kinerja dinas sosial kabupaten sragen dalam
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
KINERJA DINAS SOSIAL KABUPATEN SRAGEN DALAM
PELAKSANAAN PROGRAM PEMBERDAYAAN FAKIR MISKIN (P2FM)
( Kinerja Dinas Sosial Kabupaten Sragen dalam Pengembangan
Kelompok Usaha Bersama (KUBE) )
Skripsi
Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar
Sarjana Strata Satu Jurusan Ilmu Sosial
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
OLEH :
ARIFIANA NINGSIH ISTI OKTAVIA
D0107034
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PERSETUJUAN
Judul Skripsi
” KINERJA DINAS SOSIAL KABUPATEN SRAGEN DALAM
PELAKSANAAN PROGRAM PEMBERDAYAAN FAKIR MISKIN (P2FM)
(KINERJA DINAS SOSIAL KABUPATEN SRAGEN DALAM
PENGEMBANGAN KELOMPOK USAHA BERSAMA (KUBE))”
Telah disetujui oleh Dosen Pembimbing Skripsi untuk dipertahankan dihadapan
Panitia Penguji Skripsi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret
Surakarta, 15 Juni 2011
Mengetahui
Pembimbing Skripsi
Dra. Retno Suryawati, M.Si
NIP. 19600106 198702 2 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Telah Diuji dan Disahkan oleh Panitia Penguji Skripsi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
Pada Hari : Selasa
Tanggal : 19 Juli 2011
Panitia Penguji :
1. Dra. Sri Yuliani, M.Si ( )
NIP. 19630730 199003 2 002 Ketua Penguji
2. Drs. Ali, M.Si ( ) NIP. 19504830 198503 1 002 Sekretaris Penguji
3. Dra. Retno Suryawati, M.Si ( ) NIP. 19600106 198702 2 001 Penguji
Mengetahui,
Dekan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Prof. Drs. Pawito, Ph.D NIP. 1954 0805 1985 031 002
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
MOTTO
Jangan lihat masa lampau dengan penyesalan, jangan pula lihat masa depan
dengan ketakutan, tetapi lihatlah sekitar anda dengan penuh kesadaran.
(James Thunder)
Tak ada manusia yang terlahir sempurna, jangan kau sesali sgala yang telah
terjadi. Kita pasti pernah dapatkan cobaan yang berat seakan hidup ini tak ada
aertinya lagi. Syukuri apa yang ada, hidup adalah anugerah tetap jalani hidup ini
melakukan yang terbaik
( Jangan menyerah by D’masiv)
Sesuatu tidak akan datang dengan sendirinya, terkadang kita perlu melakukan
pengorbanan untuk bisa mendapatkan apa yang kita inginkan,
Maka terus berusaha dan berdoalah selagi kita mampu dan jangan menyerah pada
keadaan yang mungkin kurang mendukungmu .
(Penulis)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
PERSEMBAHAN
Melalui karya kecilku ini aku persembahkan setulus hati kepada:
- Bapak & Ibu yang telah mendoakan anak-anaknya untuk menjadi orang
yang sukses
- Adik-adikku,
- Teman- temanku yang selalu memberi warna di hidupku
- Semua yang mengasihi dan kukasihi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirohiim
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Alhamdullilahi rabbil’aalamiin, segala puji syukur penulis panjatkan kepada
Allah SWT atas rahmat yang telah diberikan sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul “Kinerja Dinas Sosial Kabupaten Sragen
dalam pelaksanaan P2FM ( Kinerja Dinas Sosial Kabupaten Sragen dalam
pengembangan KUBE) ”
Skripsi ini disusun dan diajukan guna memenuhi salah satu syarat akademis
untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penulis menyadari bahwa selesainya skripsi ini banyak pihak yang telah
memberikan bantuan. Sehingga dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Ibu Dra. Retno Suryawati, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang
telah memberikan bimbingan selama proses penyusunan skripsi ini.
2. Bapak Prof. Drs. Pawito, Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Bapak Drs, Suharsono, M.S selaku Pembimbing Akademis
4. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Ilmu Administrasi Negara atas ilmu yang
diberikan selama ini.
5. Bapak Eddy Indaryatno, BSc selaku Seksi Pemberdayaan Kesejahteraan
Sosial Masyarakat.yang telah bersedia membantu pengumpulan data.
6. Para anggota KUBE yang telah bersedia untuk memberikan informasi
7. Teman- teman baikku Tity, wulan, Lusy, Ike, Lia, Linda, Dwi ratna sari,
farah.
8. Semua teman-teman angkatanku AN ’07.
9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini banyak
kekurangan. Untuk itu penulis selalu terbuka untuk menerima masukan
yang membangun demi perbaikan skripsi ini. Meskipun demikian penulis
berharap agar penelitian ini dapat dijadikan awal bagi penelitian selanjutnya
yang lebih mendalam dan dapat memberikan manfaat bagi siapapun yang
membutuhkan.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Surakarta, Juni 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
ABSTRAK
Arifiana Ningsih Isti Oktavia, D0107034, Kinerja Dinas Sosial Kabupaten Sragen dalam Pengembangan Kelompok Usaha Bersama (KUBE), Skripsi, Jurusan Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2011, Hal.
Tujuan dalam melakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui Kinerja Dinas Sosial Kabupaten Sragen dalam pengembangan KUBE karena perkembangan KUBE di Sragen masih rendah. Selain itu juga untuk mengetahui hambatan- hambatan yang dihadapi dalam pengembangan KUBE. Dalam mengukur kinerja Dinas Sosial Kabupaten Sragen digunakan tiga indikator yaitu efektivitas, responsivitas dan akuntabilitas. Dengan ketiga indikator tersebut dapat diketahui sejauh mana kinerja Dinas Sosial Kabupaten Sragen dalam pengembangan KUBE.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kualitatif sehingga dapat menggambarkan kinerja Dinas Sosial kaitannya dengan pengembangan KUBE. Teknik penarikan sampel yang digunakan bersifat purposif sampling yaitu dengan memilih sampel yang dianggap tahu tentang seluk beluk masalah. Sumber data yang digunakan meliputi data primer yang diperoleh melalui proses wawancara dengan sumber data atau informan dan data sekunder yang yang berasal dari dokumen-dokumen yang berkaitan dengan penelitian. Teknik pengumpulan data yaitu dengan cara wawancara dan dokumentasi. Uji validitas data dilakukan dengan menggunakan teknik trianggulasi data yaitu menguji data yang sejenis dari berbagai sumber. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis interaktif yang terdiri dari tiga komponen yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa secara umum kinerja Dinas Sosial Kabupaten Sragen dalam pengembangan KUBE sudah cukup baik meskipun masih ada kekurangan. Hal ini dapat dilihat dari indikator efektivitas, upaya- upaya yang dilakukan oleh Dinas Sosial sudah cukup baik namun berdasarkan hasil perkembangannya, KUBE yang berkembang masih sedikit. Dilihat dari responsivitas Dinas Sosial dalam memenuhi aspirasi dan kebutuhan KUBE juga sudah cukup baik meskipun masih terdapat kekurangan yaitu dalam hal pemeliharaan kesehatan ternak, pihak Dinas Sosial belum mampu menyediakan mantri hewan. Lalu untuk Akuntabilitas Dinas Sosial kepada masyarakat maupun pemerintah juga sudah cukup baik. Tetapi dalam pelaksanaannya Dinas Sosial Kabupaten Sragen masih mengalami hambatan- hambatan sehingga realisasi target belum bisa dicapai oleh semua kelurahan. Hambatan- hambatan itu antara lain kurangnya SDM dan Dana, lalu rendahnya pendidikan anggota KUBE dan peran pendamping yang kurang optimal.
Oleh sebab itu masih diperlukan upaya dalam mengatasi dan menghadapi berbagai hambatan tersebut demi tercapainya tujuan program. Maka dari itu seorang pendamping harus dipilih dari seseorang yang paham tentang peternakan dan yang mau aktif. SDM dari Dinas Sosial yang mengurusi KUBE pun perlu ditambah. Selain itu dana yang digunakan untuk perkembangan KUBE juga perlu ditambah supaya perkembangan bisa optmal terlaksana.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
. DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
PERSETUJUAN ............................................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iii
MOTTO................................................................................................. .......... iv
PERSEMBAHAN ............................................................................................ v
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vi
ABSTRAK....................................................................................................... viii
DAFTAR ISI.................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR............................................................................... ........ xi
DAFTAR TABEL............................................................................................ xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ......................................................... .. 1
B. Perumusan Masalah ................................................................ .. 11
C. Tujuan Penelitian....................................................................... 11
D. Manfaat Penelitian..................................................................... 12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kinerja.................................................................................... ... 13
B. Pengembangan KUBE............................................................... 33
C. Kinerja Dinas Sosial Kabupaten Sragen dalam
Pengembangan KUBE......................................................... 36
D. Kerangka Pikir........................................................................ 38
BAB III METODE PENELITIAN
A. Bentuk Penelitian ................................................................... .. 41
B. Lokasi Penelitian....................................................................... 41
C. Teknik Penarikan Sampel ....................................................... .. 42
D. Sumber Data...................................................................... ..... .. 43
E. Teknik Pengumpulan Data ..................................................... .. 44
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
F. Validitas Data................................................................ .......... . 46
G. Teknik Analisis.................................................................. ..... . 47
BAB IV PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi ...................................................................... 49
B. Pembahasan ............................................................................. 67
1. Produktivitas............................................................. ......... 68
2. Responsivitas................................................................ ..... 86
3. Akuntabilitas............................................................... ....... 103
4. Faktor Penghambat ………………………………………. 107
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................. 114
B. Saran ........................................................................................ 118
DAFTAR PUSTAKA
REFERENSI LAIN
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ..................................................................... 40
Gambar 3.1 Model Analisis Interaktif……………………………………….. 48
Gambar 4.1 Bagan struktur organisasi Dinas Sosial Kabupaten Sragen……... 54
Gambar 4.2 Meknisme Penyaluran Bantuan Modal Usaha …………………. 79
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Data Kecamatan, Jumlah KUBE, Jumlah KK FM penerima
P2FM, Jumlah KK FM Keseluruhan…………………………….. 8
Tabel 1.2 Data Perkembangan KUBE Di Kecamatan Penerima Dana KUBE
di Kabupaten Sragen……………………………………………… 9
Tabel 4.1 Jumlah Pegawai Dinas Sosial Kabupaten Sragen berdasarkan
Tingkat Pendididkannya......................................................... ...... 66
Tabel 4.2 Matriks Kegiatan dan hasilnya …………………………………. 82
Tabel 4.3 Perbandingan Target dan Realisasi Perkembangan KUBE masing-
masing Kelurahan tahun 2009..................................................... . 84
Tabel 4.4 Data Anggota KUBE berdasarkan tingkat Pendidikan di Kelurahan
Geneng............................... ........................................................... 112
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kemiskinan merupakan suatu masalah pembangunan kesejahteraan
sosial yang berkaitan dengan berbagai bidang pembangunan lainnya yang
ditandai oleh pengangguran, keterbelakangan dan ketidakberdayaan.
Kemiskinan merupakan suatu persoalan yang sangat mendasar, karena disatu
sisi hal ini menentukan tingkat perkembangan suatu masyarakat dan di sisi
lain menjadi salah satu indikator tidak berhasilnya proses pembangunan. Oleh
karena itu, kemiskinan yang terutama diderita oleh fakir miskin merupakan
masalah yang penanggulangannya tidak dapat ditunda dan harus menjadi
prioritas utama dalam pelaksanaan pembangunan kesejahteraan sosial.
Di dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 pun telah
dituliskan dengan jelas mengenai tujuan negara kita yang salah satunya adalah
mewujudkan masyarakat adil dan makmur serta memajukan kesejahteraan
umum dan untuk mencapai tujuan tersebut maka perlu adanya suatu
pembangunan secara merata. Pembangunan untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat Indonesia telah dilakukan sejak awal kemerdekaan.
Misalnya, dibidang pendidikan, pemerintah melancarkan pemberantasan buta
huruf di sekolah formal dan non formal kemudian dilanjutkan dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
dicanangkan wajib belajar 9 tahun pada era pak Soeharto. Dibidang kesehatan,
pemerintah meluncurkan berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas sumber
daya manusia di Indonesia dan memperkenalkan sistem santunan sosial, Pusat
Pelayanan Kesehatan Masyarakat di tingkat kecamatan (Puskesmas), Pos
Pelayanan Terpadu (Posyandu) di setiap desa yang merupakan suatu program
untuk mengurangi tingkat kemiskinan keluarga. (www.yobeldki.com)
Dalam rangka menanggulangi masalah kemiskinan, pemerintah
meluncurkan berbagai Instruksi Presiden (Inpres), seperti Inpres Kesehatan,
Inpres Perhubungan, Inpres pasar, Inpres Desa Tertinggal (IDT) dan
seterusnya. Dapat dicatat juga program-program perberdayaan lainnya seperti
Program Pembinaan dan Peningkatan Pendapatan Petani dan Nelayan Kecil
(P4K), Program Pengembangan Kecamatan (PPK), Program Penanggulangan
Kemiskinan Perkotaan (P2KP), Program Pembangunan Prasarana Pendukung
Desa Tertinggal (P3DT), Jaring Pengaman Sosial (JPS), Program Pemberian
Beras Mskin (Raskin), Program Bantuan Langsung Tunai (BLT) dan
sebagainya. (www.yobeldki.com)
Berbagai upaya penanggulangan kemiskinan telah dilakukan
pemerintah dan dana yang telah dikeluarkan pemerintah untuk pelaksanaan
program- program tersebut telah mencapai puluhan triliun rupiah. Untuk tahun
2005, alokasi dana untuk penanggulangan kemiskinan mencapai 23 Triliun.
Pada tahun 2009 meningkat menjadi 66,2 Triliun, sedangkan pada tahun 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
alokasi dananya meningkat lagi menjadi sekitar 80
Triliun.(economy.okezone.com)
Namun, dengan jumlah alokasi dana yang besar itu belum mampu
mengurangi tingkat kemiskinan di Indonesia secara maksimal. Penurunan
tingkat kemiskinan dari tahun ke tahun hanya sekitar 1 % saja. Menurut data
dari BPS yang dihitung setiap bulan maret, jumlah penduduk miskin di
Indonesia pada tahun 2007 sebanyak 37,17 juta jiwa atau 16,58 % dari jumlah
penduduk di Indonesia seluruhnya. Pada tahun 2008, jumlah penduduk miskin
sebanyak 34,96 juta jiwa atau 15,42 % drai jumlah penduduk di Indonesia
seluruhnya. Sedangkan pada tahun 2009 sebanyak 32,53 juta jiwa atau 14,15
% dari jumlah penduduk di Indonesia seluruhnya. (www.bps.go.id)
Kegagalan Pemerintah untuk memaksimalkan upaya dalam
memerangi masalah kemiskinan kiranya bersumber dari cara pemahaman
yang salah dari penanggulangan kemiskinan yang selalu ditekankan pada
permasalahan ekonomi semata. Pada kenyataannya penanganan masalah
kemiskinan tidak bisa dilakukan secara sepihak yaitu pada masalah ekonomi
saja melainkan haruslah memperhatikan masalah-masalah lain. Masalah-
masalah lain yang perlu diperhatikan dalam penanganan kemiskinan itu
seperti ketersediaan sarana fisik, sumber daya alam yang menunjang, budaya
masyarakat, kemampuan manajerial serta sikap dan perilaku masyarakat juga
perlu diperhatikan dan dilaksanakan secara bersamaan agar kebijakan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
dibuat Pemerintah dapat ditekankan pada akar penyebab kemiskinan itu
sendiri.
Kebijakan/ Program pengentasan kemiskinan yang berorientasi pada
aspek ekonomi seperti Program Bantua Langsung Tunai (BLT) dan Program
Pemberian Beras Miskin (Raskin) menjadikan masyarakat miskin menjadi
ketergantungan terhadap bantuan Pemerintah dan menjadi kurang mandiri
dalam memenuhi kebutuhan hidupya. Salah satu strategi pembangunan guna
meningkatkan sumber daya manusia dan mengentaskan penduduk miskin,
Pemerintah mencanangkan Program Pemberdayaan Fakir Miskin (P2FM)
yang merupakan tindak lanjut dari Program Penaggulangan Kemiskinan
Perkotaan (P2KP) yang berorientasi pada pemberdayaan, pelembagaan dan
kemandirian pembangunan. Program Pemberdayaan Fakir Miskin (P2FM) ini
diselenggarakan pada tahun 2004.
Landasan Hukum Pelaksanaan P2FM adalah Surat Keputusan
Menteri Sosial Nomor 84/HUK/1997 Tentang Pelaksanaan Pemberian
Bantuan Fakir Miskin. Selain itu Landasan Hukum lainnya adalah Surat
Kepala Dinas Kesejahteraan Sosial Provinsi Jawa Tengah Nomor 466/218
tanggal 15 Maret 2007 periahal Pemberdayaan Fakir Miskin Melalui KUBE.
Program Pemberdayaan Fakir Miskin (P2FM) merupakan program
untuk meningkatkan kapasitas para Keluarga Binaan Sosial (KBS) agar
mereka memiliki kemempuan dan kepercayaan diri dalam memenuhi
kebutuhan dasarnya. Program ini mengupayakan kemandirian dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
kesejahteraan Fakir Miskin . Mandiri berarti mampu mengorganisasikan diri
untuk mengoptimalkan sumber daya yang ada disekitarnya dan mengelola
sumber daya tersebut untuk mengatasi masalah yang dihadapinya khususnya
masalah kemiskinan. Para Keluarga Binaan Sosial (KBS) diberikan dana
amanah yang dalam pelaksanaan P2FM diposisikan sebagai dana stimulan
untuk melakukan perubahan sikap dan perilaku masyarakat agar dapat
sejahtera. Dana stimulan yang dikelola KBS kemudian akan digulirkan ke
KBS lainnya yang belum terkena program ini. (www.banjar-jabar.go.id)
Dalam Program Pemberdayaan Fakir Miskin (P2FM) yang
sasarannya para fakir miskin atau Keluarga miskin mempunyai tujuan untuk
mengupayakan agar mereka mampu memperbaiki taraf kesejahteraan
sosialnya sehingga dapat hidup layak tanpa ketergantungan pada pihak/ orang
lain dan akhirnya akan mampu berperan dalam proses pembangunan. Sebagai
salah satu upaya untuk memperlancar pelaksanaan P2FM itu melalui
Kelompok Usaha Bersama (KUBE).
Kelompok Usaha Bersama (KUBE) adalah suatu kelompok Keluarga
Binaan Sosial (KBS) yang terdiri dari 10 orang yang atas bimbingan dan
kesadaran bersama berupaya meningkatkan kesejahteraannya dengan diberi
tanggung jawab untuk mengelola Stimulan Ekonomis Produktif yang
merupakan wahana untuk meningkatkan kesejahteraan masing-masing
anggota dengan aturan mengembangkan dan menggulirkan stimulan tersebut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
kepada warga lainnya sebagai wujud rasa kesadaran tanggung jawab dan
kesetiakawanan sosial. (Buku Petunjuk Praktis Pengelolaan KUBE, 1: 2003)
Tujuan utama pelaksanaan KUBE adalah :
1. Meningakatkan taraf kesejahteraan fakir miskin dari segala kondisi
keterbatasannya secara bersama-sama.
2. Meningkatkan pendapatan anggota KUBE fakir miskin melalui usaha yang
mandiri.
3. Meningkatkan kemampuan KUBE fakir miskin dalam mengakses berbagai
pelayanan sosial dasar dan pasar perbankan untuk memenuhi kebutuhan
kehidupannya.
4. Peningkatan kepedulian dan kesetiakawanan sosial diantara para anggota
KUBE dan dengan masyarakat sekitar.
(Buku Petunjuk Teknis P2FM melalui KUBE, 2008:2)
Pemberian bantuan melalui KUBE dalam P2FM sangat bermanfaat
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin. Dengan memberikan
dana untuk kegiatan ekonomi produktif yang disalurkan langsung kepada
masyarakat sangat bermanfaat untuk mengatasi ketergantungan pada bantuan
tunai saja. Dengan modal yang diberikan melalui P2FM, masyarakat dilatih
untuk belajar mengelola bantuan dan memanfaatkannya untuk kegiatan usaha
yang terus menerus sehingga masyarakat dapat memiliki pekerjaan dan
penghasilannya sendiri. Dengan bantuan modal yang diberikan, KUBE
diharapkan bisa mandiri dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
Salah satu kabupaten yang melaksanakan Program Pemberdayaan
Fakir Miskin (P2FM) adalah Kabupaten Sragen. Berdasarkan data rekapitulasi
data Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial Kabupaten Sragen tahun 2009
bahwa jumlah Kepala Keluarga Fakir Miskin masih cukup besar yaitu 61.003
KK atau 24,67 % dari jumlah penduduk Sragen menurut BPS yang berjumlah
247.230 KK (856.483 jiwa) . Dengan jumlah kepala keluarga fakir miskin di
Kabupaten Sragen yang masih cukup besar , maka ini masih menjadi masalah
utama yang harus segera dipecahkan oleh Pemerintah Kabupaten Sragen.
Sehubungan dengan hal tersebut Program Pemberdayaan Fakir Miskin
(P2FM) khususnya KUBE diharapkan dapat menekan populasi kemiskinan di
Kabupaten Sragen.
Bentuk kegiatan KUBE ini berbentuk usaha pemeliharaan ternak.
Pemeliharaan ternak itu berupa ternak kambing atau ternak sapi. Pelaksanaan
KUBE di Kabupaten Sragen dilaksanakan di empat kecamatan yang dapat
dilihat dalam tabel dibawah ini :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
Tabel 1.1
Data Kecamatan, Jumlah KUBE, Jumlah KK FM Penerima Bantuan P2FM, Jumlah KK FM keseluruhan
No Kecamatan Jumlah KUBE
Jml KK Penerima Program
Jml KK FM keseluruhan
1 Tanon 20 200 3.831
2 Miri 20 200 2.956
3 Gesi 20 200 1.356
4 Karang Malang 10 100 3.021
Jumlah 70 700 11.173
Sumber: Data Perkembangan KUBE FM dan Rekapitulasi PMKS Kab.Sragen thn 2009
Dari data tersebut dapat dilihat bahwa jumlah KK miskin penerima
bantuan di 4 Kecamatan yaitu Kecamatan Tanon, Miri, Gesi, dan Karang
Malang masih belum sepenuhnya menerima bantuan. Didalam tabel yang
mendapat bantuan hanya 6,3 % saja dari jumlah keseluruhan fakir miskin di 4
Kecamatan tersebut. Rata- rata setiap kecamatan yang menerima bantuan
hanya 200 KK saja kecuali Karang Malang yaitu 100 KK.
