klasifikasi emosi tokoh jati dalam novel jangan …eprints.unram.ac.id/6494/1/skripsi nunung...

84
KLASIFIKASI EMOSI TOKOH JATI DALAM NOVEL JANGAN MIRINGKAN SAJADAHMU KARYA MUHAMMAD B. ANGGORO DITINJAU DARI PSIKOANALISIS SASTRA SERTA HUBUNGANNYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat dalam Menyelesaikan Program Strata Satu (S1) pada Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah Oleh NUNUNG HANDAYANI E1C111079 UNIVERSITAS MATARAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI PRODI S1 BAHASA, SASTRA INDONESIA, DAN DAERAH 2015

Upload: others

Post on 24-Sep-2019

18 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: KLASIFIKASI EMOSI TOKOH JATI DALAM NOVEL JANGAN …eprints.unram.ac.id/6494/1/SKRIPSI NUNUNG HANDAYANI.pdf · Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan dan Kompetensi

i

KLASIFIKASI EMOSI TOKOH JATI DALAM NOVEL JANGAN MIRINGKAN

SAJADAHMU KARYA MUHAMMAD B. ANGGORO DITINJAU DARI

PSIKOANALISIS SASTRA SERTA HUBUNGANNYA DENGAN

PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat dalam Menyelesaikan

Program Strata Satu (S1) pada Program Studi Pendidikan

Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

Oleh

NUNUNG HANDAYANI

E1C111079

UNIVERSITAS MATARAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

PRODI S1 BAHASA, SASTRA INDONESIA, DAN DAERAH

2015

Page 2: KLASIFIKASI EMOSI TOKOH JATI DALAM NOVEL JANGAN …eprints.unram.ac.id/6494/1/SKRIPSI NUNUNG HANDAYANI.pdf · Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan dan Kompetensi

ii

Page 3: KLASIFIKASI EMOSI TOKOH JATI DALAM NOVEL JANGAN …eprints.unram.ac.id/6494/1/SKRIPSI NUNUNG HANDAYANI.pdf · Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan dan Kompetensi

iii

Page 4: KLASIFIKASI EMOSI TOKOH JATI DALAM NOVEL JANGAN …eprints.unram.ac.id/6494/1/SKRIPSI NUNUNG HANDAYANI.pdf · Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan dan Kompetensi

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

Manusia hanya bisa berencana, terkadang apa yang direncanakan tidak sesuai dengan hasil yang direncanakan dan sesungguhnya dibalik semua itu Allah telah merencanakan

sesuatu yang indah.

PERSEMBAHAN

Dengan bangga dan penuh bahagia, skripsi ini kupersembahkan kepada:

1. Kedua orang tuaku yang tercinta (Sahdan dan Hermunnah) yang telah

mencurahkan segenap tenaga, cinta, dan kasih sayangnya untuk

kebahagiaanku. Mereka yang tak pernah bosan menasehatiku dan tak pernah

lelah memberiku semangat dan spirit yang bersifat membangun. Terima

kasih Pejuangku, jasamu tidak akan pernah terbalas meskipun dengan

tebusan nyawa sekalipun.

2. Adikku tercinta (Muhammad Novandi), semoga kamu menjadi orang yang

sukses dan dapat membanggakan kedua orang tua

3. Naq Mahnim dan Kakak-kakakku tersayang (Hartawan, Samsul, Dirman,

Her, Yam, Rini, Indah, Roy, Rubaiyah) yang selalu memberikan motivasi

dan dorongan untuk tidak menyerah dalam penulisan skripsi ini.

4. Sahabat-sahabat yang sudah seperti keluarga (Fatma, Sherly Novita,

Qoniatun Afiyati, Dian Tamara, Nunung Hasanah, Lia, Gatot, Baiq Sri

Wahyu, Lifa, Dijah, Ajiz, Ria, Qori, Ewiq)

5. Teman-teman PPL serta KKN yang tidak dapat disebutkan satu persatu,

terima kasih atas canda tawa dan kebersamaan kalian selama ini.

Page 5: KLASIFIKASI EMOSI TOKOH JATI DALAM NOVEL JANGAN …eprints.unram.ac.id/6494/1/SKRIPSI NUNUNG HANDAYANI.pdf · Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan dan Kompetensi

v

KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah, Zat yang hati dan jiwa manusia berada di

tangan-Nya. Berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya, penyusunan skripsi yang

berjudul “Klasifikasi Emosi Tokoh Jati Dalam Novel Jangan Miringkan

Sajadahmu karya Muhammad B. Anggoro Ditinjau Dari Psikoanalisis Sastra Serta

Hubungannya Dengan Pembelajaran Sastra Di SMA” ini dapat terselesaikan.

Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada nabi tercinta Muhammad

SAW, keluarga, para sahabat beserta umatnya hingga hari pembalasan.

Penulisan skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat dalam

menyelesaikan program sarjana (S1) Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra

Indonesia dan Daerah, Jurusan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Mataram. Penulisan skripsi ini tidak mungkin terwujud

tanpa bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan segala

kerendahan hati, ucapan terimakasih dan rasa hormat disampaikan kepada Yth:

1. Dr. H. Wildan, M.Pd., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Mataram;

2. Dra. Siti Rohana Hariana Intiana, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa

Sastra Indonesia dan Daerah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Mataram;

3. Drs. I Nyoman Sudika, M.Hum., Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa

Sastra Indonesia dan Daerah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Mataram;

Page 6: KLASIFIKASI EMOSI TOKOH JATI DALAM NOVEL JANGAN …eprints.unram.ac.id/6494/1/SKRIPSI NUNUNG HANDAYANI.pdf · Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan dan Kompetensi

vi

4. Drs. Mochammad Asyhar, M.Pd., Koordinator Pengelola Reg. Sore

Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Mataram;

5. Drs. H. Sapiin, M.Si., dosen pembimbing I yang telah banyak memberikan

arahan, serta bimbingan dalam menyusun skripsi ini.

6. Baiq Wahidah, M.Pd., dosen pembimbing II yang telah banyak memberikan

arahan, serta bimbingan dalam menyusun skripsi ini.

7. Drs. Mar`i, M.Si., dosen penetral yang banyak memberikan arahan, serta

bimbingan dalam penyempurnaan skripsi ini.

8. Semua dosen Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah yang tidak

dapat disebutkan namanya satu per satu, dan

9. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam

penyelesaian skripsi ini.

Akhirnya dengan segala keterbatasan,tentunya penulisan skripsi ini masih

belum sempurna. Untuk itu, kritik dan saran yang bersifat membangun demi

kesempurnaan skripsi ini sangat diharapkan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat

bagi para pembaca pada umumnya.

Mataram, Agustus 2015

Penulis

Page 7: KLASIFIKASI EMOSI TOKOH JATI DALAM NOVEL JANGAN …eprints.unram.ac.id/6494/1/SKRIPSI NUNUNG HANDAYANI.pdf · Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan dan Kompetensi

vii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... ii

MOTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................... iii

KATA PENGANTAR .................................................................................... iv

DAFTAR ISI ................................................................................................... vii

ABSTRAK ...................................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 5

1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................. 6

1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 8

2.1 Penelitian Terdahulu ............................................................................ 8

2.2 Landasan Teori ..................................................................................... 10

2.2.1 Psikologi Sastra ........................................................................... 10

2.2.2 Klasifikasi Emosi ........................................................................ 14

2.2.3 Tokoh dan Penokohan ................................................................. 20

2.2.3.1 Tokoh .............................................................................. 20

2.2.3.2 Penokohan ....................................................................... 23

2.2.4 Novel ........................................................................................... 24

2.2.5 Pembelajaran Sastra di SMA ....................................................... 24

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 30

3.1 Jenis Penelitian ..................................................................................... 30

3.2 Data dan Sumber Data .......................................................................... 30

3.2.1 Data ............................................................................................. 30

3.2.2 Sumber Data ................................................................................ 31

3.3 Metode Pengumpulan Data .................................................................. 31

3.4 Instrumen Pengumpulan Data .............................................................. 32

3.5 Analisis Data ........................................................................................ 34

3.6 Metode Penyajian Data ........................................................................ 35

Page 8: KLASIFIKASI EMOSI TOKOH JATI DALAM NOVEL JANGAN …eprints.unram.ac.id/6494/1/SKRIPSI NUNUNG HANDAYANI.pdf · Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan dan Kompetensi

viii

BAB IV PEMBAHASAN ............................................................................... 32

4.1 Emosi Tokoh Jati : Kajian Psikoanalisis Sigmund Freud .................... 37

4.2 Hubungan Hasil Analisis Dengan Pembelajaran Sastra Di SMA ....... 65

BAB V Simpulan dan Saran ......................................................................... 68

5.1 Simpulan .............................................................................................. 68

5.2 Saran .................................................................................................... 69

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 9: KLASIFIKASI EMOSI TOKOH JATI DALAM NOVEL JANGAN …eprints.unram.ac.id/6494/1/SKRIPSI NUNUNG HANDAYANI.pdf · Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan dan Kompetensi

ix

Abstrak

Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimanakah klasifikasi emosi

tokoh Jati dalam novel Jangan Miringkan Sajadahmu karya Muhammad B.

Anggoro ditinjau dari psikoanalisis sastra dan bagaimanakah hubungan hasil

analisis klasifikasi emosi tokoh Jati dalam novel Jangan Miringkan Sajadahmu

karya Muhammad B. Anggoro dengan pembelajaran sastra di SMA. Tujuan

penelitian ini adalah mendeskripsikan klasifikasi emosi tokoh Jati dalam novel

Jangan Miringkan Sajadahmu karya Muhammad B. Anggoro berdasarkan teori

psikoanalisis sastra dan mendeskripsikan hubungan hasil analisis klasifikasi emosi

tokoh Jati dalam novel Jangan Miringkan Sajadahmu dengan pembelajaran sastra

di SMA. Penelitian ini bersifat kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini adalah

novel yang berjudul Jangan Miringkan Sajadahmu karya Muhammad B.

Anggoro. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah studi pustaka,

observasi dan catat dengan Teknik analisis data deskriptif kualitatif yang

menggunakan pendekatan psikologi sastra.

Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan terhadap emosi tokoh Jati

dalam novel Jangan Miringkan Sajadahmu karya Muhammad B. Anggoro, dapat

disimpulkan bahwa emosi tokoh Jati dalam novel Jangan Miringkan Sajadahmu

karya Muhammad B. Anggoro terjadi karena permasalahan kehidupan rumah

tangganya yang hancur dengan dilontarkannya talak tiga pada Nastiti, istrinya.

Setelah perceraian itu terjadi Jati mengalami penyesalan yang mendalam sehingga

dia harus melihat mantan istrinya menikah dengan lelaki lain. Berbagai emosi

yang Jati rasakan, seperti konsep rasa bersalah, rasa bersalah yang dipendam,

menghukum diri sendiri, rasa malu, kesedihan, kebencian, dan cinta. Selain itu,

hasil analisis penelitian ini berkaitan juga dengan materi pembelajaran sastra di

SMA khususnya kelas XI semester I pada Standar Kompetensi (SK) : membaca 2.

Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan dan Kompetensi

Dasar (KD) : menganalisis unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel

Indonesia/terjemaahan.

Kata kunci: Klasifikasi Emosi, Tokoh, Novel, dan Psikologi Sastra

Page 10: KLASIFIKASI EMOSI TOKOH JATI DALAM NOVEL JANGAN …eprints.unram.ac.id/6494/1/SKRIPSI NUNUNG HANDAYANI.pdf · Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan dan Kompetensi

x

Abstract

The problems of this reserch is in the way to classity the emotion used by

character Jati in the novel “Jangan Miringkan Sajadahmu” written by Muhammad

B. Anggoro and evaluated by Muhammad B. Anggoro in literature learning in

SMA. The goal of this research is to describe the emotion classification used by

character Jati in the novel Jangan Miringkan Sajadahmu writen by Muhammad B.

Anggoro according to the literature psychoanalysis theory and describe the

relation in the results of the research in emotion classification used by character

Jati in the novel “Jangan Miringkan Sajadahmu” in literature learning in SMA.

This research is qualitative. The source of this research is the novel entitled

“Jangan Miringkan Sajadahmu” writen by Muhammad B. Anggoro. The data

collection method used in this research is book analysis, observation, and noted in

descriftive qualitative date analysis technique that used literature psichology

approach. Basud on the analysis results, it can be concluded that character Jati in

novel “Jangan Miringkan Sajadahmu” written by Muhammad B. Anggoro have

guilty, embrassed, sad, hate, and love feeling. Moreover, the results of this

research also relared to the learning materials in literature learning is SMA,

especially at class XI semester I in standard competence 1) reading, understanding

some types of tales, Indonesian/translated novel and basic competenie: analyzing

in intrinsic and extristic unsure in Indonesian/translated novel.

Keywords: emotion classification, character, novel. Literature psychology.

Page 11: KLASIFIKASI EMOSI TOKOH JATI DALAM NOVEL JANGAN …eprints.unram.ac.id/6494/1/SKRIPSI NUNUNG HANDAYANI.pdf · Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan dan Kompetensi

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Karya sastra umumnya berisi tentang permasalahan dalam kehidupan

manusia, yang merupakan hasil dari pengamatan sastrawan terhadap

kehidupan. Permasalahan itu dapat berupa pengalaman dari dalam atau di luar

kehidupan pengarang itu sendiri. Oleh karena itu, karya sastra merupakan

hasil dari rekaan sastrawan terhadap kehidupan nyata dan dunia imajinasinya

yang bertujuan untuk dinikmati, dipahami, dan dimanfaatkan oleh pembaca.

Karya sastra lahir dengan berisikan ide dan gagasan dari pengarang

yang dikemas dengan bahasa yang menarik bagi pembaca, sehingga cerita

tersebut seperti nyata atau menjadi hidup. Dalam karya sastra banyak

menampilkan berbagai macam cerita yang dihadapi dalam setiap tokohnya.

Tidak jarang karya sastra juga sarat akan nasihat-nasihat yang dapat dipetik

untuk menjalani hidup ini. Karena karya sastra mengandung ajaran tentang

nilai-nilai kehidupan. Oleh karena itu, pembaca dapat mengambil pelajaran

hidup dalam karya sastra.

Selain itu, karya sastra juga bisa diaplikasikan kepada siswa dalam

pembelajaran sastra di sekolah, karena cerita dalam karya sastra tidak hanya

sekedar tulisan biasa. Akan tetapi, kandungan cerita dalam karya sastra

memiliki fungsi indah, bermakna dan berguna. Cerita dalam karya sastra tidak

hanya bersifat seni, tetapi bisa mengandung nilai-nilai kemanusiaan. Sehingga

cerminan nilai-nilai kemanusiaan yang ada dalam karya sastra inilah yang bisa

dijadikan sebagai alat pembelajaran kepada peserta didik, khususnya pada

Page 12: KLASIFIKASI EMOSI TOKOH JATI DALAM NOVEL JANGAN …eprints.unram.ac.id/6494/1/SKRIPSI NUNUNG HANDAYANI.pdf · Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan dan Kompetensi

2

jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) sesuai dengan ketentuan yang

tercantum dalam kurikulum. Siswa mampu memperoleh dan memahami cerita

kemanusiaan, sehingga terbentuknya pribadi yang berbudi pekerti luhur.

Dengan demikian, pembelajaran sastra di sekolah banyak memberikan

keuntungan pada diri siswa. Melalui sastra, siswa dapat mengetahui berbagai

macam aspek kepribadian yang dapat diterapkan dan dijadikan contoh dalam

kehidupan sehari-hari jika bersifat positif dan dapat menjadi tolak ukur untuk

berfikir jika itu negatif. Selain itu juga melatih kepekaan siswa terhadap segala

hal yang terjadi di lingkungan sekitarnya, karena dalam sastra memuat cerita

segala kehidupan yang mengandung pelajaran baik buruk.

Novel misalnya, sebagai salah satu bentuk karya sastra yang

mengisahkakan problema kehidupan seseorang atau tokoh. Setiap tokoh

diceritakan dengan berbagai macam karakter yang disusun dengan isi cerita

yang sangat kompleks dan diberikan gambaran fisik dan kejiwaan yang

berbeda-beda dalam setiap perannya. Pengarang menggambarkan perwatakan

tokoh dengan dua macam, yaitu tokoh protagonis dan tokoh antagonis. Tokoh

protagonis dalam cerita dikenal sebagai tokoh yang baik sedangkan tokoh

antagonis dikenal sebagai tokoh yang jahat. Karena memiliki perwatakan yang

berbeda dalam perannya, maka tidak jarang akan menimbulkan konflik dalam

kehidupan tokoh. Konflik terjadi karena adanya permasalahan yang dialami

tokoh, seperti adanya kegagalan diri, adanya ketimbangan, dan adanya

larangan-larangan sosial. Konflik yang terjadi akan mempengaruhi tokoh

seperti pikiran, perasaan, dan tingkah laku tokoh yang beradaptasi dalam

Page 13: KLASIFIKASI EMOSI TOKOH JATI DALAM NOVEL JANGAN …eprints.unram.ac.id/6494/1/SKRIPSI NUNUNG HANDAYANI.pdf · Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan dan Kompetensi

3

kehidupan. Melalui kehidupan tokoh ini, pengarang menggambarkan dengan

detail setiap kejadian yang ada, dengan tujuan mengarahkan pembaca kepada

gambaran-gambaran realita kehidupan.

Novel Jangan Miringkan Sajadahmu dipilih sebagai objek penelitian

karena memiliki kelebihan dalam ceritanya yang menarik, menantang, dan

mampu memberikan pelajaran hidup. Novel ini menggambarkan kehidupan di

lingkungan masyarakat dan masalah-masalah yang terjadi dalam rumah

tangga. Selain itu, novel ini sangat memotivasi pembaca untuk selalu

mempertimbangkan putusan dalam kehidupan sehari-hari agar betul-betul

menanamkan sifat kesabaran, karena cerita dalam novel inimenceritakan

tentang penyesalan sebuah rumah tangga yang tidak dapat mengontrol emosi

antara suami-istri dalam mempertahankan kesabaran sehingga berujung

perceraian (talak). Perceraian itu disebabkan karena sifat kekanak-kanakan

ayah dari Jati. Setelah resmi bercerai Jati ingin menikah lagi dengan mantan

istrinya, namun dalam ajaran agama seorang istri harus menikah dengan lelaki

lain, setelah itu baru bisa menikah lagi dengan mantan suaminya. Jati tidak

rela melihat mantan istrinya menikah dengan orang lain, karena dia masih

mencintainya. Berbagai emosi yang Jati rasakan, seperti konsep rasa bersalah,

rasa bersalah yang dipendam, menghukum diri sendiri, rasa malu, kesedihan,

kebencian dan cinta.

