kista ovarium dlm kehamilan doc
DESCRIPTION
kista ovarium dan penanganannya dalam kehamilanlaporan kasusTRANSCRIPT
PENANGANAN DAN DAMPAK KISTA OVARIUM
TERHADAP KEHAMILAN
A. PENDAHULUAN 1,2,3
Umumnya wanita memiliki dua buah indung telur atau ovarium, berbentuk
seperti buah almond sebesar ibu jari dengan ukuran 1 x 2 x 3,5 cm, terletak di
sebelah kiri dan kanan pada dinding pelvis di fossa ovarika.
Ovarium merupakan salah satu organ reproduksi wanita dan berhubungan
dengan uterus melalui ligamentum ovarii proprium. Ovarium terletak pada lapisan
belakang ligamentum latum. Lipatan yang menghubungkan lapisan belakang
ligamentum latum dengan ovarium disebut mesovarium.
Tumor ovarium adalah pembesaran ovarium dengan diameter > 5 cm.
Tumor ini ada yang bersifat neoplastik dan non neoplastik. Tumor neoplastik
dibagi lagi menjadi tumor jinak dan ganas. Tumor jinak tersebut dibagi lagi dalam
kelompok tumor kistik dan solid.
Tumor ovarium dapat timbul di segala usia, tersering adalah pada usia 30-
60 tahun. Masalah klinis yang sering ditimbulkan yaitu :
1. Tumor ovarium sering jinak namun dapat berubah menjadi ganas.
2. Pada stadium dini bersifat asimptomatis dan tidak menimbulkan rasa sakit.
3. Dapat tumbuh menjadi besar sehingga menimbulkan gangguan mekanis
seperti torsi / terpelintir dan perforasi.
Tumor ovarium jinak sering memberikan diagnosa dan keadaan tindakan
yang sulit bagi seorang pemeriksa karena berbeda antara hasil yang didapatkan
1
secara klinis dengan hasil yang didapatkan secara patologi anatomi. Suatu
pendekatan secara akurat terhadap diagnosa dan pengobatannya dapat
menghindari dari kemungkinan resiko yang tidak dikehendaki.
Insiden keganasan tumor meningkat dengan bertambahnya umur dan
umumnya timbul pada masa paska menopause dengan rata-rata di atas 61 tahun.
Resiko keganasan pada masa usia > 50 tahun atau paska menopause sebesar 50 %.
Adanya massa pada adnexa selama kehamilan tidaklah jarang ditemukan,
insidensinya lebih kurang 1 dari 100 kehamilan. Pada kebanyakan kasus, massa
yang dijumpai adalah jinak.
Dijumpainya massa pada ovarium selama kehamilan ini memberikan
beberapa pertanyaan, seperti bagaimana cara mendiagnosa adanya massa,
bagaimana penanganannya tanpa mengganggu kehamilan, apakah dibutuhkan
tindakan operasi, dan kapan waktu yang tepat untuk dilakukan operasi jika
memang dibutuhkan.
B. DEFINISI 4
Kista ovarium merupakan suatu pengumpulan cairan yang terjadi pada
indung telur atau ovarium. Cairan yang terkumpul ini dibungkus oleh semacam
selaput yang terbentuk dari lapisan terluar dari ovarium. Kista ovarium sering
terjadi pada wanita di masa reproduksinya. Sebagian besar kista terbentuk karena
perubahan kadar hormon yang terjadi selama siklus haid, produksi dan pelepasan
sel telur dari ovarium.
2
C. KLASIFIKASI 4
Tumor ini ada yang bersifat neoplastik dan non neoplastik. Tumor
neoplastik dibagi lagi menjadi tumor jinak dan ganas. Tumor jinak tersebut dibagi
lagi dalam kelompok tumor kistik dan solid.
Tumor non neoplastik :
1. Tumor akibat radang
2. Tumor lain : kista folikel, kista korpus luteum, kista lutein, kista inklusi
germinal, kista endometrium.
Tumor neoplastik jinak :
1. Kistik : kista ovarii simpleks, kistadenoma ovarii serosum, kistadenoma
ovarii musinosum, kista endometroid, dan kista dermoid.
2. Solid : fibroma, leiomioma, fibroadenoma, papiloma, angioma,
limfangioma, tumor Brenner, tumor sisa adrenal (maskulinova-blastoma).
Gambar 1. Kista Korpus Luteum
3
Gambar 2. Kista Folikuler
D. PENYEBAB 4,5
Kista ovarium terbentuk oleh bermacam sebab. Penyebab inilah yang
nantinya akan menentukan tipe dari kista. Diantara beberapa tipe kista ovarium,
tipe folikuler merupakan tipe kista yang paling banyak ditemukan. Kista jenis ini
terbentuk oleh karena pertumbuhan folikel ovarium yang tidak terkontrol.
E. GEJALA 2,4,5
Sebagian besar kista ovarium tidak menimbulkan gejala terutama bila kista
berukuran kecil, atau hanya sedikit nyeri yang tidak berbahaya. Namun, ada kista
yang berkembang menjadi besar dan menimbulkan gejala nyeri yang tajam.
