kistaovari
DESCRIPTION
laporan kasusTRANSCRIPT
Case Report
LAPAROTOMI PADA KISTA ADENOMA OVARII MUSINOSUM
BODERLINE DENGAN ASITES
Oleh
Bill Harman
Pembimbing
Prof. dr. Olga Sanger, SpOG-K
PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS 1
BAGIAN/SMF OBSTETRI GINEKOLOGI
FK UNSRAT/RSUP PROF Dr. R.D. KANDOU
MANADO
2013
1
Kepada Yth.
Dibacakan tanggal 18 Juli 2013
BAB I
PENDAHULUAN
Kanker ovarium merupakan penyebab kematian terbanyak dari semua
kanker ginekologi. Angka kematian yang tinggi karena penyakit ini pada awalnya
bersifat tanpa gejala dan tanpa menimbulkan keluhan apabila sudah terjadi
metastasis, sehingga 60-70% pasien datang pada stadium lanjut, penyakit ini
disebut juga sebagai silent killer. Angka kejadian penyakit ini di Indonesia belum
diketahui dengan pasti. 1
Tumor yang paling banyak terjadi pada ovarium adalah kista ovarium
yang berasal dari epitel permukaan, dengan jumlah presentasi 22,08%. Neoplasma
epitel permukaan ini meliputi 65-70% dari semua tumor ovarium dan bentuk
ganasnya meliputi hamper 90% dari semua kanker ovarium.2,3
Kistadenoma ovarium paling sering terjadi antara usia 20-50 tahun dan
jarang sekali pada masa prapubertas. Kistadenoma ovari musinosum sering
ditemukan bersama dengan kistadenoma ovari serosum. Kistadenoma ovari
musinosum merupakan 40% dari semua kelompok neoplasma ovarium.4
Kistadenoma ovarii musinosum sering ditemukan bersama-sama
dengan kistadenoma ovarii serosum. Kedua tumor merupakan kira-kira 60%
dari seluruh ovarium, sedang kistadenoma ovarii musinosum merupakan 40%
dari seluruh kelompok neoplasma ovarium. Di Indonesia Hariadi (1970)
menemukan frekuensi sebesar 27%; sedangkan Gunawan (1977) menemukan
angka 29,9%; Sapardan (1970) 37,2%; dan Djaswadi 15,1%. Tumor paling
sering terdapat pada wanita berusia antara 20 sampai 50 tahun, dan jarang
sekali pada masa prapubertas.
Di antara tumor-tumor ovarium ada yang bersifat neoplastik dan ada yang
bersifat nonneoplastik. Di bawah ini tumor-tumor dibagi dalam tumor-tumor
nonneoplastik dan tumor-tumor neoplastik jinak, dan selanjutnya tumor-tumor
neoplastik jinak dalam tumor-tumor kistik dan tumor-tumor solid.5
2
Klasifikasi tumor ovarium epitel menurut WHO
I. Tumor epithelial umum: a. Serosab. Musinosumc. Endometrioidd. Clearcelle. Brennerf. Epithelial campurg. Karsinoma tak terdiferensiasih. Tumor tak terklasifikasi
II. Sex cord stroma tumor:a. Tumor Granulosa theca cell: benign, maglinab. Androblastomac. Gynandroblastomad. Tidak terkasifikasi
III. Tumor sel lemakIV. Tumor Germ cell
a. Disgerminomab. Tumor sinus Endodermalc. Karsinoma embrionald. Poli embrionale. Khoriokarsinomaf. Teratoma: imatur, mature, monodermal
Klinik tumor ovarium
Tumor ovarium tidak menunjukkan gejala dan tanda, terutama tumor ovarium
yang kecil. Sebagian besar gejala dan tanda adalah akibat dari pertumbuhan,
aktivitas endokrin, atau komplikasi tumor-tumor tersebut 4,5.
1. Akibat pertumbuhan
Adanya tumor di dalam perut bagian bawah bisa menyebabkan
pembenjolan perut. Tekanan terhadap alat-alat di sekitarnya disebabkan oleh
besarnva tumor atau posisinya dalam perut. Misalnya, sebuah kista dermoid
yang tidak seberapa besar, tetapi terletak di depan uterus dapat menekan
kandung kencing dan dapat menimbulkan gangguan miksi, sedang suatu
kista yang lebih besar tetapi terletak bebas di rongga perut kadang-kadang
hanya menimbulkan rasa berat dalam perut. Selain gangguan miksi,
tekanan tumor dapat mengakibatkan obstipasi, edema pada tungkai. Pada
tumor yang besar dapat terjadi tidak nafsu makan, rasa sesak dan lain-lain.
3
a. Benignb. Boderline maglinancyc. karsinoma
2. Akibat aktivitas hormonal
Umumnya tumor ovarium tidak mengubah pola haid, kecuali jika tumor itu
sendiri mengeluarkan hormon. Seperti pada tumor ganas, tumor sel
granulosa yang dapat menimbulkan hipermenorea dan arhenoblastoma yang
dapat menyebabkan amenorea
3. Akibat komplikasi
Bila terjadi perdarahan di dalam kista biasanya terjadi sedikit-sedikit,
sehingga berangsurangsur menyebabkan pembesaran kista, dan hanya
menimbulkan gejala-gejala klinik yang minimal Akan tetapi, kalau
perdarahan terjadi dalam jumlah yang banyak, akan terjadi distensi cepat
dari kista yang menimbulkan nyeri perut mendadak.
