kista ovarium

50
KEPANITERAAN KLINIK STATUS OBSTETRI FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA Jl. Arjuna Utara No. 6. Kebon Jeruk- Jakarta Barat Nama : Alvivin NIM : 11 2014 294 Dr pembimbing / penguji : Dr. FX. Widiarso,Sp.OG IDENTITAS PASIEN Identitas Pasien Identitas Suami Nama : Ny. S Nama : Tn. S Umur : 40 tahun Status perkawinan : kawin (P II A 0 ) Umur : 45 tahun Pendidikan : SMP Pendidikan : SMP Pekerjaan : Pedagang Pekerjaan : Petani Agama : Islam Agama : Islam Suku/Bangsa : Indonesia Suku/Bangsa : Indonesia Alamat : Lahar RT 04 RW 03, Tlogowungu, Pati Alamat : Lahar RT 04 RW 03, Tlogowungu, Pati Masuk RS : 14 September 2015, jam 10.00 A. A NAMNESIS : Diambil dari : Autoanamnesis Tanggal : 16 September , jam 08.00 1

Upload: alvivin

Post on 09-Dec-2015

32 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Kista ovarium

TRANSCRIPT

KEPANITERAAN KLINIK

STATUS OBSTETRI

FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA

Jl. Arjuna Utara No. 6. Kebon Jeruk- Jakarta Barat

Nama : Alvivin

NIM : 11 2014 294

Dr pembimbing / penguji : Dr. FX. Widiarso,Sp.OG

IDENTITAS PASIEN

Identitas Pasien Identitas Suami

Nama : Ny. S Nama : Tn. S

Umur : 40 tahun

Status perkawinan : kawin (PIIA0)

Umur : 45 tahun

Pendidikan : SMP Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Pedagang Pekerjaan : Petani

Agama : Islam Agama : Islam

Suku/Bangsa : Indonesia Suku/Bangsa : Indonesia

Alamat : Lahar RT 04 RW 03, Tlogowungu,

Pati

Alamat : Lahar RT 04 RW 03, Tlogowungu,

Pati

Masuk RS : 14 September 2015, jam 10.00

A. A NAMNESIS :

Diambil dari : Autoanamnesis Tanggal : 16 September , jam 08.00

Keluhan utama :

Nyeri saat menstruasi sejak 3 tahun yang lalu

1

Riwayat Penyakit Sekarang :

Os datang dengan keluhan nyeri saat menstruasi selama 3 tahun ini. Nyeri dirasakan terus-

menerus selama menstruasi berlangsung, rasanya seperti diremas-remas serta menganggu

aktivitas sehari-hari.Pasien sebelumnya tidak minum obat penghilang rasa nyeri. Nyeri

dirasakan semakin hebat dalam 3 bulan ini. Dalam 3 bulan ini, pasien berobat ke berbagai

dokter spesialis namun tidak ada perbaikan. Terakhir pasien ke dokter obgyn RS lain dan

hasil USG menunjukkan adanya kista ovarium di kedua ovarium os. Riwayat mual dan

muntah disangkal oleh os. BAB dan BAK tidak ada kelainan.Tidak ada lendir, darah atau

cairan yang keluar dari jalan lahir.

Riwayat Haid

Menarche : 15 tahun

Siklus haid : 28 hari-30 hari

Lamanya : 7 hari

Banyaknya : banyak dan encer

Menopause : tidak ada

Riwayat KB : Pil KB tahun 1994

Suntik tahun 2002

Steril tahun 2012

Riwayat Perkawinan

Menikah 1 kali pada usia 16 tahun, selama 24 tahun.

Riwayat Kehamilan dan Kelahiran

No Anak

ke

Tahun

Persalinan

Jenis

Kelamin

Umur

Kehamil

Jenis

Persalin

Peno

long

Hidup

/ Mati

Riwayat

Nifas

Menetek

s/d umur

1. I 1993 Perempuan 36

minggu

Partus

spontan

Bidan Bidan - -

2. II 2001 Laki-laki 38

minggu

Partus

spontan

Bidan Hidup - -

Penyakit Dahulu dan Sekarang

2

(−) Cacar (−) Malaria (−) Batu ginjal/saluran kemih

(−) Cacar air (−) Disentri (−) Burut ( hernia )

(−) Difteri (−) Hepatitis (−) Batuk rejan

( - ) Tifus abdominalis (−) Wasir (−) Campak

(-) Diabetes (-) Lepra (−) Alergi

(−) Tonsilitis (−) Gonore (−) Tumor

(-) Hipertensi (−) Penyakit pembuluh (−) Demam rematik akut

(-) Ulkus ventrikuli (−) Pendarahan otak (−) Pneumonia

(−) Ulkus duodeni (−) Psikosis (-) Gastritis

(−) Neurosis (−) Tuberkulosis (−) Batu empedu

Lain-lain : (−) Operasi (−) Kecelakaan

Riwayat keluarga dan Ada kerabat yang menderita :

Penyakit Ya Tidak Hubungan

Alergi - √

Asma - √

Tuberkulosis - √

HIV - √

Hepatitis B - √

Hepatitis C - √

Hipertensi - √

Cacat bawaan - √

Lain – lain - √

Riwayat Operasi

MOW pada tahun 2012

B. PEMERIKSAAN JASMANI

I. Pemeriksaan umum

Keadaan Umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Compos mentis

Keadaan Gizi : Baik

3

Tekanan darah : 130/ 90 mmHg

Nadi : 76 kali / menit

Suhu : 36 C⁰

Pernapasan : 20x/menit

SaO2 : 98%

Sianosis : Tidak ada

Edema umum : tidak ada

Habitus : Astenikus

Cara berjalan : Baik

Mobilisasi : Aktif

Aspek Kejiwaan

Tingkah laku : Wajar

Alam perasaan : Biasa

Proses pikir : Wajar

Kulit

Warna : Sawo matang Effloresensi : Tidak ada

Jaringan parut : Tidak ada Pigmentasi : Normal

Pertumbuhan rambut : Normal, merata Pembuluh darah : Tidak menonjol,

kolateral (-)

Suhu raba : Normal, merata Lembab / kering : Lembab

Keringat : Umum (-) Turgor : Baik

Setempat (-) Ikterus : Tidak ada

Lapisan lemak : Sedikit Edema : Tidak ada

Lain-lain : -

Kelenjar getah bening

Submandibula : Tidak teraba membesar Leher : Tidak teraba membesar

Supraklavikula : Tidak teraba membesar Ketiak : Tidak teraba membesar

Lipat paha : Tidak teraba membesar

4

Dada

Bentuk : Normal, simetris kanan dan kiri

Pembuluh darah : Tidak tampak

Buah dada : Simetris kanan dan kiri

Paru-paru

Depan Belakang

InspeksiKiri Simetris saat statis dan dinamis Simetris saat statis dan dinamis

Kanan Simetris saat statis dan dinamis Simetris saat statis dan dinamis

Palpasi

Kiri Sela iga normal, benjolan (-),

nyeri tekan (-), fremitus normal

Sela iga normal, benjolan (-),

nyeri tekan (-), fremitus normal

Kanan Sela iga normal, benjolan (-),

nyeri tekan (-), fremitus normal

Sela iga normal, benjolan (-),

nyeri tekan (-), fremitus normal

PerkusiKiri Sonor Sonor

Kanan Sonor Sonor

Auskultasi

Kiri Vesikuler, ronkhi -/-,

wheezing -/-

Vesikuler, ronkhi -/-,

wheezing -/-

Kanan Vesikuler, ronkhi -/-,

wheezing -/-

Vesikuler, ronkhi -/-,

wheezing -/-

Jantung

Inspeksi Ictus cordis tidak terlihat

Palpasi Ictus cordis teraba pada sela iga 4, garis mid-clavicularis kiri, sebesar 2,5 cm

Perkusi

Batas atas: sela iga 2 garis sternalis kiri

Batas kanan: sela iga 4 garis sternalis kanan

Batas kiri: sela iga 5, dua jari lateral dari garis mid-clavicularis kiri

Auskultasi Katup Mitral : BJ I > BJ II, murni reguler, tidak ada murmur, tidak ada gallop

Katup Trikuspid : BJ I > BJ II, murni reguler, tidak ada murmur, tidak ada

5

gallop

Katup Aorta : BJ II > BJ I, murni reguler, tidak ada murmur, tidak ada gallop

Katup Pulmonal : BJ II > BJ I, murni reguler, tidak ada murmur, tidak ada gallop

Abdomen

Inspeksi : Perut datar, tidak tampak striae gravidarum, tidak tampak pembuluh

darah kolateral, tampak bekas luka operasi.

