kitab nahwu ke 3
DESCRIPTION
made by Arif NurosyidinTRANSCRIPT
الكتاب الثالث النحو
التدريس اللغة العربية
املرحلة الثالثة فصل األلف
اجلامعة اإلسالمية شيخ نور جات شربون ٢٠١۵ - ۲۰۱٤
I
KATA PENGANTAR
Setelah menempuh berbagai proses, berawal dari
pembuatan makalah masing-masing kelompok, pengumpulan
dan terakhir proses edit yang memakan waktu yang tidak
sedikit akhirnya buku “Kumpulan Materi Nahwu 3”
terselesaikan. Kami selaku penyusun mengucapkan beribu
bahkan tak terhingga rasa syukur kepada Allah SWT. tanpa
kehendak-Nya hal itu tidak akan bisa terjadi.
Buku ini berisi mengenai materi nahwu 3 yang
dipelajari di jurusan Pendidikan Bahasa Arab semester 3. Kami,
mahasiswa Pendidikan Bahasa Arab-A mengucapkan terima
kasih kepada seluruh pihak yang membantu dalam penyusunan
buku ini. Khususnya kepada dosen pengampu dari mata kuliah
Nahwu 3, Maman Rusman. M,Ag. Beliau telah mebimbing
kami dalam mempelajari materi-materi nahwu 3 tersebut.
Kami menyadari dalam buku ini banyak sekali
kesalahan dan kekurangan. Untuk itu kami selaku penyusun
meminta maaf atas segala kesalahan dan kekurangan tersebut.
Kami meminta kritik dan sarannya agar selanjutnya bisa lebih
baik lagi.
Semoga buku yang penuh dengan kekurangan ini dapat
bermanfaat bagi seluruh pihak, khususnya mahasiswa
Pendidikan Bahasa Arab dan warga IAIN Syekh Nur Jati
Cirebon umumnya.
II
Cirebon, November 2014
Penyusun
III
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................ I
DAFTAR ISI ........................................................................ III
HAAL .................................................................................. 1
1. Pengertian Haal ........................................................ 1
2. Syarat-syarat Haal .................................................... 2
3. Pembagian Haal ....................................................... 3
4. Bentuk Shahibul Haal .............................................. 6
5. Amil Haal ................................................................. 7
6. Contoh-contoh Haal ................................................. 8
TAMYIZ .............................................................................. 10
1. Pengertian Tamyiz ................................................... 10
2. Macam-macam Tamyiz ........................................... 15
3. Hukum-hukum Tamyiz ............................................ 18
ISIM MAUSHUL ................................................................ 20
1. Pengertian Isim Maushul ......................................... 20
2. Pembagian Isim Maushul ......................................... 21
3. Pokok-pokok dalam Isim Maushul .......................... 25
4. Analisis .................................................................... 31
MAFHUMUL „ADAD ........................................................ 33
1. Pengertian `Adad ..................................................... 33
IV
2. Pembagian `Adad ..................................................... 34
3. Kedudukan `Adad dalam Kalimat ........................... 46
4. Analisis .................................................................... 47
ISTISNA .............................................................................. 49
1. Pengertian Istisna ..................................................... 49
2. Istilah-istilah dalam Istisna ...................................... 50
3. Hukum MustatsnaMuttashil dengan ال 51 .................... إ
4. Hukum Mustatsna dengan 54 ................................. غير
5. Hukum Mustasna dengan 55 ................ سوى، سوى، سواء
6. Hukum mustasna dengan 56 ........................ خالوعداحاشا
7. Mustasna dengan menggunakan 57 .............. ليس ال يكون
8. Contoh dalam al-Qur‟an dan Skripsi ....................... 57
MUNADA............................................................................ 60
1. Pengertian Munada .................................................. 60
2. Macam-macam Munada........................................... 62
3. Pembuangan Huruf Nida ......................................... 67
4. Munada yang Dimudhofkan Kepada “Ya” Mutakalim
.................................................................................. 68
5. Contoh-contoh Munada............................................ 68
DAFTAR PUSTAKA .......................................................... 70
1
HAAL
A. Pengertian Haal
Beberapa pengertian tentang Haal:
مجمخصما م احىم م م ا م م زم م خاح م اىم م مضمم م احى مظمدم م ماحى صم حام
Isim manshubyang memberikan keterangan keadaan yang
samar.1
م ماحىم م موما م م ا م م اكم هم م م م محىم م ا وم م حىم مخام جمشم م م ا م زممخ اىم مام ممم م حمصم
Hal adalah isim yang disebutkan (diucapkan) untuk
menerangkan keadaan fa‟il atau maf‟ul ketika terjadi
pekerjaan2.
اا ذم مظمظم م يمشما افمؼم فم طم م ا خهم مذما#ااحمىملم امم م م دحاحم م خهم مافماكم م م م
Haal adalah washf (sifat) yang fadhlah (lebihan) lagi
muntashib (dinashabkan) dan memberikan keterangan keadaan
seperti dalam contoh: (Aku akan pergi sendiri)3.
1Moch Anwar, Ilmu Nahwu: Terjemahan Matan al-Ajurumiyah dan
‘Imirithy Berikut Penjelesannya, Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1995, cet. Ke-6, hal, 138. 2Team ahli Lughoh Universitas al-Azhar, Qawaid al-Lughat al-
‘Arabiyah, diterjemahkan oleh Chaibul Umam, dkk, Kaidah Tata Bahasa Arab: Nahwu, Shorof, Balaghoh, Bayan, Ma’ani, Bade,
Jakarta: Darul Ulum Press, 1993, cet. Ke-4, hal, 265.
2
Contoh: زدخا حمم مدمارم ازم خءم lafazh ,(Zaid telah datang berkendaraan)ؿم
itu menjelaskan kedatangan/keadaan Zaid, jangan sampaiرحمزخ
ia diduga berjalan kaki. Dan seperti contoh: خ ؿد ضم م ا سم احىم م م زمضم مم اارم
(aku telah menunggang kuda dengan berpelana), اامزمدمهللاما مضم اىمقم
زدخ حمم dan ,(aku telah bertemu „Abdullah dengan berkendaraan)رم
lafazh yang menyerupainya.
B. Syarat-syarat Haal
فمش م م م خاحل م زم خكم اطم م م منم لم م ا م احىمنملم م خ م رم مدماطم احل م م منم لم م سدا منم م احمل خهم احىلم م م منم لم م
Haal tidak akan terjadi, kecuali dengan isim nakirah dan tidak
pula terjadi kecuali sesudah kalam sempurna (yakni haal itu
tidak terjadi pada pertengahan kalam) dan tidak terjadi
shaahibul haal (pelaku haal), kecuali harus isim ma‟rifat.
Maksudnya, syarat-syarat haal itu ada tiga macam, yaitu:
1) Hendaknya haal dengan isim nakirah
2) Hendaknya haal setelah kalam tam (sempurna)
3Bahauddin Abdullah Ibnu ‘Aqil, Alfiyyah Syarah Ibnu ‘Aqil,
diterjemahkan oleh Bahrun Abu Bakar, Terjemahan Alfiyyah Syarah Ibnu ‘Aqil Jilid I, , Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2007, cet. Ke-8, hal, 432.
3
3) Shahibul haal (pelaku haal) hendaknya isim ma‟rifat4
4) Terdiri dari isim mustaq
C. Pembagian Haal
Menurut kitab Jami‟uddurus Al‟arobiyyah , Hal terbagi
menjadi 2 bagian , yaitu :
1) Hal Mufrad
خاىضضاؿيشالشزخ:احىلخهاحى سا
Adalah hal yang terdiri atas kata yang tunggal
susunannya, dan bukan jumlah.
ػ خخيقاحلضخاا.اكخاحر غاا.اا رخاخاحزىخا حخ:ال
2) Hal Goer Mufrad
a. Hal Jumlah
عا,اأحىـيشاحلصش,ااأاطقعاحىـيشاحى يش:احىلخهاحىـيشا
كج اطنائىشار س,احىلخه
Adalah hal yang susunannya terdiri atas jumlah fi‟liyah
( fi‟il dan fail ) atau jumlah ismiyah ( isim dan isim ),
yaitu mubtada dan khobar.
ؿخءحأرخااشخءزنا:الا
4Moch Anwar, Ilmu Nahwu: Terjemahan Matan al-Ajurumiyah dan
‘Imirithy Berikut Penjelesannya, hal, 138.
4
b. Hal Syibhul Jumlah
اأاقعاحىظ فاأحىـخرحىـ رافا عاحىلخه:احىلخهاشزاحىـيشا
Adalah Hal yang susunannya terdiri dari dhorof atau jar
majrur.
فخ ؽاايا افازز:الا
Pada asalnya Haal itu adalalah isim nakirah yang
berbentuk musytaq. Sedang sedikit sekali berupa ma‟rifah,
contoh: ماا دم كم م ارمخهللاما مضم م dan ,(Aku beriman kepada Allah saja)أ
Haal itu berupa isim jamid:
1) Jika menunjukkan arti perserupaan, contoh: ا يم اام امم
(Ali menyerang bagaikan singa)أمصمددح
2) Menunjukkan arti mufa‟alah (saling), contoh: مامددحا ارم مظم
مددا (Aku menjual padanya dengan kontan)رم
3) Menunjukkan tartib (urutan), contoh: ا لد ؿم حارم يم احم مخم
ا لد ؿم (masuklah kamu seorang-seorang)رم
4) Menunjukkan harga, contoh: ا د م رم ارمدم ؽملد ارم احىشتم Aku) ارم مضم
menjual sesuatu itu per kati satu dirham)
5) Disifati, contoh: خا رم حدخام م ىممخما م م مزم sesungguhnya Kami)ااخاحم
telah menurunkan al-Qur‟an yang berbahasa Arab)
Dan terkadang Haal itu berupa jumlah. Oleh karenanya
harus mengandung pengikat (rabith: kata-kata yang
5
menunjukkan adanya hubungan antara hal dan shahibul hal).
Dan rabith itu ada yang berupa:
1) Wawu saja, contoh خا:ا زمشماام اامظم م ملم م ا ثمذم خى مم م يم احممم م حىمجم م مخىم
ا م م خصم م Mereka berkata: Jika sekiranya dia dimakan)حم دحىمخم
serigala padahal kami bersaudara tentulah kami akan
merugi)
2) Dhamir saja, contoh: اا دم اام اىمزم مغد م نم زمطمحرم مؼم م Turunlah) احم
kamu dengan keadaan kamu saling bermusuhan)
3) Wawu dan Dhamir, contoh: ا م م ح م ؿم ااخم م فم احمىم م م م
ما م مخرم Mereka telah keluar dari rumah-rumah mereka) م
dalam keadaan beribu-ribu (berbondong-bondong).
Haal juga bisa berupa zharaf atau jar majrur, contoh:
خءما م اشم مخاممافماحىم صم أرمظم م م ا خدم احىضلم م م ارم هم لم م احىم مضم أ رم
Telah kulihat bulan sabit itu ada di antara awan-awan dan
kulihat cahayanya dalam air
Dan haal itu bisa berbilang (ada beberapa), contoh:
احمصم دخ م زمخ اغمؼم م م م صماحمىما م م ا عم ؿم رم
Musa telah kembali ke kaumnya dengan dongkol (marah) dan
kecewa5.
5Team ahli Lughoh Universitas al-Azhar, Qawaid al-Lughat al-
‘Arabiyah, hal, 265-269.
6
D. Bentuk Shahibul Haal
Shahibul-haal (pelaku haaal) haruslah dalam bentuk
ma‟rifat, dan pada ghalibnya sekali-kali tidak dinakirahkan
kecuali bila ada hal-hal yang memperbolehkannya, yaitu:
1) Hendaknya haal mendahului nakirah, contoh: خا د خا مخثم م م فم
ا وم ؿم di dalamnya terdapat seorang laki-laki sedang)رم
berdiri)
2) Hendaknya nakirah ditakhsish oleh washf atau oleh
idhafah.
