klasifikasi dan morfologi ikan layur
DESCRIPTION
ikan layutTRANSCRIPT
Klasifikasi dan Morfologi Ikan Layur (Superfamili Trichiuroidea)
Penelitian mengenai biologi reproduksi ikan layur mencakup dua famili (Trichiuridae
dan Gempylidae). Famili Trichiuridae terdiri dari dua genus yaitu Trichiurus (Gambar
1) dan Lepturacanthus (Gambar 2). Famili Gempylidae terdiri dari genus Gempylus
(Gambar 3). Adapun klasifikasi ikan layur menurut Nakamura dan Parin (1993) adalah
sebagai berikut :
Filum : Chordata
Superkelas : Gnathostomata
Kelas : Osteichthyes
Sub Kelas : Actinopterygii
Infrakelas : Teleostei
Divisi : Euteleostei
Superordo : Acanthopterygii
Ordo : Perciformes
Sub Ordo : Scombroidei
Superfamili : Trichiuroidea
Famili : Trichiuridae
Gempylidae
Genus : Trichiurus
Lepturacanthus
Gempylus
Spesies : Trichiurus lepturus Linnaeus, 1758
Lepturacanthus savala Cuvier, 1829
Gempylus serpens Cuvier, 1829
Nama Indonesia : Layur
Nama lokal : Layur (PPN Pemangkat), Layur (PPP Teluk Batang),
Baledang (PPN Sibolga), Layur (PPN Brondong), Layur
(PPP Pengambengan), Baledang (PPS Bungus), layur
(PPN Kejawanan), Layur (PPN Ambon), layur (PPS
Belawan), Layur (PPP Karangantu), Layur (PPS Nizam
Zachman Jakarta), Layur (PPN Palabuhan Ratu), Layur
(PPS Kendari), Layur (PPP Tegalsari), Layur (PPS
Cilacap), Layur (PPN Prigi), Layur (PPN Pekalongan).
Meleu (Trichiurus lepturus), Golok (Lepturacanthus
savala), Gelang luyung (Gempylus serpens).
Gambar 1. Trichiurus lepturus Linnaeus, 1758
(Dokumentasi Pribadi)
Gambar 2. Lepturacanthus savala Cuvier, 1829
(Dokumentasi Pribadi)
Ikan layur (Trichiurus) mempunyai ciri-ciri morfologi sebagai berikut :
badan sangat panjang, gepeng, ekornya panjang bagai cemeti. Kulitnya tidak bersisik,
warnanya putih seperti perak, sedikit kekuningan. Sirip perut tidak ada, sedangkan sirip
duburnya terdiri dari sebaris duri-duri kecil. Rahang bawah lebih panjang daripada
rahang atasnya. Mulutnya lebar dan kedua rahangnya bergigi yang kuat dan tajam.
Ikan ini bersifat karnivor. Ukuran panjangnya bisa sampai lebih 100 cm (Nontji, 2007).
Superfamili Trichiuroidea terdiri dari dua famili yaitu Trichiuridae dan Gempylidae.
Ikan-ikan dari superfamili ini memiliki ciri-ciri tubuh memanjang, pipih, dan
semifusiform. Mulut besar dengan rahang bawah lebih panjang dari rahang atas.
Memiliki satu atau dua lubang hidung pada kedua sisi kepala. Sirip dorsalnya tumbuh
sepanjang punggung sedangkan sirip pektoralnya pendek dan sirip ventralnya kecil atau
tidak ada (Nakamura dan Parin, 1993).
Ciri-ciri morfologi T. lepturus (Gambar 1) adalah sebagai berikut : Tubuh memanjang
dan sangat pipih seperti pita. Mulut besar dengan gigi seperti taring. Ukuran mata besar
dengan diameter mata 5 - 7 kali panjang kepala. Sirip dorsal tinggi dan panjang dengan
jumlah sirip lemah sebanyak 130 – 135 Tidak mempunyai sirip kaudal dan sirip pelvic.
Sirip anal tereduksi menjadi menjadi sejumlah duri terpisah (slit) namun tidak terkubur
dalam kulit. T. Lepturus mempunyai slit pada sirip anal kecil dan halus. Panjang
maksimum tubuhnya
adalah 120 cm, pada umumnya memiliki panjang tubuh antara 50 - 100 cm. Warna
tubuh saat segar adalah biru baja dengan refleksi metalik, dan sirip pektoral semi
transparan, bagian sirip lainnya terkadang dilengkapi warna kuning. Sedangkan dalam
kedaan mati ikan layur akan berwarna perak keabuan (Nakamura dan Parin, 1993).
Tingkat Kematangan Gonad
Tingkat kematangan gonad adalah tahap tertentu perkembangan gonad sebelum dan
sesudah ikan memijah. Pengetahuan mengenai kematangan gonad diperlukan untuk
menentukan atau mengetahui perbandingan antara ikan yang matang gonadnya dengan
ikan yang belum matang gonad dari stok yang ada di perairan, selain itu dapat diketahui
ukuran atau umur ikan pertama kali matang gonad, mengetahui waktu pemijahan, lama
pemijahan dan frekuensi pemijahan dalam satu tahun (Effendie, 1979). Dalam biologi
perikanan, Effendie (1997) menyatakan bahwa pencatatan perubahan atau tahap-tahap
kematangan gonad ikan diperlukan untuk mengetahui perbandingan ikan-ikan yang
akan melakukan reproduksi dan yang tidak. Dari pengetahuan tahap perkembangan
gonad ini juga akan didapatkan keterangan bilamana ikan tersebut akan memijah, baru
memijah atau sudah selesai memijah.
