kiprah kh abdul wahid hasyim dalam perumusan...

160
KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN PIAGAM JAKARTA TAHUN 1945 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora (S.Hum) Oleh: Desi Fitria NIM: 11140220000088 PRODI SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1439 H/2018 M

Upload: vuongkien

Post on 03-Mar-2019

238 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman

KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM

PERUMUSAN PIAGAM JAKARTA TAHUN 1945

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Humaniora (S.Hum)

Oleh:

Desi Fitria

NIM: 11140220000088

PRODI SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1439 H/2018 M

Page 2: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan

untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar

Strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini

telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang

berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan

hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari

karya orang lain maka saya bersedia menerima sanksi

berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 13 Agustus 2018

Desi Fitria

Page 3: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman

KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM

PERUMUSAN PIAGAM JAKARTA TAHUN 1945

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora untuk Memenuhi

Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora (S.Hum)

Oleh:

Desi Fitria

NIM:11140220000088

Pembimbing

Imam Subchi, MA

NIP: 196708102000031001

PROGRAM STUDI SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1439 H/ 2018 M

Page 4: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi berjudul Kiprah KH Abdul Wahid Hasyim dalam Perumusan

Piagam Jakarta Tahun 1945 telah diujikan dalam sidang munaqasyah

Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta pada 20 Agustus 2018. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu

syarat memperoleh gelar Sarjana Humaniora (S. Hum) pada Program Studi

Sejarah dan Peradaban Islam.

Ciputat,30 Agustus 2018

Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota,

Nurhasan, MA Solikhatus Sa’diyah, M. Pd

NIP: 196907241997031001 NIP: 197504172005012007

Anggota,

Penguji I, Penguji II,

Prof. Dr. Budi Sulistiono, M. Hum Dr. Abd. Wahid Hasyim, MA

NIP: 195410101988031001 NIP: 195608171986031006

Pembimbing,

Imam Subchi, MA

NIP: 196708102000031001

Page 5: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman

ABSTRAK

Desi Fitria, Kiprah KH Abdul Wahid Hasyim dalam

Perumusan Piagam Jakarta Tahun 1945.

Tulisan ini mengkaji kiprah KH Abdul Wahid Hasyim

dalam perumusan Piagam Jakarta di tahun 1945 dan responsnya

terhadap penghapusan tujuh kata kompromi. Kajian penulisan ini

sengaja penulis angkat untuk memperkaya khazanah keilmuan,

tidak hanya berhenti pada penulisan biografi akan tetapi

mengenai tokoh Islam yang berperan dalam perjuangan

kemerdekaan dan perumusan Dasar Negara. Metode penulisan ini

menggunakan langkah heuristik, interpretasi, historiografi dan

metode Library Research. Lalu menggunakan teori Peranan

(Role) pendekatan sejarah, dan politik.

Temuan yang penulis dapatkan yakni KH Abdul Wahid

Hasyim menerima penghapusan tujuh kata dalam Piagam Jakarta,

alasannya demi kesatuan dan persatuan bangsa Indonesia karena

jika terus dipaksakan Indonesia bagian Timur akan memisahkan

diri dan Indonesia akan terpecah belah. Hal ini dilihat dari buku

memoir Mohammad Hatta yang ia tulis, kemudian dilihat dari

data Mohammad Yamin terkait kehadiran anggota PPKI pada

tanggal 18 Agustus 1945. Namun ada juga pendapat yang

mengemukakan bahwa Wahid Hasyim tidak hadir dalam

lobbying yang dilakukan Hatta.

Kata Kunci: Kiprah KH Abdul Wahid Hasyim, Piagam

Jakarta, Kontroversi Nasionalis Sekuler dan Nasionalis

Islam, Rancangan Dasar Negara, Penghapusan Tujuh Kata.

Page 6: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman

i

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis haturkan kehadirat

Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq dan karunia-

Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat

serta salam senantiasa penulis limpahkan kepada baginda Nabi

Muhammad SAW, keluarga, serta sahabat-sahabatnya.

Karya ilmiah dalam bentuk skripsi ini merupakan salah

satu syarat untuk mencapai gelar sarjana Strata 1 (S-1) di UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta. Dengan diselesaikan ya penulisan

skripsi ini, tentunya tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang

penulis hadapi, baik yang menyangkut manajemen waktu,

pengumpulan sumber, dan lain sebagainya. Akan tetapi, dengan

niat dan keteguhan hati, serta kerja keras dan dorongan, bantuan,

dan doa yang datang dari berbagai pihak, hambatan-hambatan

yang penulis hadapi dapat teratasi sedkit demi sedikit.

Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis menyadari

bahwa semua ini tidaklah semata berhasil dengan tenaga dan

upaya sendiri, namun banyak pihak yang telah berpartisipasi

dalam penyelesaian skripsi ini, baik yang bersifat moril maupun

materil, maka dengan ini sepatutnya penulis menyampaikan

banyak terimakasih atas kerjasamanya dan dorongannya. Untuk

itu penulis mengucapkan terimakasih yang terdalam kepada Ibu

dan Bapak serta nenek dengan nasehat-nasehat yang dahsyat dan

support tiada batas dari mereka telah membakar semangat penulis

untuk terus belajar dan berkarya. Satu saudari perempuanku yang

selalu menjadi penawar hati dari berbagai masalah, Tuti Laelah.

Page 7: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman

ii

Kepada semua teman-teman Ashabul Masyamah teman-

teman Kost We Huizen, teman-teman SPI 2014, Forum Lingkar

Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA),

teman-teman Aktualitangsel.com. Mereka semua turut serta

memberikan semangat kepada penulis sehingga terselesaikannya

skripsi ini.

Tak lupa penulis mengucap banyak terimakasih kepada

Prof. Dr. Dede Rosyada, MA selaku Rektor UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. Sukron Kamil selaku Dekan

Fakultas Adab dan Humaniora, Juga kepada Nurhasan, M.A.

selaku Kepala Jurusan dan Ibu Shalikhatus Sa’diyah, M.Pd selaku

sekretaris Jurusan yang telah membantu administrasi dalam

kelancaran skripsi. Drs. Imam Subchi, M.A. selaku dosen

pembimbing yang dengan ikhlas dan tulus memberikan ilmu,

arahan, dan waktu di tengah kesibukannya untuk membimbing

penulis hingga selesainya penulisan skripsi ini. Ucapan

terimakasih juga saya haturkan kepada dosen pembimbing

akademik Drs. Azhar Saleh, M.A. selaku dosen pembimbing

akademik yang telah mengizinkan penulis untuk mengajukan

lingkup penelitian ini. Dan tidak lupa penulis haturkan

terimakasih kepada dosen penguji Prof. Dr. Budi Sulistiono, M.

Hum selaku penguji I, dan Drs. Abd. Wahid Hasyim, MA.

Semoga Allah SWT memberikan ganjaran yang berlimpah.

Ciputat, Agustus 2018

Desi Fitria

Page 8: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman

iii

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN

LEMBAR PENGESAHAN

ABSTRAK

KATA PENGANTAR ................................................................. i

DAFTAR ISI .............................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................. 1 B. Identifikasi Masalah ......................................................... 8 C. Batasan Masalah ............................................................... 8

D. Rumusan Masalah ............................................................ 9 E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................ 9

F. Sistematika Penulisan ..................................................... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA ................................................... 13

A. Landasan Teori ............................................................... 13 B. Tinjauan Pustaka ............................................................ 14

C. Metode Penelitian ........................................................... 16 D. Kerangka Berpikir .......................................................... 24

BAB III BIOGRAFI KH ABDUL WAHID HASYIM ......... 29

A. Riwayat Hidup KH Abdul Wahid Hasyim ..................... 29 B. Pendidikan KH Abdul Wahid Hasyim ........................... 35 C. Karya-karya KH Abdul Wahid Hasyim ......................... 43

D. Pemikiran KH Abdul Wahid Hasyim ............................ 51

Page 9: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman

iv

BAB IV POLITIK PEMERINTAHAN JEPANG DI

INDONESIA ............................................................................. 59

A. Politik Pemerintahan Jepang di Indonesia ...................... 59

B. Pembentukan BPUPKI, Panitia Sembilan, dan PPKI .... 67

C. Hubungan KH Abdul Wahid Hasyim dengan Jepang .... 73

BAB V KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM

PERUMUSAN PIAGAM JAKARTA ..................................... 79

A. Kiprah KH Abdul Wahid Hasyim dalam Perumusan

Piagam Jakarta ................................................................ 79

B. Respons KH Abdul Wahid Hasyim dan Kelompok

Islam terhadap Penghapusan Tujuh Kata dalam

Piagam Jakarta ................................................................ 89

C. Berdirinya Kementerian Agama sebagai Pengganti

Dihapuskannya Tujuh Kata dalam Piagam Jakarta ........99

BAB VI PENUTUP ................................................................. 107

A. Kesimpulan ................................................................... 107

B. Implikasi ....................................................................... 109

C. Saran ............................................................................. 109

DAFTAR PUSTAKA ............................................................. 111

GLOSARIUM

LAMPIRAN

Page 10: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Begitu panjang masa penjajahan Belanda, berlanjut

dengan masa penjajahan oleh bangsa Asia sendiri yakni bangsa

Jepang. Tidak kalah hebat penderitaan yang dirasakan masyarakat

pribumi saat itu, meskipun Jepang lebih singkat menduduki

Indonesia terhitung dari 1942 sampai 1945 sekitar tiga setengah

tahun, dibandingkan dengan kedudukan Belanda di Indonesia tiga

setengah abad.1 Kedudukan para penjajah di Indonesia membuat

luka mendalam pada rakyat, penderitaan, penindasan, kekejaman,

dan kesewenang-wenangan menjadi kenangan pahit dan

mempengaruhi seluruh penduduk untuk melawan fasisme

Jepang.2 Rakyat dipekerjakan tanpa diberikan upah dan makanan,

mereka kelaparan dan akhirnya meninggal dalam keadaan haus

dan lapar, tubuh mereka kurus kering, sampai hanya terlihat kulit

dan tulang saja.

Kemudian tumbuhlah rasa nasionalisme setelah sekian

lama terpuruk dengan penjajahan, terjadi peningkatan kesadaran

politik, keinginan untuk merdeka semakin menggebu mengingat

kesewenang-wenangan dan penindasan yang terjadi.3 Disusul

1Mayjen T. B. Simatupang, Pelopor dalam Perang Pelopor dalam

Damai, (Jakarta: Sapdodadi NV, 1981), 59. 2D. Rini Yunarti, BPUPKI, PPKI, Proklamasi Kemerdekaan RI,

(Jakarta: Kompas, 2003), 55. 3Awalnya rakyat memang menyambut kedatangan Jepang, Jepang

berhasil mengusir Belanda dalam waktu satu minggu. Wajarlah rakyat senang anmengagung-agungkan Jepang saat itu, namun lambat laun rakyat semakin

Page 11: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman

2

dengan lahir dan hadirnya tokoh-tokoh yang memberi semangat

serta pola pikir masyarakat untuk menjunjung kemerdekaan.

Terdapat beberapa golongan yang memperjuangkan

kemerdekaan, dua di antaranya yakni nasionalis sekuler dan

nasionalis Islam. Tidak hanya nasionalis sekuler, nasionalis Islam

pun ikut berperan dalam cita-cita kemerdekaan.

Sempat terjadi perdebatan dua kelompok mengenai dasar

negara, bentuk negara Indonesia, dan kepala negara dalam sidang

BPUPKI. Kita mengenalnya dengan dua kelompok terdiri dari

nasionalis sekuler yang menginginkan negara berdasarkan

kebangsaan dan nasionalis Islam yang mengajukan dasar negara

berdasakan Islam,4 kedua kelompok inilah yang membentuk dan

mempersiapkan kemerdekaan, bentuk negara, dan pemerintahan.

Sehingga lahir sebuah preambule (pembukaan Undang-Undang

Dasar) sering disebut-sebut sebagai Piagam Jakarta5 (Jakarta

Charter) yang disahkan pada 22 Juni 1945 oleh sembilan panitia

atau Panitia Sembilan dan dibacakan dalam sidang BPUPKI pada

10 Juli 1945 oleh Soekarno. Panitia Sembilan terdiri dari Ir.

Sukarno, Moh. Hatta, Abikusno Tjakrasujoso, Abdul Ahmad

sadar bahwa Jepang hanya ingin memanfaatkan tenaga rakyat Indonesia untuk kepentingan perangnya melawan sekutu. Timbul kebencian terhadap Jepang sebagai reaksi dari tindakan-tindakan Jepang terhadap rakyat Indonesia, mulai dari pengurasan tenaga SDM maupun SDA. Lihat Mayjen T. B. Simatupang, Pelopor dalam Perang Pelopor dalam Damai, (Jakarta: Sapdodadi NV, 1981).

4Endang Saifuddin Anshari, Piagam Jakarta 22 Juni 1945 dan Sejarah Konsensus Nasional antara Nasionalis Islam dan Nasionalis “Sekular” Tentang Dasar Negara Republik Indonesia 1945-1959, (Bandung: Perpustakaan Salman ITB, 1981), 3.

5Piagam Jakarta ini dianggap sebagai jalan tengah antara nasionalis Islam dan nasionalis sekuler, lihat Herry Mohammad, dkk, Tokoh-tokoh Islam yang Berpengaruh Abad 20, T.pn, t. th, 36.

Page 12: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman

3

Subardjo, Kahar Muzakir, Muhammad Yamin, KH Abdul Wahid

Hasyim, H. Agus Salim, dan A. A Maramis.6

Terjadi perbedaan pendapat setelah hasil kompromi

Panitia Sembilan dibacakan oleh Soekarno di hadapan sidang

BPUPKI. Pada pertemuan 11 Juli 1945 mulailah pendapat satu

sama lain saling bergesekan. Perdebatan tersebut mengenai dasar

negara, bertitik pada usul sila pertama yang terdapat dalam

Piagam Jakarta dengan penambahan kata, “dengan kewajiban

menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”

(selanjutnya disebut tujuh kata kompromi), dengan alasan

kelompok lain akan merasa di anak tirikan. KH Abdul Wahid

Hasyim (selanjutnya disebut Wahid Hasyim) dan Kahar Muzakir,

serta teman-teman yang lain dari golongan Islam, mengusulkan

dasar negara adalah Islam. Pertimbangannya pada waktu itu,

karena sebagian besar penduduk bangsa Indonesia (90%)

beragama Islam.7 Usulan selanjutnya mengenai presiden dan

wakil presiden haruslah beragama Islam di samping harus

berkebangsaan Indonesia asli.

Soekarno sebagai penengah berusaha mengingatkan dan

menegaskan pada anggota sidang yang hadir, keputusan dan

rancangan tersebut sudah menjadi kesepakatan bersama antara

nasionalis sekuler dan nasionalis Islam yang terdiri dari berbagai

6Aboebakar, Sejarah Hidup K.H. A. Wahid Hasjim, (Bandung: PT

Mizan Pustaka, 2011), 209. 7Djauharuddin AR, Peranan Ummat Islam dalam Proses Pembentukan

dan Pembangunan Negara Republik Indonesia yang Berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, (Bandung: Angkasa, 1985), 33.

Page 13: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman

4

golongan dan kepercayaan. Akhirnya rapat BPUPKI

menghasilkan Piagam Jakarta.8

Piagam Jakarta salah satu tanda bahwa Islam pernah ikut

berpolitik, meskipun kemudian gagal karena pendapat Wahid

Hasyim dan tokoh Islam lainnya mengenai dasar negara ditolak

dan dihilangkan dalam waktu relatif singkat. Padahal Wahid

Hasyim telah berusaha keras mengusulkan dan mempertahankan

agar unsur-unsur Islam dalam Piagam Jakarta tetap tercantum.

Awalnya memang telah disepakati, namun sehari setelah

proklamasi kemerdekaan tepatnya 18 Agustus 1945,9 tujuh kata

kompromi tersebut dan unsur-unsur Islam lainnya yang

terkandung dalam dasar negara dihapuskan, berikut judul

“Mukaddimah” pada Piagam Jakarta diganti dengan

“Pembukaan”.10 Pergolakan mengenai penghapusan Piagam

Jakarta masih saja disebut-sebut hingga saat ini, masih ada

golongan yang menginginkan Indonesia berdasarkan Islam, tidak

sedikit pula masyarakat terpengaruh dengan adanya aliran

tersebut, bahkan parahnya muncul bom-bom teroris di Indonesia.

mereka inilah yang mengatasnamakan Tuhan lalu membinasakan

umat yang berbeda keyakinan. Salah satu penyebab maraknya

fundamentalisme ini akibat dari kegagalan negara dalam

8Aboebakar, Sejarah Hidup K.H. A. Wahid Hasjim, (Bandung: Mizan Pustaka, 2011), 208.

9Lihat Denny Indrayana, Amandemen UUD 1945: Antara Mitos dan Pembongkaran, (Bandung: PT Mizan Pustaka, 2007). Lihat juga Andree Feillard, NU Vis a Vis Negara: Pencarian Isi, Bentuk, dan Makna, (Yogyakarta: LKIS Yogyakarta, 1999), 39.

10Denny Indrayana, Amandemen UUD 1945: Antara Mitos dan Pembongkaran, 56. Lihat juga Djauharuddin AR, Peranan Ummat Islam dalam Proses Pembentukan dan Pembangunan Negara Republik Indonesia yang Berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, Vi.

Page 14: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman

5

mewujudkan cita-cita kemerdekaan berupa tegaknya keadilan

sosial dan terciptanya kesejahteraan sosial yang merata. Padahal

dilihat dari proses pembentukan dasar negara sudah disepakati

bersama bahwa Indonesia adalah negara kebangsaan.11

Kembali pada pembentukan dasar negara, inilah salah satu

peran Islam selain dalam memperjuangkan kemerdekaan pada

masa pergerakan nasional juga berperan aktif dalam rancangan

Piagam Jakarta. Salah satu tokoh Islam yang berperan dalam

pergerakan nasional dan dalam perumusan Piagam Jakarta yakni

Wahid Hasyim,12 dialah yang mengusulkan penambahan tujuh

kata kompromi, kepala negara, dan bentuk negara haruslah

berdasarkan Islam. Sebelumnya, berbagai usaha dan gerakan

telah ia lakukan, khususnya pada masa pergerakan. Perjuangan

baik oleh tokoh-tokoh pribumi maupun oleh masyarakat sendiri

ternyata mampu mengantar pada kemerdekaan. Memang pada

masa pendudukan Jepang di Indonesia tokoh-tokoh Islam mulai

mendapat ruang dalam pemerintah, sehingga kemudian Wahid

Hasyim dapat ikut berkecimpung di dalamnya, berbagai

organisasi dan partai politik digunakan untuk mewujudkan

kemerdekaan oleh tokoh-tokoh Islam begitupun kedudukan-

kedudukan Wahid Hasyim dalam pemerintahan ia gunakan untuk

mempersiapkan kemerdekaan.13

11Abdurrahman Wahid, Ed., Ilusi Negara Islam: Ekspansi Gerakan

Islam Transnasional di Indonesia, (Jakarta: The Wahid Institute, 2009), 8-10. 12Wahid Hasyim aktif di berbagai organisasi pada masa pendudukan

Jepang seperti MIAI, Masyumi, BPUPKI, PPKI. Kedudukan tersebut ia manfaatkan untuk mencari celah menuju kemerdekaan.

13Ahdi Makmur, Relasi Ulama Umara: Profil Historis Perilaku Politik Ulama NU di Indonesia Era Presiden Soekarno (1959-1963), (Yogyakarta: IAIN Antasari Press), 26.

Page 15: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman

6

Dia tampil menjadi tokoh nasional yang turut berjasa

besar dalam melahirkan negara Indonesia merdeka berdasarkan

Pancasila.14 Hal ini tak luput dari kepiawaiannya dalam

berorganisasi, salah satu organisasi yang ia geluti yakni Nahdatul

Ulama (NU).15 Sekitar tahun 1938 ia memang sudah mulai aktif

dalam keorganisasian NU.16 Lalu aktivitas Wahid Hasyim terus

berlanjut pada masa pendudukan Jepang. Pada masa itu Wahid

Hasyim tercatat pernah menduduki jabatan-jabatan penting dalam

Majelis Syura Muslimin Indonesia (Masyumi) dan Shumubu

(Kantor Urusan Agama Pusat).17 Jepang membentuk Shumubu

untuk menggalang dukungan dari para kiyai.18 MIAI dan

Masyumi merupakan lembaga yang didirikan oleh pemerintahan

Jepang untuk mengontrol kegiatan politik para ulama Indonesia,

namun kemudian lebih ditekankan untuk kepentingan Indonesia

oleh tokoh-tokoh bangsa.

Dari uraian di atas kita dapat melihat cukup besar

sumbangsih Wahid Hasyim, tokoh yang menjunjung tinggi nilai

14Azyumardi Azra, Saiful Umam, Ed., Menteri-Menteri Agama RI: Biografi Sosial-Politik, (Jakarta: PPIM, 1998), 84.

15Alasan Wahid Hasyim memilih NU telah disarikan dalam tulisannya berjudul “Mengapa Saya Memilih Nahdatul Ulama?” di majalah Gema Muslimin eidisi November 1953. Tulisan itu merupakan penjelasan mengapa ia memilih Nahdatul Ulama pada tahun 1938. Ia perlu menulis artikel itu karena pada waktu itu banyak partai dan organisasi yang berlomba mencari pengikut. Lihat seri buku saku Tempo Tokoh Islam di awal kemerdekaan, Wahid Hasyim untuk Repulik dari Tebuireng.

16Mohammad Rifai, Wahid Hasyim: Biografi Singkat 1914-1953, (Jogjakarta: Garasi, 2009), 60.

17Ali Yahya, Sama tapi Berbeda: Potret Keluarga Besar K.H. A. Wahid Hasyim, (Jombang: Yayasan K.H.A. Wahid Hasyim, 2007), 20.

18Hal ini karena Jepang mengetahui rakyat Indonesia sangat mempercayai tokoh ulama, sehingga Jepang menggunakan politik mendekati tokoh-tokoh ulama dan menjalin hubungan sampai dengan melibatkan tokoh ulama dalam pemerintahan, agar masyarakat ikut mempercayai Jepang.

Page 16: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman

7

Islam dan berusaha menuangkan serta menerapkannya dalam

dasar negara, meskipun pada akhirnya pemikiran-pemikiran

Wahid Hasyim dan tokoh-tokoh Islam19 mengenai dasar negara

dihapuskan demi persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Hal

ini merupakan suatu tonggak sejarah konsensus nasional tokoh

nasionalis Islam.20 Jauh sebelumnya Wahid Hasyim telah

berusaha masuk dalam pemerintahan untuk mengambil celah

dengan cara mengusulkan berbagai pendapat pada Jepang tak lain

untuk kepentingan Indonesia sendiri, salah satunya permintaan

untuk didirikannya Hizbullah21 saat ia masih menjabat sebagai

ketua dewan Masyumi. Kiprahnya tidak berhenti hanya pada

masa pergerakan, setelah kemerdekaan ia di angkat sebagai

Menteri Agama, Kementerian Agama antara lain sebagai

pengganti dihapuskannya tujuh kata kompromi.

Inilah yang melatarbelakangi penulis untuk menulis

kiprah Wahid Hasyim dalam perumusan Piagam Jakarta, lalu

mencoba mengungkapkan respons Wahid Hasyim dan tokoh

Islam lainnya terhadap penghapusan tujuh kata kompromi

tersebut, meski penulis sadari cukup minim sumber mengenai

respons tersebut. Oleh karenanya penulis memutuskan untuk

mengkaji dan menjadikan ini sebagai objek kajian skripsi dengan

judul “Kiprah KH Abdul Wahid Hasyim dalam Perumusan

Piagam Jakarta Tahun 1945.”

19Kahar Muzakir, Agus Salim, KH Mansur, dll. 20Djauharuddin AR, Peranan Ummat Islam dalam Proses Pembentukan

dan Pembangunan Negara Republik Indonesia yang Berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, Vi.

21Semacam pelatihan kemiliteran yang diberikan pada pemuda.

Page 17: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman

8

B. Idenftifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah di atas penulis

mengidentifikasi tiga permasalahan yang perlu diungkapkan.

Pertama, siapakah tokoh Wahid Hasyim sebagai tokoh nasionalis

Islam yang ikut menyumbangkan pemikirannya dalam perumusan

Piagam Jakarta. Kedua, peta politik menjelang kemerdekaan

meliputi politik pemerintahan Jepang dan pembentukan

BPUPKI, Panitia Sembilan, dan PPKI. Ketiga, peranan Wahid

Hasyim dalam merumuskan Piagam Jakarta dan respons Wahid

Hasyim mengenai penghapusan tujuh kata dalam Piagam Jakarta.

Sehingga perlu mengkaji peristiwa pembentukan Piagam Jakarta,

agar dapat melihat sisi di mana Islam juga berperan dalam

nasionalisme, dan dasar negara sudah disepakati oleh kedua belah

pihak yakni nasionalis Islam dan nasionalis sekuler.

C. Batasan Masalah

Dikarenakan pembahasan mengenai Wahid Hasyim

sangatlah luas, karena kiprahnya tidak hanya di bidang politik

namun juga di bidang pendidikan. Oleh karena itu, penulis

berusaha membatasi permasalahan ini pada kiprah Wahid Hasyim

pada masa perjuangan kemerdekaan sebagai salah satu anggota

BPUPKI, Panitia Sembilan, dan PPKI dalam rancangan Piagam

Jakarta dan responsnya terhadap penghapusan tujuh kata

kompromi dalam Piagam Jakarta.

Page 18: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman

9

D. Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang penulis paparkan di atas dapat

dikemukakan rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana Biografi KH Abdul Wahid Hasyim?

2. Bagaimana politik pemerintahan Jepang dan pembentukan

BPUPKI, Panitia Sembilan, PPKI?

3. Bagaimana perjuangan KH Abdul Wahid Hasyim dalam

merumuskan Piagam Jakarta dan responsnya terhadap

penghapusan tujuh kata dalam Piagam Jakarta?

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai penulis ialah:

1. Untuk mengetahui biografi KH Abdul Wahid Hasyim di

samping untuk mengambil pelajaran hidupnya yang

diakui telah berkontribusi dalam persiapan kemerdekaan

dan rancangan pembentukan pembukaan dasar negara

(Piagam Jakarta).

2. Untuk mengetahui peta politik pemerintahan Jepang serta

pembentukan BPUPKI, Panitia Sembilan, dan PPKI.

3. Untuk mengetahui perjuangan KH Abdul Wahid Hasyim

dalam merumuskan Piagam Jakarta dan responsnya

terhadap penghapusan tujuh kata kompromi dalam

Piagam Jakarta?

Diharapkan karya tulis ini dapat memberikan manfaat

sebagai berikut: pertama, agar dapat memberikan wawasan

kepada mahasiswa ataupun masyarakat umum tentang kiprah

Page 19: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman

10

KH Abdul Wahid Hasyim sebagai salah satu tokoh Islam

dalam perumusan Piagam Jakarta. Kedua, dapat dijadikan

bahan kajian dan memperkaya khazanah pengetahuan tokoh-

tokoh Nasionalis Islam dalam perjuangan kemerdekaan

Indonesia dan mendirikan negara Indonesia.

F. Sistematika Penulisan

Untuk menjaga terfokusnya penelitian ini, diperlukan

suatu sistematika agar tidak terjadi kerancuan dalam

penguraiannya. Karenanya penulis membaginya menjadi enam

bab. Adapun sistematika penulisan adalah sebagai berikut:

Bab pertama, pendahuluan, dalam bab ini penulis akan

menguraikan latar belakang, permasalahan yang akan dijawab,

kemudian dilanjutkan dengan tujuan dan kegunaan penelitian,

berikutnya sebagai pedoman dan arahan yang akan menjadi

parameter dan sekaligus acuan dalam penelitian ini diperlukan

satu tinjauan metodelogis penelitian dan pendekatan, terakhir

sistematika penulisan.

Bab kedua, dalam bab ini diuraikan landasan teori,

kajian pustaka, dan kerangka berpikir.

Bab ketiga, diuraikan biografi KH Abdul Wahid

Hasyim, mulai dari riwayat hidup karya-karya sampai dengan

pemikirannya.

Bab keempat, dalam bab ini penulis mendeskripsikan

politik pemerintahan Jepang di Indonesia dan pembentukan

BPUPKI sampai PPKI.

Page 20: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman

11

Bab lima, bab ini penulis mendeskripsikan kiprah KH

Abdul Wahid Hasyim dalam perancangan pembukaan Undang-

Undang Dasar (Piagam Jakarta) serta responsnya terhadap

penghapusan tujuh kata kompromi.

Bab enam, bab ini merupakan penutup proposal yang

mencakup kesimpulan, implikasi dan saran sebagai jawaban

eksplisit atas apa yang dipersoalkan dalam rumusan.

Page 21: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman

12

Page 22: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman

13

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

Dalam studi ini peranan sebagai kunci dalam penulisan

skripsi ini. Dengan demikian penulis menggunakan teori peran

sebagai landasan kerangka teori. Gross, Masson dan McEachern

mendefinisikan peranan sebagai harapan-harapan yang dikenakan

pada individu-individu yang menempati suatu kedudukan

sosial.22 Kadang para sosiolog menggambarkan peranan-peranan

dalam arti apa yang diharapakan dan dituntut oleh masyarakat.23

Dalam buku Pokok-pokok Pikiran dalam Sosiologi karya David

Berry menjelaskan, manusia di dalam masyarakat diungkapkan

dalam konsep peranan. Bagi para sosiolog manusia dilihat dari

peranan-peranan sosial. Di mana seseorang dapat dikatakan

berperan jika ia menjalankan statusnya, sehingga ia memberi

manfaat dan bermanfaat untuk orang lain.24 Misalnya peranan

seseorang sebagai pemimpin masyarakat, usahawan, suami, ayah,

pemain golf, dsb. Petter Burke pun mengungkapkan bahwa teori

peranan ialah pola-pola atau norma-norma yang diharapkan pada

orang yang menduduki suatu posisi tertentu dalam struktur

sosial.25

22David Berry, Pokok-pokok Pikiran dalam Sosiologi, (Jakarta:

Rajawali Pers, 1983), 99. Lihat juga Imam Subchi, Pengantar Antropologi, 175-178.

