Download - Khusyu‘ dalam Perspektif Tafsir Sufistik
Khusyu‘ dalam Perspektif Tafsir
Sufistik
(Studi Analisis Tafsir Ruh al-Ma‘ânî Karya Al-
Alûsî)
Skripsi ini Diajukan
Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana
Agama (S. Ag)
Disusun Oleh:
Riefa Noor Aliyatur Rahmah
NIM 14210599
PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR`AN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN
INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ) JAKARTA
2018 M/1439 H
xii
DAFTAR ISI
PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................ i
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................ ii
PERNYATAAN PENULIS ........................................................ iii
MOTTO ....................................................................................... iv
PERSEMBAHAN ....................................................................... v
KATA PENGANTAR ................................................................. vi
PEDOMAN TRANSLITERASI ................................................ ix
DAFTAR ISI................................................................................ xii
ABSTRAKSI ............................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ........................................................ 8
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ............................. 9
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ....................................... 9
E. Tinjauan Pustaka ............................................................. 10
F. Metodologi Penelitian ..................................................... 13
G. Teknik dan Sistematika Penulisan .................................. 15
BAB II MENGENAL HAKEKAT KHUSYU`
A. Pengertian Khusyu` ........................................................ 18
xiii
1. Pengertian Khusyu‘ Menurut Bahasa ............................ 18
2. Pengertian Khusyu‘ Menurut Istilah.............................. 19
B. Tingkatan-tingkatan dalam Khusyu` .............................. 25
C. Manfaat Khusyu` ............................................................ 30
D. Term khusyu' dalam Al-Qur`an ...................................... 33
E. Khusyu` dalam Shalat ..................................................... 39
1. Makna khusyu' dalam shalat ......................................... 39
2. Menjaga dan Menghadirkan Kekhusyu`an Shalat........ 45
BAB III MENGENAL IMAM Al-ALÛSÎ DAN TAFSIR RUH Al-
MA‘ÂNI
A. Profil Imam Al-Alûsî ........................................................ 55
1. Riwayat Hidup .............................................................. 55
2. Karir Intelektual ........................................................... 56
3. Karya-karya Al-Alusi ................................................... 62
B. Kitab Tafsir Ruhul Al-Ma’ânî karya Al-Alûsî ................... 63
1. Profil Tafsir Ruh Al-Ma‘ânî ........................................ 63
2. Motivasi Penulisan ...................................................... 63
3. Sumber Penafsiran ...................................................... 64
4. Metode Penafsiran ...................................................... 67
5. Corak Penafsiran ......................................................... 68
6. Sistematika Penafsiran ................................................ 69
7. Karakteristik Penafsiran .............................................. 71
8. Pendapat Ulama .......................................................... 73
BAB IV PENAFSIRAN AL-ALÛSÎ TENTANG AYAT-AYAT
KHUSYU‘
A. Aplikasi Penafsiran Al-Alûsî terhadap Ayat-ayat Khusyu'
1. Kriteria Orang-orang khusyu‘ ..................................... 75
xiv
a. QS. Al-Baqarah [2]:45 .......................................... 75
b. QS. Al-Mu‘minûn [23]:1-2 ................................... 80
c. QS. Al-Isra’ [17]: 108-109 .................................... 84
2. Pahala bagi orang-orang yang khusyu‘ ....................... 88
a. QS. Ali Imran [3]: 199 .......................................... 89
b. QS. Al-Anbiya’ [21]:90 ........................................ 94
3. Perumpamaan orang khusyu‘ ...................................... 98
B. Relevansi Khusyu' dalam kehidupan masa kini ................ 100
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................ 105
B. Saran........................................................................... 105
DAFTAR PUSTAKA ................................................................... 108
vi
حيم ن ٱلر حم بسم ٱلله ٱلر
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT.,
atas rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “khusyu‘ dalam perspektif tafsir sufistik (Studi Analisis tafsir Ruh
Al-Ma‘ânî).”
Shalawat beserta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW., beserta seluruh keluarga dan sahabatnya, sehingga akhir
zaman. Semoga kita termasuk ke dalam umat yang mendapatkan syafa`at
kelak di hari akhir, Amiin.
Penulisan skripsi ini diajukan guna memenuhi salah satu persyaratan
dalam mencapai gelar Sarjana Agama (S. Ag) dalam bidang Ilmu Al-Qur`an
dan Tafsir di Fakultas Ushuluddin Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta.
Dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini, tidak terlepas dari
bantuan, bimbingan, serta motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang
tidak terhingga kepada:
1. Ibu Prof. Dr. Hj. Khuzaemah T. Yanggo, MA. Rektor Institut Ilmu Al-
Qur`an (IIQ) Jakarta yang telah memberikan kesempatan menimba ilmu
di perguruan tinggi ini.
2. Drs. Hj. Maria Ulfah, MA. selaku Dekan Fakultas Ushuluddin Institut
Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta.
vii
3. Hj. Istiqomah, MA. Selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang selalu
memberikan motivasi, menuntun, dan membimbing dalam
menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih ibu, Jazaakallah Ahsanal Jazaa.
4. Seluruh Dosen Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta, yang telah
meniupkan ruh semangat belajar dan kecintaan terhadap ilmu
pengetahuan.
5. Instruktur tahfiz yang dengan sabar telah membimbing penulis dalam
menghafal Al-Qur`an selama menjadi mahasiswa IIQ; Dr. KH. Fathoni,
Lc. MA, ibu Hj. Ade dan ibu Hj. Istiqomah, MA.
6. Dra. Ruqoyah Tamimi dan Dra. Suci Rahayuningsih selaku pembantu
dekan fakultas Ushuluddin, yang telah banyak membantu dan
mengarahkan penulis dalam menyelesaikan tugas sebagai mahasiswa
IIQ jakarta.
7. Kepala perpustakaan beserta staf perpustakaan IIQ Jakarta, Pimpinan
dan Karyawan Perpustakaan Umum Universitas Islam Negeri (UIN)
Jakarta, Perpustakaan Nasional, Perpustakaan Iman jama` serta
Perpustakaan Pusat Studi Al-Qur`an (PSQ), yang telah menyediakan
informasi dan buku-buku sebagai sumber referensi bagi penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
8. Terimakasih kepada kedua orangtua tersayang, ayahanda Arief dan
Ibunda Titin Nurhasanah, serta tak terlupakan untuk suami tercinta Rizal
Hidayatullah, yang telah banyak membantu baik berupa dukungan moril
maupun berupa materil hingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini
dengan baik, tanpa pernah mengeluh dan dengan tulus mendengarkan
segala keluh kesah penulis, dan membantu dengan segenap jiwa dan
raga, ibu yang telah bekerja keras demi penulis dan sabar jika penulis
khilaf, dan melakukan kesalahan yang membuat ibu sedih, bapak yang
dengan disiplinnya selalu memperingati penulis untuk belajar sabar dan
viii
belajar tentang hidup sehingga penulis bisa jadi seperti sekarang, suami
tercinta yang selalu menemani, membantu, memberikan semangat
penulis untuk selalu giat dalam menulis skripsi ini. Allahummaghfir lii
wa liwaalidayya warhamhumaa kamaa rabbayaanii shaghiiraa.
9. Saudara-saudara tercinta, adik-adik Rafi Sofyan Tsauri, Rief`at Ariq Al-
Zufar, Rafilah Qonita Khalilah, yang telah mendoakan dan
menyemangati penulis dalam meraih setiap yang penulis cita-citakan.
