kista ovarium
DESCRIPTION
obsgynTRANSCRIPT
BAB I
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny.M
Umur : 50 tahun
Status : Sudah Menikah
Alamat : Perum GPBI, Ngadirojo, Secang, Magelang
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Tanggal masuk : 1 April 2015
II. ANAMNESIS
Anamnesa dilakukan secara autoanamnesis pada hari Kamis, 2 April 2014 jam 08.20
WIB.
Keluhan utama :
Timbul benjolan dan nyeri di daerah perut sejak 1 tahun SMRS.
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien baru datang dengan P1A0 kiriman dari poli Obsgyn dr. Trijoko Sp.OG dengan
keluhan timbul benjolan sejak 1 tahun SMRS. Awalnya ukuran benjolan kecil sebesar
telur ayam dan tidak nyeri namun lama kelamaan benjolan semakin lama semakin
membesar dan terasa nyeri. Pasien sempat berobat ke Puskesmas dan hanya diberikan
obat minum. Kemudian pasien juga sempat berobat ke dokter dan disuruh untuk
melakukan pemeriksaan USG dan dirujuk ke RS Pasar Rebo. Namun tidak jadi karena
pasien takut untuk berobat ke Rumah Sakit. Akhirnya pasien berobat ke alternatif dan
disuruh untuk minum air kelapa. Keluhan pasien tidak kunjung membaik dan 3 bulan
terakhir perutnya semakin membesar seperti orang hamil dan mulai terasa nyeri.
Pasien juga mengeluhkan semenjak 3 bulan terakhir berat badannya turun sampai 6
kg. Pasien juga mengeluhkan lemas dan mudah capek. Pusing (-), mual muntah (-),
BAB dan BAK normal, perdarahan dari kemaluan (-), nyeri di daerah perut bawah
dan panggul (+), nyeri saat berhubungan (+), sesak napas (-), nyeri ulu hati (-).
Riwayat Obstetri :
I : 1995, laki-laki, BB 2600 gram, sectio caesaria ec plasenta previa.
Riwayat Mens :
Menarche umur 13 tahun, siklus teratur (28 hari), nyeri haid (-), menopause umur 47
tahun.
Riwayat nikah :
1 kali, tahun 1992
Riwayat KB : -
Riwayat penyakit dahulu :
- Riwayat penyakit asma : disangkal
- Riwayat penyakit hipertensi : disangkal
- Riwayat penyakit diabetes mellitus : disangkal
- Riwayat penyakit jantung : disangkal
- Riwayat alergi : disangkal
- Riwayat operasi diabdomen : operasi Sectio Caesaria
- Riwayat penggunaan obat-obatan dan jamu : disangkal
- Pasien pernah didiagnosis adanya penyumbatan jalan mulut rahim sebelum
kehamilan anak pertama.
Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat penyakit jantung : disangkal
- Riwayat diabetes mellitus : disangkal
- Riwayat hipertensi : disangkal
- Riwayat Asma : disangkal
- Riwayat Alergi : disangkal
Riwayat Pribadi
- Merokok : disangkal
- Minum Alkohol : disangkal
III. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan di Anggrek tanggal 2 April 2015 jam 08.20:
Keadaan umum : Baik, composmentis
Vital sign :
- TD : 110/80 mmHg
- Nadi : 78 x/menit, irama reguler.
- RR : 20 x / menit
- Suhu : 36,5 0C
Status internus :
- Kepala : jejas (-), deformitas (-).
- Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), reflex cahaya (+/+), pupil
bulat isokor (2 mm / 2 mm).
- Telinga : normotia, discharge (-/-), massa (-/-)
- Hidung : simetris, napas cuping hidung (-), sekret (-/-), darah (-/-), septum di
tengah, concha hiperemis (-/-).
- Mulut : sianosis (-), bibir pucat (-), lidah kotor (-), karies gigi (-), faring
hiperemis (-), tonsil (T1/T1).
- Leher : pembesaran kelenjar thyroid (-), kelenjar getah bening membesar (-)
- Thoraks
Cor :
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : ictus cordis teraba di ICS V linea midclavicularis sinistra, nyeri
tekan (-)
Perkusi : konfigurasi jantung dalam batas normal
Auskultasi : normal, tidak ada suara tambahan
Pulmo :
Inspeksi : simetris, statis, dinamis, retraksi (-/-)
Palpasi : stem fremitus kanan = kiri
Perkusi : sonor seluruh lapang paru
Auskultasi : suara dasar vesikuler +/+, suara tambahan -/-
- Abdomen :
Inspeksi : terdapat massa dengan ukuran 30x20x20cm, spider navy (-).
