jurnal ko 8

17
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK Judul : Ekstraksi Piperin Dari Buah Lada Tujuan Percobaan : Mempelajari teknik pemisahan senyawa dari padatan dengan cara ekstraksi Pendahuluan Indonesia merupakan penghasil berbagai macam rempah-rempah. Lada merupakan salah satu rempah yang ada di Indonesia dengan nama latin Piper nigrum L dari keluarga Piperaceae. Tumbuhan lada (Piper ningrum L) termasuk tumbuhan semak atau perdu dan sering kali memanjat dengan akar-akar pelekat. Lada/merica tampak sebagai suatu rempah-rempah sederhana yang pedas, hitam dan mempunyai aroma yang bisa membuat bersin. Rasa pedas ini disebabkan adanya zat piperin, piperanin dan chavicin yang merupakan persenyawaan dari piperin dengan semacam alkoloida. Kandungan piperin didalam lada sekitar 5-92 % (Septiatin, 2008). Piperin (1–piperilpiperidin) C 17 H 19 O 3 N merupakan alkaloid dengan inti piperidin. Piperin berbentuk kristal berwarna kuning dengan titik leleh 127-129,5 0 C, merupakan basa yang tidak optis aktif, dapat larut dalam alkohol, benzena, eter, dan sedikit larut dalam air. Piperin dapat mengalami foto-isomerisasi oleh sinar membentuk isomer isochavisin (trans-cis), isopiperin (cis-trans), chavisin (cis-cis), dan piperin (trans-trans). Piperin termasuk golongan alkaloid yang merupakan senyawa amida basa lemah yang dapat membentuk garam dengan asam mineral kuat. Piperin bila Paraf Asisten

Upload: nora-dwi-saputri

Post on 25-Nov-2015

106 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK

Judul

: Ekstraksi Piperin Dari Buah LadaTujuan Percobaan: Mempelajari teknik pemisahan senyawa dari padatan dengan cara ekstraksiPendahuluanIndonesia merupakan penghasil berbagai macam rempah-rempah. Lada merupakan salah satu rempah yang ada di Indonesia dengan nama latin Piper nigrum L dari keluarga Piperaceae. Tumbuhan lada (Piper ningrum L) termasuk tumbuhan semak atau perdu dan sering kali memanjat dengan akar-akar pelekat. Lada/merica tampak sebagai suatu rempah-rempah sederhana yang pedas, hitam dan mempunyai aroma yang bisa membuat bersin. Rasa pedas ini disebabkan adanya zat piperin, piperanin dan chavicin yang merupakan persenyawaan dari piperin dengan semacam alkoloida. Kandungan piperin didalam lada sekitar 5-92 % (Septiatin, 2008).Piperin (1piperilpiperidin) C17H19O3N merupakan alkaloid dengan inti piperidin. Piperin berbentuk kristal berwarna kuning dengan titik leleh 127-129,5 0C, merupakan basa yang tidak optis aktif, dapat larut dalam alkohol, benzena, eter, dan sedikit larut dalam air. Piperin dapat mengalami foto-isomerisasi oleh sinar membentuk isomer isochavisin (trans-cis), isopiperin (cis-trans), chavisin (cis-cis), dan piperin (trans-trans). Piperin termasuk golongan alkaloid yang merupakan senyawa amida basa lemah yang dapat membentuk garam dengan asam mineral kuat. Piperin bila dihidrolisis dengan KOH-etanolik yang berlebihan dan dalam keadaan panas menyebabkan piperin terhidrolisis dan membentuk kalium piperinat dan piperidin. Struktur piperin adalah sebagai berikut :

