kinflash - kin 2015

8
7 Edisi KIN Flash Dari meja redaksi…. Selamat hari Minggu dan selamat beribadah… Puji Tuhan, kita boleh tiba di hari terakhir KIN Jakarta 2013. Kita semua harus sangat bersyukur melihat keajaiban Tuhan yang telah memimpin seluruh acara Konvensi ini. Sekali lagi, mungkin tidak banyak peserta yang telah berulang kali mengalami pembekalan yang seketat, sekaya, sepadat seperti KIN Jakarta 2013 ini. Kita juga bersyukur untuk kekuatan yang Tuhan berikan kepada semua Panitia yang telah Tuhan pakai melayani Tuhan di dalam acara ini dengan penuh pengorbanan, penuh kerelaan, menjadi saluran berkat bagi setiap peserta. Kini, kita akan kembali ke tempat kita masing-masing. Tuhan tidak ingin kita mendirikan tenda bagi Yesus, Musa, dan Elia. Kita harus turun gunung, kita harus bekerja kembali menerapkan apa yang telah kita terima di dalam Konvensi ini. Tekad, isi kebenaran, dan hati yang melayani, kiranya menjadi landasan bagi Tuhan. Kuasa Roh, pimpinan kebenaran Tuhan, dorongan penginjilan, boleh menjadi kekuatan kita untuk membawa banyak jiwa di daerah kita masing-masing. Mari kita bersinergi menjalankan tugas memberitakan Injil. Mari kita bersinergi mengemban Amanat Agung Kristus. Mari kita bersinergi mengerjakan panggilan Tuhan membawa daerah kita kembali kepada Tuhan. Berdoa untuk kemungkinan Tuhan bangkitkan KIN yang kedua, ketiga, dan seterusnya. Segala kemuliaan bagi Allah. Redaksi. 10 NOV 2013 “PERGILAH DENGAN KUASA ALLAH!” Bersambung ke hal.2 Altar Call KPIN Jakarta 2013 C alled to serve, Called to proclaim God and His good news! The Word of God continues to saturate KIN even to its sixth day! Rev. Antonius Un opened the morning devotion by calling our attention to the importance of God’s name. As a matter of fact, prophets were called to proclaim God’s holy name and His great works and the apostles proclaim Christ’s name to the world. The New Testament asserts that beside of Christ, there is no other name under heaven by which one can be saved. Rev. Ivan Kristiono talked about the importance of personal evangelism. Yet, often times our personal evangelism fails to understand the person we evangelize because we simply treat them as an object of our evangelism that we try to manipulate. We must not neglect the personality of those we evangelize. In his morning session, Rev. Stephen Tong continued his doctrinal preaching concerning the Holy Spirit. The Holy Spirit brought down the Word of God from heaven to the earth: the Word of God inscripturated and the Word of God incarnated. Jakarta became the 68 th city reached by the National Rally for Christian Faith (KPIN) in the evening of 9 th November. More than 12,000 people attended this gospel rally. KIN attendees had the opportunity to see the work of God through this mass evangelism when they came to attend KPIN. In the city where Moslem is majority, Rev. Dr. Stephen Tong preached that Christ is the only savior and hope for mankind. It is refreshing to see a gospel rally centered on nothing less than the Word of God. It is estimated about 2500 people came to repentance answering the altar call following the testimony of Rev. Liu Ming He and Ev. Michael Liu. Truly, God has worked mightily in this city this week! Today is the final day of KIN. What’s next? Will the attendees carry on the zeal for true teachings and the fire of evangelism back home? May the Word of God continue to work in their hearts. May their ministries be reoriented. May the churches of God in Indonesia be revived. May God’s holy name be even more glorified and Christ be even more exalte through His churches. Pray, God willing, for the next KIN for youths to be conducted in the next two years. Until we meet again! K hotbah yang sangat luar biasa keras dan menghentak malam ini dari Pdt. Stephen Tong tentang Elia dan Elisa (2Raj. 2:1-18). Kedua nabi ini begitu unik. Elia adalah nabi dari desa kecil, tetapi menjadi seorang nabi yang begitu besar. Tuhan memakai hamba-Nya yang sejak muda sudah dipenuhi firman. Hamba Tuhan masa kini adalah anak muda sepuluh tahun lalu. Sebelum menjadi pengkhotbah besar, dulu Billy Graham juga anak kecil yang kelihatannya biasa saja. Elia begitu istimewa. Ia tidak tercatat dari sekolah nabi, tetapi kuasa Tuhan dan konfirmasi Tuhan begitu jelas atas Elia. Elia tidak punya kekuatan militer, politik, atau uang. Tetapi Elia tahu Tuhan beserta dengan dia. Betapa celaka yang mengaku hamba Tuhan, tetapi bersandar pada uang, pada kekuatan politik, pada kekuatan dunia. Banyak pendeta tidak berani berteriak keras dan menegur dosa, karena ia menerima banyak dukungan uang. Apakah Tuhan mengonfirmasi khotbahmu? Apakah Tuhan mengonfirmasi pelayananmu? Elia tidak takut kepada Ahab, sebaliknya Ahab takut kepada Elia. Tuhan membuat raja takut kepada Elia. Elia berkata dan tiga setengah tahun tidak ada

Upload: others

Post on 01-Nov-2021

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

7Edisi

KINFlash

Dari meja redaksi….

Selamat hari Minggu dan selamat beribadah…

Puji Tuhan, kita boleh tiba di hari terakhir KIN Jakarta

2013. Kita semua harus sangat bersyukur melihat keajaiban Tuhan yang telah memimpin seluruh acara Konvensi ini. Sekali lagi, mungkin tidak banyak peserta yang telah

berulang kali mengalami pembekalan yang seketat,

sekaya, sepadat seperti KIN Jakarta 2013 ini.

Kita juga bersyukur untuk kekuatan yang Tuhan berikan

kepada semua Panitia yang telah Tuhan pakai melayani

Tuhan di dalam acara ini dengan penuh pengorbanan,

penuh kerelaan, menjadi saluran berkat bagi setiap

peserta.

Kini, kita akan kembali ke tempat kita masing-masing.

Tuhan tidak ingin kita mendirikan tenda bagi Yesus,

Musa, dan Elia. Kita harus turun gunung, kita harus

bekerja kembali menerapkan apa yang telah kita terima di

dalam Konvensi ini. Tekad, isi kebenaran, dan hati yang

melayani, kiranya menjadi landasan bagi Tuhan. Kuasa

Roh, pimpinan kebenaran Tuhan, dorongan penginjilan, boleh menjadi kekuatan kita untuk membawa banyak jiwa

di daerah kita masing-masing.

Mari kita bersinergi menjalankan tugas

memberitakan Injil. Mari kita bersinergi mengemban Amanat Agung Kristus. Mari

kita bersinergi mengerjakan panggilan Tuhan membawa

daerah kita kembali kepada Tuhan.

Berdoa untuk kemungkinan Tuhan bangkitkan KIN

yang kedua, ketiga, dan seterusnya. Segala kemuliaan

bagi Allah.

Redaksi.

10 NOV 2013

“PERGIlah DENGaN KUaSa allah!”

