khilafah _ perhatikan konsepnya, jangan hanya lihat istilahnya

5
www.titokpriastomo.com/pemikiran-islam/khilafah-perhatikan-konsepnya-jangan-hanya-lihat-istilahnya.html 1/5 PEMBELA KHILAFAH Catatan Seputar khilafah Syariah dan Pemikiran Islam Artikel Induk: Pertanyaan yang menjebak: mana nash yang mewajibkan khilafah? Lihat Konsep, Jangan Terpaku Pada Sebutan Mohon maaf jika saya terkesan tidak to the point . Namun saya merasa perlu memberi pendahuluan agar kita bisa keluar dari jeratan pertanyaan tentang dalil khilafah itu. Jika anda masih penasaran dengan nash mana yang secara jelas menyebutkan wajibnya khilafah, maka anda harus membaca bagian ini, karena di sinilah saya memaparkan alur “logika” dan alasan mengapa menemukan nash yang secara literal mewajibkan sesuatu yang disebut khilafah itu menjadi tidak terlalu penting. Oleh karena itu, saya harap anda jangan tergesa-gesa untuk membolak-balik lembaran-lembaran di dalam kitab hadits yang enam (al-kutubus Sittah ) atau yang sembilan (al-kutubut tis’ah), atau kitab hadits manapun, untuk mencari kalimat-kalimat yang secara jelas mewajibkan khilafah. Saya ingin agar kita dapat mengakui bahwa memang tidak ada nash (teks) –baik Qur’an maupun Sunnah- yang secara dhahir menyatakan wajibnya khilafah, semisalnya berbunyii: “ﻛﺗﺑت ﻋﻠﯾﻛم اﻟﺧﻼﻓﺔ” (telah diwajibkan atas kalian khilafah). Meski sebenarnya terdapat nash- nash yang mengandung kata khilafah disertai dengan indikasi bahwa sesuatu yang disebut khilafah itu merupakan perkara yang wajib,tapi tak apalah, asumsikan saja bahwa tidak ada satu nash syara’ pun yang secara literal menyebut kata khilafah. Namun perlu digarisbawahi bahwa seandainya asumsi di atas kita benarkan, hal tersebut tidak dengan sendirinya menunjukkan bahwa tidak ada dalil syara’ yang menetapkan kewajiban khilafah. Boleh jadi, term khilafah tidak ada di dalam nash-nash syara’, namun konsep khilafah ada di dalam nash-nash syara’ tanpa diungkap dengan redaksi yang secara jelas menyebut wajibnya khilafah. Tentu anda mengenal perbedaan antara apa yang dinamakan dengan konsep –di satu sisi- dan dengan term -di Home Daftar isi blog Buku Tamu Kitab-kitab Mutabannat Karya- karya Syabab Kitab-kitab Tentang Demokrasi Khilafah: Perhatikan Konsepnya, Jangan Hanya Lihat Istilahnya — APRIL 26, 2013 BY TITOK 3

Upload: alatsurveypemetaan

Post on 08-Jul-2015

145 views

Category:

Education


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Khilafah _ perhatikan konsepnya, jangan hanya lihat istilahnya

www.titokpriastomo.com/pemikiran-islam/khilafah-perhatikan-konsepnya-jangan-hanya-lihat-istilahnya.html 1/5

PEMBELA KHILAFAHCatatan Seputar khilafah Syariah dan Pemikiran Islam

Artikel Induk: Pertanyaan yang menjebak: mana nash yang mewajibkan khilafah?

Lih at Konse p, J ang an Te rpaku Pada Se but an

Mohon maaf jika saya terkesan tidak to the point. Namun saya merasa perlu memberi pendahuluan agar kita bisa

keluar dari jeratan pertanyaan tentang dalil khilafah itu. Jika anda masih penasaran dengan nash mana yang

secara jelas menyebutkan wajibnya khilafah, maka anda harus membaca bagian ini, karena di sinilah saya

memaparkan alur “logika” dan alasan mengapa menemukan nash yang secara literal mewajibkan sesuatu yang

disebut khilafah itu menjadi tidak terlalu penting.

