koagulasi dan flokulasi

Upload: syahriyati-mutiah

Post on 15-Oct-2015

52 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Koagulasi adalah metode untuk menghilangkan bahan-bahan limbah dalam bentuk koloid, dengan menambahkan koagulan sehingga partikel-partikel koloid akan saling menarik dan menggumpal membentuk flok. Sedangkan flokulasi terjadi setelah koagulasi dan berupa pengadukan pelan pada air limbah. Hasil dari proses koagulasi dan flokulasi ini akan berpengaruh pada tahap selanjutnya karena koagulasi dan flokulasi merupakan tahap awal sebelum melakukan tahap lebih lanjut yaitu proses sedimentasi dan atau filtrasi. Sehingga proses koagulasi dan flokulasi penting diperhatikan agar tahap pengolahan air selanjutnya bisa berjalan dengan lancar dan sesuai dengan standar (Asdak, 2002).Faktor penting pada proses koagulasi-flokulasi adalah pengadukan. Tujuan pengadukan adalah untuk menciptakan tumbukan antar partikel yang ada dalam air baku. Dalam proses koagulasi, pengadukan akan membantu meratakan koagulan yang telah dibubuhkan dengan partikel-partikel koloid. Sedangkan pada proses flokulasi, pengadukan akan menumbukkan partikel-partikel flok yang telah terbentuk hingga menjadi suatu gumpalan yang cukup besar untuk diendapkan. Dengan demikian, yang menjadi fokus utama dalam pengadukan adalah proses tumbukan (Anonim,2012) .

TRANSCRIPT

KOAGULASI - FLOKULASI

OLEH:SYAHRIYATI MUTIAH25121122FANGGOTA KELOMPOK1. ULFA FALAHIYATI (25121122F)2. NUR RATNA SARI (25121119F)3. SYAHRIYATI MUTIAH (25121122F)

UNIVERSITAS SETIA BUDI SURAKARTAFAKULTAS TEKNIKPROGRAM STUDI ANALIS KIMIA2013/2014KOAGULASI FLOKULASI

1. Tujuan1. Mempelajari pengaruh dosis dan jenis koagulan terhadap perubahan kualitas air baku2. Menentukan dosis optimum koagulan