Gambar 1.1 Struktur piperin(Anwar, 1994).Sifat alkaloid yang paling penting adalah kebasaannya. Metode pemurnian dan pencirian umumnya mengandalkan sifat fisiknya, dan pendekatan khusus harus dikembangkan untuk beberapa alkaloid yang tidak bersifat basa. Alkaloid biasanya diperoleh dengan cara mengekstraksi bahan tumbuhan memakai air yang diasamkan dengan melarutkan alkaloid sebagai garam atau bahan tumbuhan dapat dibasakan dengan natrium bikarbonat dan sebagainya. Basa bebas diekstraksi dengan pelarut organik seperti kloroform, eter dan sebagainya. Radas untuk ekstraksi sinambung dan pemekatan khususnya berguna untuk alkaloid yang tidak tahan panas. Pelarut atau pereaksi yang telah sering dipakai seperti kloroform, aseton, amonia dan metilena klorida dalam kasus tertentu harus dihindari. Beberapa alkaloid yang dapat menguap dapat dimurnikan dengan cara penyulingan uap dari larutan yang dibasakan. Larutan dalam air yang bersifat asam dan mengandung alkaloid dapat dibasakan lalu alkaloid diekstraksi dengan pelarut organik sehingga senyawa netral dan asam yang mudah larut tertinggal dalam air (Underwood, 1981).Metode yang digunakan untuk mengisolasi piperin dari lada hitam tersebut adalah ekstraksi soxhlet yang merupakan pemisahan satu atau beberapa bahan dari suatu padatan dengan menggunakan bantuan pelarut. Pemisahan terjadi atas dasar kemampuan larut yang berbeda dari komponen-komponen dalam campuran/pemilihan jenis pelarut ini didasarkan atas beberapa faktor, yaitu selektivitas, kelarutan, kemampuan tidak saling campur, reaktivitas, titik didih, dan kriteria lainnya (Bernasconi, 1995).Soxhlet merupakan suatu peralatan yang digunakan untuk mengekstrak suatu bahan dengan pelarutan yang berulang-ulang dengan pelarut yang sesuai. Adapun gambar alat soxhlet sebagai berikut:

Gambar 1.2 alat soxhlet Fungsi dari alat-alat/instrument yang menyusun alat soxhlet antara lain:

a. Kondensor : berfungsi sebagai pendingin, dan juga untuk mempercepat proses pengembunanb. Timbal : berfungsi sebagai wadah untuk sampel yang ingin diambil zatnyac. Pipa F : berfungsi sebagai jalannya uap, bagi pelarut yang menguap dari proses penguapand. Sifon : berfungsi sebagai perhitungan siklus, bila pada sifon larutannya penuh kemudian jatuh ke labu alas bulat maka hal ini dinamakan 1 sikluse. Labu alas bulat : berfungsi sebagai wadah bagi sampel dan pelarutnyaf. Batu didih : berfungsi untuk meratakan panas(Lucas 1949).

Metode Ekstraksi dengan alat soxhlet ini dipilih karena pelarut yang digunakan lebih sedikit (efesiensi bahan) dan larutan sari yang dialirkan melalui sifon tetap tinggal dalam labu, sehingga pelarut yang digunakan untuk mengekstrak sampel selalu baru dan meningkatkan laju ekstraksi. Waktu yang digunakan pun lebih cepat. Kerugian metode ini ialah pelarut yang digunakan harus mudah menguap dan hanya digunakan untuk ekstraksi senyawa yang tahan panas (Harper 1979).Ekstraksi suatu bahan pada prinsipnya dipengaruhi oleh suhu. Semakin tinggi suhu yang digunakan maka semakin tinggi ekstrak yang diperoleh. Namun demikian, bahan hasil ekstraksi dengan berbagai tingkat suhu belum tentu memberikan pengaruh yang berbeda terhadap sifat antibakterinya. Oleh sebab itu, ekstraksi bahan pada suhu yang berbeda perlu dilakukan. Ekstraksi dengan soxhlet memberikan hasil ekstrak yang lebih tinggi karena pada cara ini digunakan pemanasan yang diduga memperbaiki kelarutan ekstrak. Semakin bersifat polar suatu pelarut maka akan menghasilkan bahan terekstrak tidak berbeda untuk kedua macam cara ekstraksi. Proses ekstraksi menggunakan campuran pelarut etanol dan air untuk mengetahui lebih jauh pengaruh suhu pada ekstrasi (Rindit et al., 2007).Prinsip Kerja