Masalah yang menarik untuk dikaji dalam novel ini yaitu perjalanan

kisah hidup Jati yang sebatang kara setelah bercerai dari istrinya dan ditinggal

mati oleh orang tuanya. Berbagai masalah yang muncul dan harus dihadapi

Page 14: KLASIFIKASI EMOSI TOKOH JATI DALAM NOVEL JANGAN …eprints.unram.ac.id/6494/1/SKRIPSI NUNUNG HANDAYANI.pdf · Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan dan Kompetensi

4

Jati karena penyesalannya telah menceraikan istrinya, seperti merelakan

istrinya menikah dengan laki-laki lain demi melakukan syariah, namun setelah

mantan istrinya menikah dengan laki-laki lain dia tidak mau bercerai dengan

suaminya karena dia sedang hamil. Hal tersebut yang membuat Jati merasakan

kesedihan yang berkepanjangan hingga akhirnya dia tidak mengurus dirinya

sendiri dan menghukum dirinya dengan berdiam diri di rumah.

Permasalahan-permasalahan yang berkaiatan dengan kehidupan suami-

istri yang terdapat dalam novel Jangan Miringkan Sajadahmu sangat kental

dengan emosi yang mewarnai perilaku tokoh Jati. Dalam hal ini, tokoh Jati

mengungkapkan emosinya yang terungkap dalam dialog dan tuturan

pengarang. Emosi-emosi yang diungkapkan dalam dialog dan tuturan

pengarang tersebut, berupa marah, benci, cinta, kerinduan, penyesalan,

kesedihan, duka cita, dan cemburu. Bentuk-bentuk tingkah laku tersebut

menurut teori Sigmund Freud dinamakan klasifikasi emosional, seperti

pengertian pada KBBI, emosi adalah luapan perasaan yang berkembang dan

surut dalam waktu singkat serta keadaan dan reaksi psikologis dan fisiologis

(seperti kegembiraan, kesedihan, keharuan, kecintaan); keberanian yg bersifat

subjektif)

Sehubungan dengan itu, tokoh Jati merupakan hal yang menarik untuk

dikaji secara mendalam. Gambaran emosi tokoh Jati dalam novel ini sangat

bervarisi, sehingga untuk menganalisis emosi tokoh Jati peneliti akan

menggunakan pendekatan psikologi sastra, dengan memanfaatkan teori

klasifikasi emosi Sigmund Freud. Teori ini akan mempermudah peneliti dalam

Page 15: KLASIFIKASI EMOSI TOKOH JATI DALAM NOVEL JANGAN …eprints.unram.ac.id/6494/1/SKRIPSI NUNUNG HANDAYANI.pdf · Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan dan Kompetensi

5

mengkaji klasifikasi emosi tokoh Jatipada novel Jangan Miringkan

Sajadahmu karya Muhammad B. Anggoro, kemudian hasil kajian

dihubungkan dengan pembelajaran sastra di SMA.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang diajukan

dalampenelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Bagaimanakah klasifikasi emosi tokoh Jati dalam novel Jangan

Miringkan Sajadahmu karya Muhammad B. Anggoro berdasarkan teori

psikoanalisis sastra?

2. Bagaimanakah hubungan hasil analisis klasifikasi emosi tokoh Jati dalam

novel Jangan Miringkan Sajadahmu Karya Muhammad B. Anggoro

dengan pembelajaran sastra di SMA?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini sebagai berikut.

1. Mendeskripsikan klasifikasi emosi tokoh Jati dalam novel Jangan

Miringkan Sajadahmu karya Muhammad B. Anggoro berdasarkan teori

Psikoanalisis Sastra?

2. Mendeskripsikan hubungan hasil analisis klasifikasi emosi tokoh Jati

dalam novel Jangan Miringkan Sajadahmu dengan pembelajaran sastra di

SMA.

Page 16: KLASIFIKASI EMOSI TOKOH JATI DALAM NOVEL JANGAN …eprints.unram.ac.id/6494/1/SKRIPSI NUNUNG HANDAYANI.pdf · Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan dan Kompetensi

6

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini sebagai berikut.

a. Manfaat Teoritis

1. Hasil penelitian ini diharapkan sebagai bahan informasi bagi para

pembaca khususnya peneliti untuk lebih meningkatkan apresiasinya

terhadap karya sastra yang lahir terutama kajian mengenai teori

psikoanalisis sastra.

2. Guru dan siswa memahami psikologi tokoh dalam novel pada

umumnya dan khususnya novel Jangan Miringkan SajadahmuKarya

Muhammad B. Anggoro.

b. Manfaat Praktis

1. Bagi peneliti

Penilitian ini diharapkan bisa menjadi bahan acuan untuk

penelitian berikutnya.

2. Bagi guru

Novel Jangan Miringkan Sajadahmu dapat dijadikan sebagai

bahan ajar karena banyak mengandung nilai pendidikan.

Page 17: KLASIFIKASI EMOSI TOKOH JATI DALAM NOVEL JANGAN …eprints.unram.ac.id/6494/1/SKRIPSI NUNUNG HANDAYANI.pdf · Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan dan Kompetensi

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai klasifikasi emosi sebelumnya pernah dilakukan

oleh Diny Maulina (2012) dengan judul “Emosi Sekar dalam novel Sunset

Bersama Rosie karya Tere Liye”. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Diny

Maulina yaitu terdapat 6 jenis emosi dalam diri sekar yaitu konsep rasa

bersalah, rasa bersalah yang dipendam, menghukum diri sendiri, kesedihan,

kebencian dan cinta. Jenis emosi yang paling dominan dalam diri Sekar

adalah rasa cinta. Rasa cinta yang dimaksud adalah cinta kepada Tegar dan

cinta tersebut dapat dikatakan sebagai cinta sejati. Jenis emosi selanjutnya

yang dominan adalah kesedihan. Sekar mengalami kesedihan yang teramat

sangat disebabkan oleh batalnya pertunangan dengan Tegar hingga dua kali,

yang pada akhirnya Sekar benar-benar batal menikah dengan Tegar. Jenis

emosi selanjutnya yang dominan adalah kebencian dan rasa bersalah. Hal

tersebut menggambarkan bahwa di dalam diri Sekar terjadi pertarungan

antara kebencian dan rasa bersalah yang saling tarik-menarik.

Penelitian yang berkaitan dengan pendekatan psikologi yang lainnya

adalah penelitian yang dilakukan oleh Ety Fitriah (2005). Penelitian yang

dilakukan oleh Ety Fitriah menggunakan psikologi Sigmund Freud dalam

novel “Pulang” karya N. Marewo. Penelitian yang dilakukan oleh Ety Fitriah

yaitu mendeskripsikan tokoh Sandi yang berkaitan dengan struktur

kepribadian. Di dalam diri Sandi terdapat dua insting yaitu insting hidup dan

insting mati. Insting hidup terdiri atas insting kasih sayang, penghargaan dan

Page 18: KLASIFIKASI EMOSI TOKOH JATI DALAM NOVEL JANGAN …eprints.unram.ac.id/6494/1/SKRIPSI NUNUNG HANDAYANI.pdf · Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan dan Kompetensi

8

kebebasan. Insting mati merupakan keinginan untuk meraih kembali segala

apa yang pernah ia lakukan seperti menghasilkan karya-karyanya berupa

tulisan-tulisan untuk dipublikasikan. Kaitannya dengan dinamika kepribadian

adalah adanya pengaktualisasian insting-insting tersebut di atas tetapi tetap

dalam pengawasan dari pertimbangan dari ego maupun superego. Dalam

kaitannya dengan perkembangan kepribadian untuk mendapatkan ketenangan

batin, Sandi melakukan beberapa usaha, yaitu identifikasi, transkulfasi, dan

pemindahan objek. Kehidupan Sandi dengan kehidupan yang lain serba

kecukupan tak mampu memuaskan dahaganya, ia selalu dilanda rasa cemas

dan tidak tenang dengan apa yang ia dapatkan selama ini.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Diny Maulina dan

Ety Fitriah terlihat adanya persamaan dengan penelitian kali ini, yaitu sama-

sama mengkaji tokoh dengan bidang kajiannya novel dan menggunakan teori

psikologi sastra Sigmund Freud. Tetapi, penelitian yang dilakukan oleh Ety

Fitriah lebih memfokuskan pengkajiannya dengan menganalisis struktur

kepribadian tokoh Sandi, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Diny dan

peneliti kali ini, sama-sama menganalisis klasifikasi emosi tokoh utama,

namun dengan objek kajian yang berbeda.

Penelitian yang berkaitan dengan psikologi juga dilakukan oleh Linda

Astuti (2010) dengan judul “Kajian Psikologis Tokoh Annisa dalam Novel

Perempuan Berkalug Sorban karya Abidah El Khalieqy”. Dalam penelitian

ini Linda menggunakan teori kebutuhan bertingkat Abraham Maslow, dimana

dalam penelitian tersebut, kebutuhan fisiologis tokoh Annisa berupa makan,

Page 19: KLASIFIKASI EMOSI TOKOH JATI DALAM NOVEL JANGAN …eprints.unram.ac.id/6494/1/SKRIPSI NUNUNG HANDAYANI.pdf · Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan dan Kompetensi

9

minum, beristirahat berhubungan seks telah terpenuhi dengan baik.

Kebutuhan rasa aman pada tokoh Annisa mencakup keinginan mencari

perlindungan, menginginkan jaminan dan stabilitas uang sekolah, dan ingin

bercerai dengan Syamsudin. Semuanya terpenuhi dengan baik.

Penelitian yang dilakukan oleh Linda Astuti terlihat adanya persamaan

dengan penelitian kali ini, yaitu sama-sama mengkaji tokoh utama dalam

novel, dengan menggunakan pendekatan psikologi sastra, walaupun ada

perbedaan teori yang digunakan yaitu Linda Astuti menggunakan teori

psikologi sastra Abraham Maslow, sedangkan penelitian kali ini menggunakan

teori psikologi sastra Sigmund Freud. Selain itu penelitian ini menghubungkan

dengan pembelajaran sastra di SMA, sedangkan Linda Astuti tidak

menghubungkan dengan pembelajaran sastra di SMA.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Psikologi Sastra

Asumsi dasar psikologi sastra antara lain dipengaruhi oleh

pemahaman bahwa: pertama, karya sastra merupakan produk kejiwaan.

Imajinasi pengarang muncul akibat interpretasi pemikiran pengarang pada

situasi setengah sadar kemudian dituangkan ke dalam bentuk sadar. Kedua,

psikologi sastra menganalisis perwatakan tokoh. Seberapa jauh pengarang

menggambarkan perwatakan tokoh sehingga karya sastra menjadi semakin

hidup. Penggambaran tersebut dapat terlihat melalui dialog atau diksi tokoh di

dalam karya sastra.

Page 20: KLASIFIKASI EMOSI TOKOH JATI DALAM NOVEL JANGAN …eprints.unram.ac.id/6494/1/SKRIPSI NUNUNG HANDAYANI.pdf · Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan dan Kompetensi

10

Psikologi sastra adalah kajian sastra yang memandang karya sebagai

aktivitas kejiwaan (Endraswara, 2011:96). Pada dasarnya, psikologi sastra

akan ditopang oleh tiga pendekatan sekaligus. Pertama, pendekatan tekstual,

yang mengkaji aspek psikologis tokoh dalam karya sastra. Kedua, pendekatan

reseptif-pragmatik, yang mengkaji aspek psikologis pembaca sebagai

penikmat karya sastra yang terbentuk dari pengaruh karya yang dibacanya,

serta proses resepsi pembaca dalam menikmati karya sastra. Ketiga,

pendekatan ekspresif, yang mengkaji aspek psikologis sang penulis ketika

melakukan proses kreatif yang terproyeksi lewat karyanya, baik penulis

sebagai pribadi maupun wakil masyarakatnya (Roekhan dalam Endraswara,

2011:97-98).

Dalam pandangan Wellek dan Warren dan Hardjana (Endraswara,

2011:98-99), psikologi sastra mempunyai empat kemungkinan penelitian.

Pertama, penelitian terhadap psikologi pengarang sebagai tipe atau sebagai

pribadi. Studi ini cenderung ke arah psikologi seni. Peneliti berusaha

menangkap kondisi kejiwaan seorang pengarang pada saat menelorkan karya

sastra. Kedua, penelitian proses kreatif dalam kaitannya dengan kejiwaan.

Studi ini berhubungan pula dengan psikologi proses kreatif. Bagaimana

langkah-langkah psikologi ketika mengekspresikan karya sastra menjadi

fokus. Ketiga, penelitian hukum-hukum psikologi yang diterapkan pada karya

sastra. dalam kaitan ini studi dapat diarahkan pada teori-teori psikologi,

misalnya psikoanalisis ke dalam sebuah teks sastra. asumsi dari kajian ini

bahwa pengarang sering menggunakan teori psikologi tertentu dalam

Page 21: KLASIFIKASI EMOSI TOKOH JATI DALAM NOVEL JANGAN …eprints.unram.ac.id/6494/1/SKRIPSI NUNUNG HANDAYANI.pdf · Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan dan Kompetensi

11

penciptaan. Studi ini yang benar-benar mengangkat teks sastra sebagai

wilayah kajian. Keempat, penelitian dampak psikologis teks sastra kepada

pembaca. Studi ini lebih cenderung ke arah aspek-aspek pragmatik psikologis

teks sastra terhadap pembacanya.

Semakin tinggi tingkat daya rangsang sebuah teks dapat

mempengaruhi jiwa pembaca, berarti semakin berkualitas pula karya

tersebut (Endraswara, 2011:103). Selanjutnya Endraswara menjelaskan

bahwa penelitian psikologi terbagi menjadi dua sasaran, penelitian psikologi

tokoh dan proses kreativitas pengarang. Bila meneliti psikologi tokoh,

langkah-langkahnya yaitu: pertama, pendekatan psikologi sastra terletak

pada aspek intrinsik dan ekstrinsik, tetapi yang ditekankan adalah unsur

intrinsik. Kedua, selain tokoh dan watak, juga diperlukan analisis tema

karya. Analisis tokoh difokuskan pada nalar perilaku tokoh. Yang diteliti

tidak harus tokoh utama, dapat pula tokoh pendamping, selama peneliti bisa

menjelaskan mengapa tokoh tersebut yang dianalisis. Ketiga, konflik

perwatakan tokoh yang dikaitkan dengan alur cerita. Misalnya saja ada

tokoh yang phobi, halusinasi, gila, dan sebagainya harus dihubungkan

dengan jalan cerita secara struktural. Hal tersebut menghindari para peneliti

terjenak hanya pada penggunaan teori psikologi. Jika penelitian hanya pada

aspek teori-teori psikologi, berarti masuk ke ranah penelitian psikologi,

bukan penelitian psikologi sastra.

Jika sasaran penelitian pada aspek kreativitas, peneliti dapat

melakukan langkah-langkah: pertama, aspek ekstrinsik, meliputi cita-cita,

Page 22: KLASIFIKASI EMOSI TOKOH JATI DALAM NOVEL JANGAN …eprints.unram.ac.id/6494/1/SKRIPSI NUNUNG HANDAYANI.pdf · Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan dan Kompetensi

12

keinginan, obsesi, harapan, dan tuntutan personal. Perlu adanya riwayat

hidup pengarang untuk mengetahui pengalaman pribadi yang diekspresikan

dalam karyanya. Kedua, latar belakang penciptaan karya sastra perlu digali,

dengan begitu, peneliti dapat mengetahui alasan seorang pengarang

menuliskan karyanya tersebut. Apakah pengarang hanya sekedar

menumpahkan perasaannya, atau kah ada tujuan lain. Ketiga, peneliti perlu

mengaitkan dampak psikologis karya tersebut terhadap pembaca. Apakah

pembaca menjadi paham dengan gambaran psikologis tokoh atau tidak.

Berdasarkan dua sasaran yang memiliki langkah-langkah demikian,

tampak bahwa penelitian perwatakan tokoh dapat disebut sebagai kajian

tekstual. Yaitu kajian yang harus sampai membahas isi dan makna

perwatakan dalam kaitannya dengan struktus alur secara keseluruhan.

Sedangkan sasaran penelitian kreativitas, hanya bisa ditempuh melalui studi

dokumen, misalnya biografi pengarang dan atau wawancara kepada

pengarang (jika masih hidup) (Endraswara, 2011:105).

Dalam kajian psikologi sastra tak terlepas dari wilayah psikoanalisa.

Awalnya psikoanalisa diperkenalkan oleh Sigmund Freud. Tiga unsur

kejiwaan yang dianalisis di dalam psikoanalisa yaitu id,

ego, dan superego. Ketiga unsur itu layaknya rantai yang saling terhubung

dan saling memerlukan satu sama lainnya. Id (das es) merupakan

kepribadian dasar manusia, kepribadian dalam bawah sadar manusia yang

berisi insting dan nafsu-nafsu yang tak kenal nilai. Ego merupakan

kepribadian yang mengarahkan setiap individu pada dunia luar, dunia

Page 23: KLASIFIKASI EMOSI TOKOH JATI DALAM NOVEL JANGAN …eprints.unram.ac.id/6494/1/SKRIPSI NUNUNG HANDAYANI.pdf · Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan dan Kompetensi

13

kenyataan. Superego merupakan sistem kepribadian yang berisi nilai-nilai

dan bersifat evaluatif (berkaitan dengan baik-buruk).

Freud mengibaratkan id sebagai raja atau ratu, ego sebagai perdana

menteri dan superego sebagai pendeta tertinggi. Id berlaku seperti penguasa

absolute, harus dihormati, manja, sewenang-wenang dan mementingkan diri

sendiri; apa yang diinginkannya harus segera terlaksana. Ego selaku perdana

menteri yang diibaratkan memiliki tugas harus menyelesaikan segala

pekerjaan yang terhubung dengan realitas dan tanggap terhadap keinginan

masyarakat. Superego, ibaratnya seorang pendeta yang selalu penuh

pertimbangan terhadap nilai-nilai baik dan buruk harus mengingatkan si id

yang rakus dan serakah bahwa pentingnya perilaku yang arif dan bijak

(Freud dalam Minderop, 2010:21). Berdasarkan ketiga unsur kepribadian

manusia yang dikemukakan oleh Sigmund Freud (Id, Ego, Superego) seperti

di atas, yang berhubungan erat degan psikologis individu adalah unsur

kepribadaian Id itu sendiri karena disitulah banyak melibatkan emosi

seseorang. Misalnya, Jika unsur kepribadian Id ini tidak terlaksana itu akan

berdampak pada psikologis seseorang, seperti kecewa, benci, marah, dan

sedih.