2. Dasar Teori Sebagian besar air baku untuk penyediaan air bersih diambil dari air permukaan seperti sungai yang umumnya mempunyai kekeruhan yang tinggi. Kekeruhan tersebut dapat dihilangkan melalui proses koagulasi flokulasi dengan pembubuhan bahan kimia koagulan seperti tawas, garam Fe atau polielektrolit organik yang disertai adanya pengadukan. Penelitian mengenai faktor-faktor seperti pemilihan jenis koagulan yang dipakai, dosis optimal koagulan diperlukan dan pH optimum koagulasi diperlukan supaya proses koagulasi flokulasi dapat berjalan optimum (Anonim, 2012).Koagulasi adalah metode untuk menghilangkan bahan-bahan limbah dalam bentuk koloid, dengan menambahkan koagulan sehingga partikel-partikel koloid akan saling menarik dan menggumpal membentuk flok. Sedangkan flokulasi terjadi setelah koagulasi dan berupa pengadukan pelan pada air limbah. Hasil dari proses koagulasi dan flokulasi ini akan berpengaruh pada tahap selanjutnya karena koagulasi dan flokulasi merupakan tahap awal sebelum melakukan tahap lebih lanjut yaitu proses sedimentasi dan atau filtrasi. Sehingga proses koagulasi dan flokulasi penting diperhatikan agar tahap pengolahan air selanjutnya bisa berjalan dengan lancar dan sesuai dengan standar (Asdak, 2002).Faktor penting pada proses koagulasi-flokulasi adalah pengadukan. Tujuan pengadukan adalah untuk menciptakan tumbukan antar partikel yang ada dalam air baku. Dalam proses koagulasi, pengadukan akan membantu meratakan koagulan yang telah dibubuhkan dengan partikel-partikel koloid. Sedangkan pada proses flokulasi, pengadukan akan menumbukkan partikel-partikel flok yang telah terbentuk hingga menjadi suatu gumpalan yang cukup besar untuk diendapkan. Dengan demikian, yang menjadi fokus utama dalam pengadukan adalah proses tumbukan (Anonim,2012) .Berdasarkan kecepatannya, pengadukan dibedakan menjadi dua, yaitu pengadukan cepat dan pengadukan lambat.Pengadukan cepat (flash mixing) merupakan bagian integral dari proses koagulasi. Tujuan pengadukan cepat adalah untuk mempercepat dan menyeragamkan pe nyebaranzat kimia melalui air yang diolah.Pengadukan cepat yang efektif sangat penting ketika menggunakan koagulan logam seperti alum danferric chloride, karena proses hidrolisisnya terjadi dalam hitungan detik dan selanjutnya terjadiadsorpsi partikel koloid (Anonim,2012).Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi proses koagulasi sebagai berikut : Suhu airSuhu air yang rendah mempunyai pengaruh terhadap efisiensi proses koagulasi. Bila suhu air diturunkan , maka besarnya daerah pH yang optimum pada proses kagulasi akan berubah dan merubah pembubuhan dosis koagulan(Tjokrokusumo, 1995) . Derajat Keasaman (pH)Proses koagulasi akan berjalan dengan baik bila berada pada daerah pH yang optimum. Untuk tiap jenis koagulan mempunyai pH optimum yang berbeda satu sama lainnya(Tjokrokusumo, 1995). Jenis KoagulanPemilihan jenis koagulan didasarkan pada pertimbangan segi ekonomis dan daya efektivitas daripadakoagulan dalam pembentukan flok. Koagulan dalam bentuk larutan lebih efektif dibanding koagulan dalam bentuk serbukatau butiran(Tjokrokusumo, 1995). Kadar ion terlarutPengaruh ion-ion yang terlarut dalam air terhadap proses koagulasi yaitu : pengaruh anion lebih bsar daripada kation. Dengan demikian ion natrium, kalsium dan magnesium tidak memberikan pengaruh yang berarti terhadap proses koagulasi(Tjokrokusumo, 1995). Tingkat kekeruhanPada tingkat kekeruhan yang rendahproses destibilisasi akan sukar terjadi. Sebaliknya pada tingkat kekeruhan air yang tinggi maka proses destabilisasi akan berlangsung cepat. Tetapi apabila kondisi tersebut digunakan dosis koagulan yang rendah maka pembentukan flok kurang efektif(Tjokrokusumo, 1995). Dosis koagulanUntuk menghasilkan inti flok yang lain dari proses koagulasi dan flokulasi sangat tergantung dari dosis koagulasi yang dibutuhkan Bila pembubuhan koagulan sesuai dengan dosisyang dibutuhkan maka proses pembentukan inti flok akan berjalan dengan baik. (Tjokrokusumo, 1995) Kecepatan pengadukanTujuan pengadukan adalah untuk mencampurkan koagulan ke dalam air. Dalam pengadukan hal-hal yang perlu diperhatikan adalah pengadukan harus benar-benar merata, sehingga semua koagulan yang dibubuhkan dapat bereaksi dengan partikel-partikel atau ion-ion yang berada dalam air. Kecepatan pengadukan sangat berpengaruh terhadap pembentukan flok bila pengadukan terlalu lambat mengakibaykan lambatnyaflok terbantuk dan sebaliknya apabila pengadukan terlalu cepat berakibat pecahnya flok yang terbentuk(Tjokrokusumo, 1995).Untuk mencapai derajat pengadukan yang memadai, berbagai cara pengadukan dapat dilakukan, diantaranya:

1. Pengadukan Mekanis

Dapat dilakukan menggunakan turbine impeller, propeller, atau paddle impeller.

