khusyu‘ dalam perspektif tafsir sufistik

37
Khusyu‘ dalam Perspektif Tafsir Sufistik (Studi Analisis Tafsir Ruh al-Ma‘ânî Karya Al- Alûsî) Skripsi ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S. Ag) Disusun Oleh: Riefa Noor Aliyatur Rahmah NIM 14210599 PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR`AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ) JAKARTA 2018 M/1439 H

Upload: others

Post on 22-Jul-2022

43 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Khusyu‘ dalam Perspektif Tafsir Sufistik

Khusyu‘ dalam Perspektif Tafsir

Sufistik

(Studi Analisis Tafsir Ruh al-Ma‘ânî Karya Al-

Alûsî)

Skripsi ini Diajukan

Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Agama (S. Ag)

Disusun Oleh:

Riefa Noor Aliyatur Rahmah

NIM 14210599

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR`AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN

INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ) JAKARTA

2018 M/1439 H

Page 2: Khusyu‘ dalam Perspektif Tafsir Sufistik

xii

DAFTAR ISI

PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................ i

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................ ii

PERNYATAAN PENULIS ........................................................ iii

MOTTO ....................................................................................... iv

PERSEMBAHAN ....................................................................... v

KATA PENGANTAR ................................................................. vi

PEDOMAN TRANSLITERASI ................................................ ix

DAFTAR ISI................................................................................ xii

ABSTRAKSI ............................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................. 1

B. Identifikasi Masalah ........................................................ 8

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ............................. 9

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ....................................... 9

E. Tinjauan Pustaka ............................................................. 10

F. Metodologi Penelitian ..................................................... 13

G. Teknik dan Sistematika Penulisan .................................. 15

BAB II MENGENAL HAKEKAT KHUSYU`

A. Pengertian Khusyu` ........................................................ 18

Page 3: Khusyu‘ dalam Perspektif Tafsir Sufistik

xiii

1. Pengertian Khusyu‘ Menurut Bahasa ............................ 18

2. Pengertian Khusyu‘ Menurut Istilah.............................. 19

B. Tingkatan-tingkatan dalam Khusyu` .............................. 25

C. Manfaat Khusyu` ............................................................ 30

D. Term khusyu' dalam Al-Qur`an ...................................... 33

E. Khusyu` dalam Shalat ..................................................... 39

1. Makna khusyu' dalam shalat ......................................... 39

2. Menjaga dan Menghadirkan Kekhusyu`an Shalat........ 45

BAB III MENGENAL IMAM Al-ALÛSÎ DAN TAFSIR RUH Al-

MA‘ÂNI

A. Profil Imam Al-Alûsî ........................................................ 55

1. Riwayat Hidup .............................................................. 55

2. Karir Intelektual ........................................................... 56

3. Karya-karya Al-Alusi ................................................... 62

B. Kitab Tafsir Ruhul Al-Ma’ânî karya Al-Alûsî ................... 63

1. Profil Tafsir Ruh Al-Ma‘ânî ........................................ 63

2. Motivasi Penulisan ...................................................... 63

3. Sumber Penafsiran ...................................................... 64

4. Metode Penafsiran ...................................................... 67

5. Corak Penafsiran ......................................................... 68

6. Sistematika Penafsiran ................................................ 69

7. Karakteristik Penafsiran .............................................. 71

8. Pendapat Ulama .......................................................... 73

BAB IV PENAFSIRAN AL-ALÛSÎ TENTANG AYAT-AYAT

KHUSYU‘

A. Aplikasi Penafsiran Al-Alûsî terhadap Ayat-ayat Khusyu'

1. Kriteria Orang-orang khusyu‘ ..................................... 75

Page 4: Khusyu‘ dalam Perspektif Tafsir Sufistik

xiv

a. QS. Al-Baqarah [2]:45 .......................................... 75

b. QS. Al-Mu‘minûn [23]:1-2 ................................... 80

c. QS. Al-Isra’ [17]: 108-109 .................................... 84

2. Pahala bagi orang-orang yang khusyu‘ ....................... 88

a. QS. Ali Imran [3]: 199 .......................................... 89

b. QS. Al-Anbiya’ [21]:90 ........................................ 94

3. Perumpamaan orang khusyu‘ ...................................... 98

B. Relevansi Khusyu' dalam kehidupan masa kini ................ 100

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................ 105

B. Saran........................................................................... 105

DAFTAR PUSTAKA ................................................................... 108

Page 5: Khusyu‘ dalam Perspektif Tafsir Sufistik

vi

حيم ن ٱلر حم بسم ٱلله ٱلر

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT.,

atas rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “khusyu‘ dalam perspektif tafsir sufistik (Studi Analisis tafsir Ruh

Al-Ma‘ânî).”

Shalawat beserta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi

Muhammad SAW., beserta seluruh keluarga dan sahabatnya, sehingga akhir

zaman. Semoga kita termasuk ke dalam umat yang mendapatkan syafa`at

kelak di hari akhir, Amiin.

Penulisan skripsi ini diajukan guna memenuhi salah satu persyaratan

dalam mencapai gelar Sarjana Agama (S. Ag) dalam bidang Ilmu Al-Qur`an

dan Tafsir di Fakultas Ushuluddin Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta.

Dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini, tidak terlepas dari

bantuan, bimbingan, serta motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu,

pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang

tidak terhingga kepada:

1. Ibu Prof. Dr. Hj. Khuzaemah T. Yanggo, MA. Rektor Institut Ilmu Al-

Qur`an (IIQ) Jakarta yang telah memberikan kesempatan menimba ilmu

di perguruan tinggi ini.

2. Drs. Hj. Maria Ulfah, MA. selaku Dekan Fakultas Ushuluddin Institut

Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta.

Page 6: Khusyu‘ dalam Perspektif Tafsir Sufistik

vii

3. Hj. Istiqomah, MA. Selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang selalu

memberikan motivasi, menuntun, dan membimbing dalam

menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih ibu, Jazaakallah Ahsanal Jazaa.

4. Seluruh Dosen Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta, yang telah

meniupkan ruh semangat belajar dan kecintaan terhadap ilmu

pengetahuan.

5. Instruktur tahfiz yang dengan sabar telah membimbing penulis dalam

menghafal Al-Qur`an selama menjadi mahasiswa IIQ; Dr. KH. Fathoni,

Lc. MA, ibu Hj. Ade dan ibu Hj. Istiqomah, MA.

6. Dra. Ruqoyah Tamimi dan Dra. Suci Rahayuningsih selaku pembantu

dekan fakultas Ushuluddin, yang telah banyak membantu dan

mengarahkan penulis dalam menyelesaikan tugas sebagai mahasiswa

IIQ jakarta.

7. Kepala perpustakaan beserta staf perpustakaan IIQ Jakarta, Pimpinan

dan Karyawan Perpustakaan Umum Universitas Islam Negeri (UIN)

Jakarta, Perpustakaan Nasional, Perpustakaan Iman jama` serta

Perpustakaan Pusat Studi Al-Qur`an (PSQ), yang telah menyediakan

informasi dan buku-buku sebagai sumber referensi bagi penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

8. Terimakasih kepada kedua orangtua tersayang, ayahanda Arief dan

Ibunda Titin Nurhasanah, serta tak terlupakan untuk suami tercinta Rizal

Hidayatullah, yang telah banyak membantu baik berupa dukungan moril

maupun berupa materil hingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini

dengan baik, tanpa pernah mengeluh dan dengan tulus mendengarkan

segala keluh kesah penulis, dan membantu dengan segenap jiwa dan

raga, ibu yang telah bekerja keras demi penulis dan sabar jika penulis

khilaf, dan melakukan kesalahan yang membuat ibu sedih, bapak yang

dengan disiplinnya selalu memperingati penulis untuk belajar sabar dan

Page 7: Khusyu‘ dalam Perspektif Tafsir Sufistik

viii

belajar tentang hidup sehingga penulis bisa jadi seperti sekarang, suami

tercinta yang selalu menemani, membantu, memberikan semangat

penulis untuk selalu giat dalam menulis skripsi ini. Allahummaghfir lii

wa liwaalidayya warhamhumaa kamaa rabbayaanii shaghiiraa.

