kista ovarium

34
BAB I LAPORAN KASUS I. IDENTITAS PASIEN Nama : Ny.M Umur : 50 tahun Status : Sudah Menikah Alamat : Perum GPBI, Ngadirojo, Secang, Magelang Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Tanggal masuk : 1 April 2015 II. ANAMNESIS Anamnesa dilakukan secara autoanamnesis pada hari Kamis, 2 April 2014 jam 08.20 WIB. Keluhan utama : Timbul benjolan dan nyeri di daerah perut sejak 1 tahun SMRS. Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien baru datang dengan P 1 A 0 kiriman dari poli Obsgyn dr. Trijoko Sp.OG dengan keluhan timbul benjolan sejak 1 tahun SMRS. Awalnya ukuran benjolan kecil sebesar telur ayam dan tidak nyeri namun lama kelamaan benjolan semakin lama semakin membesar dan terasa nyeri. Pasien sempat berobat ke Puskesmas dan hanya diberikan obat minum. Kemudian pasien juga sempat berobat ke dokter dan disuruh untuk melakukan pemeriksaan USG dan dirujuk ke RS Pasar Rebo. Namun tidak jadi karena pasien takut untuk berobat ke Rumah Sakit. Akhirnya pasien berobat ke alternatif dan disuruh untuk minum air kelapa. Keluhan pasien tidak

Upload: reicaaprilyana18

Post on 21-Dec-2015

13 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

obsgyn

TRANSCRIPT

BAB I

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny.M

Umur : 50 tahun

Status : Sudah Menikah

Alamat : Perum GPBI, Ngadirojo, Secang, Magelang

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Tanggal masuk : 1 April 2015

II. ANAMNESIS

Anamnesa dilakukan secara autoanamnesis pada hari Kamis, 2 April 2014 jam 08.20

WIB.

Keluhan utama :

Timbul benjolan dan nyeri di daerah perut sejak 1 tahun SMRS.

Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien baru datang dengan P1A0 kiriman dari poli Obsgyn dr. Trijoko Sp.OG dengan

keluhan timbul benjolan sejak 1 tahun SMRS. Awalnya ukuran benjolan kecil sebesar

telur ayam dan tidak nyeri namun lama kelamaan benjolan semakin lama semakin

membesar dan terasa nyeri. Pasien sempat berobat ke Puskesmas dan hanya diberikan

obat minum. Kemudian pasien juga sempat berobat ke dokter dan disuruh untuk

melakukan pemeriksaan USG dan dirujuk ke RS Pasar Rebo. Namun tidak jadi karena

pasien takut untuk berobat ke Rumah Sakit. Akhirnya pasien berobat ke alternatif dan

disuruh untuk minum air kelapa. Keluhan pasien tidak kunjung membaik dan 3 bulan

terakhir perutnya semakin membesar seperti orang hamil dan mulai terasa nyeri.

Pasien juga mengeluhkan semenjak 3 bulan terakhir berat badannya turun sampai 6

kg. Pasien juga mengeluhkan lemas dan mudah capek. Pusing (-), mual muntah (-),

BAB dan BAK normal, perdarahan dari kemaluan (-), nyeri di daerah perut bawah

dan panggul (+), nyeri saat berhubungan (+), sesak napas (-), nyeri ulu hati (-).

Riwayat Obstetri :

I : 1995, laki-laki, BB 2600 gram, sectio caesaria ec plasenta previa.

Riwayat Mens :

Menarche umur 13 tahun, siklus teratur (28 hari), nyeri haid (-), menopause umur 47

tahun.

Riwayat nikah :

1 kali, tahun 1992

Riwayat KB : -

Riwayat penyakit dahulu :

- Riwayat penyakit asma : disangkal

- Riwayat penyakit hipertensi : disangkal

- Riwayat penyakit diabetes mellitus : disangkal

- Riwayat penyakit jantung : disangkal

- Riwayat alergi : disangkal

- Riwayat operasi diabdomen : operasi Sectio Caesaria

- Riwayat penggunaan obat-obatan dan jamu : disangkal

- Pasien pernah didiagnosis adanya penyumbatan jalan mulut rahim sebelum

kehamilan anak pertama.

Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat penyakit jantung : disangkal

- Riwayat diabetes mellitus : disangkal

- Riwayat hipertensi : disangkal

- Riwayat Asma : disangkal

- Riwayat Alergi : disangkal

Riwayat Pribadi

- Merokok : disangkal

- Minum Alkohol : disangkal

III. PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan fisik dilakukan di Anggrek tanggal 2 April 2015 jam 08.20:

Keadaan umum : Baik, composmentis

Vital sign :

- TD : 110/80 mmHg

- Nadi : 78 x/menit, irama reguler.

- RR : 20 x / menit

- Suhu : 36,5 0C

Status internus :

- Kepala : jejas (-), deformitas (-).

- Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), reflex cahaya (+/+), pupil

bulat isokor (2 mm / 2 mm).