Torsi kista dapat terjadi pada tumor bertangkai dengan diameter 5 cm
atau lebih, tetapi yang tidak seberapa besar. Kondisi yang mempermudah
terjadinya torsi ialah kehamilan karena pada kehamilan uterus yang
membesar dapat mengubah letak tumor, dan pada keadaan sesudah persalinan
yang terjadi perubahan mendadak ukuran dari uterus dalam rongga abdomen.
Torsi kista menyebabkan gangguan sirkulasi meskipun gangguan ini
jarang bersifat total. Adanya putaran tangkai menimbulkan tarikan melalui
ligamentum infundibulopelvikum terhadap peritoneum parietale dan
ini menimbulkan rasa sakit. Jika putaran tangkai berjalan terus, akan terjadi
nekrosis hemoragik dalam tumor, dan jika tidak diambii tindakan, dapat terjadi
robekan dinding kista dengan perdarahan intraabdominal atau peradangan
sekunder. Bila putaran tangkai terjadi perlahan-lahan, tumor dapat melekat
pada omentum, yang membuat sirkulasi baru untuk tumor tersebut. Tumor
mungkin melepaskan diri dari uterus dan menjadi tumor parasit atau tumor
pengembara.
Infeksi pada tumor terjadi jika dekat pada tumor ada sumber kuman
patogen, seperti appendisitis, divertikulitis, atau salpingitis akuta. Kista
dermoid cenderung mengalami peradangan disusul dengan pernanahan.
Robek dinding kista terjadi pada torsi tangkai, akan tetapi dapat pula
sebagai akibat trauma, seperti jatuh, atau pukulan pada perut, dan lebih
4
sering pada waktu persetububan. Kalau kista hanya mengandung cairan
serus, rasa nyeri akibat robekan dan iritasi peritoneum segera mengurang.
Tetapi, kalau terjadi robekan pada kista disertai hemoragi yang timbul secara
akut, maka perdarahan bebas dapat berlangsung terus ke dalam rongga
peritoneum, dan menimbulkan rasa nyeri terus-menerus disertai tanda-tanda
abdomen akut.
Robekan dinding pada kistadenoma musinosum dapat
mengakibatkan implantasi sel-sel kista pada peritoneum. Sel-sel tersebut
mengeluarkan cairan musin yang mengisi rongga perut dan menyebabkan
perlekatan-perlekatan dalam rongga perut. Keadaan ini dikenal dengan
nama pseudomiksoma peritonei.
Perubahan keganasan dapat terjadi pada beberapa kista jinak, seper
kistadenoma ovarii serosum, kistadenoma ovarii musinosum, dan kista
dermoid. Oleh sebab itu, setelah tumor-tumor tersebut diangkat pada operasi,
perlu dilakukan pemeriksaan mikroskopik yang seksama terhadap
kemungkinan perubahan keganasan. Adanya asites dalam hal ini
mencurigakan; adanya metastasis memperkuat diagnosis keganasan.
4. Sindrom Meigs
Sindrom Meigs perlu dibedakan dari asites dengan atau tanpa
hidrotoraks, yang ditemukan pada tumor ganas. Dalam hal yang terakhir
ditemukan sel-sel tumor ganas dalam sedimen cairan.
DIAGNOSIS
Apabila pada pemeriksaan ditemukan tumor di rongga perut bagian
bawah dan atau di rongga panggul, maka setelah diteliti sifat-sifatnya (besarnya,
lokalisasi, permukaan, konsistensi, apakah dapat digerakkan atau tidak),
perlulah ditentukan jenis tumor tersebut. Umumnya dengan memikirkan
kemungkinan ini, pada pengambilan anamnesis yang cermat dan disertai
pemeriksaan tambahan, kemungkinan-kemungkinan ini dapat disingkirkan.
Tumor-tumor bukan dari ovarium yang terletak di daerah pelvis ialah
antara lain ginjal ektopik dan tumor dari kolon sigmoideum. Pemeriksaan
5
pielogram intravena dan pemasukan bubur barium dalam kolon dapat
menentukan. ada tidaknya kemungkinan itu.
Di negara-negara berkembang, karena tidak segera dioperasi tumor
ovarium bisa menjadi besar, sehingga mengisi seluruh rongga perut. Dalam
hal ini kadang-kadang sukar untuk menentukan apakah pembesaran perut
disebabkan oleh tumor atau asites, akan tetapi dengan pemeriksaan yang
dilakukan dengan teliti, kesukaran ini biasanya dapat diatasi. Jika terdapat asites,
perlu ditentukan sebab asites. Fibroma ovarii dan tumor ovarium ganas dapat
menyebabkan asites, akan tetapi asites dapat pula disebabkan oleh penyakit lain,
seperti sirrosis hepatis. Pemeriksaan bimanual sebelum atau sesudah fungsi
asites bisa memberi petunjuk apakah ia. disebabkan oleh tumor ovarium.
Pemeriksaan kimiawi cairan dan pemeriksaan histologik sedimen cairan
dapat membantu dalam pembuatan diagnosis. Pada tuberkulosis peritonei
terdapat pula cairan dalam rongga perut, akan tetapi di sini cairan tidak bergerak
dengan bebas seperti pada asites, karena dibatasi oleh perlekatan-perlekatan.
Apabila sudah ditentukan bahwa tumor yang ditemukan ialah tumor
ovarium, maka perk diketahui apakah tumor itu bersifat neoplastik atau
nonneoplastik. Tumor nonneoplastik akibat peradangan umumnya dalam
anamnesis menunjukkan gejala-gejala ke arah peradangan genital, dan pada
pemeriksaan tumor-tumor akibat peradangan tidak dapat digerakkan karena
perlekatan. Kista nonneoplastik umumnya tidak menjadi besar, dan di
antaranya pada suatu waktu biasanya menghilang sendiri.