9. Saudara-saudara tercinta, adik-adik Rafi Sofyan Tsauri, Rief`at Ariq Al-

Zufar, Rafilah Qonita Khalilah, yang telah mendoakan dan

menyemangati penulis dalam meraih setiap yang penulis cita-citakan.

10. Teman-teman seperjuangan Fakultas Ushuluddin angkatan 2014, yang

tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, yang selalu mendukung dan

menghibur penulis. Semoga ukhuwah kita selalu terjalin dimanapun kita

berada.

11. Kepada seluruh pihak yang ikut terlibat dalam penulisan skripsi ini,

baik secara langsung maupun tidak langsung, yang tidak dapat penulis

sebutkan stu persatu, semoga Allah membalas kebaikan tersebut dengan

yang lebih baik di sisi-Nya. Akhirnya, atas segala kekurangan dalam

penulisan skripsi ini penulis mohon kritik dan saran dari pembaca

maupun pemerhati demi perbaikan.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih

banyak kekurangan, kesalahan, dan masih perlu perbaikan serta

penyempurnaan karena keterbatasan penulis. Dengan segala kerendahan

hati penulis memeprsembahkan skripsi ini. Semoga apa yang telah

penulis lakukan melalui penelitian ini dapat membawa manfaat dan

bernilai pahala di sisi Allah SWT., Amiin.

Jakarta, 20 Agustus 2018

Penulis

Page 8: Khusyu‘ dalam Perspektif Tafsir Sufistik

viv

Page 9: Khusyu‘ dalam Perspektif Tafsir Sufistik

x

PEDOMAN TRANSLITERASI

Skripsi ini ditulis dengan mneggunakan pedoman transliterasi sebagaimana

diuraikan di bawah ini. Trasliterasi ini ditulis dengan menggunakan pedoman

transliterasi huruf Arab ke huruf latin yang telah disusun oleh Institut Ilmu

Al-Qur`an (IIQ) Jakarta Tahun 2017.

1. Konsonan

th : ط a : أ

zh : ظ b : ب

‘ : ع t : ت

gh : غ ts : ث

f : ف j : ج

q : ق h : ح

k : ك kh : خ

l : ل d : د

m : م dz : ذ

n : ن r : ر

w : و z : ز

Page 10: Khusyu‘ dalam Perspektif Tafsir Sufistik

x

h : ه s : س

` : ء sy : ش

y : ي sh : ص

dh : ض

2. Vocal

Vocal Tunggal Vocal Panjang : Vocal Rangkap:

Fathah : a أ: â ... ي : ai

Kasrah : i ي: î و…: au

Dhammah: u و: û

3. Kata Sandang

a. Kata sandang yang diikuti oleh alif lam (ال) qamariyah

ditransliterasikan sesuai dengan bunyinya, Contoh:

Al-Mâidah : المائدة Al-Baqarah : البقرة

b. Kata sandang yang diikuti oleh alif lam (ال) syamsiyah

ditransliterasikan sesuai dengan aturan yang digariskan di depan dan

sesuai dengan bunyinya. Contoh:

as-Sayyidah : السيدة ar-rajulu : الرجل

مسالش : asy-Syams الدارمي : ad-Dârimî

c. Syaddah (Tasydîd) dalam system aksara Arab digunakan lambang (

_), sedangkan untuk alih aksara dilambangkan dengan huruf, yaitu

dengan cara menggandakan huruf yang bertanda tasydîd. Aturan ini

Page 11: Khusyu‘ dalam Perspektif Tafsir Sufistik

x

berlaku secara umum, baik tasydîd yang berada di tengah kata, di

akhir kata ataupun yang terletak setelah kata sandang yang diikuti

oleh huruf-huruf syamsiyah. Contoh:

Âmana as-Sufahâ’u :أمن السفهاء Âmannâbillâhi :أمنا بالله

كع Inna al-ladzîna : إن الذين waar-rukka’i : والر

d. Ta Marbûthah(ة)

Ta Marbûthah (ة) apabila berdiri sendiri, waqaf atau diikuti oleh kata

sifat (na’at), maka huruf tersebut dialih aksarakan menjadi huruf “h”.

Contoh:

-al-Jâmiah al : الجامعة الأسلامية al-Af`idah : الأفئدة

Islâmiyah

Sedangkan ta marbûthah (ة) yang diikuti atau disambungkan (di-

washal) dengan kata benda (ism), maka dialih aksarakan menjadi

huruf “t”. Contoh:

Âmilatun Nâshibah : عاملة ناصبة

e. Huruf Kapital

Sistem penulisan huruf Arab tidak mengenal huruf kapital, akan

tetapi apabila telah dialih aksarakan maka berlaku ketentuan Ejaan

Yang Disempurnakan (EYD) bahasa Indonesia, seperti penulisan

awal kalimat, huruf awal nama tempat, nama bulan, nama diri dan

lain-lain. Ketentuan yang berlaku pada EYD berlaku pula dalam alih

aksara ini, seperti cetak miring (italic) atau cetak tebal (bold) dan

ketentuan lainya.

Page 12: Khusyu‘ dalam Perspektif Tafsir Sufistik

i

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi dengan judul “Khusyu' dalam Perspektif Tafsir Sufistik (Studi

Analisis Tafsir Ruh Al-Ma‘ânî)” yang disusun oleh Riefa Noor

Aliyatur Rahmah dengan Nomor Induk Mahasiswa 14210599 telah

diperiksa dan disetujui untuk diajukan ke sidang munaqosyah.

Jakarta, 20 Agustus 2018

Pembimbing

Hj. Istiqomah, M.A

Page 13: Khusyu‘ dalam Perspektif Tafsir Sufistik

ii

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi dengan judul “Khusyu‘ dalam Perspektif Tafsir Sufistik (Studi Analisis Tafsir

Ruh al-Ma„ânî Karya Al-Alûsî)” oleh Riefa Noor Aliyatur Rahmah dengan Nomor Induk

Mahasiswa 14210599 telah diujikan pada Sidang Munaqosyah Fakultas Ushuluddin

Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta pada tanggal 20 Agustus 2018.

Jakarta, Agustus 2018

Dekan Fakultas Ushuluddin

Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta

Dra. Hj. Maria Ulfah, M.A

Sidang Munaqosyah

Ketua Sidang Sekretaris Sidang

Dra. Hj. Maria Ulfah, MA Dra. Ruqoyah Tamimi

Penguji I Penguji II

Dra. Hj. Romlah widayati, M. Ag Hj. Musyidah Tohir, MA

Pembimbing

Hj. Istiqomah, M.A

Page 14: Khusyu‘ dalam Perspektif Tafsir Sufistik

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setiap orang yang beriman kepada Allah SWT., wajib

