lapsus kista ovarium

47
LAPORAN KASUS KISTADENOMA OVARIUM Oleh I Ketut Anom Widyantara Eka Dana Weka Mona H1A 006 017 PEMBIMBING : dr. I M. W. Mahayasa, SpOG DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA

Upload: dini-fadilla

Post on 01-Dec-2015

320 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

Lapsus Kista Ovarium

TRANSCRIPT

Page 1: Lapsus Kista Ovarium

LAPORAN KASUS

KISTADENOMA OVARIUM

Oleh

I Ketut Anom Widyantara Eka Dana Weka Mona

H1A 006 017

PEMBIMBING :

dr. I M. W. Mahayasa, SpOG

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA

DI LAB/SMF KEBIDANAN DAN PENYAKIT KANDUNGAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM/RSUP NTB

MATARAM

2011

Page 2: Lapsus Kista Ovarium

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat

dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini tepat pada waktunya.

Laporan kasus yang berjudul “Kistadenoma Ovarium” ini disusun dalam rangka

mengikuti Kepaniteraan Klinik Madya di Bagian/ SMF Obstetri dan Genikologi Rumah

Sakit Umum Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada semua pihak yang telah banyak memberikan bimbingan kepada penulis:

1. Dr. A. Rusdhy Hariawan Hamid, SpOG., selaku Kepala Bagian/ SMF Kebidanan

dan Kandungan RSU Mataram.

2. Dr. Agus Thoriq, SpOG., selaku Koordinator Pendidikan Bagian/ SMF Kebidanan

dan Kandungan RSU Mataram.

3. Dr. I M. W. Mahayasa, SpOG., selaku pembimbing.

4. Dr. H. Doddy A. K., SpOG (K)., selaku supervisor.

5. Dr. Edi Prasetyo Wibowo, SpOG., selaku supervisor.

6. Dr. Made Punarbawa, SpOG., selaku supervisor.

7. Dr. I M. P. Juliawan, SpOG., selaku supervisor.

8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan

bantuan kepada penulis.

Akhirnya penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan kasus ini masih

banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat

kami harapkan demi kesempurnaan laporan kasus ini.

Semoga laporan kasus ini dapat memberikan manfaat dan tambahan pengetahuan

khususnya kepada penulis dan kepada pembaca dalam menjalankan praktek sehari-hari

sebagai dokter. Terima kasih.

Mataram, Agustus 2011

Penulis

Page 3: Lapsus Kista Ovarium

BAB I

PENDAHULUAN

Ovarium mempunyai fungsi yang sangat krusial pada reproduksi dan menstruasi.

Gangguan pada ovarium dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan, perkembangan

dan kematangan sel telur. Gangguan yang paling sering terjadi adalah kista ovarium,

sindrom ovarium polikistik, dan kanker ovarium. Kista ovarium merupakan salah satu

bentuk penyakit reproduksi yang banyak menyerang wanita. Kista atau tumor merupakan

bentuk gangguan yang bisa dikatakan adanya pertumbuhan sel-sel otot polos pada ovarium

yang jinak. Walaupun demikian tidak menutup kemungkinan untuk menjadi tumor ganas

atau kanker1,2.

Perjalanan penyakit yang secara diam-diam menyebabkan banyak wanita tidak

menyadari bahwa dirinya sudah terserang kista ovarium dan hanya mengetahui pada saat

kista sudah dapat teraba dari luar atau membesar. Kista ovarium biasanya berukuran kecil

dengan ukuran kurang dari 5 cm, berkapsul dengan isi cairan. Beberapa kista ovarium ini

tidak menimbulkan gejala, dan dapat mengalami resolusi spontan, tetapi ada yang

menyebabkan nyeri dan perasaan tidak menyenangkan. Ada beberapa yang menjadi ganas,

dengan risiko terjadinya karsinoma terutama pada wanita wanita yang mulai menopause1.

Keganasan ovarium merupakan 6 kasus kanker terbanyak dan merupakan penyebab

kematian oleh karena keganasan ginekologi. Terdapat variasi yang luas insidensi

keganasan ovarium, rerata tertinggi terdapat di Negara Skandinavia (14,5-15,3 per 100.000

populasi). Di Amerika insidensi keganasan ovarium semua ras adalah 12,5 kasus per

100.000 populasi pada tahun 1988 sampai 19913,4.

Penanganan terhadap kista ovarium didasarkan pada jenis kista tersebut. Jadi tidak

semua kista ovarium dioperasi, apalagi ternyata kista tersebut dapat resolusi spontan.

Tindakan operatif selain sangat invasif, dapat berdampak terhadap fertilitas seseorang.

Sehingga untuk menentukan apakah kista tersebut harus diangkat atau tidak, diagnosisnya

harus benar-benar jelas1.

Page 4: Lapsus Kista Ovarium

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I.1 DEFINISI

Kista adalah pertumbuhan abnormal berupa kantong (pocket, pouch) yang tumbuh

abnormal di bagian tubuh tertentu. Kista ada yang berisi udara, cairan, nanah atau bahan-

bahan lain. Kista ovarium adalah suatu kantung yang berisi cairan atau materi semisolid

yang tumbuh pada atau sekitar ovarium5.

I.2 KLASIFIKASI

Di antara tumor-tumor ovarium ada yang bersifat neoplastik dan ada yang berifat

nonneoplastik. Tumor nonneoplastik dalam hal ini dibagi menjadi tumor akibat radang dan

tumor lain, yaitu kista folikel, kista korpus luteum, kista lutein, kista inklusi germinal, kista

endometrium dan kista stein-leventhal. Tentang tumor-tumor neoplastik belum ada

klasifikasi yang dapat diterima oleh semua pihak. Hal ini terjadi oleh karena klasifikasi

berdasarkan histopatologi atau embriologi belum dapat diberikan secara tuntas berhubung

masih kurangnya pengetahuan mengenai asal-usul beberapa tumor, dan pula berhubung

dengan adanya kemungkinan bahwa tumor-tumor yang sama rupanya mempunyai asal

yang berbeda. Maka atas pertimbangan praktis, tumor-tumor neoplastik dibagi atas tumor

jinak dan tumor ganas. Selanjutnya tumor neoplastik yang bersifat jinak dapat dibagi

menjadi tumor kistik dan tumor solid. Berdasarkan hal tersebut diatas, tumor kistik dari

ovarium yang jinak dapat dibagi dalam golongan nonneoplastik dan golongan neoplastik6,7.

1. Kista Ovarium Nonneoplastik

1.1 Kista Folikel

Kista folikel merupakan jenis tumor ovarium jinak yang paling banyak dijumpai.

