kinerja dinas sosial kabupaten sragen dalam … · pelaksanaan program pemberdayaan fakir miskin...

132
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KINERJA DINAS SOSIAL KABUPATEN SRAGEN DALAM PELAKSANAAN PROGRAM PEMBERDAYAAN FAKIR MISKIN (P2FM) ( Kinerja Dinas Sosial Kabupaten Sragen dalam Pengembangan Kelompok Usaha Bersama (KUBE) ) Skripsi Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Jurusan Ilmu Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik OLEH : ARIFIANA NINGSIH ISTI OKTAVIA D0107034 FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

Upload: others

Post on 18-Oct-2020

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i

KINERJA DINAS SOSIAL KABUPATEN SRAGEN DALAM

PELAKSANAAN PROGRAM PEMBERDAYAAN FAKIR MISKIN (P2FM)

( Kinerja Dinas Sosial Kabupaten Sragen dalam Pengembangan

Kelompok Usaha Bersama (KUBE) )

Skripsi

Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar

Sarjana Strata Satu Jurusan Ilmu Sosial

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

OLEH :

ARIFIANA NINGSIH ISTI OKTAVIA

D0107034

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

PERSETUJUAN

Judul Skripsi

” KINERJA DINAS SOSIAL KABUPATEN SRAGEN DALAM

PELAKSANAAN PROGRAM PEMBERDAYAAN FAKIR MISKIN (P2FM)

(KINERJA DINAS SOSIAL KABUPATEN SRAGEN DALAM

PENGEMBANGAN KELOMPOK USAHA BERSAMA (KUBE))”

Telah disetujui oleh Dosen Pembimbing Skripsi untuk dipertahankan dihadapan

Panitia Penguji Skripsi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret

Surakarta, 15 Juni 2011

Mengetahui

Pembimbing Skripsi

Dra. Retno Suryawati, M.Si

NIP. 19600106 198702 2 001

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

HALAMAN PENGESAHAN

Telah Diuji dan Disahkan oleh Panitia Penguji Skripsi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret

Surakarta

Pada Hari : Selasa

Tanggal : 19 Juli 2011

Panitia Penguji :

1. Dra. Sri Yuliani, M.Si ( )

NIP. 19630730 199003 2 002 Ketua Penguji

2. Drs. Ali, M.Si ( ) NIP. 19504830 198503 1 002 Sekretaris Penguji

3. Dra. Retno Suryawati, M.Si ( ) NIP. 19600106 198702 2 001 Penguji

Mengetahui,

Dekan

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Prof. Drs. Pawito, Ph.D NIP. 1954 0805 1985 031 002

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

MOTTO

Jangan lihat masa lampau dengan penyesalan, jangan pula lihat masa depan

dengan ketakutan, tetapi lihatlah sekitar anda dengan penuh kesadaran.

(James Thunder)

Tak ada manusia yang terlahir sempurna, jangan kau sesali sgala yang telah

terjadi. Kita pasti pernah dapatkan cobaan yang berat seakan hidup ini tak ada

aertinya lagi. Syukuri apa yang ada, hidup adalah anugerah tetap jalani hidup ini

melakukan yang terbaik

( Jangan menyerah by D’masiv)

Sesuatu tidak akan datang dengan sendirinya, terkadang kita perlu melakukan

pengorbanan untuk bisa mendapatkan apa yang kita inginkan,

Maka terus berusaha dan berdoalah selagi kita mampu dan jangan menyerah pada

keadaan yang mungkin kurang mendukungmu .

(Penulis)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

PERSEMBAHAN

Melalui karya kecilku ini aku persembahkan setulus hati kepada:

- Bapak & Ibu yang telah mendoakan anak-anaknya untuk menjadi orang

yang sukses

- Adik-adikku,

- Teman- temanku yang selalu memberi warna di hidupku

- Semua yang mengasihi dan kukasihi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirohiim

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Alhamdullilahi rabbil’aalamiin, segala puji syukur penulis panjatkan kepada

Allah SWT atas rahmat yang telah diberikan sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi dengan judul “Kinerja Dinas Sosial Kabupaten Sragen

dalam pelaksanaan P2FM ( Kinerja Dinas Sosial Kabupaten Sragen dalam

pengembangan KUBE) ”

Skripsi ini disusun dan diajukan guna memenuhi salah satu syarat akademis

untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penulis menyadari bahwa selesainya skripsi ini banyak pihak yang telah

memberikan bantuan. Sehingga dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan

terima kasih kepada:

1. Ibu Dra. Retno Suryawati, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang

telah memberikan bimbingan selama proses penyusunan skripsi ini.

2. Bapak Prof. Drs. Pawito, Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Bapak Drs, Suharsono, M.S selaku Pembimbing Akademis

4. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Ilmu Administrasi Negara atas ilmu yang

diberikan selama ini.

5. Bapak Eddy Indaryatno, BSc selaku Seksi Pemberdayaan Kesejahteraan

Sosial Masyarakat.yang telah bersedia membantu pengumpulan data.

6. Para anggota KUBE yang telah bersedia untuk memberikan informasi

7. Teman- teman baikku Tity, wulan, Lusy, Ike, Lia, Linda, Dwi ratna sari,

farah.

8. Semua teman-teman angkatanku AN ’07.

9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini banyak

kekurangan. Untuk itu penulis selalu terbuka untuk menerima masukan

yang membangun demi perbaikan skripsi ini. Meskipun demikian penulis

berharap agar penelitian ini dapat dijadikan awal bagi penelitian selanjutnya

yang lebih mendalam dan dapat memberikan manfaat bagi siapapun yang

membutuhkan.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Surakarta, Juni 2011

Penulis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

ABSTRAK

Arifiana Ningsih Isti Oktavia, D0107034, Kinerja Dinas Sosial Kabupaten Sragen dalam Pengembangan Kelompok Usaha Bersama (KUBE), Skripsi, Jurusan Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2011, Hal.

Tujuan dalam melakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui Kinerja Dinas Sosial Kabupaten Sragen dalam pengembangan KUBE karena perkembangan KUBE di Sragen masih rendah. Selain itu juga untuk mengetahui hambatan- hambatan yang dihadapi dalam pengembangan KUBE. Dalam mengukur kinerja Dinas Sosial Kabupaten Sragen digunakan tiga indikator yaitu efektivitas, responsivitas dan akuntabilitas. Dengan ketiga indikator tersebut dapat diketahui sejauh mana kinerja Dinas Sosial Kabupaten Sragen dalam pengembangan KUBE.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kualitatif sehingga dapat menggambarkan kinerja Dinas Sosial kaitannya dengan pengembangan KUBE. Teknik penarikan sampel yang digunakan bersifat purposif sampling yaitu dengan memilih sampel yang dianggap tahu tentang seluk beluk masalah. Sumber data yang digunakan meliputi data primer yang diperoleh melalui proses wawancara dengan sumber data atau informan dan data sekunder yang yang berasal dari dokumen-dokumen yang berkaitan dengan penelitian. Teknik pengumpulan data yaitu dengan cara wawancara dan dokumentasi. Uji validitas data dilakukan dengan menggunakan teknik trianggulasi data yaitu menguji data yang sejenis dari berbagai sumber. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis interaktif yang terdiri dari tiga komponen yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa secara umum kinerja Dinas Sosial Kabupaten Sragen dalam pengembangan KUBE sudah cukup baik meskipun masih ada kekurangan. Hal ini dapat dilihat dari indikator efektivitas, upaya- upaya yang dilakukan oleh Dinas Sosial sudah cukup baik namun berdasarkan hasil perkembangannya, KUBE yang berkembang masih sedikit. Dilihat dari responsivitas Dinas Sosial dalam memenuhi aspirasi dan kebutuhan KUBE juga sudah cukup baik meskipun masih terdapat kekurangan yaitu dalam hal pemeliharaan kesehatan ternak, pihak Dinas Sosial belum mampu menyediakan mantri hewan. Lalu untuk Akuntabilitas Dinas Sosial kepada masyarakat maupun pemerintah juga sudah cukup baik. Tetapi dalam pelaksanaannya Dinas Sosial Kabupaten Sragen masih mengalami hambatan- hambatan sehingga realisasi target belum bisa dicapai oleh semua kelurahan. Hambatan- hambatan itu antara lain kurangnya SDM dan Dana, lalu rendahnya pendidikan anggota KUBE dan peran pendamping yang kurang optimal.

Oleh sebab itu masih diperlukan upaya dalam mengatasi dan menghadapi berbagai hambatan tersebut demi tercapainya tujuan program. Maka dari itu seorang pendamping harus dipilih dari seseorang yang paham tentang peternakan dan yang mau aktif. SDM dari Dinas Sosial yang mengurusi KUBE pun perlu ditambah. Selain itu dana yang digunakan untuk perkembangan KUBE juga perlu ditambah supaya perkembangan bisa optmal terlaksana.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

. DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

PERSETUJUAN ............................................................................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iii

MOTTO................................................................................................. .......... iv

PERSEMBAHAN ............................................................................................ v

KATA PENGANTAR ..................................................................................... vi

ABSTRAK....................................................................................................... viii

DAFTAR ISI.................................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR............................................................................... ........ xi

DAFTAR TABEL............................................................................................ xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ......................................................... .. 1

B. Perumusan Masalah ................................................................ .. 11

C. Tujuan Penelitian....................................................................... 11

D. Manfaat Penelitian..................................................................... 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kinerja.................................................................................... ... 13

B. Pengembangan KUBE............................................................... 33

C. Kinerja Dinas Sosial Kabupaten Sragen dalam

Pengembangan KUBE......................................................... 36

D. Kerangka Pikir........................................................................ 38

BAB III METODE PENELITIAN

A. Bentuk Penelitian ................................................................... .. 41

B. Lokasi Penelitian....................................................................... 41

C. Teknik Penarikan Sampel ....................................................... .. 42

D. Sumber Data...................................................................... ..... .. 43

E. Teknik Pengumpulan Data ..................................................... .. 44

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

F. Validitas Data................................................................ .......... . 46

G. Teknik Analisis.................................................................. ..... . 47

BAB IV PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi ...................................................................... 49

B. Pembahasan ............................................................................. 67

1. Produktivitas............................................................. ......... 68

2. Responsivitas................................................................ ..... 86

3. Akuntabilitas............................................................... ....... 103

4. Faktor Penghambat ………………………………………. 107

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................. 114

B. Saran ........................................................................................ 118

DAFTAR PUSTAKA

REFERENSI LAIN

LAMPIRAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ..................................................................... 40

Gambar 3.1 Model Analisis Interaktif……………………………………….. 48

Gambar 4.1 Bagan struktur organisasi Dinas Sosial Kabupaten Sragen……... 54

Gambar 4.2 Meknisme Penyaluran Bantuan Modal Usaha …………………. 79

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Data Kecamatan, Jumlah KUBE, Jumlah KK FM penerima

P2FM, Jumlah KK FM Keseluruhan…………………………….. 8

Tabel 1.2 Data Perkembangan KUBE Di Kecamatan Penerima Dana KUBE

di Kabupaten Sragen……………………………………………… 9

Tabel 4.1 Jumlah Pegawai Dinas Sosial Kabupaten Sragen berdasarkan

Tingkat Pendididkannya......................................................... ...... 66

Tabel 4.2 Matriks Kegiatan dan hasilnya …………………………………. 82

Tabel 4.3 Perbandingan Target dan Realisasi Perkembangan KUBE masing-

masing Kelurahan tahun 2009..................................................... . 84

Tabel 4.4 Data Anggota KUBE berdasarkan tingkat Pendidikan di Kelurahan

Geneng............................... ........................................................... 112

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kemiskinan merupakan suatu masalah pembangunan kesejahteraan

sosial yang berkaitan dengan berbagai bidang pembangunan lainnya yang

ditandai oleh pengangguran, keterbelakangan dan ketidakberdayaan.

Kemiskinan merupakan suatu persoalan yang sangat mendasar, karena disatu

sisi hal ini menentukan tingkat perkembangan suatu masyarakat dan di sisi

lain menjadi salah satu indikator tidak berhasilnya proses pembangunan. Oleh

karena itu, kemiskinan yang terutama diderita oleh fakir miskin merupakan

masalah yang penanggulangannya tidak dapat ditunda dan harus menjadi

prioritas utama dalam pelaksanaan pembangunan kesejahteraan sosial.

Di dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 pun telah

dituliskan dengan jelas mengenai tujuan negara kita yang salah satunya adalah

mewujudkan masyarakat adil dan makmur serta memajukan kesejahteraan

umum dan untuk mencapai tujuan tersebut maka perlu adanya suatu

pembangunan secara merata. Pembangunan untuk meningkatkan

kesejahteraan rakyat Indonesia telah dilakukan sejak awal kemerdekaan.

Misalnya, dibidang pendidikan, pemerintah melancarkan pemberantasan buta

huruf di sekolah formal dan non formal kemudian dilanjutkan dengan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

dicanangkan wajib belajar 9 tahun pada era pak Soeharto. Dibidang kesehatan,

pemerintah meluncurkan berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas sumber

daya manusia di Indonesia dan memperkenalkan sistem santunan sosial, Pusat

Pelayanan Kesehatan Masyarakat di tingkat kecamatan (Puskesmas), Pos

Pelayanan Terpadu (Posyandu) di setiap desa yang merupakan suatu program

untuk mengurangi tingkat kemiskinan keluarga. (www.yobeldki.com)

Dalam rangka menanggulangi masalah kemiskinan, pemerintah

meluncurkan berbagai Instruksi Presiden (Inpres), seperti Inpres Kesehatan,

Inpres Perhubungan, Inpres pasar, Inpres Desa Tertinggal (IDT) dan

seterusnya. Dapat dicatat juga program-program perberdayaan lainnya seperti

Program Pembinaan dan Peningkatan Pendapatan Petani dan Nelayan Kecil

(P4K), Program Pengembangan Kecamatan (PPK), Program Penanggulangan

Kemiskinan Perkotaan (P2KP), Program Pembangunan Prasarana Pendukung

Desa Tertinggal (P3DT), Jaring Pengaman Sosial (JPS), Program Pemberian

Beras Mskin (Raskin), Program Bantuan Langsung Tunai (BLT) dan

sebagainya. (www.yobeldki.com)

Berbagai upaya penanggulangan kemiskinan telah dilakukan

pemerintah dan dana yang telah dikeluarkan pemerintah untuk pelaksanaan

program- program tersebut telah mencapai puluhan triliun rupiah. Untuk tahun

2005, alokasi dana untuk penanggulangan kemiskinan mencapai 23 Triliun.

Pada tahun 2009 meningkat menjadi 66,2 Triliun, sedangkan pada tahun 2010

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

alokasi dananya meningkat lagi menjadi sekitar 80

Triliun.(economy.okezone.com)

Namun, dengan jumlah alokasi dana yang besar itu belum mampu

mengurangi tingkat kemiskinan di Indonesia secara maksimal. Penurunan

tingkat kemiskinan dari tahun ke tahun hanya sekitar 1 % saja. Menurut data

dari BPS yang dihitung setiap bulan maret, jumlah penduduk miskin di

Indonesia pada tahun 2007 sebanyak 37,17 juta jiwa atau 16,58 % dari jumlah

penduduk di Indonesia seluruhnya. Pada tahun 2008, jumlah penduduk miskin

sebanyak 34,96 juta jiwa atau 15,42 % drai jumlah penduduk di Indonesia

seluruhnya. Sedangkan pada tahun 2009 sebanyak 32,53 juta jiwa atau 14,15

% dari jumlah penduduk di Indonesia seluruhnya. (www.bps.go.id)

Kegagalan Pemerintah untuk memaksimalkan upaya dalam

memerangi masalah kemiskinan kiranya bersumber dari cara pemahaman

yang salah dari penanggulangan kemiskinan yang selalu ditekankan pada

permasalahan ekonomi semata. Pada kenyataannya penanganan masalah

kemiskinan tidak bisa dilakukan secara sepihak yaitu pada masalah ekonomi

saja melainkan haruslah memperhatikan masalah-masalah lain. Masalah-

masalah lain yang perlu diperhatikan dalam penanganan kemiskinan itu

seperti ketersediaan sarana fisik, sumber daya alam yang menunjang, budaya

masyarakat, kemampuan manajerial serta sikap dan perilaku masyarakat juga

perlu diperhatikan dan dilaksanakan secara bersamaan agar kebijakan yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

dibuat Pemerintah dapat ditekankan pada akar penyebab kemiskinan itu

sendiri.

Kebijakan/ Program pengentasan kemiskinan yang berorientasi pada

aspek ekonomi seperti Program Bantua Langsung Tunai (BLT) dan Program

Pemberian Beras Miskin (Raskin) menjadikan masyarakat miskin menjadi

ketergantungan terhadap bantuan Pemerintah dan menjadi kurang mandiri

dalam memenuhi kebutuhan hidupya. Salah satu strategi pembangunan guna

meningkatkan sumber daya manusia dan mengentaskan penduduk miskin,

Pemerintah mencanangkan Program Pemberdayaan Fakir Miskin (P2FM)

yang merupakan tindak lanjut dari Program Penaggulangan Kemiskinan

Perkotaan (P2KP) yang berorientasi pada pemberdayaan, pelembagaan dan

kemandirian pembangunan. Program Pemberdayaan Fakir Miskin (P2FM) ini

diselenggarakan pada tahun 2004.

Landasan Hukum Pelaksanaan P2FM adalah Surat Keputusan

Menteri Sosial Nomor 84/HUK/1997 Tentang Pelaksanaan Pemberian

Bantuan Fakir Miskin. Selain itu Landasan Hukum lainnya adalah Surat

Kepala Dinas Kesejahteraan Sosial Provinsi Jawa Tengah Nomor 466/218

tanggal 15 Maret 2007 periahal Pemberdayaan Fakir Miskin Melalui KUBE.

Program Pemberdayaan Fakir Miskin (P2FM) merupakan program

untuk meningkatkan kapasitas para Keluarga Binaan Sosial (KBS) agar

mereka memiliki kemempuan dan kepercayaan diri dalam memenuhi

kebutuhan dasarnya. Program ini mengupayakan kemandirian dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

kesejahteraan Fakir Miskin . Mandiri berarti mampu mengorganisasikan diri

untuk mengoptimalkan sumber daya yang ada disekitarnya dan mengelola

sumber daya tersebut untuk mengatasi masalah yang dihadapinya khususnya

masalah kemiskinan. Para Keluarga Binaan Sosial (KBS) diberikan dana

amanah yang dalam pelaksanaan P2FM diposisikan sebagai dana stimulan

untuk melakukan perubahan sikap dan perilaku masyarakat agar dapat

sejahtera. Dana stimulan yang dikelola KBS kemudian akan digulirkan ke

KBS lainnya yang belum terkena program ini. (www.banjar-jabar.go.id)

Dalam Program Pemberdayaan Fakir Miskin (P2FM) yang

sasarannya para fakir miskin atau Keluarga miskin mempunyai tujuan untuk

mengupayakan agar mereka mampu memperbaiki taraf kesejahteraan

sosialnya sehingga dapat hidup layak tanpa ketergantungan pada pihak/ orang

lain dan akhirnya akan mampu berperan dalam proses pembangunan. Sebagai

salah satu upaya untuk memperlancar pelaksanaan P2FM itu melalui

Kelompok Usaha Bersama (KUBE).

Kelompok Usaha Bersama (KUBE) adalah suatu kelompok Keluarga

Binaan Sosial (KBS) yang terdiri dari 10 orang yang atas bimbingan dan

kesadaran bersama berupaya meningkatkan kesejahteraannya dengan diberi

tanggung jawab untuk mengelola Stimulan Ekonomis Produktif yang

merupakan wahana untuk meningkatkan kesejahteraan masing-masing

anggota dengan aturan mengembangkan dan menggulirkan stimulan tersebut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

kepada warga lainnya sebagai wujud rasa kesadaran tanggung jawab dan

kesetiakawanan sosial. (Buku Petunjuk Praktis Pengelolaan KUBE, 1: 2003)

Tujuan utama pelaksanaan KUBE adalah :

1. Meningakatkan taraf kesejahteraan fakir miskin dari segala kondisi

keterbatasannya secara bersama-sama.

2. Meningkatkan pendapatan anggota KUBE fakir miskin melalui usaha yang

mandiri.

3. Meningkatkan kemampuan KUBE fakir miskin dalam mengakses berbagai

pelayanan sosial dasar dan pasar perbankan untuk memenuhi kebutuhan

kehidupannya.

4. Peningkatan kepedulian dan kesetiakawanan sosial diantara para anggota

KUBE dan dengan masyarakat sekitar.

(Buku Petunjuk Teknis P2FM melalui KUBE, 2008:2)

Pemberian bantuan melalui KUBE dalam P2FM sangat bermanfaat

untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin. Dengan memberikan

dana untuk kegiatan ekonomi produktif yang disalurkan langsung kepada

masyarakat sangat bermanfaat untuk mengatasi ketergantungan pada bantuan

tunai saja. Dengan modal yang diberikan melalui P2FM, masyarakat dilatih

untuk belajar mengelola bantuan dan memanfaatkannya untuk kegiatan usaha

yang terus menerus sehingga masyarakat dapat memiliki pekerjaan dan

penghasilannya sendiri. Dengan bantuan modal yang diberikan, KUBE

diharapkan bisa mandiri dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

Salah satu kabupaten yang melaksanakan Program Pemberdayaan

Fakir Miskin (P2FM) adalah Kabupaten Sragen. Berdasarkan data rekapitulasi

data Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial Kabupaten Sragen tahun 2009

bahwa jumlah Kepala Keluarga Fakir Miskin masih cukup besar yaitu 61.003

KK atau 24,67 % dari jumlah penduduk Sragen menurut BPS yang berjumlah

247.230 KK (856.483 jiwa) . Dengan jumlah kepala keluarga fakir miskin di

Kabupaten Sragen yang masih cukup besar , maka ini masih menjadi masalah

utama yang harus segera dipecahkan oleh Pemerintah Kabupaten Sragen.

Sehubungan dengan hal tersebut Program Pemberdayaan Fakir Miskin

(P2FM) khususnya KUBE diharapkan dapat menekan populasi kemiskinan di

Kabupaten Sragen.

Bentuk kegiatan KUBE ini berbentuk usaha pemeliharaan ternak.

Pemeliharaan ternak itu berupa ternak kambing atau ternak sapi. Pelaksanaan

KUBE di Kabupaten Sragen dilaksanakan di empat kecamatan yang dapat

dilihat dalam tabel dibawah ini :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

Tabel 1.1

Data Kecamatan, Jumlah KUBE, Jumlah KK FM Penerima Bantuan P2FM, Jumlah KK FM keseluruhan

No Kecamatan Jumlah KUBE

Jml KK Penerima Program

Jml KK FM keseluruhan

1 Tanon 20 200 3.831

2 Miri 20 200 2.956

3 Gesi 20 200 1.356

4 Karang Malang 10 100 3.021

Jumlah 70 700 11.173

Sumber: Data Perkembangan KUBE FM dan Rekapitulasi PMKS Kab.Sragen thn 2009

Dari data tersebut dapat dilihat bahwa jumlah KK miskin penerima

bantuan di 4 Kecamatan yaitu Kecamatan Tanon, Miri, Gesi, dan Karang

Malang masih belum sepenuhnya menerima bantuan. Didalam tabel yang

mendapat bantuan hanya 6,3 % saja dari jumlah keseluruhan fakir miskin di 4

Kecamatan tersebut. Rata- rata setiap kecamatan yang menerima bantuan

hanya 200 KK saja kecuali Karang Malang yaitu 100 KK.