meyakini bahwa sumber ketenangan jiwa dan ketentraman hati yang

hakiki adalah dengan berzikir kepada Allah SWT., membaca Al-

Qur`an, melaksanakan salat, berdo`a kepada Allah SWT., dengan

menyebut nama-nama-Nya yang Maha Indah dan mengamalkan

ketaatan kepada-Nya. Oleh sebab itu, segala bentuk komunikasi

tersebut tidak terlepas dari kekhusyu‘an.1

Ketenangan hati adalah pokok kesehatan Ruhani atau jiwa

dan jasmani. Sedang ragu dan gelisah adalah pangkal segala

penyakit. Jika hati telah ditumbuhi penyakit dan tidak segera diobati

dengan iman, yaitu iman yang menimbulkan zikir dan zikir

melahirkan ketenangan jiwa, maka celakalah yang akan menimpa

orang itu. Hati yang telah sakit akan bertambah sakit, puncak segala

penyakit hati ialah kufur akan nikmat Allah SWT. Oleh karena itu,

hati yang bersih adalah hati yang selalu tunduk serta berserah diri

kepada Allah SWT., dengan kekhusyu‘annya.2

Membangun khusyu„ dapat dilakukan dengan cara

konsentrasi, menatap satu titik di tempat sujud, memahami arti

1 Syaikh Muhammad Saalih, Praktik Khusyu` 33 Kiat Shalat yang

Sempurna dan di Terima, terj. Tsalâtsah wa Tsalâtsûna Sababan li Al-Khusyu` fi

Al-Shalâh oleh Husen Zaenal Mutaqqin, (jagakarsa: PT Mizan Publika, 2013), cet

ke 1, h. 7 2 Sudirman Tebba, Nikmatnya Shalat yang Khusyu`, (Jakarta: Pustaka

irVan, 2008), cet ke-1, h. 4

Page 15: Khusyu‘ dalam Perspektif Tafsir Sufistik

2

bacaan, menghadirkan Allah SWT., di dalam hati dan sebagainya

ternyata tidaklah mudah atau sulit bahkan teramat sulit. Menatap

titik di tempat sujud memang membantu agar pandangan mata tidak

kemana-mana, akan tetapi tidak membantu mencegah pikiran untuk

tidak kemana-mana.

Khusyu„ menurut bahasa berarti tunduk dan menundukkan

pandangan.3 Sedangkan, Ibnul Qayyim (w. 1350 M) dalam kitab

Madârij as-Sâlikîn menuturkan, “secara bahasa, Khusyu„ berarti

merendahkan diri, hina, dan tenang.”4

Sedangkan menurut seorang mufassir Hamka (w. 1981 M)

menjelaskan bahwa khusyu‘ secara istilah artinya tekun,

thuma`ninah, tenang, dan rendah hati, merendahkan diri semata-

mata kepada Tuhan. Yang menyebabkan seseorang menjadi khusyu‘

adalah karena menyadari bahwa kekuasaan Allah SWT., tidak akan

dapat ditantangnya.5

Al-Junaid al-Baghdadi (w. 298 h/ 910 M), tokoh Sufi

Modern mengatakan bahwa khusyu‘ adalah perasaan tunduk yang

timbul di dalam hati terhadap Allah SWT., yang mengetahui yang

ghaib.6

Khusyu‘ bersemayam di dalam hati dan buahnya bisa dilihat

melalui gerakan anggota badan. Anggota badan senantiasa

mengikuti hati. Apabila kekhusyu‘an rusak oleh kelalaian dan

kewaswasan, maka rusaklah ibadah anggota badannya.7

3 Sudirman Tebba, Nikmatnya Shalat yang Khusyu`, h. 1

4 Syeikh Mu`min al-Haddad, Mencapai Shalat Khusyu`,(Jakarta

Timur: Ummul Qura, 2014), cet ke-1, h. 259

5 Hamka, Tafsir Al-Azhar, (Jakarta: Pustaka Panji Mas, 2000), h. 31

6 Salman Faris, Skripsi Konsep Khusyu` dalam Al-Qur`an, (Jakarta:

UIN Syarif Hidayatullah, 2009), h. 21

7 Syaikh Muhammad Saalih, Praktik Khusyu` 33 Kiat Shalat yang

Sempurna dan di Terima, h. 7

Page 16: Khusyu‘ dalam Perspektif Tafsir Sufistik

3

Khusyu„ ada yang mengartikan lunak dan perasaan kasih,

ketenangan, kerinduan serta kecintaan hati kepada Allah SWT. Bila

hati seseorang telah mencapai tingkatan Khusyu‘, maka seluru

anggota badannya pun selalu Khusyu„ pula. Sebab anggota badan

selalu taat dan patuh pada perintah hati.8

Imam Al-Qurthubi9 dalam kitab Tafsirnya Al-Jami‘ li Ahkam

Al-Qur`an menjelaskan: Khusyu„ ialah keadaan dalam hati yang

darinya tampak ketentraman (diam) dan merendahkan diri (pada

anggota badan).10

Khusyu„ itu berada dalam hati sebagaimana do`a yang

diajarkan Nabi: “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari ilmu

yang tidak bermanfaat, dari hati yang tidak Khusyu‘, dari nafsu

yang tidak pernah kenyang, dan dari do`a yang tidak dikabulkan”.11

Khusyu‘ banyak dihubungankan dengan shalat karenanya

shalat memiliki peran strategis dalam pembentukan nilai-nilai Islam

dalam diri pemeluknya.12

Seperti halnya dalam firman Allah SWT:

ست عينوا ٱو بٱب ٱو لص ل وة لص عل بير ةإل ال ك شعي ٱوإنه ٤٥لخ

“Dan mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar

dan shalat. Dan (shalat) itu sungguh berat, kecuali bai

orang-orang yang Khusyu’.” (QS. Al-Baqarah [1] : 45)

8 Mudhab Mahalli, Pewaris-pewaris Surga Firdaus, (Yogyakarta: Kreasi

Wacana, 2000), cet. 1, h. 136 9 Imam Al-Qurthubi merupakan salah seorang ulama salaf terkemuka.

Keahlian utamanya adalah bidang tafsir, fiqh, dan hadis. Nama lengkap beliau

dalah Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad bin Abu Bakr bin Farh al-Anshari al-

Khazraji al-Andalusi al-Qurthubi. Ia seorang mufasir (ahli Tafsir) yang dilahirkan

di Cordova, andalusia (sekarang bernama spanyol). Imam Al-Qurthubi meninggal

dunia di Mesir pada malam Senin, 9 Syawal tahun 671 H (1273 M). Makamnya

berada di EI Meniya, di Timur Sungai Nil, di Kediaman Abu al-Hushaib. Makam

tersebut hingga kini sering diziarahi oleh banyak orang 10

Subhan Nurdin, Keistimewaan Shalat Khusyu`, (Tangerang:

QultumMedia, 2006), cet. ke-1, h.28 11

Subhan Nurdin, Keistimewaan Shalat Khusyu`, h.27 12

H. Jalaluddin, Fiqih Remaja, (Jakarta: Kalam Mulia, 2009), Cet. I, h.81

Page 17: Khusyu‘ dalam Perspektif Tafsir Sufistik

4

Ibnu Katsir menyebutkan, bahwa makna dari ayat diatas

adalah kesulitan-kesulitan shalat itu sangat berat kecuali bagi orang-

orang yang khusyu‘.

Khusyu„ di dalam salat dapat dicapai oleh seseorang yang

hatinya selalu tertuju kepada salat tersebut, selalu

mementingkannya dibandingkan masalah-masalah yang lain dan

selalu lebih mengutamakannya dibandingkan dengan urusan-urusan

yang lainnya. Pada saat itulah, salat akan mampu menjadikannya

tenang, sabar, damai, tentram dan akan dapat menjadi penyedap

pandangannya.13

Adapun keutamaan khusyu‘ sangatlah penting sehingga Nabi

Muhammad Saw., bersabda:

مامن امرئ مسلم تضره صلاة مكت وبة, ف يحسن وضوءها وخشو عها رة ن وب, ما ل ي ؤت كبي لهامن الذ ارة لماق ب وركوعها, إلا كانت كف

هر كله.وذ الك الد “Tidaklah seorang Muslim yang ketika waktu Shalat

fardhu tiba baginya, lantas ia berwudhu untuk shalat itu

dengan baik, demikian juga keKhusyu’an dan rukuknya,

kecuali shalat itu tidak akan menjadi penghapus dosa-dosa

yang dilakukan sebelumnya, selama ia tidak melakukan

dosa besar. Dan itu (penghapus dosa) berlaku baginya

sepanjang tahun. ” (HR. Muslim)14

Yazid ar-Raqasyi (w. 60 H) berkata, “salat Rasulullah Saw

adalah salat yang lurus seakan-akan sedang ditimbang.” Dalam

riwayat lain menjelaskan Nabi Muhammad SAW., bersabda,

13 Muhammad Shalih Al-Munajjid, 33 Kiat khusyu' dalam Shalat, terj.

33 Sababan Lil Khusyuu’i Fish Shalaati oleh Moh. Suri Sudari, Entin Rani„ah

Ramelan, h. 24-25

14

Tatam Wijaya, Ensiklopedia Hadis: Imam Muslim, (Jakarta Timur:

Elmahir, 2010), cet ke-1, h.