Oleh karena itu, saya harap anda jangan tergesa-gesa untuk membolak-balik lembaran-lembaran di dalam kitab

hadits yang enam (al-kutubus Sittah ) atau yang sembilan (al-kutubut tis’ah), atau kitab hadits manapun, untuk

mencari kalimat-kalimat yang secara jelas mewajibkan khilafah. Saya ingin agar kita dapat mengakui bahwa

memang tidak ada nash (teks) –baik Qur’an maupun Sunnah- yang secara dhahir menyatakan wajibnya khilafah,

semisalnya berbunyii: “كتبت علیكم الخالفة” (telah diwajibkan atas kalian khilafah). Meski sebenarnya terdapat nash-

nash yang mengandung kata khilafah disertai dengan indikasi bahwa sesuatu yang disebut khilafah itu

merupakan perkara yang wajib,tapi tak apalah, asumsikan saja bahwa tidak ada satu nash syara’ pun yang secara

literal menyebut kata khilafah.

Namun perlu digarisbawahi bahwa seandainya asumsi di atas kita benarkan, hal tersebut tidak dengan sendirinya

menunjukkan bahwa tidak ada dalil syara’ yang menetapkan kewajiban khilafah. Boleh jadi, term khilafah tidak

ada di dalam nash-nash syara’, namun konsep khilafah ada di dalam nash-nash syara’ tanpa diungkap dengan

redaksi yang secara jelas menyebut wajibnya khilafah.

Tentu anda mengenal perbedaan antara apa yang dinamakan dengan konsep –di satu sisi- dan dengan term -di

Home

Daftar isi blog

Buku Tamu

Kitab- kitab Mutabannat

Karya- karya Syabab

Kitab- kitab Tentang Demokrasi

Khilafah: Perhatikan Konsepnya, Jangan Hanya Lihat

Istilahnya— APRIL 26, 2013 BY TITOK

3

Page 2: Khilafah _ perhatikan konsepnya, jangan hanya lihat istilahnya

www.titokpriastomo.com/pemikiran-islam/khilafah-perhatikan-konsepnya-jangan-hanya-lihat-istilahnya.html 2/5

sisi yang lain. Ya, meski keduanya sering bertalian, akan tetapi jelas berbeda. Konsep adalah deskripsi mental

terhadap suatu kenyataan, baik yang konkret maupun yang abstrak. Konsep biasa diungkap secara verbal lewat

sebuah definisi yang bisa memberi gambaran kenyataan tersebut secara akurat. Sedangkan term adalah simbol

bahasa yang merepresentasikan konsep tersebut agar dapat dikomunikasikan secara ringkas. Sebuah konsep

mungkin saja diungkap dengan beberapa term yang berbeda, bahkan bisa jadi, ia sudah ada dalam kenyataan

meski belum diungkap dengan term apapun.

Saya ingin mengajukan sebuah perumpamaan. Apa yang anda bayangkan jika mendengar kata “orkestra”? Mungkin

anda akan membayangkan sekelompok orang yang memainkan berbagai jenis alat musik secara bersama-sama

sehingga menghasilkan suatu harmonisasi suara yang enak didengar. Nah, gambaran kenyataan yang muncul

ketika anda mendengar kata orkestra itulah konsep yang ada di balik kata tersebut. Sedangkan kata orkestra

sendiri merupakan term, simbol bahasa yang melambangkan konsep orkestra agar dapat dikomunikasikan secara

lebih ringkas.