10. Teman-teman seperjuangan Fakultas Ushuluddin angkatan 2014, yang
tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, yang selalu mendukung dan
menghibur penulis. Semoga ukhuwah kita selalu terjalin dimanapun kita
berada.
11. Kepada seluruh pihak yang ikut terlibat dalam penulisan skripsi ini,
baik secara langsung maupun tidak langsung, yang tidak dapat penulis
sebutkan stu persatu, semoga Allah membalas kebaikan tersebut dengan
yang lebih baik di sisi-Nya. Akhirnya, atas segala kekurangan dalam
penulisan skripsi ini penulis mohon kritik dan saran dari pembaca
maupun pemerhati demi perbaikan.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih
banyak kekurangan, kesalahan, dan masih perlu perbaikan serta
penyempurnaan karena keterbatasan penulis. Dengan segala kerendahan
hati penulis memeprsembahkan skripsi ini. Semoga apa yang telah
penulis lakukan melalui penelitian ini dapat membawa manfaat dan
bernilai pahala di sisi Allah SWT., Amiin.
Jakarta, 20 Agustus 2018
Penulis
viv
x
PEDOMAN TRANSLITERASI
Skripsi ini ditulis dengan mneggunakan pedoman transliterasi sebagaimana
diuraikan di bawah ini. Trasliterasi ini ditulis dengan menggunakan pedoman
transliterasi huruf Arab ke huruf latin yang telah disusun oleh Institut Ilmu
Al-Qur`an (IIQ) Jakarta Tahun 2017.
1. Konsonan
th : ط a : أ
zh : ظ b : ب
‘ : ع t : ت
gh : غ ts : ث
f : ف j : ج
q : ق h : ح
k : ك kh : خ
l : ل d : د
m : م dz : ذ
n : ن r : ر
w : و z : ز
x
h : ه s : س
` : ء sy : ش
y : ي sh : ص
dh : ض
2. Vocal
Vocal Tunggal Vocal Panjang : Vocal Rangkap:
Fathah : a أ: â ... ي : ai
Kasrah : i ي: î و…: au
Dhammah: u و: û
3. Kata Sandang
a. Kata sandang yang diikuti oleh alif lam (ال) qamariyah
ditransliterasikan sesuai dengan bunyinya, Contoh:
Al-Mâidah : المائدة Al-Baqarah : البقرة
b. Kata sandang yang diikuti oleh alif lam (ال) syamsiyah
ditransliterasikan sesuai dengan aturan yang digariskan di depan dan
sesuai dengan bunyinya. Contoh:
as-Sayyidah : السيدة ar-rajulu : الرجل
مسالش : asy-Syams الدارمي : ad-Dârimî
c. Syaddah (Tasydîd) dalam system aksara Arab digunakan lambang (
_), sedangkan untuk alih aksara dilambangkan dengan huruf, yaitu
dengan cara menggandakan huruf yang bertanda tasydîd. Aturan ini
x
berlaku secara umum, baik tasydîd yang berada di tengah kata, di
akhir kata ataupun yang terletak setelah kata sandang yang diikuti
oleh huruf-huruf syamsiyah. Contoh:
Âmana as-Sufahâ’u :أمن السفهاء Âmannâbillâhi :أمنا بالله
كع Inna al-ladzîna : إن الذين waar-rukka’i : والر
d. Ta Marbûthah(ة)
Ta Marbûthah (ة) apabila berdiri sendiri, waqaf atau diikuti oleh kata
sifat (na’at), maka huruf tersebut dialih aksarakan menjadi huruf “h”.
Contoh:
-al-Jâmiah al : الجامعة الأسلامية al-Af`idah : الأفئدة
Islâmiyah
Sedangkan ta marbûthah (ة) yang diikuti atau disambungkan (di-
washal) dengan kata benda (ism), maka dialih aksarakan menjadi
huruf “t”. Contoh:
Âmilatun Nâshibah : عاملة ناصبة
e. Huruf Kapital
Sistem penulisan huruf Arab tidak mengenal huruf kapital, akan
tetapi apabila telah dialih aksarakan maka berlaku ketentuan Ejaan
Yang Disempurnakan (EYD) bahasa Indonesia, seperti penulisan
awal kalimat, huruf awal nama tempat, nama bulan, nama diri dan
lain-lain. Ketentuan yang berlaku pada EYD berlaku pula dalam alih
aksara ini, seperti cetak miring (italic) atau cetak tebal (bold) dan
ketentuan lainya.
i
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi dengan judul “Khusyu' dalam Perspektif Tafsir Sufistik (Studi
Analisis Tafsir Ruh Al-Ma‘ânî)” yang disusun oleh Riefa Noor
Aliyatur Rahmah dengan Nomor Induk Mahasiswa 14210599 telah
diperiksa dan disetujui untuk diajukan ke sidang munaqosyah.
Jakarta, 20 Agustus 2018
Pembimbing
Hj. Istiqomah, M.A
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi dengan judul “Khusyu‘ dalam Perspektif Tafsir Sufistik (Studi Analisis Tafsir
Ruh al-Ma„ânî Karya Al-Alûsî)” oleh Riefa Noor Aliyatur Rahmah dengan Nomor Induk
Mahasiswa 14210599 telah diujikan pada Sidang Munaqosyah Fakultas Ushuluddin
Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta pada tanggal 20 Agustus 2018.
Jakarta, Agustus 2018
Dekan Fakultas Ushuluddin
Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta
Dra. Hj. Maria Ulfah, M.A
Sidang Munaqosyah
Ketua Sidang Sekretaris Sidang
Dra. Hj. Maria Ulfah, MA Dra. Ruqoyah Tamimi
Penguji I Penguji II
Dra. Hj. Romlah widayati, M. Ag Hj. Musyidah Tohir, MA
Pembimbing
Hj. Istiqomah, M.A
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Setiap orang yang beriman kepada Allah SWT., wajib
meyakini bahwa sumber ketenangan jiwa dan ketentraman hati yang
hakiki adalah dengan berzikir kepada Allah SWT., membaca Al-
Qur`an, melaksanakan salat, berdo`a kepada Allah SWT., dengan
menyebut nama-nama-Nya yang Maha Indah dan mengamalkan
ketaatan kepada-Nya. Oleh sebab itu, segala bentuk komunikasi
tersebut tidak terlepas dari kekhusyu‘an.1
Ketenangan hati adalah pokok kesehatan Ruhani atau jiwa
dan jasmani. Sedang ragu dan gelisah adalah pangkal segala
penyakit. Jika hati telah ditumbuhi penyakit dan tidak segera diobati
dengan iman, yaitu iman yang menimbulkan zikir dan zikir
melahirkan ketenangan jiwa, maka celakalah yang akan menimpa
orang itu. Hati yang telah sakit akan bertambah sakit, puncak segala
penyakit hati ialah kufur akan nikmat Allah SWT. Oleh karena itu,
hati yang bersih adalah hati yang selalu tunduk serta berserah diri
kepada Allah SWT., dengan kekhusyu‘annya.2
Membangun khusyu„ dapat dilakukan dengan cara
konsentrasi, menatap satu titik di tempat sujud, memahami arti
1 Syaikh Muhammad Saalih, Praktik Khusyu` 33 Kiat Shalat yang
Sempurna dan di Terima, terj. Tsalâtsah wa Tsalâtsûna Sababan li Al-Khusyu` fi
Al-Shalâh oleh Husen Zaenal Mutaqqin, (jagakarsa: PT Mizan Publika, 2013), cet
ke 1, h. 7 2 Sudirman Tebba, Nikmatnya Shalat yang Khusyu`, (Jakarta: Pustaka
irVan, 2008), cet ke-1, h. 4
2
bacaan, menghadirkan Allah SWT., di dalam hati dan sebagainya
ternyata tidaklah mudah atau sulit bahkan teramat sulit. Menatap
titik di tempat sujud memang membantu agar pandangan mata tidak
kemana-mana, akan tetapi tidak membantu mencegah pikiran untuk
tidak kemana-mana.