Contoh shahibul haal yang ditakhsish oleh washf ialah seperti
yang terdapat di dalam firman Allah swt:
Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah,
(yaitu) urusan yang besar dari sisi kami. Sesungguhnya kami
adalah yang mengutus rasul-rasul,
Contoh sahibul haal yang ditakhsish oleh idhafah ialah seperti
yang terdapat di dalam firman
3) Hendaknya shahibul haal nakirah terletak sesudah nafi
atau syibhun nafi, syibhun nafi adalah istifham dan nahi.
Contoh shahibul haal yang terletak sesudah nafi ialah firman
Allah swt:
7
Dan kami tiada membinasakan sesuatu negeripun, melainkan
ada baginya ketentuan masa yang telah ditetapkan.
Contoh shahibul haal yang terletak sesudah istifham (kata
tanya) ialah perkataan seorang penyair berikut:
اا دخافمظم م ارمخا م مشم اام اكم موم خفما ا؟#اامخاطم لم م م مخحلم ا افماحمرم مخ م احىم م مرم لم ىمم مضم
Hai temanku, apakah kehidupan dapat menjamin keabadian
(bagi seseorang) sehingga kamu melihat adanya alasan bagi
dirimu untuk mengharapkan hal yang mustahil ini?.
Contoh shahibul haal yang terletak sesudah nahi ialah yang
dikemukakan oleh Ibnu Malik:
ا لد م ظمضم ضم م ا ةد م م يماح اام إم م م مزم ماح لم
Janganlah seseorang berbuat kelewat batas terhadap orang
lain karena meremehkan haknya6.
E. Amil Haal
Amil hal adalah kata-kata yang mendahului haal yang
berupa fi‟il atau yang mengandung arti fi‟il, contoh:
مذما ـم ام ءم م م محاىمشم ا خاحم مخد م محارم ميماشم م
Dan ini suamiku keadaannya telah tua renta.Sungguh ini
sesuatu yang aneh7.
6Bahauddin Abdullah Ibnu ‘Aqil, Alfiyyah Syarah Ibnu ‘Aqil, hal, 439-
442.
8
F. Contoh-contohHaal
خخيقخحىضخءحلرعاخرخالاز
لطق رححىظلسحظاصنخراكظاط يحا
خطقى
ألذاحكدماحاؤمواىلاحكاظخافن ظ
زاخخفىظدرااغواحخحخ
حاحطزعايشاحر حاك خ
احر غاكخ
خيقاحلضخاػ خ
حزهاحىناحىنظخدا ظل
فظؼواىخرش حصخ
فخاىاااحىظ م سا ػ
خش خاحرظخراخ ؿ
لطشافاحلرعا كخ
فخاخ ظاف ؿخلحرمزخخ
لط ؼحفاحلرعا ضد
ػاىظادر
7Team ahli Lughoh Universitas al-Azhar, Qawaid al-Lughat al-‘Arabiyah, hal, 269.
9
حرصيخكاىيخسارصل
ؿخءححرخااشخءازن
خاحينخاا شاحلىخ ر
ىخؿخءامظخاادهللااد خ
اخأرصيخكارخىلقارش ح ح
هللاا ياأظالاط ي
خ ؿحا خرااأىف
ىلاحىنظخدالرذاف
خاؤطاارصهاالمخحراضظزء
10
TAMYIZ
A. Pengertian Tamyiz
Dalam kitab Jami‟uddurus tamyiz merupakan isim nakiroh
yang menjelaskan kesamaran dari dzat atau nisbat.8 Sedangkan
dalam kitab Qowa‟id Al-lughoh al-arobiyah Tamyiz
merupakanisim nakiroh yang di nashobkan untuk menjelaskan
kata yang masih samar (dalam makna lain tamyiz adalah setiap
isim nakiroh yang mempunyai makna minimal sebagai penjelas
kalimat yang jatuh sebelumnya)9.
Jadi, Tamyiz merupakan isim nakiroh yang dibaca nashob
untuk menjelaskan kesamaran dari dzat atau nisbat yang jatuh
sebelumnya. Perlu kita ketahui juga bahwa tamyiz terjadi atas
makna , atau dapat di katakan mengandung arti ,
sedangkanحىلخه yang telah kita pelajari dalam materi sebelumnya
itu mengandung makna .ف Syarat-syarat Tamyiz, antara lain :
1. Tamyiz berupa isim nakiroh dan tidak bisa isim ma‟rifat
sebagai tamyiz. Sehingga tidak mungkin isim yang
kemasukan alif dan lam berkedudukan sebagai tamyiz.
Kalaupun ada isim yang kemasukan alif dan lam sebagai
tamyiz maka dia tidak menunjukan sebagai ma‟rifat
8Syaikh musthafa ghulaini, jami‟uddurus al-arabiyah. Juz 3, hlm 113
9 Fuad ni‟mah, qowaid al-lughoh al-arabiyah, hlm 85
11
( Pembahasan dalam permasalahan ini pada kitab-kitab
mutawwalat-kitab besar yang saya pernah belum belajar)
2. Tamyiz tidak akan terjadi kecuali dia adalah selalu jatuh
setelah kalimat yang sempurna. Maksud dari kalimat
sempurna ini jika tamyiz dating setelah kalimat fi‟liyah
tersebut sudah ada fi‟il dan fa‟ilnya. Demikian juga apabila
tamyiz itu dating setelah jumlah ismiyah maka jumlah
tersebut sudah ada mubtada dan khobarnya. Contoh حخا(اا
( Saya lebih banyak dari kamu hartanyaحمؼ الال
Mubtada : حخ
Khobar : أمؼ
tidak memiliki أمؼ Jar majrur mutaaliq kepada : ل
dalam jumlah
Maka jumlah )حخاحمؼ الاو ditinjau dari sisi jumlah
sudah sempurna yaitu terdiri dari mubtada dan khobar akan
tetapi dari segni makna masih samar, masih bersipat global
sehingga butuh tambahan penjelas yaitu خل
Hal dan tamyiz keduanya mempunyai persamaan dan
perbedaan.10
Adapun persamaanya yaitu:
10
Syekh Jamaluddin Muhammad bin Abdullah bin Malik, Syarhu
ibnu Aqil, hlm 90
12
Haal dan tamyiz sama – sama di baca nashob
Haal dan tamyiz sama – sama harus berupa isim nakiro
Haal dan tamyiz sama – sama menjelaskan hal yang
masih samar
Haal dan tamyiz merupakan fudhlah
Sedangkan perbedaannya yaitu:
Haal harus berupa isim musytaq yang muntaqilah.
Sedangkan tamyiz harus berupa isim jamid.
Haal bisa terbuat dari jumlah, sedangkan tamyiz tidak
Haal menyimpan makna fii, sedangkan tamyiz
menyimpan makna min
Haal menjelaskan tingkah atau keadaan sedangkan
tamyiz menjelaskan dzat atau nisbat.
Dari definisi tamyiz tersebut memberi kepahaman bahwa:11
1. Tamyiz berupa kalimah isim, yang mana isimnya hanya
shorih tidak ada yang berupaisim muawwal, sebab tamyiz
tidak ada yang berupa jumlah.Contoh :
خ د حشظ ضااش اغل
11
Abu an‟im, sang pangeran nahwu al- jurumiyah, hlm 294
13
Aku telah membeli 20 pelayan / budak
احزضااحصظطعاصزل كؾم
Disini berkedudukan sebagai tamyiz yakni berupa صزل
isim shoreh (jelas) bukan jumlah, syibeh jumlah
maupun muawwal.
2. Tamyiz dibaca nashob, di nashobkan oleh amil.
Amil-amil tamyiz
Amil yang menashobkan tamyiz dzat adalah dzat itu
sendiri.
Amil yang menashobkan tamyiz nisbat adalah:
a) Fi‟il. Contoh:ؽخدادمحما ضخ (muhammad baik
orangnya)
b) Mashdar. Contoh:ااـزضااؽذازدا ضخ(aku
kagum baiknya sosok zaid)
Salah satu syarat dalam membuat
tamyiz yakni, tamyiz harus berupa isim
shorih, sebagaimana telah termaktub
dalam kitab jami‟uddurus bahwa yang
dimaksud tamyiz berupa isim shorih yang
berarti tidak boleh membuat tamyiz dari
jumlah maupun syibeh jumlah ataupun
muawwal (dita‟wil)
14
c) Isim sifat. Contoh:ازداؽذا ضخ(zaid orang yang
baik sosoknya)
d) Isim fi‟il (kalimat isim yang menyerupai kalimat
fi‟il). Contoh:ص ااخا حاخىش (orang ini cepet
terkejut)
3. Ketika tamyiz berfungsi menjelaskan kesamaran dzat,
maka di namakan tamyiz mufrod. Dan ketika
menjelaskan kesamaran penisbatan huku, maka di
namakan tamyiz jumlah.Contoh tamyiz dzat :
واىمخاحىزل دح احىنيضاررماى دحىزل ا زواحاط داميضاررماىا
(109:احىنفا)ادا دحؿجخارؼيا
سداخ حا ا حا اا(7)فا واؼقخها رم سداش (ا8)ا واؼقخها رم
(حىزىزىش)
صئحلا15فاكظواحىلضخداا (skipsi hal 37)12
طـ رشاحلؿزساىيزلؼ اف شاأخ اغ احىؼخهاافاحى ظواحى حرعا
ؽخىزخا40اد ا (skipsi hal 37)13
Contoh tamyiz nisbat/ jumlah:
أسا احمااحى ظاماحشظ واحى م اشزدخ خهاردم اىاحمارداخثلاردم
(4: )شقمخا
ـم خاحلرعا (12:احىق ا)افخىظقاحىخءااياح ا دا دراادخف
12
Siti khodijah, skipsi hlm 37 13
Siti khodijah, skripsi hlm 37
15
اخلدامخاىاػ افقخهاىظخكزاالخراحخاحمؼ الا احازم
(34:احىنفا)
B. Macam – Macam Tamyiz
1. Tamyiz Dzat
Tamyiz dzat merupakan tamyiz yang menerangkan
kekurang jelasan isim yang masih samar. Tamyiz dzat ini juga
di sebut Tamyiz mufrad, dan tamyiz dzat tersebut dinashobkan
oleh yang di tamyizi.Contoh: ينضاطض ا ـش (aku memiliki 90
kambing)
Dalam kitab nadhom „imrithi isim yang di anggap samar
(tamyiz dzat/mufrod) terbagi menjadi 6 macam yaitu14
:
a. Tamyiz Adad berfungsi untuk menjelaskan hitungan
sesuatu yang jatuh sebelumnya yang masih belum jelas
hal yang di hitung tersebut.Contoh: saya)رأضاأرر شارؿخه
melihat empat laki-laki)
Kata رؿخه dalam kalimat di atas berkedudukan sebagai tamyiz.
b. Tamyiz Mamsuh/ukuran yaitu lafadz yang menunjukan
sesuatu yang di timbang, ukuran, takar dengan alatnya.
14
Muhamad maftuhin sholih an-nadawi, terjemah nadhom „imrithi,
hlm 264-265
16
Agar maksud dari kata-kata yang masih samar menjadi
jelas, maka perlu adanya kata yangdapat menjelaskan
yaitu disebut dengan tamyiz sehingga kalimat tersebut
akan jelas dengan adanya sebuah isim yang dapat
memperjelas takaran atau ukuran yang di
maksud.Contoh: ح saya telah membeli)احشظ ضا زحار م
segenggam gandum)
Kalimat di atas merupakan jumlah fi‟liyah, dimana حشظ ض
sebagai fi‟il dan fa‟il, زح sebagai maf‟ul bih.Dan ح ر م
sebagai tamyiz.
c. Tamyiz Makil/takaran yaitu lafadz yang menunjukan arti
timbangan, ukuran dan takaran yang tidak jelas, sebab
tidak ada alatnya yang tertentu.Contoh: ؼقخها رسا
ؼقخها رس Kata(seberat dzarah, berupa kebaikan)خ ح
menunjukan arti serupa takaran yang juga perlu
penjelasan. Agar maksud kata tersebut jelas, maka di
perlukan tamyiz dan tamyiz dalam kalimat tersebut
berupa kata خ ح .
d. Tamyiz Mauzun yaitu lafadz yang menjelaskan timbangan
sesuatu yang jatuh sebelumnya yang masih belum jelas
atau di ketahui benda yang di timbang
17
tersebut.Contoh: ح saya telah membeli dua)اشظ ضامياحرزم
kilo beras)
e. Lafadz yang di perlakukan sebagaimana isim miqdar,
yakni setiap isim mubham yang membutuhkan terhadap
tamyiz atau pentafsiran.Contoh: kami) ىخاؼواخاىناخلدا
memiliki sesuatu yang kalian miliki, yakni kuda)
f. Lafadz yang menjadi fare‟ (cabangan dari tamyiz).
