kliping tinjauan krisis (2)

Upload: destyfrryn

Post on 19-Jul-2015

58 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

TINJAUAN KRITIS TERHADAP PENANGANAN KASUS KORUPSI PROYEK DI KEMENDIKNAS

Kelompok 2Alina Reviananda - 0906543866 Desty Ferryan - 0906544004 Diana Oktavia - 0906544023 Janry Calvin - 0906544124 Lailatusyifa - 0906569594

PROGRAM VOKASI HUBUNGAN MASYARAKAT UNIVERSITAS INDONESIA 2009 DAFTAR ISIDaftar Isi......................................................................................................................i Kata Pengantar...........................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Krisis.......................................................................................1 B. Dampak Krisis..................................................................................................2 C. Pihak-Pihak Terkait..........................................................................................3 D. Tim Pengendali Krisis......................................................................................4 E. Strategi Penanganan Krisis & Pendekatan.....................................................4F. Action..............................................................................................................5

BAB II ANALISIS HASIL TEMUAN............................................................................6 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan.....................................................................................................7 B. Saran..............................................................................................................7 BAB IV LAMPIRAN..............................................................................................8-18

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmatNya, kliping berjudul Tinjauan Kritis Terhadap Kasus Korupsi Proyek di Kemendiknas ini dapat selesai dan dikumpulkan tepat waktu. Adapun kliping dibuat sebagai tiket masuk Ujian Akhir Semester (UAS) semester lima untuk mata kuliah Strategi Komunikasi dalam Penanganan Krisis di Program Vokasi jurusan Hubungan Masyarakat, Universitas Indonesia. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Dra. Emmy Yulmiliana Dasuki M.M sebagai dosen yang telah membimbing dalam perkuliahan selama satu semester kebelakang. Menemani kami dalam mempelajari dan mata kuliah ini. Kliping ini dibuat dengan mencari berbagai sumber media massa untuk kemudian diambil dan dianalisis pemberitaan yang mengenai kasus yang terjadi di Kementerian Pendidikan Nasional. segi komunikasi kehumasan. Demikian kliping ini selesai dibuat meski dengan berbagai kendala yang dihadapi. Kami menyadari berbagai kekurangan dalam kliping ini. kliping. Semoga kliping ini bermanfaat bagi kita semua. Namun demikian, kami tetap mengharapkan apresiasi dengan nilai yang sesuai terhadap seluruh konten Analisis dibuat dengan penekanan pada bagaimana suatu lembaga menangani kasus yang berpotensi krisis terutama dari

Jakarta, 1 Januari 2012

Kelompok 2

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG KRISIS Terkuaknya kasus korupsi Kementrian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) dalam pembangunan wisma atlet untuk SEA Games di Sumatera Selatan telah memunculkankan nama M. Nazaruddin sebagai aktor utama. Selanjutnya, permasalahan tersebut telah menjadi titik balik terkuaknya berbagai kasus korupsi lain yang melibatkan Nazaruddin. Salah satunya ialah kasus korupsi dalam proyek pengadaan prasarana dan revitalisasi peningkatan mutu pendidikan di Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan (Ditjen PMPTK) berbiaya Rp 142 miliar pada anggaran 2007 silam. Proyek ini bermasalah karena kesimpangsiuran anggaran. Di sini, Nazaruddin dan perusahaannya ikut dalam pengadaan revitalisasi sarana dan prasarana pendidikan tersebut membantu oknumoknum dari Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) dengan kesepakatan.

Ternyata, Nazar Dipanggil untuk Kasus KemdiknasIcha Rastika | Jimmy Hitipeuw | Rabu, 8 Juni 2011 | 13:03 WIB

Mantan Bendahara Umum Partai Demokrat Muhammad Nazaruddin (kanan).

JAKARTA, KOMPAS.com Komisi Pemberantasan Korupsi menjadwalkan pemanggilan mantan Bendahara Umum Partai Demokrat M Nazaruddin dalam pekan ini terkait penyelidikan pengadaan dan revitalisasi sarana dan prasarana di Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional 2007. Hal tersebut disampaikan Juru Bicara KPK Johan Budi melalui pesan singkat.

"KPK sedang penyelidikan terkait pengadaan dan revitalisasi sarana dan prasarana di ditjen PMPTK Diknas Tahun 2007," tulis Johan. Dengan demikian, pemanggilan Nazar yang dijadwalkan pekan ini bukan terkait dugaan suap pembangunan wisma atlet SEA Games di Palembang, Sumatera Selatan.Meskipun demikian, Johan belum dapat menjelaskan keterkaitan Nazaruddin dalam pengadaan dan revitalisasi sarana dan prasarana di Ditjen PMPTK Diknas itu. Sebelumnya, Ketua KPK Busyro Muqoddas mengungkapkan bahwa pihaknya akan memanggil Nazaruddin dalam pekan ini.KPK juga menjadwalkan pemanggilan istri Nazar, yakni Neneng Sri Wahyuni. Neneng akan diperiksa terkait kasus lain. Istri Nazaruddin itu akan dimintai keterangan sebagai saksi untuk kasus pengadaan listrik tenaga surya di Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi.