Pelaksanaan KUBE di Kabupaten Sragen dimulai dari tahun 2007

dan itupun masih 2 kecamatan saja yaitu Tanon dan Miri, sedangkan untuk

kecamatan Gesi dan Karang Malang dimulai pada tahun 2008. Perkembangan

KUBE dapat dilihat dalam tabel dibawah ini :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

Tabel 1.2

Data Perkembangan KUBE Di Kecamatan Penerima Dana KUBE

di Kabupaten Sragen

No Kecamatan Desa/

kelurahan Jml

KUBE Thn

dibentuk Jenis Usaha

Keterangan

Perkembangan KUBE

Maju Stagnan (tetap)

Gagal

1

Tanon

Gading 10 2007 Ternak - 10 -

Karang

Talun 10

2007 Ternak 3 7 -

2

Miri

Jeruk 10 2007 Ternak 2 8 -

Geneng 10 2007 Ternak - 10 -

3

Gesi

Gesi 10 2008 Ternak - 10 -

Poleng 10 2008 Ternak 1 9 -

4

Karang Malang

Mojorejo 10

2008 Ternak 1 9 -

Jumlah 70 7 63

Sumber: Data Perkembangan KUBE FM tahun 2009 di Kab. Sragen

Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa dari 70 KUBE yang ada di

Kabupaten Sragen hingga tahun 2009 yang masih dalam kategori “maju”

hanya terdapat 7 KUBE saja. Untuk 63 KUBE yang lainnya masuk dalam

kategori “stagnan (tetap)”, dalam artian tidak ada penambahan jumlah ternak

dari awal dibentuk sampai tahun 2009. Sehubungan dengan tabel 1.2, jumlah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

KUBE yang mengalami kemajuan hanya 10 % dari jumlah KUBE seluruhnya.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perkembangan KUBE di

Kabupaten Sragen masih kurang maksimal yang ditandai dengan masih

sedikitnya KUBE yang mengalami perkembangan.

Dalam pelaksanaan P2FM khususnya KUBE Dinas Sosial

Kabupaten Sragen mempunyai tugas seperti melakukan Seleksi Keluarga

Binaan Sosial (KBS) penerima KUBE, seleksi pendamping, Sosialisasi

program, pemberian stimulan Bantuan Modal Usaha. Sedangkan setelah

KUBE terbentuk Dinas Sosial berperan sebagai pembina KBS sasaran

penerima KUBE yang dibantu oleh pendamping dan Kepala Desa atau

Kelurahan setempat. Selain itu, Dinas Sosial juga mempunyai peran untuk

melakukan Evaluasi. (Buku Petunjuk Teknis P2FM melalui KUBE, 4-

11:2008)

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, peneliti ingin meneliti

tentang sejauh mana kinerja yang dilakukan oleh Dinas Sosial Kabupaten

Sragen dalam pelaksanaan Program Pemberdayaan Fakir Miskin (P2FM)

khususnya Kinerja Dinas Sosial dalam pengembangan KUBE. Dengan

demikian, melalui penelitian ini diharapkan nantinya akan memperoleh

gambaran mengenai Kinerja Dinas Sosial dalam pengembangan KUBE

khususnya diwilayah Kabupaten Sragen.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah yang telah disampaikan maka perumusan

masalahnya adalah:

“Bagaimana Kinerja Dinas Sosial Kabupaten Sragen dalam pelaksanaan

P2FM khususnya dalam pengembangan KUBE di Kabupaten Sragen ? “

C. Tujuan Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat beberapa tujuan yang ingin dicapai

penulis, antara lain :

1. Tujuan Operasional

a. Untuk mengetahui kinerja Dinas Sosial Kabupaten Sragen dalam

pelaksanaan Program Pemberdayaan Fakir Miskim (P2FM) khususnya

dalam pengembangan Kelompok Usaha Bersama (KUBE).

b. Untuk mengetahui hambatan- hambatan yang dihadapi Dinas Sosial

Kabupaten Sragen dalam pengembangan Kelompok Usaha Bersama

(KUBE).

2. Tujuan Fungsional

Untuk menyelesaikan tugas akhir kuliah (skripsi) sarjana (S-1) Jurusan

Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

D. Manfaat Penelitian

Dalam sebuah penelitian diharapkan akan menghasilkan manfaat

yang dapat dirasakan, baik oleh penulis maupun orang lain. Adapun beberapa

manfaat dari penelitian ini, antara lain :

1. Memberikan gambaran mengenai Kinerja Dinas Sosial Kabupaten Sragen

dalam pelaksanaan Program Pemberdayaan Fakir Miskin (P2FM)

khususnya dalam pengembangan Kelompok Usaha Bersama (KUBE) di

wilayah Sragen.

2. Merupakan informasi untuk kepentingan penelitian lanjutan tentang

Kinerja birokrasi yang menyangkut perkembangan Kelompok Usaha

Bersama (KUBE) di Kabupaten Sragen.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kinerja

1. Pengertian kinerja

Istilah kinerja merupakan terjemahan dari performance yang

sering diartikan diartikan oleh para cendikiawan sebagai “penampilan”,

“unjuk kerja”, atau “prestasi’. Sedangkan dalam kamus Illustrated Oxford

Dictionary (1998; 606), istilah ini menunjukkan “the execution or

fulfillment of a duty” (pelaksanaan atau pencapaian dari suatu tugas), atau

a person’s achievement under test conditions e13tc. (pencapaian hasil dari

seseorang ketika diuji, dsb). (Keban, 2004:192)

Menurut Otley dalam Mahmudi (2005: 6), kinerja mengacu

pada sesuatu yang terkait dengan kegiatan melakukan pekerjaan yang

meliputi hasil yang dicapai kerja tersebut. Menurut Rogers dalam

Mahmudi (2005:6), mendefinisikan kinerja sebagai hasil kerja itu sendiri

(outcomes of work), karena hasil kerja memberi keterkaitan yang kuat

terhadap tujuan-tujuan strategik organisasi, kepuasan pelanggan, dan

kontribusi ekonomi.

Bernardin dan Russel dalam Keban (2004: 192) mendefinisikan

kinerja sebagai ‘’.... the record of outcomes produced on a specified job

function or activity during specified time period....’’ dalam definisi ini,

aspek yang ditekankan oleh kedua pengarang tersebut adalah catatan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

tentang hasil-hasil yang diperoleh dari fungsi-fungsi pekerjaan tertentu

atau kegiatan selama kurun waktu tertentu. Sedangkan Widodo (2008: 78-

79) menyebutkan bahwa kinerja merupakan gambaran mengenai tingkat

pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan dalam

mewujudkan sasaran, tujuan, misi, visi organisasi.

Widodo (2008: 79) menyatakan bahwa pada hakikatnya kinerja

berkaitan dengan tanggung jawab individu atau organisasi dalam

menjalankan apa yang menjadi wewenang dan tanggung jawab yang telah

diberikan kepadanya. Kinerja adalah melakukan suatu kegiatan dan

menyempurnakannya sesuai dengan tanggung jawabnya dengan hasil

seperti yang diharapkan.

Dari definisi di atas, maka dapat disimpulkan kinerja atau

performance merupakan capaian/hasil kerja dari suatu organisasi atau

instansi dalam jangka waktu tertentu. Yang dinilai dari kinerja ini adalah

sejauh mana organisasi atau instansi melaksanakan tugasnya sesuai dengan

target/sasaran yang telah ditentukan sebelumnya atau kesesuaian

pelaksanaan tugas dengan visi misi yang diemban oleh organisasi atau

instansi tersebut.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja

Kinerja merupakan suatu hal yang banyak dipengaruhi oleh

berbagai faktor yang berpengaruh terhadap pelaksanannya. Menurut

Mahmudi (2005:20), Kinerja merupakan suatu konstruk multidimensional

yang mencakup banyak faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor yang

mempengaruhi kinerja adalah:

a. Faktor personal/individual, meliputi: pengetahuan, ketrampilan (skill),

kemampuan, kepercayaan diri, motivasi, dan komitmen yang dimiliki

oleh setiap individu.

b. Faktor kepemimpinan, meliputi: kualitas dalam memberikan dorongan,

semangat, arahan, dan dukungan yang diberikan manajer terhadap

team leader.

c. Faktor tim, meliputi: kualitas dukungan dan semangat yang diberikan

oleh rekan satu tim, kepercayaan terhadap sesame anggota tim,

kekompakan dan keeratan anggota tim.

d. Faktor sistem, meliputi: sistem kerja, fasilitas kerja atau infrastruktur

yang diberikan oleh organisasi, dan kultur kerja dalam organisasi.

e. Faktor kontekstual (situasional), meliputi: tekanan dan perubahan

lingkungan eksternal dan internal.

Yuwono dkk dalam Tangkilisan (2007: 180) mengemukakan

bahwa faktor-faktor yang dominan mempengaruhi kinerja suatu organisasi

meliputi upaya manajemen dalam menerjemahkan dan menyelaraskan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

tujuan organisasi, budaya organisasi, kualitas sumber daya manusia yang

dimiliki organisasi dan kepemimpinan yang efektif.

Mengenai gaya kepemimpinan, Andre A. de Wall dalam jurnal

“Performance Performance-driven behavior as the key to improved

organizational performance, vol 14. No 1. 2010.” (2010: 83) menyatakan

bahwa:

“A manager with an effective style is able to explicitly steer on results while simultaneously giving support to employees to help them in obtaining the desired results. Steering entails making clear agreements, monitoring, discussing progress issues and calling upon the own responsibility of employees. Support asks for a coaching management style which is aimed at enlarging people’s insight into their possibilities for influencing their own results and at stimulating their feelings of responsibility. When the management style is restricted to only steering, a directive style without much regard for the importance of individual responsibility will be the result. However, when the management style is limited to only supporting and coaching, decreased commitment and disorientation will be the result. The combination of result-oriented steering and coaching equals the style of result-oriented coaching.”

Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa manajer dengan

cara yang efektif sangat berperan dalam mengendalikan dan memberi

dukungan dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Ada dua gaya

manajemen, yaitu gaya manajemen yang menekankan pada hasil (result

oriented steering) dan gaya manajemen pembinaan (coaching) yang

berorientasi pada pembinaan dan memberikan kebebasan pada karyawan.

Ketika manajer hanya berorientasi pada gaya manajemen yang

menekankan pada hasil, maka akan tanggung jawab individual akan sedikit

diperhatikan. Apabila manajemen hanya berorientasi pada gaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

manajemen pembinaan, maka akan mengurangi komitmen dan

disorientasi. Karena itu keduanya harus berjalan secara seimbang.

Ruky dalam Tangkilisan (2007 : 180) mengidentifikasikan faktor-

faktor yang berpengaruh langsung terhadap tingkat pencapaian kinerja

organisasi sebagai berikut :

a. Teknologi yang meliputi peralatan kerja dan metode kerja yang

digunakan untuk menghasilkan produk atau jasa yang dihasilkan oleh

organisasi. Semakin berkualitas teknologi yang digunakan, maka akan

semakin tinggi tingkat kinerja organisasi tersebut.

b. Kualitas input atau material yang digunakan oleh organisasi.

c. Kualitas lingkungan fisik yang meliputi keselamatan kerja, penataan

ruangan, dan kebersihan.

d. Budaya organisasi sebagai pola tingkah laku dan pola kerja yang ada

dalam organisasi yang bersangkutan.

e. Kepemimpinan sebagai upaya untuk mengendalikan anggota

organisasi agar bekerja sesuai dengan standar dan tujuan organisasi.

f. Pengelolaan sumber daya manusia yang meliputi aspek kompensasi,

imbalan, promosi, dan lain-lain.

Sedangkan Soesilo dalam Tangkilisan (2007 : 180-181)

mengemukakan bahwa kinerja suatu organisasi birokrasi di masa depan

dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut :

a. Struktur organisasi sebagai hubungan internal yang berkaitan dengan

fungsi yang menjalankan aktivitas organisasi.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

b. Kebijakan pengelolaan, berupa visi dan misi organisasi.

c. Sumber daya manusia, yang berkaitan dengan kualitas karyawan

untuk bekerja dan berkarya secara optimal.

d. Sistem informasi manajemen, yang berhubungan dengan pengelolaan

data base untuk digunakan dalam mempertinggi kinerja organisasi.

e. Sarana dan prasarana yang dimiliki, yang berhubungan dengan

penggunaan teknologi bagi penyelenggaraan organisasi pada setiap

aktivitas organisasi.

Atmosoeprapto dalam Tangkilisan (2007: 181-182)

mengemukakan bahwa kinerja suatu organisasi akan sangat dipengaruhi

oleh faktor internal maupun faktor eksternal berikut ini :

a. Faktor eksternal yang terdiri dari :

1) Faktor politik, yaitu hal yang berhubungan dengan keseimbangan

kekuasaan Negara yang berpengaruh pada keamanan dan

ketertiban, yang akan mempengaruhi ketenangan organisasi untuk

berkarya secara maksimal.

2) Faktor ekonomi, yaitu tingkat perkembangan ekonomi yang

berpengaruh pada tingkat pendapatan masyarakat sebagai daya beli

untuk menggerakkan sektor-sektor lainnya sebagai suatu system

ekonomi yang lebih besar.

3) Faktor sosial, yaitu orientasi nilai yang berkembang di tengah

masyarakat, yang mempengaruhi pandangan mereka terhadap etos

kerja yang dibutuhkan bagi peningkatan kinerja organisasi.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

b. Faktor internal yang terdiri dari :

1) Tujuan organisasi, yaitu apa yang ingin dicapai dan apa yang ingin

diproduksi oleh suatu organisasi.

2) Struktur organisasi, sebagai desain antara fungsi yang akan

dijalankan oleh unit organisasi dengan struktur formal yang ada.

3) Sumber daya manusia, yaitu kualitas dan pengelolaan anggota

organisasi sebagai penggerak jalanya organisasi secara

keseluruhan.

4) Budaya organisasi, yaitu gaya identitas suatu organisasi dalam pola

kerja yang baku dan menjadi citra organisasi yang bersangkutan.

Kedua faktor ini adalah berbagai hal yang ada di dalam maupun

diluar organisasi yang akan selalu dihadapi oleh organisasi atau instansi

dalam menjalankan tugas dan fungsinya.

3. Penilaian Kinerja

Chandler dan Plano dalam Keban (2004: 195) penilaian kinerja

adalah “…an evaluation of an employee’s progress or lack of progress

measured in terms of job effectiveness….”. batasan ini lebih menekankan

evaluasi kemajuan atau kegagalan dari seorang pegawai. Sedangkan

Bernadin dan Russel dalam Keban (2004 : 195 ) mendefinisikan penilaian

kinerja itu sebagai “… a way of measuring the contributions of individuals

to their organization…”. Yang ditekankan dalam batasan ini adalah cara

mengukur kontribusi yang diberikan oleh setiap individu bagi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

organisasinya. Dan tujuannya adalah memberikan insentif atau desentif

kepada hasil kerja yang dicapai masa lampau, dan memberi motivasi

terhadap perbaikan kinerja dimasa mendatang.

Menurut Widodo (2008: 95), pengukuran kinerja merupakan

aktivitas menilai kinerja yang dicapai oleh organisasi, dalam

melaksanakan kegiatan berdasarkan indikator kinerja yang telah

ditetapkan. Dengan pengukuran kinerja maka dapt dilihat tingkat

keberhasilan dan kegagalan dari suatu organisasi dalam melaksanakan

kebijakan, program dan kegiatan yang telah ditetapkan sebelumnya dalam

rencana strategis.

Menurut Mahmudi (2005: 14) tujuan dilakukan penilaian kinerja di

sektor publik adalah :

a. Mengetahui tingkat ketercapaian tujuan organisasi

b. Menyediakan sarana pembelajaran pegawai

c. Memperbaiki kinerja periode berikutnya

d. Memberikan pertimbangan yang sistematik dalam pembuatan

keputusan pemberian reward and punishment

e. Memotivasi pegawai

f. Menciptakan akuntabilitas publik

Pengukuran kinerja mempunyai beberapa manfaat. Simon dalam

Mahsun (2009 : 26) menyebutkan bahwa pengukuran kinerja membantu

manajer dalam memonitor implementasi stategi bisnis dengan cara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

membandingkan antara hasil aktual dengan sasaran dan tujuan strategis.

Dari manfaat ini dapat disimpulkan bahwa pengukuran kinerja adalah

suatu metode atau alat yang digunakan untuk mencatat dan menilai

pencapaian pelaksanaan kegiatan berdasarkan tujuan, sasaran, dan strategi

sehingga dapat diketahui kemajuan organisasi serta meningkatkan kualitas

pengambilan keputusan dan akuntabilitas.

Pengukuran kinerja menjadi suatu keharusan bagi setiap unit

organisasi instansi pemerintah, karena:

a. Jika kinerja tidak diukur, maka tidak mudah membedakan antara

keberhasilan dan kegagalan.

b. Jika suatu keberhasilan tidak diidentifikasi, maka kita tidak dapat

menghargainya.

c. Jika keberhasilan tidak dihargai, kemungkinan besar malahan

menghargai kegagalan.

d. Jika tidak mengenali keberhasilan, berarti juga tidak akan bisa belajar

dari kegagalan.

(Widodo 2008:94)

Dari berbagai hal diatas dapat disimpulkan bahwa pengukuran

kinerja mempunyai peran yang penting dalam pengembangan kapasitas

organisasi, mengukur tingkat keberhasilan program dan penentuan strategi

selanjutnya dalam melaksanakan tugas dan fungsi organisasi atau instansi.

Selain itu tanpa adanya pengukuran kinerja, maka tidak akan diketahui

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

mana yang harus dihargai serta dipertahankan dan mana yang harus

diperbaiki oleh organisasi atau instansi tersebut.

Menurut Widodo (2008: 95) pengukuran kinerja dapat dilakukan

dengan cara:

a. Membandingkan antara rencana dengan realisasi

b. Realisasi tahun ini dengan tahun lalu

c. Membandingkan organisasi lain yang sejenis

d. Membandingkan antara realisasi dengan standarnya

Dalam menilai suatu kinerja, ada berbagai faktor yang sangat

berpengaruh terhadap hasil suatu penilaian kinerja. Menurut Decotiit dan

Petit dalam Keban (2004: 201), mengungkapkan bahwa ada beberapa

faktor yang menentukan efektivitas suatu penilaian kinerja, yaitu:

a. Relevansi dari kriteria kinerja yang dipilih

b. Kemampuan penilai dalam mengevaluasi kinerja pihak yang dinilai

secara benar

c. Motif penilai dalam mengevaluasi secara tepat.

d. Penerimaan pihak yang dinilai terhadap proses penilaian

Menurut Siagian yang dikutip oleh Keban (2004: 197), sistem

penilaian kinerja yang baik akan sangat bermanfaat untuk berbagai

kepentingan, seperti mendorong peningkatan prestasi kerja, bahan

pengambilan keputusan dalam pemberian imbalan, kepentingan mutasi

pegawai, penyusunan program pendidikan dan pelatihan, dan membantu

pegawai dalam menentukan rencana kariernya.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

Sistem pengukuran kinerja organisasi yang baik juga sangat

diperlukan karena merupakan suatu kerangka dasar untuk akuntabilitas

dan pengambilan keputusan dengan unsur-unsur utamanya yaitu:

a. Perencanaan dan penetapan tujuan

b. Pengembangan cara pengukuran yang sesuai (relevan)

c. Perencanaan dan penetapan tujuan

d. Pengembangan cara pengukuran yang sesuai (relevan)

e. Pelaporan hasil secara formal

f. Pemanfaatan informasi

(widodo 2008:95)

Karena sebagai kerangka dasar inilah, sistem pengukuran kinerja

hendaknya dibuat sebaik dan seefektif mungkin untuk mencapai

pengukuran kinerja yang akurat demi tercapainya tujuan pengukuran

kinerja organisasi.

4. Indikator Kinerja

Dalam mengukur kinerja suatu instansi dalam melaksanakan tugas

dan fungsinya, tentunya diperlukan indikator sebagai alat ukur untuk

mengetahui seberapa jauh pencapaian kerja organisasi tersebut, apakah

sudah sesuai dengan standar indikator tersebut atau tidak.

Indikator kinerja merupakan ukuran kuantitatif dan/atau kualitatif

yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang

telah ditetapkan (Widodo 2008:97).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

Indikator kinerja sebagai alat untuk mengukur kinerja hendaknya

perlu mempertimbangkan berbagai hal dalam penyusunannya. Menurut

Mahmudi (2005: 91), indikator yang dikembangkan hendaknya memiliki

karakteristik sebagai berikut:

a. Sederhana dan mudah dipahami

b. Dapat diukur

c. Dapat dikuantifikasikan

d. Dikaitkan dengan standar atau target kinerja

e. Berfokus pada customer service, kualitas, dan efisiensi

f. Dikaji secara teratur

Menurut Mahmudi (2005: 91-94), penentuan indikator kinerja juga

perlu mempertimbangkan komponen berikut:

a. Biaya pelayanan

Indikator biaya merupakan elemen penting untuk mengukur ekonomi

dan efisiensi. Manfaat indikator biaya adalah untuk menilai kelayakan

tariff pelayanan dengan tingkat pelayanan yang diberikan serta untuk

melakukan analisis keuangan.

b. Tingkat pemanfaatan

Indikator tingkat pemanfaatan (utilisasi) diperlukan untuk mengetahui

ada atau tidaknya kapasitas yang menganggur (idle capacity) atas

sumber daya yang dimiliki organisasi. Tingkat utilisasi dapat diketahui

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

dengan cara membandingkan tingkat pemanfaatan dengan kapasitas

yang tersedia.

c. Kualitas dan standar pelayanan

Indikator kualitas pelayanan ini misalnya kecepatan pelayanan,

ketepatan waktu, kecepatan respon, keramahan, kenyamanan,

kenyamanan, kebersihan, keamanan, keindahan, etika dan sebagainya.