Ukuran bervariasi antara 3-8 cm. Kista ini berasal dari folikel de Graff yang tidak sampai

berovulasi, namun tumbuh terus menjadi kista folikel, atau dari beberapa folikel primer

yang setelah bertumbuh di bawah pengaruh estrogen tidak mengalami proses atresia yang

lazim, melainkan membesar menjadi kista. Bila dilihat secara histologi, kista folikel

dilapisi oleh lapisan dalam berupa sel-sel granulosa dan dilapisan luar berupa sel-sel teka

interna. Cairan yang terdapat di dalam folikel yang tidak seluruhnya terbentuk tidak dapat

Page 5: Lapsus Kista Ovarium

diresorbsi sehingga menyebabkan pembesaran dari kista folikel. Biasanya jenis kista ini

tidak menimbulkan gejala, meskipun ketidakteraturan haid, perdarahan di luar haid bahkan

torsi bisa terjadi. Bila ukuran kista telah membesar maka dapat menyebabkan nyeri

panggul. Kista folikel lambat laun mengecil dan dapat menghilang spontan, atau bisa

terjadi ruptur dan kista menghilang pula. Apabila ukuran kista yang tidak lebih dari 5 cm

maka dilakukan observasi selama 3 siklus haid tanpa pengobatan untuk melihat regresi dari

kista tersebut. Bila setelah observasi tidak didapati adanya regresi kista atau ukuran kista

semakin membesar maka dilakukan tindakan operatif.

1.2 Kista Korpus Luteum

Kista ini dapat terjadi pada kehamilan, lebih jarang di luar kehamilan. Kista lutein

yang sesungguhnya, umumnya berasal dari korpus luteum. Dalam keadaan normal korpus

luteum lambat laun mengecil dan menjadi korpus albikans. Pada keadaan tertentu, kadang-

kadang korpus luteum mempertahankan diri (korpus luteum persistens); Perdarahan yang

sering terjadi didalamnya menyebabkan terbentuknya kista, berisi cairan yang berwarna

merah coklat karena darah tua.

Pada pembelahan ovarium kista korpus luteum memberikan gambaran yang khas.

Dinding kista terdiri atas lapisan berwarna kuning, terdiri atas sel-sel luteum yang berasal

dari sel-sel teka.

Kista korpus luteum dapat memberikan gangguan haid, berupa amenorea diikuti oleh

perdarahan tidak teratur. Adanya kista dapat juga menyebabkan rasa berat di perut bagian

bawah. Perdarahan yang berulang dalam kista dapat menyebabkan ruptur. Pada beberapa

kasus sering menyerupai kehamilan ektopik sehingga menyulitkan diagnosis.

1.3 Kista Teka Lutein

Pada mola hidatidosa, koriokarsinoma, dan kadang-kadang tanpa adanya kelainan

tersebut, ovarium dapat membesar dan menjadi kistik. Kista biasanya bilateral dan bisa

menjadi sebesar tinju. Pada pemeriksaan mikroskopik terlihat luteinisasi sel-sel teka. Sel-

sel granulosa dapat juga menunjukkan luteinisasi, akan tetapi seringkali sel-sel menghilang

karena atresia. Tumbuhnya kista ini adalah akibat pengaruh hormon koriogonadotropin

yang berlebihan, dan dengan hilangnya mola atau koriokarsinoma, ovarium mengecil

spontan.

Page 6: Lapsus Kista Ovarium

1.4 Kista Inklusi Germinal

Terjadi oleh karena invaginasi dari epitel germinal dari ovarium. Biasanya terjadi pada

wanita tua. Tidak pernah memberi gejala-gejala yang berarti.

1.5 Kista Stein Leventhal     

Pada kista stein-leventhal biasanya kedua ovarium membesar dan bersifat polikistik,

permukaan rata, berwarna keabu-abuan dan berdinding tebal. Pada pemeriksaan

mikroskopis akan tampak tunika yang tebal dan fibrotik. Dibawahnya tampak follikel

dalam bermacam-macam stadium, tetapi tidak ditemukan corpus luteum. Secara klinis

memberikan gejala yang disebut Stein-Leventhal Syndrom, yaitu yang terdiri dari

hirsutisme, infertilitas, obesitas dan oligomenorea sekunder. Kecenderungan virilisasi pada

jenis kista inin kemungkinan disebabkan hiperplasi dari tunika interna yang menghasilkan

zat androgenic. Kelainan ini merupakan penyakit herediter yang autosomal dominan.

1.6 Kista endometrial

Kista ini merupakan endometriosis yang berlokasi di ovarium.

2. Kista Ovarium Neoplastik

2.1 Kistoma Ovarii Simpleks

Kista ini mempunyai permukaan rata dan halus, biasanya bertangkai, seringkali

bilateral dan dapat menjadi besar. Dinding kista tipis dan cairan di dalam kista tampak

jernih, serous dan berwarna kuning. Pada dinding kista tampak lapisan epitel kubik.

Berhubung dengan adanya tangkai, dapat terjadi torsi (putaran tangkai) dengan gejala-

gejala mendadak. Diduga bahwa kista ini suatu jenis kistadenoma serosum, yang

kehilangan epitel kelenjarnya berhubung dengan tekanan cairan dalam kista.

2.2 Kistadenoma Ovarii Musinosum

Asal tumor ini belum diketahui dengan pasti. Menurut Meyer, ia mungkin berasal dari

suatu teratoma di mana dalam pertumbuhannya satu elemen mengalahkan elemen-elemen

lain. Ada penulis yang berpendapat bahwa tumor berasal dari lapisan germinativum,

sedang penulis lain menduga tumor ini mempunyai asal yang sama dengan tumor Brenner.

Gambaran Klinik. Tumor lazimnya berbentuk multilokuler; oleh karena itu,

permukaan berbagala (lobulated). Kira-kira 10% dapat mencapai ukuran yang amat besar,

lebih-lebih pada penderita yang datang dari pedesaan. Pada tumor yang besar tidak lagi

Page 7: Lapsus Kista Ovarium

dapat ditemukan jaringan ovarium yang normal. Tumor biasanya unilateral, akan tetapi

dapat juga ditemui yang bilateral.

Kista menerima darahnya melalui suatu tangkai; kadang-kadang dapat terjadi torsi

yang mengakibatkan gangguan sirkulasi. Gangguan ini dapat menyebabkan perdarahan

dalam kista dan perubahan degeneratif, yang memudahkan timbulnya perlekatan kista

dengan omentum, usus-usus dan peritoneum parietale.

Dinding kista agak tebal dan berwarna putih keabu-abuan; yang terakhir ini khususnya

bila terjadi perdarahan atau perubahan degeneratif di dalam kista. Pada pembukaan

terdapat cairan lendir yang khas, kental seperti gelatin, melekat dan berwarna kuning

sampai coklat tergantung dari percampurannya dengan darah.

Pada pemeriksaan mikroskopik tampak dinding kista dilapisi oleh epitel torak tinggi

dengan inti pada dasar sel; terdapat di antaranya sel-sel yang membundar karena terisi

lendir (goblet cells). Sel-sel epitel yang terdapat dalam satu lapisan mempunyai potensi

untuk tumbuh seperti struktur kelenjar: kelenjar-kelenjar menjadi kista-kista baru, yang

menyebabkan kista menjadi multilokuler. Jika terjadi sobekan pada dinding kista, maka

sel-sel epitel dapat tersebar pada permukaan peritoneum rongga perut, dan dengan

sekresinya menyebabkan pseudomiksoma peritonei. Akibat pseudomiksoma peritonei ialah

timbulnya penyakit menahun dengan musin terus bertambah dan menyebabkan banyak

perlekatan. Akhirnya, penderita meninggal karena ileus dan atau inanisi. Pada kista

kadang-kadang dapat ditemukan daerah padat, dan pertumbuhan papiler. Tempat-tempat

tersebut perlu diteliti dengan seksama oleh karena di situ dapat ditemukan tanda-tanda

ganas. Keganasan ini terdapat dalam kira-kira 5-10% dari kistadenoma musinosum.