Khusyu„ menurut bahasa berarti tunduk dan menundukkan
pandangan.3 Sedangkan, Ibnul Qayyim (w. 1350 M) dalam kitab
Madârij as-Sâlikîn menuturkan, “secara bahasa, Khusyu„ berarti
merendahkan diri, hina, dan tenang.”4
Sedangkan menurut seorang mufassir Hamka (w. 1981 M)
menjelaskan bahwa khusyu‘ secara istilah artinya tekun,
thuma`ninah, tenang, dan rendah hati, merendahkan diri semata-
mata kepada Tuhan. Yang menyebabkan seseorang menjadi khusyu‘
adalah karena menyadari bahwa kekuasaan Allah SWT., tidak akan
dapat ditantangnya.5
Al-Junaid al-Baghdadi (w. 298 h/ 910 M), tokoh Sufi
Modern mengatakan bahwa khusyu‘ adalah perasaan tunduk yang
timbul di dalam hati terhadap Allah SWT., yang mengetahui yang
ghaib.6
Khusyu‘ bersemayam di dalam hati dan buahnya bisa dilihat
melalui gerakan anggota badan. Anggota badan senantiasa
mengikuti hati. Apabila kekhusyu‘an rusak oleh kelalaian dan
kewaswasan, maka rusaklah ibadah anggota badannya.7
3 Sudirman Tebba, Nikmatnya Shalat yang Khusyu`, h. 1
4 Syeikh Mu`min al-Haddad, Mencapai Shalat Khusyu`,(Jakarta
Timur: Ummul Qura, 2014), cet ke-1, h. 259
5 Hamka, Tafsir Al-Azhar, (Jakarta: Pustaka Panji Mas, 2000), h. 31
6 Salman Faris, Skripsi Konsep Khusyu` dalam Al-Qur`an, (Jakarta:
UIN Syarif Hidayatullah, 2009), h. 21
7 Syaikh Muhammad Saalih, Praktik Khusyu` 33 Kiat Shalat yang
Sempurna dan di Terima, h. 7
3
Khusyu„ ada yang mengartikan lunak dan perasaan kasih,
ketenangan, kerinduan serta kecintaan hati kepada Allah SWT. Bila
hati seseorang telah mencapai tingkatan Khusyu‘, maka seluru
anggota badannya pun selalu Khusyu„ pula. Sebab anggota badan
selalu taat dan patuh pada perintah hati.8
Imam Al-Qurthubi9 dalam kitab Tafsirnya Al-Jami‘ li Ahkam
Al-Qur`an menjelaskan: Khusyu„ ialah keadaan dalam hati yang
darinya tampak ketentraman (diam) dan merendahkan diri (pada
anggota badan).10
Khusyu„ itu berada dalam hati sebagaimana do`a yang
diajarkan Nabi: “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari ilmu
yang tidak bermanfaat, dari hati yang tidak Khusyu‘, dari nafsu
yang tidak pernah kenyang, dan dari do`a yang tidak dikabulkan”.11
Khusyu‘ banyak dihubungankan dengan shalat karenanya
shalat memiliki peran strategis dalam pembentukan nilai-nilai Islam
dalam diri pemeluknya.12
Seperti halnya dalam firman Allah SWT:
ست عينوا ٱو بٱب ٱو لص ل وة لص عل بير ةإل ال ك شعي ٱوإنه ٤٥لخ
“Dan mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar
dan shalat. Dan (shalat) itu sungguh berat, kecuali bai
orang-orang yang Khusyu’.” (QS. Al-Baqarah [1] : 45)
8 Mudhab Mahalli, Pewaris-pewaris Surga Firdaus, (Yogyakarta: Kreasi
Wacana, 2000), cet. 1, h. 136 9 Imam Al-Qurthubi merupakan salah seorang ulama salaf terkemuka.
Keahlian utamanya adalah bidang tafsir, fiqh, dan hadis. Nama lengkap beliau
dalah Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad bin Abu Bakr bin Farh al-Anshari al-
Khazraji al-Andalusi al-Qurthubi. Ia seorang mufasir (ahli Tafsir) yang dilahirkan
di Cordova, andalusia (sekarang bernama spanyol). Imam Al-Qurthubi meninggal
dunia di Mesir pada malam Senin, 9 Syawal tahun 671 H (1273 M). Makamnya
berada di EI Meniya, di Timur Sungai Nil, di Kediaman Abu al-Hushaib. Makam
tersebut hingga kini sering diziarahi oleh banyak orang 10
Subhan Nurdin, Keistimewaan Shalat Khusyu`, (Tangerang:
QultumMedia, 2006), cet. ke-1, h.28 11
Subhan Nurdin, Keistimewaan Shalat Khusyu`, h.27 12
H. Jalaluddin, Fiqih Remaja, (Jakarta: Kalam Mulia, 2009), Cet. I, h.81
4
Ibnu Katsir menyebutkan, bahwa makna dari ayat diatas
adalah kesulitan-kesulitan shalat itu sangat berat kecuali bagi orang-
orang yang khusyu‘.
Khusyu„ di dalam salat dapat dicapai oleh seseorang yang
hatinya selalu tertuju kepada salat tersebut, selalu
mementingkannya dibandingkan masalah-masalah yang lain dan
selalu lebih mengutamakannya dibandingkan dengan urusan-urusan
yang lainnya. Pada saat itulah, salat akan mampu menjadikannya
tenang, sabar, damai, tentram dan akan dapat menjadi penyedap
pandangannya.13
Adapun keutamaan khusyu‘ sangatlah penting sehingga Nabi
Muhammad Saw., bersabda:
مامن امرئ مسلم تضره صلاة مكت وبة, ف يحسن وضوءها وخشو عها رة ن وب, ما ل ي ؤت كبي لهامن الذ ارة لماق ب وركوعها, إلا كانت كف
هر كله.وذ الك الد “Tidaklah seorang Muslim yang ketika waktu Shalat
fardhu tiba baginya, lantas ia berwudhu untuk shalat itu
dengan baik, demikian juga keKhusyu’an dan rukuknya,
kecuali shalat itu tidak akan menjadi penghapus dosa-dosa
yang dilakukan sebelumnya, selama ia tidak melakukan
dosa besar. Dan itu (penghapus dosa) berlaku baginya
sepanjang tahun. ” (HR. Muslim)14
Yazid ar-Raqasyi (w. 60 H) berkata, “salat Rasulullah Saw
adalah salat yang lurus seakan-akan sedang ditimbang.” Dalam
riwayat lain menjelaskan Nabi Muhammad SAW., bersabda,
13 Muhammad Shalih Al-Munajjid, 33 Kiat khusyu' dalam Shalat, terj.
33 Sababan Lil Khusyuu’i Fish Shalaati oleh Moh. Suri Sudari, Entin Rani„ah
Ramelan, h. 24-25
14
Tatam Wijaya, Ensiklopedia Hadis: Imam Muslim, (Jakarta Timur:
Elmahir, 2010), cet ke-1, h.