23David Berry, Pokok-pokok Pikiran dalam Sosiologi, 100. 24Status menurut Ralph Linton ialah acollection of right and duties

kumpulan suatu hak dan kewajiban. Lihat Imam Subchi, Pengantar Antropologi, 176.

25Petter Burke, Sejarah dan Teori Sosial, (Jakarta: Obor, 2015), cet. 2, 68. Baca juga Imam Subchi, Pengantar Antropologi, ciri dasar struktur sosial

Page 23: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman

14

B. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka diperlukan untuk menyusun peta konsep

dan landasan bagi peneliti. Melalui tinjauan pustaka peneliti

dapat mengumpulkan beberapa buku acuan dan teori yang akan

digunakan dalam pembahasan nantinya.

Karya-karya yang membahas tokoh KH Abdul Wahid

Hasyim sudah mulai banyak ditulis dalam bentuk skripsi maupun

buku. Tapi karya tulis tentang perjuangan KH Abdul Wahid

Hasyim dalam konstitusi Piagam Jakarta, apalagi skripsi

mengenai respons KH Abdul Wahid Hasyim terhadap

penghapusan tujuh kata dalam Undang-undang Dasar belumlah

penulis jumpai. Beberapa hasil penelitian dan buku-buku yang

berkaitan dengan studi ini di antaranya:

1. Buku Wahid Hasjim untuk Republik dari Tebuireng,

membahas tentang Wahid Hasyim selama menimba ilmu,

hubungannya dengan Jepang, dan kiprahnya dalam bidang

pendidikan. Sejarah mengenai biografi KH Abdul Wahid

Hasyim yang terlengkap ditulis oleh Aboebakar berjudul

Sejarah Hidup K.H. A. Wahid Hasjim. Buku ini memberikan

gambaran mulai dari masa kecil Wahid Hasyim,

keorganisasiannya, kiprah dalam bidang politik, sampai

dengan kiprahnya sebagai Menteri Agama RIS. Dengan

melihat paparan karya ilmiah di atas, penulis meyakini

bahwa titik urgen dari penelitian ini terletak pada peranan

Wahid Hasyim dalam konstitusi dasar negara dan ada yang

ialah bahwa suatu status tidak hanya melibatkan satu peranan terkait akan tetapi sejumlah peranan terkait.

Page 24: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman

15

belum dibahas mengenai respons Wahid Hasyim mengenai

penghilangan tujuh kata kompromi dalam Piagam Jakarta.

2. Wahid Hasyim; Biografi Singkat 1914-1953 buku ini ditulis

oleh Mohammad Rifai, terbit pada 2009 oleh penerbit

GARASI. Buku ini memaparkan perjuangan Wahid Hasyim

dan pemikiran-pemikirannya dalam agama, politik,

pergerakan, sampai pada pemikirannya dalam pembaharuan

pendidikan. Dengan adanya buku ini penulis dapat terbantu

dalam pencarian sumber perjuangan Wahid Hasyim dalam

konstitusi Piagam Jakarta.

3. KH A. Wahid Hasyim; Peletak Dasar Islam Nusantara, karya

Miftahuddin. Mendeskripsikan jejak perjuangan Wahid

Hasyim dari pra kemerdekaan, keterlibatannya dalam

keorganisasian dari berbagai oraganisasi seperti NU, MIAI,

Masyumi, dll. Jejaknya tak terhenti sampai kemerdekaan, ia

juga memberikan perubahan-perubahan mengenai perjalanan

haji dan pendidikan selama menjadi Menteri Agama.

4. Tulisan Riky Haryanto (Fakultas Ushuluddin dan Filsafat)

yang membahas perjuangan dan pemikiran Wahid Hasyim.

Hal yang membedakan antara skripsi karya Riky Haryanto

dengan skripsi yang saya tulis antara lain ia lebih membahas

mengenai perjuangan dan pemikiran Wahid Hasyim. Kajian

tersebut berusaha melihat pemikiran-pemikiran Wahid

Hasyim dalam pendidikan, agama, dan politik, serta kiprahya

Page 25: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman

16

menjelang kemerdekaan. Sementara saya lebih memaparkan

kiprahnya dalam perumusan dasar negara pra-kemerdekaan

dan responsnya terhadap penghapusan kalimat-kalimat yang

mencerminkan Islam dalam Undang-undang Dasar, serta

pengaruh Wahid Hasyim dalam Kementerian Agama pasca

kemerdekaan. Sehingga adanya skripsi ini sebagai penerus

atau pelengkap skripsi yang sebelumnya sudah ada, dengan

fokus pada perjuangan Wahid Hasyim dalam konstitusi

pembentukan Dasar Negara (perumusan Piagam Jakarta).

5. Pemikiran KH Wahid Hasjim Tentang Pembaharuan Islam

Karya Safiq Ahmad Mughni, Jurusan Pendidikan Agama

Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Jakarta

diterbitkan pada tahun 1434 H / 2013 M. Dalam skripsi ini

lebih membahas pada pemikiran Wahid Hasyim dalam

pembaharuan pendidikan Islam, sementara yang ingin

penulis angkat ialah bagaimana peranan Wahid Hasyim

dalam rancangan Piagam Jakarta dan responsnya saat

penghapusan tujuh kata dalam Piagam Jakarta, serta

kebijakan-kebijakannya dalam Kementerian Agama di mana

Kementerian Agama itu sendiri sebagai pengganti yang

diberikan pemerintah atas kegagalan politik umat Islam.

C. Metode Penelitian

1. Pendekatan

Adapun pendekatan yang digunakan penulis dalam

penyusunan skripsi ini adalah pendekatan sejarah, dan

Page 26: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman

17

politik. Pendekatan sejarah mempunyai pemaparan

(description) dan penjelasan (explanation), pendekatan

sejarah juga suatu proses menguji dan menganalisis secara

kritis peninggalan yang sudah ada.26 Kemudian ilmu sosial

memperhatikan secara mendasar kejadian-kejadian sosial

dengan mendasarkan pada data-data seperti sejarah untuk

informasinya.27 Sementara itu pendekatan politik selalu

berkaitan dengan pemerintahan, kekuasaan, konflik, partai

politik, atau upaya-upaya yang ditempuh perseorangan

maupun kelompok untuk memperjuangkan kepentingan

warga negara. Ada beberapa pandangan mengenai politik, di

antaranya politik sebagai usaha-usaha yang ditempuh warga

negara untuk membicarakan dan mewujudkan kebaikan

bersama. Kedua, politik berkaitan dengan penyelenggaraan

negara dan pemerintahan. Ketiga, politik sebagai kegiatan

untuk mencari dan mempertahankan kekuasaan dalam

masyarakat. Keempat, politik sebagai kegiatan yang

berkaitan dengan perumusan. Kelima, politik sebagai konflik

dalam rangka sumber daya ekonomi dan kualitas kehidupan

beragama.28

Kajian penelitian ini menekankan kepada sejarah

biografi, di mana fokus utama dari penulisan sejarah biografi

ini adalah menguraikan jalan hidup seseorang dalam

26Louis Gottschalk, Mengerti Sejarah, (Jakarta: UI Press, 1985), 39. 27Sartono Kartodirdjo, Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi

Sejarah, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama), 144-145. 28Imam Suprayogo, Kyai dan Politik: Membaca Citra Politik Kyai,

(Malang: UIN Malang Press, 2009), 44.

Page 27: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman

18

hubungannya dengan lingkungan sosial-historis yang

mengitarinya. Bagaimana seorang tokoh tersebut mengatasi

berbagai hambatan, apa yang dicita-citakan, apa yang

dilakukan dan bagaimana dia melakukannya serta sampai di

mana sukses yang bisa dicapai bagi dirinya dan

perjuangannya untuk kepentingan ummat.

2. Metode Pengumpulan Data.

Dalam penelitian perlu adanya metode atau jalan.

Metodologi berasal dari bahasa Yunani metodos, terdiri atas

dua suku kata, yaitu metha berarti melalui atau melewati dan

hodos yang berarti jalan atau cara. Jadi metodologi adalah

ilmu atau kajian yang membahas kerangka pemikiran

(frameworks) tentang konsep-konsep, cara atau prosedur,

yang maksudnya untuk menganalisis tentang prinsip atau

prosedur yang akan menuntun, mengarahkan dalam

penyelidikan serta penyusunan suatu bidang ilmu. Dengan

demikian metodologi atau science of methods adalah ilmu

yang membicarakan tentang cara.29 Metode penelitian ini

menggunakan library research (studi pustaka) dan metode

kualitatif dengan mengacu kepada buku panduan penulisan

karya ilmiah Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta, menurut Bogdan dan Taylor metode kualitatif itu

sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data

deskriptif berupa kata-kata tulisan atau lisan dari orang-orang

29Sulasman, Metodologi Penelitian Sejarah: Teori, Metode, Contoh

Aplikasi, (Bandung: Pustaka Setia, 2014), 73.

Page 28: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman

19

dan perilaku yang dapat diamati. Kemudian Kirk dan Miller

juga mengatakan bahwa metode kualitatif adalah tradisi

tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara

fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia

dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-

orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya.30

Kemudian penelitian ini menggunakan beberapa langkah

metode penelitian sejarah yang terdiri dari kegiatan heuristik,

kritik sumber, interpretasi, dan historiografi.

3. Heuristik

Kegiatan menggali sumber untuk mendapatkan data-

data atau materi sejarah, atau evidensi sejarah.31 Sumber-

sumber sejarah terdiri dari sumber pimer dan sumber

sekunder. Sumber primer dalam penulisan ini sendiri penulis

menggunakan tulisan-tulisan Wahid Hasyim, naskah Yamin,

dan tulisan Hatta yang telah penulis lampirkan dalam

lampiran, adapun sumber sekunder penulis temukan baik di

Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora, Perpustakaan

Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta maupun di

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia di Jl. Merdeka

Selatan, Perpustakaan Nasional Salemba, Perpustakaan

PBNU, Perpustakaan MPR, Arsip Nasional Republik

Indonesia, RRI, buku milik pribadi penulis, buku milik

30Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung:

Remaja Rosdakarya Offset, 1993), 3. 31Sulasman, Metodologi Penelitian Sejarah: Teori, Metode, Contoh

Aplikasi, 93.

Page 29: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman

20

koleksi dosen FAH, Imam Subchi, M.A, buku milik pribadi

teman SPI, penulis juga mendownload artikel dari internet

baik dari J-Store maupun Google Cendikia.

4. Kritik Sumber

Kritik Sumber dilakukan setelah sumber sejarah

terkumpul. Kritik sumber dalam penelitian sejarah

merupakan salah satu tahapan yang terpenting dan pokok.32

Secara teoritis, kritik sumber dibedakan menjadi dua macam:

kritik eksternal dan kritik internal. Kritik eksternal,

dimaksudkan untuk menguji dan mengungkap keabsahan

tentang otentisitas (keaslian) suatu sumber baik berbentuk

fisik maupun non fisik. Sedangkan kritik internal

dimaksudkan untuk menguji sekaligus mengungkap

keabsahan atau kebenaran suatu sumber.33 Dalam penelitian

penulis mengunjungi beberapa tempat untuk memperoleh

sumber. Di antaranya Perpustakaan Nasional Republik

Indonesia di Jl. Medan Merdeka Selatan No. 11, Gambir,

Senen, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, 10110, penulis

menemukan buku-buku dan beberapa sumber primer seperti

tulisan-tulisan Wahid Hasyim dalam majalah Mimbar Agama

yang berjudul Tidak Mudah Memenuhi Tuntutan Otak yaitu

dengan Meninggalkan Hawa Nafsu dan Menjalani

Kebenaran, Kebangkitan Dunia Islam, Kedudukan Ulama’

32Basri, Metodologi Penelitian Sejarah (Pendekatan, Teori dan

Praktik), (Jakarta: Restu Agung, 2006), 68. 33Basri, Metodologi Penelitian Sejarah (Pendekatan, Teori dan

Praktik), 69.

Page 30: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman

21

dan Masyarakat Islam di Indonesia, Pendidikan Ketuhanan,

Sekitar Pembentukan Kementrian Agama RIS, Perbaikan

Perjalanan Haji. Di sini penulis terbantu dengan melihat apa

yang terjadi dan ditulis Wahid Hasyim pada masanya.

Kemudian tulisan Hamka, Kementrian Agama Supaya

Ditinjau Kembali, di sini penulis mendapatkan tambahan

informasi mengenai berdirinya Kementrian Agama yang

digubris dan tidak disetujui oleh nonmuslim. Penulis juga

menemukan rekaman wawancara Sarman Sulaiman dengan

Sayuti Melik yang menceritakan soal pengetikan naskah

proklamasi. Tulisan Mas’uddin Noor, Almarhum K.H.A.

Wahid Hasjim” dalam tulisan ini penulis membandingkan

informasi di buku tentang kematian Wahid Hasyim, penulis

mendapatkan informasi mengenai kronologi kematian Wahid

Hasyim.

Sementara itu penulis mendapatkan koran sebagai

sumber primer tambahan di Perpustakaan Nasional Republik

Indonesia lama di Jl. Salemba Raya, No. 28A, Senen, Jakarta

Pusat, DKI Jakarta di antaranya ialah koran Tjahaja,

“Pembubaran MIAI” penulis mendapatkan informasi

pembubaran MIAI sebagai kritik dari buku yang menyatakan

pembubaran MIAI, sehingga dengan adanya koran ini

penulis mengetahui pasti kapan MIAI dibubarkan. Soerara

Asia, “Samboetan Para Terkemuka atas Pembentoekan

Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia” penulis

menemukan informasi terkait semangat tokoh-tokoh

Page 31: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman

22

Indonesia menyongsong kemerdekaan termasuk di dalamnya

pidato Wahid Hasyim.

Arsip poto Wahid Hasyim di Arsip Nasional Republik

Indonesia di Jl. Ampera Raya No. 7, RT.3/RW.4, Cilandak

Timur, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, DKI Jakarta, 12560,

penulis jadikan sebagai lampiran foto. Selain itu penulis juga

menemukan naskah Yamin yang menggambarkan rapat

selama pembentukan tata negara, penulis juga menemukan

naskah Piagam Jakarta dalam naskah Yamin. Selain arsip,

koran, dan majalah penulis juga menggunakan jurnal sebagai

salah satu sumber karya ilmiah ini, Jurnal Review Politik:

Kajian Islam dan Politik berjudul “Potret Pastisipasi NU di

Indonesia dalam Lintasan Sejarah” penulis mendapat

informasi organisasi politik pada masanya dalam perjuangan

kemerdekaan, jurnali ini terdapat di Lt. 6 Perpustakaan UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta beralamat di Ciputat, Tangerang

Selatan. Jurnal di Jstore ditulis oleh RE Elson berjudul

“Another Look at Jakarta Charter Controvercy of 1945”

penulis mendapat informasi mengenai kontroversi golongan

Islam dengan golongan sekuler mengenai dasar negara.

Penulis juga ke beberapa perpustakaan yang berada di

daerah sekitar penulis maupun daerah Jakarta seperti

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia Jl. Medan

Merdeka Selatan No. 11, Gambir, Senen, Jakarta Pusat, DKI

Jakarta, 10110, Perpustakaan Utama UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta di Jl. Ir. H. Djuanda No. 95, Cempaka

Putih, Ciputat, Kota Tangerang Selatan, Banten, 15412,

Page 32: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman

23

Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora di Jl.

Tarumanegara No. 17B, Pisangan, Ciputat Timur, Kota

Tangerang Selatan, Banten 15419, Perpustakaan Universitas

Indonesia di Gedung Crystal of Knowledge Kampus UI,

Pondok Cina, Beji, Kota Depok, Jawa Barat 16424,

Perpustakaan PBNU di Jl. Kramat Raya No. 164,

RT.7/RW.2, Kenari, Senen, Jakarta Pusat, DKI Jakarta

10430, penulis menemukan majalah Soeara NU dan Berita

Nahdatoel Oelama, Perpustakaan MPR di Jl. Gatot Subroto

No.6, Kota Jakarta Pusat, DKI Jakarta, untuk lebih lengkap

dan jelas buku-buku yang penulis kumpulkan dapat dilihat di

daftar pustaka yang telah penulis cantumkan, dan buku

pribadi milik teman dan dosen FAH, Drs. Imam Subchi, MA

berjudul Ilusi Ngara Islam: Ekspansi Gerakan Islam

Transnasional di Indonesia, editor KH. Abdurrahman

Wahid, di sini penulis mendapat tambahan pengetahuan

semakin pentingnya membahas skripsi mengenai dasar

negara ini mengingat banyaknya para teroris yang tak

bertanggung jawab. Kemudian buku Aguk Irawan, Penakluk

Badai: Novel Biografi KH Hasyim Asy’ari, Yogyakarta:

Qalam Nusantara, 2016, cet. IV dan Mohammad Rifa’i,

Wahid Hasyim: Biografi Singkat 1914-1953, Jogjakarta:

Garasi, 2009. Di sini penulis mendapatkan informasi

mengenai keluarga Wahid Hasyim dan karya-karya Wahid

Hasyim.

Page 33: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman

24

5. Interpretasi

Interpretasi menguraikan fakta-fakta sejarah dan

kepentingan topik sejarah. Tidak ada masa lalu dalam

konteks sejarah yang aktual karena yang ada hanyalah

interpretasi historis. Interpretasi disebut juga sebagai

penafsiran, tidak ada interpretasi yang bersifat final, sehingga

setiap generasi berhak menerangkan interpretasinya sendiri.34

Sehingga sejarawan yang jujur akan mencantumkan data

yang ia peroleh.35 Tujuan kaum interpretivis sendiri yakni

mempelajari dan meneliti proses di mana orang memberi

makna kepada dunia dan prilaku di dalamnya.36

6. Historiografi

Langkah terakhir yakni historiografi, merupakan fase

terakhir dalam metode sejarah yang meliputi cara penulisan,

pemaparan atau pelaporan hasil penilitian sejarah yang telah

dilakukan. Pada fase ini aspek kronologi sangat diperlukan

karena ini merupakan penulisan sejarah.37

D. Kerangka Berpikir

Dalam sebuah penyusunan sebuah Dasar Negara

perlu adanya musyawarah dan kemufakatan bersama.

Sehingga tidak terjadi pergesekan antar kelompok.

34Sulasman, Metodologi Penelitian Sejarah, 107. 35Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, (Yogyakarta: Tiara Wacana,

2013), 78. 36Lihat Imam Subchi, Pengantar Antropologi, 291-293. 37Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, 80-81.

Page 34: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman

25

Perancangan Dasar Negara ini membawa berbagai kalangan

baik nasionalis sekuler maupun nasionalis Islam kepada

permasalahan yang meruncing. Panjangnya proses

perumusan Dasar Negara, sampai-sampai terjadi beberapa

kali konstitusi. Bagaimana membuat suatu Undang-undang

yang akan dijadikan Dasar Negara, mencakup kebutuhan

beragam suku di Indonesia, dengan tujuan kesetaraan meski

berbeda suku dan bahasa, tidak ada kecemburuan sosial.

Sempat terjadi perbedaan pendapat antara nasionalis sekuler

dan nasionalis Islam mengenai preambule (pembukaan

Undang-Undang Dasar 1945), atau sering juga disebut

Piagam Jakarta. Terjadi reses “dengan kewajiban

menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”,

kalimat terebut dianggap diskriminasi karena hanya

mencakup umat Islam saja, tanpa penganut agama umat lain.

Kemudian kalimat tersebut dihapus sehari setelah

proklamasi kemerdekaan, tepatnya 18 Agustus 1945. Wahid

Hasyim sebagai tokoh Islam yang memberikan usul kalimat

tersebut masih dipertanyakan apa benar menyetujui

dihapuskannya tujuh kata tersebut ketika Mohammad Hatta

mengajak nasionalis Islam untuk merundingkan kembali

demi persatuan Indonesia.

Pendekatan yang digunakan yakni sejarah, sosiologis,

dan politik. Ditulis secara deskriptif berdasarkan periodesasi

waktu, menyangkut kepentingan bersama dan lingkungan

masyarakat sehingga menggunakan teori sosiologis, serta

perlunya pendekatan politik karena membahas perdebatan

Page 35: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman

26

tujuh kata tetap dipertahankan atau dihapuskan. Teori yang

digunakan yakni rule (peran) menempatkan peranan seorang

tokoh yang berpengaruh untuk masyarakat sekitar, di mana

masyarakat berharap perannya dapat berhasil merealisasikan

keperluan yang diharapkan masyarakat.

Page 36: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman

27

Hubungan Wahid Hasyim dengan Jepang

KH Abdul Wahid Hasyim

Penghapusan 7 Kata dalam

Piagam Jakarta

Politik pemerintahan

Jepang

Konstitusi Rancangan Pembukaan Dasar

Negara

Teori Peranan

Pendekatan

PolitikSosiologis Sejarah

Peran KH Abdul Wahid Hasyim

dalam Perumusan

Effect Penghapusan 7

Kata dalam Piagam Jakarta

Respons KH Abdul Wahid

Hasyim terhadap Penghapusan 7

kata

Perdebatan Nasionalis

Sekuler dan Nasionalis

Islam

Page 37: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman

28

Page 38: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman

29

BAB III

BIOGRAFI KH ABDUL WAHID HASYIM

A. Riwayat Hidup KH Abdul Wahid Hasyim

Wahid Hasyim ialah putra kelima dari pasangan KH

Hasyim Asy’ari dengan Nyai Nafiqah binti kiai Ilyas

(selanjutnya disebut Nafiqah), Wahid Hasyim lahir pada Jumat,

1 Juni 1914 M/ 5 Rabi’ul Al-Awwal 1333 H di Tebuireng,

Jombang, Jawa Timur. Nama aslinya adalah Abdul Wahid,

tetapi ketika dewasa ia sering menulis namanya dengan A.

Wahid dan ditambah nama ayahnya di belakangnya, sehingga

menjadi A. Wahid Hasyim dan kemudian ia lebih dikenal

dengan Abdul Wahid Hasyim,38 tapi biasanya Nafiqah selalu

memanggil Abdul Wahid kecil dengan sebutan “Mudin.”39

Berikut silsilah keluarga KH Abdul Wahid Hasyim:

38Azyumardi Azra, Saiful Umam, Ed., Menteri-Menteri Agama

RI:Biografi Sosial-Politik, 99. 39Miftahuddin, KH A. Wahid Hasyim Peletak Dasar Islam Nusantara,

(Bandung: Marja, 2017), 25.

KH Abdul Wahid Hasyim

KH Hasyim Asy’Ari

Abdurrahman Wahid

Khadijah Aisyah Shalahudin Al-Ayubbi

Hasyim Wahid

KH Bisri Syamsuri

Nyai Nafiqah

Solichah

Umar

Nyai Khadijah

Page 39: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman

30

Kembali membahas masa kecil Wahid Hasyim, ketika ia

masih berada dalam kandungan, Nafiqah merasa khawatir

karena kehamilan kali ini berbeda dengan kondisinya saat hamil

anak-anak sebelumnya, saat mengandung Wahid Hasyim ia

merasa sangat kelelahan dan lemas. Ia menceritakan hal ini pada

suaminya (KH Hasyim Asy’ari), kemudian Hasyim Asy’ari pun

menenangkan Nafiqah, bahwasanya anak adalah rahasia

Allah.40 Selama hamil ia selalu merasa lemas dan sakit-sakitan,

seolah tidak kuat menahan kehamilan. Suatu saat ia berdoa agar

diberikan kesehatan untuk dirinya dan anak yang dikandung,

lalu ia bernazar. Bila nanti anak ini lahir dalam keadaan sehat

wal afiat, ia akan membawanya menghadap guru ayahnya di

Bangkalan, Madura, yaitu KH Kholil.41 Kembali pada

kehamilan ibu Wahid Hasyim, kondisi kehamilan Nafiqah

semakin hari semakin membaik. Kemudian lahirlah Wahid

Hasyim.42

40Aguk Irawan, All rights reserved, Sang Mujtahid Islam Nusantara,

(Jakarta: Imania, 2016), 28. 41Berdasarkan penelitian Zamakhsyari Dhofier KH Cholil Bangkalan

merupakan salah seorang dari enam tokoh ternama yang sangat menentukan warna jaringan intelektual pesantren di Indonesia. Enam tokoh yang dimaksud yakni Kiai Cholil (Bangkalan), Syaikh Ahmad Khatib (Minangkabau), Syaikh Nawawi al-Jawi (Banten), Syaikh KH Mahfuz at-Tarmisi (Termas), Syaikh KH Abdul Karim (Banten), Syaikh KH Hasyim Asy’ari (Jombang). Banyak pengasuh pesantren baik dari madura maupun Jawa Timur yang menyebut Kiai Cholil sebagai leluhur intelektual dan spiritual mereka, hampir semua kiai besar di tanah Jawa pernah berguru kepada Kiai Kholil, demikian itu karena guru dari guru-guru mereka pernah nyantri di pesantren yang diasuh olek Kiai Cholil. Begitu pula para tokoh pendiri NU yang terkemuka seperti KH Hasyim asy’ari dan KH Wahab Chasbullah juga pernah nyantri kepada kiai Cholil. Lihat. Mokh. Syaiful Bakhri, Syaichona Cholil Bangkalan: Ulama Legendaris dari Madura, (Sidogiri Kraton Pasuruan: Cipta Pusaka Utama, 2009), 21-22.

42Aboebakar, Sejarah Hidup K.H. A. Wahid Hasjim, 158. Mengenai nama Asy’ari ada juga yang berpendapat diambil dari nama kakeknya.

Page 40: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman

31

Sesuai dengan nazarnya dulu, ketika merasa

kesehatannya sudah pulih dan bayi Mudin43 sudah cukup kuat,

Nafiqah pergi ke Madura untuk menghadap guru KH Hasyim

Asy’Ari yakni Kiai Kholil. Saat itu, usia Wahid Hasyim sekitar

tiga bulan. Dari Jombang, Nafiqah tidak sendirian ia ditemani

oleh Mbah Abu pergi menuju Surabaya menggunakan kereta

api. Setelah Nafiqah sampai di Surabaya,44 Nafiqah dan Mbah

Abu meneruskan perjalanan ke pelabuhan untuk naik kapal

yang akan menyeberangkan mereka ke Pulau Madura.

Sesampainya di Pelabuhan Madura, mereka melanjutkan

perjalanan dengan andong menuju Desa Kademangan rumah

Kiai Kholil.

Turun dari andong45, kedua perempuan itu masih harus

melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki. Nafiqah sudah

kepayahan karena harus terus menggendong bayinya. Ketika

sampai di tempat yang dituju, hari sudah malam dan hujan deras

turun mengguyur Desa Kademangan. Kiai Kholil yang sangat

masyhur ternyata tinggal di pondok yang sangat sederhana

dikelilingi pekarangan yang sekaligus menjadi dinding rumah.

Pondok itu sepi dan gelap, tidak tampak ada penghuninya.

Sudah beberapa kali Nafiqah memanggil dan mengucapkan

salam, namun belum ada jawaban dari pemilik rumah. Dalam

bahasa Madura, Nafiqah kembali memanggil, “Pangapora,

43Nama panggilan Wahid Hasyim saat masih kecil. 44Untuk lebih detail cerita tentang Nafiqah menuju Bangkalan dapat

dilihat dalam buku Miftahuddin, KH A. Wahid Hasyim Peletak Dasar Islam Nusantara, 26.

45Kereta kuda sebagai kendaraan.

Page 41: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman

32

Non.”46 Dalam bahasa Indonesia kurang lebih artinya, “Permisi,

Tuan.” Setelah sekian lama menunggu, akhirnya muncul juga

tuan rumah. Kiai Kholil lalu berkata, “Kalian tidak aku izinkan

masuk ke rumah, tetapi aku juga tidak mengizinkan kalian

untuk pergi dari situ, sampai ada perintah dariku.” 47

Karena patuh pada sang guru, kedua perempuan itu tak

berani bergeser ke mana-mana hingga badannya basah kuyup.

Saat itu hujan memang turun sangat deras, diiringi petir yang

terus menyambar-nyambar. Karena kasihan dengan bayinya,

Nafiqah memberanikan diri meletakkan bayinya di beranda

rumah Kiai Kholil. Namun tidak lama kemudian, Kiai Kholil

keluar dari pondok lagi. Kiai Kholil mengatakan ia tidak

mengizinkan bayi itu ditaruh di bawah lindungan atap rumah,

dan harus dibawa lagi ke tengah halaman di tengah hujan lebat.

Nafiqah tidak membantah sedikit pun. Ia menurut, bersegeralah

Nafiqah mengambil bayinya kembali.48 Akhirnya, Kiai Kholil

minta kepada Nafiqah agar meninggalkan tempat itu. Maka

tidak ada pilihan lain, Nafiqah pun pulang ke Jombang dengan

banyak tanda tanya yang tidak terjawab saat itu, mengapa Kiai

Kholil berbuat seperti itu. Tidak mengizinkan mereka masuk ke

rumah meskipun sedang membawa bayi yang baru berusia tiga

bulan dan hujan sedang turun lebat, namun tidak pula

mengizinkan mereka untuk pulang. Rupanya, kejadian luar

46Ucapan permisi dalam bahasa Jawa. 47Miftahuddin, KH A. Wahid Hasyim Peletak Dasar Islam Nusantara,

27. 48Miftahuddin, KH A. Wahid Hasyim Peletak Dasar Islam Nusantara,

27-28.