B. DAMPAK KRISIS Krisis berupa korupsi yang terjadi di Kemendiknas ini tentu saja berdampak langsung pada anggaran pendidikan negara, lebih jelasnya negara dirugikan ratusan miliar rupiah akibat ulah segelintir oknum tidak bertanggung jawab. Hilangnya sebagian anggaran proyek pendidikan ini telah membuat kualitas pendidikan di Indonesia menjadi turun, karena dalam pelaksanaannya tidak sesuai dengan dana anggaran yang direncanakan. Dunia pendidikan yang semestinya membangun karakter dan mendidik generasi bangsa, ternyata di pemegang kebijakannya melakukan korupsi terhadap anggaran pendidikan. Korupsi dalam proyek ini menggerogoti anggaran subsidi pendidikan, yang semestinya di peruntukan untuk operasional pendidikan Indonesia. Hal ini menyebabkan citra Kemendiknas menjadi buruk dimata masyarakat, bahwa anggota-anggota yang berada di dalamnya ialah mafia pendidikan. Masyarakat kehilangan kepercayaannya kepada Kemendiknas sebagai penyelenggara pendidikan.

Badai Korupsi Nazaruddin Ikut Melibas Pendidikan

kabar-toraja.com - Badai Korupsi, Kolusi dan Nepotisme menyengat hebat yang ditandai dengan terbongkarnya kasus suap wisma atlet. Satu-persatu kasus korupsi yang di lakukan oleh M.Nazaruddin mantan bendahara umum Partai Demokrat terungkap ke permukaan. Setelah kasus di Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) terkait dalam pembangunan Wisma Atlet untuk SEA Games di Sumatera Selatan, ternyata korupsi yang dilakukan nazarudin merembet pula ke kementerian pendidikan nasional (kemendiknas). Terjadi korupsi dalam proyek pengadaan prasarana dan revitalisasi peningkatan mutu pendidikan di Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan berbiaya Rp 142 miliar pada anggaran 2007.

Juga terjadinya korupsi pengadaan alat bantu belajar mengajar rumah sakit pendidikan di Kementerian Kesehatan, senilai hampir Rp 500 miliar. Dan yang terbaru korupsi menyangkut tender pengadaan barang di beberapa Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dengan beberapa perusahaan M.Nazaruudin maupun koleganya.Disebutkan ada keterlibatan M.Nazaruddin untuk meloloskan sejumlah kucuran anggaran negara bagi beberapa proyek di Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan kampus-kampus negeri di Indonesia. seperti Universitas Sumatera Utara, Universitas Jambi, Universitas Udayana, Bali; Universitas Brawijaya, Universitas Malang, Universitas Airlangga, dan lain sebagainya.Terungkapnya politik korupsi di kemendiknas yang menyebabkan Negara mengalami kerugian ratusan milyaran rupiah tersebut, tentunya sangat memprihatinkan sekali. Dunia pendidikan yang semestinya untuk membangun karakter dan mendidik generasi bangsa, ternyata di pemegang kebijakannya melakukan korupsi terhadap anggaran pendidikan.

Politik korupsi tersebut telah menggerogoti anggaran subsidi pendidikan, yang semestinya di peruntukan untuk operasional pendidikan Indonesia. Dan semakin ironisnya, terkuaknya kasus korupsi di kemendiknas ini hampir bersamaan dengan terjadinya kasus kenaikan biaya pendidikan di berbagai PTN dan sekolah di Indonesia, tak terkecuali di Universitas kami, Universitas Airlangga.Terjadinya korupsi di Kemendiknas ini menggambarkan bahwa dalam dunia pendidikan Indonesia ternyata terbangun sebuah Mafia Pendidikan, yang kerjanya hanya menggerogoti anggaran pendidikan untuk keuntungan pribadi. Sehingga tidak di pungkiri adanya mafia pendidikan inilah yang membuat pendidikan Indonesia hari ini semakin mahal dan tidak ramah terhadap rakyat miskin.

C. PIHAK-PIHAK TERKAIT 1. Kementrian Pendidikan Nasional

Sesuai dengan Pasal 434 Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010, Kemendiknas Nasional mempunyai tugas menyelenggarakan urusan di bidang pendidikan nasional dalam pemerintahan untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara. Namun, dalam praktek penyelenggaraan proyek pengadaan prasarana dan revitalisasi peningkatan mutu pendidikan di Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan mengalami penyimpangan dalam anggaran.

2.

