 93,8 88,4 93,26 100.5 113,0 113.3

2 Rata-rata outstanding utang

1.345,8 1.513,1 1.613,4 1.633,8 1.745,3 1.893,3 2.176,6 2.601.2

3 Rata-rata kurs tengah USD

10.451 9.380 8.779 9.085 10.398 9.679 9.136 11.792

4 Rata-rata Libor 6 bulan

5,25 3,06 1,11 0,52 0,51 0,69 0,41 0.33

5 Rata-rata yield tenor 10 tahun

9.56 12.65 11.15 8.46 7.40 5.85 6.89 8.23

Rasio (1/2) 5.74% 5.40% 5.90% 5.26% 5.16% 5.08% 4.76% 4.65%

3. Penyusunan dokumen pembiayaan APBN melalui utang yang efektif

Penyusunan dokumen pembiayaan APBN melalui utang yang efektif berisi

penetapan target pembiayaan utang yang telah mempertimbangkan daya serap pasar SBN,

lending limit dari lender, dan target portofolio risiko utang sehingga pembiayaan utang melalui

APBN tidak hanya mempertimbangkan kebutuhan fiskal tetapi juga mempertimbangkan

kemampuan berutang secara wajar. Selain itu juga meliputi penetapan alokasi pembayaran

bunga utang yang optimal bagi pengelolaan utang dan ketersediaan ruang fiscal.

Untuk menjelaskan dan menguraikan bahwa pembiayaan utang telah dan akan

dilaksanakan secara efektif, disusun dokumen pembiayaan APBN/APBN-P. Dokumen

tersebut antara lain nota keuangan RAPBN/RAPBN-P, Laporan Realisasi Semester 1/

Prognosis Semester 2 tahun pada berjalan, dan dokumen jawaban Pemerintah atas

Page 43: Rencana Strategis Tahun 2015-2019 Direktorat Jenderal ... DJPPR 2015... · KEDUA : Renstra Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko berisi Visi, Misi, Tujuan, Strategi,

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko 2015-2019

30

pertanyaan DPR. Dengan adanya dokumen tersebut maka masyarakat dan wakil rakyat di

DPR dapat mengetahui rencana dan realisasi pelaksanaan pembiayaan utang oleh

Pemerintah.

Mengingat proses penyusunan dokumen ini tidak hanya ditentukan oleh substansi

dokumen tetapi juga dibatasi oleh waktu dan periode APBN, maka keberhasilan kegiatan ini

diukur melalui penyusunan dokumen pembiayaan APBN melalui utang tepat waktu. Dengan

selesainya dokumen secara tepat waktu maka proses penetapan dan pelaksanaan APBN

akan berjalan sesuai dengan rencana yang telah disepakati oleh Pemerintah dan DPR.

4. Pengelolaan kewajiban kontijensi yang efisien

Pengelolaan kewajiban penjaminan Pemerintah dilakukan dengan menekan biaya

pinjaman sehingga menurunkan risiko jaminan pemerintah terhadap APBN. Jaminan

pemerintah dalam hal ini merupakan bentuk dukungan pemerintah tehadap pelaksana proyek

untuk mendapatkan pinjaman. Dengan adanya jaminan pemerintah, diharapkan dapat

menurunkan biaya pinjaman. Keberhasilan pengelolaan kewajiban penjaminan Pemerintah

diukur melalui tercapainya indikator kinerja utama (IKU) deviasi benchmark biaya pinjaman

terhadap biaya pinjaman yang dijamin, persentase persetujuan Menteri Keuangan atas

rekomendasi penjaminan dan efektifitas rekomendasi mitigasi risiko hasil monitoring

dokumen.

Sampai dengan bulan September 2014 jumlah penjaminan Pemerintah yang telah

diterbitkan adalah sebagai berikut :

a) Program percepatan pembangunan pembangkit tenaga listrik yang menggunakan

batubara (proyek 10.000 MW tahap I) yaitu 30 surat jaminan untuk proyek pembangkit,

dan 4 surat jaminan untuk proyek transmisi dengan nilai total jaminan Pemerintah

sebesar Rp.36.106,0 miliar dan USD.3.958,7 juta.

b) Program percepatan penyediaan air minum yaitu 5 surat jaminan kepada 5 PDAM yaitu

PDAM Ciamis, PDAM Lombok Timur, PDAM Bogor, PDAM Malang dan PDAM

Banjarmasin dengan total nilai Rp205,2 miliar.

c) Program percepatan pembangunan pembangkit tenaga listrik yang menggunakan energi

terbarukan, batubara, dan gas (proyek 10.000 MW tahap II) yaitu 5 surat jaminan

kelayakan usaha untuk 5 proyek PLTP, yaitu PLTP Rajabasa, PLTP Muaralaboh, PLTA

Wampu, PLTP Rantau Dedap, dan PLTP Sarulla dengan keseluruhan nilai proyek

sebesar USD3.503,7 juta.

d) Penjaminan Pemerintah untuk proyek kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha yang

dilakukan melalui Badan Usaha Penjaminan Infrastruktur (BUPI), diberikan kepada

proyek-proyek infrastruktur yang dilaksanakan dengan skema Kerjasama Pemerintah dan

Swasta (KPS). Mekanisme penjaminan atas proyek-proyek infrastruktur tersebut

dilakukan bersama antara Pemerintah dan PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (PT

PII). Pemerintah dan PT PII telah menandatangani 1 (satu) perjanjian penjaminan

bersama untuk proyek PLTU Jawa Tengah dengan kapasitas 2 x 1.000 MW (Central

Java Power Plant/CJPP), dengan nilai proyek yang diperkirakan mencapai USD3.200,-

juta.

Page 44: Rencana Strategis Tahun 2015-2019 Direktorat Jenderal ... DJPPR 2015... · KEDUA : Renstra Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko berisi Visi, Misi, Tujuan, Strategi,

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko 2015-2019

31

Pemerintah telah mengalokasikan anggaran kewajiban penjaminan Pemerintah untuk

melaksanakan penjaminan percepatan pembangunan pembangkit tenaga listrik, percepatan

penyediaan air minum, dan proyek infrastruktur dengan skema Kerjasama Pemerintah dan

Swasta (KPS). Perkembangan anggaran kewajiban penjaminan selama 2010 – 2014

disajikan dalam tabel sebagai berikut :

Tabel I.15

Perkembangan Anggaran Kewajiban Penjaminan, 2010 – 2014

(Miliar Rupiah)

No Uraian 2010 2011 2012 2013 2014

APBN-P APBN-P APBN-P APBN-P APBN-P

1 Percepatan Pembangunan

Pembangkit Tenaga Listrik yang

Menggunakan Batubara

1,000.0 889.0 623.3 611.2 913.7

2 Percepatan Penyediaan Air Minum 50.0 15.0 10.0 35.0 2.22

3 Proyek Kerjasama Pemerintah

dengan badan usaha melalui

Badan Usaha Penjaminan

Infrastruktur

- - - 59.8 48.2

Jumlah 1,050.0 904.0 633.3 706.0 964.1

Dalam masa periode 2010 sd September 2014, pihak yang dijamin oleh Pemerintah

yaitu PT PLN dan PDAM tidak pernah mengalami default. PT PLN masih mampu melunasi

kewajiban kreditnya dalam program 10.000 MW tahap I. PDAM juga masih mampu melunasi

kewajiban kreditnya dalam program penyediaan air minum. Begitu juga dengan proyek

kerjasama Pemerintah dengan badan usaha yang dilakukan melalui Badan Usaha

Penjaminan Infrastruktur juga tidak mengalami default.

Dalam hal pengelolaan dana cadangan penjaminan, Pemerintah telah

memindahbukukan anggaran kewajiban penjaminan Pemerintah yang tidak terealisasi hingga

triwulan ketiga tahun berkenaan ke dalam rekening dana cadangan penjaminan. Hingga

September 2014, rekening dana cadangan penjaminan Pemerintah mempunyai saldo

Rp706,0 miliar, yang merupakan pemindahbukuan dari alokasi anggaran kewajiban

penjaminan Pemerintah tahun 2013.

5. Membina hubungan kreditor dan investor yang efektif

Kegiatan monitoring dan evaluasi kepatuhan dan manajemen risiko yang efektif

dalam pengelolaan utang dilakukan dalam rangka meningkatkan akuntabilitas pelaksanaan

kegiatan pengelolaan utang. Keberhasilan dari kegiatan dimaksud dapat diukur melalui

tingkat kepatuhan pengelolaan utang yang sesuai dengan prosedur serta jumlah dokumen

monitoring peraturan perundang-undangan dan dokumen review manajemen risiko. Selain itu

Page 45: Rencana Strategis Tahun 2015-2019 Direktorat Jenderal ... DJPPR 2015... · KEDUA : Renstra Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko berisi Visi, Misi, Tujuan, Strategi,

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko 2015-2019

32

keberhasilan harus didukung oleh pengendalian dan penurunan tingkat risiko yang telah

diidentifikasi sebelumnya. Penurunan tingkat risiko dapat dilakukan melalui penurunan

dampak dan/atau konsekuensi dari risiko.

6. Monitoring dan evaluasi kepatuhan dan manajemen risiko yang efektif dalam

pengelolaan utang

Kegiatan monitoring dan evaluasi kepatuhan dan manajemen risiko yang efektif dalam

pengelolaan utang dilakukan dalam rangka meningkatkan akuntabilitas pelaksanaan kegiatan

pengelolaan utang. Keberhasilan dari kegiatan dimaksud dapat diukur melalui tingkat

kepatuhan pengelolaan utang yang sesuai dengan prosedur serta jumlah dokumen

monitoring peraturan perundang-undangan dan dokumen review manajemen risiko.

E. PELAKSANAAN EVALUASI, AKUNTANSI, DAN SETELMEN

Kegiatan pelaksanaan evaluasi, akuntansi dan setelmen merupakan salah satu unsur

penting dalam mendukung terwujudnya strategi pengelolaan utang yang efektif. Peran strategis

pelaksanaan tersebut berkaitan dengan pengelolaan APBN baik dari sisi penerimaan pembiayaan

yang berasal dari pinjaman, Surat Utang Negara dan Surat Berharga Syariah Negara maupun

dari sisi belanja negara berupa pembayaran pokok, bunga dan biaya utang. Peran strategis

lainnya adalah dalam rangka mewujudkan transparansi dan akuntabillitas penyediaan laporan

pengelolaan utang kepada para stakeholders.

Kegiatan pelaksanaan evaluasi, akuntansi dan setelmen tersebut dilakukan dengan tujuan

untuk mencapai terwujudnya pelaksanaan penyelesaian pembayaran kewajiban, verifikasi dan

administrasi, monitoring dan evaluasi dan pelaksanaan akuntansi dan pelaporan yang

profesional, efektif, transparan, dan akuntabel. Selama periode 2010-2014, pelaksanaan evaluasi,

akuntansi dan setelmen yang dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan

dan Risiko telah memenuhi target Renstra DJPPR Tahun 2010-2014 yang telah ditetapkan.

Dalam Renstra periode 2010-2014, terdapat empat tema utama yaitu monitoring dan

evaluasi pinjaman dan hibah, verifikasi dan administrasi pinjaman dan hibah, penyelesaian

pembayaran kewajiban utang, pelaksanaan akuntansi dan pelaporan utang dan hibah. Direktorat

Evaluasi, Akuntansi, dan Setelmen mempunyai peran yang strategis berkaitan dengan

pengelolaan APBN baik dari sisi penerimaan pembiayaan yang berasal dari pinjaman, surat

berharga negara maupun dari sisi belanja negara berupa pembayaran pokok, bunga dan biaya

utang lainnya.

Dalam rangka melayani stakeholder serta menjalankan tugas dan fungsinya sebagai unit

yang merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang evaluasi,

akuntansi, dan setelmen, Direktorat Evaluasi, Akuntansi, dan Setelmen. telah melaksanakan

beberapa upaya perbaikan kinerja pelaksanaan evaluasi, akuntansi dan setelmen yang

dituangkan dalam rencana kerja 2010-2014. Di bawah ini, diuraikan pencapaian rencana kerja

pengelolaan pinjaman dan hibah yang lebih terperinci berdasarkan indikator kinerja yang

ditetapkan tahun 2010-2014, yaitu sebagai berikut:

Page 46: Rencana Strategis Tahun 2015-2019 Direktorat Jenderal ... DJPPR 2015... · KEDUA : Renstra Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko berisi Visi, Misi, Tujuan, Strategi,

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko 2015-2019

33

1. Perumusan peraturan yang berkualitas

Perumusan peraturan meliputi peraturan yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas

dan fungsi setelmen transaksi, administrasi dan verifikasi, monitoring dan evaluasi, akuntansi

dan pelaporan, serta sistem informasi utang. Peraturan disusun sebagai landasan dan

kepastian hukum dalam mendukung pelaksanaan kegiatan evaluasi, akuntansi dan setelmen

utang.

Dalam rangka mewujudkan tata kelola yang baik serta penerapan prinsip

akuntabilitas dan transparansi, diperlukan peraturan sebagai payung hukum dalam

implementasi kebijakan pelaksanaan yang terkait dengan tugas dan fungsi. Pada tahun

2014, telah diterbitkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 92/MK.08/2014 tanggal

19 Mei 2014 tentang Pelaksanaan Belanja Hibah ke Pemerintah Asing / Lembaga Asing.

Peraturan tersebut memberikan payung hukum bagi pelaksanaan pemberian hibah

pemerintah Indonesia ke penerima hibah di luar negeri. PMK tersebut melengkapi tugas dan

fungsi PPA BUN Pengelolaan Hibah (BA 999.02) sebagaimana yang diamanatkan oleh

Pasal 5 PMK Nomor 177/PMK.02/2014 tentang Tata Cara Perencanaan, Penelaahan, dan

Penetapan Alokasi Anggaran Bagian Anggaran Bendahara Umum Negara yang salah

satunya adalah memfasilitasi pelaksanaan belanja hibah kepada Pemerintah / Lembaga

Asing

2. Monitoring dan evaluasi pinjaman, hibah dan project based sukuk (PBS)

Kegiatan monitoring dan evaluasi Pinjaman dan hibah serta Pembiayaan Proyek

melalui penerbitan SBSN dilakukan dengan sasaran untuk mengetahui perkembangan dan

kondisi dalam setiap tahapan pelaksanaan kegiatan proyek yang dibiayai oleh Pinjaman dan

Hibah maupun melalui penerbitan SBSN, melaksanakan analisis masalah dan memberikan

rekomendasi yang tepat dalam penyelesaian masalah agar menurunkan prosentase kategori

at risk sesuai perhitungan Progress Variant untuk proyek yang dibiayai Pinjaman serta

menurunkan prosentase kriteria rendah sesuai Perhitungan Gap Penyerapan Dana untuk

pembiayaan proyek melalui penerbitan SBSN (Project Based Sukuk).

Realisasi penyerapan pinjaman luar negeri disusun dalam bentuk laporan

perkembangan pinjaman luar negeri yang diterbitkan secara tepat waktu sebagai perwujudan

dari amanat pasal 77 ayat 1 PP Nomor 10 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pengadaan

Pinjaman Luar Negeri dan Penerimaan Hibah. Laporan tersebut telah diterbitkan sejak tahun

2007 secara triwulanan.

Berdasarkan data realisasi penyerapan pinjaman luar negeri, telah dilakukan

monitoring dan evaluasi atas perkembangan pinjaman luar negeri sehingga dapat diketahui

perkembangan jumlah pinjaman dengan tingkat progress variant terhadap pinjaman yang

masuk kategori berisiko (at risk) dibandingkan dengan total pinjaman yang aktif tahun 2010

sampai dengan 2014 sebagai berikut:

Page 47: Rencana Strategis Tahun 2015-2019 Direktorat Jenderal ... DJPPR 2015... · KEDUA : Renstra Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko berisi Visi, Misi, Tujuan, Strategi,

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko 2015-2019

34

Bentuk monitoring evaluasi atas pembiayaan proyek melalui penerbitan SBSN adalah

dengan melakukan pemantauan terhadap realisasi penyerapan anggaran sebagaimana

amanat pasal 21 PP No 56 Tahun 2011 tentang Pembiayaan Proyek Melalui Penerbitan

Surat Berharga Syariah Negara. Pemantauan dimaksud baru efektif dilaksanakan sejak tahun

2014, dikarenakan kegiatan proyek yang dibiayai melalui penerbitan SBSN serta perangkat

peraturan pemantauannya baru ada pada tahun 2014 yakni sejak terbitnya PMK

No. Uraian Rata-rata %

Progress Varian

Active Loan

At Risk Loan

1 Tahun 2010 24,70%

- Triwulan I 26,98% 189 51

- Triwulan II 26,49% 185 49

- Triwulan III 23,94% 188 45

- Triwulan IV 21,39% 187 47

2 Tahun 2011 24,35%

- Triwulan I 24,74% 190 47

- Triwulan II 24,37% 197 48

- Triwulan III 26,00% 200 52

- Triwulan IV 22,28% 193 43

3 Tahun 2012 23,25%

- Triwulan I 23,63% 182 43

- Triwulan II 22,10% 181 40

- Triwulan III 22,41% 174 39

- Triwulan IV 24,86% 177 44

4 Tahun 2013 19,58%

- Triwulan I 21,71% 175 38

- Triwulan II 17,53% 194 34

- Triwulan III 16,13% 186 39

- Triwulan IV 22,95% 183 44

5 Tahun 2014 21,19%

- Triwulan I 22,67% 172 39

- Triwulan II 21,67% 180 39

- Triwulan III 20,97% 186 39

- Triwulan IV 24,26% 183 44

Page 48: Rencana Strategis Tahun 2015-2019 Direktorat Jenderal ... DJPPR 2015... · KEDUA : Renstra Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko berisi Visi, Misi, Tujuan, Strategi,

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko 2015-2019

35

44/PMK.08/2014 tentang Tata Cara Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan Pembiayaan

Proyek/Kegiatan Melalui Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara.

Pemantauan dimaksud dilakukan berdasarkan laporan triwulanan yang dilakukan oleh

pemrakarsa proyek, dengan cara membandingkan rencana awal penarikan dana dengan

realisasi penyerapannya, yang kemudian dilakukan evaluasi terhadap realisasi dengan

membuat kriteria tertentu berdasarkan metode penghitungan gap penyerapan dana yang

diatur dalam PMK 44/PMK.08/2014.

Realisasi penyerapan dana DIPA atas pembiayaan tiga (3) proyek melalui penerbitan

Surat Berharga Syariah Negara pada tahun 2014 adalah sebagai berikut:

(i) Revitalisasi dan Pengembangan Asrama Haji sebesar 97,97%, dimana realisasi

penyerapannya termasuk dalam kategori baik.

(ii) Pembangunan Jalur Ganda Cirebon Kroya sebesar 97,97%, dimana realisasi

penyerapannya termasuk dalam kategori baik.

(iii) Pembangunan Double-Double Track (DDT) Manggarai sebesar 41,25%, dimana realisasi

penyerapannya termasuk dalam kategori kurang.

3. Administrasi dan verifikasi atas utang dan hibah

Kegiatan administrasi dan verifikasi atas utang dan hibah dilakukan untuk

mewujudkan pelaksanaan pembayaran kewajiban utang secara tepat waktu, tepat jumlah

dan tepat sasaran serta menghindari terjadinya kerugian negara.

Penatausahaan pinjaman dan hibah yang dilakukan meliputi pengadministrasian

dokumen perjanjian, dokumen penarikan, penerbitan nomor registrasi dan pengarsipan

dokumen terkait pinjaman dan hibah.

Ketepatan pembayaran kewajiban utang dilaksanakan dengan melakukan verifikasi

terhadap kebenaran dokumen penarikan/Notice of Disbursement (NoD) dan dokumen

tagihan/Notice of Payment (NoP) berdasarkan ketentuan pada naskah perjanjian pinjaman

dan hibah.

Penataan arsip pinjaman dan hibah per 31 Desember 2014 dilakukan terhadap 11.473

salinan naskah perjanjian pinjaman dan hibah yang terdiri dari

1. 4.956 salinan dokumen naskah perjanjian pinjaman (303 status aktif, 1.517 status fully

disbursed, 3.080 status fully paid, 59 status cancelled),

2. 6.506 salinan naskah perjanjian hibah, dan

3. 8 salinan naskah belanja hibah.

Penataan juga dilakukan melalui proses modernisasi filing system, yaitu dengan

melakukan pengalihmediaan dokumen tersebut kedalam bentuk digital dan pengembangan

aplikasi e-document yang berbasis web serta telah di-upload ke aplikasi e-document.

Dalam rangka mendukung pengelolaan pinjaman luar negeri pemerintah untuk proses

penatausahaan, analisis dan pemantauan dini atas kewajiban pembayaran pinjaman dan

hibah, telah dibangun dan diimplementasikan aplikasi registrasi terhitung mulai tanggal 17

Juli 2014 dan early warning system terhitung mulai tanggal 8 Oktober 2014.

Page 49: Rencana Strategis Tahun 2015-2019 Direktorat Jenderal ... DJPPR 2015... · KEDUA : Renstra Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko berisi Visi, Misi, Tujuan, Strategi,

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko 2015-2019

36

Verifikasi dokumen tagihan atau Notice of Payment (NoP) dilakukan terhadap seluruh

dokumen tagihan pembayaran kewajiban utang dan dokumen lainnya terkait lainnya untuk

menjamin pelaksanaan pembayaran kewajiban utang secara tepat waktu, tepat jumlah dan

tepat sasaran, serta untuk menghindari terjadinya kerugian negara.

4. Penyelesaian pembayaran kewajiban utang

Kegiatan penyelesaian pembayaran kewajiban utang meliputi penyelesaian

pembayaran pokok, bunga dan biaya atas pinjaman luar negeri, surat berharga negara.

Kegiatan ini dilaksanakan sebagai bentuk pemenuhan kewajiban Pemerintah atas utang

yang telah dilakukan dalam rangka pembiyaan APBN.

Direktorat EAS melakukan pembayaran kewajiban utang berdasarkan tagihan yang

telah dikirim oleh lender/agen pembayar/pihak ketiga lainnya dengan menerbitkan Surat

Perintah Membayar (SPM) dan disampaikan kepada Direktorat Pembinaan Kas Negara,

Ditjen Perbendaharaan.

Ketepatan kewajiban pembayaran utang dilaksanakan selain mengacu kepada

NPPLN (Naskah Perjanjian Pinjaman Luar Negeri), Terms and Conditions juga bergantung

kepada tagihan atau Notice of Payment (NOP) dan bukti penarikan atau Notice of

Disbursement (NOD) yang diterbitkan oleh Pemberi Pinjaman (Lender)/agen

pembayar/pihak ketiga lainnya. Keterlambatan penerimaan tagihan dan bukti penarikan

sangat berpengaruh terhadap ketepatan waktu dan ketepatan jumlah yang harus dibayar.

Secara umum pencapaian pembayaran utang secara tepat waktu, tepat jumlah dan

tepat sasaran selama periode tahun 2010-2014 dapat dilaksanakan dengan baik.

Perkembangan realisasi pembayaran utang antara Tahun Anggaran 2009 sampai dengan

Tahun Anggaran 2013 sebagaimana tercantum pada tabel di bawah ini.

Tabel I.17 Realiasi Pembayaran Utang TA 2010 - 2014

(dalam triliun rupiah)

No Jenis Pengeluaran TA

2010 TA

2011 TA

2012 TA

2013 TA

2014

1 Pokok dan buyback SBN 76,532 87,272 123,267 103,216 174,609

2 Cicilan pokok utang luar negeri 50,633 47,323 51,155 57,204 62,423

3 Bunga utang dalam negeri 60,159 65,577 70,044 98,314 118,839

4 Bunga utang luar negeri 26,903 26,436 29,856 14,324 14,601

J u m l a h 209,823 214,226 226,608 274,322 370,472

Sedangkan perkembangan realisasi efektif penarikan pinjaman dan hibah luar negeri

(PHLN) antara Tahun Anggaran 2010 sampai dengan Tahun Anggaran 2014 sebagaimana

tercantum pada tabel di bawah ini:

Page 50: Rencana Strategis Tahun 2015-2019 Direktorat Jenderal ... DJPPR 2015... · KEDUA : Renstra Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko berisi Visi, Misi, Tujuan, Strategi,

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko 2015-2019

37

Tabel 1.18 Realisasi Penarikan Efektif PHLN TA 2010 - 2014

(dalam triliun rupiah)

No Jenis Pinjaman/Hibah TA 2010 TA 2011 TA 2012 TA 2013 TA 2014

1 Pinjaman Program

OECF/JBIC/JICA 4.59 0.87 3.89

Bilateral Lainnya 2.71 3.68

World Bank 15.34 10.76 8.62 9.60 9.22

ADB 6.37 3.65 5.80 4.90 4.86

Multilateral Lainnya

Sub Total 29.01 15.28 14.42 18.39 17.76

2 Pinjaman Proyek

Bilateral 14.58 12.09 10.95 16.17 14.32

Multilateral 7.92 4.56 5.02 6.07 20.36

Commercial Bank 2.64 2.23 1.99 12.87 13.42

Suppliers 0.03 0.02

Sub Total 25.17 18.90 17.96 35.11 48.10

3 Pendapatan Hibah

3.1 Luar Negeri 3.08 3.81 5.09 4.95 3.99

Bilateral 0.37 0.74 1.82 2.38 1.73

Multilateral 2.70 3.06 3.27 2.57 2.26

Lainnya 0.01 0.01

3.2 Dalam Negeri 0.18 0.83 0.96 1.45 0.95

Sub Total 3.26 4.64 6.05 6.40 4.94

J u m l a h 57.44 38.82 38.43 59.90 70.80

5. Akuntansi dan pelaporan terkait dengan pengelolaan utang dan hibah

Kegiatan akuntansi dan pelaporan dalam rangka transparansi dan akuntabilitas

pengelolaan utang dan hibah tercermin dalam bentuk penyajian laporan pengelolaan utang

kepada stakeholder yang dilakukan secara periodik dan laporan pertanggungjawaban

keuangan pemerintah atas pengelolaan utang dan hibah.

Perkembangan jenis, jumlah laporan, dan realisasi laporan pengelolaan utang Direktorat

Evaluasi, Akuntansi dan Setelmen selama tahun 2010 sampai dengan 2014 sebagai berikut :

No. Laporan 2010 2011 2012 2013 2014

1 Profil Utang Pemerintah Pusat

12

12

12

12

12

2 LK BA Pengelolaan Utang

2

2

2

2

2

3 LK BA Pengelolaan Hibah

2

2

2

2

2

4 Laporan Perkembangan Pinjaman dan Hibah

4 4 4 4 4

Page 51: Rencana Strategis Tahun 2015-2019 Direktorat Jenderal ... DJPPR 2015... · KEDUA : Renstra Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko berisi Visi, Misi, Tujuan, Strategi,

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko 2015-2019

38

5

Laporan Hasil Monitoring dan Evaluasi Proyek yang dibiayai PHLN / Laporan Hasil Monitoring Perkembangan Proyek yang Dibiayai SBSN

4

4

4

4

4

6 Laporan Realisasi Pembayaran Utang 12 12 12 12 12

7 Laporan Nomor Register Loan/Grant Agreement

12 12 12 12 12

8 Statistik Utang Luar Negeri Indonesia

12

12

12

12

12

9 Laporan Central Government Debt/Laporan Statistik Utang Sektor Publik Indonesia

4 4 4 4 4

J u m l a h 64 64 64 64 64

Laporan Keuangan Bagian Anggaran Pengelolaan Utang (BA 999.01) dan Laporan

Keuangan Bagian Anggaran Pengelolaan Hibah (999.02) disusun secara periodik

(semesteran dan tahunan) dan disampaikan kepada Badan Pemeriksa Keuangan (BPK

RI) untuk dilakukan audit dan mendapatkan opini. Perkembangan hasil audit BPK

sebagai eksternal auditor terhadap LKPP BA Pengelolaan Utang dan Hibah mulai tahun

2010 sampai dengan tahun 2014, sebagai berikut :

No. Laporan 2010 2011 2012 2013* 2014

1 LK BA Pengelolaan Utang (999.01)

WTP WTP WTP DPP - -

2 LK BA Pengelolaan Hibah (999.02)

WDP WDP WTP DPP - -

Keterangan:

1. WTP = Wajar Tanpa Pengecualian 2. WDP = Wajar Dengan Pengecualian 3. WTP DPP = Wajar Tanpa Pengecualian Dengan Paragraf Penjelas

Untuk Laporan Keuangan (LK) Bagian Anggaran 999.01 dan 999.02 tahun 2013 dan 2014, opini

BPK diberikan kepada LK Bendahara Umum Negara tidak ke LK BA

F. PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI

Reformasi birokrasi merupakan amanat dari Keputusan Menteri Keuangan Nomor

185/KMK.01/2012 tentang Road Map reformasi Birokrasi Kementerian keuangan tahun 2010-

2014.. Proses reformasi birokrasi tidak terlepas dengan adanya Undang-undang Nomor 17 Tahun

2003 tentang Keuangan Negara yang menyebutkan bahwa pengelolaan keuangan negara

dilakukan secara transparan dan bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan

kepatutan. Reformasi birokrasi di DJPPR telah dilaksanakan berdasarkan 3 pilar utama, yaitu

penataan organisasi, penyempurnaan proses bisnis, dan peningkatan manajemen sumber daya

manusia (SDM). Penyusunan Indikator Kinerja Utama (IKU) dan pengembangan teknologi

Page 52: Rencana Strategis Tahun 2015-2019 Direktorat Jenderal ... DJPPR 2015... · KEDUA : Renstra Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko berisi Visi, Misi, Tujuan, Strategi,

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko 2015-2019

39

informasi (TI) menjadi unsur pendukung yang berperan penting dalam menunjang pelaksanaan

agenda reformasi birokrasi tersebut.

1. Penataan Organisasi DJPPR

Sejak dibentuk pada tahun 2007, terus dilakukan pengkajian penataan organisasi

DJPU untuk mendapatkan bentuk organisasi DJPU yang ideal, khususnya untuk

meningkatkan efektivitas dan efisiensi organisasi.

Pada tahun 2009 dilakukan penataan organisasi DJPU sejalan dengan adanya

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 76/PMK.01/2009 bahwa penataan organisasi di

lingkungan Departemen Keuangan harus dilakukan secara berkesinambungan untuk

merespon dinamika perubahan lingkungan dan tuntutan publik, baik sebagai regulator

maupun sebagai pemberi layanan kepada masyarakat.

Sejalan dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 21 tahun 2011 tentang Otoritas

Jasa Keuangan (OJK) yang berdampak pada perubahan organisasi pada Bapepam-LK,

Kementerian Keuangan menjadi bagian OJK, maka Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

menjadi satu-satunya unit di lingkungan Kementerian Keuangan yang berhubungan langsung

dengan pasar keuangan domestik dan internasional, sehingga fungsi yang ada perlu

dikembangkan. Untuk itulah DJPU kembali mengusulkan penataan organisasi pada akhir

tahun 2014 sesuai amanat Peraturan Presiden Nomor 14 tahun 2014 yang mengubah

nomenklatur DJPU menjadi Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko

(DJPPR) dengan melakukan penguatan organisasi sebagai berikut:

1) Pemisahan fungsi Bagian Organisasi dan Ketatalaksanaan dengan Bagian Sumber

Daya Manusia

Dalam program Treasury Transformation, untuk memperkuat hubungan dengan

investor, DJP2R harus mempunyai unit khusus yang mengelola investor relation (IR).