Jika tumor ovarium itu bersifat neoplastik, timbul persoalan apakah
tumornya jinak atau ganas. Tidak jarang tentang hal ini tidak dapat diperoleh
kepastian sebelum dilakukan operasi, akan tetapi pemeriksaan yang cermat dan
analisis yang tajam dari gejala-gejala yang ditemukan dapat membantu dalam
pembuatan diagnosis diferensial.
Metoda-metoda yang selanjutnya dapat menolong dalam pembuatan
diagnosis yang tepat ialah antara lain 5,6:
1) Laparoskopi
Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuah tumor
6
berasal dari ovarium atau tidak, dan untuk menentukan sifat-sifat tumor itu.
2) Ultrasonografi
Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor, apakah
tumor berasal dari uterus, ovarium, atau kandung kencing, apakah tumor
kistik atau solid, dan dapat dibedakan pula antara cairan dalam rongga perut
yang bebas dan yang tidak.
3) Foto Roentgen
Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrotoraks. Selanjutnya,
pada kista dermoid kadang-kadang dapat dilihat adanya gigi dalam tumor.
Penggunaan foto Roentgen pada pictogram intravena dan pemasukan bubur
barium dalam kolon sudah disebut di atas.
4) Parasentesis
Telah disebut bahwa pungsi pada asites berguna untuk menentukan sebab
asites. Perlu diingatkan bahwa tindakan tersebut dapat mencemarkan kavum
peritonei dengan isi kista bila dinding kista tertusuk.
5) Tumor marker
Serum ca 125 merupakan penanda tumor yang paling sering digunakan
pada kanker ovarium jenis epitelial.
PENANGANAN
Jika menghadapi tumor ovarium yang tidak memberi gejala/keluhan pada
penderita dan yang diameter kurang dari 5 cm, kemungkinan besar tumor
tersebut adalah kista folikel atau kista korpus luteum, jadi tumor nonneoplastik.
Tidak jarang tumor-tumor tersebut mengalami pengecilan secara spontan dan
menghilang, sehingga pada pemeriksaan ulangan setelah beberapa minggu dapat
ditemukan ovarium yang kira-kira besarnya normal. Oleh sebab itu, dalam hal ini
hendaknya diambil sikap menunggu selama 2 sampai 3 bulan, sementara
mengadakan pemeriksaan ginekologik berulang. Jika selama waktu observasi
dilihat peningkatan dalam pertumbuhan tumor tersebut, kita dapat mengambil
kesimpulan bahwa kemungkinan besar tumor itu bersifat neoplastik, dan dapat
dipertimbangkan satu pengobatan operatif. 1,7
7
Tindakan operasi pada tumor ovarium neoplastik yang tidak ganas ialah
pengangkatan tumor dengan mengadakan reseksi pada bagian ovarium yang
mengandung tumor. Akan tetapi, jika tumornya besar atau ada komplikasi,
perlu dilakukan pengangkatan ovarium, biasanya disertai dengan pengangkatan
tuba (salpingo-ooforektomi). Pada saat operasi kedua ovarium harus diperiksa
untuk mengetahui apakah tumor ditemukan pada satu atau pada dua ovarium.
Pada operasi tumor ovarium yang diangkat harus segera dibuka, untuk
mengetahui apakah ada keganasan atau tidak. Jika keadaan meragukan, perlu
pada waktu operasi dilakukan pemeriksaan sediaan yang dibekukan (frozen
section) oleh seorang ahli patologi anatomik untuk mendapat'kepastian apakah
tumor ganas atau tidak.
Jika terdapat keganasan, operasi yang tepat ialah histerektomi dan salpingo-
ooforektomi bilateral. Akan tetapi, pada wanita muda yang masih ingin
mendapat keturunan dan dengan tingkat keganasan tumor yang rendah
(misalnya tumor sel granulosa), dapat dipertanggung-jawabkan untuk mengambil
risiko dengan melakukan operasi yang tidak seberapa radikal.1,8
KISTADENOMA OVARII MUSINOSUM
Asal tumor ini belum diketahui dengan pasti. Menurut Meyer, is
mungkin berasal dari suatu teratoma di mana dalam pertumbuhannya satu
elemen mengalahkan elemen-elemen lain. Ada penulis yang berpendapat
bahwa tumor berasal dari epitel germinativum, sedang penulis lain menduga
tumor ini mempunyai asal yang sama dengan tumor Brenner.
GAMBARAN KLINIK
Tumor lazimnya berbentuk multilokuler; oleh karena itu, permukaan lobulated.
Kira-kira 10% dapat mencapai ukuran yang amat besar, lebih-lebih pada penderita
yang datang dari pedesaan. Pada tumor yang besar tidak lagi dapat ditemukan
jaringan ovarium yang normal. Tumor biasanya unilateral, akan tetapi dapat juga
dijumpai yang bilateral.
Kista menerima darahnya melalui suatu tangkai; kadang-kadang dapat terjadi
8
torsi yang mengakibatkan gangguan sirkulasi. Gangguan ini dapat menyebabkan
perdarahan dalam kista dan perubahan degeneratif, yang memudahkan timbulnya
perlekatan kista dengan omentum, usus-usus dan peritoneum parietale.7,8
Pseudomiksoma peritonei ialah timbulnya penyakit menahun dengan musin
terus bertambah dan menyebabkan banyak perlekatan. Akhimya, penderita
meninggal karena ileus dan/atau inanisi. Pada kista kadang-kadang dapat ditemukan
daerah padat, dan pertumbuhan papiler. Tempat-tempat tersebut perlu diteliti
dengan seksama oleh karena di situ dapat ditemukan tanda-tanda ganas.
Keganasan ini terdapat dalam kira-kira 5-10% dari kistadenoma musinosum.
