ko taulqwodfwfmwlfmwlfmwlfmwlfmw;lfmw;ffwlfmwlfmwmfwlmfw

118
BAB I PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu negara agraris yang memiliki areal pertanian yang sangat luas. Sebagian kecil dari luas area tersebut digunakan sebagai areal penanaman tebu. Iklim tropis yang dimiliki indonesia dengan dua musim yang terdiri dari musim hujan dan musim kemarau ini sangatlah mendukung untuk tumbuhnya tanaman tebu, maka dengan demikian tanaman tersebut dapat tumbuh optimal di wilayah indonesia. Tebu itu sendiri merupakan salah satu bahan dasar pembuatan gula yang paling banyak digunakan oleh industri pembuatan gula pasir. Gula adalah istilah umum yang sering diartikan bagi setiap karbohidrat yang digunakan sebagai pemanis dan industri yang biasa menggunakannya biasa menyebutnya dengan sukrosa ( Buckle dkk, 1987 ). Gula merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi penduduk dunia, pada tahun 2001 sebanyak 134,1 juta ton gula di produksi di seluruh dunia untuk memenuhi kebutuhan kebutuhan penduduk dunia akan gula. Negara - negara di dunia yang mempunyai iklim hangat merupakan penghasil gula terbesar di dunia, salah satunya adalah Australia, Brazil dan Thailand. [Laporan Kerja Praktek di PT PG Rajawali II Unit PG Subang] Page 1

Upload: aria-hikmadi-maulana

Post on 23-Nov-2015

84 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

wlmdflwmdflwmdfwlmfw

TRANSCRIPT

BAB I PENDAHULUAN

Indonesia merupakan salah satu negara agraris yang memiliki areal pertanian yang sangat luas. Sebagian kecil dari luas area tersebut digunakan sebagai areal penanaman tebu. Iklim tropis yang dimiliki indonesia dengan dua musim yang terdiri dari musim hujan dan musim kemarau ini sangatlah mendukung untuk tumbuhnya tanaman tebu, maka dengan demikian tanaman tersebut dapat tumbuh optimal di wilayah indonesia. Tebu itu sendiri merupakan salah satu bahan dasar pembuatan gula yang paling banyak digunakan oleh industri pembuatan gula pasir.Gula adalah istilah umum yang sering diartikan bagi setiap karbohidrat yang digunakan sebagai pemanis dan industri yang biasa menggunakannya biasa menyebutnya dengan sukrosa ( Buckle dkk, 1987 ).Gula merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi penduduk dunia, pada tahun 2001 sebanyak 134,1 juta ton gula di produksi di seluruh dunia untuk memenuhi kebutuhan kebutuhan penduduk dunia akan gula. Negara - negara di dunia yang mempunyai iklim hangat merupakan penghasil gula terbesar di dunia, salah satunya adalah Australia, Brazil dan Thailand. Kehadiran gula sebagai bahan pemanis memiliki peranan yang penting, bukan saja untuk keperluan sehari-hari, akan tetapi juga bagi keperluan indutri, khususnya indutri yang bergerak di bidang makanan, muniman, fermentasi, kosmetik, farmasi dan lain-lain. Besarnya pemanfaatan gula sebagai bahan baku, mendorong industri gula nasional berusaha memenuhi permintaan tersebut, terutama dengan adanya kebijakan pemerintah untuk mengimpor gula akibat kurangnya pasokan gula akibat kurangnya pasokan gula untuk kebutuhan nasional.

[Laporan Kerja Praktek di PT PG Rajawali II Unit PG Subang]Page 78

Kebutuhan gula di indonesia diperkirakan mencapai angka 4 juta ton per tahun yang terdiri dari konsumsi masyarakat sebesar 2,5 juta ton per tahun dan kebutuhan industri sebanyak 800 ribu ton per tahun. Kebutuhan gula sebanyak itu diperkirakan dapat terpenuhi oleh 20 pabrik gula dimana masing-masing pabrik menghasilkan produksi gula yang tinggi. Salah satu pabrik yang memproduksi gula putih adalah PT. PG Rajawali II Unit PG subang, pabrik gula ini mengelola perkebunan tebu seluas 5,669.4 Ha dengan kapasitas produksi setiap tahunnya adalah sebesar 84.844,3 ton. Proses pengolahan gula di PT. PG Rajawali II Unit PG subang menggunakan sulfitasi alkalis, dimana sebagian bahan pembantu proses pembuatan gula ini menggunakan susu kapur dan juga belerang. PT. PG Rajawali II Unit PG subang ini terletak di desa Pasir Bungur kecamatan Purwadadi, kabupaten Subang, provinsi Jawa barat. Bedasarkan letak geografisnya PT. PG Rajawali II Unit PG subang berada pada 17404118 sampai 10704161 BT dan 602446 LS sampai 602448 LS.Areal perkebunan tebu PT. PG Rajawali II Unit PG subang berada pada daerah dengan topografi yang datar sampai bergelombang dengan kemiringan 0-10 % dengan ketinggian rata-rata 30 meter diatas permukaan laut untuk wilayah Pasir Bungur dan Pasir Muncang sedangkan untuk wilayah Manyingsal memiliki kemiringan 8-15 % dari ketinggian rata-rata 45 meter dari permukaan laut, dengan temperatur rata-rata 220C - 31,40C dan curah hujan rata-rata 1200-2000 Nm/Tahun. PT. PG Rajawali II Unit PG subang mempunyai lahan hak guna usaha yang di bagi menjadi tiga lahan yaitu perkebunan dengan luas 5,669.4 Ha, areal pabrik dengan luas 10.500 Ha, dan areal perumahan sebesar 142.524 m2.Untuk areal perkebunan tebu dari PT. PG Rajawali II Unit PG subang dibagi dalam tiga rayon, yaitu rayon I meliputi wilayah Pasir Bungur dengan luas areal sebesar 1.413,430 Ha, Rayon II meliputi wilayah Pasir Muncang dengan luas areal sebesar 2.897,187 Ha dan Rayon III meliputi wilayah Manyingsal dengan luas wilayah sebesar 1.249,306 Ha. Luas areal tebu tersebut dapat menghasilkan 325,897.5 ton tebu untuk proses produksi pada tahun 2012.

BAB II. TINJAUAN PABRIK Pustaka-pustaka mengenai PT. PG Rajawali II Unit PG subang dapat diketahui mulai dari awal mulanya perusahaan berdiri sampai rencana pengembangan perusahaan yang mencakup wilayah pemasaran produk dan dasar-dasar keseluruhan perusahaan.

2.1. Sejarah Singkat PerusahaanPada tahun 1812 - 1833 areal pabrik PT. PG Rajawali II Unit PG subang merupakan areal perkebunan karet milik Swasta Asing (Inggris), pada tahu 1833 - 1957 pada masa penjajahan belanda areal tersebut dikuasai oelh perusahaan asing Belanda (Pamanoekan and Tjiasem Land) baru pada tahun 1958 - 1968 diambil alih oleh pemerintah Indonesia yang dikelola oleh perusahaan perkebunan Negara dengan adanya undang-undang no. 85 tahun 1958 (LN No. 162/1959) tentang nasionalisasi perusahaan - perusahaan milik Belanda.Bedasarkan peraturan pemerintah No. 14 tahun 1968, pada tanggal 13 april 1968, dilakukan regionalisasi maka perkebunan karet dikuasai oleh PTP.XXX konversi areal tersebut berdasarkan pada intruksi Menteri Pertanian no. 12/INS/UM/1970, tanggal 20 Juni 1972. Dimana disebutkan dalam dictum pertama ayat 4 sebagai berikut : Sebagai pengganti komoditi karet agar diadakan penelaahan tentang kemungkinan komoditi tebu dengan memperhatikan aspek teknis, ekologis, dan sosial ekonomi.Untuk merealisasikan SK Menteri Pertanian tersebut maka PPIG (Proyek Pengembangan Industri Gula) bekerja sama dengan PTP XXX mengadakan penelitian penanaman tebu di areal PG subang. Dari hasil penelitian PPIG serta rekomendasi para ahli yang berwenang ternyata dapat dipertanggungjawabkan secara ekologis. Pada tahun 1979-1989 dimulai tahap pelaksanaan konversi dari tanaman karet ke tanaman tebu. Pada waktu itu di giling ke PG Tersera Baru bedasarkan SK Menteri no. 681/menteri-x/1974 tanggal 14 Oktober 1978 pengelolaan PG Subang yang terdiri dari kebun Pasir Bungur, Pasir Muncang dan Manyingsal sepenuhnya diserahkan kepeda perkebunan XIV.Pada tahun 1981 dimulai pembangunan fisik dari PG subang sesuai dengan surat keputusan Menteri Pertanian No.667/KTPs/8/1991 tangga 11 Agustus 1981, pada tahun 1984 PG subang menggiling sebanyak 112,271.6 ton dan keseluruhan tebu jumlah tebu sebesar 213,563.8 ton dan penggilingan berakhir pada tanggal 8 Oktober 1984. Maka sejak saat itu pengolahan PG subang dilakukan oleh PT. Rajawali Nusantara Indonesia dan modal perusahaan berasal dari perusahaan itu sendiri.

2.2. Sejarah Perkembangan PabrikPT. Rajawali Nusantara Indonesia pada tahun 1986 telah mengganti namanya menjadi PT. PG Rajawali II Unit PG Subang. Semenjak tahun 1984 - 2000, proses pemasakan di PT. PG Rajawali II Unit PG Subang menggunakan sistem ABD. Sistem ini digunakan karenaharga kemurnian dari nira lebih kecil dari 80% dengan tujuan untuk memproduksi gula sebanyak-banyaknya atau secara kuantitas, sedangkan pada tahun 2001 samapai sekarang, menggunakan sistem ACD. Sistem ini digunakan karena harga kemurnian nira lebih kecil dari 80% dengan lebih mengutamakan kualitas dari produk gula yang dihasilkan.Tahun 1984 PT. PG Rajawali II Unit PG Subang mengemas gulanya dengan karung goni yang beratnya sebesar 100 kg, namun pada tahun 2005 kemasan 100 kg dihilangkan dan dirubah menjadi kemasan 50 kg dan 1 kg. Tahun 1984 - 1999 proses pemurnian dan pemucatan di PT. PG Rajawali II Unit PG Subang ini menggunakan proses Sulfitasi Alkalis dengan blower tekan. Tahun 2000 - 2002 sulfitasi menggunakan fenturi, dan tahu 2003 sampai sekarang proses sulfitasi dengan menggunakan sulfur tower.

2.3. Struktur Organisasi Dan KepegawaianStruktur organisasi pada PT. PG Rajawali II Unit PG Subang di pimpin oleh seorang General Manager yang dibantu oleh lima orang kepala bagian pelaksanaan tugasya.

1. General ManagerGeneral Manager memiliki tugas - tugas sebagai berikut :a. Melaksanakan keputusan dan kebijakan yang ditetapkan oleh direksi PT. PG Rajawali II.b. Mengadakan perencanaan, pengorganisasian, pengawasan, dan pengendalian untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.c. Memimpin dan mengelola semua sektor produksi yang menjadi tanggung jawab secara terus menerus.d. Memberi saran, pendapat, umpan balik dan pertimbangan berdasarkan kesimpulan-kesimpulan atas hasil monitoring, analisa dan evaluasi kepada direksi baik diminta atau tidak tentang hal-hal yang dipandang perlu dalam pengelolaan pabrik guna mencapai hasil yang optimal.

2. Kepala Bagian Tanaman Tugas kepla bagian tanaman adalah sebagai berikut :a. Untuk melaksanakan rencan kerja dan kebijaksanaan di bidang tanaman yang diciptakan oleh General Manager sesuai dengan ketentuan-ketentuan direksi yang mengarah kepada tercapainya sasaran perusahaan dengan efektif dan efisien.b. Memimpin dan mengelola bidang tanaman ( kebun percobaan, tanaman, angkutan dan tebang ).c. Memberikan saran dan pendapat, umpan balik serta pertimbangan kepada General Manager dalam persoalan-persoalan di bidang tanaman, tebang dan angkut dalam rangka meningkatkan usaha perusahaan.

Dalam pelaksanaan tugasnya, kapala bagian tanaman dibantu oleh tiga orang pekerja kebun kepala rayon yang membawahi delapan pekerja kebun wilayah, kepala riset dan pengembangan, kepala tebang angkut dan kepala seksi mekanisasi.

3. Kepala Bagian Instalasi Tugas kepala bagian instalasi adalah sebagai berikut :a. Untuk menjalankan program yang ditetapkan oleh General Manager baik semua rencana, program, prosedur serta kebijakan di bidang instalasi pabrik gula secara efektif dalam memproduksi gula menurut persyaratan kualitas dan kuantitas yang telah ditentukan. b. Menjaga kelancaran kerja teknik termasuk perancanaan, pengusulan, perubahan peralatan dan pembiayaan dalam pabrik.c. Memelihara dan memperbaiki alat-alat yang berada di dalam pabrik maupun yang merupakan hak milik perusahaan seperti gedung, perumahan, kantor, dan kendaraan.d. Memberi saran, pendapat, umpan balik dan pertimbangan kepada General Manager dalam persoalan-persoalan dibidang instalasi dalam rangka meningkatkan efisiensi dan produktifitas pabrik.