Contoh: ش kami memiliki cincin, yakni) ااداخخطافؼم
terbuat dari perak)
2. Tamyiz Nisbat
Tamyiz nisbat merupakan lafadz yang menerangkan
kekurang jelasan jumlah yang masih samar. Tamyiz nisbat di
sebut juga tamyiz jumlah.Contoh: اخيقدخ م ali baik) كضااي
akhlaqnya)
Tamyiz nisbat terbagi menjadi 2 macam yaitu:
a. Muhawwal (ه م ,yaitu perpindahan dari fa‟il, maf‟ul (ل
dan mubtada
Perpindahan dari fa‟il .Contoh: ؽخدادمحما ضخ
( Muhammad baik jiwanya ).
Kataا ضخdalam kalimat diatas asalnya di baca rafa‟
menjadi fail, kemudian dipindah (diubah) menjadi
18
tamyiz. Asal kalimat dia atas adalah: ؽخدا شادمحما
( Jiwa Muhammad itu baik )
Contoh:ـم خاحلرعاادخ ف
“Dan kami jadikan bumi memancarkan mata airnya”
Kataاادخdalam contoh di atas asalnya berkedudukan menjadi
maf‟ul bih, kemudian di pindah (diubah) menjadi tamyiz.
Kalimat itu asalnya : ـم خاااحلرعا ف
Mubtada‟. Contoh:أخاحمؼ الاخل ( Hartaku lebih
banyak dari kamu )
Kata اخلdalam kalimat di atas berkedudukan sebagai
tamyiz, pindahan dari mubtada‟. Susunan asalnya
adalah : خىاحمؼ ال
b. Tamyiz nisbat ghoiru muhawwal adalah tamyiz yang
tidak pindahan dari takrib lain, semenjak awal di buat
menjadi tamyiz.Contoh: اظألاحىخعاخء
C. Hukum – Hukum Tamyiz
Ada beberapa hukum yang harus di miliki oleh tamyiz,
yaitu:
19
1. Tamyiz di baca nashob, ini sudah menjadi hukum
asalnya.
Contoh: خينضااش ا د غل ( aku memiliki 20 pelayan /
budak)
2. Hukum asal tamyiz berupa isim nakiroh. Untuk contoh
kita bisa lihat pada kalimat di atas yang bergaris
bawah merupakan isim nakiroh. Terkadang tamyiz
berupa isim ma‟rifat secara lafadz, tetapi nakiroh
secara makna sebagai perkataan syair.
ؽزضاحى شاخا شاااا ,ارأظلاىخاأاا فظؿ حاطد ص
,adalah zaidah (tambahan)احى شاYang pada lafadzحه
sebabحها termasuk pada lafadz yang harus berupa
nakiroh.
3. Tamyiz berupa kalimat isim, yang mana isinya hanya
shorih tidak ada yang berupa isim muawwal, sebab
tamyiz tidak ada yang berupa jumlah.15
4. Amil yang menashobkan tamyiz adalah dzat yang
ditamyizi itu sendiri. Sedangkan yang menashabkan
tamyiz nisat ialah fi‟il yang di sandari, yang berada di
sebelumnya.
15
Abu An‟im, sang pangeran nahwu al-jurumuyah, hlm 297
20
ISIM MAUSHUL
A. Pengertian Isim Maushul
Secara harfiyah, Al-Maushul (حىطه) artinya : yang
disambungkan atau yang dihubungkan.16
Secara sederhana,
isim maushul disebut juga dengan kata penghubung. Hal
tersebut karena isim maushul berfungsi menghubungkan
beberapa kalimat atau pikiran pokok menjadi satu
kesatuan.17
Isim Maushul adalah isim yang membutuhkan
Shilah (penghubung) dan 'aa-id (yakni Dhomir yang Zhohir
atau Mustatir yang merujuk atau kembali kepadanya.18
Contoh :
ا آءم امظم ماؿم م دماحى م م اأمكم
Tidak datang orang yang menolong Ahmad.
Pada lafazh مظم ما tersimpan dhomir ما م yang kembali
kepada isim maushul, yaitu ما .حى م
16Fahmi, 2002 : 95 17Rusdianto, 2013 :42 18Anwar & Bakar, 2005 : 98
21
Redaksi lain mengatakan, Isim Maushul adalah kata
yang menggantikan seseorang atau kebendaan dan disebutkan
ketentuannya pada kalimat yang menjadi shilah-nya .19
Isim Maushul digolongkan ke dalam Isim Ma'rifat
karena isim ini memperjelas kata benda yang sudah jelas (Isim
Ma'rifat), dengan menggunakan kalimat yang terletak sesudah
Isim Maushul.20
B. Pembagian Isim Maushul
Isim Maushul dibagi menjadi empat, yaitu :21
1. Isim Maushul Nash (Ismu'i, 98 : 76)/Maushul Ismi.
ما م احىي مح ما\حى م م احىيظمخ م احىظم م م احى م م م ا\حىي م طم م احىل ثم م احىل م مىم احىي م م احلم م حىيظم
ءما م احىل حطم م حىي
2. Maushul harfi
19Huda, 2011 : 11
20Rusdianto, 2013 : 42
21Anwar, 2007 : 52
22
ما ش اىم فم ا م م مشم شماىم دمرم ظم م خا م شم ا دمرم ظم م خا م م ا مد امم مم م اطم ش اأم دمرم ظم م ا م أم
a) ش دمرم ظم م ا م yang dapat disambungkan kepada fi'il أم
yang munshorif.
Contoh :
1) Fi'il Madhi : مدما ازم م ا مخ م اأم م م ا زمضم ـم ام
2) Fi'il Mudhori' : مدما ازم م م امقم م اأم م م ا زمضم ـم ام
3) Fi'il Amar : ما ا م م م ارمؤ م م اامىم صم أمشم م
b) ا .yang disambungkan kepada isim dan khabarnya أم
c) ما yang disambungkan hanya kepada fi'il مم
mudhori.'
d) ش فم شا م م دمرم ظم م خا م dan bukan ش فم م م
3. Isim Maushul dengan lafazh Al (حه).22
Alif lam (حه) dapat digunakan untuk
menunjukkan yang berakal dan yang tidak berakal.
Hanya saja hal ini masih diperselisihkan di kalangan
ahli nahwu. Sebagian di antara mereka mengatakan
bahwa alif dan lam (حه) ini dianggap sebgaia isim
maushul, pendapat inilah yang shohih. Pendapat
lainnya mengatakan "Sebagai huruf maushul" yang
22Anwar & Bakar, 2005 : 106
23
lainnya lagi mengatakan "Sebagai huruf ta'rif" dan
tidak ada kaitannya sama sekali dengan maushul23
.
Sesungguhnya Al (حه) menjadi Isim
Maushul apabila masuk kepada Isim Fa'il atau Isim
Maf'ul. Contoh :
ا ماام م دمم م مظ ماحىم دمم مخصماا مظ مدماحىم دم ﴾18[ا:ا57]ا﴿حىملم
"Sesungguhnya orang-orang yang membenarkan
(Allah dan Rasulnya), baik laki-laki maupun
perempuan". (QS. Al-Hadid [57] : 18).
Isim Fa'il adalah bentuk kata benda yang diambil dari
kata kerja dan manunjukkan pelaku (yang mengerjakan
pekerjaan atau yang bersifatkan) (Zaenuddin, dkk, 2012 : 101).
Sedangkan Isim Maf'ul adalah bentuk kata benda yang diambil
dari kata kerja dan menunjukkan objek (yang dikerjakan).24
Selain masuk pada Isim Fa'il dan Isim Maf'ul, juga bisa
masuk pada Sifat Musyabihat, tetapi masih diperselisihkan.
Menurut Syekh Abdul Hasan Ibnu Ushfurpun tidak menentu
pendapatnya. Kadang-kadang mengatakan :"sesungguhnya Al
23
Ibid. Hal. 93 24Zaenuddin, dkk, 2012 : 107
24
ini adalah Maushul", kadang-kadang mengatakan :"tidak boleh
dijadikan Maushul".25
Sifat Musyabbihat adalah bentuk kata sifat yang
pengrtiannya sama dengan Isim Fa'il, yaitu "Yang Melakukan".
Bedanya dengan IsimFa'il adalah bahwa Sifat Musyabbihat itu
tidak mengandung waktu sedangkan Isim Fa'il mengandung
Waktu, yaitu "Akan".26
4. Maushul Musytarik27
م ا مح اأمهم ا م خ اأم م م ا م
Keenam lafazh di atas termasuk dalam
kelompok Isim Maushul Musytarik (bersekutu dengan
Mufrad yang Mudzakkar dan Mufrad yang Muannats
dengan cabang-cabangnya) .
ما م Digunakan untuk menunjukkan makna yang
berakal
25Abu Bakar, 2012 : 100 26Harun, 2010 : 201 27Anwar & Bakar, 2005 : 106
25
خ م Digunakan untuk menunjukkan makna yang
tidak berakal
ا أم
Digunakan untuk menunjukkan makna yang
berakal dan yang tidak berakal
أمهما
ما م
مح
C. Pokok-pokok dalam Isim Maushul
Dalam pembahasan Isim Maushul, ada dua hal
pokok yang perlu kita pahami, yaitu Shilah (حىظيش) dan
Dhomir 'Aid (حىؼ احى خثد).28
1. Shilah
Secara harfiyah, Shilah (حىظيش) artinya
Sambungan atau Hubungan. Setiap Isim Maushul
pasti mempunyai Shilah yang kemudian disebut
Shilah Isim Maushul. Shilah tersebut bisa berupa :
a) Jumlah Fi'liyah
28Fahmi, 2002 : 97
26
Yang dinamakan dengan Jumlah
adalah susunan kata/lafazh yang mempunyai arti
sempurna ketika yang berbicara telah diam, isi
pembicaraannya bisa dipahami oleh yang
mendengar.29
Jumlah Fi'liyyah adalah jumlah yang
dimulai dengan Kalimah Fi'il, baik Fi'il Madhi,
Mudhori', Amr, maupun Nahi
Contoh Isim Maushul berikut Shilah-
nya berupa Jumlah Fi'liyyah dan Dhomir 'Aid-
nya :
ا مدد ا م م افم مذم رم الم ظمخدم احىمنم ما ىملم م ظقم م ميم ما﴾ا2ا﴿ىم م م م مئم مم مذماحى م ماارمخىمغم م م م مقم خام م م يسما احىظ
ا م م زم ممخ مارم م م مقم سا.ا﴾3ا﴿م .﴾3-2[ا:ا2]﴿حىمزمقم م
Artinya :"Kitab (Al-Qur'an) ini tidak ada
keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang
bertaqwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada
yang ghaib, yang mendirikan shalat dan
menafkahkan sebagian rezzeki yang Kami
29Ghufron, 2012 : 55
27
anugerahkan kepada mereka". (QS. Al-Baqarah
[2] : 2-3).