Pelaksanaan KUBE di Kabupaten Sragen dimulai dari tahun 2007
dan itupun masih 2 kecamatan saja yaitu Tanon dan Miri, sedangkan untuk
kecamatan Gesi dan Karang Malang dimulai pada tahun 2008. Perkembangan
KUBE dapat dilihat dalam tabel dibawah ini :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Tabel 1.2
Data Perkembangan KUBE Di Kecamatan Penerima Dana KUBE
di Kabupaten Sragen
No Kecamatan Desa/
kelurahan Jml
KUBE Thn
dibentuk Jenis Usaha
Keterangan
Perkembangan KUBE
Maju Stagnan (tetap)
Gagal
1
Tanon
Gading 10 2007 Ternak - 10 -
Karang
Talun 10
2007 Ternak 3 7 -
2
Miri
Jeruk 10 2007 Ternak 2 8 -
Geneng 10 2007 Ternak - 10 -
3
Gesi
Gesi 10 2008 Ternak - 10 -
Poleng 10 2008 Ternak 1 9 -
4
Karang Malang
Mojorejo 10
2008 Ternak 1 9 -
Jumlah 70 7 63
Sumber: Data Perkembangan KUBE FM tahun 2009 di Kab. Sragen
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa dari 70 KUBE yang ada di
Kabupaten Sragen hingga tahun 2009 yang masih dalam kategori “maju”
hanya terdapat 7 KUBE saja. Untuk 63 KUBE yang lainnya masuk dalam
kategori “stagnan (tetap)”, dalam artian tidak ada penambahan jumlah ternak
dari awal dibentuk sampai tahun 2009. Sehubungan dengan tabel 1.2, jumlah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
KUBE yang mengalami kemajuan hanya 10 % dari jumlah KUBE seluruhnya.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perkembangan KUBE di
Kabupaten Sragen masih kurang maksimal yang ditandai dengan masih
sedikitnya KUBE yang mengalami perkembangan.
Dalam pelaksanaan P2FM khususnya KUBE Dinas Sosial
Kabupaten Sragen mempunyai tugas seperti melakukan Seleksi Keluarga
Binaan Sosial (KBS) penerima KUBE, seleksi pendamping, Sosialisasi
program, pemberian stimulan Bantuan Modal Usaha. Sedangkan setelah
KUBE terbentuk Dinas Sosial berperan sebagai pembina KBS sasaran
penerima KUBE yang dibantu oleh pendamping dan Kepala Desa atau
Kelurahan setempat. Selain itu, Dinas Sosial juga mempunyai peran untuk
melakukan Evaluasi. (Buku Petunjuk Teknis P2FM melalui KUBE, 4-
11:2008)
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, peneliti ingin meneliti
tentang sejauh mana kinerja yang dilakukan oleh Dinas Sosial Kabupaten
Sragen dalam pelaksanaan Program Pemberdayaan Fakir Miskin (P2FM)
khususnya Kinerja Dinas Sosial dalam pengembangan KUBE. Dengan
demikian, melalui penelitian ini diharapkan nantinya akan memperoleh
gambaran mengenai Kinerja Dinas Sosial dalam pengembangan KUBE
khususnya diwilayah Kabupaten Sragen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah disampaikan maka perumusan
masalahnya adalah:
“Bagaimana Kinerja Dinas Sosial Kabupaten Sragen dalam pelaksanaan
P2FM khususnya dalam pengembangan KUBE di Kabupaten Sragen ? “
C. Tujuan Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat beberapa tujuan yang ingin dicapai
penulis, antara lain :
1. Tujuan Operasional
a. Untuk mengetahui kinerja Dinas Sosial Kabupaten Sragen dalam
pelaksanaan Program Pemberdayaan Fakir Miskim (P2FM) khususnya
dalam pengembangan Kelompok Usaha Bersama (KUBE).
b. Untuk mengetahui hambatan- hambatan yang dihadapi Dinas Sosial
Kabupaten Sragen dalam pengembangan Kelompok Usaha Bersama
(KUBE).
2. Tujuan Fungsional
Untuk menyelesaikan tugas akhir kuliah (skripsi) sarjana (S-1) Jurusan
Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
D. Manfaat Penelitian
Dalam sebuah penelitian diharapkan akan menghasilkan manfaat
yang dapat dirasakan, baik oleh penulis maupun orang lain. Adapun beberapa
manfaat dari penelitian ini, antara lain :
1. Memberikan gambaran mengenai Kinerja Dinas Sosial Kabupaten Sragen
dalam pelaksanaan Program Pemberdayaan Fakir Miskin (P2FM)
khususnya dalam pengembangan Kelompok Usaha Bersama (KUBE) di
wilayah Sragen.
2. Merupakan informasi untuk kepentingan penelitian lanjutan tentang
Kinerja birokrasi yang menyangkut perkembangan Kelompok Usaha
Bersama (KUBE) di Kabupaten Sragen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kinerja
1. Pengertian kinerja
Istilah kinerja merupakan terjemahan dari performance yang
sering diartikan diartikan oleh para cendikiawan sebagai “penampilan”,
“unjuk kerja”, atau “prestasi’. Sedangkan dalam kamus Illustrated Oxford
Dictionary (1998; 606), istilah ini menunjukkan “the execution or
fulfillment of a duty” (pelaksanaan atau pencapaian dari suatu tugas), atau
a person’s achievement under test conditions e13tc. (pencapaian hasil dari
seseorang ketika diuji, dsb). (Keban, 2004:192)
Menurut Otley dalam Mahmudi (2005: 6), kinerja mengacu
pada sesuatu yang terkait dengan kegiatan melakukan pekerjaan yang
meliputi hasil yang dicapai kerja tersebut. Menurut Rogers dalam
Mahmudi (2005:6), mendefinisikan kinerja sebagai hasil kerja itu sendiri
(outcomes of work), karena hasil kerja memberi keterkaitan yang kuat
terhadap tujuan-tujuan strategik organisasi, kepuasan pelanggan, dan
kontribusi ekonomi.
Bernardin dan Russel dalam Keban (2004: 192) mendefinisikan
kinerja sebagai ‘’.... the record of outcomes produced on a specified job
function or activity during specified time period....’’ dalam definisi ini,
aspek yang ditekankan oleh kedua pengarang tersebut adalah catatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
tentang hasil-hasil yang diperoleh dari fungsi-fungsi pekerjaan tertentu
atau kegiatan selama kurun waktu tertentu. Sedangkan Widodo (2008: 78-
79) menyebutkan bahwa kinerja merupakan gambaran mengenai tingkat
pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan dalam
mewujudkan sasaran, tujuan, misi, visi organisasi.
Widodo (2008: 79) menyatakan bahwa pada hakikatnya kinerja
berkaitan dengan tanggung jawab individu atau organisasi dalam
menjalankan apa yang menjadi wewenang dan tanggung jawab yang telah
diberikan kepadanya. Kinerja adalah melakukan suatu kegiatan dan
menyempurnakannya sesuai dengan tanggung jawabnya dengan hasil
seperti yang diharapkan.
Dari definisi di atas, maka dapat disimpulkan kinerja atau
performance merupakan capaian/hasil kerja dari suatu organisasi atau
instansi dalam jangka waktu tertentu. Yang dinilai dari kinerja ini adalah
sejauh mana organisasi atau instansi melaksanakan tugasnya sesuai dengan
target/sasaran yang telah ditentukan sebelumnya atau kesesuaian
pelaksanaan tugas dengan visi misi yang diemban oleh organisasi atau
instansi tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja
Kinerja merupakan suatu hal yang banyak dipengaruhi oleh
berbagai faktor yang berpengaruh terhadap pelaksanannya. Menurut
Mahmudi (2005:20), Kinerja merupakan suatu konstruk multidimensional
yang mencakup banyak faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kinerja adalah:
a. Faktor personal/individual, meliputi: pengetahuan, ketrampilan (skill),
kemampuan, kepercayaan diri, motivasi, dan komitmen yang dimiliki
oleh setiap individu.
b. Faktor kepemimpinan, meliputi: kualitas dalam memberikan dorongan,
semangat, arahan, dan dukungan yang diberikan manajer terhadap
team leader.
c. Faktor tim, meliputi: kualitas dukungan dan semangat yang diberikan
oleh rekan satu tim, kepercayaan terhadap sesame anggota tim,
kekompakan dan keeratan anggota tim.
d. Faktor sistem, meliputi: sistem kerja, fasilitas kerja atau infrastruktur
yang diberikan oleh organisasi, dan kultur kerja dalam organisasi.
e. Faktor kontekstual (situasional), meliputi: tekanan dan perubahan
lingkungan eksternal dan internal.
Yuwono dkk dalam Tangkilisan (2007: 180) mengemukakan
bahwa faktor-faktor yang dominan mempengaruhi kinerja suatu organisasi
meliputi upaya manajemen dalam menerjemahkan dan menyelaraskan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
tujuan organisasi, budaya organisasi, kualitas sumber daya manusia yang
dimiliki organisasi dan kepemimpinan yang efektif.
Mengenai gaya kepemimpinan, Andre A. de Wall dalam jurnal
“Performance Performance-driven behavior as the key to improved
organizational performance, vol 14. No 1. 2010.” (2010: 83) menyatakan
bahwa:
“A manager with an effective style is able to explicitly steer on results while simultaneously giving support to employees to help them in obtaining the desired results. Steering entails making clear agreements, monitoring, discussing progress issues and calling upon the own responsibility of employees. Support asks for a coaching management style which is aimed at enlarging people’s insight into their possibilities for influencing their own results and at stimulating their feelings of responsibility. When the management style is restricted to only steering, a directive style without much regard for the importance of individual responsibility will be the result. However, when the management style is limited to only supporting and coaching, decreased commitment and disorientation will be the result. The combination of result-oriented steering and coaching equals the style of result-oriented coaching.”
Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa manajer dengan
cara yang efektif sangat berperan dalam mengendalikan dan memberi
dukungan dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Ada dua gaya
manajemen, yaitu gaya manajemen yang menekankan pada hasil (result
oriented steering) dan gaya manajemen pembinaan (coaching) yang
berorientasi pada pembinaan dan memberikan kebebasan pada karyawan.
Ketika manajer hanya berorientasi pada gaya manajemen yang
menekankan pada hasil, maka akan tanggung jawab individual akan sedikit
diperhatikan. Apabila manajemen hanya berorientasi pada gaya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
manajemen pembinaan, maka akan mengurangi komitmen dan
disorientasi. Karena itu keduanya harus berjalan secara seimbang.
Ruky dalam Tangkilisan (2007 : 180) mengidentifikasikan faktor-
faktor yang berpengaruh langsung terhadap tingkat pencapaian kinerja
organisasi sebagai berikut :
a. Teknologi yang meliputi peralatan kerja dan metode kerja yang
digunakan untuk menghasilkan produk atau jasa yang dihasilkan oleh
organisasi. Semakin berkualitas teknologi yang digunakan, maka akan
semakin tinggi tingkat kinerja organisasi tersebut.
b. Kualitas input atau material yang digunakan oleh organisasi.
c. Kualitas lingkungan fisik yang meliputi keselamatan kerja, penataan
ruangan, dan kebersihan.
d. Budaya organisasi sebagai pola tingkah laku dan pola kerja yang ada
dalam organisasi yang bersangkutan.
e. Kepemimpinan sebagai upaya untuk mengendalikan anggota
organisasi agar bekerja sesuai dengan standar dan tujuan organisasi.
f. Pengelolaan sumber daya manusia yang meliputi aspek kompensasi,
imbalan, promosi, dan lain-lain.
Sedangkan Soesilo dalam Tangkilisan (2007 : 180-181)
mengemukakan bahwa kinerja suatu organisasi birokrasi di masa depan
dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut :
a. Struktur organisasi sebagai hubungan internal yang berkaitan dengan
fungsi yang menjalankan aktivitas organisasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
b. Kebijakan pengelolaan, berupa visi dan misi organisasi.
c. Sumber daya manusia, yang berkaitan dengan kualitas karyawan
untuk bekerja dan berkarya secara optimal.
d. Sistem informasi manajemen, yang berhubungan dengan pengelolaan
data base untuk digunakan dalam mempertinggi kinerja organisasi.
e. Sarana dan prasarana yang dimiliki, yang berhubungan dengan
penggunaan teknologi bagi penyelenggaraan organisasi pada setiap
aktivitas organisasi.
Atmosoeprapto dalam Tangkilisan (2007: 181-182)
mengemukakan bahwa kinerja suatu organisasi akan sangat dipengaruhi
oleh faktor internal maupun faktor eksternal berikut ini :
a. Faktor eksternal yang terdiri dari :
1) Faktor politik, yaitu hal yang berhubungan dengan keseimbangan
kekuasaan Negara yang berpengaruh pada keamanan dan
ketertiban, yang akan mempengaruhi ketenangan organisasi untuk
berkarya secara maksimal.
2) Faktor ekonomi, yaitu tingkat perkembangan ekonomi yang
berpengaruh pada tingkat pendapatan masyarakat sebagai daya beli
untuk menggerakkan sektor-sektor lainnya sebagai suatu system
ekonomi yang lebih besar.
3) Faktor sosial, yaitu orientasi nilai yang berkembang di tengah
masyarakat, yang mempengaruhi pandangan mereka terhadap etos
kerja yang dibutuhkan bagi peningkatan kinerja organisasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
b. Faktor internal yang terdiri dari :
1) Tujuan organisasi, yaitu apa yang ingin dicapai dan apa yang ingin
diproduksi oleh suatu organisasi.
2) Struktur organisasi, sebagai desain antara fungsi yang akan
dijalankan oleh unit organisasi dengan struktur formal yang ada.
3) Sumber daya manusia, yaitu kualitas dan pengelolaan anggota
organisasi sebagai penggerak jalanya organisasi secara
keseluruhan.
4) Budaya organisasi, yaitu gaya identitas suatu organisasi dalam pola
kerja yang baku dan menjadi citra organisasi yang bersangkutan.
Kedua faktor ini adalah berbagai hal yang ada di dalam maupun
diluar organisasi yang akan selalu dihadapi oleh organisasi atau instansi
dalam menjalankan tugas dan fungsinya.
3. Penilaian Kinerja
Chandler dan Plano dalam Keban (2004: 195) penilaian kinerja
adalah “…an evaluation of an employee’s progress or lack of progress
measured in terms of job effectiveness….”. batasan ini lebih menekankan
evaluasi kemajuan atau kegagalan dari seorang pegawai. Sedangkan
Bernadin dan Russel dalam Keban (2004 : 195 ) mendefinisikan penilaian
kinerja itu sebagai “… a way of measuring the contributions of individuals
to their organization…”. Yang ditekankan dalam batasan ini adalah cara
mengukur kontribusi yang diberikan oleh setiap individu bagi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
organisasinya. Dan tujuannya adalah memberikan insentif atau desentif
kepada hasil kerja yang dicapai masa lampau, dan memberi motivasi
terhadap perbaikan kinerja dimasa mendatang.
Menurut Widodo (2008: 95), pengukuran kinerja merupakan
aktivitas menilai kinerja yang dicapai oleh organisasi, dalam
melaksanakan kegiatan berdasarkan indikator kinerja yang telah
ditetapkan. Dengan pengukuran kinerja maka dapt dilihat tingkat
keberhasilan dan kegagalan dari suatu organisasi dalam melaksanakan
kebijakan, program dan kegiatan yang telah ditetapkan sebelumnya dalam
rencana strategis.
Menurut Mahmudi (2005: 14) tujuan dilakukan penilaian kinerja di
sektor publik adalah :
a. Mengetahui tingkat ketercapaian tujuan organisasi
b. Menyediakan sarana pembelajaran pegawai
c. Memperbaiki kinerja periode berikutnya
d. Memberikan pertimbangan yang sistematik dalam pembuatan
keputusan pemberian reward and punishment
e. Memotivasi pegawai
f. Menciptakan akuntabilitas publik
Pengukuran kinerja mempunyai beberapa manfaat. Simon dalam
Mahsun (2009 : 26) menyebutkan bahwa pengukuran kinerja membantu
manajer dalam memonitor implementasi stategi bisnis dengan cara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
membandingkan antara hasil aktual dengan sasaran dan tujuan strategis.
Dari manfaat ini dapat disimpulkan bahwa pengukuran kinerja adalah
suatu metode atau alat yang digunakan untuk mencatat dan menilai
pencapaian pelaksanaan kegiatan berdasarkan tujuan, sasaran, dan strategi
sehingga dapat diketahui kemajuan organisasi serta meningkatkan kualitas
pengambilan keputusan dan akuntabilitas.
Pengukuran kinerja menjadi suatu keharusan bagi setiap unit
organisasi instansi pemerintah, karena:
a. Jika kinerja tidak diukur, maka tidak mudah membedakan antara
keberhasilan dan kegagalan.
b. Jika suatu keberhasilan tidak diidentifikasi, maka kita tidak dapat
menghargainya.
c. Jika keberhasilan tidak dihargai, kemungkinan besar malahan
menghargai kegagalan.
d. Jika tidak mengenali keberhasilan, berarti juga tidak akan bisa belajar
dari kegagalan.
(Widodo 2008:94)
Dari berbagai hal diatas dapat disimpulkan bahwa pengukuran
kinerja mempunyai peran yang penting dalam pengembangan kapasitas
organisasi, mengukur tingkat keberhasilan program dan penentuan strategi
selanjutnya dalam melaksanakan tugas dan fungsi organisasi atau instansi.
Selain itu tanpa adanya pengukuran kinerja, maka tidak akan diketahui
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
mana yang harus dihargai serta dipertahankan dan mana yang harus
diperbaiki oleh organisasi atau instansi tersebut.
Menurut Widodo (2008: 95) pengukuran kinerja dapat dilakukan
dengan cara:
a. Membandingkan antara rencana dengan realisasi
b. Realisasi tahun ini dengan tahun lalu
c. Membandingkan organisasi lain yang sejenis
d. Membandingkan antara realisasi dengan standarnya
Dalam menilai suatu kinerja, ada berbagai faktor yang sangat
berpengaruh terhadap hasil suatu penilaian kinerja. Menurut Decotiit dan
Petit dalam Keban (2004: 201), mengungkapkan bahwa ada beberapa
faktor yang menentukan efektivitas suatu penilaian kinerja, yaitu:
a. Relevansi dari kriteria kinerja yang dipilih
b. Kemampuan penilai dalam mengevaluasi kinerja pihak yang dinilai
secara benar
c. Motif penilai dalam mengevaluasi secara tepat.
d. Penerimaan pihak yang dinilai terhadap proses penilaian
Menurut Siagian yang dikutip oleh Keban (2004: 197), sistem
penilaian kinerja yang baik akan sangat bermanfaat untuk berbagai
kepentingan, seperti mendorong peningkatan prestasi kerja, bahan
pengambilan keputusan dalam pemberian imbalan, kepentingan mutasi
pegawai, penyusunan program pendidikan dan pelatihan, dan membantu
pegawai dalam menentukan rencana kariernya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
Sistem pengukuran kinerja organisasi yang baik juga sangat
diperlukan karena merupakan suatu kerangka dasar untuk akuntabilitas
dan pengambilan keputusan dengan unsur-unsur utamanya yaitu:
a. Perencanaan dan penetapan tujuan
b. Pengembangan cara pengukuran yang sesuai (relevan)
c. Perencanaan dan penetapan tujuan
d. Pengembangan cara pengukuran yang sesuai (relevan)
e. Pelaporan hasil secara formal
f. Pemanfaatan informasi
(widodo 2008:95)
Karena sebagai kerangka dasar inilah, sistem pengukuran kinerja
hendaknya dibuat sebaik dan seefektif mungkin untuk mencapai
pengukuran kinerja yang akurat demi tercapainya tujuan pengukuran
kinerja organisasi.
4. Indikator Kinerja
Dalam mengukur kinerja suatu instansi dalam melaksanakan tugas
dan fungsinya, tentunya diperlukan indikator sebagai alat ukur untuk
mengetahui seberapa jauh pencapaian kerja organisasi tersebut, apakah
sudah sesuai dengan standar indikator tersebut atau tidak.
Indikator kinerja merupakan ukuran kuantitatif dan/atau kualitatif
yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang
telah ditetapkan (Widodo 2008:97).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Indikator kinerja sebagai alat untuk mengukur kinerja hendaknya
perlu mempertimbangkan berbagai hal dalam penyusunannya. Menurut
Mahmudi (2005: 91), indikator yang dikembangkan hendaknya memiliki
karakteristik sebagai berikut:
a. Sederhana dan mudah dipahami
b. Dapat diukur
c. Dapat dikuantifikasikan
d. Dikaitkan dengan standar atau target kinerja
e. Berfokus pada customer service, kualitas, dan efisiensi
f. Dikaji secara teratur
Menurut Mahmudi (2005: 91-94), penentuan indikator kinerja juga
perlu mempertimbangkan komponen berikut:
a. Biaya pelayanan
Indikator biaya merupakan elemen penting untuk mengukur ekonomi
dan efisiensi. Manfaat indikator biaya adalah untuk menilai kelayakan
tariff pelayanan dengan tingkat pelayanan yang diberikan serta untuk
melakukan analisis keuangan.
b. Tingkat pemanfaatan
Indikator tingkat pemanfaatan (utilisasi) diperlukan untuk mengetahui
ada atau tidaknya kapasitas yang menganggur (idle capacity) atas
sumber daya yang dimiliki organisasi. Tingkat utilisasi dapat diketahui
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
dengan cara membandingkan tingkat pemanfaatan dengan kapasitas
yang tersedia.
c. Kualitas dan standar pelayanan
Indikator kualitas pelayanan ini misalnya kecepatan pelayanan,
ketepatan waktu, kecepatan respon, keramahan, kenyamanan,
kenyamanan, kebersihan, keamanan, keindahan, etika dan sebagainya.
Standar pelayanan terkait dengan tingkat pelayanan minimal yang harus
diberikan.
d. Cakupan pelayanan
Indikator cakupan pelayan diperlukan uuntuk mengetahui tingkat
penyediaan pelayanan yang diberikan (supply) dengan permintaan
pelayanan yang dibutuhkan (demand). Pembuatan indikator pelayanan
penting untuk perencanaan mengenai peningkatan kapasitas pelayanan,
alternatif pelayanan atau substitusi pelayanan.
e. Kepuasan pelanggan
Kepuasan pelanggan merupakan salah satu bentuk hasil suatu
pelayanan publik. Kepuasan pelanggan dapat dikategorikan sebagai
tujuan tingkat tinggi dalam suatu system pengukuran kinerja. Oleh
karena itu, pembuatan indikator kinerja harus memasukkan indikator
kepuasan pelanggan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Ratminto dan Atik Septi Winarsih (2005:179- 182) menjelaskan
bahwa untuk mengukur kinerja harus dipergunakan dua jenis ukuran, yaitu
ukuran yang berorientasi pada proses dan ukuran yang berorientasi pada
hasil. Adapun ukuran atau indikator-indikator tersebut adalah sebagai
berikut:
a. Indikator kinerja yang berorientasi pada Hasil, yamg meliputi:
1) Evektivitas
Efektivitas adalah tercapainya tujuan yang telah ditetapkan, baik
itu dalam bentuk target, sasaran jangka panjang maupun misi
organisasi. Akan tetapi pencapaian tujuan ini harus mengacu pada
visi organisasi.