2.2.2 Klasifikasi Emosi

Klasifikasi emosi menurut Sigmund Freud terbagi atas:

kegembiraan, kemarahan, ketakutan, dan kesedihan selalu dianggap sebagai

emosi yang paling mendasar (primary emotion). Situasi yang

membangkitkan perasaan-perasaan tersebut sangat terkait dengan tindakan

Page 24: KLASIFIKASI EMOSI TOKOH JATI DALAM NOVEL JANGAN …eprints.unram.ac.id/6494/1/SKRIPSI NUNUNG HANDAYANI.pdf · Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan dan Kompetensi

14

yang ditimbulkannya dan mengakibatkan meningkat ketegangan. Selain itu,

kebencian atau perasaan benci (hate) berhubungan erat dengan perasaan

marah, cemburu, dan iri hati. Ciri khas yang menandai perasaan benci ialah

timbulnya nafsu atau keinginan untuk menghancurkan objek yang menjadi

sasaran kebencian. Perasaan benci bukan sekedar timbulnya perasaan tidak

suka atau aversi/enggan yang dampaknya ingin menghindar dan tidak

bermaksud untuk menghancurkan. Sebaliknya, perasaan benci selalu

melekat di dalam diri seseorang, dan ia tidak akan pernah merasa puas

sebelum menghancurkannya; bila objek tersebut hancur ia akan merasa puas

Krech, (dalam Minderop, 2010:39). Perasaan bersalah dan menyesal juga

termasuk ke dalam klasifikasi emosi. Berikut klasifikasi emosi Sigmund

Freud yang dikemukan oleh Albertine Minderop:

1. Konsep Rasa Bersalah

Rasa bersalah bisa disebabkan oleh adanya konflik antara ekspresi

impuls dan standar moral (implus expression versus moral standards).

Semua kelompok masyarakat secara cultural memiliki peraturan untuk

mengendalikan implus yang diawali dengan pendidikan semenjak masa

kanak-kanak hingga dewasa, termasuk pengendalian nafsu seks. Seks dan

agresi merupakan dua wilayah yang selalu menimbulkan konflik yang

dihadapkan pada standar moral. Pelanggaran terhadap standar moral inilah

yang menimbulkan rasa bersalah (Hilgard dalam Minderop, 2010:40).

Page 25: KLASIFIKASI EMOSI TOKOH JATI DALAM NOVEL JANGAN …eprints.unram.ac.id/6494/1/SKRIPSI NUNUNG HANDAYANI.pdf · Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan dan Kompetensi

15

Perasaan bersalah kerap kali ringan dan cepat berlalu, tetapi dapat

pula bertahan lama. Derajat yang lebih rendah dari perasaan bersalah

terkadang dapat dihapuskan karena si individu mengingkarinya dan ia

merasa benar. Upaya ini dilakukan karena adanya kekuatan positif untuk

memperoleh kesenangan.

Terdapat perbedaan yang tajam dalam diri seseorang dalam

menangkap situasi yang menjurus pada rasa bersalah. Ada orang yang sadar

apa yang harus dilakukannya dan ia sungguh memahami bahwa ia telah

melanggar suatu keharusan, ada pula orang yang merasa bersalah, tetapi ia

tidak tahu penyebabnya serta ia tidak tahu bagaimana menghilangkannya.

2. Rasa Bersalah Yang Dipendam

Dalam kasus rasa bersalah, seorang cenderung merasa bersalah

dengan cara memendam dalam dirinya sendiri, memang ia biasanya

bersikap baik, tetapi ia seorang yang buruk (dalam Minderop, 2010:42).

Setiap orang pasti pernah mengalami perasaan bersalah yang dipendam. Ada

berbagai macam faktor penyebab seseorang mengalami perasaan bersalah

dalam hidupnya. Rasa bersalah yang dipendam adalah perasaan muncul dan

berhubungan dengan tingkah laku atau pengambilan keputusan moral yang

merupakan tanggung jawab pribadi dan dinilai salah oleh hati nurani akibat

tidak memenuhi nilai moral atau nilai keagamaan yang dianutnya, hingga

menimbulkan perasaan bersalah dalam dirinya yang dirasakan oleh dirinya

sendiri (dalam Gaib, 2007:19)

Page 26: KLASIFIKASI EMOSI TOKOH JATI DALAM NOVEL JANGAN …eprints.unram.ac.id/6494/1/SKRIPSI NUNUNG HANDAYANI.pdf · Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan dan Kompetensi

16

Berdasarkan teori diatas rasa bersalah yang dipendam merupakan

perasaan bersalah yang ada dalam diri seseorang tanpa di ketahui orang lain.

Perasaan bersalah muncul karena adanya rasa penyesalan atas kesalahan

yang tidak dapat diselesaikan sehingga seseorang mencoba untuk

melupakan kesalahannya sendiri.

3. Menghukum Diri Sendiri

Perasaan bersalah yang paling mengganggu adalah sebagaimana

terdapat dalam sikap menghukum diri sendiri si individu terlihat sebagai

sumber dari sikap bersalah. Rasa bersalah tipe ini memiliki implikasi

terhadap berkembangnya gangguan-gangguan kepribadian yang terkait

dengan kepribadian, penyakit mental dan psikoterapi (dalam Minderop,

2010:42). Perasaan bersalah yang semakin dipendam tidak jarang juga

menimbulkan sikap menghukum diri sendiri dalam diri seseorang. Biasanya

seseorang tersebut menganggap dengan menghukum dirinya sendiri seperti

menyalahkan dirinya atau terpuruk dalam kesalahannya membuat dia

merasa lebih baik.

4. Rasa Malu

Rasa malu berbeda dengan rasa bersalah. Timbulnya rasa malu

tanpa terkait dengan rasa bersalah. Seseorang mungkin merasa malu ketika

salah menggunakan garpu ketika hadir dalam pesta makan malam yang

terhormat, tapi ia tidak merasa bersalah. Ia merasa malu karena merasa

bodoh dan kurang bergengsi dihadapan orang lain. Orang itu tidak merasa

bersalah karena ia tidak melanggar nilai-nilai moralitas. Perasaan ini tidak

Page 27: KLASIFIKASI EMOSI TOKOH JATI DALAM NOVEL JANGAN …eprints.unram.ac.id/6494/1/SKRIPSI NUNUNG HANDAYANI.pdf · Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan dan Kompetensi

17

terdapat pada anak kecil (dalam Minderop, 2010:43). Perasaan malu bisa

dikatakakan sebagai sifat negatif yang timbul karena kesadaran diri atau

perasaan rendah diri, terhadap kekurangan yang ada pada diri sendiri ketika

berhadapan dengan orang lain.

5. Kesedihan

Kesedihan atau duka cita berhubungan dengan kehilangan sesuatu

yang penting dan bernilai. Intensitas kesedihan tergantung pada nilai.

Biasanya kesedihan yang teramat sangat atau berlarut-larut bila kehilangan

orang yang dicintai. Kesedihan yang medalam bisa juga karena kehilangan

milik yang sangat berharga yang mengakibatkan kekecewaan atau

penyesalan. Parkes (dalam Minderop, 2010:44) menemukan bukti bahwa

kesedihan yang berlarut-larut dapat mengakibatkan depresi dan putus

asa yang menjurus pada kecemasan, akibatnya bisa menimbulkan

insomnia, tidak memiliki nafsu makan, timbul perasaan jengkel, dan

menjadi pemarah serta menarik diri dari pergaulan.

Seperti yang dijelaskan di atas, intensitas kesedihan tergantung yang

dialami si individu. Kesedihan yang sifatnya lama atau berlarut-larut ketika si

individu kehilangan orang yang disayang seperti orang tuanya meninggal,

akibatnya si individu merasakan kesedihan yang berkepanjangan. Kesedihan

yang bersifat sementara ketika si individu kehilangan uang seratus ribu dan

kesedihan ini hanya bersifat sementara karena uang yang seratus ribu bisa

didapatkan lagi.

Page 28: KLASIFIKASI EMOSI TOKOH JATI DALAM NOVEL JANGAN …eprints.unram.ac.id/6494/1/SKRIPSI NUNUNG HANDAYANI.pdf · Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan dan Kompetensi

18

6. Kebencian

Kebencian atau persaan benci berhubungan dengan perasaan marah,

cemburu dan iri hati. Ciri khas yang menandai perasaan benci adalah

timbulnya nafsu atau keinginan untuk menghancurkan objek yang

menjadi sasaran kebencian. Perasaan benci bukan sekedar timbulnya

perasaan tidak suka atau aversi/enggan yang dampaknya ingin menghindar

dan tidak bermaksud menghancurkan. Sebaliknya perasaan benci selalu

melekat di dalam diri seseorang dan ia tidak akan pernah merasa puas

sebelum meghancurkannya, bila objek tersebut hancur ia akan merasa puas

(Krech dalam Minderop, 2010:44). Perasaan benci bisa disebabkan karena

ketidaksukaan individu terhadap individu lainnya, yang disebabkan karena

kecemburuan dan iri hati. Perasaan benci ini akan muncul kapan saja

apabila keinginan si individu belum terpenuhi.

7. Rasa Cinta

Psikolog merasa perlu mendefinisikan cinta dengan cara memahami

mengapa timbul cinta dan apakah terdapat bentuk cinta yang berbeda.

Gairah cinta dari cinta romantis tergantung pada si individu dan objek cinta

adanya nafsu dan keinginan untuk bersama-sama. Gairah seksual yang kuat

kerap timbul dari perasaan cinta. Menurut kajian cinta romantis, cinta dan

suka pada dasarnya sama. Mengenai cinta seorang anak kepada ibunya

didasari kebutuhan perlindungan, demikian pula cinta ibu kepada anak

adanya keinginan melindungi (Krech dalam Minderop, 2010:45). Dengan

demikian, perasaan cinta bervariasi dalam beberapa bentuk. Seperti rasa

Page 29: KLASIFIKASI EMOSI TOKOH JATI DALAM NOVEL JANGAN …eprints.unram.ac.id/6494/1/SKRIPSI NUNUNG HANDAYANI.pdf · Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan dan Kompetensi

19

cinta kepada orang tua. Cinta seorang anak pada ibunya didasari kebutuhan

perlindungan, demikian pula cinta ibu kepada anak adanya keinginan

melindungi. Sedangkan perasaan cinta kepada pasangan cenderung

menimbulkan gairah seks.

Berdasarkan klasifikasi emosi di atas, dapat disimpulkan bahwa ada

tujuh emosi yang selalu ada pada tiap masing-masing individu, yaitu rasa

bersalah, rasa bersalah yang dipendam, menghukum diri sendiri, rasa malu,

kesedihan, kebencian, dan cinta.

2.2.3 Tokoh dan Penokohan

2.2.3.1 Tokoh

Abrams mengemukakan bahwa istilah “tokoh” menunjuk pada

orangnya, pelaku cerita. Tokoh cerita (character) adalah orang-orang yang

ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama, yang oleh pembaca

ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang

diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan.

(Abrams dalam Burhan Nurgiantoro, 2010 : 165).

Selanjutnya, Aminuddin (2009:79). Tokoh adalah pelaku yang

mengemban peistiwa dalam cerita fiksi, sehingga peristiwa itu mampu

menjalin suatu cerita. Tokoh-tokoh cerita dalam sebuah fiksi dapat

dibedakan kedalam beberapa jenis penamaan berdasarkan dari sudut mana

penamaan itu dilakukan, yaitu:

Page 30: KLASIFIKASI EMOSI TOKOH JATI DALAM NOVEL JANGAN …eprints.unram.ac.id/6494/1/SKRIPSI NUNUNG HANDAYANI.pdf · Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan dan Kompetensi

20

a. Tokoh utama dan tokoh tambahan

Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam

novel yang bersangkutan. Ia merupakan tokoh yang paling banyak

diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian

(Burhan Nurgiantoro, 2010:177). Karena, tokoh utama paling banyak

diceritakan dan selalu berhubungan dengan tokoh-tokoh lain, ia sangat

menentukan perkembangan plot secara keseluruhan. Tokoh utama umumnya

merupakan tokoh yang sering diberi komentar dan dibicarakan oleh

pengarangnya. Sedangkan, tokoh tambahan atau tokoh pembantu adalah

tokoh yang memiliki peranan tidak penting karena kemunculannya hanya

melengkapi, melayani, mendukung pelaku utama. Pemunculan tokoh-tokoh

tambahan dalam keseluruhan cerita lebih sedikit, dan kehadirannya hanya

jika ada keterkaitan dengan tokoh utama.

b. Tokoh protagonis dan antagonis

Tokoh protagonis adalah tokoh yang kita kagumi yang salah satu

jenisnya secara popular disebut hero. Tokoh protagonis merupakan pelaku

yang memiliki watak yang baik sehingga disenangi pembaca.

Dalam sebuah karya fiksi harus mengandung konflik. Ketegangan

khususnya konflik dan ketegangan yang dialami oleh tokoh protagonis.

Tokoh penyebab terjadinya konflik disebut tokoh anatagonis. Tokoh

antagonis merupakan tokoh yang tidak disenangi pembaca karena memiliki

watak yang tidak sesuai dengan apa yang didambakan oleh pembaca.

Page 31: KLASIFIKASI EMOSI TOKOH JATI DALAM NOVEL JANGAN …eprints.unram.ac.id/6494/1/SKRIPSI NUNUNG HANDAYANI.pdf · Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan dan Kompetensi

21

c. Tokoh sederhana dan tokoh bulat

Berdasarkan perwatakannya tokoh cerita dapat dibedakan kedalam

tokoh sederhana (simple atau flat character) dan tokoh kompleks atau tokoh

bulat (complex atau round character). Tokoh sederhana, dalam bentuknya

yang asli adalah tokoh yang hanya memiliki satu kualitas pribadi tertentu,

satu sifat watak yang tertentu saja. Ia tidak memiliki watak dan tingkah laku

yang dapat memberikan efek kejutan bagi pembaca. Sifat dan tingkah laku

seseorang tokoh sederhana bersifat datar, monoton dan hanya

mencerminkan satu watak tertentu (Nurgiantoro, 2010:181). Sedangkan

tokoh bulat adalah tokoh yang memiliki dan diungkap berbagai

kemungkinan sisi kehidupannya, sisi kepribadian dan jati dirinya. Ia dapat

saja memiliki watak tertentu yang dapat diformulasikan, namun ia pun dapat

pula menampilkan watak dan tingkah laku bermacam-macam, bahkan

mungkin seperti bertentangan dan sulit diduga. Oleh karena itu,

perwatakannya pun pada umumnya sulit dideskripsikan secara tepat.

Dibandingkan tokoh sederhana. Tokoh bulat lebih menyerupai kehidupan

manusia yang sesungguhnya, karena disamping memiliki berbagai

kemungkinan sikap dan tindakan, ia juga sering memberikan kejutan,

Abrams (dalam Nurgiantoro, 2010:183)

Berdasarkan uraian di atas, tokoh adalah pelaku yang ada dalam

sebuah cerita yang terbagi menjadi: tokoh utama dan tambahan, tokoh

protagonis dan antagonis, serta tokoh sederhana dan bulat.

Page 32: KLASIFIKASI EMOSI TOKOH JATI DALAM NOVEL JANGAN …eprints.unram.ac.id/6494/1/SKRIPSI NUNUNG HANDAYANI.pdf · Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan dan Kompetensi

22

2.2.3.2 Penokohan

Jones (dalam Burhan Nurgiantoro, 2010 : 165) menyatakan,

penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang

disampaikan dalam sebuah cerita. Penokohan disebut juga perwatakan,

perwatakan dalam novel adalah pemberian sifat dan sikap para tokoh

seperti yang ditafsirkan oleh pembaca lebih menunjuk pada kualitas

pribadi seorang tokoh. Antara seorang tokoh dan perwatakan yang

dimilikinya (Nurgiantoro, 2010:165).

Perwatakan (character) menurut Abraham (dalam Nurgiantoto,

2010) adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif atau

drama yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan

kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa

yang dilakukan dalam tindakan. Dari kutipan tersebut juga dapat diketahui

bahwa antara seorang tokoh dengan kualitas pribadinya erat berkaitan

dalam penerimaan pembaca. Dalam hal ini pembacalah sebenarnya yang

memberikan arti semuanya untuk kasus kepribadian seorang tokoh,

pemaknaan itu dilakuka berdasarkan kata-kata (verbal) dan tingkah laku

lain (nonverbal). Pembedaan antara tokoh yang satu dengan yang lain

lebih ditentukan oleh kualitas pribadi daripada dilihat secara fisik

(Nurgiantoro, 2010:166).

Jadi, penokohan merupakan gambaran terhadap tokoh-tokoh

berdasarkan waktu atau karakternya yang dapat diketahui dari

psikologisnya.

Page 33: KLASIFIKASI EMOSI TOKOH JATI DALAM NOVEL JANGAN …eprints.unram.ac.id/6494/1/SKRIPSI NUNUNG HANDAYANI.pdf · Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan dan Kompetensi

23

2.2.4 Pengertian Novel

Novel adalah sebuah karya fiksi prosa yang tertulis secara naratif,

biasanya dalam bentuk cerita. Penulis novel disebut novelis. Kata novel

berasal dari bahasa Italia novella yang berarti “sebuah kisah, sepotong

berita”. Umumnya sebuah novel bercerita tentang tokoh-tokoh dan

kelakuan mereka dalam kehidupan sehari-hari, dengan menitikberatkan

pada sisi-sisi yang aneh dari naratif tersebut (Mustofa Sadikin, 2010:42 ).

Pengertian novel dalam bahasa Inggris disebut “novel” merupakan

salah satu bentuk karya sastra yang memiliki ciri khas tersendiri

dibandingkan dengan karya sastra lain. Novel juga sebagai prosa fiksi

yang bersifat rekaan namun memiliki kebenaran yang membahas antar

manusia. Novel merupakan salah salah satu karya yang mengisahkan

kehidupan manusia, dicirikan oleh adanya konflik-konflik yang akhirnya

menyebabkan perubahan psikologis para tokohnya. Perubahan tokoh ini

tidak harus selalu diakhiri keberhasilan tetapi terkadang juga diakhiri

dengan kegagalan. (http://andriew/2012/04/novel.html).

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa novel

adalah karya imajinasi yang menceritakan tentang hidup seseorang atau

beberapa tokoh yang mengisahkan problematika kehidupan.

2.2.5 Pembelajaran Sastra Di SMA

Arah pembelajaran Bahasa Indonesia, diharapkan siswa terampil

dibidang aspek mendengar, berbicara, membaca, dan menulis. Hal tersebut

merupakan pokok bahasan yang akan dipelajari. Materi pembelajaran

Page 34: KLASIFIKASI EMOSI TOKOH JATI DALAM NOVEL JANGAN …eprints.unram.ac.id/6494/1/SKRIPSI NUNUNG HANDAYANI.pdf · Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan dan Kompetensi

24

sastra di SMA dapat dipilih atau ditetapkan oleh guru. Hal terpenting

adalah arah pembelajaran agar siswa terampil menulis, berbicara,

menyimak, dan bersastra. Oleh karena itu, buku-buku pelajaran dan buku-

buku pendukung sangat menentukan tujuan pembelajaran itu dapat

tercapai.