Analisis :
Pada ujung ayat pertama di atas terdapat
kalimahما م ظقم م yang (Mereka yang bertaqwa)حىم
berbentuk Jamak Mudzakkar, dan ayat berikutnya
dimaksudkan untuk menjelaskan siapa ما م ظقم م ?itu حىم
Oleh karenanya, Isim Maushul yang digunakan
adalah juga Isim Maushul untuk Jamak
Mudzakkar, yaitu ما م sedangkan Kalimah . حى م
ما م م م ,adalah Shilahnya berupa Jumlah Fi'liyyah مئم
oleh karena ia adalah bentuk Fi'il Mudhori'.
Kalimah ما م م م mengandung dhamir jamakمئم
Mudzakkar, yaitu ما م dan dhamir inilah yang
dimaksud dengan Dhamir 'Aid dan ia
berkedudukan sebagai Fa'ilnya.
b) Jumlah Ismiyah
Jumlah Ismiyyah adalah jumlah yang
dimulai dengan Kalimah Isim yang terdiri dari
28
Mubtada' (subjek) dan Khabar (predikat) (Fahmi,
2002 : 98). Jumlah ismiyyah disebut juga dengan
Kalimat Nomina, yaitu kalimat yang tersusun dari
Mubtada' dan Khabar, pada asalnya kalimat
nominal ini berfungsi hanya untuk menetapkan
keterkaitan sesuatu dengan sesuatu tanpa
mengindahkan aspek kebaruan dan
kesinambungan.30
Contoh Isim Maushul berikut
Shilah-nya berupa Jumlah Ismiyyah dan Dhomir
'Aid-nya :
ا ما مدماأمفميمقم م م م ئم م ما﴾ا1ا﴿حىم م مم احى م م م يطم اطم م ماافم م خشم م ا.ا﴾2ا﴿خم م م م م ئم م ﴾2-1[ا:ا23]﴿حىم
Artinya :"Sesungguhnya beruntunglah orang-
orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang
khusyu' dalam sembahyang". (QS. Al-Mu'minun
[23] : 1-2).
Analisis :
30Al-Farisi, 2011 : 227).
29
Pada ujung ayat pertama di atas terdapat
Kalimah ما م م م ئم م (Orang-Orang Yang Beriman)حىم
yang berbentuk Jamak Mudzakkar, dan ayat
berikutnya dimaksudkan untuk menjelaskan siapa
ما م م م ئم م itu? Oleh karenanya, Isim Maushul yang حىم
digunakan adalah juga IsimMaushul untuk Jamak
Mudzakkar, yaitu ما م Sedangkan Kalimah .حى م ا م افم م م
ما م خشم م اخم م م يطم adalah Shilahnya berupa Jumlah طم
Ismiyyah, oleh karena ia dimulai dengan Kalimah
Isim, yaitu Isim Dhomir م . IsimDhomirما م
berkedudukan sebagai Mubtada', sedangkan
Kalimahما م خشم م .berkedudukan sebagai Khobarnya خم
Jadi, pada Shilah itu terdapat Dhomir Jamak
Mudzakkar yaitu م , dan Dhamir inilah yang
dimaksud dengan Dhomir 'Aid. Dengan demikian,
sesuailah antara Isim Maushul dan Dhmair 'Aid-
nya, yaitu sama-sama JamakMudzakkar.
c) Syibhul Jumlah
Secara Harfiyah, Syibh artinya
susunan kalimah yang menyerupai jumlah, yang
30
dimaksud dengan Syibh Jumlah adalah susunan
kalimah yang terdiri dari Jarr-Majrur dan Zharaf-
Mazhruf (Fahmi, 2002 : 98).
2. Dhomir 'Aid
Secara harfiyah, Dhomir 'Aid artinya
dhomir yang kembali, setiap Shilah Isim Maushul
harus mengandung Isim Dhomir yang kembali dan
sesuai dengan Isim Maushul-nya.31
Mengenai hal ini,
perhatikan tabel berikut ini :
اصاطه حىؼ احى خثد حىح ع
ما ا م م ما حى م
خ ؼا م م م ما م احى مح م حى م
ما ؿعا م م مى م احلم م حى م
ما ائغ م ما حىظم
خ ؼائغ م م ما م م احىيظم حىيظمخ
31(Fahmi, 2002 : 98
31
ا ؿعائغ م ءما م احىل ثم صم احىل م احىل طم حىل
D. Analisis beberapa contoh jumlah yang mengandung Isim
Maushul pada skripsi yang berjudul حىصخثوا﴿اف خىشااصظخدحا
اىظ شاخرساحىنل﴾ان ادخافلشحىظ يش Karya Syaekhu Ali
Ramadhan"
الاطؿدافاحىيغخصاحلخ حىظفاحىيغشاحى رشاحىزحصا .1
.اطضخاداصخث احىظ يحىظلظخؽاحىظ ياحىاصخثواحاؼخفا .2
اىخا شا شحىظلخااكداحىصخثوا .3
صخثواحىظ يشان دخافلشاظ ياربصظخدحاحهحى راحىطلدا .4
.ااظ ياردااصظخدحخحى .5
ائارخحىظاحى ػشا .6
حىظشااياأاحىصيشاحىظططواحىزخكغااىاحىظخثؾا .7
اطظناحىز ـشحىظا ححىزلغاكظيضاحىزخكؼشاحىظدرزخصا .8
الاط ظداأصخصخااياأى خ احىيغشىظح .9
اط ظدحىظاياأخاطيلاحىح ا .10
اػقاااؤشاحى خرفحى فاحىظ ا .11
ايناحىشخضحى حىشخؽا .12
اف يخاحىشخضا ضحىظسحىزخش حىظـ رشا .13
Analisis :
Pada contoh nomor 1, 2, 3, 6, 7, 8, 9, 10, dan 13, terdapat
Isim Maushul dengan lafazh ما sedangkan pada contoh ,حىظم
32
nomor 4, 5, 11, dan 12 terdapat Isim Maushul dengan
lafazh ما Dan pada contoh nomor 7, 8, dan 13 terdapat .حى م
Isim Maushul tetapi dalam bentuk Alif Lam (حه) yang
masuk pada bentuk Isim Maf'ul.
Ketiga belas contoh tersebut di atas mengandung Isim
Maushul yang berbeda-beda bentuknya terutama dalam
bentuk berdasarkan jenis dan bilangannya.
33
MAFHUMUL ‘ADAD
A. Pengertian „Adad
Istilah „adad, dalam bahasa Arab berarti bilangan,
sedangkan ma‟dud adalah benda yang dibilang32
. Adapun
rukun „adad, itu ada dua : 1) „Adad, 2) Ma‟dud. Contoh :
خىمزمخصدا,اػملمػمشماؽملددا اؽم رمعم أمرم
Dalam contoh diatas tersebut, kalimat اػملمػمشماdan رمعما أمرم
merupakan„adad, sedangkan ma‟dudnyaialah kalimat ؽملددا
dan خىمزمخصدا Berikut ini adalah „adad untuk bentuk mudzakar . ؽم
dan muannats :
حى د
ىي م ىيئغ
حكد حكدس
حػخ حػظخ
ػلػش ػلع
أرر ش أررع
خضش خش
32Ust. Rusdianto, Tebas Bahasa Arab Secepat Kilat, hal : 147
34
صظش صضما
صز ش صزع
ػخش ػخ
طض ش طضع
اش س اش
Dari tabel diatas yang merupakan „adad, yang berbentuk
mudzakar dan muannats.Keduanya memiliki perbedaan yaitu,
jika „adad yang mudzakar ditetapkan (memakai) huruf ta‟ pada
lafadz tsalaasatun (tiga), dan bilangan-bilangan sesudahnya
hingga „asyratun (sepuluh).Ketentuan ini berlaku jik
ma‟dudnya berbentuk mudzakar.Sedangkan „adad yang
muannats maka huruf ta‟ digugurkan (tidak memakai).Berlaku
untuk ma‟dud yang berupa muannats. Bilangan tersebut dapat
dimudhafkan kepada jamak, dengan memakai lafadz jamak
qillah (menurut kebanyakan pemakai) .Contoh :
Di sisiku ada tiga mata uang ا اػملمػمشماأمفميمشد مدم اام
Di sisiku ada tiga jiwa ا م مشد اػملمػمشماأم مدم ام
35
B. Pembagian „Adad ( ح ضخاحى د)
1) „Adad Ashli ( ما ( حى د احلطي
م مسما م مدم احى خءم م احلمصم شم مم يمامم اام امدمه م م ا م يم حى مدم ماحلمطم33.
“‟Adad ashli yaitu bilangan yang menunjukan
kuantitas/jumlah isim-isim ma‟dud.”
„Adad ashli terdiri atas bentuk mudzakar dan
muannats. Begitupun juga ada beberapa macam dan aturan
yang ditetapkan dalam „adad ashli ini yang dikelompokan
menjadi beberapa kelompok :
a. „Adad Mufrad-Ashli
Adalah isim yang kosong dari tarkib dan
„athaf.Yaitu bilangan dari wahidun (satu) sampai
„asyatun (sepuluh). Untuk bilangan tiga sampai
dengan sepuluh ada yang menyebutnya „adad
mudhaf, karena dapat dimudhafkan pada
ma‟dudnya. Mengenai „Adad yang di-mudhafkan,
itu ada dua macam :
1. „Adad yang hanya di-mudhafkan kepada jamak,
yaitu mulai dari tiga hingga sepuluh.
33 ۱۰۷:ول ولوحاتامعجم قوائد اللغة العربية يف جد انتوندحالن ,
36
2. „Adad yang hanya di-mudhafkan kepada mufrad,
yaitu bilangan seratus dan seribu serta bentuk
tatsniyyah dari keduanya.
Contoh :
حى د حى ا
ىي م ىيئغ
دمسما حكم م يشما ـم م دما حكم م ا م ميم
ما مظمخ احػم م يظمخ ـم م ما مخ احػم م خ م ميم
لصدا ـم م ا دا ػملمعم ػملمػمشماأم ملم
لصدا ـم م ا رمعم دا أمرم رم مشماأم ملم أمرم
لصدا ـم م ا دا امشم م سماأم ملم امشم م
Bilangan satu terletak setelah isim mufrad,
sedangkan bilangan dua terletak setelah isim
mutsanna. Baik bilangan satu maupun bilangan
dua, sama-sama mengikuti kata benda yang
37
dibilangnya (ma‟dud) dalam hal mudzakar dan
muannatsnya.
Untuk bilangan tiga sampai dengan sepuluh, kata
benda yang dibilangnya harus diletakan setelahnya,
berbentuk jamak, dan dikhafadhkan.
:ر غاحىقها
حى د احىؼخف
أىفا()خثشا ػلػشااىااش س
دا خثمشما ميم م دا ػملمػمشماأم ملم
دا ا ميم دا أمىمفم رم مشماأم ملم أمرم
دا خثمظمخا ميم م
دا دا أمىم مخا ميم سماأم ملم امشم م
b. „Adad Murakkab-Ashli
Adalah isim „adad susunan dua bilangan
menjadi satu dengan susunan tarkib mazji.Yaitu
bilangan dari sebelas sampai dengan sembilan
belas. „adad yang murakkab semuanya mabni,
38
baik shadr (bagian pertama)-nya maupun bagian
keduanya, semuanya dimabni fatah-kan. Contoh :
Sebelas دماامشم ما أمكم
Tiga Belas سما اامشم م ػملمعم
دما -merupakan shadr (bagian pertama) , ػملمعما danأمكم
nya yang dimabni fatah-kan, sedangkan امشم ماdan
سما merupakan bagian kedua yang sama-sama امشم م
dimabni fatah-kan.
Pada contoh دماامشم ما diperuntukan untuk ma‟dud ,أمكم
yang mudzakar, sedangkan pada contoh سما اامشم م , ػملمعم
diperuntukan untuk ma‟dud (benda yang
dibilang/dihitung) muannats.