- Telinga : normotia, discharge (-/-), massa (-/-)

- Hidung : simetris, napas cuping hidung (-), sekret (-/-), darah (-/-), septum di

tengah, concha hiperemis (-/-).

- Mulut : sianosis (-), bibir pucat (-), lidah kotor (-), karies gigi (-), faring

hiperemis (-), tonsil (T1/T1).

- Leher : pembesaran kelenjar thyroid (-), kelenjar getah bening membesar (-)

- Thoraks

Cor :

Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat

Palpasi : ictus cordis teraba di ICS V linea midclavicularis sinistra, nyeri

tekan (-)

Perkusi : konfigurasi jantung dalam batas normal

Auskultasi : normal, tidak ada suara tambahan

Pulmo :

Inspeksi : simetris, statis, dinamis, retraksi (-/-)

Palpasi : stem fremitus kanan = kiri

Perkusi : sonor seluruh lapang paru

Auskultasi : suara dasar vesikuler +/+, suara tambahan -/-

- Abdomen :

Inspeksi : terdapat massa dengan ukuran 30x20x20cm, spider navy (-).

Auskultasi : bising usus (+) normal

Palpasi :nyeri tekan regio infraumbilikus, tidak teraba

hepatosplenomegali, massa kistik, konsistensi kenyal, berbatas tegas, permukaan

rata

Perkusi : timpani di seluruh lapang abdomen

- Ekstremitas :

Superior Inferior

Edema -/- -/-

Akral dingin -/- -/-

Refleks fisiologis +N/+N +N/+N

Refleks patologis -/- -/-

Pemeriksaan obstetrikus :

- Pemeriksaan dalam (VT) :

- Vulva/vagina : flex (-), massa (-), ulkus (-)

- Porsio : tertutup, licin

- Serviks : dalam batas normal

- Teraba massa kistik dengan ukuran 30x20x20 cm, mobile, permukaan rata,

berbatas tegas, nyeri (+).

- Cavum Douglas : dalam batas normal

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium Hematologi

Darah Rutin (WB EDTA)

Nilai Nilai normal

Hb 11.3 11.0 – 15.0Ht 28.9 36 – 48Leukosit 8.9 4,0 – 10,0Trombosit 271 150 – 450Eritrosit 4.54 3,5 – 5,5MCV 63.7 82 – 98 MCHC 39.1 32 – 36MCH 24.8 ≥ 27RDW 12.3 10 – 16MPV 12.3 7 – 11Limfosit 1.6 1,0 – 4,5Monosit 0.6 0,2 – 10PDW 8.6 10 – 18 Granulosit 10.4 2 – 4 Limfosit% 16.7 23 - 40Monosit% 0.6 2 – 8Granulosit% 78.5 50 – 80 PCT 0.33 0.2 – 0.3 GDS 111 70– 110 Ureum 23 8-50Creatinin 1,2 0-1,3

USG:

Kesan : tampak gambaran echoid dengan ukuran 30x20x20 cm, uterus tidak tampak jelas.

V. DIAGNOSIS

Kista Ovarium

VI. PENATALAKSANAAN

- Informed consent tentang keadaan keluarga dan rencana terapi yang akan dilakukan.

- Pasien dirawat inap dan tirah baring

- Observasi Keadaan umum dan Vital sign

- Pro laparotomi dan kistektomi

VII. LAPORAN OPERASI (2 April 2015)

1. Dinding abdomen dibuka insisi sagital kurang lebih 15cm.

2. Eksplorasi abdomen didapat ovarium kiri bentuk menjadi massa tumor ukuran

30x20x20 cm.

3. Perlengkatan dengan jaringan sekitar, dilakukan adhesiasi dan pengangkatan

massa tumor, waktu dilakukan adhesiasi terjadi trauma pada colon sigmoid.

4. Konsul bedah dilakukan penjahitan pada colon sigmoid.

5. Kontrol perdarahan (-), pasang drainase.

6. Dinding abdomen ditutup kembali

7. Observasi selesai, perdarahan kurang lebih 500cc.

VIII. INSTRUKSI POST OPERASI

1. Awasi tanda vital sampai stabil

2. Puasa (tidak makan dan tidak minum) selama 3 hari

3. Hari ketiga minum, hari keempat makan bubur halus

4. Infus D5:RL:NaCl = 2:1:1

5. Injeksi ceftriaxon 1gram/12 jam selama 3 hari

6. Injeksi metronidazol 500mg/12 jam selama 1 hari

7. Injeksi ranitidin 1ampul/12 jam selama 1 hari

8. Injeksi ketorolac 1ampul/12 jam selama 3 hari

9. Cek Hb 6 jam post operasi

IX. FOLLOW UP

1. Tanggal 3 April 2015 pukul 05.30

S: Mual (+), pusing (+), nyeri di daerah bekas operasi

O: KU : baik, compos mentis

Vital Sign :

