kimia analitik
DESCRIPTION
GravimetriTRANSCRIPT
ACARA II
PENETAPAN KADAR BESI Fe SECARA GRAVIMETRI
A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Tujuan Praktikum : Mahasiswa dapat menentukan kadar besi sebagai Feri
Trioksida secara gravimetri.
2. Waktu Praktikum : Selasa, 08 November 2011
3. Tempat Praktikum : Laboratorium Kimia, Lantai III, Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Mataram.
B. LANDASAN TEORI
Gravimetri adalah metode analisis kuantitatif unsur atau senyawa berdasarkan
bobotnya yang diawali dengan pengendapan dan diikuti dengan pemisahan dan
pemanasan endapan dan diakhiri dengan penimbangan. Untuk memperoleh
keberhasilan pada analisis secara gravimetri maka harus memperhatikan tiga hal
berikut : unsur atau senyawa yang ditentukan harus terendapkan secara sempurna,
bentuk endapan yang ditimbang harus diketahui dengan pasti rumus molekulnya dan
endapan yang diperoleh harus murni dan mudah di timbang (Khopkar, 2003 : 25).
Analisis gravimetri atau analisis kuantitatif berdasarkan bobot adalah proses
isolasi serta penimbangan suatu unsur atau suatu senyawaan tertentu dari unsur
tersebut dalam bentuk semurni mungkin. Unsur atau senyawa itu dipisahkan dari suatu
porsi zat yang sedang diselidiki yang telah ditimbang. Sebagian besar penetapan-
penetapan pada analisis gravimetri menyangkut pengubahan unsur atau radikal yang
akan ditetapkan menjadi senyawa yang murni dan stabil yang dapat dengan mudah
diubah menjadi suatu bentuk yang sesuai untuk di timbang. Lalu bobot unsur atau
14
radikal itu dengan mudah dapat di hitung dari pengetahuan kita tentang rumus
senyawaannya serta bobot atom unsur-unsur penyusunnya (Basset, 1994 : 472).
Umumnya pengendapan dilakukan pada larutan yang panas sebab kelarutan
bertambah dengan bertambahnya temperatur. Pengendapan dilakukan dalam larutan
encer yang ditambahkan pereaksi perlahan-lahan dengan pengadukan yang teratur,
partikel yang terbentuk lebih dahulu berperan sebagai pusat pengendapan. Untuk
memperoleh pusat pengendapan yang besar suatu reagen ditambahkan agar kelarutan
endapan bertambah besar (Nurhadi, 2003 : 26).
Pemisahan endapan dari larutan tidak selalu menghasilkan zat murni.
Kontaminasi endapan oleh zat lain yang larut disebut pelarut kopresipitasi. Hal ini
berhubungan dengan adsorpsi banyak terjadi pada endapan gelatin dan sedikit pada
endapan mikrokristal, misalnya AgI, pada perak asetat dan endapan BaSO4 pada alkali
nitrat. Pengotoran dapat juga disebabkan oleh postpresipitasi, yaitu pengendapan yang
terjadi pada permukaan endapan pertama. Hal ini terjadi pada zat yang sedikit larut
kemudian membentuk larutan lewat jenuh. Zat ini mempunyai ion yang sejenis dengan
endapan primernya, misal pengendapan CaC2O4 dengan adanya Mg. MgC2O4 akan
terbentuk bersama-sama dengan CaC2O4. Lebih lama waktu kontak maka lebih besar
endapan yang terjadi ( Saptorahardjo, 2003 : 27).
Persyaratan yang harus dipenuhi agar metode gravimetri berhasil yaitu, proses
pemisahan hendaknya cukup sempurna sehingga kuantitas analit yang tak terendapkan
secara analitis tidak dapat terdeteksi (biasanya 0.1 mg atau kurang, dalam menetapkan
penyusunan utama dalam suatu makro); zat yang ditimbang hendaklah mempunyai
susunan yang pasti dan hendaknya murni atau sangat hamper nurni. Bila tidak,
diperoleh hasil yang galat. Persyaratan kedua lebih sukar dipenuhi oleh para analis.