Dari ketetapan yang telah disebutkan di atas,
mengenai aturan „adad murakkab yang semuanya
itu dimabnikan baik bagian pertama maupun
bagian keduanya, tetapi ada pengecualian dari
ketetapan tersebut, yaitu pada bilangan مخاامشم ما حػم
dan سما مظمخاامشم م Pada bagian pertamanya yaitu .حػم
kalimat مخ مظمخ dan حػم di-I‟robkan dengan memakai حػم
I‟rob huruf, yaitu alif jika dalam keadaan rofa‟ dan
ya jika dalam keadaan nashab dan jar. Karena
39
sama dengan isim mutsanna. Sedangkan untuk
bagian keduanya yaitu kalimat امشم ما dan سما ,امشم م
tetap dimabni fatah-kan.
Kata benda yang dibilangnya harus berbentuk
mufrad, dan berharakat nashab. Jika kata benda
yang dibilangnya mudzakar maka „adadnya juga
mudzakar. Demikian halnya jika kata benda yang
dibilangnya muannats, „adadnya pun harus
menggunakan muannats.
c. „Adad „Uqud-Ashli
Adalah isim „adad puluhan/kelipatan
sepuluh.Yaitu bilangan dari dua puluh sampai
dengan sembilan puluh.Untuk bilangan ini
bentuknya tidak mengalami perubahan, yaitu
mudzakar, walaupun kata benda yang dibilangya
muannats dan mudzakar.Namun demikian, kata
benda yang dibilangnya harus berbentuk mufrad
dan berharakat fatah.Contoh :
Dua puluh pena خ د ا ميم م م شم م ام
Dua puluh majalah يشدا ـم م ا م م شم م ام
40
d. „Adad Ma‟thuf-Ashli
Adalah isim „adad susunan athaf.Yaitu
bilangan 21 hingga 99, angka satuannya
disebutkan pertama kali, kemudian diikuti angka
puluhannya.Untuk menghubungkan bilangan
satuan dengan puluhannya, digunakan huruf wawu
sebagai huruf athafnya (kata
sambungnya).Sedangkan untuk kata benda yang
dibilangnya harus berbentuk mufrad dan
berharakat fatah.Contoh :
21 pena خ د ا ميم م م شم م ام م دما حكم م
33 pena خ د ا ميم م م ػملمػم م ػملمػمشما
99 pena خ د ا ميم م م طمضم م م طمضم مشما
2) „Adad Tartibi ( ما ( حى د احىظ طز
مخء طمذماحلمشم يمارم اام خ مه م ا م م ا م ز طم حى مدم ماحىظم م34ا.
“‟Adad tartibi yaitu bilangan yang menunjukan urutan
suatu perkara (ma‟dud).”
34 ۱۰۸:ول ولوحاتامعجم قوائد اللغة العربية يف جد انتوندحالن ,
41
Bilangan tartibi/bertingkat, lafadz-lafadznya adalah
sebagai berikut :
ا هم ا–اأم د حرمعا–اػمخىمغا–اػمخ شا–ارم م خ ا–اصمخرمعا–اصمخ مسا–اخم م عا–اػمخ امخشم ا–اطمخصم
جمشا–ا أىف–ام
Seperti halnya bilangan ashli, bilangan tartibi juga
terdiri atas bentuk mudzakar dan muannats.
ما حى د احىظم طز
ىي م ىيئغ
ه حلى م حل
حىؼمخ حىؼمخش
حىؼمخىغ حىؼمخىؼش
حر ش حرع حى م حى م
حىخخش حىخخضش
حىضمخ س حىضمخ صش
حىضمخرع حىضمخر ش
حىؼمخ حىؼمخش
حىظمخصع حىظمخص ش
حى خش حى خش س
42
Begitupun juga ada beberapa macam dan aturan yang
ditetapkan dalam „adad tartibi ini yang dikelompokan
menjadi beberapa kelompok :
a. „Adad Mufrad-Tartibi
Adalah isim yang kosong dari tarkib dan
„athaf.Yaitu bilangan dari Al-awwal (kesatu) sampai
Al-„asyiroh (kesepuluh).Contoh :
ا وم هماحمىم مظم م اا–احلم وم ماحمىم مظم ا–ااحىؼخ وم اا–احىؼخىمغماحمىم مظم وم حرمعماحمىم مظم ا–احى
ا وم شماحمىم مظم م خ ا–اا...ا(حى)...اا–احىمخم وم حىم مخشم ماحمىم مظم
Bilangan-bilangan tersebut yang digaris bawahi
merupakan „Adad (bilangan) tartibi mufrad, karena
kosong dari tarkib dan athaf.Dalam „adad tartibi
berbeda dengan „adad ashli, yaitu pada susunan
„adad dan ma‟dudnya.Dalam „adad ashi susunannya
yaitu „adad kemudian ma‟dud.Sedangkan „adad
tartibi mendahulukan ma‟dudnya dari „adadnya,
seperti contoh diatas tadi.
b. „Adad Murokab-Tartibi
43
Adalah isim „adad susunan dua bilangan
menjadi satu dengan susunan tarkib mazji.Yaitu
bilangan dari sebelas sampai dengan sembilan belas.
„adad yang murakkab semuanya mabni, baik shadr
(bagian pertama)-nya maupun bagian keduanya,
semuanya dimabni fatah-kan. Contoh :
ه ؿزءاحىؼمخ م حى د حى د ؿزءاحل
ا م فظق–ااز ا م فظق–ااز مم حى ظواحىلخ ااش
ا م فظق–ااز ا م فظق–ااز مم حى ظواحىؼمخااش
ا م فظق–ااز ا م فظق–ااز مما حى ظواحىؼمخىغااش
ا م فظق–ااز ا م فظق–ااز حرعااش ٩م–مم حى ظواحى م
ه ؿزءاحىؼمخ م اد اا د ؿزءاحل
ا م فظق–ااز ا م فظق–ااز صخىشاحىلخ شااش س حى م
ىي م
ىيئغ
44
ا م فظق–ااز ا م فظق–ااز صخىشاحىؼمخشااش س حى م
ا م فظق–ااز ا م فظق–ااز صخىشاحىؼمخىؼشااش س احى م
ا م فظق–ااز ا م فظق–ااز حر شااش س صخىشاحى م حى م
c. „Adad „Uqud-Tartibi
Adalah isim „adad puluhan/kelipatan
sepuluh.Yaitu bilangan dari dua puluh sampai
dengan sembilan puluh.Untuk bilangan ini
bentuknya tidak mengalami perubahan, yaitu
mudzakar, walaupun kata benda yang dibilangya
muannats dan mudzakar. Dalam prakteknya
bilangan ini bentuknya sama dengan bilangan „uqud
ashli, hanya dalam bilangan „uqud tartibi ditambah
: Contoh .(alif lam)أه
ا م م شم م ا:اؼخها,ااحمىم م م م شم م احىم م وم اا/احمىم مظم م م شم م خىمشماحىم م صم حمى مم
ا م م ا–احمىؼلمػم م م رم م مرم ا–احملم م م ضم م ا–احمىمخم م م ظ ا–احمىضمم م م –احمىضزم م
ا م م خم م ا–احمىؼ م م .حمىظممضم م
d. „Adad Ma‟thuf-Tartibi
Adalah isim „adad susunan athaf.Yaitu
bilangan 21 hingga 99, angka satuannya disebutkan
45
pertama kali, kemudian diikuti angka
puluhannya.Untuk menghubungkan bilangan satuan
dengan puluhannya, digunakan huruf wawu sebagai
huruf athafnya (kata sambungnya).Contoh :
ما–حى د احى طفا –حىظم طز
ىي م ىيئغ
حىلخ احى ش حىلخ شاحى ش
حىؼمخاحى ش حىؼمخشاحى ش
حىؼمخىغاحى ش حىؼمخىؼشاحى ش
حر شاحى ش حرعاحى ش حى م حى م
حىخخشاحى ش حىخخضشاحى ش
حىضمخ ساحى ش حىضمخ صشاحى ش
حىظمخصعاحىظمض حىظمخص شاحىظمض
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam „adad tartibi,
yaitu :
46
„Adad tartibi mulai dari bilangan dua hingga sepuluh
dapat dibentuk dengan memakai lafadz yang berwazan
faa‟ilun. Halnya sama dengan lafadz faa‟ilun yang
dibentuk dari wazan fa‟ala.
Diucapkan خ م مش danاكم خ م hanya ketika dalam , كم
murakkab dan ma‟tuf saja.
„Adad murakkab pada „adad tartibi berlaku seperti
berlakunya „adad murakkab pada „adad ashli, yaitu
bagian pertama dan bagian kedua pada „adad murakkab
dimabni fatah-kan dua-duanya.
Dalam „adad tartibi, „adad dan ma‟dudnya bersesuaian
(lafadznya). Jika mudzakar dengan mudzakar begitupun
juga jika mu‟annats. Terkecuali dalam bentuk „uqud,
karena tetap dengan satu lafadz yang berbentuk jamak.
Dalam „adad tartibi susunan ma‟dudnya didahulukan
dari „adadnya, yaitu ma‟dud kemudian diikuti dengan
„adadnya. Sebagaimana telah dicantumkan dalam
beberapa contoh di atas.
C.عاحى د افاحىـيش
47
ما ما حى د احىظم طز حى د احلطي
اامشم ما عم احىظخصم وم مخافماحىم مظم صم افماحى مظو مرم م مخ احػم م زمخ خىم اؽم خءم ؿم
ضمخءدا م ا حرم مشم احى افماحىضخامشم عم ؿم اػملمػمشماممظمذدا م م مضم حشظم م
وما افماحىم مظم شم م خ احىمخم ظمخدم احىمنم مضم أم ظمزمخصدا رم نم م رمعما رميماأم اام صم رم م م
ماأأ احىمقم م م م ا شد ضم م خ اخم شد أمافماطم ملم دما مقم م حكم م دما ـم ضم م ا مشم فماحىمقم م
شما رم احىم م م سم احىدرم م م ا م م احىؼخ سم احىدرم أ دمسما حملم حكم م صمشما دمرم م ا مشم فماحىمقم م
D.حىظطزقافاحىق حءس
ا م اىم م م مظم حم ارم م م حىمقم م ا شم م حىش ممزدخا م امم دماامشم م احمكم مضم حم ارم م مم احم مرمضم خ ا م م مرم الم صمفم م ام حم ما مخهم
ا﴿صفا م م دم ـم ﴾مːص
ااا﴿حىلخأ شا د خ مشماحم خم م ػم م ا مخهد اىم اصمزمعم م م م يم مخاام ﴾ː٧صمخ م
ا ءم دمحأ م اشم رم مشم مرم حارمخ م امؤمطم م اىم اػم ضم ظم لم م احىم م م م ام م م م حى م ﴾مːحلشا﴿حىرا..ام
خ مسداحمرمددحاااا﴿حىرا...ا م اشم م م حاىم م لماطمقمزميم م يمدمسدا اؿم م م م اػم م م م دم يم ﴾مːفمخؿم
مخهللاااا﴿حىرا ار خ محصد م اشم رمعم احمرم م م دم خ مسماحمكم م ﴾مːفمشم
اااا﴿حىطملقا م م ؼميم م ا عم احلمرم م م ا حصد م خ م اصم اصمزمعم يمقم اخم م ﴾ممːهللااحى م
ااااا﴿حىزق سا ءد مأ اػملمػمشما م م م م مضم م ارمؤ م رمظم امظم م يقضم طم م حىم ﴾٨ممːم
48
سما... يم اطم م مدم ار م م م سما م م م احىظ م مم ا م مخرمنم اػم م م اطمؼم م م م كم م ا ـم م سماحىم م يم اطم ا مزموم م مم اا
ااا﴿حىرا م اىنم حصد رم م اام ااػملمعم خءم شم ﴾٨مːحىم م
صمزمعما م ا خفم ـم اام اصمزمعم ميم امؤممم د خ م اصم حصد مخافماصمزمعمارمقم م ظم
اأمفم مقم دمم خاحىظمم م اأم صمفم م م
ا ميضد مز ﴾اممːحلشا﴿صفا...اصم
49
ISTISNA
A. Pengertian Istisna
Menurut Syekh MusthofaAl-qulayaini dalam kitabnya
yaitu ؿخعاحىدرساحى حرشا yang dinamakan dengan istisna yaitu :
حاحكداحخحطخااح حصاحاصظؼخءااكنا"االا"ااحخ حؽاخار دا
.خا زيخ
Artinya: mengecualikan sesuatu hukum dengan
menggunakan lafadzال atau dengan salah satu dari
akhwatistisna yang merupakan adawatistisna dari
hukum sebelumnya.