Tujuannya adalah untuk menerapkan strategi IR yang ditargetkan dalam rangka

mendiversifikasi basis investor dan memfokuskan pada investor yang berisiko terhadap

situasi keuangan Indonesia. Sehubungan dengan terbatasnya struktur organisasi yang

ada, saat ini DJP2R belum mempunyai unit khusus yang mengelola IR.

Untuk menjawab problematika di atas, DJP2R akan membentuk suatu unit khusus

yang mengelola investor relation pada tahun 2015 yang sementara waktu akan

dilakukan oleh unit eselon IV di Bagian Organisasi dan Ketatalaksanaan, Sekretariat

Direktorat Jenderal yang bertindak sebagai koordinator/kelompok kerja kehumasan,

layanan informasi dan hubungan investor. Hal ini sejalan dengan rekomendasi dalam

program Treasury Transformation.

Target atas rekomendasi ini adalah DJP2R ke depan mampu untuk

mendiversifikasi basis investor dan memfokuskan pada investor yang berisiko terhadap

situasi keuangan Indonesia. Selanjutnya dengan adanya program Transformasi

Kelembagaan yang membutuhkan unit yang berdedikasi untuk mengkoordinasikan

pelaksanaan Transformasi Kelembagaan maka diperlukan pemisahan fungsi Bagian

Organisasi dan Ketatalaksanaan dengan Bagian Sumber Daya Manusia

2) Mengalihkan satu unit eselon II di BKF ke DJP2R, yaitu Pusat Pengelolaan Risiko Fiskal

(PPRF)

Page 53: Rencana Strategis Tahun 2015-2019 Direktorat Jenderal ... DJPPR 2015... · KEDUA : Renstra Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko berisi Visi, Misi, Tujuan, Strategi,

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko 2015-2019

40

Selama ini, pengelolaan risiko dilakukan secara tidak holistik, yaitu tersebar di

berbagai unit eselon I, (DJPU dan BKF). Hal ini mengakibatkan assessment/penilaian

dan mitigasi risiko yang dihadapi APBN dan perekonomian nasional menjadi tidak

komprehensif dan tidak cepat.

Sebagai unit pengelola pembiayaan dan risiko, DJP2R mempunyai tanggung

jawab melakukan pengelolaan risiko keuangan negara secara terintegrasi, yaitu risiko

utang, risiko APBN, risiko BUMN, risiko lembaga keuangan, dan risiko kerjasama

Pemerintah dengan badan usaha. Untuk melaksanakan tanggung jawab tersebut, usaha

yang dilakukan dalam rangka menyatukan pegelolaan dan mitigasi risiko adalah dengan

cara mengalihkan satu unit eselon II di BKF ke DJP2R, yaitu Pusat Pengelolaan Risiko

Fiskal (PPRF). Langkah ini tertuang dalam Treasury Function pada salah satu program

Transformasi Kelembagan yaitu “To ensure government sovereign financial risk is

managed prudently and holistically”.

3) Pembentukan unit yang mengelola asset liability management (ALM)

Kondisi saat ini aktivitas pengelolaan kas masih dilakukan secara parsial dan

belum terintegrasi, yaitu antara lain ditandai dengan:

a. Belum menerapkan prinsip efektif banking dan cash management. Melainkan hanya

fokus pada compliance issues, misalnya pemenuhan terhadap ketentuan

administratif terkait alokasi anggaran dan ketentuan akuntansi;

b. Belum optimalnya pemanfaatan dana dalam APBN menyebabkan adanya idle-cash

dalam jumlah besar;

c. Belum adanya proyeksi arus kas APBN yang akurat, terutama karena realisasi

penyerapan anggaran oleh Kementerian/Lembaga yang rendah dan interval

penerimaan dan pengeluaran anggaran yang masih bervariasi.

Guna mengatasi permasalahan-permasalahan di atas, perlu dilaksanakan fungsi

treasury oleh Kementerian keuangan secara optimal khususnya terintegrasinya

pengelolaan utang dan pengelolaan kas dalam kerangka Asset-Liability Management

(ALM), yang ditandai dengan:

a. Pengelolaan cash management secara efisien dan responsif, yaitu dengan

menerbitkan instrumen pembiayaan pada saat mengalami shortage atau

sebaliknya aktif melakukan investasi kas dengan membeli surat utang jangka

pendek atau bentuk investasi kas lain pada saat terjadi surplus anggaran;

b. Tersedianya IT ALM System yang diharapkan dapat membantu proses

pengambilan keputusan menetapkan kebutuhan dan timing pembiayaan.

Saat ini Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko merupakan

salah satu unit yang mendapatkan tugas untuk mengembangkan IT dan infrastruktur

dalam kerangka Asset-Liability Management (ALM). Dalam rangka penyusunan kajian

dan rekomendasi framework penerapan ALM, pelaksanaan koordinasi dengan unit-unit

terkait dalam penerapan ALM, pelaksanaan konsolidasi data dalam rangka mendukung

penyusunan framework penerapan ALM serta penyusunan rekomendasi kebijakan ALM

diperlukan penataan organisasi dan penajaman tugas dan fungsi unit DJP2R

Page 54: Rencana Strategis Tahun 2015-2019 Direktorat Jenderal ... DJPPR 2015... · KEDUA : Renstra Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko berisi Visi, Misi, Tujuan, Strategi,

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko 2015-2019

41

4) Membentuk suatu APEC PPP Experts Advisory Panel dengan PPP Center di bawah

Kementerian Keuangan RI sebagai proyek percontohan yang nantinya akan

ditempatkan di DJPU dengan nomenklatur Direktorat Pengelolaan Dukungan

Pemerintah dan Pembiayan Infrastruktur.

Peranan pembangunan infrastruktur dalam suatu perekonomian sangat penting

dan strategis. Kecukupan infrastruktur merupakan salah satu faktor penting dalam

menentukan daya saing perekonomian nasional, efisiensi dan produktifitas dunia usaha,

penciptaan lapangan kerja, pengurangan kemiskinan dan pengurangan kesenjangan

pendapatan. Keberadaan infrastruktur di Indonesia mengalami “defisit (gap)” atau jauh

dari cukup, hal ini terutama disebabkan tidak cukupnya investasi infrastruktur dalam

beberapa tahun terakhir.

Kebutuhan pembiayaan investasi infrastruktur sangat besar dan ini tidak mungkin

dibiayai hanya dari APBN. Oleh karena itu, keikutsertaan dunia usaha dalam investasi

infrastruktur merupakan suatu keharusan, sebagaimana telah terjadi di berbagai negara,

baik negara maju maupun negara berkembang. Mekanisme kerjasama Pemerintah

dengan Badan Usaha (Public Private Partnership/PPP) yang transparan dan akuntabel

merupakan solusi/jalan keluar.

Pada tanggal 8 Oktober 2013, para pemimpin negara APEC juga berkomitmen

untuk meningkatkan investasi infrastruktur di kawasan APEC dan menyetujui proposal

dari Finance Ministers. Proses mengenai pendirian APEC PPP Experts Advisory Panel

dengan PPP Center di bawah Kementerian Keuangan RI sebagai proyek percontohan.

Komitmen tersebut tertuang dalam APEC Economic Leaders' Declaration (AELD) 2013.

Perkembangan terkini PPP Center ini akan dilaporkan oleh Indonesia dalam forum-

forum APEC yang akan datang.

Melalui pembentukan PPP Center ini, diharapkan Indonesia mampu membiayai

proyek-proyek pembangunan infrastruktur yang mampu mendorong pertumbuhan

ekonomi nasional tanpa harus mengandalkan pembiayaan yang berasal dari utang di

tengah keterbatasan kapasitas pembiayaan APBN.

Berdasarkan hasil rapat yang diselenggarakan antara DJPU, Biro Organisasi dan

Ketatalaksanaan (Organta) dan Badan Kebijakan Fiskal (BKF) pada tanggal 27

September 2014 di Hotel Swissbel, Jakarta, perwakilan Kemenpan-RB telah menyetujui

usulan penataan organisasi yang diajukan oleh DJPPR.

Selanjutnya pada tanggal 10 Desember 2014, PMK tentang penataan organisasi

DJPPR telah resmi diterbitkan. Dengan ditetapkannya PMK nomor 206 Tahun 2014,

maka saat ini DJPU telah resmi berganti menjadi Direktorat jenderal pengelolaan

Pembiayaan dan Risiko (DJPPR).

2. Peningkatan Kualitas Pengelolaan Kinerja

Dalam rangka memastikan pencapaian sasaran dan tujuan organisasi yang meliputi

reformasi birokrasi, Kementerian Keuangan telah menetapkan sistem pengelolaan kinerja

berbasis Balanced Scorecard (BSC) sejak tahun 2007. Berkaitan dengan hal tersebut,

perbaikan senantiasa dilakukan dalam rangka meningkatkan kualitas pengelolaan kinerja

dan mengakomodasi berbagai dinamika yang muncul, sebagaimana tercermin pada

Page 55: Rencana Strategis Tahun 2015-2019 Direktorat Jenderal ... DJPPR 2015... · KEDUA : Renstra Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko berisi Visi, Misi, Tujuan, Strategi,

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko 2015-2019

42

penyempurnaan berbagai dasar hukum pengelolaan kinerja melalui: Keputusan Menteri

Keuangan Nomor 12/KMK.01/2010 tentang Pengelolaan Kinerja di Lingkungan Departemen

Keuangan, yang kemudian disempurnakan melalui Keputusan Menteri Keuangan Nomor

454/KMK.01/2011 Tentang Pengelolaan Kinerja di Lingkungan Kementerian Keuangan dan

pada tahun 2014 disempurnakan dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor

467/KMK.01/2014. Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang yang selanjutnya menjadi

Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko, sebagai salah satu unit Eselon I di

lingkungan Kementerian Keuangan, telah menerapkan sistem pengelolaan kinerja

sebagaimana tersebut di atas. Bahkan, dalam rangka mengakomodasi karakteristik

organisasi unit Eselon I, sebagai petunjuk teknis pelaksanaan sistem pengelolaan kinerja,

telah ditetapkan Keputusan Direktorat Jenderal PU nomor KEP-23/PU/2012 dan KEP-

34/PU/2012 tentang Petunjuk Teknis Pengelolaan Kinerja di Lingkungan Direktorat Jenderal

Pengelolaan Utang.

Sampai dengan periode 2010-2014, dalam rangka penerapan sistem pengelolaan

kinerja di lingkungan Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang telah dilakukan hal-hal sebagai

berikut:

1) Pelaksanaan internalisasi sistem pengelolaan kinerja kepada seluruh pegawai DJPU

melalui berbagai format antara lain: sosialisasi, pelatihan, sharing sessions, dan mail list;

2) Reviu konsep Kontrak Kinerja seluruh pegawai DJPU dari level Kemenkeu-One sampai

dengan Kemenkeu-Five, dalam rangka memastikan terdapat alignment baik secara

vertikal maupun horizontal dan telah memenuhi standar pengelolaan kinerja sesuai

karakteristik DJPU, serta selaras dengan berbagai dokumen manajerial antara lain:

Kebijakan Strategis Kementerian Keuangan (KSKK), Blueprint Transformasi

Kelembagaan Kementerian Keuangan, Renstra Kementerian Keuangan dan DJPU,

RKA-KL DJPU, Strategi Pengelolaan Utang, dokumen manajemen risiko, dan IT

Strategy;

3) Penerapan BSC sebagai pengukuran kinerja organisasi dan individu pegawai melalui

penetapan Kontrak Kinerja pada seluruh level pegawai struktural;

4) Penerapan standar pengelolaan kinerja sesuai karakteristik DJPU, dalam rangka

mendorong implementasi indikator kinerja utama yang berkualitas dengan target kinerja

yang challenging;

5) Pelaksanaan monitoring dan evaluasi terhadap pencapaian target kinerja pada setiap

unit kerja dan individu pegawai secara berjenjang dan rutin, yaitu bulanan dan

triwulanan;

6) Pelaksanaan berbagai kajian dan penyusunan rekomendasi dalam rangka mendukung

peningkatan kualitas pengelolaan kinerja;

7) Pelaksanaan validasi data capaian kinerja dalam rangka meningkatkan reliability

penilaian capaian kinerja;

8) Penerapan penilaian perilaku 360 derajat berdasarkan nilai-nilai dan perilaku utama

Kementerian Keuangan untuk seluruh level pegawai struktural;

9) Pemanfaatan nilai capaian kinerja dan perilaku pegawai antara lain sebagai dasar

evaluasi peringkat jabatan, mutasi atau promosi, dan penentuan financial reward.

Page 56: Rencana Strategis Tahun 2015-2019 Direktorat Jenderal ... DJPPR 2015... · KEDUA : Renstra Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko berisi Visi, Misi, Tujuan, Strategi,

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko 2015-2019

43

Pada periode 2015-2019 perlu dilakukan penyempurnaan lebih lanjut terhadap

pelaksanaan pengelolaan kinerja melalui strategi sebagai berikut:

1. Meningkatkan pelaksanaan internalisasi sistem pengelolaan kinerja kepada seluruh

pegawai dalam rangka updating ketentuan dan standar yang berlaku serta meningkatkan

pemahaman dan awareness seluruh pegawai terkait dengan pengelolaan kinerja;

2. Menyempurnakan siklus tahapan pelaksanaan sistem pengelolaan kinerja dalam rangka

meningkatkan keselarasan dan sinergi antara manajemen kinerja dengan area

manajemen lain seperti: manajemen perencanaan organisasi, manajemen keuangan,

manajemen SDM, manajemen risiko, dan manajemen kepatuhan;

3. Meningkatkan penerapan prinsip-prinsip Strategy Focused Organization dalam

pengelolaan kinerja khususnya untuk eksekusi strategi secara efektif;

4. Meningkatkan kapasitas unit pengelola kinerja terutama pada aspek kelembagaan dan

kompetensi SDM;

5. Menyempurnakan standar pengelolaan kinerja organisasi agar selaras dengan

karakteristik, dinamika, dan kebutuhan organisasi, untuk mendorong proses continuous

improvement dalam rangka akselerasi peningkatan kinerja dan pencapaian tujuan

organisasi;

6. Meningkatkan kualitas dan cakupan kajian serta validasi data capaian kinerja dalam

rangka peningkatan reliability penerapan sistem pengelolaan kinerja;

7. Meningkatkan pemanfaatan hasil penilaian kinerja pada berbagai area secara lebih luas

dan konsisten..

Berikut akan disampaikan Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Utama yang

ditetapkan pada tahun 2010-2014, yang mewakili kinerja DJPU.

Tabel I.19 Perkembangan IKU Kemenkeu One DJPU Tahun 2010-2014

Sasaran Strategis

2010 2011 2012 2013 2014

Pembiayaan

yang aman bagi

kesinambungan

fiskal

Pembiayaan

dalam jumlah

yang cukup,

efisien, dan

aman bagi

kesinambungan

fiskal

Pembiayaan

dalam jumlah

yang cukup,

efisien, dan

aman untuk

mendukung

kesinambungan

fiskal

Pembiayaan

dalam jumlah

yang cukup,

efisien, dan

risiko yang

terukur untuk

mendukung

kesinambungan

fiskal

Pembiayaan

yang aman

untuk

mendukung

kesinambungan

fiskal

Transparansi Transparansi

pengelolaan

utang

- - -

Page 57: Rencana Strategis Tahun 2015-2019 Direktorat Jenderal ... DJPPR 2015... · KEDUA : Renstra Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko berisi Visi, Misi, Tujuan, Strategi,

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko 2015-2019

44

Sasaran Strategis

2010 2011 2012 2013 2014

Akuntabilitas Akuntabilitas

pengelolaan

utang

- - -

- - Akuntabilitas

pengelolaan

utang dan

hibah

Akuntabilitas

pengelolaan

utang dan hibah

-

Kredibilitas Kredibilitas

pengelolaan

utang

- Kredibilitas

pengelolaan

utang

-

- - Kredibilitas dan

Transparansi

pengelolaan

utang

- -

- - - - Pengelolaan

utang dan hibah

yang akuntabel

dan kredibel

Perumusan

strategi dan

kebijakan

pengelolaan

utang yang

berkualitas

Perumusan

strategi dan

kebijakan

pengelolaan

utang yang

berkualitas

Perumusan

strategi dan

kebijakan

pengelolaan

utang yang

berkualitas

- -

- - - Perumusan

kebijakan

pengelolaan

utang yang

berkualitas

-

- - - Peningkatan

edukasi

masyarakat dan

pelaku ekonomi

terkait

pengelolaan

-

Page 58: Rencana Strategis Tahun 2015-2019 Direktorat Jenderal ... DJPPR 2015... · KEDUA : Renstra Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko berisi Visi, Misi, Tujuan, Strategi,

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko 2015-2019

45

Sasaran Strategis

2010 2011 2012 2013 2014

utang

Pengelolaan

portofolio dan

kewajiban utang

yang optimal

dan efektif

- - - -

- Pengelolaan

portofolio utang

yang optimal

Pengelolaan

portofolio utang

yang optimal

Pengelolaan

portofolio utang

yang optimal

- - - - Pinjaman yang

efektif dan

efisien

- - - - Biaya dan risiko

portofolio utang

yang terkendali

Pengembangan

pasar SBN yang

dalam, aktif, dan

likuid

Pengembangan

pasar SBN yang

dalam, aktif, dan

likuid

Pengembangan

pasar SBN

yang dalam,

aktif, dan likuid

Pasar SBN yang

likuid, dalam,

dan stabil

Pasar SBN yang

likuid, dalam,

dan stabil

- Pengelolaan

kewajiban utang

yang efektif

Pengelolaan

kewajiban

utang yang

efektif

- -

- - - Pengadaan

pinjaman yang

selektif

-

Page 59: Rencana Strategis Tahun 2015-2019 Direktorat Jenderal ... DJPPR 2015... · KEDUA : Renstra Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko berisi Visi, Misi, Tujuan, Strategi,

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko 2015-2019

46

Sasaran Strategis

2010 2011 2012 2013 2014

Monitoring dan

evaluasi

kepatuhan yang

efektif dalam

pengelolaan

utang

Monitoring dan

evaluasi

kepatuhan yang

efektif dalam

pengelolaan

utang

Monitoring dan

evaluasi

kepatuhan

pengelolaan

utang yang

efektif

Monitoring dan

evaluasi

kepatuhan

pengelolaan

utang yang

efektif

-

- - - - Pengelolaan

utang yang taat

prosedur

Pembentukan

SDM yang

berintegritas dan

berkompetensi

tinggi

Pembentukan

SDM yang

berkompetensi

tinggi

Pembentukan

SDM yang

berkompetensi

tinggi

SDM yang

berkompetensi

tinggi

SDM yang

kompetitif

Pengembangan

organisasi yang

handal dan

modern

Penataan

organisasi yang

andal

Penataan

organisasi yang

adaptif

Organisasi yang

adaptif

Organisasi sehat

yang berkinerja

tinggi

Pembangunan

sistem TIK yang

terintegrasi

Perwujudan

sistem TIK yang

terintegrasi

Perwujudan

sistem TIK

yang

terintegrasi

Perwujudan TIK

yang terintegrasi

Sistem informasi

manajemen

yang terintegrasi

Pengelolaan

anggaran yang

optimal

Pengelolaan

anggaran yang

optimal

Pelaksanaan

anggaran yang

optimal

Pelaksanaan

anggaran yang

optimal

Pelaksanaan

anggaran yang

optimal

Tabel I.20 Perkembangan IKU Kemenkeu One DJPU Tahun 2010-2014

Indikator Kinerja Utama

2010 2011 2012 2013 2014

Pemenuhan

target

pembiayaan

Persentase

pemenuhan

target

Persentase

pemenuhan

target

Persentase

pengadaan

utang sesuai

Persentase

pengadaan

utang sesuai

Page 60: Rencana Strategis Tahun 2015-2019 Direktorat Jenderal ... DJPPR 2015... · KEDUA : Renstra Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko berisi Visi, Misi, Tujuan, Strategi,

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko 2015-2019

47

Indikator Kinerja Utama

2010 2011 2012 2013 2014

melalui utang pembiayaan

melalui utang

yang cukup,

efisien, dan

aman

pembiayaan

melalui utang

yang cukup*

kebutuhan

pembiayaan*

kebutuhan

pembiayaan

Pencapaian

effective cost

Persentase

pencapaian

target effective

cost

Persentase

pencapaian

target effective

cost*

Persentase

pencapaian

target effective

cost*

Persentase

pencapaian

target effective

cost

Persentase

pemenuhan

struktur

portofolio utang

sesuai dengan

strategi

Persentase

pemenuhan

struktur

portofolio utang

sesuai dengan

strategi

Persentase

pemenuhan

target risiko

portofolio

utang*

Persentase

pemenuhan

target risiko

portofolio utang*

Persentase

pemenuhan

target risiko

portofolio utang

Ketersediaan

informasi dalam

rangka

transparansi

pengelolaan

utang

Persentase

publikasi dalam

rangka

transparansi

pengelolaan

utang

- - -

- - - Indeks kepuasan

pengguna

layanan*

Indeks kepuasan

pengguna

layanan

Opini BPK

terhadap LK BA

Pengelolaan

Utang

Opini BPK

terhadap LK BA

Pengelolaan

Utang dan Hibah

Opini BPK

terhadap LK BA

Pengelolaan

Utang dan

Hibah

Rata-rata indeks

opini BPK atas

LK BA

Pengelolaan

Utang dan Hibah

Rata-rata indeks

opini BPK atas

LK BA

Pengelolaan

Utang dan Hibah

Pembayaran

utang tepat

waktu, tepat

jumlah, dan

tepat sasaran

Persentase

pembayaran

utang tepat

waktu, tepat

jumlah, dan

tepat sasaran

Pembayaran

utang tepat

waktu, tepat

jumlah, dan

tepat sasaran

Persentase

pembayaran

utang tepat

waktu, tepat

jumlah, dan

tepat sasaran

Tingkat akurasi

pembayaran

kewajiban utang

Page 61: Rencana Strategis Tahun 2015-2019 Direktorat Jenderal ... DJPPR 2015... · KEDUA : Renstra Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko berisi Visi, Misi, Tujuan, Strategi,

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko 2015-2019

48

Indikator Kinerja Utama

2010 2011 2012 2013 2014

- Indeks kepuasan

pengguna

layanan

Indeks

kepuasan

pengguna

layanan*

- -

Jumlah

peraturan dan

keputusan yang

mendukung

pengelolaan

utang

Persentase

penyediaan

peraturan dan

keputusan yang

mendukung

pengelolaan

utang

Persentase

penyediaan

peraturan yang

mendukung

pengembangan

pasar dan

pengelolaan

portofolio utang

Persentase

penyediaan

strategi/pedoma

n/

kebijakan dalam

rangka

peningkatan

kualitas

pengelolaan

utang

-

Tersedianya

dokumen

strategi

pengelolaan

utang

Persentase

penyelesaian

dokumen

strategi

pengelolaan

utang

Persentase

penyusunan

dokumen

strategi

pembiayaan

tahunan melalui

utang

- -

- - Persentase

pelaksanaan

kajian

restrukturisasi

Surat Utang

Pemerintah

dalam rangka

ALM

- -

Peningkatan

pemahaman

masyarakat dan

pelaku ekonomi

terhadap

pengelolaan

SBN

Tingkat

efektifitas

edukasi dan

komunikasi

Tingkat

efektifitas

edukasi dan

komunikasi*

Tingkat

efektivitas

edukasi dan

komunikasi

Tingkat

efektivitas

edukasi dan

komunikasi

Page 62: Rencana Strategis Tahun 2015-2019 Direktorat Jenderal ... DJPPR 2015... · KEDUA : Renstra Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko berisi Visi, Misi, Tujuan, Strategi,

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko 2015-2019

49

Indikator Kinerja Utama

2010 2011 2012 2013 2014

Partisipasi

investor dalam

penerbitan SBN

Persentase

jumlah nominal

penawaran yang

masuk dalam

transaksi SBN

rupiah terhadap

target indikatif

Spread WAY

yang

dimenangkan

dengan highest

yield awarded

(tail)

- -

Efektivitas

instrumen

pembiayaan

baru

- - - -

- - - Persentase

pencapaian

tingkat likuiditas

pasar SBN (Turn

Over Ratio)

Persentase

pencapaian

tingkat likuiditas

pasar SBN (Turn

Over Ratio)

- - - Persentase

pertumbuhan

jumlah nominal

kepemilikan

SBN tradable

oleh investor

domestik

Persentase

pertumbuhan

jumlah nominal

kepemilikan

SBN tradable

oleh investor

domestik

- - - Persentase

implementasi

CMP pasar SBN

yang

mendukung

stabilitas sektor

keuangan

-

- - - Persentase

kegiatan yang

disiapkan yang

sesuai dengan

Kebijakan

Pemanfaatan

Pinjaman Luar

-

Page 63: Rencana Strategis Tahun 2015-2019 Direktorat Jenderal ... DJPPR 2015... · KEDUA : Renstra Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko berisi Visi, Misi, Tujuan, Strategi,

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko 2015-2019

50

Indikator Kinerja Utama

2010 2011 2012 2013 2014

Negeri

- - - Persentase

pinjaman

program yang

mempersyaratka

n policy matrix

-

- - - Persentase

usulan kegiatan

yang akan

dibiayai dengan

Pinjaman Luar

Negeri

≤ USD 50 Juta

-

- - - - Tingkat

efektivitas dan

efisiensi

pinjaman

Rasio beban

bunga terhadap

rata-rata

outstanding

utang

Rasio beban

bunga terhadap

rata-rata

outstanding

utang

Rasio beban

bunga terhadap

rata-rata

outstanding

utang

Rasio

pembayaran

bunga utang

terhadap

outstanding

-

- Akurasi

penetapan

yield/imbalan

SBN dan biaya

pinjaman

terhadap

benchmark

Akurasi

penetapan

yield/imbalan

SBN dan biaya

pinjaman

terhadap

benchmark

- -

- Persentase

pemenuhan

target

pembiayaan

melalui utang

yang bersumber

dari dalam

- - -

Page 64: Rencana Strategis Tahun 2015-2019 Direktorat Jenderal ... DJPPR 2015... · KEDUA : Renstra Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko berisi Visi, Misi, Tujuan, Strategi,

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko 2015-2019

51

Indikator Kinerja Utama

2010 2011 2012 2013 2014

negeri

- - - Persentase suku

bunga SPN 3

bulan terhadap

tingkat inflasi

-

Persentase

dokumen

tagihan yang

diverifikasi

secara tepat

waktu

Persentase

dokumen

tagihan yang

diverifikasi

secara tepat

waktu

Persentase

dokumen

tagihan yang

diverifikasi

secara tepat

waktu

- -

- - - Persentase

keberhasilan

mencegah

terjadinya

default badan

usaha yang

dijamin dan

cross default

pembayaran

klaim

Tingkat

efektivitas

pengendalian

risiko default

badan usaha

yang dijamin

Tingkat

kepatuhan

pengelolaan

utang yang

sesuai dengan

ketentuan dan

prosedur yang

berlaku

Persentase

tingkat

kepatuhan

pengelolaan

utang yang

sesuai dengan

ketentuan dan

prosedur yang

berlaku

Persentase

tingkat

kepatuhan

dalam

pengelolaan

utang

Persentase

tingkat

kepatuhan

dalam

pengelolaan

utang

-

- - - - Tingkat

penerapan

pengendalian

intern

- Rata-rata

persentase

Rata-rata

persentase

- -

Page 65: Rencana Strategis Tahun 2015-2019 Direktorat Jenderal ... DJPPR 2015... · KEDUA : Renstra Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko berisi Visi, Misi, Tujuan, Strategi,

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko 2015-2019

52

Indikator Kinerja Utama

2010 2011 2012 2013 2014

realisasi janji

layanan

unggulan

realisasi janji

layanan

unggulan

- - Indeks

ketepatan

waktu

penyelesaian

tindak lanjut

Instruksi

Presiden

Indeks

ketepatan waktu

penyelesaian

tindak lanjut

Instruksi

Presiden

-

Persentase

pejabat yang

telah memenuhi

standar

kompetensi

jabatannya

Persentase

pejabat yang

telah memenuhi

standar

kompetensi

jabatannya

Persentase

pejabat yang

telah memenuhi

standar

kompetensi

jabatannya

Persentase

pejabat yang

telah memenuhi

standar

kompetensi

jabatan

Persentase

pejabat yang

telah memenuhi

standar

kompetensi

jabatan

- - - Persentase

pegawai yang

memenuhi

standar jamlat

-

Jumlah pegawai

yang dijatuhi

hukuman disiplin

sedang/berat

- - - -

Persentase jam

pelatihan

pegawai DJPU

terhadap jam

kerja

Rasio jam

pelatihan

pegawai DJPU

dibandingkan

jam kerja

- - -

- Persentase

penyusunan

Standard

Kompetensi

Jabatan (Hard

Competency)

- - -

Page 66: Rencana Strategis Tahun 2015-2019 Direktorat Jenderal ... DJPPR 2015... · KEDUA : Renstra Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko berisi Visi, Misi, Tujuan, Strategi,

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko 2015-2019

53

Indikator Kinerja Utama

2010 2011 2012 2013 2014

- - Persentase

pemenuhan

pelatihan

pegawai sesuai

dengan gap

kompetensi

pegawai (hard

competency)

- -

Persentase

penyelesaian

penataan/moder

nisasi organisasi

- - - -

Persentase

penyelesaian

SOP

Persentase

penyelesaian

SOP

- - -

Jumlah

dokumen

perencanaan

dan evaluasi

kinerja

organisasi

Jumlah

dokumen

perencanaan

dan evaluasi

kinerja

organisasi

- - -

- Persentase UPR

yang

menerapkan

manajemen

risiko

Persentase

mitigasi risiko

yang selesai

dijalankan

- -

- - - Tingkat

kematangan

implementasi

manajemen

risiko

-

- - Indeks

reformasi

birokrasi

Nilai reformasi

birokrasi

-

- - Indeks - -

Page 67: Rencana Strategis Tahun 2015-2019 Direktorat Jenderal ... DJPPR 2015... · KEDUA : Renstra Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko berisi Visi, Misi, Tujuan, Strategi,

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko 2015-2019

54

Indikator Kinerja Utama

2010 2011 2012 2013 2014

Kepuasan

pegawai

- - Persentase

policy

recommendatio

n hasil

pengawasan

yang

ditindaklanjuti

Persentase

policy

recommendation

hasil

pengawasan

yang

ditindaklanjuti

-

- - - - Indeks

Kesehatan

Organisasi

- - - - Persentase

implementasi

inisiatif

Transformasi

Kelembagaan

Sistem aplikasi

TIK di bidang

pengelolaan

utang yang

terimplementasi

sesuai rencana

- - - -

- Persentase

pengembangan

database utang

yang terintegrasi

Persentase

pengembangan

database utang

yang

terintegrasi

- -

- - Persentase

akurasi data

SIMPEG

Persentase

akurasi data

SIMPEG

-

- - - Persentase

penyelesaian

pembangunan

sistem informasi

-

Page 68: Rencana Strategis Tahun 2015-2019 Direktorat Jenderal ... DJPPR 2015... · KEDUA : Renstra Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko berisi Visi, Misi, Tujuan, Strategi,

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko 2015-2019

55

Indikator Kinerja Utama

2010 2011 2012 2013 2014

yang

mendukung

proses bisnis

- - - Persentase

pertukaran data

oleh unit

Eselon I

-

- - - - Persentase

pencapaian

target proses

bisnis DJPU

yang didukung

TIK

Persentase

penyerapan

DIPA

Persentase

penyerapan

DIPA (non

belanja pegawai)

Persentase

penyerapan

DIPA (non

belanja

pegawai)

Persentase

penyerapan

DIPA (non

belanja pegawai)

-

Persentase

ketepatan

perencanaan

anggaran dan

kinerja

Persentase

pencapaian

penyerapan

anggaran dan

kinerja output

- - -

- - - Persentase

penyelesaian

kegiatan belanja

modal dalam

DIPA

-

- - - - Persentase

penyerapan

anggaran dan

pencapaian

output belanja

Page 69: Rencana Strategis Tahun 2015-2019 Direktorat Jenderal ... DJPPR 2015... · KEDUA : Renstra Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko berisi Visi, Misi, Tujuan, Strategi,

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko 2015-2019

56

3. Peningkatan Kualitas Penerapan Pengendalian Intern

Penerapan pengendalian intern dilaksanakan menyatu dan menjadi bagian integral dari kegiatan DJPPR, sebagaimana diamanatkan di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP). Pembangunan dan penguatan fungsi pengendalian intern di lingkungan Kementerian Keuangan dilaksanakan melalui peningkatan penerapan pengendalian intern oleh pimpinan dan seluruh pegawai di Kementerian Keuangan. Sebagai landasan hukumnya, ditetapkan Keputusan Menteri Keuangan (KMK) Nomor 152/KMK.09/2011 tentang Peningkatan Penerapan Pengendalian Intern di Lingkungan Kementerian Keuangan. Penerapan pengendalian intern di Kementerian Keuangan mengacu pula pada konsep Tiga Lini Pertahanan, yaitu:

1) Lini pertahanan pertama adalah manajemen dan seluruh pegawai yang melaksanakan proses bisnis;

2) Lini pertahanan kedua merupakan fungsi pemantauan; dan

3) Lini pertahanan ketiga adalah fungsi auditor internal.