Pemerintah Indonesia

Sebagai pengelola dan penanggung jawab pemerintahan di Indonesia, termasuk Anggaran Perencanaan Belanja Negara (APBN) yang dirugikan akibat adanya korupsi di Kemendiknas. 3.

Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga

Kependidikan (Ditjen PMPTK)Sebagai unit dari Kemendiknas yang mengadakan proyek pengadaan prasarana dan revitalisasi peningkatan mutu pendidikan yang dipermasalahkan.

4.

M. Nazaruddin dan perusahaan

Nazaruddin dan perusahaannya terlibat dalam upaya pengadaan prasarana dan revitalisasi peningkatan mutu pendidikan Ditjen PMPTK.

5.

Mindo Rosalina Manulang

Mantan bawahan dari M. Nazaruddin yang telah ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus ini.

6.

Kepolisian Republik Indonesia

Sebagai aparat penegak hukum yang berhak menetapkan tersangka.

7.

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)

Sebagai lembaga independen penyelidik dan pemberantas kasus-kasus korupsi di Indonesia.

8.

Masyarakat Indonesia

Sebagai konsumen pendidikan dan penyumbang pendapatan negara melalui pajak yang menjadi sumber belanja APBN negara.

D. TIM PENGENDALI KRISIS Dalam kasus korupsi pengadaan prasarana dan revitalisasi peningkatan mutu pendidikan ini, Kemendiknas tidak membentuk tim pengendalian secara khusus. Kemendiknas juga tidak membuat media center ataupun saluran informasi melalui media-media sebagai sumber pengetahuan yang akurat mengenai kasus .

E. STRATEGI PENANGANAN KRISIS DAN PENDEKATAN Kemendiknas dalam kasus ini terlihat menggunakan strategi penanganan krisis yang defensive, dengan tidak melakukan apa-apa sebagai respon terhadap kasus yang muncul. Hanya saja, Kemendiknas berusaha bersikap kooperatif dengan menggunakan strategi adaptive terhadap penyidik KPK dan menyatakan siap untuk membantu pihak KPK maupun Kepolisian dalam upaya mengungkap kasus ini. Pihak Kemendiknas mengungkapkan bahwa pihaknya siap untuk memberikan segala yang dibutuhkan demi lancarnya pengungkapan kasus.

Mendiknas Persilakan KPK Bekerja

16/08/2011 14:24Liputan6.com, Jakarta: Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) tengah menangani kasus dugaan korupsi di Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas). Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) M. Nuh mempersilakan KPK untuk melakukan penyelidikan "Silakan. Kami tentu bekerja sama dengan penegak hukum untuk ikut mensukseskan urusan penegak hukum," katanya saat ditemui usai Pidato Kenegaraan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di hadapan sidang bersama Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan Daerah di Gedung MPR/DPR, Selasa (16/8). Mendiknas mengaku tidak mengetahui dengan pasti kasus yang melibatkan Nazaruddin terkait dengan pengadaan di lingkungan Kementerian Pendidikan Nasional tahun anggaran 2007. Namun, ia memastikan bahwa pihaknya akan membantu dan bekerja sama dengan aparat penegak hukum untuk mengungkap kasus tersebut. Mendiknas mengatakan pihak KPK sebelumnya telah melakukan pemeriksaan di Kemdiknas. "Kalau ada dari KPK, Kejaksaan, Kepolisian, silakan, yang diperlukan apa saja kami berikan," katanya. Mendiknas mengatakan pada prinsipnya lelang pengadaan barang/jasa dapat diikuti perusahaan milik siapa saja. Asalkan, sesuai dengan prosedur dan mekanisme yang telah ditetapkan. Sementara itu, selain soal kasus korupsi Wisma Atlet, KPK juga tengah menyelidiki keterlibatan Nazaruddin dalam kasus pengadaan dan revitalisasi sarana dan prasarana di Direktorat Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Departemen Pendidikan. Total nilai pengadaan proyek tersebut sekitar Rp 142 miliar untuk tahun anggaran 2007. Saat ini, Nazaruddin menjalani penahanan di Rumah Tahanan (Rutan) Mako Brimob Kelapa Dua, Depok, sejak Ahad dini hari (14/8), setelah menjalani pemeriksaan di KPK. Mantan Bendahara Umum Partai Demokrat ini tertangkap di Kolombia, dan telah dipulangkan oleh tim gabungan penangkapan Nazaruddin yang terdiri dari KPK, Polri, Imigrasi, dan Kementerian Luar Negeri pada Sabtu (14/8). Nazar dibawa dengan pesawat jet sewaan yang mendarat di Bandar Udara Halim Perdanakusuma pada pukul 19.50 WIB, dan langsung dibawa ke Rutan Mako Brimob untuk menjalani tes kesehatan. Nazaruddin rencananya akan menjalani pemeriksaan di KPK, Selasa (16/8). Namun pemeriksaan terhadap tersangka kasus dugaan suap proyek Wisma Atlet di Jakabaring, Palembang tersebut batal karena Nazaruddin sakit.