5
“Sesungguhnya dua orang laki-laki dari umatku sedang berdiri
mengerjakan salat. Rukuk dan sujud mereka adalah sama. Tetapi
sesungguhnya jarak (beda) antara dua buah salat mereka seperti
berbeda antara langit dan bumi.” Beliau mengisyaratkan tentang
kekhusyu‘an, “Allah SWT., tidak akan melihat seorang hamba
besok hari kiamat yang tidak meluruskan, menegakkan tulang
punggung diantara rukuk dan sujudnya.” 15
Ibnu Qayyim Rahimahullah (w. 728 H) menukil perkataan
sebagian salaf dalam kitabnya Madarijus-Salikin, sebagaimana di
kutip oleh Nada Abu Ahmad dalam bukunya Solusi Sulit khusyu‘,
“Salat itu diumpamakan hamba sahaya perempuan yang
dihadiahkan kepada Sang Raja. Apa pendapat anda, jika Sang Raja
dihadiahi hamba sahaya yang lumpuh, bermata juling atau bahkan
buta, kedua kaki dan tanganya putus, sakit atau sangat buruk
rupanya. Bahkan yang lebih tragis, Sang Raja dihadiahi hamba
sahaya yang sudah tak bernyawa. Lantas, bagaimana dengan shalat
yang dipersembahkan oleh seorang hamba sebagai sarana untuk
mendekatkan diri kepada Allah SWT .16
Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwasannya
Khusyu‘ itu sangatlah penting. Dalam Al-Qur`an pun banyak
anjuran tentang Khusyu‘. Dan salah satunya ini Allah SWT.,
berfirman:
ق د فل ح يو ١ٱلهؤننون أ ٱل شعون تهمخ ل ٢همفص
15
Imam Al-Ghazali, Di Balik Ketajaman Mata Hati, (Jakarta: Amani,
1997), cet. 1, h. 143-144 16
Nada Abu Ahmad, Solusi Sulit Khusyu`, (Jawa Tengah: Inas Media,
2015), Cet. I, h. 36
6
“Sungguh beruntung orang-orang yang beriman, (yaitu)
orang-yang khusyu‘ dalam shalatnya”. (QS. Al-Mu`minûn
[23] : 1-2)
Al-Alûsî menjelaskan يو شعون ٱل خ تهم ل ص ف هم segala hal
yang disandarkan terhadap ayat ini merupakan sifat yang ditentukan
bagi orang-orang yang mukmin. Dan ayat ini menjelaskan tentang
pujian bagi orang-orang mukmin. Lalu Khusyu‘ pada ayat ini yaitu
merasa hina dan merasa takut.17
Imam Hakim meriwayatkan hadis dan di shahihkan oleh
Imam Marduwiyyah dalam Sunannya dari Muhammad bin Sayarain
yang menerima hadist dari Abu Hurairah. “Bahwasannya Nabi
menengadahkan pandangannya ke langit ketika shalat, kemudian
turunlah ayat : يو شعون ٱل خ تهم ل ص ف هم maka Nabi pun
menundukkan pandangannya.”18
Khusyu‘ ini sudah Nampak jelas orang-orang yang Khusyu„ di
sunahkan untuk senantiasa memuji Allah SWT., dan senantiasa
menghilangkan harapan mendapatkan pahala dari Allah SWT.19
Sifat-sifat khusyu„ dari seorang mukmin ialah mendahulukan
shalat serta menyembunyikan niat khusyu‘nya, karena hal pertama
yang akan di angkat dari manusia adalah kekhusyu‘annya.20
17 Syihâb ad-Dîn Mahmûd ibn „Abdullah al-Husainî al-Alûsi, Rûh al-
Ma‘ânî fi Tafsir Al-Qur`an al-‘Adzim wa Sabi‘ul Matsânî, (Bairuth: Dârul al-
Kitab Ulumiyyah, 1415 H), jilid. 9, h. 3
18
Syihâb ad-Dîn Mahmûd ibn „Abdullah al-Husainî al-Alûsi, Rûh al-
Ma‘ânî fi Tafsir Al-Qur`an al-‘Adzim wa Sabi‘ul Matsânî, jilid. 9, h. 3
19
Syihâb ad-Dîn Mahmûd ibn „Abdullah al-Husainî al-Alûsi, Rûh al-
Ma‘ânî fi Tafsir Al-Qur`an al-‘Adzim wa Sabi‘ul Matsânî, jilid. 9, h. 3
20
Syihâb ad-Dîn Mahmûd ibn „Abdullah al-Husainî al-Alûsi, Rûh al-
Ma‘ânî fi Tafsir Al-Qur`an al-‘Adzim wa Sabi‘ul Matsânî, jilid. 9, h. 4
7
Ibnu Abu Syaibah, Imam Ahmad dan Imam Hakim
meriwayatkan serta menshahihkan hadis dari Ibnu Hudaifah,
“Bahwasannya hal pertama yang hilang dari agamamu adalah
khusyu‘, dan terakhir yang akan hilang dari agamamu adalah salat.
Hal tersebut akan serta merta menimpa Islam.21
Allah berfirman : يو شعون ٱل خ تهم ل ص ف هم Imam Az-
Zahri mengatakan bahwa khusyu„ adalah ketenangan ketika shalat,
khusyu‘ menurut bahasa ialah khosyi‘un yang berarti tenang, diam,
dan reda.22
kemampuan untuk menghadirkan kekhusyu‘an bukanlah hal
yang mudah. Khususnya pada zaman penuh syahwat, syubhat dan
berbagai fitnah serta kerusakan yang bertebaran seperti ini. Dan tidak
hanya kepada salat saja khusyu‘ itu di khususkan, akan tetapi khusyu‘
di maksudkan untuk semua hal yang bersifat ibadah baik ketika
berzikir, berdoa, membaca Al-Qur`an dan lain sebagainya.
Istilah Khusyu‘ lebih banyak digunakan dalam tafsir-tafsir
Sufi. Salah satunya Tafsir Al-Alûsî. Al-Alûsî adalah seorang
mufassir yang menghasilkan produk penafsiran memiliki nilai urgensi
dan signifikansi tersendiri. Dewasa ini tafsir Al-Alûsî disebut-sebut
sebagai tafsir yang syarat akan nilai-nilai sufisme. Tentu hal itu
bukan merupakan hipotesis belaka, karena dalam beberapa penelitian
yang ada, cukup banyak ayat-ayat yang dikutip melalui perspektif
sufisme.
