kima, dari kampung untuk dunia

9
Konservasi Taman Laut Kima Toli-Toli ‘’Prestasi dari Kampung, untuk Dunia’’ By: Indra Andari, HR Konservasi Taman Laut Kima Toli-Toli yang terletak di Desa Toli-Toli, Kec. Lalonggasumeeto, Kab. Konawe, Propinsi Sulawesi Tenggara, adalah sebuah kawasan konservasi yang dikelola secara swadaya oleh masyarakat setempat, untuk menyelamatkan kima dari kepunahan. Kima (Tridacna sp), adalah biota laut berjenis kerang dan merupakan kerang terbesar dari seluruh jenis kerang yang ada di dunia. Di dunia, terdapat 10 species Kima, yang terdiri atas 2 genus, yaitu genus Tridacna yang hidup di dalam batu karang dan pecahan terumbu karang, serta genus Hippopus yang hidup di kawasan berpasir dan padang lamun. Genus Tridacna terdiri atas 8 species, yaitu Tridacna Gigas (Kima besar), Tridacna Derasa (Kima Selatan), Tridacna Tevoroa (Kima iblis), Tridacna Squamosa (Kima sisik), Tridacna Maxima (Kima kecil), Tridacna Crocea (Kima batu), Tridacna Costata (Kima Laut Merah) dan Tridacna Rosewateri (Kima Mauritius). Sedang untuk genus Hippopus terdiri atas 2 species yaitu Hippopus Hippopus (kima tapak kuda) dan Hippopus Porcellanus (Kima china). Dari 10 jenis kima tersebut, 7 species diantaranya berada di Asia, termasuk di

Upload: ricky-redox

Post on 05-Dec-2014

83 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kima, Dari Kampung Untuk Dunia

Konservasi Taman Laut Kima Toli-Toli‘’Prestasi dari Kampung, untuk Dunia’’

By: Indra Andari, HR

Konservasi Taman Laut Kima Toli-Toli yang terletak di Desa Toli-Toli, Kec. Lalonggasumeeto, Kab. Konawe, Propinsi Sulawesi Tenggara, adalah sebuah kawasan konservasi yang dikelola secara swadaya oleh masyarakat setempat, untuk menyelamatkan kima dari kepunahan.Kima (Tridacna sp), adalah biota laut berjenis kerang dan

merupakan kerang terbesar dari seluruh jenis kerang yang ada di dunia. Di dunia, terdapat 10 species Kima, yang terdiri atas 2 genus, yaitu genus Tridacna yang hidup di dalam batu karang dan pecahan terumbu karang, serta genus Hippopus yang hidup di kawasan berpasir dan padang lamun. Genus Tridacna terdiri atas 8 species, yaitu Tridacna Gigas (Kima besar), Tridacna Derasa (Kima Selatan), Tridacna Tevoroa (Kima iblis), Tridacna Squamosa (Kima sisik), Tridacna Maxima (Kima kecil), Tridacna Crocea (Kima batu), Tridacna Costata (Kima Laut Merah) dan Tridacna Rosewateri (Kima Mauritius). Sedang untuk genus Hippopus terdiri atas 2 species yaitu Hippopus Hippopus (kima tapak kuda) dan Hippopus Porcellanus (Kima china). Dari 10 jenis kima tersebut, 7 species diantaranya berada di Asia, termasuk di Indonesia, yaitu Tridacna Gigas, Tridacna Derasa, Tridacna Squamosa, Tridacna Maxima, Tridacna Crocea, Hippopus Hippopus dan Hippopus Porcellanus. Dari tebarannya di dasar laut, kima hanya hidup di laut hangat, yaitu wilayah tropis dan sub tropis di Samudera Pacific dan Samudera Hindia, dengan demikian, kima hanya ditemukan di benua Afrika, Asia, Australia bagian utara dan Amerika Selatan.

Page 2: Kima, Dari Kampung Untuk Dunia

Karena daging kima memiliki protein yang tinggi dan cangkangnya dijadikan perhiasan serta untuk dekorasi rumah dan ruang kantor, maka hingga akhir 90-an, kima diekploitasi tanpa batas. Pada masa itu, di setiap tahunnya, ratusan ton daging kenari (adductor) dari kima diperdagangkan antar negara, utamanya untuk pasar Amerika Serikat, Jepang, China, Hongkong, Taiwan dan Singapura. Akibatnya, habitat kima di dasar laut di dunia menurun drastis dan telah diambang kepunahan. Bahkan, di