Auskultasi : bising usus (+) normal
Palpasi :nyeri tekan regio infraumbilikus, tidak teraba
hepatosplenomegali, massa kistik, konsistensi kenyal, berbatas tegas, permukaan
rata
Perkusi : timpani di seluruh lapang abdomen
- Ekstremitas :
Superior Inferior
Edema -/- -/-
Akral dingin -/- -/-
Refleks fisiologis +N/+N +N/+N
Refleks patologis -/- -/-
Pemeriksaan obstetrikus :
- Pemeriksaan dalam (VT) :
- Vulva/vagina : flex (-), massa (-), ulkus (-)
- Porsio : tertutup, licin
- Serviks : dalam batas normal
- Teraba massa kistik dengan ukuran 30x20x20 cm, mobile, permukaan rata,
berbatas tegas, nyeri (+).
- Cavum Douglas : dalam batas normal
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium Hematologi
Darah Rutin (WB EDTA)
Nilai Nilai normal
Hb 11.3 11.0 – 15.0Ht 28.9 36 – 48Leukosit 8.9 4,0 – 10,0Trombosit 271 150 – 450Eritrosit 4.54 3,5 – 5,5MCV 63.7 82 – 98 MCHC 39.1 32 – 36MCH 24.8 ≥ 27RDW 12.3 10 – 16MPV 12.3 7 – 11Limfosit 1.6 1,0 – 4,5Monosit 0.6 0,2 – 10PDW 8.6 10 – 18 Granulosit 10.4 2 – 4 Limfosit% 16.7 23 - 40Monosit% 0.6 2 – 8Granulosit% 78.5 50 – 80 PCT 0.33 0.2 – 0.3 GDS 111 70– 110 Ureum 23 8-50Creatinin 1,2 0-1,3
USG:
Kesan : tampak gambaran echoid dengan ukuran 30x20x20 cm, uterus tidak tampak jelas.
V. DIAGNOSIS
Kista Ovarium
VI. PENATALAKSANAAN
- Informed consent tentang keadaan keluarga dan rencana terapi yang akan dilakukan.
- Pasien dirawat inap dan tirah baring
- Observasi Keadaan umum dan Vital sign
- Pro laparotomi dan kistektomi
VII. LAPORAN OPERASI (2 April 2015)
1. Dinding abdomen dibuka insisi sagital kurang lebih 15cm.
2. Eksplorasi abdomen didapat ovarium kiri bentuk menjadi massa tumor ukuran
30x20x20 cm.
3. Perlengkatan dengan jaringan sekitar, dilakukan adhesiasi dan pengangkatan
massa tumor, waktu dilakukan adhesiasi terjadi trauma pada colon sigmoid.
4. Konsul bedah dilakukan penjahitan pada colon sigmoid.
5. Kontrol perdarahan (-), pasang drainase.
6. Dinding abdomen ditutup kembali
7. Observasi selesai, perdarahan kurang lebih 500cc.
VIII. INSTRUKSI POST OPERASI
1. Awasi tanda vital sampai stabil
2. Puasa (tidak makan dan tidak minum) selama 3 hari
3. Hari ketiga minum, hari keempat makan bubur halus
4. Infus D5:RL:NaCl = 2:1:1
5. Injeksi ceftriaxon 1gram/12 jam selama 3 hari
6. Injeksi metronidazol 500mg/12 jam selama 1 hari
7. Injeksi ranitidin 1ampul/12 jam selama 1 hari
8. Injeksi ketorolac 1ampul/12 jam selama 3 hari
9. Cek Hb 6 jam post operasi
IX. FOLLOW UP
1. Tanggal 3 April 2015 pukul 05.30
S: Mual (+), pusing (+), nyeri di daerah bekas operasi
O: KU : baik, compos mentis
Vital Sign :
TD : 80/60 mmHg
Nadi : 84 x/menit
RR : 20 x/menit
T : 36.10C
Mata : CA -/- SI -/-
Thoraks : DBN
Abdomen : BU (+) NT(+)
Ekstremitas : edema (-)
Hb : 10,5 gr/dL
A: kista ovarium post laparotomi dan kistektomi H+1
Tanggal 4 April 2015 pukul 06.00
S: Perut nyeri (+), muntah (-), mual (-), nyeri di daerah bekas operasi (+)
O: KU: baik, kesadaran : compos mentis
TD: 80/60 N: 80x/m
RR: 20x/m S: 36,1oC
Mata : CA-/- SI-/-
Thoraks : dbn
Abdomen : BU(+)
Ekstremitas : edema (-)
A: Kista Ovarium post laparotomi dan kistektomi H+2
Tanggal 5 April 2015 pukul 06.00
S: Nyeri di daerah bekas operasi, mual muntah (-), pusing (-)
O: KU: baik, kesadaran : compos mentis
TD: 90/70 N: 80x/m
RR: 18x/m S: 36,2oC
Mata : CA-/- SI-/-
Thoraks : dbn
Abdomen : BU(+)
Ekstremitas : edema (-)
A: Kista Ovarium post laparotomi dan kistektomi H+3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. Definisi
Kista adalah kantung yang berisi cairan. Kista Ovarium (atau kista indung telur)
berisi cairan, normalnya berukuran kecil, yang terletak di indung telur (Ovarium). Kista
indung telur dapat terbentuk kapan saja, pada masa pubertas sampai menopause atau juga
selama masa kehamilan.