Diagnosa pasti kista ovarium tidak bisa dilihat dari gejala-gejala saja karena
gejalanya mirip dengan keadaan lain seperti endometriosis, radang panggul,
kehamilan ektopik atau kanker ovarium. Gejala-gejala yang mungkin muncul
pada kista ovarium :
4
- Perut terasa penuh, berat, kembung
- Tekanan pada dubur dan kandung kemih (sulit buang air kecil)
- Haid tidak teratur
- Nyeri panggul yang menetap atau kambuhan yang dapat menyebar ke
punggung bawah dan paha
- Nyeri senggama
- Mual, ingin muntah, atau pengerasan payudara mirip seperti pada saat
hamil.
Bila terdapat gejala berikut, diperlukan penanganan segera :
- Nyeri perut yang tajam dan tiba-tiba
- Nyeri bersamaan dengan demam
- Rasa ingin muntah
Sebagian besar wanita tidak menyadari bila dirinya menderita kista. Gejala
tersering yang dikeluhkan adalah rasa nyeri pada perut bagian bawah dan pinggul.
Rasa nyeri ini timbul akibat dari pecahnya dinding kista, pembesaran kista yang
terlampau cepat sehingga organ disekitarnya menjadi teregang, perdarahan yang
terjadi di dalam kista dan tangkai yang terpelintir.
Tumor dengan ukuran besar dapat menimbulkan tekanan terhadap alat-alat
sekitarnya disebabkan oleh ukuran dan posisinya dalam perut. Selain gangguan
miksi, obstipasi, edema pada tungkai, juga dapat terjadi hilangnya nafsu makan,
rasa sesak dan lain-lain.
5
Kebanyakan dari kista yang dijumpai pada kehamilan merupakan kista
corpus luteum. Biasanya berdiameter < 6 cm dan akan hilang pada usia kehamilan
14 – 18 minggu. Kista yang harus dilakukan operasi adalah kista teratoma, serous,
mucinosum, kista para ovarica dan endometriosis. Hanya 2 – 4 % yang mengarah
ke malignansi. Perdarahan pada kista dapat terjadi sedikit-sedikit, dapat juga
terjadi dalam jumlah yang banyak sehingga menyebabkan distensi cepat dari kista
dan menimbulkan nyeri perut mendadak.
Putaran tangkai dapat terjadi pada tumor ovarium dengan diameter > 5 cm
akan tetapi belum terlalu besar sehingga terbatas gerakannya. Tumor akan
semakin besar bila terjadi perdarahan di dalamnya. Tindakan operasi harus segera
dilakukan untuk mencegah tumor menjadi ruptur.
Setelah dilakukan pengangkatan tumor, perlu dilakukan pemeriksaan
secara mikroskopik, terutama bila dijumpai tanda-tanda keganasan seperti asites,
tumor padat dan pertumbuhan tumor yang cepat.
F. DIAGNOSA 3,6,7,8
Diagnosa biasanya sulit ditegakkan, tumor adnexa biasanya muncul
dengan tanda dan gejala seperti iritasi peritoneum sekunder dari terpelintir,
perdarahan ataupun ruptur. Semakin besar usia kehamilan, semakin sulit untuk
mengidentifikasi besar massa.
Pemeriksaan USG masih menjadi pilihan utama untuk mendeteksi adanya
kista dan membantu untuk menentukan apakah kista tersebut jinak atau ganas.
USG lebih sensitif daripada pemeriksaan panggul untuk mendeteksi adanya tumor
ovarium. Selain itu, MRI dan CT Scan bisa dipertimbangkan tetapi tidak sering
6
dilakukan karena pertimbangan biaya. Kebanyakan massa adnexa dalam
kehamilan ini ditemukan secara tidak sengaja pada saat pemeriksaan antenatal
rutin dengan USG.
Massa adnexa yang dapat dijumpai dari USG :
- Kista fungsional
Kista fungsional seperti kista folikular, kista korpus luteum, atau kista teka
lutein biasanya memiliki batas yang tipis dengan cairan di tengahnya.
Dijumpainya korpus luteum merupakan hal yang normal selama kehamilan.
Walaupun biasanya dijumpai dengan ukuran yang kecil melalui USG, korpus
luteum ini bisa mencapai ukuran hingga 10 cm pada kehamilan. Kista lainnya
dapat mengandung debris, seperti bekuan darah yang menunjukkan suatu
endometriosis atau kista simpel dengan perdarahan di dalamnya. Kista
fungsional biasanya menghilang pada saat trimester kedua kehamilan. Namun
pada beberapa kasus, kista dapat menyebabkan komplikasi seperti torsi atau
ruptur, menyebabkan nyeri akut atau perdarahan. Bagaimanapun tumor kistik
yang dijumpai selama trimester pertama kehamilan harus dikarakteristikkan
dan diikuti perkembangannya dengan USG.