2. Pengadukan Pneumatis

Sistem ini menggunakan penginjeksian udara dengan kompresor pada bagian bawah bak koagulasi. Gradien kecepatan diperoleh dengan pengaturan flow rate udara yang diinjeksikan.

3. Pengadukan hidrolis

Pengadukan cepat menggunakan sistem hidrolis dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya melalui terjunan air, aliran air dalam pipa, dan aliran dalam saluran. Nilai gradien kecepatan dihitung berdasarkan persamaan sebelumnya. Sementara besar headloss masing-masing tipe pengadukan hidrolis berbeda-beda tergantung pada sistem hidrolis yang dipakai. Untuk pengadukan secara hidrolis, besar nilai headloss yang digunakan sangat mempengaruhi efektifitas pengadukan. Nilai headloss ditentukan menurut tipe pengadukan yang digunakan, yaitu terjunan air, aliran dalam pipa, atau aliran dalam saluran (baffle). AlkalinitasAlkalinitas dalam air ditentukan oleh kadar asam atau basa yang terjadi dalam air (Tjokrokusumo, 19920. Alkalinitas dalam air dapat membentuk flok dengan menghasil ion hidroksida pada reaksihidrolisa koagulan.Al2(SO4)3.18 H2O + 3 Ca(OH)2 ==> 2 Al(OH)3 + 3 Ca(SO4) + 3 CO2 + 18 H2OReaksi kimia untuk menghasilkan flok adalah: Al2(SO4)3.14H2O + 3Ca(HCO3)2 2Al(OH)3 + 3CaSO4 + 14H2O + 6CO2 Pada air yang mempunyai alkalinitas tidak cukup untuk bereaksi dengan alum, maka perlu ditambahkan alkalinitas dengan menambah kalsium hidroksida. Al2(SO4)3.14H2O + 3Ca(OH)2 2Al(OH)3 + 3CaSO4 + 14H2O Derajat pH yang optimum untuk alum berkisar 4,5 hingga 8, karena aluminium hidroksida relatif tidak terlarut.Reaksi ferri klorida sebagai koagulan berlangsung sebagai berikut: 2FeCl3 + 3Ca(HCO3)2 2Fe(OH)3 + 3CaCl2 + 6CO2 Penambahan kapur diperlukan bila alkalinitas alami tidak mencukupi. 2FeCl3 + 3Ca(OH)2 2Fe(OH)3 + 3CaCl2 Reaksi ferri klorida berlangsung pada pH optimum 4 sampai 12. Flok yang terbentuk umumnya padat dan cepat mengendap.Flokulasi adalah pengadukan perlahan terhadap larutan jonjot mikro yang menghasilkan jonjot besar dan kemudian mengendap secara cepat. Flokulasi adalah proses menghubungkan bahan kimia berupa flokulan agar menggumpal sehingga membentuk partikel koloid atau flok mengendap yang lebih besar (Tjokrokusumo, 1995).Feri Klorida (FeCl3.6H2O) merupakan koagulan utama dalam proses koagulasi limbah cair industri. Reaksi hidrolisis feri klorida mirip dengan reaksi hidrolisis alum. Pemakaian feri klorida terbatas untuk penanganan beberapa limbah cair industri. Feri klorida dibuat dari reaksi klorinasi besi, tersedia dalam bentuk padatan atau cairan dan sangat korosif (Hammer, 1986). Menurut Davis dan Cornwell (1991), besi dapat diperoleh dari garam sulfat Fe2(SO4)3.H2O atau garam klorida FeCl3.xH2O yang tersedia dalam bentuk padatan atau larutan. Reaksi FeCl3 dalam air yang mengandung alkalinitas adalah sebagai berikut : FeCl3 + 3 HCO3-Fe(OH)3(s) + 3CO2 + 3Cl- Dan reaksinya dalam air yang tidak mengandung alkalinitas adalah: FeCl3 + 3H2O Fe(OH)3(s) + 3HCl Pembentukan asam klorida akan menurunkan pH.Pada beberapa pengolahan limbah cair FeCl3 dapat digunakan sebagai flocculating agent, etching agent untuk penanganan permukaan logam, dan desinfektan (www.chemicalland21.com, 2005). Koagulan FeCl3 dapat menimbulkan masalah, terutama timbulnya warna dan sifat korosif apabila proses koagulasi tidak berlangsung dengan baik. Timbulnya warna tersebut dikarenakan oleh Fe3+ dari koagulan yang terlarut dalam air olahan. Adanya Fe3+ yang terlarut dalam air olahan menyebabkan timbulnya warna merah (Reynolds, 1982; Peavy et al., 1986).