Bersambung ke hal.2

Altar Call KPIN Jakarta 2013

Called to serve, Called to proclaim God and His good news! The Word of God continues to saturate KIN even to its sixth day! Rev. Antonius Un opened the morning devotion by calling our attention to the importance of God’s name. As a matter of fact, prophets were called to proclaim God’s holy

name and His great works and the apostles proclaim Christ’s name to the world. The New Testament asserts that beside of Christ, there is no other name under heaven by which one can be saved. Rev. Ivan Kristiono talked about the importance of personal evangelism. Yet, often times our personal evangelism fails to understand the person we evangelize because we simply treat them as an object of our evangelism that we try to manipulate. We must not neglect the personality of those we evangelize. In his morning session, Rev. Stephen Tong continued his doctrinal preaching concerning the Holy Spirit. The Holy Spirit brought down the Word of God from heaven to the earth: the Word of God inscripturated and the Word of God incarnated. Jakarta became the 68th city reached by the National Rally for Christian Faith (KPIN) in the evening of 9th November. More than 12,000 people attended this gospel rally. KIN attendees had the opportunity to see the work of God through this mass evangelism when they came to attend KPIN. In the city where Moslem is majority, Rev. Dr. Stephen Tong preached that Christ is the only savior and hope for mankind. It is refreshing to see a gospel rally centered on nothing less than the Word of God. It is estimated about 2500 people came to repentance answering the altar call following the testimony of Rev. Liu Ming He and Ev. Michael Liu. Truly, God has worked mightily in this city this week! Today is the final day of KIN. What’s next? Will the attendees carry on the zeal for true teachings and the fire of evangelism back home? May the Word of God continue to work in their hearts. May their ministries be reoriented. May the churches of God in Indonesia be revived. May God’s holy name be even more glorified and Christ be even more exalte through His churches. Pray, God willing, for the next KIN for youths to be conducted in the next two years. Until we meet again!

Khotbah yang sangat luar biasa keras dan menghentak malam ini dari Pdt. Stephen Tong tentang Elia dan Elisa (2Raj. 2:1-18). Kedua

nabi ini begitu unik. Elia adalah nabi dari desa kecil, tetapi menjadi seorang nabi yang begitu besar. Tuhan memakai hamba-Nya yang sejak muda sudah dipenuhi firman. Hamba Tuhan masa kini adalah anak muda sepuluh tahun lalu. Sebelum menjadi pengkhotbah besar, dulu Billy Graham juga anak kecil yang kelihatannya biasa saja.

Elia begitu istimewa. Ia tidak tercatat dari sekolah nabi, tetapi kuasa Tuhan dan konfirmasi Tuhan begitu jelas atas Elia. Elia tidak punya kekuatan

militer, politik, atau uang. Tetapi Elia tahu Tuhan beserta dengan dia. Betapa celaka yang mengaku hamba Tuhan, tetapi bersandar pada uang, pada kekuatan politik, pada kekuatan dunia. Banyak pendeta tidak berani berteriak keras dan menegur dosa, karena ia menerima banyak dukungan uang. Apakah Tuhan mengonfirmasi khotbahmu? Apakah Tuhan mengonfirmasi pelayananmu? Elia tidak takut kepada Ahab, sebaliknya Ahab takut kepada Elia. Tuhan membuat raja takut kepada Elia.

Elia berkata dan tiga setengah tahun tidak ada

SEKILAS KIN

2 Theologi Tanpa Penginjilan, Mati Adanya! Penginjilan Tanpa Theologi, Lemah Adanya!

Liputan Seputar Kin“Tidak ada Penginjilan, tidak menginjili anak:

Gereja tidak ada masa depan dan mati!”

Hari ini adalah hari terakhir KIN Jakarta 2013, di mana kita berkumpul bersama, bersekutu bersama, menerima firman

bersama, dan diutus oleh Tuhan Yesus Kristus sekali lagi untuk pergi memberitakan Injil Tuhan yang hidup. Sekali lagi, kita diingatkan bahwa segala kuasa di sorga dan di bumi telah diberikan kepada Kristus dan Dia telah berjanji menyertai kita senantiasa sampai kepada akhir zaman (Matius 28:19-20). Karena itu, tidak ada lagi alasan untuk tidak pergi memberitakan Injil. Tidak perlu lagi takut memberitakan Injil! Kuasa, karunia, dan penyertaan telah tersedia, kita berkepastian berhasil di dalam upaya pemberitaan Injil kita.

Kita mungkin sudah tergugah dengan pentingnya perkabaran Injil, namun mungkin sebagian dari kita masih menghadapi pertanyaan, pergumulan, dan tantangan akan persoalan bagaimanakah cara terbaik bagi gereja untuk bertumbuh, berfungsi, dan memengaruhi dunia sebagaimana seharusnya hakekat dan panggilannya. Satu-satunya cara bagi gereja untuk bertumbuh menjadi besar dan mampu memengaruhi dunia hanyalah melalui Penginjilan. “Gereja yang melalaikan Penginjilan adalah gereja yang bunuh diri” kata Pdt. Dr. Stephen Tong. Sekalipun demikian, Penginjilan masih tidak menjadi satu-satunya motivasi dan program utama banyak gereja. Ada banyak hamba Tuhan masih lebih percaya kepada mitos dan teori-teori ilmu pengetahuan di luar ajaran Alkitab untuk mempertumbuhkan gereja daripada perintah dan janji penyertaan Kristus di dalam Injil yang sederhana. Gereja sering kali lebih tertarik dan percaya kepada model-model pertumbuhan gereja yang berorientasi ajaran palsu dan fenomena, serta tidak dibangun di atas ajaran Kitab Suci dan prinsip Injil yang benar. Inilah saatnya sebagai gereja kita perlu berjanji kepada Tuhan untuk kembali kepada sejarah Kerajaan Allah sebagaimana dikisahkan di dalam Kisah Para Rasul yaitu hanya dengan melalui perkabaran Injil gereja akan dilahirkan, dipertumbuhkan, dan dikuatkan untuk tahan uji. Hanya dengan Injil, sudah cukup!

Dalam kesempatan edisi terakhir ini, kami ingin sekali lagi membagi beban penginjilan yang sedemikian penting ini melalui satu pengamatan atas kondisi gereja-gereja di Indonesia yang diwakili oleh para peserta KIN kali ini. Kami ingin mengajak para peserta KIN untuk fokus bersama dengan kami melihat melalui pengamatan yang kami lakukan dalam bentuk percakapan kami dengan beberapa peserta KIN secara acak. Beban dan perhatian kami ditujukan pada upaya penginjilan anak-anak dan kelas sekolah minggu.

Menarik, dari semua responden yang kami ajukan pertanyaan, setiap orang sadar dan percaya akan pentingnya perkabaran Injil, termasuk perkabaran Injil kepada anak dan sekolah minggu. Namun di dalam kenyataannya tidak semua gereja siap dan mempunyai program, alokasi dana, dan kegiatan konkret untuk memberitakan Injil, khususnya kepada anak-anak secara rutin. Hanya ada beberapa gereja saja yang memang secara rutin ada kegiatan perkabaran Injil kepada anak-anak. Lebih menggelisahkan lagi, ternyata terjadi di hampir semua gereja, tidak banyak orang Kristen yang rela untuk terjunkan diri menjadi guru sekolah minggu maupun menjadi pekabar Injil anak. Di banyak gereja belum memiliki badan pelayanan gerejawi yang lengkap, kami juga menemukan kenyataan sebagian besar tidak memiliki hamba Tuhan yang bisa melayani semua kelompok umur; umumnya para hamba Tuhan lebih fokus hanya pada pelayanan jemaat dewasa saja . Kami juga menemukan kenyataan tidak banyak gereja yang secara khusus betul-betul mengutus majelis dan penatua untuk memperhatikan pelayanan anak dan sekolah minggu. Dan hampir di banyak gereja pelayanan anak dan sekolah minggu terabaikan oleh karena alasan keterbatasan sumber daya baik materi pengajaran, sumber daya manusia, maupun dana.