TD : 80/60 mmHg

Nadi : 84 x/menit

RR : 20 x/menit

T : 36.10C

Mata : CA -/- SI -/-

Thoraks : DBN

Abdomen : BU (+) NT(+)

Ekstremitas : edema (-)

Hb : 10,5 gr/dL

A: kista ovarium post laparotomi dan kistektomi H+1

Tanggal 4 April 2015 pukul 06.00

S: Perut nyeri (+), muntah (-), mual (-), nyeri di daerah bekas operasi (+)

O: KU: baik, kesadaran : compos mentis

TD: 80/60 N: 80x/m

RR: 20x/m S: 36,1oC

Mata : CA-/- SI-/-

Thoraks : dbn

Abdomen : BU(+)

Ekstremitas : edema (-)

A: Kista Ovarium post laparotomi dan kistektomi H+2

Tanggal 5 April 2015 pukul 06.00

S: Nyeri di daerah bekas operasi, mual muntah (-), pusing (-)

O: KU: baik, kesadaran : compos mentis

TD: 90/70 N: 80x/m

RR: 18x/m S: 36,2oC

Mata : CA-/- SI-/-

Thoraks : dbn

Abdomen : BU(+)

Ekstremitas : edema (-)

A: Kista Ovarium post laparotomi dan kistektomi H+3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. Definisi

Kista adalah kantung yang berisi cairan. Kista Ovarium (atau kista indung telur)

berisi cairan, normalnya berukuran kecil, yang terletak di indung telur (Ovarium). Kista

indung telur dapat terbentuk kapan saja, pada masa pubertas sampai menopause atau juga

selama masa kehamilan.

( Gambar: Kista pada ovarium )

II. Etiologi

Sampai sekarang ini penyebab dari Kista Ovarium belum sepenuhnya dimengerti,

tetapi beberapa teori menyebutkan adanya gangguan dalam pembentukan estrogen dan

dalam mekanisme umpan balik ovarium-hipotalamus. Beberapa dari literatur menyebutkan

bahwa penyebab terbentuknya kista pada ovarium adalah gagalnya sel telur (folikel) untuk

berovulasi. Fungsi ovarium yang normal tergantung kepada sejumlah hormon dan

kegagalan pembentukan salah satu hormon tersebut bisa mempengaruhi fungsi ovarium.

Ovarium tidak akan berfungsi secara normal jika tubuh wanita tidak menghasilkan hormon

hipofisa dalam jumlah yang tepat. Fungsi ovarium yang abnormal kadang menyebabkan

penimbunan folikel yang berbentuk secara tidak sempurna di dalam ovarium. Folikel

tersebut gagal mengalami pematangan dan gagal melepaskan sel telur, karena itu terbentuk

kista di dalam ovarium.

III. Anatomi dan Histologi Ovarium

Anatomi

Ovarium pada seorang wanita dewasa sebesar ibu jari tangan dan terletak di kiri

dan di kanan, dekat pada dinding pelvis di fossa ovarika. Ovarium berhubungan dengan

uterus dengan ligamentum ovarii proprium. Pembuluh darah kedua ovarium melalui

ligamentum suspensorium ovarii. Ovarium terletak pada lapisan belakang ligamentum

latum. Sebagian besar ovarium berada intraperitoneal dan tidak dilapisi oleh peritoneum.

Bagian ovarian kecil berada dalam ligamentum latum (hilus ovarii). Disitu masuk

pembuluh-pembuluh darah dan saraf yang ke ovarium. Lipatan yang menghubungkan

lapisan belakang ligamentum latum dan ovarium dinamakan mesovarium.

(Gambar: Organ reproduksi Wanita)

Histologi

Bagian ovarium yang berada di dalam cavum peritonei dilapisi oleh epitel kubik-

silindrik, disebut epithelium germinativun. Dibawah epitel ini terdapat tunika albuginea

dan di bawahnya lagi baru ditemukan lapisan tempat folikel – folikel primordial. Pada

wanita diperkirakan terdapat banyak folikel. Tiap bulan satu folikel, kadang-kadang dua

folikel, berkembang menjadi folikel de graaf. Folikel-folikel ini merupakan bagian

ovarium yang terpenting, dan dapat ditemukan di korteks ovarii dalam letak yang beraneka

ragam, dan pula dalam tingkat – tingkat perkembangan dari satu sel telur yang dikelilingi

oleh satu lapisan sel-sel saja sampai folikel de graaf yang matang. Folikel yang matang ini

terisi dengan likuour folikuli yang mengandung estrogen, dan siap untuk berovulasi.

( Gambar: Histologi folikel De Graaf )

IV. Patofisiologi

Fungsi Ovarium yang normal tergantung kepada sejumlah hormon, dan kegagalan

pembentukan salah satu hormon tersebut bisa mempengaruhi fungsi ovarium. Ovarium

tidak akan berfungsi secara normal jika tubuh wanita tidak menghasilkan hormon hipofisa

dalam jumlah yang tepat. Fungsi ovarium yang abnormal kadang menyebabkan

penimbunan folikel yang terbentuk secara tidak sempurna di dalam ovarium. Folikel

tersebut gagal mengalami pematangan dan gagal melepaskan sel telur, terbentuk secara

tidak sempurna di dalam ovarium karena itu terbentuk kista di dalam ovarium dan

menyebabkan kemandulan pada wanita.