Batasan pembelajaran sastra dapat dilihat dari kegiatan

pembelajaran di sekolah meliputi: (a) membaca novel Indonesia dan novel

terjemahan, (b) menganalisis unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik (alur,

tema, penokohan, sudut pandang, latar dan amanat) novel Indonesia dan

novel terjemahan, (c) membandingkan unsur intrinsik dan ekstrinsik novel

terjemahan dengan novel Indonesia.

Tujuan umum pembelajaran sastra merupakan bagian dari tujuan

penyelenggaraan pendidikan nasional yaitu mewujudkan suasana dan

proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

Tujuan pembelajaran sastra di sekolah terkait pada tiga tujuan

khusus, yaitu menggunakan karya sastra untuk meningkatkan kemampuan

intelektual, serta kematangan emosioal dan sosial; menikmati dan

memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus

budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa;

Page 35: KLASIFIKASI EMOSI TOKOH JATI DALAM NOVEL JANGAN …eprints.unram.ac.id/6494/1/SKRIPSI NUNUNG HANDAYANI.pdf · Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan dan Kompetensi

25

dan menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khasanah

budaya dan inelektual manusia Indonesia.

Pembelajaran sastra menurut panduan penerapan KTSP perlu

menekankan pada kenyataan bahwa sastra merupakan seni yang dapat

diproduksi dan diapresiasi sehingga pembelajaran hendaknya bersifat

produktif-apresiatif. Konsekuensinya, pengembangan materi

pembelajaran, tehnik, tujuan, dan arah pembelajaran harus menekankan

pada kegiatan apresiatif. Sedangkan Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan dilihat dari kompetensi dasar yaitu menganalisis unsur-unsur

intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia/terjemahan. Pelaksanaan

pembelajaran sastra mempunyai tujuan-tujuan khusus yaitu terbinanya

apresiasi dan kegemaran terhadap sastra yang didasari oleh pengetahuan

dan keterampilan dibidang sastra.

Tujuan dan manfaat di atas dapat tercapai jika diadakan pemilihan

bahan ajar yang sesuai dengan tingkat siswa SMA. Bahan pengajaran yang

disajikan kepada para siswa harus sesuai dengan kemampuan, merupakan

upaya yang membutuhkan waktu yang cukup lama, dari keadaan tidak

tahu menjadi tahu, dari yang sederhana sampai yang rumit atau

memerlukan suatu pertahapan. Sesuai dengan tingkat kemampuan para

siswa dapat diklasifikasikan berdasarkan tingkat kesukarannya dan

kriteria-kriteria tertentu lainnya. Tanpa adanya kesesuaian antara siswa

dengan bahan yang diajarkan, pelajaran yang disampaikan akan gagal.

Page 36: KLASIFIKASI EMOSI TOKOH JATI DALAM NOVEL JANGAN …eprints.unram.ac.id/6494/1/SKRIPSI NUNUNG HANDAYANI.pdf · Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan dan Kompetensi

26

Bahan ajar sastra yang diterapkan di SMA dapat berupa: naskah

drama, puisi, cerpen, dan novel. Bahan ajar ini sesuai dengan Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tingkat SMA dengan kompetensi dasar

menemukan unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik (naskah drama, cerpen,

puisi, dan novel). Unsur-unsur intrinsik dapat berupa: tema, alur,

penokohan, latar, gaya bahasa, dan amanat. Sedangkan unsur ekstrinsik

dapat berupa: psikologi pengarang, biografi dan lain-lain.

Pemilihan bahan ajar merupakan suatu langkah pembelajaran

apresiasi sastra yang harus dilakukan oleh pengajar atau subjek didik.

Kriteria pemilihan bahan ajar untuk mengatasi kesulitan guru sastra dalam

proses pemilihan karya sastra sebagai bahan ajar. Setidaknya memenuhi

kriteria sebagai beikut.

Mengatasi kesulitan guru dalam proses pemilihan karya sastra

sebagai bahan ajar, mengemukakan kriteria sebuah karya sastra yang layak

dijadikan bahan ajar, yaitu : (1) memenuhi standar sastra; (2) membantu

kawula muda lebih mendewasakan diri sendiri dan membangun kontak

langsung dengan masalah-masalah kemanusiaan; (3) mampu

meningkatkan imajinasi siswa; (4) membuat dunia mampu menyampaikan

kebenaran; (5) member siswa kekuatan untuk tumbuh dan berkembang; (6)

membantu memerangi nilai-nilai dan peristiwa-peristiwa yang

menyebabkan sikap apatis, ilusi, dan menarik diri; (7) meliki dasar yang

humanistik dalam menghormati manusia lain; (8) berkaitan dengan

Page 37: KLASIFIKASI EMOSI TOKOH JATI DALAM NOVEL JANGAN …eprints.unram.ac.id/6494/1/SKRIPSI NUNUNG HANDAYANI.pdf · Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan dan Kompetensi

27

masalah-masalah yang berkadar abadi daripada hal-hal yang bersifat

kesementaraan.

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, memiliki materi

pembelajaran yang meliputi analisis unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik

serta nilai-nilai dalam sastra, dapat diketahui bahwa kriteria karya sastra

yang dapat dijadikan sebagai bahan ajar adalah karya sastra dengan unsur-

unsur intrinsik dan ekstrinsik yang mudah diteliti atau dianalisis oleh

siswa. Hal ini sesuai dengan Standar Kompetensi (SK) yaitu memahami

berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan dan sesuai dengan

Kompetensi Dasar (KD); Menganalisis unsur-unsur instrinsik dan

ekstrinsik novel Indonesia/terjemahan

Berdasarkan kriteria pemilihan bahan ajar apresiasi sastra di atas,

maka karya sastra harus mengandung nilai estetik dan nilai soaial yaitu

karya sastra yang mengandung nilai seni dan kemaanusiaan. Psikologi

yaitu karya sastra yang sesuai dengan tingkat perkembangan jiwa siswa,

dan pedagogis yaitu karya sastra yang tidak bertentangan dengan dasar dan

tujuan pendidikan nasional.

Penelitian ini akan menganalisis emosi tokoh Jati yang ada dalam

novel Jangan Miringkan Sajadahmu dan disesuaikan dengan bahan ajar

sastra di SMA, sehingga bahan kriteria pemilihan bahan ajar akan ditinjau

dari segi kepribadian (penokohan). Mengingat pada kriteria pemilihan

bahan ajar dari segi kepribadian (perilaku tokoh) mencakup banyak hal

Page 38: KLASIFIKASI EMOSI TOKOH JATI DALAM NOVEL JANGAN …eprints.unram.ac.id/6494/1/SKRIPSI NUNUNG HANDAYANI.pdf · Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan dan Kompetensi

28

atau mengandung banyak nilai kepribadian yang dapat bermanfaat untuk

siswa.

Page 39: KLASIFIKASI EMOSI TOKOH JATI DALAM NOVEL JANGAN …eprints.unram.ac.id/6494/1/SKRIPSI NUNUNG HANDAYANI.pdf · Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan dan Kompetensi

29

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini termasuk kualitatif, Moleong (2013:6). Penelitian

kualitatif yaitu penelitian yang tidak menggunakan perhitungan dalam bentuk

angka-angka. Jenis penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis/lisan dari orang-orang

atau perilaku yang diamati. Kaitannya dengan penelitian ini adalah untuk

menghasilkan data deskriptif berupa emosi dari tokoh Jati, data deskriptif ini

bisa berupa ucapan/dialog-dialog, perbuatan/tingkah laku, komentar tokoh

lain yang ada di dalam cerita yang berhubungan dengan perilaku tokoh utama

pada novel Jangan Miringkan Sajadahmu.

3.2. Data dan Sumber Data

3.2.1 Data

Data adalah sumber informasi yang akan diseleksi sebagai bahan

analisis. Oleh karena itu, kualitas dan ketepatan pengambilan data tergantung

pada ketajaman menyeleksi yang dipandu oleh penguasaan konsep atau teori.

Data dalam penelitian ini adalah kata-kata dan kalimat yang berupa dialog,

serta kata-kata dan kalimat yang berupa narasi yang merupakan klasifikasi

emosi tokoh utama dalam novel Jangan Miringkan Sajadahmu karya

Muhammad B. Anggoro. Dalam penokohan pada novel ini, pembaca dapat

menelusurinya lewat tuturan pengarang terhadap karakteristik pelakunya,

gambaran yang diberikan pengarang lewat gambaran lingkungan

Page 40: KLASIFIKASI EMOSI TOKOH JATI DALAM NOVEL JANGAN …eprints.unram.ac.id/6494/1/SKRIPSI NUNUNG HANDAYANI.pdf · Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan dan Kompetensi

30

kehidupannya maupun caranya berpakaian, menunjukan bagaimana

prilakunya, melihat bagaimana tokoh itu berbicara tentang dirinya sendiri,

memahami bagaimana jalan pikirannya, melihat bagaimana tokoh lain

berbicara tentangnya (Aminuddin, 2009: 80)

3.2.2 Sumber Data

Sumber data adalah dari mana data itu diperoleh. Dalam penelitian

sastra, sumber data berupa teks novel, cerita pendek, drama, dan lain-lain

(Siswantoro, 2005:63). Adapun sumber data dalam penelitian ini berupa

novel Jangan Miringkan Sajadahmu karya Muhammad B. Anggoro, yang

diterbitkan oleh Diva Press pada tahun 2008 dengan jumlah halaman 418.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Dalam hal ini metode pengumpulan data yang digunakan sebagai berikut :

a. Metode Kepustakaan

Metode kepustakaan dilakukan dengan cara membaca buku-buku

penunjang seperti buku yang berkaitan dengan psikologi sastra dan

penelitian-penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan klasifikasi emosi.

Selain untuk memperkaya teori, metode kepustakaan juga bertujuan untuk

mengetahui sejauh mana masalah tersebut pernah diteliti sebelumnya,

bagian mana yang belum diverifikasi, aspek mana yang perlu diperdalam,

dan aspek mana yang perlu ditekankan karena belum diteliti sebelumnya.

Melalui kegiatan kepustakaan ini dapat pula membantu dalam

pengembangan teori penelitan dan bahkan dapat pula melakukan

perumusan masalah, atau penyempurnaan perumusan masalah yang sudah

Page 41: KLASIFIKASI EMOSI TOKOH JATI DALAM NOVEL JANGAN …eprints.unram.ac.id/6494/1/SKRIPSI NUNUNG HANDAYANI.pdf · Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan dan Kompetensi

31

dibuat sebelumnya (Semi, 1993 : 14). Metode ini diterapkan untuk

mempelajari sumber-sumber tulisan yang berkaitan dengan permasalahan

yang akan dikaji. Sumber-sumber tertulis yang dimaksud diantaranya

yaitu, novel Jangan Miringkan Sajadahmu karya Muhammad B. Anggoro.

b. Metode observasi

Metode observasi yaitu merupakan suatu teknik atau cara

mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap

kegiatan yang sedang berlangsung (dalam Syaodih, 2005:220). Metode

observasi ini dilakukan dengan cara membaca secara mendalam dan teliti

mengenai klasifikasi emosi pada tokoh utama (Jati) dalam novel Jangan

Miringkan Sajadahmu karya Muhammad B. Anggoro.

c. Metode catat

Metode catat merupakan catatan hasil- hasil yang telah di observasi

(Mahsun, 2007 : 131). Berdasarkan pengertian tersebut hasil dari metode

ini berupa catatan data yang diperoleh dari hasil observasi dalam novel

Jangan Miringkan Sajadahmu, antara lain konsep rasa bersalah, rasa

bersalah yang dipendam, menghukum diri sendiri, rasa malu, kesedihan,

kebencian, dan cinta

3.4 Instrumen Pengumpulan Data

Instrument pengumpulan data adalah alat bantu yang digunakan

oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan

tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya (Arikunto, 2006).

Instrumen yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah kartu data.

Page 42: KLASIFIKASI EMOSI TOKOH JATI DALAM NOVEL JANGAN …eprints.unram.ac.id/6494/1/SKRIPSI NUNUNG HANDAYANI.pdf · Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan dan Kompetensi

32

Peneliti menggunakan kartu data agar mudah mengklasifikasikan data

yang di dalamnya mengandung permasalahan yang akan dikaji yaitu

berupa emosi tokoh Jati dalam novel Jangan Miringkan Sajadahmu.

Berikut contoh bentuk kartu data tersebut:

Judul :

No. Data :

Halaman :

Data/Kutipan :

Keterangan :

Judul : Sesuai dengan jenis Klasifikasi Emosi menurut Sigmund

Freud yang terbagi menjadi 7 yaitu rasa bersalah, rasa

bersalah yang dipendam, menghukum diri sendiri, rasa

malu, kesedihan, kebencian, dan cinta.

No Data :Nomor urut kutipan yang diambil dari Novel Jangan

MiringkanSajadahmu karya Muhammad B. Anggoro.

Halaman :Nomor dari halaman ke berapa data/kutipan itu diambil.

Data/Kutipan :Uraian data atau kutipan dari Novel Jangan

MiringkanSajadahmu karya Muhammad B. Anggoro yang

sesuai dengan jenis data yang ditentukan.

Page 43: KLASIFIKASI EMOSI TOKOH JATI DALAM NOVEL JANGAN …eprints.unram.ac.id/6494/1/SKRIPSI NUNUNG HANDAYANI.pdf · Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan dan Kompetensi

33

3.5 Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan pendekatan

deskriptif kualitatif yang mengacu pada pendekatan psikologi sastra,

khususnya klasifkasi emosi Sigmund Freud. Dengan pendekatan psikologi

sastra peneliti akan mampu mengetahui secara jelas hal yang berkaitan

dengan masalah psikologi yang dialami oleh tokoh Jati.

Adapun langkah-langkah dalam menganalisis penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Membaca novel Jangan Miringkan Sajadahmu karya Muhammad B.

Anggoro untuk memahami struktur novel tersebut secara berulang-ulang

dan cermat, kata demi kata, kalimat demi kalimat.

2. Mengidentifikasi klasifikasi emosi pada tokoh Jati melalui prilaku tokoh

dan kalimat-kalimat yang ada dalam novel tersebut.

3. Mengklasifikasi kutipan-kutipan dalam novel Jangan Miringkan

Sajadahmu karya Muhammad B. Anggoro yang mengandung emosi tokoh

Jati sesuai dengan jenis emosi menurut Sigmund Freud.

4. Menganalisis data emosi pada tokoh Jati berdasarkan klasifikasi emosi

menurut Sigmund Freud.

5. Menginterpretasikan data yang terdapat dalam novel Jangan Miringkan

Sajadahmukarya Muhammad B. Anggoro.

6. Menarik kesimpulan hasil analisis data.

Page 44: KLASIFIKASI EMOSI TOKOH JATI DALAM NOVEL JANGAN …eprints.unram.ac.id/6494/1/SKRIPSI NUNUNG HANDAYANI.pdf · Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan dan Kompetensi

34

3.6. Metode Penyajian Data

Setelah data dikumpulkan maka data disajikan. Penyajian data dibuat

untuk memberikan deskripsi mengenai data yang telah dikumpulkan dan

memudahkan untuk pengambilan keputusan. Dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan penyajian data dalam bentuk teks (textular). Peneliti

menyajikan data yang berkaitan dengan emosi tokoh Jati dalam novel Jangan

Miringkan Sajadahmu karya Muhammad B. Anggoro dalam bentuk teks.

Dalam penyajian data ada beberapa tahap. Tahap pertama yang ada

dirumusan masalah adalah pencarian masalah yang terdapat di dalam novel

Jangan Miringkan Sajadahmu karya Muhammad B. Anggoro, maka yang

akan disajikan adalah sinopsis dari novel tersebut yang dilanjutkan dengan

hasil analisis permasalahan yang terdapat dalam novel tersebut. Dalam tahap

ini digunakakan analisis berdasarkan teori klasifikasi emosi Sigmund Freud

yang terdapat dalam novel. Rumusan permasalahan yang teridentifikasi dari

novel Jangan Miringkan Sajadahmu karya Muhammad B. Anggoro

selanjutnya diinterprestasi dan dituangkan secara sistematis yang dilengkapi

dengan deskripsi pembuktian bahwa masalah tersebut benar-benar ada dalam

novel tersebut. Dalam hal ini juga dilengkapi dengan kutipan-kutipan

langsung dari novel Jangan Miringkan Sajadahmu karya Muhammad B.

Anggoro yang mengungkapkan permasalahan yang dimaksud. Penelitian ini

mendeskripsikan hasil penelitian dengan memaparkan klasifikasi emosi tokoh

Jati yang terdapat dalam novel Jangan Miringkan Sajadahmu karya

Muhammad B. Anggoro. Tahap kedua mengkaitkan hasil analisis emosi

Page 45: KLASIFIKASI EMOSI TOKOH JATI DALAM NOVEL JANGAN …eprints.unram.ac.id/6494/1/SKRIPSI NUNUNG HANDAYANI.pdf · Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan dan Kompetensi

35

tokoh Jati dalam novel Jangan Miringkan Sajadahmu karya Muhammad B.

Anggoro dengan pembelajaran sastra di SMA. Dalam aspek pengklasifikasian

emosi, emosi akan dikalsifikasikan menjadi tujuh yaitu konsep rasa bersalah,

rasa bersalah yang dipendam, menghukum diri sendiri, rasa malu, kesedihan,

kebencian, dan rasa cinta. Sedangkan dalam pembelajaran sastra di SMA,

emosi dihubungkan dengan silabus bahasa indonesia kelas XII tentang

penokohan dalam novel sesuai dengan Kompetensi Dasar 7.2 yaitu

menganalisis unsur-unsur instrinsik dan ekstrinsik novel

Indonesia/terjemahan.

Page 46: KLASIFIKASI EMOSI TOKOH JATI DALAM NOVEL JANGAN …eprints.unram.ac.id/6494/1/SKRIPSI NUNUNG HANDAYANI.pdf · Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan dan Kompetensi

36

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Hasil Analisis Klasifikasi Emosi Tokoh Jati Dalam Novel Jangan

Miringkan Sajadahmu Karya Muhammad B. Anggoro

Berdasarkan perspektif Sigmund Freud, bentuk-bentuk klasifikasi

emosi tokoh Jati dalam novel Jangan Miringkan Sajadahmu karya

Muhammad B. Anggoro, yaitu konsep rasa bersalah, rasa malu, kesedihan,

kebencian, dan cinta, yang dijelaskan lebih lanjut sebagai berikut :

4.1.1 Rasa Bersalah

Menurut Hilgard, et al (dalam Minderep 2010:39) menjelaskan rasa

bersalah bisa disebabkan oleh adanya konflik antara ekspresi impuls dan

standar moral. Rasa bersalah dapat pula disebabkan oleh perilaku neurotik,

yakni ketika individu tidak mampu mengatasi problem hidup seraya

menghindarinya melalui manuver-manuver defensive yang mengakibatkan

rasa bersalah dan tidak bahagia. Rasa bersalah dalam novel ini terlihat

ketika Jati memberi tahu Aini kalau dia masih mencintai mantan istrinya,

seperti yang digambarkan dalam kutipan berikut ini:

“Jjj…jadi…, selama ini Mas Jati masih mencintai Mbak

Nastiti? Benar begitu, Mas?”