Page 42: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman

33

biasa itu menjadi sebuah pertanda bahwa kelak Wahid Hasyim

akan menjadi orang besar.49

Sebagaimana lahirnya tokoh-tokoh besar di dunia ini,

kelahiran mereka selalu dipenuhi tanda-tanda, entah itu sebuah

peristiwa besar yang membarenginya, entah itu hari lahirnya

adalah hari sakral dan lain sebagainya. Seperti halnya kelahiran

Nabi Muhammad SAW yang dibarengi dengan peristiwa

Pasukan Gajah yang mati karena serangan burung. Begitu pula

dengan proses kelahiran Wahid Hasyim. Ini mungkin kebetulan,

tetapi bagaimana jika “kebetulan” tersebut selalu menjadi

biografi kelahiran orang-orang besar.50 Namun ada pula yang

mengaitkan peristiwa tersebut dengan kematian melalui

kecelakaan mobil saat ia menuju Bandung. Situasinya memang

mirip dengan yang terjadi di rumah Kiai Kholil pada 1914.

Di dalam buku Sejarah Hidup K.H. Wahid Hasjim, Abu

Bakar menyebutkan dengan agak rinci bagaimana fisik Wahid

Hasyim yang dikaitkan pula dengan tanda dan karakter jika

mempunyai ciri fisik tersebut. Ini disebut ilmu firasat, semacam

tafsir ilmu lokal atau kejawen, seperti dalam kitab primbon

Jawa. Bentuk badan Wahid Hasyim agak pendek.51 Ia gemuk,

tetapi tegap. Warna kulitnya tidak terlalu kuning dan tidak pula

terlalu hitam. Rambutnya hitam berkilat, yang menurut ilmu

49Mohammad Rifa’i, Wahid Hasyim: Biografi Singkat 1914-1953, 20. 50Mohammad Rifa’i, Wahid Hasyim: Biografi Singkat 1914-1953, 20.

Lihat juga karya Aboebakar, Sejarah Hidup KH. A. Wahid Hasjim. 51Kutipan ini juga terdapat dalam tulisan Aboebakar Sejarah Hidup

K.H.A. Abdul Wahid Hasjim, dimuat lagi dalam buku Mohammad Rifa’i, Wahid Hasyim: Biografi Singkat 1914-1953. Kutipan di sini merujuk pada sumber terakhir, 22.

Page 43: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman

34

firasat menandakan banyak teorinya. Matanya bulat agak lebar

dan samar-samar tampak bila bangun dari tidur agak tiada sama

lebar kedua biji matanya, menunjukkan hati jujur, tetapi mudah

jemu jika menghadapi sebuah perkara.

Hidungnya mancung, hanya ujungnya agak tumpul

sedikit, yang memberi arti kemauannya keras, hingga kadang-

kadang sampai menimbulkan pendirian yang sangat keras dan

tegas, rambutnya ikal.52 Lehernya pendek, mengisyaratkan

seorang pemberani dan konsekuen. Tulang di bawah kedua

gerahamnya menonjol, memberi alamat kuat pembelaan

terhadap sesama kawan dan sangat setia kawan. Tahi lalatnya

antara lain tampak di dada, bahu kiri sebelah atas, dan pada

salah satu ujung jarinya. Dadanya bidang, sedangkan anggota

sebelah bawah tiada seimbang dengan atas, yakni ukuran bagian

kaki lebih pendek dari punggung. Adapun tabiatnya, sebagian

banyak berlawanan dengan bentuk keadaan anggota yang

ditebak ilmu firasat. Demikian itu mungkin karena Ia memiliki

keistimewaan (atau telah mempelajari ilmu firasat) dalam ilmu

firasat, hingga oleh karenanya ia dapat mengetahui kekurangan-

kekurangannya menurut ilmu tersebut dan kemudian

kekurangan-kekurangan itu diisi dengan yang patut.53

Demikianlah kisah kelahiran Wahid Hasyim dan ciri-ciri fisik

yang dimilikinya.

52Aguk Irawan, All rights reserved, Sang Mujtahid Islam Nusantara,

45. 53Mohammad Rifa’i, Wahid Hasyim: Biografi Singkat 1914-1953, 22.

Page 44: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman

35

Lalu ia menikah pada usia 25 tahun dengan Solichah,

dikaruniai enam orang anak54 di antaranya Abdurrahman Al-

Dakhil (Gus Dur), Aisyah, Sholahuddin Al-Ayubi, Umar

Wahid, Khodijah, dan Hasyim Wahid.55 Sayangnya ia tidak

memiliki kesempatan banyak mendidik anak-anaknya, Wahid

Hasyim meninggal pada 19 April 1953 di usianya yang ke 39, 56

meninggalkan Wahid Hasyim lantaran kecelakaan mobil yang

dialaminya di Cimindi (antara daerah Cimahi dan Bandung),

kemudian dimakamkan di kampung halamannya Tebuireng,

Jombang. Kabar ini disiarkan melalui radio bahwa mantan ketua

Menteri Agama telah meninggal.57

B. Pendidikan KH Abdul Wahid Hasyim

Sejak kecil, Wahid Hasyim dikenal sangat cerdas. Ia

pendiam, tapi ramah dan pandai mengambil hati orang. Ia gemar

menolong kawan, suka bergaul dengan banyak orang tanpa

membeda-bedakan agama, pangkat, atau tingkat kekayaan. Selain

itu, Ia juga senang berkorban untuk kawan, tetapi gampang

tersinggung. Bahkan, sejak kecil hingga remaja, Wahid Hasyim

dikenal pemarah. Sifat ini lenyap ketika ia beranjak dewasa.

Hilangnya sifat pemarah itu, menurut penuturan Wahid Hasyim

54Lihat silsilah keluarga pada halaman sebelumnya. 55Supriyadi, Ulama Pendiri, Penggerak, Intelektual NU dari Jombang,

(Jawa Timur: Pustaka Tebuireng Unit Penerbitan Pesantren Tebuireng, 2015), 193.

56Mas’uddin Noor, “Almarhum K.H. A. Wahid Hasjim,” Mimbar Agama, No. 4, tahun ke 3, April 1953, 32. Kecelakaan ini terjadi pada Sabtu sekitar pukul 13:00, kemudian Wahid Hasyim langsung dibawa ke rumah sakit dan meninggal pada Minggu, 19 April 1953. Kemudian jasadnya dibawa ke Surabaya pada 20 April untuk dimakamkan di Tebuireng.

57Aboebakar, Sejarah Hidup K.H. A. Wahid Hasjim, 326.

Page 45: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman

36

sendiri setelah ia berpuasa sunah selama bertahun-tahun. Di

kalangan kaum santri, istilah untuk orang yang gemar berpuasa

adalah “ahli tirakat”. Menurut KH M. Syatari, pemimpin

Pesantren Arjawinangun, Cirebon, kebiasaan puasa sunah ini

memang sudah diajarkan sejak kecil oleh ayahnya, KH Hasyim

Asy’ari.58

Wahid Hasyim tidak pernah mengenyam pendidikan di

bangku sekolah Pemerintahan Hindia-Belanda. Dia lebih banyak

belajar secara autodidak hal ini karena ayahnya tidak

memperbolehkannya belajar di sekolah Hindia-Belanda

disamping itu Wahid Hasyim memang gemar membaca.59 Ia

banyak mempelajari kitab-kitab dan buku bahasa Arab. Wahid

Hasyim mendalami syair-syair bahasa Arab hingga hafal di luar

kepala, selain itu juga menguasai maknanya dengan baik.60

Sejak usia lima tahun Wahid Hasyim belajar membaca

Al-Quran kepada ayahnya dan sudah pandai membaca kitab suci

tersebut, ia juga belajar kitab Fathul-Qarib, Minhajul Qawim,

Mutammimah pada ayahnya di usia tujuh tahun.61

Pada usia 12 tahun, setelah tamat dari Madrasah, ia

membantu ayahnya mengajar adik-adik dan anak-anak

sebayanya. Ia mengajari adiknya, A. Karim Hasyim kitab ‘Izi di

58Miftahuddin, KH A. Wahid Hasyim Peletak Dasar Islam Nusantara, 28-29.

59Azyumardi Azra, Saiful Umam, Ed., Menteri-Menteri Agama RI:Biografi Sosial-Politik, 100.

60Mohammad Rifa’i, Wahid Hasyim: Biografi Singkat 1914-1953, 22. 61Perpustakaan Nasional Katalog Dalam Terbitan (KDT), Profil

Pahlawan Nasional, (Jakarta: Direktorat Kepahlawanan, Keperintisan dan Kepahlawanan Sosial Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial dan Penanggulangan Kemiskinan Kementerian Sosial RI, 2014), 20. Lihat juga dalam buku Mohammad Rifai, Wahid Hasyim Biografi Singkat 1914-1953, 23.

Page 46: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman

37

malam hari. Pada masa itu pula, ia giat mempelajari ilmu-ilmu

kesastraan Bahasa Arab. Cara belajarnya sebagian besar dengan

kekuatan muthala’ah dan membaca sendiri. Ini menunjukkan

betapa kuatnya ia membaca dan berpikir yang sejak kecil sudah

tertanam dalam dirinya. Zaini memberikan informasi dalam buku

karangannya K.H. Abdul Wahid Hasyim Pembaru Pendidikan

Islam, bahwa Wahid Hasyim juga tercatat sebagai anggota

perpustakaan Surabaya. Tidak seperti anggota lainnya yang

membaca berdasar sesuatu yang menjadi keinginan mereka,

Wahid Hasyim membaca semua buku yang tersedia di

perpustakaan. Sayangnya informasi yang berkaitan dengan hal ini

sangat sedikit. Bisa jadi benar bahwa beliau membaca seluruh

buku yang ada, karena jumlah buku yang tersedia saat itu masih

terbatas, atau beliau meringkas buku tersebut untuk melihat isi

buku, kemudian beliau membaca secara selektif sesuai dengan

minatnya. Singkat kata, melalui autodidak, pengetahuan yang

didapatnya sangat luas, mulai dari tafsir, hadits, fiqih, sampai

pengetahuan sejarah politik, dan filsafat.

Dia juga sempat mondok di Pondok Siwalan Pandji,

Sidoardjo, tapi hanya dalam hitungan hari. Demikian pula yang

terjadi ketika ia mencoba menimba ilmu di Pondok Pesantren

Lirboyo, Kediri.62 Pada usia 13 tahun inilah Wahid Hasyim

memulai pengembaraannya dari satu pesantren ke pesantren

62Penulis belum menemukan secara detile ilmu apa saja yang dipelajari

KH Abdul Wahid Hasyim di pesantren-pesantren yang pernah ia belajar, bahkan dalam buku Aboebakar, Sejarah Hidup KH. A Wahid Hasjim, padahal buku ini dikenal paling lengkap merangkum sejarah hidup KH Abdul Wahid Hasyim.

Page 47: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman

38

lainnya.63 Wahid Hasyim mulai nyantri64 namun dari beberapa

pondok pesantren yang ia tempati, tidak begitu lama ia nyantri.

Dengan berpindah-pindah pondok dan nyantri hanya dalam

hitungan hari itu, menurut Wahid Hasyim keberkahan guru lebih

penting bukan ilmunya, karena soal ilmu, mungkin dalam

pikirannya, bisa dipelajari di mana saja dan dengan apa saja.

Akan tetapi soal memperoleh berkah harus berhubungan dengan

kiai.65

Semangat belajarnya tidak pernah padam terutama belajar

secara autodidak. Pembuktian lain tentang pola belajar Wahid

Hasyim yang hasilnya sangat bagus adalah meskipun ia tidak

bersekolah di lembaga pendidikan Hindia-Belanda akan tetapi

pada usia 15 tahun ia mengenal huruf latin, menguasai bahasa

Inggris dan bahasa Belanda.66 Kedua bahasa itu ia pelajari dari

hasil membaca majalah yang diperoleh dari dalam negeri maupun

kiriman luar negeri. Dalam bukunya Barton menyebutkan bahwa

kecerdasan Wahid Hasyim tak terlepas dari peran Nafiqah atas

pengetahuan dan keahlian Wahid Hasyim terhadap bahasa

asing.67

Nafiqah meminta salah seorang Eropa yang bekerja

sebagai manajer di pabrik gula untuk mengajarkan Wahid

Hasyim Bahasa Inggris dan Bahasa Belanda. Sehingga tidak

63Lihat juga buku yang ditulis oleh Tim Penulis IAIN Syarif Hidayatullah, Enslikopedi Islam Indonesia, (Jakarta: Djambatan, 1992), 978.

64Nyantri adalah menimba ilmu di Pondok Pesantren, orang yang menimba ilmu di Pondok Pesantren disebut santri.

65Mohammad Rifa’i, Wahid Hasyim: Biografi Singkat 1914-1953, 23. 66Lihat, Herry Mohammad, dkk, Tokoh-tokoh Islam yang Berpengaruh

Abad 20, 35. 67Mohammad Rifa’i, Wahid Hasyim: Biografi Singkat 1914-1953, 24.

Page 48: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman

39

hanya ilmu-ilmu agama tetapi juga ilmu dunia ia pelajari.68 Hal

tersebut bisa dijadikan modal Wahid Hasyim untuk bisa masuk

menjadi elite perkotaan. Dalam belajar autodidaknya ia

berlangganan majalah Penyebar Semangat, Daulat Rakyat, dan

Panji Pustaka, majalah Indonesia ini diterbitkan oleh kelompok

nasionalis. Sedangkan dari luar negeri (Timur Tengah) ia

berlangganan Ummul Qura, Shautul Hijaz, Al-Latha’iful Al-

Musyawarah, Kllusyai-in-wad-Dunnya dan Alitsnain.69 Sejak itu

pula, ia belajar bahasa Belanda dengan jalan berlangganan dari

“Sumber Pengetahuan” Bandung yang waktu itu masih bernama

tiga bahasa. Ia mengambil dua macam bahasa, yaitu bahasa

Belanda dan Arab. Akhirnya setelah selesai dan tamat, barulah ia

kemudian mengambil bahasa Inggris. Dalam buku Sejarah Hidup

K.H. A. Wahid Hasjim yang disusun oleh Aboebakar,

menjelaskan Wahid Hasyim sudah mulai mengajar agama pada

teman-temanya sejak usia 12.70 Mulai umur 15 tahun itu pulalah,

ia benar-benar menjadi penggemar bacaan yang sesungguhnya.

Hal demikian itu mungkin disebabkan ia merasakan kenikmatan

membaca atau mungkin mengamalkan nasihat dari pepatah

Inggris “Read anything five hours a day you shall soon be

learned” yang artinya kurang lebih: baca apa saja lima jam

sehari, maka segeralah engkau menjadi terpelajar. Karena saking

68Aguk Irawan, All rights reserved, Sang Mujtahid Islam Nusantara,

97. 69Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren: Studi tentang Pandangan

Hidup Kyai dan Visinya Mengenai Masa Depan Indonesia, (Jakarta: LP3ES, 2011), 176.

70Aboebakar, Sejarah Hidup K.H. A. Wahid Hasjim, 84.

Page 49: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman

40

serius dan rajinnya atau gemarnya membaca, hingga ia harus

mengenakan kaca mata sejak awal ia memasuki umur remaja.71

Hasil dari gemarnya ia membaca dan proses berpikirnya

yang disiplin serta ketat itu dibuktikan dengan munculnya buah

tulisan tangannya yang terdapat dalam salah satu buku peringatan

milik adik kandungnya. Tulisan tersebut dibuatnya pada 1929

(pada saat usia 15 tahun). Ini adalah awal dari seorang penulis,

seorang penulis pastilah juga seorang pembaca yang rajin. Dari

sini ia terus belajar apa saja yang bermanfaat bagi kehidupannya

dan umat manusia secara keseluruhan. Pada tahun 1931 ia mulai

mengajarkan kitab Ad-Durarul Bahiyah dan Kafrawi di muka

pelajar-pelajar di malam hari, dan kadang-kadang diminta untuk

berpidato jika ada rapat umum. Pendek kata, pengaruhnya sudah

mulai tampak sekalipun hanya samar-samar. Ini adalah proses

belajar mental menjadi calon pendidik dan pemimpin kelak di

masa depan.72

Sementara itu sejak usianya menginjak umur 18 tahun

(1932), ia pergi ke Makkah. Kepergiannya di samping

menunaikan ibadah haji juga memperdalam ilmu agama.

Kepergiannya ke Makkah ditemani oleh saudara sepupunya,

Muhammad Ilyas. Selama dua tahun itu ia belajar di Makkah,

namun tidak ada banyak data yang menjelaskan aktivitas Wahid

Hasyim selama menimba ilmu di kota suci (Makkah). Hanya

menjelaskan bagaimana Wahid Hasyim yang banyak bergaul

dengan macam-macam orang dari berbagai bangsa. Namun,

71Mohammad Rifa’i, Wahid Hasyim: Biografi Singkat 1914-1953, 25. 72Mohammad Rifa’i, Wahid Hasyim: Biografi Singkat 1914-1953, 25.

Page 50: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman

41

menurut catatan riwayat hidupnya yang diterbitkan oleh

Gunseikanbu73 Jepang, ia pernah mengajar di Makkah.74 Hal ini

menjadikan Wahid Hasyim berpikir secara luas, terbuka, dan

tidak fanatik dalam menghadapi suatu persoalan. Wahid Hasyim

juga meyakini jika ajaran Islam dapat mencapai kemajuan dan

persatuan. Sepulangnya dari Makkah, Wahid Hasyim merasa

perlu mengamalkan ilmunya dengan melakukan pembaharuan di

bidang sosial, keagamaan, pendidikan, dan politik.75

Selama belajar dua tahun di Tanah Suci, dengan bekal

bahasa Inggris, Arab, dan Belanda ia dapat dengan leluasa

mempelajari sendiri pelbagai buku.76 Hasil belajar aoutodidak

yang dilakukan Wahid Hasyim ketika masih di Indonesia

sangatlah membantu. Ia sama sekali tidak canggung berinteraksi

dengan orang-orang dari berbagai negara di Makkah. Meski tidak

membawa satu pun gelar akademik, ilmu pengetahuan yang

diperoleh Wahid Hasyim selama di Makkah sangat banyak.

Hingga akhirnya dengan kemahirannya dalam membaca, sekitar

tahun 1941 Wahid Hasyim sudah mulai aktif dan menghasilkan

banyak tulisan di Suluh Nahdatul Ulama, sebelumnya ia aktif

menulis di media Berita Nahdatul Ulama dan Suara Nahdatul

Ulama. Hal ini menunjukkan bahwa ia benar-benar suka

membaca dilihat dari hasil-hasil tulisannya yang banyak di

73Gunseikanbu ialah staf pemerintahan militer pusat, Sejarah Lengkap

Indonesia, 286. 74Aboebakar, Sejarah Hidup K.H. A. Wahid Hasjim, 84. 75Mohammad Rifa’i, Wahid Hasyim: Biografi Singkat 1914-1953, 26. 76Miftahuddin, KH A. Wahid Hasyim Peletak Dasar Islam Nusantara,

35.

Page 51: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman

42

beberapa media.77 Kecintaannya dalam dunia tulis-menulis

diungkapkan pula oleh Muchit salah satu murid Wahid Hasyim,

suara mesin tulis selalu terdengar setiap malam dari salah satu

kamar di ujung kompleks Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang,

Jawa Timur. Para santri yang masih terjaga merasa terganggu.

Tapi siapa berani memprotes? Sang pengetik Abdul Wahid

Hasyim putra KH Hasyim Asy’ari pengasuh pondok pesantren.78

Sepulangnya dari Makkah pada akhir 1933, saat usia

Wahid Hasyim 19 tahun. Tiba di Tebuireng, dari ratusan santri

yang ada, Wahid Hasyim hanya memilih empat orang untuk

diasuh setiap hari secara intensif. Keempat santri itu adalah A.

Wahab Turham dari Surabaya; A. Moghni Rais dari Cirebon,

Meidari asal Pekalongan, dan Faqih Hassan dari Sepanjang.

Dengan memilih sedikit santri, Wahid Hasyim rupanya hendak

membuat proyek rintisan bagi model baru pendidikan pesantren.

Selama melakukan perjalanan ke beberapa tempat, termasuk ke

Arab Saudi, banyak sekali pengetahuan yang diperoleh Wahid

Hasyim. Dia mulai membanding-bandingkan model pendidikan

pesantren dan di luar pesantren. Ia kemudian berpikir ingin

memperbarui sistem, materi pelajaran, mental, serta cara atau

metodologi pembelajaran. Dengan berbagai pembaharuan itu,

diharapkan lulusan pesantren tidak kalah unggul dengan lulusan

non-pesantren.79

77Nugroho Dewanto, Wahid Hasyim untuk Republik dari Tebuireng:

Tokoh Islam di Awal Kemerdekaan, (Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia, 2017), 62.

78Nugroho Dewanto, Wahid Hasyim untuk Republik dari Tebuireng: Tokoh Islam di Awal Kemerdekaan, 20.

79Miftahuddin, KH A. Wahid Hasyim Peletak Dasar Islam Nusantara, 38.

Page 52: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman

43

Atas dasar pemikiran itulah, pada 1935 saat berusia 21

tahun, Wahid Hasyim di Tebuireng berhasil mendirikan madrasah

modern yang diberi Madrasah Nizamiyah. Materi pembelajaran

yang diberikan ialah hasil ramuan Wahid Hasyim sendiri, yang

belum pernah dikenal di dunia pesantren. Selain pelajaran agama,

di Madrasah Nizamiyah juga diberikan pembelajaran umum

seperti Bahasa Inggris, dan Bahasa Belanda. Tentang pelajaran

bahasa asing ini, Wahid Hasyim memegang hadits Nabi: “Barang

siapa mengetahui bahasa dari suatu golongan, ia akan aman dari

‘perkosaan’ golongan itu.” Juga pepatah mengatakan “Bahasa

adalah ilmu pengetahuan.” Dengan madrasah model baru ini,

Wahid Hasyim banyak menerima kritik tajam dari berbagai

kalangan. Namun ia tetap kukuh dalam pendiriannya. Untuk

angkatan pertama, murid berjumlah 29 orang yang dikumpulkan

dalam satu kelas. Ternyata dalam waktu singkat Madrasah

Nizamiyah menarik perhatian banyak orang, dan kelas semakin

bertambah, karena di samping mahir berbahasa Arab, murid-

murid juga dapat memperoleh dan mempelajari bahasa Inggris

dan bahasa Belanda.

C. Karya-karya KH Abdul Wahid Hasyim

Atas jasa dan prestasi beliau bagi bangsa dan masyarakat

Indonesia umumnya, pemerintah berdasarkan Surat Keputusan

Presiden Republik Indonesia No. 206 tahun 1964 tertanggal 24

Agustus 1964, Wahid Hasyim ditetapkan sebagai Pahlawan

Page 53: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman

44

Nasional Kemerdekaan Indonesia.80 Selain prestasi tersebut,

Wahid Hasyim juga meninggalkan karya-karya tulis yang patut

kita apresiasi. Sayangnya, masih sedikit kaum cendekia yang

melakukan hal ini, karya-karya tulis tersebut masih dalam

keadaan mentah dan belum ada kajian secara sistematis tentang

karya-karya tersebut. Kebanyakan buku-buku yang membahas

perjuangan dan pemikiran beliau mungkin sudah tidak bisa

ditemukan di pasaran lagi, seperti Sejarah Hidup K.H. Wahid

Hasyim. Buku ini memuat semua karya artikelnya dan pidatonya,

tapi buku ini sudah lama dan menggunakan ejaan kuno pula.

Kemudian, buku K. H. Wahid Hasyim, Riwayat Hidup dan

Perjuangannya. Walaupun relatif belum terlalu lama, tetapi sulit

didapatkan di pasaran.

Berikut beberapa karya Wahid Hasyim:

1. Karya dengan Tema Agama.

a. “Nabi Muhammad dan Persaudaraan Manusia.” Karya ini

merupakan pidatonya pada acara pembukaan Perayaan Maulid

Nabi Muhammad SAW yang diadakan di Istana Negara, Jakarta,

pada 2 Januari 1950, dan merupakan perayaan Maulid pertama

sesudah penyerahan kedaulatan Republik Indonesia.

b. “Kebangkitan Dunia Islam.” Karya ini merupakan tulisannya

dimuat di media Mimbar Agama edisi No. 1-12, Maret – April

1951. Dalam artikel ini Wahid Hasyim membahas mengenai

tumbuh suburnya agama Islam, padahal sebelum Islam

80Perpustakaan Nasional Katalog Dalam Terbitan, Profil Pahlawan

Nasional, (Jakarta: Direktorat Kepahlawanan dan Kesetiakawanan Sosial Direktorat Jenderal Pemberdayaan Soial dan Penanggulangan Kemiskinan Kementerian Sosial RI, 2014), 21.

Page 54: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman

45

memimpin masyarakat kala itu, keadaan mereka sangat kurus

kering, kuatnya Islam antara lain karena wahyu Sang Pencipta.

Bahkan Persia dan Romawi pun takut pada Islam, padahal .

contoh lain mengenai kegagahan Islam yakni Raja Al-Mansjur

penguasa Spanyol, waktu itu orang Barat menjuluki dia sebagai

“Martilnya kemurkaan Tuhan”. Dapat dilihat betapa gagahnya

Islam waktu itu.81

c. “Tidak Mudah Memenuhi Tuntunan Otak, jaitu dengan

Meninggalkan Hawa Nafsu dan Mendjalani Kebenaran” dimuat

pada majalah Mimbar Agama edisi Juni-Juli 1951. Tulisan ini

menggambarkan tingginya derajat manusia karena adanya otak

dan akal pikiran sehingga dapat memakmurkan dunia dan

membuatnya lemah menjadi kuat, namun kemudian menjadi

lemah karena adanya hawa nafsu yang dimilikinya.82

d. “Beragamalah dengan Sungguh dan Ingatlah Kebesaran Tuhan.”

Karya ini merupakan semacam pidato untuk perayaan Hari Raya

Idul Fitri yang pada saat itu, Indonesia masih berbentuk serikat

atau RIS (Republik Indonesia Serikat).

e. “Hari raya sebagai Ukuran Maju –Mundurnya Umat.” Tulisan ini

dimuat dalam Berita Nahdatul Ulama, No. 3 Th. ke 7, Desember

5, 1937, hlm 2-5.

f. “Arti dan Isi AL-Fatihah” dalam Berita Nahdatul Ulama, No. 14,

Th. ke VII, 15 Mei 1938, hlm 1-3.

81Wahid Hasjim, “Kebangkitan Dunia Islam,” Mimbar Agama, No. 1-

12, Maret-April, Th. 1951, 29. 82Wahid Hasjim, “Tidak Mudah Memenuhi Tuntutan Otak, yaitu

dengan Meninggalkan Hawa Nafsu dan Menjalani Kebenaran”, Mimbar Agama, No. 1-12, Juni-Juli, Th.1951, 3.

Page 55: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman

46

g. “Islam Agama Fitrah [Dasar Manusia]” dalam Suara Muslimin

Indonesia, No. 7, Th. Ke II, April, 1994, hlm. 2-4.

h. “Latihan Lapar Adalah Kebahagiaan Hidup Perdamaian Dunia”

dalam Penyiaran kementerian Agama, No. 4, 1309, hlm. 3-4.

2. Karya dengan Tema Politik.

a. “Perkembangan Politik Masa Pendudukan Jepang” dari Nota

Politik (November 1945).

b. “Apakah Meninggalnya Stalin Membawa Pengaruh Pada Umat

Islam? Juga Pada Umat Islam Indonesia?” dari Gema Muslimin

Tahun I No. 2, 1 April 1953.

c. “Di Belakang Layar Perebutan Kekuasaan Jendral Najib Di

Mesir,” ceramah (1952) (dari bundel catatan).

d. “Umat Islam Indonesia dalam Menghadapi Perimbangan

Kekuatan Politik Dari pada Partai-Partai dan Golongan-

Golongan,” catatan (disiarkan dalam kalangan terbatas pada

1952).83

3. Karya dengan Tema Pergerakan.

a. “Suluh”, dalam Th. I, Berita Nahdatul Ulama, No. I, Th. 1, April

1941, hlm. 1-12.

b. “Masyumi Lima Tahun”, Kutipan dari Suara Partai Masyumi,

No. 11 tahun ke-5, Desember 1950.

c. “Mengapa Saya Memilih Nahdatul Ulama?” dalam Gema

Muslimin Tahun ke-1 November 1953.

83Mohammad Rifa’i, Wahid Hasyim: Biografi Singkat 1914-1953, 44.

Page 56: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman

47

d. “Analisis Kelemahan Penerangan Islam”, salah satu uraian untuk

konferensi, mungkin sekitar tahun 1951.

4. Karya dengan Tema Perjuangan Umat Islam.

a. “Fanatisme dan Fanitisme” dalam Gempita Muslimin No. 1 tahun

ke-1 (15 Maret 1955).

b. “Siapakah yang Akan Menang dalam Pemilihan Umum yang

Akan Datang?”, dalam Gema Muslimin, tahun ke-1 Maret 1953.

c. “Akan Menangkah Umat Islam dalam Pemilihan Umum yang

Akan Datang?” kemungkinan dari sumber yang sama dalam

waktu sedikit berbeda.

d. “Agama dalam Indonesia Merdeka,” dalam koran Asia Raya, 11

Mei 1945.84

e. “Kedudukan Ulama dalam Masjarakat Islam di Indonesia”, dalam

Mimbar Agama, September 1950. Dalam tulisan ini wahid

Hasjim mengisahkan kedudukan Ulama sangat dihormati dan di

anak emaskan oleh Jepang saat konferensi, terutama pada dua

tahun awal pendudukan Jepang di Indonesia.85

f. “Umat Islam Indonesia Menunggu Ajalnya, Tetapi Pemimpin-

Pemimpinnya Tidak Tahu”. Tulisan ini ditulis dengan

menggunakan nama samaran “Makmum Bingung” pada awal 22

Desember 1951.86

84Pitoyo Darmosugito, ed., Menjelang Indonesia Merdeka: Kumpulan

Tulisan Tentang Bentuk dan Isi Negara yang Akan Lahir, (Jakarta: Gunung Agung, Anggota IKAPI, 1982), 109.

85Wahid Hasjim, “Kedudukan Ulama’ dan Masjarakat Islam di Indonesia”, Mimbar Agama, September 1950, 37.