( Gambar: Kista pada ovarium )
II. Etiologi
Sampai sekarang ini penyebab dari Kista Ovarium belum sepenuhnya dimengerti,
tetapi beberapa teori menyebutkan adanya gangguan dalam pembentukan estrogen dan
dalam mekanisme umpan balik ovarium-hipotalamus. Beberapa dari literatur menyebutkan
bahwa penyebab terbentuknya kista pada ovarium adalah gagalnya sel telur (folikel) untuk
berovulasi. Fungsi ovarium yang normal tergantung kepada sejumlah hormon dan
kegagalan pembentukan salah satu hormon tersebut bisa mempengaruhi fungsi ovarium.
Ovarium tidak akan berfungsi secara normal jika tubuh wanita tidak menghasilkan hormon
hipofisa dalam jumlah yang tepat. Fungsi ovarium yang abnormal kadang menyebabkan
penimbunan folikel yang berbentuk secara tidak sempurna di dalam ovarium. Folikel
tersebut gagal mengalami pematangan dan gagal melepaskan sel telur, karena itu terbentuk
kista di dalam ovarium.
III. Anatomi dan Histologi Ovarium
Anatomi
Ovarium pada seorang wanita dewasa sebesar ibu jari tangan dan terletak di kiri
dan di kanan, dekat pada dinding pelvis di fossa ovarika. Ovarium berhubungan dengan
uterus dengan ligamentum ovarii proprium. Pembuluh darah kedua ovarium melalui
ligamentum suspensorium ovarii. Ovarium terletak pada lapisan belakang ligamentum
latum. Sebagian besar ovarium berada intraperitoneal dan tidak dilapisi oleh peritoneum.
Bagian ovarian kecil berada dalam ligamentum latum (hilus ovarii). Disitu masuk
pembuluh-pembuluh darah dan saraf yang ke ovarium. Lipatan yang menghubungkan
lapisan belakang ligamentum latum dan ovarium dinamakan mesovarium.
(Gambar: Organ reproduksi Wanita)
Histologi
Bagian ovarium yang berada di dalam cavum peritonei dilapisi oleh epitel kubik-
silindrik, disebut epithelium germinativun. Dibawah epitel ini terdapat tunika albuginea
dan di bawahnya lagi baru ditemukan lapisan tempat folikel – folikel primordial. Pada
wanita diperkirakan terdapat banyak folikel. Tiap bulan satu folikel, kadang-kadang dua
folikel, berkembang menjadi folikel de graaf. Folikel-folikel ini merupakan bagian
ovarium yang terpenting, dan dapat ditemukan di korteks ovarii dalam letak yang beraneka
ragam, dan pula dalam tingkat – tingkat perkembangan dari satu sel telur yang dikelilingi
oleh satu lapisan sel-sel saja sampai folikel de graaf yang matang. Folikel yang matang ini
terisi dengan likuour folikuli yang mengandung estrogen, dan siap untuk berovulasi.
( Gambar: Histologi folikel De Graaf )
IV. Patofisiologi
Fungsi Ovarium yang normal tergantung kepada sejumlah hormon, dan kegagalan
pembentukan salah satu hormon tersebut bisa mempengaruhi fungsi ovarium. Ovarium
tidak akan berfungsi secara normal jika tubuh wanita tidak menghasilkan hormon hipofisa
dalam jumlah yang tepat. Fungsi ovarium yang abnormal kadang menyebabkan
penimbunan folikel yang terbentuk secara tidak sempurna di dalam ovarium. Folikel
tersebut gagal mengalami pematangan dan gagal melepaskan sel telur, terbentuk secara
tidak sempurna di dalam ovarium karena itu terbentuk kista di dalam ovarium dan
menyebabkan kemandulan pada wanita.
( Gambar: Fisiologi menstruasi )
V. Gambaran Klinis Tumor jinak ovarium
Banyak tumor jinak ovarium tidak menunjukkan gejala dan tanda, terutama tumor
jinak ovarium yang kecil. Sebagian besar gejala dan tanda adalah akibat dari pertumbuhan,
aktivitas endokrin, atau komplikasi dari tumor-tumor tersebut.
