anestesi kista ovarium

27
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Ganggungan kesehatan yang sering terjadi pada system reproduksi wanita di kalangan masyarakat diantaranya kanker serviks, kanker payudara, kista ovarium, gangguan menstruasi, mioma uteri dan lain sebagainya (Manuaba, 2009). Salah satu gangguan kesehatan yang terjadi pada sistem reproduksi wanita adalah kista ovarium. Kista ovarium merupakan suatu benjolan yang berada di ovarium yang dapat mengakibatkan pembesaran pada perut bagian bawah (Prawirohardjo, 2009). Kista ovarium merupakan salah satu tumor jinak ginekologi yang paling sering dijumpai pada wanita di masa reproduksinya. Kista ovarium disebabkan oleh ganguan (pembentukan) hormone pada hipotalamus, hipofisis dan ovarium. Kista ovarium pada umumnya dijumpai pada wanita usia yang lebih tua, post menopause, hampir 80% kasus tumor ovarium dijumpai pada wanita usia diatas 50 tahun. Kista ovarium yang bersifat ganas disebut kanker ovarium (Prawirohardjo, 2009). Tahun 2008 WHO (World Health Organization) telah memaparkan bahwa kista ovarium merupakan penyebab kematian utama pada kasus keganasa ginekologi. Kista ovarium juga merupakan kanker kelima yang sering menjadi penyebab kematian pada wanita setelah setelah kanker paru-paru, kolorental, payudara dan pankreas. Angka insiden pada wanita di bawah 50 tahun sebanyak 5,3/100.000 dan meningkat menjadi 41,4/100 pada wanita di atas 50 tahun. Resiko yang paling ditakuti dari kista ovarium yaitu mengalami degenerasi keganasan, disamping itu bisa juga mengalami torsi atau terpuntir sehingga menimbulkan nyeri akut, perdarahan, atau infeksi (WHO,2008). Sedangkan angka kejadian kanker ovarium di Indonesia diperkirakan sebanyak 2.314 kasus (5,3%) (Sistem Informasi

Upload: ncimb-chasez-al-wahab

Post on 12-Sep-2015

239 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

(Ncim dkk)

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANGGanggungan kesehatan yang sering terjadi pada system reproduksi wanita di kalangan masyarakat diantaranya kanker serviks, kanker payudara, kista ovarium, gangguan menstruasi, mioma uteri dan lain sebagainya (Manuaba, 2009). Salah satu gangguan kesehatan yang terjadi pada sistem reproduksi wanita adalah kista ovarium. Kista ovarium merupakan suatu benjolan yang berada di ovarium yang dapat mengakibatkan pembesaran pada perut bagian bawah (Prawirohardjo, 2009). Kista ovarium merupakan salah satu tumor jinak ginekologi yang paling sering dijumpai pada wanita di masa reproduksinya. Kista ovarium disebabkan oleh ganguan (pembentukan) hormone pada hipotalamus, hipofisis dan ovarium. Kista ovarium pada umumnya dijumpai pada wanita usia yang lebih tua, post menopause, hampir 80% kasus tumor ovarium dijumpai pada wanita usia diatas 50 tahun. Kista ovarium yang bersifat ganas disebut kanker ovarium (Prawirohardjo, 2009).Tahun 2008 WHO (World Health Organization) telah memaparkan bahwa kista ovarium merupakan penyebab kematian utama pada kasus keganasa ginekologi. Kista ovarium juga merupakan kanker kelima yang sering menjadi penyebab kematian pada wanita setelah setelah kanker paru-paru, kolorental, payudara dan pankreas. Angka insiden pada wanita di bawah 50 tahun sebanyak 5,3/100.000 dan meningkat menjadi 41,4/100 pada wanita di atas 50 tahun. Resiko yang paling ditakuti dari kista ovarium yaitu mengalami degenerasi keganasan, disamping itu bisa juga mengalami torsi atau terpuntir sehingga menimbulkan nyeri akut, perdarahan, atau infeksi (WHO,2008). Sedangkan angka kejadian kanker ovarium di Indonesia diperkirakan sebanyak 2.314 kasus (5,3%) (Sistem Informasi Rumah Sakit Indonesia, 2008). Di Indonesia sekitar 25- 50% kematian wanita usia subur disebabkan oleh masalah yang berkaitan dengan kehamilan dan persalinan serta penyakit system reproduksi misalnya kista ovarium. (Depkes RI,2011). Kepala Departemen Radioterapi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Profesor Soeharti Gondhowiardjo mengatakan, jumlah penderita kanker di Indonesia kian meningkat. Dari data Kementrian Kesehatan (KemenKes) tahun 2012 menyebutkan, prevalensi kanker mencapai 4,3 banding 1.000 orang. Padahal data sebelumnya menyebutkan prevalensi 1 banding 1.000 orang (KemenKes 2012).Sejak tahun 2001 diperkirakan jumlah penderita kista ovarium di Indonesia sebanyak 23.400 orang dan diperkirakan yang meninggal sebanyak 13.900 orang (59,4%). Sulitnya mendeteksi penyakit ini menyebabkan 60 70% pasien datang pada stadium 1, berdasarkan pertimbangan dan faktor tersebut karsinoma ovarium disebut silent killer karena baru diketahui stadium lanjut (Wiknjosastro, 2009). Sedangkan pada tahun 2008 terdapat 428 kasus penderita kista ovarium, dimana terdapat 20% diantaranya meninggal dunia dan 60% di antaranya adalah wanita karier yang telah berrumah tangga. Sedangkan pada tahun 2009 terdata 768 kasus penderita kista, dan 25% di antaranya meninggal dunia, dan 70% di antaranya wanita karier yang telah berumah tangga (Wiknjosastro, 2009).Berdasarkan data Dinkes Provinsi Jawa Barat pada tahun 2012, yang berasal dari Rumah Sakit dan Puskesmas, kasus penderita kista ovarium sekitar 5.259 penderita, diantaranya 2.200 orang wanita usia 50-60 tahun, usia 30-40 tahun sekitar 2.209 oramg wanita, sisahnya 1.050 orang wanita usia dibawah 20 tahun (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, 2012).