2) Produktivitas
Produktivitas adalah ukuran yang menunjukkan kemampuan
Pemerintah Daerah untuk menghasilkan keluaran yang dibutuhkan
oleh masyarakat
3) Efisiensi
Efisiensi adalah perbandingan terbaik antara keluaran dan
masukan. Idealnya Pemerintah harus dapat menyelenggarakan
suatu jenis pelayanan tertentu dengan masukan (biaya dan waktu)
yang sedikit mungkin. Dengan demikian, kinerja Pemerintah
Daerah akan menjadi semakin tinggi apabila tujuan-tujuan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
telah ditetapkan dapat dicapai dalam waktu yang sesingkat-
singkatnya dan dengan biaya yang semurah-murahnya.
4) Kepuasan
Kepuasan artinya seberapa jauh Pemerintah Daerah dapat
memenuhi kebutuhan karyawan dan masyarakat.
5) Keadilan
Keadilan yang merata, artinya cakupan atau jangkauan kegiatan
pelayanan yang diberikan oleh Pemerintah Daerah harus
diusahakan seluas mungkin dengan distribusi yang merata dan
diperlakukan secara adil.
b. Indikator kinerja yang berorientasi pada proses, yang meliputi:
1) Responsivitas
Responsivitas adalah kemampuan provider untuk mengenali
kebutuhan masyarakat, menyusun agenda dan prioritas pelayanan,
serta mengembangkan program-program pelayanan sesuai dengan
kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Secara singkat dapat dikatakan
bahwa responsivitas ini mengukur daya tanggap provider terhadap
harapan, keinginan dan aspirasi serta tuntutan customers.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
2) Responsibilitas
Responsibilitas adalah ukuran yang menunjukkan seberapa besar
tingkat kesesuaian antara penyelenggaraan pemerintahan dengan
hokum atau peraturan dan prosedur yang telah ditetapkan.
3) Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah ukuran yang menunjukkan seberapa besar
tingkat kesesuaian antara penyelenggara pemerintahan dengan
ukuran- ukuran eksternal yang ada di masyarakat dan dimiliki oleh
stakeholders, seperti nilai dan norma yang berkembang dalam
masyarakat.
4) Keadaptasian
Adalah ukuran yang menunjukkan daya tanggap organisasi
terhadap tuntutan perubahan yang terjadi di lingkungannya.
5) Kelangsungan hidup
Artinya seberapa jauh Pemerintah Daerah atau program dapat
menunjukkan kemampuan untuk terus berkembang dan bertahan
hidup dalam berkompetisi dengan daerah atau program lain.
6) Keterbukaan/transparasi
Keterbukaaan atau transparasi adalah bahwa prosedur/tata cara,
penyelenggaraan pemerintahan dan hal-hal lain yang berkaitan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
dengan proses pelayanan umum, wajib diinformasikan secara
terbuka agar mudah diketahui dan dipahami oleh masyarakat, baik
diminta maupun tidak diminta.
7) Empati
Adalah perlakuan atau perhatian Pemerintah Daerah atau
penyelenggara jasa pelayanan atau peoviders terhadap isu-isu
actual yang sedang berkembang dalam masyarakat.
Menurut Mithat Zeydan dan Cu¨ neyt C¸ olpan dalam International
Journal of Production Research Vol. 47, No. 15, 1 August 2009 hal 4327–
4349 (dalam www.informaworld.com) disebutkan bahwa:
“The choice of performance indicators has a major impact on the
operation of any organization and the direction it takes for the
future. Thus, knowledge of the factors which drive the behaviour of
the organisation and influence its performance becomes crucial
(Audit Commission for Local Authorities 2000). The performance
indicators could be, in general, considered as measures of
efficiency and effectiveness. It is worth expanding here on these
two words which sound similar but are often used interchange ably
albeit mistakenly. Effectiveness is a measure of obtaining desired
results such as the right product with expected quality. Efficiency
is defined as the ratio of output to input as in data envelopment
analysis (DEA) (Meredith 1992, Vonderembse and White 1995). In
other words, effectiveness is doing the right things, and efficiency
is doing things right (Chase and Aquilano 1992)”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
(Pemilihan indikator kinerja memiliki pengaruh besar terhadap
pengoperasian setiap organisasi dan arah yang diperlukan untuk
masa depan. Dengan demikian, pengetahuan tentang faktor-faktor
yang mendorong perilaku organisasi dan mempengaruhi kinerja
perusahaan menjadi sangat penting (Komisi Audit Pemerintah
Daerah 2000). Indikator kinerja dapat, secara umum, dianggap
sebagai ukuran efisiensi dan efektifitas. Perlu memperluas dua kata
yang terdengar serupa tetapi sering digunakan dengan kemampuan
pertukaran meskipun keliru. Efektivitas adalah ukuran untuk
mendapatkan hasil yang diinginkan seperti produk yang tepat
dengan kualitas yang diharapkan. Efisiensi didefinisikan sebagai
rasio output terhadap input seperti dalam balutan analisis data
(DEA) (Meredith 1992, Vonderembse dan White 1995). Dengan
kata lain, efektivitas adalah melakukan hal yang benar, dan
efisiensi adalah melakukan hal yang benar (Chase dan Aquilano
1992) "
Agus Dwiyanto (2008: 49-51) mengemukakan bahwa penilaian
kinerja birokrasi publik tidak cukup hanya menggunakan indikator-
indikator yang melekat pada birokrasi itu, seperti efisiensi dan efektivitas,
tetapi harus dilihat juga dari indikator-indikator yang melekat pada
penggunan jasa, seperti kepuasan pengguna jasa, akuntabilitas,
responsivitas. Untuk itu Agus Dwiyanto mengemukakan lima indikator
yang biasanya digunakan untuk mengukur kinerja birokrasi publik, yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
a. Produktivitas
Konsep produktivitas tidak hanya mengukur tingkat efisiensi,
tetapi juga efektivitas pelayanan. Produktivitas pada umumnya
dipahami sebagai rasio antara input dengan output.
b. Kualitas layanan
Dengan menggunakan indikator ini, informasi mengenai kepuasan
masyarakat seringkali tersedia secara mudah dan murah. Informasi
mengenai kepuasan terhadap kualitas pelayanan sering kali dapat
diperoleh dari media massa atau diskusi publik.
c. Responsivitas
Responsivitas adalah kemampuan organisasi untuk mengenali
kebutuhan masyarakat, menyusun agenda dan prioritas pelayanan,
dan mengembangkan program-program pelayanan publik sesuai
dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat.
d. Responsibilitas
Responsibilitas menjelaskan apakah pelaksanaan kegiatan
organisasi itu dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi
yang baik dan benar atau sesuai dengan kebijakan organisasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
e. Akuntabilitas
Konsep akuntabilitas publik dapat digunakan untuk melihat
seberapa besar kebijakan dan kegiatan organisasi publik itu
konsisten dengan kehendak masyarakat banyak.
Menurut Widodo (2008: 91-92) terdapat lima indikator kinerja
yaitu masukan (inputs), keluaran (outputs), hasil (outcomes), manfaat
(benefits), dan dampak (impacts). Indikator masukan merupakan suatu
yang dibutuhkan agar pelaksanaan kegiatan dan program berjalan untuk
menghasilkan keluaran. Indikator keluaran merupakan segala sesuatu
berupa produk sebagai hasil langsung pelaksanaan suatu kegiatan dan
program berdasarkan masukan yang digunakan. Indikator hasil merupakan
suatu yang mencerminkan berfungsinya keluaran kegiatan pada jangka
menengah. Merupakan seberapa jauh setiap produk/jasa yang dapat
memenuhi kebutuhan dan harapan masyarakat. Indikator manfaat
merupakan kegunaan suatu keluaran yang dirasakan langsungoleh
masyarakat, dapat berupa fasilitas yang dapat diakses oleh publik.
Indikator dampak merupakan ukuran tingkat pengaruh social, ekonomi,
lingkungan, atau kepentingan umum lain yang dimulai oleh capaian
kinerja setiap indikator dalam suatu kegiatan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Sehubungan dengan penelitian kinerja Dinas Sosial Kabupaten
Sragen dalam pelaksanaan Program Pemberdayaan Fakir Miskin (P2FM)
melalui Kelompok Usaha Bersama (KUBE) ada beberapa indikator yang
dapat digunakan antara lain Efektivitas, Responsivitas dan Akuntabilitas.
Alasan pemilihan indikator tersebut adalah ketiga indikator tersebut sesuai
untuk menilai kinerja dari Dinas Sosial Kabupaten Sragen dalam
pelaksanaan P2FM khususnya dalam pengembangan KUBE di Kabupaten
Sragen.
B. Pengembangan Kelompok Usaha Bersama (KUBE) )
1. Kelompok Usaha Bersama (KUBE)
Kelompok Usaha Bersama (KUBE) merupakan wujud kegiatan dari
Program Pemberdayaan Fakir Miskin (P2FM) dan P2FM merupakan bagian
dari kebijakan Pengentasan Kemiskinan. Program Pemberdayaan Fakir Miskin
(P2FM) merupakan program untuk meningkatkan kapasitas para Keluarga
Binaan Sosial (KBS) agar mereka memiliki kemampuan dan kepercayaan diri
dalam memenuhi kebutuhan dasarnya. Program ini mengupayakan
kemandirian dan kesejahteraan Fakir Miskin . Mandiri berarti mampu
mengorganisasikan diri untuk mengoptimalkan sumber daya yang ada
disekitarnya dan mengelola sumber daya tersebut untuk mengatasi masalah
yang dihadapinya khususnya masalah kemiskinan. Para Keluarga Binaan
Sosial (KBS) diberikan dana amanah yang dalam pelaksanaan P2FM
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
diposisikan sebagai dana stimulan untuk melakukan perubahan sikap dan
perilaku masyarakat agar dapat sejahtera. Dana stimulan yang dikelola KBS
kemudian akan digulirkan ke KBS lainnya yang belum terkena program ini.
(www.banjar-jabar.go.id)
Dalam Program Pemberdayaan Fakir Miskin (P2FM) yang
sasarannya para fakir miskin atau Keluarga miskin mempunyai tujuan untuk
mengupayakan agar mereka mampu memperbaiki taraf kesejahteraan
sosialnya sehingga dapat hidup layak tanpa ketergantungan pada pihak/ orang
lain dan akhirnya akan mampu berperan dalam proses pembangunan. Sebagai
salah satu upaya untuk memperlancar pelaksanaan P2FM itu melalui
Kelompok Usaha Bersama (KUBE).
Kelompok Usaha Bersama (KUBE) adalah suatu kelompok Keluarga
Binaan Sosial (KBS) yang terdiri dari 10 orang yang atas bimbingan dan
kesadaran bersama berupaya meningkatkan kesejahteraannya dengan diberi
tanggung jawab untuk mengelola Stimulan Ekonomis Produktif yang
merupakan wahana untuk meningkatkan kesejahteraan masing-masing
anggota dengan aturan mengembangkan dan menggulirkan stimulan tersebut
kepada warga lainnya sebagai wujud rasa kesadaran tanggung jawab dan
kesetiakawanan sosial. (Buku Petunjuk Praktis Pengelolaan KUBE, 1: 2003)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Ciri- ciri sasaran program ini yang akan menjadi anggota KUBE
antara lain:
a. Ekonomi tidak mampu
b. Memilikki berbagai keterbatasan penghasilan, pendidikan,perumahan,
ketrampilan,hubungan sosial
c. Usia 21- 55 tahun
d. Memiliki embrio usaha
e. Bersedia mengembangkan KUBE secara berkelanjutan
f. Berdomosili di Desa/ Kelurahan lokasi kegiatan
g. Mempunyai kemauan dan keinginan untuk berkembang dan mandiri
(Buku Petunjuk Teknis P2FM melalui KUBE, 2008:2)
Tujuan utama pelaksanaan KUBE adalah :
a. Meningakatkan taraf kesejahteraan fakir miskin dari segala kondisi
keterbatasannya secara bersama-sama.
b. Meningkatkan pendapatan anggota KUBE fakir miskin melalui usaha yang
mandiri.
c. Meningkatkan kemampuan KUBE fakir miskin dalam mengakses berbagai
pelayanan sosial dasar dan pasar perbankan untuk memenuhi kebutuhan
kehidupannya.
d. Peningkatan kepedulian dan kesetiakawanan sosial diantara para anggota
KUBE dan dengan masyarakat sekitar.
(Buku Petunjuk Teknis P2FM melalui KUBE, 2008:2)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
2. Pengembangan
Pengertian Pengembangan menurut J.S Badudu dan Sutan
Muhammad Zain dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (1994) memberikan
definisi pengembangan adalah hal, cara, atau hasil kerja mengembangkan.
Sedangkan mengembangkan itu berarti membuka, memajukan, membuat jadi
maju dan bertambah baik. Jadi Pengembangan dapat diartikan sebagai suatu
usaha yang dilakukan untuk memajukan atau menjadikan lebih maju suatu
obyek atau hasil kerja agar menjadi lebih baik dari sebelumnya dan
mempunyai hasil guna bagi kepentingan bersama. Biasanya pengembangan
dilakukan secara terencana untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai.
Dengan demikian, pengembangan Kelompok Usaha Bersama
(KUBE) adalah suatu usaha yang dilakukan untuk memajukan atau membuat
lebih maju KUBE agar menjadi lebih baik dan dapat mempunyai hasil guna
bagi kepentingan bersama yang sesuai dengan tujuan KUBE yang hendak
dicapai.
C. Kinerja Dinas Sosial Kabupaten Sragen dalam Pengembangan Kelompok
Usaha Bersama (KUBE)
Dari pengertian- pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa
Kinerja Dinas Sosial Kabupaten Sragen dalam Pengembangan KUBE adalah
upaya atau kemampuan Dinas Sosial Kabupaten Sragen dalam memajukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
atau menjadikan lebih maju KUBE untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya dalam jangka waktu tertentu. Dalam penelitian ini
kinerja yang dinilai adalah kinerja dalam jangka waktu mulai dari sejak
pertama kalinya KUBE dibentuk di Kabupaten Sragen yaitu pada tahun 2007
sampai sekarang.
Sehubungan dengan penilaian kinerja Dinas Sosial Kabupaten Sragen
ada berbagai indikator yang dapat digunakan, antara lain Efektivitas,
responsivitas, dan akuntabilitas Beberapa indikator ini dapat memberikan
gambaran penilaian mengenai keberhasilan dan kegagalan suatu program atau
kegiatan yang dilaksanakan Dinas Sosial Kabupaten Sragen dalam kurun
waktu tertentu dimana pada akhirnya dapat dijadikan input bagi perbaikan dan
peningkatan kinerja selanjutnya. Secara spesifik indikator-indikator tersebut
juga mampu memberikan penilaian tentang tanggung jawab Dinas Sosial
Kabupaten Sragen dalam meningkatkan taraf kesejahteraan masyarakatnya
yang lemah ekonominya, kaitannya dengan penelitian ini adalah mengenai
pengembangan KUBE yang dilakukan Dinas Sosial Kabupaten Sragen dan
pada akhirnya juga akan memberikan gambaran tingkat pencapaian tujuan
atau target dari program tersebut. Penjelasan indikator Kinerja Dinas Sosial
Kabupaten Sragen dalam pengembangan KUBE adalah sebagai berikut:
1. Efektivitas yaitu dengan mengukur tingkat tercapainya tujuan yang telah
ditetapkan baik itu dalam bentuk target dalam jangka waktu tertentu.
Selain itu indikator Efektivitas ini dapat untuk mengukur seberapa besar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
pengembangan itu memiliki hasil sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan
oleh Dinas Sosial Kabupaten Sragen.
2. Responsiveness atau responsivitas yaitu dengan mengukur daya tanggap atau
kemampuan Dinas Sosial Kabupaten Sragen terhadap harapan, keinginan,
kebutuhan dan aspirasi serta tuntutan masyarakat mengenai pelaksanaan
pengembangan KUBE itu sendiri agar mampu mencapai tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya.
3. Accountability atau akuntabilitas adalah suatu ukuran yang dapat digunakan
untuk melihat seberapa besar kebijakan dan kegiatan yang dilakukan oleh
Dinas Sosial Kabupaten Sragen itu konsisten dengan kehendak masyarakat
banyak. Kinerja ini tidak hanya bisa dilihat dari ukuran internal yang
dikembangkan oleh pemerintah, seperti pencapaian target, tetapi harus
dinilai dari ukuran eksternal, seperti nilai-nilai dan norma yang berlaku
dalam masyarakat dan yang dimiliki oleh stakeholder.
Ketiga indikator inilah yang nantinya akan digunakan oleh penulis
dalam melakukan penelitian terhadap Kinerja Dinas Sosial Kabupaten
Sragen.
D. Kerangka Pikir
Dalam kerangka pemikiran ini akan dijelaskan proses berpikir peneliti
dalam rangka mengadakan penelitian tentang kinerja Dinas Sosial Kabupaten
Sragen. Dalam merealisasikan kinerjanya dalam pengembangan program ini
dapat diketahui melalui beberapa indikator, diantaranya adalah Efektivitas,
responsivitas dan akuntabilitas. Indikator-indikator itu dipilih karena dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
digunakan sebagai tolak ukur untuk menilai bagaimana pengembangan
Kelompok Usaha Bersama (KUBE) di Kabupaten Sragen. Apakah proses
tersebut sudah sesuai atau tidak dengan tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya.
Dalam kenyataannya, perkembangan KUBE di Kabupaten Sragen
kurang dapat berkembang secara maksimal. Bagaimana kinerja Dinas Sosial
Kabupaten Sragen dalam menghadapi masalah ini tentunya tidak terlepas dari
faktor- faktor penghambat yang dihadapi dalam melakukan pengembangan
KUBE
Untuk meningkatkan kinerjanya dalam pengembangan KUBE Di
Kabupaten Sragen maka Dinas Sosial harus dapat mengatasi berbagai faktor
penghambat yang ada. Upaya yang dilakukan tersebut tentunya digunakan
untuk memperbaiki kinerjanya dalam mencapai tujuan dari KUBE itu sendiri.
Kerangka berpikir dari kinerja Dinas Sosial Kabupaten Sragen ini dapat
dilihat dari gambar 2.1 :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
Kurang berkembangnya KUBE yang ada di Kabupaten Sragen
Faktor Penghambat
Berkembangnya KUBE
Kinerja Dinas Sosial Kabupaten Sragen:
1. Efektivitas
2. Responsivitas
3. Akuntabilitas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Bentuk Penelitian
Berdasarkan masalah yang diangkat dalam penelitian yang menekankan
pada proses dan makna, maka bentuk penelitian yang digunakan adalah
penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif dengan maksud memberikan
gambaran masalah secara sistematis, cermat, rinci dan mendalam mengenai
kinerja Dinas Sosial Kabupaten Sragen dalam pelaksanaan Program
Pemberdayaan Fakir Miskin (P2FM) khususnya pengembangan KUBE. Menurut
H.B Sutopo (2002: 48) penelitian kualitatif lebih menekankan pada makna, lebih
memfokuskan pada data kualitas dengan analisis kualitatifnya. Dengan kata lain
penelitiam kualitatif lebih mementingkan makna, tidak ditentukan oleh
kuantitasnya, tetapi lebih ditentukan oleh proses terjadinya dan cara memandang
atau perspektifnya.
B. Lokasi penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi di Kabupaten Sragen, dengan
pertimbagan sebagai berikut :
1. Kabupaten Sragen merupakan wilayah yang masih mempunyai jumlah
penduduk miskin yang cukup besar besar yaitu 61.003 KK atau 24,67 % dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
jumlah penduduk Sragen menurut BPS yang berjumlah 247.230 KK (856.483
jiwa) .
2. KUBE di Kabupaten Sragen yang bentuk usahanya berupa pemeliharaan
ternak dari segi produktivitasnya masih kurang maksimal padahal Sragen
merupakan daerah yang subur yang mudah untuk mencari makanan ternak.
3. Adanya izin dari pihak-pihak terkait untuk melakukan penelitian di daerah–
daerah tersebut.
C. Teknik Penarikan Sampel
Penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
teknik Purposive sampling, dimana informan diambil berdasarkan pertimbangan
tertentu. Pertimbangan tertentu itu misalnya orang tersebut dianggap paling tahu
tentang apa yang kita harapkan atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga
akan memudahkan peneliti menjelajahi obyek atau situasi sosial yang diteliti.
(Sugiyono, 2009: 53-54)
Dalam purposive sampling pemilihan sekelompok subyek didasarkan atas
ciri- ciri atau sifat- sifat tertentu yang mempunyai sangkut paut yang erat dengan
ciri-ciri atau sifat dari populasinya tersebut, sehingga dalam mencari informasi
didasarkan pada sumber atau informan yang dianggap tepat yaitu orang yang
mengetahui tentang seluk beluk masalah tersebut. Dalam penelitian ini, sampel
yang dipilih adalah pegawai Dinas Sosial Kabupaten Sragen bidang
pemberdayaan sosial yang menangani P2FM melalui KUBE yang berperan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
sebagai pelaksana program tingkat kabupaten dan warga masyarakat atau
keluarga binaan sosial (KBS) penerima KUBE.
D. Sumber Data
Menurut Sugiyono (2009: 62), dilihat dari sumber datanya maka
pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer dan sumber sekunder.
Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada
pengumpul data misalnya lewat wawancara maupun pengamatan. Dan sumber
sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada
pengumpul data, misalnya lewat dokumen atau arsip.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan sumber data sebagai berikut:
1. Informan
Dalam penelitian kualitatif posisi sumber data manusia (informan/
narasumber) sangat penting perannya sebagai individu yang memiliki
informasi. Peneliti dan narasumber memiliki posisi yang sama dan
narasumber bukan sekedar memberikan tanggapan pada yang diminta peneliti,
tetapi narasumber lebih memilih arah dan selera dalam menyajikan informasi
yang ia miliki (H.B. Sutopo, 2002:50).
Informan dalam penelitian ini terdiri dari :
a. Seksi Pemberdayaan Kesejahteraan Sosial Masyarakat yang menangani
KUBE
b. Masyarakat atau KBS penerima KUBE
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
c. Kepala Desa yang ada dilingkungan KUBE
d. Pendamping dari KUBE
2. Dokumen/arsip
Dokumen atau arsip merupakan bahan tertulis yang bergayutan dengan suatu
peristiwa atau aktivitas tertentu. Banyak peristiwa yang telah lama terjadi bisa
diteliti dan dipahami atas dasar kajian dari dokumen atau arsip-arsip yang
berkaitan dengan permasalahan yang diteliti (H.B. Sutopo, 2002: 54).