V.1 Akibat pertumbuhan
Adanya tumor didalam perut bagian bawah akan menyebabkan pembenjolan pada
perut dan tekanan pada alat-alat disekitarnya, yang hal tersebut dipengaruhi oleh
besarnya tumor dan posisinya didalam perut. Bila tumor berposisi didepan uterus, tumor
dapat menekan kandung kemih sehingga menimbulkan gangguan miksi. Selain gangguan
miksi, tekanan tumor juga dapat mengakibatkan obstipasi, dan edema tungkai. Bila
tumor berukuran besar dapat terjadi tidak nafsu makan, rasa sesak, dan lain-lain.
V.2 Akibat aktivitas hormonal
Pada umumnya tumor jinak ovarium tidak mengubah pola haid, kecuali jika tumor
itu sendiri mengeluarkan hormon.
V.3 Akibat komplikasi
Perdarahan ke dalam kista, bila dalam jumlah sedikit hanya akan menimbulkan
gejala klinis yang minimal. Tetapi bila terjadi dalam jumlah yang banyak, akan terjadi
distensi yang cepat dari kista sehingga menimbulkan nyeri perut yang mendadak.
Putaran tangkai, dapat terjadi pada tumor yang bertangkai dengan diameter 5 cm
atau lebih dan ukurannya belum terlalu besar. Adanya putaran tangkai akan
menimbulkan tarikan pada ligamentum infundibulopelvik terhadap peritoneum parietale
dan ini akan menimbulkan rasa sakit.
Infeksi pada tumor, terjadi jika tumor berada didekat sumber kuman patogen. Kista
dermoid cenderung mengalami peradangan yang disusul dengan pernanahan.
Robekan dinding kista, biasanya terjadi karena torsi tangkai, akan tetapi dapat pula
terjadi karena trauma, dan persetubuhan. Kalau kista hanya mengandung cairan serosa,
rasa nyeri akibat robekan dan iritasi peritoneum segera mengurang. Tetapi bila robekan
disertai perdarahan yang timbul secara akut, maka akan menimbulkan rasa nyeri yang
terus-menerus disertai tanda-tanda akut abdomen.
Perubahan keganasan, biasanya terjadi pada beberapa kista jinak. Oleh sebab itu
perlu dilakukan pemeriksaan patologi anatomi setelah tumor tersebut diangkat. Adanya
asites perlu dicurigai adanya keganasan, sehingga akan memperkuat diagnosis
keganasan.
VI. Diagnosis Tumor Jinak Ovarium
Apabila pada pemeriksaan ditemukan tumor dirongga perut bagian bawah dan atau
dirongga panggul, maka setelah diteliti sifatnya (besarnya, lokalisasinya, permukaan,
konsistensi, dan mobilisasinya), perlulah ditentukan jenis tumor tersebut. Pada tumor
ovarium biasanya uterus dapat teraba tersendiri, terpisah dari tumor. Jika tumor ovarium
terletak digaris tengah dalam rongga perut bagian bawah dan konsistensinya kistik, perlu
dipikirkan adanya kehamilan ataupun kandung kemih yang penuh. Pada pengambilan
anamnesis yang cermat dan disertai pemeriksaan tambahan, kemungkinan-kemungkinan
tersebut dapat disingkirkan.
Tumor-tumor yang bukan dari ovarium yang terletak didaerah pelvis ialah ginjal
ektopik, limpa bertangkai, dan tumor pada kolon sigmoideum. Pemeriksaan pielogram
intravena dan pemasukan bubur barium dalam kolon dapat membantu untuk menentukan ada
tidaknya kemungkinan tersebut.
Metode-metode seperti laparoskopi, ultrasonografi, foto roentgen, dan parasentesis
dapat menolong dalam pembuatan diagnosis yang tepat.
( Gambar: USG pada kista ovarium )
VII. Pemeriksaan Penunjang Tumor Jinak Ovarium
I. USG kista ovarium
Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor, apakah tumor berasal
dari uterus, ovarium, atau kandung kencing, apakah tumor kistik atau solid, dan dapat pula
dibedakan antara cairan dalam rongga perut yang bebas dan yang tidak.
Kista Ovarium terlihat sebagai struktur kistik yang bulat (kadang-kadang oval) dan
terlihat sangat echolucent dengan dinding dinding yang tipis/tegas/licin, dan di tepi
belakang kista nampak bayangan echo yang lebih putih dari dinding depannya. Kista ini
dapat bersifat unillokuler (tidak bersepta) atau multilokuler (bersepta-septa). Kadang-
kadang terlihat bintik-bintik echo yang halus-halus (internal echoes) di dalam kista yang
berasal dari elemen-elemen darah di dalam kista.