Page 18: Khusyu‘ dalam Perspektif Tafsir Sufistik

5

“Sesungguhnya dua orang laki-laki dari umatku sedang berdiri

mengerjakan salat. Rukuk dan sujud mereka adalah sama. Tetapi

sesungguhnya jarak (beda) antara dua buah salat mereka seperti

berbeda antara langit dan bumi.” Beliau mengisyaratkan tentang

kekhusyu‘an, “Allah SWT., tidak akan melihat seorang hamba

besok hari kiamat yang tidak meluruskan, menegakkan tulang

punggung diantara rukuk dan sujudnya.” 15

Ibnu Qayyim Rahimahullah (w. 728 H) menukil perkataan

sebagian salaf dalam kitabnya Madarijus-Salikin, sebagaimana di

kutip oleh Nada Abu Ahmad dalam bukunya Solusi Sulit khusyu‘,

“Salat itu diumpamakan hamba sahaya perempuan yang

dihadiahkan kepada Sang Raja. Apa pendapat anda, jika Sang Raja

dihadiahi hamba sahaya yang lumpuh, bermata juling atau bahkan

buta, kedua kaki dan tanganya putus, sakit atau sangat buruk

rupanya. Bahkan yang lebih tragis, Sang Raja dihadiahi hamba

sahaya yang sudah tak bernyawa. Lantas, bagaimana dengan shalat

yang dipersembahkan oleh seorang hamba sebagai sarana untuk

mendekatkan diri kepada Allah SWT .16

Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwasannya

Khusyu‘ itu sangatlah penting. Dalam Al-Qur`an pun banyak

anjuran tentang Khusyu‘. Dan salah satunya ini Allah SWT.,

berfirman:

ق د فل ح يو ١ٱلهؤننون أ ٱل شعون تهمخ ل ٢همفص

15

Imam Al-Ghazali, Di Balik Ketajaman Mata Hati, (Jakarta: Amani,

1997), cet. 1, h. 143-144 16

Nada Abu Ahmad, Solusi Sulit Khusyu`, (Jawa Tengah: Inas Media,

2015), Cet. I, h. 36

Page 19: Khusyu‘ dalam Perspektif Tafsir Sufistik

6

“Sungguh beruntung orang-orang yang beriman, (yaitu)

orang-yang khusyu‘ dalam shalatnya”. (QS. Al-Mu`minûn

[23] : 1-2)

Al-Alûsî menjelaskan يو شعون ٱل خ تهم ل ص ف هم segala hal

yang disandarkan terhadap ayat ini merupakan sifat yang ditentukan

bagi orang-orang yang mukmin. Dan ayat ini menjelaskan tentang

pujian bagi orang-orang mukmin. Lalu Khusyu‘ pada ayat ini yaitu

merasa hina dan merasa takut.17

Imam Hakim meriwayatkan hadis dan di shahihkan oleh

Imam Marduwiyyah dalam Sunannya dari Muhammad bin Sayarain

yang menerima hadist dari Abu Hurairah. “Bahwasannya Nabi

menengadahkan pandangannya ke langit ketika shalat, kemudian

turunlah ayat : يو شعون ٱل خ تهم ل ص ف هم maka Nabi pun

menundukkan pandangannya.”18

Khusyu‘ ini sudah Nampak jelas orang-orang yang Khusyu„ di

sunahkan untuk senantiasa memuji Allah SWT., dan senantiasa

menghilangkan harapan mendapatkan pahala dari Allah SWT.19

Sifat-sifat khusyu„ dari seorang mukmin ialah mendahulukan

shalat serta menyembunyikan niat khusyu‘nya, karena hal pertama

yang akan di angkat dari manusia adalah kekhusyu‘annya.20

17 Syihâb ad-Dîn Mahmûd ibn „Abdullah al-Husainî al-Alûsi, Rûh al-

Ma‘ânî fi Tafsir Al-Qur`an al-‘Adzim wa Sabi‘ul Matsânî, (Bairuth: Dârul al-

Kitab Ulumiyyah, 1415 H), jilid. 9, h. 3

18

Syihâb ad-Dîn Mahmûd ibn „Abdullah al-Husainî al-Alûsi, Rûh al-

Ma‘ânî fi Tafsir Al-Qur`an al-‘Adzim wa Sabi‘ul Matsânî, jilid. 9, h. 3

19

Syihâb ad-Dîn Mahmûd ibn „Abdullah al-Husainî al-Alûsi, Rûh al-

Ma‘ânî fi Tafsir Al-Qur`an al-‘Adzim wa Sabi‘ul Matsânî, jilid. 9, h. 3

20

Syihâb ad-Dîn Mahmûd ibn „Abdullah al-Husainî al-Alûsi, Rûh al-

Ma‘ânî fi Tafsir Al-Qur`an al-‘Adzim wa Sabi‘ul Matsânî, jilid. 9, h. 4

Page 20: Khusyu‘ dalam Perspektif Tafsir Sufistik

7

Ibnu Abu Syaibah, Imam Ahmad dan Imam Hakim

meriwayatkan serta menshahihkan hadis dari Ibnu Hudaifah,

“Bahwasannya hal pertama yang hilang dari agamamu adalah

khusyu‘, dan terakhir yang akan hilang dari agamamu adalah salat.

Hal tersebut akan serta merta menimpa Islam.21

Allah berfirman : يو شعون ٱل خ تهم ل ص ف هم Imam Az-

Zahri mengatakan bahwa khusyu„ adalah ketenangan ketika shalat,

khusyu‘ menurut bahasa ialah khosyi‘un yang berarti tenang, diam,

dan reda.22

kemampuan untuk menghadirkan kekhusyu‘an bukanlah hal

yang mudah. Khususnya pada zaman penuh syahwat, syubhat dan

berbagai fitnah serta kerusakan yang bertebaran seperti ini. Dan tidak

hanya kepada salat saja khusyu‘ itu di khususkan, akan tetapi khusyu‘

di maksudkan untuk semua hal yang bersifat ibadah baik ketika

berzikir, berdoa, membaca Al-Qur`an dan lain sebagainya.

Istilah Khusyu‘ lebih banyak digunakan dalam tafsir-tafsir

Sufi. Salah satunya Tafsir Al-Alûsî. Al-Alûsî adalah seorang

mufassir yang menghasilkan produk penafsiran memiliki nilai urgensi

dan signifikansi tersendiri. Dewasa ini tafsir Al-Alûsî disebut-sebut

sebagai tafsir yang syarat akan nilai-nilai sufisme. Tentu hal itu

bukan merupakan hipotesis belaka, karena dalam beberapa penelitian

yang ada, cukup banyak ayat-ayat yang dikutip melalui perspektif

sufisme.