4. Kepala Bagian Pabrikasi Tugas dari kepala bagian pabrikasi adalah sebagai berikut :a. Melaksanakan kegiatan-kegiatan teknik operasional dalam bidang pabrikasi, baik teknis administrasi maupun finansial guna menjamin kelancaran dan ketertiban penyelenggaraan proses produksi pengolahan sehingga memperoleh hasil yang memenuhi persyaratan baik kualitas maupun kualitas.b. Mengusulkan perubahan dan perbaikan peralatan yang berhubungan dengan bagian pabrikasi.c. Memimpin dan menjaga kelancaran proses produksi.d. Memberikan saran, pendapat dan umpan balik mengenai persoaalan dalam bidang pabrikasi sebagai bahan pertimbangan General Manager. Dalam pelaksanaannya, kepala bagian pabrikasi dibantu oleh lima staf, yaitu staf laboratorium, QC, pemurnian, evaporator, boiling and crystalization, serta staf sentrifugasi.5. Kepala Bagian Tata Usaha dan Administrasi Tugas kepala bagian tata usaha dan administrasi adalah sebagai berikur :a. Menkoordinir, merencanakan mengarahkan dan mengawasi agar sisi pembukuan di lakukan sebagaimana mestinya sesui dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku.b. Menyusun rencana anggaran bulanan dan mengawasi pelaksanaannya.c. Menyusun dan melaporkan setiap anggaran yang masuk ataupun yang keluar. d. Menjaga hubungan baik dengan instalasi pemerintah dan departemen lain untuk kelangsungan operasi perusahaan.e. Memberi saran, pendapat dan umpan balik kepada General Manager tentang persoalan-persoalan dalam bidang yang mengarah kepada peningkatan dan pengembangan usaha perusahaan.

Dalam pelaksanaannya, kepala bagian tata usaha dan administrasi ini dibantu oleh dua orang staf yaitu staf keuangan yang membawahi administrasi gudang material dan gudang hasil, serta staf akuntan.

6. Kepala Bagian Sumber Daya Manusia ( SDM ) Tugas kepala bagian sumber daya manusia dan umum adalah sebagai berikut :a. Bekerja sama dengan kepala bagian dalam mengkoordinasikan penyusunan kebutuhan karyawan.b. Melakukan analisis dan evaluasi jabatan atau posisi diperusahaan, meliputi pekerjaan lapangan, pekerjaan perekrutan dan pekerjaan keahlian bersama - sama dengan kepala bagian masing-masing untuk kemudian dibakukan setelah disetujui oleh General Manager. c. Mengkoordinir, mengarahkan dan mengawasi kegiatan-kegiatan dibidang personalia yang mencakup :1) Pencarian, penyeleksian, penerimaan, pengangkatan dan pemberhentian pegawai.2) Pengarsipan data dan dokumen-dokumen personalia agar terjamin kerahasiaannya.3) Membuat dan melaksanakan asuransi pegawai melalui program jamsostek.

2.4. Distribusi ProdukPemasaran produk gula dari PT PG Rajawali II Unit PG Subang umumnya di pulau Jawa khususnya wilayah Jawa Barat. Tahun 2013 pemasaran dari produk RAGULA di pasarkan kepasar bebas dimana pemasarannya dapat langsung dipasarkan kepada perusahaan industri makanan dan juga terdapat pesanan dari kelompok masyarakat tertentu. BAB IIIUNIT PEMURNIAN NIRA

Proses pemurnian merupakan proses yang sangat memerlukan ketelitin dalam operasionalnya. Kesalahan dalam pengaturan pH atau suhu dapat menyebabkan proses pemurnian tidk berjalan dengan baik.A. Tujuan Proses Pemurnian Nira

Tujuan pokok pemurnian nira menghilangkan sebanyak mungkin komponen bukan gula yang terdapat dalam nira. Penghilangan ini dilaksanakan dengan pengaturan kondisi proses sebaik mungkin, sehingga baik sukrosa maupun monosakarida yang rusak dalam jumlah sekecil mungkin Nira mentah berasal dari unit gilingan dari berbagai komponen yaitu :1. Komponen nira mentaha. Airb. Gula c. KotoranDidalam unit pemurnian akan diusahakan agar kotoran yang terdapat dalam nira dapat dihilangkan, meskipun dalam pelaksanaannya belum dapat dihilangkan secara sempurna. Khususnya kotoran kotorn yang terlarut dan melayang. Penghilangan kotoran tersebut hanya sekitar 10 25 % dapat dihilangkan dari jumlah kotoran yang ada

2. Mekanisme Penghilangan kotoranMekanisme penghilangan kotoran dilakukan dalam berbagai cara antara lain : A. Cara KimiaPenghilangan kotoran secara kimia dengan menggunakan suatu zat dapat bereaksi dengan nira tersebut. Nira yang bersifat asam harus dinetralkan dengan basa yang dapat menimbulkan efek pemurnia yang baik. Reaksi pemurnian dapat berjalan sebagai berikut

A + B ABA = Jenis Asam dari niraB = Basa yang digunakan sebagai penetralan Produk AB yang terbentuk dari reaksi penetralan tersebut diharapkan suatu bahan yang tidak larut didalam nira (mengendap) sehingga komponen A yang terdapat dalam nira dapat mengendap. Yang bberarti terjadi pemurnian terhadap komponen A dari nira

B. Cara Kimia FisikaProses penghilangan kotoran cara kimia fisika peristiwanya bersumber dari cara kimia. Suatu peristiwa yang disebut adsorbsi yaitu proses penyerapan zat yang berfasa gas atau cair dengan zat padat sebagai adsorbent. Dalam cara kimia dimana terbentuk endapan AB. Endapan ini dapat menyerap partikel partikel kecil dari sekitarnya ke permukaan endapan sehingga turut terbawa mengendap. Dengan demikian terjadi penghilanagan kotoranlambut dari nira sehingga nira menjadi jernih

C. Cara FisikaPenghilangan kotoran secara fisika digolongkan beberapa cara seperti pengendapan, penyaringan dan pengapungan. Keberhasilan proses penghilangan kotoran secara fisis tergantung dari hasil pekerjaan secara kimia fisika

3. Tahap Operasi Pemurnian NiraTujuan pokok bagian operasi pemurnian nira, untuk mengetahui tahap tahap pemurnian, sehingga kondisi proses yang semestinya terjadi pada tahap tersebut dapat dipertahankan. Alat alat yang dipakai dirancang untuk operasi kontinyu, sehingga diusahakan bahan proses dapat masuk operasi secara kontinyu juga.Nira mentah dari unit gilingan di pompa ke timbangan nira mentah untuk mengetahui beratnya . nira mentah tertimbang selanjutnya dipanasi dengan juice heater I dengan suhu nira mencapai C . Selanjutnya nira tersebut ditambahkan susu kapur pada koagulator I sampai tercatat pH 6,8 s.d 7,2, kemudian ke koagulator II samapi dengan pH sampai dengan pH 10. PengaturanpH menggunakan automatic control yang secara otomatis berdasarkan penyetelan operator. Nira kemudian masuk ke sulfur tower sampai tercatatpH 7,2. Nira mentah tersufitir kembali dipanasi di juice Heater II sampai tercatat suhu C. Nira keluar dari juice heater II kemudian masuk ke dalam flash tank untuk menghilangkan gas gas yang nantinya dapat mengganggu proses pengendapan. Flokulant ditambahkan kosentrasi 3 ppm agar kotoran dalam nira mempunyai kerapatan yang lebih besar. Nira dari flash tank kemudian masuk kedalam door clarifier untuk memisahkan nira jernih dengan nira kotornya. Nira jernih yang diperoleh disaring kemudian dipompa ke evaporator. Sedangkan nira kotor tadi ditampung dalam mud mixer dan ditambahkan ampas halus (bagasillo), kemudian dipompa ke rotary vacuum filter untuk memisahkan nira tapis dan blothongnya. Nira hasil pennapisan dialirkan ke bak tertimbang kemudian diolah embali bersama nira mentah

4. Tujuan Kondisi Proses pada masing masing tahap prosesPabrik gula subang yang bekerja secara sulfitasi alkalis. Pada proses pemurnian, hal yang mempengaruhi proses adalah Ph, temperatur dan waktu. Tercapainya optimasi proses jika kketiga hal tersebut diatur dengan bail sesuai dengan standar operasonal prosedur (SOP). Pengaturan temperatur pH dan waktu yang salah akan menyebabkan kerusakan sukrosa dan gula reduksi Hal ini pelu diingat bahwa sukrosa stabil dalam suasana alkalis, tapi labil dalam suasana asam. Sebaliknka gula reduksi stabil dalam suasana asam tapi labil dalam suasana alkalisProses sulfitasi memerlukam pemanasan pada suhu C dengan tujuan mematikan jasad renik atau mikroorganisme pengganggu yanng terkandung dalam nira, menghilangkan sifat fisis dari koloid koloid organik dan anorganik dimana koloid tersebut dapat bereaksi sempurna dengan bahan bahan pembantu proses sehingga dapat menggumpal dengan baikSelanjutnya setelah nira dipanaskan pada suhu C ditambahkan susu kapur sampai tercatat pH 10 (Alkalis). Kemudian dinetralkan dengan pemberian gas SO2 sampai pH 7,2 Bogstar mengangap perpecahan gula reduksi yang terjadi sebelum 1 menit pada suhu C dan pH 9,2 masih diperbolehkan dalam proses sulfitasi. Setelah nira diberi perlakuan koagulasi dengan penambahan susu kapur kemudian diberi gas SO2 dengan pH 7,2 7,4 kembali dipanasi pada suhu C dengan tujuan menyempurnakan reaksi antara ion sulfit dan menurunkan viskositas nira, kemudian nira masuk kedalam flash tank untuk menghilangkan gas gas supaya tidak mengganggu pengendapan kemudian ke door clarifier untuk dipisahkan antara nira encer dan nira kotornya. Kemudian nira encer disaring di saringan nira encer. Nira kembali dipanasi di juice heater III dengan tujuan agar beban pemanasan pada evaporator badan I lebih ringanDengan demikian setiap langkah proses harus diadakan pengontrolan terutama suhu dan pH setiap waktu. Karena optimasi proses memerlukan pengaturan kondisi yang optimal, dengan tujuan agar memperthankan kondisi proses ialah menekan kehilangan gula yang sekecil mungkin sehingga diperoleh hasil sebanyak mungkin.

5. Operasi PemurnianDi dalam unit pemurnian nira dibagi berbagai metode seperti pemanasan, koagulasi, sulfitasi, pengendapan dan penyaringan

BAB IVDESKRIPTIF PROSES

Produksi gula khusunya gula pasir pada pabrik pabrik gula di indonesia menggunakan tanaman tebu sebagai bahan baku. Secara umum produksi gula ditunjukan oleh gambar 3.1. Tahapan tahapan tersebut di PG Subang meliputi tujuh unit yaitu : unit persiapan, unit gilingan unit pemurnian, unit evaorasi, unit cyristalisasi, unit putaran dan unit penyelesaian

Unit Persiapant

PenyelesaianUnit KristalisasiUnit EvaporasiUnit PemurnianUnit Gilingan Gambar 3.1. Diagram blok proses produksi gula

3.1 Unit Persiapan Bahan Baku Tujuan unit persiapan ini adalah untuk mempersiapkan tebu sebagai umpan pada unit gilingan. Tebu tidak boleh terlalu lama didiamkan setelah ditebang karena dapat menyebabkan terinversinya kandungan gula didalam tebu oleh mikroorganisme menjadi glukosa dan fruktosaPada tahap ini, tebu (cane) yang akan digiling dipersiapkan, baik itu kualitas maupun kuantitasnya. Kualitas meliputi kondisi fisik tebu, tingkat kebersihan dan potensi kandungan gula (rendemen) di dalamnya Sedang dari segi kuantitasnya, dilihat jumlahnya dengan ditimbang yang akhirnya menentukan jumlah gula yang akan dihasilkan

Sebelum masuk ke pabrik, tebu yang dingkut oleh truk terlebih dahulu ditimbang dan diproses di pos timbangan. Tebu yang sudah melewati pos penimbangan diatur menggunakan cane stacker umtuk diletakan di cane yard menggunakan ala alat seperti : cane triplex, cane, unloading, hilo dan cane stacker

Tebu yang sudah diatur di cane yard selanjutnya diangkut ke cane table. Cane table yang terdaoat di cane yard ini berfungsi untuk mengatur jumlah tebu yang sesuai dengan kapasitas mesin pisau tebu (cane cutter) sehingga mesin dapat bekerja optimal dan tidak mengalami kelebihan kapasitas (overload)

Tebu dari cane table kemudian dibawa ke cane cutter menggunakan cane carrier. Cane carrier ini berfungsi untuk memotong motong dan mencacah batang tebu menjadi ukuran yang lebih kecil menggunakan pisau. Tujuan pemotongan adalah untuk menghancurkan batang tebu sehingga mempermudah pemerahan nira yang terkandung dalam tebu. Pisau pada cane cutter berputar dengan kecepatan 900 rpm agar nira mentah tidak keluar dari tebu saat pencacahan, dengan arah perputaran pisau searah dengan arah aliran tebu