F. ACTION Sejauh ini, Kemendiknas belum melakukan action apapun secara spesifik untuk memperbaiki citra di masyarakat. Tidak ada program-program yang dilakukan untuk menangani kasus ini, walaupun beritanya telah tersebar luas di media massa.

BAB II ANALISIS HASIL TEMUAN

Kasus korupsi di Kemendiknas mengenai proyek pengadaan prasarana dan revitalisasi peningkatan mutu pendidikan di Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan tahun anggaran 2007 ini, terungkap setelah tertangkapnya M. Nazaruddin di tahun 2011 atas tuduhan keterlibatannya. Tidak hanya kasus revitalisasi anggaran tahun 2007 saja yang ternyata ditemukan menyimpang, berdasarkan penyelidikan, ada dua kasus korupsi lain di Kemendiknas yang melibatkan Nazaruddin juga terungkap. Salah satu diantaranya ialah, korupsi proyek pengadaan bantuan alat belajar mengajar tahun anggaran 2009. Kasus ini juga melibatkan beberapa oknum dari universitas. Kabar mengenai kasus-kasus korupsi di Kemendiknas berhembus cepat seiring pengabaran dari berbagai jalur informasi. Berbagai media terus mengikuti bagaimana jalannya kasus dari penyelidikan hingga tanggapan pihak-pihak yang terkait. Tentunya juga, masyarakat sebagai pemirsa yang mempercayakan wewenang terhadap lembaga-lembaga pemerintah turut menjadi saksi bagaimana korupsi menggerogoti Kemendiknas. Namun sangat disayangkan, entah bagaimana sistem komunikasi

khususnya humas di Kemendiknas agaknya tidak menganggap masalah korupsi yang terungkap ini sebagai sesuatu yang dapat bergulir kepada hilangnya kepercayaan masyarakat secara permanen yang kemudian menimbulkan gejolak dan krisis. Dimana, posisi Kemendiknas sendiri sebagai pemegang amanat seluruh rakyat Indonesia. Kita semua mengetahui, bahwa kualitas pendidikan yang merata di Indonesia masihlah jauh dari harapan. Dengan munculnya kasus ini ke permukaan, masyarakat akan menilai negatif Kemendiknas sebagai satu-satunya yang paling bersalah dalam perbaikan pendidikan di Indonesia. Begitu pula dengan saluran informasi dan program, tidak ada upaya dari Kemendiknas untuk mengambil alih isu negatif menjadi peluang untuk menjalin suatu hubungan dengan masyarakat, misalnya dengan menyelenggarakan konferensi pers sebagai tanda itikad baik Kemendiknas dalam menangani kasus atau membuat tim pengendali krisis.

Kemendiknas tidak bergerak aktif dalam menghadapi kasus-kasus yang sensitif ini. Kemendiknas terkesan bungkam untuk menghindari lebih banyak lagi orang-orang yang terlibat. Mereka hanya terlihat responsif, menjawab bila ditanya.

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN 1. Kemendiknas menggunakan strategi defensif dengan tidak melakukan

apa-apa. 2. Tidak ada jalur-jalur informasi yang dibuat oleh Kemendiknas untuk

informasi-informasi mengenai kasus. 3. 4. Pihak Humas tidak berusaha menjalin hubungan dengan media. Tidak adanya upaya perbaikan citra Kemendiknas

B. SARAN 1. Sebagai lembaga pemerintah, transparansi seharusnya dilakukan Sehingga tidak menimbulkan bias keterangan hanya dari satu

dengan membuka jalur-jalur informasi dan menjaga hubungan baik dengan media. pihak yang berbeda-beda.2.

Kemendiknas seharusnya lebih tanggap terhadap isu-isu yang

berkembang di masyarakat karna bisa saja sewaktu-waktu berkembang menjadi krisis yang besar.