Standar pelayanan terkait dengan tingkat pelayanan minimal yang harus

diberikan.

d. Cakupan pelayanan

Indikator cakupan pelayan diperlukan uuntuk mengetahui tingkat

penyediaan pelayanan yang diberikan (supply) dengan permintaan

pelayanan yang dibutuhkan (demand). Pembuatan indikator pelayanan

penting untuk perencanaan mengenai peningkatan kapasitas pelayanan,

alternatif pelayanan atau substitusi pelayanan.

e. Kepuasan pelanggan

Kepuasan pelanggan merupakan salah satu bentuk hasil suatu

pelayanan publik. Kepuasan pelanggan dapat dikategorikan sebagai

tujuan tingkat tinggi dalam suatu system pengukuran kinerja. Oleh

karena itu, pembuatan indikator kinerja harus memasukkan indikator

kepuasan pelanggan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

Ratminto dan Atik Septi Winarsih (2005:179- 182) menjelaskan

bahwa untuk mengukur kinerja harus dipergunakan dua jenis ukuran, yaitu

ukuran yang berorientasi pada proses dan ukuran yang berorientasi pada

hasil. Adapun ukuran atau indikator-indikator tersebut adalah sebagai

berikut:

a. Indikator kinerja yang berorientasi pada Hasil, yamg meliputi:

1) Evektivitas

Efektivitas adalah tercapainya tujuan yang telah ditetapkan, baik

itu dalam bentuk target, sasaran jangka panjang maupun misi

organisasi. Akan tetapi pencapaian tujuan ini harus mengacu pada

visi organisasi.

2) Produktivitas

Produktivitas adalah ukuran yang menunjukkan kemampuan

Pemerintah Daerah untuk menghasilkan keluaran yang dibutuhkan

oleh masyarakat

3) Efisiensi

Efisiensi adalah perbandingan terbaik antara keluaran dan

masukan. Idealnya Pemerintah harus dapat menyelenggarakan

suatu jenis pelayanan tertentu dengan masukan (biaya dan waktu)

yang sedikit mungkin. Dengan demikian, kinerja Pemerintah

Daerah akan menjadi semakin tinggi apabila tujuan-tujuan yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

telah ditetapkan dapat dicapai dalam waktu yang sesingkat-

singkatnya dan dengan biaya yang semurah-murahnya.

4) Kepuasan

Kepuasan artinya seberapa jauh Pemerintah Daerah dapat

memenuhi kebutuhan karyawan dan masyarakat.

5) Keadilan

Keadilan yang merata, artinya cakupan atau jangkauan kegiatan

pelayanan yang diberikan oleh Pemerintah Daerah harus

diusahakan seluas mungkin dengan distribusi yang merata dan

diperlakukan secara adil.

b. Indikator kinerja yang berorientasi pada proses, yang meliputi:

1) Responsivitas

Responsivitas adalah kemampuan provider untuk mengenali

kebutuhan masyarakat, menyusun agenda dan prioritas pelayanan,

serta mengembangkan program-program pelayanan sesuai dengan

kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Secara singkat dapat dikatakan

bahwa responsivitas ini mengukur daya tanggap provider terhadap

harapan, keinginan dan aspirasi serta tuntutan customers.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

2) Responsibilitas

Responsibilitas adalah ukuran yang menunjukkan seberapa besar

tingkat kesesuaian antara penyelenggaraan pemerintahan dengan

hokum atau peraturan dan prosedur yang telah ditetapkan.

3) Akuntabilitas

Akuntabilitas adalah ukuran yang menunjukkan seberapa besar

tingkat kesesuaian antara penyelenggara pemerintahan dengan

ukuran- ukuran eksternal yang ada di masyarakat dan dimiliki oleh

stakeholders, seperti nilai dan norma yang berkembang dalam

masyarakat.

4) Keadaptasian

Adalah ukuran yang menunjukkan daya tanggap organisasi

terhadap tuntutan perubahan yang terjadi di lingkungannya.

5) Kelangsungan hidup

Artinya seberapa jauh Pemerintah Daerah atau program dapat

menunjukkan kemampuan untuk terus berkembang dan bertahan

hidup dalam berkompetisi dengan daerah atau program lain.

6) Keterbukaan/transparasi

Keterbukaaan atau transparasi adalah bahwa prosedur/tata cara,

penyelenggaraan pemerintahan dan hal-hal lain yang berkaitan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

dengan proses pelayanan umum, wajib diinformasikan secara

terbuka agar mudah diketahui dan dipahami oleh masyarakat, baik

diminta maupun tidak diminta.

7) Empati

Adalah perlakuan atau perhatian Pemerintah Daerah atau

penyelenggara jasa pelayanan atau peoviders terhadap isu-isu

actual yang sedang berkembang dalam masyarakat.

Menurut Mithat Zeydan dan Cu¨ neyt C¸ olpan dalam International

Journal of Production Research Vol. 47, No. 15, 1 August 2009 hal 4327–

4349 (dalam www.informaworld.com) disebutkan bahwa:

“The choice of performance indicators has a major impact on the

operation of any organization and the direction it takes for the

future. Thus, knowledge of the factors which drive the behaviour of

the organisation and influence its performance becomes crucial

(Audit Commission for Local Authorities 2000). The performance

indicators could be, in general, considered as measures of

efficiency and effectiveness. It is worth expanding here on these

two words which sound similar but are often used interchange ably

albeit mistakenly. Effectiveness is a measure of obtaining desired

results such as the right product with expected quality. Efficiency

is defined as the ratio of output to input as in data envelopment

analysis (DEA) (Meredith 1992, Vonderembse and White 1995). In

other words, effectiveness is doing the right things, and efficiency

is doing things right (Chase and Aquilano 1992)”

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

(Pemilihan indikator kinerja memiliki pengaruh besar terhadap

pengoperasian setiap organisasi dan arah yang diperlukan untuk

masa depan. Dengan demikian, pengetahuan tentang faktor-faktor

yang mendorong perilaku organisasi dan mempengaruhi kinerja

perusahaan menjadi sangat penting (Komisi Audit Pemerintah

Daerah 2000). Indikator kinerja dapat, secara umum, dianggap

sebagai ukuran efisiensi dan efektifitas. Perlu memperluas dua kata

yang terdengar serupa tetapi sering digunakan dengan kemampuan

pertukaran meskipun keliru. Efektivitas adalah ukuran untuk

mendapatkan hasil yang diinginkan seperti produk yang tepat

dengan kualitas yang diharapkan. Efisiensi didefinisikan sebagai

rasio output terhadap input seperti dalam balutan analisis data

(DEA) (Meredith 1992, Vonderembse dan White 1995). Dengan

kata lain, efektivitas adalah melakukan hal yang benar, dan

efisiensi adalah melakukan hal yang benar (Chase dan Aquilano

1992) "

Agus Dwiyanto (2008: 49-51) mengemukakan bahwa penilaian

kinerja birokrasi publik tidak cukup hanya menggunakan indikator-

indikator yang melekat pada birokrasi itu, seperti efisiensi dan efektivitas,

tetapi harus dilihat juga dari indikator-indikator yang melekat pada

penggunan jasa, seperti kepuasan pengguna jasa, akuntabilitas,

responsivitas. Untuk itu Agus Dwiyanto mengemukakan lima indikator

yang biasanya digunakan untuk mengukur kinerja birokrasi publik, yaitu:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

a. Produktivitas

Konsep produktivitas tidak hanya mengukur tingkat efisiensi,

tetapi juga efektivitas pelayanan. Produktivitas pada umumnya

dipahami sebagai rasio antara input dengan output.

b. Kualitas layanan

Dengan menggunakan indikator ini, informasi mengenai kepuasan

masyarakat seringkali tersedia secara mudah dan murah. Informasi

mengenai kepuasan terhadap kualitas pelayanan sering kali dapat

diperoleh dari media massa atau diskusi publik.

c. Responsivitas

Responsivitas adalah kemampuan organisasi untuk mengenali

kebutuhan masyarakat, menyusun agenda dan prioritas pelayanan,

dan mengembangkan program-program pelayanan publik sesuai

dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat.

d. Responsibilitas

Responsibilitas menjelaskan apakah pelaksanaan kegiatan

organisasi itu dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi

yang baik dan benar atau sesuai dengan kebijakan organisasi.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

e. Akuntabilitas

Konsep akuntabilitas publik dapat digunakan untuk melihat

seberapa besar kebijakan dan kegiatan organisasi publik itu

konsisten dengan kehendak masyarakat banyak.

Menurut Widodo (2008: 91-92) terdapat lima indikator kinerja

yaitu masukan (inputs), keluaran (outputs), hasil (outcomes), manfaat

(benefits), dan dampak (impacts). Indikator masukan merupakan suatu

yang dibutuhkan agar pelaksanaan kegiatan dan program berjalan untuk

menghasilkan keluaran. Indikator keluaran merupakan segala sesuatu

berupa produk sebagai hasil langsung pelaksanaan suatu kegiatan dan

program berdasarkan masukan yang digunakan. Indikator hasil merupakan

suatu yang mencerminkan berfungsinya keluaran kegiatan pada jangka

menengah. Merupakan seberapa jauh setiap produk/jasa yang dapat

memenuhi kebutuhan dan harapan masyarakat. Indikator manfaat

merupakan kegunaan suatu keluaran yang dirasakan langsungoleh

masyarakat, dapat berupa fasilitas yang dapat diakses oleh publik.

Indikator dampak merupakan ukuran tingkat pengaruh social, ekonomi,

lingkungan, atau kepentingan umum lain yang dimulai oleh capaian

kinerja setiap indikator dalam suatu kegiatan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

Sehubungan dengan penelitian kinerja Dinas Sosial Kabupaten

Sragen dalam pelaksanaan Program Pemberdayaan Fakir Miskin (P2FM)

melalui Kelompok Usaha Bersama (KUBE) ada beberapa indikator yang

dapat digunakan antara lain Efektivitas, Responsivitas dan Akuntabilitas.

Alasan pemilihan indikator tersebut adalah ketiga indikator tersebut sesuai

untuk menilai kinerja dari Dinas Sosial Kabupaten Sragen dalam

pelaksanaan P2FM khususnya dalam pengembangan KUBE di Kabupaten

Sragen.

B. Pengembangan Kelompok Usaha Bersama (KUBE) )

1. Kelompok Usaha Bersama (KUBE)

Kelompok Usaha Bersama (KUBE) merupakan wujud kegiatan dari

Program Pemberdayaan Fakir Miskin (P2FM) dan P2FM merupakan bagian

dari kebijakan Pengentasan Kemiskinan. Program Pemberdayaan Fakir Miskin

(P2FM) merupakan program untuk meningkatkan kapasitas para Keluarga

Binaan Sosial (KBS) agar mereka memiliki kemampuan dan kepercayaan diri

dalam memenuhi kebutuhan dasarnya. Program ini mengupayakan

kemandirian dan kesejahteraan Fakir Miskin . Mandiri berarti mampu

mengorganisasikan diri untuk mengoptimalkan sumber daya yang ada

disekitarnya dan mengelola sumber daya tersebut untuk mengatasi masalah

yang dihadapinya khususnya masalah kemiskinan. Para Keluarga Binaan

Sosial (KBS) diberikan dana amanah yang dalam pelaksanaan P2FM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

diposisikan sebagai dana stimulan untuk melakukan perubahan sikap dan

perilaku masyarakat agar dapat sejahtera. Dana stimulan yang dikelola KBS

kemudian akan digulirkan ke KBS lainnya yang belum terkena program ini.

(www.banjar-jabar.go.id)

Dalam Program Pemberdayaan Fakir Miskin (P2FM) yang

sasarannya para fakir miskin atau Keluarga miskin mempunyai tujuan untuk

mengupayakan agar mereka mampu memperbaiki taraf kesejahteraan

sosialnya sehingga dapat hidup layak tanpa ketergantungan pada pihak/ orang

lain dan akhirnya akan mampu berperan dalam proses pembangunan. Sebagai

salah satu upaya untuk memperlancar pelaksanaan P2FM itu melalui

Kelompok Usaha Bersama (KUBE).

Kelompok Usaha Bersama (KUBE) adalah suatu kelompok Keluarga

Binaan Sosial (KBS) yang terdiri dari 10 orang yang atas bimbingan dan

kesadaran bersama berupaya meningkatkan kesejahteraannya dengan diberi

tanggung jawab untuk mengelola Stimulan Ekonomis Produktif yang

merupakan wahana untuk meningkatkan kesejahteraan masing-masing

anggota dengan aturan mengembangkan dan menggulirkan stimulan tersebut

kepada warga lainnya sebagai wujud rasa kesadaran tanggung jawab dan

kesetiakawanan sosial. (Buku Petunjuk Praktis Pengelolaan KUBE, 1: 2003)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

Ciri- ciri sasaran program ini yang akan menjadi anggota KUBE

antara lain:

a. Ekonomi tidak mampu

b. Memilikki berbagai keterbatasan penghasilan, pendidikan,perumahan,

ketrampilan,hubungan sosial

c. Usia 21- 55 tahun

d. Memiliki embrio usaha

e. Bersedia mengembangkan KUBE secara berkelanjutan

f. Berdomosili di Desa/ Kelurahan lokasi kegiatan

g. Mempunyai kemauan dan keinginan untuk berkembang dan mandiri

(Buku Petunjuk Teknis P2FM melalui KUBE, 2008:2)

Tujuan utama pelaksanaan KUBE adalah :

a. Meningakatkan taraf kesejahteraan fakir miskin dari segala kondisi

keterbatasannya secara bersama-sama.

b. Meningkatkan pendapatan anggota KUBE fakir miskin melalui usaha yang

mandiri.

c. Meningkatkan kemampuan KUBE fakir miskin dalam mengakses berbagai

pelayanan sosial dasar dan pasar perbankan untuk memenuhi kebutuhan

kehidupannya.

d. Peningkatan kepedulian dan kesetiakawanan sosial diantara para anggota

KUBE dan dengan masyarakat sekitar.

(Buku Petunjuk Teknis P2FM melalui KUBE, 2008:2)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

2. Pengembangan

Pengertian Pengembangan menurut J.S Badudu dan Sutan

Muhammad Zain dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (1994) memberikan

definisi pengembangan adalah hal, cara, atau hasil kerja mengembangkan.

Sedangkan mengembangkan itu berarti membuka, memajukan, membuat jadi

maju dan bertambah baik. Jadi Pengembangan dapat diartikan sebagai suatu

usaha yang dilakukan untuk memajukan atau menjadikan lebih maju suatu

obyek atau hasil kerja agar menjadi lebih baik dari sebelumnya dan

mempunyai hasil guna bagi kepentingan bersama. Biasanya pengembangan

dilakukan secara terencana untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai.

Dengan demikian, pengembangan Kelompok Usaha Bersama

(KUBE) adalah suatu usaha yang dilakukan untuk memajukan atau membuat

lebih maju KUBE agar menjadi lebih baik dan dapat mempunyai hasil guna

bagi kepentingan bersama yang sesuai dengan tujuan KUBE yang hendak

dicapai.

C. Kinerja Dinas Sosial Kabupaten Sragen dalam Pengembangan Kelompok

Usaha Bersama (KUBE)

Dari pengertian- pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa

Kinerja Dinas Sosial Kabupaten Sragen dalam Pengembangan KUBE adalah

upaya atau kemampuan Dinas Sosial Kabupaten Sragen dalam memajukan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

atau menjadikan lebih maju KUBE untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan sebelumnya dalam jangka waktu tertentu. Dalam penelitian ini

kinerja yang dinilai adalah kinerja dalam jangka waktu mulai dari sejak

pertama kalinya KUBE dibentuk di Kabupaten Sragen yaitu pada tahun 2007

sampai sekarang.

Sehubungan dengan penilaian kinerja Dinas Sosial Kabupaten Sragen

ada berbagai indikator yang dapat digunakan, antara lain Efektivitas,

responsivitas, dan akuntabilitas Beberapa indikator ini dapat memberikan

gambaran penilaian mengenai keberhasilan dan kegagalan suatu program atau

kegiatan yang dilaksanakan Dinas Sosial Kabupaten Sragen dalam kurun

waktu tertentu dimana pada akhirnya dapat dijadikan input bagi perbaikan dan

peningkatan kinerja selanjutnya. Secara spesifik indikator-indikator tersebut

juga mampu memberikan penilaian tentang tanggung jawab Dinas Sosial

Kabupaten Sragen dalam meningkatkan taraf kesejahteraan masyarakatnya

yang lemah ekonominya, kaitannya dengan penelitian ini adalah mengenai

pengembangan KUBE yang dilakukan Dinas Sosial Kabupaten Sragen dan

pada akhirnya juga akan memberikan gambaran tingkat pencapaian tujuan

atau target dari program tersebut. Penjelasan indikator Kinerja Dinas Sosial

Kabupaten Sragen dalam pengembangan KUBE adalah sebagai berikut:

1. Efektivitas yaitu dengan mengukur tingkat tercapainya tujuan yang telah

ditetapkan baik itu dalam bentuk target dalam jangka waktu tertentu.

Selain itu indikator Efektivitas ini dapat untuk mengukur seberapa besar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

pengembangan itu memiliki hasil sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan

oleh Dinas Sosial Kabupaten Sragen.

2. Responsiveness atau responsivitas yaitu dengan mengukur daya tanggap atau

kemampuan Dinas Sosial Kabupaten Sragen terhadap harapan, keinginan,

kebutuhan dan aspirasi serta tuntutan masyarakat mengenai pelaksanaan

pengembangan KUBE itu sendiri agar mampu mencapai tujuan yang telah

ditetapkan sebelumnya.

3. Accountability atau akuntabilitas adalah suatu ukuran yang dapat digunakan

untuk melihat seberapa besar kebijakan dan kegiatan yang dilakukan oleh

Dinas Sosial Kabupaten Sragen itu konsisten dengan kehendak masyarakat

banyak. Kinerja ini tidak hanya bisa dilihat dari ukuran internal yang

dikembangkan oleh pemerintah, seperti pencapaian target, tetapi harus

dinilai dari ukuran eksternal, seperti nilai-nilai dan norma yang berlaku

dalam masyarakat dan yang dimiliki oleh stakeholder.

Ketiga indikator inilah yang nantinya akan digunakan oleh penulis

dalam melakukan penelitian terhadap Kinerja Dinas Sosial Kabupaten

Sragen.

D. Kerangka Pikir

Dalam kerangka pemikiran ini akan dijelaskan proses berpikir peneliti

dalam rangka mengadakan penelitian tentang kinerja Dinas Sosial Kabupaten

Sragen. Dalam merealisasikan kinerjanya dalam pengembangan program ini

dapat diketahui melalui beberapa indikator, diantaranya adalah Efektivitas,

responsivitas dan akuntabilitas. Indikator-indikator itu dipilih karena dapat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

digunakan sebagai tolak ukur untuk menilai bagaimana pengembangan

Kelompok Usaha Bersama (KUBE) di Kabupaten Sragen. Apakah proses

tersebut sudah sesuai atau tidak dengan tujuan yang telah ditetapkan

sebelumnya.

Dalam kenyataannya, perkembangan KUBE di Kabupaten Sragen

kurang dapat berkembang secara maksimal. Bagaimana kinerja Dinas Sosial

Kabupaten Sragen dalam menghadapi masalah ini tentunya tidak terlepas dari

faktor- faktor penghambat yang dihadapi dalam melakukan pengembangan

KUBE

Untuk meningkatkan kinerjanya dalam pengembangan KUBE Di

Kabupaten Sragen maka Dinas Sosial harus dapat mengatasi berbagai faktor

penghambat yang ada. Upaya yang dilakukan tersebut tentunya digunakan

untuk memperbaiki kinerjanya dalam mencapai tujuan dari KUBE itu sendiri.

Kerangka berpikir dari kinerja Dinas Sosial Kabupaten Sragen ini dapat

dilihat dari gambar 2.1 :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran

Kurang berkembangnya KUBE yang ada di Kabupaten Sragen

Faktor Penghambat

Berkembangnya KUBE

Kinerja Dinas Sosial Kabupaten Sragen:

1. Efektivitas

2. Responsivitas

3. Akuntabilitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Bentuk Penelitian

Berdasarkan masalah yang diangkat dalam penelitian yang menekankan

pada proses dan makna, maka bentuk penelitian yang digunakan adalah

penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif dengan maksud memberikan

gambaran masalah secara sistematis, cermat, rinci dan mendalam mengenai

kinerja Dinas Sosial Kabupaten Sragen dalam pelaksanaan Program

Pemberdayaan Fakir Miskin (P2FM) khususnya pengembangan KUBE. Menurut

H.B Sutopo (2002: 48) penelitian kualitatif lebih menekankan pada makna, lebih

memfokuskan pada data kualitas dengan analisis kualitatifnya. Dengan kata lain

penelitiam kualitatif lebih mementingkan makna, tidak ditentukan oleh

kuantitasnya, tetapi lebih ditentukan oleh proses terjadinya dan cara memandang

atau perspektifnya.

B. Lokasi penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di Kabupaten Sragen, dengan

pertimbagan sebagai berikut :

1. Kabupaten Sragen merupakan wilayah yang masih mempunyai jumlah

penduduk miskin yang cukup besar besar yaitu 61.003 KK atau 24,67 % dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

jumlah penduduk Sragen menurut BPS yang berjumlah 247.230 KK (856.483

jiwa) .

2. KUBE di Kabupaten Sragen yang bentuk usahanya berupa pemeliharaan

ternak dari segi produktivitasnya masih kurang maksimal padahal Sragen

merupakan daerah yang subur yang mudah untuk mencari makanan ternak.

3. Adanya izin dari pihak-pihak terkait untuk melakukan penelitian di daerah–

daerah tersebut.

C. Teknik Penarikan Sampel

Penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan

teknik Purposive sampling, dimana informan diambil berdasarkan pertimbangan

tertentu. Pertimbangan tertentu itu misalnya orang tersebut dianggap paling tahu

tentang apa yang kita harapkan atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga

akan memudahkan peneliti menjelajahi obyek atau situasi sosial yang diteliti.

(Sugiyono, 2009: 53-54)

Dalam purposive sampling pemilihan sekelompok subyek didasarkan atas

ciri- ciri atau sifat- sifat tertentu yang mempunyai sangkut paut yang erat dengan

ciri-ciri atau sifat dari populasinya tersebut, sehingga dalam mencari informasi

didasarkan pada sumber atau informan yang dianggap tepat yaitu orang yang

mengetahui tentang seluk beluk masalah tersebut. Dalam penelitian ini, sampel

yang dipilih adalah pegawai Dinas Sosial Kabupaten Sragen bidang

pemberdayaan sosial yang menangani P2FM melalui KUBE yang berperan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

sebagai pelaksana program tingkat kabupaten dan warga masyarakat atau

keluarga binaan sosial (KBS) penerima KUBE.

D. Sumber Data

Menurut Sugiyono (2009: 62), dilihat dari sumber datanya maka

pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer dan sumber sekunder.

Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada

pengumpul data misalnya lewat wawancara maupun pengamatan. Dan sumber

sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada

pengumpul data, misalnya lewat dokumen atau arsip.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan sumber data sebagai berikut:

1. Informan

Dalam penelitian kualitatif posisi sumber data manusia (informan/

narasumber) sangat penting perannya sebagai individu yang memiliki

informasi. Peneliti dan narasumber memiliki posisi yang sama dan

narasumber bukan sekedar memberikan tanggapan pada yang diminta peneliti,

tetapi narasumber lebih memilih arah dan selera dalam menyajikan informasi

yang ia miliki (H.B. Sutopo, 2002:50).