Berdasarkan KMK Nomor 152/KMK.09/2011 dan konsep pengendalian tersebut, peningkatan penerapan pengendalian intern dilaksanakan dengan membentuk fungsi Unit Kontrol Intern (UKI) pada setiap unit Eselon I di lingkungan Kementerian Keuangan, sebagai lini pertahanan kedua. Pembentukan UKI sesuai pula dengan pelaksanaan salah satu unsur SPIP dalam PP Nomor 60 Tahun 2008, yaitu unsur pemantauan pengendalian intern.

Dalam implementasinya, pemantauan pengendalian intern dilakukan dengan berdasarkan kepada KMK Nomor 152/KMK.09/2011 dan Nomor 32 Tahun 2013 tentang Kerangka Kerja Penerapan Pengendalian Intern dan Pedoman Teknis Pemantauan Pengendalian Intern di Lingkungan Kementerian Keuangan. Sesuai KMK tersebut, UKI menjalankan fungsi sebagai pelaksana pemantauan atas penerapan pengendalian intern pada unitnya masing-masing.

Fungsi UKI sebagai pelaksana pemantauan pengendalian intern pada DJPPR dilakukan oleh Bagian Kepatuhan Internal pada Sekretariat Direktorat Jenderal. Sampai dengan tahun 2014, secara umum telah dilaksanakan ha-hal sebagai berikut:

1) Pemantauan pengendalian intern secara berkala terhadap 6 (enam) kegiatan utama DJPPR

2) Penyusunan perangkat dan mekanisme kerja pemantauan pengendalian intern terhadap tambahan 6 (enam) kegiatan DJPPR

3) Perbaikan proses bisnis di lingkungan DJPPR berdasarkan hasil pemantauan pengendalian intern maupun hasil kajian pelaksanaan proses bisnis.

Berdasarkan hasil pemantauan pengendalian intern yang telah dilaksanakan dari tahun 2011, tingkat pengendalian intern atas seluruh kegiatan yang dipantau telah dilaksanakan dengan baik, yaitu dengan rata-rata tingkat kepatuhan sebagai berikut:

Tabel I.16

Rata-rata Tingkat Kepatuhan Pengendalian Intern

No Tahun Jumlah kegiatan yang dipantau

Rata-rata tingkat kepatuhan

1 2011 1 kegiatan 99,67%

2 2012 6 kegiatan 98,39%

Page 70: Rencana Strategis Tahun 2015-2019 Direktorat Jenderal ... DJPPR 2015... · KEDUA : Renstra Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko berisi Visi, Misi, Tujuan, Strategi,

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko 2015-2019

57

3 2013 6 kegiatan 99.79%

4 2014 10 kegiatan 98,3%

Selain itu, pada tahun 2014 telah dilaksanakan pemantauan Efektivitas Implementasi Dan Kecukupan Rancangan (EIKR) dengan simpulan efektif dengan pengecualian, mengingat terdapat satu temuan yang berpengaruh cukup material terhadap proses bisnis, yaitu terkait adanya beberapa pegawai mengalami overload beban kerja dan terdapat beberapa posisi jabatan yang belum terisi.

4. Peningkatan Kualitas Pengelolaan Manajemen Risiko

Manajemen risiko sekurang-kurangnya terdiri atas:

a. identifikasi risiko yang dilaksanakan setidaknya dengan:

(1) menggunakan metodologi yang sesuai untuk tujuan Instansi Pemerintah dan tujuan pada tingkatan kegiatan secara komprehensif;

(2) menggunakan mekanisme yang memadai untuk mengenali risiko dari faktor eksternal dan faktor internal; dan,

(3) menilai faktor lain yang dapat meningkatkan risiko.

b. analisis risiko yang dilaksanakan untuk menentukan dampak dari risiko yang telah diidentifikasi terhadap pencapaian tujuan Instansi.

Di dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor …. tentang struktur oganisasi Kementerian Keuangan, pada Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko fungsi pengendalian intern dilaksanakan oleh Sekretariat Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko c.q. Bagian Kepatuhan Internal pada sedangkan fungsi pengelolaan manajemen risiko dilaksanakan oleh Direktorat Pengelolaan Risiko Keuangan Negara.

Bagian Kepatuhan Internal pada Sekretariat Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko mempunyai tugas melaksanakan pemantauan atas kepatuhan, pengelolaan kinerja, serta penelaahan rancangan peraturan di tingkat direktorat jenderal. Sedangkan, Direktorat Pengelolaan Risiko Keuangan Negara mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang pengelolaan risiko keuangan negara berdasarkan kebijakan teknis yang ditetapkan oleh direktur jenderal.

Sebelumnya, di periode tahun 2010-2015, pengelolaan manajemen risiko secara ad-hoc dilaksanakan oleh Sekretariat Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko c.q. Bagian Kepatuhan Internal.

Dengan dilaksanakannya pengelolaan manajemen risiko di periode tahun 2015-2019 pada satu unit Eselon II yaitu Direktorat Pengelolaan Risiko Keuangan Negara, diharapkan pengelolaan manajemen risiko akan lebih baik lagi dan fungsi pengendalian intern pada Sekretariat Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko c.q. Bagian Kepatuhan Internal akan lebih fokus dan fair dalam melaksanakan tugasnya.

5. Penyempurnaan Uraian Jabatan, SOP dan ABK

Penyempurnaan uraian jabatan, SOP, serta ABK secara berkesinambungan diperlukan untuk

memperlancar proses bisnis dari organisasi DJPPR. Strategi yang akan dilaksanakan dalam

rangka penyempurnaan proses bisnis tersebut, yaitu:

Page 71: Rencana Strategis Tahun 2015-2019 Direktorat Jenderal ... DJPPR 2015... · KEDUA : Renstra Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko berisi Visi, Misi, Tujuan, Strategi,

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko 2015-2019

58

1) melakukan sinkronisasi antara uraian jabatan, SOP, dan ABK agar keterkaitan antara

ketiga dokumen tersebut serta arahan pada pelaksanaan setiap kegiatan lebih jelas. Hal

ini juga dilakukan untuk menjaga sinkronisasi dan konsistensi antara ketiga dokumen

tersebut;

2) melakukan penambahan SOP yang sebelumnya belum ada;

3) melakukan standarisasi SOP bidang Tata Usaha;

4) penyempurnaan uraian jabatan, SOP, serta ABK dilakukan pula untuk menyesuaikan

dengan penataan organisasi. Jika usulan penataan organisasi disetujui, maka harus

ditindaklanjuti dengan penyempurnaan pada uraian jabatan, SOP, serta ABK tersebut.

Oleh karena itu diperlukan koordinasi yang lebih intensif dengan unit terkait, yaitu Biro

Organisasi dan Ketatalaksanaan serta unit Eselon II di lingkungan DJPPR.

6. Pengelolaan SDM yang berintegritas dan berkompetensi tinggi

Pengelolaan SDM yang berintegritas dan berkompetensi tinggi meliputi perencanaan,

pembinaan, dan pengembangan SDM. Kegiatan ini dilaksanakan untuk meningkatkan

kualitas pengelolaan utang dengan dilihat dari segi SDM yang dimiliki. Pengelolaan SDM

tersebut diukur melalui tercapainya persentase pemenuhan kebutuhan diklat kompetensi per

pegawai serta persentase jam pelatihan pegawai DJPPR terhadap jam kerja. Diklat

kompetensi yang dilaksanakan tersebut terdiri dari diklat hard competency dan soft

competency.

7. Pengelolaan sistem dan prosedur kerja secara efektif

Pengelolaan sistem dan prosedur kerja yang efektif yang dimaksud menyangkut tata

kelola organisasi yang meliputi penyusunan review peraturan/ keputusan, evaluasi standar

dan prosedur kerja, serta evaluasi organisasi untuk mencapai tujuan organisasi. Keberhasilan

pengelolaan sistem dan prosedur standar kerja secara efektif dapat diukur melalui

tercapainya persentase target review draft peraturan/keputusan, penyelesaian SOP, serta

penyelesaian uraian jabatan.

8. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) yang optimal

Keberhasilan pemanfaatan TIK diukur melalui tercapainya persentase target

pemanfaatan penggunaan peralatan TIK serta penyelesaian komplain pemanfaatan TIK.

Rencana aksi ini dilaksanakan untuk menunjang kinerja di lingkungan DJPPR.

9. Pengelolaan keuangan dan kekayaan negara yang akuntabel

Pengelolaan keuangan dan kekayaan negara yang akuntabel ditujukan untuk

mewujudkan data keuangan dan kekayaan negara tingkat satuan kerja yang valid, akurat,

dan tepat waktu dalam pelaporannya. Keberhasilan kegiatan tersebut diukur melalui

tercapainya persentase target kesesuaian data rekonsiliasi keuangan, kesesuaian data

rekonsiliasi BMN, serta ketepatan waktu penyelesaian SPM.

6. Pengelolaan administrasi yang tertib

Kegiatan pengelolaan administrasi yang tertib menjadi tugas pendukung yang

penting dalam menjalankan fungsi administrasi DJPPR. Dengan administrasi yang tertib

maka pengelolaan secara keseluruhan dapat berjalan dengan baik. Keberhasilan kegiatan ini

Page 72: Rencana Strategis Tahun 2015-2019 Direktorat Jenderal ... DJPPR 2015... · KEDUA : Renstra Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko berisi Visi, Misi, Tujuan, Strategi,

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko 2015-2019

59

diukur melalui tercapainya persentase target realisasi pengadaan barang, pembangunan tata

kelola arsip DJPPR, serta pemeliharaan BMN

1.2 ASPIRASI MASYARAKAT (KESEHATAN ORGANISASI)

Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko memiliki posisi yang cukup krusial di

Kementerian Keuangan karena memiliki rentang tugas dan fungsi yang luas dan strategis. Hampir

seluruh aspek pembiayaan negara berhubungan langsung dengan kebijakan yang dikeluarkan oleh

DJPPR. Dengan kedudukannya yang strategis, maka penataan kelembagaan yang baik merupakan

prasyarat agar DJPPR dapat menjalankan tugas pokok dan fungsinya secara optimal.

Dalam rangka mewujudkan organisasi yang sehat dan mendukung pelaksanaan tugas dan

fungsi DJPPR, perlu diwujudkan kesetaraan kesejahteraan dengan memperhatikan beban kerja

yang menjadi tanggungjawab setiap unit di DJPPR. Hal ini untuk mencegah terjadinya perbedaan

insentif kinerja yang diterima mengingat belum meratanya insentif kinerja yang diberikan kepada

setiap unit di DJPPR. Apabila hal ini masih berlangsung, maka akan menyebabkan demoralisasi

dan penurunan kinerja di masing-masing unit.

Dalam tiga tahun terakhir, DJPPR melakukan survei untuk mengetahui tingkat kepuasan

masyarakat/stakeholder atas pelayanan yang diberikan oleh DJPPR. Berbeda dengan layanan

yang disediakan oleh Direktorat Jenderal lainnya di lingkungan Kementerian Keuangan, survei

kepuasan stakeholders Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko, baru dilakukan

pada tahun 2011. Layanan yang disurvei, sebagaimana desain survei ini adalah layanan unggulan

DJPPR. Survei pada layanan unggulan ini merupakan representasi untuk mengukur kinerja dan

tingkat kepuasan stakeholders terhadap layanan yang diberikan DJPPR.

Penilaian kinerja birokrasi publik, disamping menggunakan indikator-indikator yang melekat

pada birokrasi seperti efisiensi dan efektivitias, tetapi juga harus melihat indikator yang melekat

pada pengguna jasa, seperti kepuasan pengguna jasa (stakeholders), akuntabilitas, dan

responsivitas. Penilaian kinerja dari sisi pengguna jasa menjadi sangat penting karena birokrasi

publik seringkali memiliki kewenangan monopolis sehingga para pengguna jasa tidak memiliki

alternatif sumber pelayanan.

Hasil dari survei menunjukkan peningkatan trend skor Indeks Kepuasan Pengguna Layanan

dari tahun ke tahun. Indeks Kepuasan Pengguna Layanan DJPPR (skala likert 1-5) dari tahun 2011

sampai dengan 2013 adalah sebagaimana dalam grafik berikut :

4.02

3.77

4.04

3.7

3.8

3.9

4.0

4.1

2011 2012 2013

Page 73: Rencana Strategis Tahun 2015-2019 Direktorat Jenderal ... DJPPR 2015... · KEDUA : Renstra Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko berisi Visi, Misi, Tujuan, Strategi,

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko 2015-2019

60

Adapun hasil survey Indeks Kepuasan Pengguna Layanan DJPPR dibandingkan dengan

eselon I lain di Kementerian Keuangan (skala likert 1-5) dari tahun 2011 sampai 2013 adalah

sebagaimana dalam grafik berikut :

Sumber : Sekretariat Jenderal – Kementerian Keuangan

Namun demikian, menurut hasil survei dimaksud terdapat hal yang perlu ditingkatkan dalam rangka

pelayanan kepada stakeholder oleh Kementerian Keuangan di masa yang akan datang. Hal yang

perlu ditingkatkan tersebut adalah terkait dengan waktu penyelesaian pelayanan. Menurut hasil

survei, meskipun waktu penyelesaian pelayanan pada tahun 2013 sudah jauh lebih baik

dibandingkan tahun sebelumnya, namun posisinya masih dinilai kurang dari harapan.

Sementara itu, survey kesehatan organisasi DJPU tahun 2014 dapat dilihat pada grafik berikut

2.50 2.70 2.90 3.10 3.30 3.50 3.70 3.90 4.10 4.30 4.50

2011 2012 2013

Page 74: Rencana Strategis Tahun 2015-2019 Direktorat Jenderal ... DJPPR 2015... · KEDUA : Renstra Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko berisi Visi, Misi, Tujuan, Strategi,

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko 2015-2019

61

Hasil survei MOFIN DJPU tahun 2014 menunjukkan bahwa secara keseluruhan DJPU memiliki

skor kesehatan organisasi yang cukup tinggi, yaitu 76. Nilai ini berada di atas target IKU Indeks

Kesehatan Organisasi DJPU tahun 2014 sebesar 68. Skor ini menunjukkan bahwa 76 persen

pegawai DJPU menyatakan bahwa unit organisasinya telah menjalankan praktik-praktik yang

mendukung kesehatan organisasinya dengan frekuensi yang cukup tinggi.

Koordinasi dan kendali serta kepemimpinan merupakan dimensi kesehatan organisasi yang

memiliki skor yang relatif tinggi, didorong oleh standar profesional dan manajemen operasional yang

baik, serta gaya kepemimpinan yang konsultatif. Budaya dan iklim kerja juga memperoleh skor yang

cukup baik didorong oleh indikator keterbukaan dan kepercayaan serta disiplin operasional; namun,

kompetisi internal yang rendah menarik skor dimensi ini ke bawah.

Di sisi lain, pegawai DJPU saat ini merasa memiliki motivasi yang rendah, disebabkan karena

insentif keuangan yang tidak sesuai dengan beban pekerjaan saat ini dan kesempatan karir yang

terbatas. Selanjutnya, pada dimensi arahan, para pegawai merasa bahwa saat ini DJPU perlu

memperbaiki kejelasan strategi yang didasarkan pada visi dan misi yang ingin dicapai serta lebih

melibatkan pegawai untuk berperan di dalam melaksanakan strategi di DJPU.

Pada tahun 2013 dan 2014, terdapat 6 (enam) indikator yang selama dua tahun terakhirmemiliki skor

yang relatif tinggi dibandingkan dengan indikator-indikator kesehatan organisasi lainnya, yaitu:

1. Standar profesional, yaitu penggunaan standar, kebijakan, dan aturan yang jelas untuk

memastikan kepatuhan (compliance). DJPPR memperoleh skor standar profesional sebesar 73

pada tahun 2013 dan 92 pada tahun 2014;

2. Kejelasan peran, yaitu akuntabilitas yang dilandasi dengan struktur, peran, dan tanggung jawab

yang jelas. DJPPR memperoleh skor kejelasan peran sebesar 69 pada tahun 2013 dan 91 pada

tahun 2014;

3. Manajemen operasional, yaitu koordinasi dan pengendalian yang memfokuskan pada indikator

kinerja utama dan target operasional untuk memonitor dan mengelola kinerja organisasi. DJPPR

memperoleh skor manajemen operasional sebesar 73 pada tahun 2013 dan 90 pada tahun 2014;

4. Disiplin operasional, yaitu budaya dan iklim kerja yang mengutamakan standar perilaku dan

kinerja yang jelas, didukung dengan pengawasan yang melekat. DJPPR memperoleh skor disiplin

operasional sebesar 65 pada tahun 2013 dan 89 pada tahun 2014;

5. Hubungan kelembagaan dan masyarakat, yaitu usaha untuk membangun hubungan yang kuat

dengan publik, masyarakat setempat, serta lembaga pemerintah lain. DJPPR memperoleh skor

hubungan kelembagaan dan masyarakat sebesar 74 pada tahun 2013 dan 88 pada tahun 2014;

6. Kemitraan kerja, yaitu usaha untuk membangun dan menjaga jejaring kemitraan dengan institusi

atau lembaga lain. DJPPR memperoleh skor kemitraan kerja sebesar 65 pada tahun 2013 dan 85

pada tahun 2014.

Skor standar profesional yang tinggi menunjukkan karakteristik dari sebuah institusi

pemerintahan dan merupakan hal yang wajar, mengingat dalam melaksanakan tugas dan fungsinya

DJPPR dibatasi oleh banyaknya aturan-aturan yang ada, yang secara langsung berhubungan

dengan tugas pokok di bidang pengelolaan pinjaman maupun aturan yang mengatur fungsi-fungsi

pendukung, seperti organisasi, kepegawaian, dan keuangan.

Di sisi lain, terdapat 6 (enam) indikator yang secara konsisten memiliki skor yang relatif rendah,

yaitu:

Page 75: Rencana Strategis Tahun 2015-2019 Direktorat Jenderal ... DJPPR 2015... · KEDUA : Renstra Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko berisi Visi, Misi, Tujuan, Strategi,

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko 2015-2019

62

1. Insentif keuangan, yaitu penggunaan insentif keuangan berdasarkan capaian kinerja untuk

memotivasi pegawai. DJPPR memperoleh skor insentif keuangan sebesar 31 pada tahun 2013

dan 48 pada tahun 2014;

2. Manajemen konsekuensi, yaitu akuntabilitas yang dilandasi dengan menghubungkan imbalan dan

konsekuensi dengan kinerja individu. DJPPR memperoleh skor manajemen konsekuensi sebesar

36 pada tahun 2013 dan 54 pada tahun 2014;

3. Kesempatan karir, yaitu pengembangan karir yang memberikan motivasi kepada pegawai.

DJPPR memperoleh skor kesempatan karir sebesar 46 pada tahun 2013 dan 62 pada tahun

2014;

4. Penghargaan dan pengakuan, yaitu pemberian pengakuan dan penghargaan non-finansial untuk

mendorong kinerja yang tinggi. DJPPR memperoleh skor penghargaan dan pengakuan sebesar

38 pada tahun 2013 dan 64 pada tahun 2014;

5. Keterlibatan pegawai, yaitu terlibatnya pegawai di dalam dialog mengenai arah organisasi dan

diskusi mengenai peran pegawai dalam mencapainya. DJPPR memperoleh skor keterlibatan

pegawai sebesar 42 pada tahun 2013 dan 67 pada tahun 2014;

6. Pimpinan yang inspiratif, yaitu jajaran pimpinan yang dapat menginspirasi pegawai melalui

dorongan, bimbingan, dan pengakuan. DJPPR memperoleh skor pimpinan yang inspiratif sebesar

47 pada tahun 2013 dan 69 pada tahun 2014.

Empat dari keenam indikator di atas, yaitu insentif keuangan, kesempatan karir, penghargaan

dan pengakuan, dan pimpinan yang inspiratif, termasuk ke dalam dimensi motivasi, sehingga

menyebabkan nilai dimensi tersebut relatif rendah. Dengan demikian, peningkatan motivasi

merupakan hal yang perlu menjadi prioritas untuk menjaga kesehatan organisasi internal di DJPPR.

Page 76: Rencana Strategis Tahun 2015-2019 Direktorat Jenderal ... DJPPR 2015... · KEDUA : Renstra Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko berisi Visi, Misi, Tujuan, Strategi,

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko 2015-2019

63

1.3 ANALISIS SWOT (POTENSI DAN PERMASALAHAN) PENGELOLAAN PEMBIAYAAN DAN

RISIKO

A. ANALISIS SWOT PENGELOLAAN PINJAMAN

Strengths (kekuatan)

1. Instrumen pinjaman sebagai salah satu

alternatif sumber pembiayaan kegiatan

pembangunan nasional dimanfaatkan

secara cermat dan tepat.

2. Terdapatnya fleksibilitas pembiayaan

melalui pinjaman tunai untuk membiayai

defisit APBN.

Weaknesses (kelemahan)

1. Belum selarasnya pelaksanaan

pinjaman luar negeri untuk pembiayaan

kegiatan yang bersifat multiyears (tahun

jamak) dengan siklus penganggaran dan

pelaksanaan anggaran

2. Belum terdapat kejelasan arah kebijakan

jangka menengah/panjang pemanfaatan

pinjaman luar negeri.

Opportunities (peluang)

1. Kondisi perekonomian yang baik antara lain

ditandai dengan prospek pertumbuhan

ekonomi yang relatif tinggi dan peningkatan

jumlah investasi total di Indonesia

2. Potensi peningkatan level investment grade

yang lebih baik untuk sovereign credit

rating Indonesia

Threats (tantangan)

1. Masih rendahnya tingkat penyerapan

(low disbursement) pinjaman akibat

tertundanya pelaksanaan kegiatan.

2. lemahnya perencanaan dan penyiapan

kegiatan

3. Masih terbatasnya sektor kegiatan yang

bisa dibiayai melalui pinjaman dalam

negeri.

4. Belum optimalnya pemanfaatan

pinjaman luar negeri berdampak pada

efisiensi dan efektifitas pelaksanaan

kegiatan yang dibiayai dengan pinjaman

sehingga output dan outcomes tidak

sesuai dengan yang direncanakan.

Page 77: Rencana Strategis Tahun 2015-2019 Direktorat Jenderal ... DJPPR 2015... · KEDUA : Renstra Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko berisi Visi, Misi, Tujuan, Strategi,

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko 2015-2019

64

B. ANALISIS SWOT PENGELOLAAN SURAT UTANG NEGARA

Strengths (kekuatan)

1. Terdapatnya fleksibilitas untuk memilih

jenis instrumen SUN yang paling optimal

dan efisien dalam pemenuhan pembiayaan

defisit APBN yang mengacu pada strategi

portofolio utang.

2. SUN berperan sebagai benchmark dalam

pengembangan pasar keuangan domestik.

3. SUN dapat diterbitkan dalam valuta asing di

pasar internasional (antara lain USD, Yen,

dan Euro) untuk menghindari crowding-out

effect di pasar domestik, mendukung

cadangan devisa negara dan program-

program pembangunan (development

program).

4. Alternatif instrumen SUN domestik ritel

yang terus berkembang dengan

diterbitkannya Obligasi Negara Ritel dan

Saving Bond Ritel secara reguler.

5. Pasar Surat Perbendaharaan Negara

(instrumen pembiayaan jangka pendek)

yang berfungsi sebagai instrumen

pengelolaan moneter dan pengelolaan kas,

berpotensi semakin meningkat seiring

dengan semakin efektifnya koordinasi

Kementerian Keuangan dan Bank

Indonesia.

6. Primary Dealers (PDs) dapat berperan

sebagai market makers/penggerak pasar.

7. Koordinasi dengan pelaku pasar, SRO's,

otoritas moneter, otoritas pasar modal,

otoritas perpajakan termasuk dengan

lembaga rating, terus ditingkatkan sehingga

dapat mempengaruhi kinerja pengelolaan

utang negara (sovereign debts), dan

likuiditas pasar.

Weaknesses (kelemahan)

1. Terbatasnya fleksibilitas dalam

mengelola SUN yang responsif terhadap

dinamika pasar, seperti keterbatasan

dana untuk melakukan buyback saat

diperlukan intervensi pasar dan belum

dapat memanfaatkan momentum pasar

untuk melakukan pre-financing terhadap

APBN tahun berikutnya.

2. Upaya pengembangan pasar dan

penguatan basis investor SBN belum

maksimal karena memerlukan dukungan

otoritas terkait.

3. Komunikasi dan publikasi informasi

mengenai pengelolaan SUN kepada

masyarakat belum optimal.

4. Kemampuan untuk mengolah informasi

pasar keuangan yang dapat

mempengaruhi pengelolaan SUN masih

terbatas baik dari sisi SDM maupun

infrastruktur yang digunakan.

Page 78: Rencana Strategis Tahun 2015-2019 Direktorat Jenderal ... DJPPR 2015... · KEDUA : Renstra Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko berisi Visi, Misi, Tujuan, Strategi,

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko 2015-2019

65

Opportunities (peluang)

1. Kondisi perekonomian secara umum

termasuk kondisi fiskal dan moneter yang

semakin baik menciptakan situasi yang

kondusif dalam perkembangan pasar SUN.

2. Potensi investor domestik yang terus

meningkat.

3. Industri pasar keuangan relatif masih

memiliki potensi untuk berkembang

sehingga dapat berinvestasi pada SUN

dengan porsi yang lebih besar.

4. Berkembangnya pasar SUN dapat

mendorong pengembangan pasar

instrumen utang yang diterbitkan oleh

Pemerintah Daerah.

5. Terdapat potensi investor SUN non

konvensional seperti Pemerintah Daerah

dan investor lainnya.

Threats (tantangan)

1. Rendahnya kapasitas daya serap pasar

SUN domestik belum dapat

mengimbangi kecepatan pertumbuhan

kebutuhan dana untuk pembiayaan

APBN sehingga dapat memunculkan

kerentanan terhadap ‘crowding-out’ dan

potensi peningkatan porsi utang valas.

2. Tingginya porsi kepemilikan investor

asing pada SBN (sekitar 37%), sehingga

meningkatkan risiko sudden reversal

yang berdampak pada potensi

ketidakstabilan pasar keuangan

domestik dan indikator perekonomian

lainnya.

3. Ketidakpastian pasar keuangan global

yang dapat mempengaruhi pasar

keuangan domestik.

4. Terbatasnya partisipasi investor institusi

domestik seperti perusahaan asuransi,

dana pensiun, dan institusi keuangan

non bank dalam perdagangan SUN.

5. Kondisi pasar SUN yang bergerak

secara dinamis dan instrumen SUN yang

terus berkembang menuntut

dilakukannya penyusunan peraturan

baru atau review atas peraturan yang

ada.

Page 79: Rencana Strategis Tahun 2015-2019 Direktorat Jenderal ... DJPPR 2015... · KEDUA : Renstra Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko berisi Visi, Misi, Tujuan, Strategi,

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko 2015-2019

66

C. ANALISIS SWOT PENGELOLAAN PEMBIAYAAN SYARIAH

Strengths (kekuatan)

1. Penggunaan SBSN berbasis proyek

(Project Financing Sukuk) dalam rangka

pembiayaan pembangunan proyek

infrastuktur.

2. Potensi pasar yang cukup besar baik

domestik maupun internasioanl

3. Jenis instrumen dan akad SBSN yang

cukup variatif

4. Dukungan dari stakeholders internal dan

eksternal yang cukup kuat

Weaknesses (kelemahan)

1. Belum maksimalnya upaya

pengembangan pasar dan penguatan

basis investor SBSN.

2. Belum sempurnanya infrastruktur pasar

SBSN antara lain market maker,

benchmark series

3. Masih terbatasnya daya serap pasar

domestik

4. Masih terbatasnya pemahaman

masyarakat mengenai Sukuk

Opportunities (peluang)

1. Perkembangan institusi keuangan syariah

yang pesat

2. Tingginya demand atas instrumen

keuangan syariah

3. Basis investor sukuk yang lebih luas,

mencakup syariah dan konvensional

4. Market share produk keuangan syariah

yang masih kecil dibandingkan produk

keuangan konvensional

5. Tingginya kecenderungan negara-negara

yang berpenduduk minoritas muslim untuk

mengadopsi konsep keuangan syariah

6. Komitmen Pemerintah dalam

mengembangkan industri keuangan syariah

domestik

7. Terus meningkatnya peringkat kredit (credit

rating) Indonesia.