BAB IV LAMPIRAN

Nazaruddin Tak Hiraukan Panggilan KPKJUMAT, 10 JUNI 2011 | 20:00 WIB

JAKARTA | SURYA Online - Mantan Bendahara Umum Partai Demokrat M Nazaruddin dan istrinya Neneng Sri Wahyuni dipastikan tidak memenuhi panggilan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang dijadwalkan hari ini, Jumat (10/6/2011). Juru Bicara KPK Johan Budi mengungkapkan, hingga berakhirnya jam kerja atau sekitar pukul 17.00, pihaknya tidak mendapatkan informasi dari pihak Nazaruddin terkait kemungkinan kehadirannya. Jadi, sepertinya sudah bisa dipastikan yang bersangkutan, Nazaruddin, untuk dimintai keterangan dalam kaitan penyelidikan KPK dalam revitalisi sarana dan prasarana Diknas 2007, tidak datang hari ini, kata Johan di Gedung KPK, Jakarta, sore ini. KPK menjadwalkan untuk memeriksa Nazaruddin hari ini terkait penyelidikan pengadaan dan revitalisasi sarana prasarana di Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional 2007 (Kementrian Pendidikan Nasional). Dengan mangkirnya Nazar, KPK akan kembali melayangkan surat panggilan. Rencananya, pekan depan KPK akan mengirim surat pemanggilan kedua untuk Nazaruddin tersebut. Jadwal (pemeriksaan)-nya saya belum tahu tapi pemanggilannya mungkin pekan depan, kata Johan. Sebelumnya Johan mengatakan, KPK telah mengirimkan surat pemanggilan pertama kepada Nazaruddin di rumahnya di kawasan Pejaten Jakarta Selatan, di kantornya di Gedung DPR, dan kepada Fraksi Partai Demokrat. Hingga kini, KPK juga tidak mendapat jawaban dari Partai Demokrat. Sementara itu, pada Senin pekan depan, Nazaruddin juga dijadwalkan akan menjalani pemeriksaan sebagai saksi dalam kasus dugaan suap proyek pembangunan wisma atlet Sea Games di Jakabaring, Palembang, Sumatera Selatan.

Ternyata, Nazar Dipanggil untuk Kasus KemdiknasIcha Rastika | Jimmy Hitipeuw | Rabu, 8 Juni 2011 | 13:03 WIB

Mantan Bendahara Umum Partai Demokrat Muhammad Nazaruddin (kanan).

JAKARTA, KOMPAS.com Komisi Pemberantasan Korupsi menjadwalkan pemanggilan mantan Bendahara Umum Partai Demokrat M Nazaruddin dalam pekan ini terkait penyelidikan pengadaan dan revitalisasi sarana dan prasarana di Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional 2007. Hal tersebut disampaikan Juru Bicara KPK Johan Budi melalui pesan singkat. "KPK sedang penyelidikan terkait pengadaan dan revitalisasi sarana dan prasarana di ditjen PMPTK Diknas Tahun 2007," tulis Johan. Dengan demikian, pemanggilan Nazar yang dijadwalkan pekan ini bukan terkait dugaan suap pembangunan wisma atlet SEA Games di Palembang, Sumatera Selatan. Meskipun demikian, Johan belum dapat menjelaskan keterkaitan Nazaruddin dalam pengadaan dan revitalisasi sarana dan prasarana di Ditjen PMPTK Diknas itu. Sebelumnya, Ketua KPK Busyro Muqoddas mengungkapkan bahwa pihaknya akan memanggil Nazaruddin dalam pekan ini. KPK juga menjadwalkan pemanggilan istri Nazar, yakni Neneng Sri Wahyuni. Neneng akan diperiksa terkait kasus lain. Istri Nazaruddin itu akan dimintai keterangan sebagai saksi untuk kasus pengadaan listrik tenaga surya di Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi.

Perusahaan Nazaruddin Terlibat Dugaan Korupsi di KemendiknasKamis, 9 Juni 2011 | 18:46

Ilustrasi uang hasil korupsi [google]

[JAKARTA] Seperti diketahui, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) telah melayangkan surat panggilan pemeriksaan untuk mantan Bendahara Umum (Bendum) Partai Demokrat, M Nazaruddin pada Jumat (10/6). Atas rencana tersebut, Johan mengatakan politisi Partai Demokrat yang dikabarkan berada di Singapura tersebut akan diperiksa terkait dengan perusahaannya yang diduga ikut serta dalam pengadaan revitalisasi sarana dan prasarana pendidikan di Dirjen PMPTK di Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) tahun anggaran 2007. "Kami akan meminta keterangan Nazaruddin dalam rangka penyelidikan dalam pengadaan revitalisasi sarana dan prasarana pendidikan di Dirjen PMPTK di Depdiknas tahun anggaran 2007. Kapasitas Nazaruddin adalah perusahaannya ikut dalam pengadaan revitalisasi sarana dan prasarana pendidikan tersebut," kata Johan, Kamis (9/6). Hanya saja, Johan mengungkapkan belum mengetahui detail perkara dan keterlibatan perusahaan Nazaruddin dalam kasus dugaan korupsi tersebut . Dimana, nilai proyeknya mencapai Rp 142 miliar. (N-8)