Informan dalam penelitian ini terdiri dari :

a. Seksi Pemberdayaan Kesejahteraan Sosial Masyarakat yang menangani

KUBE

b. Masyarakat atau KBS penerima KUBE

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

c. Kepala Desa yang ada dilingkungan KUBE

d. Pendamping dari KUBE

2. Dokumen/arsip

Dokumen atau arsip merupakan bahan tertulis yang bergayutan dengan suatu

peristiwa atau aktivitas tertentu. Banyak peristiwa yang telah lama terjadi bisa

diteliti dan dipahami atas dasar kajian dari dokumen atau arsip-arsip yang

berkaitan dengan permasalahan yang diteliti (H.B. Sutopo, 2002: 54).

Dokumen- dokumen tersebut meliputi buku petunjuk praktis pengelolaan

KUBE tahun 2003, buku petunjuk teknis P2FM melalui KUBE tahun 2008,

data perkembangan KUBE di Sragen tahun 2009 dan Data Rekapitulasi Data

Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial Kabupaten Sragen tahun 2009 dan

dokumen- dokumen lain yang mendukung penelitian ini.

E. Teknik Pengumpulan Data

Beberapa langkah yang kami lakukan untuk mendapatkan data dalam

penelitian ini, antara lain :

1. Wawancara

Merupakan teknik pengumpulan data untuk memperoleh informasi melalui

tanya-jawab secara langsung dengan nara sumber atau responden yang diteliti

untuk melengkapi data yang diperlukan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

Menurut Esterberg dalam Sugiyono (2009 : 72), Wawancara adalah

pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab,

sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.

Dalam penelitian ini, wawancara untuk mendapatkan data yang sesuai akan

dilakukan pada pegawai Dinas Sosial Kabupaten Sragen bidang

pemberdayaan sosial yang menangani P2FM melalui KUBE, dan warga

masyarakat atau KBS penerima KUBE.

2. Observasi

Observasi merupakam teknik pengumpulan data dengan pengamatan dan

pencatatan langsung dilokasi penelitian mengenai kegiatan yang ada dan

sedang berlangsung. Dalam hal ini peneliti mengamati wujud keadaan

kegiatan KUBE yang ada dimasing- masing warga masyarakat atau KBS

penerima KUBE.

3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa

berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari

seseorang.(Sugiyono, 2009: 82).

Teknik dokumentasi ini dilakukan dengan mempelajari dan mencatat

dokumen-dokumen yang berkaitan dengan obyek penelitian ini demi

kesempurnaan penulisan. Dalam penelitian ini, teknik dokumentasi yang

dilakukan adalah dengan cara mencatat dan mengumpulkan data yang

bersumber dari arsip, buku-buku, laporan-laporan serta dokumen yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

berhubungan dengan masalah dan tujuan penelitian. Dokumen- dokumen

tersebut meliputi buku petunjuk praktis pengelolaan KUBE tahun 2003, buku

petunjuk teknis P2FM melalui KUBE tahun 2008, data perkembangan KUBE

di Sragen tahun 2009 dan Data Rekapitulasi Data Penyandang Masalah

Kesejahteraan Sosial Kabupaten Sragen tahun 2009 dan dokumen- dokumen

lain yang mendukung penelitian ini.

F. Validitas Data

Ketepatan dan kemantapan data tidak hanya tergantung dari ketepatan

memilih sumber data dan tehnik pengumpulan data. Data yang berhasil digali,

dikumpulkan dan dicatat, perlu diuji dengan pengembangan dengan melakukan

validitas data agar membuktikan apakah sesuatu yang diamati sesuai dengan

yang senyatanya. Validitas data merupakan jaminan bagi kemantapan simpulan

dan tafsir makna sebagai hasil penelitian. Untuk menguji kebenaran dari hasil

yang diperoleh maka dalam penelitian ini dilakukan triangulasi data.

Menurut H.B.Sutopo (2002:79) triangulasi data atau sumber

memanfaatkan jenis sumber data yang berbeda-beda untuk menggali data yang

sejenis. Triangulasi data digunakan untuk mengarahkan peneliti agar

mengumpulkan data dari beragam sumber data yang berbeda untuk menggali

data sejenis sehingga apa yang diperoleh dari sumber data yang satu dapat lebih

teruji kebenarannya bila digali dari sumber data yang berbeda. Yang

penekanannya pada perbedaan sumber data, bukan pada teknik pengumpulan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

data atau yang lain. Cara ini digunakan untuk mengarahkan peneliti agar dalam

pengumpulan data wajib menggunakan beragam sumber data yang tersedia,

artinya data yang sama/sejenis akan lebih mantap kebenarannya apabila digali

dari beberapa sumber yang berbeda. Triangulasi data digunakan dengan

membandingkan antara data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan data

yang diperoleh dari hasil observasi dan telaah arsip, dokumen, dan artikel dari

berbagai sumber. Dalam penelitian ini triangulasi metode dilakukan melalui

metode wawancara dengan berbagai informan baik dari pihak pegawai Dinsos

Sragen, masyarakat atau KBS penerima KUBE, Kepala Desa yang ada

dilingkungan KUBE serta Pendamping KUBE, observasi, dan telaah arsip,

dokumen, dan artikel dari berbagai sumber untuk memperoleh data yang valid.

G. Teknik Analisis Data:

Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis model

interaktif yaitu data yang telah terkumpul akan dianalisisa melalui 3 tahap yaitu:

1. Reduksi Data

Merupakan proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan, abstraksi data yang

kasar yang dilaksanakan dalam penelitian dan mengatur sedemikian rupa

sehingga dapat ditarik kesimpulan.

2. Penyajian Data

Penyajian data ini adalah rangkaian informasi yang digunakan memungkinkan

kesimpulan riset dapat dilakukan dengan melihat penyajian data, peneliti akan

lebih mudah memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

lebih jauh menganalisa/mengambil tindakan berdasar atas pemahaman yang

didapat dari penyajian data tersebut. Penyajian data ini dirancang guna

menggabungkan informasi yang tersusun dalam bentuk yang perlu dan susah

diraih.

3. Penarikan kesimpulan

Dalam awal pengumpulan data peneliti sudah mulai mengerti hal-hal

yang diteliti, sehingga memudahkan dalam pengambilan kesimpulan yang

longgar tetap terbuka tetapi kesimpulan sudah disediakan mula-mula belum

jelas kemudian menguat menjadi lebih rinci dan mengakar kuat.

(Miles&Huberman dalam Sutopo, 2002).

Gambar 3.1

Model Analisis Interaktif (H.B. Sutopo, 2002: 96)

Penarikan simpulan/ verifikasi

Sajian data Reduksi data

Pengumpulan data

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini penulis akan melakukan pembahasan terkait dengan

hasil penelitian terhadap Kinerja Dinas Sosial Kabupaten Sragen dalam

Pengembangan Kelompok Usaha Bersama (KUBE). Melalui penelitian yang

telah dilakukan maka peneliti memperoleh data-data dari berbagai pihak

terkait, baik berupa hasil wawancara, hasil observasi, maupun data-data

tertulis lainnya. Adapun Hasil Penelitian ini adalah sebagai berikut :

A. DESKRIPSI LOKASI

1. Gambaran umum wilyah Kabupaten Sragen

a. Kondisi Geografis

Kabupaten sragen merupakan salah satu kabupaten di

propinsi Jawa Tengah.Secara geografis Kabupaten Sragen berada di

perbatasan antara Jawa Tengah da Jawa Timur.Batas batas wilayah

Kabupaten Sragen:

1) Sebelah Timur : Kabupaten Ngawi ( propinsi Jawa Timur)

2) Sebelah Barat : Kabupaten Boyolali

3) Sebelah Selatan : Kabupaten Karanganyar

4) Sebelah Utara : Kabupaten Grobogan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

Luas Wilayah Kabupaten Sragen adalah 941,55 km2 yang

terbagi dalam 20 kecamatan, 8 kelurahan dan 200 desa. Secara

fisiologi, wilayah Kabupaten Sragen terbagi atas :

a) 40.037,93 Ha (42,52%) Lahan Basah (Sawah)

b) 54.117,88 Ha (57,48%) Lahan Kering

Kabupaten Sragen terletak pada :

a) 7º 15 LS dan 7º 30 LS

b) 110º 45 BT dan 111º 10 BT

Wilayah kabupaten Sragen berada di dataran dengan

ketinggian rata- rata 109 M diatas permukaan laut. Sragen

mempunyai iklim tropis dengan suhu harian yang berkisar antara 19

31 ºC. Curah hujan rata-rata dibawah 300mm per tahun dengan hari

hujan dibawah 150 hari per tahun.

b. .Kondisi Penduduk

Berdasarkan data dari BPS tahun 2010, mata pencaharian

penduduk usia 10 tahun keatas pada tahun 2009 adalah

1) Pekerjaan di bidang pertanian, kehutanan, perburuan dan

perikanan sebanyak 197.588 jiwa

2) Pekerjaan di bidang pertambangan dan penggalian sebanyak

565.000 jiwa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

3) Pekerjaan di bidang industri pengolahan sebanyak 26.623

jiwa

4) Pekerjaan di bidang listrik, gas dan air sebanyak 328.300 jiwa

5) Pekerjaan di bidang bangunan sebanyak 22.397 jiwa

6) Pekerjaan di bidang Perdagangan besar, eceran, rumah makan

dan hotel sebanyak 64.533 jiwa

7) Pekerjaan di bidang Angkutan, penggudangan dan

komunikasi sebanyak 5.923 Jiwa

8) Pekerjaan di bidang keuangan, asuransi, usaha sewa

bangunan, tanah dan jasa perusahaan sebanyak 2.233 jiwa

9) Pekerjaan di bidang Jasa kemasyarakatan sebanyak 112.776

jiwa

2. Visi dan Misi Dinas Sosial

a. Visi Dinas Sosial Kabupaten Sragen adalah :

Mewujudkan Dinas Sosial menjadi dinas terdepan dalam inovasi

kepemerintahan yang membangun kepercayaan rakyat dibidang

kesejahteraan sosial.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

b. Misi Dinas Sosial Kabupaten Sragen adalah ;

Mewujudkan rakyat yang unggul, produktif dan sejahtera.

Penjelasan Misi :

1) Sesuai dengan makna visi Dinas Sosial Kabupaten Sragen bahwa

untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat khususnya penyandang

permasalahan sosial di Kabupaten Sragen, maka diperlukan

perumusan pperencanaan dan kebijakan serta evaluasi penanganan

permasalahan sosial harus senantiasa terus diupayakan

2) Mengembangkan prakarsa dan peran serta masyarakat serta

memelihara, memperkuat stabilitas dan integritas sosial maksudnya

bahwa untuk mewujudkan visi Dinas Sosial Kabupaten Sragen yaitu

terwujudnya kondisi kesejahteraan sosial masyarakat harus

diusahakan bersama oleh pemerintah dan masyarakat sehingga

prakarsa dan peran serta masyarakat untuk diupayakan dan

pemerintah tidak akan bisa mewujudkan kondisi dimaksud tanpa

peran aktif masyarakat.

3) Mengembangkan dan memperluas eksistensi keluarga serta

pelestarian nilai-nilai kepahlawanan maksudnya bahwa eksistensi

keluarga serta pelestarian nilai-nilai kepahlawanan menjadi faktor

penting dalam terwujudnya kesejahteraan social masyarakat, oleh

karena itu pengembangan kearah positif selalu diupayakan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

4) Mencegah, mengendalikan dan mengatasi penyakit masyarakat,

penderita cacat, remaja bermasalah serta korban bencana alam/

sosial. Maksudnya adalah bahwa untuk menuju dan mewujudkan

suatu kesejahteraan sosial masyarakat, maka upaya pencegahan,

pengendalian dan pengentasan permasalahan sosial sebagai dampak

pembangunan sangat dipengaruhi dan ditentukan oleh keberhasilan

pembangunan kesejahteraan sosial.

3. Susunan Organisasi, Pejabaran Tugas dan Fungsi Dinas Sosial

Kabupaten Sragen

Susunan Organisasi Dinas Sosial Kabupaten Sragen berdasarkan

Peraturan Bupati Sragen Nomor 26 tahun 2009 tentang Penjabaran

Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja Dinas Sosial Kabupaten Sragen pasal

2 (dua) mengenai susunan organisasi yang meliputi:

a. Kepala Dinas

b. Sekretariat

c. Bidang Pemberdayaan Sosial

d. Bidang Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial

e. Bidang Bantuan dan Jaminan Sosial

f. Bidang Pengembagan Sosial

g. UPTD

h. Kelompok Jabatan Fungsional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

Gambar 4.1

Bagan Struktur Organisasi Dinas Sosial Kabupaten Sragen

Sub Bagian Umum dan

Kepegawaian

Kepala Dinas

Kelompok Jabatan Fungsional

Bidang Pengembangan

Kesejahteraan Sosial

Bidang Pelayanan dan Rehabilitasi

sosial

Sekretariat

Sub Bagian Perencanaan Evaluasi dan Perencanaan

Bidang Bantuanan dan Jaminan Sosial

Seksi Pelayanan Dan Rehabilitasi

Sosial Tuna Sosial dan Korban Napza

Seksi Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Penyandang Cacat

Seksi Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial anak & lanjut usia

Seksi Kesetiakawanan

Sosial keperintisan dan pelestarian nilai-nilai kepahlawanan

Seksi Pemberdayaan Kesejahteraan Sosial

Masyarakat

Seksi Pemberdayaan Potensi kesejahteraan

Sosial

Bidang Pemberdayaan Sosial

Seksi Jaminan Kesejahteraan Sosial

dan Pengumpulan Pengelolaan Sumber

Dana Sosial

Seksi Bantuan Sosial Korban Bencana

Seksi Bantunan Sosial Korban Tindak Kekerasan & pekerja

Migran

Sub Bagian Keuangan

UPTD Panti Asuhan Anak PEMDA

4 UPTD Eks Pembantu Bupati

UPTD Penitipan Bayi dan Anak

Seksi Pengembangan Pelayanan Sosial

Seksi Penyuluhan dan Hubungan Kelembagaan

Seksi Pengembangan dan

Pengkajian Kesejahteraan Sosial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

Sedangkan uraian tugas dan fungsi dari masing- masing bagian

tersebut menurut Peraturan Bupati Sragen nomor 26 Tahun 2009 adalah

sebagai berikut :

a. Kepala Dinas

1) Kepala Dinas mempunyai fungsi melaksanakan urusan

pemerintah daerah berdasarkan azas otonomi dan tugas

pembantuan dalam bidang sosial.

2) Dalam menyelenggarakan fungsi sebagaimana yang dimaksud

diatas, Kepala Dinas Mempunyai tugas :

a) Menyusun dan melaksanakan kebijakan Daerah dibidang

Sosial

b) Merumuskan kebijakan teknis bidang sosial sesuai kebijakan

yang ditetapkan Bupati

c) Menyelenggarakan urusan pemerintahan dan pelayanan umum

di bidang sosial

d) Melaksanakan pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang

sosial

e) Melaksanakan kesekretariatan Dinas, melaksanakan tugas di

bidang pemberdayaan social, pelayanan dan rehabilitasi sosial,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

bantuan dan jaminan sosial serta pengkajian dan

pengembangan kesejahteraan sosial

f) Melaksanakan Pemantauan Evaluasi dan Pelaporan di bidang

sosial

b. Sekretariat

Sekretariat menyelenggarakan fungsi pelaksanaan sebagian fungsi

Dinas Sosial dibidang kesekretariatan, yang meliputi urusan umum,

kepegawaian, keuangan, perencanaan, evaluasi dan pelaporan.

1) Sub Bagian Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan ;

Mempunyai tugas :

a) Menyusun rencana kegiatan sebagai bahan pedoman dalam

melaksanakan tugas

b) Menyusun laporan pelaksanaan tugas kepada atasan dalam

mempertanggungjawabkan hasil pelaksanaan tugas- tugas

c) Menyiapkan data tentang masalah sosial sebagai bahan untuk

menyusun kebijakan

d) Mengevaluasi kegiatan yang dilaksanakan oleh bidang-bidang

e) Mengevaluasi laporan dari masing-masing bidang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

f) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh sekretaris sesuai

tugas dan fungsinya

2) Sub Bagian Keuangan, mempunyai tugas :

a) Menyusun rencana kegiatan kerja dibidang keuangan sebagai

bahan pedoman dalam melaksanakan tugas

b) Melakukan administrasi keuangan sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku

c) Menyiapkan data kebutuhan keuangan secara rinci yang sudah

diseleksi dan ditentukan untuk penyelenggaraan kegiatan, agar

pelaksanaan tersebut dapat berjalan sesuai dengan kebutuhan

yang berlaku

d) Melaksanakan tugas laian yang diberikan oleh sekretaris sesuai

tugas dan fungsinya

3) Sub Bagian Umum dan Kepegawaian, mempunyai tugas :

a) Menyusun rencana kegiatan kerja dibidang umum dan

kepegawaian sebagai bahan pedoman dalam melaksanakan tugas

b) Menerima, mengatur klasifikasi, mengagendakan surat-surat

menurut ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku

dan mencatat semua pengiriman surat-surat dinas/ paket/ wesel

serta menyampaikan kepada yang berkepentingan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

c) Melakukan administrasi dan inventarisasi mupun pemeliharaan/

perawatan barang-barang inventaris milik pemerintah yang berada

di Dinas Sosial baik barang bergerak maupun tidak bergerak

d) Melakukan administrasi kepegawaian antara lain : Cuti PNS, Ijin

perkawinan dan percerian, kenaikan pangkat, gaji berkala dll.

e) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas dan

Sekretaris sesuai tugas dan fungsinya

c. Bidang Pemberdayaan sosial

Bidang pemberdayaan Sosial menyelenggarakan fungsi

pelaksanaan perumusan kebijakan teknis, pembinaan, pelaksanaan di

bidang potensi dan sumber kesejahteraan sosial dan pemberdayaan

kesejahteraan sosial masyrakat, kesetiakawanan sosial, keperintisan dan

pelestarian nilai-nilai kepahlawanan.

1) Seksi Pemberdayaan Potensi dan Sumber kesejahteraan Sosial,

mempunyai tugas:

a) Menyiapkan bahan perumusan kebijakan teknis pembinaan dan

pelaksanaan di bidang pemberdayaan potensi dan sumber

kesejahteraan social

b) Merencanakan kegiatan kerja meliputi penggalian

pengembangan-pengembangan pendayagunaan potensi sumber

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

kesejahteraan sosial, sumber daya alam, PSM, Karang Taruna,

orsos, dunia usaha

c) Menyampaikan laporan rutin mengenai kegiatan seksi

pemberdayaan potensi dan sumber kesejahteraan sosial.

d) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh kepala Bidang

Pemberdayaan Sosial yang sesuai dengan tugas dan fungsinya.

2) Seksi pemberdayaan Kesejahteraan Sosial masyarakat, mempunyai

tugas:

a) Menyiapkan bahan perumusan kebijakan teknis pembinaan dan

pelaksanaan dibidang pemberdayaan Kesejahteraan Sosial

Masyarakat

b) Merencanakan kegiatan kerja seksi pemberdayaan kesejahteraan

sosial masyarakat

c) Melaksanakan koordinasi dengan instansi/lembaga terkait

d) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang

Pemberdayaan Sosial yang sesuai dengan tugas dan fungsinya.

3) Seksi Kesetiakawanan Sosial keperintisan dan Pelestarian Nilai-

nilai Kepahlawanan, mempunyai tugas:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

a) Menyiapkan bahan perumusan kebijakan teknik pembinaan dan

pelaksanaan dibidang kesetiakawanan social, keperintisandan

pelestarian nilai- nilai kepahlawanan

b) Melaksanakan kegiatan kerja seksi kesetiakawanan Sosial,

Keperintisan dan pelestarian nilai-nilai kepahlawanan

c) Melaksanakan koordinasi dengan instansi/lembaga terkait

d) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang

Pemberdayaan Sosial yang sesuai dengan tugas dan fungsinya.

d. Bidang Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial

Bidang Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial

menyelenggarakan fungsi pelaksanaan penyiapan perumusan

kebijakan teknis, pembianaan, dan pelaksanaan di bidang pelayanan

dan rehabilitasi sosial penyandang cacat, pelayanan dan rehabilitasi

sosial tuna sosial dan korban narkoba.

1) Seksi Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Anak dan Lanjut Usia,

mempunyai tugas:

a) Merencanakan kegiatan kerja dibidang pelayanan dan

rehabilitasi sosial

b) Mengumpulkan dan mengolah data lansia dan anak terlantar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

c) Melaksanakan upaya pembinaan dan pemberian bantuan kepada

lansia dan anak terlantar

d) Membantu penyaluran lansia terlantar ke panti-panti yang

bergerak dibidang kesejahteraan sosial

e) Membantu proses pengadopsian anak

f) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang

Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial sesuai dengan tugas dan

fungsinya.

2) Seksi Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Penyandang Cacat,

mempunyai tugas:

a) Menyusun rencana kegiatan dibidang pelayanan dan rehabilitasi

sosial penyandang cacat sebagai bahan pedoman dalam

melaksanakan tugas

b) Mengupayakan tersedianya data sumber-sumber dan potensi

yang ada, yang dapat melayani dan merehabilitasi para

penyandang cacat

c) Melaksanakan upaya pembianaan dan rehabilitasi serta

pemberian bantuan kepada para penyandang cacat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

d) Melaksanakn tugas lain yang diberikan oleh Kepala bidang

Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial sesuai dengan tugas dan

fungsinya.

3) Seksi Pelayanan Dan Rehabilitasi Sosial Tuna Sosial dan korban

Napza, mempunyai tugas :

a) Menyusun rencana kegiatan dibidang pelayanan dan

rehabilitasi tuna sosial dan korban narkoba psikotropika dan

zat adiktif lainnya

b) Melaksanakan upaya pembinaan dan rehabilitasi kepada para

tuna sosial dan korban narkoba psikotropika

c) Mengupayakan penyaluran para tuna sosial dan para korban

narkoba psikotropika ke panti- panti/ lembaga-lembaga yang

menangani para tuna sosialdan para korban narkoba

psikotropika untuk mendapatkan pembinaan, pelatihan

ketrampilan serta bantuan lainnya.

d) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh kepala bidang

pelayanan dan rehabilitasi sosial sesuai dengan tugas dan

fungsinya.

e. Bidang Bantuan dan Jaminan Sosial

Bidang Bantuan dan Jaminan Sosial menyelenggarakan

fungsi pelaksanaan penyusunan kebijakan teknis, pembinaan dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

pelaksanaan dibidang bantuan sosial korban bencana, bantuan social

korban tindak kekerasan dan pekerja migrant, jaminan kesejahteraan

sosial dan pengumpulan pengolaan sumber dan sosial.

1) Seksi bantuan Sosial Korban Bencana

Mempunyai tugas menyiapkan bahan Rencana dan Program,

melaksanakan teknis program bantuan Sosial korban Bencana.

Bantuan pemulangan untuk orang terlantar dan kehabisan bekal

serta Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh kepala Bidang

Bantuan Jaminan Sosial sesuai dengan tugas dan fungsinya

2) Seksi Bantuan Sosial Korban Tindak Kekerasan dan Pekerja

Migran

Mempunyai tugas menyiapkan bahan rencana dan program,

pelaksanaan Teknis serta monitoring/evaluasi kegiatan Bidang

Perlindungan Sosial terhadap Korban tindak kekerasan dan

pekerja migran bermasalah.