Prinsip kerja pada percobaan ini adalah pemisahan suatu komponen yang terdapat dalam zat padat dengan cara penyaringan berulang ulang dengan menggunakan pelarut tertentu, sehingga semua komponen yang diinginkan akan terisolasi.Alat

Sokhlet, labu alas bulat, kondensor, timbangan, mantel pemanas, erlenmeyer 100 mL, ice-bath, penangas air, pipet mohr, gelas ukur, corong penyaring, alat penentu titik leleh.

Bahan

Diklorometana, eter, pelarut aseton:heksana (3:2), kertas saring.Prosedur Kerja

1. Timbang 10 gram serbuk lada lalu bungkus dengan kertas saring. Masukkan sampel kedalam alat soxhlet.2. Masukkan diklorometana sebanyak 20 mL kedalam labu alas bulat 50 mL dan set alat tersebut menjadi alat sokhlet.3. Panaskan heating mantle selama beberapa sirkulasi sampai terekstrak sempurna (sekitar 1 jam). Dinginkan labu hingga suhu kamar.4. Ekstrak yang diperoleh dipindah kedalam erlenmeyer 100 mL dan evaporasi pelarut diklorometana dengan penangas air hingga diperoleh cairan kental seperti minyak kecoklatan. Lakukan ini dalam lemari asam.5. Dinginkan dalam ice-bath dan tambahkan 6 mL eter dingin sambil diaduk selama 5 menit. Evaporasi kembali pelarut yang ada menggunakan penangas air.6. Dinginkan ekstrak dalam ice bath dan tambahkan 6 mL eter dingin sambil diaduk. Lalu dinginkan selama 10 menit sampai terbentuk kristal jarum.7. Saring kristal dan cuci dengan 5 mL eter dingin.8. Masukkan isolat piperin kedalam tabung reaksi dan larutkan dengan pelarut campuran aseton:heksana (3:2) panas dengan jumlah pelarut seminimum mungkin. 9. Diamkan tabung reaksi pada suhu kamar, sampai kristal piperin terbentuk kembali (sekitar 15 menit). Lanjutkan dengan pendinginan tabung reaksi dalam ice bath selama 20 menit. 10. Saring kristal yang terbentuk dan cuci dengan 5 mL eter dingin. 11. Keringkan kristal diudara, timbang dan tentukan titik lelehnya.Waktu yang DibutuhkanNo.KegiatanJamWaktu1.Persiapan praktikum07.00 07.1010 menit2.Preparasi sampel07.10 07.4030 menit3.Memasang set alat sokhlet07.40 08.4015 menit4.Ekstraksi piperin dari buah lada08.40 11.20160 menitTotal waktu215 menitData dan Perhitungan

a. Data

No.

Bahan

Berat / volume

1.

Kertas saring I0,83 gram2.

Lada 8 gram3.

Diklorometan 60 mL4.

Kertas saring II0,5098 gram5.

Kertas saring II + piperin0,5659 gram6.

Titik leleh = 130oCb. Perhitungan

Rendemen = x 100 %

= x 100 %

= 0,7 %Hasil

Bahan

Hasil percobaanKeterangan 8 g ladaPiperin 0,0561 gramHasil ekstrak berwarna kuning kecoklatanNo.

Keterangan

Hasil

Gambar

1.Penumbukan sampel (lada) Sampel yang awalnya berbentuk bulat dengan biji keras dan berkulit lunak menjadi serbuk

2.

Set alat sokhlet

Alat terpasang dengan baik SHAPE \* MERGEFORMAT

3.

Proses ekstraksi sokhlet Hasil awal ekstraksi cairan masih berwarna kuning kecoklatan Hasil akhir ekstraksi cairan menjadi tidak berwarna SHAPE \* MERGEFORMAT

Hasil awal ekstraksi

SHAPE \* MERGEFORMAT

Hasil akhir ekstraksi 4.