Isim yang disebut sebelum adat istisna disebut
mustasnaminhu, sedangkan yang sesudahnya disebut mustasna.
Dalam kitab jurmiyah huruf istisna itu ada 8 yaitu:
اخل اادح اكخشخ م اصم د اصم د .حل اغ اصم
Namun yang lebih lebar pembahasannya lafadz ا) د صم
م اصم د ا(صم itu satu kemudian ditambah dengan lafadzىش ا
ؿخعا Sehingga baik dalam kitab jurmiyah maupun kitab .لنا
yang pembahasannya lebih lebar sama-sama حىدرساحى حرش
menyebutkan bahwa jumlah huruf istisna itu ada 8. Contohnya:
فخاحىقااازدح
- Lafadzخ itu fi‟il madhi mabniفخااوا .
- Lafadzاااحىقاfail lafadz فخ dan menjadi mustasna minhu
- Lafadzحلadawat istisna.
- Lafadzزدحmustasna (yang dikecualikan)
50
-
B. Istilah-istilah dalam istisna
Apabila kita ingin memahami tentang istisna, kita harus
faham tentang istilah-istilah istisna, karena apabila kita
tidak faham tentang istilah-istilah istisna mana mungkin
kita faham tentang istisna.
Istilah-istilah istisnadiantaranya:
ظظوااقطع .1
a. Mustasnaظظو yaitu خامخااؿشاحىضظؼاا
Contoh:ؿخءاضخف احلاص دح
b. Mustasnaقطعا yaitu خىشااؿشاخاحصظؼاا
Contoh: حكظ ضاحىدحراحلاحىنظزشا
طخااخ ضا .2
a. Mustasnaطخ yaitu mustasna yang menyebutkan
mustasna dan mustasnaminhu.
Contoh: خاحىقاحلازدح
b. Mustasnaخ ض yaitu mustasna yang hanya
menyebutkan mustasnanya tidak menyebutkan
mustasnaminhu.
Contoh: خ خاحلازدح
خاػ رضاحلازدحا
خػ رضاحلارزد
Istisnaخ ض atau istisna غا ini tidak akan م
terjadi pada kalam yang bersifat mujab. Dengan
kata lain harus kalam .
ؿذ ا .3
51
a. Kalam ؿذا bisa diartikan dengan حػزخدا atau
kalam positif yaitu kalam yang tidak di dahului
خاحىقاحلزدحا :atau syibeh contoh ا
b. Kalam yaitu kebalikan dari kalam ؿذ
atau bisa disebut kalam negatif. Kalam ini
di dahului oleh huruf atau syibehnafi‟ (ا
.( حصظ خا
Contoh: خ خاحلماحكدا
خ خاحكداحلازدح ازدما
C. Hukum MustatsnaMuttashil dengan الا
Mustatsnamuttashil yang menggunakan adat
istitsnaالmemiliki tiga macam i‟rob35
.
a) Wajib terbaca nashob.
1. Apabila jatuh setelah kalam tam yang mujab.
Contoh :ـقاحىظلا االحىنضهااا
(para murid akan sukses kecuali
orang/murid yang malas)
Kalam taam adalah36
:
حا م احىضظؼااااااااااااااااااااااااااااااااااااااااااااااااااا
اا
Kalam yang menyebutkan mustatsnaminhu-nya
Kalam Mujab adalah37
:
35
Abu An’im ,Sang PangeranNahwu: 304. 36
Syekh Abdullah IbnFadhil, Syarah Al A’symawi : 42. 37
Syekh Abdullah IbnFadhil, Syarah Al A’symawi : 42.
52
احالاظقدا احاشزااااااااااااااااااااااااااااااااااااااااااااااا
اااا
Kalam yang tidak didahului nafi atau yang menyerupai nafi
Kalam nahi dan istifhaminkari sehukum dengan kalam
manfiy.
2. Apabila jatuh setelah kalam taam yang manfiy
(kebalikan dari kalam mujab) namun mustatsna
mendahului mustatsnaminhu-nya.
Contoh : janganlah memukul)ااالاطؼ داحىقاالازدح
qaum kecuali zaid)
Sehukum dengan kalam manfiy adalah kalam
nahi dan istifhaminkari sebab keduanya
bermakna nafi.
Contoh : apakah qaum datang) واؿخءاحىقاالازدح
kecuali zaid ?)
“ini diucapkan pada orang yang mengingkari
kandungan kalam tersebut”.
b) Boleh dua wajah yakni dibaca nashob menjadi
istitsna dan menjadi badal yang mana I‟robnya
mengikut pada mubdalminhu (mustatsna). Hal ini
terjadi apabila mustatsna jatuh setelah
mustatsnaminhu dan berada pada kalam manfiy dan
syibehmanfiy.
Contoh :
ا الاايخ–اخاؿخءاحىقاالااي (qaum tidak datang kecuali
ali)
53
الاص دح–ااالقاأكداالاص دا (jangan datang seorang
pun kecuali sa‟id)
c) I‟rob-nya memandang tuntutan amil padanya, jika
amil menuntut I‟robrofa‟ maka mustatsna dibaca
rofa, jika amil menuntut I‟robnashob maka
mustatsna dibaca nashob, dan jika amil menuntut
I‟robjar maka mustatsna dibaca jar. I‟robmustatsna
semacam ini apabila mustatsna berada dalam kalam
naqish.
Kalam naqish adalah :
غخ احى اىا م افاحىضظؼااضااصظؼخءا م
Kalam yang tidak menyebutkan mustatsnaminhu-
nya dan dinamakan istitsnamufarrogh.
Istitsnamufarrogh ini harus berupa kalam manfiy.
Contoh :
(tak seorangpun datang kecuali zaid)خاؿخءاالازدما
aku tak melihat seorangpun kecuali)خارأضاالازدح
zaid)
aku tak berjumpa seorangpun)ااااخا رصاالارزد
kecuali zaid)
3. Hukum MustatsnaMunqoti‟ dengan ال
Mustatsnamunqoti‟ wajib dibaca nashob, baik
mendahului mustatsnaminhu atau berada setelahnya,
dan berada dalam kalam mujab, maupun manfiy38
.
Contoh :
38
Abu An’im , Sang PangeranNahwu : 306.
54
datang para musafir kecuali)ؿخءاالاحظ ظاحىضخف
harta bendanya)
para musafir belum datang)خاؿخءاحىضخاف احلاحظ ظ
kecuali harta bendanya)
“Kalam dalam contoh tersebut dinamakan
istitsnamunqoti‟ sebab harta benda bukan jenis dari
musafir”.
D. Hukum Mustatsna dengan غ ا
Adalah isimnakiroh yang selalu menetapiغ
kenakirohannya walau di idhofahkan pada isimma‟rifat,
dan termasuk lafazhmubham. Dengan demikian bahwa
lafazhnakiroh yang di sifati olehnya pasti tetap nakiroh
atau syibehnakiroh, seperti isimnakiroh yang
kemasukan aljinsiyyah39
.
Contoh : ك telah datang padaku laki-laki)اااؿخءارؿواغ م
selain kamu)
كامؼ jenis para laki-laki selain kamu)احى ؿخهاغ م
banyak)
Terkadang غdijadikan sebagai alat untuk
mengistitsnakan/mengecualikan hukum seperti halnya
wajib di baca jarغ hanya saja mustatsna dengan ,ال
karena menjadi mudhofilaihnya, sedangkan غ di
I‟robi sebagaimana pengi‟robanmustatsna
menggunakan ال, yakni apabila berada dalam kalam
taam, mujab dan muttashil maka wajib dibaca nashob40
.
39
Abu An’im , Sang PangeranNahwu : 306. 40
Abu An’im , Sang PangeranNahwu : 306.
55
Contoh : اخخىد qaum telah datang selain)ؿخءاحىقاغ م
kholid)
Jika berada dalam kalam taammanfiy dan muttashil
boleh dua wajah, yaitu dibaca nashob dan menjadi
badal.
Contoh :اخخىد احاغ م خاؿخءاحىقاغ م
Jika berada dalam kalam naqish, maka I‟robnya
mengikuti tuntutan amilnya.
Contoh :خاؿخءاغ اخخىدا اخارأضاغ اخخىدا اخا رصارغ اخخىدا
Jika mustatsnanyamunqoti‟ maka wajib dibaca nashob.
Contoh : احىنظذ api tidak membakar)خاحكظ ضاحىخراحىدحراغ م
rumah selain buku-buku)
E. Hukum Mustasna dengan اصحء د اصم د صم
Istisna menggunakan adat اصحء د اصم د hukumnya صم
sama dengan istisna menggunakan adat غ ماkarena ا د اصم د صم
dan juga sama-sama berupaغ menyamai maknanya صحء
kalimahisim. Yaknijikaberadadalamkalam tam,
mujabdanmutasilmakawajibdibacanashob.
Contoh: ؿخءاحىقاص اص اصحءاخخىدا
Jika berada dalam kalam tam manfiy dan muttashil
boleh dua wajah, yaitu dibaca nashob dan menjadi badal.
Contoh: صحءاخخىدا/اخؿخءاحىقاص اص اصحء
Jika berada dalam kalannaqish, maka „irobnya
mengikuti tututan amilnya.
Contoh: خاؿخءاصاخخاىدا اخارأضاصحءاؿخاىدا اخا رصاارضحءا
خخاىد
56
Jika mustasnanyamunqoti‟ maka wajib di baca nashob
Contoh:خاحاكظ ضاحىخراحىدحراصحءاحىنظذا
Catatan:lafaz irob,rofa‟,nashob,danص صا
jarnyataqdiron(di kira-kirakan ).
F. Hukum mustasna dengan خلادحكخشخ
Lafadz خل اادح اكشخ adalah fi‟il madhi yang menyimpan
makna حلما istisnaiyah ke 3.Lafadz tersebut mengecualikan atau
berfungsi sebagaimana fungsinya حلما. Lafadz yang dikecualikan
oleh lafadzخل اادح اكؼخ itu bias dibaca 2 bagian:
1. Dibaca nashob menjadi maf‟ul.
Ketika mustasna dibaca nashob kedudukannya menjad
imaf‟ul yang otomatis lafadz tersebut menjadiخل اادح اكؼخ
fi‟il madhi mabni ma‟lum, bina fathah muqoddar pada alif
karenaط درما.Fa‟ilnya berupa dhomirmustatirwujub.
Contoh: خاحىقاخلازدحا (kaum itu telah berdiri selain zaid)
(kaum itu telah berdiri selain zaid) خاحىقاادحازدحا
Mustasna menggunakan lafadz boleh dibaca wajah خل اادح
yaitu nashob dan jer. Itu juga ketika kedua lafadz tersebut
tidak di dahului خmasdariya.Namun ketika menggunakan
itu pastimenjadifi‟il.Tidak syah كشخخلmasdariyahlafadzخ
menjadi huruf jer, dan mustasnanyawajib dibaca nashab.