Galat-galat yang di sebabkan oleh faktor-faktor seperti kelarutan endapan umumnya
dapat diminimumkan dan jarang menimbulkan galat yang signifikan. Misalnya
memperoleh endapan murni dan dapat disaring itulah yang menjadi problem utama.
Banyak penelitian telah dilakukan mengenai pembentukan dan sifat endapan (Day,
2002 : 68).
Terdapat beberapa metode analisis unsur, yaitu metode gravimetri sangat
tergantung pada konsentrasi unsur yang ada dalam larutan, untuk konsentrasi yang
kecil akan terbentuk endapan koloid (sangat halus) sehingga endapan yang terbentuk
susah dipasahkan (sulit penyaringannya selain hal diatas, waktu dengan gravimetri
15
cukup lama; metode titrimetri, perlakuannya (preparasi dan analisisnya) dilakukan
secara konvensial butuh waktu yang lama dan dibutuhkan indikator untuk penentuan
end pointnya; metode potensiometri, waktu lebih cepat dibandingkan dengan kedua
metode diatas tanpa indikator, caranya sama dengan titrimetri bedanya penentuan titik
akhirnya (end point) menggunakan elektroda ion selektif Kalsium (Yudhi, 2009).
Umumnya pengendapan dilakukan terhadap larutan asam sehingga partikel
koloid akan bermuatan positif dan kation-kation akan kuat teradsorpsi. Karena oksida
itu dapat larut dengan mudah dalam asam, pengendapan-ulang dimanfaatkan untuk
membersihkan endapan dari pengotoran yang teradsorpsi. Besi (III) Oksida, Fe2O3
cukup mudah tereduksi baik menjadi Fe3O4 atau Fe oleh karbon dari kertas filter.
Endapan yang telah di panggang dapat diolah dengan asam nitrat pekat dan
dipanggang ulang membentuk kembali Fe2O3 (Underwood, 1986 : 100).
C. ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM
1. Alat-alat praktikum
- Corong kaca
- Gelas kimia 250 ml
- Gelas ukur 50 ml
- Gelas ukur 100 ml
- Krus
- Neraca analitik
- Oven (tanur)
- Penangas air listrik
- Pengaduk / spatula
- Penjepit
- Pipet volume 1 ml
- Pipet volume 10 ml
- Rubber bulb
2. Bahan-bahan praktikum
- Aquades
- Serbuk fero amonium sulfat
- Kertas saring
- Larutan amonia (1 : 1)
16
- Larutan amonium nitrat (NH4NO3) 1 %
- Larutan HCl (1 : 1)
- Larutan HNO3 pekat
D. SKEMA KERJA
0.8 gram fero amonium sulfat
Dimasukkan dalam gelas kimia
+ 50 ml aquades
10 ml HCl (1 : 1)
Larutan campuran
+ 1-2 ml HNO3 pekat
∆
Larutan berwarna kuning
+ aquades (v = 100 ml)
∆
Larutan mendidih
+ amonia (1 : 1) hingga berlebih
∆
Terbentuk endapan
Disaring
Endapan Filtrat
Dicuci dengan larutan NH4NO3 1 %
Dimasukkan dalam krus
Endapan + kertas saring dalam krus
17
Endapan + kertas saring dalam krus
Dipijar
Ditimbang
Berat (gram) endapan
Berat kontrol
Kertas saring kosong
Dipijar
Ditimbang
Berat kontrol (gram)
E. HASIL PENGAMATAN
1. Hasil Pengamatan Endapan
Berat krus kosong : 18.37 gram
Berat kertas saring : 1.12 gram
Berat krus + kertas saring setelah di pijar : 18.38 gram
Berat krus + endapan pemijaran pertama : 18.53 gram
Berat krus + endapan pemijaran kedua : 18.53 gram
2. Hasil Pengamatan Tiap Perubahan yang Terjadi
Perlakuan Hasil Pengamatan
Penimbangan fero amonium
sulfat
Fero amonium sulfat yang di timbang
berbentuk kristal putih.