Hasil akhir ekstraksi + pelarut Berwarna kuning kecoklatan SHAPE \* MERGEFORMAT

5.Setelah ditambah aseton : heksana (3:7) Warna menjadi lebih terang SHAPE \* MERGEFORMAT

6.Setelah dipanaskan Terbentuk dua fase (atas: kuning pekat ; bawah: coklat gelap) SHAPE \* MERGEFORMAT

7.Setelah diletakkan dalam icebath Terbentuk endapan SHAPE \* MERGEFORMAT

8.Setelah dioven Kristal piperin yang diperoleh SHAPE \* MERGEFORMAT

Pembahasan Hasil

Suatu senyawa sebelum diidentifikasi dan diukur kadarnya perlu dilakukan suatu pemisahan. Tehnik pemisahan kimia dalam analisis kimia terdapat beberapa macam diantaranya untuk isolasi, pemurnian zat ataupun untuk menghilangkan interferensi dari suatu zat. Salah satu tehnik pemisahan yang paling sering digunakan adalah ekstraksi. Ekstraksi adalah salah satu metode pemisahan kimia ntuk memisahkan atau menarik suatu komponen-komponen kimia yang berada dalam suatu sampel dengan menggunakan pelarut. Ekstraksi didasarkan pada perbedaan sifat kelarutan suatu senyawa organik di dalam suatu cairan pelarut yang tidak saling bercampur. Senyawa yang berada dalam bentuk ion (bersifat polar) umumnya dapat larut dalam air, sementara senyawa organik yang bersifat non polar umumnya tidak dapat larut alam pelarut air atau pelarut polar. Sifat ini dikenal dengan istilah like dissolve like. Jenis-jenis ekstraksi terbagi dua yaitu ekstraksi dingin atau maserasi dan ekstraksi panas misalnya dengan ekstraksi soxhlet. Perbedaan dari kedua jenis ekstraksi ini adalah terletak pada tehniknya. Ekstraksi dingin tidak menggunakan proses pemanasan pada sampel melainkan dengan cara merendam sampel dalam pelarut, sedangkan ekstraksi panas dilakukan dengan pemanasan (Purwani et al., 2008).Pada percobaan ini akan dilakukan isolasi piperin dari lada dengan menggunakan ekstraksi soxhlet. Ekstraksi soxhlet merupakan pemisahan satu atau beberapa bahan dari suatu padatan dengan menggunakan bantuan pelarut dan memanfaatkan pemanasan untuk destilasi pelarut. Pemisahan terjadi atas dasar kemampuan larut yang berbeda dari komponen-komponen dalam campuran/pemilihan jenis pelarut ini didasarkan atas beberapa faktor, yaitu selektivitas, kelarutan, kemampuan tidak saling campur, reaktivitas, titik didih, dan kriteria lainnya. Prinsip soxhlet ialah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya sehingga terjadi ekstraksi kontiyu dengan jumlah pelarut konstan dengan adanya pendingin balik. Metode ekstraksi soxhlet dipilih untuk percobaan ini karena sampel yang digunakan yaitu lada berupa padatan. Selain itu pelarut yang digunakan lebih sedikit (efesiensi bahan) dan larutan sari yang dialirkan melalui sifon tetap tinggal dalam labu, sehingga pelarut yang digunakan untuk mengekstrak sampel selalu baru dan meningkatkan laju ekstraksi, waktu yang digunakanpun lebih cepat. Kerugian metode ini ialah pelarut yang digunakan harus mudah menguap dan hanya digunakan untuk ekstraksi senyawa yang tahan panas. Metode ekstraksi kontinu yang dilakukan bertujuan untuk memperoleh hasil ekstrak yang lebih murni lagi (Bernasconi, 1995).Percobaan ekstraksi piperin dari buah lada ini memiliki beberapa perlakuan. Perlakuan pertama yaitu lada dihaluskan dengan cara menumbuk menggunakan mortar dan pestel hingga terbentuk serbuk lada yang halus. Penumbukan lada bertujuan agar zat-zat yang terkandung di dalam lada mudah terlarut dalam pelarut yang digunakan. Hal ini disebabkan semakin halus serbuk, maka kelarutan akan meningkat karena semakin banyak terjadi kontak dengan pelarut, sehingga semakin banyak zat yang dapat terbentuk dan semakin efisien proses pemisahan atau ekstraksi yang terjadi. Serbuk lada yang sudah halus kemudian ditimbang dan diperoleh hasil 8 gram.Lada yang telah ditimbang selanjutnya dilakukan tahap preparasi atau persiapan, yaitu menempatkan sampel yang berupa lada pada thimble. Thimble adalah wadah sampel berpori berupa kertas saring yang berbentuk lonjong dan diikat dengan benang gandir sedemikian rupa agar serbuk tidak pecah atau keluar dari kertas saring pada saat proses ekstraksi berlangsung. Kertas saring digunakan sebagai pembungkus karena kertas saring mempunyai dinding yang tipis dan berpori yang dapat memperudah pelarut untuk menyerap piperin yang terkandung di dalam sampel.