Tebu yang telah dicacah di cane cutter kemudian masuk ke unigrator. Unigrator ini berfungsi untuk menghaluskan serabut serabut kasar yang keluar dari cane cutter menjadi serabut serabut yang lebih halus. Unigrator terdiri dari palu (hammer) 760 rpm dengan arah yang berlawanan dengan arah putaran tebu. Tenaga penggerak cane cutter dan unigrator berasal dari turbin yang digerakan oleh steam. Tebu yang keluar dari unigrator kemudian dibawa ke unit gilingan oleh cane elevator

3.2Unit GilinganDi PG Subang pengambilan nira dari batang tebu dilakukan dengan cara pemerahan menggunakan gilingan. Prinsip kerja dari unit gilingan adalah memerah nira yang terkandung dalam batang tebu semaksimal mungkin dan kandungan gula dalam ampas seminimal mungkin. Unit gilingan secara keseluruhan ditunjukan oleh gambar 3.2 salah satu cara untuk memperoleh hasil yang maksimal tersebut dalam proses pemerahan nira diberi penambahan air ( air imbibisi) yang berfungsi sebagai pelarut yang dipakai dalm proses pemerahan. Pemberian air imbibisi dilakukan pada gilingan 3 dan 4

Gambar 3.2 Unit Gilingan

3.2.1 Penggilingan ISerat serat tebu halus dari stasiun persiapkan diumpankan dengan menggunakan feeding roller menuju unit gilingan I. Ampas gilingan I dicampur dengan nira perahan III untuk diumpankan ke unit gilingan II. Nira perahhan pertama dilewatkan melalui DSM (Drum Separator Motor) untuk memisahkan antara nira dan serat yang terbawa sebelum ditampung di tangki nira mentah. Setelah ditampung, nira mentah di timbang di timbangan Boulogne sebagai persiapan sebelujm masuk ke unit pemurnian, sedangkan ampas gilingan I dibawa oleh intermediate carrier untuk dijadikan umpan pada unit gilingan II

3.2.2 Penggilingan IISebelum masuk ke unit gilingan II, ampas Gilingan I ditambahkan nira imbibisi yang berasal dari nira gilingan III. Penambahan nira imbibisi dimaksud untuk melarutkan nira yang masih ada didalam serabut tebu sehingga kandungan dapat diambil sebanyak banyaknya untuk produksi.Di unit gilingan II, ampas hasil gilingan I kembali diperah untuk mendapatkan nira sisa yang masih terdapat di dalam serabut tebu. Hasil perahan unit gilingan II ini disebut Nira Perahan Lanjutan (NPL) juga dicampur dengan nira imbibisi yang berasal dari gilingan IV, selanjutnya nira perahan lanjutan digabungkan dengan nira perahan pertama untuk dilewatkan ke DSM. Kemudian ditampung di tangki nira mentah dan timbangan Boulogne. Sedangkan ampas gilingan II dibawa oleh intermediate carrier untuk dijadikan umpan pada unit gilingan III

3.2.3 Penggilingan IIIAmpas gilingan II sebelum masuk ke unit gilingan III. Dtambahkan dengan nira imbibisi dari gilingan IV dan ditambah dengan air imbibisi. Nira hasil dari unit gilingan III dijadikan sebagai nira imbibisi pada gilingan II. Sedangkan ampasnya kembali dibawa oleh intermediate carrier dijadikan umpan pada unit gilingan IV

3.2.4 Penggilingan IVUmpan pada unit gilingan IV adalah ampas unit gilingan III. Sebelum masuk ke gilingan IV, ampas kembali ditambah dengan air imbibisi untuk melarutkan nira sisa. Sedangkan nira imbibisi tidak ditambahkan karena dapat menyebabkan nira terserap kembali oleh ampas dan ikut terbawa keluar. Nira hasil gilingan IV dijadikan nira imbibisi di unit gilingan III. Sedangkan ampas dari gilingan IV berup ampas kering digunakan sebagai bahan bakar boiler

3.3 Unit PemurnianNira yang dihasilkan dari unit gilingan kemudian dimurnikan. Pemurnian ini berfungsi untuk menghilangkan ata mengurangi zat bukan gula dari nira mentah seoptimal mungkin. Proses pemurnian ini dapat dilakukan secara fisis maupunn kimiawi. Proses proses yang terjadi pada unit pemurnian adalah penampungan, pemanasan I, koagulasi, sulfitasi, pemanasan II, penghilangan udara dan gas. Pengendapan dan pemanasan III. Unit pemurnian secara keseluruhan ditunjukan oleh gambar 3.3

Ca(OH)2

5

6 6NIRA MENTAH

1

FLOKULAN SO2

2

Air9

8

NIRA ENCERBlotong Bagasillo

Gambar 3.3 Unit Pemurnian Keterangan Gambar1. Tangki penampungan nira mentah5. Sulfur Tower2. Timbangan Boulogne6. Flash Tank3. Tangki pemanas (juice Heater)7. Door Clarifier1,2 dan 38. Mud mixer4. Kolom koagulator 1 dan 29.RVF

Nira mentah dari unit gilingan, dimurnikan untuk memisahkan kotoran (bukan gula) yang berupa blothong/ filter cake (sekitar 5% tebu) untuk mempercepat penggumpalan kotoran dilakukan pemanasan terlebih dahulu dahulu dan dengan penambahan flokulan. Di unit pemurnian ini nira mentah mengalami proses pemisahan dan pengendapan kotoran kotoran sehingga akan diperoleh nira dengan kemurnian yang cukup tinggi untuk mempermudah proses pengkristalan. Karena nira yang mempunyai kemurnian tinggi akan mudah terbentuk kristal

3.3.1 Penampungan dan Penimbangan Nira MentahNira mentah dari unit gilingan setelah ditampung di tangki nira mentah dimasukan ke timbangan Boulogne. Proses penimbangan pada timbangan boulogne bertujuan untuk mengurangi jumlah nira mentah yang akan diproses sehingga dapat diketahui gula dari nira mentah yang masuk dan mengetahui jumlah nira mentah yang dihasilkan dari proses gilingan untuk setiap jumlah tebu yang digilingTimbangan ini bekerja secara kontinu dan otomatis sehingga berat nira dapat langsung diketahui. Kapasitas timbangan sebesar 3 ton. Cara kerjanya yaitu nira mentah hasil proses gilingan yang masuk ke timbangan akan ditampung duluSetelah bobot nira mentah mencapai iga ton, maka bandul akan membuka kemudian nira akan dialirkan menuju bak tunggu sebelum dipompa ke tangki pemanas I (Juice Heater I)

3.3.2 Juice Heater I Nira mentah yang telah ditimbang kemudian dipanaskan sehingga mencapai suhu C. Pemanasan di juice Heater ini menggunakan pemanas yang berasal dari uap nira pada Evaporator I. Tujuan pemanasan pada temperatur tersebut adalah membunuh mikroorganisme (leuconostoc dan bakteri asam susu) yang terdapat dalam nira karena dapat menyebabkan pH nira menjadi asam, menggumpalkan koloid, mencapai temperatur optimum pada proses defekasi dan sulfitasi

Pada proses pemanasan berlangsung suhu harus dijaga konstan, jika suhu kurang dari C reaksi pada proses defekasi menjadi lambat dan proses pengendapan kurang optimal, sedangkan jika suhu lebih dari C akan menimbulkan kerusakan pada glukosa yang terdapat dalam nira mentah

3.3.3 KoagulasiProses koagulasi bertujuan untuk mengendapkan kotoran kotoran yang terdapat dalam nira mentah dan untuk menaikan pH nira mentah dengan penambahan Ca(OH)2. pH nira mentah harus dinaikan, karena dalam kondisi pH asam, glukosa dalam nira mentah akan rusak, selain itu glukosa dalam nira mentah akan rusak pada temperatur tinggi. Dikarenakan temperatur nira mentah telah dinaikan sebelumnya pada juice heater I, maka pH nira harus dinaikan agar tidak terjadi kerusakan nira lebih banyak.Langkah awal yang dilakukan adalah menetralkan pH nira mentah hingga mencapai pH 6,8 karena umunya koloid koloid pada pH netral dapat mengalami pengendapan. Selanjutnya pH nira dinaikan mencapai pH 9,5-10,5Proses koagulasi dilakukan bertahap yaitu : Koagulasi I, pH nira mentah dinaikan hingga mencapai pH 6,8. Koagulasi II, pH nira mentah dinaikan hingga mencapai pH 9,5-10,5.Proses Koagulasi dilkukan bertahap, karena :1. Setiap kotoran atau koloid memiliki karakteristik yang berbeda beda, pada pH tertentu koloid tersebut dapat saling menempel dan mengendap. Ada koloid yang pada pH netral sudah dapat mengendap dan ada juga yang pada pH tinggi baru dapat mengendap, tetapi umumnya pada pH 7 koloid koloid tersebut dapat saling menempel dan mengendap2. Agar tidak terjadi pengendapan kapur yang terlalu banyak pada tangki koagulator, yang dapat menimbulkan kerak pada tangki koagulator3. Memperpanjang waktu kontak yang dibutuhkan untuk penempelan koloid agar kumpalan koloid tidak pecah lagi

3.3.4 SulfitasiProses sulfitasi yaitu pemberian gas sulfur dioksida (SO2) pada nira terkapur. Pemberian gas belerang ini bertujuan untuk menetralkan pHbasa hasil dari proses koagulator. Nira yang dihasilkan pada proses koagulasi memiliki pH yang sangat tinggi sehingga harus dinetralkan. Apabila pH nira mentah terlalu basa, sukrosa pada nira mentah tidak akan rusak, tetapi dapat menimbulkan suatu zat yang berwarna cokelat pada nira mentah tidak akan rusak, tetapi dapat menimbulkan suatu zat yang berwarna cokelat pada nira mentah yang mengakibatkan warna gula yang dihasilkan berwarna merah. Hal ini disebabkan dalm nira terdapat zat yang disebut glukosa dan zat inilah yang akan rusak padapH diatas 7. Selain itu kelebihan kapur yang bereaksi dengan SO2 akan lebih banyak mengikat kotoran dan membentuk endapan CaSO3 yang bersifat adsorben untuk mengikat kotoran kotoran lain yang belum terikat oleh proses defekasi. Gas SO2 diberikan secara kontinyu dari dapur belerang ke dalam sulfitator. Reaksi yang terjadi pada proses sulfitai adalah :SO2 + H2O (dalam nira) H2SO3 H2SO3 + + Ca(HSO3)2 ; Ca sulfit primer,pH 4,5 + + CaSO3 ; Ca sulfit sekunder, pH 7,2

Pada temperatur lebih dari C, reaksi yang terjadi adalah :CaSO3 + H2O berlebih Ca(HSO3)2 (larut) + H2O2CaSO3 + O2 CaSO4 (Larut)Oleh karena itu temperatur nira dalam pengendapan harus dibawah C

3.3.5 Juice Heater IINira mentah yang telah mengalami proses sulfitasi kemudian dipanaskan pada juice heater II hingga mencapai temperatur C. Pemanasan ini menggunakan pemanas exhause steam dengan tekanan 0,8 - 0,9 atm dengan suhu C dari evaporator II. Tujuan dari pemanasan ini sebagai pemanasan untuk menyiapkan nira mentah sebelum memasuki proses pengendapan pada door clarifier, karena pada temperatur kurang dariC kotoran akan sulit mengendap. Jadi pada saat nira mentah memasuki tangki door clarifier koloid koloid yang belum terendapkan sudah siap diendapkan tanpa perlu menaikan temperaturnya terlebih dahulu

3.3.6 PengendapanDi door clarifier terjadi pemisahan antara nira jernih dengan pengotornya (non gula) beberapa koloid halus dengan cara pengendapan (sedimentasi) melalui penambahan flokulan yang sudah menggumpal akibat dari proses defekasi dan sulfitasi Nira dari juice Heater II kemudian ditampung kedalam flash tank. Hal ini dilakukan untuk menghilangkan udara atau gas yang terlarut dalam nira mentah, karena udara atau gas tersebut dapat mengganggu pada proses pengendapan. Selanjutnya nira tersebut siap untuk dimasukan ke door clarifier. Nira yang dihasilkan dari proses koagulasi belum semua kotorannya terendapkan, masih terdapat koloid koloid halus yang belum dapat mengendap. Oleh karena itu pada tangki door clarifier dilakukan penggabungan koloid koloid sehingga menjadi partikel yang lebih besar yang dapat mengendapp lebih mudah. Untuk membantu penggabungan koloid koloid tersebut dilakukan penambahan flokulanDalam door clarifier terdapat empat tingkatan ruangan nira. Pada masing masing ruangan nira terdapat scrapper (penyapu kotoran) yang berputar dengan kecepatn 3 rpm. Scrapper ini berfungsi untuk membersihkan kotoran kotoran yang telah mengendap Partikel yang berukuran - mm (koloid) memiliki muatan yang sama senhihngg dapat stabil karena ada gaya tolak menolak antar partikel. Pemisahan partikel partikel itu dan cairan nira harus dilakukan dengan cara menggumpalkan partikel partikel. Penggumpalan partikel akan terjadi bila partikel tidaak bermuatan sehingga muatan tersebut dinetralkan dengan penambahan flokulan .