Diperoleh berat sebesar 0.8 gram.
0.8 gram fero amonium sulfat
+ 50 ml air
Setelah ditambahkan dengan 50 ml air, fero
amonium sulfat larut. Terbentuk larutan
berwarna kuning pudar.
18
Fero amonium sulfat cair +
HCl (1 : 1)
Setelah larutan fero amonium sulfat encer
ditambahkan dengan HCl, larutan berubah
menjadi berwarna bening.
Larutan [fero amonium sulfat
+ air + HCl (1 : 1)] + 2 ml
HNO3 pekat
Setelah larutan yang terbentuk ditambahkan
dengan HNO3 pekat, warna larutan
berwarna kuning pudar bening.
Larutan dipanaskan + air Setelah dipanaskan warna larutan menjadi
kuning pekat, setelah ditambahkan air
warna larutan menjadi kuning muda.
Larutan mendidih + amonia
(1:1) berlebih
Pada penambahan amonia (1 : 1) terjadi
perubahan warna larutan dari kuning muda
menjadi merah pekat dan terdapat endapan
endapan merah bata pekat.
Endapan yang terbentuk
dipijarkan (pertama)
Berat krus beserta endapan yang diperoleh
setelah pemijaran pertama yaitu 18.53
gram.
Endapan dipijarkan lagi
(pemijaran kedua)
Untuk membandingkan berat yang
diperoleh dilakukan kembali pemijaran dan
didapatkan berat yang tetap yaitu 18.53
gram.
F. ANALISIS DATA
1. Persamaan Reaksi
(NH4)2SO4.FeSO4.6H2O(s) + H2O(l) → (NH4)2SO4.FeSO4(aq)
(NH4)2SO4.FeSO4(aq) + 2HCl(aq) + 3HNO3(aq) + OH-(aq) → 2NH4Cl(g) + 2H2SO4(aq)
+ Fe(NO3)2(aq) + H+(aq)
(NH4)2SO4.FeSO4(aq) + 3HCl(aq) + H+(aq) → FeCl3(S) + 2NH4
+(aq) + H2SO4(aq)
FeCl3(s) + 3HNO3(aq) + 2OH-(aq) → Fe(NO3)(aq) + H2O(l) + 3Cl-
(aq) + H+(aq)
Fe(NO3)3(aq) + 3H2O(l) + 3NH3(aq) → 3NH4 NO3(g) + Fe(OH)3(S)
Fe(OH)3↓ → Fe2O3(s) + H2O(l)
19
2. Perhitungan
a. Berat Fe Secara Perhitungan
Diketahui : Berat krus porselin : 18,38gram
Berat krus + endapan : 18,53 gram
Berat sampel : 0,8 gram
Berat endapan : 0,16 gram
Mr Fe2O3 : 160 gram/mol
Ar Fe : 56 gram/mol
Ditanya : gr Fe…………..?
% Fe……………?