( Gambar: Fisiologi menstruasi )

V. Gambaran Klinis Tumor jinak ovarium

Banyak tumor jinak ovarium tidak menunjukkan gejala dan tanda, terutama tumor

jinak ovarium yang kecil. Sebagian besar gejala dan tanda adalah akibat dari pertumbuhan,

aktivitas endokrin, atau komplikasi dari tumor-tumor tersebut.

V.1 Akibat pertumbuhan

Adanya tumor didalam perut bagian bawah akan menyebabkan pembenjolan pada

perut dan tekanan pada alat-alat disekitarnya, yang hal tersebut dipengaruhi oleh

besarnya tumor dan posisinya didalam perut. Bila tumor berposisi didepan uterus, tumor

dapat menekan kandung kemih sehingga menimbulkan gangguan miksi. Selain gangguan

miksi, tekanan tumor juga dapat mengakibatkan obstipasi, dan edema tungkai. Bila

tumor berukuran besar dapat terjadi tidak nafsu makan, rasa sesak, dan lain-lain.

V.2 Akibat aktivitas hormonal

Pada umumnya tumor jinak ovarium tidak mengubah pola haid, kecuali jika tumor

itu sendiri mengeluarkan hormon.

V.3 Akibat komplikasi

Perdarahan ke dalam kista, bila dalam jumlah sedikit hanya akan menimbulkan

gejala klinis yang minimal. Tetapi bila terjadi dalam jumlah yang banyak, akan terjadi

distensi yang cepat dari kista sehingga menimbulkan nyeri perut yang mendadak.

Putaran tangkai, dapat terjadi pada tumor yang bertangkai dengan diameter 5 cm

atau lebih dan ukurannya belum terlalu besar. Adanya putaran tangkai akan

menimbulkan tarikan pada ligamentum infundibulopelvik terhadap peritoneum parietale

dan ini akan menimbulkan rasa sakit.

Infeksi pada tumor, terjadi jika tumor berada didekat sumber kuman patogen. Kista

dermoid cenderung mengalami peradangan yang disusul dengan pernanahan.

Robekan dinding kista, biasanya terjadi karena torsi tangkai, akan tetapi dapat pula

terjadi karena trauma, dan persetubuhan. Kalau kista hanya mengandung cairan serosa,

rasa nyeri akibat robekan dan iritasi peritoneum segera mengurang. Tetapi bila robekan

disertai perdarahan yang timbul secara akut, maka akan menimbulkan rasa nyeri yang

terus-menerus disertai tanda-tanda akut abdomen.

Perubahan keganasan, biasanya terjadi pada beberapa kista jinak. Oleh sebab itu

perlu dilakukan pemeriksaan patologi anatomi setelah tumor tersebut diangkat. Adanya

asites perlu dicurigai adanya keganasan, sehingga akan memperkuat diagnosis

keganasan.

VI. Diagnosis Tumor Jinak Ovarium

Apabila pada pemeriksaan ditemukan tumor dirongga perut bagian bawah dan atau

dirongga panggul, maka setelah diteliti sifatnya (besarnya, lokalisasinya, permukaan,

konsistensi, dan mobilisasinya), perlulah ditentukan jenis tumor tersebut. Pada tumor

ovarium biasanya uterus dapat teraba tersendiri, terpisah dari tumor. Jika tumor ovarium

terletak digaris tengah dalam rongga perut bagian bawah dan konsistensinya kistik, perlu

dipikirkan adanya kehamilan ataupun kandung kemih yang penuh. Pada pengambilan

anamnesis yang cermat dan disertai pemeriksaan tambahan, kemungkinan-kemungkinan

tersebut dapat disingkirkan.

Tumor-tumor yang bukan dari ovarium yang terletak didaerah pelvis ialah ginjal

ektopik, limpa bertangkai, dan tumor pada kolon sigmoideum. Pemeriksaan pielogram

intravena dan pemasukan bubur barium dalam kolon dapat membantu untuk menentukan ada

tidaknya kemungkinan tersebut.

Metode-metode seperti laparoskopi, ultrasonografi, foto roentgen, dan parasentesis

dapat menolong dalam pembuatan diagnosis yang tepat.

( Gambar: USG pada kista ovarium )

VII. Pemeriksaan Penunjang Tumor Jinak Ovarium

I. USG kista ovarium

Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor, apakah tumor berasal

dari uterus, ovarium, atau kandung kencing, apakah tumor kistik atau solid, dan dapat pula

dibedakan antara cairan dalam rongga perut yang bebas dan yang tidak.