2. Transabdominal Sonogram
Transabdominal ultrasonography lebih baik dibandingkan endovaginal
ultrasonography untuk mengevaluasi besarnya massa serta struktur intra abdominal
lainnya, seperti ginjal, hati, dan asites. Syarat pemeriksaan transabdominal sonogram
dilakukan dalam keadaan vesica urinaria terisi/penuh.
3. Laparaskopi
Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuah tumor berasal dari
ovarium atau tidak, serta untuk menentukan sifat-sifat tumor itu. Dengan pemeriksaan ini
dapat ditentukan letak dan batas tumor, apakah tumor berasal dari uterus, ovarium, atau
kandung kencing, apakah tumor kistik atau solid, dan dapat pula dibedakan antara cairan
dalam rongga perut yang bebas dan yang tidak.
4. Endovaginal Sonogram
Pemeriksaan ini dapat menggambarkan/memperlihatkan secara detail struktur pelvis.
Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara endovaginal. Pemeriksaan dilakukan dalam
keadaan vesica urinaria kosong.
5. MRI
MRI lebih jelas memperlihatkan jaringan halus dibandingkan dengan CT-scan, serta
ketelitian dalam mengidentifikasi lemak dan produk darah. CT-Scan dapat pemberian
petunjuk tentang organ asal dari massa yang ada. MRI tidak terlalu dibutuhkan dalam
beberapa/banyak kasus. USG dan MRI jauh lebih baik dalam mengidentifikasi kista
ovarium dan massa/tumor pelvis dibandingkan dengan CT-Scan.
VIII. Diagnosis Banding Tumor Jinak Ovarium
Diagnosis pasti tidak dapat dilihat dari gejala-gejala saja. Karena banyak penyakit
dengan gejala yang sama pada kista ovarium, seperti:
Inflamasi Pelvic (PID)
Pada pemeriksaan endovaginal sonogram, memperlihatkan secara relative
pembesaran ovarium kiri (pada pasien dengan keluhan nyeri).
Endometriosis
Pada pemeriksaan endovaginal sonogram tampak karakteristik yang difus, echo
yang rendah sehingga memberikan kesan yang padat.
Kehamilan Ektopik
Pada pemeriksaan endovaginal sonogram memperlihatkan ring sign pada tuba,
dengan dinding yang tebal disertai cairan yang bebas disekitarnya. Tidak ada
pembuahan intrauterine.
Kanker ovarium
Pada pemeriksaan transvaginal ultrasound di dapatkan dinding tebal dan ireguler
(gambar Ca.Ovarium stage II).
IX. Penatalaksanaan Tumor Jinak Ovarium
Dapat dipakai prinsip bahwa tumor ovarium neoplastik memerlukan operasi dan
tumor non-neoplastik tidak. Pada tumor yang non-neoplastik biasanya akan mengalami
pengecilan secara spontan dan menghilang, sehingga pada pemeriksaan ulangan setelah
beberapa minggu dapat ditemukan ovarium yang besarnya normal. Oleh sebab itu, dalam hal
ini hendaknya diambil sikap untuk menunggu selama 2 sampai 3 bulan, sementara
mengadakan pemeriksaan ginekologis berulang. Jika selama waktu observasi dilihat
peningkatan dalam pertumbuhan tumor tersebut, maka dapat disimpulkan kemungkinan besar
tumor tersebut bersifat neoplastik, dan dapat dipertimbangkan suatu pengobatan operatif.
Tindakan operatif pada tumor ovarium neoplastik jinak adalah pengangkatan tumor
dengan mengadakan reseksi pada bagian ovarium yang mengandung tumor. Akan tetapi bila
tumornya besar atau ada komplikasi yang menyertai, perlu dilakukan pengangkatan ovarium,
yang biasanya disertai dengan pengangkatan tuba (salpingo-ooforektomi). Paada saat operasi
kedua ovarium harus diperiksa untuk mengetahui apakah tumor ditemukan pada satu atau
pada kedua ovarium. Pada operasi tumor ovarium yang diangkat harus segera dibuka untuk
mengetahui apakah ada keganasan atau tidak.
Jika terdapat keganasan, operasi yang tepat adalah histerektomi dan salpingo-
ooforektomi bilateral. Akan tetapi pada wanita muda yang masih ingin memiliki keturunan
dan dengan tingkat keganasan tumor yang rendah, dapat dipertanggungjawabkan untuk
mengambil resiko dengan melakukan operasi yang tidak seberapa radikal.
X. Tumor Neoplastik Jinak Ovarium Tipe Kistik
X.1 Kistoma ovarii simpleks
Kista ini memiliki permukaan yang rata dan halus, biasanya bertangkai, seringkali
bilateral, dan dapat menjadi besar. Dinding kista tipis dan cairan didalam kista jernih,
serus, dan berwarna kuning. Pada dinding kista tampak lapisan epitel lapis kubik.