Perlakuan selanjutnya yaitu proses soxhletasi. Proses soxhletasi pada percobaan ini, menggunakan pelarut berupa diklometana (CH2Cl2). Berdasarakan literatur prosedur umum untuk mengisolasi piperin adalah ekstraksi menggunakan etanol (95%) dan KOH. Akan tetapi, cara pemanasan dengan CH2Cl2 juga memberikan hasil yang baik. Diklorometana merupakan pelarut polar aprotik. Aprotik menunjukkan molekul yang tidak mengandung ikatan O-H. Pelarut dalam kategori ini, semuanya memiliki ikatan dipol besar, biasanya ikatannya merupakan ikatan ganda antara karbon dengan oksigen atau nitorgen. Diklorometana digunakan sebagai pelarut karena memenuhi syarat pelarut yang baik, salah satunya adalah memiliki titik didih yang rendah sebesar 39.6oC dan merupakan senyawa polar yang memiliki kepolaran yang sama dengan piperin sehingga dapat melarutkan senyawa piperin yang terdapat dalam lada. Selanjutnya thimble yang berisi serbuk lada dimasukkan ke dalam alat soxhlet, kemudian memasukkan diklorometan ke dalam labu bundar dan merangkai alat soxhlet serta melakukan proses ekstraksi selama beberapa jam ( 2 jam). Proses ekstraksi selama beberapa jam tergantung zat yang terkandung dalam lada serta jumlah pelarut yang digunakan. Semakin banyak jumlah pelarut yang digunakan semakin cepat ekstraksi berlangsung. Proses ekstraksi dapat dianggap selesai jika warna isolate menjadi tidak berwarna sebab warna isolate dari lada menurut teori berwarna cokelat bening. Pada proses ekstraksi ini, pelarut yang digunakan yaitu diklorometan dimasukkan dalam labu alas bulat lalu dipanaskan untuk mendidihkan pelarut. Keadaan ini mengakibatkan pelarut melewati titik didihnya dan menguap, uap ini kemudian didinginkan menggunakan kondensor, sehingga uap yang jatuh berupa cairan akan membasahi sample (lada) untuk melarutkan zat aktif di dalam lada. Jika pelarut yang jatuh pada bagian alat soxhlet yang terdapat sampel lada telah penuh (telah melewati sifon), dan sifon tersebut telah penuh maka pelarut dan bahan yang terkandung dalam sampel (piperin) akan jatuh kedalam labu alas bulat karena adanya tekanan yang diberikan larutan. Proses ini dinamakan satu kali siklus ekstraksi, dan demikian proses ekstraksi oleh pelarut ini terjadi secara berulang-ulang. Proses soxhletasi yang dilakukan menghasilkan ekstrak lada berwarna coklat tua dengan proses pada alat soxhlet sebanyak 7 siklus. Ekstraksi yang dilakukan selama mungkin serta siklus jatuhnya pelarut kedalam labu didih banyak akan menghasilkan ekstrak secara sempurna. Hal ini karena dengan ekstraksi berulang kali maka ekstrak dalam sampel dapat terbawa semua artinya terekstrak sempurna.Perlakuan selanjutnya yaitu dievaporasi di dalam penangas air hingga terbentuk cairan coklat yang kental seperti minyak. Hasil yang diperoleh dari ekstraksi soxhlet kemudian dievaporasi untuk memisahkan hasil ekstrak dengan pelarutnya, yakni diklorometan. Selama proses evaporasi akan terjadi pemisahan ekstrak dari pelarutnya diklorometana. Diklorometan yang memiliki titik didih 39.6oC akan menguap terlebih dahulu karena titik didih diklorometan lebih rendah dari senyawa piperin 130oC yang merupakan hasil dari ekstrak sehingga yang tersisa dalam ekstrak hanya piperin. Selanjutnya ekstrak yang telah dipisahkan dari pelarutnya diklorometana kemudian didinginkan kedalam ice bath selama 10 menit dan ditambahkan dengan aseton heksana. Pendinginan berfungsi untuk menghentikan reaksi yang berlangsung setelah pemanasan. Aseton heksana dingin ditambahkan secara berlebihan untuk memisahkan senyawa ataupun pengotor yang bersifat nonpolar dari piperin sebab aseton heksana merupakan senyawa nonpolar. Penambahan aseton heksana pada ekstrak juga berfungsi untuk menjenuhkan ekstrak sehingga larutan akan menjadi jenuh dan membentuk kristal. Ketika ditambahkan dengan aseton heksana terbentuk dua fase dimana fase atas berwarna kuning pekat sedangkan bagian bawah berwarna hijau kecoklatan. Fase atas merupakan senyawa yang memiliki massa jenis yang rendah yaitu aseton heksana serta senyawa non polar dalam lada yang larut dalam aseton heksana. Sedangkan bagian bawah adalah piperin yang tidak larut dalam aseton heksana. Pemanasan perlu dilakukan untuk melarutkan piperin ke dalam aseton heksana sebab semakin tinggi suhu pelarut semakin tinggi pula kereaktifannya dalam menguraikan molekul molekul padatan sehingga kemungkinan padatan untuk dapat larut tinggi. Setelah dilakukan pemanasan, larutan berubah menjadi berwarna orange caramel dan terbentuk kristal ketika didinginkan di dalam icebath. Proses selanjutnya adalah menyaring kristal dan melarutkannya ke dalam aseton heksana panas. Pelarutan dengan aseton heksana panas bertujuan untuk melarutkan senyawa senyawa nonpolar yang mungkin masih tersisa dalam larutan dengan lebih cepat sehingga ekstrak yang didapat akan lebih murni. Proses penyaringan bertujuan agar filtrat dapat terpisah dari zat-zat pengotornya. Hasil yang terbentuk tersebut disaring dengan kertas saring sehingga dapat dihasilkan kristal yang sudah terpisah dari filtratnya. Perlakuan selanjutnya kristal piperin dikeringkan dalam oven. Kristal yang didapat berwarna kuning. Berdasarkan warna kristal piperin yang dihasilkan, sesuai dengan literatur yaitu berwarna kuning. Jadi dapat disimpulkan bahwa kristal piperin yang diperoleh cukup murni.Pada suhu kamar, senyawa piperin dalam bentuk kristalnya yang memang bersifat polar akan terlarut dalam diklorometana yang juga bersifat polar. Ketika ditambahkan diklorometana sebagai pelarut, maka piperin yang ada akan melarut dalam filtratnya, sedangkan zat pengotor seperti piperin yang bersifat nonpolar atau kurang polar tidak larut dalam diklorometana akan tertinggal di dalam residunya.