Jika anda membongkar perbendaharaan kata dalam Bahasa Jawa asli (bukan kata-kata serapan dari Barat),

mungkin anda tidak akan menemukan satu kata pun yang maknanya sepadan dengan kata orkestra. Namun,

kosongnya Bahasa Jawa dari kata orkestra tidak berarti bahwa masyarakat Jawa tidak mengenal dan tidak

mempraktekkan konsep orkestra. Pagelaran musik gamelan -yang ada dalam tradisi kesenian mereka-

sebenarnya sesuai dengan konsep orkestra yang kita pahami. Jadi, konsep orkestra sudah dipraktekkan sejak

lama oleh masyarakat Jawa, bahkan juga Sunda dan Bali. Hanya saja, mereka tidak punya term umum untuk

menyebut jenis kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok orang dengan memainkan berbagai jenis alat musik

yang berbeda secara harmonis itu. Inilah contoh dimana kenyataan yang sesuai dengan suatu konsep itu telah

ada, namun term yang mewakilinya belum ada.

Sama halnya dalam Islam. Adakalanya, sekumpulan nash syara’ mengandung suatu konsep yang syar’i, namun ia

masih terserak, tercerai-berai dalam banyak nash, belum dirumuskan dan belum pula dilambangkan dalam suatu

term atau istilah tertentu. Untuk membuktikannya, saya ingin menampilkan beberapa contoh.

Term “Akidah Islam” (al-‘Aqidah al-Islamiyyah) misalnya. Istilah ini tidak pernah kita jumpai dalam nash-nash

syara’. Tapi, absennya kata Akidah Islam dalam nash-nash syara’ tidak menunjukkan bahwa konsep akidah tidak

ada di dalam Islam. Sejak generasi awal, kaum muslimin sudah menyadari keberadaan perkara-perkara yang harus

diyakini secara bulat dalam Islam, seperti: keesaan Allah, kenabian Muhammad, kebenaran Al-Qur’an, akan

datangnya hari akhir, adanya hari kebangkitan, hari perhitungan, keberadaan surga dengan segala nikmatnya,

keberadaan neraka dengan segala siksa di dalamnya, dll. Perkara-perkara tersebut termuat secara terpisah dan

tercerai-berai di dalam ribuan nash, baik berupa ayat Al-Qur’an maupun hadits-hadits nabawi. Meskipun masalah-

masalah itu belum disatukan dan belum disebut dengan istilah khusus oleh Al-Qur’an dan As-Sunnah, namun,

karena semua masalah tersebut jelas ada dan dapat dikumpulkan dalam satu tema, maka di kemudian hari, para

ulama menamainya dengan sebuatan Akidah Islam. Jelas, konsep akidah Islam telah eksis dalam nash dan telah

dipahami sejak awal, namun sebutan atau istilah yang mewakilinya baru diperkenalkan belakangan oleh para

ulama.

Contoh serupa yang bisa kita sebut adalah istilah rukun-rukun shalat (arkanush shalah). Sependek pengetahuan

kami, tidak ada sebuah nash yang menggunakan istilah arkanush-shalah, lalu menjabarkan konsepnya secara rinci

dan utuh dalam nash itu juga. Maka timbul tanda tanya di benak kita: lantas dari mana para ulama menemukan

konsep rukun-rukun shalat? Dari mana pula Syafi’iyyah mengatakan bahwa rukun shalat ada 13, sementara

Malikiyah menyatakan bahwa rukun shalat ada 14, sedangkan Hanbaliyah menyatakan bahwa rukun shalat ada 16?

Page 3: Khilafah _ perhatikan konsepnya, jangan hanya lihat istilahnya

www.titokpriastomo.com/pemikiran-islam/khilafah-perhatikan-konsepnya-jangan-hanya-lihat-istilahnya.html 3/5

← Pertanyaan Yang Menjebak: Mana Nash Yang Me…

Jika tidak ada nash yang menyebut istilah rukun-rukun shalat dan merincinya, maka apakah kemudian kita berani

mengatakan bahwa konsep tersebut merupakan bid’ah yang diada-adakan oleh para ulama?