Palpasi : Nyeri tekan regio inguinal kanan dan kiri.

Auskultasi : Normoperistaltik

Ekstremitas

Luka : tidak ada

Varises : tidak ada

Edema : (-)

Refleks : ( + )

Sensibilitas : ( + )

Lain – lain : -

II. Pemeriksaan Ginekologi

Pemeriksaan Luar

Inspeksi

Wajah : chloasma gravidarum (-)

Payudara : pembesara payudara (-), cairan dari mammae (-)

Pemeriksaan Dalam

Vaginal Toucher

Fluxus (-), Fluor (-)

V/U/V = Tak ada kelainan

Portio = lunak, sebesar jempol dewasa

OUE = tertutup

Corpus Uteri = sebesar telur ayam

6

Adnexa = Teraba massa kistik di adneksa kanan ±10cm sebesar tinju orang dewasa,

dan massa kistik di kiri ±5 cm sebesar telur angsa.

Cavum douglasi = tak ada kelainan

C. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan Darah Lengkap (pada tanggal 14 September 2015)

Hb 12,1 g/dl

Ht 36 %

Leukosit 7,51 /ul

Trombosit 317.000/ul

Eosinofil 3.20 %

Basofil 0.50 %

Limfosit 21.20 %

Monosit 6.70 %

MCV 87 fl

MCH 29 pg

MCHC 34 g/dl

RDW 12.8 %

PDW 10.3 fL

LED 9/20

Golongan darah/Rh O/+

Waktu perdarahan/ BT 1.30

Waktu pembekuan/ CT 5.00

Gula Darah sewaktu 95 mg/dL

Ureum 16.0 mg/dL

Creatinin 0,61 mg/dL

Natrium 140.9 mmol/L

Kalium 3.94 mmol/L

Calcium 9.1 mL/dL

Chloride 108.8 mmol/L

HbsAg Stik Negatif

7

USG

EKG

8

Hasil : Normal Sinus Rhytm

Pemeriksaan X-foto thorax

Cor : CTR tidak dinilai, bentuk dan letak dalam batas normal

Pulmo : tak tampak kesuraman/coin lession pada paru

Corakan bronkovaskuler meningkat.

Apeks paru tenang.

Diafragma dan sinus kanan & kiri normal.

Kesan :

Cor : tak membesar

Pulmo : aspek tenang (tak tampak metastase)

Tak tampak efusi pleura

D. RINGKASAN (RESUME)

Pasien wanita GIIP0 usia 40 tahun mengalami nyeri saat menstruasi sejak 3 tahun yang

lalu dan semakin nyeri 3 bulan terakhir. Nyeri dirasakan selama menstruasi berlangsung.

Tidak ada mual dan muntah.. Tidak ada lendir, darah atau cairan yang keluar dari jalan lahir.

Sebelumnya os sudah ke dokter spesialis obgyn dan hasil pemeriksaan USG menunjukkan

adanya kista ovarium pada kedua ovarium os. Os memutuskan untuk operasi di RSMR.

Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum : Sakit sedang

Kesadaran : Compos mentis

Tekanan Darah : 130/90 mmHg

Nadi :76 x/ menit ( kuat angkat, teratur)

Suhu : 360C

Pernafasaan : 20x/ menit. Abdominal-torakal

Tinggi Badan : 155 cm

Berat Badan : 50 kg

Mata : CA -/- SI -/-

Thorax : Vesikuler Rh -/- wh -/-

BJ I/II reguler , murmur (-), gallop (-)

Abdomen : mendatar, BU (+), nyeri tekan (+)

Extremitas : edema - / -

9

Leukorea : (-)

Hasil Pemeriksaan Laboratorium: (14 September 2015)

Hemoglobin 12,1 g/dL (N: 11,7 – 15,5)

Leukosit 7.510 ribu (N: 3.600 – 11.000)

Hematokrit 36% (N: 30-43)

Trombosit 274.000 (N: 150.000-440.000)

Golongan darah / rhesus O/ +

Waktu perdarahan / BT 1.30 menit ( N : 1 – 3 )

Waktu pembekuan / CT 5.00 menit ( N : 2 – 6 )

E. DIAGNOSIS

Diagnosis kerja

Diagnosis kerja

Diagnosis kerja : PIIA0 Umur 40 tahun, dengan Kista Ovarium D/S

Diagnosis diferensial :

1. Mioma uteri

2. Kehamilan Ektopik Terganggu

D. PENATALAKSANAAN

- IVFD RL :D5% 20 tetes/menit 2 botol pertama + Adona 1 amp

Follow Up

Tanggal 14 September 2015

S : nyeri perut bagian bawah

O : KU : baik kesadaran: CM

TD : 120 / 70 mmHg RR: 20 x/menit

HR : 76 x/menit T : 36°C

Mata : CA-/-. SI-/-

C/P: dalam batas normal

Abdomen: pada palpasi: teraba adanya massa pada perut sebelah kanan bagian bawah

sebesar kepala bayi dan kiri bawah sebesar telur ayam, nyeri tekan(+), BU+

Extremitas: edema-/-. Akral hangat+/+

10

Vaginal Toucher :

Fluxus (-), Fluor (-)

V/U/V = Tak ada kelainan

Portio = lunak, sebesar jempol dewasa

OUE = tertutup

Corpus Uteri = sebesar telur ayam

Adnexa = Teraba massa kistik di adneksa kanan ±10cm sebesar tinju orang dewasa,

dan massa kistik di kiri ±5 cm sebesar telur angsa.

Cavum douglasi = tak ada kelainan

A: P2A0 dengan kista ovarium bilateral

S/: Laparotomi

Persiapan operasi

- Puasa 6 jam

- Lavement Fosen

- Usaha darah 2 kolf

- X foto thorax

- EKG

- Rencana operasi tanggal 15 September 2015 jam 12.30

Tanggal 15 September 2015 jam 12.30 WIB

Dilakukan Operasi Laparotomi

Insisi dinding abdomen pada linea medialis + 10cm diatas simfisis menuju pusat

Insisi diperdalam lapis demi lapis sampai peritoneum terbuka

Eksplorasi, tampak masa tumor sebesar tinju dewasa pada ovarium kanan berisi

cairan cokelat kental +300 cc.

Ovarium kiri kurang lebih sebesar telur ayam berisi cairan cokelat melebar ke

jaringan sekitarnya.

Uterus besar dan bentuk dalam batas normal

Dilakukan salpingo ooferoktomi bilateral.