Flokulan ditambahkan pada door clarifier dengan kosentrasi 3 ppm. Sebelum masuk ke door clarifier, flokulan sebanyak 3 ppm tersebut dibuat dalam tangki berkapasitas 1.000 liter (dilengkapi dengan pengaduk) yang terletak diatas tangki door clarifier. Folukan ditambahkan sedikit demi sedikit sambil dilarutkan dengan air dingin kemudian diaduk hingga mencapai kosentrasi 3 ppm. Larutan flokulan 3 ppm kemudian dialirkan ke snowballing chamber dan bercampur dengan nira. snowballing chamber digunakan untk menyempurnakan reaksi. Penambahan flokuan adalah sebanyak 5 kg untuk satu shiftKeluaran dari door clarfier berupa nira jernih dan endapan pengotor (nira kotor) . Nira jernih ini kemudian disalurkan menuju penampung nira jernih (clear juice tank) untuk kemudian diproses di evaporator. Sedangkan nira kotor masih diolah dengan menggunakan RVF (Rotary Vacuum Filter)

3.3.7 PemisahanTujuan dari penyaring dengan menggunakan RVF (Rotary Vacuum Filter) adalah untuk mengambil nira yang masih terdapat pada endapan pengotor (blotong). Nira kotor hasil pengendapan di door clarifier terlebih dahulu ditambahkan dengan ampas halus (bagasillo) dari stasiun gilingan. Kemudian campurkan tersebut dipompa ke Rotary Vacuum FilterBagian utama alat ini adalah sebuah drum yang berputar an dilengkapi dengan saringan. Sebagian drum telah tercelup dalam nira kotor. Drum terbagi atas tiga bagian : sektor bebas hampa, sektor hampa rendah (25-30 cmHg) dan sektor hampa tinggi (40-60cmHg)Tampungan yang berisi nira kotor yang asa dibawah RVF menempel pada permukaan RVF. Pemvakuman RVF akan menarik nira yang masih terdapat dalam blotong, sambil dilakukan penyiraman dengan air bersuhu C yang bertujuan untuk melarutkan nira yan masih terdapat dalam blotong yang menempel pada drum. Blotong yang menempel pada drum dan telah mempunyai harga kemurnian gula yang rendah akan lepas dari drum RVF karena ditahan oleh scrapperBlotong diskrap saat drum mencapai sektor bebas hampa. Blotong dibawa menggunakan belt conveyor menuju tangki penampungan blotong (cane bunker) yang selanjutnya dimanfaatkan sebagai pupuk organik tanaman tebu.

3.3.8 Pemanasan IIIBertujuan untuk memanaskan nira encer atau nira jernih hingga suhu didih (105) sebelum nira masuk ke unit evaporasi. Sehingga proses dapat berlangsung optimal. Jadi pada saat memasuki evaporator, nira siap langsung diuapkan.

3.3 Unit EvaporasiNira hasil pemanasan III selanjutnya masuk ke evaporator di unit evaporasi tujuannya adalah untuk mengurangi kandungan air dalam nira dengan cara menguapkan pelarutnya sehingga diperoleh nira kental dengan kandungan gula yang tinggi dan kandungan air yang sedikit Air injeksi uap

Evaporator IIIEvaporator II

Evaporator IV iEvaporator I

kondensatkondensatkondensat

kondensat

Air proses(contaminant condensate)Air pengisi boiler (pure condensate)

Di PT. PG Subang unit evaporasi terdiri dari lima badan evaporator yang disusun secara seri. Walaupun terdapat lima, namun yang digunakan hanya empat yang disebut dengan sistem Quaruple Effect dimana satu badan evaporator yang tersisa digunakan sebagai cadangan. Kondisi perancangan dari evaporator ditunjukan oleh tabel 3.1

Tabel 3.1. Data ,Tekanan dan Suhu EvaporatorEvaporatorRuang UapRuang Nira

TekananTemperaturTekananTemperatur

I0,8 Kg0,6 Kg

II0,75 KgC0,3 Kg

III0,5 Kg0,1 Kg

IV0,5 KgC0,8 Kg

3.3.1 Evaporasi INira encer (brix 12) yang telah dipanaskan di juice heater II hingga temperatur 105- . Dimasukan ke dalam evaporator I intuk menguapkan sebagian besar kandunganaienya. Pemanas yang digunakan berasal dari uap pemanas beka (exhaust steam) dengan tekanan 0,91-1,01 Kg dan temperatur C yang berasal dari unit gilingan. Proses evaporasi ini akan menghasilkan uap nira I dengan temperatur C serta nira I dengan brix 17. Uap nira I akan digunakan sebagai uap pemanas untuk evaporator II dan juice heater II. Uap pemanas yang masuk evaporator I dalam bentuk uap(steam) akan keluar dalam bentuk cairan berupa kondensat. Kondensat ini kemudian ditampung untuk digunakan lagi sebagai air umpan boiler

3.3.2 Evaporasi IINira I yang dihasilkan dari evaporator I kembali diuapkann di evaporator II, karena nira ini belum belum cukup kental sehingga harus diuapkan kembali pada evaporator II. Tekanan yang digunakan adalah 0,1 - 0,5 Kg. Nira dari evaporator I mengalir ke evaporator II karena adanya bedan tekan (driving force). Dari evaporator II akan dihasilkan uap nira II dengan temperatur C dan nira II dengan brix24. Nira II ini masih perlu dipekatkan lagi di evaporator III. Uap nira II akan akan digunakan sebagai uap pemanas pada proses penguapan di evaporator III. Nira II kemudian dipekatkan lagi di evaporator III. Kondensat yang dihasilkan ditampung bersama kondensat yang dihasilkan dari evaporator I untuk digunakan sebagai air umpan boiler

3.3.3 Evaporasi IIIEvaporator III ini menggunakan tekanan vakum 0,41Kg untuk menarik uap nira II dan nira II yang dihasilkan dari evaporator II. Dari evaporator ini akan dihasilkan nira III dengan brix 35 dan uap nira III yang digunakan sebagai uap pemanas evaporator IV dengan suhu C. Evaporator III ini memakai tekanan vakum sehingga kondensatnya tidak dapat digunakan sebagai air umpan boiler karena mengandung zat gula. Karena zat gua ini akan mengakibatkan kerak (scale) pada pipa pipa boiler

3.3.4 Evaporasi IVSelanjutnya nira III akan ini dipekatkan lagi di evaporator IV. Evaporator IV ini memiliki takanan vakum sebesar 0,8 Kg untuk menarik nira dan uap nira yang dihasilkan di evaporator III. Proses pemvakuman ini juga bertujuan untuk memperoleh nira kental dengan kandungan air sekecil mungkin. Dari evaporator IV ini akan dihasilkan nira dengan brix 64 dan temperatur C. Uap nira IV ini akan diembunkan dengan menggunakan kondenser yang akan keluar sebagai air jatuhan. Nira kental yang keluar dari evaporator IV ini selanjutnya akan dialirkan sulfitator II untk mengalami pemucatan (bleaching)

3.4.1 Sulfitasi IIBerfungsi untuk memucatkan nira kental dari evaporator IV dan menurunkan pH .nira kenttal yang keluar dari evaporator IV dipomp masuk ke peti tampung nira kental. Kemudian masuk ke dalam bejana sulfitasi nira kental. Dalam bejana sulfitasi dialirkan gas SO2 dari dapur belerang secara kontinyu sehingga dicapai pH 5,4 sampai 5,6 nira kental tersulfitasi ini ditampung dalam peti nira yang selanjutnya diproses di unit crystallisation

3.4 Unit crystallisationTujuan dari unit crystallisation adalah membentuk kristal kristal gula dari nira kental. Cara kerjanya menggunakan sistem vakum. Hal ini dimaksudkan agar kandungan air yang terdapat pada nira kental cepat menguap. Sehigga lebih jenuh dan dapat membentuk kristal Tujuan crystallisation di pabrik gula adaah mengubah larutan sukrosa dalam nira kental menjadi kristal gula gula yang seukuran, teratur dan murni. Pada unit crystallisation ada tiga sisten yang dipakai yaitu A-B-D, A-C-D, dan A-D. Di PG subang, sistem kristalisasi yang digunakan adalah sistem A-C-D. Terdapat enam pan kristalisasi yang digunakan dalam proses dengan tekanan steam 0,82- 0,83 Kg dan tekanan uap masuk 0,72 - 0,83 Kg. Dimana pan kristalisasi A berjumlah 1 buah dan pan kristalisasi C berjumlah 1 buah, dan pan kristalisasi D berjumlah 2 buah, dimana 1 pan krisatlisasi A digunakan sebagai cadangan

1.5.1 Kristalisasi Aproduk crystalyser A memiliki nilai HK 82, bahan baku crystallizer A adalah nira kental yang berasal dari unit evaporator dengan penambahan klare SHS (Hasil samping putaran SHS), magma C (Hasil putaran C) dan gula leburan hasil saringan vibrating screen yang berguna sebagai bibit yang menghasilkan produk kristal kristal gula A yang bercampur dengan stroop ALamanya pembentukan kristal A adalah 2-3 jam dengan ukuran kristal 0,8 -1,2 mm. Kemudian kristal A akan diturunkan ke palung pendingin selama 1,5 2 jam

1.5.2 Kristalisasi CUmpan Crystallizer C berupa stroop A (Hasil samping putaran A) dengan penambahan magma D sebagai bibit pembentuk kristal. Penggunaan magma D dapat diganti dengan FCS( Fine Crystal Seed) yaitu bibit kristal. Proses untuk kristalisasi C adalah 4-5 jam yang menghasilkan ukuran kristal alat pengkristal C sebesar 0,7 mm. Kemudian hasil crystallizer C diturunkan ke palung pendingin untuk mengalami kristalisasi lanjutan

1.5.3 Kristalisasi DUmpan crystallizer D adalah stroop C (Hasil samping Centrifugal C), klare D II (hasil putaran D II) dengan penambahan FCS (Fine crystal seed) sebagai bibit. Lama pengkristalan biasanya 6-8 jam yang menghasilkan ukuran kristal mencapai 0,3 mm, kemudian diturunkan ke palung pendingin dan didinginkan selama 3 jamDi dalam palung pendingin suhu dari hasil crystallizer menjadi turun, dari hingga - , akibatnya pembentukan kristal akan terjadi. Setelah kristal mencapai 40 % maka hasil kristalisasi diturunkan dan mengalami pemanasan ulang oleh reheater mencapi suhu untuk menurunkan viskositasnya. Setelah dipanaskan kembali maka hasil kristalisasi dialirkan menuju centrifugal DI untuk dipisahkan dengan tetesnya.

3.5 Unit CentrifugalUnit Centrifugal ini bertujuan untuk memisahkan kristal yang terbentuk di produk dengan cairan pelarutnya dengan menggunakan prinsip kerja filtrasi menggunakan gaya sentrifugasiTerdapat dua jenis alat centrifugal yaitu LGC (Low Grade Centrifugal) dengan kecepatan 2500 rpm dan HGC (High Grade Centrifugal) dengan kecepatan 1000 rpm. LGC digunakan pada centrifugal DI, centrifugal D II dan centrifugal C (Jika digunakan kristal C) sedangkan HGC digunakan pada centrifugal SHS (Superior Hgh Sugar) pada cenrtifugal A

3.5.6 Centrifugal ACentrifugal A termasuk jenis HGC. Disini olahan kristal A untuk dipisahkan dari pelarutnya, menggunakan sistem diskontinu. Pada saat hasil kristal masuk ke basket, dilakukan pemutaran dengan kecepatan rendah selama 12 detik setelah itu dihentikan dan puteran dijalankan selama 3 menit. Scrupper kemudian mengambil gula yang menempel disaringan agar turun ke bawah. Di dalam puteran jugta terjadi penambahan air panas dan steam supaya lebih sempurnaHasil centrifugal A yaitu gula dan stroop A. Gula A dimasukan mxer untuk ditambahkan air dan kemudian masuk puteran SHS. Hasil puteran memiliki nilai HK sebesar 97. Sedangkan hasil samping yaitu stroop A di alirkan ke alat pengkristal C sebagai umpan

3.5.7 Cntrifugal SHSPrinsip kerja centrifugal SHS sama dengan centrifugal A. centrifugal SHS memutar gula A dari mixer. Hasil yang diperoleh adalah gula produk/gula SHS. Gula yang dihasilkan dari centrifugal ini mencapai nilai kemurna tertinggi yaitu 99,8 karena sudah mengalami dua kali puteran yang kemudian dialirkan ke finishing. Sedangkan hasil sampingnya yaitu klare SHS, memiliki HK 87, kembali diumpankan alat crystallizer A