Pengamatan kematangan gonad dilakukan dengan dua cara yaitu dengan histologi yang
dilakukan di laboratorium dan dengan pengamatan morfologi yang dilakukan di
laboratorium atau dilakukan di lapangan. Dari penelitian secara histologi akan
diketahui anatomi perkembangan gonad lebih jelas dan mendetail. Sedangkan dengan
pengamatan morfologi tidak akan sedetail cara histologi namun cara morfologi ini
mudah dan banyak dilakukan oleh para peneliti. Dasar yang dapat dipakai untuk
menentukan tingkat kematangan gonad yaitu dengan mengamati morfologi gonad antara
lain bentuk gonad, ukuran panjang gonad, berat gonad, dan perkembangan isi gonad
(Effendie, 1997). Ukuran ikan saat pertama kali matang gonad berhubungan dengan
pertumbuhan ikan tersebut dan faktor lingkungan yang mempengaruhi terutama
ketersediaan makanan (Effendie,1997).
Berdasarkan penelitian Martins dan Haimovici (2000) bahwa panjang total rata-rata
ukuran ikan layur pertama kali matang gonad adalah 63,9 cm untuk jantan dan 69,3 cm
untuk betina. Menurut penelitian yang telah dilakukan Kwok (1999) diperoleh
informasi bahwa ikan layur T. lepturus jantan di Perairan Laut Cina Selatan memiliki
koefisien pertumbuhan yang lambat daripada ikan betinanya dan ikan betina ditemukan
lebih cepat matang gonad dibandingkan ikan jantan. Tiap-tiap spesies ikan pertama kali
matang gonad pada ukuran yang tidak sama. Hal ini sesuai dengan pernyataan Effendie
(1997) yang menyatakan bahwa ukuran matang gonad untuk setiap spesies ikan
berbeda, demikian pada ikan yang sama spesiesnya jika tersebar pada lintang yang
berbeda lebih dari lima derajat akan mengalami perbedaan ukuran dan umur pertama
kali matang gonad. Lagleret al., (1977) menyatakan bahwa ada dua faktor yang
mempengaruhi saat pertama kali ikan matang gonad yaitu faktor luar dan faktor dalam.
Faktor luar yang mempengaruhinya adalah suhu dan arus, sedangkan faktor dalam
seperti perbedaan spesies, umur, ukuran, serta sifat – sifat fisiologis ikan tersebut seperti
kemampuan beradaptasi dengan lingkungan.
Fekunditas
Fekunditas yaitu jumlah telur masak sebelum dikeluarkan pada waktu ikan
memijah. Fekunditas demikian dinamakan fekunditas individu atau fekunditas mutlak
(Effendie, 1979). Ada beberapa pengertian fekunditas antara lain fekunditas individu,
fekunditas relatif, dan fekunditas total. Menurut Nikolsky (1963), fekunditas individu
adalah jumlah telur dari generasi tahun itu yang dikeluarkan pada tahun itu pula.
Sedangkan fekunditas relatif adalah jumlah telur persatuan berat atau panjang ikan.
Menurut Royce (1972), fekunditas relatif adalah jumlah telur per unit berat, umumnya
digunakan sebagai indeks fekunditas. Fekunditas total diartikan sebagai fekunditas ikan
selama hidupnya. Ikan-ikan yang tua dan besar ukurannya mempunyai fekunditas
relatif lebih kecil. Umumnya fekunditas relatif lebih tinggi dibanding dengan fekunditas
individu. Fekunditas relatif akan menjadi maksimum pada golongan ikan yang masih
muda (Nikolsky, 1963).
Fekunditas didefinisikan sebagai jumlah oocytes vitellogenic dalam tingkat
kematangan ikan layur pada permulaan reproduksi. Penentuan fekunditas dilakukan
dengan mengambil gonad dari bagian anterior, posterior dan median masing-masing
tiap spesimen (Martins dan Haimovici, 2000). Berdasarkan penelitian Martins dan
Haimovici, (2000) bahwa fekunditas telur T. lepturus di ekosistem utama subtropis
Brazil bagian selatan berkisar dari 3.917 untuk ikan yang memiliki panjang total 70 cm
sampai 154.216 pada ikan contoh yang memiliki panjang total 141 cm namun jumlah
pemijahan pada tiap musim belum dapat ditentukan. Sedangkan menurut Ball dan Rao
(1984), fekunditas ikan layur T. lepturus berkisar antara 4000 (panjang ikan 42 cm)
hingga 16.000 (panjang ikan 60 cm). Lain halnya untuk ikan L. savala nilai fekunditas
berkisar antara 9.178 untuk ikan yang memiliki panjang total 37 cm sampai 17.347 pada
ikan contoh yang memiliki panjang total sebesar 54 cm. Peningkatan fekunditas
berhubungan dengan peningkatan berat tubuh dan berat gonad (Solihatin, 2007).
DAFTAR PUTAKA
Solihatin, A. 2007. Biologi Reproduksi Dan Studi Kebiasaan Makanan Ikan Sebarau (Hampala macrolepidota) Di Sungai Musi. Skripsi. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan.Institut Pertanian Bogor. Tidak dipublikasikan.