Cuci abdomen dengan NaCl 0.9%

Jahit abdomen lapis demi lapis

Tindakan selesai

11

Diagnosis Post Operasi :

PIIA0, post salpingi oovorektomi bilateral kistoma cokelat ovary dupleks

Pengobatan post Operasi :

IVFD RL (Induksin) 20 tpm

Rycef 2x1gr/ml

Tradyl 3x1 amp dalam NaCl 100ml

Alinamin F 2x1 amp

Cernevit drip 2 x 1

Kaltrofen sup rectal 2 x 1

Follow Up

15 September 2015 pukul 14.30

S : nyeri bekas luka operasi (+); flatus (-)

O:

Keadaan umum : Tampak sakit ringan

Kesadaran : CM

Tekanan Darah : 130/80 mmHg

Nadi : 76x/menit

Pernapasan : 20 x/menit

Suhu : 36oC

Mata : SI -/-, CA-/-

Cor : BJ I dan II regular, gallop -/-, murmur -/-

Pulmo : S.N.V +/+, rh-/-, wh-/-

A : PIIAIpost salphingooforektomi a/i kista cokelat ovarium bilateral

P :Non Medika Mentosa

Puasa

Cek Hb post operasi

Medika Mentosa

IVFD RL (Induksin) 20 tpm

Rycef 2x1gr/ml

12

Tradyl 3x1 amp dalam NaCl 100ml

Alinamin F 2x1 amp

Cernevit drip 2 x 1

Kaltrofen sup rectal 2 x 1

Follow Up

16 September 2015

S : Nyeri luka bekas op berkurang, flatus (+)

O:

Keadaan umum : Tampak sakit ringan

Kesadaran : CM

Tekanan Darah : 100/60 mmHg

Nadi : 80x/menit

Pernapasan : 20 x/menit

Suhu : 37oC

Mata : SI -/-, CA-/-

Cor : BJ I dan II regular, gallop -/-, murmur -/-

Pulmo : S.N.V +/+, rh-/-, wh-/-

Abdomen : BU +, supel

Edema (-)

Akral hangat ¿

A : PIIAIpost salphingooforektomi H-2 a/i kista cokelat ovarium bilateral

P :Non Medika Mentosa

Alinamin stop

Diet cair, hari ini bubur nasi

DC aff

Mobilisasi duduk

Medika Mentosa

IVFD RL (Induksin) 20 tpm

Rycef 2x1gr/ml

13

Tradyl 3x1 amp dalam NaCl 100ml

Cernevit drip 2 x 1

Kaltrofen sup rectal 2 x 1

Follow Up

17 September 2015

S : Nyeri luka bekas op berkurang

O:

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : CM

Tekanan Darah : 130/90 mmHg

Nadi : 84x/menit

Pernapasan : 20 x/menit

Suhu : 36,6oC

Mata : SI -/-, CA-/-

Cor : BJ I dan II regular, gallop -/-, murmur -/-

Pulmo : S.N.V +/+, rh-/-, wh-/-

Mammae :putting menonjol

BU +, supel

Kontraksi baik

Edema (-)

Akral hangat ¿

A : PIIAIpost salphingooforektomi H-3 a/i kista dermoid ovarium dextra

P :Non Medika Mentosa

Pulang

Medika Mentosa

Cefspan 2x1

Kaltofren 2x1

Zegavit 1x1

14

KISTA OVARIUM

I. PENDAHULUAN

Kista ovarium merupakan salah satu tumor jinak ginekologi yang paling sering

dijumpai pada wanita di masa reproduksinya. Sebagian kista terbentuk karena perubahan

kadar hormon yang terjadi selama siklus haid, produksi dan pelepasan sel telur dari

ovarium. Kista ovarium adalah benjolan yang membesar, seperti balon yang berisi cairan

yang tumbuh di indung telur. Kista tersebut juga kista fungsional karena terbentuk selama

siklus menstruasi normal atau setelah telur dilepaskan sewaktu ovulasi. Kista fungsional

akan mengkerut dan menyusut setelah beberapa waktu (setelah 1-3 bulan). Kebanyakan

kista tidak berbahaya tetapi beberapa menyebabkan berbagai masalah seperti pecah,

perdarahan, sakit atau sampai mengalami pembedahan. Kista ovarium yang bersifat ganas

disebut juga kanker ovarium.1

Di antara tumor-tumor ovarium ada yang bersifat neoplastik dan ada yang bersifat

non neoplastik. Tentang tumor-tumor neoplastik belum ada klasifikasi yang dapat diterima

oleh semua pihak. Hal ini terjadi oleh karena klasifikasi berdasarkan histopatologi atau

embriologi belum dapat diberikan secara tuntas berhubung masih kurangnya pengetahuan

kita mengenai asal-usul beberapa tumor, dan pula berhubung dengan adanya kemungkinan

bahwa tumor-tumor yang sama rupanya mempunyai asal yang berbeda. Maka atas

pertimbangan praktis, tumor-tumor neoplastik dibagi atas tumor jinak dan tumor ganas,

dan selanjutnya tumor jinak dibagi dalam tumor kistik dan solid.2

II.ISI

Anatomi Ovarium

Wanita pada umumnya memiliki dua indung telur kanan dan kiri, yang dengan

mesovarium menggantung di bagian belakang ligamentum latum, kiri dan kanan. Ovarium

adalah kurang lebih sebesar ibu jari tangan dengan ukuran panjang kira-kira 4 cm, lebar

dan tebal kira-kira 1,5 cm.

15

Gambar 1. Anatomi Ovarium

Pinggir atasnya atau hilusnya berhubungan dengan mesovarium tempat

ditemukannya pembuluh-pembuluh darah dan serabut-serabut saraf untuk ovarium.

Pinggir bawahnya bebas. Permukaan belakangnya pinggir keatas dan belakang ,

sedangkan permukaan depannya ke bawah dan depan.Ujung yang dekat dengan tuba

terletak lebih tinggi daripada ujung yang dekat pada uterus, dan tidak jarang diselubungi

oleh beberapa fimbria dari infundibulum.

Ujung ovarium yang lebih rendah berhubungan dengan uterus dengan ligamentum

ovarii proprium tempat ditemukannya jaringan otot yang menjadi satu dengan yang ada di

ligamentum rotundum. Embriologik kedua ligamentum berasal dari gubernakulum.

Gambar 2. Ovarium dan folikel-folikel dalam berbagai tingkat perkembangan

16

Struktur ovarium terdiri atas:

1. Korteks disebelah luar yang diliputi oleh epitelium germinativum yang berbentuk

kubik dan di dalam terdiri dari stroma serta folikel-folikel primordial ;

2. Medulla di sebelah dalam korteks tempat terdapatnya stroma dengan pembuluh-

pembuluh darah, , serabut-serabut saraf dan sedikit otot polos.

Diperkirakan pada wanita terdapat kira-kira 100.000 folikel primer. Tiap bulan satu

folikel akan keluar, kadang-kadang dua folikel, yang dalam perkembangannya akan menjadi

folikel de Graff. Folikel-folikel ini merupakan badian terpenting dari ovarium dan dapat

dilihat di korteks ovarii dalam letak yang beraneka ragam dan pula dalam tingkat-tingkat

perkembangan dari satu sel telur dikelilingi oleh satu lapisan sel-sel saja sampai menjadi

folikel de Graff yang matang terisi dengan likuor folikulli, mengandung estrogen dan siap

untuk berovulasi.

Folikel de Graff yang matang terdiri atas:

1. Ovum, yakni suatu sel besar dengan diameter 0,1 mm, yang mempunyai nukleus

dengan anyaman kromatin yang jelas sekali dan satu nukleolus pula;

2. Stratum granulosum yang terdiri atas sel-sel granulosa, yakni sel-sel bulat kecil

dengan inti yang jelas pada pewarnaan dan mengelilingi ovum ; pada perkembangan

lebih lanjut terdapat ditengahnya suatu rongga terisi likuor follikuli;

3. Teka interna, suatu lapisan yang melingkari stratum granulosum dengan sel-sel yang

lebih kecil daripada sel granulosa;

4. Teka eksterna, terbentuk oleh stroma ovarium yang terdesak.

Pada ovulasi, folikel yang yang matang dan yang mendekati permukaan ovarium

pecah dan melepaskan ovum ke rongga perut. Sel-sel granulosa yang melekat pada ovum dan

yang membentuk korona radiata bersama-sama ovum ikut dilepas. Sebelum dilepas, ovum

mulai mengalami pematangan dalam dua tahap sebagai persiapan untuk dapat dibuahi.

Setelah ovulasi, sel-sel stratum granulosum di ovarium mulai berproliferasi dan

masuk ke ruangan bekas tempat ovum dan likuor follikuli. Demikian pula jaringan ikat dan

pembuluh-pembuluh darah kecil yang ada di situ. Biasanya timbul perdarahan sedikit, yang

menyebabkan bekas folikel diberi nama korpus rubrum. Umur korpus rubrum ini hanya

sebentar. Di dalam sel-selnya timbul pigmen kuning, dan korpus rubrum menjadi korpus

luteum. Sel-selnya membesar dan mengandung lutein dengan banyak kapiler dan jaringan

ikat diantaranya.