- Benign cystic teratoma
Benign cystic teratoma biasanya memiliki lapisan jaringan yang berlapis,
adanya kalsifikasi, dan lapisan lemak dan cairan. Tumor ini biasanya tidak
tumbuh secara substansial selama kehamilan. Jika ukurannya lebih kecil dari
6 cm, tumor ini dapat diobservasi secara simpel. Tumor yang lebih besar
kadang-kadang dapat mengalami ruptur atau torsi, atau menjadi obstruksi
pada persalinan.
7
- Benign cystadenoma
Benign cystadenoma biasanya menunjukkan penampakan seperti kista simpel
tanpa septa yang luas, sementara cystadenocarcinoma biasanya memiliki
septa, aliran darah yang abnormal, peningkatan vaskularitas, atau dijumpai
ketiganya sekaligus. Bagaimanapun, kita tidak bisa membedakan suatu
cystadenoma dengan cystadenocarcinoma hanya melalui pemeriksaan USG.
Sekitar 10 % dari massa adnexa yang dijumpai selama kehamilan adalah
ganas.
Walaupun USG dapat membantu mendiagnosa massa adnexa, tetapi
akurasi atau spesifisitas untuk membedakan massa jinak dengan ganas masih
terbatas. Beberapa kriteria dari massa ovarium yang meningkatkan resiko
keganasan seperti ukuran yang lebih besar dari 5 cm (walaupun ukuran yang lebih
kecil juga dapat menjadi ganas), gambaran kompleks kistik dan solid, dan massa
yang menetap seiring berjalannya waktu.
Pada beberapa kasus, masa adnexa ditemukan pada saat dilakukannya
sectio caesarea. Fenomena ini meningkat mengingat tingginya angka sectio
caesarea. Untuk menghindari perlunya dilakukan operasi di kemudian hari, dan
untuk menghindari diagnosis yang terlambat dari suatu keganasan ovarium, perlu
dilakukan inspeksi adnexa secara rutin setelah menutup insisi uterus pada semua
wanita yang melahirkan dengan sectio caesarea.
Daisa (1989) mengamati perbedaan antara tumor jinak dan ganas pada
pemeriksaan panggul dan pada saat pembedahan. Penemuan pada pemeriksaan
panggul :
8
Jinak Ganas
Sifat Unilateral Bilateral
Konsistensi Kistik Padat
Gerakan Bebas Terbatas
Permukaan Licin Tidak
Ascites Tidak ada / sedikit Banyak
Benjolan cul de sac Tidak ada Ada
Pertumbuhan Lambat Cepat
Pemeriksaan CA-125 mungkin bermanfaat setelah trimester pertama
kehamilan. Nilai serum CA-125 biasanya meningkat selama trimester pertama
kehamilan, tapi mungkin dapat bermanfaat untuk penilaian lebih lanjut atau untuk
follow up dari suatu keganasan.
Suatu peningkatan serum alpha-fetoprotein dilaporkan pada beberapa
kehamilan dengan sinus endodermal atau tumor ovarium germ-cell. Alpha-
fetoprotein harus diukur jika dijumpai adanya suatu tumor germ-cell yang
mencurigakan dari pemeriksaan USG.
9
G. KOMPLIKASI 9,10,11,12,13
Komplikasi tumor adnexa dalam kehamilan :
1. Terpelintir
2. Penekanan terhadap panggul
3. Perdarahan
4. Ruptur
Torsi atau terpelintir adalah terjadinya rotasi total atau sebagian dari massa
adnexa. Faktor predisposisinya adalah ukuran yang cukup besar, mobilitas bebas
dan adanya pedikel yang panjang. Etiologi pastinya belum diketahui. Yang paling
banyak dijumpai adalah pada kista dermoid dan kistadenoma serous. Torsi yang
komplit menyebabkan blokade vena dan limfatik menyebabkan stasis dan
kongesti vena, perdarahan, dan nekrosis. Kista menjadi lebih lunak dan mudah
ruptur. Pasien biasanya mengalami nyeri perut akut dan pada pemeriksaan
panggul dapat dijumpai massa kista yang lunak yang terpisah dari uterus. Resiko
dari torsi ovarium ini meningkat sebanyak 5 kali lipat selama kehamilan.
Insidensinya sebanyak 5 dari 10.000 kehamilan.
Robekan dinding kista dapat pula terjadi akibat trauma lain, seperti
pukulan pada perut dan senggama. Bila kista hanya berisi cairan serous, maka rasa
nyeri akibat robekan dan iritasi peritoneum akan segera berkurang, namun bila
berisi cairan darah, maka akan menimbulkan rasa sakit yang terus menerus
disertai dengan tanda-tanda akut abdomen. Jika robekan terjadi pada kista
adenoma musinosum maka akan mengakibatkan perlengketan dalam rongga perut.
Keadaan ini dikenal dengan pseudomiksoma peritonei.
10
Beberapa ahli mencurigai kista ovarium bertanggung jawab atas terjadinya
kanker ovarium pada wanita di atas 40 tahun. Mekanisme terjadinya kanker masih
belum jelas namun dianjurkan pada wanita yang berusia di atas 40 tahun untuk
melakukan skrining atau deteksi dini terhadap kemungkinan terjadinya kanker
ovarium.