86Mohammad Rifa’i, Wahid Hasyim: Biografi Singkat 1914-1953, 45.

Page 57: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman

48

5. Karya dengan Tema Pendidikan dan Pengajaran.

a. “Abdullah Ubaid Sebagai Pendidik” dalam Suluh Nahdatul

Ulama (NU), Agustus 1941, tahun ke-1 No. 5.87

b. “Kemajuan Bahasa, Berarti Kemajuan Bangsa” dalam Suara

Ansor, Rajab 1360 Th. IV No. 3, ditulis dengan nama Banu

Asy’ari.

c. “ Pendidikan Ketuhanan” dalam Mimbar Agama Tahun I No. 5-6,

17 November -17 Desember 1950. Ini disampaikan dalam

konferensi Pendidikan Agama di Yogyakarta. Membahas

mengenai Indonesia telah bangun sejak 50 tahun yang lalu, dan

bangkitnya Indonesia membuat orang yang berkepentingan

dengan bangsa Indonesia kaget, karena mereka tidak lagi dapat

menyanyikan lagu tidur lagi untuk Indonesia. Kemudian

mengenai pendidikan masyarakat Indonesia terbagi menjadi dua.

Pertama, golongan maghrur atau arrogant yang menganggap

dirinya lebih tau dan lebih baik dari orang lain. Kedua, golongan

maqhuur, menganggap dirinya kurang dari pada orang lain.88

d. “ Perguruan Tinggi Islam”, pidato menyambut berdirinya

Universitas Islam Sumatera Utara di Medan 21 Juni 1952.

e. “Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri”, pidato pada

pembukaan dan penyerahan PTAIN di Yogyakarta 26 September

1951.

87Miftahuddin, KH A. Wahid Hasyim Peletak Dasar Islam Nusantara,

32. 88Wahid Hasjim, “Pendidikan Ketuhanan”, Mimbar Agama, No-5-6,

November-Desember 1950, 4.

Page 58: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman

49

f. “Pentingnya Terjemah Hadis Pada Masa Pembangunan”, termuat

dalam kata sambutan dalam kitab Terjemah Hadis Bukhari

(1953) diterbitkan Fa, Widjaja: Jakarta.

g. “Tuntutan Berpikir”, kata pendahuluan agenda Kementerian

Agama 1951-1952.

6. Karya dengan Tema Mistik dan Kebatinan.

“Islam: Antara Materialisme dan Mistik”, ceramah pada malam

purnamasidi Kamis malam, 4 Desember 1952, di Jl. Pegangsaan

Timur No. 56, Jakarta. Diambil dengan tulisan cepat oleh Abd.

Halim.

7. Karya dengan Tema Kementerian Agama.

a. “Sekitar Pembentukan Kementerian Agama RIS” dalam Mimbar

Agama Tahun 2 No. 3-4, Maret–April 1951. Tulisannya kali ini

membahas cikal bakal Kementerian Agama sampai dengan

terbentuknya Kementerian Agama. Di mana awalnya

kementerian ini tidak disetujui untuk didirikan.89

b. “Penyusunan Kementerian Agama RIS”, termuat hampir di

semua surat kabar, di antaranya dalam buku Peringatan Hari-

Hari Besar Islam, Maulid Nabi Muhammad saw.

c. “Kedudukan Islam di Indonesia”, nota Tentang Penerangan

Agama (Ucapan dalam salah satu konferensi sekitar 1949).

d. “Tugas Pemerintah Terhadap Agama”, pidato yang diucapkan

dalam konferensi antara kementerian agama dan pengurus-

89Wahid Hasjim, “Sekitar Pembentukan Kementerian Agama RIS,”

Mimbar Agama, No. 3-4, Tahun ke-2, Maret-April 1951, 2.

Page 59: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman

50

pengurus besar organisasi Islam non-politik, Jakarta 4-6

November 1951.

e. “Membangkitkan Kesadaran Beragama”, pidato diucapkan dalam

sidang resepsi konferensi kementerian agama di Bandung 21-22

Januari 1951.

f. “Perbaikan Perjalanan Haji”, Mimbar Agama, No. 1-12, Agustus

1950. Menceritakan perbaikan perjalanan ibadah haji sebagai

ikhtiar perbaikan dan bertujuan masyarakat lebih cerdas selama

dalam perjalanan haji, selain itu ia juga menceritakan keburukan

perjalanan ibadah haji saat itu.90

g. “Laporan Perjalanan ke Jepang”, dikemukakan kepada P.H.I.

Kementerian Agama dan Pemerintah pada 1952.91

8. Karya dengan Tema Revolusi.

a. “Melenyapkan yang Kolot” dalam Majalah Suara Muslimin

Indonesia, 1 Juni 1944.

b. “Kebangkitan Dunia Islam” dalam Suara Muslimin Indonesia, 15

Agustus 1944, Th. Ke-2, No. 16.

90Wahid Hasjim, “Perbaikan Perjalanan Hadji”, Mimbar Agama, No. 1-

12, Agustus 1950, 8. 91Memang cukup sulit menemukan tulisan-tulisan Wahid Hasyim,

karena ia jarang mencantumkan namanya dalam tulisannya yang dimuat di beberapa majalah, seperti Soeara Nahdatoel Oelama, Berita Nahdatoel Oelama, Mimbar Agama, dan lain-lain. Beberapa tulisan kumpulan tulisan Wahid Hasjim penulis temui dalam buku Mohammad Rifa’i, Wahid Hasyim: Biografi Singkat 1914-1953, 46-47. Sehingga dalam sub-bab ini penulis banyak mengutip buku Mohammad Rifa’i.

Page 60: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman

51

D. Pemikiran KH Abdul Wahid Hasyim.

a. Pemikiran Tentang Agama

Soal pemikirannya mengenai agama dilihat berdasarkan

pidatonya pada saat pembukaan perayaan Maulid Nabi

Muhammad SAW, di Istana Negara pada 2 Januari 1950. Bagi

Wahid Hasyim agama dihadirkan di muka bumi untuk kebaikan

seluruh penghuninya karena di dalam agama diajarkan bagaimana

menolong satu sama lain. Jadi, konteks memperingati hari

kelahiran Nabi Muhammad SAW adalah menempatkan

bagaimana inti ajaran sebuah agama, terutama agama Islam, tidak

lain adalah persaudaraan manusia. Bagi Wahid Hasyim, Islam

bukan sekedar menghargai akal dan otak yang sehat, melainkan

juga menganjurkan orang supaya menyelidiki, memikirkan, dan

mengupas segala ajaran Islam, Islam tahu bahwa ajaran-ajarannya

tahan uji.

Wahid Hasyim mencontohkan konteks kelahiran Nabi

Muhammad Saw itu bukan hanya untuk orang Islam saja,

melainkan untuk semua orang. Kelahiran Nabi Muhammad hadir

di tengah-tengah masyarakat jahiliah yang selalu mengagung-

agungkan materi, dan merendahkan kaum yang lemah, orang

miskin, janda, dan anak yatim. Jadi, konteks memperingati hari

kelahiran Nabi Muhammad SAW adalah menempatkan

bagaimana inti ajaran sebuah agama, tidak lain adalah

persaudaraan manusia. Dari sinilah Wahid Hasyim mengaitkan

perayaan hari lahir Nabi Muhammad SAW dengan kondisi

bangsa yang saat itu setelah lepas dari penjajahan.92

92Mohammad Rifa’i, Wahid Hasyim: Biografi Singkat 1914-1953, 94.

Page 61: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman

52

b. Pemikiran Tentang Politik

Kita melihat Wahid Hasyim sebagai kalangan yang sangat

intens mencermati perkembangan politik. Hal ini menunjukkan

bahwa ia memiliki bakat seorang politisi atau memiliki minat di

dunia politik yang cukup kuat, dan ia memang menjadi politisi

tangguh. Wahid Hasyim membagi masyarakat dan kalangan

pergerakan Indonesia dalam tiga golongan, baik itu semasa

penjajahan Jepang sampai Indonesia mencapai kemerdekaan,

kemudian Indonesia mengalami masa mempertahankan

kemerdekaan dari hasrat menjajah kembali pihak Belanda dan

sekutunya. Ketiga golongan masyarakat dan pergerakan tersebut

adalah nasionalis sekuler, golongan ini adalah golongan yang

tidak begitu banyak memiliki semangat keagamaan. Kedua,

nasionalis Islam, golongan yang memiliki semangat tinggi

keagamaan, seperti saat pembentukan Kementerian Agama,

golongan ini sangat berharap dan mendukung berdirinya

Kementerian Agama. Ketiga, komunis/sosialis golongan

minoritas agama.93 Ketiga pembagian ini sebenarnya bisa

dikerucutkan menjadi dua saja, yaitu golongan lunak dan

kelompok radikal. Penggolongan ini merupakan hasil analisis

seorang pengamat politik ataupun politisi modernis yang suka

mengklasifikasikan. Analisis ini sungguh menarik jika melihat

latar belakang Wahid Hasyim yang berasal dari kalangan

tradisional, yaitu seorang santri.94

93Azyumardi Azra, Saiful Umam, ed., Menteri-Menteri Agama

RI:Biografi Sosial-Politik, 90. 94Mohammad Rifa’i, Wahid Hasyim: Biografi Singkat 1914-1953, 99.

Page 62: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman

53

Wahid Hasyim menilai bahwa penjajahan Jepang menciptakan sistem pemerintahan diktator. Dalam pemerintahan tersebut, yang berkuasa adalah militer, dalam hal ini Jepang. Dalam pemerintahan tersebut, Jepang tidak memberikan kebebasan di waktu damai, apalagi perang kepada pemerintah sipil dalam hal ini seluruh warga Indonesia. Selain mengamati kondisi politik nasional, Wahid Hasyim juga mengamati perkembangan politik global (dunia). Perkembangan itu dapat diakses olehnya karena pergaulannya yang luas, ia mudah bergaul sampai di Makkah pun ketika ibadah haji tak sedikit teman yang ia miliki. Hal ini juga karena ia suka membaca dan berlangganan majalah, baik dari Eropa maupun Timur Tengah sehingga inilah modal dasar dalam melihat perkembangan baik dalam negeri maupun luar negeri.

c. Pemikiran Tentang Pergerakan

Peran Wahid Hasyim dalam pergerakan memang sudah tidak diragukan lagi. Beliau pernah menjadi ketua MIAI, (cari buku yang menyatakan Wahid Hasyim ketua MIAI, ketua Masyumi,95 dan Ketua PBNU dan beberapa oraganisasi yang ia bentuk seperti LMI (Liga Muslimin Indonesia), yang ia buat setelah NU keluar dari Masyumi. Namun, dalam setiap organisasinya, ia selalu bersikap kritis. Hal ini tertuang dalam artikelnya berjudul “Masyumi Lima Tahun”. Dalam artikel ini

95Berdirinya organisasi-organisasi ini antara lain untuk mengambil hati

dan menarik perhatian orang Islam, akhirnya Jepang mendirikan Masyumi. Lihat, Bambang Suprijadi, ed., Pendidikan Pancasila untuk Mahasiswa Berdasarkan SK Dirjen Dikti No. 38/DIKTI/KEP/2002, (Jakarta: Kerjasama antara Assosiasi Guru dan Pendidikan Pancasila Jatim dan FISIP Universitas Wijaya Kusuma Surabaya, Asri Press, 2012), 57.

Page 63: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman

54

Wahid Hasyim mengamati dan mencermati perjalanan pergerakan politik Masyumi selama lima tahun. Ia menilai terkadang berbagai agenda Masyumi tidak terkontrol atau bisa dikatakan morat-marit. Menurutnya, ketidak teraturan ini apabila dibiarkan secara terus menerus, tidak baik untuk kemajuan pergerakan politik Masyumi dan umat Islam Indonesia pada umumnya. Untuk itu, beliau menawarkan pemikiran untuk membangkitkan semangat pergerakan tersebut. Pertama peningkatan efektivitas dan pola kerja sama. Kedua, peningkatan kualitas dari masa atau anggota Masyumi. Secara garis besar, ini semua penting agar sebuah pergerakan politik Masyumi terlihat kedinamisannya dalam pergerakan di Indonesia.96

Selanjutnya Wahid Hasyim aktif di MIAI, organisasi ini

merupakan persatuan seluruh organisasi Islam. Terbentuknya

MIAI berawal dari ketidak puasan atas pemerintah kolonial

Jepang, sehingga terbentuklah front bersama untuk meningkatkan

komunikasi dan musyawarah secara teratur. Kemudian hadir

tokoh muda seperti Wahid Hasyim dan Mahfud Siddiq, kedua

tokoh muda ini mewakili NU di MIAI. MIAI melarang pemuda

Indonesia ikut serta dalam pertahanan dan pergerakan yang

diorganisir oleh Jepang.97

d. Pemikiran Tentang Pendidikan

Sementara itu, untuk mengkaji pemikiran Wahid Hasyim

tentang dunia pengajaran dan pendidikan, dapat kita lihat dari

96Mohammad Rifa’i, Wahid Hasyim: Biografi Singkat 1914-1953, 106. 97Munawir Haris, “Potret Partisipasi NU di Indonesia dalam Lintasan

Sejarah,” Jurnal Review Politik: Kajian Islam dan Politik, Volume 02, Nomor 02, Agustus 2012, 100.

Page 64: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman

55

beberapa artikel yang pernah Ia tulis, di antaranya “Abdullah

Ubaid Sebagai Pendidik” (Suluh NU, Agustus 1941, Th. I No.5),

dalam artikel ini Wahid Hasyim menunjukan bahwa dirinya

adalah seorang pendidik yang humanis. Pendekatan kemerdekaan

dan kebebasan bagi yang dididik tidak lagi ditempatkan sebagai

objek, tetapi subjek, guru dan murid adalah sama-sama belajar.

Hal ini berawal dari kisah bagaimana Abdullah Ubaid

mengajarkan anaknya mandiri dan berani melalui secangkir teh

panas yang takut tumpah menyiram anaknya saat hendak

diminum, namun Ubaid tidak memberikan bantuan secara

tindakan, Ia hanya memberikan sokongan agar anaknya berani

mencoba dan terus belajar.

Bagi Wahid Hasyim, pendidikan sejak dini dengan

menanamkan nilai keberanian, kemerdekaan, dan kebebasan

berkreasi sangat penting. Pentingnya menanam nilai keberanian,

kemerdekaan, dan kebebasan berkreasi bukan hanya menurut

ukuran biasa, melainkan jika si anak tidak dididik demikian,

maka hidupnya di kemudian hari besar kemungkinannya akan

gagal dan menyesal.98 Dari sini kita melihat bahwa Wahid

Hasyim tokoh pendidik yang cermat, teliti, dan tangguh. Dalam

artikel ini, Ia banyak mencontohkan pendidikan itu dilakukan

dalam sebuah keluarga, dengan segala medannya dan

perkakasnya, tempat semua menjadi pendidik dan sekaligus

dididik satu sama lain. Mengenai soal pendidikan Wahid Hasyim

juga mencermati pentingnya kemajuan bahasa, menurutnya

98Mohammad Rifa’i, Wahid Hasyim: Biografi Singkat 1914-1953, 119.

Page 65: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman

56

kemajuan bahasa Indonesia merupakan salah satu hal yang dapat

memperkuat karakter bangsa.

Kemudian, dalam artikel berjudul “Kemajuan Bahasa

Berarti Kemajuan Bangsa” (Suara Anshor, Rajab Th. IV No. 3),

Wahid Hasyim mengkhawatirkan gejala banyak anak muda dan

beberapa pemimpin yang suka memakai bahasa asing ketimbang

bahasanya sendiri. Pemakaian bahasa asing itu menunjukkan si

pemakai kurang percaya diri atas bahasa yang dimiliki

bangsanya, bahasa Indonesia. Jika ini diteruskan, maka

pembentukan karakter kebangsaan dan proses kemajuan bangsa

akan terhambat. Untuk itulah Wahid Hasyim menyarankan agar

kita semua warga Indonesia, tidak malu memakai bahasa

Indonesia. Dari bahasa inilah kita bersatu untuk memperjuangkan

kemerdekaan dan mengisi kemerdekaan ini, kita harus berani dan

memperkuat pemakaian bahasa Indonesia. Dalam hal ini Wahid

Hasyim tidaklah menghambat atau menghalangi seseorang untuk

belajar dan menyukai berbagai bahasa asing. Penguasaan bahasa

asing merupakan hal yang penting, tetapi jangan sampai

melupakan bahasa Indonesia. Karena penggunaan bahasa

Indonesia dalam kehidupan sehari-hari merupakan bentuk

penguatan karakter sebuah bangsa yang masih muda seperti

Indonesia.

Selanjutnya ia juga mengubah sistem pendidikan di Pondok

Pesantren Tebuireng, mula-mula tradisional hanya mempelajari

ilmu-ilmu agama, hadirnya Wahid Hasyim menambahkan mata

pelajaran tidak hanya di bidang ilmu agama, namun juga ilmu

pengetahuan umum, seperti bahasa Inggris, dan lain-lain sehingga

Page 66: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman

57

terbentuklah istilah pesantren modern, demikian juga Madrasah

Nizhamiyah yang ia bangun sendiri pada 1935,99 tidak hanya soal

keagamaan, bahasa Inggris, bahasa Belanda, organisasi dan

pidato pun diajarkan, lalu setahun setelahnya ia membangun

Ikatan Pelajar-Pelajar Islam (IPPI).100 Selain itu ia membangun

taman baca di lingkungan pesantren, majalah dan buku yang ia

miliki diletakkan di perpustakaan hal ini bertujuan agar minat

baca para santri atau golongan Islam semakin tinggi, karena tidak

hanya ilmu agama pengetahuan umum juga perlu dipelajari dan

diketahui mengingat lingkungan semakin berubah. Umat Islam

terbelakang pun karena rendahnya minat baca. Wahid Hasyim

berpendapat umat Islam terbelakang dan dikuasai umat lain

karena kurangnya minat membaca, hal inilah yang membuatnya

terus berusaha memajukan pendidikan.101

Selanjutnya, Wahid Hasyim juga pernah mengatakan dalam

pidatonya saat pembukaan Perguruan Tinggi Agama Islam

Negeri, ia mengaku senang dan menyambut berderinya PTAIN

tersebut. dengan berdirinya PTAIN, lemahnya tenaga kehidupan

umat Islam dapat memiliki kesempatan untuk menjadi lebih

memperkuat kehidupan umat Islam dengan langkah ini. Sehingga

ilmu pengetahuan umat dapat bertambah. Kedua, ummat islam

sebagai golongan terbesar di Indonesia mendapat jembatan

99Azyumardi Azra, Saiful Umam, ed., Menteri-Menteri Agama

RI:Biografi Sosial-Politik, 103. 100Kerta Wijaya, Sejarah Perjuangan 130 Pahlawan dan Tokoh

Pergerakan Nasional, 14. Lihat juga buku Yanto Bashri, Retno Suffatni, ed., Sejarah Tokoh Bangsa, (Yogyakarta: LKIS, 2004), 413.

101Kerta Wijaya, Sejarah Perjuangan 130 Pahlawan dan Tokoh Pergerakan Nasional, 414.

Page 67: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman

58

berupa pendidikan untuk membangunkan rakyat dan negara.

Ketiga, sebagai penyempurna pendidikan tinggi umat Islam.

Dengan pendidikan akan tercegah suatu bahaya yang hingga kini

mengancam, meskipun banyak tidak disadari oleh orang-orang,

bahaya tersebut yakni terbelahnya generasi muda yang akan

datang menjadi dua bagian, golongan mutihan (dari perkataan

putih) dan golongan ngabangan (dari perkataan abang=merah)

seperti pada masa kolonial, mereka ditekan dan sulit untuk

berkembang. Kemungkinan tersebut tidak akan terjai jika para

pemikir bangsa menyadari dan menghindari hal-hal yang

berbahaya tersebut, oleh karenanya pendidikan sangat penting

dan perlu perhatian lebih.102

102Pidato Wahid Hasjim, “Pidato J. M. Menteri Agama Mengenai

Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri,” Mimbar Agama, no. 11, Th. 2.

Page 68: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman

59

BAB IV

POLITIK PEMERINTAHAN JEPANG DI INDONESIA

A. Politik Pemerintahan Jepang di Indonesia

Kolonialisme dan imperialisme membuat rasa

nasionalisme dan benih-benih kebangkitan nasional rakyat

Indonesia tumbuh.103 Tahun 1942 Jepang telah menguasai

seluruh pulau Jawa, bala tentara Jepang mendarat pertama kali di

Pulau Tarakan, Kalimantan Timur.104 Jepang tidak mendapat

banyak perlawanan dari Belanda yang sudah merosot moralnya

setelah Hitler menduduki tanah air mereka, Belanda menyerah

tanpa syarat di Kalijati, Bandung. Saat itu pula rakyat Indonesia

gembira karena Belanda telah pergi dari Indonesia, menurut

kepercayaan rakyat hal ini telah diramalkan oleh Jayabaya bahwa

Belanda akan segera diusir oleh bangsa berkulit kuning dari utara,

kemudian bangsa Indonesia akan merdeka pada gilirannya saat

bangsa kulit kuning dari utara tersebut terusir dari Indonesia.

Jepang disambut baik oleh rakyat Indonesia karena mereka

percaya atas ramalan Jayabaya,105 Jepang juga memberikan janji

kemerdekaan pada bangsa Indonesia. Ketika itu krisis ekonomi

sedang melanda Jepang, melihat Indonesia kaya bila dilihat dari

segi ekonomi dan jumlah penduduk Indonesia yang padat untuk

memasarkan produk Jepang. Maka Jepang melakukan supermasi

103Mani, Jejak Revolusi 1945: Sebuah Kesaksian Sejarah, (Jakarta:

Pustaka Utama Grafiti, 1989), 29. 104Sagimun, Perlawanan Rakyat Indonesia terhadap Fasisme Jepang,

(Jakarta: Inti Idayu Press, 1985), 23. 105Lihat Ahmad Safii Maarif, Islam dan Masalah Kenegaraan, (Jakarta:

LP3ES, 1985), 97.

Page 69: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman

60

ekonominya di Indonesia. Indonesia dibanjiri barang-barang

produksi Jepang yang harganya sangat murah sehingga

pemerintah Hindia-Belanda merasa adanya tekanan dari Jepang,

ekspor dan impor menjadi tidak seimbang untuk itulah Belanda

menetapkan peraturan-peraturan yang bersifat proteksi untuk

menyehatkan ekonomi menganai ekspor, impor, tenaga kerja,

perdagangan, imigrasi, penangkapan ikan, perkapalan, dan lain-

lain. Hal ini tentu tidak Jepang sukai, maka dari itu Jepang

melakukan strategi mendekati penduduk pribumi untuk

mendapatkan hati rakyat Indonesia. Jepang juga mengatakan akan

membela Islam yang katanya selalu diperlakukan sewenang-

wenang oleh pemerintahan Hindia-Belanda. Namun disamping

itu Jepang masih melakukan perundingan dengan Belanda,

Jepang terus menekan Belanda agar peraturan proteksinya

terhadap barang-barang Jepang dicabut Jepang semakin berani

menekan Belanda lantaran ia tahu bahwa Belanda sudah diduduki

Jerman. Baik Jepang maupun Belanda keduanya terus

memertahankan diri untuk mendapatkan kekuasaan di Indonesia,

sampai pada akhirnya Belanda menyerah tanpa syarat.106

Akan tetapi kekejaman rezim militer Jepang lama

kelamaan semakin tampak jelas, rakyat mulai menolak

keberadaan Jepang di Indonesia. Secara bertahap Jepang

melakukan kebijakan kerja paksa pada rakyat, perampasan bahan

makanan atau hasil perkebunan, serta propaganda mengenai

mereka sendiri yang tidak ada habis-habisnya. Akibat perbuatan

106Sagimun, Perlawanan Rakyat Indonesia terhadap Fasisme Jepang,

(Jakarta: Anggota IKAPI, 1985), 16-18.

Page 70: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman

61

Jepang, rakyat tejangkit berbagai penyakit dan bencana

kelaparan. Obat Kina yang diproduksi di Bandung tidak lagi

rakyat dapatkan karena perdagangan telah dimonopoli Jepang.107

Agar terus mendapat dukungan dari rakyat, Jepang

berusaha menyambung kerjasama baik dengan tokoh-tokoh

agama maupun tokoh-tokoh nasionalis. Di antara beberapa

lembaga yang Jepang dirikan yakni PETA yang terdiri dari

72.000 pemuda, pasukan lainnya Heiho yang berkekuatan kurang

lebih 25.000 anggota lembaga ini diberi pelatihan militer oleh

Jepang tak lain hanya untuk kepentingannya sendiri dalam

peperangan melawan sekutu. Jepang juga mendirikan Hizbullah

sebagai salah satu laskar yang bergerak di bidang militer, terdiri

dari para pemuda Islam berumur 18-22 tahun dibentuk dan dilatih

untuk kepentingan pertahanan. Kemudian Jepang membentuk

BPUPKI sebagai salah satu realisasi Jepang untuk mewujudkan

cita-cita merdeka Indonesia, ini pun karena rakyat Indonesia terus

menagih janji Jepang, maka segeralah badan ini dibentuk.

Dengan sedikit keleluasaan yang diberikan Jepang terhadap

tokoh-tokoh Indonesia dalam pemerintahan, mereka

memanfaatkan dengan baik kesempatan ini untuk mempersiapkan

kemerdekaan.108

Indonesia sangat kaya akan rempah-rempah mulai barang

tambang, timah, minyak tanah, dan lain-lain untuk keperluan

peperangannya melawan sekutu. Selain minyak bumi, banyak

tenaga manusia yang sangat dibutuhkan Jepang dalam

107Mani, Jejak Revolusi 1945: Sebuah Kesaksian Sejarah, 72. 108Mani, Jejak Revolusi 1945: Sebuah Kesaksian Sejarah, 78.

Page 71: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman

62

peperangan, itulah sebenarnya alasan utama Jepang mendekati

Indonesia dengan motif akan memberikan kemerdekaan, dan

mendekati para pemimpin pergerakan nasional dan perintis

kemerdekaan. Para tokoh pemimpin Indonesia pun menyadari hal

ini.109 Kedatangan Jepang memang membawa perubahan

signifikan, di bawah Kolonel Horie Choso Jepang melakukan

upaya dengan cara mempengaruhi sentimen Muslim agar

mendukung tujuan mereka, berusaha merekrut dukungan para

tokoh Islam (kiai). Jepang berupaya mengajak para pemimpin

Islam untuk bekerja sama dengan mereka. Salah satu usaha

Jepang untuk menarik perhatian para kiai yaitu dengan

mendirikan kursus jangka pendek untuk para kiai, selain itu ada

juga sekolah khusus untuk guru madrasah.110 Kemudian hal yang

membuat umat Muslim tidak bisa menafikan untuk membantu

Jepang dalam peperangan yakni Jepang ikut serta dalam perayaan

maulid Nabi di Ikada Persegi pada tahun 1944. Selanjutnya

Jepang juga membentuk Shummubu (1944)111, MIAI, Masyumi,

BPUPKI, sampai dengan PPKI demi mengambil perhatian rakyat

dan mendapatkan apa yang telah menjadi incarannya. MIAI salah

satu lembaga bentukan Jepang, mengasosiasikan dirinya sebagai

109Sagimun, Perlawanan Rakyat Indonesia terhadap Fasisme Jepang,

27. 110R.E Elson, “Another Look at Jakarta Charter Controvercy of 1945”,

Jstore, Southeast Asia Program Publications at Cornell University (2009), diakses pada 8 Maret 2018 pukul 8:05 WIB, 106.

111Lihat Ahmad Safii Maarif, Islam dan Masalah Kenegaraan, 98, Shumubu berdiri pada Agustus 1944, kurang lebih seperti Kantor Urusan Pribumi pada masa pendudukan Belanda kemudian berkembang menjadi lembaga yang mengurusi masalah-masalah yang dulunya berada di bawah lembaga Departemen Dalam Negeri, Departemen Kehakiman, dan Departemen Pendidikan dan Upacara Keagamaan Umum.

Page 72: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman

63

lembaga anti kolonialisme, karena inilah Jepang membubarkan

MIAI pada 28 Oktober 1943 di Jakarta bentuk MIAI yang baru

akan diumumkan selanjutnya,112 ternyata kemudian Jepang

membentuk Masyumi (Majlis Syuro Muslimin Indonesia) sebagai

pengganti MIAI, Jepang khawatir MIAI malah akan melawan dan

menyerang Jepang. Dibentuknya Masyumi dengan harapan

mudah dikontrol. Dengan memberikan kebijaksanaan tersebut

Jepang sekaligus menjinakkan umat Islam.113 Bagi umat Islam

yang diwakili oleh Hasyim Asy’ari dan Wahid Hasyim, ini

merupakan langkah awal memasuki jaringan politik dalam bidang

pemerintahan, inilah salah satu jasa Jepang terhadap umat Islam.

Pada masa pendudukan Jepang inilah para tokoh Islam

(kiai/ulama)114 mulai diikut sertakan dalam pemerintahan, sangat

berbeda dengan Belanda sedikit sekali memberi kesempatan pada

pribumi untuk ikut serta dalam pemerintahan dan politik, menurut

Kasman Singodimedjo kebijakan Jepang terhadap pemimpin

Islam yang tidak lain dipandang sebagai pemimpin formal, tapi

juga sebagai tokoh masyarakat yang sangat berpengaruh, Jepang

menyadari sangat besarnya potensi ulama,115 sehingga inilah awal

mulai tokoh Islam berkecimpung dalam pemerintahan, termasuk

112Pemboebaran MIAI, (Tjahaya: Kemis Zyuitigatu 2603). 113Ahmad Safii Maarif, Peta Bumi Intelektualisme Islam di Indonesia,

(Bandung: Mizan, 1955), cet. Ke-III, 189. 114Istilah ulama mengacu pada mereka yang dikenal ahli dalam

khazanah kitab kuning, pemimpin pesantren, dan berafiliasi dengan NU. Dalam perkembangannya ulama tidak hanya memiliki otoritas dalam bidang keagamaan, tapi juga di bidang sosial bahkan politik. Baca, Jajat Burhanuddin dan Ahmad Baedowi, Ed., Transformasi Otoritas Keagamaan: Pengalaman Islam Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama Anggota IKAPI, 2003), 1-2.