“Mmm…maafkan aku, Aini! Maafkan aku…! Desis Jati

penuh sesal.

“Mas Jati tega….! Mas Jati tega…!

“Maafkan aku, Aini! Demi Allah! Aku tidak bermaksud

melukai hatimu….”, (Anggoro, 2008 : 277)

Page 47: KLASIFIKASI EMOSI TOKOH JATI DALAM NOVEL JANGAN …eprints.unram.ac.id/6494/1/SKRIPSI NUNUNG HANDAYANI.pdf · Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan dan Kompetensi

37

Berdasarkan kutipan di atas, perilaku neurotik Jati tergambar ketika

dia merasa Aini tersinggung dengan kata-katanya. Dia merasa bersalah

pada Aini, hal ini terlihat pada kutipan kedua yaitu ketika Jati meminta

maaf dan menyesal telah memberi tahu Aini kalau sebenarnya dia masih

mencintai mantan istrinya. Aini merasa kecewa setelah mengetahui orang

yang selama ini dia cintai ternyata masih memendam rasa cinta pada

mantan istrinya, seperti yang terdapat pada kutipan pertama dan ke tiga.

Atas rasa bersalahnya tersebut maneuver defensive yang dilakukan Jati

tergambar saat Jati memilih untuk minta maaf dan menjelaskan bahwa

sebenarnya dia tidak bermaksud menyakiti Aini. Rasa bersalah juga

dialami Jati ketika dia tidak bisa membahagiakan dihari-hari tua bapaknya

yang sudah renta dan pikun, seperti yang digambarkan dalam kutipan

berikut ini:

Sejenak Jati memperhatikan bapaknya. Saat itu, bapaknya

tengah tertidur dengan miring ke sebelah kanan. Jati

hanya bisa memperhatikan punggung bapaknya. Meski

demikian, diam-diam dia merasa terharu sekali melihat

bapaknya. Entah mengapa mendadak Jati diselimuti

perasaan berdosa yang begitu dalam karena tidak dapat

membahagian bapaknya yang sudah renta dan pikun.

Saking tidak tahannya, akhirnya Jati pun keluar dari

kamarnya dengan perasaan sedih yang kian menindih-

nindih hatinya. (Anggoro, 2008 :130)

Berdasarkan kutipan di atas, rasa bersalah Jati terlihat ketika dia

belum bisa membahagiakan bapaknya, seperti yang terdapat pada kutipan

berikut “entah mengapa mendadak Jati diselimuti perasaan berdosa yang

begitu dalam karena tidak dapat membahagian bapaknya yang sudah renta

dan pikun”, dari kutipan tersebut Jati merasa sedih sebagai seorang anak

Page 48: KLASIFIKASI EMOSI TOKOH JATI DALAM NOVEL JANGAN …eprints.unram.ac.id/6494/1/SKRIPSI NUNUNG HANDAYANI.pdf · Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan dan Kompetensi

38

seharusnya dia memanjakan bapaknya dengan kasih sayang dan

membuatnya bahagia, karena tidak tahan melihat kondisi bapaknya dengan

rasa bersalah, maneuver defensive yang dilakukan Jati yaitu keluar dari

kamarnya dengan perasaan sedih.

4.1.2 Rasa Malu

Rasa malu berbeda dengan rasa bersalah. Timbulnya rasa malu

tanpa terkait dengan rasa bersalah. Dalam novel ini rasa malu Jati

digambarkan ketika berkunjung ke rumah Kiai Ahmad Badawi, guru

agama waktu dia masih aktif di pesantren.

“Maaf, Pak Kiai! Lama saya tidak bisa sowan kemari.

Saya merasa malu karena sudah terlalu lama tidak

menemui Pak Kiai”.

Tidak apa-apa. Aku ngerti kok,” sahut Kiai Ahmad

Badawi kalem. “Oh ya? Ngomong-ngomong, bagaimana

dengan istrimu? Kenepa tidak diajak sekalian kemari?”

“itulah yang ingin saya bicarakan dengan Pak Kiai. Terus

terang, saya sedang bingung sekali, Pak Kiai….”

(Anggoro, 2008 : 74)

Kutipan pertama menggambarkan rasa malu yang dialami Jati

ketika ia berkunjung ke rumah pak Kiai Ahmad Badawi, karena

sebelumnya dia tidak pernah datang setelah pernikahannya dengan Nastiti.

Pak Kiai Ahmad Badawi memaklumi Jati yang jarang ke pondok setelah

pernikahannya, seperti yang terdapat pada kutipan kedua. Kutipan ketiga

menjelaskan kedatangan Jati menemui pak Kiai Ahmad Badawi untuk

menceritakan permasalahan kehidupan rumah tangganya dengan Nastiti

dan dia berharap ada jalan keluar yang diberikan pak Kiai Ahmad Badawi

Page 49: KLASIFIKASI EMOSI TOKOH JATI DALAM NOVEL JANGAN …eprints.unram.ac.id/6494/1/SKRIPSI NUNUNG HANDAYANI.pdf · Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan dan Kompetensi

39

untuk permasalahan rumah tangganya. Rasa malu Jati juga ditujukkan

ketika dia bertemu dengan Hafizh. Hafizh adalah teman kampungnya

sekaligus teman nyantrinya di pondok.

Meski demikian, Jati tetap tidak terima Hafizh

menanyakan tentang Nastiti, mantan istrinya. Bahkan, dia

seperti tidak ingin siapa pun juga membicarakan atau

menanyakan perihal apa pun tentang istrinya. Entah

mengapa mendadak Jati merasa risih, malu jika ada

seseorang membicarakan atau hanya sekedar basa basi

menanyakan mantan istrinya. Jati sepertinya tidak

sanggup mendengar nama istrinya disebut-sebut

didepannya. Hatinya akan semakin nelangsa jika dia

mendengar nama istrinya disebut-sebut orang. Dia belum

siap. Dia masih belum kuat menanggung malu akibat dari

perceraiannya dengan Nastiti. (Anggoro, 2008: 108 )

Pada kutipan di atas, tergambar rasa malu yang dialami Jati ketika

Hafizh menanyakan Nastiti. Jati tidak ingin siapa pun orangnya yang

menanyakan atau membicarakan tentang mantan istrinya setelah

peceraiannya, dia merasa malu, seperti yang yang terdapat pada kalimat

ketiga “entah mengapa mendadak Jati merasa risih, malu jika ada

seseorang membicarakan atau hanya sekedar basa basi menanyakan

mantan istrinya”. Jati belum siap dan dia masih belum kuat menanggung

malu akibat perceraiannya dengan Nastiti.

4.1.3 Kesedihan

Kesedihan atau duka cita berhubungan dengan kehilangan sesuatu

yang penting atau bernilai. Kesedihan yang mendalam bisa juga

kehilangan milik yang sangat berharga yang mengakibatkan kekecewaan

dan penyesalan. Hal tersebut digambarkan dalam kutipan dibawah ini:

Page 50: KLASIFIKASI EMOSI TOKOH JATI DALAM NOVEL JANGAN …eprints.unram.ac.id/6494/1/SKRIPSI NUNUNG HANDAYANI.pdf · Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan dan Kompetensi

40

“Kenapa kita harus berpisah seperti ini, Nas? Kenapa?

Apa tidak mungkin kita bisa bersatu seperti dulu, Nas?”

Teriakan-teriakan mantan suaminya itu begitu memilukan

hati. Kesedihan dalam hati Nastiti pun kian menjadi. Air

matanya yang membasahi kedua belah pipinya itu pun

kembali membanjiri pipinya bak air bah yang tak

terbendungkan.

“Nggak mungkin, Mas! Nggak mungkin…! Mas telah

menjatuhkan talak tiga kepadaku. Nggak mungkin kita

bersatu lagi sebelum aku menikah terlebih dulu dengan

orang lain, Mas!” pekik Nastiti tidak kalah memilukan.

“Tapi, Demi Allah, Nas…! Demi Allah, aku menyesal,

Nas! Aku menyesal…”

“Tapi, itu semua sudah terlambat, Mas. Sudah

terlambat…!” jerit Nastiti kian mengahrukan. (Anggoro,

2008 : 56 )

Kutipan pertama dan ketiga menjelaskan penyesalan Jati karena

telah menceraikan istrinya. Perceraian itu membuat dia sedih, karena

kesedihannya membuat Jati ingin bersatu lagi dengan mantan istrinya,

namun keinginan itu harus diurungkannya karena dia harus merelakan

mantan istrinya menikah dulu dengan laki-laki lain, seperti yang terdapat

pada kutipan kedua.

Rasa sedih juga ditunjukkan ketika Jati memikirkan akibat dari

perceraiannya. Setiap hari Jati melamun, ia menyesal telah menalak tiga

istrinya. Ia mulai merasakan betapa pentingnya kehadiran seorang istri.

Tetapi nasi telah menjadi bubur inilah kenyataan pahit yang harus

ditelannya. Dia harus berpisah dengan Nastiti, bercerai dengannya, harus

ikhlas menerima kenyataan pahit ini karena dia lebih memilih menjaga dan

mengurus bapaknya yang telah tua ketimbang hidup dan bahagia dengan

Page 51: KLASIFIKASI EMOSI TOKOH JATI DALAM NOVEL JANGAN …eprints.unram.ac.id/6494/1/SKRIPSI NUNUNG HANDAYANI.pdf · Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan dan Kompetensi

41

Nastiti. Kini hanya ada penyesalan-penyesalan dan kekecewaan-

kekecewaan yang kian bertumpuk-tumpuk memenuhi hatinya, seperti yang

terlihat pada kutipan berikut ini:

Jati hanya duduk diam merenung memikirkan akibat dari

perceraiannya itu. Membayangkan itu semua, Jati merasa

berat sekali. Kesedihannya pun semakin menjadi-jadi.

Sudah terbayang jelas betapa akan berat hidupnya nanti.

Masak sendiri, mencuci pakaian sendiri, tidur sendiri,

merawat bapaknya sendiri. Ini bukanlah merupakan

pekerjaan ringan. Selama ini yang melakukan itu adalah

Nastiti, istrinya. akan tetapi, kali ini mau tidak mau harus

dia sendiri yang menjalankan itu semua. Bukan main

pedihnya hati Jati saat itu. Tapa terasa dia sampai

menitikkan air mata. Tanpa terasa dia sampai mengiba

karenanya. (Anggoro, 2008 : 82)

Kutipan di atas menceritakan Jati tidak sanggup lagi memikirkan

akibat dari perceraiannya dengan Nastiti, karena itu akan membuat dia

semakin sulit untuk menjalani hidupnya, tidak ada lagi yang bisa

mencucikan pakaiannya, tidak ada lagi yang bisa memasakkannya, bahkan

tidak ada lagi yang membantu dia untuk mengurus bapaknya yang sudah

pikun, karena selama ini yang mengurus itu semua adalah istrinya.

Memikirkan itu semua membuat Jati semakin larut dalam kesedihannya,

seperti yang terdapat pada kutipan berikut “bukan main pedihnya hati Jati

saat itu. Tapa terasa dia sampai menitikkan air mata. Tanpa terasa dia

sampai mengiba karenanya”. Kesedihan Jati tidak hanya memikirkan

akibat dari perceraiannya dengan Nastiti, dia juga merasa sedih ketika

melihat kondisi bapaknya yang terbaring lemah di rumah sakit, seperti

yang terdapat dalam kutipan berikut ini:

Page 52: KLASIFIKASI EMOSI TOKOH JATI DALAM NOVEL JANGAN …eprints.unram.ac.id/6494/1/SKRIPSI NUNUNG HANDAYANI.pdf · Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan dan Kompetensi

42

Pedih sekali Jati melihat keadaan bapaknya yang dipenuhi

dengan selang. Baik itu selang infuse, oksigen, bahkan

untuk buang air kecil pun harus diselang. Jati benar-benar

tidak tahan melihat kondisi bapaknya. Sosok tubuh

bapaknya yang ringkih tampak semakin rapuh saja

dimatanya. Sewaktu tadi selang-selang dimasukkan ke

dalam tubuh bapaknya, Jati benar-benar tidak tega

melihat kondisi bapaknya. Jati masih diam termangu

memandangi bapaknya. Cukup lama Jati memperhatikan

bapaknya seperti itu. Kepalanya pun digelengkan kesana-

kemari saking tidak tahannya melihat penderitaan

bapaknya dan mungkin juga penderitaan dirinya sendiri.

(Anggoro, 2008 : 182)

Kutipan di atas menggambarkan kesedihan Jati ketika melihat

keadaan bapaknya yang terbaring lemah di rumah sakit, dia tidak tega

melihat kondisi bapaknya yang dipenuhi dengan peralatan rumah sakit, hal

ini terlihat pada kalimat berikut “pedih sekali Jati melihat keadaan

bapaknya yang dipenuhi dengan selang. Baik itu selang infuse, oksigen,

bahkan untuk buang air kecil pun harus diselang. Jati benar-benar tidak

tahan melihat kondisi bapaknya”, disisi lain dia juga memikirkan keadaan

hidupnya yang sudah bercerai dengan istrinya. Selain itu, rasa sedih juga

digambarkan ketika Jati harus mengikhlaskan kepergian bapaknya untuk

selama-lamanya, seperti yang digambarkan dalam kutipan berikut ini:

Bapaknya terbujur seperti orang yang sedang tidur. Meski

demikian tetap saja membuat Jati tergetar.Tanpa terasa air

matanya kembali menitik membasahi kedua belah pipinya

begitu melihat orang yang paling disayanginya itu telah

tiada di depan matanya. (Anggoro, 2008 : 212)

Kutipan di atas adalah kesedihan yang dialami Jati ketika melihat

orang yang paling disayanginya itu telah tiada di depan matanya. Dia terus

memandangi jenazah bapaknya, begitu berat dia megikhlaskan kepergian

Page 53: KLASIFIKASI EMOSI TOKOH JATI DALAM NOVEL JANGAN …eprints.unram.ac.id/6494/1/SKRIPSI NUNUNG HANDAYANI.pdf · Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan dan Kompetensi

43

bapaknya dan tanpa terasa dia menitikkan air mata untuk kesekian kalinya,

hal ini seperti yang terdapat pada kutipan berikut “tanpa terasa air matanya

kembali menitik membasahi kedua belah pipinya begitu melihat orang

yang paling disayanginya itu telah tiada di depan matanya”.

4.1.4 Kebencian

Kebencian atau perasaan benci (hate) berhubungan erat dengan

perasaan marah, cemburu, dan iri hati. Ciri khas yang menandai perasaan

benci adalah timbulnya nafsu atau keinginan untuk menghancurkan objek

untuk menjadi sasaran kebencian. Perasaan benci bukan sekedar timbulnya

perasaan tidak suka/enggan yang dampaknya ingin menghindar dan tidak

bermaksud menghancurkannya. Sebaliknya perasaan benci selalu melekat

di dalam diri seseorang dan ia tidak akan pernah merasa puas sebelum

menghancurkannya. Rasa benci digambarkan dalam novel ini adalah,

ketika Hafizh menanyakan kabar Nastiti dan menanyakan anak kapada

Jati. Pertanyaan Hafiz membuat Jati tersinggung, seperti yang

digambarkan dalam kutipan berikut ini:

“Mas Jati…? Lagi ngapain? Kok bengong saja di situ”

Jati terperanjat. Dia segera mengalihkan perhatiannya ke

arah datangnya suara.

“Oh ya, Mas Jati? Bagaimana kabarnya Nastiti? Sudah

punya anak berapa sekarang, Mas?” lanjut Hafizh

semakin membuat Jati terperangah kaget.

Jati benar-benar tersinggung mendengar pertanyaan

Hafizh itu. Serta merta dia memandangi Hafizh tajam.

Page 54: KLASIFIKASI EMOSI TOKOH JATI DALAM NOVEL JANGAN …eprints.unram.ac.id/6494/1/SKRIPSI NUNUNG HANDAYANI.pdf · Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan dan Kompetensi

44

“Ada apa, Mas? Kok kelihatannya tegang sekali? Apa ada

kata-kataku yang salah sehingga menyinggung

perasaanmu, Mas?

“Maaf, Fizh! Aku harus buru-buru mengambil legen.”

(Anggoro, 2008 : 109)

Kutipan di atas terlihat bahwa Jati merasa tersinggung dengan

pertanyaan Hafiz yang menanyakan kabar Nastiti dan anak selama

pernikahannya, hal ini terdapat pada kutipan pertama dan ketiga.

Bagaimana mungkin pertanyaan Hafizh tidak membuat Jati marah dan

benci padanya, seperti yang terdapat pada kutipan keempat, karena

sekarang ini justru dia sudah bercerai dengan Nastiti, dan selama

pernikahannya dengan Nastiti, mereka belum dikaruniai anak. Pertanyaan

Hafizh telah membuat Jati benci padanya, sehingga dia menghindar dari

pertanyaan hafizh yang telah menyinggung hatinya dan memilih pergi.

Perasaan benci juga digambarkan ketika Jati melihat keakraban mantan

istrinya dengan Hafizh, seperti yang terdapat pada kutipan berikut:

Selama tiga bulan ini, Jati sudah berkali-kali melihat

keakraban Hafizh dan Nastiti. Jati sudah berkali-kali

melihat Nastiti dan Hafizh pergi ke sawah berdua, pergi

ke masjid jika akan melakukan shalat Maghrib dan shalat

Isya berdua, bahkan tidak jarang pula Jati melihat Hafizh

tengah bercakap-cakap berduaan dengan Nastiti di

rumahnya. Tentu saja semua itu semakin membuat hati

Jati mendidih. Ironisnya, sedikit pun dia tidak dapat

melakukan apa-apa. Jangankan untuk menegur, untuk

menentukan sikap melihat keakraban Nastiti dan Hafizh

pun Jati tidak berani. Semuanya serba memusingkan

dalam benaknya. (Anggoro, 2008 : 224)

Kutipan di atas menggambarkan kebencian Jati setiap kali dia

melihat mantan istrinya berduaan dengan Hafizh. Dia merasa cemburu

Page 55: KLASIFIKASI EMOSI TOKOH JATI DALAM NOVEL JANGAN …eprints.unram.ac.id/6494/1/SKRIPSI NUNUNG HANDAYANI.pdf · Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan dan Kompetensi

45

melihat keakraban mereka. Kebencian Jati juga digambarkan ketika dia

mendengar lirik lagu, seperti kutipan berikut:

“Baru sekarang/ Oh! Aku rasakan/ Tak punya istri/

Rasanya kesepian// Tiada tempat/ Untuk mencurahkan/

Rasa rindu dan…/ Segenap kasih saying// Barulah satu

bulan/ Diriku ditinggalkan/ Aku sudah tak tahan/ Diriku

ditinggalkan….”.