Dalam kenyataannya, semenjak hukum shalat pertama kali turun, sejak itu pula konsep rukun telah hadir di dalam

hukum-hukum seputar shalat. Rukun adalah unsur-unsur yang menjadi pilar dalam shalat, yang apabila

ditinggalkan maka shalat menjadi batal atau dianggap tidak terlaksana, seperti: niat, takbiratul ihram, membaca

al-Fatihah, ruku’, sujud, dst. Hanya saja, pada awalnya, belum ada yang menamai perkara-perkara tersebut

dengan istilah “rukun-rukun shalat”. Baru di kemudian hari, para ulama-lah yang menamainya dengan istilah

tertentu. Jadi, konsep tentang rukun-rukun shalat adalah perkara syar’i, fakta hukumnya sudah ada sejak dahulu,

akan tetapi namanya baru mapan kemudian.

Sebenarnya masih banyak contoh-contoh istilah lain. Namun, dengan dua contoh di atas, mudah-mudahan dapat

membuat kita menyepakati, bahwa untuk menilai status hukum sebuah konsep, kita tidak boleh semata

melihatnya dari keberadaan istilah tersebut di dalam nash syara’. Lebih jauh, kita perlu meneliti lagi apakah

pengertian/konsep yang dikandung oleh istilah tersebut termuat di dalam nash-nash syara’ atau tidak.

Di sinilah tampak jelas bahwa pernyataan “khilafah tidak wajib karena tidak ada nash syara’ yang secara literal

menyebut wajibnya khilafah” dibangun berdasarkan pemikiran yang cenderung keliru dan menyesatkan.

Alasannya karena pernyataan ini menampik kewajiban khilafah tanpa berpijak pada pengertian yang dikehendaki

oleh istilah khilafah itu sendiri. Padahal, masalah eksistensi konsep khilafah tidak bisa disimplifikasi menjadi

sekedar problem istilah.

Karena itulah kami tegaskan kembali bahwa masalah khilafah –apakah disyariatkan atau tidak- tergantung pada

konsep tentang “apa itu khilafah?”. Jika konsep yang terkandung dalam istilah khilafah itu memang suatu hal

yang diperintahkan oleh syariat, berarti khilafah memang perkara yang disyariatkan. Sebaliknya, jika ternyata

dalil-dalil syara’ tidak mewajibkan perkara yang terkandung dalam pengertian khilafah itu, maka khilafah

memang tidak disyariatkan.

Bersambung.. insyaallah

Kembali ke Artikel Induk: Pertanyaan yang menjebak: mana nash yang mewajibkan khilafah?

This entry was posted in Pemikiran Islam and tagged imamah, kewajiban khilafah, khilafah, khilafah islamiyah, konsep khilafah,

pemerintahan islam. Bookmark the permalink.

3 THOUGHTS ON “KHILAFAH: PERHATIKAN KONSEPNYA, JANGAN HANYA LIHAT ISTILAHNYA”

Pingbac k: Pertanyaan Yang Menjebak: Mana Nash Yang Menyebut Wajibnya Khilafah? | Hamdani Firdaus

Page 4: Khilafah _ perhatikan konsepnya, jangan hanya lihat istilahnya

www.titokpriastomo.com/pemikiran-islam/khilafah-perhatikan-konsepnya-jangan-hanya-lihat-istilahnya.html 4/5

A ry a Bima April 26, 2013 at 1:16 pm

Alur penjelasannya sangat baik. Terima kasih, jazakallahu khairan katsiira.

Reply

ksai April 29, 2013 at 5:15 am

alhamdulillah, jazakalloh.keep istiqomah

Reply

LEAVE A REPLY

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Name *

Email *

Website

Comment

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b><blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <strike> <strong>

Page 5: Khilafah _ perhatikan konsepnya, jangan hanya lihat istilahnya

www.titokpriastomo.com/pemikiran-islam/khilafah-perhatikan-konsepnya-jangan-hanya-lihat-istilahnya.html 5/5

Blog Search EngineBLOGGER INDONESIA

direktori-indonesia

KARYA- KARYA SYABAB

Titok Priastomo

Create Your Badge

Proudly powered by WordPress | Theme: Sunspot by Automattic.

Post CommentPost Comment