Sebagai catatan akhir, Pdt. Dr. Stephen Tong adalah teladan kita semua. Beliau telah melewati masa pelayanan lebih dari 50 tahun kepada Tuhan, dan waktu pelayanan

yang sangat padat mengelilingi dunia dan mencapai berbagai kelompok umur manusia dan berbagai latar belakang, dengan pendengar paling sedikit ribuan orang setiap kali kebaktian. Beliau bagaimanapun sibuk, masih menyediakan waktu untuk melakukan penginjilan pribadi, perkabaran Injil bagi anak dan sekolah minggu.

Saya jadi teringat satu peristiwa beberapa tahun lampau. Seorang sahabat saya, seorang theolog terkenal dari Amerika Serikat yang bersama saya menghadiri kebaktian perkabaran Injil anak yang diadakan oleh STEMI dan dipimpin oleh Pdt. Stephen Tong di Singapura. Menyaksikan begitu banyak anak-anak yang menghadiri kebaktian dengan penuh antusias dan ribuan anak yang memberikan respons kepada panggilan pertobatan dan firman Tuhan, theolog itu terkesima, kehabisan kata-kata dengan air mata haru, dan sangat bersyukur kepada Tuhan atas pelayanan Pdt. Stephen Tong. Theolog itu kemudian berkata kepada saya: “Di seluruh dunia, tidak ada lagi orang yang melayani anak-anak seperti kebaktian besar pada hari ini. Barangkali di seluruh dunia pekabar Injil anak yang mampu melayani secara massal dan begitu berkuasa hanya tinggal satu; namanya Stephen Tong.” Saya terkesima atas ucapan itu. Tidak henti kami berdua bersyukur kepada Tuhan, menyaksikan peristiwa luar biasa tersebut.

Kalimat penting dari Pdt. Stephen Tong kemudian terus menerus mengingatkan kami: “Gereja yang tidak melakukan perkabaran Injil adalah gereja yang bunuh diri. Gereja yang melalaikan pelayanan anak dan sekolah minggu adalah gereja yang tidak ada hari depan.”

Hari ini, kalimat penting Pdt. Stephen Tong ini kami hendak bagikan sebagai ajakan dan undangan kepada seluruh peserta KIN agar kita bersama-sama memperhatikan perkabaran Injil, terutama kepada anak-anak. Kami percaya: Tidak menginjili anak-anak, masa depan gereja akan suram dan akan mati! (lhw)

Pergilah Dengan Kuasa Allah(sambungan dari hal.1)

hujan. Jika Tuhan tidak memberkati, negara akan hancur, kelaparan dan mati semua. Kita sering kali menikmati berkat Tuhan, tetapi tidak memuliakan dan berterima kasih kepada Dia sebagai Tuhan. Kita mengganti Pencipta dengan yang dicipta, maka pikiran kita menjadi bodoh dan hati kita menjadi kacau. Jika engkau pendeta, polisi, hakim, jaksa, atau raja, hiduplah baik-baik. Elia di Gunung Karmel mengatakan: “Jikalau Tuhan adalah Allah, sembahlah Tuhan. Jika Baal adalah Allah, sembahlah Baal?” Tidak ada api turun

dari Baal. Nabi Baal berdoa menikam diri dengan batu dan pisau, mereka berapi-api tetapi bukan api Roh Kudus. Aneh doa yang paling ngotot bukanlah doa Tuhan Yesus di Getsemani, tetapi justru doa nabi palsu. Baal tidak dapat menjawab doa nabi palsu, tetapi Tuhan Allah menjawab doa Elia. Elia memerintahkan untuk menangkap nabi Baal dan membunuh mereka. Apakah ini nabi yang kejam? Allah memiliki murka yang kudus.

Elisa adalah murid Elia. Ia terus mengikuti Elia sampai terangkat ke sorga, sementara begitu banyak murid sekolah theologi tidak mengikuti Elia. Elisa dipilih oleh Elia dari

sawah, bukan dari sekolah nabi. Elisa terus mempelajari dan tidak mau meninggalkan Elia. Elisa sangat memperhatikan bagaimana Elia berdoa, khotbah, dan melayani. Elisa meminta dua kali lipat roh Elia. Elisa mempunyai niat besar sekali. Elisa melihat kuasa dan visi Tuhan. Elisa menjadi murid dari guru paling besar dan ikut sampai tuntas. Apa yang kurang dari murid lain? Kuasa dan urapan Tuhan, Roh dua kali lipat. Tanpa itu tidak ada harapan hari depan bagi Indonesia.

SEKILAS KIN

3Theologi Tanpa Penginjilan, Mati Adanya! Penginjilan Tanpa Theologi, Lemah Adanya!

KEJATUHAN & KEBUDAYAANEkses Kejatuhan Manusia dalam Kebudayaan oleh: Pdt. Dr. Stephen Tong

Bagian 2(Sambungan dari bagian pertama)

Allah adalah Pencipta manusia. Manusia adalah gambar dan rupa-Nya. Sifat manusia, yang memiliki gambar dan

rupa Allah, mencapai puncaknya dengan memiliki dua sifat besar: sifat kebudayaan dan sifat agama. Manusia disebut manusia karena ia mempunyai sifat budaya dan sifat agama. Dengan demikian barulah manusia bisa hidup sebagai manusia di dunia. Ketika kedua sifat ini disingkirkan dari manusia, manusia bukan lagi manusia. Manusia adalah manusia karena bisa mandiri, melampaui dan mengalahkan alam, kecuali pada hari ketika batasan yang alam berikan kepadanya telah sampai. Manusia bukan hanya hidup selama berapa puluh tahun di dunia. Setelah manusia meninggal, sifat budayanya masih berpengaruh pada generasi berikutnya, sedangkan sifat agamanya membawa dia pulang ke tempat kekekalan dengan sejahtera.

Dari manakah datangnya sifat kebudayaan dan sifat agama yang telah membentuk

manusia? Singkatnya memang ada secara alami. Begitu manusia lahir, dia sudah mempunyai sifat agama dan sifat budaya. Tetapi perhatikan bahwa tujuan dari sifat agama dan sifat budaya tidak bisa disejajarkan dengan alam. Jika kebudayaan adalah produk alam, maka kebudayaan tidak mungkin menjadi alat untuk menguasai alam. Jika sifat agama adalah produk alam, mengapa agama sering kali melampaui, menentang, dan bahkan menggeser alam? Jadi bila yang bersifat agama dan budaya bukan berasal dari alam, hal-hal itu pasti berasal dari yang bersifat supraalami. Itulah sebabnya para ahli ilmu alam seperti Herbert Spencer dan Thomas Henry Huxley, di dalam keheranannya, mengatakan kalimat istimewa berikut ini: “Rasio dan hati nurani manusia sama sekali bukan produk evolusi.” Mereka sama sekali tidak memberitahukan dari mana asal rasio dan hati nurani manusia. Mereka hanya secara terpaksa mengakui adanya bagian supraalami di dalam diri manusia.

Kita menemukan ada dua macam unsur yang sama sekali berbeda, yang telah membentuk sifat manusia kita, yakni bahwa kita mempunyai tubuh yang hampir sama

dengan binatang, membutuhkan makanan dan seks; namun di dalam diri manusia masih terdapat satu unsur lain, yang ikut membentuk bagian yang lebih dalam dan lebih penting, yang bisa membuat kita tidak mengindahkan kemuliaan dan kemewahan dunia, memandang enteng akan kesengsaraan hidup, dan membuat kita mempunyai sifat-sifat transendental, seperti: tidak merasa iri, tidak membenci, dan tidak merendahkan mereka yang lebih hina dari kita. Jika manusia hanya mempunyai kebutuhan makan dan seks saja, hidup kita di dunia ini tidaklah memiliki nilai yang istimewa.