Threats (tantangan)

1. Kompleksitas struktur sukuk

2. Keterbatasan pengetahuan publik

terhadap sukuk

3. Regulasi perpajakan yang belum

diharmonisasikan

4. Inovasi produk yang kompetitif dengan

konvensional

5. Ketersediaan underlying assets

6. Pasar sekunder sukuk yang relatif belum

berkembang

7. untuk mendukung transparansi harga

8. Masih terbatasnya cakupan proyek yang

dapat dibiayai melalui SBSN berbasis

proyek (Project Financing Sukuk/PFS).

Page 80: Rencana Strategis Tahun 2015-2019 Direktorat Jenderal ... DJPPR 2015... · KEDUA : Renstra Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko berisi Visi, Misi, Tujuan, Strategi,

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko 2015-2019

67

D. ANALISIS SWOT PENGELOLAAN RISIKO KEUANGAN NEGARA

Strengths (kekuatan)

1. Sebagai center of excellent dalam pengelolaan

risiko keuangan negara

2. Unit pengelola risiko sudah dikenal oleh

stakeholder

3. Perangkat analisis risiko sudah ada

4. Telah tersedia fasilitas fiskal untuk mendukung

percepatan penyediaan infrastruktur non-KPS

Weaknesses (kelemahan)

1. Implementasi SOP masih kurang

2. Pengendalian intern masih lemah

3. Jumlah SDM belum memadai karena

ada pengembangan organisasi baru

Opportunities (peluang)

1. Pengembangan organisasi dan ruang lingkup

cakupan risiko dari risiko fiskal menjadi risiko

keuangan negara

2. Komitmen pemerintah yang kuat dalam

penyediaan infrastruktur melalui skema

penugasan pemerintah

3. Komitmen pemerintah untuk mengoptimalkan

pengelolaan aset dan kewajiban pemerintah

4. Jenis instrumen mitigasi risiko yang ada masih

belum dioptimalkan dalam pengelolaan risiko

keuangan negara

Threats (tantangan)

1. Peningkatan eksposur risiko

keuangan negara yang disebabkan

oleh eskalasi penugasan BUMN dan

Lembaga Keuangan.

2. Diseminasi manajemen risiko

keuangan negara dan

implementasinya bersama risk owner.

3. Pengembangan framework ALM.

4. Pengembangan kompetensi SDM

5. Meningkatkan muatan mitigasi risiko

dalam Kebijakan Keuangan Negara.

Page 81: Rencana Strategis Tahun 2015-2019 Direktorat Jenderal ... DJPPR 2015... · KEDUA : Renstra Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko berisi Visi, Misi, Tujuan, Strategi,

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko 2015-2019

68

E. PENGELOLAAN DUKUNGAN PEMERINTAH DAN PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR

Strengths (kekuatan)

1. Sebagai center of excellent dalam

pengelolaan dukungan pemerintah.

2. Landasan hukum untuk pengelolaan

dukungan pemerintah telah mencukupi

dan/atau dapat dipenuhi jika

diperkirakan masih kurang.

3. Telah tersedia fasilitas fiskal untuk

mendukung percepatan penyediaan

infrastruktur.

4. Tersedianya sumber daya untuk

meningkatkan kualitas SDM.

Weaknesses (kelemahan)

1. Implementasi SOP masih kurang

2. Pengendalian intern masih lemah

3. Jumlah SDM belum memadai karena ada

pengembangan organisasi baru.

4. Kondisi Peraturan perundang-undangan

pada sektor terkait masih belum selaras.

Opportunities (peluang)

1. Komitmen pemerintah yang kuat dalam

penyediaan infrastruktur melalui kerja

sama pemerintah dan swasta.

2. Meningkatnya kebutuhan partisipasi

swasta dalam penyediaan infrastruktur.

3. Potensi untuk menarik dana jangka

panjang, baik di pasar internasional

maupun domestik untuk pembiayaan

infrastruktur.

4. Potensi pengembangan institusi dalam

memberikan pelayanan kepada

stakeholder.

Threats (tantangan)

1. Pipeline proyek KPS yang layak secara

keuangan & bankable.

2. Penyediaan Project Development Fund

(PDF) untuk membantu Penanggung

Jawab Proyek Kerjasama (PJPK)

menghasilkan dokumen pengadaan Badan

Usaha yang menarik minat investor.

3. Pemberian VGF dan penjaminan yang

tepat waktu dan optimal guna mendukung

pengadaan Badan Usaha oleh PJPK.

4. Memberikan kepastian atas tahapan dan

jadwal waktu pengadaan Badan Usaha.

5. Terbatasnya fiscal space untuk

menyediakan Dukungan Pemerintah.

6. Mengintensifkan diseminasi skema

Dukungan dan Jaminan Pemerintah.

Page 82: Rencana Strategis Tahun 2015-2019 Direktorat Jenderal ... DJPPR 2015... · KEDUA : Renstra Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko berisi Visi, Misi, Tujuan, Strategi,

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko 2015-2019

69

F. ANALISIS SWOT PENGELOLAAN STRATEGI DAN PORTOFOLIO PEMBIAYAAN

Strengths (kekuatan)

1. Landasan hukum untuk pengelolaan utang

telah mencukupi dan/atau dapat dipenuhi

jika diperkirakan masih kurang.

2. Perangkat untuk melakukan analisis biaya

dan risiko serta proyeksi market rate telah

tersedia.

3. Ekposur risiko tingkat bunga dan

refinancing masih cukup longgar.

Weaknesses (kelemahan)

1. Ekposur risiko nilai tukar masih cukup

tinggi;

2. Rata-rata tingkat bunga utang

cenderung semakin meningkat, terutama

akibat menurunnya porsi utang dengan

tingkat bunga rendah atau utang lunak.

Opportunities (peluang)

1. Jenis instrumen utang yang semakin

banyak;

2. Basis investor utang yang semakin semakin

luas dan berkembang;

3. Sovereign credit rating yang semakin

membaik.

Threats (tantangan)

1. Potensi peningkatan kebutuhan/ target

pembiayaan utang akibat peningkatan

defisit.

2. Ketidakpastian kondisi pasar keuangan

domestik yang mengakibatkan

penurunan daya serap pasar;

3. Peningkatan suku bunga utang rupiah

akibat peningkatan ekpektasi inflasi;

4. Kebijakan ekonomi beberapa Negara

maju yang berdampak pada peningkatan

suku bunga utang valas dan nilai tukar.

Page 83: Rencana Strategis Tahun 2015-2019 Direktorat Jenderal ... DJPPR 2015... · KEDUA : Renstra Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko berisi Visi, Misi, Tujuan, Strategi,

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko 2015-2019

70

G. ANALISIS SWOT PELAKSANAAN EVALUASI, AKUNTANSI, DAN SETELMEN

Strengths (kekuatan)

1. Konfirmasi dan rekonsiliasi data utang

(outstanding dan penarikan hibah) dengan

DJPB, BI, K/L dan kreditur yang terjadwal;

2. Aplikasi SPAN, SASPEM, dan Oracle

Browser DMFAS 6.0 sebagai tools

pembayaran dan penarikan utang dan

hibah

Weaknesses (kelemahan)

1. Terdapat tagihan (Notice of Payment/

NOP) dari lender yang belum diterima

mendekati tanggal tempo pinjaman;

2. Data penarikan (Notice of Disbursement)

pinjaman luar negeri dari lender diterima

tidak tepat waktu, sehingga data

outstanding pinjaman luar negeri tidak

akurat;

3. Terdapat jadwal pembayaran utang

status tentative di database pengelolaan

utang; dan

4. Informasi pembayaran fee tidak diterima

dengan valid.

Opportunities (peluang)

1. Meningkatkan koordinasi dan komunikasi

dengan pihak terkait, seperti DJPB, BI, K/L

dan kreditur dalam rangka meningkatan

akurasi data pengelolaan utang;

2. Melakukan optimalisasi sistem informasi

alat kendali NOP dan SPM untuk monitoring

proses pelaksanaan pembayaran utang;

3. NOP Pengganti sebagai salah satu

alternatif apabila tagihan NOP belum

diterima hingga mendekati tanggal jatuh

tempo

Threats (tantangan)

1. Pemanfaatan dan tindak lanjut hasil

monitoring dan evaluasi pelaksanaan

kegiatan yang dibiayai dari pinjaman

belum optimal

2. Melakukan updating database utang

sesuai hasil rekonsiliasi data posisi utang

dan data pembayaran utang;

3. Memperbaiki proses bisnis internal terkait

pembayaran kewajiban utang untuk

meminimalisasi keterlambatan/terjadinya

denda;

4. Kesiapan penerapan akuntansi berbasis

akrual

5. Laporan keuangan utang dan hibah yang

dihasilkan aplikasi SPAN belum teruji

akurasi dan validitasnya

Page 84: Rencana Strategis Tahun 2015-2019 Direktorat Jenderal ... DJPPR 2015... · KEDUA : Renstra Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko berisi Visi, Misi, Tujuan, Strategi,

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko 2015-2019

71

H. ANALISIS SWOT PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI

Strengths (kekuatan)

1. Ketersediaan SDM yang

berkompeten sesuai bidangnya

2. Telah diberlakukan kontrak kinerja

kepada setiap pegawai yang

mendukung pencapaian kinerja

3. Dukungan dari seluruh pegawai

dalam menjalankan reformasi

birokrasi

Weaknesses (kelemahan)

1. Terdapat perbedaan tingkat insentif

penghasilan yang dapat menyebabkan

penurunan kinerja;

2. Pencapaian beban kerja yang efisien terkendala

oleh komposisi pegawai serta pembagian

beban kerja yang belum seimbang;

3. Belum meratanya kesempatan mengikuti diklat

untuk seluruh pegawai yang disebabkan

adanya ketidakseimbangan beban kerja;

4. Penyerapan rencana anggaran tidak berjalan

optimal, karena rencana penarikan dana masih

banyak yang tidak sesuai dengan target yang

ditentukan.

Opportunities (peluang)

DJPPR meruapakan salah satu unit

yang mempunyai peran sentral dalam

pembiayaan APBN dan pengelolaan

dukungan dalam pembiayaan

infrastruktur

Threats (tantangan)

Reorganisasi yang yang terlalu sering membuat

fokus pada pekerjaan yang lebih penting menjadi

terhambat.

Page 85: Rencana Strategis Tahun 2015-2019 Direktorat Jenderal ... DJPPR 2015... · KEDUA : Renstra Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko berisi Visi, Misi, Tujuan, Strategi,

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko 2015-2019

72

Page 86: Rencana Strategis Tahun 2015-2019 Direktorat Jenderal ... DJPPR 2015... · KEDUA : Renstra Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko berisi Visi, Misi, Tujuan, Strategi,

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko 2015-2019

73

BAB II

VISI, MISI, DAN TUJUAN

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN PEMBIAYAAN DAN RISIKO

2.1 VISI

Dengan mempertimbangkan capaian kinerja, potensi dan permasalahan, serta memperhatikan

aspirasi masyarakat, visi Kementerian Keuangan untuk tahun 2015-2019 adalah: ‘Kami akan

menjadi penggerak utama pertumbuhan ekonomi Indonesia yang inklusif di abad ke-21’.

Dalam visi yang baru, penggerak utama berarti bahwa Kementerian Keuangan, dalam

perannya sebagai pengatur dan pengelola keuangan negara, berperan sebagai prime mover dalam

mendorong pembangunan nasional di masa depan. Melalui manajemen pendapatan dan belanja

negara yang proaktif, Kementerian Keuangan menggerakkan dan mengarahkan perekonomian

negara menyongsong masa depan.

Pertumbuhan ekonomi yang inklusif mengindikasikan bahwa pertumbuhan dan pembangunan

yang diarahkan oleh Kementerian Keuangan akan menghasilkan dampak yang merata di seluruh

Indonesia. Hal ini akan tercapai melalui koordinasi yang solid antar pemangku kepentingan dalam

pemerintahan serta melalui penetapan kebijakan fiskal yang efektif.

Menekankan abad ke-21 sebagai periode waktu menunjukkan bahwa Kementerian Keuangan

menyadari peran yang dapat dan harus dijalankan di dunia modern, dengan menghadirkan teknologi

informasi serta proses-proses yang modern guna mewujudkan peningkatan yang berkelanjutan.

Sebagai salah satu unit eselon I Kementerian Keuangan, DJPPR mendukung penuh dalam upaya

pencapaian visi tersebut. Dalam kaitannya dengan pengelolaan pembiayaan dan risiko di lingkungan

Kementerian keuangan, ditetapkanlah visi Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko

adalah ‘Menjadi unit yang profesional dalam mendukung pembiayaan APBN dan investasi

publik secara efisien sekaligus mengelola risiko dan menjaga kesinambungan fiskal’.

2.2 MISI

Untuk mencapai visi tersebut, misi Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko

ditetapkan sebagai berikut:

a. Mewujudkan pengelolaan portofolio utang pemerintah yang efektif, transparan, dan akuntabel;

b. Mengendalikan pengadaan/penerbitan utang melalui penetapan kapasitas berutang yang

mendukung stabilitas fiskal;

c. Mengedepankan sumber-sumber pembiayaan dalam negeri dan mengembangkan pasar finansial

domestik yang efisien dan stabil;

d. Memperoleh sumber pembiayaan alternatif, sekaligus mendukung stabilitas pasar keuangan

regional;

e. Menjaga risiko finansial sovereign pemerintah dikelola secara pruden dan holistic.

Page 87: Rencana Strategis Tahun 2015-2019 Direktorat Jenderal ... DJPPR 2015... · KEDUA : Renstra Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko berisi Visi, Misi, Tujuan, Strategi,

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko 2015-2019

74

2.3 TUJUAN

Tujuan yang ingin dicapai dalam pengelolaan pembiayaan dan risiko tahun 2015-2019 adalah

Pembiayaan yang aman untuk mendukung kesinambungan fiskal. Dengan semakin

berkembangnya pembiayaan APBN yang bersumber dari utang, maka akan berpotensi membebani

APBN di masa yang akan datang. Hal ini merupakan tantangan yang cukup besar bagi pengelola

utang dan pembuat kebijakan keuangan negara untuk melakukan pengelolaan utang secara efisien

sekaligus untuk memenuhi harapan masyarakat terhadap pengelolaan utang yang akuntabel dan

transparan. Agar pengelolaan utang dapat dilakukan secara lebih efisien maka perlu didukung oleh

adanya beberapa faktor, yaitu:

a. Disiplin fiskal yang tinggi yang dapat menciptakan adanya predictability dalam pengelolaan kas

negara, mendukung terjadinya penempatan dan penggunaan sumber dana secara efisien;

b. Integrasi dan harmonisasi dalam kebijakan pengelolaan kas dan pengelolaan utang agar utang

yang telah dilakukan tidak menimbulkan biaya tambahan atau memunculkan opportunity cost

yang berlebihan;

c. Dalam hal pinjaman (baik yang bersumber dari luar negeri maupun dari dalam negeri) perlu

direncanakan dengan kesiapan yang tinggi dengan semaksimal mungkin mengintegrasikannya

dengan penganggaran agar pinjaman yang telah disepakati dapat segera ditarik dan kegiatan

yang direncanakan dapat segera dilaksanakan sehingga terjadi efisiensi dalam pengelolaan

pembiayaan dan efektivitas yang tinggi dalam kegiatan;

Dengan tercapainya kondisi tersebut diharapkan utang dapat menjadi instrumen pembiayaan yang

terjaga kesinambungannya dan dapat menciptakan manfaat yang jauh lebih besar dalam

perekonomian.

Dalam kaitannya dengan tugas dan fungsi DJPPR sebagai pengelola utang yang merupakan

sumber pembiayaan APBN, maka tujuan strategis DJPPR sejalan dengan tujuan strategis tema

Pembiayaan APBN dalam Renstra Kementerian Keuangan 2015-2019, yaitu meningkatkan kualitas

pembiayaan anggaran.

2.4 SASARAN STRATEGIS

Dalam rangka mendukung tujuan sebagaimana disebutkan di atas, DJPPR telah menetapkan

sebanyak 31 Sasaran Strategis yang merupakan kondisi yang diinginkan untuk dicapai oleh DJPPR

pada tahun 2019. Sasaran Strategis tersebut dirinci dalam 8 strategi kegiatan, yaitu :

A. STRATEGI PENGELOLAAN PINJAMAN

Sasaran Strategis yang ingin dicapai dalam pengelolaan pinjaman adalah:

Sasaran Strategis 1 Pemanfaatan Pinjaman Luar Negeri yang Selektif

Strategi yang dilaksanakan untuk mencapai Sasaran Strategis tersebut adalah melakukan

perbaikan kualitas pengelolaan pinjaman melalui perbaikan perencanaan dan penyiapan

pinjaman.

Indikator yang mencerminkan tercapainya Sasaran Strategis tersebut adalah Tingkat efektivitas

dan efisiensi pinjaman dengan target 70% pada akhir tahun 2019.

Page 88: Rencana Strategis Tahun 2015-2019 Direktorat Jenderal ... DJPPR 2015... · KEDUA : Renstra Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko berisi Visi, Misi, Tujuan, Strategi,

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko 2015-2019

75

Sasaran Strategis 2 Peningkatan Kinerja Pemanfaatan Pinjaman Luar Negeri

Strategi yang dilaksanakan untuk mencapai Sasaran Strategis tersebut adalah melakukan

perbaikan terhadap hal-hal yang mempengaruhi proses pencairan pinjaman termasuk perbaikan

pada segi penganggaran dan pencairan anggaran.

Indikator yang mencerminkan tercapainya Sasaran Strategis tersebut adalah Tingkat akurasi

rencana penarikan pinjaman luar negeri dengan target 100% pada akhir tahun 2019.

Sasaran Strategis 3 Alignment Pengadaan Pinjaman Kegiatan Dengan Siklus APBN

Strategi yang dilaksanakan untuk mencapai Sasaran Strategis tersebut adalah melakukan

upaya-upaya yang bertujuan mewujudkan pengadaan pinjaman kegiatan dengan siklus APBN.

Indikator yang mencerminkan tercapainya Sasaran Strategis tersebut adalah Persentase kegiatan

yang disiapkan yang sesuai dengan Kebijakan Pemanfaatan Pinjaman Luar Negeri dengan target

70% pada akhir tahun 2019.

Rencana aksi yang akan dilakukan pada periode 2015-2019 untuk mencapai sasaran tersebut

adalah sebagai berikut:

a. Review atas kegiatan dalam blue book sehingga terjadi proses penyaringan yang makin

berkualitas dan cermat atas usulan kegiatan yang diusulkan dibiayai dengan pinjaman luar

negeri dengan berfokus pada pembiayaan infrastruktur dan energy, dengan menyiapkan

kriteria kegiatan yang dapat dibiayai dengan Pinjaman Luar Negeri dengan lebih tajam.

b. Bersama Bappenas menyusun kerangka kebijakan prioritas pinjaman luar negeri dengan

pembagian tugas yang meliputi pemilihan Kegiatan, penilaian kesiapan Kegiatan dan

penentuan sumber pembiayaan sehingga tercapai efisiensi pembiayaan utang dan tujuan

pembangunan nasional.

c. Menyempurnakan penyusunan Batas Maksimum Pinjaman (BMP) sebagai salah satu alat

pengendali pinjaman.

d. Peningkatan Koordinasi Internal Kementerian Keuangan yang melibatkan Ditjen Anggaran,

Ditjen Pengelolaan Utang dan Badan Kebijakan Fiskal sebagai bagian perbaikan pengelolaan

pinjaman luar negeri sehingga tercapai suatu integrasi antara penyusunan kebijakan fiskal,

perencanaan pinjaman, penganggaran dan implementasi pengelolaan pinjaman.

e. Penyiapan exit strategy pinjaman

B. STRATEGI PENGELOLAAN SURAT UTANG NEGARA

Sasaran Strategis yang ingin dicapai dalam pengelolaan Surat Utang Negara adalah:

Sasaran Strategis 1 Pembiayaan yang Aman Untuk Mendukung Kesinambungan Fiskal

Melalui Pengelolaan SUN

Strategi yang dilaksanakan untuk mencapai Sasaran Strategis tersebut adalah:

a. Pengadaan utang secara selektif dengan mengoptimalkan potensi sumber pembiayaan

domestik melalui penerbitan SUN Rupiah;

Page 89: Rencana Strategis Tahun 2015-2019 Direktorat Jenderal ... DJPPR 2015... · KEDUA : Renstra Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko berisi Visi, Misi, Tujuan, Strategi,

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko 2015-2019

76

b. Melanjutkan dan meningkatkan pengembangan pasar perdana SUN melalui peningkatan

kualitas jadwal lelang dan metode penerbitan SUN serta peningkatan kualitas penetapan

benchmark series SUN yang dapat mendorong pengembangan pasar sekunder SUN;

c. Mengembangkan metode penerbitan yang lebih fleksibel untuk mengakomodasi perubahan

target pembiayaan dan ketidakpastian kondisi pasar keuangan;

d. Melanjutkan pengembangan instrumen SUN dengan membuka peluang penerbitan instrumen

baru sesuai kebutuhan investor dengan mempertimbangkan faktor risiko dan biaya yang

dihadapi Pemerintah dan melakukan kajian, evaluasi dan/atau inovasi atas instrumen SUN

yang sudah ada;

e. Menerbitkan SUN valas secara terukur, sebagai pelengkap (complementary sources) untuk

membiayai kewajiban valas, membuat benchmark, dan menghindari crowding-out di pasar

domestik;

f. Mengembangkan basis investor dengan membuka peluang penerbitan SUN valas dalam

berbagai mata uang kuat dunia dengan mempertimbangkan keuntungan dan kerugian yang

melekat pada masing-masing mata uang, dan meningkatkan kualitas investor SUN valas

melalui penjatahan pemenang secara selektif;

g. Meningkatkan peran investor domestik di pasar SBN melalui proactive investor relations,

sosialisasi dan pengaturan/regulasi serta koordinasi dengan otoritas terkait;

h. Meningkatkan komunikasi dan koordinasi dengan seluruh pihak yang berperan dalam

pengelolaan SUN.

Sasaran Strategis 2 Pengelolaan SUN yang Kredibel

Strategi yang dilaksanakan untuk mencapai Sasaran Strategis tersebut adalah:

a. Melanjutkan pelaksanaan publikasi informasi atas rencana dan hasil pelaksanaan transaksi

SUN;

b. Melakukan publikasi atas jadwal waktu lelang dan target penerbitan secara bertahap dari

tahunan, triwulanan dan bulanan serta menjaga konsistensi besaran yang ditargetkan dengan

realisasi penerbitannya. Jadwal penerbitan yang dipublikasikan setidaknya meliputi indikasi

instrumen/ tenor dan mengarah pada besaran target penerbitan;

c. Melanjutkan pelaksanaan publikasi dan informasi atas pengelolaan SUN kepada publik baik

secara langsung atau melalui media informasi yang tersedia (misalnya website DJPPR).

Sasaran Strategis 3 Biaya dan Risiko Portofolio SUN yang Terkendali

Strategi yang dilaksanakan untuk mencapai Sasaran Strategis tersebut adalah:

a. Meningkatkan koordinasi dan kerjasama dengan otoritas moneter, otoritas pasar modal,

pelaku pasar untuk membangun dan mengembangkan pasar termasuk

pembangunan/pengadaan berbagai infrastruktur pasar sekunder SBN;

b. Mendorong pengembangan pasar repo yang dapat mendorong likuiditas;

c. Secara aktif melakukan koordinasi dengan instansi terkait dalam rangka mengevaluasi/

mengkaji peraturan maupun infrastruktur yang berhubungan dengan pengembangan pasar

sekunder;

d. Mengoptimalkan peran dan kapasitas Dealer Utama (primary dealers), diantaranya melalui

penyempurnaan sistem evaluasi kinerja Dealer Utama yang berkelanjutan.

Page 90: Rencana Strategis Tahun 2015-2019 Direktorat Jenderal ... DJPPR 2015... · KEDUA : Renstra Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko berisi Visi, Misi, Tujuan, Strategi,

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko 2015-2019

77

Ukuran pencapaian sasaran ditandai dengan terpenuhinya indikator-indikator sebagai berikut:

a. Persentase penerbitan SUN sesuai kebutuhan pembiayaan;

b. Indeks kepuasan pengguna layanan Dit. SUN;

c. Persentase pemenuhan target risiko portofolio SUN;

d. Persentase pencapaian target effective cost SUN.

Rencana aksi yang akan dilakukan pada periode 2015-2019 adalah sebagai berikut:

a. Pengembangan pasar SUN yang likuid, dalam dan stabil

Salah satu upaya mendukung pengelolaan SUN adalah mengembangkan pasar

SUN yang dalam, aktif, dan likuid. Untuk itu perlu dilakukan beberapa inisiatif antara lain:

(i) mengembangkan electronic trading platform bersama dengan OJK selaku regulator di

bidang pasar modal, (ii) mengembangkan primary dealer system, (iii) memperkuat Bond

Stabilization Framework, (iv) melakukan konsolidasi SUN-SUN seri benchmark, (v)

memperkuat hubungan investor melalui pemantapan fungsi Investor Relation Unit, (vi)

bersama Otoritas Jasa Keuangan dan Bank Indonesia mendukung pengembangan pasar

repo, dan (vii) meningkatkan partisipasi investor domestik di pasar SUN. Untuk

mengetahui pencapaian pengembangan pasar SUN yang likuid, dalam dan stabil, adalah

dengan mengukur indikator Persentase pencapaian tingkat likuiditas pasar SUN, Tingkat

efektivitas edukasi dan komunikasi pengelolaan SUN, dan Persentase pertumbuhan

jumlah nominal kepemilikan SUN tradable oleh investor domestik.

b. Analisis keuangan dan pasar SUN yang berkualitas

Dalam rangka mendukung pengelolaan SUN, perlu dilakukan kegiatan berupa

analisis pembiayaan APBN, pembuatan proyeksi, monitoring, dan pemutakhiran arus kas

dalam pengelolaan SUN, pemantauan dan analisis kinerja potensi pasar SUN, serta

perumusan rekomendasi harga/yield SUN. Untuk mengetahui pencapaian Analisis

keuangan dan pasar SUN yang berkualitas, adalah dengan mengukur indikator Deviasi

benchmark yield ON 10 tahun terhadap yield pasar dan Indeks ketepatan waktu

penyampaian analisis keuangan dan pasar SUN.

c. Pengelolaan SUN yang taat prosedur

Untuk menjamin pelaksanaan kegiatan pengelolaan SUN sesuai dengan peraturan

perundang-undangan dan prosedur yang ditetapkan, maka perlu dilakukan evaluasi

kepatuhan pengelolaan SUN terhadap ketentuan dan prosedur yang berlaku (SOP

mengenai pengelolaan SUN) serta monitoring dan evaluasi yang berkesinambungan

terhadap Dealer Utama dan institusi lainnya terkait pengelolaan SUN. Untuk mengetahui

pencapaian Pengelolaan SUN yang taat prosedur, adalah dengan mengukur indikator

Tingkat penerapan pengendalian intern Dit. SUN dan Persentase tingkat kepatuhan

Dealer Utama dan Institusi lainnya terkait pengelolaan SUN.

C. STRATEGI PENGELOLAAN PEMBIAYAAN SYARIAH

Sasaran Strategis yang ingin dicapai dalam pengelolaan Pembiayaan Syariah adalah:

Page 91: Rencana Strategis Tahun 2015-2019 Direktorat Jenderal ... DJPPR 2015... · KEDUA : Renstra Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko berisi Visi, Misi, Tujuan, Strategi,

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko 2015-2019

78

Sasaran Strategis 1 Pembiayaan yang Aman Untuk Mendukung Kesinambungan Fiskal

Melalui Pengelolaan SBSN

Strategi yang dilaksanakan untuk mencapai Sasaran Strategis tersebut adalah:

1) Mengoptimalkan potensi pembiayaan dari sumber domestik melalui penerbitan SBSN

Rupiah;

2) Melanjutkan pengembangan jenis instrumen dan akad SBSN dengan membuka peluang

penerbitan instrumen baru sesuai kebutuhan investor dengan mempertimbangkan faktor

risiko dan biaya yang dihadapi Pemerintah dan melakukan kajian, evaluasi dan/atau

inovasi atas instrumen SBSN yang sudah ada;

3) Meningkatkan diversifikasi BMN atau obyek pembiayaan yang dapat digunakan sebagai

underlying asset dalam penerbitan SBSN;

4) Mengoptimalkan pemanfaatan SBSN dalam mendukung pembiayaan pembangunan

proyek infrastruktur;

5) Menerbitkan SBSN valas secara terukur, sebagai pelengkap (complementary sources)

untuk membiayai kewajiban valas, membuat benchmark, dan menghindari crowding-out

di pasar domestik;

6) Mengembangkan metode penerbitan yang lebih fleksibel untuk mengakomodasi

perubahan target pembiayaan dan ketidakpastian kondisi pasar keuangan;

7) Melanjutkan dan meningkatkan pengembangan pasar perdana SBSN melalui penyiapan

Primary Dealers (PD’s) dan benchmark series SBSN serta peningkatan kualitas jadwal

lelang dan metode penerbitan SBSN.

Sasaran Strategis 2 Pasar SBSN yang Likuid, Dalam dan Stabil

Strategi yang dilaksanakan untuk mencapai Sasaran Strategis tersebut adalah:

1) Meningkatkan kualitas komunikasi dengan publik dan investor melalui penguatan fungsi

hubungan investor serta pengembangan teknik, metode dan strategi komunikasi yang

lebih efektif dan inovatif;

2) Melanjutkan pengembangan dan memperkuat basis investor, khususnya investor yang

memiliki horison investasi jangka panjang serta membuka peluang penerbitan SBSN

valas dalam berbagai mata uang kuat dunia dengan mempertimbangkan keuntungan

dan kerugian yang melekat pada masing-masing mata uang, dan meningkatkan kualitas

investor SBSN valas melalui penjatahan pemenang secara selektif.

Sasaran Strategis 3 Biaya dan Risiko Portofolio SBSN yang Terkendali

Strategi yang dilaksanakan untuk mencapai Sasaran Strategis tersebut adalah:

1) Menyiapkan pelaksanaan buyback dan switching SBSN termasuk transaksi secara cross

instrument guna mempercepat pengembangan pasar SBSN domestik;

2) Berkoordinasi dengan instansi terkait dalam rangka mengevaluasi/ mengkaji peraturan

maupun infrastruktur yang berhubungan dengan pengembangan pasar sekunder;

Page 92: Rencana Strategis Tahun 2015-2019 Direktorat Jenderal ... DJPPR 2015... · KEDUA : Renstra Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko berisi Visi, Misi, Tujuan, Strategi,

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko 2015-2019

79

3) Mengoptimalkan struktur portofolio SBSN melalui pelaksanaan penerbitan sesuai dengan

strategi pembiayaan dan dengan mengacu pada target portofolio benchmark SBSN yang

ditetapkan.