Faktor resiko lain yang dicurigai adalah penggunaan kontrasepsi oral
terutama yang berfungsi menekan terjadinya ovulasi. Sehingga bila seorang
wanita usia subur menggunakan metode kontrasepsi ini dan kemudian mengalami
keluhan pada siklus menstruasi, lebih baik segera melakukan pemeriksaan
lengkap atas kemungkinan terjadinya kanker ovarium.
Bagaimanapun keganasan pada ovarium selama kehamilan merupakan hal
yang jarang dijumpai. Jika dijumpai biasanya merupakan tahap awal dan memiliki
outcome yang baik, berdasarkan penelitian meta analisis oleh Leiserowitz dkk.
pada tahun 2006. Dari penelitian ini dijumpai 9.375 kehamilan dengan massa
adnexa, dan dijumpai 87 kanker ovarium dan 115 kasus diantaranya memiliki
tumor potensial ganas rendah atau low-malignant-potential (LMP).
Suatu penelitian lain pada 130 kasus dalam kehamilan yang menjalani
operasi menunjukkan bahwa ditemukan tumor ganas atau LMP pada 6,1 % kasus.
Pada 10 pasien, hal yang dijumpai pada saat laparotomi adalah leiomyoma. Dari
penelitian ini dikatakan bahwa pemeriksaan USG sebelum operasi tidak dapat
membedakan tumor LMP dengan neoplasma jinak.
Penelitian dari tahun 1994 sampai 2001 ditemukan 8 pasien dengan massa
adnexa dari 16.472 kehamilan. 6 pasien menjalani laparotomi pada trimester
pertama dan/atau trimester kedua kehamilan. 2 dari mereka dilakukan laparotomi
11
emergensi karena adanya torsi atau perdarahan sebagai komplikasi dari massa
adnexa. Kedelapan pasien ini menjalani persalinan saat aterm. 2 pasien menjalani
sectio caesarea dengan indikasi obstetrik.
H. PENGOBATAN 3,5,11,14,15,16
Umumnya kista ovarium pada wanita usia subur akan menghilang dengan
sendirinya dalam 1 sampai 3 bulan. Meskipun ada diantaranya yang pecah namun
tidak akan menimbulkan gejala yang berarti. Kista jenis ini termasuk jinak dan
tidak memerlukan penanganan medis. Kista biasanya ditemukan secara tidak
sengaja saat dokter melakukan pemeriksaan USG.
Tumor ovarium neoplastik membutuhkan tindakan operasi, sedangkan
tumor ovarium non neoplastik tidak. Tumor dengan diameter < 5 cm, tidak
diperlukan tindakan operasi, namun dilakukan observasi selama 2 – 3 bulan untuk
membuktikan tumor tersebut mengecil atau membesar. Jika ukuran tumor
menetap atau membesar berarti tumor tersebut bersifat neoplastik, sehingga perlu
penanganan lebih lanjut.
Tindakan operasi pada tumor ovarium jinak berupa reseksi pada bagian
ovarium yang mengandung tumor. Tetapi bila tumor besar atau ada komplikasi
perlu dilakukan tindakan salfingooforektomi. Bila dijumpai keraguan, maka perlu
dilakukan frozen section, jika hasilnya adalah ganas operasi yang tepat adalah
histerektomi total + bisalfingooforektomi + omentektomi + limfadenektomi
selektif pada kelenjar getah bening serviks dan aorta.
12
Kista pada kehamilan perlu dioperasi apabila :
1. Dalam evaluasi kehamilan 14 – 18 minggu kista tidak mengalami
pengecilan, karena biasanya pada usia kehamilan 18 minggu, kista
fungsional akan menghilang.
2. Jika timbul komplikasi seperti peritonitis, ruptur, kista terpelintir dan
infeksi.
3. Jika massa besar sehingga menekan uterus.
4. Jika dicurigai adanya suatu keganasan.
Operasi tidak disarankan dilakukan pada trimester pertama kehamilan,
dengan alasan tingginya angka korpus luteum selama kehamilan, jarangnya
dijumpai keganasan, rendahnya kejadian komplikasi adnexa dengan observasi
yang baik, dan potensi untuk terjadinya keguguran atau kematian janin,
pertumbuhan janin terhambat, partus prematur, dan teratogenitas.
Bagaimanapun, operasi yang dilakukan setelah trimester pertama selama
kehamilan tetap memberikan masalah, dimana diperlukan manipulasi terhadap
uterus wanita hamil. Suatu studi kohort pada tahun 1989 di Swedia terhadap 5.405
wanita yang menjalani operasi non-obstetrik selama kehamilannya memberikan
hasil :
- Kejadian malformasi kongenital dan kematian janin dalam persalinan tidak
meningkat pada wanita yang menjalani operasi selama kehamilannya.
- Angka berat badan bayi lahir rendah dan sangat rendah meningkat, seiring
dengan meningkatnya kejadian prematuritas dan pertumbuhan janin
terhambat.