115Ahmad Safii Maarif, Islam dan Masalah Kenegaraan, 100.

Page 73: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman

64

KH Abdul Wahid Hasyim yang menjadi objek penelitian skripsi

ini. Tidak hanya itu, untuk keberhasilan pendekatan mereka,

Jepang mengizinkan pengibaran bendara Merah-Putih di mana

pada masa pendudukan Belanda hal ini sangat dilarang. Selain itu

Jepang juga membolehkan agar lagu kebangsaan Indonesia Raya

dilantunkan dan disiarkan melalui pemancar-pemancar radio serta

pengibaran bendera Merah Putih boleh dikibarkan.116 Tindakan

selanjutnya yang membuat rakyat dan para pemimpin nasional

simpatik yakni pelarangan menggunakan bahasa Belanda di

seluruh penjuru Indonesia.

Sementara menurut Dr. De Graaf, Jepang tidak pernah

menyatakan akan memberikan kemerdekaan pada Indonesia.

Politik pemerintahan Jepang semuanya tertuju pada kebutuhan

tujuan perang. Makin memburuknya militer dan ekonomi Jepang,

harga yang harus dibayar dalam kerja sama semakin meningkat.

Keadaan inilah yang memaksa Jepang untuk menjanjikan

kemerdekaan pada orang-orang Indonesia dalam waktu singkat

karena Jepang saat itu sangat membutuhkan tenaga untuk

perang.117 Tanggal 8 Agustus 1945 Soekarno, Hatta, dan

Radjiman dipanggil oleh Jenderal Terauchi. Jika nantinya tidak

ada perubahan jadwal kemerdekaan, pemerintahan Jepang,

Terauchi menjanjikan kemerdekaan akan diberikan pada 24

Agustus 1945.118

116Mohammad Hatta, Kumpulan Pidato tahun 1945-1949, (Jakarta:

Yayasan Idayu Press, 1981), 53. 117Mr. Ahmad Soebardjo, Lahirnya Republik Indonesia, (Jakarta: PT

Kinta, 1977), 56. 11820 Tahun Indonesia Merdeka, Departemen Penerangan RI, (T. pn:

T.pn, t.t,), Jilid II.Jilid II, 130.

Page 74: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman

65

Untuk dapat menyukseskan usahanya, Jepang berusaha

membuat berbagai propaganda. Seperti membuat ungkapan-

ungkapan sebagai salah satu usaha memberikan energi pada

rakyat Indonesia, hingga melahirkan semboyan gerakan A tiga,

Jepang Pemimpin Asia, Jepang Pelindung Asia, Jepang Cahaya

Asia. Namun hal ini belum cukup, karena itu Jepang membentuk

Putera (Pusat Tenaga Rakyat). Namun Putera tidak bertahan

lama, karena kurang menggerakkan hati rakyat untuk mendukung

Jepang dalam usaha peperangan.119 Propaganda lainnya yakni

Jepang mengaku sebagai saudara tua yang akan membantu

Indonesia bebas dari penjajah.120 Namun pada kenyataannya

rakyat hanya berganti tuan penjajah, Jepang tidak berbeda dengan

Belanda. Tujuan utamanya yakni mendapatkan tenaga buruh di

Indonesia dengan upah yang relatif rendah, menjadikan Indonesia

sebagai tempat penyuplai bahan mentah.121 Berbagai penderitaan

dialami rakyat, tindakan pertama kali yang dilakukan pihak

Jepang yakni pembekuan segala kegiatan politik. Pemerintahan

Jepang menerapkan sistem fasisme dan menerapkan garis politik

pemerintah yang benar-benar harus ditaati oleh seluruh rakyat.

Rakyat tidak diberikan kebebasan berpendapat sama sekali,

semua pergerakan rakyat yang berhaluan politik dilarang. Dapat

diakui bahwa kemenangan Jepang memenangkan hati rakyat

berikut wilayahnya relatif singkat dan sangat menakjubkan,

119Sagimun, Perlawanan Rakyat Indonesia terhadap Fasisme Jepang, 32. 120Adi Sudirman, Sejarah Lengkap Indonesia, (Yogyakarta: DIVA

Press, 2014), Cet. I, 281. 121Adi Sudirman, Sejarah Lengkap Indonesia, 284.

Page 75: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman

66

dengan segala janji manisnya akan memberikan kemerdekaan. Ia

pun berhasil mengusir penjajah yang sudah berabad-abad

mengakar di Indonesia.122 Di samping itu, para tokoh nasionalis

terus berusaha menumbuhkan rasa nasionalisme rakyat.

Sekitar awal tahun 1944 rasa simpati terhadap Jepang sudah

mulai hilang,123 mulai terjadi pula perlawanan-perlawanan dari

rakyat karena Jepang lama kelamaan tidak jauh berbeda dengan

Belanda yang ingin mengeksploitasi Sumber Daya Alam dan

Sumber Daya Manusia Indonesia, hanya keuntungan yang ingin

Jepang dapatkan. Para pemuda maupun tua melakukan

perlawanan, ketika itu para pemuda mempersiapkan diri untuk

pemberontakan bersenjata, baik pemuda yang memiliki

kemampuan militer maupun tidak semangat pemberontakannya

semakin meningkat. Seperti yang telah diketahui ada beberapa

gerakan yang dilakukan di bawah tanah, guna menghindari

musuh (Jepang) agar pergerakan semakin aman.124

Singkat cerita, tanggal 14 Agustus 1945 seluruh dunia

mendengar bahwa Jepang telah menyerah tanpa sarat. Radio

Tokyo juga menyiarkan, pidato Kaisar Hirohito bahwa Jepang

telah mengakhiri perlawanan. Pada tanggal yang sama Sutan

Syahrir menemui Soekarno dan Hatta mengabarkan bahwa

Jepang telah menyerah tanpa syarat, Syahrir mendesak Soekarno

untuk memproklamasikan kemerdekaan dan jangan sampai PPKI

122Slamet Muljana, Kesadaran Nasional dari Kolonialisme sampai

Kemerdekaan, 7. 123Adi Sudirman, Sejarah Lengkap Indonesia, 290. 124A.H. Nasution, Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia, (Bandung:

Angkasa, 1992), Jilid I Proklamasi, Cet. IV, 110.

Page 76: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman

67

yang melakukannya karena PPKI bentukan Jepang. Kemudian

segeralah Soekarno melakukan perundingan untuk

mempersiapkan proklamasi.125 Perundingan isi dan pelaksanaan

proklamasi dilakukan di rumah Laksamana Maeda, sementara

pengetikan teks proklamasi dilakukan oleh Sayuti Melik, namun

sebenarnya awal penyusunan teks proklamasi oleh Soekarno

Sayuti Melik kemudian mengubah yang perlu diubah lalu

mengetiknya.126 Singkat cerita, dalam persiapan kemerdekaan ini

tak hanya nasionalis sekuler yang berperan namun tokoh-tokoh

nasionalis Islam juga ikut berkecimpung di dalamnya seperti

Agus Salim, Wahid Hasyim, dan lain-lain. Tepat pada 17 Agustus

1945 Proklamasi dibacakan oleh Soekarno di rumah Soekarno

Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56 Jakarta.127

B. Pembentukan BPUPKI, Panitia Sembilan, dan PPKI.

Pengorbanan rakyat Indonesia terhadap Jepang cukup

besar. Jepang dengan program Romusha-nya128 yang telah

membunuh ribuan jiwa dan program Kumiai yang mendatangkan

bencana kelaparan, telah menjadikan kesadaran bersama baik dari

125A.H. Nasution, Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia, 203. 126Wawancara Sarman Soelaiman dengan Pengetik Nasah Proklamasi

Kemerdekaan RI Sayuti Melik, 14 September 1986. 127Aman, Sejarah Indonesia Masa Kemerdekaan: 1945-1998,

(Yogyakarta: Ombak, 2015), 11. 128Romusha rakyat dikerahkan untuk bekerja demi kepentingan militer

Jepang tanpa bayaran. Ribuan rakyat dikerahkan untuk kepentingan tersebut, ribuan rakyat banyak yang mati di tengah perjalanan atau di tempat kerja sehingga para pekerja yang diberangkatkan untuk Romusha jarang kembali pulang ke kampung halaman. Jika pun mereka kembali wujudnya sangat menyedihkan, kurus kering seperti tinggal kulit dan tulang, dan pakaiannya compang camping. lihat buku Kesadaran Nasional: dari Kolonialisme sampai Kemerdekaan karya Slamet Muljana, 11.

Page 77: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman

68

kalangan tokoh-tokoh di Indonesia hingga golongan rakyat. Inilah

yang mendasari desakan rakyat untuk segera ingin merdeka dan

menagih janji Jepang yang akan memberikan kemerdekaan.

Desakan tersebut membuahkan hasil, dibentuklah Dokuritsu

Zyunbi Tyosakai (BPUPKI),129 selain itu Jepang juga

mempersiapkan Lembaga Latihan Nasional, yang akan memberi

kesempatan kepada rakyat Indonesia untuk menjadi pemimpin

yang nantinya akan bekerja di pemerintahan negara baru, dan

memperluas pembicaraan-pembicaraan tentang kemerdekaan

Indonesia.130

Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan

Indonesia (BPUPKI), lembaga ini telah sah dan berdiri pada 1

Maret 1945. Diumumkan oleh Panglima Tentara Jepang, Seiko

Shisikan Kumaichi Harada. Pembentukan lembaga ini sebagai

salah satu realisasi janji Jepang untuk memberikan kemerdekaan

pada Indonesia. Berlanjut dengan pengumuman pengurus dan

anggota BPUPKI pada 29 Maret 1945.131 Anggota BPUPKI

awalnya berjumlah 62 orang kemudian bertambah enam hingga

berjumlah 68 orang. BPUPKI melakukan sidang selama dua kali,

di antaranya pada 29 Mei-1 Juni 1945, dan 10 Juli-17 Juli

1945,132 BPUPKI resmi dibubarkan pada 7 Agustus 1945.

129Zainul Milal Bizawie, Laskar-laskar Ulama Santri dan Resolusi

Jihad: Garda Depan Menegakkan Indonesia (1945-1949), (Pustaka Compass: Tangerang, 2014), 157.

130Rokhmani Santoso, Yusmar Basri, dkk, Hari-hari Menjelang Kemerdekaan 17 Agustus 1945, (Markas Besar Angkatan Bersenjata Republik Indonesia Pusat Sejarah dan Tradisi ABRI, 1988), 5.

131D. Rini Yuniarti, BPUPKI, PPKI, Proklamasi Kemerdekaan RI, 3. 132Slamet Muljana, Kesadaran Nasional dari Kolonialisme sampai

Kemerdekaan, 19.

Page 78: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman

69

Menurut pengamatan Prawoto Mangkusasmito dari 68 anggota

BPUPKI hanya 15 orang yang benar-benar mewakili aspirasi

Islam sebagai dasar negara jika dipersentasekan hanya sekitar 20

persen. Wakil-wakil golongan Islam itu antara lain KH. Ahmad

Sanusi, Ki Bagus Hadikusumo, KH Mas Masykur, Abdul Kahar

Muzakkir, KH. Abdul Wahid Hasyim, KH Masykur, Sukiman

Wirdjosandjojo, Abikusno Tjokrosudjoso, Agus Salim, dan KH

Abdul Halim.133 Kemudian lahir Panitia Sembilan, disebut

demikian karena jumlah anggota tim tersebut berjumlah sembilan

orang terdiri dari Ir. Soekarno, Mohammad Hatta, A.A Maramis,

Abikusno Tjokrosujoso, Abdulkahar Muzakkir, Agus Salim, A.

Soebardjo, Abdul Wahid Hasyim, dan Mohammad Yamin.134

Panitia Sembilan dibentuk di Gedung Chuo Sang In,135 adanya

panitia ini guna menyempurnakan rumusan Pancasila dari pidato

Soekarno dalam versi Piagam Jakarta.136 Soekarno sebagai ketua

Panitia Sembilan memanfaatkan masa persidangan Chuo Sangi In

(berdiri 1943) pada 18-21 Juni di Jakarta untuk membicarakan

soal tugas-tugas Panitia Sembilan. Panitia Sembilan bertugas

merumuskan rancangan Pembukaan Undang - Undang Dasar

(Preambule), membuat Dasar Negara.137 Dibentuknya panitia ini

sebagai ikhtiar agar bersatunya pandangan golongan kebangsaan

133Ahmad Safii Maarif, Islam dan Masalah Kenegaraan, 102. 134Moh. Tolchah Mansoer, Teks Resmi dan Beberapa Soal tentang

U.U.D 1945, (Bandung: ALUMNI, 1983), 74. 135Chuo Sangi In adalah Badan Pertimbangan Pusat, lihat Hari-hari

Menjelang Proklamasi, 4. 136Yudi Latif, Negara Paripurna: Historisitas, Rasionalitas, dan

Aktualitas Pancasila, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2015), Cet. Ke-V, 39.

137Yudi Latif, Negara Paripurna: Historisitas, Rasionalitas, dan Aktualitas Pancasila, 76.

Page 79: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman

70

dan golongan Islam, akhirnya pada 22 Juni 1945 Panitia

Sembilan berhasil membentuk Rancangan Pembukaan Undang-

Undang Dasar 1945 yang di dalamnya tercantum tujuan dan dasar

negara, naskah pembukaan tersebut kemudian dikenal dengan

Istilah Piagam Jakarta.138

Kemudian berdiri Panitia Persiapan Kemerdekaan

Indonesia (PPKI) oleh Jepang pada 7 Agustus 1945, diresmikan

pada tanggal 12 Agustus 1945 rencananya akan mulai bekerja

pada tanggal 19 Agustus 1945 untuk menyelesaikan konstitusi,139

dengan jumlah anggota 21 orang, ketua Ir. Soekarno dan wakil

ketua Moh. Hatta termasuk di dalamnya Wahid Hasyim sebagai

anggota. Jepang telah terdesak menghadapi sendiri musuh-

musuhnya sementara Italia dan Jerman telah lebih dulu

menyerah,140 kemudian kota Nagasakti dan Hirosima dibom atom

oleh sekutu (Amerika) pada 6 Agustus dan 9 Agustus,141 dan

penyerahan tanpa sarat dari Jepang. Pada 14 Agustus 1945 para

delegasi Indonesia yang datang dari Saigun memberitakan bahwa

Kota Nagasakti dan Hirosima sudah dibom, ini merupakan

kesempatan bagus untuk Indonesia segera memerdekakan diri,

138Ahmad Sukardja, Piagam Madinah dan Piagam Jakarta: Kajian

Perbandingan tentang Dasar Hidup Bersama dalam Masyarakat yang Majemuk, (Jakarta: UI Press, 1995), 43.

139Penyambutan pembentukan PPKI dilakukan pada tanggal 12 Agustus 1945 di Tidar Undozyo Magelang, hal ini mendapat sambutan dan perhatian besar dari penduduk dan semua golongan. Lihat. “Rapat Besar Menyamboet Pembentoekan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia,” Asia Raya, Agoest 2605 Th. ke IV No. 191.

140Badan Pemurnian Sejarah Indonesia-Minangkabau (B.P.S.I.M), Sejarah Perjuangan Kemerdekaan Republik Indonesia di Minangkabau 1945-1950, 105.

141Slamet Muljana, Kesadaran Nasional dari Kolonialisme sampai Kemerdekaan, 31.

Page 80: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman

71

soal kemerdekaan sudah berada di tangan Indonesia sebagai hak

dan wewenang rakyat. 18 Agustus 1945 merupakan awal

pertemuan membicarakan lembaga tersebut untuk membicarakan

konstitusi.142 Awalnya PPKI dibentuk sebagai badan yang

mengurus persiapan penyerahan pemerintahan dari Jepang ke

pihak PPKI. Selain itu PPKI juga bertugas menyelesaikan dan

mengesahkan Rancangan UU Dasar dan Falsafah Negara

Indonesia yang sudah dipersiapkan oleh BPUPKI,143

memusyawarahkan cara proklamasi kemerdekaan Indonesia,

memilih presiden dan wakil presiden,144 serta membicarakan

struktur negara menurut Undang - Undang Dasar 1945.145

Pada 18 Agustus 1945 PPKI menetapkan Undang -

Undang Dasar Negara Republik Indonesia, memilih Ir. Soekarno-

Moh. Hatta sebagai Presiden dan wakil Presiden,146 dibentuknya

Komite Nasional,147 menetapkan bahwa Indonesia bukanlah

142R.E Elson, Another Look at Jakarta Charter Controvercy of 1945,

(Jstore: Southeast Asia Program Publications at Cornell University, 2009), diakses pada 8 Maret 2018 pukul 8:05 WIB, 119.

143Hatta mengatakan dalam sambutannya pada saat pemebntukan PPKI, bahwa PPKI ini bertugas dan berkewajiban menyusun kemerdekaan Indonesia dengan selekas-lekasnya. Wahid Hasyim juga mengatakan dalam sambutannya bahwa PPKI sebagai langkah yang paling akhir ke arah Indoneisa merdeka. Lihat, “Samboetan Para Terkemuka atas Pembentoekan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia,” Soeara Asia, Kemis Pon, 9 Agoest 2605, Th ke IV, No. 191.

144D. Rini Yuniarti, BPUPKI, PPKI, Proklamasi Kemerdekaan RI, 30. 145Mohammad Hatta, Memoir, (Jakarta: PT Tintamas Indonesia, 1979),

cet. I, 461. 14620 Tahun Indonesia Merdeka, (Departemen Penerangan RI), Jilid II,

117. 147Beberapa upaya Komite Nasional yakni menyatakan keamanan

rakyat Indonesia untuk hidup sebagai bangsa yang merdeka, mempersatukan rakyat dari segala lapisan dan jabatan, supaya terpadu pada segala tempat di seluruh Indonesia, membantu keamanan rakyat dan turut menjaga keselamatan umum, membantu pemimpin dalam menyelenggarakan cita-cita Bangsa

Page 81: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman

72

negara Islam melainkan Negara Kesatuan Republik Indonesia,

dan lain-lain. Dalam waktu yang panjang tanggal 1 Juni 1945

dapat diartikan sebagai hari lahir Pancasila, pada hari itulah lima

prinsip dasar negara dikemukakan. Meskipun begitu lima prinsip

dasar tersebut memerlukan persetujuan kolektif dari anggota

lainnya melalui perumusan Piagam Jakarta (22 Juni 1945).

Kemudian mendapat keputusan akhir melalui proses pengesahan

konstitusional pada tanggal 18 Agustus 1945.148 Sejak disahkan

secara konstitusional pada 18 Agustus 1945, sejak itu pula

Pancasila dapat dikatakan sebagai falsafah negara, padangan

hidup, ideologi negara, dan pemersatu peri kehidupan kebangsaan

dan kenegaraan Indonesia.

PPKI dipandang sebagai salah satu kekuatan dan patokan

Indonesia kokoh. Karena PPKI memiliki tanggung jawab

mendudukkan Indonesia agar kokoh dan tegap berdasarkan sendi-

sendi yang akan mempersatukan seluruh rakyat Indonesia. Wahid

Hasyim juga mengatakan PPKI ialah langkah yang paling akhir

untuk menuju kemerdekaan, di sinilah letak bangun atau

jatuhnya, mulia atau hancurnya bangsa Indonesia. Namun

meskipun begitu PPKI bukan berarti sumber yang dapat

menghitamkan atau memutihkan Indonesia, atau menegakkan dan

meruntuhkannya, akan tetapi kembali kepada dorongan rakyat

Indonesia sendiri untuk membangun dan mengokohkan Indonesia

Indonesia, dan di daerah membantu pemerintah daerah untuk kesejahteraan umum. Lihat arsip “Sekretariat Negara RI 1945-1949”, No. Inventaris 155, Thn. 1945, 4.

148Yudi Latif, Negara Paripurna: Historisitas, Rasionalitas, dan Aktualitas Pancasila, 40.

Page 82: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman

73

melalui sokongannya terhadap PPKI dalam pembentukan dan

perumusan dasar negara, dll.149 Pembentukan PPKI ini sangat

tidak disangka-sangka oleh beberapa pemimpin dan tokoh

Indonesia. Seperti yang diungkapkan oleh Dr. Radjiman

bahwasanya pembentukan PPKI di luar dugaannya, terbentuk

lebih cepat pada 7 Agustus 1945.

C. Hubungan KH Abdul Wahid Hasyim dengan Jepang

Selain aktif dalam bidang politik dan organisasi seperti

NU, MIAI,150 Masyumi, Wahid Hasyim aktif juga dalam bidang

tulis menulis. Ia mengelola seperti Soeloeh Nahdatoel Ulama,

Berita Nahdatoel Oelama151 pada majalah ini ia menjadi seorang

redaktur. Wahid Hasyim juga membentuk Badan Propaganda

Islam, setiap anggota Badan Propaganda Islam giat berorasi

melalui radio-radio dan pada rapat-rapat umum.152 Wahid

Hasyim selalu optimis dan meyakini bahwa kemerdekaan sudah

semakin dekat, maka dari itu rakyat Indonesia harus lebih

memiliki rasa nasionalisme untuk bebas dari kesulitan yang

149Soeara Asia “Samboetan Para Terkemuka atas Pembentoekan Panitia

Persiapan Kemerdekaan Indonesia”, Kemis Pon, 9 Agustus 1945, Tahun ke VI-No. 191.

150MIAI merupakan salah satu organisasi yang mewadahi Wahid Hasyim dalam perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia. Bisa dilihat dalam majalah “Ma’loemat Dewan M.I.A.I”, Berita Nahdatoel Oelama, November, No. 1, Th. ke.11, 9/9.

151Dapat dilihat di cover majalah Soeloeh Nahdatoel Oelama dan Berita Nahdatoel Oelama Wahid Hasyim tertera sebagai salah satu redaktur, hal ini menunjukkan bahwa ia cukup berpengaruh dalam tulisan, namun sayangnya kebanyak tulisan Wahid Hasyim tidak disertakan nama penulis (anonim).

152Lihat laporan penelitian Choirun Niswah, “Wahid Hasyim dan Pancasila: Studi Pemikiran atas Pemikirannya tentang Dasar Negara (1945-1953),” (Laporan Penelitian, Pusat Penelitian Institut Agama Islam Negeri Raden Fatah Palembang (1999/2000).

Page 83: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman

74

diciptakan para penjajah. Sesekali Wahid Hasyim menyinggung

Jepang di mana berwacana akan memerdekakan Indonesia di

kemudian hari, baik dalam pidato maupun tulisan.153 Di samping

itu, Jepang memang sudah berminat dan sengaja mendekati

pemimpin Islam dari pada pemimpin nasionalis sekuler, dengan

harapan para pemimpin Islam dapat digunakan sebagai bahan

propaganda.154 Sebenarnya awal dari Wahid Hasyim mendekati

Jepang bermula saat Pesantren Tebuireng ditutup oleh Jepang,

kemudian KH Hasyim Asy’ari155 dipenjarakan oleh Jepang hal

ini karena KH Hasyim Asy’ari memiliki banyak pengikut dan

dianggap akan mengancam keberadaan Jepang, apalagi saat

Hasyim Asy’ari menolak seikeirei156 ia dipenjarakan dengan

alasan membuat kerusuhan di pabrik gula Jombang, padahal ini

hanya tak tik Jepang untuk menjauhkan Hasyim Asy’ari dengan

masyarakat. Namun akhirnya dibebaskan pada 18 Agustus 1942

karena mendapat banyak protes dari pemuka agama, Jepang

khawatir simpati masyarakat berkurang karena Jepang telah

memenjarakan tokoh yang paling masyarakat segani dan

153Nugroho Dewanto, Wahid Hasjim dari Tebuireng untuk Republik,

92. 154Munawir Haris, “Potret Partisipasi NU di Indonesia dalam Lintasan

Sejarah,” Jurnal Review Politik: Kajian Islam dan Politik, Volume 02, Nomor 02, Agustus 2012, 101.

155KH Hasyim Asy’ari merupakan ayah dari KH Abdul Wahid Hasyim. Kh Hasyim Asy’ari merupakan pendiri NU, lihat. Aguk Irawan MN, Penakluk Badai: Novel Biografi KH Hasyim Asy’ari, (Yogyakarta: Qalam Nusantara, 2016), cet. IV, 404-417.

156Seikeirei merupakan acara ritual membungkukkan badan ke arah kaisar Tenno Haika, yang dipercaya oleh Jepang sebagai Dewa Matahari. Namun ritual ini ditolak karena dianggap bertentangan dengan ilmu tauhid ummat Islam. Lihat. Munawir Haris, “Potret Partisipasi Politik NU di Indonesia dalam Lintasan Sejarah,” Junral Review Politik, Vol. 02, No. 02, Agustus 2012, 101.

Page 84: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman

75

percayai.157 Kekejaman Jepang semakin hari semakin nyata, tidak

hanya kerugian bidang materiil, tapi juga dari sisi mentalitas dan

kehormatan, ketika itu para perempuan Indonesia dijadikan

sebagai pemuas seks tentara Jepang, tak hanya itu rakyat juga

tidak bebas mengeluarkan berpendapat.158

Akhirnya Wahid Hasyim pergi ke Jakarta mencari dan

menjalin hubungan dengan pembesar-pembesar Jepang.

Kemudian ia bertemu dengan Hamid Nobuharu Ono orang yang

mengerti Islam dari Jepang, dan kebetulan ia tertarik pada

Nahdatul Ulama, sehingga sering mengikuti acara peci hitam di

majelis KH Hasyim Asy’ari. Lewat Hamid Ono akhirnya KH

Hasyim Asy’ari dibebaskan dari penjara pada akhir tahun 1943.

Perkenalan melalui Hamid Ono inilah menjadi kesempatan

Wahid Hasyim untuk melancong ke Jepang, bukan untuk tunduk

pada Jepang tapi untuk kepentingan rakyat Indonesia sendiri

seperti untuk memudahkan pergi haji dengan membeli kapal laut

sendiri khusus untuk rakyat tidak lagi menggunakan milik

penjajah.159 Usahanya mendekati Jepang berjalan sesuai rencana,

ia diajak bergabung untuk mengurus pemerintahan, Wahid

Hasyim ditunjuk sebagai ketua Masjlis Syuro Muslimin

157Munawir Haris, “Potret Partisipasi NU di Indonesia dalam Lintasan

Sejarah,” Jurnal Review Politik: Kajian Islam dan Politik, Volume 02, Nomor 02, (Agustus 2012), 101.

158Nidjo Sandjojo, Abdul Latif Hendraningrat Sang Pengibar Bendera Pusaka 17 Agustus 1945, (Jakarta: PT Pustaka Sinar Harapan, Anggota IKAPI, 2011), 23.

159Nugroho Dewanto, Wahid Hasjim dari Tebuireng untuk Republik, 94.

Page 85: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman

76

Indonesia (Masyumi)160 dalam kesempatan ini Wahid Hasyim

membentuk sebuah barisan Hizbullah161 yang akan membantu

masyarakat dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia,

Hizbullah berdiri pada tahun 1944.162 Awalnya Jepang

mencurigai barisan Hizbullah, namun Wahid Hasyim berhasil

membuat Jepang percaya bahwa barisan Hizbullah tersebut untuk

kemenangan Asia Timur Raya.163 Akhirnya latihan militer Jepang

berikan lewat Hizbullah pada para pemuda Islam, sehingga tidak

hanya ilmu agama yang dipelajari tapi juga militer. Setelah

mendapat pelatihan militer di Hizbullah banyak pemuda yang

ikut bergabung dengan PETA.164 Di sini dapat kita lihat bahwa

betapa cerdasnya dan begitu baiknya hubungan antara Wahid

Hasyim dengan Jepang sehingga Jepang pun memercayai Wahid

160Masyumi ialah sebagai organisasi umat Islam yang bergerak di

bidang Politik. Lihat, Titik Triwulan Tutik dan Jonaedi Efendi, Membaca Peta Politik Nahdatul Ulama: Sketsa Politik Kiai dan Perlawanan Kaum Muda NU, (Jakarta: Tim Lintas Pustaka, 2008), 41.

161Barisan Hizbullah semacam barisan ketentaraan yang dibuat untuk mempersiapkan kemerdekaan, dibentuk Wahid Hasyim saat ia menjabat sebagai ketua MIAI. Bandingkan dengan Munawir Haris, “Potret Partisipasi NU di Indonesia dalam Lintasan Sejarah,” 101. Dalam jurnal ini dijelaskan bahwasanya Wahid Hasyim meminta Jepang untuk mengajarkan para santri ilmu atau pelatihan ketentaraan yang dipusatkan Cibarusa ketika ia menjabat sebagai dewan Chuo Sangi In. Kemudian lahirlah Hizbullah dan Sabilillah. Kemudian dapat kita lihat bahwa tak hanya Hizbullah, namun kantor urusan agama dan MIAI pun hadir di tengah masyarakat hasil perjuangan para pemimpin para Islam dan ulama. Memalui organisasi dan lembaga tersebut Islam dapat lebih bebas bergerak, dan kehadirannya nyata dalam pemerintahan, kenegaraan, politik, dan kemasyarakatan. Baca Ahdi Makmur, Relasi Ulama Umara: Profil Historis Prilaku Politik Ulama NU di Indonesia, (Yogyakarta: IAIN Antarsari Press, 2014), 27.

162Deliar Noer, Partai Islam di Pentas Nasional 1945-1965, (Jakarta: PT Pusaka Utama Grafiti, 1987), 28.

163Nugroho Dewanto, Wahid Hasyim untuk Republik dari Tebuireng, 96.

164Deliar Noer, Partai Islam di Pentas Nasional 1945-1965, 28.