Gambar 1. Kistadenoma Ovarii Musinosum

2.3 Kistadenoma Ovarii Serosum

Pada umumnya para penulis berpendapat bahwa kita ini berasal dari epitel permukaan

ovarium (germinal epithelium).

Page 8: Lapsus Kista Ovarium

Gambaran Klinik. Pada umumnya kista jenis ini tak mencapai ukuran yang amat besar

dibandingkan dengan kistadenoma musinosum. Permukaan tumor biasanya licin, akan

tetapi dapat pula berrbagala karena kista serosum pun dapat berbentuk multilokuler,

meskipun lazimnya berongga satu. Warna kista putih keabu-abuan. Ciri khas kista ini

adalah potensi pertumbuhan papiler ke dalam rongga kista sebesar 50%, dan keluar pada

permukaan kista sebesar 5%. Isi kista cair, kuning, dan kadang-kadang coklat karena

campuran darah. Tidak jarang kistanya sendiri kecil, tetapi permukaannya penuh dengan

pertumbuhan papiler (solid papilloma).

Pada umumnya dapat dikatakan bahwa tidak mungkin membedakan gambaran

makroskopik kistadenoma serosum papiliferum yang ganas dari yang jinak, bahkan

pemeriksaan mikroskopik pun tidak selalu memberi kepastian. Pada pemeriksaan

mikroskopik terdapat dinding kista yang dilapisi oleh epitel kubik atau epitel torak yang

rendah, dengan sitoplasma eosinofil dan inti sel yang besar dan gelap warnanya. Karena

tumor ini barasal dari epitel permukaan ovarium (germinal ephithelium), maka bentuk

epitel pada papil dapat beraneka ragam tetapi sebagian besar epitelnya terdiri atas epitel

bulu getar, seperti epitel tuba.

Pada jaringan papiler dapat ditemukan pengendapan kalsium dalam stromanya yang

dinamakan psamoma. Adanya psamoma biasanya menunjukkan bahwa kista adalah

kistadenoma ovarii serosum papilliferum, tetapi tidak bahwa tumor itu ganas.

Perubahan Ganas. Apabila ditemukan pertumbuhan papilifer, proliferasi dan

stratifikasi epitel, serta anaplasia dan mitosis pada sel-sel, kistadenoma serosum secara

mikroskopik digolongkan kedalam kelompok tumor ganas. Akan tetapi, garis pemisah

antara kistadenoma ovarii papiliferum yang jelas ganas kadang-kadang sukar ditentukan.

Oleh karena itu, tidaklah mengherankan bahwa potensi keganasan yang dilaporkan sangat

berbeda-beda. Walaupun demikian, dapat dikatakan bahwa 30% - 35% dari kistadenoma

serosum mengalami perubahan keganasan. Bila pada suatu kasus terdapat implantasi pada

peritoneum disertai dengan asites, maka prognosis penyakit itu kurang baik, meskipun

diagnosis histopatologis pertumbuhan itu mungkin jinak (histopatologically benign). Klinis

kasus tersebut menurut pengalaman harus dianggap sebagai neoplasma ovarium yang

ganas (clinically malignant).

Page 9: Lapsus Kista Ovarium

Gambar 2. Kistadenoma ovarii serosum

2.4 Kista Endometroid

Kista ini biasanya unilateral dengan permukaan licin; pada dinding dalam terdapat satu

lapisan sel-sel, yang menyerupai lapisan epitel endometrium. Kista ini, yang ditemukan

oleh Sartesson dalam tahun 1969, tidak ada hubungannya dengan endometriosis ovarii.

2.5 Kista Dermoid

Sebenarnya kista dermoid ialah satu teratoma kistik yang jinak dimana struktur-

struktur ektodermal dengan diferensiasi sempurna, seperti epitel kulit, rambut, gigi dan

produk glandula sebasea berwarna putih kuning menyerupai lemak nampak lebih menonjol

daripada elemen-elemen entoderm dan mesoderm. Tentang histogenesis kista dermoid,

teori yang paling banyak dianut ialah bahwa tumor berasal dari sel telur melalui proses

partenogenesis.

Gambaran Klinik. Tidak ada ciri-ciri yang khas pada kista dermoid. Dinding kista

kelihatan putih, keabu-abuan, dan agak tipis. Konsistensi tumor sebagian kistik kenyal, di

bagian lain padat. Sepintas lalu kelihatan seperti kista berongga satu, akan tetapi bila

dibelah, biasanya nampak satu kista besar dengan ruangan kecil-kecil dalam dindingnya.

Pada umumnya terdapat satu daerah pada dinding bagian dalam yang menonjol dan padat.

Tumor mengandung elemen-elemen ektodermal, mesodermal dan entodermal. Maka

dapat ditemukan kulit, rambut, kelenjar sebasea, gigi (ektodermal), tulang rawan, serat otot

jaringan ikat (mesodermal), dan mukosa traktus gastrointestinalis, epitel saluran

pernapasan, dan jaringan tiroid (entodermal). Bahan yang terdapat dalam rongga kista ialah

produk dari kelenjar sebasea berupa massa lembek seperti lemak, bercampur dengan

rambut. Rambut ini terdapat beberapa serat saja, tetapi dapat pula merupakan gelondongan

seperti konde.

Page 10: Lapsus Kista Ovarium

Pada kista dermoid dapat terjadi torsi tangkai dengan gejala nyeri mendadak di perut

bagian bawah. Ada kemungkinan pula terjadinya sobekan dinding kista dengan akibat

pengeluaran isi kista dalam rongga peritoneum. Perubahan keganasan agak jarang, kira-

kira dalam 1,5% dari semua kista dermoid, dan biasanya pada wanita lewat menopause.

Yang tersering adalah karsinoma epidermoid yang tumbuh dari salah satu elemen

ektodermal. Ada kemungkina pula bahwa satu elemen tumbuh lebih cepat dan

menyebabkan terjadinya tumor yang khas. Termasuk di sini:

1. Struma ovarium

Tumor ini terutama terdiri atas jaringan tiroid, dan kadang-kadang dapat menyebabkan

hipertiroidi. Antara 1960 dan 1964 di RS. Dr. Soetomo Surabaya pernah ditemukan 5

kasus struma ovarium, semuanya tak berfungsi dan tidak ganas.

2. Kistadenoma ovarii musinosum dan kistadenoma ovarii serosum

Kista-kista dapat dianggap sebagai adenoma yang bertasal dari satu elemen dari

epitelium germinativum.