3. Prosedur Kerja3.1. Peralatana. Beaker glass 500 ml 4 buahb. Beaker glass 50 ml 4 buahc. Beaker glass 100 ml 4 buahd. Erlenmeyer 250 ml 4buahe. Buret 50 ml 1 buahf. Klem statif 1 buahg. Pipet ukur 50 ml 1 buahh. Pipet ukur 10 ml 1 buahi. Karet penghisap 1 buahj. Corong 2 buahk. Batang pengaduk 1 buahl. Water bathm. Kertas saring Whatman 42 5 buahn. Kaca arlojio. Oven 1 unitp. Desikator 1 unitq. Neraca analitis 1 unitr. pH meter 1 unit3.2. Bahan a. Sampel air 5 Lb. Aluminium sulfat (tawas)c. FeCl3d. KMnO4 e. Asam oksalatf. H2SO43.3. Penyiapan reagen3.3.1. Larutan tawas 1% (1 ml = 10 mg)Larutkan 10 gram tawas dengan aquadest dan encerkan sampai volumenya 1 L3.3.2. Larutan FeCl3 1% (1 ml = 10 mg)Larutkan 10 gram FeCl3 dengan aquadest dan encerkan sampai volumenya 1 L3.3.3. Larutan KMnO40,1 N Panaskan aquadest kira-kira 800 mL di dalam beaker glass Masukkan 3,2 g KMnO4 Didihkan selama 10 15 menit Diamkan selama 1 (satu) malam di tempat yang terlindung cahaya dan dari panas Pindahkan ke dalam labu ukur 1000 mL, tepatkan volumenya menjadi 1000 mL dengan aquadest Saring larutan dengan glasswool dengan corong atau saringan porselin/asbes (filtrat langsung ditampung di dalam botol kaca coklat).3.3.4. Larutan KMnO4 0,01 NPipet 100 ml larutan KMnO4 0,1 N Encerkan dengan aquadest sampai volumenya 1 L3.3.5. Larutan asam oksalat 0,1 N Timbang asam oksalat sebesar 6,3035 g atau 6,7000 g Na oksalat Melarutkan dengan akuades + 200 ml Menambahkan 25 mL H2SO4 pekat secara hati hati kemudian didinginkan Memasukkan larutan ke dalam labu ukur 1000 mL secara kuantitatif Menepatkan volumenya menjadi 1000 mL dengan akuades 3.3.6. larutan asam oksalat 0,1N Memipet 100 mL larutan asam oksalat 0,1 N Memasukkan dalam labu ukur 1 L Menambahkan 10 mL H2SO4 Mengencerkan dengan akuadest sampai volumenya 1 3.3.7. Larutan H2SO4 4 N bebas organik Memasukkan kira-kira 800 mL akuades kedalam beakerglass atau gelas ukur 1000 mL. Menambahkan secara hati-hati (melaluidinding beakerglass atau gelas ukur) 112 mL H2SO4 pekat Menjadikan volumenya 1000 mL larutan Menambahkan beberapa tetes larutan KMnO4 sampai terbentuk warna sedikit merah/rose. Jika dalam beberapa waktu warna merah/ rose hilang, maka menambahkan kembali larutan KMnO4 sampai terbentuk warna sedikit merah/rose kembali.3.4. persiapan sampel Mencampurkan air kran dan lumpur dengan perbandingan :Kelompok I: 50 mL lumpur tiap 500 mL air kranKelompok II: 100 mL lumpur tiap 500 mL air kranKelompok III: 150 mL lumpur tiap 500 mL air kran Mengaduknya hingga campuran merata.3.5. penentuan dosis optimum koagulana. Melakukan analisis pH, angaka permanganat dan kadar TSS kepada sampel awalb. Sebanyak 500 mL sampel dimasukkan kedalam 4 beaker 600 mLc. Menyiapkan koagulan tawas ke dalam beaker glass 50 mL dengan variasi konsentrasi koagulan 0, 30, 60 dan 90 mg/L.d. Lakukan pengadukan cepatdengan kecepatan 100 rpm (pengadukan jangan menyentuh dasar cairan, cukup ditengah cairan saja supaya tidak merusak flok yang terbentuk)e. Menambahkan loagulan yang telah disiapkan.f. Membiarkan pengadukan cepat terus berjalam hingga 1 menit (waltu pengadukan mulai dohotung setelah koagualan dibubuhkan ke dalam beaker glass).g. Meakukan pengadukan lambat dengan kecepatan 20 rpm selama 15 menith. Mengendapkan sampel tersebut selama 30 meniti. Memipet sampel yang telah mengalami pengendapan tersebut j. Melakukan analisis pH, angka permanganat dan kadar TSS sampel akhirk. Mengulangi langkah yang sama dari a-jdegan mengganti jenis koagulan menjadi FeCl3