Sedangkan كشخ selamanya tidak bisa kemasukan mim
masdariyah dan menurut satu pendapat lafadzكشخ adalah
huruf jer. Seperti menurut Imam Ibnu Malik :
ااخكخاشخاؿ م احاخاحردح#احؿ رححظذارخاحاؿ م ا
2. Dibaca jar menjadi majrur.
57
Apabila mustasna ( lafadz yang dikecualikan) dibaca jar
jadi majrur maka lafadz tersebut pasti jai huruf خل اادح اكؼخ
jar, menjadi huruf jarsyibehjadiah, huruf jersyibehjaidah
ialah:
.اخالظخؽاحىا الالظخؽاحىاظغيقاظغيقار
Contoh :حىظذارخلااادحامؼ ااحىـ ارخا يوا
حىـ ارلخشخامؼ ااحىظذارخا يوا
G. Mustasna dengan menggunakan ىشالان
Lafadz merupakan fi‟ilnaqis yang ىش dan لان
merofakanisim dan menashobkankhobar dan terkadang lafadz
tersebut mengandung makna حلماistisna.Mengecualikan
menggunakan lafadzىش dan لان tak ubahnya mengecualikan
menggunakan حلما dan mustasnasetelahnya wajib nasob karena
menjadi khobar.
Contohnya ؿخءاحىقاىضخ:خيدا (kaum tersebut datang
kecuali kholid)
kaum tersebut telah) ؿخءاحىقالناخيدا
datang kecuali kholid)
Kedua contoh tersebut sama maknanya dengan
mengucapkan ؿخءااحلماخخىدحاisimnyadhomirmustatir yang
kembali pada mustasnaminhu.
.ر دحارنار دال#ااحصظؼاخطزخاريشاخلا
H. Contoh dalam al-Qur‟an dan Skripsi
ا اـيضاض انظزال ظاا:االم لناحىظل االم
58
اىيظ رشار زخرساأخ ا ىاطئصشاالم
ما احىمنم م م م م ا م خ مم م ا زم م ظمنم حصم م ا م احمر اامرميمشم حاامل دم ـم افمضم م مم حالم دم ـم احصم يجمنمشم م يم ام م ميممخاىم حىزق سا)م
ا(اامم
ا م شم م يماحىخم اام ساامل خاىمنمزم م م ام م سما يم حىظ م ا زم م حارمخىظ م حصظم م (اممحىزق سا)م
ا م امظم ماامل ا م ام م ا خم م اأم اامل ظذم احىمنم م م م يم الم م مم م اح م م (ا٧٨حىزق سا)م
اام محردخا دمامماامل حافميمامزم (اممحىزخءا)فم م م
ا م م يم يم مم اىمم ا م اامل م م ا م (ا٧محىظنر)ام
أا فاحىظل اخظخثضاحىيغشاحى رشاخازخاااغ خااحىيغخصا:اغ ا
مؤطحصا حسصاط حمذا خاما
ا م م دم م ا م م اغم م منمظم اام لم م (اام٨حى شا)فميم
خاحىظل اصحاخخىدا:اصحا
كبىاحىزراشاصحا اا:صحاا ذاحى لم
خا خوافاحى ظواصاحىظي اا:اصا
ا:اخلا م م ام ػم دمم حاأمطملم ا مخىم ارم مغد م اامى م م لمارم مؼم ام محاخم م خا م ح حاءم م حا مخىم م م ح اءم م محاحى ام محاىمقم م
ا م يم اطم مقم رممنماأمفملم دمارم اام م اممارم خؿ اىمملم م نم يم اهللاماام خافمظمقم م (اام٧حىزق سا)رم
خاحىقاخلازدا
احىمخسااىا:اكخشخا ارصهاهللااطيماهللااايااصيما خهاأصخشاأكذم م اااراا اح
خاكخشخافخؽشاا
كؼ احى ياادحادمحمحا:اادحا
59
فبماىشاالاارشخ احىدرساحىظل اى حاحىح اا:اىشا
فاحىلققشاأاشخؽاحىظ ياىشافاحى ظوافقؾاىنافاخخرؽاحى ظواأؼخا
60
MUNADA
A. Pengertian Munada
Munada adalah kata benda (isim) yang disebut sesudah
huruf dari salah satu huruf-huruf nida (seruan).Atau isim yang
dipanggil dengan mempergunakan huruf-huruf panggilan
(huruf nida) agar yang dipanggil mendatangi atau menoleh
kepada orang yang memanggil.41
ما ىم م داىم م ا يمزدللم زمخهم خاؽم م حطم م اأمخ اامكدم ارم مدمامخاحم مام مم م احمص م م مخا م م حمىم
“Munada adalah isim yang disebut sesudah “ya” atau
salah satu akhwatnya, untuk meminta kehadiran orang
yang dimaksud.”42
Sedangkan dengan pengertian yang lebih singkat disebutkan:
احىممدمحءما فم اأمكم م م م ا فد ارم مدماكم م مامقمعم احمصم مخ م م .حمىم
“Munada adalah isim yang terletak setelah huruf dari salah
satu huruf nida.”43
Contohnya: ا ماااا مخهم م م م م محمخا ا اىملم احم
41
Salimudin A. Rahman. Tata Bahasa Arab untuk Mempelajari Al-
Qur‟an .halm. 215 42
Djawahir Djuha. Tatabahasa Arab (Ilmu Nahwu). Halm. 171 43
٨١.يخضا حاداحىيغشاحى رمش.فئح ا ش
61
Zakaria berkata: “Hai Maryam dari mana kamu
memperoleh (makanan)ini?” (QS. Al-Imran : 37)
Munada-nya adalah kata ما م م م sedangkan huruf nida-nya
(huruf seruannya adalah مخ).
Penggunaan huruf nida juga disesuaikan dengan jarak
antara orang yang memanggil dan yang dipanggil.
Pembagiannya adalah seperti berikut:44
a. Munada ghairu mandub
Nida untuk jarak dekat: ما ,أ دما :Contohnya . أم م احمكم حم
Nida untuk jarak jauh: خ مخ ,أم dan.آاا , bisa masuk pada خا
semua munada dan tertentu masuk pada lafadz: هللاا karena
tidak boleh menggunakan lafadz خا م خ dan أم م ظم .حم
Pengamalan اخاadalah dapat digunakan sebagai istighosah
dan ta‟ajub (kekaguman).
2.Munada mandub, yaitu memenggil sesuatu yang
dikhawatirkan (mutafajja‟ aliah) atau sesuatu yang
dirasakan sakit (mutajaffa‟ minhu). Sedangkan hurufnya
menggunakan حا م danخ. Contoh:
ىمدمحماااا م حا م artinya Aduh anakku (tolong aku)
أمصمخمااااا حارم م artinya Aduh (sakitnya) kepalaku
44
Syekh Muhammad. Tarjamah Matan Alfiyah. Halm. 303
62
حمااااا م م حا م م artinya Aduh (sakitnya) punggungku
B. Macam-Macam Munada45
Munada itu ada lima bagian. Dilihat dari i‟rabnya
munada terbagi menjadi dua, yaitu: nashab dan rafa.
1. Mansub apabila munada berupa mudhaf, syibhul mudhaf
atau nakirah ghairu maqsudah. Dengan penjelasan sebagai
berikut:
Munada mudhaf, yaitu kata benda yang disandarkan
kepada kata lain yang berperan sebagai munada.
Dengan kata lain, munada-nya di-idhafah-kan. Contoh:
ام مشم مامخا مشم م احلم م م م ا م طم ؼم م ظمنم احصم ا مدم مم ـم احىم
(Dan Allah berfirman): “Hai golongan jin (setan),
sesungguhnya kamu telah banyak (menyesatkan)
manusia.” (QS. Al-An‟am:128)
Yang menjadi munada syibhul mudhafnya adalah kata م مشم ما
Munada syibhul mudhaf, yaitu kata benda yang mirip
mudhaf yang berperan sebagai munada. Contoh:
خمخا د يمشما مخثم .احمؿم
45
Salimudin A. Rahman. Tata Bahasa Arab untuk Mempelajari Al-
Qur‟an .halm. 215-217
63
Wahai orang yang berdiri, duduklah.
Yang menjadi munada syibhul mudhafnya adalah kata خ د مخثم
Munada nakirah ghairu maqshudah, yaitu kata benda
(isim) nakirah yang tidak dimaksudkan seseorang.
Contoh:
لدامخ ؿم دمارم م ظم .احمؿم
Hai orang laki-laki (fulan) rajinlah kamu.
Yang menjadi munada nakirah ghair maqshudahnya adalah
kataلداا ؿم رم
2. Marfu‟ apabila munadanya berupa mufrad „alam dan nakirah
maqshudah. Dengan penjelasan sebagai berikut:
Munada mufrad „alam yaitu kata benda nama alam
tunggal.
Contoh: امخا ما مخهم ماح م م آثم م مصم ارمؤ م م زمجم م احم
Allah berfirman: “Hai Adam, beritahukanlah kepada
mereka nama-nama bendaini.” (QS. Al-Baqarah :33)
Yang menjadi munada mufrad „alamnya adalah kata ما اح م
Munada nakirah maqshudah, yaitu kata benda
indefinitif (tak tentu) yang dimaksud. Contoh: ىمقمدما م
لدا خافمؼم م م ما ممخا مح حمطمؽ
زمخهماامخ م ماؿم ححؽ م م مما رما مم .احم
Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Daud
karunia dari Kami. (Kami berfirman): “Hai gunung-
64
gununng dan burung-burung, bertasbihlah berulang-
ulang bersama Daud.” (QS. Sabaa :10)
امآ موم عمام م مخحمرم م ا كم خءم م ا صمآءمااحرميم م .احم ميم م
Dan difirmankan: “Hai bumi telanlah dirimu, dan hai
langit (hujan) berhentilah.” (QS. Al-Huda :44)
Yang menjadi munada nakirah maqsudahnya adalah kata
زمخهما اا (gunung-gunung)ؿم عم dan huruf (langit)صمآءما (bumi)حمرم
panggilannya (huruf nida‟nya) adalah (hai).
3. Mengumpulkan “Ya” Nida dengan “Al”
Tidak boleh mengumpulkan “ya” nida dengan “al”,
karena akan menyebabkan berkumpulnya dua adat ma‟rifat,
kecuali pada tiga tempat, yaitu:
Dalam keadaan dharurat nadhom:
حاا افم م احىي مح م خ مخاحىمغميم ح#اافم مخاشم زم اطم مقم م خاأم م خمم ام
Hai kedua pembantuku yang melarikan diri, hati-
hatilah kamu berdua, jangan sekali-kali mendatangkan
keburukan pada kami.
Bersamaan dengan lafadz هللا, hal ini diperbolehkan karena
banyak digunakan dan boleh membaca qotho‟ pada alif
atau membuangnya (membaca washol) seperti: مخهللاا
Pada jumlah yang dihikayahkan, yaitu jumlah yang ada
“al”nya dan dijadikan nama orang, seperti: يمقما مطم م ا هم م ؿم ,امخحى
65
اااااااااا ,Hai Pak Rojul Muntholiq أم مزموم
menghadaplah!
Selain dari ketiga tempat di atas, boleh mengumpulkan “ya”
nida dengan “al” apabila:
Terdapatlafadz berupa خ م dan (untuk mudzakar) أم
خ م ظم .sebelum munada (untuk mu‟annas) أم
Terdapat isim isyarah sebelum munada.
ماحى مظمخسما م م خهما–امخا ؿم م م محاحى م :Contoh مخا
Kecuali apabila munada berupa lafadz jalalah seperti
kalimat خ tanpa menggunakan مخحمهللا م م محا dan أم . Sehingga
kebanyakan memanggil huruf nida.
Hukum dari kedua tempat di atas adalah rofa‟ dan juga boleh
dibaca nashob.
4. Munada Berupa Lafadz خ م أم
Lafadz خا م yang dijadikan munada itu harus disifati أم
dengan salah satu dari tiga isim, yaitu:
֎ Disifati dengan isim yang bersamaan dengan “al” yang
dibaca rofa‟.
66
Karena yang dimaksud yang dipanggil adalah sifat
(tabi‟nya), sedang ا sebagai perantaraan dalam أم
memanggilnya (wuslatun ila nida‟). Contoh:
خامخا م اأم اأم مزموم هم م ؿم -Hai orang laki حى
laki datanglah!