Data rekam medis yang didapatkan di RSUD dr. SOEKARDJO TASIKMALAYA peneliti mendapatkan data angka kejadian kista ovarium sejak satu tahun terakhir (RSUD dr. SOEKARDJO TASIKMALAYA, 20115).Penyakit ini dapat dicegah dengan mengatur pola hidup sehat dengan menu seimbang tidak merokok serta berolahraga secara teratur. Selain itu untuk menurunkan resiko keganasan kista ovarium adalah dengan menggunakan alat kontrapsepsi hormonal (Wiknjosastro, 2009).

Begitu tingginya resiko terjadi kista ovarium mengharuskan setiap kaum wanita meningkatkan perhatian dan kewaspadaan terhadap segala yang berkaitan mengenai kista ovarium. Sehingga peran perawat dalam health educator sangat diperlukan yaitu menjelaskan, mengajarkan, memberi arahan serta memberi asuhan keperawatan yang sesuai terhadap penanganan klien dengan kista ovarium.BAB II

TINJAUAN PUSTAKA2.1 KONSEP PENYAKIT2.1.1 DEFINISI

Kista ovarium adalah suatu benjolan yang berada di ovarium yang dapat mengakibatkan pembesaran pada abdomen bagian bawah dimana pada kehamilan yang disertai kista ovarium seolah-olah terjadi perlekatan ruang bila kehamilan mulai membesar. Indung telur merupakan sumber hormonal perempuan yang paling utama, sehingga mempunyai peranan dalam mengatur proses menstruasi. Indung telur mengeluarkan telur (ovum) setiap bulan silih berganti kanan dan kiri.

(Prawirohardjo ,2009).

Kista yang berada di dalam atau permukaan ovarium (indung telur) disebut kista ovarium atau tumor ovarium. Kista ovarium sering terjadi pada wanita di masa reproduksinya. Sebagian besar kista terbentuk karena perubahan kadar hormon yang terjadi selama siklus haid, produksi dan pelepasan sel telur dari ovarium

(Prawirohardjo ,2009).

Ovarium biasa disebut dengan indung telur. Ovarium memiliki ukuran kurang lebih sebesar ibu jari tangan. Kira-kira 4 cm, lebar dan tebal kira-kira 1,5 cm. ovarium terdiri dari dua bagian yaitu bagian luar (cortex) dan bagian dalam (medulla). Pada cortex terdapat folikel-folikel primordial. Pada medulla terdapat pembuluh darah, urat saraf dan pembuluh limpa (Kusmiyati , dkk., 2009).