13
- Insidensi bayi lahir hidup tetapi kemudian meninggal dalam 168 jam juga
meningkat, hal ini meningkat tidak berhubungan dengan trimester usia
kehamilan.
Beberapa data menunjukkan bahwa operasi adnexa selama trimester kedua
akhir atau trimester ketiga awal kehamilan memberikan resiko yang lebih besar
untuk terjadinya persalinan prematur, atau pertumbuhan janin terhambat, atau
keduanya.
Dari suatu penelitian kohort lain pada tahun 1999 pada 130 kasus yang
menjalani operasi selama kehamilannya, dijumpai 2 kematian janin dalam
kandungan dan 1 kematian neonatal. Dimana pasien yang menjalani laparotomi
setelah usia kehamilan 23 minggu memiliki luaran kehamilan yang kurang baik
dibandingkan dengan yang menjalani laparotomi dengan usia kehamilan lebih
awal.
Waktu yang paling baik untuk dilakukannya operasi elektif adalah saat
dilakukannya sectio caesarea. Waktu lain yang tepat untuk melakukan operasi
elektif kemungkinan adalah saat awal sampai pertengahan trimester kedua
kehamilan. Pada masa ini, operasi elektif untuk massa adnexa memerlukan
pemaparan panggul, tanpa perlu dilakukannya manipulasi uterus yang signifikan,
dan berhubungan dengan angka komplikasi kehamilan yang lebih rendah.
Observasi yang baik merupakan alternatif yang baik untuk intervensi
operasi selama kehamilan, kecuali dicurigai adanya keganasan. Schmeler dkk.
menilai kasus dari 59 wanita yang memiliki massa adnexa dengan diameter lebih
5 cm yang terdeteksi selama kehamilan dari keseluruhan 127.177 persalinan dari
14
tahun 1990 sampai 2003. Operasi antepartum dilakukan pada 17 wanita (29%). 13
kasus diantaranya memberikan hasil USG dengan gambaran yang dicurigai
adanya keganasan, dan 4 kasus diantaranya dengan adanya torsi ovarium. Sisanya
diobservasi, dan operasi ditunda hingga saat dilakukan sectio caesarea atau
sesudahnya. 25 (42 %) dari keseluruhan 59 kasus merupakan kista dermoid.
Kanker didiagnosa pada 4 pasien (6,8%), dan 1 pasien (1,7%) merupakan tumor
LMP.
Penelitian di Korea pada tahun 1996 sampai 2006 terhadap 27 pasien yang
didiagnosa dengan kanker ovarium dalam kehamilannya menunjukkan bahwa 26
pasien menjalani operasi konservatif dengan mempertahankan kehamilannya,
dengan rata-rata operasi dilakukan pada usia kehamilan 20 minggu. Dari seluruh
27 pasien, 26 diantaranya menjalani persalinan aterm dengan bayi yang sehat
tanpa adanya kelainan malformasi. Hanya 1 pasien dengan kanker ovarium
epitelial yang mengalami relaps 19 bulan setelah menjalani operasi konservatif
dengan kemoterapi adjuvant.
Bagaimanapun walaupun ada bukti tentang amannya dilakukan operasi
pada wanita selama kehamilannya, operasi yang dilakukan tetap memiliki resiko
terhadap wanita hamil dan bayinya. Sehingga pilihan penanganan harus
dipertimbangkan berdasarkan karakteristik dari massa adnexa yang ada dan usia
kehamilannya.
Meskipun demikian, pengawasan tetap harus dilakukan terhadap
perkembangan kista sampai dengan beberapa siklus menstruasi. Bila memang
ternyata tidak terlalu bermakna maka kista dapat diabaikan karena akan mengecil
sendiri.
15
Pemeriksaan USG sangat berperan dalam menentukan langkah
penatalaksanaan kista ovarium. Dengan USG dapat dilihat besarnya kista, bentuk
kista, isi dari kista dan lain sebagainya.
Jika kista ovarium tumbuh membesar dan menimbulkan keluhan akibat
dari peregangan organ sekitar kista maka perlu dipertimbangkan untuk melakukan
operasi pengangkatan kista. Jaringan kista sebaiknya segera dibawa ke
laboratorium patologi anatomi untuk mengetahui kemungkinan kista tersebut
berkembang menjadi kanker.
DAFTAR PUSTAKA
1. Wiknjosastro H. Anatomi Panggul dan Isinya. Ilmu Kandungan. Edisi Kedua.
Bina Pustaka, Jakarta, 1994 : 1 – 25.
2. Hillard PA. Benign Dissease of the Female Reproduction Tract. Berek JS (ed)
Novak’s Gynecology. 12th Ed. William & Wilkins, Baltimore, 1996 : 361 –
76.
16
3. Hoffman MS, Sayer RA. Adnexal Masses In Pregnancy. Obg Management.
Maret, 2007 : 27 – 44.
4. Joedosapoetra MS, Sutoto. Tumor Jinak pada Alat-alat Genital. Ilmu
Kandungan, Edisi kedua. Bina Pustaka, Jakarta, 1994 : 328 – 62.