Dari manakah datangnya unsur transendental itu? Tidak ada satu kebudayaan yang bisa memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut. Tatkala manusia mencari tahu akan kebenaran ini, mereka langsung menetapkan bahwa unsur tersebut adalah produk kebudayaan, sehingga mereka tidak benar-benar mempelajari dari mana unsur itu berasal. Hanya firman Tuhan yang menguraikan asal usul unsur

itu secara gambalng. Sayang, hari ini banyak orang sudah keburu mati sebelum mereka mengerti kekristenan dengan benar. Yang paling kasihan adalah orang-orang yang setiap hari memperkenalkan kekristenan kepada orang lain, padahal diri mereka sendiri sama sekali tidak tahu apa-apa. Jadi, bukan saja ada orang yang belum sempat memahami sudah mati, tetapi ada juga yang belum sempat memahami sudah berani mengajar orang lain, sehingga mereka bukan hanya tidak bisa menunjukkan nilai kekristenan yang sesungguhnya kepada dunia, bahkan diri mereka sendiri pun tidak menikmatinya. Hidup mereka tentu tidak berbeda dengan mereka yang bergumul dengan alam, tanpa arah dan tanpa prinsip.

Kebudayaan membuat manusia mau dan harus melampaui alam. Maksudnya, entah di dalam masyarakat yang paling maju teknologinya atau di antara bangsa yang paling primitif dan belum beradab sekalipun, kita akan menemukan sifat yang sama: yang melampaui alam, yang menguasai alam, yang menang atas alam, yang memanfaatkan alam, dan yang membuat alam takluk di bawah dirinya.

Inilah yang menyebabkan manusia tidak dapat dimusnahkan oleh binatang buas. Manusia memiliki kebudayaan dan telah menaklukkan alam, sehingga manusia dapat menggunakan benda sebagai alat, menjadikan hasil tanah sebagai suplai kebutuhan hidup, dan memakai semua fungsi transendental ini untuk mengubah prinsip alam sebagai hamba manusia. Bila kita pergi ke pedalaman, kita menemukan alat-alat yang mereka pakai, baik yang terbuat dari batu, kayu, bambu yang sangat sederhana, tetapi tetap terdapat hikmat yang tinggi. Orang primitif memakai alat-alat itu untuk memelihara hidup mereka, dan khasiatnya tidak berbeda dengan bom atom yang digunakan oleh manusia modern.

Menaklukkan alam adalah fungsi terbesar dari manusia. Namun manusia juga menyadari bahwa sifat manusia yang bisa menaklukkan alam ini akan dihancurkan oleh alam. Maksudnya, manusia menaklukkan alam, tetapi pada waktu tua dan mati, manusia dikebumikan di alam. Jadi sebenarnya manusia yang menaklukkan

alam atau alam yang menaklukkan manusia? Saling menaklukkan dan akhirnya ditaklukkan. Manusia boleh saja memiliki tanah yang amat luas, tetapi akhirnya dia hanya memperoleh sebidang tanah yang luasnya 2x1 meter saja. Pada akhirnya, kebudayaan mendatangkan kehancuran bagi sifat manusia. Betapa ironis!

Lalu muncullah sifat lain yang ingin melebihi sifat pertama, yaitu sifat agama. Sifat agama bukan saja memberikan rasa tanggung jawab moral dan kelakuan, memberikan “rasa” kekal yang melampaui kesementaraan, tetapi juga memberikan arah ibadah kepada Dia yang kekal. Lalu apakah akibat dari sifat agama ini?

Kita berharap bahwa di balik fakta yang menaklukkan kita dan pengalaman yang kejam itu terdapat sesuatu yang melampaui semua ini, sehingga pada waktu kita tinggalkan dunia ini kita masih tetap berada, bahkan sampai selama-lamanya, di dalam kebahagiaan yang kekal, di dalam nilai pengharapan yang kekal. Itulah sebabnya segala yang bersifat masyarakat,

Manusia boleh saja memiliki tanah yang amat luas, tetapi akhirnya dia hanya memperoleh sebidang tanah yang luasnya 2x1 meter saja.

Bersambung ke hal.5

SEKILAS KIN

4 Theologi Tanpa Penginjilan, Mati Adanya! Penginjilan Tanpa Theologi, Lemah Adanya!

Matthew Passion karya Johann Sebastian Bach (1685-1750) ini dianggap oleh banyak musikolog sebagai karya sakral terbesar yang pernah ditulis orang dan bukan tanpa alasan. Pertama, tema dari karya ini adalah jantung dari kepercayaan Kristen yaitu cerita penderitaan Kristus dalam Kitab Injil. Hidup dalam zaman Barok, Bach menggunakan semua tekhnik komposisi yang tersedia

untuk mengekspresikan kedalaman kesengsaraan yang dialami oleh Kristus. Karya ini dibuka dengan ajakan kepada puteri Sion untuk ikut meratapi dosa-dosa kita yang mengakibatkan penderitaan Kristus. Ketika masuk pada bagian murid-murid berkata seorang demi seorang: “Bukan aku, ya Tuhan?” (Mat. 26:22), Bach menyambung dengan sebuah lagu himne dengan kata-kata: “Akulah dia, aku harus bertobat.” Di sini jemaat dibawa untuk menempatkan diri dalam posisi Yudas yang mengkhianati Kristus. Setelah cerita Petrus yang juga menyangkal Kristus, sebuah aria yang dinyanyikan alto menggambarkan dengan sangat dalam permohonan seorang yang menyesal dan memohon belas kasihan Allah. Karya ini akhirnya ditutup dengan sebuah koor dengan kata-kata: “Kami duduk dengan air mata dan berseru kepada-Mu: ‘Istirahatlah dengan tenang!’” Sulit untuk melukiskan kedalaman penderitaan Kristus. Karya ini akan menolong kita untuk menghayatinya. (BK)

The Sacrifice of Isaac, Rembrandt

When the Morning Stars Sang Together, Blake

Matthew Passion, Bach

Sekalipun William Blake (1757-1827) memiliki pengertian theologis yang tidak alkitabiah (sebagai seorang yang hidup dalam Abad Pencerahan dia menolak kekristenan tradisional

yang dianggapnya mengajarkan orang untuk menekan keinginan alamiahnya serta kebahagiaan di bumi ini. Jelas Blake kurang mengerti ajaran Kristen yang sesungguhnya), namun lukisan When the Morning Stars Sang Together menggambarkan nuansa mistik bagaimana Tuhan menjawab Ayub dengan menyatakan kekuasaan-Nya di alam semesta. Ilustrasi ini menunjuk pada Ayub 38:7 “pada waktu bintang-bintang fajar bersorak-sorak bersama-sama, dan semua anak Allah bersorak-sorai.” Menarik bahwa cara Tuhan menjawab penderitaan Ayub bukan dengan langsung memulihkan keadaannya, melainkan dengan menyadarkan Ayub bahwa di tengah-tengah penderitaannya, Ayub tetap bukanlah pusat alam semesta, melainkan Tuhanlah pusatnya. Blake dengan tepat menggambarkan fokus lukisan ini bukan pada Ayub melainkan pada Tuhan yang digambarkan sebagai “Yang Lanjut Usianya” (Dan. 7:9,13,22). Demonstrasi kemuliaan Tuhan membawa Ayub kembali menempatkan dirinya dengan benar sebagai ciptaan yang kecil dan hina dalam kebesaran alam semesta. (BK)

Rembrandt van Rijn (1606-1669) memang banyak melukis karya-karya religius. Baik Return of the Prodigal Son maupun Sacrifice of Isaac ini, dua-duanya berada di Hermitage di St.