3.5.8 Proses di Centrifugal CCentrifugal C termasuk jenis LGC dengan menggunakan sistem kontinyu. Puteran C memutar hasil crystalyzer C dari palung pendingin yang menghasilkan gula C dengan nilai HK sebesar 93 dan stroop C. Gula C dialirkan ke mixer dan dolakukan penambahan air yang menghasilkan magma C yang dijadikan umpan untuk crsytalyzer A. Sedangkan stroop C dialirkan ke crystallizer D sebagai umpan

3.5.9 Proses Centrifugal DI Umpan berasal dari palung pendingin crystallizer D yang sudah dipanaskan kembali yang menghasilkan gula DI dan tetes( pelarutnya) gula di hasil puteran DI memiliki HK 87,5. Gula DI kemudian dialirkan ke mixer dan dilakukan penambahan air untuk selanjutnya di putar di putaran DII. Sedangkan tetesnya ditampung untuk dijual ke industri lain

3.5.10 Proses Centrifual DIIGula DI dari mixer diputar di centrifugal DII yang akan menghasilkan gula DII dan klare DII. Gula DII kemudian ditambahakan air di mixer yang selanjutnya dijadikan umpan untuk crystallizer C sebagai magma DII. Sedangkan klare DII dijadikan umpan untuk cystallizer D

3.6 Unit FinishingDari prosees pembuatan gula, unit finishng menjadi proses terakhr. Disini terdapat tiga tahap proses yaitu pengeringan, penyaringan dan packing. Proses di unnit finishing ini ditunjukan oleh gambar 3.6

Dust CollectorGula Basah

SugarBedDryer

GrasshopperVibratingScreen Gula leburan Packing

Gambar 3.6 Diagram Blok Unit Finishing

3.6.6 PengeringanGula SHS dijatuhkan menuju grasshopper. Kemudian dibawa dibawa menggunakan sugar belt conveyor menuju sugar bed dryer. Dimana sugar bed dryer ini berfungsi untuk mengurangi kandungan air dalam gula SHS. Disini gula SHS dputar terus menerus yang berkontak dengan udara panas dari steam. Hasil dari pemutaran dan pemanasan ini akan menghasilkan gula SHS yang kering dengan temperatur yang cukup panas. Untuk mendinginkannya, gula SHS ini dikontakan dengan udara dingin dari kompressor, sehingga temperatur gula yang kelar tidak terlalu panas.Selama proses pengeringan ini, gula SHS dikontakan dengan udara panas dan udara dingin yang mengakibatkan terbentuknya debu debu bgula. Untuk mengatasi hal ini maka dipasang dust collector. Debu debu gula disalurkan ke dust collector melalui pipa penyaluran yang terdapat ditengah alat pengeringan (sugar bed dryer)

3.6.7 Penyaringan Gula hasil proses di pengeringan memiliki ukuran kristal yang tidak homogen. Untuk memisahkan kristal gula sesuai dengan ukurannya digunakan saringan getar (vibrating screen) terdapat dua jenis saringan yaitusaringan halus dengan ukuran saringan 30 mesh dan saringan kasar dengan ukuran saringan 8 mesh. Disaringan halus, gula produks akan tertahan sedangkan gula halus akan lolos. Pada saringan kasar gula produksi akan lolos sedangkan gula yang berukuran lebih besar akan tertahan. Gula bkan produk dari hasil saringan akan dilebur ditangki leburan untuk dikembalikan ke proses pemurnian. Gula hasil saringan kemudian ditampung di bukclet elevator, untuk selanjutnya diangkut dengan sugar conveyor menuju penaampungan gula ( sugar bin) untuk dikemas dalam karung (packing)

3.6.8 PengemasanGula produk yang berasal dari sugar bin otomatis akan ditimbang dan dikemas dengan bobot 50 kg untuk tiap karung dan 1kg untuk tiap kemasan plastik. Gula yang telah dikemas terlebih dahulu disimpan di stapler selama 24 jam untuk menyamakan temperatur dangan temperatur ruangan. Bila telah siap, gula dalam kemasan akan disimpan dalam gedug. Disini kelembaban udara diperhatikan, untuk menjamin kualitas dan agar tahan lama

4.3.Spesifikasi Bahan Baku dan Produk

1. Bahan Baku Bahan baku yang digunakan di PT PG Rajawali II Unit PG Subang adalah tebu yang didapat sepenuhnya berasal dari perkebunan milik PT PG Rajawali II Unit PG Subang itu sendiri yang berada disekitar pabrik. Tanaman tebu yang telah cukup umur untuk ditebang adalah yang berumur sekitar 11-16 bulan. Varietas tebu pada PT PG Rajawali II Unit PG Subang berjenis PA 117.Persyaratan tebu yang digunakan sebagai bahan baku produksi gula agar memaksimalkan rendemen yang didapat, tebu yang akan digiling pada saat produksi harus sudah memenuhi kriteria tebu BSM (Bersih Segar Manis). Kandungan pengotor seperti daun-daun kering atau tanah pada tebu yang akan masuk ke stasiun penggilingan harus ditekan sekeceil mungkin. PT PG Rajawali II Unit PG Subang mempunyai standar batas maksimal pengotor yang ada pada tebu yaitu hanya 3%. Selain itu, tebu yang akan digiling harus segar dan manis. Berikut ini adalah persyaratan tebu yang yang akan digiling, yaitu :1. Tebu telah cukup umur dan masak.2. Bersih dari kotoran, seperti daun kering, akar, pucuk, dan tanah. Semua kotoran yang ada dalam tebu hanya diperbolehkan 3% saja.3. Tebu harus dalam keadaan segar, maksudnya adalah jangka waktu antara tebang sampai waktu giling tidak boleh lebih dari 24 jam. Jika lebih dari 24 jam tebu akan layu dan kandungan sukrosa dalam tebu tersebut akan menurun.4. Keadaan serabut tebu tidak terlalu kasar.

Rendemen tebu adalah kadar kandungan gula di dalam tebu yang dinyatakan dalam persen (%). Bila dikatakan rendemen tebu itu 10%, maka artinya dari 100kg tebu yang akan digiling di pabrik gula maka akan diperoleh produk akhir atau gula tersebut sebanyak 10kg. Mutu bahan baku dari hasil kinerja PT PG Rajawali II Unit PG Subang adalah sebagai berikut :

Tabel. Mutu Bahan Baku Tebu PT PG Rajawali II Unit PG SubangParameter Kisaran

Polarisasi Tebu8,30 - 11,20 %

Kadar Nira65 - 85%

Nilai Nira9,90 - 12,40 oBe

Serabut13 - 17,9%

(Sumber : PT. PG Rajawali II Unit PG Subang )

Tebu yang terbakar harus secepat mungkin ditebang dan langsung digiling tanpa melalui sistem FIFO (First In First Out) saat di cane yard. Tebu yang terbakar dapat mengakibatkan berat tebu menurun sebanyak 1,40% dan menaikan kadar zat padat dalam nira sedangkan kadar sukrosanya menurun. Suhu yang tinggi dapat mengakibatkan cepatnya inversi dan kehilangan gula.

2. Produk Gula yang baru dikeluarkan dari centrifugal SHS masih basah dan panas sehingga perlu dikeringkan. Gula atau produk yang keluar dari centrifugal SHS turun melalui talang goyang, kemudia dibawa conveyor menuju sugar dryer, proses pengeringan dilakukan dalam ruang tertutup dengan dihembuskan uap baru tanpa tekanan bersuhu + 100oC. SHS yang kering akan menimbulkan gula debu, untuk itu dihisap menggunakan sugar dust. Kristal yang kelur dari sugar dryer akan dibawa ke saringan gula untuk pemisahan antara gula halus, kasar dan lembut. Setelah pemisahan tersebut gula yang keluar kemudian masuk ke proses penyaringan dengan menggunakan vibrating screen yang bertujuan untuk memisahkan antara gula kasar dan halus dengan gula produk. Setelah itu gula produk hasil penyaringan tersebut dialirkan menuju sugar bin dengan bantuan conveyor, kemudian dilanjutkan dengan pengemasan gula yaitu dengan ukuran kemas 50kg dan 1kg.

4.4. PENGENDALIAN MUTU PANGAN A. Pengawasan Mutu Bahan Baku Bahan baku utama pembuatan gula di PT. PG Rajawali II Unit PG Subang adalah tebu yang merupaka salah satu faktor penentu kualitas gula itu baik atau tidak. Tebu yang harius di giling adalah tebu yang memiliki kadar sukrosa yang optimum. Tebu hasil asimilasi yang berupa disakarida sebagian digunakan untuk kebutuhan hidupnya dan sebagian lagi disimpan dalam batang tebu dengan bentuk sukrosa. Kadar sukrosa tebu akan meningkat ketika mendekati masa panen tetapi suatu saat akan menurun kembali.Analisa pendahuluan tebu dilakukan setiap hari dan laporannya setiap 15 hari sekali untuk semua sektor kebun. Dimulai saat tebu berumur 12 bulan. Tebu yang sudah siap tebang adalah tebu yang memiliki kandungan sukrosa tinggi dan hampir merata pada semua bagian batang. Analisa dilakukan dengan sampel berupa tebu dari kebun yang akan diuji kemasakannya. Sampel yang diambil sebanyak 10-15 batang tebu, sampel diukur panjang dan banyak ruasnya serta beberapa besar kerusakannya akibat hama. Batang tersebut kemudian dibagi menjadi tiga sama panjang yaitu bagian pucuk, tengah dan bawah. Masing -masing bagian ini ditimbang dan kemudian digiling untuk diambil niranya. Nira yang dihasilkan ditimbang dan diukur nilai brixnya . 17%, nilai pol >13%, harga kemurnian > 72%, nilai nira >10, dan rendemen7-9.

B. Pengawasan Mutu Selama Proses Pengawasan mutu selama proses pengolahan bertujuan untuk mengawasi dan manganalisa bahan serta kondisi selama proses berlangsung pada waktu yang sudah ditentukan agar dapat diperoleh kualitas dan prosuk akhir yang baik. Pengawasan mutu selama proses dilakukan di laboratorium karena sebagian besar dilakukan dengan pereaksi kimia. Pengawasan mutu dilakukan pada stasiun penggilingan, stasiun pemurnian, stasiun penguapan dan stasiun kristalisasi.

1. Unit Penggilingan

A. Analisa Nira Gilingan Nira gilingan yang akan dianalisis diambil dari sample hasil gilingan I, gilingan II, gilingan III dan gilingan IV. Analisa lainya dilakukang setiap 2 jam sekali meliputi :

Tabel Standar Nira Gilingan PT. PG Rajawali II Unit PG SubangKeteranganStandar Pol (%)Standat Brix (%)Standar HK (%)

Nira Gilingan I151880

Nira Gilingan II6870

Nira Gilingan III5768

Nira Gilingan IV2463

(Sumber : PT. PG Rajawali II Unit PG Subang )

B. Analisa Ampas Ampas yang akan dianalisis diambil dari sample hasil gilingan IV. Analisis dilakukan setiap 4 jam sekali meliputi analisa persen (%) zat kering standar 50 % dan persen (%) polarisasi standar 2%.

1. Unit PemurnianA. Analisa Nira Mentah Nira mentah yang akan dianalisis diambil dari sample hasil gilingan. Analisis dilakukan setiap 2 ajm sekali meliputi analisa kadar kapur standar sektar 500-600 ppm CaO, analisa kadar phospat pada nira mentah standar berkisar 250-300 ppm, analisa derajat brix standar 12%, nilai polaritas standar 40%, pH standar sampai 7 dan arga kemurnian standar 73%.

B.Analisa Nira Encer Nira encer yang akan dianalisa diambil dari sample pada unit pemurnian. Analisa dilakukan setiap 2 ajm sekali meliputi analisa kadar kapur standar sekitar 900-1000 ppm CaO, analisa derajat brix standar 13-15%, nilai polarisasi standar 9-10%, pH standar 7,2-7,6 dan harga kemurnian standar 79%.

A. Analisa Blotong Analisa blotong menggunakan sampel dari hasil penampisan. Analisis blotong dilakukan 2 jam sekali meliputi analisa persen zat kering standar 33% dan persen polarisasi standar 2,5%.

B. Analisa Air Umpan Boiler Air boiler dianalisa dengan cara pengukuran pH air 8, pH air di dalam boiler 10,5 dan uji molish menggunakan H2SO4 pekat.

2. Unit EvaporasiA. Analisa Nira Kental Nira kental yang akan dianalisis diambil dari sampel pada stasiun penguapan. Analisis dilakukan setiap 2 jam sekali meliputi analisa derajat brix standar 65%, nilai polarisasi standar 38% dan harga kemurnian standar 80%.

3. Unit KristalisasiA. Analisa Sirup gula yang akan dianalisis diambil dari sampel pada setiap produk A, C dan D di setiap unit centrifugal. Analisis dilakukan setiap 2 jam sekali meliputi analisa derajat brix, nilai polarisasi dan harga kemurnian.