5. Govan ADT, Hart DM, Callender R. Gynaecology Ilustrated, fourth edition,
Churchill Livingstone, London, 1993 : 304 – 17.
6. Zanetta G, et al. A Prospective Study of the Role of Ultrasound in the
Management of Adnexal Masses During Pregnancy. BJOG : an International
Journal of Obstetrics and Gynaecology. Milan, June 2003, Vol. 110 : 578 –
83.
7. Rosevear SK. The Adnexa – Ovarian Lesion. Handbook of Gynaecology
Management, Blackwell Science, Hongkong, 2002 : 188 – 96.
8. Myers ER, et al. Management of Adnexal Mass. Evidence Report /
Technology Assessment, number 130, North Carolina, February 2006 : 9 –
15.
9. Kolluru V, et al. Torsion of Ovarian Cyst During Pregnancy : a case report.
BioMed Central, Case Journal 2009, 2 : 9405 : 1 – 3.
10. Leiserowitz GS, Xing G, Cress R, Brahmbhatt B, Dalrymple JL, Smith LH.
Adnexal masses in pregnancy: how often are they malignant? Gynecol Oncol.
2006;101:315–321.
11. Whitecar P, Turner S, Higby K. Adnexal Masses in Pregnancy : A Review of
130 cases Undergoing Surgical Management. American Journal of Obstetrics
& Gynaecology, 1999, vol. 181, issue 1 : 19-24.
17
12. Duić Z, Kukura V, Ciglar S, Podobnik M, Podgajski M. Adnexal masses in
pregnancy: a review of eight cases undergoing surgical management. Eur J
Gynaecol Oncol. 2002;23(2):133-4.
13. Achadiat MC. Tumor-tumor Ovarium Borderline. Cermin Dunia Kedokteran.
No. 112, Jakarta. 1996 : 21-4.
14. Schmeler KM, Mayo-Smith WW, Peipert JF, Weitzen S, Manuel MD,
Gordinier ME. Adnexal masses in pregnancy: surgery compared with
observation. Obstet Gynecol. 2005;105:1098–1103.
15. Kwon YS, Mok JE, Lim KT, Lee IH, Kim TJ, Lee KH, Shim JU. Ovarian
Cancer during Pregnancy: Clinical and Pregnancy Outcome. J Korean Med
Sci 2010; 25: 230-4.
16. Nahar S, Begum T, Naher L, Siddique T, Rani C, Khabir MR. Surgical
Management and Outcome of Adnexal Masses during Pregnancy : A 2 year
Retrospective Study. Bangladesh J Obstet Gynaecol, 2008; Vol. 23(2) : 51-55
LAPORAN KASUS
Status Orang Sakit
Nama : Ny. S
Umur : 34 thn
Alamat : Desa Mekar Laras Tanjung Tiram
Suku : Melayu
18
Agama : Islam
Pekerjaan : IRT
MR : 88.60.61.13
Tanggal : 26 Juni 2014
Pukul : 12.37 WIB
Ny. S, 34 tahun, G6P5A0, datang ke RSHAM pada tanggal 26 Juni 2014 jam 12.37
wib dengan :
KU : Nyeri perut
Telaah : Dialami OS sejak 2 jam sebelum masuk RS dan dirasakan
semakin memberat. Riwayat perut membesar dialami OS sejak 1
tahun terakhir dan dirasakan semakin membesar. Riwayat keluar
lendir darah (-). Riwayat keluar air-air dari kemaluan (-). Riwayat
penurunan nafsu makan (+). Riwayat penurunan berat badan (+).
BAK (+) N, BAB (+) N.
RPT/RPO : -/-
HPHT : ? - 01 - 2014
TTP : ? - 10 - 2014
ANC : Bidan 5x
Riwayat KB : (-)
Riwayat Persalinan :
1. ♀, aterm, 3200 gram, PSP, bidan, rumah, 17 tahun, sehat.
2. ♀, aterm, 3200 gram, PSP, bidan, rumah, 15 tahun, sehat.
3. ♀, aterm, 4000 gram, PSP, bidan, rumah, 10 tahun, sehat.
4. ♂, aterm, 3000 gram, PSP, bidan, klinik, 8 tahun, sehat.
5. ♂, aterm, 3000 gram, PSP, bidan, klinik, 5 tahun, sehat.