Ukuran pencapaian sasaran ditandai dengan terpenuhinya indikator-indikator sebagai berikut:

a. Persentase penerbitan SBSN sesuai kebutuhan pembiayaan.

b. Persentase pencapaian tingkat likuiditas pasar SBSN.

c. Tingkat efektivitas edukasi dan komunikasi pengelolaan SBSN.

d. Persentase pertumbuhan jumlah nominal kepemilikan SBSN tradable oleh investor

domestik.

e. Persentase pencapaian target effective cost SBSN.

f. Persentase pemenuhan target risiko portofolio SBSN.

Rencana aksi yang akan dilakukan pada periode 2015-2019 adalah sebagai berikut:

a. Pelaksanaan penerbitan SBSN secara reguler di pasar domestik melalui lelang,

bookbuilding dan private placement serta penerbitan di pasar internasional sebagai

pelengkap.

b. Penyiapan pembentukan PD’s dan benchmark series SBSN.

c. Pelaksanaan komunikasi dan sosialisasi kepada publik dan investor secara berkala serta

mengembangkan teknik, metode dan strategi komunikasi yang lebih efektif dan inovatif.

d. Penyiapan pelaksanaan buyback dan switching SBSN.

e. Meningkatkan kualitas penyusunan benchmark harga/yield dengan menggunakan

metode analisis yang bervariasi dan handal serta pelaksanaan monitoring dan analisis

informasi pasar keuangan secara berkala.

f. Mengoptimalkan struktur portofolio SBSN melalui pelaksanaan penerbitan sesuai dengan

strategi pembiayaan dan dengan mengacu pada target portofolio benchmark SBSN yang

ditetapkan.

Keterkaitan dengan Nawa Cita dan Kegiatan Prioritas

Dalam rangka mendukung capaian sasaran pembangunan/ Nawa Cita ke-6

“Meningkatkan Produktivitas Rakyat dan Daya Saing di Pasar Internasional” dan kegiatan

prioritas “Kegiatan Pengelolaan Dukungan Pemerintah dan Pembiayaan Infrastruktur”,

Direktorat Pembiayaan Syariah menerbitkan Surat Berharga Syariah Negara Berbasis Proyek

(Project Based Sukuk), selanjutnya disebut SBSN PBS, yakni sumber pendanaan melalui

penerbitan SBSN untuk membiayai kegiatan tertentu yang dilaksanakan oleh Kementerian

Negara/Lembaga. Pembiayaan proyek melalui penerbitan SBSN merupakan salah satu

tahapan yang diharapkan dapat menjadi pendorong tercapainya tujuan pembangunan

nasional. Pembiayaan Proyek melalui penerbitan SBSN merupakan alternatif sumber

pembiayaan APBN yang efektif dan efisien. Selain itu penerbitan SBSN untuk pembiayaan

Proyek juga dapat meningkatkan kemandirian bangsa dalam melaksanakan pembangunan

Page 93: Rencana Strategis Tahun 2015-2019 Direktorat Jenderal ... DJPPR 2015... · KEDUA : Renstra Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko berisi Visi, Misi, Tujuan, Strategi,

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko 2015-2019

80

nasional, karena masyarakat dapat turut langsung berpartisipasi membiayai Proyek

Pemerintah melalui pembelian SBSN.

D. STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO KEUANGAN NEGARA

Manfaat yang diharapkan dari strategi pengelolaan risiko keuangan negara adalah risiko

keuangan negara yang terkendali dan tercapainya kebijakan keuangan negara secara umum.

Untuk itu, ditetapkan beberapa Sasaran Strategis yang ingin dicapai yaitu:

Sasaran Strategis 1 Risiko Keuangan Negara yang Terkendali Untuk Mendukung

Kesinambungan Fiskal

Manfaat yang diharapkan dari Sasaran Strategis 1 adalah melindungi APBN dari sudden

shock yang muncul baik dari dalam dan luar negeri.

Eksposur risiko keuangan negara dapat membebani pelaksanaan APBN sehingga tujuan

kebijakan APBN tidak tercapai. Oleh karena itu pengelolaan risiko keuangan negara dilakukan

dengan menyediakan dana yang didedikasikan untuk menyerap risiko keuangan negara yang

diperkirakan akan mengganggu struktur APBN dan melakukan mitigasi risiko keuangan negara

yang dapat mencegah terjadinya dan/atau meminimalkan eksposur terhadap APBN.

Strategi yang dilaksanakan untuk mencapai Sasaran Strategis tersebut adalah:

1) Merumuskan Rekomendasi dana cadangan risiko APBN

Tersedianya rekomendasi dana cadangan risiko keuangan negara pada APBN ditujukan

untuk menyerap ekposur yang diperkirakan akan mengganggu struktur APBN sehingga

stakeholders melihat bahwa pengelolaan APBN dilakukan secara prudent.

2) Menyediakan dukungan pemerintah non KPS yang kredibel dan prudent

Untuk mendukung percepatan pembangunan infrastruktur dibutuhkan adanya dukungan

pemerintah. Dalam rangka meminimalisir eksposur maka dibutuhkan pengelolaan dukungan

pemerintah yang kredibel dan prudent.

3) Merumuskan rekomendasi pengelolaan risiko BUMN yang kredibel

Tersedianya rekomendasi pengelolaan risiko BUMN yang bersumber dari Penugasan PSO

dan non PSO, PMN, serta pinjaman BUMN dalam rangka meminimalisir eksposur terhadap

APBN.

4) Merumuskan rekomendasi mitigasi risiko keuangan negara

Tersedianya instrumen mitigasi risiko keuangan negara ditujukan untuk mencegah dan / atau

meminimalisir eksposur yang muncul dari risiko keuangan negara yang sudah diprediksi

sebelumnya.

Sasaran Strategis 2 Pengembangan Peran Fiskal dan Mitigasi Risiko yang Berasal Dari

Lembaga Keuangan Secara Bertahap dan Tepat Sasaran

Manfaat yang diharapkan dari Sasaran Strategis 2 adalah peningkatan peran fiskal

lembaga keuangan berdasarkan indikator-indikator non finansial sesuai mandat yang diberikan.

Page 94: Rencana Strategis Tahun 2015-2019 Direktorat Jenderal ... DJPPR 2015... · KEDUA : Renstra Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko berisi Visi, Misi, Tujuan, Strategi,

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko 2015-2019

81

Dalam rangka meningkatkan peran fiskal dari lembaga keuangan, perlu dikembangkan indikator-

indikator non finansial lembaga keuangan sehingga mampu menjadi penggerak perekonomian di

masing-masing sektor.

Strategi yang dilaksanakan untuk mencapai Sasaran Strategis tersebut adalah

1. Menerapkan capaian kinerja lembaga keuangan berdasarkan indikator non finansial.

2. Mengefektifkan alokasi APBN terhadap lembaga keuangan sesuai mandat yang diberikan.

Sasaran Strategis 3 Pengembangan Kerangka Kerja Risiko yang Holistik Dengan

Pendekatan Neraca (Balance Sheet Approach) Untuk Mengagregasi Data Risiko Individual

Manfaat yang diharapkan dari Sasaran Strategis 4 adalah terbentuknya sebuah kerangka

kerja risiko keuangan negara dengan pendekatan neraca yang implementatif

Dalam rangka meningkatkan kredibilitas dari pengelolaan keuangan negara di mata stakeholders,

Pemerintah perlu melakukan pengelolaan risiko keuangan negara dengan menggunakan

pendekatan neraca. Hal ini sudah mulai menjadi common practise di beberapa negara maju.

Strategi yang dilaksanakan untuk mencapai Sasaran Strategis tersebut adalah

1) Penyusunan Kerangka kerja sovereign risk balance sheet (SRBS)

Kerangka kerja SRBS akan yang mencakup bagian dari neraca keuangan pemerintah,

neraca Bank Indonesia, dan neraca beberapa BUMN sehingga akan melibatkan Kementerian

Keuangan, Bank Indonesia dan Kementerian Negara BUMN.

2) PembentukanKomite/Tim ALM Risiko

Strategi yang dilaksanakan untuk mencapai Sasaran Strategis tersebut adalah

a) Penyusunan Kerangka kerja sovereign risk balance sheet (SRBS)

b) Penyusunan sovereign risk balance sheet (SRBS) yang mencakup bagian dari neraca

keuangan pemerintah, neraca Bank Indonesia, dan neraca BUMN

c) Pembentukan Komite/Tim ALM Risiko

Ukuran pencapaian sasaran ditandai dengan terpenuhinya indikator-indikator sebagai berikut:

1) Persentase rekomendasi/kebijakan pengelolaan risiko keuangan negara yang

diterima/ditetapkan Menteri Keuangan.

2) Tersedianya rekomendasi dana cadangan risiko APBN.

3) Rasio kewajiban kontijensi terhadap PDB.

4) Tersedianya rekomendasi IKU fiskal pada lembaga keuangan yang menjalankan penugasan.

5) Tersedianya rekomendasi implementasi inisiatif transformasi kelembagaan.

Rencana aksi yang akan dilakukan pada periode 2015-2019 adalah sebagai berikut:

a) Mengembangkan alat dan metode analisis risiko keuangan negara.

b) Mengupayakan pemenuhan kebutuhan dan pengembangan kapasitas SDM.

c) Melakukan monitoring dan evaluasi yang berkesinambungan dalam rangka pengendalian

risiko keuangan negara.

Page 95: Rencana Strategis Tahun 2015-2019 Direktorat Jenderal ... DJPPR 2015... · KEDUA : Renstra Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko berisi Visi, Misi, Tujuan, Strategi,

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko 2015-2019

82

d) Mengembangkan instrumen mitigasi risiko keuangan negara sesuai kebutuhan.

e) Melakukan koordinasi dan kerjasama kelembagaan dengan para pemangku kepetingan.

E. STRATEGI PENGELOLAAN DUKUNGAN PEMERINTAH DAN PEMBIAYAAN

INFRASTRUKTUR

Outcome yang diharapkan dalam pengelolaan dukungan pemerintah dan pembiayaan

infrastruktur adalah terwujudnya penyediaan infrastruktur dengan skema KPS melalui

pengelolaan dukungan pemerintah dengan risiko yang terkendali, efektif, efisien, serta tepat

sasaran.

Sasaran Strategis yang ingin dicapai dalam pengelolaan dukungan pemerintah dan pembiayaan

infrastruktur adalah:

Sasaran Strategis 1 Mewujudkan Pemberian Dukungan Pemerintah yang Sesuai

Kebutuhan dan Terkendali

Strategi yang dilaksanakan untuk mencapai Sasaran Strategis tersebut adalah

1. Melakukan analisis dengan menggunakan tools yang dapat diandalkan (menggunakan

asumsi yang tepat, input data yang valid, metodologi yang teruji, output yang dapat

dipercaya, dan selalu dimutakhirkan).

2. Melaksanakan pemberian dukungan pemerintah secara tepat sasaran, efektif, dan akuntabel

3. Melaksanakan kebijakan pemberian dukungan pemerintah dengan memperhatikan prinsip-

prinsip pengendalian risiko dan pengelolaan APBN yang berkesinambungan.

4. Menerapkan pengendalian intern di Direktorat PDPPI.

Sasaran Strategis 2 Pengelolaan Dukungan Pemerintah yang Kredibel Dalam Rangka

Percepatan Pembiayaan Infrastruktur

Strategi yang dilaksanakan untuk mencapai Sasaran Strategis tersebut adalah:

1. menjaga hubungan yang menciptakan sinergi dengan pengguna layanan dan stakeholder

terkait penyediaan infrastruktur.

2. Mewujudkan peningkatan kapasitas institusi dengan menyelenggarakan capacity building dan

sertifikasi.

3. Melaksanakan sosialisasi dan diseminasi kebijakan terkait pengelolaan dukungan pemerintah

dan pembiayaan infrastruktur.

Sasaran Strategis 3 Penyusunan Kebijakan Pengelolaan Dukungan Pemerintah dan

Pembiayaan Infrastruktur yang Berkualitas

Strategi yang dilaksanakan untuk mencapai Sasaran Strategis tersebut adalah:

1. menyusun kebijakan pemberian pengelolaan dukungan pemerintah dan pembiayaan

infrastruktur dengan memperhatikan prinsip-prinsip pengendalian risiko dan pengelolaan

APBN yang berkesinambungan.

Page 96: Rencana Strategis Tahun 2015-2019 Direktorat Jenderal ... DJPPR 2015... · KEDUA : Renstra Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko berisi Visi, Misi, Tujuan, Strategi,

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko 2015-2019

83

2. menyusun kebijakan pemberian pengelolaan dukungan pemerintah dan pembiayaan

infrastruktur yang sesuai dengan praktik dan standar yang berlaku.

3. mengembangkan bentuk dukungan pemerintah dan pembiayaan infrastruktur yang dapat

mempercepat pengadaan infrastruktur serta menarik bagi investor dan lenders.

4. menyusun legal framework yang memadai dan memberikan kepastian bagi para pemangku

kepentingan dalam penyediaan infrastruktur melalui KPS.

Ukuran pencapaian sasaran dipenuhi dengan tercapainya indikator-indikator sebagai berikut:

a. Persentase pemenuhan dukungan pemerintah atas proyek KPBU infrastruktur prioritas.

b. Persentase rekomendasi kebijakan pengelolaan dukungan pemerintah dan pembiayaan

infrastruktur yang disetujui Menteri Keuangan.

c. Indeks kepuasan pengguna layanan Direktorat PDPPI.

Rencana aksi yang akan dilakukan pada periode 2015-2019 adalah sebagai berikut:

a. Mengembangkan tools yang dapat diandalkan (menggunakan asumsi yang tepat, input data

yang valid, metodologi yang teruji, output yang dapat dipercaya, dan selalu dimutakhirkan),

seperti public sector comparator, value for money analysis, VGF model, risk allocation matrix,

legal framework analysis, dan lain-lain.

b. Menjaga pelaksanaan pemberian dukungan pemerintah yang tepat sasaran, efektif, dan

akuntabel.

c. Melakukan kajian bentuk dukungan pemerintah dan pembiayaan infrastruktur yang dapat

mempercepat pengadaan infrastruktur serta menarik bagi investor dan lenders.

d. Menyusun standar dokumen pengadaan badan usaha untuk penyediaan infrastruktur sesuai

dengan praktik dan standar yang berlaku.

e. Melaksanakan kerja sama kelembagaan dalam rangka peningkatan kualitas kebijakan yang

mendukung percepatan penyediaan infrastruktur.

f. Mewujudkan peningkatan kapasitas institusi dengan menyelenggarakan capacity building

dan sertifikasi.

g. Menjaga hubungan yang menciptakan sinergi dengan pengguna layanan dan stakeholder

terkait penyediaan infrastruktur.

h. Melaksanakan sosialisasi dan diseminasi kebijakan terkait pengelolaan dukungan

pemerintah dan pembiayaan infrastruktur.

i. Menyesuaikan dan menyempurnakan peraturan perundang-undangan terkait dengan

pengelolaan dukungan pemerintah dan pembiayaan infrastruktur.

F. STRATEGI PENGELOLAAN PORTOFOLIO PEMBIAYAAN

Sasaran Strategis pengelolaan portofolio pembiayaan mengacu pada kegiatan prioritas

pembangunan nasional dan tujuan strategi pengelolaan utang yaitu Pengendalian rasio utang

terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), utang baru hanya digunakan untuk membiayai

Page 97: Rencana Strategis Tahun 2015-2019 Direktorat Jenderal ... DJPPR 2015... · KEDUA : Renstra Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko berisi Visi, Misi, Tujuan, Strategi,

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko 2015-2019

84

pengeluaran pemerintah yang produktif, memenuhi target pembiayaan utang dengan biaya dan

risiko yang optimal, serta mendukung pengembangan pasar SBN yang dalam, aktif, dan likuid.

Sasaran Strategis yang ingin dicapai dalam pengelolaan Portofolio Pembiayaan adalah:

Sasaran Strategis 1 Memenuhi Target Pembiayaan Utang Dengan Biaya dan Risiko Optimal

Strategi yang dilaksanakan untuk mencapai Sasaran Strategis tersebut adalah menetapkan

komposisi utang baru yang dapat dilaksakan oleh front office berdasarkan hasil simulasi cost risk

analysis. Simulasi tersebut meliputi persentase besaran utang baru berdasarkan mata uang,

tenor, dan jenis bunga. Selain itu juga menetapkan target biaya efektif dari penerbitan/pengadaan

utang baru.

Adapun kebijakan pengendalian rasio utang terhadap PDB sampai dengan tahun 2019

antara lain dilakukan melalui pemanfaatan utang untuk kegiatan yang produktif sehingga dapat

mendorong pertumbuhan PDB lebih tinggi dari pertumbuhan utang. Dengan demikian rasio utang

terhadap PDB semakin menurun dari tahun ke tahun.

Sasaran Strategis 2 Mengelola Portofolio Risiko Utang

Strategi yang dilaksanakan untuk mencapai Sasaran Strategis tersebut adalah

Menetapkan target risiko dan biaya utang yang harus dicapai dalam periode tertentu, baik

tahunan maupun jangka menengah. Selain itu juga ditetapkan arahan kebijakan operasional/

taktis yang dapat dilakukan oleh front office seperti arahan kebijakan buyback, debt switch, dan

penerbitan secara private placement. Selain itu, saat ini sedang dilakukan persiapan untuk

melaksanakan program hedging atas kewajiban utang (debt service) melalui instrumen option dan

forward.

Sasaran Strategis 3 Mendukung Pengembangan Pasar SBN

Strategi yang dilaksanakan untuk mencapai Sasaran Strategis tersebut adalah

Menetapkan kebijakan pengembangan pasar perdana dan sekunder SBN, melakukan kajian

untuk pengembangan pasar SBN, melakukan koordinasi dengan para BI, OJK, dan lain-lain

dalam rangka stabilisasi pasar SBN, dan memasukkan klausul dalam UU APBN untuk

mendukung tercapainya tujuan pengelolaan utang.

Sasaran strategis 4 Mengelola Risiko Penjaminan Pemerintah

Strategi yang dilaksanakan untuk mencapai sasaran strategis tersebut adalah melakukan

analisis internal credit rating, melakukan mitigasi risiko penjaminan, menetapkan batas maksimal

penjaminan dan melakukan koordinasi dengan pihak terkait baik internal kementerian keuangan

dan pihak yang terjamin dalam rangka mencegah terjadinya risiko gagal bayar..

Ukuran pencapaian sasaran ditandai dengan terpenuhinya indikator-indikator sebagai berikut:

a. Rasio utang valas terhadap total utang;

b. Rasio utang tingkat bunga tetap terhadap total utang;

c. Rasio utang jatuh tempo dalam 3 (tiga) tahun terhadap total utang;

d. Average Time to Maturity (ATM)

e. Risiko gagal bayar pemerintah

Page 98: Rencana Strategis Tahun 2015-2019 Direktorat Jenderal ... DJPPR 2015... · KEDUA : Renstra Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko berisi Visi, Misi, Tujuan, Strategi,

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko 2015-2019

85

Rencana aksi yang akan dilakukan pada periode 2015-2019 adalah sebagai berikut:

a. Menyusun strategi pengelolaan utang yang berkualitas dengan mempertimbangkan:

1) Menetapkan kebijakan agar mengutamakan sumber utang dari dalam negeri terutama

melalui penerbitan SBN seri benchmark;

2) Melakukan koordinasi dengan para stakeholder untuk mendukung tercapainya tujuan

strategi pengelolaan utang;

b. Mengelola portofolio dan risiko utang melalui:

1) Mengembangkan metode-metode baru untuk cost risk analysis dan membuat proyeksi

market rate.

2) Melakukan hedging pembayaran kewajiban utang melalui instrumen option atau forward.

c. Mengembangkan pengelolaan pembiayaan melalui pencarian sumber pembiayaan alternatif

dan pengembangan pasar utang.

d. Memberikan rekomendasi pengelolaan kewajiban kontinjensi dengan melakukan analisis

internal credit rating.

G. STRATEGI PENGELOLAAN EVALUASI, AKUNTANSI DAN SETELMEN

Sasaran Strategis yang ingin dicapai dalam pengelolaan Evaluasi, Akuntansi dan Setelmen

adalah:

Sasaran Strategis 1 Pelaksanaan Evaluasi dan Setelmen Pembiayaan yang Transparan

Strategi yang dilaksanakan untuk mencapai Sasaran Strategis tersebut adalah dengan

menyediakan informasi terkait pelaksanaan evaluasi, akuntansi dan setelmen pembiayaan yang

meliputi utang dan hibah kepada pihak stakeholders DJPPR (investor/lender dan publik) secara

transparan.

Untuk pencapaian sasaran ditandai dengan terpenuhinya indikator-indikator sebagai berikut:

a. Indikator kinerja indeks kepuasan stakeholder terhadap materi publikasi pembiayaan

mencapai target yang ditentukan.

b. Indikator kinerja tingkat efektifitas edukasi dan komunikasi mencapai target yang ditetapkan.

c. Indikator kinerja indeks ketepatan waktu penyelesaian registrasi dokumen perjanjian

pinjaman dan hibah mencapai target yang ditetapkan.

Rencana aksi yang akan dilakukan pada periode 2015-2019 adalah sebagai berikut:

a. Melakukan survey terhadap kepuasan stakeholder tentang publikasi pembiayaan.

b. Melakukan sosialisasi dan edukasi pengelolaan hibah ke Kementerian/Lembaga/satker.

Sasaran Strategis 2 Pelaksanaan Setelmen dan Akuntansi Pembiayaan yang Akuntabel dan

Kredibel

Strategi yang dilaksanakan untuk mencapai Sasaran Strategis tersebut dengan pelaksanaan

pembayaran kewajiban pembiayaan yang tepat waktu, tepat jumlah, dan tepat sasaran,

Page 99: Rencana Strategis Tahun 2015-2019 Direktorat Jenderal ... DJPPR 2015... · KEDUA : Renstra Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko berisi Visi, Misi, Tujuan, Strategi,

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko 2015-2019

86

menyediakan data yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan dalam laporan keuangan serta

melalui survey terhadap kepuasan pengguna layanan.

Untuk pencapaian sasaran ditandai dengan terpenuhinya indikator-indikator sebagai berikut:

a. Indikator kinerja tingkat akurasi pembayaran kewajiban pembiayaan mencapai target yang

ditetapkan.

b. Indikator kinerja indeks kualitas laporan keuangan (LK BA 999.01, BA 999.02 dan BA 999.03)

mencapai target yang ditetapkan.

c. Indikator kinerja indeks kepuasan pengguna layanan Dit. EAS mencapai target yang

ditetapkan.

Rencana aksi yang akan dilakukan pada periode 2015-2019 adalah sebagai berikut:

d. Melanjutkan rekonsiliasi data utang dan hibah dengan pihak terkait (antara lain: DJPBN, BI,

K/L, dan donor/kreditor);

e. Mendorong K/L untuk mengesahkan hibah langsung (kas, barang, jasa, dan surat berharga)

kepada DJPB

Sasaran Strategis 3 Penatausahaan Data Utang yang Akurat

Strategi yang dilaksanakan untuk mencapai Sasaran Strategis tersebut adalah dengan

melaksanakan kegiatan konfirmasi data utang kepada kreditur/lender untuk menjamin data utang

yang akurat.

Pencapaian sasaran ditandai dengan terpenuhinya indikator kinerja tingkat akurasi data utang

mencapai target yang ditetapkan.

Rencana aksi yang akan dilakukan pada tahun 2015-2019 adalah:

a. Melakukan update database secara rutin;

b. Mendorong kreditur/lender/donor untuk segera menyampaikan dokumen terkait penarikan

dan pembayaran utang;

c. Melakukan rekonsiliasi data utang dan hibah dengan pihak terkait (antara lain: DJPBN, BI,

K/L, dan donor/kreditor)

Sasaran Strategis 4 Pemantauan dan Evaluasi Kinerja Pinjaman dan Hibah yang Efektif

Strategi yang dilaksanakan untuk mencapai Sasaran Strategis tersebut adalah dengan

melaksanakan pemantauan dan evaluasi pinjaman dan hibah dalam rangka mencapai efektifitas

kinerja pelaksanaan kegiatan yang dibiayai dari PHLN.

Ukuran pencapaian sasaran ditandai dengan terpenuhinya indikator kinerja persentase tindak

lanjut Kementerian/Lembaga atas rekomendasi hasil pemantauan proyek kategori at risk secara

tepat waktu mencapai target yang ditentukan

Rencana aksi yang akan dilakukan pada periode 2015-2019 adalah sebagai berikut:

a. Melakukan koordinasi dan komunikasi dengan Direktorat Pinjaman dan Hibah (front office)

agar memberitahukan kepada instansi terkait dalam rangka mengambil langkah-langkah

percepatan pemenuhan conditions precedent for effectiveness untuk menghindari

penambahan biaya atas pinjaman yang belum berlaku efektif;

Page 100: Rencana Strategis Tahun 2015-2019 Direktorat Jenderal ... DJPPR 2015... · KEDUA : Renstra Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko berisi Visi, Misi, Tujuan, Strategi,

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko 2015-2019

87

b. Melakukan koordinasi dan komunikasi dengan Direktorat Pinjaman dan Hibah (front office)

agar memberitahukan kepada executing agency dalam rangka mengambil langkah-langkah

yang diperlukan terkait pinjaman dengan status zero disbursement.

c. Melakukan koordinasi dan komunikasi dengan executing agency untuk melakukan evaluasi

dan tindakan atas pinjaman yang mengalami slow disbursement.

Melakukan koordinasi dan komunikasi dengan Kementerian/Lembaga pelaksana proyek agar

rencana tindak lanjut hasil pemantauan dan evaluasi proyek yang telah disampaikan dapat

dilaksanakan sesuai dengan rekomendasi.

Sasaran Strategis 5 Pengelolaan Sistem Informasi yang Optimal

Gambar

ICT strategy DJPPR 2015-2019

Cakupan ICT Strategy DJPPR ini terbagi kedalam lima key area: (i) Arsitektur, (ii)

Kapabilitas Organisasi, (iii) Tata Kelola Teknologi Informasi, (iv) Infrastruktur dan (v) Disaster

Recovery. Pada setiap key area dijelaskan kondisi yang diharapkan serta tindakan strategis

(strategic actions) yang selanjutnya dijabarkan dalam bentuk program tindakan (action

programs). Terdapat total 15 strategic actions dan 51 action programs yang telah disusun

sebagai program strategis.

Sasaran Strategis di atas akan dicapai melalui rencana strategi berikut:

a. Arsitektur

1) Pemutakhiran Dokumentasi Peta Proses Bisnis DJPPR, dapat dilakukan dengan:

a) Memperoleh kondisi terkini dari proses bisnis organisasi

b) Menyelaraskan arah pengembangan sistem informasi dengan perubahan proses

bisnis organisasi

c) Analisis atas efisiensi proses bisnis untuk peningkatan otomasi proses melalui

pengembangan sistem informasi

2) pemutakhiran arsitektur data dan informasi, dengan program tindakan berupa :

a) pemutakhiran dokumentasi arsitektur data dan informasi

b) pemutakhiran dokumentasi kamus data utama

c) pengembangan database DMFAS interface

d) pengembangan pertukaran data elektronik

e) pengembangan data warehouse

3) pengembangan sistem informasi sesuai arsitektur dan standar portofolio aplikasi

Page 101: Rencana Strategis Tahun 2015-2019 Direktorat Jenderal ... DJPPR 2015... · KEDUA : Renstra Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko berisi Visi, Misi, Tujuan, Strategi,

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko 2015-2019

88

a) peningkatan integrasi dengan IFMIS

b) pengembangan sistem aplikasi untuk front office

c) pengembangan sistem aplikasi untuk middle office

d) pengembangan sistem aplikasi untuk back office

e) penerapan standar teknologi dalam pengembangan sistem apliasi

f) peningkatan website

g) peningkatan utilisasi sistem aplikasi office automation

b. Kapabilitas organisasi

1) memenuhi kebutuhan pegawai di bidang TI, melalui:

a) penambahan pegawai

b) rotasi pegawai

2) meningkatkan kompetensi pegawai, melalui pengembangan kapasistas pegawai

c. Tata Kelola teknologi Informasi

1) Menerapkan system development life cycle, diwujudkan dengan rencana aksi sebagai

berikut:

a) Analisis kelayakan pengembangan sistem informasi

b) Manajemen kualitas pengembangan sistem informasi

c) Mendokuemntasikan proses implementasi sistem informasi

d) Mendokumentasikan pengelolaan perubahan

e) Mengevaluasi implementasi sistem informasi

f) Menyususn dokumentasi pemeliharaanperangkat lunak

2) Meningkatkan manajemen layanan teknologi informasi

a) Penyusunan service catalogue

b) Meningkatkan manajmene layanan menggunakan CMBD

c) Penyusunan knowledge base

d) Penyusunan problem management

e) Sosialisasi manajemen layanan TI

3) Meningkatkan kelengkapan prosedur tata kelola TIK

a) Penyusunan revisi prosedur dan tata kelola TI

b) Analisis efektivitas prosedur tata kelola TI

4) Meningkatakn kualitas data

a) Mengimplementasikan data validation framework

b) Pemutakhiran data validation framework

c) Mengimplementasikan audit trail

5) Meningkatkan kepatuhan atas penerapan prosedur tata kelola TIK

a) Penyusunan prioritas dan rencana aksi implementasi prosedur mengenai tata kelola

TIK

b) Sosialisasi prosedur mengenai tata kelola TIK

6) Meningkatkan pengelolaan risiko teknologi informasi

a) Pengelolaan risiko pengembangan sistem informasi

b) Penyusunan SPOF (single point of failure)

c) Menetapkan prosedur identifikasi, analisis, evaluasi, dan eskalasi atas pengendalian

yang tidak dilaksanakan

7) Menerapkan manajemen keammanan informasi

a) Penerapan user account management

Page 102: Rencana Strategis Tahun 2015-2019 Direktorat Jenderal ... DJPPR 2015... · KEDUA : Renstra Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko berisi Visi, Misi, Tujuan, Strategi,

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko 2015-2019

89

b) Sosialisasi keamanan informasi

d. Infrastruktur

1) Meningkatkan pengelolaan infrastruktur TI

a) Monitoring dan evaluasi tingkat utilisasi infrastruktur TIK

b) Menyusun standar konfigurasi perangkat

c) Menerapkan standar teknologi baru

2) Meningkatkan pengelolaan domain (DNS), website dan email

a) Migrasi domain kemenkeu.go.id

b) Migrasi email kemenkeu.go.id

c) Penyesuaian layout website

e. Disaster recovery

Mengembangkan disaster recovery center, yang dilakukan dengan cara:

a) Pemutakhiran bussines impact analysist secara berkala

b) Penyusunan bussines continuity plan

c) Pemutakhiran disaster recovery plan

d) Pengujian DRC drill secara berkala

e) Pengembangan sistem back up pada DC dan DRC

f) Pelaksanaan back up restore secara berkala

Terhadap tindakan strategis yang telah ditentukan perlu direncanakan tahapan

implementasinya dalam bentuk Roadmap. Disamping sebagai panduan dalam penyusunan

rencana tahunan, roadmap ini juga akan memudahkan pengukuran capaian strategi pada setiap

periode implementasinya.