sebahagian negara, beberapa species kima telah punah, dan di Indonesia, species Tridacna Gigas dan Tridacna Derasa sudah tidak ditemukan lagi di wilayah Sumatra, Jawa dan Kalimantan.Karena telah berada diambang kepunahan, maka berbagai negara dan badan dunia telah melarang pengambilan kima dari alam bebas untuk diperdagangkan, termasuk IUCN (International Union for Conservation of Nature). Melalui IUCN kima dimasukkan dalam daftar merah dan tidak boleh diperdagangkan melalui CITIES (Convention on International Trade Indangered Species). Indonesia pun telah melakukan pelarangan pengolahan dan perdagangan kima melalui Peraturan Pemerintah (PP) no 7 tahun 1999.Upaya mengembalikan kima dari kepunahan secara berkelanjutan telah dilakukan oleh banyak negara, diantaranya Jepang, Amerika Serikat, Thailand, Malaysia, Philipina, Papuna New Ginie, Australia, Solomon Island, Kepulauan Tonga dan Fiji serta negara-negara lainnya. Kecuali Indonesia. Di negeri ini, tidak satu pihak pun yang melakukan penyelamatan kima dari kepunahan secara berkelanjutan, termasuk pemerintah, kecuali beberapa perusahaan swasta yang melakukan budidaya kima untuk mengisi ceruk pasar bisnis aquarium yang terus melonjak.

Page 3: Kima, Dari Kampung Untuk Dunia

Kegiatan penelitian dari beberapa universitas di Indonesia juga dilakukan, namun kerena programnya berskala proyek, maka setelah proyeknya selesai, maka berakhir pula program tersebut.

Negara-negara lain melakukan penyelamatan kima dari kepunahan adalah dengan cara budidaya melalui sistim hatchery (Re-Stocking Program). Cara budidaya ini yaitu dengan mengembangbiakkan kima di bak-bak khusus di darat. Pada tempat tersebut, indukan kima yang diambil dari alam kemudian ditetaskan dan dibesarkan. Setelah kima-kima tersebut

berusia 2 hingga 5 tahun, atau ketika kima-kima itu telah memiliki besaran sekitar 10 cm, dimana kima-kima tersebut telah mampu terbebas dari sebagian besar predator alam, maka kima-kima tersebut dikembalikan ke habitat alamnya di dasar laut yang kemudian kima melakukan fungsi ekosistimnya.

Penyelamat Ekosistim di LautanKima dikenal sebagai penyelamat lautan. Dengan sistim filter yang dimilikinya, setiap ekor kima – berdasarkan besar kecilnya -- mampu memfilter berton-ton air laut setiap hari, sehingga air laut menjadi bersih dan sehat.Hasil pemfilterannya tersebut kemudian menjadi faktor / pendukung, utama untuk pertumbuhan dan menjaga warna terumbu karang serta aneka biota laut lainya. Selain itu, puluhan hingga ratusan juta sel telur yang dihasilkan kima dewasa menjadi makanan untuk ikan. Bahkan anak kima yang telah memiliki cangkang pun masih menjadi santapan untuk Kepiting, Gurita, Ikan Pari serta ikan karang. Sehingga dengan perannya tersebut, kima diberi gelar sebagai ‘’Pabrik Makanan Gratis’’ dilautan.

Page 4: Kima, Dari Kampung Untuk Dunia

Sehingga, apabila di sebuah dasar laut terdapat kima, maka dapat di

pastikan, ditempat itu, ikan-ikan akan berkumpul.Dengan berkumpulnya ikan untuk memburu telur kima, maka pada waktu yang bersamaan, ikan-ikan tersebut juga akan memakan berbagai alga merugikan yang melekat pada tubuh terumbu karang. Pada kondisi ini, dengan keberadaan kima, maka ikan pun berfungsi sebagai pembersih terumbu karang sehingga terumbu karang dapat hidup lebih baik dan sehat.Fungsi vital kima pada kehidupan ekosistim dilautan pun belum berakhir sampai disini, sebab selain dua fungsi kunci diatas, kima masih memiliki fungsi lainnya, yaitu sebagai rehabilator di dasar laut, utamanya pada wilayah terumbu karang yang telah rusak.Fungsinya sebagai rehabilator ini dikarenakan pada cangkang kima dapat tumbuh aneka jenis karang, baik karang keras maupun karang lembut. Sehingga, jika kima ditempatkan pada kawasan karang yang telah rusak, kima dapat merehabilitasi lokasi rusak tersebut untuk menjadi hidup kembali. Dan jika ditambahkan dengan aneka warna dagingnya yang cantik, maka kehadiran kima akan menciptakan pemandangan dasar laut yang mempesona.Sayangnya, di Indonesia, fungsi vital kima pada kehidupan ekosistim di lautan belum mendapat perhatian, utamanya dari pemerintah. Buktinya, program rehabilitasi terumbu karang belum mengikutsertakan kima sebagai pendukung utama keberhasilan program tersebut.