Page 86: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman

77

Hasyim dengan mudah. Kemudian Jepang membentuk MIAI,165

eksistensi MIAI semakin hari semakin baik dengan segala tugas-

tugasnya dan diperhitungkan oleh para penguasa. Tercatat bahwa

sudah dua kali Jepang mengadakan pertemuan dengan para

pemimpin MIAI,166 membicarakan banyak hal, salah satunya

mengenai kemaslahatan umat Islam. Jepang pula memberikan

penghargaan pada MIAI, dengan diberikannya fasilitas berupa

gedung sebagai kantor MIAI di Jakarta.

Wahid Hasyim sendiri pernah menjabat sebagai ketua

Dewan MIAI, namun kemudian dalam surat maklumat Dewan

MIAI disampaikan bahwasanya Wahid Hasyim mengundurkan

diri sebagai Ketua Dewan MIAI. Hal ini dikarenakan KH Hasyim

Asy’Ari (ayah Wahid Hasyim) sudah lanjut usia untuk itu ia

meminta untuk Wahid Hasyim menggantikannya untuk mengurus

dan memangku Pondok Pesantren Tebuireng di Jombang yang

berjumlah kurang lebih 1500 murid. Akhirnya Wahid Hasyim

diperbolehkan mengundurkan diri sebagai Ketua Dewan MIAI,

karena tidak mungkin Wahid Hasyim sekaligus menyandang dan

mengurus kedua tanggung jawab besar tersebut.167 Meskipun

demikian, dalam surat Dewan MIAI kepada HBNO (Himpunan

165Sekitar pembentukan MIAI sudah dijelaskan pada bab IV, berdiri

pada 1937 di Surabaya, berdirinya MIAI atas prakarsa beberapa tokoh Nahdatul Ulama dan Muhammadiyah di antaranya KH Mas Mansyur, KH Abdul Wahab Hasbullah, KH Ahmad Dahlan, dan KH Hasyim Asy’ari. MIAI berdiri sebagai wadah dari organisasi-organisasi Islam seperti SI, Muhammadiyah, Al-Islam, Al-Irsyad, NU, dan lain-lain. lihat Artawijaya, Belajar dari Partai Masyumi, 52-53.

166MIAI diketuai oleh Wahid Hasyim, lihat. Berita Nahdatoel Oelama, Th. ke 10, 15 Mei 1941, h. 8/310.

167 “Ma’loemat Dewan MIAI,” Berita Nahdatoel Oelama, No.1 Th. ke-11, November, 10/10.

Page 87: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman

78

Besar Nahdatoel Oelama), 23 September 1941 No. 788/DM

mengatakan sangat menyayangkan Wahid Hasyim

mengundurkan diri dari MIAI, padahal buah pikirnya sangat

bagus untuk perkembangan MIAI sendiri. Berhentinya Wahid

Hasyim tentulah berpengaruh kurang baik untuk MIAI, karena

organisasi terebut kehilangan tokoh penting. Meskipun Wahid

Hasyim sudah tidak menjabat sebagai Ketua Dewan MIAI, ia

tetap saja masih diundang satu minggu sekali untuk berkunjung

pada MIAI Surabaya.168

Selain mendirikan MIAI, Jepang pun mengizinkan untuk

penerbitan majalah Islam yang bernama Soeara Islam.169

Kemudian Wahid Hasyim juga pernah diangkat sebagai ketua

Shumubu, awalnya tugas ini diberikan pada KH Hasyim Asy’ari

sebagai simbol yang dapat mempengaruhi masyarakat170, namun

KH Hasyim Asy’ari melimpahkan tugas sebagai ketua Shumubu

kepada Wahid Hasyim. Selanjutnya pernah menjadi salah satu

anggota Chu Shang In171 atau Badan Pertimbangan Pusat,

bertugas memberikan usul kepada pemerintah Jepang dan

menentukan tindakan yang akan dilakukan bala tentara Jepang.172

168Berita Nahdatoel Oelama, Th. ke-11. 169Miftahuddin, KH A. Wahid Hasyim Peletak Dasar Islam Nusantara,

(Bandung: Marja, 2017), 94. 170Ahmad Safii Maarif, Islam dan Masalah Kenegaraan, (Jakarta:

LP3ES, 1985), 98. 171Chu Shang In berdiri pada September 1943, lihat Mohammad Hatta,

Memoir. 172Rokhmani Santoso, dkk, Hari-hari Menjelang Kemerdekaan

Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, (Markas Besar Angkatan Bersenjata Republik Indonesia Pusat Sejarah dan Tradisi ABRI, 1988), 3.

Page 88: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman

79

BAB V

KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM

PERUMUSAN PIAGAM JAKARTA

A. Kiprah KH Abdul Wahid Hasyim dalam Perumusan Piagam

Jakarta

Seiring dengan terbentuknya Badan Penyelidik Usaha-

usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), Wahid

Hasyim lagi-lagi terpilih menjadi salah satu anggota. BPUPKI

dibentuk oleh pemerintah Jepang dengan nama Dokuritsu Junbi

Cosakai, sebagai bentuk tindakan untuk kemerdekaan Indonesia,

selain itu Jepang juga mempersiapkan Lembaga Latihan

Nasional, dan lebih banyak membicarakan soal kemerdekaan

Indonesia.173 Sidang-sidang BPUPKI dilakukan di Gedung

Chusang In, kini Gedung Pancasila, Jalan Pejambon, Jakarta

Pusat.174 Rapat BPUPKI kesulitan mengambil keputusan

mengenai dasar negara. Hingga rapat terakhir, belum ada

keputusan yang bisa diambil ihwal dasar negara. Maka

dibentuklah tim kecil terdiri atas sembilan orang.175 Karena

berjumlah sembilan orang, tim kecil tersebut juga sering disebut

“Tim Sembilan” atau “Panitia Sembilan” Wahid Hasyim menjadi

salah satu anggotanya. Panitia Sembilan terdiri dari Soekarno

173M.Yamin, Sapta Dharma : Patriotisme Indonesia, (Jakarta: Yayasan

Prapanca, 1959), 5. 174Nugroho Dewanto, Wahid Hasyim untuk Republik dari Tebuireng,

98. 175D. Rini Yuniarti, BPUPKI, PPKI, Proklamasi Kemerdekaan RI. 26.

Lihat juga Miftahuddin, KH A. Wahid Hasyim Peletak Dasar Islam Nusantara, 50.

79

Page 89: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman

80

(nasionalis muslimm sekuler), Mohammad Hatta (nasionalis

muslim sekuler), A. A Maramis (nasionalis Kristen sekuler),

Abikoesno Tjakrasoejoso (nasioalis Islam tokoh Partai Syarikat

Islam Indonesia), Abdul Kahar Muzakkir (nasionalis Islam tokoh

Muhammadiyah), Haji Agus Salim (nasionalis Islam tokoh Partai

Penyadar), Achmad Soebardjo (nasionalis muslim sekuler),

Muhammad Yamin (nasionalis muslim sekuler), dan Wahid

Hasyim (nasionalis Islam tokoh Nahdatul Ulama).176 Tugas

utama Panitia Sembilan, sebagaimana dinyatakan oleh ketua

BPUPKI, Dr. Radjiman Widyodiningrat, ada dua. Pertama,

memeriksa dan menerima usulan anggota BPUPKI. Kedua,

menyusun rancangan pembukaan (preambule) undang-undang

dasar negara. Panitia Sembilan inilah yang bertugas membuat

rancangan atau draf Preambule (pembukaan) Dasar Negara.177

Panitia ini berusaha menghasilkan suatu rumusan yang

menggambarkan tujuan dan asas dari pembentukan negara

Indonesia Merdeka.178 Mengenai tugas pertama, Panitia Sembilan

mencatat, hingga berlangsungnya sidang hari itu, ada 40 usulan

dari anggota. Oleh Tim Sembilan, 40 usulan tersebut

dikelompokkan dalam sembilan jenis permasalahan di antaranya:

1) Mengenai permintaan agar Indonesia segera merdeka

2) Mengenai Dasar Negara

176Ridwan Saidi, Status Piagam Jakarta: Tinjauan Hukum dan Sejarah,

(Jakarta: Majlis Himpunan Mahasiswa Islam Loyal untuk Bangsa (Mahmilub), 2007), 16.

177Denny Indrayana, Amandemen UUD 1945: Antara Mitos dan Pembongkaran, (Bandung: Mizan, 2007), 54.

178Kerta Wijaya, Sejarah Perjuangan 130 Pahlawan dan Tokoh Pergerakan Nasional, 15.

Page 90: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman

81

3) Mengenai bentuk negara apakah negara kesatuan atau

federasi

4) Mengenai kepala negara,

5) Mengenai warga negara

6) Mengenai daerah

7) Mengenai soal agama dan negara

8) Mengenai pembelaan negara

9) Mengenai keuangan.179

Soal tugas kedua, Panitia Sembilan dengan kesepakatan

bulat mengajukan draf pembukaan Undang-undang yang juga

dikenal sebagai Piagam Jakarta.180

Kesepakatan bersama dari sembilan orang yang tergabung

dalam tim perumusan pembukaan Undang-Undang Dasar

Republik Indonesia, disepakati secara resmi pada 22 Juni 1945.

Alinea pertama mencantumkan kalimat “Ketuhanan dengan

kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya,”

anak kalimat ini merupakan usul Wahid Hasyim. Setelah

Pancasila berhasil dirumuskan sebagai dasar negara, para tokoh

berdiskusi mencari landasan untuk menyusun sebuah otoritas

untuk mengatur ketatanegaraan Republik Indonesia.181

Hasil sidang panitia sembilan mengenai pembukaan

Undang - Undang Dasar resmi dibacakan Soekarno di hadapan

179Muhammad Yamin, Naskah Persiapan Undang - Undang Dasar

1945, (Jakarta: Yayasan Prapanca, 1959), Jilid I, 147. 180Piagam Jakarta terlampir dalam lampiran-lampiran penulisan karya ilmiah ini. 181A. Khoirul Anam, dkk, Enslikopedia Nahdatul Ulama: Sejarah,

Tokoh, dan Khazanah Pesantren, (Jakarta Pusat: Nata Bangsa dan Nahdatul Ulama bekerja sama dengan PT Bank Mandiri, 2014), 212.

Page 91: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman

82

sidang BPUPKI pada 10 Juli 1945, dan telah resmi

ditandatangani oleh sembilan anggota panitia sembilan di Jakarta

pada 22 Juni 1945 oleh karena itulah pembukaan Undang -

Undang Dasar disebut Piagam Jakarta. Pada 11 Juli 1945

Latuharhary182 merasa keberatan dengan klausa “...dengan

kewajiban menjalankan syariat-syariat Islam bagi pemeluk-

pemeluknya” dapat menimbulkan kekacauan seperti dalam

bidang adat-istiadat.183 Kemudian Agus Salim berargumen untuk

menanggapi pendapat Latuharhary soal hukum agama dan hukum

adat sudah selesai, lagi pula agama lain tidak perlu khawatir

karena keamanannya tidak tergantung pada kekuasaan negara,

karena Islam bersifat melindungi saat berkuasa. Otoritas agama

dengan otoritas negara dalam Islam bisa dibedakan.184

Anggota BPUPKI lainnya yang turut mengomentari

usulan Wahid Hasyim adalah Prof. Djadjadiningrat, Mr.

Wongsonegoro, dan Oto Iskandar Dinata. Ketiganya cenderung

tidak setuju dengan usulan Wahid Hasyim, tujuh kata tersebut

akan menimbulkan fanatisme dan seakan-akan memaksa

menjalankan syariat Islam bagi pemeluknya.185 Namun kemudian

Soekarno kembali mengingatkan rancangan ini sudah

berdasarkan kesepakatan dua golongan, nasionalis Islam dan

182Salah satu anggota BPUPKI berasal dari golongan Protestan dan termasuk pada kelompok nasionalis sekuler.

183Menanggapi pendapat Latuharhary mengenai penolakannya terhadap anak kalimat dalam sila pertama, Wahid Hasyim dari kursi nomor 50 dengan lantang mengatakan, “Ada yang menganggap kalimat ini tajam, ada juga yang menganggap kurang tajam.”

184Yudi Latif, Negara Paripurna: Historisitas, Rasioalitas, dan Aktulitas Pancasila, 73.

185Miftahuddin, KH A. Wahid Hasyim Peletak Dasar Islam Nusantara, 76.

Page 92: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman

83

nasionalis sekuler. Golongan Islam berpandangan negara tidak

dapat dipisahkan dengan agama. Sedangkan golongan

kebangsaan menginginkan negara dan agama dipisahkan saja

supaya lebih netral. Masing-masing golongan memiliki

pandangan tersendiri, begitu pun golongan Islam tidak semua

berpandangan bahwa urusan negara dan urusan agama harus

digabungkan.186

Sementara itu ada beberapa kalangan Islam sendiri yang

menyampaikan tidak setuju, yaitu H. Ahmad Sanoesi dan Ki

Bagoes Hadikoesoemo. Ki Bagoes Hasikoesoemo187 mengatakan,

“Saya menguatkan pendapat H. Ahmad Sanoesi dalam

pembukaan di sini yang mengatakan bahwa perkataan, “dengan

kewajiban syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”, menurut

keterangan H. Ahmad Sanoesi menambah janggal kata-kata. Saya

harap klausa “bagi pemeluk-pemeluknya” dihilangkan saja. Saya

masih ragu-ragu bahwa di Indonesia banyak perpecahan dan pada

praktiknya maksudnya sama saja. Itulah pendapat saya yang

menguatkan permintaan H. Ahmad Sanoesi.”188 Sementara itu,

Soepomo, anggota BPUPKI, mengomentari perdebatan itu

186Yudi Latif, Negara Paripurna: Historisitas, Rasionalitas, dan

Aktualitas Pancasila, 69. 187Ki Bagus Hadikoesoemo ialah tokoh dari organisasi Muhammadiyah,

lihat Endang Saifuddin Anshari, Piagam Jakarta 22 Juni 1945 dan Sejarah Konsensus Nasional antara Nasionalis Islami dan Nasionalis “Sekular” tentang Dasar Negara Republik Indonesia 1945-1959, 31.

188Sependapat dengan Kiai Ahmad Sanusi, Ki Bagus Hadikoesoemo tidak menyetujui rumusan “negara berdasarkan Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” ia mengusulkan agar kata “bagi pemeluk-pemeluknya” dihilangkan saja, lihat. Endang Saifuddin Anshari, Piagam Jakarta 22 Juni 1945 dan Sejarah Konsensus Nasional antara Nasionalis Islami dan Nasionalis “Sekular” tentang Dasar Negara Republik Indonesia 1945-1959, 21.

Page 93: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman

84

sebagai “polarisasi yang terbentuk sejak awal BPUPKI bersidang

Indonesia sebagai negara Islam atau bukan”.189 Kemudian

Soekarno menegaskan kembali bahwa hal ini telah disepakati

dengan bulat oleh Panitia Sembilan dan hasil jerih payah

nasionalis Islam dan nasionalis sekuler. Jika dihapuskan akan

menimbulkan kekecewaan golongan Islam.

Kemudian pada 13 Juli 1945, dalam persidangan

BPUPKI, Wahid Hasyim mengusulkan dua hal untuk dimasukkan

dalam rancangan UUD. Pertama, pasal 4 ayat 2 yang mengatur

tentang Presiden dan Wakil Presiden. Mula-mula draf pasal 4

ayat 2 berbunyi, “Yang dapat menjadi Presiden dan Wakil

Presiden hanya orang Indonesia asli”.190 Wahid Hasyim

mengusulkan agar ayat ini ditambahkan dengan kata-kata, “yang

beragama Islam.” Jadi, pasal 4 ayat 2 akan berbunyi, “Yang dapat

menjadi Presiden dan Wakil Presiden hanya orang Indonesia asli

yang beragama Islam.”191 Usulan kedua, agar pasal 29 mengenai

agama diubah. Dalam draf pasal 29 berbunyi, “Negara Indonesia

menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk

agama apa pun dan untuk beribadat menurut agamanya masing-

masing.” Wahid Hasyim mengusulkan agar pasal 29 ini diganti

dengan kalimat, “Agama negara adalah agama Islam, dengan

189Nugroho Dewanto, Wahid Hasyim untuk Republik dari Tebuireng, 99-100.

190Miftahuddin, KH A. Wahid Hasyim Peletak Dasar Islam Nusantara, 75.

191Menurut Saifuddin Zuhri salah satu sifat Wahid Hasyim yakni mudah bertoleransi namun jika menyangkut negara Ia memang bersifat kaku dan tidak mudah untuk ditawar-tawar. Termasuk saat memberikan pendapat mengenai kepala negara dan agama resmi negara dalam sidang-sidang BPUPKI. Lihat, Ahdi Makmur, Relasi Ulama Umara: Profil Historis Politik Ulama NU di Indonesia, 29.

Page 94: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman

85

menjamin kemerdekaan orang-orang yang beragama lain,....” Hal

ini, menurut dia, berkaitan erat dengan pembelaan negara.192

Berbeda dengan respons sebelumnya, mendengar dua

usulan ini, Haji Agus Salim langsung menolak dan meminta agar

masalah ini diserahkan ke Badan Permusyawaratan Rakyat.193

Sebaliknya, Soekiman mendukung usulan Wahid Hasyim dengan

mengatakan, “Usulan-usulan Wahid Hasyim akan memuaskan

rakyat, dan pada hakikatnya tidak akan ada akibat apa-apa, maka

saya setuju dengan usulan Wahid Hasyim. Begitu juga KH

Masykur, ia juga berpandangan bahwa kepala negara haruslah

beragama Islam mengingat 95% penduduk beragama Islam,

karena jika bukan seorang muslim tidak akan menjalankan

hukum dengan seksama dan tidak akan diterima oleh orang Islam.

Sementara Kahar Muzakkir menginginkan seluruh kalimat

berunsur Islam dalam undang-undang untuk dihapus secara

keseluruhan.

Kahar Muzakkir,194 berbicara dengan keras sambil

memukul meja. Ia mengatakan, “Saya mau mengusulkan

192Pendapat Wahid Hasyim mengenai pasal 4 ayat 2 memiliki argumen

kuat tersendiri, alasannya untuk masyarakat Islam penting sekali hubungan antara pemerintah dengan masyarakat, jika presiden orang Islam maka perintah-perintah akan berbau Islam. Kemudian usul pada pasal 29 ia berpendapat bahwa kenapa agama negara harus agama Islam? Ini berhubungan dengan pembelaan, karena menurut ajaran agama nyawa hanya boleh diserahkan hanya untuk ideologi agama. Lihat, Endang Saifuddin Anshari, Piagam Jakarta 22 Juni 1945 dan Sejarah Konsensus Nasional antara Nasionalis Islam dan Nasionalis “Sekular” Tentang Dasar Negara Republik Indonesia 1945-1959, 30.

193H. Agus Salim menanyakan saat persidangan jika presiden harus beragama Islam, lalu bagaimana dengan wakil presiden, duta-duta, dan pejabat lain. Poin mengenai presiden ini menjadi pembahasan yang berliku dan panjang dalam rapat.

194Abdul Kahar Muzakir adalah salah satu wakil Islam.

Page 95: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman

86

kompromi, Paduka Tuan Ketua, kami sekalian yang dinamakan

wakil-wakil umat Islam mohon dengan hormat, supaya dari

permulaan pernyataan Indonesia merdeka sampai kepada pasal di

dalam Undang - Undang Dasar itu, yang menyebut-nyebut Allah

atau agama Islam atau apa saja, dicoret sama sekali. Hal ini

lantaran Kahar Muzakkir merasa kecewa usulan golongan Islam

tidak diindahkan oleh Soekarno. Soekarno mengatakkan

memahami usul mengenai kepala negara haruslah beragama

Islam, namun menurutnya kepala negara Indonesia akan

beragama Islam dengan sendirinya tanpa harus dicantumkan

dalam dasar negara, karena Indonesia mayoritas Islam. Sehingga

kaum nasionalis berkepercayaan penuh orang yang akan dipilih

masyarakat ialah kepala negara beragama Islam.195 Usul Kahar

Muzakkir ini didukung Ki Bagoes Hadikoesoemo, Islam

mengandung ideologi negara sehingga tidak dapat dipisahkan

dari negara, sehingga jika ideologi Islam tidak diterima maka

negara ini tidak berdiri berdasarkan agama Islam. “kalau ideologi

Islam tidak diterima, tidak diterima! Maka jelas Indonesia netral”

demikian ungkapan Ki Bagoes Hadikoesomo dalam

pesidangan,196 suasana sidang semakin memanas.

195Baca Endang Saifuddin Anshari, Piagam Jakarta 22 Juni 1945 dan

Sejarah Konsensus Nasional antara Nasionalis Islam dan Nasionalis “Sekular” Tentang Dasar Negara Republik Indonesia 1945-1959, 35-36.

196Lihat juga Andree Feillard, NU Vis a Vis Negara: Mencari Isi, Bentuk, dan Makna, 38. Tanggal 15 Juli terjadi debat, Kahar Muzakkir dan Ki Bagoes Hadikoesoemo dengan nada keras mengatakan jika Piagam Jakarta tidak disetujui, maka lebih baik semua usul yang beracuan pada agama Islam dihapuskan saja sekalian. Hingga akhirnya Soekarno pada tanggal 16 Juli memnta toleransi pada nasionalis sekuler untuk mengalah.

Page 96: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman

87

Poin mengenai presiden akhirnya diputuskan dalam

sidang 16 Juli. Soekarno meminta pemahaman kepada segenap

kelompok sekuler untuk menerima usul dari kelompok Islam.

“Baiklah kita terima bahwa di dalam Undang - Undang Dasar

dituliskan bahwa Presiden Republik Indonesia haruslah orang

Indonesia asli dan beragama Islam.197 “Saya minta, apa yang

telah diusulkan mengenai pasal 4, pasal 28 ayat 1 dan 2 dapat

diterima dengan bulat-bulat oleh anggota sekalian, walaupun saya

mengetahui bahwa ini berarti pengorbanan yang sehebat-

hebatnya, terutama sekali dari pihak saudara-saudara kaum

patriot Latuharhary dan Maramis, yang tidak beragama Islam.

Hal ini supaya kita bisa lekas segera merdeka, bisa lekas damai.

“Demikianlah Paduka Tuan Ketua yang mulia penjelasan saya.

Saya harap, Paduka Tuan Ketua yang mulia suka mengusahakan

supaya sedapat mungkin dengan lekas mendapat kebulatan dan

persetujuan yang sebulat-bulatnya dari segenap sidang untuk apa

yang saya usulkan tadi itu,” kata Soekarno.198

Ketua sidang Radjiman Widyodiningrat kemudian

menanyakan kepada anggota sidang apakah usulan Soekarno bisa

diterima. Soepomo menjelaskan pendapatnya. Ia menyatakan

sepakat dengan usulan panitia perancang undang-undang.

Akhirnya, untuk mengambil keputusan, Radjiman meminta

seluruh anggota BPUPKI menyatakan pendapat. Pihak yang

setuju dengan Soekarno diminta berdiri. Ternyata hanya tiga

197Nugroho Dewanto, Wahid Hasyim untuk Republik dari Tebuireng,

102. 198Miftahuddin, KH A. Wahid Hasyim Peletak Dasar Islam Nusantara,

80.

Page 97: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman

88

anggota dari kalangan Tionghoa yang menyatakan tidak mufakat.

Akhirnya, persidangan hari itu ditutup Radjiman dengan

mangatakan, “Jadi, rancangan ini sudah diterima semuanya. Saya

ulangi lagi, undang-undang dasar ini kita terima dengan sebulat-

bulatnya.” Itulah hasil persidangan BPUPKI sebelum akhirnya

badan ini dibubarkan pemerintah Jepang.199 Di sini terlihat jelas

kaum nasionalis Islam ikut berperan dalam pembentukan Piagam

Jakarta, dengan pendapat-pendapatnya yang berusaha

memasukkan ruh Islam pada Dasar Negara.200

Rumusan-rumusan yang menggambarkan perjuangan

Wahid Hasyim untuk memasukkan ruh Islam ke dalam Negara

Indonesia mendapat persetujuan bulat anggota BPUPKI,

meskipun dalam prosesnya ada banyak tantangan dan sanggahan.

Piagam Jakarta ini merupakan hasil akhir perjuangan Panitia

Sembilan dalam perjuangan untuk kemerdekaan, dan dalam

waktu yang sama menjadi titik pembangunan dan perkembangan

di masa mendatang. hal ini juga diungkapkan oleh Yamin

“Adapun isi proklamasi kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945

itu sesuai yang tertulis dalam Piagam Jakarta”.201 Tetapi setelah

BPUPKI pada 7 Agustus 1945 dibubarkan Jepang, dan sebagai

gantinya dibentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia

(PPKI), seluruh rumusan dan usulan Wahid Hasyim menyangkut

Islam jatuh berguguran.

199Miftahuddin, KH A. Wahid Hasyim Peletak Dasar Islam Nusantara, 81. 200Moh. Mahfud, Konstitusi dan Hukum dalam Kontroversi Isu,

(Jakarta: Rajawali Pers, 2009), 16. 201Lihat Endang Saifuddin Anshari, Piagam Jakarta 22 Juni 1945 dan

Sejarah Konsensus Nasional antara Nasionalis Islami dan Nasionalis “Sekular” tentang Dasar Negara Republik Indonesia 1945-1959, 41.

Page 98: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman

89

B. Respons KH Abdul Wahid Hasyim dan Kelompok Islam

terhadap Penghapusan Tujuh Kata dalam Piagam Jakarta

Pengumuman resmi mengenai hilangnya rumusan-

rumusan yang berunsur Islam itu dibacakan Mohammad Hatta

dalam sidang PPKI 18 Agustus 1945. Hilangnya frasa “yang

beragama Islam” dalam pasal (6 alinea 1), yang mengatur tentang

Presiden dan Wakil Presiden; dan tujuh kata dalam pasal 29, yang

mengatur soal agama, menurut penjelasan Hatta, merupakan

perubahan maha penting yang menyatukan segala bangsa. Berikut

lampiran usul perubahan pembukaan dan batang tubuh Undang -

Undang Dasar:

1) Kata “Mukaddimah” diganti dengan kata

“Pembukaan”.

2) Dalam Preambule (Piagam Jakarta), anak kalimat:

“Berdasarkan kepada Ke-Tuhanan, dengan kewajiban

menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”

diubah menjadi “berdasar atas Ke-Tuhanan Yang

Maha Esa”.

3) Pasal 6 ayat 1, “Presiden ialah orang Indonesia asli

dan beragama Islam”, kata-kata “dan beragama Islam”

dicoret.

4) Sejalan dengan perubahan yang kedua di atas, maka

pasal 29 menjadi “Negara berdasarkan atas Ke-

Tuhanan Yang Maha Esa”, sebagai pengganti “Negara

berdasarkan atas Ke-Tuhanan, dengan kewajiban

Page 99: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman

90

menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-

pemeluknya”.202

Soekarno menegaskan bahwa Undang-Undang Dasar

yang dibuat ini merupakan Undang-Undang Dasar Sementara,

Undang-Undang Dasar Kilat, Revolutiegrondwet. Hal ini telah

dibicarakan dengan Dokuritsu Zyunbi Tyosakai, Soekarno

meminta agar dalam perundingan ini hanya akan dibahas hal

yang penting-penting dan secara umum, hal-hal yang kecil akan

dikesampingkan agar Undang - Undang Dasar segera tersusun

dalam waktu singkat.203 Ia juga menyampaikan untuk diingatkan

perihal Undang - Undang Dasar Kilat ini, agar dikemudian hari

dapat disempurnakan kembali.204 Banyak pihak mempertanyakan

mengenai hilangnya ketentuan-ketentuan penting tersebut. Asal

mula hilangnya “tujuh kata” dalam preambule serta batang tubuh

UUD 1945 itu bermula dari informasi yang disampaikan Hatta.

Seperti yang telah disinggung sebelumnya, sore hari, 17 Agustus

1945, Hatta menerima telepon dari Nhisijima, pembantu

Laksamana Maeda. Dia bertanya apakah Hatta bersedia bertemu

dengan opsir Kaigun (Angkatan Laut Jepang), yang ingin

mengemukakan hal penting bagi Indonesia. Nishijima sendiri

akan menjadi juru bicaranya. Hatta pun mempersilahkan mereka

datang.205

202Endang Saifuddin Anshari, Piagam Jakarta 22 Juni 1945 dan

Sejarah Konsensus Nasional Antara Nasionalis Islami dan Nasionalis dan Nasionalis “Sekular” Tentang Dasar Negara Republik Indonesia 1945-1959, 42.

203 Tantang Dasar Negara Republik Indonesia dalam Konstituante, Jilid I, (T. tp: T.pn, t.t, ), 311.

204 Tantang Dasar Negara Republik Indonesia dalam Konstituante, Jilid I, 316.

205Miftahuddin, KH A. Wahid Hasyim Peletak Dasar Islam Nusantara, 82.

Page 100: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman

91

Hatta diberi tahu bahwa rakyat di Indonesia timur, yang

beragama Katolik dan Protestan, akan menolak masuk ke dalam

Republik Indonesia, yang baru saja diproklamasikan, jika di

dalam undang-undang dasar terdapat rumusan, “ke-Tuhanan

dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-

pemeluknya.” Mereka merasa ada semacam diskriminasi bila

rumusan itu dipertahankan. Berdasarkan informasi perwira

Jepang inilah, pada 18 Agustus 1945, sebelum sidang PPKI

dimulai, Hatta membujuk (lobbying) empat wakil kalangan Islam

untuk mencoret semua rumusan yang berbau Islam dari

konstitusi, di antaranya Ki Bagoes Hadikoesomo, Wahid Hasyim,

Kasman Siongodimedjo, Teuku Muhammad Hassan.206 Reaksi

positif dari Teuku Hassan atas perubahan yang diajukan Hatta

dapat kita pahami, karena ia bukanlah golongan kelompok

nasionalis Islam. Kasman Singodimedjo baru mendapat undangan

pada pagi hari 18 Agustus sebagai tambahan anggota baru,207 ia

juga baru pertama kalinya melihat rancangan UUD sehingga

belum memahami betul permasalahannya. Sementara itu ada

perdebatan mengenai kehadiran Wahid Hasyim dalam lobbying

Hatta ada yang mengatakan bahwa Wahid Hasyim tidak hadir

dalam perundingan ini208 namun ada pula yang mengatakan hadir

206Muhammad Hatta, Memoir, 459. Lihat juga Panitia Peringatan 75

Tahun Kasman, Hidup Itu Berjuang:Kasman Singodimedjo 75 Tahun, (Jakarta: Bulan Bintang, 1970), 130.