6. Hamil ini.
19
Status Present :
Sensorium : CM Anemia : (-)
TD : 120/70 mmHg Ikterus : (-)
HR : 94 x/i Cyanosis : (-)
RR : 20 x/i Dyspnoe : (-)
T : 36,5 0C Oedem : (-)
Status Lokalisata :
Kepala : Konj palp inf pucat (-/-). Sklera ikterik (-/-)
Leher : dbn
Thorax : SP : Vesikuler (+)
ST : (-)
Abdomen : Distensi, membesar simetris, peristaltik (+)
TFU : Sulit dinilai
Tegang : Sulit dinilai
Terbawah : Sulit dinilai
Gerak : (+)
DJJ : 188 x/mnt
His : (+)
Genetalia Ext : P/V (-)
Extremitas : Oedem (-)
USG TAS
20
• JT, AH
• FM (+), FHR (+)
• Placenta corpus posterior
• BPD: 40 mm
• FL: 36 mm
• AC: 58 mm
• Air ketuban cukup
• Tampak gambaran hipoechoic, septa (+), papil (-), multilokuler, tidak
terukur kaliper, asal massa sulit dinilai
Kesan : IUP (22-23) mgg + AH + Kista ovarium multiloculated
Hasil Laboratorium :
21
Hb : 10.80 gr/dl
Leukosit : 12.330/mm3
Hematokrit : 33.00 %
Trombosit : 445.000/mm3
KGD adr : 94 mg/dl AFP : 140.2
Ur / cr : 13.2/ 0.55 mg/dl CEA : 0,2
SGPT / SGOT : 12 / 15 U/L CA125 : 22.74
Na / K / Cl : 137 / 4.1 / 108 mEq/L Chol tot : 273
PT : 14.0’’ (C: 13.20) Trig : 145
INR : 1.07 Chol HDL : 57
APPt : 33.8“ (C:31.9) Chol LDL : 170
TT : 17.2” (C: 15.7)
Diagnosa : Kista ovarium multiloculated + GMG + KDR (22-23) mgg +
AH
Rencana : Laparotomi cito
Lapor supv Prof. dr. Hamonangan H, SpOG.K ACC
Laporan Salfingoooforektomi Sinistra a/i Kista Ovarium
- Ibu dibaringkan dimeja operasi dgn infus dan kateter terpasang baik.
22
- Dilakukan aseptik dan antiseptik pada dinding abdomen dengan betadine dan
alkohol, kemudian ditutup dengan doek steril kecuali lapangan operasi.
- Dibawah spinal anastesi, dilakukan insisi midline dari kutis dan subkutis
- Dengan menyisipkan pinset anatomis dibawahnya fascia digunting ke kanan
dan ke kiri, otot dikuakkan secara tumpul.
- Peritoneum dijepit dengan klem, diangkat, lalu digunting ke atas dan ke
bawah, dipasang hack blast.
- Tampak massa kistik berlobus berukuran sebesar bola kaki. Identifikasi asal
massa kesan berasal dari adnexa kiri. Lalu diputuskan untuk dilakukan
salfingooforektomi sinistra.
- Identifikasi adnexa kanan dalam batas normal. Identifikasi uterus membesar
sesuai dengan usia kehamilan.
- Klem peritoneum dipasang lalu kavum abdomen dibersihkan dari bekuan
darah, kesan : bersih.
- Peritoneum dijahit dengan plain cat-gut no.1. kemudian dilakukan jahitan
aproksimasi otot dinding abdomen dengan plain cat-gut no.1 secara simple
suture.
- Kedua ujung fascia dijepit dengan kocher, lalu dijahit secara jelujur dengan
chromic cat-gut no.2.
- Sub kutis dijahit secara simple suture dengan plain cat-gut no.1.
- Kutis dijahit secara subkutikuler dengan vicryl no.3.0
- Luka operasi ditutup dengan kasa steril + bethadine solution.
- Keadaan ibu post op : baik dan stabil
Terapi - IVFD RL 20 gtt/mnt
- Inj. Ceftriaxone 1 gr / 12 jam
23
- Movicox supp / 12 jam
Pengawasan pasca operasi :
- Awasi vital sign, his, DJJ dan tanda-tanda perdarahan
- Cek Hb 2 jam post operasi, jika Hb < 8 gr/dl transfusi sesuai kebutuhan
Hasil Laboratorium 27 Juni 20 14 (post op)
Hb : 10,50 gr/dl
Ht : 31,10 %
L : 8.230 /mm3
Tr : 249.000 /mm3
Follow tgl 27-06-2014 jam 08.00 wib
KU : Nyeri luka operasi
SP : Sensorium : CM
TD : 110 / 70 mmHg
HR : 94 x/i
RR : 20 x/i
T : 36,7 0C
Status Lokalisata
- Abdomen : membesar simetris, peristaltik (+)
- TFU : 1 jari bawah pusat
- P/V : (-)
- Gerak : (+)
- His : (-)
- DJJ : 144 x/i
- BAK : (+)
- BAB : (-) flatus (+)
Dx : Post SOS a/i kista ovarium + GMG + KDR (22-23) mgg + AH
24
Th/ : - IVFD RL 20 gtt/mnt
- Inj. Ceftriaxone 1 gr / 12 jam
- Movicox supp / 12 jam
R/ : - aff kateter
Follow tgl 28-06-2014 jam 08.00 wib
KU : -
SP : Sens : CM