3) Seksi Jaminan Kesejahteraan Sosial dan Pengumpulan

Pengelolaan Sumber Dana Sosial

Mempunyai tugas menyiapkan bahan rencana teknis dan program

bidang jaminan kesejahteraan sosial dan pengumpulan

pengelolaan sumber dana sosial. Melaksanakan Asuransi

Kesejahteraan Sosial (ASKESOS) dan Bantuan Kesejahteraan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

Sosial Permanen (BKSP) serta Pelaksanaan Program Keluarga

Harapan (PKH). Melaksanakan dan pengembangan Jaminan

Kesejahteraan Sosial bagi Penyandang Cacat Fisik, Mental,

Lanjut Usia tidak potensil dan terlantar yang berasal dari

masyarakat rentan dan tidak mampu skala kabupaten.

Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang

Bantuan Jaminan Sosial sesuai dengan tugas dan fungsinya

f. Bidang Pengembangan Kesejahteraan Sosial

Bidang Pengembangan Kesejahteraan Sosial

menyelenggarakan fungsi pelaksanaan penyiapan bahan perumusan

kebijakan teknis pembinaan dan pelaksanaan dibidang

pengembangan dan pengkajian kesejahteraan sosial, penyuluhan dan

hubungan kelembagaan dan pengembangan pelayanan kesejahteraan

sosial.

1) Seksi Pengembangan dan Pengkajian kesejahteraan sosial

Mempunyai tugas menyiapkan bahan rumusan teknis, pembinaan

dan pelaksanaan, melaksanakan kegiatan dan memantau serta

mengavaluasi pelaksanaan kegiatan dibidang pengembangan dan

pengkajian kesejahteraan sosial. Selain itu juga melaksanakan

tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang Pengembangan

Kesejahteraan Sosial sesuai dengan tugas dan fungsinya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

2) Seksi Penyuluhan dan Hubungan kelembagaan kesejahteraan

Sosial

Mempunyai tugas menyiapkan bahan rencana dan

penyelengaaraan pengembangan kerja sama, melaksanakan

kegiatan, serta memantau dan mengavaluasi pelayanan program

kegiatan bidang penyuluhan dan hubungan kelembagaan

kesejahteraan sosial. Selain itu juga melaksanakan tugas lain

yang diberikan oleh kepala bidang Pengembanggan

Kesejahteraan Sosial sesuai dengan tugas dan fungsinya

3) Seksi Pengembangan Pelayanan Sosial, mempunyai tugas:

Mempunyai tugas menyiapkan bahan rencana kegiatan,

pelaksanaan kegiatan, dan mengevaluasi kegiatan bidang

Pengembangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial. Selain itu juga

melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang

Pengembangan Kesejahteraan Sosial sesuai dengan tugas dan

fungsinya.

g. Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD)

Unit Pelaksanaan Teknis Dinas (UPTD) menyelenggarakan

fungsi pelaksanaan sebagian tugas Dians Sosial sesuai dengan bidang

tertentu dan atau wilayah kerja satu kecamatan atau lebih yang

menjadi tanggung jawabnya.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

4. Kondisi Pegawai Dinas Sosial Kabupaten Sragen

Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, Dinas Sosial Kabupaten

Sragen memiliki sumber daya manusia berupa pegawai yang berada di

organisasi untuk melaksanakan tugas sesuai dengan bidangnya masing-

masing. Pegawai merupakan faktor yang sangat penting bagi suatu

organisasi dalam menjalankan tugas dan fungsinya, karena pegawai

adalah pelaksana dari masing-masing bagian tugas di setiap bidang dan

semuanya berfungsi menunjang penyelesaian segala tugas organisasi.

Tabel 4.1

Jumlah Pegawai Dinas Sosial Kabupaten Sragen

Berdasarkan Tingkat Pendidikannya

Sumber ; Dinas Sosial Kabupaten Sragen

Dari tabel diatas dapat dilihat kalau pegawai di Dinas Sosial

Kabupaten Sragen, tingkat Pendidikan pegawainya kebanyakan

adalah Strata-1 (S1) yaitu 22 orang atau 47,83 %. Sedangkan untuk

No Tingkat Pendidikan Jumlah Pegawai

%

1 S2 4 8,7 %

2 S1 22 47,83 %

3 D3 3 6,52 %

4 SLTA 16 34,78 %

5 SD 1 2,17 %

JUMLAH 46 100 %

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

tingkat pendidikan pegawai yang paling rendah adalah Sekolah

Dasar (SD) yaitu hanya 1 orang saja.

B. PEMBAHASAN

Kinerja organisasi publik merupakan gambaran hasil kerja suatu

instansi pemerintah dalam bidang tertentu yang dapat digunakan untuk

menilai kinerja suatu instansi dalam bidang tersebut. Penilaian Kinerja

merupakan suatu kegiatan yang amat penting karena dapat digunakan

sebagai ukuran keberhasilan suatu organisasi dalam melaksanakan misinya

untk mencapai visi yang ingin dicapai maupun tujuan dari suatu program

yang ingin dicapai. Dengan melakukan penilaian terhadap kinerja maka

upaya untuk memperbaiki kinerja bisa dilakukan secara lebih terarah dan

sistematis. Dengan demikian penilaian kinerja dapat diartikan sebagai

kegiatan membandingkan antara hasil yang diperoleh atau kenyataan yang

ada di lapangan dengan apa yang telah direncanakan sebelumnya.

Adanya penilaian kinerja organisasi publik dapat membantu dalam

membentuk pencitraan diri pemerintah di hadapan publik, karena jika

kualitas pelayanan publik semakin baik maka kepercayaan masyarakat dapat

meningkat pula. Buruknya kinerja birokrasi menjadi salah satu faktor

penting yang mendorong munculnya krisis kepercayaan masyarakat kepada

pemerintah, sehingga perbaikan kinerja pelayanan publik diharapkan akan

memperbaiki kembali image pemerintah di mata masyarakat.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

Dalam penelitian ini ada tiga indikator yang digunakan untuk

melaksanakan penilaian kinerja di Dinas Sosial Kabupaten Sragen . Ketiga

indikator tersebut antara lain Efektivitas, Responsivitas dan Akuntabilitas.

Dari hasil penelitian dapat dijabarkan tentang bagaimana kinerja Dinas Sosial

Kabupaten Sragen dalam pengembangan Kelompok Usaha Bersama (KUBE)

di Kabupaten Sragen.

Hasil penelitian terhadap sejauh mana kinerja Dinas Sosial

Kabupaten Sragen dalam pengembangan KUBE yang dilakukan oleh peneliti

dengan wawancara, mengkaji dokumen tertulis dan observasi di lapangan

berdasarkan ketiga indikator tersebut adalah sebagai berikut:

1. Efektivitas

Konsep efektivitas adalah tercapainya tujuan yang telah

ditetapkan baik itu dalam bentuk target dalam jangka waktu tertentu.

Efektivitas dimasukkan sebagai salah satu indikator karena Efektivitas

dapat untuk menilai tingkat pencapaian target/ hasil yang dilaksanakan

Dinas Sosial Kabupaten Sragen dalam pengembangan KUBE. Dalam

penelitian ini konsep Efektivitas ditekankan pada upaya- upaya apa saja

yang dilakukan oleh Dinas Sosial Kabupaten Sragen dalam pengembangan

KUBE dan bagaimana realisasi target yang dicapai oleh Dinas Sosial

Kabupaten Sragen dalam pengembangan KUBE

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

a. Upaya- upaya yang dilakukan Dinas Sosial Kabupaten Sragen dalam

Pengembangan KUBE

Untuk mencapai hasil yang maksimal, ada berbagai upaya yang

dilakukan Dinas Sosial Kabupaten Sragen dalam pengembangan KUBE.

Upaya- upaya tersebut meliputi beberapa tahapan. Secara umum ada tiga

tahap yaitu tahap Persiapan, Tahap Pelaksanaan dan Tahap Evaluasi

kegiatan. Sebagaimana yang dingkapkan oleh Bp.Eddy Indaryatno, BSc

selaku Seksi Pemberdayaan Kesejahteraan Sosial Masyarakat:

” upaya yang dilakukan Dinas Sosial Kabupaten Sragen dalam mengembangkan KUBE itu melalui tiga tahap yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap Evaluasi Kegiatan. Kalau tahap persiapan terdiri seleksi baik itu seleksi KBS penerima KUBE maupun seleksi pendamping lalu dilakukan sosialisasi.. kalau tahap Pelaksanaan, kegiatan yang dilakukan adalah pemberian Stimulan Bantuan Modal Usaha. Lalu selanjutnya adalah tahap untuk mengevaluasi kegiatan” (wawancara 11 Maret 2011)

1) Tahap Persiapan

Pada tahap persiapan hal yang dilakukan oleh Dinas Sosial

Kabupaten Sragen adalah Seleksi Keluarga Binaan Sosial (KBS)

penerima KUBE, Seleksi Pendamping, Sosialisasi program.

a) Seleksi Keluarga Binaan Sosial (KBS) penerima KUBE

Untuk tahap awal pelaksanaan kegiatan KUBE, pihak Dinas

Sosial melakukan seleksi terlebih dahulu terhadap Kelarga Binaan

Sosial (KBS) sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan oleh Dinas

Sosial. Keluarga Binaan Sosial adalah keluarga yang masuk dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

kategori miskin yang perlu dibina. Proses seleksi dilakukan agar

program tepat sasaran dan tujuan pembentukkan KUBE yang telah

ditentukan sebelumnya dapat tercapai.

Didalam melaksanakan proses seleksi terhadap Keluarga Binaan

Sosial (KBS) penerima KUBE, pihak Dinas Sosial Kabupaten

Sragen dibantu oleh Kelurahan di lokasi tersebut. Dalam hal ini

Kelurahan merupakan suatu organisasi yang ada didesa tersebut

yang lebih mengetahui siapa saja masyarakat yang ada didesanya itu

yang layak dijadikan anggota KUBE sesuai dengan kriteria yang

telah ditetapkan sebelumnya.

Adapun kriteria bagi KBS penerima KUBE adalah sebagai berikut:

- Keterbatasan penghasilan

- Keterbatasan kepemilikan

- Perumahan yang tidak memadai

- Keterbatasan pendidikan

- Keterbatasan ketrampilan

- Keterbatasan penghayatan kehidupan beragama

- Keterbatasan kehidupan normatif

- Rendahnya tingkat kesehatan

- Keterbatasan hubungan sosial dalam keluarga

- Keterbatasan hubungan sosial antar keluarga/ kelompok

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

- Keterbatasan hubungan sosial dengan masyarakat yang lebih luas

(Sumber : Petunjuk Teknis P2FM melalui KUBE Tahun 2008)

Kaitannya dengan proses seleksi KBS penerima KUBE, cara

penyeleksiannya adalah pihak Kelurahan melakukan pendataan

terhadap masyarakatnya yang sekiranya masuk dalam kategori

keluarga miskin yang masih produktif, mau berusaha dan mau

dibina. Setelah data-data KBS calon penerima KUBE itu terkumpul

maka pihak kelurahan memberikan data-data itu ke pihak Dinas

Sosial Kabupaten Sragen. Sebagaimana yang dikemukakan Bp.

Parsudi selaku kepala Kelurahan Jeruk, Kecamatan Miri:

“Kelurahan sebelumnya melakukan pendataan kepada masyarakat sini dengan pertimbangan masyarakatnya dari keluarga miskin yang sekiranya masih produktif, mau berusaha dan yang mau dibina. Dari data-data tersebut nantinya akan diserahkan ke Dinas Sosial Sragen..” (wawancara 28 Maret 2011)

Hal yang serupa juga diungkapkan oleh Bp. Eddy Indaryatno,

Bsc selaku Seksi Pemberdayaan Kesejahteraan Sosial Masyarakat

Dinas Sosial Kabupaten Sragen yaitu:

“Untuk tahap seleksi kami memerintahkan pihak kelurahan untuk menyerahkan data masyarakat miskin yang kiranya masih produktif dhek karena mereka kan yang lebih tahu siapa saja masyarakatnya yang layak menjadi anggota Kube, tapi kita juga tetap harus menyeleksinya dhek apakah bener-benar tepat atau tidak” (wawancara 11 Maret 2011)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

Hal yang senada juga diungkapkan oleh Bp.Joko selaku Ketua

KUBE “Rigen Manunggal” Kelurahan Jeruk, Kecamatan Miri yaitu:

“ Kalau seleksi-seleksi begitu yang menentukan dari kelurahan mbak tau-tau kami ditawari untuk menerima Kube, lha wong kami tu orang miskin kami yam mau-mau saja lumayan mbak buat nambah-nambah penghasilan” (wawancara 17 Maret 2011)

Dari pernyataan- pernyataan diatas maka dapat disimpulkan

kalau proses penyeleksian Keluarga Binaan Sosial (KBS) penerima

KUBE disesuaikan dengan kriteria yang telah ditentukan, dan dalam

penyeleksiannya pihak Dinas Sosial dibantu oleh Kelurahan di

daerah tersebut.

Sedangkan untuk hasil kegiatan seleksi KBS penerima KUBE

yaitu berupa terpilihnya 100 anggota Keluarga Binaan Sosial (KBS)

penerima KUBE dimasing- masing kelurahan yaitu Kelurahan

Gading, Karang Talun, Jeruk, Geneng, Gesi, Poleng dan Mojorejo.

b) Seleksi Pendamping

Setelah mengadakan seleksi KBS penerima KUBE, maka

langkah selanjutnya adalah menyeleksi Pendamping. Pendamping

adalah seseorang yang mendampingi atau membimbing KUBE

supaya kegiatan KUBE dapat berjalan dengan lancar. Selain bertugas

mendampingi/ membimbing KUBE, Pendamping KUBE juga

mempunyai tugas untuk mengarahkan para anggota KUBE untuk

mengurusi administrasi KUBE seperti Buku Inventaris, Buku Kas/

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

Keuangan Kelompok, Buku Daftar Anggota, Buku Kegiatan

Kelompok dan Buku Simpan Pinjam. Untuk pemilihan pendamping,

Dinas Sosial Kabupaten Sragen juga dibantu oleh Kelurahan yang

ada didaerah tersebut.

Biasanya Pendamping dipilih dari tokoh masyarakat yang ada

didaerah tersebut, hal ini bertujuan supaya pendamping disegani oleh

penerima KUBE sehingga pendamping bisa dijadikan pembimbing

yang baik bagi anggota KUBE. Sebagaimana di kemukakan oleh Bp.

Parsudi selaku Kepala Kelurahan Jeruk, Kecamatan Miri:

” Pendamping yang ditugaskan untuk mendampingi KUBE kami pilih dari tokoh masyarakat sini misalnya kalau pendamping untuk daerah jeruk kami menunjuk bayan-bayannya lalu pak mudin juga. Tujuannya supaya pendamping-pendamping bisa disegani oleh para KUBE sehingga bisa memperlancar pendampingan” (wawancara 28 Maret 2011)

Hal serupa juga diungkapkan oleh Bp. Eddy Indaryatno, Bsc

selaku Seksi Pemberdayaan Kesejahteraan Sosial Masyarakat Dinas

Sosial Kabupaten Sragen yaitu:

“ untuk pemilihan Pendamping Kube biasanya dipilih dari tokoh masyarakat yang disegani oleh para penerima Kube dhek” (wawancara 11 Maret 2011)’

Hasil dari kegiatan seleksi pendamping yaitu berupa terpilihnya

20 pendamping untuk KUBE yang terbentuk pada tahun 2007

dimana satu pendamping mendampingi 2 KUBE, sedangkan untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

KUBE yang terbentuk pada tahun 2008 dipilih 6 Pendamping

dimana satu pendamping mendampingi 5 KUBE.

c) Sosialisasi Program

Setelah melakukan seleksi, pada tahap Persiapan selanjutnya

adalah diadakannya Sosialisasi. Sosialisasi merupakan upaya untuk

memperkenalkan atau menyebarluaskan informasi mengenai suatu

kegiatan yang merupakan bagian dari suatu program kepada para

pelaksana kegiatan. Dalam hal Sosialisasi, pihak Dinas Sosial

memperkenalkan apa itu Program Pemberdayaan Fakir Miskin (P2FM)

dan juga memperkenalkan KUBE pada khususnya. Sosialisasi ini

bertujuan untuk memberitahukan secara mendalam apa itu KUBE agar

KBS penerima KUBE dapat paham mengenai tujuan dan manfaat

KUBE untuk dirinya. Dengan Sosialisasi diharapkan para penerima

KUBE mengerti dan memahami secara utuh tentang konsep, prosedur

dari tahapan-tahapan dalam pelaksanaan kegiatan KUBE.

Tahap Sosialisasi untuk pengenalan KUBE yang dilaksanakan oleh

pihak Dinas Sosial hanya diselenggarakan satu kali saja karena

keterbatasan dana yang dimiliki. Sosialisasi diselenggarakan di kantor

Kelurahan setempat yang dihadiri oleh para anggota penerima KUBE

beserta pendamping-pendampingnya, sedangkan untuk perwakilan dari

kepemerintahan adalah Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah, Dinas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

Sosial Kabupaten Sragen, perwakilan kecamatan,dan perwakilan

kelurahan. Sebagaimana dikemukakan oleh Bp. Eddy Indaryatno, BSc :

“Setelah adanya seleksi tahap selanjutnya yang kami lakukan adalah melakukan Sosialisasi. Dalam tahap Sosialisasi ini kami memberikan pemahaman bagi penerima KUBE mengenai manfaat dan Tujuan dari kegiatan KUBE itu sendiri biar penerima KUBE tidak bingung. Biasanya Sosialisasi dilaksankan di Kantor Kelurahan setempat dan penerima KUBE itu dikumpulkan disitu. Kalau untuk sosialisasinya sendiri dilakukan satu kali saja karena keterbatasan dana.” (wawancara 11 Maret 2011)

Hal senada juga dinyatakan oleh Bp. Muji Widodo selaku Ketua

Kube “Kenanga I” Kelurahan Mojorejo, Kecamatan Karang Malang:

“ Setelah kami diberitahukan oleh pihak kelurahan kalau kami jadi penerima KUBE maka kami disuruh kumpul di kantor kelurahan untuk diberikan arahan-arahan. Sosialisasi itu dilakukan satu kali saja mbak waktu awal-awal dulu, yang datang dulu itu ya dari DinSos Jateng, Dinsos Sragen ada, petugas kecamatan ada sama petugas kelurahan juga ada mbak. Ya dengan sosialisasi itu kami cukup tahu mbak tentang KUBE ” (wawancara 15 Maret 2011)

Dari pernyataan diatas dapat diketahui bahwa hasil yang diperoleh

dari kegiatan Sosialisasi ini adalah KBS penerima KUBE dapat

mengerti dan mengenal tentang Kelompok Usaha Bersama (KUBE) itu

sendiri.

2) Tahap Pelaksanaan

Pada tahap Pelaksanaan, kegiatan yang dilakukan adalah

pemberian Stimulan Bantuan Modal Usaha. Pemberian Stimulan

Bantuan Modal Usaha adalah pemberian sejumlah uang kepada anggota

penerima KUBE untuk dijadikan modal usaha yang akan dikelola

bersama-sama. Tujuan dari Pemberian Stimulan Bantuan Modal Usaha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

ini adalah untuk membantu para anggota penerima KUBE memperoleh

modal usaha, selain itu juga membantu anggota penerima KUBE

mewujudkan rencana usaha yang akan dijalankan secara bersama-sama.

Stimulan Bantuan Modal Usaha yang diberikan oleh pihak Dinas

Sosial adalah sebesar Rp.17.000.000,00 (17 juta ) per KUBE untuk

KUBE yang terbentuk tahun 2007 dan Rp. 16.000.000,00 (16 juta) per

KUBE untuk KUBE yang terbentuk pada tahun 2008. Perbedaan dana

bantuan terjadi karena anggaran dana yang diberikan oleh pemerintah

memang mengalami penurunan. Adapun penyerahan Bantuannya

melalui transfer rekening bank BRI. Penyaluran bantuan bermula dari

Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah yang ditansfer ke Dinas Sosial

Kabupaten Sragen dan selanjutnya diserahkan ke penerima KUBE

melalui transfer rekening bank BRI atas nama Ketua KUBE masing-

masing. Ddidalam pencairan Bantuan Modal di bank, Ketua KUBE

didampingi oleh Pendamping KUBE-nya masing-masing. Sebagaimana

yang dikemukakan oleh Bp. Eddy Indaryatno, BSc :

” Untuk penyaluran dan penyerahan dana stimulan modal usaha, prosedurnya ya seperti di buku petunjuk teknis, dana dari Dinas Sosial Provinsi dikirim ke Rekening Dinas Sosial sini lalu dikirim ke rekening ketua KUBE masing-masing, besarnya itu untuk KUBE 2007 sebesar 17 juta sedangkan KUBE tahun 2008 sebesar 16 juta. Alasannya ya emang anggaran dari pemerintah itu ya segitu kok dhek” (wawancara 11 Maret 2011)

Hal yang senada juga diungkapkan oleh Bp. Sarwoto selaku

Bendahara KUBE Jaya Abadi Kelurahan Gading kecamatan Tanon:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

“Bantuan dana yang KUBE kami peroleh itu dulu 17 juta mbak terus penyerahan uangnya dikirim lewat rekening mbak pas ke bank-nya diantar sama pendamping setelah itu buku rekeningnya dibawa pendamping” (wawancara 18 Maret 2011)

Hal yang senada juga diungkapkan oleh Bp. Ngalim selaku Ketua

KUBE “ Kenanga II” Kelurahan Mojorejo, Kecamatan Karang Malang:

“ Jumlah uang yang didapat kelompok saya itu sebesar 16 juta mbak waktu itu ngambilnya lewat rekening bank BRI mbak” (wawancara 15 Maret 2011)

Adapun mekanisme penyaluran dan penyerahan Stimulan

berdasarkan buku Petunjuk Teknis adalah :

a) Dinas Kesejahteraan Sosial Provinsi Jawa Tengah melakukan

perjanjian Kerjasama (MOU) dengan Dinas Sosial Kabupaten

lokasi kegiatan dalam hal ini adalah Kabupaten Sragen berkaitan

dengan Program Pemberdayaan Fakir Miskin (P2FM) khususnya

mengenai KUBE.

b) Daftar alokasi dana modal stimulan masing- masing kabupaten

Sragen diajukan ke KPPN akan disalurkan ke Rekening Bank atas

nama Kepala Dinas Kabupaten Sragen

c) Kepala Dinas Kabupaten Sragen mendistribusikan stimulan modal

usaha kepada KUBE fakir miskin yang berhak menerima melalui

rekening bank atas nama Ketua KUBE selambat-lambatnya 10 hari

setelah dana diterima.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

d) KUBE fakir Miskin sesuai dengan proposal yang telah

direkomendasi Dinas Sosial Kabupaten Sragen atas dasar survey

pasar digunakan sebagai dasar rencana pembelian barang

e) KUBE fakir miskin mencairkan alokasi dana Stimulan ke bank

yang telah ditunjuk

f) Pembelian Stimulan didampingi oleh pendamping

g) Pendamping memotivasi KBS penerima KUBE agar mau dan

mampu mengelola usaha secara bersama-sama dalam suatu

kelompok

h) Dinas Sosial Kabupaten Sragen menyerahkan laporan hasil

penyaluran atau bukti pengiriman dana stimulan kepada Dinas

Sosial Provinsi Jawa Tengah

i) Bahwa stimulan tersebut semata-mata kegunaannya untuk

pengadaan usaha bukan untuk pengadaan sarana lain : untuk usaha

ternak sapi, maka modal stimulan tersebut digunakan untuk

pembelian sapi seluruhnya, sedang kandang dan obat-obatan

hendaknya diusahakan melalui swadaya KBS atau sumber dana

APBD Kabupaten dan Dinas serta pihak lain yang tidak mengikat.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

Gambar 4.2

Mekanisme Penyaluran Bantuan Modal Usaha

Rekening Bank

MOU SPJ Asli

koordinasi +

pembinaan

rekening bank

----------------------- rekomendasi pembelian barang

Bimbingan

Usulan proposal

No. Rek Ketua KUBE

SPJ Perorangan/

anggota KUBE

Dinsos Prov.Jateng

Dinsos Kab.Sragen

Kecamatan/ desa

KKPN

KUBE

KBS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

3) Tahap Evaluasi Kegiatan

Tahap Evaluasi Kegiatan merupakan tahapan pasca pelaksanaan

dimana pelaksana dari evaluasi itu adalah Dinas Sosial Kabupaten

Sragen. Evaluasi kegiatan perlu dilaksanakan karena bertujuan untuk

menilai kegiatan KUBE apakah sudah memenuhi target yang telah

ditentukan sebelumnya atau belum.