Dokumen- dokumen tersebut meliputi buku petunjuk praktis pengelolaan
KUBE tahun 2003, buku petunjuk teknis P2FM melalui KUBE tahun 2008,
data perkembangan KUBE di Sragen tahun 2009 dan Data Rekapitulasi Data
Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial Kabupaten Sragen tahun 2009 dan
dokumen- dokumen lain yang mendukung penelitian ini.
E. Teknik Pengumpulan Data
Beberapa langkah yang kami lakukan untuk mendapatkan data dalam
penelitian ini, antara lain :
1. Wawancara
Merupakan teknik pengumpulan data untuk memperoleh informasi melalui
tanya-jawab secara langsung dengan nara sumber atau responden yang diteliti
untuk melengkapi data yang diperlukan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
Menurut Esterberg dalam Sugiyono (2009 : 72), Wawancara adalah
pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab,
sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.
Dalam penelitian ini, wawancara untuk mendapatkan data yang sesuai akan
dilakukan pada pegawai Dinas Sosial Kabupaten Sragen bidang
pemberdayaan sosial yang menangani P2FM melalui KUBE, dan warga
masyarakat atau KBS penerima KUBE.
2. Observasi
Observasi merupakam teknik pengumpulan data dengan pengamatan dan
pencatatan langsung dilokasi penelitian mengenai kegiatan yang ada dan
sedang berlangsung. Dalam hal ini peneliti mengamati wujud keadaan
kegiatan KUBE yang ada dimasing- masing warga masyarakat atau KBS
penerima KUBE.
3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa
berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari
seseorang.(Sugiyono, 2009: 82).
Teknik dokumentasi ini dilakukan dengan mempelajari dan mencatat
dokumen-dokumen yang berkaitan dengan obyek penelitian ini demi
kesempurnaan penulisan. Dalam penelitian ini, teknik dokumentasi yang
dilakukan adalah dengan cara mencatat dan mengumpulkan data yang
bersumber dari arsip, buku-buku, laporan-laporan serta dokumen yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
berhubungan dengan masalah dan tujuan penelitian. Dokumen- dokumen
tersebut meliputi buku petunjuk praktis pengelolaan KUBE tahun 2003, buku
petunjuk teknis P2FM melalui KUBE tahun 2008, data perkembangan KUBE
di Sragen tahun 2009 dan Data Rekapitulasi Data Penyandang Masalah
Kesejahteraan Sosial Kabupaten Sragen tahun 2009 dan dokumen- dokumen
lain yang mendukung penelitian ini.
F. Validitas Data
Ketepatan dan kemantapan data tidak hanya tergantung dari ketepatan
memilih sumber data dan tehnik pengumpulan data. Data yang berhasil digali,
dikumpulkan dan dicatat, perlu diuji dengan pengembangan dengan melakukan
validitas data agar membuktikan apakah sesuatu yang diamati sesuai dengan
yang senyatanya. Validitas data merupakan jaminan bagi kemantapan simpulan
dan tafsir makna sebagai hasil penelitian. Untuk menguji kebenaran dari hasil
yang diperoleh maka dalam penelitian ini dilakukan triangulasi data.
Menurut H.B.Sutopo (2002:79) triangulasi data atau sumber
memanfaatkan jenis sumber data yang berbeda-beda untuk menggali data yang
sejenis. Triangulasi data digunakan untuk mengarahkan peneliti agar
mengumpulkan data dari beragam sumber data yang berbeda untuk menggali
data sejenis sehingga apa yang diperoleh dari sumber data yang satu dapat lebih
teruji kebenarannya bila digali dari sumber data yang berbeda. Yang
penekanannya pada perbedaan sumber data, bukan pada teknik pengumpulan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
data atau yang lain. Cara ini digunakan untuk mengarahkan peneliti agar dalam
pengumpulan data wajib menggunakan beragam sumber data yang tersedia,
artinya data yang sama/sejenis akan lebih mantap kebenarannya apabila digali
dari beberapa sumber yang berbeda. Triangulasi data digunakan dengan
membandingkan antara data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan data
yang diperoleh dari hasil observasi dan telaah arsip, dokumen, dan artikel dari
berbagai sumber. Dalam penelitian ini triangulasi metode dilakukan melalui
metode wawancara dengan berbagai informan baik dari pihak pegawai Dinsos
Sragen, masyarakat atau KBS penerima KUBE, Kepala Desa yang ada
dilingkungan KUBE serta Pendamping KUBE, observasi, dan telaah arsip,
dokumen, dan artikel dari berbagai sumber untuk memperoleh data yang valid.
G. Teknik Analisis Data:
Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis model
interaktif yaitu data yang telah terkumpul akan dianalisisa melalui 3 tahap yaitu:
1. Reduksi Data
Merupakan proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan, abstraksi data yang
kasar yang dilaksanakan dalam penelitian dan mengatur sedemikian rupa
sehingga dapat ditarik kesimpulan.
2. Penyajian Data
Penyajian data ini adalah rangkaian informasi yang digunakan memungkinkan
kesimpulan riset dapat dilakukan dengan melihat penyajian data, peneliti akan
lebih mudah memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
lebih jauh menganalisa/mengambil tindakan berdasar atas pemahaman yang
didapat dari penyajian data tersebut. Penyajian data ini dirancang guna
menggabungkan informasi yang tersusun dalam bentuk yang perlu dan susah
diraih.
3. Penarikan kesimpulan
Dalam awal pengumpulan data peneliti sudah mulai mengerti hal-hal
yang diteliti, sehingga memudahkan dalam pengambilan kesimpulan yang
longgar tetap terbuka tetapi kesimpulan sudah disediakan mula-mula belum
jelas kemudian menguat menjadi lebih rinci dan mengakar kuat.
(Miles&Huberman dalam Sutopo, 2002).
Gambar 3.1
Model Analisis Interaktif (H.B. Sutopo, 2002: 96)
Penarikan simpulan/ verifikasi
Sajian data Reduksi data
Pengumpulan data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini penulis akan melakukan pembahasan terkait dengan
hasil penelitian terhadap Kinerja Dinas Sosial Kabupaten Sragen dalam
Pengembangan Kelompok Usaha Bersama (KUBE). Melalui penelitian yang
telah dilakukan maka peneliti memperoleh data-data dari berbagai pihak
terkait, baik berupa hasil wawancara, hasil observasi, maupun data-data
tertulis lainnya. Adapun Hasil Penelitian ini adalah sebagai berikut :
A. DESKRIPSI LOKASI
1. Gambaran umum wilyah Kabupaten Sragen
a. Kondisi Geografis
Kabupaten sragen merupakan salah satu kabupaten di
propinsi Jawa Tengah.Secara geografis Kabupaten Sragen berada di
perbatasan antara Jawa Tengah da Jawa Timur.Batas batas wilayah
Kabupaten Sragen:
1) Sebelah Timur : Kabupaten Ngawi ( propinsi Jawa Timur)
2) Sebelah Barat : Kabupaten Boyolali
3) Sebelah Selatan : Kabupaten Karanganyar
4) Sebelah Utara : Kabupaten Grobogan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Luas Wilayah Kabupaten Sragen adalah 941,55 km2 yang
terbagi dalam 20 kecamatan, 8 kelurahan dan 200 desa. Secara
fisiologi, wilayah Kabupaten Sragen terbagi atas :
a) 40.037,93 Ha (42,52%) Lahan Basah (Sawah)
b) 54.117,88 Ha (57,48%) Lahan Kering
Kabupaten Sragen terletak pada :
a) 7º 15 LS dan 7º 30 LS
b) 110º 45 BT dan 111º 10 BT
Wilayah kabupaten Sragen berada di dataran dengan
ketinggian rata- rata 109 M diatas permukaan laut. Sragen
mempunyai iklim tropis dengan suhu harian yang berkisar antara 19
31 ºC. Curah hujan rata-rata dibawah 300mm per tahun dengan hari
hujan dibawah 150 hari per tahun.
b. .Kondisi Penduduk
Berdasarkan data dari BPS tahun 2010, mata pencaharian
penduduk usia 10 tahun keatas pada tahun 2009 adalah
1) Pekerjaan di bidang pertanian, kehutanan, perburuan dan
perikanan sebanyak 197.588 jiwa
2) Pekerjaan di bidang pertambangan dan penggalian sebanyak
565.000 jiwa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
3) Pekerjaan di bidang industri pengolahan sebanyak 26.623
jiwa
4) Pekerjaan di bidang listrik, gas dan air sebanyak 328.300 jiwa
5) Pekerjaan di bidang bangunan sebanyak 22.397 jiwa
6) Pekerjaan di bidang Perdagangan besar, eceran, rumah makan
dan hotel sebanyak 64.533 jiwa
7) Pekerjaan di bidang Angkutan, penggudangan dan
komunikasi sebanyak 5.923 Jiwa
8) Pekerjaan di bidang keuangan, asuransi, usaha sewa
bangunan, tanah dan jasa perusahaan sebanyak 2.233 jiwa
9) Pekerjaan di bidang Jasa kemasyarakatan sebanyak 112.776
jiwa
2. Visi dan Misi Dinas Sosial
a. Visi Dinas Sosial Kabupaten Sragen adalah :
Mewujudkan Dinas Sosial menjadi dinas terdepan dalam inovasi
kepemerintahan yang membangun kepercayaan rakyat dibidang
kesejahteraan sosial.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
b. Misi Dinas Sosial Kabupaten Sragen adalah ;
Mewujudkan rakyat yang unggul, produktif dan sejahtera.
Penjelasan Misi :
1) Sesuai dengan makna visi Dinas Sosial Kabupaten Sragen bahwa
untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat khususnya penyandang
permasalahan sosial di Kabupaten Sragen, maka diperlukan
perumusan pperencanaan dan kebijakan serta evaluasi penanganan
permasalahan sosial harus senantiasa terus diupayakan
2) Mengembangkan prakarsa dan peran serta masyarakat serta
memelihara, memperkuat stabilitas dan integritas sosial maksudnya
bahwa untuk mewujudkan visi Dinas Sosial Kabupaten Sragen yaitu
terwujudnya kondisi kesejahteraan sosial masyarakat harus
diusahakan bersama oleh pemerintah dan masyarakat sehingga
prakarsa dan peran serta masyarakat untuk diupayakan dan
pemerintah tidak akan bisa mewujudkan kondisi dimaksud tanpa
peran aktif masyarakat.
3) Mengembangkan dan memperluas eksistensi keluarga serta
pelestarian nilai-nilai kepahlawanan maksudnya bahwa eksistensi
keluarga serta pelestarian nilai-nilai kepahlawanan menjadi faktor
penting dalam terwujudnya kesejahteraan social masyarakat, oleh
karena itu pengembangan kearah positif selalu diupayakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
4) Mencegah, mengendalikan dan mengatasi penyakit masyarakat,
penderita cacat, remaja bermasalah serta korban bencana alam/
sosial. Maksudnya adalah bahwa untuk menuju dan mewujudkan
suatu kesejahteraan sosial masyarakat, maka upaya pencegahan,
pengendalian dan pengentasan permasalahan sosial sebagai dampak
pembangunan sangat dipengaruhi dan ditentukan oleh keberhasilan
pembangunan kesejahteraan sosial.
3. Susunan Organisasi, Pejabaran Tugas dan Fungsi Dinas Sosial
Kabupaten Sragen
Susunan Organisasi Dinas Sosial Kabupaten Sragen berdasarkan
Peraturan Bupati Sragen Nomor 26 tahun 2009 tentang Penjabaran
Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja Dinas Sosial Kabupaten Sragen pasal
2 (dua) mengenai susunan organisasi yang meliputi:
a. Kepala Dinas
b. Sekretariat
c. Bidang Pemberdayaan Sosial
d. Bidang Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial
e. Bidang Bantuan dan Jaminan Sosial
f. Bidang Pengembagan Sosial
g. UPTD
h. Kelompok Jabatan Fungsional
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Gambar 4.1
Bagan Struktur Organisasi Dinas Sosial Kabupaten Sragen
Sub Bagian Umum dan
Kepegawaian
Kepala Dinas
Kelompok Jabatan Fungsional
Bidang Pengembangan
Kesejahteraan Sosial
Bidang Pelayanan dan Rehabilitasi
sosial
Sekretariat
Sub Bagian Perencanaan Evaluasi dan Perencanaan
Bidang Bantuanan dan Jaminan Sosial
Seksi Pelayanan Dan Rehabilitasi
Sosial Tuna Sosial dan Korban Napza
Seksi Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Penyandang Cacat
Seksi Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial anak & lanjut usia
Seksi Kesetiakawanan
Sosial keperintisan dan pelestarian nilai-nilai kepahlawanan
Seksi Pemberdayaan Kesejahteraan Sosial
Masyarakat
Seksi Pemberdayaan Potensi kesejahteraan
Sosial
Bidang Pemberdayaan Sosial
Seksi Jaminan Kesejahteraan Sosial
dan Pengumpulan Pengelolaan Sumber
Dana Sosial
Seksi Bantuan Sosial Korban Bencana
Seksi Bantunan Sosial Korban Tindak Kekerasan & pekerja
Migran
Sub Bagian Keuangan
UPTD Panti Asuhan Anak PEMDA
4 UPTD Eks Pembantu Bupati
UPTD Penitipan Bayi dan Anak
Seksi Pengembangan Pelayanan Sosial
Seksi Penyuluhan dan Hubungan Kelembagaan
Seksi Pengembangan dan
Pengkajian Kesejahteraan Sosial
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Sedangkan uraian tugas dan fungsi dari masing- masing bagian
tersebut menurut Peraturan Bupati Sragen nomor 26 Tahun 2009 adalah
sebagai berikut :
a. Kepala Dinas
1) Kepala Dinas mempunyai fungsi melaksanakan urusan
pemerintah daerah berdasarkan azas otonomi dan tugas
pembantuan dalam bidang sosial.
2) Dalam menyelenggarakan fungsi sebagaimana yang dimaksud
diatas, Kepala Dinas Mempunyai tugas :
a) Menyusun dan melaksanakan kebijakan Daerah dibidang
Sosial
b) Merumuskan kebijakan teknis bidang sosial sesuai kebijakan
yang ditetapkan Bupati
c) Menyelenggarakan urusan pemerintahan dan pelayanan umum
di bidang sosial
d) Melaksanakan pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang
sosial
e) Melaksanakan kesekretariatan Dinas, melaksanakan tugas di
bidang pemberdayaan social, pelayanan dan rehabilitasi sosial,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
bantuan dan jaminan sosial serta pengkajian dan
pengembangan kesejahteraan sosial
f) Melaksanakan Pemantauan Evaluasi dan Pelaporan di bidang
sosial
b. Sekretariat
Sekretariat menyelenggarakan fungsi pelaksanaan sebagian fungsi
Dinas Sosial dibidang kesekretariatan, yang meliputi urusan umum,
kepegawaian, keuangan, perencanaan, evaluasi dan pelaporan.
1) Sub Bagian Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan ;
Mempunyai tugas :
a) Menyusun rencana kegiatan sebagai bahan pedoman dalam
melaksanakan tugas
b) Menyusun laporan pelaksanaan tugas kepada atasan dalam
mempertanggungjawabkan hasil pelaksanaan tugas- tugas
c) Menyiapkan data tentang masalah sosial sebagai bahan untuk
menyusun kebijakan
d) Mengevaluasi kegiatan yang dilaksanakan oleh bidang-bidang
e) Mengevaluasi laporan dari masing-masing bidang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
f) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh sekretaris sesuai
tugas dan fungsinya
2) Sub Bagian Keuangan, mempunyai tugas :
a) Menyusun rencana kegiatan kerja dibidang keuangan sebagai
bahan pedoman dalam melaksanakan tugas
b) Melakukan administrasi keuangan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku
c) Menyiapkan data kebutuhan keuangan secara rinci yang sudah
diseleksi dan ditentukan untuk penyelenggaraan kegiatan, agar
pelaksanaan tersebut dapat berjalan sesuai dengan kebutuhan
yang berlaku
d) Melaksanakan tugas laian yang diberikan oleh sekretaris sesuai
tugas dan fungsinya
3) Sub Bagian Umum dan Kepegawaian, mempunyai tugas :
a) Menyusun rencana kegiatan kerja dibidang umum dan
kepegawaian sebagai bahan pedoman dalam melaksanakan tugas
b) Menerima, mengatur klasifikasi, mengagendakan surat-surat
menurut ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku
dan mencatat semua pengiriman surat-surat dinas/ paket/ wesel
serta menyampaikan kepada yang berkepentingan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
c) Melakukan administrasi dan inventarisasi mupun pemeliharaan/
perawatan barang-barang inventaris milik pemerintah yang berada
di Dinas Sosial baik barang bergerak maupun tidak bergerak
d) Melakukan administrasi kepegawaian antara lain : Cuti PNS, Ijin
perkawinan dan percerian, kenaikan pangkat, gaji berkala dll.
e) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas dan
Sekretaris sesuai tugas dan fungsinya
c. Bidang Pemberdayaan sosial
Bidang pemberdayaan Sosial menyelenggarakan fungsi
pelaksanaan perumusan kebijakan teknis, pembinaan, pelaksanaan di
bidang potensi dan sumber kesejahteraan sosial dan pemberdayaan
kesejahteraan sosial masyrakat, kesetiakawanan sosial, keperintisan dan
pelestarian nilai-nilai kepahlawanan.
1) Seksi Pemberdayaan Potensi dan Sumber kesejahteraan Sosial,
mempunyai tugas:
a) Menyiapkan bahan perumusan kebijakan teknis pembinaan dan
pelaksanaan di bidang pemberdayaan potensi dan sumber
kesejahteraan social
b) Merencanakan kegiatan kerja meliputi penggalian
pengembangan-pengembangan pendayagunaan potensi sumber
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
kesejahteraan sosial, sumber daya alam, PSM, Karang Taruna,
orsos, dunia usaha
c) Menyampaikan laporan rutin mengenai kegiatan seksi
pemberdayaan potensi dan sumber kesejahteraan sosial.
d) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh kepala Bidang
Pemberdayaan Sosial yang sesuai dengan tugas dan fungsinya.
2) Seksi pemberdayaan Kesejahteraan Sosial masyarakat, mempunyai
tugas:
a) Menyiapkan bahan perumusan kebijakan teknis pembinaan dan
pelaksanaan dibidang pemberdayaan Kesejahteraan Sosial
Masyarakat
b) Merencanakan kegiatan kerja seksi pemberdayaan kesejahteraan
sosial masyarakat
c) Melaksanakan koordinasi dengan instansi/lembaga terkait
d) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang
Pemberdayaan Sosial yang sesuai dengan tugas dan fungsinya.
3) Seksi Kesetiakawanan Sosial keperintisan dan Pelestarian Nilai-
nilai Kepahlawanan, mempunyai tugas:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
a) Menyiapkan bahan perumusan kebijakan teknik pembinaan dan
pelaksanaan dibidang kesetiakawanan social, keperintisandan
pelestarian nilai- nilai kepahlawanan
b) Melaksanakan kegiatan kerja seksi kesetiakawanan Sosial,
Keperintisan dan pelestarian nilai-nilai kepahlawanan
c) Melaksanakan koordinasi dengan instansi/lembaga terkait
d) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang
Pemberdayaan Sosial yang sesuai dengan tugas dan fungsinya.
d. Bidang Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial
Bidang Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial
menyelenggarakan fungsi pelaksanaan penyiapan perumusan
kebijakan teknis, pembianaan, dan pelaksanaan di bidang pelayanan
dan rehabilitasi sosial penyandang cacat, pelayanan dan rehabilitasi
sosial tuna sosial dan korban narkoba.
1) Seksi Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Anak dan Lanjut Usia,
mempunyai tugas:
a) Merencanakan kegiatan kerja dibidang pelayanan dan
rehabilitasi sosial
b) Mengumpulkan dan mengolah data lansia dan anak terlantar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
c) Melaksanakan upaya pembinaan dan pemberian bantuan kepada
lansia dan anak terlantar
d) Membantu penyaluran lansia terlantar ke panti-panti yang
bergerak dibidang kesejahteraan sosial
e) Membantu proses pengadopsian anak
f) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang
Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
2) Seksi Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Penyandang Cacat,
mempunyai tugas:
a) Menyusun rencana kegiatan dibidang pelayanan dan rehabilitasi
sosial penyandang cacat sebagai bahan pedoman dalam
melaksanakan tugas
b) Mengupayakan tersedianya data sumber-sumber dan potensi
yang ada, yang dapat melayani dan merehabilitasi para
penyandang cacat
c) Melaksanakan upaya pembianaan dan rehabilitasi serta
pemberian bantuan kepada para penyandang cacat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
d) Melaksanakn tugas lain yang diberikan oleh Kepala bidang
Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
3) Seksi Pelayanan Dan Rehabilitasi Sosial Tuna Sosial dan korban
Napza, mempunyai tugas :
a) Menyusun rencana kegiatan dibidang pelayanan dan
rehabilitasi tuna sosial dan korban narkoba psikotropika dan
zat adiktif lainnya
b) Melaksanakan upaya pembinaan dan rehabilitasi kepada para
tuna sosial dan korban narkoba psikotropika
c) Mengupayakan penyaluran para tuna sosial dan para korban
narkoba psikotropika ke panti- panti/ lembaga-lembaga yang
menangani para tuna sosialdan para korban narkoba
psikotropika untuk mendapatkan pembinaan, pelatihan
ketrampilan serta bantuan lainnya.
d) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh kepala bidang
pelayanan dan rehabilitasi sosial sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
e. Bidang Bantuan dan Jaminan Sosial
Bidang Bantuan dan Jaminan Sosial menyelenggarakan
fungsi pelaksanaan penyusunan kebijakan teknis, pembinaan dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
pelaksanaan dibidang bantuan sosial korban bencana, bantuan social
korban tindak kekerasan dan pekerja migrant, jaminan kesejahteraan
sosial dan pengumpulan pengolaan sumber dan sosial.
1) Seksi bantuan Sosial Korban Bencana
Mempunyai tugas menyiapkan bahan Rencana dan Program,
melaksanakan teknis program bantuan Sosial korban Bencana.
Bantuan pemulangan untuk orang terlantar dan kehabisan bekal
serta Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh kepala Bidang
Bantuan Jaminan Sosial sesuai dengan tugas dan fungsinya
2) Seksi Bantuan Sosial Korban Tindak Kekerasan dan Pekerja
Migran
Mempunyai tugas menyiapkan bahan rencana dan program,
pelaksanaan Teknis serta monitoring/evaluasi kegiatan Bidang
Perlindungan Sosial terhadap Korban tindak kekerasan dan
pekerja migran bermasalah.
