kmsp bab 4

9
MANAJEMEN DANA DEKONSENTRASI, TUGAS PEMBANTUAN DAN URUSAN BERSAMA Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keuangan dan Manajemen Sektor Publik yang Diampu oleh Bapak Dr. Rosidi SE., MM., Ak. DisusunOleh: Maya Aulia 145020301111021 Iin Mutmainnah 145020301111023 Nanda Dwi Firdausi 145020301111030 JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Upload: iin-mutmainnah

Post on 10-Jul-2016

216 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

KMSP BAB $

TRANSCRIPT

Page 1: KMSP BAB 4

MANAJEMEN DANA DEKONSENTRASI, TUGAS

PEMBANTUAN DAN URUSAN BERSAMA

Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keuangan dan Manajemen Sektor Publik yang Diampu

oleh Bapak Dr. Rosidi SE., MM., Ak.

DisusunOleh:

Maya Aulia 145020301111021

Iin Mutmainnah 145020301111023

Nanda Dwi Firdausi 145020301111030

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2016

Page 2: KMSP BAB 4

A. Dana Dekonsentrasi

I. Definisi Dana Dekonsentrasi Mengacu pada UU No.32/2004 Pasal 1 dinyatakan bahwa Dekonsentrasi adalah

pelimpahan wewenang pemerintahan oleh Pemerintah kepada Gubernur sebagai wakil pemerintah dan/atau kepada instansi vertikal di wilayah tertentu.

Menurut PP No. 56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah menyebutkan bahwa Dana Dekonsentrasi adalah dana yang berasal dari APBN yang dilaksanakan oleh gubernur sebagai wakil pemerintah yang mencakup semua penerimaan dan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan dekonsentrasi, tidak termasuk dana yang dialokasikan untuk investasi vertikal pusat di daerah.

Dana Dekonsentrasi adalah implikasi dari pelimpahanan kewenangan pemerintah pusat kepada gubernur untuk urusan yang didekonsentrasikan. Provinsi mempunyai kedudukan sebagai daerah otonom sekaligus adalah wilayah administrasi, yaitu wilayah kerja gubernur untuk melaksanakan fungsi-fungsi kewenangan yang dilimpahkan kepadanya. Berkaitan dengan itu maka Kepala Daerah Otonom disebut Gubernur yang berfungsi pula selaku Kepala Wilayah Administrasi dan sekaligus sebagai wakil Pemerintah. Gubernur selain sebagai pelaksana atas asas desentralisasi, juga melaksanakan asas dekonsentrasi.

II. Penyelenggaraan Dana Dekonsentrasi

1. 6 (enam) urusan pemerintahan yang bersifat mutlak yaitu: Politik Luar Negeri,

Pertahanan, kemanan, Yustisi, Moneter dan Fiskal, serta agama, yang

dilimpahkan kepada instansi vertikal di daerah (Kanwil/Kandep).

2. Di luar 6 urusan pemerintahan yang bersifat mutlak yang dilimpahkan kepada

instansi vertikal tertentu di daerah (LPND).

3. Urusan pemerintahan (di luar poin 1 dan 2) di atas dilimpahkan kepada

Gubernur selaku wakil Pemerintah.

4. Pendanaan Dekonsentrasi yang diatur dalam PP No. 7/2008 hanya terkait

dengan pelimpahan urusan kepada Gubernur;

5. Urusan Pemerintahan yang akan dilimpahkan tertuang dalam program dan

kegiatanmelalui Renja-KL;

6. Dasar hukum pelimpahan urusan dituangkan dalam Peraturan Menteri/

Pimpinan Lembagasetiap tahun setelah ditetapkannya RKA-KL;

7. Pelimpahan urusan dari K/L kepada Gubernur tidak boleh dilimpahkan lagioleh

Gubernur kepada Bupati/Walikota;

8. Urusan pemerintahan yang dilimpahkan dapat dilakukan penarikan.

Page 3: KMSP BAB 4

III. Pengelolaan Dana Dekonsentrasi

Rencana lokasi dan anggaran untuk program dan kegiatan yang akan didekonsentrasikan dan/atau ditugaskan disusun dengan memperhatikan:

a. Kemampuan keuangan negara :Pengalokasian disesuaikan dengan kemampuan APBN dalam mendanai urusan pemerintah pusat melalui bagian anggaran K/L

b. Keseimbangan pendanaan di daerah :Pengalokasian mempertimbangkan kemampuan fiskal daerah yang terdiri dari besarnya transfer ke daerah dan kemampuan keuangan daerah

c. Kebutuhan pembangunan daerah : Pengalokasian disesuaikan dengan prioritas pembangunan nasional dan prioritas pembangunan daerah

B. Tugas Pembantuan

I. DefinisiMengacu pada UU No.32/2004 Pasal 1, Tugas Pembantuan adalah penugasan

dari Pemerintah kepada daerah dan/atau desa dari pemerintah provinsi kepada kabupaten/kota dan/atau desa serta dari pemerintah kabupaten/kota kepada desa untuk melaksanakan tugas tertentu.

Menurut PP No. 56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah menyebutkan bahwa Tugas Pembantuan adalah dana yang berasal dari APBN yang dilaksanakan oleh Daerah yang mencakup semua penerimaan dan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan Tugas Pembantuan.