Tabel Standar Sirup Gula PT. PG Rajawali II Unit PG SubangUraianBrix (%)Pol (%)HK (%)

Produk Crystalisser A93,5072,1077,10

Produk Crystalisser C97,3064,0065,80

Produk Crystalisser D96,3057,6059,80

Stroop A83,7054,7065,40

Stroop C82,9533,4040,30

Tetes (molases)89,1029,4033,00

Klare SHS71,7066,3092,50

Klare D80,7033,3041,30

Gula A99,2596,4097,10

Gula SHS99,9899,8099,80

Gula C98,7091,7092,90

Gula D I99,2585,3085,90

Gula D II97,2588,5091,00

B. Pengawasan Mutu Produk Analisa mutu produk jadi dilakukan terhadap produk gula, gula yang baik akan meningkatkan harga jual dari produk gula. Pengawasan dan penelitian mutu gula pada awalnya dilakukan oleh Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI) di Pasuruan Jawa Timur, namun lambat laun dilakukan dilaboratorium PT. PG Rajawali II Unit PG Subang.Standar mutu produk gula PT. PG Rajawali II Unit PG Subang dapat dilihat pada tabel.

Tabel Standar Mutu Produk Gula PT. PG Rajawali II Unit PG Subang.UnsurStandarMetode Analisa

Warna1. Warna Kristal (%)2. Warna Larutan (% IU)Max 70Max 250RefleksiSpektrofotometri

Ukuran Butir (mm)0,8 - 1,2Ayakan

Susut Pengeringan (% b/b)Max 0,10IR Dryer

Polarisasi (2o, 28oC)Min 99,6Polarimetri

Abu Konduktiviti (% b/b)Max 0,10Konduktometer

Belerang dioksida (mg/kg)Max 30Titrimetis

(Sumber : PT. PG Rajawali II Unit PG Subang )

4.5. UTILITAS

Utilitas merupakan salah satu bagian dari sistem pabrik yang menyediakan sarana dan prasarana pendukung untuk kelangsungan proses produksi. Jika utilitas yang ada tidak dapat menyediakan kebutuhan tersebut maka proses produksi tidak dapat berjalan dengan lancar atau memungkinkan terjadinya kegagalan proses. Beberapa unit utilitas yang digunakan oleh PT. PG Rajawali Subang antara lain unit pengolahan air, unit penyediaan tenaga listrik, unit penyediaan steam atau tenaga uap dan unit penyediaan udara tekan.

A. Unit Pengolahan Air Air baku merupakan utilitas yang sangat di butuhkan dalam setiap proses produksi begitu put sistem proses yang ada di PT. PG Rajawali Subang. Penyediaan bahan baku air diambil dari sungai Tarum Timur dengan cara membeli dari Jasa Tirta. Pengambilan dilakukan dengan menggunakan dua buah pompa kapasitas 7 m3/menit dan satu buah pompa dengan kapasitas 4,5 m3/menit, namun yang digunakan hanya satu pompa sedangkan yang lain sebagai cadangan apabila terjadi kerusakan atau kekurangan kapasitas air dari pompa yang telah digunakan. Pengolahan air tersebut dilakukan dengan cara fisik dan kimia. Secara fisik, dilakukan dengan menghilangkan kotoran - kotoran kasar seperti sampah, potongan kayu, ranting, lumpur maupun pasir. Sedangkan secara kimia, dengan cara menambahkan zat kimia yang tujuannya untuk menghilangkan atau mengurangi kotoran dalam bentuk larutan dan koloid, diutamakan untuk air umpan boiler.

B. Pengolahan Air Proses. Air proses adalah air yang digunakan dalam proses dan berkontak langsung dengan bahan baku, antara lain sebagai air imbibisi sebagai air siraman nira pekat pada pan crystalisser, air siraman untuk puteran dan air untuk mengambil gula pada Rotary Vacuum Filter. Umumnya air proses berasal dari semua kondensat dari pemanas pendahuluan, evaporator dan pan masakan yang megandung gula. Bila kondensat yang digunakan tidak dapat mencukupi kebutuhan, maka ditambah air sungai yang telah di olah secara eksternal untuk memenuhi kebutuhan air proses. Total produksi kondensat 129,45 L/jam.

C. Pengolahan Air Pendingin Setelah pengambilan air dari sumbernya (Sungai Tarum Timur), air tersebut ditampung di settling pond dengan kapasaitas 900 m3 . Partikel - partikel yang berukuran besar akan langsung mengendap. Air tersebut dialirkan ke tengki pengendap (Clarifier) dengan bantuan pompa setleet, tangki pengendapan ini memiliki kapasitas 240 m3 dengan debit 4-5 m3/menit. Di clarifier ini dilakukan penambahan bahan kimia seperti tawas dan flokulan secara bersamaan. Penambahan tawas bertujuan untun menjernihkan air, jumlah tawas yang ditambahkan sebesar 25 kg tawas / 500 liter air untuk setiap shift nya. Sedangkan penambahan flokulan berfungsi untuk mengikat partikel yang berukuran kecil sehingga ukurannya membesar dan lebih mudah mengendap, jumlah flokulan yang ditambahkan adalah sebanyak 0,05 kg flokulan / 500 liter air untuk setiap shift nya.Dari tangki pengendap air dialirkan ketangki penampung yang berkapasitas 200 m3 untuk kemudian disaringan pasir (sand filter). Disaringan pasir ini penyaring yang digunakan adalah media koral besar, koral kecil, dan pasir dengan kapsitas sebesar 70 m3. Saringan pasir ini perlu mengalami backwash dengan mengalirkan air bersih untuk mengeluarkan kotoran yang tertinggal dalam saringan. Kemudian air yang keluar dari sandfilter langsung dilewatkan kedalam carbon filter. Jika kebutuhan air proses yang diinginkan tidak mencukupi maka setelah melewati sand filter langsung dialirkan untuk menambah jumlah air proses. Air yang sudah disaring kemudian ditampung di bak proses dan dipompakan ke over head tank sebelum digunakan. Air tersebut digunakan untuk air proses, air umpan boiler dan lain-lain. Khusus untuk air umpan boiler dipeelukan beberapa persyaratan khusus sehigga perlu dilakukan pengolahan air lebih lanjut dengan car melakukan proses softener agar air tersebut aman digunakan untuk boiler. Jika masih terdapat pengotor akan mengakibatkan timbulnya kerak dan menyebabkan panas berlebih pada boiler atau overheating.

D. Pengolahan Air Umpan Boiler Tidak semua jenis air dapat digunakan sebagai air umpan boiler. Air yang diperlukan adalah air yang memiliki karakteristik tertentu saja, khususnya mengenai kesadahan dan pH yang terkandung dalam air harus diajaga agar tidak mengganggu boiler. Kesadahan harus dijaga dibawah 2 ppm. Hal ini dilakukan supaya tidak timbul kerak pada sistem perpipaan maupun badan boiler. Jiga terdapat kerak maka akan menyebabkan local heating (pemanasan lokal) dan efisiensi boiler menurun. Terdapan dua tangki softener, yaitu tangki a dan b, dengan kapasitas masing-masing 15 - 20 m3 / jam. Media yang digunakan adalah resin dan pasir dengan harapan ion -ion penyebab kesadahan, seperti ion Ca dan Mg, dapat terikat oleh resin dan air yang dihasilkan memiliki kandungan kesadahan yang kecil.

Reaksi : R-SO3H + CaSO4 RSO3Ca + H2SO4

Alat penukar ion ini akan mencapai kejenuhan pada saat tertentu. Untuk itu diperlukan adanya regenerasi dengan mengunakan NaCl. Dalam proses ini Ca yang terikat oleh resin akan lepas dan akan terbawa aliran.Selain kesadahan, pH harus dijaga netral atau cenderung bersifat basa. Jika pH air umpan boiler bersifat asam maka akan terjadi korosi sehingga ketebalan alat berkuran (dinding - dinding pipa dan ketel akan menipis). Pengolahan untuk air umpan boiler dengan cara softener, dilakukan jika tangki kondensat 1000 dan tangki kondensat 200 tidak mencukupi umpan boiler. Air panas (kondensat) yang ditampung tangki kondensat 1000 dan 200 liter merupakan sumber utama air umpan boiler. Tangki kondensat berfungsi untuk menampung air kondensat murni dari peralatan proses yang masih memiliki temperatur cukup tinggi.Jika air kondensat yang tersedia untuk air umpan boiler tidak mencukupi maka air dari overhead tank yang dialirkan ke softener tank. Softener tank berfungsi untuk mengurangi kesadahan air yang berasal dari tanki softener dan di tampung di tangki kondensat.Setelah melalui softener, air di panaskan dalam deaerator hingga temperatur mencapai 105 0C untuk menghilangkan udara yang terlarut dalam air yang juga bersifat korosif terhadap peralatan. Selanjutnya air yang keluar dari deaerator tersebut sudah dapat digunakan sebagai air umpan boiler.

E. Pengolahan Air PanasSumber utama air panas adalah air kondensat yang berasal dari peralatan proses. Jika air kondensat panas yang ditampung di tangki kondensat 1000 dan 200 L tidak mencukupi maka digunakan air dingin unutk menambah air umpan boiler. Kondensat terbagi menjadi 2 jenis, yaitu contaminant condensate yang berasal dari badan evaporator III, IV dan pure condensate yang berasal dari pan masakan, juice heater dan badan evaporator I, II. Contaminant condensate adalah kondensat yang telah tercampur dengan nira. Kondensat tersebut digunakan untuk menyiram Rotary Vacuum Filter, pemadaman CaO, siraman HGC (High Grade Centrifugal), reheater, cucian masakan, dan leburan untuk air imbibisi. pure kondensat adalah kondensat cenderung murni. Kondensat ini digunakan untuk make-up water boiler. Temperatur air konedensat yaitu 60-70 0C.

F. Unit Penyediaan Tenaga Listrik Power house merupakan pusat pembangkit tenaga listrik yang digunakan untuk mensuply arus listrik dan dipergunakan pula untuk semuaunit proses. Disamping itu power house mensupply arus listrik ke perumahan dinas kariyawan serta lingkungan masyarakat umum. Pabrik gula memang memerlukan pasokan arus listruk sesuai dengan kapasitas pabrik dan penerangan lingkungan maupun rumah dinas. Diluar masa giling, pabrik menggunakan deasel generator dan di dalam masa giling menggunakan turbo generator sebagai pembangkit tenaga listrik.

G. Turbin Alternator Turbin alternator hanya digunakan pada saat musim giling karena bahan bakar boiler penghasil steam berupa ampas tebu yang hanya dihasilkan pada saat musim giling. Didalamnya terdapat noozle berputar. Steam yang masuk dengan tekanan 1764-1960 kPa dan temperatur 325 0C didalam turbin dilewatkan untuk memutar noozle. Karena perputaran ini maka timbul beda tegangan sehingga menghasilkan tenaga listrik. Setelah menggerakan turbin, steam keluar untuk di gunakan pada peralatan proses. Turbin alternator mempunyai kapasitas 3600 kVa dan tegangan 6000 V dan dapat memenuhi kebutuhan pabrik sebesar 2000-2500 Kw/hari.

H. Mesin DieselMesin diesel digunakan diluar masa giling. Bahan bakar yang digunakan yaitu solar. Energi yang dihasilkan digunakan untuk penerangan pabrik dan peruahan. Tetapi jika terjadi kerusakan pada turbin alternator selama masa giling, maka digunakan mesin diesel untuk menghasilkan energi listrik cadangan. Kapasitas yang dihasilkan adalah 400 kVa dan bertegangan 380 Volt dengan bahan bakar yang digunakan yaitu solar sebanyak 1200 liter / 24 jam.

I. Unit Penyediaan Tenaga Uap (Steam) Pengadaan uap di PG subang dengan pengoprasian ketel uap. Boiler menghasikan uap air yang akan menggerakan mesin mesin yang digunakan sebagai proses produksi. Ketel uap dialiri air yang nantinya akan dipanaskan sehingga menimbulkan uap yang kemudian disalurkan melalui pipa - pipa untuk menjalankan turbin - turbin uap dan power house.Kebutuhan steam untuk proses sebesar 80 Ton/jam. Jumlah ketel tekanan tinggi sebanyak 2 buah dengan kapasitas masing-masing 50 Ton/jam dan tekanan 1960 - 2156 Kpa.Dari ketel tekanan tinggi diperoleh uap baru yang digunakan oleh turbin untuk menghasilkan energi listrik dengan bantuan generator, sedangkan uap baru dari ketel tekanan rendah digunakan untuk menggerakan mesin uap bekas dari turbin digunakan sebagai pemanas dalam pabrikasi, yaitu pemanas nira (juice heater, penguapan) evaporator dan kristalisasi (pan masakan).Bahan bakar yang digunakan adalah ampas tebu dan bahan bakar pembantu minyak IDO (International Diesel Oil).Amapas tebu dari gilingan akhir dibawa oleh bagasse conveyor menuju boiler dengan mengumpankan kepada bagasse feeder kedalam dapur ketel. Suplay ampas dilakukan mengambil ampas dari penampungan oleh bagasse reclainer, bagasse suplesi dan bagasse distributor. Kadar kekeringan bagasse harus diatas 50%. Kebutuhan ampas sebagai bahan bakar boiler yaitu sebanyak 20.000 ton/bulan.