17

Di tengah-tengah masih terdapat bekas perdarahan. Jika tidak ada pembuahan ovum,

sel-sel yang besar serta mengandung lutein mengecil dan menjadi atrofik, sedangkan jaringan

ikatnya bertambah. Korpus luteum lambat laun menjadi korpus albikans. Jika pembuahan

terjadi, korpus luteum tetap ada, malahan menjadi lebih besar, sehingga mempunyai diameter

2.5 cm pada kehamilan 4 bulan.3,4

Definisi

Definisi kista adalah pertumbuhan abnormal berupa kantung (pocket, pouch) yang tumbuh

abnormal dibagian tubuh tertentu. Kista ada yang berisi udara, cairan, nanah, atau bahan-

bahan lain. Sedangkan kista ovarium adalah suatu kantung yang berisi cairan atau materi

semisolid yang tumbuh pada atau sekitar ovarium. Kista ovarium biasanya berukuran kecil

(<5 cm), berkapsul dengan isi cairan. Beberapa kista ovarium ini tidak menimbulkan gejala,

dan dapat mengalami resolusi spontan, tetapi ada yang menyebabkan nyeri dan perasaan

tidak menyenangkan. Ada beberapa yang menjadi ganas, dengan risiko terjadinya karsinoma

terutama pada wanitayang mulai menopause.3

Epidemiologi

Kista ovarium merupakan 6 kasus kanker terbanyak dan merupakan penyebab kematian

oleh karena keganasan ginekologi.Angka kejadian tertinggi ditemukan di negara maju,

dengan rata-rata 10 per 100.000, kecuali di Jepang (6,4 per 100.000). Insiden di Amerika

Selatan (7,7 per 100.000) relative tinggi bila dibandingkan dengan angka kejadian di Asia

dan Afrika. Terdapat variasi yang luas insidensi keganasan ovarium, rata-rata tertinggi

terdapat di Negara Skandinavia (14,5-15,3 per 100.000 populasi).

Di Indonesia sekitar 25-50% kematian wanita usia subur disebabkan oleh masalah yang

berkaitan dengan kehamilan dan persalinan serta penyakit system reproduksi misalnya kista

ovarium. Insiden di Indonesia kista ovarium ditemukan 2,39%-11,7% pada semua penderita

ginekologi yang dirawat. Sebagai gambaran di RSU Dharmais, ditemukan penderita kista

ovarium sebanyak 30 kasus setiap tahun. Studi epidemiologi menyatakan beberapa factor

resiko, melahirkan pertama kali diatas usia 35 tahun, dan wanita yang mempunyai keluarga

dengan riwayat kehamilan pertama terjadi pada usia 25 tahun.4

18

Patogenesis

             Fungsi ovarium yang normal tergantung kepada sejumlah hormon dan kegagalan

pembentukan salah satu hormon tersebut bisa mempengaruhi fungsi ovarium. Ovarium tidak

akan berfungsi secara normal jika tubuh wanita tidak menghasilkan hormon hipofise dalam

jumlah yang tepat. Fungsi ovarium yang abnormal kadang menyebabkan penimbunan folikel

yang terbentuk secara tidak sempurna di dalam ovarium. Folikel tersebut gagal mengalami

pematangan dan gagal melepaskan sel telur, terbentuk secara tidak sempurna di dalam

ovarium karena itu terbentuk kista di dalam ovarium. Setiap hari, ovarium normal akan

membentuk beberapa kista kecil yang disebut Folikel de Graff. Pada pertengahan siklus,

folikel dominan dengan diameter lebih dari 2.8 cm akan melepaskan oosit mature. Folikel

yang rupture akan menjadi korpus luteum, yang pada saat matang memiliki struktur 1,5 – 2

cm dengan kista ditengah-tengah. Bila tidak terjadi fertilisasi pada oosit, korpus luteum akan

mengalami fibrosis dan pengerutan secara progresif. Namun bila terjadi fertilisasi, korpus

luteum mula-mula akan membesar kemudian secara gradual akan mengecil selama

kehamilan. 3

Kista ovari yang berasal dari proses ovulasi normal disebut kista fungsional dan selalu

jinak. Kista dapat berupa folikular dan luteal yang kadang-kadang disebut kista theca-lutein.

Kista tersebut dapat distimulasi oleh gonadotropin, termasuk FSH dan HCG. Kista fungsional

multiple dapat terbentuk karena stimulasi gonadotropin atau sensitivitas terhadap

gonadotropin yang berlebih. Kista folikel dan luteal, kelainan yang tidak berbahaya ini

berasal dari folikel graff yang tidak pecah atau folikel yang sudah pecah dan segera menutup

kembali. 3

Kista demikian seringnya adalah multipel dan timbul langsung di bawah lapisan

serosa yang menutupi ovarium, biasanya kecil, dengan diameter 1-1,5 cm dan berisi cairan

serosa yang bening, tetapi ada kalanya penimbunan cairan cukup banyak, sampai mencapai

diameter 4-5 cm, sehingga teraba massa dan menimbulkan sakit pada daerah pelvis. Pada

neoplasia tropoblastik gestasional (hydatidiform mole dan choriocarcinoma) dan kadang-

kadang pada kehamilan multiple dengan diabetes, HCG menyebabkan kondisi yang disebut

hiperreaktif lutein. Pasien dalam terapi infertilitas, induksi ovulasi dengan menggunakan

gonadotropin (FSH dan LH) atau terkadang clomiphene citrate, dapat menyebabkan sindrom

hiperstimulasi ovari, terutama bila disertai dengan pemberian HCG. Kista neoplasia dapat

tumbuh dari proliferasi sel yang berlebih dan tidak terkontrol dalam ovarium serta dapat

bersifat ganas atau jinak. Neoplasia yang ganas dapat berasal dari semua jenis sel dan

19

jaringan ovarium. Sejauh ini, keganasan paling sering berasal dari epitel permukaan

(mesotelium) dan sebagian besar lesi kistik parsial. Jenis kista jinak yang serupa dengan

keganasan ini adalah kistadenoma serosa dan mucinous. Tumor ovari ganas yang lain dapat

terdiri dari area kistik, termasuk jenis ini adalah tumor sel granulosa dari sex cord sel dan

germ cel tumor dari germ sel primordial. Teratoma berasal dari tumor germ sel yang berisi

elemen dari 3 lapisan germinal embrional; ektodermal, endodermal, dan mesodermal.

Endometrioma adalah kista berisi darah dari endometrium ektopik. Pada sindroma ovari

pilokistik, ovarium biasanya terdiri folikel-folikel dengan multipel kistik berdiameter 2-5

mm, seperti terlihat dalam sonogram. 3

Tanda dan gejala

Kebanyakan wanita dengan kanker ovarium tidak menimbulkan gejala dalam waktu yang

lama. Gejala umumnya sangat berfariasi dan tidak spesifik.Namun kadang-kadang dapat

menyebabkan beberapa masalah seperti : 3

Penekanan terhadap vesika atau rectum

Perut terasa penuh

Pembesaran perut

Pendarahan (jarang)

Nyeri (pada putaran tangkai/kista pecah)

Sesak nafas, edema tungkai (pada tumor yang sangat besar)

Klasifikasi Tumor Ovarium

A. Tumor Non Neoplastik6

1. Tumor akibat radang

a. Abses ovarial

b. Abses tubo – ovarial

c. Kista tubo – ovarial

2. Tumor lain

a. Kista folikel

b. Kista korpus luteum

c. Kista lutein

20

d. Kista inklusi germinal

e. Kista endometrium

f. Kista steven –leventhal

B. Tumor Neoplastik Jinak6

1. Kistik

a. Kistoma ovarii simpleks

b. Kistadenoma ovarii musinosum

c. Kistadenoma ovarii serosum

d. Kista endometroid

e. Kista dermoid

2. Solid

a. Fibroma, leiomioma, fibroadenoma, papiloma, angioma, limfangioma

b. Tumor Brenner

c. Tumor sisi adrenal (makulinovo-blastoma)

TUMOR OVARIAN NON NEOPLASTIK

1. Tumor Akibat Radang

Abses Ovarium

Abses ovarii dan ooforitis primer jarang terjadi. Abses ditemukan primer pada

penderita yang telah menjalani histerektomi.Gejala klasik dari abses ovarii terdiri dari

suhu badan yang meningkat dan menetap setelah operasi dengan nyeri pelvis yang tidak

spesifik dan drainase purulen yang lama dari vagina. 7

Diagnosis bandingnya terdiri dari tumor radang tubo-ovarium, benda asing dan

komplikasi intestinal.Pada penatalaksanaan, yang tepat, ovarii yang terinfeksi diangkat

oleh karena tidak dapat diobati dengan antibiotik yang memerlukan konsentrasi adekuat

supaya terjadi resolusi. 7

2. Tumor lain

a. Kista Folikel

Kista fungsional yang paling sering terjadi adalah kista folikuler. Kista ini sering

ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan pelvis, walaupun bisa pecah dan

21

Kista Folikel

menimbulkan rasa nyeri dan tanda-tanda peritonitis. Ukuran bervariasi antara 3-8 cm.