Berhubung dengan adanya tangkai, dapat terjadi torsi disertai gejala-gejala yang
mendadak. Diduga kista ini merupakan suatu jenis kistadenoma serosum, yang
kehilangan epitel kelenjarnya berhubung dengan tekanan cairan dalam kista. Terapi
terdiri atas pengangkatan kista dengan reseksi ovarium, akan tetapi jaringan yang
dikeluarkan harus segera diperiksa secara histologik untuk mengetahui apakah ada
keganasan.
X.2 Kistadenoma ovarii musinosum
Asal tumor ini masih belum diketahui dengan pasti. Menurut meyer, tumor ini
mungkin berasal dari suatu teratoma dimana dalam pertumbuhannya satu elemen
mengalahkan elemen-elemen lain. Ada juga pendapat yang mengatakan tumor ini berasal
dari epitel germinativum . Dan ada juga pendapat lain yang menduga tumor ini memiliki
asal yang sama dengan tumor Brenner.
Angka kejadian
Tumor ovarium ini terbanyak ditemukan bersama-sama dengan kistadenoma ovarii
serosum. Kedua tumor ini merupakan kira-kira 60% dari seluruh tumor ovarium,
sedangkan kistadenoma ovarii musinosum merupakan 40% dari seluruh kelompok
neoplasma ovarium. Tumor ini paling sering ditemukan pada wanita yang berusia antara
20-50 tahun, dan jarang sekali pada masa prapubertas.
Gambaran klinik
Tumor ini lazimnya berbentuk multilokuler; oleh karena itu permukaan terlihat seperti
berlobus-lobus. Kira-kira 10% dapat mencapai ukuran yang amat besar. Tumor biasanya
unilateral, tetapi terkadang dapat juga dijumpai yang bilateral. Kista menerima darahnya
melalui suatu tangkai; kadang-kadang dapat juga terjadi torsi yang dapat mengganggu
sirkulasi. Gangguan ini dapat menyebabkan perdarahan dalam kista dan perubahan
degeneratif, yang memudahkan timbulnya perlekatan kista dengan omentum, usus-usus,
dan peritoneum parietale.
Dinding kista agak tebal dan berwarna putih keabu-abuan; yang terakhir ini bila
terjadi perdarahan atau perubahan degeneratif didalam kista. Pada pembukaan kista
terdapat cairan lendir yang khas, kental seperti gelatin, melekat, dan berwarna kuning
sampai kecoklatan (hal ini tergantung percampurannya dengan darah). Jika terjadi
robekan pada dinding kista, maka sel-sel epitel dapat tersebar pada permukaan
peritoneum rongga perut, dan dengan sekresinya menyebabkan pseudomiksoma
peritonei. Akibat dari pseudomiksoma peritonei adalah timbulnya penyakit menahun
dengan musin terus bertambah dan menyebabkan banyak perlekatan. Pada kista kadang-
kadang dapat ditemukan daerah padat, dan pertumbuhan papiler. Tempat-tempat tersebut
perlu diteliti dengan seksama karena biasanya akan ditemukan tanda-tanda keganasan.
Keganasan ini kira-kira 5-10% dari kistadenoma musinosum.
( Gambar: kistadenoma ovarii musinosum )
Pada pemeriksaan mikroskopik tampak dinding kista yang dilapisi oleh epitel torak
tinggi dengan inti pada dasar sel; terdapat diantaranya sel-sel yang membundir karena
terisi lendir (goblet cells).
( Gambar: Patologi anatomi kistadenoma ovarii musinosum)
Penanganan
Penanganan terdiri atas pengangkatan tumor. Jika pada operasi tumor sudah cukup
besar sehingga tidak tampak banyak sisa ovarium yang normal, biasanya dilakukan
pengangkatan ovarium beserta tuba (salpingo-ooforektomi). Pada saat pengangkatan
kista sedapat-dapatnya diusahakan mengangkatnya dengan in toto tanpa mengadakan
pungsi terlebih dahulu. Jika tumor berukuran besar, maka perlu dilakukan pungsi untuk
mengecilkan tumor, lubang pungsi harus ditutup dengan rapi sebelum mengeluarkan
tumor dari rongga perut. Setelah kista diangkat, harus dilakukan pemeriksaan histologik
ditempat-tempat yang dicurigai keganasan.
X.3 Kistadenoma ovarii serosum
Pada umumnya para penulis berpendapat bahwa kista ini berasal dari epitel
permukaan ovarium (germinal epithelium).
Angka Kejadian
Kista ini ditemukan dalam frekuensi yang hampir sama dengan kistadenoma
musinosum dan dijumpai pada golongan umur yang sama. Kista ini agak lebih sering
ditemukan bilateral.