Secara garis besar, implementasi ICT Strategy DJPPR 2015-2019 akan dilakukan sesuai

tabel berikut:

Page 103: Rencana Strategis Tahun 2015-2019 Direktorat Jenderal ... DJPPR 2015... · KEDUA : Renstra Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko berisi Visi, Misi, Tujuan, Strategi,

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko 2015-2019

90

Gambar

Roadmap Implementasi ICT Strategy 2015-2019

Ukuran pencapaian sasaran ditandai dengan terpenuhinya indikator sebagai berikut:

a. Indikator kinerja persentase penyelesaian peta proses bisnis Direktorat Jenderal berbasis

sistem informasi mencapai target yang ditetapkan.

b. Indikator kinerja persentase implementasi pelaksanaan strategi TI mencapai target yang

ditetapkan.

Sasaran Strategis 6 Pelaksanaan Evaluasi, Akuntansi dan Setelmen Pembiayaan yang Taat

Prosedur

Strategi yang dilaksanakan untuk mencapai Sasaran Strategis tersebut adalah dengan

melaksanakan kegiatan evaluasi, setelmen dan fungsi akuntansi sesuai dengan peraturan yang

berlaku. Monitoring atas pelaskanaan kegiatan tersebut dilakukan secara berkala baik oleh aparat

pengawas internal maupun eksternal.

Pencapaian sasaran ditandai dengan terpenuhinya indicator-indikator sebagai berikut:

a. Tingkat penerapan pengendalian intern Dit. EAS sesuai dengan target yang ditetapkan;

b. Tindak lanjut Dit. EAS atas rekomendasi aparat pengawasan dilaksanakan secara tepat

waktu.

Rencana aksi yang akan dilakukan pada tahun 2015-2019 adalah:

Page 104: Rencana Strategis Tahun 2015-2019 Direktorat Jenderal ... DJPPR 2015... · KEDUA : Renstra Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko berisi Visi, Misi, Tujuan, Strategi,

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko 2015-2019

91

a. Mengikuti perkembangan peraturan-peraturan baru terkait pengelolaan utang dan hibah;

b. Melakukan edukasi terhadap para pemangku kepentingan;

c. Berkoordinasi dengan pihak terkait untuk rencana penyelesaian atas rekomendasi BPK

dalam LHP Laporan Keuangan yang memerlukan keterlibatan pihak lain

H. STRATEGI DUKUNGAN MANAJEMEN DAN DUKUNGAN TEKNIS LAINNYA

Sasaran Strategis yang ingin dicapai dalam pengelolaan manajemen dan Dukungan Teknis

Lainnya di Lingkungan DJPPR adalah:

Sasaran Strategis 1 Menciptakan Organisasi DJPPR yang Kondusif

Setelah ditetapkannya PMK Nomor 206 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja

Kementerian Keuangan, Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang (DJPU) resmi berganti nama

menjadi Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) sehingga tugas dan

fungsi yang dilaksanakan DJPPR akan semakin berat, khusunya dalam mendukung prioritas

pembangunan nasional. Untuk itu, beberapa strategi yang akan dilakukan untuk mencapai

Sasaran Strategis di atas adalah sbb:

a. DJPPR terus berusaha melaksanakan penguatan dan penyempurnaan organisasi yang

mendukung proses bisnis

Penataan dan penguatan organisasi terus dilakukan sesuai Cetak Biru Transformasi

Kelembagaan. Tujuan yang ingin dicapai kedepan, DJPPR diharapkan mempunyai struktur

organisasi yang semakin sempurna. Salah satu upaya yang dilakukan adalah memperkuat

fungsi hubungan investor sesuai rekomendasi Cetak Biru Transformasi Kelembagaan,

khusunya pada Inisiatif ke-15. Fungsi yang ada pada saat dirasa masih belum maksimal

karena strategi yang belum terarah sehingga belum dapat mendiversifikasikan basis investor

dan mencapai arus modal yang lebih stabil dan dapat diprediksi. Selain itu, penguatan fungsi

hubungan investor diharapkan dapat menciptakan kebijakan yang jelas untuk menentukan

dan menargetkan investor prioritas/potensial.

b. Penyempurnaan Uraian Jabatan, SOP, serta ABK

Penyempurnaan uraian jabatan, SOP dan ABK secara berkesinambungan diperlukan

untuk memperlancar proses bisnis dari organisasi DJPPR. Rencana aksi yang akan

dilaksanakan dalam rangka penyempurnaan proses bisnis tersebut, yaitu:

1) melakukan sinkronisasi antara uraian jabatan, SOP, dan ABK sesuai dengan peraturan

yang terbnaru agar keterkaitan antara ketiga dokumen tersebut serta arahan pada

pelaksanaan setiap kegiatan lebih jelas. Hal ini juga dilakukan untuk menjaga

sinkronisasi dan konsistensi antara ketiga dokumen tersebut;

2) melakukan penambahan SOP yang sebelumnya belum ada;

3) penyempurnaan uraian jabatan, SOP, serta ABK dilakukan pula untuk menyesuaikan

dengan penataan organisasi. Jika usulan penataan organisasi disetujui, maka harus

ditindaklanjuti dengan penyempurnaan pada uraian jabatan, SOP, serta ABK tersebut.

Oleh karena itu diperlukan koordinasi yang lebih intensif dengan unit terkait, yaitu Biro

Organisasi dan Ketatalaksanaan serta unit Eselon II di lingkungan DJPPR;

Page 105: Rencana Strategis Tahun 2015-2019 Direktorat Jenderal ... DJPPR 2015... · KEDUA : Renstra Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko berisi Visi, Misi, Tujuan, Strategi,

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko 2015-2019

92

Indikator yang menunjukan keberhasilan pencapaian Sasaran di atas dapat diukur dengan

Indeks kesehatan organisasi dengan target 72 serta Persentase implementasi inisiatif

transformasi kelembagaan Direktorat Jenderal dengan target 85%.

Sasaran Strategis 2 Mewujudkan SDM yang Kompetitif

Sasaran Strategis ini dicapai dengan perencanaan kebutuhan SDM di lingkungan DJPPR

sesuai analisis beban kerja untuk mencegah terjadinya pembagian beban kerja yang tidak

seimbang. Perencanaan SDM telah disesuaikan dengan 9 Agenda Prioriotas Nasional sesuai

Nawa Cita ke-2 yaitu DJPPR telah mengusulkan perencanaan kebutuhan SDM kepada Biro

SDM sampai dengan tahun 2019 sebagai berikut:

Tabel

Estimasi Kebutuhan Pegawai Tingkat Diploma (D1/DIII) dan Sarjana (S1/S2/S3)

NO Tingkat

Pendidikan Program Studi

TAHUN

2015 2016 2017 2018 2019

1 D.III STAN Kebendaharaan Negara 29 10 3 3 4

2 D.III STAN Akuntansi Pemerintah 11 7 4 3 0

3 D.I STAN D I Kebendaharaan Negara/SMK Perkantoran 11 1 0 0

0

JUMLAH DI/DIII STAN 51 17 7 6 4

1 S1

Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan (IESP)/Ekonomi Pembangunan/Ilmu Ekonomi 5 2 1 0

0

2 S1 Hubungan Internasional 1 1 0 0

3 S1 Ilmu Hukum 5 2 2 0 1

4 S1 Ilmu Hukum (Hukum Perdata/Internasional) 1 1 0

0

5 S1 Ilmu Komunikasi 1 2 0 0

6 S1 Manajemen (Keuangan) 2 2 1 0 1

7 S1 Statistik/Statistika 3 2 0 0

8 S1 Teknik Informatika/Teknologi Informasi 1 0 1 1

0

9 S1 Manajemen Informatika 2 1 0 0 0

10 S1 Akuntansi 15 0 0 0 0

11 S1 Manajemen Perbankan 0 0 0 1

12 S1 Ekonomi Syariah 1 0 0 0 0

Jumlah S1 37 13 5 2 2

JUMLAH 88 30 12 8 6

Page 106: Rencana Strategis Tahun 2015-2019 Direktorat Jenderal ... DJPPR 2015... · KEDUA : Renstra Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko berisi Visi, Misi, Tujuan, Strategi,

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko 2015-2019

93

Indikator yang menunjukan keberhasuilan pencapaian Sasaran di atas dapat diukur

dengan Persentase pencapaian target pegawai Setditjen yang memenuhi jamlat sesuai hard

competency dengan target 50%.

Sasaran Strategis 3 yaitu Pengelolaan BMN yang Akuntabel

Bagian dari pelayanan teknis dan administratif yang dilaksanakan sejalan dengan tugas

Sekretariat sebagai unit pendukung dalam pelaksanaan pengelolaan pembiayaan dan risiko

serta sebagai pelaksana agenda reformasi birokrasi di lingkungan DJPPR adalah pengelolaan

BMNB.

Ukuran pencapaian Sasaran Strategis ini adalah tingkat akurasi penatausahaan BMN

dengan target 100% dan persentase pengadaan barang dan jasa secara tepat waktu dengan

target 100%.

Sasaran Strategis 4 yaitu Pengelolaan Anggaran yang Optimal dan Akuntabel

Pengelolaan anggaran yang optimal, khususnya dengan membandingkan antara

penyerapan anggaran dengan pencapaian kinerja. Dengan adanya pengelolaan anggaran yang

optimal diharapkan kinerja pengelolaan pembiayaan dan risiko akan semakin meningkat.

Strategi untuk mewujudkan Sasaran Strategis tersebut yaitu:

1) Penerapan performance base budgeting dan penerapan ukuran-ukuran yang obyektif

dalam penentuan skala prioritas kegiatan beserta pembiayaanya, diikuti dengan

pengawasan secara berkala melalui pengimplementasian monitoring dan evaluasi atas

penyerapan dana dan pengukuran-pengukuran terkait efektifitas penyerapan dana

terhadap output dan outcome yang dihasilkan;

2) Meningkatkan kualitas informasi kinerja dan peningkatan hubungan langsung dan eksplisit

atas indikator kinerja dengan anggaran;

3) Meningkatkan koordinasi dan sinkronisasi antar unit di lingkungan DJPPR dalam hal

penyusunan perencanaan kegiatan DJPPR dan ketersediaan anggaran untuk menjamin

dan memastikan keselerasan antara pencapaian kinerja dan penyerapan anggaran serta

dalam rangka optimalisasi penyerapan anggaran untuk mendukung kelancaran

pelaksanaan kegiatan yang mendukung pengelolaan pembiayaan dan risiko.

Indikator yang menunjukan keberhasilan pencapaian Sasaran ini adalah tingkat akurasi

penerbitan SPM dengan target 98% serta Persentase penyerapan anggaran dan pencapaian

output belanja Setditjen dengan target 95%.

Sasaran Strategis 5 Sistem Pengendalian yang Optimal

Kegiatan pengelolaan pembiayaan dan risiko memiliki peran yang sangat strategis

dalam konteks pengelolaan keuangan negara, karena tidak saja menjamin ketersediaan

pembiayaan untuk APBN dan penyediaan infrastruktur, namun juga pengelolaan risiko

keuangan negara pada berbagai aspek secara holistik, dengan nilai portofolio obyek yang

dikelola mencapai ribuan triliun rupiah. Kegiatan di atas memiliki proses bisnis yang

kompleks dengan melibatkan berbagai stakeholders baik dari sektor publik, sektor privat,

domestik dan internasional, dimana dalam pelaksanaannya berpotensi menimbulkan

Page 107: Rencana Strategis Tahun 2015-2019 Direktorat Jenderal ... DJPPR 2015... · KEDUA : Renstra Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko berisi Visi, Misi, Tujuan, Strategi,

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko 2015-2019

94

berbagai dampak baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang, terkait ekonomi,

keuangan, politik, sosial, hukum, reputasi, dll.

Oleh karena itu pengelolaan pembiayaan dan risiko harus dilaksanakan secara

prudent, akuntabel, dan transparan, namun dengan tetap berorientasi mendorong

peningkatan kinerja secara maksimal untuk mencapai target yang telah ditetapkan. Dengan

demikian, maka perlu ditetapkan sistem pemantauan pengendalian internal, manajemen

risiko, peningkatan kualitas programa anti korupsi, harmonisasi peraturan, serta pengelolaan

kinerja secara aktif, sistematis, menyeluruh, dan konsisten.

Strategi yang dijalankan untuk mewujudkan sasaran strategis dimaksud, antara lain:

a) Melaksanakan pengelolaan manajemen risiko di lingkungan DJPPR sesuai dengan

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 191/PMK.09/2008 tentang Penerapan Manajemen

Risiko di Lingkungan Departemen Keuangan sejak tahun 2010 sampai dengan tahun

2014. Peningkatan terhadap pengelolaan risiko yang dilaksanakan pada tahun 2015-

2019 secara garis besar melalui tahapan pelaksanaan strategi antara lain:

melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, identifikasi dan mitigasi risiko

seluruh Unit Eselon II sebagai Unit Pemilik Risiko (UPR), menyiapkan kompetensi

instansi DJPPR, integrasi manajemen risiko ke dalam proses kerja, dan meningkatkan

tingkat kematangan manajemen risiko secara terus-menerus.

b) Melaksanakan peningkatan kualitas Program Anti Korupsi di lingkungan DJPPR sesuai

dengan Perpres Nomor 55 Tahun 2012 tentang Strategi Nasional Pencegahan dan

Pemberantasan Korupsi Jangka Panjang Tahun 2012-2025 dan Jangka Menengah

Tahun 2012-2014 melalui tahapan Pencegahan, Penegakan Hukum, Harmonisasi

Peraturan terkait Korupsi, Kerjasama dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK),

dan Pelaporan Pelaksanaan Pemberantasan Korupsi.

c) Melaksanakan pemantauan penerapan pengendalian intern secara berkala terhadap

kegiatan di lingkungan DJPPR, yang dipilih dengan mempertimbangkan kegiatan

utama (core business), faktor risiko, usulan kegiatan dari unit Eselon II, serta tindak

lanjut rekomendasi aparat pemeriksa. Pemantauan penerapan pengendalian intern

tersebut meliputi pemantauan pengendalian utama dan pemantauan Efektivitas

Implementasi dan Kecukupan Rancangan (EIKR).

d) Melaksanakan penelahaan rancangan peraturan di tingkat Direktorat Jenderal dan

harmonisasi/dokumentasi peraturan di lingkungan DJPPR dalam rangka terwujudnya

rancangan peraturan sesuai dengan ketentuan/peraturan perundang-undangan yang

berlaku serta terciptanya tata kelola dokumentasi di lingkungan DJPPR yang

terintegrasi.

e) Melaksanakan pengelolaan kinerja organisasi secara aktif, menyeluruh, dan konsisten

di lingkungan DJPPR, melalui kegiatan antara lain: meningkatkan pelaksanaan

internalisasi sistem pengelolaan kinerja kepada seluruh pegawai dalam rangka

updating ketentuan dan standar yang berlaku serta meningkatkan pemahaman dan

awareness seluruh pegawai terkait dengan pengelolaan kinerja; menyempurnakan

siklus tahapan pelaksanaan sistem pengelolaan kinerja dalam rangka meningkatkan

keselarasan dan sinergi antara manajemen kinerja dengan area manajemen lain

Page 108: Rencana Strategis Tahun 2015-2019 Direktorat Jenderal ... DJPPR 2015... · KEDUA : Renstra Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko berisi Visi, Misi, Tujuan, Strategi,

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko 2015-2019

95

seperti: manajemen perencanaan organisasi, manajemen keuangan, manajemen SDM,

manajemen risiko, dan manajemen kepatuhan; meningkatkan penerapan prinsip-prinsip

Strategy Focused Organization dalam pengelolaan kinerja khususnya untuk eksekusi

strategi secara efektif; meningkatkan kapasitas unit pengelola kinerja terutama pada

aspek kelembagaan dan kompetensi SDM; menyempurnakan standar pengelolaan

kinerja organisasi agar selaras dengan karakteristik, dinamika, dan kebutuhan

organisasi, untuk mendorong proses continuous improvement dalam rangka akselerasi

peningkatan kinerja dan pencapaian tujuan organisasi; meningkatkan kualitas dan

cakupan kajian serta validasi data capaian kinerja dalam rangka peningkatan reliability

penerapan sistem pengelolaan kinerja; dan meningkatkan pemanfaatan hasil penilaian

kinerja pada berbagai area secara lebih luas dan konsisten. Indikator yang digunakan

untuk mengukur tercapainya Sasaran di atas adalah Tingkat penerapan pengendalian

intern dengan target 95% dan Tingkat implementasi mitigasi risiko dengan target 85%.

Page 109: Rencana Strategis Tahun 2015-2019 Direktorat Jenderal ... DJPPR 2015... · KEDUA : Renstra Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko berisi Visi, Misi, Tujuan, Strategi,

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko 2015-2019

96

Page 110: Rencana Strategis Tahun 2015-2019 Direktorat Jenderal ... DJPPR 2015... · KEDUA : Renstra Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko berisi Visi, Misi, Tujuan, Strategi,

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko 2015-2019

97

BAB III

ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI

DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

3.1 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI KEMENTERIAN KEUANGAN

A. Arah Kebijakan dan Strategi Nasional

Arah kebijakan Kementerian Keuangan di bidang pembiayaan negara didasarkan pada

Sembilan Agenda Prioritas Dalam Pemerintahan yang dinamakan NAWA CITA. Arah kebijakan di

bidang pembiayaan negara sesuai dengan NAWA CITA ke-6 yaitu Meningkatkan Produktivitas

Rakyat dan Daya Saing di Pasar Internasional dan NAWA CITA ke-7 yaitu Mewujudkan

kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sector-sektor strategis ekonomi domestik.

Sesuai NAWA CITA ke-6, DJPPR ikut memberikan kontribusi dalam kegiatan peningkatan

efektivitas dan efisiensi dalam pembiayaan infrastruktur. Sasaran yang ingin diwujudkan adalah

menyediakan dukungan pembiayaan untuk memenuhi target pembangunan infrastruktur melalui

penyediaan alternatif pembiayaan, seperti melalui skema Kerjasama Pemerintah dengan Badan

Usaha (KPS), pembentukan bank pembangunan/ infrastruktur dan skema innovative financing

lainnya.

Arah kebijakan dalam rangka mencapai sasaran dimaksud adalah pengembangan alternatif

pembiayaan infrastruktur dengan strategi sbb:

1) Mengadopsi sistem penganggaran tahun jamak jangka panjang (lebih dari 5 tahun) dalam UU

Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara;

2) Mengkaji dan mengujicobakan berbagai model KPS berbasis pendanaan Pemerintah

(innovative financing scheme);

3) Mendorong peningkatan kapasitas pendanaan BUMN/BUMD infrastruktur khususnya dalam

proyek perluasan prasarana yang sudah beroperasi (brownfield) dan menyediakan dukungan

pemerintah dalam bentuk penambahan modal serta jaminan pemerintah (sovereign

guarantee) untuk pembangunan baru yang merupakan penugasan khusus pemerintah;

4) Penyediaan dana untuk dukungan (dukungan penyiapan proyek, dukungan kelayakan,

dukungan pengadaan tanah, dll) dan jaminan pemerintah untuk proyek proyek KPS, baik

yang bersifat dana bergulir (revolving) maupun yang bersifat habis pakai (sinking fund).

5) Menyempurnakan mekanisme pemberian berbagai bentuk dukungan Pemerintah termasuk

viability gap fund (VGF) untuk proyek KPS berbasis pendanaan swasta.

6) Pembentukan fasilitas pembiayaan infrastruktur berupa pembentukan bank

pembangunan/infrastruktur, dana amanah (trust fund) infrastruktur, obligasi infrastruktur, dan

instrumen pembiayaan lain khusus untuk infrastruktur, khususnya untuk mendorong

percepatan proyek-proyek dengan skema KPS.

Sesuai NAWA CITA ke-7, DJPPR ikut berperan melalui kegiatan pengelolaan strategi

dan portofolio pembiayaan, yaitu mengendalikan rasio utang pemerintah terhadap PDB dan

hanya mempergunakan utang baru untuk membiayai kegiatan pemerintah yang bersifat produktif.

Page 111: Rencana Strategis Tahun 2015-2019 Direktorat Jenderal ... DJPPR 2015... · KEDUA : Renstra Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko berisi Visi, Misi, Tujuan, Strategi,

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko 2015-2019

98

Terkait NAWA CITA di atas, ditetapkanlah tiga kegiatan prioritas nasional yang menjadi peran

utama Kementerian Keuangan di bidang pengelolaan pembiayaan dan risiko, yaitu sebagai

berikut:

1. Pemenuhan dukungan dan jaminan pemerintah terhadap proyek KPS infrastruktur prioritas;

2. Pengendalian rasio utang terhadap Produk Domestik Bruto (PDB);

3. Utang baru hanya digunakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah yang produktif.

B. Arah Kebijakan dan Strategi Kementerian Keuangan

Berdasarkan arah kebijakan dan strategi nasional di atas, kebijakan yang dilakukan Kementerian

Keuangan dalam pembiayaan negara adalah:

a. Kebijakan pemanfaatan utang secara terukur dengan memperhatikan batasan defisit dan

kebutuhan investasi untuk mendukung kesinambungan fiskal dan mendorong pertumbuhan

ekonomi.

b. Kebijakan Pengelolaan SBN

1. Kebijakan pengelolaan SBN domestik

a) Pengembangan pasar perdana SBN, antara lain dengan memaksimalkan penerbitan

di pasar domestik, meningkatkan transparansi dan prediktabilitas jadwal dan target

lelang penerbitan, meningkatkan kualitas penetapan seri benchmark, dan

meningkatkan koordinasi jadwal dan besaran target dengan BI terkait jumlah likuiditas

pasar domestik.

b) Pengembangan pasar sekunder SBN, antara lain dengan mengoptimalkan peran dan

kapasitas dealer utama (primary dealers), meningkatkan likuiditas, dan memperkuat

bond stabilization framework (BSF).

c) Pengembangan instrumen SBN dan perluasan basis investor.

2. Kebijakan pengelolaan SBN valas antara lain dengan menerbitkan SBN valas secara

terukur dan mempertimbangkan pengelolaan portofolio utang, termasuk untuk mendukung

penerapan ALM negara.

c. Kebijakan Pengelolaan Pinjaman antara lain:

1. Pemanfaatan pinjaman untuk membiayai pembangunan infrastruktur dan energi,

membiayai pembelian barang yang belum dapat diproduksi di dalam negeri dalam rangka

alih teknologi, dan mendukung fleksibilitas pembiayaan utang.

2. Meningkatkan kualitas persiapan kegiatan, pengadaan pinjaman, dan kinerja pemanfaatan

pinjaman.

d. Kebijakan pengelolaan kewajiban penjaminan terutama bertujuan untuk mitigasi risiko

penjaminan Pemerintah melalui penerbitan benchmark pinjaman, melakukan evaluasi

kelayakan proyek dan perjanjian kerjasama, dan melakukan monitoring serta evaluasi atas

kinerja (performance) proyek dan kondisi keuangan pihak terjamin.

e. Kebijakan pengelolaan risiko utang untuk mencapai target indikator risiko yang optimal

melalui re-profiling utang dan pemanfaatan transaksi derivatif.

Page 112: Rencana Strategis Tahun 2015-2019 Direktorat Jenderal ... DJPPR 2015... · KEDUA : Renstra Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko berisi Visi, Misi, Tujuan, Strategi,

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko 2015-2019

99

Adanya berbagai pilihan sumber-sumber pembiayaan anggaran tersebut mendorong perlunya

disusun kebijakan pengelolaan dan strategi dalam memanfaatkan sumber pembiayaan secara

hati-hati dan terukur, dengan mempertimbangkan efisiensi biaya, kemampuan penyediaan dana,

dan dampaknya pada masa yang akan datang. Dalam melakukan pemilihan dari berbagai

alternatif sumber-sumber pembiayaan tersebut, diupayakan dengan terlebih dahulu

mengoptimalkan sumber pembiayaan non-utang. Dengan demikian, sumber pembiayaan yang

berasal dari utang dipilih sebagai alternatif terakhir pemenuhan defisit anggaran, mengingat

adanya biaya dan risiko yang melekat dalam sumber pembiayaan utang. Dengan semakin

terbatasnya sumber-sumber pemenuhan pembiayaan nonutang, maka saat ini sumber

pembiayaan defisit yang utama berasal dari utang.

Dalam rangka diversifikasi berbagai jenis instrumen utang, pemerintah telah menerbitkan

Surat Berharga Syariah Negara Berbasis Proyek (Project Based Sukuk) yang selanjutnya disebut

SBSN PBS yakni sumber pendanaan melalui penerbitan SBSN untuk membiayai, kegiatan

tertentu yang dilaksanakan oleh Kementerian Negara/Lembaga. Adapun keunggulan pembiayaan

proyek melalui SBSN-PBS antara lain sebagai berikut:

a. Pendanaan bersumber dari pasar keuangan sehingga jumlah pembiayaan dapat lebih besar.

b. Jangka waktu atau tenor dapat lebih panjang dibandingkan dari pembiayaan melalui pinjaman

/utang luar negeri.

c. Waktu penerbitan / penyediaan dana yang lebih fleksible, sehingga dapat mendukung

kesinambungan pelaksanaan proyek/kegiatan.

d. Tingkat yield lebih kompetitif.

e. Pilihan mata uang atau currency lebih luas, dapat dalam bentuk Rupiah maupun valuta asing.

f. Basis investor lebih luas, meliputi investor domestik maupun internasional, baik syariah

maupun konvensional

Namun demikian, dalam pelaksanaannya, pemerintah tetap mengedepankan pertimbangan

efisiensi biaya, kemampuan penyediaan dana, dan dampaknya pada masa yang akan datang.

Peningkatan pengelolaan pinjaman pemerintah diarahkan untuk menurunkan stok pinjaman luar

negeri, tidak saja relatif terhadap PDB, tetapi juga secara absolut. Sementara itu, untuk pinjaman

dalam negeri, terutama melalui penerbitan surat berharga negara, diupayakan tetap adanya ruang

gerak yang cukup pada sektor swasta.

Sumber pembiayaan luar negeri, baik berupa hibah maupun pinjaman luar negeri (PHLN), terus

diupayakan dengan tetap mengutamakan kedaulatan dan kepentingan nasional serta

meningkatkan efektivitas pemanfaatannya sesuai prioritas pembangunan nasional. Pemanfaatan

PHLN harus dilihat tidak hanya dari sisi pendanaan tetapi juga sebagai sarana untuk bertukar

informasi dan pembelajaran dalam rangka memperkuat dan menyempurnakan sistema

perencanaan, anggaran, pengadaan, pemantauan dan evaluasi nasional serta kapasitas

kelembagaan dan sumber daya manusia.

Kebijakan yang ditetapkan Kementerian Keuangan di bidang pembiayaan negara di atas,

dimaksudkan untuk mendukung strategi nasional dalam pembiayaan negara, sebagai berikut:

a. Pengendalian rasio utang terhadap PDB.

Page 113: Rencana Strategis Tahun 2015-2019 Direktorat Jenderal ... DJPPR 2015... · KEDUA : Renstra Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko berisi Visi, Misi, Tujuan, Strategi,

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko 2015-2019

100

b. Optimalisasi pemanfaatan utang.

c. Mengutamakan pembiayaan yang berasal dari pasar domestik.

d. Pengelolaan risiko penjaminan yang prudent.

3.2 Arah Kebijakan dan Strategi Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko

A. Arah Kebijakan Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko

1) Kebijakan Pengelolaan SBN

Kebijakan pengelolaan SBN dibagi untuk pengelolaan SBN domestik, pengelolaan SBN

valas, dan tambahan arahan khusus SBSN.

1.1. Kebijakan pengelolaan SBN domestik

a. Pengembangan pasar perdana SBN

1) Memaksimalkan penerbitan di pasar domestik, terutama penerbitan SBN seri

benchmark.

2) Meningkatkan transparansi dan prediktabilitas jadwal dan target lelang penerbitan,

antara lain:

a) mengoptimalkan publikasi dan jadwal lelang penerbitan;

b) konsistensi target dan realisasi penerbitan menuju lelang berdasarkan target

(target based auction), dimana Pemerintah bertindak sebagai price taker.

3) Mengoptimalkan metode penerbitan, antara lain:

a) pengembangan jalur distribusi SBN ritel;

b) pemanfaatan opsi green shoe;

c) private placement secara selektif, khususnya bagi investor jangka panjang

yang penempatan investasi utamanya dalam SBN dan/atau pada saat likuiditas

kering.

4) Meningkatkan kualitas penetapan seri benchmark

Tenor dan jumlah seri benchmark mempertimbangkan likuiditas dan preferensi

investor serta kebutuhan pengelolaan risiko utang. Tenor seri benchmark adalah 5

(lima) tahun, 10 (sepuluh) tahun, 15 (lima belas) tahun, dan 20 (dua puluh) tahun

dengan range ± 1 (satu) tahun. Jumlah penerbitan masing-masing seri benchmark

diupayakan meningkat hingga mencapai jumlah yang likuid sebagaimana

ditetapkan dalam strategi pembiayaan tahunan dan/atau strategi operasional.

5) Meningkatkan koordinasi jadwal dan besaran target dengan BI terkait jumlah

likuiditas pasar domestik.

b. Pengembangan pasar sekunder SBN

1. Mengoptimalkan peran dan kapasitas dealer utama (primary dealers), diantaranya

melalui revisi peraturan terkait dealer utama dan menyempurnakan sistem

evaluasi kinerja dealer utama yang berkelanjutan;

Page 114: Rencana Strategis Tahun 2015-2019 Direktorat Jenderal ... DJPPR 2015... · KEDUA : Renstra Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko berisi Visi, Misi, Tujuan, Strategi,

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko 2015-2019

101

a) Meningkatkan likuiditas pasar sekunder SBN domestik melalui:

b) pengembangan pasar repo dan derivatif yang memakai SBN sebagai

underlying instrument;

c) pengembangan produk government bonds future (GBF);

d) pembelian kembali seri-seri SBN yang tidak likuid dan/atau penukaran seri-

seri SBN yang tidak likuid dengan SBN seri benchmark

2. Memperkuat bond stabilization framework (BSF) melalui review cakupan dan

mekanisme operasionalnya;

3. Menyempurnakan electronic trading platform, khususnya trading platform untuk

dealer utama yang memungkinkan kuotasi Dealer Utama dapat dieksekusi dan

trading platform untuk obligasi ritel (modified exchange);

4. Membentuk pro-active investor relations dengan:

a) membentuk dedicated investor relations team;

b) menentukan dan menyusun database target investor;

c) menentukan strategi komunikasi dengan investor, termasuk diantaranya

menyiapkan jadwal roadshow secara regular di dalam dan luar negeri.

5. Melakukan konsolidasi SUN-SUN seri benchmark;

6. Meningkatkan partisipasi investor domestik di pasar SUN.

c. Pengembangan instrumen SBN, antara lain melalui kajian berkaitan dengan

pengembangan instrumen maupun pasar SBN.