Penyelesaian :
Gram Fe = Berat endapan Fe 2 O3 x2 Ar Fe
Mr Fe 2O 3
= 0,16 x112160
= 0,112 gram
% Fe dalam sampel = gr Fe
gr sampelx100 %
= 0,112 gram0,8 gram
x100 %
= 14 %
b. Secara Teoritis
Sampel :
Gram Fe2O3 = 2 x Ar Fe
Mr sampelx gr sampel
20
= 2 x 56392
x 0,8
= 0,2286 gram
% Fe = gram Fe
gram sampelx 100 %
= 0,2286
0,8x 100%
= 28.575 %
c. Pehitungan Kesalahan Relatif
Kesalahan Relatif = |P−S|
Sx 100 %
Dengan P = berat pengukuran
S = Berat Fe sebenarnya
Kesalahan Relatif = |0,112−0 , 2286|
0 , 2286x100%
= 51 %
G. PEMBAHASAN
Gravimetri merupakan metode analisis kuantitatif unsur atau senyawa
berdasarkan bobotnya yang diawali dengan pengendapan dan diikuti dengan
pemisahan dan pemanasan endapan dan diakhiri dengan penimbangan. Sebagian besar
penetapan-penetapan pada analisis gravimetri menyangkut pengubahan unsur atau
radikal yang akan ditetapkan menjadi sebuah senyawaan yang murni dan stabil, yang
dapat dengan mudah dapat dihitung dari pengetahuan kita tentang rumus
senyawaannya serta bobot atom unsur-unsur penyusunnya (Basset, 1994).
Pada percobaan Penetapan Kadar Besi Fe Secara Gravimetri, melibatkan suatu
metode gravimetri yang didasarkan pada reaksi kimia yang menghasilkan suatu
substansi yang sedikit larut dan dapat ditimbang setelah dilakukan pengarangan.
21
Tetapi dapat juga di bakar menjadi senyawa lain yang telah diketahui komposisinya
untuk ditimbang beratnya (Sudjadi, 2004).
Penetapan gravimetri besi, melibatkan pengendapan besi (III) hidroksida
(sebenarnya) Fe2O3.2H2O yang disebut oksida hidrous, yang kemudian disusut dengan
pemanggangan pada temperatur tinggi menjadi Fe2O3. Metode ini biasa digunakan
dalam analisis batuan, dimana besi dipisahkan dari unsur-unsur seperti nitrogen,
sulfur, kalsium, dan magnesium dengan pengendapan (Day, 2002).
Begitu pula dalam percobaan ini ditentukan kadar Fe di dalam suatu sampel
yaitu fero amonium sulfat (NH4)2Fe(SO4)2. Penggunaan sampel (NH4)2Fe(SO4)2
secara gravimetri yang didasarkan atas oksidasi Fe dan pengendapan sampel menjadi
feri trioksida (Fe2O3). Berdasarkan hasil pengamatan larutan fero amonium sulfat yang
berwarna kuning pudar setelah ditambahkan dengan HCl maka terjadi perubahan
warna pada larutan menjadi bening. Dalam prinsipnya, penambahan asam klorida ke
dalam sampel untuk menghilangkan amonium yang ada pada sampel dan agar
terbentuk FeCl3, sesuai dengan reaksi berikut :
(NH4)2Fe(SO4)2(aq) + 3HCl(aq) + H+ → FeCl3(aq) + 2H2SO4(aq) + 2NH4+
(aq)
Fe3+ + 3Cl- → FeCl3
Pada saat penambahan larutan HNO3, larutan menjadi warna kuning bening.
Hal ini dikarenakan reaksi yang terjadi pada suhu tinggi akan semakin meningkat.
Dalam prosesnya, suatu reaksi untuk membentuk senyawa baru membutuhkan
sejumlah energi disosiasi atau penguraian untuk kemudia terjadi ikatan antara ion yang
telah terurai membentuk senyawa baru. Dengan penambahan HNO3 akan
menyebabkan Cl- larut sehingga unsur klor yang terbentuk menghilang (Mursyidi,
2006).
Pada proses pengenceran, larutan yang semula berwarna kuning pekat berubah
menjadi lebih jernih atau lebih pudar. Hal ini dikarenakan dengan makin tingginya
penambahan air dalam proses pengenceran maka konsentrasi dari larutan yang
terbentuk akan berkurang juga. Hal ini ditandai dengan perubahan warna dari larutan
yang pekat menjadi jernih akibat adanya perubahan konsentrasi.