A. PENYEBAB

Kista ovarium disebabkan oleh 2 gangguan (pembentukan) hormon yaitu pada mekanisme umpanbalik ovarium dan hipotalamus. Estrogen merupakan sekresi yang berperan sebagai respon hipersekresi folikel stimulasi hormon. Dalam menggunakan obat- obatan yang merangsang pada ovulasi atau misalkan pola hidup yang tidak sehat itu bisa menyebabkan suatu hormone yang pada akhirnya dapat menyebabkan ketidakseimbangan hormone (Nugroho, 2010).

B. KLASIFIKASI

Menurut Wiknjosastro (2009), klasifikasi tumor-tumor ovarium terdiri dari :

1. Tumor Non Neoplastik

a. Tumor akibat radangTumor lain

1) Kista folikel

Kista folikel berasal dari folikel de Graaf yang tidak sampai berovulasi.

2) Kista korpus luteum

Pembelahan ovariium pada kista korpus luteum memberi gambaran yang khas. Dinding kista terdiri dari lapisan berwarna kuning, terdiri atas sel-sel luteum yang berasal dari sel-sel teka.3) Kista luteinTumbuhnya kista akibat dari pengaruh hormon koriogonadotropin yang berlebihan, dan dengan hilangnya mola atau koriokarsinoma, ovarium mengecil spontan.4) Kista inklusif germinal

Kista ini terjadi karena invaginasi dan isolasi bagian-bagian kecil dari epitel germinativum pada permukaan ovarium.

5) Kista endometrium

6) Kista stein-leventhal2. Tumor Neoplastik Jinak

a. Tumor Kistik

1) Kistoma ovarium simpleks

Kista ini mempunyai permukaan yang rata dan halus, biasanya bertangkai, bilateral dan dapat menjadi besar. Dinding kista tipis dan cairan di dalam kista jernih, serus dan berwarna kuning.

2) Kista denoma ovarium serosum

Ciri khas pada kista denoma ovarium serosum adalah pertumbuhan kapiler dalam rongga sebesar 50%, dan keluar pada permukaan kista sebesar 5%. Isi kista cair, kuning, dan kadang-kadang coklat karena campuran darah. Tidak jarang kistanya sendri kecil, tetapi permukaannya penuh dengan pertumbuhan papiler (solid papilloma).

3) Kista denoma ovarium musinosum

Dinding kista ini agak tebal dan berwarna putih keabu-abuan. Di dalamnya terdapat cairan lendir yang khas, kental seperti gelatin, melekat dan berwarna kuning sampai coklat tergantung dari percampurannya dengan darah.

4) Kista endometrioid

Kista endometrioid bersifat inilateral dengan permukaan licin, pada dinding dalam terdapat satu lapisan sel-sel yang menyerupai lapisan epitel endometrium.

5) Kista dermoid

Kista dermoid adalah satu teratoma kistik yang jinak di mana struktur-struktur ektodermal dengan diferensiasi sempurna, seperti epitel kulit, rambut, gigi dan produk glandula sebasea berwarna putih kuning menyerupai lemak terlihat lebih menonjol daripada elemen-elemen endoterm dan mesoderm.

b. Solid

1) Fibroma, leiomioma, fibroadenoma, papiloma, angioma, limfangioma.

2) Tumor brenner

3) Tumor sisa adrenal (maskulinovo-blastoma)

Menurut Nugroho (2010), klasifikasi kista terdiri dari :1. Tipe Kista Normal

Yang termasuk dalam kista normal adalah kista fungsional. Kista tersebut merupakan jenis kista ovarium yang paling banyak ditemukan. Kista ini berasal dari sel telur dan korpus luteum, terjadi bersamaan dengan siklus menstruasi yang normal.

Kista fungsional akan tumbuh setiap bulan dan akan pecah pada masa subur, untuk melepaskan sel telur yang pada waktunya siap dibuahi oleh sperma. Setelah pecah, kista fungsional akan menjadi kista folikuler dan akan hilang saat menstruasi.

Kista fungsional terdiri dari kista folikel dan kista luteum. Keduanya tidak mengganggu, tidak menimbulkan gejala dan dapat menghilang dengan sendiri dalam waktu 6-8 minggu.