Habis sudah kekesalan Jati mendengarkan lagu itu. Tanpa

banyak pikir panjang lagi, Jati masuk ke dalam rumahnya

dan segera mematikan radio itu. (Anggoro, 2008 : 41)

Kutipan di atas menggambarkan kebencian Jati mendengar lirik

lagu yang dirasa menyindir dirinya, Jati sangat tidak suka

mendengarkan lagu tersebut. Hatinya tersulut. Harga dirinya terasa

terinjak-injak hingga dia buru-buru masuk ke dalam rumah untuk

mematikan radio, seperti yang terdapat pada kutipan kedua. Selanjutnya,

Jati merasa cemburu karena pernikahan mantan istrinya dengan Hafizh,

dia tidak rela melihat orang yang dicintainya menikah dengan orang lain,

seperti yang terdapat dalam kutipan berikut:

Teriakan bernada keras itu mengagetkan semua orang

yang berada di ruangan itu. Belum hilang rasa kaget

mereka, mendadak mereka kembali dikejutkan dengan

kemunculan Jati yang terus berteriak–teriak meminta

pernikahan Nastiti dan Hafizh dihentikan!. (Anggoro,

2008 : 327)

Kutipan di atas menggambarkan tindakan Jati untuk membatalkan

pernikahan mantan istrinya dengan Hafizh. Semua itu dilakukan Jati

karena kebencian dan kecemburuannya terhadap Hafizh yang telah

mengambil Nastiti darinya. Dia tidak rela mantan istrinya menikah dengan

Page 56: KLASIFIKASI EMOSI TOKOH JATI DALAM NOVEL JANGAN …eprints.unram.ac.id/6494/1/SKRIPSI NUNUNG HANDAYANI.pdf · Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan dan Kompetensi

46

laki-laki lain, sehingga dia mencoba membatalkan pernikahan tersebut.

Rasa benci juga digambarkan dalam kutipan berikut:

Bukan main terkejutnya Jati saat itu. Debaran-debaran

dalam hatinya jadi kian tak menentu. Inilah sosok wanita

yang selalu menghantui pikirannya. Inilah sosok wanita

yang sangat dirindukannya. Keperihan hatinya semakin

menjadi-jadi manakala dia melihat kehamilan Nastiti,

mantan istrinya yang datang bersama dengan suaminya.

(Anggoro, 2008 : 406)

Kutipan di atas terlihat rasa benci Jati ketika kedatangan Nastiti

dan Hafizh di rumah sakit. Jati benar-benar dibakar api cemburu melihat

kedatangan mereka, terlebih lagi dia melihat kehamilan wanita yang

dicintainya, melihat itu semua luka dalam hatinya semakin perih.

4.1.5 Cinta

Menurut kajian dari cinta romantik, cinta dan suka pada dasarnya

sama. Mengenai cinta seorang anak kepada ibunya didasari kebutuhan

perlindungan, demikian pula cinta ibu kepada anak adanya keinginan

untuk melindungi. Dengan demikian esensi cinta adalah perasaan tertarik

kepada pihak lain dengan harapan sebaliknya. Novel Jangan Miringkan

Sajadaahmu juga menceritakan tentang rasa cinta seorang anak kepada

orang tuanya, seperti yang digambarkan dalam kutipan berikut ini:

“Nggak bisa begitu dong, Nas! Nggak bisa begitu! Mana

mungkin aku meninggalkan Bapak seorang diri di sini?

Siapa yang memasakkan Bapak? Siapa yang mencucikan

pakaian Bapak? Siapa pula yang akan merawat Bapak?

Nggak ada, Nas! Nggak ada! Mending kalau Ibu masih

ada. Tentu persoalannya akan lain. Tapi, ini….? Bapak

Cuma sendiri? Mana mungkin aku tega meninggalkan

Page 57: KLASIFIKASI EMOSI TOKOH JATI DALAM NOVEL JANGAN …eprints.unram.ac.id/6494/1/SKRIPSI NUNUNG HANDAYANI.pdf · Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan dan Kompetensi

47

Bapak, Nas. Itu sama halnya aku menyiksa Bapak!”

(Anggoro, 2008 : 14-15)

Kutipan di atas adalah perasaan sayang Jati kepada bapaknya. Hal

ini terlihat ketika istrinya meminta dia untuk pindah rumah, namun Jati

tidak mau meninggalkan bapaknya. Dia tidak ingin melihat kesedihan

bapaknya dengan hidup sendiri tanpa ada yang mengurus di rumah itu,

sehingga dia memutuskan untuk tetap tinggal bersama istri dan bapaknya

di rumah tersebut. Perasaan sayang Jati terlihat pada kutipan berikut,

“mana mungkin aku tega meninggalkan Bapak, Nas. Itu sama halnya aku

menyiksa Bapak!”. Perasaan sayang Jati kepada bapaknya tak pernah

terputus, hal ini terlihat ketika dia mengurus bapaknya yang sedang sakit,

seperti yang terdapat pada kutipan berikut:

Jati membantu membukkan obat berbentuk tablet itu

sebentar. Dia juga segera berlari ke dapur untuk

mengambilkan air putih. Semunya itu dilakukannya

dengan penuh kasih sayang. Perasaan iba dan sayangnya

yang begitu dalam terhadap bapaknya membuat Jati tidak

tega melihat kesendirian bapaknya. Sebab, bapaknya

tidak mau tinggal bersama kedua orang kakaknya yang

sekarang tinggal di kota. (Anggoro, 2008 : 154)

Perasaan sayang Jati digambarkan ketika dia merawat bapaknya

yang sedang sakit. Semua itu dilakukannya dengan penuh kasih sayang,

hal tersebut terlihat pada kutipan berikut “Jati membantu membukkan obat

berbentuk tablet itu sebentar. Dia juga segera berlari ke dapur untuk

mengambilkan air putih”. Sikap tersebut adalah bentuk kasih sayang Jati

kepada bapaknya. Rasa cinta juga terlihat ketika Jati tidak bisa menahan

Page 58: KLASIFIKASI EMOSI TOKOH JATI DALAM NOVEL JANGAN …eprints.unram.ac.id/6494/1/SKRIPSI NUNUNG HANDAYANI.pdf · Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan dan Kompetensi

48

rasa rindu kepada istrinya yang masih menunggu masa iddah, seperti yang

terdapat dalam kutipan berikut ini:

Sore itu, Jati tidak tahan lagi untuk bertemu dengan

Nastiti. Maka, sore itu pula Jati memutuskan untuk pergi

ke rumah Nastiti. Apalagi selama masa Iddah, Jati tidak

pernah lupa memberikan nafkah. Entah itu uang belanja,

makanan, pakaian, maupun yang lain-lainnya. Walau

sebenarnya Jati tahu kalau istri yang mendapat talak dan

nusyuz kepada suaminya itu tidak berhak mendapatkan

nafkah apalagi tempat tinggal karena kedurhakaannya.

Akan tetapi, entah mengapa, walau Jati tahu kalau

istrinya telah berbuat nusyuz kepada dirinya karena berani

melawan bapaknya, Jati masih bersdia memberikan

nafkah kepada mantan istrinya selama menjalani masa

iddah. Hal ini semata-mata rasa cintanya yang mendalam

kepada mantan istrinya. (Anggoro, 2008 : 45)

Kutipan di atas adalah bukti bahwa Jati masih sangat mencintai

Nastiti meskipun dia sudah menjatuhkan talak. Selama masa iddahnya,

Nastiti juga tetap dinafkahi oleh Jati meskipun mantan istrinya telah

berbuat salah dan berani melawannya. Namun semua itu dilakukan Jati

semata-mata karena cintanya yang begitu dalam kepada mantan istrinya.

Selain kutipan di atas, perasaan cinta juga digambarkan ketika Jati ingin

kembali dengan mantan istrinya, seperti yang digambarkan dalam kutipan

berikut ini:

“Ssss…saya….ingin minta tolong kepada Pak Kiai. Saya

sangat mencintai istri saya, Pak Kiai. Saya tidak ingin

berpisah dengan istri saya, Pak Kiai. Sss…saya…ingin

kembali menikahi istri saya, Pak Kiai….,”

“Nggak bisa begitu, Jati. Walau kamu sampai mengis

darah sekalipun, nggak mungkin kamu bisa langsung

menkahi istrimu lagi. Kecuali jika istrimu sudah menikah

lagi dengan laki-laki lain. Baru kamu bisa menikahi

istrimu lagi. Itu pun kalau suami kedua dari istrimu itu

Page 59: KLASIFIKASI EMOSI TOKOH JATI DALAM NOVEL JANGAN …eprints.unram.ac.id/6494/1/SKRIPSI NUNUNG HANDAYANI.pdf · Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan dan Kompetensi

49

mau menceraikan istrimu. Kalau tidak, kamu ya tetap

tidak bisa menikahi istrimu lagi, Jat….”

“Ttt…tolonglah saya, Pak Kiai! Saya…saya benar-benar

minta tolong, Pak Kiai. Carikanlah saya jalan keluarnya

agar saya bisa kembali menikahi istri saya, Pak Kiai….!”

“Tetap nggak bisa, Jat. Ini semua sudah ketentuan Allah.

Nggak bisa diakal-akali lagi. Kecuali kalau talak raji,

kamu masih bisa rujuk atau menikahi istrimu lagi. Tapi,

talak yang sudah kamu jatuhkan ini adalah talak bain

kubro. Talak yang nggak mungkin kamu bisa menikahi

istrimu lagi sebelum istrimu menikah lagi dengan orang

lain, Jat. Pernikahan itu sendiri juga bukan main-main.

Mereka juga harus bercampur terlebih dulu, Jat.”

(Anggoro, 2008 : 75)

Kutipan pertama dan ketiga menjelaskan dalam keadaan bingung

Jati memikirkan bagaimana caranya agar dirinya dapat kembali hidup

bersama mantan istrinya, karena dia masih mencintai mantan istrinya,

sehingga dia meminta bantuan kepada pak Kiai Ahmad Badawi, guru

agama waktu dia masih aktif di pesantren. Jati menceritakan permasalahan

yang dihadapinya kepada pak Kiai Ahmad Badawi, dengan harapan besar

dia dapat menemukan solusi dari masalah itu, namun sebaliknya setelah

bertemu dengan guru agamanya dan menceritakan semua

permasalahannya, justru semakin tetutup dirinya untuk dapat kembali

dengan mantan istrinya, karena talak yang dijatuhkan adalah talak bain

kubro, yang berarti Jati tidak dapat bersatu lagi sebelum istrinya menikah

dengan laki-laki lain kemudian laki-laki itu menceraikannya, seperti yang

terdapat pada kutipan kedua dan keempat.

Kemudian rasa cinta juga digambarkan ketika Jati bertemu dengan

Nastiti. Pada saat itu Nastiti menawarkan makanan pada Jati, namun Jati

Page 60: KLASIFIKASI EMOSI TOKOH JATI DALAM NOVEL JANGAN …eprints.unram.ac.id/6494/1/SKRIPSI NUNUNG HANDAYANI.pdf · Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan dan Kompetensi

50

menolaknya. Karena menolak, Nastiti jadi tersinggung dan menganggap

kalau Jati sudah tidak menyukai makanan buatannya dan lebih menyukai

makanan buatan Aini, karena selama ini setelah perceraiannya Aini selalu

membawakan Jati makanan. Karena itu Nastiti menjadi salah paham,

seperti yang digambarkan dalam kutipan berikut ini:

“Kayaknya kamu mau kirim makanan, ya?”

“Iya, Mas. Mas mau?”

“Nggaklah, Nas. Aku lagi malas makan.”

“Malas makan atau sudah bosan dengan masakanku?”

“Maksudmu?”

“Yah..! Siapa tahu Mas Jati sudah nggak suka lagi dengan

masakanku. Tapi, malah lebih suka dengan

masakannya…..”

“Masakan siapa?”

“Aini..!

“Kenapa diam saja, Mas? Benarkah apa yang aku

tanyakan tadi? Benarkah Mas Jati memiliki hubungan

khusus dengan Aini?”

“Tidak. Aku sama sekali tidak memiliki hubungan khusus

dengan Aini. Kalau akhir-akhir ini hubunganku sama

Aini akrab memang aku akui. Tapi, itu bukan berarti aku

mempunyai hubungan khusus dengan Aini.”

“Benarkah?”

“Demi Allah! Aku masih sayang sekali kepadamu, Nas.

Aku masih sangat mencintaimu. Nggak mungkin aku

akan menukarkan cintamu dengan wanita mana pun juga.

Cintamu terlalu indah sekali untuk ditukar dengan wanita

mana pun. Aku nggak mungkin sanggup melakukannya,

Nas….” (Anggoro, 2008 : 256)

Kutipan di atas terlihat rasa cinta Jati kepada Nastiti. Meskipun

sudah bercerai, Jati tidak ingin ada kesalahpahaman diantara mereka

Page 61: KLASIFIKASI EMOSI TOKOH JATI DALAM NOVEL JANGAN …eprints.unram.ac.id/6494/1/SKRIPSI NUNUNG HANDAYANI.pdf · Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan dan Kompetensi

51

ketika Nastiti tersinggung dengan penolakan tawaran makan dari dirinya,

sehingga mantan istrinya beranggapan bahwa dia lebih menyukai makanan

pemberian Aini dan mereka mempunyai hubungan khusus. Jati mencoba

mejelaskan hubungannya dengan Aini pada mantan istrinya bahwa mereka

tidak mempunyai hubungan khusus. Jati masih sangat mencintai mantan

istrinya, sehingga Jati mencoba untuk meluruskan kesalahpahaman Nastiti

yang beranggapan bahwa mantan suaminya dan Aini mempunyai

hubungan khusus, dan yang sebenarnya mereka tidak mempuyai hubungan

khusus. Jati tidak ingin wanita lain menggantikan Nastiti dihatinya karena

Nastiti begitu berarti di matanya, seperti yang terdapat pada kutipan

terakhir “dia juga tidak bisa membuka pintu hatinya untuk Aini, karena

dalam hatinya hanya ada Nastiti, semua cinta, seluruh rindunya hanya

untuk Nastiti seorang”.

Selain itu, rasa cinta Jati digambarkan ketika Jati sangat

mencemaskan keadaan bapaknya. Jati tidak ingin melihat bapaknya sakit,

sehingga buru-buru dia membelikan bapaknya obat. Hal tersebut

digambarkan dalam kutipan berikut ini:

“Jat..! Jat…! Cepat bangun…!

“Iya, Pak.”

“Ada apa, Pak?”

“Kepalaku pusing, Jat. Kayaknya mau muntah,” keluhnya

persis seperti anak kecil

“Oh, ya?, Bapak sakit?”

Page 62: KLASIFIKASI EMOSI TOKOH JATI DALAM NOVEL JANGAN …eprints.unram.ac.id/6494/1/SKRIPSI NUNUNG HANDAYANI.pdf · Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan dan Kompetensi

52

“Nggak tahu nih, Jat. Kepala bapak pusing sekali,”

keluhnya sambil memijit-mijit pelipis kepalanya.

“Atau begini saja, Pak…! Aku panggilkan mantri saja ya,

Pak. Bapak harus suntik biar cepat sembuh.”

“Nggak usahlah, Jat! Belikan saja Bapak obat yang biasa

Bapak minum!”

“Baik, Pak. Sekarang Bapak tunggu sebentar, ya! Aku

mau beli obat sebentar di warung.” (Anggoro, 2008 : 152-

153)

4.2 Hubungan Hasil Analisis Klasifikasi Emosi Sigmund Freud Pada Tokoh

Jati Dalam Novel Jangan Miringkan Sajadahmu Dengan Pembelajaran

Sastra Di SMA

Pembelajaran sastra termasuk dalam mata pelajaran Bahasa

Indonesia. Pembelajaran tentang karya sastra sudah didapatkan oleh

siswa sejak mereka mulai duduk dibangku Sekolah Menengah Pertama

(SMP) dan dilanjutkan pada Sekolah Menengah Atas (SMA).

Pembelajaran tentang sastra dapat berupa pembelajaran tentang puisi,

pantun, novel, drama, hikayat, dan lain-lain sesuai dengan jenjang

kelasnya.

Pembelajaran sastra pada dasarnya bertujuan untuk mewujudkan

suasana dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian

diri, kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia, serta keterampilan yang

diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara. Pembelajaran sastra di

SMA telah ditetapkan dan telah diterapkan sebagai bagian dari Kurikulum

Page 63: KLASIFIKASI EMOSI TOKOH JATI DALAM NOVEL JANGAN …eprints.unram.ac.id/6494/1/SKRIPSI NUNUNG HANDAYANI.pdf · Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan dan Kompetensi

53

Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Sebelum mengajarkan suatu

pembelajaran sastra, tentu harus mengetahui materi/bahan ajar yang akan

diajarkan di kelas. Bahan ajar yang direpkan di kelas dapat berupa naskah

drama, puisi cerpen, novel dan lain-lain.

Tujuan pembelajaran di atas, dapat tercapai jika bahan ajar yang

diberikan sesuai dengan tingkatan siswa. Pengajaran yang diberikan juga

harus sesuai dengan kemampuan siswa itu sendiri tanpa adanya kesesuaian

antara siswa dengan bahan yang diajarkan, maka kegiatan belajar-mengajar

akan gagal. Sehingga indikator pembelajaran tidak akan tercapai. Terdapat

beberapa materi pembelajaran yang diterapkan dalam pembelajaran di kelas

(XI semester I bahasa Indonesia seperti berikut: (1) novel Indonesia dan

novel terjemahan, (2) unsur instrinsik novel adalah unsur yang membangun

karya sastra dari dalam. Unsur instrinsik novel meliputi: (tema, penokohan,

seting, alur, sudut pandang, amanat), (3) unsur ekstrinsik novel adalah unsur

yang membangun karya sastra dari luar. Unsur ekstrinsik novel meliputi:

(biografi pengarang, pendidikan pengarang, agama atau kepercayaan

pengarang, nilai-nilai (pendidikan, moral, religi/agama, sosial, budaya, dll)).

Berkaitan dengan hal tersebut, novel merupakan salah satu

materi/bahan ajar mengenai sastra yang diajarkan di SMA. Dapat dilihat

berdasarkan silabus bahasa Indonesia tingkat SMA kelas XI semester I

dengan Standar Kompetensi (SK) ; Memahami berbagai hikayat, novel

Indonesia atau novel terjemahan, dan Kompetensi Dasar (KD); Menganalisis

unsur intrinsik (tokoh dan penokohan) novel Jangan Miringkan Sajadahmu

Page 64: KLASIFIKASI EMOSI TOKOH JATI DALAM NOVEL JANGAN …eprints.unram.ac.id/6494/1/SKRIPSI NUNUNG HANDAYANI.pdf · Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan dan Kompetensi

54

dan unsur ekstrinsik klasifikasi emosi (konsep rasa bersalah, rasa bersalah

yang dipendam, menghukum diri sendiri, rasa malu, kesedihan, kebencian,

dan cinta.