3. Koriokarsinoma

Tumor ganas ini jarang ditemukan dan untuk diagosis harus dibuktikan adanya

hormon koriogonadotropin.

Kista dermoid adalah satu teratoma yang kistik. Umunya teratoma solid merupakan

suatu tumor ganas, akan tetapi biarpun jarang, dapat juga ditemukan teratoma solid yang

jinak.

Gambar 3. Kista Dermoid

Page 11: Lapsus Kista Ovarium

I.3 EPIDEMIOLOGI

Kista ovarium paling sering terdapat pada wanita berusia antara 20 – 50 tahun dan

jarang sekali pada masa prapubertas. Di antara beberapa kista ovarium, kista folikel, kista

korpus luteum, kistadenoma musinosum, kistadenoma serosun dan kista dermoid merupakan

beberapa tipe kista yang paling banyak ditemukan. Kistadenoma ovarii musinosum banyak

ditemukan bersama-sama dengan kistadenoma ovarii serosum. Kistadenoma ovarii

musinosum merupakan 40% dari seluruh kelompok neoplasma ovarium. Sementara

Kistadenoma ovarii serosum ditemukan dalam frekuensi yang hampir sama dengan

kistadenoma musinosum dan dijumpai pada golongan umur yang sama. Agak lebih sering

ditemukan kista bilateral (10 – 20%). Kedua tumor ini merupakan 60% dari seluruh

kelompok neoplasma ovarium. Kista dermoid dijumpai 10% dari seluruh neoplasma

ovarium yang kistik dan paling sering ditemukan pada wanita yang masih muda. Ditaksir

25% dari semua kista dermoid bilateral, lazimnya dijumpai pada masa reproduksi

walaupun kista dermoid dapat ditemukan pula pada anak kecil7.

I.4 TANDA dan GEJALA

Banyak tumor ovarium tidak menunjukkan gejala dan tanda, terutama tumor ovarium

yang kecil. Gejala umumnya sangat bervariasi dan tidak spesifik. Sebagian besar gejala

dan tanda adalah akibat dari pertumbuhan, aktivitas endokrin, atau komplikasi tumor-

tumor tersebut7,8.

Akibat Pertumbuhan. Adanya tumor di dalam perut bagian bawah bisa menyebabkan

pembenjolan perut. Tekanan terhadap alat-alat disekitarnya disebabkan oleh besarnya

tumor dan posisinya didalam perut. Suatu kista dapat menekan kandung kencing dan

menyebabkan gangguan miksi atau terkadang hanya menimbulkan rasa berat diperut jika

terletak bebas di rongga perut. Selain gangguan miksi, tekanan tumor dapat mengakibatkan

obstipasi dan edema pada tungkai karena tekanan pada pembuluh balik atau limf. Pada

tumor yang besar dapat terjadi tidak nafsu makan, rasa sesak dan lain-lain.

Akibat Aktivitas Hormonal. Pada umumnya tumor ovarium tidak mengubah pola

haid, kecuali jika tumor itu sendiri mengeluarkan hormon yang sering terjadi pada tumor

ganas, misalnya tumor sel granulose yang dapat menimbulkan hipermenorea dan

arhenoblastoma yang dapat menyebabkan amenorea.

Page 12: Lapsus Kista Ovarium

Akibat Komplikasi. Perdarahan ke dalam kista. Biasanya terjadi sedikit-sedikit,

sehingga berangsur-angsur menyebabkan pembesaran kista, dan hanya menimbulkan

gejala-gejala klinik yang minimal. Akan tetapi apabila perdarahan dalam jumlah banyak,

akan terjadi distensi cepat dari kista yang menimbulkan nyeri perut mendadak.

Putaran Tangkai. Dapat terjadi pada tumor bertangkai dengan diameter 5 cm atau

lebih akan tetapi yang belum amat besar sehingga terbatas gerakannya. Kondisi yang

mempermudah terjadinya torsi adalah kehamilan, karena pada kehamilan uterus yang

membesar dapat mengubah letak tumor. Sesudah persalinan dapat terjadi perubahan

mendadak dalam rongga perut. Selain itu, putaran tangkai sering menyebabkan gangguan

sirkulasi walaupun gangguan ini jarang bersifat total, rasa nyeri, dan bila putaran tangkai

berjalan terus akan terjadi nekrosis hemoragik dalam tumor yang dapat menyebabkan

robekan dinding kista dengan perdarahan intraabdominal atau peradangan sekunder.

Infeksi pada Tumor. Terjadi jika di dekat tumor terdapat sumber kuman pathogen,

seperti appendicitis, diverticulitis atau salpingitis akuta. Kista dermoid cenderung

mengalami peradangan disusul dengan pernanahan.

Robek Dinding Kista. Terjadi pada torsi tangkai atau karena trauma. Apabila kista

hanya mengandung cairan serus, rasa nyeri akibat robekan dan iritasi peritoneum akan

segera berkurang. Tetapi, apabila robekan pada kista disertai perdarahan yang timbul

secara akut dan berlangsung terus ke dalam rongga peritoneum maka akan menyebabkan

rasa nyeri yang terus menerus disertai tanda-tanda abdominal akut. Robekan dinding kista

pada kistadenoma musinosum dapat menyebabkan terjadinya keadaan yang disebut

pseudomiksoma peritonei.

Perubahan Keganasan. Dapat terjadi pada beberapa kista jinak, seperti kistadenoma

ovarii serosum, kistadenoma ovarii musinosum dan kista dermoid. Oleh karena itu, setelah

tumor diangkat pada operasi, perlu dilakukan pemeriksaan mikroskopik yang seksama

terhadap kemungkinan perubahan keganasan. Adanya asites dan anak sebar (metastasis)

memperkuat kecurigaan terhadap keganasan.

I.5 DIAGNOSIS

Apabila pada pemeriksaan ditemukan tumor di rongga perut bagian bawah dan atau di

rongga panggul, maka setelah diteliti sifat-sifatnya (besarnya, lokalisasi, permukaan,

konsistensi, apakah dapat digerakkan atau tidak), perlulah ditentukan jenis tumor tersebut.

Page 13: Lapsus Kista Ovarium

Pada tumor ovarium biasanya uterus dapat diraba tersendiri, terpisah dari tumor. Jika

tumor ovarium terletak di garis tengah dalam rongga perut bagian bawah dan tumor itu

konsistensinya kistik, perlu dipikirkan adanya kehamilan atau kandung kemih penuh,

sehingga pada anamnesis perlulah lebih cermat dan disertai pemeriksaan tambahan.

Di negara-negara berkembang, karena tidak segera dioperasi tumor ovarium dapat

menjadi besar, sehingga mengisi seluruh rongga perut. Dalam hal ini kadang-kadang sukar

untuk menentukan apakah pembesaran perut disebabkan oleh tumor atau ascites, akan

tetapi dengan pemeriksaan yang dilakukan dengan teliti, kesukaran ini biasanya dapat

diatasi.