21 Syihâb ad-Dîn Mahmûd ibn „Abdullah al-Husainî al-Alûsi, Rûh al-
Ma‘ânî fi Tafsir Al-Qur`an al-‘Adzim wa Sabi‘ul Matsânî, jilid. 9, h. 4
22 Syihâb ad-Dîn Mahmûd ibn „Abdullah al-Husainî al-Alûsi, Rûh al-
Ma‘ânî fi Tafsir Al-Qur`an al-‘Adzim wa Sabi‘ul Matsânî, jilid. 9, h. 4
8
Kemudian yang membedakan tafsir ini dengan tafsir lainnya
adalah bahwa penulisan tafsir Rûh al-Ma’ânî ini dilatar belakangi
dari sebuah mimpi pada suatu malam, tepatnya pada malam jum'at
bulan Rajab tahun 1252 H, beliau bermimpi diperintahkan oleh Allah
Swt., untuk melipat langit dan bumi, kemudian disuruh untuk
memperbaiki kerusakan-kerusakan yang ada padanya. Dalam
mimpinya, beliau seolah mengangkat tangan satunya ke langit dan
yang satunya ke tempat air. Namun kemudian beliau terbangun dari
tidurnya. Mimpi tersebut lalu ditakwilkan dan ternyata beliau
menemukan jawabannya dalam sebuah kitab bahwa mimpi itu
merupakan isyarat untuk menyusun kitab tafsir. Tafsir Rûh al-Ma’ânî
merupakan salah satu kitab tafsir yang memiliki kelebihan dalam
tafsirnya. Satu di antara7kelebihannya adalah Imam Al-Alûsî dalam
menafsirkan ayat-ayat sangat memperihatikan ilmu-ilmu tafsir atau
ulum Al-Qur`an seperti ilmu nahwu, balaghah, qira’at, asbab al-
nuzul, munasabah dan sebagainya.23
Lalu, penulis merealisasikan Khusyu„ adalah sesuatu yang
jauh dan sulit, kecuali jika Allah SWT., memberikan karunia dan
anugrah-Nya. Sebelum memahami makna Khusyu‘ yang sebenarnya,
kita memohon kepada Allah SWT., dengan Karunia dan Pemberian-
Nya agar menganugerahi kita hati yang Khusyu„ dan rezeki yang luas.
Kita berlindung kepada-Nya dari hati yang tidak Khusyu‘, nafsu yang
tidak puas, mata yang tidak mampu menangis, dan do`a yang tidak
terkabul.24
Amiin. Untuk itu penulis tertarik mengkaji lebih jauh
23
Ali Sadikin, Tesis Pemaknaan Khusyu’ dalam Surat Al-Mu’minun Ayat
1 dan 2 (Studi Komparatif Ibnu Kathir dan Ruh al-Ma‘ani), (Surabaya: UIN
Sunan Ampel, 2017), h. 6 24
Syeikh Mu`min al-Haddad, Mencapai Shalat Khusyu`, h. 256-257
9
tentang khusyu' dalam perspektif sufistik (Studi Analisis Tafsir Rûh
Al-Ma„ânî karya Al-Alûsî)
B. Identifikasi Masalah
Permasalahan pada penelitian ini dapat diklasifikasikan
sebagai berikut:
1. Mengklasifikasikan ayat-ayat Khusyu‘
2. Penafsiran Al-Alûsî terhadap ayat-ayat Khusyu‘
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Melihat dari identifikasi masalah yang sudah
dijelaskan, maka penulis membatasi masalah pada penelitian
ini. Yaitu mengenai Khusyu’ dalam perspektif Tafsir Sufistik
(Studi Analisis terhadap Penafsiran Al-Alûsî dalam Tafsir
Rûh al-Ma‘ânî).
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah dipaparkan
sebelumnya, maka rumusan masalah yang akan dibahas
dalam penelitian adalah: Bagaimana penafsiran Syeikh Al-
Alûsî mengenai beberapa ayat-ayat tentang Khusyu‘ ?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan utama dalam penelitian ini adalah penulis
berusaha menjawab permasalahan yang bermunculan
belakangan ini. Adapun secara spesifik, tujuan penelitian ini
adalah: Untuk mengetahui bagaimana penafsiran yang
digunakan Al-Alûsî dalam menafsirkan beberapa ayat-ayat
tentang Khusyu’, serta implikasinya terhadap konteks
kehidupan sekarang.
10
2. Manfaat Penelitian
Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Secara teoritis penelitian ini berguna untuk menambah
wawasan keilmuan serta mengetahui pendapat para ulama
mengenai Khusyu„ dalam perspektif Tafsir Sufistik
(Analisis terhadap Penafsiran Al-Alûsî dalam Tafsir Rûh
al-Ma‘ânî) dengan implikasinya terhadap realita
kehidupan masyarakan Muslim.
b. Secara praktis, menambah motivasi diri sendiri dan
pembaca untuk senantiasa menggali pendapat-pendapat
ulama mengenai berbagai masalah terutama pada Khusyu‘
dalam Perspektif Tafsir Sufistik (Analisis terhadap
Penafsiranl Al-Alûsî dalam Tafsir Rûh al-Ma‘âni).
Sehingga mengantarkan manusia untuk mendapatkan
kebahagiaan dan keselamatan baik di dunia maupun di
akhirat.
E. Tinjauan Pustaka
Detik-detik shalat Khusyu‘ yang ditulis oleh Ali At-
Tanthowi, di dalam buku ini dibahas hal-hal yang harus
diperhatikan oleh umat Islam dalam menjalankan salatnya, yaitu
menciptakan derajat permulaan dari kekhusyu‘an salatnya, yang
bersifat kemampuan diri untuk menghayati, meresapi, bahkan
berusaha semampu mungkin untuk bisa menikmati salat yang
tengah dilakukan.25
25
Ali At-Tonthowi, Detik-detik Shalat Khusyu`, (Jakarta: Gema Insani
Press, 1996), Cet. II, h.20
11
Buku yang ditulis oleh KH. Saiful Islam Mubarak. apa
Cukup dengan Khusyu‘?. Buku ini menerangkan tentang
panduan yang memudahkan untuk meraih Salat yang berkualitas
dan berdampak pada keimanan seseorang. Salat tidak terbatas
gerakan anggota tubuh pada waktu tertentu, melainkan bukti
tunduknya seseorang hamba secara total. Dan salat yang
berkualitas adalah salat yang dilakukan dengan niat ikhlas,
semata-mata mengharap ridha Allah SWT., proses
pelaksanaannya sesuai dengan salat Rasulullah SAW., dan
dampak dari salat tersebut adalah terciptanya pribadi-pribadi
yang shalih. Dengan demikian, buku ini memberikan kontribusi
terhadap penulis bahwasanya tidak cukup dengan khusyu‘ yang
di artikan sebagi tunduknya anggota badan berlandasan iman,
akan tetapi khusyu‘ disini menunjukan bahwasanya seseorang itu
harus dapat benar-benar mendalami dan mengetahui dengan jelas
bagaimana khusyu’ yang sesungguhnya, dan bagaimana kita
melakukan salat itu dengan niat ikhlas, karna dengan kita merasa
ikhlas kita akan menemukan titik kekhusyu‘an yang
sesungguhnya.26
Buku yang ditulis oleh Salim bin `Ied al-Hilali dengan
judul “al-Khusyuu` wa AtsaRûhu fii Binaa-il Ummah
(beruntunglah orang yang Khusyu‘)” di dalam sebuah bukunya
beliau menjelaskan Khusyu‘ menurut beberapa hukum syari`at.
Khusyu’ adalah ketenangan (ketundukan) kemauannya yang
rendah yang muncul karena Allah SWT., lalu hilanglah segala
yang ada di dalamnya, berupa kecongkakan dan kesombongan.
26
Saiful Islam Mubarak, Apa Cukup dengan Khusyu`, (Bandung: PT.