TD : 120 / 80 mmHg
HR : 72 x/i
RR : 20 x/i
T : 36,3 °C
Status Lokalisata
- Abdomen : membesar simetris, peristaltik (+)
- TFU : 1 jari bawah pusat
- P/V : (-)
- Gerak : (+)
- His : (-)
- DJJ : 144 x/i
- BAK : (+)
- BAB : (-) flatus (+)
Dx : Post SOS a/i kista ovarium + GMG + KDR (22-23) mgg + AH
Th/ :
- Cefadroxyl 2 x 500 mg
- Ibuprofen 3 x 400 mg
- Sulfas ferosus 2 x 1
Follow tgl 29-06-2014 jam 08.00 wib
KU : -
25
SP : Sens : CM
TD : 120 / 80 mmHg
HR : 72 x/i
RR : 20 x/i
T : 36,3 °C
Status Lokalisata
- Abdomen : membesar simetris, peristaltik (+)
- TFU : 1 jari bawah pusat
- P/V : (-)
- Gerak : (+)
- His : (-)
- DJJ : 144 x/i
- BAK : (+)
- BAB : (-) flatus (+)
Dx : Post SOS a/i kista ovarium + GMG + KDR (22-23) mgg + AH
Th/ :
- Cefadroxyl 2 x 500 mg
- Ibuprofen 3 x 400 mg
- Sulfas ferosus 2 x 1
Follow tgl 30-06-2014 jam 08.00 wib
KU : -
SP : Sens : CM
TD : 120 / 80 mmHg
HR : 72 x/i
RR : 20 x/i
T : 36,3 °C
Status Lokalisata
- Abdomen : membesar simetris, peristaltik (+)
26
- TFU : 1 jari bawah pusat
- P/V : (-)
- Gerak : (+)
- His : (-)
- DJJ : 144 x/i
- BAK : (+)
- BAB : (-) flatus (+)
Dx : Post SOS a/i kista ovarium + GMG + KDR (22-23) mgg + AH
Th/ :
- Cefadroxyl 2 x 500 mg
- Ibuprofen 3 x 400 mg
- Sulfas ferosus 2 x 1
R/ : GV luka op kering
OS PBJ kontrol PIH
ANALISA KASUS
27
Telah dilaporkan Ny. S, 34 tahun, G6P5A0, datang ke RSHAM tanggal 26
Juni 2014 pukul 10.05 WIB dengan Dialami OS sejak 2 jam sebelum masuk RS
dan dirasakan semakin memberat. Riwayat perut membesar dialami OS sejak 1
tahun terakhir dan dirasakan semakin membesar. Riwayat keluar lendir darah (-).
Riwayat keluar air-air dari kemaluan (-). Riwayat penurunan nafsu makan (+).
Riwayat penurunan berat badan (+). BAK (+) N, BAB (+) N.
Dari pemeriksaan USG tanggal 26 Juni 2014 didapatkan hasil Kista
Ovarium + IUP (22-23) mgg + AH.
Pasien dipersiapkan untuk dilakukan laparotomi cito dengan pertimbangan
OS mengeluh nyeri yang semakin lama semakin memberat. Hal ini sesuai dengan
teori dimana jika kista ovarium tumbuh membesar dan menimbulkan keluhan
akibat dari peregangan organ sekitar kista maka perlu dipertimbangkan untuk
melakukan operasi pengangkatan kista.
Os pulang pada tanggal 30 Juni 2014 dengan keadaan umum baik, hasil
laboratorium dalam batas normal, luka operasi kering, dan direncanakan kontrol
ke Poli Ibu Hamil. Hasil PA Cystadenoma Mucinosum Ovarii.
PERMASALAHAN KASUS
28
Permasalahan Teori
Terhadap OS dilakukan tindakan
laparotomi cito dikarenakan keluhan
nyeri yang semakin memberat.
Pada saat tindakan laparotomi cito
dilakukan, OS sedang hamil dengan
usia kehamilan (22-23) minggu.
Kadar Ca 125 pada pasien ini 22,74
U/mL
Menurut teori indikasi dilakukan
tindakan pengangkatan kista ovarium
dalam kehamilan apabila :
1. Dalam evaluasi kehamilan 14 –
18 minggu kista tidak
mengalami pengecilan, karena
biasanya pada usia kehamilan
18 minggu, kista fungsional
akan menghilang.
2. Jika timbul komplikasi seperti
peritonitis, ruptur, kista
terpelintir dan infeksi.
3. Jika massa besar sehingga
menekan uterus.
4. Jika dicurigai adanya suatu
keganasan.
Menurut teori waktu yang tepat untuk
melakukan operasi elektif kemungkinan
adalah saat awal sampai pertengahan
trimester kedua kehamilan. Beberapa
data menunjukkan bahwa operasi
adnexa selama trimester kedua akhir
atau trimester ketiga awal kehamilan
memberikan resiko yang lebih besar
untuk terjadinya persalinan prematur,
atau pertumbuhan janin terhambat, atau
keduanya.
Pemeriksaan CA-125 mungkin
bermanfaat setelah trimester pertama
kehamilan. Nilai serum CA-125
29
biasanya meningkat selama trimester
pertama kehamilan, namun tidak
berkorelasi secara klinis dengan kondisi
patologis.
30