Petersburg, Rusia. Lukisan yang terakhir ini dengan sangat dramatis menggambarkan momen di mana Malaikat Tuhan berfirman, “Jangan bunuh anak itu dan jangan kauapa-apakan dia, sebab telah Kuketahui sekarang, bahwa engkau takut akan Allah, dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepada-Ku” (Kej. 22:12). Abraham disebut sebagai bapa orang beriman yang percaya bahwa “Allah berkuasa membangkitkan orang-orang sekalipun dari antara orang mati” (Ibr. 11:19). Ketika kita mengikuti dan melayani Allah, ada hal-hal yang harus dilepaskan demi kasih kita kepada Allah yang seharusnya melampaui segala sesuatu. Abraham di sini menggambarkan hati Allah Bapa, yang dengan rela mengorbankan Anak-Nya sendiri untuk menjadi tebusan orang banyak. Dalam cerita ini Ishak akhirnya tidak dikorbankan karena Kristuslah yang sebenarnya akan mati dan menanggung dosa dunia. Seperti Kristus, Ishak dengan rela dan taat menyerahkan dirinya untuk dikorbankan. (BK)

SEKILAS KIN

5Theologi Tanpa Penginjilan, Mati Adanya! Penginjilan Tanpa Theologi, Lemah Adanya!

politis maupun ekonomis tidak mampu membasmi yang bersifat budaya dan agama. Manusia disebut manusia karena ia dapat melampaui dan menaklukkan alam. Manusia yang hanya bisa menaklukkan alam tidak termasuk orang hebat. Hanya mereka yang bisa melampaui alam baru disebut orang hebat. Jadi kita bukan hanya memiliki hukum untuk menaklukkan alam, tetapi juga memiliki arah dan hukum kekal. Dengan demikian barulah kita memiliki pengharapan dan arah yang kekal.

Kita telah membahas tentang pentingnya sifat budaya dan sifat agama dengan jelas. Dari mana sifat agama? Dari mana sifat budaya? Kita tidak boleh menganggap sifat budaya dan sifat agama sebagai produk alam atau produk dari proses evolusi. Bukan saja orang Kristen menolak pendapat ini, bahkan para ahli evoulsi juga mengakui bahwa sifat ini sendiri pasti mempunyai sumber lain, dan sumber itu adalah Allah yang menciptakan manusia menurut gambar dan rupa-Nya.

Manusia dicipta menurut gambar dan rupa Allah. Keberadaan Allah adalah dasar dari

sifat budaya dan sifat agama. Allah adalah sumber utama dari sifat budaya dan sifat agama manusia. Sifat budaya dan sifat agama membuat manusia tidak bisa tidak memikirkan tentang kebenaran-kebenaran penting, seperti keberadaan Allah dan hubungan langsung antara manusia dengan-Nya. Ahli agama memikirkan tentang Allah, demikian juga para ahli kebudayaan. Ahli agama merenungkan tentang relasi manusia dengan kekekalan, ahli kebudayaan merenungkan tentang nilai kekekalan itu sendiri. Ahli agama merenungkan tentang hal-hal yang melampaui alam, ahli kebudayaan juga merenungkan bagaimana menaklukkan alam.

Agama dan kebudayaan mempunyai topik dan wawasan pemikiran yang sama, tapi apakah agama itu kebudayaan, atau kebudayaan itu agama? Bolehkah kita memperlakukan kebudayaan sebagai agama, atau memperlakukan agama sebagai kebudayaan? Bolehkah kita membudayakan agama atau ‘mengagamakan’ budaya? Apakah agama yang sudah dibudayakan adalah agama murni atau kebudayaan yang sudah diagamakan adalah kebudayaan yang murni? Siapakah yang menetapkan jaminan dari sifat agama ini? Siapakah yang menetapkan nilai dari sifat budaya? Di sepanjang sejarah, manusia terus ‘mengorek-ngorek’ kebudayaan yang dulu

untuk dikukuhkan ulang atau ditolak ulang. Tatkala orang Spanyol ingin memperingati jasa Columbus yang ke 500 tahun, banyak orang menolak karena menganggap dia sebagai seorang pembunuh, seorang berambisi besar dan seorang perampok. Jadi siapakah Columbus, pahlawan atau penjahat? Ini relatif sekali.

Penetapan nilai sifat agama dan sifat budaya tidak dilakukan oleh manusia, karena manusia bersifat relatif, tidak berkuasa dan berkemampuan untuk memberikan penetapan yang mutlak. Penetapan itu hanya dapat dilakukan oleh Allah. Apakah dasar dari penetapan itu? Kedaulatan dan wahyu Allah yang mutlak bijaksana. Kedaulatan Allah yang mutlak dan wahyu-Nya yang penuh hikmat bukan saja menetapkan, tapi juga memberikan inspirasi dan menggerakkan. Dengan inisiatif-Nya sendiri Allah memberikan inspirasi berdasarkan kedaulatan-Nya untuk menyatakan hikmat-Nya, yang adalah sumber dari kebudayaan. Agama dan kebudayaan adalah respons manusia terhadap wahyu Allah, yaitu wahyu umum yang berbeda dengan wahyu khusus. Wahyu khusus berkaitan dengan keselamatan. Kita sedang membahas mengenai wahyu umum. Ketika wahyu umum diberikan, manusia

berespons. Manusia adalah satu-satunya makhluk yang dapat berespons kepada Allah.

Pernahkah saudara mengunjungi pameran lukisan, pameran barang-barang seni, pameran sutera, atau pameran barang-barang antik? Ada sebagian orang yang melihat-lihat lalu pergi, sama sekali tidak memberikan respons, tapi ada yang sambil melihat sambil menyatakan kekagumannya, lalu mulai berbicara dan berkomentar. Hal ini menunjukkan bahwa dia mulai berespons. Pernahkah kita melihat seekor kucing yang bisa berdialog dengan barang-barang seni? Sekalipun kita membawa seekor anjing yang sangat pandai ke museum seni, dia tidak akan berespons, karena kemampuan untuk berespons hanya ada pada manusia.

Tatkala orang sedang membahas sebuah topik penting, apakah Anda menerima apa yang dibahasnya atau Anda hanya memperhatikan kesalahan tata bahasanya? Manusia yang bisa berespons terhadap wahyu, menggunakan sifat manusia yang Allah ciptakan dengan baik. Mengapa ada orang yang sambil membaca Alkitab sambil mengumpat kekristenan? Karena dia tidak dapat menerima kebenaran yang ada di dalamnya, dan dia hanya mencari kesalahan saja. Pada saat orang sama sekali tidak tergerak ketika mendengarkan

kebenaran yang penting, permasalahannya bukan terdapat pada kebenaran itu tetapi pada dirinya sendiri.

Wahyu umum yang diwahyukan Allah sudah selayaknya direspons. Manusia adalah satu-satunya makhluk yang dapat berespons terhadap wahyu Allah. Jika manusia tidak memanfaatkan fungsi respons ini, hidupnya pasti sangat mekanis, superficial, dan membosankan. Meskipun dia mungkin dapat menikmati kebahagiaan dari materi yang jasmani, dari yang sementara, dan yang bersifat sensasi, tetapi dia tetap mendapati bahwa hidupnya hampa.