PENANGANAN
Penanganan terdiri atas pengangkatan tumor. Jika pada operasi tumor sudah
cukup besar sehingga tidak tampak banyak sisa ovarium yang normal, biasanya
dilakukan pengangkatan ovarium beserta tuba (salpingo-ooforektomi). Pada waktu
mengangkat kista sedapat-dapatnya diusahakan mengangkatnya in to to mengadakan
pungsi dahulu, untuk mencegah timbulnya pseudomiksoma peritonei karena
tercecernya isi kista. Jika berhubung dengan besarnya kista perlu dilakukan pungsi
untuk mengecilkan tumor, lubang pungsi harus ditutup dengan rapi sebelum
mengeluarkan tumor dari rongga perut. Setelah kista diangkat, harus dilakukan
pemeriksaan histologik di tempat-tempat yang mcncurigakan terhadap
kemungkinan keganasan. Waktu operasi, ovarium yang lain perlu diperiksa pula. 1,7,9
BAB II
9
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PENDERITA
Nama : Ny. Lince Penekenan
Umur : 54 tahun
Suku : Minahasa
Bangsa : Indonesia
Agama : Kr. Protestan
Pendidikan Terakhir : Tamat SD
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Tombatu
MRS : 28 Mei 2013
ANAMNESA
Anamnesa Utama
Keluhan Utama : Sesak
Riwayat Penyakit Sekarang :
Sesak dirasakan sejak 1 minggu yang lalu, sesak dirasakan semakin
bertambah. Selain itu pasien mengeluh batuk, batuk sejak 1 minggu
sebelum masuk rumah sakit. Batuk berdahak, dahak berwarna putih.
Muntah di mulai 1 hari sebelum masuk rumah sakit, satu kali muntah
muntah ± 1 gelas aqua. Benjolan pada perut dirasakan sejak 1 tahun yang
lalu dan semakin bertambah besar dalam 1 tahun ini. Berat badan pasien
menurun drastis sejak 1 tahun ini, Riwayat perdarahan (-), nyeri (-),
BAB/BAK biasa
Riwayat Penyakit Dahulu : penyakit jantung, paru-paru, hati, ginjal,
hipertensi disangkal penderita
Anamnesa Ginekologi
Kawin : 1 kali
Menarche : 14 tahun
Lamanya Haid: 3 hari
10
Siklus Haid : 32 hari
HPHT : pasien menopause usia 50 tahun
Nyeri haid : (-)
KB : (-)
Paritas : P1 ♀ spontan, di rumah, hidup 1980
A1 abortus, 1980
P3 ♀ spontan, di rumah, hidup 1981
P4 ♂ spontan, di rumah meninggal 1982
P5 ♀ spontan, di rumah, hidup 1983
P6 ♂ spontan, di rumah, hidup 1989
P7 ♀ spontan, di rumah, hidup 1991
P8 ♂ spontan, di rumah, hidup 1994
P8 ♀spontan premature, hidup, 1999
PEMERIKSAAN FISIK UMUM
Keadaan Umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan Darah : 100/80 mmHg
Nadi : 76 x/menit
Respirasi : 28 x/menit
Suhu Badan : 36,4 0 C
Berat Badan : 45 kg
Tinggi Badan : 160 cm
KEPALA DAN LEHER
Mata Edema : -/-
Conjungtiva : Anemis-/-
Sclera : Ikterus - / -
Pupil : Kanan : Bulat, isochor
Kiri : Bulat, isochor
Kerongkongan : Faring hiperemis (-)
11
THORAKS
Jantung : S1-11 N, Bising -/-
Paru-paru : Ronkhi -/-, Whezing -/-
ABDOMEN
Inspeksi: Tampak cembung, kulit licin
Palpasi : Teraba massa, setinggi 3 jari di atas pusat, Konsistensi kistik berbenjol,
mobilisasi (+), Nyeri tekan (-), tanda – tanda akut abdomen (-)
Perkusi : shifting dullnes (+), redup (+), Asites (+)
Auskultasi : BU (+) normal
EXTREMITAS
Edema : -/-
Varises : -/-
Refleks Fisiologis : +/+
Refleks Patologis : -/-
PEMERIKSAAN GINEKOLOGI
Inspeksi Fluxus (-), fluor (-), vulva tidak ada kelainan.
Inspekulo Fluxus (-), fluor (-), vulva/ vagina tidak tampak kelainan, portio
licin, erosi (-), livide (-), OUE tertutup.
PD Fluxus (-), fluor (-) vagina tidak ada kelainan, portio licin kenyal,
OUE tertutup, NG (-)
Corpus Uteri : sulit dievaluasi karena asites
Cavum douglas : menonjol
Adneksa/Parametrium bilateral : nyeri tekan (-), terapa pol bawah
massa
RT Sphincter cekat, ampulla kosong, mukosa licin, teraba pol bawah
massa
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
12
Hb : 12,4 mg%
Hematokrit : 35,6
Leukosit : 2400/mm3
Trombosit : 330.000/mm3
GDS : 100 mg/dL
Ureum : 19 mg/dL
Kreatinin : 1,0 mg/dL
Albumin : 3,5
SGOT : 20 U/L
SGPT : 19 U/L
CT : 9’
BT : 2’
PEMERIKSAAN PENUNJANG
EKG : dalam batas normal
Pap Smear
Mikroskopik hapusan terdiri dari sel epitel intermediete, superfisial
dengan sedikit sel radang lekosit PMN dan basil Doderline.
Tidak tampak sel ganas.