2. Tipe Kista Abnormal

a. Kistadenoma

Kistadenoma merupakan kista yang berasal dari bagian luar sel indung telur. Biasanya bersifat jinak, tetapi dapat membesar dan dapat menimbulkan nyeri.b. Kista Coklat (endometrioma)

Kista Coklat merupakan endometrium yang tidak pada tempatnya. Kista ini berisi timbunan darah yang berwarna coklat kehitaman.c. Kista Dermoid

Kista Dermoid merupakan kista yang berisi berbagai jenis bagian tubuh seperti kulit, kuku, rambut, gigi dan lemak. Kista dapat ditemukan di kedua bagian indung telur. Biasanya berukuran kecil dan tidak menimbulkan gejala.

d. Kista Endometriosis

Kista Endometriosis merupakan kista yang terjadi karena ada bagian endometrium yang berada di luar rahim. Kista ini berkembang bersamaan dengan tumbuhnya lapisan endometrium setiap bulan sehingga menimbulkan nyeri hebat.e. Kista HemorrhageKista Hemorrhage merupakan kista fungsional yang disertai perdarahan sehingga menimbulkan nyeri di salah satu sisi perut bagian bawah.f. Kista LuteinKista Lutein merupakan kista yang sering terjadi saat kehamilan. Beberapa tipe kista lutein antara lain :1) Kista Granulosa LuteinKista Granulose Lutein merupakan kista yang terjadi di dalam korpus luteum ovarium yang fungsional. Kista yang timbul pada permulaan kehamilan ini dapat membesar akibat dari penimbunan darah yang berlebihan saat menstruasi dan bukan akibat dari tumor. Diameternya yang mencapai 5-6 cm menyebabkan rasa tidak enak di daerah panggul. Jika pecah, akan terjadi perdarahan di rongga perut. Pada wanita yang tidak hamil, kista ini menyebabkan menstruasi terlambat, diikuti perdarahan yang tidak teratur.

2) Kista Theca Lutein

Kista Theca Lutein merupakan kista yang berisi cairan bening dan berwarna seperti jerami. Timbulnya kista ini berkaitan dengan tumor ovarium dan terapi hormonal.

3) Kista Polikistik OvariumKista polikistik ovarium merupakan kista yang terjadi karena kista tidak dapat pecah dan melepaskan sel telur secara kontinyu. Biasanya terjadi setiap bulan. Ovarium akan membesar karena bertumpuknya kista ini. Untuk kista polikistik ovarium yang menetap (persisten), operasi harus dilakukan untuk mengangkat kista tersebut agar tidak menimbulkan gangguan dan rasa sakit. C. PATOFISIOLOGIMenurut Endang (2008), patofisiologi kista ovarium sebagai berikut :1. Kista Non Neoplasmaa. Kista Non Fungsional

Kista inkulasi dalam konteks yang dalam timbul ivaginasi dan permukaan epitelium yang berkurang. Biasanya tunggal atau multiple, berbentuk variabel dan terbatas pada cuboidal yang tipis, endometri atau epitelium tuba berkurang 1 sentimeter sampai beberapa sentimeter.b. Kista Fungsional1) Kista Folikuler

Kista di bentuk ketika folikel yang matang menjadi ruptur atau folikel yang tidak direabsorbsi cairan folikuler di antara siklus menstruasi. Bila ruptur menyebabkan nyeri akut pada pelvis, evaluasi lebih lanjut dengan USG ata laparaskopi.

2) Kista Korpus Luteum

Kista korpus luteum terjadi karena bertambahnya sekresi progesteron setelah ovulasi. Ditandai dengan keterlambatan menstruasi atau menstruasi yang panjang, nyeri abdomen pada bagian bawah pelvis.3) Kista Tuba Lutein

Ditemui pada kehamilan mola, terjadi pada 50 % dari semua kehamilan dibentuk sebagai hasil lamanya stimulasi ovarium dan berlebihnya HCG.