Dalam tahapan Evaluasi ini, upaya yang dilakukan Dinas Sosial

Kabupaten Sragen dalam pengembangan KUBE itu seperti melakukan

monitoring perkembangan KUBE secara Periodik yaitu dilakukan

setiap satu tahun sekali. Selain melakukan monitoring secara periodik,

upaya yang lainnya adalah membina dan mengarahkan anggota dan

pengurus KUBE. Dengan memberikan pembinaan dan pengarahan

kepada pengurus dan anggota KUBE maka ini dapat meningkatkan

motivasi anggota maupun pengurus KUBE. Dengan motivasi yang kuat

dan besar, maka perkembangan KUBE dapat berjalan dengan lancar.

Sebaimana yang dikemukakan oleh Bp. Eddy Indaryatno, BSc :

“Upaya-upaya Dinas Sosial dalam mencapai target yaitu memonitor perkembangan KUBE secara periodik, biasanya monitoring dilakukan satu tahun sekali. Selain itu upaya lainnya adalah membina atau mengarahkan anggota dan pengurus KUBE supaya KUBE dapat termotivasi untuk berkembang.” (wawancara 11 Maret 2011)

Namun dalam realisasinya, monitoring yang dilakukan oleh Dinas

Sosial kurang dapat dilakukan secara optimal. Monitoring hanya

dilakukan satu kali saja. Pihak Kelurahan maupun Pendamping yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

dalam hal ini berperan sebagai tangan panjang Dinas Sosial di lapangan

juga jarang melakukan monitoring. Akibat kurangnya monitoring ini

membuat anggota penerima KUBE menjadi berbuat semaunya terhadap

hewan ternak mereka. Salah satu akibatnya adalah hewan ternaknya

dijual tanpa adanya pemberitahuan terlebih dahulu ke pihak Dinas

Sosial, kelurahan setempat maupun pendamping. Salah satu alasan yang

melatarbelakngi anggota KUBE menjual ternaknya adalah untuk

memenuhi kebutuhan mereka karena keterbatasan penghasilan yang

mereka peroleh sehari- hari. Sehubungan dengan hal tersebut Bp. Muji

Widodo selaku Ketua KUBE ”Kenanga I” Kelurahan Mojorejo,

Kecamatan Karang Malang menyatakan :

“Evaluasi yang dilakukan oleh dinas tu cuma satu kali saja mbak itu aja pas ada lomba dari provinsi pas awal-awal dulu mbak, setelah itu tidak ada lagi kontrol-kontrol dari dinas, pendamping, sama kelurahan. Lha karna desakan ekonomi mbak kami jual sapinya buat nyarutang sama buat makan mbak ”(wawancara 15 Maret 2011)

Hal yang senada juga diungkapkan oleh Bp. Narto Sekretaris

KUBE “Jaya Abadi” yang berasal dari Kelurahan Gading, Kecamatan

Tanon :

”Kontrolan itu ya cuma pas awal- awal dulu mbak pas ada lomba-lomba habis itu tidak ada kontrolan lagi, dari pendamping juga tidak ada, kelurahan juga tidak ada. Karna kami butuh makan akhirnya ternaknya dijual mbak” (wawancara 19 Maret 2011 )

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

Tabel 4.2

MATRIKS KEGIATAN DAN HASILNYA

NO KEGIATAN HASIL

1 TAHAP PERSIAPAN :

a. Seleksi KBS penerima KUBE

b. Seleksi Pendamping

c. Sosialisasi Program

Terpilihnya 100 anggota KBS penerima KUBE di masing- masing Kelurahan seperti kelurahan Gading, Karang Talun, Jeruk, Geneng, Gesi, Poleng, dan Mojorejo. Terpilihnya 20 pendamping pada tahun 2007 dimana satu pendamping mendampingi 5 KUBE dan pada tahun 2008 terpilih 6 pendamping dimana satu pendamping mendampingi 2 KUBE. KBS penerima KUBE dapat mengerti dan mengenal tentang KUBE

2 TAHAP PELAKSANAAN: Pemberian Stimulan Bantuan Modal Usaha

Tersalurkannya Stimulan Bantuan Modal Usaha ke KUBE sebesar 17 juta untuk per KUBE untuk KUBE yang terbentuk pada tahun 2007, sedangkan untuk KUBE yang terbentuk pada tahun 2008 sebesar 16 juta per KUBE.

3 TAHAP EVALUASI: b. Melakukan Monitoring

c. Membina dan mengarahkan anggota dan pengurus KUBE

Dilakukan monitoring perkembangan KUBE secara periodik yaitu setiap satu tahun sekali. namun realisasinya monitoring kurang dapat optimal. Dapat memotivasi KUBE untuk berkembang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

b. Realisasi Target dari pergembangan KUBE yang dilaksanakan oleh

Dinas Sosial Kabupaten Sragen

Untuk kegiatan KUBE ini, pihak Dinas Sosial Kabupaten Sragen

membuat suatu target. Target tersebut adalah dalam satu kelurahan

minimal ada satu KUBE saja yang berkembang. Dinas Sosial hanya

menargetkan satu KUBE saja yang berkembang dalam satu kelurahan,

karena penerima KUBE mayoritas adalah masyarakat miskin yang

mempunyai keterbatasan penghasilan maupun pengetahuan yang

menyebabkan mereka kurang bisa fokus untuk melaksanakan kegiatan ini

dengan maksimal.

Berdasarkan Evaluasi yang dilakukan pada tahun 2009, target yang

telah ditentukan oleh pihak Dinas Sosial Kabupaten Sragen belum bisa

tercapai, buktinya masih ada kelurahan yang belum mencapai target

tersebut. Kelurahan- kelurahan yang belum mencapai target tersebut

antara lain Kelurahan Gading, Kelurahan Geneng, dan Kelurahan Gesi.

Adapun perbandingan antara target dengan realisasi adalah sebagai

berikut:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

Tabel 4.3

Perbandingan target dan realisasi perkembangan KUBE

Masing- masing Kelurahan

Tahun 2009

NO KELURAHAN TARGET

REALISASI

THN 2009

1 GADING 1 KUBE __

2 KARANG TALUN 1 KUBE 3 KUBE

3 JERUK 1 KUBE 2 KUBE

4 GENENG 1 KUBE __

5 GESI 1 KUBE __

6 POLENG 1 KUBE 1 KUBE

7 MOJOREJO 1 KUBE 1 KUBE

Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat kalau didalam realisasinya,

Kelurahan yang dapat mencapai target adalah Kelurahan Karang Talun,

Kelurahan Jeruk, Kelurahan Poleng, dan Kelurahan Mojorejo.

Sebagaimana yang dikemukakan oleh Bp. Eddy Indaryatno, BSc :

“Untuk kegiatan KUBE ini pihak Dinas Sosial menetapkan target yaitu satu kelurahan setidaknya ada satu KUBE yang berkembang. Tapi target itu belum dapat tercapai karna ada 7 KUBE saja yang berkembang, Tapi ada 3 kelurahan yang belum bisa mencapai target yaitu Gading, Geneng, dan Gesi ” (wawancara 11 Maret 2011)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

Berdasarkan upaya-upaya yang dilakukan Dinas Sosial Kabupaten

Sragen dalam pengembangan KUBE seperti tahap persiapan, tahap

pelaksanaan dan tahap evaluasi kegiatan serta realisasi target yang di

peroleh, maka dapat disimpulkan bahwa Kinerja Dinas Sosial Kabupaten

Sragen khususnya dilihat dari indikator efektivitas adalah kurang baik,

buktinya masih sedikitnya KUBE yang mengalami perkembangan, selain

itu juga masih banyak terdapat kekurangan dalam tahapan-tahapan

tersebut. Misalnya saja Kinerja Dinas Sosial Kabupaten Sragen dalam

tahap Evaluasi, dalam tahap ini Dinas Sosial masih belum bisa melakukan

evaluasi/ monitoring secara optimal. Dengan kurang optimalnya evaluasi/

monitoring yang dilakukan, maka banyak KUBE yang menjual ternak

mereka tanpa adanya pemberitahuan terlebih dahulu terhadap pihak Dinas

Sosial Kabupaten Sragen, Kelurahan maupun Pendamping didaerah

setempat.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

2. RESPONSIVITAS

Responsivitas adalah kemampuan organisasi untuk mengenali

kebutuhan masyarakat, menyusun agenda dan prioritas kegiatan, dan

mengembangkan program-program kegiatan publik sesuai dengan

kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Responsivitas dimasukkan kedalam

salah satu indikator karena responsivitas dapat menggambarkan dan

mengukur secara langsung daya tanggap Dinas Sosial Kabupaten Sragen

terhadap aspirasi, minat dan kebutuhan KBS penerima KUBE terkait

dengan pengembangan kegiatan KUBE tersebut.

Dalam pengembangan KUBE, Daya tanggap atau Responsivitas

yang dilakukan oleh Dinas Sosial Kabupaten Sragen dalam memenuhi

aspirasi, minat dan kebutuhan KUBE antara lain dapat dilihat dari:

a. Responsivitas Dinas Sosial Kabupaten Sragen terhadap aspirasi

masyarakat penerima KUBE

Salah satu bentuk responsivitas Dinas Sosial Kabupaten Sragen

terhadap aspirasi penerima KUBE yang berkaitan dengan

pengembangan KUBE adalah dalam pemilihan jenis usaha yang akan

dikelola oleh para penerima KUBE. Dalam pemilihan jenis usaha yang

akan dikelola oleh masing- masing KUBE ini, pihak Dinas Sosial

Kabupaten menyerahkan sepenuhnya kepada masing- masing KUBE

mengenai bentuk usaha apa yang cocok dan sesuai dengan minat serta

kebutuhan KUBE itu sendiri.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

Dalam kegiatan KUBE ini bentuk usaha yang dipilih oleh

para anggota KUBE yang ada di Kabupaten Sragen khususnya adalah

memilih usaha yang berbentuk pemeliharaan ternak. Jenis ternak yang

dipelihara oleh anggota KUBE di Kabupaten Sragen adalah ternak sapi

atau ternak kambing. Didalam menentukan hewan ternak yang akan

anggota KUBE itu pelihara, masing- masing anggota KUBE

mendiskusikan terlebih dahulu jenis hewan apa yang akan para

anggota KUBE itu pilih. Setelah para anggota KUBE mantap dengan

jenis ternak yang akan dipelihara maka minat/ aspirasi tersebut

disampaikan ke pihak Dinas Sosial Kabupaten Sragen melalui

pertemuan yang dihadiri oleh seluruh anggota KUBE di masing-

masing kelurahan yang mendapat bantuan.

Dalam pertemuan itu pihak Dinas Sosial Kabupaten Sragen

mendengarkan aspirasi/ minat para anggota KUBE mengenai jenis

usaha yang akan para anggota KUBE kelola sesuai dengan kebutuhan

anggota KUBE. Didalam pertemuan itu para anggota KUBE

menyampaikan aspirasi/ minat mereka mengenai jenis usaha ternak

yang mereka pilih sesuai hasil kesepakatan kelompok. Setelah pihak

Dinas Sosial Kabupaten Sragen mendengar aspirasi/ minat para

anggota KUBE maka tanggapan yang diberikan oleh pihak Dinas

Sosial Kabupaten Sragen adalah memberikan tanggapan positif

terhadap aspirasi/ minat para anggota KUBE. Tanggapan positif itu

adalah dengan menyetujui jenis usaha yang para anggota KUBE pilih

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

yaitu pemeliharaan ternak, baik itu pemeliharaan ternak sapi maupun

maupun kambing. Pertimbangan Dinas Sosial Kabupaten Sragen

menyetujui jenis usaha pemeliharaan ternak adalah jenis usaha tersebut

merupakan jenis usaha yang sudah mereka diskusikan terlebih dahulu

kepada masing- masing anggota sesuai dengan kebutuhan mereka.

Selain itu jenis usaha ternak juga sudah sesuai dengan kemampuan

atau ketrampilan yang para anggota KUBE miliki.

Sehubungan dengan hal tersebut Bp. Eddy Indaryatno, BSc

mengungkapkan :

“Upaya dinas selama ini dalam mendengarkan aspirasi anggota kube itu ya dengan menghadiri pertemuan anggota kube dhek. Dalam pertemuan itu kan nanti dinas sosial dapat menggali aspirasi mereka dan dinas ya berusaha menanggapi positif aspirasi mereka agar kegiatan KUBE dapat berjalan lancar. waktu pertemuan itu para warga menginginkan usaha yang dibentuk itu dengan pemeliharaan ternak, ada yang pengen ternak sapi dan ada yang pengen ternak kambing, itu tergantung kesepakatan kelompoknya saja. Kalau menurut dinas usaha itu sudah sesuai dengan kebutuhan mereka dan kemampuan mereka lalu dinas ya setuju- setuju saja, pokoknya jenis usaha yang dipilih tersebut benar-benar keinginan para anggota KUBE itu sendiri.” (wawancara 11 maret 2011)

Hal yang senada juga diungkapkan oleh Bp. Joko salah satu

Ketua KUBE yang berasal dari Kelurahan Jeruk, Kecamatan Miri :

” waktu awal- awal dulu memang ada pertemuan di Kelurahan yang dihadiri oleh Dinas Sosial sama semua naggota KUBE di seluruh Kelurahan Jeruk mbak. Dalam pertemuan itu salah satu pembahasannya itu mengenai jenis usaha yang akan kami

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89

pilih.disitu kami menyampaikan keinginan kami yang sebelumnya sudah dimusyawarahkan oleh kelompok saya yaitu untuk pelihara sapi. Lha pihak Dinas Sosial menanggapi baik minat kami itu dengan menyetujuinya.” (wawancara 28 Maret 2011)

Namun tidak semua jenis usaha yang para anggota KUBE itu

pilih berasal dari usulan anggota KUBE. Ada sebagian kelompok di

suatu kelurahan, jenis usaha yang dilaksanakan oleh KUBE sudah

ditetapkan dari Kelurahan setempat yaitu jenis usaha ternak. Namun

jenis usaha tersebut dapat diterima oleh anggota KUBE karena jenis

usaha ternak masih dalam kapasitas kemampuan anggota KUBE.

Sehubungan dengan hal tersebut Bp. Muji Widodo selaku Ketua Kube

Kenanga I Kelurahan Mojorejo, Kalang Malang mengungkapkan:

”kalau soal pemeliharaan sapi yang kelompok saya laksanakan itu sudah ditentukan sama pihak kelurahan mbak karna kami juga sudah cocok sama usaha tersebut maka kami ya mau-mau saja mbak” (wawancara 15 Maret 2011)

b. Responsivitas Dinas Sosial Kabupaten Sragen terhadap kebutuhan

KUBE

Salah satu bentuk ukuran responsivitas itu adalah daya tanggap

suatu organisasi terhadap kebutuhan-kebutuhan dari masyarakat.

Kaitannya dengan pengembangan KUBE, Dinas Sosial Kabupaten

sekiranya harus tahu dan tanggap tentang kebutuhan para penerima

KUBE. Kebutuhan- kebutuhan KUBE itu antara lain:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

90

1) Pembuatan Kandang Ternak

Kandang Ternak merupakan tempat yang akan digunakan

untuk memelihara hewan- hewan ternak yang diberikan kepada

penerima KUBE. Dalam pembuatan kandang ternak, Dinas Sosial

Kabupaten Sragen memberikan bantuan dana untuk membuat

kandang sebesar Rp. 1.000.000,00 (1 juta) yang diambil dari dana

APBD. Sedangkan dalam pembuatannya diserahkan sepenuhnya ke

pihak penerima KUBE. Bantuan dana tersebut diberikan kepada

penerima KUBE untuk membuat kandang atau untuk memperbaiki

kandang apabila KUBE sudah mempunyai kandang sendiri. Hal ini

bertujuan untuk menyediakan tempat yang layak dan nyaman bagi

hewan-hewan ternak yang mereka pelihara, karena dengan tempat

yang layak maka dapat mempengaruhi kesehatan hewan ternak

mereka. Apabila hewan- hewan ternak sehat, maka ini akan

membuat hewan ternak cepat berkembang.

Sebagaimana yang dikemukakan oleh Bp. Eddy Indaryatno,

BSc selaku Seksi Pemberdayaan Kesejahteraan Sosial Masyarakat:

“Untuk pembuatan kandang kami berikan dana sebesar satu juta dan untuk pembuatannya kami serahkan sepenuhnya kepada anggota KUBE, kalau yang sudah punya kandang uangnya untuk perbaikan kandangnya itu.” (wawancara 11 Maret 2011)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

91

Hal yang serupa juga diungkapkan oleh Bp. Suratno selaku

Ketua KUBE ”Ngudi Urip” yang berasal dari kelurahan Gesi,

Kecamatan Gesi :

” Kalau untuk pembuatan kandang, kami dikasih uang mbak dari sragen. Jumlahnya dulu tu kalau nggak salah satu juta mbak. Katanya uang itu untuk buat kandang, kalau udah punya kandang ya uangnya suruh untuk memperbaiki kandang biar layak pakai.” (wawancara 18 Maret 2011)

Namun tidak semua KUBE memperoleh dana untuk

pembuatan kandang. Dana untuk pembuatan kandang ataupun

pemeliharaan kandang hanya diberikan pada KUBE yang terbentuk

pada tahun 2008, sedangkan untuk KUBE yang terbentuk pada

tahun 2007 tidak memperoleh dana untuk pembuatan ataupun

perbaikan kandang. Hal itu terjadi karena itu sudah menjadi

ketentuan dari Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah. Sebagaimana

yang dikemukakan oleh Bp. Eddy Indaryatno, BSc selaku Seksi

Pemberdayaan Kesejahteraan Sosial Masyarakat:

“ dana untuk membuat atau memperbaiki kandang itu hanya diberikan untuk KUBE yang terbentuk tahun 2008 saja sedangkan KUBE yang terbentuk tahun 2007 tidak mendapatkan bantuan dana untuk membuat/ memperbaiki kandang. Alasannya ya dananya udah di tentukan sama Dinas Sosial Jawa tengah kami ya tinggal ngejalanin saja” (wawancara 24 Maret 2011)

Dari hasil wawancara diatas maka dapat disimpulkan

bahwa Dinas Sosial Kabupaten Sragen kurang dapat memberikan

respon yang merata terhadap kebutuhan kandang kepada KUBE.

Padahal kandang merupakan tempat yang digunakan untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

92

merawat ternak- ternak KUBE. Bantuan pembuatan/ perbaikan

kandang hanya diberikan kepada KUBE yang terbentuk pada tahun

2008 saja sedangkan KUBE yang terbentuk tahun 2007 tidak

diberikan uang bantuan pembuatan atau perbaikan kandang.

2) Kesediaan makanan Ternak

Makanan ternak merupakan sesuatu yang dibutuhkan oleh para

penerima KUBE dalam mengembangkan ternak yang mereka pelihara.

Dalam pemeliharaan ternak makanan ternak utama yang diberikan

kepada ternak KUBE adalah jerami padi dan rumput. Dalam

pemberian makanan ternak jerami atau rumput, KUBE mencari sendiri

jerami dan rumput- rumput tersebut dengan cara swadaya. Kaitannya

dengan ketersediaan makanan pokok ternak- ternak KUBE, respon

yang diberikan oleh Dinas Sosial Kabupaten Sragen adalah dengan

menanyakan kepada KUBE mengenai ketersediaan jerami atau

rumput di lingkungan KUBE apakah sudah tercukupi. Sehubungan

dengan hal tersebut Bp. Eddy Indaryatno, BSc selaku Seksi

Pemberdayaan Kesejahteraan Sosial Masyarakat:

”Makanan pokok yang diberikan ke hewan ternak itu jerami kalau nggak ya rumput- rumputan dhek, kalau soal ketersediaannya KUBE mereka swadaya dhek. Untuk respon yang diberikan oleh Dinas itu ya hanya sekedar menanyakan ketersediaan pakan disana apakah sudah tercukupi atau belum. Dan menurut mereka ketersediaan pakanan pokok sudah cukup dhek.” (wawancara 26 April 2011)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

93

Hal yang senada juga diungkapkan oleh Bp. Joko salah satu

Ketua KUBE yang berasal dari Kelurahan Jeruk, Kecamatan Miri:

“ Makanan pokok ternak kelompok kami itu jerami mbak kalau nggak ya rumput- rumputan mbak, seadanya saja pokoknya. Kalau jerami susah ya kami kasih rumput- rumputan. Untuk ketersediaannya kami ya cari sendiri mbak sistemnya ya gantian mbak seumpanya hari ini saya besoknya gantian siapa gitu mbak.lha emang mau dibantu siapa lagi kalau nggak cari sendiri. Respon dinas sosial untuk ketersediaan pakan itu ya cuma tanya aja pakan ternak disini gimana sudah cukup atau belum.” (wawancara 27 April 2011)

Namun selain makanan pokok yang diberikan ke ternak- ternak

KUBE, ternak- ternak tersebut perlu diberikan makanan tambahan

berupa bekatul agar dapat mempercepat pertmbuhan. Kaitannya

dengan ketersediaan bekatul, pihak Dinas Sosial Kabupaten Sragen

tidak memberikan bantuan makanan ternak bekatul kepada para

penerima KUBE. Hal itu terjadi karena terbatasnya dana yang

diberikan oleh pemerintah, baik itu dana yang berasal dari APBD

maupun APBN. Dalam anggaran dana yang diberikan, tidak ada

rincian anggaran yang digunakan untuk memberikan bantuan makanan

ternak bekatul kepada para penerima KUBE. Sebagaimana yang

dikemukakan oleh Bp. Eddy Indaryatno, BSc selaku Seksi

Pemberdayaan Kesejahteraan Sosial Masyarakat:

” untuk bantuan makanan ternak kepada KUBE itu nggak ada dhek. Gimana ya, dana yang tersedia terbatas dhek rincian anggaran yang berasal dari APBN maupun APBD nggak ada yang untuk pemberian makanan ternak.” (wawancara 14 April 2011)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

94

Hal yang senada juga diungkapkan oleh Bp. Joko selaku ketua

KUBE yang berasal dari Kelurahan Jeruk, Kecamatan Miri :

” kalau soal bekatul, nggak ada itu mbak bantuan pakan ternak bekatul dari Dinas Sosial. Kalau ada uang kami ya beli sendiri mbak tapi kalau nggak ada uang kami nggak beli mbak” (wawancara 14 April 2011)

Dari wawancara diatas maka dapat disimpulkan bahwa Dinas

Sosial Kabupaten Sragen sudah cukup responsiv terhadap kebutuhan

KUBE dalam hal penyediaan makanan pokok ternak KUBE seperti

jerami atu rumput- rumputan yaitu dengan cara menanyakan kepada

KUBE mengenai ketersediaan makanan pokok ternak KUBE. Namun

untuk ketersediaan makanan tambahan ternak seperti bekatul, Dinas

Sosial belum mampu menyediakannya. Padahal dengan makanan

tambahan seperti bekatul ini bisa membuat ternak- ternak KUBE cepat

berkembang. Ketidak responnya Dinas Sosial Kabupaten Sragen dalam

penyediaan makanan tambahan ternak dikarenakan terbatasnya

anggaran yang diberikan untuk bantuan KUBE, sehingga KUBE harus

mampu swadaya dalam memenuhi kebutuhan pakan ternak- ternaknya.