Kesimpulan Normal Smear (klas 1)
Ca 125 ( 22 april 2013): 106,70 U/mL
X-foto thoraks : Cor/Pulmo Normal
USG : VU terisi cukup
Uterus ukuran 4,59 X 5,68 X2,45 cm
Tampak gambaran kista +, septa +, asites +
Kesan: kista ovarium multilokuler + asites
USG konsulen tanggal 3 Juni 2013 : cysta multilokuler, septum +, massa solid
Kesan: kista multilokuler + asites ( maglinancy)
Konfirmasi konsulen:
Abdomen : licin, teraba massa kistik dan sebagian padat, setinggi 3
jari di atas pusat sebesar 17 x 15 cm, asites (+)
Pemeriksaan gin : fluksus (-) flour (-), vulva/ vagina tidak tampak kelainan
: portio licin, OUE tertutup
: adneksa bilateral teraba pool bawah massa, uterus tidak
teraba
: cavum douglas menonjol
Kesan : kista ovarium supec gans + asites
13
4. Diagnosa : P8A1, 54 tahun dengan kista ovarium permagna suspec
ganas + asites.
5. Sikap - MRS
- O2 2 - 5 liter/menit
- Pemeriksaan Laboratorium, EKG, Foto Thoraks,
konsul interna
- Konseling
- Rencana Laparotomi Vries Coupe
Konsul interna: dx kista ovarium permagna supec keganasan
Suspec efusi pleura + asites
Follow up:
EKG tanggal 3 Juni 2013: kesan sinus takikardi suspec OMI anteroseptal
Hasil laboratorium tanggal 10 Juni 2013
Hb : 11,5 mg%
Hematokrit : 34,9
Leukosit : 8.200/mm3
Trombosit : 261.000/mm3
GDS : 100 mg/dL
SGOT : 18 U/L
SGPT : 12 U/L
Protein total : 6.3 g/dl
albumin : 2.9 g/dl
Echo cardiology tanggal 18 Juni 2013:
Dimensi ruang jantung normal
Fungsi sistolik global dan segmental LV normal, EF 78%
Disfungsi diastolik gangguan relaksasi
Efusi pleura bilateral terutama sinistra (dextra minimal)
FOLLOW UP
Tanggal 28 Mei 2013
S: keluhan sesak (+), batuk (+)
O: Status Praesens
KU: cukup Kes: CM
14
T: 120/80 mmHg N: 72x/menit R: 24x/menit S: 36,40C
Status Lokalis
Abdomen cembung tegang BU (+), massa (+), asites (+)
A: P8A1 54 tahun dengan kista ovarium supec ganas + asites
P: Rencana Laparatomi Vries Coupe tanggal 13 Juni 2013
DL ulang
OBH syrup 3x1C
Thorak PA ulang
Tanggal 29 Meil – 12 Juni 2013
S: keluhan sesak (-), batuk (-)
O: Status Praesens
KU: cukup Kes: CM
T: 120/80 mmHg N: 72x/menit R: 24x/menit S: 36,40C
Status Lokalis
Abdomen cembung tegang BU (+), massa (+), asites (+)
A: P8A1 54 tahun dengan kista ovarium supec ganas + asites
P: Rencana Laparatomi Vries Coupe tanggal 13 Juni 2013
Tranfusi albumin
Vip albumin 3 x1 tab
Hasil pemeriksaan dahak tanggal 1 Juni 2013 : negatif
Tanggal 13 Juni 2013
S: keluhan (-)
O: Status Praesens
KU: cukup Kes: CM
T: 110/70 mmHg N: 72x/menit R: 24x/menit S: 36,40C
Status Lokalis
Abdomen cembung lemas BU (+), massa (+)
Hasil thorak PA: efusi pleura bilateral minimal
A: P8A1 54 tahun dengan kista ovarium supec ganas + asites + efusi pleura
P Rencana Laparatomi Vries Coupe, pre op hari ini
LAPORAN OPERASI
15
Tanggal : 10 Juli 2013
Diagnosa Pra Operasi : P8A1 54 tahun dengan kista ovariu sup ganas +
asites +efusi pelura
Diagnosa Post Operasi: P8A1 54 tahun dengan kistadenoma ovarii
musinosum Boderline
Jenis Operasi : HTSOB + Omentektomi
Lama Operasi : 2 jam
Pasien dibaringkan terlentang diatas meja operasi. Dalam General anestesi
dilakukan tindakan antisepsis pada daerah abdomen dan sekitarnya lalu ditutup
dengan doek steril kecuali lapangan operasi.Dilakukan insisi linea mediana
inferior, insisi diperdalam lapis demi lapis sampai fasia, fasia diinsisi kecil
kemudian diperluas ke atas dan ke bawah. Otot disisihkan secara tumpul,
peritoneum dijepit dengan 2 pinset, setelah yakin tidak ada usus yang ikut terjepit
dibawahnya, peritoneum digunting kecil dan diperluas ke atas dan ke bawah.
Setelah peritoneum dibuka, tampak cairan asites, disuction ± 10 liter. Eksplorasi
lanjut Tampak massa kistik,sebagian padat berbenjol-benjol berasal dari ovarium
kanan ukuran 15cm x 20cm, uterus bentuk dan ukuran normal, tuba kiri baik,
ovarium kiri atrofi, diputuskan dilakukan SOD, lig. Infundibulopelvikum kanan
dijepit dengan 3 klem dan gunting dan dijahit double ligasi, tuba pars ismika
kanan, lig.ovariiproprium kanan, mesosalping dijepit dengan 2 klem, digunting
dan diligasi, massa diperiksa VC: kistadenoma ovarii musinosum Borderline.