3) Seksi Jaminan Kesejahteraan Sosial dan Pengumpulan
Pengelolaan Sumber Dana Sosial
Mempunyai tugas menyiapkan bahan rencana teknis dan program
bidang jaminan kesejahteraan sosial dan pengumpulan
pengelolaan sumber dana sosial. Melaksanakan Asuransi
Kesejahteraan Sosial (ASKESOS) dan Bantuan Kesejahteraan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
Sosial Permanen (BKSP) serta Pelaksanaan Program Keluarga
Harapan (PKH). Melaksanakan dan pengembangan Jaminan
Kesejahteraan Sosial bagi Penyandang Cacat Fisik, Mental,
Lanjut Usia tidak potensil dan terlantar yang berasal dari
masyarakat rentan dan tidak mampu skala kabupaten.
Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang
Bantuan Jaminan Sosial sesuai dengan tugas dan fungsinya
f. Bidang Pengembangan Kesejahteraan Sosial
Bidang Pengembangan Kesejahteraan Sosial
menyelenggarakan fungsi pelaksanaan penyiapan bahan perumusan
kebijakan teknis pembinaan dan pelaksanaan dibidang
pengembangan dan pengkajian kesejahteraan sosial, penyuluhan dan
hubungan kelembagaan dan pengembangan pelayanan kesejahteraan
sosial.
1) Seksi Pengembangan dan Pengkajian kesejahteraan sosial
Mempunyai tugas menyiapkan bahan rumusan teknis, pembinaan
dan pelaksanaan, melaksanakan kegiatan dan memantau serta
mengavaluasi pelaksanaan kegiatan dibidang pengembangan dan
pengkajian kesejahteraan sosial. Selain itu juga melaksanakan
tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang Pengembangan
Kesejahteraan Sosial sesuai dengan tugas dan fungsinya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
2) Seksi Penyuluhan dan Hubungan kelembagaan kesejahteraan
Sosial
Mempunyai tugas menyiapkan bahan rencana dan
penyelengaaraan pengembangan kerja sama, melaksanakan
kegiatan, serta memantau dan mengavaluasi pelayanan program
kegiatan bidang penyuluhan dan hubungan kelembagaan
kesejahteraan sosial. Selain itu juga melaksanakan tugas lain
yang diberikan oleh kepala bidang Pengembanggan
Kesejahteraan Sosial sesuai dengan tugas dan fungsinya
3) Seksi Pengembangan Pelayanan Sosial, mempunyai tugas:
Mempunyai tugas menyiapkan bahan rencana kegiatan,
pelaksanaan kegiatan, dan mengevaluasi kegiatan bidang
Pengembangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial. Selain itu juga
melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang
Pengembangan Kesejahteraan Sosial sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
g. Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD)
Unit Pelaksanaan Teknis Dinas (UPTD) menyelenggarakan
fungsi pelaksanaan sebagian tugas Dians Sosial sesuai dengan bidang
tertentu dan atau wilayah kerja satu kecamatan atau lebih yang
menjadi tanggung jawabnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
4. Kondisi Pegawai Dinas Sosial Kabupaten Sragen
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, Dinas Sosial Kabupaten
Sragen memiliki sumber daya manusia berupa pegawai yang berada di
organisasi untuk melaksanakan tugas sesuai dengan bidangnya masing-
masing. Pegawai merupakan faktor yang sangat penting bagi suatu
organisasi dalam menjalankan tugas dan fungsinya, karena pegawai
adalah pelaksana dari masing-masing bagian tugas di setiap bidang dan
semuanya berfungsi menunjang penyelesaian segala tugas organisasi.
Tabel 4.1
Jumlah Pegawai Dinas Sosial Kabupaten Sragen
Berdasarkan Tingkat Pendidikannya
Sumber ; Dinas Sosial Kabupaten Sragen
Dari tabel diatas dapat dilihat kalau pegawai di Dinas Sosial
Kabupaten Sragen, tingkat Pendidikan pegawainya kebanyakan
adalah Strata-1 (S1) yaitu 22 orang atau 47,83 %. Sedangkan untuk
No Tingkat Pendidikan Jumlah Pegawai
%
1 S2 4 8,7 %
2 S1 22 47,83 %
3 D3 3 6,52 %
4 SLTA 16 34,78 %
5 SD 1 2,17 %
JUMLAH 46 100 %
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
tingkat pendidikan pegawai yang paling rendah adalah Sekolah
Dasar (SD) yaitu hanya 1 orang saja.
B. PEMBAHASAN
Kinerja organisasi publik merupakan gambaran hasil kerja suatu
instansi pemerintah dalam bidang tertentu yang dapat digunakan untuk
menilai kinerja suatu instansi dalam bidang tersebut. Penilaian Kinerja
merupakan suatu kegiatan yang amat penting karena dapat digunakan
sebagai ukuran keberhasilan suatu organisasi dalam melaksanakan misinya
untk mencapai visi yang ingin dicapai maupun tujuan dari suatu program
yang ingin dicapai. Dengan melakukan penilaian terhadap kinerja maka
upaya untuk memperbaiki kinerja bisa dilakukan secara lebih terarah dan
sistematis. Dengan demikian penilaian kinerja dapat diartikan sebagai
kegiatan membandingkan antara hasil yang diperoleh atau kenyataan yang
ada di lapangan dengan apa yang telah direncanakan sebelumnya.
Adanya penilaian kinerja organisasi publik dapat membantu dalam
membentuk pencitraan diri pemerintah di hadapan publik, karena jika
kualitas pelayanan publik semakin baik maka kepercayaan masyarakat dapat
meningkat pula. Buruknya kinerja birokrasi menjadi salah satu faktor
penting yang mendorong munculnya krisis kepercayaan masyarakat kepada
pemerintah, sehingga perbaikan kinerja pelayanan publik diharapkan akan
memperbaiki kembali image pemerintah di mata masyarakat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
Dalam penelitian ini ada tiga indikator yang digunakan untuk
melaksanakan penilaian kinerja di Dinas Sosial Kabupaten Sragen . Ketiga
indikator tersebut antara lain Efektivitas, Responsivitas dan Akuntabilitas.
Dari hasil penelitian dapat dijabarkan tentang bagaimana kinerja Dinas Sosial
Kabupaten Sragen dalam pengembangan Kelompok Usaha Bersama (KUBE)
di Kabupaten Sragen.
Hasil penelitian terhadap sejauh mana kinerja Dinas Sosial
Kabupaten Sragen dalam pengembangan KUBE yang dilakukan oleh peneliti
dengan wawancara, mengkaji dokumen tertulis dan observasi di lapangan
berdasarkan ketiga indikator tersebut adalah sebagai berikut:
1. Efektivitas
Konsep efektivitas adalah tercapainya tujuan yang telah
ditetapkan baik itu dalam bentuk target dalam jangka waktu tertentu.
Efektivitas dimasukkan sebagai salah satu indikator karena Efektivitas
dapat untuk menilai tingkat pencapaian target/ hasil yang dilaksanakan
Dinas Sosial Kabupaten Sragen dalam pengembangan KUBE. Dalam
penelitian ini konsep Efektivitas ditekankan pada upaya- upaya apa saja
yang dilakukan oleh Dinas Sosial Kabupaten Sragen dalam pengembangan
KUBE dan bagaimana realisasi target yang dicapai oleh Dinas Sosial
Kabupaten Sragen dalam pengembangan KUBE
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
a. Upaya- upaya yang dilakukan Dinas Sosial Kabupaten Sragen dalam
Pengembangan KUBE
Untuk mencapai hasil yang maksimal, ada berbagai upaya yang
dilakukan Dinas Sosial Kabupaten Sragen dalam pengembangan KUBE.
Upaya- upaya tersebut meliputi beberapa tahapan. Secara umum ada tiga
tahap yaitu tahap Persiapan, Tahap Pelaksanaan dan Tahap Evaluasi
kegiatan. Sebagaimana yang dingkapkan oleh Bp.Eddy Indaryatno, BSc
selaku Seksi Pemberdayaan Kesejahteraan Sosial Masyarakat:
” upaya yang dilakukan Dinas Sosial Kabupaten Sragen dalam mengembangkan KUBE itu melalui tiga tahap yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap Evaluasi Kegiatan. Kalau tahap persiapan terdiri seleksi baik itu seleksi KBS penerima KUBE maupun seleksi pendamping lalu dilakukan sosialisasi.. kalau tahap Pelaksanaan, kegiatan yang dilakukan adalah pemberian Stimulan Bantuan Modal Usaha. Lalu selanjutnya adalah tahap untuk mengevaluasi kegiatan” (wawancara 11 Maret 2011)
1) Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan hal yang dilakukan oleh Dinas Sosial
Kabupaten Sragen adalah Seleksi Keluarga Binaan Sosial (KBS)
penerima KUBE, Seleksi Pendamping, Sosialisasi program.
a) Seleksi Keluarga Binaan Sosial (KBS) penerima KUBE
Untuk tahap awal pelaksanaan kegiatan KUBE, pihak Dinas
Sosial melakukan seleksi terlebih dahulu terhadap Kelarga Binaan
Sosial (KBS) sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan oleh Dinas
Sosial. Keluarga Binaan Sosial adalah keluarga yang masuk dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
kategori miskin yang perlu dibina. Proses seleksi dilakukan agar
program tepat sasaran dan tujuan pembentukkan KUBE yang telah
ditentukan sebelumnya dapat tercapai.
Didalam melaksanakan proses seleksi terhadap Keluarga Binaan
Sosial (KBS) penerima KUBE, pihak Dinas Sosial Kabupaten
Sragen dibantu oleh Kelurahan di lokasi tersebut. Dalam hal ini
Kelurahan merupakan suatu organisasi yang ada didesa tersebut
yang lebih mengetahui siapa saja masyarakat yang ada didesanya itu
yang layak dijadikan anggota KUBE sesuai dengan kriteria yang
telah ditetapkan sebelumnya.
Adapun kriteria bagi KBS penerima KUBE adalah sebagai berikut:
- Keterbatasan penghasilan
- Keterbatasan kepemilikan
- Perumahan yang tidak memadai
- Keterbatasan pendidikan
- Keterbatasan ketrampilan
- Keterbatasan penghayatan kehidupan beragama
- Keterbatasan kehidupan normatif
- Rendahnya tingkat kesehatan
- Keterbatasan hubungan sosial dalam keluarga
- Keterbatasan hubungan sosial antar keluarga/ kelompok
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
- Keterbatasan hubungan sosial dengan masyarakat yang lebih luas
(Sumber : Petunjuk Teknis P2FM melalui KUBE Tahun 2008)
Kaitannya dengan proses seleksi KBS penerima KUBE, cara
penyeleksiannya adalah pihak Kelurahan melakukan pendataan
terhadap masyarakatnya yang sekiranya masuk dalam kategori
keluarga miskin yang masih produktif, mau berusaha dan mau
dibina. Setelah data-data KBS calon penerima KUBE itu terkumpul
maka pihak kelurahan memberikan data-data itu ke pihak Dinas
Sosial Kabupaten Sragen. Sebagaimana yang dikemukakan Bp.
Parsudi selaku kepala Kelurahan Jeruk, Kecamatan Miri:
“Kelurahan sebelumnya melakukan pendataan kepada masyarakat sini dengan pertimbangan masyarakatnya dari keluarga miskin yang sekiranya masih produktif, mau berusaha dan yang mau dibina. Dari data-data tersebut nantinya akan diserahkan ke Dinas Sosial Sragen..” (wawancara 28 Maret 2011)
Hal yang serupa juga diungkapkan oleh Bp. Eddy Indaryatno,
Bsc selaku Seksi Pemberdayaan Kesejahteraan Sosial Masyarakat
Dinas Sosial Kabupaten Sragen yaitu:
“Untuk tahap seleksi kami memerintahkan pihak kelurahan untuk menyerahkan data masyarakat miskin yang kiranya masih produktif dhek karena mereka kan yang lebih tahu siapa saja masyarakatnya yang layak menjadi anggota Kube, tapi kita juga tetap harus menyeleksinya dhek apakah bener-benar tepat atau tidak” (wawancara 11 Maret 2011)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
Hal yang senada juga diungkapkan oleh Bp.Joko selaku Ketua
KUBE “Rigen Manunggal” Kelurahan Jeruk, Kecamatan Miri yaitu:
“ Kalau seleksi-seleksi begitu yang menentukan dari kelurahan mbak tau-tau kami ditawari untuk menerima Kube, lha wong kami tu orang miskin kami yam mau-mau saja lumayan mbak buat nambah-nambah penghasilan” (wawancara 17 Maret 2011)
Dari pernyataan- pernyataan diatas maka dapat disimpulkan
kalau proses penyeleksian Keluarga Binaan Sosial (KBS) penerima
KUBE disesuaikan dengan kriteria yang telah ditentukan, dan dalam
penyeleksiannya pihak Dinas Sosial dibantu oleh Kelurahan di
daerah tersebut.
Sedangkan untuk hasil kegiatan seleksi KBS penerima KUBE
yaitu berupa terpilihnya 100 anggota Keluarga Binaan Sosial (KBS)
penerima KUBE dimasing- masing kelurahan yaitu Kelurahan
Gading, Karang Talun, Jeruk, Geneng, Gesi, Poleng dan Mojorejo.
b) Seleksi Pendamping
Setelah mengadakan seleksi KBS penerima KUBE, maka
langkah selanjutnya adalah menyeleksi Pendamping. Pendamping
adalah seseorang yang mendampingi atau membimbing KUBE
supaya kegiatan KUBE dapat berjalan dengan lancar. Selain bertugas
mendampingi/ membimbing KUBE, Pendamping KUBE juga
mempunyai tugas untuk mengarahkan para anggota KUBE untuk
mengurusi administrasi KUBE seperti Buku Inventaris, Buku Kas/
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
Keuangan Kelompok, Buku Daftar Anggota, Buku Kegiatan
Kelompok dan Buku Simpan Pinjam. Untuk pemilihan pendamping,
Dinas Sosial Kabupaten Sragen juga dibantu oleh Kelurahan yang
ada didaerah tersebut.
Biasanya Pendamping dipilih dari tokoh masyarakat yang ada
didaerah tersebut, hal ini bertujuan supaya pendamping disegani oleh
penerima KUBE sehingga pendamping bisa dijadikan pembimbing
yang baik bagi anggota KUBE. Sebagaimana di kemukakan oleh Bp.
Parsudi selaku Kepala Kelurahan Jeruk, Kecamatan Miri:
” Pendamping yang ditugaskan untuk mendampingi KUBE kami pilih dari tokoh masyarakat sini misalnya kalau pendamping untuk daerah jeruk kami menunjuk bayan-bayannya lalu pak mudin juga. Tujuannya supaya pendamping-pendamping bisa disegani oleh para KUBE sehingga bisa memperlancar pendampingan” (wawancara 28 Maret 2011)
Hal serupa juga diungkapkan oleh Bp. Eddy Indaryatno, Bsc
selaku Seksi Pemberdayaan Kesejahteraan Sosial Masyarakat Dinas
Sosial Kabupaten Sragen yaitu:
“ untuk pemilihan Pendamping Kube biasanya dipilih dari tokoh masyarakat yang disegani oleh para penerima Kube dhek” (wawancara 11 Maret 2011)’
Hasil dari kegiatan seleksi pendamping yaitu berupa terpilihnya
20 pendamping untuk KUBE yang terbentuk pada tahun 2007
dimana satu pendamping mendampingi 2 KUBE, sedangkan untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
KUBE yang terbentuk pada tahun 2008 dipilih 6 Pendamping
dimana satu pendamping mendampingi 5 KUBE.
c) Sosialisasi Program
Setelah melakukan seleksi, pada tahap Persiapan selanjutnya
adalah diadakannya Sosialisasi. Sosialisasi merupakan upaya untuk
memperkenalkan atau menyebarluaskan informasi mengenai suatu
kegiatan yang merupakan bagian dari suatu program kepada para
pelaksana kegiatan. Dalam hal Sosialisasi, pihak Dinas Sosial
memperkenalkan apa itu Program Pemberdayaan Fakir Miskin (P2FM)
dan juga memperkenalkan KUBE pada khususnya. Sosialisasi ini
bertujuan untuk memberitahukan secara mendalam apa itu KUBE agar
KBS penerima KUBE dapat paham mengenai tujuan dan manfaat
KUBE untuk dirinya. Dengan Sosialisasi diharapkan para penerima
KUBE mengerti dan memahami secara utuh tentang konsep, prosedur
dari tahapan-tahapan dalam pelaksanaan kegiatan KUBE.
Tahap Sosialisasi untuk pengenalan KUBE yang dilaksanakan oleh
pihak Dinas Sosial hanya diselenggarakan satu kali saja karena
keterbatasan dana yang dimiliki. Sosialisasi diselenggarakan di kantor
Kelurahan setempat yang dihadiri oleh para anggota penerima KUBE
beserta pendamping-pendampingnya, sedangkan untuk perwakilan dari
kepemerintahan adalah Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah, Dinas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
Sosial Kabupaten Sragen, perwakilan kecamatan,dan perwakilan
kelurahan. Sebagaimana dikemukakan oleh Bp. Eddy Indaryatno, BSc :
“Setelah adanya seleksi tahap selanjutnya yang kami lakukan adalah melakukan Sosialisasi. Dalam tahap Sosialisasi ini kami memberikan pemahaman bagi penerima KUBE mengenai manfaat dan Tujuan dari kegiatan KUBE itu sendiri biar penerima KUBE tidak bingung. Biasanya Sosialisasi dilaksankan di Kantor Kelurahan setempat dan penerima KUBE itu dikumpulkan disitu. Kalau untuk sosialisasinya sendiri dilakukan satu kali saja karena keterbatasan dana.” (wawancara 11 Maret 2011)
Hal senada juga dinyatakan oleh Bp. Muji Widodo selaku Ketua
Kube “Kenanga I” Kelurahan Mojorejo, Kecamatan Karang Malang:
“ Setelah kami diberitahukan oleh pihak kelurahan kalau kami jadi penerima KUBE maka kami disuruh kumpul di kantor kelurahan untuk diberikan arahan-arahan. Sosialisasi itu dilakukan satu kali saja mbak waktu awal-awal dulu, yang datang dulu itu ya dari DinSos Jateng, Dinsos Sragen ada, petugas kecamatan ada sama petugas kelurahan juga ada mbak. Ya dengan sosialisasi itu kami cukup tahu mbak tentang KUBE ” (wawancara 15 Maret 2011)
Dari pernyataan diatas dapat diketahui bahwa hasil yang diperoleh
dari kegiatan Sosialisasi ini adalah KBS penerima KUBE dapat
mengerti dan mengenal tentang Kelompok Usaha Bersama (KUBE) itu
sendiri.
2) Tahap Pelaksanaan
Pada tahap Pelaksanaan, kegiatan yang dilakukan adalah
pemberian Stimulan Bantuan Modal Usaha. Pemberian Stimulan
Bantuan Modal Usaha adalah pemberian sejumlah uang kepada anggota
penerima KUBE untuk dijadikan modal usaha yang akan dikelola
bersama-sama. Tujuan dari Pemberian Stimulan Bantuan Modal Usaha
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
ini adalah untuk membantu para anggota penerima KUBE memperoleh
modal usaha, selain itu juga membantu anggota penerima KUBE
mewujudkan rencana usaha yang akan dijalankan secara bersama-sama.
Stimulan Bantuan Modal Usaha yang diberikan oleh pihak Dinas
Sosial adalah sebesar Rp.17.000.000,00 (17 juta ) per KUBE untuk
KUBE yang terbentuk tahun 2007 dan Rp. 16.000.000,00 (16 juta) per
KUBE untuk KUBE yang terbentuk pada tahun 2008. Perbedaan dana
bantuan terjadi karena anggaran dana yang diberikan oleh pemerintah
memang mengalami penurunan. Adapun penyerahan Bantuannya
melalui transfer rekening bank BRI. Penyaluran bantuan bermula dari
Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah yang ditansfer ke Dinas Sosial
Kabupaten Sragen dan selanjutnya diserahkan ke penerima KUBE
melalui transfer rekening bank BRI atas nama Ketua KUBE masing-
masing. Ddidalam pencairan Bantuan Modal di bank, Ketua KUBE
didampingi oleh Pendamping KUBE-nya masing-masing. Sebagaimana
yang dikemukakan oleh Bp. Eddy Indaryatno, BSc :
” Untuk penyaluran dan penyerahan dana stimulan modal usaha, prosedurnya ya seperti di buku petunjuk teknis, dana dari Dinas Sosial Provinsi dikirim ke Rekening Dinas Sosial sini lalu dikirim ke rekening ketua KUBE masing-masing, besarnya itu untuk KUBE 2007 sebesar 17 juta sedangkan KUBE tahun 2008 sebesar 16 juta. Alasannya ya emang anggaran dari pemerintah itu ya segitu kok dhek” (wawancara 11 Maret 2011)
Hal yang senada juga diungkapkan oleh Bp. Sarwoto selaku
Bendahara KUBE Jaya Abadi Kelurahan Gading kecamatan Tanon:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
“Bantuan dana yang KUBE kami peroleh itu dulu 17 juta mbak terus penyerahan uangnya dikirim lewat rekening mbak pas ke bank-nya diantar sama pendamping setelah itu buku rekeningnya dibawa pendamping” (wawancara 18 Maret 2011)
Hal yang senada juga diungkapkan oleh Bp. Ngalim selaku Ketua
KUBE “ Kenanga II” Kelurahan Mojorejo, Kecamatan Karang Malang:
“ Jumlah uang yang didapat kelompok saya itu sebesar 16 juta mbak waktu itu ngambilnya lewat rekening bank BRI mbak” (wawancara 15 Maret 2011)
Adapun mekanisme penyaluran dan penyerahan Stimulan
berdasarkan buku Petunjuk Teknis adalah :
a) Dinas Kesejahteraan Sosial Provinsi Jawa Tengah melakukan
perjanjian Kerjasama (MOU) dengan Dinas Sosial Kabupaten
lokasi kegiatan dalam hal ini adalah Kabupaten Sragen berkaitan
dengan Program Pemberdayaan Fakir Miskin (P2FM) khususnya
mengenai KUBE.
b) Daftar alokasi dana modal stimulan masing- masing kabupaten
Sragen diajukan ke KPPN akan disalurkan ke Rekening Bank atas
nama Kepala Dinas Kabupaten Sragen
c) Kepala Dinas Kabupaten Sragen mendistribusikan stimulan modal
usaha kepada KUBE fakir miskin yang berhak menerima melalui
rekening bank atas nama Ketua KUBE selambat-lambatnya 10 hari
setelah dana diterima.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
d) KUBE fakir Miskin sesuai dengan proposal yang telah
direkomendasi Dinas Sosial Kabupaten Sragen atas dasar survey
pasar digunakan sebagai dasar rencana pembelian barang
e) KUBE fakir miskin mencairkan alokasi dana Stimulan ke bank
yang telah ditunjuk
f) Pembelian Stimulan didampingi oleh pendamping
g) Pendamping memotivasi KBS penerima KUBE agar mau dan
mampu mengelola usaha secara bersama-sama dalam suatu
kelompok
h) Dinas Sosial Kabupaten Sragen menyerahkan laporan hasil
penyaluran atau bukti pengiriman dana stimulan kepada Dinas
Sosial Provinsi Jawa Tengah
i) Bahwa stimulan tersebut semata-mata kegunaannya untuk
pengadaan usaha bukan untuk pengadaan sarana lain : untuk usaha
ternak sapi, maka modal stimulan tersebut digunakan untuk
pembelian sapi seluruhnya, sedang kandang dan obat-obatan
hendaknya diusahakan melalui swadaya KBS atau sumber dana
APBD Kabupaten dan Dinas serta pihak lain yang tidak mengikat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
Gambar 4.2
Mekanisme Penyaluran Bantuan Modal Usaha
Rekening Bank
MOU SPJ Asli
koordinasi +
pembinaan
rekening bank
----------------------- rekomendasi pembelian barang
Bimbingan
Usulan proposal
No. Rek Ketua KUBE
SPJ Perorangan/
anggota KUBE
Dinsos Prov.Jateng
Dinsos Kab.Sragen
Kecamatan/ desa
KKPN
KUBE
KBS
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
3) Tahap Evaluasi Kegiatan
Tahap Evaluasi Kegiatan merupakan tahapan pasca pelaksanaan
dimana pelaksana dari evaluasi itu adalah Dinas Sosial Kabupaten
Sragen. Evaluasi kegiatan perlu dilaksanakan karena bertujuan untuk
menilai kegiatan KUBE apakah sudah memenuhi target yang telah
ditentukan sebelumnya atau belum.