Kista Ovarium terlihat sebagai struktur kistik yang bulat (kadang-kadang oval) dan

terlihat sangat echolucent dengan dinding dinding yang tipis/tegas/licin, dan di tepi

belakang kista nampak bayangan echo yang lebih putih dari dinding depannya. Kista ini

dapat bersifat unillokuler (tidak bersepta) atau multilokuler (bersepta-septa). Kadang-

kadang terlihat bintik-bintik echo yang halus-halus (internal echoes) di dalam kista yang

berasal dari elemen-elemen darah di dalam kista.

2. Transabdominal Sonogram

Transabdominal ultrasonography lebih baik dibandingkan endovaginal

ultrasonography untuk mengevaluasi besarnya massa serta struktur intra abdominal

lainnya, seperti ginjal, hati, dan asites. Syarat pemeriksaan transabdominal sonogram

dilakukan dalam keadaan vesica urinaria terisi/penuh.

3. Laparaskopi

Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuah tumor berasal dari

ovarium atau tidak, serta untuk menentukan sifat-sifat tumor itu. Dengan pemeriksaan ini

dapat ditentukan letak dan batas tumor, apakah tumor berasal dari uterus, ovarium, atau

kandung kencing, apakah tumor kistik atau solid, dan dapat pula dibedakan antara cairan

dalam rongga perut yang bebas dan yang tidak.

4. Endovaginal Sonogram

Pemeriksaan ini dapat menggambarkan/memperlihatkan secara detail struktur pelvis.

Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara endovaginal. Pemeriksaan dilakukan dalam

keadaan vesica urinaria kosong.

5. MRI

MRI lebih jelas memperlihatkan jaringan halus dibandingkan dengan CT-scan, serta

ketelitian dalam mengidentifikasi lemak dan produk darah. CT-Scan dapat pemberian

petunjuk tentang organ asal dari massa yang ada. MRI tidak terlalu dibutuhkan dalam

beberapa/banyak kasus. USG dan MRI jauh lebih baik dalam mengidentifikasi kista

ovarium dan massa/tumor pelvis dibandingkan dengan CT-Scan.

VIII. Diagnosis Banding Tumor Jinak Ovarium

Diagnosis pasti tidak dapat dilihat dari gejala-gejala saja. Karena banyak penyakit

dengan gejala yang sama pada kista ovarium, seperti:

Inflamasi Pelvic (PID)

Pada pemeriksaan endovaginal sonogram, memperlihatkan secara relative

pembesaran ovarium kiri (pada pasien dengan keluhan nyeri).

Endometriosis

Pada pemeriksaan endovaginal sonogram tampak karakteristik yang difus, echo

yang rendah sehingga memberikan kesan yang padat.

Kehamilan Ektopik

Pada pemeriksaan endovaginal sonogram memperlihatkan ring sign pada tuba,

dengan dinding yang tebal disertai cairan yang bebas disekitarnya. Tidak ada

pembuahan intrauterine.

Kanker ovarium

Pada pemeriksaan transvaginal ultrasound di dapatkan dinding tebal dan ireguler

(gambar Ca.Ovarium stage II).

IX. Penatalaksanaan Tumor Jinak Ovarium

Dapat dipakai prinsip bahwa tumor ovarium neoplastik memerlukan operasi dan

tumor non-neoplastik tidak. Pada tumor yang non-neoplastik biasanya akan mengalami

pengecilan secara spontan dan menghilang, sehingga pada pemeriksaan ulangan setelah

beberapa minggu dapat ditemukan ovarium yang besarnya normal. Oleh sebab itu, dalam hal

ini hendaknya diambil sikap untuk menunggu selama 2 sampai 3 bulan, sementara

mengadakan pemeriksaan ginekologis berulang. Jika selama waktu observasi dilihat

peningkatan dalam pertumbuhan tumor tersebut, maka dapat disimpulkan kemungkinan besar

tumor tersebut bersifat neoplastik, dan dapat dipertimbangkan suatu pengobatan operatif.

Tindakan operatif pada tumor ovarium neoplastik jinak adalah pengangkatan tumor

dengan mengadakan reseksi pada bagian ovarium yang mengandung tumor. Akan tetapi bila

tumornya besar atau ada komplikasi yang menyertai, perlu dilakukan pengangkatan ovarium,

yang biasanya disertai dengan pengangkatan tuba (salpingo-ooforektomi). Paada saat operasi

kedua ovarium harus diperiksa untuk mengetahui apakah tumor ditemukan pada satu atau

pada kedua ovarium. Pada operasi tumor ovarium yang diangkat harus segera dibuka untuk

mengetahui apakah ada keganasan atau tidak.

Jika terdapat keganasan, operasi yang tepat adalah histerektomi dan salpingo-

ooforektomi bilateral. Akan tetapi pada wanita muda yang masih ingin memiliki keturunan

dan dengan tingkat keganasan tumor yang rendah, dapat dipertanggungjawabkan untuk

mengambil resiko dengan melakukan operasi yang tidak seberapa radikal.