Respons manusia terhadap Allah akan timbul dalam dua segi, yaitu respons eksternal dan respons internal. Respons eksternal terhadap wahyu umum Allah timbul melalui tindakan atau aktivitas berbudaya. Respons internal terhadap wahyu umum Allah timbul melalui aktivitas agama.

Secara ketat dapat dikatakan, bahwa kebudayaan dan agama adalah respons dasar manusia terhadap wahyu umum Allah. Jika kita tidak menemukan hubungan dan penyebabnya, kita cenderung menganggap agama sebagai suatu hal yang biasa, padahal tidaklah demikian. Renungan yang

paling mendalam bagi seorang ahli agama adalah hubungan antara Allah dan manusia, dan bagi seorang ahli kebudayaan adalah bagaimana memanifestasikan Allah. Dengan demikian agama merupakan suatu perasaan yang agak bersifat internal, perasaan yang menerima wahyu, sedangkan kebudayaan merupakan semacam ekspresi eksternal. Itulah sebabnya sebuah karya sastra yang agung akan mengungkapkan hubungan manusia dengan Allah, yang melampaui sejarah dan transendental. Karya seni yang agung bukan sekadar mengekspresikan perasaan rohani yang terdapat di dalam sifat manusia, tapi juga mengekspresikan hubungan antara perasaan tersebut dengan Allah. Semua hal yang melampaui alam jelas bukan merupakan produk alam, melainkan berasal dari Allah yang transenden. Maka manusia harus berespons terhadap Allah. Inilah yang dikatakan sebagai yang berasal dari Dia, bergantung pada Dia, dan bagi Dia. Alkitab mengatakan, “manusia dicipta oleh Allah, melalui Allah, bersandar pada Allah, dan bagi Allah.” (Roma 11:36).

Pusat dari kebudayaan dan agama adalah hikmat Allah sendiri. Manusia dapat mengekspresikan hikmat Allah dan dapat mengenal Allah melaui hikmat-Nya. Agama dan kebudayaan mencapai puncaknya dengan adanya kesadaran akan nilai. Manusia beragama adalah manusia

Kejatuhan & Kebudayaan(sambungan dari hal.3)

Wahyu umum yang diwahyukan Allah sudah selayaknya direspons. Manusia adalah satu-satunya makhluk yang dapat berespons terhadap wahyu Allah.

SEKILAS KIN

6 Theologi Tanpa Penginjilan, Mati Adanya! Penginjilan Tanpa Theologi, Lemah Adanya!

“Kekristenan dari permulaan sampai akhir membicarakan tentang mati dan hidup; ini adalah lebih penting daripada tentang baik dan jahat.”

yang mempunyai hikmat. Mereka yang memiliki bakat melukis atau mengarang lagu yang agung merupakan orang yang memiliki hikmat. Tetapi sampai di manakah manusia menuntut hikmat? Siapakah pusat hikmat yang dicarinya? Alkitab langsung memberitahukan kita bahwa pusat hikmat adalah Yesus Kristus.

Respons terhadap wahyu umum Allah membuat manusia menemukan tiga jenis kewajiban yang harus dipenuhinya. Kewajiban pertama adalah karena keberadaan diri, keberadaan transcending nature, yaitu keberadaan untuk menopang alam. Jadi manusia bukan hanya sekadar mengontrol dan mengatur alam saja, tetapi juga memperbaiki alam. Alkitab mengajukan tiga prinsip: mengelola, mengatur, dan memperbaiki. Kita mengatur alam, berarti kita harus menjadi tuan atas alam. Kita mengelola alam berarti kita berkewajiban untuk mengurus dan mengatur alam. Kita memperbaiki alam berarti kita berkewajiban memperbaiki, memelihara, dan melindungi alam.

Memasuki akhir abad ke-21, kita mendapati bahwa krisis karena perusakan alam sudah berada di depan kita. Ini berarti bahwa kita tidak melaksanakan prinsip penciptaan Allah yang terdapat dalam Kejadian 1 dan 2. Saat kita mencapai puncak kemajuan teknologi, kita juga mendapati ketidakberdayaan manusia untuk mengatur dan melindungi

alam dengan baik dan indah ini. Jika kebudayaan tidak mengaku telah dikuasai oleh kejatuhan, berarti kebudayaan telah menipu diri sendiri, juga menipu orang lain.

Kewajiban yang kedua adalah bagaimana kita mengurus diri sendiri. Bagaimana kita membatasi diri sehingga kita menjadi manusia yang bertanggung jawab, baik terhadap alam, diri sendiri, orang lain, dan Allah. Mengatur diri sendiri berada di atas hal mengatur alam.

Yang ketiga, kuasa mengatur alam dan diri sendiri menimbulkan respons beribadah dan takut kepada Allah.

“Saya bersyukur kepada-Mu karena alam. Saya mau bertanggung jawab atas alam karena Engkau telah mempercayakan soal mengatur alam ini kepadaku. Saya memuliakan-Mu karena rahasia yang kudapatkan pada saat meneliti alam. Saya merasa kagum terhadap rahasia, hikmat, dan desain penciptaan yang tersembunyi dalam alam.”

Akibat penemuan terhadap rahasia ciptaan

adalah rasa takut kepada Allah, Pencipta alam semesta. Wujud nyata dari takut kepada Allah adalah rasa tanggung jawab terhadap alam. Ini adalah kelakuan yang harus dimiliki oleh seorang ilmuwan. Ilmuwan mewakili seluruh umat manusia untuk menemukan fungsi yang Tuhan berikan pada manusia dalam hal mengatur, memahami, dan memperbaiki alam. Sedangkan ahli agama mewakili seluruh umat manusia untuk mengembalikan kemuliaan kepada Allah. Dengan demikian agama dan kebudayaan telah melakukan fungsi yang sebenarnya.

Di dalam proses hukum alam, baik kebudayaan maupun agama telah berusaha dengan keras. Namun terjadi sesuatu yang ironis, yaitu bahwa apa yang seharusnya dicapai oleh kebudayaan justru tidak tercapai, dan apa yang seharusnya dicapai oleh agama tidak tercapai dengan sungguh. Ini berarti bahwa di dalam tugas mengatur alam, manusia menemukan dirinya tidak berdaya menaklukkan alam maupun dirinya sendiri. Di dalam proses mengelola dan mengatur alam, manusia justru menjadi perusak alam yang paling hebat.

Di manakah posisi manusia di tengah-tengah alam ini? Apa yang harus manusia lakukan di bidang kebudayaan? Pada saat orang utan merusak barang kita, atau ketika anjing kita memecahkan barang yang berharga, kita ingin membunuhnya. Tetapi jika

dipikir, kita menyadari bahwa mereka tidak mempunyai rasio maupun latar belakang kebudayaan, sehingga meskipun kita marah setengah mati tetapi tidak bisa berbuat apa-apa (red – maklum). Kuasa merusak alam yang manakah yang lebih hebat: kuasa manusia atau binatang? Manusia mempunyai kemampuan yang lebih besar untuk merusak alam. Alam semesta hari ini bukan dirusak oleh binatang tapi oleh manusia. Limbah air sungai dari daerah industri yang telah tercemar mengalir ke laut, sehingga makhluk di lautan tercemar oleh merkuri, dan hasil laut di sana menyimpan racun-racun kimia. Bukan saja demikian, hari ini pencemaran udara yang terjadi di kota-kota besar Asia telah beberapa kali lebih parah dari Meksiko. Kita tahu soal ozon, juga soal pembabatan hutan-hutan tropis, yang semuanya disebabkan oleh ulah manusia. Allah berfirman: “Hai manusia, kelolalah alam, aturlah alam.” Sudahkah manusia mengelola alam dengan sukses? Tidak! Sudahkah manusia sukses menaklukkan alam? Manusia sudah menaklukkan sebagian, tetapi sudah congkak sebelum sungguh-sungguh sukses. Saat mengalami banyak kegagalan, mereka mulai marah

terhadap Allah.