Kemudian dilakukan HTSOS ,lig.rotundum kiri dijepit dengan 2 klem, digunting
dan dijahit, demikian juga pada sisi sebelahnya. Identifikasi
plikavesikouterina,dijepit dengan pinset,digunting kecill dan diperluas kekiri dan
kekanan sampai dengan pangkal lig.rotundum,vesikaurinaria disisihkan kebawah
dan dilindungi dengan hak abdomen. Dibuat jendela pada lig.Latum kanan,
lig.Infundibulopelvikum kanan dijepit dengan 3 klem, digunting dan dijahit
double ligasi.Identifikasi arteri uterine sisi kanan dijepit dengan 3 klem, digunting
dan dijahit double ligasi, demikian juga pada sisi kiri. Lig.kardinale sisi kiri
dijepit dengan 2 klem, digunting dan dijahit, demikian juga pada sisi
kanan.Lig.Sakrouterina sisi kiri dijepit dengan 2 klem, digunting dan dijahit,
16
demikian juga pada sisi kanan. Identifikasi puncak vagina, dijepit dengan klem
bengkok,digunting dan uterus diangkat, puncak vagina dijepit dengan 4 kocher
panjang,dimasukkan kasa betadine kedalam puncak vagina, kemudian puncak
vagina dijahit secara jelujur dengan benang Safil No. 1, control perdarahan
negatif, Retroperitonealisasi, control perdarahan negatif. Kemudian dilakukan
pembilasan dengan NaCl 9% + 1000 cc, rongga abdomen dibersihkan dari sisa
darah dan bekuan darah.Dinding abdomen dijahit lapis demi lapis, peritoneum
dijahit secara jelujur dengan plain catgut, otot dijahit secara simpul dengan plain
catgut, fasia dijahit secara jelujur dengan benang Safil No. 1, lemak dijahit secara
simpul dengan plain catgut, kulit dijahit secara subkutikuler dengan chromic
catgut. Luka operasi ditutup dengan kassa steril.Kassa betadine divagina
dikeluarkan.Operasi selesai.
Perdarahan : ± 800 cc
Diuresis : ± 400 cc
Hasil laboratorium :
Hb: 10,7 g/dl, HT: 30,8%, Leukosit: 13.600 mm3
Ureum: 15 mg/dl, kreatinin 0.4 mg/dl,
FOLLOW UP POST OPERASI
Tanggal 11- 13 Juni 2013
S: keluhan nyeri luka operasi
O: Status Praesens
KU: cukup Kes: CM
T: 110/70 mmHg N: 72x/menit R: 20x/menit S: 36,40C
Status Lokalis
Abdomen datar lemas BU (+), nyeri tekan (-), terdapat luka post op
A: P8A1 54 Post HTSOB + Omentektomi ai kistadenoma ovarii musinosum
Boderline
P: IVFD D5% : Rl
17
Ceftriaxon 3x1g
Metronidazole drip 2x0,5 gr
Asam traneksamat 3x1
Tanggal 14 Juni 2013
S: -
O: Status Praesens
KU: cukup Kes: CM
T: 110/70 mmHg N: 80/menit R: 20x/menit S: 36,40C
Status Lokalis
Abdomen datar lemas BU (+), nyeri tekan (-), luka operasi terawat
Produksi drain ± 500 cc serous
A: P8A1 54 Post HTSOB + Omentektomi HIV ai kistadenoma ovarii
musinosum Boderline
P: Levofloxacin 1x1 gr
Metronidazole drip 2x0,5 gr
Asam traneksamat 3x1
Vit C 1x1 tab
SF 1x1 tab
Diet tinggi kalori, tinggi protein
Tanggal 15 Juni 2013
S: -
O: Status Praesens
KU: cukup Kes: CM
T: 110/70 mmHg N: 82x/menit R: 20x/menit S: 36,50C
Status Lokalis
Abdomen datar lemas BU (+), nyeri tekan (-), luka operasi terawat
Produksi drain ± 150 cc serous
A: P8A1 54 Post HTSOB + Omentektomi HV ai kistadenoma ovarii
musinosum Boderline
18
P: Levofloxacin 1x1 gr
Metronidazole drip 2x0,5 gr
SF 1x1 tab, Vit C 1x1 tab
Diet tinggi kalori, tinggi protein
Tanggal 16 - 17 Juni 2013
S: -
O: Status Praesens
KU: cukup Kes: CM
T: 110/80 mmHg N: 72x/menit R: 20x/menit S: 36,40C
Status Lokalis
Abdomen datar lemas BU (+), nyeri tekan (-), luka operasi terawat
Produksi drain minimal
A: P8A1 54 Post HTSOB + Omentektomi HVII ai kistadenoma ovarii
musinosum Boderline
P: Levofloxacin 1x1 gr
SF 1x1 tab, Vit C 1x1 tab
Diet tinggi kalori, tinggi protein
BAB IV
DISKUSI
19
Dari kasus ini kami akan membahas tentang :
1. Diagnosis pada kasus ini?
2. Penanganan dalam kasus ini?
3. Prognosis pada kasus ini?
DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan ginekologik, dan pemeriksaan penunjang.