Mendiknas Persilakan KPK BekerjaTim Liputan 6 SCTV

Mendiknas Mohammad Nuh

16/08/2011 14:24Liputan6.com, Jakarta: Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) tengah menangani kasus dugaan korupsi di Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas). Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) M. Nuh mempersilakan KPK untuk melakukan penyelidikan "Silakan. Kami tentu bekerja sama dengan penegak hukum untuk ikut mensukseskan urusan penegak hukum," katanya saat ditemui usai Pidato Kenegaraan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di hadapan sidang bersama Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan Daerah di Gedung MPR/DPR, Selasa (16/8). Mendiknas mengaku tidak mengetahui dengan pasti kasus yang melibatkan Nazaruddin terkait dengan pengadaan di lingkungan Kementerian Pendidikan Nasional tahun anggaran 2007. Namun, ia memastikan bahwa pihaknya akan membantu dan bekerja sama dengan aparat penegak hukum untuk mengungkap kasus tersebut. Mendiknas mengatakan pihak KPK sebelumnya telah melakukan pemeriksaan di Kemdiknas. "Kalau ada dari KPK, Kejaksaan, Kepolisian, silakan, yang diperlukan apa saja kami berikan," katanya. Mendiknas mengatakan pada prinsipnya lelang pengadaan barang/jasa dapat diikuti perusahaan milik siapa saja. Asalkan, sesuai dengan prosedur dan mekanisme yang telah ditetapkan. Sementara itu, selain soal kasus korupsi Wisma Atlet, KPK juga tengah menyelidiki keterlibatan Nazaruddin dalam kasus pengadaan dan revitalisasi sarana dan prasarana di Direktorat Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Departemen Pendidikan. Total nilai pengadaan proyek tersebut sekitar Rp 142 miliar untuk tahun anggaran 2007. Saat ini, Nazaruddin menjalani penahanan di Rumah Tahanan (Rutan) Mako Brimob Kelapa Dua, Depok, sejak Ahad dini hari (14/8), setelah menjalani pemeriksaan di KPK. Mantan Bendahara Umum Partai Demokrat ini tertangkap di Kolombia, dan telah dipulangkan oleh tim gabungan penangkapan Nazaruddin yang terdiri dari KPK, Polri, Imigrasi, dan Kementerian Luar Negeri pada Sabtu (14/8).

Nazar dibawa dengan pesawat jet sewaan yang mendarat di Bandar Udara Halim Perdanakusuma pada pukul 19.50 WIB, dan langsung dibawa ke Rutan Mako Brimob untuk menjalani tes kesehatan. Nazaruddin rencananya akan menjalani pemeriksaan di KPK, Selasa (16/8). Namun pemeriksaan terhadap tersangka kasus dugaan suap proyek Wisma Atlet di Jakabaring, Palembang tersebut batal karena Nazaruddin sakit. "Hari ini batal pemeriksaan, Nazar kurang enak badan," kata Juru Bicara KPK Johan Budi.(ANT/MEL)

KPK Periksa Rosalina Untuk Kasus Korupsi KemendiknasJumat, 28 Oktober 2011 13:21 WIB

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Terpidana kasus suap Sesmenpora, Mindo Rosalina Manulang, Jumat (28/10), diperiksa Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Rosalina diperiksa sebagai saksi dalam kasus korupsi di Kementerian Pendidikan Nasional. Oleh KPK, Ia hanya diperiksa selama satu jam. Seusai menjalani pemeriksaan, Rosalina mengaku pemanggilannya kali ini bukan terkait kasus suap wisma atlet maupun kasus hambalang yang kini sudah naik status menjadi penyelidikan. "Soal Diknas," kata Rosa singkat. Seperti diketahui, selain dalam kasus Wisma Atlet, KPK juga melakukan penyelidikan yang terkait dengan Muhammad Nazaruddin, mantan atasan Rosa. KPK juga permah memanggil Nazaruddin dalam penyelidikan terkait kasus korupsi Revitalisasi Sarana dan Prasarana Pendidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan (Ditjen PMPTK) di Kementerian Pendidikan Nasional tahun anggaran 2007 lalu. KPK juga menilai ada masalah dalam proyek pengadaan di Depdiknas yang tersebar di lima universitas. Pertama, pengadaan peralatan laboratorium di Universitas Negeri Jakarta. Kedua, pengadaan peralatan laboratorium dan meubeler di Universitas Sriwijaya, Palembang. Ketiga, pengadaan peralatan laboraturium pusat riset dan pengembangan bidang ilmu di Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto. Keempat, pengadaan laboratorium di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Banten. Proyek kelima yakni pengadaan laboratorium di Universitas Malang. Proyek di lima universitas itu semuanya tahun anggaran 2010. Saat ini Nazaruddin sendiri juga tengah disidik KPK terkait tindak pidana korupsi dalam proyek pembangunan wisma atlet senilai Rp191,6 miliar. KPK juga tengah menelusuri keterlibatan mantan Bendahara Umum Partai Demokrat itu pada 31 kasus di lima kementerian. Puluhan kasus tersebut dalam tahap pengumpulan bahan keterangan atau pulbaket. Redaktur: Krisman Purwoko Reporter: Muhammad Hafil

KPK Yakin Sudah Cukup Bukti untuk Jerat Nazaruddin

KPK terus melakukan penyelidikan kasus suap Kemenpora. Mantan Bendum Partai Demokrat M Nazaruddin ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus Kemenpora, karena KPK yakin sudah mengantongi cukup bukti.