J. Penyediaan Udara Tekan Udara tekan diproduksi menggunakan kompresor, yang terletak di power house kapasitas kompresora(tekanan udara sebesar 12 kg/cm2 dengan kebutuhan daya sebesar 370 KWH. Udara tekan digunakan untuk peralatan instrumentasi dan proses pembuatan gas SO2 sebagai pembakar.

4.6 PENGOLAHAN LIMBAH

A. JENIS LIMBAH DAN SUMBER PENCEMARAN DI PG SUBANGDalam setiap produksiakan menghasilkan sisa-sisa pengolahan yang disebut limbah. Dalam proses produksi gula kristalisasi dari tanaman tebu juga dihasilkan sisa pengolahan, baik berupa sisa bahan dari tanaman tebu yang tidak menjadi gula kristal maupun bahan penunjang yang dikeluarkan kembali selama proses.Limbah yang dihasilkan tersebut dapat dibedakan menurut bentuk dan sifatnya menjadi limbah padat, limbah cair , limbah gas dan limbah B3 (bahan beracun dan berbahaya). Berdasarkan nilai ekonomisnya dirinci menjadi limbah yang mempunyai nilai ekonomis dan limbah non-ekonomis. Limbah yang mempunyai nilsi ekonomis yaitu limbah dengan proses lanjut akan memberikan nilai tambah. Limbah non-ekonomis adalah limbah yang diolah dalam proses bentuk apapun tidak akan membrikan nilai tambah, kecuali mempermudah sistem pembuangan. Limbah jenis ini yang sering menjadi persoalan pencemaran dan merusak lingkungan.Limbah cair yang dihasilkan oleh PG Subang terbagi menjadi 2 bagian, yaitu limbah cair berat dan limbah cair ringan. Limbah cair berat merupakan limbah cair dengan kadar organik rendah. Sementara limbah padat yang dihasilkan diantaranya adalah: abu, blotong, dan ampas. Abu merupakan limbah yang dihasilkan dari pembakaran boiler, blotong merupakan limbah padat dari proses penyaringan (Rotary Vacum Filter), dan ampas yang merupakan limbah hasil pemerahan nira pada sistem gilingan. Limbah udara yang dihasilkan oleh PG Subang berasal dari pembakaran boiler serta dari genst listrik. Limbah terakhir adalah limbah B3 yang terdiri oli bekas, aki bekas, lap majun, dan lampu TL yang disimpan ditempat penyimpanan sementara llimbah B3. Oli bekas dan aki bekas berasal dari milling, mesin-mesin produksi, genset dan workshop (operasional kendaraan dan alat berat). Lap majun diperoleh dari lap pembersihan mesin, pompa, oli dan lain-lain. Lampu TL diperoleh dari lampu yang sudah rusak atau mengalami gangguan sehingga tidak bisa digunakan kembali. Dilihat dari sumber limbah dapat merupakan hasil sampingan dan juga dapat merupakan semacam katalisator. Karena sesuatu bahan membutuhkan air pada permulaan proses, sedangkan pada akhir proses air ini harus dibuang lagi yang ternyata telah mengandung zat berbahaya da beracun. Disamping itu ada pula sejumlah air terkandung dalam bahan baku harus dikeluarkan bersama bungan lain. Ada limbah yang tekandung dalam bahan baku dikeluarkan bersama buangan lain. Ada limbah yang terkandung dalam bahn dan harus dibuang setelah proses produksi. Tapi ada pula pabrik yang menghasilkan limbah karena penambahan bahan penolong.PG Subang merupakan salah satu industri yang mengolah bahan berbasis pertanian (agroindustri) berupa tebu menjadi produk jadi berupa gula SHS. Proses produksi gula tidak terlepas dari limbah (waste) dan produk samping (by product) yang dihasilkan selama proses berjalan. Limbah yang dihasilkan pabrik gula merupakan limbah yang didominasi oleh bahan-bahan organik, walaupun tidak menutup kemungkinan menghasilkan limbah an-organik (persentasenya kecil). Hal ini terkait dengan bahan baku, bahan penambah, dan bahan bakar yang digunakan adalah bahan-bahan organik. Limbah yang dihasilkan dipabrik gula Subang terbagi menjadi beberapa jenis dan dilakukan penanganan yang berbeda antara satu jenis limbah dengan limbah yang lainnya. Beban pencemar yang terkandung pada setiap limbah di PG Subang terdiri atas jenis dan sumber pencemar bebeda. Jenis dan sumber pencemaran yang terdapat di PG Subang dapat dilihat pada tabel 9.Tabel 9. Jenis dan Sumber Pencemaran di PG SubangJenisSumber Pencemar

Blotongakibat adanya sisa pada proses pemurnian

Nira kotorakibat adanya bocoranpipa atau pompa

Nira-nira perahanakibat percikan atau bocoran pada talang atau pompa nira

Nira jernihakibat adanya bocoran pompa, peti, dan pita-pita

Nira kental, stroop dan mascuiteakibat adanya bocoran peti penampung, pompa dan pipa.

Caustic sodabekas masak bahan kimia untuk pembersihan juice heater dan evaporator

B. KARAKTERISTIK LIMBAHLimbah didefinisikan sebagai bahan yang terbuang atau sengaja dibuang dari suatu sumber baik yang berasal dari aktifitas manusia maupun proses alami. PG S ubang dalam pelaksanaan produksinya menghasilkan limbah yang berupa limbah cair, limbah padat, limbah udara, dan limbah B3. Keempat jenis limbah tersebut membutuhkan penanganan yang cepat dan tepat serta disesuaikan dengan karakteristik masinh-masing limbah.Umumnya limbah pabrik gula merupakan senyawa-senyawa karbonhidrat yang terdiri dari nira kotor, amaps halus, caustic soda, air panas, sisa bahan kimia laboratorium, aki dan minayk pelumas(oli). Blotong, ampas, dan tetes tebu (molase) merupakan hasil samping dari proses produksi gula yang berpotensi menjadi limbah apabila dalam penanganan yang dilakukan kurang baik. Limbah cair yang dihasilkan dari proses produksi juga dapat dimanfaatkan sebagai sumber air untuk irigasi tanaman tebu apabila penangannya baik, namun akan menjadi pencemaran yang sangat merusak bila penangannnya tidak dikendalikan dengan baik.

C. PENANGANAN DAN PEMANFAATAN LIMBAH CAIRLimbah cair didefinisikan sebagai buangan yang berasal dari suatu lingkungan masyarakat atau lingkungan industri dengan komponen utama air yang telah digunakan mengandung bahan organik dan anorganik. Limbah cair ini merupakan limbah yang paling banyak dihasilkan, hal ini disebabkan karena hampir seluruh tahapan proses produksi membutuhkan air untuk penyucian mesin atau peralatan produksi. Beberapa stasiun produksi gula membutuhkan air sebagai bahan tambahan dalam proses produksi, sehingga menghasilkan air sisa atau air buangan dan menjadi limbah cair. Limbah cair yang dihasilkan oleh PG Subang termasuk limbah cair organik, dengan kondisi jika dalam beberapa hari tertahan, maka ph air limbah akan menurus secara drastis, sehingga bila dibuang langsung tanpa melalui perlakuan pengolahn yang baik akan menyebabkan terganggunya keseimbangan lingkungan. Untuk itu, PG Subang dalm pelaksanaan pengolahan limbah, khususnya limbah cair menjadi prioritas utama dan proses pengolahannya telah mengalami proses penyempurnaan secara berulang.Penanganan dalam pabrik (inhouse keeping) ini dimaksudkan untuk meminimalisasi beban limbah cair yang keluar dari pabrik sebelum masuk unit pengolahan limbah cair. Mencegah masuknya bahan sumber pencemaran yaitu dengan cara :1. Mencegah terjadinya bocoran-bocoran pada pipa, peti nira, dan pompa dengan pengawasan peralatan secara rutin.2. Membuat simpanan/injector pada masing-masing tempat lokasi pompa.3. Mencegah masuknya minyak/oli pada unit pengolahan limbah cair dengan membuat bak penangkap minyak.4. Memasang tangki penampung bekas bahan kimia (soda) untuk membersihkan juice heater dan evaporator, pembuangan secara perlahan.5. Membuat saluran-saluran air limbah secara permanen dan kedap air.Perbaikan kualitas limbah cair organik didasarkan pada proses oksidasi biologis. Proses ini dilengkapi dengan proses aerasi (penambahn udara) terhadap air limbah dengan tujuan agar proses oksidasi dapat berjalan sempurna. Untuk industri yang menghasilkan limbah cair cukup besar, perlu dilakukan proses pemisahan terhadap air limbahnya dengan harapan dapat menghasilkan pengolahan limbah yang efisien. Pencegahan (pengolahan) limbah cair PG Subang dilakukan dengan perlakuan membatasi pengeluaran air limbah sekecil mungkin dengan cara membatasi penggunaan air pencuci seminimal mungkin dan mengurangi air jatuhan dari kondensor serta mengatasi kebocoran-kebocoran yang terjadi. Untuk mencegah hal tersebut, dapat dilakukan dengan memperbaiki dan menyempurnakan sistem distribusi air. Selain itu, dilaksanakannya terhadap kualitas air limbah dengan cara memperpanjang waktu tinggalnya. Mula-mula air limbah dialirkan melalui bak yang bersekat-sekat yang berfungsi sebagai pemisah minyak. Selanjutnya, air limbah ditampung ke dalam beberapa kolam fakultatif untuk menstabilkan dan menetralkan air limbah. Air limbah yang dihasilkan PG Subang terdiri atas limbah cair berat dan limbah cair ringan. Dimna limbah cair berat merupakan limbah cair dengan kadar organik tinggi dan limbah cair ringan merupakan limbah cair yang mengandung kadar organik rendah.Air limbah dialirkan kedalam suatu unit pengolahan tertentu yang terdiri dari beberapa kolam. Sistem pengaliran untuk limbah ringan ini mengunakan saluran-saluran yang telah ada sebelumnay. Air limbah jenis ini, tingkat pencemarannya tidak terlalu tinggi, oleh karena itu limbah ini sebagian dapat dipergunakan untuk irigasi tenaman tebu, sedangkan untuk air limbah berat dialirkan ke unit lain yang memiliki perlakuan khusus seperti dengan penambahan kapur, penambahan flokulan dan perbaikan proses aerasi.Penanganan dan pengolahan limbah cair pabrik di PG Subang difokuskan langsung diinstalasi pengolahan air limbah (IPAL). Semua limbah cair bungan pabrik dari seluruh stasiun yang ada dipabrikasi dan hasil sisa proses produksi disalurkan ke IPAL untuk dilakukan pengolahan lanjutan. Pengolahan limbah cair dilakukan melalui beberapa tahapan dan perlakuan agar menghasilkan air limbah yang aman untuk lingkungan sesuai baku mutu air limbah.Tahapan proses penanganan dan pengolahan air limbah buangan pabrik di IPAL ini sebagai berikut : Penyaringan sebelum masuk ke unit pengolahan limbah, dipasang saringan dengan kawat kasa + mesh untuk memisahkan kotoran-kotoran kasar (seperti ampas, dll). Kolam penangkap minyakKotoran penangkapminyak merupakan kolam yang berlubang dibagian bawah. minyak akan terapung diatas dan air akan lewat dari lubang bawah yang kemudian dialirkan kekolam equalisasi. Minyak secara periodik akan ditampung. Kolam equalisasiUnit ini berfungsi untuk meredam fluktuasi debit limbah yang masuk. Unit equalisasi ini terdiri dari 2 area yang digunakan, yaitu bak equalisasi dan tempat pemberian kapur dan bahan penjernih. Kolam stabilisasi/aerasiPada kolam ini influent diaerasi dengan dua cara, yaitu: alami lewat permukaan dan kompresor udara. Kolam clarifier/pengendapKolam ini berfungsi untuk memisahkan endapan yang terbentuk dikolam aerasi. Kolam penampungPG Subang mempunyai kolam penampung limbah seluas 10 ha yang terdiri dalam 6 kolam penampung. Kolam I, II, III seluas 2 ha dan kolam IV, V, VI seluas 8 ha. Dengan kedalaman rata-rata 1,5-2 meter. Pada kolam ini dipasang untuk siraman tanaman tebu.Air limbah yang telah diolah di IPAL akan masuk ke kolam pengendap yang kemudian digunakan untuk penyiraman tanaman tebu dengan menggunakan pompa. Upaya yang dilakukan PG Subang untuk menurunkan pencemaran kualitas air adalah: Pengoperasian unit pengolahan limbah yang ada dengan system pound secara maksimal, menaikkan Ph dengan membumbui susu kapur dan penanaman eceng gondok pada kolam limbah akhir. Menampung limbah pada kolam dengan kapasitas 150.000 m3 (luas 10 Ha) Penanganan saluran-saluran limbah secara baik (inhouse keeping)