Pada proses berikutnya, larutan yang ditambahkan larutan amonia (1 : 1)
berlebih setelah dipanaskan akan menyebabkan terbentuknya endapan. Semakin
banyak larutan amonia (1 : 1) yang ditambahkan ke dalam larutan, maka endapan yang
terbentuk akan semakin banyak karena hasil kali kelarutan (ksp) lebih kecil daripada
22
hasil kali kelarutan dari ion larutan tersebut ([Fe3+] [OH-]3 >ksp) (Syukri, 1999).
Dalam praktikum ini ketika ditambahkan amonia (1 : 1) terbentuk endapan berwarna
merah pekat (merah bata pekat), sehingga reaksi yang terjadi adalah :
FeCl3(aq) + 3NH3(aq) + 3H2O(l)→Fe(OH)3↓(merah bata) + 3NH4+
(aq) + 3Cl-
Fe(OH)3 merupakan endapan merah bata yang terbentuk dari reaksi tersebut.
Dengan mencuci endapan dengan amonium nitrat 1 % panas, akan membebaskan klor,
sehingga yang tersisa adalah Fe(OH)3 yang setelah dipijarkan akan menghasilkan
Fe2O3 berdasarkan reaksi :
2 Fe(OH)3↓(merah bata)∆→
Fe2O3(s) + 3H2O(g)
Digunakannya amonium nitrat 1 % panas dengan kandungan ion sejenis untuk
mengurangi kelarutan endapan dari Fe2O3. Dari Fe2O3 yang terbentuk maka berat Fe
dalam sampel dapat ditentukan. Dalam proses pemijaran dilakukan pada temperatur
yang tinggi yaitu 620oC. Pemijaran dengan temperatur tinggi bertujuan untuk
menyingkirkan semua air akibat dari adsorbsi, oklusi, penyerapan dan hidrasi.
Berdasarkan percobaan dan analisis data diperoleh berat endapan Fe dari hasil
perhitungan adalah 0.112 gram dan % Fe yaitu 14 %. Sedangkan berat Fe dari
perhitungan secara teoritis diperoleh 0.2286 gram dan % Fe yaitu 28.575 %. Dari hasil
perhitungan dan perhitungan secara teoritis diperoleh perbedaan yang cukup jauh.
Pada praktikum ini didapatkan perhitungan kesalahan relatif sebesar 51.006 %.
Persentase kesalahan relatif ini menunjukkan bahwa kesalahan yang terjadi pada
praktikum cukup besar, dapat dikatakan bahwa percobaan kurang berhasil.
H. PENUTUP
1. Kesimpulan
- Kadar besi (Fe) yang diperoleh dari perhitungan adalah 0.112 gram dan % Fe
yaitu 14 %. Sedangkan berat Fe dari perhitungan secara teoritis diperoleh
0.2286 gram dan % Fe yaitu 28.575 % dengan perhitungan kesalahan relatif
sebesar 51.006 %. Penentuan kadar besi dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan :
% Fe= gram Fegram sampel
x 100 %
23
DAFTAR PUSTAKA
Basset, J dkk. 1994. Buku Ajar Vogel : Kimia Analisis Kualitatif Anorganik Edisi 4. Jakarta :
EGC.
Day, R.A. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta : Erlangga.
Khopkar, S. M. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : Erlangga.
Mursyidi, A., Rohman A. 2006. Pengantar Kimia Analitik : Volumetri dan Gravimetri.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Nurhadi, Agus. 2003. Dasar Kimia Analitik. Jakarta : UI Press.
Saptorahardjo. 2003. Kimia Analitik. Jakarta : UI Press.
Sudjadi, A. 2004. Kimia Analitik. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Syukri. 1999. Kimia Dasar 2. Bandung : ITB.
Underwood. 1986. Konsep-konsep Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta : Erlangga.
Yudhi, Noor. 2009. Penentuan Konsentrasi Sulfat Secara Potensiometri. Batam : Pusat
Teknologi Bahan Bakar Nuklir.
24