Syaamil Cipta Media, 2007), h. 21
12
Kemudian beliau juga memberikan gambaran seperti apa orang
yang Khusyu‘ serta menjelaskan pahala bagi orang yang Khusyu’
dalam salatnya. Dengan demikian, buku ini memberikan
kontribusi kepada penulis bahwasanya kita dapat mengetahui
makna dari Khusyu‘ yang sebenarnya dan memberikan
pemahaman bahwa sungguh sangat beruntung bagi orang yang
Khusyu‘ baik secara lahir maupun batin. 27
Buku yang ditulis oleh Syaikh Bark Muhammad Ibrahim
dengan judul “Kiat Shalat Khusyu‘ bagi wanita” diterjemahkan
dari Khusyu‘ al-Mar‘ah fii al-Shalah. Terbitan Maktabah al-
Qudsi, Cairo. Di dalam sebuah bukunya beliau menjelaskan
kekhusyu‘an wanita saat salat, apakah wanita itu susah
mendapatkan kekhusyu‘an saat salat ? beliau menjelaskan
bahwasanya dunia kaum hawa identik dengan „keramaian‟.
Karna memang banyak tugas yang kaum hawa identik dengan
keramaian seperti tangisan seorang bayi, suara perabot dapur
yang bersinggungan, dan tentu ada canda tawa yang selalu riuh
ketika sesamamu saling bertemu. Maka dari itu, dalam buku ini
beliau menjelaskan beberapa tata cara dan persiapan sebelum
melaksanakan salat khususnya bagi wanita agar kita dapat
mencapai tingkat kekhusyu‘an yang baik dan benar. Dengan
demikian, buku ini memberikan kontribusi terhadap penulis
bahwasanya Khusyu‘ itu tidak membatasi kedudukan, jenis
kelamin, dll. Akan tetapi Khusyu‘ disini bisa dilakukan oleh
semua umat Islam.28
27 Salim Al-Hilali, al-Khusyuu‘ wa Atsaruhu fii Binaa-il Ummah
(beruntunglah orang yang khusyu‘), (Jakarta: Ibnu Kasir, 2009), h. 16 28
Bakr Muhammad Ibrahim, Kiat Shalat khusyu` bagi wanita, (Bandung:
Khansa`, 2006), Cet. I, h. 3
13
Buku yang ditulis oleh Muhammad Shalih Al-Munajjid
dengan judul “Kiat Khusyu‘ dalam shalat” judul asli Sababan Lil
Khusyuu`i Fish Shalaati. Di dalam bukunya beliau memberikan
penjelasan mengenai Khusyu‘ itu sendiri, hukum Khusyu‘ serta
resep-resep Khusyu‘ dalam salat, bagaimana kita bersikap tenang
bagaimana kita melakukan salat sesuai dengan syari`at Islam.
Dengan demikian buku ini memberikan kontribusi terhadap
penulis bahwasanya melakukan Khusyu‘ itu harus melalui
beberapa tahap yang kita persiapkan dan di sini penulis melihat
bagaimana Khusyu‘ ini menghubungkan sebuah keikhlasan yang
harus kita tanamkan agar Khusyu‘ kita benar-benar mencapai
titik kekhusyu‘an yang sebenarnya.29
Skripsi dengan judul “konsep Khusyu‘ dalam Al-Qur`an”
yang ditulis oleh saudara Salman Faris, mahasiswa Fakultas
Ushuluddin dan Filsafat Jurusan Tafsir Hadis 2009, dalam
skripsinya mengulas masalah konsep Khusyu‘ dalam Al-Qur`an,
agar dapat memberikan titik terang umat Islam tentang esensi
dan implikasi Khusyu‘ dalam kehidupan sehari-hari, sehingga
berawal dari Khusyu‘ dalam salat, dapat merefleksikan
kehidupan yang tenang serta diharapkan dapat menambah
hasanah dalam Ilmu pengetahuan. Agar terciptanya Amr Ma`ruf
Nahi Mungkar.
.
F. Metodologi Penelitian
Dalam melakukan penelitian terhadap permasalahan di
atas, penulis menggunakan metodologi penelitian sebagai
berikut:
29
Muhammad Shalih Al-Munajjid, 33 Kiat Khusyu` dalam shalat, h. 29
14
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian
kepustakaan (library research), yaitu suatu rangkaian
kegiatan yang berkenaan dengan pengumpulan data pustaka,
membaca dan mencatat serta mengkaji bahan penelitian.30
Penelitian telaah pustaka ini merupakan penelitian kualitatif,
yaitu metode penelitian yang digunakan untuk meneliti
subjek yang bersifat alamiah, deskriptif, dinamis dan
berkembang.
Untuk membahas permasalahan, penulis
menggunakan metode maudhu’i (tematik) yang merupakan
salah satu pandangan pada satu tema tertentu dengan
menghimpun ayat-ayat yang berkaitan, menganalisis dan
memahaminya untuk kemudian disimpulkan dalam satu
pandangan menyeluRûh terkait tema yang dibahas tersebut.
2. Sumber Data
a. Sumber data primer
Untuk menghasilkan suatu karya ilmiah yang bisa
dipertanggungjawabkan, penulis mencari sumber-sumber
yang relevan terkait penelitian ini, yang merupakan
sumber data primer yaitu kitab-kitab Tafsir sebagai
referensi terutama Tafsir Al-Alûsî sebagai studi Analisis.
b. Sumber data sekunder
Selain menggunakan sumber data primer, penulis
juga menggunakan data sekunder berupa buku-buku fiqh
mengenai Khusyu’ dalam salat, kitab-kitab Tafsir
30
Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan, (jakarta: Yayasan Obor
Indonesia, 2008), cet.1, h.3
15
mengenai masalah fiqih seperti saipinah dan tulisan-
tulisan yang memiliki relevansi dengan pokok masalah
yang dikaji dalam penelitian ini.
3. Teknik Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data, penulis mengumpulkan
dengan penelusuran kepustakaan dari berbagai sumber
perpustakaan serta mencari informasi terkait di artikel-artikel
dan jurnal-jurnal sebagai bahan yang selanjutnya ditelaah
agar dapat mendukung penjelasan dan pembuktian suatu
masalah. Lalu, penulis juga mengumpulkan dokumentasi
dalam penelitian sebagai bukti berupa catatan, foto, laporan,
rekaman, dan lain sebagainya.
4. Metode Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini adalah analisis isi
(content analysis). Analisis isi adalah teknik penelitian untuk
membuat inferensi-inferensi yang dapat ditiru dan kebenaran
data dengan memperhatikan konteksnya. Metode analisis ini
merupakan suatu teknik sistematik untuk menganalisis data
secara objektif berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan oleh
penulis dalam materi suatu buku. Selain itu, penelitian ini
menggunakan teknik analisis deskripsi yang meliputi analisis
data pada masing-masing variabel dengan menggambarkan
apa yang ada, pendapat yang sedang tumbuh, prosedur yang
ada yang sedang berlangsung.
Kemudian penulis juga menggunakan metode
komparatif, yaitu membandingkan antara data atau informasi
dari tafsir yang satu dengan yang lainnya dan
16
membandingkan hasil analisis objek yang satu dengan yang
lainnya.
G. Teknik dan Sistematika Penulisan
Mengenai teknik penulisan skripsi ini, penulis
mengacu pada buku Pedoman penulisan Skripsi, Tesis, dan
Disertasi terbitan IIQ Jakarta Press tahun 2017 yang
dikeluarkan oleh Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis membagi
pembahasan ke dalam V (Lima) Bab, dimana masing-masing
bab mempunyai penekanan pembahasan mengenai topik
tertentu yaitu:
Pada bab pertama penulis memuat pendahuluan.