Dalam tahapan Evaluasi ini, upaya yang dilakukan Dinas Sosial
Kabupaten Sragen dalam pengembangan KUBE itu seperti melakukan
monitoring perkembangan KUBE secara Periodik yaitu dilakukan
setiap satu tahun sekali. Selain melakukan monitoring secara periodik,
upaya yang lainnya adalah membina dan mengarahkan anggota dan
pengurus KUBE. Dengan memberikan pembinaan dan pengarahan
kepada pengurus dan anggota KUBE maka ini dapat meningkatkan
motivasi anggota maupun pengurus KUBE. Dengan motivasi yang kuat
dan besar, maka perkembangan KUBE dapat berjalan dengan lancar.
Sebaimana yang dikemukakan oleh Bp. Eddy Indaryatno, BSc :
“Upaya-upaya Dinas Sosial dalam mencapai target yaitu memonitor perkembangan KUBE secara periodik, biasanya monitoring dilakukan satu tahun sekali. Selain itu upaya lainnya adalah membina atau mengarahkan anggota dan pengurus KUBE supaya KUBE dapat termotivasi untuk berkembang.” (wawancara 11 Maret 2011)
Namun dalam realisasinya, monitoring yang dilakukan oleh Dinas
Sosial kurang dapat dilakukan secara optimal. Monitoring hanya
dilakukan satu kali saja. Pihak Kelurahan maupun Pendamping yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
dalam hal ini berperan sebagai tangan panjang Dinas Sosial di lapangan
juga jarang melakukan monitoring. Akibat kurangnya monitoring ini
membuat anggota penerima KUBE menjadi berbuat semaunya terhadap
hewan ternak mereka. Salah satu akibatnya adalah hewan ternaknya
dijual tanpa adanya pemberitahuan terlebih dahulu ke pihak Dinas
Sosial, kelurahan setempat maupun pendamping. Salah satu alasan yang
melatarbelakngi anggota KUBE menjual ternaknya adalah untuk
memenuhi kebutuhan mereka karena keterbatasan penghasilan yang
mereka peroleh sehari- hari. Sehubungan dengan hal tersebut Bp. Muji
Widodo selaku Ketua KUBE ”Kenanga I” Kelurahan Mojorejo,
Kecamatan Karang Malang menyatakan :
“Evaluasi yang dilakukan oleh dinas tu cuma satu kali saja mbak itu aja pas ada lomba dari provinsi pas awal-awal dulu mbak, setelah itu tidak ada lagi kontrol-kontrol dari dinas, pendamping, sama kelurahan. Lha karna desakan ekonomi mbak kami jual sapinya buat nyarutang sama buat makan mbak ”(wawancara 15 Maret 2011)
Hal yang senada juga diungkapkan oleh Bp. Narto Sekretaris
KUBE “Jaya Abadi” yang berasal dari Kelurahan Gading, Kecamatan
Tanon :
”Kontrolan itu ya cuma pas awal- awal dulu mbak pas ada lomba-lomba habis itu tidak ada kontrolan lagi, dari pendamping juga tidak ada, kelurahan juga tidak ada. Karna kami butuh makan akhirnya ternaknya dijual mbak” (wawancara 19 Maret 2011 )
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
Tabel 4.2
MATRIKS KEGIATAN DAN HASILNYA
NO KEGIATAN HASIL
1 TAHAP PERSIAPAN :
a. Seleksi KBS penerima KUBE
b. Seleksi Pendamping
c. Sosialisasi Program
Terpilihnya 100 anggota KBS penerima KUBE di masing- masing Kelurahan seperti kelurahan Gading, Karang Talun, Jeruk, Geneng, Gesi, Poleng, dan Mojorejo. Terpilihnya 20 pendamping pada tahun 2007 dimana satu pendamping mendampingi 5 KUBE dan pada tahun 2008 terpilih 6 pendamping dimana satu pendamping mendampingi 2 KUBE. KBS penerima KUBE dapat mengerti dan mengenal tentang KUBE
2 TAHAP PELAKSANAAN: Pemberian Stimulan Bantuan Modal Usaha
Tersalurkannya Stimulan Bantuan Modal Usaha ke KUBE sebesar 17 juta untuk per KUBE untuk KUBE yang terbentuk pada tahun 2007, sedangkan untuk KUBE yang terbentuk pada tahun 2008 sebesar 16 juta per KUBE.
3 TAHAP EVALUASI: b. Melakukan Monitoring
c. Membina dan mengarahkan anggota dan pengurus KUBE
Dilakukan monitoring perkembangan KUBE secara periodik yaitu setiap satu tahun sekali. namun realisasinya monitoring kurang dapat optimal. Dapat memotivasi KUBE untuk berkembang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
b. Realisasi Target dari pergembangan KUBE yang dilaksanakan oleh
Dinas Sosial Kabupaten Sragen
Untuk kegiatan KUBE ini, pihak Dinas Sosial Kabupaten Sragen
membuat suatu target. Target tersebut adalah dalam satu kelurahan
minimal ada satu KUBE saja yang berkembang. Dinas Sosial hanya
menargetkan satu KUBE saja yang berkembang dalam satu kelurahan,
karena penerima KUBE mayoritas adalah masyarakat miskin yang
mempunyai keterbatasan penghasilan maupun pengetahuan yang
menyebabkan mereka kurang bisa fokus untuk melaksanakan kegiatan ini
dengan maksimal.
Berdasarkan Evaluasi yang dilakukan pada tahun 2009, target yang
telah ditentukan oleh pihak Dinas Sosial Kabupaten Sragen belum bisa
tercapai, buktinya masih ada kelurahan yang belum mencapai target
tersebut. Kelurahan- kelurahan yang belum mencapai target tersebut
antara lain Kelurahan Gading, Kelurahan Geneng, dan Kelurahan Gesi.
Adapun perbandingan antara target dengan realisasi adalah sebagai
berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
Tabel 4.3
Perbandingan target dan realisasi perkembangan KUBE
Masing- masing Kelurahan
Tahun 2009
NO KELURAHAN TARGET
REALISASI
THN 2009
1 GADING 1 KUBE __
2 KARANG TALUN 1 KUBE 3 KUBE
3 JERUK 1 KUBE 2 KUBE
4 GENENG 1 KUBE __
5 GESI 1 KUBE __
6 POLENG 1 KUBE 1 KUBE
7 MOJOREJO 1 KUBE 1 KUBE
Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat kalau didalam realisasinya,
Kelurahan yang dapat mencapai target adalah Kelurahan Karang Talun,
Kelurahan Jeruk, Kelurahan Poleng, dan Kelurahan Mojorejo.
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Bp. Eddy Indaryatno, BSc :
“Untuk kegiatan KUBE ini pihak Dinas Sosial menetapkan target yaitu satu kelurahan setidaknya ada satu KUBE yang berkembang. Tapi target itu belum dapat tercapai karna ada 7 KUBE saja yang berkembang, Tapi ada 3 kelurahan yang belum bisa mencapai target yaitu Gading, Geneng, dan Gesi ” (wawancara 11 Maret 2011)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
Berdasarkan upaya-upaya yang dilakukan Dinas Sosial Kabupaten
Sragen dalam pengembangan KUBE seperti tahap persiapan, tahap
pelaksanaan dan tahap evaluasi kegiatan serta realisasi target yang di
peroleh, maka dapat disimpulkan bahwa Kinerja Dinas Sosial Kabupaten
Sragen khususnya dilihat dari indikator efektivitas adalah kurang baik,
buktinya masih sedikitnya KUBE yang mengalami perkembangan, selain
itu juga masih banyak terdapat kekurangan dalam tahapan-tahapan
tersebut. Misalnya saja Kinerja Dinas Sosial Kabupaten Sragen dalam
tahap Evaluasi, dalam tahap ini Dinas Sosial masih belum bisa melakukan
evaluasi/ monitoring secara optimal. Dengan kurang optimalnya evaluasi/
monitoring yang dilakukan, maka banyak KUBE yang menjual ternak
mereka tanpa adanya pemberitahuan terlebih dahulu terhadap pihak Dinas
Sosial Kabupaten Sragen, Kelurahan maupun Pendamping didaerah
setempat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
2. RESPONSIVITAS
Responsivitas adalah kemampuan organisasi untuk mengenali
kebutuhan masyarakat, menyusun agenda dan prioritas kegiatan, dan
mengembangkan program-program kegiatan publik sesuai dengan
kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Responsivitas dimasukkan kedalam
salah satu indikator karena responsivitas dapat menggambarkan dan
mengukur secara langsung daya tanggap Dinas Sosial Kabupaten Sragen
terhadap aspirasi, minat dan kebutuhan KBS penerima KUBE terkait
dengan pengembangan kegiatan KUBE tersebut.
Dalam pengembangan KUBE, Daya tanggap atau Responsivitas
yang dilakukan oleh Dinas Sosial Kabupaten Sragen dalam memenuhi
aspirasi, minat dan kebutuhan KUBE antara lain dapat dilihat dari:
a. Responsivitas Dinas Sosial Kabupaten Sragen terhadap aspirasi
masyarakat penerima KUBE
Salah satu bentuk responsivitas Dinas Sosial Kabupaten Sragen
terhadap aspirasi penerima KUBE yang berkaitan dengan
pengembangan KUBE adalah dalam pemilihan jenis usaha yang akan
dikelola oleh para penerima KUBE. Dalam pemilihan jenis usaha yang
akan dikelola oleh masing- masing KUBE ini, pihak Dinas Sosial
Kabupaten menyerahkan sepenuhnya kepada masing- masing KUBE
mengenai bentuk usaha apa yang cocok dan sesuai dengan minat serta
kebutuhan KUBE itu sendiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
Dalam kegiatan KUBE ini bentuk usaha yang dipilih oleh
para anggota KUBE yang ada di Kabupaten Sragen khususnya adalah
memilih usaha yang berbentuk pemeliharaan ternak. Jenis ternak yang
dipelihara oleh anggota KUBE di Kabupaten Sragen adalah ternak sapi
atau ternak kambing. Didalam menentukan hewan ternak yang akan
anggota KUBE itu pelihara, masing- masing anggota KUBE
mendiskusikan terlebih dahulu jenis hewan apa yang akan para
anggota KUBE itu pilih. Setelah para anggota KUBE mantap dengan
jenis ternak yang akan dipelihara maka minat/ aspirasi tersebut
disampaikan ke pihak Dinas Sosial Kabupaten Sragen melalui
pertemuan yang dihadiri oleh seluruh anggota KUBE di masing-
masing kelurahan yang mendapat bantuan.
Dalam pertemuan itu pihak Dinas Sosial Kabupaten Sragen
mendengarkan aspirasi/ minat para anggota KUBE mengenai jenis
usaha yang akan para anggota KUBE kelola sesuai dengan kebutuhan
anggota KUBE. Didalam pertemuan itu para anggota KUBE
menyampaikan aspirasi/ minat mereka mengenai jenis usaha ternak
yang mereka pilih sesuai hasil kesepakatan kelompok. Setelah pihak
Dinas Sosial Kabupaten Sragen mendengar aspirasi/ minat para
anggota KUBE maka tanggapan yang diberikan oleh pihak Dinas
Sosial Kabupaten Sragen adalah memberikan tanggapan positif
terhadap aspirasi/ minat para anggota KUBE. Tanggapan positif itu
adalah dengan menyetujui jenis usaha yang para anggota KUBE pilih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
yaitu pemeliharaan ternak, baik itu pemeliharaan ternak sapi maupun
maupun kambing. Pertimbangan Dinas Sosial Kabupaten Sragen
menyetujui jenis usaha pemeliharaan ternak adalah jenis usaha tersebut
merupakan jenis usaha yang sudah mereka diskusikan terlebih dahulu
kepada masing- masing anggota sesuai dengan kebutuhan mereka.
Selain itu jenis usaha ternak juga sudah sesuai dengan kemampuan
atau ketrampilan yang para anggota KUBE miliki.
Sehubungan dengan hal tersebut Bp. Eddy Indaryatno, BSc
mengungkapkan :
“Upaya dinas selama ini dalam mendengarkan aspirasi anggota kube itu ya dengan menghadiri pertemuan anggota kube dhek. Dalam pertemuan itu kan nanti dinas sosial dapat menggali aspirasi mereka dan dinas ya berusaha menanggapi positif aspirasi mereka agar kegiatan KUBE dapat berjalan lancar. waktu pertemuan itu para warga menginginkan usaha yang dibentuk itu dengan pemeliharaan ternak, ada yang pengen ternak sapi dan ada yang pengen ternak kambing, itu tergantung kesepakatan kelompoknya saja. Kalau menurut dinas usaha itu sudah sesuai dengan kebutuhan mereka dan kemampuan mereka lalu dinas ya setuju- setuju saja, pokoknya jenis usaha yang dipilih tersebut benar-benar keinginan para anggota KUBE itu sendiri.” (wawancara 11 maret 2011)
Hal yang senada juga diungkapkan oleh Bp. Joko salah satu
Ketua KUBE yang berasal dari Kelurahan Jeruk, Kecamatan Miri :
” waktu awal- awal dulu memang ada pertemuan di Kelurahan yang dihadiri oleh Dinas Sosial sama semua naggota KUBE di seluruh Kelurahan Jeruk mbak. Dalam pertemuan itu salah satu pembahasannya itu mengenai jenis usaha yang akan kami
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
pilih.disitu kami menyampaikan keinginan kami yang sebelumnya sudah dimusyawarahkan oleh kelompok saya yaitu untuk pelihara sapi. Lha pihak Dinas Sosial menanggapi baik minat kami itu dengan menyetujuinya.” (wawancara 28 Maret 2011)
Namun tidak semua jenis usaha yang para anggota KUBE itu
pilih berasal dari usulan anggota KUBE. Ada sebagian kelompok di
suatu kelurahan, jenis usaha yang dilaksanakan oleh KUBE sudah
ditetapkan dari Kelurahan setempat yaitu jenis usaha ternak. Namun
jenis usaha tersebut dapat diterima oleh anggota KUBE karena jenis
usaha ternak masih dalam kapasitas kemampuan anggota KUBE.
Sehubungan dengan hal tersebut Bp. Muji Widodo selaku Ketua Kube
Kenanga I Kelurahan Mojorejo, Kalang Malang mengungkapkan:
”kalau soal pemeliharaan sapi yang kelompok saya laksanakan itu sudah ditentukan sama pihak kelurahan mbak karna kami juga sudah cocok sama usaha tersebut maka kami ya mau-mau saja mbak” (wawancara 15 Maret 2011)
b. Responsivitas Dinas Sosial Kabupaten Sragen terhadap kebutuhan
KUBE
Salah satu bentuk ukuran responsivitas itu adalah daya tanggap
suatu organisasi terhadap kebutuhan-kebutuhan dari masyarakat.
Kaitannya dengan pengembangan KUBE, Dinas Sosial Kabupaten
sekiranya harus tahu dan tanggap tentang kebutuhan para penerima
KUBE. Kebutuhan- kebutuhan KUBE itu antara lain:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
1) Pembuatan Kandang Ternak
Kandang Ternak merupakan tempat yang akan digunakan
untuk memelihara hewan- hewan ternak yang diberikan kepada
penerima KUBE. Dalam pembuatan kandang ternak, Dinas Sosial
Kabupaten Sragen memberikan bantuan dana untuk membuat
kandang sebesar Rp. 1.000.000,00 (1 juta) yang diambil dari dana
APBD. Sedangkan dalam pembuatannya diserahkan sepenuhnya ke
pihak penerima KUBE. Bantuan dana tersebut diberikan kepada
penerima KUBE untuk membuat kandang atau untuk memperbaiki
kandang apabila KUBE sudah mempunyai kandang sendiri. Hal ini
bertujuan untuk menyediakan tempat yang layak dan nyaman bagi
hewan-hewan ternak yang mereka pelihara, karena dengan tempat
yang layak maka dapat mempengaruhi kesehatan hewan ternak
mereka. Apabila hewan- hewan ternak sehat, maka ini akan
membuat hewan ternak cepat berkembang.
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Bp. Eddy Indaryatno,
BSc selaku Seksi Pemberdayaan Kesejahteraan Sosial Masyarakat:
“Untuk pembuatan kandang kami berikan dana sebesar satu juta dan untuk pembuatannya kami serahkan sepenuhnya kepada anggota KUBE, kalau yang sudah punya kandang uangnya untuk perbaikan kandangnya itu.” (wawancara 11 Maret 2011)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
Hal yang serupa juga diungkapkan oleh Bp. Suratno selaku
Ketua KUBE ”Ngudi Urip” yang berasal dari kelurahan Gesi,
Kecamatan Gesi :
” Kalau untuk pembuatan kandang, kami dikasih uang mbak dari sragen. Jumlahnya dulu tu kalau nggak salah satu juta mbak. Katanya uang itu untuk buat kandang, kalau udah punya kandang ya uangnya suruh untuk memperbaiki kandang biar layak pakai.” (wawancara 18 Maret 2011)
Namun tidak semua KUBE memperoleh dana untuk
pembuatan kandang. Dana untuk pembuatan kandang ataupun
pemeliharaan kandang hanya diberikan pada KUBE yang terbentuk
pada tahun 2008, sedangkan untuk KUBE yang terbentuk pada
tahun 2007 tidak memperoleh dana untuk pembuatan ataupun
perbaikan kandang. Hal itu terjadi karena itu sudah menjadi
ketentuan dari Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah. Sebagaimana
yang dikemukakan oleh Bp. Eddy Indaryatno, BSc selaku Seksi
Pemberdayaan Kesejahteraan Sosial Masyarakat:
“ dana untuk membuat atau memperbaiki kandang itu hanya diberikan untuk KUBE yang terbentuk tahun 2008 saja sedangkan KUBE yang terbentuk tahun 2007 tidak mendapatkan bantuan dana untuk membuat/ memperbaiki kandang. Alasannya ya dananya udah di tentukan sama Dinas Sosial Jawa tengah kami ya tinggal ngejalanin saja” (wawancara 24 Maret 2011)
Dari hasil wawancara diatas maka dapat disimpulkan
bahwa Dinas Sosial Kabupaten Sragen kurang dapat memberikan
respon yang merata terhadap kebutuhan kandang kepada KUBE.
Padahal kandang merupakan tempat yang digunakan untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
merawat ternak- ternak KUBE. Bantuan pembuatan/ perbaikan
kandang hanya diberikan kepada KUBE yang terbentuk pada tahun
2008 saja sedangkan KUBE yang terbentuk tahun 2007 tidak
diberikan uang bantuan pembuatan atau perbaikan kandang.
2) Kesediaan makanan Ternak
Makanan ternak merupakan sesuatu yang dibutuhkan oleh para
penerima KUBE dalam mengembangkan ternak yang mereka pelihara.
Dalam pemeliharaan ternak makanan ternak utama yang diberikan
kepada ternak KUBE adalah jerami padi dan rumput. Dalam
pemberian makanan ternak jerami atau rumput, KUBE mencari sendiri
jerami dan rumput- rumput tersebut dengan cara swadaya. Kaitannya
dengan ketersediaan makanan pokok ternak- ternak KUBE, respon
yang diberikan oleh Dinas Sosial Kabupaten Sragen adalah dengan
menanyakan kepada KUBE mengenai ketersediaan jerami atau
rumput di lingkungan KUBE apakah sudah tercukupi. Sehubungan
dengan hal tersebut Bp. Eddy Indaryatno, BSc selaku Seksi
Pemberdayaan Kesejahteraan Sosial Masyarakat:
”Makanan pokok yang diberikan ke hewan ternak itu jerami kalau nggak ya rumput- rumputan dhek, kalau soal ketersediaannya KUBE mereka swadaya dhek. Untuk respon yang diberikan oleh Dinas itu ya hanya sekedar menanyakan ketersediaan pakan disana apakah sudah tercukupi atau belum. Dan menurut mereka ketersediaan pakanan pokok sudah cukup dhek.” (wawancara 26 April 2011)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
Hal yang senada juga diungkapkan oleh Bp. Joko salah satu
Ketua KUBE yang berasal dari Kelurahan Jeruk, Kecamatan Miri:
“ Makanan pokok ternak kelompok kami itu jerami mbak kalau nggak ya rumput- rumputan mbak, seadanya saja pokoknya. Kalau jerami susah ya kami kasih rumput- rumputan. Untuk ketersediaannya kami ya cari sendiri mbak sistemnya ya gantian mbak seumpanya hari ini saya besoknya gantian siapa gitu mbak.lha emang mau dibantu siapa lagi kalau nggak cari sendiri. Respon dinas sosial untuk ketersediaan pakan itu ya cuma tanya aja pakan ternak disini gimana sudah cukup atau belum.” (wawancara 27 April 2011)
Namun selain makanan pokok yang diberikan ke ternak- ternak
KUBE, ternak- ternak tersebut perlu diberikan makanan tambahan
berupa bekatul agar dapat mempercepat pertmbuhan. Kaitannya
dengan ketersediaan bekatul, pihak Dinas Sosial Kabupaten Sragen
tidak memberikan bantuan makanan ternak bekatul kepada para
penerima KUBE. Hal itu terjadi karena terbatasnya dana yang
diberikan oleh pemerintah, baik itu dana yang berasal dari APBD
maupun APBN. Dalam anggaran dana yang diberikan, tidak ada
rincian anggaran yang digunakan untuk memberikan bantuan makanan
ternak bekatul kepada para penerima KUBE. Sebagaimana yang
dikemukakan oleh Bp. Eddy Indaryatno, BSc selaku Seksi
Pemberdayaan Kesejahteraan Sosial Masyarakat:
” untuk bantuan makanan ternak kepada KUBE itu nggak ada dhek. Gimana ya, dana yang tersedia terbatas dhek rincian anggaran yang berasal dari APBN maupun APBD nggak ada yang untuk pemberian makanan ternak.” (wawancara 14 April 2011)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
Hal yang senada juga diungkapkan oleh Bp. Joko selaku ketua
KUBE yang berasal dari Kelurahan Jeruk, Kecamatan Miri :
” kalau soal bekatul, nggak ada itu mbak bantuan pakan ternak bekatul dari Dinas Sosial. Kalau ada uang kami ya beli sendiri mbak tapi kalau nggak ada uang kami nggak beli mbak” (wawancara 14 April 2011)
Dari wawancara diatas maka dapat disimpulkan bahwa Dinas
Sosial Kabupaten Sragen sudah cukup responsiv terhadap kebutuhan
KUBE dalam hal penyediaan makanan pokok ternak KUBE seperti
jerami atu rumput- rumputan yaitu dengan cara menanyakan kepada
KUBE mengenai ketersediaan makanan pokok ternak KUBE. Namun
untuk ketersediaan makanan tambahan ternak seperti bekatul, Dinas
Sosial belum mampu menyediakannya. Padahal dengan makanan
tambahan seperti bekatul ini bisa membuat ternak- ternak KUBE cepat
berkembang. Ketidak responnya Dinas Sosial Kabupaten Sragen dalam
penyediaan makanan tambahan ternak dikarenakan terbatasnya
anggaran yang diberikan untuk bantuan KUBE, sehingga KUBE harus
mampu swadaya dalam memenuhi kebutuhan pakan ternak- ternaknya.