Menentukan dosis optimumalum secara grafis, dengan cara: Menarik garis tangen = 1 ( sudut =45) Membuat garis sejajar garis tangen= 1, yang menyinggung kurva disatu titik Menarik garis dari titik singgung ke bawah, sehingga akan menunjukkan dosis optimum yang diperoleh. Dsis alum ini adalah dosis alum optimum sebagai hasil dari jar test pertama.

3.6 Pengukuran pH Siapkan 3 buah beaker glass 50 ml Tuangkan ke dalam masing-masing beaker, sampel yang sudah dikocok merata Angkat elektroda dari larutan penyimpan (larutan KCl 3M) Bilas dengan aquadest atau air bebas ion. Jika masih ada larutan yang tertinggal usap hati-hati dengan menggunakan tissue halus Buka penutup elektroda Hidupkan pH meter Celupkan elektroda ke dalam larutan (sampel) yang akan diukur, sampai diafragma terendam sempurna di dalam larutan

3.7 Analisis padatan tersuspensi totala. Penimbangan kertas saring kosongkertas saring whatman 42 diambil dan dikeringkan dalam oven dengan suhu 103-1050C selama 1 jam.Dinginkan dalam desikator selama 15 menit dan kemudian ditimbang dengan cepat.Pemanasan perlu diulang hingga mendapatkan berat konstanHasil penimbangan dicatat sebagai b gramb. Penyaringan contohSampel yang sudah merata sebanyak 50 ml disaring dengan menggunakan kertas saring (ml sampel disaring =c)Kemudian kertas saring dibilas tiga kali dengan aquadest masing-masing sebanyak 10 ml.Setelah itu, kertas saring diambil dan dikeringkan dalam oven dengan suhu 103-1050C selama 1 jam.Kertas saring didinginkan dalam desikator selama 15 menit dan kemudian ditimbang dengan cepat.Pemanasan perlu diulang hingga mendapatkan berat konstanHasil penimbangan dicatat sebagai a gramc. Perhitungan Rumus untuk perhitungan TSS adalah sebagai berikut :