1.2 Kebijakan pengelolaan SBN valas

a. Menerbitkan SBN valas secara terukur dan sebagai pelengkap:

1) menjamin pemenuhan pembiayaan APBN tanpa menimbulkan crowding out di

pasar domestik;

2) menurunkan tingkat biaya portofolio utang pada tingkat risiko yang terkendali;

3) memberikan benchmark yield bagi sektor korporasi/swasta.

b. Mempertimbangkan pengelolaan portofolio utang, termasuk untuk mendukung

penerapan ALM negara;

c. Mengembangkan penerbitan SBN valas di berbagai pasar untuk mengantisipasi kondisi ketidakpastian di pasar tertentu dan memperoleh alternatif biaya utang yang lebih kompetitif:

1. melanjutkan penerbitan SBN valas sesuai dengan kebutuhan dan kewajaran biaya utang;

2. penerbitan SBN valas diutamakan dalam hard currency, dalam hal penerbitan dilakukan di luar hard currency perlu diupayakan mekanisme swap;

3. mengembangkan akses ke pasar keuangan Jepang melalui penerbitan samurai

bonds tanpa garansi JBIC.

Page 115: Rencana Strategis Tahun 2015-2019 Direktorat Jenderal ... DJPPR 2015... · KEDUA : Renstra Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko berisi Visi, Misi, Tujuan, Strategi,

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko 2015-2019

102

1.3. Tambahan arahan khusus SBSN

Khusus untuk pengelolaan SBSN/Sukuk, ditetapkan tambahan arahan sebagai berikut:

a. Melakukan lelang penerbitan SBSN secara konsisten untuk memastikan

ketersediaan SBSN yang cukup di pasar domestik;

b. Melanjutkan kajian tentang pendirian dealer utama untuk peserta lelang SBSN

secara bertahap;

c. Mengupayakan peningkatan pemahaman pelaku pasar mengenai instrumen SBSN;

d. Mengkaji upaya peningkatan minat investor;

e. Optimalisasi pembiayaan proyek melalui SBSN PBS.

2) Kebijakan Pengelolaan Pinjaman

1. Kebijakan pengelolaan pinjaman luar negeri

a) Pengendalian pinjaman luar negeri melalui kebijakan negative net flow secara

konsisten.

b) Pengadaan pinjaman kegiatan bertujuan untuk membiayai pengeluaran pemerintah

yang produktif, dalam rangka meningkatkan potensi output yang memberikan dampak

multiplier tinggi di masa yang akan datang.

c) Meningkatkan kualitas persiapan kegiatan dan pengadaan pinjaman luar negeri:

1) Meningkatkan peran serta dalam penyusunan dokumen kerjasama dengan lender

untuk menghindari terjadinya pengadaan pinjaman luar negeri yang didikte oleh

lender (lender-driven).

2) Negosiasi pinjaman luar negeri hanya dilakukan setelah terpenuhinya seluruh

kriteria kesiapan (readiness criteria) dari kegiatan yang akan dibiayai dengan

pinjaman luar negeri.

3) Menetapkan syarat dan ketentuan (terms and conditions) pinjaman luar negeri

yang sesuai dengan target risiko dan biaya utang.

d) Pinjaman luar negeri tunai/program dilakukan secara selektif, antara lain dalam rangka

mendukung fleksibilitas pembiayaan utang;

e) Meningkatkan kinerja pemanfaatan pinjaman luar negeri:

1) Mengoptimalkan monitoring dan evaluasi pemanfaatan pinjaman luar negeri untuk

memastikan penarikan pinjaman luar negeri sesuai jadwal.

2) Mengambil langkah penanganan atas kegiatan yang bermasalah dan berdampak

signifikan terhadap APBN berdasarkan hasil monitoring.

3) Meningkatkan koordinasi antar unit terkait dalam penganggaran serta monitoring

dan evaluasi pinjaman luar negeri.

4) Meningkatkan kualitas data pinjaman luar negeri.

2. Kebijakan pengelolaan pinjaman dalam negeri

Page 116: Rencana Strategis Tahun 2015-2019 Direktorat Jenderal ... DJPPR 2015... · KEDUA : Renstra Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko berisi Visi, Misi, Tujuan, Strategi,

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko 2015-2019

103

a. Mengoptimalkan pemanfaatan pinjaman dalam negeri

1) Meningkatkan besaran pinjaman dalam negeri sesuai dengan kebutuhan.

2) Memperluas sasaran sektor kegiatan sesuai dengan kapasitas industri dalam

negeri.

3) Optimalisasi kapasitas sumber pembiayaan domestik.

b. Meningkatkan kualitas persiapan kegiatan dan pengadaan pinjaman dalam negeri

1) Perencanaan kegiatan dilaksanakan secara sangat selektif dan hati-hati serta

melalui koordinasi yang intensif antar pemangku kepentingan.

2) Memastikan terpenuhinya kriteria kesiapan kegiatan sebelum proses pengadaan

pinjaman dalam negeri.

3) Menetapkan terms and conditions pinjaman dalam negeri yang sesuai dengan

target risiko dan biaya utang.

c. Meningkatkan kinerja pemanfaatan pinjaman dalam negeri

1) Mengoptimalkan monitoring dan evaluasi pemanfaatan pinjaman dalam negeri

untuk memastikan penarikan pinjaman dalam negeri sesuai jadwal.

2) Mengambil langkah-langkah proaktif dalam menangani slow disbursement.

3) Meningkatkan koordinasi antarunit terkait dalam penganggaran serta monitoring

dan evaluasi pinjaman dalam negeri.

4) Meningkatkan kualitas data pinjaman dalam negeri.

3) Kebijakan Pengelolaan Kewajiban Penjaminan

Selain kebijakan dalam pengelolaan SBN dan pinjaman di atas, ditetapkan pula kebijakan

pengelolaan kewajiban penjaminan, yang terdiri atas rangkaian kegiatan berikut:

a. Mitigasi Risiko Penjaminan Pemerintah

Mitigasi risiko ditujukan untuk meminimalkan risiko fiskal dan risiko terjadinya gagal

bayar (default), yang dilakukan pada tahap evaluasi atas usulan penerbitan penjaminan

Pemerintah. Kebijakan ini diwujudkan untuk program FTP 1, FTP 2, penyediaan air

minum, dan infrastruktur melalui skema KPS, sebagai berikut:

1) Menerbitkan benchmark pinjaman

Penerbitan benchmark pinjaman dilakukan secara reguler dengan

mempertimbangkan kondisi pasar keuangan. Benchmark ini akan digunakan oleh

PT.PLN sebagai acuan dalam melakukan negosiasi harga pinjaman (pricing) dengan

kreditur, dan digunakan oleh Menteri Keuangan sebagai acuan dalam menyetujui

harga pinjaman dimaksud. Di samping itu, benchmark juga digunakan untuk acuan

persetujuan jika terdapat permintaan perubahan tingkat suku bunga oleh pihak

kreditur misalnya karena ada perpanjangan masa penarikan pinjaman (availability

period).

2) Melakukan evaluasi kelayakan proyek dan perjanjian kerjasama

Page 117: Rencana Strategis Tahun 2015-2019 Direktorat Jenderal ... DJPPR 2015... · KEDUA : Renstra Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko berisi Visi, Misi, Tujuan, Strategi,

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko 2015-2019

104

Evaluasi kelayakan yang dilakukan antara lain reviu atas model keuangan

(financial model) proyek dan perjanjian kerjasama dengan tujuan:

a. memastikan proyek layak secara finansial;

b. menentukan jangka waktu penjaminan;

c. menentukan kewajiban finansial yang layak dijamin dan struktur transaksi dalam

perjanjian kerjasama;

d. meminimalkan risiko fiskal terkait substansi dalam klausul perjanjian kerjasama.

Dalam struktur transaksi pada perjanjian kerjasama program FTP 2 dan KPS,

diupayakan agar penyelesaian lahan yang selama ini menjadi kendala dapat

diselesaikan terlebih dahulu oleh PLN atau Penanggung Jawab Proyek

Kerjasama yaitu K/L, Pemerintah Daerah, BUMN/BUMD. Proses pembebasan

lahannya mengacu pada Undang-undang mengenai pengadaan tanah untuk

kepentingan umum. Sedangkan dalam perjanjian penjaminan, diupayakan bahwa

pembebasan lahan sebagai salah satu persyaratan efektifnya penjaminan.

3) Melakukan monitoring dan evaluasi atas kinerja (performance) proyek dan kondisi

keuangan pihak terjamin;

4) Pengembangan metodologi internal credit rating;

5) Saat ini sedang kembangkan metodologi penilaian risiko default dari pihak terjamin

dengan menggunakan pendekatan asesmen credit rating internal yang dilakukan

sendiri oleh DJPPR. Melalui metode internal credit rating dapat diprediksi probabilitas

terjadinya default dari pihak terjamin serta dapat diketahui faktor-faktor utama yang

mempengaruhi kemungkinan default tersebut. Berdasarkan asesment tersebut

DJPPR diharapkan dapat mengelola dan melakukan mitigasi risiko yang timbul dari

penjaminan pemerintah dengan lebih baik.

b. Menyusun Prinsip Umum Penjaminan

Prinsip umum ini sebagai acuan bagi seluruh K/L dalam mengajukan program yang

memerlukan penjaminan, dan acuan bagi Kementerian Keuangan dalam memutuskan

apakah usulan program dimaksud dapat diberikan jaminan atau tidak. Beberapa prinsip

umum penjaminan antara lain:

1) Pemberian jaminan harus sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

2) Penerbitan jaminan Pemerintah harus memenuhi prinsip transparansi, akuntabilitas

dan kehati-hatian.

3) Jumlah jaminan Pemerintah tidak boleh melebihi batas maksimal penjaminan.

4) Jaminan Pemerintah diberikan kepada proyek yang memenuhi persyaratan

kelayakan secara finansial.

5) Pemerintah dapat mengenakan biaya (fee) atas penjaminan dalam rangka

mengurangi biaya dan risiko dari pemberian jaminan.

Page 118: Rencana Strategis Tahun 2015-2019 Direktorat Jenderal ... DJPPR 2015... · KEDUA : Renstra Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko berisi Visi, Misi, Tujuan, Strategi,

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko 2015-2019

105

6) Pemerintah dapat meminta entitas terjamin untuk memberi jaminan termasuk dalam

bentuk rekening penampungan (escrow account) sebesar 1 (satu) kali pembayaran,

guna menjamin ketersediaan dana pembayaran kewajiban.

c. Menyusun/menyempurnakan peraturan perundang-undangan terkait penjaminan sebagai

landasan hukum bagi pengelolaan jaminan Pemerintah yang efektif dan efisien.

d. Menghentikan kebijakan pemberian jaminan Pemerintah yang bersifat penjaminan penuh

(blanket guarantee), seperti penerbitan support letter untuk proyek-proyek Independent

Power Producer (IPP) PT PLN.

4) Kebijakan Pengelolaan Risiko Keuangan Negara

Dalam pengelolaan risiko keuangan negara, beberapa kebijakan yang akan dilaksanakan

sebagai berikut:

a. Mitigasi Risiko APBN

1) Melakukan mitigasi risiko atas pemberian dukungan dan/atau jaminan atas penugasan

pemerintah untuk pembangunan infrastruktur sehingga menjadi efektif dan efisien

serta tepat sasaran sesuai dengan arah program percepatan pembangunan

infrastruktur melalui pengelolaan risiko keuangan negara.

Beberapa mitigasi risiko yang sudah dan sedang dilaksanakan antara lain:

a) memastikan pemberian jaminan pemerintah yang terukur atas besaran dan jangka

waktunya

b) memastikan struktur penjaminan yang bankable

c) melakukan pemantauan risiko dalam rangka meminimalisir probabilitas terjadinya

default

2) Melakukan mitigasi risiko yang berasal dari implementasi program jaminan kesehatan

dan program jaminan ketenagakerjaan SJSN dalam rangka menjaga kesinambungan

program SJSN dan mendukung kesinambungan APBN.

Beberapa mitigasi risiko yang sudah dan sedang dilaksanakan antara lain:

a) menyusun disain besaran iuran dan manfaat program jaminan kesehatan dan

program jaminan ketenagakerjaan SJSN

b) melakukan pemantauan dan evaluasi ketahanan dana jaminan sosial kesehatan

dan dana jaminan sosial ketenagakerjaan

3) Mitigasi risiko politik dan tuntutan hukum

Melakukan mitigasi risiko yang bersumber dari risiko politik dan risiko tuntutan hukum

dalam rangka pengelolaan keuangan negara yang efektif, efisien, dan

bertanggungjawab.

Beberapa mitigasi risiko yang sudah dan sedang dilaksanakan antara lain:

a) melakukan identifikasi dan mitigasi atas sumber risiko politik

b) melakukan inventarisasi dan menyusun database tuntutan hukum terhadap K/L

Page 119: Rencana Strategis Tahun 2015-2019 Direktorat Jenderal ... DJPPR 2015... · KEDUA : Renstra Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko berisi Visi, Misi, Tujuan, Strategi,

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko 2015-2019

106

c) melakukan koordinasi dengan Mahkamah Agung dan instansi terkait penegakan

hukum lainnya

b. Mitigasi Risiko BUMN

1) Mitigasi risiko bersumber dari skema Public Service Obligation (PSO)

Melakukan mitigasi risiko atas potensi membengkaknya subsidi yang berasal dari

BUMN yang melaksanakan PSO dalam rangka tercapainya peran fiskal dan

pengelolaan keuangan negara yang efektif, efisien, dan bertanggungjawab.

Beberapa upaya mitigasi yang sudah dan sedang berjalan untuk memastikan

terkendalinya risiko atas pelaksanaan PSO antara lain:

a) Pemantauan rutin cash flow PT PLN (persero)

b) Pemberian margin dan tambahan modal pada BUMN pelaksana PSO

c) Pengembangan skema subsidi dengan pendekatan Performance Based

Regulatory

d) Pemantauan pelaksanaan program KUR

e) Pengembangan instrumen fiskal untuk pelaksanaan program asuransi pertanian.

2) Mitigasi risiko penugasan non-PSO dan Investasi pada BUMN

Melakukan mitigasi risiko atas pelaksanaan penugasan non-PSO dan Investasi pada

BUMN dalam rangka tercapainya peran fiskal dan pengelolaan keuangan negara

yang efektif, efisien, dan bertanggungjawab.

Beberapa upaya mitigasi yang sudah dan sedang berjalan untuk memastikan

terkendalinya risiko atas pelaksanaan penugasan non-PSO dan investasi pada

BUMN antara lain:

a) Kajian analisis risiko atas program restrukturisasi dan privatisasi BUMN

b) Kajian analisis risiko atas rencana PMN kepada BUMN

3) Mitigasi risiko pinjaman BUMN

Melakukan mitigasi risiko atas potensi default pinjaman yang berasal dari BUMN

dalam pengembangan usaha serta percepatan pembangunan infrastruktur yang

dilakukan oleh BUMN dalam rangka tercapainya peran fiskal dan pengelolaan

keuangan negara yang efektif, efisien, dan bertanggungjawab.

Beberapa upaya mitigasi yang sudah dan sedang berjalan untuk memastikan

terkendalinya risiko atas pelaksanaan PSO antara lain:

a) Pemantauan rutin pinjaman BUMN-BUMN besar dan pelaksana penugasan PSO

b) Kajian analisis risiko atas permohonan persetujuan Pinjaman Komersial Luar

Negeri (PKLN)

c) Pengembangan skema pinjaman langsung (direct lending) dalam rangka

penyediaan sumber investasi dan pendanaan invrastruktur yang murah dan

kredibel.

Page 120: Rencana Strategis Tahun 2015-2019 Direktorat Jenderal ... DJPPR 2015... · KEDUA : Renstra Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko berisi Visi, Misi, Tujuan, Strategi,

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko 2015-2019

107

c. Mitigasi Risiko Lembaga Keuangan dan Instrumen Mitigasi Risiko

1) Mitigasi Risiko Lembaga Keuangan

Melakukan mitigasi risiko keuangan negara yang bersumber dari Lembaga Keuangan

yang dibentuk oleh Pemerintah dengan cara meningkatkan efektifitas penggunaan

dana APBN dan penguatan peran fiskal Lembaga Keuangan untuk mencapai target

pembangunan melalui sektor tertentu.

Beberapa upaya mitigasi yang sudah dan sedang berjalan untuk memastikan

terkendalinya risiko atas peran fiskal Lembaga Keuangan antara lain:

a) Penyusunan IKU non-finansial/fiskal Direktur Eksekutif dan Direktur Pelaksana

pada pembahasan RKAT LPEI,

b) Penguatan peran BLU-FLPP dalam mendukung pengurangan back-log

perumahan penduduk.

c) Penguatan peran fiskal Sarana Multigriya Finansial dalam mendukung

pengadaan perumahan dan tempat tinggal yang terjangkau bagi Masyarakat

Berpenghasilan Rendah.

d) Pemantauan kebutuhan modal Bank Indonesia,

e) Pemantauan kebutuhan modal Lembaga Penjamin Simpanan,

f) Penyusunan RPMK Penugasan Khusus Ekspor dan PerPres tentang Kebijakan

Dasar Pembiayaan Ekspor Nasional.

2) Penyusunan Instrumen Mitigasi Risiko

Penyusunan kebutuhan, analisis, penyiapan, dan evaluasi instrumen mitigasi risiko;

serta pemantauan dan reviu terhadap instrumen mitigasi risiko.

Beberapa instrumen mitigasi risiko yang telah disusun antara lain:

a) Hedging harga minyak

b) Asuransi bencana

c) Asuransi pertanian

d) Penjaminan program Kredit Usaha Rakyat

3) Peraturan Mitigasi Risiko

Penyiapan bahan penelaahan aspek hukum, penyusunan rancangan peraturan, dan

kodifikasi peraturan di bidang pengelolaan risiko keuangan negara.

d. Pengelolaan Risiko Aset dan Kewajiban Negara

1) Analisis Struktur Aset dan Kewajiban Pemerintah

Melakukan mitigasi risiko keuangan negara yang bersumber dari aset dan kewajiban

pemerintah, Bank Indonesia, dan BUMN.

Beberapa upaya mitigasi yang akan dilaksanakan untuk memastikan terkendalinya

risiko antara lain:

Page 121: Rencana Strategis Tahun 2015-2019 Direktorat Jenderal ... DJPPR 2015... · KEDUA : Renstra Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko berisi Visi, Misi, Tujuan, Strategi,

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko 2015-2019

108

a) Melaksanakan analisis terhadap struktur aset dan kewajiban dalam neraca

keuangan pemerintah

b) Menyusun rekomendasi mitigasi risiko terhadap laporan keuangan konsolidasi

negara (laporan keuangan gabungan antara Pemerintah Pusat, BUMN,

Pemerintah Daerah, dan Bank Indonesia)

c) Melakukan fungsi koordinasi dengan pihak-pihak terkait dalam rangka

pengelolaan ALM Kementerian Keuangan dan negara, serta pengembangan

konsep ALM

2) Risiko Aset dan Kewajiban Lintas Generasi

Melakukan asessment dan identifikasi risiko keuangan negara yang bersumber dari

aset dan kewajiban pemerintah yang bersifat jangka panjang (lintas generasi).

Beberapa upaya mitigasi yang akan dilaksanakan untuk memastikan terkendalinya

risiko antara lain:

a) Melaksanakan analisis sensitivitas aset dan kewajiban

b) Melakukan stress-test dan analisis aset dan kewajiban berdasarkan fair market

value untuk mengidentifikasi, mengukur, dan menyusun rekomendasi mitigasi

risiko terhadap demografi, perubahan lingkungan dan lintas generasi

B. Strategi Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko

Guna mendukung arah kebijakan DJPPR yang telah ditetapkan di atas, dengan mengacu

pada tujuan dan fokus pengelolaan utang serta hasil analisis risiko dan biaya, ditetapkan strategi

pengelolaan utang jangka menengah sebagai berikut:

1. Mengoptimalkan potensi pendanaan utang dari sumber dalam negeri dan memanfaatkan

sumber utang dari luar negeri sebagai pelengkap.

2. Melakukan pengembangan dan pendalaman pasar SBN.

3. Memanfaatkan fleksibilitas pembiayaan utang untuk menjamin terpenuhinya pembiayaan

APBN dengan biaya dan risiko yang optimal.

4. Memaksimalkan pemanfaatan pinjaman, terutama untuk pembangunan Infrastruktur.

5. Melakukan pengelolaan utang secara aktif dalam kerangka ALM negara .

6. Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas.

7. Menyusun rekomendasi mitigasi risiko keuangan negara yang diterima/ditetapkan Menteri

Keuangan.

Untuk menetapkan strategi, dilakukan analisis dengan mempertimbangkan beberapa faktor

input seperti data utang dan asumsi makro, hasil evaluasi pengelolaan utang, tujuan dan fokus

pengelolaan utang, serta komposisi instrumen utang baru yang akan diterbitkan. Proses analisis

meliputi:

a. Indikator Portofolio Utang

Berdasarkan signifikansi pengaruh faktor input, indikator portofolio utang dapat dibagi

menjadi indikator risiko utang dan indikator risiko kesinambungan fiskal.

Page 122: Rencana Strategis Tahun 2015-2019 Direktorat Jenderal ... DJPPR 2015... · KEDUA : Renstra Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko berisi Visi, Misi, Tujuan, Strategi,

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko 2015-2019

109

1. Indikator risiko utang

Indikator risiko utang meliputi risiko nilai tukar, risiko tingkat bunga, dan risiko

pembiayaan kembali (refinancing). Faktor input yang sangat mempengaruhi indikator

risiko utang adalah perubahan komposisi instrumen baru yang akan diterbitkan atau

ditarik untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan.

Indikator risiko utang yang menjadi target SPUN 2014-2017 meliputi:

a. Rasio utang valas terhadap total utang;

b. Rasio utang tingkat bunga tetap terhadap total utang;

c. Rasio utang jatuh tempo dalam 3 (tiga) tahun terhadap total utang;

d. Average Time to Maturity (ATM).

2. Indikator risiko kesinambungan fiskal

Indikator risiko kesinambungan fiskal meliputi rasio utang terhadap PDB, rasio

pembayaran bunga utang terhadap PDB, dan rasio SBN tradable terhadap PDB. Faktor

input yang sangat mempengaruhi indikator risiko kesinambungan fiskal adalah

perubahan kebutuhan pembiayaan utang dan perubahan asumsi makro ekonomi.

Indikator kesinambungan fiskal ini dimonitor untuk melihat perkembangan risikofiskal

yang berkaitan dengan pengelolaan utang. Indikator kesinambungan fiskal yang

dimonitor meliputi:

a. Rasio utang terhadap PDB;

b. Rasio pembayaran bunga utang terhadap PDB;

c. Rasio SBN tradable terhadap PDB.

Untuk mengakomodasi perubahan kebutuhan pembiayaan utang, perubahan

asumsi makro ekonomi, dan ketidakpastian kondisi pasar keuangan, target indikator

risiko utang akan diberikan toleransi berupa range dengan nilai tertentu. Sedangkan

terhadap indikator kesinambungan fiskal yang dimonitor, khususnya rasio utang

terhadap PDB akan ditambahkan sensitivitas untuk mengukur dampak dari perubahan

faktor input terhadap indikator tersebut.

b. Kriteria Strategi (Komposisi Penerbitan/Penarikan Utang Baru) Terbaik

Analisis biaya dan risiko dilakukan terhadap beberapa alternatif strategi berdasarkan

komposisi penerbitan/penarikan utang baru dalam berbagai mata uang, tenor, jenis

instrumen utang, dan jenis bunga. Dengan menggunakan faktor input yang sama terhadap

seluruh alternatif strategi, dipilih strategi terbaik berdasarkan kriteria berikut ini:

1. memberikan indikator portofolio utang yang terbaik;

2. mengoptimalkan sumber utang domestik;

3. berdampak maksimal bagi pengembangan pasar SBN domestik melalui penambahan

porsi SBN tradable di pasar domestik;

4. paling realistis dan mudah implementasinya berdasarkan kondisi terkini;

Page 123: Rencana Strategis Tahun 2015-2019 Direktorat Jenderal ... DJPPR 2015... · KEDUA : Renstra Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko berisi Visi, Misi, Tujuan, Strategi,

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko 2015-2019

110

5. bersifat netral dan selaras dengan kebijakan moneter Bank Indonesia;

6. memberikan ruang untuk merubah komposisi instrumen utang apabila diperlukan

fleksibilitas pemenuhan target pembiayaan utang.

c. Pemilihan Strategi (Komposisi Penerbitan/Penarikan Utang Baru) Terbaik

Berdasarkan kriteria diatas, dilakukan pemilihan strategi terbaik yang memberikan

risiko dan biaya yang paling efisien. Indikator risiko yang diperhitungkan terutama adalah

indikator risiko utang yang menjadi target SPUN 2014-2017.

Komposisi penerbitan/penarikan utang pada tahun 2014-2017 dari hasil pemilihan

strategi terbaik disajikan pada tabel berikut.

Tabel III.1

Komposisi Penerbitan/Penarikan Utang Baru (dalam persen terhadap total gross utang baru)

Komposisi Utang Baru 2014 2015 2016 2017

Berdasarkan Mata Uang

Dalam Rupiah 70.0% 75.0% 75.0% 75.0%

Dalam Valuta Asing 30.0% 25.0% 25.0% 25.0%

Berdasarkan Jenis Bunga

Tingkat Bunga Menetap 95,5% 95,5% 94.0% 94.0%

Tingkat Bunga Mengambang 4.5% 4.5% 6.0% 6.0%

Berdasarkan Tenor

Tenor Menengah Panjang (> 3 tahun) 86.0% 85.0% 85.0% 85.0%

Tenor Pendek (≤ 3 tahun) 14.0% 15.0% 15.0% 15.0%

Adapun komposisi instrumen yang akan diterbitkan/ditarik antara lain meliputi:

1. SBN domestik dengan kelompok (bucket) tenor 1 (satu), 5 (lima), 10 (sepuluh), dan 20

(dua puluh) tahun.

2. SBN valas baru diutamakan dalam mata uang USD.

3. Pinjaman luar negeri baru diutamakan dalam mata uang USD.

Penyesuaian bucket tenor dan jenis mata uang dapat dilakukan, sepanjang memberikan

risiko dan biaya yang lebih baik, memenuhi kebutuhan ALM Negara, dan/atau diproteksi

melalui transaksi lindung nilai (hedging).

Page 124: Rencana Strategis Tahun 2015-2019 Direktorat Jenderal ... DJPPR 2015... · KEDUA : Renstra Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko berisi Visi, Misi, Tujuan, Strategi,

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko 2015-2019

111

d. Indikator Portofolio Utang Tahun 2014-2017

Berdasarkan strategi terpilih, indikator portofolio utang pada tahun 2014-2017 disajikan

pada tabel 4.2 dan tabel 4.3. Besaran indikator tersebut merupakan batasan portofolio utang

yang diupayakan untuk dicapai pada saat memenuhi target pembiayaan utang pada tahun

2014-2017. Tidak tercapainya target indikator ini dapat berdampak pada peningkatan beban

dan risiko utang pada APBN.

Tabel III.2

Indikator yang Menjadi Target

Indikator Ditargetkan Tahun Range

2014 2015 2016 2017

Rasio Utang Valas terhadap Total Utang (%) 42,0 41,0 40,0 39,0 ±2.0

Rasio Utang Tingkat Bunga Tetap terhadap Total Utang (%)

86,0 87,0 88,0 89,0 ±2.0

Rasio Utang Jatuh Tempo dalam 3 tahun terhadap Total Utang (%)

22,0 22,0 22,0 22,0 ±2.0

Average Time to Maturity (ATM) (thn) 9,5 9,5

9,0 9,0 ±0.5

Tabel III.3

Indikator untuk Dimonitor

Indikator untuk Dimonitor Tahun

2014 2015 2016 2017

Rasio Utang terhadap PDB (%) 24.0 25 24 23

Rasio Pembayaran Bunga Utang terhadap PDB (%) 1.2 1.2 1.2 1.2

Rasio SBN tradable terhadap PDB (%) 11.0 11.5 12.0 12.0

Untuk melengkapi indikator yang dimonitor, dilakukan pengukuran sensitivitas perubahan

berbagai data input dan asumsi makro terhadap rasio utang terhadap PDB. Perkembangan

sensitivitas tersebut mengindikasikan risiko kesinambungan fiskal yang berasal dari utang

semakin membaik sebagaimana tabel berikut ini.

Tabel III.4

Perkembangan Sensitivitas Rasio Utang terhadap PDB

Komponen 2008 2010 2013 2014 2017

Perubahan Nilai Tukar 20% ±3.44 ±2.43 ±2.20 ±2.06 ±1.77

Perubahan Pembiayaan Utang Rp. 50 triliun

±1.01 ±0.78 ±0.53 ±0.48 ±0.35

Perubahan PDB 2% ±0.65 ±0.51 ±0.48 ±0.47 ±0.43

Page 125: Rencana Strategis Tahun 2015-2019 Direktorat Jenderal ... DJPPR 2015... · KEDUA : Renstra Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko berisi Visi, Misi, Tujuan, Strategi,

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko 2015-2019

112

3.3 Muatan Renstra DJPPR Dalam Kerangka Kebijakan Nasional dan Kementerian

Sasaran Strategis yang ditetapkan DJPPR sejalan dengan kebijakan strategis nasional yang telah

diturunkan di level Kementerian Keuangan. Matriks hubungan antara beberapa kebijakan tersebut

dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel III.5

Muatan Renstra DJPPR 2015-2019 Dalam Kerangka Kebijakan Nasional dan Kementerian

No Sasaran Strategis

Kegiatan

Prioritas

Nasional sesuai

Nawa Cita

Kebijakan Kementerian

UIC

KSKK Transformasi

Kelembagaan

1

Pemanfatan

Pinjaman Luar

Negeri yang Selektif

Pengendalian

Rasio Utang

Terhadap Produk

Domestik Bruto

(PDB)

Pengurangan

Ketergantungan

Utang Dalam

APBN

Dit. PH

2

Peningkatan Kinerja

Pemanfaatan

Pinjaman Luar

Negeri

Pengendalian

Rasio Utang

Terhadap Produk

Domestik Bruto

(PDB)

Pengurangan

Ketergantungan

Utang Dalam

APBN

Dit. PH

3

Alignment

Pengadaan

Pinjaman Kegiatan

Dengan Siklus

APBN

Pengelolaan

Portofolio Utang

yang Optimal

Dit. PH

4

Pembiayaan yang

Aman Untuk

Mendukung

Kesinambungan

Fiskal melalui

Pengelolaan SUN

Pengendalian

Rasio Utang

Terhadap Produk

Domestik Bruto

(PDB)

Pengurangan

Ketergantungan

Utang Dalam

APBN

Dit. SUN

5

Pengelolaan SUN

yang Akuntabel dan

Kredibel

Pengendalian

Rasio Utang

Terhadap Produk

Domestik Bruto

(PDB)

Pengelolaan

Portofolio Utang

yang Optimal

IS ke-13

Meningkatkan

Kerangka Kerja

Stabilisasi

Obligasi Secara

Berkelanjutan

Dit. SUN

6

Pasar SUN yang

Likuid, Dalam dan

Stabil

Pengelolaan

Portofolio Utang

yang Optimal

IS ke-16

Mendukung OJK

Dalam

Mengembangkan

Dit. SUN

Page 126: Rencana Strategis Tahun 2015-2019 Direktorat Jenderal ... DJPPR 2015... · KEDUA : Renstra Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko berisi Visi, Misi, Tujuan, Strategi,

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko 2015-2019

113

No Sasaran Strategis

Kegiatan

Prioritas

Nasional sesuai

Nawa Cita

Kebijakan Kementerian

UIC

KSKK Transformasi

Kelembagaan

Pasar Repo yang

Likuid dan Dalam

7

Biaya dan Risiko

Portofolio SUN yang

Terkendali

Pengelolaan

Portofolio Utang

yang Optimal

IS ke-14

Konsolidasi

Benchmark SBN

Dit. SUN

8

Pembiayaan yang

aman untuk

mendukung

kesinambungan

fiskal melalui

pengelolaan SBSN

Pengendalian

Rasio Utang

Terhadap Produk

Domestik Bruto

(PDB)

Pengurangan

Ketergantungan

Utang Dalam

APBN

Dit. PS

9

Pasar SBSN yang

likuid, dalam dan

stabil.