Tugas Pembantuan adalah penugasan dari Pemerintah kepada daerah dan/atau desa, dari pemerintah provinsi kepada kabupaten, atau kota dan/atau desa, serta dari pemerintah kabupaten, atau kota kepada desa untuk melaksanakan tugas tertentu dengan kewajiban melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaannya kepada yang menugaskan.

Dana Tugas Pembantuan (TP) adalah dana yang berasal dari APBN yang dilaksanakan oleh daerah dan desa yang mencakup semua penerimaan dan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan tugas pembantuan.

IV. Penyelenggaraan Tugas Pembantuan

TP dari Pemerintah Pusat kepada Kepala Daerah dan Desa (APBN)

TP dari Provinsi kepada Kabupaten/ Kota dan Desa (APBD)

TP dari Kabupaten/ Kota ke Desa (APBD)

Page 4: KMSP BAB 4

1. Urusan Pemerintahan yang ditugaskan dari Pemerintah tertuang dalam

program dan kegiatan K/L;

2. Urusan Pemerintahan yang ditugaskan dari Provinsi/Kabupaten/Kota

tertuang dalam program dan kegiatan SKPD

3. Penugasan urusan dari K/L kepada Gubernur tidak boleh ditugaskan lagi

kepada Bupati/ Walikota;

4. Penugasan urusan dari K/ L kepada Bupati/ Walikota tidak boleh ditugaskan

lagi kepada Kepala Desa;

5. Dasar hukum penugasan urusan dituangkan dalam Peraturan Menteri/

Pimpinan Lembaga setiap tahun setelah ditetapkannya RKA- KL;

6. Penyelenggaraan TP dari Pemerintah kepada Desa dilakukan dengan

persetujuan Presiden

7. Urusan pemerintahan yang ditugaskan dapat dihentikan.

C. Penyaluran Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan

1. Penyaluran Dana Dekon/TP dilakukan melalui Rekening Kas Umum Negara.2. DIPA yang telah disahkan disampaikan kepada SKPD penerima dana Dekon/TP

sebagai dasar dalam penerbitan SPM3. Penerbitan SPM oleh SKPD selaku KPAdidasarkan pada alokasi dana yang

tersedia dalam DIPA4. Kepala SKPD penerimaDana Dekon/TPmenerbitkan dan menyampaikan SPM

kepada KPPN5. Setelah menerima SPM dari SKPD, KPPN setempat menerbitkan Surat Perintah

Pencairan Dana (SP2D)6. Penerimaan sebagai akibat pelaksanaan Dekon/TP merupakan penerimaan negara

dan wajib disetor ke Rekening Kas Umum Negara.7. Dalam hal pelaksanaan Dekon/TP terdapat saldo kaspada akhir tahun anggaran

harus disetor ke Rekening Kas Umum Negara.8. Proses pencairan dan penyaluran dana Dekon/TP berpedoman pada Peraturan

Dirjen Perbendaharaan yang mengatur mengenai mekanisme pembayaran atas beban APBN

D. Pelaporan dan Tanggung Jawab Dana Dekonsentrasi dan Tugas PembantuanI. Aspek Manajerial

1. Perkembangan realisasi penyerapan dana2. Pencapaian target keluaran3. Kendala yang dihadapi4. Saran tindak lanjut

Page 5: KMSP BAB 4

II. Aspek Akuntabilitas 1. Laporan Realisasi Anggaran2. Neraca3. Catatan Atas Laporan Keuangan4. Laporan Barang

E. Pelaporan Keuangan Tahunan Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembatuan 1. Menteri/pimpinan lembagamenyampaikan laporan keuangan setiap berakhirnya

tahun anggaran kepada Presiden melalui Menkeu;2. Kepala Daerah melampirkanlaporan keuangan tahunan Dekon/TP dalam Laporan

Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD kepada DPRD;

Page 6: KMSP BAB 4

3. Laporan keuangan tahunan Dekon/TP tersebut bukan merupakan satu kesatuan dari LPJ-APBD, sehingga mekanisme penyampaiannya ke DPRD dapat dilakukansecara bersama-sama atau terpisah.

F. Pembinaan, Pengawasan dan SanksiSanksi yang diberikan berupa penundaan pencarian apabila SKPD tidak melakukan

rekonsiliasi laporan yang mengatur tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat.

Penghentian pencarian dalam tahun berjalan dapat dilakukan apabila SKPD tidak menyampaikan laporan keuangan triwulan secara berturut-turut selama 2 kali dalam tahun anggaran berjalan serta ditemukan adanya penyimpanan dari hasil pemeriksaan BPK, BPKP, atau aparat pemeriksa fungsional lainnya.

Page 7: KMSP BAB 4

K/L tidak diperkenankan mengalokasikan Dana Dekonsentrasi atau Tugas Pembantuan untuk tahun berikutnya apabila SKPD penerima dana dimaksud:

1. Tidak memenuhi target kinerja pelaksana kegiatan tahun sebelumnya yang telah ditetapkan.

2. Tidak pernah menyampaikan laporan keuangan dan barang sesuai ketentuan yang berlaku pada tahun anggaran sebelumnya.

3. Melakukan penyimpanan sesuai hasil pemeriksaan BPK, BPKP, ITJEN K/L atau aparat pemeriksafungsional lainnya.