3.8 Analisa Kadar Organik (angka permanganat)3.8.1. Pembebasan labu Erlenmeyer dari zat organik(a) Masukkan 100 mL aquadest ke dalam labu erlenmeyer, tambahkan batu didih.(b) Tambahkan 2,5 mL larutan H2SO4 4N.(c) Tambahkan beberapa larutan KMnO4 0,01 N sampai terbentuk warna sedikit merah/rose.(d) Panaskan sampai mendidih selama 10 menit.(e) Labu ini biarkan terisi dengan larutan tadi, jaga warna sedikit merah/rose tetap ada, jika hilang tambahkan kembali larutan KMnO4.(f) Bila labu ini akan digunakan, buang larutan dan bilas labu dengan aquadest. Gunakan labu ini khusus untuk pemeriksaan zat organik3.8.2. Pemeriksaan zat organik1) Ukur 100 mL contoh (tergantung kebutuhan, jika contoh diencerkan jadikan volumenya menjadi 100 mL dengan penambahan aquadest), masukkan ke dalam labu erlenmeyer, tambahkan batu didih.2) Tambahkan 10 mL larutan H2SO4.3) Tambahkan 10 mL larutan KMnO4 0,01 N (dari buret).4) Panaskan, hitung 5 menit dari mendidih.5) Tambahkan 10 mL asam oksalat/Na oksalat 0,01 N (dari buret).6) Titrasi dengan larutan KMnO4 0,01 n sampai terbentuk warna sedikit merah/rose (penambahan pertama + mL hasil titrasi), masukkan ke dalam perhitungan.3.8.3. Mencari faktor ketelitian KMnO41) Ukur 100 mL aquadest, masukkan ke dalam labu erlenmeyer, tambahkan batu didih.2) Tambahkan 10 mL larutan H2SO4 4N.3) Tambahkan 5 mL larutan KMnO4 0,01 N (dari buret).4) Panaskan, hitung 5 menit dari mendidih.5) Tambahkan 10 mL larutan asam oksalat/Na oksalat (dari buret).6) Titrasi kelebihan asam oksalat dengan larutan KMnO4 0,01 N titran sampai terbentuk warna sedikit merah /rose.7) Ulangi langkah 2 smpai 6. Catat mL larutan KMnO4 0,01 N untuk titrasi yang kedua dan masukkan nilai ke dalam perhitungan.

Zat organik, mg/L KMnO4 = Dimana : TKMnO4 = total pemakaian larutan KMnO4fKMnO4 = faktor KMnO4

3.6 Pengukuran pH Siapkan 3 buah beaker glass 50 ml Tuangkan ke dalam masing-masing beaker, sampel yang sudah dikocok merata Angkat elektroda dari larutan penyimpan (larutan KCl 3M) Bilas dengan aquadest atau air bebas ion. Jika masih ada larutan yang tertinggal usap hati-hati dengan menggunakan tissue halus Buka penutup elektroda Hidupkan pH meter Celupkan elektroda ke dalam larutan (sampel) yang akan diukur, sampai diafragma terendam sempurna di dalam larutan

3.7 Analisis padatan tersuspensi totala. Penimbangan kertas saring kosongkertas saring whatman 42 diambil dan dikeringkan dalam oven dengan suhu 103-1050C selama 1 jam.Dinginkan dalam desikator selama 15 menit dan kemudian ditimbang dengan cepat.Pemanasan perlu diulang hingga mendapatkan berat konstanHasil penimbangan dicatat sebagai b gramb. Penyaringan contohSampel yang sudah merata sebanyak 50 ml disaring dengan menggunakan kertas saring (ml sampel disaring =c)Kemudian kertas saring dibilas tiga kali dengan aquadest masing-masing sebanyak 10 ml.Setelah itu, kertas saring diambil dan dikeringkan dalam oven dengan suhu 103-1050C selama 1 jam.Kertas saring didinginkan dalam desikator selama 15 menit dan kemudian ditimbang dengan cepat.Pemanasan perlu diulang hingga mendapatkan berat konstanHasil penimbangan dicatat sebagai a gramc. Perhitungan Rumus untuk perhitungan TSS adalah sebagai berikut :