Dalam contoh di atas ا adalah munada mufrod yang أم
dimabnikan dlomah dan “ha” nya merupakan
“ha”ziyadah/”ha” tanbih, sedangkan lafadz ا هم م ؿم dibaca حى
menjadi sifatnya lafadz ا karena lafadz inilah yang أم
sebenarnya dipanggil.
֎ Disifati dengan isim isyarah. Contoh:
م محا مام مضملما ,Hai orang ini امخأم
Jagalah dirimu!
ا مام مضملما وم ؿم خا محاحى م ,Hai laki-laki ini امخأم
jagalah dirimu!
֎ Disifati dengan isim maushul yang bersamaan dengan “al”
beserta shilahnya. Contoh:
امم محا افم موم خاحى م م -Hai orang laki امخأم
laki yang melakukan hal ini.
امم محا خاحىظمافم ميمضم م Hai orang wanita yang امخأم
melakukan hal ini.
67
C. Pembuangan Huruf Nida
Pada selain munada mandub, isim dhomir dan
mustaghost huruf nida diperbolehkan dibuang. Contoh:
مدماأم مزموما مدما Hai Zaid menghadaplah! bisa diucapkanامخازم زم
أم مزموما
ممذمااا مخامزمدماهللاماامرم Abdullah, naiklah! bisa diucapkan ممذما امزمدمهللاماامرم
Huruf nida tidak boleh dibung apabila ada beberapa
tempat huruf nida wajib disebutkan dan tidak boleh dibuang,
yaitu:
〿 Pada munada mandub. Contoh: حمصمخ حرم م Aduh
(sakitnya) kepalaku
〿 Pada munada mustaghos. Contoh: ا مدد Hai Zaidاامخاىمزم
(tolonglah aku)
〿 Pada munada yang berupa dhomir. Contoh:ا مظملم ا مدمامم م خكم اامخاام
Hai kamu, aku telah diberi kecukupan untukm
〿 Pada munada yang dikagumi (muta‟ajjub minhu). Contoh:مخا
اا خءم م ىميم
Aduh aku kagum (pada banyaknya) air
〿 Pada munada yang jauh.
〿 Pada munada yang berupa lafadz اهللا
68
D. Munada yang Dimudhofkan Kepada “Ya” Mutakalim
Munada yang dimudhofkan kepada “ya” mutakalim
terdiri dari tiga macam, yaitu:
1. Isim shohih akhir. Seperti berubahnya lafadz أدا danأا,
maka “ya”mutakalim dibuang dan diganti dengan
kasrah pada huruf sebelumnya.
2. Isim mu‟tal akhir. Maka wajib menetapkan “ya” tidak
boleh merubahnya.
,ااااااااااامخفمظمخ م خ ااا:Contoh مخكم
3. Sifat shohih akhir. Maka “ya” wajib disukun atau
difathah.
Contoh: ما م نم م م ما,اامخ م نم م م مخ
E. Contoh-contoh Munada
خاحىمخساحازدحاررمناحىم اخيقناحىم اا زيناى يمنا خحم
(امم:حىزق س)طظمقا
69
اا ا يظاخاصاىاظز ااياؽ خا
(مم:حىزق سا)...احكدافخ اىخاررملاخ ؽاىخا
خأخاحىم اءحلاطقاىحارحاخا ىحا
(ممم:حىزق سا)...حرظ خا
(٩٧م:احىزق سا)حطقاخاأىاحلىزخدا
(٩م:احىزق سا) يخاخخارامار حاصلخااياار حا
اهللاا زقا م خاهاخا اأماىلاخ حا خىضااااداهللااا
(٧م:اححلزخءا)اشخءارغ اكضخدا
را احىطم اأىمخاىا م ىقداءحطخا ح امخافؼلاخاؿزخهاأ
(مم:احى ح)حىلددا
...ا واخاأرعاحري اخءكاخاصخءاأ ي اغغاحىخءا
(مم:اصزخءا)
اأرػاحص شافبمخافخازدا م خاازخ احىم اءححاا
(مم:ا ا)
(٧م:احى نزصا)خاأمظخاحىم شاحىطجمشا
(٨م:احى ـ ا)حرؿ ااىاررملارحاػشا ػشا
70
DAFTAR PUSTAKA
Moch Anwar, Ilmu Nahwu: Terjemahan Matan al-Ajurumiyah
dan „Imirithy Berikut Penjelesannya, Bandung: Sinar Baru
Algensindo, 1995, cet. Ke-6.
Team ahli Lughoh Universitas al-Azhar, Qawaid al-Lughat al-
„Arabiyah, diterjemahkan oleh Chaibul Umam, dkk, Kaidah
Tata Bahasa Arab: Nahwu, Shorof, Balaghoh, Bayan, Ma‟ani,
Bade, Jakarta: Darul Ulum Press, 1993, cet. Ke-4.
Bahauddin Abdullah Ibnu „Aqil, Alfiyyah Syarah Ibnu „Aqil,
diterjemahkan oleh Bahrun Abu Bakar, Terjemahan Alfiyyah
Syarah Ibnu „Aqil Jilid I, , Bandung: Sinar Baru Algensindo,
2007, cet. Ke-8.
Moch Anwar, Ilmu Nahwu: Terjemahan Matan al-Ajurumiyah
dan „Imirithy Berikut Penjelesannya.
Team ahli Lughoh Universitas al-Azhar, Qawaid al-Lughat al-
„Arabiyah.
Bahauddin Abdullah Ibnu „Aqil, Alfiyyah Syarah Ibnu „Aqil.
Team ahli Lughoh Universitas al-Azhar, Qawaid al-Lughat al-
„Arabiyah.
Al-gholayaini, Musthofa, Jami‟udduruus Al‟arobiyyah,
2007,cet.Ke-2
71
Ma‟arif,Syamsul, Nahwu Kilat, (Bandung : Nuansa Aulia),
2010, cet.Ke-3
Rusdianto, Bahasa Arab Secepat Kilat, (Yogyakarta: Diva
Prees), 2013,Cet.Ke-9
Ghulaini, Syaikh Musthafa. Jami‟uddurus Al-„Arabiyah.
Ni‟mah, Fuad. Qowaid Al-Lughoh Al-Arabiyah
An‟im, Abu. 2009. Sang Pangeran Nahwu Al- Jurumiyah.
Kediri : Mu‟jizat Group
Khodijah, Siti. 2012. Skripsi (حىقخرشاراطدرشاحىيغشاحى رشارخصظخدحا
حىنظخداحىدرصاامظخداحىظدرزاىيطلداايااـخزاحىطلدافاحىدرصشا
اااااااااااااااااااااااااااااا(حىظصطشازعاحىداصدحرحخخامـخ
Maftuhin Sholih An-Nadawi, Muhamad. 1989. Terjemah
Nadhom „Imrithi. Kediri.
Nuha, Ulin. 2013. Kaidah – Kaidah Nahwu. Penerbit: Diva
Press
Soenarto, Achmad. 1989. Terjemahan Kitab Imrithi. Pustaka
Amani Jakarta
Anwar, Moch. 1995. Terjemah Al-Jurumiyah. Penerbit: Sinar
baru
Thalib, Muhammad. 2009. Sistem Cepat Belajar Bahasa Arab.
Penerbit: Media Hidayah
72
Syekh Jamaludin Muhammad bin Abdullah bin Malik. Syarhu
Ibnu Aqil. Dar Alkutub
Al-„arabiyah indonesia
Djupri, Ghaziadin.Ilmu Nahwu Praktis. Penerbit: Apollo
Surabaya
Abu Bakar, Bahrun. 2012. Terjemahan Alfiyah Syarah Ibnu
'Aqil. Bandung : Sinar Baru Algensindo.
Al-Farisi, M. Zaka. 2011. Pedoman Penerjemahan Arab-
Indonesia. Bandung : PT. Remaja Rosda Karya.
Anwar, Moch. & Abu Bakar, Anwar. 2005. Ilmu Nahwu
Terjemahan Mutammimah Al-Ajurumiyyah. Bandung : Sinar
Baru Algensindo.
Anwar, Moch. 2007. Tarjamah Matan Afiyah. Bandung : PT.
Al-Ma'arif.
Departeman Agama RI. 1996. Al-Qur‟an Al-Karim dan
Terjemahannya. Semarang : PT. Karya Toha Putra.
73
Fahmi, Akrom. AH. 1999. Ilmu Nahwu & Sharaf 3 (Tata
Bahasa Arab) Praktis dan Aplikatif. Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada.
Harun, Salman. 2010. Pintar Bahasa Arab Al-Qur'an, Cara
Cepat Belajar Bahasa Arab Agar Paham Al-Qur'an.
Tangerang : Lentera Hati.
Huda, Nurul. 2011. Mudah Belajar Bahasa Arab. Jakarta :
Amzah.
Ismu'u, Hasyim. 1998. Terjemah Mutammimah Al-
Ajurumiyyah, Ilmu Nahwu. Surabaya : Salim Nabhan.
Rafiq, Aunur bin Ghufron. 2012. Ringkasan Kaidah-Kaidah
Bahasa Arab.Gresik : Pustaka Al-Furqan.
Rusdianto. 2013. Tebas Bahasa Arab Secepat Kilat.
Jogjakarta : DIVA Press.
Zaenuddin, Mamat., dkk. 2012. Pengantar Morfologi Arab.
Bandung : Zein Al-Bayan.
74
Bahaud Din Abdullah Ibnu „Aqil, Terjemahan Alfiyah Syarah
Ibnu „Aqil Jilid 2, Bandung : Sinar Baru Algensindo, 2013. Cet.
Ke-11
Rusdianto, Tebas Bahasa Arab Secepat Kilat, Banyuwangi :
DIVA Press, 2013. Cet. Ke-11
Muhammad Abdullah Bin Hasan, Tashilul Masaalik Fii
Tarjamah Alfiyah Ibnu Malik, Alharamain, t.t.
Ghalayanisyekh Mustafa Al-, Jami‟ Al-Udurusal-Arobiyah, Al-
Maktabah Al Arobiyyah Cet. XXX Beirut.
Abdullah, Baharudin Ibnu Aqil, Terjamah Al-Fiyyah Syarah
Ibnu Aqil, Sinarbaru Al-Gensindo 2002, Cet IV, Bandung.
Sukamto, Immanudin Dan Munnawar Akhmad, Tata Bahasa
Arab Sistematis, Nurma Media Idea, 2000. Cet IV, Yogyakarta
Ibnu aqil, Muhammad.Syarah ibnu aqil.Maktabah imarotullah,
Surabaya.
Djuha, Djawahir. Tatabahasa Arab (Ilmu Nahwu). Bandung:
Sinar Baru. 1989.
75
Rahman, Salimudin A. Tata Bahasa Arab Untuk Mempelajari
Al-Qur‟an. Bandung: Sinar Baru Algesindo. 2004.
Muhammad, Syekh. 1988. Terjamah Matan Alfiyah. Bandung:
Al-Ma‟arif
Umam, Chatibul. Pedoman Dasar Ilmu Nahwu. Jakarta: Darul
Ulum Press. 2000.
مكرو ميداي فالشهل التعليميةالوسائفعالية إستخدام . 2013. رمضان، شيخ علي
.جامعة شيخ نورجايت اإلسالمية احلكومية: شربون . ﴾الرسالة﴿كالم مهارةاللرتقية
معجم قواعد اللغة العربية في , أنتون دحالن
جداول ولو حات
طل حاؿ مشاىطيزشا دامزاؿخزاحاصلاااشخا
داصص م امخال امخادمحماااشخاحىن م .حىن م
-1408.ا حراحىنظذاحى يش:اىزخ-ر ص.امظخداحىظ خص.احىش فاايارادمحماحىـ ؿخ
1988.
ا.720.اطاشاحىلاحىظ فاحلا حد.احواردعا قد
.ا787دا.اص.ا حراحىلنش:ا شق.يخضا حاداحىيغشاحى رمش.افئح ا ش
76
ا2008–ااا1439.ا حراحىزخ:ار ص.اؿخعاحىدرساحى رمش.اظط احىغل
.ا
حىق حاحىن
اااااااااااا