Proses selanjutnya, kristal piperin yang diperoleh kemudian ditimbang dan ditentukan titik lelehnya. Berdasarkan percobaan diperoleh massa kristal piperin sebesar 0,0561 gram dan titik leleh piperin yang didapat dari percobaan sebesar 130o C. Titik didih piperin yang diperoleh dari percobaan sesuai dengan literatur yaitu berkisar 0,7%. Hal ini sangat jauh dari literatur yang menyatakan bahwa piperin yang terkandung dalam lada sebanyak 5-92%. Ketidaksesuaian tersebut terjadi karena beberapa faktor seperti adanya senyawa piperin yang ikut ketika filtrasi atau proses ekstraksi yang kurang lama sehingga tidak semua piperin dapat terekstrak. Selain itu kesalahan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti pencucian larutan yang kurang teliti atau kurangnya kemampuan aseton heksana untuk mengikat senyawa non polar dalam larutan sehingga masih terdapat senyawa lain dalam ekstrak.Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diperoleh dari percobaan ekstraksi piperin dari buah lada ini yaitu senyawa yang memiliki bentuk padatan dapat dipisahkan menggunakan ekstraksi soxhlet menggunakan prinsip ekstraksi padat-cair. Ekstraksi soxhlet merupakan pemisahan satu atau beberapa bahan dari suatu padatan dengan menggunakan bantuan pelarut dan memanfaatkan pemanasan untuk destilasi pelarut. Pemisahan terjadi atas dasar kemampuan larut yang berbeda dari komponen-komponen dalam campuran/pemilihan jenis pelarut ini didasarkan atas beberapa faktor, yaitu selektivitas, kelarutan, kemampuan tidak saling campur, reaktivitas, titik didih, dan kriteria lainnya. Prinsip soxhlet ialah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya sehingga terjadi ekstraksi kontiyu dengan jumlah pelarut konstan dengan adanya pendingin balik. Referensi