Tabel 10. Sumber, jenis dan pemanfaatan limbah cair

Sumber limbahjenis limbahPemanfaatan

Unit proses produksiAir pendingin mesinLangsung dialirkan ke sungai

Limbah cair yang dihasilkan PG Subang (tabel 10) terdiri atas air pendingin mesin, air buangan pabrik, air jatuhan kondensor, air kondensat, dan tetes. Air pendingin mesin merupakan air yang bebas dari kandungan nira sehingga dapat langsung dibuang ke sungai. Air pencuci mesin masih mengandung soda kaustik. Air ini bersama dengan air ceceran dari proses produksi masuk ke bak intake yang kemudian disalurkan ke IPAL.Limbah cair pada industri gula dapat berasal dari air buangan pabrik. Setiap stasiun menghasilkan air buangan berupa limbah cair yang berasal dari sisa pencucian mesin atau sisa kotoran pelumas, nira, ampas dan bahan-bahan lainnya di masing-masing stasiun. Sumber limbah cair buangan pabrik ini didasarkan pada pembagian stasiun yang ada didalam pabrik. Limbah cair buangan ini disalurkan melalui irigasi yang sudah dibuat khusus untuk limbah cair buangan pabrik dengan bak kontrol yang digunakan untuk pemantauan aliran limbah dan pengendalian ketika terjadi penyumbatan limbah cair yang tersebar di masing-masing stasiun. Limbah cair yang berasal dari air buangan pada stasiun penggilingan berupa sisa penyemprotan ampas, sisa nira yang meluap keluar, sisa pembersihan oli pada mesin gilingan dan air-air yang keluar akibat kebocoran. Dari stasiun pemurnian limbah cair buangan dapat berupa air penyaringan ampas halus, cipratan nira mentah yang keluar, sisa pembuatn larutan kapur. Dari stasiun pemasakan limbah cair buangan relatif sedikit dan jarang . limbah cair buangan dari stasiun penguapan berupa sisa air pembersihan nira, kerak nira dan caustic soda. Dari stasiun putaran dihasilkan limbah cair buangan berupa air untuk membersihkan apabila ada tetes yang berlebih atau bocor. Sumber lain limbah cair buangan berasal dari stasiun boiler yang berupa air buangan dari endapan air di bagasse house yang meresap ketika turun hujan.Air jatuhan kondensor yang memiliki suhu sekitar 470C dengan ph sekitar 6-7 pada dasarnya dikembalikan ke cooling tower untuk diturunkan suhunya menjadi 370C dengan ph 6dan dikembalikan kedalam proses. Air kondensor ini dipompa masuk ke dalam instalasi water treatment dan di pompa dengan menggunakan pompa cooling tower untuk didinginkan.proses pendinginan dilakukan dengan mengalirkan air kedalam cooling fan yang berbeda dengan cooling tower agar suhunya turun. Jika terjadi kelebihan, maka akan langsung dibuang kesungai tarum timur. Karena air ini tidak mengandung nira, maka aman bagi lingkungan. Air kondensat merupakan salah satu limbah cair yang dapat dimanfaatkan kembali secara langsung dan melalui proses terlebih dahulu. Air kondensat ini berasal dari sisa proses air di unit evaporasi dan air kondensat ini memliki suhu 70-800C dengan pH 6-7. Air kondensat disalurkan ke tangki penampung untuk dikontrol suhu, pH, kandungan nira dan suhu, akan dimanfaatkan kembali sebagai pengisi boiler.Bila dibandingkan dengan ampas dan blotong, tetes tebu memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi. Tetes tebu atau molase ini dapat digunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan alkohol, asam sitrat, MSG (Monosodium glutamat), campuran dalam pembuatan kecap serta bahan baku pada proses pembuatan spirtus. Tetes yang dihasilkan oleh PG Subang ini adalah 4,57 bahan% tebu, 92,50% brix, 30,99% pol, HK 33,5, 5,71 ton bahan/jam, 5,28 ton brix/jam, 1,77 ton pol/jam, dan 0,43 ton air/jam. Tetes yang dihasilkan di unit centrifugal ini disalurkan langsung ke tangki penampung tetes. PG Subang memiliki dua tangki penampung tetes (gambar 23). Sifat fisik tetes ini menyerupai cairan gula merah yang kental, berwarna kecoklatan, dan berbau gula yang dibakar. Oleh karena itu, penanganan terhadap tetes dilakukan dengan menjual ke pihak yang telah disepakati.

D. PENANGANAN DAN PEMANFAATAN LIMBAH PADATLimbah padat adalah hasil buangan industri berupa padatan, lumpur, bubur yang berasal dari sisa proses pengolahanan. Limbah padat dapat dikategorikan menjadi dua bagian, yaitu limbah yang dapat didaur ulang dan yang tidak memiliki nilai ekonomis. Bagi limbah padat yang tidak memiliki nilai ekonomis maka dapat ditangani dengan cara antara lain ditimbun pada suatu tempat, diolah kembali lalu kemudian dibuang atau dibakar. Hampir semua pabrik gula termasuk PG Subang tidak terlepas dari limbah padat yang dihasilkan dari proses penggilingan tebu. Hal ini karena bahan baku menggunakan bahan pertanian yang kaya serat dan serabut berupa tanaman tebu. Limbah padat yang dihasilkan oleh PG Subang termasuk ke dalam limbah padat industri berupa ampas tebu, abu ketel dan blotong seperti pada gambar 24. Sumber, jenis dan pemanfaatan limbah padat dapat dilihat pada tabel 11.

Tabel 11. Sumber, jenis dan pemanfaatan limbah padatSumber Limbah jenis limbahPemanfaatan

Unit gilinganAmpasBahan bakar boiler

Unit pemurnianblotong

Campuran pembuatan pupuk liprogen

Unit boilerAbu ketel

Bahan campuran pembuatan kompos/pupuk liprogen

*Pupuk liprogen : pupuk yang digunakan untuk pemupukan tanaman tebu areal PG Subang

Gambar 24. Limbah padat PG Subang : (a) ampas, (b) blotong, (c) abu ketel

Ampas tebu (bagasse) adalah hasil samping dari proses penggilingan tebu yang berupa serpihan-serpihan serabut kecil. Rendemen amapas yang dihasilkan dapat mencapai 30-40% dari jumlah tebu yang digiling. Ampas terbagi menjadi dua yaitu ampas halus dan kasar. Keduanya masih dapat dimanfaatkan dalam stasiun proses. Ampas halus dimanfaatkan pada stasiun pemurnian sebagai campuran nira kotor sebelum masuk RVF. Ampas halus berfungsi merekatkan nira kotor agar dapat menghasilkan nira tapis dan blotong. Sementara ampas kasar dimanfaatkan pada stasiun boiler untuk bahan bakar. Ampas kasar yang dihasilkan langsung dikirim kestasiun boiler untuk digunakan sebagai umpan pembakaran, yaitu hampir ,mencapai 100% termanfaatkan dari total ampas yang dihasilkan. Ampas tebu (bagasse) yang berlebih dan belum termanfaatkan sebagai umpan boiler disalurkan ke gudang penyimpanan ampas. Biasanya ampas tebu (bagasse) yang tersimpan digudang dimanfaatkan sebagai cadangan bahan bakar boiler ketika proses giling berhenti. Desain gudang ampas yang terbuka dan hanya menggunakan atap penutup menjadikan tumpukan ampas yang ada didalamnya akan berterbangan jika tertiup angin. Hal tersebut cukup mengganggu bagi pengguna jalan yang melintas disekitarnya. Untuk itu pihak PG Subang sebisa mungkin mengendalikan adanya penmanfaatan ampas agar tidak semakin meluas pencemaran udara dilingkungan sekitar akibat adanya yang berterbangan.Blotong merupakan limbah padat halus bercampur ampas yang merupakan hasil pemisahan dari nira kotor pada Rotary Vacum Filter (RVF) di unit pemurnian. Bentuknya seperti tanah yang berwarna hitam dangan bau yang menyengat dan kadang ditumbuhi banyak jamur. Hal ini disebabkan karena blotong masih memiliki sejumlah kecil pol. Blotong yang dihasilkan di PG Subang sekitar 3,5 ton/jam (3% tebu). Blotong ini kemudian ditampung ditempat khusus pembuangan. Proses selanjutnya adalah blotong yang berada ditempat penampungan diangkut menggunakan truk khusus pengangkut blotong untuk disimpan ditempat penyimpanan blotong yang berupa lapangan luas. Blotong di PG Subang dimanfaatkan untuk dijadikan sebagai bahan pembuatan pupuk organik (liprogreen) sebagai campuran pupuk kompos namun program pupuk liprogreen tidak dijalankan kembali, maka blotong dimanfaatkan sebagai bahan pupuk kompos/ pupuk organik. Tidak jarang warga sekitar mengunjungi tempat penampungan blotong karea banyaknya jamur yang tumbuh pada blotong tersebut. Jamur ini kemudian dimanfaatkan oleh warga sekitar untuk dikonsumsi sehari-hari. Abu ketel merupakan proses sisa pembakaran ampas distasiun boiler. Abu ketel ini dikeluarkan dari stasiun boiler dengan menggunakan dust collector, yaitu dengan mengalirkan air sehingga abu terbawa keluar menuju penampungan. Air dan abu dipisahkan dengan alat saringan hingga berupa gumpalan abu dan air yang berwarna hitam. Air yang berwarna hitam langsung dibuang menuju saluran air untuk kemudian dialirkan ke unit pengolahan air abu ketel untuk diproses lanjut sementara gumpalan debu dibawa menggunakan konveyor menuju truk penampung untuk kemudian dimanfaatkan. Abu ketel yang dihasilkan PG Subang sekitar 0,8 ton/jam (2% ampas). Gumpalan abu ini dipakai untuk campuran pupuk organik/pupuk kompos dari blotong.Tebu yang telah ditebang akan segera diangkut untuk dikirim ke cane yard. Sebelum akhirnya digiling, tebu kemudian ditumpuk terlebih dahulu untuk beberapa saat. Pucuk dan daun tebu yang ada di cane yard banyak tertinggal dan menghambat mobilitas grabbe louder atau pengangkut tebu lainnya. Selain itu disisa pucuk dan daun ini merupakan limbah yang cuku menganggu proses penggilingan ketika terbawa masuk ke mesin penggilingan, kemudian hasilnya akan berpengaruh pada rendemen gula diakhir produksi. Pemanfaatan pucuk dan daun ini sebelumnya dijadikan sebagai bahan pakan ternak. Namun untuk sekarang ini, pucuk dan daun yang kering langsung dibuang atau dibakar. Limbah padat lainnya dapat berupa kerak nira ataupun limbah padat dari rumah tangga perusahaan dan produksi pabrik. Kerak nira dihasilkan dari proses pencucian badan evaporator dan heater, timbangan tetes, badan boiler, pipa putaran, palung pendingin, dan tempat penampungan lainnya seperti door clarifier. Kerak nira ini biasanya dibuang begitu saja atau bisa ditampung kemudian dimasukkan ke house keeping. Sementara limbah padat dari rumah tangga dapat berupa kertas, plastik, karung, bahan organik, logam dll. Penanganan limbah padat domestik di PG Subang ini dilakukan dengan sederhana yaitu dilakukan dengan pengumpulan dan ditampung untuk dibakar atau dibuang ketempat pembuangan akhir. Logam dan sejenisnya ditangani dengan cara pengumpulan dan penampungan di TPS Limbah B3.

E. PENGANAN DAN PEMANFAATAN LIMBAH UDARALimbah udara merupakan limbah berupa gas yang dihasilkan oleh industri dalam memproduksi tenagan seperti tenaga uap untuk energi dalam menjalankan mesin produksi. Limbah gas yang berasal dari pembakaran boiler adalah gas CO2 yang berupa asap. Gas ini timbul akibat adanya pembakaran ampas yang dilakukan di stasiun boiler. PG Subang menggunakan hampir 100% bahan bakar boiler dari bagasse. Juga dilakukan beberapa perlakuan berupa penyaluran bagasse secara teratur dan tidak terlalu penuh, pemberian rongga agar oksigen yang masuk cukup, pengambilan dan pembersihan abu ketel secara teratur, serta pengoperasian penangkap debu abu ketel dilakukan dengan baik. Tidak ada penanganan limbah ini. Limbah dibuang ke udara melalui cerobong asap yang cukup tinggi. Sama halnya dengan gas CO2, limbah gas yang berasal dari genset listrik juga tidak melalui penganan ataupun pemanfaatan. Keseluruhan limbah gas langsung dibuang ke udara melalui cerobong asap di PG Subang. Sumber dan jenis limbah gas dapat dilihat pada tabel 12.Penggunaan bahan bakar organik yang berasal dari ampas menjadikan emisi yang dihasilkan terlalu berdampak bruk bagi lingkungan. Penganan limbah gas dilakukan dengan cara pengontrolan dan pengujian kualitas emisi udara pada waktu tertentu yang telah ditetapkan.

Sumber limbah

Jenis Limbah

Pemanfaatan

Unit Boiler

Unit InstalasiGas berasal dari pembakaran boiler

Gas berasal dari genset listrikBelum dilakukan pemanfaatan, secara alami terbuang ke udara

Belum dilakukan pemanfaatan, secara alami terbuang ke udara

4.7. Tata letak alat dan Spesifikasi Alat

Spesifikasi alat yang digunakan di PT PG Subang dalam menunjang sistem proses pembuatan gula di golongkan pada setiap unit, diantaranya unit persiapan bahan baku, gilingan, pemurnian, evaporasi, kristalisasi, centrifugal dan penye