Pengelolaan

Portofolio Utang

yang Optimal

Dit. PS

10

Biaya dan risiko

portofolio SBSN

yang terkendali

Dit. PS

11

Risiko Keuangan

Negara yang

Terkendali Untuk

Mendukung

Kesinambungan

Fiskal

IS ke-18

Tata Kelola

Risiko untuk

Keseluruhan

Sovereign Risk

Dit. PRKN

12

Pengembangan

Peran Fiskal dan

Mitigasi Risiko yang

Berasal dari

Lembaga Keuangan

Secara Bertahap

dan Tepat Sasaran

IS ke-20

Mengaktifkan

Pengelolaan

Risiko pada

Area-area Risiko

Utama

Dit. PRKN

13

Pengembangan

Kerangka Kerja

Risiko yang Holistik

Dengan Pendekatan

Neraca (Balance

Sheet Approach)

Untuk Mengagregasi

Data Risiko

Individual

IS ke-19

Kerangka Kerja

Sovereign Risk

yang Bersifat

Holistik

Dit. PRKN

14 Mewujudkan Pemenuhan Pengurangan Dit.

Page 127: Rencana Strategis Tahun 2015-2019 Direktorat Jenderal ... DJPPR 2015... · KEDUA : Renstra Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko berisi Visi, Misi, Tujuan, Strategi,

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko 2015-2019

114

No Sasaran Strategis

Kegiatan

Prioritas

Nasional sesuai

Nawa Cita

Kebijakan Kementerian

UIC

KSKK Transformasi

Kelembagaan

Pemberian

Dukungan

Pemerintah yang

Sesuai Kebutuhan

dan Terkendali

Dukungan dan

Jaminan

Pemerintah

Terhadap Proyek

KPS Infrastruktur

Prioritas

Ketergantungan

Utang Dalam

APBN

PDPPI

15

Pengelolaan

Dukungan

Pemerintah yang

Kredibel Dalam

Rangka Percepatan

Pembiayaan

Infrastruktur

Pemenuhan

Dukungan dan

Jaminan

Pemerintah

Terhadap Proyek

KPS Infrastruktur

Prioritas

Pengurangan

Ketergantungan

Utang Dalam

APBN

Dit.

PDPPI

16

Penyusunan

Kebijakan

Pengelolaan

Dukungan

Pemerintah dan

Pembiayaan

Infrastruktur yang

Berkualitas

Pemenuhan

Dukungan dan

Jaminan

Pemerintah

Terhadap Proyek

KPS Infrastruktur

Prioritas

Pengurangan

Ketergantungan

Utang Dalam

APBN

Dit.

PDPPI

17

Memenuhi Target

Pembiayaan Utang

Dengan Biaya dan

Risiko Optimal

Utang baru hanya

digunakan untuk

membiayai

pengeluaran

pemerintah yang

produktif

Pengelolaan

Portofolio Utang

yang Optimal

Dit. SPP

18 Mengelola Portofolio

Risiko Utang

Utang baru hanya

digunakan untuk

membiayai

pengeluaran

pemerintah yang

produktif

Pengelolaan

Portofolio Utang

yang Optimal

Dit. SPP

19

Mendukung

Pengembangan

Pasar SBN

Pengelolaan

Portofolio Utang

yang Optimal

Dit. SPP

20

Mengelola Risiko

Penjaminan

Pemerintah

Pengelolaan

Portofolio Utang

yang Optimal

Dit. SPP

21 Pelaksanaan Dit. EAS

Page 128: Rencana Strategis Tahun 2015-2019 Direktorat Jenderal ... DJPPR 2015... · KEDUA : Renstra Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko berisi Visi, Misi, Tujuan, Strategi,

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko 2015-2019

115

No Sasaran Strategis

Kegiatan

Prioritas

Nasional sesuai

Nawa Cita

Kebijakan Kementerian

UIC

KSKK Transformasi

Kelembagaan

evaluasi dan

setelmen

pembiayaan yang

transparan

22

Pelaksanaan

setelmen dan

akuntansi

pembiayaan yang

akuntabel dan

kredibel

Dit. EAS

23 Penatausahaan data

utang yang akurat Dit. EAS

24

Pemantauan dan

evaluasi kinerja

pinjaman dan hibah

yang efektif

Dit. EAS

25

Pengelolaan sistem

informasi yang

optimal

Dit. EAS

26

Pelaksanaan

evaluasi, akuntansi

dan setelmen

pembiayaan yang

taat prosedur

Dit. EAS

27

Menciptakan

Organisasi DJPPR

yang Kondusif

Bag. OTL

28 Mewujudkan SDM

yang Kompetitif Bag. SDM

29 Pengelolaan BMN

yang Akuntabel

Bag.

Umum

30

Pengelolaan

Anggaran yang

Optimal dan

Akuntabel

Bag. Keu

31

Sistem

Pengendalian yang

Optimal

Bag. KI

Page 129: Rencana Strategis Tahun 2015-2019 Direktorat Jenderal ... DJPPR 2015... · KEDUA : Renstra Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko berisi Visi, Misi, Tujuan, Strategi,

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko 2015-2019

116

3.4 KERANGKA REGULASI

Dalam mengimplementasikan beberapa Sasaran Strategis di atas, diperlukan rancangan

kerangka regulasi yang diharapkan dapat ditetapkan paling lambat akhir tahun 2019. Selama tahun

2015 – 2019, DJPPR hanya mentargetkan satu rancangan rugulasi, yaitu RPP Pemberian Hibah

kepada Pemerintah Asing/Lembaga Asing.

Sebagai bagian dari pelaksanaan amanah Pasal 23 ayat 1 UU No. 17 tentang Keuangan

Negara, dan Pasal 33 ayat 2 dan 3 UU No. 1 Tahun 2004, serta dalam rangka perbaikan Pengelolaan

Pemberian Hibah kepada Pemerintah Asing/Lembaga Asing, saat ini telah disusun Rancangan

Peraturan Pemerintah (RPP) mengenai Pemberian Hibah kepada Pemerintah Asing/Lembaga Asing

yang akan yang mencakup penganggaran, pelaksanaan, perjanjian hibah, pencatatan dan pelaporan

serta monitoring dan evaluasi. Target penyelesaian RPP tersebut selesai pada akhir tahun 2016.

Tabel III.6

Kerangka Regulasi yang Mendukung Sasaran Strategis DJPPR 2015-2019

No Sasaran Strategis Kerangka Regulasi UIC

1 Pemanfatan Pinjaman Luar Negeri yang

Selektif dan

RPP Pemberian Hibah kepada

Pemerintah Asing/Lembaga Asing

Dit. PH

3.5 KERANGKA KELEMBAGAAN

Dalam rangka mencapai visi, misi, dan strategi Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan

dan Risiko sebagaimana telah dijabarkan pada Bab sebelumnya, DJPPR harus didukung oleh

perangkat organisasi, proses bisnis/tata laksana, dan sumber daya manusia yang mampu

jmelaksanakan tugas yang dibebankan kepada DJPPR secara efektif dan efisien. Untuk itu agar

organisasi DJPPR senantiasa efektif dan efisien serta sesuai dengan kebutuhan pelaksaan tugas dan

tuntutan masyarakat maka kegiatan pengembangan dan penataan organisasi, proses bisnis/tata

laksana, dan sumber daya manusia mutlak dilaksanakan secara efektif, intensif, dan

berkesinambungan.

Dalam melakukan penataan kelembagaan dan pengelolaan sumber daya manusia, DJPPR

berpedoman kepada KMK Nomor 36/KMK.01/2014 Tentang Cetak Biru Program Transformasi

Kelembagaan Kementerian Keuangan Tahun 2014-2025 yang merupakan kelanjutan dan perbaikan

dari Reformasi Birokrasi yang sudah dimulai sejak tahun 2007. Dalam cetak biru ini dijelaskan visi

baru DJPPR yang akan diperjuangkan untuk diwujudkan di masa mendatang dan perubahan

kelembagaan yang dibutuhkan.

Perjalanan Transformasi Kelembagaan DJPPR diimplementasikan melalui 3 (tiga) tahapan

transformasi sepanjang 2013-2025, yaitu (i) Jangka Pendek (2013-2014), (ii) Jangka Menengah

(2015-2019), dan (iii) Jangka Panjang (2020-2025). Tahap pertama tahun 2013-2014 telah dilalui.

Selanjutnya arah perbaikan proses bisnis dalam Rencana Strategis ini adalah mengambil tahap

jangka menengah, mulai tahun 2015 sampai dengan 2019. Pada tahapan ini akan berfokus pada

peningkatan skala reformasi di seluruh DJPPR. Inisiatif-inisiatif transformasi yang sebelumnya dirintis

pada tahap jangka pendek dan telah dikembangkan dan disempurnakan lebih lanjut akan diterapkan

Page 130: Rencana Strategis Tahun 2015-2019 Direktorat Jenderal ... DJPPR 2015... · KEDUA : Renstra Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko berisi Visi, Misi, Tujuan, Strategi,

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko 2015-2019

117

dalam skala besar. Tahap ini merupakan “kunci” terjadinya transformasi dan akan menunjukkan awal

dari keberhasilan program ini. Dalam tahapan ini, DJPPR juga akan menanamkan perubahan perilaku

dengan memanfaatkan serangkaian faktor keberhasilan dari tahapan jangka pendek.

Untuk memberikan gambaran yang lebih komprehensif mengenai organisasi DJPPR, berikut

akan disajikan kedudukan, tugas, fungsi, dan susunan organisasi DJPPR.

A. Kedudukan, Tugas dan Fungsi Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko

Sesuai Peraturan Menteri Keuangan Nomor 206 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja

Kementerian Keuangan, telah dilakukan penataan dan penguatan organisasi DJPU menjadi

DJPPR yang memiliki tujuan natara lain:

1. menghadapi peningkatan kompleksitas dan beban kerja;

2. menjawab beberapa implikasi penetapan dan penerapan peraturan perundang-undangan;

3. tuntutan stakeholders;

4. Perkembangan pembiayaan infrastruktur tanpa melalui utang.

Penataan organisasi di lingkungan Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko

(DJPPR) telah memperhatikan beberapa asas organisasi sehingga bertujuan untuk memperjelas

pembagian tugas dan fungsi, meningkatkan kejelasan dan fungsi koordinasi, serta menghasilkan

unit yang memiliki kesatuan perintah.

Penataan organisasi ini diupayakan untuk mewujudkan organisasi yang efektif, efisien,

responsif, transparan, akuntabel, check and balances, right sizing, serta sesuai dengan

perkembangan dan tuntutan masyarakat, dan kemajuan teknologi pada seluruh unit organisasi di

lingkungan Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko dalam rangka mewujudkan

good governance.

Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) mempunyai tugas

merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang pengelolaan

Pembiayaan dan Risiko sesuai PMK Nomor 206 Tahun 2014. Fungsi DJPPR sesuai PMK

tersebut adalah:

1. Perumusan kebijakan di bidang pengelolaan Pembiayaan dan Risiko;

2. Pelaksanaan kebijakan di bidang pengelolaan Pembiayaan dan Risiko;

3. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pengelolaan Pembiayaan dan

Risiko;

4. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pengelolaan Pembiayaan dan Risiko; dan

5. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko.

Adapun struktur organisasi DJPPR terdiri dari:

1. Sekretariat Direktorat Jenderal;

2. Direktorat Pinjaman dan Hibah;

3. Direktorat Surat Utang Negara;

4. Direktorat Pembiayaan Syariah;

Page 131: Rencana Strategis Tahun 2015-2019 Direktorat Jenderal ... DJPPR 2015... · KEDUA : Renstra Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko berisi Visi, Misi, Tujuan, Strategi,

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko 2015-2019

118

5. Direktorat Pengelolaan Risiko Keuangan Negara

6. Direktorat Pengelolaan Dukungan Pemerintah dan Pembiayaan Infrastruktur

7. Direktorat Strategi dan Portofolio Pembiayaan; dan

8. Direktorat Evaluasi, Akuntansi, dan Setelmen

Bagan Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko

B. Arah Kebijakan Kelembagaan Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko

Dalam rangka menjaga agar organisasi DJPPR mampu melaksanakan tugas dan fungsinya

secara tepat, efektif dan efisien, perlu menyesuaikan terhadap perubahan lingkungan dan

tuntutan publik. Disamping itu DJPPR perlu mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik

(good governance) dan meningkatkan mutu pelayanan pada masyarakat serta mendukung visi

Kementerian Keuangan. Untuk itu DJPPR memerlukan sumber daya manusia yang tepat secara

kualitas maupun kuantitas, baik di tingkat Kantor Pusat maupun di tingkat wilayah. Untuk

merespon tuntutan tersebut perlu selalu dilakukan monitoring, evaluasi, dan penataan di bidang

organisasi dan SDM yang berkelanjutan.

Pada tahun 2014 telah dilakukan penataan dan penguatan organisasi DJPPR sehingga

diharapkan semua tantangan dapat diatasi. Untuk itu, pada tahun 2015-2019 dengan

berpedoman pada Cetak Biru Transformasi Kelembagaan, DJPPR akan melakukan langkah-

langkah sebagai berikut:

1. Dengan pembentukan Direktorat Pengelolaan Risiko Keuangan Negara, diharapkan

pengelolaan risiko akan lebih terintegrasi. Sebagai unit pengelola pembiayaan dan risiko,

Page 132: Rencana Strategis Tahun 2015-2019 Direktorat Jenderal ... DJPPR 2015... · KEDUA : Renstra Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko berisi Visi, Misi, Tujuan, Strategi,

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko 2015-2019

119

DJPPR mempunyai tanggung jawab melakukan pengelolaan risiko keuangan negara secara

terintegrasi, yaitu risiko utang, risiko APBN, risiko BUMN, risiko lembaga keuangan, dan risiko

kerjasama Pemerintah dengan badan usaha. Unit baru tersebut diharapkan bekerja dengan

optimal mulai tahun 2015 sehingga dapat menjawab tantangan yang ada selama ini.

2. Sejalan dengan rekomendasi dalam program Treasury Transformation, akan dilakukan

penguatan fungsi hubungan investor di lingkungan DJPPR. Target atas rekomendasi ini

adalah DJPPR ke depan mampu untuk mendiversifikasi basis investor dan memfokuskan pada

investor yang berisiko terhadap situasi keuangan Indonesia.

3. Dengan pembentukan Direktorat Pengelolaan Dukungan Pemerintah dan Pembiayaan

Infrastruktur (PPP center), diharapkan dapat menjadi alternatif dalam pembiayaan investasi

infrastruktur. Melalui pembentukan PPP Center ini, diharapkan Indonesia mampu membiayai

proyek-proyek pembangunan infrastruktur yang mampu mendorong pertumbuhan ekonomi

nasional tanpa harus mengandalkan pembiayaan yang berasal dari utang di tengah

keterbatasan kapasitas pembiayaan APBN.

Page 133: Rencana Strategis Tahun 2015-2019 Direktorat Jenderal ... DJPPR 2015... · KEDUA : Renstra Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko berisi Visi, Misi, Tujuan, Strategi,

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko 2015-2019

120

Page 134: Rencana Strategis Tahun 2015-2019 Direktorat Jenderal ... DJPPR 2015... · KEDUA : Renstra Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko berisi Visi, Misi, Tujuan, Strategi,

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko 2015-2019

121

BAB IV

TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN

4.1. TARGET KINERJA

Dalam rangka mewujudkan visi dan misi Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan

Risiko, serta mendukung tercapainya kebijakan pada level Kementerian Keuangan, DJPPR

menetapkan satu tujuan dan telah dilengkapi dengan 31 Sasaran Strategis untuk mencapai tujuan

tersebut yang merupakan kondisi yang ingin dicapai secara nyata oleh DJPPR pada akhir tahun

2019 dan mencerminkan pengaruh atas ditimbulkannya hasil (outcome) dari beberapa kegiatan.

Adapun untuk mengetahui tingkat keberhasilan pencapaiannya, setiap Sasaran Strategis diukur

dengan menggunakan Indikator Kinerja Sasaran Strategis.

Tujuan, Sasaran Strategis, indikator dan target kinerja yang ingin dicapai oleh Direktorat Jenderal

Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko pada tahun 2015-2019 dapat dilihat pada tabel berikut:

Page 135: Rencana Strategis Tahun 2015-2019 Direktorat Jenderal ... DJPPR 2015... · KEDUA : Renstra Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko berisi Visi, Misi, Tujuan, Strategi,

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko 2015-2019

122

Tabel IV.1

Tujuan, Sasaran Strategis, Indikator dan Target Kinerja DJPPR 2015-2019

TUJUAN KEGIATAN Sasaran Strategis INDIKATOR KINERJA TARGET

2019

Pembiayaan yang

aman untuk

mendukung

kesinambungan

fiskal

Pengelolaan Pinjaman

Pemanfatan Pinjaman Luar Negeri yang Selektif Tingkat efektivitas dan efisiensi pinjaman 70%

Peningkatan Kinerja Pemanfaatan Pinjaman Luar

Negeri

Tingkat akurasi rencana penarikan pinjaman luar

negeri 100%

Alignment Pengadaan Pinjaman Kegiatan Dengan

Siklus APBN

Persentase kegiatan yang disiapkan yang sesuai

dengan Kebijakan Pemanfaatan Pinjaman Luar

Negeri

70%

Pengelolaan Surat

Utang Negara

Pembiayaan yang Aman Untuk Mendukung

Kesinambungan Fiskal Melalui Pengelolaan SUN

Persentase penerbitan SUN sesuai kebutuhan

pembiayaan 100%

Pengelolaan SUN yang Akuntabel dan Kredibel Indeks kepuasan pengguna layanan Dit. SUN 3,5

Pasar SUN yang Likuid, Dalam dan Stabil Persentase pemenuhan tingkat likuiditas pasar

SUN 100%

Biaya dan Risiko Portofolio SUN yang Terkendali

1. Persentase pemenuhan target risiko

portofolio SUN

2. Persentase pencapaian target effective cost

SUN

100%

Pengelolaan

Pembiayaan Syariah

Pembiayaan yang aman untuk mendukung

kesinambungan fiskal melalui pengelolaan SBSN

Persentase penerbitan SBSN sesuai kebutuhan

pembiayaan 100%

Page 136: Rencana Strategis Tahun 2015-2019 Direktorat Jenderal ... DJPPR 2015... · KEDUA : Renstra Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko berisi Visi, Misi, Tujuan, Strategi,

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko 2015-2019

123

TUJUAN KEGIATAN Sasaran Strategis INDIKATOR KINERJA TARGET

2019

Pasar SBSN yang likuid, dalam dan stabil

Persentase pencapaian tingkat likuiditas pasar

SBSN 100%

Tingkat efektivitas edukasi dan komunikasi

pengelolaan SBSN 75%

Persentase pertumbuhan jumlah nominal

kepemilikan SBSN tradable oleh investor

domestik

15,84%

Biaya dan risiko portofolio SBSN yang terkendali

Persentase pencapaian target effective cost

SBSN 100%

Persentase pemenuhan target risiko portofolio

SBSN 100%

Pengelolaan Risiko

Keuangan Negara

Risiko Keuangan Negara yang Terkendali Untuk

Mendukung Kesinambungan Fiskal

Persentase rekomendasi/kebijakan pengelolaan

risiko keuangan negara yang disetujui Menteri

Keuangan.

80%

Tersedianya rekomendasi dana cadangan risiko

APBN 2

Rasio kewajiban kontijensi terhadap PDB 5%

Pengembangan Peran Fiskal dan Mitigasi Risiko

yang Berasal Dari Lembaga Keuangan Secara

Bertahap dan Tepat Sasaran

Tersedianya rekomendasi IKU fiskal pada

lembaga keuangan yang menjalankan

penugasan. 2

Page 137: Rencana Strategis Tahun 2015-2019 Direktorat Jenderal ... DJPPR 2015... · KEDUA : Renstra Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko berisi Visi, Misi, Tujuan, Strategi,

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko 2015-2019

124

TUJUAN KEGIATAN Sasaran Strategis INDIKATOR KINERJA TARGET

2019

Pengembangan Kerangka Kerja Risiko yang Holistik

Dengan Pendekatan Neraca (Balance Sheet

Approach) Untuk Mengagregasi Data Risiko

Individual

Tersedianya rekomendasi implementasi inisiatif

transformasi kelembagaan 2

Pengelolaan Dukungan

Pemerintah dan

Pembiayaan

Infrastruktur

Mewujudkan Pemberian Dukungan Pemerintah yang

Sesuai Kebutuhan dan Terkendali

Persentase pemenuhan dukungan pemerintah

atas proyek KPBU infrastruktur prioritas. 83%

Pengelolaan Dukungan Pemerintah yang Kredibel

Dalam Rangka Percepatan Pembiayaan Infrastruktur

Indeks kepuasan pengguna layanan Direktorat

PDPPI 3.5

Penyusunan Kebijakan Pengelolaan Dukungan

Pemerintah dan Pembiayaan Infrastruktur yang

Berkualitas

Persentase rekomendasi kebijakan pengelolaan

dukungan pemerintah dan pembiayaan

infrastruktur yang disetujui Menteri Keuangan

80%

Pengelolaan Portofolio

Pembiayaan

Memenuhi Target Pembiayaan Utang Dengan Biaya

dan Risiko Optimal

1. Rasio utang valas terhadap total utang;

2. Rasio utang tingkat bunga tetap terhadap

total utang

3. Rasio utang jatuh tempo dalam 3 (tiga)

tahun terhadap total utang

4. Average Time to Maturity (ATM)

Sesuai

SPUN Mengelola Portofolio Risiko Utang

Mendukung Pengembangan Pasar SBN

Mengelola Risiko Penjaminan Pemerintah Risiko gagal bayar pemerintah

Tidak

terjadi

gagal

Page 138: Rencana Strategis Tahun 2015-2019 Direktorat Jenderal ... DJPPR 2015... · KEDUA : Renstra Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko berisi Visi, Misi, Tujuan, Strategi,

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko 2015-2019

125

TUJUAN KEGIATAN Sasaran Strategis INDIKATOR KINERJA TARGET

2019

bayar

Pengelolaan Evaluasi,

Akuntansi dan

Setelmen

Pelaksanaan evaluasi dan setelmen pembiayaan

yang transparan

Indeks kepuasan stakeholder terhadap materi

publikasi pembiayaan

3,5

Tingkat efektifitas edukasi dan komunikasi 75%

Indeks ketepatan waktu penyelesaian registrasi

dokumen perjanjian pinjaman dan hibah

100

Pelaksanaan setelmen dan akuntansi pembiayaan

yang akuntabel dan kredibel

Tingkat akurasi pembayaran kewajiban

pembiayaan

100%

Indeks kualitas laporan keuangan (LK BA

999.01, BA 999.02 dan BA 999.03)

4

Indeks kepuasan pengguna layanan Dit. EAS 4,2

Penatausahaan data utang yang akurat Tingkat akurasi data utang 98%

Pemantauan dan evaluasi kinerja pinjaman dan

hibah yang efektif

Persentase tindak lanjut Kementerian/Lembaga

atas rekomendasi hasil pemantauan proyek

kategori at risk secara tepat waktu

80%

Pengelolaan sistem informasi yang optimal Persentase penyelesaian peta proses bisnis

Direktorat Jenderal berbasis sistem informasi

100%

Persentase implementasi pelaksanaan strategi

TI

100%

Page 139: Rencana Strategis Tahun 2015-2019 Direktorat Jenderal ... DJPPR 2015... · KEDUA : Renstra Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko berisi Visi, Misi, Tujuan, Strategi,

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko 2015-2019

126

TUJUAN KEGIATAN Sasaran Strategis INDIKATOR KINERJA TARGET

2019

Pelaksanaan evaluasi, akuntansi dan setelmen

pembiayaan yang taat prosedur

Tingkat penerapan pengendalian intern Dit. EAS 95%

Persentase tindak lanjut Dit.EAS atas

rekomendasi aparat pengawasan secara tepat

waktu

100%

Dukungan Manajemen

dan Dukungan Teknis

Lainnya

Menciptakan Organisasi DJPPR yang Kondusif

Indeks kesehatan organisasi 72

Persentase implementasi inisiatif transformasi

kelembagaan Direktorat Jenderal 85%

Mewujudkan SDM yang Kompetitif Persentase pencapaian target pegawai Setditjen

yang memenuhi jamlat sesuai hard competency 50%

Pengelolaan BMN yang Akuntabel

tingkat akurasi penatausahaan BMN 100%

persentase pengadaan barang dan jasa secara

tepat waktu 100%

Pengelolaan Anggaran yang Optimal dan Akuntabel

tingkat akurasi penerbitan SPM 98%

Persentase penyerapan anggaran dan

pencapaian output belanja Setditjen 95%

Sistem Pengendalian yang Optimal

Tingkat penerapan pengendalian intern 95%

Tingkat implementasi mitigasi risiko 85%

Jumlah 8 31 48

Page 140: Rencana Strategis Tahun 2015-2019 Direktorat Jenderal ... DJPPR 2015... · KEDUA : Renstra Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko berisi Visi, Misi, Tujuan, Strategi,

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko 2015-2019

127

Tabel IV.2

Program Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Beserta Indikator Kinerja 2015-2019

4.2. KERANGKA PENDANAAN

Upaya untuk mencapai tujuan Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko dan sasaran-Sasaran Strategis yang telah ditetapkan, diperlukan

dukungan berbagai macam sumber daya. Dukungan sumber daya dapat berasal dari aparatur Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko yang

kompeten, sarana dan prasarana yang memadai, dukungan regulasi, dan tentunya sumber pendanaan yang cukup.

Sehubungan dengan dukungan pendanaan, indikasi kebutuhan pendanaan untuk mencapai tujuan dan Sasaran Strategis Direktorat Jenderal Pengelolaan

Pembiayaan dan Risiko sampai dengan tahun 2019 adalah sebagai berikut:

PROGRAM SASARAN PROGRAM

(OUTCOME) INDIKATOR KINERJA PROGRAM

Program

Pengelolaan

Pembiayaan dan

Risiko

Mengoptimalkan pengelolaan Surat

Berharga Negara (SBN) maupun

pinjaman untuk menjamin terpenuhinya

target pembiayaan APBN melalui utang

dengan risiko yang terkendali

Persentase realisasi pengadaan utang sesuai kebutuhan pembiayaan

Persentase pencapaian tingkat likuiditas pasar SBN

Persentase pemenuhan target risiko portofolio utang

Tingkat akurasi pembayaran kewajiban pembiayaan

Persentase rekomendasi mitigasi risiko keuangan negara yang disetujui Menteri Keuangan

Persentase pemenuhan dukungan pemerintah proyek KPS infrastruktur prioritas

Indeks kepuasan pengguna layanan

Page 141: Rencana Strategis Tahun 2015-2019 Direktorat Jenderal ... DJPPR 2015... · KEDUA : Renstra Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko berisi Visi, Misi, Tujuan, Strategi,

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko 2015-2019

128

Tabel IV.1

Indikasi Kebutuhan Pendanaan Program Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko

Tahun 2015-2019

(Dalam Juta Rupiah)

No Kegiatan

Indikator Kinerja Kegiatan Target Indikasi Kebutuhan Pendanaan

2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019

1 Pengelolaan Pinjaman Persentase pengadaan pinjaman

program sesuai kebutuhan

pembiayaan

100% 100% 100% 100% 100%

3.129 5.678,2 5.962,1 6.260,2 6.761

2 Pengelolaan Surat

Utang Negara

Persentase penerbitan SUN sesuai

kebutuhan pembiayaan

100% 100% 100% 100% 100% 5.870,2 8.891,2 9.337,3 9.805,7 10.590,2

3 Pengelolaan

Pembiayaan Syariah

Persentase penerbitan SBSN

sesuai kebutuhan pembiayaan

100% 100% 100% 100% 100% 4.593,3 6.182 6.489,6 6.812,6 7.357,6

4 Pengelolaan Risiko

Keuangan Negara

Persentase rekomendasi mitigasi

risiko keuangan yang

diterima/ditetapkan Menteri

Keuangan

80% 80% 80% 80% 80% 4.224,8 4.436 4.657,8 4.890,7 5.282

5 Pengelolaan

Dukungan Pemerintah

dan Pembiayaan

Infrastruktur

Persentase pemenuhan dukungan

pemerintah proyek KPS

infrastruktur prioritas 80% 80% 80% 80% 80% 4.235,8 4.447,6 4.670 4.903 5.295,7

Page 142: Rencana Strategis Tahun 2015-2019 Direktorat Jenderal ... DJPPR 2015... · KEDUA : Renstra Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko berisi Visi, Misi, Tujuan, Strategi,

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko 2015-2019

129

No Kegiatan

Indikator Kinerja Kegiatan Target Indikasi Kebutuhan Pendanaan

2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019

6 Pengelolaan Strategi

dan Portofolio

Pembiayaan

Persentase pemenuhan target

risiko portofolio utang 100% 100% 100% 100% 100% 3.882,7 7.185,8 7.545,1 7.922,3 8.556,1

7 Pelaksanaan Evaluasi,

Akuntansi dan

Setelmen

Tingkat akurasi pembayaran

kewajiban pembiayaan 100% 100% 100% 100% 100% 1.339,5 1.865,4 1.958,7 2.056,6 2.221,1

8 Pengelolaan

Dukungan Teknis dan

Dukungan Lainnya di

Lingkungan DJPPR

1. Indeks kepuasan pelayanan

Setditjen

2. Persentase penyerapan

anggaran dan pencapaian

output belanja

3. Persentase pegawai DJPPR

yang telah memenuhi standar

hard competency dan soft

competency

3.5

95

85.5

3.5

95

85.5

3.5

95

85.5

3.5

95

85.5

3.5

95

85.5

59.979,1 62.978 66.126 69.433,3 74.987,9

Jumlah 10 87.254,4 101.664,2 106.747,5 112.084,8 121.051,6