Apa artinya tidak berhasil menaklukkan alam? Apa arti ketidakseimbangan antara menaklukkan dan mengatur alam? Mengapa kuasa perusakan kita terhadap alam demikian besar? Hanya ada satu jawaban: kejatuhan manusia dalam dosa merupakan sebuah fakta. Jika kejatuhan bukan merupakan fakta, mengapa hari ini terjadi ketidakseimbangan yang begitu parah? Akhirnya kita tiba pada pertanyaan: di manakah posisi manusia yang sebenarnya? Jika posisi asal manusia ada pada sifat kebinatangan yang mengerikan itu, seharusnya kita merasa sangat bangga terhadap keberhasilan kita. Tetapi apakah posisi asal manusia memang demikian? Jika benar demikian, adakah keberadaan evolusi di dalam proses sejarah kita yang begitu panjang? Mengapa Perjanjian Lama sama sekali tidak menyinggung akan pandangan ini? Alkitab orang Kristen memberitahukan bahwa leluhur kita lebih tinggi dari kita. Meskipun hari ini ada keberhasilan yang hebat di bidang kebudayaan, ilmiah, dan teknologi, tetapi hal itu tidak mampu membawa manusia pada posisi asal pada saat diciptakan.

Apakah lawan kata dari kejatuhan? Evolusi. Evolusi bukan saja merupakan topik ilmu alam, tetapi juga merupakan masalah theologi. Kita memang tidak boleh sembarangan mengkritik hal ilmiah karena

hal tersebut tidak dilakukan oleh orang-orang yang sungguh mencintai kebenaran. Tetapi kita juga tidak boleh menerima hal yang tidak ilmiah sebagai hal ilmiah. Jika evolusi benar, maka kejatuhan tentu salah. Jika evolusi salah, maka kejatuhan benar. Apakah manusia yang tadinya rendah lalu berevolusi dan mencapai puncaknya pada hari ini? Atau, manusia justru dari posisi asal yang tinggi kemudian jatuh ke posisi yang demikian rendah? Ini adalah topik yang sangat penting dan perlu direnungkan. Pertanyaan pertama yang diajukan pada manusia yang telah berdosa, “Di manakah engkau?” (Kej. 3:9) menunjukkan posisi manusia dari tempat yang tinggi merosot ke tempat yang rendah! Apakah kebudayaan timbul dari kejatuhan? Apakah kebudayaan mengandung benih kejatuhan? Apakah hasil dari kebudayaan tidak terluput dari unsur kejatuhan? Saya berharap agar pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat merangsang kita untuk lebih banyak berpikir.

SEKILAS KIN

7Theologi Tanpa Penginjilan, Mati Adanya! Penginjilan Tanpa Theologi, Lemah Adanya!

Renungan PagiPdt. Antonius Un Pdt. Anton memfokuskan renungan pagi dengan pelayanan Nabi dan Rasul, yang menyatakan nama Tuhan. Di dalam Perjanjian Lama, berkali-kali dan banyak pekerjaan Tuhan dilakukan untuk menyatakan nama Tuhan. Dan di Perjanjian Baru, rasul-rasul dipanggil untuk menyatakan dan meninggikan nama Tuhan. Di dalam Kisah Para Rasul 4, Petrus dan Yohanes diperhadapkan kepada para pemimpin Yahudi, para Imam, Ahli Taurat, berkaitan dengan mujizat dalam pasal 3. Dan Petrus yang penuh dengan Roh Kudus, meskipun ia adalah seorang yang kurang terpelajar, namun dengan berani menyatakan nama Tuhan Yesus. Dalam ayat 12, Petrus memproklamasikan bahwa di bawah kolong langit, tidak ada nama lain yang diberi kepada manusia, manusia beroleh keselamatan. Di dalam pasal 9 kitab yang sama, Paulus juga dipanggil untuk menyatakan nama Tuhan Yesus kepada bangsa-bangsa bukan Yahudi dan juga dengan berani menyatakan nama Yesus kepada para pemimpin Romawi, dalam pengadilan-pengadilannya. Selain itu, di banyak kota, di depan orang yang membenci Tuhan Yesus, Paulus dengan berani menyatakan nama Tuhan Yesus.

Sesi 23Pdt. Ivan Kristiono Pdt. Ivan mendorong setiap peserta untuk giat melakukan penginjilan pribadi. Pdt. Ivan membahas pentingnya penginjilan pribadi, selain penginjilan-penginjilan massal; tetapi juga membahas bagaimana pendekatan penginjilan pribadi. Ketika kita memberitakan Injil kita tidak boleh mengabaikan personalitas orang yang kita Injili. Inilah yang sering kali menjadi kegagalan penginjilan. Terlalu banyak metode penginjilan yang bersifat mekanis, seolah-olah obyek penginjilan kita bukan manusia, tetapi mesin yang bisa kita atur. Kita perlu mengimplementasikan theologi penginjilan yang tepat di dalam cara kita memberitakan Injil. Perlengkapan ini sangat penting, sehingga tugas penginjilan kita bukan dikerjakan dengan motivasi dan semangat yang tinggi, tetapi juga dengan cara yang baik, yang manusiawi dan menghargai dignitas manusia.

Refleksi Hari ke-6

Konvensi Injil Nasional (KIN) Jakarta 2013 berakhir. Setelah menerima berkat begitu besar, bolehkah kita tinggal diam, menempati tempat dengan tidak berbuah, menggunakan waktu sia-sia, menghina anugerah yang telah berikan? Bukankah jutaan jiwa masih berada di bawah bayang-bayang kegelapan? Siapakah yang menginjili mereka? Siapakah terdesak hatinya? Siapakah menangisi domba-domba yang sesat, seperti Kristus menangisi Yerusalem? Jika Kristus telah berbuat segalanya untuk kita, apakah yang Anda kerjakan untuk Kristus? Mari, bangkitlah! Mari mulai bertindak menjalankan Amanat Agung baik melalui:

- Penginjilan pribadi - Penginjilan massal - Penginjilan literatur - dan apapun juga

Bolehkah kita dengan kedua tangan hampa bertemu dengan Kristus? Di manakah anak-anakmu? Di manakah pemuda-pemudi saat ini? Bawalah mereka kembali kepada Tuhan.

Apa yang kita harus lakukan?- Mari kita berjuang bersama dalam menyelesaikan Kebaktian Pembaruan Iman Nasional (KPIN) yang masih akan dilaksanakan di 32

kota lagi. Kita rindu ratusan ribu orang mendengar Injil sejati, pertobatan dari dosa, dan lahir baru, hidup menaati Tuhan. - Mari kita bersinergi menjalankan KKR Regional, memberitakan Injil ke setiap anak-anak siswa SD, SMP, SMU, dan SMK dari kota

besar hingga ke pelosok di Indonesia. - Mari kita memikirkan dan menjalankan Kebangunan Rohani yang sejati, pertobatan sejati, di tengah-tengah Gereja-gereja Tuhan

di Indonesia ini.