21 Syihâb ad-Dîn Mahmûd ibn „Abdullah al-Husainî al-Alûsi, Rûh al-

Ma‘ânî fi Tafsir Al-Qur`an al-‘Adzim wa Sabi‘ul Matsânî, jilid. 9, h. 4

22 Syihâb ad-Dîn Mahmûd ibn „Abdullah al-Husainî al-Alûsi, Rûh al-

Ma‘ânî fi Tafsir Al-Qur`an al-‘Adzim wa Sabi‘ul Matsânî, jilid. 9, h. 4

Page 21: Khusyu‘ dalam Perspektif Tafsir Sufistik

8

Kemudian yang membedakan tafsir ini dengan tafsir lainnya

adalah bahwa penulisan tafsir Rûh al-Ma’ânî ini dilatar belakangi

dari sebuah mimpi pada suatu malam, tepatnya pada malam jum'at

bulan Rajab tahun 1252 H, beliau bermimpi diperintahkan oleh Allah

Swt., untuk melipat langit dan bumi, kemudian disuruh untuk

memperbaiki kerusakan-kerusakan yang ada padanya. Dalam

mimpinya, beliau seolah mengangkat tangan satunya ke langit dan

yang satunya ke tempat air. Namun kemudian beliau terbangun dari

tidurnya. Mimpi tersebut lalu ditakwilkan dan ternyata beliau

menemukan jawabannya dalam sebuah kitab bahwa mimpi itu

merupakan isyarat untuk menyusun kitab tafsir. Tafsir Rûh al-Ma’ânî

merupakan salah satu kitab tafsir yang memiliki kelebihan dalam

tafsirnya. Satu di antara7kelebihannya adalah Imam Al-Alûsî dalam

menafsirkan ayat-ayat sangat memperihatikan ilmu-ilmu tafsir atau

ulum Al-Qur`an seperti ilmu nahwu, balaghah, qira’at, asbab al-

nuzul, munasabah dan sebagainya.23

Lalu, penulis merealisasikan Khusyu„ adalah sesuatu yang

jauh dan sulit, kecuali jika Allah SWT., memberikan karunia dan

anugrah-Nya. Sebelum memahami makna Khusyu‘ yang sebenarnya,

kita memohon kepada Allah SWT., dengan Karunia dan Pemberian-

Nya agar menganugerahi kita hati yang Khusyu„ dan rezeki yang luas.

Kita berlindung kepada-Nya dari hati yang tidak Khusyu‘, nafsu yang

tidak puas, mata yang tidak mampu menangis, dan do`a yang tidak

terkabul.24

Amiin. Untuk itu penulis tertarik mengkaji lebih jauh

23

Ali Sadikin, Tesis Pemaknaan Khusyu’ dalam Surat Al-Mu’minun Ayat

1 dan 2 (Studi Komparatif Ibnu Kathir dan Ruh al-Ma‘ani), (Surabaya: UIN

Sunan Ampel, 2017), h. 6 24

Syeikh Mu`min al-Haddad, Mencapai Shalat Khusyu`, h. 256-257

Page 22: Khusyu‘ dalam Perspektif Tafsir Sufistik

9

tentang khusyu' dalam perspektif sufistik (Studi Analisis Tafsir Rûh

Al-Ma„ânî karya Al-Alûsî)

B. Identifikasi Masalah

Permasalahan pada penelitian ini dapat diklasifikasikan

sebagai berikut:

1. Mengklasifikasikan ayat-ayat Khusyu‘

2. Penafsiran Al-Alûsî terhadap ayat-ayat Khusyu‘

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Melihat dari identifikasi masalah yang sudah

dijelaskan, maka penulis membatasi masalah pada penelitian

ini. Yaitu mengenai Khusyu’ dalam perspektif Tafsir Sufistik

(Studi Analisis terhadap Penafsiran Al-Alûsî dalam Tafsir

Rûh al-Ma‘ânî).

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang sudah dipaparkan

sebelumnya, maka rumusan masalah yang akan dibahas

dalam penelitian adalah: Bagaimana penafsiran Syeikh Al-

Alûsî mengenai beberapa ayat-ayat tentang Khusyu‘ ?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan utama dalam penelitian ini adalah penulis

berusaha menjawab permasalahan yang bermunculan

belakangan ini. Adapun secara spesifik, tujuan penelitian ini

adalah: Untuk mengetahui bagaimana penafsiran yang

digunakan Al-Alûsî dalam menafsirkan beberapa ayat-ayat

tentang Khusyu’, serta implikasinya terhadap konteks

kehidupan sekarang.

Page 23: Khusyu‘ dalam Perspektif Tafsir Sufistik

10

2. Manfaat Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai

berikut:

a. Secara teoritis penelitian ini berguna untuk menambah

wawasan keilmuan serta mengetahui pendapat para ulama

mengenai Khusyu„ dalam perspektif Tafsir Sufistik

(Analisis terhadap Penafsiran Al-Alûsî dalam Tafsir Rûh

al-Ma‘ânî) dengan implikasinya terhadap realita

kehidupan masyarakan Muslim.

b. Secara praktis, menambah motivasi diri sendiri dan

pembaca untuk senantiasa menggali pendapat-pendapat

ulama mengenai berbagai masalah terutama pada Khusyu‘

dalam Perspektif Tafsir Sufistik (Analisis terhadap

Penafsiranl Al-Alûsî dalam Tafsir Rûh al-Ma‘âni).

Sehingga mengantarkan manusia untuk mendapatkan

kebahagiaan dan keselamatan baik di dunia maupun di

akhirat.

E. Tinjauan Pustaka

Detik-detik shalat Khusyu‘ yang ditulis oleh Ali At-

Tanthowi, di dalam buku ini dibahas hal-hal yang harus

diperhatikan oleh umat Islam dalam menjalankan salatnya, yaitu

menciptakan derajat permulaan dari kekhusyu‘an salatnya, yang

bersifat kemampuan diri untuk menghayati, meresapi, bahkan

berusaha semampu mungkin untuk bisa menikmati salat yang

tengah dilakukan.25

25

Ali At-Tonthowi, Detik-detik Shalat Khusyu`, (Jakarta: Gema Insani

Press, 1996), Cet. II, h.20

Page 24: Khusyu‘ dalam Perspektif Tafsir Sufistik

11

Buku yang ditulis oleh KH. Saiful Islam Mubarak. apa

Cukup dengan Khusyu‘?. Buku ini menerangkan tentang

panduan yang memudahkan untuk meraih Salat yang berkualitas

dan berdampak pada keimanan seseorang. Salat tidak terbatas

gerakan anggota tubuh pada waktu tertentu, melainkan bukti

tunduknya seseorang hamba secara total. Dan salat yang

berkualitas adalah salat yang dilakukan dengan niat ikhlas,

semata-mata mengharap ridha Allah SWT., proses

pelaksanaannya sesuai dengan salat Rasulullah SAW., dan

dampak dari salat tersebut adalah terciptanya pribadi-pribadi

yang shalih. Dengan demikian, buku ini memberikan kontribusi

terhadap penulis bahwasanya tidak cukup dengan khusyu‘ yang

di artikan sebagi tunduknya anggota badan berlandasan iman,

akan tetapi khusyu‘ disini menunjukan bahwasanya seseorang itu

harus dapat benar-benar mendalami dan mengetahui dengan jelas

bagaimana khusyu’ yang sesungguhnya, dan bagaimana kita

melakukan salat itu dengan niat ikhlas, karna dengan kita merasa

ikhlas kita akan menemukan titik kekhusyu‘an yang

sesungguhnya.26

Buku yang ditulis oleh Salim bin `Ied al-Hilali dengan

judul “al-Khusyuu` wa AtsaRûhu fii Binaa-il Ummah

(beruntunglah orang yang Khusyu‘)” di dalam sebuah bukunya

beliau menjelaskan Khusyu‘ menurut beberapa hukum syari`at.

Khusyu’ adalah ketenangan (ketundukan) kemauannya yang

rendah yang muncul karena Allah SWT., lalu hilanglah segala

yang ada di dalamnya, berupa kecongkakan dan kesombongan.

26

Saiful Islam Mubarak, Apa Cukup dengan Khusyu`, (Bandung: PT.