Dari anamnesis, pasian datang ke rumah sakit dengan keluhan sesak,
selama 1 minggu dan benjolan di perut sejak 1 tahun yang lalu. Dari amannesa di
atas pasien tampak sesak dan adanya massa pada daerah abdomen. Di perlukan
pemeriksaan fisik untuk mendiagnosis secara pastinya
Pada pemeriksaan abdomen bila di ditemukan tumor di rongga perut
bagian bawah dan atau di rongga panggul, maka setelah diteliti sifat-sifatnya
(besarnya, lokalisasi, permukaan, konsistensi, apakah dapat digerakkan
atau tidak), perlulah ditentukan jenis tumor tersebut. Pada tumor ovarium
biasanya uterus dapat diraba tersendiri, terpisah dari tumor; dalam hal ini
mioma subserosum atau mioma intraligamenter dapat menimbulkan
kesulitan dalam diagnosis. Jika tumor ovarium terletak di garis tengah dalam
rongga perut bagian bawah dan tumor itu konsistensinya kistik, perlu
dipikirkan adanya kehamilan atau kandung kencing penuh. Pada pasien di
atas pemeriksaan abdomen pada inspeksi: tampak cembung, kulit licin, palpasi:
Teraba massa, setinggi 3 jari di atas pusat, Konsistensi kistik berbenjol, mobilisasi
(+), Nyeri tekan (-), tanda – tanda akut abdomen (-), perkusi : WD (+), redup (+),
Asites (+), auskultasi : BU (+) normal. Pemeriksaan tersebut mengarah adanya
massa kistik dengan permukaan berbenjol disertai asites. Untuk memastikan
massa tersebut berasal dari organ kandungan atau dari saluran pencernaan
diperlukan pemeriksaan ginekologis. Pada pemerikssaan ginekologis di dapat
Inspeksi fluxus (-), fluor (-), vulva tidak ada kelainan. Inspekulo: Fluxus (-), fluor
(-), vulva/ vagina tidak tampak kelainan, portio licin, erosi (-), livide (-), OUE
20
tertutup. Pemeriksaan dalam: Fluxus (-), fluor (-) vagina tidak ada kelainan, portio
licin kenyal, OUE tertutup, NG (-) Corpus Uteri : sulit dievaluasi, Cavum
douglas : menonjol Adneksa/Parametrium Dextra : nyeri tekan (-), terapa pol
bawah massa, Adneksa/Parametrium sinistra nyeri tekan (-), massa (-). Sphincter
cekat, ampulla kosong, mukosa licin, teraba pol bawah massa. Dari pemeriksaan
fisik abdomen dan ginekologis terlihat bawa massa terdapat maasa kistik pada
bagian dextra.
Pada pasien di atas telah kontrok ke poliklonik beberapa kali untuk
persiapa operasi. Dari hasi pemeriksaan penunjang USG di dapat hasil: : kista
multilokuler + asites ( maglinancy). Sehingga dapat di simpulkan hasil dari
pemeriksaan fisik dan penunjang adalah kista ovarium multilokuler.
Adanya asites pada pasein ini kemungkinan berasal dari keganasan.
Karena kemungkinan dari penyakit hati sudah di singkirkan dilakukan
pemeriksaan enzim hati yang hasilnya normal. Demikian juga dengan efusi
pleura. Pada pasien ini telah dilakukan pemeriksaan dahak dan hasilnya normal
sehingga menyingkirkan kemungkianan penyakit tuberkulosis.
Pemeriksaan CA 125 adalah salah satu marker yang akan meningkat pada
pemeriksaan darah, urine atau jaringan dari pasien dengan keganasan. Hasil
pemeriksaan CA 125 106,70 U/mL yang arinya kemungkinan keganasan. Ca 125
juga meningkat pada menstuasi, kehamilan, sirosis dan diabetes. Sehingga hasil
Ca 125 semakin akurat pada pasien yang telah menopause. Pemeriksaan tumor
marker ini tidak hanya meningkat pada tumor ovarium karena itu di perlukan
pemeriksaan penunjang lainnya seperti USG transvaginal pada tumor yang kecil
atau USG abdomen bila tumor besar.
Pada penderita dilakulan pemeriksaan penunjang berupa USG,
pemeriksaan laboratorium darah, dan EKG. Dari hasil pemeriksaan USG
didapatkan kista ovarium multilokuler + asites. Hal itu sesuai dengan jenis
kisatadenoma musinosum yang berbentuk multilokuler. Hasil pemeriksaan darah
dan EKG menunjukan dalam batas normal. Dalam kepustakaan disebutkan bahwa
dengan pemeriksaan USG dapat ditentukan letak dan batas tumor, apakah tumor
berasal dari uterus, ovarium, atau kandung kencing, apakah tumor kistik atau
21
solid, dan dapat dibedakan pula antara cairan dalam rongga perut yang bebas dan
yang tidak.4,7
Pada Management Of Suspected Ovarium Masses in Premenopausal
women menggunakan Risk of maglinancy index (RMI) dalam menentukan
keganasan pada massa di ovarium dengan melibatkan score CA 125.4,5
RMI = U x M x CA 125
Dimana:
U= jumlah karateristik tumor dari hasil USG
Kista multilokular, daerah solid, metastases, asites dan lesi bilateral
U = 0 bila terdapat 0 karateristik, U =1 bila terdapat 1 karateristik, dan U =
3 bila terdapat 2-5 karateristik
M= 1 bila premenopause dan 3 bila post menopause ( post menopause
didefinisikan bila pasien tidak dapat haid lebih dari 1 tahun dan wanita di
atas 50 tahun yang telah histerektomi
Serum CA 125 di ukur dalam satuan IU/ml
Pada hasil ≥ 200 mengarah pada keganasan.
Selain itu juga dapat dilakukan IOTA rule untuk menilai suatu keganasan tanpa
menggunakan CA 125 hanya dengan USG pada pasien dengan massa di
ovarium.4,5
PENANGANAN
Penderita yang datang dengan diagnosis pre-operatif berupa kista ovarium
direncanakan untuk tindakan pembedahan yang bertujuan untuk diagnosis dan
terapi.
Pada laparotomi Vries Coupe hasilnya kistadenoma musinosum boderline.