"Bukti-bukti sudah ada dan sudah cukup untuk kasus korupsi Wisma Atlet," kata Ketua KPK Busyro Muqoddas di sela acara Milad UII dan pemberian UII Award di Kampus UII, Yogyakarta, Kamis (30/6/2011).

Busyro mengatakan KPK juga terus mendalami kasus ini. KPK terus menghimpun bukti-bukti lainnya untuk menguatkan penyelidikan terhadap Nazaruddin.

"Saat ini kami masih melakukan pendalaman berbagai bukti dan KPK tengah merumuskan cara terbaik untuk mendatangkan Nazaruddin," katanya.

Selain terjerat kasus korupsi di Kemenpora, Nazaruddin juga dimintai keterangan kasus korupsi pengadaan dan revitalisasi sarana dan prasana di Ditjen PMPTK Diknas tahun 2007, sedangkan istrinya dalam kasus korupsi dugaan korupsi pengadaan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kemenakertrans) pada 2008.(Detik).

Dugaan Korupsi Kemendiknas, Polri Dalami Keterlibatan NazarudinHukum & Kriminal / Rabu, 28 September 2011 22:24 WIB Metrotvnews.com, Jakarta: Polri mendalami keterlibatan Mantan Bendahara Partai Demokrat, Muhammad Nazaruddin, dalam kasus dugaan korupsi di Kementerian Pendidikan Nasional. Nazar disebut-sebut sebagai pemilik perusahaan rekanan dalam proyek di kementerian tersebut. "Belum sampai sama. Tapi yang jelas, lagi didalami terus. Saksi-saksi lagi diperiksa semua," kata Kepala Divisi Humas Polri Inspektur Jenderal Polisi Anton Bachrul Alam di Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Jakarta Selatan, Rabu (28/9). Dugaan korupsi dalam proyek pengadaan alat bantu belajar-mengajar itu mencuat tahun 2007. Anggaran proyek simpang-siur antara Rp142 miliar hingga Rp400 miliar. Sementara kerugian negara atas kasus tersebut masih diaudit. Sejauh ini, polisi baru membidik satu nama untuk dijadikan tersangka. Namun, polisi menunggu bukti-bukti dan keterangan para saksi. "Ada satu orang memang, namun belum ditetapkan. Masih menunggu pemeriksaan terhadap saksi dulu," kata Anton. Wakil Menteri Pendidikan Nasional Fasli Jalal telah dua kali diperiksa sebagai saksi. Fasli diperiksa dalam kapasitasnya sebagai Direktur Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PMTK). Meski begitu, Fasli mengaku tak tahu perusahaan rekanan Kemendiknas. Ia hanya menyebut Giri Suryatmana sebagai pejabat pembuat komitmen (PPK) yang mengetahui hal itu. Saya tidak tahu karena itu di tingkat PPK dan memang dirjen tidak sampai tahu. Pejabat pembuat komitmennya Pak Giri. Penanggung jawab kegiatan juga ada, kata Fasli.(IKA)

Besok Tersangka Korupsi Kemendiknas DiperiksaJumlah proyek tahun 2007 itu sebesar Rp146.050.985.000.RABU, 5 OKTOBER 2011, 14:39 WIB

Arry Anggadha, Nila Chrisna Yulika

Pendidikan Anti Korupsi (ANTARA/Fanny Octavianus)

VIVAnews - Markas Besar Kepolisian RI akan memeriksa GS, tersangka kasus korupsi di Kementerian Pendidikan Nasional. Pejabat Pembuat Komitmen di Kemendiknas itu diduga terlibat korupsi proyek revitalisasi sarana dan prasarana di Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Pendidikan Nasional. "Besok hari Kamis akan dimintai keterangan di Bareskrim," kata Juru Bicara Polri, Inspektur Jenderal Anton Bachrul Alam di Markas Besar Kepolisian RI, Rabu 5 Oktober 2011. Dalam kasus ini, polisi telah memeriksa sebanyak 60 orang saksi. Jumlah proyek tahun 2007 itu sebesar Rp146.050.985.000. GS akan dikenai Pasal 2 dan 3 Undang-Undang Tipikor. "Diduga ada kerugian negara," kata Anton. Anton mengatakan jumlah kerugian negara masih belum diketahui karena masih dalam tahap audit di Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Sementara itu, hari ini polisi juga telah memeriksa satu orang saksi yaitu Sumana Surya Pranata yang menjabat sebagai Kepala Bagian Diklat dan Pelatihan. (eh)

Korupsi Kemendiknas, Polisi Periksa Eks Kabag DiklatRizka Diputra - OkezoneRabu, 5 Oktober 2011 17:33 wib 1 4

Email0

Ilustrasi (Foto: Dok Okezone)

JAKARTA - Hari ini penyidik Bareskrim Polri memeriksa saksi dalam kasus dugaan korupsi pengadaan alat bantu belajar mengajar di Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas).