Bentuk kista ini umumnya unilokular, bila multilokular perlu dicurigai adanya
keganasan. Kista ini dapat membesar, tetapi tidak akan sebesar kista musinosum. Warna
kista ini putih keabu-abuan. Ciri khas kista ini adalah potensi pertumbuhan papiler
kedalam rongga kista sebesar 50% dan keluar pada permukaan kista sebesar 5%. Isi kista
berupa cairan berwarna kuning, dan terkadang coklat karena campuran dengan darah.
Tidak jarang kistanya sendiri berukuran kecil, tetapi permukaannya penuh dengan
pertumbuhan papiler (solid papilloma). Pada umumnya sulit untuk membedakan
kistadenoma papiliferum yang ganas dari yang jinak, bahkan pemeriksaan mikroskopik
pun tidak memberikan kepastian.
Perubahan Keganasan
Apabila ditemukan pertumbuhan papilifer, proliferasi dan stratifikasi epitel, serta
anaplasia dan mitosis pada sel-sel, kistadenoma serosum secara mikroskopik
digolongkan kedalam kelompok tumor ganas. Akan tetapi, garis pemisah antara
kistadenoma ovarii papiliferum yang jelas ganas kadang-kadang sukar ditentukan. Bila
pada suatu kasus terdapat implantasi pada peritoneum disertai dengan asites, maka
prognosis penyakit itu kurang baik, meskipun secara histopatologis pertumbuhan itu
mungkin jinak. Klinis kasus tersebut harus dianggap sebagai neoplasma ovarium yang
ganas (clinically malignant).
Terapi
Penatalaksanaan pada umumnya sama dengan kistadenoma ovarii musinosum. Hanya,
berhubung dengan lebih besaarnya potensi keganasan, maka perlu dilakukan
pemeriksaan yang teliti setelah tumor dikeluarkan.
X.4 Kista endometrioid
Kista ini biasanya unilateral dengan permukaan yang licin; pada dinding dalam
terdapat satu lapisan sel-sel, yang menyerupai lapisan epitel endometrium. Kista ini tidak
ada hubngannya dengan endometriosis ovarii.
X.5 Kista Dermoid
Sebenarnya kista dermoid adalah salah satu teratoma kistik yang jinak dimana
struktur-struktur ektodermal dengan diferensiasi sempurna, seperti epitel kulit, rambut,
gigi, dan produk glandula sebacea berwarna putih kuning menyerupai lemak lebih
menonjol daripada elemen-elemen entoderm dan mesoderm. Dinding kista keabu-abuan
dan agak tipis, konsistensi sebagian kistik kenyal dan sebagian lagi padat. Dapat terjadi
perubahan kearah keganasan, seperti karsinoma epidermoid.
(Gambar: Kista dermoid)
Tentang histogenesis kista dermoid, teori yang paling banyak dianut adalah bahwa
tumor berasal dari sel telur melalui proses partenogenesis. Gambaran klinis dari tumor
ini adalah nyeri mendadak yang dirasakan diperut bagian bawah karena torsi tangkai
kista dermoid. Dinding kista dapat ruptur sehingga isi kista keluar di rongga peritoneum.
Penatalaksanaannya dengan pengangkatan kista dermoid bersama seluruh ovarium.
XI. Tumor Non-neoplastik Jinak Ovarium.
Kista Fungsional
Ini merupakan jenis kista Ovarium yang paling banyak ditemukan. Kista ini berasal
dari sel telur dan korpus luteum, terjadi bersamaan dengan siklus menstruasi yang
normal.
Kista fungsional akan tumbuh setiap bulan dan akan pecah pada masa subur, untuk
melepaskan sel telur yang pada waktunya siap dibuahi oleh sperma. Setelah pecah, kista
fungsional akan menjadi kista folikuler dan akan hilang saat menstruasi.
Kista Fungsional terdiri dari : kista folikel dan kista korpus luteum. Keduanya tidak
mengganggu. Tidak menimbulkan gejala dan dapat menghilang sendiri dalam waktu 6-8
minggu.
a. Kista Folikuler
Folikel sebagai penyimpan sel telur akan mengeluarkan sel telur pada saat ovulasi
bilamana ada rangsangan LH (luteinizing Hormon). Pengeluaran hormon diatur oleh
kelenjar hipofisis di otak. Bilamana semuanya berjalan lancar sel telur akan
dilepaskan dan mulai perjalanannya ke saluran telur untuk dibuahi. Kista folikuler
terbentuk jika lonjakan LH tidak terjadi dan reaksi rantai ovulasi tidak dimulai,
sehingga folikel tidak pecah atau melepaskan sel telur dan bahkan folikel tumbuh
terus hingga menjadi sebuah kista. Kista folikuler biasanya tidak berbahaya, jarang
menimbulkan nyeri dan sering hilang dengan sendirinya antara 2-3 siklus menstruasi.
b. Kista Korpus luteum
Bilamana lonjakan LH terjadi dan sel telur dilepaskan, rantai peristiwa lain
dimulai. Folikel kemudian beraksi terhadap LH dengan menghasilkan hormon
Estrogen dan progesteron dalam jumlah besar sebagai persiapan untuk pembuahan.