Apabila sudah ditentukan bahwa tumor yang ditemukan ialah tumor ovarium, maka

perlu diketahui apakah tumor itu bersifat neoplastik atau nonneoplastik. Tumor

nonneoplastik akibat peradangan umumya dalam anamnesis menunjukkan gejala-gejala ke

arah peradangan genital, dan pada pemeriksaan tumor-tumor akibat peradangan tidak dapat

digerakkan karena perlengketan. Kista nonneoplastik umumnya tidak menjadi besar dan

diantaranya pada suatu waktu biasanya menghilang sendiri7.

I.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG

Tidak jarang tentang penegakan diagnosis tidak dapat diperoleh kepastian sebelum

dilakukan operasi, akan tetapi pemeriksaan yang cermat dan analisis yang tajam dari

gejala-gejala yang ditemukan dapat membantu dalam pembuatan diferensial diagnosis7,9.

Beberapa cara yang dapat digunakan untuk membantu menegakkan diagnosis adalah:

1. Laparoskopi

Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuah tumor berasal dari

ovarium atau tidak, serta untuk menentukan sifat-sifat tumor itu.

2. Ultrasonografi

Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor, apakah tumor berasal

dari uterus, ovarium, atau kandung kencing, apakah tumor kistik atau solid, dan dapat pula

dibedakan antara cairan dalam rongga perut yang bebas dan yang tidak. Pada pemeriksaan

ultrasonografi (USG) kista abnormal dapat memberikan gambaran kantung dengan banyak

ruang-ruang dan terlihat pertumbuhan sel-sel yang menonjol dari dinding dalam kista. Ini

membuat permukaan kista menjadi bergerigi atau tidak mulus. Dan tidak seperti kista

fungsional yang hanya terisi cairan, kista abnormal memperlihatkan campuran cairan dan

jaringan solid.

Page 14: Lapsus Kista Ovarium

Gambar 4. Pemeriksaan Ultrasonografi Kista Ovarium. Kiri gambaran kista ovarium jinak.

Kanan Gambaran kista ovarium ganas.

3. Foto Rontgen

Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrothoraks. Selanjutnya, pada

kista dermoid kadang-kadang dapat dilihat adanya gigi dalam tumor.

4. Parasintesis

Pungsi ascites berguna untuk menentukan sebab ascites. Perlu diperhatikan bahwa

tindakan tersebut dapt mencemarkan cavum peritonei dengan isi kista bila dinding kista

tertusuk.

Pemeriksaan USG masih menjadi pilihan utama untuk mendeteksi adanya kista. Selain

itu, MRI dan CT Scan bisa dipertimbangkan tetapi tidak sering dilakukan karena

pertimbangan biaya.

I.7 PENATALAKSANAAN

Terapi kista ovarium bergantung dari beberapa faktor, yaitu ukuran dan jenis kista,

umur dan kondisi kesehatan penderita, rencana kehamilan di masa depan, demikian juga

dengan beratnya gejala-gejala yang terjadi.

Dua prinsip penting dalam manajemen kista ovarium yaitu7,10:

1. Sikap wait and see. Oleh karena mayoritas kista adalah kista fungsional yang akan

menyusut dengan sendirinya dalam 2 – 3 bulan. Semakin dini deteksinya semakin mudah

pengobatannya. Tentu setiap wanita berharap agar ovariumnya tetap utuh, tidak rusak atau

dapat dipertahankan, jika diputuskan untuk mengangkat kista. Kemungkinan ini dapat

terjadi jika kista ditemukan dalam stadium dini.

2. Pilihan lainnya ialah terapi bedah. Indikasi bedah ialah kista yang tidak menghilang

dalam beberapa kali siklus menstruasi atau kista yang memiliki ukuran demikian besar,

Page 15: Lapsus Kista Ovarium

kista yang ditemukan pada wanita yang menopause atau kista yang menimbulkan rasa

nyeri luar biasa dan sampai timbul perdarahan. Tindakan bedah dapat sangat terbatas

berupa pengangkatan kista dengan tetap mempertahankan ovarium. Tindakan ini

kemungkinan dapat menjadi lebih ekstensif, mulai dari pengangkatan seluruh ovarium atau

lebih luas lagi merembet ke pengangkatan uterus (histerektomi total).

Prinsip penanganan kista ovarium bahwa tumor ovarium neoplastik memerlukan

operasi dan tumor nonneoplastik tidak, jika menghadapi tumor ovarium yang tidak

memberikan gejala/keluhan pada penderita dan yang besarnya tidak melebihi 5 cm

diameternya, kemungkinan besar tumor tersebut adalah kista folikel atau kista korpus

luteum. Tidak jarang tumor tersebut mengalami pengecilan secara spontan dan

menghilang, sehingga perlu diambil sikap untuk menunggu selama 2 – 3 bulan, jika selama

waktu observasi dilihat peningkatan dalam pertumbuhan tumor tersebut, dapat diambil

kesimpulan bahwa kemungkinan tumor besar itu bersifat neoplastik dan dapat

dipertimbangkan untuk pengobatan operatif.

Tindakan operasi pada tumor ovarium neoplastik yang tidak ganas ialah

pengangkatan tumor dengan mengadakan reseksi pada bagian ovarium yang mengandung

tumor, akan tetapi jika tumornya besar atau ada komplikasi perlu dilakukan pengangkatan

ovarium, biasanya disertai pengangkatan tuba (salphyngo-ooforektomi). Jika terdapat

keganasan operasi yang lebih tepat ialah histerektomi dan salphyngo-ooforektomi bilateral.

Akan tetapi pada wanita muda yang masih ingin mendapatkan keturunan dan dengan

tingkat keganasan tumor yang rendah, dapat dipertanggungjawabkan untuk mengambil

resiko dengan melakukan operasi yang tidak seberapa radikal.

Page 16: Lapsus Kista Ovarium

BAB III

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS

Nama : Ny. D

Usia : 70 tahun

Pendidikan : SD

Pekerjaan : IRT

Agama : Islam

Suku : Sasak

Alamat : Pemenang Barat

MRS : 30 Juli 2011

Rekam Medik : 219266

II. ANAMNESIS

Keluhan Utama

Pasien mengeluhkan terdapat benjolan di perut kanan bagian bawah yang semakin lama

semakin membesar sejak ± 5 bulan yang lalu.

Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien rujukan Puskesmas Pemenang dengan diagnosa Susp. Kista Ovarium datang ke

poliklinik RSUP-NTB dengan keluhan terdapat benjolan di perut kanan bagian bawah.

Pasien mengatakan benjolan dirasakan sejak ± 5 bulan yang lalu, semakin lama semakin

membesar namun tidak disertai rasa nyeri. Pasien mengatakan perut terasa semakin berat

dan keras serta pasien semakin sulit beraktivitas ± 2 bulan terakhir. Pasien juga mengeluh

sesak terutama saat sedang duduk. Pasien mengatakan sebelumnya pernah mengalami

perdarahan ± 3 bulan yang lalu, selama 3 hari, darah yang keluar berupa darah merah

segar, dalam jumlah sedang dan disertai sedikit nyeri perut.