Syaamil Cipta Media, 2007), h. 21

Page 25: Khusyu‘ dalam Perspektif Tafsir Sufistik

12

Kemudian beliau juga memberikan gambaran seperti apa orang

yang Khusyu‘ serta menjelaskan pahala bagi orang yang Khusyu’

dalam salatnya. Dengan demikian, buku ini memberikan

kontribusi kepada penulis bahwasanya kita dapat mengetahui

makna dari Khusyu‘ yang sebenarnya dan memberikan

pemahaman bahwa sungguh sangat beruntung bagi orang yang

Khusyu‘ baik secara lahir maupun batin. 27

Buku yang ditulis oleh Syaikh Bark Muhammad Ibrahim

dengan judul “Kiat Shalat Khusyu‘ bagi wanita” diterjemahkan

dari Khusyu‘ al-Mar‘ah fii al-Shalah. Terbitan Maktabah al-

Qudsi, Cairo. Di dalam sebuah bukunya beliau menjelaskan

kekhusyu‘an wanita saat salat, apakah wanita itu susah

mendapatkan kekhusyu‘an saat salat ? beliau menjelaskan

bahwasanya dunia kaum hawa identik dengan „keramaian‟.

Karna memang banyak tugas yang kaum hawa identik dengan

keramaian seperti tangisan seorang bayi, suara perabot dapur

yang bersinggungan, dan tentu ada canda tawa yang selalu riuh

ketika sesamamu saling bertemu. Maka dari itu, dalam buku ini

beliau menjelaskan beberapa tata cara dan persiapan sebelum

melaksanakan salat khususnya bagi wanita agar kita dapat

mencapai tingkat kekhusyu‘an yang baik dan benar. Dengan

demikian, buku ini memberikan kontribusi terhadap penulis

bahwasanya Khusyu‘ itu tidak membatasi kedudukan, jenis

kelamin, dll. Akan tetapi Khusyu‘ disini bisa dilakukan oleh

semua umat Islam.28

27 Salim Al-Hilali, al-Khusyuu‘ wa Atsaruhu fii Binaa-il Ummah

(beruntunglah orang yang khusyu‘), (Jakarta: Ibnu Kasir, 2009), h. 16 28

Bakr Muhammad Ibrahim, Kiat Shalat khusyu` bagi wanita, (Bandung:

Khansa`, 2006), Cet. I, h. 3

Page 26: Khusyu‘ dalam Perspektif Tafsir Sufistik

13

Buku yang ditulis oleh Muhammad Shalih Al-Munajjid

dengan judul “Kiat Khusyu‘ dalam shalat” judul asli Sababan Lil

Khusyuu`i Fish Shalaati. Di dalam bukunya beliau memberikan

penjelasan mengenai Khusyu‘ itu sendiri, hukum Khusyu‘ serta

resep-resep Khusyu‘ dalam salat, bagaimana kita bersikap tenang

bagaimana kita melakukan salat sesuai dengan syari`at Islam.

Dengan demikian buku ini memberikan kontribusi terhadap

penulis bahwasanya melakukan Khusyu‘ itu harus melalui

beberapa tahap yang kita persiapkan dan di sini penulis melihat

bagaimana Khusyu‘ ini menghubungkan sebuah keikhlasan yang

harus kita tanamkan agar Khusyu‘ kita benar-benar mencapai

titik kekhusyu‘an yang sebenarnya.29

Skripsi dengan judul “konsep Khusyu‘ dalam Al-Qur`an”

yang ditulis oleh saudara Salman Faris, mahasiswa Fakultas

Ushuluddin dan Filsafat Jurusan Tafsir Hadis 2009, dalam

skripsinya mengulas masalah konsep Khusyu‘ dalam Al-Qur`an,

agar dapat memberikan titik terang umat Islam tentang esensi

dan implikasi Khusyu‘ dalam kehidupan sehari-hari, sehingga

berawal dari Khusyu‘ dalam salat, dapat merefleksikan

kehidupan yang tenang serta diharapkan dapat menambah

hasanah dalam Ilmu pengetahuan. Agar terciptanya Amr Ma`ruf

Nahi Mungkar.

.

F. Metodologi Penelitian

Dalam melakukan penelitian terhadap permasalahan di

atas, penulis menggunakan metodologi penelitian sebagai

berikut:

29

Muhammad Shalih Al-Munajjid, 33 Kiat Khusyu` dalam shalat, h. 29

Page 27: Khusyu‘ dalam Perspektif Tafsir Sufistik

14

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian

kepustakaan (library research), yaitu suatu rangkaian

kegiatan yang berkenaan dengan pengumpulan data pustaka,

membaca dan mencatat serta mengkaji bahan penelitian.30

Penelitian telaah pustaka ini merupakan penelitian kualitatif,

yaitu metode penelitian yang digunakan untuk meneliti

subjek yang bersifat alamiah, deskriptif, dinamis dan

berkembang.

Untuk membahas permasalahan, penulis

menggunakan metode maudhu’i (tematik) yang merupakan

salah satu pandangan pada satu tema tertentu dengan

menghimpun ayat-ayat yang berkaitan, menganalisis dan

memahaminya untuk kemudian disimpulkan dalam satu

pandangan menyeluRûh terkait tema yang dibahas tersebut.

2. Sumber Data

a. Sumber data primer

Untuk menghasilkan suatu karya ilmiah yang bisa

dipertanggungjawabkan, penulis mencari sumber-sumber

yang relevan terkait penelitian ini, yang merupakan

sumber data primer yaitu kitab-kitab Tafsir sebagai

referensi terutama Tafsir Al-Alûsî sebagai studi Analisis.

b. Sumber data sekunder

Selain menggunakan sumber data primer, penulis

juga menggunakan data sekunder berupa buku-buku fiqh

mengenai Khusyu’ dalam salat, kitab-kitab Tafsir

30

Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan, (jakarta: Yayasan Obor

Indonesia, 2008), cet.1, h.3

Page 28: Khusyu‘ dalam Perspektif Tafsir Sufistik

15

mengenai masalah fiqih seperti saipinah dan tulisan-

tulisan yang memiliki relevansi dengan pokok masalah

yang dikaji dalam penelitian ini.

3. Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data, penulis mengumpulkan

dengan penelusuran kepustakaan dari berbagai sumber

perpustakaan serta mencari informasi terkait di artikel-artikel

dan jurnal-jurnal sebagai bahan yang selanjutnya ditelaah

agar dapat mendukung penjelasan dan pembuktian suatu

masalah. Lalu, penulis juga mengumpulkan dokumentasi

dalam penelitian sebagai bukti berupa catatan, foto, laporan,

rekaman, dan lain sebagainya.

4. Metode Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini adalah analisis isi

(content analysis). Analisis isi adalah teknik penelitian untuk

membuat inferensi-inferensi yang dapat ditiru dan kebenaran

data dengan memperhatikan konteksnya. Metode analisis ini

merupakan suatu teknik sistematik untuk menganalisis data

secara objektif berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan oleh

penulis dalam materi suatu buku. Selain itu, penelitian ini

menggunakan teknik analisis deskripsi yang meliputi analisis

data pada masing-masing variabel dengan menggambarkan

apa yang ada, pendapat yang sedang tumbuh, prosedur yang

ada yang sedang berlangsung.

Kemudian penulis juga menggunakan metode

komparatif, yaitu membandingkan antara data atau informasi

dari tafsir yang satu dengan yang lainnya dan

Page 29: Khusyu‘ dalam Perspektif Tafsir Sufistik

16

membandingkan hasil analisis objek yang satu dengan yang

lainnya.

G. Teknik dan Sistematika Penulisan

Mengenai teknik penulisan skripsi ini, penulis

mengacu pada buku Pedoman penulisan Skripsi, Tesis, dan

Disertasi terbitan IIQ Jakarta Press tahun 2017 yang

dikeluarkan oleh Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis membagi

pembahasan ke dalam V (Lima) Bab, dimana masing-masing

bab mempunyai penekanan pembahasan mengenai topik

tertentu yaitu:

Pada bab pertama penulis memuat pendahuluan.