Page 5: Kima, Dari Kampung Untuk Dunia

Kenyataan lain, kehidupan kima di alam bebas juga semakin terancam, karena hingga saat ini, pengambilan kima, untuk konsumsi dan perdagangan, masih terus dilakukan.

Konservasi Taman Laut Kima Toli-ToliKarena prihatin akan kondisi tersebut, delapan orang generasi muda dari Desa Toli-Toli, Kec. Lalonggasumeeto, Kab. Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara, melakukan kegiatan penyelamatan kima dari kepunahan melalui kegiatan konservasi.Cara konservasi yang mereka lakukan adalah dengan melakukan penyelaman untuk mencari kima yang hidup terpisah – pisah di berbagai puncak gunung laut di kawasan lautan bagian utara Provinsi Sulawesi Tenggara dan bagian timur Provinsi Sulawesi Tengah. Setiap perjalanan penyelaman yang memerlukan waktu minimal 4 hari, mereka mampu mengumpulkan antara 40 hingga 60 ekor kima. Kima-kima tersebut kemudian mereka bawa ke kawasan konservasi yang mereka buat sendiri di Desa Toli-Toli dan dibiarkan hidup bebas di alam dan melakukan fungsi ekosistimnya.Kegiatan pengambilan seperti ini tentu bukan cara yang tepat. Akan tetapi karena kima terus diekploitasi dari habitat alamnya untuk diperdagangkan, maka cara yang mereka lakukan masih dapat diterima.Hingga kini, sejak melakukan kagiatan ini pada Bulan Oktober 2009, mereka telah menempatkan sedikitnya 8.000 ekor kima di kawasan konservasi. Seluruh upaya mereka tersebut mereka biayai sendiri tanpa bantuan dari siapa pun, termasuk pemerintah.Dalam melakukan penyelaman, pengantaran hingga penataan kima di kawasan konservasi, mereka menggunakan peralatan selam yang apa adanya. Untuk menyelam, mereka tidak menggunakan peralatan selam yang standar, tetapi hanya menggunakan sebuah mesin kompresor tambal ban. Mesin kompresor tersebut kemudian mereka tambahkan dengan selang sebagai pengantar udara saat di dalam laut. Begitu juga dengan fasilitas pendukung lainnya. Sebagai alat transportasi, mereka menggunakan sebuah kapal tradisional bermesin dalam bertonasi 3 ton.

Page 6: Kima, Dari Kampung Untuk Dunia

Kapal kayu dan mesin yang telah berusia diatas 20 tahun ini telah menjadi pendukung utama kegiatan mereka.

Menemukan Kandidat Kima Species BaruDari ribuan ekor kima yang telah mereka tempatkan dikawasan konservasi, mereka menemukan satu species kima yang belum pernah ditemukan sebelumnya di Indonesia. Species kima berkategori kima super raksasa tersebut adalah species kima yang sama atau mirip dengan

Tridacna Tevoroa, species kima yang hanya ditemukan di kepulauan Fiji dan Tonga di Samudera Pacific. Dengan penemuan species kima tersebut, maka mereka telah menambah jumlah species kima yang ada di Indonesia, juga di Asia, dari 7 species menjadi 8 species, yang dengan sendirinya telah membuat Indonesia menjadi Negara pemilik species kima terbanyak di dunia.Species kima temuan baru tersebut telah diteliti oleh Dr.

Richard D Braley dan Prof. John Lucas, dua ahli kima dunia dari Queensland University, Australia yang juga merupakan penemu kima species Tridacna Tevoroa.Dari hasil analisa mereka terungkap bahwa spesifikasi utama Tridacna Tevoroa, seperti daging yang berkutil, tidak ditemukan pada kima temuan baru tim Konservasi Kima Toli-Toli. Dengan perbedaan itu, maka kima temuan baru ini menjadi kandidat kima species baru di dunia.Walau begitu, Prof. John Lucas masih terus melakukan analisa. Dan jika temuan kima tersebut merupakan kima species baru, maka penemuan ini, akan merubah peta ilmu pengetahuan biota laut dunia, khususnya tentang biota laut kima, serta akan menambah jumlah species kima yang ada di dunia, dari 10 menjadi 11 species.Dengan penemuan ini, para pemuda dari kampung yang tidak memiliki pengetahuan tentang ilmu kelautan, juga tentang biota laut kima, telah membuat karya nyata yang tidak ternilai harganya, bukan saja karena mereka telah mampu menyelamatkan kima dari kepunahan, namun dengan kima species baru yang mereka temukan, mereka telah menambah wacana ilmu pengetahuan, khususnya biota laut kima, untuk kepentingan pendidikan generasi sekarang dan yang akan datang.Mereka telah membuat sejarah dan prestasi ‘’Dari Kampung, untuk Dunia***