22
Tumor ini merupakan 60% dari seluruh tumor ovarium. Pada penderita ini
dilakukan histerektomi totalis dan laphingo ovorektomi bilateral dan
omentektomi. Tindakan tersebut dilakukan atas dasar pasien sudah tidak
membutuhkan fungsi reproduksinya dan d
ilakukan omentektomi karena terdapat penyebaran ke omentum dan untuk
mendapat hasil staging.1,2,5
Pada saat eksplorasi tampak massa kistik,sebagian padat berbenjol-benjol
berasal dari ovarium kanan ukuran 15cm x 20cm. Hal tersebut seusai dengan
kriteria maksrokopik kistadenoma ovarii musinosum dimana dinding kista agak
tebal dan berwarna putih keabu-abuan; yang terakhir khususnya bila terjadi
perdarahan atau perubahan degeneratif di dalam kista. Pada pembukaan terdapat
cairan lendir yang khas, kental seperti gelatin, melekat, dan berwama kuning
sampai coklat tergantung dari percampurannya dengan darah.
Pada pemeriksaan mikroskopiknya akan tampak dinding kista dilapisi oleh
epitel torak tinggi dengan inti pada dasar sel; terdapat di antaranya sel-sel yang
membundar karena terisi lendir (goblet cell). Sel-sel epitel yang terdapat dalam
satu lapisan mempunyai potensi untuk tumbuh seperti struktur kelenjar: kelenjar-
kelenjar menjadi kista-kista baru yang menyebabkan kista menjadi multilokuler.
Jika terjadi sobekan pad dinding kista, maka sel-sel epitel dapat tersebar pada
permukaan peritoneum rongga perut, dan dengan sekresinya menyebabkan
pseudomiksoma peritonal.1,2
Bila hasil Parafin Block ditemukan tanda boderline atau keganasan maka
penanganan dilanjutkan dengan kemoterapi. Pada National Comperhensive cancer
Network terapi sesuai kanker ovarium stadium 2B, sedangkan bila hasil tidak
ganas disarankan dilakukan observasi tiap 3 dan 6 bulan selama 5 tahun. Dengan
pemeriksaan fisik termasuk pemeriksaan pelvik / ginekologi.5
Hasil parafin block kista ovarium pada pasien ini: kistadenoma ovarii
musinosum et serosum boderline maglinancy dengan minimal infasive, yang
artinya terapat sel – sel serous dan sel – sel musinosum pada kista tersebut. pada
kista ini disebut boderline karena terdapat minimal infasive. Sedangkan hasil
patologi anatomi cairan asites adalah radang kronik dengan sel mesotel. Yang
23
artinya cairan asites tersebut bukan berasal dari tumor ovarium, kemungkinan
berasal dari mall nutrisi pada pasien ini karena berasal dari anamnesa pasien ini
mulai mulai sulit makan sejak 1 tahun yang lalu. Hasil patologi anatomi omentum
yang dikirim adalah jaringan lemak mature tidak ada tanda- tanda metastasis.
PROGNOSIS
Angka kelangsungan hidup 7 tahun pada penderita kanker dengan hasil
pemeriksaan boderlina (Low Maglinan potential tumor) sebesar 69%.
Leake JF, pada Long-term follow-up of serous ovarian tumors of low
malignant potential menyatakan dari 953 pasein yang lakukan follow up selama 7
tahun penyebab kematian terbanyak pada pasien dengan tumor borderline adalah
komplikasi dari penyakit tersebut seperti ileus dan komplikasi dari terapi
pembedahan. 11
BAB IV
KESIMPULAN
24
1. Pada pasien ini dilakukan laparotomi Vries Coupe dan didapat hasil kista
adenoma ovarii musinosu boderline, setelah itu dilakukan histerektomi
totalis salpingo ovorektomi bilateral karena pasien ini sudah tidak
memerlukan lagi fungsi reproduksinya.
2. Hasil parafin block kista ovarium pada pasien ini: kista denoma ovarii
musinosum et serosum boderline maglinancy dengan minimal infasive,
yang artinya terdapat sel – sel serous dan sel – sel musinosum pada kista
tersebut. pada kista ini disebut boderline karena terdapat minimal infasive
DAFTAR PUSTAKA
25
1. Wiknjosastro H. Persalinan Sungsang. Ilmu Kandungan, edisi ke-2. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.2007, Jakarta.
2. Howard J. Ovarian Cyst and Tumors. In : Novaks textbook of gynecology. 9 th
edition. Baltimore, william and Wilkins, 1975 ; 375
3. McKay Hart D et al. Gynaecology Illustrated. New York. Curchil Livingstone. 1993 :290-4.
4. Delaney Martina, et al. The recognition and initial management of ovarian cancer. National Institute for Healt and Clinical Exellence. April 2011
5. Robert J. Morgan et al. Clinical practical guidlines in Oncology ovarian cancer. National Comperhensive Cancer Network. 2011
6. Piver M.S. Handbook of Gynecologic oncologic. 2nd edition. Boston, Little BrownCompany, 1996; 124
7. Andrijono. Sinopsis Kanker Ginekologi. Divisi Onkologi. Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta, 2004 : 170-171.
8. Danforth. Obstetric and Ginecology 7th edition. Philadelphia : J.B.LippirtcottCompany.199~:971-980
9. Ehlen Thomas, Et al. Management of low malignant potential tumor of Ovary. No. 85. January 2000
10. Cunningham, et al. Wiliams Gynecology. The McGraw-Hill Companies. Chapter 35, ephitelial Ovarian Cancer. 2007
11. Leake JF, et al.: Long-term follow-up of serous ovarian tumors of low malignant potential. Gynecol Oncol 47 (2): 150-8, 1992
26