X. Tumor Neoplastik Jinak Ovarium Tipe Kistik

X.1 Kistoma ovarii simpleks

Kista ini memiliki permukaan yang rata dan halus, biasanya bertangkai, seringkali

bilateral, dan dapat menjadi besar. Dinding kista tipis dan cairan didalam kista jernih,

serus, dan berwarna kuning. Pada dinding kista tampak lapisan epitel lapis kubik.

Berhubung dengan adanya tangkai, dapat terjadi torsi disertai gejala-gejala yang

mendadak. Diduga kista ini merupakan suatu jenis kistadenoma serosum, yang

kehilangan epitel kelenjarnya berhubung dengan tekanan cairan dalam kista. Terapi

terdiri atas pengangkatan kista dengan reseksi ovarium, akan tetapi jaringan yang

dikeluarkan harus segera diperiksa secara histologik untuk mengetahui apakah ada

keganasan.

X.2 Kistadenoma ovarii musinosum

Asal tumor ini masih belum diketahui dengan pasti. Menurut meyer, tumor ini

mungkin berasal dari suatu teratoma dimana dalam pertumbuhannya satu elemen

mengalahkan elemen-elemen lain. Ada juga pendapat yang mengatakan tumor ini berasal

dari epitel germinativum . Dan ada juga pendapat lain yang menduga tumor ini memiliki

asal yang sama dengan tumor Brenner.

Angka kejadian

Tumor ovarium ini terbanyak ditemukan bersama-sama dengan kistadenoma ovarii

serosum. Kedua tumor ini merupakan kira-kira 60% dari seluruh tumor ovarium,

sedangkan kistadenoma ovarii musinosum merupakan 40% dari seluruh kelompok

neoplasma ovarium. Tumor ini paling sering ditemukan pada wanita yang berusia antara

20-50 tahun, dan jarang sekali pada masa prapubertas.

Gambaran klinik

Tumor ini lazimnya berbentuk multilokuler; oleh karena itu permukaan terlihat seperti

berlobus-lobus. Kira-kira 10% dapat mencapai ukuran yang amat besar. Tumor biasanya

unilateral, tetapi terkadang dapat juga dijumpai yang bilateral. Kista menerima darahnya

melalui suatu tangkai; kadang-kadang dapat juga terjadi torsi yang dapat mengganggu

sirkulasi. Gangguan ini dapat menyebabkan perdarahan dalam kista dan perubahan

degeneratif, yang memudahkan timbulnya perlekatan kista dengan omentum, usus-usus,

dan peritoneum parietale.

Dinding kista agak tebal dan berwarna putih keabu-abuan; yang terakhir ini bila

terjadi perdarahan atau perubahan degeneratif didalam kista. Pada pembukaan kista

terdapat cairan lendir yang khas, kental seperti gelatin, melekat, dan berwarna kuning

sampai kecoklatan (hal ini tergantung percampurannya dengan darah). Jika terjadi

robekan pada dinding kista, maka sel-sel epitel dapat tersebar pada permukaan

peritoneum rongga perut, dan dengan sekresinya menyebabkan pseudomiksoma

peritonei. Akibat dari pseudomiksoma peritonei adalah timbulnya penyakit menahun

dengan musin terus bertambah dan menyebabkan banyak perlekatan. Pada kista kadang-

kadang dapat ditemukan daerah padat, dan pertumbuhan papiler. Tempat-tempat tersebut

perlu diteliti dengan seksama karena biasanya akan ditemukan tanda-tanda keganasan.

Keganasan ini kira-kira 5-10% dari kistadenoma musinosum.

( Gambar: kistadenoma ovarii musinosum )

Pada pemeriksaan mikroskopik tampak dinding kista yang dilapisi oleh epitel torak

tinggi dengan inti pada dasar sel; terdapat diantaranya sel-sel yang membundir karena

terisi lendir (goblet cells).

( Gambar: Patologi anatomi kistadenoma ovarii musinosum)

Penanganan

Penanganan terdiri atas pengangkatan tumor. Jika pada operasi tumor sudah cukup

besar sehingga tidak tampak banyak sisa ovarium yang normal, biasanya dilakukan

pengangkatan ovarium beserta tuba (salpingo-ooforektomi). Pada saat pengangkatan

kista sedapat-dapatnya diusahakan mengangkatnya dengan in toto tanpa mengadakan

pungsi terlebih dahulu. Jika tumor berukuran besar, maka perlu dilakukan pungsi untuk

mengecilkan tumor, lubang pungsi harus ditutup dengan rapi sebelum mengeluarkan

tumor dari rongga perut. Setelah kista diangkat, harus dilakukan pemeriksaan histologik

ditempat-tempat yang dicurigai keganasan.

X.3 Kistadenoma ovarii serosum

Pada umumnya para penulis berpendapat bahwa kista ini berasal dari epitel

permukaan ovarium (germinal epithelium).