"Hari ini tadi kita juga memeriksa saksi. Kemarin kan sudah memeriksa satu orang, sekarang satu lagi yaitu Pak Sumarna Surya Pranata. Beliau dulu sebagai Kabag Diklat dan Pelatihan," ujar Kadiv Humas Polri Irjen Pol Anton Bachrul Alam, Rabu (5/10/2011). Saat ditanya modus tersangka GS dalam kasus tersebut, Anton tak menjelaskan secara detil. Namun yang jelas ada kerugian negara dalam kasus itu. "Ini kan masih diaudit, yang jelas diduga ada kerugiaan negara, karena masih diaudit kita belum tahu gimana dan sebagainya, kita masih menunggu dari BPKP," terang Anton. "Ada ketelibatan dari rekanan enggak pak?" tanya wartawan. "Ya ada, semua, 60 saksi yang diperiksa itu ada yang dari rekanan, ada dari kementeriannya sendiri, jadi ada semua," ujarnya.

"Dia menyalahi kebijakan dalam PP 80 atau bagaimana pak? desak wartawan. "Ya kita menunggu hasil audit baru bisa disampaikan," tutup Anton.

Korupsi Kemendiknas, KPK Kembali Periksa RosaDwi Afrilianti - OkezoneJum'at, 28 Oktober 2011 13:01 wib

Mindo Rosalina Manulang (Foto: Dok Okezone)

JAKARTA - Terpidana kasus suap Wisma Atlet SEA Games, Mindo Rosalina Manulang kembali diperiksa penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Rosa akan dimintai keterangan terkait penyelidikan kasus dugaan korupsi di Kementrian Pendidikan Nasional, yang diduga juga melibatkan Muhammad Nazaruddin.

"Rosa diperiksa sebagai saksi untuk penyelidikan," kata Kepala Bagian Pemberitaan dan Informasi KPK, Priharsa Nugraha kepada wartawan di KPK, Jumat (28/10/2011).

Sayangnya, usai menjalani pemeriksaan selama hampir dua jam, Rosa enggan berkomentar banyak seputar kasus yang diduga menyeret kembali mantan bosnya itu.

"Banyak, saya pusing," ujar Rosa sembari ngeloyor meninggalkan Gedung KPK, Jakarta.

Sebelumnya, KPK juga memanggil Nazaruddin untuk dimintai keterangan terkait penyelidikan kasus korupsi Revitalisasi Sarana dan Prasarana Pendidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan (Ditjen PMPTK) di Kementerian Pendidikan Nasional tahun anggaran 2007 lalu.Namun, saat itu Nazaruddin tak memenuhi panggilan KPK karena tengah berada di luar negeri. (ded)

KPK 'Emoh' Ungkap Tersangka Kasus Korupsi Kemendiknas

Jumat, 23 Desember 2011 13:10 WIBREPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) belum juga mau mengungkap siapa tersangka pada kasus korupsi proyek Revitalisasi Sarana dan Prasarana di Ditjen Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PMTK) Kemendiknas. Dalihnya, jika diumumkan siapa tersangka itu, akan menghambat proses penyidikan yang tengah dilakukan oleh KPK. "Itu kan bagian dari strategi. Kalau kita sebutkan, nanti (tersangka) lari," kata Ketua KPK, Abraham Samad, di kantornya, Jumat (23/12). Abraham meminta agar publik bersabar untuk menunggu pengumuman resmi mengenai tersangka kasus korupsi pengadaan alat laboraturium tersebut. Menurutnya, identitas tersangka baru akan diumumkan pada saat yang tepat. Sebelumnya, mantan Wakil Ketua KPK, Chandra M Hamzah, mengumumkan adanya peningkatan status proses hukum kasus yang terkait Nazaruddin itu ke level penyidikan. Chandra mengaku pihaknya sudah memiliki tersangka dalam kasus itu. Namun, hingga dua pekan berselang, pihak KPK tidak kunjung mengumumkan siapa tersangkanya. Proyek Revitalisasi Sarana dan Prasarana di Ditjen PMTK ditujukan untuk sejumlah universitas di beberapa

wilayah di Indonesia. Antara lain Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto, Universitas Negeri Jakarta, Universitas Negeri Malang, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Banten dan Universitas Sriwijaya Palembang.

Redaktur: Chairul Akhmad Reporter: Muhammad Hafil

Republika.com