Sesuai dengan pemaparan di atas, klasifikasi emosi yang terjadi pada

tokoh Jatii, dalam novel, Jangan Miringkan Sajadahmu karya Muhammad B.

Anggoro berdasarkan teori psikoanalisis Sigmund Freud dalam penelitian ini

memiliki kaitan dengan SK/KD yang telah ditetapkan dalam Kurikulum

Tingkat Satuan Pembelajaran (KTSP). Berdasarkan SK/KD tersebut,

penelitian ini dianggap berpotensi untuk dijadikan materi/bahan ajar

pembelajaran sastra guna memenuhi kompetensi tersebut.

Kemudian terkait dengan aspek klasifikasi tokoh utama Jati dalam

novel Jangan Miringkan Sajadahmu karya Muhammad B. Anggoro jika

dikaitkan dengan pembelajaran sastra di SMA, banyak pelajaran yang dapat

diambil oleh semua pembaca khususnya para siswa baik sifat yang positif

maupun negatif. Sifat positif dari tokoh utama Jati, dalam novel Jangan

Miringkan Sajadahmu karya Muhammad B. Anggoro ini, dapat dijadikan

sebagai bahan evaluasi untuk terus berbuat baik, sedangkan untuk sifat

negatif dari tokoh utama tersebut dapat dijadikan sebagai bahan

pertimbangan jika ada niat untuk melakukan perbuatan yang tidak baik

sehingga perbuatan yang tidak baik itu dapat ditinggalkan. Hikmah penting

yang dapat diambil dari kalsifikasi emosi tokoh Jati dalam novel Jangan

Miringkan Sajadahmu oleh para siswa dalam proses pembelajaran sastra,

Page 65: KLASIFIKASI EMOSI TOKOH JATI DALAM NOVEL JANGAN …eprints.unram.ac.id/6494/1/SKRIPSI NUNUNG HANDAYANI.pdf · Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan dan Kompetensi

55

yaitu selalu berpikir dengan baik dalam mengambil keputusan dan belajar

untuk mengiklaskan sesuatu yang sudah bukan menjadi milik kita.

Page 66: KLASIFIKASI EMOSI TOKOH JATI DALAM NOVEL JANGAN …eprints.unram.ac.id/6494/1/SKRIPSI NUNUNG HANDAYANI.pdf · Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan dan Kompetensi

56

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan pembahasan emosi tokoh Jati dalam novel Jangan

Miringkan Sajadahmu karya Muhammad B. Anggoro yang dikaji

menggunakan pendekatan psikilogi sastra dengan teori klasifikasi emosi

Sigmund Freud yang telah diuraikan di atas. Maka, dapat disimpulkan bahwa

emosi yang dialami Jati adalah ebagai berikut. 1) konsep rasa bersalah, 2) rasa

malu, 3) kesedihan, 4) kebencian, dan 5) cinta.

Hasil analisis klasifikasi emosi yang terjadi pada tokoh Jati dalam

novel Jangan Miringkan Sajadahmu berkaitan dengan pembelajaran sastra di

SMA kelas XI, dalam aspek membaca. Dalam pembelajaran ini, Standar

Kompetensi (SK) yang harus dikuasai adalah memahami berbagai hikayat,

novel Indonesia dan Kompetensi Dasar (KD) dicapai yaitu Menganalisis

unsur-unsur instrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia yang didengar melalui

pembacaan.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian, maka peneliti menyampaikan beberapa

saran, yakni sebagai berikut:

1. Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh guru Bahasa dan Sastra Indonesia

dalam mengajarkan apresiasi sastra pada jenjang SMA/MA kelas XI

semester I, khususnya pada materi menganalisis unsur intrinsik dan

ekstrinsik novel Indonesia. Dalam mengajar pokok bahasan tersebut,

hendaknya guru bidang studi Bahasa Indonesia dapat memilih karya sastra

yang tepat. Satu diantara karya sastra yang baik adalah novel Jangan

Page 67: KLASIFIKASI EMOSI TOKOH JATI DALAM NOVEL JANGAN …eprints.unram.ac.id/6494/1/SKRIPSI NUNUNG HANDAYANI.pdf · Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan dan Kompetensi

57

Miringkan Sajadahmu karya Muhammad B. Anggoro. Hal ini dikarenakan

di dalam novel tersebut banyak mengandung nilai kehidupan yang

mengajarkan bagaimana manusia bisa bersabar dan mengontrol emosi agar

tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dalam kehidupan sehari-hari.

2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan bagi peneliti berikutnya

untuk meneliti novel ini dari segi yang berbeda.

Page 68: KLASIFIKASI EMOSI TOKOH JATI DALAM NOVEL JANGAN …eprints.unram.ac.id/6494/1/SKRIPSI NUNUNG HANDAYANI.pdf · Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan dan Kompetensi

58

DAFTAR PUSTAKA

Aminuddin. 2009. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru

Argesindo

Anggoro, Muhammad B. 2008. Jangan Miringkan Sajadahmu. Jogjakarta: Diva

Press.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Metode Penelitian. Yogyakarta: Bina Aksara.

Astuti, Linda. 2010. Kajian Psikologis Tokoh Annisa dalam Novel Perempuan

Berkalung Sorban karya Abidah El Khalieqy: Skripsi. Mataram: FKIP

UNRAM.

Endraswarsa, Suwardi. 2003. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka

Widyatama.

Fitriah, Ety. 2005. Aspek Psikoanalisis Sigmund Freud Tokoh Sandi Dalam Novel

Pulang Karya N. Marewo: Skripsi. Mataram: FKIP UNRAM.

http://andriew/2015/04/novel.html. (diakses, 20/04/2015).

http://gurupembaharu.com/home/pembelajaran-sastra-indonesia-di-sekolah-

membandingkan-harapan-dan-realita-yang-dapat-diujudkan. html.

(diakses, 23/05/2015). Http://dinydinot.blogspot.com/2014/01/kritik-sastra-emosi-tokoh. html. (diakses,

10/03/15. 20:15).

Gaib, Isdin. 2007. (Skripsi) Klasifikasi Emosi Tokoh Utama Dalam Novel Bunga

Di Atas Bara Karya Syahriar Tato. (Penelitian Berdasarkan Pendekatan

Psikologi Sastra). Gorontalo: FKIP Universitas Negeri Gorontalo.

Mahsun. 2007. Metode Penelitian Bahasa. Jakarta : Rajawali Pers.

Minderop, Albertine. 2010. Psikologi Sastra: Karya sastra, Metode, Teori, dan

Contoh Kasus. Jakarta: Buku Obor.

Moleong, J. Lexy. 2013. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada

University Press.

Page 69: KLASIFIKASI EMOSI TOKOH JATI DALAM NOVEL JANGAN …eprints.unram.ac.id/6494/1/SKRIPSI NUNUNG HANDAYANI.pdf · Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan dan Kompetensi

59

Sadikin, Mustofa. 2010. Kumpulan Sastra Indonesia. Jakarta Timur: Gudang

Ilmu.

Semi, Muhammad Atar. 1993. Metode penelitian sastra. Bandung : CV Angkasa

Rumpak, Julius C dkk. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakatra : Balai

Pusataka

Siswantoro. 2005. Metode Analisis Data (Analisis Psikologis). Surakarta:

Muhammadiyah University Press.

Sukmadinata, Nana Syodih. 2005. Metode penelitian pendidikan. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya Offset.

Page 70: KLASIFIKASI EMOSI TOKOH JATI DALAM NOVEL JANGAN …eprints.unram.ac.id/6494/1/SKRIPSI NUNUNG HANDAYANI.pdf · Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan dan Kompetensi

60

LAMPIRAN

Page 71: KLASIFIKASI EMOSI TOKOH JATI DALAM NOVEL JANGAN …eprints.unram.ac.id/6494/1/SKRIPSI NUNUNG HANDAYANI.pdf · Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan dan Kompetensi

61

Instrumen Penelitian : KARTU DATA

KONSEP RASA BERSALAH

No. Data : 1

Halaman : 277

Data/Kutipan :

“Jjj…jadi…, selama ini Mas Jati masih mencintai

Mbak Nastiti? Benar begitu, Mas?”

“Mmm…maafkan aku, Aini! Maafkan aku…! Desis

Jati penuh sesal.

“Mas Jati tega….! Mas Jati tega…!

“Maafkan aku, Aini! Demi Allah! Aku tidak

bermaksud melukai hatimu….”, (Anggoro, 2008 : 277)

Keterangan :

Berdasarkan kutipan di atas, perilaku neurotik Jati tergambar ketika dia

merasa Aini tersinggung dengan kata-katanya. Dia merasa bersalah pada Aini, hal

ini terlihat pada kutipan kedua yaitu ketika Jati meminta maaf dan menyesal telah

memberi tahu Aini kalau sebenarnya dia masih mencintai mantan istrinya. Aini

merasa kecewa setelah mengetahui orang yang selama ini dia cintai ternyata

masih memendam rasa cinta pada mantan istrinya, seperti yang terdapat pada

kutipan pertama dan ke tiga. Atas rasa bersalahnya tersebut maneuver defensive

yang dilakukan Jati tergambar saat Jati memilih untuk minta maaf dan

menjelaskan bahwa sebenarnya dia tidak bermaksud menyakiti Aini.

RASA MALU

No. Data : 1

Halaman : 74

Data/Kutipan :

“Maaf, Pak Kiai! Lama saya tidak bisa sowan kemari.

Saya merasa malu karena sudah terlalu lama tidak

menemui Pak Kiai”.

Tidak apa-apa. Aku ngerti kok,” sahut Kiai Ahmad

Badawi kalem. “Oh ya? Ngomong-ngomong,

bagaimana dengan istrimu? Kenepa tidak diajak

sekalian kemari?”

“itulah yang ingin saya bicarakan dengan Pak Kiai.

Terus terang, saya sedang bingung sekali, Pak Kiai….”

Page 72: KLASIFIKASI EMOSI TOKOH JATI DALAM NOVEL JANGAN …eprints.unram.ac.id/6494/1/SKRIPSI NUNUNG HANDAYANI.pdf · Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan dan Kompetensi

62

(Anggoro, 2008 : 74)

Keterangan :

Kutipan pertama menggambarkan rasa malu yang dialami Jati ketika ia

berkunjung ke rumah pak Kiai Ahmad Badawi, karena sebelumnya dia tidak

pernah datang setelah pernikahannya dengan Nastiti. Pak Kiai Ahmad Badawi

memaklumi Jati yang jarang ke pondok setelah pernikahannya, seperti yang

terdapat pada kutipan kedua. Kutipan ketiga menjelaskan kedatangan Jati

menemui pak Kiai Ahmad Badawi untuk menceritakan permasalahan

kehidupan rumah tangganya dengan Nastiti dan dia berharap ada jalan keluar

yang diberikan pak Kiai Ahmad Badawi untuk permasalahan rumah tangganya.

KESEDIHAN

No. Data : 2

Halaman : 82

Data/Kutipan :

Jati hanya duduk diam merenung memikirkan akibat

dari perceraiannya itu. Membayangkan itu semua, Jati

merasa berat sekali. Kesedihannya pun semakin

menjadi-jadi. Sudah terbayang jelas betapa akan berat

hidupnya nanti. Masak sendiri, mencuci pakaian

sendiri, tidur sendiri, merawat bapaknya sendiri. Ini

bukanlah merupakan pekerjaan ringan. Selama ini yang

melakukan itu adalah Nastiti, istrinya. akan tetapi, kali

ini mau tidak mau harus dia sendiri yang menjalankan

itu semua. Bukan main pedihnya hati Jati saat itu. Tapa

terasa dia sampai menitikkan air mata. Tanpa terasa dia

sampai mengiba karenanya. (Anggoro, 2008 : 82)

Kutipan di atas menceritakan Jati tidak sanggup lagi memikirkan akibat dari

perceraiannya dengan Nastiti, karena itu akan membuat dia semakin sulit untuk

menjalani hidupnya, tidak ada lagi yang bisa mencucikan pakaiannya, tidak ada

lagi yang bisa memasakkannya, bahkan tidak ada lagi yang membantu dia

untuk mengurus bapaknya yang sudah pikun, karena selama ini yang mengurus

itu semua adalah istrinya. Memikirkan itu semua membuat Jati semakin larut

dalam kesedihannya, seperti yang terdapat pada kutipan berikut “bukan main

pedihnya hati Jati saat itu. Tapa terasa dia sampai menitikkan air mata. Tanpa

terasa dia sampai mengiba karenanya”.

Page 73: KLASIFIKASI EMOSI TOKOH JATI DALAM NOVEL JANGAN …eprints.unram.ac.id/6494/1/SKRIPSI NUNUNG HANDAYANI.pdf · Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan dan Kompetensi

63

No. Data : 4

Halaman : 212

Data/Kutipan :

Bapaknya terbujur seperti orang yang sedang tidur.

Meski demikian tetap saja membuat Jati tergetar.Tanpa

terasa air matanya kembali menitik membasahi kedua

belah pipinya begitu melihat orang yang paling

disayanginya itu telah tiada di depan matanya. (Anggoro,

2008 : 212)

Keterangan :

Kutipan di atas adalah kesedihan yang dialami Jati ketika

melihat orang yang paling disayanginya itu telah tiada di depan matanya.

Dia terus memandangi jenazah bapaknya, begitu berat dia megikhlaskan

kepergian bapaknya dan tanpa terasa dia menitikkan air mata untuk

kesekian kalinya, hal ini seperti yang terdapat pada kutipan berikut “tanpa

terasa air matanya kembali menitik membasahi kedua belah pipinya begitu

melihat orang yang paling disayanginya itu telah tiada di depan matanya”.

KEBENCIAN

No. Data : 4

Halaman : 327

Data/Kutipan :

Teriakan bernada keras itu mengagetkan semua orang

yang berada di ruangan itu. Belum hilang rasa kaget

mereka, mendadak mereka kembali dikejutkan dengan

kemunculan Jati yang terus berteriak–teriak meminta

pernikahan Nastiti dan Hafizh dihentikan!. (Anggoro,

2008 : 327)

Keterangan :

Kutipan di atas menggambarkan tindakan Jati untuk membatalkan

Page 74: KLASIFIKASI EMOSI TOKOH JATI DALAM NOVEL JANGAN …eprints.unram.ac.id/6494/1/SKRIPSI NUNUNG HANDAYANI.pdf · Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan dan Kompetensi

64

pernikahan mantan istrinya dengan Hafizh. Semua itu dilakukan Jati karena

kebencian dan kecemburuannya terhadap Hafizh yang telah mengambil Nastiti

darinya. Dia tidak rela mantan istrinya menikah dengan laki-laki lain, sehingga

dia mencoba membatalkan pernikahan tersebut.

No. Data : 5

Halaman : 406

Data/Kutipan :

Bukan main terkejutnya Jati saat itu. Debaran-debaran

dalam hatinya jadi kian tak menentu. Inilah sosok

wanita yang selalu menghantui pikirannya. Inilah sosok

wanita yang sangat dirindukannya. Keperihan hatinya

semakin menjadi-jadi manakala dia melihat kehamilan

nastiti, mantan istrinya yang datang bersama dengan

suaminya. (Anggoro, 2008 : 406)

Keterangan:

Kutipan di atas terlihat rasa benci Jati ketika kedatangan Nastiti dan Hafizh di

rumah sakit. Jati benar-benar dibakar api cemburu melihat kedatangan mereka,

terlebih lagi dia melihat kehamilan wanita yang dicintainya, melihat itu semua

luka dalam hatinya semakin perih.

Page 75: KLASIFIKASI EMOSI TOKOH JATI DALAM NOVEL JANGAN …eprints.unram.ac.id/6494/1/SKRIPSI NUNUNG HANDAYANI.pdf · Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan dan Kompetensi

65

CINTA

No. Data : 4

Halaman : 75

Data/Kutipan :

“Ssss…saya….ingin minta tolong kepada Pak Kiai.

Saya sangat mencintai istri saya, Pak Kiai. Saya tidak

ingin berpisah dengan istri saya, Pak Kiai.

Sss…saya…ingin kembali menikahi istri saya, Pak

Kiai….,”

“Nggak bisa begitu, Jati. Walau kamu sampai mengis

darah sekalipun, nggak mungkin kamu bisa langsung

menkahi istrimu lagi. Kecuali jika istrimu sudah

menikah lagi dengan laki-laki lain. Baru kamu bisa

menikahi istrimu lagi. Itu pun kalau suami kedua dari

istrimu itu mau menceraikan istrimu. Kalau tidak,

kamu ya tetap tidak bisa menikahi istrimu lagi, Jat….”

“Ttt…tolonglah saya, Pak Kiai! Saya…saya benar-

benar minta tolong, Pak Kiai. Carikanlah saya jalan

keluarnya agar saya bisa kembali menikahi istri saya,

Pak Kiai….!”

“Tetap nggak bisa, Jat. Ini semua sudah ketentuan

Allah. Nggak bisa diakal-akali lagi. Kecuali kalau talak

raji, kamu masih bisa rujuk atau menikahi istrimu lagi.

Tapi, talak yang sudah kamu jatuhkan ini adalah talak

bain kubro. Talak yang nggak mungkin kamu bisa

menikahi istrimu lagi sebelum istrimu menikah lagi

dengan orang lain, Jat. Pernikahan itu sendiri juga

bukan main-main. Mereka juga harus bercampur

terlebih dulu, Jat.” (Anggoro, 2008 : 75)

Keterangan :

Kutipan pertama dan ketiga menjelaskan dalam keadaan bingung Jati

memikirkan bagaimana caranya agar dirinya dapat kembali hidup bersama

mantan istrinya, karena dia masih mencintai mantan istrinya, sehingga dia

meminta bantuan kepada pak Kiai Ahmad Badawi, guru agama waktu dia

masih aktif di pesantren. Jati menceritakan permasalahan yang dihadapinya

kepada pak Kiai Ahmad Badawi, dengan harapan besar dia dapat menemukan

solusi dari masalah itu, namun sebaliknya setelah bertemu dengan guru

agamanya dan menceritakan semua permasalahannya, justru semakin tetutup

dirinya untuk dapat kembali dengan mantan istrinya, karena talak yang

dijatuhkan adalah talak bain kubro, yang berarti Jati tidak dapat bersatu lagi

sebelum istrinya menikah dengan laki-laki lain kemudian laki-laki itu

menceraikannya, seperti yang terdapat pada kutipan kedua dan keempat.