Pendahuluan tersebut berisi latar belakang yang membahas
permasalahan tentang ayat-ayat Khusyu‘ dalam shalat disertai
data-data yang akurat terkait permasalahan tersebut. Setelah
latar belakang diuraikan, penulis menjelaskan identifikasi
masalah, pembatasan masalah, dan perumusan masalah agar
penelitian tidak melebar kemana-mana. Kemudian dipaparkan
juga tujuan dan kegunaan penelitian, tinjauan pustaka, dan
metodologi penelitian yang mencakup jenis penelitian,
sumber penelitian, teknik pengumpulan data, dan metode
analisis data. Dan poin terakhir bab ini dipaparkan teknik
penulisan dan sistematikanya.
Pembahasan di bab kedua akan dikemukakan
beberapa poin penting yang akan menunjang penulis dalam
menyelesaikan bab keempat, diantaranya: Pengertian
Khusyu’, Tingkatan-tingkatan dalam Khusyu‘, Manfat
17
Khusyu’, Identifikasi ayat-ayat khusyu‘ dan Khusyu‘ dalam
Shalat
Bab ketiga dikemukakan beberapa poin penting yang
akan menunjang penulis dalam menyelesaikan bab
selanjutnya yaitu tinjauan umum mengenai Biografi Tafsir
yang menjadi studi analisis yaitu Tafsir Al-Alûsî, tujuan dari
penulisan beberapa poin tersebut adalah untuk membantu
penulis dalam menjelaskan wawasan tentang perkembangan
ilmu Tafsir al-Qur`an.
Pembahasan bab keempat pada bab ini akan dibahas
penafsiran Al-Alûsî terhadap ayat-ayat Khusyu’ pada tafsirnya
yakni Rûh al-Ma‘âni serta implikasi khusyu‘ dalam kehidupan
masa kini.
Bab kelima merupakan bab penutup yang berisi
kesimpulan. Kesimpulan tersebut merupakan hasil akhir dari
penelitian yang dilakukan terhadap masalah-masalah yang
telah diuraikan di bab sebelumnya. Selain itu, ditulis juga
saran-saran sebagai pijakan sementara untuk melakukan
penelitian lebih lanjut dan mendalam terkait objek masalah
yang dikaji. Di akhir penulisan, dicantumkan pula daftar
pustaka yang memuat referensi-referensi yang penulis
gunakan dalam melakukan penelitian sebagai bukti kevalidan
pembahasan yang dikaji.
105
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan seluruh pembahasan yang telah dipaparkan
di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwasannya Menurut
penafsiran Al-Alusi dalam karyanya tafsir Ruh Al-Ma„ânî,
khusyu' memiliki beragam makna meliputi: diam, tenang atau
reda seta tunduk, takut dan merendahkn diri kepada Allah SWT.,
sehingga dapat menghasilkan sifat-sifat terpuji pada diri
seseorang. Oleh sebab itu, maka pokok kekhusyu„an diperoleh di
hati. Jika hati telah khusyu„, maka diikuti oleh kekhusyu„an
semua anggota badan, karena anggota badan mengikutinya.
Penafsiran Al-Alûsî yang menjelaskan tentang khusyu'
relevan dengan kondisi di zaman sekarang ini. Seperti telah
diketahui bahwa khusyu' jika diamalkan oleh seseorang pada
zaman sekarang ini, mereka senantiasa akan menjadikan pribadi
yang rendah hati, dapat menimbulkan rasa tenang dalam
hidupnya dan itu semua buah hasil dari rasa takut kepada Allah
SWT., dan malu terhadap segala perbuatan yang tidak terpuji.
Mereka akan selalu berprasangka baik terhadap orang-orang
disekitranya, mempunyai jiwa sosial yang tinggi serta dapat
mencintai kedamaian karena dengan damai hati akan menjadi
tenang dan tenang merupakan bentuk kekhusyu'an yang hakiki.
B. Saran-saran
1. Kajian khusyu` merupakan sebuah kajian klasik islami,
banyak yang mengerti tentang kajian ini namun belum
bisa memahami esensi dari khusyu` itu sendiri, banyak
106
penelitian yang mencoba untuk mengupas perkara
khusyu`, namun hanya sedikit peneliti yang dapat
mengalikasikan khusyu` dalam kehidupannya.
2. Banyak sekali hikmah yang dapat diambil penulis ketika
mengerjakan penelitian ini, banyaklah kekurangan yang
dimiliki penulis, sehingga penulis menyarankan untuk
tetaplah mencari ilmu sampai kapanpun. Karena sebagai
manusia sadar banyak sekali yang harus dipelajari serta
dipahami tetapi bukan hanya itu saja, diperlukan juga
mengamalkannya.
3. Tetaplah istiqomah dalam ibadah kepada-Nya. Jangan
pernah putus asa atas semua proses yang sedang dihadapi.
Yakinlah akan kuasa-Nya, bahwasannya Allah akan
memberikan ujian dan cobaan sesuai kemampuan masing-
masing. Dan terus berjuang karena ada banyak jalan yang
bisa kita hadapi tentunya dengan penuh ketekunan.
Karena Allah Maha kuasa atas segala sesuatu.
4. Ujian dan cobaan sangat besar tapi ingat ada Allah yang
lebih dan Maha besar. Dan Allah maha pengasih dan
penyayang. Kasih sayang Allah sangatlah banyak dari
pada ujian dan cobaan, tetaplah selalu memohon petunjuk
dan kemudahan disetiap jalan yang akan dihadapi.
5. Perlu diadakan kajian-kajian pembaharuan tentang
khusyu` dari masa kemasa, untuk mewujudkan
kesempurnaan dalam melaksanakan ibadah. Penelitian ini
hanyalah sebuah penelitian awal yang mencoba untuk
mengkaji pandangan al-Qur`an tentang esensi khusyu`.
Mudah-mudahan menjadi embrio bagi lahirnya penelitian
107
metodologis selanjutnya, terutama upaya untuk
mengungkap sisi-sisi yang lebih mendalam dari khusyu`.
seperti khusyu' hubungannya dengan kesombongan atau
hal lainnya yang lebih menarik dengan apa yang telah
penulis teliti. Wallahu a`lam bisshowab.
108
DAFTAR PUSTAKA
Abdi, Nurul Hadi, Bagaimana Agar Shalat Anda Khusyu`,
Tangerang: Ciputat Press, 2007.
Adz-Dzahabi, Muhammad Husein, Ensiklopedia Tafsir, Jakarta:
Kalam Mulia, 2009.
Ahmad, Nada Abu, Solusi Sulit Khusyu`, Jawa Tengah: Inas Media,
2015.
Al-Alûsi, Syihâb ad-Dîn Mahmûd ibn ‘Abdullah al-Husainî, Rûh al-
Ma„ânî fi Tafsir Al-Qur`an al-„Adzim wa Sabi„ul Matsânî, Jilid
1, Bairuth: Dârul al-Kitab Ulumiyyah, 1415.
Al-Ghazalî, Ihyâ „Ulumuddin, Jakarta: Republik Penerbit, 2013.
Al-Ghazali, Di Balik Ketajaman Mata Hati, Jakarta: Amani, 1997.
Al-Haddad, Mu`min, Mencapai Shalat Khusyu`, Jakarta Timur:
Ummul Qura, 2014.
al-Halim, Manni’ ‘Abd, Manâhij al-Mufasirîn Bairut: Dâr al-Kitâb
al-Hanâni, 1976.