Kista folikel ovarium ini biasanya asimptomatik. Kista ini berasal dari folikel de graff

yang tidak sampai berovulasi, namun tumbuh terus menjadi kista folikel, atau dari

beberapa folikel primer yang setelah tumbuh di bawah pengaruh estrogen tidak

mengalami proses atresianya, melainkan membesar menjadi kista. 7

Bila dilihat secara histologi, kista folikuler dilapisi oleh lapisan dalam berupa sel-

sel granulosa dan dilapisan luar berupa sel-sel teka interna. Cairan yang terdapat didalam

folikel yang tidak seluruhnya terbentuk tidak dapat diresorbsi sehingga menyebabkan

pembesaran dari kista folikuler. Bisa didapati satu kista atau beberapa dan biasanya

bilateral serta tumbuh di permukaan ovarii sebagai gelembung yang berisi cairan. Folikel

berisi dengan cairan yang jernih dan sering kali mengandung estrogen. Tidak jarang

terjadi perdarahan yang masuk ke dalam rongga kista, sehingga terjadi suatu hematoma

folikuler. Sebagian besar kista folikel lambat laun mengecil dan regresi pada siklus haid

berikutnya dan dapat menghilang spontan. 7

b. Kista Korpus Luteum

Dalam keadaan normal, korpus luteum (granuilosa lutein) lambat laun mengecil

dan menjadi korpus albikans. Kadang-kadang korpus luteum mempertahankan diri

(korpus luteum persistens); pendarahan yang sering terjadi didalamnya menyebabkan

terjadinya kista, berisi cairan yang berwarna merah coklat karena darah tua. Dinding

kista terdiri atas lapisan berwarna kuning, terdiri atas sel-sel luteum yang berasal dari sel

teka. Kista lutein lebih besar daripada kista folikel, cenderung lebih keras dan padat

dalam konsistensi, dan lebih mudah menyebabkan nyeri atau tanda-tanda iritasi

22

peritoneum. 7

Kista korpus luteum dapat menimbulkan gangguan haid, berupa amenorhea diikuti

oleh pendarahan tak teratur. Adanya kista dapat menyebabkan rasa berat perut bagian

bawah. Pendarahan yang berulang dalam kista dapat menyebabkan ruptur. Kista korpus

luteum dapat mengakibatkan ovarium terpuntir dan menimbulkan nyeri yang hebat.Rasa

nyeri di dalam perut yang mendadak dengan adanya amenorhea sering menimbulkan

kesulitan dalam diferential diagnosis dengan kehamilan ektopik yang terganggu. 7

Penanganan kista korpus luteum adalah menunggu sampai kista hilang sendiri,

biasanya dalam waktu 2 bulan pada wanita tidak hamil dan mengecil perlahan-lahan pada

trimester terakhir pada wanita hamil. 7

c. Kista Teka Lutein

Kista teka lutein timbul karena adanya peningkatan gonadotropin korionik. Kista

ini terjadi pada pasien dengan penyakit mola hidatidosa, koriokarsinoma, maupun pada

pasien yang mendapat terapi gonadotropin korionik dan klomifen sitrat. Secara histologi,

kista ini terdiri dari sel-sel teka yang mengalami proses lutenisasi maupun yang tidak.

Pada pemeriksaan mikroskopik terlihat luteinisasi, akan tetapi seringkali sel-sel

menghilang karena atresia. Ukuran dari kista ini sangat bervariasi. Umumnya kista ini

terjadi bilateral, dan berisi cairan jernih. Tumbuhnya kista ini adalah akibat pengaruh

hormon HCG yang berlebihan, dan dengan hilangnya mola atau koriokarsinoma kista

ovarium mengecil dengan spontan. Tetapi apabila kista ini besar sekali, sudah tentu harus

dilakukan ekstirpasi. 7

d. Kista Inklusi Germinal

Kista ini terjadi karena invaginasi dan isolasi bagian-bagian kecil dari epitel

germinativum pada permukaan ovarium. Tumor ini lebih banyak terdapat pada wanita

lanjut umurnya dan besarnya jarang melebihi diameter 1 cm. Kista ini biasanya secara

kebetulan ditemukan pada pemeriksaan histologik ovarium yang diangkat waktu operasi.

Kista terletak di bawah permukaan ovarium dan berisi cairan jernih dan serous. Kista ini

tidak pernah memberikan gejala-gejala yang berarti. 7

e. Kista Endometriosis

Kista ini terdapat pada endometriosis yang berlokasi di ovarium yang disebut

sebagai kista endometrial atau kista coklat. Dalam ovarium berukuran kecil sampai

23

sebesar tinju yang berisi darah sampai coklat. Darah tersebut dapat keluar sedikit-sedikit

karena luka pada dinding kista yang dapat menyebabkan perlengketan antara permukaan

ovarium dengan uterus. Kadang dapat mengalir dalam jumlah yang banyak ke dalam

rongga peritoneum dan menimbulkan akut abdomen. 7

f. Kista Stein Leventhal

Kista ini ditandai oleh pembesaran bilateral dari polikistik ovarium, amenorea

atau oligomenorea sekunder. 50% dari penderita gemuk dan mengalami hirsutisme tanpa

maskulinisasi. Sindroma ini terjadi pada wanita antara usia 15-30 tahun. Ovarium pucat,

membesar, polikistik, permukaan licin, dan kapsulnya menebal. 7

Kelainan ini disebabkan oleh gangguan keseimbangan hormonal. Umumnya pada

wanita tersebut terdapat gangguan ovulasi oleh karena endometrium hanya dipengaruhi

oleh estrogen, hiperplasia endometrii juga sering ditemukan. 7

Kista ovarium yang neoplastik atau proliferatif

a. Kistoma ovarii simpleks

           Kista ini mempunyai permukaan rata dan halus, biasanya bertangkai, seringkali

bilateral, dan dapat menjadi besar. Dinding kista tipis dan cairan di dalam kista jernih, serus,

dan berwarna kuning. Pada dinding kista tampak lapisan epitel kubik. Berhubung dengan

adanya tangkai, dapat terjadi torsi (putaran tangkai) dengan gejala-gejala mendadak. Diduga

bahwa kista ini suatu jenis kistadenoma serosum yang kehilangan epitel kelenjarnya

berhubung dengan tekanan cairan dalam kista. Terapi terdiri atas pengangkatan kista dengan

reseksi ovarium, akan tetapi jaringan yang dikeluarkan harus segera diperiksa secara

histologik untuk mengetahui apakah ada keganasan. 7

b. Kistadenoma Ovarii Musinosum

         Asal tumor ini belum diketahui dengan pasti. Menurut Meyer, ia mungkin berasal dari

suatu teratoma di mana dalam pertumbuhannya satu elemen mengalahkan elemen-elemen

lain. Ada penulis yang berpendapat bahwa tumor berasal dari lapisan germinativum, sedang

penulis lain menduga tumor ini mempunyai asal yang sama dengan tumor Brenner. 7

Angka Kejadian

         Tumor ovarium ini terbanyak ditemukan bersama-sama dengan kistadenoma ovarii

serosum. Kedua tumor merupakan kira-kira 60% dari seluruh ovarium, sedang kistadenoma

ovarii musinosum merupakan 40% dari seluruh kelompok neoplasma ovarium.