3.8 Analisa Kadar Organik (angka permanganat)3.8.1. Pembebasan labu Erlenmeyer dari zat organik(a) Masukkan 100 mL aquadest ke dalam labu erlenmeyer, tambahkan batu didih.(b) Tambahkan 2,5 mL larutan H2SO4 4N.(c) Tambahkan beberapa larutan KMnO4 0,01 N sampai terbentuk warna sedikit merah/rose.(d) Panaskan sampai mendidih selama 10 menit.(e) Labu ini biarkan terisi dengan larutan tadi, jaga warna sedikit merah/rose tetap ada, jika hilang tambahkan kembali larutan KMnO4.(f) Bila labu ini akan digunakan, buang larutan dan bilas labu dengan aquadest. Gunakan labu ini khusus untuk pemeriksaan zat organik3.8.2. Pemeriksaan zat organik1) Ukur 100 mL contoh (tergantung kebutuhan, jika contoh diencerkan jadikan volumenya menjadi 100 mL dengan penambahan aquadest), masukkan ke dalam labu erlenmeyer, tambahkan batu didih.2) Tambahkan 10 mL larutan H2SO4.3) Tambahkan 10 mL larutan KMnO4 0,01 N (dari buret).4) Panaskan, hitung 5 menit dari mendidih.5) Tambahkan 10 mL asam oksalat/Na oksalat 0,01 N (dari buret).6) Titrasi dengan larutan KMnO4 0,01 n sampai terbentuk warna sedikit merah/rose (penambahan pertama + mL hasil titrasi), masukkan ke dalam perhitungan.3.8.3. Mencari faktor ketelitian KMnO41) Ukur 100 mL aquadest, masukkan ke dalam labu erlenmeyer, tambahkan batu didih.2) Tambahkan 10 mL larutan H2SO4 4N.3) Tambahkan 5 mL larutan KMnO4 0,01 N (dari buret).4) Panaskan, hitung 5 menit dari mendidih.5) Tambahkan 10 mL larutan asam oksalat/Na oksalat (dari buret).6) Titrasi kelebihan asam oksalat dengan larutan KMnO4 0,01 N titran sampai terbentuk warna sedikit merah /rose.7) Ulangi langkah 2 smpai 6. Catat mL larutan KMnO4 0,01 N untuk titrasi yang kedua dan masukkan nilai ke dalam perhitungan.

Zat organik, mg/L KMnO4 = Dimana : TKMnO4 = total pemakaian larutan KMnO4fKMnO4 = faktor KMnO4

4. Hasil PengamatanData Air BakupH: 7,06TSS: 43996 mg/lAngka permanganat:185,6816 mg/l KMnO4PARAMETERDOSIS tawas, mg/l Al2(SO4)3.x H2O

I=0II=30III=60IV=90

pH 7,146,86,867,08

TSS11207601200480

Angka permanganat196,29

Dosis optimum = 90 mg/l

PARAMETERDOSIS FeCl3 , mg/l

II=30III=60IV=90

pH 6,916,786,62

TSS10401240600

Angka permanganat95,616

Dosis optimum = 90 mg/l

5. Hasil Perhitungana. Perhitungan rata-rata pH sebelum ditambah koagulan = 6,82

b. Perhitungan pengenceran koagulan

V1 x C1 = V2 x C2V1 x 1000 = 50 x 30V1 = = 1,5

V1 x C1 = V2 x C2V1 x 1000 = 50 x 60V1 = = 3

V1 x C1 = V2 x C2V1 x 1000 = 50 x 90V1 = = 4,5

Sampel awalpH = 7,06TSSBerat kertas saring awal= 0,4832 gramBerat kertas saring + sampel= 1,5831 gramVolume sampel= 25 ml