Pasien mengatakan nafsu makannya menurun sejak ± 2 bulan terakhir dan berat badannya

menurun ± 5 kg. Pasien tidak mengeluh pusing, demam dan nyeri perut. BAK dan BAB

dirasakan lancar.

Kronologis : -

Page 17: Lapsus Kista Ovarium

Riwayat Penyakit Dahulu :

Pasien tidak pernah menderita penyakit yang membuat dirinya dirawat di RS. Pasien juga

mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit jantung, ginjal, hipertensi, diabetes mellitus,

dan asma.

Riwayat penyakit keluarga :

Pasien tidak memiliki penyakit keturunan. Menurut pasien di keluarga pasien tidak ada

yang memiliki keluhan seperti pasien. Riwayat penyakit jantung, ginjal, hipertensi,

diabetes mellitus, dan asma disangkal.

Riwayat penyakit keganasan pada keluarga :

Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit keganasan.

Riwayat alergi :

Pasien mengatakan tidak mempunyai alergi terhadap obat-obatan, makanan dan cuaca.

Riwayat Kontasepsi :

Pasien mengatakan pernah menggunakan alat kontrasepsi setelah kelahiran anak kedua dan

ketiga yaitu menggunakan pil KB. Setelah itu, pasien mengatakan tidak menggunakan alat

kontrasepsi lagi.

Riwayat Obstetri :

Pasien telah menikah selama ± 48 tahun, dan ini merupakan pernikahan pertamanya.

Pasien mengatakan mengalami menopause pada umur ± 50 tahun.

1. Aterm, 3500 gram, Bidan, Spt.B.,Perempuan, 42 th

2. Aterm, 3000 gram, Bidan, Spt.B.,Perempuan, 32 th

3. Aterm, 3000 gram, Bidan, Spt.B.,Perempuan, 29 th

4. Aterm, 3500 gram, Bidan, Spt.B.,Laki - Laki, 27 th

5. Aterm, 2500 gram, Bidan, Spt.B.,Laki - Laki, 25 th

III. STATUS GENERALIS

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : E4V5M6

Berat badan : 41 kg

Tinggi badan : 146 cm

IMT : Normal

Tekanan darah : 130/80 mmHg

Frekuensi nadi : 92 x/menit

Page 18: Lapsus Kista Ovarium

Frekuensi napas : 20 x/menit

Suhu : 36,5 ⁰C

Mata : An -/-, Ikterus -/-

Jantung : S1S2 tunggal, murmur (-), gallop (-)

Paru : vesikuler +/+, rhonki (-), wheezing (-)

Ekstremitas : edema -/-, akral hangat +/+, refleks patella +/+

IV. STATUS GYNECOLOGI

Abdomen :

- Inspeksi : tampak perut kanan membesar, tidak ada tanda peradangan, tidak ada

bekas operasi

- Palpasi : TFU tidak teraba, teraba massa dengan konsistensi padat pada perut kanan

dengan ukuran ± 36 x 26 cm, permukaan irregular, berbatas tegas, tidak dapat

digerakkan dan tidak terdapat nyeri tekan (-).

Pemeriksaan Inspekulo :

Porsio ukuran normal, permukaan erosi (-), fluksus (-), livide (-), P OUE (-), fluor

albus (-), perdarahan aktif (-). Dinding vagina normal. Massa (-), Peradangan (-).

Pemeriksaan Dalam (VT) :

Dinding vagina normal, massa (-). Portio licin, Ø (-), nyeri goyang (-). Adneksa

Parametrium kanan teraba massa, padat, tidak dapat digerakkan, nyeri (-). Adneksa

Parametrium kiri Cavum Douglas dbn. Corpus Uteri antefleksi.

V. DIAGNOSIS

Pre Operasi : Kistadenoma Ovarii Dekstra

Post Operasi : Kistadenoma Ovarii Dekstra Multilokuler Musinosum Nonpapileferus

Nonkarsinomatosus.

VI. RENCANA TINDAKAN

Observasi KU, Vital Sign dan Perdarahan

Cek laboratorium sebelum operasi: DL, HbSAg, SGOT, SGPT dan gula darah.

Konsultasi ke bagian Penyakit Dalam dan Anastesia sebelum operasi.

Laparotomi (salphyngo-ooforektomi).

Pemeriksaan Patologi Anatomi

Page 19: Lapsus Kista Ovarium

VII. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Darah Lengkap

Hb : 10,8 g/dL WBC : 9,48 x 103/ul

RBC : 4,11 x 106/ul PLT : 466 x 103 ul

HCT : 33,3 % HbSAg : (-)

GDS : 96 mg%

SGOT : 19 u/l SGPT : 10 u/l

BUN : 19 mg% Kreatinin: 0,6 mg%

Ultrasonografi (USG) Abdomen :

Terdapat massa kistik dengan ukuran tidak dapat ditentukan, Septal (+), Papil (-).

Susp Malignansi

VII. TEMUAN INTRAOPERATIVE

Terdapat massa kistik multilokuler di ovarium dextra dengan ukuran 35 x 25 x 15

cm, septal (+), perlengketan (-), tuba sinistra dbn, uterus atrofi.

Gambar 5. Temuan intraoperative

VIII. PEMERIKSAAN PATOLOGI ANATOMI

Mikroskopis menunjukkan jaringan yang terdiri dari jaringan fibrokolagen, pada

pinggirnya tampak focus dilapisi epitel selapis kubis. Tidak tampak keganasan pada

sediaan ini.

Page 20: Lapsus Kista Ovarium

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada laporan kasus berikut, diajukan suatu kasus seorang wanita berusia 70 tahun

yang kemudian didiagnosa dengan diagnosa Kistadenoma Ovarium Dekstra. Selanjutnya

akan dibahas :

1. Apakah diagnosa dan pemeriksaan pada kasus ini sudah tepat?

Kista adalah pertumbuhan abnormal berupa kantong (pocket, pouch) yang tumbuh

abnormal di bagian tubuh tertentu. Kista ada yang berisi udara, cairan, nanah atau bahan-

bahan lain. Kista ovarium adalah suatu kantung yang berisi cairan atau materi semisolid

yang tumbuh pada atau sekitar ovarium

Pasien ini didiagnosa dengan kistadenoma ovarium dekstra, hal ini berdasarkan

anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan serta

penemuan intraoperatif. Pada kasus ini gejala dan tanda yang dialami pasien adalah adanya

benjolan di daerah perut bagian kanan bawah yang semakin lama semakin membesar.

Pasien merasakan perut semakin berat dan keras karena semakin membesarnya kista.

Pasien juga mengeluh sesak terutama saat sedang duduk, hal ini dapat terjadi pada kista

yang berukuran besar yang menekan difragma sehingga timbul kesulitan untuk bernapas.