207S.U Bajasut, Alam Fikiran dan Djedjak Perdjuangan Prawoto Mangkusaswito, (Surabaja: Documenta, 1972), 312.

208Lihat buku, S.U Bajasut, Alam Fikiran dan Djedjak Perdjuangan Prawoto Mangkusaswito, (Surabaja: Documenta, 1972), 320. Menjelaskan bahwa Wahid Hasyim tidak ada dalam lobbying Hatta, karena masih dalam perjalanan di Jawa Timur.

Page 101: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman

92

dan ia pun menyetujui dihapuskannya tujuh kata dalam

pembukaan dasar negara, mengenai kehadiran Wahid Hasyim

dijelaskan dalam memoir Muhammad Hatta. Bahkan menurut

Kasman Singodimedjo, Wahid Hasyim yang berusaha

meyakinkan Ki Bagoes Hadikoesoemo.209 Tak hanya memoir

yang ditulis oleh Mohammad Hatta yang membuktikan

bahwasanya Wahid Hasyim hadir dalam rapat 18 Agustus 1945,

naskah Yamin pun menjadi penguat. Di mana ia menuliskan

secara rinci siapa saja yang hadir dalam persidangan PPKI, pada

18 Agustus persidangan diketuai oleh Ir. Soekarno, wakil Moh.

Hatta anggota sebagai berikut:

1. Soepomo

2. Radjiman

3. Suroso

4. Sutardjo

5. Wahid Hasyim

6. Ki Bagus Hadikusumo

7. Oto Iskandardinata

8. Abdul Kadir

9. Surjohamidjojo

10. Purubojo

11. Yap Tjwan Bing

12. Latuharhary

13. Dr. Amir

14. Abd. Abbas

209Andree Feillard, NU Vis a Vis Negara: Pencarian Isi, Bentuk, dan

Makna, 39-40.

Page 102: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman

93

15. Moh. Hassan

16. Hamdhani

17. Ratulangi

18. Andipangeran

19. I Gusti Ktut Pudja

20. Wiranata Kusuma

21. Ki Hajar Dewantara

22. Mr. Kasman

23. Sajuti

24. Kusuma Sumantri

25. Subardjo

Dari data di atas terlihat bahwa Wahid Hasyim ikut serta

dalam sidang PPKI 18 Agustus 1945,210 sehingga memungkinkan

ketika itu ia bertemu Hatta dan mengompromikan soal

penghapusan tujuh kata bersama tokoh Islam lainnya.211 Nugroho

Notosusanto (mengutip Lembaga Sejarah Hankam) menuliskan

orang-orang yang hadir dalam upacara Proklamasi kemerdekaan

Indonesia, di antaranya Soekarno, Hatta, Abikoesno

Tjokrosoedjoso, Soekardjo Wirjopranoto, Soetardjo

Karthohadikoesoemo, Wahid Hasyim, Radjiman

Wedyodiningrat, dan lain-lain.212 Kehadiran Wahid Hasyim

210Kasman juga menerangkan bahwa Wahid Hasyim ikut serta dalam

lobbying Hatta. Baca Hidup Itu Berjuang:Kasman Singodimedjo 75 Tahun,130.

211Untuk lebih lengkap soal persidangan PPKI, seperti siapa saja anggota yang hadir dan apa yang dibicarakan dalam persidangan, dapat dilihat pada buku karya Muhammad Yamin, Naskah Persiapan Undang - Undang Dasar 1945, 399.

212Untuk lebih lengkap mengetahui siapa saja yang hadir dalam upacara Proklamasi, lihat. Ridwan Saidi, Status Piagam Jakarta: Tinjauan Hukum dan Sejarah, 34.

Page 103: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman

94

dalam Proklamasi kemerdekaan mendukung keterangan Hatta

bahwa Wahid Hasyim pada tanggal 18 Agustus 1945 hadir dalam

persidangan.213

Tersisa Ki Bagoes Hadikoesoemo, ia sangat gigih

mempertahankan Piagam Jakarta dengan anak kalimatnya namun

akhirnya ia pun terbujuk Kasman dan menyetujui hal-hal yang

disampaikan Hatta dengan berat hati. Usaha membujuk Ki

Bagoes Hadikoesoemo dilakukan oleh Kasman Singodimedjo

dengan berbagai argumentasi.214 Saifuddin Zuhri menceritakan

bagaimana Wahid Hasyim menjelaskan kesepakatan tersebut: “Pertama: situasi politik dan keamanan dalam permulaan

revolusi memang memerlukan persatuan dan kesatuan bangsa. Kedua:

sebagai golongan minoritas mereka memang dapat melakukan politik

ofensif bahkan disertai tekanan politik (chantage) seolah-olah

ditindaas oleh golongan mayoritas. Sebagai golongan yang paling

berkepentingan tergalangnya persatuan dan kesatuan dalam

menghadapi Belanda yang masih memiliki kaki tangan di mana-mana,

para pemimpin Islam dan nasionalis memenuhi tuntutan mereka.

Dengan pengertian: Bahwa kewajiban menjalankan syariat Islam bagi

pemeluk-pemeluknya akan dapat ditampung dengan melaksanakan

fasal 29 ayat 2 UUD 45 secara jujur yaitu ayat yang berbunyi: Negara

menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduknya untuk memeluk

agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agama dan

kepercayaan itu.”

213Ridwan Saidi, Status Piagam Jakarta:Tinjauan Hukum dan Sejarah,

34-35. 214Untuk lebih lengkapnya dapat membaca buku Endang Saifuddin

Anshari, Piagam Jakarta 22 Juni 1945 dan Sejarah Konsensus Nasional antara Nasionalis Islami dan Nasionalis “Sekular” tentang Dasar Negara Republik Indonesia 1945-1959, 47-50.

Page 104: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman

95

Akhirnya kelompok Islam menerima hasil pertemuan 18

Agustus 1945 berupa keputusan penghapusan kalimat-kalimat

yang berciri Islam. Dengan demikian negara kembali pada

gagasan negara persatuan.215 Seperti yang telah diterangkan

sebelumnya, hal ini karena situasi dan kondisi tanah air masih

dalam bahaya, di mana tentara sekutu sudah mengelilingi

Indonesia akan mengembalikan kolonialisme Belanda untuk

menjajah kembali.216 Meskipun begitu, sebenarnya umat Islam

merasa sulit dan menyakitkan menerima kenyataan bahwa tujuh

kata dalam Piagam Jakarta dihapuskan, terutama tokoh-tokoh

yang memberikan usul dan mencurahkan gagasan-gagasan di

dalam persidangan, mereka beradu gagasan dan bertukar pikiran

bersama kelompok lain untuk merumuskan Undang-undang

Dasar dan dasar negara Indonesia.217

Namun karena saat itu situasi darurat dan menjepit, sekali

lagi dijelaskan bahwa kaum nasionalis Islam menerima dengan

lapang dada, lagi pula Soekarno mengatakan, ini hanya Undang -

Undang Sementara yang suatu saat akan dapat diubah dan

dirundingkan kembali jika situasi memungkinkan.218 Masa

revolusi bukanlah saat yang tepat bagi para nasionalis Islam

untuk mendesak terlaksananya cita-cita Islam mereka. Bagi

215Yudi Latif, Negara Paripurna: Historisitas, Rasionalitas, dan Aktualitas Pancasila, 83-85.

216Endang Saifuddin Anshari, Piagam Jakarta 22 Juni 1945 dan Sejarah Konsensus Nasional Antara Nasionalis Islami dan Nasionalis dan Nasionalis “Sekular” Tentang Dasar Negara Republik Indonesia 1945-1959, 59.

217Artawijaya, Belajar dari Partai Masyumi, (Jakarta: Al-Kautsar, 2014), 54-55.

218A. Syafi’i Maarif, Deliar Noer, dkk, Syariat Islam Yes Syariat Islam No: Dilema Piagam Jakarta dalam Amandemen UUD 1945, 6.

Page 105: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman

96

mereka mempertahankan persatuan dan kemerdekaan Indonesia

jauh lebih penting dan harus didahulukan. Pandangan seperti ini

antara lain tersimpul dalam pidato Kasman Singodimedjo dalam

konstituante yang mengutarakan mengapa kelompok Islam tidak

mengajukan protes ketika ketentuan Islami dihilangkan dalam

Piagam Jakarta pada tanggal 18 Agustus 1945. Pada saat seperti

itu, katanya, mengingat kalahnya Jepang dan mendaratnya tentara

sekutu, tidaklah tepat membicarakan materi tersebut dengan

mendalam. Itulah sebabnya mengapa kelompok Islami

mengesampingkan prinsip-prinsip mereka sendiri tentang filsafat

negara dan konstitusi, dengan pengharapan di masa yang akan

datang, di mana keadaan mengizinkan akan ada musyawarah

kembali terkait dasar negara.219

Tercantumnya tujuh kata dalam pembukaan Undang -

Undang Dasar dianggap mengadakan diskriminasi terhadap kaum

minoritas. Demikianlah kenapa dihapuskannya anak kalimat

“dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-

pemeluknya”.220 Anak kalimat (tujuh kata kompromi) ini tidak

hanya tercantum dalam preambule namun juga tertulis dalam

Undang - Undang Dasar pasal 29 ayat 1.221 Sebenarnya Hatta

berusaha meyakinkan bahwa adanya kalimat tersebut bukan suatu

diskriminasi, penetapan itu hanya untuk yang beragama Islam.

219Endang Saifuddin Anshari, Piagam Jakarta 22 Juni 1945 dan Sejarah Konsensus Nasional Antara Nasionalis Islami dan Nasionalis dan Nasionalis “Sekular” Tentang Dasar Negara Republik Indonesia 1945-1959, 60.

220Mohammad Roem, Bunga Rampai dari Sejarah, (Jakarta: Bulan Bintang, 1988), Jilid IV, 43.

221Ahmad Safii Maarif, Peta Bumi Intelektualisme Islam di Indonesia, 194.

Page 106: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman

97

Lagi pula A.A Maramis (non muslim) sebagai salah satu anggota

Panitia Sembilan hadir sewaktu perumusan Pembukaan Undang -

Undang Dasar dan menandatangani Pembukaan Undang -

Undang pada 22 Juni 1945, ia tidak keberatan dengan tujuh kata

kompromi tersebut.222

Hilangnya anak kalimat tersebut dirasakan sebagai kerugian

besar dan tidak sedikit yang menyayangkan atas dihapuskannya

anak kalimat tersebut. Namun dihilangkannya anak kalimat itu

dimaksudkan agar kelompok minoritas (golongan Protestan dan

Katolik) tidak memisahkan diri dari Indonesia. Beberapa

pendapat mengatakan salah satunya Alamsjah Ratu

Perwiranegara pada 1987 (Menteri Agama pada saat itu)

dihapuskannya tujuh kata kompromi tersebut sebagai salah satu

hadiah dari kelompok Islam demi kesatuan Bangsa

Indonesia.223lobbying Hatta terhadap nasionalis Islam berhasil,

penghapusan tujuh kata kompromi pada 18 Agustus 1945 resmi

disetujui kelompok Islam. Namun kemudian sila pertama pada

Pancasila berubah menjadi “Ketuhanan Yang Maha Esa” hal ini

sebagai salah satu peredam kegagalan politik kelompok Islam.

Dalam buku Bunga Rampai dari Sejarah karya Mohammad

Roem, dikatakan bahwa Ki Bagus Hadikusumo setuju dengan

penghapusan tujuh kata kompromi, namun diganti dengan

kalimat “Yang Maha Esa”.224 Menurut Hatta, Wahid Hasyim

222Mohammad Hatta, Memoir, cet. I, 458. 223Ahmad Safii Maarif, Islam dan Masalah Kenegaraan, (Jakarta:

LP3ES, 1985), 109. 224Mohammad Roem, Bunga Rampai dari Sejarah, (Jakarta: Bulan

Bintang, 1988), Jilid IV, 82. Bandingkan dengan Wahid Hasyim dalam buku Herry Mohammad, dkk, Tokoh-tokoh Islam yang Berpengaruh Abad 20, 37.

Page 107: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman

98

dengan “Ketuhanan Yang Maha Esa” sama saja dengan tauhid

dalam Islam. Sementara Agus Salim mengatakan berusaha untuk

menerima dihapuskannya tujuh kata kompromi, karena semakin

tidak menerima maka rasa sakit hati semakin terasa. Ia juga

berpandangan bahwa sila pertama dalam Pancasila “Ketuhanan

Yang Maha Esa” sudah bermakna akidah agama, ruh Piagam

Jakarta akan selalu ada meski tanpa teks tertulis.225 Nilai-nilai

ketuhanan sebagai sumber etika dan spiritual dianggap sangat

penting untuk kehidupan bernegara. Di samping itu, Indonesia

bukanlah negara sekuler yang sangat ekstrem memisahkan agama

dan negara dengan memojokkan peran agama ke ruang

komunitas. Negara diharapkan dapat melindungi dan

mengembangkan kehidupan beragama, sementara agama

diharapkan dapat menguatkan etika sosial.226 Oleh karenanya

Islam percaya bahwa Indonesia dalam Pancasila dan UUD 1945

terdapat ruh Islam yang mampu mengatur umat Islam dan

mewujudkan cita-citanya untuk negara dan menerima Pancasila

sebagai asas tunggal.227

Kesepakatan ini menandakan bahwa para pemimpin

tersebut saat itu memang benar-benar mementingkan persatuan

bangsa. Meskipun tujuh kata telah di hapuskan dalam Piagam

Bahwa Wahid Hasyim memberikan komentar kata “Ketuhanan Yang Maha Esa” sesuai dengan Tauhid dalam Islam, dan kalangan Islam akan puas dengan kalimat pengganti ini.

225Mohammad Roem, Bunga Rampai dari Sejarah, (Jakarta: Bulan Bintang, 1988), Jilid IV, 83.

226Yudi Latif, Negara Paripurna: Historisitas, Rasionalitas, dan Aktualitas Pancasila, 43.

227Bachtiar Effendy, Repolitisasi Islam: Pernahkah Islam Berhenti Berpolitik?, (Bandung: Mizan, 2000), 49.

Page 108: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman

99

Jakarta, namun tetap hadir karena ada kalimat Ketuhanan Yang

Maha Esa dalam Pancasila dan Dasar Negara.228 Singkat kata,

berkat perundingan dengan tokoh perwakilan umat Islam, Hatta,

yang selalu mengingatkan pentingnya menjaga Indonesia dari

perpecahan, resmi mencoret semua rumusan yang berunsur Islam

dalam konstitusi, termasuk tujuh kata yang menjadi kontroversi

utama. Meskipun usulan Wahid Hasyim berguguran, sejarah tetap

mencatat namanya sebagai wakil umat Islam yang

memperjuangkan iman hingga titik terakhir. Meski pandangan-

pandangannya akhirnya ditolak, ia telah memperjuangkan

keyakinannya, dan mungkin juga keyakinan mayoritas umat

Islam Indonesia. Dan itu sudah lebih dari cukup untuk

menunjukkan kiprahnya sebagai pemimpin.229 Sangat

disayangkan Piagam Jakarta yang banyak menerima penghargaan

tersebut hanya dapat bertahan selama 56 hari.230

C. Berdirinya Kementerian Agama sebagai Pengganti

Dihapuskannya Tujuh Kata dalam Piagam Jakarta

Kementerian Agama terbentuk pada 3 Januari 1946,

lembaga ini lahir lima bulan setelah kemerdekaan Indonesia.

Tepatnya setelah kabinet Soekarno jatuh, dan dimulailah kabinet

228Mohammad Hatta, Memoir, (Jakarta: PT Tintamas Indonesia, 1979),

cet. I, 459. 229Miftahuddin, KH A. Wahid Hasyim Peletak Dasar Islam Nusantara,

83. 230A. Syafi’i Maarif, Deliar Noer, dkk, Syariat Islam Yes Syariat Islam

No: Dilema Piagam Jakarta dalam Amandemen UUD 1945, (Jakarta: Paramadina, 2001), 6.

Page 109: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman

100

Syahrir, pada kabinet Syahrirlah Kementerian Agama berdiri.231

Jika dilihat dari sisi historis terbentuknya Kementerian Agama,

Indonesia termasuk negara yang religius dilihat pada waktu

kemerdekaan Indonesia presentasi umat Islam berjumlah 90%.

Agama ialah salah satu dasar yang membuat masyarakat

memperjuangkan untuk mengusir penjajah dari tanah air.

Gagasan terbentuknya Kementerian Agama digagas oleh anggota

BPUPKI, gagasan ini diperjuangkan melalui Badan Komite

Nasional Indonesia Pusat (BKNIP). Usaha ini berhasil sampai

akhirnya dikeluarkan Penetapan Pemerintah Tahun 1946 Nomor

1/SD tanggal 3 Januari 1946, tentang pendirian Departemen

Agama.232 Peranan gerakan-gerakan politik Islam dalam

memperjuangkan kemerdekaan tidak dapat diabaikan, apalagi

soal gagalnya susunan Piagam Jakarta dicantumkan dalam

Pancasila dan Dasar Negara. Untuk itu dibentuknya Kementerian

Agama sebagai pengganti penghapusan tujuh kata dalam Piagam

Jakarta, antara lain berfungsi untuk mengatasi urusan-urusan

umum pemerintah di bidang keagamaan. Dibentuknya

Kementerian Agama dalam susunan pemerintahan yang

berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 merupakan pemenuhan

dari suatu kebutuhan, dan pemenuhan sebagai realisasi sila

pertama dalam Pancasila dan Pasal 29 UUD 1945.233

231Hamka, “Kementerian Agama Supaja Ditinjau Kembali,” Mimbar

Agama, Th. ke-2, No- 6-7, Djuni-Djuli 1951, 13. 232Ahmad Sukardja, Piagam Madinah dan Piagamm Jakarta: Kajian

Perbandingan tentang Dasar Hidup Bersama dalam Masyarakat yang Majemuk, (Jakarta: UI Press, 1995), 153.

233Ahmad Sukardja, Piagam Madinah dan Piagamm Jakarta: Jakarta: Kajian Perbandingan tentang Dasar Hidup Bersama dalam Masyarakat yang Majemuk, 155.

Page 110: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman

101

Menurut B.J. Boland Kementerian Agama memiliki dua

arti penting, pertama berfungsi memberikan jalan bagi agama-

agama khususnya Islam seefektif mungkin dalam kehidupan

bernegara dan bermasyarakat. Kedua, di dalam negara yang

penduduknya mayoritas Islam, departemen ini sebagai jalan

tengah antara negara sekuler dan negara Islam. Hamka juga

mengatakan bahwa kalangan Islam merasa puas karena Republik

Indonesia yang ikut mereka perjuangkan dengan harta, darah, dan

tenaga tidak lagi memandangnya tersisih dengan berdirinya

Kementerian Agama, artinya umat Islam tidak lagi tersisih. Umat

Kristen dan Katolik pun puas lantaran kementerian tersebut

bernama Kementerian Agama bukanlah Kementerian Islam.

Namun terkadang masih saja kaum Katolik dan Protestan merasa

dianaktirikan, sementara itu umat Islam merasa Katolik dan

Protestan terlalu dimanjakan oleh negara. Pandangan seperti ini

masih saja sering terjadi, bahkan sampai saat ini.234 Awalnya

umat Kristen juga menginginkan agar Kementerian Agama

dibubarkan saja, karena hanya dibentuk untuk umat Islam. Tahun

1946 saat Kementerian Agama sudah berdiri, ketika itu Wahid

Hasyim yang menyandang sebagai ketua menteri. Hadirnya

Kementerian Agama terus saja digubris, berbagai argumen

tentang berapa tidak pentingnya departemen ini terus bergulir.

234Hamka, “Kementerian Agama Supaja Ditinjau Kembali,” Mimbar Agama, 16. Lihat juga Andree Feillard, NU Vis a Vis Negara: Pencarian Isi, Bentuk, dan Makna,43. Dalam buku ini juga dijelaskan terjadi kotroversi atas pembentukan Kementrian Agama lantaran dianggap memberikan otonomi kepada pemuka agama dalam urusan pengajaran agama, pengaturan ibadah dan haji, seolah mengizinkan pembentukan negara dalam negara. Selain anggapan tersebut,, terbentuknya Kementrian Agama dianggap sebagai sentalisasi lembaga-lembaga Islam.

Page 111: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman

102

Wahid Hasyim terus mempertahankan Kementerian Agama

dengan argumennya, dan terus mengembangkan Kementerian

Agama.235 Namun kemudian mereka diyakinkan kembali bahwa

berdirinya kementerian ini sebagai wadah berbagai agama di

Indonesia. Bukan hanya untuk umat Islam, hanya saja perhatian

pemerintah terhadap Islam bisa saja dianggap lebih karena

jumlahnya memang mayoritas Indonesia, dan ini wajar. Namun

pelayanan dalam Kementerian Agama baik Islam maupun non

Islam tetaplah sama. Sehingga sampai saat ini masihlah berdiri

Kementerian Agama.

Dalam Kementerian ini Wahid Hasyim kembali

berkiprah, bahkan sampai tiga periode terhitung dari tahun 1949-

1950 pada masa Kabinet Hatta, 1950-1951 Kabinet Natsir, dan di

1951-1952 pada massa Kabinet Sukiman.236 Sebelumnya Wahid

Hasyim juga pernah menyandang tugas sebagai Menteri Negara

pada tahun 1946 dalam Kabinet Presidentil pertama, dan Menteri

Negara pada Kabinet Syahrir pada 1946-1950.237 Menurut Wahid

Hasyim Kementerian Agama ada beberapa hal yang perlu

235Herry Mohammad, dkk, Tokoh-tokoh Islam yang Berpengaruh Abad

20, 38-39. 236Perpustakaan Nasional Katalog Dalam Teritan (KDT), Profil

Pahlawan Nasional, 20. Untuk lebih jelas mengenai kiprah KH Abdul Wahid Hasyim dalam Kementerian Agama dapat dilihat dalam buku Aboebakar, Sejarah Hidup K.H.A Wahid Hasjim, 702. Lihat juga Kerta Wijaya, Sejarah Perjuangan 130 Pahlawan dan Tokoh Pergerakan Nasional, 16. Untuk melihat susunan kabinet lengkap dapat membaca buku Undang -Undang Dasar 1945 (Amandemen), (Jakarta: Pustaka Yustisia, 2009), cet. IV. Dalam buku ini dijelaskan susunan kabinet-kabinet, sejarah singkat nusantara dari tahun 400 sampai dengan 1945, Teks Proklamasi, Piagam Jakarta, dekrit presiden 5 Juli 1959, Tritura, dan Supersemar.

237Herry Mohammad, dkk, Tokoh-tokoh Islam yang Berpengaruh Abad 20, 38.

Page 112: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman

103

diuraikan berkaitan dengan Kementerian Agama di antaranya

soal pandangan dan dasar-dasar untuk mengadakannya.

Sebelumnya pada masa pendudukan Jepang memang sudah ada

Kantor Urusan Agama yang khusus mengurus urusan agama,

kantor ini sebagai pengganti Kantor Adviseur voor Inlandsche

Zaken pada masa pendudukan Belanda. Di mana kantor ini

memiliki beberapa tugas, pertama memberikan pertimbangan-

pertimbangan soal keagamaan. Kedua, melakukan penyelidikan

dan pengawasan kepada kegiatan politik Islam.238

Lalu setelah kemerdekaan Indonesia diproklamirkan pada

17 Agustus 1945, orang-orang berpandangan dengan teorinya

bahwa urusan negara harus dipisahkan dengan agama, tidak perlu

ada departemen atau lembaga tersendiri yang mengurus soal

agama dalam susunan pemerintahan. Namun pada praktiknya

banyak persoalan agama yang haru diurus seperti pernikahan,

perjalanan Haji,239 pendidikan rohani, dan lain-lain. Persoalan-

persoalan tersebut diurus oleh beberapa lembaga sebelum

berdirinya Kementerian Agama seperti Departemen Dalam

Negeri ada juga yang diserahkan pada kepala-kepala daerah.

Timbul pertanyaan apakah dasar dibentuknya

Kementerian Agama? Tidaklah cukup jika diurus oleh beberapa

departemen dalam pemerintahan? Pada kenyataannya masalah-

238K.H.A. Wahid Hasjim, “Sekitar Pembentukan Kementerian Agama R.I.S.,” Mimbar Agama, Th. ke-2, No. 1, Juni- Juli 1950, 5-6.

239Pada saat Wahid Hasyim menjadi Menteri Agama ia melakukan perbaikan administrasi perjalanan haji menjadi lebih teratur, sehingga terjadi peningkatan jumlah pemberangkatan haji dari Indonesia. Untuk lebih jelas mengenai bagaimana pemikiran dan kebijakan Wahid Hasyim tentang perjalanan haji dapat ditelusuri melalui tulisannya berjudul “Perbaikan Perdjalanan Hadji,” Mimbar Agama, 17 Agustus 1950 No.2, 8.

Page 113: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman

104

masalah keagamaan cukup banyak baik urusan agama golongan

mayoritas di Indonesia maupun minoritas. Karena banyak sekali

soal keagamaan yang perlu ditangani dan tidak mungkin dari

banyaknya persoalan tersebut tercampur oleh beberapa

departemen, maka sangat perlunya didirikan departemen yang

khusus mengurus soal keagamaan. Maka dibentuklah

Kementerian Agama pada Kabinet Parlementer pertama, ini

merupakan jalan tengah antara teori memisahkan agama dengan

negara dengan teori menyatukan agama dengan negara.240

Selama menjadi Menteri Agama, Wahid Hasyim berhasil

menjalankan beberapa kebijakan seperti memperbaiki

administrasi perjalanan haji. Di mana pada masa penjajahan,

sangat sulit akses untuk pergi haji. Dipersulitnya para jemaah haji

lantaran mereka dianggap seorang “priest” sepulang berhaji,

sangat dihormati karena dianggap wali yang memiliki

pengetahuan spiritual yang tinggi. Hal inilah yang dianggap

berbahaya oleh penjajah, karena orang tersebut dapat

menggerakkan pengikutnya sesuai yang ia inginkan. Usaha

pemerintah kolonial dalam pengawasan dan pengekangan ibadah

haji dilakukan melalui beberapa kebijakan, di antaranya

memberlakukan sistem pajak yang begitu tinggi pada para jamaah

haji, jika tidak membayar maka akan mendapatkan denda.

Penjajah juga menaikkan ongkos paspor dua kali lipat dari

sebelumnya. Tidak hanya itu, para haji juga diadakan ujian

terlebih dahulu sebelum diperbolehkan memakai gelar dan

240K.H.A. Wahid Hasjim, “Sekitar Pembentukan Kementerian Agama

R.I.S.,” Mimbar Agama, 5.

Page 114: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman

105

pakaian haji.241 Setelah Wahid Hasyim menjadi Menteri Agama,

sistem perjalanan haji dirapikan dan diperbaiki sehingga lebih

administratif dan teratur, jumlah korban jiwa pun menurun

selama dalam perjalanan, dan jumlah jamaah haji menjadi

meningkat.

241Pradjarta Dirdjosanjoto, Memelihara Umat: Kiai Pesantren-Kiai

Langgar di Jawa, (Yogyakarta: LKIS, 1999), 42.

Page 115: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman

106

Page 116: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil uraian di atas, penulis menyimpulkan bahwa KH

Abdul Wahid Hasyim merupakan seorang tokoh dan ulama yang

mempunyai kontribusi dalam mempersiapkan kemerdekaan dan

perumusan Piagam Jakarta. Berdasarkan hasil penelitian penulis

dapat disimpulkan bahwa:

KH Abdul Wahid Hasyim merupakan salah satu anak dari

KH Hasyim Asy’ari, tidak hanya pandai dalam bidang ilmu

agama namun ilmu pengetahuan umum juga ia pelajari, seperti

bahasa Inggris, Arab, dan Belanda. Kemudian ia mengikuti

beberapa lembaga seperti NU (1938), MIAI pada tahun 1939, dan

Masyumi pada 1943. Pengalaman politik dan ilmu pengetahuan

yang ia miliki mengantarkannya pada pemerintahan Jepang. Ia

direkrut oleh Jepang sebagai salah satu dewan pemerintahan, di

antaranya ketua dewan MIAI, dan ketua Masyumi, dan salah satu

anggota Shummubu.

Penelitian ini juga menunjukkan Wahid Hasyim sebagai

salah satu anggota Panitia Sembilan memberikan usul dalam

rumusan pembukaan (preambule) Undang - Undang Dasar 1945

atau disebut juga Piagam Jakarta. Ia mengusulkan anak kalimat

“dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-

pemeluknya” setelah kata “ke-Tuhanan.” Soekarno membacakan

hasil rapat Panitia Sembilan mengenai Piagam Jakarta pada 10

Juli 1945 di depan sidang BPUPKI. Namun kemudian mendapat

107

Page 117: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman

108

penolakan, karena anak kalimat ini dianggap akan mendapat

penolakan bagi warga negara non muslim, selain itu juga

dianggap diskriminasi dan terlalu fanatik. Akhirnya terjadi

perdebatan antara nasionalis Islam dengan nasionalis sekuler. Di

mana nasionalis Islam menginginkan Indonesia berasaskan Islam

karena 90% penduduk beragama Islam, sementara nasionalis

sekuler menginginkan Indonesia berasaskan kebangsaan karena

Indonesia terdiri dari berbagai agama, suku, budaya, dan adat.