24

           Di Indonesia Hariadi (1970) menemukan frekuensi sebesar 27%; sedangkan Gunawan

(1977) menemukan angka 29,9%; Sapardan (1970) 37,2%; dan Djaswadi 15,1%. Tumor

paling sering terdapat pada wanita berusia antara 20-50 tahun, dan jarang sekali pada masa

prapubertas. 7

Gambaran Klinik

          Tumor lazimnya berbentuk multilokuler; oleh karena itu, permukaan berbagala

(lobulated). Kira-kira 10% dapat mencapai ukuran yang amat besar, lebih-lebih pada

penderita yang datang dari pedesaan. Pada tumor yang besar tidak lagi dapat ditemukan

jaringan ovarium yang normal. Tumor biasanya unilateral, akan tetapi dapat juga ditemui

yang bilateral.

                Kista menerima darahnya melalui suatu tangkai; kadang-kadang dapat terjadi torsi

yang mengakibatkan gangguan sirkulasi. Gangguan ini dapat menyebabkan perdarahan dalam

kista dan perubahan degeneratif, yang memudahkan timbulnya perlekatan kista dengan

omentum, usus-usus dan peritoneum parietale. 7

            Dinding kista agak tebal dan berwarna putih keabu-abuan; yang terakhir ini

khususnya bila terjadi perdarahan atau perubahan degeneratif di dalam kista. Pada

pembukaan terdapat cairan lendir yang khas, kental seperti gelatin, melekat dan berwarna

kuning sampai coklat tergantung dari percampurannya dengan darah. 7

              Pada pemeriksaan mikroskopik tampak dinding kista dilapisi oleh epitel torak tinggi

dengan inti pada dasar sel; terdapat di antaranya sel-sel yang membundar karena terisi lendir

(goblet cells). Sel-sel epitel yang terdapat dalam satu lapisan mempunyai potensi untuk

tumbuh seperti struktur kelenjar: kelenjar-kelenjar menjadi kista-kista baru, yang

menyebabkan kista menjadi multilokuler. Jika terjadi sobekan pada dinding kista, maka sel-

sel epitel dapat tersebar pada permukaan peritoneum rongga perut, dan dengan sekresinya

menyebabkan pseudomiksoma peritonei. Akibat pseudomiksoma peritonei ialah timbulnya

penyakit menahun dengan musin terus bertambah dan menyebabkan banyak perlekatan.

Akhirnya, penderita meninggal karena ileus dan atau inanisi. Pada kista kadang-kadang dapat

ditemukan daerah padat, dan pertumbuhan papiler. Tempat-tempat tersebut perlu diteliti

dengan seksama oleh karena di situ dapat ditemukan tanda-tanda ganas. Keganasan ini

terdapat dalam kira-kira 5-10% dari kistadenoma musinosum. 7

Penanganan

            Penanganan terdiri atas pengangkatan tumor. Jika pada operasi tumor sudah cukup

besar sehingga tidak tampak banyak sisa ovarium yang normal, biasanya dilakukan

pengangkatan ovarium beserta tuba (salpingo-ooforektomi). Pada waktu mengangkat kista

25

sedapat-dapatnya diusahakan mengangkatnya tanpa mengadakan pungsi dahulu, untuk

mencegah timbulnya pseudomiksoma peritonei karena tercecernya isi kista. Jika berhubung

dengan besarnya kista perlu dilakukan pungsi untuk mengecilkan tumor, lubang pungsi harus

ditutup dengan rapi sebelum mengeluarkan tumor dari rongga perut. Setelah kista diangkat,

harus dilakukan pemeriksaan histologik di tempat-tempat yang mencurigakan terhadap

kemungkinan keganasan. Waktu operasi, ovarium yang lain perlu diperiksa pula. 7

c. Kistadenoma Ovarii Serosum

          Pada umumnya para penulis berpendapat bahwa kita ini berasal dari epitel permukaan

ovarium (germinal epithelium). 7

Angka Kejadian

           Kista ini ditemukan dalam frekuensi yang hampir sama dengan kistadenoma

musinosum dan dijumpai pada goloongan umur yang sama. Agak lebih sering ditemukan

kista bilateral (10-20 %); Hariadi (1970) dalam hal ini menemukan frekuensi 19,7%,

Sapardan (1970) 15%, Djaswadi (1970) 10,9%; dan Gunawan (1977) 20,3%. Selanjutnya,

disurabaya hariadi dan Gunawan menemukan angka kejadian tumor ini masing-masing

39,8% dan 28,5%; di Jakarta Sapardan mencatat angka 20,05 dan di Yogyakarta Djaswadi

mencatat angka 36,1%.

Gambaran Klinik

 Pada umumnya kista jenis ini tak mencapai ukuran yang amat besar dibandingkan

dengan kistadenoma musinosum. Permukaan tumor biasanya licin, akan tetapi dapat pula

berrbagala karena kista serosum pun dapat berbentuk multilokuler, meskipun lazimnya

berongga satu. Warna kista putih keabu-abuan. Ciri khas kista ini adalah potensi

pertumbuhan papiler ke dalam rongga kista sebesar 50%, dan keluar pada permukaan kista

sebesar 5%. Isi kista cair, kuning, dan kadang-kadang coklat karena campuran darah. Tidak

jarang kistanya sendiri kecil, tetapi permukaannya penuh dengan pertumbuhan papiler (solid

papilloma). 7

Pada umumnya dapat dikatakan bahwa tidak mungkin membedakan gambaran

makroskopik kistadenoma serosum papiliferum yang ganas dari yang jinak, bahkan

pemeriksaan mikroskopik pun tidak selalu memberi kepastian. Pada pemeriksaan

mikroskopik terdapat dinding kista yang dilapisi oleh epitel kubik atau epitel torak yang

rendah, dengan sitoplasma eosinofil dan inti sel yang besar dan gelap warnanya. Karena

tumor ini berasal dari epitel permukaan ovarium (germinal ephithelium), maka bentuk epitel

26

pada papil dapat beraneka ragam tetapi sebagian besar epitelnya terdiri atas epitel bulu getar,

seperti epitel tuba. 7

Pada jaringan papiler dapat ditemukan pengendapan kalsium dalam stromanya yang

dinamakan psamoma. Adanya psamoma biasanya menunjukkan bahwa kista adalah

kistadenoma ovarii serosum papilliferum, tetapi tidak bahwa tumor itu ganas. 7

Perubahan Ganas

Apabila ditemukan pertumbuhan papilifer, proliferasi dan stratifikasi epitel, serta anaplasia

dan mitosis pada sel-sel, kistadenoma serosum secara mikroskopik digolongkan kedalam

kelompok tumor ganas. Akan tetapi, garis pemisah antara kistadenoma ovarii papiliferum

yang jelas ganas kadang-kadang sukar ditentukan. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan

bahwa potensi keganasan yang dilaporkan sangat berbeda-beda. Walaupun demikian, dapat

dikatakan bahwa 30% - 35% dari kistadenoma serosum mengalami perubahan keganasan.