3) Pemeliharaan Kesehatan Ternak
Kebutuhan KUBE lainnya untuk mengembangkan ternaknya
adalah kebutuhan yang berkaitan dengan kesehatan ternak.
Pemeliharaan kesehatan ternak sangatlah penting untuk dilakukan
karena dengan keadaan yang sehat maka hewan ternak dapat
berkembang biak dengan lancar. Kaitannya dengan pemeliharaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
kesehatan ternak, pihak Dinas Sosial Kabupaten Sragen menyediakan
mantri atau dokter hewan yang berada di lingkungan KUBE. Selain
menyediakan mantri hewan, pihak Dinas Sosial juga memberikan
bantuan vaksinasi kepada ternak para penerima KUBE..
Namun, keberadaan mantri atau dokter hewan tersebut tidak
dapat berperan secara aktif. Hal itu terjadi karena mantri atau dokter
hewan yang ditunjuk oleh Dinas Sosial Kabupaten Sragen tidak
melakukan pengontrolan kesehatan hewan ternak KUBE secara
periodik. Kalaupun para penerima KUBE itu memerlukan bantuan dari
mantri atau dokter hewan tersebut, KUBE tetap harus membayar
sendiri biaya pemeriksaannya. Dengan kata lain pihak Dinas Sosial
Kabupaten Sragen tidak menyediakan biaya untuk pemeliharaan ternak
para KUBE, Dinas Sosial Kabupaten Sragen hanya menunjuk mantri
atau dokter hewan setempat untuk biaya obat maupun pemeriksaan
ditanggung sepenuhnya oleh KUBE itu sendiri. Hal itu terjadi karena
keterbatasan dana yang ada dan anggaran yang ada tidak ada rincian
untuk biaya kesehatan ternak KUBE. Sedangkan untuk vaksinasi yang
pernah dilakukan Dinas Sosial Kabupaten Sragen hanya diberikan
pada KUBE yang terbentuk pada tahun 2007 saja sedangkan untuk
KUBE yang terbentuk tahun 2008 tidak mendapatkan Vaksinasi.
KUBE yang terbentuk tahun 2008 tidak mendapatkan Vaksinasi
karena sudah ketentuan dari pihak Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah.
Sedangkan dalam pemberian Vaksinasi pihak Dinas Sosial Kabupaten
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
Sragen bekerja sama dengan Dinas Peternakan dan untuk dana
Vaksinasi tersebut berasal dari APBN. Sebagaimana yang
dikemukakan oleh Bp. Eddy Indaryatno, BSc selaku Seksi
Pemberdayaan Kesejahteraan Sosial Masyarakat:
” untuk kebutuhan kesehatan ternak KUBE, Dinas sudah menunjuk mantri setempat, tapi kalau mau minta tolong mantri ya pakai biaya dari KUBE sendiri karna tidak ada anggaran untuk biaya mantri. Lalu dulu pernah dilakukan vaksinasi oleh Dinas Peternakan tapi tahun 2007 saja, lha ketentuannya seperti itu kok dhek, sedangkan untuk dana Vaksinasi itu berasal dari dana APBN” (wawancara 14 April 2011)
Hal yang senada juga diungkapkan oleh Bp. Joko selaku Ketua
KUBE yang berasal dari Kelurahan Jeruk, Kecamatan Miri:
“ kalau hewan ternak kami sakit, kami cari mantri sendiri mbak pakai uang sendiri. Nggak ada itu mbak bantuan dari Dinas Sosial. Dengar- dengar ada mbak mantri yang ditunjuk dinas tapi daripada lama ngurus-ngurusnya kami cari sendiri aja mbak. Kalau untuk vaksinasi dulu pernah ada tahun 2007 pokoknya, lha wong itu pas awal-awal terbentuk dulu kok mbak habis itu nggak ada Vaksinasi lagi. (wawancara 14 April 2011)
Hal serupa juga diungkapkan oleh Bp. Margono selaku manti
hewan di daerah Kecamatan Miri:
“Untuk biaya pemerikasaan ternak KUBE ya bayar sendiri mbak, karena dinas tidak memberikan biaya pemeriksaan. Namun selama ini belum ada mbak KUBE yang datang ke saya untuk memeriksakan hewan ternaknya. Nggak tau mbak kenapa. (wawancara 27 April 2011)
Dari wawancara diatas dapat disimpulakan bahwa dalam hal
pemeliharaan kesehatan ternak, Dinas Sosial Kabupaten Sragen kurang
dapat responsive. Buktinya mantri/ dokter hewan yang disediakan oleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
Dinas Sosial Kabupaten Sragen tidak dapat berperan secara aktif.
Mantri/ Dokter hewan yang disediakan Dinas Sosial Kabupaten Sragen
hanya sebatas ada tetapi apabila KUBE ingin minta bantuan ke mantri/
dokter hewan tersebut maka KUBE harus membayar sendiri biayanya,
karena Dinas Sosial Kabupaten Sragen tidak mrmpunyai anggaran
untuk hal tersebut. Selain itu dalam hal Vaksinasi, KUBE yang
mendapatkan vaksinasi hanya KUBE yang terbentuk pada tahun 2007
saja untuk KUBE yang terbentuk pada tahun 2008 tidak mendapatkan
vaksinasi.
4) Penyediaan Pendamping
Salah satu bentuk Responsivitas lainnya yang diberikan oleh
Dinas Sosial Kabupaten Sragen adalah dengan menyediakan seorang
pendamping bagi anggota KUBE agar dapat membantu membimbing
atau mendampingi KUBE agar KUBE dapat cepat berkembang.
Pendamping dalam hal ini mempunyai tugas untuk memberikan arahan
langsung baik diminta maupun tidak oleh KUBE, serta memberikan
fasilitas bagi KUBE misalnya saja menyediakan mantri hewan yang
ada dilingkungan setempat. Pendamping juga membantu KUBE dalam
membuat administrasi KUBE. Pendamping biasanya dipilih dari tokoh
masyarakat yang ada disekitar lingkungan KUBE supaya sewaktu-
waktu KUBE dapat meminta tolong atau berkomunikasi dengan
pendamping.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
Pendamping merupakan tangan panjang Dinas Sosial
Kabupaten Sragen di lapangan untuk memberikan tanggapan terhadap
masalah- masalah yang dihadapi oleh anggota KUBE. Dengan adanya
komunikasi yang lancar antara pendamping dengan anggota KUBE
maka diharapkan KUBE akan dapat cepat mengalami perkembangan.
Sehubungan dengan hal tersebut Bp. Eddy Indaryatno, BSc selaku
seksi Pemberdayaan Kesejahteraan Sosial Masyrakat menyatakan:
“untuk memperlancar kegiatan dilapangan kami menyediakan seorang pendamping dhek, pendamping tersebut kami pilih dari tokoh masyarakat sekitar supaya Kube bisa lancar berkomunikasi dengasn pendamping. Tugasnya ya memberikan arahan baik diminta atau tidak kepada Kube, pendamping juga memfasilitasi dengan mantri hewan setempat lalu pendamping juga membantu dalam mengisi administrasi KUBE ” (wawancara 11 Maret 2011)
Namun sejauh ini yang dilakukan oleh pendamping dalam
perkembangan KUBE masih belum bisa optimal. Komunikasi antara
pendamping dengan anggota KUBE tidak dapat terjalin dengan lancar.
Pendamping yang seharusnya mampu memberikan bimbingan atau
arahan kepada KUBE walaupun tidak diminta, namun realisasinya
komunikasi antara pendamping dengan anggota KUBE hanya terjadi
waktu proses awal- awal saja sedangkan pada waktu pelaksanaan
pendamping kurang aktif mendampingi KUBE. Alasannya adalah
pendamping menganggap para anggota KUBE tersebut sudah dewasa
yang mampu mengatasi masalah- masalahnya sendiri, lalu kalau para
anggota KUBE ada yang minta tolong barulah dibantu . Hal ini
menurut Pendamping dilakukan karena agar para anggota KUBE tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
tergantung terus kepada pendamping. Sehubungan dengan hal tersebut
Bp. Jimin selaku salah satu pendamping di kelurahan Jeruk,
Kecamatan Miri mengungkapkan :
“ selama ini dalam hal pendampingan, kalau ada yang minta tolong, baru saya bantu mbak supaya mereka itu tidak tergantung terus lagipula saya anggap mereka itu kan sudah dewasa biar bisa mengatasi masalahnya sendiri lah mbak tujuannya biar mereka bisa mandiri” (wawancara 28 Maret 2011)
Hal senada juga diungkapkan oleh Bp. Joko selaku salah satu
ketua KUBE dari Kelurahan Jeruk , Kecamatan Miri:
“iya mbak, memang ada pendamping Kube. Pandampingnya dipilih dari tokoh masyarakat sekitar sini saja. Tapi ya begitulah mbak kami jarang komunikasi dengan pendamping. Cuma 2 atau 3 kali saja mbak soalnya kami tidak tahu pendamping tu dapat gaji atau tidak jadinya kami ya sungkan mbak mau ngapa-ngapain lagian pendamping bisanya teori saja mbak tidak tahu gimana kenyataannya, jadi kami juga kurang terbantu dengan adanya pendamping mbak maka dari itu komunikasinya juga tidak lancar karna pendamping juga tidak aktif mbak” (wawancara 28 Maret 2011)
Oleh Dinas Sosial Kabupaten Sragen, para pendamping ini
diberikan gaji sebagai upah lelah mereka. Hal ini dalam rangka bentuk
responsivitas Dinas Sosial Kabupaten Sragen kepada para
Pendamping. Gaji atau upah yang diberikan oleh pihak Dinas Sosial
Kabupaten Sragen sebesar Rp.150.000,00/ bulan yang dibayarkan pada
tahun pertama saja. Demikian yang diungkapkan oleh Bp. Eddy
Indaryatno, BSC menyatakan:
“ pihak dinas memberikan uang lelah bagi para pendamping perbulannya tu seratus lima puluh ribu dhek dan itu dibayar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
hanya untuk tahun pertama saja karna aturannya memang seperti itu” ( wawancara 11 Maret 2011)
Hal yang senada juga diungkapkan oleh Bp. Sukardi, Bsc
selaku Pendamping KUBE “ Jaya Abadi” di kelurahan Gading,
Kecamatan Tanon:
“ emang mbak pendamping diberi uang lelah pas tahun pertamanya saja setelah itu nggak ada lagi “ (wawancara 15 Maret 2011)
Dari pernyataan- pernyataan diatas dapat dilihal kalau
pendamping belum mampu melaksanakan tugasnya dengan baik
padahal pendamping merupakan tangan panjang Dinas Sosial dalam
merespon kebutuhan- kebutuhan KUBE. Dengan kurang aktifnya
peran pendamping ini perkembangan KUBE menjadi kurang dapat
berjalan dengan lancar karena sasaran dari kegiatan KUBE ini salah
satunya adalah masyarakat yang mempunyai keterbatasan pendidikan
sehingga mereka mempunyai keterbatasan dalam hal pengetahuan.
Dengan keterbatasan itulah anggota KUBE seharusnya diberikan
pendampingan yang aktif supaya para anggota KUBE tidak salah
langkah. Seharusnya dengan gaji yang diberikan oleh Dinas Sosial
Kabupaten Sragen, pendamping setidaknya mampu menjalankan
tugasnya dengan baik yaitu mendampingi dan membimbing KUBE.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
5) Pemberian motivasi
Bentuk Responsivitas lain yang diberikan oleh Dinas Sosial
Kabupaten Sragen adalah pemberian motivasi. Motivasi sangatlah
penting untuk diberikan kepada anggota KUBE karena dengan adanya
motivasi maka anggota KUBE dapat semangat dalam melaksanakan
kegiatannya sehingga dapat berpengaruh pada perkembangan KUBE
itu sendiri. Motivasi merupakan dorongan yang dapat membuat
anggota KUBE mencapai target yang telah ditentukan sebelumnya.
Motivasi dapat muncul dari pihak luar maupun dari dirinya sendiri.
Kaitannya dengan kegiatan KUBE ini, motivasi yang diberikan
oleh pihak Dinas Sosial Kabupaten Sragen dalam mengembangkan
KUBE adalah dengan cara mengajak anggota KUBE untuk berkunjung
ke UPTD Peternakan di Desa Dawung Kecamatan Sambirejo. Dalam
kunjungan tersebut diharapkan anggota KUBE dapat bertambah
pengetahuannya tentang bagaimana cara merawat ternak dengan baik
dan benar agar ternak mereka dapat berkembang biak dengan lancar.
Dengan pengetahuan itu para anggota KUBE dapat menerapkannya ke
ternak- ternak mereka. Selain itu bentuk motivasi lain yang diberikan
oleh Dinas Sosial Kabupaten Sragen adalah Dinas Sosial memberikan
reward atau hadiah bagi KUBE yang terbaik berdasarkan hasil
evaluasi KUBE yang dilaksanakan oleh piahk Dinas Sosial Provinsi
Jawa Tengah. Dengan adanya reward atau hadiah tersebut maka
diharapkan KUBE dapat termotivasi untuk berlomba-lomba menjadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
yang terbaik dan mendapatkan hadiah yang telah dijanjikan oleh Dinas
Sosial. Dengan semangat menjadi yang terbaik itulah yang dapat
memperlancar perkembangan KUBE. Sehubungan dengan hal tersebut
Bp. Eddy Indaryatno, BSC menyatakan:
“bentuk motivasi yang Dinas Sosial berikan yaitu mengajak KUBE ke UPTD Peternakan di Desa Dawung kecamatan Sambirejo tujuannya supaya para anggota Kube bisa tahu bagaimana cara merawat ternak dengan baik. Selain itu kami juga memberitahukan kepada para anggota Kube kalau ada kegiatan Evaluasi Kube oleh Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah dan ada hadiah bagi para juara hal ini bertujuan untuk memotivasi Kube untuk bersemangat memajukan Kube mereka untuk menjadi yang terbaik” (wawancara 11 Maret 2011)
Dari pernyataan- pernyataan diatas maka dapat disimpulkan bahwa
Responsivitas Dinas Sosial Kabupaten Sragen dalam hal pemberian
motivasi sudah cukup baik, buktinya pihak Dinas Sosial Kabupaten Sragen
mengajak KUBE untuk berkunjung ke UPTD Peternakan di Desa Dawung
Kecamatan Sambirejo untuk memberikan pengetahuan kepada KUBE
mengenai cara merewat ternak yang baik agar ternak- ternak KUBE dapat
berkembang dengan baik pula. Selain itu Dinas Sosial Kabupaten Sragen
juga memberikan reward atau hadiah bagi KUBE yang terbaik
berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan oleh Dinas Sosial Kabupaten
Sragen.
Dari bentuk- bentuk Responsivitas yang diberikan oleh Dinas
Sosial Kabupaten Sragen dalam memenuhi kebutuhan KUBE tersebut
maka dapat disimpulkan bahwa Kinerja Dinas Sosial Kabupaten Sragen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
dilihat dari indikator Responsivitas dinilai sudah cukup baik, namun masih
terdapat kekurangan- kekurangan. Dinas Sosial Kabupaten Sragen belum
dapat memberikan respon terhadap kebutuhan- kebutuhan KUBE seperti
dalam segi makanan tambahan ternak maupun Kesehatan Ternak padahal
itu sangat berpengaruh terhadap perkembangan ternak- ternak KUBE.
Selain itu pihak Dinas Sosial juga belum bisa mengoptimalkan peran
seorang pendamping. Padahal pendamping merupakan tangan panjang
Dinas Sosial Kabupaten Sragen di lapangan yang berperan untuk
merespon segala kebutuhan KUBE namun hal itu kurang dapat
dilaksanakan dengan baik oleh para Pendamping. Dengan kurang
responnya pendamping terhadap anggota KUBE membuat perkembangan
KUBE menjadi terhambat.
3. AKUNTABILITAS
Akuntabilitas publik menunjukkan seberapa jauh pelaksanaan
kegiatan publik dapat dipertanggungjawabkan secara langsung maupun
tidak langsung kepada publik, maupun pemerintah sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Hal ini berarti bahwa akuntabilitas
dalam kegiatan publik adalah suatu ukuran yang menunjukkan seberapa
besar tingkat kesesuaian antara penyelenggaraan kegiatan publik yang
dilakukan oleh Dinas Sosial Kabupaten Sragen dengan petunjuk teknis
yang menjadi dasar atau pedoman penyelenggaraan kegiatan kepada pihak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
yang memiliki kewenangan untuk meminta pertanggungjawaban. Selain
itu akuntabilitas juga menunjukkan kesesuaian antara penyelenggaraan
kegiatan pengembangan KUBE dengan ukuran-ukuran eksternal yang ada
di masyarakat dan dimiliki oleh Dinas Sosial Kabupaten Sragen, seperti
nilai dan norma yang berkembang dalam masyarakat.
Dalam melaksanakan Akuntabilitas Kinerjanya terutama dalam
Kegiatan KUBE, Dinas Sosial Kabupaten Sragen berusaha melakukan
pertanggungjawaban baik terhadap masyarakat maupun Pemerintah.
Bentuk pertanggungjawaban Dinas Sosial Kabupaten Sragen terhadap
masyarakat khususnya masyarakat miskin penerima KUBE karena
program ini merupakan salah satu program pengentasan Kemiskinan,
maka hal yang dilakukan adalah dengan berusaha memberikan bantuan
maupun daya tanggap yang maksimal terhadap anggota KUBE agar bisa
melancarkan pelaksanaan KUBE. Selain itu Dinas Sosial Kabupaten
Sragen juga memberikan bimbingan atau pembinaan terhadap KUBE
supaya kelompok tersebut mampu berkembang. Dengan pelaksanaannya
yang lancar, hal ini dapat membuat kesejahteraan penerima KUBE
menjadi lebih baik dari yang sebelumnya. Sehubungan dengan hal
tersebut, Bp. Eddy Indaryatno, BSc selaku Seksi Pemberdayaan
Kesejahteraan Sosial Masyarakat mengungkapkan:
”Dinas sosial mempunyai tanggung jawab terhadap masyarakat khususnya fakir miskin karena program ini kan salah satu program penuntasan kemiskinan jadi kami juga bertanggung jawab untuk memberikan bantuan kepada anggota KUBE, memberikan bimbingan dan melakukan pembinaan terhadap KUBE supaya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
kelompok itu cepat berkembang. Karena dengan berkembangnya KUBE ini kan dapat membuat kesejahteraan KUBE menjadi membaik”. (wawancara 11 Maret 2011)
Selain bertanggung jawab terhadap masyarakat, Dinas Sosial
Kabupaten Sragen dalam hal Kegiatan KUBE juga bertanggungjawab
terhadap pemerintah. Bentuk pertanggungjawabannya adalah dengan
membuat Laporan Perkembangan KUBE secara berkala yaitu setiap tahun
sekali pada akhir tahun. Laporan Perkembangan KUBE dilaporkan ke
Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah. Selama ini Laporan
Pertanggungjawaban sudah dilaksanakan sejak tahun pertama KUBE
terbentuk di Kabupaten Sragen yaitu pada tahun 2007. Namun, untuk
tahun 2010 Dinas Sosial Kabupaten Sragen belum membuat Laporan
Perkembangan KUBE. Alasan Laporan Perkembangan KUBE tahun 2010
belum dibuat adalah untuk KUBE yang terbentuk tahun 2007 sudah
purnabina yang artinya KUBE sudah lepas dari binaan Dinas Sosial
Kabupaten Sragen, sedangkan untuk laporan perkembangan KUBE yang
terbentuk pada tahun 2008 belum bisa dilaksanakan oleh Bp. Eddy
Indaryatno selaku pegawai Dinas Sosial Kabupaten Sragen yang
mengurusi KUBE dikarenakan masih banyak tugas dari program-program
lain sehingga belum sempat membuat laporan. Sehubungan dengan hal
tersebut, Bp. Eddy Indaryatno, BSc selaku Seksi Pemberdayaan
Kesejahteraan Sosial Masyarakat mengungkapkan:
”Selain itu pertanggungjawaban kami terhadap pemerintah itu ya dengan membuat Laporan Perkembangan KUBE secara berkala ke Dinas Provinsi Jawa Tengah. Secara berkala itu ya setiap tahun sekali dan biasanya dibuat pada akhir tahun dhek kalau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
pelaksanaan pembuatan laporan ya sejak KUBE terbentuk dhek dari tahun 2007 tapi untuk tahun 2010 belum ada laporan. Alasannya ya untuk KUBE 2007 sudah purnabina jadi sudah tidak dibina lagi dhek kalau laporan KUBE 2008 belum sempat dibuat karena masih banyak kerjaan dari program lain dhek” (wawancara 11 Maret 2011)
Dalam Laporan Perkembangan KUBE yang di serahkan ke Dinas
Sosial Provinsi Jawa Tengah berisikan tentang nama- nama KUBE yang
mendapatkan bantuan, tahun terbentuknya KUBE, lalu jenis usaha yang
dijalankan. Selain itu didalam laporan itu juga berisikan tentang
perkembangan KUBE sampai tahun laporan perkembangan itu dibuat,
apakah KUBE dalam keadaan maju, stagnan (tetap) atau gagal.