3) Pemeliharaan Kesehatan Ternak

Kebutuhan KUBE lainnya untuk mengembangkan ternaknya

adalah kebutuhan yang berkaitan dengan kesehatan ternak.

Pemeliharaan kesehatan ternak sangatlah penting untuk dilakukan

karena dengan keadaan yang sehat maka hewan ternak dapat

berkembang biak dengan lancar. Kaitannya dengan pemeliharaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

95

kesehatan ternak, pihak Dinas Sosial Kabupaten Sragen menyediakan

mantri atau dokter hewan yang berada di lingkungan KUBE. Selain

menyediakan mantri hewan, pihak Dinas Sosial juga memberikan

bantuan vaksinasi kepada ternak para penerima KUBE..

Namun, keberadaan mantri atau dokter hewan tersebut tidak

dapat berperan secara aktif. Hal itu terjadi karena mantri atau dokter

hewan yang ditunjuk oleh Dinas Sosial Kabupaten Sragen tidak

melakukan pengontrolan kesehatan hewan ternak KUBE secara

periodik. Kalaupun para penerima KUBE itu memerlukan bantuan dari

mantri atau dokter hewan tersebut, KUBE tetap harus membayar

sendiri biaya pemeriksaannya. Dengan kata lain pihak Dinas Sosial

Kabupaten Sragen tidak menyediakan biaya untuk pemeliharaan ternak

para KUBE, Dinas Sosial Kabupaten Sragen hanya menunjuk mantri

atau dokter hewan setempat untuk biaya obat maupun pemeriksaan

ditanggung sepenuhnya oleh KUBE itu sendiri. Hal itu terjadi karena

keterbatasan dana yang ada dan anggaran yang ada tidak ada rincian

untuk biaya kesehatan ternak KUBE. Sedangkan untuk vaksinasi yang

pernah dilakukan Dinas Sosial Kabupaten Sragen hanya diberikan

pada KUBE yang terbentuk pada tahun 2007 saja sedangkan untuk

KUBE yang terbentuk tahun 2008 tidak mendapatkan Vaksinasi.

KUBE yang terbentuk tahun 2008 tidak mendapatkan Vaksinasi

karena sudah ketentuan dari pihak Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah.

Sedangkan dalam pemberian Vaksinasi pihak Dinas Sosial Kabupaten

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

96

Sragen bekerja sama dengan Dinas Peternakan dan untuk dana

Vaksinasi tersebut berasal dari APBN. Sebagaimana yang

dikemukakan oleh Bp. Eddy Indaryatno, BSc selaku Seksi

Pemberdayaan Kesejahteraan Sosial Masyarakat:

” untuk kebutuhan kesehatan ternak KUBE, Dinas sudah menunjuk mantri setempat, tapi kalau mau minta tolong mantri ya pakai biaya dari KUBE sendiri karna tidak ada anggaran untuk biaya mantri. Lalu dulu pernah dilakukan vaksinasi oleh Dinas Peternakan tapi tahun 2007 saja, lha ketentuannya seperti itu kok dhek, sedangkan untuk dana Vaksinasi itu berasal dari dana APBN” (wawancara 14 April 2011)

Hal yang senada juga diungkapkan oleh Bp. Joko selaku Ketua

KUBE yang berasal dari Kelurahan Jeruk, Kecamatan Miri:

“ kalau hewan ternak kami sakit, kami cari mantri sendiri mbak pakai uang sendiri. Nggak ada itu mbak bantuan dari Dinas Sosial. Dengar- dengar ada mbak mantri yang ditunjuk dinas tapi daripada lama ngurus-ngurusnya kami cari sendiri aja mbak. Kalau untuk vaksinasi dulu pernah ada tahun 2007 pokoknya, lha wong itu pas awal-awal terbentuk dulu kok mbak habis itu nggak ada Vaksinasi lagi. (wawancara 14 April 2011)

Hal serupa juga diungkapkan oleh Bp. Margono selaku manti

hewan di daerah Kecamatan Miri:

“Untuk biaya pemerikasaan ternak KUBE ya bayar sendiri mbak, karena dinas tidak memberikan biaya pemeriksaan. Namun selama ini belum ada mbak KUBE yang datang ke saya untuk memeriksakan hewan ternaknya. Nggak tau mbak kenapa. (wawancara 27 April 2011)

Dari wawancara diatas dapat disimpulakan bahwa dalam hal

pemeliharaan kesehatan ternak, Dinas Sosial Kabupaten Sragen kurang

dapat responsive. Buktinya mantri/ dokter hewan yang disediakan oleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

97

Dinas Sosial Kabupaten Sragen tidak dapat berperan secara aktif.

Mantri/ Dokter hewan yang disediakan Dinas Sosial Kabupaten Sragen

hanya sebatas ada tetapi apabila KUBE ingin minta bantuan ke mantri/

dokter hewan tersebut maka KUBE harus membayar sendiri biayanya,

karena Dinas Sosial Kabupaten Sragen tidak mrmpunyai anggaran

untuk hal tersebut. Selain itu dalam hal Vaksinasi, KUBE yang

mendapatkan vaksinasi hanya KUBE yang terbentuk pada tahun 2007

saja untuk KUBE yang terbentuk pada tahun 2008 tidak mendapatkan

vaksinasi.

4) Penyediaan Pendamping

Salah satu bentuk Responsivitas lainnya yang diberikan oleh

Dinas Sosial Kabupaten Sragen adalah dengan menyediakan seorang

pendamping bagi anggota KUBE agar dapat membantu membimbing

atau mendampingi KUBE agar KUBE dapat cepat berkembang.

Pendamping dalam hal ini mempunyai tugas untuk memberikan arahan

langsung baik diminta maupun tidak oleh KUBE, serta memberikan

fasilitas bagi KUBE misalnya saja menyediakan mantri hewan yang

ada dilingkungan setempat. Pendamping juga membantu KUBE dalam

membuat administrasi KUBE. Pendamping biasanya dipilih dari tokoh

masyarakat yang ada disekitar lingkungan KUBE supaya sewaktu-

waktu KUBE dapat meminta tolong atau berkomunikasi dengan

pendamping.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

98

Pendamping merupakan tangan panjang Dinas Sosial

Kabupaten Sragen di lapangan untuk memberikan tanggapan terhadap

masalah- masalah yang dihadapi oleh anggota KUBE. Dengan adanya

komunikasi yang lancar antara pendamping dengan anggota KUBE

maka diharapkan KUBE akan dapat cepat mengalami perkembangan.

Sehubungan dengan hal tersebut Bp. Eddy Indaryatno, BSc selaku

seksi Pemberdayaan Kesejahteraan Sosial Masyrakat menyatakan:

“untuk memperlancar kegiatan dilapangan kami menyediakan seorang pendamping dhek, pendamping tersebut kami pilih dari tokoh masyarakat sekitar supaya Kube bisa lancar berkomunikasi dengasn pendamping. Tugasnya ya memberikan arahan baik diminta atau tidak kepada Kube, pendamping juga memfasilitasi dengan mantri hewan setempat lalu pendamping juga membantu dalam mengisi administrasi KUBE ” (wawancara 11 Maret 2011)

Namun sejauh ini yang dilakukan oleh pendamping dalam

perkembangan KUBE masih belum bisa optimal. Komunikasi antara

pendamping dengan anggota KUBE tidak dapat terjalin dengan lancar.

Pendamping yang seharusnya mampu memberikan bimbingan atau

arahan kepada KUBE walaupun tidak diminta, namun realisasinya

komunikasi antara pendamping dengan anggota KUBE hanya terjadi

waktu proses awal- awal saja sedangkan pada waktu pelaksanaan

pendamping kurang aktif mendampingi KUBE. Alasannya adalah

pendamping menganggap para anggota KUBE tersebut sudah dewasa

yang mampu mengatasi masalah- masalahnya sendiri, lalu kalau para

anggota KUBE ada yang minta tolong barulah dibantu . Hal ini

menurut Pendamping dilakukan karena agar para anggota KUBE tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

99

tergantung terus kepada pendamping. Sehubungan dengan hal tersebut

Bp. Jimin selaku salah satu pendamping di kelurahan Jeruk,

Kecamatan Miri mengungkapkan :

“ selama ini dalam hal pendampingan, kalau ada yang minta tolong, baru saya bantu mbak supaya mereka itu tidak tergantung terus lagipula saya anggap mereka itu kan sudah dewasa biar bisa mengatasi masalahnya sendiri lah mbak tujuannya biar mereka bisa mandiri” (wawancara 28 Maret 2011)

Hal senada juga diungkapkan oleh Bp. Joko selaku salah satu

ketua KUBE dari Kelurahan Jeruk , Kecamatan Miri:

“iya mbak, memang ada pendamping Kube. Pandampingnya dipilih dari tokoh masyarakat sekitar sini saja. Tapi ya begitulah mbak kami jarang komunikasi dengan pendamping. Cuma 2 atau 3 kali saja mbak soalnya kami tidak tahu pendamping tu dapat gaji atau tidak jadinya kami ya sungkan mbak mau ngapa-ngapain lagian pendamping bisanya teori saja mbak tidak tahu gimana kenyataannya, jadi kami juga kurang terbantu dengan adanya pendamping mbak maka dari itu komunikasinya juga tidak lancar karna pendamping juga tidak aktif mbak” (wawancara 28 Maret 2011)

Oleh Dinas Sosial Kabupaten Sragen, para pendamping ini

diberikan gaji sebagai upah lelah mereka. Hal ini dalam rangka bentuk

responsivitas Dinas Sosial Kabupaten Sragen kepada para

Pendamping. Gaji atau upah yang diberikan oleh pihak Dinas Sosial

Kabupaten Sragen sebesar Rp.150.000,00/ bulan yang dibayarkan pada

tahun pertama saja. Demikian yang diungkapkan oleh Bp. Eddy

Indaryatno, BSC menyatakan:

“ pihak dinas memberikan uang lelah bagi para pendamping perbulannya tu seratus lima puluh ribu dhek dan itu dibayar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

100

hanya untuk tahun pertama saja karna aturannya memang seperti itu” ( wawancara 11 Maret 2011)

Hal yang senada juga diungkapkan oleh Bp. Sukardi, Bsc

selaku Pendamping KUBE “ Jaya Abadi” di kelurahan Gading,

Kecamatan Tanon:

“ emang mbak pendamping diberi uang lelah pas tahun pertamanya saja setelah itu nggak ada lagi “ (wawancara 15 Maret 2011)

Dari pernyataan- pernyataan diatas dapat dilihal kalau

pendamping belum mampu melaksanakan tugasnya dengan baik

padahal pendamping merupakan tangan panjang Dinas Sosial dalam

merespon kebutuhan- kebutuhan KUBE. Dengan kurang aktifnya

peran pendamping ini perkembangan KUBE menjadi kurang dapat

berjalan dengan lancar karena sasaran dari kegiatan KUBE ini salah

satunya adalah masyarakat yang mempunyai keterbatasan pendidikan

sehingga mereka mempunyai keterbatasan dalam hal pengetahuan.

Dengan keterbatasan itulah anggota KUBE seharusnya diberikan

pendampingan yang aktif supaya para anggota KUBE tidak salah

langkah. Seharusnya dengan gaji yang diberikan oleh Dinas Sosial

Kabupaten Sragen, pendamping setidaknya mampu menjalankan

tugasnya dengan baik yaitu mendampingi dan membimbing KUBE.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

101

5) Pemberian motivasi

Bentuk Responsivitas lain yang diberikan oleh Dinas Sosial

Kabupaten Sragen adalah pemberian motivasi. Motivasi sangatlah

penting untuk diberikan kepada anggota KUBE karena dengan adanya

motivasi maka anggota KUBE dapat semangat dalam melaksanakan

kegiatannya sehingga dapat berpengaruh pada perkembangan KUBE

itu sendiri. Motivasi merupakan dorongan yang dapat membuat

anggota KUBE mencapai target yang telah ditentukan sebelumnya.

Motivasi dapat muncul dari pihak luar maupun dari dirinya sendiri.

Kaitannya dengan kegiatan KUBE ini, motivasi yang diberikan

oleh pihak Dinas Sosial Kabupaten Sragen dalam mengembangkan

KUBE adalah dengan cara mengajak anggota KUBE untuk berkunjung

ke UPTD Peternakan di Desa Dawung Kecamatan Sambirejo. Dalam

kunjungan tersebut diharapkan anggota KUBE dapat bertambah

pengetahuannya tentang bagaimana cara merawat ternak dengan baik

dan benar agar ternak mereka dapat berkembang biak dengan lancar.

Dengan pengetahuan itu para anggota KUBE dapat menerapkannya ke

ternak- ternak mereka. Selain itu bentuk motivasi lain yang diberikan

oleh Dinas Sosial Kabupaten Sragen adalah Dinas Sosial memberikan

reward atau hadiah bagi KUBE yang terbaik berdasarkan hasil

evaluasi KUBE yang dilaksanakan oleh piahk Dinas Sosial Provinsi

Jawa Tengah. Dengan adanya reward atau hadiah tersebut maka

diharapkan KUBE dapat termotivasi untuk berlomba-lomba menjadi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

102

yang terbaik dan mendapatkan hadiah yang telah dijanjikan oleh Dinas

Sosial. Dengan semangat menjadi yang terbaik itulah yang dapat

memperlancar perkembangan KUBE. Sehubungan dengan hal tersebut

Bp. Eddy Indaryatno, BSC menyatakan:

“bentuk motivasi yang Dinas Sosial berikan yaitu mengajak KUBE ke UPTD Peternakan di Desa Dawung kecamatan Sambirejo tujuannya supaya para anggota Kube bisa tahu bagaimana cara merawat ternak dengan baik. Selain itu kami juga memberitahukan kepada para anggota Kube kalau ada kegiatan Evaluasi Kube oleh Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah dan ada hadiah bagi para juara hal ini bertujuan untuk memotivasi Kube untuk bersemangat memajukan Kube mereka untuk menjadi yang terbaik” (wawancara 11 Maret 2011)

Dari pernyataan- pernyataan diatas maka dapat disimpulkan bahwa

Responsivitas Dinas Sosial Kabupaten Sragen dalam hal pemberian

motivasi sudah cukup baik, buktinya pihak Dinas Sosial Kabupaten Sragen

mengajak KUBE untuk berkunjung ke UPTD Peternakan di Desa Dawung

Kecamatan Sambirejo untuk memberikan pengetahuan kepada KUBE

mengenai cara merewat ternak yang baik agar ternak- ternak KUBE dapat

berkembang dengan baik pula. Selain itu Dinas Sosial Kabupaten Sragen

juga memberikan reward atau hadiah bagi KUBE yang terbaik

berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan oleh Dinas Sosial Kabupaten

Sragen.

Dari bentuk- bentuk Responsivitas yang diberikan oleh Dinas

Sosial Kabupaten Sragen dalam memenuhi kebutuhan KUBE tersebut

maka dapat disimpulkan bahwa Kinerja Dinas Sosial Kabupaten Sragen

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

103

dilihat dari indikator Responsivitas dinilai sudah cukup baik, namun masih

terdapat kekurangan- kekurangan. Dinas Sosial Kabupaten Sragen belum

dapat memberikan respon terhadap kebutuhan- kebutuhan KUBE seperti

dalam segi makanan tambahan ternak maupun Kesehatan Ternak padahal

itu sangat berpengaruh terhadap perkembangan ternak- ternak KUBE.

Selain itu pihak Dinas Sosial juga belum bisa mengoptimalkan peran

seorang pendamping. Padahal pendamping merupakan tangan panjang

Dinas Sosial Kabupaten Sragen di lapangan yang berperan untuk

merespon segala kebutuhan KUBE namun hal itu kurang dapat

dilaksanakan dengan baik oleh para Pendamping. Dengan kurang

responnya pendamping terhadap anggota KUBE membuat perkembangan

KUBE menjadi terhambat.

3. AKUNTABILITAS

Akuntabilitas publik menunjukkan seberapa jauh pelaksanaan

kegiatan publik dapat dipertanggungjawabkan secara langsung maupun

tidak langsung kepada publik, maupun pemerintah sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku. Hal ini berarti bahwa akuntabilitas

dalam kegiatan publik adalah suatu ukuran yang menunjukkan seberapa

besar tingkat kesesuaian antara penyelenggaraan kegiatan publik yang

dilakukan oleh Dinas Sosial Kabupaten Sragen dengan petunjuk teknis

yang menjadi dasar atau pedoman penyelenggaraan kegiatan kepada pihak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

104

yang memiliki kewenangan untuk meminta pertanggungjawaban. Selain

itu akuntabilitas juga menunjukkan kesesuaian antara penyelenggaraan

kegiatan pengembangan KUBE dengan ukuran-ukuran eksternal yang ada

di masyarakat dan dimiliki oleh Dinas Sosial Kabupaten Sragen, seperti

nilai dan norma yang berkembang dalam masyarakat.

Dalam melaksanakan Akuntabilitas Kinerjanya terutama dalam

Kegiatan KUBE, Dinas Sosial Kabupaten Sragen berusaha melakukan

pertanggungjawaban baik terhadap masyarakat maupun Pemerintah.

Bentuk pertanggungjawaban Dinas Sosial Kabupaten Sragen terhadap

masyarakat khususnya masyarakat miskin penerima KUBE karena

program ini merupakan salah satu program pengentasan Kemiskinan,

maka hal yang dilakukan adalah dengan berusaha memberikan bantuan

maupun daya tanggap yang maksimal terhadap anggota KUBE agar bisa

melancarkan pelaksanaan KUBE. Selain itu Dinas Sosial Kabupaten

Sragen juga memberikan bimbingan atau pembinaan terhadap KUBE

supaya kelompok tersebut mampu berkembang. Dengan pelaksanaannya

yang lancar, hal ini dapat membuat kesejahteraan penerima KUBE

menjadi lebih baik dari yang sebelumnya. Sehubungan dengan hal

tersebut, Bp. Eddy Indaryatno, BSc selaku Seksi Pemberdayaan

Kesejahteraan Sosial Masyarakat mengungkapkan:

”Dinas sosial mempunyai tanggung jawab terhadap masyarakat khususnya fakir miskin karena program ini kan salah satu program penuntasan kemiskinan jadi kami juga bertanggung jawab untuk memberikan bantuan kepada anggota KUBE, memberikan bimbingan dan melakukan pembinaan terhadap KUBE supaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

105

kelompok itu cepat berkembang. Karena dengan berkembangnya KUBE ini kan dapat membuat kesejahteraan KUBE menjadi membaik”. (wawancara 11 Maret 2011)

Selain bertanggung jawab terhadap masyarakat, Dinas Sosial

Kabupaten Sragen dalam hal Kegiatan KUBE juga bertanggungjawab

terhadap pemerintah. Bentuk pertanggungjawabannya adalah dengan

membuat Laporan Perkembangan KUBE secara berkala yaitu setiap tahun

sekali pada akhir tahun. Laporan Perkembangan KUBE dilaporkan ke

Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah. Selama ini Laporan

Pertanggungjawaban sudah dilaksanakan sejak tahun pertama KUBE

terbentuk di Kabupaten Sragen yaitu pada tahun 2007. Namun, untuk

tahun 2010 Dinas Sosial Kabupaten Sragen belum membuat Laporan

Perkembangan KUBE. Alasan Laporan Perkembangan KUBE tahun 2010

belum dibuat adalah untuk KUBE yang terbentuk tahun 2007 sudah

purnabina yang artinya KUBE sudah lepas dari binaan Dinas Sosial

Kabupaten Sragen, sedangkan untuk laporan perkembangan KUBE yang

terbentuk pada tahun 2008 belum bisa dilaksanakan oleh Bp. Eddy

Indaryatno selaku pegawai Dinas Sosial Kabupaten Sragen yang

mengurusi KUBE dikarenakan masih banyak tugas dari program-program

lain sehingga belum sempat membuat laporan. Sehubungan dengan hal

tersebut, Bp. Eddy Indaryatno, BSc selaku Seksi Pemberdayaan

Kesejahteraan Sosial Masyarakat mengungkapkan:

”Selain itu pertanggungjawaban kami terhadap pemerintah itu ya dengan membuat Laporan Perkembangan KUBE secara berkala ke Dinas Provinsi Jawa Tengah. Secara berkala itu ya setiap tahun sekali dan biasanya dibuat pada akhir tahun dhek kalau

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

106

pelaksanaan pembuatan laporan ya sejak KUBE terbentuk dhek dari tahun 2007 tapi untuk tahun 2010 belum ada laporan. Alasannya ya untuk KUBE 2007 sudah purnabina jadi sudah tidak dibina lagi dhek kalau laporan KUBE 2008 belum sempat dibuat karena masih banyak kerjaan dari program lain dhek” (wawancara 11 Maret 2011)

Dalam Laporan Perkembangan KUBE yang di serahkan ke Dinas

Sosial Provinsi Jawa Tengah berisikan tentang nama- nama KUBE yang

mendapatkan bantuan, tahun terbentuknya KUBE, lalu jenis usaha yang

dijalankan. Selain itu didalam laporan itu juga berisikan tentang

perkembangan KUBE sampai tahun laporan perkembangan itu dibuat,

apakah KUBE dalam keadaan maju, stagnan (tetap) atau gagal.