Bila pada suatu kasus terdapat implantasi pada peritoneum disertai dengan asites, maka

prognosis penyakit itu kurang baik, meskipun diagnosis histopatologis pertumbuhan itu

mungkin jinak (histopatologically benign). Klinis kasus tersebut menurut pengalaman harus

dianggap sebagai neoplasma ovarium yang ganas (clinically malignant). 7

Terapi

           Terapi pada umumnya sama seperti pada kistadenoma musinosum. Hanya, berhubung

dengan lebih besarnya kemungkinan keganasan, perlu dilakukan pemeriksaan yang teliti

terhadap tumor yang dikeluarkan. Bahkan kadang-kadang perlu diperiksa sediaan yang

dibekukan (frozen section) pada saat operasi, untuk menentukan tindakan selanjutnya pada

waktu operasi. 7

d. Kista Endometrioid

Kista ini biasanya unilateral dengan permukaan licin; pada dinding dalam terdapat

satu lapisan sel-sel, yang menyerupai lapisan epitel endometrium. Kista ini, yang ditemukan

oleh Sartesson dalam tahun 1969, tidak ada hubungannya dengan endometriosis ovarii. 7

e. Kista Dermoid

Sebenarnya kista dermoid ialah satu teratoma kistik yang jinak dimana struktur-

struktur ektodermal dengan diferensiasi sempurna, seperti epitel kulit, rambut, gigi dan

produk glandula sebasea berwarna putih kuning menyerupai lemak nampak lebih menonjol

daripada elemen-elemen entoderm dan mesoderm. Tentang histogenesis kista dermoid, teori

27

yang paling banyak dianut ialah bahwa tumor berasal dari sel telur melalui proses

partenogenesis. 7

Angka Kejadian tumor ini merupakan 10% dari seluruh neoplasma ovarium yang

kistik, dan paling sering ditemukan pada wanita yang masih muda. Ditaksir 25% dari semua

kista dermoid bilateral, lazimnya dijumpai pada masa reproduksi walaupun kista dermoid

dapat ditemukan pula pada anak kecil. Tumor ini dapat mencapai ukuran yang sangat besar,

sehingga beratnya mencapai beberapa kilogram. 7

Frekuensi kista dermoid di beberapa rumah sakit di Indonesia ialah sebagai berikut :

Sapardan mencatat angka 16,9%; Djaswadi 15,1%; Hariadi dan Gunawan masing-masing

11,1% dan 13,5% di antara penderita dengan tumor ovarium. Sebelum perang dunia II,

Eerland dan Vos (1935) melaporkan frekuensi kista dermoid sebesar 3,8% dari 451 tumor

ovarium yang diperiksa di Nederlands-Indisch Kanker Instituut di Bandung, diantaranya satu

kasus pada anak umur 13 tahun. 7

Gambaran Klinik

Tidak ada ciri-ciri yang khas pada kista dermoid. Dinding kista kelihatan putih,

keabu-abuan, dan agak tipis. Konsistensi tumor sebagian kistik kenyal, di bagian lain padat.

Sepintas lalu kelihatan seperti kista berongga satu, akan tetapi bila dibelah, biasanya nampak

satu kista besar dengan ruangan kecil-kecil dalam dindingnya. Pada umumnya terdapat satu

daerah pada dinding bagian dalam yang menonjol dan padat. 7

Tumor mengandung elemen-elemen ektodermal, mesodermal dan entodermal. Maka

dapat ditemukan kulit, rambut, kelenjar sebasea, gigi (ektodermal), tulang rawan, serat otot

jaringan ikat (mesodermal), dan mukosa traktus gastrointestinalis, epitel saluran pernapasan,

dan jaringan tiroid (entodermal). Bahan yang terdapat dalam rongga kista ialah produk dari

kelenjar sebasea berupa massa lembek seperti lemak, bercampur dengan rambut. Rambut ini

terdapat beberapa serat saja, tetapi dapat pula merupakan gelondongan seperti konde.

            Pada kista dermoid dapat terjadi torsi tangkai dengan gejala nyeri mendadak di perut

bagian bawah. Ada kemungkinan pula terjadinya sobekan dinding kista dengan akibat

pengeluaran isi kista dalam rongga peritoneum. Perubahan keganasan agak jarang, kira-kira

dalam 1,5% dari semua kista dermoid, dan biasanya pada wanita lewat menopause. Yang

tersering adalah karsinoma epidermoid yang tumbuh dari salah satu elemen ektodermal. Ada

kemungkina pula bahwa satu elemen tumbuh lebih cepat dan menyebabkan terjadinya tumor

yang khas. 7

28

Kista coklat (Kista Endometriosis)

Kista endometriosis adalah kista yang tumbuh di permukaan ovarium atau menyerang bagian

dalam ovarium dan membentuk kista berisi darah. Kista ini disebut sebagai kista coklat

karena terdapat penumpukan darah berwarna merah coklat hingga gelap. Kista ini bisa

berukuran kecil seukuran kacang dan bisa tumbuh lebih besar dari buah anggur. 7

Penyebab kista coklat

Penyebab kista coklat hingga kini tidak diketahui secara pasti, di duga akibat dari proses

peradangan atau inflamasi. Selain itu di duga disebabkan karena ketidak seimbangan hormon.

Kista coklat dapat mengiritasi jaringan di sekitarnya dan dapat menyebabkan perlekatan

(adhesi) akibat jaringan parut yang ditimbulkannya. 7

Klinik

Banyak tumor ovarium tidak menunjukan gejala dan tanda, terutama tumor ovarium

yang kecil. Sebagian besar gejala dan tanda adalah akibat pertumbuhan, aktivitas endokrin,

atau komplikasi tumor-tumor tersebut. 7

1. Akibat pertumbuhan

Adanya tumor di dalam perut bagian bawah bisa menyebabkan pembenjolan

perut.Tekanan terhadap alat-alat disekitarnya disebabkan oleh besarnya tumor

atau posisinya di dalam perut. Misalnya, sebuah kista dermoid yang tidak

seberapa besar, tetapi terletak di depan uterus dapat menekan kandung kencing

dan dapat menimbulkan gangguan miksi, sedang suatu kista yang lebih besar

tetapi terletak bebas di rongga perut kadang-kadang hanya menimbulkan rasa

berat dalam perut. Selain gangguan miksi, tekanan tumor dapat mengakibatkan

obstipasi, edema pada tungkai.Pada tumor yang besar dapat terjadi tidak nafsu

makan, rasa sesak, dan lain-lain.

2. Akibat aktivitas hormonal

Pada umumnya tumor ovarium tidak mengubah pola haid, kecuali jika tumor itu

sendiri mengeluarkan hormon.

3. Akibat komplikasi

Perdarahan ke dalam kista biasanya terjadi sedikit-sedikit, sehingga berangsur-

angsur menyebabkan pembesaran kista, dan hanya menimbulkan gejala-gejala

29

klinik yang minimal. Akan tetapi, kalau perdarahan terjadi sekonyong-konyong

dalam jumlah yang banyak, akan terjadi distensi cepat dari kista yang

menimbulkan nyeri perut mendadak.

Putaran tangkai dapat terjadi pada tumor bertangkai dengan diameter 5 cm atau

lebih akan tetapi yang belum amat besar sehingga terbatas gerakannya. Kondisi

yang mempermudah terjadinya torsi ialah kehamilan karena pada kondisi yang

mempermudah terjadinya torsi ialah kehamilan karena pada kehamilan uterus

yang membesar dapat mengubah letak tumor, dan karena sesudah persalinan dapat

terjadi perubahan mendadak dalam rongga perut

Putaran tangkai menyebabkan gangguan sirkulasi meskipun gangguan ini jarang

bersifat total.Adanya putaran tangkai menimbulkan tarikan melalui ligamentum

infundibulopelvikum terhadap peritoneum parietale dan ini menimbulkan rasa

sakit.Perlu hal ini diperhatikan pada pemeriksaan.Karena vena lebih mudah

tertekan, terjadilah pembendungan darah dalam tumor dengan akibat pembesaran

tumor dan terjadilah pembesaran di dalamnya. Jika putaran tangkai berjalan terus,

akan terjadi nekrosis hemoragik dalam tumor, dan jika tidak diambil tindakan,

dapat terjadi robekan dinding kista dengan perdarahan intraabdominal atau

peradangan sekunder. Bila putaran tangkai terjadi perlahan-lahan, tumor dapat

melekat pada omentum, yang membuat sirkulasi baru pada tumor tersebut.Tumor

mungkin melepaskan diri dari uterus dan menjadi tumor parasite atau tumor

pengembara.

Infeksi pada tumor terjadi jika dekat pada tumor ada sumber kuman pathogen,

seperti appendisitis, divertikulitis, atau salpingitis akuta.Kista dermoid cenderung

mengalami peradangan disusul dengan pernanahan.