Selain itu Wahid Hasyim juga mengusulkan pasal 4 ayat 2

tentang presiden dan wakil presiden haruslah orang Indonesia asli

dan beragama Islam, selanjutnya mengusulkan agar pasal 29 ini

diganti dengan kalimat, “Agama negara adalah agama Islam,

dengan menjamin kemerdekaan orang-orang yang beragama lain.

Di samping itu penelitian ini juga menjelaskan mengenai

peristiwa sehari setelah kemerdekaan, tepatnya 18 Agustus 1945

Mohammad Hatta melakukan kompromi dengan Wahid Hasyim,

Ki Bagus Hadikusumo, Kasman Singodimejo, dan Teuku

Mohammad Hassan. Hatta menyampaikan bahwa orang

Indonesia dari Timur tidak menyetujui dicantumkannya tujuh

kata kompromi tersebut dalam Piagam Jakarta, mereka merasa

didiskriminasikan. Kompromi Hatta dan empat tokoh yang

mewakili Islam tidak memakan waktu lama, akhirnya Wahid

Hasyim dan beberapa tokoh Islam lainnya menerima

dihapuskannya tujuh kata kompromi (anak kalimat dari

“Ketuhanan”), hal ini demi persatuan bangsa karena keadaan

pada saat itu sedang masa pertahanan khawatir kemerdekaan

Indonesia direbut penjajah, karena baik Jepang maupun Belanda

Page 118: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman

masih ingin menguasai Indonesia. Lagi pula Soekarno

mengatakan Piagam Jakarta ini hanya UUD sementara, di lain

waktu akan dirundingkan kembali sampai benar-benar mendapat

kemufakatan. Sebagai pengganti dihapuskannya usul-usul tokoh

Islam dalam konstitusi maka didirikanlah Kementerian Agama

dan tujuh kata “dengan menjalankan kewajiban syariat Islam bagi

pemeluk-pemeluknya” digantikan dengan “Ketuhanan Yang

Maha Esa.”

B. Implikasi

Pentingnya mengetahui peranan seorang tokoh seperti KH

Abdul Wahid Hasyim sebagai salah satu tokoh Islam yang ikut

andil dalam memperjuangkan kemerdekaan dengan segala

organisasi yang mewadahinya. Ia ikut merumuskan Piagam

Jakarta sebagai pembukaan Undang - Undang Dasar, banyak

unsur Islam yang ia masukkan ke dalamnya meskipun kemudian

dihilangkan pada 18 Agustus 1945. Sifat dan sikap Wahid

Hasyim patut dipelajari sebagai tokoh cendekia dan aktif

memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan, serta

persatuan bangsa Indonesia. Ini dapat menjadi teladan bagi

masyarakat, khususnya para pemuda karena saat itu usia Wahid

Hasyim masih tergolong muda.

C. Saran

Penulis berharap kemerdekaan yang telah diperjuangkan

oleh para pahlawan dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya karena

kemerdekaan ini tidak mudah dicapai, banyak sekali pengorbanan

Page 119: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman

110

baik dari tokoh-tokoh nasionalis Islam dan nasionalis sekuler

sampai kepada berdiri Republik Indonesia. Selain itu, penulis

juga mengharapkan penulisan mengenai tokoh Islam yang

berperan dalam perjuangan kemerdekaan tidak hanya sampai di

sini, namun lebih dikembangkan lagi oleh penulis-penulis

selanjutnya, karena penulisan biografi bisa dijadikan percontohan

dan motivasi bagi pembaca. Kemudian, perlunya pemerintah

untuk menjaga arsip-arsip agar terus bertahan, bahkan jangan

sampai ada arsip yang hilang guna bahan riset di masa

mendatang.

Page 120: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman

111

DAFTAR PUSTAKA Buku: Abdullah, Taufik, Islam dan Masyarakat Pantulan Sejarah

Indonesia, Jakarta: LP3ES, 1987. Aboebakar, Sejarah Hidup K.H. A. Wahid Hasjim, Jakarta:

Mizan, 2011. Aman, Sejarah Indonesia Masa Kemerdekaan: 1945-1998,

Yogyakarta: Ombak, 2015. Anam, A. Khoirul. dkk. Enslikopedia Nahdatul Ulama: Sejarah,

Tokoh, dan Khazanah Pesantren, Jakarta: Nata Bangsa dan Nahdatul Ulama bekerjasama dengan PT Bank Mandiri, 2014.

Anshari, Endang Saifuddin, Piagam Jakarta 22 Juni 1945 dan Sejarah Konsensus Nasional antara Nasionalis Islam dan Nasionalis “Sekular” Tentang Dasar Negara Republik Indonesia 1945-1959, Bandung: Perpustakaan Salman ITB, 1981. Azra, Azyumardi dan Umam, Saiful, ed. Menteri-Menteri

Agama RI:Biografi Sosial-Politik, Jakarta: PPIM, 1998. AR, Djauharuddin, Peranan Ummat Islam dalam Proses

Pembentukan dan Pembangunan Negara Republik Indonesia yang Berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, Bandung: Angkasa, 1985.

Badan Pemurnian Sejarah Indonesia-Minangkabau (B.P.S.I.M), Sejarah Perjuangan Kemerdekaan Republik Indonesia di Minangkabau 1945-1950, Jakarta: BPSIM, 1978, Jilid I.

Bajusit, S.U., Alam Fikiran dan Djedjak Perdjuangan Prawoto Mangkusasmito, Surabaja: Documenta, 1972.

Bakhri, Mokh. Syaiful, Syaichona Cholil Bangkalan: Ulama Legendaris dari Madura, Sidogiri Kraton Pasuruan: Cipta Pusaka Utama, 2009.

111

Page 121: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman

112

Basri, Metodologi Penelitian Sejarah (Pendekatan, Teori dan Praktik), Jakarta: Restu Agung, 2006.

Bashri, Yanto dan Suffatni, Retno, ed., Sejarah Tokoh Bangsa, Yogyakarta: LKIS, 2004

Berry, David, Pokok-pokok Pikiran dalam Sosiologi, Jakarta: Rajawali Pers, 1983.

Bizawie, Zainul Milal, Laskar-laskar Ulama Santri dan Resolusi Jihad: Garda Depan Menegakkan Indonesia (1945-1949), Tangerang: Pustaka Compass, 2014.

Burhanuddin, Jajat dan Baedowi, Ahmad, ed., Transformasi Otoritas Keagamaan: Pengalaman Islam Indonesia, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama Anggota IKAPI, 2003.

Burke Petter, Sejarah dan Teori Sosial, Jakarta: Obor, 2015.

Pitoyo, Darmosugito, ed. Menjelang Indonesia Merdeka: Kumpulan Tulisan Tentang Bentuk dan Isi Negara yang Akan Lahir, Jakarta: Gunung Agung, Anggota IKAPI, 1982.

Dewanto, Nugroho, Wahid Hasyim untuk Republik dari Tebuireng, Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia, 2017.

Dhofier, Zamakhsyari, Tradisi Pesantren: Studi tentang Pandangan Hidup Kyai dan Visinya Mengenai Masa Depan Indonesia, Jakarta: LP3ES, 2011.

Dirdjosanjoto, Pradjarta, Memelihara Umat: Kiai Pesantren-Kia Langgar di Jawa, Yogyakarta: LKIS, 1999.

Effendy, Bachtiar, Repolitisasi Islam: Pernahkah Islam Berhenti Berpolitik?, (Bandung: Mizan, 2000.

Gottschalk, Louis, Mengerti Sejarah, (Jakarta: UI Press, 1985.

Hatta, Mohammad, Kumpulan Pidato tahun 1945-1949, Jakarta: Yayasan Idayu Press, 1981.

Hatta, Mohammad, Memoir, Jakarta: PT Tintamas Indonesia, 1979, cet. I.

Indrayana, Denny, Amandemen UUD 1945: Antara Mitos dan Pembongkaran, Bandung: Mizan, 2007.

Page 122: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman

113

Irawan, Aguk MN, All rights reserved, Sang Mujtahid Islam Nusantara, Jakarta: Imania, 2016.

Irawan, Aguk, Penakluk Badai: Novel Biografi KH Hasyim Asy’ari, Yogyakarta: Qalam Nusantara, 2016, cet. IV.

Isya, Marjani Gustiana, Wajah Toleransi NU: Sikap NU terhadap Kebijakan Pemerintah atas Umat Islam, Jakarta: PT Semesta Rakyat Merdeka, 2012.

Kartodirdjo, Sartono, Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, Yogyakarta: Tiara Wacana, 2013.

Latif, Yudi, Negara Paripurna: Historisitas, Rasionalitas, dan Aktualitas Pancasila, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2015, Cet. Ke-V.

Maarif, Ahmad Syafi’i, Noer Deliar, dkk, Syariat Islam Yes Syariat Islam No: Dilema Piagam Jakarta dalam Amandemen UUD 1945, Jakarta: Paramadina, 2001.

Maarif, Ahmad Safi’i, Islam dan Masalah Kenegaraan, Jakarta: LP3ES, 1985.

Mahfud, Moh, Konstitusi dan Hukum dalam Kontroversi Isu, Jakarta: Rajawali Pers, 2009.

Makmur, Ahdi, Relasi Ulama Umara: Potret Historis Politik Ulama NU di Indonesia 1959-1965 Era Sukarno, IAIN Antasari Press, 2014.

Mani, Jejak Revolusi 1945: Sebuah Kesaksian Sejarah, Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 1989.

Mansoer, Moh. Tolchah, Teks Resmi dan Beberapa Soal tentang U.U.D 1945, Bandung: ALUMNI, 1983.

Marjani, Gustiana Isya, Wajah Toleransi NU: Sikap NU terhadap Kebijakan Pemerintah atas Umat Islam, Jakarta: PT Semesta Rakyat Merdeka, 2012.

Miftahuddin, KH A. Wahid Hasyim Peletak Dasar Islam Nusantara, Bandung: Marja, 2017.

Mohammad, Herry, dkk, Tokoh-tokoh Islam yang Berpengaruh Abad 20, T.pn, t. th.

Page 123: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman

114

Moleong, Lexy J, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya Offset, 1993.

Muljana, Slamet, Kesadaran Nasional dari Kolonialisme sampai Kemerdekaan, Yogyakarta: LKIS, 2008, Jilid II.

Nasution, A.H, Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia, Bandung: Angkasa, 1992, Jilid I Proklamasi, Cet. IV.

Niswah, Choirun, “Wahid Hasyim dan Pancasila: Studi Pemikiran atas Pemikirannya tentang Dasar Negara (1945-1953).” Laporan Penelitian, Pusat Penelitian Institut Agama Islam Negeri Raden Fatah Palembang 1999/2000.

Noer, Deliar, Partai Islam di Pentas Nasional 1945-1965, Jakarta: PT Pusaka Utama Grafiti, 1987.

Panitia Peringatan 75 Tahun Kasman, Hidup Itu Berjuang:Kasman Singodimedjo 75 Tahun, Jakarta: Bulan Bintang, 1970.

Perpustakaan Nasional Katalog Dalam Terbitan (KDT), Profil Pahlawan Nasional, Jakarta: Direktorat Kepahlawanan, Keperintisan dan Kepahlawanan Sosial Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial dan Penanggulangan Kemiskinan Kementrian Sosial RI, 2014.

Ridwan, Nur Khalik, NU dan Bangsa 1914-2010 Pergulatan Politik dan Kekuasaan, Jogjakarta, Ar-ruz Media Group, 2010.

Rifa’i, Mohammad, Wahid Hasyim: Biografi Singkat 1914-1953, Jogjakarta: Garasi, 2009.

Roem, Mohammad, Bunga Rampai dari Sejarah, Jakarta: Bulan Bintang, 1988, Jilid IV.

Sagimun, Perlawanan Rakyat Indonesia terhadap Fasisme Jepang, Jakarta: Inti Idayu Press, 1985.

Saidi, Ridwan, Status Piagam Jakarta: Tinjauan Hukum dan Sejarah, Jakarta: Majlis Himpunan Mahasiswa Islam Loyal untuk Bangsa (Mahmilub), 2007.

Sandjojo, Nidjo, Abdul Latif Hendraningrat Sang Pengibar Bendera Pusaka 17 Agustus 1945, Jakarta: PT Pustaka Sinar Harapan, Anggota IKAPI, 2011.

Page 124: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman

115

Santoso, Rokhmani, Basri Yusmar, dkk, Hari-hari Menjelang Kemerdekaan 17 Agustus 1945, Markas Besar Angkatan Bersenjata Republik Indonesia Pusat Sejarah dan Tradisi ABRI, 1988.

Soebardjo, Ahmad, Lahirnya Republik Indonesia, Jakarta: PT Kinta, 1977.

Subchi, Imam, Pengantar Antropologi, Tangerang Selatan: LP2M UIN Syaif Hidayatullah Jakarta, 2016.

Sudirman, Adi, Sejarah Lengkap Indonesia, Yogyakarta: DIVA Press, 2014, Cet. I.

Sukardja, Ahmad, Piagam Madinah dan Piagamm Jakarta: Kajian Perbandingan tentang Dasar Hidup Bersama dalam Masyarakat yang Majemuk, Jakarta: UI Press, 1995.

Sulasman, Metodologi Penelitian Sejarah: Teori, Metode, Contoh Aplikasi, Bandung: Pustaka Setia, 2014.

Suprijadi, Bambang, ed., Pendidikan Pancasila untuk Mahasiswa Berdasarkan SK Dirjen Dikti No. 38/DIKTI/KEP/2002, Jakarta: Kerjasama antara Assosiasi Guru dan Pendidikan Pancasila Jatim dan FISIP Universitas Wijaya Kusuma Surabaya, Asri Press, 2012.

Supriyadi, Ulama Pendiri, Penggerak, Intelektual NU dari Jombang, Jawa Timur: Pustaka Tebuireng Unit Penerbitan Pesantren Tebuireng, 2015.

Suprayogo, Imam, Kyai dan Politik: Membaca Citra Politik Kyai, Malang: UIN Malang Press, 2009.

20 Tahun Indonesia Merdeka, Departemen Penerangan RI, (T. pn: T.pn, t.t,), Jilid II.

Tantang Dasar Negara Republik Indonesia dalam Konstituante, (T. pn: T.pn, t.t,), Jilid I.

Tim Penulis IAIN Syarif Hidayatullah, Enslikopedi Islam Indonesia, Jakarta: Djambatan, 1992.

Tutik, Titik Triwulan, Efendi Jonaedi, Membaca Peta Politik Nahdatul Ulama: Sketsa Politik Kiai dan Perlawanan Kaum Muda NU, Jakarta: Tim Lintas Pustaka, 2008.

Page 125: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman

116

Tanpa Nama, Undang-Undang Dasar 1945 (Amandemen), Jakarta: Pustaka Yustisia, 2009, cet. IV.

Wahid, Abdurrahman, ed., Ilusi Negara Islam: Ekspansi Gerakan Islam Transnasional di Indonesia, Jakarta: The Wahid Institute, 2009.

Wijaya, Kerta, Sejarah Perjuangan 130 Pahlawan dan Tokoh Pergerakan Nasional, Jakarta: Restu Agung, 2007.

Yamin, Muhammad, Naskah Persiapan Undang-Undang Dasar 1945, Jakarta: Yayasan Prapanca, 1959, Jilid I.

Yahya, Ali, Sama tapi Berbeda: Potret Keluarga Besar K.H. A. Wahid Hasyim, Jombang: Yayasan K.H.A. Wahid Hasyim, 2007.

Yuniarti, D. Rini, BPUPKI, PPKI, Proklamasi Kemerdekaan RI, Jakarta: Kompas, 2003. Jurnal:

Elson R.E, “Another Look at Jakarta Charter Controvercy of 1945” Jstore (2009), diakses pada 8 Maret 2018 pukul 8:05 WIB.

Haris Munawir, “Potret Partisipasi NU di Indonesia dalam Lintasan Sejarah,” Jurnal Review Politik: Kajian Islam dan Politik, Volume 02, Nomor 02, Agustus 2012.

Sa’adillah Rangga, “Pendidikan Karakter Menurut KH. Wahid Hasyim,” artikel diakses pada Minggu, 19 November 2017, pukul 15:59. Arsip:

“Sekretariat Negara RI 1945-1949”, No. Inventaris 155, Th. 1945.

Foto KH Abdul Wahid Hasyim, Arsip Nasional Republik Indonesia. No. P04/122.

“Mohammad Yamin”, No. Inventaris 560. “Mohammad Yamin”, No. Inventaris 553.

Page 126: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman

117

Koran:

“Pemboebaran MIAI.” Tjahaya, Kemis Zyuitigatu 2603. “Samboetan Para Terkemuka atas Pembentoekan Panitia

Persapan Kemerdekaan Indonesia.” Soeara Asia, Kemis Pon, 9 Agustus 1945, Tahun ke VI-No. 191.

“Rapat Besar Menyamboet Pembentoekan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia.” Asia Raya, Agoest 2605 Th. ke IV No. 191.

“Samboetan Para Terkemuka atas Pembentoekan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia,” Soeara Asia, Kemis Pon, 9 Agoest 2605, Th ke IV, No. 191.

Majalah:

Hamka, “Kementrian Agama Supaja Ditinjau Kembali,”

Mimbar Agama, Th. ke-2, No- 6-7, Djuni-Djuli 1951 Hasjim, Wahid, “Kebangkitan Dunia Islam,” Mimbar

Agama, No. 1-12, Maret-April, Th. 1951 Jilid III/IV. Hasjim, Wahid, “Tidak Mudah Memenuhi Tuntutan Otak,

yaitu dengan Meninggalkan Hawa Nafsu dan Menjalani Kebenaran”, Mimbar Agama, No. 1-12, Juni-Juli, Th.1951 Jilid II.

Hasjim, Wahid, “Kedudukan Ulama’ dan Masjarakat Islam di Indonesia”, Mimbar Agama, No. 3, 17 September 1950 Jilid I.

Hasjim, Wahid, “Pendidikan Ketuhanan”, Mimbar Agama, No-5-6, 17 November- 17 Desember 1950 Jilid I.

Hasjim, Wahid, “Sekitar Pemetukan Kementrian Agama RIS,” Mimbar Agama, No. 1, Maret-April 1951 Jilid I.

Hasjim, Wahid, “Perbaikan Perjalanan Hadji”, Mimbar Agama, No. 1-12, Agustus 1950 jilid I.

Noor, Mas’uddin, “Almarhum K.H. A. Wahid Hasjim,” Mimbar Agama, No. 4, tahun ke 3, April 1953.

Page 127: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman

118

“Ma’loemat Dewan M.I.A.I.,” Berita Nahdatoel Oelama, November, No. 1, Th. ke.11.

“Ma’loemat Dewan MIAI,” Berita Nahdatoel Oelama, November, No.1 Th. ke-11. Rekaman:

Wawancara Sarman Soelaiman dengan Pengetik Naskah Proklamasi Kemerdekaan RI Sayuti Melik, 14 September 1986.

Page 128: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman

GLOSARIUM

A3 Jepang Pemimpin Asia, Jepang Pelindung Asia,

Jepang Cahaya Asia

BKNIP Badan Komite Nasional Indonesia Pusat

BPUPKI Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan

Kemerdekaan Indonesia

Chuo Sangi Badan Pertimbangan Pusat

DKI Jakarta Daerah Khusus Ibukota Jakarta

FAH Fakultas Adab dan Humaniora

Gunseikanbu Staf pemerintahan militer pusat

Hizbullah Barisan kemiliteran Islam

IPPI Ikatan Pelajar-Pelajar Islam

Kaigun Angkatan Laut Jepang

KH Kiai Haji

Kumiai Program Jepang yang menimbulkan kelaparan

pada masyarakat

LMI Liga Muslimin Indonesia

Masyumi Majelis Syura Muslimin Indonesia

MIAI Majelis Islam A’la Indonesia

Page 129: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman

NU Nahdatul Ulama

PBNU Pengurus Besar Nahdatul Ulama

PETA Pembela Tanah Air

PHI Panitia Haji Indonesia

PPKI Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia

PTAIN Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri

Putera Pusat Tenaga Rakyat

Shummubu Kantor Urusan Agama masa pendudukan Jepang

UIN Universitas Islam Negeri

UUD Undang-Undang Dasar

Page 130: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran I

Foto KH Abdul Wahid Hasyim

(Sumber Foto: Arsip Nasional Republik Indonesia. No. P04/122)

Page 131: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman

Dari Kiri ke kanan:

KH Sjudja, ketua PHI Kapitan kapal Tarakan, JM Menteri Agama KH A. Wahid Hasjim dan R. Moeh. Kafrawi, Sek. Djendral Kem. Agama.

(Sumber Foto: Mimbar Agama, Th ke 2, Agustus 1950, 11)

Ketika J.M Menteri Agama sedang bercakap-cakap dengan kapitan Tarakan.

(Sumber Foto: Mimbar Agama, Th ke 2, Agustus 1950, 11)

Page 132: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman

Jenazah KH Abdul Wahid Hasyim sedang dinaikkan ke atas

pesawat G.I.A untuk mengantarkannya ke tempat pemakaman di

Jombang, Jawa Timur. J.M Menteri Agama Faqih Usman, Sekjen

Kementrian Agama, dan KH Masykur juga ikut mengantar

jenazah.

(Sumber Foto: Mimbar Agama, Th ke 2, April 1953)

Page 133: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman

Lampiran II

RAPAT PANITIA PERSIAPAN KEMERDEKAAN

INDONESIA242

Pada tanggal 18 bulan 8 tahun 2605

Ketua : Ir. Soekarno

Wakit Ketua : Drs. Moh. Hatta

Anggota :

1. Supomo

2. Radjiman

3. Suroso

4. Sutardjo

5. W. Hasjim

6. Ki Bagus Hadikusumo

7. Oto Iskandardinata

8. Abdul Kadir

9. Surjohamidjojo

10. Purubojo

11. Yap Tjwan Bing

12. Latuharhary

13. Dr Amir

14. Abd. Abbas

15. Moh. Hassan

242Dikutip dari Yamin, Muhammad, Naskah Persiapan Undang-

Undang Dasar 1945, (Jakarta: Yayasan Prapanca, 1959), 399.

Page 134: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman

16. Hamdhani

17. Ratulangi

18. Andipangeran

19. I Gusti Ktut Pudja

20. Wiranata Kusuma

21. Ki Hajar Dewantara

22. Mr. Kasman

23. Sajuti

24. Kusuma Sumantri

25. Subardjo

Page 135: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman

Lampiran III

PIAGAM DJAKARTA243

Bahwa sesungguhnya kemedekaan itu ialah hak segala

bangsa, dan oleh sebab itu maka pendjdjahan di atas dunia harus

dihapuskan, karena tidak sesuai dengan peri-kemanusiaan dan

peri-keadilan.

Dan perdjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia

telah sampailah kepada saat jang berbahagia dengan selamat

sentausa mengantarkan rakjat Indonesia ke depan pintu gerbang

Negara Indonesia, jang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan

makmur.

Atas berkat Rahmat Allah jang Maha Kuasa, dan dengan

didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan

kebangsaan jang bebas, maka rakjat Indonesia menjatakan

dengan ini kemerdekaanja.

Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu

Pemerintah Negara Indonesia jang melindungi segenap bangsa

Indonesia dan seluruh tumpah-darah Indonesia, dan untuk

memadjukan kesedjahteraan umum, mentjerdaskan kehidupan

Bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia jang berdasarkan

kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka

disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu

Hukum Dasar Negara Indonesia yang terbentuk dalam suatu

243Dikutip dari naskah “Mohammad Yamin”, No. Inventaris 560.

Page 136: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman

susunan negara Republik Indonesia, yang berkedaulatan rakjat,

dengan berdasarkan kepada: ke-Tuhanan, dengan kewadjiban

mendjalankan sjari’at Islam bagi pemeluk-pemeluknja, menurut

dasar kemanusiaan jang adil dan beradab, persatuan Indonesia,

dan kerakjatan jang dipimpin oleh hikmat-kebijaksanaan dalam

permusjawaratan perwakilan, serta dengan mewudjukan suatu

keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Djakarta, 22-6-2605 Ir. Soekarno

Drs Mohammad Hatta

Mr. A.A. Maramis

Abikusno Tjokrosujoso

Abdulkahar Muzakir

H.A. Salim

Mr Achmad Soebardjo

Wachid Hasjim

Mr Muhammad Yamin.

Page 137: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman

Lampiran IV

Rumusan yang disahkan sebagai Pembukaan UUD 1945 berbunyi

sebagai berikut:

Pembukaan244

“Bahwa sesungguhnja kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa

dan sebab itu, maka pendjadjahan di atas dunia harus dihapuskan,

karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan.”

“Dan perdjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah

sampailah kepada saat jang berbahagia dengan selamat sentausa

mengantarkan rakjat Indonesia kedepan pintu gerbang Negara

Indonesia, jang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.”

“Atas berkat rahmat Allah Jang Maha Kuasa dan dengan

didorongkan oleh keinginan luhur, supaja berkehidupan

kebangsaan jang bebas, maka rakjat Indonesia dengan ini

menyatakan kemerdekaannya.”

“Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintah

Negara Indonesia jang melindungi segenap Bangsa Indonesia dan

seluruh tumpah-darah Indonesia dan untuk memadjukan

kesedjahteraan umum, mentjerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut

melaksanakan ketertiban dunia jang berdasarkan kemerdekaan,

perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah

kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-

undang Dasar Negara Indonesia, jang terbentuk dalam suatu

susunan Negara Republik Indonesia jang berkedaulatan rakjat

244Dikutip dari S.U. Bajasut, Alam Pikiran dan Djedjak Perdjuangan Prawoto Mangkusasmito, (Surabaja: Documenta, 1972), 310-311.

Page 138: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman

dengan berdasar kepada: Ketuhanan Jang Maha Esa,

Kemanusiaan jang adil dan beradab, persatuan Indonesia, dan

kerakjatan jang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusjawaratan/perwakilan serta dengan mewujudkan suatu

keadilan sosial bagi seluruh rakjat Indonesia.”

Page 139: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman

SIL

SIL

AH

KH

AB

DU

L W

AH

ID H

ASY

IM

SIL

SIL

AH

NY

A S

OL

ICH

AH

NYA

I NAF

IQAH

KH

HAS

YIM

ASY

’ARI

Abdu

l Kho

liq H

asyi

m

Abdu

l Wah

id H

asyi

m

Soch

ib B

isri

Yusu

f Has

yim

Abdu

l Kar

im H

asyi

m

Siti

Azza

h

Nya

i Cho

iriya

h

Nya

i Aisy

ah

Abdu

l Aziz

Bizr

i

Mus

yarr

ofah

Solic

hah

Mua

ssom

ah

Ahm

ad B

ishri

KH B

ISRI

SAN

SURI

N

YAI K

HODI

JAH

Lampiran V

Page 140: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman

SILS

ILAH

PU

TRA

PUTR

I KH

ABD

UL

WAH

ID H

ASYI

M D

AN N

YAI S

OLI

CHAH

Alis

ha Q

otru

nnad

a

Um

mu

Atiy

ah

Irfa

n A

sy’a

ri

Fitr

ia L

atifa

h

N

urul

Fat

chiy

ati

A

. Azi

s

Zann

uba

Arif

ah

Abd

ul W

ahid

Iq

bal H

umam

Nov

ita S

ofia

h

A

bdul

Hak

im

K

arim

ah

Ani

ta H

ayat

un N

A

fifah

Afia

ni

Arin

a Sa

rasw

ati

Fat

ich

Wal

uyo

Mar

ia A

dvia

nti

Inay

ah W

ulan

dari

Asy

riani

A

rief R

ahm

an

(Sum

ber S

ilsila

h: S

hole

h H

ayat

, Kia

i dan

San

tri d

alam

Per

ang

Kem

erde

kaan

, (Ja

wa

Tim

ur: P

W L

TNN

U Ja

wa

Tim

ur, 2

016)

, 21-

22)

Abdu

rrah

man

+

Shin

ta N

uriy

ah

NYA

I SO

LICH

AH

A W

AH

ID H

ASY

IM

Aisy

ah +

Ha

mid

Ba

idlo

wi

Sala

hudd

in +

Fa

rida

Saifu

ddin

Um

ar +

En

dang

Su

listin

ah

Hasy

im +

Ti

oria

N

apitu

pulu

Lily

Kho

dija

h +

Naj

amud

din

Lampiran VI

Page 141: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman

Lampiran VII

Tulisan-tulisan KH Abdul Wahid Hasyim

Page 142: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman
Page 143: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman

Sumber: “Kebangkitan Dunia Islam”, Mimbar Agama, Jilid III/IV, Maret-April 1951 No. 3-4, 28-30.

Page 144: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman
Page 145: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman

Sumber: “Sekitar Pembentukan Kementrian Agama RIS”, Mimbar Agama, Jilid I, 17 Juni 1950 No.1, 5-6.

Page 146: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman
Page 147: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman
Page 148: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman
Page 149: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman
Page 150: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman
Page 151: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman
Page 152: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman
Page 153: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman
Page 154: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman

Sumber: “Perbaikan Perdjalanan Hadji”, Mimbar Agama, Jilid I, 17 Agustus 1950 No.3, 8-15.

Page 155: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman
Page 156: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman

Sumber: “Kedudukan ‘Ulama dalam Masjarakat Islam di Indonesia”, Mimbar Agama, Jilid I, 17 September 1950 No.3, 38-39.

Page 157: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman
Page 158: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman

Sumber: “Pendidikan Ketuhanan”, Mimbar Agama, Jilid I 17 November-17 Desember 1950, 4-5.

Page 159: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman
Page 160: KIPRAH KH ABDUL WAHID HASYIM DALAM PERUMUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42114/1/... · Pena (FLP) Ciputat, Ikatan Remaja Masjid Fatullah (IRMAFA), teman-teman

Sumber: “Tidak Mudah Memenuhi Tuntutan Otak, Jyaitu dengan Meninggalkan Hawanafsu dan Mendjalani Kebenaran”, Mimbar Agama, Jilid III, Juni-Juli 1951 No.6-7, 3-4.