Pasien mengatakan mempunyai riwayat perdarahan, darah yang keluar berupa darah merah

segar, dalam jumlah sedang yang disertai sedikit nyeri perut. Perdarahan yang disertai

nyeri perut ini kemungkinan terjadi akibat torsi dari kista yang biasanya terjadi akibat

perubahan posisi dari kista. Pada kista yang berukuran besar sering dikeluhkan penurunan

nafsu makan dan hal ini juga dikeluhkan oleh pasien. Namun pada pasien ini tidak ada

keluhan buang air kecil atau besar yang biasanya ada karena penekanan oleh kista pada

vesika urinaria dan rectum, hal ini kemungkinan karena posisi kista pada abdomen yang

tidak menyebabkan penekanan sehingga tidak menimbulkan keadaan tersebut di atas.

Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada pasien untuk menentukan diagnosis kista

dalam hal ini adalah pemeriksaan abdomen, inspekulo dan vaginal toucher. Dari

pemeriksaan abdomen teraba massa dengan konsistensi padat pada perut kanan dengan

ukuran ± 36 x 26 cm, permukaan irregular, berbatas tegas, tidak dapat digerakkan dan

tidak terdapat nyeri tekan (-). Pada pemeriksaan vaginal toucher (VT) pada adneksa dan

parametrium kanan teraba massa, padat, tidak dapat digerakkan dan tanpa nyeri. Dari

Page 21: Lapsus Kista Ovarium

pemeriksaan fisik ini kecurigaan terhadap kista ovarium neoplastiksemakin besar.

Kecurigaan kista nonneoplastik dapat disingkirkan dari diagnosis karena tumor yang

diderita pasien semakin lama makin membesar dan tidak dapat menghilang sendiri. Tidak

didapatkan tanda-tanda peradangan pada pasien seperti suhu badan tinggi dan tumor yang

lengket dengan peritoneum.

Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik yang dilakukan dapat dibuat beberapa

diferensial diagnosis yaitu tumor – tumor abdomen yang biasanya terletak di bagian bawah

rongga perut seperti mioma subserosum dan mioma intraligamenter, serta tumor-tumor

bukan dari ovarium yang tertelak di daerah pelvis antara lain ginjal ektopik, limpa

bertangkai dan tumor dari kolon sigmoideum. Namun pemeriksaan ini belum dapat

menegakkan diagnosis pasti tumor ovarium, karena harus menyingirkan diferensial

diagnosis dari kista ovarium sehingga perlu dilakukan pemeriksaan penunjang.

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan dalam kasus ini adalah pemeriksaan ultrasonografi

(USG) yang menunjukkan kesan kista ovarium dengan susp. malignansi.

Pasa pasien dilakukan tindakan operasi salphyngo-ooforektomi dextra, ditemukan

massa kistik multilokuler di ovarium dextra dengan ukuran 35 x 25 x 15 cm, septal (+),

perlengketan (-), dengan cairan kuning kental (musin), papil (-), tuba sinistra dbn, uterus

atrofi. Kesan yang didapat dari penemuan intraoperatif ini adalah sebuah kista ovarium

jinak, untuk mengkonfirmasi hal tersebut perlu dilakukan lanjutan yaitu pemeriksaan

patologi anatomi (PA). Pemeriksaan ini perlu dilakukan sebagai penentuan definitif sifat

kista abnormal, apakah jinak atau ganas, dengan mengambil contoh jaringan secara

langsung. Hal ini dilakukan setelah tindakan operasi. Dari hasil pemeriksaan PA yang

dilakukan tidak tampak adanya keganasan pada sediaan. Diagnosis akhir pasien adalah

kistadenoma ovarii dekstra multilokuler musinosum nonpapileferus nonkarsinomatosus.

2. Apakah penatalaksanaan kasus ini sudah tepat ?

Tindakan yang dilakukan pada pasien kista pada kasus ini adalah terapi bedah yaitu

salphyngo-ooforektomi dextra. Indikasi tindakan bedah yaitu kista yang tidak menghilang

dalam beberapa kali siklus menstruasi atau kista yang memiliki ukuran demikian besar,

kista yang ditemukan pada wanita yang menopause atau kista yang menimbulkan rasa

nyeri luar biasa dan sampai timbul perdarahan. Pada Tindakan operasi pada tumor ovarium

neoplastik yang tidak ganas ialah pengangkatan tumor dengan mengadakan reseksi pada

bagian ovarium yang mengandung tumor, akan tetapi pada kasus ini tumor demikian besar

Page 22: Lapsus Kista Ovarium

sehingga perlu dilakukan pengangkatan ovarium yang disertai pengangkatan tuba

(salphyngo-ooforektomi).

Pada kasus ini setelah dilakukan laparatomi, pasien dalam kondisi baik dan sudah

melakukan mobilisasi sehingga sudah dapat dipulangkan pada hari ke-3 post operasi.

Page 23: Lapsus Kista Ovarium

BAB V

KESIMPULAN

Kesimpulan kasus ini terdiri dari:

1. Diagnosis pada pasien ini sudah tepat sesuai dengan anamnesis, pemeriksaan fisik,

pemeriksaan penunjang, penemuan intraoperatif dan pemeriksaan patologi anatomi

yaitu Kistadenoma ovarii dekstra multilokuler musinosum nonpapileferus

nonkarsinomatosus.

2. Penatalaksanaan yang dilakukan pada pasien ini sudah tepat yaitu tindakan bedah

dengan melakukan pengangkatan ovarium yang disertai pengangkatan tuba (salphyngo-

ooforektomi).

Page 24: Lapsus Kista Ovarium

DAFTAR PUSTAKA

1. Marret H. 2001. Doppler ultrasonography in the diagnosis of ovarian cyst:

indication, pertinence and diagnosis criteria. Dalam: Journal of Obstetry

Gynaecology Biology Reproduction Paris. Hal 20-33.

2. Anurogo D. 2009. Kista ovarium. Available from http://www.netsains.com.

(accessed: August, 13 2011)

3. Laurvick CL, Semmens JB. 2002. Ovarian Cancer in Western Australia, 1982-

1998: a Population-based Review of the Rends and Outcomes. Proceedings

Simposium on Health Data Linkage. Available from http://www.publichealth.gov.au.

(accessed: August, 13 2011)

4. Howe HL. Epidemiology of Ovarian Cancer in Illinois 1988-1991. Available at

http://www.idph.state.il.us

5. Dorland N. Dalam: Hartanto H, Koesoemawati H, Salim IN, dkk (eds). Kamus

Kedokteran Dorland, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC 2002.

6. Hadibroto BR. 2005. Laparoskopi pada Kista Ovarium. Dalam: Majalah

Kedokteran Nusantara Vol 38 No3. Jakarta. Hal 260-263.

7. Winknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadhi T. 2007. Tumor Jinak pada Alat

Genital. Dalam: Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo. Hal 346-361.

8. Hafid A, Syukur A, Achmad IA, Ridad AM, Ahmadsyah I, Airiza AS, et al.

Esofagus dan diafgagma. Dalam: Sjamsuhidajat R, de JonG W (ed). Buku Ajar

Ilmu Bedah Edisi Kedua. Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2005.

9. Peatkin J, Peattie AB and Magowan BA. 2003. Obstetrics and Gynecology: an

Illustrated Colour Text. Philadelphia, USA: Churchull Livingstone.