Pendahuluan tersebut berisi latar belakang yang membahas

permasalahan tentang ayat-ayat Khusyu‘ dalam shalat disertai

data-data yang akurat terkait permasalahan tersebut. Setelah

latar belakang diuraikan, penulis menjelaskan identifikasi

masalah, pembatasan masalah, dan perumusan masalah agar

penelitian tidak melebar kemana-mana. Kemudian dipaparkan

juga tujuan dan kegunaan penelitian, tinjauan pustaka, dan

metodologi penelitian yang mencakup jenis penelitian,

sumber penelitian, teknik pengumpulan data, dan metode

analisis data. Dan poin terakhir bab ini dipaparkan teknik

penulisan dan sistematikanya.

Pembahasan di bab kedua akan dikemukakan

beberapa poin penting yang akan menunjang penulis dalam

menyelesaikan bab keempat, diantaranya: Pengertian

Khusyu’, Tingkatan-tingkatan dalam Khusyu‘, Manfat

Page 30: Khusyu‘ dalam Perspektif Tafsir Sufistik

17

Khusyu’, Identifikasi ayat-ayat khusyu‘ dan Khusyu‘ dalam

Shalat

Bab ketiga dikemukakan beberapa poin penting yang

akan menunjang penulis dalam menyelesaikan bab

selanjutnya yaitu tinjauan umum mengenai Biografi Tafsir

yang menjadi studi analisis yaitu Tafsir Al-Alûsî, tujuan dari

penulisan beberapa poin tersebut adalah untuk membantu

penulis dalam menjelaskan wawasan tentang perkembangan

ilmu Tafsir al-Qur`an.

Pembahasan bab keempat pada bab ini akan dibahas

penafsiran Al-Alûsî terhadap ayat-ayat Khusyu’ pada tafsirnya

yakni Rûh al-Ma‘âni serta implikasi khusyu‘ dalam kehidupan

masa kini.

Bab kelima merupakan bab penutup yang berisi

kesimpulan. Kesimpulan tersebut merupakan hasil akhir dari

penelitian yang dilakukan terhadap masalah-masalah yang

telah diuraikan di bab sebelumnya. Selain itu, ditulis juga

saran-saran sebagai pijakan sementara untuk melakukan

penelitian lebih lanjut dan mendalam terkait objek masalah

yang dikaji. Di akhir penulisan, dicantumkan pula daftar

pustaka yang memuat referensi-referensi yang penulis

gunakan dalam melakukan penelitian sebagai bukti kevalidan

pembahasan yang dikaji.

Page 31: Khusyu‘ dalam Perspektif Tafsir Sufistik

105

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan seluruh pembahasan yang telah dipaparkan

di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwasannya Menurut

penafsiran Al-Alusi dalam karyanya tafsir Ruh Al-Ma„ânî,

khusyu' memiliki beragam makna meliputi: diam, tenang atau

reda seta tunduk, takut dan merendahkn diri kepada Allah SWT.,

sehingga dapat menghasilkan sifat-sifat terpuji pada diri

seseorang. Oleh sebab itu, maka pokok kekhusyu„an diperoleh di

hati. Jika hati telah khusyu„, maka diikuti oleh kekhusyu„an

semua anggota badan, karena anggota badan mengikutinya.

Penafsiran Al-Alûsî yang menjelaskan tentang khusyu'

relevan dengan kondisi di zaman sekarang ini. Seperti telah

diketahui bahwa khusyu' jika diamalkan oleh seseorang pada

zaman sekarang ini, mereka senantiasa akan menjadikan pribadi

yang rendah hati, dapat menimbulkan rasa tenang dalam

hidupnya dan itu semua buah hasil dari rasa takut kepada Allah

SWT., dan malu terhadap segala perbuatan yang tidak terpuji.

Mereka akan selalu berprasangka baik terhadap orang-orang

disekitranya, mempunyai jiwa sosial yang tinggi serta dapat

mencintai kedamaian karena dengan damai hati akan menjadi

tenang dan tenang merupakan bentuk kekhusyu'an yang hakiki.

B. Saran-saran

1. Kajian khusyu` merupakan sebuah kajian klasik islami,

banyak yang mengerti tentang kajian ini namun belum

bisa memahami esensi dari khusyu` itu sendiri, banyak

Page 32: Khusyu‘ dalam Perspektif Tafsir Sufistik

106

penelitian yang mencoba untuk mengupas perkara

khusyu`, namun hanya sedikit peneliti yang dapat

mengalikasikan khusyu` dalam kehidupannya.

2. Banyak sekali hikmah yang dapat diambil penulis ketika

mengerjakan penelitian ini, banyaklah kekurangan yang

dimiliki penulis, sehingga penulis menyarankan untuk

tetaplah mencari ilmu sampai kapanpun. Karena sebagai

manusia sadar banyak sekali yang harus dipelajari serta

dipahami tetapi bukan hanya itu saja, diperlukan juga

mengamalkannya.

3. Tetaplah istiqomah dalam ibadah kepada-Nya. Jangan

pernah putus asa atas semua proses yang sedang dihadapi.

Yakinlah akan kuasa-Nya, bahwasannya Allah akan

memberikan ujian dan cobaan sesuai kemampuan masing-

masing. Dan terus berjuang karena ada banyak jalan yang

bisa kita hadapi tentunya dengan penuh ketekunan.

Karena Allah Maha kuasa atas segala sesuatu.

4. Ujian dan cobaan sangat besar tapi ingat ada Allah yang

lebih dan Maha besar. Dan Allah maha pengasih dan

penyayang. Kasih sayang Allah sangatlah banyak dari

pada ujian dan cobaan, tetaplah selalu memohon petunjuk

dan kemudahan disetiap jalan yang akan dihadapi.

5. Perlu diadakan kajian-kajian pembaharuan tentang

khusyu` dari masa kemasa, untuk mewujudkan

kesempurnaan dalam melaksanakan ibadah. Penelitian ini

hanyalah sebuah penelitian awal yang mencoba untuk

mengkaji pandangan al-Qur`an tentang esensi khusyu`.

Mudah-mudahan menjadi embrio bagi lahirnya penelitian

Page 33: Khusyu‘ dalam Perspektif Tafsir Sufistik

107

metodologis selanjutnya, terutama upaya untuk

mengungkap sisi-sisi yang lebih mendalam dari khusyu`.

seperti khusyu' hubungannya dengan kesombongan atau

hal lainnya yang lebih menarik dengan apa yang telah

penulis teliti. Wallahu a`lam bisshowab.

Page 34: Khusyu‘ dalam Perspektif Tafsir Sufistik

108

DAFTAR PUSTAKA

Abdi, Nurul Hadi, Bagaimana Agar Shalat Anda Khusyu`,

Tangerang: Ciputat Press, 2007.

Adz-Dzahabi, Muhammad Husein, Ensiklopedia Tafsir, Jakarta:

Kalam Mulia, 2009.

Ahmad, Nada Abu, Solusi Sulit Khusyu`, Jawa Tengah: Inas Media,

2015.

Al-Alûsi, Syihâb ad-Dîn Mahmûd ibn ‘Abdullah al-Husainî, Rûh al-

Ma„ânî fi Tafsir Al-Qur`an al-„Adzim wa Sabi„ul Matsânî, Jilid

1, Bairuth: Dârul al-Kitab Ulumiyyah, 1415.

Al-Ghazalî, Ihyâ „Ulumuddin, Jakarta: Republik Penerbit, 2013.

Al-Ghazali, Di Balik Ketajaman Mata Hati, Jakarta: Amani, 1997.