Angka Kejadian

Kista ini ditemukan dalam frekuensi yang hampir sama dengan kistadenoma

musinosum dan dijumpai pada golongan umur yang sama. Kista ini agak lebih sering

ditemukan bilateral.

Bentuk kista ini umumnya unilokular, bila multilokular perlu dicurigai adanya

keganasan. Kista ini dapat membesar, tetapi tidak akan sebesar kista musinosum. Warna

kista ini putih keabu-abuan. Ciri khas kista ini adalah potensi pertumbuhan papiler

kedalam rongga kista sebesar 50% dan keluar pada permukaan kista sebesar 5%. Isi kista

berupa cairan berwarna kuning, dan terkadang coklat karena campuran dengan darah.

Tidak jarang kistanya sendiri berukuran kecil, tetapi permukaannya penuh dengan

pertumbuhan papiler (solid papilloma). Pada umumnya sulit untuk membedakan

kistadenoma papiliferum yang ganas dari yang jinak, bahkan pemeriksaan mikroskopik

pun tidak memberikan kepastian.

Perubahan Keganasan

Apabila ditemukan pertumbuhan papilifer, proliferasi dan stratifikasi epitel, serta

anaplasia dan mitosis pada sel-sel, kistadenoma serosum secara mikroskopik

digolongkan kedalam kelompok tumor ganas. Akan tetapi, garis pemisah antara

kistadenoma ovarii papiliferum yang jelas ganas kadang-kadang sukar ditentukan. Bila

pada suatu kasus terdapat implantasi pada peritoneum disertai dengan asites, maka

prognosis penyakit itu kurang baik, meskipun secara histopatologis pertumbuhan itu

mungkin jinak. Klinis kasus tersebut harus dianggap sebagai neoplasma ovarium yang

ganas (clinically malignant).

Terapi

Penatalaksanaan pada umumnya sama dengan kistadenoma ovarii musinosum. Hanya,

berhubung dengan lebih besaarnya potensi keganasan, maka perlu dilakukan

pemeriksaan yang teliti setelah tumor dikeluarkan.

X.4 Kista endometrioid

Kista ini biasanya unilateral dengan permukaan yang licin; pada dinding dalam

terdapat satu lapisan sel-sel, yang menyerupai lapisan epitel endometrium. Kista ini tidak

ada hubngannya dengan endometriosis ovarii.

X.5 Kista Dermoid

Sebenarnya kista dermoid adalah salah satu teratoma kistik yang jinak dimana

struktur-struktur ektodermal dengan diferensiasi sempurna, seperti epitel kulit, rambut,

gigi, dan produk glandula sebacea berwarna putih kuning menyerupai lemak lebih

menonjol daripada elemen-elemen entoderm dan mesoderm. Dinding kista keabu-abuan

dan agak tipis, konsistensi sebagian kistik kenyal dan sebagian lagi padat. Dapat terjadi

perubahan kearah keganasan, seperti karsinoma epidermoid.

(Gambar: Kista dermoid)

Tentang histogenesis kista dermoid, teori yang paling banyak dianut adalah bahwa

tumor berasal dari sel telur melalui proses partenogenesis. Gambaran klinis dari tumor

ini adalah nyeri mendadak yang dirasakan diperut bagian bawah karena torsi tangkai

kista dermoid. Dinding kista dapat ruptur sehingga isi kista keluar di rongga peritoneum.

Penatalaksanaannya dengan pengangkatan kista dermoid bersama seluruh ovarium.

XI. Tumor Non-neoplastik Jinak Ovarium.

Kista Fungsional

Ini merupakan jenis kista Ovarium yang paling banyak ditemukan. Kista ini berasal

dari sel telur dan korpus luteum, terjadi bersamaan dengan siklus menstruasi yang

normal.

Kista fungsional akan tumbuh setiap bulan dan akan pecah pada masa subur, untuk

melepaskan sel telur yang pada waktunya siap dibuahi oleh sperma. Setelah pecah, kista

fungsional akan menjadi kista folikuler dan akan hilang saat menstruasi.

Kista Fungsional terdiri dari : kista folikel dan kista korpus luteum. Keduanya tidak

mengganggu. Tidak menimbulkan gejala dan dapat menghilang sendiri dalam waktu 6-8

minggu.

a. Kista Folikuler

Folikel sebagai penyimpan sel telur akan mengeluarkan sel telur pada saat ovulasi

bilamana ada rangsangan LH (luteinizing Hormon). Pengeluaran hormon diatur oleh

kelenjar hipofisis di otak. Bilamana semuanya berjalan lancar sel telur akan

dilepaskan dan mulai perjalanannya ke saluran telur untuk dibuahi. Kista folikuler

terbentuk jika lonjakan LH tidak terjadi dan reaksi rantai ovulasi tidak dimulai,

sehingga folikel tidak pecah atau melepaskan sel telur dan bahkan folikel tumbuh

terus hingga menjadi sebuah kista. Kista folikuler biasanya tidak berbahaya, jarang

menimbulkan nyeri dan sering hilang dengan sendirinya antara 2-3 siklus menstruasi.

b. Kista Korpus luteum

Bilamana lonjakan LH terjadi dan sel telur dilepaskan, rantai peristiwa lain

dimulai. Folikel kemudian beraksi terhadap LH dengan menghasilkan hormon

Estrogen dan progesteron dalam jumlah besar sebagai persiapan untuk pembuahan.