Perubahan dalam folikel ini disebut sebagai korpus luteum. Tetapi kadang-kadang
setelah sel telur dilepaskan, lubang keluarnya tertutup dan jaringan-jaringan
mengumpul di dalamnya, menyebabkan korpus luteum membesar dan menjadi kista.
Meski kista ini biasanya hilang dengan sendirinya dalam beberapa minggu, tetapi
kista ini dapat tumbuh hingga 4-9 inci (10 cm) diameternya dan berpotensi untuk
berdarah dengan sendirinya atau mendesak ovarium yang menyebabkan nyeri panggul
atau perut. Jika kista ini berisi darah, kista ini dapat pecah dan menyebabkan
perdarahan intestinal dan nyeri tajam yang tiba-tiba.
( Gambar: Siklus sel telur dalam ovarium )
XII. Tumor Jinak Ovarium Tipe Kistik Pada Kehamilan dan Persalinan
Tumor pada ovarium memiliki arti obstetrik yang penting. Ovarium merupakan
tempat yang sering ditumbuhi tumor. Berikut pengaruh tumor jinak ovarium terhadap
kehamilan dan persalinan:
Tumor yang besar dapat menghambat pertumbuhan janin sehingga menyebabkan
abortus, partus prematurus.
Tumor yang bertangkai, karena pembesaaran dan pengecilan uterus pada saat
persalinan; dapat terjadi torsi dan menimbulkan rasa nyeri, nekrosis, dan infeksi yang
disebut akut abdomen.
Dapat menyebabkan kelainan letak janin.
Dapat pecah karena trauma luar atau trauma persalinan.
Tumor yang besar dan berlokasi dibawah dapat menghalangi persalinan.
Penanganan pada kehamilan:
o Tumor ovarium yang lebih besar dari telur angsa harus diangkat.
o Waktu yang tepat untuk operasi adalah antara kehamilan 16-20 minggu.
o Operasi yang dilakukan pada kehamilan dibawah 20 minggu harus diberikan
substitusi progesteron selama beberapa hari sebelum dan sesudah operasi.
o Operasi darurat bila terjadi torsi dan abdomen akut.
o Bila tumor agak besar dan posisinya menghalangi jalan lahir, maka
penanganan yang dilakukan adalah
a. coba reposisi, kalau perlu dalam narkosa.
b. bila tidak berhasil, persalinan dilakukan secara sectio sesarea dan tumor
sekaligus diangkat.
Bab III
Kesimpulan
Kista Ovarium yaitu suatu kantong abnormal yang berisi cairan atau setengah cair
yang tumbuh dalam indung telur (ovarium). Beberapa teori menyebutkan penyebabnya
adalah karena adanya gangguan dalam pembentukan estrogen dan dalam mekanisme umpan
balik ovarium-hipotalamus. Manifestasi klinik kista ovarium antara lain sering tanpa gejala,
nyeri saat menstruasi, nyeri di perut bagian bawah. Pemeriksaan penunjang pada kista
ovarium antara lain dengan USG dan Laparoskopi. Pengobatannya apabila tumor tidak
memberikan gejala, dan ukuran tumor < 5 cm kemungkinan kista tesebut adalah kista folikel
dan kista korpus luteum yang akan hilang secara spontan. Tindakan operasi pada tumor
ovarium neoplastik yang tidak ganas ialah pengangkatan tumor dengan mengadakan reseksi
pada bagian ovarium yang mengandung tumor, akan tetapi jika tumornya besar atau ada
komplikasi perlu dilakukan pengangkatan ovarium, biasanya disertai dengan pengangkatan
tuba (salphyngoooforektomi). Jika terdapat keganasan operasi yang lebih tepat ialah
histerektomi dan salphyngoooforektomi bilateral.
DAFTAR PUSTAKA
1. De Jong, W., Tumor Ovarium dalam Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta: EGC.
2003:729-730.
2. Kumar, Robins. Ovarium dalam Buku Ajar Patologi II Edisi 4. Jakarta: EGC.2002 :
390-393.
3. Prawirohardjo,Sarwono. Ilmu Kandungan. Edisi kedua. Jakarta. Penerbit Bina
Pustaka.2005: 346-361.
4. Mansjoer, A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid 1. Media Aesculapuis.
Jakarta : 388-389.
5. Rustam Mochtar, Prof., Dr., MPH, Sinopsis Obstetri, Jilid I, Edisi 2, EGC,
Jakarta,1998, hal 135-136.