= 43996 mg/LAngka Permanganata = 6,9 mlT KMnO4 = 18,9 mlf KMnO4 = Angka Permanganat

= 185,6816 mg/L Tawas Berat kertas saring awal = 1,14 grama. 0 mg/LBerat kertas saring Awal + sampel = 1,168 gram

= = 1120 mg/Lb. 30 mg/LBerat kertas saring + sampel = 1,159 gram

c. 60 mg/LBerat kertas saring + sampel = 1,170 gram

d. 90 mg/LBerat kertas saring + sampel = 1,152 gram

Angka permanganata = 6,9 mlT KMnO4 = 19,3 mlf KMnO4 = 0,84

Angka permanganat

FeCl3TSSBerat kertas saring awal = 1,14 grama) 30 mg/LBerat kertas saring + sampel = 1,166 gram

b) 60 mg/LBerat kertas saring + sampel = 1,171 gram

c) 90 mg/LBerat kertas saring + sampel = 1,155 gram

Angka permanganata = 6,9 mlT KMnO4 = 14 mlf KMnO4 = 0,84Angka permanganat

6. PembahasanPada proses koagulasi, koagulan yang digunakan antara lain tawas dan FeCl3 dimana koagulan ini dapat membentuk endapan berupa jelly yang akan mengikat zat tarlarut, koloid serta zat organik sehingga terbentuk partikel besar yang akhirnya mengendap.a. pHUntuk air baku harus ber-pH dengan kisaran antara 6,5 7,5. Air sampel memiliki pH yang sudah memenuhi syarat, yaitu 7,06. Pada koagulan Tawas pH yang diperoleh dari kadar 0-90 mg/L masih memenuhi syarat.

Begitu juga pada kogulan FeCl3, tidak kurah dari 6,5 maupun melebihi 7,5.

b. TSS (Total Suspensi Solid)Kadar TSS yang diambil adalah kadar TSS terendah. Dengan koagulan tawas, diambil kadar 90 mg/L dengan kadar TSS 480 mg/L, karena pada kadar inI kurva telah menyentuh garis tangen dengan = 45o. Berikut gambar kurva tss untuk tawas:

Dengan koagulan FeCl3, diambil kadar 90 mg/L dengan kadar TSS 600 mg/L.

c. Angka PermanganatKadar Angka permanganate yang ditetapkan oleh SNI adalah tidak boleh melebihi 7000 mg/L pada air baku. Kadar angka permanganate dapat ditentukan dari sampel dengan besar TSS terendah atau dengan melihat sampel dalam kondisi terjernih.Pada sampel awal memiliki angka permanganat 185,6816 mg/L. Pada koagulan Tawas 90 mg/L memiliki angka permanganate 196,29 mg/L. Sedangkan pada FeCl3 memiliki angka permanganate 95,616 mg/L. Ini menandakan bahwa air sampel sudah memenuhi syarat air baku.

VI. Kesimpulana. Dosis optimum tawas dan FeCl3 untuk air sampel adalah 90 mg/Lb. Semakin tinggi dosis koagulan maka semakin banyak, maka dapat menurunkan pH.c. Jika koagulan ditambahkan maka dapat menurunkan besarnya TSS dan menurunkan kadar organik

DAFTAR PUSTAKAAnonim. (2011). Wikipedia. Retrieved September 22, 2013, from Koagulasi: http://id.wikipedia.org/wiki/Koagulasi anonim. (2012). Retrieved september 22, 2013, from Koagulasi Flokulasi: http://dc357.4shared.com/doc/BuQFnaD6/preview.htmlasdak, C. (2002). Hidrologi Lingkungan. Hidrologi Lingkungan, UGM Press.Tjokrokusumo. (1995). Retrieved september 22, 2013, from http://repository.ui.ac.id/dokumen/lihat/1707.pdf