Dari berbagai uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dari sisi

pertanggungjawaban, Dinas Sosial Kabupaten Sragen sudah melakukan

pertanggung jawaban yang cukup baik kepada masyarakat dan pemerintah,

meskipun masih terdapat kekurangan. Kekurangannya adalah

pertanggungjawaban terhadap pemerintah berupa membuat laporan

perkembangan KUBE yang diserahkan kepada Dinas Sosial Provinsi Jawa

Tengah untuk tahun 2010 belum dapat dilaksanakan oleh Dinas Sosial

Kabupaten Sragen. Penilaiannya adalah sampai pada tahun 2009 laporan

perkembangan KUBE yang ditujukan untuk Dinas Sosial Provinsi Jawa

Tengah selalu diterima laporannya.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

107

4. Faktor Penghambat

Didalam menjalankan Kinerjanya dalam pengembangan KUBE,

Dinas Sosial Kabupaten Sragen mengalami beberapa masalah yang

menghambat kinerjanya dalam mengembangan KUBE, Faktor- faktor

penghambat itu adalah:

a. Faktor Intern

1) Sumber daya Manusia

Salah satu faktor intern yang menghambat Kinerja Dinas

Sosial Kabupaten Sragen dalam pengembangan KUBE adalah

Sumber Daya Manusia. Sumber Daya Manusia kaitannya dengan

perkembangan KUBE ini adalah Sumber Daya Manusia yang

mengurusi perkembangan KUBE baik itu yang ada didalam

organisasi maupun yang berada diluar organisasi. Sumber Daya

Manusia yang ada diluar organisasi itu adalah Pendamping. Untuk

jumlah pendamping pada tahun 2007 sebanyak 20 pendamping

dimana satu pendamping mendampingi 2 KUBE, sedangkan untuk

tahun 2008 sebanyak 6 orang pendamping dimana satu pendamping

mendampingi 5 KUBE. Dengan jumlah pendamping tersebut, SDM

di lapangan sudah mencukupi untuk mengembangkan KUBE.

Namun yang menjadi penghambat adalah sumber daya manusia

yang ada di Dinas Sosial Kabupaten Sragen yang bertugas untuk

mengurusi Pengembangan KUBE sangatlah terbatas jumlahnya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

108

yaitu cuma ada satu pegawai saja, padahal KUBE yang terbentuk

cukup banyak yang tersebar di wilayah Kabupaten Sragen. Dengan

keterbatasan Sumber Daya Manusia ini, membuat kinerja Dinas

Sosial Kabupaten Sragen dalam pengembangan KUBE kurang

dapat terlaksana dengan maksimal.

Sehubungan dengan hal tersebut Bp. Eddy Indaryatno, BSc

mengungkapkan :

“Kalau dilihat dari faktor intern yang mengahambat pelaksanaan pengembangan KUBE itu jumlah Sumber Daya Manusianya dhek. Kalau SDM diluar organisasi seperti pendamping itu sudah cukup dhek tahun 2007 ada 20 kalau tahun 2008 ada 6. tetapi SDM dari Dinas yang mengurusi tentang KUBE itu ya cuma saya jadi saya ya kerepotan ngurus-ngurus 70 KUBE yang tersebar di wilayah Sragen. Lha tugas saya itu nggak cuma ngurusi KUBE dhek masih banyak program- program lainnya. ” (wawancara 11 Maret 2011)

2) Dana

Selain Sumber Daya Manusia yang terbatas, faktor yang

menghambat Dinas Sosial Kabupaten Sragen dalam mengembangkan

KUBE dilihat dari faktor internnya adalah Dana. Dana merupakan alat

yang digunakan untuk memperlancar suatu kegiatan, maka dari itu

apabila ada dana yang mendukung maka kegiatan pun dapat berjalan

dengan lancar. Kaitannya dengan kegiatan KUBE ini, dana yang

dimiliki oleh Dinas Sosial Kabupaten Sragen dalam pengembangan

KUBE jumlahnya terbatas karena dana yang ada belum dapat

mencukupi kebutuhan- kebutuhan KUBE seluruhnya.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

109

Jumlah Dana APBN yang di peroleh oleh Dians Sosial

Kabupaten Sragen untuk mengembangkan program KUBE sebesar

Rp.1.037.050.000,00 itu untuk tahun 2007, sedangkan untuk tahun

2008 sebesar Rp. 512.100.000. lalu untuk dana APBD nya sebesar

Rp.30.000.000,00. Dana APBN tersebut dianggarkan untuk kebutuhan

sosilaisasi, seleksi, bantuan stimulan modal usaha tahun 2007 sebesar

17 juta per KUBE dan 16 Juta untuk bantuan Stimulan modal usaha

tahun 2008 per KUBE. Selain itu juga untuk pemberian gaji

pendamping sebesar 150 ribu untuk tahun pertama saja untuk tahun-

tahun berikutnya pendamping sudah tidak mendapatkan gaji lagi

padahal tanpa adanya gaji, seorang pendamping tidak akan dapat

menjalankan tugasnya dengan maksimal. Untuk dana bantuan stimulan

usaha dan gaji pendamping berasal dari APBN. Sedangkan untuk dana

pembuatan/perbaikan kandang sebesar 1 juta yang diberikan untuk

KUBE 2008, adapun sumber dananya berasal dari APBD. Dengan

keterbatasan jumlah Dana itulah yang membuat Kinerja Dinas Sosial

Kabupaten Sragen dalam pengembangan KUBE menjadi kurang

maksimal.

Sehubungan dengan hal tersebut Bp. Eddy Indaryatno, BSC

mengungkapkan :

” Selain SDM yang jumlahnya terbatas, faktor intern yang lain adalah sumber Dananya juga terbatas dhek. Alasannya itu ya masih banyak kebutuhan KUBE yang belum terpenuhi seluruhnya. Jumlah dana APBNnya untuk tahun 2007 sebesar Rp. !.037.050.000 sedangkan untuk tahun 2008 sebesar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

110

Rp.512.100.000,00. Anggarannya itu ya buat melakukan sosialisasi, seleksi, bantuan modal usaha, gaji pendamping dan lain- lain dhek. Kalau sumber dananya yang berasal dari APBD itu sebesar Rp. 30.000.000,00. Dana tersebut digunakan untuk pembuatan/ perbaikan kandang dhek.” (wawancara 14 April 2011)

b. Faktor Ekstern

1) Rendahnya Pendidikan Anggota dan Pengurus KUBE

Dilihat dari faktor eksternalnya, faktor yang menghambat

perkembangan KUBE salah satunya adalah Pemdidikan Anggota

dan Pengurus KUBE yang rendah. Dengan pendidikan yang rendah

itulah yang membuat perkembangan KUBE menjadi kurang

berjalan dengan baik. Dengan pendidikan yang rendah membuat

anggota KUBE menjadi pribadi yang kurang bisa berpikir maju

dan susah untuk diarahkan. Padahal program ini merupakan

program yang dapat membuat tingkat kesejahteraan penerima

KUBE menjadi lebih baik apabila dilaksanakan dengan baik pula.

Dengan rendahnya tingkat pendidikan para anggota dan pengurus

KUBE membuat mereka hanya bisa berpikir pendek yaitu dengan

menjual hewan ternak mereka. Sehubungan dengan hal tersebut

Bp. Eddy Indaryatno, BSc mengungkapkan:

“ Salah satu yang menghambat perkembangan Kube dilihat dari eksternalnya ya karna pendidikan anggota dan pengurus Kube yang rendah, rata- rata anggota penerima KUBE itu dulunya tidak bersekolah atau hanya lulusan SD saja. Karna pendidikan rendah itulah yang membuat kegiatan Kube itu tidak berkembang. Mereka masih belum sadar kalau program ini itu sebenarnya bagus untuk perbaikan perekonomian mereka, ya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

111

begitulah dhek orang desa susah buat di arah-arahin.” (wawancara 11 Maret 2011)

Hal yang senada juga diungkapkan oleh Bp. Suyatno selaku

ketua KUBE Kelurahan Geneng, Kecamatan Miri:

“ begitulah mbak orang desa susah diatur, lha wong anggota saya itu kebanyakan dulunya nggak sekolah ada yang sekolah tapi cuma SD saja mbak. Sebenarnya saya semangat mbak sama kegiatan ini tapi anggota-anggota saya susah diatur soalnya mereka itu kebanyakan lebih tua dari saya. Mereka piker buat apa susah-susah beli makanan ternak lha wong buat makan sendiri saja susah, pikiran mereka cuma pengen menjual ternaknya saja mbak. Karna saya diserbu 9 orang ya saya ngalah akhirnya ternaknya pada dijual mbak.” (wawancara 30 Maret 2011)

Hal yang senada juga diungkapkan oleh Bp. Joko selaku

salah satu ketua KUBE dari Kelurahan Jeruk , Kecamatan Miri:

“ untuk pendidikan kelompok saya itu kebanyakan lulusan SD mbak, jadi mereka itu susah buat kerja bareng-bareng. Sulit mbak ngatur orang- orang yang lulusannya cuma SD lagipula kebanyakan anggota saya itu sudah tua- tua mbak pikirannya ya susah buat diajak rembukan.” (wawancara 27 April 2011)

Pernyataan diatas didukung oleh data anggota penerima

KUBE berdasarkan tingkat pendidikan di salah satu Kelurahan

yaitu Kelurahan Geneng. Kaitannya dengan laporan perkembangan

KUBE tahun 2009, Kelurahan Geneng merupakan kelurahan yang

KUBE-nya tidak mengalami perkembangan sama sekali.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

112

Tabel 4.4

Data anggota KUBE berdasarkan tingkat pendidikan

Di Kelurahan Geneng

Sumber: Data anggota Penerima KUBE Kelurahan Geneng tahun 2007

2) Peran Pendamping KUBE belum Optimal

Selain pendidikan anggota KUBE yang rendah, faktor lain

yang menghambat Perkembangan kegiatan KUBE adalah peran

pendamping yang belum Optimal dalam mendampingi dan

membimbing anggota KUBE. Pendamping KUBE dalam kegiatan

ini seharusnya mempunyai tugas untuk mendampingi dan

membimbing aggota KUBE. Namun dalam realisasinya,

pendamping kurang mampu berkomunikasi dengan baik terhadap

anggota KUBE. Selain itu, pendamping juga kurang mampu

memberikan perhatian maupun pantauan ke anggota KUBE.

Padahal pendamping itu merupakan pembimbing lapangan yang

merupakan tangan panjangnya Dinas Sosial dalam

mengembangkan KUBE. Sehubungan dengan hal tersebut

No Tingkat Pendidikan Jumlah

(orang)

1 Tidak sekolah 12

2 SD 78

3 SMP 10

Jumlah 100

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

113

Bp.Narto sekretaris Kube ”Jaya Abadi” yang berasal dari kelurahan

Gading, Kecamatan Tanon mengungkapkan :

“wah kami tu jarang mbak komunikasi sama pendamping, paling komunikasi tu pas awal-awalnya saja satu kali aja mbak itu pas pembentukan dulu setelah itu pendamping tidak pernah memantau lagi, para anggota kan juga bingung mbak, setelah pembentukan itu tidak ada lagi pantauan-pantuan baik itu dari pihak pendamping, kelurahan, maupun sragen mbak, ya kami jual saja mbak lha sapinya mencret-mencret, mau nyari mantri hewan kami nggak punya uang mbak makan aja susah kok. (wawancara 18 Maret 2011)

Hal senada juga diungkapkan oleh bapak Ngalim ketua

KUBE Kenanga II kelurahan Mojorejo, kecamatan Karang Malang

“ ada pendamping nggak ada pendamping sama aja mbak. Pendamping aja nggak pernah bimbing/ dampingi ya udah kami menjalankan kegiatan ini yang semampu kami sebisanya sajalah mbak” (wawancara 15 Maret 2011)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 114

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti, maka dapat ditarik

beberapa kesimpulan bahwa Kinerja Dinas Sosial Kabupaten Sragen terkait

dengan pengembangan Kelompok Usaha Bersama (KUBE) di Kabupaten

Sragen sudah cukup baik meskipun masih terdapat kekurangan-kekurangan.

Dalam penelitian ini Kinerja Dinas Sosial Kabupaten Sragen dapat dilihat dari

ketiga indikator seperti Produktivitas, Responsivitas, dan Akuntabilitas.

1. Indikator Efektivitas

Dilihat dari indikator Efektivitas terdapat beberapa kesimpulan antara

lain dapat dinilai dari upaya- upaya yang dilakukan Dinas Sosial

Kabupaten Sragen dalam pengembangan KUBE dan dapat dinilai dari

realisasi target yang telah ditentukan oleh Dinas sosial Kabupaten Sragen.

Dilihat dari upaya- upaya yang dilakukan Dinas Sosial Kabupaten Sragen

dalam pengembangan KUBE, Dinas Sosial Kabupaten Sragen sudah

melakukan beberapa upaya yang terbagi dalam tiga tahapan yaitu tahap

persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap evaluasi kegiatan. Pada tahap

persiapan, upaya yang dilakukan oleh Dinas Sosial Kabupaten Sragen

adalah seleksi KBS Penerima KUBE, seleksi Pendamping dan Sosialisasi.

Untuk proses seleksi KBS penerima KUBE maupun pendamping, Dinas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

115

Sosial Kabupaten Sragen dibantu oleh kelurahan didaerah setempat.

Sedangkan untuk sosialisasi diselenggarakan dikantor kelurahan setempat.

Tahap selanjutnya adalah tahap pelaksanaan, pada tahap ini kegiatan yang

dilaksanakan adalah pemberian Stimulan Bantuan Modal Usaha. Bantuan

Modal Usaha yang diberikan oleh Dinas Sosial kepada KUBE sebesar 17

juta per KUBE untuk KUBE yang terbentuk tahun 2007 sedangkan KUBE

yang terbentuk pada tahun 2008 bantuannya sebesar 16 juta per KUBE.

Untuk tahap ketiga adalah tahap evaluasi kegiatan. Upaya yang dilakukan

pada tahap ini adalah melakukan monitoring secara periodik dan

melakukan pembinaan serta pengarahan kepada anggota dan pengurus

KUBE. Selain itu indikator efektivitas juda dapat diukur melalui realisasi

target yang telah ditentukan oleh Dinas Sosial Kabupaten Sragen. Dalam

realisasinya berdasarkan data evaluasi pada tahun 2009, KUBE yang

mencapai target adalah kelurahan Karang Talun, Jeruk, Poleng, dan

Mojorejo. Sedangkan untuk kelurahan Gading, Geneng, dan Gesi tidak

memenuhi target. Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa Dinas

Sosial Kabupaten Sragen dari segi efektivitas adalah masih kurang baik,

buktinya masih sedikit KUBE yang mengalami perkembangan.

2. Indikator responsivitas

Dinas Sosial Kabupaten Sragen dalam pengembangan KUBE antara

lain dapat dilihat dari bentuk responsivitas Dinas Sosial Kabupaten Sragen

terhadap aspirasi masyarakat penerima KUBE dan Responsivitas Dinas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

116

Sosial dalam memenuhi kebutuhan- kebutuhan KUBE. Bentuk

responsivitas Dinas Sosial Kabupaten Sragen terhadap aspirasi masyarakat

Penerima KUBE selama ini sudah cukup baik yaitu Dinas Sosial

Kabupaten Sragen menyerahkan sepenuhnya kepada anggota KUBE

mengenai jenis usaha yang akan dikelola agar sesuai dengan minat dan

kebutuhan KUBE. Sedangkan bentuk Responsivitas Dinas Sosial

Kabupaten Sragen terhadap kebutuhan KUBE antara lain kebutuhan akan

kandang ternak, makanan ternak, kesehatan ternak, penyediaan

pendamping dan pemberian motivasi. Responsivitas Dinas Sosial dalam

pembuatan kandang Ternak, Dinas Sosial kurang dapat memberikan

respon yang merata karena bantuan pembuatan ternak hanya diberikan

pada KUBE yang terbentuj pada tahun 2008 saja. Untuk Responsivitas

Dinas Sosial dalam kesediaan makanan pokok ternak sudah cukup baik,

namun untuk kesediaan makanan tambahan seperti bekatul, Dinas Sosial

belum mampu menyediakannya karena anggaran terbatas. Sedangkan

Responsivitas Dinas Sosial terhadap Kesehatan ternak kurang baik, hal itu

terjadi karena mantri/ dokter hewan yang disediakan Dinas Sosial tidak

berperan aktif. Selain itu KUBE yang mendapatkan Vaksinasi hanya

KUBE yang terbentuk pada tahun 2007 saja. Selanjutnya adalah bentuk

responsivitas Dinas Sosial terhadap penyediaan Pendamping, didalam

realisasinya seorang pendamping kurang mampu berperan aktif dalam

melakukan pendampingan sehingga perkembangan KUBE tidak dapat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

117

berjalan dengan lancar. Lalu untuk Responsivitas Dinas Sosial dalam

pemberian motivasi sudah cukup baik yaitu dengan mengajak KUBE

untuk berkunjung ke UPTD Peternakan di Desa Dawung Kecamatan

Sambirejo dan memberikan reward / hadiah bagi KUBE yang terbaik.

Dari keseluruhan kesimpulan yang dijelaskan diatas, maka secara garis

besar dapat disimpulkan bahwa Kinerja Dinas Sosial Kabupaten Sragen

dilihat dari indikator Responsivitas dinilai sudah cukup baik, namun masih

terdapat kekurangan- kekurangan.

3. Indikator Akuntabilitas

Kinerja Dinas Sosial Kabupaten Sragen dinilai dari sisi Akuntabilitas

dapat dilihat dari dua aspek yaitu Akuntabilitas Dinas Sosial Kabupaten

Sragen terhadap masyarakat dan Akuntabilitas terhadap Pemerintah.

Akuntabilitas terhadap masyarakat khususnya penerima KUBE dilakukan

dengan memberikan bantuan dan tanggapan yang maksimal terhadap

KUBE, selain itu Dinas Sosial juga memberikan bimbingan atau

pembinaan kepada anggota KUBE supaya dapat berkembang. Sedangkan

Akuntabilitas Dinas Sosial Kabupaten Sragen kepada Pemerintah sudah

cukup baik yaitu dengan membuat laporan perkembangan KUBE ke Dinas

Sosial Provinsi Jawa Tengah setiap satu tahun sekali yang dibuat pada

akhir tahun. Namun untuk tahun 2010 laporan perkembangan KUBE

belum dibuat oleh Dinas Sosial Kabupaten Sragen.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

118

B. Saran

Setelah melakukan penelitian dan analisa data, penulis ingin

menyampaikan beberapa saran yang dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi

Dinas Sosial Kabupat en Sragen:

1. Pendamping merupakan seseorang yang bertugas untuk membimbing atau

mendampingi KUBE supaya kegiatan KUBE dapat berjalan dengan lancar

dan mengalami perkembangan. Pendamping seharusnya mampu menjadi

tangan panjang Dinas Sosial Kabupaten Sragen di lapangan supaya bisa

memberikan tanggapan terhadap masalah- masalah yang dihadapi oleh

anggota KUBE. Dalam realisasinya selama ini di lapangan, seorang

pendamping belum mampu berperan aktif dalam membimbing atau

mendampingi KUBE. Pendamping selama ini kurang dapat berkomunikasi

dengan lancar dengan KUBE-nya. Dalam pemilihan pendamping yang

nantinya dapat menjadi tangan panjang Dinas Sosial Kabupaten Sragen di

lapangan seharusnya dipilih dari seseorang yang mengetahui tentang cara-

cara berternak dan yang mau aktif mendampingi supaya apabila KUBE

mengalami masalah, seorang pendamping dapat memecahkan masalah

tersebut. Maka dari itu seorang pendamping seharusnya dipilih dari petugas

yang bekerja di UPT Dinas Peternakan di masing- masing kecamatan Selain

itu seorang Pendamping perlu untuk membuat laporan pertanggungjawaban

atas kerjanya karena pendamping juga mendapatkan gaji meskipun hanya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

119

pada tahun pertama saja. Hal ini bertujuan agar pendamping mampu

menjalankan tugasnya dengan baik dari waktu ke waktu.

2. Sumber Daya Manusia merupakan sesuatu yang penting untuk melaksanakan

suatu kegiatan karena tanpa adanya Sumber Daya Manusia suatu kegiatan

tidak dapat terealisasi dengan baik. Selama ini Sumber Daya Manusia yang

menangani KUBE di Dinas Sosial Kabupaten Sragen sangatlah minim yaitu

cuma satu orang. Dengan jumlah SDM yang satu orang tersebut membuat

kinerja Dinas Sosial Kabupaten Sragen dalam pengembangan KUBE menjadi

kurang maksimal misalnya saja untuk proses monitoring pengembangan

KUBE khususnya untuk tahun 2010 tidak dapat dilaksanakan dengan baik.

Hal itu terjadi karena untuk Seksi Pemberdayaan Kesejahteraan Sosial

Masyarakat tidak hanya bertugas untuk mengurusi KUBE saja tetapi banyak

program- program lain yang harus ditangani. Maka dari itu Sumber Daya

Manusia dari Dinas Sosial Kabupaten Sragen yang menangani KUBE

sebaiknya ditambah supaya perkembangan KUBE dapat terpantau dengan

baik. Penambahan SDM bisa dilakukan dengan cara berkoordinasi dengan

seksi lain yang masih satu bidang yaitu bidang pemberdayaan sosial atau

berkoordinasi dengan bidang lain. Dengan Sumber Daya Manusia yang cukup

maka sebuah kegiatan dapat berjalan dengan lancar.

3. Dana merupakan alat yang digunakan untuk memperlancar suatu kegiatan,

maka dari apabila ada dananya cukup maka kegiatan pun dapat berjalan

dengan lancar. Dalam pengembangan KUBE ini salah satu masalah yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

120

dihadapi oleh Dinas Sosial Kabupaten Sragen adalah terbatasnya dana. Dana

yang dianggarkan untuk pengembangan KUBE masih kurang dapat

mencukupi kebutuhan dasar KUBE, misalnya saja dalam pemeliharaan

Kesehatan dan pemberian gaji pada pendamping. Untuk pemeliharaan

kesehatan , pihak Dinas Sosial belum mampu menyediakan seorang mantri/

dokter hewan untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada ternak- ternak

KUBE. Lalu untuk pemberian gaji Pendamping, pihak Dinas Sosial hanya

memberikan gaji hanya satu tahun padahal masa pembinaan itu selama tiga

tahun. Dengan demikian seorang pendamping menjadi kurang semangat untuk

melakukan pendampingan. Maka dari itu alokasi dana yang digunakan untuk

pengembangan KUBE perlu untuk ditambah. Penambahan dana bisa

dilakukan dengan mengambil dari anggaran APBD di Sragen untuk

menunjang kegiatan KUBE agar dapat berkembang dengan maksimal.