Page 76: KLASIFIKASI EMOSI TOKOH JATI DALAM NOVEL JANGAN …eprints.unram.ac.id/6494/1/SKRIPSI NUNUNG HANDAYANI.pdf · Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan dan Kompetensi

66

No. Data : 3

Halaman : 45

Data/Kutipan :

Sore itu, Jati tidak tahan lagi untuk bertemu dengan Nastiti.

Maka, sore itu pula Jati memutuskan untuk pergi ke rumah

Nastiti. Apalagi selama masa Iddah, Jati tidak pernah lupa

memberikan nafkah. Entah itu uang belanja, makanan, pakaian,

maupun yang lain-lainnya. Walau sebenarnya Jati tahu kalau istri

yang mendapat talak dan nusyuz kepada suaminya itu tidak

berhak mendapatkan nafkah apalagi tempat tinggal karena

kedurhakaannya. Akan tetapi, entah mengapa, walau Jati tahu

kalau istrinya telah berbuat nusyuz kepada dirinya karena berani

melawan bapaknya, Jati masih bersdia memberikan nafkah

kepada mantan istrinya selama menjalani masa iddah. Hal ini

semata-mata rasa cintanya yang mendalam kepada mantan

istrinya. (Anggoro, 2008 : 45)

Keterangan:

Kutipan di atas adalah bukti bahwa Jati masih sangat mencintai Nastiti

meskipun dia sudah menjatuhkan talak. Selama masa iddahnya, Nastiti juga

tetap dinafkahi oleh Jati meskipun mantan istrinya telah berbuat salah dan

berani melawannya. Namun semua itu dilakukan Jati semata-mata karena

cintanya yang begitu dalam kepada mantan istrinya.

Page 77: KLASIFIKASI EMOSI TOKOH JATI DALAM NOVEL JANGAN …eprints.unram.ac.id/6494/1/SKRIPSI NUNUNG HANDAYANI.pdf · Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan dan Kompetensi

67

SILABUS PEMBELAJARAN

Nama Sekolah :

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia

Kelas : XI

Semester : 1

Standar Kompetensi : Membaca

2. Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan

Kompetensi

Dasar

Materi

Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran

Indikator Pencapaian

Kompetensi Penilaian

Alokasi

Waktu

Sumber/

Bahan/ Alat

7.2

Menganalisis unsur-

unsur intrinsik dan

ekstrinsik novel

Indonesia/terjemahan

Novel Indonesia yaitu Jangan

Miringkan Sajadahmu karya

Muhamad B. Anggoro

unsur-unsur intrinsik ( alur,

tema, penokohan, sudut

pandang, latar, dan amanat)

unsur ektrinsik dalam novel

terjemahan(nilai budaya,

sosial, moral, dll)

Membaca novel

Indonesia dan novel

terjemahan

Menganalisis unsur-

unsur ekstrinsik dan

intrinsik ( alur, tema,

penokohan, sudut

pandang, latar, dan

amanat) novel Indonsia

dan terjemahan

Membandingkan unsur

ekstrinsik dan intrinsik

novel terjemahan dengan

novel Indonesia

Memahami unsur-unsur

intrinsik (tokoh dan

penokohan) novel

Jangan Miringkan

Sajadahmu

Memahami unsur-unsur

ekstrinsik klasifikasi

emosi (rasa bersalah,

rasa bersalah yang

dipendam, menghukum

diri sendiri, rasa malu,

kesedihan, kebencian,

dan cinta)

Jenis Tagihan:

tugas kelompok

tugas kelompok

ulangan

Bentuk

Instrumen:

uraian bebas

pilihan ganda

jawaban singkat

45 menit

novel

Indonesia

(Jangan

Miringkan

Sajadahmu)

Page 78: KLASIFIKASI EMOSI TOKOH JATI DALAM NOVEL JANGAN …eprints.unram.ac.id/6494/1/SKRIPSI NUNUNG HANDAYANI.pdf · Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan dan Kompetensi

68

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)

Satuan Pendidikan :

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia

Kelas : XI IPA/IPS

Semester : I

Alokasi waktu : 1x pertemuan (2 X 45 menit)

A. Standar Kompetensi

Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan

B. Kompetensi Dasar

7.2 Menganalisis unsur-unsur instrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia/terjemahan

(novel Jangan Miringkan Sajadahmu karya Muhammad B. Anggoro)

C. Indikator

1. Memahami unsur-unsur intrinsik (tokoh dan penokohan) novel Jangan Miringkan

Sajadahmu

2. Memahami unsur-unsur ekstrinsik klasifikasi emosi (rasa bersalah, rasa bersalah

yang dipendam, menghukum diri sendiri, rasa malu, kesedihan, kebencian, dan

cinta).

D. Tujuan Pembelajaran

1. Setelah berdiskusi siswa dapat memahami unsur-unsur intrinsik (tokoh dan

penokohan) novel Jangan Miringkan Sajadahmu

2. Setelah berdiskusi siswa dapat memahami unsur-unsur ekstrinsik klasifikasi emosi

(rasa bersalah, rasa bersalah yang dipendam, menghukum diri sendiri, rasa malu,

kesedihan, kebencian, dan cinta).

E. Materi Pembelajaran

1. Novel Jangan Miringkan Sajadahmu karya Muhammad B. Anggoro

2. Unsur-unsur intrinsik (tokoh dan penokohan)

3. Unsur-unsur ekstrinsik Klasifikasi Emosi Sigmund Freud (rasa bersalah, rasa

bersalah yang dipendam, menghukum diri sendiri, rasa malu, kesedihan,

kebencian, dan cinta)

Page 79: KLASIFIKASI EMOSI TOKOH JATI DALAM NOVEL JANGAN …eprints.unram.ac.id/6494/1/SKRIPSI NUNUNG HANDAYANI.pdf · Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan dan Kompetensi

69

F. Metode Pembelajaran

1. Diskusi

2. Penugasan

G. Sumber Belajar

1. Novel Jangan Miringkan Sajadahmu karya Muhammad B. Anggoro

2. LKS

H. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran

NO Kegiatan

Pertemuan 1

A Pendahuluan

Guru membuka pembelajaran dengan salam dan sapa

Guru menilai kehadiran siswa (absensi)

Guru menyampaikan topik atau tema yang akan dibahas

Guru mengarahkan pemahaman siswa mengenai materi unsur-unsur intrinsik (tokoh

dan penokohan ) novel Jangan Miringkan Sajadahmu karya Muhammad B. Anggoro

B Kegiatan Inti

Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok

Guru membagikan LKS 1 pada setiap kelompok

Setiap kelompok membaca novel Jangan Miringkan Sajadahmu dan mengerjakan

LKS

Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.

C Kegiatan Akhir

Guru mengevaluasi pembelajaran hari ini dan menutupnya dengan salam

I. Penilaian

1. Penilaian

Tugas Kelompok: LKS, ulangan

Bentuk Instrumen: essay

Soal essay

Bacalah sinopsis novel Jangan Miringkan Sajadahmu karya Muhammad B. Anggoro

berikut ! Cerita awalnya dimulai dengan pertengkaran antara sepasang suami-istri yang

saleh dan salehah. Dikarenakan si istri tidak mampu menerima kondisi ayah mertuanya yang

mulai pikun dan bersikap kekanak-kanakan maka si istri pun mulai merasa lelah mengurus ayah

mertuanya hingga berakibat pada pertengkaran dengan suaminya yang berakhir pada jatuhnya

talak tiga oleh Jati terhadap Nastiti. perceraian ini adalah yang ketiga kalinya bagi Jati dan

Nastiti. Kini, Jati dan Nastiti dirundung penyesalan. Sudah tak ada lagi iddah untuk rujuk. Tak

Page 80: KLASIFIKASI EMOSI TOKOH JATI DALAM NOVEL JANGAN …eprints.unram.ac.id/6494/1/SKRIPSI NUNUNG HANDAYANI.pdf · Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan dan Kompetensi

70

ada lagi pula iddah untuk menikahi kembali mantan istrinya kecuali Nastiti telah menikah

dengan orang lain dan bercerai dengan suai keduanya. Jati menyesali dirinya yang telah berlaku

tegas menalak Nastiti hanya karena Nastiti meminta ayah Jati pindah ke rumah lain. Sementara

Nastiti menyesali dirinya yang kurang sabar menghadapi perilaku ayah mertuanya yang bersikap

kekanak-kanakan dan mulai pikun. Setiap hari Jati melamun, ia menyesal telah menalak tiga

istrinya. Kini hanya ada penyesalan-pnyesalan dan kekecewaan-kekecewaan yang kian

bertumpuk-tumpuk memenuhi hatinya.

Demi syariah yang ditetapkan Allah SWT, Jati dan Nastiti menerima sosok Hafizh

dalam kehidupan mereka. Setelah perceraiannya dengan Nastiti, Jati seringkali merasa cemburu

melihat mantan istrinya jalan berdua dengan Hafizh. Dia ingin sekali menegur mantan istrinya

dan memintanya untuk menjauhi Hafizh, namun apa daya kini dia tidak mempunyai hak atas

Nastiti karena statusnya sudah menjadi mantan suami. Jati semakin sakit hati setelah mendengar

kabar dari Aini kalau mantan istrinya akan menikah dengan Hafizh kakaknya Aini, Jati semakin

geram karena orang yang dicintainya akan menikah dengan laki-laki lain dan dia tidak bisa

membatalkan pernikah tersebut. Setelah pernikahan mantan istrinya, Jati merasa sedih, dan

menghukum dirinya dengan mengurung diri di rumah tanpa bertemu dengan orang lain termasuk

Aini, orang yang diam-diam mencintainya. Aini selalu memperhatikan Jati setelah perceraiannya

dengan Nastiti, namun pengorbanan yang dilakukan Aini tidak membuat hati Jati untuk

mencintainya karena dia masih mencintai mantan istrinya.

Page 81: KLASIFIKASI EMOSI TOKOH JATI DALAM NOVEL JANGAN …eprints.unram.ac.id/6494/1/SKRIPSI NUNUNG HANDAYANI.pdf · Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan dan Kompetensi

71

SKOR NILAI

NO Format soal unsur intrinsik (tokoh dan penokohan) skor

1. Jelaskan masing-masing karakter tokoh dalam novel Jangan Miringkan

Sajadahmu!

Jelaskan 6 jenis tokoh berdasarkan penamaannya!

Identifikasilah tokoh utama dan tokoh sampingan dalam novel Jangan

Miringkan Sajadahmu!

10

7

2

Skor Maksimal 10

NO Format soal unsur ekstrinsik klasifikasi emosi (rasa bersalah, rasa

bersalah yang dipendam, menghukum diri sendiri, rasa malu,

kesedihan, kebencian, dan cinta)

skor

2. Jelaskan tujuh klasifikasi emosi menurut Sigmun Freud!

Jelaskan emosi yang dialami Jati setelah bercerai dengan istrinya

Jelaskan emosi apa yang mendominasi Jati setelah bercerai dengan istrinya

10

7

2

Skor Maksimal 10

Page 82: KLASIFIKASI EMOSI TOKOH JATI DALAM NOVEL JANGAN …eprints.unram.ac.id/6494/1/SKRIPSI NUNUNG HANDAYANI.pdf · Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan dan Kompetensi

72

IDENTITAS NOVEL

JUDUL : JANGAN MIRINGKAN SAJADAHMU

PENGARANG : MUHAMMAD B. ANGGORO

PENERBIT : DIVA PRESS

TAHUN : 2008

Sinopsis Novel Jangan Miringkan Sajadahmu Karya Muhammad B. Anggoro.

Mengerikan sekali jika membayangkan seorang suami menjatuhkan talak tiga gara-gara

emosi sesaat sedangkan mereka masih saling cinta. Hasilnya secara syariah harus ada laki-laki lain

yang menikahi istrinya. Dalam dunia nyata, kejadian seperti ini pun seringkali terjadi. Kiranya novel

Jangan Miringkan Sajadahmu ini dapat menjadi renungan bagi kita semua, khususnya para suami-

istri.

Cerita awalnya dimulai dengan pertengkaran antara sepasang suami-istri yang saleh dan

salehah. Dikarenakan si istri tidak mampu menerima kondisi ayah mertuanya yang mulai pikun dan

bersikap kekanak-kanakan maka si istri pun mulai merasa lelah mengurus ayah mertuanya hingga

berakibat pada pertengkaran dengan suaminya yang berakhir pada jatuhnya talak tiga oleh Jati

terhadap Nastiti. Proses perceraian antara Jati dengan Nastiti telah diajukan kepengadilan. Sekarang

mereka tinggal menunggu keputusannya saja, proses perceraian ini adalah yang ketiga kalinya bagi

Jati dan Nastiti. Kini, Jati dan Nastiti dirundung penyesalan. Sudah tak ada lagi iddah untuk rujuk.

Tak ada lagi pula iddah untuk menikahi kembali mantan istrinya kecuali Nastiti telah menikah dengan

orang lain dan bercerai dengan suai keduanya. Jati menyesali dirinya yang telah berlaku tegas

menalak Nastiti hanya karena Nastiti meminta ayah Jati pindah ke rumah lain. Sementara Nastiti

menyesali dirinya yang kurang sabar menghadapi perilaku ayah mertuanya yang bersikap kekanak-

kanakan dan mulai pikun. Setiap hari Jati melamun, ia menyesal telah menalak tiga istrinya. ia mulai

merasakan betapa pentingnya kehadiran seorang istri. Tetapi nasi telah menjadi bubur inilah

kenyataan pahit yang harus ditelannya. Dia harus berpisah dengan Nastiti, bercerai dengannya, harus

ikhlas menerima kenyataan pahit ini karena dia lebih memilih menjaga dan mengurus bapaknya yang

telah tua ketimbang hidup dan bahagia dengan Nastiti. Kini hanya ada penyesalan-pnyesalan dan

kekecewaan-kekecewaan yang kian bertumpuk-tumpuk memenuhi hatinya.

Suatu hari Jati mendatangi Kyai Ahmad Badawi, beliau adalah ustad di pondok pesantren At-

Tauhid tempat dia pernah nyantri. Jati menceritakan penyebab mengapa ia menalak istrinya, ia

menangis, dan ia menginginkan kembali menikahi istrinya. Mendengar keluhan Jati, Kyai Ahmad

badawi justru menjawab dengan tegas bahwa Jati tidak bisa menikahi istrinya lagi, kecuali mantan

Page 83: KLASIFIKASI EMOSI TOKOH JATI DALAM NOVEL JANGAN …eprints.unram.ac.id/6494/1/SKRIPSI NUNUNG HANDAYANI.pdf · Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan dan Kompetensi

73

istrinya telah dinikahi laki-laki lain dan diceraikan kembali. Jati menangis tanpa henti, ia tak mengerti

apa yang harus dilakukannya kini. Terbayangkah bagaimana rasanya bila sepasang suami-istri yang

salih-salihah, hanya sebab emosi sesaat, terlontarkan talak tiga. Maka jatuhnya talak tiga yang penuh

nafsu yang mengakibatkan terpisahnya cinta dan kasih itu. Demi syariah yang ditetapkan Allah SWT,

Jati dan Nastiti menerima sosok Hafizh dalam kehidupan mereka. Tetapi rupanya harga diri, emosi,

cinta, cemburu, nafsu, sesal, getir, patuh dan rasa takut kehilangan sungguh tidak sesederhana itu.

Apalagi selalu ada setan yang tak kunjung capek menarik-narik sajadah kepatuhan di hati mereka agar

tidak lurus kembali.

Aini kembali membawakan hasil masakannya sendiri ke rumah Jati. Semenjak ayah Jati

meninggal, Aini mulai sering membawakan Jati makanan karena kini Jati tinggal seorang diri di

rumahnya. Tapi bukan itu saja alasan Aini kerap memasak untuk Jati, Aini mulai merasa jatuh cinta

dengan duda yang mantan istrinya kini didekati oleh kakak kandungnya, Hafizh. Tapi bagaimana Jati

bisa menerima Aini jika Jati tidak bisa membuka pintu hatinya untuk Aini, karena dalam hati Jati

hanya ada Nastiti, semua cinta, seluruh rindunya hanya untuk Nastiti seorang. Sudut-sudut relung

hatinya hanya berisi wajah cantik Nastiti. Seluruh pikiran, lamunan dan harapannya hanya ada Nastiti

saja.

Nastiti menangis meski tanpa suara tapi air mata membanjiri kedua pipinya. Hari ini adalah

hari pernikahannya dengan Hafizh, pemuda yang telah lama menaruh hati padanya sebelum dia

menikah dengan Jati. Tamu-tamu yang datang menghadir acara syukuran pernikahan Nastiti dan

Hafizh mengira itu adalah air mata kebahagiaan sang pengantin, namun hanya Nastit yang tahu kalau

air matanya adalah air mata kepedihan karena dia menikah dengan orang yang tidak dicintainya.

Cintanya telah habis diserahkan kepada seorang Jati yang kini menjadi mantan saminya. Sementara

Jati menyusun rencana demi mendapatkan kebali Nastiti, dia tengah merencanakan perceraian Nastiti

dengan Hafizh. Suati hari Jati menemui Nastiti dan menyampaikan maksudnya agar Nastiti meminta

cerai dari Hafizh, tetapi betapa kecewanya Jati, Nastiti menolaknya karena Nastiti tengah

mengandung anak Hafizh.

Hari-hari yang dilalui Jati dirasakannya begitu sunyi, walaupun ada seorang wanita yang

sangat mencintai dan mengharapkannya tetapi Jati tidak mempedulikannya. Di hatinya hanya ada

Nastiti seorang. Akibat terlalu memikirkan Nastiti akhirnya Jati jatuh sakit higga suatu hari Nastiti

dan Hafizh menjenguknya. Jati yang terbaring lemah terperanjat dengan kedatangan mantan istrinya

itu, ia memandangi perut Nastiti yang sudah membesar. Betapa hancur hati Jati, ingin rasanya ia

menangis sejadi-jadinya tapi itu tak mungkin terjadi. Rupanya perasaan itu juga tengah dirasakan oleh

Nastiti. Ia merasa menyesal bercerai dengan Jati, ia juga menyesal menikah dengan Hafizh apalagi

dengan kehamilannya.

Page 84: KLASIFIKASI EMOSI TOKOH JATI DALAM NOVEL JANGAN …eprints.unram.ac.id/6494/1/SKRIPSI NUNUNG HANDAYANI.pdf · Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan dan Kompetensi

74

Pagi hari ketika manusia sibuk dengan pekerjaanya, tiba-tiba terdengar suara dari masjid

dekat rumah Nastiti, suara itu adalah suara seseorang yang mengabarkan berita kematian dan ternyata

orang yang dikabarkan meninggal itu adalah Jati. Betapa hancur hati Nastiti mendengar berita itu.

Begitu juga dengan Aini wanita yang tak kalah cintanya dengan Jati. Ketika jenazah Jati datang

Nastiti dan Aini jatuh pingsan tak kuasa menahan kepedihan.