Al-Haddad, Mu`min, Mencapai Shalat Khusyu`, Jakarta Timur:

Ummul Qura, 2014.

al-Halim, Manni’ ‘Abd, Manâhij al-Mufasirîn Bairut: Dâr al-Kitâb

al-Hanâni, 1976.

Al-Munajjid, Muhammad Shalih, 33 Kiat khusyu' dalam Shalat, terj.

33 Sababan Lil Khusyuu‟i Fish Shalaati oleh Moh. Suri Sudari,

Entin Rani‘ah Ramelan, Jakarta: Pusat Al-Kautsar, 1996.

Al-Zamrali, Fawwaz Ahmad, Bagaimana Agar Shalat Anda Khusyu',

Tangerang: Ciputat Press, 2007.

Al-Jauzîyah Ibnu Qayyîm, Madarijus Salikin (Pendaki Menuju Allah)

Penjabaran konkrit “Iyyâka Na„budu wa Iyyâka Nastâ„în”,

Jakarta: Pustaka Al-Alûsî-Kautsar, 2015.

Amrullah, Abdul Karim Malik, Tafsir Al-Azhar,Singapura: Pustaka

Nasional PTE LTD.

Anshori, Tafsir bi Al-Alûsî-Ra‟yi, Jakarta: Gaung Persada Press,

2010.

Page 35: Khusyu‘ dalam Perspektif Tafsir Sufistik

109

An-Naisaburî, Abdul Qasim Abdul Karim Hawazin Al-Qusyairî,

Lathiful Al-„Isyarat Tafsir Al-Qusyairîyah, Jakarta: Pustaka

Amani.

Ash-Shiddieqy, Teungku Muhammad Hasbi, Sejarah dan Pengantar

Ilmu Al-Qur`an dan Tafsir, Semarang: PT Pustaka Rizki Putra,

2010.

Ath-Thabari, Abu Ja’far Muhammad bin Jarir, Jami‟ Al-Bayan an

Ta„wil ayi Al-Qur`an, Jakarta: Pustaka Azzam, 2007.

At-Tonthowi, Ali, Detik-detik Shalat Khusyu`, Jakarta: Gema Insani

Press, 1996.

Basyrahil, Abdul Azis Salim, Shalat, Hikmah, falsafah dan

Urgensinya, Jakarta: Gema Insani Press, 1996.

Baqi, Muhammad Fu‘ad Abdul, Al-Mu„jam Al-Mufahros li Alfadhil

Qur„anil Karim, Darut Hadis; Kairo, Mesir.

Faris, Salman, Skripsi Konsep Khusyu` dalam Al-Qur`an, Jakarta:

UIN Syarif Hidayatullah, 2009.

Ghofur, Saiful Amir, Profil Para Mufassir Al-Qur`an, Yogyakarta:

Pustaka Insan Madani, 2008.

Hamka, Tafsir Al-Azhar, Jakarta: Pustaka Panji Mas, 2000.

Hakim, A. Husnul, Ensiklopedia Kitab-kitab Tafsir (Kumpulan

Kitab-kitab Tafsir dari Masa Klasik sampai Masa

Kontemporer), Depok: Lingkar Studi Al-Qur`an, 2013.

Hidayatullah, UIN Syarif, Ensiklopedia Tafsir, terj. Nabhani Idris,

Jilid 1, Jakarta: Kalam Mulbeliau, 2010.

HS, Baharudin, “Corak Tafsir Ruh al-Ma„ani karya al-Alûsî (Telaah

Atas Ayat-ayat yang di Tafsir Secara Syarah)”, Disertasi, PSQ,

2002.

H. Jalaluddin, Fiqih Remaja, Jakarta: Kalam Mulia, 2009.

Ibrahim, Bakr Muhammad, Kiat Shalat khusyu` bagi wanita,

Bandung: Khansa`, 2006.

Page 36: Khusyu‘ dalam Perspektif Tafsir Sufistik

110

‘Ied, Salim bin, Beruntunglah Orang yang Khusyu`, Jakarta: Tim

Pustaka Ibnu Katsir, 2009.

‘Isa, ‘Abdul Qadir, Cetak Biru Tasawuf Spiritual Ideal dalam Islam,

Terj. Haqaa„iq anit Tashawwuf, Tangerang Selatan: Ciputat

Press, 2007.

Mahmud, Mani’ Abd Halim, Metodologi Tafsir, Jakarta: PT Raja

Grafindo, 2006.

Mustofa,Agus, Khusyu` Berbisik-bisik dengan Allah, Surabaya:

PADMA Press.

Mahalli, Mudhab, Pewaris-pewaris Surga Firdaus, Yogyakarta:

Kreasi Wacana, 2000.

Mubarak, Saiful Islam, Apa Cukup dengan Khusyu`, Bandung: PT.

Syaamil Cipta Media, 2007.

Nata, H. Abuddin, Kajian Tematik Al-Qur`an Tentang Fiqh dan

Ibadah, Bandung: Angkasa, 2008.

Nurdin, Subhan, Keistimewaan Shalat Khusyu`, Tangerang:

QultumMedia, 2006.

Sadikin, Ali, Tesis Pemaknaan Khusyu‟ dalam Surat Al-Mu‟minun

Ayat 1 dan 2 (Studi Komparatif Ibnu Kathir dan Ruh al-

Ma„ani), Surabaya: UIN Sunan Ampel, 2017.

Salim, Al-Hilali, al-Khusyuu` wa Atsaruhu fii Binaa-il Ummah

(beruntunglah orang yang khusyu`), Jakarta: Ibnu Kasir, 2009.

Saalih, Muhammad, Praktik Khusyu` 33 Kiat Shalat yang Sempurna

dan di Terima, jagakarsa: PT Mizan Publika, 2013.

Shihab M. Quraish, Menabur Pesan Ilahi: Al-Qur`an dan Dinamika

Hidup Masyarakat, Jakarta: Lentera Hati, 2006.

______________, Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian

Al-Qur`an, Jakarta: Lentera Hati, 2002.

Sobari, Abdul Manan bin H. Muhammad, Jangan Asal Shalat:

Rahasia Shalat Khusyu' dari Tuntunan Bersuci, Fiqih Shalat,

Macam-macam Shalat hingga Amalan-amalan Sunnah,

Bandung: Pustaka Hidayah, 2011.

Page 37: Khusyu‘ dalam Perspektif Tafsir Sufistik

111

Susanto, Ahmad, Filosofi Shalat, Jakarta: Dea Press.

Syafi`i, Shalat yang Khusyu`, Bandung: Remaja Rosdakarya Offset,

1996.

Syakur, Abd. DJ, Shalahuddin, Ensiklopedia Al-Qur`an: Kajian

Kosakata, Jakarta: Lentera Hati, 2007.

Syibromalisi, Faizah Ali dan Jauhar Azizy, Membahas Kitab Tafsir

Klasik Modern, Jakarta: Lembaga Penelitian UIN, 2011.

Tebba, Sudirman, Nikmatnya Shalat yang Khusyu`, Jakarta: Pustaka

irVan, 2008.

Wati, Nurul, Skripsi Pandangan Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta Tentang Khusyu` dalam Shalat, Jakarta: UIN Syarif

Hidayatullah, 2014.

Wijaya, Tatam, Ensiklopedia Hadis: Imam Muslim, Jakarta Timur:

Elmahir, 2010.

Zed, Mestika, Metode Penelitian Kepustakaan, jakarta: Yayasan

Obor Indonesia, 2008.

http://muhammadd-fajarhudie.blogspot.com/2012/08/konsep-khusyu-

dalam-alquran.html diakses pada tanggal 18 juli 2018

https://www.google.com/amp/sumsel.tribunnews.cm/amp/2018/08/09

/inilah-sosok-ustadz-viral-karena-tetap-pimpin-shalat-saat-

gempa-lombok-simak-pengakuannya?espv=1 diakses tanggal

14 September 2018