4) Kista Stein Laventhal

Kista ini disebabkan karena peningkatan kadar LH yang menyebabkan hiperstimulis ovarium dengan produk kista yang banyak2. Kista Neoplasma Jinak

a. Kistoma Ovari Simpleks

Kista ini bertangkai dan dapat menyebabkan torsi (putaran tangkai). Kista ini adalah kista jenis kista denoma serosum yang kehilangan kelenjarnya karena tekanan cairan dalam kista.

b. Kistoderma ovari musinosum

Kista ini berasal dari suatu teratoma yang pertumbuhannya satu elemn mengalahkan elemen yang lain atau berasal dari epitel germinativum.c. Kistoderoma ovari serosum

Kista ini berasal dari epitel permukaan ovarium (germinal ovarium). Bila kista ini terdapat implantasi pada peritonium disertai asites maka dianggap sebagai neoplasma yang ganas dan 30 % sampai 50 % akan mengalami keganasan.d. Kista Endometroid

Kista endometroid bersifat unilateral dengan permukaan licin, pada dinding dalam terdapat satu lapisan sel sel yang menyerupai lapisan epitel endometrium.e. Kista Dermoid

Berasal dari teratoma kistik yang jinak dimana struktur struktur ektoderma dengan deferensiasi sempuran seperti epitel kulit, rambut, gigi dan produk glandula sebastea putih menyerupai lemak yang terlihat lebih menonjol daripada elemen elemen aktoderm.E. PATHWAY

F. MANIFESTASI KLINIK

Banyak kista ovarium yang tidak menimbulkan gejala dan tanda, terutama kista ovarium yang kecil. Sebagian besar gejala dan tanda adalah akibat dari pertumbuhan, aktivitas endokrin, atau komplikasi tumor-tumor tersebut. Kista ovarium tidak menghasilkan gejala, kecuali kista itu pecah atau terpelintir. Hal ini menyebabkan sakit perut, distensi dan kaku. Kista yang besar dan berjumlah banyak dapat menyebabkan ketidaknyamanan pada panggul, sakit pinggang, rasa sakit saat berhubungan seksual, serta perdarahan uterus yang abnormal. Kista ovarium yang terpelintir mengakibatkan sakit perut yang akut seperti serangan apendisitis. Selain itu kista dapat menyebabkan menstruasi pada wanita terlambat diikuti dengan perpanjangan dan perdarahan ireguler ( Wiknjasastro, 2009 ).

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Menurut Wiknjosastro (2009), pemastian diagnostik untuk kista ovarium dapat dilakukan dengan pemeriksaan :1. Pemeriksaan secra berkala dan teratur, minimal setahun sekali jika pada pemeriksaan pertama kista ovarium yang tidak terlalu besar ditemukan,dengan batasan 5 sentimeter, maka harus dilakukan follow up setiap tiga kali sekali.

2. Pemeriksaan dengan USG

Kadang meskipun dengan alat bantu USG jenis kista tidak dapat dibedakan secara pasti, oleh karena itu diperlukan juga pemeriksaan anamnesis untuk menanyakan riwayat penyakitnya, seperti bagaimana menstruasi apakah ada nyeri atau tidak dan sebagainya.

3. Pemeriksaan fisik dan laboratorium

Kista ovarium yang mengarah pada kanker memang dapat diperkirakan melalui USG karena gambaran tersebut dapat terlihat. Misalnya dinding yang menebal atau tidak beraturan.Pertumbuhan dalam kista yang mengarah pada kista kanker dapat diketahui, selain itu pemeriksaan ini tidak spesifik. jika ditemukan kista berdiameter lebih dari lima sentimeter atau kurang dari hasil USG menunjukan kecurigaan kearah kanker dan tumor marker-nya diperiksa tinggi, maka pemeriksaan kearah kanker harus dipikirkan.Seandainya kista tersebut adalah kanker, maka harus dilakukan follow up dan obat- obatan kemoterapi harus diberikan berdasarkan jenis sel- sel dan stadiumnya. Jika ternyata kista ovarium tersebut menjadi kanker indung telur, tindakan operasi harus segera dilakukan semua itu harus dilakukan dengan hati- hati jangan sampai kista ovarium tersebut pecah karena kista yang pecah dapat menyebar.

H. PENATALAKSANAANa. Observasi

Jika kista tidak menimbulkan gejala, maka cukup dimonitor (dipantau) selama 1-2 bulan, karena kista fungsional akan menghilang dengan sendirinya setelah satu atau dua siklus haid. Tindakan ini diambil jika tidak curiga ganas (kanker) (Wiknjosastro, 2009).

b. Terapi bedah atau operasi

Bila tumor ovarium disertai gejala akut misalnya torsi, maka tindaka operasi harus dilakukan pada waktu itu juga, bila tidak ada gejala akut, tindakan operasi harus dipersiapkan terlebih dahulu dengan seksama.