10. Anonim. (2004), Kista Ovarium yang Jarang Disadari. (majalahfarmasia),

Available from: http://www.majalahfarmasia.com. (Accessed: 20011, August 2011)

Page 25: Lapsus Kista Ovarium

CATATAN PERKEMBANGAN

Waktu Subjektif Objektif Assesment Rencana25-07-2011

10.00Pasien dating ke poliklinik RSUP-NTB dengan keluhan terdapat benjolan di perut kanan bawah yang semakin lama semakin membesar sejak ± 3 bulan yang lalu, perdarahan (-), nyeri perut (-), gangguan BAK dan BAB (-).

KU : Baik Kes/GCS : CM/E4V5M6 Vital Sign

TD : 100/00 mmHgN : 80 x/menitRR : 20 x/menitTo : 36,5oC

Perdarahan aktif (-) Pemeriksaan abdomen :

- Inspeksi : tampak perut kanan membesar, tanda peradangan (-), bekas op (-)

- Palpasi : TFU tidak teraba, teraba massa padat pada perut kanan dengan ukuran ± 36 x 26 cm, permukaan irregular, berbatas tegas, mobile (-), nyeri tekan (-)

Inspekulo : dbn Pemeriksaan Dalam (VT) :

A/P kanan teraba massa, padat, mobile (-), nyeri (-).

USG : Terdapat massa kistik dengan ukuran tidak dapat ditentukan, Septal (+), Papil (-)

Kistoma ovarium dekstra Pemeriksaan Lab Pendaftaran rencana

operasi laparotomi (SO) (01-08-2011)

Konsultasi ke bagian Penyakit Dalam dan Anastesia sebelum operasi

KIE ibu dan keluarga

26-07-2011 Benjolan di perut kanan KU : Baik Idem Rencana operasi

Page 26: Lapsus Kista Ovarium

bawah (+), sesak (-), perdarahan (-), nyeri perut (-), gangguan BAK dan BAB (-).

Kes/GCS : CM/E4V5M6 Vital Sign

TD : 110/80 mmHgN : 88 x/menitRR : 20 x/menitTo : 36,5oC

Perdarahan aktif (-) Pemeriksaan EKG dbn Photo Thorax dbn Pemeriksaan Lab :

WBC : 9,48 x 103 µLHb : 10,8 g/dLRBC : 4,11 x 106 µLPLT : 466 x 103 µLGDS : 96 mg%SPOT : 19 U/dlSGPT : 10 U/dlHbSAg : (-)

laparotomi (SO) ACC Penyakit

Dalam dan Anastesia Masuk RS pada hari

Sabtu, 30-07-2011 KIE ibu dan

keluarga

30-07-2011 Idem KU : Baik Kes/GCS : CM/E4V5M6 Vital Sign

TD : 110/80 mmHgN : 88 x/menitRR : 20 x/menitTo : 36,5oC

Perdarahan aktif (-)

Idem Observasi KU, VS dan perdarahan

KIE :Menasehati ibu agar makan dan minum yang bergiziMenganjurkan ibu istirahat cukup

31-07-2011 Idem KU : Baik Kes/GCS : CM/E4V5M6

Idem Observasi KU, VS dan perdarahan

Page 27: Lapsus Kista Ovarium

Vital SignTD : 100/70 mmHgN : 80 x/menitRR : 20 x/menitTo : 36,3oC

Perdarahan aktif (-)

IVFD RL 20 tpm KIE :

Menasehati ibu agar makan dan minum yang bergiziMenganjurkan ibu istirahat cukupIbu berpuasa mulai pukul 22.00 WITA

01-08-201107.00

Idem KU : Baik Kes/GCS : CM/E4V5M6 Vital Sign

TD : 130/90 mmHgN : 96 x/menitRR : 20 x/menitTo : 36,5oC

Perdarahan aktif (-)

Idem Observasi KU, VS, perdarahan

Tindakan operasi Laparotomi (salphyngo-ooforektomi)

Pemeriksaan patologi anatomi (PA) setelah operasi

10.00 - - Idem Operasi Dimulai10.15 - Terdapat massa kistik multilokuler

di ovarium dextra dengan ukuran 35 x 25 x 15 cm, septal (+), perlengketan (-), tuba sinistra dbn, uterus atrofi.Perdarahan ± 400 cc

Kistoma ovarii dekstra multilokuler musinosum nonpapileferus

Dilakukan tindakan operasi Laparotomi (salphyngo-ooforektomi dekstra)

10.30 - - Idem Operasi Selesai12.30 - KU : Baik

Kes/GCS : CM/E4V5M6 Vital Sign

2 jam post laparotomi (SOD)

Observasi KU, VS, Perdarahan dan UO

Terapi :

Page 28: Lapsus Kista Ovarium

TD : 100/60 mmHgN : 104 x/menitRR : 16 x/menitTo : 36,1oC

Perdarahan aktif (-) Urine Output : 25 cc/jam

Ampicillin 1gr/8jamKaltropen supp (KP)

KIE :Menganjurkan ibu istirahat total

02-08-201108.00

Nyeri luka operasi KU : Baik Kes/GCS : CM/E4V5M6 Vital Sign

TD : 140/60 mmHgN : 80 x/menitRR : 18 x/menitTo : 37,1oC

Perdarahan aktif (-) BAK (+) lancer Pemeriksaan Lab :

WBC : 14,11 x 103 µLHb : 9,3 g/dLRBC : 3,60 x 106 µLPLT : 360 x 103 µL

Hari pertama post laparotomi (SOD)

Observasi KU, VS, Perdarahan dan UO

Terapi :Ampicillin 1gr/8jamAs.Mefenamat 3x1SF 1x1

KIE :Menganjurkan ibu istirahat cukup dan mobilisasi

03-08-201108.00

Nyeri luka operasi berkurang

KU : Baik Kes/GCS : CM/E4V5M6 Vital Sign

TD : 130/80 mmHg

Hari kedua post laparotomi (SOD)

Observasi KU, VS, Perdarahan dan UO

Terapi :Ampicillin 1gr/8jam

Page 29: Lapsus Kista Ovarium

N : 92 x/menitRR : 18 x/menitTo : 36,5oC

Perdarahan aktif (-) BAK (+) lancar

As.Mefenamat 3x1SF 1x1

KIE :Menganjurkan ibu istirahat cukup dan mobilisasi

04-08-2011 Nyeri luka operasi berkurang

KU : Baik Kes/GCS : CM/E4V5M6 Vital Sign

TD : 140/80 mmHgN : 96 x/menitRR : 18 x/menitTo : 36,8oC

Perdarahan aktif (-) BAK (+) lancar

Hari ketiga post laparotomi (SOD)

Observasi KU, VS, Perdarahan dan UO

Terapi :Amoxicillin 3x1As.Mefenamat 3x1SF 1x1

Pasien boleh pulangKIE :Menganjurkan ibu istirahat cukupMenganjurkan ibu untuk melakukan kontrol ke poliklinik RSUP-NTB dan membawa hasil pemeriksaan PA

Page 30: Lapsus Kista Ovarium