Perubahan dalam folikel ini disebut sebagai korpus luteum. Tetapi kadang-kadang

setelah sel telur dilepaskan, lubang keluarnya tertutup dan jaringan-jaringan

mengumpul di dalamnya, menyebabkan korpus luteum membesar dan menjadi kista.

Meski kista ini biasanya hilang dengan sendirinya dalam beberapa minggu, tetapi

kista ini dapat tumbuh hingga 4-9 inci (10 cm) diameternya dan berpotensi untuk

berdarah dengan sendirinya atau mendesak ovarium yang menyebabkan nyeri panggul

atau perut. Jika kista ini berisi darah, kista ini dapat pecah dan menyebabkan

perdarahan intestinal dan nyeri tajam yang tiba-tiba.

( Gambar: Siklus sel telur dalam ovarium )

XII. Tumor Jinak Ovarium Tipe Kistik Pada Kehamilan dan Persalinan

Tumor pada ovarium memiliki arti obstetrik yang penting. Ovarium merupakan

tempat yang sering ditumbuhi tumor. Berikut pengaruh tumor jinak ovarium terhadap

kehamilan dan persalinan:

Tumor yang besar dapat menghambat pertumbuhan janin sehingga menyebabkan

abortus, partus prematurus.

Tumor yang bertangkai, karena pembesaaran dan pengecilan uterus pada saat

persalinan; dapat terjadi torsi dan menimbulkan rasa nyeri, nekrosis, dan infeksi yang

disebut akut abdomen.

Dapat menyebabkan kelainan letak janin.

Dapat pecah karena trauma luar atau trauma persalinan.

Tumor yang besar dan berlokasi dibawah dapat menghalangi persalinan.

Penanganan pada kehamilan:

o Tumor ovarium yang lebih besar dari telur angsa harus diangkat.

o Waktu yang tepat untuk operasi adalah antara kehamilan 16-20 minggu.

o Operasi yang dilakukan pada kehamilan dibawah 20 minggu harus diberikan

substitusi progesteron selama beberapa hari sebelum dan sesudah operasi.

o Operasi darurat bila terjadi torsi dan abdomen akut.

o Bila tumor agak besar dan posisinya menghalangi jalan lahir, maka

penanganan yang dilakukan adalah

a. coba reposisi, kalau perlu dalam narkosa.

b. bila tidak berhasil, persalinan dilakukan secara sectio sesarea dan tumor

sekaligus diangkat.

Bab III

Kesimpulan

Kista Ovarium yaitu suatu kantong abnormal yang berisi cairan atau setengah cair

yang tumbuh dalam indung telur (ovarium). Beberapa teori menyebutkan penyebabnya

adalah karena adanya gangguan dalam pembentukan estrogen dan dalam mekanisme umpan

balik ovarium-hipotalamus. Manifestasi klinik kista ovarium antara lain sering tanpa gejala,

nyeri saat menstruasi, nyeri di perut bagian bawah. Pemeriksaan penunjang pada kista

ovarium antara lain dengan USG dan Laparoskopi. Pengobatannya apabila tumor tidak

memberikan gejala, dan ukuran tumor < 5 cm kemungkinan kista tesebut adalah kista folikel

dan kista korpus luteum yang akan hilang secara spontan. Tindakan operasi pada tumor

ovarium neoplastik yang tidak ganas ialah pengangkatan tumor dengan mengadakan reseksi

pada bagian ovarium yang mengandung tumor, akan tetapi jika tumornya besar atau ada

komplikasi perlu dilakukan pengangkatan ovarium, biasanya disertai dengan pengangkatan

tuba (salphyngoooforektomi). Jika terdapat keganasan operasi yang lebih tepat ialah

histerektomi dan salphyngoooforektomi bilateral.

DAFTAR PUSTAKA

1. De Jong, W., Tumor Ovarium dalam Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta: EGC.

2003:729-730.

2. Kumar, Robins. Ovarium dalam Buku Ajar Patologi II Edisi 4. Jakarta: EGC.2002 :

390-393.

3. Prawirohardjo,Sarwono. Ilmu Kandungan. Edisi kedua. Jakarta. Penerbit Bina

Pustaka.2005: 346-361.

4. Mansjoer, A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid 1. Media Aesculapuis.

Jakarta : 388-389.

5. Rustam Mochtar, Prof., Dr., MPH, Sinopsis Obstetri, Jilid I, Edisi 2, EGC,

Jakarta,1998, hal 135-136.