KIN PEMUDA 2015? Mari doakan dan dukung, baik secara hati, dana, publikasi, agar banyak pemuda dan mahasiswa boleh dimenangkan bagi Tuhan. Siapa orang-orang yang Tuhan gerakkan untuk melaksanakan Konvensi Injil di daerah-daerah demi untuk membakar penginjilan di setiap daerah, menggerakkan setiap hamba Tuhan dan semua orang percaya. Melihat Pdt. Dr. Stephen Tong yang sudah lanjut usia, siapakah yang akan meneruskan pelayanannya?

SERUAN KIN JAKARTA 2013 (Pdt. I. Y. Panggalo, Th.D.)KIN Jakarta 2013 bagi saya adalah sebuah keajaiban, paling tidak bagi rekan-rekan di Gereja Toraja Mamasa. Kami merasakan KIN Jakarta 2013 ini telah menjadi berkat besar bagi pendeta-pendeta kami, dan menjadi jawaban Tuhan atas doa kami ketika peringatan 100 tahun Zending masuk dan mendirikan Gereja Toraja. Kami percaya perlu adanya sinergi, baik antara STEMI dengan Gereja Toraja, maupun dengan gereja-gereja seluruh Indonesia dari Sumatera hingga Papua. Kami yakin bahwa Tuhan sudah bekerja di dalam Konvensi ini dan berharap semua semangat yang sudah dikobarkan dalam Konvensi ini bisa terus menjalar ke seluruh Indonesia. Secara pribadi, saya mengajak seluruh rekan-rekan peserta Konvensi untuk pulang membawa Amanat yang begitu Agung, yang Tuhan berikan kepada setiap kita melalui pembekalan Tuhan di dalam Konvensi ini.

Bapak Pendeta I. Y. Panggalo, Th.D., Ketua I Badan Pekerja Sinode Gereja Toraja, yang menangani pembinaan warga gereja, perkabaran Injil, dan liturgi musik gerejawi; yang mengirim peserta terbanyak secara Sinode, hampir 200 pendeta yang ikut dalam KIN Jakarta 2013.

WHAT’S NEXT …

SEKILAS KIN

8 Theologi Tanpa Penginjilan, Mati Adanya! Penginjilan Tanpa Theologi, Lemah Adanya!

TIM REDAKSI SEKILAS KIN: Penasihat: Pdt. Dr. Stephen Tong; Redaktur umum: Pdt. Sutjipto Subeno M.Th.; Tim Redaksi: Pdt. Hendra Wijaya M.Th., Ev. Edward Oei M.C.S., Ev. Dr. David Tong, Rubrik: Ev. Jun Eddy M.C.S, Iwan Darwins, Mildred Sebastian, Erwan, Soekarmini; Layout: Johannes Kornelius, Adhya Kumara, I; Produksi: Wilianto S. Tjio, Iwan Darwins, Evalina Kwok.

James Hudson Taylor adalah seorang misionaris Protestan asal Inggris dan pendiri China Inland Mission (CIM) yang

sekarang bernama Overseas Missionary Fellowship (OMF) International. Ia menghabiskan 51 tahun di Tiongkok. Ia mampu berkhotbah dalam beberapa dialek bahasa Tionghoa, di antaranya Mandarin, Chaozhou, dan dialek Wu dari Shanghai dan Ningbo. Ia membantu menyusun Perjanjian Baru ke dalam edisi bahasa sehari-hari Ningbo.

Ia lahir di Yorkshire, Inggris, pada tanggal 21 Mei 1832. Setiap hari ayahnya yang adalah seorang ahli farmasi, selalu membacakan dan menjelaskan ayat-ayat Alkitab kepada anaknya, bahkan ia menginginkan agar anaknya kelak menjadi seorang utusan Injil.

Meskipun sejak kecil ia sudah menjadi Kristen, ia kembali diteguhkan imannya pada waktu ia berumur 17 tahun, setelah membaca traktat yang menceritakan karya keselamatan Kristus yang ditemukannya di ruang baca ayahnya. Sejak saat itu, ia mulai memfokuskan diri untuk mewujudkan kerinduannya melayani sebagai seorang misionaris ke Tiongkok.

Rencana ke Tiongkok tercapai ketika ia berumur 21 tahun. Badan misi Inggris yang bernama Perkumpulan Penginjilan Tiongkok (Chinese Evangelization Society – CES) mendukungnya dalam pelatihan medis dan mengutusnya segera ke Tiongkok pada

September 1853. Ia tiba di Shanghai ketika sedang terjadi pemberontakan pada tanggal 1 Maret 1854.

Kebudayaan dan adat istiadat Tiongkok merupakan tantangan bagi Taylor. Rasa kesepian menjadi masalah utama baginya hidup di negeri asing ini. Setelah setahun di sana, ia segera melakukan perjalanan penginjilan menelusuri pedalaman Tiongkok. Ia menyadari bahwa hanya ada satu cara untuk bisa melakukan penginjilan di daerah ini, yaitu dengan mengikuti cara berpakaian serta kebudayaan mereka.

Ia mengalami kesulitan keuangan karena biaya hidup di Shanghai sangat mahal. Dukungan dari CES yang tidak menentu dan jauh dari mencukupi kebutuhannya. Ia akhirnya keluar dari CES pada tahun 1857 dan mengembara tanpa tempat tinggal di pedalaman Tiongkok.

Pada tahun 1865, ia mendirikan Misi Pedalaman Tiongkok (China Inland Mission – CIM), sebuah organisasi pengutus yang dibentuknya berdasarkan pengalamannya bahwa Tiongkok tidak akan pernah diinjili jika ia harus terus menunggu para utusan hamba Tuhan yang terpelajar datang ke sana. Ia menghabiskan sebagian besar waktunya untuk mengelilingi Tiongkok dan semakin besar bebannya untuk menginjili negeri yang memiliki jumlah penduduk yang besar ini, sehingga ia memberi majalah yang diterbitkannya “China’s

Millions”, yang masih terbit sampai hari ini dengan nama “East Asia’s Million”.

Tahun-tahun terakhir abad ke-19 adalah periode yang penuh tekanan dan ketidakstabilan, khususnya modernisasi, yang memicu kebencian terhadap orang-orang asing di Tiongkok. Akibatnya terjadi pembunuhan atas 79 misionaris CIM. Rumah Taylor yang dipergunakan sebagai tempat penginjilan di Yangzhou dibakar. Istrinya, Maria Dyer, meninggal pada usia 33 tahun dan empat dari delapan anaknya meninggal sebelum usia 10 tahun. Ia menikah lagi dengan seorang misionaris dari CIM, Jennie Faulding. Kondisi fisik dan mentalnya terus melemah, akhirnya ia meninggal pada tanggal 3 Juni 1905 dan dikubur di Changsha, Hunan.

CIM masih terus berkembang setelah meninggalnya Taylor. CIM menjadi sebuah badan misi besar di dunia dan puncaknya pada tahun 1939 di mana CIM memiliki utusan lebih dari 1.300 orang dan hampir 200.000 orang Tionghoa telah dibaptis. Setelah partai Komunis berkuasa di Tiongkok pada tahun 1950, CIM bersama dengan lembaga misi lainnya diusir dari Tiongkok. Pada tahun 1964 CIM genap berusia 100 tahun dan berganti nama menjadi Persekutuan Misionaris Asing (The Overseas Missionary Fellowship – OMF). Sekarang ini OMF International memilik lebih dari 1.600 pekerja dari berbagai negara.

Pembicara dan Panitia KIN 2013