Al-Munajjid, Muhammad Shalih, 33 Kiat khusyu' dalam Shalat, terj.
33 Sababan Lil Khusyuu‟i Fish Shalaati oleh Moh. Suri Sudari,
Entin Rani‘ah Ramelan, Jakarta: Pusat Al-Kautsar, 1996.
Al-Zamrali, Fawwaz Ahmad, Bagaimana Agar Shalat Anda Khusyu',
Tangerang: Ciputat Press, 2007.
Al-Jauzîyah Ibnu Qayyîm, Madarijus Salikin (Pendaki Menuju Allah)
Penjabaran konkrit “Iyyâka Na„budu wa Iyyâka Nastâ„în”,
Jakarta: Pustaka Al-Alûsî-Kautsar, 2015.
Amrullah, Abdul Karim Malik, Tafsir Al-Azhar,Singapura: Pustaka
Nasional PTE LTD.
Anshori, Tafsir bi Al-Alûsî-Ra‟yi, Jakarta: Gaung Persada Press,
2010.
109
An-Naisaburî, Abdul Qasim Abdul Karim Hawazin Al-Qusyairî,
Lathiful Al-„Isyarat Tafsir Al-Qusyairîyah, Jakarta: Pustaka
Amani.
Ash-Shiddieqy, Teungku Muhammad Hasbi, Sejarah dan Pengantar
Ilmu Al-Qur`an dan Tafsir, Semarang: PT Pustaka Rizki Putra,
2010.
Ath-Thabari, Abu Ja’far Muhammad bin Jarir, Jami‟ Al-Bayan an
Ta„wil ayi Al-Qur`an, Jakarta: Pustaka Azzam, 2007.
At-Tonthowi, Ali, Detik-detik Shalat Khusyu`, Jakarta: Gema Insani
Press, 1996.
Basyrahil, Abdul Azis Salim, Shalat, Hikmah, falsafah dan
Urgensinya, Jakarta: Gema Insani Press, 1996.
Baqi, Muhammad Fu‘ad Abdul, Al-Mu„jam Al-Mufahros li Alfadhil
Qur„anil Karim, Darut Hadis; Kairo, Mesir.
Faris, Salman, Skripsi Konsep Khusyu` dalam Al-Qur`an, Jakarta:
UIN Syarif Hidayatullah, 2009.
Ghofur, Saiful Amir, Profil Para Mufassir Al-Qur`an, Yogyakarta:
Pustaka Insan Madani, 2008.
Hamka, Tafsir Al-Azhar, Jakarta: Pustaka Panji Mas, 2000.
Hakim, A. Husnul, Ensiklopedia Kitab-kitab Tafsir (Kumpulan
Kitab-kitab Tafsir dari Masa Klasik sampai Masa
Kontemporer), Depok: Lingkar Studi Al-Qur`an, 2013.
Hidayatullah, UIN Syarif, Ensiklopedia Tafsir, terj. Nabhani Idris,
Jilid 1, Jakarta: Kalam Mulbeliau, 2010.
HS, Baharudin, “Corak Tafsir Ruh al-Ma„ani karya al-Alûsî (Telaah
Atas Ayat-ayat yang di Tafsir Secara Syarah)”, Disertasi, PSQ,
2002.
H. Jalaluddin, Fiqih Remaja, Jakarta: Kalam Mulia, 2009.
Ibrahim, Bakr Muhammad, Kiat Shalat khusyu` bagi wanita,
Bandung: Khansa`, 2006.
110
‘Ied, Salim bin, Beruntunglah Orang yang Khusyu`, Jakarta: Tim
Pustaka Ibnu Katsir, 2009.
‘Isa, ‘Abdul Qadir, Cetak Biru Tasawuf Spiritual Ideal dalam Islam,
Terj. Haqaa„iq anit Tashawwuf, Tangerang Selatan: Ciputat
Press, 2007.
Mahmud, Mani’ Abd Halim, Metodologi Tafsir, Jakarta: PT Raja
Grafindo, 2006.
Mustofa,Agus, Khusyu` Berbisik-bisik dengan Allah, Surabaya:
PADMA Press.
Mahalli, Mudhab, Pewaris-pewaris Surga Firdaus, Yogyakarta:
Kreasi Wacana, 2000.
Mubarak, Saiful Islam, Apa Cukup dengan Khusyu`, Bandung: PT.
Syaamil Cipta Media, 2007.
Nata, H. Abuddin, Kajian Tematik Al-Qur`an Tentang Fiqh dan
Ibadah, Bandung: Angkasa, 2008.
Nurdin, Subhan, Keistimewaan Shalat Khusyu`, Tangerang:
QultumMedia, 2006.
Sadikin, Ali, Tesis Pemaknaan Khusyu‟ dalam Surat Al-Mu‟minun
Ayat 1 dan 2 (Studi Komparatif Ibnu Kathir dan Ruh al-
Ma„ani), Surabaya: UIN Sunan Ampel, 2017.
Salim, Al-Hilali, al-Khusyuu` wa Atsaruhu fii Binaa-il Ummah
(beruntunglah orang yang khusyu`), Jakarta: Ibnu Kasir, 2009.
Saalih, Muhammad, Praktik Khusyu` 33 Kiat Shalat yang Sempurna
dan di Terima, jagakarsa: PT Mizan Publika, 2013.
Shihab M. Quraish, Menabur Pesan Ilahi: Al-Qur`an dan Dinamika
Hidup Masyarakat, Jakarta: Lentera Hati, 2006.
______________, Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian
Al-Qur`an, Jakarta: Lentera Hati, 2002.
Sobari, Abdul Manan bin H. Muhammad, Jangan Asal Shalat:
Rahasia Shalat Khusyu' dari Tuntunan Bersuci, Fiqih Shalat,
Macam-macam Shalat hingga Amalan-amalan Sunnah,
Bandung: Pustaka Hidayah, 2011.
111
Susanto, Ahmad, Filosofi Shalat, Jakarta: Dea Press.
Syafi`i, Shalat yang Khusyu`, Bandung: Remaja Rosdakarya Offset,
1996.
Syakur, Abd. DJ, Shalahuddin, Ensiklopedia Al-Qur`an: Kajian
Kosakata, Jakarta: Lentera Hati, 2007.
Syibromalisi, Faizah Ali dan Jauhar Azizy, Membahas Kitab Tafsir
Klasik Modern, Jakarta: Lembaga Penelitian UIN, 2011.
Tebba, Sudirman, Nikmatnya Shalat yang Khusyu`, Jakarta: Pustaka
irVan, 2008.
Wati, Nurul, Skripsi Pandangan Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta Tentang Khusyu` dalam Shalat, Jakarta: UIN Syarif
Hidayatullah, 2014.
Wijaya, Tatam, Ensiklopedia Hadis: Imam Muslim, Jakarta Timur:
Elmahir, 2010.
Zed, Mestika, Metode Penelitian Kepustakaan, jakarta: Yayasan
Obor Indonesia, 2008.
http://muhammadd-fajarhudie.blogspot.com/2012/08/konsep-khusyu-
dalam-alquran.html diakses pada tanggal 18 juli 2018
https://www.google.com/amp/sumsel.tribunnews.cm/amp/2018/08/09
/inilah-sosok-ustadz-viral-karena-tetap-pimpin-shalat-saat-
gempa-lombok-simak-pengakuannya?espv=1 diakses tanggal
14 September 2018