Robek dinding kista terjadi pada torsi tangkai, akan tetapi dapat pula sebagai

akibat trauma, seperti jatuh, atau pukulan pada perut, dan lebih sering pada waktu

persetubuhan. Kalau kista hanya mengandung cairan serus, rasa nyeri akibat

robekan dan iritasi peritoneum segera mengurang.Tetapi, kalau terjadi robekan

pada kista disertai hemoragi yang timbul secara akut, maka perdarahan bebas

dapat berlangsung terus ke dalam rongga peritoneum, dan menimbulkan rasa nyeri

terus menerus disertai tanda-tanda abdomen akut.

Robekan dinding pada kistadenoma musinosum dapat mengakibatkan implantasi

sel-sel kista pada peritoneum.Sel-sel tersebut mengeluarkan cairan musin yang

30

mengisi rongga perut. Keadaan ini dikenal dengan nama pseudomiksoma

peritonei.

Perubahan keganasan dapat terjadi pada beberapa kista jinak, seperti kistadenoma

ovarii serosum, kistadenoma ovarii musinosum, dan kista dermoid.Oleh sebab itu,

setelah tumor-tumor tersebut diangkat pada operasi, perlu dilakukan pemeriksaan

mikroskopik yang seksama terhadap kemungkinan perubahan keganasan.Adanya

asites dalam hal ini mencurigakan; adanya anak sebar (metastasis) memperkuat

diagnosis keganasan.

4. Sindrom Meigs

Dalam 40% dari kasus-kasus fibroma ovarii ditemukan asites dan hidrotoraks.

Keadaan ini dikenal dengan nama Sindrom Meigs dan dapat ditemukan pula pada

beberapa tumor neoplastik jinak lain. Dengan pengangkatan tumor, sindrom juga

menghilang.Cairan dari rongga toraks berasal dari cairan dalam rongga perut.Hal

ini dapat dibuktikan dengan penyuntikan tinta India dalam rongga perut, yang

kemudian dapat ditemukan dalam rongga toraks.

Sindrom Meigs perlu dibedakan dari asites dengan atau tanpa hidrotoraks, yang

ditemukan pada tumor ganas.Dalam hal terakhir ditemukan sel-sel tumor ganas

dalam sedimen cairan.

Diagnosa

Apabila pada pemeriksaan ditemukan tumor di rongga perut bagian bawah dan atau di rongga

panggul, maka setelah diteliti sifat-sifatnya (besarnya, lokalisasi, permukaan, konsistensi,

apakah dapat digerakkan atau tidak), perlulah ditentukan jenis tumor tersebut. Pada tumor

ovarium biasanya uterus dapat diraba tersendiri, terpisah dari tumor. Jika tumor ovarium

terletak di garis tengah dalam rongga perut bagian bawah dan tumor itu konsistensinya kistik,

perlu dipikirkan adanya adanya kehamilan atau kandung kemih penuh, sehingga pada

anamnesis perlulah lebih cermat dan disertai pemeriksaan tambahan. 7

Di negara-negara berkembang, karena tidak segera dioperasi tumor ovarium bisa menjadi

besar, sehingga mengisi seluruh rongga perut. Dalam hal ini kadang-kadang sukar untuk

menentukan apakah pembesaran perut disebabkan oleh tumor atau ascites, akan tetapi dengan

pemeriksaan yang dilakukan dengan teliti, kesukaran ini biasanya dapat diatasi.

Apabila sudah ditentukan bahwa tumor yang ditemukan ialah tumor ovarium, maka perlu

diketahui apakah tumor itu bersifat neoplastik atau nonneoplastik. Tumor nonneoplastik

akibat peradangan umumnya dalam anamnesis menunjukkan gejala-gejala ke arah

31

peradangan genital, dan pada pemeriksaan tumor-tumor akibat peradangan tidak dapat

digerakkan karena perlengketan. Kista nonneoplastik umumnya tidak menjadi besar, dan

diantaranya pada suatu waktu biasanya menghilang sendiri.7

Pemeriksaan Penunjang

1. USG

Merupakan alat terpenting dalam menggambarkan kista ovarium.Dengan pemeriksaan ini

dapat ditentukan letak batas tumor, apakah tumor berasal dari uterus, atau ovarium, apakah

tumor kistik atau solid dan dapat dibedakan pula antara cairan dalam rongga perut yang bebas

dan tidak.Dapat membantu mengidentifikasi karakteristik kista ovarium.

2. Foto Roentgen

Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan adanya hidrotoraks. Pemeriksaan pielogram

inravena dan pemasukan bubur barium pada kolon dapat untuk menentukan apakah tumor

bearasal dari ovarium atau tidak, misalnya tumor bukan dari ovarium yang terletak di daerah

pelvis seperti tumor kolon sigmoid.

3. Pengukuran serum CA-125

Tes darah dilakukan dengan mendeteksi zat yang dinamakan CA-125, CA-125 diasosiasikan

dengan kanker ovarium. Dengan ini diketahui apakah massa ini jinak atau ganas.

4. Laparoskopi

Perut diisi dengan gas dan sedikit insisi yang dibuat untuk memasukan laparoskop.Melalui

laparoskopi dapat diidentifikasi dan mengambil sedikit contoh kista untuk pemeriksaan PA.

Penanganan

Prinsip bahwa tumor ovarium neoplastik memerlukan operasi dan tumor nonneoplastik tidak,

jika menghadapi tumor ovarium yang tidak memberikan gejala/keluhan pada penderita dan

yang besarnya tidak melebihi 5 cm diameternya, kemungkinan besar tumor tersebut adalah

kista folikel atau kista korpus luteum. Tidak jarang tumor tersebut mengalami pengecilan

secara spontan dan menghilang, sehingga perlu diambil sikap untuk menunggu selama 1-3

bulan, jika selama waktu observasi dilihat peningkatan dalam pertumbuhan tumor tersebut,

kita dapat mengambil kesimpulan bahwa kemungkinan tumor besar itu bersifat neoplastik

dan dapat dipertimbangkan untuk pengobatan operatif. 7

32

Tindakan operasi pada tumor ovarium neoplastik yang tidak ganas ialah pengangkatan tumor

dengan mengadakan reseksi pada bagian ovarium yang mengandung tumor, akan tetapi jika

tumornya besar atau ada komplikasi perlu dilakukan pengangkatan ovarium, biasanya disertai

dengan pengangkatan tuba (salphyngoooforektomi). Jika terdapat keganasan operasi yang

lebih tepat ialah histerektomi dan salphyngoooforektomi bilateral. Akan tetapi pada wanita

muda yang masih ingin mendapat keturunan dan dengan tingkat keganasan tumor yang

rendah, dapat dipertanggungjawabkan untuk mengambil resiko dengan melakukan operasi

yang tidak seberapa radikal. 7

Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi pada kista ovarium diantaranya :

Torsi, ruptur, perdarahan, menjadi keganasan : potensi kistadenoma ovarium jinak menjadi

ganas sudah dipostulasikan, kista dermoid dan endometriosis dapat berubah menjadi ganas,

akan tetapi dalam persentase yang relative sedikit. 7

Prognosis

Vitam : ad bonam

Fungsionam : dubia ad bonam

Sanationam : ad bonam

33

Daftar Pustaka

1. Benson R, Pernoll ML. 2008. Buku saku obstetri & ginekologi. Jakarta: Penerbit EGC.

2. Anonim. 2005. Obstetri patologi dan Ginekologi. Bagian obstetric dan ginekologi

Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran Bandung; Elstar Offset Bandung.

3. Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap LC, Hauth JC, Wenstrom KD.

Obstetri Williams Edisi ke-21 Vol. 2. Jakarta : ECG; 2004. p. 934, 1035-7.

4. Winknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadi T. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan

Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 1999. p. 346-65.

5. Prawirohardjo Sarwono.2009. Tumor Jinak Alat Genital. Ilmu Kandungan.Edisi

ketujuh. Jakarta : PT.Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

6. Mas Soetomo Joedosepoetro Sutoto. 2005. Tumor Jinak Pada Alat-alat Genital. In :

Wiknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadhi T, editors. Ilmu Kandungan. Edisi

ketiga. Cetakan ketujuh. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

7. Sutoto, M.S.J. 1994. Tumor Jinak pada Alat-alat Genital, Ilmu Kandungan,Yayasan

Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.

34