Dari berbagai uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dari sisi
pertanggungjawaban, Dinas Sosial Kabupaten Sragen sudah melakukan
pertanggung jawaban yang cukup baik kepada masyarakat dan pemerintah,
meskipun masih terdapat kekurangan. Kekurangannya adalah
pertanggungjawaban terhadap pemerintah berupa membuat laporan
perkembangan KUBE yang diserahkan kepada Dinas Sosial Provinsi Jawa
Tengah untuk tahun 2010 belum dapat dilaksanakan oleh Dinas Sosial
Kabupaten Sragen. Penilaiannya adalah sampai pada tahun 2009 laporan
perkembangan KUBE yang ditujukan untuk Dinas Sosial Provinsi Jawa
Tengah selalu diterima laporannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
4. Faktor Penghambat
Didalam menjalankan Kinerjanya dalam pengembangan KUBE,
Dinas Sosial Kabupaten Sragen mengalami beberapa masalah yang
menghambat kinerjanya dalam mengembangan KUBE, Faktor- faktor
penghambat itu adalah:
a. Faktor Intern
1) Sumber daya Manusia
Salah satu faktor intern yang menghambat Kinerja Dinas
Sosial Kabupaten Sragen dalam pengembangan KUBE adalah
Sumber Daya Manusia. Sumber Daya Manusia kaitannya dengan
perkembangan KUBE ini adalah Sumber Daya Manusia yang
mengurusi perkembangan KUBE baik itu yang ada didalam
organisasi maupun yang berada diluar organisasi. Sumber Daya
Manusia yang ada diluar organisasi itu adalah Pendamping. Untuk
jumlah pendamping pada tahun 2007 sebanyak 20 pendamping
dimana satu pendamping mendampingi 2 KUBE, sedangkan untuk
tahun 2008 sebanyak 6 orang pendamping dimana satu pendamping
mendampingi 5 KUBE. Dengan jumlah pendamping tersebut, SDM
di lapangan sudah mencukupi untuk mengembangkan KUBE.
Namun yang menjadi penghambat adalah sumber daya manusia
yang ada di Dinas Sosial Kabupaten Sragen yang bertugas untuk
mengurusi Pengembangan KUBE sangatlah terbatas jumlahnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
yaitu cuma ada satu pegawai saja, padahal KUBE yang terbentuk
cukup banyak yang tersebar di wilayah Kabupaten Sragen. Dengan
keterbatasan Sumber Daya Manusia ini, membuat kinerja Dinas
Sosial Kabupaten Sragen dalam pengembangan KUBE kurang
dapat terlaksana dengan maksimal.
Sehubungan dengan hal tersebut Bp. Eddy Indaryatno, BSc
mengungkapkan :
“Kalau dilihat dari faktor intern yang mengahambat pelaksanaan pengembangan KUBE itu jumlah Sumber Daya Manusianya dhek. Kalau SDM diluar organisasi seperti pendamping itu sudah cukup dhek tahun 2007 ada 20 kalau tahun 2008 ada 6. tetapi SDM dari Dinas yang mengurusi tentang KUBE itu ya cuma saya jadi saya ya kerepotan ngurus-ngurus 70 KUBE yang tersebar di wilayah Sragen. Lha tugas saya itu nggak cuma ngurusi KUBE dhek masih banyak program- program lainnya. ” (wawancara 11 Maret 2011)
2) Dana
Selain Sumber Daya Manusia yang terbatas, faktor yang
menghambat Dinas Sosial Kabupaten Sragen dalam mengembangkan
KUBE dilihat dari faktor internnya adalah Dana. Dana merupakan alat
yang digunakan untuk memperlancar suatu kegiatan, maka dari itu
apabila ada dana yang mendukung maka kegiatan pun dapat berjalan
dengan lancar. Kaitannya dengan kegiatan KUBE ini, dana yang
dimiliki oleh Dinas Sosial Kabupaten Sragen dalam pengembangan
KUBE jumlahnya terbatas karena dana yang ada belum dapat
mencukupi kebutuhan- kebutuhan KUBE seluruhnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
Jumlah Dana APBN yang di peroleh oleh Dians Sosial
Kabupaten Sragen untuk mengembangkan program KUBE sebesar
Rp.1.037.050.000,00 itu untuk tahun 2007, sedangkan untuk tahun
2008 sebesar Rp. 512.100.000. lalu untuk dana APBD nya sebesar
Rp.30.000.000,00. Dana APBN tersebut dianggarkan untuk kebutuhan
sosilaisasi, seleksi, bantuan stimulan modal usaha tahun 2007 sebesar
17 juta per KUBE dan 16 Juta untuk bantuan Stimulan modal usaha
tahun 2008 per KUBE. Selain itu juga untuk pemberian gaji
pendamping sebesar 150 ribu untuk tahun pertama saja untuk tahun-
tahun berikutnya pendamping sudah tidak mendapatkan gaji lagi
padahal tanpa adanya gaji, seorang pendamping tidak akan dapat
menjalankan tugasnya dengan maksimal. Untuk dana bantuan stimulan
usaha dan gaji pendamping berasal dari APBN. Sedangkan untuk dana
pembuatan/perbaikan kandang sebesar 1 juta yang diberikan untuk
KUBE 2008, adapun sumber dananya berasal dari APBD. Dengan
keterbatasan jumlah Dana itulah yang membuat Kinerja Dinas Sosial
Kabupaten Sragen dalam pengembangan KUBE menjadi kurang
maksimal.
Sehubungan dengan hal tersebut Bp. Eddy Indaryatno, BSC
mengungkapkan :
” Selain SDM yang jumlahnya terbatas, faktor intern yang lain adalah sumber Dananya juga terbatas dhek. Alasannya itu ya masih banyak kebutuhan KUBE yang belum terpenuhi seluruhnya. Jumlah dana APBNnya untuk tahun 2007 sebesar Rp. !.037.050.000 sedangkan untuk tahun 2008 sebesar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
110
Rp.512.100.000,00. Anggarannya itu ya buat melakukan sosialisasi, seleksi, bantuan modal usaha, gaji pendamping dan lain- lain dhek. Kalau sumber dananya yang berasal dari APBD itu sebesar Rp. 30.000.000,00. Dana tersebut digunakan untuk pembuatan/ perbaikan kandang dhek.” (wawancara 14 April 2011)
b. Faktor Ekstern
1) Rendahnya Pendidikan Anggota dan Pengurus KUBE
Dilihat dari faktor eksternalnya, faktor yang menghambat
perkembangan KUBE salah satunya adalah Pemdidikan Anggota
dan Pengurus KUBE yang rendah. Dengan pendidikan yang rendah
itulah yang membuat perkembangan KUBE menjadi kurang
berjalan dengan baik. Dengan pendidikan yang rendah membuat
anggota KUBE menjadi pribadi yang kurang bisa berpikir maju
dan susah untuk diarahkan. Padahal program ini merupakan
program yang dapat membuat tingkat kesejahteraan penerima
KUBE menjadi lebih baik apabila dilaksanakan dengan baik pula.
Dengan rendahnya tingkat pendidikan para anggota dan pengurus
KUBE membuat mereka hanya bisa berpikir pendek yaitu dengan
menjual hewan ternak mereka. Sehubungan dengan hal tersebut
Bp. Eddy Indaryatno, BSc mengungkapkan:
“ Salah satu yang menghambat perkembangan Kube dilihat dari eksternalnya ya karna pendidikan anggota dan pengurus Kube yang rendah, rata- rata anggota penerima KUBE itu dulunya tidak bersekolah atau hanya lulusan SD saja. Karna pendidikan rendah itulah yang membuat kegiatan Kube itu tidak berkembang. Mereka masih belum sadar kalau program ini itu sebenarnya bagus untuk perbaikan perekonomian mereka, ya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
111
begitulah dhek orang desa susah buat di arah-arahin.” (wawancara 11 Maret 2011)
Hal yang senada juga diungkapkan oleh Bp. Suyatno selaku
ketua KUBE Kelurahan Geneng, Kecamatan Miri:
“ begitulah mbak orang desa susah diatur, lha wong anggota saya itu kebanyakan dulunya nggak sekolah ada yang sekolah tapi cuma SD saja mbak. Sebenarnya saya semangat mbak sama kegiatan ini tapi anggota-anggota saya susah diatur soalnya mereka itu kebanyakan lebih tua dari saya. Mereka piker buat apa susah-susah beli makanan ternak lha wong buat makan sendiri saja susah, pikiran mereka cuma pengen menjual ternaknya saja mbak. Karna saya diserbu 9 orang ya saya ngalah akhirnya ternaknya pada dijual mbak.” (wawancara 30 Maret 2011)
Hal yang senada juga diungkapkan oleh Bp. Joko selaku
salah satu ketua KUBE dari Kelurahan Jeruk , Kecamatan Miri:
“ untuk pendidikan kelompok saya itu kebanyakan lulusan SD mbak, jadi mereka itu susah buat kerja bareng-bareng. Sulit mbak ngatur orang- orang yang lulusannya cuma SD lagipula kebanyakan anggota saya itu sudah tua- tua mbak pikirannya ya susah buat diajak rembukan.” (wawancara 27 April 2011)
Pernyataan diatas didukung oleh data anggota penerima
KUBE berdasarkan tingkat pendidikan di salah satu Kelurahan
yaitu Kelurahan Geneng. Kaitannya dengan laporan perkembangan
KUBE tahun 2009, Kelurahan Geneng merupakan kelurahan yang
KUBE-nya tidak mengalami perkembangan sama sekali.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
112
Tabel 4.4
Data anggota KUBE berdasarkan tingkat pendidikan
Di Kelurahan Geneng
Sumber: Data anggota Penerima KUBE Kelurahan Geneng tahun 2007
2) Peran Pendamping KUBE belum Optimal
Selain pendidikan anggota KUBE yang rendah, faktor lain
yang menghambat Perkembangan kegiatan KUBE adalah peran
pendamping yang belum Optimal dalam mendampingi dan
membimbing anggota KUBE. Pendamping KUBE dalam kegiatan
ini seharusnya mempunyai tugas untuk mendampingi dan
membimbing aggota KUBE. Namun dalam realisasinya,
pendamping kurang mampu berkomunikasi dengan baik terhadap
anggota KUBE. Selain itu, pendamping juga kurang mampu
memberikan perhatian maupun pantauan ke anggota KUBE.
Padahal pendamping itu merupakan pembimbing lapangan yang
merupakan tangan panjangnya Dinas Sosial dalam
mengembangkan KUBE. Sehubungan dengan hal tersebut
No Tingkat Pendidikan Jumlah
(orang)
1 Tidak sekolah 12
2 SD 78
3 SMP 10
Jumlah 100
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
113
Bp.Narto sekretaris Kube ”Jaya Abadi” yang berasal dari kelurahan
Gading, Kecamatan Tanon mengungkapkan :
“wah kami tu jarang mbak komunikasi sama pendamping, paling komunikasi tu pas awal-awalnya saja satu kali aja mbak itu pas pembentukan dulu setelah itu pendamping tidak pernah memantau lagi, para anggota kan juga bingung mbak, setelah pembentukan itu tidak ada lagi pantauan-pantuan baik itu dari pihak pendamping, kelurahan, maupun sragen mbak, ya kami jual saja mbak lha sapinya mencret-mencret, mau nyari mantri hewan kami nggak punya uang mbak makan aja susah kok. (wawancara 18 Maret 2011)
Hal senada juga diungkapkan oleh bapak Ngalim ketua
KUBE Kenanga II kelurahan Mojorejo, kecamatan Karang Malang
“ ada pendamping nggak ada pendamping sama aja mbak. Pendamping aja nggak pernah bimbing/ dampingi ya udah kami menjalankan kegiatan ini yang semampu kami sebisanya sajalah mbak” (wawancara 15 Maret 2011)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 114
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti, maka dapat ditarik
beberapa kesimpulan bahwa Kinerja Dinas Sosial Kabupaten Sragen terkait
dengan pengembangan Kelompok Usaha Bersama (KUBE) di Kabupaten
Sragen sudah cukup baik meskipun masih terdapat kekurangan-kekurangan.
Dalam penelitian ini Kinerja Dinas Sosial Kabupaten Sragen dapat dilihat dari
ketiga indikator seperti Produktivitas, Responsivitas, dan Akuntabilitas.
1. Indikator Efektivitas
Dilihat dari indikator Efektivitas terdapat beberapa kesimpulan antara
lain dapat dinilai dari upaya- upaya yang dilakukan Dinas Sosial
Kabupaten Sragen dalam pengembangan KUBE dan dapat dinilai dari
realisasi target yang telah ditentukan oleh Dinas sosial Kabupaten Sragen.
Dilihat dari upaya- upaya yang dilakukan Dinas Sosial Kabupaten Sragen
dalam pengembangan KUBE, Dinas Sosial Kabupaten Sragen sudah
melakukan beberapa upaya yang terbagi dalam tiga tahapan yaitu tahap
persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap evaluasi kegiatan. Pada tahap
persiapan, upaya yang dilakukan oleh Dinas Sosial Kabupaten Sragen
adalah seleksi KBS Penerima KUBE, seleksi Pendamping dan Sosialisasi.
Untuk proses seleksi KBS penerima KUBE maupun pendamping, Dinas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
115
Sosial Kabupaten Sragen dibantu oleh kelurahan didaerah setempat.
Sedangkan untuk sosialisasi diselenggarakan dikantor kelurahan setempat.
Tahap selanjutnya adalah tahap pelaksanaan, pada tahap ini kegiatan yang
dilaksanakan adalah pemberian Stimulan Bantuan Modal Usaha. Bantuan
Modal Usaha yang diberikan oleh Dinas Sosial kepada KUBE sebesar 17
juta per KUBE untuk KUBE yang terbentuk tahun 2007 sedangkan KUBE
yang terbentuk pada tahun 2008 bantuannya sebesar 16 juta per KUBE.
Untuk tahap ketiga adalah tahap evaluasi kegiatan. Upaya yang dilakukan
pada tahap ini adalah melakukan monitoring secara periodik dan
melakukan pembinaan serta pengarahan kepada anggota dan pengurus
KUBE. Selain itu indikator efektivitas juda dapat diukur melalui realisasi
target yang telah ditentukan oleh Dinas Sosial Kabupaten Sragen. Dalam
realisasinya berdasarkan data evaluasi pada tahun 2009, KUBE yang
mencapai target adalah kelurahan Karang Talun, Jeruk, Poleng, dan
Mojorejo. Sedangkan untuk kelurahan Gading, Geneng, dan Gesi tidak
memenuhi target. Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa Dinas
Sosial Kabupaten Sragen dari segi efektivitas adalah masih kurang baik,
buktinya masih sedikit KUBE yang mengalami perkembangan.
2. Indikator responsivitas
Dinas Sosial Kabupaten Sragen dalam pengembangan KUBE antara
lain dapat dilihat dari bentuk responsivitas Dinas Sosial Kabupaten Sragen
terhadap aspirasi masyarakat penerima KUBE dan Responsivitas Dinas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
116
Sosial dalam memenuhi kebutuhan- kebutuhan KUBE. Bentuk
responsivitas Dinas Sosial Kabupaten Sragen terhadap aspirasi masyarakat
Penerima KUBE selama ini sudah cukup baik yaitu Dinas Sosial
Kabupaten Sragen menyerahkan sepenuhnya kepada anggota KUBE
mengenai jenis usaha yang akan dikelola agar sesuai dengan minat dan
kebutuhan KUBE. Sedangkan bentuk Responsivitas Dinas Sosial
Kabupaten Sragen terhadap kebutuhan KUBE antara lain kebutuhan akan
kandang ternak, makanan ternak, kesehatan ternak, penyediaan
pendamping dan pemberian motivasi. Responsivitas Dinas Sosial dalam
pembuatan kandang Ternak, Dinas Sosial kurang dapat memberikan
respon yang merata karena bantuan pembuatan ternak hanya diberikan
pada KUBE yang terbentuj pada tahun 2008 saja. Untuk Responsivitas
Dinas Sosial dalam kesediaan makanan pokok ternak sudah cukup baik,
namun untuk kesediaan makanan tambahan seperti bekatul, Dinas Sosial
belum mampu menyediakannya karena anggaran terbatas. Sedangkan
Responsivitas Dinas Sosial terhadap Kesehatan ternak kurang baik, hal itu
terjadi karena mantri/ dokter hewan yang disediakan Dinas Sosial tidak
berperan aktif. Selain itu KUBE yang mendapatkan Vaksinasi hanya
KUBE yang terbentuk pada tahun 2007 saja. Selanjutnya adalah bentuk
responsivitas Dinas Sosial terhadap penyediaan Pendamping, didalam
realisasinya seorang pendamping kurang mampu berperan aktif dalam
melakukan pendampingan sehingga perkembangan KUBE tidak dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
117
berjalan dengan lancar. Lalu untuk Responsivitas Dinas Sosial dalam
pemberian motivasi sudah cukup baik yaitu dengan mengajak KUBE
untuk berkunjung ke UPTD Peternakan di Desa Dawung Kecamatan
Sambirejo dan memberikan reward / hadiah bagi KUBE yang terbaik.
Dari keseluruhan kesimpulan yang dijelaskan diatas, maka secara garis
besar dapat disimpulkan bahwa Kinerja Dinas Sosial Kabupaten Sragen
dilihat dari indikator Responsivitas dinilai sudah cukup baik, namun masih
terdapat kekurangan- kekurangan.
3. Indikator Akuntabilitas
Kinerja Dinas Sosial Kabupaten Sragen dinilai dari sisi Akuntabilitas
dapat dilihat dari dua aspek yaitu Akuntabilitas Dinas Sosial Kabupaten
Sragen terhadap masyarakat dan Akuntabilitas terhadap Pemerintah.
Akuntabilitas terhadap masyarakat khususnya penerima KUBE dilakukan
dengan memberikan bantuan dan tanggapan yang maksimal terhadap
KUBE, selain itu Dinas Sosial juga memberikan bimbingan atau
pembinaan kepada anggota KUBE supaya dapat berkembang. Sedangkan
Akuntabilitas Dinas Sosial Kabupaten Sragen kepada Pemerintah sudah
cukup baik yaitu dengan membuat laporan perkembangan KUBE ke Dinas
Sosial Provinsi Jawa Tengah setiap satu tahun sekali yang dibuat pada
akhir tahun. Namun untuk tahun 2010 laporan perkembangan KUBE
belum dibuat oleh Dinas Sosial Kabupaten Sragen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
118
B. Saran
Setelah melakukan penelitian dan analisa data, penulis ingin
menyampaikan beberapa saran yang dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi
Dinas Sosial Kabupat en Sragen:
1. Pendamping merupakan seseorang yang bertugas untuk membimbing atau
mendampingi KUBE supaya kegiatan KUBE dapat berjalan dengan lancar
dan mengalami perkembangan. Pendamping seharusnya mampu menjadi
tangan panjang Dinas Sosial Kabupaten Sragen di lapangan supaya bisa
memberikan tanggapan terhadap masalah- masalah yang dihadapi oleh
anggota KUBE. Dalam realisasinya selama ini di lapangan, seorang
pendamping belum mampu berperan aktif dalam membimbing atau
mendampingi KUBE. Pendamping selama ini kurang dapat berkomunikasi
dengan lancar dengan KUBE-nya. Dalam pemilihan pendamping yang
nantinya dapat menjadi tangan panjang Dinas Sosial Kabupaten Sragen di
lapangan seharusnya dipilih dari seseorang yang mengetahui tentang cara-
cara berternak dan yang mau aktif mendampingi supaya apabila KUBE
mengalami masalah, seorang pendamping dapat memecahkan masalah
tersebut. Maka dari itu seorang pendamping seharusnya dipilih dari petugas
yang bekerja di UPT Dinas Peternakan di masing- masing kecamatan Selain
itu seorang Pendamping perlu untuk membuat laporan pertanggungjawaban
atas kerjanya karena pendamping juga mendapatkan gaji meskipun hanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
119
pada tahun pertama saja. Hal ini bertujuan agar pendamping mampu
menjalankan tugasnya dengan baik dari waktu ke waktu.
2. Sumber Daya Manusia merupakan sesuatu yang penting untuk melaksanakan
suatu kegiatan karena tanpa adanya Sumber Daya Manusia suatu kegiatan
tidak dapat terealisasi dengan baik. Selama ini Sumber Daya Manusia yang
menangani KUBE di Dinas Sosial Kabupaten Sragen sangatlah minim yaitu
cuma satu orang. Dengan jumlah SDM yang satu orang tersebut membuat
kinerja Dinas Sosial Kabupaten Sragen dalam pengembangan KUBE menjadi
kurang maksimal misalnya saja untuk proses monitoring pengembangan
KUBE khususnya untuk tahun 2010 tidak dapat dilaksanakan dengan baik.
Hal itu terjadi karena untuk Seksi Pemberdayaan Kesejahteraan Sosial
Masyarakat tidak hanya bertugas untuk mengurusi KUBE saja tetapi banyak
program- program lain yang harus ditangani. Maka dari itu Sumber Daya
Manusia dari Dinas Sosial Kabupaten Sragen yang menangani KUBE
sebaiknya ditambah supaya perkembangan KUBE dapat terpantau dengan
baik. Penambahan SDM bisa dilakukan dengan cara berkoordinasi dengan
seksi lain yang masih satu bidang yaitu bidang pemberdayaan sosial atau
berkoordinasi dengan bidang lain. Dengan Sumber Daya Manusia yang cukup
maka sebuah kegiatan dapat berjalan dengan lancar.
3. Dana merupakan alat yang digunakan untuk memperlancar suatu kegiatan,
maka dari apabila ada dananya cukup maka kegiatan pun dapat berjalan
dengan lancar. Dalam pengembangan KUBE ini salah satu masalah yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
120
dihadapi oleh Dinas Sosial Kabupaten Sragen adalah terbatasnya dana. Dana
yang dianggarkan untuk pengembangan KUBE masih kurang dapat
mencukupi kebutuhan dasar KUBE, misalnya saja dalam pemeliharaan
Kesehatan dan pemberian gaji pada pendamping. Untuk pemeliharaan
kesehatan , pihak Dinas Sosial belum mampu menyediakan seorang mantri/
dokter hewan untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada ternak- ternak
KUBE. Lalu untuk pemberian gaji Pendamping, pihak Dinas Sosial hanya
memberikan gaji hanya satu tahun padahal masa pembinaan itu selama tiga
tahun. Dengan demikian seorang pendamping menjadi kurang semangat untuk
melakukan pendampingan. Maka dari itu alokasi dana yang digunakan untuk
pengembangan KUBE perlu untuk ditambah. Penambahan dana bisa
dilakukan dengan mengambil dari anggaran APBD di Sragen untuk
menunjang kegiatan KUBE agar dapat berkembang dengan maksimal.