Kista berukuran besar dan menetap setelah berbulan-bulan biasanya memerlukan operasi pengangkatan. Selain itu, wanita menopause yang memiliki kista ovarium juga disarankan operasi pengangkatan untuk meminimalisir resiko terjadinya kanker ovarium. Wanita usia 50-70 tahun memiliki resiko cukup besar terkena kenker jenis ini. Bila hanya kistanya yang diangkat, maka operasi ini disebut ovarian cystectomy. Bila pembedahan mengangkat seluruh ovarium termasuk tuba fallopi, maka disebut salpingo-oophorectomy.

Tumor ovarium neoplastik memerlukan operasi dan tumor non neoplastik tidak. Jika menghadapi tumor ovarium yang tidak memberi gejala/keluhan pada penderita dan yang besarnya tidak melebihi jeruk nipis dengan diameter kurang dari 5 cm, kemungkinan besar tumor tersebut adalah kista folikel atau kista korpus luteum. Tidak jarang tumor-tumor tersebut mengalami pengecilan secara spontan dan menghilang, sehingga pada pemeriksaan ulangan setelah beberapa minggu dapat ditemukan ovarium yang kira-kira besarnya normal. Oleh sebab itu, dalam hal ini hendaknya diambil sikap menunggu selama 2 sampai 3 bulan. Jika selama waktu observasi dilihat peningkatan dalam pertumbuhan tumor tersebut, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa kemungkinan besar tumor tersebut bersifat neoplastik, dan dapat dipertimbangkan satu pengobatan operatif (Wiknjosastro, 2009).

c. Tindakan operasi Pada tumor ovarium neoplastik yang tidak ganas ialah pengangkatan tumor dengan mengadakan reseksi pada bagian ovum yang mengandung tumor (kistektomi). Akan tetapi, jika tumornya besar atau ada komplikasi, perlu dilakukan pengangkatan ovarium, biasanya disertasi dengan pengangkatan tuba (salpingo-ooforektomi). Pada operasi kedua ovarium harus diperiksa untuk mengetahui apakah tumor ditemuka pada satu atau pada dua ovarium. Pada operasi tumor ovarium yang diangkat harus segera dibuka, untuk mengetahui apakah ada keganasan atau tidak. Jika keadaan meragukan, perlu pada waktu operasi dilakukan pemeriksaan sediaan yang dibekukan (frozen section) oleh seorang ahli patologi anatomik untuk mendapatkan kepastian apakah tumor ganas atau tidak (Wiknjosastro, 2009).I. KOMPLIKASI

Menurut Wiknjosastro (2009), adapun komplikasi yang terjadi pada kista ovarium yaitu :

1. Perdarahan ke dalam kistaBiasanya terjadi sedikit- sedikit hingga berangsur- angsur menyebabkan kista membesar, pembesaran luka dan hanya menimbulkan gejala- gejala klinik yang minimal, akan tetapi jika perdarahan terjadi dalam jumlah yang banyak akan terjadi distensi yang cepat dari kista yang menimbulkan nyeri diperut.

2. `Infeksi pada kistaJika terjadi didekat tumor ada sumber kuman patogen.

3. Torsio ( Putaran tangkai )

Torsio atau putaran tangkai trjadi pada tumor bertangkai dengan diameter 5 cm atau lebih, torsi meliputi ovarium, tuba fallopi atau aligamentum roduntum pada uterus. Jika dipertahankan torsi ini dapat berkembang menjadi infark peritonitis dan kematian.torsi biasanya unilateral dan dikaitkan dengan kista, karsinoma TOA, masa yang tidak melekat atau yang dapat muncul pada wanita usia reproduksi

gejalanya meliputi nyeri mendadak dan hebat dikuadrat abdomen bawah, mual dan muntah dapat terjadi demam leukositosis.

4. Perubahan keganasanSetelah tumor diangkat perlu dilakukan pemeriksaan mikroskopis yang seksama terhadap kemungkinan perubahan kegansannya,adanya asites dalam hal ini mencurigakan masa kista ovarium berkembang setelah masa menapouse sehingga bisa kemungkinan untuk berubah menjadi kanker.