Anwar, C. 1994. Pengantar Praktikum Kimia Organik. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.

Bernasconi. 1995. Teknik Kimia II. Jakarta: Pradya Paramitha.

Day, R.A. dan A.L. Underwood. 1981.Analisa Kimia Kuantitatif Edisi Keempat. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Harper, H. A. 1979.Biokimia. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.Lucas, Howard J, David Pressman. 1949. Principles and Practice In Organic Chemistry. New York: John Wiley and Sons, Inc.Purwani et al. 2007. Ekstraksi Neodenium mamakai Asam 01-2 etil heksil fosfat. Vol1(1):3Rindit et al. 2007. Kandungan Fenol dan Sifat Antibakteri dari berbagai Jenis Ekstrak Produk Gambir (Uncaria gambir Roxb). Jurnal Ekstrak Uncaria gambir Roxb. Vol 18(3), 141 146.Septiatin, Eatin. 2008. Apotek Hidup dari Rempah-Rempah, Tanaman Hias, dan Tanaman Liar. Bandung : CV.YRAMA WIDYA.Saran

Saran untuk praktikum ini sebaiknya bahan baku yang digunakan harus memiliki kualitas yang baik selain itu waktu untuk proses soxhletasi sebaiknya ditambah agar diperoleh rendemen piperin yang optimal. Pengadaan alat yang digunakan untuk praktikum sebaiknya diperbanyak agar praktikum berjalan secara efektif dan efisien. Selain itu, persiapan bahan baku serta ketelitian praktikan dalam melakukan setiap prosedur kerja juga sangat penting dalam menentukan keberhasilan praktikum ini. Praktikan lebih memahami prosedur kerja dengan membaca dan memahami terlebih dahulu.Praktikan selanjutnya agar lebih berhati-hati dalam bekerja (terutama dalam pemurnian dan rekristalisai) agar didapatkan hasil yang lebih sempurna.

Nama Praktikan

Nora Dwi Saputri 121810301021

Paraf Asisten