5. Robek dinding kistaTerjadi pada torsi tangkai, akan tetapi dapat pula terjadi akibat trauma, seperti jatuh atau pukulan pada perut, dan lebih sering pada waktu melakukan bersetubuh, jika robekan kista disertai hemoragi yang timbul secara akut, maka perdarahan bebas berlangsung keuterus ke dalam rongga peritoneum dan menimbulkan rasa nyeri terus- menerus disertatai tanda- tanda akut.

6. LAPARATOMI1. Pengertian

Laparatomi adalah suatu tindakan pembedahan yang dilakukan dengan cara membuka cavum pada abdomen yang bertujuan untuk mengangkat tumir adneksa (Manuaba, 2005).2. Indikasi

Menurut Wiknjosastro (2009), beberapa indikasi yang dilakukan pada tindakan laparatomi, yaitu:

a. Folikel matang berfungsi pada program fertilisasi in-viro.b. Biopsi ovarium pada keadaan tertentu (kelainan kromosom atau bawaan, curiga keganasan)c. Kistektomi, terdapat pada kista coklat (endometrioma), kista dermoid dan kista ovarium lain.d. Ovariolisis, pada perlekatan periovarium3. Persiapan Pra LaparatomiMenurut Wiknjosastro (2009), adapun persiapan yang dilakukan sebelum pasien menjalani laparatomi, yaitu :

a. Melakukan penilaian kondisi klien.b. Sekurang kurangnya 6 jam sebelum dilakukan tindakan laparatomi klien tidak di izinkan makan dan minum.c. Pemberian obat tidur agar kualitas tidur klien baik.d. Pemasangan kateter, agar kendung kencing tetap kosong saat dilakukan operasi.4. Perawatan Post Laparatomi

Menurut Wiknjosastro (2009), penanganan yang perlu dilakukan pada klien post laparatomi antara lain :1) Balutan dari kamar operasi dapat dibuka pada hari pertama pasca operasi .

2) Klien harus mandi shower bila memungkinkan.

3) Luka mengeluarkan eksudat cair atau tembus ke pakain, pembalutan luka harus di ulang bila tidak kemungkinan luka akan terbuka.

4) Luka harus dikaji setelah operasi dan kemudian setiap hari selama masa pasca operasi sampai ibu diperolehkan pulang atau rujuk.

5) Bila luka perlu dibalut ulang, balutan yang di gunakan harus yang sesuai dan tidak lengket.

5. Komplikasi Post Laparatomi

Menurut Wiknjosastro (2009), komplikasi yang mungkin timbul dalam masa ini ialah sebagai berikut:

a. Syok

b. Hemoragi

c. Gangguan jalan kencing

1) Retensio urine

2) Infeksi jalan kencing

3) Distensi perut

d. Infeksi

e. Terbukanya luka operasi dan eviserasi

f. TromboflebitisEtiologi:

Ketidakseimbangan hormon ostrogen dan progesterone

Pertumbuhan folikel tidak seimbang

Degenerasi Ovarium

Inveksi Ovarium

Gangguan Reproduksi

Diagnosa:

Anamnesa

Pemeriksaan Fikik

Pemeriksaan Penunjang

Tanda dan Gelaja:

Tanpa Gejala

Nyeri saat mentruasi

Nyeri di perut bagian bawah

Nyeri saat berhubungan seksual

Nyeri saat berkemih atau BAB

Siklus mentruasi tidak teratur

Komplikasi:

Pembenjolan perut

Pola haid berubah

Pendarahan

Torsio(putaran tangkai)

Infeksi

Dinding kista robek

Perubahan keganasan

Kista Ovarium

Kista Fungisional

Kista non Fungisional

Konservatif:

Observasi 1-2 Bulan

Keluhan Tetap:

Aktivitas hormon

Discomfort

Laparatomi

Laparoskopi

Ovarian cystectomy

Salpingo-oophorectomy

Perawatan Post Operasi:

Obat Analgetik

Mobilisasi

Personal hygiene

Penyulit Post Operasi:

Nyeri

Perdarahan

Infeksi

Perubahan eliminasi

Kerusakan sensori motorik

Tekanan pada kandung kemih

Perubahan eliminasi urine

(Endang, 2008)